tumbuhan brotowali

31
TUMBUHAN BROTOWALI http://tumbuhanbrotowali.blogspot.co.id/2012/05/tumbuhan- brotowali.html kamis 31 mei 2012 Natalia simbolon diakses pada tgl 25 september 2015 BAB II ISI 2.1. Tumbuhan Brotowali Brotowali yang dikenal sebagai tanaman obat ini berasal dari Asia Tenggara. Wilayah penyebarannya di Asia Tenggara cukup luas, meliputi wilayah Cina, Semenanjung Melayu, Filipina, dan Indonesia. Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers.) merupakan tanaman merambat dan tumbuh dengan baik di hutan terbuka atau semak belukar di daerah tropis. Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan berbagai nama daerah, seperti andawali Sunda), antawali (Bali dan Nusa Tenggara), dan bratawali, antawali, putrowali atau daun gedel (Jawa). Di daerah lain, brotowali dikenal dengan nama putrawali atau daun gedel. Dalam bahasa Inggris brotowali disebut bitter grape, dan dalam bahasa Cina dikienal dengan nama sen jinteng. Rendaman batang brotowali dapat digunakan sebagai penghambat pertumbuhan Salmonella typhi , hal ini disebabkan pada batangan brotowali mengandung senyawa berberin yang secara farmakologi dapat bermamfaat sebagai obat diare. Karena mempunyai sifat analgenik menyebabkan brotowali dapat menghilangkan rasa sakit dan sifat antipiretikum yang berkhasiat dalam menurunkan panas. Batang brotowali banyak digunakan untuk mengobati sakit perut (diare) dan demam.

Upload: dianvoo

Post on 07-Dec-2015

39 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

brotowali

TRANSCRIPT

Page 1: TUMBUHAN BROTOWALI

TUMBUHAN BROTOWALI

http://tumbuhanbrotowali.blogspot.co.id/2012/05/tumbuhan-brotowali.htmlkamis 31 mei 2012Natalia simbolon diakses pada tgl 25 september 2015

BAB II

ISI

2.1. Tumbuhan Brotowali

Brotowali yang dikenal sebagai tanaman obat ini berasal dari Asia Tenggara. Wilayah

penyebarannya di Asia Tenggara cukup luas, meliputi wilayah Cina, Semenanjung Melayu,

Filipina, dan Indonesia. Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers.) merupakan tanaman merambat

dan tumbuh dengan baik di hutan terbuka atau semak belukar di daerah tropis. Di Indonesia,

tanaman ini dikenal dengan berbagai nama daerah, seperti andawali Sunda), antawali (Bali dan

Nusa Tenggara), dan bratawali, antawali, putrowali atau daun gedel (Jawa). Di daerah lain,

brotowali dikenal dengan nama putrawali atau daun gedel. Dalam bahasa Inggris brotowali

disebut bitter grape, dan dalam bahasa Cina dikienal dengan nama sen jinteng. Rendaman batang

brotowali dapat digunakan sebagai penghambat pertumbuhan Salmonella typhi, hal ini

disebabkan pada batangan brotowali mengandung senyawa berberin yang secara farmakologi

dapat bermamfaat sebagai obat diare. Karena mempunyai sifat analgenik menyebabkan

brotowali dapat menghilangkan rasa sakit dan sifat antipiretikum yang berkhasiat dalam

menurunkan panas. Batang brotowali banyak digunakan untuk mengobati sakit perut (diare) dan

demam.

Brotowali mengandung senyawa kimia yang berkhasiat mengobati berbagai penyakit,

yaitu sakit perut, diare, demam, dan sakit kuning. Senyawa kimia ini terdapat di seluruh bagian

mulai dari akar, batang sampai daun, dalam senyawa kimia yang terkandung dalam batang

brotowali tersebut tercatat ada berbagai efek farmakologi yang menjadi faktor penyebab

berkhasiatnya batang brotowali (Kresnady, 2003 : 3).

2.1.1.Morfologi Tumbuhan Brotowali

Brotowali merupakan tumbuhan merambat dengan panjang mencapai 2,5 m atau lebih,

biasa tumbuh liar dihutan,ladang atau ditanam dihalaman dekat pagar dan biasanya ditanam

sebagai tumbuhan obat. Batang sebesar jari kelingking, berbintil- bintil rapat,dan rasanya pahit.

Daun tunggal,bertangkai dan berbentuk seperti jantung atau agak membundar, berujung lancip

Page 2: TUMBUHAN BROTOWALI

dengan panjang 7-12 cm dan lebar 5-10 cm. Bunga kecil, berwarna hijau muda atau putih

kehijauan. Brotowali menyebar merata hampir diseluruh wilayah Indonesia dan beberapa negara

lain di Asia Tenggara dan India. Brotowali tumbuh baik di hutan terbuka atau semak belukar

didaerah tropis. Cara perbanyakan tnaman ini sangat mudah yaitu dengan stek batang.

          

      Batang Brotowali : Berduri semu yang lunak serupa bintil-bintil

      Daun Brotowali    : Tunggal, bertangkai, bentuknya mirip jantung atau agak membulat,  

ujungnya lancip.

      Bunga Brotowali   : Berukuran kecil, berwarna hijau, dan memiliki tandan semu

      Buah Brotowali     : Terbentuk dalam tandan, warnanya merah muda.

