jenis otot dan penggunaannya dalam olahraga
DESCRIPTION
jenis ototTRANSCRIPT
JENIS OTOT DAN PENGGUNAANNYA PADA
OLAH RAGA
Disusun oleh :
ANINDYA NURSHIFA
15711026
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
NOVEMBER 2015/2016
JENIS OTOT DAN PENGGUNAANNYA PADA
OLAH RAGA
Disusun oleh :
ANINDYA NURSHIFA
15711026
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
NOVEMBER 2015/2016
PENDAHULUAN
Tubuh tersusun dari berbagai sistem yang masing-masing memiliki peran dan
fungsi khusus serta saling bekerjasama untuk menunjang kelangsungan hidup
manusia. Salah satu sistem penting tersebut ialah muskoloskeletal yang terdiri dari
tulang dan otot yang melekat pada tulang. Gabungan penyusun tubuh ini memiliki
banyak fungsi penting salah satunya dalam menghasilkan gerakan. Disini tulang
sebagai alat gerak pasif yang digerakkan oleh otot sebagai hasil aktivitas kontraksi
dan relaksasi dari otot.
Ada tiga jenis otot penyusun tubuh, yaitu otot rangka, otot polos dan otot
jantung yang masing-masing melekat pada bagian tubuh yang berbeda dan memiliki
struktur dan fungsi berbeda. Ketika melakukan aktivitas, otot melakukan mekanisme
tertentu sehingga dapat memendek dan menghasilkan gerakan serta memanjang
ketika berelaksasi. Aktivitas otot memerlukan energi yang didapatkan dari beberapa
reaksi dalam tubuh. Salah satu aktivitas tubuh, yaitu berolah raga, melibatkan
kumpulan otot tertentu dan membutuhkan banyak energi dalam menghasilkan
gerakan.
Fokus penulis dalam menyusun referat ini adalah mengetahui jenis otot serta
anatomi dan fisiologinya, mekanisme otot dalam menghasilkan gerakan, sumber
energi yang didapatkan otot ketika beraktivitas serta penggunaan otot dalam berolah
raga.
PEMBAHASAN
I.I Otot
I.I.I Klasifikasi
Otot adalah jaringan tubuh yang terdiri dari lembaran atau bundel sel yang
berkontraksi untuk menghasilkan gerakan (Dorland Kamus, W.A, 2009) serta merupakan
jaringan kenyal penyusun 40-50% massa tubuh manusia yang memiliki fungsi utama sebagai
pengubah energi kimia menjadi energi mekanik untuk menghasilkan kekuatan, melakukan
suatu pekerjaan dan menghasilkan gerakan serta menstabilkan posisi tubuh, mengatur
volume organ, menghasilkan panas dan mendorong cairan dan bahan makanan melalui
berbagai macam sistem tubuh (Tortora & Derrickson, 2011).
Jaringan otot berdasarkan jenis morfologis dan fungsional struktur jaringan
penyusunnya dapat secara luas dibagi menjadi 3 jenis otot: rangka, jantung, dan otot polos
(Chawla & Gordon, 2015).
Otot rangka terutama melalui tendon terhubung dengan tulang, dalam pengamatan
dengan mikroskop membentuk striations yang merupakan susunan terdiri dari pita protein
terang dan gelap. Serabut panjang berbentuk silindris tidak bercabang dengan banyak inti di
tepi dengan diameter sangat besar (10- 100 µm). Kontraksi yang dihasilkan cepat sehingga
mudah menimbulkan kelelahan. Kerja otot rangka terutama bersifat volunter yang secara
sadar aktivitasnya dikontrol oleh sistem syaraf somatik. Sebagian otot ini dapat bersifat
involunter yang bekerja secara tidak sadar (Tortora & Derrrickson,2011)
Otot jantung terutama melapisi dinding jantung sama seperti otot rangka strukturnya
membentuk striations, namun memiliki perbedaan cara kerja berupa involunter yang diatur
oleh sistem syaraf autonom serta memiliki serabut panjang berbentuk silindris bercabang
dengan satu inti di tengah dengan diameter besar (10-20 µm). Hal khusus mengenai otot ini
adalah adanya pacemaker yang menginisiasi kontraksi mandiri dari jantung, sifat ini
dinamakan autorhythmicity. Kontraksi yang dihasilkan konstan dan lebih lama dari otot
rangka serta tidak menimbulkan kelelahan (Tortora & Derrrickson, 2011).
