kerajinan batik tenun ikat provinsi jawa timur

51

Upload: others

Post on 21-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur
Page 2: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

PENYUSUN :

DIDIEK TRANGGONOJOJOK DWIRIDOTJAHJONO

MARIA INDIRA ARYANIRESA RASYIDAH

Kerajinan Batik Tenun IkatProvinsi Jawa Timur

Potensi dan Tantangan

Page 3: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

ii

KATA PENGANTAR

Buku Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa

Timur ; Potensi dan Tantangan ini merupakan salah

satu luaran dari Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi

(PUPT) tahun 2014 dengan judul “Strategi

Pengembangan Batik Tenun Ikat di Jawa Timur ; Blok

Strategis dan Interkoneksi” yang Dibiayai oleh

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan melalui hibah penelitian

skim PUPT tahun anggaran 2014.

Buku ini diharapkan dapat mengisi minimnya

literatur tentang potensi dan tantangan serta

pengembangan kerajinan batik tenun ikat Provinsi

Jawa Timur dan dapat digunakan sebagai referensi

dalam pengembangan kerajinan batik tenun ikat di

Provinsi Jawa Timur. Buku ini juga diharapkan dapat

menginisiasi semua aktor dalam pengembangan

kerajinan batik tenun ikat di Provinsi Jawa Timur.

Akhir kata, kiranya buku ini dapat bermanfaat.

Surabaya, November 2014

Penyusun

Page 4: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................. iKATA PENGANTAR................................................. iiDAFTAR ISI...........................................................iiiDAFTAR GAMBAR ................................................. iv

BAB I KERAJINAN BATIK TENUN IKAT : SELAYANG PANDANG ................................. 1 1. Sejarah Batik Tenun Ikat ........................ 3 2. Perkembangan Batik Tenun Ikat.............. 6 3. Kontribusi pada Pengembangan Industri

Kreatif................................................. 10

BAB II POTENSI DAN TANTANGAN BATIK TENUN IKAT DI JAWA TIMUR ......... 15

1. Potensi ................................................ 18 2. Tantangan ........................................... 21

BAB III BATIK TENUN IKAT : POTENSI INDUSTRI KREATIF.................... 27

BAB IV PENGEMBANGAN BATIK TENUN IKAT JAWA TIMUR BERBASIS BLOK STRATEGIS. 33

BAB V PENUTUP................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA ............................................... 43

Page 5: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Komponen Industri Kreatif ................ 29

Gambar 3.2. Lingkup Industri Kreatif .................... 30

Page 6: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

1

BAB I

KERAJINAN BATIK TENUN IKAT : SELAYANG PANDANG

Indonesia memiliki kekayaan budaya bangsa yang

berpotensi besar dalam mendukung pertumbuhan industri

kreatif Indonesia. Terdapat 1.068 suku bangsa yang

masing-masing mempunyai budaya yang beraneka

ragam. Keragaman budaya inilah yang dapat menjadi

bahan baku industri kreatif. Keberagaman budaya ini

dapat memunculkan aneka ragam kerajinan dan berbagai

produk Indonesia, dan juga memunculkan berbagai bakat

dari masyarakat Indonesia di bidang industri kreatif.

Salah satu kebudayaan

bangsa Indonesia yang telah

berkembang menjadi industri

kreatif adalah batik. Batik

merupakan seni budaya

Indonesia yang telah diakui

secara resmi oleh UNESCO pada tahun 2009. UNESCO

telah memasukkan batik Indonesia ke dalam

Representative List of the Intangible Cultural Heritage of

Humanity dalam sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah

Page 7: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

2

(Fourth Session of the Intergovernmental Committee)

tentang Intangible Cultural Heritage of Humanity di Abu

Dhabi.

Terdapat berbagai macam jenis batik yakni batik

tulis, batik cap dan juga batik tenun. Di Jawa Timur,

khususnya Kediri dan Lamongan, terdapat sentra

kerajinan batik variasi dari batik tenun yakni batik tenun

ikat.

Batik tenun ikat merupakan kriya tenun Indonesia

berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau

benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan

ke dalam zat pewarna alami. Pembuatan kain tenun ikat

ini tidak mengandalkan keahlian khusus. Bermula bahan

dasar benang yang telah diberi bermacam-macam warna,

sesuai dengan mode pasaran. Kemudian benang yang

telah diberi warna di pintal menggunakan alat yang

disebut morosepil. Proses pemintalan inipun hanya

memerlukan waktu 10 menit untuk sebuah kain

berukuran panjang 2,5 meter.

Benang yang telah dipintal kemudian disekir

menggunakan mihani untuk memperoleh benang dengan

hasil yang lebih halus. Sebelum ditenun, pola batik

digambar terlebih dahulu di benang putih yang telah

dibentang. Setelah pola tergambar, benang tersebut

Page 8: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

3

kemudian ditenun menggunakan peralatan tenun

tradisional. Dengan peralatan ini, model dan corak kain

mulai di tentukan untuk memperoleh kombinasi warna

yang berkualitas. Alat tenun yang dipakai adalah alat

tenun bukan mesin (ATBM).

Kain batik tenun ikat biasanya dibuat untuk

kelengkapan upacara adat seperti dalam ritual merayakan

kelahiran anak, perkawinan dan kematian. Selain itu juga

dipakai sebagai kain busana adat. Namun kini, seiiring

dengan perkembangan jaman, kain batik tenun ikat dapat

dimanfaatkan untuk keperluan yang lebih luas. Kain

tersebut dapat dijahit untuk dijadikan pakaian, tas, kain

pelapis mebel, aksesoris atau penghias interior rumah.

Tenun ikat terdapat di berbagai daerah di

Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia yang terkenal

dengan kain tenun ikat di antaranya Toraja, Sintang,

Jepara, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, dan Flores. Di

Jawa Timur, sentra kerajinan ini teletak di Lamongan dan

Kediri. Pada umumnya motif batik tenun ikat bergantung

dengan daerah masing-masing pembuat tenun.

1.1 Sejarah Batik Tenun Ikat di Jawa Timur

Kerajinan batik tenun ikat telah mengubah esensi

batik dari sekedar kerajinan menjadi sebuah peradaban.

Page 9: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

4

Peradaban batik yang dimaksud disini adalah sebuah tata

kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai materialisme

batik, mulai dari proses produksi sampai dengan

konsumsi dan reproduksi komoditas. Nilai ekonomis dan

sosiologis yang termuat dalam kerajinan batik tenun ikat

sangatlah tinggi. Kerajinan batik tenun ikat ini merupakan

salah satu industri kreatif yang memiliki potensi yang

sangat prospektif untuk dikembangkan pada era sekarang

ini karena akan memberikan kontribusi pada

pengembangan ekonomi daerah maupun perekonomian

regional dan nasional.

Kerajinan batik tenun ikat

selain merupakan salah

produk budaya di Indonesia

juga merupakan salah satu

usaha kecil menengah yang

dikembangkan oleh

masyarakat khususnya di Provinsi Jawa Timur. Kerajinan

batik tenun ikat di Provinsi Jawa Timur bisa ditemukan di

Kediri dan Lamongan.

