ini makalah kita fix biola 2003

27
i Adaptasi Biota Estuaria MAKALAH BIOLOGI LAUT PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULIH NOPEMBER SURABAYA 2014 KELOMPOK 2 Anggota : - Niki Yuliansari (1512100005) - Hengki Setiyawan (1512100049) - Ainul Mufidah (1512100027) - Faridah Tsuraya (1512100051)

Upload: faridah-tsuraya

Post on 25-Nov-2015

130 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

biologi laut

TRANSCRIPT

MAKALAH BIOLOGI LAUT

Adaptasi Biota Estuaria

PROGRAM STUDI BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMINSTITUT TEKNOLOGI SEPULIH NOPEMBERSURABAYA2014

KELOMPOK 2Anggota : Niki Yuliansari (1512100005) Hengki Setiyawan(1512100049) Ainul Mufidah (1512100027) Faridah Tsuraya (1512100051) Nikita Danniswara P.(1512100075)

DOSEN : FARID KAMAL MUZZAKI,S.Si. M.Si

MAKALAH BIOLOGI LAUT

KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah Biologi Laut yang berjudul Adaptasi Biota Estuaria dengan tepat waktu.Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Farid Kamal Muzzaki,M.Si selaku dosen mata kuliah Biologi Laut yang telah membantu dan memberikan dorongan moral dalam penyelesaian makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Biologi Laut sehingga materi dalam perkuliahan dapat digunakan sebagai acuan presentasi yang dilakukan pada hari yang bersangkutan. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis tetapi juga pembaca.Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan agar makalah yang selanjutnya menjadi lebih baik. Akhirnya, kami berharap semoga apa yang kami sampaikan disini mampu menjadi tambahan dan sumber referensi belajar yang efektif bagi para pembaca.

Surabaya, 15 April 2014

Penyusun

Daftar IsiHalaman SampuliKata PengantariiDaftar IsiiiiBab I PENDAHULUAN11.1.Latar Belakang11.2.Tujuan dan Manfaat11.3.Rumusan Masalah2Bab II PEMBAHASAN32.1. Fauna Estuaria32.2. Vegetasi Estuaria42.3. Adaptasi Organisme Estuaria52.3.1. Plankton72.3.1.1. Fitoplankton72.3.1.2 Zooplankton82.3.2. Bentic102.3.3 Nekton12BAB III KESIMPULAN15Daftar Pustaka16

i

16

Bab IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangEstuaria adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan daerah percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai, sumber air tawar lainnya (saluran air tawar dan genangan air tawar). Lingkungan estuaria merupakan peralihan antara darat dan laut yang sangat di pengaruhi oleh pasang surut, tetapi terlindung dari pengaruh gelombang laut (Kasim, 2005).Ekologi estuaria mempunyai air yang bersalinitas lebih rendah daripada lautan terbuka. Proses percampuran air pada estuaria merupakan pencampuran yang kompleks dimana air tawar yang mempunyai densitas lebih kecil dari air laut akan cenderung mengembang diatasnya. Pada daerah estuaria ini juga terdapat fluktuasi perubahan salinitas yang berlangsung sacara tetap yang berhubungan dengan gerakan air pasang. Sebagian besar jenis biota yang hidup didaerah estuaria adalah biota yang telah beradaptasi dengan kondisi yang terbatas di daerah tersebut. Respon dari tingkah laku biota dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya juga beragam dan memiliki ciri khas tersendiri. Biota yang mampu bertahan pada kondisi fisik dan kimia perairan dapat tetap hidup dan tinggal nyaman di habitatnya, tetapi bagi biota yang tidak mampu bertahan pada ambang toleransinya akan menjadi biota pengunjung transisi, dimana pada saat sesuai dengan batas ambangnya biota ini akan masuk ke habitat di estuaria, tetapi jika tidak maka biota ini akan meninggalkan estuaria. Komponen biota dan adaptasinya yang terdapat di dalam estuaria sangat beraneka ragam sehingga sangat penting untuk dipelajari dan dilindungi keberadaannya. 1.2 Tujuan dan ManfaatTujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman dan adaptasi biota yang terdapat dalam daerah estuaria terhadap lingkungannya. Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah mahasiswa dapat memanfaatkan pengetahuan tentang adaptasi biota estuaria dengan dapat melindungi keanekaragaman biota estuaria.1.3 Rumusan MasalahPermasalahan di dalam pembuatan makalah ini adalah bagaimana pola adaptasi biota di habitat estuaria.