Otot polos terletak di dinding organ internal seperti pembuluh darah, jalan udara,
sebagian besar dari organ di dalam rongga abdominopelvic, iris dan dan siliari mata dan
melekat pada folikel rambut di kulit. Tidak membentuk goresan-goresan striated seperti pada
otot rangka dan otot jantung sehingga dinamakan otot polos. Serabut otot menebal di bagian
tengah dan meruncing pada masing-masing ujung dengan satu inti di tengah dengan diameter
kecil (3-8 µm). Sama seperti otot jantung, otot polos memiliki sifat autorhythmicity
pada otot di organ viseral. Kerja otot involunter yang diatur oleh sistem syaraf
autonom dan kontraksi yang dihasilkan lambat sehingga tidak menimbulkan
kelelahan (Tortora & Derrrickson, 2011).
Gambar 1.a Tiga jenis otot penyusun tubuh.
I.I.2 karakteristik
Ketiga jenis otot tubuh memiliki karakteristik dapat dirangsang oleh listrik yaitu
kemampuan untuk merespon stimulus tertentu dengan memproduksi sinyal elektrik yang
dinamakan potensial aksi atau impuls; kontraksibilitas yaitu kemampuan untuk berkontraksi
atau memendek; ekstensibilitas yaitu kemampuan untuk berelaksasi atau memanjang dan
elastisitas yaitu kemampuan untuk kembali ke panjang semula setelah melakukan kontraksi
Keempat karakteristik otot tersebut mengakibatkan otot dapat menghasilkan gerakan.
(Tortora & Derrrickson, 2011).
I.1.3 Otot Rangka
A. Lapisan Jaringan Ikat
Selapis jaringan ikat padat, dikenal sebagai epimisium melapisis otot dan berhubungan
dengan tendon yang melekatkan otot ke periosteum atau lapisan terluar tulang, otot terdiri
dari banyak bundel serabut otot, disebut fasikulus, terpisah satu sama lain oleh lapisan
jaringan ikat dinamakan perimysium. Endomisium adalah jaringan ikat yang memisahkan
setiap serabut otot rangka yang dinamakan miofibril (seidman, 2015).
B. Sel otot
Multinukleus terletak di bawah membran plasma disebut sarcolemma. Sitoplasma
disebut sarkoplasma, mengandung retikulum sarkoplasmik dan tubulus T. Retikulum
sarkoplasmik berfungsi utama dalam menyimpan dan meregulasi pelepasan kalsium, ion
kunci dalam inisiasi kontraksi (Chawla & Gordon, 2015).Tubulus T, bertanggung jawab
dalam konduksi sinyal elektrik dari permukaan sel ke area internal dari myofibril. Sinyal
elektrik dikonduksi oleh tubulus T sebagai hasil dari stimulasi oleh retikulum sarkoplasmik
(Seidman, 2015).
Setiap myofibril tersusun dari filament tebal myosin dan filament tipis aktin yang
kemudian membentuk susunan striations dan menghasilkan adanya daerah gelap dan terang.
(Guyton & Hall, 2011). Daerah terang hanya mengandung filament aktin dan disebut pita I
karena bersifat isotropik terhadap cahaya terpolarisasi dan daerah gelap mengandung filamen
miosin dan aktin yang tumpang tindih dan disebut pita A karena bersifat anisotropic terhadap
cahaya terpolarisasi (Chawla & Gordon, 2015).
Filamen aktin dan miosin tersusun dalam banyak kompartemen disebut sarkomer
yang merupakan unit fungsional dasar miofibril yang berfungsi utama dalam kontraksi otot
(seidman, 2015). Setiap sarkomer terdiri dari cakram Z yang memisahkan sarkomer satu
dengan lainnya; pita A di bagian tengah; pita I dimana cakram Z terletak; zona H di tengah
pita A mengandung hanya filament tebal dan garis M di tengah zona H yang menghubungkan
setiap filament tebal (Tortora & Derrickson, 2011).
Gambar 1.b struktur sarkomer myofibril
I.2 Aktivitas Otot
I.2.I komponen
Miosin merupakan protein kontraktil, molekulnya terdiri dari ekor dan dua kepala
miosin pada setiap ujung ekor, yang berikatan dengan myosin-binding site dari molekul aktin
selama kontraksi otot (Pette & Starron, 2015). Struktur lain dari miosin yaitu enzim ATPase
terdapat pada kepala miosin yang mengakibatkan kepala dapat memecah ATP untuk
menghasilkan energi selama kontraksi. Aktin merupakan protein kontraktil, setiap
molekulnya memiliki myosin-binding site terdiri dari F-aktin dan G-aktin dan memiliki
protein regulator tropomiosin dan troponin.(Guyton & Hall, 2011).
