institutional repository uin syarif hidayatullah jakarta:...

118
i PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH (PERIODE 2011 2014) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) LOLITA YULIARTY PASARIBU NIM: 1112046100127 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016/ 1437 H

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL DAN GOOD CORPORATE

    GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN

    BANK UMUM SYARIAH

    (PERIODE 2011 – 2014)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

    Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

    LOLITA YULIARTY PASARIBU

    NIM: 1112046100127

    KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

    PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2016/ 1437 H

  • ii

  • iii

  • v

    ABSTRAK

    LOLITA YULIARTY PASARIBU. 1112046100127. Pengaruh

    Intellectual Capital dan Good Corporate Governanace terhadap Kinerja

    Keuangan Bank Umum Syariah Syariah. Program Strata Satu (S1),

    Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi

    Islam), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta. 1437/2016 M.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intellectual

    capital dan good corporate governance terhadap kinerja keuangan Bank

    Umum Syariah periode 2011-2014. Pengujian dilakukan dengan SEM-PLS,

    dengan pengolah data WarpPLS 5.0. Variabel independen terdiri dari

    intellectual capital dan good corporate governance. Variabel dependen yang

    digunakan yaitu kinerja keuangan Bank Umum Syariah (ROA dan NPM).

    Penelitian yang menggunakan teknik purposive sampling ini menggunakan

    sebanyak 40 sampel yang merupakan Bank Umum Syariah periode 2011-

    2014. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan

    teknik pengumpulan data dokumentasi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa

    Intellectual capital berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja keuangan

    dan Good corporate governance berpengaruh signifikan dan positif terhadap

    kinerja keuangan.

    Kata kunci : Intellectual capital, Good Corporate Governance, Kinerja,

    SEM-Partial Least Square (PLS)

    Pembimbing : Rizqon Halal Syah Aji, M. Si

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

    hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta

    salam penulis sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta kepada

    keluarga dan para sahabat-Nya, semoga kelak kita termasuk kedalam umat

    yang mendapatkan syafaat dari beliau di hari akhir kelak.

    Alhamdulillah, penelitian yang berjudul "Pengaruh Intellectual Capital

    dan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perbankan

    Syariah Periode 2011-2014" telah dapat penulis selesaikan. Penulisan skripsi ini

    dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Program Studi Muamalat Konsentrasi

    Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada

    dasarnya dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak kesulitan. Akan

    tetapi dengan adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak

    Alhamdulillah penulisan skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan. Penulis

    menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

    sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

    Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima

    kasih kepada berbagai pihak yang telah membimbing penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini antara lain kepada:

    1. Bapak Dr. Phil Asep Saepudin Jahar, M.A selaku dekan Fakultas

    Syariah dan Hukum yang saya hormati yang telah memimpin

    Fakultas Syariah dan Hukum.

  • vii

    2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A dan Bapak Dr. Abdurrauf, M.A selaku ketua

    dan sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan arahan dan

    bimbingan kepada seluruh mahasiswa prodi Muamalat.

    3. Bapak Rizqon Halal Syah Aji, M. Si selaku dosen pembimbing skripsi

    yang telah meluangkan waktu, pengarahan dan motivasi serta

    memberiikan ilmu yang sangat berharga bagi penulis sehingga skripsi

    ini dapat terselesaikan.

    4. Bapak Moch Bukhori Muslim, Lc selaku dosen pembimbing akademik

    yang memberikan motivasi dan membimbing penulis dari semester

    awal hingga penyelesaian skripsi ini.

    5. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberiikan ilmu

    dan pengetahuan yang sangat berguna, serta akhlak yang tidak ternilai

    harganya.

    6. Keluarga besar perpustakaan utama dan akademik fakultas yang telah

    direpotkan selama pembuatan skripsi ini.

    7. Kedua orang tua saya Ridoan Bondar dan Ningsih yang telah

    memberikan dukungan baik doa, materi, moral dan kesabarannya

    menunggu terselesaikannya skripsi ini serta adik-adik saya Rahmad

    Hamdani dan Rasyid Septian Pasaribu. Semoga Allah selalu

    memberikan rahmat dan kasih sayangnya kepada kalian.

    8. Sahabat dekat penulis yaitu Muhammad Chaydir yang selalu memberikan

    dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

  • viii

    9. Keluarga besar Perbankan Syariah C angkatan 2011, terutama Alex

    Prasetyo, Taufik Ismail, Ambiayatul Kalam, Nur Aliyah, Emi Rosilawati,

    Ayu Putriana dan Hana Amalia Yosral. Terima kasih atas ilmu, pengertian

    dan semua saran-sarannya.

    10. Teman-teman seperjuangan, Noerlisma Damayanti, Suci Rahayu, Nanda

    Pipit, Gita Ramadhini, Robiatul Adawiyah (Rara) dan ka dian yang tak

    kenal bosan menjadi teman diskusi dan sharing. Terima kasih atas ilmu,

    pengertian dan semua saran-sarannya.

    11. Keluarga besar KKN BATIK 2015 yang selalu memberi semangat untuk

    penulis. Terima kasih telah menjadi keluarga kecil yang hangat.

    12. Serta seluruh pihak yang telah berjasa namun belum marnpu penulis

    sebutkan satu per satu.

    Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

    penulisan skripsi ini, karenanya dengan terbuka penulis mengharapkan

    kritik dan saran untuk penyempurnaan penulisan-penulisan di masa

    mendatang. Akhir kata, harapan penulis semoga Allah SWT memberiikan

    keberkahan bagi semua pihak yang membantu dan semoga skripsi ini

    memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu.

    Jakarta, 12 Juni 2016

    Lolita Yuliarty Pasaribu

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

    LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................ii

    LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN.......................................................iii

    LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv

    ABSTRAK .............................................................................................................. v

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

    BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

    B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 8

    C. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................................... 8

    1. Pembatasan Masalah ................................................................................ 8

    2. Perumusan Masalah .................................................................................. 9

    D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 10

    1. Tujuan Penelitian .................................................................................... 10

    2. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10

    E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 12

    BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 14

    A. Kinerja Keuangan Perbankan Syariah ....................................................... 14

    1. Pengertian dan Tujuan Kinerja Keuangan .............................................. 14

    2. Analisis Kinerja Keuangan ..................................................................... 15

    B. Intellectual Capital..................................................................................... 18

    1. Definisi Intellectual Capital ................................................................... 18

  • x

    2. Komponen Intellectual Capital .............................................................. 20

    3. Manfaat Intellectual Capital................................................................... 22

    4. Pengukuran Intellectual Capital ............................................................. 24

    C. Good Corporate Governance ..................................................................... 30

    1. Pengertian Good Corporate Governance. .............................................. 30

    2. Landasan Hukum Good Corporate Governance .................................... 32

    3. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance ........................................ 34

    4. Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance................................ 41

    5. Mekanisme Good Corporate Governance ............................................. 42

    6. Good Corporate Governance pada Perbankan Syariah ......................... 45

    7. Penilaian Self Assessment Good Corporate Governance Bank

    Umum Syariah di Indonesia .......................................................................... 47

    D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ......................................................... 50

    E. Kerarangka Teori ....................................................................................... 53

    F. Kerangka Konseptual ................................................................................. 56

    G. Dasar Perumusan Hipotesis ....................................................................... 57

    BAB III METODELOGI PENELITIAN .............................................................. 58

    A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 58

    1. Jenis dan Sumber Data Penelitian .......................................................... 58

    2. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ............................................ 59

    3. Teknik pengolahan data .......................................................................... 60

    4. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 61

    B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................................... 61

    1. Variabel Dependen ................................................................................. 61

    2. Variabel Independen ............................................................................... 63

    C. Teknik Analisis Data .................................................................................. 70

    1. Statistik Deskriptif .................................................................................. 70

    2. Evaluasi Model Pegukuran ..................................................................... 70

    3. Hipotesis ..................................................................................................... 74

    BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 77

    A. Gambaran Penelitian .................................................................................. 77

  • xi

    1. Gambaran Kinerja Keuangan Bank Syariah tahun 2011 -2014 ............. 77

    2. Gambaran Intellectual Capital Bank Syariah tahun 2011 -2014 .......... 78

    3. Gambaran Good Corporate Bank Syariah tahun 2011 -2014 .............. 79

    B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian.............................................................. 80

    1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................................. 80

    2. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)........................................... 83

    3. Evaluasi Model Struktural (Inner Model) .............................................. 85

    4. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................. 86

    C. Pembahasan ................................................................................................ 92

    BAB V PENUTUP ................................................................................................ 97

    A. Kesimpulan ................................................................................................ 97

    B. Saran ........................................................................................................... 98

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 100

    LAMPIRAN ........................................................................................................ 102

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Bobot Perhitungan Komposit ................................................................ 49

    Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel ........................................................................... 59

    Tabel 3.2 Daftar Nama Bank Umum Syariah ....................................................... 60

    Tabel 4.1 Perkembangan Kinerja Syariah ............................................................. 76

    Tabel 4.2 Pekembangan Intellectual Capital ........................................................ 78

    Tabel 4.3 Perkembangan Good Corporate ........................................................... 79

    Tabel 4.4 Statistik Deskripstif ............................................................................... 81

    Tabel 4.5 Hasil Output Evaluasi Outer Model ..................................................... 83

    Tabel 4.6 Hasil Output Evaluasi Outer Model Setelah Penghapusan Variabel .... 84

    Tabel 4.7 Model Fit Indices .................................................................................. 85

