· web viewdari budidaya segala jenis tanaman baik tanaman pangan maupun perkebunan. meskipun...

23
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN Pengendalian Kimiawi pada Tanaman Padi Disusun Oleh: 1. Risna Aulia Fibrianti (105040101111071) 2. Dhita Ayu W (105040101111086) 3. Ratna Dumillah (105040101111087) 4. Egyna Yosephine (105040101111096) PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: buikien

Post on 22-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

Pengendalian Kimiawi pada Tanaman Padi

Disusun Oleh:

1. Risna Aulia Fibrianti (105040101111071)

2. Dhita Ayu W (105040101111086)

3. Ratna Dumillah (105040101111087)

4. Egyna Yosephine (105040101111096)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) adalah salah satu tanaman budidaya

terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman

budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga

(genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Produksi padi dunia

menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun

demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk

dunia. Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim: Graminae

atau Glumiflorae).

Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur

19-270C, memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin

berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur

yang subur dengan ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 - 7.

Dalam teknik budidaya tanaman padi, perlu dilakukan pengendalian

terhadapa hama yang menyerang tanaman padi, salah satunya adalah teknik

pengendalian secara kimiawi. Pengendalian kimiawi yang dimaksudkan di sini

adalah penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama agar hama tidak

menimbulkan kerusakan bagi tanaman yang diusahakan. Pestisida mungkin

merupakan bahan kimiawi yang dalam sejarah umat manusia telah memberikan

banayak jasanya baik dalam bidang pertanian, kesehatan, pemukiman, dan

kesejahteraan masyarakat yang lain. Berkat pesitisida manusia telah dapat

dibebaskan dari ancaman berbagai penyakit yang membahayakan seperti malaria,

DBD, dll. Berbagai jenis serangga vektor penyakit manusia yang berbahaya telah

berhasil dikendalikan dengan pestisida. Pada mulanya produksi pertanian juga

berhasil ditingkatkan karena pemakaian pestisida yang dapat menekan populasi

hama dan kerusakan tanaman akibat serangan hama. Karena keberhasilan tersebut

dunia pertanian pestisida seakan-akan merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari budidaya segala jenis tanaman baik tanaman pangan maupun perkebunan.

Meskipun pestisida memiliki banyak keuntungan seperti cepat menurunkan

populasi hama, mudah penggunaannya dan secara ekonomik menguntungkan

namun dampak negatif penggunaannya semakin lama semakin dirasakan oleh

masyarakat. Dampak negatif pestisida yang merugikan kesehatan masyarakat dan

kelestarian lingkungan hidup semakin lama semakin menonjol dan perlu

memperoleh perhatian sungguh-sungguh dari masyarakat dan pemerintah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Deskripsikan identitas dari pemilik lahan tanaman padi tersebut?

2. Deskripsikan identitas lahan dari petani?

3. Bagaimana teknik budidaya tanaman padi dan perlakuannya?

4. Jelaskan teknik pengendalian hama yang dilakukan terhadap tanaman

padi?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui teknik

budidaya pada tanaman padi berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan dan

cara pengendalian pada tanaman padi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya

Padi merupakan komoditas strategis yang mendapat prioritas penanganan

dalam pembangunan pertanian. Berbagai usaha telah dilakukan dalam memacu

peningkatan produksi sebagai bahan pangan pokok, sejalan dengan :

meningkatnya jumlah penduduk, menyempitnya lahan subur akibat pembangunan

pemukiman dan industri, maupun berkembangnya budidaya komoditas lainnya.

Untuk peningkatan produksi padi tiap satuan luas dan waktu maka ditempuh

usaha intensifikasi melalui penggunaan varietas yang berpotensi tinggi,

pemupukan yang tepat, dan bercocok tanam yang tepat.