Tropomiosin membungkus sisi F-aktin secara spiral (Guyton & Hall, 2011). Tiga
jenis troponin, yaitu troponin I, troponin T dan troponin C. Troponin T mengikat
tropomiosin, troponin I menghalangi interaksi antara miosin dan aktin dan troponin C
mengandung tempat berikatan untuk kalsium dalam membantu inisiasi kontraksi.(Mangla &
Gupta, 2015).
Gambar 2.a filamen miosin dan filamen aktin
I.2.2 mekanisme
Ketika otot dalam keadaan istrahat, konsentrasi kalsium rendah, troponin I mengunci
tropomiosin dalam keadaan membungkus sisi F-aktin (Behrmann et al. 2012), myosin-
binding site dari filament aktin dihalangi atau ditutup dengan kompleks troponin-
tropomiosin. Sebagai hasil, sisi tersebut tidak dapat berikatan dengan kepala miosin untuk
menghasilkan kontraksi (Guyton & Hall, 2011).
Ketika kalsium dari retikulum sarkoplasmik berikatan dengan troponin C, troponin
kemudian berubah bentuk dan memindahkan tropomiosin dari myosin-binding site di aktin
sehingga memungkinkan kepala miosin untuk membentuk cross-bridge dengan aktin, proses
ini dinamakan cross-bridge cycle (Guyton dan Hall, 2011).
Proses cross-bridge cycle dimulai ketika ATP berikatan dengan kepala miosin
kemudian dihidrolisis oleh enzim ATPase menghasilkan ADP dan fostat inorganik sebagai
sumber energi kontraksi otot. Kepala miosin kemudian berikatan dengan aktin membentuk
cross bridge dengan melepaskan fosfat inorganik sehingga ikatan menjadi kuat. ADP lepas
dan terjadi power stroke oleh kepala miosin dengan menarik aktin menuju pusat sarkomer.
ATP kemudian berikatan dengan kepala miosin mengakibatkan lepasnya kepala miosin dari
aktin dan ion kalsium lepas dari troponin kembali ke retikulum sakoplasmik mengakibatkan
troponin berubah bentuk dan menggeser tropomiosin kembali menghalangi myosin-binding
site yang merupakan proses relaksasi otot (Guyton & Hall,2011).
Selama kontraksi, pergerakan cross-brige menarik cakram Z yang bersebrangan
tertarik saling mendekati sehingga terjadi pemendekan otot dan sebaliknya ketika relaksasi
otot memanjang kembali ke bentuk semula. (Tortora & Derrickson, 2011).
Proses kontraksi berulang ketika terjadi hidrolisis ATP oleh enzim ATPase, dan
berlanjut ketika ATP tersedia dan ion kalsium tersedia dalam jumlah banyak (Pette &
Starron, 2015).
Gambar 2.b mekanisme kontraksi otot
I.2.3 Sumber Energi
Sumber energi utama untuk gerakan (kontraksi) otot yaitu adenosin tri fosfat (ATP).
Akan tetapi, jumlah yang tersedia hanya dapat digunakan untuk kontraksi dalam waktu
beberapa detik saja (Fadhilah, 2012). Jika kontraksi otot melebihi waktu maksimalnya,
serabut otot harus membuat lebih banyak ATP. Serabut otot mempunyai tiga cara untuk
memproduksi ATP : dari keratin fosfat, melalui proses pernapasan seluler anaerobik dan
melalui proses pernapasan seluler aerobik ( Tortora & Derrickson, 2011).
Keratin adalah molekul asam amino yang disintesis di hati, jantung, dan pankreas
dan ditransportasikan ke serabut otot (Fadhilah, 2012). Kreatin fosfat sebagai sumber pertama
dalam kontraksi otot karena paling cepat dalam menghasilkan energi. Ketika otot istirahat,
cadangan ATP diubah dalam bentuk keratin fostat. Enzim keratin fosfat mengakatalisis
perubahan fosfat dari ATP menjadi keratin fosfat dan ADP ( Tortora & Derrickson, 2011).
