intoxicasi pestisida di perkebunan

29
0 INTOKSIKASI PESTISIDA Oleh: Andromeda Pahlevi, S. Ked (0818011049) Chyntia Giska A, S. Ked (08180112) Heru Sigit Pramono, S. Ked (0818011064) Novitha Adityani, S. Ked (0818011078) Pembimbing dr. Evi Maiselma dr. Pahlawan Nasution dr. Nano Sutrisno Disusun Dalam Rangka Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Okupasi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung September 2013

Upload: tonny-mohammad-prihantono

Post on 08-May-2017

252 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

0

INTOKSIKASI PESTISIDA

Oleh:

Andromeda Pahlevi, S. Ked (0818011049)

Chyntia Giska A, S. Ked (08180112)

Heru Sigit Pramono, S. Ked (0818011064)

Novitha Adityani, S. Ked (0818011078)

Pembimbing

dr. Evi Maiselma

dr. Pahlawan Nasution

dr. Nano Sutrisno

Disusun Dalam Rangka

Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Okupasi

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

September 2013

Page 2: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad

hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang diusahakan manusia

untuk kesejahteraan hidupnnya. Pest berarti hama, sedangkan cide berarti

membunuh. Penggunaan pestisida biasanya dilakukan dengan bahan lain misalnya

dicampur minyak dan air untuk melarutkannya, juga ada yang menggunakan bubuk

untuk mempermudah dalam pengenceran atau penyebaran dan penyemprotannya,

bubuk yang dicampur sebagai pengencer umumnya dalam formulasi dust, atraktan

(misalnya bahan feromon) untuk pengumpan, juga bahan yang bersifat sinergis

lainnya untuk penambah daya racun (Sudargo, 1997).

Pembangunan nasional yang meningkat sejalan dengan terjadinya peningkatan

industrialisasi, sehingga diperlukan saran-sarana yang mendukung lancarnya proses

industrialisasi tersebut, salah satunya yaitu dengan meningkatkan sektor pertanian.

Peningkatan sektor pertanian memerlukan berbagai sarana yang mendukung agar

dapat dicapai hasil yang memuaskan dan terutama dalam hal mencukupi kebutuhan

nasional dalam bidang pangan / sandang dan meningkatkan perekonomian nasional

dengan mengekspor hasilnya ke luar negeri. Sarana-sarana yang mendukung

peningkatan hasil di bidang pertanian ini adalah alat-alat pertanian, pupuk, bahan-

bahan kimia yang termasuk di dalamnya adalah pestisida. Kebiasaan petani dalam

Page 3: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

2

menggunakan pestisida kadang-kadang menyalahi aturan, selain dosis yang

digunakan melebihi takaran, petani juga sering mencampur beberapa jenis pestisida,

dengan alasan untuk meningkatkan daya racunnya pada hama tanaman. Tindakan

yang demikian sebenarnya sangat merugikan, karena dapat menyebabkan semakin

tinggi tingkat pencemaran pada lingkungan oleh pestisida (Sugiartoto, 1999).

Pestisida yang banyak direkomendasikan untuk bidang pertanian adalah golongan

organofosfat, karena golongan ini lebih mudah terurai di alam. Golongan

organofosfat mempengaruhi fungsi syaraf dengan jalan menghambat kerja enzim

kholinesterase, suatu bahan kimia esensial dalam mengantarkan impuls sepanjang

serabut syaraf. Pengukuran tingkat keracunan berdasarkan aktifitas enzim

kholinesterase dalam darah dengan menggunakan metode Tintometer Kit, tingkat

keracunan adalah sebagai berikut : 75% - 100 % kategori normal, 50% - 75%

kategori keracunan ringan, 25% - 50 kategori keracunan sedang dan 0% - 25%

kategori keracunan berat (DepKes RI, 1992).

Menurut laporan kegiatan pemeriksaan aktifitas kholinesterase darah petani Propinsi

Jawa Tengah Tahun 1999 dari 240 orang yang diperiksa menunjukkan bahwa

keracunan pestisida 67,5% dengan rincian keracunan berat 2,5%, keracunan sedang

8,75%, keracunan ringan 55,26% dan normal 32,5%, jenis pestisida yang digunakan

sebagian besar golongan organophospat (DepKes RI, 1992). Aktifitas kholinesterase

darah petani penyemprot pada tanaman sayuran di Kabupaten Temanggung Jawa

Tengah juga menunjukkan gejala keracunan pestisida. Pemeriksaan tersebut

dilaksanakan sebanyak 4 kali, yaitu pada tahun 1994 diperiksa 65 orang

menunjukkan 58,4 % keracunan, tahun 1997 diperiksa 85 orang menunjukkan 36,3

Page 4: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

3

% keracunan, tahun 1999 diperiksa 80 orang menunjukkan 30,7 % keracunan dan

tahun 2000 diperiksa 80 orang menunjukkan 65,3% keracunan (Mualim, 2002).

