indikator kesejahteraan 2014

Upload: fathia-arifa-hasanah

Post on 23-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    1/70

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    2/70

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    3/70

    Indikator Kesejahteraan RakyatProvinsi Maluku Utara

    2014

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    4/70

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    5/70

    Indikator Kesejahteraan RakyatMaluku Utara 2014

    Nomor ISSN : 2460-7495Nomor Publikasi : 82520.1509Katalog BPS : 4102004.82Ukuran Buku : 16,5 cm x 21,5 cmJumlah Halaman : xiv + 50 Halaman

    Naskah : Bidang Statistik Sosial

    Pengolah : Bidang Statistik Sosial

    Gambar Kulit : Bidang Statistik Sosial

    Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara

    Boleh d ikut ip dengan menyebutkan sumb ernya

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    6/70

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    7/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 iii

    KATA PENGANTAR

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 merupakan

    publikasi tahunan BPS Provinsi Maluku Utara penerbitan ke-14 yang menyajikan data

    mengenai tingkat kesejahteraan rakyat Maluku Utara antar kabupaten/kota dan tipe

    daerah. Data utama yang digunakan bersumber dari Sensus Penduduk, Susenas, Sakernas,

    dan Maluku Utara Dalam Angka.

    Publikasi ini menyajikan aspek-aspek kesejahteraan yang datanya tersedia dan

    terukur. Untuk memudahkan interpretasi, perubahan tingkat kesejahteraan dikaji

    menurut berbagai bidang yang mencakup kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan,

    dan ketenagakerjaan yang menjadi acuan dalam upaya peningkatan kualitas hidup.

    Kepada Tim Penyusun dan semua pihak yang telah memberikan kontribusinya

    dalam proses penyusunan publikasi ini, kami sampaikan penghargaan terima kasih. Kritik

    dan saran membangun untuk perbaikan publikasi di masa yang akan datang sangat

    diharapkan.

    Ternate, November 2015

    Kepala Badan Pusat Statistik

    Provinsi Maluku Utara

    M. Habibullah

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    8/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 iv

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    9/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Kata Pengantar ..................................................................................................... iiiDaftar Isi ............................................................................................................. v

    Daftar Tabel .......................................................................................................... vii

    Daftar Gambar ...................................................................................................... ix

    Singkatan dan Akronim ......................................................................................... x

    Abstraksi ............................................................................................................. xi

    1. Kependudukan ............................................................................................ 1

    2.

    Kesehatan dan Gizi ...................................................................................... 9

    3. Pendidikan .................................................................................................. 21

    4. Ketenagakerjaan .......................................................................................... 33

    Daftar Pustaka .................................................................................................. 43

    Istilah Teknis .................................................................................................. 45

    Sumber Data .................................................................................................. 49

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    10/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 vi

    ( Halaman ini sengaja dikosongkan )

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    11/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 vii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    KEPENDUDUKAN

    1.1 Komposisi Penduduk (%) dan Angka Beban Ketergantungan,

    2014 .......................................................................................................... 6

    1.2 Persentase Wanita menurut Usia pada Perkawinan Pertama dan,

    Tipe Daerah 2014 ..................................................................................... 7

    KESEHATAN DAN GIZI

    2.1 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup, 2011-2014 .................. 10

    2.2 Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Diberi ASI dan

    Lamanya diberi ASI menurut Tipe Daerah, 2011 dan 2014 ...................... 12

    2.3 Persentase Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi menurut

    Tipe Daerah, 2014 .................................................................................... 13

    2.4 Banyaknya Sarana/Fasilitas Kesehatan, 2013-2014 ................................. 15

    2.5 Persentase Balita menurut Penolong Persalinan Terakhir dan

    Tipe Daerah, 2014 .................................................................................... 16

    2.6 Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri menurut Jenis

    Obat/Cara Pengobatan yang di Gunakan dan Tipe Daerah,

    2014 .......................................................................................................... 17

    2.7 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan menurut Tempat

    Berobat dan Tipe Daerah, 2014 ................................................................ 18

    PENDIDIKAN

    3.1 Angka Melek Huruf menurut Kelompok Umur dan Tipe Daerah,

    2013-2014.................................................................................................. 233.2 Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) menurut Jenis Kelamin dan

    Tipe Daerah, 2013-2014 ............................................................................ 25

    3.3 Persentase penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Tingkat

    Pendidikan dan Tipe Daerah, 2014 .......................................................... 27

    3.4 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Usia Sekolah, Jenis

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    12/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 viii

    Kelamin dan Tipe Daerah, 2014 ............................................................... 29

    3.5 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Usia Sekolah, Jenis

    Kelamin dan Tipe Daerah, 2014 ............................................................... 30

    KETENAGAKERJAAN

    4.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama

    selama Seminggu yang Lalu, 2013 dan 2014 ............................................ 34

    4.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Tipe Daerah

    dan Jenis Kelamin, 2013 dan 2014 ........................................................... 36

    4.3 Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Tipe Daerah dan

    Jenis Kelamin, 2013-2014 ......................................................................... 37

    4.4 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang BekerjaSeminggu yang Lalu menurut Kelompok Lapangan Usaha dan

    Tipe Daerah, 2013 dan 2014 .................................................................... 39

    4.5 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja

    Seminggu yang Lalu menurut Status Pekerjaan dan Tipe

    Daerah, 2013 dan 2014 ............................................................................ 40

    4.6 Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja

    selama Seminggu dan Tipe Daerah, 2011-2014 ....................................... 42

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    13/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 ix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1.1 Penduduk menurut Jenis Kelamin, 2012-2014 ......................................... 2

    1.2 Persentase Wilayah Daratan dan Persebaran Penduduk, 2014 ............... 4

    1.3 Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten/Kota, 2014 ........................... 5

    2.1 Angka Kesakitan dan Rata-rata Lamanya Sakit menurut Daerah

    Tempat Tinggal, 2014 ................................................................................ 11

    3.1 Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut

    Tipe Daerah, 2011-2014 ............................................................................ 22

    4.1 TPAK menurut Tipe Daerah, 2011-2014 .................................................... 35

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    14/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 x

    ( Halaman ini sengaja dikosongkan )

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    15/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 xi

    SINGKATAN DAN AKRONIM

    APK : Angka Partisipasi Kasar

    APM : Angka Partisipasi MurniASI : Air Susu Ibu

    BPS : Badan Pusat Statistik

    D1/D2/D3 : Diploma 1/ Diploma 2 / Diploma3

    K : Perkotaan

    D : Perdesaan

    K + D : Perkotaan + Perdesaan

    L : Laki-laki

    P : Perempuan

    L+P : Laki-laki + Perempuan

    Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

    Pustu : Puskesmas Pembantu

    MI : Madrasah Ibtidaiyah

    Sakernas : Survey Angkatan Kerja Nasional

    SD : Sekolah Dasar

    SM : Sekolah Menengah

    SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

    SMLB : Sekolah Menengah Luar BiasaSMP : Sekolah Menengah Pertama

    SMPLB : Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa

    SP : Sensus Penduduk

    Susenas : Survey Sosial Ekonomi Nasional

    TPAK : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

    TPT : Tingkat Pengangguran Terbuka

    Wajar : Wajib Belajar

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    16/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 xii

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    17/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 xiii

    ABSTRAKSI

    Publikasi ini menyajikan gambaran mengenai taraf kesejahteraan rakyat

    Provinsi Maluku Utara, perkembangannya antar waktu serta perbandingannya antar

    kabupaten/kota dan daerah tempat tinggal (perkotaan dan perdesaaan). Dimensi

    kesejahteraan rakyat yang diamati dalam publikasi ini meliputi kependudukan,

    pendidikan, kesehatan dan gizi, ketenagakerjaan, pola konsumsi rumah tangga,

    perumahan, dan sosial lainnya. Setiap aspek disajikan secara terpisah dan merupakan Bab

    tersendiri. Publikasi ini hanya menyajikan permasalahan kesejahteraan rakyat yang dapat

    diamati dan dapat diukur (measurable welfare) dengan menggunakan indikator tunggal

    maupun indikator komposit.

    Taraf kesejahteraan rakyat Maluku Utara jika dilihat dari beberapa indikator,

    menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik dari waktu ke waktu, antara lain:

    Angka beban ketergantungan turun dari 62,47 pada 2013 menjadi 61,60 pada 2014.

    Selama tiga tahun terakhir, angka melek huruf terus mengalami peningkatan yang

    cukup signifikan.

    Tingkat pengangguran terbuka yang terus mengalami penurunan selama tiga tahun

    terakhir.

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    18/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 xiv

    ( Halaman ini sengaja dikosongkan )

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    19/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 1

    Penduduk sebagai sumber daya manusia memiliki peranan penting dalam

    menggerakkan pembangunan ekonomi suatu wilayah, karena permasalahan

    kependudukan tidak hany amenyangkut kelahiran, kematian dan migrasi, tetapi juga

    menyangkut masalah sosial budaya, ekonomi, polotik, pertahanan dan keamananyang

    sngat berpengaruh dalam upaya peningkatan pemerataan kesejahteraan rakyat. Masalah

    kependudukan masih menjadi salah satu fokus utama pemerintah. Penduduk sebagai

    pelaku maupun objek pembangunan otomatis menjadi modal utama yang diperlukan

    demi berhasilnya kegiatan pembangunan di suatu wilayah. Namun, pemasalahan

    kependudukan seperti tidak ada habisnya. Salah satu masalah yang masih menjadi fokus

    utam pemerintah dalam beberapa tahun belakanagan selain jumlah, komposisi dan

    distribusi penduduk adalah laju pertumbuhan penduduk. Oleh karena itu data

    kependudukan yang akurat dan tepat waktu sangat dibuuhkan dalam upaya penyelesaian

    masalah-masalah tersebut.

