indikator kesejahteraan rakyat kabupaten maluku tenggara tahun 2013

Upload: pieter-andreas-basoeki

Post on 10-Jan-2016

55 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

dari BPS

TRANSCRIPT

  • http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Katalog BPS : 4102004.8102

    INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN MALUKU TENGGARA

    2013

    BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MALUKU TENGGARA

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2013

    ISSN : 0216.4769

    No. Publikasi : 81022.1407

    Katalog BPS : 4102004.8102

    Ukuran Buku : 21 x 16 cm

    Jumlah Halaman : x + 70 halaman

    Naskah : BPS Kabupaten Maluku Tenggara

    Gambar : BPS Kabupaten Maluku Tenggara

    Diterbitkan Oleh : BPS Kabupaten Maluku Tenggara

    Dicetak Oleh : BPS Kabupaten Maluku Tenggara

    Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya.

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013 iii

    BUPATI MALUKU TENGGARA

    S A M B U T A N

    Tujuan utama pembangunan nasional adalah untuk mensejahterakan rakyat.

    Untuk memonitoring, mengevaluasi dan merencanakan aspek-aspek yang berhubungan

    dengan kesejahteraan rakyat tersebut, sangat diperlukan data dan indikator-indikator

    yang terkait dengan persoalan dimaksud.

    Dengan adanya publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Maluku

    Tenggara 2013 yang diterbitkan oleh BPS Kabupaten Maluku Tenggara, sangat

    membantu Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara khususnya dan masyarakat

    umumnya sebagai wujud peran sertanya dalam proses pembangunan.

    Kepada seluruh Instansi, Dinas maupun pihak-pihak lain sebagai sumber data

    sekaligus pemakai data supaya dapat meningkatkan kerjasama yang lebih baik dengan

    BPS Kabupaten Maluku Tenggara demi tersedianya data pada periode mendatang.

    Kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai kita dalam pengabdian

    kepada bangsa dan Negara umumnya dan masyarakat Kabupaten Maluku Tenggara

    khususnya.

    Langgur, September 2014

    BUPATI MALUKU TENGGARA,

    Ir. A. RENTANUBUN ht

    tp://m

    aluk

    uten

    ggar

    akab

    .bps

    .go.

    id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013 iv

    KATA PENGANTAR

    Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan

    kesejahteraan rakyat, hal tersebut tercermin dalam setiap anggaran

    pembangunan yang selalu memprioritaskan kegiatan yang dapat

    memberikan akselerasi terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat. Namun

    untuk mewujudkan harapan tersebut bukanlah merupakan suatu pekerjaan

    yang mudah, upaya tersebut harus ditunjang oleh data-data yang cukup up

    to date dan akurat.

    Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Maluku

    Tenggara Tahun 2013 merupakan kumpulan informasi yang dapat

    mengidentifikasi sejauh mana perkembangan pembangunan di Kabupaten

    Maluku Tenggara dalam bentuk yang lebih sederhana dan lengkap untuk

    melihat sejauh mana dampak pembangunan yang dilaksanakan terhadap

    peningkatan kesejahteraan. Disamping itu dapat pula dijadikan sebagai

    bahan evaluasi sehingga program yang akan datang dapat lebih baik dan

    tepat sasaran.

    Dengan diterbitkannya publikasi ini, diharapkan dapat memberikan

    sumbangan yang berarti bagi pembangunan di Kabupaten Maluku Tenggara.

    Akhirnya kami mengucapkan terima kasih untuk semua pihak sehingga

    publikasi ini dapat diterbitkan. Semoga penerbitan buku ini dapat

    bermanfaat.

    Kepala BPS

    Kabupaten Maluku Tenggara

    Johnny Tuhumury, SE

    NIP. 19671028 199003 1 004

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013 v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Sambutan iii

    Kata Pengantar iv

    Daftar Isi v

    Daftar Tabel vi

    Daftar Gambar ix

    1. Penduduk 1

    2. Kesehatan 15

    3. Pendidikan 23

    4. Ketenagakerjaan 32

    5. Taraf dan Pola Konsumsi 42

    6. Perumahan 48

    7. IPM 58

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013 vi

    DAFTAR TABEL

    No. Judul Hal.

    Tabel 1.1

    Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Tahun 20002013

    3

    Tabel 1.2 Persebaran dan Tingkat Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2013

    4

    Tabel 1.3

    Persentase Penduduk Kab. Maluku Tenggara Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013

    7

    Tabel 1.4

    Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Status Perkawinan Tahun 2011-2013

    9

    Tabel 1.5

    Persentase Penduduk Perempuan 10 Tahun Keatas yang Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama Tahun 2013

    11

    Tabel 1.6 Persentase Penduduk Perempuan Berstatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Digunakan Tahun 2011-2013

    14

    Tabel 2.1

    Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Selama Sebulan Referensi Menurut Jenis Keluhan Tahun 2013

    16

    Tabel 2.2

    Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Tempat Pengobatan Tahun 2011-2013

    18

    Tabel 2.3

    Persentase Balita Menurut Penolong Persalinan Pertama dan Terakhir Tahun 2011-2013

    20

    Tabel 2.4

    Persentase Balita Umur 2-4 Tahun Yang Pernah Disusui Menurut Lama Disusui (Bulan) dan Jenis Kelamin Tahun 2012-2013

    21 http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013 vii

    Tabel 3.1

    Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas yang Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011-2013

    27

    Tabel 3.2

    Persentase Penduduk 10 Tahun keatas Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2013

    28

    Tabel 3.3

    Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Status Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2012-2013

    30

    Tabel 3.4 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013

    31

    Tabel 4.1

    Penduduk Usia Kerja 15 Tahun Keatas Menurut Karakteristik dan Jenis Kelamin, Tahun 2013

    34

    Tabel 4.2

    Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Tahun 2013

    39

    Tabel 4.3

    Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin Tahun 2013

    41

    Tabel 5.1

    Rata-rata Pengeluaran Per Kapita/Bulan dan Persentase Menurut Jenis Pengeluaran Tahun 2012-2013

    44

    Tabel 5.2

    Persentase Penduduk Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2013

    45

    Tabel 5.3

    Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Menurut Kab./Kota Tahun 2013

    47

    Tabel 6.1

    Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tahun 2012-2013

    51

    Tabel 6.2

    Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Atap yang Digunakan Tahun 2012-2013

    52

    Tabel 6.3

    Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber penerangan yang Digunakan Tahun 2012-2013

    53

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013 viii

    Tabel 6.4

    Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum yang Digunakan Tahun 2013

    55

    Tabel 6.5

    Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar Tahun 2013

    56

    Tabel 6.6

    Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Penampungan Akhir Buang Air Besar Tahun 2013

    57

    Tabel 7.1 Perbandingan Angka Harapan Hidup Kabupaten Maluku Tenggara dengan Kab./Kota Sekitar Tahun 2011 2013

    62

    Tabel 7.2 Perbandingan Angka Melek Huruf Kabupaten Maluku Tenggara dengan Kab./Kota Sekitar Tahun 2012 2013

    65

    Tabel 7.3 Perbandingan Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Maluku Tenggara dengan Kab./Kota Sekitar Tahun 2011 2013

    66

    Tabel 7.4 Perbandingan Indikator Pengeluaran per Kapita Kab. Maluku Tenggara dengan Kab./Kota Sekitar Tahun 2012 2013

    69

    Tabel 7.5 Perbandingan IPM Kab. Maluku Tenggara dengan Kab./Kota Sekitarnya Tahun 2011-2013

    71

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013 ix

    DAFTAR GAMBAR

    No. Judul Halaman

    Gambar 1.1 Komposisi Penduduk Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2013

    6

    Gambar 1.2 Rasio Jenis Kelamin Tahun 2009-2013 9

    Gambar 1.3 Persentase Penduduk Perempuan Kawin Umur 15-49 Tahun yang Menggunakan Alat Kontrasepsi Tahun 2011-2013

    13

    Gambar 2.1 Persentase Angka Kesakitan Tahun 2011-2013 16

    Gambar 2.2 Persentase Penduduk Menurut Cara Pengobatan Tahun 2011-2013

    17

    Gambar 2.3 Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri Menurut Jenis Obat Tahun 2011-2013

    19

    Gambar 2.4 Persentase Bayi yang Pernah Disusui Selama 11 Bulan Tahun 2012-2013

    21

    Gambar 3.1 Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas yang Melek Huruf Tahun 2011-2013

    26

    Gambar 3.2 Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Status Pendidikan Tahun 2013

    29

    Gambar 3.3 Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2013

    31

    Gambar 4.1 TPAK dan TKK Tahun 2011-2013 35

    Gambar 4.2 Tingkat Pengangguran Terbuka Tahun 2011-2013 36

    Gambar 4.3 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin 2012-2013

    40

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013 x

    Gambar 5.1 Persentase Pengeluaran Makanan dan Non Makanan Tahun 2013

    43

    Gambar 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai yang Digunakan Tahun 2013

    50

    Gambar 6.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tahun 2013

    51

    Gambar 6.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Dinding Tahun 2013

    52

    Gambar 6.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Air Minum yang Digunakan Tahun 2013

    55

    Gambar 7.1 Angka Harapan Hidup Beberapa Kab./Kota di Maluku, Tahun 2011-2013

    62

    Gambar 7.2 Rata-rata Lama Sekolah Beberapa Kab./Kota di Maluku, Tahun 2011-2013

    67

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    1

    Pembangunan

    kependudukan yang

    berkualitas merupakan

    langkah penting dalam

    mencapai pembangunan

    berkelanjutan

    Dalam pelaksanaan pembangunan,

    penduduk merupakan faktor yang sangat dominan,

    karena penduduk tidak saja berperan sebagai

    pelaksana pembangunan, tetapi juga menjadi

    sasaran pembangunan. Oleh sebab itu, untuk

    menunjang keberhasilan pembangunan nasional

    yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

    penduduk, perkembangan penduduk diarahkan

    pada pengendalian kuantitas, pengembangan

    kualitas serta pengarahan mobilitas sehingga

    mempunyai ciri dan karakteristik yang

    menguntungkan pembangunan.

    Jumlah penduduk yang besar merupakan

    suatu modal dasar apabila memiliki kualitas,

    namun sebaliknya apabila tidak berkualitas maka

    jumlah penduduk yang besar tersebut akan

    menjadi beban berat dalam proses pembangunan

    yang sedang dilaksanakan. Ada beberapa informasi

    penting dibidang kependudukan yang tidak dapat

    diabaikan dalam penyusunan kebijakan.

