tugas 5 biola- fotosintesis_kel2
DESCRIPTION
materiTRANSCRIPT
Makalah Biokimia Lanjut
FOTOSINTESIS
Disusun Oleh Kelompok II:
Ummi Rahayu
Harianthy Aneke
Sahrah Safira
Annisa Setyaningrum
Fathiah Riskah
Nurfitrah
Gladys
Anita
Nurbaya
G 301 09 009
G 301 09 040
G 301 10 021
G 301 11 002
G 301 11 010
G 301 11 018
G 301 11 025
G 301 11 035
G 301 12 059
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2014
1
Bab IPendahuluan
1.1 Latar Belakang
Anabolisme adalah lintasan metabolisme yang menyusun beberapa senyawa
organik sederhana menjadi senyawa kimia atau molekul kompleks. Proses ini
membutuhkan energi dari luar. Anabolisme yang menggunakan energi cahaya
dikenal dengan fotosintesis, sedangkan anabolisme yang menggunakan energi
kimia dikenal dengan kemosintesis. Fotosintesis adalah peristiwa penyusunan
(sintesis) zat organik (gula) dari zat anorganik (air dan karbon dioksida) dengan
bantuan energi cahaya (foton) matahari. Dalam fotosintesis, dihasilkan glukosa
(karbohidrat) dan oksigen. Hampir semua makhluk hidup bergantung pada hasil
fotosintesis. Sehingga fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di
bumi. Organisme yang mampu menyusun senyawa organik dari senyawa
anorganik dinamakan organisme autrotof.
Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria, mengulangi
eksperimen Priestley. Ia memperlihatkan bahwa cahaya matahari berpengaruh
pada tumbuhan sehingga dapat "memulihkan" udara yang "rusak". Ia juga
menemukan bahwa tumbuhan juga 'mengotori udara' pada keadaan gelap
sehingga ia lalu menyarankan agar tumbuhan dikeluarkan dari rumah pada
malam hari untuk mencegah kemungkinan meracuni penghuninya. Pada makalah
ini akan dibahas mengenai fotosintesis.
1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimanakah fotosintesis.
2. Bagaimanakah pigmen fotosintesis..
3. Bagaimanakah reaksi terang fotosintesis..
4. Bagaimanakah reaksi gelap fotosintesis..
2
Bab IIIsi
Fotosintesis
2.1 Pengertian Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau
energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri
dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan
energi cahaya matahari. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi
yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting
bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar
oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi
melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis
merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon
bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi.
Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui
kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.
Fotosintesis merupakan sintesis yang memerlukan cahaya (fotos = cahaya;
sintesis = penyusunan atau membuat bahan kimia). Fotosintesis adalah peristiwa
pembentukan karbohidrat dari karbondioksida dan air dengan bantuan energi
cahaya matahari. Secara sederhana, reaksi fotosintesis yang melibatkan berbagai
enzim dapat dituliskan sebagai berikut:
Fotosintesis terjadi di dalam kloroplas. Kloroplas merupakan organel
plastida yang mengandung pigmen hijau daun (klorofil). Sel yang mengandung
kloroplas terdapat pada mesofil daun tanaman yang disebut palisade atau
jaringan tiang dan sel-sel jaringan bunga karang yang disebut spons. Kloroplas
tersusun atas bagian-bagian sebagai berikut:
3
a) Stroma ialah struktur kosong di dalam kloroplas, merupakan tempat glukosa
terbentuk dari karbondioksida.
b) Tilakoid ialah struktur cakram bertumpuktumpuk, yang terbentuk dari
pelipatan membran dalam kloroplas, dan berfungsi menangkap energi
cahaya dan mengubahnya menjadi energi kimia.
c) Grana ialah selubung tangkai penghubung tilakoid.
2.2 Sejarah Fotosintesis
Meskipun masih ada langkah-langkah dalam fotosintesis yang belum
dipahami, persamaan umum fotosintesis telah diketahui sejak tahun 1800-an.
Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan ahli kimia, Jan van Helmont,
seorang Flandria (sekarang bagian dari Belgia), melakukan percobaan untuk
mengetahui faktor apa yang menyebabkan massa tumbuhan bertambah dari
waktu ke waktu. Dari penelitiannya, Helmont menyimpulkan bahwa massa
tumbuhan bertambah hanya karena pemberian air. Namun, pada tahun 1727, ahli
botani Inggris, Stephen Hales berhipotesis bahwa pasti ada faktor lain selain air
yang berperan. Ia mengemukakan bahwa sebagian makanan tumbuhan berasal
dari atmosfer dan cahaya yang terlibat dalam proses tertentu. Pada saat itu belum
diketahui bahwa udara mengandung unsur gas yang berlainan.