      Asal Brotowali      :  Diduga dari Asia Tenggara

      Tempat Tumbuh Brotowali :

Page 3: TUMBUHAN BROTOWALI

Tanaman dapat ditemui tumbuh liar dihutan atau ladang, namun karena khasiatnya,

penduduk Indonesia banyak yang menanamnya di pekarangan. Penyebarannya terutama didaerah

berkawasan tropik. Brotowali justru menyukai tempat yang agak panas.

2.1.2. Sistematika Tumbuhan Brotowali

Dalam dunia ilmiah,brotowali diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Dicotyledon

Ordo : Ranunculales

Famili : Menispermaceae

Genus : Tinospora

Species : Tinospora crispa(L.)MIERS.

2.1.3.Manfaat dan Kandungan Kimia Tumbuhan Brotowali

        Kandungan Kimia Tumbuhan Brotowali

Tanaman ini mengandung zat pahit, colombine, 2,22%; suatu alkaloid dan sebuah

glukosida. Tanaman ini juga mengandung sebuah amorf pahit, picroretine, dan juga berberin.

Kemudian, dari prinsip-kulit akar pahit (yang bukan glukosida) dan beberapa alkaloid juga

diisolasi.

Picroretine diisolasi dari daun dengan jejak alkaloid, dan zat yang mirip dengan

glycyrrhizin. Di Filipina, dilaporkan bahwa pahit, air ekstrak batang tidak mengandung alkaloid,

tetapi mereka menemukan zat amorf dan bergetah. Ketika tanaman itu kembali diperiksa

disimpulkan bahwa ia mengandung berberin, sebuah glukosida dan prinsip pahit yang glucosidal

di alam.

Ada juga dua alkaloid, tinosporine dan tinosporidine, meskipun penelitian kemudian

tidak mengkonfirmasi. [Quisumbing]. Menurut penulis lain ada resin, dua prinsip yang memiliki

sifat-sifat alkaloid, tetapi berbeda dalam titik-titik tertentu dari satu sama lain, dan asam, resin,

kekuningan-hijau dan lembut, bau harum seperti yang balsam Tolu dan larut dalam benzena

[Nadkarni].

Senyawa kimia yang dikandung brotowali antara lain alkoloida, dammar lunak, pati,

Page 4: TUMBUHAN BROTOWALI

glikosida, zat pahit pikroeretin, harsa, birberin, palmatin, kolumbin dan jatrorhize

(Sudarsono,dkk., 1996). Senyawa identitas dari brotowali adalah tinokrispisida merupakan

senyawa yang memiliki rasa sangat pahit (Anonim, 2006). Zat pahit pikroretin merangsang kerja

urat saraf sehingga alat pernafasan dapat bekerja dengan baik. Kandungan alkaloid berberin

berguna untuk membunuh bakteri pada luka.

@ Kandungan kimia Tanaman Brotowali :

1. Alkaloid,

2. Dua triterpenes (cycloeucalenol dan cycloeucalenone)

3. N-Cis-Feruloyltyramine

4.  N-Trans-Feruloyltyramine

5. secoisolariciresinol

6. damar lunak (triterpenoid)

Gambar Damar :

                           

                              

7. pati,

8. glikosida pikroretosid,

9. zat pahit pikroretin,

10. harsa dan

11. berberin

Tiga senyawa diidentifikasi sebagai N-Cis-Feruloyltyramine, N-Trans-Feruloyltyramine

dan secoisolariciresinol, menunjukkan  antioksidan, dan sifat radikal terhadap β- carotene dan 

Page 5: TUMBUHAN BROTOWALI

radikal 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl ( DPPH), yang terisolasi dari CH2CL2 dari ekstrak/sari

batang T. crispa ( yang dikumpulkan dari Indonesia oleh Cavin et al).

Dua triterpenes diidentifikasi dari batang Tinospora crispa ( yang dikumpulkan di

Supanburi, Thailand), yakni cycloeucalenol dan cycloeucalenone [oleh Kongkathip et al].

Batang Tinospora crispa berisi: flavone O-Glycosides (apigenin), picroretoside,

berberine, palmatine, picroretine, dan damar.

     Fig.1 Apigenin (a flavonoid)

        Manfaat Tumbuhan Brotowali

Brotowali (Tinospora crispa(L.)MIERS.) merupakan tumbuhan obat dari famili

menispermaceae yang serbaguna karena dapat digunakan untuk obat berbagai penyakit seperti

rematrik, kencing manis, sakit kuning, dan beberapa penyakit lainnya.

