laporan praktikum orientasi penebangan dihutan alam
DESCRIPTION
laporan praktikumTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM PEMANENAN HASIL HUTAN“Orieantasi Pemanenan Hutan Alam”
Disusun Oleh
MUHAMMAD ILYAS BAHRI RANGKUTI
D1D012029
DOSEN PENGAMPUAlbayudi S.Hut
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014
BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Penebangan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengolah pohon
menjadi kayu. Dalam melakukan penebangan pohon banyak hal yang dapat diperhatikan
terlebih dahulu sebelum dilakukannya penebangan. Baik itu dari pohonnya sendiri
maupun dari lingkungan sekitarnya yang berdampak pada sekitar pohon yang akan
ditebang.
Dalam melakukan penebangan dihutan alam, diameter dan status dari pohon
tersebut harus diperhatikan. Sebaiknya pohon-pohon langka atau pohon induk harus
diperhatikan untuk tidak ditebang. Diameter 20 cm sudah dikatakan pohon, namun untuk
pohon dihutan alam diameter yang dapat ditebang adalah diatas 40 cm. Hal ini bertujuan
untuk tetap menjaga kelestarian dan ketersedian tumbuhan dihuta alam.
Sebelum dilakukannya penebangan, arah rebah dari pohon tersebut harus
diperhatikan. Tujuannya agar dapat meminimalisir kerusakan yang diakibatkan dari
tumbangnya pohon tersebut. Tumbangnya pohon diarahkan paling sedikit tumbuhan
tingkat bawah yang berpotensi, dan menjauhkan dari sekitar tumbuhan tingkat bawah
yang berpotensi. Oleh sebab itu penentuan pembuatan takik juga harus diperlukan.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dasar-dasar dilakukannya penebangan
2. Mengetahui pohon yang akan ditebang dan dapat menentukan arah tebang pohon
3. Dampak yang akan ditimbulkan dar penebangan
1
BAB IITINJAUAN PUSTAKAHutan merupakan ekosistem yang kompleks, maka para ahli ekologi harus dapat
memahami hutan secara menyeluruh, artinya mereka harus menjadi seorang generalis
yang memiliki kemampuan dalam menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terkait, serta mampu menggunakan hasil temuan seorang spesialis ilmu yang terkait untuk
menyelesaikan masalah kehutanan. Kemampuan tersebut dirasakan sangat penting
mengingat adanya kenyataan bahwa terjadinya perubahan-perubahan yang sangat cepat
pada kondisi ekosistem hutan termasuk hutan Indonesia itu merupakan akibat dari
aktivitas manusia yang tidak memperhatikan aspek ekologi (Indriyanto, 2006).
Di bidang kehutanan, kesalahan pengelolaan hutan dapat dihindari jika semua
orang yang terkait dengan ekosistem hutan memahami kaidah dan aturan main ekologi
yang disebut sebagai konsep ekologi (Hamilton dan King, 1988).
Indonesia mempunyai hutan alam yang sangat luas, tetapi semakin hari luasan
hutan alam ini terus berkurang. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Indonesia kehilangan
1,6 - 2 juta hektar hutan alam setiap tahun. Hutan alam Indonesia pada umumnya
ditumbuhi oleh jenis-jenis Dipterocarpaceae, yang merupakan jenis kayu yang laku di
pasaran, sehingga hutan alam ini merupakan sasaran eksploitasi.
Pada era reformasi ini, terjadi banyak tuntutan dari stakeholders baik dari dalam
negeri maupun badan atau lembaga Internasional menyangkut pengelolaan hutan produksi
lestari. ITTO (1990) mengatakan bahwa demi untuk menjaga kelestarian hutan, seluruh
kayu tropis yang diperdagangkan harus berasal dari hutan yang dikelola secara lestari.
Menanggapi fenomena yang berkembang, pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 34 Tahun 2003 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan yang mengacu
pada Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Berdasarkan peraturan
2
tersebut yang dulunya Hak Pengusahaan Hutan (HPH) sekarang menjadi Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK).