    Diantaranya yaitu, jumlah dan laju pertumbuhan

    penduduk, rasio jenis kelamin, struktur umur

    PENDUDUK

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    2

    Secara absolute, jumlah

    penduduk makin

    bertambah setiap tahun

    penduduk dan informasi yang berkaitan dengan

    keluarga berencana.

    Jumlah, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk

    Laju pertumbuhan penduduk adalah

    merupakan keseimbangan yang dinamis antara

    kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-

    kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk.

    Tingkat pertumbuhan penduduk sendiri dapat

    dibedakan antara tingkat pertumbuhan alamiah

    (natural increase) dan tingkat pertumbuhan

    migrasi (spatial migration), dan yang dimaksud

    dengan laju pertumbuhan disini adalah merupakan

    gabungan keduanya.

    Jumlah penduduk Maluku Tenggara pada

    tahun 2010 berdasarkan hasil Sensus Penduduk

    2010 yaitu sebanyak 96.442 jiwa. Pada tahun 2013,

    angka proyeksi menunjukkan jumlah penduduk

    Kabupaten Maluku Tenggara menjadi 98.073 jiwa.

    Dengan luas wilayah Kabupaten Maluku Tenggara

    sekitar 1.031,81 kilo meter persegi, maka rata-rata

    tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Maluku

    Tenggara adalah sebanyak 95 orang per kilo meter

    persegi.

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    3

    Persebaran penduduk

    yang tidak merata dapat

    menimbulkan

    kesenjangan

    pembangunan antar

    wilayah

    Tabel 1.1 Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan

    Penduduk Tahun 20002013

    Tahun Jumlah

    Penduduk

    Tingkat Pertumbuhan

    (%)

    Kepadatan Penduduk

    per Km2 (1) (2) (3) (4)

    2000 82 687 1,06 17

    2010 96 442 1,55 20

    2011 97 302 0,89 20

    2012 97 832 0,54 94 *)

    2013 98 073 0,25 95 *)

    Sumber : BPS Kab. Maluku Tenggara *) Akibat adanya perbedaan luas wilayah dengan tahun-tahun sebelum 2012

    Penduduk yang menyebar tidak merata

    pada setiap wilayah akan mempengaruhi jalannya

    pembangunan pada wilayah tersebut. Apalagi bila

    tidak dilakukan dengan memperhatikan faktor

    kebutuhan maka dampaknya bisa menimbulkan

    kesenjangan pembangunan antar wilayah dan

    ujung-ujungnya mengarah kepada keterisolasian.

    Umumnya wilayah yang didalamnya terdapat

    ibukota kabupaten/kota memiliki persebaran

    penduduk yang lebih banyak dibandingkan

    wilayah lain. Hal ini terjadi pula di wilayah Kei

    Kecil pada Kabupaten Maluku Tenggara. Untuk

    lebih jelas, persebaran dan kepadatan penduduk

    Kabupaten Maluku Tenggara dapat ditunjukkan

    oleh Tabel 1.2.

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    4

    Tabel 1.2 Persebaran dan Tingkat Kepadatan

    Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2013

    Kecamatan Luas (%)

    Persebaran Penduduk

    (%)

    Kepadatan Penduduk

    per Km2 (1) (2) (3) (4)

    Kei Kecil 24,97 42,01 157

    Kei Kecil Barat

    9,12 5,47 60

    Kei Kecil Timur

    11,70 10,79 94

    Kei Besar 27,20 24,12 80

    Kei Besar Utara Timur

    15,44 9,84 58

    Kei Besar Selatan

    11,56 7,77 69

    Total 100,00 100,00 95

    Sumber : BPS Kab. Maluku Tenggara

    Pada Tabel 1.2 terlihat bahwa persebaran

    penduduk terbesar ada di dua kecamatan yaitu

    Kecamatan Kei Kecil dan Kei Besar masing-masing

    sebesar 42,01 persen dan 24,12 persen. Tingginya

    persebaran penduduk di Kecamatan Kei Kecil

    merupakan konsekuensi dari keberadaannya

    sebagai pusat pemerintahan, politik, sosial budaya,

    pendidikan dan perekonomian sehingga wajar saja

    jika dijadikan daerah tujuan berbagai lapisan

    masyarakat.

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    5

    Laju Pertumbuhan

    Penduduk (LPP)

    mengukur seberapa

    cepat penduduk

    bertambah setiap

    tahunnya

    Sementara itu, jika jumlah penduduk

    dikaitkan dengan luas wilayah maka akan terlihat

    kepadatan penduduk pada wilayah tersebut.

    Wilayah kecamatan yang kepadatan penduduknya

    tinggi adalah Kecamatan Kei Kecil yang mencapai

    157 per km2, yang berarti setiap satu kilometer

    persegi terdapat sekitar 157 jiwa. Kepadatan

    penduduk berikutnya diikuti oleh Kecamatan Kei

    Kecil Timur dengan tingkat kepadatan 94 per km2.

    Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten

    Maluku Tenggara per tahun selama setahun

    terakhir, yaitu dari tahun 2012-2013 sebesar 0,25

    persen.

    Struktur Umur dan Angka Beban Ketergantungan Komposisi penduduk menurut umur dan

    jenis kelamin merupakan komposisi yang paling

    pokok, sebab kedua kondisi ini sangat

    mempengaruhi perilaku demografi. Selain itu

    kedua ciri ini pun mudah dikombinasikan dengan

    karakteristik sosial, ekonomi maupun geografis.

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    6

    Sumber : Susenas 2013, BPS

    Bila dilihat komposisi penduduk menurut

    umur (Gambar 1.1), ternyata Kabupaten Maluku

    Tenggara masih tergolong struktur umur muda. Ini

    ditunjukkan dari persentase penduduk umur

    produktif (15-64 tahun) sebesar 57,62 persen dan

    penduduk umur 65 tahun ke atas hanya sebesar

    5,62 persen.

    Hal ini harus mendapat perhatian dari

    pemerintah daerah bahwa generasi muda perlu

    dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan

    yang memadai sehingga mampu menghasilkan

    tenaga-tenaga terampil dan mandiri untuk mengisi

    pembangunan.

    Besarnya jumlah penduduk usia muda

    mengakibatkan beban tanggungan penduduk usia

    produktif juga semakin besar. Secara kasar angka

    ini dapat digunakan sebagai indikator pengukur

    kemajuan ekonomi suatu daerah. Rasio ini

    menyatakan perbandingan penduduk berusia di

    bawah 15 tahun dan diatas 65 tahun yang dianggap

    tidak produktif secara ekonomi. Makin tinggi rasio

    beban tanggungan berarti semakin kecil jumlah

    penduduk produktif dan semakin banyak sumber

    daya yang harus dibagikan kepada kelompok tidak

    produktif.

    38,47

    57,62

    5,62

    Gambar 1.1. Komposisi Penduduk

    Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2013

    0-14 15-64 65+

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    7

    Tabel 1.3 Persentase Penduduk Kab. Maluku Tenggara Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin

    Tahun 2013

    Golongan Umur

    Laki Perempuan Total

    (1) (2) (3) (4)

    0-4 12,96 10,68 11,80

    5-9 14,42 14,13 14,27

    10-14 12,85 11,97 12,40

    15-19 9,15 7,69 8,41

    20-24 7,45 6,33 6,88

    25-29 6,31 8,13 7,24

    30-34 6,27 6,31 6,29

    35-39 5,18 5,80 5,50

    40-44 5,22 5,17 5,19

    45-49 4,78 6,07 5,44

    50-54 4,83 4,80 4,81

    55-59 3,04 3,79 3,43

    60-64 2,68 2,76 2,72

    65+ 4,85 6,37 5,62

    Jumlah 100,00 100,00 100,00

    Angka Beban Tanggungan Anak 68,82

    Angka Beban Tanggungan Usia Lanjut

    10,05

    Angka Beban Tanggungan 78,87 Sumber : Susenas 2013, BPS

    Beban tanggungan anak di Kabupaten

    Maluku Tenggara pada tahun 2013 sebesar 68,82

    dan beban tanggungan usia lanjut sebesar 10,05.

    Hal ini berarti bahwa setiap 100 orang penduduk

    usia produktif menanggung sekitar 68 orang anak

    dan 10 orang usia lanjut. Dengan kata lain bahwa

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    8

    Meskipun masih tinggi,

    angka beban

    tanggungan di

    Kabupaten Maluku

    Tenggara mengalami

    penurunan dari 82,21

    pada tahun 2012

    menjadi 78,87 pada

    tahun 2013

    beban tanggungan di Kabupaten Maluku Tenggara

    masih dikategorikan tinggi yaitu mencapai 78,87.

    Rasio beban ketergantungan menyiratkan

    bahwa nilai tambah yang diperoleh penduduk usia

    produktif, mau tidak mau terbagi dengan

    penduduk yang tidak produktif. Hal ini cukup

    menghambat usaha-usaha meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pihak-

    pihak terkait perlu memikirkan usaha-usaha yang

    secara langsung maupun tidak langsung

    berpengaruh pada penurunan angka beban

    ketergantungan.

    Rasio Jenis Kelamin

    Rasio jenis kelamin (sex ratio) adalah

    merupakan perbandingan antara laki-laki dengan

    perempuan. Asumsi yang dianut secara luas

    sehubungan dengan jumlah penduduk adalah

    biasanya lebih banyak bayi perempuan daripada

    bayi laki-laki yang dilahirkan pada suatu periode

    tertentu.

    Besar kecilnya rasio jenis kelamin antara

    lain dipengaruhi oleh pola migrasi penduduk suatu

    daerah. Jika rasio jenis kelamin di atas 100, artinya

    jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada

    jumlah penduduk perempuan di daerah tersebut.

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    9

    Sumber : Susenas, BPS

    Dari Gambar 1.2 dapat dilihat bahwa jumlah

    penduduk laki-laki di Kabupaten Maluku Tenggara

    lebih sedikit dibandingkan penduduk perempuan.

    Dengan rasio jenis kelamin pada tahun 2010

    sebesar 96,90 meningkat menjadi 98.53 tahun

    2011, tetapi mengalami penurunan pada tahun

    2012 dan tahun 2013 menjadi 96,92 dan 96,55.

    Secara positif, hal ini dapat dilihat sebagai

    potensi pemberdayaan perempuan bagi proses

    pembangunan. Perempuan memiliki peran besar

    dalam sebuah keluarga, sehingga dengan

    memberdayakan perempuan maka secara tidak

    langsung memberdayakan keluarga dan pada

    akhirnya memberdayakan penduduk secara

    keseluruhan dalam proses pembangunan.