Masyarakat sudah biasa mnenggunakan tanaman ini untuk pengobatan berbagai macam

penyakit. Batangnya digunakan untuk pengobatan rematik, memar, demam, merangsang nafsu

makan, sakit kuning, cacingan, dan batuk. Air rebusan daun brotowali dimanfaatkan untuk

mencuci luka atau penyakit kulit seperti kudis dan gatal- gatal; sedangkan air rebusan daun dan

batang untuk penyakit kencing manis. Seluruh bagian tanaman ini bisa digunakan untuk penyakit

kolera

Di Indo-Cina semua bagian tumbuh-tumbuhan dari bratawali dipakai sebagai obat

demam yang dapat menggantikan kinine. Di Filipina, bratawali dianggap sebagai obat serba bisa

yang dapat dipakai untuk mengobati penyakit gila. Di Bali batangnya dipakai sebagai obat sakit

perut, demam dan sakit kuning, bahkan sebagai obat gosok untuk mengobati sakit punggung dan

pinggang. Sedangkan, di Jawa, air rebusannya dapat digunakan untuk mengobati demam,obat

luar untuk luka, dan gatal-gatal. Pada beberapa penyelidikan, ternyata air rebusan batang

Page 6: TUMBUHAN BROTOWALI

bratawali dapat memberi ketenangan pada tikus, dengan demikian pemakaiannya bermanfaat

dalam menangani penyakit kesadaran (psychosis).

Orang – orang kuno di desa – desa biasa memelihara tanaman brotowali. Tanaman yang

merambat dan rasanya sangat pahit ini banyak manfaatnya terutama untuk mengobati beberapa

penyakit. Dikenal juga sebagai tanaman obat, sehingga hampir semua industri jamu memiliki

kebun brotowali.

Berdasarkan pemeriksaan laboratorium tanaman ini mengandung pati, alkaloid yang

terdiri dari N-asetil-nornuciferin, N-formil-annonain, dan N-formilnornuceferin. Disamping itu

ditemukan pula suatu glikosida furanoditerpen yang berasa pahit. Pada akar tanaman juga

terdapat alkaloid berberin.

Sebagai obat tradisional air rebusan batang atau ranting brotowali manjur untuk

mengobati penyakit malaria, demam, penyakit kulit, serta membersihkn ginjal dan

menyembuhkan luka. Batang brotowali penuh ditutupi dengan kutil dan mengandung banyak air.

Rebusan batang brotowali juga merangsang kerja pernapasan dan menggiatkan pertukaran zat

sehingga dapat menurunkan panas.

Kandungan berberin untuk membunuh bakteri pada luka. Kandungan bahan yang lain

dimanfaatkan untuk menambah nafsu makan maupun menurunkan kadar gula darah. Batang

brotowali juga digunakan untuk pengobatan penyakit kuning, kencing manis dan nyeri perut.

Pada pemakaian sebagai obat luar, rendaman batang brotowali bisa digunakan untuk

membersihakan luka atau kudis.

Karena rasanya yang pahit, mungkin darah pemakai brotowali juga berasa pahit.

”Terbukti nyamuk pun tak mau menggigit”, kata Albertus Soetjipto yang biasa mengkonsumsi

brotowali. Ia mengaku dirumahnya kampung Manggarai, Jakarta, ia menanam brotowali hingga

tumbuh subur bahkan menjalar kemana – mana sampai keatas genting.

Menanam brotowali sangatlah mudah. Hanya dengan memotong batangnya lalu ditancapkan

ditanah (stek), bisa hidup. Potongan batang yang akan ditanamtidak perlu panjang, cukup satu

jengkal saja bisa hidup, namun tanaman ini lebih suka ditanah yang gembur dan ada

perlindungan.(www.suaramerdeka.com).

Kulit-batangnya mengandung zat-zat seperti alkaloid dan damar lunak berwarna kuning

sedang akarnya mengandung zat berberin dan kolumbin. Kandungan alkaloid berberina berguna

untuk membunuh bakteri pada luka.  Zat pahit pikroretin dapat merangsang kerja urat saraf

Page 7: TUMBUHAN BROTOWALI

sehingga alat pernapasan bekerja dengan baik dan menggiatkan pertukaran zat sehingga dapat

menurunkan panas. Selain sebagai obat, bratawali juga berfungsi sebagai penambah nafsu makan

dan menurunkan kadar gula dalam darah. Sebagai obat, bratawali biasa direbus dan diminum

ataupun dioleskan pada kulit untuk luka luar. Penyakit-penyakit yang dapat diobati dengan

menggunakan bratawali ialah rheumatic arthritis, rheumatik sendi, demam, demam kuning,

kencing manis, malaria, diabetes, serta penyakit luar seperti memar, kudis, dan luka.

Contoh Pemanfaatan Tumbuhan Brotowali :

   Bagian Yang Dipakai : Batang.

   Kegunaan :

1. Rheumatic arthritis, rheumatik sendi pinggul (sciatica), memar.

2. Demam, merangsang nafsu makan, demam kuning.

3. Kencing manis.

   Pemakaian : 10 - 15 gr , rebus , minum.

   Pemakaian Luar : Air rebusan batang brotowali dipakai untuk cuci koreng, kudis, luka-luka.

   CARA PEMAKAIAN :

1. Rheumatik :

1 jari batang brotowali dicuci dan potong-potong seperlunya, direbus dengan 3 gelas air sampai

menjadi 1 1/2 gelas. Setelah dingin disaring, ditambah madu secukupnya, minum. Sehari 3 x 1/2

gelas.

2. Demam kuning (icteric) :

1 jari batang brotowali dicuci dan potong-potong, direbus dengan 3 gelas air sampai menjadi 1

1/2 gelas. Diminum dengan madu secukupnya. Sehari 2 x 3/4 gelas.