Hasil studi pendahuluan di Kecamatan Bandungan di temukan pemakaian jenis

pestisida jenis organofosfat antara lain dijumpai merek: Curacron (Profenofos),

Dursban (Klorpirifos), Metamedofos (Os-dimetilfosfor-metamediot), Kresban

(Klorpirofos), Roundup (Mono Amonium Glisolfat), Banish (Sulfosat), Elsan

(Fentoat), Diazinon (Diazinon). Metamedofos merupakan salah satu jenis perstisida

organofosfat yang merupakan pestisida gas syaraf yang dilarang beredar di Indonesia

pada tahun 1998. Pestisida ini berbahaya karena menyerang cholinesterase dalam

darah (Oginawati, 2007). Berdasarkan uraian diatas, maka kami tertarik untuk

mengangkan referat tentang keracunan pestida organofsfat.

Page 5: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

4

BAB II

TIN JAUAN PUSTAKA

A. PESTISIDA

1. Defenisi

Secara umum pestisida didefenisikan sebagai senyawa kimia yang digunakan untuk

membunuh hama, termasuk serangga, hewan pengerat, jamur dan tanaman yang

tidak diinginkan (gulma). Pestisida digunakan dalam kesehatan masyarakat untuk

membunuh vektor penyak it, seperti nyamuk, dan dalam pertanian, untuk membunuh

hama yang merusak tanaman.

2. Jenis dan Penggunaan

a. Jenis Pestisida

Pestisida dapat digolongkan menurut penggunaannya dan disubklasifikasi menurut

jenis bentuk kimianya. Dari bentuk komponen bahan aktifnya maka pestisida dapat

dipelajari efek toksiknya terhadap manusia maupun makhluk hidup lainnya dalam

lingkungan yang bersangkutan.

Page 6: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

5

i. Berdasarkan jasad sasaran

Insektisida, racun serangga (insekta)

Fungisida, racun cendawan / jamur

Herbisida, racun gulma / tumbuhan pengganggu

Akarisida, racun tungau dan caplak (Acarina)

Rodentisida, racun binatang pengerat (tikus dsb.)

Nematisida, racun nematoda, dst.

ii. Berdasarkan asal dan sifat kimia

Sintetik

Anorganik :

garam-garam beracun seperti arsenat, tembaga sulfat dan garam merkuri.

Organik :

- Organoklorin : DDT, BHC, Chlordane, Endrin dll.

Heterosiklik : Kepone, mirex dll.

- Organofosfat : malathion, biothion dll.

Karbamat : Furadan, Sevin dll.

Dinitrofenol : Dinex dll.

Thiosianat : lethane dll.

- Sulfonat, sulfida, sulfon.

Lain-lain : methylbromida dll.

Alami :

Nikotinoida

Piretroida

Rotenoida dll

Page 7: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

6

Tabel 1. Klasifikasi Pestisida

Klasifikasi Bentuk Kimia Bahan Aktif

1. Insektisida a. Botani

b. Carbamat

c. Organophosphat

d. Organochlorin

- Nikotine

- Pyrethrine

- Rotenon

- Carbaryl

- Carbofuran

- Methiocorb

- Thiocarb

- Dichlorovos

- Dimethoat

- Palathion

- Malathion

- Diazinon

- Chlorpyrifos

- DDT

- Lindane

- Dieldrin

- Eldrin

- Endosulfan

- gammaHCH

2. Herbisida a. Aset anilid

b. Amida

c. Diazinone

d. Carbamate

e. Triazine

f. Triazinone

- Atachlor

- Propachlor

- Bentazaone

- Chlorprophan

- Asulam

- Athrazin

- Metribuzine

- Metamitron

3.Fungisida a. Inorganik

b. Benzimidazole

c. Hydrocarbon-phenolik

- Bordeaux mixture

- Copper oxychlorid

- Mercurous chloride

- Sulfur

- Thiabendazole

- Tar oil

Page 8: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

7

b. Penggunaan Pestisida

Menurut Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1973, Pestisida adalah semua zat kimia

dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:

Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang

merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian;

Memberantas rerumputan;

Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;

Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian

tanaman tidak termasuk pupuk;

Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan

dan ternak;

Memberantas atau mencegah hama-hama air;

Memberantas atau mencegah binatang binatang dan jasad-jasad renik dalam

rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan;

Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan

penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan

penggunaan pada tanaman, tanah atau air.

Pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penyakit

tanaman dalam bidang pertanian. Pestisida juga digunakan dirumah tangga untuk

memberantas nyamuk, kepinding, kecoa dan berbagai serangga penganggu lainnya.

Dilain pihak pestisida ini secara nyata banyak menimbulkan keracunan pada orang.

Kematian yang disebabkan oleh keracunan pestisida banyak dilaporkan baik karena

kecelakaan waktu menggunakannya, maupun karena disalah gunakan (unttuk bunuh

diri). Dewasa ini bermacam-macam jenis pestisida telah diproduksi dengan usaha

Page 9: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

8

mengurangi efek samping yang dapat menyebabkan berkurangnya daya toksisitas

pada manusia, tetapi sangat toksik pada serangga.

Diantara jenis atau pengelompokan pestisida tersebut diatas, jenis insektisida banyak

digunakan dinegara berkembang, sedangkan herbisida banyak digunakan dinegara

yang sudah maju. Dalam beberapa data Negara-negara yang banyak menggunakan

pestisida adalah sebagai berikut :

Amerika Serikat 45%

Eropa Barat 25%

Jepang 12%

Negara berkembang lainnya 18%

Dari data tersebut terlihat bahwa negara berkembang seperti Indonesia, penggunaan

pestisida masih tergolong rendah. Bila dihubungkan dengan pelestarian lingkungan

maka penggunaan pestisida perlu diwaspadai karena akan membahayakan kesehatan

bagi manusia ataupun makhluk hidup lainnya.

3. Regulasi Pestisida di Indonesia

Peraturan menteri pertanian nomor : 01/Permentan/OT. 140/1/2007 Tentang Daftar

Bahan Aktif Pestisida Yang Dilarang Dan Pestisida Terbatas

Page 10: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

9

a. Jenis-jenis bahan aktif yang dilarang untuk semua bidang penggunaan

pestisida

Jenis-jenis bahan aktif yang dilarang untuk pestisida rumah tangga, hygiene dan

sanitasi yang digunakan untuk pengendalian serangga rumah tangga adalah diklorvos

dan klorpirifos.

Page 11: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

10

Peraturan lain yang mengatur mengenai pestisida di Indonesia diantaranya:

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1973 Tentang

Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan Dan Penggunaan Pestisida

Keputusan Menteri Perdagangan Dan Koperasi Nomor 349 Tahun 1982

Tentang Larangan Mengimpor, Memperdagangkan Dan Mengedarkan

Pestisida Pentakhlorofenol Dan Garamnya

Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 944 Tahun 1984 Tentang Pembatasan

Pendaftaran Pestisida

Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 536 Tahun 1985 Tentang Pengawasan

Pestisida

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

258/MENKES/PER/III/1992 Tentang Persyaratan Kesehatan Pengelolaan

Pestisida

Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 544 Tahun 1996 Tentang :

Pendaftaran Dan Pemberian Izin Bahan Teknis Pestisida

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 546 Tahun 1996 Tentang Pemberian

Izin Dan Perluasan Penggunaan Pestisida

Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 763 Tahun 1998 Tentang Pendaftaran

Dan Pemberian Izin Tetap Pestisida

Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 764 Tahun 1998 Tentang Pendaftaran

Dan Pemberian Izin Sementara Pestisida

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 949 Tahun 1998 Tentang Pestisida

Terbatas

Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 342/Kpts/OT.160/9/2005 Tentang

Komisi Pestisida

Page 12: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

11

Keputusan Menteri Pertanian Nomor:42/Permentan/SR.140/5/2007 Tentang

Pengawasan Pestisida

Keputusan Menteri Pertanian Nomor:81/Kpts/SR.140/2/2007 Tentang

Perubahan Nama Formulasi, Nama Bahan Aktif, Dosis Aplikasi, Dan Jenis

Pestisida

B. INTOKSIKASI PESTISIDA (Organofosfat)

1. Defenisi

Keracunan pestisida adalah masuknya bahan-bahan kimia kedalam tubuh manusia

melalui kontak langsung, inhalasi, ingesti dan absorpsi sehingga menimbulkan

dampak negatif bagi tubuh.