Batik tenun ikat Kediri telah ada sejak tahun 1950-

an. Akan tetapi, pada saat itu produknya hanya berupa

sarung goyor, yakni sarung khas Kediri yang mempunyai

keunikan tertentu. Sarung tersebut akan terasa dingin

Page 10: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

5

bila dipakai pada siang hari dan hangat bila dipakai di

malam hari. Sarung goyor juga memiliki beberapa motif

antara lain motif long, motif tirto, motif ceplok dan masih

banyak motif lainnya.

Lain halnya dengan batik tenun ikat Kediri, sentra

batik tenun ikat Lamongan yang terletak di Desa

Parengan, Kecamatan Maduran. Keahlian warga Desa

Parengan dan sekitarnya dalam memenun ikat pertama

kali didapat pada masa kependudukan Belanda, pada

tahun 1924. Saat itu seorang warga Desa Babat (saat ini

Kecamatan Babat) bernama Sumowiharjo membuka

sebuah yayasan bernama Purwokriyo yang memberikan

pelajaran menenun ikat secara cuma-cuma.

Mendengar kabar itu, banyak warga Parengan dan

sekitarnya berbondong-bondong belajar ke yayasan

tersebut. Selain lihai dalam menenun, Sumowiharjo juga

handal dalam membuat alat tenun bukan mesin (ATBM),

yang tidak banyak orang memiliki keahlian serupa. Maka

tidak heran bila di masa penjajahan Belanda, alat tenun

yang tersebar di Kabupaten Lamongan umumnya buatan

Sumowiharjo.

Meskipun berasal dari Babat, kini warga

kecamatan yang terkenal dengan sebutan Kota Wingko

ini hampir tidak ada yang berkecimpung di industri tenun

Page 11: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

6

ikat. Nama Sumowiharjo sendiri hanya diabadikan

sebagai nama sebuah jalan, yang mungkin tidak banyak

orang tahu sumbangsihnya di masa lalu. Justru saat ini

warga Desa Parengan yang berjarak sekitar 35 km dari

Kecamatan Babat yang mewarisi keahlian tersebut.

Selain Sumowiharjo, kerajinan batik tenun ikat di

Desa Parengan ini juga dipelopori oleh H.Yahya (alm) dan

istrinya, yang dimulai pada tahun 1930. Mereka kemudian

mengajak keluarga, saudara, dan rekan mereka serta

mengajarkan seni tersebut kepada anak-anaknya. Hingga

akhirnya, mereka dapat menghasilkan karya-karya

mereka sendiri dengan berbagai motif. Kerajinan ini

kemudian dilestarikan dengan cara diturunkan kepada

anak cucu mereka dan mereka mulai menekuninya. Desa

Parengan kemudian menjadi sentra batik tenun ikat

Lamongan yang sebagian besar pengrajinnya merupakan

penerus dari usaha keluarga secara turun-temurun.

1.2 Perkembangan Batik Tenun Ikat di Jawa

Timur

Sentra batik tenun ikat Kediri terletak di desa

Bandar Kidul. Pada awal perkembangannya, produk tenun

ikat Kediri hanya berupa sarung goyor saja. Pada saat itu,

pemasaran sarung goyor hanya bersifat lokal. Konsumen

Page 12: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

7

sarung ini hanya masyarakat Kediri. Namun, produk ini

kemudian berkembang dan mencapai puncak

kejayaannya antara tahun 1960-1970.

Akan tetapi, sejak akhir tahun 1970-an, kerajinan

tenun ikat ini mulai surut. Penyebabnya utamanya adalah

karena tidak adanya generasi penerus setelah pendiri

usaha tersebut meninggal dunia. Tidak adanya generasi

penerus ini membuat para pengrajin yang masih bertahan

pada saat itu mengalami kesulitan untuk memenuhi

permintaan pasar dar luar daerah yang begitu besar pada

saat itu. Padahal kondisi daya saing batik tenun ikat

Bandar Kidul masih dominan karena masih minimnya

produk sejenis yang ada di pasar.

Surutnya bisnis tenun ikat ini juga disebabkan

karena kondisi permodalan finansial tidak cukup besar,

hanya berupa koperasi yang didirikan oleh para

pengrajin, namun belum mampu berkembang baik untuk

menopang industri ini. Dari segi inovasi produk pun

hanya sebatas dari keberagaman motif yang dibuat dan

masih diminati oleh konsumen pada saat itu.

Kondisi ini kemudian diperburuk dengan terjadinya

krisis ekonomi dunia yang juga melanda Indonesia pada

tahun 1998 yang mengakibatkan sebagian besar

pengrajin batik tenun ikat Bandar Kidul mengalami

Page 13: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

8

kerugian sehingga banyak dari mereka yang gulung tikar.

Mereka tidak mampu bertahan dengan kondisi krisis

ekonomi saat itu. Paska krisis ekonomi 1998, pada akhir

masa pemerintahan orde baru, pengrajin batik tenun ikat

Kediri yang masih bertahan mulai bangkit dan berusaha

mengembangkan usahanya kembali.

Tantangan kembali muncul ketika para pengrajin

ini harus bersaing dengan industri tekstil yang membuat

kain tenun buatan mesin. Batik tenun ikat yang

dikerjakan para pengrajin Bandar Kidul ini dikerjakan

hanya dengan teknologi sederhana yang dinamakan Alat

Tenun Bukan Mesin (ATBM). Akibatnya, mereka

mengalami kesulitan dalam mengikuti perkembangan

pasar dan tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar

sehingga perkembangan batik tenun ikat Kediri pun

tersendat. Para pengrajin ini seringkali merugi. Mereka

masih belum mendapatkan kesejahteraan yang cukup,

yang sesuai dengan harapan mereka.

Oleh karena itu, mereka

berusaha mengembangkan

produknya. Saat ini,

setidaknya tercatat ada

sebelas perajin tenun ikat

Bandar Kidul yang masih

Page 14: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

9

bertahan. Mereka ini telah menyediakan lapangan

pekerjaan bagi sebagian warga Bandar Kidul. Sejak tahun

2000an, para pengrajin ini mulai mengembangkan

produknya berupa kain atau pakaian. Produk baru

tersebut telah membantu memperkenalkan batik tenun

ikat Kediri baik di tingkat lokal, regional maupun nasional.

Produk baru tersebut semakin berkembang ketika para

pengrajin mulai sering mengikuti pameran untuk

mempromosikannya. Para pengrajin tersebut juga

semakin sering memberikan inovasi desain dan

menyediakan pilihan jenis kain untuk menarik peminat.

Mereka mengembangkan motif-motif kain seperti bunga

ceplok, gunung, wajik, dan sebagainya. Produk kain

tenun ikat Kediri yang ditawarkan saat ini pun tidak

hanya sarung goyor, namun ikut berkembang menjadi

berbagai macam produk tenun lainnya dengan bahan

dasar kain yang berbeda-beda seperti kain katun, semi

sutra dan juga sutra. Harga yang ditawarkan berbeda-

beda, disesuaikan dengan kualitas kainnya.

