industri tenun ikat di gianyar - sinta.unud.ac.id filepada bab ini juga berisikan sub-bab mengenai...
TRANSCRIPT
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 7
BAB II
PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT
Pada bab ini akan menguraikan landasan teori yang berhubungan dengan gedung industri,
dengan cara menguraikan secara umum hingga khusus, seperti tinjauan umum industri, dan
tinjauan umum kain tenun ikat. Pada bab ini juga berisikan sub-bab mengenai hasil dari
tinjauan proyek sejenis dan spesifikasi umum Industri Tenun Ikat.
2.1 Tinjauan Umum Gedung Industri
Tinjauan umum akan membahas mengenai pengertian gedung, industri, jenis industri,
peralatan dalam industri, ruang dalam industri, pengguna industri, kebutuhan ruang industri.
2.1.1 Pengertian Gedung
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan
tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah
dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk
hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus. Secara umum gedung dapat diartikan sebagai gedung yang
fungsinya untuk kepentingan publik, baik berupa fungsi keagamaan, fungsi usaha, maupun
fungsi sosial dan budaya (Poerwadarminta, 1976:303).
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 8
2.1.2 Pengertian Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan
(Godam, 2006).
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaanya (UU No.5 Tahun 1986 Tentang Perindustrian).
Suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar
secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi, dana
tau barang yang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya
lebih dekat kepada pemakai akhir (BPS).
Pengertian industri secara luas, yaitu kegiatan manusia memanfaatkan sumberdaya,
sedangkan dalam arti sempit industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang
jadi atau setengah jadi.
Jadi, pengertian industri dapat disimpulkan, yaitu suatu kegiatan mengolah bahan
mentah dengan harga serendah mungkin menjadi barang yang memiliki nilai yang lebih tinggi
nilainya.
2.1.3 Klasifikasi Industri
Pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam
bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Karena merupakan kegiatan ekonomi
yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada
umumnya, makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah,
makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha
tersebut. Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri pun berbeda-beda. Tetapi pada
dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku,
tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi yang digunakan. Selain faktor-faktor
tersebut, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan
keanekaragaman industri negara tersebut, semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat
yang harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis industrinya.
Adapun klasifikasi industri berdasarkan kriteria masing-masing, adalah sebagai
berikut.
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 9
A. Klasifikasi industri berdasarkan bahan baku
Tiap-tiap industri membutuhkan bahan baku yang berbeda, tergantung pada apa yang akan
dihasilkan dari proses industri tersebut. Berdasarkan bahan baku yang digunakan, industri
dapat dibedakan menjadi:
a. Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam.
Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil perikanan, dan industri hasil kehutanan.
b. Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasil-hasil industri lain.
Misalnya: industri kayu lapis, industri pemintalan, dan industri kain.
c. Industri fasilitatif atau disebut juga industri tertier. Kegiatan industrinya adalah dengan
menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain. Misalnya: perbankan, perdagangan,
angkutan, dan pariwisata.
B. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat
orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari
anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu
sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri
tempe/ tahu, dan industri makanan ringan.
b. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang,
Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga kerjanya berasal dari
lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri
batubata, dan industri pengolahan rotan.
c. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99
orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja
memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial
tertentu. Misalnya: industri tekstil, industri konveksi, dan industri keramik.
d. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri
industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk
pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan
perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya:
industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 10
C. Klasifikasi industri berdasarkan produksi yang dihasilkan
Berdasarkan produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu
pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau
digunakan secara langsung. Misalnya: industri anyaman, industri konveksi, industri
makanan dan minuman.
b. Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang
membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau digunakan. Misalnya:
industri pemintalan benang, industri ban, industri baja, dan industri tekstil.
c. Industri tertier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau benda yang dapat
dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung, melainkan berupa
jasa layanan yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat. Misalnya:
industri angkutan, industri perbankan, industri perdagangan, dan industri pariwisata.
D. Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi
Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang
setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri
yang lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium, industri pemintalan, dan
industri baja.
b. Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi
sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen.
Misalnya: industri tekstil, industri konveksi, industri otomotif, dan industri meubeler.
E. Klasifikasi industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian
Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga pengklasifikasian industri
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang dikeluarkan
oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Adapun pengklasifikasiannya adalah
sebagai berikut:
a. Industri Kimia Dasar (IKD)
Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan: modal yang besar, keahlian
yang tinggi, dan menerapkan teknologi maju. Adapun industri yang termasuk kelompok IKD
adalah sebagai berikut:
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 11
1) Industri kimia organik, misalnya: industri bahan peledak dan industri bahan kimia tekstil.
2) Industri kimia anorganik, misalnya: industri semen, industri asam sulfat, dan industri
kaca.
3) Industri agrokimia, misalnya: industri pupuk kimia dan industri pestisida.
4) Industri selulosa dan karet, misalnya: industri kertas, industri pulp, dan industri ban.
b. Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)
Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam menjadi mesin-mesin
berat atau rekayasa mesin dan perakitan. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai
berikut:
1) Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya: mesin traktor, mesin hueler,
dan mesin pompa.
2) Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya: mesin pemecah batu, buldozer, excavator,
dan motor grader.
3) Industri mesin perkakas, misalnya: mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, dan mesin pres.
4) Industri elektronika, misalnya: radio, televisi, dan komputer.
5) Industri mesin listrik, misalnya: transformator tenaga dan generator.
6) Industri kereta api, misalnya: lokomotif dan gerbong.
7) Industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya: mobil, motor, dan suku cadang
kendaraan bermotor.
8) Industri pesawat, misalnya: pesawat terbang dan helikopter.
9) Industri logam dan produk dasar, misalnya: industri besi baja, industri alumunium, dan
industri tembaga.
10) Industri perkapalan, misalnya: pembuatan kapal dan reparasi kapal.
11) Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya: mesin produksi, peralatan pabrik, the
blower, dan kontruksi.
c. Aneka Industri (AI)
Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan bermacam-macam barang
kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut:
1) Industri tekstil, misalnya: benang, kain, dan pakaian jadi.
2) Industri alat listrik dan logam, misalnya: kipas angin, lemari es, dan mesin jahit, televisi,
dan radio.
3) Industri kimia, misalnya: sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik, obatobatan, dan pipa.
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 12
4) Industri pangan, misalnya: minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi, garam dan makanan
kemasan.
5) Industri bahan bangunan dan umum, misalnya: kayu gergajian, kayu lapis, dan marmer.
d. Industri Kecil (IK)
Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, dan
teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga, misalnya: industri kerajinan,
industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).
e. Industri Pariwisata
Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai ekonomis dari kegiatan wisata.
Bentuknya bisa berupa: wisata seni dan budaya (misalnya: pertunjukan seni dan budaya),
wisata pendidikan (misalnya: peninggalan, arsitektur, alat-alat observasi alam, dan museum
geologi), wisata alam (misalnya: pemandangan alam di pantai, pegunungan, perkebunan, dan
kehutanan), dan wisata kota (misalnya: melihat pusat pemerintahan, pusat produksi, pusat
perbelanjaan, wilayah pertokoan, restoran, hotel, dan tempat hiburan).
2.1.4 Manajemen Industri
Manajemen Industri ini berkaitan dengan bagaimana sebuah industri memproduksi
atau proses pembuatan suatu barang. Manajemen Industri/production management terdiri atas
dua kata yaitu production dan management. Produksi adalah segala hal pekerjaan yang
menimbulkan guna, memperbesar guna yang ada dan membagikan guna itu diantara orang
banyak. Sedangkan manajemen merupakan kegiatan yang menggunakan keahlian khusus
untuk menyelesaikan suatu hal dengan penentuan tujuan dan pengawasan dari berbagai
aktivitas. Oleh karena itu, Production Management adalah suatu kegiatan untuk memproses
suatu barang dengan melakukan penentuan tujuan produksi dan pengawasan dari segala
aktivitas. Hal yang harus diperhatikan dalam manajemen industri adalah kegiatan produksi,
pembiayaan dan pemasaran. Dalam kegiatan produksi harus di manajemen dengan baik agar
barang yang dihasilkan memiliki kualitas baik dan memiliki biaya produksi yang minumun
sehingga mendapatkan keuntungan yang tinggi. Selain itu, pemasaran harus memiliki
manajemen untuk menjualkan barang tersebut agar dikenal masyarakat umum bahkan
wisatawan.
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 13
2.1.5 Proses Produksi, Mesin dan Peralatan
Proses Produksi merupakan segala hal yang menimbulkan guna untuk menciptakan
suatu barang mentah menjadi barang yang siap dipergunakan oleh masyrakat. Proses produksi
dibedakan berdasarkan waktu persiapan dan pengaturan peralatan produksi, diantaranya
Continuous Processes dan Batch Processes. Continuous Processes adalah suatu kegiatan
produksi yang terus menerus dan dalam waktu jangka panjang. Sedangkan Batch Processes
adalah kegiatan produksi yang terputus-putus dan memiliki jangka waktu yang pendek. Hal
ini dikarenakan sistem ini memungkinkan terjadinya perubahan tujuan dari produksi suatu
industri.
Dalam industri terdapat mesin dan peralatan yang digunakan untuk membantu pekerja
dalam memproduksi suatu barang. Dalam proses produksi kain tenun ikat ini, berikut
merupakan alat – alat yang digunakan:
A. Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)
Gambar 2.1 Alat Tenun Bukan Mesin merupakan alat yang akan digunakan untuk menenun benang
yang sudah siap ditenun menjadi sehelai kain tenun ikat.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Ada pun bagian-bagian dari Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yaitu:
a) Bum (Dii)
Merupakan gulungan benang yang digunakan sebagai bahan baku untuk kain yang
melintang (panjang kain/benang lungsi).
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 14
Gambar 2.2 Bum merupakan alat yang digunakan untuk menggulung benang yang melajur.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
b) Guun
Merupakan alat untuk mengatur benang, Terdiri atas 2 bagian, yaitu guun depan dan guun
belakang.
Gambar 2.3 Guun berfungsi untuk memasukkan benang-benang yang melajur ke dalam serat sisir.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
c) Sisir
Sisir merupakan alat untuk menyisir dan memadatkan benang pakan supaya benang
pakan menjadi rapat sehingga hasil tenunan juga rapat. Sisir digunakan berdasarkan
ketebalan benang, semakin halus benang yang digunakan, maka nomor sisir yang
digunakan juga semakin tinggi, Nomor sisir yang umum digunakan adalah sisir nomor
60,70 ataupun 80 inchi.
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 15
Gambar 2.4 Sisir berfungsi untuk mengatur jumlah benang sesuai ketebalan kain.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
d) Injak-injak
Penggunaan injak-injak disesuaikan dengan letak teropong. Apabila teropong berada di
sebelah kanan, maka injak-injak yang diinjak juga injak-injak yang sebelah kanan; begitu
juga sebaliknya.