Pada tahun 1771, Joseph Priestley, seorang ahli kimia dan pendeta
berkebangsaan Inggris, menemukan bahwa ketika ia menutup sebuah lilin
menyala dengan sebuah toples terbalik, nyalanya akan mati sebelum lilinnya
habis terbakar. Ia kemudian menemukan bila ia meletakkan tikus dalam toples
terbalik bersama lilin, tikus itu akan mati lemas. Dari kedua percobaan itu,
4
Priestley menyimpulkan bahwa nyala lilin telah "merusak" udara dalam toples itu
dan menyebabkan matinya tikus. Ia kemudian menunjukkan bahwa udara yang
telah “dirusak” oleh lilin tersebut dapat “dipulihkan” oleh tumbuhan. Ia juga
menunjukkan bahwa tikus dapat tetap hidup dalam toples tertutup asalkan di
dalamnya juga terdapat tumbuhan.
Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria, mengulangi
eksperimen Priestley. Ia memperlihatkan bahwa cahaya matahari berpengaruh
pada tumbuhan sehingga dapat "memulihkan" udara yang "rusak". Ia juga
menemukan bahwa tumbuhan juga 'mengotori udara' pada keadaan gelap
sehingga ia lalu menyarankan agar tumbuhan dikeluarkan dari rumah pada
malam hari untuk mencegah kemungkinan meracuni penghuninya. Akhirnya di
tahun 1782, Jean Senebier, seorang pastor Perancis, menunjukkan bahwa udara
yang “dipulihkan” dan “merusak” itu adalah karbon dioksida yang diserap oleh
tumbuhan dalam fotosintesis. Tidak lama kemudian, Theodore de Saussure
berhasil menunjukkan hubungan antara hipotesis Stephen Hale dengan
percobaan-percobaan "pemulihan" udara. Ia menemukan bahwa peningkatan
massa tumbuhan bukan hanya karena penyerapan karbon dioksida, tetapi juga
oleh pemberian air. Melalui serangkaian eksperimen inilah akhirnya para ahli
berhasil menggambarkan persamaan umum dari fotosintesis yang menghasilkan
makanan (seperti glukosa).
2.3 Pigmen
Proses fotosintesis tidak dapat berlangsung pada setiap sel, tetapi hanya pada
sel yang mengandung pigmen fotosintetik. Sel yang tidak mempunyai pigmen
fotosintetik ini tidak mampu melakukan proses fotosintesis. Pada percobaan Jan
Ingenhousz, dapat diketahui bahwa intensitas cahaya mempengaruhi laju
fotosintesis pada tumbuhan. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan energi yang
dihasilkan oleh setiap spektrum cahaya. Di samping adanya perbedaan energi
tersebut, faktor lain yang menjadi pembeda adalah kemampuan daun dalam
menyerap berbagai spektrum cahaya yang berbeda tersebut. Perbedaan
kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya tersebut
disebabkan adanya perbedaan jenis pigmen yang terkandung pada jaringan daun.
5
Di dalam daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang dan
jaringan pagar. Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung
pigmen hijau klorofil. Pigmen ini merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis
yang berperan penting dalam menyerap energi matahari.
Klorofil merupakan pigmen utama yang terdapat pada tumbuhan yang
berfungsi menyerap cahaya radiasi elektromagnetik pada spektrum kasat mata.
Klorofil dapat dibedakan menjadi klorofil a dan klorofil b. Klorofil a mampu
menyerap cahaya merah dan biru keunguan. Klorofil a sangat berperan dalam
reaksi gelap fotosintesis. Sedangkan, klorofil b merupakan klorofil yang mampu
menyerap cahaya biru dan merah kejinggaan. Di dalam kloroplas, selain klorofil
juga terdapat pigmen karotenoid, antosianin, dan fikobilin. Jadi, hanya tumbuhan
yang dapat melakukan fotosintesis karena mengandung kloroplas pada daunnya.
Oleh karena itu, tumbuhan merupakan produsen makanan (karena dapat
menghasilkan makanan dengan bantuan cahaya matahari), dan disebut juga
organisme autotrof (auto = sendiri; trophic = makanan), yaitu organisme yang
dapat membuat makanan sendiri. Proses reaksi fotosintesis dalam tumbuhan
tinggi dibagi menjadi dua tahap, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap.
