institutional repository uin syarif hidayatullah jakarta:...

110
PENGARUH OPTIMISME DAN ADVERSITY QUOTIENT TERHADAP PROBLEM FOCUSED COPING STRESS MENYUSUN SKRIPSI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh : Umaya Sari NIM: 108070000109 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2018 M

Upload: others

Post on 15-May-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

PENGARUH OPTIMISME DAN ADVERSITY

QUOTIENT TERHADAP PROBLEM FOCUSED

COPING STRESS MENYUSUN SKRIPSI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh :

Umaya Sari

NIM: 108070000109

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2018 M

Page 2: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati
Page 3: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati
Page 4: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati
Page 5: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

v

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) September 2018

C) Umaya Sari

D) Pengaruh Optimisme dan Adversity Quotient terhadap Problem Focused

Coping Stres menyusun Skripsi

E) xiv + 88 halaman + lampiran

F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Optimisme dan

Adversity Quotient terhadap Problem Focused Coping Stres menyusun

Skripsi pada Mahasiswa/i di Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Sampel

dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i Fakultas Psikologi UIN Jakarta

yang sedang mengerjakan skripsi berjumlah 200 orang, terdiri dari

angkatan 2008 – 2011. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah proporsional sampling dan analisis data dalam

penelitian ini menggunakan uji regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa optimisme dan adversity quotient

mempengaruhi problem focused coping. Dari 8 independent variable yang

diujikan, terdapat 3 independent variable yang signifikan (permanent,

personalization, dan control). Hasil penelitian ini menunjukan proporsi

varians dari problem focused coping mahasiswa yang sedang mengerjakan

skripsi, yang dijelaskan semua independent variable sebesar 30,5% dan

69,5% sisanya dipengaruhi oleh variable lain diluar penelitian ini.

Kata kunci : optimisme, adversity quotient, problem focused coping, stres

G) Bahan bacaan: 15; 6 buku + 4 jurnal+ 5 skripsi

Page 6: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

vi

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology

B) September 2015

C) Umaya Sari

D) Effect of Optimism and Adversity Quotient on Problem Focused Coping

Thesis Stress

E) xiv + 88 pages + Appendix

F) This study aims to determine the effect of Optimism and Adversity

Quotient on Problem Focused Coping Stress in writing a Thesis in

Students at the Faculty of Psychology UIN Jakarta. The sample in this

study were students of the Faculty of Psychology UIN Jakarta who were

working on the thesis amounting to 200 people, consisting of the class of

2008 - 2011. The sampling technique used in this study was proportional

sampling and data analysis in this study using multiple regression tests.

The results of this study indicate that optimism and adversity quotient

affect problem focused coping. Of the 8 independent variables tested, there

were 3 significant independent variables (permanent, personalization, and

control). The results of this study indicate the proportion of the variance of

problem focused coping students who are working on the thesis, which

explained all independent variables of 30.5% and the remaining 69.5% are

influenced by other variables outside this study.

Key word : optimism, adversity quotient, problem focused coping, stress

G) Source : 15; 6 books + 4 journals + 5 thesis

Page 7: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkankehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

pembuatan skripsi yang berjudul “PENGARUH OPTIMISME DAN

ADVERSITY QUOTIENT TERHADAP PROBLEM FOCUSED COPING

STRES MENYUSUN SKRIPSI”

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah melibatkan banyak pihak yang

secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan kontribusi bagi penulis.

Untuk itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan pada

penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Abdurrahman Shaleh, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik

Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu

dalam kelancaran hal-hal yang berkaitan dengan skripsi.

3. Bapak Ikhwan Lutfi, M.Psi. selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan arahan, saran, bimbingan, ilmu, dan waktunya sehingga

penelitian ini dapat terselesaikan dengan maksimal.

4. Bapak Abdurrahman Shaleh, M.Si., dan Bapak Drs. Akhmad Baidun, M.Si

selaku penguji skripsi pada sidang munaqosah.

Page 8: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

viii

5. Ibu Mulya Sari Dewi, M.Si. Psikolog selaku dosen pembimbing akademik

yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan hingga selesai.

6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

selama ini telah memberikan ilmu, wawasan, dan pengetahuan, serta para staf

bagian Akademik, Umum, Keuangan, dan Perpustakaan Fakultas Psikologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu dalam proses

melengkapi persyaratan skripsi.

7. Ibuku tercinta yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan, semangat,

perhatian, dan doa yang tak pernah putus kepada penulis.

8. Sepupuku Rizka, Jazakillah Khiron Jaza atas dukungan dan pinjaman

printernya.

9. Teman-teman seperjuangan skripsi Christina, Rika, Runi, Niwah, Nani,

Atiqoh, Ika, Puranto, Sarah, Nani, Iyos, Triani, Dini, Desi, Ican, Idam dan

Wisnu.

10. Semua responden yang telah menyediakan waktunya untuk penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna pada penelitian

selanjutnya agar dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Semoga skripsi

ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca dan berkeinginan

untuk mengeksplorasi lebih lanjut.

Jakarta, 4 September 2018

Penulis

Page 9: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i

LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………….. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………………. iii

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………... iv

ABSTRAK ................................................................................................ v

ABSTRAC …………………………………………………………................ vi

KATA PENGANTAR ……………………………………………………... vii

DAFTAR ISI………………………………………………………………... ix

DAFTAR TABEL………………………………………………………...... xi

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..... xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………….

1.1 Latar Belakang Masalah………………………………….. 1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………...

1.2.1 Pembatasan Masalah………………………………. 6

1.2.2 Perumusan Masalah……………………………….. 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………….

1.3.1 Tujuan Penelitian………………………………….. 8

1.3.2 Manfaat Penelitian………………………………… 8

1.4 Sistematika Penulisan……………………………………... 9

BAB 2 LANDASAN TEORI………………………………………...........

2.1 Problem Focused Coping Stres ………..............................

2.1.1 Definisi stres………………………………….............. 11

2.1.2 Definisi Skripsi...................................................... 12

2.1.3 Definisi Problem Focused Coping............................. 12

2.1.4 Pengukuran Problem Focused Coping...................... 15

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi PFC…................ 15

2.2 Optimisme…………………………………………...............

2.2.1 Definisi Optimisme………………………................ 17

2.2.2 Ciri-ciri Individu yang Optimime………………....... 18

2.2.3 Aspek-aspek Optimisme ……………………............ 20

2.2.4 Faktor yang mempengaruhi Optimisme.................. 21

2.2.5 Pengukuran Optimisme........................................... . 23

2.3 Adversity Quotient…………………………………………..

2.3.1 Definisi Adversity Quotient ………………………... 24

2.3.2 Dimensi Adversity Quotient ……………………...... 24

2.3.3 Pengukuran Adversity Quotient …………………….. 26

2.4 Kerangka Berpikir …………………………………………... 26

2.5 Hipotesis Penelitian ………………………………………..... 29

BAB 3 METODE PENELITIAN……………………………………......

1.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel……... .. 31

1.2 Variabel Penelitian..................................................……. 32

1.3 Definisi Opresional variabel……………………………...... 33

Page 10: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

x

1.4 Instrumen pengumpulan data............................................ . 37

1.5 Uji Validitas Alat Ukur……………………………………..

1.5.1 Uji validitas alat ukur PFC...........………………… .. 41

1.5.2 Uji validitas alat ukur optimisme………….............. 42

1.5.3 Uji validitas alat ukur AQ……………..................... 46

1.6 Metode Analisis Data……………………………………….. 50

1.7 Prosedur Penelitian………………………………………..... 52

BAB 4 HASIL PENELITIAN…………………………………………....

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian……………………...... 54

4.2 Hasil Analisis Deskriptif…………………………………..... 56

4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian…………………….... 57

4.4 Uji Hipotesis Penelitian……………………………………..

4.4.1. Analisis regresi variabel penelitian............................ 63

4.4.2. Uji proporsi varian masing-masing IV....................... 67

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN……………………..

5.1 Kesimpulan………………………………………………… 70

5.2 Diskusi……………………………………………………... 71

5.3 Saran………………………………………………………..

5.3.1 Saran metodologis………………………………..... 77

5.3.2 Saran praktis……………………………………….. 78

DAFTAR PUSTAKA……................................................................... 80

LAMPIRAN…................................................................................... 82

Page 11: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Skala PFC............................................................

Tabel 3.2 Blue Print Skala Optimisme.................................................

Tabel 3.3 Blue Print Skala AQ..............................................................

Tabel 3.4 Bobot nilai pada tiap jawaban PFC, Optimisme dan AQ.........

Tabel 3.5 Muatan faktor Item PFC.......................................................

Tabel 3.6 Muatan faktor Item Permanen..............................................

Tabel 3.7 Muatan faktor Item Pervasive..............................................

Tabel 3.8 Muatan faktor Item Personalization....................................

Tabel 3.9 Muatan faktor Item Control.................................................

Tabel 3.10 Muatan faktor Origin&Ownership (O2)..............................

Tabel 3.11 Muatan faktor Item Reach&Endurance...............................

Tabel 4.1 Gambaran umum subjek penelitian.....................................

Tabel 4.2 Berdasarkan Usia.................................................................

Tabel 4.3 Berdasarkan tahun angkatan................................................

Tabel 4.4 Berdasarkan durasi (lama mengerjakan skripsi)....................

Tabel 4.5 Deskripsi statistik variabel penelitian..................................

Tabel 4.6 Tabel norma skor.................................................................

Tabel 4.7 Kategorisasi PFC.................................................................

Tabel 4.8 Kategorisasi Permanent......................................................

Tabel 4.9 Kategorisasi Pervasive........................................................

Tabel 4.10 Kategorisasi Personalization..............................................

Tabel 4.11 Kategorisasi Control............................................................

Tabel 4.12 Kategorisasi Origin&Ownership (O2).................................

Tabel 4.13 Kategorisasi Reach..............................................................

Tabel 4.14 Kategorisasi Endurance......................................................

Tabel 4.15 Tabel R square.....................................................................

Tabel 4.16 Tabel Anova.........................................................................

Tabel 4.17 Koefisien Regresi................................................................

Tabel 4.18 Proporsi Varians Untuk Masing-Masing IV..........................

Page 12: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir.................................................................

Page 13: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner……………………………………………..........

Lampiran 2 Hasil CFA.……………………………………….................

Lampiran 3 Hasil Uji Hipotesis..…………………………………..........

Page 14: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diwajibkan untuk menulis skripsi yang bertujuan

sebagai salah satu syarat kelulusan. Dalam buku Panduan penulisan skripsi Fakultas

Psikologi UIN Jakarta disebutkan definisi skripsi adalah karya ilmiah yang disusun dalam

rangka menyelesaikan pendidikan tingkat Sarjana Strata Satu. Skripsi yang ditulis harus

didukung oleh teori, data dan fakta yang objektif serta memenuhi persyaratan metodologi

ilmiah. Skripsi yang dibuat oleh mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dapat berupa penelitian di laboratorium ataupun di lapangan yang dilakukan dengan

pendekatan kuantitatif, baik eksperimen maupun non eksperimen.

Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan definisi dari skripsi adalah karangan

ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan

akademisnya. Lalu dalam Ningrum 2011, Djuharie mengemukakan definisi skripsi adalah

bukti kemampuan akademik mahasiswa yang bersangkutan dalam penelitian yang

berhubungan dengan masalah pendidikan sesuai dengan bidang studinya. Skripsi disusun dan

dipertahankan untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu.

Informasi yang peneliti dapatkan melalui wawancara singkat dengan beberapa

mahasiswa di UIN (tanggal 3-5 Maret 2013). Semua responden (mahasiswa) tingkat akhir

menjawab, bahwa menyusun skripsi merupakan tugas yang tidak ringan bahkan selalu

menjadi sumber stress utama. Dari wawancara tersebut didapatkan beberapa kendala yang

sering terjadi pada mahasiswa dalam proses menyusun skripsi, seperti kesulitan dalam

berhubungan dengan dosen pembimbing, kesulitan dalam mencari literatur, referensi maupun

data, kesulitan dalam menentukan judul, kemampuan dalam membuat tulisan, kurang

Page 15: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

2

menguasai metodologi penelitian atau konsep, kemampuan dalam mengoperasikan komputer

untuk mengolah data hasil penelitian, dan pembagian waktu (bagi mahasiswa yang kuliah

sambil bekerja).

Bagi para mahasiswa, ternyata tugas skripsi tersebut merupakan tugas yang tidak

ringan. Pada dasarnya perjalanan studi mahasiswa menjadi tersendat-sendat atau terhambat

ketika menyusun skripsi. Mahasiswa pada awalnya memiliki semangat, motivasi dan minat

yang tinggi terhadap skripsi namun keadaan tersebut menurun seiring dengan kesulitan-

kesulitan yang dialami. Kesulitan tersebut membuat mahasiswa sering putus asa dan

menyebabkan mahasiswa tidak dapat menyelesaikan studinya tepat waktu.

Menurut asumsi peneliti, mahasiswa yang sedang menyusun skripsi seringkali

mengalami stress. mahasiswa dapat disebut mengalami stress ketika mahasiswa merasakan

adanya ketidakmampuan dalam menghadapi sumber stress yang ada dan menyebabkan

tekanan dalam diri. Kondisi yang membebani tersebut yang dinamakan stress (Ningrum,

2011). Seperti yang dijelaskan Vierck (2009), bahwa ketika stress terjadi, tubuh merasakan

bahaya dan merespon dengan cara melepaskan hormon ke dalam aliran darah, yang

mempercepat detak jantung, pernapasan, dan proses fisik lainnya sehingga tubuh dapat

bereaksi cepat untuk menghindari ancaman tersebut. Reaksi alami ini dikenal sebagai respons

stress. Definisi stress oleh Selye dalam McQuad & Aikman, (1987) adalah respons non

spesifik dari badan terhadap setiap tuntutan yang dibuat atasnya.

Dalam sebuah penelitian juga dijelaskan bahwa ketika mahasiswa mengalami

pengalaman yang dianggap negatif, hal itu memiliki efek buruk pada motivasi dan kinerja

mahasiswa (Ames, 1992). Apalagi, jika berkepanjangan dan dianggap tidak terkendali,

pengalaman ini telah terbukti menimbulkan ketidak berdayaan, depresi dan stress (Carver,

Scheir, Folkman, & Lazaruz dalam Struthers, Perry, & Menec, 2000). Berangkat dari

penelitian tersebut peneliti berasumsi bahwa setiap masalah yang terjadi pada mahasiswa

Page 16: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

3

tingkat akhir yang sedang menyusun skripsi memberi dampak negatif dalam proses

menyelesaikan skripsinya.

Laksanawati (2011), mengatakan bahwa kebanyakan mahasiswa menggunakan

emotion focused coping yaitu terdiri dari usaha yang diambil untuk mengatur dan mengurangi

emosi stres, penggunaan mekanisme yang dapat menghindarkan dirinya dari berhadapan

dengan stressor (Lazarus&Folkman, 1976), seperti bepergian dengan teman-teman,

mengakses internet, merenung, tidur, makan, berorganisasi, menonton film, bermain play

station, berjumpa dengan kekasih, bertemu dengan teman-teman, bekerja, bermain musik,

mendengarkan musik, menulis. Sedangkan beberapa mahasiswa menggunakan problem

focused coping yaitu coping yang memfokuskan pada masalah ini melibatkan usaha yang

dilakukan untuk mengubah beberapa hal yang menyebabkan stress (Lazarus&Folkman,

1976), seperti membuat time table, mengerjakan skripsi secara perlahan, dan menghadapi

dosen.

Studi yang dilakukan oleh Laksanawati (2011), menyebutkan bahwa situasi stres saat

menyusun skripsi merupakan situasi yang dapat diubah karena mahasiswa masih dapat

melakukan suatu tindakan yang konstruktif untuk mengatasi masalahnya. Idealnya

mahasiswa menggunakan problem focused coping sebagai usaha mengatasi stress menyusun

skripsi. Sebagaimana yang diungkapkan lazarus & Folkman (dalam zaidner & Endler, 1996)

bahwa problem focused coping lebih adaptif dalam situasi yang dapat diubah.

Problem focused coping bertujuan mengatasi masalah secara langsung dimana

individu melakukan tindakan untuk menghilangkan atau mengubah sumber-sumber stres

sehingga dirinya benar-benar terbebas dari masalah, sekaligus juga menghindarkan

munculnya masalah lain (Carver, Scheier, Weintraub, 1989). Sumber-sumber stress tersebut

seperti membuat berbagai cara untuk mempermudah menyelesaikan masalah tersebut, dalam

hal ini memfokuskan pada membuat perencanaan terkait waktu penulisan skripsi.

Page 17: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

4

Perencanaan tersebut meliputi membuat time table (jadwal bimbingan, mencari sumber

informasi, dan menulis skripsi itu sendiri).

Dalam penelitian Laksanawati (2011), dibuktikan bahwa optimisme mempengaruhi

problem focused coping stress menyusun skripsi. Scheier, Weintraub, dan Carver (1989),

pada sampel mahasiswa menunjukkan bahwa optimisme berhubungan dengan problem

focused coping, pencarian dukungan sosial, dan menekankan aspek positif dari situasi stres.

Sedangkan, pesimisme berhubungan dengan penolakan dan penghindaran diri, berfokus pada

perasaan tertekan, dan menghindari tujuan yang terdapat stresor. Optimisme membantu

dalam mengatasi peristiwa penuh tekanan dengan menggunakan kemampuan secara lebih

efektif.

Penelitian Sari & Rachmahana (2007) pada mahasiswa pengambil skripsi, dibuktikan

bahwa semakin tinggi optimisme seseorang maka semakin tinggi pula problem focused

coping yang akan dimunculkan dan sebaliknya, ini menunjukan bahwa adanya hubungan

yang signifikan antara optimisme dengan problem focused coping pada mahasiswa pengambil

skripsi. Penelitian laksanawati, (2011) pada mahasiswa penyusun skripsi menunjukan

pengaruh yang signifikan faktor optimisme terhadap problem focused coping stress.

Seligman (2006), menyatakan optimisme adalah suatu pandangan secara menyeluruh,

melihat hal baik, berpikir positif, dan mudah memberikan makna bagi diri. Individu yang

optimis mampu menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari yang telah lalu, tidak takut pada

kegagalan, dan berusaha untuk tetap bangkit mencoba kembali bila gagal. Optimisme

mendorong individu untuk selalu berpikir bahwa sesuatu yang terjadi adalah hal yang terbaik

bagi dirinya. Hal ini membedakan dirinya dengan orang lain.

