bulelengkab.bps.go fileperkembangan inflasi kabupaten buleleng tahun 2013 iii daftar grafik halaman...
TRANSCRIPT
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
PERKEMBANGAN INFLASI KABUPATEN BULELENG
TAHUN 2013
No. Publikasi : 51084.13.01 Katalog BPS : 7102004.5108 Ukuran Buku : 21 cm x 16 cm Jumlah Halaman : 23 + iii halaman Naskah : Seksi Statistik Distribusi BPS Kabupaten Buleleng Gambar Kulit : Seksi IPDS BPS Kabupaten Buleleng Dicetak oleh : Percetakan “Teleng indah” Singaraja - Bali
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
i
KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa akhirnya publikasi Perkembangan Inflasi
Kabupaten Buleleng Tahun 2013 bisa diterbitkan. Publikasi Perkembangan Inflasi
Kabupaten Buleleng Tahun 2013 ini diharapkan mampu menggambarkan kecenderungan
umum komoditas-komoditas yang diperkirakan mempunyai pengaruh kuat terbentuknya
inflasi/deflasi sehingga dapat dipakai sebagai informasi dasar pengambilan langkah-
langkah dalam pengendalian inflasi/deflasi.
Penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan
kepada semua pihak atas bantuan dan partisipasinya, sehingga terwujudnya publikasi ini.
Semoga koordinasi dan kerja sama yang baik selama ini dapat tetap terbina dan
ditingkatkan guna memenuhi azas keterpaduan, keakuratan dan kemutakhiran data yang
kami sajikan.
Kami menyadari bahwa publikasi ini masih belum sempurna. Untuk itu saran dan
kritik dari semua pihak senantiasa kami harapkan demi sempurnanya penerbitan dimasa
yang akan datang.
Semoga publikasi ini dapat menjadi masukan dan inspirasi bagi perbaikan dan
penyelenggaraan pembangunan ekonomi di Kabupaten Buleleng pada masa-masa yang
akan datang.
Singaraja, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik
Kabupaten Buleleng,
I Gede Nyoman Subadri NIP. 19650422 1986 031003
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
ii
DAFTAR ISI
Halaman
- Kata Pengantar ……………………………………….…………………………………………………. i
- Daftar Isi …………………………………………………….………………………………………………. ii
- Daftar Grafik …………………………………………..……………………………………………………. iii
I. PENDAHULUAN …………………………………………………………………………………………. 1
1.1. Sejarah Penghitungan Inflasi ..................................................................... 1
1.2. Tujuan Penghitungan IHK ........................................................................ 3
1.3. Manfaat dan Kegunaan IHK ...................................................................... 3
1.4. Sistematika Penulisan ............................................................................ 4
II. METODOLOGI …………………………………………....................................................... 5
2.1. Konsep dan Definisi ……………………….………………………………………………… 5
2.2. Faktor Pemicu Inflasi ………………….……………………………………………………….. 5
2.3. Metode Penghitungan ….…………………………………………………………………….. 6
III. POLA KONSUMSI MASYARAKAT KOTA SINGARAJA ……………….…………..………... 8
3.1. Konsumsi Agregrat ……………………….………………………………………… 10
3.2. Konsumsi Bahan Makanan ………………….……………………………..……………….. 12
3.3. Konsumsi Makanan Jadi ..………………………..………………………………………….. 13
3.4. Konsumsi Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar …………………….. 15
3.5. Konsumsi Sandang ……………………………………………………………………………….. 16
3.6. Konsumsi Kesehatan ……………………………………………………………………………. 16
3.7. Konsumsi Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga …………………………………… 17
3.8. Konsumsi Transpor, Komunikasi, dam Jasa Keuangan ………………………… 18
IV. PENUTUP ………………………………………………….…………….………………………………… 19
V. LAMPIRAN ………………………………………………………………………………………………... 20
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
iii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Perbandingan Nilai Konsumsi Kelompok Komoditas Menurut SBH 2012 10
Grafik 2. Proporsi Bobot Paket Komoditas Menurut SBH
11
Grafik 3. Perbandingan Nilai Konsumsi Umum SBH 2012 16 Kota Baru SBH 12
Grafik 4. Perbandingan Nilai Konsumsi Kelompok Makanan Jadi 13
Grafik 5. Proporsi Nilai Konsumsi dan Bobot Sub Kelompok Makanan Jadi,
Minuman, Rokok, dan Tembakau 14
Grafik . Perbandingan Nilai Konsumsi Tembakau dan Minuman Beralkohol,
Sayur-sayuran, Buah-buahan, dan Minuman yang Tidak Beralkohol 15
Grafik 7. Nilai Konsumsi Sandang Wanita, Sandang Laki-laki, Sandang Anak-anak,
dan Barang Pribadi lainnya 16
Grafik 8. Proporsi Nilai Konsumsi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah
Raga 17
Grafik 9. Nilai Konsumsi Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 18
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Sejarah Penghitungan Inflasi
Secara teoritis, pengertian inflasi merujuk pada perubahan tingkat harga (barang dan
jasa) umum yang terjadi secara terus menerus. Sejarah penghitungan laju inflasi di Indonesia
diawali dari apa yang disebut dengan Indeks Biaya Hidup (IBH). IBH digunakan di Indonesia
sebagai indikator inflasi sejak tahun 1950-an. IBH dihitung berdasar perkembangan harga-harga
kebutuhan rumah tangga di Jakarta yang dihitung berdasarkan paket komoditas sebanyak 62
barang dan jasa hasil Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilaksanakan tahun 1957-1958. IBH Jakarta
dengan tahun dasar Maret 1957 - Pebruari 1958 = 100 dihitung dan digunakan sebagai
indikator adanya laju inflasi hingga Maret 1979.