Bab IIPEMBAHASAN

2.1 Fauna EstuariaDi perairan estuaria terdapat 3 komponen fauna yaitu: fauna laut, fauna air tawar dan fauna payau. Komponen fauna yang terbesar adalah fauna air laut yaitu hewan stenohaline yang terbatas kemampuannya dalam mentolelir perubahan salinitas (umumnya >= 30) dan hewan euryhaline yang mempunyai kemampuan untuk mentolerir berbagai perubahan atau penurunan salinitas di bawah 30. Fauna lautan yang tidak mampu mentolerir perubahan-perubahan salinitas yang ekstrem biasanya hanya dijumpai terbatas di sekitar perbatasan dengan laut terbuka, di mana salinitas airnya masih berkisar di atas 30. Sebagian fauna lautan yang toleran (eurihalin) mampu masuk lebih jauh ke dalam estuaria, di mana salinitas mungkin turun hingga 15 atau kurang. Sebaliknya fauna perairan tawar umumnya tidak mampu mentolerir salinitas di atas 5 sehingga penyebarannya terbatas berada di bagian hulu dari estuaria.Fauna khas estuaria adalah hewan-hewan yang dapat mentolerir kadar garam antara 5-30 namun tidak ditemukan pada wilayah-wilayah yang sepenuhnya berair tawar atau berair laut. Di antaranya terdapat beberapa jenis tiram dan kerang (Ostrea, Scrobicularia), siput kecil Hydrobia, udang Palaemonetes, dan cacing polikaeta Nereis. Di samping itu terdapat pula fauna-fauna yang tergolong peralihan, yang berada di estuaria untuk sementara waktu saja. Beberapa jenis udang Penaeus, misalnya, menghabiskan masa juvenilnya di sekitar estuaria, untuk kemudian pergi kelaut ketika dewasa. Jenis-jenis sidat (Anguilla) dan ikan salem (Salmo, Onchorhynchus) tinggal sementara waktu di estuaria dalam perjalanannya dari hulu sungai ke laut, atau sebaliknya, untuk memijah. Dan banyak jenis hewan lain, dari golongan ikan, reptil, burung dan lain-lain, yang datang ke estuaria untuk mencari makanan. Contoh fauna estuaria yang sebenarnya, yaitu Nereis diversicolor, Crassostrea, Ostrea, Scrobicularia plana, Macoma balthica, Rangia flexuosa, Hydrobia, dan Palaemonetes (Nybakken, 1988). Akan tetapi sesungguhnya, dari segi jumlah spesies, fauna khas estuaria adalah sangat sedikit apabila dibandingkan dengan keragaman fauna pada ekosistem-ekosistem lain yang berdekatan. Umpamanya dengan fauna khas sungai, hutan bakau atau padang lamun, yang mungkin berdampingan letaknya dengan estuaria. Para ahli menduga bahwa fluktuasi kondisi lingkungan, terutama salinitas, dan sedikitnya keragaman topografi yang hanya menyediakan sedikit relung (niche), yang bertanggung jawab terhadap terbatasnya fauna khas setempat sehingga jumlah spesies organisme yang mendiami estuari jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan organisme yang hidup di perairan tawar dan laut. Hal ini karena ketidakmampuan organisme air tawar mentolerir kenaikan salinitas dan organisme air laut mentolerir penurunan salinitas estuaria. Akibatnya hanya spesies yang memiliki kekhususan fisiologi yang mampu bertahan hidup di estuari.2.2 Vegetasi EstuariaHampir semua bagian estuaria terendam terdiri dari subtrat lumpur dan tidak cocok untuk melekatnya makroalga. Selain karena substrat, pengaruh sinar cahaya yang minim menyebabkan terbentuknya dua lapisan. Lapisan bawah tanpa tumbuhan hidup dan lapisan atas mempunyai tumbuhan yang terbatas. Di daerah hilir estuari terdapat padang rumput laut (Zostera dan Cymodecea). Selain itu terdapat padang lamun. Lamun didefinisikan sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas. Selain miskin dengan jumlah fauna estuari juga miskin dengan flora. Keruhnya perairan estuari menyebabkan hanya tumbuhan yang mencuat yang dapat tumbuh mendominasi. Dataran lumpur intertidal ditumbuhi alga hijau yang bersifat musiman yaitu Genera Ulva, Entheromorpha dan Chadophora. Estuaria berperan sebagai perangkap nutrien (nutrient trap) yang mengakibatkan semua unsur-unsur esensial dapat didaur ulang oleh bermacam kerang, cacing dan oleh detritus atau bekteri secara berkesinambungan sehingga terwujud produktivitas primer yang tinggi. Untuk daerah estuaria yang sangat keruh didominasi oleh tumbuhan mencuat yang merupakan tumbuhan berbunga berumur panjang dengan akar menancap di daerah intertidal bagian atas. Contohnya adalah Spartina dan Salicornia (Nybakken, 1988).Plankton estuaria miskin dalam jumlah spesies. Dengan demikian,yang ditemukan hanya jenis diatom dan dinoflagellata. Jenis diatom yang dominan adalah Skeletonema, Asterionella dan Melosira. Sedangkan