3. Demam :

2 jari batang brotowali direbus dengan 2 gelas air, sampai menjadi 1 gelas. Setelah dingin,

diminum dengan madu secukupnya. Sehari 2x  1/2 gelas.

4. Kencing manis :

1/3 genggam daun sambiloto, 1/3 genggam daun kumis kucing, 3/4 jari ± 6 cm batang brotowali

dicuci dan dipotong-potong, direbus dengan 3 gelas air sampai menjadi 2 gelas. Diminum setelah

makan, sehari 2 X 1 gelas.

5. Kudis (scabies) :

Page 8: TUMBUHAN BROTOWALI

3 jari batang brotowali, belerang sebesar kemiri, dicuci dan ditumbuk halus, diremas dengan

minyak kelapa seperlunya. Dipakai untuk melumas kulit yang terserang kudis. Sehari 2 x.

6. Luka :

Daun brotowali ditumbuk halus, letakkan pada luka, diganti 2 x perhari. Untuk mencuci luka,

dipakai air rebusan batang brotowali.

2.2.  METABOLISME TUMBUHAN BROTOWALIA. Fotosintesis

Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis.

Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa

menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang

menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof.

Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas

dari [CO2] diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi.

            Fotosintesis memerlukan cahaya (fotos = cahaya; sintesis = penyusunan atau membuat

bahan kimia). Fotosintesis adalah peristiwa pembentukan karbohidrat dari karbondioksida dan

air dengan bantuan energi cahaya matahari. Secara sederhana, reaksi fotosintesis yang

melibatkan berbagai enzim dapat dituliskan sebagai berikut:

            Proses Fotosintesis ini terjadi di dalam kloroplas tumbuhan brotowali. Kloroplas

merupakan organel plastida yang mengandung pigmen hijau daun (klorofil). Sel yang

mengandung kloroplas terdapat pada mesofil daun tanaman yang disebut palisade atau jaringan

tiang dan sel-sel jaringan bunga karang yang disebut spons.

B.  Metabolit Primer Dan SekunderSeperti halnya manusia, tumbuhan juga mengalami proses metabolisme untuk tetap

hidup. Metabolisme adalah keseluruhan reaksi yang terjadi di dalam sel, meliputi proses

penguraian dan sintesis molekul kimia. Metabolit merupakan hasil yang diperoleh dari proses

metabolisme. Metabolit yang dihasilkan oleh metabolisme yang terjadi pada tanaman dapat kita

kelompokkan menjadi dua bagian yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit

primer merupakan hasil metabolisme yang secara langsung terlibat dalam proses pertumbuhan.

Metabolit primer diproduksi sebagai hasil fotosintesis dan terlibat dalam sintesis komponen sel.

Contoh metabolit primer adalah golongan karbohidrat, protein, dan lemak. Kebanyakan

kandungan kimia tumbuhan dibentuk dari turunan metabolit primer asam amino. Pada umumnya,

Page 9: TUMBUHAN BROTOWALI

metabolit primer diperoleh dari tanaman tingkat tinggi untuk kepentingan komersial misalnya

digunakan sebagai bahan mentah industri (Ramawat, 2009).

Berbeda dengan metabolit primer, metabolit sekunder sering dianggap sebagai “produk

buangan”, atau “produk akhir” dari metabolit primer karena fungsinya yang tidak terlibat dalam

proses pertumbuhan dan belum banyak diketahui. Belakangan ini diketahui bahwa ternyata

metabolit sekunder terlibat dalam mekanisme adaptasi dan petahanan diri tumbuhan tersebut.

Contoh metabolit sekunder adalah golongan alkaloid, terpen, dan golongan fenolik. Metabolit

sekunder inilah yang banyak dikandung oleh tanaman obat dan menjadi sumber utama dalam

penemuan obat (Daniel, 2006).

Begitu halnya dengan Brotowali, brotowali melalui metabolit primer dan sekunder.

 Jalur biosintesis metabolit primer dan metabolit sekunder dapat dilihat pada Gambar 2.1.

1.        Metabolit Primer

a. Pati

Pati adalah polimer dari glukosa. Tumbuhan yang kelebihan glukosa merubahnya menjadi

pati sebagai simpanan. Pati tidak dapat larut dalam air oleh sebab itu dapat dimanfaatkan sebagai

depot penyimpanan glukosa.

Salah satu kandungan dari tumbuhan brotowali adalah pati, pati merupakan bagian dari

karbohidrat. Karbohidrat merupakan cadangan makanan (selulosa/pati sbg sumber energi pada

tumbuhan dan glikogen pada hewan), pembangun struktur (dinding sel pada tumbuhan, bakteri,

jamur) dan antidesiccant. Metabolisme pati, melalui jalur primer dimana glukosa 6-fosfat yang

dihasilkan selama fotosintesis adalah prekursor dari tiga jenis karbohidrat tumbuhan yaitu

sukrosa, pati, dan selulosa.

Page 10: TUMBUHAN BROTOWALI

b. Glikosida

Glikosida dihasilkan melalui jalur metabolit primer, dimana pada gambar dibawah ini dapat

terlihat jelas jalur – jalurnya.

