institutional repository uin syarif hidayatullah jakarta:...

79

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal
Page 2: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal
Page 3: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal
Page 4: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal
Page 5: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

v

ABSTRAK

RAHMA DWI SAPUTRI, NIM 11150480000150, “LEGALITAS

PERJANJIAN ASURANSI MELALUI TELEMARKETING DITINJAU

DARI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN (POJK) NOMOR

1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR

JASA KEUANGAN (STUDI KASUS : BNI LIFE)”, Program Studi Ilmu

Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M. Ix + 66 halaman + 4 halaman lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana legalitas perjanjian

asuransi melalui telemarketing ditinjau dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

(POJK) Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa

Keuangan dan juga untuk mengetahui kesesuaian perjanjian asuransi melalui

telemarketing menurut asas konsensualisme dalam hukum perjanjian pada BNI

Life. Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif

eksploratif. Sedangkan jenis pendekatan yang digunakan peneliti dalam penelitian

ini meliputi dua jenis pendekatan, yaitu pendekatan normatif-empiris. Untuk

memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penelitian ini, maka peneliti

menggunakan dua sumber data, yaitu sumber data primer dan sumber data

sekunder. Dalam penelitian ini, data primer dikumpulkan melalui wawancara dan

data sekunder yang terdiri dari peraturan perundang-undangan, buku-buku dan

literatur terkait penelitian.

Hasil dari penelitian ini adalah penawaran asuransi yang dilakukan BNI Life

telah sesuai dengan yang diatur dalam POJK 1/2013. Namun, pada praktiknya

perjanjian asuransi yang dibuat saat melakukan penawaran tersebut tidak dapat

menjadi perjanjian yang sempurna. Perjanjian tersebut dianggap cacat

dikarenakan saat melakukan kesepakatan, tertanggung sering kali khilaf saat

menyepakati perjanjian tersebut dan perjanjian asuransi melalui telemarketing

tersebut tidak memenuhi asas konsensualisme dalam hukum perjanjian.

Kata Kunci : Perjanjian, Asuransi, Telemarketing

Pembimbing Skripsi : Ir. Muh. Nadratuzzaman, M.S., M.Sc., Ph.D.

Daftar Pustaka : Tahun 1983 Sampai Tahun 2019

Page 6: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang hanya dengan hidayah dan rahmat-

Nyalah, penyusunan skripsi yang berjudul “LEGALITAS PERJANJIAN

ASURANSI MELALUI TELEMARKETING DITINJAU DARI PERATURAN

OTORITAS JASA KEUANGAN (POJK) NOMOR 1/POJK.07/2013 TENTANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN (STUDI

KASUS : BNI LIFE)” dapat diselesaikan dengan baik, walaupun terdapat

beberapa kendala yang dihadapi saat proses penyusunan skripsi ini.

Selesainya penulisan skripsi ini tidak dapat dicapai tanpa adanya bantuan,

dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini, dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat peneliti ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A, Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H, M.H, Ketua Program Studi Ilmu

Hukum dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum, Sekertaris Program Studi Ilmu

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah memberikan waktu

luang, saran, dan masukan terhadap kelancaran proses penyusunan skripsi ini.

3. Ir. Muh. Nadratuzzaman, M.S., M.Sc., Ph.D, Dosen Pembimbing yang

dengan sabar telah memberikan arahan dan masukan serta bimbingan, dan

juga telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya, terhadap proses

penyusunan skripsi ini.

4. Mustolih, SH.I., M.H, Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan

masukan kepada peneliti saat pembuatan proposal penelitian ini.

5. Kepala urusan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Kepala Pusat Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan

studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

vii

6. Kedua orangtua yang sangat peneliti cintai, Bapak Damin dan Ibu

Ruminingsih, yang selalu memanjatkan doa untuk kesuksesan peneliti,

dengan sabar membimbing peneliti tanpa kenal lelah, serta selalu memberi

dukungan baik secara materiil maupun immateriil kepada peneliti. Juga

Kakak tersayang, Dian Meiyanti, yang selalu memberi motivasi kepada

peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini. Semoga apa yang telah peneliti

capai dapat membanggakan kalian.

7. Dimas Adi Putra, teman dekat peneliti. Terima kasih selalu menemani,

memberikan dukungan, serta memberi motivasi kepada peneliti untuk

menyelesaikan penelitian ini.

8. Sahabat-sahabat yang peneliti sayangi, Novia Amelia Putri, Rafida Fauzia,

Raines Indah, dan Balqis Shahibah, yang menemani dan mewarnai hari-hari

peneliti sejak awal masa kuliah hingga penelitian ini selesai. Terima Kasih

untuk 8 semester yang singkat ini.

9. Teman-teman KKN yang peneliti sayangi, Diyya, Fira, Allysa, Beyan, dan

Mail terima kasih telah mengisi hari-hari peneliti dengan kebahagiaan,

dukungan serta menjadi keluarga baru untuk peneliti.

10. Keluarga besar Ilmu Hukum 2015, khususnya teman-teman 2015 IH-D,

terima kasih telah menemani selama 8 semester ini, semoga kita semua

mencapai segala yang kita cita-citakan.

11. Semua pihak terkait yang telah memberi kontribusi kepada peneliti dalam

penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat menjadi referensi

bagi adik-adik kelas dan bermanfaat bagi setiap pembaca. Terima kasih

Jakarta, 7 Oktober 2019

Rahma Dwi Saputri

Page 8: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ....................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 7

D. Metode Penelitian .......................................................................... 8

E. Sistematika Penelitian .................................................................. 11

BAB II PERJANJIAN ASURANSI MELALUI TELEMARKETING

DI INDONESIA ............................................................................... 13

A. Kerangka Konseptual ................................................................... 13

B. Kerangka Teori ............................................................................. 14

C. Perjanjian Pada Umumnya ........................................................... 17

D. Tinjauan Umum Perjanjian Asuransi ........................................... 20

E. Penggunaan Telemarketing Dalam Perjanjian Asuransi .............. 27

F. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ............................................ 29

G. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 31

BAB III PENGGUNAAN TELEMARKETING DALAM

PEMASARAN ASURANSI OLEH BNI LIFE ................................ 34

A. Gambaran Umum PT. BNI Life Insurance (BNI Life) ................ 34

B. Pengaturan Tentang Penggunaan Telemarketing Pada Perjanjian

Asuransi BNI Life ........................................................................ 36

Page 9: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

ix

BAB IV LEGALITAS PERJANJIAN ASURANSI MELALUI

TELEMARKETING PADA BNI LIFE ............................................. 39

A. Analisis Perjanjian Asuransi Melalui Telemarketing Ditinjau dari

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/Pojk.07/2013 Tentang

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan .......................... 39

B. Kesesuaian Perjanjian Asuransi Melalui Telemarketing

Menurut Asas Konsensualisme dalam Hukum Perjanjian ........... 49

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 60

A. Kesimpulan .................................................................................. 60

B. Rekomendasi ................................................................................ 61

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 63

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 67

Page 10: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupannya, manusia selalu disibukkan oleh segala

rutinitasnya, tanpa jeda dan terus berulang setiap harinya. Akibatnya,

terkadang manusia lupa untuk mempedulikan kesehatannya sendiri, maka

dari itu selalu ada kemungkinan timbulnya risiko yang mengancam

manusia. Tanpa pandang bulu risiko dapat hadir di mana saja dan kapan

saja. Risiko tersebut dapat berupa gangguan kesehatan, kecelakaan,

maupun meninggal dunia. Manusia tidak dapat mengira-ngira kapan risiko

itu dapat hadir dalam kehidupannya, risiko merupakan suatu hal yang tidak

pasti.

Seiring berkembannya zaman, manusia semakin belajar dan sadar

akan pentingnya mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan itu.

Timbulnya rasa khawatir membuat manusia membutuhkan suatu

perlindungan yang dapat mengatasi risiko tersebut. Salah satu cara yang

digunakan ialah dengan perlindungan asuransi. Asuransi hadir untuk

mengatasi permasalahan-permasalahan atau kerugian yang hadir secara tiba-

tiba di luar rencana manusia. Asuransi dianggap dapat mengatasi kerugian

yang dapat ditimbulkan dari risiko yang tidak dapat dipastikan kehadirannya

dalam hidup manusia.

Seperti yang dikemukakan oleh Sri Redjeki Hartono, bahwa fungsi

dasar asuransi ialah suatu upaya menanggulangi ketidakpastian terhadap

kerugian khusus untuk kerugian-kerugian murni dan bukan kerugian yang

bersifat spekulatif, sehingga pengertian risiko dapat diberikan sebagai suatu

ketidakpastian tentang terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa.1

Asuransi merupakan suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian

kecil yang sudah pasti sebagai pengganti (subtitusi) kerugian-kerugian besar

1 Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta: Sinar Grafika,

Cetakan ke 2, 1995), h.15

Page 11: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

2

yang belum pasti. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

seseorang bersedia membayar kerugian yang sedikit untuk masa sekarang,

agar bisa menghadapi kerugian-kerugian besar yang mungkin akan terjadi di

waktu yang akan datang.2

Berbagai macam produk asuransi telah berkembang, tidak terlepas

dari kebutuhan atau kepentingan yang tumbuh dan juga semakin dirasakan

oleh masyarakat atas akibat dari peristiwa yang dapat menimbulkan

kerugian. Kini, berbagai macam usaha perasuransian untuk memasarkan

produk asuransi telah bertransformasi seiring dinamika masyarakat dan

bisnis asuransi yang bergerak cepat. Mulanya, pemasaran produk asuransi

hanya dilakukan secara konvensional secara tatap muka, namun kini telah

mengalami perkembangan dengan teknologi secara cepat.3 Selain

menawarkan produk asuransi melalui tatap muka, perusahaan asuransi saat

ini menawarkan produknya menggunakan sarana komunikasi

(telemarketing)4 yang bekerjasama oleh bank dalam pemasarannya.

Telemarketing merupakan sistem penawaran produk atau layanan

dengan menggunakan sarana telekomunikasi telepon. Praktik telemarketing

jika ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik untuk selanjutnya disebut UU ITE, dapat

digolongkan sebagai bentuk transaksi elektronik karena dilakukan melalui

sarana telekomunikasi telepon. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 10 UU

ITE yang menentukan bahwa “Transaski elektronik, pada dasarnya adalah

perikatan atau hubungan hukum yang dilakukan secara elektronik dengan

memadukan jaringan dari sistem elektronik berbasiskan komputer dengan

sistem komunikasi, yang selanjutnya difasilitasi oleh keberadaan jaringan

2 Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Resiko, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2005),h.1

3 Muhammad Rizal Rachman, Herowati Poesoko, I Wayan Yasa, Lahirnya Perjanjian

Asuransi Melalui Telemarketing Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Nomor 86.K/Pdt/2012, Jurnal Ilmu Hukum Universitas Jember 2017, h.2

4 Sentosa Sembiring, Hukum Asuransi, (Bandung: Nuansa Aulia, 2014), h.180

Page 12: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

3

komputer global atau internet termasuk melalui sarana telepon.” Transaksi

elektronik dinilai sebagai bagian dari perikatan para pihak. Transaksi

tersebut akan merujuk kepada semua jenis dan mekanisme dalam

melakukan hubungan hukum secara elektronik itu sendiri yang akan

mencakup mekanisme perdagangan di masyarakat.5

Maraknya penawaran produk melalui telemarketing telah

menimbulkan keresahan pada masyarakat. Masyarakat merasa terganggu

dengan adanya dering telepon yang menawarkan produk asuransi yang

mengakibatkan tersitanya waktu dan terganggunya aktivitas masyarakat.6

Penawaran produk asuransi melalui telemarketing juga menimbulkan

permasalahan hukum tentang bagaimana kedudukan hukum perjanjian

asuransi tersebut, mengingat dalam Pasal 255 Kitab Undang-Undang

Hukum Dagang (KUHD), bahwa kesepakatan pihak-pihak dalam perjanjian

asuransi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut dengan

Polis. Polis digunakan sebagai bukti tertulis bahwa telah terjadi perjanjian

asuransi antara pihak penanggung dan pihak tertanggung.

Dalam terminologi hukum, asuransi merupakan suatu perjanjian, oleh

karena itu perjanjian itu sendiri perlu dikaji sebagai acuan menuju pada

pengertian perjanjian asuransi. Acuan pokok perjanjian asuransi tetap pada

pengertian dasar dari perjanjian. Karakteristik perjanjian asuransi ini yang

membedakannya dengan jenis perjanjian pada umumnya, yaitu, yang

pertama adalah ada persetujuan kehendak, asuransi sebagai perjanjian harus

memenuhi syarat-syarat sebagai yang ditetapkan dalam pasal 1320 KUH

Perdata, juga harus memenuhi syarat-syarat khusus yang tercantum dalam

KUHD yaitu pasal 250 dan 251. Antara pihak-pihak yang mengadakan

pertanggungan harus ada persetujuan kehendak (consensus, toestemming,

5 Ilyas, Keabsahan Perjanjian Asuransi Melalui Telemarketing Ditinjau Dari Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2008, Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 57, Th. Xiv, 2012, h.201-202

6 Nancy S. Haliwela, Rekaman Pembicaraan Telepon Sebagai Alat Bukti Perjanjian Bank

Dengan Nasabah Pada Bancassurance, Jurnal Hukum Acara Perdata Adhaper Vol.1 No.2

(Surabaya: Universitas Airlangga, 2015), h.157

Page 13: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

4

meeting of mind) artinya kedua belah pihak menyetujui tentang benda yang

menjadi objek perjanjian dan tentang syarat-syarat tertentu yang berlaku

bagi perjanjian tersebut.

Kedua belah pihak dapat berupa manusia pribadi dan dapat juga

berupa badan hukum, biasanya berbentuk suatu badan usaha. Pihak

penanggung selalu dalam bentuk badan usaha yang pekerjaannya bergerak

dalam bidang pertanggungan; dan ada benda yang dipertanggungkan, dalam

setiap pertanggungan harus ada benda yang dipertanggungkan. Karena yang

mempertanggungkan benda itu adalah tertanggung, maka tertanggung harus

mempunyai hubungan langsung atau tidak langsung dengan benda yang

dipertanggungkan itu. Dikatakan ada hubungan langsung apabila

tertanggung memiliki benda tersebut. Dikatakan ada hubungan tidak

langsung, apabila tertanggung mempunyai kepentingan atas benda tersebut.7

Asuransi merupakan suatu perjanjian di mana dalam memenuhi

prestasinya para pihak dituntut memiliki itikad baik. Adapun ukuran

daripada itikad baik tersebut ialah kepatutan dan keadilan, kepatutan di

dalam perjanjian ditujukan agar jangan sampai pemenuhan kepentingan

salah satu pihak terdesak, maka harus ada keseimbangan antara kepentingan

para pihak yang bersangkutan.8 Keadilan merupakan kepastian untuk

mendapatkan apa yang sudah dijanjikan, tetapi pemenuhan janji itu harus

memperhatikan norma-norma yang berlaku.9

Penawaran produk asuransi melalui telemarketing ini pada dasarnya

hanya merupakan suatu perjanjian pra-kontrak yang dilakukan melalui

sarana telekomunikasi, sedangkan kepastian sah terikatnya perjanjian antara

nasabah atau tertanggung dengan perusahaan asuransi tetap dilakukan

7 Didik Wahyu Sugiyanto, Perjanjian Asuransi Melalui Telemarketing Ditinjau Dari

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008, Tuban, Mimbar Yustitia Vol. 1 No.1, Universitas Sunan

Bonang Tuban, 2017, h.38

8 Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Cet. Pertama, (Jakarta: PT.

Intermasa, 1983), h.87

9 R. Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT. Intermasa , 1987), h.42

Page 14: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

5

melalui penandatanganan polis. Namun pada prakteknya, ditemui pelaku

usaha asuransi beranggapan bahwa sahnya perjanjian adalah ketika telah

terjadi kesepakatan lisan melalui telepon yang kemudian menggunakan

bukti rekaman suara yang direkam menggunakan komputer sebagai bukti

sahnya perjanjian tersebut.10

Perusahaan asuransi yang menerapkan metode telemarketing ini salah

satunya ialah BNI Life yang merupakan anak perusahaan dari PT Bank

Negara Indonesia (Persero), Tbk. BNI Life didirikan dengan nama PT

Asuransi Jiwa BNI Jiwasraya- BNI Life Insurance, merupakan perpaduan

antara dua nama besar dan professional dari Bank Negara Indonesia

(Persero), Tbk dan PT Asuransi Jiwasraya. Banyak aduan dari masyarakat

terkait penawaran produk asuransi BNI Life melalui telemarketing yang

dianggap merugikan masyarakat. Dikarenakan pihak BNI Life langsung

memotong pembayaran premi asuransi dari rekening nasabah atau

tertanggung hanya dengan persetujuan melalui telepon dan tanpa adanya

pembuatan polis terlebih dahulu.