dinoflagellata yang melimpah adalah Gymnodinium, Gonyaulax dan Ceratium. Banyaknya zooplankton yang berkembang membuktikan bahwa terjadi keterbatasan produktivitas fitoplankton.2.3Adaptasi Organisme EstuariaAdaptasi adalah penyesuaian diri terhadap lingkungannya atau cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk: memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan); mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas; mempertahankan hidup dari musuh alaminya; bereproduksi; merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya. Organisme yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis. Adaptasi terbagi atas tiga jenis yaitu:a. Adaptasi morfologi adalah adaptasi yang meliputi bentuk tubuh. Adaptasi morfologi dapat dilihat dengan jelas. Sebagai contohnya adalah paruh dan kaki burung berbeda sesuai makanannya.b. Adaptasi fisiologi adalah adaptasi yang meliputi fungsi alat-alat tubuh. Adaptasi ini bisa berupa enzim yang dihasilkan suatu organisme. Contohnya adalah dihasilkannya enzim selulase oleh hewan memamah biak .c. Adaptasi tingkah laku adalah adaptasi berupa perubahan tingkah laku. Misalnya ikan paus yang sesekali menyembul ke permukaan untuk mengambil udara. Estuari merupakan tempat terjadinya pertemuan dan percampuran antara air tawar dengan air laut. Ekosistem estuari dipengaruhi oleh adanya pasang surut dari laut. Selama siklus pasang surut kondisi fisik, kimia maupun biologi mengalami perubahan. Oleh karena itu organisme yang hidup di estuari harus mampu melakukan adaptasi dalam menghadapi perubahan tersebut.Adaptasi morfologis pada hewan estuaria, yaitu ukuran badan yang lebih kecil daripada kerabatnya, jumlah ruas tulang penggung ikan juga berkurang, hewan yang hidup di daerah berlumpur mempunyai rumbai-rumbai halus untuk menjaga jalan masuk ke ruangan pernapasan agar tidak tersumbat partikel lumpur. Hewan estuaria yang berasal dari laut mempunyai kecepatan perkembangbiakan yang lebih rendah dan penurunan kesuburan. Sedangkan untuk hewan yang berasal dari air tawar biasanya steril. Binatang estuaria pada umumnya termasuk organisme osmoregulator karena mampu hidup pada keadaan dengan konsentrasi garam internal yang berfluktuasi. Di daerah tropis yang suhu airnya lebih tinggi dengan perbedaan suhu air tawar dan air laut tidak terlalu berbeda, banyak ditemukan spesies estuaria yang banyak. Organisme estuaria adaptasi fisiologi yang berada di dalam lumpur untuk mengurangi perubahan salinitas dan suhu, serta untuk melindungi diri dari predator yang hidup di permukaan substrat atau di air. Binatang estuaria selain melakukan adaptasi morfologi dan fisiologi, juga melakukan adaptasi tingkah laku. Binatang estuaria berada di dalam lumpur untuk mengurangi perubahan salinitas dan suhu, serta untuk melindungi diri dari predator yang hidup di permukaan substrat atau di air. Adaptasi tingkah laku yang biasanya juga dilakukan oleh organisme estuaria adalah bergerak ke hulu atau ke hilir estuaria agar organisme tetap berada pada daerah yang mengalami perubahan salinitas rendah. Salah satu contoh adaptasi tingkah laku adalah kepiting estuaria yang migrasi ke laut saat melakukan pemijahan (Nybakken, 1988).Berikut merupakan faktor-faktor yang menentukan adaptasi hewan air :a. Salinitas/kadar garam perairanMasing-masing perairan memiliki salinitas yang berbeda,seperti di air tawar salinitasnya adalah 0,06% sedangkan air laut salinitasnya 3,5%. Salinitas akan mempengaruhi perbedaan tebal-tipisnya lapisan kulit, tingkah laku, susunan atau fungsi organ tubuh organisme perairan.b. Kedalaman airSemakin dalam suatu perairan maka semakin besar/tinggi pula tekanan yang terjadi. Mempengaruhi intensitas cahaya yang diperoleh individu.Semakin dalam maka semakin sedikit cahaya yang diperoleh. Ex : Ikan Pari dengan tubuh pipih dan lebar. Ikan Cucut dengan tubuh langsing. Gurat sisi/linea lateralis pada tubuh ikan. Gelembung udara pada tubuh ikan untuk dapat turun dan naik pada perairan.c. Intensitas cahayaSemakin keruh dan dalam suatu perairan maka intensitas cahaya yang masuk semakin sedikit/rendah. Hal ini dapat mempengaruhi suhu air dan derajat fotosintesis. Dibagi menjadi 3 daerah yaitu daerah fotik, daerah perbatasan (remangremang), daerah afotik. Semakin kearah daerah afotik makam intensitas cahaya yang masuk perairan akan semakin berkurang. Hal ini akan mempengaruhi organisme yang hidup di dalamnya.