    Dalam proses pembanguan, disamping sebagai pelaksana pembangunan,

    penduduk juga merupakan sasaran akhir dari semua target program pembangunan seperti

    peningkatan kesejahteraan, kesehatan , keamanan, kualitas sumber daya manusia dan

    sebagainya. Oleh sebab itu pembangunan bidang kependudukan perlu perhatian yang

    lebih baik sehingga menghasilkan sumber daya manusia berkualitas yang dapat

    menunjang keberhasilan sumber daya manusia berkualitas yang dapat menunjang

    keberhasilan pembangunan.

    Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

    Laju pertumbuhan penduduk suatu wilayah merupakan nilai yang

    mengindikasikan pertumbuhan penduduk dari suatu period eke periode yang lain.

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    20/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 20142

    Pertumbuhan penduduk yang berkembang pesat tanpa diimbangi dengan meningkatnya

    kualitas sumber daya manusia itu sendiri, justru hanya akan menyebabkan masalah-

    masalah berikutnya. Masalah-masalah yang mungkin akan timbul dengan tidak sejalannya

    pertumbuhan penduduk dengan menambahnya jumlah pengangguran karena terkadang

    kualifikasi pekerjaan yang dibutuhkan tidak terpenuhi yang berdampak makin

    meningkatnya tingkat kriminalitas di masyarakat dsb.

    Jumlah penduduk di Maluku Utara dari tahun ke tahun terus meningkat.

    Berdasarkan hasil proyeksi penduduk 2010-2020, jumlah penduduk Maluku Utara pada

    2012 mencapai 1.091.075 jiwa. Pada 2014, jumlah penduduk Maluku Utara meningkat

    menjadi sebanyak 1.138.667 jiwa. Penduduk Maluku Utara menurut jenis kelamin dapat

    dilihat pada gambar 1.1

    Sumber: BPS, Diolah dari Hasil Proyeksi Penduduk 2010-2020

    Gambar 1.1 Penduduk menurut Jenis Kelamin, 2012-2014

    557.235

    533.840

    569.264

    545.633

    581.264

    557.403

    Laki-Laki Perempuan

    2012 2013 2014

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    21/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 3

    Dalam periode 2012-2014, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan

    perempuan. Selama periode tersebut jumlah laki-laki lebih dari separuh jumlah penduduk

    Maluku Utara.

    Persebaran dan Kepadatan Penduduk

    Persebaran penduduk yang merata merupakan suatu indikator keberhasilan

    suatu pembangunan. Hal ini dikarenakan jika persebaran penduduk tidak merata berarti

    pembangunan juga tidak merata

    Untuk itu, masalah penyebaran penduduk yang tidak merata dirasa perlu

    mendapat perhatian karena berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak

    seimbang antar wilayah. Kepadatan penduduk merupakan indikator dalam mengetahui

    persebaran penduduk. Kepadatan penduduk terbagi 3, yaitu kepadatan penduduk kasar,

    kepadatan penduduk fisiologis dan kepadtan penduduk agraris. Kepadatan penduduk

    kasar merupakan ukuran persebaran yang umum digunakan, karena selain kemudahan

    dalam penghitungan, juga data yang dibutuhkan sederhana.

    Jika dilihat dari pola persebaran penduduk, Provinsi Maluku Utara merupakan

    daerah kepulauan dengan persebaran penduduk antar kabupaten/kota yang masih

    timpang. Berdasarkan Gambar 1.2, Kota Ternate adalah kota dengan luas daratan paling

    sempit di Maluku Utara. Luasnya hanya 0,56 persen dari seluruh daratan di Maluku Utara.

    Akan tetapi berdasarkan persebaran penduduk Maluku Utara 2013, kota Ternate dihuni

    sekitar 18,18 persen penduduk Maluku Utara. Sebaliknya, Kepulauan Sula sebagai

    kabupaten dengan wilayah daratan terluas (luasnya sekitar 21,37 persen dari seluruh

    wilayah daratan Maluku Utara). Namun hanya dihuni oleh sekitar 12,64 persen dari

    jumlah penduduk Maluku Utara. Kondisi lebih ekstrim terjadi di Tidore Kepulauan, sebagai

    daerah terluas kedua. 21,22 persen daratan Maluku, namun hanya 8,48 persen penduduk

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    22/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 20144

    Maluku Utara yang tinggal di kota ini. Dari persebaran penduduk ini dapat dilihat bahwa

    penyebaran penduduk di Maluku Utara belum merata.

    Sumber: BPS, Diolah dari Hasil Proyeksi Penduduk 2010-2020

    Gambar 1.2 Persentase Wilayah Daratan dan Persebaran Penduduk, 2014

    Ketimpangan persebaran penduduk di Maluku Utara menyebabkan kepadatan

    penduduk di masing-masing kabupaten/kota tidak merata. Kepadatan penduduk di

    Ternate yang luasnya paling kecil dari seluruh wilayah daratan Maluku Utara, secara

    umum, kepadatan penduduk di Maluku Utara pada 2014 mencapai 35,58 jiwa per km2.

    Terdapat empat kabupaten/kota yang mempunyai kepadatan penduduk lebih tinggi dari

    kepadatan provinsi, yaitu Kepulauan Sula (52,14 jiwa per km2), Tidore Kepulauan (58,22

    jiwa per km2), Halmahera Barat (62,82 per km

    2) dan Ternate (1.865,42 per km

    2).

    0,56

    18,25

    1,10

    5,19

    5,05

    4,25

    5,80

    9,55

    10,99

    15,51

    14,44

    7,28

    19,48

    18,9521,22

    8,41

    21,3712,60

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    60%

    70%

    80%

    90%

    100%

    Persentase WilayahDaratan

    Persebaran Penduduk

    Kepulauan Sula

    Tidore Kepulauan

    Halmahera Selatan

    Halmahera Timur

    Halmahera Utara

    Halmahera Barat

    Halmahera Tengah

    Pulau Morotai

    Ternate

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    23/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 5

    Sumber: BPS, Diolah dari Hasil Proyeksi Penduduk 2010-2020

    Gambar 1.3 Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten/Kota, 2014

    Tingginya kepadatan penduduk di Kota Ternate sebagai wilayah tersempit di

    Maluku Utara mengindikasikan bahwa Ternate menjadi pilihan utama bagi para migran.

    Meskipun ibu kota provinsi sudah pindah ke Sofifi (Tidore Kepulauan), namun semua

    kegiatan masih terpusat di Ternate. Selain itu fasilitas-fasilitas umum di Ternate lebih

    lengkap dibandingkan daerah lain.

    Oleh karena itu, pemerintah kabupaten/kota diharapkan lebih proaktif untuk

    meningkatkan infrastrukturnya sehingga bisa meningkatkan daya tarik daerah masing-

    masing dan dapat mewujudkan persebaran dan kepadatan penduduk yang merata.

    12,6218,24

    23,87 26,48

    35,58

    45,31

    52,1458,22

    63,82

    1.865,42

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    Haltim Halteng Pulmor Halsel Provinsi Halut Kepsul Tikep Halbar Ternate

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    24/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 20146

    Angka Beban Ketergantungan

    Keberhasilan pembangunan bidang kependudukan diantaranya dapat tercermin

    dari semakin rendahnya proporsi penduduk usia tidak produktif, khususnya kelompok usia

    0-14 tahun, yang berarti pula semakin rendahnya angka beban ketergantungan. Semakin

    kecil angka beban ketergantungan akan memberikan kesempatan bagi penduduk usia

    produktif (15-64 tahun) untuk meningkatkan kualitas dirinya karena semakin kecil beban

    yang harus ditanggung terhadap penduduk usia tidak produktif.

    Tabel 1.1 Komposisi Penduduk (%) dan Angka Beban Ketergantungan menurut Tipe

    Daerah, 2014

    Tipe DaerahUmur Angka Beban

    Ketergantungan

    (Jiwa)0-14 Tahun 15-64 Tahun 65 Tahun +

    (1) (2) (3) (4) (5)

    K 31,84 65,51 2,64 52,63

    D 36,5 60,49 3,01 65,32

    K+D 36,21 61,88 2,91 61,60Sumber: BPS, Susenas 2014

    Berdasarkan Tabel 1.1 pada 2014 angka beban ketergantungan di Maluku Utara

    sebesar 61,60, artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung

    sekitar 62 penduduk usia tidak produktif. Jika dilihat dari tipe daerah, angka beban

    ketergantungan di daerah perdesaan relatif lebih tinggi dibandingkanperkotaan. Hal ini

    bisa disebabkan karena di daerah perkotaan jaminan hidup layak lebih tinggi di banding di

    perdesaan. Di perkotaan, lapangan dan kesempatan pekerjaan terbuka lebih luas, fasilitas-

    fasilitas umum seperti sarana pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya lebih banyak

    tersedia dan lebih mudah dijangkau. Sehingga lebih banyak penduduk usia produktif (15-

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    25/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 7

    64 tahun) yang datang ke perkotaan untuk meningkatkan kualitas diri dan

    kesejahteraannya.

    Umur Perkawinan Pertama

    Umur perkawinan pertama merupakan salah satu variabel antara yang

    berpengaruh langsung terhadap fertilitas. Ini dikarenakan pada saat perkawinan pertama,

    secara formal seorang wanita diasumsikan akan memasuki kehidupan seksual, yang

    berarti pula dimulainya masa menghadapi resiko melahirkan.

