sistem pendukung keputusan untuk menentukan …lib.unnes.ac.id/32374/1/4611412009.pdfi sistem...

52
i SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN KUALITAS TENUN IKAT TROSO KHAS JEPARA MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING DAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika oleh Muhammad Nurul Umam 4611412009 JURUSAN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: ledieu

Post on 06-Aug-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN KUALITAS TENUN IKAT TROSO

KHAS JEPARA MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING DAN ANALYTIC

HIERARCHY PROCESS (AHP)

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

oleh

Muhammad Nurul Umam

4611412009

JURUSAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

ii

iii

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“ Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai

dengan doa, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan berubah

dengan sendirinya tanpa berusaha”.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk.

1. Kedua orang tuaku yang tidak pernah

berhenti menyebutkan nama ku dalam

setiap doa dan tak henti memberikan

semangat setiap hari.

2. Teman-teman Ilkom 2012 yang selalu

memberikan masukan, motifasi,

wejangan-wejangan dalam pembuatan

skripsi ini.

3. Nila, Anam, dan semua pihak yang tidak

dapat disebutkan satu persatu yang

membantu terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak dan ibu dosen yang telah

membimbing sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

5. Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

dan Universitas Negeri Semarang.

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

segala ridho dan limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Kualitas Tenun

Ikat Troso Khas Jepara Menggunakan Metode Profile Matching dan

Analytic Hierarchy Process (AHP)”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Zaenuri, S.E., M.Si., Akt. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

3. Endang Sugiharti, S.Si., M.Kom. Ketua Jurusan Ilmu Komputer Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

4. Alamsyah, S.Si., M.Kom dan Endang Sugiharti, S.Si., M.Kom selaku dosen

pembimbing yang selalu memberikan arahan kepada penulis.

5. Isa Akhlis, S.Si., M.Si., selaku penguji yang memberikan banyak masukan,

kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak dan ibu yang selalu menyemangati setiap harinya.

7. Nila dan Anam yang selalu menjadi penyemangat.

8. Seluruh teman-teman yang selalu memberikan semangatnya agar selalu

bersabar dalam proses pembuatan skripsi ini.

vi

9. Perusahaan Ambal Jaya yang memberikan kesempatan saya melakukan

penelitian.

10. Teman-teman ilmu komputer angkatan angkatan 2012 yang memberikan

semangat dalam pembuatan skripsi ini.

11. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah

membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat di masa mendatang.

Semarang, 22 Februari 2017

Muhammad Nurul Umam

vii

ABSTRAK

Umam, Muhammad Nurul. 2017. Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Kualitas Tenun Ikat Troso Khas Jepara Menggunakan Metode Profile Matching dan Analytic Hierarchy Process (AHP). Skripsi. Jurusan Ilmu

Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri

Semarang. Pembimbing Utama: Alamsyah, S.Si., M.Kom., dan Pembimbing

Pendamping: Endang Sugiharti, S.Si.,M.Kom.

Kata kunci: Tenun Ikat Troso, Profile Matching, Analitical Hierarchy Process.

Tenun ikat troso merupakan salah satu industri yang dimiliki kabupaten

Jepara. Tenun ikat ini dimiliki warga desa Troso sejak tahun 1935 yang berasal

dari tenun gendong warisan turun-temurun, pada tahun 1943 mulai berkembang

tenun pancal dan kemudian tahun 1946 beralih lagi menjadi alat tenun bukan

mesin (ATBM) sampai sekarang, ketrampilan ini juga terus berkembang seiring

berjalannya waktu,dan produk yang di hasilkan juga semakin bagus.

Tujuan penelitian adalah mengetahui perancangan dan membangun sistem

pendukung keputusan menentukan kualitas kain tenun menggunakan kombinasi

metode AHP dan profile matching, serta mengetahui hasil implementasi

kombinasi metode AHP dan profile matching sistem pendukung keputusan

menentukan kualitas kain tenun.

Metode yang digunakan pada sistem pendukung keputusan menentukan

kualitas kain tenun adalah kombinasi metode AHP dan metode profile matching.

Metode AHP digunakan dalam pembobotan kriteria dan uji konsistensi terhadap

matriks perbandingan berpasangan, sedangkan metode profile matching

digunakan untuk melakukan perankingan dalam penentuan alternatif terbaik.

Hasil yang diperoleh adalah sebuah sistem pendukung keputusan yang

mempunyai keluaran sebuah ranking kain tenun dari nilai net flow tertinggi ke

nilai net flow terendah. Dari hasil perankingan tersebut, diperoleh bahwa alternatif

81 yang memiliki nilai tertinggi yaitu kain dengan kode A81 dengan nilai 4.213

dan harga Rp. 82.000. Sedangkan nilai terendah yaitu kain A04 dengan nilai 2.847

dan harga Rp. 50.000.

Simpulan yang diperoleh adalah perancangan sistem pendukung keputusan

menentukan kualitas kain tenun menggunakan metode AHP dan profile matching

dibuat berdasarkan hasil yang diperoleh dari tahap pengumpulan data, selanjutnya

informasi tersebut digunakan untuk membuat desain sistem dan implementasi

metode AHP dan metode profile matching pada sistem pendukung keputusan

menentukan kualitas kain ini dapat menentukan bobot kriteria yang konsisten dan

memberikan alternatif kain dan harga secara akurat.

Saran untuk penelitian ini, Pengembangan sistem yang selanjutnya

diharapkan dapat didesain secara dinamis untuk kepentingan sistem pendukung

keputusan dan lebih user friendly.

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ ... i

PERNYATAAN .............................................................. ................................... ii

PENGESAHAN .................................................................................................. iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

ABSTRAK ......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... .. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... .. xv

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 5

1.3 Batasan Masalah ...................................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................... 5

1.6 Sistematika Skripsi ................................................................................. 6

BAB 2. LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Pendukung Keputusan ................................................................. 8

2.1.1 Komponen Sistem Pendukung Keputusan ............................................ 8

ix

2.1.2 Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan ......................................... 10

2.2 Metode Profile Matching ......................................................................... 11

2.2.1 Diagram Alir ......................................................................................... 15

2.3 Analytic Hierarchy Process (AHP) .......................................................... 18

2.3.1 Pengertian Analytic Hierarchy Process (AHP) .................................... 18

2.3.2 Aksioma dalam Metode AHP ................................................................ 19

2.3.3 Langkah-langkah Metode AHP ............................................................. 20

2.4 Kain Tenun Ikat Troso ............................................................................. 29

2.4.1 Sejarah Kai Tenun Ikat Troso ............................................................... 29

2.4.2 Proses Pembuatan .................................................................................. 30

2.5 Penelitian Terkait ..................................................................................... 31

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Studi Pendahuluan ................................................................................... 34