d. Kadar OksigenDaerah permukaan memiliki kadar oksigen lebih banyak dibandingkan dengan daerah di bawahnya. Semakin keruh suatu perairan maka kadar oksigen semakin berkurang/rendah.

2.3.1. PlanktonPlankton estuaria miskin dalam jumlah spesies. Dengan demikian, ia cenderung sejalan dengan hasil observasi makrofauna makro vegetasi. Hal ini di sebabkan oleh kekeruhan yang tinggi dan cepatnya penggelontoran. Menurut Barner, (1974) dalam Dianthani, (2003), jumlah spesies pada umumnya jauh lebih sedikit daripada yang mendiami habitat air tawar atau air laut didekatnya. Diatom sering sekali mendominasi fitoplankton, tetapi dino flagelata dapat menjadi dominan selama bulan- bulan panas dan tetap dominan sepanjang waktu dibeberapa estuaria. Fitoplankton yang dominan di estuaria yaitu Genera Diatom (Skeletonema sp, Asterionella sp, Chaetoceros sp, Nitzchia sp, Thalassiionema sp, dan Melosira sp) dan dinoflagellata yang melimpah di estuaria (Gymnodinium sp, Gonyaulax sp, Peridinium sp dan Ceratium sp). Fitoplankton dapat juga diperkaya secara berkala oleh resuspensi diatom khas yang hidup di dasar. Kekeruhan yang tinggi dan cepatnya penggelontoran (pergantian air = flushing) dapat membatasi jumlah fitoplankton dan produktivitas dibeberapa estuaria. Tetapi di tempat yang kekeruhannya rendah dan wktu pergantian air panjang, timbul berbagai populasi dan produ ktivitas yang relative tinggi. Sebagai konsekuensinya, bergantung pada kondisi setempat yang umum, estuaria dapat sangat berbeda satu sama lain dalam hal jumlah fitoplankton dan produktivitas.2.3.1.1. FitoplanktonPertumbuhan phytoplankton di wilayah pantai estuaria berlumpur diatur dengan suatu interaksi antara matahari, hujan, bahan gizi, dan gerakan massa air, serta convergensi yang di akibatkan oleh arus laut. Sampai jumlah tertentu produksi phytoplankton tergantung pada cuaca, dengan pencampuran dan stratifikasi kolom air yang mengendalikan produktivitas utama. Percampuran massa air vertikal yang kuat mempunyai suatu efek negatif terhadap produktivitas, dengan mengurangi perkembangan phytoplankton maka terjadi penambahan energi itu sendiri dan penting bagi fotosintesis. Bagaimanapun, pencampuran vertikal adalah juga diuntungkan karena proses penambahan energi, yang membawa bahan gizi (nutrient) dari air menuju ke permukaan di mana mereka dapat digunakan oleh phytoplankton.Menurut Lionard (2005), Cahaya merupakan faktor terpenting yang dibutuhkan oleh phytoplankton. Phytoplankton membutuhkan cahaya untuk melakukan aktifitas fotosintesis. Hasil dari fotosintesis ini merupakan sumber energi bagi phytoplankton sendiri maupun bagi organisme lainnya, seperti zooplankton dan ikan kecil. Phytoplankton