2. Epidemiologi

Keracunan pestisida adalah masalah skala besar, terutama di negara-negara

berkembang. Sebagian besar perkiraan mengenai tingkat keracunan pestisida telah

didasarkan pada data dari penerimaan pasien di rumah. Perkiraan terbaru oleh

kelompok tugas WHO menunjukkan bahwa mungkin ada 1 juta kasus keracunan

yang tidak disengaja. Di samping itu terdapat 2 juta orang dirawat di rumah sakit

akibat usaha bunuh diri dengan pestisida, dan hal ini mencerminkan hanya sebagian

kecil dari masalah yang sebenarnya.. Atas dasar survei yang dilaporkan sendiri

keracunan ringan dilakukan di kawasan Asia, diperkirakan bahwa mungkin ada

sebanyak 25 juta pekerja pertanian di negara berkembang menderita sebuah episode

dari keracunan setiap tahun (Jeyaratnam J, 1990). Di Kanada pada tahun 2007 lebih

Page 13: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

12

dari 6000 kasus keracunan pestisida akut terjadi (W.A.Watson et al, 2005). Untuk

memperkirakan jumlah keracunan pestisida kronis di seluruh dunia sangat sulit.

3. Klasifikasi

Penggunaan pestisida dapat mengkontaminasi pengguna secara langsung sehingga

mengakibatkan keracunan. Dalam hal ini keracunan dikelompokkan menjadi 3

kelompok yaitu:

a. Keracunan Akut ringan, menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi kulit

ringan, badan terasa sakit dan diare.

b. Keracunan akut berat, menimbulkan gejala mual, menggigil, kejang perut,

sulit bernafas, keluar air liur, pupil mata mengecil dan denyut nadi

meningkat, pingsan.

c. Keracunan kronis, lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa dan

menimbulkan gangguan kesehatan. Beberapa gangguan kesehatan yang

sering dihubungkan dengan penggunaan pestisida diantaranya: iritasi mata

dan kulit, kanker, keguguran, cacat pada bayi, serta gangguan saraf, hati,

ginjal dan pernafasan.

4. Etiologi

Skenario eksposur yang paling umum pada kasus keracunan pestisida adalah

keracunan akibat kecelakaan; keracunan berupa tindakan bunuh diri, pajanan melalui

kontaminasi lingkungan atau tempat kerja (okupasional).

Page 14: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

13

a. Kecelakaan dan Tindakan Bunuh diri

Tindakan bunuh diri dengan pestisida merupakan masalah kesehatan besar

yang tersembunyi masyarakat. Ini adalah salah satu bentuk keracunan

pestisida yang paling umum dan banyak terjadi. Organisasi Kesehatan

Dunia memperkirakan bahwa 300.000 orang meninggal dari menyakiti diri

setiap tahun di wilayah Asia-Pasifik (WHO, 2004). Sebagian besar kasus

keracunan pestisida yang disengaja adalah tindakan impulsif yang dilakukan

oleh seseorang pada kondisi tertekan atau stres, dan ketersediaan pestisida

yang sangat mudah diperoleh memiliki peran atas kejadian keracunan.

b. Okupasional

Keracunan pestisida merupakan masalah kesehatan yang penting pada

lingkungan kerja karena pestisida digunakan pada sejumlah besar industri.

Hal ini menyebabkan kondisi kategori pekerja beresiko langsung terhadap

paparan pestisda. Namu pekerja di industri lain pun bahkan beresiko untuk

terkena juga. Sebagai contoh, ketersediaan pestisida secara komersial di

toko-toko menyebabkan pekerja ritel berada pada risiko pajanan dan

penyakit ketika mereka menangani produk-produk pestisida (Calvret, 2004).

Fungsi pekerjaan yang berbeda menyebabkan bervariasinya tingkat paparan.

Eksposur pekerjaan Sebagian besar disebabkan oleh penyerapan melalui

kulit yang terbuka seperti wajah, tangan, lengan, leher, dan dada. Paparan

ini kadang-kadang ditingkatkan dengan inhalasi pengaturan termasuk

penyemprotan operasi di rumah kaca dan lingkungan tertutup lain, taksi

traktor, dan penyemprotan pestisida menggunakan blower atau spray

(Ecobichon, 2001).

Page 15: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

14

Ada 4 macam Tindakan dengan faktor resiko besar terkena intoksikasi

yakni :

Membawa, menyimpan dan memindahkan konsentrat pestisida

(Produk pestisida yang belum di encerkan).