Dengan diterbitkannya peraturan baru tersebut diharapkan pemanenan hasil hutan
berwawasan lingkungan (Reduced Impact Logging). Klassen (1997) dalam Tinambunan
(1999) mengemukakan bahwa penerapan Reduced Impact Logging mempunyai cakupan
kepentingan lingkungan maupun ekonomi. Praktek pemanenan hutan selama ini ternyata
sudah banyak merusak tegakan tinggal dan tanah serta ekologi hutan secara umum.
Praktek demikian merusak masa depan hutan untuk siklus selanjutnya dan dengan
demikian mengganggu kelestarian hutan. Dengan penerapan Reduced Impact Logging
maka ancaman tersebut akan dapat diminimalkan. Dari kepentingan ekonomi, penerapan
Reduced Impact Logging sudah terlihat mampu mengurangi biaya pemanenan dengan
perbaikan produktifitas.
3
BAB IIIMETODOLOGI PRAKTIKUM3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai “Orieantasi Pemanenan Hutan Alam” ini dilakukan di Hutan
Kampus Belakang Fakultas Kehutanan Universitas Jambi, Mendalo Darat, Kabupaten
Muaro Jambi. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 22 Oktober 2014,
dimulai pada pukul 12.30 WIB sampai dengan pukul 14.30 WIB.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Alat tulis2. Kamera3. Kompas4. Pita ukur
3.3 Prosedur Praktikum
1. Ditentukan pohon yang akan dipelajari untuk ditebang
2. Ditentukan arah tebang dari pohon tersebut.
3. Disurvei pada radius 5 meter untuk menentukan tumbuhan2 yang berpotensi.
4. Ditentukan takik tebang dari pohon tersebut.
5. Didokumentasikan pohon dan lingkungan sekitar pohon tersebut.
4
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil
Pohon Contoh
Diameter = 50,9 cm
Tinggi = 25 m
Lokasi Pohon Contoh
Latitude 1:36:53,706 S
Longitude 103:30:53,207 E
Altitude 47,0 m
Arah Rebah 500 dari Utara
Tabel Data Jenis Tanaman Sekitar Pohon Contoh
NO
SEMAI PANCANG TIANG POHON
1 Medang Keladi Karet(Hevea
brasilensis)
Merapuyan(Pternandra coerelescens)
Simpur(Dillenia indica)
2 Palem-paleman(Palmae)
Mahang(Macaranga
bancana)
Mahang(Macaranga
bancana)
Shorea Sp
3 Mahang(Macaranga
bancana)
Kelapa Tupai Medang Sendok Medang Sendok
4 Kelapa Tupai Merubi Tiang 1 Shorea palembanica5 Terap
(Artocarpus odoratissimus)
Medang(Litsea sp)
Tiang 2 Pohon 1
5
6 Semai 1 Simpur(Dillenia indica)
Tiang 3
7 Semai 2 Antui Tiang 48 Semai 3 Pancang 1 Tiang 59 Semai 4 Pancang 210 Semai 5 Pancang 311 Semai 6 Pancang 412 Semai 713 Semai 814 Semai 915 Semai 1016 Semai 1117 Semai 1218 Semai 1319 Semai 1420 Semai 15
4.2 Pembahasan
Sebelum penebangan dilakukan adanya beberapa hal yang harus diperhatikan. Hal
ini bertujuan untuk menjaga kelestarian hutan alam serta menjaga ekosistem hutan
tersebut. Selain itu untuk pembuatan jalan pada saat dilakukannya penebangan bertuujuan
untuk menjaga keselamatan kita dari rebahan pohon.
Penebangan merupakan langkah awal dari kegiatan pemanenan kayu, meliputi
tindakan yang diperlukan untuk memotong kayu dari tunggaknya secara aman dan efisien
(Suparto, 1979). Tujuan penebangan adalah untuk mendapatkan bahan baku untuk
keperluan industri perkayuan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas baik.
Pada dasarnya kegiatan penebangan pohon terdiri dari 3 kegiatan, yaitu :
1. Persiapan dan pembersihan tumbuhan bawah. Tujuannya adalah untuk mempermudah
kegiatan penebangan dan mencegah terjadinya kecelakaan selama kegiatan
penebangan.