Seligman (2006) mendeskripsikan individu yang memiliki sifat optimis akan terlihat

pada aspek permanent yaitu individu sealalu menampilkan sikap hidup kearah kematangan

dan akan berubah sedikit saja dari biasanya dan ini tidak bersifat lama. Pervasive yaitu gaya

Page 18: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

5

penjelasan yang berkaitan dengan dimensi ruang lingkup yang dibedakan menjadi spesifik

dan universal, Personalization yaitu gaya penjelasan yang berkaitan dengan sumber

penyebab dan dibedakan menjadi internal dan eksternal.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap problem focused coping adalah adversity

quotient (AQ). Seperti dalam penelitian (Rahmah, 2008) bahwa ada hubungan positif yang

signifikan antara adversity quotient dengan problem focused coping hal ini berarti bahwa

wanita karier yang sudah menikah yang memiliki adversity quotient yang tinggi dia juga

memiliki problem focused coping yang tinggi pula, begitu pula sebaliknya jika wanita karier

yang sudah menikah memiliki adversity quotient yang rendah maka ia memiliki problem

focused coping yang rendah juga.

Pranandari (2008) memaparkan, sebagai salah satu sumber stres, kehidupan orang tua

tunggal wanita merupakan situasi yang dapat menimbulkan stres yang tinggi, sehingga selain

diperlukan strategi maupun usaha, diperlukan juga ketangguhan tersendiri bagi seorang ibu

agar dapat menampilkan perilaku yang adaptif dalam mengatasi situasi yang menimbulkan

stres tersebut. Ketangguhan ini dapat terlihat dari bagaimana seseorang merespon kesulitan

atau situasi yang menimbulkan stres, sehingga mampu mengatasinya.

Menurut Garmezy & Michael (dalam Pranandari, 2008) individu yang gagal dan tidak

mampu bertahan saat dihadapkan pada kesulitan hidup, akan mengembangkan pola-pola

perilaku yang bermasalah. Sebagian lainnya bisa bertahan dan mengembangkan perilaku

yang adaptif bahkan lebih baik lagi bila mereka bisa berhasil keluar dari kesulitan dan

menjalani kehidupan yang sehat. Kemampuan mengatasi kesulitan inilah yang dikemukakan

oleh Stoltz (1997) sebagai adversity quotient. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa

adversity quotient memiliki pengaruh yang signifikan terhadap toleransi terhadap stres pada

mahasiswa (Sho’imah, 2010).

Page 19: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

6

AQ memiliki aspek-aspek seperti control, origin dan ownership, reach, serta

endurance yang dapat memberikan gambaran mengenai ketangguhan individu dalam

menghadapi hambatan atau kegagalan dan dapat memprediksi apakah ia tetap terkendali

dalam menghadapi situasi atau keadaan yang sulit sehingga AQ dapat mengukur kemampuan

seseorang dalam menghadapi kesulitan (Garmezy & Michael dalam Pranandari, 2008).

Berdasarkan fenomena di atas, walaupun penelitian sejauh ini cukup banyak yang mengkaji

masalah problem focused coping namun belum ada penelitian yang mengaitkannya dengan

variabel optimisme dan juga adversity quotient serta menerapkannya pada mahasiswa yang

sedang menyusun skripsi. Penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa yang sedang menyusun

skripsi dalam memberikan informasi bagaimana cara mengidentifikasi gejala-gejala stress

yang muncul agar dapat meng-copingnya dengan baik. Oleh karena itu penulis tertarik untuk

meneliti apakah ada Pengaruh Optimisme dan Adversity Quotient terhadap Problem

Focused Coping Stress Menyusun Skripsi.

1.2 Pembatasan Masalah

Masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pengaruh optimisme dan

adversity quotient terhadap problem focused coping stress menyusun skripsi pada mahasiswa

UIN Jakarta. Oleh karena itu peneliti memberikan batasan pada masalah yang akan dibahas.

Tujuan dari pembatasan masalah ini adalah untuk menghindari terjadinya perluasan materi

yang akan dibahas, sehingga penelitian ini akan menjadi fokus dalam membahas

permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Optimisme adalah dalam penelitian ini dibatasi pada harapan positif seseorang tentang

masa depannya yang didasari oleh tiga aspek, yaitu permanent, pervasive, dan

personalization.

Page 20: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

7

2. Adversity quotient adalah dalam penelitian ini dibatasi pada suatu pengukuran tentang

bagaimana seseorang berespon terhadap kesulitan yang didasari oleh empat aspek, yaitu

control, origin dan ownership, reach serta endurance.

3. Problem focused coping adalah stres menyusun skripsi adalah usaha melakukan tindakan

langsung pada sumber stres yaitu skripsi dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah

atau mengurangi sumber stres. Dalam penelitian ini hanya diteliti mengenai active

coping, planning, suppression of competing activities, restraint coping, dan seeking of

instrumental social support.

4. Subjek yang diteliti adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2008-

2011 yang sedang menyusun skripsi.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan atas uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan optimisme dan adversity quotient terhadap

problem focused coping stress mahasiswa menyusun skripsi?

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan optimisme terhadap problem focused coping stres

menyusun skripsi?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi permanet terhadap problem focused

coping stres menyusun skripsi?

4. Apakah ada pengaruh pengaruh yang signifikan dimensi pervasive terhadap problem

focused coping stres menyusun skripsi?

5. Apakah ada pengaruh pengaruh yang signifikan dimensi personalization terhadap

problem focused coping stres menyusun skripsi?

Page 21: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

8

6. Apakah ada pengaruh pengaruh yang signifikan adversity quotien terhadap problem

focused coping stres menyusun skripsi?

7. Apakah ada pengaruh pengaruh yang signifikan dimensi control terhadap problem

focused coping stres menyusun skripsi?

8. Apakah ada pengaruh Ada pengaruh yang signifikan dimensi origin dan ownership

terhadap problem focused coping stres menyusun skripsi?

9. Apakah ada pengaruh pengaruh yang signifikan dimensi reach terhadap problem focused

coping stres menyusun skripsi?

10. Apakah ada pengaruh pengaruh yang signifikan dimensi endurance terhadap problem

focused coping stres menyusun skripsi?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya pengaruh optimisme

dan adversity quotient terhadap problem focused coping stress mahasiswa menyusun skripsi.

Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui variabel mana yang paling

berpengaruh terhadap problem focused coping stress mahasiswa menyusun skripsi, yaitu

optimisme seperti permanent, pervasive, dan personalization serta adversity quotient seperti

aspek control, origin and ownership, reach dan endurance.

1.4.2 Manfaat Penelitian

1.4.2.1 Manfaat Teoritis

1. Sebagai sumbangan pengetahuan terhadap keilmuan di bidang psikologi.

2. Sebagai referensi tambahan bagi para peneliti berikutnya yang ingin meneliti lebih

jauh tentang problem focused coping.

Page 22: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

9

1.4.2.2 Manfaat Praktis

1. Penelitian ini dapat memberikan informasi pada mahasiswa, dosen pembimbing

maupun akademisi tentang pentingnya meningkatkan optimisme dan adversity

quotient untuk memunculkan problem focused coping guna penyelesaian masalah

yang lebih baik.

2. Diharapkan para peneliti selanjutnya memperoleh gambaran dan melihat hah-hal lain

yang dapat mempengaruhi problem focused coping dan melakukan penelitian lebih

lanjut.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam membahas tema yang diteliti, penulis membagi dalam lima bab

dengan sistematika sebagai berikut:

Bab 1: Pendahuluan

Merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, pembatasan masalah penelitian,

perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab 2: Landasan Teori

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang terkait dengan variabel penelitian,

yaitu teori optimisme, adversity quotient, dan problem focused coping, serta kerangka

berpikir dan hipotesis penelitian.

Bab 3: Metode Penelitian

Pada bab ini akan dibahas tentang populasi dan sampel, variabel penelitian, prosedur

pengumpulan data, pengujian validitas alat ukur, teknik analisis data dan prosedur penelitian.

Bab 4: Hasil Penelitian

Page 23: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

10

Pada bab ini, peneliti menguraikan gambaran subjek penelitian, deskripsi data, analisis data, dan

hasilnya.

Bab 5: Kesimpulan, diskusi dan saran

Pada bab ini peneliti akan merangkum kesleruhan isi penelitian dan menyimpulkan hasil

penelitia. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi dan saran.

Page 24: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

11

BAB 2

KAJIAN TEORI

2.1 Problem focused coping stres menyusun skripsi

2.1.1 Definisi stres

Stres adalah suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidak sesuaian antara situasi yang

diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis, atau sistem sosial individu tersebut

(Sarafino, 2006). Maksudnya apabila dikaitkan dengan mahasiswa adalah ketidaksesuaian

yang dihadapi oleh mahasiswa berada pada tuntutan lingkungan dengan sumber daya yang

dimiliki mahasiswa. Mengelola perasaan dan cara prilaku mahasiswa ditentukan oleh

bagaimana mahasiswa tersebut mengkontruksi lingkungannya agar dapat berdamai dengan

berbagai macam kondisi yang dialami.

Menurut Lazarus & Folkman (1984) stres menekankan pada hubungan antara orang dengan

lingkungannya. Maksudnya ada usaha untk mengelola tuntutan yang dilakukan tanpa

meghiraukan sukses atau tidaknya hasil dari usaha. Sama halnya seperti yang di ajarkan

dalam agama bahwa tugas seorang hamba adalah berusaha semaksimal mungkin, jika sudah

maksimal usahanya serahkan hasilnya kepada Allah SWT.

Menurut Hans Selye dalam Quade dan Aikman (1987) menyebutkan bahwa stres adalah

respons non spesifik dari badan terhadap suatu tuntutan yang dibuat atasnya. Maksudnya

ketika stress terjadi, tubuh merasakan bahaya dan merespon dengan cara melepaskan hormon ke

dalam aliran darah, yang mempercepat detak jantung, pernapasan, dan proses fisik lainnya sehingga

tubuh dapat bereaksi cepat untuk menghindari ancaman tersebut. Reaksi alami ini dikenal sebagai

respons stress.

Dalam sebuah penelitian juga dijelaskan bahwa ketika mahasiswa mengalami

pengalaman yang dianggap negatif, hal itu memiliki efek buruk pada motivasi dan kinerja

Page 25: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

12

mahasiswa (Ames, 1992). Apalagi, jika berkepanjangan dan dianggap tidak terkendali,

pengalaman ini telah terbukti menimbulkan stress (Carver, Scheier, Folkman&Lazarus,

dalam Struther, Perry&Menec, 2000). Sehingga masa depan akademis mereka terancam.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menggunakan teori dari Lazarus dan Folkam

(1984) bahwa stres merupakan keadaan yang dihasilkan dari interaksi individu dengan

lingkungannya yang menyangkut kondisi biologis, psikologis atau psikososial individu

tersebut.

2.1.2 Definisi Skripsi

Skripsi adalah karya ilmiah yang disusun dalam rangka menyelesaikan pendidikan tingkat

sarjana strata satu (S1). Skripsi yang ditulis harus di dukung oleh teori, data dan fakta yang

objektif serta memenuhi persyaratan metodologi ilmiah. Skripsi yang dibuat oleh mahasiswa

Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat berupa penelitian di laboratorium

ataupun di lapangan yang dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, baik eksperimen maupun

non eksperimen. (Panduan penulisan skripsi dengan pendekatan kuantitatif).

Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan definisi dari skripsi adalah karangan

ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan

akademisnya. Djuharie (dalam Ningrum, 2011) mengemukakan definisi skripsi adalah bukti

kemampuan akademik mahasiswa yang bersangkutan dalam penelitian yang berhubungan

dengan masalah pendidikan sesuai dengan bidang studinya. Skripsi disusun dan

dipertahankan untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu.

2.1.3 Defnisi Problem Focused Coping

Fungsi coping adalah sebagai suatu usaha yang dilakukan seorang individu untuk

menghadapi masalah yang muncul atau mengelola tanggapan emosionalnya dalam

menghadapi suatu masalah. Dua fungsi coping inilah yang akan megarahkan coping pada dua

Page 26: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

13

macam karakteristik yang dimilikinya yaitu problem focused coping dan emotional focused

coping (Sarafino, 1990). Dalam penelitian ini, peneliti hanya memakai salah satu

karakteristik dari coping yaitu problem focused coping.

Problem focused coping bertujuan untuk mengubah dinamika fisik situasi yang

sedang dihadapi. PFC adalah sebuah strategi eksternal yang sangat efektif saat manipulasi

situasi dimungkinkan terjadi. Secara lebih jauh lagi problem focused coping dapat diartikan

sebagai suatu strategi untuk mengatasi masalah (problem coping) dengan cara melawan

sumber masalah yang muncul (Sari & Rachmahana, 2007).

Menurut Lazarus dalam buku Psychology, The Sciene of Mind and Behavior

(Santrock, 1991) problem focused coping adalah sebuah strategi kognitif yang digunakan

dalam mengatasi tekanan oleh seorang individu yang menghadapi masalah dan mencoba

untuk memecahkan masalah tersebut.

Folkman dkk, dalam Carver, Scheir & Weintraub (1989) mengemukakan bahwa

problem focused coping mempunya fungsi mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh

dengan stres atau menyelesaikan masalah yang dihadapi hingga tuntas sehingga menghambat

masalah lain. Carver, Scheir & Weintraub (1989) mendefinisikan problem focused coping

sebagai usaha untuk melakukan tindakan langsung pada sumber stres dengan tujuan untuk

meyelesaikan masalah atau mengurangi sumber stres.

Dapat disimpulkan bahwa problem focused coping adalah usaha untuk melakukan

sesuatu yang konstruktif dan tindakan langsung pada sumber stres untuk menyelesaikan

masalah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori dari Carver, Scheir & Weintraub

(1989), problem focused coping stres menyusun skripsi adalah usaha melakukan tindakan

langsung pada sumber stres yaitu skripsi, dengan tujuan untuk menyelesaikan atau

mengurangi sumber stres.

Page 27: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

14

Carver, Shceir & Wientraub (1989) mengemukakan lima dimensi Problem focused

coping terdiri dari :

1. Active coping

Proses pengambilan langkah aktif untuk menghilangkan stres atau untuk meringankan

dampaknya, memperbaiki efek yang diberikan oleh stresor tersebut meliputi, melakukan

suatu tindakan yang langsung sifatnya untuk menghilangkan stres, meningkatkan usaha-usaha

secara bertahap untuk menghilangkan stres.

2. Planning

Memikirkan bagaimana cara untuk mengatasi stres. Termasuk didalamya adalah memikirkan

suatu strategi untuk bertindak, langkah-langkah apa yang harus diambil dan bagaimana cara

paling baik untuk mengatasi masalah.

3. Suppressing of competing activites.

Salah satu bentuk coping yang di fokuskan pada masalah adalah individu berusaha

membatasi ruang gerak/aktifitas dirinya yang tidak berhubungan dengan masalah. Dalam hal

ini individu mengurangi keterlibatannya dalam kegiatan lain yang juga membutuhkan

perhatian untuk dapat berkonsentrasi penuh pada tantangan maupun ancaman yang

dialaminya.

Mengesampingkan atau mengabaikan aktifitas lain, menghindari terjadinya gangguan

kejadian lain, membiarkan masalah muncul sehingga dapat berdamai dengan stresor.

4. Restraint coping

Menunggu sampai ada kesempatan yang tepat untuk bertindak, menahan diri dan tidak

bertindak secara premature. Coping ini dapat dilihat sebagai strategi yang aktif dalam arti

tingkah lakunya dilakukan untuk mengatasi stresor, namun juga dapat dilihat secara pasif

karena dalam strategi ini individu tidak melakukan tindakan apapun.

Page 28: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

15

5. Seeking social support for instrumental reasons

Yaitu usaha yang dilakukan individu berupa mencari nasihat, bantuan atau informasi dari

orang lain yang dapat membantu individu dalam mengatasi masalah.

Dari pemaparan yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis

coping stress yang akan diteliti yaitu problem focused coping (active coping, planning,

restraint, coping, seeking social support for instrumental reasons dan suppressing of

competing activites).

2.1.4 Pengukuran problem focused coping

Peneliti menggunakan skala yang disusun berdasarkan teori Carver, Scheir & Weintraub

(1989) meliputi aspek problem focused coping yaitu; active coping, planning, suppression of

competing activities, reistraint coping dan seeking of instrumental social support. Secara

keseluruhan, item pada skala tersebut berjumlah 20 item.

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Problem focused coping

Menurut Lazarus & Folkman (1984), faktor-faktor yang mempengaruhi problem- focused

coping adalah:

1. Kesehatan dan Energi (health and energy)

Kesehatan dan energi mempengaruhi berbagai macam bentuk strategi coping pada individu

dan juga stres. Apabila individu dalam keadaan rapuh, sakit, lelah, lemah, tidak mampu

melakukan coping dengan baik. Sehingga kesehatan fisik menjadi faktor penting dalam

menentukan strategi coping pada individu.

Page 29: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

16

2. Keyakinan yang positif (positive beliefs)

Penilaian diri secara positif dianggap sebagai sumber psikologis yang mempengaruhi strategi

coping pada individu. Setiap individu memiliki keyakinan tertentu yang menjadi harapan dan

upaya dalam melakukan strategi coping pada kondisi apapun. Sehingga penilaian mengenai

keyakinan yang positif merupakan sumber strategi coping, hal ini dipertegaskan seorang

penulis Norman Vincent Peale yang mengatakan fungsi kekuatan berfikir positif dan

memiliki kemampuan menjadikan individu memiliki pengalaman yang baik.

3. Kemampuan Pemecahan Masalah (problem solving skill)

Kemampuan pemecahan masalah pada individu meliputi kemampuan mencari informasi,

menganalisis situasi yang bertujuan mengidentifikasi masalah untuk menghasilkan alternatif

yang akan digunakan pada individu, mempertimbangkan alternatif yang akan digunakan,

mempertimbangkan alternatif dengan baik agar dapat mengantisipasi kemungkinan yang

terburuk, memilih dan menerapkan sesuai dengan tujuan pada masing-masing individu, hal

ini merupakan faktor yang mempengaruhi strategi coping.

Penelitian Jahnke, dkk (1995) mengenai penyelesaian masalah dipengaruhi oleh keadaan

emosi setiap individu. Keadaan emosi individu dipengaruhi oleh usia, juga perbedaan usia

mempengaruhi strategi penyelesaian yang akan dilakukan individu. Individu yang

menyelesaikan masalah dengan cara menghindar cenderung memiliki keadaan emosi yang

tidak matang. Sedangkan individu yang menyelesaikan masalah secara langsung cenderung

memiliki kematangan emosi.