memiliki respon yang berbeda terhadap intensitas cahaya. Di estuari ada dua jenis komunitas phytoplankton, yaitu komunitas yang berada dipasang surut dan yang berasal dari sungai. Masih menurut Lionard (2005), komunitas yang berada di pasang surut tidak mempunyai kemampuan adaptasi yang baik terhadap intensitas cahaya yang rendah bila dibandingkan dengan komunitas phytoplankton yang berasal dari sungai yang mempunyai kemampuan yang baik dalam beradaptasi dengan intensitas cahaya yang rendah.Menurut malone (2004), pada kawasan estuari yang memiliki turbiditas yang tinggi, maka faktor pembatas dari produksi phytoplankton adalah cahaya bukan nutrien. Pada kawasan ini kamunitas phytoplankton didominasi oleh komunitas dari sungai dan marine diatoms, serta dari spesies yang teradaptasi dengan kondisi cahaya yang sedikit misalnya cryptophytes. Salinitas merupakan faktor yang juga menentukan distribusi dan kemelimpahan phytoplankton di estuari. Estuari merupakan kawasan yang terpengaruh oleh dua kondisi lingkungan yang berbeda, yaitu air laut dan air tawar. Pengaruh dari air laut dan air tawar ini memberikan dampak pada fluktuasinya salinitas di kawasan estuari. Pada saat air pasang, maka salinitas di estuari akan tinggi karena volume air laut yang masuk lebih besar. Sedangkan pada saat air surut, maka salinitas di estuari akan turun, karena terpengaruh oleh tingginya volume air tawar. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan komunitas pada saat air pasang dan surut. Komunitas phytoplankton yang hidup di pasang surut tidak terpengaruh oleh adanya fluktuasi kadar salinitas. Sedangkan komunitas yang berasal dari sungai akan terpengaruh oleh fluktuasi kadar salinitas yang terjadi akibat adanya pasang surut di estuari (Lionard 2005).Selain faktor-faktor tersebut, faktor temperatur juga sangat menentukan distribusi dan kemelimpahan plankton di estuari. Umumnya organisme hidup pada kondisi suhu yang optimum. Penelitian yang dilakukan di estuari oleh Lionard (2005), menggambarkan bahwa phytoplankton hidup pada kisaran 20-22 0C, ini adalah kisaran normal. Permukaan air memberikan pengaruh pada kemelimpahan phytoplankton ini berkaitan dengan adanya pasang surut, yang kemudian berkaitan dengan kadar salinitas di estuari.Distribusi phytoplankton di estuari sangat merata, dan sangat di pengaruhi oleh kondisi habitat. Secara umum phytoplankton akan terdistribusi pada lokasi-lokasi yang sumber hara dan cahaya yang cukup untuk melakukan proses metabolisme dan fotosintesis. Pasang surut memberikan pengaruhi kemelimpahan dari phytoplankton di estuari, ini berkaitan dengan konsentarsi salinitas di estuari. Contoh phytoplankton yang ada di estuari :

