indikator kesejahteraan rakyat …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/inkesra 2013.pdfii indikator...

152
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT Kabupaten Kulon Progo

Upload: others

Post on 08-Jul-2020

11 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYATKABUPATEN KULON PROGO

2013

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo2013

IND

IKA

TO

R K

ES

EJA

HT

ER

AA

N R

AK

YA

TK

abupate

n K

ulo

n P

rogo

Page 2: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 i

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

KABUPATEN KULON PROGO

TAHUN 2013

Page 3: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 ii

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

KABUPATEN KULON PROGO

TAHUN 2013

Katalog BPS : 4102004.3401

No. ISBN : 978-602-70866-5-4

No. Publikasi : 34012.13.19

Ukuran Buku : 15,59 x 21 cm

Jumlah Halaman : xxvi + 127Halaman

Naskah : Seksi Statistik Sosial

Gambar kulit : Seksi Statistik Sosial

Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik

Kabupaten Kulon Progo

Dicetak Oleh : BPS Kabupaten Kulon Progo

Boleh Dikutip dengan Menyebutkan Sumbernya

Page 4: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga Publikasi Indikator

Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Kulon Progo 2013 dapat tersusun.

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 merupakan publikasi

tahunan yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten

Kulon Progo.

Publikasi ini menyajikan data dasar tentang kesejahteraan

rakyat Kabupaten Kulon Progo. Data dasar yang dicakup dalam

publikasi ini meliputi tujuh bidang yaknikependudukan, kesehatan

dan lingkungan hidup, pendidikan, ketenagakerjaan, konsumsi dan

pengeluaran rumah tangga, perumahan dan permukiman, serta

sosial budaya. Data yang digunakan bersumber dari Sensus

Penduduk (SP), Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Survei

Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), serta data sekunder yang

berasal dari dinas/instansi terkait.

Kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu penyusunan publikasi ini. Kritik dan saran

yang bersifat konstruktif terhadap publikasi ini sangat diharapkan

bagi penyajian di masa mendatang.

Wates, November 2014

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo

Kepala,

SUGENG UTOMO, SH NIP. 196411101994031001

Page 5: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 iv

Page 6: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 v

KATA SAMBUTAN

Tujuan pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan atau kualitas hidup penduduk di semua aspek

kehidupan. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesejahteraan

penduduk yang telah dicapai dapat dilihat melalui berbagai indikator

sosial ekonomi dari waktu ke waktu.

Perencanaan pembangunan yang menyangkut bidang

kesejahteraan rakyat memerlukan berbagai informasi mengenai

keadaan sosial ekonomi penduduk. Informasi-informasi tersebut

akan sangat berguna untuk menyusun strategi pembangunan,

sehingga program dan kebijakan yang diambil untuk kesejahteraan

penduduk menjadi lebih terarah.

Salah satu upaya untuk melengkapi informasi dalam bidang

kesejahteraan rakyat yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah

Kabupaten Kulon Progo adalah melalui penyusunan Publikasi

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Kulon Progo 2013.

Banyak data/informasi dari publikasi ini yang dapat digunakan

sebagai bahan kajian mengenai permasalahan sosial ekonomi.

Harapan kami, para pengguna data dapat memanfaatkannya secara

optimal.

Akhir kata kami sampaikan selamat bekerja dan sukses,

semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberi petunjuk dan

bimbingan kepada kita sekalian. Amin.

Wates, November 2014 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Kulon Progo Kepala

Ir. AGUS LANGGENG BASUKI NIP. 196108011989031005

Page 7: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 vi

Page 8: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 vii

ABSTRAKSI

Jumlah penduduk yang besar, jika diimbagi dengan kualitas

penduduk yang memadai, akan merupakan pendorong bagi

pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar

dan kualitasnya rendah, menjadikan penduduk tersebut hanya

sebagai beban bagi pembangunan. Berdasarkan hasil proyeksi,

jumlah penduduk Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2013

mencapai 401.450 jiwa. Dari sejumlah tersebut,komposisi penduduk

laki-laki sebanyak 196.731 jiwa dan perempuan sebanyak 204.719

jiwa. Pertambahan penduduk Kulon Progo sebesar 0,95 persen

dibandingkan dengan tahun 2012.

Beberapa indikator penting yang digunakan untuk melihat

derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi dan

angka harapan hidup. Angka kematian bayi di Kabupaten Kulon

Progo dari tahun ke tahun menunjukkan adanya penurunan.

Padatahun 2012 angka kematian bayi sebesar 4,31 per 1000

kelahiran hidup, dan pada tahun 2013 turun menjadi 13,06 per 1000

kelahiran hidup. Sebaliknya angka harapan hidup sejak 2009 –

2013 juga semakin meningkat dari 74,09 tahun pada tahun 2009

menjadi 75,03 tahun pada tahun 2013 meningkat menjadi 75,03.

Indikator lain yang dapat digunakan untuk melihat

keberhasilan pembangunan dibidang pendidikan dalam

meningkatkan sumber daya manusia adalah angka melek huruf dan

tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk umur 10 tahun ke

atas. Dari hasil Susenas 2013, penduduk 10 tahun ke atas yang bisa

Page 9: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 viii

membaca dan menulis huruf latin dan lainnya sebesar94,00 persen

dan penduduk umur 10 tahun ke atas yang menamatkan pendidikan

SLTP keatassebesar 51,18 persen.

Indikator ketenagakerjaan yang biasa digunakan untuk

mengukurpartisipasi penduduk dalam dunia kerja dan ketersediaan

lapangan pekerjaan adalah TPAK dan TPT. Pada periode 2012-

2013 di Kabupaten Kulon Progo terjadi peningkatan TPAK dengan

diiringi penurunan TPT. TPAK pada tahun 2013 mencapai 75,61

persen, artinya bahwa dari setiap 100 penduduk usia kerja ada

sekitar 76 penduduk usia kerja yang berpartisipasi aktif dalam bursa

kerja (angkatan kerja). Demikian pula sebaliknya, TPT pada tahun

2013 di Kabupaten Kulon Progo mengalami penurunan, yaitu pada

Agustus 2012 tercatat 3,04 persen dan pada bulan Agustus 2013

menurun menjadi 2,85 persen.

Seiring dengan meningkatnya pengeluaran rumah tangga

maka pengeluaran untuk konsumsi bukan makanan juga semakin

meningkat dan sebaliknya pengeluaran untuk makanan semakin

menurun. Penduduk dengan kondisi ekonomi terbawah (kuantil

pertama), sebagian besar pendapatannya digunakan untuk

pengeluaran makanan, yaitu mencapai 68,49 persen dan hanya

31,51 persen pengeluaran bukan makanan. Sebaliknya untuk

lapisan penduduk dengan ekonomi teratas (kuantil kelima),

pengeluaran untuk bukan makanan sudah mencapai 56,44 persen

dan hanya 43,56 persen dari total pengeluaranya untuk pengeluaran

makanan.

Page 10: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 ix

Indikator perumahan seperti jenis lantai terluas bukan tanah,

jumlah pelanggan listrik PLN, sumber air minum yang digunakan dari

air kemasan dan leding, fasilitas air minum sendiri, jarak sumber air

minum dengan penampungan kotoran >10 m, fasilitas tempat buang

air besar sendiri, fasilitas tempat buang air besar jenis leher angsa,

tempat penampungan akhir buang air besar dengan tangki septik,

jumlah pelanggan telkom, dan kepemilkan telepon selulerpada tahun

2013 persentasenya mengalami peningkatan. Semakin baik kualitas

perumahan penduduk dan sarana prasarana, menunjukkan semakin

tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan

lingkungan perumahan.

Dari segi sosial budaya, peningkatan kesejahteraan

masyarakat juga dapat dilihat dari semakin banyaknya pengunjung

dan pendapatan kawasan wisata. Semakin banyak jumlah sarana

ibadah dan semakin tinggi pengunjung dan pendapatan yang

diterima dari kawasan wisata akan sangat berpengaruh terhadap

peningkatan perekonomian masyarakat di dekat kawasan wisata

tersebut. Pada tahun 2013, jumlah pengunjung dan pendapatan dari

kawasan wisata mengalami peningkatan.

Page 11: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 x

Page 12: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 xi

DAFTAR ISI

Hal.

Halaman Judul ............................................................................................................... i

Lembar Katalog ............................................................................................................. ii

Kata Pengantar .............................................................................................................. iii

Kata Sambutan .............................................................................................................. v

Abstraksi ........................................................................................................................ vii

Daftar Isi ....................................................................................................................... xi

Daftar Tabel .................................................................................................................. xiii

Daftar Gambar ............................................................................................................. ii xvii

Penjelasan Teknis ........................................................................................................ ii xix

Pendahuluan................................................................................................................. i xxiii

Tinjauan Umum ............................................................................................................. xxvii

1. Kependudukan ......................................................................................................... 3

2. Kesehatan ................................................................................................................ 15

3. Pendidikan ............................................................................................................... 35

4. Angkatan Kerja ........................................................................................................ 49

5. Konsumsi dan Pengeluaran Rumah Tangga ........................................................... 67

6. Perumahan dan Permukiman .................................................................................. 77

7. Sosial dan Budaya .................................................................................................... 97

Lampiran ........................................................................................................................ 111

Daftar Pustaka ............................................................................................................... 127

Page 13: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 xii

Page 14: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 xiii

DAFTAR TABEL

Hal. Tabel 1.1

Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun Menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta, 1971-2010 ........................................

7

Tabel 1.2 Sebaran dan Kepadatan Penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013…..……….

10

Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis

Kelamin di Kabupaten Kulon Progo, 2013 ......…

11

Tabel 1.4 Komposisi Penduduk dan Angka Beban Ketergantungan di Kabupaten Kulon Progo, 2010-2013 ……………………………………...…

12

Tabel 1.5 Persentase Wanita Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama di Kabupaten Kulon Progo, 2011-2013 ..............………………………

17

Tabel 2.1 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup di Kabupaten Kulon Progo, 2009–2013.....

22

Tabel 2.2 Persentase Balita Menurut Penolong Waktu

Lahir di Kabupaten Kulon Progo, 2012-2013 ......

24

Tabel 2.3 Persentase Balita Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya Disusui di Kabupaten Kulon Progo, 2011-2013 ……...……

25

Tabel 2.4 Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Kulon Progo, 2009-2013……...…..…………....…..

28

Tabel 2.5 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan

Menurut Tempat Berobat di Kabupaten Kulon Progo, 2013 ………………………….………..........

29

Tabel 2.6 Persentase Penduduk Menurut Keluhan

Page 15: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 xiv

Kesehatan di Kabupaten Kulon Progo, 2010-2013....................................................................

31

Tabel 2.7 Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri Menurut Jenis Pengobatan yang Digunakan di Kabupaten Kulon Progo,2010-2013 ………....

32

Tabel 3.1 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Usia Sekolah di Kabupaten Kulon Progo, 2013………………....

38

Tabel 3.2 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Kulon Progo, 2013 ..................

40

Tabel 3.3 Angka Melek Huruf Penduduk 10 Tahun ke Atas di Kabupaten Kulon Progo, 2013…. ...

41

Tabel 3.4 Rasio Murid-Guru di Kabupaten Kulon Progo,

Tahun Ajaran 2009/2010 - 2012/2013 …………...

45

Tabel 3.5 Rasio Murid-Kelas di Kabupaten Kulon Progo, Tahun Ajaran2009/2010 - 2012/2013………...…..

45

Tabel 4.1 Persentase Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis

Kegiatan Selama Seminggu Sebelum Pencacahan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo, 2013……………………………….....

52

Tabel 4.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Kulon Progo, 2012-2013.............……

54

Tabel 4.3 Persentase Penduduk 15 Tahun keAtas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Usaha Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo, 2013 …........

57

Tabel 4.4 Persentase Penduduk 15 Tahun keAtas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama di

Page 16: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 xv

Kabupaten Kulon Progo, 2013 ………………...... 58

Tabel 4.5 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Semingguyang Lalu Menurut JenisKelamin dan Jenis Pekerjaan Utama di Kabupaten Kulon Progo, 2013..….....…

61

Tabel 4.6 Persentase Penduduk 15 Tahun keAtas yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja di Kabupaten Kulon Progo, 2012 ..............................................

63

Tabel 5.1 Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Kuantil Pengeluaran per Kapita Sebulan dan Jenis Pengeluaran di Kabupaten Kulon Progo,2013 .........……....….....................

70

Tabel 5.2a Komposisi Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran Makanan di Kabupaten Kulon Progo, 2013..........................

71

Tabel 5.2b Komposisi Pengeluaran Per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran Bukan Makanan di Kabupaten Kulon Progo, 2013...........................

72

Tabel 5.3 Produksi Padi dan Jagung per Kapita per Tahun di Kabupaten Kulon Progo, 2009-2013(Ton) ........

73

Tabel 5.4 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di

Kabupaten Kulon Progo, 2009-2013...................

75

Tabel 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan di Kabupaten Kulon Progo, 2010-2013....................................................................

83

Tabel 6.2 Jumlah Pelanggan Listrik dan Jumlah Daya Terpasang di Kabupaten Kulon Progo,2010-2013....................................................................

84

Tabel 6.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air

Page 17: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 xvi

Minum di Kabupaten Kulon Progo, 2010-2013 … 86

Tabel 6.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak Sumber Air Minum ke Tempat Penampungan Limbah Kabupaten Kulon Progo, 2010-2013 ….

89

Tabel 6.5 Banyaknya Sambungan Telepon Menurut Jenis Pelanggan di Kabupaten Kulon Progo,2010-2013 ....................................................................

92

Tabel 7.1 Banyaknya Tempat Peribadatan di Kabupaten Kulon Progo 2010-2013...……………………….....

101

Tabel 7.2 Jumlah Pengunjung dan Pendapatan Masuk

Kawasan Wisata di Kabupaten Kulon Progo, 2010-2013 ….......................................................

103

Tabel 7.3 Jumlah Pengunjung dan Realisasi Pendapatan Retribusi Tempat Rekreasi di Kabupaten Kulon Progo, Tahun Anggaran 2013 …......…………......

104

Tabel 7.4 Banyaknya Perkumpulan Kesenian Tradisional Tari di Kabupaten Kulon Progo, 2010-2013.......…

106

Page 18: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 xvii

DAFTAR GAMBAR

Hal. Gambar 1.1 Rata-rata laju Pertumbuhan Penduduk per

Tahun menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta, 1971–2010 ......................................

6

Gambar 1.2 Distribusi Penduduk di D.I. Yogyakarta, 2013 ….. 9

Gambar 1.3 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo, 2013 ........................

14

Gambar 2.1 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup di Kabupaten Kulon Progo, 2009-2013 ……….…

21

Gambar 2.2 Persentase Balita Menurut Cakupan Imunisasi di Kabupaten Kulon Progo, 2013 ………….....……..

27

Gambar 3.1 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Usia Sekolah di Kabupaten Kulon Progo, 2013 ...

37

Gambar 3.2 Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut KemampuanBaca dan Tulis di Kabupaten Kulon Progo, 2013….................................................

42

Gambar 3.3 Banyaknya Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Kulon Progo, Tahun Ajaran 2012/2013 ..............

43

Gambar 4.1 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo, 2013 .

56

Gambar 4.2 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama di Kabupaten Kulon Progo, 2013 ...........................

60

Gambar 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Rumah per Kapita di Kabupaten Kulon Progo,

Page 19: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 xviii

2013 …........................................................ 80

Gambar 6.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Terluas di Kabupaten Kulon Progo, 2013 ….................................................................

81

Gambar 6.3 Persentase Rumah Tangga Menurut

Penggunaan Fasilitas Air Minum di Kabupaten Kulon Progo, 2013 .........................................

87

Gambar 6.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Kabupaten Kulon Progo, 2013 ..................................................

90

Gambar 6.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Penampungan Akhir Tinja di Kabupaten Kulon Progo, 2013 ......................................

91

Gambar 6.3 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Telepon Seluler (HP) di Kabupaten Kulon Progo, 2009-2013 ..........................................................

93

Gambar 7.1 Persentase Penduduk Menurut Agama yang

Dianut di Kabupaten Kulon Progo, 2013 ……......

99

Gambar 7.2 Jumlah Pengunjung dan Pendapatan Masuk Kawasan Wisata di Kabupaten Kulon Progo, 2010-2013 ..........................................................

102

Page 20: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 xix

PENJELASAN TEKNIS

1. Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah

geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan

atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi

bertujuan untuk menetap.

2. Penduduk menurut kelompok umur adalah pengelompokan

penduduk menurut umur dan biasanya dikelompokkan ke dalam

kelompok interval 5 tahunan yang dimulai dari 0 tahun.

3. Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami

seluruh bangunan fisik atau sensus (bangunan tempat tinggal)

dan biasanya tinggal bersama serta pengelolaannya makan dan

kebutuhan sehari-hari satu dapur/bersama-sama.

4. Kepadatan Penduduk/Km² adalah rata-rata jumlah penduduk

per km².

5. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang menyatakan

perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif

(umur di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan

banyaknya orang yang memasuki usia produktif (umur 15 - 64 ).

6. Sex ratio adalah perbandingan antara banyaknya penduduk

laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan di suatu

daerah dalam waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam

banyaknya penduduk laki-laki untuk setiap 100 penduduk

perempuan.

Page 21: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 xx

7. Penghitungan umur didasarkan pada tahun masehi dan

menurut ulang tahun terakhir (pembulatan ke bawah).

8. Umur perkawinan pertama menunjukkan umur saat seseorang

melangsungkan upacara perkawinan yang pertama.

9. Masih Bersekolah adalah mereka yang terdaftar dan aktif

mengikuti pendidikan baik di suatu jenjang pendidikan formal

maupun non formal (Paket A/B/C), yang berada dibawah

pengawasan Kemdiknas, Kemenag, Instansi negeri lain

maupun swasta.

10. Rasio murid terhadap guru SD/ SLTP/SLTA :

Jumlah murid di SD/SLTP/SLTA Jumlah guru di SD/SLTP/SLTA

11. Rata-rata banyaknya murid per sekolah di SD/ SLTP/SLTA :

Jumlah murid di SD/SLTP/SLTA Jumlah sekolah di SD/SLTP/SLTA

12. Seseorang dikatakan dapat membaca dan menulis apabila ia

dapat membaca dan menulis surat/kalimat sederhana dengan

suatu huruf.

13. Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan

fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan

masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat

disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan

terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk

kegiatan pokok.

Page 22: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 xxi

14. Rumah Sakit adalah tempat pemeriksaan dan perawatan

kesehatan yang biasanya dibawah pengawasan dokter/tenaga

medis. Bila ada tempat perawatan digolongkan poliklinik.

15. Angkatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang

terlibat dalam kegiatan ekonomi, yaitu penduduk yang bekerja

dan penduduk yang mencari pekerjaan.

16. Bekerja adalah mereka yang selama seminggu yang lalu

melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau

membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan dan

bekerja paling sedikit 1 (satu) jam berturut-turut dalam

seminggu yang lalu.

17. Mencari Pekerjaan adalah penduduk 15 tahun ke atas yang

sedang berusaha mendapatkan/mencari pekerjaan.

18. Bukan Angkatan Kerja adalah bagian dari tenaga kerja

(manpower) yang tidak bekerja ataupun mencari pekerjaan.

19. Sekolah adalah penduduk 10 tahun ke Atas selama seminggu

melakukan kegiatan bersekolah.

20. Mengurus Rumahtangga adalah penduduk 15 tahun ke atas

yang selama seminggu yang lalu mengurus rumah tangga atau

membantu mengurus rumah tangga tanpa mendapatkan

upah/gaji.

21. Status Pekerjaan adalah kedudukan dalam pekerjaan dari

angkatan kerja.

Page 23: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 xxii

22. Lapangan Usaha adalah bidang kegiatan dari

usaha/perusahaan/instansi dimana seseorang bekerja atau

pernah bekerja.

23. Jenis Pekerjaan adalah macam pekerjaan yang sedang atau

pernah dilakukan oleh orang yang termasuk mencari pekerjaan

dan pernah bekerja.

24. Pengeluaran adalah pengeluaran perkapita untuk konsumsi

makanan dan bukan makanan.

25. Pengeluaran rata-rata perkapita sebulan adalah rata-rata

biaya yang dikeluarkan rumah tangga untuk konsumsi semua

anggota rumah tangga selama sebulan dibagi dengan

banyaknya anggota rumah tangga.

Page 24: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 xxiii

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Desentralisasi yang diwujudkan dalam bentuk otonomi

daerah pada dasarnya merupakan upaya memberikan kesempatan

kepada daerah untuk mengelola potensi dan keanekaragaman

daerah secara efektif dan efesien. Seperti yang diamanatkan dalam

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

bahwa wujud otonomi yang luas adalah keleluasaan daerah untuk

menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan

semua bidang pemerintahan kecuali kewenangan tertentu yang

diatur peraturan pemerintah.

Dengan semakin dekat rentang kendali pemerintahan, maka

otonomi daerah dianggap dapat menjawab tuntutan pemerataan

sosial ekonomi, penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

politik. Hak otonomi memberikan peluang bagi masyarakat untuk

berpartisipasi dalam proses penyelenggaraan pemerintahan dan

pelaksanaan pembangunan yang lebih merata.

Peningkatan kesejahteraan rakyat merupakan salah satu

tujuan utama dari program perekonomian pada otonomi daerah.

Dalam kaitan tersebut diperlukan suatu perencanaan program yang

matang dan dapat mengakomodir tingkat kesejahteraan bagaimana

seharusnya dicapai, apa yang perlu diperhatikan terlebih dahulu,

bagaimana prosedur pelaksanaannya dan bagaimana memantau

Page 25: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 xxiv

hasil yang telah dicapai untuk mengetahui apakah sesuai dengan

sasaran (target) yang diinginkan atau belum.

Menyikapi hal itu perlu adanya wahana yang dapat dijadikan

sebagai pedoman dalam pelaksanaan dan pengendalian

pembangunan yang lebih komprehensip, akomodatif, objektif,

terarah dan berkelanjutan. Dengan demikian diperlukan data yang

memuat indikator-indikator kesejahteraan rakyat guna menghasilkan

perencanaan dan pembangunan yang terarah dan tepat sasaran.

Indikator-indikator kesejahteraan rakyat yang diukur dari

hasil Susenas, Sakernas serta data-data pendukung lainnya seperti

yang ditampilkan dalam publikasi ini diharapkan dapat

menggambarkan kondisi kesejahteraan masyarakat secara umum di

Kabupaten Kulon Progo.

Visi Kabupaten Kulon Progo seperti yang tertera dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2011-2016

adalah sebagai berikut :

“Terwujudnya Kabupaten Kulon Progo yang sehat, mandiri,

berprestasi, adil, aman, dan sejahtera berdasarkan iman dan

taqwa”

Dengan Visi Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012-2016 ini

diharapkan akan mewujudkan kesejahteraan masyarakat baik

materiil maupun spirituil menuju Kabupaten Kulon Progo yang

mandiri dan aman, serta dapat memotivasi seluruh elemen

masyarakat daam melakukan berbagai aktivitas.

Page 26: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 xxv

2. Tujuan

Buku Indikator Kesra Kabupaten Kulon Progo 2013ini

disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai

kesejahteraan ekonomi penduduk di Kabupaten Kulon Progo.

Dengan harapan semakin tersedianya berbagai jenis statistik

kesejahteraan rakyat pada tingkat kabupaten dan dapat pula

dimanfaatkan oleh lembaga-lembaga penelitian atau individu yang

berminat.

Melalui buku ini diharapkan dapat merangsang pemikiran

pembentukan indikator-indikator kesejahteraan rakyat dalam satuan

yang lebih sempit. Dengan demikian gambaran menyeluruh tentang

tahapan pencapaian pembangunan di masing-masing wilayah

menjadi lebih baik. Hal ini tentunya akan sangat membantu dalam

mengevaluasi hasil-hasil pembangunan maupun perencanaan

pembangunan pada tahap selanjutnya.

3. Ruang Lingkup

Indikator kesejahteraan rakyat (Inkesra) ini mencakup

berbagai bidang yaitu kependudukan, pendidikan, kesehatan,

konsumsi dan pengeluaran rumah tangga, angkatan kerja,

perumahan dan permukiman, serta sosial budaya.

Dalam pengertian yang luas sangat tidak mungkin untuk

menyajikan data statistik yang mampu untuk mengukur

kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, indikator yang disajikan dalam

terbitan ini hanya menyangkut segi-segi kesejahteraan yang dapat

diukur (measurable welfare).

Page 27: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 xxvi

4. Sumber Data

Sumber data utama Inkesra 2013 ini bersifat primer, yakni

dikumpulkan dan diolah oleh BPS seperti Survei Sosial Ekonomi

Nasional (SUSENAS), Survei Angkatan Kerja Nasional

(SAKERNAS), dan lain-lain. Selain menggunakan data primer,

publikasi ini juga menggunakan data sekunder yang berasal dari

instansi-instansi pemerintah yang terkait seperti Dinas Pendidikan,

Dinas Kesehatan, Kanwil Departemen Agama, dan sebagainya.

Page 28: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 xxvii

TINJAUAN UMUM

Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu daerah

otonom di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak paling barat.

Secara geografis Kabupaten Kulon Progo terletak pada :

- Sebelah Barat : Bujur Timur 110° 1' 37"

- Sebelah Timur : Bujur Timur 110° 16' 26"

- Sebelah Utara : Lintang Selatan 7° 38' 42"

- Sebelah Selatan : Lintang Selatan 7° 59' 3"

Batas Wilayah Kabupaten Kulon Progo adalah:

- Barat : Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa

Tengah

- Timur : Kabupaten Sleman dan Bantul

Daerah Istimewa Yogyakarta

- Utara : Kabupaten Magelang Provinsi Jawa

Tengah

- Selatan : Samudera Indonesia

Luas wilayah Kabupaten Kulon Progo adalah 58.627,5 ha

(586,28 Km²) yang terdiri dari 12 kecamatan dan 88 desa. Secara

umum kondisi wilayahnya adalah daerah datar, meskipun dikelilingi

pegunungan yang sebagian besar terletak pada wilayah utara. Jika

dilihat letak kemiringan daratan maka 58,81 persen berada pada

Page 29: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 xxviii

kemiringan <15° , 22,46 persen pada kemiringan antara 16°- 40° dan

18,73 persen pada kemiringan > 40°. Perkiraan jumlah penduduk

Kabupaten Kulon Progo tahun 2013 berdasarkan proyeksi penduduk

adalah sebanyak 401.450 jiwa.

Berdasarkan visi yang didukung dengan keberhasilan etos

kerja ”tirta marga saras” pada periode pembangunan lima tahun

sebelumnya dan dengan semangat etos kerja yang baru

”membangun desa menumbuhkan kota” maka misi pembangunan

jangka menengah Kabupaten Kulon Progo adalah sebagai berikut :

1. Mewujudkan sumberdaya manusia berkualitas tinggi dan

berakhlak mulia melalui peningkatan kemandirian,

kompetensi, ketrampilan, etos kerja, tingkatpendidikan,

tingkat kesehatan dan kualitas keagamaan.

2. Mewujudkan peningkatan kapasitas kelembagaan dan

aparatur pemerintahan yang berorientasi pada prinsip-

prinsip clean government dan good governance.

3. Mewujudkan kemandirian ekonomi daerah yang berbasis

pada pertanian dalam arti luas, industri dan pariwisata yang

berdaya saing dan berkelanjutan bertumpu pada

pemberdayaan masyarakat.

4. Meningkatkan pelayanan infrastruktur wilayah.

5. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan

secara optimal dan berkelanjutan.

Page 30: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 xxix

6. Mewujudkan ketentraman dan ketertiban melalui kepastian,

perlindungan dan penegakan hukum.

Sampai dengan tahun 2013, pembangunan yang telah

dilaksanakan di Kabupaten Kulon Progo sedikit demi sedikit telah

menampakkan hasilnya. Kebijakan pembangunan di Kabupaten

Kulon Progo tetap diupayakan untuk mempercepat pencapaian

keberhasilan pembangunan dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat

dapat dilihat perkembangannya dari tahun ke tahun dan peningkatan

ini sebagai acuan tahap pembangunan berikutnya, sehingga visi

Kabupaten Kulon Progo akan dapat segera tercapai.

Page 31: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

1

Kependudukan

Page 32: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

3

BAB I

KEPENDUDUKAN

Arah kebijakan dan program pembangunan yang dilakukan

pada umumnya berorientasi pada pembangunan kependudukan.

Penduduk tidak saja berperan sebagai obyek pembangunan, tetapi

juga menjadi subyek pembangunan. Jadi, pembangunan dapat

dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan

penduduk dalam arti luas yaitu kualitas fisik maupun non fisik yang

melekat pada diri penduduk itu sendiri.

Keadaan penduduk yang ada sangat mempengaruhi dinamika

pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah. Jumlah

penduduk yang besar, jika diimbagi dengan kualitas penduduk yang

memadai, akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi.

Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar dan kualitasnya rendah,

menjadikan penduduk tersebut hanya sebagai beban bagi

pembangunan.

Informasi tentang jumlah penduduk serta komposisi penduduk

menurut umur, jenis kelamin, pendidikan, tempat tinggal dan lainnya

penting diketahui terutama untuk mengembangkan perencanaaan

pembangunan manusia, baik itu pembangunan ekonomi, sosial,

politik dan lingkungan yang terkait dengan peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

Peningkatan sumber daya manusia menuju manusia Kulon

Progo yangg sehat, mandiri dan sejahtera menjadi target utama

Page 33: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

4

pembangunan. Selain menjadi target tentu saja dengan tersedianya

manusia yang berkualitas, bermoral, dan mau berpikir untuk

kemajuan Kulon Progo, maka proses perencanaan program

pembangunan akan berjalan sesuai harapan dan implementasinya

harus yang bersifat lebih mudah dijalankan dan direalisasikan.

Oleh sebab itu dalam menangani permasalahan penduduk

guna menunjang keberhasilan pembangunan, pemerintah tidak saja

mengarahkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk yang

besar, tetapi juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber

daya manusia. Dengan demikian diharapkan dapat terciptanya

penduduk yang berkualitas dan tersebar merata di seluruh wilayah

khususnya di Kabupaten Kulon Progo, serta diharapkan penduduk

yang ada di wilayah tersebut menjadi pelaku pembangunan dan

pemetik hasil-hasil pembangunan. Berbagai aspek yang menyangkut

kependudukan seperti laju pertumbuhan penduduk, kepadatan

penduduk, rasio jenis kelamin merupakan indikator pokok yang akan

dibahas pada bab ini.

1.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju Pertumbuhan Penduduk merupakan salah satu indikator

kependudukan yang sangat penting dalam proses pembangunan

suatu wilayah. Pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi akan

menyebabkan beban pembangunan akan semakin berat.

Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat menimbulkan

masalah kependudukan yang serius. Apabila pertumbuhan

penduduk lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi

Page 34: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

5

dapat menimbulkan adanya ketidakmampuan ekonomi untuk

mengatasi bertambahnya penduduk. Hal ini berakibat timbulnya

berbagai permasalahan di bidang lain terutama yang menyangkut

kesejahteraan penduduk. Oleh karena itu, upaya pengendalian

pertumbuhan penduduk yang disertai dengan peningkatan

kesejahteraan penduduk harus dilakukan secara berkesinambungan

dengan program pembangunan. Begitu pula pertumbuhan penduduk

yang terlalu rendah juga akan menjadi masalah tersendiri karena

akan menyebabkan kekurangan sumber daya manusia. Penduduk

suatu wilayah merupakan potensi yang harus dikembangkan untuk

mendukung pencapaian pembangunan kesejahteraan masyarakat

tersebut.

Berdasarkan hasil proyeksi, jumlah penduduk Kabupaten

Kulon Progo pada tahun 2013 mencapai 401.450 jiwa. Dari sejumlah

tersebut,komposisi penduduk laki-laki sebanyak 196.731 jiwa dan

perempuan sebanyak 204.719 jiwa. Pertambahan penduduk Kulon

Progo sebesar 0,95 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

Laju pertumbuhan penduduk Kulon Progo berdasarkan

SP1990 dan SP2000, rata-rata mencapai -0,04 persen per tahun.

Selama periode 2000-2010, berdasarkan hasil sensus penduduk

rata-rata laju pertumbuhan penduduk per tahun naik menjadi

sebesar 0,48 persen per tahun. Gencarnya program Pemerintah

Kabupaten Kulon Progo dalam menarik para investor untuk

menanamkan modal cukup berdampak di bidang kependudukan.

Berdirinya perusahaan-perusahaan,pada beberapa terakhir ini, baik

Page 35: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

6

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

1971-1980 1980-1990 1990-2000 2000-2010

Gambar 1.1. Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun Menurut Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta,

1971-2010

Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Yogyakarta

swasta maupun BUMD, telah mampu menyerap tenaga kerja dan

salah satu pemicu penambahan jumlah penduduk.

Walapun pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kulon Progo

masih tergolong rendah, akan tetapi peningkatan laju pertumbuhan

penduduk pada dekade terakhir ini perlu mendapat perhatian serius

dari pemerintah. Peningkatan pertumbuhan penduduk akan berarti

berdampak pada pertambahan penduduk tiap tahunnya. Hal ini

tentunya memerlukan penambahan berbagai fasilitas pelayanan

umum seperti fasilitas kesehatan, pendidikan, maupun pemenuhan

kebutuhan pokok (pangan dan papan).

Perbandingan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Kulon

progo dengan kabupaten/kota lain di Daerah Istimewa Yogyakarta,

tampak bahwa rata-rata laju pertumbuhan penduduk per tahun

Sumber : Sensus Penduduk 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010

Page 36: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

7

dalam jangka waktu 2000-2010 sangat bervariasi. Pada tahun yang

sama, laju pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi di Kabupaten

Sleman yaitu sebesar 1,96 persen per tahun. Sedangkan Kabupaten

Kulon Progo rata-rata laju pertumbuhan penduduknya di bawah rata-

rata angka provinsi dan pertumbuhan penduduk terendah adalah

Kota Yogyakarta yaitu -0,21 persen.

Tabel 1.1. Rata–rata Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun Menurut

Kabupaten/ Kota di D.I. Yogyakarta, 1971 – 2010

Kabupaten/Kota 1971-1980 1980-1990 1990-2000 2000-2010

(1) (2) (3) (4) (5)

Kulon Progo 0,29 -0,22 -0,04 0,48

Bantul 1,21 0,94 1,19 1,57

Gunung Kidul 0,68 -0,13 0,30 0,07

Sleman 1,56 1,43 1,50 1,96

Yogyakarta 1,72 0,34 -0,39 -0,21

D.I. Yogyakarta 1,10 0,58 0,72 1,04

Sumber : Sensus Penduduk 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010

1.2 Sebaran dan Kepadatan Penduduk

Distribusi penduduk secara geografis umumnya tidak merata

pada beberapa wilayah dan tingkat kepadatannya pun berbeda-

beda, sehingga karakteristik demografi secara geografis cukup

Page 37: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

8

kompleks. Kepadatan yang sudah pada titik jenuh, kemungkinan

akan lebih banyak memberi dampak negatif, akibat terjadinya

ketimpangan sumber daya. Jika tidak segera dilakukan

keseimbangan pemenuhan kebutuhan penduduk seperti fasilitas

sosial, maka permasalahan sosial dan kriminalitas kemungkinan

akan meningkat.

Ukuran tingkat kepadatan yang ideal memang sulit untuk

ditentukan karena sangat tergantung kepada potensi yang dimiliki

suatu wilayah serta kemampuan penduduk untuk memanfaatkan

potensi yang ada. Pada umumnya tingkat kepadatan penduduk yang

tinggi sangat rawan terhadap terjadinya konflik sosial, disamping

sangat menyulitkan pemerintah dalam penyediaan berbagai fasilitas

yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sebaliknya jika tingkat kepadatan

penduduk sangat rendah akan menyebabkan penyediaan fasilitas

yang dibutuhkan oleh masyarakat menjadi relatif mahal. Untuk

mewujudkan pemerataan dan keseimbangan berbagai cara bisa

dilakukan, salah satunya adalah meningkatkan infrastrukturnya

sehingga bisa meningkatkan daya tarik masing-masing

kabupaten/kota. Dengan demikian diharapkan dapat mewujudkan

persebaran dan kepadatan penduduk yang merata, dengan kondisi

yang ideal dan seimbang antara penduduk dan ketersediaan sumber

daya.

Secara administrasi, Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi

menjadi 5 kabupaten/kota. Berdasarkan hasil proyeksi, penduduk

pada tahun 2013 di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagian besar

Page 38: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

9

tinggal di Kabupaten Sleman. Kabupaten dengan jumlah penduduk

terbesar berikutnya adalah Kabupaten Bantul, disusul Kabupaten

Gunung Kidul. Tidak seperti tahu-tahun sebelumnya, jumlah

penduduk Kota Yogyakarta tidak lagi menempati urutan terbanyak

ke empat setelah Kabupaten Gunung Kidul, akan tetapi pada tahun

2013 memiliki jumlah paling sedikit se-Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pada tahun 2013 jumlah penduduk terbanyak keempat telah

ditempati Kabupaten Kulon Progo.

Bila dilihat perbandingan luas wilayah dengan jumlah

penduduknya, nampak bahwa wilayah yang paling padat

penduduknya adalah Kota Yogyakarta dengan rata-rata 12.241 jiwa

per km2. Sementara wilayah terendah adalah Kabupaten

Sumber : Proyeksi Penduduk, BPS

Kulon Progo 11.17%

Bantul 26.57%

Gunungkidul 19.29%

Sleman 31.91%

Yogyakarta 11.07%

Gambar 1.2. Distribusi Penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2013

Page 39: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

10

Gunungkidul dengan rata-rata 467 jiwa per km2, kemudian disusul

Kabupaten Kulon Progo dengan rata-rata 685 jiwa per km2.

Tabel 1.2. Sebaran dan Kepadatan Penduduk di D. I. Yogyakarta, 2013

Kabupaten/Kota Luas wilayah

(km2) Jumlah

Penduduk

Kepadatan

Penduduk/Km²

(1) (2) (3) (4)

Kulon Progo 586,27 401.450 685

Bantul 506,85 955.015 1.884

Gunungkidul 1.485,36 693.524 467

Sleman 574,82 1.147.037 1.995

Yogyakarta 32,5 397.828 12.241

Sumber : Proyeksi Penduduk, BPS

Berdasarkan tabel 1.2 terlihat bahwa tingkat kepadatan

penduduk di wilayah perkotaan (Kabupaten Sleman, Kota

Yogyakarta dan Kabupaten Bantul) umumnya lebih tinggi dibanding

dengan wilayah pedesaan (Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten

Gunung Kidul). Hal ini karena di daerah perkotaan biasanya memiliki

fasilitas kehidupan yang lebih banyak dan beragam yang dibutuhkan

penduduk. Selain itu lapangan pekerjaan yang bervariasi juga

merupakan daya tarik tersendiri bagi penduduk untuk melakukan

Page 40: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

11

urbanisasi, sehingga tempat tinggal yang dipilih terkonsentrasi pada

wilayah-wilayah tertentu.

Berdasarkan proyeksi penduduk perkecamatan pada tabel 1.3

terlihat bahwa, pada tahun 2013 penduduk terbanyak tersebar di

Kecamatan Pengasih yang mencapai 46.982 jiwa, diikuti

Kecamatan Sentolo yang mencapai 46.249 jiwa dan Kecamatan

Wates sebanyak 45.751 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk paling

sedikit ada di Kecamatan Girimulyo yang hanya mencapai 22.256

jiwa.

Tabel 1. 3. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Kecamatan Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

(1) (2) (3) (4)

Temon 12.464 12.986 25.450 Wates 22.417 23.334 45.751 Panjatan 16.864 17.752 34.616 Galur 14.836 15.168 30.004 Lendah 18.742 18.995 37.737 Sentolo 22.892 23.357 46.249 Pengasih 22.823 24.159 46.982 Kokap 15.558 16.018 31.576 Girimulyo 10.864 11.392 22.256 Nanggulan 13.660 14.554 28.214 Kalibawang 13.165 14.105 27.270 Samigaluh 12.446 12.899 25.345

Kulon Progo 196.731 204.719 401.450

Sumber : Proyeksi Penduduk, BPS

Page 41: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

12

1.3 Angka Beban Ketergantungan

Struktur umur penduduk merupakan salah satu karakteristik

pokok kependudukan disamping jenis kelamin. Struktur umur ini

mempunyai pengaruh penting terhadap tingkah laku demografi

maupun sosial ekonomi. Struktur umur dikelompokkan menjadi tiga

kelompok yaitu 0-14 tahun, 15-64 tahun dan kelompok umur 65

tahun ke atas. Kelompok umur 15-64 tahun dikategorikan sebagai

kelompok usia produktif. Dikatakan demikian karena pada kelompok

umur ini penduduk dianggap sebagai kelompok yang mampu

melakukan kegiatan ekonomi. Untuk kelompok umur 0-14 tahun dan

umur 65 tahun ke atas dikategorikan sebagai kelompok umur yang

tidak produktif karena belum mampu atau sudah tidak mampu lagi

melakukan kegiatan ekonomi. Dengan demikian angka

ketergantungan dapat digambarkan melalui berapa besar jumlah

penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja.

Tabel 1.4. Komposisi Penduduk dan Angka Beban Ketergantungan

di Kabupaten Kulon Progo, 2010 – 2013

Tahun Umur

Jumlah Angka Beban

Ketergantungan 0 - 14 15 – 64 65 +

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

2010 23,26 64,83 11,91 100,00 54,24

2011 23,11 65,03 11,87 100,00 53,78

2012 23,01 65,17 11,82 100,00 53,43

2013 22,94 65,28 11,78 100,00 53,19

Sumber : Proyeksi Penduduk, BPS

Page 42: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

13

Berdasarkan tabel 1.4 terilhat bahwa persentase penduduk

usia produktif semakin meningkat, sedangkan persentase penduduk

usia tidak produktif semakin menurun. Pada tahun 2013, komposisi

penduduk menurut umur menunjukkan bahwa 22,94 persen

penduduk Kulon Progo berusia muda (umur 0-14 tahun), 65,28

persen berusia produktif (umur 15-64 tahun), dan yang berumur 65

tahun ke atas sebesar 11,78 persen.

Besarnya angka ketergantungan dari tahun ke tahun

menunjukkan kecenderungan menurun, walaupun masih jauh untuk

mencapai bonus demografi. Bonus demografi merupakan bonus

yang dinikmati suatu wilayah sebagai akibat dari besarnya proporsi

penduduk usia produktif dalam evolusi kependudukan yang

dialaminya. Secara angka kondisi ini tercapai saat angka

ketergantungan sudah berada di bawah 50 persen. Kabupaten Kulon

Progo untuk mencapai kondisi ini masih dibutuhkan waktu yang

relative lama. Pada tahun tahun 2013, angka ketergantungan di

Kabupaten Kulon Progo telah mencapai 53,19 persen. Angka ini

berarti bahwa secara rata-rata setiap 100 penduduk usia produktif

menanggung sekitar 53 orang penduduk usia tidak produktif. Hal ini

dengan asumsi bahwa setiap penduduk usia 15-64 tahun benar-

benar dapat produktif. Jika usia produktif tidak dapat diberdayakan

untuk benar-benar produktif secara ekonomi atau menjadi

pengangguran, maka justru akan menimbulkan masalah dalam

kehidupan sosial.

Page 43: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

14

1.4 Status Perkawinan

Karakteristik lain dalam kependudukan yang juga perlu untuk

diamati adalah status perkawinan. Secara demografi status

perkawinan merupakan faktor antara dalam penghitungan fertilitas,

khususnya status perkawinan penduduk perempuan. Status

perkawinan juga dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan secara

immaterial. Makin tinggi persentase penduduk dengan status cerai

hidup maka semakin terlihat bahwa semakin tidak kokohnya kualitas

rumah tangga dalam masyarakat.

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan, didefinisikan bahwa perkawinan adalah merupakan

ikatan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai

suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam

publikasi ini perkawinan yang dicakup tidak saja mereka yang kawin

sah secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainya), tetapi

juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya

dianggap sebagai pasangan suami istri.

Gambar 1.3 menunjukkan bahwa pada tahun 2013 dari

seluruh penduduk usia 10 tahun ke atas, sebanyak 27,04 persen

berstatus belum kawin, 62,82 persen berstatus kawin, 1,91 persen

cerai hidup, dan mereka yang cerai mati sebesar 8,23 persen. Bila

dilihat menurut jenis kelamin, persentase penduduk laki-laki yang

belum kawin lebih tinggi dibandingkan perempuan. Perbandingan

penduduk laki-laki dengan perempuan yang berstatus belum kawin

yaitu 31,23 persen berbanding 23,06 persen. Hal ini dapat dimaklumi

karena seorang laki-laki harus benar-benar siap secara mental

Page 44: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

15

maupun menafkahi rumah tangga dalam memutuskan untuk

berumah tangga. Sedang penduduk yang berstatus cerai, baik cerai

hidup maupun cerai mati persentase perempuan lebih tinggi dari

pada laki-laki. Hal ini karena bagi laki-laki yang ditinggal

pasangannya kemungkinan untuk menikah lagi biasanya lebih besar.

Sedangkan untuk perempuan lebih banyak yang memilih untuk

bertahan dengan status jandanya atau lebih memilih hidup sendiri.

Sumber : Susenas 2013

1.5 Umur Perkawinan Pertama

Fertilitas sebagai salah satu ukuran yang sangat penting

dalam demografi dimana akan mempengaruhi perubahan penduduk

dari sisi penambah jumlahnya. Usia perkawinan pertama merupakan

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat fertilitas. Makin

muda usia perkawinan memberikan peluang untuk memperpanjang

masa reproduksi dan hal ini akan menjadikan tingkat kelahiran

semakin tinggi. Sedangkan semakin tinggi usia perkawinan pertama

31.23%

64.38%

1.30% 3.09%

23.06%

61.34%

2.49%

13.11%

27.04%

62.82%

1.91%

8.23%

Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati

Gambar 1.3 Persentase Penduduk 10 Tahun keatas Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon

Progo, 2013

L P L+P

Page 45: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

16

akan mempersingkat masa reproduksi wanita dan itu berarti tingkat

kelahiran akan rendah.

Menurut beberapa pakar kesehatan usia yang baik untuk

menikah adalah 20-29 tahun karena secara medis reproduksi dan

jumlah ovumnya masih sangat baik. Perkawinan di usia yang terlalu

muda mempunyai resiko yang cukup tinggi bagi ibu dan anak.

Semakin muda usia perkawinan pertama, maka semakin besar pula

resiko yang dihadapi selama masa kehamilan/melahirkan, baik pada

keselamatan ibu maupun anak. Demikian pula sebaliknya, semakin

tua usia perkawinan pertama melebihi usia yang dianjurkan, juga

semakin tinggi resiko yang dihadapi dalam masa kehamilan/

melahirkan.

Berdasarkan hasil Susenas, pada tahun 2013 usia perkawinan

pertama wanita di Kabupaten Kulon Progo sebagian besar sudah

sesuai anjuran kesehatan yaitu berada pada kisaran umur 19-24

tahun yang mencapai 55,04 persen. Pada usia ini wanita sudah

dianggap cukup matang memasuki kehidupan berumah tangga

maupun seksual. Dengan demikian diharapkan seorang wanita bisa

melahirkan dengan lebih aman sehingga setiap keluarga tidak harus

kehilangan ibu atau kehilangan anak karena persiapan yang tidak

matang dan kesehatan yang tidak memadai.

Pada tahun 2013 persentase wanita menikah di usia dini

(usia di bawah 19 tahun) sebesar 23,51 persen. Usia perkawinan

yang relatif muda dianggap sebagai salah satu penghalang untuk

mencapai masa depan yang lebih baik akibat beban mengurus

rumah tangga yang terlalu awal. Bagi seorang wanita, pernikahan

awal, terutama melahirkan anak berpengaruh terhadap

Page 46: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

17

kesejahteraan, pendidikan dan kemampuan memberikan andil

terhadap masyarakatnya. Dengan memberikan kesempatan

bersekolah yang lebih tinggi kepada wanita diharapkan dapat

membantu menunda usia perkawinan pertama bagi seorang wanita

yang pada akhirnya dapat menekan tingkat kelahiran.

Tabel 1.5. Persentase Wanita Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama di Kabupaten Kulon Progo, 2011-2013

Tahun Umur Perkawinan Pertama

Jumlah ≤16 17 – 18 19 - 24 25+

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

2011 7,54 15,93 52,48 24,05 100,00

2012 8,01 17,83 53,03 21,14 100,00

2013 5,76 17,75 55,04 21,45 100,00

Sumber : Susenas 2011-2013

Page 47: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

2

Kesehatan

Page 48: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

IndikatorKesejahteraan Rakyat 2013

19

BAB II KESEHATAN

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu

unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan. Oleh karena itu

pembangunan kesehatan mutlak harus dilaksanakan. Pembangunan

kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi

bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara

sosial dan ekonomi (Undang-undang nomor 39 tahun 2009 tentang

kesehatan). Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan

berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat,

perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan,

gender dan nondiskriminatif serta norma-norma agama.

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

bagi masyarakat maka perlu diselenggarakan upaya kesehatan yang

terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan individu

dan upaya kesehatan masyarakat dengan pendekatan promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,

terintegrasi, menyeluruh, dan berkesinambungan. Upaya kesehatan

merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah baik

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan juga masyarakat.

Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,

menyelenggarakan, membina dan mengawasi penyelenggaran

upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.

Page 49: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

IndikatorKesejahteraan Rakyat 2013 20

Berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

sudah banyak dilakukan oleh pemerintah selama ini. Salah satu

upaya yang dilakukan dengan menyediakan berbagai fasilitas

kesehatan umum. Melalui upaya tersebut diharapkan mampu

meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kualitas hidup dan

usia harapan hidup manusia, yang pada gilirannya tingkat

kesejahteraan keluarga dan masyarakat dapat ditingkatkan.

Sistem kesehatan nasional menggariskan pembangunan

bidang kesehatan pada hakekatnya merujuk pada tercapainya

kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai

salah satu unsur kesejahteraan masyarakat. Peningkatan derajat

kesehatan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

sosial ekonomi.

Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini

dianggap telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai

masalah dan hambatan. Peningkatan kesehatan penduduk

diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan produktivitas

penduduk pula. Dalam keadaan kurang atau tidak sehat, kualitas

pekerjaan yang dihasilkan tidak optimal. Kondisi kesehatan yang

merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan penduduk

diantaranya dapat dilihat dari angka kematian bayi, jumlah penduduk

yang mengalami keluhan kesehatan, penolong kelahiran, balita yang

diimunisasi, persentase balita yang pernah disusui, serta lamanya

pemberian ASI.

Page 50: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

IndikatorKesejahteraan Rakyat 2013

21

2.1 Derajat Kesehatan Masyarakat

Indikator utama yang digunakan untuk melihat derajat

kesehatan masyarakat antara lain angka kematian bayi dan angka

harapan hidup. Angka kematian bayi atau disebut juga sebagai

Infant Mortality Rate (IMR) didefinisikan sebagai banyaknya

kematian bayi usia dibawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup

pada satu tahun tertentu. Sedangkan angka harapan hidup

merupakan gambaran umur yang mungkin dicapai oleh seorang bayi

yang baru lahir.

Angka kematian bayi di Kabupaten Kulon Progo dari tahun ke

tahun menunjukkan adanya penurunan. Pada tahun 2009 angka

kematian bayi sebesar 15,67 per 1000 kelahiran hidup, menjadi

15.67 14.87 14.59 14.31 13.06

74.09 74.38 74.48 74.58 75.03

0

20

40

60

80

2009 2010 2011 2012 2013

AKB AHH

Sumber : AKB :Laporan Pembangunan Manusia Indonesia BPS-RI (diolah), 2009-2013 AHH :Laporan Pembangunan Manusia Indonesia BPS-RI, 2009-2013

Gambar 2.1.Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup

di Kabupaten KulonProgo , 2009-2013

Page 51: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

IndikatorKesejahteraan Rakyat 2013 22

14,87per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Pada tahun 2011

turun menjadi 14,59 per 1000 kelahiran hidup, tahun 2012 turun lagi

menjadi 14,31per 1000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2013 turun

menjadi 13,06 per 1000 kelahiran hidup.

Bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan

lingkungan dimana tempat orang tua bayi tinggal dan sangat erat

kaitannya dengan status sosial orang tua dari bayi. IMR

mencerminkan besarnya masalah kesehatan yang berhubungan

langsung dengan kematian bayi, seperti diare, infeksi saluran

pernapasan dan lain-lain. Selain itu, IMR juga mencerminkan tingkat

kesehatan ibu. Dengan demikian, penurunan angka IMR ini

mengindikasikan keberhasilan pembangunan pemerintah khususnya

di bidang kesehatan, yang telah berhasil dalam pencegahan dan

pemberantasan penyakit.

Tabel 2.1. Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup

di Kabupaten Kulon Progo, 2009–2013

Indikator Derajat Kesehatan

Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Angka Kematian Bayi 15,67 14,87 14,59 14,31 13,06

Angka Harapan Hidup 74,09 74,38 74,48 74,58 75,03

Sumber : AKB : Laporan Pembangunan Manusia Indonesia BPS-RI (diolah) , 2009-2013 AHH : Laporan Pembangunan Manusia Indonesia BPS-RI, 2009-2013

Page 52: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

IndikatorKesejahteraan Rakyat 2013

23

Angka harapan hidup sejak 2009 – 2013 juga semakin

meningkat dari 74,09 pada tahun 2009 menjadi 74,38 pada tahun

2010, terus meningkat dan pada tahun 2013 meningkat menjadi

75,03. Semakin tinggi angka harapan hidup ini menunjukkkan

semakin meningkatnya derajat kesehatan suatu masyarakat. Angka

harapan hidup ini berhubungan erat dengan angka kematian bayi.

Secara teoritis, menurunnya angka kematian bayi akan

menyebabkan meningkatnya angka harapan hidup. Dengan

demikian kondisi yang terjadi di Kabupaten Kulon Progo adalah

sejalan dengan teori yang ada. Angka harapan hidup yang terus

bertambah banyak dipengaruhi oleh tingkat kematian bayi yang

semakin rendah seperti yang terlihat pada tabel 2.1.

2.2 Penolong Persalinan

Indikator lain yang juga digunakan sebagai tolok ukur dalam

melihat kondisi kesehatan masyarakat diantaranya adalah kondisi

persalinan. Kesehatan ibu berpengaruh terhadap kesehatan balita,

selain itu penolong kelahiran merupakan faktor lain yang

mempengaruhi kondisi kesehatan balita. Penolong kelahiran

merupakan salah satu indikator kesehatan terutama yang

berhubungan dengan tingkat kesehatan ibu dan anak maupun

ketersediaan dan kemudahan akses masyarakat ke pelayanan

kesehatan secara umum. Persalinan yang ditolong oleh tenaga

medis seperti dokter atau bidan dianggap lebih baik dibandingkan

dengan proses kelahiran yang ditolong dukun atau lainnya. Dengan

kata lain persalinan yang ditolong oleh tenaga medis

Page 53: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

IndikatorKesejahteraan Rakyat 2013 24

menggambarkan tingkat kemajuan pelayanan kesehatan terutama

pada saat kelahiran.

Tabel 2.2. Persentase Balita Menurut Penolong Waktu Lahir

di Kabupaten Kulon Progo, 2012– 2013

Penolong Waktu Lahir

2012 2013

Penolong Pertama

Penolong Terakhir

Penolong Pertama

Penolong Terakhir

(1) (2) (3) (4) (5)

Medis 97,22 98,22 99,12 99,37

Non Medis 2,78 1,78 0,88 0,63

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber :Susenas 2012- 2013

Seperti halnya tahun 2012, pada tahun 2013 hampir semua

Balita proses kelahirannya ditolong oleh tenaga medis. Jika

dibandingkan tahun 2012, proses kelahiran yang ditolong tenaga

medis pada tahun 2013 mengalami peningkatan. Pada tahun 2013

meningkat menjadi 99,12 persen untuk penolong pertama dan 99,37

persen untuk penolong terakhir. Peningkatan persentase balita

dengan penolong kelahiran pertama ke penolong kelahiran terakhir

oleh tenaga medis ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya

kesadaran masyarakat akan pentingnya keselamatan kelahiran. Di

samping itu menunjukkan adanya kecenderungan kelahiran balita

pada awalnya ditolong tenaga non medis kemudian penanganan

selanjutnya dilakukan oleh tenaga medis. Kondisi ini

Page 54: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

IndikatorKesejahteraan Rakyat 2013

25

menggambarkan semakin majunya pelayanan kesehatan terutama

pada saat kelahiran, maupun karena adanya peningkatannya

kemudahan akses ke pelayanan kesehatan medis.

2.3 ASI dan Imunisasi

Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia adalah dengan memperhatikan perkembangan anak sejak

usia dini. Salah satu faktor penting yang mempunyai pengaruh

dalam upaya tersebut adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). ASI

merupakan makanan paling penting bagi pertumbuhan dan

kesehatan bayi, karena mengandung nilai gizi yang tinggi. ASI juga

mengandung zat pembentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit.

Manfaat lain yang diperoleh dari pemberian ASI diantaranya dapat

menumbuhkan ikatan batin dan kasih saying antara ibu dan anak.

Tabel 2.3. Persentase Balita Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya Disusui di Kabupaten Kulon Progo, 2011-2013

Tahun LamanyaDisusui (bulan)

5 6-11 12-17 18-23 24+

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

2011 7,89 1,91 10,72 14,69 64,79

2012 11,51 2,86 5,98 15,02 64,62

2013 0,40 1,53 5,69 23,13 69,24

Sumber :Susenas 2011-2013

Page 55: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

IndikatorKesejahteraan Rakyat 2013 26

Tabel 2.3.menunjukkan bahwa rata-rata lama pemberian ASI

di Kabupaten Kulon Progo sudah cukup tinggi. Masih seperti halnya

pada tahun 2012, dari sejumlah balita usia 2-4 tahun tampak bahwa

yang pernah disusui selama 24 bulan atau lebih selalu menunjukkan

persentase tertinggi yakni sebesar 69,24 persen pada tahun 2013.

Persentase balita dengan lama pemberian ASI selama 18-23 bulan

menduduki peringkat kedua terbanyak yaitu sebesar 23,13 persen.

Persentase pemberian ASI dibawah 18 bulan semakin sedikit. Hal ini

berarti bahwa pemahaman ibu menyusui mengenai pentingnya

pemberian ASI semakin meningkat dibandingkan dengan tahun-

tahun sebelumnya.

Selain pemberian ASI, balita sebagai generasi penerus perlu

mendapat perhatian lain yakni mengenai masalah kesehatannya.

Dengan memiliki derajat kesehatan yang tinggi, dapat menjadikan

balita sebagai SDM yang berkualitas di masa mendatang. Untuk

mencapai derajat kesehatan yang tinggi di masa mendatang dapat

dilakukan upaya pemberian imunisasi pada balita. Imunisasi

utamanya ditujukan untuk mencegah dari kemungkinan terserang

penyakit berbahaya. Jenis imunisasi standar yang diberikan adalah

BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B.

Secara umum persentase balita di Kabupaten Kulon Progo

yang sudah mendapat imunisasi cukup tinggi yaitu sudah di atas 80

persen untuk semua jenis imunisasi standar. Adapun cakupan

imunisasi selengkapnya pada tahun 2013 dapat dilihat pada gambar

2.2.

Page 56: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

IndikatorKesejahteraan Rakyat 2013

27

2.4 Ketersediaan dan Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo melalui program-program

pembangunan terus berupaya untuk meningkatkan derajat

kesehatan penduduknya melalui penyediaan sarana dan prasarana

kesehatan. Selain itu pemerintah terus berupaya meningkatkan

jumlah tenaga kesehatan yang memadai baik kualitas maupun

kuantitasnya. Keberadaan sarana dan prasarana kesehatan ini

sangat menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan. Beberapa

program dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk

adalah dengan membangun atau memperbaiki fasilitas kesehatan

seperti rumah sakit, puskesmas, dan sejenisnya maupun melalui

penyuluhan kesehatan. Peningkatan pelayanan kesehatan melalui

96.03%

81.52%

86.40%

81.68% 82.03%

Gambar 2.2. Persentase Balita Menurut Cakupan Imunisasi di Kabupaten Kulon Progo, 2013

BCG DPT Polio Campak Hepatitis B

Sumber :Susenas, 2013

Page 57: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

IndikatorKesejahteraan Rakyat 2013 28

penyediaan fasilitas kesehatan dan penyuluhan kesehatan kepada

masyarakat diharapkan mampu meningkatkan kesadaran

berperilaku hidup sehat, sehingga derajat kesehatan masyarakat

mampu ditingkatkan.

Tabel 2.4. Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Kulon Progo,

2009-2013

Nama Fasilitas

Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Rumah Sakit 6 7 7 8 8

Puskesmas/Pustu 84 84 84 84 84

Apotek 20 20 20 25 26

Toko Obat 3 3 3 4 4

Sumber :Dinas Kesehatan Kabupaten KulonProgo

Sampai dengan tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Kulon

Progo telah membangun sebanyak 84 puskesmas/puskesmas

pembantu yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk

berobat/memelihara kesehatan. Puskesmas/puskesmas pembantu

ini tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Kulon

Progo. Sedangkan jumlah sarana rumah sakit yang ada di

Kabupaten Kulon Progo sebanyak 8 buah yang terdiri dari 1 rumah

sakit umum daerah, 6 rumah sakit umum swasta, dan 1 rumah sakit

khusus swasta. Sarana lain yang tidak kalah penting adalah

Page 58: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

IndikatorKesejahteraan Rakyat 2013

29

tersedianya apotek dan toko obat. Pada tahun 2013 jumlah apotek

meningkat menjadi 26 apotek dan tersedia 4 toko obat.

Tabel 2.5. Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut

Tempat Berobat di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Tempat Berobat Persentase

(1) (2)

Rumah Sakit 17,86

Praktek Dokter dan Poliklinik 28,96

Puskesmas/Pustu 30,41

Petugas Kesehatan 19,57

Praktek Tradisional 1,62

Lainnya 1,59

Jumlah 100,00

Sumber :Susenas 2013

Penduduk yang mengalami gangguan kesehatan pada

umumnya melakukan upaya pengobatan, baik dengan berobat

sendiri maupun berobat jalan. Pada tahun 2013 persentase

penduduk yang mengalami keluhan kesehatan paling banyak

berobat ke puskesmas/pustu yaitu sebesar 30,41 persen. Praktek

dokter dan poliklinik merupakan fasilitas kesehatan kedua yang

banyak dikunjungi oleh penduduk sebesar 28,96 persen, kemudian

disusul petugas kesehatan sebesar 19,57 persen dan rumah sakit

Page 59: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

IndikatorKesejahteraan Rakyat 2013 30

sebesar 17,86 persen. Besarnya persentase penduduk yang berobat

ke pelayanan kesehatan medis menunjukkan semakin tingginya

kesadaran masyarakat akan mutu pelayanan medis. Selain itu,

meningkatnya penduduk yang berobat jalan ke fasilitas medis juga

disebabkan karena semakin banyaknya jaminan kesehatan bagi

masyarakat di Kabupaten Kulon Progo baik berupa Askes,

Jamkesmas, Jamkesos, maupun Jamkesda. Pemilihan jenis fasilitas

kesehatan yang sering digunakan oleh penduduk juga sangat

dipengaruhi oleh kemudahan akses ke fasilitas kesehatan, kondisi

sosial ekonomi penduduk dan ketersediaan fasilitas

kesehatan.

2.5 Keluhan Kesehatan

Indikator lain yang dapat digunakan untuk melihat derajat

kesehatan penduduk adalah angka kesakitan (morbidity rate). Pada

tahun 2013 dari 401.450 penduduk di Kabupaten Kulon Progo yang

mengalami keluhan kesehatan dengan berbagai jenis keluhan dalam

waktu sebulan sebesar 42,48 persen. Keluhan kesehatan yang

paling banyak dirasakan oleh penduduk Kabupaten Kulon Progo

adalah penyakit lainnya, batuk, dan pilek, yaitu masing-masing

sebanyak 52,14 persen, 35,66 persen, dan 32,42 persen.

Page 60: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

IndikatorKesejahteraan Rakyat 2013

31

Tabel 2.6. Persentase Penduduk Menurut Keluhan Kesehatan di Kabupaten Kulon Progo, 2010-2013

Keluhan Utama Kesehatan

Tahun

2010 2011 2012 2013

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Panas 17,47 14,56 16,26 23,27

2. Batuk 41,45 48,68 45,51 35,66

3. Pilek 35,02 43,94 39,37 32,42

4. Asma/Nafas Sesak 3,60 2,00 3,97 4,58

5. Diare/Buang Air 2,70 2,71 4,38 2,99

6. Sakit Kepala Berulang 10,11 8,62 10,56 10,00

7. Sakit Gigi 3,75 2,84 4,22 4,51

8. Lainnya 46,28 40,09 39,25 52,14

Sumber : Susenas 2010-2013

Dalam pencatatan keluhan kesehatan, satu orang dapat

terhitung beberapa kali untuk jenis keluhan yang berbeda. Hal ini

dikarenakan setiap satu orang dapat mempunyai lebih dari satu

keluhan kesehatan dan sistem pengobatan yang dilakukan dapat

melalui berbagai cara yaitu dengan berobat jalan atau mengobati

sendiri. Berobat jalan bisa dilakukan melalui berbagai fasilitas

pelayanan seperti rumah sakit negeri/swasta, praktek

dokter/poliklinik, Puskesmas/pustu, praktek nakes, praktek

pengobatan tradisional, dukun bersalin, atau lainnya. Jenis

pengobatan diantaranya pengobatan tradisional, modern, maupun

lainnya.

Page 61: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

IndikatorKesejahteraan Rakyat 2013 32

Tabel 2.7. Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri Menurut Jenis Pengobatan yang Digunakan di Kabupaten Kulon Progo, 2010 - 2013

Tahun Jenis Pengobatan Berobat

Sendiri Tradisional Modern Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5)

2010 26,18 77,64 4,72 41,59

2011 19,35 81,92 6,51 41,62

2012 19,61 81,31 5,61 46,53

2013 16,50 86,85 8,20 41,81

Sumber :Susenas 2010-2013

Pada tahun 2013 penduduk yang melakukan pengobatan

sendiri dengan berbagai jenis pengobatan ada sebanyak 41,81

persen. Adapun jenis pengobatan sendiri yang dilakukan penduduk

seperti yang terlihat pada tabel 2.7. Jenis pengobatan yang menjadi

pilihan utama penduduk dalam berobat sendiri adalah pengobatan

modern. Pada tahun 2013, persentase penduduk yang berobat

sendiri dengan jenis pengobatan modern mencapai 86,85 persen.

Sedangkan penduduk yang menggunakan cara pengobatan

tradisional 16,50 persen dan jenis pengobatan lainnya (misalnya

menggunakan kerokan, pijatan dll) sebesar 8,20 persen.

Page 62: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

3

Pendidikan

Page 63: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 35

BAB III PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan

kecerdasan dan keterampilan manusia sehingga kualitas sumber

daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan.

Pentingnya pendidikan tercermin dalam UUD 1945 dimana

dinyatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara

yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan

demikian program pendidikan mempunyai andil besar terhadap

kemajuan sosial ekonomi suatu bangsa.

Indikator yang digunakan untuk melihat hasil proses

pembangunan yang berorientasi penduduk, salah satu diantaranya

adalah melalui pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan penting

dalam menciptakan masyarakat yang cerdas, terampil, dan

berwawasan, sehingga pembaharuan pendidikan harus terus

dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Semakin tinggi

tingkat pendidikan masyarakat di suatu daerah, maka akan semakin

baik kualitas sumber daya manusia yang ada di daerah tersebut.

Dalam pembangunan, pendidikan merupakan salah satu

bidang yang mendapat perhatian paling besar. Hal ini karena masih

ditemukannya masalah mendasar dalam bidang pendidikan.

Beberapa permasalahan pendidikan seperti kesempatan

memperoleh pendidikan, kualitas pendidikan, dan partisipasi

masyarakat dalam bidang pendidikan erat kaitannya dengan

kebutuhan lapangan kerja. Oleh karena itu perlu mendapat

penanganan khusus dari pemerintah dan dukungan yang optimal

Page 64: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 36

dari seluruh lapisan masyarakat, karena pendidikan merupakan

tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat.

Pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi

penduduk dapat meningkatkan angka partisipasi sekolah yang

diharapkan dapat meningkatkan kualitas penduduk sebagai sumber

daya pembangunan. Dengan tingkat pendidikan yang baik dan

berkualitas, orang akan memiliki tingkat wawasan dan penguasaan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih baik, sehingga lebih

mampu melihat dan memanfaatkan peluang yang ada untuk

meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidupnya.

Pada bab ini, gambaran pendidikan yang akan diuraikan

meliputi : tingkat partisipasi sekolah, pendidikan yang ditamatkan,

angka melek huruf, dan fasilitas pendidikan.

3.1 Tingkat Partisipasi Sekolah

Dalam rangka pemerataan kesempatan untuk memperoleh

pendidikan, pemerintah selalu berupaya meningkatkan pengadaan

sarana dan prasarana pendidikan yang tersebar di berbagai pelosok

daerah. Upaya-upaya tersebut misalnya penambahan jumlah

sekolah terutama jenjang Sekolah Dasar dan program wajib belajar

6 tahun, yang kemudian dilanjutkan dengan program wajib belajar 9

tahun. Pembangunan bidang pendidikan bertujuan meningkatkan

akses penduduk terhadap fasilitas pendidikan, sehingga banyak

penduduk yang dapat bersekolah. Untuk melihat keberhasilan upaya

pemerintah di bidang pendidikan, salah satunya dapat diukur dari

Angka Partisipasi Sekolah (APS).

Page 65: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 37

APS dihitung dengan membagi jumlah penduduk pada

kelompok umur tertentu (umur 7-12; 13-15; atau 16-18) yang sedang

bersekolah, dengan jumlah penduduk pada kelompok umur yang

bersangkutan (umur 7-12; 13-15; atau 16-18) dikalikan 100 persen.

Meningkatnya APS pada usia sekolah menunjukkan keberhasilan

bidang pendidikan, terutama yang berkaitan dengan upaya

memperluas jangkauan pelayanan pendidikan.

Pada tahun 2013 APS penduduk usia 7-12 tahun sebesar

99,63 persen. Artinya dari seluruh penduduk usia 7-12 tahun, hampir

seluruhnya berstatus masih sekolah dan hanya 0,37 persen yang

berstatus tidak bersekolah. APS kelompok usia 7-12 tahun belum

mencapai 100 persen dimungkinkan karena beberapa alasan.

Kegiatan Susenas 2013 menggambarkan keadaan bulan September

Sumber : Susenas, 2013

(7-12) 99.63%

(13-15) 97.00%

(16-18) 83.41%

(19-24) 19.65%

Kelompok Usia Sekolah (Tahun)

Gambar 3.1 Angka Partisipasi Sekolah menurut Kelompok Usia Sekolah di Kabupaten Kulon Progo,

2013

Page 66: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 38

2013, sehingga dimungkinkan pada tahun ajaran baru 2013 (Juli

2013) yang bersangkutan belum genap berusia 7 tahun dan belum

bisa diterima masuk di SD. Angka Partisipasi Sekolah kelompok

penduduk usia 13-15 tahun lebih sedikit dibandingkan dengan

kelompok penduduk usia 7-12 tahun, yaitu masih mencapai 97,00

persen. Selanjutnya pada kelompok penduduk usia 16-18 tahun APS

mencapai 83,41 persen, dan pada kelompok usia 19-24 sebesar

19,65 persen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan, persentase penduduk yang masih bersekolah cenderung

menurun. Berbagai faktor bisa menyebabkan kondisi tersebut, baik

kemungkinan dikarenakan jarak kesekolah yang relatif jauh, kondisi

ekonomi keluarga yang kurang mendukung, atau mungkin sebab

lainnya sehingga mereka tidak sekolah lagi.

Tabel 3.1. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Jenis Kelamin dan

Kelompok Usia Sekolah di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Kelompok Usia Sekolah (Tahun)

Laki-laki Perempuan Laki-laki +

Perempuan

(1) (2) (3) (4)

7-12 99,32 100,00 99,63

13-15 97,95 96,25 97,00

16-18 87,05 77,89 83,41

19-24 24,48 14,74 19,65

Sumber: Susenas 2013

Page 67: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 39

Berdasarkan tabel 3.1 ditunjukkan bahwa APS laki-laki pada

kelompok umur 7-12 tahun lebih rendah dibandingkan APS

perempuan. Akan tetapi pada kelompok umur di atasnya, APS laki-

laki selalu lebih besar dibandingkan APS perempuan.

3.2 Pendidikan yang Ditamatkan

Indikator lain yang dapat digunakan untuk melihat

keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan dalam

meningkatkan sumber daya manusia adalah tingkat pendidikan yang

ditamatkan penduduk umur 10 tahun ke atas. Tingkat pendidikan

yang ditamatkan oleh penduduk menggambarkan kualitas sumber

daya manusia yang dimiliki suatu wilayah. Semakin tinggi pendidikan

yang ditamatkan, maka semakin baik pula kualitas sumber daya

manusianya. Tabel 3.2 menyajikan besarnya persentase penduduk

menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan.

Berdasarkan hasil Susenas 2013, persentase penduduk yang

berpendidikan SLTP ke atas sebesar 51,18 persen. Artinya sudah

lebih dari separo penduduk di Kabupaten Kulon Progo telah

menempuh wajib belajar 9 tahun dan 48,82 persen sisanya masih

berpendidikan SD ke bawah atau sama sekali belum pernah

bersekolah. Tingginya jumlah penduduk yang berpendidikan SLTP

ke atas ini menggambarkan bahwa semakin besarnya kesadaran

penduduk Kabupaten Kulon Progo untuk menyelesaikan

pendidikan tidak hanya di tingkat dasar tetapi sampai dengan

tingkatan yang lebih tinggi yaitu sekolah menengah atas dan

pentingnya pendidikan lebih tinggi di masa mendatang.

Page 68: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 40

Jika dilihat menurut jenis kelamin, sampai pada jenjang SD

persentasenya didominasi perempuan. Sedangkan mulai pada

jenjang SLTP, laki-laki berumur 10 tahun ke atas persentasenya

lebih banyak dibandingkan perempuan. Seperti halnya pada tahun

2012, kondisi pendidikan pada tahun 2013 juga tidak jauh berbeda.

Persentase penduduk laki-laki yang berpendidikan SLTP ke atas

mencapai 56,68 persen. Sedangkan penduduk perempuan

besarnya kurang dari 50 persen, yaitu sebesar 45,98 persen.

Tabel 3.2. Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan

Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Laki-laki Perempuan Laki-laki +

Perempuan

(1) (2) (3) (4)

Tidak/Belum Pernah Sekolah/ Belum Tamat SD

18,43 28,09 23,39

SD 24,89 25,93 25,42

SLTP 20,93 18,21 19,53

SLTA 30,16 22,26 26,10

Diploma/Universitas 5,59 5,52 5,55

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber: Susenas 2013 3.3 Angka Melek Huruf

Gambaran umum tingkat kecerdasan penduduk suatu daerah

dapat ditunjukkan oleh kemampuan baca tulis atau biasa disebut

Page 69: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 41

dengan Angka Melek Huruf (AMH). Kemampuan membaca dan

menulis merupakan ketrampilan minimum yang dibutuhkan oleh

setiap penduduk untuk menuju hidup sejahtera. Dengan kemampuan

tersebut seseorang akan lebih mudah dalam mengakses informasi.

Selain itu dengan kemampuan tersebut seseorang dapat lebih

mudah mempelajari dan menyerap ilmu pengetahuan serta

memahami program-program pembangunan. Kemampuan baca

tulis tercermin dari angka melek huruf yang didefinisikan melalui

besarnya persentase penduduk 10 tahun ke atas yang dapat

membaca dan menulis huruf latin/lainnya. Indikator ini

menggambarkan mutu sumber daya manusia yang diukur melalui

aspek pendidikan. Semakin tinggi nilai indikator ini semakin tinggi

mutu sumber daya manusia suatu masyarakat. Laki-laki maupun

perempuan memiliki hak yang sama untuk meningkatkan kualitas diri

dan kecerdasan.

Tabel 3.3. Angka Melek Huruf Penduduk 10 Tahun ke Atas

di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Jenis Kelamin 2012 2013

(1) (2) (3)

Laki-laki 96,17 97,71

Perempuan 89,26 90,48

Laki-laki +Perempuan 92,62 94,00

Sumber : Susenas 2013

Page 70: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 42

Berdasarkan hasil Susenas 2013, banyaknya penduduk 10

tahun ke atas di Kabupaten Kulon Progo yang dapat membaca dan

menulis tercatat sebanyak 94,00 persen. Sisanya sebanyak 6

persen adalah mereka yang buta huruf. Pada tabel 3.3.

menunjukkan bahwa angka melek huruf laki-laki lebih tinggi

dibandingkan angka melek huruf perempuan. Dibandingkan dengan

tahun sebelumnya, angka melek huruf baik laki-laki maupun

perempuan mengalami kenaikan. Hal ini sejalan dengan tingkat

pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk yang

tingkatannya semakin tinggi. Peningkatan angka melek huruf ini

menunjukkan bahwa semakin baiknya mutu pendidikan masyarakat

dan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya

pendidikan. Perbedaan angka melek huruf antara laki-laki dan

perempuan tidak terlalu tinggi, artinya sudah hampir tidak ada

Sumber : Susenas, 2013

96.17% 97.71%

89.26% 90.48%

92.62% 94.00%

2012 2013

Grafik 3.2 Penduduk 10 Tahun keatas Menurut Kemampuan Baca Tulis di Kabupaten Kulon Progo,

2013

L P L+P

Page 71: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 43

pembedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal pemenuhan

pendidikan, sehingga perempuan pun memiliki hak yang sama

dengan laki-laki dalam meningkatkan kualitas diri dan kecerdasan

pengetahuan.

3.4 Fasilitas Pendidikan

Berdasarkan data Dinas Pendidikan pada tahun ajaran

2012/2013, sarana pendidikan yang terdapat di Kabupaten Kulon

Progo, untuk Taman Kanak-Kanak (TK)/RA ada sebanyak 351

sekolah, SD/MI ada 370 sekolah, SLTP/MTs ada 87 sekolah dan

SLTA/MA ada 54 sekolah. Sementara itu perguruan tinggi yang

berada di Kabupaten Kulon Progo masih sangat terbatas dan

jumlahnya hanya 3 buah yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Wates,

Universitas Negeri Yogyakarta, dan IKIP PGRI Pengasih.

351 370

87 54

3

Gambar 3.3. Banyaknya Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Kulon Progo, Tahun Ajaran 2012/2013

TK SD SLTP SLTA PT

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo

Page 72: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 44

Dengan melihat keadaan tersebut mencerminkan bahwa

untuk tingkat pendidikan SLTA, siswa belum dapat leluasa dalam

menentukan pilihan sekolah yang diinginkan terutama pilihan untuk

sekolah di wilayah sendiri. Begitu pula untuk melanjutkan pada

pendidikan tinggi seperti universitas, masih sedikit pilihan yang dapat

dilakukan siswa dalam menentukan perguruan tinggi yang akan

dipilih, sehingga banyak siswa memilih melanjutkan sekolah/kuliah di

luar Kabupaten Kulon Progo.

Rasio murid terhadap guru dan rasio murid terhadap kelas

merupakan ukuran yang dapat menggambarkan tingkat ketersediaan

sarana pendidikan. Rasio murid-guru menggambarkan beban tugas

guru dalam mengajar pada suatu jenjang pendidikan. Indikator ini

juga dapat digunakan untuk melihat mutu pengajaran di kelas karena

semakin tinggi nilai rasio murid terhadap guru berarti semakin

berkurang tingkat pengawasan atau perhatian guru terhadap murid,

sehingga mutu pengajaran cenderung menurun. Sedang rasio murid

terhadap kelas menggambarkan kepadatan kelas sebagai ruang

belajar.

Pada tahun ajaran 2012/2013 rasio murid-guru pada jenjang

SD dan SLTP mengalami penurunan dibandingkan tahun ajaran

2011/2012, sedangkan pada jenjang SLTA meningkat. Penurunan

rasio ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan,

karena guru akan semakin fokus dalam menyampaikan pelajaran

dengan jumlah murid yang lebih sedikit. Pada tahun ajaran

2012/2013 rasio murid-guru di Kabupaten Kulon Progo untuk jenjang

Page 73: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 45

pendidikan SD menurun menjadi 9 murid per guru dan pada jenjang

pendidikan SLTP menurun menjadi 10 murid per guru dibandingkan

tahun ajaran 2011/2012, sedangkan pada jenjang SLTA meningkat

menjadi 9 murid per guru. Angka tersebut mengandung pengertian

bahwa setiap guru SD rata-rata mengajar 9 siswa, setiap guru SLTP

mengajar 10 siswa dan sebanyak 9 siswa SLTA diajar oleh guru

SLTA. Rasio murid terhadap guru ini masih memenuhi persyaratan

yang dianjurkan bagi seorang guru untuk bisa mengawasi dan

memberi perhatian kepada murid–muridnya.

Tabel 3.4. Rasio Murid-Guru di Kabupaten Kulon Progo,

Tahun Ajaran 2009/2010 - 2012/2013

Rasio Murid – Guru

Jenjang Pendidikan

SD SLTP SLTA

(1) (2) (3) (4)

2009/2010

2010/2011

2011/2012

2012/2013

9

10

10

9

10

10

11

10

8

8

8

9

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo

Rasio murid-kelas di Kabupaten Kulon Progo dari tahun ke

tahun kecenderungannya menurun. Penurunan rasio ini

menggambarkan bahwa semakin meningkatnya ketersediaan

Page 74: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 46

ruangan kelas, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kenyamanan ruangan kelas dan pada gilirannya akan meningkatkan

kualitas pendidikan. Pada tahun ajaran 2012/2013 untuk jenjang

pendidikan SD, SLTP, dan SLTA berturut-turut masing-masing

adalah 14, 23, dan 24. Artinya bahwa rata-rata setiap ruang kelas SD mampu dihuni 14 siswa, setiap ruang kelas SLTP dihuni 23

siswa dan setiap ruang kelas SLTA mampu dihuni oleh 24 siswa.

Kedua indikator, rasio murid guru dan rasio murid-kelas,

memberikan gambaran kondisi yang ideal untuk berlangsungnya

proses belajar mengajar yang efektif, sehingga diharapkan mutu pengajaran bisa berjalan dengan baik dan diperoleh output

pendidikan yang berkualitas.

Tabel 3.5. Rasio Murid-Kelas di Kabupaten Kulon Progo, Tahun Ajaran 2009/2010 - 2012/2013

Rasio Murid – Kelas

Jenjang Pendidikan

SD SLTP SLTA

(1) (2) (3) (4)

2009/2010

2010/2011

2011/2012

2012/2013

16

16

15

14

29

28

28

23

27

27

25

24

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo

Page 75: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

4

Angkatan Kerja

Page 76: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

49

BAB IV ANGKATAN KERJA

Aspek penting dari bahasan ketenagakerjaan adalah tenaga

kerja. Menurut pendapat Sumitro (1987), tenaga kerja adalah semua

orang yang bersedia dan sanggup bekerja, termasuk mereka yang

menganggur meskipun bersedia dan sanggup bekerja dan mereka

yang menganggur terpaksa akibat tidak ada kesempatan kerja.

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam proses produksi,

karena manusialah (tenaga kerja) yang mampu menggerakkan

faktor-faktor produksi yang lain untuk menghasilkan suatu barang.

Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

Angkatan kerja terdiri dari kelompok penduduk yang bekerja dan

pengangguran. Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan

dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh

penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam dalam

seminggu yang lalu. Sedangkan pengangguran penduduk yang tidak

bekerja/tidak mempunyai pekerjaan, yang mencakup angkatan kerja

yang sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, tidak

mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan

pekerjaan atau mereka yang sudah diterima bekerja tetapi belum

mulai bekerja (BPS, 2011).

Besaran angkatan kerja mencerminkan besarnya penawaran

tenaga kerja (supply of labor) . Ketidakseimbangan permintaan

terhadap tenaga kerja (demand of labor) terhadap penawaran

Page 77: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

50

tenaga kerja pada suatu tingkat upah tertentu berdampak pada

munculnya masalah dalam bidang angkatan kerja. Ada dua jenis

ketidakseimbangan tenaga kerja. Pertama, penawaran lebih besar

dibandingkan permintaan tenaga kerja (excess suply of labor).

Kedua, penawaran lebih kecil dibandingkan permintaan tenaga kerja

(excess demand of labor). Ketidakseimbangan pertama merupakan

permasalahan umum yang disebabkan karena sejumlah angkatan

kerja tidak terserap dalam kegiatan ekonomi. Kelebihan pasokan

tenaga kerja dalam jumlah besar akan menyebabkan masalah

ketenagakerjaan yang serius dan tersebar luas yaitu: pengangguran,

meledaknya sektor informal dan setengah pengangguran (Sigit,

2000). Agar dapat mencapai keadaan yang seimbang maka

seyogyanya semua angkatan kerja dapat tertampung dalam

lapangan pekerjaan yang ada. Hal ini akan membawa konsekwensi

bahwa perekonomian harus selalu menyediakan lapangan pekerjaan

bagi angkatan kerja baru.

Menurut International Labor Organization (ILO) permasalahan

ketenagakerjaan selain pengangguran yang umum dihadapi suatu

daerah adalah rendahnya kualitas tenaga kerja, rendahnya

produktivitas tenaga kerja, rendahnya tingkat kesejahteraan tenaga

kerja, makin sempitnya lapangan kerja, tingginya angka

ketergantungan (depency ratio), rendahnya kontribusi dan

penyerapan sektor-sektor pembangunan terhadap ketenagakerjaan,

dan belum teridentifikasinya keterkaitan antara pendidikan dan

lapangan pekerjaan (Hadi, 2009). Melihat kondisi ketenagakerjaan

Page 78: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

51

yang demikian, maka perlu adanya upaya menggalakkan program

yang memotivasi masyarakat untuk menciptakan lapangan kerja

baru. Program tersebut secara tidak langsung meningkatkan

pendapatan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Tenaga kerja yang lebih mandiri dan mempunyai kualitas yang baik

akan meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan taraf hidup

penduduk.

Untuk mengetahui gambaran umum mengenai keadaan

ketenagakerjaan di Kabupaten Kulon Progo, maka pada bab ini akan

disajikan ulasan mengenai karakteristik penduduk usia kerja, Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT), lapangan usaha, status pekerjaan, jenis pekerjaan dan jam

kerja.

4.1 Karakteristik Penduduk Usia Kerja

Dalam pengumpulan data ketenagakerjaan oleh Badan Pusat

Statistik, konsep dan definisi yang digunakan adalah The Labor

Force Concept yang disarankan oleh ILO. Konsep ini membagi

penduduk menjadi dua kelompok, yaitu penduduk usia kerja dan

penduduk bukan usia kerja. Sesuai dengan ketentuan dalam UU

Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 yang dimaksudkan dengan

penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke

atas. Penduduk usia kerja ini selanjutnya dikategorikan ke dalam

angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Sedang yang dimaksud

dengan penduduk bukan usia kerja adalah penduduk yang berusia di

Page 79: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

52

bawah 15 tahun. Analisa terhadap karakteristik penduduk usia kerja

dapat digunakan untuk memberikan gambaran mengenai tingkat

aktivitas, tingkat kesempatan kerja dan pengangguran pada situasi

di pasaran tenaga kerja.

Tabel 4.1. Persentase Penduduk Usia Kerja menurut Jenis Kegiatan

Selama Seminggu Sebelum Pencacahan dan Jenis Kelamin di

Kabupaten Kulon Progo, 2013

Kegiatan L P L+P

(1) (2) (3) (4)

AK 86,25 65,66 75,61

Bekerja 82,98 64,55 73,46

Pengangguran Terbuka 3,27 1,11 2,15

Bukan AK 13,75 34,34 24,39

Sekolah 4,21 4,16 4,18

Mengurus rumah tangga 4,55 25,38 15,31

Lainnya 4,99 4,80 4,90

Penduduk Usia Kerja 100,00 100,00 100,00

Sumber : Sakernas Agustus 2013

Secara umum, jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten

Kulon Progo pada tahun 2013 hampir mencapai 311.148 orang atau

meningkat 1,09 persen dibandingkan tahun 2012 pada bulan yang

sama. Dari jumlah ini, 75,61 persen termasuk dalam kategori

angkatan kerja dan sisanya termasuk dalam kategori bukan

angkatan kerja, yaitu sebanyak 24,39 persen. Kenyataan ini

Page 80: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

53

menunjukkan bahwa sebanyak 75,61 persen penduduk usia kerja

berpartisipasi aktif dalam bursa kerja, dan sisanya tidak aktif.

Jika dilihat menurut jenis kelamin, tingkat aktivitas di antara

laki-laki lebih tinggi dibandingkan tingkat aktivitas di antara

perempuan. Fenomena kesenjangan aktivitas jelas terlihat dari

persentase perempuan yang tidak aktif dalam kegiatan ekonomi di

antara perempuan (34,34 persen) lebih tinggi dibandingkan diantara

laki-laki (13,75 persen). Penduduk perempuan mendominasi pada

kelompok bukan angkatan kerja karena kemungkinan masih adanya

anggapan bahwa laki-laki adalah sebagai kepala rumah tangga yang

memiliki tanggung jawab terhadap kebutuhan rumah tangga,

sehingga dituntut untuk bekerja, sedangkan bagi perempuan lebih

baik mengurus rumah tangga, anak-anak dan suami. Tingginya

partisipasi laki-laki dibandingkan perempuan pada kelompok

angkatan kerja yang bekerja atau tingginya perempuan

dibandingkan laki-laki pada kelompok bukan angkatan kerja

mengakibatkan kesenjangan yang cukup signifikan dalam partisipasi

angkatan kerja antar jenis kelamin. Keadaan ini menunjukkan

indikasi adanya ketidaksetaraan gender yang inheren, yang perlu

mendapatkan perhatian yang lebih serius.

4.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat

Pengangguran Terbuka

Perkembangan aktivitas ketenagakerjaan dapat dilihat dari

besarnya keterlibatan penduduk yang secara aktif dalam kegiatan

ekonomi untuk memenuhi pasokan tenaga kerja untuk

Page 81: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

54

menghasilkan barang/jasa. Keterlibatan penduduk dalam kegiatan

ekonomi diukur dengan jumlah penduduk yang masuk dalam pasar

kerja (bekerja atau mencari pekerjaan) yang biasa disebut sebagai

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Selain itu, besarnya

partisipasi penduduk dibidang ketenagakerjaan dapat dilihat melalui

indikator Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang merupakan

perbandingan antara banyaknya penduduk usia kerja yang

menganggur dengan banyaknya angkatan kerja.

Meskipun jumlah penduduk usia kerja perempuan lebih

banyak dari pada penduduk laki-laki, namun dari tahun ke tahun

TPAK laki-laki ada kecenderungan selalu lebih tinggi dibandingkan

TPAK perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun penduduk

usia kerja dalam jumlah besar bukan merupakan jaminan akan

meningkatkan tenaga kerja yang potensial, karena tidak semua

penduduk usia kerja masuk dalam golongan angkatan kerja.

Tabel 4.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Kulon Progo, 2012-2103

Jenis Kelamin TPAK TPT

2012*) 2013 2012*) 2013

(1) (2) (3) (4) (5)

Laki-laki 83,52 86,25 3,28 3,79

Perempuan 67,82 65,66 2,76 1,69

L + P 75,40 75,61 3,04 2,85

Sumber : Sakernas Agustus 2012-2013 (*Revisi Data)

Page 82: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

55

Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa pada periode 2012-

2013 di Kabupaten Kulon Progo terjadi peningkatan TPAK dengan

diiringi penurunan TPT. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

bertambahnya partisipasi penduduk dalam dunia kerja dan

ketersediaan lapangan pekerjaan mampu mengurangi tingkat

pengangguran. TPAK pada tahun 2013 mencapai 75,61 persen,

artinya bahwa dari setiap 100 penduduk usia kerja ada sekitar 76

penduduk usia kerja yang berpartisipasi aktif dalam bursa kerja

(angkatan kerja) dan sekitar 24 persen penduduk usia kerja sisanya

tidak aktif dalam bursa kerja (bukan angkatan kerja). Kesenjangan

TPAK jelas terlihat antara penduduk laki-laki dan perempuan. TPAK

laki-laki mencapai 86,25 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan

TPAK perempuan yang hanya mencapai 65,66 persen. Demikian

pula sebaliknya, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada tahun

2013 di Kabupaten Kulon Progo mengalami penurunan. TPT pada

Agustus 2012 tercatat 3,04 persen dan pada bulan Agustus 2013

menurun menjadi 2,85 persen.

4.3 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha

Salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian

dalam menyerap tenaga kerja adalah komposisi penduduk yang

bekerja menurut lapangan pekerjaan. Selain itu, indikator tersebut

juga mencerminkan struktur perekonomian suatu wilayah. Untuk

mengetahui sektor-sektor yang banyak menyerap tenaga kerja perlu

dilakukan analisis mengenai lapangan pekerjaan.

Page 83: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

56

Seperti halnya dengan tahun-tahun sebelumnya, lapangan

usaha yang banyak menyerap tenaga kerja di Kabupaten Kulon

Progo adalah di sektor pertanian. Pada tahun 2013, sektor pertanian

masih merupakan sektor yang paling dominan dalam menyerap

tenaga, bahkan lebih dari separuhnya. Hal ini juga sejalan dengan

kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB), dimana ekonomi Kabupaten Kulon Progo pada tahun

2013 sebagian besar bersifat pertanian.

Seperti halnya pada tahun 2012, pada tahun 2013 sektor yang

paling banyak menyerap tenaga kerja sektor pertanian, yaitu

mencapai 50,24 persen. Hal ini dapat dimaklumi karena Kabupaten

Kulon Progo termasuk sebagai daerah agraris, dimana sebagian

besar mata pencaharian penduduknya bergantung dari di sektor

pertanian. Sektor berikutnya yang banyak menyerap tenaga kerja

Sumber : Sakernas Agustus 2013

Pertanian 50.24%

Industri 11.61%

Perdagangan 17.80%

Jasa-jasa 12.17%

Lainnya 8.18%

Gambar 4.1. Persentase Penduduk 15 Tahun yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Page 84: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

57

adalah sektor perdagangan, sektor jasa, sektor industry dan terakhir

sektor lainnya. Persentase penduduk yang bekerja di sektor

perdagangan mencapai 17,80 persen, sektor jasa sebesar 12,17

persen, sektor industri sebesar 11,61 persen dan sektor lainnya

hanya mampu menyerap 8,18 persen.

Tabel 4. 3. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja

Selama Seminggu yang Lalu menurut Lapangan Usaha

Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Lapangan Usaha Laki-Laki Perempuan Lk + Pr

(1) (2) (3) (4)

1. Pertanian 52,85 47,10 50,24

2. Industri 8,85 14,93 11,61

3. Perdagangan 14,71 21,52 17,80

4. Jasa-jasa 10,79 13,83 12,17

5. Lainnya 12,79 2,62 8,18

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : Sakernas Agustus 2013

Dua sektor serupa juga merupakan penyerap tenaga kerja

terbanyak baik untuk tenaga kerja laki-laki maupun perempuan, yaitu

sektor pertanian dan sektor perdagangan. Catatan penting dari

Tabel 4.3 bahwa sektor pertanian mampu menyerap lebih banyak

tenaga kerja laki-laki, sedangkan pada sektor perdagangan lebih

banyak menyerap tenaga kerja perempuan. Tingginya tenaga kerja

perempuan yang bekerja di sektor perdagangan, karena selain

Page 85: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

58

dibutuhkan ketelatenan dalam berusaha, pekerjaan ini dapat

dilakukan di sekitar tempat tinggal sambil mengurus rumah tangga.

4.3 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan

Indikator yang digunakan untuk memberikan gambaran

tentang kedudukan pekerja dalam suatu pekerjaan adalah status

pekerjaan. Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya

komposisi status pekerjaan di Kulon progo tidak menunjukkan

perbedaan yang besar.

Tabel 4.4 Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut

Status Pekerjaan Utama di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Status Pekerjaan Utama L P L+P

(1) (2) (3) (4)

Berusaha sendiri 9,05 12,37 10,56

Berusaha dibantu buruh tdk tetap 45,12 12,95 30,52

Berusaha dibantu buruh tetap 2,78 3,78 3,23

Buruh/Karyawan 23,96 22,33 23,22

Pekerja bebas di pertanian 1,92 0,98 1,49

Pekerja bebas non pertanian 5,62 0,60 3,34

Pekerja tidak dibayar/keluarga 11,55 46,97 27,62

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : Sakernas Agustus 2013

Page 86: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

59

Tenaga kerja yang berusia 15 tahun ke atas dengan status

berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap merupakan status

pekerjaan yang paling banyak dilakukan yaitu sebesar 30,52 persen.

Status pekerjaan yang terbanyak berikutnya adalah para pekerja

tidak dibayar/pekerja keluarga yaitu sebesar 27,62 persen dan

buruh/karyawan sebanyak 23,22 persen. Tingginya penduduk yang

bekerja sebagai pekerja tidak dibayar/pekerja keluarga memberi

indikasi bahwa tenaga kerja tersebut belum sepenuhnya

dimanfaatkan secara optimal, sehingga mereka hanya sekedar

membantu usaha dalam suatu kegiatan ekonomi tanpa memperoleh

upah/gaji. Kelompok ini merupakan pekerja dengan tingkat

produktivitas yang rendah atau kalah bersaing dalam kompetisi

memperebutkan lapangan pekerjaan. Fenomena ini kemungkinan

disebabkan karena pertumbuhan kesempatan kerja hanya

terkonsentrasi pada sektor-sektor yang tidak efisien dalam

menciptakan lapangan kerja produktif sehingga sektor-sektor

dimana pekerja tidak produktif tidak memiliki akses yang baik ke

sana. Pertumbuhan kesempatan kerja juga mungkin terkonsentrasi

ke sektor-sektor yang memiliki multiplier effect yang kecil.

Jika dilihat menurut jenis kelamin, tenaga kerja laki-laki paling

banyak bekerja dengan status berusaha dengan dibantu buruh tidak

tetap yang mencapai 44,12 persen, diikuti pekerja dengan status

buruh/karyawan (23,96 persen) dan pekerja tidak dibayar/keluarga

(11,55 persen). Sedangkan status pekerjaan yang lain

persentasenya kurang dari 10 persen. Berbeda dengan perempuan

Sumber : Sakernas Agustus 2013

Page 87: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

60

paling lebih banyak bekerja dengan status pekerja tidak

dibayar/keluarga yang mencapai 46,97 persen. Diikuti perempuan

berstatus buruh/karyawan (22,33 persen), berusaha dibantu buruh

tidak tetap (12,95 persen), diikuti berusaha sendiri yang mencapai

12,37 persen, sedangkan sektor yang lain persentasenya kurang

dari 5 persen. Kenyataan ini bisa dimaklumi karena berusaha

dengan buruh tidak tetap biasanya terjadi pada sektor pertanian

yang banyak menyerap tenaga kerja kerja laki-laki. Masih adanya

anggapan bahwa penanggung jawab nafkah utama keluarga adalah

kaum laki-laki, sehingga wajar jika perempuan lebih banyak bekerja

dengan status pekerja keluarga.

Sumber : Sakernas Agustus 2013

L P L+P

Gambar 4.3. Persentase Penduduk 15 Tahun keatas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama di Kabupaten Kulon

Progo, 2013 Berusaha sendiri

Berusaha dibantuburuh tdk tetap

Berusaha dibantuburuh tetap

Buruh/Karyawan

Pekerja bebas dipertanian

Pekerja bebas nonpertanian

Pekerja keluarga

Page 88: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

61

4.4 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan Utama

Sejalan dengan lapangan pekerjaan penduduk yang masih

banyak di sektor pertanian, jenis pekerjaan penduduk di Kabupaten

Kulon Progo pada tahun 2013 sebagian besar juga merupakan

tenaga usaha pertanian yaitu sekitar 44,56 persen. Jenis pekerjaan

terbesar berikutnya adalah yang bekerja sebagai tenaga produksi

sebesar 27,58 persen, diikuti tenaga usaha penjualan sebesar 14,45

persen, sedangkan jenis pekerjaan lainya persentasenya masih di

bawah sebesar 5 persen.

Tabel 4.5. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja

Selama Seminggu yang Lalu menurut Jenis Kelamin dan Jenis Pekerjaan Utama di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Jenis Pekerjaan Utama Laki-laki Perempuan Laki-laki +

Perempuan

(1) (2) (3) (4)

Tenaga professional 3,30 7,02 4,99

Tenaga kepemimpinan 0,46 0,00 0,25

Pejabat pelaksana tata usaha 2,99 3,42 3,18

Tenaga usaha penjualan 11,25 18,30 14,45

Tenaga usaha jasa 4,16 4,93 4,51

Tenaga usaha pertanian 52,33 35,19 44,56

Tenaga produksi 24,63 31,14 27,58

Lainnya 0,88 0,00 0,48

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : Sakernas Agustus 2013

Page 89: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

62

Pola yang sama juga terjadi jika dilihat menurut jenis kelamin.

Tiga besar jenis pekerjaan utama di atas juga dilakukan laki-laki

maupun perempuan. Tenaga usaha pertanian menempati urutan

terbanyak pertama, dimana laki-laki mencapai 52,33 persen dan

perempuan 35,19 persen. Peringkat terbanyak kedua adalah tenaga

produksi. Tenaga produksi yang dilakukan laki-laki sebanyak 24,63

persen, sedangkan perempuan sebanyak 31,14 persen. Seperti

halnya pada jenis pekerjaan umumnya, tenaga usaha penjulan baik

laki-laki maupun perempuan juga menempati urutan terbanyak

ketiga. Tenaga kerja laki-laki dengan jenis pekerjaan utama sebagai

tenaga usaha penjulan mencapai 11,25 persen dan perempuan

sebanyak 18,30 persen.

4.5 Jam Kerja

Dalam mengukur produktivitas tenaga kerja, variabel jam kerja

seringkali digunakan sebagai tolok ukurnya. Idealnya semakin

banyak jam kerja yang digunakan maka diharapkan

output (produktivitas) yang dihasilkan juga semakin banyak. Namun

jumlah jam kerja selama seminggu ini tidak sepenuhnya dapat

memberikan gambaran tingkat produktivitas, terutama bagi mereka

yang memang menghendaki jam kerja rendah. Seseorang dikatakan

sebagai pekerja penuh (full employed) atau tidak penuh (under

employed) ditunjukkan oleh jumlah jam kerja dalam seminggu.

Dikatakan sebagai pekerja penuh bila jam kerja seseorang telah

mencapai 35 jam atau lebih dalam seminggu.

Page 90: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

63

Distribusi penduduk yang bekerja berdasarkan kelompok jam

kerja digambarkan dalam tabel 4.6. Secara umum di Kabupaten

Kulon Progo sebagian besar pekerja masuk kategori pekerja penuh,

yaitu sebanyak 52,06 persen. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa produktivitas penduduk yang bekerja di Kulon Progo sudah

baik dari segi penggunaan jam kerja (lebih dari jam kerja normal).

Namun demikian masih terdapat 47,94 persen yang bekerja di

bawah jam kerja normal, yang merupakan setengah pengangguran.

Tabel 4.6. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Jumlah Jam Kerja (Jam)

Jenis Kelamin

L P L+P

(1) (2) (3) (4)

0 (Sementara Tidak Bekerja) 4,12 5,19 4,60

1 – 9 3,60 8,28 5,72

10 – 24 18,45 28,41 22,96

25 – 34 14,19 15,19 14,65

35 – 44 20,52 17,38 19,10

45 – 59 29,33 17,07 23,76

60 + 9,79 8,49 9,20

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : Sakernas Agustus 2013

Page 91: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013

64

Jika dilihat menurut jenis kelamin, tenaga kerja laki-laki yang

masuk kategori pekerja penuh mencapai 59,64 persen dan

perempuan jauh lebih sedikit, yaitu hanya mencapai 42,94 persen.

Tabel 4.6. juga menunjukkan bahwa persentase setengah

pengangguran pekerja perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.

Setengah pengangguran laki-laki mencapai 40,36 persen dari total

penduduk laki-laki yang bekerja dan setengah penganggur

perempuan sebanyak 57,06 persen dari total penduduk perempuan

yang bekerja.

Bila seorang pekerja dalam seminggu yang lalu (dalam

periode survei) sementara tidak bekerja atau jam kerjanya nol jam,

maka tidak dikategorikan sebagai setengah pengangguran atau

pengangguran terbuka. Pengecualian ini berlaku karena sebenarnya

statusnya adalah sebagai pekerja, tetapi karena selama pencacahan

sedang cuti, sakit, menunggu panen dan sebagainya, maka yang

bersangkutan dikategorikan sebagai sementara tidak bekerja. Perlu

dicatat, sementara tidak bekerja selama seminggu yang lalu masih

termasuk ke dalam kelompok angkatan kerja.

Page 92: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

5

Konsumsi&Pengeluaran

Rumah Tangga

Page 93: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 67

BAB V KONSUMSI DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA

Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk melihat

tingkat kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi tingkat pendapatan

seseorang maka secara materi meningkat pula kesejahteraannya.

Selain itu tingkat kesejahteraan juga bisa dilihat dari bagaimana

seseorang mengalokasikan pendapatan yang diperolehnya untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada kondisi pendapatan terbatas,

pemenuhan kebutuhan makanan akan menjadi prioritas utama,

sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan

terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk

membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan maka

lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu

penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan

peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan

makanan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa semakin rendah

persentase pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran,

maka semakin baik tingkat perekonomian penduduk. Seperti hukum

yang dikemukakan oleh Engel (1896) bahwa saat pendapatan

meningkat, proporsi pendapatan yang dihabiskan untuk membeli

makanan akan berkurang. Terkait dengan Hukum Engel ini, Bennet

dalam Latief (2000) menyebutkan bahwa peningkatan pendapatan

akan mengakibatkan individu cenderung meningkatkan kualitas

konsumsi pangannya yang ditunjukkan oleh semakin mahalnya

Page 94: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 68

harga (nilai uang) per zat gizi yang dikonsumsi. Berdasarkan hal itu,

Bouis dalam Latief (2000) menyatakan bahwa hal ini dapat dilihat

sebagai keterkaitan atas struktur permintaan pangan. Pada tingkat

pendapatan per kapita yang rendah, permintaan terhadap pangan

akan tertuju pada pangan yang padat kalori, terutama berupa padi-

padian. Selanjutnya Alderman seperti dikutip oleh Latief (2000)

berpendapat bahwa peningkatan pendapatan akan mengakibatkan

pangan yang dikonsumsi lebih beragam, serta umumnya akan terjadi

peningkatan konsumsi pangan yang lebih kaya gizi. Berdasarkan

penjelasan tersebut jelaslah bahwa pola konsumsi pangan

merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan penduduk di

suatu wilayah.

Indikator kesejahteraan yang diulas dalam publikasi ini dilihat

dari dua pendekatan, yaitu pendekatan permintaan (demand

approach) dan permintaan) dan pendekatan penawaran (supply

approach). Konsumsi rumah tangga merupakan pendekatan dari sisi

permintaan, sedangkan sisi penawaran lebih banyak berbicara pada

banyaknya produksi bahan makanan yang mampu dihasilkan

produsen pada tahun 2013.

Dalam operasionalnya di lapangan, untuk mendapatkan data

pendapatan rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Keterbukaan

dan kesediaan rumah tangga sendiri untuk memberikan informasi

yang sesungguhnya masih dirasa kurang kooperatif, sehingga

informasi pendapatan rumahtangga akan cenderung under estimate.

Maka dalam berbagai penelitian tingkat penghasilan rumah tangga

Page 95: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 69

sering dilakukan dengan pendekatan/proksi pengeluaran konsumsi

(consumption approach).

5.1 Pengeluaran Rumah Tangga

Pola konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator

yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan

penduduk. Semakin tinggi pendapatan maka porsi pendapatan untuk

pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran untuk makanan ke

pengeluaran bukan makanan. Menurut Berg (1986) di negara

berkembang biasanya jumlah pengeluaran yang digunakan untuk

memenuhi keperluan bahan makanan adalah 2/3 dari total

pendapatan. Pada keluarga dengan pendapatan terbatas

menggunakan 80 persen dari total pendapatan keluarga untuk

membeli bahan makanan, sedangkan pada keluarga dengan tingkat

pendapatan lebih tinggi hanya sekitar 45 persen saja yang

digunakan untuk keperluan membeli bahan makanan. Menurut Engel

(1896), bila persentase makanan terhadap total pengeluaran lebih

dari 80 persen maka tingkat kesejahteraan sangat rendah.

Selanjutnya tabel 5.1 menunjukkan persentase pengeluaran

rata-rata per kapita sebulan menurut kuantil pengeluaran per kapita

sebulan dan jenis pengeluaran. Pada tabel tersebut menunjukkan

bahwa, seiring dengan meningkatnya pengeluaran rumah tangga

maka pengeluaran untuk konsumsi bukan makanan juga semakin

meningkat dan sebaliknya pengeluaran untuk makanan semakin

menurun. Kondisi ini sesuai dengan hukum yang dikemukakan oleh

Engel bahwa bila pendapatan meningkat maka persentase

pengeluaran untuk makanan akan menurun.

Page 96: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 70

Tabel 5.1. Persentase Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan Menurut Kuantil Pengeluaran Per Kapita Sebulan dan Jenis Pengeluaran di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Kuantil Pengeluaran Per Kapita Sebulan

Makanan Bukan Makanan Total

(1) (2) (3) (4)

Pertama 68,49 31,51 100,00

Kedua 69,43 30,57 100,00

Ketiga 65,10 34,90 100,00

Keempat 60,79 39,21 100,00

Kelima 43,56 56,44 100,00

Rata-rata 55,46 44,54 100,00

Sumber: Susenas 2013

Di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2013 penduduk yang

berada pada kuantil pertama sampai kuantil keempat persentase

pengeluaran untuk makanan masih di atas 60 persen persen atau

pengeluaran bukan makanan masih di bawah 40 persen. Penduduk

dengan kondisi ekonomi terbawah (kuantil pertama), sebagian besar

pendapatannya digunakan untuk pengeluaran makanan, yaitu

mencapai 68,49 persen dan hanya 31,51 persen pengeluaran bukan

makanan. Sebaliknya untuk lapisan penduduk dengan ekonomi

teratas (kuantil kelima), pengeluaran untuk bukan makanan sudah

mencapai 56,44 persen dan hanya 43,56 persen dari total

pengeluaranya untuk pengeluaran makanan.

Page 97: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 71

Tabel 5.2.a Komposisi Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran Makanan di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Komposisi 2013

(1) (2)

Padi-padian 10,65

Umbi-umbian 0,51

Ikan 1,29

Daging 1,99

Telur dan Susu 3,83

Sayur-sayuran 4,74

Kacang-kacangan 2,18

Buah-buahan 2,68

Minyak dan Lemak 2,22

Bahan Minuman 2,89

Bumbu-bumbuan 0,71

Konsumsi lainnya 1,30

Makanan& Minuman Jadi 15,81

Minuman Alkohol 0,00

Tembakau dan Sirih 4,66

Jumlah Makanan 55,46

Sumber : Susenas, 2013

Konsumsi rata-rata per kapita sebulan untuk beberapa jenis

bahan makanan penting dapat dilihat pada tabel 5.2.a. Seperti

halnya pada tahun 2012, pada tahun 2013 ini jenis pengeluaran

yang persentasenya paling tinggi adalah makanan jadi, kemudian

padi-padian dan sayur-sayuran. Jenis pengeluaran untuk rokok dan

Page 98: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 72

sirih merupakan pengeluaran keempat tertinggi. Masih tingginya

konsumsi rokok ini, disamping harga rokok yang tinggi juga masih

kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengalokasikan

pendapatannya untuk jenis komoditi yang mampu meningkatkan

kesehatan keluarga. Dominannya kontribusi dan meningkatnya

konsumsi bahan makanan/minuman jadi ini dimungkinkan terjadi

karena perubahan pola konsumsi masyarakat yang ingin lebih

praktis dan siap saji serta kemudahan akses berbagai jenis makanan

minuman jadi.

Tabel 5.2.b Komposisi Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran Bukan Makanan di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Komposisi 2013

(1) (2)

Perumahan 14,93

Barang dan Jasa 11,50

Biaya Pendidikan 4,07

Biaya Kesehatan 3,18

Pakaian, Alas Kaki & Tutup Kepala 2,44

Barang Tahan Lama 6,04

Pajak dan Asuransi 1,91

Keperluan Pesta & Upacara 0,47

Jumlah Bukan Makanan 44,54

Sumber: Susenas, 2013

Page 99: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 73

5.2 Perkiraan Produksi Pertanian

Berdasarkan penjelasan pada bab angkatan kerja terlihat

bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Kulon Progo bekerja di

sektor pertanian. Mereka umumnya bekerja sebagai petani dengan

jenis tanaman utamanya tanaman bahan makanan seperti padi,

jagung, dan sebagainya. Selain padi sebagai komoditi unggulan

tanaman bahan makanan pokok, jagung sebagai substitusi makanan

pokok beras juga menjadi komoditi unggulan bahan makanan yang

cukup diandalkan.

