inkontinensia urin

8
REFERENSI ARTIKEL INKONTINENSIA URIN Disusun Oleh : Shelly Lavenia Sambodo G99141127 Clarissa Rayna Savealty P. G99141128 Rizky Saraswati Indraputri G99141129 Rizky Mas’ah G99141130 Pembimbing: Dr. BayuBasukiWijaya, Sp.PD 1

Upload: rizky-saraswati-indraputri

Post on 19-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

inkontinensia, geriatri

TRANSCRIPT

REFERENSI ARTIKEL

INKONTINENSIA URIN

Disusun Oleh :Shelly Lavenia SambodoG99141127Clarissa Rayna Savealty P.G99141128Rizky Saraswati IndraputriG99141129Rizky MasahG99141130

Pembimbing:Dr. BayuBasukiWijaya, Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAMFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARETRSUD DR. MOEWARDISURAKARTA2015HALAMAN PENGESAHAN

MakalahReferat Ilmu Penyakit Dalam dengan judul:

INKONTINENSIA URIN

Oleh:Shelly Lavenia SambodoG99141127Clarissa Rayna Savealty P.G99141128Rizky Saraswati IndraputriG99141129Rizky MasahG99141130

Telahdisetujuiuntukdipresentasikanpadatanggal:

Dr. BayuBasukiWijaya, Sp.PDBAB IPENDAHULUAN

Peningkatan usia harapan hidup merupakan salah satu parameter keberhasilan dari pembangunan dibidang kesehatan. Di Indonesia angka harapan hidup terus mengalami peningkatan yaitu dari 69,4 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,9 tahun pada tahun 2010. Bertambahnya usia harapan hidup harus disertai dengan meningkatnya kualitas hidup agar masyarakat dapat menjalani seluruh hidupnya tanpa rasa rendah diri dan terbebas dari penyakit. Di beberapan egaramaju, keluhan klimak terik dan menopause sudah merupaka nmasalah kesehatan nasional. Sedangkan untuk negara Indonesia, hal ini bukanlah masalah kesehatan nasional yang utama, walaupun demikian sudah mulai dipikirkan perlu adanya persiapan dan pembenahan terhadap cara-cara penanganan masalah kesehatan bagi lansia khususnya wanita yang sudah menopause.Suatu penelitian epidemiologi yang dilakukan oleh Iosif dan Bekasy (1984) pada wanita pasca menopause, seperti dikutip oleh Soejoenoes, menunjukkan bahwa 50% wanitasehat yang berusia 61 tahun mengeluh tentang masalah urogenital. Duapuluh Sembilan persen mengakui pernah menderita inkontinensia urin. Konferensi Konsensus Kesehatan Nasional Amerika (1998) dalam Thom et al (2007) menyatakan bahwa dua per tiga dari 10 juta orang dewasa yang mengalami inkontinensia adalah wanita. Makin tinggi usianya, makin banyak pula prevalensi inkontinensia urin ini bahkan gejala ini menjadi problem utama pada usia di atas 75 tahun. Menurut Sandvix Hognese dikitnya prevalensi wanita usia lanjut yang mengalami inkontinensia urin berkisar antara 4% - 6%. Menurut hasil penelitian Iglesias di Spanyol pada komunitas usia lanjut umur 65 tahun, prevalensi inkontinensia urin pada wanita usia lanjut dalam komunitas berkisar antara 5% -20%. Sedangkan menurut Brown kemungkinan usia lanjut bertambah berat inkontinensia urinnya 25% - 30% saat berumur 65-74 tahun.The International Continence Society (ICS) mendefinisikan inkontinensia urin sebagai keadaan dimana urin keluar secara involunter yang tampak jelas dan obyektif yang menjadi masalah social dan hygiene. Tanda dari inkontinensia didefinisikan sebagai kebocoran urin yang terlihat langsung selama pemeriksaan, yang dapat diperjelas dengan observasi uro dinamik.Inkontinensia urin erat hubungannya dengan penurunan kualitas hidup pasien seperti isolasi sosial, kesendirian dan kesedihan, gangguan psikiatri seperti depresi; rasa malu yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari; stigmatisasi; gangguan pada hubungan seksual; dan gangguan tidur. Hal tersebut dikarenakan banyak orang yang mengidap inkontinensia urin namun mereka merasa enggan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan agar bisa mencegah bahkan mengobati inkontinensia urin tersebut agar tidak menjadi semakin parah. Inkontinensia urin sangat erat kaitannya dengan morbiditas fisik, fungsional dan psikologi maka upaya identifikasi dini penyebabnya menjadi sangat penting sebagai dasar tatalaksana atau rujukan kepusat kesehatan spesialistik.2

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. DefinisiInkontinensiaUrinThe International Continence Society (ICS) mendefinisikan inkontinensia urin sebagai keadaan dimana urin keluar secara involunter yang tampak jelas dan obyektif yang menjadi masalah social dan hygiene. Tanda dari inkontinensia didefinisikan sebagai kebocoran urin yang terlihat langsung selama pemeriksaan, yang dapat diperjelas dengan observasi urodinamik.5Inkontinensiaurinmerupakanmasalah yang seringdijumpaipada orang usialanjutdanmenimbulkanmasalahfisikdanpsikososial, sepertidekubitus, jatuh, depresi,danisolasidarilingkungansosial. Inkontinensiaurindapatbersifatakutataupersisten.Inkontinensiaurin yang bersifatakutdapatdiobatibilapenyakitataumasalah yang mendasaridiatasisepertiinfeksisalurankemih, gangguankesadaran, vaginitis atrofik, obatobatandanmasalahpsikologik.Inkontinensiaurin yang persistenbiasanyadapat pula dikurangidenganberbagaimodalitasterapi.5

DAFTAR PUSTAKA

1. Abrams Paul. 2003. Impact of Stress Urinary Incontinence on Quality of Life. Proceeding of The 78th Annual Meeting of The American Urological Association. Adv Stud Med 3(8E): S831.2. Bhagwath G. 2001. Urinary Incontinence in the Elderly: Pathogenesis and Management. Journal, Indian Academy of Clinical Medicine. Vol. 2, No. 43. Melville, J.L., Katon Wayne, Delaney Kristin, Newton K. 2005. Urinary Incontinence in USA Woman. 165 : 537-542.4. Suparman, E. danRompas J. Inkontinensiaurinpadaperempuan menopause. MajalahObstetriGinekologi Indonesia, 2007. Hal. 48-54.5. Tong, Yat-Ching. 2009. Diagnosis and Treatment of Geriatric Urinary Incontinence. Incont Pelvic Floor Dysfunct. 3(3):69-72.5