Gambar 1 Skletonema sp. Gambar 2 Chaetocheros sp. Gambar 3 Asterionella sp. Gambar 4 Ceratium sp.2.3.1.2 Zooplankton Zooplankton di estuaria merupakan gambaran fitoplankton dalam keterbatasan komposisi spesies. Komposisi spesies juga bervariasi, baik secara musiman maupun dengn mengikuti gradient salinitas ke arah hulu estuaria,. Beberapa zooplankton estuaria yang sebenarnya, terdapat pada estuaria yang lebih besar dan lebih stabil, dimana gradient salinitas tidak begitu bervariasi ; estuaria yang dangkal dan cepat mengalami pergantian air di huni terutama himpunan zooplankton laut yang khas yang terbawa ke luar dan masuk bersama pasangsurut. Zooplankton estuaria yang khas yaitu Genera Kopepoda (Eurytemora sp, Acartia sp, Pseudodiaptomus sp dan Centropages sp), Misid (Neomysis sp, Praunus sp, dan Mesopodopsir sp) dan Amfipoda (Gammarus sp). Zooplankton estuaria mempunyai 1ml/m3, atau agak lebih besar daripada yang terdapat di perairan pantai.Zooplankton di dalam kolom air mengisi suatu relung ekologis penting sebagai mata rantai antara produksi phytoplankton utama dan produktivitas ikan. Ikan contohnya, dengan ukuran panjang antara 50 - 200 milimeter, seperti; ikan herring juvenile dan dewasa, smelt, stickleback, sand lance, dan ikan salem dewasa, minyak ikan, hake, pollock, lingcod, sablefish, dan ikan hiu kecil, memperoleh bagian terbesar gizi mereka dari zooplankton dan heterotrophs lain. Penambahan konsumen utama ini adalah mangsa utama untuk sculpins, rockfish, ikan hiu, burung, dan paus ballen. Di muara 4), ditemukan ikan salem mudasungai Duwamish (dengan kedalaman memangsa gammarid amphipods yang lebih besar dari ukuran tubuhnya. Selain itu, ikan salem juga menyukai jenis Corophium salmonis dan Eogammarus confervicolus. Sebagai tambahan, gammarid amphipods, dalam bentuk juvenille mengkonsumsi calanoid dan harpacticoid copepods. Merah muda pemuda ikan salem, pada sisi lain, lebih menyukai harpacticoids yang diikuti oleh calanoid copepods. Juvenille chinook mempercayakan kepada gammaridean amphipods dan calanoid copepods sebagai betuk diet mereka. Menunjukkan bahwa 85 sampai 92 % zooplankton di teluk adalah calanoid copepods. Secara teknis, istilah zooplankton mengacu pada format hewan plankton, yang tinggal di kolom air dan pergerakan utama semata-mata dikendalikan oleh keadaan insitu lingkungan (current movement). Bagaimanapun, yang mereka lakukan akan mempunyai kemampuan untuk berpindah tempat vertikal terhadap kolom air dan boleh juga berpindah tempat secara horisontal dari pantai ke laut lepas sepanjang yaitu musim semi dan musim panas dalam untuk mencari lokasi yang cocok untuk pertumbuhan mereka. Migrasi vertikal menciptakan sonik lapisan menyebar ketika zooplankton bergerak ke permukaan pada malam hari dan tempat yag terdalam pada siang hari. Pada daerah berlumpur dengan olakan gelombang besar, migrasi vertical zooplankton akan terhalang. Sedangkan, migrasi horisontal musiman mengakibatkan zooplankton akan mengalami blooming (pengkayaan).Contoh zooplankton yang ada di estuari :

Gambar 5 Zooplankton2.3.2. BenticBenthic (epifauna maupun infauna) berperan penting dalam jaring makanan di pantai berlumpur, juga bertindak sebagai konvertor untuk pembuatan bahan-bahan organik pada tingkatan trophic lebih tinggi, sehingga menyokong peningkatan produktivitas alam bebas (wildlife) dan ikan (Zedler, 1980).Strombus adalah karnivorus (pemakan jenis siput yang lebih kecil) di permukaan paparan lumpur estuari dan hidupnya merayap. Sedangkan kerang hijau (Perna viridis) hidup menempel di permukaan dan mendapatkan makanannya dengan jalan menyaring partikel-partikel organik yang ada dalam kolom air dan terbawa oleh arus.