Mulai April 1979 IBH diganti dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang dihitung
berdasarkan paket komoditas (sekitar 100-110 jenis barang/jasa) hasil SBH yang dilaksanakan di
17 ibukota propinsi. IHK tersebut dihitung dengan tahun dasar April 1977- Maret 1978=100.
BPS selalu berusaha meningkatkan kecermatan, ketepatan, maupun representativeness
data yang digunakan. Pada tahun 1988/1989 BPS menyelenggarakan SBH di seluruh ibukota
propinsi di Indonesia.Tujuan utamanya adalah memperoleh diagram timbang (paket komoditas)
baru untuk memperbarui penghitungan IHK di 17 kota menjadi 27 kota. IHK dengan tahun dasar
April 1988-Maret 1989=100, mulai digunakan sejak April 1990. IHK tersebut mencakup 27
ibukota propinsi dengan paket komoditas sekitar 200-224 jenis barang dan jasa.
Pertumbuhan perekonomian Indonesia dalam dasawarsa tahun 90-an yang begitu pesat
berdampak pada pendapatan perkapita masyarakat yang meningkat cukup drastis sehingga
mengakibatkan pola konsumsi rumah tangga hasil SBH 1988/1989 tersebut telah berubah. Oleh
karena itu BPS memandang perlu untuk mengadakan SBH guna memperbarui penghitungan
IHK, yaitu dengan melaksanakan SBH pada tahun 1966. SBH 1996 dilaksanakan di 44 kota yang
terdiri dari 27 ibukota propinsi dan 17 ibukota kabupaten/kota yang potensi perekonomiannya
cukup tinggi. Paket komoditas yang diperoleh berkisar antara 249-353 jenis barang dan jasa.
Penghitungan laju inflasi dengan tahun dasar 1996=100 mulai digunakan sejak April 1998 untuk
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
2
penghitungan kumulatif menggunakan metode point to point , sedangkan tahun sebelumnya
penghitungan kumulatif menggunakan metode inflasi tahun berjalan dijumlahkan dengan
inflasi bulan sebelumnya.
Perkembangan teknologi dan informasi di tahun 2000-an yang begitu pesat berdampak
pada pola konsumsi rumah tangga hasil SBH 1996 berubah. Oleh karena itu BPS memandang
perlu untuk mengadakan SBH guna memperbaharui penghitugan IHK, yaitu dengan
melaksanakan SBH pada tahun 2002 di 45 kota di Indonesia. Tujuan dari SBH 2002 adalah
untuk mendapatkan diagram timbang dan paket komoditas baru yang akan digunakan dalam
penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun dasar 2002. Penghitungan laju inflasi dengan
menggunakan tahun dasar 2002=100 mulai digunakan sejak Juni 2002. Kemudian mengingat
perubahan kondisi ekonomi Indonesia, yang menyebabkan naiknya harga-harga berbagai jenis
komoditi barang dan jasa, maka pada tahun 2007 dilakukan kembali SBH 2007 dengan cakupan
jumlah kota bertambah dari 45 kota pada 2002 menjadi 65 kota , sementara paket
komoditasnya yang diperoleh adalah 284-441 jenis barang/jasa dengantahun dasar
penghitungan IHK 2007=100, dimana IHK disajikan dalam 7 kelompok dan 35 sub kelompok
pengeluaran.
Berbagai macam peristiwa ekonomi, politik, gejolak masyarakat dan perubahan harga
barang/jasa yang cukup besar selama beberapa tahun terakhir mengakibatkan perubahan pola
konsumsi masyarakat yang signifikan. Oleh karena itu, tersedianya data pola konsumsi terkini
sebagai bahan dasar penyusunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dan inflasi yang lebih baik
menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditunda. Paket komoditas dan diagram timbang hasil SBH
2007 yang digunakan dalam penghitunagn IHK, sudah tidak sesuai lagi untuk menggambarkan
keadaan sekarang secara tepat yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan tersebut. Oleh
karena itu, BPS pada Tahun 2012 menyelenggarakan Survei Biaya Hidup 2012 (SBH 2012).
Cakupan SBH 2012 adalah 33 ibukota propinsi dan 49 Kabupaten/Kota yang perekonomiannya
relatif tinggi. Kota Singaraja mulai tahun 2012 menjadi salah satu kota baru yang melaksanakan
SBH 2012.