2.4 Kloroplas
Kloroplas terdapat pada semua bagian tumbuhan yang berwarna hijau,
termasuk batang dan buah yang belum matang. Di dalam kloroplas terdapat
pigmen klorofil yang berperan dalam proses fotosintesis. Kloroplas mempunyai
bentuk seperti cakram dengan ruang yang disebut stroma. Stroma ini dibungkus
oleh dua lapisan membran. Membran stroma ini disebut tilakoid, yang
didalamnya terdapat ruang-ruang antar membran yang disebut lokuli.
Di dalam stroma juga terdapat lamela-lamela yang bertumpuk-tumpuk
membentuk grana (kumpulan granum). Granum sendiri terdiri atas membran
tilakoid yang merupakan tempat terjadinya reaksi terang dan ruang tilakoid yang
merupakan ruang di antara membran tilakoid. Bila sebuah granum disayat maka
akan dijumpai beberapa komponen seperti protein, klorofil a, klorofil b,
karetonoid, dan lipid.Secara keseluruhan, stroma berisi protein, enzim, DNA,
RNA, gula fosfat, ribosom, vitamin-vitamin, dan juga ion-ion logam seperti
6
mangan (Mn), besi (Fe), maupun perak (Cu). Pigmen fotosintetik terdapat pada
membran tilakoid. Sedangkan, pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia
berlangsung dalam tilakoid dengan produk akhir berupa glukosa yang dibentuk di
dalam stroma. Klorofil sendiri sebenarnya hanya merupakan sebagian dari
perangkat dalam fotosintesis yang dikenal sebagai fotosistem.
2.5 Fotosintesis pada Alga dan Bakteri
Alga terdiri dari alga multiseluler seperti ganggang hingga alga mikroskopik
yang hanya terdiri dari satu sel. Meskipun alga tidak memiliki struktur
sekompleks tumbuhan darat, fotosintesis pada keduanya terjadi dengan cara yang
sama. Hanya saja karena alga memiliki berbagai jenis pigmen dalam
kloroplasnya, maka panjang gelombang cahaya yang diserapnya pun lebih
bervariasi. Semua alga menghasilkan oksigen dan kebanyakan bersifat autotrof.
Hanya sebagian kecil saja yang bersifat heterotrof yang berarti bergantung pada
materi yang dihasilkan oleh organisme lain.
2.6 Cahaya tampak
Cahaya tampak sebagai radiasi elektromagnetik yang paling dikenal oleh
kita dapat didefinisikan sebagai bagian dari spektrum gelombang elektromagnetik
yang dapat dideteksi oleh mata manusia. Panjang gelombang cahaya tampak
bervariasi, bergantung pada warnanya. Meskipun spektrum optik tidak ada batas
yang jelas antara satu warna dengan warna lainnya, berikut perkiraan batas
7
warna-warna spektrum : Ungu: 380–450 nm, Biru: 450–500 nm, Hijau: 500–550
nm, Kuning: 550–600 nm, Jingga: 600–650 nm, Merah: 650–750 nm.
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia penting dimana tanaman,
ganggang dan beberapa bakteri memanfaatkan cahaya matahari untuk
menghasilkan makanan. Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi
menjadi dua bagian utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan
reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida)
Reaksi terang terjadi pada grana (tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap
terjadi di dalam stroma.
2.7 Reaksi terang
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2.
Reaksi ini memerlukan molekul air. Proses diawali dengan penangkapan foton
oleh pigmen sebagai antena. Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya
terlihat pada warna biru (400-450 nanometer) dan merah (650-700 nanometer)
dibandingkan hijau (500-600 nanometer). Cahaya hijau ini akan dipantulkan dan
ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun berwarna
hijau. Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada gelombang
cahaya dengan panjang tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang pendek
menyimpan lebih banyak energi.
Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk
dikumpulkan pada pusat-pusat reaksi. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen
yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II dan
fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang menyerap cahaya
dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem I 700
nanometer. Kedua fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis,
seperti dua baterai dalam senter yang bekerja saling memperkuat.
Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada
fotosistem II, membuatnya melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang
rantai transpor elektron. Energi dari elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi
yang menghasilkan ATP, satuan pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini
menyebabkan fotosistem II mengalami defisit atau kekurangan elektron yang
8
harus segera diganti. Pada tumbuhan dan alga, kekurangan elektron ini dipenuhi
oleh elektron dari hasil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan ionisasi
klorofil. Hasil ionisasi air ini adalah elektron dan oksigen.