3.2 Perumusan Masalah ................................................................................. 34

3.3 Tempat dan Obyek Penelitian ................................................................. 34

3.4 Variabel Penelitian ................................................................................. 35

3.5 Sumber Data .......................................................................................... 35

3.5.1 Data Primer ........................................................................................... 35

3.5.2 Data Sekunder ....................................................................................... 36

3.6 Tahap Pengumpulan Data ...................................................................... 36

3.6.1 Wawancara ............................................................................................ 36

3.6.2 Observasi ............................................................................................... 37

3.6.3 Studi Pustaka ......................................................................................... 37

x

3.7 Analisis Kebutuhan ...................................................................... ......... 38

3.7.1 Kebutuhan Perangkat Lunak (Software) ............................................... 38

3.7.2 Kebutuhan Perangkat Keras (Hardware) .............................................. 38

3.8 Tahap Pengembangan Sistem ................................................................ 39

3.8.1 Analisis ................................................................................................. 39

3.8.2 Metode AHP .......................................................................................... 40

3.8.3 Metode Profile Matching ...................................................................... 42

3.8.4 Flowchart System .................................................................................. 44

3.8.5 Entity Relationship Diagram ................................................................. 46

3.8.6 Data Flow Diagram .............................................................................. 46

3.8.6.1 DFD Level 0 ....................................................................................... 47

3.8.7 Relasi Tabel .......................................................................................... 48

3.8.8 Desain .................................................................................................... 48

3.8.9 Pengkodean (Code) ............................................................................... 49

3.8.10 Pengujian (Test) ................................................................................... 49

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 50

4.1.1 Perhitungan AHP dan Profile Matching .............................................. 50

4.1.1.1 Perhitungan Analytic Hierarchy Process (AHP) ................................ 50

4.1.1.2 Perhitungan Profile Matching ............................................................ 55

4.1.2 Implementasi Sistem ............................................................................. 60

4.2 Pembahasan ............................................................................................. 69

xi

BAB 5. PENUTUP

5.1 Simpulan ................................................................................................. 72

5.2 Saran ........................................................................................................ 72

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 74

LAMPIRAN ........................................................................................................ 76

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Keterangan Bobot Nilai Gap ........................................................................ 13

2.2 Bobot Nilai Gap Variabel Pengetahuan dan Standar Perusahaan ................ 17

2.3 Nilai Cf DAN Sf untuk Variabel Pengetahuan dan Standar Perusahaan ..... 17

2.4 Ranking ........................................................................................................ 18

2.5 Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan ................................................ 22

2.6 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan ...................................................... 22

2.7 Nilai Indeks Random Consistency ............................................................... 24

2.8 Matrik Perbandingan Berpasangan .............................................................. 26

2.9 Matrik Nilai Kriteria ................................................................................... 26

2.10 Matrik Penjumlahan Setiap Baris ............................................................... 26

2.11 Matrik Rasio Konsistensi ........................................................................... 27

2.12 Matrik Hasil ................................................................................................ 28

2.13 Matrik Contoh Perguruan Tinggi yang Akan Dipilih ................................. 28

2.14 Matrik Pemilihan Perguruan Tinggi Komputer ......................................... 28

2.15 Hasil Akhir ................................................................................................. 29

3.1 Spesifikasi Perangkat Lunak ........................................................................ 38

3.2 Spesifikasi Perangkat Keras ......................................................................... 39

4.1 Perhitungan Bobot Nilai Prioritas Kriteria Aspek Bahan ............................ 52

4.2 Hasil Perhitungan λ Maksimal Aspek Bahan ............................................... 52

4.3 Bobot Kriteria Aspek Bahan ........................................................................ 54

4.4 Bobot Kriteria Aspek Proses ......................................................................... 54

xiii

4.5 Pengelompokan Gap Bahan ......................................................................... 55

4.6 Pengelompokan Gap Proses ......................................................................... 55

4.7 Bobot Nilai Gap ............................................................................................ 56

4.8 NCF dan NSF Aspek Bahan ........................................................................ 58

4.9 NCF dan NSF Aspek Proses ......................................................................... 58

4.10 Ranking ...................................................................................................... 59

4.11 Harga Kain Tenun ...................................................................................... 60

4.12 Ranking dan Harga ..................................................................................... 60

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Komponen Sistem Pendukung Keputusan ................................................... 10

2.2 Diagram Alir Profile Matching .................................................................... 16

2.3 Struktur Hirarki AHP ................................................................................... 21

3.1 Waterfall Model ........................................................................................... 39

3.2 Flowchart Profile Matching dan AHP .......................................................... 45

3.3 ERD Profile Matching dan AHP .................................................................. 46

3.4 DFD Level 0 ................................................................................................. 47

3.5 Relasi Tabel .................................................................................................. 48

4.1 Form Home ................................................................................................... 61

4.2 Menu Login .................................................................................................. 62

4.3 Menu Help ..................................................................................................... 62

4.4 Menu Kain ..................................................................................................... 63

4.5 Menu Aspek ................................................................................................. 63

4.6 Menu Kriteria ............................................................................................... 64

4.7 Menu Bobot Kriteria .................................................................................... 65

4.8 Menu Profile ................................................................................................ 65

4.9 Menu Harga ................................................................................................... 66

4.10 Menu Perhitungan ...................................................................................... 67

4.11 Cetak Ranking dan Harga .......................................................................... 67

4.10 Menu Help .................................................................................................. 68

4.13 Menu Password .......................................................................................... 68

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Tabel matriks perbandingan berpasangan antar kriteria............................. 77

2 Tabel hasil normalisasi matrik .................................................................... 79

3 Tabel perhitungan bobot nilai prioritas kriteria .......................................... 81

4 Tabel pembobotan nilai gap ........................................................................ 84

5 Tabel data kain aspek bahan ....................................................................... 85

6 Tabel data kain aspek proses ....................................................................... 88

7 Hasil akhir / Ranking .................................................................................. 91

8 Tabel matrik perbandingan .......................................................................... 95

9 Tabel black box ........................................................................................... 98

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jepara adalah salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah, Kabupaten

Jepara terletak di pantura timur Jawa Tengah yang bagian barat dan utaranya

dibatasi oleh laut. Selain terkenal dengan industri ukir, Jepara juga mempunyai

banyak industri salah satunya industri tenun ikat troso yang berada di desa Troso

kecamatan Pecangaan. Tenun ikat troso menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga

jepara ketika produk tenun bisa sampai ke luar kota seperti Jakarta, Bali, Nusa

Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Lombok.

Tenun ikat ini dimiliki warga desa Troso sejak tahun 1935 yang berasal dari

tenun gendong warisan turun-temurun, pada tahun 1943 mulai berkembang tenun

pancal dan kemudian tahun 1946 beralih lagi menjadi alat tenun bukan mesin

(ATBM) sampai sekarang, keterampilan ini juga terus berkembang seiring

berjalalannya waktu,dan produk yang di hasilkan juga semakin bagus.

Dalam proses pembuatan tenun troso dibutuhkan beberapa tahap yaitu

mencelup, sepol, menghani, ngebum, mencucuk, ngelos, ngeteng, desain,

mengikat motif, mencelup, mbongkar, malet, nenun. Keseluruhan proses

pembuatan tersebut masih dilakukan secara manual menggunakan ATBM ( Alat

Tenun Bukan Mesin ) yang dilakukan oleh tenaga manusia. Selain proses

pembuatan, penentuan kualitas tenun juga masih dilakukan secara manual, yaitu

2

dengan menggunakan feeling para pembuat, sehingga penentuan kualitas kain

kurang akurat.

Kemajuan teknologi informasi semakin meluas dalam segala aspek

kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan

masalah tentang pengambil keputusan. Besar atau kecilnya resiko yang

ditimbulkan sesuai dengan keputusan yang telah diambil. Pada masa kini, banyak

manusia sudah tidak lagi mencari-cari sendiri alternatif untuk dijadikan

keputusan, melainkan menggunakan sistem pendukung keputusan. Bahkan di

dunia industri pun para pelaku industri sering dihadapkan masalah pengambilan

keputusan.

Sistem pendukung keputusan sangat di butuhkan untuk membantu

pengusaha kain tenun troso dalam menentukan kualitas kain. Dengan adanya

sistem pendukung keputusan para pengusaha tidak harus menentukan kualitas

kain tenun secara manual yang hasilnya kurang akurat. Selain itu sistem

pendukung keputusan juga memangkas waktu proses pembuatan karena

penentuan kualitas kain menggunakan sistem pendukung keputusan akan

memerlukan waktu yang lebih singkat dengan hasil yang lebih akurat

dibandingkan dengan cara yang manual.