    Tabel 1.2 Persentase Wanita menurut Umur pada Perkawinan Pertama dan Tipe Daerah,

    2014

    Tipe DaerahUmur

    < 16 Tahun 16-18 Tahun 19-24 Tahun 25 Tahun +

    (1) (2) (3) (4) (5)

    K 8,47 17,11 56,5 17,91

    D 12,09 27,39 50,62 9,9

    K+D 11,12 24,62 52,2 12,06

    Sumber: BPS, Susenas 2013

    Seorang wanita yang berumur kurang dari 16 tahun dianggap belum siap untuk

    menghadapi kehidupan berumahtangga dan seksual. Pada 2013, wanita yang menikah di

    umur kurang dari 16 tahun hanya sebesar 3,99 persen. Sedangkan pada umur yang

    dianggap sudah cukup matang untuk memasuki kehidupan berumahtangga dan seksual

    adalah 19-24 tahun. Di Maluku Utara, wanita yang melakukan perkawinan pertama di

    umur 19-24 tahun pada 2013 sudah cukup tinggi, yaitu 50,50 persen.

    Persentase wanita yang melakukan perkawinan pertamanya pada umur kurang

    dari 16 tahun cenderung lebih tinggi di daerah perdesaan jika dibandingkan dengan yang

    tinggal di perkotaan. Demikian pula yang terjadi pada kelompok umur 16-18 tahun.

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    26/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 20148

    Sebaliknya pada kelompok umur 19-24 tahun dan kelompok umur 25 tahun ke atas di

    perkotaan memiliki persentase yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan di

    perdesaan.

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    27/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 9

    Kualitas sumber daya manusia sangat menentukan tingkat keberhasilan suatu

    pembangunan. Karena selain sebagai objek pembangunan, sumber daya manusia juga

    merupakan subjek pembangunan. Sumber daya manusia yang berkualitas selain sebagai

    salah satu hasil pembangunan, jika merupakan penggerak keberhasilan pembangunan itu

    sendiri.

    Untuk melihat kualitas sumber daya manusia, dapat ditentukan dari dua aspek,

    yaitu fisik dan non fisik. Drai segi fisik terukur dari derajat kesehatan. Indikator utama

    biasanya digunakan untuk melihat derajat kesehatan adalah angga kematian bayi dan

    angka harapan hidup. Selain derajat kesehatan, aspek penting lain dari kualitas fisik

    penduduk adalah upaya peningkatan derajat dan status kesehatan masyarakat yang dapat

    digambarkan dengan beberapa indikator pemanfaatankesehatan seperti cakupan

    imunisasi serta penolong persalinan bayi, ketersediaan sarana kesehatan dan jenis

    pengobatan yang dilakukan.

    Pemerintah telah berupaya melakukan berbagai upaya yang ditujukan untuk

    meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memelihara mutu pelayanan kesehatan.

    Diantaranya dengan memberikan penyuluhan kesehatan agar semua anggota keluarga

    berperilaku sehat, penyediaan berbagai fasilitas umum, seperti puskesmas, posyandu, pos

    obat desa, pondok bersalin desa serta penyediaan fasilitas air minum bersih.

    Derajat dan Status Kesehatan Penduduk

    Dalam suatu Negara diupayakan meningkanya angka harapan hidup

    penduduknya yang mengindikasikan meningkatnya derajat kesehatan penduduknya.

    Selain angka harapan hidup, angka kematian juga merupakan salah satu indikator yang

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    28/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 10

    digunakan untuk mengetahui derajat kesehatan suatu daerah. Anhka kematian yang biasa

    digunakan adalah angka kematian bayi.

    Angka harapan hidup merupakan rata-rata tahun hidup yang akan dijalani

    seseorang di suatu wilayah tertentu dengan mempertimbangkan kondisi mortalitas di

    wilayah tersebut. Angka harapan hidup biasanya digunakan untuk mengevaluasi kinerja

    pemerintah dalam program peningkatan kesejahteraan rakyat.

    Tabel 2.1 menunjukkan bahwa berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-

    2035 terjadi penurunan angka kematian bayi selama periode 2011-2014. Pada 2011 angka

    kematian bayi mencapai 39,16 per 1000 kelahiran hidup menjadi 38,37 per 1000 kelahiran

    bayi pada tahun 2012, dan terus menurun hingga menjadi 37,63 per 1000 kelahiran hidup

    pada tahun 2013. Sebaliknya angka harapan hidup penduduk Maluku Utara mengalami

    kenaikan dari 66,87 pada 2011 menjadi 67.05 tahun pada 2012 dan terus meningkat

    menjadi 67,42 tahun pada 2014. Kondisi ini menunjukkan bahwa anak yang lahir pada

    2014 diperkirakan akan hidup rata-rata sampai umur 67,42 tahun.

    Indikator Kesehatan 2011 2012 2013 2014

    (1) (2) (3) (4) (5)

    Angka Kematian Bayi 39,16 38,37 37,63 36,98

    Angka Harapan Hidup (tahun) 66,87 67,05 67,24 67,42

    Sumber : BPS, Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035

    Tabel 2.1 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup, 2011-2014

    Status kesehatan memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan

    penduduk pada waktu tertentu. Penduduk yang sakit dapat didefinisikan dengan

    penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan sampai mengakibatkan terganggunya

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    29/70

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    30/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 12

    pembentukan. ASI terbukti mampu meningkatkan daya tahan tumbuh balita. Tubuh balita

    memang sangat rentan terhadap penyakit, untuk itu dibutuhkan ASI sebagai tameng yang

    melindungi balita dari bahanya penyakit. Oleh karena itu, pemberian ASI saja tanpa

    makanan dan minuman lain sangat dianjurkan bersama dengan makanan dan minuman

    lain sangat dianjurkan bersama dengan makanan tambahan, ASI diberikan hingga usia 2

    tahun (24 bulan).

    Anak usia 2-4 tahun yang pernah diberi ASI pada 2013 sebanyak 96.70 persen

    dan mengalalami penurunan pada 2014 menjadi 95.16 persen. Penurunan persentase

    anak pernah diberi ASI terjadi di daerah perkotaan maupun perdesaan, seperti disajikan

    pada Tabel 2.2

    2013 2014 2013 2014

    (1) (2) (3) (4) (5)

    K 95,38 92,48 16,73 15,59

    D 97,15 96,12 17,58 16,50

    K + D 96,70 95,16 17,37 16,28

    Sumber : BPS, Susenas 2013-2014

    Rata-Rata Lama Diberi ASI

    (Bulan)

    Tabel 2.2 Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Diberi Asi dan

    Lamanya Diberi ASI menurut Tipe Daerah,

    2013 dan 2014

    Tipe Daerah

    Anak Usia 2-4 Tahun yang

    Pernah Diberi ASI (%)

    Bila dibedakan menurut tipe daerah, selama dua tahun terakhir persentase

    anak usia 2-4 tahun yang mendapatkan ASI di perdesaan masih lebih tinggi dibandingkan

    di perkotaan. Sedangkan jika dilihat dari lamanya pemberian ASI, rata-rata anak usia 2-4

    tahun di Maluku Utara diberi ASI selama 16,28 bulan. Angka ini masih di bawah angka

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    31/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 13

    anjuran kesehatan, dimana seorang anak seharusnya diberi ASI selama 24 bulan (2 tahun).

    Oleh karena itu, masih perlu adanya upaya nyata yang dapat meningkatkan kesadaran

    masyarakat akan pentingnya ASI bagi balita dengan harapan setiap balita di Maluku Utara

    bisa mendapatkan ASI sesuai anjuran kesehatan.

    Namun demikian dapat dikatakan bahwa peluang anak usia 2-4 tahun untuk

    mendapatkan tingkat imunitas dan pertumbuhan yang lebih baik ternyata lebih banyak

    terjadi di perdesaan, hal tersebut dapat dimaklumi mengingat lebih banyak ibu-ibu yang

    tinggal di perdesaan yang mempunyai banyak waktu di rumah sehingga kesempatan untuk

    memberi ASI anaknya lebih besar bila dibandingkan dengan ibu-ibu yang tinggal di

    perkotaan yang cenderung lebih banyak waktu digunakan untuk bekerja di luar rumah.

    Tipe Daerah BCG DPT Polio Campak Hepatitis B

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    K 97,28 93,07 93,78 83,89 91,81

    D 92,10 90,41 89,92 80,64 87,60

    K + D 93,49 91,12 90,96 81,51 88,74

    Sumber: BPS, Susenas 2014

    Tabel 2.3 Persentase Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi menurut Tipe

    Daerah, 2014

    Selain kekebalan yang dimiliki sejak dalam kandungan, bayi juga memerlukan

    kekebalan buatan yang diperoleh melalui imunisasi. Imunisasi sangat diperlukan bagi

    perkembangan dan peningkatan kekebalan daya tahan tubuh balita agar sistem

    pertahanan tubuhnya kuat terhadap suatu penyakit. Anak yang mendapat imunisasi dasar

    lengkap akan terlindungi dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    32/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 14

    penularan kepada orang sekitarnya. Jenis imunisasi yang wajib diberikan kepada balita

    adalah BCG, DPT, Polio, Campak/Morbili dan Hepatitis B.

    Berdasarkan hasil susenas 2014. Mayoritas balita sudah mendapatkan imunisasi

    yang wajib, yaitu sudah lebih dari 90 persen, kecuali untuk campak. Balita yang pernah

    mendapatkan imunisasi campak baru 81,51 persen. Rendahnya balita yang mendapatkan

    imunisasi campak terjadi baik di daerah maupun perkotaan maupun perdesaan, masing-

    masing hanya sebesar 83,89 persen dan 80,64 persen.