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ........................................................................ 57

    Gambar 3.1 Analisis Lajur .................................................................................... 75

    Gambar 4.1 Model Fit and Quality Indices .......................................................... 85

    Gamabar 4.2 Model Penelitian .............................................................................. 87

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Daftar Nama Bank Syariah ............................................................. 102

    Lampiran 2 Data Kinerja Keuangan ................................................................... 102

    Lampiran 3. Data Good Corporate Governance................................................. 103

    Lampiran 4. Data Variabel Intellectual Capital .................................................. 103

    Lampiran 5. Hasil Output Combined loadings and cross-loading ...................... 103

    Lampiran 6. Hasil Output Combined loadings and cross-loading setelah

    penghapusan ib-stva ............................................................................................ 104

    Lampiran 7. Hasil Output Latent Variable Coefficients ..................................... 104

    Lampiran 8. Gambaran Penelitian....................................................................... 104

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Perubahan lingkungan ekonomi yang cepat sebagai akibat

    Perdagangan bebas pada tingkat regional di kawasan ASEAN yaitu

    adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN di tahun 2015 serta Masyarakat

    Ekonomi ASEAN untuk sektor keuangan pada tahun 2020 menuntut

    dunia bisnis saat ini untuk mampu mempersiapkan diri dan mampu

    berkompetisi mengatasi tantangan-tantangan di dalam lingkungan

    ekonomi, tantangan ini akan berpengaruh bagi kinerja keuangan

    perusahaan maupun perbankan. Informasi mengenai kinerja perusahaan ini

    salah satunya berguna untuk menetapkan kebijakan selanjutnya yang akan

    diambil oleh pihak manajemen. Kinerja perusahaan juga mempengaruhi

    minat para calon pembeli saham perusahaan di pasar modal. Melalui

    penilaian kinerja keuangan, manajer dapat menentukan struktur

    keuangan perusahaan yang lebih baik. Seiring dengan semakin

    meningkatnya kebutuhan informasi keuangan khususnya sebagai

    penilaian kinerja keuangan.

    Hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan

    dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Laporan keuangan

    menunjukkan posisi keuangan dan juga indikator kinerja perusahaan.

    Namun tidak semua informasi dalam laporan keuangan perusahaan benar.

    Dalam perusahaan yang tata kelolanya kurang baik, bisa terjadi kondisi

  • 2

    dimana informasi dalam laporan keuangan tidak sesuai dengan fakta di

    lapangan. Sehingga kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai

    oleh setiap perusahaan, karena kinerja perusahaan merupakan

    cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan

    mengalokasikan sumber dayanya.

    Dengan demikian dalam mengelola dan mengalokasikan sumber

    dayanya di arus ekonomi yang semakin pesat, perusahaan memerlukan

    strategi bisnis yang tepat agar perusahaan dapat terus bertahan

    menjalankan bisnisnya. Para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa

    kemampuan bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aset

    berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan

    organisasi dan sumber daya manusia yang dimiliki nya.1 Sehingga,

    perusahaan-perusahaan mengubah strategi bisnisnya dari bisnis yang

    didasarkan pada tenaga kerja (labor based business) menjadi bisnis

    yang berdasarkan pada pengetahuan (knowledge-based business).

    Bisnis yang berdasarkan pada pengetahuan merupakan suatu aset

    tidak berwujud (intangible assets). Survei yang dilakukan oleh Brooking

    Institute pada tahun 1928 di USA mengungkapkan informasi bahwa

    proporsi nilai buku aktiva berwujud dalam perusahaan-perusahaan

    manufaktur di USA adalah sebesar 62% dari nilai pasar. Sepuluh tahun

    kemudian (1992) proporsi tersebut menurun menjadi 38%. Studi yang

    1 Solikhah, Badingatus et. Al. “Implikasi Intellectual Capital Terhadap

    Financial Performance, Growth dan Market Value; studi empiris dengan

    pendekatan sim plistic specification”, Simposium Nasional Akuntansi XIII,

    Purwokerto, 2010.

  • 3

    dilakukan terkini memperkirakan bahwa di tahun 2000 proporsi tersebut

    tinggal berkisar 10% s.d 15%.2 Sehingga dapat dikatakan bahwa bisnis

    berdasarkan pada pengetahuan merupakan mesin produksi yang paling

    powerful dalam peningkatan kinerja dan nilai perusahaan.

    Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan

    pengukuran intangible asset tersebut adalah intellectual capital (IC).

    Implementasi modal intelektual merupakan sesuatu yang masih baru,

    bukan saja di Indonesia tetapi juga di lingkungan bisnis global,

    hanya beberapa negara maju saja yang telah menerapkan konsep ini,

    contohnya Australia, Amerika dan negara-negara Skandinavia.

    Di Indonesia, fenomena IC mulai berkembang terutama setelah

    munculnya PSAK No. 19 (revisi 2000) dan PSAK No. 19 (revisi 2009)

    tentang aktiva tidak berwujud. Walapun dalam PSAK 19 (revisi 2009)

    secara implisit menyinggung mengenai modal intelektual (intellectual

    capital), tetapi penelitian mengenai kinerja modal intelektual

    (intellectual capital) di Indonesia masih terhitung baru dan dalam dunia

    bisnis praktik modal intelektual (intellectual capital) masih belum

    diperkenalkan secara luas di Indonesia. Sebab sampai dengan saat

    ini, perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung menggunakan basis

    2 Mulyadi. “Sistem Terpadu Pengelolaan Kinerja Personel Berbasis Balanced

    Scorecard‖. UPP STIM YKPN. Hal.224-225

  • 4

    konvensional (conventional based) dalam membangun bisnisnya,

    sehingga produk yang dihasilkannya masih miskin teknologi.3

    Terbatasnya ketentuan standar akuntansi tentang Intellectual

    Capital mendorong para ahli untuk membuat model pengukuran dan

    pelaporan Intellectual Capital. Salah satu model yang sangat populer di

    berbagai negara adalah Value Added Intellecutal Coefficient (VAICTM

    )

    yang dikembangkan oleh Pulic (1998).4 Akun-akun yang digunakan

    dalam menghitung kinerja IC dengan VAICTM

    adalah akun-akun yang

    lazim pada perusahaan konvensional.

    Perbankan syariah memiliki jenis transaksinya sendiri yang relatif

    berbeda dari perbankan umum/konvensional. Sehingga formula

    Intellectual Capital untuk perbankan syariah perlu dikembangkan, seperti

    formula IB-VAIC yang dikembangkan oleh Ullum. Formula perhitungan

    iB-VAIC pada dasarnya tidak banyak berbeda dengan formula VAICTM

    yang dirumuskan oleh Pulic (1998). Perbedaan mendasar diantara

    keduanya terletak pada akun-akun untuk menghitung VA. Dalam iB-

    VAIC, VA dikonstruksi dari akun-akun pendapatan yang semuanya adalah

    berbasis syariah, yaitu pendapatan bersih kegiatan syariah dan pendapatan

    non-operasional yang syar‟iy.5 Dengan menggunakan formula ini, kinerja

    3 Hasna Fatima, “Analisis Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja

    Perusahaan di Indonesia”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2012),

    h.3. 4 Ihyaul Ulum, “Intellectual Capital (Model pengukuran, Framework

    Pengungkapan dan Kinerja Organisasi) ―, (Malang : UMM PERS, 2015) h.7 5 Ihyaul Ullum, “Model Pengukuran Kinerja Intellectual Capital dengan IB-VAIC

    di Perbankan Syariah”,( INFERENSI, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol. 7, No. 1,

    Juni 2013) h. 203

  • 5

    IC perbankan syariah dapat diukur. Hasil pengukuran tersebut dapat

    menjadi indikasi bagi pengambil keputusan tentang bagaimana perusahaan

    mengelola IC yang dimiliki untuk memaksimalkan value bagi

    perusahaan.6

    Perhatian mengenai Intellectual Capital menjadi penting untuk

    diteliti karena menurut Kubo dan Saka (2002) dalam Ulum aspek

    intelektual, secara keseluruhan karyawan di sektor perbankan lebih

    homogen dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya.7 Dari beberapa

    penelitian mengenai Intellectual Capital memiliki perbedaan hasil

    diantaranya adalah Mahfoudh dan Ku Nor (2014), Ullum (2009) dan Nik

    Maheran dan Md Khairu (2009) menunjukan bahwa Intellectual Capital

    berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Berbeda dengan penelitian

    tersebut yang menunjukkan adanya hubungan positif antara Intellectual

    Capital dan kinerja keuangan, Firer dan Williams (2003) dan Puji et.al

    (2013) menunjukkan bawha Intellectual Capital tidak berpengaruh

    terhadap kinerja keuangan.

    Selain memperbaiki pengungkapan laporan keuangan berupa

    pengungkapan IC (intellectual capital), sebuah perusahaan juga dirasa

    perlu melakukan penerapan dan pengelolaan corporate governance

    yang baik. GCG (Good Corporate Governance) pertama kali dikenalkan

    di Indonesia oleh IMF (International Monetary Funds) dalam rangka

    6 Ibid.,h. 203

    7 Ihyaul Ulum, “Intellectual Capital (Model pengukuran, Framework

    Pengungkapan dan Kinerja Organisasi) ―, (Malang : UMM PERS, 2015) h.117

  • 6

    pemulihan ekonomi pasca krisis. Krisis yang melanda Asia Timur

    pada waktu itu juga berdampak besar pada Indonesia, salah satu

    penyebabnya adalah tidak adanya good corporate governance di dalam

    pengelolaan perusahaan, dalam kajian yang dilakukan oleh Booz-Allen &

    Hamilton pada tahun 1998, index good corporate governance

    Indonesia adalah yang paling rendah dibandingkan dengan negara lain di

    kawasan tersebut. Kajian tersebut didukung oleh penelitian yang

    dilakukan oleh McKinsey tahun 1999 yang meneliti tentang praktek

    good corporate governance pada perusahaan-perusahaan di Indonesia.8

    Penerapan GCG sangat dipengaruhi oleh perangkat hukum disuatu

    negara dalam pemberian perlindungan terhadap kepentingan semua pihak

    yang terkait dengan perusahaan. Menurut Yunis (2007 :38) dan Hasan

    (2009a: 277) baru sedikit studi yang ditulis mengenai GCG dari perspektif

    Islam, Khususnya tentang Governance untuk sektor keuangan syariah,

    suatu gejala yang tidak sepatutnya terjadi jika dibandingkan dengan

    pertumbuhannya yang cepat dan peranannya yang semakin meningkat

    dalam pasar keuangan dunia.9 Sehingga, Pelaksanaan GCG pada tataran

    termutakhir dirasakan makin urgen sebagai salah satu upaya untuk

    melindungi para pemangku kepentingan dan meningkatkan kepatuhan

    8 Ika Kartika, “Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance oleh Dewan

    Komisaris, Dewan Direksi, Komite-Komite, Dan Dewan Pengawas Syariah Terhadap

    Kinerja Perbankan Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Tahun 2010-2013”, (Skripsi

    S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta,

    2014), h. 2 9Mal An Abdullah, “Corporate Governance Perbankan Syariah di Indonesia”,

    (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2016) h. 15

  • 7

    terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika

    yang berlaku umum pada industri perbankan syariah.

    Untuk melaksanakan pengelolaan Corporate Governance yang

    baik, Bank Indonesia mengatur tentang pelaksanaan Good Corporate

    Governance bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah melalui

    Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 Tanggal 7

    Desember 2009. Dengan ditetapkannya peraturan Good Corporate

    Governance pada bank syariah maka Penerapan Good Corporate

    Governance dalam perbankan syariah dapat dibutuhkan untuk

    melindungi kepentingan dan hak semua Stakeholder, untuk menegakkan

    keadilan, kejujuran dan perlindungan terhadap kebutuhan manusia sesuai

    dengan Maqasid al-syariah serta membantu bank syariah meminimalisasi

    kualitas pembiayaan yang tidak baik, meningkatkan akurasi penilaian

    bank, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan bisnis, dan

    mempunyai sistem deteksi dini terhadap high risk business area, product,

    dan services serta meningkatkan kinerja keuangan.

    Uraian di atas menjelaskan betapa pentingnya intellectual capital

    dan good corporate governance pada suatu perusahaan dalam

    menunjang kinerja keuangan, diluar berbagai macam faktor lain yang

    memengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Maka peneliti tertarik

    untuk mengajukan penelitian dengan judul: "Pengaruh Intellectual

    Capital dan Good Corporate Governance terhadap Kinerja

  • 8

    Keuangan Perbankan Syariah Di Indonesia ( Studi Kasus Bank

    Umum Syariah Periode 2011 – 2014) ”.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan uraian latar balakang di atas, maka diidentifikasikan

    masalah-masalah sebagai berikut:

    1. Intellectual Capital di Indonesia masih bersifat Voluntary disclosure

    sehingga perusahaan tidak memliki keharusan untuk mengungkapkan

    laporan keuangan.

    2. Berdasarkan aspek intelektual, secara keseluruhan karyawan di sektor

    perbankan lebih homogen dibandingkan dengan sektor ekonomi

    lainnya

    3. Lemahnya Good Corporate Governance dapat mememunculkan

    konflik kepentingan di dalam perusahaan.

    4. Pelaporan Good Corporate Governonce pada Bank Syariah merupakan

    aturan yang harus dilaksanakan sesuai dengan PBI No 11/33/PBI/2009

    dan keberadaannya bisa menjadi tolak ukur dalam penilaian kinerja.

    C. Batasan dan Rumusan Masalah

    1. Pembatasan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka

    peneliti akan membatasi permasalahan yang akan diteliti pada

    Pengaruh Intellectual Capital dan Good Corporate Governance

  • 9

    terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Di Indonesia,

    diantaranya adalah:

    a. Objek penelitian ini merupakan Bank Umum Syariah yang ada di

    Indonesia yang telah mengeluarkan laporan keuangan tahun 2011-

    2014 dan Bank tersebut menerapkan sistem Good Corporate

    Governance dan mempublikasikan laporan GCG dalam Annual

    Report-nya.

    b. Data intellectual capital yang digunakan indikatornya berupa

    total output, total input, total ekuitas, dan beban karyawan.

    c. Data Good Corporate Governance (GCG) yang digunakan

    indikatornya adalah Self Assegment

    d. Data kinerja keuangan yang digunakan indikatornya adalah Return

    on Asset (ROA) dan Net Profit Margin (NPM)

    2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diidentifikasikan

    rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

    1. Bagaimana pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja

    keuangan Bank Umum Syariah ?

    2. Bagaimana pengaruh Good Corporate Governance terhadap

    kinerja keuangan Bank Umum Syariah ?

    3. Bagaimana Inttelectual Capital dan Good Corporate

    Governance mempengaruhi kinerja keuangan Bank Umum

    Syariah secara simultan ?

  • 10

    D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk

    mengetahui secara empiris pengaruh Intellectual Capital dan Good

    Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perbankan

    syariah:

    1. Menganilisis pengaruh intellectual capital terhadap Kinerja

    Bank Umum Syariah.

    2. Menganalisis pengaruh Good Corporate Governance terhadap

    Kinerja Bank Umum Syariah.

    3. Menganilisis pengaruh intellectual capital dan Good Corporate

    Governance secara simultan terhadap kinerja Bank Umum Syariah.

    2. Manfaat Penelitian

    a. Bagi Perusahaan

    Sebagai acuan perusahaan untuk lebih meningkatkan

    pengelolaan Aset tidak berwujud serta fungsi dan kemandirian

    dari masing- masing organ corporate perusahaan yaitu Dewan

    Komisaris, Direksi, Komite-Komite dan Dewan Pengawas

    Syariah sehingga dapat meningkatkan Intellectual Capital serta

    kualitas Good Corporate Governance demi meningkatkan kinerja

    keuangan khususnya perusahaan yang bergerak di sektor

    perbankan berbasis syariah.

  • 11

    b. Bagi Institusi

    Menambah referensi penelitian di Fakultas Syariah dan

    Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    dan diharapkan dapat menambah bukti empiris dari penelitian-

    penelitian sebelumnya mengenai praktik Intellectual Capital dan

    Good Corporate Governance yang berkaitan dengan kinerja

    erusahaan serta dapat dijadikan referensi dalam mengadakan

    penelitian lebih lanjut tentang masalah yang sama dan dapat

    diterapkan di masa yang akan datang.

    c. Bagi Peneliti

    Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi

    peneliti untuk menambah pengetahuan, khususnya pengetahuan

    tentang hubungan intellectual capital, Good Corporate

    Governance dan kinerja perusahaan Bank Umum Syariah di

    Indonesia.

    d. Bagi Calon Investor

    Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    gambaran dan tambahan informasi kepada investor mengenai

    kinerja keuangan perusahaan dengan melihat penerapan

    Intellectual Capital dan Good Corporate Governance sehingga

    dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi investor untuk

    melakukan keputusan investasi pada perusahaan secara tepat

    dan menguntungkan di masa yang akan datang.

  • 12

    E. Sistematika Penulisan

    Untuk memberikan gambaran terkait penelitian serta membuat

    penelitian tertib dan terarah maka penulis menyusun sistematika penulisan

    yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut :

    BAB I : PENDAHULUAN

    Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

    pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

    review studi terdahulu, kerangka teori dan konseptual, metode

    penelitian, dan sistematika penulisan.

    BAB II : TINJAUAN TEORITIS

    Kajian teoritis, pada bab ini akan disajikan teori terkait intellectual capital,

    penerapan Good Corporate Governance dan kinerja keuangan perbankan

    syariah.

    BAB III : METODE PENELITIAN

    Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai jenis penelitian, jenis dan

    sumber data, objek penelitian, metode pengumpulan data, teknik

    pengolahan data, definisi operasional variabel beserta pengukurannya serta

    metode analisis data yang akan digunakan

    BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN

    Analisis dan pembahasan, berisi data penelitian mengenai Pengaruh

    Intellectual Capital dan Penerapan Good Corporate Governance terhadap

    Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Periode 2011-2014

  • 13

    BAB V : PENUTUP

    Bab ini berisi kesimpulan penulis dari pembahasan-pembahasan yang telah

    diuraikan, keterbatasan penelitian serta saran untuk penelitian sejenis.

  • 14

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Kinerja Keuangan Perbankan Syariah

    1. Pengertian dan Tujuan Kinerja Keuangan

    Pengukuran Kinerja keuangan adalah penting sebagai saranan

    atau indikator dalam rangka memperbaiki kegiatan operasional

    perushaan. Dengan perbaikan kinerja operasional diharapka bahwa

    perusahaan dapat mengalami pertumbuhan keuangan yang baik dan

    juga dapat bersaing lain lewat efisiensi dan efektivitas. 1

    Kinerja perusahaan umumnya diukur berdasarkan pengahasilan

    bersih (Laba) atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan

    investasi (Return on Invesment) atau penghasilan persaham (Earning

    per share).2Pengukaran kinerja keuangan dilakukan bersama dengan

    proses analisis. Analisis kinerja keuangan merupakan suatu proses

    pengkajian kinerja keuangan secra kritis yang meliputi peninjauan data

    keuangan, perhitungan, pengukuran, interprestasi dan pemeberian solusi

    terhadap masalah keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu.3

    Sehingga, Pengukuran kinerja keuangan merupakan suatu usaha

    formal untuk megevaluasi efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam

    1Hery,”Analisis Kinerja Manajemen (Menilai Kinerja Manajemen Berdasarkan

    Rasio Keuangan)‖ (Jakarta : Grasindo, 2014) h.25 2 Harmono, “Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan

    Teori, Kasus dan Riset Bisnis‖, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2014) h. 23 3Op.cit., h.25

  • 15

    menghasilkan laba dan posisi kas tertentu. Dengan pengukuran kinerja

    keuangan ini dapat dilihat prospek pertumbuhan dan perkembangan

    keuangan perusahaan dari megandalakan sumber daya yang

    dimilikinya. Perusahaan dikatakakan berhasil apabila perusahaan telah

    mencapai suatu kinerja tertentu yang telah ditetapkan.

    2. Analisis Kinerja Keuangan

    Kinerja perusahaan dapat diukur berdasarka kinerja keuangan

    dan non-keuangan. Pegukuran kinerja keuangan yang lazim digunakan

    adalah Likuiditas, laverage, aktivitas dan profitabilitas. Sedangkan

    ukuran kinerja non-keuangan yang lazim digunakan adalah efisiensi,

    kualitas, dan waktu.13

    Penelitian terdahulu mengenai pengaruh intellectual capital

    terhadap kinerja keuangan sebelumnya telah menggunakan beberapa

    rasio-rasio keuangan seperti penelitian Hong Pew Tan, dkk yang

    menggunakan Return on Equity (ROE), Earning per Share (EPS)

    dan Annual Stock Return (ASR), Fierer dan William; Syed

    Najibullah dan pina Puntilo yang menggunakan Market to Book

    Ratio, Sarayuth Saengchan menggunakan Return on Asset (ROA) dan

    biaya untuk asset/ Cost to Asset (CTA) dan masih banyak penelitian

    yang lainnya.14

    Dan penelitian mengenai Good Corporate Governance

    terhadap kinerja keuangan perusahaan sebelumnya telah menggunakan

    13

    Ari Purwanti dan Darsono Prawironegoro, “Akuntansi Mnajemen‖, ( Jakarta:

    Mitra Wacana Media, 2013) h. 169 14

    Kurniasih,” Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan

    Perusahaan Asuransi Syariah”, (Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2014)

    h. 32

    15

  • 16

    rasio keuangan seperti penelitian Gabriel dan Fidelis yang

    menggunakan Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA) dan

    Tobin‟s Q, dan Pranata yang menggunakan variabel Return on Equity

    (ROE) dan Net Profit Margin (NPM).

    Dalam penelitian ini, untuk mengukur kinerja keuangan batasan

    penelitian yang digunakan yaitu Return on Asset (ROA) dan Net Profit

    Margin (NPM). ROA dan NPM dipilih karena berdasararkan penelitian

    Mahfoudh dan Ku Nor (2014) dan Ullum (2009) menunjukan bahwa

    adanya pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan yang

    diproksikan dengan ROA dan penelitian Pranata (2009) yang

    menunjukan bahwa adanya pengaruh Good Corporate Governance

    terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROE dan NPM.

    Namun, ROE tidak dipilih karena karena total ekuitas yang merupakan

    denominator ROE adalah salah satu komponen dari VACA. Jika

    menggunakan ROE, maka akan terjadi double countingatas akun yang

    sama (yaitu ekuitas), dimana VACA (yang dibangun dari akun „ekuitas‟

    dan laba bersih) sebagai variabel independen dan ROE (yang juga

    dibangun dari akun „ekuitas‟ dan laba bersih) menjadi variabel

    dependen.

  • 17

    a. Return on Asset(ROA)

    ROA menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari

    volume penjualan.15

    Ukuran atau rumus yang digunakan adalah

    rasio perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total aset.

    Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam

    memperoleh keuntungan secara keseluruhan.16

    Rasio ini

    dirumuskan dengan :

    Semakin besar rasio ini maka semakin baik. Hal ini berarti

    bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.

    b. Net Profit Margin (NPM)

    Net Profit Margin atau marjin laba bersih merupakan

    ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba bersih

    setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan.

    Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas

    penjualan.17

    Net Profit Margin dihitung dengan menggunakan

    pendapatan bersih dibandingkan dengan penjualan. Hal ini

    menunjukkan seberapa besarpersentase pendapatan bersih yang

    diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini artinya

    15

    Sofyan Syafri Harahap, “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan‖, (Jakarta:

    Raja Grafindo, 2013), h.305 16

    Veithzal Rivai, dkk.,Bank and Financial Institution Management :

    Conventional and Sharia System (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), h.720. 17

    Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012),

    h. 200 .

  • 18

    semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam

    mendapatkan laba cukup tinggi. Rasio ini dirumuskan dengan :

    B. Intellectual Capital

    1. Definisi Intellectual Capital

    Hsiu-Yueh (Sonya), (2006 : 122) dalam Pawit M Yusuf (2012)

    menyimpulkan bahwa di dunia ekonomi bebas seperti sekarang ini,

    faktor yang sangat penting kedudukannya dalam kehidupan organisasi

    adalah sektor modal intelektual (Intellectual Capital).18

    Inttelectual

    Capital adalah pengetahuan (Knowladge) dan kemampuan (abality)

    yang dimiliki oleh suatu kolektivitas sosial, seperti sebuah organisasi

    komunitas intelektual, atau praktik profesional serta intellectual

    capital mewakili sumber daya yang bernilai tinggi dan berkemampuan

    untuk bertindak yang didasarkan pada pengetahuan.19

    Menurut Lary Prusak of Ernts & Young mendefinisikan bahwa

    ...we can define intellectual capital operationally asIntellectual

    material that has been formalized, captured, and leveraged to produce

    a higher value.20

    Sedangkan,Menurut Stewart (1997) dalam pawit

    (2012), modal intelektual di definisikan sebagai bahan intelektual yang

    meliputi pengetahuan, informasi, kekayaan intelektual dan pengalaman

    18

    Pawit M yusup, “Perspektif Manajemen pengetahuan, informasi, komunikasi,

    pendidikan, dan Perpustakaan‖, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012) h. 55 19

    Moeheriono, “Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi‖, (Jakarta : Rajawali

    Pers, 2012), h. 305 20

    Harvard Business School. “Managing Knowladge to Fuel Growth‖, (Harvard

    Business School Pers, 2007), h. 47

  • 19

    yang semuanya bersumber pada manusia, yang diatur untuk digunakan

    dalam menciptakan kekayaan dan kinerja perusahaan organisasi.21

    Sementara itu Leif Edvinsson seperti yang dikutip oleh

    jiptohadi Sawarjuwono dan Agustine Prihatin Kadir (2003)

    menyamakan intellectual capital sebagai jumlah dari human capital

    dan structural capital (misalnya, hubungan dengan konsumen,

    jaringan teknologi informasi dan manajemen).22

    Sedangkan Brooking

    (2009) dalam Ihyaul ulum (2015) menyatakan bahwa IC adalah istilah

    yang diberikan kepada kombinasi dari aset tak berwujud, properti

    intelektual, karyawan, dan infrastruktur yang memungkinkan

    perusahaan untuk dapat berfungsi.23

    Sehingga dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

    intellectual capital adalah jumlah dari apa yang dihasilkan dari tiga

    elemen utama organisasi (human capital, structural capital, customer

    capital) yang mana hal-hal tersebut berkaitan dengan pengetahuan ,

    informasi dan teknologi yang dapat menciptakaan kekayaan dan

    menambah kinerja perusahaan.

    21

    Pawit M. Yusup , “Perspektif Manajemen Pengetahuan , Informasi,

    Komunikasi, Pendidikan dan Perpustakaan‖, (Jakarta: Raja Grafindo Persada) h. 49 22

    jiptohadi Sawarjuwono dan Agustine Prihatin Kadir, "Intellectual Capital:

    Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research)", Jurnal Akuntansi &

    Keuangan, Vol. 5 No. I (Mei 2003), h. 38. 23

    Ihyaul Ulum, ―Intellectual Capital ( Model Pengukuran, framework

    pengungkapan, dan kinerja organisasi”, (UMM Pers, 2015), h. 68

  • 20

    2. Komponen Intellectual Capital

    Banyak praktisi yang menyatakan bahwa intellectual capital

    terdiri dari tiga komponen utama (Stewart, 1998; Sveiby, 1997;

    Saint -Onge, 1996; Bontis,) yaitu sebagai berikut :24

    a. Human Capital sebagai modal manusia, Human Capital

    merupakan Lifebood dalam modal intelektual.25

    Secara harfiah

    pengertian modal manusia (Human Capital ) adalah

    pengetahuan (Knowladge), keahlian (Expertise), kemampuan

    (Abality) dan keterampilan (Skill) yang menjadikan manusia

    (karyawan) sebagai modal atau aset suatu perusahaan. Pada

    konsep human capital, organisasi memperlakukan orang

    bukan sebagai faktor biaya, melainkan sebagai aset.

    Artinya, organisasi menganggap setiap biaya yang dikeluarkan

    untuk pengembangan sumber daya manusia adalah investasi,

    yang pada akhirnya biaya-biaya tersebut akan memberikan

    hasil pada organisasi.26

    Jika perusahaan memeperlakukan

    karyawan sebagai modal maka perusahaan akan mendapat

    keuntungan yang lebih besar ketimbang hanya memperlakukan

    karyawan sebagai sumber daya (Human Resource).27

    Sehingga

    24

    Moehariono,” Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi‖, (Jakarta : Raja

    Grafindo Persada, 2014). h.305 25

    Ibid.,h.305 26

    Parulian Hutapea dan Nurianna Thoha Kompetensi, “Kompetensi Plus Teori

    Desain, Kasus dan Penerapan untuk HR serta Organisasi yang Dinamis‖, (Jakarta:

    PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 108. 27

    Chr. Jimmy L. Gaol, “Human Capital Manajemen Sumber Daya

    Manusia‖,(Jakarta : Gramedia, 2015), h. 696

  • 21

    Dari human capital inilah perusahaan dapat menghasilkan

    value added.

    b. Structural Capital atau Organizational Capital sebagai modal

    organisasi, Structural capital merupakan kemampuan

    organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas

    perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan

    untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta

    kinerja bisnis secara keseluruhan.28

    Menurut Sawarjuwono

    dan Kadir structural capital adalah infrastruktur yang

    dimiliki oleh suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan

    operasional perusahaan. Termasuk dalam structural capital

    misalnya: sistem operasional perusahaan, proses

    manufacturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan

    semua bentuk intellectual property yang dimiliki

    perusahaan.29

    Menurut Suhendah, structur capital timbul dari proses dan

    nilai organisasi yang mencerminkan fokus internal dan eksternal

    perusahaan disertai pengembangan dan pembaharuan nilai

    untuk masa depan.30

    28

    Moehariono,” Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi‖, (Jakarta : Raja

    Grafindo Persada, 2014). h.306 29

    jiptohadi Sawarjuwono dan Agustine Prihatin Kadir, "Intellectual Capital:

    Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research)", Jurnal Akuntansi &

    Keuangan, Vol. 5 No. I (Mei 2003), h. 38 30

    Suhendah dan Rousilita, “Pengaruh Intellectual Capital terhadap

    Profitabilitas, Produktivitas dan Penilaian Pasar pada Perusahaan yang Go Public

    di Indonesia pada Tahun 2005-2007.”, Simposium Nasional Akuntansi XV,

    Banjarmasin, 2012, h. 17

  • 22

    c. Ralational Capital atau Costumer Capital sebagai modal

    pelanggan, elemen ini merupakan modal intelektual yang

    memeberikan nilai secara nyata.31

    Menurut Hubert Saint Onge

    memberikan definisi Costumer Capital sebagai kedalaman

    (penetrasi), kelebaran (cakupan), dan keterkaitan (loyalitas)

    dari perusahaan. Kemudian, Costumer Capital adalah

    kecenderungan pelanggan suatu perusahaan untuk tetap

    melakukan bisnis dengan perusahaan tersebut.32

    Perusahaan

    harus mampu menciptakan barang dan jasa yang berbeda dan

    memiliki nilai lebih dimata konsumen. Customer capital

    juga meliputi kemampuan mengidentifikasi pasar yang ingin

    di bidik dan memprediksikan perusahaan dalam pasar. Hal ini

    dapat tercipta melalui pengetahuan karyawan yang diproses

    dengan modal struktural yang akhirnya menghasilkan

    hubungan yang baik dengan pihak luar.33

    3. Manfaat Intellectual Capital

    Pengelolaan intellectual capital akan memberikan

    keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Selain itu, pengelolaan

    IC juga memberikan beberapa manfaat sebagai berikut34

    :

    31

    Moehariono,” Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi‖, (Jakarta : Raja

    Grafindo Persada, 2014). h.306 32

    Ibid. h.307 33

    Ambar Widiyaningrum, “Modal Intelektual”, Jurnal Akuntansi dan

    Keuangan Indonesia Departemen Akuntansi FEUI Vol. 1 (2004), h.5 34

    Arifiningtiyas Widyaningrum,” Pengaruh Audit Internal, Intellectual

    Capital,Dan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan

    Perusahaan‖(Skripis Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNY,2014) h. 37

  • 23

    1.) Memberikan informasi yang menceritakan kemampuan

    perusahaan dan kemampuan perusahaan tersebut dalam

    melakukan aktivitas dengan baik.

    2.) Memberikan informasi untuk mengenali usaha-usaha

    manajemen dalam pengembangan kondisi pengetahuan yang

    dimiliki perusahaan.

    3.) Memberikan informasi mengenai pengembangan sumber

    pengetahuan yang dimiliki perusahaan.

    Menurut Taliyang,dkk pengungkapan modal intektual

    dalam laporan tahunan akan memberikan sejumlah manfaat

    bagi perusahaan, seperti membantuperusahaan dalam

    memformulasikan strategi, menilai strategi perusahaan,

    membantu prioses pembuatan keputusan ekspansi dan

    diverfikasi, dan dapat digunakan sebagai dasar untuk

    menentukan kompensasi bagi External

    Stakeholders.35

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan

    manfaatnya yaitu memberikan informasi mengenai

    kemampuan perusahaan dalam menjalankan usahanya

    dengan baik, mengetahui kondisi pengetahuan perusahaan dan

    pengembangannya.

    35

    Lina”Faktor-Faktor Penentu Pengungkapan Modal Intelektual‖ (Media Riset

    Akuntansi, Vol 3 No.1 februari 2013) h.51

  • 24

    4. Pengukuran Intellectual Capital

    Berbagai pendapat mengenai apakah pengukuran

    Intellectual Capital dapat dilakukan atau tidak, masih menjadi

    kontroversi. Namun demikian, Dave Urlich dapat memberikan

    alternatif pengukuran tersebut, menurutnya, Intellectual Capital

    merupakan perkalian komitmen dan kompetensi pekerja dalam

    melakukan pekerjaannya.36

    Pulic pada tahun 1997

    mengembangkan metode untuk mengukur kinerja intellctual

    Capital perusahaan yang diberi nama VAIC. VAIC™ yang

    dikonstruksikan oleh Pulic digunakan untuk menilai kinerja IC

    pada perusahaan konvensional (private sector, profit motive, non

    syariah).37

    Pendekatan ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk

    dilakukan, karena dikonstruksikan dari akun-akun dalam laporan

    keuangan. Karena perkembangan perbankan syariah semakin

    berkembang maka, diperlukan formula untuk menghitung

    Inttelectual Capital untuk perbankan Syariah.

    Dalam penelitiannya, Ulum (2013) memformulasikan

    model penilaian kinerja IC untuk perbankan syariah yang

    dinamakan IB-VAIC (Islamic Banking Value Added Intellectual

    Coefficient) yang mana merupakan modifikasi dari model yang

    telah ada yaitu VAIC. VAIC didesain untuk mengukur kinerja IC

    36

    Moehariono,” Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi‖, (Jakarta : Raja

    Grafindo Persada, 2014). h.308 37

    Ihyaul Ulum, ―Intellectual Capital ( Model Pengukuran, framework

    pengungkapan, dan kinerja organisasi”, (UMM Pers, 2015), h. 117

  • 25

    perusahaan-perusahaan dengan jenis transaksi yang umum.

    Sementara perbankan syariah memiliki jenis transaksinya sendiri

    yang relatif berbeda dari perbankan umum/konvensional. iB-

    VAIC dikonstruksikan oleh Ulum (2013) dengan berdasarkan pada

    akun-akun laporan keuangan bank syariah di Indonesia,

    tahapannya adalah sebagai berikut :38

    1. Menghitung Value Added (VA)

    Tahap pertama dengan menghitung iB-Value Added (iB-

    VA). IB VA dihitung dengan menggunakan cara yaitu sebagai

    berikut :

    iB-VA = OUT – IN

    Keterangan:

    OUT (Output): Total pendapatan, diperoleh dari:

    a. Pendapatan bersih kegiatan syariah = pendapatan operasi

    utama kegiatan syariah + pendapatan operasi lainnya - hak

    pihak ketiga atas bagi hasil dan syirkah temporer.

    Pendapatan operasi utama kegiatan syariah terdiri:

    1) Pendapatan penyaluran dana

    a) Dari pihak ketiga bukan bank

    b) Pendapatan dari jual beli (pendapatan marjin

    murabahah)

    38

    Ihyaul Ulum, ―Intellectual Capital ( Model Pengukuran, framework

    pengungkapan, dan kinerja organisasi”, (UMM Pers, 2015), h. 117

  • 26

    c) Pendapatan bersih salam parallel

    d) Pendapatan bersih istishna parallel

    e) Pendapatan sewa ijarah

    f) Pendapatan pendapatan bagi hasil musyarakah

    g) Pendapatan bagi hasil mudharabah

    h) Pendapatan dari penyertaan lainnya

    2) Dari Bank Indonesia

    a) Bonus SBIS

    b) Lainnya

    3) Dari bank-bank lain di Indonesia

    a) Bonus dari bank syariah lain

    b) Pendapatan bagi hasil mudharabah

    c) Tabungan mudharabah

    d) Deposito mudharabah

    e) Sertifikat investasi mudharabah antar bank

    f) Lainnya

    a. Pendapatan operasi lainnya

    1) Jasa investasi terikat (mudharabah muqayyadah)

    2) Jasa layanan

    3) Pendapatan dari transaksi valuta asing

    4) Koreksi PPAP

    5) Koreksi penyisihan penghapusan transaksi rek.