Mencampur pestisida sebelum diaplikasikan atau disemprotkan.

Mengaplikasikan atau menyemprotkan pestisida.

Mencuci alat-alat aplikasi sesudah aplikasi selesai.

Diantara keempat pekerjaan tersebut di atas yang paling sering

menimbulkan kontaminasi adalah pekerjaan mengaplikasikan, terutama

menyemprotkan pestisida. Namun yang paling berbahaya adalah pekerjaan

mencampur pestisida. Saat mencampur, kita bekerja dengan konsentrat

(pestisida dengan kadar tinggi), sedang saat menyemprot kita bekerja

dengan pestisida yang sudah diencerkan.

5. Intoksikasi Organofosfat

Keracunan organofosfat merupakan suatu keadaan intoksikasi yang disebabkan

oleh senyawa organofosfat seperti malathion, parathion, tetraetilpirofosfat

(TEPP) dan oktamil pirofosforamida (OMPA) yang bisa masuk kedalam tubuh

baik dengan cara tertelan, terhirup nafas, atau terabsorbsi lewat kulit dan mata.

Struktur Komponen Organofosfat

Organophosphat disintesis pertama di Jerman pada awal perang dunia ke II.

Bahan tersebut digunakan untuk gas saraf sesuai dengan tujuannya sebagai

insektisida. Pada awal synthesisnya diproduksi senyawa tetraethyl

pyrophosphate (TEPP), parathion dan schordan yang sangat efektif sebagai

insektisida, tetapi juga cukup toksik terhadap mamalia. Penelitian

Page 16: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

15

berkembang terus dan ditemukan komponen yang poten terhadap insekta

tetapi kurang toksik terhadap orang (mis: malathion), tetapi masih sangat

toksik terhadap insekta.

Gambar 2. Struktur Organofosfat

Nama Structure

Tetraethylpyrophosphate

(TEPP)

Parathion

Malathion

Sarin

Patofisiologi Organofosfat

Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis

pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan

hanya dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi

diperlukan lebih dari beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian pada

orang dewasa. Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam

plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya.

Enzim tersebut secara normal menghidrolisis asetylcholin menjadi asetat

Page 17: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

16

dan kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin

meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada

system saraf pusat dan perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala

keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.

Gambar 2. Neuron

Gambar 3. Sinaps Neuron

Penghambatan kerja enzim terjadi karena organophosphate melakukan fosforilasi

enzim tersebut dalam bentuk komponen yang stabil.

Page 18: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

17

Tabel 3. Nilai LD50 insektisida organofosfat

Komponen LD50 (mg/Kg)

Akton

Coroxon

Diazinon

Dichlorovos

Ethion

Malathion

Mecarban

Methyl parathion

Parathion

Sevin

Systox

146

12

100

56

27

1375

36

10

3

274

2,5

Gejala Intoksikasi Organofosfat

Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul

sangat bergantung pada adanya stimilasi asetilkholin persisten atau depresi

yang diikuti oleh stimulasi.saraf pusat maupun perifer.

Tabel 4. Efek muskarinik, nikotinik dan saraf pusat pada toksisitas organofosfat

Efek Gejala

1. Muskarinik - Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD)

- Kejang perut

- Nausea dan vomitus

- Bradicardia

- Miosis

- Berkeringat

2. nikotinik - Pegal-pegal, lemah

- Tremor

- Paralysis

- Dyspnea

- Tachicardia

C. sistem saraf pusat - Bingung, gelisah, insomnia, neurosis

- Sakit kepala

- Emosi tidak stabil

- Bicara terbata-bata

- Kelemahan umum

Page 19: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

18

- Convulsi

- Depresi respirasi dan gangguan jantung

- Koma

Gejala awal seperti SLUD terjadi pada keracunan organofosfat secara akut

karena terjadinya stimulasi reseptor muskarinik sehingga kandungan asetil

kholin dalam darah meningkat pada mata dan otot polos.

Gambar 7. Neuro Muscular Junction (NMJ)

Asetilkholin itu bersifat mengeksitasi dari neuron – neuron yang ada di post

sinaps, sedangkan asetilkolinesterasenya diinaktifkan, sehingga tidak terjadi

adanya katalisis dari asam asetil dan kholin. Kemudian akan terjadi terjadi

akumulasi dari asetilkolin di sistem saraf tepi, sistem saraf pusat,

neomuscular junction dan sel darah merah. Akibatnya akan menimbulkan

hipereksitasi secara terus menerus dari reseptor muskarinik dan nikotinik.