    Pemanfaatan Fasilitas dan Tenaga Kesehatan

    Ketersediaan serta keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan

    salah satu faktor penentu terwujudnya peningkatan derajat dan status kesehatan

    penduduk. Puskesmas dan puskesmas pembantu merupakan ujung tombak pelayanan

    kesehatan karena dapat menjangkau penduduk sampai di pelosok. Namun, ketersediaan

    dan kualitasnya masih dirasakan sangat kurang dibandingkan dengan jumlah penduduk

    yang ada saat ini. Pada Tabel 2.5 disajikan perkembangan jumlah rumah sakit, puskesmas,

    dan puskesmas pembantu yang ada di Provinsi Maluku Utara 2013-2014.

    Ketersediaan puskesmas selama periode 2013-2014vmengalami penambahan,

    banyaknya rumah sakit, rumah sakit bersalin dan klinik/balai kesehatan tidak mengalami

    perubahan. Banyaknya puskesmas dari 123 unit pada 2013, bertambah menjadi 131 unit

    pada 2014. Ketersediaan sarana/fasilitas kesehatan perlu untuk ditambah, baik kuantitas

    maupun kualitasnya demi mewujudkan peningkatan derajat dan status kesehatan

    penduduk di Maluku Utara.

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    33/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 15

    .

    Sarana/Fasilitas Kesehatan 2013 2014

    (1) (2) (3)

    Rumah Sakit 21 21

    Rumah Sakit Bersalin 1 1

    Puskesmas 123 131

    Posyandu 1.253 1.391

    Klini k/Bala i Keseha tan 3 3

    Polindes 293 272

    Sumber: BPS, Maluku Utara Dalam Angka

    Tabel 2.4 Banyaknya Sarana/Fasilitas Kesehatan, 2013-2014

    Selain peningkatan fasilitas kesehatan, yang tidak kalah pentingnya adalah

    tersedianya tenaga medis khususnya tenaga penolong persalinan yang memadai baik

    jumlah, keahlian, maupun keterjangkauannya. Hal ini berkaitan dengan upaya

    menurunkan angka kematian bayi dan kematian ibu saat melahirkan, dimana pemerintah

    mengupayakan agar para ibu hamil dapat melahirkan dengan selamat, demikian pula bayiyang dilahirkannya.

    Pada umumnya, penduduk di perkotaan cenderung memilih tenaga kesehatan

    khususnya bidan sebagai penolong persalinan. Sedangkan di perdesaan, persalinan lebih

    banyak dilakukan oleh bukan tenaga kesehatan khususnya dukun bersalin. Tabel 2.5

    menunjukkan bahwa secara umum pada 2014, persalinan lebih banyak ditolong oleh

    tenaga medis (59,46 persen) dan mayoritas terjadi di daerah perkotaan (86,67 persen).

    Namun demikian, di perdesaan persalinan paling banyak ditolong oleh dukun bersalin

    yang mencapai 47,62 persen.

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    34/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 16

    Penolong Persalinan K D K + D

    (1) (2) (3) (4)

    Tenaga Kesehatan 86,67 49,46 59,46

    Dokter 33,77 6,08 13,52

    Bidan 52,90 42,11 45,01

    Tenaga Medis Lainnya 0,00 1,27 0,93

    Bukan Tenaga Kesehatan 11,10 48,47 38,44

    Dukun Bersal in 11,10 47,62 37,82

    Fami l i & Lainnya 0,00 0,85 0,62

    Sumber: BPS, Susenas 2014

    Tabel 2.5 Persentase Balita menurut Penolong Persalinan Terakhir

    dan Tipe Daerah, 2014

    Tingginya penolong persalinan yang dilakukan oleh dukun bersalin bisa

    disebabkan oleh belum meratanya persebaran tenaga medis sampai wilayah perdesaan,

    sulitnya wilayah geografis untuk menjangkau puskesmas/pustu, dan faktor ekonomi

    masyarakat. Selain itu, faktor budaya yang melekat pada masyarakat tertentu dapat

    menimbulkan dan membangun pola pikir yang salah tentang tenaga medis sehingga

    mereka kurang percaya pada tenaga medis.

    Peningkatan status kesehatan masyarakat juga dapat dilihat dari jenis

    pengobatan yang dilakukan. Penduduk yang mengalami keluhan kesehatan pada

    umumnya melakukan upaya pengobatan, baik dengan berobat sendiri maupun berobat

    jalan.

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    35/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 17

    Jenis Obat K D K + D

    (1) (2) (3) (4)

    Modern 83,06 56,71 62,85

    Tradis ional 6,61 12,26 10,94

    La innya 0,00 0,85 0,65

    Modern + Tradis ional 9,39 24,55 21,01

    Modern + La in 0,76 1,40 1,25

    Tradis ional + La in 0,19 0,58 0,49

    Modern + Tradis ional + La in 0,00 3,66 2,81

    % Penduduk yang Berobat

    Sendiri70,96 74,25 73,46

    Sumber: BPS, Susenas 2014

    Tabel 2.6 Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri menurut Jenis

    Obat/Cara Pengobatan yang Digunakan

    dan Tipe Daerah, 2014

    Pada 2014, 73,46 persen penduduk yang sakit memilih untuk berobat sendiri.

    Antara penduduk perkotaan dan perdesaan, penduduk di perkotaan cenderung memilih

    untuk mengobati sendiri penyakitnya. Hal ini ditunjukkan dengan lebih tingginya

    persentase penduduk yang berobat sendidri di perdesaan dibandingkan perkotaan yaitu

    74,25 persen berbanding 70.96 persen.

    Penduduk yang berobat sendiri biasanya menggunakan obat/cara pengobatan

    tradisional, modern, dan lainnya (bahan makanan suplemen/pelengkap alami). Tabel 2.6

    menunjukkan bahwa penduduk yang menderita sakit lebih memilih menggunakan obat

    modern dari pada tradisional atau lainnya. Kondisi yang sama terjadi baik di perkotaan

    maupu perdesaan. Dapat disimpulkan bahwa di Maluku Utara baik di perkotaan maupun

    perdesaan memiliki karakteristik yang sama dalam memilih obat yang digunakan untuk

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    36/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 18

    mengobati sakitnya, yaitu cenderung memilih obat modern atau campuran obat modern

    dan tradisional.

    Tempat Berobat K D K + D

    (1) (2) (3) (4)

    Rumah Saki t Pemerintah 9,47 10,36 10,11

    Rumah Saki t Swasta 3,00 1,94 2,24

    Praktek Dokter/Kl inik 42,87 9,29 18,84

    Puskesmas/Pustu 35,80 58,80 52,26

    Pratek Nakes 7,06 12,13 10,69

    Lainnya* 1,80 7,48 5,86

    % Penduduk yang Berobat Jalan 47,58 38,12 40,40

    * Lainnya : Praktek Batra, Dukun Bersal in, dan lainnya.

    Sumber: BPS, Susenas 2014

    Tabel 2.7 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan menurut

    Tempat Berobat dan Tipe Daerah, 2014

    Berdasarkan tempat untuk berobat jalan, fasilitas kesehatan yang sering

    digunakan penduduk Maluku Utara pada 2014 adalah puskesmas/pustu (52,26 persen),

    praktek dokter/klinik (18,84 persen), praktek tenaga kesehatan (10,69 persen).

    Puskesmas/pustu di Maluku Utara merupakan fasilitas kesehatan yang paling abnyak

    dijumpai hampir di setiap Kecamatan dibandingkan fasilitas kesehatan modern lainnya.

    Sehingga sangat wajar jika persentase penduduk Maluku utara yang berobat jalan di

    pukesmas/pustu lebih tinggi dibandingkan fasilitas kesehatan lainnya.

    Menurut daerah tempat tinggal, pada tahun 2014 penduduk perkotaan paling

    banyak memanfaatkan puskesmas/pustu sebagai tempat berobat jalan (35,80 persen),

    dan praktek dokter/klinik (42,87 persen). Potret yang hampir sama terjadi juga di

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    37/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 19

    perdesaan, mayoritas penduduk perdesaan cenderung pergi ke puskesmas/pustu untuk

    berobat (52,26 persen). Di samping itu, penduduk perdesaan cenderung lebih memilih

    untuk pergi ke praktek dokter/klinik (18,84 persen) dibandingkan pergi ke rumah sakit

    pemerintah ataupun tempat berobat lainnya.

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    38/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 20

    ( Halaman ini sengaja dikosongkan )

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    39/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 21

    Pendidikan mempunyai peran penting bagi kesuksesan pembangunan suatu

    bangsa. Pendidikan adalah penentu bagi kualitas sumber daya manusia suatu bangsa.

    Berhasil tidaknya suatu bangsa ditentukan dari kualitas sumber daya manusianya. Untuk

    mewujudkan keberhasilan pembangunan, diperlukan sumber daya manusia yang

    berkualitas. Dimana, sumber daya manusia yang berkualitas tersebut ditentukan oleh

    pendidikan. Meskipun pendidikan dapat dilaksanakan dalam berbagai jalur, namun

    pendidikan formal tetap diakui sebagai indikator utama dalam mengukur tingkat

    pendidikan suatu wilayah. Pemerataan pendidikan diupayakan melalui penyediaan sarana

    dan prasarana belajar seperti pembanguna gedung sekolah, gedung laboratorium, gedung

    perpustakaan dan tambahan tenaga pengajar mulai pendidikan dasar sampai pendidikan

    tinggi. Relevansi pendidikan merupakanlink and match, yaitu pendekatan atau strategi

    meningkatkan relevansi system pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Kualitas

    pendidikan adalah menghasilkan manusia terdidik yang bermutu dan handal sesui dengan

    tuntutan zaman. Sedangkan efisiensi pengolahan pendidikan dimaksudkan bahwa

    pendidikan diselenggarakan secara berdaya guna dan berhasil guna.