3. Keterampilan sosial (social skills)

Keterampilan sosial merupakan faktor yang penting dalam strategi coping karena pada

dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, sehingga individu membutuhkan untuk

bersosialisasi. Keterampilan sosial merupakan cara untuk menyelesaikan masalah dengan

orang lain, juga dengan keterampilan sosial yang baik memungkinkan individu tersebut

Page 30: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

17

menjalin hubungan yang baik dan kerjasama dengan individu lainya, dan secara umum

memberikan kontrol perilaku kepada individu atas interaksi sosialnya dengan individu lain.

4. Dukungan sosial (social support)

Setiap individu memiliki teman yang dekat secara emosional, pengetahuan, dan dukungan

perhatian yang merupakan faktor yang mempengaruhi strategi coping pada individu dalam

mengatasi stres, terapi perilaku, epidemologi sosial.

5. Sumber material (material resources)

Sumber material salah satunya adalah keuangan, keadaan keuangan yang baik dapat menjadi

sumber strategi coping pada individu. Secara umum masalah keuangan dapat memicu stres

individu yang mengakibatkan meningkatnya pilihan dalam strategi coping untuk bertindak.

Salah satu manfaat material bagi individu mempermudah individu dalam kepentingan hukum,

medis, keuangan dan lain-lain. Hal ini menyebabkan individu yang memiliki materi dapat

mengurangi resiko stres.

2.1 Optimisme

2.1.5 Definisi optimisme

Lopez dan Synder (2003) berpendapat optimisme adalah suatu harapan yang ada pada

individu bahwa segala sesuatu akan berjalan menuju kearah kebaikan. Perasaan optimisme

membawa individu pada tujuan yang diinginkan, yakni pada diri dan kemampuan yang

dimiliki. Sikap optimisme menjadikan seseorang keluar dengan cepat dari permasalahan yang

dihadapi karena adanya pemikiran dan perasaan memiliki kemampuan, juga didukung dengan

anggavpan bahwa setiap orang memiliki keberuntungan sendiri-sendiri.

Seligman (2006) mendefinisikan sikap optimis sebagai suatu sikap yang

mengharapkan hasil yang positif dalam menghadapi masalah, dan berharap untuk mengatasi

stress dan tantangan sehari-hari secara efektif, Seligman (2006) menjelaskan terbentuknya

pola pikir optimis tergantung juga pada cara pandang seseorang pada perasaan dirnya bernilai

Page 31: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

18

atau tidak. Perasaan bernilai dan berarti biasanya tumbuh dari pengakuan oleh lingkungan.

Optimisme yang tinggi yang berasal dari dalam diri individu dan dukungan yang berupa

penghargaan dari orang-orang tertentu membuat individu merasa dihargai dan berarti.

kebiasaan berpikir optimis itu bisa dipelajari siapa saja, sebab tidak ada seorangpun yang

ingin menjadi pesimis.

Berkaitan dengan pengertian optimisme, Shapiro (1997) mendefinisikan sebagai

kebiasaan berpikir positif, cara yang positif dan realistis dalam memandang suatu masalah.

Berpikir positif merupakan suatu bentuk berpikir yang berusaha untuk mencapai hasil terbaik

dari keadaan terburuk.

Optimisme adalah suatu rencana atau tindakan untuk menggali yang terbaik dari diri

sendiri, bertanggung jawab penuh atas hidup, membangun cinta kasih dalam hidup dan

menjaga agar antusisme tetap tinggi (Mc. Ginnis, 1995).

Bersikap optimis menurut Vaughan (2002) diartikan sebagai sikap percaya diri bahwa

individu mempunyai kemampuan menghasilkan sesuatu yang baik. optimisme sebenarnya

adalah kemampuan memperkirakan kebahagiaan yang mungkin terjadi berdasarkan reaksi

individu terhadap suatu situasi, dengan kata lain belajar memandang hidup ini sebagai akibat

dari tindakan individu sendiri.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai

pengertian optimisme adalah berpikir secara positif dan mengharapkan hasil yang positif,

mempunyai kepercayaan diri, serta berusaha menggali yang terbaik dalam dirinya sendiri dan

mengharapkan hasil yang terbaik dari suatu situasi.

2.2.2 Ciri-ciri Individu yang Optimis

Orang yang optimis adalah orang yang mengharapkan hasil positifnya. Seorang yang optimis

berharap untuk mengatasi stres dan tantangan sehari-hari secara efektif, sebaliknya orang

Page 32: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

19

yang pesimis adalah mereka yang mengharapkan hasil negatif dan tidak berharap untuk

mengatasi masalah dengan berhasil (Scheier dan Carver dalam Matthews dkk, 1999).

Ciri pokok yang membedakan pesimisme dan optimisme ialah orang yang pesimis

ketika menghadapi suatu masalah cenderung berkeyakinan bahwa masalah yang dihadapi

akan berlangsung lama dan mengacaukan sisi-sisi kehidupan lainnya. Orang pesimis berpikir

bahwa masalah timbul akibat kesalahannya sendiri" Sebaliknya, ketika menghadapi masalah

atau kegagalan, orang yang optimis akan berpikir bahwa hal itu akan berlangsung lama dan

tidak membuat seluruh kehidupannya menjadi bermasalah. Orang yang optimis juga percaya

bahwa lingkungan turut memberi andil atas peristiwa yang dialaminva. (Seligman, 2006).

Kebiasaan berpikir optimis itu bisa dipelajari oleh siapa saja, sebab tidak ada seorang pun

yang ingin menjadi pesimis.

Berbicara tentang ciri-ciri optimis, seorang yang optimis cenderung percaya bahwa

kegagalan hanvalah kemunduran sementara, yang penyebabnya terbatas pada satu hal.

Optimis juga percaya bahwa kegagalan bukanlah kesalahan individu. keadaan sekitar, nasib

buruk atau orang Iain yang mempengaruhinya dan jika dihadapkan pada nasib buruk, mereka

merasakannya sebagai tantangan dan akan berusaha keras (Seligman, 1991).

Mc. Ginnis (1995) berhasil merumuskan 12 ciri khas optimis yaitu, (a) optimis jarang

merasa terkejut oleh kesulitan ; (b) optimis mencari pemecahan sebagian ; (c) optimis merasa

yakin bahwa individu mempunyai pengendalian atas masa depannya ; (d) optimis

memungkinkan terjadinya pembaharuan secara teratur ; (e) optimis menghentikan alur

pemikiran individu yang negatif ; (f) optimis meningkatkan kekuatan apresiasi individu ; (g)

optimis menggunakan imajinasi individu untuk melatih sukses ; (h) optimis selalu gembira

bahkan ketika individu tidak bisa merasa bahagia ; (i) optimis merasa yakin bahwa individu

memiliki kemampuan yang hampir tidak terbatas untuk diulur ;(j) optimis membina banyak

Page 33: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

20

cinta dalam kehidupan individu ; (k) optimis suka bertukar berita baik ; (1) optimis menerima

apa yang tidak bisa diubah.

Setelah merumuskan ciri-ciri optimis di atas Mc. Ginnis (1995) menambahkan bahwa

kaum optimis ini tidak harus dilahirkan dengan pembawaan periang, dan merekapun tidak

menjalani kehidupan yang menyenangkan. Jauh dari itu, banyak diantara mereka yang

dibesarkan dalam lingkungan yang sangat negatif, dan hampir semuanya menderita suatu

kemunduran yang menghancurkan bagian dari kehidupannya.

2.2.4 Aspek-aspek Optimisme

Untuk mengetahui optimis tidaknya seseorang, dapat diketahui cara berpikir dia terhadap

penyebab terjadinya suatu peristiwa. Ketika individu biasa melihat penyebab dari suatu

peristiwa buruk sebagai sesuatu yang menetap (Stabil), (global), dan internal. Misalnya "itu

merupakan salah saya", "saya mengira ini terjadi pada saya", "kejadian ini sering menimpa

saya", dapat dikatakan bahwa gaya penjelasan mereka pesimistik. Digunakannya istilah

pesimistik, karena gaya yang terus menerus menyoroti peristiwa buruk terjadi dan berlaku

pada seluruh usaha nampak ditangkap sebagai apa yang biasanya diartikan sebagai

pesimisme serta melihat hal-hal yang baik dalam cara yang berbeda dikatakan gaya

optimistik (Zullow dkk, 1988).

Seligman (2006) menamakan cara atau gaya yang menjadi kebiasaan individu dalam

menjelaskan kepada diri sendiri mengapa suatu peristiwa terjadi sebagai gaya penjelasan

(explanatory style). Gaya penjelasan yang dipakai merupakan indikator optimis atau

pesimisnya seseorang. Gaya penjelasan tersebut lebih dari sekedar apa yang dikatakan

seseorang ketika menemui kegagalan melainkan juga merupakan kebiasaan berpikir yang

dipelajari sejak masa kanak-kanak dan masa remaja (Darmaji, 1996). Dasar dari gaya

penjelasan tersebut terbentuk melalui cara pandang- terhadap diri dan lingkungannya apakah

dirinya merasa berharga dan layak atau tidak.

Page 34: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

21

Menurut Seligman (2006), gaya penjelasan seseorang terdiri dari tiga aspek yaitu,

permanent, pervasive, personalization.

1. Permanent yaitu merupakan gaya penjelasan masalah yang berkaitan dengan waktu,

yaitu temporer dan permanen. Orang yang pesimis akan menjelaskan kegagalan atau kejadian

yang menekan dengan cara menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dengan kata-

kata "selalu", dan "tidak pernah", sebaliknya orang yang optimis akan melihat peristiwa yang

tidak menyenangkan sebagai sesuatu yang terjadi secara temporer, yang terjadi dengan kata-

kata "kadang-kadang", dan melihat sesuatu yang menyenangkan sebagai sesuatu yang

permanen atau tetap.

2. Pervasive yaitu gaya penjelasan yang berkaitan dengan dimensi ruang lingkup,

dibedakan menjadi spesifik dan universal, orang yang pesimis akan mengungkap pola pikir

dalam menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dengan cara universal. Orang yang

pesimis akan mengungkap pola pikir dalam menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan

dengan cara universal, sedangkan orang yang optimis dengan cara spesifik. Dalam

menghadapi peristiwa yang menyenangkan, orang yang optimis melihatnya secara universal

atau keseluruhan, sedangkan orang yang pesimis memandang peristiwa menyenangkan

disebabkan oleh faktor-faktor tertentu.

3. Personalization yaitu gaya penjelasan yang berkaitan dengan sumber penyebab,

intenal dan eksternal. Orang yang optimis memandang masalah-masalah yang menekan dari

sisi masalah lingkungan (eksternal) dan memandang peristiwa yang menyenangkan berasal

dari dalam dirinya (internal). Sebaliknya, orang yang pesimis memandang masalah-masalah

yang menekan bersumber dan dalam dirinya (internal) dan menganggap keberhasilan sebagai

akibat dari situasi diluar dirinya (eksternal).

Page 35: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

22

Disimpulkan bahwa aspek-aspek dalam optimisme adalah Permanent (berkaitan

dengan waktu), Pervasive (berkaitan dengan ruang lingkup), dan Personalization (berkaitan

dengan sumber penyebab).

2.2.5 Faktor yang mempengaruhi optimisme

Orang pesimis berpikir bahwa setiap masalah timbul akibat kesalahannya sendiri. sebaliknya,

ketika menghadapi masalah atau kegagalan, orang optimis akan berpikir bahwa hal itu tidak

akan berlangsung lama dan tidak membuat seluruh segi kehidupannya menjadi bermasalah.

Menurut Seligman (1991), cara berpikir yang digunakan individu akan mempengaruhi

hampir seluruh bidang kehidupannya antara lain dalam bidang berikut:

1. Pendidikan

Dalam bidang prestasi orang yang pesimis berada dibawah potensi mereka yang

sesungguhnya, sedangkan orang optimis dapat melebihi potensi yang mereka miliki. Orang

yang optimis lebih berhasil daripada orang yang pesimis meskipun orang yang pesimis itu

mempunyai minat dan bakat yang relatif sebanding.

2. Pekerjaan

Individu yang berpandangan optimis lebih ulet menghadapi berbagai tantangan, sehingga

akan lebih sukses dalam bidang pekeijaan dibandingkan individu yang berpandangan

pesimis. Eksperimen menunjukkan bahwa orang yang optimis mengerjakan tugas-tugas

dengan lebih baik di sekolah, kuliah dan pekerjaan (Seligman, 1991)

3. Lingkungan

Menurut Clark (dalam Mc. Ginnis, 1995) tumbuhnya optimisme dipengaruhi oleh

pengalaman bergaul dan orang-orang. Mendukung pendapat Clark, Seligman (1995)

menambahkan bahwa kritik pesimis dari orang-orang yang dihormati, seperti orangtua, guru,

dan pelatih akan membuat individu segera memulai kntik terhadap dirinya dengan gaya

penjelasan yang pesimis pula. Pengalaman bennteraksi antara anak dan orangtuanya juga

Page 36: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

23

mempengaruhi pembentukan gaya penjelasan anak. Akibat interaksinya sehari-hari itu, gaya

penjelasan yang biasa diucapkan orangtua dalam menjelaskan penyebab terjadinya suatu

peristiwa yang akan ditiru oleh anak.

4. konsep diri

Individu dengan konsep diri yang tinggi selalu termotivasi untuk menjaga pandangan yang

positif tentang dirinya dan jika individu memandang hal-hal positif dalam dirinya maka

individu tersebut akan melakukan refleksi din dan akan merefleksi pengalamannya yang

bermacam-macam dan apa yang dia ketahui sehingga individu dapat mengetahui dirinya dan

dunia sekitarnya (Bandura, 1986).

Pengalaman individu tersebut terdiri atas pengalaman penguasaan dan ketidakberdayaan.

Kegagalan dan ketidakberdayaan yang melebihi batas, seperti kematian ibu sejak masa

kanak-kanak, penganiayaan fisik, percekcokan orangtua yang terus menerus dapat merusak

konsep diri seseorang dan dapat merusak pandangan optimistik. Namun sebaliknya,

tantangan tidak terduga yang menghasilkan penguasaan dapat menjadi titik awal perubahan

kedalam optimisme yang akan berlangsung sepanjang waktu (Seligman, 1995).

2.2.6 Pengukuran Optimisme

Data optimisme pada mahasiswa tingkat akhir diukur dengan menggunakan skala optimisme

yang disusun oleh peneliti dan mengacu pada teori Seligman (1991). Aspek yang diukur

mengacu pada tiga gaya penjelsan, yaitu permanent, pervasive dan personalization. Ketiga

gaya penjelasan tersebut dibuat dalam suatu pernyataan yang menggambarkan suatu peristiwa

favorable (mendukung atribut yang diukur) dan unfavorable (tidak mendukung atribut yang

diukur). Skala optimisme pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi terdiri dari 36 item.

Page 37: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

24

2.2 Adversity Quotient (AQ)

2.2.5 Definisi Adversity Quotient (AQ)

Paul G. Stolz (2007) mengungkapkan bahwa salah satu cara untuk mengatasi tantangan atau

kesulitan bagi setiap individu yaitu dengan meningkatkan Adversity Quotient (AQ). Ia

menyatakan bahwa AQ adalah kecerdasan dan kemampuan yang dimiliki seseorang didalam

mengatasi kesanggupan untuk bertahan hidup.

Menurut Pepper (dalam Stoltz, 2007) AQ merupakan ukuran sekaligus falsafah

sebagai ukuran, AQ mempersatukan riset psikologi kognitif, psikoneuroimunologi, dan

neurofisiologi untuk membentuk suatu gambaran lengkap tentang bagaimana cara seseorang

mendekati kesulitan dan mengapa. Sedangkan sebagai falsafah, AQ menyajikan sebuah cara

untuk membingkai kembali kehidupan.

Dari kedua definisi diatas, peneliti mengambil mengambil definisi dari teori Stoltz

(2007) yaitu, bahwa AQ adalah kecerdasan dan kemampuan yang dimiliki seseorang didalam

mengatasi kesulitan untuk bertahan hidup. Menurut Paul G. Stoltz (2007) terdapat empat

dimensi dalam AQ yang sering di singkat dengan CO2RE yaitu:

1. C = Control (Kendali)

Dimensi control (kendali) mempertanyakan seberapa banyak kendali yang dirasakan

terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan. Individu yang memiliki skor tinggi

pada dimensi control, cenderung lebih mampu bertahan dalam menghadapi kesulitan dan

tetap konsisten pada tujuan yang ingin dicapainya. Ia pun lebih lihai dalam mencari

pemecahan dari masalah yang dihadapinya serta akan mengambil tindakan yang akan

menghasilkan lebih banyak kendali lagi. Sedangkan individu yang memiliki skor control

rendah akan merasa bahwa kesulitan atau peristiwa buruk yang dialaminya berada di luar

kontrolnya dan hanya sedikit yang dapat ia lakukan untuk mencegah ataupun membatasi

Page 38: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

25

akibat yang ditimbulkannya (menyerah pada nasib). Semakin rendah skor control yang

dimiliki individu, maka semakin besar kemungkinannya ia merasa kelelahan akibat

perubahan hidup sehari-hari, padahal tidak seharusnya demikian.

2. O2 = Origin dan Ownership (Asal Usul dan Pengakuan)

Origin dan Ownership mempertanyakan dua hal, yaitu apa atau siapa yang menjadi penyebab

kesulitan dan sejauh mana individu merasa turut bertanggung jawab atas suatu kesulitan yang

terjadi, apapun penyebabnya. Kondisi ideal pada saat dihadapkan pada situasi sulit atau

kemalangan adalah individu tidak terlalu menyalahkan diri sendiri sekaligus tetap merasa

bertanggung jawab untuk mengatasi kesulitan yang dialami. Individu dengan skor O2 yang

tinggi akan mencerminkan kemampuan untuk menghindari perilaku menyalahkan diri sendiri

yang tidak perlu sambil menempatkan tanggung jawab pada tempatnya yang tepat.

Sedangkan individu dengan skor O2 yang rendah merespon kesulitan sebagai sesuatu yang

terutama merupakan kesalahannya dan menganggap peristiwa yang baik sebagai

keberuntungan yang berasal dari luar. Menolak pengakuan dengan menghindarkan diri dari

tanggung jawab.

3. R = Reach (Jangkauan)

Dimensi ini mempertanyakan sejauh mana kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain

dalam kehidupan. Reach menentukan seberapa besar individu mempersepsikan masalah yang

ada akan berkembang atau tidak. Individu dengan skor reach yang tinggi akan merespon

kesulitan sebagai sesuatu yang spesifik dan terbatas. Individu dengan skor reach yang rendah

akan memandang kesulitan sebagai sesuatu yang merasuki wilayah-wilayah lain dalam

kehidupannya.