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
3
1.2. Tujuan Penghitungan IHK
Angka inflasi merupakan salah satu indikator penting yang dapat memberikan informasi
tentang dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.
Perkembangan harga barang dan jasa berdampak langsung pada daya beli dan biaya hidup
masyarakat, perubahan nilai asset dan kewajiban serta nilai kontrak/ transaksi bisnis. Inflasi
merupakan indikator pergerakan antara permintaan dan penawaran di pasar riil, juga terkait
erat dengan perubahan tingkat suku bunga, produktivitas ekonomi, nilai tukar rupiahdengan
valuta asing, indeksasi anggaran dan parameter ekonomi makro lain (BPS,2005). Oleh karena itu
masyarakat, pelaku bisnis, kalangan perbankan, dan pemerintah sangat berkepentingan
terhadap perkembangan inflasi.
Tujuan dilaksanakannya penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau yang lebih
dikenal sebagai Inflasi adalah untuk mengetahui perkembangan tingkat harga barang dan jasa
kebutuhan masyarakat secara rata-rata (agregat). Inflasi yang tinggi menunjukkan terjadinya
kenaikan harga barang/jasa kebutuhan masyarakat sehari-hari. Kenaikan harga barang/jasa
yang cukup tinggi dapat dikatakan sebagai menurunnya kemampuan daya beli masyarakat
untuk memperoleh barang/jasa (nilai riil uang menurun). Tingkat inflasi yang berfluktuasi tinggi
menunjukkan besarnya ketidakpastian nilai uang, tingkat produksi, distribusi, dan arah
perkembangan ekonomi sehingga dapat menimbulkan ekspektasi keliru dan manipulasi yang
dapat membahayakan perekonomian secara keseluruhan. Sebaliknya inflasi yang rendah juga
tidak menguntungkan perekonomian karena menggambarkan rendahnya daya beli masyarakat
akan barang dan jasa yang pada gilirannya memperlambat pertumbuhan ekonomi.
1.3. Manfaat dan Kegunaan IHK
Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang
perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar pengambilan
keputusan baik tingkat ekonomi mikro atau makro, baik fiscal maupun moneter. Pada tingkat
mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya dapat memanfaatkan angka inflasi untuk dasar
penyesuaian pengeluaran kebutuhan sehari-hari dengan pendapatan mereka yang relative
tetap. Pada tingkat korporat, angka inflasi dapat dipakai untuk perencanaan pembelanjaan dan
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
4
kontrak bisnis. Dalam lingkup yang lebih luas (makro) angka inflasi menggambarkan
kondisi/stabilitas moneter dan perekonomian.
Kegunaan Data IHK, antara lain:
1. Indeksasi upah/ gaji
2. Penyesuaian nilai kontrak
3. Eskalasi nilai proyek
4. Penentu target inflasi
5. Asumsi APBN
6. Salah satu indikator bagi pemerintah untuk melihat pertumbuhan ekonomi
7. Sebagai proxy perubahan biaya hidup, dll
1.4. Sistematika Penulisan.
Publikasi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu :
Bab I : Pendahuluan, menguraikan gambaran umum, maksud dan tujuan, sumber
data dan sistematika penulisan.
Bab II : Metodologi.
Bab III: Pola Konsumsi Masyarakat.
Bab IV: Penutup
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
5
II. METODOLOGI
2.1. Konsep dan Definisi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas
di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya
nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-
rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan
inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika
proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi.
Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala
dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
2.2. Faktor Pemicu Inflasi
Angka inflasi merupakan angka agregat dari perubahan harga sekelompok barang dan
jasa yang dikonsumsi masyarakat dan dianggap mewakili seluruh barang dan jasa yang dijual di
pasar. Harga barang dan jasa itu sendiri sebagian besar ditentukan oleh mekanisme pasar yaitu
interaksi antara penawaran dan permintaan, sebagian lagi ditentukan oleh kebijakan
pemerintah, seperti harga BBM, Tarif Dasar Listrik, Tarif Angkutan, dan lain-lain. Oleh karena
itu, untuk mengetahui factor pemicu inflasi, maka perlu diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran barang dan jasa seperti tingkat
produksi, distribusi, dan stock. Produksi yang berlebih dan distribusi barang yang
lancar seperti terjadi pada panen raya akan menyebabkan kelebihan penawaran
barang di pasar dan harga /inflasi akan turun.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan barang dan jasa yang berkaitan
dengan daya beli masyarakat, perilaku, selera, dan jumlah konsumen. Perilaku
permintaan konsumen akan barang dan jasa juga dipengaruhi oleh faktor musim,
hari-hari raya/lebaran dan tahun ajaran baru.
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
6
c. Kebijakan fiscal pemerintah, kebijakan moneter, dan kondisi perekonomian
secara keseluruhan yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan
harga barang dan jasa.
Mengingat begitu luasnya faktor-faktor sumber pemicu inflasi maka sulit diidentifikasi
besarnya faktor tunggal penyebab inflasi. Sehingga sulit juga untuk memprediksi secara pasti
besaran inflasi di masa mendatang.