    Angka putus sekolah yang masih tinggi, kesenjangan mendapatkan kesempatan

    pendidikan antar kelompok penduduk dan antar daerah, serta kualitas pendidikan yang

    belum bisa memenuhi kebutuhan lapangan kerja yang semakin kompetetif, merupakan

    beberapa permasalahan mendasar pendidikan yang memerlukan solusi secara cepat

    Tingkat pencapaian program pembangunan pendidikan dalam meningkatkan

    taraf pendidikanmasyarakat secara umum biasa diukur melalui perubahan dan

    perkembangan tingkat pendidikan masyarakat yang berhasildicapai masyarakat pada

    periode waktu tertentu. Hasil pembangunan pendidikan masyarakat dapat dilihat melalui

    beberapa indikator output pendidikan, antara lain Angka Melek Huruf (AMH), Angka

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    40/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201422

    Partisapi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), tingkat/jenjang yang ditamatkan,

    angka putus sekolah, dan rata-rata lama sekolah.

    Angka Melek Huruf

    Angka melek huruf merupakan salah satu indikator sederhana yang dapat

    digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang kemajuan pendidikan suatu bangsa,

    serta adanya pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Semakin besar

    angka melek huruf orang dewasa, berarti semakin banyak penduduk yang mampu dan

    mengerti baca tulis. Angka melek huruf yang dibahas dalam Bab ini adalah persentase

    penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau

    huruf lainnya.

    Berdasarkan Gambar 3.1, angka melek huruf di daerah perkotaan menunjukkan

    sedikit peningkatan, yaitu dari 99,09 persen pada 2013 menjadi 99,57 persen pada 2014.

    Begitu pula, angka melek huruf di daerah perdesaan mengalami peningkatan dari 96,77

    persen pada 2013 menjadi 97,86 persen pada 2014. Selain itu, dari Gambar yang sama

    dapat terlihat bahwa angka melek huruf penduduk di daerah perkotaan selama dua tahun

    terakhir relatif lebih baik dibandingkan penduduk yang tinggal di daerah perdesaan.

    Sumber: BPS, Susenas 2013-2014

    Gambar 3.1 Angka Melek Huruf Penduduk 15 Tahun ke Atas

    menurut Tipe Daerah, 2013-2014

    99,09

    96,77

    99,57

    97,86

    Perkotaan Perdesaan

    2013 2014

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    41/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 23

    Tabel 3.1 menunjukkan adanya kecenderungan penurunan angka melek huruf

    terhadap bertambahnya usia, baik yang tinggal di daerah perkotaan ataupun di daerah

    perdesaan. Ini juga berarti bahwa penduduk yang dapat membaca dan menulis atau melek

    huruf lebih banyak pada kelompok penduduk usia muda dan penduduk yang tidak dapat

    membaca dan menulis atau buta huruf lebih banyak pada kelompok penduduk usia tua

    terutama di daerah perdesaan. Angka melek huruf tertinggi di daerah perkotaan dan

    perdesaan 2014 adalah penduduk pada kelompok usia 15-19 tahun, 20-24 tahun dan 25-

    34 tahun yaitu mencapai 100,00 persen. Sedangkan angka melek huruf terendah terjadi

    pada kelompok penduduk usia 50 tahun ke atas, yaitu 97,79 persen (perkotaan) dan 93,26

    persen (perdesaan). Pada 2014, angka melek huruf penduduk Maluku Utara pada

    kelompok usia 50 tahun ke atas tercatat 94,46 persen, naik dari 2013 yaitu 91,24 persen.

    2013 2014 2013 2014 2013 2014

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

    15-19 99,69 100,00 99,28 99,74 99,40 99,82

    20-24 100,00 100,00 99,26 99,54 99,51 99,71

    25-34 99,56 100,00 98,89 99,20 99,09 99,42

    35-49 99,67 99,84 97,29 98,22 97,95 98,68

    50+ 96,17 97,79 89,32 93,26 91,24 94,46

    15+ 99,09 99,57 96,77 97,86 97,45 98,36

    L 99,47 99,86 97,95 98,91 98,39 99,18

    P 98,69 99,29 95,53 96,77 96,47 97,51

    Sumber: BPS, Susenas 2013-2014

    Tabel 3.1 Angka Melek Huruf menurut Kelompok Umur dan

    Tipe Daerah, 2013-2014

    K + DKelompok

    Umur

    K D

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    42/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201424

    Selama periode 2013-2014, angka melek huruf laki-laki relatif lebih tinggi

    dibanding perempuan, baik di perkotaan maupun perdesaan. Pada 2012, angka melek

    huruf laki-laki dan perempuan di perkotaan adalah 99,52 persen berbanding 98,17 persen,

    sedangkan di perdesaan 97,13 persen berbanding 93,966 persen. Keadaan ini sedikit

    memberikan gambaran bahwa kualitas pendidikan laki-laki di Maluku Utara lebih baik

    dibanding perempuan.

    Rata-Rata Lama Sekolah

    Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di

    Indonesia adalah dengan pencanangan program Wajib Belajar (Wajar) Sembilan Tahun.

    Keberhasilan program Wajar Sembilan Tahun dapat diketahui melalui indikator rata-rata

    lama sekolah. Indikator tersebut digunakan untuk mengetahui lama tahun yang

    dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas di bangku sekolah formal yang pernah

    dijalani atau diikuti.

    Secara umum rata-rata lama sekolah penduduk pada 2014 sebesar 8,79 tahun.

    Hal ini berarti rata-rata pendidikan penduduk hanya sampai kelas 3 SMP. Pencapaian

    angka ini sedikit lebih tinggi daripada rata-rata lama sekolah penduduk pada tahun

    sebelumnya yang mencapai 8,50 tahun.

    Rata-rata lama sekolah penduduk di perkotaan pada 2014 sebesar 10,85 tahun,

    lebih tinggi daripada di perdesaan yang sebesar 7,95 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa

    rata-rata penduduk di perkotaan mengenyam pendidikan sampai kelas 2 SMA, sedangkan

    di perdesaan hanya sampai pada pendidikan kelas 2 SMP.

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    43/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 25

    2013 2014 2013 2014 2013 2014

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

    L 11,18 11,16 8,23 8,38 8,88 9,18

    P 10,46 10,53 7,45 7,51 8,11 8,40

    L + P 10,82 10,85 7,85 7,95 8,50 8,79

    Sumber: BPS, Susenas 2013-2014

    K D

    Tabel 3.2 Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) menurut Jenis Kelamin dan Tipe

    Daerah, 2013-2014

    Jenis

    Kelamin

    K + D

    Dilihat berdasarkan jenis kelaminnya, secara umum rata-rata lama sekolah laki-

    laki selalu lebih tinggi dibandingkan perempuan. Rata-rata lama sekolah penduduk laki-laki

    di perkotaan mencapai 11,16 tahun atau baru mencapai kelas 2 SMA dan di perdesaan

    mencapai 8,38 tahun atau baru mencapai kelas 2 SMP. Sementara itu, rata-rata lama

    sekolah penduduk perempuan di perkotaan mencapai 10,53 tahun atau baru mencapai

    kelas 1 SMA dan di perdesaan mencapai 7,51 tahun atau baru mencapai kelas 1 SMP.

    Dengan kondisi tersebut maka program wajib belajar 9 tahun atau target

    pendidikan dasar minimal 9 tahun baru dicapai hanya oleh penduduk di perkotaan.

    Sedangkan penduduk di perdesaan terutama perempuan jauh dari target 9 tahun, yaitu

    baru mencapai kelas 1 SMP.

    Tingkat Pendidikan

    Indikator lain yang dapat menunjukkan kualitas sumber daya manusia dapatdilihat dari tingkat pendidikan yang dimiliki atau ijazah pendidikan terakhirnya. Indikator

    tingkat pendidikan pada publikasi ini menggunakan persentase penduduk berumur 10

    tahun ke atas menurut tingkat pendidikan/ijazah terakhir yang ditamatkannya. Pada 2012,

    secara umum penduduk umur 10 tahun ke atas yang menamatkan sekolah pada jenjang

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    44/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201426

    pendidikan SMP ke atas masih cukup rendah dibanding penduduk yang maksimal

    menamatkan pendidikan SD.

    Jika dilihat dari tipe daerah, terlihat bahwa tingkat pendidikan penduduk di

    perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding penduduk di perdesaan. Sebagian besar

    penduduk di perkotaan pada 2012 pendidikan dasar 18,11 persen, 18,22 persen telah

    berpendidikan SMP, 36,89 persen berpendidikan sekolah menengah, dan 13,38 persen

    telah menamatkan pendidikan di perguruan tinggi. Kondisi ini berbanding terbalik dengan

    penduduk yang tinggal di daerah perdesaan, yang sebagian besar masih berpendidikan SD

    bahkan juga masih banyak yang tidak berijazah (tidak sekolah atau tidak tamat SD).

    Bila dibandingkan tingkat pendidikan antara laki-laki dan perempuan menurut

    kabupaten/kota, tingkat pendidikan penduduk laki-laki lebih baik dari perempuan. Secara

    umum, penduduk laki-laki dengan tingkat pendidikan SMP ke atas mencapai 49,90 persen,

    sedangkan penduduk perempuan hanya sebesar 43,05 persen. Kondisi sebaliknya terjadi

    pada tingkat pendidikan SD/belum tamat SD/tidak bersekolah. Penduduk laki-laki dengan

    tingkat pendidikan SD/belum tamat SD/tidak bersekolah justru lebih rendah dari

    perempuan (50,10 persen berbanding 56,95 persen). Kondisi yang sama juga terjadi di

    seluruh kabupaten/kota. Untuk lebih jelas dan rinci dapat dilihat pada Lampiran III (3).

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    45/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 27

    K D K + D(2) (3) (4)

    Tidak/Belum Pernah Besekolah 0,64 2,70 2,11

    Belum Tamat Sekolah 13,16 25,08 21,69

    Sekolah Dasar 17,47 32,00 27,87

    S M P 17,56 17,39 17,44

    Sekolah Menengah 37,50 17,43 23,13

    Perguruan Tinggi 13,67 5,41 7,75

    Sumber: BPS, Susenas 2014

    Catatan: SD: SD/SDLB, MI, Paket A

    SMP : SMP/SMPLB, M. Tsanawiyah, Paket B

    SM: SMA/SMLB, M. Aliyah, SMK

    Perguruan Tinggi: D1, D2, D3, D4, S1, S2, S3

    (1)

    Tabel 3.3 Persentase penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Tingkat

    Pendidikan dan Tipe Daerah, 2014

    Tingkat Pendidikan

    Angka Partisipasi Kasar (APK)

    Indikator ini menunjukkan partisipasi penduduk yang sedang mengenyam

    pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. APK mengukur proporsi anak sekolah

    pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang

    pendidikan tertentu. APK merupakan indikator paling sederhana untuk mengukur daya

    serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.

    APK juga bisa digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan

    pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk

    untuk mengenyam pendidikan. Nilai APK bisa lebih dari 100%. Hal ini disebabkan karena

    populasi murid yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak berusia di

    luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan.

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    46/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201428

    Pada 2014, APK di Maluku Utara untuk anak usia 7-12 sebesar 110,75 persen

    (Tabel 3.4). Kondisi ini menunjukkan bahwa murid SD selain mencakup anak usia 7-12

    tahun, juga mencakup anak yang berusia kurang dari 7 tahun dan ada juga anak yang

    berusia lebih dari 12 tahun. Kenyataan ini menunjukkan bahwa terdapat anak yang tinggal

    kelas, terlambat masuk SD atau sebaliknya terlalu dini bersekolah di SD. Sedangkan APK

    untuk anak usia 13-15 tahun (usia ideal di jenjang pendidikan SMP) sebesar 86,06 persen

    dan 84,03 persen untuk anakyang berusia 16-18 tahun (usia ideal di jenjang pendidikan

    SMA).

    Jika dilihat berdasarkan tipe daerah, menunjukkan bahwa APK di daerah

    perkotaan lebih rendah bila dibandingkan di perdesaan pada kelompok usia 7-12 tahun,

    sedangkan pada kelompok usia 13-15 tahun dan 16-18 tahun berlaku sebaliknya. Bahkan

    bila dilihat lebih detail lagi menunjukkan bahwa perbedaan APK antara kedua tempat

    tinggal semakin besar pada kelompok umur yang lebih tinggi. Perbedaan terbesar terletak

    pada kelompok umur 13-15 tahun yaitu APK di perkotaan sebesar 93,64 persen,

    sedangkan di perdesaan sebesar 83,55 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemerataan

    akses terhadap pendidikan antara kedua tempat tinggal belum merata. Di perkotaan

    tampaknya penduduk lebih menikmati akses pendidikan dengan mudah.

    Sementara itu, jika dilihat menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa APK

    perempuan sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan laki-laki pada kelompok umur 7-

    12 tahun (110,85 persen berbanding 110,65 persen) dan pada kelompok umur 16-18

    tahun (89,08 persen berbanding 79,49 persen). Sedangkan pada kelompok usia 13-15

    tahun, APK perempuan lebih rendah dibanding laki-laki (83,00 persen berbanding 89,07

    persen).

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    47/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 29

    K D K + D

    (2) (3) (4)

    7-12 L 106,91 111,87 110,65

    P 106,39 112,23 110,85

    L + P 106,66 112,05 110,75

    13-15 L 105,01 84,36 89,07

    P 83,85 82,69 83,00

    L + P 93,64 83,55 86,06

    16-18 L 85,78 76,92 79,49

    P 109,31 80,37 89,08

    L + P 97,62 78,62 84,23

    Sumber: BPS, Susenas 2014

    (1)

    Tabel 3.4 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Usia Sekolah, Jenis

    Kelamin, dan Tipe Daerah, 2014

    Kelompok Umur, Jeniskelamin

    Angka Partisipasi Murni (APM)

    APM adalah proporsi jumlah anak pada kelompok usia sekolah tertentu yang

    sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah

    seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan. Sebagai gambaran dalam

    hal ini adalah APM untuk tingkat SD merupakan proporsi jumlah murid SD yang berusia 7-

    12 tahun terhadap jumlah seluruh anak yang berusia 7-12 tahun.

    APM umumnya digunakan untuk melihat proporsi penduduk usia sekolah yang

    dapat bersekolah tepat waktu. Jika APM mencapai 100 persen artinya semua anak usia

    sekolah telah bersekolah tepat waktu. Sebaliknya, jika hanya sebagian anak usia sekolah

    yang dapat bersekolah tepat waktu, maka nilai APM akan lebih kecil dari 100 persen.

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    48/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201430

    K D K + D

    (2) (3) (4)

    7-12 L 94,77 96,88 96,36

    P 93,11 96,96 96,05

    L + P 93,98 96,92 96,21

    13-15 L 86,33 74,57 77,26

    P 69,39 74,00 72,76

    L + P 77,23 74,30 75,03

    16-18 L 70,66 57,69 61,46

    P 73,66 60,96 64,78

    L + P 72,17 59,29 63,10

    Sumber: BPS, Susenas 2014

    Tabel 3.5 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Usia Sekolah, Jenis

    Kelamin, dan Tipe Daerah, 2014

    Kelompok Umur, Jeniskelamin

    (1)

    Potret pendidikan di Maluku Utara pada 2014 jika dilihat dari APM dan APK

    menunjukkan karakteristik yang sama. Berdasarkan tipe daerah, hanya pada kelompok

    usia 7-12 tahun, APM di daerah perkotaan lebih rendah daripada di perdesaan. Selain itu,

    jika dilihat menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa APM perempuan lebih tinggi bila

    dibandingkan dengan laki-laki pada kelompok umur 7-12 tahun dan pada kelompok umur

    13-15 tahun.

    Bila dibandingkan antar tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan

    maka semakin rendah nilai APM. APM SMA/SMK/MA sederajat yang paling rendah

    diantara yang lainnya menunjukkan akses terhadap pendidikan lanjutan atas masih

    rendah. Bahkan jika dibandingkan APM SMA/SMK/MA sederajat di perkotaan dan

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    49/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 31

    perdesaan menunjukkan kesenjangan yang cukup signifikan lebih dari 10 persen. Oleh

    karena itu, pemerintah diharapkan mampu memberikan pelayanan pendidikan yang

    merata dan memudahkan akses pendidikan kepada masyarakat perdesaan.

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    50/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201432

    ( Halaman ini sengaja dikosongkan )

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    51/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 33

    Salah satu permasalahan yang perlu mendapat perhatian pemerintah daerah

    adalah menciptakan lapangan kerja atau usaha yang layak. Tantangan ini mencakup dua

    aspek sekaligus. Penciptaan lapangan kerja yang baru bagi angkatan kerja yang belum

    bekerja, dan peningkatan produktivitas kerja bagi mereka yang sudah bekerja sehingga

    memperoleh imbalan kerja yang memadai untuk dapat hidup secara layak.

    Bab ini menjelaskan beberapa indikator yang dapat digunakan untuk

    menggambarkan kondisi ketenagakerjaan. Sumber data penghitungan indikator ini

    diperoleh dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2013 dan 2014.

    Secara Umum, keadaan ketenagakerjaan di Maluku Utara pada 2013 dan 2014

    disajikan pada Tabel 4.1. Penduduk yang bekerja pada 2013 tercatat sebanyak 454.978

    orang, meningkat menjadi 456.017 orang. Sedangkan penduduk yang menganggur juga

    meningkat dari 17.987 orang pada 2013 menjadi 25.487 orang pada 2014. Sedangkan

    pada kelompok penduduk bukan angkatan kerja, peningkatan terjadi pada penduduk yang

    sekolah, yaitu dari 77.206 orang pada 2013 menjadi 88.536 orang pada 2014.

    Jumlah penduduk bukan angkatan kerja pada 2013-2014, lebih dari separuh

    jumlah penduduk angkatan kerja. Pada kelompok penduduk angkatan kerja di Maluku

    Utara, penduduk yang bekerja jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang menganggur.

    Sedangkan pada kelompok bukan angkatan kerja, lebih didominasi oleh penduduk yang

    mengurus rumah tangga.