Menurut data Biro Pusat Statistik (2003), total luas pertanaman padi di

Indonesia mencapai 11.477.400 ha, yang terdiri dari 10.384.700 ha lahan sawah

(90,48%) dan 1.092.700 ha lahan kering (9,52%), dengan produksi total

52.078.800 ton dan produksi rata-rata 4,75 ton.ha pada lahan sawah dan 2,52

ton.ha pada lahan kering. Data produksi padi tersebut di atas menunjukkan jumlah

yang masih rendah bila dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan untuk

menopang kebutuhan ketahanan pangan nasional. Hal inilah yang menyebabkan

negara kita masih harus mempertahankan impor beras dalam jumlah yang tidak

sedikit setiap tahunnya (Suganda, 2006). Lahan sawah terdiri dari lahan sawah

irigasi dan lahan sawah tadah hujan. Lahan sawah tadah hujan merupakan

lumbung padi kedua setelah lahan irigasi. Luasan lahan sawah tadah hujan di

Sumatera Utara dari tahun 2002-2008 mengalami peningkatan yaitu 84.944 ha

menjadi 196.078 ha (BPS, 2008). Permasalahan lahan sawah tadah hujan adalah

ketersediaan air terbatas ; kesuburan tanah rendah, pemupukan masih belum

sesuai baik dosis, jenis maupun saat pemberian ; pengendalian hama dan penyakit

belum sesuai dan belum menerapkan kaidah pengendalian hama terpadu

(Marwoto, dkk, 1992 dan Suyamto, dkk, 1992)

2.2 Sistem Tanam Intensifikasi Padi

Rendahnya produktivitas padi yang paling dominan disebabkan oleh

rendahnya pengisian biji atau masih tingginya persentase bulir steril. Hal ini

menyebabkan tingginya persentase gabah hampa pada tiap malainya .Asumsi

bahwa faktor lingkungan memiliki andil yang besar dalam menekan jumlah

spikelet steril dibuktikan melalui penerapan metode sistem intensifikasi padi

(Sumardi, dkk., 2007). Menurut Uphoff (2003) metode intensifikasi padi memuat

dua hal pokok, yakni : memperlakukan tanaman sebagai makhluk hidup yang

memiliki fase-fase pertumbuhan yang harus difahami ; melakukan perbaikan

teknologi budidaya dengan menciptakan lingkungan tumbuh yang optimal untuk

setiap fase petumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Uphoff (2003),

penerapan sistem intensifikasi padi meliputi kegiatan seperti bibit ditanam satu-

satu per lubang tanam dengan tujuan untuk agar tanaman memiliki ruang untuk

menyebar dan memperdalam perakarannya. Sehingga tanaman tidak bersaing

terlalu ketat dalam memperoleh ruang tumbuh, cahaya, dan nutrisi. Penanaman

per lubang tanam yang lebih sedikit, dengan sendirinya akan menghemat

penggunaan benih. Apabila dengan cara konvensional penggunaan benih 100

kg.ha sedangkan dengan metode SRI keperluan benih hanya 5 -10 kg.ha (Uphoff,

2003). Umur pindah bibit lebih muda yakni 8-15 hari setelah semai,. Hal ini akan

memberikan kesempatan kepada bibit untuk beradaptasi dan dengan lebih

awalnya bibit dipindahkan akan memberikan waktu yang lebih panjang kepada

bibit untuk membentuk anakan atau phyllocrons lebih banyak

Metode sistem intensifikasi padi berikutnya adalah penggunaan jarak

tanam yang lebih renggang sangat dianjurkan. Untuk itu jarak tanam yang umum

digunakan adalah (25 cm x 25 cm) atau lebih renggang dari pada itu seperti, (33

cm x 33 cm), (40 cm x 40 cm) atau bahkan (50 cm x 50 cm), dengan jarak tanam

yang lebih renggang ini memberikan kesempatan kepada akar untuk tumbuh dan

menyebar lebih luas sehingga akan memberikan pertumbuhan yang lebih baik.