Oksigen dari proses fotosintesis hanya dihasilkan dari air, bukan dari karbon
dioksida. Pendapat ini pertama kali diungkapkan oleh C.B. van Neil yang
mempelajari bakteri fotosintetik pada tahun 1930-an. Bakteri fotosintetik, selain
sianobakteri, menggunakan tidak menghasilkan oksigen karena menggunakan
ionisasi sulfida atau hidrogen.
Pada saat yang sama dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi
fotosistem I, melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor
elektron yang akhirnya mereduksi NADP menjadi NADPH.
Pada tahap pertama, energi matahari ditangkap oleh pigmen penyerap
cahaya dan diubah menjadi bentuk energi kimia, ATP, dan senyawa pereduksi
NADPH. Proses ini disebut tahap reaksi terang. Atom hidrogen dari molekul
H2O dipakai untuk mereduksi NADP+ menjadi NADPH, dan O2 dilepaskan
sebagai hasil samping reaksi fotosintesis. Reaksi ini juga dirangkaikan dengan
reaksi endergonik, membentuk ATP dari ADP + Pi. Dengan demikian, reaksi
terang dapat dituliskan dengan persamaan:
Pembentukan ATP dari ADP + Pi, merupakan suatu mekanisme
penyimpanan energi matahari yang diserap kemudian diubah menjadi bentuk
energi kimia. Proses ini disebut fosforilasi fotosintesis atau fotofosforilasi. Pada
reaksi terang yang terjadi di grana, energi cahaya memacu pelepasan elektron
dari fotosistem di dalam membran tilakoid. Fotosistem adalah tempat
berkumpulnya beratus-ratus molekul pigmen fotosintesis. Aliran elektron melalui
sistem transpor menghasilkan ATP dan NADPH. ATP dan NADPH dapat
terbentuk melalui jalur non siklik, yaitu elektron mengalir dari molekul air,
kemudian melalui fotosistem II dan fotosistem I. Elektron dan ion hidrogen akan
membentuk NADPH dan ATP. Oksigen yang dibebaskan berguna untuk respirasi
aerob. Pusat reaksi pada fotosistem I mengandung klorofil a, disebut sebagai
9
P700, karena dapat menyerap foton terbaik pada panjang gelombang 700 nm.
Pusat reaksi pada fotosistem II mengandung klorofil a yang disebut sebagai P680,
karena dapat menyerap foton terbaik pada panjang gelombang 680 nm.
10
2.8 Reaksi gelap
Disebut juga siklus Calvin-Benson. Reaksi ini disebut reaksi gelap, karena
tidak tergantung secara langsung dengan cahaya matahari. Reaksi gelap terjadi di
stroma. Namun demikian, reaksi ini tidak mutlak terjadi hanya pada kondisi
gelap. Reaksi gelap memerlukan ATP, hidrogen, dan elektron dari NADPH,
karbon dan oksigen dari karbondioksida, enzim yang mengkatalisis setiap reaksi,
dan RuBp (Ribulosa bifosfat) yang merupakan suatu senyawa yang mempunyai 5
atom karbon.
Bahan-bahan yang dihasilkan dari reaksi terang akan digunakan dalam siklus
Calvin. ATP digunakan sebagai sumber energi dan NADPH sebagai tenaga
pereduksi untuk penambahan elektron berenergi tinggi. Siklus Calvin terjadi pada
bagian kloroplas yaitu stroma. Pada reaksi gelap ini, bahan untuk fotosintesis
11
(CO2) nantinya akan dibentuk menjadi molekul gula setelah melalui 3 tahapan,
antara lain:
1) Fiksasi Karbon
Pada tahap ini, gula berkarbon 5 yang disebut ribulosa 1,5 bisfosfat (RuBP)
mengikat CO2 membentuk senyawa interme diate yang tidak stabil, sehingga
terbentuk 3-fosfogliserat. Pembentukan tersebut dikatalisis oleh enzim RuBP
karboksilase atau rubisko. Sebagian besar tumbuhan dapat melakukan fi ksasi
karbon dan menghasilkan senyawa (produk) pertama berkarbon 3, yaitu 3-
fosfogliserat. Oleh karena itu, tumbuhan yang dapat memfiksasi CO2 ini
disebut tumbuhan C3. Contohnya adalah tanaman padi, gandum, dan kedelai.