Dalam pembuatan sistem pendukung keputusan yang akan digunakan untuk

menentukan kualitas tenun ikat troso adalah metode Profile matching dan

Analitical hierarchy process (AHP). Kedua metode ini dipilih karena, metode

Profile matching sebuah tahapan seleksi dimana profil dari calon objek

dibandingkan dengan profil objek yang di tetapkan, sehingga dapat diketahui

3

perbedaan (gap) dari profilnya. Semakin kecil gap yang dihasilkan maka bobot

nilainya semakin besar yang berarti memiliki peluang lebih besar untuk menjadi

yang terbaik (Titis Handayani, 2013). Matching modelling secara garis besar

merupakan proses pembandingan antara nilai data aktual dari suatu profile yang

dinilai dengan nilai profil yang diharapkan, sehingga dapat diketahui perbedaan

kompetensinya (gap), semakin kecil gap yang dihasilkan maka bobot nilainya

semakin besar yang berarti memiliki peluang lebih besar untuk objek menempati

salah satu alternatif tertentu (Lilis, Nurdin, 2015).

Sedangkan metode Analitic hierarchy process (AHP) sebuah metode yang

memecahkan permasalahan yang komplek/rumit dalam situasi yang tidak

terstruktur menjadi bagian-bagian komponen. Metode AHP mampu

menyelesaikan permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model

yang fleksibel dan mudah dipahami (Tominanto, 2012: 3). Di mana nilai data

yang ada atau akan diolah bersifat kualitatif yang hanya didasarkan atas persepsi,

pengalaman, dan intuisi saja dirubah menjadi nilai kuantitatif, sehingga dapat

menghasilkan keptusan yang lebih obyektif dan terukur (Wicaksono, 2013: 28).

Metode Analitic hierarchy process (AHP) dipilih karena metode ini merupakan

salah satu metode yang dapat melakukan penilaian kriteria majemuk dan detail

dengan suatu kerangka berpikir yang komprehensif pertimbangan proses hirarki

yang kemudian dilakukan perhitungan bobot untuk masing-masing kriteria dalam

menentukan prioritas penentuan kualitas tenun ikat troso. Dengan kriteria yang

telah ditentukan, AHP memiliki keterbatasan dalam melakukan evaluasi, di mana

jika kriteria semakin banyak maka semakin sulit mengambil keputusan dalam

4

melakukan evaluasi perbandingan pasangan antar kriteria. Oleh karena itu perlu

dibuat pengelompokan kriteria untuk membatasi kriteria yang banyak, sehingga

memudahkan proses membandingkan kriteria pasangan (Rochmasari, 2010: 4).

Pemilihan kedua metode Profile matching - Analitc hierarchy process

(AHP) ini sangat cocok digunakan untuk sistem pendukung keputusan pada

penelitian ini, karena pada dasarnya metode Profile matching membandingkan

antara nilai data aktual dari suatu profile yang dinilai dengan nilai profil yang

diharapkan, sehingga dapat diketahui perbedaan kompetensinya (gap), semakin

kecil gap yang dihasilkan maka bobot nilainya semakin besar yang berarti

memiliki peluang lebih besar untuk objek menempati salah satu alternatif tertentu,

sedangkan metode Analitic hierarchy process (AHP) akan mempertimbangkan

aspek kualitatif dan kuantitatif dari suatu keputusan dan mengurangi kompleksitas

suatu keputusan dengan membuat perbandingan satu-satu dari berbagai kriteria

yang dipilih untuk kemudian dilakukan pembobotan kriteria dan uji konsistensi

terhadap matriks perbandingan berpasangan.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dirancang suatu sistem pendukung

keputusan dengan menggunakan metode profile matching dan analitic hierarchy

process (AHP) yang diharapkan dapat membantu pengambilan keputusan para

pengusaha tenun ikat troso dalam menentukan kualitas tenun ikat. Hal ini juga

yang menjadi latar belakang peneliti dalam melakukan penelitian pada skripsi

yang berjudul “SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK

MENENTUKAN KUALITAS TENUN IKAT TROSO KHAS JEPARA

5

MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING DAN ANALITIC

HIERARCHY PROCESS (AHP)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan

permasalahan yang akan dikaji dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana

merancang dan membangun sistem pendukung keputusan dengan menggunakan

metode Profile matching dan Analitic hierarchy process (AHP) untuk membantu

para pengusaha tenun ikat troso dalam menentukan kualitas tenun ikat troso.

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Sistem pendukung keputusan yang akan dibangun menggunakan

metode profile matching dan analitic hierarchy process (AHP)

dalam sistem pendukung keputusan untuk menentuan kualitas tenun

ikat dengan kriteria yang telah ditentukan.

2) Implementasi web hanya sampai di localhost, sebelum

terimplementasi pada jaringan internet.

3) Objek yang digunakan sebagai data penelitian adalah hasil produksi

tenun ikat di perusahaan Ambal Jaya.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dapat dideskripsikan tujuan

dari penelitian ini adalah menghasilkan sistem pendukung keputusan

6

menggunakan metode profile matching dan Analitic hierarchy process (AHP)

yang digunakan untuk menentukan kualitas tenun ikat troso.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui kualitas kain tenun ikat troso.

2) Menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh selama di perkuliahan seperti

Sistem Pendukung Keputusan, Rekayasa Perangkat Lunak, Metodologi

Penelitian, Kecerdasan Buatan, Database, dan Web Programming.

3) Membantu para pengusaha kain tenun dalam menentukan kualitas kain

tenun ikat troso.

1.6 Sistematika Skripsi

Sistematika penulisan untuk memudahkan dalam memahami alur pemikiran

secara keseluruhan skripsi. Penulisan skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi

tiga bagian yaitu sebagai berikut:

1) Bagian Awal Skripsi

Bagian awal skripsi terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan,

halaman pernyataan, halaman motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar,

daftar isi, daftar gambar, daftar tabel dan daftar lampiran.

2) Bagian Isi Skripsi

Bagian isi skripsi terdiri dari lima bab yaitu sebagai berikut.

a. Bab 1: Pendahuluan

Bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian serta sistematika skripsi.

7

b. Bab 2: Tinjauan Pustaka

Bab ini terdiri dari atas landasan teori, contoh kasus dan penelitian terkait.

c. Bab 3: Metode Penelitian

Bab ini terdiri atas Studi Pendahuluan, Tahap Pengumpulan Data, Tahap

Pengembangan Sistem Uji Metode dan Perancangan Aplikasi (Design).

d. Bab 4: Hasil dan Pembahasan

Bab ini terdiri atas hasil penelitian dan pembahasan penelitian.

e. Bab 5: Pentup

Bab ini terdiri atas simpulan dan saran.

3) Bagian Akhir Skripsi

Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka yang merupakan informasi

mengenai buku-buku, sumber-sumber dan referensi yang digunakan penulis serta

lampiran-lampiran yang mendukung dalam penulisan skripsi ini.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pendukung Keputusan

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support Sistem (DSS)

secara umum didefinisikan sebagai sebuah sistem yang dapat memberikan

kemampuan memecahkan masalah maupun kemampuan komunikasi untuk

masalah semi terstruktur (Turban, 2005: 137).

Menurut Alter dalam Kusrini (2007:15), SPK merupakan sistem informasi

interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data.