Page 11: TUMBUHAN BROTOWALI

2.        Metabolit sekunder

Kandungan terbanyak tumbuhan brotowali ini adalah terpenoid dan suatu alkaloid. Dari

struktur atau gambar jalur metabolisme sekunder diatas dapat dilihat bahwa untuk menghasilkan

senyawa terpenoid dan alkaloid ini haruslah melalui jalur mevalonat.

      Jalur asam mevalonat

Metabolit tumbuhan brotowali ini melalui jalur mevalonat, dimana kandungan utama dari

tumbuhan brotowali adalah  beberapa senyawa terpen dan alkaloid. Dari jalur biosintesis diatas

dapat kita lihat bahwa alkaloid dan beberapa senyawa terpen dibentuk melalui jalur mevalonat.  

Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan keragaman struktur yang besar dalam produk

alami yang diturunkan dan unit isoprena (C5) yang bergandengan dalam model kepala ke ekor

(head-to-tail), sedangkan unit isoprena diturunkan dari metabolisme asam asetat oleh jalur asam

mevalonat (mevalonic acid : MVA). Sedangkan alkaloid, banyak alkaloid bersifat terpenoid dan

Page 12: TUMBUHAN BROTOWALI

beberapa diantaranya (misalnya solanina, alkaloid-steroid kentang, Solanum Tuberosum)

sebaiknya ditinjau dari segi biosintesis sebagai terpenoid termodifikasi.

c. Damar (triterpenoid)

Dammar atau Triterpenoid merupakan salah satu kandungan dari brotowali, struktur dari

dammar adalah sebagai berikut :

 biosintesis dari dammar/triterpenoid yaitu melalui jalu mevalonat :

Jalur mevalonat Triterpenoid (damar)

Dua triterpenes diidentifikasi dari batang Tinospora crispa ( yang dikumpulkan di

Supanburi, Thailand), yakni cycloeucalenol dan cycloeucalenone [oleh Kongkathip et al]. Dan

batang Tinospora crispa berisi: flavone O-Glycosides (apigenin), picroretoside, berberine,

palmatine, picroretine, dan damar.

Tiga senyawa diidentifikasi sebagai N-Cis-Feruloyltyramine, N-Trans-Feruloyltyramine

dan secoisolariciresinol, menunjukkan  antioksidan, dan sifat radikal terhadap β- carotene dan 

radikal 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl ( DPPH), yang terisolasi dari CH2CL2 dari ekstrak/sari

batang T. crispa ( yang dikumpulkan dari Indonesia oleh Cavin et al).

d. Alkaloid

Page 13: TUMBUHAN BROTOWALI

Alkaloida adalah senyawa organik yang mengandung nitrogen (biasanya dalam bentuk

siklik) dan bersifat basa. Senyawa ini tersebar luas dalam dunia tumbuh- tumbuhan dan banyak

diantaranya yang mempunyai efek fisiologi yang kuat. Beberapa dari efek tersebut telah dikenal

dan dimanfaatkan oleh manusia primitif jauh sebelum ilmu kimia organik berkembang.

 

Gbr : Alkaloid feniltiamin                          gbr : alkaloid isokuinolin                 

Alkaloida sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologi

yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa, lazim mengandung nitrogen dalam cincin

heterosiklis, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam

organik.

      Biosintesis alkaloida

Prekusor alkaloid yang paling umum adalah asam amino, meskipun sebenarnya,

biosintesis alkaloid lebih rumit. Secara kimia, alkaloid merupakan suatu golongan heterogen. Ia

berkisar dari senyawa sederhana seperti koniina, yaitu alkaloid utama. Conium maculatum,

sampai ke struktur pentasiklik seperti strikhnina, yaitu racun kulit Strychnos. Amina tumbuhan

(misalnya meskalina) dan basa purina dan pirimidina (misalnya kafeina) kadang- kadang

digolongkan sebagai alkaloid dalam arti umum, (Manito,1992).

Banyak alkaloid bersifat terpenoid dan beberapa diantaranya (misalnya solanina,

alkaloid-steroid kentang, Solanum Tuberosum) sebaiknya ditinjau dari segi biosintesis sebagai

terpenoid termodifikasi. Yang lainnya terutama berupa senyawa aromatik (misalnya kolkhisina,

alkaloid-tropolon umbi ‘crocus musim gugur’) yang mengandung gugus basa sebagai gugus

rantai samping. Banyak sekali alkaloid yang khas pada suatu suku tumbuhan atau beberapa

tumbuhan sekerabat. Jadi, nama alkaloid sering kali diturunkan dari sumber tumbuhan

penghasilnya, misalnya alkaloid Atropa atau alkaloid tropana dan sebagainya. (Harborne,1987)

Page 14: TUMBUHAN BROTOWALI

2.3 Pengolahan Tumbuhan  Brotowali

Brotowali diindonesia umumnya dimodifikasi menjadi jamu tradisional, dimana jamu

yang dibuat tersebut merupakan campuran dari bahan baku lain. Bahan – bahan baku lainnya ini

biasanya adalah Kapulogo, Jahe, Kencur, Kunyit, Laos, Temulawak, Sambiloto, Puyang,

Kedawaung, Daun Sirih, Tapai Liman, Kayu manis, Kayu Pule, Adas, Kayu Secan, Pulosari,

Ginseng, Delima, Kayu rapat, Jati Belanda, Lada Hitam, Cabe Jawa, Pinang.