Bila batik tenun ikat Kediri telah mengalami

pasang surut dalam perkembangannya, maka hal yang

sama ternyata juga dialami oleh sentra batik tenun ikat di

Lamongan yakni di Kecamatan Meduran, Desa Parengan.

Industri batik tenun ikat Lamongan ini mulai berkembang

Page 15: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

10

pesat pada tahun 1960-an. Bahkan, industri batik tenun

ikat Lamongan ini telah berhasil menembus pasar ekspor

sejak tahun 1967. Akan tetapi, pada tahun 1990-an,

industri batik tenun ikat Lamongan juga mengalami

kemunduran. Banyak pengrajin yang menutup usahanya

akibat krisis ekonomi 1998 dan juga karena

permasalahan yang sama seperti yang dialami para

pengrajin batik tenun ikat Kediri yakni imbas kehadiran

tenun ikat buatan mesin/pabrik, kurangnya minat

pemuda untuk melestarikan batik tenun ikat, kurangnya

kemampuan manajemen, serta tidak adanya bantuan

permodalan bagi pengrajin (pengusaha).

Namun demikian, masih ada beberapa pengrajin

yang bertahan. Salah satunya adalah Miftakhul Choiri

yang telah mewarisi usaha orang tuanya sejak tahun

1978. Dengan modal seadanya, Miftakhul Choiri mencoba

peruntungannya di bidang bisnis tekstil dengan

mendirikan Butik Paradilla. Usaha butik ini bukan hanya

sebagai penerima stok kain tenun ikat, namun juga

sebagai produsen langsung. Butik Paradilla berkembang

menjadi usaha batik tenun ikat Lamongan yang paling

besar saat ini yang telah merambah pasar dunia, mulai

dari negara tetangga yaitu Malaysia, hingga negara-

Page 16: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

11

negara Timur Tengah seperti Irak, Iran, Mesir, dan Arab

Saudi.

1.3 Kontribusi Pada Pengembangan Industri

Kreatif

Industri Kreatif merupakan kelompok industri yang

terdiri dari berbagai jenis industri yang masing-masing

memiliki keterkaitan dalam proses pengeksploitasian ide

atau kekayaan intelektual menjadi nilai ekonomi tinggi

yang dapat menciptakan kesejahteraan dan lapangan

pekerjaan.

Di dalam industri kreatif, kreatifitas memegang peranan

sentral sebagai sumber daya utama. Industri kreatif lebih

banyak membutuhkan sumber daya ktearif yang berasal

dari kreatifitas manusia daripada sumber daya fisik.

Namun demikian, sumber daya fisik tetap diperlukan

terutama dalam peranannya sebagai media kreatif.

Rantai proses penciptaan nilai pada umumnya

tidak terjadi di sektor industri kreatif. Hal ini tentunya

berbeda dengan sektor manufaktur dan industri

konvensional lainnya. Industri kreatif mengutamakan

desain dalam penciptaan produk. Industri kreatif

membutuhkan kreativitas individu sebagai input utama

dalam proses penciptaan nilai.

Page 17: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

12

Saat ini ekonomi industrial telah beralih ke

ekonomi kreatif. Daya yang paling penting saat ini adalah

tumbuhnya kekuatan ide. Itulah sebabnya, sebagian

besar tenaga kerja kini berada pada sektor jasa atau

menghasilkan produk abstrak, seperti data, software,

berita, hiburan, periklanan, dan lain-lain.

Industri kreatif telah memberikan sumbangsih

yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia.

Tercatat rata-rata kontribusi industri kreatif Indonesia

terhadap PDB pada tahun 2002-2006 adalah sebesar 6,3

persen dari total PDB Nasional dengan nilai Rp 104,6

triliun. Nilai ekspor industri kreatif mencapai Rp 81,4

triliun dan berkontribusi sebesar 9,13 persen terhadap

total nilai ekspor nasional dengan penyerapan tenaga

kerja mencapai 5,4 juta pekerja.

Bila dibandingkan dengan lapangan usaha lainnya

yang terdapat di Indonesia, kontribusi industri kreatif

terhadap PDB menduduki peringkat ke-7 dari 10 lapangan

usaha utama yang ada di Indonesia. PDB yang dihasilkan

dari industri kreatif saat ini masih didominasi oleh industri

perangkat lunak (software), pasar barang seni, industri

kerajinan, fesyen, advertising, desain, animasi, film, video

dan fotografi, musik, serta permainan interaktif.

Page 18: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

13

Indonesia perlu terus mengembangkan industri kreatif.

Alasannya, industri kreatif memberikan kontribusi

ekonomi yang signifikan. Selain itu, industri kreatif

menciptakan iklim bisnis yang positif dan membangun

citra serta identitas bangsa.

Di sisi lain, industri kreatif berbasis pada sumber

daya yang terbarukan, menciptakan inovasi dan

kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu

bangsa serta memberikan dampak sosial yang positif.

Meski demikian, untuk menggerakkan industri kreatif

diperlukan beberapa faktor. Di antaranya, arahan

edukatif, memberikan penghargaan terhadap insan

kreatif, serta menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Industri kerajinan batik tenun ikat, termasuk

dalam industri kreatif tersebut. Walaupun nilai yang

dihasilkan dari industri masih terbilang kecil, akan tetapi

terdapat potensi yang cukup besar dan masih bisa

dikembangkan agar industri kerajinan tenun ikat ini dapat

memberikan kontribusi yang besar terhadap

perekonomian nasional.

Peluang ini terbuka lebar karena kerajinan batik

tenun ikat ini tidak menggunakan mesin sehingga proses

pengerjaanya membutuhkan waktu yang sangat lama.

Selain proses yang panjang, pembuatan kain batik tenun

Page 19: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

14

ikat juga melalui banyak alur kerja. Setidaknya ada 14

tahap dari benang putih menjadi sebuah kain. Setiap

tahap atau alur kerja dibutuhkan tenaga kerja khusus di

bidang tersebut. Sisi positifnya, proses panjang ini

membuat lapangan kerja semakin terbuka lebar.

Di Desa Bandar Kidul, Kediri, usaha batik tenun

ikat terbesar dipegang oleh Medali Mas yang dimiliki oleh

Ibu Ruqoyah. Hingga saat ini, Medali Mas telah

mempekerjakan 65 warga sekitar Bandar Kidul Kediri

sebagai tenaga kerja. Sebagian dari tenaga kerja tersebut

merupakan remaja dan ibu-ibu rumah tangga. Dalam

satu hari, perempuan kelahiran Nganjuk tersebut bisa

memproduksi 30 hingga 40 lembar kain. Dengan harga

jual Rp. 130 ribu per lembar. Satu lembar berukuran dua

setengah meter. Selain itu Medali Mas juga memproduksi

syal. Harga dibandrol mulai Rp. 30 ribu hingga Rp. 500

ribu per lembar. Usaha ini memang cukup menjanjikan

dengan omzet per bulan yang cukup besar, hingga

puluhan juta.