    Tabel 1.4

    Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Status Perkawinan

    Tahun 2011-2013

    Status Perkawinan Menurut Kelompok

    Umur 2011 2012 2013

    (1) (2) (3) (4)

    - Belum Kawin 40,94 40,41 41,41

    - Kawin 51,07 51,40 50,86

    - Cerai Hidup 0,81 0,61 1,18

    - Cerai Mati 7,17 7,59 6,56 Sumber : Susenas, BPS

    96,95

    96,9

    98,53

    96,92

    96,55

    2009 2010 2011 2012 2013

    Gambar 1.2. Rasio Jenis Kelamin Tahun 2009-2013

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    10

    Semakin banyak jumlah

    anak, berarti semakin

    besar tanggungan

    kepala rumah tangga

    dalam memenuhi

    kebutuhan material dan

    spiritual anggota rumah

    tangganya

    Bila dilihat menurut status perkawinan, penduduk

    Kabupaten Maluku Tenggara berumur 10 tahun ke

    atas yang belum kawin mencapai 41,41 persen

    sedangkan yang kawin sudah mencapai 50,86

    persen.

    Fertilitas Salah satu komponen utama

    kependudukan yang menyebabkan perubahan

    jumlah penduduk adalah fertilitas. Fertilitas

    menyangkut banyaknya bayi atau anak lahir hidup

    yang dilahirkan oleh seorang wanita atau

    sekelompok wanita. Banyaknya anak yang

    dilahirkan akan membawa konsekuensi terhadap

    kesejahteraan rumah tangga. Semakin banyak

    jumlah anak, berarti semakin besar tanggungan

    kepala rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan

    material dan spiritual anggota rumah tangganya.

    Bagi rumah tangga terutama mereka yang dengan

    kondisi ekonomi yang lemah, maka pembatasan

    jumlah anak merupakan salah satu cara bagi

    tercapainya keluarga yang sejahtera.

    Umur Perkawinan Pertama

    Umur perkawinan mempunyai pengaruh

    bagi perkembangan penduduk, karena ada kaitan-

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    11

    Sebanyak 2,56 persen

    penduduk perempuan

    usia 10 tahun ke atas

    melakukan perkawinan

    pada usia kurang dari

    16 tahun

    nya terhadap fertilitas. Selain itu, umur

    perkawinan juga berpengaruh terhadap stabilitas

    suatu keluarga, terhadap kesehatan diri sendiri,

    dan terhadap anak yang dilahirkan. Selanjutnya

    umur perempuan saat perkawinan pertama selain

    mempengaruhi fertilitas juga mempunyai resiko

    dalam melahirkan. Semakin muda umur

    perkawinan pertama, semakin besar resiko yang

    dihadapi bagi keselamatan ibu maupun anak

    karena belum siapnya fisik dan mental si ibu

    menghadapi masa kehamilan/kelahiran. Demikian

    pula sebaliknya, semakin tua umur perkawinan

    pertama (melebihi usia yang dianjurkan dalam

    program KB), semakin tinggi resiko yang dihadapi

    dalam masa kehamilan/melahirkan.

    Tabel 1.5

    Persentase Penduduk Perempuan 10 Tahun Keatas yang Pernah Kawin Menurut Umur

    Perkawinan Pertama Tahun 2013

    Umur Perkawinan Pertama

    2013

    (1) (3)

    15 2,56

    16 2,02

    17-18 13,10

    19-24 53,71

    25+ 28,61

    Jumlah 100,00 Sumber : Susenas 2013, BPS

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    12

    Perempuan berumur 10 tahun ke atas

    yang melangsungkan perkawinan, akan melalui

    suatu proses biologis, yaitu melahirkan berulang

    kali sampai dengan masa menopause. Oleh karena

    itu, umur perkawinan pertama dianggap

    mempengaruhi panjangnya masa reproduksi.

    Semakin muda seorang perempuan menikah, maka

    semakin panjang usia reproduksinya dan semakin

    besar pula kemungkinannya mempunyai anak yang

    lebih banyak.

    Partisipasi Keluarga Berencana

    Upaya untuk menciptakan keserasian,

    keselarasan dan keseimbangan antara kuantitas

    penduduk dengan daya dukung serta daya

    tampung lingkungan dan perkembangan kondisi

    sosial ekonomi dan sosial budaya diperlukan

    pengendalian kuantitas penduduk. Dalam rangka

    pengendalian kuantitas penduduk tersebut

    pemerintah bersama masyarakat selain melakukan

    upaya penurunan angka kematian dan pengarahan

    mobilitas penduduk juga mengusahakan

    penurunan angka kelahiran.

    Penurunan angka kelahiran ditujukan

    untuk mewujudkan pertumbuhan penduduk yang

    seimbang menuju kondisi penduduk tanpa

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    13

    Sumber : Susenas , BPS

    pertumbuhan. Untuk mewujudkan hal tersebut

    dilakukan upaya pembudayaan Norma Keluarga

    Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang meliputi

    upaya peningkatan kesadaran dan mendorong

    pemakaian alat kontrasepsi, pendewasaan usia

    perkawinan, penundaan anak pertama, pemberian

    air susu ibu yang optimal dan penjarangan

    kelahiran.

    Keberhasilan dari Gerakan Keluarga

    Berencana (KB) sangat ditentukan oleh berbagai

    faktor yang ada, baik dari dalam keluarga maupun

    dari luar keluarga. Pendidikan dan tingkat

    kemampuan ekonomi keluarga adalah salah satu

    dari sekian banyak faktor yang datang dari luar

    peserta KB, yang mempunyai kemungkinan dalam

    mempengaruhi mereka untuk ikut berpartisipasi

    dalam program tersebut. Hal ini pula yang akan

    mempengaruhi para peserta dalam menentukan

    jenis alat kontrasepsi yang menurut mereka

    dianggap paling baik dan aman.

    Penduduk perempuan kawin umur 15-49

    tahun yang menggunakan alat kontrasepsi di

    Kabupaten Maluku Tenggara menunjukan trend

    yang meningkat dari tahun ke tahun. Akan tetapi,

    pada tahun 2013 persentase Perempuan Berstatus

    Kawin yang menggunakan alat kontrasepsi

    mengalami penurunan menjadi 32,16 persen.

    35,95 41,46 32,16

    2011 2012 2013

    Gambar 1.3. Persentase Penduduk

    perempuan kawin umur 15-49 tahun yang

    menggunakan alat kontrasepsi

    Tahun 2011 - 2013

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    14

    Alat kontrasepsi (KB) yang paling banyak

    digunakan adalah suntikan KB sebesar 73,64

    persen.

    Tabel 1.6 Persentase Penduduk Perempuan Berstatus

    Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Digunakan Tahun 2011-2013

    Alat/Cara KB Yang Digunakan

    2011 2012 2013

    (1) (2) (3) (4)

    Tubektomi 0,00 5,86 3,77

    Vasektomi 0,00 0,00 0,63

    Susuk KB 14,44 6,72 14,08

    Suntikan KB 76,47 78,49 73,64

    Pil 4,93 7,86 4,56 Lainnya (termasuk cara tradisonal)

    4,16 1,07 3,31

    Jumlah 100,00 100,00 100,00

    Penduduk perempuan kawin umur 15-49 tahun

    yang menggunakan

    alat kontrasepsi

    35,95 41,46 32,16

    Sumber : Susenas , BPS

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    15

    Pembangunan

    kesehatan harus

    dipandang sebagai

    suatu investasi untuk

    peningkatan SDM

    Peningkatan kualitas hidup penduduk

    merupakan salah satu aspek dalam upaya

    peningkatan kesejahteraan penduduk. Peningkatan

    kualitas penduduk, secara fisik khususnya, dapat

    dilihat dari derajat kesehatan penduduk secara

    keseluruhan. Program pembangunan di bidang

    kesehatan selain bertujuan untuk meningkatkan

    derajat dan status kesehatan, juga bertujuan untuk

    membentuk anak yang sehat melalui upaya

    peningkatan status gizi balita dan cakupan

    imunisasi.

    Dengan adanya upaya tersebut diharapkan

    akan tercapai suatu derajat kesehatan masyarakat

    yang lebih baik, dan pada gilirannya akan

    bermuara kepada meningkatnya kesehatan

    masyarakat secara umum, sehingga pembangunan

    yang sedang digiatkan pemerintah diharapkan bisa

    berakselerasi positif terhadap peningkatan kualitas

    kesehatan masyarakat yang tercermin antara lain

    dengan menurunnya angka kematian ibu dan

    angka kematian bayi, yang pada akhirnya akan

    KESEHATAN

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    16

    Sumber : Susenas , BPS

    meningkatkan angka harapan hidup di Kabupaten

    Maluku Tenggara.

    Angka Kesakitan

    Salah satu indikator derajat kesehatan

    penduduk adalah angka kesakitan (morbidity rate).

    Dalam bab ini yang bisa ditampilkan sehubungan

    dengan angka kesakitan adalah persentase

    penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan

    (sakit) menurut jenis keluhan dan juga persentase

    lamanya menderita sakit.

    Tabel 2.1

    Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Selama Sebulan Referensi Menurut Jenis

    Keluhan Tahun 2013

    Jenis Keluhan Kesehatan 2013

    (1) (2)

    Batuk 10,27

    Panas 7,38

    Pilek 8,71

    Asma/napas sesak/cepat 1.03

    Diare/buang air 0,41

    Sakit kepala berulang 1,00

    Sakit gigi 1,01

    Angka Kesakitan 13,13

    Sumber : Susenas 2013, BPS

    19,38

    16,26

    13,13

    2011 2012 2013

    Gambar 2.1 Persentase Angka

    Kesakitan Tahun 2011-2013

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    17

    Penduduk yang sakit

    lebih banyak yang

    berobat sendiri untuk

    mengobati sakitnya

    daripada ke fasilitas

    kesehatan

    Tabel 2.1 menunjukkan bahwa penduduk yang

    mengalami gangguan kesehatan hingga

    mengganggu aktivitasnya tahun 2013 sebesar

    13,13 persen. Bila dilihat dari jenis penyakit yang

    paling banyak diderita adalah batuk (10,27 persen)

    dan pilek (8,71 persen).

    Cara Pengobatan

    Penduduk yang mengalami gangguan

    kesehatan memiliki dua alternatif pengobatan

    yaitu dengan mengobati dirinya sendiri atau

    melakukan pengobatan ke fasilitas/tenaga

    kesehatan yang sering disebut berobat jalan.

    Sumber : Susenas, BPS

    Berobat Sendiri Berobat Jalan

    74,02

    56,17

    85,83

    47,29

    71,79

    59,04

    Gambar 2.2 Persentase Penduduk Menurut Cara

    Pengobatan Tahun 2011-2013

    2011 2012 2013

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    18

    Jika dibandingkan antara berobat sendiri dengan

    berobat jalan, pada tahun 2013 penduduk yang

    sakit untuk mengobati sakitnya lebih banyak yang

    berobat sendiri daripada berobat jalan yaitu

    masing-masing sebesar 71,79 persen dan 59,04

    persen.