Sistem pendukung tersebut dapat digunakan untuk membantu pengambilan

keputusan dalam situasi yang semi terstuktur dan situasi tidak terstruktur, dimana

tak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat.

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat diketahui bahwa SPK adalah

suatu sistem informasi spesifik yang ditujukan untuk membantu pengambil

keputusan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan persoalan yang

bersifat semi terstruktur dan tidak terstuktur. SPK memiliki fasilitas untuk

menghasilkan berbagai alternatif yang secara aktif dapat digunakan oleh

pemakainya.

2.1.1 Komponen Sistem Pendukung Keputusan

Menurut Turban (2005:30) Sistem pendukung keputusan terdiri dari 3

komponen utama atau subsistem yaitu:

1). Subsistem data (database)

9

Subsistem manajemen data memasukkan satu database yang berisi data

yang relevan untuk situasi dan dikelola oleh perangkat lunak sistem

manajemen database (Data Base Manajement Sistem/DBMS).

2). Subsistem Model (model base)

Merupakan paket perangkat lunak yang memasukkan model keuangan,

statistik, ilmu manajemen, atau model kuantitatif lainya yang memberikan

kapabilitas analitik dan manajemen perangkat lunak yang tepat. Bahasa

pemodelan untuk membangun model-model custom juga dimasukkan.

Perangkat lunak ini sering disebut sistem manajemen basis model (MBMS).

Komponen ini dapat dikoneksikan ke penyimpanan korporat atau eksternal

yang ada pada model. Sistem manajemen dan metode solusi model

diimplementasikan pada sistem pengembangan web (seperti java) untuk

berjalan pada server aplikasi.

3). Subsistem dialog (user system interface)

Pengguna berkomunikasi dengan dan memerintahkan DSS melalui

subsistem ini. Pengguna adalah bagian yang dipertimbangkan dari sistem. Para

peneliti menegaskan bahwa beberapa kontribusi dari DSS berasal dari interaksi

yang intensif antara komputer dan pembuat keputusan.

Dari ketiga sub komponen SPK, maka komponen SPK dapat

digambarkan secara keseleluruhan pada Gambar 2.1 di bawah ini:

10

Gambar 2.1. Komponen SPK (Turban, 2005)

2.1.2 Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan

Menurut Turban sebagaimana dikutip dalam Kusrini (2007:15-16)

karakteristik SPK adalah sebagai berikut:

1. Mendukung proses pengambilan keputusan, menitik beratkan pada

management by perception.

2. Adanya interface manusia atau mesin di mana manusia (user) tetap

memegang kontrol proses pengambilan keputusan.

3. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah terstruktur,

semi terstruktur dan tak struktur.

4. Memiliki kapasitas dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan

kebutuhan.

Sistem lainnya yang

berbasis komputer

Internet,

intranet,ekstranet

Data : eksternal dan

internal Manajemen data Manajemen model Model eksternal

Subsistem berbasis

pengetahuan

Antarmuka pengguna

manajer

Basis pengetahuan

organisasional

11

5. Memiliki subsistem-subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga

dapat berfungsi sebagai kesatuan item.

6. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan

informasi seluruh tingkatan manajemen.

2.2 Metode Profile Matching

Profile matching adalah tahapan seleksi dimana profil dari calon kain

dibandingkan dengan profil kain yang di tetapkan, sehingga dapat diketahui

perbedaan (gap) dari profilnya. Semakin kecil gap yang dihasilkan maka bobot

nilainya semakin besar yang berarti memiliki peluang lebih besar untuk menjadi

yang terbaik (Titis Handayani, 2013).

Dalam proses profile matching menurut Kusrini dalam Arif & Tito (2013),

akan dilakukan proses pembandingan antara kompetensi individu ke dalam

kompetensi standar, dalam hal ini profil asisten praktikum yang ideal sehingga

dapat diketahui perbedaan kompetensinya (disebut juga gap). Semakin kecil gap

yang dihasilkan maka bobot nilainya semakin besar. Calon yang memiliki bobot

nilai yang besar berarti memiliki peluang lebih besar untuk dapat menempati

posisi sebagai asisten praktikum. Dan berikut merupakan langkah-langkah

perhitungan dalam profile matching.

Matching modelling secara garis besar merupakan proses pembandingan

antara nilai data aktual dari suatu profile yang dinilai dengan nilai profil yang

diharapkan, sehingga dapat diketahui perbedaan kompetensinya (gap), semakin

kecil gap yang dihasilkan maka bobot nilainya semakin besar yang berarti

12

memiliki peluang lebih besar untuk siswa menempati salah satu alternatif tertentu

(Lilis, Nurdin, 2015).

Profile Matching menganggap bahwa terdapat tiga predictor variables ideal

yang harus dimiliki seseorang. Dalam hal ini bukan berarti tingkat minimal yang

harus dipenuhi atau dilewati. Tingkat gambaran profil persyaratan untuk setiap

jabatan ditentukan dengan menggunakan skala dari 1 sampai 5. Makin tinggi

tingkatannya, makin penting prioritas profil tersebut terhadap suatu jabatan

(Hanif, Made, Putu, 2015).

Langkah-langkah penyelesain untuk metode profile matching sebagai berikut :

1) Aspek penilaian. Pada tahap ini ditentukan bobot nilai masing-masing

aspek yang digunakan sebagai bobot preferensi untuk menentukan selisih

dari kriteria ideal suatu alternatif dengan nilai yang dimiliki.

2) Pemetaan Gap Kompetensi. Pemetaan Gap merupakan perbedaan kriteria

yang dimiliki seseorang dengan kriteria yang diinginkan pengguna sesuai

dengan aspek penilaian.

Dalam penentuan peringkat untuk setiap alternatif, diberikan bobot nilai sesuai

dengan tabel berikut :

13

Tabel 2.1. Keterangan Bobot Nilai Gap

NO Selisih GAP

Bobot Nilai

Keterangan

1 0 5 Tidak ada selisih

2 1 4.5 Kompetensi individu kelebihan 1 tingkat

3 -1 4 Kompetensi individu kelebihan 1 tingkat

4 2 3.5 Kompetensi individu kelebihan 2 tingkat

5 -2 3 Kompetensi individu kelebihan 2 tingkat

6 3 2.5 Kompetensi individu kelebihan 3 tingkat

7 -3 2 Kompetensi individu kelebihan 3 tingkat

8 4 1.5 Kompetensi individu kelebihan 4 tingkat

3) Perhitungan dan Pengelompokan Core dan Secondary Factor

Setelah menentukan bobot nilai gap dari suatu aspek atau kriteria, kemudian

tiap kriteria dikelompokkan lagi menjadi dua kelompok yaitu core factor dan

secondary factor.

a. Core Factor

Core factor merupakan aspek (kompetensi) yang menonjol atau paling

dibutuhkan oleh suatu alternatif yang diperkirakan dapat menghasilkan

kerja optimal. Rumus untuk menghitung core factor :

Keterangan :

NCF : Nilai rata-rata core factor

NC : Nilai core factor

IC : Item core factor

b. Secondary Factor

Secondary factor adalah item-item selain aspek yang ada pada core

factor. Untuk menghitung secondary factor digunakan rumus :

14

Keterangan :

NSF : Nilai rata-rata secondary factor

NS : Nilai secondary factor

IS : Item secondary factor

4) Perhitungan Total

Dari penghitungan core factor dan secondary factor dari tiap-tiap aspek,

kemudian dihitung nilai total dari tiap-tiap aspek yang diperkirakan

berpengaruh pada kinerja tiap-tiap profile. Untuk menghitung nilai total dari

masing-masing aspek, digunakan rumus :

N = (X% x NCF) + (X% NSF)

Keterangan :

N : Nilai total aspek penilaian ( kriteria )

NCF : Nilai rata-rata core factor

NSF : Nilai rata-rata secondary factor

X% : Presentase bobot preferensi kriteria dari core factor dan

secondary factor.