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    52/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201434

    Kegiatan 2013 2014(1) (2) (3)

    Angkatan Kerja 472.965 481.504

    Bekerja 454.978 456.017

    Pengangguran 17.987 25.487

    Bukan Angkatan Kerja 262.032 272.261

    Sekolah 77.206 88.536

    Mengurus Rumah Tangga 151.227 149.866

    Lainnya 33.599 33.859

    Usia Kerja 734.997 753.765

    Sumber : BPS, Sakernas 2013-2014

    Tabel 4.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama

    selama Seminggu yang Lalu, 2013 dan 2014

    Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

    Tenaga kerja adalah modal bagi bergeraknya roda pembangunan. Keterlibatan

    penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan proporsi penduduk yang masuk

    kedalam pasar kerja (bekerja atau mencari pekerjaan) disebut sebagai Tingkat Partisipasi

    Angkatan Kerja (TPAK). TPAK 2014 tercatat sebesar 63,88 persen, artinya dari setiap 100

    penduduk, sekitar 64 orang termasuk dalam angkatan kerja. Angka ini sedikit lebih rendah

    dibanding 2013 yang mencapai 64,35 persen.

    Selama dua tahun terakhir tercatat bahwa TPAK di perkotaan cenderung lebih

    rendah dibanding perdesaan. TPAK di perkotaan dan perdesaan, yaitu 57,65 persen

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    53/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 35

    berbanding 67,04 persen pada 2013 dan 61,91 persen berbanding 64,67 persen pada

    2014.

    Sumber: BPS, Susenas 2013-2014

    Gambar 4.1 TPAK menurut Tipe Daerah, 2013 dan 2014

    Sebagian besar penduduk di perdesaan, pekerjaan utamanya adalah di sektor

    pertanian atau perkebunan yang biasanya dibantu oleh pekerja keluarga (istri dan atau

    anaknya). Anak-anak di perdesaan yang masih sekolah, biasanya membantu orang tuanya

    di sawah/ladang/kebun selepas mereka sekolah. Sementara di perkotaan, seorang istri

    masih banyak yang hanya mengurus rumah tangga saja dan anak-anak masih terfokus

    pada pendidikan. Perbedaan kondisi ini yang diduga sebagai salah satu faktor penyebab

    lebih rendahnya TPAK di daerah perkotaan dibanding perdesaan.

    Jika dilihat menurut jenis kelamin, TPAK laki-laki cenderung lebih tinggi daripada

    TPAK perempuan, baik di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan. Pada 2014,

    sekitar 80,63 persen laki-laki termasuk dalam kelompok angkatan kerja, sementara

    perempuan hanya sebesar 46,42 persen.

    57,65

    67,04

    61,9164,67

    Perkotaan Perdesaan

    2013 2014

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    54/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201436

    K D K + D

    (2) (3) (4)

    L 73,95 85,42 82,16

    P 40,94 47,76 45,79

    L + P 57,65 67,04 64,35

    L 73,44 83,49 80,63

    P 50,05 44,94 46,42

    L + P 61,91 64,67 63,88

    Sumber: BPS, Sakernas 2013-2014

    Tabel 4.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Tipe

    Daerah dan Jenis Kelamin, 2013 dan 2014

    2013

    2014

    Tahun/Jenis Kelamin

    (1)

    Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

    Sementara itu, kondisi TPT juga mengalami sedikit kenaikan pada 2014 bila

    dibandingkan dengan tahun sebelumnya. TPT mengalami peningkatan sebesar 149 persen,

    yaitu dari 3,80 persen pada 2013 menjadi 5,29 persen pada 2014. Hal ini menunjukkan

    bahwa kesempatan kerja yang tersedia mengalami penurunan sehingga semakin banyak

    tenaga kerja yang terserap. Berkurangnya kesempatan kerja yang tercipta, semakin

    meningkatkan tingkat pengangguran. Oleh karena itu, meningkatkan kesempatan kerja

    dengan memperluas lapangan kerja dan mempermudah akses untuk mendapatkan

    pekerjaan bagi masyarakat dapat mengurangi angka pengangguran dan dapat

    meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan bekerja, masyarakat dapat memenuhi

    kebutuhan hidupnya dari pendapatan yang diperoleh.

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    55/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 37

    K D K + D

    (2) (3) (4)

    L 4,30 1,98 2,58

    P 7,75 5,52 6,10

    L + P 5,51 3,21 3,80

    L 7,14 3,43 4,39

    P 9,22 5,90 6,93

    L + P 7,97 4,26 5,29

    Sumber: BPS, Sakernas 2013-2014

    Tabel 4.3 Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Tipe Daerah

    dan Jenis Kelamin, 2013 dan 2014

    Tahun/Jenis Kelamin

    (1)

    2013

    2014

    Bila dilihat berdasarkan tipe daerah, TPT di perkotaan terlihat lebih tinggi bila

    dibandingkan di perdesaan. TPT di perkotaan sebesar 7,97 persen, sedangkan di

    perdesaan sebesar 4,26 persen. Tingginya TPT di perkotaan menunjukkan bahwa

    kesempatan kerja di perkotaan terbatas dan tidak mampu menyerap semua angkatan

    kerja. Lain halnya dengan di perdesaan yang mempunyai lapangan kerja yang luas dan

    kesempatan kerja yang besar terutama di sektor pertanian yang mampu menyerap tenaga

    kerja lebih banyak daripada sektor lainnya.

    Namun dapat dilihat pada Tabel 4.3 bahwa pada 2013 dan 2014, TPT

    cenderung lebih tinggi dibandingkan perempuan, baik di daerah perkotaan maupun

    perdesaan. Kondisi ini mengindikasikan masih berkembangnya pola pikir yang konservatif

    di masyarakat, bahwa yang harus mencari nafkah adalah laki-laki. Pada 2014, dari 100

    angkatan kerja perempuan di Maluku Utara, enam sampai tujuh orang diantaranya

    pengangguran.

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    56/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201438

    Lapangan Kerja dan Status Pekerjaan

    Salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap

    tenaga kerja adalah komposisi penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan.

    Selain itu, indikator tersebut juga mencerminkan struktur perekonomian suatu wilayah.

    Pada 2013-2014, sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah

    sektor pertanian. Secara umum persentase penduduk yang bekerja pada lapangan usaha

    pertanian pada 2014 sebesar 52,51 persen atau mengalami penurunan bila dibandingkan

    dengan tahun sebelumnya yang sebesar 54,82 persen. Sektor jasa mencapai 38,02 persen

    pada 2014 atau mengalami peningkatan dari 36,03 persen pada 2013. Sedikit peningkatan

    juga dialami oleh sektor industri. Sektor industri mampu menyerap tenaga kerja sebesar

    9,48 persen atau meningkat dari 9,14 persen pada 2013.

    Jika ditinjau menurut tipe daerah, penyebaran penduduk yang bekerja di

    perkotaan dan perdesaan menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Pada 2014,

    sebagian besar penduduk perkotaan sebesar 77,08 persen bekerja di sektor jasa.

    Sedangkan di sektor pertanian dan industri, masing-masing hanya menyerap sebesar 9,98

    persen dan 12,94 persen. Lain halnya dengan yang terdapat di perdesaan, sebagian besar

    penduduk (68,23 persen) bekerja pada sektor pertanian. Sementara itu, penduduk

    perdesaan yang bekerja di sektor industri dan jasa masing-masing hanya sebesar 8,20

    persen dan 23,58 persen.

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    57/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 39

    2013 2014 2013 2014 2013 2014

    (2) (3) (4) (5) (6) (7)

    14,10 9,98 68,55 68,23 54,82 52,51

    10,37 12,94 8,73 8,20 9,14 9,48

    75,53 77,08 22,72 23,58 36,03 38,02

    Sumber: BPS, Sakernas 2013-2014

    (1)

    Pertanian

    Industri

    Jasa

    Tabel 4.4 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Seminggu

    yang Lalu menurut Kelompok Lapangan Usaha

    dan Tipe Daerah, 2013 dan 2014

    K D K + DKlasifikasi

    Lapangan

    Usaha

    Catatan :

    Pertanian : 1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan

    Manufaktur : 2. Pertambangan dan Penggalian

    3. Industri Pengolahan

    4. Listrik, Gas dan Air Minum

    5. Konstruksi

    Jasa : 6. Perdagangan, Rumah Makan, dan Hotel

    7. Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi

    8. Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan, & Jasa Perusahaan9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan

    Meskipun sektor pertanian relatif lebih banyak dibanding dua sektor lainnya,

    namun dilihat dari status pekerjaan utama, pekerja di sektor formal cenderung meningkat.

    Hal ini dapat dilihat dari peningkatan pada penduduk yang status pekerjaannya berusaha

    dengan dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan/pegawai. Profil pekerja menurut status

    pekerjaan utamanya disajikan pada Tabel 4.5.

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    58/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201440

    2013 2014 2013 2014 2013 2014

    (1) (2) (3) (5) (6) (8) (9)

    Berusaha Sendiri 22,10 21,53 24,42 23,17 23,84 22,72

    Berusa ha Dibantu Buruh Tidak

    Tetap/Dibayar

    8,15 10,96 20,76 24,22 17,58 20,64

    Berusaha Dibantu Buruh Tetap 4,09 2,60 2,48 3,64 2,89 3,36

    Buruh/Karyawan/ Pegawai 49,13 50,05 18,83 18,42 26,47 26,95

    Pekerja Bebas Pertanian 1,52 0,72 4,09 3,59 3,45 2,82

    Pekerja Bebas Non Pertanian 2,36 3,17 1,56 2,33 1,76 2,56

    Pe ke rja Ke l ua rga / Ti da k Di ba ya r 12,64 10,98 27,85 24,63 24,01 20,95

    Sumber: BPS, Sakernas 2013-2014

    Tabel 4.5 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja

    Selama Seminggu yang Lalu menurut Status

    Pekerjaan dan Tipe Daerah, 2013 dan 2014

    Satus Pekerjaan UtamaK D K + D

    Apabila dilihat berdasarkan status pekerjaannya, kondisi penduduk yang

    bekerja menurut status pekerjaannya pada 2014 sedikit berbeda dengan tahun

    sebelumnya, khususnya pada pekerja yang berusaha sendiri. Pada 2013, sebanyak 23,84

    persen penduduk merupakan pekerja yang berusaha sendiri dan turun menjadi 22,72

    persen pada 2014. Sedangkan kondisi penduduk yang bekerja dengan status pekerjaan

    yang lain pada 2014 tidak jauh beda dengan tahun sebelumnya.

