intro

7
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Limbah Cair Hotel Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah tangga yang semakin berlimpah mengakibatkan timbulnya pencemaran yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Limbah cair yang berasal dari hotel dapat digolongkan sebagai limbah domestik atau limbah rumah tangga. Namun perbedaannya adalah limbah yang berasal dari hotel jauh lebih banyak daripada limbah yang berasal dari rumah tangga. Oleh sebab itu perlu dilakukan dan dikembangkan suatu usaha untuk dapat mengatasi atau mengurangi dampak negatif oleh kegiatan tersebut. Hotel Melia Purosani merupakan salah satu hotel berbintang lima (5), menghasilkan limbah yang ± 320 L/org/hari seiring dengan kapasitas tamu atau pengunjung yang masuk setiap hari. Sumber limbah cair hotel biasanya berasal dari kamar mandi, maupun wc (MCK), loundry, dapur, restaurant, bar, ac sentral atau yang sendiri-sendiri, yang masing-masing mempunyai karakteristik atau sifat tersendiri. Limbah cair yang berasal dari hotel berkisar 150 – 220 L/orang/hari (Depparpostel, 1988). Limbah dapat didefenisikan sebagai buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah dapat mengandung bahan

Upload: yudik3y

Post on 22-Oct-2015

5 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Intro

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Limbah Cair Hotel

Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah tangga

yang semakin berlimpah mengakibatkan timbulnya pencemaran yang

semakin meningkat dari tahun ke tahun. Limbah cair yang berasal dari

hotel dapat digolongkan sebagai limbah domestik atau limbah rumah

tangga. Namun perbedaannya adalah limbah yang berasal dari hotel jauh

lebih banyak daripada limbah yang berasal dari rumah tangga. Oleh sebab

itu perlu dilakukan dan dikembangkan suatu usaha untuk dapat mengatasi

atau mengurangi dampak negatif oleh kegiatan tersebut.

Hotel Melia Purosani merupakan salah satu hotel berbintang lima

(5), menghasilkan limbah yang ± 320 L/org/hari seiring dengan kapasitas

tamu atau pengunjung yang masuk setiap hari. Sumber limbah cair hotel

biasanya berasal dari kamar mandi, maupun wc (MCK), loundry, dapur,

restaurant, bar, ac sentral atau yang sendiri-sendiri, yang masing-masing

mempunyai karakteristik atau sifat tersendiri. Limbah cair yang berasal

dari hotel berkisar 150 – 220 L/orang/hari (Depparpostel, 1988).

Limbah dapat didefenisikan sebagai buangan yang kehadirannya

pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya

karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah dapat mengandung bahan

Page 2: Intro

2

pencemar yang bersifat racun dan berbahaya karena alasan warna, isinya,

kandungan anorganik atau organik, kadar garam, keasaman, alkalinitas dan

sifat-sifat khas mereka yang beracun (Ginting, 1992).

2. Profil Hotel Melia Purosani

Melia Purosani adalah satu-satunya hotel bintang 5 (lima) di pusat

kota Yogyakarta tepatnya terletak di Jl. Suryotomo 31 Yogyakarta 55122.

Hotel ini menempati areal ± 18.932 m2 di lokasi yang mudah di jangkau

karena terletak di daerah bisnis dan pariwisata yaitu daerah pasar rakyat

dan daerah wisata Malioboro (http://www.yogyes.com/melia-purosani).

Melia Purosani terletak di lokasi yang sangat strategis hanya

berjarak ± 100 m dari pusat perbelanjaan Malioboro, ± 900 m dari kraton,

± 10 km dari airport Adi Sucipto. Hotel ini terletak di 4 jalan raya utama

yaitu :

a. Utara : Jl. Suryatmajan

b. Selatan : Jl. Senopati

c. Timur : Jl. M. suryotmo

d. Barat : JL. A. yani (Adolf, 1995).

Adapun akomodasi yang disediakan oleh hotel berbintang Lima yang

mewah dengan 299 kamar, terdiri dari 1 Presidential suite, 4 Executive

Suite, 5 Junior Duplex Suite, 34 kamar Standard Executive, 34 kamar

Superior Deluxe, 145 kamar Deluxe, dan 145 kamar standar

Page 3: Intro

3

Pengerjaan konstruksi hotel di mulai pada tahun 1992, beroperasi

(soft opening) tanggal 29 Juli 1994. Grand opening diresmikan oleh Joop

Ave, Menteri Pariwisata dan Telekomunikasi pada tanggal 7 April 1995.

Yang menjadi General Manager pertama berasal dari warga Negara Spayol

yaitu Mr. Antonius Escobar Moreno. Struktur organisasi hotel Melia

Purosani bersifat fungsional, artinya dalam menjalankan bisnis

perusahaan, organisasi terbagi atas bagian-bagian yang memiliki fungsinya

masing-masing. Hotel Melia Purosani dipimpin oleh satu orang General

Manager di Bantu oleh para kepala departemen yang memimpin

departemennya masing-masing (http://www.yogyes.com/melia-purosani).

3. Karakteristik Limbah Cair Hotel Melia Purosani

Adapun limbah cair yang dihasilkan oleh hotel Melia Purosani

Yogyakarta dapat diidentifikasi dari sumber-sumbernya, dalam hal ini

adalah unit proses antara lain :

1. Kamar mandi dan Toliet Umum, terdiri atas Air buangan yang

dihasilkan dari kamar mandi dan toilet berupa air sabun dan buangan

cair yang mengandung kotoran manusia. Jumlah pengunjung dan

karyawan hotel berpengaruh terhadap buangan cair yang dihasilkan.