5) Perhitungan Penentuan Ranking

15

Hasil akhir dari proses profile matching adalah ranking dari kandidat yang

diajukan untuk mengisi suatu jabatan atau posisi tertentu. Penentuan mengacu

ranking pada hasil perhitungan yang ditunjukan oleh rumus :

Ranking x nilai total aspek penilaian ( kriteria )

NCF : Nilai rata-rata core factor

NSF : Nilai rata-rata secondary factor

X % : Presentase Nilai bobot preferensi dari tiap kriteria.

Setelah setiap kandidat mendapatkan hasil akhir, maka bisa ditentukan

peringkat atau ranking dari kandidat berdasarkan pada semakin besarnya nilai

hasil akhir sehingga semakin besar pula kesempatan untuk menduduki jabatan

yang ada, begitu pula sebaliknya.

2.2.1 Diagram Alir

Profile matching diawali dengan input profil ideal tiap subkriteria dan input

nilai peserta tiap sub kriteria. Kemudian dihitung selisih (gap) antara profil ideal

tiap subkriteria dengan input nilai peserta tiap sub kriteria. Berdasarkan nilai gap

tersebut akan ditentukan bobotnya. GAP = 0 akan menempati bobot tertinggi,

yang artinya objek berada pada profil ideal. Setelah itu, nilai bobot tiap-tiap sub

kriteria akan dikelompokkan ke dalam core factor dan secondary factor. Core

factor merupakan subkriteria yang utama dan secondary factor adalah subkriteria

pendukung. Penghitungan nilai total tiap kriteria dihitung berdasarkan jumlah dari

hasil perkalian prosentase untuk masing-masing core factor dan secondary factor

dengan nilai core factor dan secondary factor. Perangkingan dihitung dengan

hasil penjumlahan dari perkalian input prosentase untuk tiap-tiap kriteria dengan

16

nilai totalnya. Hasil akhir tersebut dirangking mulai dari yang tertinggi yang

menunjukkan objek berada pada rangking pertama.

Gambar 2.2. diagram alir profile matching

Contoh kasus :

Studi kasus pengangkatan jabatan karyawan (Deny Adhar,2014).

Tabel 2.2. Bobot Nilai GAP Variabel Pengetahuan dan Standar Perusahaan

Start

Masukan nilai profil

ideal objek

Masukan nilai objek

GAP- profil objek- profil

ideal

Pembobotan nilai gap

Pengelompokan core factor

dan secondary factor

Penghitungan nilai rata-rata

core factor (NCF) dan nilai

rata-rata secondary factor

(NSF)

Masukan bobot masing-

masing NCF dan NSF

Penghitungan nilai total

Masukan bobot nilai total

kriteria

Penghitungan penentuan

ranking

Stop

Ranking objek

17

NO KODE KARYAWAN

VARIABEL T001 T002 T003 T004 T005 T006

1 PE001 -2 -1 -1 0 1 1

2 PE005 1 0 -2 -1 0 1

3 PE002 -2 -1 -1 1 0 0

NILAI BOBOT 1 PE001 3.0 4.0 4.0 5.0 5.0 4.0

2 PE005 4.5 5.0 3.0 4.0 5.0 4.5

3 PE002 3.0 4.0 4.0 4.5 5.0 5.0

Penghitungan core factor dan secondary factor diawali dengan terlebih dahulu

menentukan sub variabel mana yang menjadi core factor. Misalnya sub-variabel

T001, T002 dan T003, maka sub variabel sisanya akan menjadi secondary factor.

PE001 : NCF = NSF =

PE005 : NCF = NSF =

PE002 : NCF = NSF =

Tabel 2.3. Nilai Cf Dan Sf Untuk Variabel Pengetahuan dan Standar Perusahaan

NO KODE KARYAWAN

VARIABEL T001 T002 T003 T004 T005 T006 CF SF

1 PE001 3 4 4 5 4.5 4 3.666 4.5

2 PE005 4.5 5 3 4 5 4.5 4.166 4.5

3 PE002 3 4 4 4.5 5 5 3.666 4.8333

Nilai total

PE001 = (60% x 3.666) + (40% x 4.5) = 3.9996

PE005 = (60% x 4.166) + (40% x 4.5) = 4.2996

PE002 = (60% x 3.666) + (40% x 4.8333) = 4.1328

Tabel 2.4. Rangking

NO Kode karyawan NILAI

18

1 PE005 4.2996

2 PE002 4.1328

3 PE001 3.9996

2.3 Analytic Hierarchy Process (AHP)

2.3.1 Pengertian Analytic Hierarchy Process (AHP)

Metode AHP pertama kali dikembangkan pada tahun 1970-an oleh Dr.

Thomas L. Saaty seorang ahli matematika dari Universitas Pittsburg, Amerika

Serikat. Metode AHP merupakan sebuah model dengan hirarki fungsional dimana

inputnya adalah persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan

tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompoknya. Kemudian

kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki (Suryadi dan

Ramdhani, 2002: 130). Metode AHP juga banyak digunakan pada keputusan

untuk kriteria, perencanaan, alokasi sumberdaya dan penentuan prioritas dari

strategi-strategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik (Saaty, 1993 dalam

Khotimah, 2013). Penerapan metode AHP dalam sistem terletak pada menu nilai

kriteria. Penilaian tingkat kepentingan antar kriteria mengacu pada skala penilaian

perbandingan berpasangan. Pejabat diminta meng-input-kan penilaian pada

kolom matriks segitiga atas untuk menilai tingkat kepentingan antar kriteria.

Setelah semua kolom matriks segitiga atas terisi, perhitungan AHP yang telah

dibangun baru akan bekerja (Slamet Rif’an, 2016).

Dalam Sistem Pendukung Keputusan metode AHP akan menguraikan

masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki,

19

hirarki disini didefinisikan sebagai suatu representasi permasalahan yang

kompleks dalam suatu struktur multilevel, dimana level pertama adalah tujuan,

yang diikuti level faktor, kriteria, subkriteria dan seterusnya kebawah hingga level

terakhir dari alternatif (Saaty, 2008: 83-87).

Setiap metode pasti mempunyai kelebihan, begitupula metode AHP

mempunyai kelebihan dibandingkan dengan yang lainnya sebebagai berikut

(Suryadi dan Ramdhani, 2002: 131):

1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih,

sampai pada sub kriteria yang paling dalam.

2. Memperhitungkan validasi sampai dengan batas toleransi inkonsistensi

berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil

keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas

pengambilan keputusan.

2.3.2 Aksioma dalam Metode AHP

Peralatan utama dari metode AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan

input utamanya adalah persepsi manusia. Jadi perbedaan yang mencolok metode

AHP dengan metode lainnya terletak pada jenis inputannya. AHP mempunyai

landasan aksiomatik yang terdiri dari (Saaty, 1980):

1. Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks

perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan.

Misalnya, jika A adalah k kali lebih penting dari pada B maka B adalah

1/k kali lebih penting dari A.

20

2. Homogenity, yaitu mengandung arti kesamaan dalam melakukan

perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan membandingkan jeruk

dengan bola tenis dalam hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika

membandingkan dalam hal berat.

3. Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan (complete

hierarchy) walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna

(incomplete hierarchy).