    Bagi penduduk yang berobat sendiri,

    pengobatan secara modern menjadi pilihan utama

    mereka, dengan persentase penduduk yang

    berobat dengan pengobatan modern sebesar 86,07

    persen dan diikuti dengan pengobatan tradisional

    sebesar 56,54 persen.

    Tabel 2.2 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan

    Menurut Tempat Pengobatan Tahun 2011-2013

    Tempat Pengobatan

    2011 2012 2013

    (1) (2) (3) (4)

    Rumah Sakit 5,56 8,10 6,44

    Praktek Dokter 6,46 5,99 7,96

    Puskesmas/Pustu 83,26 86,72 87,54

    Nakes 1,29 0,88 1,17

    Lainnya 4,64 0,15 1,36

    Sumber : Susenas, BPS

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    19

    Pada tahun 2013, puskesmas/pustu merupakan

    jenis fasilitas kesehatan yang sering digunakan

    oleh penduduk yang berobat jalan (87,54 persen).

    Sedangkan berobat ke rumah sakit hanya sebesar

    6,44 persen dan berobat ke praktek dokter sebesar

    7,96 persen serta menggunakan pengobatan ke

    tenaga kesehatan sebesar 1,17 persen.

    Sumber : Susenas, BPS

    Tadisonal Moderen Lainnya

    49,95

    85,22

    1,7

    48,57

    90,24

    14,12

    56,54

    86,09

    2,85

    Gambar 2.3 Persentase Penduduk yang

    Berobat Sendiri menurut Jenis Obat, Tahun 2011-2013

    2011 2012 2013

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    20

    Sebanyak 53,72 persen

    penolong persalinan

    adalah tenaga medis

    Kesehatan Ibu dan Anak

    Indikasi tinggi rendahnya derajat

    kesehatan di suatu daerah, dapat dicerminkan

    dengan tingkat kematian bayi diantaranya adalah

    antenatal yaitu pemeriksaan ibu hamil minimal

    empat kali pemeriksaan selama hamil. Selanjutnya

    pada saat proses persalinan, salah satu usaha

    untuk mengurangi tingkat kematian bayi adalah

    dengan pemberian fasilitas dalam proses kelahiran

    bayi tersebut, yaitu dengan penolong kelahiran

    oleh tenaga medis yang sudah terlatih dan terdidik.

    Tabel 2.3 Persentase Balita Menurut

    Penolong Persalinan Pertama dan Terakhir Tahun 2011-2013

    Penolong Persalinan

    Penolong Persalinan Pertama

    Penolong Persalinan Terakhir

    2011 2012 2013 2011 2012 2013

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

    Tenaga Medis

    52,59 68,02 51,95 52,44 73,32 53,72

    Bukan Tenaga Medis

    47,41 31,98 48,05 47,56 26,68 46,28

    Jumlah 100 100 100 100 100 100

    Sumber : Susenas, BPS

    Pada tahun 2013 persalinan yang ditolong

    oleh tenaga medis menurun dibandingkan dengan

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    21

    Sumber : Susenas, BPS

    tahun sebelumnya. Dimana penolong persalinan

    yang ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2013

    sebesar 53,72 persen.

    Perhatian pada status kesehatan balita

    merupakan tindakan yang dini guna peningkatan

    kualitas fisik manusia. Pemberian Air Susu Ibu

    (ASI) eksklusif adalah salah satu cara untuk

    meningkatkan daya tahan tubuh bayi serta secara

    psikologis akan terjalin ikatan kasih sayang antara

    ibu dan anak.

    Tabel 2.4 Persentase Balita Umur 2-4 Tahun yang Pernah

    Disusui Menurut Lama Disusui (Bulan) dan Jenis Kelamin, Tahun 2012-2013

    Lama Disusui (Bulan)

    2012 2013

    Lk Pr Total Lk Pr Total

    (1) (2) (3) (4) (4) (4) (4)

    11 13,39 12,97 13,21 4,60 4,09 4,36

    12-17 40,88 45,12 42,67 41,20 52,21 46,31

    18-23 19,86 13,01 16,96 25,44 24,42 24,96

    24+ 25,87 28,90 27,15 28,75 19,28 24,36

    Sumber : Susenas, BPS

    2012

    2013

    13,21

    4,36

    Gambar 2.4 Persentase Bayi

    yang Pernah Disusui Selama 11

    Bulan Tahun 2012-2013

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    22

    Selain itu, kegiatan menyusui memberi

    dampak positif terhadap kesehatan ibu. Menyusui

    juga merupakan salah satu cara untuk

    menjarangkan kehamilan, memperpanjang

    menyusui dianggap sebagai cara yang lebih efektif

    dalam mengontrol fertilitas. Pada tahun 2013,

    persentase balita umur 2-4 tahun yang pernah

    disusui selama kurang dari atau sama dengan 11

    bulan sebesar 4,36 persen dan yang disusui selama

    12-17 bulan sebesar 46,31 persen.

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    23

    Peningkatan kualitas sumber daya

    manusia bertitik tolak pada upaya pembangunan

    bidang pendidikan. Tujuan pembangunan dalam

    bidang pendidikan adalah tersedianya pendidikan

    yang berkualitas dan terjangkau untuk semua

    lapisan masyarakat. Kualitas pendidikan terkait

    dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dan

    berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat.

    Berbagai program digulirkan pemerintah

    dalam bidang pendidikan, satu diantaranya adalah

    pendidikan dasar sembilan tahun. Dalam rangka

    mendukung tercapainya pendidikan dasar

    sembilan tahun berbagai kebijakan telah dilakukan

    oleh pemerintah antara lain pendidikan gratis pada

    tingkat sekolah dasar dan pemberian dana Bantuan

    Operasional Sekolah (BOS).

    Pada saat ini kesadaran masyarakat akan

    pentingnya pendidikan semakin tinggi, bagi

    sebagian orang tua yang diangap mampu akan

    merasa malu dan berdosa apabila tidak dapat

    menyekolahkan anaknya. Bahkan kualitas

    pendidikanpun pada saat ini tidak luput dari

    PENDIDIKAN

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    24

    Pembangunan

    pendidikan harus

    memiliki landasan yang

    kokoh

    perhatian para orang tua. Hal ini terbukti dengan

    semakin ketatnya persaingan untuk memasuki

    sekolah/lembaga pendidikan yang dianggapnya

    lebih bermutu dan berkualitas. Sampai saat ini

    tidak sedikit orang tua yang bersusah payah untuk

    dapat menyekolahkan anaknya ke daerah

    perkotaan yang memiliki fasilitas pendidikan yang

    relatif banyak dan beragam.

    Dengan semakin meningkatnya gairah

    masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang

    lebih tinggi merupakan kemajuan yang sangat

    berarti dalam rangka meningkatkan kesadaran

    akan pentingnya pendidikan dalam kehidupan

    masyarakat. Semakin tinggi tingkat kesadaran

    masyarakat dalam hal pendidikan diharapkan akan

    lebih mempermudah proses pembangunan dalam

    bidang pendidikan khususnya, dan bidang-bidang

    lain umumnya. Sementara itu dalam upaya

    meningkatkan pembangunan pendidikan

    diperlukan data yang akurat untuk memberikan

    informasi mengenai berbagai macam keadaan yang

    mendasari perencanaan, pelaksanaan dan

    pemantauan terhadap kegiatan upaya peningkatan

    pembangunan pendidikan. Data yang dimaksudkan

    merupakan indikator pendidikan yang berfungsi

    memberikan indikasi atau petunjuk tentang

    berbagai macam dan jenis keadaan termaksud.

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    25

    Kemampuan membaca

    dan menulis akan

    mendorong

    meningkatnya peran

    aktif penduduk dalam

    proses pembangunan

    Tingkat Pendidikan

    Salah satu indikator yang dapat dijadikan

    ukuran kesejahteraan sosial yang merata adalah

    dengan melihat tinggi rendahnya persentase

    penduduk yang melek huruf. Tingkat melek huruf

    dapat dijadikan ukuran kemajuan suatu bangsa.

    Kemampuan membaca dan menulis akan

    mendorong meningkatnya peran aktif penduduk

    dalam proses pembangunan. Dalam hal ini angka

    melek huruf merupakan persentase penduduk usia

    10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis

    huruf latin.

    Yang dimaksud dengan melek huruf disini

    adalah kemampuan seseorang dalam membaca

    maupun menulis sehingga maksud yang

    terkandung didalamnya dapat dipahami dan

    dimengerti serta dimungkinkan terjadinya proses

    transformasi informasi dari aktifitas tersebut.

    Seiring dengan semakin pesatnya ilmu

    pengetahuan dan teknologi serta kian derasnya

    arus informasi yang disajikan melalui berbagai

    media massa, bagi penduduk yang mempunyai

    kemampuan membaca dan menulis akan dapat

    lebih menikmatinya, sehingga proses

    pengembangan diri dan peningkatan kualitas hidup

    akan lebih mudah. Sebaliknya bagi mereka yang

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    26

    Sumber : Susenas, BPS

    tidak mempunyai kemampuan membaca dan

    menulis (buta huruf) akan selalu tertinggal, karena

    mereka tidak dapat mengakses informasi yang

    seharusnya diketahui. Bertolak dari kenyataan

    tersebut, pemerintah telah berupaya untuk

    menekan sekecil mungkin angka buta huruf,

    diantaranya dengan digelarnya program

    Pemberantasan Buta Huruf atau Program

    Keaksaraan Fungsional (KF) bagi penduduk yang

    tidak memungkinkan lagi mengikuti pendidikan

    formal.

    Angka melek huruf di Kabupaten Maluku

    Tenggara pada tahun 2013 sebesar 98,39 persen.

    Jika dilihat menurut jenis kelamin, angka melek

    huruf perempuan pada tahun 2013 sebesar 97,38

    persen lebih rendah dibandingkan penduduk laki-

    laki yang sebesar 99,46 persen. Hal ini

    menandakan masih terjadi ketimpangan melek

    huruf antara laki-laki dan perempuan.

    Ketimpangan ini merefleksikan adanya

    ketimpangan yang cukup signifikan pada out come

    pendidikan dasar antara laki-laki dan perempuan.

    Sehingga dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari

    aspek pendidikan dasar, laki-laki lebih baik

    dibandingkan perempuan.