Ketika kontraksi otot terus berlangsung dan jumlah keratin fosfat menipis, glukosa
dipecah melalui proses glikolisis untuk menghasilkan dua molekul ATP dan molekul asam
piruvat (Freunderich, 2010). Saat aktivitas olahraga berat berlangsung dan jumlah oksigen
yang tersedia sedikit asam piruvat diubah menjadi asam laktat, proses tanpa oksigen ini
dinamakan pernapasan anaerobik sel. ATP juga dapat dihasilkan dari proses pernapasan
aerobik yang membutuhkan oksigen. Asam piruvat memasuki mitokondria dan mengalami
oksidasi total menghasilkan ATP, karbon dioksida, air dan panas ( Tortora & Derrickson,
2011). Jumlah energi yang dihasilkan paling banyak didapatkan dari pernapasan
aerobik, kemudian pernapasan anaerobik dan paling sedikit dari perombakan keratin
fosfat ( Guyton & Hall, 2011).
I.3 Otot dalam Olahraga
I.3.1 Definisi
Olahraga adalah aktivitas otot tubuh yang sadar dan dibutuhkan energi diatas kondisi
istirahat. Merupakan kondisi terencana dan terstruktur dengan tujuan untuk meningkatkan
satu atau lebih komponen kebugaran jasmani (Plowman dan Smith, 2011).
I.3.2 Aplikasi
A. Lari
Menurut Widya (dalam Baihaqi, 2014), lari adalah frekuensi langkah yang dipercepat
sehingga pada waktu berlari ada kecenderungan badan melayang. Artinya pada waktu lari
kedua kaki tidak menyentuh tanah sekurang-kurangnya satu kaki tetap menyentuh tanah.
Menurut Zafar (dalam Baihaqi, 2014) ketika berlari, dibutuhkan kerja otot yang
optimal untuk mendapatkan kecepatan yang maksima. Kecepatan adalah hasil kecepatan
gerakan dari kontraksi otot secara cepat dan kuat melaluli gerakan yang halus dan efesien.
Pada dasarnya ada 3 tipe otot yang bekerja saat lari yaitu primer (primary), pendukung
(supporting) dan tambahan (auxiliary). Otot yang termasuk kategori primer dalam
mendukung aktifitas lari adalah otot quadriceps, otot hamstring, otot gluteus maximus, otot
iliopsoas dan otot gastrocnemius. Otot yang termasuk kategori pendukung dalam berlari
adalah otot biceps brachii dan otot abdomen. Otot yang termasuk kategori tambahan dalam
berlari adalah otot intercostalis eksternal dan otot intercostalis internal. Sehingga dengan otot
quadriceps, otot hamstring, otot gluteus maximus, otot iliopsoas dan otot gastrocnemius
masuk kedalam otot kategori primer dalam berlari menunjukkan bahwa fungsi dan peran otot
tersebut terhadap gerakan saat lari cukup besar (Baihaqi, 2014).
Gambar 3.a otot ekstremitas bawah
I.3.3 Kelelahan Otot
Ketika olahraga terus dilakukan, otot harus tetap mendapatkan ATP. Untuk
menghasilkan ATP, tubuh harus memasok cukup oksigen ke otot dan membuang
limbah metabolisme dan panas yang dihasilkan. Semakin berat olahraga, semakin
banyak energi yang dibutuhkan otot (Freunderich, 2010).
Kelelahan otot adalah kondisi tidak mampunya otot untuk mempertahankan
kekuatan kontraksi setelah aktivitas berkepanjangan ( Tortora & Derrickson, 2011).
Kelelahan dihasilkan dari adanya perubahan dalam serabut otot, sebagai mekanisme
protektif untuk menghentikan orang dalam berolah raga berlebih sebelum otot
menjadi rusak. Sebagai hasil seseorang akan merasa kelelahan dan tidak dapat
melanjutkan olah raga (Freunderich, 2010).
Beberapa faktor berkontribusi dalam terjadinya kelelahan otot, yaitu tidak
cukup ion kalsium yang dilepaskan oleh reticulum sarkoplasmik, penipisan jumlah
keratin fosfat, glikogen dan nutrient lain sebagai bahan penghasil ATP serta tidak
cukup tersedia oksigen dalam jaringan otot untuk melakukan proses aerobik (Tortora
& Derrickson, 2011).
KESIMPULAN
1. Terdapat tiga jenis otot berdasarkan struktur, fungsi dan letaknya dalam tubuh , yaitu otot
rangka, otot jantung dan otot polos. Ketiga otot memiliki fungsi khusus dalam
menghasilkan pergerakan di bagian tertentu tubuh.