2.3. Metode Penghitungan
Indeks Harga Konsumen
k Pni
∑ ------------ x P(n-i) . Qoi
i=1 P(n-1)i
In= --------------------------------- x 100 %
k
∑ Poi . Qoi
i=1
Keterangan :
In : indeks bulan ke –n
Pni : Harga jenis barang i, bulan ke-n
P(n-i)I : Harga jenis barang I, bulan ke-(n-1)
P(n-i)i. Qoi : Nilai Konsumsi jenis barang I , bulan ke-(n-1)
Poi . Qoi : Nilai Konsumsi jenis barang I, pada tahun dasar
k : Banyaknya jenis barang paket komoditas
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
7
Laju Inflasi Bulanan
In – I(n-1)
L In = --------------------------------------- x 100 %
I(n-1)
Keterangan :
L In : Laju Inflasi bulan ke-n
In : Indeks bulan ke-n
I(n-1) : Indeks bulan ke-(n-1)
Laju Inflasi Tahun Kalender
Dihitung dengan metode “point to point” , dan sebagai acuannya adalah IHK bulan
Desember tahun sebelumnya. Misalnya laju inflasi tahun 2013 :
IDes’13 – IDes’12
L I2013 = ----------------------- x 100 %
IDes’12
Laju Inflasi Year on Year
Merupakan laju inflasi selama 12 bulan terakhir atau inflasi mulai dari bulan yang sama
tahun sebelumnya. Metode penghitungan yang digunakan adalah “point to point”.
Misalnya laju inflasi year on year bulan Juni 2013 ( Juni 2012 s/d Juni 2013) :
IJuni’13 – IJuni’12
L Iyoy Juni 2013 = ------------------------------------- x 100 %
IJuni’12
Pada bulan Desember , besarnya laju inflasi year on year akan sama dengan tahun
kalender.
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
8
III. POLA KONSUMSI MASYARAKAT KOTA SINGARAJA
Pada tahun 2012 BPS telah merancang SBH 2012 dengan tujuan untuk menghasilkan
paket komoditas dan diagram timbang terbaru dalam penghitungan IHK. Sementara itu, BPS
juga melaksanakan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang bertujuan untuk
mengumpulkan data pengeluaran konsumsi makanan dan bukan makanan serta karakteristik
sosial ekonomi yang sama dengan SBH. Agar kedua survey tersebut lebih berdayaguna, efisien
dan hasil yang dicapai lebih berkualitas, maka mekanisme kerja SBH 2012 diintegrasikan dengan
SUSENAS khususnya untuk Blok Sensus yang terdapat di daerah perkotaan.
Kabupaten Buleleng merupakan 16 kabupaten/kota baru yang menjadi sampel SBH
2012 dari 82 kota dan 33 propinsi di seluruh Indonesia. Sampel SBH yang ada di Kabupaten
Buleleng itu meliputi 212 blok sensus termasuk blok sensus Susenas, 81 desa yang menyebar
pada 9 kecamatan. Dalam setahun akan ada 2.120 rumah tangga yang menjadi responden atau
yang dimintai keterangan baik itu mengisi data sendiri ataupun dengan wawancara langsung.
Beberapa jenis dokumen yang digunakan petugas dilapangan:
1. VSEN 12 P. = merupakan dokumen updating keberadaan rumah tangga
2. VSEN 12 BL. = merupakan dokumen pencatatan segala pengeluaran baik
konsumsi maupun non konsumsi seluruh anggota rumah
tangga selain bahan makanan, makanan jadi, minuman,
rokok, dan tembakau.
3. VSEN 12 HR. = merupakan dokumen untuk mencatat segala bentuk
pengeluaran bahan makanan, makanan jadi, minuman,
rokok, dan tembakau setiap harinya, baik itu membeli
atau pemberian.
4. VSEN 12 K. = merupakan dokumen untuk mencatat keterangan pokok
rumah tangga dan anggota rumah tangga, mulai dari
umur, status perkawinan, pendidikan keterangan kondisi
bangunan tempat tinggal, dsb.
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
9
5. VSEN 12 M. = merupakan dokumen untuk mencatat seluruh pendapatan
dan pengeluaran rumah tangga.
6. VSEN 12 LK. = dokumen rekapan dari VSEN 12 HR.
Langkah kerja pelaksanaan SBH 2012
1. Pelaksanaan SBH 2012 terbagi menjadi 4 triwulan dimana setiap triwulan
terlebih dulu dilaksanakan pemutahiran rumah tangga hasil SP2010-C1 dengan
menggunakan dokumen VSEN 12 P. Pencacah yang melakukan kegiatan ini
dibekali peta SP2010-WB yang sudah dilengkapi muatan bangunan fisik. Tugas
pencacah mendatangi bangunan fisik dan rumah tangga dalam blok sensus
tersebut satu per satu untuk menanyakan keberadaan rumah tangga di BS
tersebut.