Page 20: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

19

Penghambatan kerja enzim terjadi karena organophosphate melakukan

fosforilasi enzim tersebut dalam bentuk komponen yang stabil.

Diagnosis

Sebagian penyakit terkait pestisida memiliki tanda dan gejala yang mirip

dengan kondisi medis umum (seperti pada gejala keracunan yang dijelaskan

sebelumnya), sehingga riwayat lingkungan dan pekerjaan yang lengkap dan

rinci sangat penting untuk mendiagnosis dengan benar sebuah keadaan

keracunan pestisida. Pertanyaan skrining tambahan tentang pekerjaan pasien

dan lingkungan rumah juga dapat menunjukkan apakah ada potensi

keracunan pestisida (Reigart, J.R. and Roberts, J.R. (1999).

Jika seseorang terpapar secara teratur menggunakan pestisida karbamat dan

organofosfat, penting untuk dilakukan pengujian kadar enzim Cholinesterase

sebagai data awal. Cholinesterase adalah enzim yang penting dari sistem

saraf. Dan terdapat kelompok-kelompok kimia yang mampu membunuh

hama juga berpotensi berbahaya atau bahkan dapat membunuh manusia

melalui mekanisme penghambat enzim cholinesterase, salah satunya adalah

golongan pestisida. Jika seseorang telah memiliki tes awal dan kemudian

tersangka keracunan, kita dapat mengidentifikasi tingkat masalah dengan

perbandingan tingkat cholinesterase saat ini dengan kadar cholinesterase pada

data awal. Hal ini sangat bermanfaat untuk mendiagnosis keracunan pestisida

terkait kerja pada pekerja beresiko.

Page 21: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

20

Umumnya gejala keracunan organofosfat atau karbamat baru akan dilihat jika

aktivitas kolinestrase darah menurun sampai 30%. Namun penurunan sampai

50% pada pengguna pstisida diambil sebagai batas, dan disarankan agar

penderita menghentikan pekerjaan yang berhubungan dengan pestisida.

Diagnosis keracunan organofosfat adalah :

a. Gejala – gejala timbul cepat , bila > 6 jam jelas bukan keracunan

dengan insektisida golongan ini.

b. Gejala – gejala progresif , makin lama makin hebat , sehingga jika

tidak segera mendapatkan pertolongan dapat berakibat fatal , terjadi

depresi pernafasan dan blok jantung.

c. Gejala – gejala tidak dapat dimasukkan kedalam suatu sindroma

penyakit apapun , gejala dapat seperti gastro – enteritis , ensephalitis ,

pneumonia, dll.

d. Dengan terapi yang lazim tidak menolong.

e. Anamnesa ada kontak dengan keracunan golongan ini.

f. Pemeriksaan toksikologi positif organofosfat

6. Pencegahan Keracunan Pestisida

a. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary prevention)

Setiap orang yang dalam pekerjaannya sering berhubungan dengan pestisida

seperti petani penyemprot, harus mengenali dengan baik gejala dan tanda

keracunan pestisida.

Page 22: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

21

Tindakan pencegahan lebih penting daripada pengobatan. Sebagai upaya

pencegahan terjadinya keracunan pestisida sampai ke tingkat yang

membahayakan kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah

membuat dan mensosialisasikan sebuah pedoman bagi masyarakat yang

memanfaatkan Pestisida.

Page 23: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

22

PEDOMAN PENCEGAHAN KERACUNAN PESTISIDA

MENGANGKUT PESTISIDA

Sewaktu membawa pestisida, wadahnya harus tertutup kuat

Dalam membawa harus ditempatkan terpisah dari makanan, dan pakaian

bersih.

MENYIMPAN PESTISIDA

Pestisida harus disimpan dalam wadah atau pembungkus aslinya, yang

labelnya masih utuh dan jelas.

Letakkan tidak terbalik, bagian yang dapat dibuka berada disebelah atas

Simpan ditempat khusus yang jauh dari jangkauan anak-anak, jauh dari

makanan, bahan makan dan alat-alat makan, jauh dari sumur, serta

terkunci.

Wadah pestisida harus tertutup rapat, dan tidak bocor

Ruang tempat menyimpan pestisida harus mempunyai ventilasi

(pertukaran udara ).