Demikian juga dengan pemberian air pada stadia vegetatif tidak

tergenang, air hanya diberikan untuk menjaga agar tanah lembab. Penggenangan

yang terus menerus disamping pemborosan dalam penggunaan air juga

memberikan dampak kurang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan padi.

Sementara pada padi sawah konvensional dilakukan dengan sistem : pemindahan

bibit dari semaian pada umur 3-4 minggu atau lebih ; jarak tanam rapat (<25 x 25

cm) ; jumlah bibit : 5-10 bibit perumpun ; sawah digenangi terus menerus

sepanjang musim dan penggunaan pupuk kimia yang tinggi.

2.3 Varietas Tanaman Padi

Varietas adalah suatu jenis atau spesies tanaman yang memiliki

karakteristik genotipe tertentu seperti bentuk, pertumbuhan tanaman, daun, bunga,

dan biji, yang dapat membedakan dengan jenis atau spesies tanaman lain, dan

apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan (Satoto, dkk., 2008).

Varietas merupakan salah satu komponen teknologi yang sangat penting

untuk peningkatan produktivitas, produksi, dan pendapatan usaha tani padi. Pada

saat ini tersedia banyak varietas padi dengan keunggulannya yang beragam.

Dengan banyaknya varietas yang tersedia, diperlukan suatu cara atau metode yang

dapat membantu petani dalam memilih varietas yang sesuai dengan kondisi biotik

dan abiotik setempat serta keinginan atau kebutuhan petani dan pasar .

Sebagaimana dikemukakan oleh Khush (1995), perkembangan penelitian

padi untuk mendapatkan varietas unggul ditujukan pada perbaikan potensi hasil,

umur genjah, tahan hama dan penyakit, mutu beras tinggi serta toleran terhadap

berbagai masalah tanah dan lingkungan. Setiap varietas memiliki potensi hasil

yang bebeda. Varietas Ciherang : jumlah anakan produktif 14 – 17 batang, tahan

kerebahan sedang, tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3, tahan terhadap

bakteri hawar daun sirih Strain III dan IV, cocok ditanam pada musim penghujan

maupun kemarau dengan ketinggian tempat di bawah 500 m dpl dan potensi hasil

gabah : 5 – 7 t/ha.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Identitas Petani

Nama Pemilik : Jumain

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 50 tahun

Alamat : Jln.Sumbersari Gg.III ,Malang

3.2 Identitas lahan

Lokasi lahan : Jl.Sigura-gura V berada di antara perumahan sigura-gura

Sejarah lahan : Lahan sudah 40 tahun di tanami padi

Luas lahan : 6000 m

Kepemilikan lahan:Lahan milik keluarga

3.3 Teknik Budidaya Tanaman dan Perlakuannya

Pada lahan Pak Jumain yang berada di Jl.Sigura-gura V menggunakan

pola tanam tumpang sari. Komoditas yang ditanam adalah padi dan kacang

panjang. Padi yang dibudidayakan adalah padi dengan jenis Ciherang, alasan dari

pemilik lahan menggunakan padi jenis ini adalah dikarenakan masa tanam padi

Ciherang yang hanya mencapai umur 4 bulan, sehingga dalam waktu 1 tahun,

pemilik dapat mencapai 3 kali masa tanam atau panen.

Sedangkan kacang panjang dipilih sebagai komoditas sampingan, karena

selain hasil produksi kacang panjang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari, juga karena kacang panjang tidak memerlukan penanganan yang

rumit. Kacang panjang tersebut panen 3 kali seminggu oleh karena itu petani

tersebut menjual kacang panjang tersebut dan digunakan sebagai pendapatan bagi

petani.

Dalam melakukan proses budidaya tanaman padi, langkah awal yang

dilakukan oleh Bapak Jumain adalah mempersiapkan lahan, yaitu membersihkan

lahan dari gulma dan hama, upaya yang dilakukan adalah menyemprotkan

Gramason atau Ron Up ke lahan budidaya. Penyemprotan ini dilakukan 1 minggu

sebelum tanan. Pada budidayanya, padi ditanam dengan jarak 25 x 25 cm. Selain

mempersiapkan lahan, Bapak Jumain juga mempersiapkan benih padi yang akan

disemai, yaitu merendam benih padi dalam wadah, selama 3 hari 3 malam,

kemudian keesokan harinya padi siap untuk disemai.