Gambar 2.5 Injak-injak berfungsi untuk mengatur memegang benang yang melintang.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
B. Alat Bantu Tenun
a) Teropong
Teropong merupakan tempat untuk meletakkan palet. Palet adalah gulungan benang
yang digunakan sebagai bahan baku untuk benang yang membujur pada kain (lebar
kain/benang pakan). Benang yang diisikan pada palet disesuaikan dengan benang yang
digunakan pada bum. Misalnya benang yang digunakan pada bum adalah benang sutera,
maka sebaiknya benang yang digunakan pada palet adalah benang katun. Apabila benang
yang digunakan pada palet juga benang sutera, disamping akan menyulitkan penenun saat
proses pengerjaan, kain yang dihasilkan juga terlalu licin dan berkilau.
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 16
Gambar 2.6 Teropong berfungsi untuk memegang benang pakan yang melintang ke kanan dan ke kiri.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
b) Palet
Palet adalah alat bantu untuk menggulung benang yang digunakan untuk membuat
motif panjang pada kain tenun.
Gambar 2.7 Palet berfungsi untuk menggulung benang pakan yang akan ditaruh di teropong.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
2.1.6 Perencanaan Industri
Perencanaan industri ini akan memfokuskan pada proses penentuan tata letak/layout
plan. Dalam perencanaan ini sangat diperlukan kesesuaian dan kesepakatan dari tujuan
pengolahan tentang proses produksi dan fasilitas–fasilitas yang disediakan. Proses
perencanaan bangunan industri harus paham atau mengerti betul akan type bangunan, jenis
konstruksi bangunan, pertimbangan yang diperlukan untuk pembuatan desain bangunan dan
cara – cara meperoleh fleksibilitas dari bangunan. Berikut merupakan beberapa faktor yang
harus diperhatikan dalam perencanaan industri adalah bahan yang diolah, proses pengolahan,
mesin atau peralatan yang digunakan, material handling, fleksibilitas, keamanan dari bahaya
musibah, kekuatan lantai bangunan serta tipe dan konstruksi dari bangunan.
Susunan tata letak bangunan industri adalah suatu kegiatan untuk meletakkan fasilitas,
mesin dan ruang-ruang yang mewadahinya agar memiliki efesiensi dan mempermudah dari
aktivitas untuk mengolah suatu bahan. Berikut merupakan tahapan dalam penentuan
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 17
layouting, yakni plan inventory (mendata segala mesin yang akan digunakan dalam pabrik),
group outline (mengelompokan mesin), Alat – alat pembantu (menentukan peralatan
tambahan), ruang gerak produksi, ruang maintenance (bengkel khusus), machine blok plan
(pengaturan mesin sesuai dengan proses produksi) dan shop foor layout.
A. Ruang Dalam Industri Tenun Ikat
a) Ruang Pertenunan
Ruang ini merupakan ruangan yang dipergunakan untuk menenun melakukan pembuatan
kain Tenun Ikat yang dilakukan oleh para pengerajin kain.
b) Ruang Pengolahan Benang
Ruang ini merupakan ruangan yang dipergunakan untuk melakukan segala jenis akrivitas
yang berhubungan dengan pengolahan benang, baik itu penggulungan benang, pengikatan
benang, pewarnaan benang, dan lain-lain.
c) Ruang Penyimpanan Kain Tenun Ikat
Tempat untuk menyimpan kain yang sudah jadi dan siap dipasarkan. Ruang ini berada
ditempat yang tertutup, tetapi harus diperhatikan kelembapannya sehingga harus
mememiliki ventilasi udara yang cukup.
d) Ruang Pembuatan Desain
Ruang ini merupakan ruangan yang dipergunakan untuk melakukan segala jenis akrivitas
yang berhubungan dengan pembuatan motif dan desain kain tenun ikat.
e) Gudang Bahan Baku
Tempat untuk menyimpan benang yang datang dari supplyer. Ruang ini berada di tempat
yang tertutup, tetapi harus diperhatikan kelembapannya sehingga harus mememiliki
ventilasi udara yang cukup.
f) Ruang Pelatihan Tenun Ikat
Ruang ini merupakan ruangan yang dipergunakan untuk melakukan domenstrasi
mengenai cara pembuatan kain Tenun Ikat yang dilakukan oleh para pengerajin.
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 18
g) Ruang Kantor Pengelola
Tempat ini untuk menaungi kegiatan administrasi dari pengelola dalam mengatur proses
produksi dan pemasaran. Ruang ini berada dekat dengan pintu masuk utama dan
berhubungan langsung dengan pabrik.
h) Ruang Pameran
Pada ruangan ini merupakan ruangan yang ditujukan untuk melakukan fungsi pelestarian,
pengenalan, promosi dan penjualan hasil karya dari pengerajin dan para desainer yang
terkait dengan kain tenun ikat.
i) Lobby
Merupakan ruang yang digunakan sebagai ruang peralihan dari ruang luar menuju fasilitas
lainnya dan ruangan ini juga digunakan sebagai pusat informasi mengenai bangunan atau
fasilitas di dalam Industri Kerajinan Tenun Ikat di Kabupaten Gianyar.
j) Cafetaria
Ruangan yang digunakan sebagai tempat beristirahat oleh pengunjung, pengerajin,
pengelola, dan terbuka untuk umum.
k) Ruang Pagelaran Busana
Ruangan yang digunakan sebagai tempat mengadakan pagelaran busana yang berbahan
dasar kain tenun ikat.
l) Ruang Ganti dan Rias
Ruangan yang digunakan sebagai tempat melakukan aktivitas para peraga busana, baik itu
untuk make-up dan pergantian busana.
m) Ruang Serbaguna
Ruangan ini digunakan untuk kegiatan-kegiatan seperti seminar, pelatihan, diskusi
mengenai sejarah dan produksi kain tenun ikat.
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 19
n) Ruang Studio Desainer
Ruangan ini digunakan oleh desainer untuk mendesain model busana berbahan dasar
tenun ikat.
o) ATM Centre
p) Ruang MEP
q) Toilet
r) Parkir
B. Pengguna Industri Tenun Ikat
1. Kategori Pengunjung
a. Kelompok Umum/Pengunjung Biasa/Masyarakat Sekitar, merupakan masyarakat
Kabupaten Gianyar, dan masyarakat Bali.
b. Kelompok Pelajar dan Mahasiswa, berkunjung ke industri dengan tujuan menambah
pengetahuan dan informasi terkait kain Tenun Ikat.
c. Kelompok Para Ahli dan Peneliti, berkunjung ke industri untuk membagi ilmu
pengetahuan lewat seminar dan pelatihan.
d. Designer dan Seniman, berkunjung ke industri untuk menuangkan ide atau kreativitas
untuk perkembangan kain Tenun Ikat.
e. Kelompok Turis/Wisatawan, merupakan wisatawan mancanegara, dan wisatawan
domestik yang berkunjung ke Bali.
2. Kategori Pengelola
a. Direktur (pimpinan), bertugas untuk mengelola industri kerajinan/memimpin
pengelolaan industri kerajinan.
b. Sekretaris, bertugas mengurusi administratif yang menunjang kegiatan operasional
industri, meliputi pengetikan, penanganan telepon, pengelolaan surat dan arsip lainnya,
penanganan agenda, penggandaan, dan lain-lain.
c. Bendahara, bertugas untuk mengolah keuangan industri.
d. Kepala Bagian Pertenunan (Produksi), bertugas untuk mengontrol pekerja dan
mengoreksi jika ada kesalahan.
e. Bagian Administrasi Tata Usaha, bertugas untuk mengelola urusan administrasi dan tata
usaha
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 20
f. Bagian Pameran, bertugas untuk pengelolaan pameran, mulai dari penyeleksian koleksi
hingga perawatan koleksi pameran.
g. Bagian Pemasaran, bertugas untuk memasarkan hasil produk tenun ikat ke pasar-pasar.
h. Bagian Gudang, bertugas mengatur semua bahan baku yang akan digunakan di dalam
industri.
i. Bagian Personalia, bertugas dalam recruitment pekerja di industri dan memelihara
hubungan dengan lembaga-lembaga penghasil calon pekerja, seperti sekolah tinggi,
akademi, universitas, balai latihan kerja, dan lain-lain.
j. Bagian Operasi Cafetaria, bertugas dalam mengawasi dan mengurusi kebutuhan-
kebutuhan yang dibutuhkan oleh cafeteria.
k. Bagian Publikasi, bertugas untuk mempromosikan industri kerajinan, baik melalui media
elektronik maupun melalui media cetak.
l. Bagian Workshop, bertugas untuk membuat karya kerajinan dan memamerkannya kepada
pengunjung.
m. Bagian MEP, bertugas untuk memasang dan memperbaiki peralatan yang berhubungan
dengan MEP.
n. Bagian Keamanan, bertugas menjaga keamanan lingkungan industri kerajinan.
o. Bagian Kebersihan, bertanggungjawab terhadap kebersihan lingkungan industri
kerajinan.
2.2 Tinjauan Umum Kain Tenun Ikat
Tinjauan umum akan membahas mengenai pengertian kain tenun ikat, jenis-jenis alat
tenun, pengertian motif, jenis-jenis motif, keanekaragaman kain tenun ikat, proses pembuatan
kain tenun ikat.
2.2.1 Pengertian Kain Tenun Ikat
Tenun merupakan hasil kerajinan yang berupa bahan atau kain yang dibuat dari
benang (kapas, serat, sutera) dengan menggunakan pakan secara melintang pada lungsi.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998)
Tenun adalah bahan kerajinan berupa bahan kain yang dibuat dari benang serat, kapas,
sutera. Dengan cara memasukkan pakan secara melintang pada lungsi dua kelompok benang
yang membujur disebut lungsi, sedangkan benang yang melintang disebut pakan.
(Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1991)
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 21
Tenun merupakan teknik dalam pembuatan kain yang dibuat dengan prinsip yang
sederhana yaitu dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang. Dengan
kata lain bersilangnya antara benang lungsi dan benang pakan secara bergantian.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tenun adalah kain yang dibuat dari
benang kapas, sutera yang terjadi diselembaran kain dengan proses persilangan benang-
benang memanjang (lungsi) dan melebar (pakan) berdasar suatu pola tertentu dengan bantuan
alat tenun.
Pakaian tradisional dari kain tenun mempunyai fungsi yang beragam, hal tersebut
menunjukkan identitas daerah maupun identitas marga atau tingkatan status dalam masyarakat
dikarenakan setiap daerah menganut adat khas yang dicerminkan dalam karya tenun tersebut.
Selain itu juga makna yang terkandung dalam pakaian itu sendiri dalam kehidupan
masyarakat yang memakainya sebagai pendukung dari kebudayaan itu sendiri.