    98,15

    97,96

    98,39

    2011 2012 2013

    Gambar 3.1 Persentase

    Penduduk 10 Tahun Keatas yang Melek

    Huruf Tahun 2011-2013

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    27

    Tingkat pendidikan yang

    ditamatkan secara

    spesifik dapat kualitas

    sumber daya manusia di

    suatu daerah

    Tabel 3.1 Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas yang

    Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011-2013

    Tahun Laki-Laki Perempuan

    (1) (2) (3)

    2011 98,04 98,24

    2012 97,91 98,01

    2013 99,46 97,38

    Sumber : Susenas, BPS

    Untuk itu, secara umum program

    pemberantasan buta huruf harus terus dilakukan

    secara intensif dan menyeluruh sehingga dapat

    meningkatkan derajat pendidikan di Kabupaten

    Maluku Tenggara. Sedangkan secara khusus,

    pemberantasan buta huruf melalui program

    keaksaraan fungsional dapat menjadi program

    andalan dan dapat lebih fokus kepada perempuan

    sehingga dapat mengurangi ketimpangan angka

    melek huruf dengan laki-laki. Dengan

    meningkatkan angka melek huruf perempuan,

    maka secara tidak langsung dapat turut

    memberdayakan penduduk perempuan di

    Kabupaten Maluku Tenggara untuk dapat memiliki

    kesempatan yang lebih baik dalam meraih peluang

    ekonomi maupun sosial.

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    28

    Akses penduduk

    terhadap fasilitas

    pendidikan serta

    kemampuan ekonomi

    merupakan masalah

    yang sangat berkaitan

    dengan partisipasi

    sekolah

    Tabel 3.2 Persentase Penduduk 10 Tahun keatas Menurut

    Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2013

    Jenjang Pendidikan 2013

    (1) (2)

    Tidak sekolah / belum tamat SD

    18,37

    S D 33,64

    S M T P 18,87

    S M T A 24,64

    D 1 s/d S 3 4,47

    S M T P + 47,98

    Sumber : Susenas 2013, BPS

    Selain angka melek huruf, kualitas penduduk

    dapat dilihat juga dari tingkat pendidikan yang

    ditamatkan. Tingkat partisipasi pendidikan

    menunjukkan keberhasilan sistem pendidikan

    dalam mendidik anak dan remaja, akan tetapi tidak

    bisa menyatakan tentang hasil pendidikan yang

    telah dicapai orang dewasa. Sementara tingkat

    pendidikan yang ditamatkan dapat mencerminkan

    hasil pendidikan yang dapat dicapai oleh rata-rata

    penduduk suatu daerah secara spesifik

    mencerminkan taraf intelektualiatas serta kualitas

    sumber daya manusia di daerah tersebut. Sehingga

    tingkat pendidikan yang ditamatkan ini menjadi

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    29

    Sumber : Susenas, BPS

    salah satu masukan dalam penyusunan indikator

    kesejahteraan rakyat.

    Penduduk usia 10 tahun ke atas pada tahun

    2013 yang sudah menamatkan sekolah pada

    jenjang SMP ke atas mencapai 47,98 persen.

    Sementara itu persentase penduduk yang sudah

    menamatkan pendidikan pada jenjang Perguruan

    Tinggi hanya sebesar 4,47 persen. Bahkan masih

    terdapat 18,37 persen penduduk 10 tahun keatas

    yang tidak sekolah atau belum tamat SD.

    Partisipasi Pendidikan Salah satu indikator yang dapat dijadikan

    sebagai bahan informasi untuk mengukur

    keberhasilan dibidang pendidikan adalah dengan

    melihat tingkat partisipasi masyarakat terhadap

    pendidikan itu sendiri. Biasanya masalah yang

    sangat pokok berkaitan dengan Angka Partisipasi

    Sekolah adalah akses penduduk terhadap berbagai

    fasilitas pendidikan yang tersedia, disamping

    kemampuan ekonomi yang merupakan faktor

    penentu utama.

    Partisipasi sekolah merupakan salah satu

    indikator yang dihasilkan dari keikutsertaan

    penduduk dalam pendidikan. Pada tahun 2013,

    persentase penduduk usia 10 tahun ke atas

    0,83

    25,76

    73,41

    Gambar 3.2 Persentase Penduduk

    10 Tahun Keatas Menurut Status

    Pendidikan Tahun 2013

    Tidak/Belum PernahSekolahMasih Sekolah

    Tidak Bersekolah Lagi

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    30

    menurut status sekolah, terlihat bahwa sebesar

    73,41 persen penduduk Kabupaten Maluku

    Tenggara tidak bersekolah lagi, dimana jika dilihat

    menurut jenis kelamin 73,54 persen penduduk

    laki-laki tidak bersekolah lagi dan perempuan

    sebesar 73,29 persen.

    Tabel 3.3 Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas

    Menurut Status Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2012-2013

    Status Pendidikan

    2012 2013

    Lk Pr Total Lk Pr Total

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

    Tidak/Belum Pernah Sekolah

    1,08 0,56 0,81 0,24 1,38 0,83

    Masih Sekolah 27,38 24,61 25,95 26,23 25,33 25,76

    Tidak Bersekolah Lagi

    71,54 74,83 73,24 73,54 73,29 73,41

    Sumber : Susenas, BPS

    Untuk mengetahui seberapa banyak

    penduduk usia sekolah yang sudah dapat

    memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat

    dari penduduk yang masih sekolah pada umur

    tertentu yang dikenal dengan Angka Partisipasi

    Sekolah (APS). Meningkatnya APS berarti

    menunjukkan adanya keberhasilan di bidang

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    31

    Sumber : Susenas 2013, BPS

    pendidikan, terutama yang berkaitan dengan

    upaya memperluas jangkauan pelayanan

    pendidikan.

    Pada tahun 2013, Angka Partisipasi Sekolah

    (APS) kelompok umur 7-12 tahun sebesar 100

    persen, kelompok umur 13-15 tahun sebesar 91,74

    persen, kelompok umur 16-18 tahun sebesar 56,13

    persen, dimana angka partisipasi sekolah

    perempuan cenderung lebih tinggi dari laki-laki

    untuk kelompok umur pada jenjang pendidikan

    yang lebih tinggi.

    Tabel 3.4 Angka Partisipasi Sekolah

    Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013

    Jenis Kelamin

    Penduduk 7-12

    Tahun

    Penduduk 13-15 Tahun

    Penduduk 16-18 Tahun

    (1) (2) (3) (4)

    Laki-laki 100.00 91.66 46.89

    Perempuan 100.00 91.87 69.30

    Total 100.00 91.74 56.13

    Sumber : Susenas 2013, BPS

    SD SMP SMA

    94,52

    64,66

    47,09

    Gambar 3.3 Angka Partisipasi

    Murni Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2013

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    32

    Cepatnya laju

    pertumbuhan angkatan

    kerja apabila tidak

    dibarengi kesempatan

    kerja yang memadai

    tentunya akan

    menimbulkan berbagai

    persoalan sosial

    ekonomi

    Ketenagakerjaan merupakan aspek yang

    sangat mendasar dalam kehidupan manusia karena

    mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Dalam

    pembangunan ekonomi, sektor ketenagakerjaan

    memberikan kontribusi yang sangat cukup besar

    khususnya dalam upaya pemerintah untuk

    mengurangi jumlah penduduk miskin. Dengan

    menciptakan dan menerapkan berbagai program

    pembangunan pada sektor ekonomi dan sektor

    ketenagakerjaan dimana banyak yang tergolong

    miskin, seringkali pemerintah berhasil dalam

    meningkatkan pendapatan mereka. Demikian pula

    dengan program peningkatan keterampilan,

    perluasan kesempatan kerja dan peningkatan

    produktivitas dari mereka yang pendapatan

    individunya masih rendah. Program pemerintah

    tersebut akan dapat membuka dan memperluas

    kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan

    penduduk miskin.

    Penduduk merupakan sumber angkatan

    kerja, sehingga profil ketenagakerjaan merupakan

    gambaran kondisi demografi. Laju pertumbuhan

    KETENAGAKERJAAN

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    33

    Tingkat kesempatan

    kerja penduduk

    perempuan lebih tinggi

    daripada laki-laki

    penduduk yang tinggi dengan sendirinya akan

    mencerminkan laju pertumbuhan angkatan kerja

    yang tinggi pula. Cepatnya laju pertumbuhan

    angkatan kerja apabila tanpa dibarengi

    kesempatan kerja yang memadai tentunya akan

    menimbulkan berbagai persoalan sosial ekonomi.

    Untuk mengukur berbagai persoalan sosial

    ekonomi diperlukan indikator yang dapat

    mencerminkan kondisi sebenarnya yang sedang

    terjadi. Indikator tersebut diantaranya adalah

    indikator ketenagakerjaan.

    Penduduk Usia Kerja

    Penduduk usia kerja digolongkan sebagai

    angkatan kerja bila mereka mencari pekerjaan dan

    secara ekonomis berpotensi menghasilkan output

    atau pendapatan, dan digolongkan sebagai bukan

    angkatan kerja bila mereka bersekolah, mengurus

    rumah tangga, dan lainnya.

    Pengadaan tenaga kerja yang merupakan

    bagian dari perwujudan kebijaksanaan

    perencanaan ketenagakerjaan nasional harus

    mendorong pemerataan kesempatan kerja antar

    daerah dengan memperhatikan potensi angkatan

    kerja setempat. Tingginya tingkat pertumbuhan

    penduduk akan banyak pengaruhnya terhadap

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    34

    Tingkat partisipasi

    angkatan kerja

    penduduk laki-laki lebih

    tinggi daripada

    penduduk perempuan

    upaya penyediaan lapangan pekerjaan, dimana

    apabila tidak terjadi keseimbangan yang harmonis

    pada akhirnya akan mengakibatkan ledakan

    pengangguran.

    Tabel 4.1 Penduduk Usia Kerja 15 Tahun Keatas Menurut Karakteristik dan Jenis

    Kelamin, Tahun 2013

    Karakteristik L P L+P

    (1) (2) (3) (4)

    Penduduk Usia Kerja

    29 555 32 513 62 068

    Angkatan Kerja 24 408 18 542 42 950

    Bekerja 22 610 17 682 40 292

    Pengangguran 1 798 860 2 658

    Bukan Angkatan Kerja

    5 147 13 971 19 118

    TPAK (%) 82,59 57,03 69,20

    TPT (%) 7,37 4,64 6,19

    TKK (%) 92,63 95,36 93,81

    Sumber : Sakernas 2013, BPS

    Jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten

    Maluku Tenggara mencapai 62.068 orang,

    penduduk usia kerja laki-laki lebih kecil dibanding

    perempuan dengan sex ratio 90,90 artinya setiap

    100 orang penduduk usia kerja perempuan

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    35

    Sumber : Sakernas, BPS

    terdapat 90 orang penduduk usia kerja laki-laki.