4. Expectation, yang berarti menonjolkon penilaian yang bersifat ekspektasi

dan preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan

data kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif.

2.3.3 Langkah-langkah Metode AHP

Adapun langkah-langkah dalam metode AHP (Suryadi dan Ramdhani, 2002:

131-132):

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

Dalam tahap ini diupayakan menentukan masalah yang akan dipecahkan

secara jelas, detail dan mudah dipahami serta menentukan solusi yang

mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi masalah tersebut mungkin

berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya dikembangkan lebih

lanjut dalam tahap berikutnya.

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan utama.

Membuat struktur hirarki bertujuan untuk memecahkan atau membagi

masalah yang utuh menjadi bentuk hirarki proses pengambilan keputusan,

dimana setiap unsur atau elemen salin berhubungan. Adapun Struktur

21

Hirarki AHP dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Goal

Kriteria I Kriteria II Kriteria n

Alternatif I Alternatif II Alternatif III Alterantif m

Gambar 2.3. Struktur Hirarki AHP

3. Membuat matrik perbandingan berpasangan.

Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat

perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan elemen secara

berpasangan sesuai kriteria yang di berikan. Untuk perbandingan

berpasangan digunakan bentuk matriks. Untuk memulai proses

perbandingan berpasangan, dimulai dari level paling atas hirarki untuk

memilih kriteria.

Untuk mengisi matrik perbandingan berpasangan yaitu dengan

menggunakan bilangan untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari

satu elemen terhadap elemen lainnya yang dimaksud dalam bentuk skala

dari 1 sampai dengan 9. Apabila suatu elemen dalam matriks dan

dibandingkan dengan dirinya sendiri, maka diberi nilai 1. Jika i dibanding j

mendapatkan nilai tertentu, maka j dibanding i merupakan kebalikkannya.

Contoh tabel matriks perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Tabel

22

2.5.

Tabel 2.5. Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan

A1 A2 A3 A4 A5

A1 1 3 1 2 1/3

A2 0.333 1 1 2 1/2

A3 1 1 1 1/3 2

A4 0.5 0.5 3 1 1

A5 3 2 0.5 1 1

Pada baris A1 kolom A2 berisi 3 ini berarti bahwa A1 sedikit lebih penting 3

kali dari A2, sedangkan pada baris A1 kolom A3 berisi 1 ini berarti kedua

elemen sama pentingnya. Berikut ini Skala penilaian perbandingan pasangan

dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6. Skala penilaian perbandingan pasangan (Saaty, 2008:86)

Intensitas Definisi Penjelasan

Kepentingan

1 Kedua elemen sama Dua elemen mempunyai pengaruh Pentingnya yang sama besar terhadap tujuan

3 Elemen yang satu Pengalaman dan penilaian sedikit sedikit lebih penting menyokong satu elemen dari pada elemen yang dibandingkan elemen yang lainnya

Lainnya

5 Elemen yang satu Pengalaman dan penilaian sangat lebih penting dari pada kuat menyokong satu elemen

elemen yang lainnya dibandingkan elemen yang lainnya

7 Satu elemen jelas Satu elemen yang kuat disokong lebih mutlak penting dan dominan terlihat dalam praktek dari pada elemen yang

Lainnya

9 Satu elemen mutlak Bukti yang mendukung elemen penting dari pada yang satu terhadap elemen lain elemen yang lainnya memiliki tingkat penegasan

tertinggi yang mungkin

menguatkan

2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara 2 Nilai ini diberikan bila ada dua nilai pertimbangan kompromi diantara 2 pilihan yang berdekatan

Kebalikkan Jika aktifitas i mendapat satu angka dibanding aktifitas j,

23

maka j mempunyai nilai kebalikkannya dibanding dengan i

4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement

seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya

elemen yang dibandingkan atau dengan melakukan sintesa untuk

memperoleh keseluruhan prioritas. Langkah awal sintesisnya adalah

dengan :

a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks.

b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang

bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks.

c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap matriks dan membaginya

dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.

5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten

maka pengambilan data diulangi. Konsistensi penting untuk mendapatkan

hasil yang valid dalam dunia nyata. AHP mengukur konsistensi

pertimbangan dengan rasio konsistensi. Langkah-langkah menghitung

nilai rasio konsistensi yaitu:

a. Mengkalikan nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif

elemen pertama, dan seterusnya.

b. Menjumlahkan setiap baris.

c. Hasil dari penjumlahan baris dibagikan dengan elemen prioritas

relatif yang bersangkutan.

d. Membagi hasil diatas dengan banyak elemen yang ada, hasilnya

disebut eigen value (� maks).

e. Menghitung Consistency Index (CI) dengan rumus:

24

CI = (� maks-n)/n

dimana CI : Consistency Index

� maks : Eigen Value

n : Banyak elemen

f. Menghitung Random Consistency (RC) dengan rumus:

CR = CI/RC

dimana CR : Consistency Ratio

CI : Consistency Index

RC : Random Consistency

Daftar nilai Random Consistency dapat dilihat pada Tabel 2.7. dibawah ini.

Tabel 2.7. Nilai Indeks Random Consistency (Saaty, 2008:86)

Ukuran Random Ukuran Random

Matrik Consistency Matriks Consistency

1, 2 0,0 9 1,45

3 0,58 10 1,49

4 0,90 11 1,51

5 1,12 12 1,48

6 1,24 13 1,56

7 1,32 14 1,57

8 1,41 15 1,59

6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan.

Nilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk

mensintesis judgement dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada

tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.

25

8. Memeriksa konsistensi hirarki, jika nilainya lebih dari 10% maka

penilaian data judgement harus diperbaiki atau diulang.

Contoh kasus:

Studi kasus dalam memilih perguruan tinggi (AY Ranius), diantara perguruan

tinggi yang akan dijadikan sebagai referensi yaitu perguruan tinggi swasta A, B

dan C. Calon mahasiswa akan memilih peguruan tinggi berdasarkan tiga pilihan

kriteria, yaitu :

1. Perguruan tinggi yang berkualitas, parameternya adalah :

a. Baik, jika terakreditasi B atau A.

b. Cukup, jika terakreditasi C.

c. Buruk, jika tanpa akreditas atau masih ijin dikti2.

2. Perguruan tinggi yang memiliki fasilitas dengan parameter :

a. Memadai

b. Kurang memadai

c. Tidak memadai

3. Perguruan tinggi yang biaya perkuliahannya terjangkau, parameternya

adalah :

a. Mahal jika biaya masuk dan biaya persemesternnya ≥ 10.000.000

b. Sedang jika biaya masuk dan biaya persemesternnya < 10.000.000 - ≥

7.500.000

c. Murah jika biaya masuknya dan biaya persemesternnya < 7.500.000

Langkah penyelesaian dari kasus tersebut yaitu :

Menentukan prioritas kriteria.

26

a. Membuat matrik perbandingan berpasangan.

Tabel ini berisi perbandingan nilai antara kualitas dengan kualitas, kualitas

dengan fasilitas, kualitas dengan biaya, kualitas dengan kualitas, biaya dengan

biaya, dan fasilitas dengan biaya.

Tabel 2.8. matrik perbandingan berpasangan

Kriteria Kualitas Fasilitas Biaya Fasilitas 3.000 1.000 2.000

Biaya 4.000 0.500 1.000

Kualitas 1.000 0.333 0.250

Jumlah 8.000 1.833 3.250

b. Membuat matrik nilai kriteria.

Tabel ini untuk menjumlahkan nilai dan untuk menentukan prioritas dari

masing kriteria.