Page 39: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

26

4. E = Endurance (Daya Tahan)

Dimensi ini mempertanyakan dua hal, yaitu seberapa lama suatu kesulitan akan berlangsung

dan seberapa lama pula penyebab kesulitan itu akan terus ada. Semakin rendah skor

endurance, semakin besar pula individu mempersepsikan kesulitan dan/atau penyebabnya

akan berlangsung lama. Individu dengan skor endurance yang tinggi akan memandang

kesuksesan sebagai sesuatu yang berlangsung lama dan permanen, sebaliknya kesulitan

sekaligus penyebabnya akan dipandang sebagai sesuatu yang bersifat sementara, cepat

berlalu, dan sangat kecil kemungkinannya untuk terulang lagi. Sedangkan individu dengan

skor endurance rendah cenderung mempersepsikan kesulitan dan penyebabnya sebagai

sesuatu yang bersifat permanen dan di sisi lain, kesuksesan ataupun keberhasilan yang ia

capai hanyalah sesuatu yang sifatnya sementara waktu saja.

Dari penjelasan tentang dimensi adversity quotient di atas maka dapat disimpulkan

AQ terdiri dari empat dimensi, yaitu control (kendali), origin dan ownership (asal usul dan

pengakuan), reach (jangkauan) dan endurance (daya tahan).

2.2.6 Pengukuran Adversity Quotient

Peneliti membuat sendiri alat ukur dengan mengacu pada teori dimensi AQ oleh Paul G.

Stoltz (2007). skala dibuat menjadi model likert dengan pilihan jawaban sangat setuju (SS),

setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS) serta memilih beberapa dari 30 item

tersebut menjadi 22 item dengan item yang sesuai dengan apa yang diteliti.

2.2.7 Kerangka berpikir

Dalam menjalankan perannya, mahasiswa dituntut untuk menyelesaikan kuliahnya tepat

waktu. Masa ideal menempuh kuliah untuk strata satu adalah delapan semester dalam empat

tahun. Mahasiswa tingkat strata satu diwajibkan menusun skripsi sebagai syarat kelulusan.

Skripsi Dalam buku Panduan penulisan skripsi Fakultas Psikologi UIN Jakarta disebutkan

Page 40: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

27

definisi skripsi adalah karya ilmiah yang disusun dalam rangka menyelesaikan pendidikan

tingkat Sarjana Strata Satu. Skripsi yang ditulis harus di dukung oleh teori, data dan fakta

yang objektif serta memenuhi persyaratan metodologi ilmiah. Skripsi yang dibuat oleh

mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat berupa penelitian di

laboratorium ataupun di lapangan yang dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, baik

eksperimen maupun non eksperimen.

Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan definisi dari skripsi adalah karangan

ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan

akademisnya. Lalu dalam Ningrum 2011, Djuharie mengemukakan definisi skripsi adalah

bukti kemampuan akademik mahasiswa yang bersangkutan dalam penelitian yang

berhubungan dengan masalah pendidikan sesuai dengan bidang studinya. Skripsi disusun dan

dipertahankan untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu.

Setiap mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi memiliki tingkat kesulitan

masing-masing seperti; kesulitan dalam berhubungan dengan dosen pembimbing, kesulitan

dalam mencari literatur, referensi maupun data, kesulitan dalam menentukan judul,

kemampuan dalam membuat tulisan, kurang menguasai metodologi penelitian atau konsep,

kemampuan dalam mengoperasikan komputer untuk mengolah data hasil penelitian, dan

pembagian waktu (bagi mahasiswa yang kuliah sambil bekerja). Berbagai kesulitan tersebut

berdampak pada timbulnya kecemasan yang semakin intens sehingga mengakibatkan stres.

Untuk itu dibutuhkan strategi pemecahan masalah (coping stress) yang merupakan

segala usaha untuk mengurangi stres tersebut. Dalam peneltian ini digunakan strategi jenis

pfc (problem focused coping), karena strategi coping jenis ini memfokuskan pada masalah

serta melibatkan usaha yang dilakukan untuk mengubah beberapa hal yang menyebabkan

stres (stressor). Bertujuan untuk memgurangi tuntutan dari situasi dan meningkatan usaha

individu dalam menghadapi masalah tersebut.

Page 41: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

28

Ada dua faktor yang mempegaruhi problem focused coping stres menyusun skripsi

yaitu optmisme dan adversity quotient. Situasi yang dapat menimbulkan stress tinggi

memerlukan strategi maupun usaha selain itu diperlukan juga keyakinan dan pandangan

positif serta ketangguhan tersendiri bagi seseorang agar dapat menampilkan perilaku yang

adaptif dalam mengatasi situasi yang menimbulkan stres tersebut. Keyakinan dan pandangan

positif pada masalah yang dihadapi disebut optimisme dan ketangguhan dalam mengatasi

kesulitan disebut adversity quotient.

Untuk membuktikan kedua faktor tersebut berpengaruh pada PFC, ada beberapa

penelitian yang menunjukan bahwa optimisme dan adversity quotient berpengaruh terhadap

PFC. Untuk mengatasi berbagai kesulitan atau kendala dalam proses penyusunan skripsi,

mahasiswa perlu memiliki optimisme yaitu suatu harapan yang ada pada indivisu bahwa

segala sesuatu akan berjalan kea rah yang baik (Snyder & Lopez, 2002). Mahasiswa yang

optimis memiliki gaya penjelasan seperti yang diterangkan oleh Seligman (2006), bahwa ada

tiga gaya penjelsan dalam optimisme yang berpengaruh terhadap problem focused coping

yakni; permanent, pervasive dan personalization.

Begitu juga dengan ketangguhan mahasiswa dalam menghadapi kesulitan dalam

proses menyusun skripsi. Ketangguhan menghadapi kesulitan tersebut berpengaruh terhadap

problem focused coping stres menyusun skripsi. Ketangguhan tersebut dinamakan dengan

adversity quotient, seperti yang dikatakan oleh Stoltz (2007), bahwa AQ dengan kelima

aspeknya yakni; CO2RE (control, origin&ownership, reach and endurance), yang juga

berpengaruh terhadap PFC adalah kecerdasan dan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam

mengatasi kesulitan dan kesanggupan untuk bertahan hidup, dalam penelitian ini kesulitan-

kesulitan tersebut ditemukan mahasiswa dalam proses menyusun skripsi.

Page 42: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

29

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berfikir

Keterangan: Problem focused coping sebagai dependent variabel, sedangkan variabel

lainnya (optimisme dan adversity quotient) sebagai independent variabel.

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, dan kerangka berpikir yang

telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Optimisme

Permanent

Pervasive

Personalization

Problem Focused

Coping Stres

menyusun skripsi

Adversity Quotient

Control

Origin dan Ownership

Reach

Endurance

Page 43: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

30

a. Hipotesis Mayor

Ha: “Ada pengaruh yang signifikan optimisme dan adversity quotient terhadap problem

focused coping stres menyusun skripsi.”

b. Hipotesis Minor

H1: “Ada pengaruh yang signifikan optimisme terhadap problem focused coping stres

menyusun skripsi.”

H2: “Ada pengaruh yang signifikan dimensi permanet terhadap problem focused coping

stres menyusun skripsi.”

H3: “Ada pengaruh yang signifikan dimensi pervasive terhadap problem focused coping

stres menyusun skripsi.”

H4: “Ada pengaruh yang signifikan dimensi personalization terhadap problem focused

coping stres menyusun skripsi.”

H5: “Ada pengaruh yang signifikan adversity quotien terhadap problem focused coping

stres menyusun skripsi.”

H6: “Ada pengaruh yang signifikan dimensi control terhadap problem focused coping

stres menyusun skripsi.”

H7: “Ada pengaruh yang signifikan dimensi origin dan ownership terhadap problem

focused coping stres menyusun skripsi.”

H8: “Ada pengaruh yang signifikan dimensi reach terhadap problem focused coping

stres menyusun skripsi.”

H9: “Ada pengaruh yang signifikan dimensi endurance terhadap problem focused

coping stres menyusun skripsi.”

Page 44: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

31

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan tentang populasi dan sampel, teknik sampling, variabel

penelitian, definisi operasional variabel, uji validitas instrument, teknik analisis data, serta

prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian.

3.1 Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta angkatan 2008 – 2011 yang sedang menyusun skripsi. Data yang diperoleh peneliti

berjumlah 250 orang, dengan rincian tahun angkatan 2008 berjumlah 54 orang, 2009

berjumlah 56 orang, 2010 berjumlah 40 orang, dan 2011 berjumlah 100 orang.

Berdasarkan populasi tersebut, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel

nonprobability sampling jenis Sampling Aksidental atau Accidental Sampling, yaitu teknik

penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu

dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dilihat orang yang kebetulan ditemui itu

memiliki kriteria yang sesuai sebagai sumber data. Peluang dari setiap individu dalam

populasi tidak diketahui berapa besarnya untuk menjadi sampel penelitian. Sehingga

didapatkan jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 200 mahasiswa Fakultas Psikologi

UIN yang sedang menyusun skripsi dari angkatan 2008 – 2011 (Bungin, 2005).

Page 45: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

32

3.2 Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.2.1 Problem Focused Coping

Variabel PFC dalam penelitian ini sebagai dependen variabel (variable terikat) yang

terdiri dari lima dimensi, yaitu;

1) Active coping

2) Planning

3) Suppression of competing activities

4) Reistrain coping

5) Seeking of instrumental social support

3.2.2 Optimisme

Optimisme dalam penelitian ini sebagai independen variable (variable bebas) yang terdiri

dari tiga dimensi, yaitu:

1) Permanent

2) Pervasive

3) Personalization

3.2.3 Adversity Quotient

Adversity Quotient dalam penelitian ini sebagai independen variabel (variabel bebas)

yang terdiri dari empat dimensi, yaitu:

1) Control

2) Origin & ownership

3) Reach

4) Endurance

Page 46: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

33

3.3 Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini, peneliti menentukan definisi operasional dari variabel-variabel

penelitian yang akan digunakan. Adapun penjelasan definisi operasional variabel adalah

sebagai berikut:

3.3.1 Problem Focused Coping (PFC)

Problem focused coping sebagai usaha untuk melakukan tindakan langsung pada

sumber stres dengan tujuan untuk meyelesaikan masalah atau mengurangi sumber stress

(Carver, Scheir & Weintraub, 1989) yang terdiri dari lima dimensi yakni; active coping,

planning, restraint, coping, seeking social support for instrumental reasons dan suppressing

of competing activites.

1. Active coping

Proses pengambilan langkah aktif untuk menghilangkan stres atau untuk meringankan

dampaknya, memperbaiki efek yang diberikan oleh stresor tersebut. Meliputi, melakukan

suatu tindakan yang langsung sifatnya untuk menghilangkan stres, meningkatkan usaha-usaha

secara bertahap untuk menghilangkan stres.

2. Planning

Memikirkan bagaimana cara untuk mengatasi stres. Termasuk didalamya adalah memikirkan

suatu strategi untuk bertindak, langkah-langkah apa yang harus diambil dan bagaimana cara

paling baik untuk mengatasi masalah.

3. Suppressing of competing activites.

Salah satu bentuk coping yang di fokuskan pada masalah adalah individu berusaha

membatasi ruang gerak/aktifitas dirinya yang tidak berhubungan dengan masalah. Dalam hal

ini individu mengurangi keterlibatannya dalam kegiatan lain yang juga membutuhkan

perhatian untuk dapat berkonsentrasi penuh pada tantangan maupun ancaman yang

Page 47: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

34

dialaminya. Mengesamingkan atau mengabaikan aktifitas lain, menghindari terjadinya

gangguan kejadian lain, membiarkan masalah muncul sehingga dapat berdamai dengan

stresor.

4. Restraint coping

Menunggu sampai ada kesempatan yang tepat untuk bertindak, menahan diri dan tidak

bertindak secara premature. Coping ini dapat dilihat sebagai strategi yang aktif dalam arti

tingkah lakunya dilakukan untuk mengatasi stresor, namun juga dapat dilihat secara pasif

karena dalam strategi ini individu tidak melakukan tindakan apapun.

5. Seeking social support for instrumental reasons

Yaitu usaha yang dilakukan individu berupa mencari nasihat, bantuan atau informasi dari

orang lain yang dapat membantu individu dalam mengatasi masalah.

3.3.2 Optimisme

Seligman, (1991) mendefinisikan sikap optimis sebagai suatu sikap yang mengharapkan hasil

yang positif dalam menghadapi masalah, dan berharap untuk mengatasi stress dan tantangan

sehari-hari secara efektif. Variabel ini terdiri dari tiga dimensi;

1. Permanent

Merupakan gaya penjelasan masalah yang berkaitan dengan waktu, yaitu temporer dan

permanen. Orang yang pesimis akan menjelaskan kegagalan atau kejadian yang menekan

dengan cara menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dengan kata-kata "selalu", dan

"tidak pernah", sebaliknya orang yang optimis akan melihat peristiwa yang tidak

menyenangkan sebagai sesuatu yang terjadi secara temporer, yang terjadi dengan kata-kata

"kadang-kadang", dan melihat sesuatu yang menyenangkan sebagai sesuatu yang permanen

atau tetap.

Page 48: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

35

2. Pervasive

Adalah gaya penjelasan yang berkaitan dengan dimensi ruang lingkup, dibedakan menjadi

spesifik dan universal, orang yang pesimis akan mengungkap pola pikir dalam menghadapi

peristiwa yang tidak menyenangkan dengan cara universal. Orang yang pesimis akan

mengungkap pola pikir dalam menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dengan cara

universal, sedangkan orang yang optimis dengan cara spesifik. Dalam menghadapi peristiwa

yang menyenangkan, orang yang optimis melihatnya secara universal atau keseluruhan,

sedangkan orang yang pesimis memandang peristiwa menyenangkan disebabkan oleh faktor-

faktor tertentu.

3. Personalization

Yaitu gaya penjelasan yang berkaitan dengan sumber penyebab, intenal dan eksternal. Orang

yang optimis memandang masalah-masalah yang menekan dari sisi masalah lingkungan

(eksternal) dan memandang peristiwa yang menyenangkan berasal dari dalam dirinya

(internal). Sebaliknya, orang yang pesimis memandang masalah-masalah yang menekan

bersumber dan dalam dirinya (internal) dan menganggap keberhasilan sebagai akibat dari

situasi diluar dirinya (eksternal)

3.3.3 Adversity Quotient

Adversity Quotient (AQ) adalah kecerdasan dan kemampuan yang dimiliki seseorang didalam

mengatasi kesulitan untuk bertahan hidup (Stoltz, 2007), terdapat empat dimensi dalam AQ yang

sering di singkat dengan CO2RE yaitu:

1. C = Control (Kendali)

Dimensi control (kendali) mempertanyakan seberapa banyak kendali yang dirasakan

terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan. Individu yang memiliki skor tinggi

pada dimensi control, cenderung lebih mampu bertahan dalam menghadapi kesulitan dan

Page 49: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

36

tetap konsisten pada tujuan yang ingin dicapainya. Ia pun lebih lihai dalam mencari

pemecahan dari masalah yang dihadapinya serta akan mengambil tindakan yang akan

menghasilkan lebih banyak kendali lagi. Sedangkan individu yang memiliki skor control

rendah akan merasa bahwa kesulitan atau peristiwa buruk yang dialaminya berada di luar

kontrolnya dan hanya sedikit yang dapat ia lakukan untuk mencegah ataupun membatasi

akibat yang ditimbulkannya (menyerah pada nasib). Semakin rendah skor control yang

dimiliki individu, maka semakin besar kemungkinannya ia merasa kelelahan akibat

perubahan hidup sehari-hari, padahal tidak seharusnya demikian.

2. O2 = Origin dan Ownership (Asal Usul dan Pengakuan)

Origin dan Ownership mempertanyakan dua hal, yaitu apa atau siapa yang menjadi penyebab

kesulitan dan sejauh mana individu merasa turut bertanggung jawab atas suatu kesulitan yang

terjadi, apapun penyebabnya. Kondisi ideal pada saat dihadapkan pada situasi sulit atau

kemalangan adalah individu tidak terlalu menyalahkan diri sendiri sekaligus tetap merasa

bertanggung jawab untuk mengatasi kesulitan yang dialami. Individu dengan skor O2 yang

tinggi akan mencerminkan kemampuan untuk menghindari perilaku menyalahkan diri sendiri

yang tidak perlu sambil menempatkan tanggung jawab pada tempatnya yang tepat.

Sedangkan individu dengan skor O2 yang rendah merespon kesulitan sebagai sesuatu yang

terutama merupakan kesalahannya dan menganggap peristiwa yang baik sebagai

keberuntungan yang berasal dari luar. Menolak pengakuan dengan menghindarkan diri dari

tanggung jawab.

3. R = Reach (Jangkauan)

Dimensi ini mempertanyakan sejauh mana kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain

dalam kehidupan. Reach menentukan seberapa besar individu mempersepsikan masalah yang

ada akan berkembang atau tidak. Individu dengan skor reach yang tinggi akan merespon

Page 50: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

37

kesulitan sebagai sesuatu yang spesifik dan terbatas. Individu dengan skor reach yang rendah

akan memandang kesulitan sebagai sesuatu yang merasuki wilayah-wilayah lain dalam

kehidupannya.

4. E = Endurance (Daya Tahan)

Dimensi ini mempertanyakan dua hal, yaitu seberapa lama suatu kesulitan akan berlangsung

dan seberapa lama pula penyebab kesulitan itu akan terus ada. Semakin rendah skor

endurance, semakin besar pula individu mempersepsikan kesulitan dan/atau penyebabnya

akan berlangsung lama. Individu dengan skor endurance yang tinggi akan memandang

kesuksesan sebagai sesuatu yang berlangsung lama dan permanen, sebaliknya kesulitan

sekaligus penyebabnya akan dipandang sebagai sesuatu yang bersifat sementara, cepat

berlalu, dan sangat kecil kemungkinannya untuk terulang lagi. Sedangkan individu dengan

skor endurance rendah cenderung mempersepsikan kesulitan dan penyebabnya sebagai

sesuatu yang bersifat permanen dan di sisi lain, kesuksesan ataupun keberhasilan yang ia

capai hanyalah sesuatu yang sifatnya sementara waktu saja.

3.4 Instrumen Pengumpulan Data

Peneleitian ini menggunakan instrument berupa skala dan kuesioner yang terdiri dari:

1. Isian biodata subjek penelitian. Angket ini berisikan pertanyaan mengenai biodata

responden, seperti inisial. Usia, jenis kelamin, semester dan sudah berapa lama

mengerjaan skripsi.