Demikian halnya industri batik tenun ikat

Lamongan yang tersentra di desa Parengan kecamatan

Maduran yang sudah merambah hingga pasar timur

tengah. Di desa ini, terdapat sedikitnya 30 orang

pengrajin tenun ikat yang rata-rata telah menekuini

Page 20: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

15

usahanya secara turun temurun. Salah satunya adalah

Miftahul Choiri pemilik Butik Paradilla. Saat ini Butik

Paradilla telah mempekerjakan kurang lebih 150 orang

dan telah mampu memproduksi sebanyak 2600 lembar

kain tenun ikat perbulannya dengan omset rata-rata

mencapai 250 juta.

Page 21: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

15

BAB II

POTENSI DAN TANTANGANBATIK TENUN IKAT JAWA TIMUR

2.1 Potensi Batik Tenun Ikat di Jawa Timur

Batik tenun ikat Jawa Timur,

saat ini memang belum

memiliki pasar yang cukup

besar. Akan tetapi, batik

tenun ikat sebenarnya

memiliki potensi yang sangat besar apabila

dikembangkan dengan strategi yang tepat. Sentra batik

tenun ikat di Jawa Timur terutama terletak di dua lokasi

yaitu di Kabupaten Lamongan dan Kota Kediri.

A. Potensi Batik Tenun Ikat Lamongan

Terletak di bagian utara Provinsi Jawa Timur,

Lamongan merupakan salah satu kawasan strategis yang

tergabung dalam Gerbangkertasusila (Gresik, Bangkalan,

Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) yang menjadi

daerah utama penyokong segala aspek pemerintahan

Surabaya. Berbatasan langsung dengan Laut Jawa di

sebelah utara, Kabupaten Gresik di sebelah timur,

Page 22: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

16

Kabupaten Jombang dan Mojokerto di wilayah selatan,

serta Kabupaten Tuban dan Bojonegoro di sebelah barat,

daerah Lamongan memiliki luas wilayah sekitar 902,4 km2

yang terdiri dari 27 kecamatan.

Kabupaten Lamongan memiliki letak yang strategis

di wilayah Pantura yang membuat perekonomian di

kabupaten ini dapat berjalan lancar sehingga UKM dapat

mengalami pertumbuhan yang semakin pesat. Kabupaten

Lamongan memiliki beberapa potensi unggulan hingga

dapat menembus pasar mancanegara seperti kerajinan

daur ulang (kerajinan eceng gondok, karung goni, dan

lain-lain), kerajinan tikar gulung, kain tenun ikat, wingko

babat, hingga produsen kerajinan gerabah, industri jilbab

bergo, dan sebagainya.

Terkait dengan kerajinan batik tenun ikat,

Kabupaten Lamongan merupakan salah satu daerah

sentra kerajinan batik tenun ikat yang kualitasnya tidak

hanya memikat konsumen lokal namun juga diminati

pasar internasional. Beberapa sentra kerajinan batik

tenun ikat yang bisa dijumpai di Lamongan terdapat di

Kecamatan Meduran, Lamongan (kota), atau lebih

tepatnya di Desa Parengan. Batik tenun ikat Lamongan ini

memiliki ciri khas khusus yaitu lebih cenderung

menggunakan warna-warna soft dan natural, seperti

Page 23: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

17

misalnya biru, merah, hitam, dan putih. Sedangkan motif

yang sering dibuat biasanya berbentuk gunung (segitiga)

sebagai salah satu lambang bahwa Lamongan memiliki

banyak bukit. Kerajinan batik tenun ikat ini menjadi salah

satu ciri khas Kabupaten Lamongan yang hingga kini

terus dikembangkan dan mampu menciptakan lapangan

kerja serta pendapatan bagi penduduk setempat.

Para perajin batik tenun ikat di Lamongan berbeda

dengan para perajin tenun ikat di wilayah-wilayah lain di

Indonesia –seperti di kawasan Papua, Nusa Tenggara

Timur. Apabila para perajin di daerah-daerah tersebut

didominasi oleh orang-orang berusia antara 40 hingga 60

tahun, maka di Lamongan para perajin batik tenun ikat

didominasi oleh orang-orang yang berusia di bawah 40

tahun. Dari sekitar 120 perajin batik tenun ikat

Lamongan, 70 diantaranya adalah generasi muda.

Para perajin tenun ikat di sentra industri Maduran,

Lamongan, mulai bekerja sejak pagi dan bahkan hingga

malam hari jika ada pesanan yang harus diselesaikan.

Para perajin ini memiliki tugas berbeda-beda. Sebagian

perajin bekerja menenun, dan sebagian lagi

menyambung utasan benang panjang agar mudah

diproses menjadi kain sarung, kemeja, tas atau pun

pakaian lainnya.

Page 24: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

18

Harga kain batik tenun ikat Lamongan beragam,

mulai dari 85 ribu rupiah perhelai hingga 500 ribu rupiah.

Harga kain ini ditentukan oleh kualitas kain yang bisa

dilihat dari jenis benang, warna kelunturan dan simbol

dari aneka gambar atau hiasan kain. Dalam satu bulan,

keuntungan yang didapat dari penjualan kain tenun ikat

paling sedikit sekitar 50 juta rupiah dan mampu

menghidupi ratusan pekerja yang merupakan warga

Parengan, Lamongan.

Hal inilah yang membuat ratusan warga Lamongan

enggan beralih pekerjaan ataupun merantau ke daerah

lain. Pasalnya, mereka masih menganggap kerajinan

tenun ikat tetap sebagai potensi daerah Lamongan, Jawa

Timur. Besarnya potensi unggulan daerah kabupaten

lamongan, memberikan peluang sukses yang cukup besar

bagi masyarakat sekitar untuk berkembang menjalankan

berbagai usaha.

B. Potensi Batik Tenun Ikat Kediri

Sentra batik tenun ikat Kediri

berada di Desa Bandar Kidul,

Kecamatan Mojoroto, Kota

Kediri, sekitar 4 km dari alun-

alun kota. Desa yang menjadi

Page 25: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

19

sentra batik tenun ikat Kediri sejak jaman penjajahan

Belanda ini telah mengalami dinamika dalam

perkembangan usaha kreatif batik tenun ikat. Sempat

berkembang pesat pada tahun 1970-an hingga 1980-an,

namun pada 1990-an, usaha ini mengalami penurunan

hebat hingga hanya tersisa 10 orang pengusaha tenun

ikat Kediri. Banyak pengusaha yang gulung tikar akibat

produk tidak terdistribusikan dengan baik.

Akan tetapi, sejak tahun 2000, usaha batik tenun

ikat ini mulai bangkit kembali secara perlahan-lahan

karena ada distributor besar yang datang ke sentra ini

untuk mencari tenun ikat yang akan dibawa ke Timur

Tengah. Sejak itu, pengusaha tenun yang tadinya

berhenti beroperasi mulai memproduksi tenun ikat

kembali.

Saat ini terdapat 35 orang pengusaha batik tenun

ikat Bandar Kidul, Kediri. Salah satu pengusaha kain batik

tenun ikat tersebut adalah Sudarman. Dia sudah

menggeluti profesi tersebut sejak tahun 1992 lalu. Hingga

saat ini, dia sudah mempunyai satu pabrik tenun ikat

dengan 20 orang karyawan. Sekarang, Sudarman juga

melayani kebutuhan kain untuk pasar di Palu, Sulawesi,

Solo, dan sekitar kota Kediri. Sudarman membanderol

harga kain tenunnya sekitar Rp 125.000 per lembar.