Tabel 2.9. Matrik Nilai Kriteria

Kriteria Kualitas Fasilitas Biaya Jumlah Prioritas Fasilitas 0.375 0.545 0,615 1.536 0.512

Biaya 0.500 0.273 0.308 1.080 0.360

Kualitas 0.125 0.182 0.077 0.384 0.128

c. Membuat matrik penjumlahan setiap baris Pada tabel ini untuk menjumlahkan

dari masing-masing kriteria.

Tabel 2.10. Matrik Penjumlahan Setiap Baris

Kriteria Kualitas Fasilitas Biaya Jumlah

Fasilitas 1.536 0.512 1.024 3.072

Biaya 2.048 0.256 0.512 2.816

Kualitas 0.512 0.171 0.128 0.811

27

d. Penghitungan rasio konsistensi.

Pada tabel ini untuk menentukan konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari

10%, maka penilaian data judgement harus diperbaiki. Namun jika rasio

konsistensi (CI/CR) ≤ 0,1 maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar.

Tabel 2.11. Matrik Rasio Konsistensi

Jml/baris prioritas hasil

Kualitas 0.811 0.128 0.938

Fasilitas 3.072 0.512 3.584

Biaya 2.816 0.360 3.176

Jumlah 7.698

Dari tabel perhitungan rasio konsistensi diperoleh :

n (jumlah kriteria) : 3

λ maks (jumlah/n) : 2,566

CI ((λ maks-n)/n) : -0,145CR (CI/IR) : -0,249

Perhitungan dari poin a sampai poin d juga dilakukan pada kriteria fasilitas, biaya

dan kualitas, sehingga menghasilkan nilai seperti yang ada pada tabel

4. Menghitung hasil

Pada tabel ini sudah diperoleh nilai hasil akhir dari perhitungan AHP, sehingga

nilainya akan dijadikan untuk acuan untuk pemilihan perguruan tinggi swasta.

Tabel 2.12. Matrik Hasil

28

KUALITAS

0.128

FASILITAS

0.512

BIAYA

0.360

Baik

1.000

Memadai

1.000

Mahal

1.000

Cukup

0.581

Kurang Memadai

0.384

Sedang

0.806

Buruk

0.329

Tidak Memadai

0.439

Murah

0.335

Seandainya diberikan data nilai dari 3 lokasi usaha, maka hasil akhirnya sebagai

berikut :

Tabel 2.13. Matrik Contoh Perguruan Tinggi Yang Akan Dipilih

PTS Kualitas Fasilitas Biaya

A Baik Memadai Mahal

B Baik Kurang memadai Sedang

C Cukup Tidak memadai Murah

Dari tabel 2.13. dapat menggunakan nilai dengan memadukan tabel 2.12. sehingga

mendapatkan hasil seperti yang ada pada tabel 2.14.

Tabel 2.14. Matrik Pemilihan Perguruan Tinggi Komputer

PTS Kualitas Fasilitas Biaya Total

A 0.128 0.512 0.360 1.000

B 0.128 0.197 0.290 0.615

C 0.074 0.225 0.121 0.420

Dengan demikian total nilai yang paling besar dapat ditentukan nilai sebagai hasil

29

akhirnya dengan kata lain dapat menentukan pilihan perguruan tinggi swasta yang

menjadi rekomendasi pilihan.

Tabel 2.15. Hasil Akhir

Alternatif

A. Perguruan Tinggi A

B. Perguruan Tinggi B

C. Perguruan Tinggi C

2.4 Kain Tenun Ikat Troso

Selain terkenal dengan ukiran, Jepara juga memiliki potensi yang menarik

untuk dibicarakan. Itu tak lain ialah kain tenun Jepara yang diproduksi di desa

Troso kecamatan Pecangaan kabupaten Jepara. Tentu menjadi kebanggaan bagi

warga Jepara ketika kain Tenun jepara sangat laris dan terkenal di Bali. Namun

rasa bangga itu harus ditepis ketika banyak pelancong mengira kain tersebut tidak

diproduksi di Jepara, melainkan di Bali. Selain Bali, banyak dijumpai di Nusa

Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Lombok. Di daerah-

daerah itu Tenun Jepara lebih dikenal dengan sebutan kain pelangi.

2.4.1 Sejarah kain tenun ikat troso

Tenun ikat ini dimiliki warga desa troso sejak tahun 1935 yang bermula dari

tenun Gendong warisan turun-temurun, tahun 1943 mulai berkembang tenun

pancal dan kemudian tahun 1946 beralih lagi menjadi alat tenun bukan mesin

(ATBM) sampai sekarang, keterampilan ini juga terus berkembang seiring

berjalalannya waktu,dan produk yang di hasilkan juga semakin bagus setelah

mengikuti pameran dengan disertai peningkatan kualitas sesuai permintaan pasar,

30

kerajinan ini semakin dikenal bukan saja di dalam negeri tapi juga di pasaran

internasional.

2.4.2 Proses pembuatan

Produksi tenun troso menggunakan cara yang manual dengan mengandalkan

alat ATMB atau Alat Tenun Bukan Mesin. Proses pembuatan kain tenun tidak

mudah. Beberapa tahapan harus dilakukan untuk mendapatkan produk yang baik.

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk membuat tenun khas troso ini

biasanya dimulai dari penyusunan benang yang ditata rapi berjajar yang lebarnya

sampai 180 cm. Proses demikian dalam bahasa Jawa biasa dengan “ngeteng

plangkan”.

Langkah kedua yaitu ‘nali’ atau ‘gosok’. Pada proses ini, benang yang

sudah ditata rapi sedemikian rupa dengan dikaitkan pada plangkan (rangkaian

kayu membentuk kotak), maka dilakukanlah proses ‘nali’ atau mengikat motif

dengan tali rafia. Langkah kedua ini berkembang dan memunculkan gagasan baru

dalam proses “nali” ini. Gagasan itu adalah “gosok kain tenun’. Proses gosok kain

tenun merupakan proses pembuatan motif kain tenun sebelum dilakukan

penenunan. Biasanya para perajin kain tenun ikat di Desa Troso menggunakan

cairan wenter sebagai bahan warnanya.

Langkah ketiga, yakni proses penataan motif. Setelah dilakukan proses

pewarnaan motif pada benang yang akan ditenun, maka proses selanjutnya adalah

penataan motif. Hal demikian dilakukan untuk mengurutkan motif agar sesuai alur

saat di tenun. Biasanya proses ini dilakukan oleh para ahli/biasa sebagai penata

motif tenun.

31

Langkah keempat adalah proses penenunan, pada proses inilah bentuk kain

tenun dapat dilihat hasilnya. Dengan menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan

Mesin), perajin kain tenun ikat Troso biasanya mampu menghasilkan 10 sampai

15 meter kain tenun perhari. Untuk mendapatkan hasil tenun yang berkualitas

semua tahapan itu harus dilakukan. Semua tahapan harus dilakukan dengan

dengan seksama dan penuh konsentrasi yang tinggi.

2.5 Penelitian Terkait

Lilis Sopiantil dan Nurdin Bahtiar (2015) telah menyelesaikan penelitian

dengan judul “Students major determination decision support systems using

profile matching method with SMS gateway implementation”. Hasil akhir dari

penelitian tersebut manyebutkan bahwa sistem pendukung keputusan peminatan

peserta didik menggunakan metode profile matching dengan implementasi sms

gateway berhasil dibangun. Sistem ini dapat menentukan peminatan siswa

berdasarkan data kriteria yang telah ditentukan oleh sekolah dan menghasilkan

data hasil penentuan minat dengan tingkat kecocokan 94,73%. Sistem pendukung

keputusan peminatan peserta didik dapat memberikan bahan pertimbangan dalam

penentuan peminatan siswa sesuai dengan prioritas bidang alternatif penjurusan,

serta dapat membantu dalam meningkatkan pelayanan informasi kepada siswa

dengan adanya impelementasi sms gateaway.

Deny adhar (2014) telah menyelesaikan penelitian dengan judul “Sistem

pendukung keputusan pengangkatan jabatan karyawan pada PT. Ayn dengan

metode profile matching”. Hasil akhir dari penelitian tersebut menyebutkan

bahwa pemilihan penerimaan karyawan yang ada di perusahaan tidak lagi hanya

32

mengandalkan tingkat skill, masa kerja serta tanggung jawab namun juga

mempertimbangkan faktor komunikasi serta standar perusahaan, kemampuan dan

keahlian serta kepribadian karyawan. Perbedaan antara pencarian rangking

menggunakan metode gap analysis konvensional dengan metode gap analysis

dengan pencarian bobot menggunakan profile matching mempunyai perbedaan

sebesar 63%, jadi dalam evaluasi kinerja pegawai menggunakan gap analysis ini

sangat membutuhkan AHP untuk uji konsistensi data dalam penentuan bobot agar

lebih akurat dan obyektif.

Slamet rif’an (2016) telah menyelesaikan penelitian dengan judul

“Implementasi metode AHP-WP sistem pendukung keputusan pemilihan guru

teladan”. Hasil dari pengujian sistem pendukung keputusan pemilihan guru

teladan menyimpulkan bahwa perangkat lunak yang dibangun bebas dari

kesalahan sintaks dan secara fungsional mengeluarkan hasil yang sesuai dengan

yang diharapkan. Dari hasil perankingan dengan menggunakan sistem ini

diperoleh bahwa guru yang memiliki nilai tertinggi yaitu guru dengan kode guru:

A05 dengan nilai 0.0195981, sehingga guru tersebut merupakan rekomendasi

guru yang terpilih sebagai guru teladan.

A Yani Ranius (2014) telah menyelesaikan penelitian dengan judul “Sistem

pendukung keputusan memilih perguruan tinggi swasta di palembang sebagai

pilihan tempat kuliah”. Hasil akhir dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa

Sistem pendukung keputusan menggunakan metode AHP dapat digunakan untuk

memilih perguruan tinggi swasta sebagai tempat kuliah. Hasil perhitungan yang

dihasilkan dapat dijadikan sebagai rekomendasi yang dapat digunakan calon

33

mahasiswa untuk menentukan pilihan perguruan tinggi swasta. Penentuan pilihan

perguruan tinggi sangatlah berpengaruh dari pilihan secara individu karena jika

terdapat kekeliruan pada perguruan tinggi yang dipilih maka akan sangat

mempengaruhi hasilnya dan juga keluaran yang berbeda pula.

72

BAB V

PENUTUP

5.1. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa penerapan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan

metode Profile Matching pada sistem pendukung keputusan menentukan kualitas

kain tenun berdasarkan 2 aspek kriteria yaitu aspek bahan dan aspek proses dapat

dikombinasikan untuk menghasilkan rekomendasi alternatif kualitas kain tenun

dan harga. Dengan dilakukannya kombinasi kedua metode akan menghasilkan

bobot kriteria dari hasil penilaian tingkat kepentingan yang selanjutnya melakukan

uji konsistensi terhadap matriks perbandingan berpasangan yang diperoleh nilai

CR (Consistency Ratio) 0 dan 0. Metode Profile Matching akan melakukan

perankingan yang diperoleh dari hasil perhitungan bobot kriteria yang dikalikan

dengan bobot masing-masing alternatif yang telah dinormalisasi untuk

mendapatkan total pembobotan yang akan digunakan sebagai bahan perankingan

untuk dilakukan penentuan kualitas kain tenun dan harga.

5.2. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disarankan sebagai

berikut.

1. Pengembangan sistem yang selanjutnya diharapkan dapat didesain

secara dinamis untuk kepentingan sistem pendukung keputusan.

2. Sistem yang selanjutnya diharapkan lebih user friendly.

73

3. Dalam pengembangan sistem perlu ditingkatkan masalah keamanan

data.

4. Sistem dapat dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman yang

lain.

5. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat membandingkan metode

yang lain untuk mendapatkan persentase terbaik dan waktu eksekusi

yang semakin efektif.

74

DAFTAR PUSTAKA

Adhar, D. 2014. Sistem pendukung keputusan pengangkatan jabatan karyawan

pada PT. Ayn dengan metode profile matching. Jurnal teknik informatika dan sistem informasi, ISSN: 2407-4322.

Handayani, T. 2013. Analisa dan perancangan sistem pendukung keputusan

seleksi asisten pratikum di jurusan teknologi informasi FTIK USM

menggunakan metode profile matching. Jurnal transformatika, 11(1): 7-11.

Khotimah, H.N. 2013. Analisis pemilihan bank syariah dengan pendekatan

analytical hierarchy process. Jurnal akuntansi unesa, 1(2).

Kristanto, A. 2008. Perancangan sistem informasi dan aplikasinya, edisi revisi. Yogyakarta: Gava Media.

Kusrini. 2007. Konsep dan aplikasi sistem pendukung keputusan. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Hidayat, A.L. & T. Pinandita. 2013. Sistem pendukung keputusan evaluasi kinerja

karyawan untuk promosi jabatan struktural pada bimbingan belajar

scienmaster menggunakan metode profile matching. Jurnal teknologi technoscientia, 5(2): 1979-8415.

Ariantono, H.P., M. Sudarma, & P.A. Mertasana. 2015. Rancang bangun sistem

pendukung keputusan penentuan kenaikan posisi jabatan pada instansi

pemerintahan dengan metode profile matching. Jurnal spektrum, 2(3).

Ranius, A.Y. 2014. Sistem pendukung keputusan memilih perguruan tinggi

swasta di palembang sebagai pilihan tempat kuliah. Sembistek 2014 IBI darmajaya, ISSN: 2407-6171.

Rif’an, S., F.Y. Arini, & Alamsyah. 2016. Implementasi metode AHP-WP pada

sistem pendukung keputusan pemilihan guru teladan. Jurnal unnes.

Rochmasari, L., Suprapedi, & H. Subagyo. 2010. Penentuan Prioritas Usulan

Sertifikasi Guru dengan Metode AHP (Analitic Hirarky Process). Jurnal Teknologi Informasi, 6(1).

Saaty, T.L. 2008. Decision Making With The Analytic Hierarchy Process.

International Journal of Services Sciences, 1(1): 83-87.

75

Sopianti, L. & N. Bahtiar. 2015. Student major determination decision support

systems using profile matching method with sms gateway implementation. Jurnal sains dan matematika, 23(1): 14-24.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryadi, K. & M.A. Ramdhani. 2002. Sistem Pendukung Keputusan: Suatu Wacana Struktural Idealisasi dan Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tominanto. 2012. Sistem Pendukung Keputusan dengan Metode Analytical

Hierarchy Process (AHP) untuk Penentuan Prestasi Kinerja Dokter pada

RSUD Sukoharjo. Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan,

2(1).

Turban, E., J.E. Aronson, & T.P. Liang. 2005. Decision Support System and Intelligent System (Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas).

Yogyakarta: Andi Offset.

Wicaksono, D. 2013. Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Beasiswa Supersemar di SMK N 3 Semarang dengan Metode TOPSIS dan AHP.

Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nusawantoro.