2. Setelah semua rumah tangga pada blok sensus terpilih dilakukan pemutakhiran,
maka daftar VSEN 12 P di entry dan dilakukan penarikan sampel rumah tangga
menggunakan computer. Nama-nama rumah tangga yang terpilih menjadi
sampel di setiap blok sensus tercetak dalam dokumen VSEN 12 DSRT.
3. Hakekatnya dokumen VSEN 12 BL diisi sendiri oleh rumah tangga terpilih atas
bimbingan pencacah. Pengisian dokumen tersebut dilakukan setiap bulan.
Pencacah mengunjungi rumah tangga terpilih sebanyak empat kali setiap
triwulannya untuk memeriksa pengisian yang telah dilakukan oleh RT terpilih,
dan melakukan klarifikasi mengenai nilai pengeluaran serta meyakinkan bahwa
seluruh pengeluaran barang dan jasa selain bahan makanan telah tercatat
semuanya.
4. Pada bulan ketiga setiap triwulannya, disamping melakukan pencacahan Daftar
VSEN 12 BL, pencacah melakukan pencacahan Daftar VSEN12 K, VSEN 12 HR, dan
VSEN 12 M1.
Dari hasil pencacahan SBH 2012 selama empat triwulan itu diperoleh paket komoditi
dan diagram timbang terhadap barang-barang yang dikonsumsi masyarakat Buleleng di daerah
kota. Paket komoditas terpilih akan menggambarkan pola konsumsi masyarakat. Selain itu,
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
10
paket komoditas juga menggambarkan alokasi anggaran konsumen untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Pilihan konsumen terhadap suatu komoditas berbeda antara orang yang
satu dengan yang lain tergantung pada pendapatannya, kualitas barang yang tersedia di pasar.
Secara umum, IHK sebagai ukuran untuk inflasi atau deflasi mencerminkan kecenderungan
perubahan harga-harga dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat.
3.1 Konsumsi Agregat
Survei Biaya Hidup 2012 menunjukkan pengeluaran perkapita masyarakat kota di
Buleleng pertahun adalah Rp 3.114.655,27. Pengeluaran ini relative rendah kalau dibandingkan
dengan 82 kota di Indonesia yang menjadi kota SBH dengan rata-rata nilai konsumsi sebesar Rp.
4.641.059,65.
Grafik 1. Perbandingan Nilai Konsumsi Kelompok Komoditas Menurut SBH 2012
Untuk pengeluaran kelompok bahan makanan diantara 7 kelompok mempunyai
proporsi terbesar yaitu 26,91 %. Terbesar kedua adalah pengeluaran per kapita untuk
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar yaitu Rp. 820.741,39 per tahun. Persentase nilai
838109,21
607173,71
820741,39
129191,94 142918,36
202812,24
373708,42
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
700000
800000
900000
Bah
an M
akan
an
Mak
anan
Jad
i, M
inu
man
,R
oko
k, d
an T
emb
akau
Pe
rum
ahan
, Air
, Lis
trik
, Gas
dan
Bah
an B
akar Sa
nd
ang
Ke
seh
atan
Pe
nd
idik
an, R
ekre
asi,
dan
Ola
h R
aga
Tran
spo
r, K
om
un
ikas
i, d
anJa
sa K
eu
anga
n
1 2 3 4 5 6 7
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
11
konsumsi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau adalah 19,49% artinya
dalam setahun pengeluaran per kapita masyarakat kota Buleleng untuk makanan jadi,
minuman, rokok, dan tembakau sebesar Rp.607.173,71. Secara umum, masyarakat kota di
Buleleng masih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan primer, hal ini dilihat dari besarnya
proporsi pemenuhan kebutuhan makanan dibanding proporsi pemenuhan kebutuhan non
makanan.
Grafik 2. Proporsi Bobot Paket Komoditas Menurut SBH 2012
Pola konsumsi umum Kota Singaraja masih dibawah rata-rata nilai konsumsi 16 kota
baru SBH, dan jika diurutkan dari nilai konsumsi umum terbesar Kota Singaraja menduduki
urutan ke 14 yaitu diatas Kota Kudus dan Kota Banyuwangi.
27%
19% 26%
4%
5%
7%
12%
1 Bahan Makanan
2 Makanan Jadi, Minuman,Rokok, dan Tembakau
3 Perumahan, Air, Listrik, Gasdan Bahan Bakar
4 Sandang
5 Kesehatan
6 Pendidikan, Rekreasi, danOlah Raga
7 Transpor, Komunikasi, danJasa Keuangan
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
12
Grafik 3. Perbandingan Nilai Konsumsi Umum SBH 2012 16 Kota Baru SBH
3.2 Konsumsi Bahan Makanan
Jika dilihat lebih rinci tentang kelompok bahan makanan maka dapat diketahui bahwa
nilai konsumsi per kapita per tahun masyarakat kota di Buleleng untuk padi-padian, umbi-
umbian, dan hasilnya sebesar Rp 321.504,05. Nilai konsumsi tersebut mempunyai proporsi
terbesar diantara 11 sub kelompok. Hal ini menunjukan bahwa pola makan masyarakat kota di
Buleleng adalah padi-padian, umbi-umbian, dan lainya sebagai makanan pokok/ utama.