Tenun sebagai pakaian adat selain berfungsi sebagai penutup dan pelindung tubuh
juga berperan penting sebagai bahan pelengkap dalam acaraacara adat. Hal ini dikarenakan
dalam sebuah karya tenun tidak saja memiliki nilai fungsi dan keindahan semata, namun lebih
penting lagi terdapat sesuatu yang dihubungkan dengan adat yaitu makna simbolik, yang
terkandung di dalam motif dan warna yang terdapat pada tenunan itu sendiri. Kebiasaan yang
sudah menjadi tradisi mempercayainya bahwa warna dan motif mempunyai kekuatan magis
dan berfungsi sebagai perantara bagi penganut adat istiadat dengan leluhur maupun sang
pencipta.
Selain itu juga di dalan kehidupan sosial, pemakaian tenun merupakan simbol
kekayaan dan prestise seseorang dalam masyarakat, disamping hal-hal tersebut tenunan juga
sebagai pakaian yang memiliki nilai tinggi dan menunjukkan status sosial dalam masyarakat.
Kebudayaan ini masih dijumpai di beberapa daerah di Indonesia sampai sekarang. Adapun
jenis tenun ikat, yaitu:
a. Tenun Ikat Pakan
Tenun ikat pakan yaitu bagian benangnya diikat kearah pakan untuk mendapatkan ragam
hias pada tenun. Ragam hias tenunnya terdapat pada benang pakan.
b. Tenun Ikat Lungsi
Tenun ikat lungsi yaitu bagian benangnya diikat kearah lungsi untuk mendapatkan ragam
hias pada tenun.
c. Tenun Ikat Ganda/Dobel
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 22
Tenun ikat ganda atau tenun ikat dobel yaitu ragam hias pada tenun didapat dari mengikat
kedua benangnya, yakni benang lungsi dan benang pakan. Tenun ikat dobel pengerjaanya
jauh lebih sulit daripada tenun ikat lungsi dan tenun ikat pakan. Pengrajin tenun ikat dobel
harus memperhitungkan terlebih dahulu persilangan benang dengan motif yang diinginkan,
sehingga pada waktu menenun tidak terjadi persilangan yang menyimpang. Daerah yang
terkenal dengan tenun ikat ganda atau dobel ini adalah terdapat di Desa Tenganan Bali, yang
lebih dikenal dengan geringsingan. Dalam nama jenis-jenis tenun tersebut disesuaikan dengan
teknik proses pembuatan tenun untuk memproleh motif yang telah diinginkan.
Untuk membuat motif tenun ikat dapat diketahui juga jenis peralatan tenun.
Berdasarkan model-model peralatannya, teknologi pertenunan itu dapat dibedakan menjadi
beberapa golongan sebagai berikut:
a. Tenun Cagcag
Gambar 2.8 Alat Tenun Cagcag merupakan alat tenun tradisional pertama di Bali.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Tenun cagcag yaitu peralatan tenun yang masih menggunakan peralatan tradisional
dan cara penggunaanya dengan cara memangku alat tersebut.
b. Tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin)
Gambar 2.9 ATBM merupakan alat tenun yang digunakan saat ini untuk menenun.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 23
Tenun ATBM yaitu peralatan tenun yang tingkat teknologi pertenunan yang sudah
lebih maju yang menggunakan peralatan rangka kayu yang gerakkan teknisinya masih
dilakukan dengan tenaga.
Masing-masing peralatan tenun di atas mempunyai karakteristik dan cara kerja yang
berbeda satu sama lain, hal ini juga mempengaruhi dalam tingkat produksi, terutama
menyangkut kepaduan untuk mengoprasikan alat, serta sesuai prosedurnya berupa tenunan
kain dari segi kualitas maupun kreatifitasnya. Alat tenun cagcag dan ATBM dioperasionalkan
dengan tangan secara manual tentunya memerlukan waktu yang lama untuk membuat satu
lembar kain, namun disisi lain ada nilai tambah tersendiri di dapat dari alat tenun cagacg dan
ATBM, untuk mendapatkan hasil yang baik di samping ketangkasan yang dimiliki oleh
pengrajin dalam membuat karyanya. Jadi tidak mengherankan untuk membuat satu lembar
kain dibutuhkan waktu berbulan-bulan, ketelitian inilah yang menyebabkan tenun buatan
manual mempunyai nilai yang tinggi, baik ditinjau dari segi estetis maupun segi ergonomi
terhadap pemakaiannya.
2.2.2 Sejarah Tenun Ikat dan Pengaruh dari Luar
Para ahli membuktikan bahwa persebaran daerah tenun ikat pakan secara teknis
berbeda dengan persebaran tenun ikat lungsi. Tenun ikat pakan berada pada periode yang
relatit baru dibandingkan tenun ikat lungsi. Dengan kata lain, ada daerah-daerah di wilayah
Nusantara vang tidak tersentuh oleh jenis tenun ikat lungsi. Daerah ini kemudian mendapat
pengaruh dari luar yang membawa teknologi baru berupa teknik pertenunan benang pakan.
Pengaruh tersebut berasal dari pedagang India dan Cina yang singgah di Nusantara. Mereka
menukar barang dagangannya dengan kain-kain songket benang emas dan perak, serta kain
tenun ikat pakan yang telah dikenal di Nusantara sejak masa kerajaan Hindu, mulai pada abad
ke 4 Masehi sampai masuknya Islam pada sekitar abad ke 14-15 Masehi.
Selain benang emas dan perak juga terjadi impor benang sutera. Jenis-jenis benang
impor itu dikenal melalui hubungan perdagangan dengan Cina dan India. Letak Indonesia
memang strategis bagi singgahnya pedagang-pedagang dari Asia yang mempertukarkan hasil
rempah-rempah dan dengan kain-kain impor beserta jenis-jenis benang sutera, emas, dan
perak. Sebuah catatan dokumen Cina pada abad ke 6 Masehi menyatakan bahwa seorang raja
di Sumatra menggunakan pakaian dari bahan sutera yang berasal dari Cina. Pada masa itu di
Sumatra maupun di Jawa belum ada kain sutera. Setelah kerajaan Sriwijaya berdiri pada
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 24
sekitar abad ke 10 Masehi, kain sutera mulai dikenal secara luas. Sebaliknya bagi bangsa Cina
kain-kain katun dari benang kapas dianggap pakaian yang luar biasa mengagumkan. Kain
tenun dari katun diperoleh dengan mendatangkannva dari Sumatra, Jawa, dan Bali. Kain-kain
tenun katun itu juga diberikan oleh raja-raja Nusantara kepada raja-raja Cina sebagai hadiah.
Hubungan Nusantara dengan Cina terkenal dalam sejarah, bahkan ada masa ketika
Cina dan Sriwijaya meningkatkan hubungan agama dan dagang pada sekitar abad ke 7 hingga
12. Sriwijaya dijadikan pusat persebaran agama Budha dan kerajaan Sriwijaya menjadi
tempat singgah pedagang-pedagang Cina. Ketika itulah tukar-menukar rempah-retnpah
dengan kain dan benang sutera Cina banyak terjadi. Setelah beberapa waktu kain sutera tidak
hanya didatangkan dari Cina. Benang sutera diupayakan untuk dibuat di Nusantara sendiri.
Oleh karena itu ada upaya untuk menanam pohon murbei yang cukup banyak di Palembang
untuk menjadi makanan ulat dan tempat hidup ulat sutera. Setelah Palembang, ternak ulat
sutera ini dikembangkan di Sulawesi Selatan. Ulat sutera diternakkan, kepompong dan
seratnya diambil untuk diolah menjadi benang sutera.
Dalam perkembangannya benang sutera yang berasal dari Cina ini menjadi kekayaan
khazanah tenunan di Indonesia. Unsur budaya Cina tidak hanya terwujud pada benang sutera
dan kain suteranya, melainkan pada jenis-jenis kesenian lainnya seperti seni musik, seni tari,
seni pertunjukkan, hingga seni memasak dan makanan yang sudah terpadu dengan traadisi-
tradisi yang telah ada dalam budaya Indonesia.
Di Pulau Jawa, ada kemungkinan pernah memiliki teknik tenun ikat, yang jauh lebih
lama sebelum dikenalnya batik. Hal ini dapat dilihat dari dasar kain batik dibuat dari bahan
tenunan benang kapas. Kalau pada tenun ikat pencelupan warna dilakukan dengan cara ikat
pada helaian benang sebelum ditenun, maka pada batik pencelupan wama dilakukan pada
benang yang sudah ditenun. Rouffaer, salah seorang ahli peneliti batik, mengatakan bahwa
berdasarkan tulisan di dalam lontar, teknik batik tulis baru dikenal pada sekitar abad ke 16
Masehi.
Salah satu kain dengan teknik ikat yang telah lama dikenal sebelum batik dan khusus
dibuat bagi kalangan istana raja-raja di Jawa adalah kain kasang dan kain cinde. Kain ini
dipakai di kalangan istana dalam upacara-upacara ritual.
Ragam hias benang emas dan perak yang dikombinasikan dengan tenun ikat pakan
dan penggunaan benang sutera merupakan bentuk-bentuk seni tenun yang diperkaya oleh
hubungan akulturasi budaya dari luar yaitu dari Cina, India, dan kemudian dari Timur Tengah
yang timbul setelah masuknya pengaruh agama islam. Suatu ciri khas dari tenun ikat yang
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 25
terpengaruh adalah motif flora atau tumbuh-tumbuhan menjadi sumber inspirasi. Salah satu
alasan yang lebih penting dalam penggunaan motif flora ini adalah karena pengaruh ragam
hias Islam melarang penggambaran manusia. Jenis fauna juga beberapa kali tampak
digunakan. Akulturasi ragam hias Hindu dan sesudahnya tampak pada penggambaran burung
pada tenun ikat dari Palembang. Penggambarannya pun hanya mengambil penggambaran
sayap burung dan bukan motif burung seutuhnya.
Di antara motif flora yang paling menonjol adalah motif sulur daun yang merambat
menghias hiasan tepi kain maupun bidang tengah. Di Sumatra Barat motif sulur daun yang
sering digambarkan adalah kaluak paku atau sulur daun pakis, yang serba guna dalam
keseharian hidup masyarakat di tempat tersebut. Motif flora yang juga menjadi salah satu ciri
khas tenun songket dan tenun ikat pakan adalah motif pucuk rebung atau gigi barong. Bambu
merupakan tanaman yang serbaguna dalam kehidupan masyarakat. Motif pucuk rebung ini
juga mendapat pengaruh dari unsur Hindu, yang digayakan dari hentuk Dewi Sri, lambang
kesuburan, istri dewa Wisnu sang peelihara alam semesta. Di Bali unsur Hindu ini tampak
diterapkan pada kain endek dan di Lombok pada kain songket.