2. Binatu (Laudry Area), dalam proses pencucian digunakan beberapa

bahan seperti detergen, bahan pemutih dan pengharum pakaian. Semua

ini akan menghasilkan air buangan yang disebabkan pemakaian

detergen , bahan pemutih dan pengharum pakaian tersebut.

Page 4: Intro

4

3. Dapur (Kitchen Area), terdiri atas air buangan yang dihasilkan di dapur

berasal dari proses pengolahan makanan dan proses pencucian sisa

makanan yang mengandung minyak dan lemak.

4. Mechanical dan Electrical Area, berasal dari kegiatan pada area ini

menghasilkan limbah berupa tumpahan oli dan bahan bakar dari

generator/genset (Anonim, 2006).

4. Pengolahan Limbah Cair Hotel Melia Purosani

Pada umumnya limbah cair hotel mempunyai dampak terhadap

pencemaran lingkungan. Untuk melestarikan lingkungan hotel Melia

Purosani membangun sebuah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Sistem pengolahan limbah domestik ada beberapa macam salah satunya

adalah sistem “Lumpur Aktif” (Activated Sludge) atau yang disebut juga

“Extended Aeration” yang digunakan oleh hotel Melia Purosani. Pada STP

ini dilengkapi dengan sistem pengolahan air (water treatment) agar air

dapat digunakan kembali (water re-use) dengan tujuan untuk penghematan

air PAM atau air tanah. Misalnya dari pengolahan ini dipergunakan untuk

mendinginkan menara (cooling tower) sebagai penampung air (make up

water) (http://www.yogyes.com/melia-purosani).

5. Pengolahan Limbah Cair Dengan Metode RBC

Menurut Mahinda (1984) pengolahan limbah merupakan suatu

usaha dalam menentukan kualitas air buangan atau sisa dari sesuatu

Page 5: Intro

5

aktivitas yang kualitas airnya sudah menurun dan merugikan lingkungan

sehingga keadaan dan kualitasnya dapat menjadi lebih baik dan tidak

mencemari lingkungan.

Sistem pengolahan limbah ada beberapa cara dan salah satunya

adalah secara biologi dimana prosesnya mengaktifkan mikroorganise di

dalamnya untuk memecah senyawa-senyawa yang ada dalam limbah

tersebut, salah satu sistem yang digunakan adalah dengan menggunakan

metode RBC yang merupakan pengolahan limbah yang memanfaatkan

mikroorganisme untuk memecah senyawa baik senyawa organik maupun

senyawa anorganik sehingga dapat menjadi senyawa lain yang lebih

sederhana. RBC sangat cocok mengolah limbah cair yang kandungan zat

organiknya terlarut tinggi (Anonim, 1980).

Rotating Biological Contactor (RBC) merupakan suatu cara

pengolahan limbah dengan proses aerobik yang memiliki banyak

keistimewaan. Keistimewaan tersebut antara lain adalah : operasionalnya

mudah, konsumsi energi sedikit dan menghasilkan lumpur aktif. Oleh

karena itu RBC termasuk teknologi pengolahan limbah cair yang penting

dan bisa digunakan di negara Asia secara luas (Tanaka, 2002).

RBC terdiri atas piringan cakram yang dihubungkan dengan

sebuah poros dengan jarak antar cakram yang pendek, diputar dalam

tangki atau bak semisirkuler dimana limbah cair mengalir. Cakram ini

terbuat dari plastik ringan bergaris tengah besar, direndam sekitar 40 %

dalam air limbah. Perputaran sumbu mengakibatkan piringan berputar dan

Page 6: Intro

6

permukaannya mengalami kontak dengan udara dan air limbah. Demikian

seterusnya hingga terjadi pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan

disetiap piringan yang ditandai oleh lapisan licin pada permukaan

piringan. Sejumlah mikroorganisme menyerap kandungan bahan organik

dan mendegradasi secara aerobik pada saat kontak dengan udara.

Kecepatan rotasi dan jumlah piringan menentukan kemampuan reduksi

polutan organik dalam limbah. Dalam sistem RBC tidak perlu recycle

sludge (umpan balik). Tetapi bak Clarifier dibutuhkan untuk

mengendapkan padatan biologis (biological solids) sisa dari penebalan

piringan. Proses RBC sangat dipengaruhi oleh temperatur, karena

kecepatan metabolisme menurun jika temperatur turun (Tanaka, 2002).

B. Rumusan Masalah

Bagaimana efektifitas sistem pengolahan limbah secara biologis dengan

sistem Rotating Biological Contactor (RBC) dalam meningkatkan kualitas air

limbah hotel Melia Purosani Yogyakarta, ditinjau dari parameter Temperatur

(0C), pH, Kebutuhan Oksigen Kimiawi atau Chemical Oxygen Demand

(COD), Kebutuhan Oksigen Biologis atau Biochemical Oxygen Demand

(BOD) dan Total Padatan Terlarut atau Total Suspended Solid (TSS)?

C. Tujuan Penelitian

Mengatahui kefektifan sistem pengolahan air limbah secara biologis dengan

metode Rotating Biological Contactor (RBC) dalam meningkatkan kualitas air

Page 7: Intro

7

limbah hotel Melia Purosani Yogyakarta, ditinjau dari parameter Temperatur

(0C), pH, Kebutuhan Oksigen, Kimiawi atau Chemical Oxygen Demand

(COD), Kebutuha Oksigen Biologis atau Biochemical Oxygen Demand (BOD)

dan Total Padatan Terlarut atau Total Suspended Solid (TSS).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian pengolahan air limbah hotel Melia Purosani Yogyakarta dengan

metode Rotataing Biological Contactor (RBC) diharapkan dapat menjadi

alternatif dalam pengolahan limbah cair sehingga dapat mengurangi

pencemaran pada lingkungan.