Proporsi terbesar kedua untuk pengeluaran kelompok bahan makanan adalah daging
dan hasil-hasilnya yaitu 13.92 % atau memiliki nilai konsumsi per kapita per tahun adalah Rp.
116.656,20. Dari hasil tersebut, diketahui bahwa masyarakat kota di Buleleng lebih banyak
mengkonsumsi daging daripada lauk lainnya, ikan dan telur.
0,00
500.000,00
1.000.000,00
1.500.000,00
2.000.000,00
2.500.000,00
3.000.000,00
3.500.000,00
4.000.000,00
4.500.000,00
5.000.000,00
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
13
Grafik 4. Perbandingan Nilai Konsumsi Kelompok Makanan Jadi
Proporsi terbesar ketiga adalah pengeluaran bumbu-bumbuan, artinya pengeluaran per
kapita masyarakat kota di Buleleng untuk sub kelompok bumbu-bumbuan adalah Rp.72.793,93.
Menarik untuk dicermati bahwa pengeluaran untuk konsumsi bumbu lebih besar dibanding
pengeluaran sayur-sayuran, ikan, dan telur serta susu dan hasilnya.
3.3 Konsumsi Makanan Jadi
Berdasar grafik 5, pengeluaran perkapita pertahun masyarakat kota di Buleleng untuk
makanan jadi sebesar Rp. 354.376,57 atau mempunyai proporsi sebesar 58 % diantara
minuman, rokok dan tembakau. Pengeluaran terbesar kedua adalah konsumsi tembakau dan
0 100000 200000 300000
Padi-padian, Umbi-umbian, dan hasilnya
Daging dan Hasil-hasilnya
Ikan Segar
Ikan Diawetkan
Telur, Susu, dan hasil-hasilnya
Sayur-sayuran
Kacang-kacangan
Buah-buahan
Bumbu-bumbuan
Lemak dan Minyak
Bahan Makanan Lainnya
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
14
minuman beralkohol, dimana dalam setahun pengeluaran perkapita mencapai Rp 127.863,55
atau sekitar 21%.
Grafik 5: Proporsi Nilai Konsumsi dan Bobot Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau.
58% 21%
21%
makanan jadi
minuman yang tidakberalkohol
tembakau dan minumanberalkohol
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
15
Grafik 6 : Perbandingan Nilai Konsumsi Tembakau dan Minuman Beralkohol, Sayur-sayuran, Buah-buahan, dan Minuman yang Tidak Beralkohol.
Apabila dibandingkan terhadap total pengeluaran konsumsi per kapita setahun, proporsi
pengeluaran tambakau dan minuman beralkohol masyarakat kota di Buleleng cukup tinggi yaitu
sebesar 4,11%. Nilai konsumsi tersebut lebih besar dibandingkan nilai konsumsi buah-buahan,
sayur-sayuran, dan minuman yang tidak beralkohol.
3.4 Konsumsi Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Berdasar hasil SBH 2012, pengeluaran per kapita per tahun masyarakat kota di Buleleng
untuk tempat tinggal sebesar Rp. 548.800,20. Pengeluaran tersebut mempunyai andil 66,87 %
terhadap total pengeluaran untuk perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Apabila
diproporsikan terhadap total pengeluaran secara umum, pengeluaran biaya tempat tinggal
mempunyai andil 17,62 %.
Besarnya pengeluaran bahan bakar, penerangan, dan air perkapita per tahun
masyarakat kota di Buleleng adalah Rp. 174.849,71. Secara proporsi, pengeluaran tersebut
mempunyai andil 21% terhadap total pengeluaran kelompok perumahan dan andil 5,6 %
terhadap total pengeluaran secara umum.
127.863,55
63.201,62
44.990,34
124.933,59
0,00 40.000,00 80.000,00 120.000,00
Tembakau dan Minuman Beralkohol
Sayur-sayuran
Buah-buahan
Minuman yang tidak beralkohol
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
16
3.5 Konsumsi Sandang
Grafik 7 : Nilai Konsumsi Sandang Wanita, Sandang Laki-laki, Sandang Anak-anak, dan Barang Pribadi lainnya
Berdasar grafik diatas, pengeluaran konsumsi sandang wanita lebih besar dibandingkan
pengeluaran konsumsi sandang laki-laki, sandang anak, maupun barang pribadi lainnya.
Berdasar nilai konsumsi, pengeluaran per kapita per tahun untuk sandang wanita adalah
Rp 40.683,03. Nilai konsumsi untuk sandang laki-laki adalah Rp. 38.448,74. Nilai konsumsi
sandang secara umumnya terlihat cukup kecil. Hal ini terlihat dari bobot nilai konsumsi sandang
baik laki-laki, wanita, dan anak dibanding pengeluaran total adalah masing-masing 1%.