Bahan baku pembuatan jamu tradisional disebut sebagai simplisia. Simplisia yang

digunakan adalah dalam bentuk kering sehingga tidak diperlukan proses pencucian dan

pengeringan lagi. Dengan demikian, tidak diperlukan bak penampungan air. Proses pengeringan

pun dilakukan oleh pemasok bahan baku. Simplisia yang dapat digunakan sebagai bahan

pembuat jamu tradisional sangat banyak dan beragam. Komposisinya sangat ditentukan oleh

jenis jamu tradisional yang akan dihasilkan. Dari pengusaha jamu tradisional di Kabupaten

Sukoharjo, dapat dilihat jenis bahan baku seperti yang ada diatas.

Proses Produksi

Proses produksi yang dilakukan pada industri jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo

masih menggunakan teknologi yang relatif sederhana/tradisional karena produk jamu yang

dihasilkan adalah berupa serbuk jamu. Secara umum proses produksi yang dilakukan meliputi

tahapan sebagai berikut :

a. Bahan baku datang dari pemasok dalam bentuk kering

b.Pengambilan sampel bahan baku, jika kualitasnya cocok maka dibeli

c. Sortasi bahan baku

Sortasi bahan baku dilakukan untuk memisahkan bahan baku yang baik dengan yang

tidak baik yang terlihat secara fisik, misalnya daun yang sudah  layu. Sortasi juga dilakukan

untuk memisahkan benda asing yang mungkin terdapat dalam bahan baku tersebut, misalnya

kotoran atau tanah.

d. Pengukuran kadar air

Menurut aturan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan, setiap industri jamu harus

memiliki alat laboratorium, minimal alat untuk mengukur kadar air bahan baku jamu. Sebaiknya

simplisia kering yang akan digunakan untuk pembuatan jamu memiliki kadar air maksimal 11 %.

Jika ternyata kadar air simplisia tersebut di atas 11 % maka dilakukan proses

Page 15: TUMBUHAN BROTOWALI

pengeringan/penjemuran. Tetapi proses pengukuran kadar air ini belum dilakukan oleh

pengusaha jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo.

e. Penimbangan bahan baku sesuai kebutuhan menggunakan timbangan   duduk

f. Penggilingan simplisia menjadi serbuk

Simplisia yang telah ditimbang digiling dengan menggunakan mesin penggiling yang

digerakkan oleh mesin penggerak. Pisau pada mesin penggiling harus selalu diganti setiap 3

bulan untuk menjamin hasil gilingan selalu dalam ukuran yang seharusnya.

                         

                                                 Foto 4.3. Alat Penggilingan

g. Penyaringan/pengayakan dengan saringan 120 mesh.

Proses penyaringan dilakukan untuk menghasilkan serbuk dengan ukuran yang halus dan

seragam. Dari proses  penyaringan ini, pada umumnya serbuk yang tidak lolos adalah sekitar 15 -

20 %.

                           

                                              Foto 4.4. Alat penyaringan

Page 16: TUMBUHAN BROTOWALI

                           

                             Foto 4.5. Serbuk Hasil Penyaringan

h. Peramuan/pencampuran sesuai kombinasi yang diinginkan

Serbuk jamu yang telah disaring kemudian diramu dengan jumlah dan komposisi yang

disesuaikan dengan jenis  jamu yang akan dihasilkan. Proses peramuan/ pencampuran ini

dilakukan secara manual.

i. Pengukuran kadar air serbuk jamu

Sebelum dikemas, sebaiknya dilakukan pengukuran kadar air serbuk jamu untuk

menjamin tingkat kekeringan serbuk tersebut. Kualitas serbuk yang baik adalah yang memiliki

kadar air tidak lebih dari 5 %. Tetapi proses  pengukuran kadar air ini juga belum dilakukan oleh

pengusaha jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo.

j. Pengemasan dalam bentuk sachet dan pak

Serbuk jamu dimasukkan dengan ukuran rata-rata 7 - 8 gram ke dalam kemasan sachet

kemudian dipres dengan alat pengepres dan dilakukan secara manual. Setiap 10 sachet dipak

dalam kemasan plastik. Beberapa pak jamu dikemas lagi dalam plastik bening dengan ukuran

besar. Beberapa jenis serbuk jamu tidak dikemas dalam bentuk sachet, tetapi dikemas secara

kiloan dengan kemasan plastik yang lebih besar.

                                 

                                             Foto 4.7. Alat Pengepres                         

Page 17: TUMBUHAN BROTOWALI

2.4.           Ektraksi Brotowali      Pembuatan Tablet

            Brotowali yang pada dasarnya merupakan tanaman obat, secara khusus pada zaman

berteknologi tinggi ini Brotowali sudah dimanfaatkan untuk dibuat menjadi tablet. Brotowali

(Tinospora crispa (L) Miers) dapat digunakan sebagai antipiretik atau antidemam, tetapi kurang

disukai masyarakat karena memiliki rasa yang sangat pahit. Nafisah (2004) dalam penelitiannya

tentang formulasi tablet ekstrak brotowali menggunakan polivinil pirolidon sebagai bahan

pengikat, dapat menghasilkan tablet dengan sifat fisik yang baik, tetapi penampilan tablet kurang

menarik, warnanya tidak seragam, dan rasanya sangat pahit. Namun pada zaman sekarang ini

sudah banyak pengembangan – pengembangan yang dilakukan supaya sediaan lebih menarik dan

disukai konsumen, maka dikembangkan bentuk sediaan tablet salut film (film coating).