Pada beberapa tumbuhan, fiksasi karbon mendahului siklus Calvin dengan
cara membentuk senyawa berkarbon 4 sebagai produk pertamanya.Tumbuhan
seperti ini disebut tumbuhan C4. Contohnya adalah tebu, jagung, dan
anggota rumput-rumputan.
Tidak seperti pada tumbuhan C3 dan C4, tumbuhan kaktus dan nanas
membuka stomatanya pada malam hari dan menutupnya pada siang hari. Pada
saat stomata terbuka, tumbuhan mengikatkan CO2 pada berbagai asam
organik. Cara fiksasi karbon ini pertama kali dtiemukan pada
tumbuhan famili Crassulaceae (tumbuhan penyimpan air) dan disebut
metabolisme asam krasulase (Crassulacean Acid Metabolism) sehingga
tumbuh annya disebut tumbuhan CAM. Asam organik (senyawa
intermediate) yang dibuat pada malam hari disimpan dalam vakuola sel
mesofi l sampai pagi hari. Pada siang hari (stomata tertutup), reaksi terang
dapat memasok ATP dan NADPH untuk siklus Calvin. Pada saat itu,
asam organik melepaskan CO2 dan memasuki molekul gula (RuBP)
dalam kloroplas. Dengan demikian, baik tumbuhan C3, C4, maupun
CAM akan menggunakan siklus Calvin setelah fiksasi CO2, untuk
membentuk molekul gula dari karbondioksida.
12
Gambar 5. Masuknya produk reaksi terang ke siklus Calvin
2) Reduksi
Setiap molekul 3-PGA menerima gugus fosfat dari ATP sehingga terbentuk
1,3 bisfosfogliserat. Elektron dari NADPH mereduksi 1,3 bisfosfogliserat dan
terbentuk 6 molekul gliseraldehid 3-fosfat (G3P), yang dikatalisis oleh G3P
dehidrogenase. Satu molekul G3P akan keluar sebagai molekul gula atau
glukosa dan senyawa organik lain yang diperlukan tumbuhan, sedangkan 5
molekul G3P yang lain akan masuk ke tahapan regenerasi.
3) Pembentukan kembali (regenerasi) RuBP
Pada tahapan terakhir siklus Calvin ini, RuBP sebagai pengikat CO2 dibentuk
kembali oleh 5 molekul G3P. RuBP siap untuk mengikat CO2 kembali dan
siklus Calvin dapat berlanjut kembali. Dengan demikian, molekul gula
tidak akan terbentuk hanya dengan reaksi terang atau siklus Calvin saja.
Oleh karena itu, keduaproses tersebut merupakan gabungan proses untuk
terjadinya fotosintesis. Pada materi sebelumnya, kalian telah mempelajari
bahwa fotosintesis menghasilkan molekul gula. Gula yang dibuat dalam
kloroplas tersebut akan digunakan untuk proses respirasi tumbuhan atau
menyusun senyawa organik lainnya dalam sel tumbuhan. Gula tersebut akan
diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan, dalam bentuk gula sederhana
seperti glukosa. Molekul-molekul gula berlebih yang terbentuk selama
fotosintesis dan tidak diedarkan, akan menumpuk atau disimpan di dalam
13
plastida sebagai sumber cadangan energi dalam bentuk amilum atau pati
(polisakarida).
Gambar 6. Tahapan siklus Calvin
Reaksi gelap terjadi melalui beberapa tahapan, yaitu:
a) Karbondioksida diikat oleh RuBp (Ribulosa bifosfat yang terdiri atas 5
karbon) menjadi senyawa 6 karbon yang labil. Senyawa 6 karbon ini
kemudian memecah menjadi 2 fosfogliserat (PGA).
b) Masing-masing PGA menerima gugus pfosfat dari ATP dan menerima
hidrogen serta e- dari NADPH. Reaksi ini menghasilkan PGAL
(fosfogliseraldehida).
c) Tiap 6 molekul karbon dioksida yang diikat dihasilkan 12 PGAL.
d) Dari 12 PGAL, 10 molekul kembali ke tahap awal menjadi RuBp, dan
seterusnya RuBp akan mengikat CO2 yang baru.
14
e) Dua PGAL lainnya akan berkondensasi menjadi glukosa 6 fosfat. Molekul ini
merupakan prekursor (bahan baku) untuk produk akhir menjadi molekul
sukrosa yang merupakan karbohidrat untuk diangkut ke tempat penimbunan
tepung pati yang merupakan karbohidrat yang tersimpan sebagai cadangan
makanan.
ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu
berbagai proses biokimia. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah
siklus Calvin yang mengikat karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan
kemudian menjadi gula seperti glukosa). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena
tidak bergantung pada ada tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun
dalam keadaan gelap (tanpa cahaya). (Hardianto, 30: 2004)
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa proses fotosintesis
memerlukan cahaya dan CO2 Oleh karena itu, faktor lingkungan seperti cahaya
dan pasokan CO2 di dalam sel dapat memengaruhi kecepatan fotosintesis. Faktor-
faktor tersebut dapat saling berinteraksi dalam memengaruhi fotosintesis. Jika
intensitas cahaya rendah maka kecepatan fotosintesis akan rendah pula. Pada
keadaan ini, cahaya dikatakan sebagai faktor pembatas. Salah satu cara untuk
15
menentukan kecepatan fotosintesis adalah dengan mengamati pembentukan
oksigen. Pada saat intensitas cahaya mencapai titik tertentu (jenuh cahaya pada
kondisi percoban) maka tidak akan memengaruhi produksi oksigen.
Keadaan tersebut kemungkinan disebabkan CO2 menjadi faktor pembatas.
Nah, jika konsentrasi CO2 tersebut ditingkatkan maka kecepatan fotosintesis akan
meningkat dengan meningkatnya intensitas cahaya. Selain cahaya dan CO2 suhu
juga dapat memengaruhi kecepat an fotosintesis jika cahaya bukan sebagai faktor
pembatas.
Menurut F.F. Blackman (tahun 1905), fotosintesis dapat berlangsung jika
ada cahaya dan akan berhenti jika tidak ada cahaya. Fotosintesis terdiri dari
reaksi fotokimia dan reaksi enzimatis. Kondisi tanpa cahaya (gelap) dapat
menghambat pembentukan O2 melalui reaksi fotokimia. Selain faktor lingkungan,
faktor dalam juga dapat mempengaruhi kecepatan fotosintesis, antara lain:
konsentrasi enzim, kekurangan air, dan konsentrasi klorofil.
Faktor pembatas tersebut dapat mencegah laju fotosintesis mencapai kondisi
optimum meskipun kondisi lain untuk fotosintesis telah ditingkatkan, inilah
sebabnya faktor-faktor pembatas tersebut sangat mempengaruhi laju fotosintesis
yaitu dengan mengendalikan laju optimum fotosintesis. Selain itu, faktor-faktor
seperti translokasi karbohidrat, umur daun, serta ketersediaan nutrisi
mempengaruhi fungsi organ yang penting pada fotosintesis sehingga secara tidak
langsung ikut mempengaruhi laju fotosintesis. Berikut adalah beberapa faktor
utama yang menentukan laju fotosintesis :
1. Intensitas cahaya
Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya.
2. Konsentrasi karbon dioksida
Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang
dapt digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
3. Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja
pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan
meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.
16
4. Kadar air
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup,
menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju
fotosintesis.
5. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)
Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan
naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju
fotosintesis akan berkurang.
6. Tahap pertumbuhan
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada
tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini
mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak
energi dan makanan untuk tumbuh.
17
Bab III
Kesimpulan
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini antara lain:
a. Fotosintesis adalah peristiwa pembentukan karbohidrat dari karbondioksida
dan air dengan bantuan energi cahaya matahari.
b. Fotosintesis terjadi di dalam kloroplas. Kloroplas merupakan organel plastida
yang mengandung pigmen hijau daun (klorofil).
c. Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2.
Reaksi ini memerlukan molekul air dan cahaya Matahari. Proses diawali
dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena.
d. Reaksi gelap hanya berlangsung jika tersedia energi kimia (ATP dan
NADPH) serta proton (H+) yang dihasilkan oleh reaksi terang. Tanpa
didahului reaksi terang, reaksi gelap tidak akan berlangsung.
18
Daftar Pustaka
Campbell dan Reece. 2002 Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Darmawan dan Baharsjah. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT Gramedia.
Devlin, Robert M. 1975. Plant Physiology Third Edition. New York : D. Van Nostrand.
Dwijoseputro, D. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Jakarta : Gramedia.
Dwijoseputro. 1994. Pengantar Fisiologi Tanaman. Jakarta : Gramedia.
Guttman, Burton S. Dan and John, W. Hopkins. 1983. Understanding Biology. New York : Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
Rochmah, S. N., Sri Widayati, Mazrikhatul Miah. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas XII. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 282.
19