Gambar 6 Perna viridis

Gambar 7 Strombus sp.Banyak kepiting estuaria dewasa mampu hidup dengan berhasil pada salinitas rendah karena kemampuannya melakukan pengaturan osmosis telah berkembang. Tetapi telur-telur dan kepiting muda tidak mempunyai kemampuan pengaturan osmosis. Karena itu, banyak kepiting yang memperlihatkan pola migrasi yang spesifik, bergerak dari estuaria ke laut yang berdekatan untuk keperluan musim pemijahan. Kepiting biru (rajungan) Callinectes sapidus hidup sebagai binatang dewasa di estuaria sebelah timur Amerikadan teluk pantai. Yang betina bermigrasi ke perairan dengan salinitas yang lebih tinggi untuk menetaskan telurnya. Begitu stadium larvanya dilewati, kepiting muda bermigrasi kembali ke hulu estuaria (Nybakken, 1998).

Gambar 8 Callinectes sapidusCacing Marphysa sp. memakan benda-benda organik (detritus), diatom yang terdapat di dasar, atau benda organik yang tersuspensi pada waktu air pasang dan surut. Cacing Marphysa terutama terdapat di dasar perairan dengan sedimen tidak lebih kecil dari 80 m. Biomassa cacing ini tergantung dari banyak sedikitnya senyawa organik di dalam lumpur (Perissinotto, 2013).

Gambar 9 Marphysa spNereis diversicolor tergolong dalam polychaeta, apabila ditaruh di air laut yang diencerkan akan menyerap air dengan jalan osmosis. Tetapi setelah beberapa saat, binatang ini mulai mengatur tekanan osmosisnya dan kandungan air internalnya menurun mendekati tingkat yang dialami ketika ia berada di air laut yang tidak diencerkan. Pengaturan osmosis ini tidak saja tertunda tetapi tidak mendatangkan pengaruh selama salinitas lingkungan eksternalnya jatuh di bawah tingkat tertentu. Dengan demikian, Nereis diversicolor tetap sebagai osmokonformer (Nybakken, 1998).

Gambar 10 Nereis diversicolor2.3.3 Nekton Estuari merupakan daerah pantai semi tertutup yang penting bagi kehidupan ikan. Berba-gai fungsinya bagi kehidupan ikan seperti seba-gai daerah pemijahan, daerah pengasuhan, dan lumbung makanan serta jalur migrasi menjadikan estuari kaya dengan keanekaragaman hayati ikan pada berbagai tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa) (Blaber, 1997). Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif, karena area ini merupakan area ekoton daerah pertemuan dua ekosistem berbeda (tawar dan laut) yang memberikan karakteristik khusus pada habitat yang terbentuk. Estuari merupakan ekosistem yang khas dan kompleks dengan keberadaan berbagai tipe habitat. Heterogenitas habitat menyebabkan area ini kaya sumber daya perairan dengan komponen terbesarnya adalah fauna ikan.Komunitas ikan yang mendiami estuari biasanya merupakan kombinasi antara spesies air tawar, penetap, dan spesies air laut. Mereka ditemukan pada berbagai tahapan hidupnya di ekosistem ini. Berdasarkan lima kategori komposisi fauna ikan yang diutarakan oleh Day et al. (1981) in Blaber (1997), tiga kategori diantaranya, yaitu: Spesies pendatang (migran) dari laut, merupakan kelompok terbesar di estuari baik di daerah subtropis maupun tropis. Pada kelompok ini, ditemukan spesies pada fase juwana dan dewasa (seperti Lates calcarifer) atau hanya fase juwana (Mugilidae, Carangidae, Terapontidae, dan Polynemidae) atau hanya fase dewasa saja (beberapa spesies Ariidae). Pada organisme laut yang masuk ke daerah estuari, konsentrsi garam internalnya lebih tinggi dari pada konsentrasi garam air estuaria, sehingga air cenderung melewati selaput, masuk ke dalam tubuh untuk menyamakan konsentrasi. Pengaturan dilakukan melalui pengeluaran kelebihan air tanpa kehilangan garam atau pengantian garam yang hilang dengan penyerapan ion dari lingkungan secara aktif ((Blaber, 1997).