Kelebihan salut film dibanding dengan salut gula ialah lebih tahan terhadap kerusakan akibat

goresan, bahan yang dibutuhkan lebih sedikit dan waktu pembuatannya lebih sedikit (Ansel,

1989).

            Dalam penyalutan lapis film pada tablet biasanya mengandung jenis-jenis bahan seperti

polimer (pembentukan selaput), plasticizer, surfaktan, pewarna, pemanis/perasa/pengharum,

pengkilap, dan pelarut. Bahan polimer yang digunakan adalah hidroksipropil metilselulosa

(HPMC). Polimer ini merupakan suatu bahan pilihan untuk sistem suspensi udara dan sistem

panci penyalut dengan penyemprotan. Beberapa alasan menggunakan polimer HPMC yaitu (1)

kelarutan polimer yang khas dalam cairan lambung-usus serta dalam sistem pelarut organik dan

pelarut air, (2) tidak berpengaruh dalam kekerasan tablet dan pemakaian obat, (3) fleksibilitas,

mengurangi resistensi, tidak memiliki rasa atau bau, (4) stabil terhadap panas, cahaya, udara, dan

dapat disesuaikan dengan tingkat kelembaban, (5) mempunyai kemampuan untuk

mencampurkan zat warna atau zat aditif lainnya kedalam lapisan tipis tanpa kesukaran

(Lachman, dkk., 1994).

   Ekstraksi (Penyarian) SimplisiaSimplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagi obat yang belum mengalami

pengolahan apapun kecuali pengeringan. Ada tiga macam simplisia yaitu simplisia nabati,

simplisia hewani dan simplisia mineral (Anonim, 1995). Simplisia nabati adalah simplisia yang

berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan eksudat tanaman. Eksudat tanaman merupakan isi

yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu

dan belum berupa zat kimia murni (Anonim, 1995).

Page 18: TUMBUHAN BROTOWALI

   Metode Pembuatan Ekstrak

Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan adalah maserasi, perkolasi dan

sokhletasi. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan

mentahobat dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam

memperoleh ekstrak yang sempurna (Ansel, 1989).

1). Maserasi

Maserasi merupakan proses paling tepat untuk simplisia yang sudah halus dan

memunginkan direndam hingga meresap dan melunakkan susunan sel sehingga zatnya dapat

larut. Serbuk atau simplisia dituangi pelarut dan ditutup rapat. Isinya dikocok berulang-ulang

kemudian disaring. Proses ini dilakukan pada suhu 15-20 oC selama 3 hari (Ansel, 1989).

Keuntungan cara maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang sederhana dan

mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama dan zat yang di dapatkan

tidak spesifik (Anonim, 1986).

2). Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari

melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi, kekuatan yang berperan dalam perkolasi antara

lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adhesi, daya

kapiler dan daya geseran (friksi).

Cara perkolasi lebih baik dari pada maserasi karena:

a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan

yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan derajat konsentrasi.

b. Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairang

penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut maka kecepatan pelarut cukup untuk

mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi (Anonim,

1986).

3). Sokhletasi

Sokhletasi merupakan metode dengan prinsip perendaman bahan yang diekstraksi

melalui pengaliran ulang cairan perkolat secara kontinu. Sehingga bahan yang diekstraksi tetap

Page 19: TUMBUHAN BROTOWALI

terendam dalam cairan. Pada cara ini diperlukan bahan pelarut dalam jumlah yang kecil juga

simplisia yang digunakan selalu baru. Artinya suplai bahan pelarut bebas bahan aktif dan

berlangsung secara terus menerus.

Keuntungan cara ini adalah cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara

langsung diperoleh ekstrak yang lebih pekat, serbuk simplisia dapat disari dengan cairan penyari

yang diteruskan tanpa perlu menambah volume penyari. Kerugian cara ini adalah larutan

dipanaskan terus menerus sehingga zat aktif yang tidak tahan pemanasan kurang cocok

menggunakan metode ini (Hargono, 1986).

   Ektraksi Batang Brotowali

Ekstrak Batang Tumbuhan Brotowali (Tinospora crispa(miers))

Serbuk batang brotowali ditimbang sebanyak 1000 g dimaserasi dengan pelarut etanol 2 L,

pekerjaan dilakukan 4 kali, lalu dipisahkan ampas dengan ekstrak. Ekstrak hasil sokletasi ini

kemudian dipekatkan pada rotary evaporator pada suhu 65 0C sehingga diperoleh ekstrak pekat.

Ekstrak pekat ini kemudian dipartisi dengan etil asetat : air yang kemudian diambil fraksi air,

fraksi air kemudian diasamkan dengan HCL 2 N sampai pH 2, kemudian diaduk selama 3 jam

dengan pengaduk magnet, lalu disaring. Larutan hasil pemisahan ini kemudian dibasakan dengan

NH4OH pekat sampai pH 10, kemudian diekstraksi dengan kloroform : air (1:1) sebanyak 4 kali.