Page 26: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

20

Sementara harga sarung dibanderol sedikit lebih mahal,

yakni Rp 170.000 per lembar. Dalam sebulan, Sudarman

bisa meraup omzet sekitar Rp 46,5 juta. Dia mengaku,

margin usaha ini berkisar antara 20% hingga 25% dari

omzet.

Selain Sudarman, Anwar Sugiono, salah satu

pengusaha tenun ikat di desa ini mengaku bahwa

walaupun usahanya hanya mampu memproduksi sekitar

20 lembar kain dalam sehari. Omzet yang didapat Anwar

lumayan tinggi. Dalam seminggu, dia bisa mengantongi

omzet jutaan rupiah. Seperti Sudarman, Anwar

membanderol harga kain tenunnya sekitar Rp 125.000

per lembar, dan Rp 180.000 per lembar untuk sarung

tenun.

Tingginya permintaan pasar Timur Tengah

semakin meningkatkan potensi usaha ini karena

pengusaha yang ada saat ini belum dapat memenuhi

kebutuhan tenun ikat khususnya untuk pasar Timur

Tengah. Hal ini juga dibenarkan oleh seorang pengusaha

senior batik tenun ikat Kediri bernama ibu Ruqoyah yang

telah memiliki 60 orang karyawan dan dapat

menghasilkan 25 lembar kain per harinya. Harga satu

kain tenun ikat tersebut dipatok dengan harga

Rp125.000,00 sedangkan satu kain tenun yang sudah

Page 27: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

21

menjadi sarung dijual dengan harga Rp150.000,00.

Usaha ini cukup menjanjikan, karena omsetnya mencapai

90 juta per bulan. Selain itu, terdapat pemintaan pasar

ekspor yang tinggi yang belum dapat terpenuhi. Oleh

karena itu, seperti halnya batik tenun ikat Lamongan,

batik tenun ikat Kediri juga memiliki potensi besar yang

perlu dikembangkan agar dapat meningkatkan

perekonomian nasional.

2.2 Tantangan Batik Tenun Ikat di Jawa Timur

Berdasarkan survey

pendahuluan yang

menggambarkan kondisi

existing dari kerajinan batik

tenun ikat di kedua kota

tersebut mengindikasikan bahwa ada masalah utama

yang sedang dihadapi oleh Kerajinan batik tenun ikat

yaitu terkait pemasaran batik tenun ikat tersebut selain

masalah-masalah klasik usaha yaitu meningkatnya harga

bahan baku, kualitas produk, dan akses permodalan.

Meskipun Kerajinan batik tenun ikat di kedua

lokasi tersebut dalam memasarkan produknya sudah

menggunakan sentuhan teknologi informasi dan

komunikasi tetapi tetap saja tidak mampu mendongkrak

Page 28: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

22

penjualan batik tenun ikat bahkan kerajinan batik tenun

ikat ini mulai mengalami kesulitan dalam memperluas dan

melakukan ekspansi pasar.

Walau kerajinan batik tenun ikat menjadi salah

satu komoditas ekspor dengan tujuan negara-negara

Timur Tengah, Jepang dan Kanada, namun dalam level

lokal atau domestik, permintaan akan batik macam ini

masih kalah dibandingkan batik sablon atau batik hasil

dari produksi pabrikan. Hal ini membuat beberapa

kalangan Kerajinan sekaligus pengusaha batik tenun ikat

menjadi pesimis akan usahanya. Inilah setidaknya yang

sedang terjadi di Kediri.

Ruqoyah, seorang pengusaha batik tenun ikat

Kediri mengatakan bahwa banyak perajin berganti usaha

karena dinilai tidak prospek, harga bahan baku kadang

tidak setara dengan harga jual. Dia juga menambahkan

bahwa mereka juga tak memiliki ciri khas tenunan sendiri

sehingga kalah bersaing dengan produk lain.

Kendala utama lain yakni ketergantungan pada

bahan baku impor. Mulai dari benang hingga zat warna.

Sejak pertengahan 2010 harga benang misris impor naik

hingga dua kali lipat. Hal ini menimbulkan dilema bagi

pengusaha tenun ikat. Mereka tidak mungkin menaikkan

harga jual produk hingga dua kali lipat karena khawatir

Page 29: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

23

tak laku. Mereka hanya bisa menaikkan sedikit harga kain

tenun misrisnya dari 100 ribu rupiah menjadi 125 ribu

rupiah. Hingga akhirnya, para perajin batik tenun ikat

Kediri memilih untuk tidak melakukan inovasi motif yang

berlebihan sehingga dapat bertahan agar tidak merugi.

Benang misris sebagai bahan baku utama tenun

ikat Kediri diimpor dari India. Semula harganya Rp

400.000 per pak (isi 5 kilogram), kini melonjak hingga Rp

750.000 per pak. Zat warna pun naik dari Rp 160.000

menjadi Rp 200.000 per kg.

Masalah yang sama juga dialami oleh Miftakhul

Choiri, pemilik Butik Paradilla, salah satu sentra batik

tenun ikat Lamongan yang juga menggunakan benang

impor asal Cina dan India sebagai bahan bakunya. Jenis-

jenis benang yang dipakai yakni jenis stafel fiber,

mercerized, dan sutera. Ketiga benang ini secara

berurutan menunjukkan kualitas yang semakin bagus.

Naiknya harga benang impor ini juga memaksa mereka

untuk menaikkan harga jualnya.

Mengapa para perajin tersebut tidak beralih

menggunakan benang lokal dan tetap menggunakan

benang impor meskipun harganya melambung tinggi?

Pertanyaan ini dijawab oleh Miftakhul Choiri yang

Page 30: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

24

mengaku pernah mencoba menggunakan benang lokal

namun ternyata hasilnya tidak sebagus benang impor.

Kualitas benang lokal yang buruk ini disebabkan

karena minat petani untuk menanam kapas tidak sebaik

dengan produk pertanian lain. Data dari Balai Penelitian

Tembakau dan Tanaman Serat (Balittas) Departemen

Pertanian di Karangploso, Kabupaten Malang

menyebutkan bahwa Tahun 1980, total lahan

perkebunan kapas di Indonesia mencapai 50.000 hektar

(ha). Jika produksi kapas sekitar 600 kilogram per hektar,

berarti total produksi saat itu mencapai 30.000 ton.

Namun, kondisinya berbeda pada tahun 2008. Indonesia

hanya ada 14.000 ha lahan kapas dengan volume

produksi 8.400 ton. Kapas lokal hanya mampu mencukupi

kurang dari lima persen kebutuhan nasional. Kebutuhan

kapas nasional tahun 2004-2005 sekitar 510.000 ton.

