indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

108

Upload: manafhsb

Post on 18-Feb-2017

330 views

Category:

Government & Nonprofit


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014
Page 2: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014
Page 3: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

i

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kota Padangsidimpuan telah dapat menyelesaikan penyusunan publikasi

Perkembangan Indikator Tingkat Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-

2014.

Dalam publikasi ini disajikan indikator-indikator yang menggambarkan kondisi

kesejahteraan rakyat yang mencakup aspek Kependudukan; Pendidikan; Kesehatan; Fertilitas

dan Keluarga Berencana; Kemiskinan dan IPM; Pola dan Taraf Konsumsi; Ketenagakerjaan;

Perumahan; Pekerjaan Umum; Perhubungan dan Pariwisata; Pertanian,, Perkebunan,

Perikanan, dan Peternakan; Perdagangan dan Industri; PDRb, Inflasi, dan Pendapatan Asli

Daerah; dan Keamanan.

Diharapkan publikasi ini mampu memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai

aspek kesejahteraan rakyat di kota Padangsidimpuan sehingga dapat menjadi dasar dan

acuan untuk menentukan arah kebijakan serta sebagai alat penilaian dan pemantauan

terhadap pencapaian program pembangunan yang telah dilaksanakan di kota

Padangsidimpuan.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah menyumbangkan tenaga dan pemikirannya

sehingga publikasi ini dapat terwujud. Akhirnya semua kritik dan saran, sangat kami hargai

untuk perbaikan publikasi ini di masa yang akan datang.

Padangsidimpuan, Desember 2015 Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kota Padangsidimpuan Kepala,

Iswan Nagabe Lubis, S.Sos, MM

Page 4: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI Ii DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR vii 1. PENDAHULUAN 2

1.1. Latar Belakang 2 1.2. Tujuan 2 1.3. Sumber Data 2 1.4. Sistematika Penyajian 3

2. METODOLOGI 4 2.1. Kependudukan 5 2.2. Pendidikan 5 2.3. Kesehatan 6 2.4. Fertilitas dan Keluarga Berencana 7 2.5. Kemiskinan dan IPM 8 2.6. Pola dan Taraf Konsumsi 8 2.7. Ketenagakerjaan 8 2.8. Perumahan 9

2.9. Pekerjaan Umum 11

2.10. Perhubungan dan Pariwisata 11

2.11. Pertanian, Perkebunan, Perikanan, dan Peternakan 12

2.12. Perdagangan dan Industri 12

2.13. PDRB, Inflasi, dan Pendapatan Asli Daerah 12

2.14. Keamanan 13

3. KEPENDUDUKAN 14 3.1. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin 15 3.2. Kepadatan dan Distribusi Penduduk 16 3.3. Angka Beban Ketergantungan 18 3.4. Kepemilikan Akte Kelahiran 19

4. PENDIDIKAN 22 4.1. Kualitas Pendidikan Penduduk 24

4.1.1. Angka Partisipasi Sekolah 24 4.1.2. Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 27 4.1.3. Rata-rata Lama Sekolah 28 4.1.4. Angka Melek Huruf 28

4.2. Sarana Pendidikan 30 4.2.1. Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap Penduduk Usia Sekolah 30 4.2.2. Rasio Jumlah Guru Terhadap Jumlah Murid 31 4.2.3. Rasio Jumlah Guru/Murid per Kelas Rata-rata 32

Page 5: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

iii

Halaman

5. KESEHATAN 34 5.1. Derajat dan Status Kesehatan Penduduk 35

5.1.1. Angka kesakitan (Morbidity Rate) 35 5.1.2. Angka Harapan Hidup 37 5.1.3. Tingkat Imunitas dan Gizi Balita 37 5.1.4. Status Gizi Balita 39

5.2. Pelayanan Kesehatan 40 5.2.1. Penolong Kelahiran 40 5.2.2. Tenaga dan Sarana Kesehatan 42

6. FERTILITAS DAN KELUARGA BERENCANA 44

6.1. Usia Perkawinan Pertama 45 6.2. Jumlah Anak Masih Hidup 46 6.3. Partisipasi Keluarga Berencana 47

7. KEMISKINAN DAN IPM 49 7.1. Kemiskinan 50 7.2. Pembangunan Manusia 51

8. POLA DAN TARAF KONSUMSI 54

8.1. Pola Konsumsi 55

9. KETENAGAKERJAAN 57 9.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 59 9.2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 60 9.3. Karakteristik Penduduk Bekerja 60

9.3.1. Lapangan Pekerjaan 60 9.3.2. Status Pekerjaan 61

10. PERUMAHAN 63

10.1. Kondisi Rumah 65 10.2. Fasilitas Rumah 67

11. PEKERJAAN UMUM 70 11.1. Proporsi Panjang Jalan dalam Kondisi Baik 71 10.2. Jaringan Irigasi 72

12. PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA 73 12.1. Perhubungan 74 12.2. Pariwisata 74

13. PERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN 76 13.1. Tanaman Pangan 77 13.2. Tanaman Sayuran 78 13.3. Tanaman Buah 79 13.4. Tanaman Perkebunan 79 13.5. Perikanan 80 13.5. Peternakan 81

Page 6: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

iv

Halaman

14. PERDAGANGAN DAN INDUSTRI 83 14.1. Perdagangan 84 14.2. Perkembangan Usaha 84 14.3. Koperasi 85 14.4. Industri 86

15. PDRB, INFLASI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH 87 15.1. Pendapatan Domestik Regional Bruto 88 15.2. Inflasi 91 15.3. Pendapatan Asli Daerah 92

16. KEAMANAN 94 16.1. Angka Kriminalitas 95 16.2. Rasio Polisi Pamong Praja 97

Page 7: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin per Kecamatan di Padangsidimpuan, 2014 16

Tabel 3.2. Jumlah Desa/Kelurahan, Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Padangsidimpuan, 2014 17

Tabel 3.3. Angka Beban Ketergantungan Penduduk Kota Padangsidimpuan, 2011-2014 19

Table 3.4. Persentase Anak Berusia 0-17 Tahun menurut Kepemilikan Akte Kelahiran di Padangsidimpuan, 2011-2014 20

Table 3.5. Persentase Anak Berusia 0-17 Tahun menurut Alasan Tidak Memiliki Akte Kelahiran di Padangsidimpuan, 2014 21

Tabel 4.1. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Padangsidimpuan, 2011-2014 26

Tabel 4.2. Perbandingan Jumlah Sekolah Berdasarkan Penduduk Usia Sekolah Kota Padangsidimpuan, 2014 31

Tabel 4.3. Perbandingan Jumlah Guru dan Murid Berdasarkan Jenjang Pendidikan Kota Padangsidimpuan, 2014 32

Tabel 4.4. Perbandingan Jumlah Guru, Murid Terhadap Kelas Berdasarkan Jenjang Pendidikan Kota Padangsidimpuan, 2014 32

Tabel 5.1. Rata-rata Lama Pemberian ASI bagi Balita di Padangsidimpuan, 2011-2014 38

Tabel 5.2. Persentase Balita yang Pernah Dimunisasi menurut Jenis Imunisasi di Sumatera Utara, 2011-2014 39

Tabel 5.3. Jumlah Tenaga Kesehatan dan Rasio Tenaga Kesehatan di Padangsidimpuan, 2011-2014 42

Tabel 5.4. Jumlah Sarana Kesehatan dan Rasio Sarana Kesehatan di Padangsidimpuan, 2011-2014 43

Tabel 6.1. Persentase Wanita Berusia 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama Kota Padangsidimpuan, 2011-2014 46

Tabel 6.2. Persentase Wanita Berusia 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin Menurut Jumlah Anak di Kota Padangsidimpuan, 2011-2014 47

Tabel 6.3. Persentase Wanita Berusia 15-49 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin Menurut Partisipasi KB Kota Padangsidimpuan, 2011-2014 48

Tabel 6.4. Persentase Wanita Berusia 15-49 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin Menurut Alat/Cara KB Yang Digunakan di Kota Padangsidimpuan, 2011-2014 48

Tabel 7.1. Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin, dan Garis Kemiskinan di Padangsidimpuan, 2011-2013 50

Tabel 7.2. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Padangsidimpuan, 2011-2013 51

Tabel 7.3. Tingkatan Status dan Kriteria Pembangunan Manusia 52

Tabel 8.1. Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Perkapita Sebulan Kota Padangsidimpuan, 2011-2014 55

Tabel 8.2. Rata-rata Pengeluaran Perkapita Sebulan untuk Makanan dan Bukan Makanan Kota Padangsidimpuan, 2011-2014 56

Tabel 9.1. Jumlah dan Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Seminggu yang Lalu di Padangsidimpuan, 2011-2014 59

Tabel 10.1. Kondisi Perumahan di Padangsidimpuan, 2011-2014 66

Tabel 10.2. Kondisi Fasilitas Rumah di Padangsidimpuan, 2011-2014 67

Page 8: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

vi

Tabel 10.3. Persentase Rumah Tangga di Padangsidimpuan menurut Sumber Air Minum, 2011-2014 68

Tabel 10.4. Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Penampungan Akhir Kotoran dan Daerah Tempat Tinggal di Padangsidimpuan, 2011-2014 68

Tabel 11.1. Proporsi Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi Jalan di Padangsidimpuan, 2011-2014 72

Tabel 12.1. Sarana Perhubungan dan Transportasi di Padangsidimpuan, 2011-2014 74

Tabel 12.2. Indikator Sektor Pariwisata di Padangsidimpuan, 2011-2014 75

Tabel 13.1. Produktivitas Komoditi Tanaman Pangan di Padangsidimpuan, 2011-2014 77

Tabel 13.2. Produktivitas Komoditi Tanaman Sayur-sayuran di Padangsidimpuan, 2011-2014 78

Tabel 13.3. Produktivitas Komoditi Tanaman Buah-buahan di Padangsidimpuan, 2011-2014 79

Tabel 13.4. Produktivitas Komoditi Tanaman Perkebunan Rakyat di Padangsidimpuan, 2011-2014 79

Tabel 13.5. Jumlah Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Perikanan di Padangsidimpuan, 2011-2014 80

Tabel 13.6. Jumlah Produksi Komoditi Perikanan Menurut Jenis Ikan di Padangsidimpuan, 2011-2014 81

Tabel 13.7. Populasi dan Produktivitas Komoditi Peternakan di Padangsidimpuan, 2011-2014 81

Tabel 14.1. Statistik Usaha Perdagangan di Kota Padangsidimpuan, 2013-2014 84

Tabel 14.2. Perkembangan Usaha di Kota Padangsidimpuan, 2011-2014 85

Tabel 14.3. Standar Proses Pengurusan Perizinan di Kota Padangsidimpuan, 2011-2014 85

Tabel 14.4. Perkembangan Koperasi di Kota Padangsidimpuan, 2011-2014 86

Tabel 14.5. Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Menurut Kelompok Industri di Kota Padangsidimpuan, 2011-2014 86

Tabel 15.1. Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Dasar 2010 di Padangsidimpuan, 2011-2014 (Juta Rp) 89

Tabel 15.2. Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar 2010 di Padangsidimpuan, 2011-2014 (Juta Rp) 89

Tabel 15.3. Distribusi Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Dasar 2010 di Padangsidimpuan, 2011-2014 (%) 90

Tabel 15.4. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar 2010 di Padangsidimpuan, 2011-2014 (%) 91

Tabel 15.5. Laju Inflasi Kumulatif Menurut Kelompok di Padangsidimpuan, 2011-2014 (%) 92

Tabel 15.6. Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Menurut Sumber Pendapatan di Padangsidimpuan, 2011-2014 92

Tabel 16.1. Banyaknya Peristiwa Kejahatan/Pelanggaran Yang Dilaporkan Menurut Jenis Kejahatan/Pelanggaran di Padangsidimpuan, 2011-2014 95

Tabel 16.2. Banyaknya Peristiwa Kejahatan/Pelanggaran Yang Ditangani Menurut Jenis Kejahatan/Pelanggaran di Padangsidimpuan, 2011-2014 96

Tabel 16.3. Statistik Satuan Polisi Pamong Praja Kota Padangsidimpuan, 2011-2014 98

Page 9: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Grafik 3.1. Persentase Komposisi Penduduk Kota Padangsidimpuan Menurut Golongan

Umur, 2014 18

Grafik 4.1. Perkembangan Tingkat Partisipasi Sekolah Penduduk Padangsidimpuan, 2011-2014 25

Grafik 4.2. Persentase Penduduk Padangsidimpuan menurut Pendidikan Tertinggi Ditamatkan, 2011-2014 27

Grafik 4.3. Persentase Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Padangsidimpuan dan Sumatera Utara, 2011-2014 28

Grafik 4.4. Perkembangan Tingkat Buta Huruf Penduduk Padangsidimpuan, 2011-2014 29

Grafik 4.5. Tingkat Buta Huruf Penduduk Padangsidimpuan Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2014 30

Grafik 5.1. Perkembangan Tingkat Morbiditas Penduduk Padangsidimpuan, 2011-2014 36

Grafik 5.2. Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri dengan Cara Pengobatannya Kota Padangsidimpuan, 2014 36

Grafik 5.3. Perkembangan AHH Padangsidimpuan, 2010-2014 37

Grafik 5.4. Jumlah Balita Dengan Status Gizi Buruk di Padangsidimpuan, 2011-2014 40

Grafik 5.5. Pesentase Balita menurut Penolong Kelahiran di Padangsidimpuan, 2011-2014 41

Grafik 7.1. Trend Persentase Penduduk Miskin Padangsidimpuan, 2009-2013 51

Grafik 7.2. Perbandingan IPM Padangsidimpuan, 2010-2014 53

Grafik 9.1. Perkembangan TPAK Padangsidimpuan, 2011-2014 60

Grafik 9.2. Persentase Penduduk Bekerja di Padangsidimpuan menurut Lapangan Usaha, 2011-2014 61

Grafik 9.3. Persentase Penduduk Bekerja di Padangsidimpuan menurut Status Pekerjaan Utama, 2014 62

Grafik 10.1. Persentase Penduduk Bekerja di Padangsidimpuan menurut Status Pekerjaan Utama, 2014 65

Grafik 10.2. Persentase Rumah Tangga Menurut Kepemilikan Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Padangsidimpuan, 2011-2014 69

Grafik 15.1. Struktur Ekonomi Kota Padangsidimpuan, 2014 88

Page 10: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014
Page 11: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

1. Pendahuluan

2

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan merupakan komitmen seluruh bangsa Indonesia yang diamanatkan dalam

Undang-Undang Dasar 1945, dan secara eksplisit telah dituangkan dalam penyusunan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), dan

selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Pada dasarnya tujuan pembangunan

adalah untuk kesejahteraan rakyat. Berbagai program pembangunan telah dilaksanakan oleh

pemerintah, baik di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, perumahan, lingkungan hidup,

politik dan lain sebagainya.

Perencanaan, implementasi dan evaluasi hasil pembangunan, akan berjalan dengan baik

apabila didukung dengan data dan informasi statistik yang baik. Berdasarkan data dan informasi

yang dikemas melalui suatu indikator makro, perencanaan pembangunan dan evaluasi terhadap

program pembangunan yang telah dilaksanakan dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

Berlandaskan pola pikir demikian, diperlukan gambaran mengenai kondisi indikator kesejahteraan

rakyat untuk melihat berbagai indikator keluaran pembangunan.

1.2. Tujuan

Penulisan Perkembangan Indikator Tingkat Kesejahteraan Rakyat Padangsidimpuan Tahun

201-1-2014 dimaksudkan untuk memberikan informasi yang jelas mengenai kondisi setiap aspek

utama kesejahteraan rakyat di Padangsidimpuan. Indikator ini dapat dijadikan sebagai pedoman

yang tepat untuk memonitor pencapaian kesejahteraan rakyat.

Melalui analisis indikator utama kesejahteraan rakyat ini, diharapkan perencana dan

pelaksana maupun pengamat mendapatkan gambaran mengenai kondisi berbagai dimensi

kehidupan yang ada sebagai hasil dan target pembangunan di masa mendatang. Selanjutnya,

rencana maupun kebijakan yang disusun akan bersifat efektif dan efisien, utamanya untuk segera

melaksanakan suatu aksi nyata terhadap suatu kondisi yang berdasarkan indikator-indikator yang

ada. Pada akhirnya usaha pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat

terwujud sesuai dengan yang dicita-citakan.

1.3. Sumber Data

Data yang digunakan sebagai dasar analisis besumber dari data primer Badan Pusat

Statistik (BPS) yang berasal dari sensus dan survei, yaitu Sensus Penduduk (SP), Survei Sosial

Ekonomi Nasional (Susenas), Survei Angkatan kerja Nasional (Sakernas) dan survei lainnya yang

Page 12: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

1. Pendahuluan

3

telah dilaksanakan serta data sekunder yang berasal dari produk administrasi dinas/instansi

terkait di lingkungan Pemerintah Kota Padangsidimpuan.

1.4. Sistematika Penyajian

Penyajian data dan analisis dalam publikasi ini dikelompokkan ke dalam sembilan bagian,

yaitu:

Bagian pertama merupakan pendahuluan yang memaparkan latar belakang, maksud dan tujuan,

sumber data dan sistematika penyajian publikasi Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat

Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014. Bagian kedua berisi penjelasan teknis yang berisi

konsep definisi yang digunakan. Selanjutnya, pada bagian-bagian berikutnya disajikan data dan

penjelasan untuk beberapa bidang yang merupakan bagian dari indikator kesejahteraan rakyat

yaitu: kependudukan; pendidikan; kesehatan; konsumsi dan pengeluaran rumah tangga;

ketenagakerjaan; perumahan; pekerjaan umum; perhubungan dan pariwisata; pertanian,

perkebunan, perikanan, dan peternakan; perdagangan dan industri; PDRB, Inflasi, dan

Pendapatan Asli Daerah; dan Kemanan.

Page 13: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014
Page 14: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

2. Metologi

5

METODOLOGI 2.1. Kependudukan

Tipe daerah, penentuan suatu desa termasuk daerah perkotaan atau perdesaan

berdasarkan indikator komposit (indikator gabungan) yang terdiri dari: kepadatan penduduk,

persentase rumah tangga tani, dan jumlah fasilitas perkotaan.

Variabel kepadatan penduduk mempunyai skor antara 1-8, nilai satu adalah desa dengan

kepadatan kurang dari 500 orang per km2, nilai dua adalah desa dengan kepadatan antara 500-

1.249 orang per km2, dan seterusnya sampai dengan nilai delapan yaitu desa dengan kepadatan

lebih besar atau sama dengan 8.500 orang per km2.

Skor persentase rumah tangga pertanian berkisar antara 1-8. Nilai satu jika desa tersebut

memiliki 70 persen atau lebih rumah tangga pertanian, nilai dua jika 50-69,99 persen, dan

seterusnya sampai dengan 8, jika desa mempuyai 5 persen rumah tangga pertanian atau kurang.

Skor untuk jenis fasilitas perkotaan adalah 1 dan 0. Desa-desa yang tidak memiliki fasilitas

perkotaan namun jaraknya masih relatif dekat atau mudah mencapainya maka desa tersebut

dianggap setara dengan desa yang memiliki fasilitas dan diberi skor 1.

Jumlah nilai dari ketiga variabel tersebut kemudian digunakan untuk menentukan apakah

suatu desa termasuk daerah perkotaan atau perdesaan. Desa dengan nilai gabungan mencapai

10 atau lebih digolongkan sebagai desa perkotaan sedangkan desa dengan skor maksimum 9

dikategorikan sebagai perdesaan.

Penduduk adalah setiap orang, baik warga negara Republik Indonesia maupun warga negara

asing yang berdomisili di dalam wilayah Republik Indonesia selama enam bulan atau lebih atau

mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap.

Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per kilometer persegi.

Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dengan

penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu yang dinyatakan dalam banyaknya

penduduk laki-laki untuk setiap 100 penduduk perempuan.

Angka beban ketergantungan adalah perbandingan antara penduduk usia tidak produktif (di

bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan penduduk usia produktif (antara 15 sampai 64

tahun).

2.2. Pendidikan

Sekolah adalah kegiatan belajar di sekolah formal dan non formal (Paket A, B, dan C) mulai

dari pendidikan dasar, menengah, dan tinggi, termasuk pendidikan yang disamakan.

Page 15: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

2. Metodologi

6

Tidak/belum pernah sekolah adalah mereka yang tidak atau belum pernah bersekolah di

sekolah formal, misalnya tamat/belum tamat Taman Kanak-Kanak tetapi tidak melanjutkan ke

Sekolah Dasar.

Masih bersekolah adalah mereka yang sedang mengikuti pendidikan di pendidikan dasar,

menengah atau tinggi.

Tidak sekolah lagi adalah mereka yang pernah bersekolah tetapi pada saat pencacahan tidak

bersekolah lagi.

Tamat sekolah adalah menyelesaikan pendidikan pada kelas atau tingkat terakhir suatu

jenjang pendidikan yang pernah diikuti (ditamatkan) oleh seseorang yang sudah tidak sekolah lagi

atau sedang diikuti oleh seseorang yang masih sekolah.

Jenjang pendidikan tertinggi yang pernah/sedang diduduki (ditamatkan) adalah jenjang

pendidikan yang pernah diduduki (ditamatkan) oleh seseorang yang sudah tidak sekolah lagi atau

sedang diduduki oleh seseorang yang masih sekolah.

Dapat membaca dan menulis adalah mereka yang dapat membaca dan menulis surat/kalimat

sederhana dengan sesuatu huruf. Orang buta yang dapat membaca dan menulis huruf braille dan

orang cacat yang sebelumnya dapat membaca dan menulis kemudian karena cacatnya tidak

dapat membaca dan menulis, digolongkan dapat membaca dan menulis. Sedangkan orang yang

hanya dapat membaca saja tetapi tidak dapat menulis, dianggap tidak dapat membaca dan

menulis (buta huruf).

Angka partisipasi sekolah merupakan rasio antara anak yang sedang bersekolah pada

kelompok umur tertentu terhadap jumlah penduduk pada kelompok umur yang sama.

Angka partisipasi murni digunakan untuk melihat partisipasi penduduk kelompok usia

standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut. APM di suatu jenjang

pendidikan didapat dengan membagi jumlah siswa atau penduduk usia sekolah yang sedang

bersekolah dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang sekolah

tersebut.

Angka partisipasi kasar didapat dengan membagi jumlah penduduk yang sedang bersekolah

(atau jumlah siswa), tanpa memperhitungkan umur, pada jenjang pendidikan tertentu dengan

jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tersebut.

Rata-rata lama sekolah merupakan jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15

tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani.

2.3. Kesehatan

Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang merasa terganggu oleh kondisi

kesehatan, kejiwaan, kecelakaan, atau lainnya. Seseorang yang menderita penyakit kronis

Page 16: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

2. Metodologi

7

dianggap mempunyai keluhan kesehatan walaupun pada waktu survei (satu bulan terakhir) yang

bersangkutan tidak kambuh penyakitnya.

Konsultasi adalah datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk membincangkan masalah

kesehatan, termasuk konsultasi KB dan konsultasi ke dokter.

Rawat jalan atau berobat jalan adalah kegiatan atau upaya responden yang mempunyai

keluhan kesehatan untuk memeriksakan atau mengatasi gangguan/keluhan kesehatannya

dengan mendatangi tempat-tempat pelayanan kesehatan modern atau tradisional tanpa

menginap, termasuk mendatangkan petugas medis ke rumah pasien, membeli obat atau

melakukan pengobatan sendiri. Rawat inap adalah kegiatan atau upaya responden yang

mengalami keluhan kesehatan dengan mendatangi tempat pelayanan kesehatan dan harus

menginap.

Angka Harapan Hidup adalah rata-rata lama hidup yang akan dicapai oleh bayi yang baru lahir

pada suatu daerah.

Air Susu Ibu adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi paling sesuai

untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Selain mengandung zat kekebalan yang

emmeberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit, ASI juga mengandung enzim yang akan

membantu pencernaan.

Imunisasi didefenisikan sebagai suatu upaya untuk meninmbulkan/meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpapar dengan

penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

Penolong kelahiran yang dimaksud adalah penolong terakhir dalam proses persalinan.

Rasio Tenaga Medis per Satuan Penduduk menunjukkan seberapa besar ketersediaan tenaga

kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada penduduk.

2.4. Fertilitas dan Keluarga Berencana

Anak lahir hidup adalah anak yang pada waktu dilahirkan menunjukkan tanda-tanda

kehidupan walaupun hanya beberapa saat saja, seperti jantung berdenyut, bernapas dan

menangis.

Metode kontrasepsi adalah cara/ alat kontrasepsi yang dipakai untuk mencegah kehamilan.

Peserta keluarga berencana (akseptor) adalah orang yang mempraktekkan salah satu metode

kontrasepsi.

Peserta keluarga berencana (akseptor) baru adalah orang yang baru pertama kali memakai/

mempergunakan metode kontrasepsi dan akseptor sesudah persalinan/keguguran.

Peserta keluarga berencana (akseptor) aktif adalah orang yang pada saat ini memakai

metode kontrasepsi untuk penjarangan kehamilan.

Page 17: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

2. Metodologi

8

Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan yang istrinya berumur 15-49 tahun.

2.5. Kemiskinan dan IPM

Penentuan batas kemiskinan yang dilakukan oleh BPS mengacu pada konsep kemampuan

memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan

dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar

makanan dan non maknan yang diukur dari sisi pengeluaran. Metode yang digunakan adalah

menghitung Garis Kemiskinan (GK).

Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan

di bawah Garis Kemiskinan.

Indeks Kedalaman Kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran

masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, se,makin

jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.Indeks Keparahan Kemiskinan

memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin

tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.

Indeks Pembangunan Manusia adalah ukuran ringkas rata-rata capaian/keberhasilan dimensi

utama pembangunan manusia yaitu: umur panjang dan hidup sehat, mempunyai pengetahuan,

dan memiliki standar hidup yang layak.

2.6. Pola dan Taraf Konsumsi

Konsumsi/pengeluaran rumah tangga adalah pengeluaran untuk kebutuhan (konsumsi)

semua anggota rumah tangga. Secara umum pengeluaran rumah tangga dibagi menjadi

pengeluaran untuk makanan (pengeluaran untuk makanan, minuman, dan tembakau) dan bukan

makanan (pengeluaran untuk perumahan, aneka barang dan jasa, pakaian, pajak dan pesta, dll)

Pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan, mencakup seluruh jenis makanan termasuk

makanan jadi yang dikonsumsi di luar rumah, termasuk minuman, tembakau dan sirih dalam

jangka waktu sebulan.

Pengeluaran per kapita sebulan untuk bukan makanan, mencakup seluruh jenis pengeluaran

di luar makanan, minuman, tembakau dan sirih, mencakup perumahan, pendidikan, kesehatan,

pakaian, barang tahan lama, dan lain-lain..

2.7. Ketenagakerjaan

Angkatan kerja adalah mereka yang berumur 15 tahun ke atas dan selama seminggu yang

lalu mempunyai pekerjaan, baik bekerja maupun untuk sementara tidak bekerja karena suatu

sebab seperti menungggu panen, sedang cuti dan sedang menunggu pekerjaan berikutnya

(pekerja bebas profesional seperti dukun dan dalang). Disamping itu termasuk pula dalam

Page 18: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

2. Metodologi

9

pengangguran yaitu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan/usaha tetapi sedang mencari

pekerjaan atau mempersiapkan usaha, sudah diterima kerja namun belum belum mulai bekerja

dan juga mereka yang sudah merasa putus asa dan tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.

Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 15 tahun ke atas dan selama seminggu

yang lalu hanya bersekolah, mengurus rumah tangga, dan tidak melakukan suatu kegiatan yang

dapat dimasukkan dalam kategori bekerja dan mencari kerja.

Kegiatan yang terbanyak dilakukan adalah kegiatan yang menggunakan waktu terbanyak

dibanding dengan kegiatan lainnya.

Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan memperoleh atau membantu

memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam secara berturut-turut

dan tidak terputus dalam satu minggu, termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu

dalam usaha/kegiatan ekonomi.

Punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja adalah mempunyai pekerjaan tetapi selama

seminggu yang lalu tidak bekerja karena suatu sebab seperti sakit, cuti, menunggu panen, dan

mogok.

Lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/usaha/perusa-haan/instansi tempat

seseorang bekerja atau pernah bekerja.

Status pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam pekerjaan, misalnya berusaha

(sebagai pengusaha), buruh/karyawan, atau pekerja keluarga tidak dibayar.

Jam kerja adalah jumlah waktu (dalam jam) yang digunakan untuk bekerja.

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah persentase penduduk yang termasuk dalam

angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja (15 tahun ke atas).

Penduduk yang menganggur adalah mereka yang termasuk angkatan kerja dan tidak bekerja

tetapi sedang mencari pekerjaan termasuk menunggu pekerjaan bagi yang sudah diterima

bekerja tetapi selama seminggu yang lalu belum mulai bekerja.

Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dari persentase

jumlah yang menganggur dengan jumlah angkatan kerja.

2.8. Perumahan

Bangunan fisik adalah tempat perlindungan yang mempunyai dinding, lantai dan atap, baik

tetap maupun sementara yang digunakan untuk tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal.

Bangunan sensus adalah sebagian atau seluruh bangunan fisik yang mempunyai pintu

keluar/masuk sendiri.

Page 19: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

2. Metodologi

10

Luas lantai adalah luas lantai dari bangunan tempat tinggal atau jumlah dari setiap bagian

tempat tinggal yang ditempati oleh anggota rumah tangga dan dipergunakan untuk keperluan

hidup sehari-hari.

Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan

fisik/sensus dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur.

Dinding adalah sisi luar/batas dari suatu bangunan atau penyekat dengan rumah tangga atau

bangunan lain.

Atap adalah penutup bagian atas bangunan yang melindungi orang yang mendiami

dibawahnya dari teriknya matahari, hujan dan sebagainya. Untuk bangunan bertingkat, atap yang

dimaksud adalah bagian teratas dari bangunan tersebut.

Air leding adalah sumber air yang berasal dari air yang telah diproses menjadi jernih sebelum

dialirkan kepada konsumen melalui instalasi berupa saluran air. Sumber air ini diusahakan oleh

PAM/PDAM/BPAM (Perusahaan Air Minum/Perusahaan Daerah Air Minum/Badan Pengelola Air

Minum).

Air sumur/mata air terlindung adalah bila lingkar mulut sumur/mata air tersebut dilindungi

oleh tembok paling sedikit 0,8 meter di atas tanah dan sedalam 3 meter di bawah tanah dan di

sekitar mulut sumur ada lantai semen sejauh 1 meter dari lingkar mulut/perigi.

Penentuan rumah tangga kumuh mengikuti penjelasan sebagai berikut:

a. Sumber air minum layak: Ledeng, air hujan, pompa/sumur terlindung, mata air terlindung

dengan jarak >= 10 meter dari penampungan kotoran, air hujan. Rumah tangga dianggap

kumuh jika tidak memiliki akses terhadap air minum layak (Bobot 15%).

b. Sanitasi layak: Mempunyai fasilitas buang air besar sendiri/bersama, kloset leher angsa

dan tangki septik pembuangan akhir kotoran. Rumah tangga dianggap kumuh jika tidak

memiliki akses terhadap sanitasi layak (Bobot 15%).

c. Sufficient living area: Luas lantai hunian perkapita > 7,2 meter persegi. Rumah tangga

dianggap kumuh jika menghuni rumah dengan luas lantai perkapita ≤ 7,2 meter persegi

(Bobot 35%).

d. Durability of housing dengan kriteria:

Jenis atap terluas ijuk/rumbia, daun dan lainnya.

Jenis dinding terluas bambu dan lainnya.

Jenis lantai terluas tanah.

Rumah tangga termasuk kategori kumuh apabila minimal 2 kriteria terpenuhi (Bobot

35%)

Page 20: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

2. Metodologi

11

e. Jika dari seluruh kriteria 1-4 digabungkan, rumah tangga yang memiliki nilai kategori >

35% maka rumah tangga tersebut termasuk rumah tangga kumuh, sebaliknya jika

nilainya ≤ 35% dianggap tidak kumuh.

2.9 Pekerjaan Umum

Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik adalah panjang jalan dalam kondisi

baik dibagai dengan panjang jalan secara keseluruhan (nasional, provinsi dan

kabupaten/kota).

Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan dan bangunan pelengkapnya yang merupakan

satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan

dan pembuangan air irigasi.

2.10 Perhubungan dan Pariwisata

Jumlah uji KIR angkutan umum adalah Jumlah Uji kir angkutan umum merupakan

pengujian setiap angkutan umum yang diimpor, baik yang dibuat dan/atau dirakit di

dalam negeri yang akan dioperasikan di jalan agar memenuhi persyaratan teknis dan laik

jalan.

Akomodasi adalah usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebgian daripadanya

khusus disediakan, dimana setiap orang dapat menginap dan memperoleh pelayanan

serta fasilitas lainnya dengan pembayaran. Akomodasi dibedakan antara hotel dan

akomodasi lainnya. Hotel apabila mempunyai restoran yang berada di bawah manajemen

hotel tersebut, sedangkan akomodasi lainnya tidak dilengkapi restoran.

Hotel berbintang adalah hotel yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan

seperti persyaratan fiik, bentuk pelayanan yang diberikan, kualifikasi tenaga kerja, jumlah

kamar, dan lainnya.

Hotel tidak berbintang adalah hotel yang yang belum memenuhi persyaratan yang telah

ditentukan tersebut.

Tingkat penghunian kamar (TPK) adalah persentase banyaknya malam kamar yang dihuni

terhadap banyaknya malam kamar yang tersedia.

Wisatawan adalah setiap pengunjung yang mengunjungi suatu daerah di luar tempat

tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh

penghasilan di tempat yang dikunjungi, dan lamanya kunjungan tersebut tidak lebih dari

satu tahun.

Page 21: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

2. Metodologi

12

2.11 Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan

Data luas panenan tanaman pangan dicatat dari seluruh kecamatan setiap bulan oleh

aparat Dinas Pertanian Tanaman Pangan di Kecamatan.

Produksi per hektar padi, ubi jalar, kacang tanah, dan kacang kedelai diperoleh melalui

sampel ubinan mewakili sekitar 100 hektar luas panen. Petugas pelaksanaan adalah

koordinator statistik kecamatan dan aparat dinas pertanian tanaman pangan di

kecamatan.

Bentuk produksi padi dan palawija adalah: padi dalam bentuk gabah kering giling, jagung

dalam bentuk pipilan kering, ubi kayu dan ubi jalar dalam bentuk keadaan ubi basah dan

kacang-kacangan dalam bentuk kacang kering.

2.12 Perdagangan dan Industri

Kemudahan perizinan adalah proses pengurusan perizinan yang terkait dengan persoalan

investasi relatif sangat mudah dan tidak memerlukan jangka waktu yang lama.

Lama proses perizinan adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu

perizinan (dalam hari)

2.13 PDRB dan Inflasi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang

dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul

akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan

apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau non-residen. Penyusunan PDRB dapat

dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, dan

pendapatan yang disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan (riil ).

PDRB atas dasar harga berlaku atau dikenal dengan PDRB nominal disusun berdasarkan

harga yang berlaku pada periode penghitungan, dan bertujuan untuk melihat struktur

perekonomian. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (riil) disusun berdasarkan

harga pada tahun dasar dan bertujuan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.

IHK merupakan indikator inflasi di Indonesia. Sejak Januari 2014, IHK dihitung

berdasarkan Survei Biaya Hidup di 82 kota yang dilakukan tahun 2012. IHK mencakup 7

kelompok, yaitu: bahan makanan; makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau;

perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; sandang; kesehatan; pendidikan, rekreasi,

dan olahraga; transpor, komunikasi, dan ajsa keuangan. Persentase perubahan IHK

perbulan merupakan laju inflasi/deflasi setiap bulan.

Page 22: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

2. Metodologi

13

2.14 Keamanan

Angka Kriminalitas adalah rata-rata kejadian kriminalitas dalam satu bulan pada

tahun tertentu. Artinya dalam satu bulan rata-rata terjadi berapa tindak kriminalitas

untuk berbagai kategori seperti curanmor, pembunuhan, pemerkosaan, dan

sebagainya. Indikator ini berguna untuk menggambarkan tingkat keamanan

masyarakat, semakin rendah tingkat kriminalitas, maka semakin tinggi tingkat

keamanan masyarakat.

Angka kriminalitas dihitung berdasarkan delik aduan dari penduduk korban kejahatan

dalam periode 1 (satu) tahun, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah tindak kriminal yang terjadi selama 1 tahun

Jumlah penduduk seluruhnya x10.000

Angka kriminalitas yang tertangani adalah penanganan kriminal oleh aparat penegak

hukum (polisi/kejaksaan). Angka kriminalitas yang ditangani merupakan jumlah

tindak kriminal yang ditangani selama 1 tahun terhadap 10.000 penduduk).

Polisi Pamong Praja adalah aparatur Pemerintah Daerah yang melaksanakan tugas

Kepala Daerah dalam memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan

ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah

Menghitung rasio jumlah polisi pamong praja per 10.000 penduduk digunakan rumus

sebagai berikut:

Jumlah polisi pamong praja

Jumlah pendudukx10.000

Page 23: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014
Page 24: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

3. Kependudukan

15

KEPENDUDUKAN

Secara teoritis jumlah penduduk yang besar merupakan salah satu kekayaan dan modal

dasar pembangunan, akan tetapi juga dapat memicu berbagai macam persoalan yang berkaitan

dengan penyediaan pangan, sandang dan papan. Kondisi ini menjadikan penduduk lebih

diposisikan sebagai beban pembangunan daripada sebagai modal pembangunan. Masalah

kependudukan yang saat ini dihadapi antara lain meliputi jumlah, komposisi, dan distribusi

penduduk yang tidak merata serta kualitas penduduk yang relatif masih rendah. Oleh sebab itu

untuk kebijakan pembangunan dan kependudukan yang diakukan oleh pemerintah adalah

mengendalikan pertumbuhan penduduk, mengarahkan mobilitas penduduk dan meningkatkan

kualitas penduduk yang didukung sistem informasi kependudukan yang handal, sehingga mampu

meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti yang lebih luas.

Salah satu cara untuk melihat sejauh mana beban tanggungan penduduk adalah dengan

melihat komposisi penduduk menurut struktur umur. ketidakseimbangan komposisi antara

kelompok umur produktif dengan non produktif akan menyebabkan permasalahan. Demikian

juga halnya dengan distribusi atau penyebaran penduduk antar wilayah, sangat dipengaruhi

tingkat pemerataan hasil pembangunan. Penduduk biasanya akan melakukan migrasi ke wilayah

yang terdapat fasilitas-fasilitas yang lebih baik dibanding wilayah yang ditempati sebelumnya.

Untuk itu aspek kependudukan perlu dipertimbangkan dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan penduduk seperti: arus migrasi, angka kelahiran dan kematian. ketiga komponen

ini turut serta dalam perencanaan pembangunan ekonomi, sosial budaya, dan politik serta

pertahanan.

Data kependudukan sangat dibutuhkan baik oleh lembaga pemerintah maupun non

pemerintah. Dari data kependudukan dapat dibuat berbagai perencanaan kebutuhan fasilitas

penunjang kesejahteraan masyarakat, seperti fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, tempat

ibadah, pusat perbelanjaan, tempat rekreasi, dan fasilitas lainnya. Data kependudukan yang

terkait di antaranya data tentang jumlah penduduk, kepadatan, dan penyebaran penduduk serta

data struktur umur penduduk.

3.1. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil estimasi jumlah penduduk Kota Padangsidimpuan tahun 2014 adalah

206.496 jiwa, terdiri dari 100.642 jiwa penduduk laki-laki dan 105.854 jiwa penduduk perempuan.

Jika dibandingkan dengan angka proyeksi tahun 2013 yang sebesar 203.146 jiwa berarti

mengalami kenaikan sebesar 3.350 jiwa, yang tersebar di seluruh wilayah Padangsidimpuan.

Dengan jumlah penduduk yang relatif besar dan pertambahan penduduk yang cukup tinggi,

Page 25: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

3. Kependudukan

16

permasalahan kependudukan di Padangsidimpuan perlu mendapat perhatian yang cukup serius.

Oleh karena itu, upaya mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui kebijakan dan program

pembangunan yang sedang dan akan terus dilaksanakan harus berorientasi untuk menekan

jumlah penduduk melalui pengendalian tingkat kelahiran, disertai dengan peningkatan

kesejahteraan penduduk secara berkesinambungan dan bersinergis yang pada gilirannya

diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk. Hal ini sesuai dengan Inpres

Nomor 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan dan menempatkan

Program keluarga Berencana sebagai bagian strategis dari pembangunan nasional.

Tabel. 3.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin per Kecamatan

di Padangsidimpuan, 2014

Kecamatan Penduduk Rasio Jenis

Kelamin Laki-laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) (5)

Padangsidimpuan Tenggara 15.914 17.085 32.999 93,15

Padangsidimpuan Selatan 32.136 33.171 65.307 96,88

Padangsidimpuan Batunadua 10.294 10.378 20.671 99,19

Padangsidimpuan Utara 30.414 32.919 63.333 92,39

Padangsidimpuan Hutaimbaru 7.932 8.234 16.166 96,33

Padangsidimpuan Angkola Julu 3.952 4.068 8.020 97,15

Padangsidimpuan 2014 100.642 105.854 206.496 95,08

2013 98.999 104.147 203.146 95,06

2012 97.317 102.266 199.583 95,16

2011 95.470 100.627 196.097 94,88

Sumber: BPS Kota Padangsidimpuan

Pada Tabel 3.1 ditampilkan jumlah penduduk Padangsidimpuan dan sex rasio dari tahun

2011-2014. Secara absolut terlihat bahwa jumlah penduduk kota Padangsidimpuan terus

bertambah. Sedangkan menurut rasio jenis kelamin tahun 2011-2014 selalu di bawah 100 yag

berarti jumlah penduduk laki-laki masih lebih kecil daripada jumlah penduduk perempuan. Sama

halnya dengan rasio jenis kelamin per kecamatan juga terlihat pada tabel 3.1 bahwa rasio jenis

kelamin untuk masing-masing kecamtan adalah di bawah 100 yang berarti jumlah penduduk

perempuan untuk semua masing-masing kecamatan lebih banyak daripada jumlah penduudk

laki-laki. Besar kecilnya rasio jenis kelamin dipengaruhi oleh pola mortalitas dan migrasi

penduduk suatu daerah.

3.2. Kepadatan dan Distribusi Penduduk

Masalah kependudukan lainnya yang cukup serius adalah masih timpangnya penyebaran

penduduk antar daerah, sehingga kepadatan untuk masing-masing daerah belum merata.

Persebaran yang tidak merata berpengaruh terhadap daya tampung lingkungan/wilayah yang

semakin sempit, terjadi eksploitasi sumber alam secara berlebihan, penyediaan kebutuhan

Page 26: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

3. Kependudukan

17

terhadap lapangan pekerjaan. Persebaran penduduk yang tidak merata ini menyebabkan tingkat

kepadatan penduduk antar wilayah juga berbeda. Kepadatan penduduk yang tinggi biasanya

terjadi di daerah perkotaan yang umumnya memiliki fasilitas yang dibutuhkan oleh penduduk.

ketidakmerataan atau ketimpangan sebaran penduduk tampak lebih jelas jika dikaitkan dengan

besarnya variasi luas antar daerah. Masalah sering timbul yang diakibatkan oleh kepadatan

penduduk terutama mengenai perumahan, kesehatan dan keamanan. Oleh karena itu, distribusi

penduduk harus menjadi perhatian khusus pemerintah dalam melaksanakan pembangunan.

Potret tingkat kepadatan penduduk yang tinggi umumnya terkonsentrasi di daerah kota

yang memiliki ketersedian fasilitas yang mencukupi dan memadai. Faktor inilah yang merupakan

pendorong penduduk untuk melakukan perpindahan (migrasi).

Tabel. 3.2. Jumlah Desa/Kelurahan, Luas Wilayah, Jumlah dan

Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Padangsidimpuan, 2014

Kecamatan Jumah

Desa/Kel.

Luas Wilayah (Km2)

Jumlah Penduduk

(jiwa)

Kepadatan (jiwa/Km2)

(1) (2) (3) (4) (5)

Padangsidimpuan Tenggara 18 27,68631 32.999 1.191,89

Padangsidimpuan Selatan 10 15,81166 65.307 4.130,31

Padangsidimpuan Batunadua 15 38,74024 20.671 533,58

Padangsidimpuan Utara 16 14,08756 63.333 4.495,67

Padangsidimpuan Hutaimbaru 10 22,34189 16.166 723,57

Padangsidimpuan Angkola Julu 8 28,17914 8.020 284,61

Padangsidimpuan 2014 79 146,84680 206.496 1.406,20

2013 79 146,84680 203.146 1.374,03

2012 79 146,84680 199.583 1.340,86

2011 79 146,84680 196.097 1.308,65

Sumber: BPS Kota Padangsidimpuan

Sebaran penduduk antar kecamatan di kota Padangsidimpuan masih sangat timpang. Tabel

1.2 menunjukkan kota Padangsidimpuan yang mempunyai luas wilayah 146,85 km2 kepadatan

penduduknya mencapai 1.406,20 jiwa per km2 . Kecamatan dengan kepadatan terendah adalah

kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu yang hanya mencapai 284,61 jiwa per km2. Kecamatan

padangsidimpuan Utara merupakan kecamatan dengan luas wilayah terendah yaitu sekitar 14,09

km2 akan tetapi dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu mencapai 4.495,67 jiwa per km2.

Selanjutnya disusul dengan kecamatan Padangsidimpuan Selatan dengan luas wilayah sekitar

15,81 km2 dengan kepadatan penduduk 4.130,31 jiwa per km2. Hal ini dimungkinkan karena

kecamatan Padangsidimpuan Utara dan kecamatan Padangsidimpuan Selatan merupakan pusat

kehidupan, perekonomian, dan pemerintahan di kota Padangsidimpuan.

Page 27: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

3. Kependudukan

18

3.3. Angka Beban Ketergantungan

Pengelompokan penduduk menurut umur dapat digunakan sebagai dasar dalam

pengambilan kebijakan dan pembuatan program dalam mengatasi masalah-masalah di bidang

kependudukan. Struktur umur penduduk pada umumnya dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu

(a) kelompok umur muda, umur 0-14 tahun; (b) kelompok umur produktif, umur 15-64 tahun;

dan (c) kelompok umur tua, umur 65 tahun ke atas. Pada Tabel 3.2. dapat dilihat bahwa komposisi

penduduk berumur 0-14 tahun masih cukup tinggi walaupun persentasenya berangsur menurun

menjadi 33,24 persen pada tahun 2010 dibanding tahun 2000 yang sebesar 35,39 persen.

Sebaliknya ada peningkatan pada kelompok usia produktif dan usia tua. Hal ini menunjukkan

telah terjadi pergeseran dari penduduk muda ke penduduk tua.

Perubahan struktur penduduk tersebut, mempengaruhi angka beban ketergantungan

(dependency ratio) Padangsidimpuan. Pada tahun 2000 setiap 100 orang penduduk usia produktif

harus menanggung sekitar 63 penduduk usia tidak produktif. Pada tahun 2010 angka beban

ketergantungan turun menjadi 59,05 artinya setiap setiap 100 orang penduduk usia produktif

harus menanggung sekitar 59 penduduk usia tidak produktif. Kondisi dinilai suatu kemajuan dan

keberhasiln pembangunan bidang kependudukan. Jika dilihat lebih jauh, angka beban

ketergantungan itu lebih banyak disumbang oleh angka beban ketergantungan muda yang

mencapai 52,87 pada tahun 2010 dan 57,86 pada tahun 2000.

Gambar 3.1. Persentase Komposisi Penduduk Kota Padangsidimpuan

Menurut Golongan Umur, 2014

Sumber: BPS Kota Padangsidimpuan

Ukuran lainnya yang berhubungan dengan komposisi umur adalah angka beban

ketergantungan (depedency ratio). Angka beban ketergantungan didefenisikan sebagai beban

yang harus ditanggung oleh penduduk yang berada dalam usia produktif (usia 15-64 tahun)

secara ekonomi dalam menanggung penduduk yang tidak produktif (usia 0-14 dan 65 tahun ke

atas). Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang

31,82

3,2 1,40-14 Tahun

15-16 Tahun

65+ Tahun

Page 28: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

3. Kependudukan

19

belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang

menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia di atas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi

sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun adalah penduduk usia kerja yang

dianggap sudah produktif.

Tabel 3.3 Angka Beban Ketergantungan Penduduk Kota Padangsidimpuan, 2011-2014

Uraian 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

Angka Beban Tanggungan Anak 50,12 52,40 49,16 48,97

Angka Beban Tanggungan Tua 4,92 4,86 4,83 4,94

Angka Beban Tanggungan 55,03 57,26 53,99 53,91

Sumber: BPS Kota Padangsidimpuan

Pada tahun 2014 angka beban ketergantungan Kota Padangsidimpuan diperkirakan

sebesar 53,91 persen. Artinya setiap 100 penduduk produktif di Kota Padangsidimpuan harus

menanggung sekitar 54 orang penduduk tidak produktif juga hal ini merupakan suatu beban yang

harus ditanggung dan merupakan permasalahan tersendiri bagi setiap daerah, karena

menyangkut berbagai pemenuhan kebutuhan, seperti kesehatan, pendidikan, lapangan kerja,

dan lain-lain. Oleh karena itu angka beban ketergantungan ini dapat dijadikan salah satu ukuran

kemajuan suatu daerah.

Tabel 3.3 menunjukkan beban tanggungan penduduk usia produktif ini lebih banyak berasal

dari kelompok muda yaitu 48,97 yang artinya setiap 100 penduduk produktif di kota

Padangsidimpuan harus menanggung sekitar 49 orang penduduk berumur muda. Sedangkan

sisanya sebesar 4,94 persen merupakan beban ketergantungan penduduk tua yang artinya setiap

100 penduduk produktif di kota Padangsidimpuan harus menanggung sekitar 5 orang penduduk

berumur tua.

3.4. Kepemilikan Akte Kelahiran

Salah satu hal paling asasi yang melekat pada diri kita adalah akta kelahiran. Akta

kelahiran menjadi sangat asasi karena menyangkut identitas diri dan status kewarganegaraan. Ini

sudah menjadi hak asasi manusia (HAM) menyangkut hak-hak anak yang harus dipenuhi oleh

negara. Seorang anak manusia yang lahir kemudian identitasnya tidak terdaftar maka kelak akan

mendapatkan masalah yang akan berakibat pada negara, pemerintah dan masyarakat. Akta

kelahiran akan ikut menentukan nasib di kelak kemudian hari. Misalnya, jika mencari kerja perlu

melampirkan akta kelahiran, apabila meneruskan sekolah perlu melampirkan akta kelahiran.

Page 29: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

3. Kependudukan

20

Namun persoalannya, tidak setiap orang memiliki akta kelahiran. Di berbagai daerah

masih banyak terjadi anak-anak Indonesia yang tidak mempunyai akta kelahiran karena

menganggap akta kelahiran tidak terlalu penting. Tetapi pemerintah dengan sangat jelas

memberikan perhatian khusus terhadap akta kelahiran, seperti yang tercantum di dalam Undang-

Undang Dasar (UUD) 45 pasal 28 ayat dua jelas sekali menyatakan setiap anak mempunyai hak

untuk kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, serta hak atas perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi. Kemudian di dalam berbagai undang-undang (UU) di bawah UUD 45,

baik UU tentang HAM maupun UU tentang Perlindungan Anak jelas menyatakan akta kelahiran

menjadi hak anak dan tanggung jawab pemerintah untuk memenuhinya.

Kondisi di Padangsidimpuan terlihat pada Tabel 3.4. ada sekitar 21 persen anak berusia

0-17 tahun yang tidak memiliki akte kelahiran di tahun 2014. Kondisi ini berbeda jauh

dibandingkan kondisi tahun 2011 dimana ada 59,77 persen anak berusia 0-17 tahun yang tidak

mempunyai akte kelahiran.

Tabel 3.4. Persentase Anak Berusia 0-17 Tahun menurut Kepemilikan Akte Kelahiran

di Padangsidimpuan, 2011-2014

Status Kepemilikin 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

Punya dan Bisa Ditunjukkan 29,01 46,01 50,31 47,34

Punya namun Tidak Bisa Ditunjukkan

10,38 30,30 33,64 31,87

Tidak Punya 59,77 23,28 15,95 20,66

Tidak Tahu 0,84 0,41 0,11 0,13

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional,2011- 2014

Selanjutnya untuk mengetahui alasan terkait masih tingginya persentase anak berusia 0-

17 tahun di Padangsidimpuan yang tidak memiliki akte kelahiran, pada Tabel 3.5. disajikan

informasi persentase anak berumur 0-17 tahun menurut alasan utama tidak memiliki akte

kelahiran. Dari Tabel 3.5 diketahui bahwa pada umumnya alasan utama yang menyebabkan anak

tidak memiliki akte kelahiran selain karena masalah lainnya adalah disebabkan oleh karena

masalah biaya, kemudian disusul terkait kepedulian dan pengetahuan rumah tangga dalam

mengurus akte kelahiran. Bedasarkan informasi ini tentunya sangat penting bagi para pemangku

kepentingan untuk memikirkan cara atau program untuk meringankan biaya pengurusan akte

kelahiran dan menggiatkan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya mengurus akte dan

Page 30: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

3. Kependudukan

21

menyampaikan tata cara pengurusan akte yang benar. Sehingga pada akhirnya tingkat kesadaran

masyarakat dalam mengurus akte menjadi tinggi dibarengi dengan proses pengurusan yang

mudah dan murah.

Tabel 3.5. Persentase Anak Berusia 0-17 Tahun menurut Alasan Tidak Memiliki Akte Kelahiran

dan Daerah Tempat Tinggal di Padangsidimpuan, 2014

Status Kepemilikan 2014

(1) (2)

Biaya mahal/tidak ada biaya 37,93

Perjalanan jauh 2,96

Tidak tahu kelahiran harus dicatat 2,83

Tidak tahu cara mengurusnya 3,52

Tidak merasa perlu 9,08

Lainnya 43,68

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional 2014

Page 31: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014
Page 32: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

4. Pendidikan

23

PENDIDIKAN

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa salah satu tujuan negara

Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Demikian pula dijelaskan dalam Batang

Tubuh UUD 1945 pasal 28 dan pasal 31 yang mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak

mendapat pendidikan. Oleh sebab itu peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang

lebih berkualitas merupakan amanat yang harus dilaksanakan bangsa ini karena pendidikan

merupakan sarana untuk membentuk manusia terampil dan produktif sehingga dapat

mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pendidikan dapat mengembangkan

potensi diri sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang baik. Oleh karena itu, penddidikan diyakini mampu mencetak generasi penerus bangsa yang

berkualitas sehingga dapat mendukung kemajuan bangsa.

Peran pendidikan yang sangat penting tersebut menjadikan sektor pendidikan sebagai

sasaran utama dalam setiap program pembangunan. Tanpa pendidikan yang berkualitas,

program pembangunan tidak akan berjalan dengan lancar. Tinggi rendahnya kualitas sumber

daya manusia antara lain ditandai dengan unsur kreativitas dan produktivitas yang direalisasikan

dengan hasil kerja yang berkualitas secara perorangan dan kelompok. Beberapa cara untuk

menampilkan hasil kerja produktif di antaranya dengan mengasah pengetahuan, keterampilan,

dan kemampuan yang diperoleh melalui pendidikan formal. Titik berat pendidikan formal adalah

peningkatan mutu pendidikan dengan melalui perluasan dan pemerataan pelayanan pendidikan

dasar dan menengah serta perluasan layanan pendidikan tinggi. Demikian juga tidak kalah

pentingnya peningkatan ketersediaan informasi pendidikan merupakan salah satu sarana untuk

meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia.

Agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat sesuai dengan kemampuan

masing-masing individu, maka pendidikan adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan

pemerintah. Pada program pembangunan pendidikan nasional yang dilakukan saat ini telah pula

mempertimbangkan kesepakatan-kesepakatan internasional seperti Pendidikan Untuk Semua

(Education For All), Konvensi Hak Anak (Convention on the Right of Child) dan Millenium

Development Goals (MDGs) yang secara jelas menekankan pentingnya pendidikan sebagai salah

satu cara penanggulangan kemiskinan, peningkatan keadilan sosial dan lainnya.

Untuk mendapatkan pendidikan yang memadai harus ditunjang suatu kemampuan baik itu

dari Pemerintah untuk dapat menyediakan sarana yang memadai dan juga ditunjang dengan

kemampuan masyarakat, karena sampai saat ini kemampuan pemerintah untuk menyediakan

pendidikan gratis bagi warganya masih belum terlaksana secara optimal.

Page 33: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

4. Pendidikan

24

Masih rendahnya kemampuan pemerintah dan masyarakat selalu menjadi kendala dalam

dunia pendidikan. Realita ini senantiasa banyak ditemui di sekeliling kita, yaitu banyak sarana

pendidikan yang sangat tidak layak dan juga banyak anak-anak usia sekolah seharusnya belajar,

namun sudah harus bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Di tengah keterbatasan

inilah pemerintah mencanangkan Program Wajib Belajar Sekolah Dasar enam tahun pada tahun

1984 dan kemudian diikuti dengan Wajib Belajar Pendidikan Dasar sembilan tahun mulai tahun

1994. kebijaksanaan lain sebagai upaya untuk meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat

adalah melalui program di luar pendidikan formal, di antaranya melalui sekolah-sekolah program

jarak jauh.

Program atau kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan pada hakekatnya

bertujuan untuk memberi kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk dapat sekolah.

Dengan demikian, tingkat pendidikan masyarakat diharapkan akan lebih baik dan utamanya

tingkat melek huruf terutama pada penduduk usia sekolah (7-24 tahun).

Keberhasilan program-program pembangunan pendidikan tentunya perlu dilihat atau

diukur keberhasilannya, sehingga diperlukan indikator-indikator untuk mengukur tingkat

keberhasilan tersebut. Dalam publikasi indikator pendidikan yang akan dibahas diantaranya

adalah Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Melek Huruf (AMH), Rata-Rata Lama Sekolah, dan

tingkat pendidikan yang ditamatkan. Selain itu juga akan dibahas kecukupan sarana pendidikan

di Padangsidimpuan.

4.1 Kualitas Pendidikan Penduduk

4.1.1. Angka Partisipasi Sekolah

Tingkat partisipasi sekolah merupakan indikator pendidikan yang menggambarkan

persentase penduduk yang masih sekolah menurut kelompok usia sekolah yaitu umur 7-12

tahun dan umur 13-15 tahun sebagai pendidikan dasar, 16-18 tahun pada pendidikan menengah

dan usia 19-24 tahun pada pendidikan tinggi. Indikator ini dapat digunakan untuk mengetahui

seberapa banyak penduduk usia sekolah yang dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan. Pada

umumnya, partisipasi pendidikan dasar masih cukup tinggi, dan angka ini akan semakin menurun

untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Partisipasi sekolah penduduk erat kaitannya antara lain terhadap tingkat kesejahteraan

masyarakat suatu daerah. Penyebab utama tidak/ putus sekolah yang terjadi di tengah-tengah

masyarakat pada umumnya adalah masalah ekonomi keluarga yang kurang mendukung, di

samping karena faktor-faktor lain seperti faktor lingkungan, sarana dan prasarana di daerah

yang kurang mendukung dan faktor psikologis.

Page 34: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

4. Pendidikan

25

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2011- 2014

Grafik 4.1. menunjukkan tingkat partisipasi sekolah penduduk Padangsidimpuan. Pada usia

7-12 tahun meningkat dari 98,15 persen pada tahun 2011 menjadi 98,28 persen pada tahun 2014

sedangkan pada kelompok umur 13-15 meningkat dari 93,58 persen menjadi 98,77 persen pada

tahun yang sama. Peningkatan juga terjadi pada kelompok umur 16-18 dan 19-24 tahun,

keduanya menunjukkan peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Pada kelompok umur 16-18

meningkat dari 75,83 persen pada tahun 2011 menjadi 80,69 persen pada tahun 2014 dan

kelompok umur 19-24 tahun meningkat dari 32,17 persen menjadi 42,61 persen pada tahun yang

sama.

Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan indikator daya

serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Tetapi jika dibandingkan maka APM

merupakan indikator daya serap yang lebih baik karena APM melihat partisipasi penduduk

kelompok usia standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut.

APM di suatu jenjang pendidikan didapat dengan membagi jumlah siswa atau penduduk

usia sekolah yang sedang bersekolah dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan

dengan jenjang sekolah tersebut. Sedangkan APK didapat dengan membagi jumlah penduduk

yang sedang bersekolah (atau jumlah siswa), tanpa memperhitungkan umur, pada jenjang

pendidikan tertentu dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang

pendidikan tersebut.

7-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun 19-24 tahun

2011 98,15 93,58 75,83 32,17

2012 98,84 94,59 84,79 31,03

2013 99,46 94,16 74,76 33,28

2014 98,28 98,77 80,69 42,61

0102030405060708090

100

%

Grafik 4.1. Perkembangan Tingkat Partisipasi Sekolah Penduduk Padangsidimpuan, 2011-2014

Page 35: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

4. Pendidikan

26

Angka Partipasi Murni (APM) yaitu:

APMht =

Eh,at

Ph,at x 100

Dimana:

h = jenjang pendidikan

t = tahun

Pht = jumlah penduduk yang mencapai jenjang pendidikan h pada tahun t

Pt = total jumlah penduduk pada tahun t

Angka Partipasi Kasar (APK) yaitu:

APKht =

Eht

Ph,at x 100

Dimana,

h = jenjang pendidikan

a = kelompok usia

t = tahun

Eht = adalah jumlah penduduk yang pada tahun t dari berbagai usia sedangsekolah pada

jenjang pendidikan h

Ph,at = adalah jumlah penduduk yang pada tahun t berada pada kelompok usia yaitu

kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan h

Jenjang pendidikan menurut kelompok usia sekolah : SD/MI = 7-12 tahun SMP/MTs = 13-15 tahun SMA/MA/SMK = 16-18 tahun

Tabel 4.1. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Padangsidimpuan, 2011-2014

Jenjang Pendidikan 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

APK

SD 101,08 99,90 107,53 101,06

SMTP 105,87 90,73 85,91 89,42

SMTA 78,59 98,70 81,84 86,13

APM

SD 89,55 91,10 99,17 98,61

SMTP 76,30 66,83 83,02 84,11

SMTA 64,59 72,65 64,15 71,81

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2012-2013

Page 36: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

4. Pendidikan

27

Dari tabel 4.1 terlihat bahwa tahun 2014 APM kota Padangsidimpuan pada umumnya

mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2011. Hal ini yang cukup menggembirakan

dimana target pemerintah dalam program Wajib Belajar 9 Tahun dapat dikategorikan berhasil

karena secara rata-rata 91,36 persen anak usia sekolah (7-15 tahun) telah/sedang duduk di

bangku sekolah.

4.1.2. Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Dunia pendidikan di Indonesia masih menghadapi permasalahan, salah satunya adalah

keluhan mengenai sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai dan tenaga pengajar

yang kurang berkualitas. Untuk itu berbagai cara dilakukan oleh pemerintah di antaranya dengan

mengembangkan kurikulum, sehingga diharapkan dapat menciptakan lulusan yang berkualitas

yang dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia. Gambaran mengenai peningkatan sumber

daya manusia dapat dilihat dari kualitas tingkat pendidikan penduduk dewasa.

Dari Grafik 4.4 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk di

Padangsidimpuan pada tahun 2011 sampai 2014 dapat dikatakan terjadi peningkatan. Pada tahun

2014 persentase penduduk 10 tahun ke atas yang berpendidikan minimal Diploma/Sarjana adalah

sebanyak 18,94 persen meningkat dibanding tahun 2011 yang sebesar 8,61 persen. Sebaliknya

penduduk yang berpendidikan maksimal SD kebawah mengalami penurunan dari 15,85 persen

pada tahun 2011 menjadi 15,13 persen pada tahun 2014.

2011 2012 2013 2014

Diploma/Sarjana 8,61 11,35 9,35 18,00

SLTA 31,25 31,09 33,92 27,28

SLTP 22,71 22,58 20,60 16,74

SD 21,58 20,16 21,98 22,85

SD Kebawah 15,85 14,82 14,15 15,13

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

Grafik 4.2. Persentase Penduduk Padangsidimpuan menurut Pendidikan Tertinggi Ditamatkan, 2011-2014

Page 37: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

4. Pendidikan

28

4.1.3. Rata-rata Lama Sekolah

Kualitas sumber daya manusia juga dapat diukur dengan menggunakan indikator rata-rata

lama sekolah. Rata-rata lama sekolah mengindikasikan sejauh mana tingkat pendidikan yang

dijalani seseorang. Semakin tinggi rata-rata lama sekolah berarti semakin tinggi jenjang

pendidikan yang dijalani. Ratarata lama sekolah itu sendiri merupakan rata-rata jumlah tahun

yang dihabiskan penduduk berumur 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan

formal yang dijalani. Selain itu rata-rata lama sekolah juga sebagai salah satu indikator dari Indkes

Pembangunan Manusia (IPM).

Secara umum rata-rata lama sekolah penduduk Padangsidimpuan pada tahun 2014 sebesar

10,13 tahun. Hal ini berarti bahwa-bahwa rata-rata lama sekolah penduduk berumur 15 tahun ke

atas telah menyelesaikan pendidikan sampai kelas 3 SMP. Pencapaian angka ini relatif sama

dengan tahun sebelumnya yang sebesar 10,10 tahun. Berdasarkan kondisi tersebut maka program

wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah, untuk Padangsidimpuan sudah terpenuhi.

4.1.4. Angka Melek Huruf

Indikator makro yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan adalah kemampuan

membaca dan menulis atau sebaliknya (buta huruf) untuk penduduk 10 tahun. Tingkat buta

huruf dapat dijadikan sebagai indikator tingkat pendidikan karena diasumsikan bahwa dengan

adanya kemampuan membaca dan menulis seseorang dapat mempelajari dan menyerap ilmu

pengetahuan. Oleh sebab itu melek huruf dapat dijadikan ukuran kesejahteraan sosial dan

kemajuan suatu bangsa.

10,04 10,05 10,10 10,13

9,61

8,72 8,79 8,93

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

10,00

11,00

12,00

2011 2012 2013 2014

Grafik 4.3. Persentase Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Padangsidimpuan dan Sumatera Utara , 2011-2014

Padangsidimpuan

Sumatera Utara

Page 38: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

4. Pendidikan

29

Selama periode 2011 sampai 2014, tingkat buta huruf penduduk Padangsidimpuan

menunjukkan penurunan, yaitu dari 1,4 persen pada tahun 2011 menjadi 0,25 persen pada tahun

2014. Hal yang cukup menarik adalah tingginya tingkat buta huruf perempuan dibanding laki-laki.

Pada tahun 2011 tingkat buta huruf perempuan mencapai 1,39 persen lebih rendah dibanding

laki-laki yang 1,40 persen. Kondisi tahun 2014 berbeda dengan tahun 2011 karena yaitu tingkat

buta huruf perempuan menjadi lebih tinggi yaitu 0,29 persen dibanding laki-laki sebesar 0,21

persen.

Pada Grafik 4.4 disajikan informasi tingkat buta huruf menurut kelompok umur. Tingkat

buta huruf di Padangsidimpuan terdapat pada kelompok umur 10-14 tahun, 25-40 tahun dan

65 tahun ke atas . Tingkat buta huruf tertinggi pada kelompok umur 65 tahun ke atas yaitu

mencapai 1,43 persen. Sedangkan tingkat buta huruf pada kelompok umur 10-14 tahun perlu

diwaspadai karena merupakan umur-umur usia sekolah dan usia produktif.

1,40

0,67

0,360,21

1,39

0,96

0,26 0,29

1,4

0,82

0,31 0,25

0

1

2

2011 2012 2013 2014

%

Grafik. 4.4. Perkembangan Tingkat Buta Huruf Penduduk Padangsidimpuan, 2011-2014

Laki-Laki Perempuan Laki+Perempuan

Page 39: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

4. Pendidikan

30

Grafik 4.5. Tingkat Buta Huruf Penduduk Padangsidimpuan Menurut

Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2014

1,24

2,13

1,43

0,05

1,19

0,02

1,21

0

1

2

3

'10-14 15-24 25-40 41-64 65+Umur

%

laki perp. Laki+perp.

4.2. Sarana Pendidikan

Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa keberhasilan pendidikan sangat

dipengaruhi oleh sarana dan prasarana pendidikan, yaitu guru, buku dan bahan pelajaran, gedung

sekolah, kelas dan lainnya. Pada bagian ini akan diulas mengenai perkembangan kecukupan

sarana pendidikan di Padangsidimpuan melalui indikator-indikator yang sesuai, yaitu rasio murid-

guru dan rasio murid-kelas. Indikator tersebut dapat digunakan untuk mengukur pemerataan dan

perluasan akses pendidikan. Rasio murid-guru dapat memberikan gambaran mengenai besarnya

beban guru dalam mengajar sehingga apabila rasio murid-guru semakin tinggi maka semakin

banyak peserta didik yang harus diajar oleh seorang guru. Hal ini tentunya menjadi tidak efektif

dalam berlangsungnya proses pembelajaran dalam sekolah.

4.2.1 Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap Penduduk Usia Sekolah

Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap penduduk usia sekolah adalah indikator untuk

mengukur kemampuan jumlah sekolah dalam menampung penduduk usia pendidikan. Rasio ini

bisa diartikan jumlah sekolah berdasarkan tingkat pendidikan per 10.000 jumlah penduduk usia

pendidikan.

Tahun 2014 rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang pendidikan SD/MI lebih kecil

dibandingkan untuk jenjang pendidikan lainnya. Perbandingan ketersediaan sekolah SD/MI di

kota Padangsidimpuan adalah 1:130,09. Angka ini menunjukkan bahwa 1 sekolah SD menampung

130 siswa. Hal yang menarik juga adalah bahwa perbandingan ketersediaan sekolah SMP/MTs

Page 40: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

4. Pendidikan

31

lebih besar daripada perbandingan ketersediaan SMA/MA/SMK. Hal ini bisa diartikan bahwa

jumlah sekolah SMA/MA/SMK lebih banyak tersedia di Padangsidimpuan dibandingkan dengan

jumlah sekolah SMP/MTs.

Tabel 4.2. Perbandingan Jumlah Sekolah Berdasarkan Penduduk Usia Sekolah Kota Padangsidimpuan, 2014

Tingkat Pendidikan SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK (1) (2) (3) (4)

1. Jumlah Sekolah 101 40 43

2. Jumlah Penduduk kelompok usia tertentu 13.139 6.814 7.078

3. Perbandingan Jumlah Sekolah dengan jumlah penduduk kelompok usia tertentu

1:130,09 1:170,35 1:164,60

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Padangsidimpuan, dan BPS Kota Padangsidimpuan

Catatan: kelompok usia SD/MI = 7-12 tahun kelompok usia SMP/MTs = 13-15 tahun kelompok usia SMA/MA/SMK = 16-18 tahun

4.2.2 Rasio Jumlah Guru Terhadap Jumlah Murid

Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru berdasarkan tingkat pendidikan per

10.000 jumlah murid berdasarkan tingkat pendidikan. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan

tenaga pengajar juga mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu

pengajaran.

Selama kurun waktu tahun 2011-2014 rasio ketersediaan guru di kota Padangsidimpuan

mengalami pasang surut. Namun jika dibandingkan antara tahun 2011 dan tahun 2014

disimpulkan bahwa perbandingan jumlah muru terhadap murid mengalami peningkatan untuk

semua jenjang pendidikan. Pada tahun 2014 perbandingan jumlah guru dan murid pada tingkat

sekolah dasar adalah sebesar 19, untuk jenjang SMP sederajat sebesar 12 dan SMA sederajat 13

seperti terlihat pada Tabel 4.2. Hal ini berarti bahwa 1 guru SD/MI mengajar 19 murid SD, 1 guru

SMP/MTs mengajar 12 murid SMP/MTs, dan 1 guru SMA/MA/SMK mengajar 13 murid

SMA/MA/SMK. Jika dibandingkan dengan kondisi ideal dimana perbandingan guru dan murid

yang ideal masing-masing untuk jenjang SD (25), jenjang SMP (15) dan SMA (13) maka dapat

dikatakan bahwa pada jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA rasio murid-guru di

Padangsidimpuan sudah ideal.

Page 41: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

4. Pendidikan

32

Tabel 4.3. Perbandingan Jumlah Guru dan Murid Berdasarkan Jenjang Pendidikan Kota Padangsidimpuan, 2014

Tingkat Pendidikan 2011 2012 2013 2014

-1 -2 -3 -4 -5

SD/MI

1. Jumlah Guru 2.055 1.493 1.630 1.501

2. Jumlah Murid 27.969 26.384 29.701 27.985

3. Perbandingan Jumlah Guru Terhadap Murid 13,61 17,67 18,22 18,64

SMP/MTs

1. Jumlah Guru 1.272 1.230 1.822 1.232

2. Jumlah Murid 14.383 14.382 18.235 14.229

3. Perbandingan Jumlah Guru Terhadap Murid 11,31 11,69 10,01 11,55

SMA/MA/SMK

1. Jumlah Guru 1.728 1.220 2.190 1.502

2. Jumlah Murid 18.254 17.712 27.163 19.270

3. Perbandingan Jumlah Guru Terhadap Murid 10,56 14,52 12,40 12,83

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Padangsidimpuan, dan BPS Kota Padangsidimpuan

4.2.3 Rasio Jumlah Guru/Murid per Kelas Rata-rata

Indikator selanjutnya adalah rasio guru-kelas dan murid-kelas yaitu perbandingan antara

jumlah guru/murid dengan daya tampung kelas di setiap jenjang pendidikan. Rasio guru-kelas

dan murid-kelas yang tinggi mencerminkan bahwa dalam suatu kelas makin tinggi jumlah

guru/siswa yang ada dalam kelas tersebut. Keadaan ini tentunya akan membuat suasan kelas

menjadi tidak nyaman. Informasi rasio guru/kelas dan murid/kelas menurut dapat dilihat pada

Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Perbandingan Jumlah Guru, Murid Tehadap Kelas Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Kota Padangsidimpuan, 2014

Tingkat Pendidikan 2011 2012 2013 2014

-1 -2 -3 -4 -5

SD/MI

1. Jumlah Guru 2.055 1.493 1.630 1.501

2. Jumlah Kelas 935 922 960 1.019

3. Rasio Guru/Kelas 2,20 1,62 1,70 1,47

4. Jumlah Murid 27.969 26.384 29.701 27.985

5. Rasio Jumlah Murid Terhadap Jumlah Kelas 29,91 28,62 30,94 27,46

6. Rasio Guru/Murid terhadap jumlah Kelas 1:2:29 1:2:29 1:2:31 1:1:28

Page 42: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

4. Pendidikan

33

Tingkat Pendidikan 2011 2012 2013 2014

-1 -2 -3 -4 -5

SMP/MTs

1. Jumlah Guru 1.272 1.230 1.822 1.232

2. Jumlah Kelas 402 476 513 512

3. Rasio Guru/Kelas 3,16 2,58 3,55 2,41

4. Jumlah Murid 14.383 14.382 18.235 14.229

5. Rasio Jumlah Murid Terhadap Jumlah Kelas 35,78 30,21 35,55 27,79

6. Rasio Guru/Murid terhadap jumlah Kelas 1:3:36 1:3:30 1:4:36 1:2:28

SMA/MA/SMK

1. Jumlah Guru 1.728 1.220 2.190 1.502

2. Jumlah Kelas 278 267 266 319

3. Rasio Guru/Kelas 6,22 4,57 8,23 4,71

4. Jumlah Murid 18.254 17.712 27.163 19.270

5. Rasio Jumlah Murid Terhadap Jumlah Kelas 65,66 66,34 102,12 60,41

6. Rasio Guru/Murid terhadap jumlah Kelas 1:6:66 1:5:66 1:8:102 1:5:60

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Padangsidimpuan, dan BPS Kota Padangsidimpuan

Page 43: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014
Page 44: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

5. Kesehatan

35

KESEHATAN

Masyarakat yang sehat akan menciptakan kehidupan yang berkualitas, karena kesehatan

merupakan modal berharga bagi seorang dalam melakukan akivitasnya. Oleh sebab itu kesehatan

menjadi salah satu aspek kesejahteraan dan menjadi fokus utama pembangunan manusia.

Selanjutnya pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif

secara sosial dan ekonomis. Setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan secara

mudah, murah dan merata. Melalui upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan

masyarakat yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 36 tahun

2009 tentang kesehatan. Salah satu hak dasar rakyat adalah mendapat pelayanan kesehatan.

Dengan adanya upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang baik.

Bangsa yang memiliki tingkat derajat kesehatan yang tinggi akan lebih berhasil dalam

melaksanakan pembangunan.

Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dikembangkan melalui Sistem kesehatan Nasional.

Pelaksanaannya diusahakan dengan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat yang diarahkan

terutama kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Selain itu upaya pencegahan

dan penyembuhan penyakit serta peningkatan pembangunan pusat-pusat kesehatan masyarakat

serta sarana penunjangnya terus dilakukan oleh Pemerintah, seperti Puskesmas, Posyandu, pos

obat desa, pondok bersalin desa serta penyediaan fasilitas air bersih. Oleh karena itu,

pembangunan yang sedang digiatkan pemerintah diharapkan dapat berakselerasi positif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat di antaranya adalah

kurangnya sarana pelayanan kesehatan, keadaan sanitasi dan lingkungan yang tidak memadai,

dan rendahnya konsumsi makanan bergizi. Tetapi faktor terpenting dalam upaya peningkatan

kesehatan ada pada manusianya sebagai subyek dan sekaligus obyek dari upaya tersebut.

Keberhasilan atas upaya-upaya yang telah dilakukan dalam bidnag kesehatan dapat diukur

dengan beberapa indikator kesehatan antara lain angka kesakitan, angka harapan hidup,

prevalensi balita kurang gizi dan indikator yang berkaitan dengan fasilitas kesehatan seperti

penolong kelahiran Kesehatan dan rasio tenaga kesehatan dengan penduduk.

5.1. Derajat dan Status Kesehatan Penduduk

5.1.1. Angka Kesakitan (Morbidity Rate)

Tingkat kesakitan/morbiditas didefinisikan sebagai persentase penduduk yang mempunyai

keluhan kesehatan dan mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-harinya dalam sebulan yang

lalu. Tingkat kesakitan ini selain secara umum, dapat juga keluhan menurut jenis penyakit.

Page 45: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

5. Kesehatan

36

Sejak tahun 2011, tingkat morbiditas di Padangsidimpuan menunjukkan pola yang menurun

yang berarti tingkat kesehatan penduduk Padangsidimpuan dapat dikatakan menaik. Pada tahun

2011 sebanyak 29,21 persen penduduk Padangsidimpuan mengalami keluhan kesehatan,

kemudian pada tahun 2010 dan 2011 turun menjadi 26,68 persen dan 25,44 persen dan

selanjutnya pada tahun 2013 menurun cukup jauh menjadi 21,14 persen, walaupun meningkat

sedikit dari tahun 2012 yang mencapai 20,55 persen. Jika dilihat menurut jenis kelamin, umumnya

perempuan lebih banyak menderita keluhan kesehatan.

Selanjutnya Grafik 5.2 menunjukkan persentase penduduk yang mengalami keluhan

kesehatan dan mengobati sendiri selama sebulan yang lalu. Berdasarkan data Susenas 2013

penduduk Padangsidimpuan yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat sendiri, mayoritas

mengkonsumsi obat modern yaitu sebanyak 91,38 persen, kemudian yang mengkonsumsi obat

tradisional sebanyak 22,16 persen, dan menggunakan cara lainnya sebanyak 3,58 persen.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

2011 2012 2013 2014

%Grafik 5.1. Perkembangan Tingkat Morbiditas Penduduk

Padangsidimpuan, 2011-2013

Laki-Laki Perempuan Laki+ Perempuan

15,64

94,15

2,21

34,04

94,51

3,36

40,14

97,49

1,26

23,22

92,24

0,390

20

40

60

80

100

Obat Tradisional Obat Modern Lainnya

%Grafik 5.2 Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri dengan Cara

Pengobatannya Kota Padangsidimpuan, 2014

2011

2012

2013

2014

Page 46: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

5. Kesehatan

37

5.1.2. Angka Harapan Hidup

Secara umum, tingkat kesehatan penduduk suatu wilayah juga dapat dinilai dengan melihat

Angka Harapan Hidup (AHH) penduduknya. Angka ini sekaligus memperlihatkan keadaan dan

sistem pelayanan kesehatan yang ada dalam suatu masyarakat, karena dapat dipandang sebagai

suatu bentuk akhir dari hasil upaya peningkatan taraf kesehatan secara keseluruhan. kebijakan

peningkatan kesehatan antara lain bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam

membiasakan diri untuk hidup sehat, sehingga sangat membantu memperpanjang angka harapan

hidup penduduk. Di samping itu, adanya peningkatan taraf sosial ekonomi masyarakat

memungkinkan penduduk untuk memperoleh perawatan kesehatan yang lebih baik sehingga

dapat memperpanjang usia.

Kecenderungan meningkatnya angka harapan hidup seperti yang tergambar dalam Grafik

5.3 disebabkan membaiknya pelayanan kesehatan dan peningkatan kondisi sosial ekonomi,

sehingga memungkinkan terjadinya perbaikan gizi serta kesehatan dan lingkungan hidup yang

pada akhirnya berdampak pada peningkatan angka harapan hidup. Perkembangan angka harapan

hidup di Padangsidimpuan menurut kabupaten/kota terdapat pada Tabel 15 lampiran. Angka

harapan hidup tertinggi terdapat di Kota Pematangsiantar yaitu 72,54 tahun dan sebaliknya

Kabupaten Padang Lawas Utara yaitu 66,76 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa secara makro

tingkat kesehatan masyarakat di Pematangsiantar adalah yang paling tinggi dan sebaliknya

Kabupaten Padang Lawas Utara memiliki tingkat kesehatan yang paling rendah di

Padangsidimpuan.

5.1.3. Tingkat Imunitas Balita

Ibu yang sedang mengandung harus mulai memerhatikan asupan yang dimakannya dan

juga harus melakukan imunisasi, karena hal tersebut merupakan gizi dan imunisasi awal bagi

68,08

68,13

68,18

68,22

68,27

67,95

68

68,05

68,1

68,15

68,2

68,25

68,3

2010 2011 2012 2013 2014

Grafik 5.3. Perkembangan AHH Padangsidimpuan, 2010-2013

Page 47: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

5. Kesehatan

38

seorang anak. Setelah sang anak lahir hal yang perlu dilakukan adalah memberikan Air Susu Ibu

(ASI), karena ASI merupakan makanan pertama bayi yang berperan penting dalam proses

tumbuh kembang anak. ASI memiliki manfaat sangat besar untuk jangka panjang bagi bayi

karena memiliki kandungan nutrisi terbaik dan terlengkap dan mengandung protein dan zat-zat

gizi berkualitas tinggi. Selain itu ASI juga mengandung zat antibodi yang berguna untuk

pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi, dan mampu melindungi bayi dan alergi dan

diare serta penyakit infeksi lainnya. Melihat pentingnya ASI tersebut, Kementrian Kesehatan

mengeluarkan keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang

pemberian ASI secara ekslusif bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir sampai dengan bayi

berumur 6 (enam) bulan dan dianjurkan sampai anak berusia 2 (dua) tahun dengan pemberian

makana tambahan yang sesuai.

Berdasarkan hasil Susenas seperti yang disajikan pada Tabel 5.1. diketahui bahwa pada

tahun 2014 di Padangsidimpuan rata-rata pemberian ASI pada balita adalah selama 16 bulan

dan meningkat dibanding tahun 2013 yang tercatat selama 14 bulan. Selanjutnya dilihat dari

pemberian ASI eksklusif, rata-rata di Padangsidimpuan seorang balita diberikan ASI eksklusif

selama 4 bulan, masih cukup jauh dari anjuran pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan akan

tetapi sudah meningkat dibandingkan tahun 2013 yang tercatat selama 3,95 bulan. Informasi

terkait rata-rata lama pemberian ASI menurut kabupaten/kota di Padangsidimpuan terdapat

pada Tabel 16 lampiran.

Tabel 5.1. Rata-rata Lama Pemberian ASI bagi Balita di Padangsidimpuan, 2012-2013

Lamanya disusui

Rata-rata Lama Pemberian ASI (Bulan)

2011 2012 2013 2014 (1) (2) (3) (4) (5)

0 bulan 0,36 1,63 0 0

1-5 bulan 8,94 6,55 15,46 9,42

6-11 bulan 21,26 20,30 14,53 14,98

12-17 bulan 31,20 32,41 26,48 29,17

18-23 bulan 15,48 21,26 27,00 20,013

24+ bulan 22,76 17,86 16,53 26,39

Rata-rata Pemberian Asi (bulan) 15,53 14,97 14,96 16,72

Rata-rata Pemberian Asi Ekslusif (bulan)

4,53 3,90 3,95 4,53

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2011-2014

Selain pemberian ASI hal penting lainnya terkait imunitas bayi adalah pemberian

imunisasi. Pemerintah telah memprogramkan lima imunisasi dasar lengkap yang diberikan

Page 48: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

5. Kesehatan

39

sebelum anak berusia 1 tahun, yaitu Hepatitis B sebanyak 4 kali, BCG sebanyak 1 kali, Polio

sebanyak 4 kali, DPT sebanyak 3 kali, dan campak sebanyak 1 kali.

Dalam kurun waktu 4 tahun berdasarkan Susenas 2011 - 2014, terjadi penurunan balita

yang diimunisasi wajib, namun persentasenya masih di atas 70 persen. Hal ini perlu menjadi

perhatian penting pemerintah karena pemberian imunisasi merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan kesehatan balita.

Tabel 5.2. Persentase Balita yang Pernah Dimunisasi menurut Jenis Imunisasi di Padangsidimpuan, 2011-2014

Jenis Imunisasi

2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

BCG 75,02 73,05 76,40 69,17

DPT 72,25 ,74,26 72,25 69,33

POLIO 76,04 76,14 67,58 4870,

CAMPAK 62,41 61,46 56,23 5557,

HEPATITIS B 67,57 69,63 64,63 6477,

Balita Yang Pernah Imunisasi (%)

80,59 78,27 77,41 71,52

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2012-2013

5.1.4. Status Gizi Balita

Selain pemenuhan gizi dan imusasi balita, program kecukupan gizi juga sangat penting,

karena kekurangan gizi pada balita akan mempengaruhi kecerdasan dan pertumbuhan anak.

Kasus gizi buruk yang ditemukan pada umumnya terjadi pada balita yang berasal dari keluarga

kurang mampu. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Padangsidimpuan,

ditemukan balita dengan status gizi buruk pada tahun 2011-2014 masing masing 9 anak, 10, anak,

11 anak, dan 10 anak. Walaupun persentase balita dengan status gizi buruk terhadap jumlah

Page 49: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

5. Kesehatan

40

balita masin cenderung kecil (0,06-0,07%) akan tetapi kondisi ini tentunya harus menjadi

perhatian sangat serius bagi pihak terkait, jangan sampai hal ini terus memburuk.

5.2. Pelayanan Kesehatan

5.2.1. Penolong Kelahiran

Data komposisi penolong kelahiran bayi dapat dijadikan salah satu indikator kesehatan

terutama dalam hubungannya dengan tingkat kesehatan ibu dan anak serta pelayanan kesehatan

secara umum. Dilihat dari kesehatan ibu dan anak, persalinan yang ditolong oleh tenaga medis

seperti dokter dan bidan dapat dianggap lebih baik dan aman jika dibanding ditolong oleh bukan

tenaga media seperti dukun, famili atau lainnya. Penanganan kelahiran bayi yang kurang baik

dapat membahayakan kondisi ibu dan bayi yang dilahirkan seperti pendarahan, kejang-kejang

atau situasi yang lebih berbahaya dapat mengakibatkan kematian pada bayi atau si ibu. Oleh

sebab itu, pemerintah selalu berupaya untuk memperluas akses, sarana pelayanan serta tenaga

kesehatan dengan cara meningkatkan jumlah dan kualitasnya. Salah satu upayanya adalah dengan

meningkatkan pelayanan kebidanan melalui penempatan bidan di desa-desa, seperti yang

tercantum dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014 telah ditetapkan dalam Perpres No.

5 tahun 2010 yaitu meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM keesehatan yang

merata dan bermutu.

0

2

4

6

8

10

12

2011 2012 2013 2014

910

1110

Grafik 5.4. Jumlah Balita Dengan Status Gizi Buruk di Padangsidimpuan2011-2014

Gizi Buruk

Page 50: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

5. Kesehatan

41

Pada periode 2011-2014 penolong kelahiran balita di Padangsidimpuan pada umumnya

adalah bidan, yaitu sekitar 80 persen ke atas. Tingginya persentase kelahiran yang ditolong oleh

bidan, sangat mungkin disebabkan ketersediaan dan tingkat kepercayaan terhadap bidan relatif

tinggi. Tenaga penolong kelahiran lainnya yang cukup tinggi adalah dokter, yang berarti

masyarakat mulai sedikit demi sedikit mengurangi peranan dukun. Dalam kurun waktu 2011-2014

terjadi peningkatan peran dokter dalam penolong kelahiran sehingga persentase penolong

kelahiran oleh dukun/lainnya semakin rendah. Pada tahun 2014 sebanyak 81,61 persen proses

kelahiran ditolong oleh bidan, kemudian 16,44 persen oleh dokter dan sisanya 1,95 persen

kelahiran masih ditolong dukun/lainnya.

Masih cukup besarnya peran dukun dalam membantu kelahiran balita perlu terus

mendapat perhatian. Usaha yang mungkin dapat dilakukan adalah menambah kekurangan tenaga

medis secara merata di daerah-daerah tertentu di Padangsidimpuan serta meningkatkan

kemampuan dan keterampilan dukun bayi melalui pelatihan, agar mengerti tata cara menolong

kelahiran yang aman dan sehat. Karena tidak tertutup kemungkinan bahwa di daerah tertentu

masyarakat dengan alasan ekonomi dan pendidikan masih cenderung percaya kepada dukun

dibandingkan dengan tenaga medis.

Tenaga penolong kelahiran oleh dokter mulai mempunyai peran yang meningkat, dan

biasanya di daerah perkotaan atau hanya pada kasus tertentu saja proses kelahiran ditolong oleh

dokter yaitu jika bidan sudah merasa tidak mampu lagi karena terjadi masalah. Namun data

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kelahiran yang ditolong oleh dokter yaitu dari 12,45

persen pada tahun 2011 meningkat menjadi 16,44 persen pada tahun 2014.

84,44

83,26

80,57

81,61

3,11

4,45

0,80

1,95

12,45

12,29

18,63

16,44

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2011

2012

2013

2014

%

Grafik 5.5. Pesentase Balita menurut Penolong Kelahiran di Padangsidimpuan,

2011-2014

Bidan/Tenaga Medis Dukun/Lainnya Dokter

Page 51: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

5. Kesehatan

42

5.2.2. Tenaga dan Sarana Kesehatan

Ketersediaan tenaga dan sarana kesehatan yang memadai menjadi syarat penting

dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Salah satu indikator yang dapat

digunakan untuk melihat kecukupan tenaga kesehatan adalah rasio tenaga kesehatan terhadap

jumlah penduduk.

Berdasarkan data pada Tabel 5.3, tenaga kesehatan di Padangsidimpuan pada tahun

2014 berjumlah 424 orang atau setiap seratus ribu penduduk dilayani oleh 205 orang tenaga

kesehatan. Dirinci menurut jenis tenaga kesehatan tampak bahwa pada tahun 2014 setiap

100.000 penduduk Padangsidimpuan hanya dilayani oleh 15 dokter umum dan 5 dokter gigi

serta 4 dokter spesialis. Untuk tenaga bidan dan perawat, setiap 100.000 penduduk di

Padangsidimpuan dilayani masing-masing 74 dan 107 orang bidan dan perawat.

Berdasarkan target Indonesia Sehat yang dicanangkan tahun 2010 sebagai standar ideal

rasio tenaga kesehatan, terlihat bahwa keseluruhan target untuk masing-masing kategori

tenaga kesehatan masih berada dibawah target tersebut. Hal ini perlu menjadi perhatian

penting Pemerintah Kota Padangsidimpuan dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan

masyarakat.

Tabel 5.3. Jumlah Tenaga Kesehatan dan Rasio Tenaga Kesehatan di Padangsidimpuan, 2011-2014

Tenaga Kesehatan

Jumlah Jumlah

per 100.000 Penduduk

Target Indonesia

Sehat 2010 per 100.000 penduduk

2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Dokter Umum 35 30 22 31 18 15 11 15 40

Dokter Gigi 14 13 8 11 7 7 4 5 11

Dokter Spesialis 9 9 11 8 5 5 5 4 6

Bidan 171 169 237 153 87 85 117 74 100

Perawat 293 154 275 221 149 77 135 107 118

Sumber: Padangsidimpuan Dalam Angka 2014

Keberadaan sarana kesehatan yang ada Padangsidimpuan selama 4 tahun terakhir

relatif tidak menunjukkan perubahan kecuali pada jenis sarana kesehatan Apotek dan Toko

Obat. Pada tahun 2014 jumlah sarana kesehatan setiap 100.000 penduduk Padangsidimpuan

adalah 1 rumah sakit, 4 Puskesmas, 14 Puskesmas pembantu, 6 BPU, 11 pos kesehatan desa, 66

Posyandu, 14 Apotek dan 15 Toko Obat (Tabel 5.4).

Page 52: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

5. Kesehatan

43

Tabel 5.4. Jumlah Sarana Kesehatan dan Rasio Sarana Kesehatan di Padangsidimpuan, 2011-2014

Sarana Kesehatan Jumlah

Jumlah

per 100.000 Penduduk

2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Rumah Sakit 3 3 3 3 2 2 1 1

Puskesmas 9 9 9 9 5 5 4 4

Puskesmas Pembantu 28 28 28 28 14 14 14 14

BPU 14 14 14 14 7 7 6 6

Pos Kesehatan Desa 21 22 22 22 11 11 11 11

Pos Pelayanan Terpadu 137 137 137 137 70 64 67 66

Apotek 19 20 20 28 10 10 10 14

Toko Obat 28 28 31 31 14 14 15 15

Sumber: Padangsidimpuan Dalam Angka 2014

Perkembangan sarana kesehatan seharusnya sejalan dengan perkembangan jumlah

penduduk sehingga rasio keberadaan sarana kesehatan tidak menurun. Seperti yang terlihat

pada tabel 5.4 rasio sarana kesehatan rumah sakit, puskesmas, BPU, dan posyandu mengalami

penurunan karena penduduk terus bertambah sedangkan jumlah sarana kesehatan jumlahnya

tetap.

Page 53: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014
Page 54: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

6. Fertilitas dan Keluarga Berencana

45

FERTILITAS DAN KELUARGA BERENCANA

Fertilitas merupakan salah satu komponen utama kependudukan yang menyebabkan

terjadinya perubahan penduduk selain kematian dan migrasi. Fertilitas menyangkut banyaknya

anak lahir hidup yang dilahirkan oleh wanita. Banyaknya anak yang dilahirkan sangat erat

kaitannya terhadap beban rumah tangga. Bagi rumah tangga dengan kondisi ekonomi yang

lemah, maka pembatasan jumlah anak merupakan salah satu cara untuk mencapai keluarga

sejahtera. Semakin banyak jumlah anak, berarti semakin besar tanggungan kepala rumah tanga

dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual anggota rumah tangganya. Bagi rumah tangga

terutama mereka dengan kondisi ekonomi yang lemah, maka pengaturan jarak kelahiran anak

sesudah yang dilahirkan dan kehamilan yang berikutnya merupakan salah satu cara bagi

tercapainya keluarga sejahtera.

Dalam upaya melakukan pembatasan jumlah anak yang akan dilahirkan yang menjadi

sasaran adalah usia antara 15-49 tahun. Hal ini disebabkan kemungkinan wanita melahirkan pada

usia tersebut cukup besar. Wanita yang berada pada usia tersebut disebut wanita usia subur

(WUS) dan pasangan usia subur (PUS) bagi yang berstatus kawin.

Hal lain yang cukup penting diperhatikan dalam melihat tingkat kelahiran ini adalah usia

wanita saat perkawinan pertama. Semakin muda usia saat perkawinan pertamanya, semakin

besar risiko yang dihadapi bagi keselamatan ibu maupun anak karena belum matangnya rahim

wanita muda untuk memproduksi anak, atau karena belum siapnya mental menghadapi masa

kehamilan/kelahiran. Demikian pula sebaliknya, semakin tua usia saat perkawinan pertama,

semakin tinggi risiko yang dihadapi dalam masa kehamilan/melahirkan.

6.1. Usia Perkawinan Pertama

Usia perkawinan pertama mempunyai pengaruh cukup besar terhadap fertilitas yang

merupakan salah satu komponen pertumbuhan penduduk. Pada dasarnya ada dua macam

bentuk perkawinan. Pertama, menunjukkan perubahan status dari belum kawin menjadi

berstatus kawin. kedua, perubahan dari status cerai menjadi status kawin. Dalam kaitan dengan

sub bagian ini, defenisi yang digunakan adalah yang pertama, yaitu perubahan dari status belum

kawin menjadi kawin.

Wanita berumur 10 tahun ke atas yang melangsungkan perkawinan, akan melalui suatu

proses biologis, yaitu melahirkan sampai dengan masa menopause. Oleh karena itu, umur

perkawinan pertama dianggap mempengaruhi panjangnya masa reproduksi. Semakin muda

Page 55: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

6. Fertilitas dan Keluarga Berencana

46

seorang wanita menikah, maka semakin panjang usia reproduksinya dan semakin besar pula

kemungkinannya melahirkan anak.

Berdasarkan Tabel 6.1 sebagian besar usia saat perkawinan pertama pada tahun 2014

adalah 19-24 tahun (55,51 persen) kemudian diikuti usia 25-34 tahun (19,26 persen) dan usia 17-

18 tahun (17,67 persen). Hal yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa masih ada sebanyak

6,16 persen wanita berumur 10 tahun ke Atas yang usia pada perkawinan pertamanya di bawah

17 tahun dan dinilai masih terlalu muda.

Tabel 6.1. Persentase Wanita Berusia 10 tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Umur Perkawinan Pertama Kota Padangsidimpuan, 2011-2014

Usia Perkawinan Pertama

2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (3) (4)

10 – 16 8,34 7,89 4,81 6,16

17 – 18 17,80 19,73 16,68 17,67

19 – 24 53,64 48,21 56,84 55,51

25 – 34 18,61 23,46 21,13 19,26

35 + 1,60 0,71 0,53 1,39

Rata-rata 21,33 21,40 21,66 21,29

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional,2011-2014

6.2. Jumlah Anak Masih Hidup

Jumlah anak yang ideal untuk program keluarga berencana (KB) tidak lagi ditargetkan

cukup 2 anak saja. Namun yang menjadi prioritas sekarang adalah penjarangan jarak kelahiran.

Tabel 6.2. menunjukkan bahwa pada tahun 2014 di Kota Padangsidimpuan, sekitar 21,82 persen

wanita berumur 10 tahun keatas yang pernah kawin mempunyai 2 orang anak yang masih hidup,

sekitar 18,78 persen yang mempunyai 4 orang anak, dan 17,01 persen dengan 3 orang anak.

Sedangkan persentase wanita berumur 10 tahun keatas yang pernah kawin mempunyai

maksimum 2 orang anak masih hidup hanya sebesar 35,35 persen. Sementara itu sekitar 4,16

persen wanita berumur 10 tahun keatas yang pernah kawin belum pernah melahirkan anak

hidup.

Berdasarkan hasil Susenas 2014, wanita berumur 10 tahun keatas dan berstatus pernah

kawin di Kota Padangsidimpuan rata-rata jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup dan masih

hidup adalah 3 sampai 4 orang anak.

Page 56: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

6. Fertilitas dan Keluarga Berencana

47

Tabel 6.2. Persentase Wanita Berusia 10 tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Jumlah Anak di Kota Padangsidimpuan, 2011-2014

Usia Perkawinan Pertama

2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (3) (4)

0 5,64 6,99 6,26 4,16

1 13,01 12,28 11,31 9,37

2 18,97 16,04 24,47 21,82

3 15,45 21,01 20,02 17,01

4 17,44 17,66 13,39 18,78

5 10,96 12,85 9,61 10,83

6 6,45 6,53 8,96 8,28

7 6,35 3,08 3,45 3,85

8 3,29 1,97 1,36 3,15

9 1,73 0,46 0,95 1,70

10 0,71 1,13 0,22 1,04

Rata-rata 3,55 3,34 3,22 3,61

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional,2011-2014

6.3 Partisipasi Keluarga Berencana

Upaya penurunan tingkat fertilitas di Kota Padangsidimpuan telah dilakukan cukup lama.

Penurunan tersebut masih akan terus berlangsung tetapi dengan percepatan yang semakin

melambat. Pengalaman menunjukkan bahwa penurunan tingkat fertilitas dipengaruhi oleh

perubahan faktor sosial ekonomi masyarakat. Oleh karenanya, selain dikarenakan program KB,

penurunan fertilitas juga disebabkan oleh semakin tingginya tingkat pendidikan yang dicapai yang

nantinya akan mempengaruhi umur pada saat perkawinan pertama.

Pasangan suami dan isteri, dengan usia istri antara 15-49 tahun merupakan sasaran dari

program KB. Hal ini disebabkan pada usia tersebut seorang wanita sedang berada pada

kemungkinan terbesar untuk melahirkan, sehingga untuk mencapai sasaran atau tujuan yang

telah ditargetkan, perlu dilihat tentang alat/cara kontrasepsi yang digunakan para akseptor.

Berdasarkan hasil Susenas 2014 di kota Padangsidimpuan, ada 48,15 persen wanita

berumur 15-49 tahun dan berstatus kawin yang masih menggunakan/memakai alat/cara KB;

23,78 persen yang tidak menggunakan lagi dan 28,06 persen yang tidak pernah menggunakan.

Page 57: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

6. Fertilitas dan Keluarga Berencana

48

Tabel 6.3. Persentase Wanita Berusia 15-49 tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Partisipasi KB Kota Padangsidimpuan, 2011-2014

Usia Perkawinan Pertama

2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (3) (4)

Masih ber-KB 40,75 38,60 50,48 48,15

Tidak Menggunakan Lagi 23,76 32,05 21,48 23,78

Tidak Pernah Menggunakan 35,49 29,35 28,04 28,06

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional,2011-2014

Dari persentase wanita usia 15-49 tahun yang sedang menggunakan/memakai alat/cara

KB tersebut di tahun 2014 jika dirinci menurut alat/cara yang digunakan masing-masing adalah

suntik (54,57 persen), pil KB (14,42 persen) tradisional 14,36 persen, IUD/AKDR/Spiral (8,71

persen), dan susuk KB (5,15 persen). Tingginya persentase pemakaian alat/cara suntik secara

keseluruhan, disebabkan karena alat/cara tersebut sangat disukai dan mudah pemakaiannya.

Tabel 6.4. Persentase Wanita Berusia 15-49 tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Alat/Cara KB Yang Digunakan di Kota Padangsidimpuan, 2011-2014

Usia Perkawinan Pertama

2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (3) (4)

MOW/Tubektomi 1,88 5,56 0,74 2,51

MOP/Vasektomi 0,23 0,00 0,00 0,00

IUD/AKDR/Spiral 8,57 6,36 8,61 8,71

Suntik 52,02 54,11 62,35 54,57

Susuk/Norplan Implan 14,46 7,67 10,62 5,15

Pil KB 17,51 21,50 9,41 14,42

Kondom 4,26 2,24 0,49 0,00

Intravag 0,00 0,00 0,00 0,00

Alat Modern Lainnya 0,79 0,00 0,63 0,28

Tradisional 0,28 2,57 7,16 14,36

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional,2011-2014

Page 58: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014
Page 59: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

7. Kemiskinan dan IPM

50

KEMISKINAN DAN IPM 7.1. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah yang terjadi pada seluruh negara yang tidak pernah dapat

diselesaikan secara tuntas, khususnya pada negara-negara berkembang. Indonesia sebagai salah

satu negara berkembang senantiasa dihadapkan dengan peliknya kemiskinan ini. Secara

ekonomi, kemiskinan merupakan suatu kondisi kehidupan serba kekurangan yang dialami

seseorang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal hidupnya. Terjadinya

kemiskinan ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan satu sama lain yaitu:

tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, kondisi geografis

dan lainnya. Selanjutnya standar kehidupan atau kebutuhan minimal itu juga berbeda antara satu

daerah dengan daerah lainnya, tergantung kebiasaan/adat, fasilitas transportasi dan distribusi

serta letak geografisnya.

Kebutuhan minimal tersebut meliputi kebutuhan untuk makanan terutama energi kalori

sehingga memungkinkan seseorang bisa bekerja untuk memperoleh pendapatan serta kebutuhan

minimal non-makanan yang harus dipenuhi. Penentuan batas garis kemiskinan yang dilakukan

oleh BPS mengacu pada kebutuhan minimal yang setara dengan kebutuhan energi sebesar 2.100

kilo kalori (kkal) per kapita per hari, ditambah dengan kebutuhan minimun non makanan. Patokan

2.100 kilo kalori ditentukan berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi yang

menyatakan hidup sehat rata-rata setiap orang harus mengkonsumsi makanan minimal setara

2.100 kilo kalori per kapita per hari.

Tabel 7.1.Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin, dan Garis Kemiskinan di Padangsidimpuan, 2011-2013

Uraian 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

Jumlah penduduk Miskin (000Rp) 19,52 19,2 18,4 17,65

Persentase Penduduk Miskin 10,08 9,6 9,04 8,52

Garis kemiskinan 282.565 292.197 300,280 304.508

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional September, 2011-2014

Berdasarkan hasil Susenas, jumlah dan persentase penduduk miskin di Padangsidimpuan

menunjukkan kecenderungan penurunan. Pada tahun 2010 persentase penduduk miskin di

Padangsidimpuan sebesar 10,53 persen kemudian turun menjadi 10,08 persen pada tahun 2011.

Angka ini kembali turun masing-masing menjadi 9,6 % ; 9,04 % ; 8,52 % pada tahun 2012-2014.

Page 60: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

7. Kemiskinan dan IPM

51

Selain jumlah dan persentase penduduk miskin, indikator lainnya yang juga sangat

penting untuk melihat kemiskinan di suatu daerah adalah kedalaman dan keparahan

kemiskinannya. kedalaman kemiskinan menggambarkan gap atau rata-rata selisih pengeluaran

penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, sedangkan keparahan kemiskinan menunjukkan

variasi selisih pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Berdasarkan data pada

Tabel 7.1. pada tahun 2014, indeks kedalaman kemiskinan di Padangsidimpuan terus

menunjukkan penurunan.

Tabel 7.2. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Padangsidimpuan, 2011-2013

Indeks 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

Indeks kedalaman kemiskinan (P1) 1,44 1,03 0,90 0,90

Indeks keparahan kemiskinan (P2) 0,38 0,24 0,14 0,14

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional September, 2011-2014

7.2. Pembangunan Manusia

IPM merupakan indikator komposit tunggal yang mengukur tiga dimensi pokok

pembangunan manusia. Indeks ini dinilai mampu mencerminkan status kemampuan dasar (basic

capabilities) penduduk. ketiga kemampuan dasar itu adalah umur panjang dan sehat,

9,77

10,5310,08

9,69,04

8,52

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Grafik 7.1. Trend Persentase Penduduk MiskinPadangsidimpuan, 2009-2013

Page 61: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

7. Kemiskinan dan IPM

52

berpengetahuan dan berketerampilan, serta akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk

mencapai standar hidup layak.

Konsep pembangunan manusia berbeda dengan pembangunan yang memberikan

perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi, dengan diasumsikan bahwa pertumbuhan

ekonomi pada akhirnya akan menguntungkan manusia. Fakta menunjukkan bahwa banyak daerah

yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi cukup baik namun memiliki kualitas pembangunan

manusia yang rendah. Hal ini mungkin terjadi karena tingkat pertumbuhan PDRB yang tinggi di

suatu daerah tersebut belum tentu dinikmati langsung oleh masyarakatnya.

Untuk melihat perkembangan IPM di kabupaten/kota, maka tingkatan status pembangunan

manusia dibedakan 4 kriteria yaitu tinggi, menengah atas, menengah bawah dan rendah. Jika

status pembangunan manusia masih berada pada kriteria rendah, hal ini mengindiaksikan kinerja

pembangunan manusia daerah tersebut masih memerlukan perhatian khusus untuk mengejar

ketinggalannya. Begitu juga jika status pembangunan manusia masih berada pada kriteria

menengah, berarti pembangunan manusia masih perlu ditingkatkan.

Tabel 7.3. Tingkatan Status dan Kriteria Pembangunan Manusia

Tingkatan Status Kriteria

(1) (2)

Rendah IPM < 50

Menengah bawah 50 ≤ IPM < 66

Menengah atas 66 ≤ IPM < 80

Tinggi IPM ≥ 80

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia

Selama periode 1990-1996 kualitas pembangunan manusia di Padangsidimpuan terus

meningkat dan berada pada status menengah atas. Kondisi sebaliknya terjadi pada tahun 1999,

pengaruh krisis di segala sektor kehidupan telah mengakibatkan menurunnya kualitas manusia

secara nasional dan termasuk Padangsidimpuan. Pada tahun 1999 kualitas pembangunan

manusia Kota Padangsidimpuan mengalami kemunduran bahkan keterpurukan sehingga lebih

buruk dibanding tahun 1996. Hal ini dapat terlihat dari nilai IPM Kota Padangsidimpuan pada

tahun 1999 hanya 66,6. Kondisi tersebut disebabkan daya beli masyarakat Padangsidimpuan

sebagai salah satu komponen IPM jatuh terpuruk.

Kualitas pembangunan manusia di Padangsidimpuan menunjukkan peningkatan sejak

tahun 2010. Pada tahun 2010, IPM Padangsidimpuan mencapai 70,23 dan pada tahun 2014

menjadi 71,88.

Page 62: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

7. Kemiskinan dan IPM

53

Sejak tahun 1990 seluruh kabupaten/kota di Sumatera Utara, status pembangunan

manusianya telah berada pada kualitas menengah. Peningkatan IPM terus terjadi sejak tahun

2004, namun hingga tahun 2014, IPM Padangsidimpuan belum mencapai tingkat status tinggi,

IPM Padangsidimpuan masih berada dibawah 80.

70,2

71,171,4 71,7

71,9

64

66

68

70

72

74

2010 2011 2012 2013 2014

Grafik 7.2. Perbandingan IPM Padangsidimpuan, 2010-2014

Page 63: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014
Page 64: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

8. Pola dan Taraf Konsumsi

55

POLA DAN TARAF KONSUMSI

8.1. Pola Konsumsi

Pola konsumsi penduduk merupakan salah satu indikator sosial ekonomi masyarakat yang

sangat dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan setempat. Budaya setempat dan perilaku

lingkungan akan membentuk pola kebiasaan tertentu pada sekelompok masyarakat di mana

mereka berada. Dengan menggunakan data pengeluaran dapat diungkapkan tentang pola

konsumsi rumah tangga secara umum menggunakan indikator proporsi pengeluaran untuk

makanan dan non makanan. Komposisi pengeluaran rumah tangga dapat dijadikan ukuran guna

menilai tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk, makin rendah persentase pengeluaran untuk

makanan terhadap total pengeluaran makin membaik tingkat kesejahteraan penduduk.

Pola pengeluaran rumah tangga sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan. Semakin

tinggi tingkat pendapatan, semakin tinggi pengeluaran bukan makanan. Pergeseran pola

pengeluaran terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan umumnya rendah,

sebaliknya untuk bukan makanan pada umumnya tinggi. Keadaan ini jelas terlihat pada kelompok

penduduk yang tingkat konsumsi makanannya sudah mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan

pendapatan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang bukan makanan atau

menabung. Dengan demikian, pola pengeluaran dapat dipakai sebagai salah satu alat untuk

mengukur tingkat kesejahteraan penduduk, dan perubahan komposisinya digunakan sebagai

petunjuk perubahan tingkat kesejahteraan.

Berikut merupakan tabel persentase penduduk dengan golongan pengeluaran perkapita

sebulan kota Padangsidimpuan 2011-2014.

Tabel 8.1. Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Perkapita Sebulan Kota Padangsidimpuan, 2011-2014

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2011-2014

Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan

2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

<200.000 1,82 0,32 0,07 1,12

200.000-299.999 13,94 9,54 2,10 3,93

300.000-399.999 15,85 16,54 15,53 11,65

400.000-499.999 14,07 15,69 21,62 14,58

>500.000 54,32 57,90 60,68 68,72

Page 65: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

8. Pola dan Taraf Konsumsi

56

Pada tabel 8.1 terlihat bahwa persentase penduduk dengan golongan pengeluaran per

kapita sebulan paling tinggi (>500.000 rupiah) terus meningkat dari tahun 2011-2014. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tingginya tingkat kebutuhan konsumsi masyarakat yang antara lain

disebabkan oleh kenaikan harga komoditas yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Pada Tabel 8.2. disajikan data pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk makanan dan

bukan makanan tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Dari tabel tersebut terlihat bahwa rata-

rata pengeluaran per kapita penduduk Padangsidimpuan setiap tahunnya menunjukkan

peningkatan, yaitu dari 127.339 rupiah pada tahun 2000 meningkat menjadi 671.551 rupiah pada

tahun 2013. Jika dilihat persentase pengeluaran bukan makanan menunjukkan kecenderungan

meningkat yang berarti bahwa seiring peningkatan pendapatan masyarakat berimbas pada

perubahan pola konsumsinya.

Tabel 8.2. Rata-rata Pengeluaran Perkapita Sebulan untuk Makanan dan Bukan Makanan

Kota Padangsidimpuan, 2011-2014

Tahun Makanan Bukan Makanan Jumlah

Rupiah % Rupiah % Rupiah %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2011 383.572 53,45 334.022 46,55 717.595 100,00

2012 385.963 54,27 325.282 45,73 711.245 100,00

2013 414.301 56,65 316.996 43,35 731.297 100,00

2014 425.791 54,70 352.572 45,30 778.363 100,00

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2011-2014

Persentase pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran rumah tangga di

daerah perdesaan seharusnya lebih besar dibandingkan dengan daerah perkotaan. Keadaan ini

menunjukkan bahwa penduduk di daerah perdesaan masih cenderung menggunakan

pendapatan rumah tangganya untuk keperluan konsumsi makanan. Sedangkan di daerah

perkotaan, porsi untuk konsumsi makanan sudah mulai dialihkan kepada keperluan lain di luar

konsumsi makanan. Ini merupakan salah satu indikator bahwa kesejahteraan masyarakat di

daerah perkotaan relatif lebih baik dibanding di perdesaan.

Persentase pengeluaran untuk makanan di Padangsidimpuan relatif lebih tinggi

dibandingkan pengeluaran untuk bukan makanan. Tahun 2014 persentase pengeluaran perkapita

untuk non makanan penduduk Padangsidimpuan adalah 45,30 % dari total pengeluaran

perkapita. Hal ini menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 46,55 % dari

total pengeluaran perkapita.

Page 66: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014
Page 67: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

9. Ketenagakerjaan

58

KETENAGAKERJAAN

Ketenagakerjaan merupakan permasalahan dan isu yang kompleks serta terus berkembang

yang tidak hanya menjadi masalah daerah namun telah menjadi masalah nasional bahkan

internasional. Permasalahan ketenagakerjaan yang terus menjadi perhatian di antaranya adalah

tingginya tingkat pengangguran, rendahnya perluasan kesempatan kerja yang terbuka serta

rendahnya kompetensi dan produktivitas tenaga kerja. Oleh sebab itu pembangunan

ketenagakerjaan dititikberatkan pada tiga masalah pokok, yakni perluasan dan pengembangan

lapangan kerja, peningkatan kualitas dan kemampuan tenaga kerja serta perlindungan tenaga

kerja.

Secara teori, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk yang mampu bekerja

memproduksi barang dan jasa. Pada analisis ketenagakerjaan ini digunakan batasan bahwa

penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang terdiri dari angkatan

kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja (economically active) didefinisikan bagian dari

tenaga kerja yang benar-benar siap bekerja untuk memproduksi barang dan jasa. Mereka yang

siap bekerja ini terdiri dari yang benar-benar bekerja dan pengangguran. Tenaga kerja yang

termasuk kedalam bukan angkatan kerja (uneconomically active) adalah mereka yang bersekolah,

mengurus rumah tangga, penerima pendapatan (pensiunan) dan lain-lain.

Masalah ketenagakerjaan di Indonesia termasuk di Kota Padangsidimpuan diperkirakan

akan semakin kompleks. Indikasi ini terlihat di samping pertambahan penduduk usia kerja setiap

tahunnya yang terus meningkat sebagai implikasi dari jumlah penduduk yang cukup besar disertai

struktur umur yang cenderung mengelompok pada usia muda juga masih tingginya angka

pengangguran terutama pengangguran terbuka.

Untuk memberikan gambaran mengenai ketenagakerjaan di Kota Padangsidimpuan dalam

bagian ini akan disajikan kondisi ketenagakerjaan dilihat dari penduduk usia kerja, dan Tingkat

Partisipasi Angkatan kerja (TPAK), dan tingkat penganggguran. Selain itu, disajikan pula secara

singkat indikator-indikator ketenagakerjaan yang meliputi, status pekerjaan, lapangan pekerjaan,

jenis pekerjaan, serta jam kerja.

Page 68: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

9. Ketenagakerjaan

59

Tabel 9.1. Jumlah dan Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Seminggu yang Lalu di Padangsidimpuan, 2011-2014

Kegiatan 2011 2012 2013 2014

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Angkatan kerja 88.636 69,45 94.425 73,41 87.214 65,02 99.131 70,23

- Bekerja 80.830 63,33 85.837 66,73 81.287 60,60 92.893 65,81

- Pengangguran 7.806 6,12 8.588 6,68 5.927 4,42 6.238 4,42

,

Bukan Angkatan kerja 38.991 30,55 34.208 26,59 46.926 34,98 42.020 29,77

. . .

Jumlah 127.627 100 128.633 100 134.140 100 141.151 100

T P A K (%) 69,45 73,41 65,02 70,23

TPT (%) 8,81 9,10 6,80 6,29

Sumber: Sakernas Agustus 2011-2014

9.1. Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK)

Pada tahun 2014, jumlah penduduk usia kerja di Padangsidimpuan adalah 141.151 orang

yang terdiri dari 99.131 angkatan kerja dan sisanya sebanyak 42.020 orang termasuk bukan

angkatan kerja. Selanjutnya TPAK merupakan indikator yang mampu menggambarkan sejauh

mana peran angkatan kerja di suatu daerah. Semakin tinggi nilai TPAK semakin besar pula

keterlibatan penduduk usia kerja dalam pasar kerja.

TPAK Padangsidimpuan tahun 2014 adalah sebesar 70,23 persen, artinya bahwa pada

tahun 2014 sebanyak 70,23 persen penduduk usia kerja di Padangsidimpuan siap terjun dalam

pasar kerja baik itu bekerja atau mencari kerja/mempersiapkan usaha atau dengan kata lain

berstatus sebagai penggangguran.

Jika dilihat perkembangannya, tingkat partisipasi angkatan kerja di Padangsidimpuan

menunjukkan kecenderungan naik turun. Pada tahun 2011, TPAK Padangsidimpuan 69,45 persen,

kemudian naik menjadi 73,41 persen pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 menurun menjadi

65,02 persen dan pada tahun 2014 meningkat kembali menjadi 70,23 persen. Namun jika dilihat

berdasarkan jenis kelamin dapat disimpulkan bahwa TPAK perempuan selalu lebih kecil daripada

TPAK laki-laki. Perbedaan ini disebakan karena perempuan cenderung kurang memilik akses

untuk memasuki dunia kerja yang kemungkinan karena sebagian besar perempuan usia produktif

berada pada posisi sebagai ibu rumah tangga.

Page 69: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

9. Ketenagakerjaan

60

9.2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Pengangguran yang dianggap paling serius untuk diatasi adalah pengangguran terbuka,

yaitu angkatan kerja yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang mencari/mempersiapkan

pekerjaan. Tingkat pengangguran terbuka tahun 2014 di Padangsidimpuan sebesar 6,29 persen.

Angka ini menurun dibanding tahun 2013 dan 2012 yang masing-masing sebesar 6,80 persen dan

9,10 persen. kecenderungan menurunnya tingkat pengangguran terbuka ini tentunya sinyal positif

bagi kesejahteraan di Padangsidimpuan yang pada akhirnya akan dapat berakibat pada

menurunnya kerawanan sosial.

Pada umunya TPT di daerah kota memiliki TPT relatif tinggi dan umumnya diatas atau

mendekati 10 persen, sebaliknya di daerah kabupaten umumnya rendah. Hal ini dapat dipahami

bahwa di kabupaten pada umumnya merupakan daerah pertanian, dan tidak sulit untuk bekerja

walaupun hanya sebagai pekerja keluarga. Berbeda di kota dengan tingkat pendidikan yang relatif

lebih tinggi, penduduk usia kerja umumnya lebih selektif untuk mencari pekerjaan, selain karena

sudah terbatasnya lahan pertanian.

9.3. Karakteristik Penduduk Bekerja

9.3.1. Lapangan Pekerjaan

Sektor pertanian masih merupakan sektor yang sangat dominan bagi perekonomian

maupun penyerapan tenaga kerja di Padangsidimpuan. Perkembangan 7 tahun terakhir

menunjukkan bahwa sektor pertanian masih mendominasi dalam penyerapan tenaga kerja. Pada

tahun 2007 sebanyak 47,60 persen penduduk Padangsidimpuan bekerja di sektor

agriculture/pertanian, kemudian diikuti sektor service (angkutan, perdagangan, keuangan dan

jasa) sebesar 39,41 persen dan sisanya 12,98 persen pada sektor manufacture

80,8986,57

74,3980,56

59,00 61,4156,48

60,75

69,4573,41

65,0270,23

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

2011 2012 2013 2014

%Grafik 5.1. Perkembangan TPAK Padangsidimpuan, 2011-2014

Laki-Laki Perempuan Laki+ Perempuan

Page 70: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

9. Ketenagakerjaan

61

(pertambangan/penggalian, industri, listrik gas dan air serta bangunan) seperti yang terlihat pada

Grafik 9.1.

Pada tahun 2013 kondisinya relatif sama, yaitu pertanian masih mendominasi walaupun

menunjukkan penurunan yaitu 42,41 persen, diikuti sektor service sebesar 37,39 persen serta

sektor manufacture sebesar 20,20 persen. Besarnya peran sektor pertanian dalam perekonomian

Padangsidimpuan karena Padangsidimpuan memiliki potensi pertanian tanam pangan,

peternakan, perkebunan, kehutanan dan perikanan karena didukung oleh lahan yang cukup luas

dan subur.

Informasi pada lampiran Tabel 24 menunjukkan bahwa pertanian mendominasi lapangan

pekerjaan di seluruh kabupaten kecuali Kabupaten Deli Serdang yang didominasi sektor service.

Demikian juga untuk daerah perkotaan, sektor service sangat dominan utamanya perdagangan

dan jasa kecuali Kota Gunungsitoli yang masih didominasi sektor pertanian.

9.3.2. Status Pekerjaan

Status pekerjaan dibedakan menjadi 6 macam, yaitu berusaha sendiri, berusaha dengan

dibantu buruh tidak tetap, berusaha dibantu dengan buruh tetap, buruh/karyawan, pekerja bebas

serta pekerja keluarga. Klasifikasi status pekerjaan ini bermanfaat terutama untuk

membandingkan proporsi penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan tersebut.

Pada umumnya pekerja keluarga, pengusaha tanpa buruh dan pengusaha dengan bantuan

pekerja keluarga lebih menonjol pada sektor dan jenis pekerja yang relatif ‘tradisional’.

Sedangkan sektor dan jenis yang relatif modern, lebih banyak buruh atau karyawan dan

pengusaha dengan buruh tetap. Pekerja keluarga biasanya mengelompok pada sektor-sektor

pertanian, terutama di kalangan perempuan dan penduduk laki-laki berusia muda.

0 20 40 60 80 100

2011

2012

2013

2014

23,1

22,01

21,53

21,86

3,97

8,22

4,61

6,76

30,88

33,03

32,61

27,54

24,94

22,54

24,7

26,92

17,11

14,20

16,55

16,92

Grafik 9.1. Persentase Penduduk Bekerja di Padangsidimpuan menurut Lapangan Usaha, 2011-2014

Pertanian

Industri

Perdagangan Besar, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan

Lainnya

Page 71: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

9. Ketenagakerjaan

62

Pada umumnya penduduk Padangsidimpuan yang bekerja sebagai buruh/karyawan. Grafik

9.2. menunjukkan bahwa pada tahun 2014 sebanyak 39,16 persen pekerja di Padangsidimpuan

berstatus buruh/karyawan, kemudian diikuti pekerjaberusaha sendiri 21,55 persen dan 15,61

persen pekerja keluarga/pekerja tak dibayar.

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

2011

2012

2013

2014

23,33

20,09

23,44

21,55

15,37

17,12

13,48

14,39

4,94

4,79

5,56

3,99

38,51

34,07

36,47

39,16

3,77

5,67

4,54

5,29

14,08

18,27

16,50

15,61

Grafik 9.2. Persentase Penduduk Bekerja di Padangsidimpuan menurut Status Pekerjaan Utama, 2011-2014

Berusaha sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap

Berusaha dibantu buruh tetap Buruh/Karyawan/Pegawai

Pekerja bebas di pertanian dan non pertanian Pekerja Tak Dibayar

Page 72: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014
Page 73: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

10. Perumahan

64

PERUMAHAN

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal tersebut merupakan kebutuhan dasar manusia yang

berperan secara strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu

upaya membanguna manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri dan produktif. Oleh

karena itu, kebutuhan dasar akan rumah tempat tingal dengan lingkungan sekitarnya yang baik

dans ehat merupakan kebutuhan yang penting untuk dipenuhi.

Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman sebagai

penganti dari Undang-Undang No. 4 tahun 1992 yang mencantumkan bahwa salah satu tujuan

diselenggarakannya perumahan dan kawasan permukiman yaitu untuk menjamin terwujudnya

rumah layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana,

terpadu dan berkelanjutan. Oleh karena itu, penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman menjadi tugas bagi negara yang penyelenggaraan pembinaannya dilaksanakan oleh

pemerintah.

Manusia dan lingkungannya baik fisik maupun sosial merupakan kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan. Lingkungan fisik dapat berupa alam sekitar yang alamiah dan juga buatan. Untuk

melindungi diri dari kondisi alam, manusia berusaha membuat tempat perlindungan yang dikenal

dengan rumah atau tempat tinggal. Oleh sebab itu selain sandang dan pangan, papan

(perumahan) juga merupakan kebutuhan pokok manusia. Sampai saat ini permintaan rumah

terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Di pihak lain, terbatasnya lahan untuk

permukiman dan penawaran perumahan hanya dapat dijangkau oleh golongan masyarakat

tertentu. Hal ini merupakan kendala bagi sebagian besar masyarakat golongan menengah ke

bawah dalam memenuhi kebutuhan perumahannya sehingga menyebabkan banyak rumah

tangga menempati rumah yang kurang layak, baik dipandang dari segi kesehatan maupun

kepadatan penghuninya.

Secara umum, kualitas rumah tinggal menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah

tangga, yaitu ditentukan oleh fasilitas rumah yang ada. Berbagai fasilitas yang mencerminkan

kesejahteraan rumah tangga tersebut di antaranya terlihat dari luas lantai, sumber air minum,

fasilitas tempat buang air besar dan lainnya. Demikian pula letaknya yang mudah untuk

menjangkau fasilitas lingkungan seperti sekolah, tempat berobat, pasar dan tempat rekreasi.

Dengan kondisi semacam ini, keadaan perumahan beserta lingkungannya dapat menggambarkan

tingkat kesejahteraan rumah tangga dan juga tingkat kesejahteraan masyarakat.

Page 74: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

10. Perumahan

65

10.1 Kondisi Rumah

Salah satu hal yang dapat dijadikan gambaran kondisi kesejahteraan penduduk dari sisi

perumahan adalah status kepemilikan rumah. Status kepemilikan rumah merupakan salah satu

indikator perumahan yang menunjukkan penguasaan rumah tangga terhadap rumah yang

ditempatinya.

Dari tahun 2011-2014 lebih dari lima puluh persen rumah tangga yang ada di

Padangsidimpuan mendiami rumah milik sendiri, dan sekitar dua puluh lima persen rumah tangga

masih menyewa/mengontrak, sedangkan sisanya mendiami rumah dinas/bebas sewa/rumah

orang tua/famili dan lainnya. Persentase rumah tangga yang menyewa/mengontrak masih cukup

besar sehingga perlu mendapat perhatian. Mereka yang masih menyewa/mengontrak adalah

rumah tangga baru atau mereka yang belum mampu memiliki rumah sendiri karena keterbatasan

pendapatannya.

Tingkat kelayakan kondisi tempat tinggal seseorang dapat dilihat dari kondisi rumah

tinggalnya. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat tingkat kelayakan rumah

antara lain jenis lantai (bukan tanah), jenis dinding (tembok) dan jenis atap (asbes/seng/genteng).

ketiga indikator ini dianggap mempengaruhi keadaan kesehatan anggota rumah tangga yang juga

berdampak pada tingkat kesejahteraannya. Secara umum, semakin besar persentase nilai

indikator tersebut berarti semakin tinggi pula tingkat kesejahteraannya.

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

2011

2012

2013

2014

56,92

58,11

56,40

58,07

30,50

26,14

24,68

25,61

12,58

15,75

18,92

16,32

Grafik 10.1. Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan Tempat tinggal di Padangsidimpuan, 2011-2014

Milik Sendiri Kontrak/Sewa Lainnya

Page 75: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

10. Perumahan

66

Tabel. 10.1. Kondisi Perumahan di Padangsidimpuan, 2011-2014

Uraian 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Rata-rata luas lantai perkapita (M2) 17,36 12,18 19,78 18,4

2. Rumah tangga dengan lantai bukan tanah (%) 98,32 99,38 99,25 100

3. Rumah tangga dengan dinding rumah Tembok (%) 58,53 58,29 63,09 59,85

4. Rumah tangga dengan atap beton, genteng, sirap dan seng (%) 99,07 99,32 100 100

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2011-2014

Secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi perumahan di Padangsidimpuan

menunjukkan perbaikan. Hal ini diperlihatkan dengan semakin meningkatnya indikator kualitas

perumahan. Indikator pertama yang dapat dilihat adalah luas lantai per kapita. Luas lantai dapat

digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat karena

merupakan salah satu aspek yang dapat menggambarkan keadaan suatu tempat tinggal. Luas

lantai terkait dengan tingkat penghasilan rumah tangga, karena harga tanah yang semakin mahal

saat ini. Semakin luas lantai suatu rumah tangga, maka semakin tinggi pula tingkat ekonomi

rumah tangga. Pada tahun 2014 rata-rata rumah tangga di Padangsidimpuan memiliki luas lantai

per kapita sekitar 18,4 m2, meningkat dibanding tahun 2011 dan 2012 yang masing-masing

sebesar 17,36 m2 dan 12,18 m2 akan tetapi sedikit menurun dibanding tahun 2013 yang sebesar

19,78 m2 .

Selain luas lantai, jenis lantai terluas merupakan indikator kesejahteraan. Jenis lantai

terbuat dari tanah tentunya tidak memenuhi syarat kesehatan, karena dapat menjadi

bersarangnya kuman-kuman penyakit. Pada tabel 10.1 diketahui bahwa pada tahun 2014 rumah

tangga di Kota Padangsidimpuan seluruhnya sudah tinggal di rumah dengan lantai bukan tanah.

Kondisi ini merupakan kabar gembira bagi pemerintah kota Padangsidimpuan karena

menunjukkan peningkatan kesejahteraan masyarakat kota Padangsidimpuan.

Indikator lain yang dapat digunakan untuk melihat tingkat kelayakan hunian sebuah

rumah adalah jenis dinding dan atap. Pada tahun 2014, sekitar 59,85 persen rumah tangga tinggal

di rumah dengan dinding tembok. Selain tembok bahan lain yang cukup dominan adalah kayu

yakni sekitar 38,78 persen. Pada tabel 10.1 juga terlihat bahwa di tahun 2013 dan 2014, seluruh

rumah tangga sudah tinggal di rumah dengan atap seng, beton dan genteng.

Page 76: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

10. Perumahan

67

10.2. Fasilitas Rumah

Rumah yang layak tidak hanya dilihat dari kondisinya tapi juga dari ketersediaan fasilitas

penunjang perumahan yang utama di antaranya adalah sumber penerangan utama yang

digunakan, kepemilikan fasilitas air minum, dan kepemilikan fasilitas jamban sendiri dengan

tangki septik. Fasilitas perumahan yang digunakan oleh rumah tangga dapat mencerminkan

tingkat kesehatan rumah beserta lingkungannya. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, rumah

tangga pengguna listrik semakin meningkat. Pada tahun 2014 sebanyak 99,54 persen rumah

tangga di Padangsidimpuan menggunakan listrik baik PLN maupun non PLN dan ini meningkat

dibanding tahun 2011, 2012 dan 2013 yang masing-masing sebesar 96,45; 98,7; dan 98,28

persen).

Tabel 10.2. Kondisi Fasilitas Rumah di Padangsidimpuan, 2011-2014

Uraian 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Persentase rumah tangga dengan sumber penerangan listrik (%) 96,45 98,7 98,28 99,54

2. Rumah tangga yang memiliki fasilitas air minum sendiri (%) 65,94 67,27 74,13 62,48

3. Rumah tangga yang menggunakan jamban sendiri (%) 62,98 70,59 66,63 68,36

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2011- 2014

Selanjutnya dari aspek sumber air minum, dapat dikatakan kondisinya masih jauh dari ideal.

Hal ini ditunjukkan, hanya sekitar dua per tiga rumah tangga di Padangsidimpuan yang memiliki

fasilitas air minum sendiri, sedangkan sisanya menggunakan secara bersama-sama bahkan tidak

memiliki. Demikian juga halnya dengan aspek ketersediaan fasilitas buang air besar (jamban),

hanya sekitar dua pertiga rumah tangga di Padangsidimpuan yang memiliki fasilitas jamban

sendiri, sedangkan sisanya menggunakan secara bersama-sama bahkan tidak memiliki. Selain

fasilitas kelayakan rumah dari aspek air minum dapat dilihat dari sumbernya karena kualitas air

yang digunakan terkait erat dengan tingkat kesehatan. Dibanding dengan sumber air lainnya, air

kemasan merupakan sumber air yang paling baik kualitasnya kemudian diikuti dengan air ledeng.

Pada tahun 2014 sebagian besar rumah tangga di Padangsidimpuan menggunakan sumber

air minum dari sumur yaitu mencapai 38,28 persen, air kemasan 28,77 persen dan ledeng 18,54

persen. Sumber air minum dari sumur masih merupakan sumber terbesar mengindikasikan

bahwa fasilitas air ledeng belum mencapai keseluruhan masyarakat. Hal ini menjadi perhatian

serius pemerintah kota Padangsidimpuan untuk terus meningkatkan tersedianya fasilitas air

bersih untuk masyarakat.

Page 77: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

10. Perumahan

68

Tabel 10.3. Persentase Rumah Tangga di Padangsidimpuan menurut Sumber Air Minum, 2011-2014

Sumber Air Minum 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Air kemasan 15,16 22,85 40,00 28,77

2. Ledeng 20,98 22,61 19,90 18,54

3. Sumur 57,66 40,05 36,16 38,28

4. Mata Air 6,20 11,70 3,65 14,25

5. Lainnya 0,00 2,79 0,29 0,16

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2011-2014

Selain sumber air minum dan listrik, fasilitas rumah lainnya yang sangat penting adalah

tempat buang air besar. Tempat buang air besar yang memenuhi syarat kesehatan adalah yang

menggunakan tangki septik sehingga limbah manusia tersebut tidak mencemari lingkungan,

terutama sumber air minum (pada sumur pompa atau sumur). Oleh karena itu tempat

penampungan akhir sangat penting bagi kesehatan lingkungan. Pada tahun Tangki septik

merupakan pilihan terbanyak rumah tangga di Padangsidimpuan yaitu sebesar 45,26 persen,

kemudian sungai yaitu sebesar 34,31, lainnya 15,20 persen, dan kolam/sawah 5,22 persen.

Tabel 10.4. Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Penampungan Akhir Kotoran dan Daerah Tempat Tinggal di Padangsidimpuan, 2011-2014

Tempat penampungan kotoran/tinja

2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Tangki 45,47 52,18 60,92 45,26

2. Kolam/sawah 5,88 2,96 2,17 5,22

3. Sungai/Danau/Laut 38,22 37,92 33,60 34,31

4. Lainnya 10,43 6,94 3,30 15,20

J u m l a h 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional,2011- 2014

Jika dilihat dari status kepemilikan fasilitas tempat buang air besar, sebagian besar rumah

tangga di Padangsidimpuan sudah mempunyai fasilitas sendiri. Namun, penggunaan fasilitas

buang air besar bersama/umum/lainnya masih cukup tinggi dan perlu menjadi perhatian serius

pemerintah kota Padangsidimpuan.

Page 78: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

10. Perumahan

69

62,98

7,7812,25

16,99

70,59

3,88 12,59 12,94

66,63

5,77

13,46 14,14

68,36

4,39 10,3516,89

Sendiri Bersama Umum Lainnya

Gambar 10.3. Persentase Rumah Tangga menurut Kepemilikan Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Padangsidimpuan, 2011-2014

2011

2012

2013

2014

Page 79: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014
Page 80: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

11. Pekerjaan Umum

71

PEKERJAAN UMUM

Urusan/bidang Pekerjaan Umum melaksanakan pelayanan publik yang bersifat

infrastuktur (fisik). Suatu fasilitas wilayah atau infrastruktur menunjang daya saing daerah dalam

hubungannya dengan ketersediaan (availability) dalam mendukung aktivitas ekonomi daerah di

berbagai sektor di daerah dan antar-wilayah.Melihat kondisi daerah kota Padangsidimpuan

terkait dengan urusan pekerjaan umum salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja antara

lain proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik, dan rasio jaringan irigasi.

11.1 Proporsi Panjang Jalan dalam Kondisi Baik

Salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat krusial adalah tersedianya jalur transportasi

berupa jaringan jalan yang baik. Kebutuhan jalan memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan

pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maupun terhadap kondisi sosial budaya kehidupan

masyarakat. Infrastruktur jalan yang baik adalah modal sosial masyarakat dalam menjalani roda

perekonomian, sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak mungkin dicapai tanpa

ketersediaan infrastruktur jalan yang baik dan memadai.

Kebijakan pembangunan yang tidak bertumpu pada pengembangan terhadap

kompatibilitas dan optimalisasi potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber

daya fisik (buatan) akan sulit mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Ini sering kita alami

dengan terjadinya banjir di jalur-jalur utama ekonomi yang disebabkan oleh pembangunan yang

kurang memperhatikan kapasitas sumber daya alam sehingga fungsi sistem sungai dan drainase

tidak memadai. Ini juga telah kita alami dengan terjadinya bottle neck (jaringan jalan yang

menyempit) di berbagai jaringan transportasi yang disebabkan oleh pembangunan yang tidak

memperhatikan tata guna lahan sehingga kapasitas sumber daya fisik (buatan) tidak lagi mampu

menampung perjalanan barang dan manusia yang dihasilkan oleh tata guna lahan.

Kinerja jaringan jalan berdasarkan kondisi dapat dikategorikan dengan jalan kondisi baik,

sedang, sedang rusak, rusak dan rusak berat. Proporsi kondisi jalan baik di Kota Padangsidimpuan

terus mengalami peningkatan, di mana pada tahun 2011 proporsi jalan kondisi baik mencapai

14,90 % namun pada tahun 2014 kondisi tersebut membaik menjadi 31,98 %. Sedangkan proporsi

jalan kondisi rusak mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2011 ke 2014 yaitu dari

32,50% menjadi 27,52%. Akan tetapi proporsi jalan kondisi rusak berat mengalami peningkatan

jika dibandingkan tahun 2011 ke tahun 2014, yaitu dari 17,00 % pada tahun 2011 menjadi 18,55

% pada 2014.

Berikut secara lengkap disajikan data mengenai panjang jaringan jalan di Kota

Padangsidimpuan berdasarkan kondisi selama kurun waktu 2011-2014.

Page 81: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

11. Pekerjaan Umum

72

Tabel 11.1. Proporsi Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi Jalan

di Padangsidimpuan, 2011-2014

Uraian 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Kondisi baik 80 82,5 118,69 196,69

Proporsi kondisi baik (%) 14,90 15,36 22,10 31,98

2. Kondisi rusak sedang 191,2 219,46 132,97 134,97

Proporsi kondisi rusak sedang (%) 35,61 40,87 24,76 21,95

3. Kondisi rusak 174,5 168 171,26 169,26

Proporsi kondisi rusak (%) 32,50 31,29 31,89 27,52

4. Kondisi rusak berat 91,26 67,01 114,05 114,05

Proporsi kondisi rusak berat%) 17,00 12,48 21,24 18,55

Jalan secara keseluruhan 536,96 536,97 536,97 614,97

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Padangsidimpuan

11.2 Jaringan Irigasi

Salah satu infrastruktur yang sangat diperlukan untuk peningkatan produksi pertanian

khususnya produksi beras adalah Jaringan irigasi. Jaringan irigasi diperlukan untuk pengaturan

air, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaannya. Secara

operasional jaringan irigasi dibedakan ke dalam tiga kategori yaitu jaringan irigasi primer,

sekunder dan tersier.

Panjang jaringan irigasi Kota Padangsidimpuan pada tahun 20114 sepanjang 109.966,12 m

yang terdiri dari 57.679,45 m jaringan irigasi primer dan 52.286,67 jaringan irigasi sekunder.

Daerah irigasi kota Padangsidimpuan tersebar di 54 daerah saluran irigasi dengan daerah irigasi

terluas di daerah irigasI Ujung Gurap yaitu dengan saruran irigasi primer 878 m dan saluran irigasi

sekunder 7.837 m.

Page 82: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014
Page 83: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

12. Perhubungan dan Pariwisata

74

PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

12.1 Perhubungan

Transportasi merupakan urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai

fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan. Transportasi merupakan

suatu sistem yang terdiri dari sarana dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber

daya manusia. Oleh karena itu Sarana perhubungan dan transportasi sangat mendukung

kemajuan suatu daerah. Pada tahun 2014, Kota Padangsidimpuan telah memiliki 3 unit Terminal

Penumpang kelas C.

Tabel 12.1. Sarana Perhubungan dan Transportasi di Padangsidimpuan, 2011-2014

Uraian 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Terminal Penumpang

Kelas A - - - -

Kelas B - - - -

Kelas C 3 3 3 3

2. Jumlah Kenderaan Bermotor Yang Terdaftar 1.236 2.460 1.385 2.740

Mobil Penumpang 1.276 1.390 1.405 1.405

Mobil Bus 90 75 50 35

Mobil Gerobak (Barang) 870 995 1.190 1.300

3. Jumlah Kenderaan Wajib Uji

Mobil Gerobak 410 245 238 190

Mobil Bus 58 32 34 66

Mobil Penumpang 236 458 265 252

Mobil Tangki 21 33 20 25

Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Daerah Kota Padangsidimpuan

12.2 Pariwisata

Sektor pariwisata masih sangat potensial untuk dikembangkan ke depannya. Gambaran

kondisi pariwisata Kota Padangsidimpuan secara umum dapat dilihat dari indikator sebagai

berikut:

Page 84: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

12. Perhubungan dan Pariwisata

75

Tabel 12.2. Indikator Sektor Pariwisata di Padangsidimpuan, 2011-2014

Uraian 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Hotel dan Akomodasi Lainnya

Jumlah Hotel Bintang 1 2 2 2

Jumlah Hotel Melati & Penginapan Lainnya 28 25 25 24

Jumlah Kamar Hotel Bintang 40 110 110 110

Jumlah Kamar Hotel Melati & Lainnya 1.057 553 538 520

Jumlah Tempat Tidur Hotel Bintang 74 178 178 178

Jumlah tempat Tidur Hotel Melati & Lainnya 1.023 940 943 924

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) 52,41 47,91 44,46 45,64

3. Jumlah Wisatawan

Asing 1.238 1.238 1.120 1.268

Nusantara 85.369 94.899 86.478 96.393

Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga, kebudayaan, dan Pariwisata Daerah Kota Padangsidimpuan dan Badan Pusat Statistik Kota Padangsidimpuan

Pada tahun 2012 hotel bintang di Kota Padangsidimpuan bertambah menjadi dua hotel

yang terdiri dari satu hotel bintang 2 dan satu hotel bintang 3. Sedangkan, jumlah hotel melati

dan penginapan lainnya memiliki tren menurun selama kurun waktu 2011-2014. Tingkat

Penghunian Kamar (TPK) Kota Padangsidimpuan mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebesar

44,46 persen menjadi 45,64 persen pada tahun 2014. Setelah sebelumnya mengalami penurunan

dari tahun 2011 ke tahun 2012 yaitu 52,41 persen menjadi 47,91 persen pada tahun 2012.

Page 85: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014
Page 86: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

13. Pertanian, Perkebunan, Perikanan, dan Peternakan

77

PERTANIAN, PERKEBUNAN, PERIKANAN DAN PETERNAKAN

Sektor pertanian masih menjadi salah satu andalan masyarakat Kota Padangsidimpuan

sebagai mata pencaharian utama. Gambaran umum kondisi daerah Kota Padangsidimpuan

terkait dengan urusan pertanian antara lain dapat dilihat dari indikator produktivitas tanaman

padi, palawija, sayuran, buah-buahan, dan perkebunan.

13.1 Tanaman Pangan

Perkembangan luas panen dan produksi tanaman pangan di Kota Padangsidimpuan

tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 13.1. Produksi padi di Kota Padangsidimpuan adalah sebesar

46.637 ton. Jika dilihat dalam kurun waktu 2012-2014 angka ini terus mengalami penurunan

setelah dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami peningkatan.

Untuk produksi tanaman jagung tahun 2014 sebesar 1.134 ton dengan luas panen 195

ha. Nilai produksi ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan nilai produksi pada tahun

2011. Hampir sama halnya dengan luas panen tanaman jagung yang mengalami penurunan di

setiap tahunnya pada periode 2011-2014.

Tabel 13.1. Produktivitas Komoditi Tanaman Pangan

di Padangsidimpuan, 2011-2014

Uraian 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Padi

Luas Panen (Ha) 8.833 11.490 10.752 9.620

Produksi (Ton) 42.438 56.771 53.033 46.637

2. Jagung

Luas Panen (Ha) 242 238 200 195

Produksi (Ton) 1.449 1.332 1.199 1.134

3. Ubi Kayu

Luas Panen (Ha) 252 154 172 168

Produksi (Ton) 7.052 4319 4371 4047

4. Kacang Tanah

Luas Panen (Ha) 97 77 82 130

Produksi (Ton) 100 81 85 133

5. Ubi Jalar

Luas Panen (Ha) 75 85 58 99

Produksi (Ton) 939 1063 726 1240

6. Kacang tanah

Luas Panen (Ha) 70 72 35 64

Produksi (Ton) 75 78 39 67

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Padangsidimpuan

Page 87: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

13. Pertanian, Peternakan, Dan Perkebunan

78

Tabel 13.1 menampilkan perkembangan Luas Panen dan Produksi untuk beberapa komoditas

tanaman pangan yaitu: padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah, ubi jalar, dan kacang hijau.

13.2 Tanaman Sayuran

Perkembangan luas panen dan produksi tanaman sayuran di Kota Padangsidimpuan

tahun selama kurun waktu 2011-2014 dapat dilihat pada tabel 13.2 berikut ini.

Tabel 13.2. Produktivitas Komoditi Tanaman Sayur-Sayuran

di Padangsidimpuan, 2011-2014

Uraian 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Kacang Panjang

Luas Panen (Ha) 90 85 70 103

Produksi (Ton) 414,90 405,60 361,97 532,61

2. Cabe

Luas Panen (Ha) 150 165 154 191

Produksi (Ton) 2.227,50 2.427,50 803,88 997,02

3. Tomat

Luas Panen (Ha) 130 133 66 103

Produksi (Ton) 3.061,50 3.161,50 481,93 752,11

4. Terung

Luas Panen (Ha) 115 110 75 95

Produksi (Ton) 332,35 336,35 247,20 313,12

5. Buncis

Luas Panen (Ha) 65 64 35 96

Produksi (Ton) 273,00 276,00 177,20 486,04

6. Ketimun

Luas Panen (Ha) 75 78 53 87

Produksi (Ton) 638,25 649,25 812,43 1.333,62

Sumber: Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Daerah Kota Padangsidimpuan

Produksi kacang panjang di Kota Padangsidimpuan pada tahun 2014 mengalami

peningkatan menjadi 532,61 ton. Setelah sebelumnya mengalami penurunan selama kurun

waktu 2011 hingga 2013. Demikian pula untuk produksi tanaman sayuran lainnya seperti cabe,

tomat, terung, buncis dan ketimun mengalami peningkatan pada tahun 2014 masing-masing

sebesar 997,02 ton, 752,11 ton, 313,12 ton, 486,04 ton dan 1.333,62 ton.

Komoditi tanaman sayuran yang mengalami peningkatan produktivitas selama kurun waktu

2011-2014 antara lain kacang panjang, terung, buncis dan ketimun. Sedangkan, komoditas cabe

dan tomat mengalami penurunan produktivitas yang cukup signifikan pada tahun 2013.

Page 88: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

13. Pertanian, Perikanan, Perkebunan, dan Peternakan

79

13.3 Tanaman Buah

Produksi komoditi tanaman buah-buahan di Kota Padangsidimpuan tahun selama kurun

waktu 2011-2014 dapat dilihat pada tabel 13.3 berikut ini.

Tabel 13.3. Produksi Komoditi Tanaman Buah-Buahan

di Padangsidimpuan, 2011-2014

Komoditi 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Mangga 2.350 2.350 2.420 2.360

2. Durian 765 765 780,35 775,40

3. Jambu Biji 680 680 695,40 590

4. Pepaya 380 380 406,45 390,50

5. Pisang 350 350 330,35 310,20

6. Salak 10.220 10.220 10.230 10.150

Sumber: Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Daerah Kota Padangsidimpuan

Di Kota Padangsidimpuan, buah salak merupakan komoditi dengan jumlah produksi paling

besar. Selama tahun 2011-2014 produksinya mengalami fluktuasi tetapi perubahannya tidak

terlalu signifikan.

13.4 Tanaman Perkebunan

Tanaman karet mengalami penurunan produksi yang cukup signifikan pada tahun 2013

dan 2014 yaitu dari 1.119,52 ton menjadi 413 ton. Demikian juga untuk tanaman kelapa sawit

dan kulit manis, jumlah produksinya menurun signifikan dalam kurun tahun 2012-2013.

Sedangkan, komoditi kelapa dan cokelat mengalami kenaikan jumlah produksi yang cukup

signifikan yaitu masing-masing sebesar 1.144,29 ton dan 108,46 ton pada tahun 2014.

Tabel 13.4. Produksi Komoditi Tanaman Perkebunan Rakyat

di Padangsidimpuan, 2011-2014

Uraian 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Karet

Luas Tanam (Ha) 2.017,00 2.003,00 1.031,10 1.119,10

Produksi (Ton) 1.026,52 1.119,52 413,00 371,70

2. Kelapa Sawit

Luas Tanam (Ha) 46,00 46,00 49,00 47,00

Produksi (Ton) 150,50 150,50 53,20 37,25

3. Kelapa

Luas Tanam (Ha) 427,00 427,00 434,00 475,00

Produksi (Ton) 1.072,77 1.061,10 1.090,20 1.144,29

Page 89: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

13. Pertanian, Peternakan, Dan Perkebunan

80

Uraian 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

4. Coklat

Luas Tanam (Ha) 122,00 122,00 129,00 133,10

Produksi (Ton) 98,10 91,03 98,57 108,46

5. Kulit Manis

Luas Tanam (Ha) 19,00 76,00 22,00 18,00

Produksi (Ton) 11,50 53,20 12,08 10,87

6. Kemiri

Luas Tanam (Ha) 51,00 90,00 52,00 52,00

Produksi (Ton) 175,00 244,26 214,37 192,93

7. Pinang

Luas Tanam (Ha) 48,00 48,00 29,00 31,90

Produksi (Ton) 50,97 50,97 34,54 32,00

Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan Daerah Kota Padangsidimpuan

13.5 Perikanan

Budidaya perikanan yang dilakukan di Kota Padangsidimpuan pada umumnya adalah

budidaya kolam. Perkembangan jumlah dan produksi untuk komoditi perikanan selama kurun

waktu 2011-2014 dapat dilihat dalam tabel 13.5.

Tabel 13.5. Jumlah Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Perikanan

di Padangsidimpuan, 2011-2014

Komoditi 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Jumlah Produksi (ton) 248,73 359 401 440,5

2. Nilai Produksi (000Rp) 3.600.434 5.166.600 8.328.879 9.347.525

Pertumbuhan Jumlah Produksi (%) 44,33 11,70 9,85

Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan Daerah Kota Padangsidimpuan

Dalam kurun waktu 2011-2014, baik jumlah produksi maupun nilai produksi komoditas

budidaya perikanan mengalami peningkatan walaupun jika dilihat dari besar nilai pertumbuhan

produksinya mengalami penurunan. Pertumbuhan jumlah produksi paling besar terjadi di tahun

2012 yaitu 44,33 sedangkan tahun 2013 dan 2015 mengalami pertumbuhannya mengalami

perlambatan dibanding tahun sebelumnya.

Page 90: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

13. Pertanian, Perikanan, Perkebunan, dan Peternakan

81

Tabel 13.6. Jumlah Produksi Komoditi Perikanan Menurut Jenis Ikan

di Padangsidimpuan, 2011-2014

Jenis Ikan 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Ikan Mas (ton) 102,82 100,2 65,6 110,3

2. Nila (ton) 113,36 101,5 172,7 168,2

3. Lele (ton) 32,55 49,1 120,7 122,5

Pertumbuhan Jumlah Produksi (%)

1. Ikan Mas -2,55 -34,53 68,14

2. Nila -10,46 70,15 -2,61

3. Lele 50,84 145,82 1,49

Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan Daerah Kota Padangsidimpuan

Dilihat dari jenis ikan budidaya di Kota Padangsidimpuan dalam kurun waktu 2011-2014,

budidaya ikan lele yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya bahkan di tahun 2013

pertumbuhan jumlah produksi ikan lele mencapai 145,82 % dibandingkan tahun 2012.

13.6 Peternakan

Perkembangan jumlah populasi dan produksi untuk komoditi peternakan selama kurun

waktu 2011-2014 dapat dilihat dalam tabel 13.7. Pada tahun 2014, baik populasi maupun jumlah

produksi daging ternak besar mengalami penurunan. Untuk produksi daging sapi yaitu sebanyak

91,40 ton, daging kerbau 157,20 ton dan produksi daging kambing sebesar 2 ton.

Tabel 13.7. Populasi dan Produksi Komoditi Peternakan

di Padangsidimpuan, 2011-2014

Komoditi 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Sapi

Populasi (Ekor) 981 752 777 750

Produksi Daging (Ton) 255,11 307,00 95,60 91,40

2. Kerbau

Populasi (Ekor) 218 176 146 129

Produksi Daging (Ton) 147,60 161,20 164,50 157,20

3. Kambing

Populasi (Ekor) 1.984 2.205 2.089 2.021

Produksi Daging (Ton) 4,39 6,28 4,00 2,00

4. Ayam Petelur

Populasi (Ekor) 2.110 2.110 3.783 3.692

Produksi Telur (Ton) 19,50 19,50 28,40 27,20

5. Ayam Pedaging

Populasi (Ekor) 72.000 75.000 67.750 65.250

Produksi Daging (Ton) 552,00 604,90 390,00 385,00

Page 91: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

13. Pertanian, Peternakan, Dan Perkebunan

82

Komoditi 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

6. Ayam Kampung

Populasi (Ekor) 70.915 66.784 67.749 67.520

Produksi Daging (Ton) 24,00 28,10 35,50 33,20

Produksi Telur (Ton 28,25 29,70 32,50 31,23

7. Itik Manila

Populasi (Ekor) 7.490 7.850 8.150 7.920

Produksi Telur (Ton) 54,50 56,20 60,80 57,40

Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan Daerah Kota Padangsidimpuan

Page 92: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014
Page 93: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

14. Perdagangan dan Industri

84

PERDAGANGAN DAN INDUSTRI

14.1 Perdagangan

Sektor perdagangan berperan dalam mendukung kelancaran penyaluran arus barang dan

jasa, memenuhi kebutuhan pokok rakyat, serta mendorong pembentukan harga yang wajar.

Pembangunan perdagangan sangat penting dalam upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi

dan pemerataan, dan memberikan sumbangan yang cukup berarti dalam penciptaan lapangan

usaha serta perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan.

Sejalan dengan perkembangan industri di Kota Padangsidimpuan, secara langsung

mempengaruhi kegiatan perdagangan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kondisi sarana

perdagangan yang ada di Kota Padangsidimpuan.

Tabel 14.1. Statistik Usaha Perdagangan di Kota Padangsidimpuan, 2013-2014

Komoditi 2013 2014

(1) (2) (3)

1. Jumlah Pasar 8 8

2. Jumlah Pedagang Tiap Pasar (pedagang)

Pasar Sangkumpal Bonang 1.239 1.239

Pasar Pajak Batu 411 411

Pasar Dalihan Natolu 138 138

Pasar Saroha 99 99

Pasar Tangsi Manunggang 74 74

Pasar Lubuk Raya 53 53

Pasar Pajak Buah 28 28

Pasar Kodok 1.532 1.670

3. Jumlah Pengunjung Pasar (pengunjung) 260.000 300.000

4. Jumlah Omzet Pedagang (juta Rp.) 192.150 196.750

Sumber: Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Daerah Kota Padangsidimpuan

14.2 Perkembangan Usaha

Jumlah Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang diterbitkan pada tahun 2012 sebanyak 249

usaha menurun dari tahun sebelumnya yang terbit sebanyak 297 usaha. Pada tahun 2013 jumlah

TDP yang terbit bertambah kembali menjadi 284 usaha. Sementara itu, jumlah surat izin usaha

perusahaan menurun secara signifikan pada tahun 2012 dari 275 surat izin usaha pada tahun

2011 menjadi 174 surat izin usaha. Kemudian meningkat kembali pada tahun 2013 sebanyak 233

surat izin usaha.

Page 94: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

14. Perdagangan dan Industri

85

Tabel 14.2. Perkembangan Usaha di Kota Padangsidimpuan, 2011-2014

Komoditi 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

Penerbitan Izin Usaha

Jumlah Tanda Daftar Perusahaan 297 249 284 209

Jumlah Surat Ijin Usaha Perusahaan 275 174 233 209

Sumber: Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Padangsidimpuan

Agar usaha dapat berkembang dengan baik harusnya didukung dengan proses penerbitan ijin

yang baik. Pemerintah Kota Padangsidimpuan melalui Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu telah

menetapkan lama pengurusan perizinan untuk masing-masing surat izin sebagai berikut:

Tabel 14.3. Standar Proses Pengurusan Perizinan

Kota Padangsidimpuan, 2014

Sumber: Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Padangsidimpuan

14.3 Koperasi

Selama tahun 2011 hingga 2014 jumlah unit koperasi di Kota Padangsidimpuan mengalami

peningkatan seperti yang terlihat pada tabel 14.4. Sedangkan, persentase koperasi yang aktif

mengalami penurunan dari tahun 2011 hingga 2014 yaitu 76,19 persen pada tahun 2011, 62,24

persen di tahun 2012 kemudian menjadi 52,38 persen dan 51,39 persen pada tahun 2013 dan

2014.

Komoditi 2014

(1) (2)

Lama Pengurusan Perizinan

SIUP 5

TDP 5

IUI 8

TDI 8

IMB 13

HO 13

Jumlah Persyaratan Dokumen Perizinan

SIUP 10

TDP 9

IUI 12

TDI 7

IMB 8

HO 8

Page 95: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

14. Perdagangan dan Industri

86

Jumlah simpanan pada tahun 2014 meningkat cukup signifikan dari tahun 2013 sebesar

4.059,5 (juta Rp) menjadi 13.289,5 (juta Rp). Sementara itu, jumlah anggota koperasi mengalalmi

kenaikan menjadi 10.780 anggota pada tahun 2013. Kemudian, mengalami penurunan menjadi

9.234 anggota pada tahun 2014.

Tabel 14.4. Perkembangan Koperasi di Kota Padangsidimpuan, 2011-2014

Komoditi 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

Jumlah Unit Koperasi 189 196 210 216

Jumlah Simpanan (juta Rp.) 3.232,9 4.246,8 4.059,5 13.289,5

Jumlah Anggota 7.695 8.320 10.780 9.234

Sumber: Dinas Koperasi, UKM, Perindag dan Pasar Daerah Kota Padangsidimpuan

14.4 Industri

Perkembangan industri selama tahun 2011 hingga 2014 di Kota Padangsidimpuan yang

ditinjau dari jumlah usaha dan tenaga kerja mengalalmi perubahan yang tidak terlalu signifikan.

Rincian jumlah usaha dan tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 14.5.

Tabel 14.5. Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Menurut Kelompok Industri

di Kota Padangsidimpuan, 2011-2014

Komoditi 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Industri Besar dan Sedang

Jumlah Usaha 4 4 4 4

Jumlah Tenaga Kerja 473 473 473 473

2. Industri Kecil dan Menengah

Jumlah Usaha 239 296 455 470

Jumlah Tenaga Kerja 1.303 1.407 4.160 4.245

Sumber: Dinas Koperasi, UKM, Perindag dan Pasar Daerah Kota Padangsidimpuan

Untuk industri besar dan sedang, jumlah usaha dan tenaga kerja tahun 2011-2014 sebanyak

4 usaha dengan tenaga kerja sebanyak 473 orang. Sementara itu, jumlah usaha industri kecil dan

menengah mengalami kenaikan dari tahun ke tahun yaitu 239 usaha pada tahun 2011 menjadi

470 usaha pada tahun 2014. Demikian halnya dengan jumlah tenaga kerja, mengalami

peningkatan yang cukup signifikan dari 1.303 tenaga kerja pada tahun 2011 menjadi 4.245 tenaga

kerja pada tahun 2014.

Page 96: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014
Page 97: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

15. PDRB dan Inflasi dan Pendapatan Asli Daerah

88

PDRB, INFLASI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

15.1 Pendapatan Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja makro kegiatan

ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan struktur ekonomi daerah,

peranan sektor-sektor ekonomi dan pergeserannya yang didasarkan pada PDRB atas dasar harga

berlaku. Disamping itu PDRB menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi baik secara total maupun

per sektor dengan membandingkan PDRB tahun berjalan terhadap tahun sebelumnya

menggunakan atas dasar harga konstan tahun 2010.

PDRB Kota Padangsidimpuan atas dasar harga berlaku tahun 2014 sebesar 3,95 trilyun

rupiah, meningkat 10,66 persen dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan atas dasar harga

konstan 2010 PDRB Kota Padangsidimpuan tahun 2014 sebesar 3,26 milyar rupiah atau

mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,17 persen dibanding tahun sebelumnya.

Gambar 15.1. Struktur Ekonomi Kota Padangsidimpuan, 2014

Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor merupakan

sektor yang memberi peranan atau kontribusi yang terbesar terhadap PDRB tahun 2014 yaitu

sebesar 20,53 persen, peranan sektor tersebut mengalami sedikit kenaikan apabila dibanding

tahun 2013 yang sebesar 0,73 persen.

Sektor kedua yang memberi kontribusi yang terbesar adalah sektor konstruksi sebesar

12,76 persen, Sektor ketiga yang berperan dalam pembentukan PDRB tahun 2014 adalah sektor

pertanian yaitu sebesar 11,77 persen.

Pertanian; 11,77 Pertamb. &

Penggalian; 0,49

Industri Pengolahan; 4,07

Listrik&Gas; 0,14

Pengadaan Air, pengolahan

sampah Limbah; 0,19

Konstruksi; 12,76

perdagangan Besar dan

Eceran; 20,53 Transportasi dan

Pergudangan; 6,67

Akomodasi dan Makan minum;

6,18

Informasi dan Komunikasi; 2,27

Jasa keuangan dan Asuransi;

6,57

Real Estate; 4,14

Jasa perusahaan; 0,48

Administrasi Pemerintahan;

11,36

Jasa pendidikan; 10,83

Jasa Kesehatan dan kegiatan Sosial; 1,14

Jasa Lainnya; 0,42

Page 98: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

15. PDRB dan Inflasi dan Pendapatan Asli Daerah

89

Tabel 15.1. Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Dasar 2010 di Padangsidimpuan, 2011-2014 (Jutaan Rp.)

Komoditi 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 388.965,9 417 062,4 445 749,6 465 527,4

B Pertambangan dan Penggalian 14.995,0 16 527,0 18 243,0 19 231,0

C Industri Pengolahan 121.610,2 132 786,8 145 262,1 161 122,6

D Pengadaan Listrik dan Gas Jumlah Usaha 5.191,7 5 494,0 5 640,2 5 497,8

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

5.907,8 6 433,3 7 004,7 7 606,2

F Konstruksi 389.995,6 422 971,7 453 371,5 504 804,4

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

587.798,1 659 857,4 728 689,0 812 075,0

H Transportasi dan Pergudangan 176.997,2 196 163,8 230 970,6 263 864,2

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 168.415,2 189 302,6 214 203,9 244 302,9

J Informasi dan Komunikasi 74.759,0 80 588,0 86 500,0 89 823,0

K Jasa Keuangan dan Asuransi 167.498,2 204 697,1 238 067,4 259 945,4

L Real Estate 111.309,6 122 924,0 146 173,0 163 666,6

M, N Jasa Perusahaan 13.900,0 15 555,0 17 009,0 18 950,0

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

331.170,5 369.282,6 400.165,8 449.507,2

P Jasa Pendidikan 320.455,5 358.135,9 382.584,5 428.234,5

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 31.416,0 35.372,9 40.195,8 44.978,5

R,S,T,U Jasa Lainnya 11.588,0 13.210,0 14.900,0 16.704,0

Total PDRB 2.921.973,5 3 246 364,6 3 574 730,2 3 955 840,6

PDRB Perkapita 14.900,7 16.265,7 17.596,9 19.157,0

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Padangsidimpuan

Apabila PDRB dikaitkan dengan jumlah penduduk akan menggambarkan tingkat

pendapatan per kapita suatu wilayah. PDRB per kapita Kota Padangsidimpuan atas dasar harga

berlaku tahun 2014 sebesar 19,15 juta rupiah lebih tinggi bila dibanding tahun 2013 sebesar 17,59

juta rupiah.

Tabel 15.2. Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar 2010 di Padangsidimpuan, 2011-2014 (Jutaan Rp.)

Komoditi 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 373.028,3 384.937,1 393.358,0 397.163,0

B Pertambangan dan Penggalian 14.090,0 14.527,0 14.980,0 15.500,0

C Industri Pengolahan 113.935,9 118.631,4 122.335,6 126.356,4

D Pengadaan Listrik dan Gas Jumlah Usaha 5.347,0 5.818,6 6.160,8 6.708,0

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

5.725,7 6.042,2 6.375,4 6.709,1

F Konstruksi 374.096,7 399.096,5 421.106,1 439.232,6

Page 99: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

15. PDRB dan Inflasi dan Pendapatan Asli Daerah

90

Komoditi 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

574.991,7 623.440,8 672.381,6 717.672,0

H Transportasi dan Pergudangan 169.350,4 180.329,1 193.075,9 204.405,2

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 160.341,0 167.985,3 176.170,1 189.390,0

J Informasi dan Komunikasi 75.063,5 79.760,6 85.327,9 88.906,6

K Jasa Keuangan dan Asuransi 156.220,0 173.305,8 190.599,5 195.130,7

L Real Estate 106.309,6 112.824,0 120.173,0 128.753,3

M, N Jasa Perusahaan 13.400,0 14.055,0 14.617,0 15.385,4

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

299.312,9 306.481,3 319.116,4 338.854,6

P Jasa Pendidikan 306.576,2 322.548,8 338.676,8 358.004,9

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 29.386,3 31.174,3 33.260,9 35.306,4

R,S,T,U Jasa Lainnya 10.988,0 11.760,0 12.550,0 13.354,0

Total PDRB 2.788.163,2 2.952.717,7 3 120 264,9 3 276 832,2

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Padangsidimpuan

Tabel 15.3. Distribusi Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Dasar 2010 di Padangsidimpuan, 2011-2014 (%)

Komoditi 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 13,31 12,85 12,47 11,77

B Pertambangan dan Penggalian 0,51 0,51 0,51 0,49

C Industri Pengolahan 4,16 4,09 4,06 4,07

D Pengadaan Listrik dan Gas Jumlah Usaha 0,18 0,17 0,16 0,14

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0,20 0,20 0,20 0,19

F Konstruksi 13,35 13,03 12,68 12,76

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

20,12 20,33 20,38 20,53

H Transportasi dan Pergudangan 6,06 6,04 6,46 6,67

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,76 5,83 5,99 6,18

J Informasi dan Komunikasi 2,56 2,48 2,42 2,27

K Jasa Keuangan dan Asuransi 5,73 6,31 6,66 6,57

L Real Estate 3,81 3,79 4,09 4,14

M, N Jasa Perusahaan 0,48 0,48 0,48 0,48

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan jaminan Sosial

11,33 11,38 11,19 11,36

P Jasa Pendidikan 10,97 11,03 10,70 10,83

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,08 1,09 1,12 1,14

R,S,T,U Jasa Lainnya 0,40 0,41 0,42 0,42

Total PDRB 100,00 100.00 100.00 100.00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Padangsidimpuan

Page 100: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

15. PDRB dan Inflasi dan Pendapatan Asli Daerah

91

Tabel 15.4. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar 2010 di Padangsidimpuan, 2011-2014 (%)

Komoditi 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,46 3,19 2,19 0,97

B Pertambangan dan Penggalian 2,19 3,10 3,12 3,47

C Industri Pengolahan 3,57 4,12 3,12 3,29

D Pengadaan Listrik dan Gas Jumlah Usaha 8,63 8,82 5,88 8,88

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

5,53 5,53 5,52 5,23

F Konstruksi 6,07 6,68 5,51 4,30

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

5,00 8,43 7,85 6,74

H Transportasi dan Pergudangan 5,81 6,48 7,07 5,87

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,41 4,77 4,87 7,50

J Informasi dan Komunikasi 5,45 6,26 6,98 4,19

K Jasa Keuangan dan Asuransi 8,21 10,94 9,98 2,38

L Real Estate 6,96 6,13 6,51 7,14

M, N Jasa Perusahaan 5,74 4,89 4,00 5,26

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan jaminan Sosial

13,33 2,39 4,12 6,19

P Jasa Pendidikan 4,34 5,21 5,00 5,71

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6,04 6,08 6,69 6,15

R,S,T,U Jasa Lainnya 8,34 7,03 6,72 6,41

Total PDRB 5,85 5,90 5,67 5,02

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Padangsidimpuan

15.2 Inflasi Selama kurun waktu 2011-2014 laju inflasi kumulatif meningkat secara signifikan pada

tahun 2013 yaitu sebesar 7,82. Hal ini terjadi karena mendekati akhir tahun 2013 terjadi gejolak

harga pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang memberikan andil yang

cukup besar terhadap nilai inflasi. Sedangkan, laju inflasi kumulatif terendah terjadi pada tahun

2012. Secara rinci perkembangan laju inflasi kumulatif menurut kelompok tahun 2011-2014

dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 101: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

15. PDRB dan Inflasi dan Pendapatan Asli Daerah

92

Tabel 15.5. Laju Inflasi Kumulatif Menurut Kelompok

di Padangsidimpuan, 2011-2014 (%.)

Komoditi 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

A Bahan Makanan 3,59 0,06 10,81 8,67

B Makanan jadi, minuman, rokok & tembakau 12,90 6,77 6,07 7,19

C Peruma-han, Air, Listrik, Gas, dan bahan bakar 2,50 6,53 6,32 7,23

D Sandang 13,85 5,93 1,85 2,52

E Kesehatan -0,34 3,56 2,92 4,1

H Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 2,58 6,04 5,71 1,43

I Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan -4,11 -0,65 14,88 12,06

Inflasi Umum 4,66 3,54 7,82 7,38

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Padangsidimpuan

15.3 Pendapatan Asli Daerah Selama kurun waktu 2011-2014 persentase realisasi terhadap anggaran Pendapatan Asli

Daerah yang diperoleh Kota Padangsidimpuan mengalami fluktuasi meskipun secara total

realisasi PAD yang diperoleh Kota Padangsidimpuan terus mengalami peningkatan setiap

tahunnya. Pemerintah Kota Padangsidimpuan perlu memberikan perhatian serius terhadap

pencapaian realisasi PAD khususnya yang bersumber dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

karena kedua sumber tersebut merupakan sumber PAD terbesar untuk kota Padangsidimpuan.

Tabel 15.6. Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah

Menurut Sumber Pendapatan di Padangsidimpuan, 2011-2014

Sumber Pendapatan

Anggaran (Jutaan Rupiah)

2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

Pajak Daerah 6.545,53 6.993,51 9.935,00 11.885,00

Retribusi Daerah 7.795,87 7.941,63 22.485,40 27.784,18

Retribusi Jasa Umum 5.400,01 5.298,01 18.735,40 24.884,18

Retribusi Jasa Usaha 1.782,26 1.753,62 2.353,00 2.028,00

Retribusi Perizinan Tertentu 613,60 890,00 1.397,00 872,00

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan (Jumlah Laba Perusahaan Daerah)

5.872,66 6.022,66 6.410,00 5.556,83

Lain-lain PAD yang Sah 2.079,59 2.229,59 3.350,00 3.350,00

Total 22.293,65 29.131,89 42.180,40 48.576,01

Page 102: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

15. PDRB dan Inflasi dan Pendapatan Asli Daerah

93

Tabel 15.6. Lanjutan

Sumber Pendapatan

Realisasi (Jutaan Rupiah)

2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

Pajak Daerah 7.016,25 7.606,69 7.207,95 10.217,69

Retribusi Daerah 6.671,58 7.217,32 16.939,93 37.919,40

Retribusi Jasa Umum 5.281,25 5.812,97 15.181,24 36.217,97

Retribusi Jasa Usaha 787,18 865,58 1.011,78 1.099,81

Retribusi Perizinan Tertentu 603,15 538,78 746,91 601,62

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan (Jumlah Laba Perusahaan Daerah)

5.872,66 5.983,58 7.178,79 5.556,83

Lain-lain PAD yang Sah 1.904,78 2.814,71 3.691,51 5.031,53

Total 21.465,27 23.622,31 35.018,18 58.725,45

Tabel 15.6. Lanjutan

Sumber Pendapatan

Persentase Realisasi (%)

2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

Pajak Daerah 107,19 108,77 72,55 85,97

Retribusi Daerah 85,58 90,88 75,34 136,48

Retribusi Jasa Umum 97,80 109,72 81,03 145,55

Retribusi Jasa Usaha 44,17 49,36 43,00 54,23

Retribusi Perizinan Tertentu 98,30 60,54 53,47 68,99

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan (Jumlah Laba Perusahaan Daerah)

100,00 99,35 111,99 100,00

Lain-lain PAD yang Sah 91,59 126,24 110,19 150,19

Total 96,28 101,88 83,02 120,89

Page 103: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014
Page 104: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

16. Keamanan

95

KEAMANAN

Situasi politik dan keamanan merupakan salah satu prioritas untuk mewujudkan stabilitas

penyelenggaraan pemerintahan terutama di daerah. Pemerintahan daerah dapat terselenggara

dengan baik apabila pemerintah dapat memberikan rasa aman kepada masyarakat, menjaga

ketertiban dalam pergaulan masyarakat, serta menanggulangi kriminalitas sehingga kuantitas

dan kualitas kriminalitas dapat diminimalisir.

11.1 Angka Kriminalitas

Angka Kriminalitas adalah rata-rata kejadian kriminalitas dalam satu bulan pada tahun

tertentu. Artinya dalam satu bulan rata-rata terjadi berapa tindak kriminalitas untuk berbagai

kategori seperti curanmor, pembunuhan, pemerkosaan, dan sebagainya. Indikator ini berguna

untuk menggambarkan tingkat keamanan masyarakat, semakin rendah tingkat kriminalitas, maka

semakin tinggi tingkat keamanan masyarakat.

Tabel 16.1. Banyaknya Peristiwa Kejahatan/Pelanggaran Yang Dilaporkan Menurut Jenis Kejahatan/Pelanggaran di Padangsidimpuan, 2011-2014

Jenis Kriminal 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pembakaran 1 1 2 1

2. Kebakaran 12 1 1

3. Melanggar Kesopanan, Perzinahan 2 1

4. Perkosaan 27 29 48 31

5. Perjudian 76 48 101 52

6. Penculikan 1

7. Pembunuhan 1 3 1 2

8. Penganiayaan Berat 1

9. Penganiayaan Ringan 157 166 199 181

10. Pencurian Ringan 42 40 87 88

11. Pencurian dengan Kekerasan 6 4 12 11

12. Pencurian dengan Pemberatan 94 106 94 106

13. Penghinaan 19 14 22 14

14. Pemerasan 13 8 13 5

15. Penggelapan 44 37 35 49

16. Penipuan 63 50 67 52

17. Merusak 9 25 15 16

18. Kejahatan Ekonomi 14 2

19. Pencurian Bermotor 44 81 110 56

Page 105: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

16. Keamanan

96

Jenis Kriminal 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

20. Kejahatan Narkotik 41 37 58 50

21. Penyelundupan 7

22. Kejahatan lain-lain 20 31 47 43

23. Pelanggaran KUHP 4

24. Pelanggaran Ekonomi 1

15. Kejahatan Surat-surat sejenis 7 8 10 11

Jumlah Kejahatan/Pelanggaran 683 696 937 772

Jumlah Penduduk 196.097 199.583 203.146 206.496

Angka Kriminalitas 34,83 34,87 46,12 37,39

Sumber: Kepolisian Resot Padangsidimpuan

Dari tabel 16.1 telihat bahwa angka kriminalitas di Kota Padangsidimpuan cenderung

meningkat yang berarti tingkat keamanan semakin menurun. Tahun 2011 angka kriminalitas di

Kota Padangsidimpuan adalah 34,93 sedangkan di tahun 2012 dan 2013 mengalami peningkatan

masing-masing menjadi 34,87 dan 46,12 dan di tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 37,39.

Untuk jumlah kejahatan/pelanggaran yang ditangani oleh pihak Kepolisian Resort

Padangsidimpuan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 16.2. Banyaknya Peristiwa Kejahatan/Pelanggaran Yang Ditangani Menurut Jenis Kejahatan/Pelanggaran di Padangsidimpuan, 2011-2014

Jenis Kriminal 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pembakaran 2

2. Kebakaran 12 1

3. Melanggar Kesopanan, Perzinahan 2

4. Perkosaan 11 18 80 23

5. Perjudian 71 47 90 53

6. Penculikan 1

7. Pembunuhan 1 3

8. Penganiayaan Berat

9. Penganiayaan Ringan 60 57 101 115

10. Pencurian Ringan 22 8 24 28

11. Pencurian dengan Kekerasan 6 1 4 6

12. Pencurian dengan Pemberatan 20 22 26 30

13. Penghinaan 4 9 11

14. Pemerasan 5 4 6 2

15. Penggelapan 9 11 9 22

Page 106: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

16. Keamanan

97

Jenis Kriminal 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

16. Penipuan 20 7 18 23

17. Merusak 6 8 6 7

18. Kejahatan Ekonomi 4 3

19. Pencurian Bermotor 17 13 10

20. Kejahatan Narkotik 28 44 68 60

21. Penyelundupan 7

22. Kejahatan lain-lain 6 6 22 26

23. Pelanggaran KUHP 4

24. Pelanggaran Ekonomi 1

15. Kejahatan Surat-surat sejenis 3 5 3 7

Jumlah Kejahatan/Pelanggaran Yang Tertangani 297 265 486 427

Jumlah Penduduk 196.097 199.583 203.146 206.496

Angka Kriminalitas Yang Tertangani 15,15 13,28 23,92 20,68

Sumber: Kepolisian Resot Padangsidimpuan

Angka kriminalitas yang tertangani adalah penanganan kriminal oleh aparat penegak

hukum (polisi/kejaksaan). Angka kriminalitas yang ditangani merupakan jumlah tindak kriminal

yang ditangani selama 1 tahun terhadap 10.000 penduduk.

Dari tabel 16.2 telihat bahwa angka kriminalitas yang ditangani di Kota Padangsidimpuan

cenderung meningkat. Tahun 2011 angka kriminalitas yang tertangani di Kota Padangsidimpuan

adalah 15,15 sedangkan di tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 13,28 dan tahun 2013

mengalami peningkatan menjadi 23,92 yang kemudian meningkat kembali di tahun 2014 menjadi

20,68.

16.2 Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja

Aparat penyelenggara keamanan selain dilakukan oleh Kepolisian Resort

Padangsidimpuan, juga dilakukan oleh aparat polisi pamong praja. Polisi Pamong Praja adalah

aparatur Pemerintah Daerah yang melaksanakan tugas Kepala Daerah dalam memelihara dan

menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah dan

Keputusan Kepala Daerah. Jumlah polisi pamong praja dihitung dari jumlah aparatur pada satuan

polisi pamong praja yang ditetapkan tugas pokok dan fungsinya berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Satuan polisi pamong praja merupakan perangkat daerah yang dapat

berbentuk dinas daerah atau lembaga teknis daerah.

Page 107: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014

Perkembangan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2011-2014

16. Keamanan

98

Tabel 16.3. Statistik Satuan Polisi Pamong Praja

Kota Padangsidimpuan, 2011-2014

Uraian 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Jumlah Polisi Pamong Praja 55 65 114 173

2. Cakupan Patroli Petugas Satuan Polisi Pamong Praja

3 kali/hari

dalam 156 hari 3 kali/hari

dalam 208 hari 3 kali/hari

dalam 260 hari

3. Jumlah Pelanggaran Ketertiban, Ketentraman dan Keindahan

80 96 34 30

4. Jumlah Penyelesaian Pelanggaran Ketertiban, Ketentraman dan Keindahan

60 65 34 30

5. Persentase Penegakan Peraturan Daerah 30 40 50 60

Jumlah Penduduk 196.097 199.583 203.146 206.496

Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk 2,80 3,26 5,61 8,38

Rasio tingkat penyelesaian pelanggaran K3 75,00 67,71 100,00 100,00

Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Kota Padangsidimpuan, Bagian Hukum Sekretariat Kota Padangsidimpuan, dan Badan Pusat Statistik Kota Padangsidimpuan

Rasio jumlah polisi pamong praja menggambarkan kapasitas pemda dalam memelihara

dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah dan

Keputusan Kepala Daerah. Semakin besar rasio jumlah polisi pamong praja maka akan semakin

besar ketersediaan polisi pamong praja yang dimiliki pemerintah daerah dalam memberikan

pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah .

Dari Tabel 16.3 terlihat bahwa rasio jumlah polisi pamong praja semakin meningkat dari

tahun 2010 hingga tahun 2014. Hal ini menjadi pendorong bagi Satuan polisi Pamong Praja Kota

Padangsidimpuan untuk meningktkan kinerja yang terbukti dengan tingkat penyelesaian

pelanggaran ketertiban, ketentraman, dan keindahan yang juga terus meningkat bahkan

mencapai seratus persen di tahun 2013 dan 2014. Dari tabel ini juga terlihat bahwa salah satu

bagian tugas Polisi Pamong Praja dalam hal penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan kepala

Daerah semakin meningkat setiap tahunnya.

Page 108: Indikator kesejahteraan rakyat kota padangsidimpuan 2011 2014