Diambil lapisan bawah yang berupa ekstrak kloroform lalu dicuci dengan aguadest sampai

netral, kemudian dikeringkan dengan 15 g MgSO4 anhidrat, diamkan 1 malam lalu disaring,

kemudian diambil larutannya dan dipekatkan dengan rotarievaporator sehingga diperoleh ekstrak

kasar.

2.5.           Isolasi

      Isolasi Senyawa alkaloida pada brotowali dengan Kromatografi Kolom

Karena kandungan dari tumbuhan brotowali ini sebagian besar adalah alkaloid maka

tumbuhan brotowali ini telah dimanfaatkan untuk mengekstrak, sehingga dihasilkan senyawa

alkaloid.

Page 20: TUMBUHAN BROTOWALI

Terhadap 18 g ekstrak kasar dilakukan isolasi senyawa alkaloida dengan kromatografi

kolom. Fasa diamnya adalah silika gel 60 G (E.Merck Art. 7734) dan fasa geraknya adalah

kloroform : etanol (4 : 1 v/v).

Prosedur :

Peralatan untuk kolom kromatografi dirangkai, terlebih dahulu dibuburkan silika gel 60 G

( E.Merck. Art. 7734 ) sebanyak 55 g dengan menggunakan kloroform 100 %, diaduk sampai

homogen dan dimasukkan ke dalam kolom kromatografi lalu dielusi dengan

kloroform 100 % hingga bubur silika gel padat dan homogen. Dimasukkan 18 g ekstrak

kasar batang tumbuhan brotowali ke dalam kolom kromatografi yang telah berisi bubur silika

gel. Sampel dibiarkan turun dan terserap dengan baik pada silika gel dipuncak kolom, lalu

ditambahkan fase gerak kloroform : etanol ( 4 : 1 v/v) secara perlahan –lahan dan diatur sehingga

liran fraksi yang keluar dari kolom sama banyaknya dengan penambahan fasa gerak dari atas.

Hasil yang diperoleh ditampung dalam beberapa botol vial, lalu diuapkan diudara terbuka sampai

pelarutnya habis hingga terbentuk kristal alkaloida.

BAB III

PENUTUP

3.1.   Kesimpulan

1.    Brotowali (Tinospora crispa(L.)MIERS.) merupakan tumbuhan obat dari famili

menispermaceae yang serbaguna karena dapat digunakan untuk obat berbagai penyakit seperti

rematrik, kencing manis, sakit kuning, dan beberapa penyakit lainnya

2. Kandungan kimia Tanaman Brotowali :

1. Alkaloid,

2. Dua triterpenes (cycloeucalenol dan cycloeucalenone)

3. N-Cis-Feruloyltyramine

4.  N-Trans-Feruloyltyramine

5. secoisolariciresinol

Page 21: TUMBUHAN BROTOWALI

6. damar lunak,

7. pati,

8. glikosida pikroretosid,

9. zat pahit pikroretin,

10. harsa,

11. berberin

3.    Brotowali yang pada dasarnya merupakan tanaman obat, secara khusus pada zaman berteknologi

tinggi ini Brotowali sudah dimanfaatkan untuk dibuat menjadi tablet. Brotowali (Tinospora

crispa (L) Miers) dapat digunakan sebagai antipiretik atau antidemam,

4.    Brotowali diindonesia umumnya dimodifikasi menjadi jamu tradisional, dimana jamu yang

dibuat tersebut merupakan campuran dari bahan baku lain. Bahan – bahan baku lainnya ini

biasanya adalah Kapulogo, Jahe, Kencur, Kunyit, Laos, Temulawak, Sambiloto, Puyang,

Kedawaung, Daun Sirih, Tapai Liman, Kayu manis, Kayu Pule, Adas, Kayu Secan, Pulosari,

Ginseng, Delima, Kayu rapat, Jati Belanda, Lada Hitam, Cabe Jawa, Pinang.

5.    Contoh metabolit sekunder adalah golongan alkaloid, terpen, dan golongan fenolik. Metabolit

sekunder inilah yang banyak dikandung oleh tanaman obat dan menjadi sumber utama dalam

penemuan obat (Daniel, 2006).

6.    Metabolism tumbuhan Brotowali yaitu melalui metabolit sekunder, yaitu melalui jalur

mevalonat.

3.2.    Saran

Dari penjelasan yang telah dipaparkan dari makalah ini diharapkan agar kita dapat

memahami dan mengerti brotowali sebagai tanaman obat. saya juga menyadari bahwa makalah

ini tidak luput dari kesalahan. Olehkarena itu, kami meminta kritik dan saran yang membangun

dari pembaca makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Page 22: TUMBUHAN BROTOWALI

Anoninm. 2010. “Brotowali”. (http://www.id.wikipedia.org.html, diakses 30 Mei 2011).

Anonim. 2011. “Brotowali”.

http://www.roasehat.com/Tanaman-Obat/Tanaman-Obat-A-B/Brotowali.html , diakses 30 mei

2011.

Anonym. 2011. “Khasiat Brotowali”. http://lenterahati.web.id/khasiat-brotowali.html , diakses 30 mei

2011.

Diposkan oleh Natalia Simbolon di 11.07 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest