intro bagu bangets

8
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sejak manusia pertama (Adam) jatuh ke dalam dosa, seperti dikisahkan pada kitab Kejadian dari Alkitab Perjanjian Lama, “maka pintu gerbang dunia terbuka bagi masuknya dosa ke dalam dunia” 1 . Artinya, sejak Adam jatuh ke dalam dosa maka dosa memasuki dunia dan menguasai seluruh umat manusia, sehingga seluruh umat manusia dianggap sebagai orang berdosa di hadapan Allah. 2 Tetapi Allah yang telah menciptakan umat manusia menurut gambar dan rupaNya (Kej. 1:26), tidak mau membiarkan umat manusia untuk tetap berada di bawah kuasa dosa, yang pada akhirnya membuat mereka harus menerima hukuman atas dosa yang adalah maut. 3 Sehingga oleh karena kemurahanNya, Allah mencegah umat manusia dari hukuman maut itu, dengan memberikan perjanjian keselamatan yaitu pengampunan dosa yang senantiasa diwujudkan dalam sejarah kehidupan umat manusia. Keseluruhan isi Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, senantiasa diwarnai oleh perwujudan janji keselamatan Allah tersebut. Khususnya di dalam Perjanjian Baru, janji keselamatan tersebut diwujudkan oleh Allah di dalam kehadiran Yesus Kristus yang menyatakan pengampunan dosa bagi umat manusia, pada masa pelayananNya di tengah- tengah umat manusia hingga pengorbanan diriNya di kayu salib. Kehadiran Yesus Kristus pada saat itu, memang sebagai pelaksana misi Allah yaitu mewujudkan janji keselamatan Allah tersebut, tetapi meskipun demikian, Ia hadir mewujud sebagai manusia, oleh karena itu kehadiranNya pun menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat tertentu. Bila kita melihat informasi yang terdapat di dalam Perjanjian Baru khususnya pada Injil-injil Sinoptis maka dapat diketahui, bahwa Yesus Kristus terlahir sebagai keturunan Raja Daud (bdk. Mat. 1:20). Dengan demikian berarti Ia terlahir sebagai keturunan Yahudi sehingga masa pelayananNya banyak dijalani di tengah-tengah masyarakat Yahudi, bukan pada kelompok masyarakat yang lain. Hal ini dapat dipahami dengan sebuah pemikiran bahwa rencana penyelamatan Allah bagi umat manusia, telah mulai diwujudkan di dalam zaman Perjanjian Lama dengan pemilihan bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah, dan di dalam 1 Dr. Harun Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1999, h. 238 2 sda. h. 239 3 Gereja Sinode GKI Jawa Tengah, Tumbuh Dalam Kristus, Magelang, 1995, h. 11

Upload: mursal-fajar-hakim

Post on 14-Apr-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Intro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangetsIntro Bagu bangets

TRANSCRIPT

Page 1: Intro Bagu bangets

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Sejak manusia pertama (Adam) jatuh ke dalam dosa, seperti dikisahkan pada kitab Kejadian

dari Alkitab Perjanjian Lama, “maka pintu gerbang dunia terbuka bagi masuknya dosa ke

dalam dunia”1. Artinya, sejak Adam jatuh ke dalam dosa maka dosa memasuki dunia dan

menguasai seluruh umat manusia, sehingga seluruh umat manusia dianggap sebagai orang

berdosa di hadapan Allah.2 Tetapi Allah yang telah menciptakan umat manusia menurut

gambar dan rupaNya (Kej. 1:26), tidak mau membiarkan umat manusia untuk tetap berada di

bawah kuasa dosa, yang pada akhirnya membuat mereka harus menerima hukuman atas dosa

yang adalah maut.3 Sehingga oleh karena kemurahanNya, Allah mencegah umat manusia dari

hukuman maut itu, dengan memberikan perjanjian keselamatan yaitu pengampunan dosa yang

senantiasa diwujudkan dalam sejarah kehidupan umat manusia.

Keseluruhan isi Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, senantiasa diwarnai

oleh perwujudan janji keselamatan Allah tersebut. Khususnya di dalam Perjanjian Baru, janji

keselamatan tersebut diwujudkan oleh Allah di dalam kehadiran Yesus Kristus yang

menyatakan pengampunan dosa bagi umat manusia, pada masa pelayananNya di tengah-

tengah umat manusia hingga pengorbanan diriNya di kayu salib. Kehadiran Yesus Kristus

pada saat itu, memang sebagai pelaksana misi Allah yaitu mewujudkan janji keselamatan

Allah tersebut, tetapi meskipun demikian, Ia hadir mewujud sebagai manusia, oleh karena itu

kehadiranNya pun menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat tertentu.

Bila kita melihat informasi yang terdapat di dalam Perjanjian Baru khususnya pada Injil-injil

Sinoptis maka dapat diketahui, bahwa Yesus Kristus terlahir sebagai keturunan Raja Daud

(bdk. Mat. 1:20). Dengan demikian berarti Ia terlahir sebagai keturunan Yahudi sehingga

masa pelayananNya banyak dijalani di tengah-tengah masyarakat Yahudi, bukan pada

kelompok masyarakat yang lain. Hal ini dapat dipahami dengan sebuah pemikiran bahwa

rencana penyelamatan Allah bagi umat manusia, telah mulai diwujudkan di dalam zaman

Perjanjian Lama dengan pemilihan bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah, dan di dalam

1 Dr. Harun Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1999, h. 238 2 sda. h. 239 3 Gereja Sinode GKI Jawa Tengah, Tumbuh Dalam Kristus, Magelang, 1995, h. 11

Page 2: Intro Bagu bangets

2

Perjanjian Baru, maka umat pilihan Allah ini adalah umat Yahudi. Oleh sebab itu, dengan

kehadiran Yesus Kristus di tengah-tengah masyarakat Yahudi, maka justru semakin nampak

kelanjutan dari perwujudan janji keselamatan Allah tersebut.

Berdasarkan pemikiran yang telah terurai di atas maka sebuah hal yang wajar, bila umat

Yahudi pada waktu itu merespons kehadiran Yesus Kristus dengan tanggapan yang positif,

khususnya ketika Ia menyatakan pengampunan dosa. Hal ini disebabkan karena dengan

demikian kehadiranNya secara jelas menunjukkan bentuk kelanjutan dari perwujudan janji

keselamatan Allah tersebut. Tetapi pada kenyataannya, yang terjadi justru sebaliknya

sehingga tentunya menjadi sesuatu hal yang tidak wajar, karena umat Yahudi pada waktu itu

memberikan tanggapan yang negatif bahkan mengarah pada sikap penolakan. Apalagi

tanggapan dan penolakan ini justru datangnya dari para pemimpin agama Yahudi yang

dianggap seharusnya paling dapat memahami dan menerima perwujudan janji keselamatan

Allah tersebut, di dalam kehidupan mereka sebagai umat pilihan Allah pada saat itu.

Telah dikatakan di atas bahwa keseluruhan isi Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun

Perjanjian Baru diwarnai dengan perwujudan janji keselamatan Allah tersebut. Hal ini berarti

bahwa masalah pengampunan dosa senantiasa menjadi masalah yang sentral bagi kehidupan

umat beragama khususnya bagi umat kristiani dari waktu ke waktu. Hingga saat inipun,

sentralitas tersebut masih tampak antara lain di dalam umat kristiani (selanjutnya dibaca

jemaat) memaknai pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib, yaitu untuk menyatakan

pengampunan dosa bagi umat manusia. Demikian sentralnya masalah pengampunan dosa bagi

kehidupan jemaat khususnya pada saat ini, tetapi sesungguhnya apa makna dari pengampunan

dosa itu sendiri bagi mereka? Karena dalam rutinitas kehidupan berjemaat, tampaknya makna

pengampunan dosa menjadi kabur, hal ini tampak misalnya, ketika pengampunan dosa

menjadi salah satu unsur liturgi kebaktian umum di sebagian besar gereja-gereja. Dengan

dijadikannya sebagai salah satu unsur liturgi, maka pengampunan dosa diterima oleh jemaat

setiap minggu dalam kebaktian tersebut. Sementara itu, pada saat ini muncul kecenderungan

dari jemaat bahwa mengikuti kebaktian setiap minggu dianggap hanya sebagai sebuah

kegiatan rutin yang seharusnya dilakukan, dengan demikian pengampunan dosa yang diterima

pun dimaknai sebagai hal biasa, yang sudah semestinya diterima oleh mereka. Demikian pula

pengakuan dosa yang dilakukan jemaat di hadapan pejabat-pejabat gerejawi. Ada

kecenderungan yang muncul, jemaat yang melakukan pengakuan dosa ini, hanya

melakukannya sebatas di dalam gereja, karena setelah mengakuinya, dalam kehidupan sehari-

Page 3: Intro Bagu bangets

3

hari ia kembali melakukan perbuatan dosa tersebut. Dari kenyataan ini, maka pada akhirnya

makna pengampunan dosa memang dapat dikatakan menjadi kabur atau tidak jelas lagi bagi

masing-masing jemaat.

II. PERMASALAHAN

Makna dari sesuatu hal baru dapat ditemukan bila konsep dari hal tersebut dapat ditangkap

secara jelas terlebih dahulu. Demikian pula dengan makna dari pengampunan dosa yang

diberikan oleh Allah bagi umat manusia, baru dapat ditemukan bila konsep dari pengampunan

dosa tersebut dapat ditangkap secara jelas terlebih dahulu. Terjadinya kekaburan makna

pengampunan dosa bagi jemaat pada saat ini, kemungkinan dapat disebabkan oleh karena

jemaat belum menangkap konsep pengampunan dosa tersebut secara jelas. Sehingga

merupakan hal yang penting untuk berusaha mencoba menemukan konsep pengampunan dosa

tersebut, di dalam konsep pengampunan dosa Allah yang dinyatakan oleh Yesus Kristus,

dengan mempermasalahkan pertentangan yang terjadi di dalamnya.

Mengapa pertentangan tersebut justru muncul dari para pemimpin agama Yahudi yang

dianggap seharusnya paling dapat menerima dan memahami perwujudan janji keselamatan

Allah melalui kehadiran Yesus Kristus ini, bila dibandingkan dengan umat Yahudi secara

umum pada saat itu? Bukankah yang menjadi landasan untuk berpijak antara para pemimpin

agama Yahudi (berpijak untuk memahami perwujudan janji keselamatan Allah melalui

kehadiran Yesus Kristus ini) dan Yesus Kristus (berpijak untuk mewujudkan janji

keselamatan Allah tersebut), adalah sama, yaitu Allah sendiri. Mungkinkah terjadi perbedaan

konsep pengampunan dosa yang dimiliki antara para pemimpin agama Yahudi dengan Yesus

Kristus?

Bila memang terjadi suatu perbedaan konsep pengampunan dosa yang dimiliki antara para

pemimpin agama Yahudi dan Yesus Kristus pada waktu itu, apakah khususnya gereja-gereja

pada saat ini telah menyadari perbedaan tersebut sehingga dapat menemukan konsep

pengampunan dosa yang sesungguhnya dimaksudkan oleh Allah di dalam Yesus Kristus?

Sehingga dengan menemukan konsep pengampunan dosa yang sesungguhnya tersebut, dapat

dijadikan sebagai prinsip di dalam gereja menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan

berjemaat sekaligus untuk mengatasi kekaburan terhadap konsep tersebut yang terjadi pada

saat ini.

Page 4: Intro Bagu bangets

4

Sejauh ini, tampaknya mengenai penolakan para pemimpin agama Yahudi terhadap

pengampunan dosa yang dinyatakan oleh Yesus Kristus, kurang mendapat perhatian dari

jemaat secara serius. Terbukti pemahaman yang berkembang di antara warga jemaat terhadap

penolakan dari para pemimpin agama Yahudi tersebut, dipahami hanya karena kesalahan dari

para pemimpin agama Yahudi yang tidak mau menerima kehadiran Yesus Kristus di tengah-

tengah mereka. Ketidaksediaan mereka menerima Yesus Kristus oleh karena berbagai alasan

antara lain karena mereka merasa iri hati akan kehadiranNya yang menyaingi popularitas

mereka sebagai pemuka agama. Sehingga ketika gereja-gereja berusaha untuk menemukan

konsep pengampunan dosa yang sesungguhnya tersebut4, hasilnya menjadi terlalu apriori

bahwa konsep pengampunan dosa yang dimaksud oleh para pemimpin agama Yahudi pasti

salah, sehingga tidak perlu untuk menjadi bahan pertimbangan lagi untuk menemukan konsep

tersebut. Padahal munculnya pengampunan dosa yang dinyatakan oleh Yesus Kristus sedikit

banyak dipengaruhi oleh adanya konsep pengampunan dosa dari para pemimpin agama

Yahudi tersebut, sehingga bila di dalam menemukan konsep pengampunan dosa tersebut

selain melihat dari konsep yang dimilikiNya juga melihat konsep dari mereka, tentu hasilnya

tidak menjadi apriori lagi.

III. PEMILIHAN JUDUL

Berdasarkan permasalahan yang telah terurai di atas, maka skripsi ini diberi judul :

PENGAMPUNAN DOSA

Suatu Studi Eksegetis Terhadap Perbedaan Konsep Pengampunan Dosa Antara Yesus

Kristus Dan Para Pemimpin Agama Yahudi Sezamannya Serta Relevansinya Bagi

Gereja-gereja Saat Ini

IV. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan skripsi ini meliputi :

1. Menyelidiki mengapa para pemimpin agama Yahudi menolak pengampunan dosa yang

dinyatakan oleh Yesus Kristus.

2. Menyelidiki persamaan dan perbedaan konsep pengampunan dosa yang dimiliki oleh para

pemimpin agama Yahudi dan Yesus Kristus.

4 Arti dari pengampunan dosa yang sesungguhnya disini adalah pengampunan dosa yang dimiliki oleh Allah dalam diri Yesus Kristus.

Page 5: Intro Bagu bangets

5

3. Menyelidiki konsep pengampunan dosa yang dikehendaki oleh Allah dalam Yesus

Kristus.

4. Merelevansikan konsep pengampunan dosa yang dikehendaki oleh Allah dalam Yesus

Kristus tersebut, bagi gereja-gereja saat ini.

V. BATASAN PERMASALAHAN

Kisah kehidupan Yesus Kristus selama hadir di tengah-tengah sejarah umat manusia, dapat

kita temui di dalam Alkitab, khususnya Alkitab Perjanjian Baru. Bahkan secara khusus

dibicarakan dalam Injil-injil Sinoptis (yaitu Injil Matius, Markus, Lukas) dan Injil Yohanes,

yang merupakan keempat kitab yang ada di awal urut-urutan Kanon Perjanjian Baru.

Keempat kitab Injil ini, memang menyajikan kisah kehidupan Yesus Kristus.5 Tetapi bila kita

mencoba melihatnya kembali, maka banyak perbedaan yang ada di dalamnya, khususnya

antara ketiga Injil Sinoptis dan Injil Yohanes. Oleh karena itu, pembahasan masalah dalam

penulisan skripsi ini akan dibatasi pada ketiga Injil Sinoptis saja.

Lalu pembahasan masalah ini, akan dikhususkan lagi tidak sekedar hanya pada ketiga Injil

Sinoptis, melainkan lebih khusus pada perikop-perikop dalam ketiga Injil Sinoptis tersebut

yang secara eksplisit mengungkapkan kisah tentang Yesus Kristus yang menyatakan

pengampunan dosa. Secara khusus pada penulisan saat ini, maka pembahasan akan

dikhususkan pada suatu perikop yang terdapat dalam masing-masing Injil Sinoptis tersebut.

Ketiga perikop ini, mengkisahkan cerita yang sama, yang masing-masing terdapat pada:

1. Matius 9:1-8, khususnya pada ayat 3 : Maka dibawa oranglah kepadaNya seorang lumpuh

yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia

kepada orang lumpuh itu : “Percayalah, hai anakKu, dosamu sudah diampuni.”

2. Markus 2:1-12, khususnya pada ayat 5 : Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia

kepada orang lumpuh itu : “Hai anakKu, dosamu sudah diampuni!”

3. Lukas 5:17-26, khususnya pada ayat 20 : Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah

Ia : “Hai saudara, dosamu sudah diampuni.”

Pada ketiga perikop inilah, dapat dilihat secara eksplisit perkataan Yesus Kristus yang

menyatakan pengampunan dosa bagi umat manusia pada waktu itu, sekaligus di dalamnya

5 Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1999, h. 131

Page 6: Intro Bagu bangets

6

dapat dilihat mengenai pertentangan yang timbul dari para pemimpin agama Yahudi terhadap

perkataanNya tersebut.