    Sedangkan dari penduduk usia kerja itu yang

    tergolong angkatan kerja sebanyak 42.950 orang

    sedangkan 19.118 orang sisanya bukan angkatan

    kerja.

    TPAK dan TKK

    Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)

    adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja

    dengan jumlah tenaga kerja yang dinyatakan dalam

    persentase. TPAK biasanya dipengaruhi oleh

    keadaan sosial ekonomi, budaya, demografi serta

    keadaan daerah.

    TPAK di Kabupaten Maluku Tenggara

    tahun 2013 mencapai 69,20 persen. Ini berarti ada

    sekitar 69 persen penduduk yang terlibat dalam

    kegiatan ekonomi untuk menunjang kebutuhan

    hidup. TPAK penduduk laki-laki lebih tinggi dari

    penduduk perempuan, TPAK penduduk laki-laki

    mencapai 82,59 persen sedangkan perempuan

    hanya 57.03 persen.

    Selanjutnya kesempatan kerja

    memberikan gambaran besarnya tingkat

    penyerapan pasar kerja, angkatan kerja yang tidak

    terserap merupakan masalah karena terpaksa

    menganggur, sehingga berdampak pada kehidupan

    sosial masyarakat. Pada tahun 2013, kesempatan

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    2011 2012 2013

    Gambar 4.1 TPAK dan TKK

    2011 - 2013

    TPAK

    TKK

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    36

    TPT Kabupaten Maluku

    Tenggara tahun 2013

    mencapai 6,19 persen

    kerja di Kabupaten Maluku Tenggara mencapai

    93,81 persen, artinya terdapat sekitar 93 persen

    dari angkatan kerja yang dapat diserap oleh pasar

    kerja di Kabupaten Maluku Tenggara.

    Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

    Sumber : Sakernas, BPS

    Tingkat pengangguran terbuka adalah

    suatu besaran yang merupakan persentase dari

    jumlah pencari kerja terhadap jumlah angkatan

    kerja. Dari tahun 2011 hingga tahun 2013, TPT

    Kabupaten Maluku Tenggara mengalami fluktuasi.

    Pada tahun 2013, TPT Kabupaten Maluku

    Tenggara mencapai 6,19 persen. Kondisi ini

    merupakan beban bagi pemerintah untuk

    6,56

    4,02

    6,19

    2011 2012 2013

    Gambar 4.2 Tingkat Pengangguran Terbuka

    Tahun 2011-2013

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    37

    Sektor pertanian masih

    memberikan sumbangan

    terbesar dalam

    penyerapan tenaga

    kerja di Kabupaten

    Maluku Tenggara

    menyediakan atau menciptakan lapangan

    pekerjaan baru bagi pencari kerja di daerah ini.

    Selanjutnya penduduk laki-laki yang mencari kerja

    tahun 2013 mencapai 7,37 persen, lebih tinggi dari

    penduduk perempuan yang mencari kerja yaitu

    4,64 persen.

    Lapangan dan Status Pekerjaan

    Proporsi penduduk yang bekerja menurut

    lapangan usaha merupakan salah satu alternatif

    untuk melihat potensi sektor perekonomian,

    dimana sektor perekonomian yang paling dominan

    dalam menyerap tenaga kerja berarti merupakan

    sektor perekonomian andalan. Selain itu, dengan

    melihat perkembangannya dari tahun ke tahun kita

    akan dapat mengetahui sektor perekonomian mana

    yang sedang tumbuh dan sektor perekonomian

    mana yang kontribusinya semakin menurun.

    Ketersediaan potensi alam dan potensi sumber

    daya manusia sangat mempengaruhi

    berkembangnya suatu sektor perekonomian. Selain

    itu pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi telah memberikan perubahan bahwa

    peningkatan laju pertumbuhan ekonomi akan

    disertai dengan pergeseran pada struktur lapangan

    usaha.

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    38

    Pada sektor pertanian

    dan jasa-jasa, penduduk

    perempuan lebih banyak

    terserap daripada

    penduduk laki-laki

    Dari hasil Sakernas 2013 diketahui bahwa

    komposisi penduduk yang bekerja menurut

    lapangan usaha di Kabupaten Maluku Tenggara

    didominasi oleh sektor pertanian dan sektor

    perdagangan, hal tersebut sangat beralasan

    mengingat sektor pertanian mempunyai elastisitas

    penyerapan tenaga kerja yang tinggi, selain itu

    untuk sektor pertanian tidak diperlukan sumber

    daya pendidikan yang relatif tinggi, sehingga

    potensi tenaga kerja yang belum tersalurkan di

    sektor lain dapat diserap di sektor pertanian.

    Indikasi lain yang terjadi pada pola

    penyerapan tenaga kerja ini adalah adanya

    kemajuan ekonomi yang mengarah kepada

    peningkatan produktifitas tenaga kerja. Hal ini

    dimungkinkan karena mereka yang bekerja di

    sektor perdagangan dan jasa misalnya, cenderung

    memiliki tingkat produktifitas yang relatif lebih

    tinggi jika dibandingkan dengan mereka yang

    bekerja pada sektor pertanian.

    Sektor pertanian (termasuk kehutanan,

    perburuan dan perikanan) masih merupakan

    sektor terbesar dalam menyerap tenaga kerja yaitu

    sebesar 73,31 persen, diikuti sektor jasa-jasa

    sebesar 22,38 persen dan sektor industri sebesar

    4,32 persen.

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    39

    Tabel 4.2 Persentase Penduduk yang Bekerja

    Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Tahun 2013

    Lapangan Usaha L P Total

    (1) (2) (3) (4) (A) Pertanian (Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan)

    72,69 74,09 73,31

    (M) Industri (Pertamb, Ind.Pengolahan, Listrik, Gas & Air, Bangunan)

    6,26 1,83 4,32

    (S) Jasa-jasa (Perdagangan, Angkutan, Keuangan, Jasa Kemasyarakatan)

    21,05 24,08 22,38

    Jumlah 100,00 100,00 100,00

    Sumber : Sakernas 2013, BPS

    Sementara itu, indikator lain yang dapat

    digunakan untuk memberikan gambaran tentang

    kedudukan pekerja adalah status pekerjaan. Ada

    lima kategori mengenai status pekerjaan, yaitu:

    berusaha sendiri, beusaha dibantu dengan buruh

    tidak tetap, berusaha dibantu dengan buruh tetap,

    buruh/karyawan dan pekerja tidak dibayar.

    Pengelompokkan status pekerjaan sangat

    berguna untuk menganalisa sifat pekerjaan pada

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    40

    Sumber : Sakernas, BPS

    sektor dan jenis pekerjaan tertentu. Pada

    umumnya, tenaga kerja keluarga, pengusaha tanpa

    buruh dan pengusaha dengan bantuan pekerja

    keluarga atau pekerja tidak dibayar lebih menonjol

    pada sektor dan jenis pekerjaan yang relatif

    tradisional, atau yang sering disebut juga dengan

    sektor informal. Sedangkan pada usaha yang

    relatif moderen terdapat lebih banyak buruh atau

    karyawan, dan pengusaha dengan buruh tetap

    dengan kata lain sektor formal.

    Sebagian besar penduduk yang bekerja di

    Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2013

    status pekerjaannya adalah pekerja tak dibayar

    sebesar 37,71 persen, dan dengan status berusaha

    dibantu buruh tidak tetap sebesar 30,00 persen.

    Masalah ketenagakerjaan secara langsung

    maupun tidak langsung berkaitan dengan masalah-

    masalah lainnya termasuk kemiskinan,

    ketidakmerataan pendapatan, pertumbuhan

    ekonomi, urbanisasi, dan stabilitas ekonomi. Semua

    ini secara intuitif tampaknya telah dipahami oleh

    kebanyakan pengambil kebijakan. Yang tampaknya

    kurang dipahami adalah bahwa masalah

    ketenagakerjaan bersifat multidimensi, sehingga

    juga memerlukan cara pemecahan yang

    multidimensi pula.

    A M S

    74,48

    1,49

    24,02

    73,31

    4,32

    22,38

    Gambar 4.3 Persentase Penduduk yang Bekerja

    Menurut Lapangan Usaha dan Jenis

    Kelamin 2012 - 2013

    2012 2013

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    41

    Tabel 4.3 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Jenis

    Kelamin Tahun 2013

    Status Pekerjaan

    Utama L P Total

    (1) (2) (3) (4)

    Berusaha sendiri 12,30 7,66 10,27

    Berusaha dibantu buruh tidak tetap

    50,15 4,24 30,00

    Berusaha dibantu buruh tetap

    1,30 0,44 0,92

    Buruh/ karyawan

    21,38 20,47 20,98

    Pekerja Bebas 0,22 0,00 0,12

    Pekerja tak dibayar

    14,65 67,19 37,71

    Jumlah 100,00 100,00 100,00

    Sumber : Sakernas 2013, BPS

    Memetakan potensi dan kelemahan dari

    kondisi ketenagakerjaan yang ada saat ini

    merupakan cara yang harus dilakukan dalam

    menilai situasi dunia ketenagakerjaan. Dengan

    pemetaan tersebut, akan mempermudah melihat

    karakteristik ketenagakerjaan di Kabupaten

    Maluku Tenggara untuk mengambil langkah

    pemecahannya.

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    42

    Pola konsumsi rumah

    tangga dapat

    memperlihatkan

    tingkat kesejahteraan

    rumah tangga tersebut

    Salah satu indikator awal yang dapat

    mengungkapkan telah terjadinya peningkatan

    kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah, dapat

    ditunjukkan dengan berkurangnya penduduk

    miskin dan bertambahnya tingkat pendapatan

    secara keseluruhan. Kondisi demikian secara tidak

    langsung dapat diamati melalui pola konsumsi

    rumah tangga/masyarakat tersebut.

    Pola konsumsi rumah tangga secara umum

    dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

    kelompok pengeluaran untuk konsumsi makanan

    dan kelompok pengeluaran bukan makanan. Tarik

    menarik antara dua kelompok tersebut

    mencerminkan tingkat kesejahteraannya. Semakin

    tinggi persentase pengeluaran konsumsi untuk

    kelompok bukan makanan terhadap total

    pengeluaran, semakin dianggap sejahtera

    masyarakat tersebut.