Pemeliharaan tanaman padi yang dilakukan Bapak Jumain adalah

melakukan pemupukan dan penyemprotan pestisida untuk mebunuh gulma dan

hama yang menyerang. Pemupukan pertama dilakukan setelah usia padi mencapai

1 bulan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk jenis Urea dengan jumlah 1,5 kw

untuk seluruh lahan budidaya.

Kemudian pemupukan kedua dilakukan pada saat usia tanaman lebih dari

2 bulan, dalam arti pemupukan kedua dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan

setelah pemupukan pertama. Pada pemupukan kedua ini pupuk yang digunakan

adalah pupuk jenis Za, Urea, dan KCL dengan perbandingan 2:1:1. Jumlah pupuk

yang digunakan oleh Bapak Jumain tidak menentu, hal ini karena Beliau

mempertimbangkan pertumbuhan tanaman padi, akan tetapi jumlah yang sering

digunakan adalah Za 50 kg, Urea 25 kg, dan KCL 25 kg.

Selain pemupukan, pemeliharaan yang dilakukan oleh Bapak Jumain

terhadap tanaman padi adalah melakukan penyiangan. Penyiangan ini dilakukan

beberapa hari setelah pemupukan pertama. Pada lahan ini petani tersebut tidak

mengeluarkan biaya untuk pengairan sawahnya. Pengairan dilakukan petani

menggunakan limbah rumah tangga dari perumahan sekitar.Jadi petani tersebut

membuat saluran pengairan dari parit-parit pembuangan rumah tangga.

Setelah usia padi mencapai 4 bulan, maka padi siap untuk dipanen. Hasil

panen selain dijual kepada tengkulak juga, digunakan untuk kebutuhan sehari-hari

dan dibagikan kepada warga sekitar.

Teknik budidaya yang dilakukan oleh Bapak Jumain dirasa cukup baik.

Sehingga Bapak Jumain tidak pernah menggunakan metode lain, ataupun

menggunakan padi dan pestisida jenis lain. Hasil panen dirasakan selalu

menguntungkan bagi petani, karena dengan usaha menanam padi, petani mampu

mencapai kemakmuran yang sesuai dengan harapannya.

3.4 Pengendalian Hama terhadap tanaman Padi

Selama proses budidaya yang dilakukan oleh Bapak Jumain, tidak ada

kendala yang cukup berarti. Penanganan terhadap hama yang menyerang tanaman

budidaya dapat diatasi dengan penggunaan pestisida dan dengan teknik

tradisional. Penggunaan awal pestisida adalah pada saat persiapan lahan, untuk

membersihkan lahan dari gulma dan hama, sedangkan penyemprotan kedua

adalah pada saat usia padi mencapai 1 bulan atau beberapa hari setelah

pemupukan pertama bersamaan dengan penyiangan. Penyemprotan ini bertujuan

untuk membasmi gulma yang mulai tumbuh, jenis pestisida yang digunakan

adalah pestisida jenis Ali.

Sedangkan untuk mengatasi hama yang menyerang kacang panjang,

seperti kepik semut, petani menyemprotkan pestisida jenis Desis dan MIPCIN.

Penyemprotan ini dilakukan hanya ketika hama tersebut menyerang tanaman

budidaya. Hama lain yang mungkin menyerang tanaman budidaya, khususnya

tanaman utama adalah tikus. Usaha yang dilakukan petani untuk mengendalikan

hama tikus adalah menggunakan teknik tradisional, yaitu dengan membuat parit,

sehingga aliran irigasi tidak menggenang, dan hama tikus tidak menyerang

tanaman padi.