    Administrasi

  • 27

    6) Lainnya

    b. Hak pihak ketiga atas bagi hasil syirkah temporer

    1) Pihak ketiga bukan bank

    a) Tabungan mudharabah

    b) Deposito mudharabah

    c) Lainnya

    2) Bank Indonesia

    a) FPJP syariah

    b) Lainnya

    3) Bank-bank lain di Indonesia dan di luar Indonesia

    a) Tabungan mudharabah

    b) Deposito mudharabah

    c) Sertifikat investasi mudharabah antar bank

    d) Lainnya

    b. Pendapatan non operasional

    IN (input): Beban usaha/operasional dan beban non

    operasional kecuali beban kepegawaian/karyawan

    Beban usaha/operasional kecuali beban kepegawaian

    1. Beban penyisihan kerugian asset produktif-bersih

    2. Beban estimasi kerugian komitmen dan kontijensi

    3. Beban operasi lainnya

    a. Beban bonus titipan wadiah

    b. Beban administrasi dan umum

  • 28

    c. Beban penurunan nilai surat nerharga

    d. Beban transaksi valuta asing

    e. Beban promosi

    f. Beban lainnya

    Value added(iB-VA) juga dapat dihitung dari akun-akun perusahaan sebagai

    berikut:

    iB-VA= OP + EC + D + A

    Keterangan:

    OP : operating profit (laba operasi/laba usaha)

    EC : employee costs (beban karyawan)

    D : depreciation(depresiasi)

    A : amortization (amortisasi)

    2. Menghitung iB-Value Added Capital Employed (iB-VACA)

    Tahap kedua dengan menghitung Value Added Capital Employed

    (iB-VACA). iB-VACA adalah indikator untuk iB-VA yang diciptakan oleh

    satu unit dari human capital. Rasio ini menunjukkan kontibusi yang dibuat

    oleh setiap unit dari CE terhadap value added perusahaan.

    iB-VACA =

    Keterangan:

    iB-VACA :Value Added Capital Employed: rasio dari iB-VA terhadap CE

    iB-VA :value added

    CE : Capital Employed: dana yang tersedia (total ekuitass)

  • 29

    3. MenghitungiB-Value Added Human Capital(iB-VAHU)

    iB-VAHU menunjukkan berapa banyak iB-VA dapat dihasilkan

    dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini

    menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang

    diinvestasikan dalam HC terhadap value addedorganisasi.

    iB-VAHU =

    Keterangan :

    iB-VAHU :Value added Human Capital: rasio dari iB-VA terhadap HC

    iB-VA :Value added

    HC : Human capital: beban karyawan

    4. MenghitungStructural Capital Value Added(iB-STVA)

    Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk

    menghasilkan satu rupiah dari iB-VA dan merupakan indikasi

    bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.

    iB-STVA =

    Keterangan :

    STVA : Structural Capital Value Added: rasio dari SC terhadap IB-VA

    SC : Structural capital: IB-VA – HC

    IB-VA : Value Added

    5. Menghitung Value Added Intellectual Coefficient (iB-VAIC™)

    IB-VAIC™ mengindikasikan kemampuan intelektual

    organisasi yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business

  • 30

    Performance Indikator). iB-VAIC™ merupakan penjumlahan dari tiga

    komponen sebelumnya, yaitu iB-VACA, iB-VAHU, dan iB-STVA.

    iB-VAIC™ = iB-VACA + IB-VAHU + iB-STVA

    iB-VAIC yang dirumuskan dalam penelitian ini dapat digunakan

    untuk mengukur kinerja IC perbankan syariah di Indonesia. Perhitungan

    yang berbasis pada akun-akun dalam laporan keungan tradisional ini

    akan dengan mudah dapat dilakukan dan dapat memberikan gambaran

    tentang kinerja IC yang dimiliki oleh perbankan syariah.

    C. Good Corporate Governance

    1. Pengertian Good Corporate Governance.

    Istilah “Corporate Governance‖ pertama diperkenalkan

    Cadbury Commite tahun 1992 dalam laporan yang dikenal

    Cadbury Report. Laporan ini sebagai titik balik yang menentukan

    bagi praktik Corporate Governance di seluruh dunia.

    Corporate Governance: ...the System by which

    organizations are directed and controlled. 39

    Suatu sistem yamg

    berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi.

    Sedarmayanti mendefinisikan Corporate Governance adalah

    sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan

    antara berbagai pihak yang berkepentingan terutama dalam arti

    39

    Sedarmayanti,”Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dan Good

    Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik)‖, (Bandung: Mandar Maju,

    2007) h. 53

  • 31

    sempit, hubungan anatara pemegang saham, dewan komisaris, dan

    dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi.40

    Forum for Corporate Governance in Indonesia(FCGI)

    mendefinisikan GCG sebagai seperangkat peraturan yang

    mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola)

    perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para

    pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang

    berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan

    kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan.41

    Menurut Word Bank dalam Muhammad ( 2014) Good

    Corporate Governance merupakan kumpulan hukum, peraturan da

    kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat medorong kinerja

    sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan

    nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para

    pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.42

    Sedangkan, dalam Peraturan Bank Indonesia No.

    11/33/PBI/2009 dinyatakan bahwa good corporate governance

    adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip

    keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),

    40

    Sedarmayanti,”Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dan Good

    Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik)‖, (Bandung: Mandar Maju,

    2007) h. 54 41

    Ibid., h. 52-53 42

    Muhammad,”Manajemen Keuangan Syariah (Analisis Fiqh dan

    Keuangan)‖,(Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), h. 652

  • 32

    pertanggungjawaban (responsibility), professional (professional),

    dan kewajaran (fairness).43

    2. Landasan Hukum Good Corporate Governance

    Penerapan Corporate Governance yang baik (good

    corporate governance,GCG ) telah menjadi kewajiban semua bank

    umum yang beroperasi di Indonesia. kewajiban itu ditetapkan

    melalui peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 8/4/PBI/2006, yang

    kemudian diubah dengan PBI nomor 8/14/PBI/2006 tanggal 5

    Oktober 2006 (selanjutnya PBI-2006) tentang pelaksanaan Good

    Corporate Governance bagi bank umum. Perlakuan itu berlaku

    untuk semua bank umum, termasuk bank umum syariah (BUS),

    dan bank umum konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah

    (UUS).

    Khusus untuk perbankan syariah, kewajiban tersebut

    dicantumkan dalam pasal 34 Undang-undang Nomor 21 Tahun

    2008 tentang Perbankan Syariah yang mewajibkan perbankan

    syariah untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik

    berdasarkan prinsip GCG, karena ketidaksesuaian tata kelola

    bank dengan prinsip syariah akan berpotensi menimbulkan

    berbagai resiko terutama resiko reputasi bagi perbankan syariah.

    Dalam perkembangan terakhir, Bank Indonesia pada 7

    desember 2009 telah menerbitkan PBI nomor 11/33/PBI/2009

    43

    Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 tentang

    Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, h.5

  • 33

    tentang pelaksanaan GCG bagi Bank umum syariah (BUS) dan

    Unit usaha syariah ( UUS), ( selanjutnya ditulis PBI-2009), yang

    diberlakukan sejak 1 Januari 2010. Kemudian agar good Corporote

    Governance dapat terukur, pada tanggal 30 April 2010 Bank

    Indonesia mengeluarkan Surat Edaran BI No. 12/13/DPbS

    perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank

    Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dengan perhitungan nilai

    komposit Self Assessment GCG.

    Pada 3 November 2011, KNKG meluncurkan Pedoman

    GGBS. Dengan diluncurkannya GGBS, maka pedoman ini akan

    menjadi pedoman pelaksanaan tata kelola perusahaan lembaga

    keuangan syariah khususnya bank syariah di Indonesia.

    Dengan menjalankan GGBS ini diharapkan bisnis yang

    dijalankan oleh bank syariah akan lebih efektif. Selanjutnya

    pelaksanan GCG pada bank syariah juga diatur dalam POJK nomor

    8/POJK.03/2014 tentang penilaian tingkat kesahatan Bank umum

    syariah dan Unit usaha syariah dalam rangka meningkatkan

    efektivitas penilaian tingkat kesehatan bank untuk menghadapi

    perubahan kompleksitas usaha dan profil risiko yang dapat berasal

    dari bank maupun dari perusahaan anak bank dan sebagai

    penyempurnaan penilaian tingkat kesehatan bank dengan

    pendekatan berdasarkan risiko (Risk-based Bank Rating).

  • 34

    3. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

    Dalam kaitan tumbuhnya kesadaran akan perntingnya

    Corporate Goernance ,maka OECD telah mengembangkan prinsip

    Good Corporate Governance dan dapat diterapkan secara luwes

    sesuai dengan keadaan, budaya dan tradisi masing-masing negara.