Sementara produksi serat kapas di dalam negeri berkisar

1.600–2.500 ton. Artinya, sebanyak 95 persen bahan

utama tekstil Indonesia masih diimpor. Padahal Balittas

mencatat Indonesia adalah negara produsen tekstil

nomor lima di dunia dengan kapasitas industri 7,8 juta

mata pintal. Volume ekspor tekstil dan produk tekstil

(TPT) pada tahun 2005 mencapai 8,59 miliar dollar AS.

Page 31: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

25

Kini ada tujuh provinsi di Indonesia menjadi sentra

produsen kapas. Tujuh daerah itu, Jawa Timur, Jawa

Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Nusa

Tenggara Barat, Bali, dan Sulawesi Selatan. Daerah

tersebut cocok untuk mengembangkan kapas karena

memiliki iklim tegas antara musim kemarau dan musim

hujan.

Pemulia kapas Balittas, Emy Sulistyowati,

mengatakan minat petani menanam kapas rendah.

Pemicu antara lain harga belum kompetitif, dan maraknya

hama kapas. Padahal, potensi kapas di Indonesia sangat

besar.

Selain benang, bahan baku batik tenun ikat

lainnya yang diimpor adalah zat pewarna kimia. Berbeda

dengan kain-kain tenun ikat dari daerah Toraja atau

Sintang yang menonjolkan kealamian bahan baku. Kain

batik tenun ikat Lamongan lebih mengutamakan kualitas.

Pewarna kimia akan lebih awet dan warnanya lebih cerah.

Berdasarkan dari kondisi yang terpaparkan di atas, maka

diperlukan strategi yang tepat untuk mengembangkan

kerajinan batik tenun ikat di Provinsi Jawa Timur

khususnya untuk wilayah Kediri dan Lamongan. Maka

dari itu tumbuh gagasan untuk menggunakan strategi

Page 32: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

26

bisnis yang berbasiskan sosial-ekonomis, yakni strategi

jaringan blok strategis dan interkoneksi.

Berbeda dengan strategi produk-produk industrial

yang lebih mengandalkan inovasi dan diversifikasi,

strategi jaringan blok strategis lebih mengutamakan

soliditas interkoneksi satu penjual dengan penjual lainnya

dalam rangka memenuhi permintaan pasar. Dengan cara

yang demikian diharapkan selain dapat memenuhi

permintaan pasar, strategi pengembangan kerajinan batik

tenun ikat di Jawa Timur ini dapat dijadikan sebagai

blueprint strategi bisnis komoditas serupa untuk daerah-

daerah lain di Indonesia.

Page 33: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

27

BAB III

BATIK TENUN IKAT: POTENSI INDUSTRI KREATIF

Kerajinan batik tenun ikat

merupakan salah satu

industri kreatif yang memiliki

potensi yang sangat

prospektif untuk

dikembangkan pada era sekarang ini karena akan

memberikan kontribusi pada pengembangan ekonomi

daerah maupun perekonomian regional dan nasional.

Industri kreatif adalah industri tersendiri dengan

penampilan pada keunggulan kreativitas dalam

menghasilkan desain-desain kreatif yang melekat pada

produk barang/jasa yang dihasilkan. Industri kreatif

merupakan kumpulan dari sektor-sektor industri yang

mengutamakan kreativitas sebagai modal utama dalam

menghasilkan produk barang dan jasa. Industri desain

dalam hal ini dapat dipandang sebagai komponen inti dari

suatu industri kreatif, dimana implementasinya bisa

terjadi pada beragam sektor. Industri dikembangkan

Page 34: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

28

untuk mendukung peningkatan nilai tambah produk

dalam pengembangan kluster-kluster industri lainnya

yang sudah ada. Industri kreatif merupakan industri yang

dapat dijadikan industri andalan.

Ciri industri kreatif antara lain dapat dikemukakan

sebagai berikut:

1. Industri yang unsur utamanya adalah kreativitas,

keahlian dan talenta yang berpotensi meningkatkan

kesejahteraan melalui penawaran kreasi intelektual.

2. Industri kreatif terdiri dari penyediaan produk kreatif

langsung kepada pelanggan dan pendukung

penciptaan nilai kreatif pada sektor lain yang secara

tidak langsung berhubungan dengan pelanggan.

3. Produk dari industri kreatif mempunyai ciri siklus hidup

singkat, margin tinggi, keanekaragaman tinggi,

persaingan tinggi, dan mudah ditiru.

Pada komponen industri kreatif, modal utama

industri kreatif adalah intelektual, dan industri kreatif

mengandung unsur seni, budaya teknologi dan bisnis.

Untuk lebih jelasnya, berikut Gambar mengenai

komponen industri kreatif.

Page 35: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

29

Komponen Industri Kreatif

Industri Kreatif:Modal Intelektual

TEKNOLOGI SENI

BISNIS BUDAYA

Modal utama Industri Kreatif adalah Intelektual. Industri Kreatif mengandung unsur Seni, Budaya, Teknologi dan Bisnis.

Gambar 3.1. Komponen Industri Kreatif

Ruang lingkup kreatif menurut UNCTAD (United

Nations Conference on Trade and Development),

diutarakan merupakan bidang yang luas berkaitan

dengan hubungan sub-sektor yang berbeda mulai dari

kriya seni tradisional sampai jasa multimedia yang terdiri

dari seni visual, sastra dan penerbitan, desain,

pengetahuan tradisional, animasi digital dan multi media,

musik, seni pertunjukkan, audio visuals. Untuk lebih

jelasnya, berikut gambar lingkup industri kreatif

(UNCTAD).

Page 36: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

30

Lingkup Industri Kreatif (UNCTAD)

Bidang yang luas berkaitan dengan hubungan sub-sektor yang berbeda mulai dari kriya seni tradisional sampai jasa multi media

Musik

Source: United Nations Conference on Trade

and Development (UNCTAD)

Art crafts, festivals and cultural activities

IndustriKreatif

Concerts, CDs, tapes, digitalized music

PengetahuanTradisionalSeni Visual

Sastra dan Penerbitan

Desain

Paintings, sculptures and photograpy

Books, newspapers and periodicals

Architecture, interior objects, fashion and jewellery

Animasi Digital dan Multi-mediaSoftware, videogames

and advertising

Seni Pertunjukan

Audio-Visuals

Theatre, dance, opera, puppetry, circus

Broadcasting, cinema, television, radio

Sumber: United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) Tahun 2007

Gambar 3.2. Lingkup Industri Kreatif

Hingga saat ini Departemen Perdagangan RI telah

mencatat 15 cakupan kelompok ekonomi kreatif, yaitu

meliputi sebagai berikut:

(1) Jasa Periklanan (advertising),

(2) Arsitektur,

(3) Seni Rupa,

(4) Kerajinan,

(5) Desain

(6) Mode/Fesyen,

(7) Film,

Page 37: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

31

(8) Musik,

(9) Seni Pertunjukan,

(10) Penerbitan,

(11) Riset dan Pengembangan,

(12) Piranti lunak/software,

(13) Televisi dan Radio,

(14) mainan dan

(15) Videogame.