Selain tikus, hama yang sering menyerang tanaman padi adalah hama

burung pipit. sama halnya dengan tikus pengendalian hama burung pipit ini juga

dilakukan dengan pengendalian tradisional, yaitu membuat jaring dari tali rafia

yang dikaitkan dengan plastik. Pengendalian ini memerlukan perhatian khusus,

karena petani harus selalu berada di lahan dan mengawasi tanaman budidaya dari

serangan burung pipit, kemudian menghalaunya dengan menggerakkan jaring

yang telah dikaitkan ke semua ujung lahan.

Selanjutnya penanganan menjelang masa panen adalah mengendalikan

hama walang. Untuk mengendalikan hama walang petani menggunakan pestisida

jenis Sekor dan Desis. Penyemprotan ini dilakukan ketika padi mulai tumbuh

bulir. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan hama walang dan jenis serangga lain

yang mungkin muncul, selain itu pestisida jenis ini juga duiakui oleh petani

mampu meningkatkan produktivitas padi atau mampu membuat bulir padi terisi

sempurna.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

pada lahan petani komoditas yang ditanam adalah padi dan kacang panjang.

Lahan tersebut menggunakan pola tanam tumpang sari. Padi yang dibudidayakan

adalah padi dengan jenis Ciherang.

Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea, KCL, ZA dan deci. Sedangkan

pestisida yang digunakan adalah gramoxone, sekor, desis dan mipcinta. Selama

proses budidaya yang dilakukan oleh petani tidak ada kendala yang cukup berarti.

Penanganan terhadap hama yang menyerang tanaman budidaya dapat diatasi

dengan penggunaan pestisida dan dengan teknik tradisional.

Saat membersihkan lahan dari gulma dan hama, upaya yang dilakukan

adalah menyemprotkan gramoxone atau ron up ke lahan budidaya. Hama yang

menyerang tanaman padi dan kacang tanah tesebut yaitu kepik, tikus, lalat,

belalang, kupu-kupu, dan burung pipit. Untuk mengendalikan hama walang petani

menggunakan pestisida jenis Sekor dan Desis. Sedangkan untuk mengatasi hama

yang menyerang kacang panjang, seperti kepik semut, petani menyemprotkan

pestisida jenis Desis dan MIPCIN. Penyemprotan ini bertujuan untuk membasmi

gulma yang mulai tumbuh, jenis pestisida yang digunakan adalah pestisida jenis

Ali.

4.2 Saran

Sebagai Mahasiswa/Mahasiswi dari Fakultas Pertanian, kita diharapkan

mampu memahami bagaimana teknik dalam budidaya tanaman dan cara

pengendaliannya terhadap hama atau penyakit, serta dapat menerapkan ilmu

tesebut dalam dunia pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

Damardjati, Dj. S., Marwoto, D. K. S. Swastika, D. M. Arsyad, Y. Hilman 2005.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai. Badan Litbang

Pertanian.  Departemen Pertanian. Jakarta.

Elizabeth, R. 2007a. Fenomena Sosiologis Metamorphosis Petani: ke Arah

Keberpihakan Masyarakat Petani di Pedesaan yang Terpinggirkan terkait

Konsep Ekonomi Kerakyatan Forum Agro-Ekonomi (FAE) Vol. 26. Juli.

2007. PSE-KP. Bogor.

Uphoff, N. 1992. Local Institution & Participation for Sustainable Development.

IIED. London.

LAMPIRAN FOTO

PERLAKUAN BENIH

Benih direndam sebelum disebar

METODE PENGENDALIAN

Dilakukan tumpang sari dengan kacang panjang

PUPUK

Pupuk Urea

Deci

KONDISI LAHAN

Di sekeliling sawah ada parit, tanaman kacang panjang, perumahan

VARIETAS

Varietas Ciherang

PESTISIDA

Gramoxone

MipCinta

HAMA

Kupu-kupu Kepik

Lalat Belalang