2.2.3 Perkembangan Kain Tenun Ikat
Kain merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dalam menjalakan hidupnya, selain
makanan dan tempat berlindung (rumah). Kain tenun ikat memiliki peranan yang cukup
penting dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan di Bali, contohnya saja bagi kegiatan
upacara-upacara keagaman. Masyarakat Bali dikenal dengan kentalnya kebudayaan dan
kepercayaannya terhadap tradisi-tradisi keagamaan. Sejak baru lahir, hingga meninggal, mulai
pagi sampai matahari terbenam masyarakat Bali menjalani hidupnya dengan beraneka ragam
upacara-upacara keagamaan. Setiap upacara keagamaan selalu dilengkapi dengan kesenian
ataupun pertunjukan-pertunjukan seni, seperti wayang, tari-tarian, kekidungan, dan masih
banyak lainnya. Dalam upacara ataupun pertunjukan-pertunjukan masyarakat Bali wajib
menggunakan kain-kain atau pakaian tradisional. Kain tenun ikat selain memiliki fungsi
keagamaan, kain ini juga sering dikembangkan dengan menjadikannya berbagai pakaian,
ataupun asesoris yang stylish dan trendi. Kain tenun ikat yang sering dimodifikasi menjadi
pakaian yang lebih modern yaitu kain Endek, kain tenun rang-rang, kain songket dan masih
banyak lagi. Dengan menjadikan kain tenun ikat menjadi sesuatu yang lebih modern dapat
menaikan daya tarik dan daya jual terhadap kain tersebut. Dengan demikian mampu
memperkenalkan dan mempromosikan kain tenun ikat Bali ke seluruh kalangan masyarakat
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 26
dan kaum muda tidak takut lagi dicap ”ketinggalan jaman/kuno” gara-gara mengenakan
busana dari kain tenun ikat.
Pesatnya perkembangan kain tenun ikat khas Bali menjadi tantangan besar bagi
masyarakat Bali untuk menjaga kelestariannya. Masyarakat Bali juga harus ajeg, tetap
memperhatikan aturan penggunaan kain tersebut. Terutama untuk motif-motif kain endek
yang disakralkan, jangan sampai digunakan sebagai pakaian sehari-hari. Hal tersebut akan
merusak nilai sakral dan budaya dari kain endek itu sendiri.
2.2.4 Pengertian Motif
Motif merupakan ornamen (hiasan), ornamen berasal dari kata Yunani yaitu dari kata
ornare yang artinya hiasan atau perhiasan. Motif adalah desain yang dibuat dari bagian-
bagian bentuk garis atau elemen-elemen, yang terkadang sangat dipengaruhi oleh bentuk-
bentuk stilasi benda alam dengan gaya dan irama yang khas. Setiap motif dibuat dengan
bentuk-bentuk dasar sebagai garis, misalnya garis berbagai segi (segitiga, segiempat), garis
ikal atau spiral, melingkar atau berkelok-kelok (horizontal, vertikal), garis berpilin-pilin dan
saling menjalin dan saling menjalin, garis tegak, garis miring, dan banyak bentuk lainnya.
Motif adalah desain yang dibuat dari bagian-bagian bentuk, berbagai macam garis atau
elemen-elemen yang terkadang begitu kuat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk situasi alam,
benda, dengan gaya dan ciri khas tersendiri.
Motif-motif yang terdapat pada kain tenun di Indonesia sangat beragam, hal tersebut
dikarenakan masing-masing daerah mempunyai latar belakang yang berbeda dalam
mengungkapkan bentuk motif pada kain tenun yang mereka buat. Perbedaan motif tidak saja
berasal dari kepercayaan berbeda yang melatar belakangi penciptaan motif, melainkan
disebabkan adanya faktor teknis penciptaan lingkungan setempat serta fungsi motif dalam
kehidupan sehari-hari sehingga motif antara daerah satu berbeda dengan motif pada daerah
lain. Dimasa sekarang motif tenun ikat tidak hanya terbatas pada motif tradisional saja,
perkembangan zaman dan permintaan pasar sangat menentukan dalam pengelohan motif
untuk dimodifikasikan atau dikembangkan tanpa meninggalkan bentuk aslinya.
Motif hiasan yang disusun secara teratur yang berulang-ulang penerapan motif pada
suatu karya seni hiasan yang diterapkan pada gaya dan dekorasi (penyederhana) bentuk-
bentuk yang ada di alam seperti tumbuhan, binatang dan manusia.
Menurut Soedarso (1976:7) Motif adalah gambaran pokok dalam suatu karya dan
gambaran pokok tersebut disebarluaskan sehingga terwujud suatu karya yang harmonis. Motif
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 27
secara umum adalah penyebaran garis dan warna dalam suatu bentuk ulang tertentu. Motif
merupakan awal dari pencapaian sebuah tujuan dalam penggambaran atau sebuah karya, dan
motif juga merupakan gambar yang menunujukan sifat dan corak dari suatu perwujudan.
Peranan motif memang sangat menentukan baik dan tidaknya suatu hasil tenun, disamping
pewarnaan dan keterampilan memproses tenun. Tidak dapat dipastikan dengan ukuran teori,
kemungkinan susunan motif-motif tersebut yang saling berjauhan, berdekatan,
bersinggungan, dan bertumpukan, baik dan tidaknya akan ditentukan oleh keberhasilan
mengatur komposisi bidang dan warna sesuai dengan kegunaan warna, kain tenun ikat
kebanyakan bermotif alam tumbuh-tumbuhan, terutama yang berbentuk bunga-bungaan.
Disamping itu terdapat juga komposisi motif lain yang pada umumnya dapat dikelompokkan
menjadi lima bagian yang pertama yaitu:
a. Motif geometris adalah ragam hias ilmu ukur terdiri dari garis lurus, garis patah,
lingkaran, kotak-kotak (poleng), jajaran, genjang, belah ketupat, zig zag, segi enam, dan
segi tiga.
b. Motif tumbuh-tumbuhan adalah stiliran dari bentuk daun, bunga, buah, tangkai dan lain-
lain.
c. Motif binatang dan fauna jenis binatang yang sering dijadikan motif diantaranya lembu,
singa, gajah, burung merak dan burung cendrawasih.
d. Motif manusia adalah motif yang diwujudkan berupa wayang dan wajah.
e. Motif kombinasi (prembon) motif prembon merupakan perpaduan dari berbagai motif.
Perpaduan tersebut di buat sedemikian rupa sehingga dapat menambah keindahan kain.
Contoh diantaranya motif tumbuh-tumbuhan dipadukan dengan motif geometris, motif
manusia dengan motif binatang, motif tumbuh-tumbuhan dengan motif manusia dan lain
sebagainya.
Ada beberapa jenis motif yang dihasilkan dari tenun ikat, diantaranya:
1. Motif Tumbuh-tumbuhan
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 28
a. Motif Bun-bunan
Gambar 2.12 Motif Bun-bunan
Sumber: Dokumentasi Pribadi
b. Motif Bunga Pucuk
Gambar 2.13 Motif Bunga Pucuk
Sumber: Dokumentasi Pribadi
2. Motif Binatang
a. Motif Udang-udangan
Gambar 2.14 Motif Udang-udangan
Sumber: Dokumentasi Pribadi
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 29
3. Motif Geometris
a. Motif Wajik-wajikan
Gambar 2.16 Motif Wajik-wajikan
Sumber: Dokumentasi Pribadi
2.2.5 Pembuatan Motif dengan Hak Cipta
Kain tenun ikat saat ini sudah mulai mengalami perkembangan dalam hal motif.
Banyak motif dengan ide-ide baru yang bermunculan. Seniman sekaligus dosen di Institut
Seni Indonesia Anak Agung Anom Mayun yang berhasil saya wawancarai banyak
memaparkan mengenai karya yang beliau ciptakan yang sudah di hak ciptakan. Sosok
seniman yang juga berkecimpung dalam dunia pertenunan ini sudah berhasil membuat kurang
lebih 4 motif yang dipesan secara khusus. Motif yang dibuat bersifat khusus hanya untuk
perusahan yang memesan kepada beliau. Di dalam pembuatan motif ini beliau mengatakan
bahwa motif yang dibuat harus khusus, harus serasi dengan warna, bahan, dan disesuaikan
dengan karakter perusahaan. Motif yang dibuat nantinya akan bersifat limited dan tidak
diperjualbelikan di pasaran. Sudah banyak perusahan-perusahan ternama yang sudah beliau
buatkan motif dan desain untuk kostum kerjanya. Misalnya saja, Hotel Bali Hyatt, Hotel Nusa
Dua Beach, dan masih banyak lagi. Desain yang beliau buat harus mencerminkan identitas
dan karakter dari perusahaan yang nantinya akan dijadikan kostum kerja perusahaan. Desain
inilah yang akan dibuat menjadi kain tenun ikat yang selanjutnya dimodifikasi menjadi
pakaian kerja perusahaan. Agar desain tidak ditiru oleh seniman-seniman lain, makan desain
ini dibuatkan hak cipta yang semuanya diurus dan dipegang oleh perusahaan. Sehingga hanya
perusahaan itu saja yang berhak memperbanyak produksi kain tenun ikatnya.
Di dalam pembuatan motif untuk sebuah desain kain tenun ikat membutuhkan waktu
yang cukup lama, bahkan bisa sampai berbulan-bulan agar menghasilkan kain tenun ikat
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 30
dengan kualitas yang baik. Tentu saja di dalam proses pembuatannya banyak menemukan
kendala. Adapaun kendala yang dimaksud, yaitu:
a) Cuaca, dalam hal ini cuaca sangat memegang peranan penting di dalam proses pembuatan
tenun ikat karena memerlukan proses penjemuran benang setelah mengalami pencelupan.
Jika cuaca kurang bagus, maka akan menghambat proses pembuatan, sehingga memakan
waktu yang lebih lama lagi.
b) Motif yang Dibuat Harus Sedetail Mungkin, tujuan pembuatan motif sedetail mungkin
agar para pengerajin paham dan mengerti dengan motif yang diinginkan desainer.
c) Suhu, dalam hal ini suhu memegang peranan penting di dalam perebusan warna yang pas.
Jika suhu api dalam kompor terlalu besar atau kecil, maka akan berpengaruh terhadap
perubahan warna yang signifikan. Sehingga dalam proses ini dibutuhkan ketelitian agar
warna yang dihasilkan sesuai keinginan.
d) Pencampuran Warna yang Pas, dalam pencampuran perlu diperhatikan setetes saja warna
lebih maka tidak akan mendapatkan warna yang kita inginkan.
2.2.6 Keanekaragaman Jenis Kain Tenun Ikat
A. Kain Endek
Kain endek merupakan kain tradisonal Bali yang dibuat dengan teknik tenun ikat. Saat ini
teknik pembuatan endek mengalami perkembangan dengan melakukan penyempurnaan ragam
hias pada kain dibagian-bagian tertentu. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan
menambahkan coletan yang disebut nyantri. Nyantri merupkan teknik penambahan warna
pada kain dengan goresan kuas dari bambu, seperti orang yang sedang melukis. Pembuatan
pola nyantri ini ditekankan pada penyempurnaan ragam hias warna dan motif kain endek,
seperti motif yang mengambil bentuk flora atupun fauna, serta motif-motif dari mitologi dan
wayang Bali. Keanekaragaman warna dan motif inilah yang menjadi ciri khas dari kain endek.