2. Skala Problem ocused coping dari alat ukur yang di buat sendiri oleh peneliti dengan

mangacu teori dari Carver, Scheir & Weintraub (1989). PFC yang diukur berdasarkan

dimensinya yakni active coping, planning, restraint, coping, seeking social support for

instrumental reasons dan suppressing of competing activites.

Page 51: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

38

Tabel 3.1

Tabel Blue Print Skala Problem Focused Coping

Dimensi Favorable Unfavorable Jumlah

Active coping 1, 3, 7, 13,

19

11 6

Planning 8, 17 9 3

Suppression

of competing activities

2, 12, 16,

18

- 4

Reistrain coping 15 6, 10 3

Seeking social support

for instrumental reason

4, 5, 14 20 4

Jumlah 15 5 20

3. Skala optimisme yang akan digunakan dalam penelitian ini berdasarkan gaya

penjelasan menurut Seligman, (2006). Table blue print optimisme dapat dilihat pada

table 3.2

Tabel 3.2

Tabel Blue Print Skala Problem Focused Coping

Dimensi Subdimensi Favorable Unfavorable Jumlah

Permanent Mempunyai

harapan masa

depan

5, 10, 11 - 3

Mempunyai

keyakinan

untuk maju

8, 9, 12, 2 4

Tidak mudah

menyerah

1, 3, 6, 25,

28

4, 7, 22 8

Mempunyai

semangat untuk

berjuang

29 - 1

Pervasive Mampu

berpikir

rasional

15, 18, 26, 32 27, 14 6

Mampu

mengolah

masalah

19, 21 16 3

Mempunyai

tujuan hidup

- 13, 24 2

Mampu

menerima

31, 35 30, 33 4

Page 52: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

39

keadaan

Personalization Mempunyai

penghargaan

diri

17 - 1

Percaya kepada

kemampuan

diri sendiri

34 20, 23 3

Menyukai diri

sendiri

- 36 1

Jumlah 22 36

4. Skala yang akan digunakan dalam penelitian ini berdasarkan dimensi dari teori

Adversity Quotient oleh Paul G. Stoltz (2007). Table blue print AQ dapat dilihat pada

table 3.3

Tabel 3.3

Tabel Blue Print Skala Adversity Quotient

Dimensi Favorable Unfavorable Jumlah

Control 2, 4, 8, 14, 17,

19,22

5 8

Origin &

Ownership

1, ,3, 6, 9, 13, 18, 16 7

Reach 12, 20, 21 7 4

Endurance 10, 11, 15, - 3

Jumlah 19 3 22

Pilihan jawaban untuk skala problem focused coping, optimisme, dan adversity

quotient terdiri dari empat macam, yaitu;

1. SS, apabila subjek sangat setuju atas pernyataan yang diberikan

2. S, apabila subek setuju atas setiap pernyataan yang diberikan

3. TS, apabila subjek tidak setuju atas pernyataan yang diberikan

4. STS, apabila subjek sangat tidak setuju atas pernyataan yang diberikan

Pada setiap pernyataan, peneliti memberikan nilai atau bobot tertentu sebagaimana

yang ditunjukan pada table 3.4

Page 53: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

40

Tabel 3.4

Tabel bobot nilai tiap jawaban pada skala problem focused coping,

optimisme dan adversity quotient

Skala Favorable Unfavorable

SS 4 1

S 3 2

TS 2 3

STS 1 4

3.5 Uji Validitas Alat Ukur

Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian terhadap validitas konstruk

alat ukur. Untuk menguji validitas konstruk digunakan CFA (Confirmatory Factor

Aanalysis) dengan menggunakan software Lisrel 8.70. Adapun logika dari CFA menurut

Umar (2012) sebagai berikut:

1. Bahwa ada konsep atau trait yang didefinisikan secara oprasional sehingga dapat disusun

pertanyaan atau pernyataan yang mengukurnya. Trait ini disebut faktor, sedangkan

pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-

itemnya.

2. Diteorikan setiap item-itemnya hanya mengukur satu factor saja, begitu pun subskala

hanya mengukur satu faktor saja. Artinya baik item maupun subskala bersifat

unidimensional.

3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks kerelasi antar

item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matrik korelasi ini disebut

sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang disebut

matrik S. jika teori itu benar (unidimensional) maka tentunya tidak akan ada perbedaan

antara matrik ∑- dengan matrik S atau juga dinyatakan dengan ∑−S꞊0.

Page 54: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

41

4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi-square.

Jika hasil chi-square tidak signifikan p > 0.05, maka hipotesis nihil tersebut “tidak

ditolak”, artinya teori unidimensional tersebut dapat diterima, bahwa item hanya

mengukur satu faktor saja.

5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau tidak

mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil t-test tidak

signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur,

bila perlu item yang demikian didrop dan sebaliknya.

6. Selanjutnya, apabila dari CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya negatif,

maka item tersebut harus didrop. Sebab hal tersebut tidak sesuai dengan sifat item, yang

bersifat positif (favorable).

7. Seluruh item dihitung skor faktornya. Skor faktor dihitung untuk menghindari estimasi

bias dari kesalahan pengukuran. Jadi pengukuran skor faktor ini tidak menjumlahkan

item-item variabel seperti pada umumnya, tetapi dihitung pada true score pada tiap skala.

Skor faktor yang dianalisis adalah skor faktor yang bermuatan positif dan signifikan.

Adapun rumus T score yaitu (Umar, 2011):

faktor skor

Keterangan: 10 adalah nilai standar deviasi dan 50 adalah nilai mean.

8. Langkah terakhir setelah didapatkan faktor skor yang telah berubah menjadi T skor,

nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi.

3.5.1 Uji validitas konstruk problem focused coping

Peneliti menguji apakah 20 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya

mengukur problem focused coping. Dari hasil analisis CFA yang telah dilakukan dengan

model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square 1251,45, df = 170, P-value = 0,0000,

Page 55: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

42

RMSEA = 0,179. Sehingga peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh

model fit dengan nilai Chi-Square = 989,74 163, P-value = 0,05871, RMSEA = 0,016. Nilai

Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05, yang artinya model satu faktor dapat diterima yang

berarti seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu problem focused coping.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang

hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka

dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5.

Tabel 3.5

Muatan faktor item problem focused coping

No.item Koefisien Standar

error Nilai t Signifikan

1 0,75 0,07 11,13 √

2 0,44 0,07 5,97 √

3 0,63 0,07 9,02 √

4 0,62 0,07 8,77 √

5 0,02 0,08 0,20 X

6 0,40 0,08 5,28 √

7 0,38 0,08 5,41 √

8 0,41 0,08 5,41 √

9 0,58 0,07 8,06 √

10 -0,52 0,07 -7,08 X

11 10,06 0,07 10,06 √

12 0,58 0,07 8,03 √

13 0,43 0,07 5,82 √

14 0,73 0,07 10,88 √

15 0,55 0,07 7,65 √

16 0,51 0,07 16,94 √

17 0,75 0,07 11,32 √

18 0,50 0,07 6,84 √

19 0,79 0,07 12,09 √

20 0,20 0,08 2,62 √

Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan.

Page 56: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

43

Berdasarkan table 3.5 dapat dilihat koefisien muatan faktor dari item yang tidak signifikan.

Dengan demikian item tersebut harus didrop dan tidak dapat dihitung skor faktornya. Artinya

bobot nilai pada item tersebut tidak akan diikut sertakan dalam analisis statistic uji hipotesis.

Apabila skor faktor dari setiap item telah diperoleh maka skor tersebut yang akan dianalisis

dalam uji hipotesis korelasi dan regresi

3.5.2 Uji validitas konstruk optimisme

1. Permanent

Peneliti menguji apakah 16 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya

mengukur dimensi permanent. Dari hasil analisis CFA yang telah dilakukan dengan model

satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square 717,39, df = 104, P-value = 0,0000, RMSEA

= 0,172. Sehingga peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh

model fit dengan nilai Chi-Square = 457,50, df = 96, P-value = 0,0516, RMSEA = 0,013.

Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05, yang artinya model satu faktor dapat diterima

yang berarti seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu permanent.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang

hendak diukur, sekaligus menentukan apakah perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan

pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan

dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.6.

Page 57: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

44

Tabel 3.6

Muatan faktor Permanent

Keterngan tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dari tabel 3.6, semua item pada dimensi permanent memiliki koefisien muatan faktor yang

signifikan. Selanjutan melihat muatan faktor, apakah ada yang bermuatan negatif, maka

diketahui tidak ada item yang bermuatan negatif.

2. Pervasive

Peneliti menguji apakah 15 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya

mengukur dimensi pervasive. Dari hasil analisis CFA yang telah dilakukan dengan model

satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square 700,50, df = 90, P-value = 0,0000, RMSEA

= 0,185. Sehingga peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh

model fit dengan nilai Chi-Square = 444,10 df = 4, P-value = 0,005709, RMSEA = 0.014.

Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05, yang artinya model satu faktor dapat diterima

yang berarti seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu pervasive.

No.item Koefisien

Standar

error Nilai t Signifikan

1 0,42 0,07 5,67 √

2 0,46 0,07 6,23 √

3 0,26 0,08 3,37 √

4 0,21 0,08 2,68 √

5 0,49 0,07 6,64 √

6 0,64 0,07 9,18 √

7 0,26 0,08 3,46 √

8 0,37 0,07 10,83 √

9 0,85 0,06 13,57 √

10 0,73 0,07 10,90 √

11 0,94 0,06 15,64 √

12 0,63 0,07 8,95 √

22 0,16 0,08 2,11 √

25 0,33 0,08 4,32 √

28 0,27 0,08 3,52 √

Page 58: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

45

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang

hendak diukur, sekaligus menentukan apakah perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan

pengujian hipotesis nilai tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan

dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.7.

Tabel 3.7

Muatan faktor pervasive

Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Berdasarkan table 3.7 dapat dilihat koefisien muatan faktor dari item yang tidak signifikan.

Dengan demikian item tersebut harus didrop dan tidak dapat dihitung skor faktornya. Artinya

bobot nilai pada item tersebut tidak akan diikut sertakan dalam analisis statistic uji hipotesis.

Apabila skor faktor dari setiap item telah diperoleh maka skor tersebut yang akan dianalisis

dalam uji hipotesis korelasi dan regresi.

3. Personalization

Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya

mengukur dimensi pervasive. Dari hasil analisis CFA yang telah dilakukan dengan model

No.item Koefisien Standar

error Nilai t Signifikan

13 0,47 0,08 5,87 √

14 0,37 0,08 4,48 √

15 0,43 0,08 5,27 √

16 0,52 0,08 6,47 √

18 0,43 0,08 5,24 √

19 0,43 0,08 5,30 √

6 0,47 0,08 5,89 √

21 0,51 0,08 6,34 √

26 0,49 0,08 6,06 √

27 0,02 0,08 0,21 X

30 0,41 0,08 5,68 √

31 0,46 0,08 5,68 √

32 0,35 0,08 4,29 √

33 0,61 0,08 7,87 √

35 0,37 0,08 4,45 √

Page 59: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

46

satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square 35,65, df = 5, P-value = 0,0000, RMSEA =

0,175. Sehingga peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh

model fit dengan nilai Chi-Square = 5,06 df = 2, P-value = 0,16779, RMSEA = 0.059. Nilai

Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05, yang artinya model satu faktor dapat diterima yang

berarti seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu personalization.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang

hendak diukur, sekaligus menentukan apakah perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan

pengujian hipotesis nilai tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan

dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.8.

Tabel 3.8

Muatan faktor personalization

keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dari tabel 3.8, semua item pada dimensi personalization memiliki koefisien muatan faktor

yang signifikan. Selanjutan melihat muatan faktor, apakah ada yang bermuatan negatif, maka

diketahui tidak ada item yang bermuatan negatif.

3.5.3 Uji validitas konstruk adversity quotient

1. Control

Peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya

mengukur dimensi control. Dari hasil analisis CFA yang telah dilakukan dengan model satu

No.item Koefisien Standar

error Nilai t Signifikan

17 0,92 0,11 8,68 √

20 0,52 0,08 6,13 √

23 0,21 0,08 2,74 √

34 0,28 0,08 3,60 √

36 0,40 0,08 5,03 √

Page 60: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

47

faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square : 358,71, df = 20, P-value = 0,292, RMSEA =

0,0000. Sehingga peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh

model fit dengan nilai Chi-Square = 194,89 df = 16, P-value = 0,05104, RMSEA = 0,023.

Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05, yang artinya model satu faktor dapat diterima

yang berarti seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu control.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang

hendak diukur, sekaligus menentukan apakah perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan

pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan

dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.9.

Tabel 3.9

Muatan faktor control

keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dari tabel 3.9, semua item pada dimensi control memiliki koefisien muatan faktor yang

signifikan. Selanjutan melihat muatan faktor, apakah ada yang bermuatan negatif, maka

diketahui tidak ada item yang bermuatan negatif.

No.item Koefisien Standar

error Nilai t Signifikan

2 1,43 0,07 8,59 √

4 0,58 0,07 8,59 √

5 0,48 0,07 6,89 √

8 0,16 0,07 2,15 √

14 0,37 0,07 5,23 √

17 0,83 0,06 13,73 √

19 0,96 0,06 17,04 √

22 0,33 0.07 4,60 √

Page 61: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

48

2. Origin & ownership

Peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya

mengukur dimensi origin & ownership. Dari hasil analisis CFA yang telah dilakukan dengan

model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square : 365,26, df = 44, P-value = 0.00000,

RMSEA = 0.175. Sehingga peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh

model fit dengan nilai Chi-Square = 90,70 df = 10, P-value = 0,05023, RMSEA = 0,021.

Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05, yang artinya model satu faktor dapat diterima

yang berarti seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu control.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang

hendak diukur, sekaligus menentukan apakah perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan

pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan

dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.10.

Tabel 3.10

Muatan faktor origin&ownership

keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dari tabel 3.10, semua item pada dimensi control memiliki koefisien muatan faktor yang

signifikan. Selanjutan melihat muatan faktor, apakah ada yang bermuatan negatif, maka

diketahui tidak ada item yang bermuatan negatif.

No.item Koefisien Standar

error Nilai t Signifikan

7 0,63 0,08 7,74 √

12 0,78 0,09 8,95 √

20 0,56 0,08 7,04 √

21 0,16 0,08 1,93 √

10 1,04 0,011 9,41 √

11 0,71 0,09 7,77 √

15 0,33 0,08 4,33 √

Page 62: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

49

3. Reach &Endurance

Pada konstruk reach dan endurance peneliti menguji faktor dengan menggabungkan kedua

dimensi. Hal ini dikarenakan jumlah item yang hanya terdiri dari tujuh item. Sehingga untuk

keperluan analisis dengan menggunakan software lisrel, maka peneliti menggunakan seluruh

item untuk dianalisis secara bersamaan. dari hasil uji analisis faktor konfirmatori dengan

model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square 11,57, df = 2, P-value = 0,00307,

RMSEA = 0,155. Sehingga peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh

model fit dengan nilai Chi-Square = 0,00 df = 0, P-value = 1,00000, RMSEA = 0,000. Nilai

Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05, yang artinya model satu faktor dapat diterima yang

berarti seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu reach dan endurance.

Tahapan selanjutnya melihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor yang

hendak diukur pada dimensi reach (item no. 7, 12, 20, 21), dan endurance (item no. 10, 11,

15). Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor item.

Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti

pada tabel 3.11.

Table 3.11

Muatan faktor item reach dan endurance

No.item Koefisien Standar

error Nilai t Signifikan

1 1,01 0,05 19,63 √

3 0,34 0,07 4,93 √

6 0,83 0,06 14,09 √

9 0,36 0,07 5,26 √

13 0,76 0,06 12,63 √

16 0,15 0,07 2,11 √

18 0,59 0,06 9,15 √

Page 63: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

50

Pada tabel tersebut, kedua item memiliki nilai koefisien t > 1,96 sehingga semua item

dinyatakan valid.

3.6 Metode Analisis Data

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Metode

analisis regresi berganda ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh lebih dari satu

variable bebas (IV) dalam penelitian ini optimisme (permanent, pervasive, personalization)

dan adversity quotient (control, origin&ownership, reach, dan endurance) terhadap variable

terikat (DV) yaitu problem focused coping. Pada penelitian ini, analisis statistic regresi

berganda dihitung dengan menggunakan SPSS versi 19.

Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah:

=a b1X1 b2X2 b3X3 b4X4 b5X5 b6X6 b7X7 e

Keterangan:

Y : nilai prediksi Y (problem focused coping)

a : konstansta (intercept)

b : koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X

X1 : permanent, , personalization

X2 : pervasive

X3 : personalization

X4 : control

X5 : origin&ownership

X6 : reach

X7 : endurance

e : residu

Page 64: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

51

Untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model yang paling

sesuai (memilki error yang kecil), dibutuhkan beberapa pengujian dan analisis sebagai

berikut:

1. R2 (koefisien determinasi berganda)

Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu regresi berganda antara optimisme

(permanent, pervasive, personalization) dan adversity quotient (control, origin&ownership,

reach, endurance). Tinggi problem focused coping yang disebabkan oleh faktor-faktor yang

telah disebutkan tadi, ditunjukan oleh koefisien determinasi berganda atau R2. R

2

menunjukan variasi oleh perubahan variabel dependen (Y) yang disebabkan variabel

independen (X) atau digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen

(X) terhadap variabel dependen (Y), atau merupakan proporsi varian dari intense yang

dijelaskan oleh optimisme (permanent, pervasive, personalization) dan adversity quotient

(control, origin&ownership, reach, endurance). Untuk dapat menilai R2 digunakan rumus

sebagai berikut:

2. Uji hipotesis tentang R2 (Uji F)

Selanjutnya R2 diuji untuk membuktikan apakah regresi Y dan X signifikan atau tidak maka

digunakanlah uji F. untuk membuktikan hal tersebut menggunakan rumus:

Di mana k adalah jumlah variabel bebas (IV) dan N adalah jumlah sampel. Dari uji F

yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah independen variabel yang diuji memilki

pengaruh terhadap variabel terikat (DV).

Page 65: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

52

3. Uji hipotesis tentang koefisien regresi (Uji t)

Kemudian dilanjutkan dengan uji t di mana ini digunakan untuk melihat apakah pengaruh

yang diberikan IV (X) signifikan dengan DV (Y). oleh karena itu, sebelum didapat nilai t dari

setiap IV harus didapat dahulu nilai standar eror estimate dari b (koefisien regresi) yang

didapatkan melalui akar mean square dibagi SS. Setelah didapat niali Sb barulah bisa

dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri.