Wadah pestisida tidak boleh kena sinar matahari langsung

Wadah pestisida tidak boleh terkena air hujan.

Jika pada suatu saat pestisida yang tersedia di rumah lebih dari satu wadah

dan satu macam, dalam penyimpanannya harus dikelompokan menurut

jenisnya dan menurut ukuran wadahnya.

MENYIAPKAN PESTISIDA

Sewaktu menyiapkan pestisida untuk dipakai, semua kulit, mulut, hidung

dan kepala harus tertutup. Karena itu, pakailah baju lengan panjang,

celana panjang, masker (penutup hidung) yang menutupi leher, dab sarung

tangan karet.

Gunakan alat khusus untuk menakar dan mengaduk larutan pestisida yang

akan dipakai. Jangan gunakan tangan.

Page 24: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

23

b. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

Dalam penanggulangan keracunan pestisida penting dilakukan untuk kasus

keracunan akut dengan tujuan menyelamatkan penderita dari kematian yang

disebabkan oleh keracunan akut. Adapun penanggulangan keracunan pestisida

adalah sebagai berikut:

Organofosfat, bila penderita tak bernafas segara beri nafas buatan , bila

racun terlelan lakukan pencucian lambung dengan air, bila kontaminasi dari

kulit, cuci dengan sabun dan air selama 15 menit. Bila ada berikan antidot:

Beri atropine 2mg iv/sc tiap sepuluh menit sampai terlihat atropinisasi yaitu:

muka kemerahan, pupil dilatasi, denyut nadi meningkat sampai 140 x/menit.

Ulangi pemberian atropin bila gejala-gejala keracunan timbul kembali.

Pengobatan keracunan organofosfat harus cepat dilakukan. Bila dilakukan

terlambat dalam beberapa menit akan dapat menyebabkan kematian.

Diagnosis keracunan dilakukan berdasarkan terjadinya gejala penyakit dan

sejarah kejadiannya yang saling berhubungan. Pada keracunan yang berat,

pseudokholinesterase dan aktifits erytrocyt cholinesterase harus diukur dan

bila kandungannya jauh dibawah normal, keracunan mesti terjadi dan gejala

segera timbul. Awasi penderita selama 48 jam dimana diharapkan sudah ada

recovery yang komplit dan gejala tidak timbul kembali. Kejang dapat diatasi

dengan pemberian diazepam 5 mg iv, jangan diberikan barbiturat atau sedativ

yang lain.

Page 25: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

24

c. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Upaya yang dilakukan pada pencegahan keracunan pestisida adalah:

Hentikan paparan dengan memindahkan korban dari sumber paparan,

lepaskan pakaian korban dan cuci/mandikan korban.

Korban segera dibawa ke rumah sakit atau dokter terdekat. Berikan informasi

tentang pestisida yang memepari korban dengan membawa label kemasan

pestisida.

Keluarga seharusnya diberi pengetahuan/penyuluhan tentang tentang

pestisida sehingga jika terjadi keracunan maka keluarga dapat memberikan

pertolongan pertama.

7. Penanganan Keracunan Pestisida

Pengobatan keracunan pestisida ini harus cepat dilakukan terutama untuk toksisitas

organophosphat. Bila dilakukan terlambat dalam beberapa menit akan dapat

menyebabkan kematian. Diagnosis keracunan dilakukan berdasarkan terjadinya

gejala penyakit dan sejarah kejadiannya yang saling berhubungan. Pada keracunan

yang berat , pseudokholinesterase dan aktifits erytrocyt kholinesterase harus diukur

dan bila kandungannya jauh dibawah normal,kercaunan mesti terjadi dan gejala

segera timbul.

Beri atropine 2mg iv/sc tiap sepuluh menit sampai terlihat atropinisasi yaitu: muka

kemerahan, pupil dilatasi, denyut nadi meningkat sampai 140 x/menit. Ulangi

pemberian atropin bila gejala-gejala keracunan timbul kembali. Atrophin akan

memblok efek muskarinik dan beberapa pusat reseptor muskarinik. Pralidoxim (2-

PAM) adalah obat spesifik untuk antidotum keracunan organofosfat. Obat tersebut

dijual secara komersiil dan tersedia sebagai garam chlorin.

Page 26: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

25

BAB III

PENUTUP

Keracunan organofosfat merupakan suatu keadaan intoksikasi yang disebabkan

oleh senyawa organofosfat seperti malathion, parathion, tetraetilpirofosfat (TEPP)

dan oktamil pirofosforamida (OMPA) yang bisa masuk kedalam tubuh baik dengan

cara tertelan, terhirup nafas, atau terabsorbsi lewat kulit dan mata.