Gambar 2.19 Contoh Kain Endek
Sumber: Foto Observasi 2016
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 31
B. Kain Songket
Kain songket merupakan kain tradisonal Bali yang tergolong kain tenun ikat dan memiliki
nilai sosial dan prestise yang tinggi. Kain ini dibuat dengan cara menenun dan menyisipkan
benang warna-warni, benang emas dan benang perak untuk membentuk suatu motif tertentu.
Prinsip penggunaan benang tambahan inilah yang disebut dengan songket, karena
dihubungkan dengan proses menyungkit atau mengjungkit benang lungsi dalam membuat
pola hias. Pada umumnya ragam hias motif yang di goreskan yaitu bentuk bunga teratai,
tetumbuhan, burung, bentuk swastika, dan lainnya. Pada jaman dahulu kain ini hanya
merupakan aktifitas bagi warga Puri. Kegiatan tenun kain songket hanya dilakukan di Puri-
puri saja.
Gambar 2.20 Contoh Kain Songket
Sumber: https://kaintenunsongketbali.files.wordpress.com
3. Kain Gringsing
Kain gringsing merupakan satu-satunya kain tradisional yang dibuat menggunakan teknik
dobel ikat, dan proses pembuatan kain ini memakan waktu hingga 2-5 tahun. Kain ini berasal
dari Desa Tenganan Bali. Kata gringsing berasal dari gring yang berarti ‘sakit’ dan sing yang
berarti ‘tidak’, sehingga bila digabungkan menjadi ‘tidak sakit’. Maksud yang terkandung di
dalam kata tersebut adalah penolak bala. Kain tenun yang berwarna gelap alami ini digunakan
oleh masyarakat Tenganan dalam ritual keagamaan yang dipercayai memiliki kekuatan magis.
Kain ini juga dipercayai mampu menyembuhkan penyakit dan menangkal pengaruh buruk.
Proses pembuatan kain gringsing mulai dari proses penataan benang, pengikatan, dan
pewarnaan dilakukan pada kedua sisi kain yaitu pada sisi lungsi dan pakan, sehingga teknik
tersebut disebut dobel ikat.
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 32
Gambar 2.21 Contoh Kain Gringsing
Sumber: https://kaintenunsongketbali.files.wordpress.com
2.2.7 Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat
A. Pengkelosan
Penggulungan benang ke dalam kones/kelosan untuk mempermudah di dalam proses
pemidangan. Menyiapkan benang 1 pak (5 kg), lakukan pengkelosan menjadi 30 kones.
Gambar 2.23 Pengelosan
Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu
B. Pemidangan
Penentuan jumlah benang yang diinginkan. Benang yang sudah dikelos (30 kones)
dimasukan ke dalam rak benang, kemudian ditata ke dalam penamplik/pemidangan untuk
menghitung jumlah putaran/tumpukan dengan tujuan untuk menentukan besar kecilnya motif
yang kita inginkan (yang biasa dipakai di Bali putaran/tumpukan 2 dan 5).
Gambar 2.24 Pemidangan
Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 33
C. Pengikatan
Pembentukan motif/desain. Proses pengikatan menggunakan tali rapia sesuai dengan
motif yang telah di tentukan atau menyesuaikan dengan pesanan.
Gambar 2.25 Pengikatan
Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu
D. Pencelupan Untuk Lungsi Dan Pakan
Pewarnaan sesuai yang diinginkan. Setelah proses pengkelosan/pengikatan selesai, di
lakukan proses pencelupan untuk warna dasar atau sesuaikan dengan keinginan pelanggan.
Pertama benang yang akan dicelup direbus terlebih dahulu selama 30 menit agar penyerapan
warna merata. Kemudian menyiapkan campuran pewarna sesuai dengan warna yang
diinginkan dengan takaran yang sesuai.
Gambar 2.26 Pencelupan
Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu
E. Penganihan Untuk Lungsi
Penggulungan benang yaitu melakukan proses pemindahan benang dari kelosan ke dalam
suatu alat yang di sebut molen dengan tujuan perhitungan benang sesuai dengan panjang atau
lebarnya kain yang akan kita produksi (seperti yang lazim adalah 3600 helai benang).
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 34
Gambar 2.27 Penganihan untuk lungsi
Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu
F. Pencoletan Untuk Pakan
Pemberian warna sesuai yang diinginkan. Apabila benang yang sudah di celup dasar
sudah kering, lalu ikatan di buka terlebih dahulu, kemudian dilakukan pencoletan/pengisian
warna (disesuaikan dengan warna yang diinginkan/motif yang ditentukan). Setelah semua
terisi warna lalu di jemur sampai kering.
Gambar 2.28 Pencoletan Untuk Pakan
Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu
G. Pengobatan/Fixasi
Penguatan warna. Sesudah kering, Siapkan baskom dan air bersih sebanyak 2 liter,
masukkan pixanol 150 gr, aduk sampai larut. Masukkan benang hasil coletan yang sudah
kering kedalam baskom, rendam selama 5 menit sambil diaduk, ngkat benang, cuci dengan air
bersih, jemur sampai kering.
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 35
Gambar 2.29 Pengobatan/fixasi
Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu
H. Pengginciran
Pemilahan benang. Benang yang sudah kering tadi di tata dengan cara menggulung ke
dalam suatu alat pengginciran, tujuannya untuk mempermudah dalam tahap pemaletan.
Gambar 2.30 Pengginciran
Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu
I. Pemaletan
Penggulungan benang ke dalam sekoci. Benang yang sudah selesai di gincir, kemudian di
gulung lagi ke dalam palet agar memudahkan memasukan benang ke dalam sekoci, untuk
selanjutnya ditenun.
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 36
Gambar 2.31 Pemaletan
Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu
J. Pencucukkan
Memasukkan benang ke guun dan serat/sisir. Siapkan benang lungsi yang sudah di bum,
pasang bum pada posisinya, ambil ujung benang yang ada di bum, kemudian masukkan ke
guun dengan cara; satu orang memberi umpan benang, orang lainnya mengkait benang dan
memasukkan ke dalam guun sampai benang habis. Lakukan pencucukkan di sisir dengan cara
yang sama.
Gambar 2.32 Pencucukan
Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu
K. Penenunan
Pasang benang pakan yang sudah dipalet ke dalam sekoci, pasang sekoci di bedag tenun,
periksa posisi sekoci dengan cara menenun, lakukan penenunan. Selama penenunan, lakukan
pengendalian/pengecekan terhadap kemungkinan putus benang lungsi dan pakan dengan cara
mengamati selama proses penenunan. Hasil tenunan (kain) di lepas dari gulungan kain,
kemudian di periksa kesesuaiannya.
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 37
Gambar 2.33 Penenunan
Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu
2.3 Proses Pengolahan Air Limbah Bekas Pencelupan Tenun Ikat
Proses pengolahan air limbah yang akan digunakan di dalam pengolahan limbah hasil
pencelupan pada Industri Tenun Ikat ini, yaitu menggunakan biofilter eceng gondok yang
dapat menyaring kotoran, kandungan logam berat, dan zat kimia sehingga mengubah air
limbah yang kotor menjadi air bersih yang jernih. Dengan pemanfaatan eceng gondok ini,
selain dapat menghemat biaya produksi pengolahan limbah tekstil, juga dapat menghemat
waktu dalam pengolahan limbah tersebut.
2.3.1 Eceng Gondok
Enceng gondok memiliki daya transpirasi yang besar terhadap berbagai macam hal
yang ada di sekelilingnya dan dapat berkembang biak dengan cepat. Eceng gondok dapat
hidup di tanah yang selalu tertutup oleh air yang banyak mengandung makanan. Selain itu
daya tahan eceng gondok juga dapat hidup di tanah asam dan basa.
Eceng gondok dapat hidup mengapung bebas di atas permukaan air dan berakar di
dasar kolam atau rawa jika airnya dangkal. Selain itu, dalam waktu 8 bulan, Setiap 10
tanaman eceng gondok mampu berkembangbiak hingga 600.000 tanaman baru. Hal inilah
membuat eceng gondok banyak dimanfaatkan guna untuk pengolahan air limbah.
Kemampuan tanaman inilah yang banyak di gunakan untuk mengolah air limbah, karena
dengan aktivitas tanaman ini mampu mengolah air limbah dengan tingkat efisiensi yang
tinggi.
Kemampuan eceng gondok untuk melakukan proses-proses sebagai berikut :
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 38
1. Transpirasi
Jumlah air yang digunakan dalam proses pertumbuhan hanyalah memerlukan sebagian
kecil jumlah air yang diadsorpsi atau sebagian besar dari air yang masuk ke dalam tumbuhan
dan dikeluarkan meninggalkan daun dan batang sebagai uap air. Proses tersebut dinamakan
proses transpirasi, sebagian menyerap melalui batang tetapi kehilangan air umumnya
berlangsung melalui daun. Laju hilangnya air dari tumbuhan dipengaruhi oleh kwantitas sinar
matahari dan musim penanaman. Laju transpirasi akan ditentukan oleh laju eceng gondok
yang terbuka lebar yang memiliki stomata yang banyak sehingga proses transpirasi akan besar
dan beberapa actor lingkungan seperti suhu, kelembaban, udara, cahaya, dan angin.
2. Fotosintesis
Fotosintesis adalah sintesa karbohidrat dari karbondioksida dan air oleh klorofil.
Menggunakan cahaya sebagai energi dengan oksigen sebagai produk tambahan. Dalam proses
fotosintesi ini tanaman membutuhkan CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari akan
menghasilkan glukosa dan senyawa organik lain. Karbondioksida yang digunakan dalam
proses ini berasal dari udara dan energi matahari.
3. Respirasi
Sel tumbuhan dan hewan mempergunakan energi untuk membangun dan memelihara
protoplasma, membran plasma, dan dinding sel. Energi terebut dihasilkan melalui
pembakaran senyawa-senyawa. Dalam respirasi molekul gula atau glukosa (C6H12O6)
diubah menjadi zat-zat sederhana yang disertai dengan pelepasan energy.