    Pada 2013-2014, penduduk perkotaan lebih banyak yang bekerja sebagai

    buruh/karyawan/pegawai (50,05 persen). Sedangkan penduduk di daerah perdesaan,

    lebih dominan menjadi pekerja keluarga/tidak dibayar (24,63 persen) dan berusaha

    dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar (24,22 persen). Tingginya pekerja keluarga/tidak

    dibayar di perdesaan adalah hal yang wajar, mengingat di perdesaan, seorang istri atau

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    59/70

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    60/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201442

    2013 2014 2013 2014 2013 2014

    (1) (2) (3) (5) (6) (8) (9)

    0* 4,27 5,04 5,30 2,94 5,04 3,09

    1 - 14 2,82 8,50 10,42 4,74 8,50 7,80

    15 - 24 7,71 16,41 19,35 10,06 16,41 14,29

    25 - 34 12,26 17,55 19,34 12,77 17,55 18,57

    35 + 72,94 52,49 45,60 69,49 52,49 56,25

    Sumber: BPS, Sakernas 2013-2014

    Catatan: *Sementara tidak bekerja

    Tabel 4.6 Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Jumlah

    Jam Kerja Selama Seminggu dan Tipe Daerah, 2013 dan 2014

    Jumlah JamKerja

    K D K + D

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    61/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 43

    DAFTAR PUSTAKA

    Badan Pusat Statistik (BPS)

    2007, Proyeksi Penduduk Indonesia per Provinsi menurut KelompokUmur dan Jenis Kelamin 2005-2015.Jakarta: Badan Pusat Statistik

    2011, Indikator Kesejahteraan Rakyat 2010.

    Jakarta: Badan Pusat Statistik

    2010, Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi

    2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik

    2010, Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia per Provinsi2010.Jakarta: Badan Pusat Statistik

    Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku Utara

    2011, Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2011.

    Ternate: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara

    2011, Maluku Utara dalam Angka 2011.

    Ternate: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara

    2012, Maluku Utara dalam Angka 2012.

    Ternate: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara

    2013, Maluku Utara dalam Angka 2013.

    Ternate: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara

    2014, Maluku Utara dalam Angka 2014.

    Ternate: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara

    2013, Statistik Kesejahteraan Provinsi Maluku Utara 2012.

    Ternate: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara

    2014, Susenas Provinsi Maluku Utara 2013.

    Ternate: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    62/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 44

    ( Halaman ini sengaja dikosongkan )

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    63/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 45

    ISTILAH TEKNIS

    Air Minum Bersih

    Air yang bersumber dari leding, air kemasan, serta pompa, sumur terlindungdan mata air terlindung yang jarak ke tempat pembuangan limbah (septic

    tank) 10 meter.

    Angka Beban Tanggungan

    Angka yang menyatakan perbandingan antara penduduk usia tidak produktif

    (di bawah 5 tahun dan 66 tahun ke atas) dengan penduduk usia produktif

    (antara 15 sampai 64 tahun) dikalikan 100.

    Angka Harapan Hidup

    Perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada

    perubahan pola mortalitas menurut umur.

    Angka Kematian Bayi

    Probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan

    dengan per seribu kelahiran hidup).

    Angka Kesakitan

    Persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan hingga

    mengganggu aktivitas sehari-hari.

    Angka Melek Huruf

    Proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulisdalam huruf latin atau lainnya.

    Angka Partisipasi Murni

    Proporsi anak usia sekolah pada satu kelompok umur tertentu yang

    bersekolah tepat pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya.

    Angkatan Kerja

    Penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang bekerja, atau punya pekerjaan

    namun sementara tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan.

    Bekerja

    Melakukan kegiatan/pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh atau

    membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, minimal selama satu

    jam terus-menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga

    tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi). Mereka

    yang mempunyai pekerjaan tetap tetapi sementara tidak bekerja dianggap

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    64/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 46

    sebagai pekerja. bekerja dianggap sebagai pekerja.

    Indeks Gini

    Ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas

    pendapatan. Nilai Koefisien Gini terletak antara nol yang mencerminkan

    kemerataan sempurna dan satu yang menggambarkan ketidakmerataansempurna.

    Jumlah Jam Kerja Seluruhnya

    Jumlah jam kerja yang digunakan untuk bekerja (tidak termasuk jam kerja

    istirahat resmi dan jam kerja yang digunakan untuk hal-hal diluar pekerjaan).

    Kepadatan Penduduk

    Rata-rata banyaknya penduduk per km2.

    Lapangan Usaha

    Bidang kegiatan dari pekerjaan/tempat bekerja dimana seseorang bekerja.Masih Bersekolah

    Sedang mengikuti pendidikan di pendidikan dasar, menengah atau tinggi.

    Penduduk Usia Kerja

    Penduduk yang berumur 15 tahun ke atas.

    Penggangguran

    Mereka yang termasuk dalam angkatan kerja dan tidak bekerja tetapi

    mencari pekerjaan.

    Penggangguran Terbuka

    Mereka yang termasuk pengganguran terbuka adalah mereka yang mencari

    pekerjaan, mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena merasa

    tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, serta mereka yang sudah

    mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

    Pengeluaran

    Pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Makanan mencakup

    seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi minuman, tembakau dan

    sirih, bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya dan kesehatan,

    sekolah, dan sebagainya.

    Pekerja tidak dibayar

    Seseorang yang bekerja membantu usaha untuk memperoleh

    penghasilan/keuntungan yang dilakukan oleh salah satu anggota keluarga

    rumah tangga atau bahkan anggota rumah tangga tanpa mendapat gaji.

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    65/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 47

    Perjalanan

    Melakukan perjalanan pergi pulang (PP) sejauh minimal 100 Kilometer dan

    tidak dalam rangka mencari nafkah dan tidak dilakukan secara rutin.

    Rata-rata lama Sekolah

    Rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun keatas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani.

    Status Pekerjaan

    Kedudukan seseorang dalam unit usaha/kegiatan dalam melakukan

    pekerjaan.

    Tamat Sekolah

    Menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang

    sekolah di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapat tanda tamat

    ijazah.

    Tidak/Belum Pernah Sekolah

    Tidak atau belum pernah bersekolah disekolah formal, misalnya

    tamat/belum tamat Taman Kanak-Kanak tetapi tidak melanjutkan sekolah.

    Tidak Bersekolah Lagi

    Yaitu pernah mengikuti pendidikan dasar, menengah atau tinggi, tetapi pada

    saat pencacahan tidak bersekolah lagi.

    Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

    Persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja.

    Tingkat Pertumbuhan Penduduk

    Angka yang menunjukan tingkat pertambahan penduduk per tahun dalam

    jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan sebagai persentase.

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    66/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 48

    ( Halaman ini sengaja dikosongkan )

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    67/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 49

    SUMBER DATA

    SENSUS PENDUDUK Sensus Penduduk (SP) diselenggarakan tiap 10 tahun untuk

    mengumpulkan data dasar penduduk dan rumah tangga diwilayah geografis Indonesia. Sejak era kemerdekaan,

    Indonesia telah menyelenggarakan enam kali sensus

    penduduk yaitu tahun 1961, 1971, 1980, 1990, 2000 dan

    2010.

    SP menggunakan dua tahap pencacahan; pencacahan

    lengkap dan pencacahan secara sampel. Pencacahan

    lengkap meliputi semua orang yang ada di wilayah

    geografis Indonesia (kecuali anggota Korps Diplomatik

    beserta keluarganya), awak kapal berbendera Indonesia

    dalam perairan Indonesia, maupun para tunawisma

    (gelandangan) yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap.

    Pencacahan sampel mencakup penduduk yang bertempat

    tinggal di blok-blok sensus/wilayah pencacahan yang

    terpilih secara acak dan mencakup sekitar lima persen

    rumah tangga.

    SURVEI SOSIAL

    EKONOMI

    NASIONAL

    Kegiatan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

    dilaksanakan setiap tahun dengan pergantian modul setiap

    tiga tahunan. Data pokok yang dicakup antara lain: data

    kependudukan, kesehatan, pendidikan, fertilitas,

    pengeluaran rumah tangga, kriminalitas, serta perumahan

    dan lingkungan. Karakteristik sosial ekonomi penduduk

    yang umum dikumpulkan melalui pertanyaan modul setiap

    tiga tahun. Pertanyaan-pertanyaan yang dikumpulkan

    secara berkala dalam pertanyaan modul adalah:

    1. Konsumsi/Pengeluaran

    2. Kesehatan, Perumahan dan Pemukiman

    3. Sosial Budaya dan Pendidikan.

    SUMBER DATA

    LAINNYA

    Selain dari sensus dan survei, Indikator Kesejahteraan

    Rakyat (Inkesra) Provinsi Maluku Utara 2014 juga

    menggunakan data yang berasal dari catatan administrasi

    Departemen/Instansi pemerintah di luar BPS yang

    terangkum dalam Maluku Utara dalam Angka sebagai

    sumber data sekunder.

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    68/70

    Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 50

    ( Halaman ini sengaja dikosongkan )

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    69/70

  • 7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014

    70/70