2. Otot memiliki karakteristik yaitu dapat dirangsang oleh listrik, kontraksibilitas,
ekstensibilitas dan elastisitas sehinnga mengakibatkan otot dapat melakukan gerakan.
3. Tiga lapisan jaringan ikat pelapis otot, yaitu epimisium, perimysium dan endomisium.
4. Sel otot rangka dinamakan serabut otot rangka, membran plasma disebut sarkolemma
dengan sitoplasma, sarkoplasma, terdapat retikulum sarkoplasmik dan tubulus T yang
berfungsi dalam menghasilkan kontraksi otot.
5. Setiap serabut otot memiliki banyak miofibril dan memiliki filament tebal dan tipis yang
berada dalam kompartemen disebut sarkomer.
6. Otot rangka memiliki filament tebal miosin terdiri dari kepala dan ekor dan filament tipis
aktin memiliki protein troponin dan tropomiosin serta myosin-binding site.
7. Kontraksi otot dimulai ketika ion kalsium menempel pada troponin sehingga menggeser
topomiosin dari myosin-binding site yang merupakan tempat berikatan kepala miosin
dengan aktin. Kepala miosin kemudian membentuk cross- bridge dengan aktin dan
menarik filament tipis dan cakram Z menuju ke tengah sarkomer sehingga otot
memendek.
8. Relaksasi otot terjadi ketika kepala miosin terlepas dari aktin dan troponin berubah
bentuk sehingga tropomiosin bergeser dan menutupi myosin-binding site aktin.
9. Sumber energi utama untuk gerakan (kontraksi) otot yaitu adenosin tri fosfat (ATP)
didapatkan dari hidrolisis keratin fosfat, melalui proses pernapasan seluler anaerobik dan
melalui proses pernapasan seluler aerobik.
10. Salah satu aktivitas otot adalah olahraga yang memerlukan energi dan melibatkan
kelompok otot tertentu dalam menghasilkan gerakan.
11. Otot dapat mengalami kelelahan yang merupakan kondisi tidak mampunya otot untuk
mempertahankan kekuatan kontraksi setelah aktivitas berkepanjangan.
12. Beberapa faktor yang menyebabkan kelelahan otot yaitu tidak cukup ion kalsium
yang dilepaskan oleh reticulum sarkoplasmik, penipisan jumlah keratin fosfat,
glikogen dan nutrient lain sebagai bahan penghasil ATP serta tidak cukup tersedia
oksigen dalam jaringan otot untuk melakukan proses aerobik.
DAFTAR PUSTAKA
Dorlan,W.A.2009.Dorland’s Pocket Medical Dictionary (28th ed). Mahode,A.A.
et al. 2011 (Alih Bahasa). Jakarta : EGC.
Guyton and Hall,2011. Textbook of Medical Physiology (12th ed). Singapore :
Elsevier
Tortora, G.J., Derrickson,B. 2011. Principles of Anatomy and Physiology (12th
ed). New York : John Wiley & Sons Inc.
Seidman ,R.J. 2015. Skeletal Muscle : Structure and Histology.
http://emedicine.medscape.com/
Chawla, J., Gordon,J. 2015. Muscular System Anatomy.
http://emedicine.medscape.com/
Mangla ,A., Gupta ,S. 2015. Troponins. http://emedicine.medscape.com/
Pette ,D., Starron,R.S.2015. Myosin isoforms, muscle fiber types, and transition.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
Behrmann, E., Muller, M., Penczek, P.A., Mainsten, D.J., Raunser, S. 2012.
Structure of the Rigor Actin- Tropomyosin-Myosin Complex. Journal of
Cell. 150(2): 327-338.
Fadhilah, D. 2012. Sumber Energi Untuk Gerakan Otot. http://ilmuveteriner.com/
Plowman,S.A., Smith,D.L, 2011. Exercise Physiology for Health, Fitness and
Performance (3rd ed). China : Wolters Kluwe.
Baihaqi, A.L. 2014. Pengaruh Penambahan Dyamic Stretching pada Lower
Extremity Muscles Sebelum Sprint Training Terhadap Kecepatan Lari
Sprint 100 Meter pada Siswa Sekolah Sepak Bola di Kota
Salatiga.Skripsi. Jurusan Diploma IV Fisioterapi Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Freunderich, C. 2010. How Exercise Work. http://health.howstuffworks.com/