2.3.2 Penyerapan Oleh Eceng Gondok
Tumbuhan ini mempunyai daya regenerasi yang cepat karena potongan-potongan
vegetatifnya yang terbawa arus akan terus berkembang menjadi eceng gondok dewasa. Eceng
gondok sangat peka terhadap keadaan yang unsur haranya di dalam air kurang mencukupi,
tetapi responnya terhadap kadar unsur hara yang tinggi juga besar. Proses regenerasi yang
cepat dan toleransinya terhadap lingkungan yang cukup besar, menyebabkan eceng gondok
dapat dimanfaatkan sebagai pengendali pencemaran lingkungan. Sel-sel akar tanaman
umumnya mengandung ion dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari pada medium sekitarnya
yang biasanya bermuatan negatif. Penyerapan ini melibatkan energi, sebagai konsekuensi dan
keberadaannya, kation memperlihatkan adanya kemampuan masuk ke dalam sel secara pasif
ke dalam gradient elektrokimia, sedangkan anion harus diangkut secara aktif ke dalam sel
akar tanaman sesuai dengan keadaan gradient konsentrasi melawan gradient elektrokimia. Di
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 39
dalam akar, tanaman biasa melakukan perubahan pH kemudian membentuk suatu zat khelat
yang disebut fitosiderofor. Zat inilah yang kemudian mengikat logam kemudian dibawa ke
dalam sel akar. Agar penyerapan logam meningkat, maka tumbuhan ini membentuk molekul
rediktase di membran akar. Sedangkan model tranportasi di dalam tubuh tumbuhan adalah
logam yang dibawa masuk ke sel akar kemudian ke jaringan pengangkut yaitu xylem dan
floem, kebagian tumbuhan lain. Sedangkan lokalisasi logam pada jaringan bertujuan untuk
mencegah keracunan logam terhadap sel, maka tanaman akan melakukan detoksofikasi,
misalnya menimbun logam ke dalam organ tertentu seperti akar. Menurut Grady, terdapat dua
cara penyerapan ion ke dalam akar tanaman :
1. Aliran massa, ion dalam air bergerak menuju akar gradient potensial yang disebabkan oleh
transpirasi.
2. Difusi, gradient konsentrasi dihasilkan oleh pengambilan ion pada permukaan akar.
Dalam pengambilan ada dua hal penting, yaitu pertama , energi metabolik yang
diperlukan dalam penyerapan unsur hara sehingga apabila respirasi akan dibatasi maka
pengambilan unsur hara sebenarnya sedikit. Dan kedua, proses pengambilan bersifat
selektif, tanaman mempunyai kemampuan menyeleksi penyerapan ion tertentu pada
kondisi lingkungan yang luas.
2.3.3 Mekanisme Kerja Bak Biofilter Eceng Gondok
Sistem kerjanya adalah bak yang dibangun terbagi menjadi 4 tempat yaitu bak 1, bak
2, bak 3, dan bak 4. Setelah itu memilih dan mempersiapkan bahan yang akan digunakan
yaitu air limbah tekstil, eceng gondok, dan gula sebagai inang bakteri yang terdapat pada
eceng gondok. Pada bak pertama di masukkan air limbah sebanyak 200 liter yang kemudian
dialirkan ke bak ke-2 yang diisi eceng gondok dan plurutan tanah pada akar eceng gondok
kemudian ditambah gula sebanyak 200 liter dan diamkan air limbah ini dalam bak 2 selama 2
hari. Kemudian dialirkan dalam bak 3 yang terisi eceng gondok dan diamkan terendam
selama 2 hari. Terakhir adalah bak ke-3 di alirkan dalam bak 4 dan diperoleh air bersih yang
kemudian bisa dibuang tanpa mencemari lingkungan atau bisa dimanfaatkan untuk aktivitas
lain.
2.4 Tinjauan Kebijakan Pemerintah
Tinjauan kebijakan pemerintah berisikan mengenai peraturan-peraturan wilayah
mengenai Kabupaten Gianyar yang berpengaruh terhadap rancangan pengadaan Industri
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 40
Tenun Ikat di Gianyar. Data peraturan pemerintah ini dapat dikelompokan menjadi tiga jenis
yaitu kebijakan mengenai kain tradisional Bali, tata ruang dan tata bangunan. Pengelompokan
ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
2.4.1 Kebijakan Kain Tenun Ikat Bali
Kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai penggunaan kain tenun ikat menjadi
peluang bagi Industri Tenun Ikat karena kebijakan ini dapat menaikan popularitas dari kain
tenun ikat, selain itu dengan adanya kebijakan ini maka semakin banyak masyarakat yang
mulai tertarik dan mengetahui jenis-jenis kain tenun ikat. Berikut merupakan kebijakan
pemerintah terkait kain tenun ikat:
a. Kebijakan kain tenun ikat ini dikeluarkan oleh Gubernur Bali melalui Surat Edaran No.
04/ 2015 tentang penggunaan pakaian endek di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali.
b. Kebijakan Walikota Denpasar melalui Surat Edaran No. 3272 Tahun 2015 tentang
penggunaan pakaian kerja di Lingkungan Pemerintah Kota Denpasar yang isinya:
• Para pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Non PNS menggunakan pakaian kerja berbahan
endek (salah satu kain tenun ikat) berwarna dan bercorak bebas pada hari kerja : Rabu,
Kamis dan Jumat;
• Bagi para pelajar menggunakan pakaian sekolah berbahan endek (salah satu kain
tenun ikat) berwarna dan bercorak bebas pada hari sekolah : Rabu, Kamis dan Jumat.
2.4.2 Kebijakan Mengenai Industri
Dalam Pasal 49 mengenai Kawasan Peruntukan Industri dijelaskan bahwa:
A. Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) huruf f
terdiri atas:
a. kawasan peruntukan industri mikro, kecil dan menengah khusus kerajinan;
b. kawasan peruntukan industri mikro, kecil dan menengah bahan bangunan;
c. pengembangan kawasan peruntukan industri mikro, kecil dan menengah kreatif; dan
d. kawasan peruntukan agroindustri.
B. Kawasan peruntukan industri mikro, kecil dan menengah khusus kerajinan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. industri mikro, kecil dan menengah khusus kerajinan perak di Kecamatan Sukawati;
b. industri mikro, kecil dan menengah khusus kerajinan bambu di Kecamatan Blahbatuh; dan
c. industri mikro, kecil dan menengah khusus kerajinan rakyat lainnya di Kecamatan Ubud.
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 41
C. Kawasan peruntukan industri mikro, kecil dan menengah bahan bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b berada di Kecamatan Gianyar.
D. Pengembangan kawasan peruntukan industri mikro, kecil dan menengah kreatif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berupa industri kerajinan, makanan olahan,
dan unggulan lainnya berada di kawasan permukiman yang tersebar di seluruh kecamatan.
E. Kawasan peruntukan industri mikro, kecil dan menengah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dapat dikembangkan dengan kegiatan pemusatan industri
dengan luas paling sedikit 5 (lima) Hektar.
F. Kawasan peruntukan agroindustri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berada di
Kawasan Agropolitan Payangan.
Dalam Pasal 103 mengenai ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan
industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 huruf f meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan: pendirian bangunan industri, industri
pengolahan, penyediaan dan penataan fasilitas industri seperti pasar seni, pusat inovasi,
pusat pengembangan dan pelatihan SDM serta kegiatan penunjangnya;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain kegiatan sebagaimana
dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi kawasan peruntukan industri antara
lain hunian, rekreasi serta perdagangan dan jasa;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi selain kegiatan pemanfaatan kawasan
peruntukan industri dengan prioritas untuk mengolah bahan baku lokal menggunakan
potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia setempat dan kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b yang dapat mengganggu fungsi kawasan
peruntukan industri dan dapat mengganggu kelestarian lingkungan;
d. penerapan intensitas pemanfaatan ruang pada kawasan peruntukan industri meliputi
penerapan ketentuan KDB paling tinggi 60 (enam puluh) persen, ketinggian bangunan
paling tinggi 3 (tiga) lantai, dan KDH paling rendah 10 (sepuluh) persen;
e. penerapan penyediaan IPAL pada kegiatan industri atau sentra industri;
f. pemanfaatan ruang kawasan peruntukan industri menerapkan ciri khas arsitektur Bali; dan
g. kegiatan industri yang berpotensi mencemari lingkungan diarahkan untuk mengelola dan
memantau limbahnya lebih intensif dan/atau dialihfungsikan menjadi jasa.
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 42
2.5 Kajian Terhadap Fasilitas Sejenis
2.5.1 Pertenunan Putri Ayu
Gambar 2.34 Pertenunan Putri Ayu
Sumber: Foto Observasi 2016
a. Lokasi dan Gambaran Umum
Pertenunan Putri Ayu merupakan home industry yang bergerak dalam industri tenun ikat.
Perusahaan ini merupakan perusahan swasta milik Ida Bagus Adnyana. Pertenunan ini
terletak di Jalan Lapangan Astina Jaya No. 03, Blahbatuh - Gianyar.
Gambar 2.35 Layout Pertenunan Putri Ayu
b. Tinjauan Non-Arsitektural
1. Jenis Produk
Jenis produk yang dihasilakan adalah kain tenun ikat dengan jenis motif yang beragam,
mulai dari tenun ikat dengan teknik ikat pakan, teknik ikat lungsi, teknik ikat ganda, dan
teknik air brush. Produk yang dihasilkan atau kain yang sudah jadi akan dipajang dan
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 43
dipamerkan di ruangan khusus secara eksklusif yang nantinya akan dipasarkan ke konsumen
yang sudah memesan atau konsumen yang datang langsung kesana dengan sasaran
pembelinya merupakan para wisatawan domestik maupun internasional.
2. Alat Pengolahan
Secara umum pertenunan ini menyediakan seluruh proses pengolahan kain dari
pemintalan benang sampai jadi sehelai kain. Sehingga alat yang ada meliputi, alat kelosan,
pemidangan, molen, pengginciran, sekoci, alat tenun bukan mesin, alat tenun mesin,
kompresor, dan alat lainnya yang mendukung kegiatan.
3. Bahan Baku Pengolahan
Perusahan ini menggunakan benang sutera untuk pembuatan kain tenun ikat yang
didatangkan dari luar, seperti India.
4. Proses Pembuatan
A. Proses Tenun Ikat
Proses yang dilakukan di dalam pertenunan masih dengan teknologi tradisional yang
memanfaatkan alat tenun bukan mesin yang masih dikerjakan oleh tenaga manusia. Adapun
alur proses pembuatan kain tenun ikat, yaitu:
1. Pengelosan
2. Pemidangan
3. Pengikatan
4. Pencelupan Untuk Lungsi Dan Pakan
5. Penhanihan (Untuk Lungsi)
6. Pencoletan Untuk Pakan
7. Pengobatan/Fixasi
8. Pengginciran
9. Pemaletan
10. Pencucukkan
11. Penenunan
B. Proses Tenun Ikat Air Brush
1. Pengelosan
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 44
2. Pemidangan
3. Pemberian Warna
4. Pengginciran
5. Pemaletan
6. Pencucukkan
7. Penenunan
5. Pengelolaan Pertenunan Putri Ayu
Pertenunan Putri Ayu ini memiliki tenaga kerja yang semuanya kewarganegaraan
Indonesia dengan jumlah 60 orang belum termasuk dari direktur utama dan pengurus lainnya.
c. Tinjauan Arsitektural
Fasilitas – fasilitas yang disediakan dari bangunan ini seperti, ruang penyimpanan kain,
ruang tempat tenun, ruang pengolahan benang, dan kantor pengelola.
1) Galeri Kain
Di dalam galeri ini penataan kain tenun ikat masih kurang tertata dengan rapi.
Pencahayaan pada kain masih sangat kurang. Terlihat ada beberapa titik lampu sorot
yang mati, sehingga membuat kain yang dipajang kurang terlihat jelas motifnya.