Karena banyaknya aduan dari masyarakat mengenai praktik

telemarketing, maka pada tahun 2013 OJK menerbitkan POJK Nomor

1/POJK.7/2013 dan mulai berlaku efektif pada 6 Agustus 2014. Kebijakan

OJK yang melarang praktik telemarketing dianggap sebagai langkah yang

tepat. Larangan tersebut dirasa dapat melindungi informasi pribadi

konsumen dalam sektor jasa keuangan.Aturan yang diterbitkan OJK

memuat prosedur penawaran produk dan layanan jasa keuangan oleh pelaku

usaha jasa keuangan (PUJK) pada Pasal 19 Peraturan OJK Nomor

1/POJK.7/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

OJK melarang penawaran produk dan atau pelayanan jasa keuangan melalui

sms atau telepon tanpa persetujuan dari konsumen yang bersangkutan.

10 Adyan Agit Pratama, Bambang Eko Turisno, dan Suradi, Perlindungan Hukum Bagi

Konsumen Terhadap Perjanjian Perpanjangan Asuransi Melalui Telemarketing, Diponegoro Law

Journal Volume 6, Nomor 1, 2017, h. 3

Page 15: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

6

Namun, dalam praktiknya saat ini masih banyak sekali kasus penawaran

asuransi yang dilakukan melalui telemarketing.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, masalah tersebut

menarik untuk dilakukan penelitian hukum atau skripsi terhadap

pembahasan tersebut dengan judul “Legalitas Perjanjian Asuransi

Melalui Telemarketing di Tinjau dari Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan (POJK) Nomor 1/Pojk.07/2013 Tentang Perlindungan

Konsumen Sektor Jasa Keuangan.”

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi

masalah dari penelitian ini adalah :

a. Banyaknya tertanggung yang merasa dirugikan oleh adanya

penawaran asuransi melalui telemarketing.

b. Dampak setelah terjadinya perjanjian asuransi melalui telemarketing.

c. Diperlukannya ketentuan yang mengatur prosedur perjanjian asuransi

melalui telemarketing.

d. Perusahaan asuransi tidak memenuhi asas konsensualisme dalam

hukum perjanjian.

2. Pembatasan Masalah

Sesuai latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka

pembahasan penelitian mengalami pembatasan yaitu pada legalitas

perjanjian asuransi melalui telemarketing ditinjau dari Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan Nomor 1/Pojk.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen

Sektor Jasa Keuangan dan asas konsensualisme dalam hukum perjanjian,

yang dalam hal ini peneliti melakukan penelitian kepada BNI Life.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi serta

pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

memfokuskan pada masalah utama yaitu mengenai legalitas perjanjian

Page 16: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

7

asuransi melalui telemarketing di tinjau dari Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 1/Pojk.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen

Sektor Jasa Keuangan.

Untuk mempertegas arah pembahasan dari masalah utama yang

telah diuraikan di atas, maka dibuat rincian perumusan masalah dalam

bentuk pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

a. Apakah perjanjian asuransi melalui telemarketing diperbolehkan

menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/Pojk.07/2013

Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan?

b. Bagaimana kesesuaian perjanjian asuransi melalui telemarketing

menurut asas konsensualisme dalam hukum perjanjian?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah, sebagai

berikut:

a. Untuk mengetahui legalitas perjanjian asuransi melalui telemarketing.

b. Untuk mengetahui kesesuaian perjanjian asuransi melalui

telemarketing menurut asas konsensualisme dalam hukum perjanjian.

2. Manfaat Penelitian

Penulisan skripsi hukum ini diharapkan dapat memberi manfaat di bidang

ilmu hukum baik secara teoritis maupun praktis.

a. Manfaat Teoritis

Skripsi ini diharapkan dapat menyumbangkan pengetahuan

dalam perkembangan ilmu hukum khususnya hukum perjanjian. Hasil

dari penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi serta

masukan untuk penelitian selanjutnya khususnya untuk penulisan

penelitian hukum perjanjian.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi akademisi penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan yang selanjutnya dapat diterapkan di dunia nyata

Page 17: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

8

sebagi bentuk partisipasi dalam pembangunan negara dan rakyat

Indonesia serta kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat

internasional.

2) Bagi masyarakat umum penelitian ini diharapkan dapat

memberikan pengetahuan terkait hukum perjanjian yang berlaku di

Indonesia agar meminimalisir terjadinya praktik perjanjian asuransi

melalui telemarketing.

3) Bagi pemerintah penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan

saran kepada aparat hukum pemerintah dan khususnya Otoritas

Jasa Keuangan (OJK) untuk mengambil kebijakan dalam mengatur

praktik telemarketing di bidang jasa keuangan.

D. Metode Penelitian

Dalam metode penelitian ini, penulis akan memaparkan tentang

beberapa metode yang akan digunakan, diantaranya adalah:

1. Pendekatan Penelitian

Penulisan dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah

penelitian normatif-empiris. Metode penelitian hukum normatif-empiris

ini pada dasarnya merupakan penggabungan antara pendekatan hukum

normatif dengan adanya penambahan berbagai unsur empiris. Metode

penelitian normatif-empiris mengenai implementasi ketentuan hukum

normatif (undang-undang) dalam aksinya pada setiap peristiwa hukum

tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah kualitatif

eksploratif, di mana setelah seluruh data yang penulis peroleh, data

tersebut selanjutnya dianalisa dengan analisa kualitatif.11 Yaitu suatu cara

penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis. Adapun metode

yang penulis gunakan adalah kualitatif eksploratif, yaitu menggambarkan

11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia, 1986, cet 3), h. 13

Page 18: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

9

secara jelas dan terperinci mengenai sutau keadaan yang terjadi di

lapangan secara objektif, sehingga didapatkan fakta-fakta yang diselidiki.

3. Sumber Data

Sumber penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini berupa data

primer dan sekunder yang meliputi:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari pihak

yang terkait dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, data

primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan

pedoman wawancara yang dilakukan terhadap sumber informasi yang

telah ditentukan sebelumnya berdasarkan pedoman wawancara,

sehingga wawancara yang dilakukan merupakan wawancara yang

terfokus. Metode wawancara dianggap sebagai metode paling efektif

dalam pengumpulan data primer di lapangan. Hasil wawancara ini

diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai legalitas perjanjian

asuransi melalui telemarketing pada PT BNI Life Insurance yang

ditinjau dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/Pojk.07/2013

Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan dan asas

konsensualisme dalam hukum perjanjian.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh penulis

secara tidak langsung melalui media perantara dan melalui studi

kepustakaan dengan cara membaca, mengutip dan menelaah peraturan

perundang-undangan, buku-buku, kamus, dan literatur lain yang

berkenaan dengan permasalaahn yang akan dibahas.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan 3 bahan hukum

sebagai berikut:

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat yang

berasal dari:

a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

b) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;

Page 19: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

10

c) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1 /POJK.07/2013

tentang perlindungan konsumen sektor jasa keuangan.

d) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23 /POJK.05/2015

tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi.

2) Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer, seperti buku-buku hasil karya para sarjana,

hasil penelitian serta berbagai hasil wawancara sebagai hasil

penelitian peneliti yang berkaitan dengan permasalahan yang akan

dibahas. Kegunaan bahan hukum sekunder adalah memberikan

kepada peneliti semacam petunjuk ke arah mana peneliti akan

melangkah.12

3) Bahan Non Hukum (Tersier), bahan non hukum merupakan bahan

hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan atas bahan

hukum primer dan sekunder. Seperti kamus hukum, ensiklopedia,

indeks kumulatif, internet dll.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data terutama data sekunder dan sebagai penunjang adalah data primer,

sebagai berikut:

a. Studi kepustkaan (library research), yaitu bentuk pengumpulan data

yang dilakukan dengan membacadokumen yang berhubungan dnegan

obyek penelitian, dan mengutip dari data-data sekunder yang meliputi

peraturan perundang-undangan, dokumen dan vahan kepustkaan lain

dari beberapa buku referensi, artikel-artikel dari beberapa jurnal, arsip,

hasil penelitian ilmiah, peraturan perundang-undangan, laporan, teori-

teori, media masa seperti koram, internet dan bahan kepustakaan

lainnya yang relevan dengan maslaah yang akan diteliti.

b. Wawancara, yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

tersebut dilakukan dengan dua orang pihak, yaitu pewawancara

12 Peter Mahmud Masrzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2005,), h. 155

Page 20: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

11

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewee) yang memberikan jawaban atas petanyaan itu.

Wawancara merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh

keterangan secara lisan guna mencapai tujuan tertentu. Dilakukan

dengan cara terpimpin, yaitu wawancara dilaksankan dengan jalan

informan diberikan kebebasan untuk menjawab pertanyaan yang

ditentukan. Wawancara ini dilakukan sebagai upaya mendapatkan data

yang lebih lengkap dengan cara mengajukan daftar pertanyaan yang

terstruktur.

5. Analisis Bahan Hukum

Data yang diperoleh dari penulisan kepustakaan maupun dari

penelitian lapangan akan diolah berdasarkan analisis normatif, kualitatif.

Normatif karena peneliti bertitik tolak dari peraturan yang ada sebagai

norma hukum positif, sedangkan kualitatif yang dimaksud yaitu

memaparkan kenyataan-kenyataan yang didasarkan atas hasil penelitian.

Memahami kebenaran yang diperoleh dari hasil pengamatan dan

pertanyaan kepada sejumlah responden baik secara lisan maupun tertulis

selama dalam melakukan penelitian.

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan peneliti dalam

skripsi ini berdasarkan kaidah-kaidah dan teknik penulisan yang terdapat

dalam “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017"

E. Sistematika Penelitian

Untuk menjelaskan isi skripsi secara menyeluruh ke dalam penelitian

yang sistematis dan terstruktur maka skripsi ini penulis susun dengan

sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab yaitu sebagai berikut:

BAB I Dalam bab ini dijelasakan latar belakang, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penelitian.

Page 21: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

12

BAB II Bab dua memuat kajian pustaka yang terbagi dalam beberapa

sub bab, yaitu di dalamnya menguraikan kerangka konseptual

yang terkait dengan penelitian ini, teori-teori hukum yang

menjadi landasan teori dalam penelitian ini, dan tinjauan

(review) kajian terdahulu yang sama-sama membahas perjanjian

asuransi melalui telemarketing.

BAB III Bab tiga memuat data penelitian. Dalam bab ini menguraikan

lebih rinci lagi mengenai legalitas perjanjian asuransi melalui

telemarketing menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

BAB IV Bab empat memuat tentang hasil penelitian dan pembahasan.

Dalam bab ini menguraikan bagaimana legalitas perjanjian

asuransi melalui telemarketing di tinjau dari Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan Nomor 1 /Pojk.07/2013 Tentang Perlindungan

Konsumen Sektor Jasa Keuangan dan kedudukan pihak

perusahaan asuransi dan tertanggung pada perjanjian asuransi

melalui telemarketing telah seimbang menurut asas itikad baik

dalam sebuah perjanjian.

BAB V Bab ini berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi. Bab ini

merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, untuk itu

peneliti menarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitian,

disamping itu peneliti memberikan beberapa rekomendasi yang

dianggap perlu.

Page 22: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

13

BAB II

PERJANJIAN ASURANSI MELALUI TELEMARKETING DI INDONESIA

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah pedoman yang lebih konkrit dari teori,

yang berisikan definisi operasional yang menjadi pegangan dalam proses

penelitian yaitu pengumpulan, pengelolaan, analisis, dan kontruksi data

dalam skripsi ini. Adapun beberapa pengertian yang menjadi konseptual

skripsi ini akan dijabarkan dalam uraian di bawah ini:

a. Hukum Perjanjian adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang

mengatur hubungan hukum antara dua pihak atau lebih yang berdasarkan

kesepakatan untuk menimbulkan akibat hukum.1

b. Perjanjian adalah suatu hubungan hukum mengenai harta benda antara

dua pihak yang berjanji atau dianggap berjanji untuk melaksanakan suatu

hal atau tidak melaksanakan suatu hal dan pihak lain berhak menuntut

pelaksanaan janji tersebut.2

c. Perjanjian Asuransi adalah suatu perjanjian yang berdasarkan kehendak

para pihak untuk saling mengikatkan diri yang tidak dengan keterpaksaan

atau dilakukan dalam keadaan khilaf ataupun karena penipuan.3

d. Asuransi adalah suatu cara mengurangi resiko dengan menggabungkan

sejumlah unit yang berisiko agar kerugian individu secara kolektif dapat

diprediksi.4

1 Salim HS, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2003), h.4

2 Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, (Jakarta: CV. Mandar Maju, 2011),

h.4

3 Junaedy Ganie, Hukum Asuransi Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h.67

4 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Lifeand General) Konsep dan Sistem

Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h.26

Page 23: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

14

e. Asuransi Jiwa adalah jenis perjanjian asuransi yang bertujuan untuk

memberikan jaminan kepada seseorang atau keluarga yang disebabkan

oleh kematian, kecelakaan, dan sakit.5

f. Perusahaan asuransi adalah perusahaan yang bertindak sebagai

penanggung risiko.6

g. Telemarketing adalah strategi promosi pemasaran yang menggunakan

teknologi komunikasi dan personal terlatih untuk mengambil sikap dalam

aktivitas pemasaran yang sudah terencana di kelompok konsumen yang

sudah ditargetkan.7

h. Risiko adalah sebuah keadaan yang mengandung kemungkinan

terjadinya penyimpangan yang lebih buruk dari hasil yang diharapkan.8

i. Polis adalah surat perjanjian yang memuat tentang perjanjian asuransi

jiwa antara pemegang polis dengan perusahaan asuransi.

j. Penanggung adalah pihak yang mengikatkan diri pada tertanggung

dengan menerima premi asuransi dan menerima peralihan risiko dari

pihak tertanggung.

k. Tertanggung adalah orang yang jiwanya dipertanggungkan.

l. Pemegang Polis adalah pihak yang mengadakan perjanjian asuransi

dengan perusahaan asuransi.

B. Kerangka Teori

1. Teori Tawar-Menawar dan Teori Penerimaan

a. Teori Tawar-Menawar (bargaining theory)

Di Indonesia yang mengikuti system Eropa Continental,

tawar-menawar menciptakan kesepakatan, yaitu syarat pertama sahnya

5 Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Resiko, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2005), h.3

6 Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta: Sinar Grafika,

Cetakan ke 2, 1995), h. 15

7 Budiarto Subroto, Pemasaran Industri (Business to Business Marketing), (Yogyakarta:

ANDI, 2011), h.255

8 Junaedy Ganie, Hukum Asuransi Indonesia, … h.40

Page 24: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

15

perjanjian menurut ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata. Teori tawar-

menawar ini merupakan perkembangan dari teori “sama nilai”

(equivalent theory). Teori “sama nilai” mengajarkan bahwa suatu

perjanjian hanya mengikat sejauh apa yang dinegosiasi dan kemudian

disetujui oleh para pihak.9 Menurut teori tawar-menawar, setiap

perjanjian hanya akan terjadi anatara kedua pihak, apabila penawaran

dari pihak satu dihadapkan dengan penerimaan oleh pihak yang lain

dan sebaliknya. Hasil yang diaharapkan ialah kecocokan/kesesuaian

penawaran dan penerimaan secara timbal-balik antara kedua pihak.

Dalam tawar menawar terdapat dua unsur yang menentukan,

yaitu penawaran dan penerimaan. penawaran dari satu pihak

dihadapkan dengan penawaaran dari pihak lain, dan penerimaan dari

pihak lain pula dihadapkan dengan penerimaan oleh pihak yang satu.

Titik temu penawaran dan penerimaan secara timbal-balik

menciptakan kesepakatan yang menjadi dasar perjanjian antara kedua

pihak.10

Terjadinya perjanjian asuransi, didahului oleh serangkaian

perbuataan penawaran dan penerimaan yang dilakukan oleh

tertanggung dan penanggung secara timbal-balik. Serangkaian

perbuatan penawaran dan penerimaan untuk mencapai persetujuan

kehendak mengenai asuransi, hanya dapat diketahui melalui kebiasaan

yang hidup dalam praktek bisnis asuransi. Maka, perbuatan tersebut

perlu ditelusuri melalui proses praktik perjanjian asuransi.11

b. Teori Penerimaan (acceptance theory)

Menurut teori penerimaan, saat terjadinya perjanjian

tergantung pada kondisi kongkret yang dibuktikan oleh perbuatan

9 Munir Fuady, Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, (Bandung: PT Citra

Aditya Bakti, 2007), h. 6

10 Mulhadi, Dasar-Dasar Hukum Asuransi, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2017), h.55

11 Mulhadi, Dasar-Dasar Hukum Asuransi, … h.56

Page 25: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

16

nyata (menerima) atau dokumen perbuatan hukum (bukti penerimaan).

melalui perbuatan nyata atau dokumen perbuatan hukum, baru dapat

diketahui saat terjadi perjanjian, yaitu di tempat, pada hari dan tanggal

perbuatannyata (penerimaan) itu dilakukan, atau dokumen perbuatan

hukum (bukti penerimaan) itu ditanda tangani/diparaf oleh pihak-

pihak terkait. Berdasarkan teori ini, perjanjian asuransi terjadi dan

mengikat para pihak pada saat penwaran sungguh-sungguh diterima

oleh tertanggung.

Sungguh-sungguh diterima suatu penawaran, artinya penwaran

tertulis pihak penanggung sungguh-sungguh diterima oleh pihak

tertanggung walaupun isi tulisan itu belum dibacanya. Hal ini

dibuktikan dengan menandatangani suatu pernyataan yang diberikan

oleh penanggung yang disebut nota persetujuan (cover note). Atas

dasar nota persetujuan ini kemudian dibuatkan akta perjanjian asuransi

oleh penanggung yang disebut polis asuransi.12Perjanjian asuransi

terjadi ketika setelah tercapai kesepakatan antara tertanggung dan

penanggung, hak dan kewajiban timbal-balik terjadi saat itu, bahkan

sebelum polis ditandatangani (Pasal 257 ayat 1 KUHD). Polis

merupakan alat bukti tertulis untuk membuktikan bahwa asuransi telah

terjadi (Pasal 258 ayat 1 KUHD).

Dalam pasal 257 KUHD menjelaskan bahwa walaupun belum

dibuatkan polis, asuransi sudah tercapi kesempatan antara tertanggung

dan penanggung yang dibuktikan dengan nota persetujuan yang

ditandatangani tertanggung. Jadi, cover note atau nota persetujuan

merupakan bukti perjanjian asuransi yang bersifat sementara, sebelum

polis diterbitkan oleh pihak penanggung.

12 Mulhadi, Dasar-Dasar Hukum Asuransi, … h.56

Page 26: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

17

C. Perjanjian Pada Umumnya

1. Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian

Buku III KUH Perdata mengatur tentang “Verbuntenissenrecht”,

di mana tercakup pula istilah “overeenkomst”. Dikenal 3 (tiga)

terjemahaan dari “Verbuntenissenrecht”, yaitu perikatan, perutanganm

dam perjanjian. Sedangkan “overeenkomst” memilik 2 (dua) terjemahan,

yaitu perjanjian dan persetujuan.13 Pada Pasal 1313 KUH Perdata

menyatakan bahwa Suatu perjanjian (persetujuan) adalah satu perbuatan

dengan mana satu orang, atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu

orang atau lebih. Namun, pada pasal tersebut dirasa kurang lengkap dan

mempunyai kelemahan-kelemahan, karenapengertian perjanjian itu

terlalu luas dan tidak menyebutkan tujuan dengan jelas para pihak

mengikatkan diri dengan apa. Sehingga pengertian perjanjian dapat

dirumuskan kembali menjadi: perjanjian adalah suatu persetujuan

dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk

melaksanakan suatu hal dalam lapangan hukum kekayaan.14

Menurut Pasal 1320 KUH Perdata, suatu perjanjian adalah sah,

apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri;

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

c. Suatu hal tertentu;

d. Suatu sebab yang halal.

Dua syarat pertama merupakan syarat subjektif, karena

menyangkut para pihak. Bila syarat ini tidak dapat dipenuhi maka

perjanjian tersebut dapat dibatalkan. Sedangkan dua syarat terakhir

merupakan syarat objektif yang membahas mengenai objek dari

13 Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda dan Hukum Perikatan,

(Bandung: CV Nuansa Aulia, 2007), h.75

14 Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti, 2009), h.9

Page 27: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

18

perjanjian tersebut, syarat ini jika tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut

batal demi hukum.

2. Asas-Asas Hukum Perjanjian

Pada hukum perjanjian terdapat beberapa asas yang dijadikan

acuan dalam pembuatan suatu perjanjian, sebagai berikut:

a. Asas Konsensualisme

Asas ini dapat ditemukan pada Pasal 1320 butir 1 KUH

Perdata.berdasarkan asas konsensualisme, perjanjian sudah dianggap

terjadi pada saat tercapainya kata sepakat dari para pihak.

Sebagaimana arti dari konsensual itu sendiri, yakni perjanjian itu

terjadi ketika ada kata sepakat antara para pihak.

Perjanjian tersebut sah dan memiliki kekuatan hukum yang

mengikat bagi para pihaknya sejak terjadinya kesepakatan antara para

pihak mengenai isi dari perjanjian yang dimaksud.15 Seapakat

merupakan seuatu persesuaian paham serta kehendak antara kedua

pihak. Apa yang disepakati oleh pihak yang satu, merupakan juga hal

yang dikehendaki oleh pihak lainnya. Asas Konsensualisme ini sangat

berkaitan dengan asas kebebasan berkontrak.

b. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak diatur dalam Pasal 1338 Ayat (1)

KUH Perdata yang berbunyi:

“semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai

Undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Asas kebebasan berkontrak berhubungan dengan isi perjanjian,

yaitu kebebasan untuk menentukan apa yang menjadi objek perjanjian

serta siapa saja para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut. Para

pihak juga bebas dalam menentukan bagaimana bentuk dari perjanjian

15 Nabhila Palupi Paramarta, Analisis Yuridis Mengenai Rekaman Pembicaraan Telepon

Sebagai Alat Bukti Dalam Perjanjian Asuransi Melalui Telemarketing (Ditinjau Dari Undang-

Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik), Artikel Ilmiah

Universitas Brawijaya, 2014

Page 28: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

19

yang mereka buat, menentukan isi perjanjian, serta cara pembuatan

perjanjian.16

c. Asas Kekuatan Mengikat (Pacta Sunt Servanda)

Asas kekuatan mengikat (pacta sunt servanda) berhubungan

dengan akibat dari dibuatnya suatu perjanjian. Asas ini tercantum pada

Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yaitu segala perjanjian yang dibuat

secara sah oleh para pihak akan berlaku sebgai undang-undang bagi

yang membuatnya.

Terkaitnya para pihak pada perjanjian itu tidak semata-mata

terbatas pada apa yang diperjanjikan, teteapi juga terhadap beberapa

unsure lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatutan serta

moral.17

d. Asas Itikad Baik

Asas ini merujuk pada Pasal 1338 Ayat (1) KUH Perdata yang

menyatakan bahwa persetujuan harus dilakukan dengan itikad baik,

para pihak harus bersikap jujur, terbuka, serta saling percaya dalam

pembuatan perjanjian. Para pihak tidak diperbolehkan bermaksud tipu

daya atau mentupi keadaaan yang sebenarnya.

Asas itikad baik dibedakan menajadi dua, yaitu itikad baik nisbi

dan itikad baik mutlak. Itikad baik nisbi yaitu orang memperhatikan

sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Sedangkan itikad baik

mutlak, penilaiannya berasal dari akal sehat dan keadilan, dibuat

ukuran yang objektif untuk menilai keadaan menurut norma-norma

yang objektif tanpa memihak.

16 Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda dan Hukum Perikatan,..

h.97

17 Mariam Darus Badruldzaman, Hukum Perikatan Dalam KUH Perdata Buku Ketiga,

Yurisprudensi, Doktrin, Serta Penjelasan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2015), h.88

Page 29: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

20

D. Tinjauan Umum Perjanjian Asuransi

1. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi

Definisi Asuransi di Indonesia terdapat dalam Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, Asuransi merupakan

perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang

polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan

asuransi sebagai imbalan untuk memberikan penggantian kepada

tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang

timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada

pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis

karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau memberikan

pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau

pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat

yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil

pengolahan dana.

Selain Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang

Perasuransian, kegiatan usaha perasuransian sebagai sebuah perjanjian

juga diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pada buku I Titel

IX dan Buku II Titel X. Dalam KUH Perdata dasar hukum asuransi diatur

dalam Pasal 1774 yang berbunyi sebagai berikut:

Suatu perjanjian untung-untungan adalah suau perbuatan yang

hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi

sementara pihak, bergantung kepada suatu kejadian yang belum tentu.

Dalam Pasal 1774 KUH Perdata, perjanjian asuransi digolongkan

ke dalam perjanjian untung-untungan (kans-overeenkomst). Dorhout

Mess menyatakan perjanjian asuransi digolongkan ke dalam perjanjian

untung-untungan dikarenakan pertimbangan bahwa besarnya kewajiban

penangung digantungkan pada peristiwa yang tidak pasti. Kewajiban

Page 30: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

21

tersebut baru dapat dipenuhi jika peristiwa yang ditanggung benar-benar

terjadi.18

Sedangkan, menurut Pasal 246 KUHD asuransi atau

pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana penangung

mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima premi

untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan

atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya

akibat dari suatu evenemen (peristiwa tidak pasti).19

Adapun landasan syariah yang menjadi dasar berlakunya lembaga

asuransi secara umum adalah berikut firman Allah yang menjadi dasar

hukum asuransi sebagai berikut:

ثم والعدوان واتقوا الل وتعاونوا على البر والتقوى ول تعاونوا على ال

شديد العقاب إن الل

Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan

dan takwa, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah

sangat berat siksaannya. (QS. Al-Maidah: 2)

2. Asuransi Jiwa Secara Umum

Asuransi jiwa merupakan asuransi yang dikaitkan dengan hidup

matinya seseorang, baik untuk jaminan kelangsungan pendapatan

maupun untuk tujuan investasi, baik bagi diri tertanggung maupun bagi

pihak yang ditunjuk atau penerima manfaat.20 Dasar hukum yang

mengatur asuransi jiwa ada pada KUHD yaitu pada Pasal 302 sampai

dengan Pasal 308. Dalam Pasal 302 KUHD, menjelaskan bahwa asuransi

jiwa adalah sejenis perjanjian asuransi yang mempertanggungjawabkan

jiwa seseorang yang berkepentingan, baik untuk jangka waktu tertentu

maupun untuk sepanjang hidupnya.

18 Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti,

Cetakan ke 4, 2006), h.17

19 Junaedy Ganie, Hukum Asuransi Indonesia, … h.84

20 Junaedy Ganie, Hukum Asuransi Indonesia, … h.89

Page 31: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

22

Pada Pasal 1 butir (6) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014

tentang Perasuransian mneyatakan bahwa asuransi jiwa adalah jasa

penaggulangan risiko yang memberikan pembayaran kepada pemegang

polis, tertanggung atau pihak lain yang berhak dalam hal tertanggung

meninggal dunia atau tetap hidup, atau pemabayaran lain kepada

pemegang polis, tertanggung atau pihak lain yang berhak pada waktu

tertentu yang diatur dalam perjanjian, dan besarnya telah ditetapkan

dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana. Sedangkan menurut

H.M.N Purwosutjipto, asuransi jiwa merupakan perjanjian timbale balik

anatara penutup asuransi (tertanggung) dengan penanggung dengan mana

penutup asuransi mengikatkan dirinya selama janlannya pertanggungan

dengan membayar uang premi kepada penanggung.21 Pihak-pihak yang

mengikatkan diri pada perjanjian asuransi disebut penanggung dan

tertanggung. Penanggung adalah pihak yang menanggung risiko sebagai

suatu imbalan premi yang diterimanya dari tertanggung. Sedangkan

tertanggung adalah pihak yang jiwanya diasuransikan dan berkewajiban

untuk membayar premi kepada penanggung.

Besarnya penggantian dalam asuransi jiwa yaitu sejumlah uang

tertentu yang diperjanjikan pada saat diadakan asuransi sebagai jumlah

santunan yang wajib dibayar penanggung kepada penikmat dalam hal

terjadi evenemen, atau pengembalian kepada tertanggung sediri dalam hal

berakhirnya jangka waktu asuransi tanpa terjadi evenemen. Pasal 305

KUHD juga menjelaskan bahwa perkiraan jumlah santunan dan syarat-

syarat asuransi ditentukan oleh perjanjian bebas antara tertanggung dan

penanggung. Perjanjian bebas tersebut dapat mengesampingkan asas

keseimbangan dan asas kepentingan dalam asuransi jiwa.

3. Perjanjian Asuransi

Sebagai sebuah perjanjian, maka ketentuan dan syarat-syarat

perjanjian dalam KUH Perdata berlaku juga bagi perjanjian asuransi.

21 H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang, (Jakarta: Djambatan, 1992), h.

9

Page 32: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

23

Syarat-syarat umum sebuah perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUH

Perdata, sedangkan syarat khusus diatur dalam Pasal 250 dan 251

KUHD.

Dengan demikian, berdasarkan pasal KUH Perdata dan KUHD

tersebut, terdapat 6 (enam) syarat sahnya perjanjian asuransi, yaitu:22

a. Kesepakatan

Tertanggung dan penanggung dalam perjanjian ini diharuskan

mencapai kata sepakat dalam setiap hal yang menyangkut perjanjian

asuransi. Kesepakatan itu pada pokoknya meliputi benda yang

dijadikan objek asuransi; pengalihan resiko dan pembayaran premi;

evenemen dang anti kerugian; syarat-syarat khusus asuransi; dan janji-

janji khusus asuransi. Kesepakatan ini dibuat secara bebas, yakni para

pihak tidak berada di bawah pengaruh, tekanan, atau paksaan pihak

tertentu.

b. Kecakapan (Berwenang)

Tertanggung maupun penanggung diharuskan cakap dalam

melakukan perbuatan hukum. Kewenangan secara subjektif yaitu

kedua belah pihak sudah dewasa, sehat ingatan, tidak dalam

pengampuan. Sedangkan kewenangan secara objektif yaitu

tertanggung harus memiliki hubungan yang sah dengan benda objek

asuransi.

c. Objek tertentu

Objek tertentu dalam perjanjian asuransi adalah objek yang

diasuransikan, dapat berupa harta kekayaan, dan dapat pula jiwa atau

raga manusia. Pengertian objek tertentu adalah bahwa identitas objek

asuransi tersebut harus jelas dan pasti.

22 Mulhadi, Dasar-Dasar Hukum Asuransi, … h.45

Page 33: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

24

d. Sebab yang halal

Sebab atau kausa yang halal adalah isi dari perjanjian asuransi

tersebut tidak dilarang oleh undang-undang, Tidak pula bertentangan

dengan ketertiban umum dan kesusilaan.

e. Ada kepentingan yang dapat diasuransikan

Syarat ini masih berkaitan dengan objek asuransi. Di mana hal

ini diatur dalam Pasal 250 KUHD yang menyatakan bahwa seseorang

yang telah melakukan pertanggungan untuk dirinya sendiri, atau

seseorang yang untuknya telah diadakan pertanggungan, pada saat

diadakannya pertanggungan itu tidak memeiliki kepentingan terhadap

sesuatu yang dipertanggungkan, maka si penanggung tidakklah

diwajibkan memberi ganti rugi.

f. Pemberitahuan

Tertanggung wajib memberitahukan kepda penanggung,

mengenai keadaan objek asuransi. Kewajiban ini dilakukan pada saat

mengadakan asuransi. Apabila tertanggung lalai, maka akibat

hukumnya asuransi menjadi batal. Menurut ketentuan Pasal 251

KUHD, semua pemberitahuan yang salah atau tidak benar, atau

penyembunyian keadaan yang diketahui oleh tertanggung tentang

objek asuransi, mengakibatkan asuransi batal.

4. Perjanjian Asuransi Menurut Hukum Islam

Pada perjanjian dalam hukum Islam terdapat dua istilah kata akad

(al’qadu) dan kata ‘ahd (al-‘ahdu), akad atau al’aqdu dalam bahasa Arab

berarti ikatan atau perjanjian dan kesepakatan. Kata al’aqdu mengacu

pada terjadinya dua perjanjian atau lebih, yaitu bila seseorang

mengadakan janji kemudian ada orang lain yang menyetujui janji

tersebut, serta menyatakan suatu janji yang berhubungan dengan janji

yang pertama, sehingga terjadilah perikatan dua buah janji dari orang

Page 34: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

25

yang mempunyai hubungan satu dan yang lain, yang kemudian disebut

dengan perikatan.23

Berdasarkan pengertian di atas, perjanjian menurut Islam harus

merupakan perjanjian yang dilakukan kedua belah pihak yang bertujuan

untuk slaing mengikatkan diri tentang perbuatan yang akan dilakukan

dalam suatu hal setelah akad secara efektif mulai diberlakukan. Syarat

sah perjanjian menurut hukum Islam tidak jauh berbeda dengan syarat

syah perjanjian menurut KUH Perdata, yaitu:

a. Al’aqidin (adanya subjek)

b. Mahallul ‘aqd (adanya objek perikatan)

c. Maudhu ‘ul’aqd (tujuan perikatan)

d. Sighat al-‘aqd (ijab dan Kabul

Dalam Islam istilah asuransi dikenal dengan tafakul, yang berarti

asuransi yang bertujuan untuk tolong menolong dalam kebaikan dan

ketakwaan menjadikan semua peserta sebagai keluarga besar yang saling

menangggung satu sama lain. Tafakul merupakan suatu dukungan yang

saling menguntungkan yang menjadi dasar untuk konsep dasar asuransi

syariah atau solidaritas sesama. Dapat disimpulkan, bahwa asuransi

merupakan suatu perjanjian yang objeknya adalah pertanggungan

terhadap resiko yang mungkon akan dialami oleh seseorang baik

terhadap diri, maupun harta bendanya sebagai akibat dari kejadian yang

diharapkan tidak akan terjadi (evenement).24

Menurut konteks syariah asuransi merupakan usaha kerjasama

untuk saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang

dalam menghadapi musibah atau bencana melalui perjanjian yang

disepakati bersama sesuai dengan syariat Islam. Perjanjian yang dipakai

menggunakan prinsip akad Tafakuli yang memiliki arti tolong menolong

23 Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Baku (Standard) Perkembangannya di

Indonesia, (Bandung : Alumni, 2001), h. 247

24 Abdul Ghofur Ansori, Pokok-pokok hukum perjanjian Islam di Indonesia, (Yogyakarta:

citra media, 2006), h.53

Page 35: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

26

dengan prinsip Tabarru’. Belum ada dasar hukum yang mengatur tentang

asuransi, baik dalam Al-quran maupun Hadist. Oleh karena itu, masalah

asuransi/tafakul ini masuk dalam wilayah ijtihadi, dalam artian hukum

yang mendasarinya harus ditentukan melalu ijtihad dari mujtahid.

5. Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah

Konsep tafakul didasarkan pada solidaritas, responsibilitas, dan

persaudaraan di antara anggota di mana para partisipan sepakat untuk

sama-sama menanggung kerugian tertentu dan dibayar dari asset-aset

yang telah ditetepkan. Dengan demikian praktek tersebut sesuai dengan

apa yang disebut dalam konteks yang berbeda sebagai asuransi bersama

(mutual insurance), karena para anggota menjadi menanggung (insurer)

dan juga tertanggung (insured).25

Perbedaan pokok dengan asuransi konvensional adalah dalam hal

“para peserta saling bertanggung jawab di antara mereka sendiri”

sedangkan pihak perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola premi

yang dibayarkan oleh nasabah, atau menjalankan fungsinya sebagai

mudharib, jadi dapat dikatakan perjanjian tafakul merupakan perjanjian

bagi hasil. Perbedaan lain dengan perjanjian konvensional adalah bahwa

dalam asuransi konvensional jika si tertanggung memutuskan kontrak

asuransi sebelum jangka waktu pertanggungan berakhir, maka premi

yang dibayar oleh tertanggung tidak dapat ditarik kembali, karena premi

tersebut sudah menjadi hak milik perusahaan, kecuali asuransi yang

diikuti oleh tertanggung berbentuk asuransi plus tabungan. Dan tidak

semua asuransi konvensional adalah asuransi plus tabungan. Sedangkan

tafakul, apabila peserta berhenti sebelum masa pertanggungan berakhir,

peserta dapat menarik kembali seluruh iuran yang telah dibayarkannya,

bahkan ditambah lagi dengan keuntungan yang diperoleh selama

uangnya dikelola oleh perusahaan.26

25 Abdul Ghofur Ansori, Pokok-pokok hukum perjanjian Islam di Indonesia, … h.58

26 Abdul Ghofur Ansori, Pokok-pokok hukum perjanjian Islam di Indonesia, … h.59

Page 36: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

27

E. Penggunaan Telemarketing Dalam Perjanjian Asuransi

1. Pengertuan dan Dasar Hukum Telemarketing

Telemarketing adalah suatu pendayagunaan telekomunikasi

canggih dan teknologi telekomunikasi dikombinasikan dengan personal

selling dan keterampilan pelayanan untuk menolong perusahaan menjaga

hubungan dekat dengan pelanggan dan pelanggan potensial, menaikkan

penjualan dan meningkatkan produktivitas.27 Dalam pemasaran asuransi

melalui telemarketing, yang dimaksud dengan telemarketing merupakan

metode pemasaran yang dilakukan oleh seorang telemarketer kepada

calon tertanggung, menggunakan telepon tanpa harus berattap muka

langsung antara agen asuransi dengan calon tertanggung.

Praktek telemarketing ini jika ditinjau dari UU ITE, dapat

digolongkan sebagai bentuk transaksi elektronik karena dilakukan

melalui sarana telekomunikasi telepon. Hal ini sesuai dengan ketentuan

pada Pasal 1 angka 10 UU ITE yang menentukan bahwa transaksi

elektronik pada dasarmya adalah perikatan atau hubungan hukum yang

dilakukan secara elektronik dengan memadukan jaringan dan system

elektronk berbasiskan komputer dengan sistem komunikasi, yang

selanjutnya difasilitasi oleh keberadaan jaringan komputer global atau

internet termasuk melalui sarana telepon. Transaksi elektronik juga

dipandang sebagai bagian dari perikatan para pihak (Pasal 1233 KUH

Perdata, yaitu perikatan, lahir karena suatu persetujuan atau undang-

undang).28

2. Para Pihak dalam Perjanjian Asuransi Melalui Telemarketing

Asuransi Jiwa BNI Life merupakan perusahaan asuransi kesehatan

milik Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk yang bekerjasama dengan

27 Harry T. Yani Achasan, Perancangan Sistem Informasi Telemarketing, (Jakarta: Fasikom

UI, 1998), h. 13

28 Ilyas, Keabsahan Perjanjian Asuransi melalui Telemarketing, Kanun Jurnal Ilmu Hukum

Ilyas No. 57, Th. XIV Agustus, 2012, h. 202

Page 37: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

28

PT Asuransi Jiwasraya. Kedua perusahaan besar di bidang keuangan ini

menggabungkan diri kerana sama-sama memiliki kekuatan yang dapat

bersinergi. Bank BNI memiliki kekuatan modal dan sejarah panjang dan

PT Asuransi Jiwasraya yang memiliki pengalaman serta kepercayaan

publik di bidang asuransi.Asuransi Jiwa BNI Life ini merupakan anak

perusahaan dari perusahaan perbankan PT Bank Negara Indonesia

(Persero), Tbk.29

Dalam praktek di dunia bisnis asuransi, pemasaran merupakan

suatu hal yang sangat penting demi kesuksesan penjualan produk

asuransi pada suatu perusahaan. Kegiatan pemasaran sangat menentukan

berhasil atau tidaknya suatu produk diterima oleh konsumen dan

menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Asuransi Jiwa BNI Life

dalam memasarkan produk asuransinya menggunakan 2 (dua) cara, yaitu:

Sales Representatif dan Telemarketing.

Sales representative merupakan pemasaran produk asuransi dengan

metode konvensional atau menempatkan sales representative di bank

agarvdapat berinteraksi secara langsung dengan calon nasabah.

Sedangkan telemarketing merupakan cara penawaran produk melalui

telepon dengan calon nasabah dari bank tersebut atau dari telemarketer.

Penggunaan telemarketing dalam penawaran yang dilakukan oleh BNI

Life bertujuan agar memberikan solusi bagi nasabah yang memiliki

keterbatasan jarak dan waktu. Adanya telemarketing ditujukan agar

nasabah tetap bisa melakukan transaksi atas program yang dibutuhkan.30

Pihak-pihak dalam perjanjian asuransi melalui telemarketing ini, yaitu:

a. Perusahaan Asuransi BNI Life melalui telemarketer (penanggung).

b. Calon nasabah ( calon tertanggung)

29 Mengenal Asuransi BNI Life Inilah Produk dan Keuntungan Untuk Finansial Anda,

(diakses dari https://www.rancah.com/uncategorized/603/mengenal-asuransi-bni-life-inilah-

produk-dan-keuntungan-untuk-finansial-anda/, pada tanggal 2 mei 2019)

30 Produk Inbranch telemarketing, (diakses dari https://www.bni.co.id/id-

id/wealth/produkasuransi/inbranchtelemarketing, pada tanggal 3 mei 2019)

Page 38: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

29

Perusahaan asuransi atau penanggung melakukan mitra bisnisnya

dengan bank. Lalu, pihak bank akan melakukan pendebetan pertama

setelah nasabah atau calon tertanggung telah menyetujuinya.

Telemarketer menghubungi nasabah melalu sarana telepon dan

menjelaskan tentang produk asuransi yang ditawarkan.

Penawaran pada BNI Life ditujukan kepada nasabah Bank BNI,

baik nasabah penguna kartu kredit maupun nasabah pengguna kartu

debit. Penawaran melalui telepon ini direkam, yang selanjutnya hasil

rekaman dari penawaran melalui telepon ini dijadikan sebagai bukti

bahwa nasabah telah menyetujui perjanjian asuransi tersebut. Pada proses

penawaran melalui telemarketing ini, telemarketer menjelaskan informasi

terkait dengan produk asuransi yang ditawarkan.31

F. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sepanjang pengetahuan peneliti, terdapat beberapa penelitian atau

kajian terdahulu yang membahas mengenai permasalahan perjanjian

asuransi melalui telemarketing.

1. “Tinjauan Hukum Islam Dan Peraturan OJK No.1/Pojk.07/2013

Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Terhadap

Telemarketing di PT. Asuransi Cigna Surabaya.”

Skripsi ditulis oleh Sigit Siputra Angga Pranata, Fakultas Syariah

dan Hukum, Universtitas Islam Negeri Sunan Ampel, tahun 2018. Pada

skripsi ini, pembahasannya terfokuskan pada tinjauan hukum Islam dan

POJK Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor

Jasa Keuangan terhadap telemarketing di PT. Asuransi Cigna dan praktek

telemarketing yang dilakukan oleh PT. Asuransi Cigna Surabaya.32

31 Hasil Wawancara dengan Budhi Prasetyo, Underwriting Telemarketing BNI Life Pada

tanggal 22 April 2019

32 Sigit Siputra Angga Pranata, “Tinjauan Hukum Islam Dan Peraturan OJK

No.1/Pojk.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Terhadap

Page 39: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

30

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diangkat oleh

penulis di mana pada skripsi “Tinjauan Hukum Islam Dan Peraturan OJK

Nomor 1/Pojk.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa

Keuangan Terhadap Telemarketing di PT. Asuransi Cigna Surabaya.”

Hanya membahas mengenai bagaimana praktek telemarketing yang

dilakukan oleh PT. Asuransi Cigna Surabaya dan meninjau praktek

telemarketing tersebut berdasarkan hukum Islam dan Peraturan OJK

Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa

Keuangan.

Sedangkan penulis pada penelitiannya membahas mengenai apakah

perjanjian asuransi melalui telemarketing diperbolehkan berdasarkan

hukum positif, yaitu ditinjau dari Pasal 19 Peraturan OJK Nomor

1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

2. “Aspek Hukum Penawaran Asuransi Jiwa Melalui Telemarketing

(Studi Pada AIA Financial Area Bandar Lampung).”

Skripsi ditulis oleh Clara Novianti, Fakultas Hukum, Universitas

Lampung, tahun 2013. Pada skripsi ini, pembahasannya terfokuskan pada

analisis waktu terjadinya perjanjian asuransi jiwa melalui telemarketing,

pihak-pihak yang terlibat, serta akibat hukum asuransi jiwa yang

dilakukan melalui telemarketing.33

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diangkat oleh

penulis di mana pada skripsi “Aspek Hukum Penawaran Asuransi Jiwa

Melalui Telemarketing (Studi Pada AIA Financial Area Bandar

Lampung).” Hanya membahas mengenai pihak-pihak yang terlibat dalam

perjanjian asuransi. Sedangkan penulis pada penelitiannya membahas

Telemarketing di PT. Asuransi Cigna Surabaya.”, (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum,

Universtitas Islam Negeri Sunan Ampel, tahun 2018)

33 Clara Novianti, “Aspek Hukum Penawaran Asuransi Jiwa Melalui Telemarketing (Studi

Pada AIA Financial Area Bandar Lampung).”, ( Skripsi S-1 Fakultas Hukum, Universitas

Lampung, tahun 2013)

Page 40: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

31

mengenai bagaimana kesesuaian perjanjian asuransi melalui

telemarketing menurut asas konsensualisme dalam hukum perjanjian.

3. “Analisis Yuridis Mengenai Rekaman Pembicaraan Telepon Sebagai

Alat Bukti Dalam Perjanjian Asuransi Melalui Telemarketing

(Ditinjau Dari Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi Dan Transaksi Elektronik).”

Artikel ilmiah ditulis oleh Nabhila Palupi Paramarta, Fakultas

Hukum Universitas Brawijaya, tahun 2014. Pada penelitian ini

pembahasannya terfokuskan pada bagaimana kekuatan pembuktian

hukum rekaman pembicaraan telepon sebagai alat bukti dalam perjanjian

asuransi melalui telemarketing yang ditinjau dari Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan

bagaimana kesesuaian perjanjian asuransi melalui telemarketing ini

menurut asas-asas perjanjian. 34

Sedangkan penulis dalam penelitiannya membahas tentang

bagaimana kesesuaian perjanjian asuransi melalui telemarketing secara

lebih khusus berdasarkan asas konsensualisme dalam perjanjian.

G. Kerangka Pemikiran

Seiring berjalannya waktu, pertumbuhan perusahaan asuransi semakin

pesat di Indonesia. Hal itu dikarenakan semakin banyak masyarakat yang

sadar akan kebutuhan penanggungan resiko saat mengalami kerugian yang

tidak terduga. Berbagai jenis asuransi ditawarkan oleh perusahaan asuransi,

salah satunya ialah asuransi jiwa. Pada awalnya perusahaan asuransi

melakukan penawaran kepada calon tertanggung dengan cara bertatapan

langsung antara agen asuransi dengan calon tertanggung. Perkembangan

34 Nabhila Palupi Paramarta, “Analisis Yuridis Mengenai Rekaman Pembicaraan Telepon

Sebagai Alat Bukti Dalam Perjanjian Asuransi Melalui Telemarketing (Ditinjau Dari Undang-

Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik).”, (Artikel Ilmiah

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, tahun 2014)

Page 41: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

32

teknologi yang terus maju mempengaruhi cara perusahaan asuransi dalam

melakukan penawaran produknya. Beberapa perusahaan asuransi kini

menggunakan metode penawaran melalui telemarketing, yaitu suatu

penawaran yang dilakukan melalui telepon oleh seorang

telemarketer.Namun pada praktiknya, metode penawaran asuransi melalui

telemarketing ini menimbulkan polemik di masyarakat. Banyak masyarakat

yang merasa dirugikan dalam penawaran asuransi melalui telemarketing ini.

Hal ini dikarenakan saat calon tertanggung menerima telepon dari

telemarketer yang menawarkan produk asuransi, calon tertanggung tidak

memahami apa yang dijelaskan oleh telemarketer tentang apa yang

ditawarkan.

Sedangkan dalam penarawan asuransi melalui telemarketing ini, jika

seorang calon tertanggung dalam penawaran mengatakan “YA” dianggap

sebagai suatu persetujuan dalam perjanjian asuransi ini. padahal banyak dari

pihak calon tertanggung yang tidak mengetahui bahwa pernyataan “YA”

dianggap sebagai sebuah persetujuan dalam pembuatan perjanjian asuransi

yang ditawarkan. Pihak perusahaan asuransi setelah mendapatkan

persetujuan setiap bulannya akan menarik sejumlah uang dari rekening kartu

debit maupun kartu kredit tertanggung untuk pembayaran premi asuransi.

Hal ini menimbulkan keraguan atas terpenuhinya asas konsensualisme

dalam perjanjian asuransi melalui telemarketing, dikarenakan calon

tertanggung tidak merasa menyetujui untuk mengikuti perjanjian asuransi

tersebut.

Lalu penawaran asuransi melalui telemarketing menimbulkan banyak

aduan dari pihak calon tertanggung kepada OJK yang merasa tidak pernah

menyetujui dalam mengikuti perjanjian asuransi tersebut namun setiap

bulannya telah ditarik sejumlah uang untuk pembayaran premi asuransi oleh

pihak perusahaan asuransi.

Mengenai hal ini, pada tahun 2014 diterbitkan Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan (POJK) Nomor 1/POJK.7/2013 tentang Perlindungan Konsumen

Sektor Jasa Keuangan. Pada Pasal 19 diatur bahwa Pelaku Usaha Jasa

Page 42: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

33

Keuangan dilarang melakukan penawaran produk dan/atau layanan kepada

konsumen dan/atau masyarakat melalui sarana komunikasi pribadi tanpa

persetujuan konsumen. Dengan diterbitkannya POJK 1/2013 diharapkan

agar PUJK dalam menawarkan produk dan/atau jasa tidak mengganggu dan

merugikan konsumen.

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Sumber: Olahan Peneliti

Page 43: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

34

BAB III

PENGGUNAAN TELEMARKETING DALAM PEMASARAN ASURANSI

OLEH BNI LIFE

A. Gambaran Umum PT BNI Life Insurance (BNI Life)

1. Profil Umum PT BNI Life Insurance (BNI Life)

Asuransi jiwa BNI Life merupakan perusahaan asuransi yang

berdiri pada tanggal 28 November 1996. Asuransi Jiwa BNI Life

merupakan hasil kerjasama antara Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk

dengan PT Asuransi Jiwasraya. PT BNI Life Insurance (BNI Life)

merupakan perusahaan asuransi yang menyediakan berbagai produk

asuransi, yaitu Asuransi Kehidupan (Jiwa), Kesehatan, Pendidikan,

Investasi, Pensiun dan Syariah. BNI Life juga memiliki bagian sub divisi

yang memfokuskan untuk asuransi perorangan dan asuransi untuk

perusahaan. BNI Life telah memperoleh izin usaha di bidang Asuransi

Jiwa berdasarkan surat dari Menteri Keuangan Nomor

305/KMK.017/1997 pada tanggal 7 Juli 1997. PT BNI Life Insurance

(BNI Life) berpusat di Jalan Jendral Gatot Subroto No.27, RT.2/RW.2,

Karet Semanggi, Setiabudi, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota

Jakarta 12950.1

Pendirian BNI Life ditujukkan guna menyediakan layanan dan jasa

keuangan terpadu bagi semua nasabahnya (one-stop financial service)

yang merupakan kebutuhan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

atau BNI. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan persetujuan

perubahan kepemilikan saham PT BNI Life Insurance (BNI Life) pada

tanggal 11 Maret 2014. Berdasarkan persetujuan tersebut, BNI Life telah

menyelenggarakan RUPSLB dengan agenda penerbitan saham baru

sebanyak 120.279.633 lembar yang diambil seluruhnya oleh Sumitomo

Life Insurance Company. Terhitung sejak 9 mei 2014, BNI Life telah

menjadi perusahaan asuransi kehidupan (jiwa) join venture dengan PT

1 Laporan Tahunan BNI Life Insurance, 2017, h.56

Page 44: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

35

Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk tetap menjadi pemegang saham

pengendali sebesar 60,000000%; Sumitomo Life Insurance Company

memiliki 39,999993%; Yayasan Kesejahteraan Karyawan (YKP) BNI

0,000003%; dan 0,000003% dimiliki oleh Yayasan Danar Dana

Swadharma (YDD).2

2. Visi dan Misi PT BNI Life Insurance (BNI Life)

Adapun visi dna misi BNI Life Insurance, yaitu:

a. Visi

Menjadi perusahaan asuransi terkemuka kebanggan bangsa.

Maksud dari visi ini adalah BNI Life diharpkan menjadi perusahaan

yang terkemuka di Indonesia dengan menawarkan produk jasa

asuransi terlengkap, terpadu, serta berkualitas. Memiliki komitmen

yang tinggi dalam meningkatkan profesionalisme serta konsisten

berorientasi pada kepuasaan pelanggan dan kesejahteraan pegawai.

b. Misi

Memberikan perencanaan masa depan dan pelindungan yang

terpercaya dengan layanan prima kinerja keuangan yang optimal

untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berkualitas.

3. Nilai-Nilai Perusahaan

Nilai-nilai perusahaan merupakan hal pokok yang menjadi inti dari

falsafah bekerja dalam perusahaan. Nilai-nilai ini dijadikan acuan dalam

melakukan aktivitas perusahaan untuk mencapai keberhasilan secara

keseluruhan.

Adapun nilai-nilai perusahaan yang dijadikan acuan pokok pada

BNI Life, yaitu:3

a. Integrity

Menjunjung tinggi kejujuran dan keselarasan dalam pemikiran,

perkataan serta perbuatan.

2 Laporan Tahunan BNI Life Insurance, … h. 57 3 Laporan Tahunan BNI Life Insurance, … h. 63-67

Page 45: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

36

b. Customer Oriented

Meberikan kualitas pelayanan kebutuhan pelanggan internal dan

eksternal melebihi yang mereka harapkan.

c. Trust

Dapat dipercaya dan teguh memegang amanah dalam memenuhi

janji baik kepada nasabag maupun rekan kerja.

d. Passion For Excellence

Selalu memberikan hasil kerja terbaik dan terus meningkatkan

keahlian.

e. Team Work

Membina sinergi dan kerja sama antar individu dengan optimal

untuk mencapai tujuan yang ditetapkan bersama.

f. Innovative

Menggunakan dengan maksimal semua sumber daya yang ada

dengan kreativitas tinggi untuk menghasilkan perbaikan dan

perubahan berkala.

g. Embrace Change

Aktif menjalankan perubahan yang terjadi kapan saja

diperlukan.

B. Pengaturan Tentang Penggunaan Telemarketing Pada Perjanjian

Asuransi BNI Life

Efektivitas adalah suatu hal yang ada pada produktivitas, yaitu

mengarah kepada suatu pencapaian kerja secara maksimal dan memenuhi

target yang berhubungan dengan kualitas, kuantitas maupun waktu.

Efektivitas mampu memberikan gambaran mengenai kesuksesan dalam

pencapaian sasaran dari aktivitas-aktivitas yang telah di implementasikan

dibandingkan dengan target sebelumnya. Peningkatan efektivitas pemasaran

dapat terpenuhi dengan menggunakan strategi pemasaran yang baik.

Berbagai macam strategi untuk memasarkan produk-produk asuransi sering

dilakukan para pelaku industri asuransi secara massif, yang bertujuan untuk

Page 46: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

37

mengembangkan potensi pasar yang ada dan memunculkan kesadaran

masyarakat akan pentingnya berasuransi.

Dari beberapa metode yang ada dalam memasarkan produk asuransi,

salah satunya adalah dengan metode Bancassurance. Bancassurance adalah

sebuah metode pemasaran produk asuransi yang bekerjasama dengan pihak

bank sebagai mitra dalam kerjasama melakukan pemasaran produk asuransi

melalui jalur-jalur distribusi yang dimiliki oleh bank dan menjadikan

nasabah-nasabah dari pihak bank tersebut sebagai target sasaran untuk

penjualan produk asuransi. Bancassurance menjadi salah satu strategi

pemasaran produk asuransi yang mengahasilkan banyak keuntungan bagi

pihak asuransi maupun pihak bank itu sendiri. Metode ini akan

mempermudah askses bagi nasabah dalam melakukan perencaanaan

keuangan.

Salah satu perusahaan asuransi yang menerapkan metode ini dalam

penjualan produk asuransinya adalah PT BNI Life Insurance. PT BNI Life

Insurance memasarkan produk asuransinya melalui PT Bank Negara

Indonesia Tbk. sebagai mitranya.terdapat 4 (empat) sub saluran distribusi

produk asuransi PT BNI Life Insurance, yaitu In Branch, Telemarketing,

Bundling dan Asuransi Jiwa Kredit. Strategi pemasaran yang tepat menjadi

hal yang sangat penting bagi perusahaan, karena sukses atau tidaknya

sebuah produk dapat dilihat dari bagaimana sistem pemasaran yang

dilakukan.

Demikian dengan PT BNI Life Insurance yang menggunakan

beberapa sistem pemasaran yang salah satunya yaitu telemarketing.

Telemarketing diartikan sebagai suatu strategi pemasaran melalui

penggunaan media telepon yang dikombinasikan dengan sumber daya

manusia untuk menarik calon pelanggan dengan tujuan meningkatkan

pelayanan penjualan dan mencari keuntungan dengan cara professional.4

4 Harry T. Yani Achsan, Perancangan Sistem Informasi Telemarketing, (Jakarta: Fasikom UI, 1998),

h. 3

Page 47: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

38

BNI Life dalam memasarkan produknya menjadikan telemarketing

sebagai salah satu media pemasaran agar dapat memberikan hal yang

berbeda serta agar dapat berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat. Dengan penggunaaan telemarketing sebagai salah satu media

pemasaran, BNI Life bertujuan memudahkan telemarketer menjangkau

langsung nasabah atau calon nasabah secara efisien dan mudah. Penggunaan

telemarketing dinilai dapat menghemat waktu karena pemasaran produk

dilakukan hanya dengan menggunakan media telepon tanpa harus bertatap

muka atau melakukan pertemuan dengan nasabah yang membutuhkan waktu

yang lama. Tenaga telemarketer yang tersedia di PT BNI Life Insurance

telah memiliki keterampilan dalam memasarkan produk asuransi melalui

telemarketing.

Page 48: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

39

BAB IV

LEGALITAS PERJANJIAN ASURANSI MELALUI TELEMARKETING

PADA BNI LIFE

A. Analisis Perjanjian Asuransi Melalui Telemarketing ditinjau dari

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/Pojk.07/2013 Tentang

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

Berdasarkan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang

perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia (BI) pemerintah mendapat amanat untuk membentuk lembaga

pengawas di bidang sektor jasa keuangan yang independen yang bertugas

mengawasi industri perbankan, asuransi, dana pensiun, pasar modal, modal

ventura, dan perusahaan pembiayaan, serta badan-badan lain yang

menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. Berdasarkan amanat

tersebut maka terbentuklah Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Dalam upaya mewujudkan tujuannya, OJK memiliki kewenangan

yang luas yakni membuat peraturan di bidang jasa keuangan, memberi dan

mencabut izin persetujuan dan lain-lain, memperoleh laporan periodik dan

informasi industri jasa keuangan; mengenakan sanksi administratif,

melakukan pemeriksaan, melakukan penyidikan atas pelanggaran undang-

undang, memberikan arahan atau perintah tertulis, menunjuk pengelola

statuter, mewajibkan pengalihan usaha demi menjaga kepentingan nasabah,

mencegah kejahatan di bidang keuangan dan mengatur pengendalian

lembaga keuangan.

Pertumbuhan industri asuransi sejalan dengan pemanfaatan teknologi

digital dan komunikasi yang terus berkembang pesat di Indonesia. Para

pelaku usaha di bidang industri asuransi terus melakukan inovasi dengan

menawarkan berbagai kemudahan dan terus bersaing memberikan layanan

terbaiknya. Perkembangan serta kemajuan teknologi informasi pada era

digital ini secara tidak langsung membawa banyak keuntungan bagi para

Page 49: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

40

pelaku usaha maupun konsumen dan secara perlahan meninggalkan cara

pemasaran yang bersifat konvensional.

Pada era digital ini para pelaku usaha menggunakan media website

atau alat komunikasi seperti telepon seluler (handphone) sebagai media

pemasaran, hal ini lah yang kemudian disebut sebagai telemarketing. Dalam

metode pemasaran melalui telemarketing, alat komunikasi telepon berfungsi

untuk menghubungi calon pembeli yang dirasa potensial. Bagi pelaku usaha,

telemarketing menjanjikan efisiensi dalam mengenalkan produk dan/atau

jasanya kepada masyarakat.

Salah satu perusahaan asuransi yang telah menerapkan metode

telemarketing dalam pemasaran produknya ialah BNI Life. Berdasarkan

pada Pasal 45 POJK No.23/POJK.05/2015 tentang Produk Asuransi dan

Pemasaran Produk Asuransi menyatakan bahwa Perusahaan Asuransi dapat

memasarkan produk asuransi melalui saluran pemasaran secara langsung

(direct marketing), Agen Asuransi, Bancassurance, dan/atau Badan Usaha

selain Bank. Lalu aturan tersebut kembali dipertegas dengan ketentuan di

dalam Pasal selanjutnya, yaitu pada Pasal 47, yaitu saluran pemasaran

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) dapat menggunakan media

komunikasi jarak jauh.

Tercantum pula dalam Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No.

12/35/DPNP yang membahas tentang Bancassurance, dalam aturan tersebut

menyatakan aktivitas kerjasama pemasaran produk asuransi dengan bank

(Bancassurance) dapat dilakukan melalui tatap muka dengan nasabah

dan/atau dengan menggunakan sarana komunikasi (telemarketing) termasuk

melalui surat, media elektronik, dan website bank. Berdasarkan peraturan-

peraturan yang ada, dapat disimpulkan bahwa perusahaan asuransi

diperbolehkan melakukan pemasaran produknya melalui telemarketing

sepanjang informasi mengenai produk yang ditawarkan, serta syarat dan

ketentuan dalam polis asuransi diberikan secara jelas terhadap calon

Tertanggung.

Page 50: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

41

Pengaturan telemarketing ini juga merujuk pada Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen

Sektor Jasa Keuangan. Dalam Pasal 19 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa

Keuangan menyatakan, yaitu:

Pasal 19

Pelaku Usaha Jasa Keuangan dilarang melakukan penawaran produk

dan/atau layanan kepada Konsumen dan/atau masyarakat melalui sarana

komunikasi pribadi tanpa persetujuan Konsumen.

Berdasarkan Pasal 19 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan,

yang dimaksud dengan sarana komunikasi pribadi yang digunakan oleh

Pelaku Usaha Sektor Jasa Keuangan (PUJK) yakni sarana komunikasi yang

bersifat personal, antara lain telepon, short message system, e-mail,

voicemail, dan yang dapat dipersamakan dengan itu. Pada penyampaian

informasi melalui sarana komunikasi pribadi, lalu dijelaskan dalam Surat

Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/SEOJK.07/2014 tentang

Penyampaian Informasi dalam Rangka Pemasaran Produk dan/atau Layanan

Jasa Keuangan PUJK atau dalam kasus ini adalah BNI Life yang diharuskan

untuk memenuhi beberapa hal sebagai berikut:

a. Komunikasi hanya dapat dilakukan pada hari Senin sampai dengan Sabtu

di luar hari libur nasional dari pukul 08.00 – 18.00 waktu setempat,

kecuali telah mendapat persetujuan atau permintaan calon konsumen atau

konsumen;

b. Menginformasikan nama PUJK dan menjelaskan maksud dan tujuan

terlebih dahulu sebelum menawarkan produk dan/atau layanan PUJK.

Dalam hal PUJK menggunakan sarana komunikasi pribadi berupa telepon:

a. PUJK wajib menyediakan dan menggunakan alat rekam suara;

b. Jika diperlukan sebagai alat bukti adanya perbuatan hukum yang

dilakukan oleh Konsumen dan PUJK di Pengadilan dan/atau diperlukan

Page 51: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

42

oleh Bidang Pengawas maka wajib disajikan dalam hasil cetakan

dan/atau surat yang ditandatangani oleh Konsumen; dan

c. Alat rekam suara yang menyampaikan persetujuan konsumen yang

disajikan dalam hasil cetakan dapat dipersamakan dengan pernyataan

persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh Konsumen.

Berdasarkan pada Pasal 19 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan

tersebut, dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya penawaran produk

dan/atau layanan kepada konsumen hanya boleh dilakukan jika telah

mendapat persetujuan dari konsumen. PUJK yang menawarkan produknya

melalui media telepon harus memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan

dalam peraturan yang ada. Misalnya dalam hal menawarkan produk

asuransi, telemarketer yang menawarkan produknya hanya diperbolehkan

melakukan penawaran pada hari Senin – Sabtu di luar dari hari libur

nasional dari pukul 08.00 – 18.00 waktu setempat, kecuali telah

mendapatkan persetujuan dari konsumen.

Selain harus melakukan penawaran sesuai dengan aturan yang telah

ditetapkan, PUJK diwajibkan untuk memberikan informasi yang jelas

berdasarkan Pasal 4 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

Pada Pasal 4 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013

tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan dijelaskan

kewajiban PUJK dalam menyampaikan informasi produknya sebagai

berikut:

Pasal 4

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menyediakan dan/atau

menyampaikan informasi mengenai produk dan/atau layanan yang

akurat, jujur, jelas, dan tidak menyesatkan.

(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam

dokumen atau sarana lain yang dapat digunakan sebagai alat bukti.

(3) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib:

Page 52: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

43

a. disampaikan pada saat memebrikan penjelasan kepada konsumen

mengenai hak dan kewajibannya;

b. disampaikan pada saat membuat perjanjian dengan konsumen; dan

c. dimuat pada saat disampaikan melalui berbagai media antara lain

melalui iklan di media cetak atau elektronik.

Jika PUJK dalam menawarkan produk atau jasa keuangan melalui

telepon tidak mengindahkan peraturan yang ditetapkan oleh OJK dalam

pelaksanaan penawaran produknya, PUJK dapat dikenakan sanksi

administratif berdasarkan pada Pasal 53 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa

Keuangan, antara lain berupa:

a. peringatan tertulis;

b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;

c. pembatasan kegiatan usaha;

d. pembekuan kegiatan usaha; dan

e. pencabutan izin kegiatan usaha.

Konsumen juga dapat menyampaikan pengaduan kepada OJK bila

merasa terganggu dengan penawaran produk dan/atau pelayanan jasa

keuangan oleh PUJK, atau jika dalam menyampaikan penawaran produk

dan/atau layanan jasa keuangan PUJK melanggar ketentuan waktu

komunikasi yang telah ditentukan yaitu pada hari Senin-Sabtu di luar hari

libur nasional dari pukul 08.00 – 18.00 waktu setempat tanpa adanya

persetujuan dari konsumen. Dalam hal ini pengaduan dapat disampaikan

kepada Anggota Dewan Komisioner yang membidangi edukasi dan

perlindungan yang terdapat di OJK. Sebagaimana tercantum pada Pasal 40

ayat (2) dan (3) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013

tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, yaitu:

Pasal 40

(2) konsumen dan/atau masyarakat dapat menyampaikan pengaduan

yang berindikasi pelanggaran atas ketentuan peraturan perundang-

undangan di sektor jasa keuangan kepada Otoritas Jasa Keuangan.

Page 53: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

44

(3) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan yang membidangi edukasi

dan perlindungan Konsumen.

Secara keseluruhan, dapat dinilai bahwa praktik telemarketing pada

BNI Life dalam penawaran produk asuransinya kepada konsumen telah

sesuai dengan apa yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa

Keuangan. Pada Pasal 8 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan

menyatakan bahwa PUJK wajib menyusun dan menyediakan ringkasan

informasi produk dan/atau layanan, pada praktik telemarketing yang

dilakukan oleh BNI Life, telah memenuhi apa yang diatur dalam Pasal 8

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

Dalam naskah penawaran yang menjadi pedoman telemarketer dalam

melakukan penawaran, di bagian pembukaan, telemarketer menjelaskan

kepada konsumen tentang bagaimana manfaat, risiko, dan biaya produk

dan/atau layanan yang akan diterima oleh konsumen jika mengikuti program

asuransi yang ditawarkan.

Selanjutnya pada Pasal 9 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan,

PUJK wajib memberikan pemahaman kepada Konsumen mengenai hak dan

kewajiban Konsumen. Dalam hal ini, BNI Life juga telah melakukan

penjelasan mengenai hak dan kewajiban konsumen dalam bagian

pembukaan. Telemarketer menjelaskan hak-hak yang didapat konsumen jika

mengikuti program asuransi tersebut. Seperti besaran santunan yang

didapat, fasilitas pengobatan, dan layanan-layanan khusus lainnya yang

disediakan untuk konsumen. Selain hak-hak konsumen, telemarketer juga

menjelaskan kewajiban yang harus dipenuhi konsumen dalam program

asuransi tersebut, misalnya besaran premi yang harus dibayarkan setiap

bulannya.

Page 54: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

45

Pada Pasal 19 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan,

dinyatakan bahwa penawaran asuransi melalui telemarketing hanya boleh

dilakukan jika telah mendapat persetujuan dari konsumen, dalam hal

persetujuan dari konsumen yang dimaksud dalam Pasal 19 didapatkan BNI

Life dari Nasabah Bank BNI baik dari nasabah kartu debit maupun kartu

kredit. Saat pembukaan rekening awal di Bank BNI, nasabah diminta

persetujuannya untuk bersedia mendapat penawaran lain dari anak

perusahaan Bank BNI.1

Namun, walau dirasa telah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang ada, metode penawaran asuransi melalui telemarketing ini

masih menimbulkan beberapa permasalahan dalam pelaksanaannya di

lapangan. Dari beberapa kasus yang ada, sejak bulan maret 2018 hingga

September 2019 yang diadukan pada platform mediakonsumen.com

mengenai keluhan nasabah yang merasa dirugikan tentang perjanjian

asuransi yang dibuat oleh BNI Life melalui telemarketing, sudah ada 10

laporan dari tertanggung mengenai hal tersebut.2 Tertanggung merasa

bahwa telemarketer tidak memberikan penjelasan secara menyeluruh

mengenai informasi produk yang ditawarkan. Calon Tertanggung juga tidak

menyadari bahwa rekaman pembicaraan di telepon tersebut merupakan

sebuah persetujuan untuk mengikuti produk asuransi yang ditawarkan.

Calon Tertanggung yang merasa belum paham dengan mekanisme

yang ada pada program asuransi jiwa milik BNI Life ini. Hal itu terjadi

karena disebabkan terjadinya kesalahpahaman antara calon Tertanggung dan

telemarketer pada proses pembuatan perjanjian asuransi melalui telepon.

Dari beberapa kasus yang ada, data mendapati saat telepon masuk dari

telemarketer, calon Tertanggung dalam keadaan sibuk, sehingga calon

1 Hasil Wawancara dengan Budhi Prasetyo, Underwriting Telemarketing BNI Life Pada

tanggal 22 April 2019

2 https://mediakonsumen.com/tag/bni-life/page/3 (diakses pada tanggal 25 Oktober 2019)

Page 55: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

46

Tertanggung tidak sepenuhnya menangkap informasi yang disampaikan dari

pihak telemarketer. Hal itu juga disebabkan karena waktu yang singkat pada

proses penawaran melalui telemarketing.

Tidak semua pembicaraan melalui telepon dapat ditangkap menjadi

informasi yang jelas oleh calon Tertanggung. Pada umumnya, calon

Tertanggung hanya dapat mendengarkan dan tidak dapat membaca secara

seksama apa saja syarat dan ketentuan pada saat pernawaran tersebut

disampaikan oleh telemarketer, padahal untuk dapat memahami isi suatu

perjanjian para pihak memerlukan waktu untuk menganalisis perjanjian

tersebut serta mempertimbangkan kembali isi dari perjanjian tersebut.3 Pada

dasarnya calon Tertanggung memiliki hak untuk mempelajari Polis.

Perusahaan asuransi harus memberikan waktu kepada calon Tertanggung

untuk membaca terlebih dahulu Polis asuransi tersebut, dan apabila calon

Tertanggung keberatan, calon Tertanggung dapat membatalkan polis tanpa

dikenakan denda atau seluruh uang premi dikembalikan. Hak untuk

mempelajari Polis asuransi ini disebut dengan Cooling Off Period, yaitu

bahwa calon tertanggung mendapatkan waktu 14 hari kalender sejak tanggal

penerbitan polis untuk membaca Polis.4

Pemasaran melalui telemarketing ini seringkali menjebak Tertanggung

agar ikut serta dalam produk asuransi jiwa yang ditawarkan. Sebagaimana

laporan yang diterima Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI),

telemarketer menggunakan narasi-narasi yang multitafsir dan tidak

dipahami oleh Tertanggung.5 Hal tersebut yang acapkali membuat

Tertanggung terjebak dan melakukan kekhilafan dalam memberikan

persetujuan keikut sertaannya dalam program asuransi jiwa tersebut.

3 Utiyafina Mardhati Hazhin dan Heru Saputra Lumban Gaol, Penyalahgunaan Keadaan

(Misbruik van Omstadigheden) dalam Perjanjian Asuransi Melalui Telemarketing, Jurnal Kertha

Patrika Vol. 41 No. 2, (Surabaya: Fakultas Hukum Universitas Surabaya, 2019), h.106

4 6 Hal Harus dibaca di Polis Asuransi Jiwa, https://duwitmu.com/asuransi/6-hal-wajib-

dibaca-di-polis-asuransi-jiwa-2/, (diakses pada tanggal 25 Oktober 2019)

5Arbi Sumandoyo, Mengelabui Nasabah lewat Marketing Udara,

https://tirto.id/mengelabui-nasabah-lewat-marketing-udara-djTt, (diakases pada tanggal 4 Juli

2019)

Page 56: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

47

Berbeda halnya dengan penawaran asuransi secara konvensional (tatap

muka langsung), yang mana waktu yang digunakan dalam menawarkan

produk asuransi tidak terburu-buru oleh waktu dan agen asuransi serta calon

Tertanggung dapat bertatap muka secara langsung dan Tertanggung dapat

menanyakan tentang produk yang ditawarkan secara langsung dan jelas.

Pada penawaran produk asuransi melalui telemarketing, diduga

terdapat unsur penyalahgunaan keadaan (Misbruik Van Omstandigheden).

Dalam hukum positif penyalahgunaan keadaan merupakan keadaan di mana

perjanjian terbentuk atas dasar ketidakpatutan atau ketidakadilan yang

terjadi pada hubungan para pihak yang tidak seimbang atau berat sebelah.

Faktor terjadinya penyalahgunaan kadaan dalam penawaran asuransi

melalui telemarketing didasarkan pada keadaan jiwa konsumen itu sendiri.

Ketidakjelasan informasi yang disampaikan oleh telemarketer

menyebabkan calon Tertanggung menjadi pihak yang tidak memiliki pilihan

lain selain menyatakan sepakat melalui rekaman pembicaraan telepon,

sehingga hal ini dapat diduga sebagai faktor penyalahgunaan keadaaan.6

Padahal hal tersebut telah diatur dalam Pasal 17 POJK No. 1/POJK.07/2013

tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan yang menyatakan

bahwa, “pelaku usaha dilarang menggunakan strategi pemasaran produk

dan/atau layanan yang merugikan konsumen dengan memanfaatkan kondisi

konsumen yang tidak memiliki pilihan dalam mengambil keputusan.”

Penyalahgunaan keadaan dalam prespektif hukum Islam dapat

disamakan dengan tipu muslihat atau al-ghubnu (tipuan). Penyalahgunaan

kedaaan dalam transaksi Syariah termasuk ke dalam ikrah. Ikrah menurut

bahasa ialah memaksa, sedangkan ikrah menurut terminologis ialah suatu

perbuatan yang ditimbulkan dari pemaksa dan menimbulkan pada diri orang

yang dipaksa suatu keadaan yang mendorong dirinya untuk mengerjakan

yang dituntut (oleh pemaksa) darinya. Dapat disimpulkan bahawa

6 Utiyafina Mardhati Hazhin dan Heru Saputra Lumban Gaol, Penyalahgunaan Keadaan

(Misbruik van Omstadigheden) dalam Perjanjian Asuransi Melalui Telemarketing, …h.106-107

Page 57: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

48

penyalahgunaan keadaan dapat dikategorikan sebagai transaksi yang

dilarang dalam perjanjian Syariah karena terdapat unsur zalim di dalamnya.7

Kelemahan serta ketidakberdayaan calon Tertanggung dalam

memahami isi perjanjian tersebut, kemudian dijadikan kesempatan oleh

perusahaan asuransi untuk menawarkan produknya. Ketidakberdayaan calon

Tertanggung dalam memahami informasi yang jelas menjadi suatu

keuntungan perusahaan asuransi dalam mengejar target penjualannya.

Padahal Penanggung maupun calon Tertanggung berhak mendapatkan

informasi yang jelas mengenai keseimbangan antara biaya premi, jenis

produk, serta manfaatnya.8Sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 11

POJK No.1/POJK.07/2013 sekurang-kurangnya informasi tersebut harus

memuat tentang rincian biaya, manfaat, risiko, dan prosedur pelayanaan

hingga penyelesaian pengaduan di PUJK.

Seharusnya pembentukan kesepakatan melalui telemarketing ini hanya

dianggap sebagai kesepakatan pra-kontraktual saja. Setelah adanya

kesepakatan sebaiknya pihak perusahaan asuransi dapat menemui secara

langsung calon Tertanggung agar selanjutnya dapat dibuatkan Surat

Permohonan Pengajuan Asuransi (SPAJ), penandatanganan perjanjian serta

penerbitan polis oleh perusahaan asuransi.9 Sedangkan, rekaman

pembicaraan antara telemarketer dengan Tertanggung hanya sebagai sebuah

pembuktian bahwa pihak telemarketer perusahaan asuransi telah

menjelaskan mengenai syarat, manfaat, serta risiko asuransi jiwa tersebut.

Hal yang dilakukan oleh pihak telemarketer hanya sebatas penawaran saja,

bukan sebuah proses pembuatan perjanjian asuransi.

7 Dwi Fidhayanti, Penyalahgunaan Keadaan (Misbruik Van Omstandigheden) Sebagai

Larangan Dalam Perjanjian Syariah, Jurisdictie: Jurnal Hukum dan Syariah Vol. 9 No.2,

(Malang: Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim 2018), h. 180-181

8 Utiyafina Mardhati Hazhin dan Heru Saputra Lumban Gaol, Penyalahgunaan Keadaan

(Misbruik van Omstadigheden) dalam Perjanjian Asuransi Melalui Telemarketing, ...h.95 –111

9 Ilyas, Keabsahan Perjanjian Asuransi Melalui Telemarketing Ditinjau dari Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2008, Kanun Jurnal Hukum No. 57, Th. XIV, 2012, h. 211.

Page 58: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

49

B. Kesesuaian Perjanjian Asuransi Melalui Telemarketing Menurut Asas

Konsensualisme dalam Hukum Perjanjian.

Penerapan metode penawaran asuransi melalui telemarketing pada

BNI Life telah banyak menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

Dikarenakan proses aplikasi dan persyaratan yang mudah, maka metode

penawaran ini dirasa lebih efektif daripada penggunaan metode penawaran

konvensional. Penawaran melalui metode telemarketing dalam prosesnya

melakukan pengelolaan yang tepat, mulai dari proses penentuan data

maupun dalam proses menghubungi nasabah melalui telepon.10

Telemarketer dapat menghubungi calon Tertanggung yang jumlahnya

dapat lebih banyak dari metode penawaran konvensional. Dalam perjanjian

asuransi konvensional yaitu yang melalui distribusi keagenan, tenaga

pemasar yang disebut dengan agen bertemu dengan calon Tertanggung

untuk menawarkan produk asuransi, jika calon Tertanggung tertarik dan

setuju untuk diikut sertakan dalam produk asuransi yang ditawarkan, maka

calon Tertanggung mengisi Surat Pengajuan Aplikasi Jiwa (SPAJ) dan

menandatanganinya.

SPAJ merupakan surat bukti tentang identitas diri dan bukti

pengungkapan fakta-fakta material menggunakan objek pertanggungan

tentang diri Tertanggung dan ahli waris yang nantinya akan memperoleh

manfaat asuransi. Lalu, pihak yang megikatkan dirinya dalam perjanjian

asuransi baru dinyatakan sah perjanjian tersebut apabila pihak Tertanggung

telah mengajukan permohonan menjadi peserta dan setuju untuk

melaksanakan pembayaran premi walaupun Penanggung belum menerbitkan

polis.

Perjanjian asuransi tersebut merupakan perjanjian yang mengikat

Tertanggung dan Penanggung di mana perjanjian tersebut dinyatakan dalam

sebuah akta yang disebut polis. Polis asuransi biasanya baru diserahkan 14

hari setelah debet atau autodebet pertama berhasil. Di dalam polis

10 Hasil Wawancara dengan Budhi Prasetyo, Underwriting Telemarketing BNI Life Pada

tanggal 22 April 2019

Page 59: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

50

dinyatakan bahwa perjanjian asuransi mulai berlaku pada tanggal yang

dinyatakan di dalam polis dan jika premi pertama sudah dibayarkan.

Begitu pula pada perjanjian asuransi jiwa BNI Life, Tertanggung

adalah pihak yang mengikatkan dirinya dalam perjanjian asuransi. Pada

perjanjian asuransi secara konvensional, untuk terlaksananya suatu

perjanjian asuransi harus didahului dengan adanya Surat Permohonan

Asuransi Jiwa (SPAJ). Sedangkan Pengikatan melalui telemarketing tidak

dibuat suatu permohonan tetapi hanya data awal dari Tertanggung. Program

asuransi yang ditawarkan menggunakan metode telemarketing merupakan

program asuransi yang sederhana, dalam artian prosedur serta mekanisme

program asuransi yang ditawarkan melalui telemarketing ialah program

yang mudah untuk dijelaskan dengan hanya melalui telepon oleh

telemarketer. Script yang dipergunakan juga harus dilaporkan kepada

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk direview terlebih dahulu oleh OJK.11

Berdasarkan Standar Operasional Perusahaan (SOP), Nasabah yang

potensial akan dihubungi oleh divisi telemarketing. Untuk melakukan

perjanjian calon Tertanggung tidak perlu lagi mengisi formulir secara

tertulis dan membubuhkan tandatangan karena semua proses penjualan dan

perjanjian cukup melalui telepon saja. Setelah calon Tertanggung setuju,

selanjutnya akan dilakukan pemutaran kembali voice record percakapan

oleh tim verifikasi BNI Life, lalu tim verifikasi akan memastikan apakah

prosedur sudah sesuai dengan SOP yang ada pada BNI Life. Setelah itu,

barulah pihak BNI Life mengirimkan polis asuransi melalui e-mail maupun

polis secara fisik kepada Tertanggung setelah 14 hari dari persetujuan

mengikuti program asuransi tersebut.12

11 Tanpa Persetujuan Nasabah Asuransi Curang Main “Kuras”,

https://palembang.tribunnews.com/2017/12/07/tanpa-persetujuan-nasabah-asuransi-curang-main-

kuras (diakses pada 25 Oktober 2019)

12 Hasil Wawancara dengan Budhi Prasetyo, Underwriting Telemarketing BNI Life Pada

tanggal 22 April 2019

Page 60: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

51

Terdapat kelemahan dalam pelaksanaan kesepakatan asuransi melalui

telemarketing, yaitu pada kesepakatan yang dibuat dalam pengikatan

asuransi jiwa seringkali terdapat unsur kekhilafan dari calon Tertanggung di

dalam menanggapi pertanyaan dari telemarketer yang seringkali cepat di

dalam berbicara tentang penyampaian produk asuransi yang ditawarkan.

Pada penawaran asuransi melalui telemarketing ini, pihak asuransi jiwa BNI

Life menyatakan pembicaraan melalui telepon tersebut direkam dan setiap

persetujuan dari Tertanggung berupa jawaban “iya” saat diajukan

pertanyaan dianggap sebagai persetujuan. Hasil rekaman melalui telepon itu

juga dijadikan sebagai alat bukti oleh pihak BNI Life sebagai persetujuan

dari Tertanggung dalam keikut sertaanya pada program asuransi jiwa BNI

Life, di mana untuk selanjutnya berdasarkan persetujuan tersebut, pihak

BNI Life melakukan autodebet untuk pembayaran premi asuransi.

Dalam pelaksanaannya perjanjian yang dilakukan melalui

telemarketing perlu dilakukan pengkajian mengenai kesesuaian asas

konsensualisme dalam perjanjian tersebut. Asas konsensualisme yang

menjelaskan persesuaian kehendak ini terdapat dalam Pasal 1320 KUH

Perdata, sebagaimana dalam Pasal 1320 KUH Perdata syarat pertama dalam

sebuah perjanjian yaitu kesepakatan. Konsensual memliki arti yaitu

perjanjian terjadi saat bertemunya kata sepakat oleh para pihak, sehingga

perjanjian tersebut dianggap sah dan memiliki kekuatan hukum mengikat

sejak dikatakannya kata sepakat oleh para pihak mengenai isi dari perjanjian

tersebut. Kesepakatan merupakan hal yang utama dalam asas ini.

Pada prakteknya, perjanjian asuransi melalui telemarketing rawan

sekali tidak terpenuhinya syarat utama sahnya suatu perjanjian yaitu

mengenai hal kesepakatan. Karena di dalam perjanjian tersebut sering

terjadi kekhilafan pada saat pihak calon Tertanggung melakukan

kesepakatan dengan seorang telemarketer. Kesepakatan merupakan salah

satu unsur subyektif dalam sebuah perjanjian, di mana apabila syarat

tersebut tidak terpenuhi, maka perjanjian tersebut dikatakan perjanjian yang

tidak sempurna. Dan dalam perjanjian tersebut dapat dimintakan proses

Page 61: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

52

pembatalan oleh salah satu pihak yang memiliki hak agar perjanjian tersebut

dapat dibatalkan. Dalam kasus ini pihak yang berhak membatalkan

perjanjian yang tidak sempurna tersebut adalah Tertanggung. Dalam hal

perjanjian asuransi melalui telemarketing yang dilakukan oleh BNI Life,

jika Tertanggung ingin membatalkan perjanjian tersebut, Tertanggung dapat

mengajukan pengaduan melalui layanan Customer Care BNI Life, lalu

selanjutnya Customer Care akan melakukan Analisa terhadap transaksi

layanan dari pelanggan. Solusi penyelesaian pengaduan nasabah dilakukan

dalam waktu 20 hari kerja dan dalam kondisi tertentu penyelesaian

pengaduan dapat diperpanjang hingga 20 (dua puluh) hari kerja berikutnya

sesuai dengan POJK No. 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen

Sektor Jasa Keuangan atau Tertanggung dapat juga langsung datang ke

kantor layanan Bank BNI.13

Baik dalam hukum positif maupun hukum Islam, suatu akad tidak

akan dianggap sah apabila kehendak para pihak tidak sempurna dikarenakan

adanya hal-hal yang memaksa atau menuntut salah satu pihak untuk

melakukan suatu perjanjian. Suatu kehendak yang murni yaitu kehendak

yang dinyatakan secara bebas dan dalam suasana yang wajar tanpa adanya

pengaruh unsur-unsur yang membuat kehendak menjadi tidak sempurna

atau mengandung suatu cacat.14 Yang termasuk dalam cedera akad adalah

hal-hal yang dapat merusak terjadinya akad, karena tidak terpenuhinya

unsur keridhaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.15 Apabila syarat ini

tidak terpenuhi maka berakibat perjanjian tersebut cedera atau rusak dan

batal.

13 Hasil Wawancara dengan Budhi Prasetyo, Underwriting Telemarketing BNI Life Pada

tanggal 22 April 2019

14 Ahmad Danu Syaputra, Cederanya Akad/Perjanjian Dalam Perspektif Fiqh Dan Hukum

Positif, Jurnal Syariah Vol.5 No.1, 2017, h.108-109

15 Hasil Wawancara dengan Azharuddin Lathif, Pengurus Dewan Syariah Nasional-MUI,

Pada tanggal 11 September 2019

Page 62: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

53

Kesepakatan merupakan landasan utama dari kesesuaian kehendak

bebas (free will) para pihak. Perjanjian yang lahir atas kesepakatan para

pihak akan saling selaras antara kehendak dan pernyataan, di dalam

perjanjian yang sah, dimungkinkan dibentuk tanpa adanya suatu

kesepakatan bersama. Pada kondisi tersebut, memang telah terjadi

kesepakatan, namun lahirnya kesepakatan itu terdapat unsur kekhilafan,

paksaan atau penipuan. Kesepakatan yang lahir demikian dapat dikatakan

sebagai terpaksa (contradiction in interminis) atau mengandung unsur cacat

kehendak.

Karena, seringkali calon Tertanggung melakukan kekhilafan dalam

menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang diucapkan oleh telemarketer yang

dalam penyampaiannya telemarketer cenderung berbicara dengan cepat

tentang produk yang sedang ia tawarkan. Dan menimbulkan permasalah di

mana calon Tertanggung khilaf dalam menjawab pertanyaan yang diajukan

oleh telemarketer tersebut dan Tertanggung merasa tidak pernah melakukan

kesepakatan apapun dalam perjanjian asuransi tersebut, namun pada bulan

berikutnya saldo rekening Tertanggung berkurang dikarenakan autodebet

untuk pembayaran premi kepada pihak asuransi BNI Life.

Kasus tersebut seringkali terjadi dan membuat Tertanggung merasa

terjebak. Tertanggung dihubungi oleh telemarketer BNI Life, lalu

telemarketer menawarkan produk asuransinya, seringkali Tertanggung tidak

memahami apa yang dibicarakan oleh telemarketer dikarenakan

keterbatasan waktu dan atau dalam situasi yang tidak tepat untuk menerima

telepon tersebut, maka Tertanggung hanya menjawab “iya” setiap kali

telemarketer mengajukan pertanyaan. Pihak asuransi jiwa BNI Life,

mengatakan bahwa pembicaraan tersebut direkam dan setiap jawaban “iya”

yang diucapkan oleh Tertanggung dianggap sebagai sebuah persetujuan.

Maka Bank BNI melakukan autodebet yang ditujukan sebagai pembayaran

premi asuransi.

Berdasarkan hal tersebut, perjanjian asuransi jiwa melalui

telemarketing ini dapat dikatakan sebagai perjanjian yang cacat, karena

Page 63: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

54

perjanjian asuransi melalui telemarketing ini tidak memenuhi asas

konsensualisme dalam hukum perjanjian. Sebagaimana teori tawar menawar

(bergaining theory), perjanjian hanya akan terjadi antara kedua pihak

apabila penawaran dari pihak satu disetuji dengan dilakukannya penerimaan

dari pihak yang lain dan sebaliknya.

Dalam perjanjian asuransi jiwa melalui telemarketing ini, pihak

perusahaan asuransi melakukan penawaran produk asuransi jiwanya kepada

calon Tertanggung, dan berdasarkan teori ini calon Tertanggung harus

menerima penawaran tersebut agar terjadinya suatu perjanjian. Sedangkan

dalam praktiknya, calon Tertanggung melakukan penerimaan ini secara

tidak sadar atau dalam kata lain sebenarnya calon Tertanggung tidak

menyetujui atau tidak menerima untuk diikutsertakan dalam perjanjian

asuransi jiwa ini. Maka hal tersebut mengakibatkan tidak sahnya sebuah

perjanjian karena tidak adanya penerimaan penawaran dari satu pihak ke

pihak lain, dalam kasus ini yaitu tidak adanya penerimaan dari calon

Tertanggung atas penawaran dari seorang telemarketer BNI Life.

Sedangkan menurut teori penerimaan (acceptance theory), terjadinya

perjanjian tergantung pada kondisi konkret yang dibuktikan oleh perbuatan

nyata (menerima) atau dokumen perbuatan hukum (bukti penerimaan)

melalui perbuatan nyata atau dokumen perbuatan hukum, maka baru dapat

diketahui saat terjadinya perjanjian tersebut, yaitu di tempat, hari, dan

tanggal perbuatan itu dilakukan, atau perbuatan hukum berupa bukti

penerimaan itu ditandatangani/diparaf oleh pihak-pihak yang membuat

perjanjian.

Dalam hal perjanjian asuransi jiwa, dapat dikatakan sungguh-sungguh

diterimanya suatu penawaran yaitu penawaran tertulis tersebut benar-benar

diterima oleh Tertanggung walaupun Tertanggung belum membacaa tulisan

itu. Tertanggung menandatangani suatu pernyataan yang diberikan oleh

Penanggung yang disebut dengan nota persetujuan (cover note). Atas dasar

persetujuan tersebut kemudian dibuatkan akta perjanjian asuransi jiwa oleh

Penanggung yang disebut dengan polis. Hak dan kewajiban anatar

Page 64: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

55

Penanggung dan Tertanggung terjadi di saat telah tercapainya kesepakatan

antara Penanggung dan Tertanggung bahkan sebelu diterbitkannya polis

asuransi jiwa, hal ini diatur dalam Pasal 257 Ayat 1 KUHD:

“Perjanjian pertanggungan diterbitkan seketika setelah ia ditutup,

hak-hak dan kewajiban bertimbal balik dari si Penanggung dan si

Tertanggung mulai berlaku semenjak saat itu, bahkan sebelum polisnya

ditandatangani.”

Berdasarkan Pasal 257 Ayat 1 KUHD, dapat diartikan bahwa pada

perjanjian asuransi yang ditawarkan melalui metode telemarketing,

perjanjian asuransi dikatakan lahir seketika setelah calon Tertanggung

menerima penawaran dari pihak Penanggung, meski Tertanggung tidak

mengetahui secara pasti syarat dan kondisi isi dari perjanjian tersebut dan

belum menerima polisnya. Pasal 257 KUHD yang dijadikan dasar

berlakunya perjanjian asuransi dapat merugikan nasabah asuransi,

khususnya terkait berkembangnya perjanjian-perjanjian elektronik seperti

perjanjian asuransi melalui telemarketing. Terlebih praktik pemasaran

produk asuransi melalui telemarketing tidak sejalan dengan prinsip keadilan

dan prinsip itikad baik.16

Pada dasarnya perjanjian asuransi secara material hanya ditentukan

oleh kesepakatan para pihak, jadi kata sepakat dalam pejanjian asuransi

merupakan dasar bagi ada atau tidaknya perjanjian asuransi tersebut.

Namun, berdasarkan Pasal 255 KUHD menyatakan bahwa perjanjian

asuransi harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang disebut polis,

lalu diatur pula pada Pasal 256 tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi

agar suatu akta dapat disebut sebagai sebuah polis.

Dalam perjanjian asuransi persetujuan Tertanggung harus tetap

dituangkan dalam dokumen tertulis yang ditandatangani langsung oleh

nasabah. Hal ini sesuai dengan teori penerimaan. Rekaman pembicaraan

dibuat hanya sebagai bukti bahwa pihak telemarketer telah memberikan

16 Utiyafina Mardhati Hazhin dan Heru Saputra Lumban Gaol, Penyalahgunaan Keadaan

(Misbruik van Omstadigheden) dalam Perjanjian Asuransi Melalui Telemarketing, …h.106

Page 65: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

56

penjelasan kepada nasabah menegenai apa saja karakteristik, manfaat, serta

risiko yang ditawarkan. Dasar hubungan antara pihak Penanggung dan

Tertanggung atas persetujuan dalam bentuk dokumen tertulis yang telah

ditandatangani oleh Tertanggung yang bersangkutan dan bukan rekaman

pembicaraan antara telemarketer dengan Tertanggung.17

Islam memandang suatu persoalan/akad merupakan hal yang sangat

penting, karena tanpa perjanjian yang benar/shahih sebuah perjanjian/akad

tidak menjadi sah dan berakibat tidak halalnya suatu perjanjian tersbeut.18

Cacat dalam suatu akad dapat menimbulkan kerugian pada salah satu pihak

yang melakukan akad, seperti hilangnya kerelaan salah satu pihak saat

berakad dan menyebabkan akad tersebut tidak sah.19

Suatu akad dapat dikatakan sah apabila syarat-syarat keabsahan suatu

akad itu terpenuhi, salah satu syarat agar suatu akad terpenuhi yaitu suatu

akad tidak boleh dalam keadaan gharar atau tidak adanya suatu kejelasan.

Gharar dianggap suatu keadaan yang tidak menyajikan informasi memadai

tentang subjek maupun objek dari suatu akad.20

Sebagaimana tertulis dalam firman Allah SWT yang dijadikan sebagai

dasar hukum pentingnya suatu akad yang tertuang dalam surat An-Nisa’

Ayat 29 :

ن تجارة عن تراض يا أيها الذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إل أن تكو

كان بكم رحيما .منكم ول تقتلوا أنفسكم إن الل

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan

yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu

17 Nancy S. Haliwela, Rekaman Pembicaraan Telepon Sebagai Alat Bukti Perjanjian Bank

Dengan Nasabah Pada Bancassurance, Jurnal Hukum Acara Perdata Adhaper Vol.1 No.2

(Surabaya: Universitas Airlangga, 2015), h.163

18 Cut LIka Alia, Akad yang Cacat Dalam Hukum Perjanjian Islam,

https://media.neliti.com/media/publications/14022-ID-akad-yang-cacat-dalam-hukum-perjanjian-

Islam.pdf, diakses Pada Tanggal 2 Juli 2019 Pukul 20.42 WIB, h. 6

19 Hasil Wawancara dengan Azharuddin Lathif, Pengurus Dewan Syariah Nasional-MUI,

Pada tanggal 11 September 2019

20 Cut Lika Alia, Akad yang Cacat Dalam Hukum Perjanjian Islam, … h.7

Page 66: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

57

membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu.”

Menurut Imam Al-Qarafi, gharar merupakan suatu akad yang tidak

diketahui dengan jelas bagimana efek dari akad tersebut, apakah terlaksana

atau tidak. Sementara menurut Ibnu Hazm memandang gharar dari segi

ketidaktahuan salah satu pihak yang berakad tetntang apa yang menjadi

objek akad tersebut.21 Karena ketidaktahuan atau kekhilafan seorang calon

Tertanggung saat melakukan kesepakatan dalam telepon, perjanjian asuransi

melalui telemarketing ini tersmasuk ke dalam perjanjian yang mengandung

unsure gharar.

Karena dalam situasi seperti itu, calon Tertanggung merasa terjebak

akan pertanyaan dari telemarketer tentang ke-ikut sertaan calon

Tertanggung dalam asuransi jiwa tersebut. Calon Tertanggung tidak

mengetahui apa yang menjadi objek dalam perjanjian tersebut, dan secara

tidak sadar calon Tertanggung menyepakati perjanjian tersebut.

Pada dasarnya pemasaran melalui telemarketing diperbolehkan dalam

Islam selama prosesnya tidak bertentangan dengan syariat Islam dan hukum

postif yang mengatur. Walaupun perjanjian asuransi melalui telemarketing

tidak dilakukan dalam satu majelis (tempat), namun hal tersebut tetap

diperbolehkan dalam Islam dikarenakan hal tersebut telah menjadi

kebiasaan di tengah masyarakat dan telah diangap ladzim dan sah secara

hukum (Urf Amali).22

Adapun ketentuan yang harus dipenuhi dalam melakukan pemasaran

menurut Islam, yaitu:

a. Objek dalam transaksi tersebut haruslah produk maupun jasa yang riil.

b. Yang dijadikan objek transaksi bukanlah sesuatu yang diharamkan dan

atau dipergunakan untuk sesuatu yang haram.

21 Nadratuzzaman Hosen, Analisis Bentuk Gharar dalam Transaksi Ekonomi, (Jakarta:

Jurnal UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 55

22 Hasil Wawancara dengan Azharuddin Lathif, Pengurus Dewan Syariah Nasional-MUI,

Pada tanggal 11 September 2019

Page 67: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

58

c. Transaksi tersebut tidaklah mengandung unsur gharar atau tidak adanya

kejelasan dalam transaksi tersebut.

Namun penawaran melalui telemarketing yang dilakukan BNI Life ini

dinilai mengandung unsur gharar. Karena pada prakteknya, BNI Life tidak

hanya melakukan penawaran saja, melainkan menjadikan penawaran

melalui telepon tersebut sebagai sebuah kesepakatan untuk mengikut

sertakan Tertanggung yang ditelepon oleh telemarketer yang mengatakan

“iya” pada setiap pertanyaan yang diajukan dalam pembicaraan melalui

telepon tersebut.Hal tersebut dikatakan gharar karena dalam perjanjian ini

terdapat ketidaktahuan salah satu pihak saat melakukan transaksi. Dalam

kasus ini, Tertanggunglah yang menjadi pihak yang tidak mengetahui

bagimana transaksi tersebut.

Padahal menurut Islam konsumen memiliki hak dalam melakukan

transaksi ekonomi. Di antara hak yang melekat, yaitu:23

a. Hak untuk mengetahui informasi atas barang dan jasa.

Faktor utama sehingga sebuah transaksi terjadi ialah tercapainya

kesepakatan akan objek yang menjadi transaksi baik berupa barang atau

jasa. Objek barang ataupun jasa dalam sebuah transaksi merupakan

sesuatu yang vital dikarenakan seorang produsen memiliki kewajiban

menjelaskan spesifikasi barang atau jasa yang akan dijual. Setiap produk

yang ditawarkan kepada konsumen harus disertai dengan informasi yang

jelas dan benar, agar konsumen tidak memiliki gambaran yang keliru atas

barang atau jasa yang ditawarkan.

Dalam penawaran melalui telemarketing ini, BNI Life sudah

menjelaskan informasi mengenai jasa asuransi yang ditawarkan Namun,

pihak BNI Life dalam proses penawaran tidak menjelaskan bahwa

persetujuan yang diberikan oleh Tertanggung dengan mengatakan “iya”

saat diajukan pertanyaan merupakan sebuah kesepakatan untuk ikutserta

dalam program asuransi tersebut.

23 AH, Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, (Tangerang; UIN Jakarta Press, 2013), h. 16-21

Page 68: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

59

b. Hak konsumen atas kebebasan memilih

Kebebasan memilih antara dua hal yang disukainya, meneruskan

perjanjian atau membatalkan perjanjian tersebut. Perjanjian tidak akan

terjadi tanpa adanya suatu kesepakatan. Apabila transaksi tersebut

dilanjutkan, konsumen memiliki beberapa hak khiyar. Menurut Imam

Asy-Syafi’I hak khiyar akan ada apabila telah terjadinya kesepakatan

antara masing-masing pihak dalam bentuk ijab-qabul. Karena

ketidaktahuan Tertanggung saat melakukan kesepakatan, dalam kasus ini

Tertanggung merasa terjebak, dan menyebabkan tidak terpenuhinya hak

atas kebebasan untuk memilih mengikuti perjanjian tersebut atrau tidak.

Page 69: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka peneliti membuat

kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan telah dijelaskan ketentuan

mengenai praktek telemarketing serta sanksi bagi PUJK jika melanggar

ketentuan tersebut. Berdasarkan Peraturan yang dikeluarkan oleh OJK,

dapat disimpulkan bahwa penawaran asuransi yang dilakukan BNI Life ini

diperbolehkan dan telah sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan

Konsumen Sektor Jasa Keuangan. Namun, Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor

Jasa Keuangan hanya mengatur tentang bagaimana cara menawarkan

produk/jasa melalui telemarketing, dan dalam Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor

Jasa Keuangan tidak diatur tentang pembuatan perjanjian atau kesepakatan

melalui telemarketing. Yang diperbolehkan dalam Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor

Jasa Keuangan hanyalah penawaran produk/jasa saja, bukan sekaligus

pembuatan kesepakatan atau perjanjian pada pembicaraan melalui telepon

tersebut. Karena telemarketing hanyalah suatu metode untuk memasarkan

produk/jasa tanpa adanya pembuatan perjanjian atau kesepakatan dalam

proses pemasarannya.

2. Perjanjian asuransi melalui telemarketing oleh BNI Life tidak memenuhi

asas konsensualisme dalam hukum perjanjian. Jika dalam perjanjian tidak

terpenuhi asas konsensualisme, perjanjian tersebut dapat dimintakan proses

Page 70: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

61

pembatalan oleh salah satu pihak yang memiliki hak untuk membatalkan

perjanjian tersebut. Dalam kasus ini, pihak yang dapat membatalkan

perjanjian tersebut ialah tertanggung. Karena pada perjanjian asuransi

melalui telemarketing oleh BNI Life, tidak memenuhi asas tersebut,

sehingga perjanjian tersebut bukanlah perjanjian yang sempurna. Baik

dalam hukum positif maupun hukum islam, suatu akad tidak akan dianggap

sah apabila kehendak para pihak tidak sempurna dikarenakan adanya hal-

hal yang memaksa atau menuntut salah satu pihak untuk melakukan suatu

perjanjian.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti

mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi Tertanggung maupun Calon Tertanggung, perlu adanya ketelitian

saat menanggapi penawaran dari seorang telemarketer. Kritis dalam

bertanya tentang program asuransi yang ditawarkan. Selalu berhati-hati

dalam memberi pernyataan persetujuan. Dengan begitu, jika seorang

telemarketer asuransi menawarkan produk/jasa tertanggung telah

memahami secara menyeluruh dan tidak akan ada kekhilafan dalam

memberikan persetujuan.

2. Bagi perusahaan asuransi yang menawarkan program asuransinya melalui

telemarketing, perusahaan asuransi sebagai PUJK, harus melakukan

penawaran sesuai dengan yang ada dalam Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen

Sektor Jasa Keuangan. Menjalankan prosedur sebagaimana mestinya. Dan

untuk pembentukan kesepakatan melalui telemarketing ini hanya dianggap

sebagai kesepakatan pra-kontraktual saja. Setelah adanya kesepakatan

antara para pihak, sebaiknya pihak perusahaan asuransi dapat menemui

secara langsung calon Tertanggung agar selanjutnya dapat dibuatkan Surat

Page 71: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

62

Permohonan Pengajuan Asuransi (SPAJ), penandatanganan perjanjian

serta penerbitan polis oleh perusahaan asuransi. Dan untuk rekaman

pembicaraan antara telemarketer dengan Tertanggung hanya sebagai

sebuah pembuktian bahwa pihak telemarketer perusahaan asuransi telah

menjelaskan mengenai syarat, manfaat, serta risiko asuransi jiwa tersebut.

Hal yang dilakukan oleh pihak telemarketer hanya sebatas penawaran

saja, bukan sebuah proses pembuatan perjanjian asuransi.

3. Peneliti menyarankan agar OJK dapat mengawasi praktek penawaran

produk dan/atau jasa yang dilakukan PUJK, apakah telah sesuai dengan

aturan yang telah ada atau masih banyak pelanggaran yang dilakukan

PUJK. Dan diharapkan OJK dapat membuat aturan mengenai pembuatan

perjanjian yang dilakukan saat proses penawaran melalui telemarketing.

Agar dapat tercapainya perlindungan konsumen dalam sektor jasa

keuangan dan tidak terjadi lagi ada kekhilafan konsumen saat melakukan

kesepakatan saat ditawari produk dan/atau jasa oleh telemarketer.

Page 72: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

63

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran:

QS. Al-Maidah Ayat 2

QS. An-Nisa’ Ayat 29

Buku:

Ansori, Abdul Ghofur, Pokok-pokok hukum perjanjian Islam di Indonesia,

Yogyakarta: citra media, 2006

Badruldzaman, Mariam Darus, Hukum Perikatan Dalam KUH Perdata Buku

Ketiga, Yurisprudensi, Doktrin, Serta Penjelasan, Bandung: PT Citra Aditya

Bakti, 2015, h.88

Badrulzaman, Mariam Darus, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2009

Badrulzaman, Mariam Darus, Perjanjian Baku (Standard), Perkembangannya di

Indonesia, Bandung : Alumni, 2001

Fuady, Munir, Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Bandung: PT

Citra Aditya Bakti, 2007

Ganie, Junaedy, Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, h.67

Harry T. Yani, Perancangan Sistem Informasi Telemarketing, Jakarta: Fasikom

UI, 1998

Hartono, Sri Redjeki, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta: Sinar

Grafika, Cetakan ke 2, 1995

Laporan Tahunan BNI Life Insurance, 2017

Lathif, Azharuddin dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, Tangerang; UIN Jakarta Press, 2013

Page 73: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

64

Masrzuki , Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2005, cet. 1, h.

155

HS, Salim, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar

Grafika, 2003

Meliala, Djaja S., Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda dan Hukum

Perikatan, Bandung: CV Nuansa Aulia, 2007

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Asuransi Indonesia, Bandung: Citra Aditya

Bakti, Cetakan ke 4, 2006

Mulhadi, Dasar-Dasar Hukum Asuransi, Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2017

Prodjodikoro, Wirjono, Asas-asas Hukum Perjanjian, Jakarta: CV. Mandar Maju,

2011

Purwosutjipto, H.M.N, Pengertian Pokok Hukum Dagang, Jakarta: Djambatan,

1992,

Rachman, Muhammad Rizal, Herowati Poesoko, I Wayan Yasa, Lahirnya

Perjanjian Asuransi Melalui Telemarketing Berdasarkan Putusan

Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 86.K/Pdt/2012, Jurnal Ilmu

Hukum Universitas Jember 2017

Salim, Abbas, Asuransi dan Manajemen Resiko, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2005

Sembiring, Sentosa, Hukum Asuransi, Bandung: Nuansa Aulia, 2014

Subekti, R, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Intermasa , 1987

Subroto, Budiarto, Pemasaran Industri (Business to Business Marketing),

Yogyakarta: ANDI, 2011

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia, 1986

Page 74: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

65

Sula, Muhammad Syakir, Asuransi Syariah (Lifeand General) Konsep dan Sistem

Operasional, Jakarta: Gema Insani, 2004

Jurnal:

Adyan Agit Pratama, Bambang Eko Turisno, dan Suradi, Perlindungan Hukum

Bagi Konsumen Terhadap Perjanjian Perpanjangan Asuransi Melalui

Telemarketing, Diponegoro Law Journal Volume 6, Nomor 1, 2017

Ahmad Danu Syaputra, Cederanya Akad/Perjanjian Dalam Perspektif Fiqh Dan

Hukum Positif, Jurnal Syariah Vol.5 No.1, 2017

Didik Wahyu Sugiyanto, Perjanjian Asuransi Melalui Telemarketing Ditinjau

Dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008, Tuban, Mimbar Yustitia Vol.

1 No.1, Universitas Sunan Bonang Tuban, 2017

Dwi Fidhayanti, Penyalahgunaan Keadaan (Misbruik Van Omstandigheden)

Sebagai Larangan Dalam Perjanjian Syariah, Jurisdictie: Jurnal Hukum dan

Syariah Vol. 9 No.2, Malang: Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim

2018

Ilyas, Keabsahan Perjanjian Asuransi Melalui Telemarketing Ditinjau Dari

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008, Kanun Jurnal Ilmu Hukumno. 57,

Th. Xiv, 2012

Nabhila Palupi Paramarta, Analisis Yuridis Mengenai Rekaman Pembicaraan

Telepon Sebagai Alat Bukti Dalam Perjanjian Asuransi Melalui

Telemarketing (Ditinjau Dari Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi Dan Transaksi Elektronik), Artikel Ilmiah Universitas Brawijaya,

2014

Nadratuzzaman Hosen, Analisis Bentuk Gharar dalam Transaksi Ekonomi, Jurnal

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009

Nancy S. Haliwela, Rekaman Pembicaraan Telepon Sebagai Alat Bukti Perjanjian

Bank Dengan Nasabah Pada Bancassurance, Jurnal Hukum Acara Perdata

Adhaper Vol.1 No.2 Surabaya: Universitas Airlangga, 2015

Page 75: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

66

Utiyafina Mardhati Hazhin dan Heru Saputra Lumban Gaol, Penyalahgunaan

Keadaan (Misbruik van Omstadigheden) dalam Perjanjian Asuransi Melalui

Telemarketing, 2019

Internet:

https://www.rancah.com/uncategorized/603/mengenal-asuransi-bni-life-inilah-

produk-dan-keuntungan-untuk-finansial-anda/

https://www.bni.co.id/id-id/wealth/produkasuransi/inbranchtelemarketing

https://tirto.id/mengelabui-nasabah-lewat-marketing-udara-djTt

https://media.neliti.com/media/publications/14022-ID-akad-yang-cacat-dalam-

hukum-perjanjian-Islam.pdf

https://palembang.tribunnews.com/2017/12/07/tanpa-persetujuan-nasabah-

asuransi-curang-main-kuras

https://mediakonsumen.com/tag/bni-life/page/3

https://duwitmu.com/asuransi/6-hal-wajib-dibaca-di-polis-asuransi-jiwa-2/

Wawancara:

Azharuddin Lathif, Pengurus Dewan Syariah Nasional-MUI, Pada tanggal 11

September 2019

Budhi Prasetyo, Underwriting Telemarketing BNI Life Pada tanggal 22 April

2019

Page 76: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal
Page 77: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

Transkrip Wawancara dengan Staff Underwriting PT BNI Life Insurance,

Budhi Prasetyo, 22 April 2019

Rahma : Apakah cara penawaran melalui telemarketing ini dinilai

efektif?

Budhi Prasetyo : Iya, penawaran asuransi melalui metode telemarketing ini

dirasa sangat efektif baik bagi perusahaan asuransi

maupun tertanggung. Karena dengan menggunakan

metode ini, perusahaan asuransi dapat menawarkan

produknya kepada nasabah tanpa perlu bertatap muka,

penawaran melalui telemarketing ini sangat menghemat

biaya produksi serta waktu. Karena untuk mengikuti

program asuransi calon tetanggung tidak perlu mengisi

formulir lagi dan hanya melalui telepon.

Rahma : Dari mana perusahaan asuransi mendapatkan data pribadi

(nomor telepon/alamat email) calon tertanggung?

Budhi Prasetyo : BNI Life mendapatkan data pribadi calon tertanggung dari

Bank BNI. Karena BNI Life menawarkan program

asuransi melalui telemarketing ini kepada nasabah Bank

BNI baik nasabah kartu debit maupun kartu kredit.

Rahma :Berdasarkan POJK No. 1/POJK.7/2013 tentang

perlindungan konsumen sektor jasa keuangan Pasal 19

Pelaku Usaha Jasa Keuangan dilarang melakukan

penawaran produk dan/atau layanan kepada Konsumen

dan/atau masyarakat melalui sarana komunikasi pribadi

tanpa persetujuan Konsumen. Apakah dalam penawaran

asuransi melalui telemarketing ini sudah mendapat

persetujuan dari calon tertanggung?

Budhi Prasetyo : Tentu penawaran asuransi yang dilakukan BNI Life telah

mendapatkan persetujuan dari calon tertanggung. Karena

pada saat calon tertanggung menjadi nasabah dari Bank

Page 78: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

BNI, calon tertanggung telah menyetujui akan menerima

penawaran di kemudian hari oleh anak perusahaan Bank

BNI.

Rahma : Bagaimana prosedur pembuatan perjanjian asuransi

melalui telemarketing?

Budhi Prasetyo : Dalam pembuatan perjanjian asuransi melalui

telemarketing, calon tertanggung tidak perlu mengisi

formulir atau membuat SPAJ. Pihak telemarketer akan

menghubungi calon tertanggung lalu menjelaskan tentang

hak yang didapat konsumen jika mengikuti program

asuransi tersebut. Seperti besaran santunan yang didapat,

fasilitas pengobatan, dan layanan-layanan khusus lainnya

yang disediakan untuk konsumen serta kewajiban calon

tertanggung untuk membayarkan premi setiap bulannya.

Jika calon tertanggung setuju, berdasarkan persetujuan

yang direkam saat proses penawaran, calon tertanggung

sudah dianggap menyetujui dan mengikuti program

asuransi tersebut. Dan akan dikirimkan polis setalah 15

hari dari persetujuan.

Rahma : Apakah ada kelanjutan tatap muka antara pihak

penanggung dengan calon tertanggung untuk

penandatangan polis seperti pada penawaran asuransi

secara langsung?

Budhi Prasetyo : Dalam penawaran asuransi melalui telemarketing tidak

ada proses tatap muka antara pihak perusahaan asuransi

dengan tertanggung. Semua dilakukan melalui telepon.

Rahma : Bila calon tertanggung ternyata tidak setuju dalam

pembuatan polis asuransi, tetapi sudah mengatakan “iya”

pada pembicaraan di telepon, apakah perjanjian tersebut

dapat dibatalkan? Bagaimana prosedur pembatalannya?

Page 79: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48452... · 2019. 11. 21. · Asuransi BNI Life ... maupun meninggal

Budhi Prasetyo : Tertanggung dapat mengajukan pembatalan perjanjian

melalui Call Center BNI Life atau datang langsung ke

kantor layanan BNI untuk mengajukan pembatalan.