Cakupan kelompok industri kreatif yang sudah

diidentifikasi ini hanyalah merupakan studi awal yang

perlu dilanjutkan dengan studi pemetaan yang lebih

komprehensif yang nantinya dapat memberikan

gambaran umum mengenai dampak/kontribusi ekonomi

dari industri kreatif ini. Tantangan industri kreatif cukup

beragam. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

Relatif baru dan belum diakui sebagai penggerak roda

pembangunan

Belum ada data nilai ekonomi dan perkembangan

industri kreatif

Belum optimalnya kebijakan yang mendukung iklim

kreatif, perijinan, invesasi, dan perlindungan hak cipta

Page 38: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

32

Kegiatan kreatif masih terkotak-kotak dan belum ada

kajian rantai nilai yang utuh mulai dari kegiatan kreasi,

produksi, dan distribusi

Peluang kerja belum sepenuhya bebas gender, baik

dalam proses rekrutmen, penggajian, promosi, dan

pengakuan

Tidak ada penanganan yang sistematik untuk

peningkatan peluang bisnis kreatif, baik di Bandung,

Jakarta, dan kota-kota di luar negeri.

Penentu daya saing industri kreatif antara lain

tergantung dari rantai penawaran, rantai permintaan,

iklim industri kreatif, rantai nilai industri kreatif, rantai

pasokan, dan yang lainnya.

Page 39: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

33

BAB IV

PENGEMBANGANBATIK TENUN IKAT JAWA TIMUR

BERBASIS BLOK STRATEGIS

Blok strategis merupakan pengembangan konsep

“blok” yang tidak hanya menghindarkan pengambil

keputusan dari kerugian tapi juga menambah peluang

akan maksimalisasi kegunaaan (nilai tambah) dari sebuah

keputusan tersebut. Unsur strategis dikembangkan oleh

negara-negara maju untuk mempertimbangkan kalkulasi

maksimal dari keputusan-keputusan yang telah ada. Hal

ini juga yang menimbulkan regional trade blocs dalam

kajian ekonomi politik internasional. Trade Blocs memang

ada dan digunakan untuk meminimalisir kerugian dagang

yang terjadi akibat transaksi dan keputusan-keputusan

dagang antar negara (Reardon et al 2002). Konsep

“blok”, pada akhirnya juga diderivasikan pada skala yang

lebih kecil dan untuk disiplin-disiplin yang lain.

Blok strategis dioperasionalisasikan sebagai

pengembangan strategi pemberdayaan kerajinan batik

tenun ikat khususnya di wilayah Jawa Timur.

Pengembangan ini secara khusus merujuk pada integrasi

Page 40: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

34

batik tenun ikat di Jawa Timur dalam aspek pemasaran

dan pengembangan. Masing-masing batik tenun ikat

harus memelihara unsur khas dari masing-masing

daerahnya. Pemerintah daerah harus proaktif dalam

pengembangan batik tenun ikat di Jawa Timur. Masing-

masing pemerintah kota dan kabupaten mengusung

promosi yang sama terhadap komoditas batik tenun ikat.

Para pengrajin dari masing-masing daerah diberikan

pengetahuan dan pelatihan dengan proporsionalitas yang

sepadan dan adil. Blok strategis bukan hanya selalu

berarti menutup diri dari interaksi luar, namun lebih

kepada integrasi mendalam yang dilakukan banyak pihak

dalam satu tujuan untuk mengakomodir kepentingan

semua pihak.

Pengembangan batik tenun ikat berdasarkan blok

strategis adalah kesadaran bahwa 1) batik tenun ikat

harus dikembangkan dengan cara memberi batasan

sebaran pasar pada komoditas tandingannya dan 2)

melibatkan komunitas sosial (community engagement)

atau jejaring sosial dalam proses pengembangannya.

Oleh karena itu blok strategis dapat dimaksudkan juga

sebagai upaya produsen-produsen batik tenun ikat untuk

merekonstruksi ulang segmentasi pasar. Segmentasi

pasar yang direkonstruksi oleh produsen-produsen batik

Page 41: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

35

tenun ikat tersebut lalu diperkuat lewat konektivitas antar

produsen batik tenun ikat di Jawa Timur melalui jaringan

maya, internet.

Salah satu penjelasan blok strategis adalah

pelibatan komunitas atau jejaring sosial. Konsep ini lebih

sering disebut sebagai community engagement. Mengapa

komunitas? Dengan melibatkan komunitas sosial dalam

pengembangan batik tenun ikat, maka komoditas batik

tenun ikat akan terkesan ramah. Batik tenun ikat akan

menjadi komoditas yang bergandengantangan dengan

masyarakat sekitar. Dengan demikian, endorsement

untuk komoditas batik tenun ikat tidak hanya akan

dilakukan oleh produsen komoditas tersebut, tapi juga

akan ikut dikembangan oleh komunitas yang telah

menjadi development partner.

Komunitas sosial juga penting sebagai ancangan

segmentasi pasar komoditas batik tenun ikat ke depan.

Merujuk pada konsep marketing 3.0 yang dikembangkan

oleh Hermawan Kertajaya, ada tiga segmentasi pasar

potensial untuk masa kini dan masa mendatang, yakni

youth (pemuda), women (perempuan), dan netizen

(pengguna internet). Dari ketiga komposisi segmentasi

pasar sosial yang ada tersebut, maka komunitas sosial

memegang peranan penting karena komunitas sosial

Page 42: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

36

banyak diisi oleh pemuda, perempuan, dan pengguna

internet, sesuai dengan prediksi konsep marketing 3.0.

Momentum untuk mengimplementasikan konsep

community engagement pada komoditas batik tenun

tampaknya bisa dilihat dari fenomena-fenomena politik

yang ada di Indonesia saat ini. Pertama, yakni

meningkatnya partisipan politik dari kalangan pemuda.

Masyarakat Indonesia sedang berada dalam youth

euforia, sebuah kondisi dimana para pemuda Indonesia

memegang peranan dalam banyak hal pembangunan

kenegaraan, misalnya dalam hal kreativitas karya,

produktivitas kerja, dan ide-ide cerdas untuk masyarakat

di sekitar mereka. Penyebab pertama bukannya tanpa

anteseden. Justru fenomena kedua yang bisa menjadi

alat identifikasi mengapa masyarkat Indonesia berada

dalam youth euforia, yakni deviden demografis. Sekitar

20-30 tahun Indonesia diprediksikan mengalami deviden

demografis, yang mana beban hidup golongan non-

produkif ditanggung oleh golongan produktif dengan

menyisakan surplus benefit (keuntungan). Dengan

landasan demikian lah pemuda menjadi sangat krusial

bagi Indonesia mendatang. Fenomena ketiga adalah

penggunaan busana batik sebagai salah satu busana

yang dipakai oleh Kabinet Kerja pada pelantikan kabinet

Page 43: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

37

baru pemerintahan Indonesia 2014-2019. Ini adalah

fenomena baru, karena untuk pertama kalinya batik

digunakan, menyisihkan busana formal yang lainnya.