VI. METODE PEMBAHASAN

Berangkat dari bahan acuan yang telah terurai di dalam bagian Batasan Permasalahan, maka

penulisan skripsi ini menggunakan metode pembahasan kritik historis. Metode ini memberi

perhatian pada dua konteks sejarah yaitu konteks sejarah yang diungkapkan melalui cerita

dalam perikop-perikop tersebut, dan konteks sejarah dari perikop-perikop itu sendiri. Oleh

karena cerita-cerita di dalam Injil Sinoptis berkaitan langsung dengan soal-soal sejarah, maka

dalam metode ini, diberi perhatian lebih kepada konteks sejarah dari cerita dalam suatu

perikop, namun konteks sejarah perikop itu sendiri tetap diperhatikan.6

Dengan metode pembahasan yang demikian, maka dalam pembahasannya, penyusun

mengambil beberapa langkah, yaitu sebagai berikut :

1. Mencari dan mendata ungkapan-ungkapan Yesus Kristus secara eksplisit tentang

pengampunan dosa dalam perikop-perikop yang terdapat pada ketiga Injil Sinoptis.

Hal ini telah dilakukan dalam bagian Batasan Permasalahan.

2. Menemukan konteks sejarah ketika Yesus Kristus menyatakan ungkapan-ungkapan

pengampunan dosa tersebut, termasuk di dalamnya melihat pertentangan yang muncul

dari para pemimpin agama Yahudi terhadap ungkapan-ungkapanNya tersebut atau dengan

kata lain melihat konteks sejarah yang diungkapkan melalui cerita di dalam perikop-

perikop tersebut.

3. Menemukan autentisitas perkataan Yesus Kristus yang diungkapkan oleh penulis Injil

dalam ketiga perikop tersebut. Caranya dengan memperbandingkan ketiga perikop yang

menjadi pokok bahasan pada penulisan saat ini dengan tetap melibatkan sejarah yang

diungkap dari masing-masing perikop tersebut pula.

4. Mengintegrasikan penemuan konteks sejarah Yesus Kristus tersebut dengan perkataanNya

yang autentik, sebagai upaya penafsiran terhadap perikop-perikop tersebut. Sehingga

dibuahkan sebuah pemikiran teologis berkaitan dengan permasalahan tentang

pengampunan dosa tersebut. Sehingga pada akhirnya pemikiran teologis itu, dapat

direlevansikan bagi kehidupan berjemaat pada gereja-gereja saat ini.

6 John H. Hayes & Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1999, h. 53

Page 7: Intro Bagu bangets

7

Untuk menunjang dalam mengembangkan metode pembahasan kritik historis pada usaha

penulisan saat ini, maka dilakukan studi kepustakaan.

VII. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi Latar Belakang Permasalahan, Permasalahan, Pemilihan Judul,

Tujuan Penulisan, Batasan Permasalahan, Metode Pembahasan, Sistematika

Penulisan.

BAB II : KONTEKS SEJARAH DARI PELAYANAN YESUS KRISTUS

Bab ini berisi konteks sejarah dari pelayanan Yesus Kristus, khususnya pada saat

Ia menyatakan pengampunan dosa. Masing-masing perikop yang menjadi pokok

bahasan pada penulisan saat ini, mengkisahkan cerita yang sama, yaitu cerita

tentang Yesus Kristus yang menyatakan pengampunan dosa pada masa

pelayananNya. Sebuah cerita yang sama dalam tiga perikop berbeda ini,

mengakibatkan munculnya suatu konteks sejarah cerita yang sama di dalam tiga

perikop tersebut.

BAB III : PENGAMPUNAN DOSA

Pada bab ini, dilakukan usaha perbandingan terhadap ketiga perikop yang menjadi

pokok bahasan pada penulisan saat ini, dengan tetap melibatkan sejarah dari

masing-masing perikop. Dari usaha perbandingan tersebut maka ditemukan

perikop yang autentik, yang di dalamnya mengungkapkan perkataan Yesus Kristus

yang autentik di dalam menyatakan pengampunan dosa tersebut.

Setelah perikop yang autentik tersebut ditemukan maka dilakukan penafsiran

terhadap masing-masing perikop, yang berlandaskan pada konteks sejarah Yesus

Kristus dalam Bab II dan perikop yang autentik tersebut.

Page 8: Intro Bagu bangets

8

BAB IV : KESIMPULAN DAN RELEVANSI

KESIMPULAN berupa hasil pemikiran teologis yang diperoleh dari usaha

penafsiran yang telah dilakukan pada Bab III. Hasil pemikiran teologis ini

diarahkan untuk mencapai tujuan penulisan yang telah diuraikan di atas, sehingga

ditemukan konsep pengampunan dosa yang dikehendaki oleh Allah dalam Yesus

Kristus tersebut.

RELEVANSI berisi uraian mengenai usaha merelevansikan konsep pengampunan

dosa tersebut, bagi gereja-gereja saat ini.