Penghawaan yang terjadi di dalam ruangan juga masih terbilang kurang. Karena ketika
saya berada di dalam galeri ini sangat terasa panas dan gerah.
2) Ruang Pengolahan Benang
Di dalam ruang pengolahan benang perletakkan alat dan furniture masih kurang tertata
sehingga menyebabkan sirkulasi yang terjadi di dalam ruangan menjadi terganggu.
3) Ruang Alat Tenun Bukan Mesin
Pada ruang ini besaran ruang berbanding terbalik dengan jumlah alat. Karena jumlah
alat yang begitu banyak menyebabkan alat-alat diletakkan terlalu berdempetan
sehingga membuat sirkulasi menjadi terganggu dan ruangan menjadi panas.
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 45
Gambar 2.36 Eksterior tempat menyimpan kain tenun ikat yang sudah jadi
Sumber: Foto Observasi 2016
Gambar 2.37 Interior tempat menyimpan kain tenun ikat yang sudah jadi
Sumber: Foto Observasi 2016
Gambar 2.38 Ruang untuk melakukan kegiatan menenun
Sumber: Foto Observasi 2016
Gambar 2.39 Ruang pengolahan benang
Sumber: Foto Observasi 2016
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 46
2.5.2 Pertenunan Wisnu Murti
Gambar 2.40 Pertenunan Wisnu Murti
Sumber: Foto Observasi 2016
a. Lokasi dan Gambaran Umum
Pertenunan Wisnu Murti merupakan home industry yang bergerak dalam industri tenun
ikat. Perusahaan ini merupakan perusahan swasta milik I Nyoman Lugra. Pertenunan ini
merupakan binaan dari Bank Indonesia dan pernah mendapatkan dana dari bank Indonesia.
Pertenunan ini terletak di Jalan Selukat, Keramas - Gianyar.
Gambar 2.41 Layout Pertenunan Wisnu Murti
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 47
b. Tinjauan Non-Arsitektural
1. Jenis Produk
Jenis produk yang dihasilakan adalah kain tenun ikat dengan jenis motif yang beragam,
mulai dari tenun ikat dengan teknik ikat pakan, teknik ikat lungsi, dan teknik ikat ganda.
Produk yang dihasilkan atau kain yang sudah jadi akan dipajang dan dipamerkan di ruangan
khusus secara eksklusif yang nantinya akan dipasarkan ke konsumen yang sudah memesan
atau konsumen yang datang langsung kesana dengan sasaran pembelinya merupakan para
wisatawan domestik maupun internasional.
2. Alat Pengolahan
Secara umum pertenunan ini menyediakan seluruh proses pengolahan kain dari
pemintalan benang sampai jadi sehelai kain tetapi dalam skala kecil. Sehingga alat yang ada
meliputi, alat kelosan, pemidangan, pengginciran, sekoci, alat tenun bukan mesin, dan alat
lainnya yang mendukung kegiatan.
3. Bahan Baku Pengolahan
Perusahan ini menggunakan benang sutera untuk pembuatan kain tenun ikat yang
didatangkan dari India.
4. Proses Pembuatan Tenun Ikat
Proses yang dilakukan di dalam pertenunan masih dengan teknologi tradisional yang
memanfaatkan alat tenun bukan mesin yang masih dikerjakan oleh tenaga manusia. Adapun
alur proses pembuatan kain tenun ikat, yaitu:
1. Pengelosan
2. Pemidangan
3. Pengikatan
4. Pencelupan Untuk Lungsi Dan Pakan
5. Penhanihan (Untuk Lungsi)
6. Pencoletan Untuk Pakan
7. Pengobatan/Fixasi
8. Pengginciran
9. Pemaletan
10. Pencucukkan
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 48
11. Penenunan
5. Pengelolaan Pertenunan Wisnu Murti
Pertenunan Wisnu Murti ini memiliki tenaga kerja yang semuanya kewarganegaraan
Indonesia dengan jumlah 20 orang belum termasuk dari direktur utama dan pengurus lainnya.
c. Tinjauan Arsitektural
Fasilitas – fasilitas yang disediakan dari bangunan ini seperti, ruang penyimpanan kain
dan ruang tempat bekerja nenun.
4) Galeri Kain
Pertenunan ini merupakan home industry, sehingga bangunan yang digunakan adalah
bangunan tempat tinggal. Galeri ini terletak pada satu massa dengan bangunan 2
lantai. Galeri terletak pada lantai 1 dan ruang tenun terletak pada lantai 2. Penataan
kain tenun ikat di dalam galeri masih kurang tertata dengan rapi. Penggunaan furniture
untuk mendukung pemajangan kain masih sangat kurang, karena ada beberapa kain
yang hanya dilipat biasa dan ditaruh di atas meja. Pencahayaan pada kain masih sangat
kurang. Terlihat ada beberapa titik lampu sorot yang mati, sehingga membuat kain
yang dipajang kurang terlihat jelas motifnya. Penghawaan yang terjadi di dalam
ruangan juga masih terbilang kurang. Karena ketika saya berada di dalam galeri ini
sangat terasa panas dan gerah.
5) Ruang Pengolahan Benang
Untuk mengolah benang hanya digunakan ruang kecil berukuran 3x3 yang hanya bisa
diisi 1 alat saja. Sehingga di dalam persyaratan ruang masih kurang.
6) Ruang Alat Tenun Bukan Mesin
Pada ruang ini besaran ruang berbanding terbalik dengan jumlah alat. Karena jumlah
alat yang melebihi besaran ruang menyebabkan alat-alat diletakkan terlalu
berdempetan sehingga membuat sirkulasi menjadi terganggu dan ruangan menjadi
panas.
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 49
Gambar 2.42 Ruangan tempat menyimpan kain tenun ikat yang sudah jadi
Sumber: Foto Observasi 2016
Gambar 2.43 Interior tempat menyimpan kain tenun ikat yang sudah jadi
Sumber: Foto Observasi 2016
Gambar 2.44 Ruangan untuk melakukan kegiatan menenun
Sumber: Foto Observasi 2016
2.5.3 Pertenunan Setia Cap Cili
Gambar 2.45 Pertenunan Setia Cap Cili
Sumber: Foto Observasi 2016
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 50
a. Lokasi dan Gambaran Umum
Pertenunan Setia Cap Cili merupakan home industry yang bergerak dalam industri tenun
ikat. Perusahaan ini merupakan perusahan swasta. Pertenunan ini terletak di Jalan Ciung
Wanara No. 7, Gianyar - Gianyar.
Gambar 2.46 Layout Pertenunan Setia Cap Cili
b. Tinjauan Non-Arsitektural
1. Jenis Produk
Jenis produk yang dihasilakan adalah kain tenun ikat dengan jenis motif yang beragam,
mulai dari tenun ikat dengan teknik ikat pakan, teknik ikat lungsi, dan teknik ikat ganda.
Produk yang dihasilkan atau kain yang sudah jadi akan dipajang dan dipamerkan di ruangan
khusus secara eksklusif yang nantinya akan dipasarkan ke konsumen yang sudah memesan
atau konsumen yang datang langsung kesana dengan sasaran pembelinya merupakan para
wisatawan domestik maupun internasional.
2. Alat Pengolahan
Secara umum pertenunan ini menyediakan seluruh proses pengolahan kain dari
pemintalan benang sampai jadi sehelai kain tetapi dalam skala kecil. Sehingga alat yang ada
meliputi, alat kelosan, pemidangan, pengginciran, sekoci, alat tenun bukan mesin, dan alat
lainnya yang mendukung kegiatan.
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 51
3. Bahan Baku Pengolahan
Perusahan ini menggunakan benang sutra untuk pembuatan kain tenun ikat yang
didatangkan dari India.
4. Proses Pembuatan Tenun Ikat
Proses yang dilakukan di dalam pertenunan masih dengan teknologi tradisional yang
memanfaatkan alat tenun bukan mesin yang masih dikerjakan oleh tenaga manusia. Adapun
alur proses pembuatan kain tenun ikat, yaitu:
1. Pengelosan
2. Pemidangan
3. Pengikatan
4. Pencelupan Untuk Lungsi Dan Pakan
5. Penhanihan (Untuk Lungsi)
6. Pencoletan Untuk Pakan
7. Pengobatan/Fixasi
8. Pengginciran
9. Pemaletan
10. Pencucukkan
11. Penenunan
5. Pengelolaan Pertenunan Setia Cap Cili
Pertenunan Setia Cap Cili ini memiliki tenaga kerja yang semuanya kewarganegaraan
Indonesia dengan jumlah 10 orang belum termasuk dari direktur utama dan pengurus lainnya.
c. Tinjauan Arsitektural
Fasilitas–fasilitas yang disediakan dari bangunan ini seperti, ruang penyimpanan kain dan
ruang tempat bekerja nenun.
7) Galeri Kain
Di dalam galeri ini penataan kain tenun ikat masih kurang tertata dengan rapi.
Pencahayaan pada kain masih sangat kurang terbukti di dalam ruangan masih terbilang
cukup gelap. Terlihat ada beberapa titik lampu sorot yang mati, sehingga membuat
kain yang dipajang kurang terlihat jelas motifnya. Penghawaan yang terjadi di dalam
ruangan juga masih terbilang kurang. Karena ketika saya berada di dalam galeri ini
sangat terasa panas dan gerah.
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 52
8) Ruang Pengolahan Benang
Di dalam ruang pengolahan benang perletakkan alat dan furniture masih kurang tertata
sehingga menyebabkan sirkulasi yang terjadi di dalam ruangan menjadi terganggu.
9) Ruang Alat Tenun Bukan Mesin
Pada ruang ini besaran ruang berbanding terbalik dengan jumlah alat. Karena jumlah
alat yang begitu banyak menyebabkan alat-alat diletakkan terlalu berdempetan
sehingga membuat sirkulasi menjadi terganggu dan ruangan menjadi panas.
Gambar 2.47 Ruangan tempat menyimpan kain tenun ikat yang sudah jadi
Sumber: Foto Observasi 2016
Gambar 2.48 Interior tempat menyimpan kain tenun ikat yang sudah jadi
Sumber: Foto Observasi 2016
Gambar 2.49 Ruangan untuk melakukan kegiatan menenun
Sumber: Foto Observasi 2016
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 53
Gambar 2.50 Ruangan untuk mengikat motif
Sumber: Foto Observasi 2016
2.6 Kesimpulan Kajian Objek Sejenis
Dari observasi yang dilakukan di 3 lokasi pertenunan, yaitu Pertenunan Putri Ayu,
Pertenunan Wisnu Murti, Pertenunan Setia Cap Cili, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
Table 2.1 Kesimpulan Kajian Objek Sejenis
Pertenunan Putri
Ayu
Pertenunan Wisnu
Murti
Pertenunan Setia
Cap Cili
Lokasi Kecamatan
Blahbatuh, Gianyar
Desa Keramas,
Gianyar
Kecamatan Gianyar,
Gianyar
Jenis Tenun Ikat yang
di Produksi
Endek, Songket,
Cepuk.