Dengan menekankan pada pelibatan komunitas

(community engagement) yang berbasiskan pemuda,

perempuan, dan netizen, blok strategis yang

dikembangkan untuk komoditas batik tenun ikat akan

dengan sendirinya membentuk segmen-segmen pasar

untuk komoditas tersebut. Dengan rekonstruksi

segmentasi ini tadi, hal yang harus dilakukan selanjutnya

adalah mempertahankan serta meluaskan segmentasi

pasar tersebut. Untuk itulah diperlukan adanya

interkoneksi, yang mana dapat didefinisikan secara

singkat sebagai konektivitas antar elemen-elemen

pengembang batik tenun ikat. Konektivitasnya pun

melalui satu website yang terintegrasikan antara

produsen, konsumen, dan pemerintah yang menaungi

komoditas tersebut.

Blok strategis merupakan strategi pemberdayaan

para produsen kerajinan batik tenun ikat di wilayah Jawa

Timur. Strategi pemberdayaan ini secara khusus merujuk

pada pengintegrasian operasi bisnis dari kerajinan batik

tenun ikat di Jawa Timur baik dari hulu sampai ke hilir

melalui pendekatan yang holistik, tidak hanya pada

Page 44: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

38

hilirisasi (aspek pemasaran) saja tetapi juga pada

pemenuhan bahan baku dan bahan penunjang yang

dibutuhkan.

Blok strategis bukan hanya selalu berarti menutup

diri dari interaksi luar, namun lebih kepada integrasi

mendalam yang dilakukan banyak pihak dalam satu

tujuan untuk mengakomodir kepentingan semua pihak.

Pengembangan kerajinan batik tenun ikat berdasarkan

blok strategis pada dasarnya menggunakan community

engagement atau keterlibatan komunitas. Dengan

melibatkan komunitas sosial dalam pengembangan batik

tenun ikat di Jawa Timur, maka komoditas batik tenun

ikat akan terkesan ramah. Batik tenun ikat di Jawa Timur

akan menjadi komoditas yang bersinergi dengan

masyarakat sekitar. Dengan demikian, endorsement

untuk komoditas batik tenun ikat di Jawa Timur tidak

hanya akan dilakukan oleh produsen komoditas tersebut,

tapi juga akan ikut dikembangan oleh komunitas yang

telah menjadi development partner.

Penekanan pada pelibatan komunitas (community

engagement) yang berbasiskan pemuda, perempuan, dan

netizen, blok strategis yang dikembangkan untuk

komoditas batik tenun ikat di Jawa Timur dengan

sendirinya akan membentuk segmen-segmen pasar

Page 45: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

39

sekaligus upaya untuk melakukan new branding melalui

e-branding untuk komoditas tersebut. Dengan

rekonstruksi segmentasi dan new branding ini, hal yang

harus dilakukan selanjutnya adalah mempertahankan

serta meluaskan segmentasi pasar dan menguatkan new

branding tersebut.

Blok strategis ini, tidak akan mencapai hasil yang

optimal sesuai yang diharapkan jika tidak didukung

dengan konektivitas antar pengrajin tenun ikat yang ada

di Jawa Timur. Konektivitas ini yang akan menjembatani

komunikasi dan koordinasi para pengrajin dalam upaya

mencari solusi atas permasalahan-permasalahan yang

sedang dihadapi oleh pengrajin tenun ikat yang ada di

Jawa Timur maupun kegiatan promosi bersama dengan

pembentukan new branding. Untuk itulah diperlukan

adanya interkoneksi, yang akan menjamin konektivitas

antar elemen-elemen pengembang batik tenun ikat.

Konektivitasnya pun melalui satu website yang

terintegrasikan antara produsen, konsumen, dan

pemerintah yang menaungi komoditas tersebut. Dengan

demikian, maka diharapkan akan menghilangkan

persaingan antar pengrajin batik tenun ikat yang

selanjutnya akan meningkatkan nilai tawar para pengrajin

Page 46: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

40

yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing

pengrajin batik tenun ikat di Jawa Timur.

Page 47: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

41

BAB V

PENUTUP

Kerajinan batik tenun ikat telah mengubah esensi

batik dari sekedar kerajinan menjadi sebuah peradaban.

Peradaban batik yang dimaksud disini adalah sebuah tata

kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai materialisme

batik, mulai dari proses produksi sampai dengan

konsumsi dan reproduksi komoditas. Nilai ekonomis dan

sosiologis yang termuat dalam kerajinan batik tenun ikat

sangatlah tinggi.

Kerajinan batik tenun ikat merupakan salah satu

industri kreatif yang memiliki potensi yang sangat

prospektif untuk dikembangkan pada era sekarang ini

karena akan memberikan kontribusi pada pengembangan

ekonomi daerah maupun perekonomian regional dan

nasional.

Pengembangan kerajinan batik tenun ikat

berdasarkan blok strategis pada dasarnya menggunakan

community engagement atau keterlibatan komunitas.

Konektivitasnya pun melalui satu website yang

terintegrasikan antara produsen, konsumen, dan

Page 48: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

42

pemerintah yang menaungi komoditas tersebut. Dengan

demikian, maka diharapkan akan menghilangkan

persaingan antar pengrajin batik tenun ikat yang

selanjutnya akan meningkatkan nilai tawar para pengrajin

yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing

pengrajin batik tenun ikat di Jawa Timur.

Page 49: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

43

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kabupaten Lamongan, 2013, Kabupaten Lamongan dalam Angka 2013, Biro Pusat Statistik, Kabupaten Lamongan.

BPS Kota Kediri, 2013, Kota Kediri dalam Angka 2013, Biro Pusat Statistik Kota Kediri.

BPS, 2013. Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). 2012. 35(3):208-217, Oktober 2011.

Kahneman, Daniel; Amos Tversky, 1979, Prospect Theory : An Analysis of Decision Under Risk, Econometrica (pre-1986); Mar 1979; 47, 2; ABI/INFORM Global pg. 263

Kertajaya, Hermawan, 2002, MarkPlus on Strategy, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kertajaya, Hermawan, 2005, 4G Marketing: A 90-Year Journey in Creating Everlasting Brands, MarkPlus&Co, Jakarta.

Kertajaya, Hermawan, 2013, Tourism Marketing 3.0, MarkPlus&Co, Jakarta.

Porter, Michael A. Competitive Advantage: Creating and sustaining superior performance, New York: The Free Press, 1985.

Page 50: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

44

Reardon, J. and D. E. McCorkle, 2002. "The Marginal Effect of Consumer Characteristic on Internet Channel Choice." Journal of Applied BusinessResearch 23(1)

UNCTAD, (2003), “Information and Communication Technology Development Indices”, http://www.unctad.org/en/docs/iteipc20031_en.pdf Diakses tanggal 24 April 2011

UNDP (2007). Human Development Report, http://hdr.undp.org/statistics/data/, diakses pada tanggal 26 April 2011.

Page 51: Kerajinan Batik Tenun Ikat Provinsi Jawa Timur

Tentang Penyusun

Didiek Tranggono adalah dosen program studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa

Timur.

Jojok Dwiridotjahjono adalah dosen program studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

Veteran Jawa Timur.

Maria Indira Aryani adalah dosen program studi

Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

Veteran Jawa Timur.

Resa Rasyidah adalah dosen program studi

Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

Veteran Jawa Timur.