3.6 Kosumsi Kesehatan
SBH 2012 menunjukkan pengeluaran konsumsi kesehatan perkapita per tahun adalah
Rp.142.918,36 atau 4,6 persen dari seluruh pengeluaran setiap orang selama satu tahun. Dari
pengeluaran untuk konsumsi kesehatan tersebut, konsumsi untuk jasa kesehatan mengambil
share tertinggi yaitu 41%. Apabila dibandingkan dengan pengeluaran umum, share pengeluaran
30%
31%
26%
13%
sandang laki-laki
sandang wanita
sandang anak
barang pribadi dansandang lain
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
17
jasa kesehatan adalah 1,89%. Artinya, rata-rata pengeluaran setiap orang yang dialokasikan
untuk jasa kesehatan adalah sebesar 1,89% setiap tahunnya.
Pengeluaran terbesar kedua adalah konsumsi perawatan jasmani dan kosmetika. Secara
ilustrasi, setiap orang dalam satu tahun mengeluarkan biaya untuk konsumsi perawatan
jasmani dan kosmetika sebesar Rp. 57.492,57. Pengeluaran terbesar ketiga untuk kelompok
kesehatan adalah konsumsi obat-obatan, yaitu dalam satu tahun mencapai Rp. 20.500,32.
3.7 Konsumsi Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga
Grafik. 8 Proporsi Nilai Konsumsi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga
Berdasar hasil SBH2012, rata-rata pengeluaran setiap orang untuk kelompok konsumsi
pendidikan, rekreasi, dan olahraga dalam satu tahun sebesar Rp. 202.812,24 atau 6.51% dari
seluruh pengeluaran. Share tertinggi untuk kelompok tersebut adalah konsumsi pendidikan
yang mencapai 59%. Share terbesar kedua adalah rekreasi yaitu 22% dari total pengeluaran
untuk kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga.
Pendidikan 59%
Kursus-kursus / Pelatihan
2%
Perlengkapan/ Peralatan
Pendidikan 15%
Rekreasi 22%
Olah Raga 2%
Proporsi Nilai Kosumsi
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
18
Berdasar tabel, nilai konsumsi pendidikan adalah Rp. 119.675,02. Secara ilustrasi, dalam
satu tahun rata-rata setiap orang mengeluarkan biaya untuk pendidikan sebesar Rp.
119.675,02.
Dalam satu tahun, rata-rata setiap orang mengeluarkan biaya rekreasi sebesar
Rp.43.370,21. Nilai konsumsi biaya perlengkapan pendidikan adalah Rp. 31,082.08 mempunyai
makna, secara rata-rata setiap orang mengeluarkan biaya untuk perlengkapan pendidikan
sebesar Rp. 31.082,08 selama satu tahun.
3.8 Konsumsi Transport, Komunikasi, Dan Jasa Keuangan
Kelompok komoditas transport, komunikasi, dan jasa keuangan memberikan andil
terhadap nilai konsumsi keseluruhan masyarakat kota di Kabupaten Buleleng perkapita pertahun
sebesar Rp. 373.708,42. Share tertinggi berasal dari komoditas transport yaitu 62,67% dari nilai
konsumsi kelompok, dengan nilai konsumsi sebesar Rp. 234.218,18. Secara ilustrasi, makna dari
nilai konsumsi tersebut adalah setiap orang dalam jangka satu tahun mengeluarkan biaya
Rp.234.218,18 untuk konsumsi traspor.
Grafik 9. Nilai Konsumsi Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
234.218,18
87.101,72
46.061,58
6.326,94
0,00
50.000,00
100.000,00
150.000,00
200.000,00
250.000,00
Transpor Komunikasi danPengiriman
Sarana danPenunjang Transpor
Jasa Keuangan
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
19
IV.
Penutup
Inflasi merupakan indikator pergerakan antara permintaan dan penawaran di pasar riil,
juga terkait erat dengan perubahan tingkat suku bunga, produktivitas ekonomi, nilai tukar
rupiahdengan valuta asing, indeksasi anggaran dan parameter ekonomi makro lain (BPS,2005).
Oleh karena itu masyarakat, pelaku bisnis, kalangan perbankan, dan pemerintah sangat
berkepentingan terhadap perkembangan inflasi.
Pembangunan ekonomi Kabupaten Buleleng dalam tiga tahun belakangan ini mengalami
peningkatan yang ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang positif namun corak
perekonomian Kabupaten Buleleng masih bersifat agraris. Sejalan dengan itu, pola konsumsi
masyarakat di Kota Singaraja juga masih didominasi oleh pengeluaran primer atau makanan
termasuk di dalamnya makanan jadi. Konsumsi makanan jadi menempati urutan ketiga setelah
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat Kota
Singaraja cenderung memilih yang instan tentunya disebabkan oleh sebagian dari mereka
adalah penghuni kost baik karena masih merupakan pelajar, mahasiswa atau karena alasan lain.
Pola konsumsi masyarakat yang didominasi oleh pengeluaran primer atau makanan ini
akan sangat berdampak terhadap terjadinya inflasi/deflasi jika terjadi perubahan pada harga-
harga pada kelompok bahan makanan.