Uji t dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Di mana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar eror dari b. Hasil uji t ini akan

diperoleh dan hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti nantinya.

3.6 Prosedur Penelitian

Sebelum turun ke lapangan, peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti, kemudian

menentukan variabel penelitian, yaitu problem focused coping, optimisme, dan adversity

quotient. Selanjutnya penulis melakukan studi pustaka untuk melihat masalah tersebut dari

sudut pandang teoritis. Setelah mendapat teori-teori secara lengkap, kemudian peneliti

menyiapkan dan menyusun alat ukur yang akan digunakan dalam penlitian ini, yaitu skala

problem focused coping, optimisme, dan adversity quotient.

Langkah selanjutnya adalah menentukan sampel penelitian, yaitu Mahasiswa tingkat

akhir Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi

dengan rentan usia 21-27 tahun baik laki-laki maupun perempuan dari tahun angkatan 2008 -

2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non-probability sampling; teknik yang

tidak memberikan peluang/ kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel.

Page 66: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

53

Peneliti selanjutnya membuat surat izin penelitian kepada pihak fakultas psikologi

dengan melampirkan surat persetujuan pembimbing dan alat ukur penelitian. Kemudian

melakukan pengambilan data dengan cara memberikan kuesioner kepada responden.

Kemudian data akan diskoring dan dibuat tabulasi terhadap hasil jawaban, serta melakukan

uji validitas item dan uji regresi dengan analisis Statistic Multiple Regression untuk menguji

hipotesis. Terakhir peneliti membuat kesimpulan dan saran untuk penelitian selanjutnya.

Page 67: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

54

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Dalam bab empat ini, peneliti membahas hasil analisis gambaran umum subjek penelitian,

gambaran umum variabel penelitian, kategorisasi skor variabel, uji hipotesis penelitian, dan

proporsi varians masing-masing independen variabel.

4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Mahasiswa tingkat akhir Fakultas psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta angkatan 2008 - 2011 sebayak 200 orang. Subjek dikategorikan

berdasarkan jenis kelamin, usia, tahun angkatan, lama mengerjakan skripsi, Mahasiswa

Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Adapun gambaran umum subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1.

Gambaran Umum Subjek Penelitian

Frequency Percent

LAKI-LAKI 50 25.0

PEREMPUAN 150 75.0

Total 200 100.0

Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa subjek penelitian laki-laki lebih sedikit

dibandingkan dengan perempuan. Dimana laki-laki berjumlah 50 orang (25 %), sedangkan

perempuan berjumlah 150 orang (75 %).

Page 68: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

55

Tabel 4.2

Berdasarkan usia

Frequency Percent

21 thn 32 16.0

22 thn 39 19.5

23 thn 64 32.0

24 thn 48 24.0

25 thn 12 6.0

26 thn 2 1.0

27 thn 3 1.5

Total 200 100.0

Berdasarkan usia dapat diketahui bahwa subjek dalam penelitian ini didominasi oleh

kelompok usia 23 tahun yang berjumlah 64 orang (32 %), kemudian disusul oleh usia 24

tahun) yang berjumlah 48 orang (24 %), usia 22 tahun berjumlah 39 orang (19,5 %), usia 21

tahun berjumlah 32 orang (16 %), usia 25 tahun berjumlah 12 orang (6 %), usia 27 tahun

berjumlah 3 orang (1,5 %), dan terakhir usia 26 tahun berjumlah 2 orang (1 %).

Table 4.3

Berdasarkan tahun angkatan

Frequency Percent

Angkatan 2008 35 17.5

Angkatan 2009 48 24.0

Angkatan 2010 24 12.0

Angkatan 2011 93 46.5

Total 200 100.0

Page 69: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

56

Berdasarkan durasi (lama mengerjakan skripsi) dapat diketahui bahwa subjek pada

tahun angkatan dalam penelitian ini didominasi oleh tahun angkatan 2011 yang berjumlah 93

orang (46,5 %), kemudian disusul oleh tahun angkatan 2009 berjumlah 48 orang (24 %),

tahun angkatan 2008 berjumlah 35 orang (17 %) dan terakhir tahun angkatan 2010 berjumlah

24 orang (12 %).

Table 4.4

Berdasarkan durasi (lama mengerjakan skripsi)

Frequency Percent

kurang dari 6

bulan 92 46.0

6 bulan - 1 tahun 26 13.0

lebih dari 1 tahun 29 14.5

1 – 3 tahun 53 26.5

Jumlah 200 100.0

Berdasarkan durasi (lama mengerjakan skripsi) dapat diketahui bahwa subjek pada

lamanya mengerjakan skripsi dalam penelitian ini didominasi oleh durasi kurang dari 6 bulan

yang berjumlah 92 orang (46 %), disusul oleh durasi 1 – 3 tahun berjumlah 53 orang (26 %),

kemudian pada durasi lebih dari satu tahun berjumlah 29 orang (14,5 %), dan terakhir pada

durasi 6 bulan – 1 tahun berjumlah 26 orang (13 %).

4.2. Hasil Analisis Deskriptif

Hasil analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data penelitian. Dalam hasil

analisis deskriptif ini akan disajikan nilai minimum, maximum, mean, dan standar deviasi

dari masing-masing variabel. Gambaran hasil analisis deskriptif ini dapat dilihat pada tabel

4.5.

Page 70: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

57

Table 4.5

Deskripsi statistik variabel penelitian

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PFC 200 14 63 49.29 9.933

Permanent 200 19 58 49.45 9.952

Pervasive 200 27 71 49.56 9.855

Personalization 200 23 60 49.63 9.677

Control 200 27 62 49.37 10.200

O2 200 25 65 49.65 9.843

Reach 200 15 67 49.50 10.062

Endurance 200 15 67 49.50 10.062

Valid N (listwise) 200

Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa skor terendah dari problem focused coping

adalah 14 dan skor tertinggi 63. Skor terendah pada dimensi permanent adalah 19 dan nilai

tertinggi adalah 58. Skor terendah pada dimensi pervasive adalah 27 dan skor tertinggi adalah

71. Skor terendah pada dimensi personalization adalah 23 dan skor tertinggi adalah 60. Skor

terendah pada dimensi control adalah 27 dan skor tertinggi adalah 62. Skor terendah pada

dimensi origin&ownership adalah 25 dan skor tertinggi adalah 65. Skor terendah pada

dimensi reach adalah 15 dan skor tertinggi adalah 67. Skor terendah pada dimensi endurance

adalah 15 dan skor tertinggi adalah 67.

4.3. Kategorisasi hasil penelitian

Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok

yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur.

Kontinum jenjang ini contohnya adalah dari rendah ke tinggi yang akan peneliti gunakan

dalam kategori variabel penelitian.

Page 71: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

58

Sebelum mengatagorikan skor masing-masing variabel berdasarkan tingkat rendah

dan tinggi, penulis terlebih dahulu menetapkan norma dari skor dengan menggunakan nilai

mean dan standar deviasi pada tabel 4.5 dan berlaku pada semua variabel. Adapun norma

skor tersebut dapat digambarkan dalam tabel 4.6.

Tabel 4.6

Tabel Norma Skor

Kategori Rumus

Rendah X ≤ M

Tinggi X>M

X= skor M=mean

Setelah kategori pada tabel 4.6 didapatkan, maka akan diperoleh nilai presentase kategori

untuk problem focused coping seluruh sampel. Sebagaimana yang terdapat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7

Kategorisasi problem focused coping

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Rendah 139 69.5 69.5 69.5

Tinggi 61 30.5 30.5 100.0

Total 200 100.0 100.0

Dari tabel 4.7 diperoleh hasil presentasi variabel problem focused coping sebanyak 139

subjek (69,5%) pada kategori rendah, dan 61 subjek (30,5 %) pada kategori tinggi. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa kategori skor problem focused coping paling banyak pada

kategori rendah, yaitu 69,5%.

Tabel selanjutnya akan menjelaskan sebaran dimensi optimisme (permanent,

pervasive, dan personalization) yang dikategorikan menjadi dua, yaitu rendah dan tinggi.

Yang pertama akan menjelaskan dimensi permanent

Page 72: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

59

Tabel 4.8

Kategorisasi permanent

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Rendah 80 40.0 40.0 40.0

Tinggi 120 60.0 60.0 100.0

Total 200 100.0 100.0

Tabel 4.8 menunjukan hasil presentase dimensi permanent sebanyak 80 subjek (40 %) berada

pada kategori rendah dan 120 subjek (60 %) berada pada kategori tinggi. Dengan demikian,

dari hasil sebaran pada dimensi permanent pada remaja paling banyak pada kategori tinggi,

yaitu 60 %.

Tabel berikutnya akan menjelaskan dimensi pervasive yang dikategorikan menjadi

dua, yaitu rendah dan tinggi.

Tabel 4.9

Kategorisasi pervasive

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Rendah 92 46.0 46.0 46.0

Tinggi 108 54.0 54.0 100.0

Total 200 100.0 100.0

Tabel 4.9 menunjukan hasil presentase dimensi pervasive sebanyak 108 subjek (54 %) berada

pada kategori tinggi dan 92 subjek (46 %) berada pada kategori rendah. Dengan demikian,

dari hasil sebaran pada dimensi pervasive pada remaja paling banyak pada kategori tinggi,

yaitu 54 %.

Page 73: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

60

Tabel berikutnya akan menjelaskan dimensi personalization yang dikategorikan

menjadi dua, yaitu rendah dan tinggi.

Tabel 4.10

Kategorisasi personalization

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Rendah 111 55.5 55.5 55.5

Tinggi 89 44.5 44.5 100.0

Total 200 100.0 100.0

Tabel 4.10 menunjukan hasil presentase dimensi personalization sebanyak 89 subjek (44,5

%) berada pada kategori tinggi dan 111 subjek (55,5 %) berada pada kategori rendah. Dengan

demikian, dari hasil sebaran pada dimensi personalization pada mahasiswa penyusun skripsi

paling banyak pada kategori rendahi, yaitu 55,5 %.

Tabel selanjutnya akan menjelaskan sebaran dimensi adversity quotient (control,

origin&ownership, reach, dan endurance) yang dikategorikan menjadi dua, yaitu rendah dan

tinggi. Tabel berikut ini akan menjelaskan mengenai dimensi adversity quotient.

Tabel 4.11

Kategorisasi control

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Rendah 129 64.5 64.5 64.5

Tinggi 71 35.5 35.5 100.0

Total 200 100.0 100.0

Tabel 4.11 menunjukan hasil presentase dimensi control sebanyak 71 subjek (35,5 %) berada

pada kategori tinggi dan 129 subjek (64,5 %) berada pada kategori rendah.

Page 74: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

61

Dengan demikian, dari hasil sebaran pada dimensi control pada mahasiswa penyusun

skripsi di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta paling banyak pada kategori

rendah, yaitu 64,5 %.

Tabel berikutnya akan menjelaskan dimensi origin&ownership yang dikategorikan

menjadi dua, yaitu rendah dan tinggi.

Tabel 4.12

Kategorisasi origin&ownership

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Rendah 74 37.0 37.0 37.0

Tinggi 126 63.0 63.0 100.0

Total 200 100.0 100.0

Tabel 4.12 menunjukan hasil presentase dimensi origin&ownership sebanyak 126 subjek (63

%) berada pada kategori tinggi dan 74 subjek (37 %) berada pada kategori rendah. Dengan

demikian, dari hasil sebaran pada dimensi origin&ownership pada mahasiswa penyusun

skripsi di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta paling banyak pada kategori

tinggi, yaitu 63 %.

Tabel berikutnya akan menjelaskan dimensi reach yang dikategorikan menjadi dua,

yaitu rendah dan tinggi.

Page 75: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

62

Tabel 4.13

Kategorisasi reach

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Rendah 128 64.0 64.0 64.0

Tinggi 72 36.0 36.0 100.0

Total 200 100.0 100.0

Tabel 4.13 menunjukan hasil presentase dimensi reach sebanyak 72 subjek (36 %) berada

pada kategori tinggi dan 128 subjek (64 %) berada pada kategori rendah. Dengan demikian,

dari hasil sebaran pada dimensi reach pada mahasiswa penyusun skripsi di fakultas UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta paling banyak pada kategori rendah, yaitu 64 %.

Tabel berikutnya akan menjelaskan dimensi endurance yang dikategorikan menjadi

dua, yaitu rendah dan tinggi.

Tabel 4.14

Kategorisasi endurance

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Rendah 128 64.0 64.0 64.0

Tinggi 72 36.0 36.0 100.0

Total 200 100.0 100.0

Tabel 4.14 menunjukan hasil presentase dimensi endurance sebanyak 72 subjek (36 %)

berada pada kategori tinggi dan 128 subjek (64 %) berada pada kategori rendah. Dengan

demikian, dari hasil sebaran pada dimensi reach pada mahasiswa penyusun skripsi di fakultas

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta paling banyak pada kategori rendah, yaitu 64 %.

Page 76: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

63

4.4. Uji Hipotesis Penelitian

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis penelitian dengan teknik analisis regresi

berganda, dengan menggunakan software SPSS 19. Seperti yang sudah disebutkan pada bab

3, dalam regresi ada tiga hal yang dilihat yaitu, melihat besaran R square untuk mengetahui

berapa persen (%) varians pada dependent variable (DV) yang dijelaskan oleh independent

variable (IV), kedua apakah independent variable (IV) berpengaruh signifikan terhadap

dependent variable (DV), kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien

regresi dari masing-masing independent variable (IV).

4.4.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian

Langkah pertama peneliti menganalisis besaran R square untuk mengetahui berapa persen

(%) varians pada dependent variable (DV) yang dijelaskan oleh independent variable (IV).

Untuk tabel R square, dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.15

Tabel R square

Model

R

R Square

Adjusted

R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .186a .305 .005 9.909

a. Predictors: (Constant), Endurance, Pervasive, Permanent, ONO, Control,

Personalization

Dari tabel 4.15 dapat kita lihat bahwa perolehan R square sebesar 0,305 atau 30,5 %.

Artinya proporsi varians dari problem focused coping yang dijelaskan oleh semua

independent variable (permanent, pervasive, personalization, control, origin&ownership,

Page 77: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

64

reach, endurance) adalah sebesar 30,5 %. Sedangkan 69,5 % sisanya dipengaruhi oleh

variabel lain di luar penelitian ini.

Langkah kedua, peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent variable

terhadap problem focused coping. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.16

Tabel Anova

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 682.795 6 113.799 1.159 .003a

Residual 18951.960 193 98.197

Total 19634.755 199

a. Predictors: (Constant), Endurance, Pervasive, Permanent, Control, O2,

Personalization.

b. Dependent Variable: PFC.

Dari table diatas, dapat dilihat (sig.) pada kolom paling kanan adalah 0,003 atau p=0,003

dengan nilai p<0,05, dengan demikian hipotesis nihil yang menyatakan tidak terdapat

pengaruh yang signifikan dari beberapa dimensi variabel independen terhadap problem

focused coping di tolak. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan dari seluruh dimensi

variabel optimisme (permanent, pervasive, dan personalization) dan adversity quotient

(contro, O2, reach, dan endurance) terhadap problem focused coping stres menyusun skripsi

pada mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Langkah selanjutnya adalah melihat koefisien regresi tiap independent variable. Jika

P < 0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa independent variable

tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap problem focused coping. Adapun

penyajiannya pada tabel berikut:

Page 78: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

65

Tabel 4.17

Koefisien Regresi

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 39.513 7.083 5.579 .000

Permanent .054 .077 .054 .699 .048

Pervasive -.034 .073 -.034 -.469 .640

Personalization .109 .079 .106 1.369 .017

Control .130 .070 .133 1.839 .007

O2 -.004 .073 -.004 -.048 .961

Reach -.057 .073 -.058 -.782 .435

Endurance -.057 .073 -.058 -.782 .435

a. Dependent Variable: PFC

Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.17 dapat diperoleh persamaan regresi sebagai

berikut:

PFC= 39,513+0,054 permanent - 0,034 pervasive + 0,109 personalisation + 130 Control -

0,004 O2 - 0,057 Reach – 0,057 Endurance + e

Berdasarkan data pada tabel di atas, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien

regresi yang dihasilkan, yaitu dengan melihat nilai signifikansi pada kolom yang paling

kanan (kolom ke-6). Jika P < 0,05, maka koefisien regresi independent variable yang

dihasilkan pengaruhnya signifikan terhadap problem focused coping dan sebaliknya.

Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing independent

variable adalah sebagai berikut:

Page 79: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

66

1. Variabel optimisme

a. Dimensi permanent

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,054 dengan signifikansi 0,48 (P< 0,05).

Secara uji statistik berarti dimensi permanent secara positif memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap problem focused coping. Jadi semakin tinggi permanent mahasiswa

penyusun skripsi maka semakin tinggi pula problem focused coping mahasiswa penyusun

skripsi.

a. Dimensi pervasive

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,034 dengan signifikansi 0,640 (P < 0,05).

Secara uji statistik berarti dimensi pervasive tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap problem focused coping.

b. Dimensi personalization

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,109 dengan signifikansi 0,017 (P > 0,05).

Secara uji statistik berarti dimensi personalization memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap problem focused coping. Jadi semakin tinggi personalization mahasiswa penyusun

skripsi berarti semakin tiggi pula PFC pada mahasiswa penyusun skripsi.

2. Variabel adversity quotient

a. Dimensi control

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,130 dengan signifikansi 0,007 (P < 0,05).

Secara uji statistik berarti dimensi control secara positif memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap problem focused coping. Jadi semakin tinggi control mahasiswa penyusun skripsi

maka semakin tinggi pula problem focused coping mahasiswa penyusun skripsi.

Page 80: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

67

b. Dimensi O2

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,004 dengan signifikansi 0, 961 (P < 0,05).

Secara uji statistik berarti dimensi O2 secara positif tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap problem focused coping.

c. Dimensi reach

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,057 dengan signifikansi 0,435 (P < 0,05). Secara

uji statistik berarti dimensi reach tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PFC.

d. Dimensi endurance

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,057 dengan signifikansi 0,435 (P < 0,05).

Secara uji statistik berarti dimensi endurance tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap PFC.

Pada tabel 4.17 koefisien regresi di atas, dari ketiga yang berpengaruh signifikan

terhadap DV dapat diketahui mana yang memiliki pengaruh lebih besar. Untuk melihat

perbandingan besar kecilnya pengaruh antara tiap IV terhadap DV dapat diketahui dengan

dua cara, yaitu melihat nilai signifikansinya (p) dan melihat standardize coefficients (beta).