    Prinsip-prinsip dasar Good Corporate Governance (GCG)

    meliputi :

    a. Fairness (Kewajaran)

    Perlakukan yang sama terhadap pemegang saham, terutama

    kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham

    asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta

    melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan

    saham oleh orang dalam.

    b. Discloure dan Transparency ( Transparansi)

    Hak pemegang saham, yang harus diberi informasi benar

    dan tepat waktu mengenai perusahaan, dapat berperan serta

    dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan

    mendasar atas perusahaan dan meperoleh bagian

    keuntungan perusahaan. Pengungkapan yang akurat dan

    tepat waktu serta transparansi mengenai semua hal penting

    bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta pemegang

    kepentingan.

  • 35

    c. Accountability ( Akuntanbilitas)

    Tanggung jawab manajemen melalui pengawan efektif

    berdaarkan keeimbangan kekuasaan anatara manajer,

    pemegang saham, dewan komisaris dan auditor, merupakan

    bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada perusahaan

    dan pemegang saham

    d. Responsibility ( Responsibilitas)

    Peran pemegang saham harus diakui sebagaimana

    ditetapkan oleh hukum dan kerja sama yang akatif antara

    perusahaan serta pemegang kepentingan dalam

    menciptakan kekayaan, lapangan kerja dan perusahaan

    yang sehat dari aspek keuangan.

    Keempat prinsip tersebut penting karena penerapan prinsip

    good corporate governance secara konsisten terbukti dapat

    meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi

    penghambat kinerja perusahaan baik yang sifatnya kinerja finansial

    maupun non finansial akan juga turut membaik.44

    Sedangkan prinsip GCG dalam perbankan syariah sebagaimana

    dalam Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 adalah bahwa

    prinsip-prinsip dalam GCG bahwa harus menerapkan prinsip

    keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), profesional

    (professional), kewajaran (fairness), dan pertanggungjawaban

    44

    Thomas S. Khaihatu, “Good Corporate Governance dan Penerapannya

    di Indonesia”, (Surabaya: Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol. 8, no. 1: 1-9.

    2006), h. 2.

  • 36

    (responsibility). Selain itu Prinsip dasar pelaksanaan GCG ini juga

    dijelaskan dalam pedoman Good Governance Bisnis Syariah (GGBS).

    Prinsip ini dapat dijelaskan sebagai berikut:45

    1) Transparasi

    Transparansi adalah keterbukaan dalam mengemukakan

    informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam

    proses pengambilan keputusan. 46

    Berdasarkan prinsip syariah yang

    ditegaskan dalam surat al-Baqarah/2: 282

    45

    Pedoman Umum Good Governance Bisnis Syariah (GGBS) dikeluarkan oleh

    KNKG (2011), h. 16 46

    Penjelasan Atas PBI No. 11/33/PBI/2009 Tentang Pelaksanaan GCG Bagi

    BUS dan UUS pada bagian Umum.

  • 37

    ―Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian bermuamalah

    tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kalian

    menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kalian

    menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan

    menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka

    hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu

    mengimlakan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia

    bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi

    sedikit pun dari utangnya. Jika yang berutang itu orang yang

    lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak

    mampu mengimlakan, maka hendaklah walinya mengimlakan

    dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari

    orang-orang lelaki (di antara kalian). Jika tak ada dua orang

    lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari

    saksi-saksi yang kalian ridai, supaya jika seorang lupa, maka yang

    seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan

    (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah

    kalian jemu menulis utang itu, baik kecil maupun besar sampai

    batas waktu membayarnya. Yang demikian itu lebih adil di sisi

    Allah dan lebih dapat menguatkan kesaksian dan lebih dekat

    kepada tidak (menimbulkan) keraguan kalian. (Tulislah muamalah

    kalian itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang

    kalian jalankan di antara kalian; maka tak ada dosa bagi kalian,

    (jika) kalian tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kalian

    berjual-beli; dan janganlah penulis dan saksi saling menyulitkan.

    Jika kalian lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu

    adalah suatu kefasikan pada diri kalian. Dan bertakwalah kepada

    Allah; Allah mengajar kalian; dan Allah Maha Mengetahui segala

    sesuatu.‖

    Berdasarkan ayat di atas, maka semua transaksi harus

    dilakukan secara transparan. Tranparansi (transparency)

    mengandung unsur pengungkapan (disclosure) dan penyediaan

    informasi yang memadai dan mudah diakses oleh pemangku

    kepentingan. Transparansi diperlukan agar pelaku bisnis syariah

    menjalankan bisnis secara objektif dan sehat. Pelaku bisnis syariah

  • 38

    harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya

    masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundangan, tetapi juga

    hal yang penting untuk pengambilan keputusan yang sesuai dengan

    ketentuan syariah.

    2) Akuntabilitas

    Akuntabilitas merupakan asas penting dalam bisnis syariah

    sebagaimana tercermin dalam surat al-Isra/17: 84 yang berbunyi :

    ―Katakanlah, "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaan-nya

    masing-masing.‖ Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang

    lebih benar jalannya.‖

    . dan dalam surat al-Isra/17: 36 yang berbunyi:

    "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai

    pengetahuan tentangnya. Semua itu akan diminta

    pertanggungjawabannya.‖

    Akuntabilitas (accountability) mengandung unsur kejelasan

    fungsi dalam organisasi dan cara mempertanggungjawabkannya.

    Pelaku bisnis syariah harus dapat mempertanggungjawabkan

    kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu bisnis syariah

    harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan

    pelaku bisnis syariah dengan tetap memperhitungkan pemangku

  • 39

    kepentingan dan masyarakat pada umumnya. Akuntabilitas

    merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang

    berkesinambungan.

    3) Responsibilitas

    Dalam hubungan dengan asas responsibilitas

    (responsibility), pelaku bisnis syariah harus mematuhi peraturan

    perundangan dan ketentuan bisnis syariah, serta melaksanakan

    tanggung-jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.

    Tanggungjawab atas perbuatan manusia dilakukan baik di dunia

    maupun di akhirat, yang semuanya direkam dalam catatan yang

    akan dicermatinya nanti, sebagaimana firman Allah Swt dalam

    surat al-Isra/17: 14 yang berbunyi :

    ―Bacalah kitabmu (laporan pertanggungjawabanmu). Cukuplah

    kamu pada waktu itu mengevaluasi dirimu sendiri.‖

    Dengan pertanggungjawaban ini maka entitas bisnis

    syariah dapat terpelihara kesinambungannya dalam jangka panjang

    dan mendapat pengakuan sebagai pelaku bisnis yang baik (good

    corporate citizen).

    4) Independensi

    Dalam hubungan dengan asas independensi (independency),

    bisnis syariah harus dikelola secara independen sehingga masing-

    masing pihak tidak boleh saling mendominasi dan tidak dapat

  • 40

    diintervensi oleh pihak manapun. Independensi terkait dengan

    konsistensi atau sikap istiqomah yaitu tetap berpegang teguh pada

    kebenaran meskipun harus menghadapi risiko. Sebagaimana

    firman Allah dalam surat Fushshilat/41: 30 yang berbunyi :

    " Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami

    ialah Allah, " kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka,

    maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan),

    "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih;

    dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah

    dijanjikan Allah kepadamu‖

    5) Kewajaran dan Kesetaraan

    Kewajaran dan kesetaraan (fairness) mengandung unsur

    kesamaan perlakuan dan kesempatan. Allah Swt berfirman dalam

    surat al-Maidah/5: 8, yang berbunyi:

    ―Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian jadi orang-

    orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menja-di

    saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencian kalian

    terhadap sesuatu kaum mendorong kalian untuk berlaku tidak adil.

    Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan

    bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

    apa yang kalian kerjakan‖

  • 41

    Fairness atau kewajaran merupakan salah satu manifestasi adil

    dalam dunia bisnis. Setiap keputusan bisnis, baik dalan skala

    individu maupun lembaga, hendaklan dilakukan sesuai kewajaran

    dan kesetaraan sesuai dengan apa yang biasa berlaku, dan tidak

    diputuskan berdasar suka atau tidak suka. Pada dasarnya, semua

    keputusan bisnis akan mendapatkan hasil yang seimbang dengan

    apa yang dilakukan oleh setiap entitas bisnis, baik di dunia maupun

    di akhirat. Dalam usul fikih terdapat sebuah kaidah yang

    diturunkan dari sabda Rasulullah Saw, al-kharaj bidhdhaman yang

    artinya bahwa usaha adalah sebanding dengan hasil yang akan

    diperoleh, atau dapat pula dimengerti sebagai risiko yang

    berbanding lurus dengan pulangan (return). Dalam melaksanakan

    kegiatannya, Pelaku bisnis syariah harus senantiasa memperhatikan

    kepentingan semua pemangku kepentingan, berdasarkan asas

    kewajaran dan kesetaraa.

    Dengan adanya penerapan prinsip ini secara baik maka hal

    ini akan menjadi nilai tambah bagi perbankan syariah dalam

    mengembangkan usahanya di masa mendatang.

    4. Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance

    Tujuan dan Manfaat GCG dijelaskan pada Pedoman Umum

    Good Corporate Governance Indonesia, yaitu:47

    47

    Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia dikeluarkan oleh

    Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006, h. 2

  • 42

    1) Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui

    pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi,

    akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan

    kesetaraan.

    2) Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-

    masing organ perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan

    Rapat Umum Pemegang Saham.

    3) Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan

    anggota Direksi agar dalam membuat keputusan dan

    menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi

    dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

    4) Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial

    perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan

    terutama di sekitar perusahaan.

    5) Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham

    dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.

    6) Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun

    internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang

    dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi

    nasional yang berkesinambunga

    5. Mekanisme Good Corporate Governance

    Menurut Barnhat dan Rosentein ( 1998) dalam Vinola

    (2008) , Mekanisme corporate governancedibagi menjadi dua

  • 43

    kelompok48

    : (1) Berupa internal mechanism (mekanisme internal)

    seperti komposisi dewan direksi/ komisaris, kepemilikan

    manajerial dan kompensasi eksekutif (2) external mechanisms

    seperti pengendalian oleh pasar dan level debt financing.

    ..... The mechanisms available to ensure economic

    efficiency are manifold and comprise: (i) the market for corporate

    control (both the hostile takeover market and the market for partial

    control), (ii) large shareholder and creditor (in particular bank)

    monitoring, (iii) internal control mechanisms such as the board of

    directors, various non-executive committees and the design of

    executive compensation contracts, and (iv) external mechanisms

    such as product–market competition, external auditors and the

    regulatory framework of the corporate law regime and stock

    exchanges.49

    Mekanisme untuk memastikan efisiensi ekonomi

    banyak ragamnya, terdiri dari: ( i ) pasar untuk kontrol perusahaan

    ( baik pasar pengambilalihan dan pasar untuk kontrol parsial ) , ( ii

    ) pemegang saham besar dan kreditur ( di bank tertentu )

    pemantauan , ( iii ) mekanisme kontrol internal seperti dewan

    direksi, berbagai komite non - eksekutif dan kompensasi eksekutif ,

    dan ( iv ) mekanisme eksternal seperti persaingan produk - pasar ,

    48

    Vinola Herawaty , “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai

    Moderating Variable dari Pengaruh Earnings ManagementTerhadap Nilai Perusahaan”

    (Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.10, No. 2, November 2008: 97-108), h.101 49

    Kevin Keasey, Steve Thompson dan Mike Wright, “Corporate Governance

    (Accountability, Enterprise and International Comparisons)”, ( England: John Wiley &

    Sons Ltd, 2005), h. 285

  • 44

    auditor eksternal dan kerangka peraturan dari rezim hukum

    perusahaan dan pasar saham.

    Dalam penerapan good corporate governance pada

    perbankan dibutuhkan unsur yang mendukung. Adapun unsur-

    unsur tersebut adalah:50

    a. Corporate governance- internal perusahaan

    Unsur-unsur yang berasal dari perusahaan adalah:

    1. Pemegang saham;

    2. Direksi;

    3. Dewan komisaris;

    4. Manajer;

    5. Karyawan;

    6. Sistem remunerasi berdasarkan kinerja;

    7. Komite audit.

    b. Corporate governance- eksternal perusahaan

    Unsur-unsur yang berasal dari luar perusahaan

    adalah:

    1. Kecukupan undang-undang dari perangkat hukum;

    2. Investor;

    3. Institusi penyedia informasi;

    4. Akuntan publik;

    5. Pemberi pinjaman;

    50

    Endang Siti Arbaina, “Penerapan Good Corporate Governance pada

    Perbankan di Indonesia‖, (Universitas Negeri Surabaya) h. 7

  • 45

    6. Institusi yang memihak kepentingan publik bukan

    golongan;

    7. Lembaga yang mengesahkan legalitas.

    Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/ 33/PBI/2009

    Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum

    Syariah Dan Unit Usaha Syariah Pasal 2 ayat 3 mengenai Ketentuan

    Umum bahwa pelaksanaan GCG paling kurang harus diwujudkan

    dalam pelaksanaan tugas da tanggung jawab Dewan Pengawas

    Syariah. Sehingga Khusus untuk perbankan syariah, maka unsur

    tersebut ditambah oleh adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang

    bertugas untuk mengawasi kegiatan perbankan yang harus sesuai

    dengan prinsip-prinsip syariah (shariah compliance).

    6. Good Corporate Governance pada Perbankan Syariah

    Seiring dengan perkembangan industri perbankan

    syariah khususnya di Indonesia antara lain di tandai dengan

    semakin beragamnya produk perbankan syariah dan

    bertambahnya sekmen pasar pelayanan perbankan syariah,

    maka penerapan Good Corporate Governance di lembaga

    perbankan syariah menjadi sebuah ke harusan yang tak

    terbantahkan. Bahkan bank- bank syariah harus tampil sebagai

    pionir terdepan dalam mengimplementasikan Good Corporate

    Governance tersebut.

  • 46

    Hal ini lebih ditujukan kepada adanya tanggung jawab

    publik (public accountability) berkaitan dengan kegiatan

    operasional bank yang diharapkan benarbenar mematuhi

    ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dalam hukum positif. Di

    samping itu juga berkaitan dengan kepatuhan bank syariah

    terhadap prinsip-prinsip syariah sebagaimana yang telah digariskan

    dalam al-Quran, Hadis, dan Ijmak para ulama.51

    Khusus dalam perbankan syariah dikenal adanya prinsip-

    prinsip syariah yang mendukung bagi terlaksananya prinsip GCG

    dimaksud, yakni keharusan bagi subjek hukum termasuk bank

    untuk menerapkan prinsip kejujuran (shiddiq), edukasi kepada

    masyarakat (tabligh), kepercayaan (amanah), dan pengelolaan

    secara profesional (fathanah). Shiddiq berartimemastikan bahwa

    pengelolaan bank syariah dilakukan dengan moralitas yang

    menjunjung tinggi nilai kejujuran. Dengan nilai ini pengelolaan

    dana masyarakat akan dilakukan dengan mengedepankan cara-cara

    yang diperkenankan (halal) serta menjauhi caracara yang

    meragukan (subhat) terlebih lagi yang bersifat dilarang (haram).

    Dengan demikian penerapan GCG pada bank syariah

    diharapkan semakin meningkatnya kepercayaan publik kepada

    bank syariah, pertumbuhan industri jasa keuangan Islam dan

    stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan akan senantiasa

    51

    Aldira Maradita,‖ Karakteristik Good Corporate Governance pada Bank

    Syariah dan Bank Konvensional” (Yuridika : Volume 29 No 2, Mei-Agustus 2014) h.193

  • 47

    terpelihara, dan keberhasilan industri jasa keuangan Islam dalam

    menerapkan GCG akan menempatkan lembaga keuangan Islam

    sejajar dengan lembaga keuangan internasional lainnya.

    7. Penilaian Self Assessment Good Corporate Governance Bank

    Umum Syariah di Indonesia

    Berdasarkan PBI No. 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember

    2009 dan Surat Edaran BI No. 12/13/DPbS tanggal 30 April

    2010 perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank

    Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, perhitungan nilai

    komposit Self Assessment GCG adalah sebagai berikut :

    a. Penilaian atas pelaksanaan GCG bagi BUS, dilakukan

    terhadap 11 (sebelas) faktor sebagai berikut:

    1) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris;

    2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;

    3) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite;

    4) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas

    Syariah;

    5) Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan penghimpunan

    dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa;

    6) Penanganan benturan kepentingan;

    7) Penerapan fungsi kepatuhan;

    8) Penerapan fungsi audit intern;

    9) Penerapan fungsi audit ekstern;

  • 48

    10) Batas Maksimum Penyaluran Dana; dan

    11) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS,

    laporan pelaksanaan GCG serta pelaporan internal;

    b. Menyusun analisis self assessment,

    dengan cara membandingkan pemenuhan setiap

    Kriteria/Indikator dengan kondisi Bank berdasarkan data dan

    informasi yang relevan. Berdasarkan hasil analisis tersebut

    ditetapkan peringkat masing-masing Kriteria/Indikator. Adapun

    kriteria peringkat adalah sebagai berikut:

    1) Peringkat 1: hasil analisis self assessment menunjukkan

    bahwa pelaksanaan GCG Bank sangat sesuai dengan

    Kriteria/Indikator.

    2) Peringkat 2: hasil analisis self assessment menunjukkan

    bahwa pelaksanaan GCG Bank sesuai dengan

    Kriteria/Indikator.

    3) Peringkat 3: hasil analisis self assessment menunjukkan

    bahwa pelaksanaan GCG Bank cukup sesuai dengan

    Kriteria/Indikator.

    4) Peringkat 4: hasil analisis self assessment menunjukkan

    bahwa pelaksanaan GCG Bank kurang sesuai dengan

    Kriteria/Indikator.

  • 49

    5) Peringkat 5: hasil analisis self assessment menunjukkan

    bahwa pelaksanaan GCG Bank tidak sesuai dengan

    Kriteria/Indikator.

    c. Untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor, Bank

    mengalikan peringkat dari masing-masing faktor dengan bobot

    tertentu. Bobot masing-masing faktor ditetapkan sebagaimana

    tabel berikut:

    Tabel 2.1

    Bobot Perhitungan Nilai Komposit Self Assessment GCG

    Menurut Bank Indonesia

    No Faktor Bobot

    (%)

    1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

    Dewan Komisaris

    12.50

    2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

    Direksi

    17.50

    3 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas

    komite

    10.00

    4 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

    DewanPengawas Syariah

    10.00

    5 Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam

    kegiatanpenghimpunan dana dan

    penyaluran dana sertapelayanan jasa

    5.00

    6 Penanganan benturan kepentingan 10.00

    7 Penerapan fungsi kepatuhan Bank 5.00

    8 Penerapan fungsi audit intern 5.00

    9 Penerapan fungsi audit ekstern 5.00