Senyawa Organofosfat ini bekerja dengan menghambat dan menginaktivasikan

enzim asetilkolinesterase. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis

asetylcholin. menjadi asetat dan kholin.. Hambatan asetilkolinesterase

menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar asetilkolin. Hal tersebut menyebabkan

timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.

Pestisida adalah senyawa kimia yang banyak digunakan dalam kehidupan manusia

terutama di bidang pertanian dan perkebunan. Keberadaan pestisida tidak hanya

memberikan efek Positif namun juga menimbulkan dampak yang negatif

Kedekatanya dengan kegiatan manusia memberikan ancaman tersendiri bagi

manusia yang kontak terhadap pestisida. Organofosfat merupakan salah satu jenis

yang paling banyak digunakan masyarakat dalam berbagai kegiatan.

Page 27: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

26

Keracunan organofosfat merupakan suatu keadaan intoksikasi yang disebabkan

oleh senyawa organofosfat seperti malathion, parathion, tetraetilpirofosfat (TEPP)

dan oktamil pirofosforamida (OMPA) yang bisa masuk kedalam tubuh baik dengan

cara tertelan, terhirup nafas, atau terabsorbsi lewat kulit dan mata.

Senyawa Organofosfat ini bekerja dengan menghambat dan menginaktivasikan

enzim asetilkolinesterase. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis

asetylcholin. menjadi asetat dan kholin. Hambatan asetilkolinesterase

menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar asetilkolin. Hal tersebut menyebabkan

timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.

Page 28: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

27

DAFTAR PUSTAKA

Calvert, G. M.; Karnik, J.; Mehler, L.; Beckman, J.; Morrissey, B.; Sievert, J.;

Barrett, R.; Lackovic, M. et al. (2008). "Acute pesticide poisoning among

agricultural workers in the United States, 1998-2005". American Journal of

Industrial Medicine 51 (12): 883–898.

Departemen Kesehatan RI. Pemeriksaan Cholinesterase Darah Dengan Tintometer

Kit, Direktorat Jenderal PPM & PLP Jakarta. 1992.

Ecobichon, D.J. (2001). "Toxic effects of pesticides". In Klaassen, C.D.. Casarett

and Doull's Toxicology: The Basic Science of Poisons, 6th edition. McGraw-

Hill Professional.

International Code of Conduct on the Distribution and Use of Pesticides. Food and

Agriculture Organization of the United Nations. Rome, 2003

J. Rout Reigart, et al. 1999. Recognition and Management of Pesticides Poisonings.

EPA (United States Environmental Protection Agency). Available on

www.epa.gov/pesticides

Jamal, GA; Hansen, S; Julu, PO (2002). "Low level exposures to organophosphorus

esters may cause neurotoxicity". Toxicology 181-182: 23–33.

Jeyaratnam, J (1990). "Acute pesticide poisoning: a major global health problem".

American Association of Poison Control Centers Toxic Exposure 43 (3): 139–

44.

Page 29: Intoxicasi Pestisida Di perkebunan

28

Mualim, K. Analisis Faktor Resiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian

Keracunan Pestisida Organofosfat Pada Petani Penyemprot Ham Tnaaman Di

Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung. (Tesis) 2002.

Oginawati, K. Analisis Risiko Penggunaan Insektisida Organofosfat Terhadap

Kesehatan Petani Penyemprot, USU 2005 dalam

http://www:GDL4.0.Oginawati.pdf diakses tanggal 20 Nopember 2007

Reigart, J.R. and Roberts, J.R. (1999). Recognition and Management of Pesticide

Poisonings. Washtington, DC: Environmental Protection Agency. Available on

www.davidsuzuki.org/publication

Sudargo, T. Perilaku dan Tingkat Keracunan Petani dalam Menggunakan Pestisida

di Kabupaten Brebes, Berita Kedokteran Masyarakat XII (e) UGM,

Yogyakarta, 1997.

Sugiartoto, A., Lolit, Warsono, Pestisida Berbahaya Bagi Kesehatan, Penerbit

Yayasan Duta Awam, Solo, 1999.

W.A.Watson, T.L. Litovitz, G.C. Rodgers, Jr. et al. 2005. Annual Report WHO

2004. The impact of pesticides on health: preventing intentional and

unintentional deaths from pesticide poisoning.