    Pengeluaran Rumah Tangga

    Pengeluaran rumah tangga merupakan

    salah satu indikator yang dapat memberikan

    TARAF & POLA KONSUMSI

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    43

    Sumber : Susenas 2013, BPS

    gambaran tentang keadaan kesejahteraan

    penduduk. Semakin tinggi pendapatan maka porsi

    pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran untuk

    makanan ke pengeluaran bukan makanan.

    Pergeseran pola pengeluaran terjadi karena

    elastisitas permintaan terhadap makanan pada

    umumnya rendah, sebaliknya elastisitas

    permintaan terhadap barang bukan makanan

    umumnya tinggi.

    Penurunan konsumsi non-makanan pada

    pola pengeluaran rumah tangga, diharapkan

    merupakan kondisi sesaat sebagai akibat fluktuasi

    harga kebutuhan pokok. Dengan semakin

    intensifnya program-program perekonomian yang

    lebih menyentuh kepada lapisan bawah,

    diharapkan akan terjadi pemulihan kondisi

    perekonomian secara menyeluruh di Kabupaten

    Maluku Tenggara. Peningkatan pendapatan

    masyarakat terutama bagi golongan ekonomi

    menengah ke bawah diharapkan dapat terus

    dipacu untuk bersaing melawan lajunya biaya

    kebutuhan rumah tangga sekarang ini yang

    semakin tinggi.

    Keadaan ini jelas terlihat pada kelompok

    penduduk yang tingkat konsumsi makanannya

    sudah mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan

    pendapatan akan digunakan untuk memenuhi

    56 ,17 %

    43,83 %

    Gambar 5.1 Persentase

    Pengeluaran Makanan dan Non Makanan

    Tahun 2013

    Makanan

    Bukan Makananhttp

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    44

    Permintaan akan

    pemenuhan kebutuhan

    makanan lebih besar

    daripada bukan

    makanan

    barang bukan makanan atau ditabung. Dengan

    demikian, pola pengeluaran dapat dipakai sebagai

    salah satu alat untuk mengukur tingkat

    kesejahteraan penduduk, dimana perubahan

    komposisinya digunakan sebagai petunjuk

    perubahan kesejahteraan.

    Tabel 5.1 Rata-rata Pengeluaran Per Kapita/Bulan dan Persentase Menurut Jenis

    Pengeluaran, Tahun 2012-2013

    Jenis Pengeluaran

    2012 2013

    N % N % (1) (2) (3) (4) (5)

    Makanan 439 591 56,94 362 206 56,17

    Bukan Makanan

    332 367 43,06 282 664 43,83

    Total 771 958 100,00 644 870 100,00

    Sumber : Susenas , BPS

    Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa

    penduduk Kabupaten Maluku Tenggara masih

    memiliki pola pengeluaran yang lebih besar pada

    jenis pengeluaran untuk makanan (56,17 persen)

    dibandingkan bukan makanan (43,83 persen).

    Dapat dikatakan permintaan akan pemenuhan

    akan kebutuhan makanan lebih besar

    dibandingkan bukan makanan. Artinya,

    pendapatan penduduk Kabupaten Maluku

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    45

    Tenggara masih terkonsentrasi digunakan untuk

    memenuhi kebutuhan akan makanan untuk hidup

    sehingga kebutuhan bukan makanan dan untuk

    ditabung masih sangat rendah.

    Tabel 5.2 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2013

    Golongan Pengeluaran

    2013

    (1) (2)

    < 100.000 0,00

    100.000 149.999 2.65

    150.000 199.999 2.70

    200.000 299.999 26.00

    300.000 499.999 36.37

    500.000 749.999 20.67

    750.000 999.999 6.83

    1.000.000 + 4.78

    Jumlah 100.00

    Sumber : Susenas 2013, BPS

    Pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa

    pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten

    Maluku Tenggara pada tahun 2013 yang terbesar

    berada pada golongan pengeluaran 300.000

    499.999 rupiah sebesar 36,37 persen dan diikuti

    pada golongan pengeluaran 200.000 299.999

    rupiah sebesar 26,00 persen.

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    46

    Sebesar 2,65 persen

    penduduk kabupaten

    Maluku Tenggara

    pengeluarannya masih

    dibawah 150.000 rupiah

    per bulan

    Hal ini bila dibandingkan dengan biaya hidup saat

    ini dapat dikatakan cukup rendah. Dengan kata lain

    kurang mampu mencukupi kebutuhan hidupnya

    dengan kondisi yang sejahtera.

    Kemiskinan

    Penduduk miskin didefinisikan sebagai

    penduduk yang pendapatannya (didekati dengan

    pengeluaran) lebih kecil dari pendapatan yang

    dibutuhkan untuk hidup secara layak di wilayah

    tempat tinggalnya. Kebutuhan untuk hidup layak

    tersebut diterjemahkan sebagai suatu jumlah

    rupiah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi

    makanan setara 2100 kalori sehari, perumahan,

    pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan

    lain-lain. Jumlah rupiah tersebut kemudian disebut

    sebagai garis kemiskinan.

    Pada tahun 2013, tingkat kemiskinan di

    Kabupaten Maluku Tenggara sebesar 25,06 persen

    atau sekitar 24,6 ribu penduduk dengan garis

    kemiskinan sebesar Rp 292.513,- per kapita dalam

    sebulan.

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    47

    Sekitar 25 persen

    penduduk Kabupaten

    Maluku Tenggara masih

    berada di bawah garis

    kemiskinan

    Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan Garis

    Kemiskinan Menurut Kab./Kota, Tahun 2013

    Kabupaten/ Kota

    Jumlah (000)

    % Garis

    Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)

    (1) (2) (3) (4)

    Maluku Tenggara Barat

    32,4 29,75 269 495

    Maluku Tenggara

    24,6 25,06 292 513

    Maluku Tengah

    81,4 22,15 355 246

    Buru 22,4 18,51 347 690

    Kep. Aru 24,3 27,34 277 924

    Seram Bagian Barat

    41,4 24,63 295 465

    Seram Bagian Timur

    25,8 24,49 287 989

    Maluku Barat Daya

    21,0 29,25 289 248

    Buru Selatan 9,8 17,05 444 805

    Ambon 16,9 4,42 417 789

    Tual 15,0 23,28 291 769

    Maluku 315,21 19,27 346 599

    Sumber : Susenas 2013, BPS

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    48

    Permintaan terhadap

    rumah akan terus

    meningkat sejalan

    dengan pertumbuhan

    penduduk

    Sejalan dengan semakin meningkatnya

    jumlah penduduk, masalah pemukiman dan

    lingkungan sering muncul menjadi issu yang sangat

    krusial. Peranan pemerintah dalam menangani

    masalah pemukiman dan lingkungan sering

    mendapat hambatan seiring dengan semakin sulit

    serta tingginya ongkos yang harus dikeluarkan

    untuk dapat memiliki sebuah rumah. Bahkan bagi

    sebagian masyarakat berpendapatan rendah

    terutama untuk daerah perkotaan, dalam

    mendirikan rumah sudah tidak memperhatikan

    lagi dengan kondisi lingkungan sekitarnya.

    Konsentrasi penduduk yang berlebihan

    dalam suatu wilayah biasanya dapat mengganggu

    keseimbangan alam. Rumah-rumah kecil yang

    saling berhimpitan dengan saluran limbah yang

    tidak teratur, menjadikan lingkungan tersebut

    menjadi kumuh dan tidak sehat. Produk limbah

    yang dihasilkan oleh rumah tangga baik yang

    berbentuk limbah padat seperti sampah maupun

    limbah cair apabila tidak ditangani dengan benar

    dapat menjadikan sumber polusi. Dampak yang

    PERUMAHAN

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    49

    Rumah sehat dan layak

    terkait erat dengan

    kualitas bahan

    bangunan rumah

    tinggal

    dapat dirasakan adalah menurunnya kualitas

    lingkungan dan pada akhirnya akan menurunkan

    kualitas kesehatan pada lingkungan tersebut.

    Kualitas Bangunan Rumah Tinggal

    Betapapun sederhananya tingkat

    kebudayaan suatu masyarakat, namun masyarakat

    tersebut pasti mempunyai tempat untuk tinggal,

    baik yang bersifat tetap maupun sementara. Para

    tunawisma misalnya, pada dasarnya juga memiliki

    tempat tinggal, meskipun tempat tinggal tersebut

    tidak layak disebut rumah. Tingkat perekonomian

    masyarakat sangat menentukan kualitas

    pemukiman. Tinggi rendahnya pendapatan

    masyarakat akan terlihat dari bahan bangunan

    yang digunakan maupun kelengkapan rumah

    lainnya.

    Fungsi rumah sebagi tempat

    bernaung/berteduh dan berkreasi semestinya

    memberikan kenyamanan bagi penghuninya,

    sehinga akan mendorong tingkat kesejahteraan

    masyarakat. Berdasarkan Undang-undang Nomor 4

    tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman,

    didefinisikan rumah adalah bangunan yang

    berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan

    sarana pembinaan keluarga. Dalam kaitan ini pula

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    50

    Masih terdapat sekitar

    3 persen rumah tangga

    yang menempati rumah

    dengan lantai tanah

    kualitas perumahan dan lingkungan turut

    menentukan dalam penyusunan indikator

    kesejahteraan rakyat

    Ada tujuh unsur yang merupakan syarat

    rumah dapat dikatakan lengkap. Ketujuh unsur

    tersebut yaitu: rumah tersebut permanen, memiliki

    fasilitas kamar khusus untuk tidur, memiliki dapur

    khusus untuk aktifitas memasak, memiliki kamar

    mandi, memiliki kakus untuk keperluan buang air

    besar, ada sarana air bersih yang layak untuk

    diminum dan memiliki sarana penerangan listrik.

    Sumber : Susenas 2013, BPS

    Gambar 6.1 menjelaskan jenis lantai

    rumah yang ditempati rumah tangga. Rumah

    tangga yang menempati rumah dengan lantai tanah

    tergolong rendah yaitu sebesar 3,08 persen, namun

    hal ini berarti masih ada rumah tangga yang tinggal

    dalam rumah yang kurang sehat.

    3,08

    96,92

    Gambar 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai yang

    Digunakan Tahun 2013

    Tanah

    Bukan Tanah

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    51

    Sumber : Susenas 2013, BPS

    Sedangkan untuk luas lantai semakin luas lantai

    yang dihuni, semakin baik kenyamanan yang dapat

    dirasakan, karena dikatakan rumah yang nyaman

    adalah rumah yang relatif luas sehingga

    penghuninya tidak berdesakan.