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
20
V.
LAMPIRAN
Tabel 1. Nilai Konsumsi Kelompok Komoditas dan Penimbangnya Menurut SBH 2012
No Kelompok Pengeluaran Nilai Konsumsi Bobot
1 Bahan Makanan 838.109,21 26,91
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan
Tembakau
607.173,71 19,49
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 820.741,39 26,35
4 Sandang 129.191,94 4,15
5 Kesehatan 142.918,36 4,59
6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga 202.812,24 6,51
7 Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 373.708,42 12,00
Umum 3.114.655,27 100,00
Tabel 2. Nilai Konsumsi dan Bobot untuk Kelompok Bahan Makanan dan Penimbangnya Menurut SBH 2012
No Sub Kelompok Nilai Konsumsi Bobot
1 Padi-padian, Umbi-umbian, dan
hasilnya 321.504,05 38,36
2 Daging dan Hasil-hasilnya 116.656,20 13,92
3 Ikan Segar 51.030,93 6,09
4 Ikan Diawetkan 22.928,58 2,74
5 Telur, Susu, dan hasil-hasilnya 55.467,26 6,62
6 Sayur-sayuran 63.201,62 7,54
7 Kacang-kacangan 38.147,98 4,55
8 Buah-buahan 44.990,34 5,37
9 Bumbu-bumbuan 72.793,93 8,69
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
21
10 Lemak dan Minyak 49.454,95 5,90
11 Bahan Makanan Lainnya 1.933,37 0,23
Umum 838.109,21 100,00
Tabel 3. Nilai Konsumsi dan Bobot Komoditas Tembakau dan Minuman Beralkohol, sayur-
sayuran, Buah-buahanm dan minuman yang tidak beralkohol.
No Sub Kelompok NK Bobot Total
1 Tembakau dan Minuman Beralkohol 127,863.55 4.11
2 Sayur-sayuran 63,201.62 2.03
3 Buah-buahan 44,990.34 1.44
4 Minuman yang tidak beralkohol 124,933.59 4.01
Tabel 4. Nilai Konsumsi dan Bobot untuk Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar
No Sub Kelompok Nilai Konsumsi Bobot
terhadap Kelompok
Bobot terhadap
Umum
1 Biaya Tempat Tinggal 548.800,20 66,87 17,62
2 Bahan Bakar, Penerangan,
dan Air
174.849,71 21,30 5,61
3 Perlengkapan Rumah Tangga 43.160,56 5,26 1,39
4 Penyelenggaraan Rumah Tangga 53.930,92 6,57 1,73
Umum 820.741,39 100,00 26,35
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
22
Tabel 5. Nilai Konsumsi dan Bobot Untuk Kelompok Sandang
No Sub Kelompok Nilai
Konsumsi
Bobot Terhadap Kelompok
Bobot Terhadap
Umum
1 Sandang Laki-laki 38,448.74 29.76 1.23
2 Sandang Wanita 40,683.03 31.49 1.31
3 Sandang Anak 33,315.14 25.79 1.07
4 Barang Pribadi dan Sandang Lainnya 16,745.03 12.96 0.54
Umum 129,191.94 100.00 4.15
Tabel 6. Nilai Konsumsi dan Bobot Untuk Kelompok Kesehatan
No Sub Kelompok Nilai Kosumsi Bobot
Terhadap Kelompok
Bobot terhadap Umum
1 Jasa Kesehatan 58,746.61 41.11 1.89
2 Obat-obatan 20,500.32 14.34 0.66
3 Jasa Perawatan Jasmani 6,178.86 4.32 0.20
4 Perawatan Jasmani dan Kosmetika
57,492.57 40.23 1.84
Umum 142,918.36 100 4.59
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
Perkembangan Inflasi Kabupaten Buleleng Tahun 2013
23
Tabel 7. Nilai Konsumsi dan Bobot Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga
No Sub Kelompok Nilai
Konsumsi Bobot
Kelompok
Bobot terhadap
Umum
1 Pendidikan 119,675.02 59.01 3.84
2 Kursus-kursus / Pelatihan 4,744.73 2.34 0.15
3 Perlengkapan/ Peralatan Pendidikan 31,082.08 15.33 1
4 Rekreasi 43,370.21 21.38 1.39
5 Olah Raga 3,940.20 1.94 0.13
Total 202,812.24 100 6.51
Tabel 8. Nilai Konsumsi dan Bobot Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
No Sub Kelompok Nilai
Komoditas
Bobot
Terhadap
Kelompok
Bobot
Terhadap
Umum
1 Transpor 234,218.18 62.67 7.52
2 Komunikasi dan Pengiriman 87,101.72 23.31 2.80
3 Sarana dan Penunjang Transpor 46,061.58 12.33 1.48
4 Jasa Keuangan 6,326.94 1.69 0.20
Total 373,708.42 100.00 12.00
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id
http://
bulelen
gkab.b
ps.go.id