Maka dari tabel di atas dapat diketahui bahwa independent variabel psikologi yang memiliki

pengaruh lebih besar terhadap PFC adalah dimensi control dengan beta = 0,130 (13 %),

dibandingkan dengan permanent dan personalization.

4.4.2. Uji proporsi varians masing-masing Independent Variabel

Selanjutnya peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians dari masing-

masing independent variable terhadap PFC. Besarnya proporsi varian pada PFC mahasiswa

penyusun skripsi di Fakultas Psikologi UIN Jakarta dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.18

Proporsi varians untuk masing-masing Independent Variabel

Page 81: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

68

Model Summary

Mod

el R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .094a .009 .004 9.914 .009 1.775 1 198 .184

2 .096b .009 .000 9.938 .000 .056 1 197 .814

3 .130c .017 .002 9.924 .008 1.524 1 196 .021

4 .178e .032 .007 9.900 .015 2.963 1 194 .007

5 .130d .017 -.003 9.949 .000 .023 1 195 .880

6 .186f .035 .005 9.909 .003 .612 1 193 .435

7 .017 .000 -.005 9.956 .000 .058 1 192 .810

a. Predictors: (Constant), Permanent

b. Predictors: (Constant), Permanent, Pervasive

c. Predictors: (Constant), Permanent, Pervasive, Personalization

d. Predictors: (Constant), Permanent, Pervasive, Personalization, Control

e. Predictors: (Constant), Permanent, Pervasive, Personalization, Control, O2

f. Predictors: (Constant), Permanent, Pervasive, Personalization, Control, O2, Reach,

endurance

Dari tabel 4.18 dapat disampaikan informasi sebagai berikut:

1. Variabel permanent memberikan sumbangan sebesar 0,9 % dalam varian PFC mahasiswa

penyusun skripsi di Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Sumbangan tersebut tidak signifikan

dengan F change = 1,775, df1= 1, df2 = 198, dan sig. F Change = 0,184 (P > 0,05).

2. Variabel pervasive memberikan sumbangan sebesar 0,9 % dalam varian PFC mahasiswa

penyusun skripsi di Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Sumbangan tersebut tidak signifikan

dengan F change = 0,056, df1= 1, df2 = 197, dan sig. F Change = 0,814 (P > 0,05).

Page 82: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

69

3. Variabel personalization memberikan sumbangan sebesar 1,7 % dalam varian PFC

mahasiswa penyusun skripsi di Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Sumbangan tersebut

signifikan dengan F change = 1,524, df1= 1, df2 = 196, dan sig. F Change = 0,021 (P <

0,05).

4. Variabel control memberikan sumbangan sebesar 32 % dalam varian PFC mahasiswa

penyusun skripsi di Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Sumbangan tersebut signifikan

dengan F change = 2,963, df1= 1, df2 = 194, dan sig. F Change = 0,007 (P < 0,05).

5. Variabel O2 memberikan sumbangan sebesar 1,7 % dalam varian PFC mahasiswa

penyusun skripsi di Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Sumbangan tersebut tidak signifikan

dengan F change = 0,23, df1= 1, df2 = 195, dan sig. F Change = 0,880 (P > 0,05).

6. Variabel reach memberikan sumbangan sebesar 35 % dalam varian PFC mahasiswa

penyusun skripsi di Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Sumbangan tersebut tidak signifikan

dengan F change =0,612, df1= 1, df2 = 193, dan sig. F Change = 0,435 (P > 0,05).

7. Variabel endurance memberikan sumbangan sebesar 0 % dalam varian PFC mahasiswa

penyusun skripsi di Fakultas Psikologi UIN Jakarta.. Sumbangan tersebut tidak signifikan

dengan F change = 0,058, df1= 1, df2 = 192, dan sig. F Change = 0,810 (P > 0,05).

Mengacu pada penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada dua independent

variable yang memberikan sumbangan yang signifikan terhadap PFC, yakni personalization

memberikan sumbangan sebesar 1,7 %, dan control memberikan sumbangan sebesar 0 %.

Page 83: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

70

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

Pada bab ini penulis akan memaparkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

Bab ini terdiri dari tiga bagian, yaitu kesimpulan, diskusi, dan saran.

5.1 Kesimpulan

Hasil uji hipotesis penelitian ini menunjukan adanya pengaruh yang signifikan

dari seluruh independent variable (permanent, pervasive, personalization, control,

O2, reach, endurance) terhadap dependent variable (problem focused coping)

pada mahasiswa penyusun skripsi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan

sumbangan R square sebesar 30,5 %. Artinya hipotesis mayor dalam penelitian

ini diterima.

Jika dilihat berdasarkan koefisien regresi pada setiap variabel yang

dihasilkan berdasarkan analisis statistik, maka variabel permanent,

personalization, dan control, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

problem focused coping. Dengan nilai signifikansi permanent (0,048),

personalization (0,017), dan control (0,007).

Selanjutnya berdasarkan uji dari hipotesis minor, dengan melihat dari

proporsi varians independent variable (IV) terhadap dependent variable (DV)

yang dihasilkan melalui analisis statistik maka variabel permanent

personalization, dan control, berpengaruh secara signifikan terhadap PFC

(problem focused coping). Maka untuk uji hipotesis minor ada tiga hipotesis

minor yang ditterima, yaitu, H2 (ada pengaruh dimensi permanent yang signifikan

Page 84: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

71

terhadap problem focused coping stres menyusun skripsi), H4 (ada pengaruh yang

signifikan dimensi personalization terhadap problem focused coping stres

menyusun skripsi), dan H6 (ada pengaruh yang signifikan dimensi control

terhadap problem focused coping stres menyusun skripsi). Karena ketiga variabel

tersebut, terbukti signifikan berdasarkan hasil analisis statistic, sementara

hipotesis yang lainnya ditolak.

5.2 Diskusi

Berdasarkan hasil penelitian dan uji hipotesis, didapatkan bahwa ada pengaruh

yang signifikan dari optimisme dan adversity quotient terhadap problem focused

coping. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Laksanawati (2011), bahwa optimism mempengaruhi PFC (problem focused

coping) stres meyusun skripsi. Begitupun dengan penelitian yang dilakukan oleh

Scheir, Carver, And Weintraub (1989) pada sampel mahasiswa, menunjukan

adanya hubungan optimisme dengan PFC, dan menekankan pada aspek positif

pada situasi stres.

Lalu Seligman (2006), menyatakan optimisme adalah suatu pandangan

secara menyeluruh, melihat hal baik, berpikir positif, dan mudah memberikan

makna bagi diri. Individu yang optimis mampu menghasilkan sesuatu yang lebih

baik dari yang telah lalu, tidak takut pada kegagalan, dan berusaha untuk tetap

bangkit mencoba kembali bila gagal.

Dapat dikatakan bahwa optimisme membantu dalam mengatasi peristiwa

penuh tekanan dengan menggunakan kemampuan secara lebih efektif. Seperti

pada penelitian Sari&Rachmana (2007), pada siswa pengambil skripsi dibuktikan

Page 85: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

72

bahwa semakin tinggi optimisme seseorang maka semakin tinggi pula problem

focused coping yang akan dimunculkan dan sebaliknya, ini menunjukan bahwa

adanya hubungan yang signifikan antara optimisme dengan problem focused

coping pada mahasiswa pengambil skripsi.

Dalam penelitian ini selain aspek optimisme yang mempengaruhi PFC,

ada aspek yang dinamakan AQ (adversity quotient) juga mempengaruhi PFC,

yang sejalan dengan penelitian Rahmah (2008), bahwa ada hubungan positif yang

signifikan antara adversity quotient dengan problem focused coping hal ini berarti

bahwa wanita karier yang sudah menikah yang memiliki adversity quotient yang

tinggi dia juga memiliki problem focused coping yang tinggi pula, begitu pula

sebaliknya jika wanita karier yang sudah menikah memiliki adversity quotient

yang rendah maka ia memiliki problem focused coping yang rendah juga.

Pranandari (2008) memaparkan, sebagai salah satu sumber stres,

kehidupan orang tua tunggal wanita merupakan situasi yang dapat menimbulkan

stres yang tinggi, sehingga selain diperlukan strategi maupun usaha, diperlukan

juga ketangguhan tersendiri bagi seorang ibu agar dapat menampilkan perilaku

yang adaptif dalam mengatasi situasi yang menimbulkan stres tersebut.

Ketangguhan ini dapat terlihat dari bagaimana seseorang merespon kesulitan atau

situasi yang menimbulkan stres, sehingga mampu mengatasinya.

Menurut Garmezy & Michael (dalam Pranandari, 2008) individu yang

gagal dan tidak mampu bertahan saat dihadapkan pada kesulitan hidup, akan

mengembangkan pola-pola perilaku yang bermasalah. Sebagian lainnya bisa

bertahan dan mengembangkan perilaku yang adaptif bahkan lebih baik lagi bila

mereka bisa berhasil keluar dari kesulitan dan menjalani kehidupan yang sehat.

Page 86: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

73

Kemampuan mengatasi kesulitan inilah yang dikemukakan oleh Stoltz (1997)

sebagai adversity quotient. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa adversity

quotient memiliki pengaruh yang signifikan terhadap toleransi terhadap stres pada

mahasiswa (Sho’imah, 2010).

Seperti halnya masalah yang diangkat dalam penelitian ini, dimana stres

dalam proses penyusunan skripsi dapat diatasi dengan PFC (mengatasi masalah

secara langsung ke sumber stres). Dalam hal ini sumber stress dalam penyusunan

skripsi mencakup beberapa hal yakni; kesulitan menghubungi dosen pembimbing,

kesulitan dalam mencari literature, referensi, maupun populasi data yang akan

dijadikan sampel penelitian, menetukan judul penelitian, kemampuan dalam

membuat tulisan, kurang menguasai metodologi menelitian atau konsep,

kemampuan dalam mengolah data hasil penelitian dan pembagian waktu (khusus

bagi mahasiswa yang kuliah sambil bekerja).

Dari pemaparan sumber stress diatas, dapat diatasi dengan strategi coping

yakni; problem focused coping yang artinya mengatasi masalah secara langsung

ke sumber stresnya. Bisa dengan membuat time table, membuat target waktu

deadline mnyelesaikan skripsi, mengerjakan skripsi secara perlahan tapi pasti, dan

serius pada setiap bimbingan menghadap dosen pembimbing.

Dalam hal tersebut, peneliti mengalami secara langsung bagaimana berada

dalam kondisi sulit selama proses penyusunan skripsi. Tidak hanya peneliti,

teman-teman mahasiswa tingkat akhir yang lain pun yang peneliti jadikan sebagai

sampel merasakan berbagai macam kesulitan dalam prosesnya. Namun dengan

optimisme yakni pandangan positif secara menyeluruh, berpikir positif, mudah

memberikan makna baik bagi diri sendiri, sebagaimana yang dikatakan Seligman

Page 87: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

74

(2006) bahwa optimisme mampu menghasilkan hal baik dari sebelumnya, tidak

takut pada kegagalan, dan berusaha untuk tetap bangkit mencoba kembali bila

gagal. Begitu juga dengan AQ (adversity quotient) yakni kemampuan mengatasi

kesulitan, mampu bertahan dan mengembangkan perilaku yang adaptif bahkan

lebih baik lagi serta dapat berhasil keluar dari kesulitan dan menjalani kehidupan

yang lebih baik.

Menariknya pada hasil uji hipotesis minor dalam penelitian ini hanya

terdapat tiga variabel saja yang memiliki pengaruh signifikan terhadap problem

focused coping, yaitu variabel permanent dan personalization dari aspek

optimisme dan control dari aspek adversity quotient. Dan itu berari variabel-

variabel lainnya seperti pervasive, origin&ownership, reach, dan endurance

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap problem focused coping. Hal ini

menunjukkan bahwa pervasive, origin&ownership, reach, dan endurance

bukanlah penentu problem focused coping. Ini dapat disebabkan karena dalam

proses penyusunan skripsi seseorang memiliki tingkat kemampuan, keyakinan

terhadap suatu hal baik dan kemampuan untuk dapat keluar dari masa-masa sulit

yang berbeda-beda. Tergantung dari seberapa besar kemauan maupun keinginan

untuk dapat maju dan menuntaskan apa yang sudah dimulai yaitu skripsi.

Permanent, personalization dan control memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap problem focused coping stres menyusun skripsi. Hal ini

mungkin dikarenakan orang-orang yang permanent akan melihat peristiwa yang

tidak menyenangkan sebagai sesuatu yang terjadi secara temporer, dan sebaliknya

melihat suatu yang menyenangkan sebagai sesuatu yang permanen atau menentap.

Page 88: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

75

Individu yang seperti ini dapat selalu berpikir positif dan selalu bahagia apapun

kondisi yang terjadi pada dirinya tentunya dengan selalu berusaha yang terbaik.

Kemudia personalization yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

PFC mungkin dikarenakan seseorang memandang setiap masalah dari luar dirinya

(factor eksternal), dan sebaliknya memandang peristiwa yang menyenangkan

berasal dari dalam dirinya, sehingga jika terjadi masalah atau menemukan

berbagai macam kesulitan dalam proses penyusunan skripsi bisa dengan mudah

berdamai dengan diri sendiri juga sumber stresnya yakni skripsi.

Begitu juga dengan aspek control memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap PFC mungkin dikarenakan individu yang memiliki skor tinggi pada

aspek control, cenderung lebih mampu bertahan dalam menghadapi kesulitan dan

tetap konsisten pada tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan tersebut adalah

menuntaskan skripsi dan lulus strata satu. Ia pun lebih lihai dalam mencari

pemecahan dari masalah yang dihadapinya serta akan mengambil tindakan yang

akan menghasilkan lebih banyak kendali lagi.

Selanjutnya membahas beberapa aspek yang tidak mempengaruhi PFC,

yaitu; pervasive (berkaitan dengan ruang lingkup; spesifik dan universal) yang

tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap PFC mungkin dikarenakan individu

optimis yang pervasive adalah individu yang memandang setiap masalah yang

muncul dalam proses menyusun skripsi secara spesifik dan bukan universal/

generalisasi. Sehingga tidak bergantung dengan aspek yang ada di PFC seperti

menghadapi masalah secara aktif, perencanaan, mengurangi aktifitas persaingan

dengan sumber stres, serta mencari dukungan sosial dengan alasan instrument;

Page 89: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

76

yaitu mencari nasihat, bantuan ataupun informasi yang berkaitan dengan sumber

masalah (skripsi).

Selanjutnya aspek O2 (origin&ownership), aspek ini juga tidak

berpengaruh terhadap problem focused coping mungkin dikarenakan individu

dengan skor O2 yang tinggi akan mencerminkan kemampuan untuk menghindari

prilaku menyalahkan diri sendiri yang tidak perlu menempatkan tanggung jawab

pada tempatnya yang tepat, sehingga dalam penelitian ini mungkin mahasiswa

penyusun skripsi ketika dihadapkan dengan kesulitan tidak menyalahkan diri

sendiri sehingga tidak mempengaruhi strategi problem focused coping untuk

mengatasi masalahnya yaitu skripsi serta tidak bergantung pada aspek yang

terdapat pada PFC.

Berikutnya askpek reach yang juga tidak berpengaruh terhadap PFC

mungkin dikarenakan seberapa besar individu/ mahasiswa mempersepsikan

masalah (kesulitan dalam proses menyusun skripsi) akan berkembang atau tidak.

Dan individu dengan skor reach yang tinggi akan merespon kesulitan sebagai

sesuatu yang spesifik, sehingga tidak mempengaruhi strategi problem focused

coping dalam memecahkan masalahnya serta tidak bergantung pada aspek yang

terdapat pada PFC.

Taerakhir aspek endurance yaitu daya tahan, aspek ini tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap problem focused coping mungkin dikarenakan

mahasiswa penyusun skripsi yang memiliki daya tahan yang tinggi ketika

dihadapkan pada suatu masalah/ kesulitan, ia akan dapat bertahan selama

kesulitan itu ada. Individu dengan skor endurance yang tinggi akan memandang

kesuksesan sebagai sesuatu yang berlangsung lama, sebaliknya kesulitan sekaligus

Page 90: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

77

penyebabnya akan dipandang sebagai sesuatu yang bersifat sementara, akan cepat

berlalu, dan sangat kecil kemungkinannya untuk dapat terulang kembali. Sehingga

aspek ini tidak bergantung pada aspek-aspek yang berada di problem focused

coping.

5.3 Saran

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam

penelitian ini sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melengkapi

kekurangan dan keterbatasan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang

diperoleh, peneliti membagi saran menjadi dua, yaitu saran metodologis dan saran

praktis. Saran tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang

akan meneliti varabel dependen yang sama.

5.3.1 Saran Metodologis

1. Pada penelitian ini ditemukan dari hasil uji hipotesis mayor bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan dari variabel optimisme dan adversity quotient terhadap

problem focused coping stres mahasiswa penyusun skripsi. Hal ini diketahui dari

hasil uji F yang menguji seluruh independent variable (IV) terhadap dependent

variable (DV) dimana optimisme dan adversity quotient memiliki pengaruh

terhadap problem focused coping stres mahasiswa penyusun skripsi sebesar 30,5%

dan sisanya 69,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diukur dalam

penelitian ini. Sedangkan berdasarkan hasil uji hipotesis minor yang menguji

signifikansi masing-masing koefisien regresi terhadap dependent variable (DV),

diperoleh hanya ada tiga koefisien regresi yang signifikan mempengaruhi

Page 91: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

78

kepuasan hidup yaitu permanent, personalization, dan control. Oleh karena itu

perlu kiranya memperkaya variabel lain sebagai variabel independen yang

mempengaruhi problem focused coping, seperti religiusitas, dukungan sosial,

status sosial ekonomi dan lain sebagainya.

2. Pada penelitian ini sampel hanya pada mahasiswa tingkat akhir di Fakultas

Psikologi saja, untuk penelitian selanjutnya disarankan seluruh mahasiswa tingkat

akhir yang berada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, agar diperoleh hasil yang

lebih baik.

5.3.2 Saran Praktis

1. Kepada mahasiswa tingkat akhir yang sedang berjuang menyusun skripsi agar

bersungguh-sungguh dalam mengerjakan skripsi pada setiap tahapnya. Dimulai

dari pencarian judul, teori yang berhubungan dengan penelitian, alat ukur, serta

data-data pelengkap penyusunan skripsi yang lainnya. Peneliti memahami sekali

bahwa tidak mudah dalam menyusun skripsi, dalam prosesnya pasti banyak

ditemukan kendala yang menghambat penulisan skripsi, namun dengan optimisme

yaitu selalu berpikir positif dan tidak mudah menyerah, serta adversity quotient

yaitu kecerdasan/ kemampuan dalam menghadapi kesulitan dan tantangan,

diharapkan dapat menjadi problem focused coping pada stres dalam penyusunan

skripsi agar dapat dengan mudah menyelesaikan skripsi.