2. Penentuan arah rebah.
6
3. Pembuatan takik rebah dan takik balas.
Keberhasilan penebangan sangat ditentukan oleh arah rebah pohon. Arah rebah
yang benar akan menghasilkan kayu sesuai dengan yang diinginkan dan kecelakan kerja
dapat dihindari serta kerusakan terhadap lingkungan dapat ditekan, sedangkan apabila arah
rebah yang ditentukan tidak benar, maka kayu akan rusak dan kemungkinan terjadinya
kecelakaan sangat besar serta pohon yang rebah akan merusak lingkungan sekitarnya.
Oleh karenanya dalam nenentukan arah rebah pohon harus berpedoman pada ketentuan-
ketentuan yang sudah ditetapkan. Bebererapa ketentuan arah rebah yang benar adalah
sebagai berikut :
a. Sedapat mungkin menghindari arah rebah yang banyak dijumpai rintangan, seperti :
b. batu-batuan, tunggak, pohon roboh dan parit.
c. Jika pohon terletak di lereng atau tebing, maka arah rebah diarahkan ke puncak
lereng. Diusahakan menuju tempat yang tegakan tinggalnya relatif sedikit.
d. Arah rebah diupayakan disesuaikan dengan arah penyaradan kayu atau ke arah yang
e. memudahkan penyaradan kayu.
f. Pada daerah yang datar, arah rebah pohon disesuaikan dengan bentuk tajuk dan posisi
pohon. Selain menentukan arah rebah pohon, perlu juga ditentukan arah keselamatan
bagi regu penebang.
Pembuatan takik rebah diusahakan serendah mungkin. Hal ini dikarenakan akan
mempengaruhi efisiensi proses pemanenan dsan pemanfaatan kayu secara keseluruhan.
Efisiensi yang dimaksud meliputi produktivitas kerja, pemanfaatan kayu, dan biaya
penebangan. Menurut Suharna dan Yuniawati (2005) pembuatan takik rebah serendah
mungkin atau penebangan serendah mungkin menunjukkan bahwa produktivitas
penebangan meningkat sebesara 2,635 m3/ jam, efisiensi pemanfaatan kayu meningkat
sebesar 16,3% atau 0,56 m3 per pohon, dan biaya penebangan berkurang sebesar Rp,
622,71/m3. Selain itu, penebangan serendah mungkin juga dapat mengurangi limbah kayu
yang berasal dari tunggak kayu.7
BAB VPENUTUP5.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah :
1. Sebelum dilakukannya penebangan sebaiknya harus memperhatikan pohon yang
akan ditebang, baik diameter, pohon induk atau pohon langka. Sehingga kita
mengetahui status dari pohon tersebut.
2. Setelah dapat menentukan pohon yang akan ditebang ditentukan juga arah tebang
dari pohon tersebut sehingga dapat mengurangi dapak yang signifikan dari rebahan
pohon yang ditebang.
3. Pembuatan takit tebang bertujuan untuk dapat menepatkan arah jatuh yang sesuai
dari pohon tersebut.
4. Keselamatan kerja juga harus diperhatikan dalam melakukan penebangan, dengan
dibuatnya jalan untuk menghindari rebahan pohon yang ditebang.
8
DAFTAR PUSTAKAHamilton, L.S dan HLM. N. King. 1988. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika.
Diterjemahkan oleh Krisnawati Suryanata. UGM Press. Yogyakarta
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.
Suparto, R.S. 1979. Eksploitasi Hutan Modern. Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Bogor
Web
http://pemanenan-hasil-hutan.blogspot.com/2014_06_01_archive.html
http://pengertian-definisi.blogspot.com/2011/10/dampak-pemanenan-kayu-hutan.html
9
LAMPIRAN
Gambar 1,2
Pohon contoh
Medang
(Litsea sp)
Gambar 3. Kondisi arah Utara Pohon
10
Gambar 4. Kondisi arah Timur pohon
Gambar 5. Kondisi arah Selatan pohon
11
Gambar 6. Kondisi arah Barat pohon
12