    Hal ini sesuai dengan kriteria rumah sehat

    menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu

    rumah tinggal sehat adalah rumah dengan luas

    lantai per orang minimal 10 m2. Dengan demikian

    bila rata-rata jumlah anggota rumah tangga di

    Kabupaten Maluku Tenggara sebanyak lima orang

    maka luas lantai yang diperlukan minimal 50 m2

    untuk setiap rumah tangga. Pada tahun 2013 hanya

    terdapat 4,43 persen rumah tangga di Kabupaten

    Maluku Tenggara menghuni rumah yang luasnya

    lebih dari 50 m2.

    Tabel 6.1 Persentase Rumah Tangga

    Menurut Luas Lantai Tahun 2012-2013

    Luas Lantai 2012 2013 (1) (2) (3)

    < 20 0,55 72,92

    20 49 55,66 22,65

    50 99 36,48 3,55

    100 + 7,31 0,88

    Jumlah 100,00 100,00

    Sumber : Susenas, BPS

    96%

    4%

    Gambar 6.2 Persentase Rumah

    Tangga Menurut Luas Lantai Tahun

    2013

    < 50 50

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    52

    Sumber :Susenas 2013, BPS

    Tabel 6.2 Persentase Rumah Tangga Menurut

    Jenis Atap yang Digunakan Tahun 2012-2013

    Jenis Atap 2012 2013

    (1) (2) (3)

    Beton/Genteng/Sirap/Asbes 17,74 12,66

    Seng 72,92 81,64

    Ijuk/Rumbia/lainnya 9,34 5,70

    Sumber : Susenas 2013, BPS

    Berdasarkan penggunaan jenis atap

    terluas, rumah tangga di Kabupaten Maluku

    Tenggara dengan penggunaan terbanyak dari seng

    sebesar 81,64 persen. Kemudian diikuti dengan

    penggunaan Beton/Genteng/Sirap/Asbes sebesar

    12,66 persen. Hal ini dimungkinkan karena selain

    mudah diperoleh, harganyapun relatif bisa

    dijangkau.

    Tingkat kesejahteraan masyarakat juga

    dapat dilihat menurut penggunaan jenis dinding.

    Dari Gambar 6.3 terlihat bahwa jenis dinding yang

    paling banyak digunakan rumah tangga di

    Kabupaten Maluku Tenggara adalah tembok

    sebesar 87,39 persen dan kayu sebesar 8,40

    persen, sedangkan penggunaan dinding tidak

    permanen secara keseluruhan mencapai 12,61

    persen.

    8,4

    87,39

    1,28 2,93

    Gambar 6.3 Persentase Rumah

    Tangga Menurut Jenis Dinding

    Tahun 2013

    Kayu Tembok

    Bambu Lainnyahttp

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    53

    Ketersediaan fasilitas pokok suatu rumah turut menentukan kenyamanan rumah tinggal

    Namun yang perlu diperhatikan adalah

    penentuan jenis atap dan dinding rumah tidak

    hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi saja,

    namun faktor budaya dan ketersediaan bahan baku

    juga turut berpengaruh. Oleh karena itu,

    pemerintah hendaknya dapat membantu

    penyediaan bahan baku untuk pembuatan rumah

    tinggal yang sehat bila faktor ketersediaan bahan

    baku sebagai faktor yang paling dominan.

    Fasilitas Rumah Tinggal

    Ketersediaan fasilitas pokok suatu rumah

    turut menentukan nyaman tidaknya suatu rumah

    tinggal seperti ketersedian listrik, air minum dan

    jamban dengan tangki septik.

    Tabel 6.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber penerangan yang Digunakan

    Tahun 2012-2013

    Sumber Penerangan 2012 2013 (1) (2) (3)

    Listrik PLN 64,66 66,75

    Listrik Non PLN 5,05 3,44

    Petromak/Aladin 1,64 2,78

    Pelita/Sentir/Obor/lainnya 28,65 27,03

    Sumber : Susenas 2013, BPS

    Rumah yang menggunakan listrik

    dianggap mempunyai tingkat kesejahteraan lebih

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    54

    Kualitas air yang

    digunakan erat

    kaitannya dengan

    tingkat kesehatan

    baik. Listrik merupakan sumber penerangan yang

    mempunyai nilai paling tinggi dibandingkan

    dengan penerangan petromak, pelita dan sumber

    penerangan lainnya. Selain dapat menerangi, listrik

    juga membuka peluang masuknya informasi,

    pengetahuan dan teknologi melalui perangkat

    elektronik yang secara langsung turut

    meningkatkan pengetahuan penduduk setempat.

    Pada tahun 2013, persentase rumah tangga yang

    menggunakan listrik di Kabupaten Maluku

    Tenggara sebesar 70,19 persen baik PLN maupun

    Non PLN.

    Pemanfaatan air bersih oleh rumah tangga

    sebagai sumber air minum maupun untuk

    keperluan sehari-hari merupakan salah satu

    kebutuhan vital yang harus dipenuhi secara layak.

    Oleh sebab itu pada saat mencari tempat tinggal,

    biasanya yang menjadi perhatian utama adalah

    airnya. Dibanding dengan sumber air lainnya, air

    ledeng merupakan sumber air yang paling baik

    kualitasnya. Air berasal dari pompa, sumur, sungai,

    hujan dan sebagainya, dianggap kurang baik

    karena kemungkinan tercemarnya relatif cukup

    besar.

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    55

    Sumber : Susenas 2013, BPS

    Tabel 6.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum yang Digunakan

    Tahun 2013

    Sumber Air Minum 2013

    (1) (2)

    Air Kemasan Bermerek 0,19

    Air Isi Ulang 6,25

    Ledeng 13,86

    Pompa 5,71

    Sumur Terlindung 28,85

    Sumur Tidak Terlindung -

    Mata Air Terlindung 30,22

    Mata Air Tidak Terlindung 10,27

    Lainnya 4,66

    Sumber : Susenas 2013, BPS

    Rumah tangga yang menggunakan sumber

    air minum ledeng baru mencapai 13,86 persen.

    Kemungkinan penyebab sedikitnya rumah tangga

    pemakai ledeng selain karena faktor ekonomi juga

    disebabkan jangkauan pelayanan PDAM yang

    masih terbatas, sehingga sebagian besar rumah

    tangga mengambil air minum dari sumber mata air.

    Rumah tangga yang menggunakan air minum dari

    sumur terlindung sebesar 28,85 persen dan air

    minum dari mata air terlindung sebesar 30,22

    persen. Fasilitas air minum terbanyak yang dimiliki

    oleh rumah tangga adalah fasilitas umum yaitu

    sebesar 50,61 persen.

    31,92

    17,47

    50,61

    0,01

    Gambar 6.4 Persentase Rumah

    Tangga Menurut Fasilitas Air Minum

    yang Digunakan Tahun 2013

    Sendiri Bersama

    Umum Tidak Adahttp

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    56

    Masih terdapat rumah

    tangga yang tidak

    memiliki fasilitas BAB

    Fasilitas dalam rumah tangga selain

    sumber air minum dan listrik adalah tempat buang

    air besar. Tempat buang air besar yang memenuhi

    syarat kesehatan adalah yang menggunakan tangki

    septik sehingga limbah manusia tersebut tidak

    mencemari lingkungan, terutama sumber air

    minum (bagi rumah tangga yang sumber air

    minumnya dari pompa atau sumur). Oleh karena

    itu tempat penampungan akhir sangat penting bagi

    kesehatan lingkungan.

    Tabel 6.5 Persentase Rumah Tangga Menurut

    Fasilitas Tempat Buang Air Besar Tahun 2013

    Fasilitas Tempat Buang Air Besar

    2013

    (1) (2)

    Sendiri 61,85

    Bersama 3,20

    Umum 9,67

    Tidak Ada 25,28

    Jumlah 100,00

    Sumber : Susenas 2013, BPS

    Rumah tangga yang memiliki fasilitas

    tempat buang air besar sendiri sebesar 61,85

    persen, bahkan terdapat 25,28 persen rumah

    tangga tidak memiliki fasilitas buang air besar.

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    57

    Sekitar 25 persen rumah tangga yang memanfaatkan pantai/laut/kebun/ tanah kosong sebagai tempat pembuangan akhir tinja

    Tabel 6.6 Persentase Rumah Tangga Menurut

    Tempat Penampungan Akhir Buang Air Besar Tahun 2013

    Tempat Penampungan Akhir Buang Air Besar

    2013

    (1) (2)

    Tangki 65,97

    Lobang Tanah 8,08

    Pantai/Tanah Terbuka 23,11

    Sungai/Laut 2,80

    Kolam/Sawah 0,04

    Jumlah 100,00

    Sumber : Susenas 2013, BPS

    Sedangkan tempat penampungan akhir

    tinja dengan tangki septik sebesar 65,97 persen.

    Selebihnya memanfaatkan pantai/laut/kebun/

    tanah kosong untuk tempat pembuangan akhir

    tinja. Hal ini perlu mendapat perhatian serius dari

    pemerintah karena pembuangan tinja yang tidak

    baik dapat menyebarkan penyakit seperti diare.

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    58

    Pembangunan manusia merupakan manifestasi dari aspirasi dan tujuan suatu bangsa yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan secara struktural melalui upaya yang sistematis

    Pembangunan manusia didefinisikan

    sebagai suatu proses untuk perluasan pilihan

    yang lebih banyak kepada penduduk melalui

    upaya-upaya pemberdayaan yang mengutamakan

    peningkatan kemampuan dasar manusia agar

    dapat sepenuhnya berpartisipasi di segala bidang

    pembangunan. Elemen-elemen pembangunan

    manusia secara tegas menggaris bawahi sasaran

    yang ingin dicapai, yaitu hidup sehat dan panjang

    umur, berpendidikan dan dapat menikmati hidup

    layak.

    Ini berarti pembangunan manusia

    merupakan manifestasi dari aspirasi dan tujuan

    suatu bangsa yang dimaksudkan untuk melakukan

    perubahan secara struktural melalui upaya yang

    sistematis. Sasaran dasar pembangunan pada

    akhirnya adalah peningkatan derajat kesehatan

    (usia hidup panjang dan sehat), meningkatkan

    pendidikan (kemampuan baca tulis dan

    ketrampilan) serta penguasaan atas sumber daya

    (pendapatan untuk hidup layak) untuk dapat

    berpartisipasi dalam pembangunan.

    I P M

    http

    ://mal

    ukut

    engg

    arak

    ab.b

    ps.g

    o.id

  • Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013

    59

    IPM merupakan indeks

    komposit yang terdiri

    dari tiga komponen

    utama

    United Nations Development Programme

    (UNDP) dalam model pembangunannya,

    menempatkan manusia sebagai titik sentral dalam

    semua proses dan kegiatan pembangunan. Sejak

    tahun 1990, UNDP mengeluarkan laporan tahu