2. Kepada pihak Fakultas, sebaiknya memberikan pelatihan-pelatihan/ seminar

terkait psikologi positif yang memuat optimisme dan adversity quotient

didalamnya agar mahasiswa terlatih dan terbiasa menggunkan aspek dari

psikologi positif dan agar prilaku positif tersebut melekat erat pada mahasiswa

Page 92: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

79

khususnya mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyusun skripsi sebagai coping

pada setiap masalah yang ada. Saran lainnya untuk pihak Fakultas, alangkah

baiknya jika memberikan surat peringatan kepada mahasiswa mulai dari semester

delapan, di awal mahasiswa tersebut memulai menyusun skripsinya agar tidak ada

lagi mahasiswa yang masih menyusun skripsi pada batas akhir semester (semester

empat belas).

Page 93: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

DAFTAR PUSTAKA

Afifah. (2012). Uji Validitas Konstruk General Aptitude Test Battery. Jurnal

Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol 1(1).

Bungin, M. B. (2006). Metodologi penelitian kuantitatif: Komunikasi, ekonomi,

dan kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana.

Carver, C. S., Weintraub, J. K., & Scheier, M. F. (1989). Assesing Coping

Strategies: A teoritically based approach. Journal of Personality and Social

Psychology, Vol 56(2), 267-283.

Laksanawati, E. (2011). Pengaruh optimisme dan persepsi tentang skripsi

terhadap problem focused coping stres menyususn skripsi. Skripsi. Jakarta:

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Ningrum, D. W. (2012). Hubungan antara optimisme dan coping stres pada

mahasiswa UEU yang sedang menyusun skripsi. Skripsi. Jakarta:

Universitas Esa Unggul.

Pranandri, K., Puspitawati, I. (2008). Perbedaan adversity quotient ditinjau dari

problem focused coping pada orangtua tunggal wanita. Undergraduate

Program. Depok: Fakultas Psikologi Gunadarma.

Sarafino, E. P. (2006). Health psychology: Biopsychosocial Interaction (5th

edition). United States of America: John Wiley & Sonc, Inc.

Sari, V. Y., & Rachmana, R. S. (2007). Hubungan antara optimisme dengan

problem focused coping pada mahasiswa pengambil skripsi. Naskah

Publikasi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Seligman, E. P. (2006). Learned optimsm : How To Change Your Mind and Your

Live. New York: Knopf. Diunduh dari https://ppc.sas.upenn.edu/sites/default/files/positivepsychotherapyarticle.pdf

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo Indoneisa.

Snyder, C. R., & Lopez, S. J. (2002). Hand Book of Positive Psychology.

Research Paper. Oxford University Press.

Sho’imah. D. W. (2008). Hubungan adversity quotient dan self eficasi dengan

toleransi terhadap stres pada mahasiswa. Skripsi. Surakarta: Fakultas

Psikologi Universitas Sebelas Maret.

Stoltz. P. (2003). Adversity quotient: Turning obstacles into oportunities.

Mengubah hambatan menjadi peluang. Hermaya, T. (Terj.2003). Jakarta:

Grasindo.

Page 94: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

Struthers, P., & Menec. (2000). An examination of the relationship among

academi stres, coping, motivation, and performance in collage. Research In

Higher Education, Vol 41(5).

Panduan Penulisan Skripsi dengan Pendekatan Kuantitatif. (2012/2013). Jakarta:

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Page 95: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati
Page 96: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati
Page 97: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati
Page 98: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati
Page 99: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

HASIL UJI HIPOTESIS

Gambaran Umum Subjek Penelitian

Frequency Percent

LAKI-LAKI 50 25.0

PEREMPUAN 150 75.0

Total 200 100.0

Berdasarkan usia

Frequency Percent

21 thn 32 16.0

22 thn 39 19.5

23 thn 64 32.0

24 thn 48 24.0

25 thn 12 6.0

26 thn 2 1.0

27 thn 3 1.5

Total 200 100.0

Berdasarkan tahun angkatan

Frequency Percent

Angkatan 2008 35 17.5

Angkatan 2009 48 24.0

Angkatan 2010 24 12.0

Page 100: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

Angkatan 2011 93 46.5

Total 200 100.0

Berdasarkan durasi (lama mengerjakan skripsi)

Frequency Percent

kurang dari 6

bulan 92 46.0

6 bulan - 1 tahun 26 13.0

lebih dari 1 tahun 29 14.5

1 – 3 tahun 53 26.5

Jumlah 200 100.0

DESKRIPSI STATISTIK

Deskripsi statistik variabel penelitian

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PFC 200 14 63 49.29 9.933

Permanent 200 19 58 49.45 9.952

Pervasive 200 27 71 49.56 9.855

Personalization 200 23 60 49.63 9.677

Control 200 27 62 49.37 10.200

O2 200 25 65 49.65 9.843

Reach 200 15 67 49.50 10.062

Endurance 200 15 67 49.50 10.062

Valid N (listwise) 200

Page 101: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

KATEGORISASI

Tabel Norma Skor

Kategori Rumus

Rendah X ≤ M

Tinggi X>M

X= skor M=mean

Kategorisasi problem focused coping

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Rendah 139 69.5 69.5 69.5

Tinggi 61 30.5 30.5 100.0

Total 200 100.0 100.0

Kategorisasi permanent

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Rendah 80 40.0 40.0 40.0

Tinggi 120 60.0 60.0 100.0

Total 200 100.0 100.0

Kategorisasi pervasive

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Rendah 92 46.0 46.0 46.0

Tinggi 108 54.0 54.0 100.0

Total 200 100.0 100.0

Kategorisasi personalization

Page 102: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Rendah 111 55.5 55.5 55.5

Tinggi 89 44.5 44.5 100.0

Total 200 100.0 100.0

Kategorisasi control

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Rendah 129 64.5 64.5 64.5

Tinggi 71 35.5 35.5 100.0

Total 200 100.0 100.0

Kategorisasi origin&ownership

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Rendah 74 37.0 37.0 37.0

Tinggi 126 63.0 63.0 100.0

Total 200 100.0 100.0

Kategorisasi reach

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Rendah 128 64.0 64.0 64.0

Tinggi 72 36.0 36.0 100.0

Total 200 100.0 100.0

Page 103: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

Kategorisasi endurance

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Rendah 128 64.0 64.0 64.0

Tinggi 72 36.0 36.0 100.0

Total 200 100.0 100.0

ANALISIS REGRESI

Tabel R square

Model

R

R Square

Adjusted

R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .186a .305 .005 9.909

a. Predictors: (Constant), Endurance, Pervasive, Permanent, ONO, Control,

Personalization

Tabel Anova

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 682.795 6 113.799 1.159 .003a

Residual 18951.960 193 98.197

Total 19634.755 199

a. Predictors: (Constant), Endurance, Pervasive, Permanent, Control, O2,

Personalization.

Page 104: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 682.795 6 113.799 1.159 .003a

Residual 18951.960 193 98.197

Total 19634.755 199

a. Predictors: (Constant), Endurance, Pervasive, Permanent, Control, O2,

Personalization.

b. Dependent Variable: PFC.

Koefisien Regresi

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 39.513 7.083 5.579 .000

Permanent .054 .077 .054 .699 .048

Pervasive -.034 .073 -.034 -.469 .640

Personalization .109 .079 .106 1.369 .017

Control .130 .070 .133 1.839 .007

O2 -.004 .073 -.004 -.048 .961

Reach -.057 .073 -.058 -.782 .435

Endurance -.057 .073 -.058 -.782 .435

a. Dependent Variable: PFC

Page 105: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

UJI PROPORSI VARIANS

Proporsi varians untuk masing-masing Independent Variabel

Model Summary

Mod

el R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .094a .009 .004 9.914 .009 1.775 1 198 .184

2 .096b .009 .000 9.938 .000 .056 1 197 .814

3 .130c .017 .002 9.924 .008 1.524 1 196 .021

4 .178e .032 .007 9.900 .015 2.963 1 194 .007

5 .130d .017 -.003 9.949 .000 .023 1 195 .880

6 .186f .035 .005 9.909 .003 .612 1 193 .435

7 .017 .000 -.005 9.956 .000 .058 1 192 .810

a. Predictors: (Constant), Permanent

b. Predictors: (Constant), Permanent, Pervasive

c. Predictors: (Constant), Permanent, Pervasive, Personalization

d. Predictors: (Constant), Permanent, Pervasive, Personalization, Control

e. Predictors: (Constant), Permanent, Pervasive, Personalization, Control, O2

f. Predictors: (Constant), Permanent, Pervasive, Personalization, Control, O2, Reach,

endurance

Page 106: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

92

Lampiran 1

Inform Concent

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Salam Hormat,

Saya Umaya Sari, Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hendak

mengadakan penelitian dalam menyusun skripsi mengenai Mahasiswa yang sedang

menyusun skripsi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Berkaitan dengan ini, saya memohon bantuan dari Anda untuk mengisi skala yang

tersedia, Jawaban yang jujur dan sesuai dengan apa yang benar terjadi pada Anda sangat

membantu dalam penelitian ini. Semua Jawaban yang Anda berikan akan dijaga

kerahasiaannya. Atas partisipasi dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

IDENTITAS RESPONDEN

Nama/Inisial :

Usia :

Jenis Kelamin* : Laki-laki / Perempuan

Fakultas/Tahun Angkatan :

Sudah berapa lama - :

Anda mengerjakan skripsi

Page 107: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

95

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

Berikut ini terdapat butir-butir pernyataan, baca dan pahami dengan baik-baik setiap

pernyataan. Setiap pernyataan memiliki empat pilihan jawaban. Saudara diminta untuk

mengemukakan apakah pernyataan tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan diri Anda,

denngan cara memilih salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia.

Jika jawaban Anda Sangat setuju beri tanda silang (X) pada kolom SS

Jika jawaban Anda Setuju beri tanda silang (X) pada kolom S

Jika jawaban Anda Tidak setuju beri tanda silang (X) pada kolom TS

Jika jawaban Anda Sangat tidak setuju beri tanda silang (X) pada kolom STS

Contoh:

No. Pemyataan SS S TS STS

1 Saya merasa bahagia saat mendapat hadiah X

Tidak ada jawaban benar atau salah untuk setiap pemyataan, seluruh jawaban Saudara

benar, selama itu sesuai dengan diri Saudara.

Skala I

No. Pemyataan SS S TS STS

1 Saya akan disiplin dengan table deadline progress skripsi yang telah saya

buat

2 Saya akan memilih mengerjakan skripsi dari pada menonton tv

3 Saya akan rajin untuk ke perpustakaan mengerjakan skripsi

4 Saya tidak segan untuk bertanya kepada teman terkait skripsi yang saya

buat

5 Saya selalu meminta bantuan kepada teman, terkait sumber referensi

yang saya butuhkan

6 Saya tidak sabar untuk dapat bersenang-senang bersama teman,

meskipun belum selesai skripsi

7 Saya akan rutin melakukan bimbingan skripsi kepada dosen pembimbing

8 saya membuat target dalam 3 bulan selesai mengerjakan skripsi

9 saya tidak mempunyai target kapan harus selesai skripsi

10 Selama skripsi belum selesai, saya merasa belum pantas untuk

bersenang-senang

11 Saya selalu menunda-nuda dalam mengerjakan revisi skripsi

12 Saya akan mengurangi intensitas bermain dengan teman-teman

selama mengerjakan skripsi

Page 108: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

96

13 Setelah selesai mengerjakan revisi skripsi saya selalu meminta koreksi

oleh teman

14 saya selalu meminta saran kepada dosen pembimbing terkait penulisan

skripsi

15 Saya akan bersabar untuk pergi bersenang-senang dengan teman,

selama skripsi belum selesai

16 Saya dapat menyeimbangkan antara mengeriakan skripsi dengan

kegiatan lain

17 Saya akan mengatur jadwal kegiatan sehari-hari, agar dapat

fokus mengerjakan skripsi

18 Saya akan mengurangi aktifitas keorganisasian saya dan fokus

menyelesaikan skripsi

19 Setelah selesai bimbingan, saya segera mengerjakan revisi skripsi

20 Saya segan untuk bertanya tentang penulisan skripsi kepada teman

Skala II

No. Pemyataan SS S TS STS

1 Saya yakin dapat menyelesaikan skripsi dan lulus tepat waktu

2 Saya merasa sulit sekali mencari judul skripsi dan tidak mampu

untuk melanjutkannya

3 Lama mengerjakan skripsi bukan menjadi hambatan bagi saya untuk aktif

dalam organisasi

4 Terlalu lama menyusun skripsi, menghilangkan semua impian saya

5 Saya percaya bahwa keadaan saya akan lebih baik setelah saya

berhasil menyelesaikan skripsi

6 Meskipun skripsi saya selalu di revisi, saya tidak patah semangat untuk

selalu memperbaikinya

7 Saya merasa bosan, karena terlalu lama mengerj akan skripsi

8 Menulis skripsi membuat kemampuan menulis saya lebih baik

dari sebelumnya

9 Saya yakin setelah melalui situasi sulit mengerjakan skripsi, akhirnya

akan lulus

10 Saya berusaha untuk selalu menikmati masa-masa sulit mengerjakan

skripsi

11 Saya yakin akan memperoleh kesuksesan setelah bersusah payah mengerj

akan skripsi

14 Skripsi merapakan saat yang tepat untuk mengeluarkan kemampuan yang

saya miliki

16 Saya sudah tidak lagi memiliki cita-cita, karena terlalu lama

mengerjakan skripsi

17 Saya merasa selama mengerjakan skripsi selalu ditimpa banyak kesusahan

18 Meskipun sulit sekali mengerjakan skripsi, saya yakin akan lulus

19 Saya tidak tahu harus berbuat apa untuk menyelesaikan masalah pada

skripsi

20 Saya senang jika saya bisa mencapai target deadline progress

menyelesaikan skripsi yang telah saya buat

21 Bagi saya tidak masalah jika banyak yang haras di revisi

22 Saya mampu menyelesaikan setiap masalah yang muncul dalam proses

skripsi

23 Saya merasa sudah tidak sanggup lagi untuk melanjutkan skripsi

24 Saya mampu menahan emosi, ketika ada masalah dalam proses skripsi

26 Saya putus asa apabila sumber-sumber referensi tidak dapat saya temukan

27 Saya tidak yakin dengan jadwal progres skripsi yang saya buat dapat

tercapai

28 Saya sudah tidak memiliki cita-cita yang ingin saya wujudkan

selain menyelesaikan skripsi

29 Saya yakin bisa melalui masa-masa sulit dalam mengerjakan skripsi

30 Dalam menyelesaikan skripsi saya berusaha untuk tenang

Page 109: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

95

31 Emosi saya menjadi mudah berabah selama mengerjakan skripsi

32 Saya selalu melaksanakan feedback yang disarankan oleh dosen

pembimbing

33 Saya tidak akan patah semangat untuk terus mengerjakan revisi skripsi

34 Saya malu mengakui status saya yang masih menyusun skripsi

35 Saya tidak malu datang kekampus untuk bimbingan, meskipun teman-

teman satu angkatan sudah banyak yang lulus

36 Tidak masalah bagi saya jika terlalu lama mengerjakan skripsi, karna

saya yakin pada akhirnya pasti lulus

37 Saya tidak menyukai proses menyusun skripsi

38 Saya yakin dengan kemampuan diri saya sendiri, saya bisa

menyelesaikan skripsi

39 Saya dapat mengerjakan skripsi tanpa bantuan orang lain, meskipun itu

sulit

40 Saya merasa skripsi saya sudah tidak penting lagi

Skala III

No. Pernyataan SS S TS STS

1 Meskipun dosen pembimbing saya tidak menerima ide-ide saya

dalam penulisan skripsi, saya tidak menyerah

2 Saya mendapat banyak bantuan dari teman-teman saya, hal

tersebut menambah semangat saya dalam menyusun skripsi

3 Tidak menjadi hambatan bagi sayauntuk terus mengerjakan skripsi

meskipun hubungan saya dengan teman-teman satu angkatan semakin

tidak akrab

4 Saya mampu mengendalikan diri saya, ketika ada orang yang

mengejek karena terlalu lama menyelesaikan skripsi

5 Saya tidak dapat mengambil keputusan yang tepat, bila sedang ada

masalah terkait skripsi

6 Saya bisa menerima segala resiko yang akan menimpa saya, selama

proses menyusun skripsi

7 Saran yang diberikan teman-teman kurang bermanfaat bagi saya untuk

bisa tetap semangat menyusun skripsi

8 Bukan hambatan bagi sayajika tidak lagi mendapatkan perhatian

dari teman-teman selama menyusun skripsi

9 Usaha yang saya lakukan untuk menyelesaikan skripsi sudah optimal

10 Saya tetap berusaha menyelesaikan skripsi, walaupun saya berulang

kali gagal dalam mencapai target deadline yang saya buat

11 Saya tidak putus asa dan tetap semangat mengerjakan skripsi,

walaupun teman satu angkatan sudah banyak yang lulus

meninggalkan saya

12 Saya akan berusaha maksimal agar dapat lulus pada waktu yang

telah ditetapkan oleh universitas

13 Saya mendapat kemudahan yang tidak terduga selama proses

menyusun skripsi, hal tersebut yang menambah semangat saya

14 Bukan hambatan bagi saya, jika kendaraan yang saya pakai mogok,

dalam perjalanan ke sebuah janji pertemuan dengan dosen

pembimbing

15 Hal yang membuat saya selalu semangat mengerjakan skripsi,

ketika bimbingan selalu mendapat respon positif dari dosen

pembimbing

Page 110: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52495... · 2020. 9. 24. · Studi yang dilakukan oleh Laksanawati

96

16 saya tidak perduli dengan tugas saya dirumah, karena saya sudah

terlalu lelah mengerjakan skripsi

17 Saya mampu bertahan dalam keadaan sulit selama proses menyusun

skripsi

18 Revisi skripsi membuat saya lebih giat lagi untuk memperbaikinya

19 Sumber referensi yang sulit dicari bukan hambatan bagi saya

dalam meyusun skripsi

20 Saya adalah orang yang memiliki semangat untuk menyelesaikan skripsi

22 Kegagalan dalam mencapai target adalah kesalahan saya yang

belum optimal dalam menyusun skripsi, sehingga saya akan

merubahnya

23 Saya berusaha keras untuk menyelesaikan skripsi dengan baik dan

tepat waktu