Endek Endek
Fasilitas yang
Disediakan
Galeri dan area
tenun
Galeri dan area tenun Galeri dan area tenun
Pengelolaan Swasta Swasta Swasta
Pemasaran Pasar internasional,
nasional, lokal, dan
wisatawan
Pasar nasional, lokal,
dan wisatawan
Pasar nasional, lokal,
dan wisatawan
Proses dan Alat yang
Digunakan
Tradisional dan
Modern
Tradisional Tradisional
Tipe Industri Industri sedang,
home industry
Industri kecil, home
industry
Industry kecil, home
industry
Bahan Baku Benang sutera,
benang mas,
benang perak
Benang sutera Benang sutera
Kapasitas Produksi ± 30.000 meter
tergantung pesanan
± 10.000 meter
tergantung pesanan
± 10.000 meter
tergantung pesanan
Objek
Aspek
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 54
Dari observasi yang dilakukan di 3 lokasi pertenunan, yaitu Pertenunan Putri Ayu,
Pertenunan Wisnu Murti, Pertenunan Setia Cap Cili, maka Pertenunan yang memiliki kualitas
paling baik adalah Pertenunan Putri Ayu. Karena fasilitas yang ada di dalamnya lebih lengkap
dari pertenunan yang lainnya. Alat produksinya lebih banyak dan lengkap, ruang pameran
kainnya lebih luas, memiliki jumlah produksi kain tenun ikat lebih banyak, memproduksi
jenis kain tenun ikat lebih banyak, dan pengaturan ruang-ruang di dalam industrinya sudah
tertata dari ruang produksi sampai ruang pameran.
2.7 Spesifikasi Umum Proyek
Berdasarkan studi objek sejenis yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya maka
dapat ditarik spesifikasi umum dalam perencanaan Industri Tenun Ikat.
2.7.1 Pemahaman
Industri Tenun Ikat merupakan suatu usaha yang bergerak di bidang industri kerajinan
yang mengolah benang menjadi kain. Dalam produksi ini dibutuhkan bahan berupa benang
sutera. Di dalam pengolahan benang menjadi kain dilakukan beberapa proses agar benang
tersebut bisa menjadi selembar kain yang memiliki nilai yang tinggi. Setelah jadi, kain akan
dipapemerkan di dalam galeri dan siap dipasarkan kepada konsumen.
2.7.2 Fungsi
Fungsi dari Industri Tenun Ikat ini terdiri dari fungsi utama dan fungsi penunjang.
a. Fungsi Utama
Industri Tenun Ikat memiliki fungsi utama sebagai fasilitas untuk memproduksi kain
tenun ikat dengan memproses benang yang masih kasar yang mengalami banyak proses
hingga menjadi kain yang bernilai tinggi dan siap dipasarkan.
b. Fungsi Penunjang
Fungsi penunjang yang ditawarkan oleh Industri Tenun Ikat adalah adanya galeri yang
memamerkan kain hasil produksi dan konsumen dapat langsung membelinya disini. Selain itu
juga, industri ini juga menawarkan pelatihan bagi yang ingin menambah kemampuannya di
bidang tenun. Dan pengunjung dapat melihat langsung proses pembuatan kain tenun ikat
secara gratis tanpa dipungut biaya apapun.
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 55
2.7.3 Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran dari Industri Tenun Ikat ini adalah untuk meningkatkan hasil
produksi dan mengembangkan sumber daya manusia agar menghasilkan kain tenun ikat yang
inovatif dan memiliki kualitas baik, sehingga mampu menambah keuntungan di bidang
ekonomi.
Sasaran dari Industri Tenun Ikat ini adalah masyarakat sekitar dan wisatawan daerah
Bali, baik dari domestik maupun internasional yang menyukai budaya Bali yaitu Kerajinan
Tenun Ikat. Tidak hanya itu, kain Tenun Ikat ini akan dipasarkan ke pasar internasional, pasar
nasional, maupun pasar lokal yang ada disini.
2.7.4 Bahan Baku yang Digunakan
Di dalam sebuah industri kerajinan, tentunya industri tekstil, bahan baku utama yang
digunakan adalah benang. Di dalam pembuatan tenun ikat ini, benang utama yang digunakan
adalah benang sutera. Untuk membuat tenun ikat endek dibutuhkan benang sutera dengan
berbagai warna yang sudah mengalami pencelupan. Dan untuk tenun ikat songket benang
yang digunakan, yaitu benang sutera ditambah dengan benang emas dan benang perak.
Benang emas dan benang perak inilah yang nantinya mencirikan kain songket. Jadi baha baku
utama yang digunakan di dalam industri, yaitu benang sutera, benang emas, dan benang
perak.
2.7.5 Hasil Industri Tenun Ikat
Produksi yang dihasilkan adalah hasil olahan benang menjadi kain tenun ikat. Jenis
kain tenun ikat yang diproduksi adalah kain endek, kain songket, dan kain gringsing, dengan
berbagai macam motif. Tidak hanya itu, industri ini juga siap melayani desainer yang
memiliki desain kain sendiri yang ingin dikerjakan disini.
2.7.6 Jadwal Operasional Industri Tenun Ikat
Jadwal operasional dari Industri Tenun Ikat ini dibagi menjadi dua yaitu jadwal
operasional untuk pekerja Industri dan pegawai Galeri.
a. Pusat Produksi Kain Tenun Ikat
Jadwal operasional dilakukan mulai dari hari senin hingga hari sabtu pada pukul 08.00
sampai 17.00 WITA. Jam istirahat diberikan selama 60 menit pada pukul 12.00 hingga 13.00
WITA.
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 56
b. Galeri/Ruang Pameran Kain
Jadwal operasional galeri yang ada di dalam industri dibuka sepanjang hari mulai dari
pukul 09.00 hingga 21.00 WITA. Pada Galeri ini diberlakukan sistem shift, yaitu pergantian
pegawai pada jam 16.00 WITA. Jam istirahat diberikan selama 30 menit, shift pagi pada
pukul 12.30 hingga 13.00 WITA dan shift siang pada pukul 18.30 hingga 19.00 WITA.
Diberlakukan pula hari libur pada tanggal merah sesuai kalender. Untuk libur hari raya, setiap
agama akan diberikan waktu untuk libur hari raya.
2.7.7 Sistem Pengolahan Produk
Secara umum proses pengolahan benang menjadi kain tenun ikat adalah sebagai
berikut :
1. Pengelosan
Penggulungan benang ke dalam kelosan untuk mempermudah di dalam proses
pemidangan.
2. Pemidangan
Benang yang sudah dikelos di tata ke dalam penamplik/pemidangan dengan tujuan
perhitungan benang dan mempermudah pengisian motif .
3. Pengikatan
Proses pengikatan menggunakan tali rapia sesuai dengan motif yang telah di
tentukan/menyesuaikan dengan pesanan.
4. Pencelupan Untuk Lungsi Dan Pakan
Setelah proses pengikatan selesai, di lakukan proses pencelupan untuk warna
dasar/sesuaikan dengan persyaratan pelanggan.
5. Penganihan (Untuk Lungsi)
Lakukan proses pemindahan benang dari kelosan ke dalam suatu alat yang di sebut molen
dengan tujuan perhitungan benang sesuai dengan panjang atau lebarnya kain yang akan kita
produksi (seperti yang lazim adalah 3600 helai benang).
6. Pencoletan Untuk Pakan
Apabila benang yang sudah di celup dasar sudah kering, lalu ikatan di buka terlebih
dahulu, kemudian dilakukan pencoletan/pengisian warna (disesuaikan dengan warna yang
diinginkan/motif yang di tentukan). Setelah semua terisi warna lalu di jemur sampai kering.
7. Pengobatan/Fixasi
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 57
Sesudah kering, Siapkan baskom dan air bersih sebanyak 2 liter, masukkan pixanol 150
gr, aduk sampai larut. Masukkan benang hasil coletan yang sudah kering kedalam baskom,
rendam selama 5 menit sambil diaduk, ngkat benang, cuci dengan air bersih, jemur sampai
kering.
8. Pengginciran
Benang yang sudah kering tadi di tata dengan cara menggulung ke dalam suatu alat
pengginciran, tujuannya untuk mempermudah dalam tahap pemaletan.
9. Pemaletan
Benang yang sudah selesai di gincir, kemudian di gulung lagi ke dalam palet agar
memudahkan memasukan benang ke dalam sekoci, untuk selanjutnya ditenun.
10. Pencucukkan
Siapkan benang lungsi yang sudah di bum, pasang bum pada posisinya, ambil ujung
benang yang ada di bum, kemudian masukkan ke guun dengan cara; satu orang memberi
umpan benang, orang lainnya mengkait benang dan memasukkan ke dalam guun sampai
benang habis. Lakukan pencucukkan di sisir dengan cara yang sama.
11. Penenunan Pasang benang pakan yang sudah dipalet ke dalam sekoci, pasang sekoci di bedag tenun,
periksa posisi sekoci dengan cara menenun, lakukan penenunan. Selama penenunan lakukan
pengendalian/pengecekan terhadap kemungkinan putus benang lungsi dan pakan dengan cara
mengamati selama proses penenunan. Hasil tenunan (kain) di lepas dari gulungan kain,
kemudian di periksa kesesuaiannya.
2.7.8 Alat – Alat yang Digunakan
Alat–alat yang digunakan selama kegiatan produksi di Industri Tenun Ikat ini adalah
Alat Tenun Bukan Mesin, alat mesin pengolahan benang. Selain itu, dalam proses produksi
juga diperlukan alat penunjang, diantaranya baskom (untuk pewarnaan benang), dan jemuran
kayu untuk menjemur benang setelah diwarna.
2.7.9 Sistem Pengelolaan Industri Tenun Ikat
Pengelolaan Industri Tenun Ikat ini membentuk badan organisasi swasta yang terdiri
atas bagian produksi, personalia, pemasaran, administrasi serta keuangan. Pembagian
pekerjaan dari Industri Tenun Ikat ini dapat dikatakan sederhana karena masih tergolong
dalam industri menengah dengan pekerja yang berkisar ±80 orang.
GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT DI GIANYAR
SEMINAR TUGAS AKHIR 58
2.7.10 Fasilitas Industri Tenun Ikat
Secara umum fasilitas yang disediakan pada Industri Tenun Ikat ini terdiri atas:
a. Fasilitas Utama
1. Ruang Tenun (ATBM)
2. Ruang Pengolahan Benang
3. Ruang Pembuatan Desain
4. Ruang Pengikatan Desain
5. Ruang Pewarnaan
6. Gudang Bahan Baku
7. Gudang Hasil Produksi
b. Fasilitas Penunjang
1. Ruang Pameran Kain Tenun Ikat
2. Ruang Pelatihan
3. Lobi
4. Ruang Pengelola
5. Gedung Serba Guna
6. Cafeteria
7. Ruang Pagelaran Busana
8. Atm Centre
9. Toilet
10. Parkir
11. Ruang MEP
12. Gudang