Gambar 11 Lates calcarifer Spesies estuari sejati, merupakan spesies ikan yang daur hidupnya secara lengkap terjadi di estuari. Kelompok ini ditemukan pada sejumlah spesies dari Famili Clupeidae, Gobiidae, Engraulidae, Ambassidae.

Gambar 12 Clupeidae

Gambar 13 Anodontostoma chacundaAdaptasi morfologi organisme estuaria yaitu ukuran badan yang lebih kecil daripada kerabatnya, jumlah ruas tulang penggung ikan juga berkurang. Adaptasi tingkah lakunya yang biasanya juga dilakukan oleh organisme estuaria adalah bergerak ke hulu atau ke hilir estuaria agar organisme tetap berada pada daerah yang mengalami perubahan salinitas rendah (Nybakken, 1988). Spesies pendatang dari perairan tawar, merupakan ikan yang bergerak turun sampai ke perairan estuaria dan akan kembali ke perairan tawar untuk memijah, seperti Oreochromis mossambicus. Untuk binatang air tawar, terjadi proses yang berkebalikan dari organisme laut yang masuk ke estuaria (Blaber, 1997). Gunter dalam Sihotang et al., (1996) menyatakan di perairan estuaria perbandingan jenis ikan air laut dengan air tawar sebesar 2 : 1 untuk spesies dan 25 : 1 untuk individu. Karena ikan-ikan laut lebih mampu beradaptasi pada fluktuasi perubahan salinitas yang tinggi dibandingkan air tawar. Jenis ikan air tawar yang ditemukan di estuaria adalah Ikan Bulu Ayam (Coilia lindmani), Sepengkah (Ambassis gymnocephalus), dan Udang Galah (Macrobranchium rosenbergii).

Gambar 14 Coilia lindmani

BAB IV KESIMPULANEkologi estuaria mempunyai keanekaragaman fauna yang terdiri dari nekton, bentos, plankton maupun keanekaragaman flora yang terdiri dari padang rumput laut, lamun dan sebagainya. Adaptasi biota yang hidup di estuaria terdiri atas adaptasi secara morfologi, fisiologi maupun adaptasi tingkah laku. Adaptasi biota tersebut dipengaruhi oleh salinitas, kedalaman air, intensitas cahaya dan kadar oksigen. Beberapa contoh biota estuaria dan adaptasinya adalah strombus, kerang hijau, cacing Marphysa, dan beberapa ikan.

DAFTAR PUSTAKA

Blaber SJM. 1997. Fish and fisheries of tropical estuaries. Chapman & Hall. London. 367 p.Gameiro C, Cartaxana P, Cabrita M.T & V. Brotas. 2004. Variability in chlorophyll and phytoplankton composition in an estuarine System. Instituto de Oceanografia da Faculdade de Ciencias da Universidade de Lisboa, Campo Grande, Lisboa, Portugal. Hydrobiologia 525 : 113 124.Kasim, M., Wanurgaya. 2009. Penuntun Praktikum Planktonology. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari.Lionard, M., K. Muylaert, D. Van Gansbeke, and W. Vyverman.2005. Influence of Changes in salinity and Light Intensity on Growth of Phytoplankton Communities from the Schelde River and Estuary. Hydrobiologia. 540: 105-115. Cabrita M.T, Catarino F. & S. Gerd. 1999. Interactions of light, temperature and inorganic nitrogen in controlling planktonic nitrogen utilisation in the Tagus estuary. Kluwer Academic Publishers. Printed in the Netherlands. Aquatic Ecology 33: 251261. Malone T.C & P. J. Neale. 1981. Parameters of Light-Dependent Photosynthesis for Phytoplankton Size Fractions in Temperate Estuarine. Marine Biology,Lamont-Doherty Geological Observatory; Palisades. New York. USA. Marine Biology 61: 289-297Nybakken, James W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT. Gramedia.Perissinotto, Renzo. 2013. Ecology and Conservation of Estuarine Ecosystem. New York: Cambridge University PressSihotang, C & Evawani. 1996. Produktivitas Perairan. Fakultas Perikanan Universitas Riau. Pekanbaru. 41 p.Zedler,J.B. 1980. Algal mat productivity: Comparisons in a salt marsh. Estuaries 3

1