Tabel 5.3. Produksi Padi dan Jagung per Kapita per Tahun

di Kabupaten Kulon Progo, 2009-2013 (Ton)

Uraian Tahun

2009 2010 2011*) 2012*) 2013*)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Padi 123.087 106.857 133.100 135.238 114.702

Jagung 33.169 27.891 30.024 31.233 27.457

Jumlah Penduduk (Estimasi BPS)

374.921 388.869 393.796 397.639 401.450

Per Kapita Per Tahun

Padi 0,328 0,275 0,338 0,340 0,286

Jagung 0,088 0,072 0,076 0,079 0,068

Sumber: Dinas Pertanian dan Kelautan, Kab. Kulon Progo (*Revisi Data Estimasi Penduduk)

Kebutuhan konsumsi bahan makanan penduduk Kabupaten

Kulon Progo selain dicukupi pasokan dari daerah lain, juga harus

Page 100: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 74

didukung oleh kemampuan penduduk untuk menyediakan kebutuhan

pangan sendiri. Pada tahun 2013 produksi padi di Kabupaten Kulon

Progo mencapai 114.702 ton atau mengalami penurunan 15,19

persen dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 135.238 ton.

Penurunan ini mengakibatkan rata-rata produksi padi pada tahun

2013 juga mengalami penurunan menjadi 286 kg per kapita per

tahun. Penurunan juga terjadi pada produksi jagung.

Berdasarkan Susenas Modul Konsumsi tahun 2013, rata-rata

konsumsi beras penduduk Kabupaten Kulon Progo mencapai 0,23

kg per kapita per hari atau 82,80 kg per kapita per tahun. Jika

diasumsikan konversi padi (gabah kering giling) menjadi beras

sebesar 60 persen, maka produksi beras yang berasal dari

Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2013 mencapai 171,6 kg per

kapita per tahun. Walaupun produksi padi menurun, akan tetapi

kebutuhan konsumsi beras di Kabupaten Kulon Progo masih bisa

dicukupi dari produksi sendiri. Berdasarkan hal tersebut

menunjukkan bahwa kebutuhan konsumsi beras penduduk yang

hanya mencapai 82,80 kg per kapita pertahun sudah mampu

dicukupi dari produksi padi sendiri. Keadaan ini menunjukkan bahwa

Kabupaten Kulon Progo sudah mampu berswasembada beras.

Surplus beras bisa dimanfaatkan sebagai bahan industri makaanan

atau dimungkinkan ekspor beras ke luar Kabupaten Kulon Progo.

Hal ini sejalan dengan program ”bela beli produk Kulon Progo” yang

dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Salah satu

implementasi program ini, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah

melakukan MoU dengan Bulog tentang penyediaan beras miskin

(raskin) berasal dari produksi lokal Kulon Progo.

Page 101: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 75

5.3 Kemiskinan

Kemiskinan adalah kondisi kehidupan yang serba kekurangan

yang dialami seseorang atau rumahtangga sehingga tidak mampu

memenuhi kebutuhan minimal/yang layak bagi kehidupannya.

Secara operasional penduduk miskin merupakan merupakan

penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita

perbulannya di bawah garis kemiskinan (BPS, 2012).

Tabel 5.4. Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten Kulon

Progo, 2009-2013

Tahun Garis

Kemiskinan (Rp)

Penduduk Miskin

Jumlah (000 jiwa)

Persentase (%)

(1) (2) (3) (4)

2009 205.585 89,91 24,65

2010 225.059 90.00 23,15

2011 240.301 92,76 23,62

2012 250.854 93,20 23,31

2013 259.945 86,50 21,39

Sumber: Susenas 2009-2011

Pada tahun 2013 penduduk miskin di Kabupaten Kulon

Progo mencapai 21,39 persen. Jika dibandingkan dengan tahun-

tahun sebelumnya persentase penduduk miskin di Kabupaten Kulon

Progo terus mengalami penurunan. Dibandingkan dengan tahun-

tahun sebelumnya, penurunan pada tahun 2013 relatif cukup tinggi,

yaitu mencapai 1,92 poin dari 23,31 persen pada tahun 2012

Page 102: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 76

menjadi 21,39 pada tahun 2013. Penurunan ini kemungkinan selain

disebabkan karena banyaknya program perlindungan sosial yang

diluncurkan oleh pemerintah pusat juga diakibatkan karena

gencarnya pembangunan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten

Kulon Progo yang terkait dengan program pengentasan kemiskinan

seperti program bela beli produk kulon progo, bedah rumah, dan lain

sebagainya.

Page 103: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

6

Perumahan & Permukiman

Page 104: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 77

BAB VI PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Rumah pada hakekatnya merupakan salah satu kebutuhan

dasar (basic needs) manusia selain sandang, pangan, pendidikan

dan kesehatan. Undang-undang nomor 1 tahun 2011 tentang

perumahan dan kawasan permukiman menjamin bahwa setiap

orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan

kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang sangat

strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa

sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia

seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif.

Pemerintah perlu lebih berperan dalam menyediakan dan

memberikan kemudahan serta bantuan perumahan bagi masyarakat

untuk memperoleh perumahan, agar masyarakat mampu bertempat

tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam

perumahan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan..

Pembangunan perumahan yang bertumpu pada masyarakat juga

memberikan hak dan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat

untuk ikut berperan. Pemerintah baik pemerintah pusat maupun

daerah mempunyai tanggung jawab sebagai fasilitator, memberikan

bantuan dan kemudahan kepada masyarakat serta melakukan

penelitian dan pengembangan juga menyediakan peraturan

perundang-undangan yang mendukung.

Page 105: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 78

Dalam upaya penyediaan perumahan lengkap dengan sarana

dan prasarana permukimannya, semestinya tidak sekedar untuk

mencapai target secara kuantitatif (banyaknya rumah yang tersedia)

semata-mata, melainkan harus dibarengi pula dengan pencapaian

sasaran secara kualitatif (mutu dan kualitas rumah sebagai hunian),

karena berkaitan langsung dengan harkat dan martabat manusia

selaku pemakai.

Pemenuhan kebutuhan akan perumahan dan permukiman

yang layak, akan dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan

kesejahteraan masyarakat. Bahkan di dalam masyarakat,

perumahan merupakan pencerminan dan pengejawatahan dari diri

pribadi manusia, baik secara perorangan maupun dalam satu

kesatuan dan kebersamaan dalam lingkungan alamnya.

Pada dasarnya, rumah berfungsi sebagai tempat untuk

berteduh dari panas dan hujan, berlindung dari berbagai gangguan,

serta tempat beristirahat untuk melepaskan lelah sepulang dari

bekerja. Lebih dari itu, idealnya rumah memiliki fungsi yang lebih

kompleks. Sebaiknya rumah memiliki fungsi sebagai tempat

berlangsungnya pendidikan agama dan spiritual, moral, akademis,

serta psikologis bagi para penghuninya. Rumah yang diciptakan

dengan suasana yang bersih, sehat, aman, nyaman, dan harmonis,

diharapkan mampu berperan dalam upaya peningkatan kualitas

sumber daya manusia. Pada masa sekarang ini, rumah sudah

menjadi bagian dari gaya hidup dan bahkan dapat mencerminkan

status lambang sosial dari pemiliknya (Azwar, 1996; Mukono, 2000).

Kondisi ekonomi dan kesehatan seseorang salah satunya bisa

dilihat dari rumahnya. Rumah merupakan salah satu determinan

Page 106: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 79

kesehatan masyarakat. Karena itu, rumah yang sehat tentunya

memiliki kriteria standar kelayakan sebuah rumah. Rumah yang

layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan

sehingga penghuninya tetap sehat. Rumah yang sehat adalah

bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana

pembinaan keluarga yang dapat memberikan suasana dan

lingkungan yang nyaman dan berdampak baik bagi kesehatan para

penghuninya. Kualitas rumah tinggal pada umumnya ditentukan oleh

fisik rumah yang dapat terlihat dari fasilitas yang digunakan dalam

kehidupan sehari-hari. Fasilitas rumah tinggal yang ditempati dapat

mencerminkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Berbagai

fasilitas yang mencerminkan kesejahteraan rumah tangga tersebut

diantaranya dapat dilihat dari luas lantai, jenis lantai terluas, jenis

atap, jenis dinding, sumber air minum dan fasilitas buang air besar

rumah tangga.

6.1 Luas Lantai

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk

penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus

disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak

sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan

kepadatan yang akan berdampak kurang baik terhadap kesehatan

penghuninya. Rumah yang padat penghuni menyebabkan

kurangnya konsumsi oksigen, disamping itu bila salah satu anggota

keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada

anggota keluarga yang lain.

Page 107: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 80

Rumah yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi

syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat. Menurut Badan

Kesehatan Dunia (WHO) salah satu kriteria rumah sehat adalah

rumah tinggal yang memiliki luas lantai minimal 10 m2 perkapita.

Rumah dengan luas lantai lebih dari 10 m2 perkapita diharapkan

penghuninya tidak berdesak-desakan sehingga dapat menghirup

oksigen dengan cukup dan bisa merasa lebih nyaman.

Di Kabupaten Kulon Progo berdasarkan hasil Susenas 2013,

rumah tangga yang menempati rumah dengan luas lantai per kapita

lebih dari 10 m2 ke atas sudah mencapai 95,58 persen dan hanya

Sumber : Susenas 2013

<10 4.42%

10-19,99 30.27%

20-29,99 25.73%

30-39,99 15.49%

40-49,99 10.84%

50+ 13.24%

Gambar 6.1. Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Rumah Per Kapita Penduduk di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Sumber : Susenas 2013

Page 108: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 81

tinggal 4,42 persen rumah tangga yang menempati rumah dengan

luas lantai kurang dari10 m2 per kapita. Hal ini menggambarkan

bahwa sebagian besar penduduk sudah menghuni rumah dengan

luas yang memadai dan memenuhi kriteria sehat dari segi luas

lantainya.

6.2 Jenis Lantai

Ada berbagai jenis lantai rumah, diantaranya adalah ada yang

terbuat dari semen atau ubin, keramik, atau cukup tanah biasa yang

dipadatkan. Syarat lantai pada rumah sehat yang penting adalah

tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak becek pada musim

hujan. Lantai yang basah atau berdebu akan menjadi sarang

penyakitdan dapat mempengaruhi kesehatan anggota rumah

tangga.

Sumber : Susenas 2013

Marmer/keramik/granit 25.16%

Tegel/teraso 5.53%

Semen 48.56%

Tanah 20.27%

Lainnya 0.47%

Gambar 6.1. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Terluas di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Sumber : Susenas 2013

Page 109: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 82

Berdasarkan Gambar 6.2 terlihat bahwa rumah tangga

mayoritas sudah berlantaikan semen, yaitu mencapai 48,56 persen.

Lantai terluas berikutnya berlantaikan marmer/keramik/granit (25,16

persen), sedangkan yang berlantaikan tanah masih ada sebanyak

20,27 persen. Semakin berkurangnya rumah yang berlantaikan

tanah ini mengindikasikan semakin baiknya tingkat kesehatan

tempat tinggal dan kesejahteraan rumah tangga.

6.3 Sumber Penerangan

Fasilitas perumahan lain yang juga penting adalah

penerangan. Penerangan selain mencerminkan tingkat kesehatan

rumah beserta lingkungannya, dapat pula digunakan sebagai

indikator pengukur keberhasilan program pembangunan pemerintah.

Fasilitas penerangan ini dapat bersumber dari listrik atau bukan

listrik seperti petromak/aladin, pelita/sentir/obor, dan lainnya. Listrik

merupakan sumber penerangan yang mempunyai nilai paling tinggi

dibandingkan dengan penerangan petromak, pelita, dan sumber

penerangan lainnya. Hal ini disebabkan karena cahaya listrik lebih

terang, praktis dan modern, serta tidak menimbulkan polusi.

Berdasarkan tabel 6.1 terlihat bahwa penggunaan listrik

sebagai sumber penerangan dari tahun ke tahun terus

kecenderungannya meningkat. Pada tahun 2013, rumah tangga

yang sudah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan utama

sudah mencapai 99,54 persen dan hanya tinggal 0,46 persen yang

belum menggunakan. Belum menggunakanya listrik ini bukan berarti

bahwa tempat tinggalnya tersebut belum terjangkau listrik PLN, akan

Page 110: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 83

tetapi kemungkinan yang bersangkutan tidak mampu membayar

biaya listrik atau atas pertimbangan keamanan rumah tangga (takut

setrum). Rumah tangga yang menggunakan listrik sebagai sumber

penerangan ini dianggap mempunyai tingkat kesejahteraan yang

lebih baik.

Tabel 6.1. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan di Kabupaten Kulon Progo, 2010-2013

Tahun

Sumber Penerangan

Listrik Bukan Listrik

(1) (2) (3)

2010 99,71 0,29

2011 99,73 0,27

2012 99,06 0,94

2013 99,54 0,46

Sumber : Susenas 2010-2013

Semakin meningkatnya kesadaran rumah tangga yang

menggunakan sumber penerangan listrik dari tahun ke tahun juga

tak lepas dari program pemerintah yang selalu berupaya

meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Berdasarkan data

dari PLN, jumlah pelanggan listrik PLN dari tahun ke tahun terus

bertambah. Pada tahun 2010 jumlah pelanggan listrik ada sebanyak

87.805 pelanggan dan selama kurun waktu empat tahun jumlah

Page 111: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 84

pelanggan listrik PLN meningkat 8,72 persen atau menjadi 95.465

pelanggan pada tahun 2013.

Tabel 6.2. Jumlah Pelanggan Listrik dan Jumlah Daya Terpasang di Kabupaten Kulon Progo, 2010-2013

Tahun Jumlah Pelanggan Jumlah Daya Terpasang

(Kilo Watt)

(1) (2) (3)

2010 87.805 62.088.927

2011 88.536 64.061.290

2012 91.112 67.637.196

2013 95.465 73.129.450

Sumber : PT PLN Kabupaten Kulon Progo

Untuk mengimbangi peningkatan jumlah pelanggan ini, PLN

mengupayakannya dengan menambah daya terpasang. Selama

empat tahun terakhir ini PLN meningkatkan daya terpasangnya

sebesar 17,78 persen atau menjadi 73.129.450 kilo watt pada tahun

2013. Hal ini menunjukkan bahwa telah banyak dibangun

pembangkit-pembangkit listrik dengan harapan agar dapat

mencukupi kebutuhan penduduk akan listrik. Pembangkit listrik PLN

telah meluaskan jaringan dan pelayanannya sampai ke desa-desa

yang diharapkan pelayanan tersebut dapat menjangkau seluruh

lapisan masyarakat. Oleh sebab itu persentase rumah tangga yang

menggunakan sumber penerangan listrik dapat digunakan sebagai

Page 112: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 85

suatu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan suatu daerah.

Semakin tinggi persentase rumah tangga yang menggunakan

sumber penerangan listrik berarti semakin tinggi pula tingkat

kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut. Meskipun demikian,

bukan berarti setiap rumah tangga yang menggunakan sumber

penerangan listrik sebagai pelanggan listrik, tetapi masih ada

beberapa rumah tangga yang menggunakan listrik atas nama satu

pelanggan. Kondisi seperti ini terjadi terutama di daerah pegunungan

karena jarak jaringan listrik dengan rumah penduduk terlalu jauh

sehingga satu unit meteran listrik dipakai oleh beberapa rumah.

6.4 Sumber Air Minum

Selain dilihat dari kondisi fisik bangunannya, kualitas

perumahan juga ditentukan oleh fasilitas yang ada di dalamnya.

Fasiltas pokok yang penting agar suatu rumah menjadi nyaman dan

sehat untuk ditinggali salah satunya adalah tersedianya air bersih

untuk minum.

Air minum bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting

bagi rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari. Ketersediaan

dalam jumlah yang cukup terutama untuk keperluan minum dan

masak merupakan tujuan dari program penyediaan air minum bersih

yang terus menerus diupayakan pemerintah. Untuk menyediakan air

bersih dalam jumlah yang cukup perlu diperhatikan asal sumber air

minumnya. Hal ini dikarenakan sumber air minum sangat

mempengaruhi kualitas air minumnya. Kualitas air yang dikonsumsi

tubuh sangat erat kaitannya dengan kesehatan tubuh penghuninya.

Page 113: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 86

Di samping itu, sumber air minum yang digunakan penduduk

juga dapat digunakan sebagai salah satu indikator kesejahteraan

penduduk baik ditinjau dari segi kesehatan maupun keadaan

ekonomi. Semakin banyak penduduk yang mengunakan air bersih

bisa mengindikasikan bahwa kesehatan masyarakat semakin baik

dan semakin banyak penduduk yang menggunakan air leding

maupun air dalam kemasan sebagai sumber air minum sehari-hari

mengindikasikan adanya peningkatan daya beli atau kesejahteraan

rakyat.

Tabel 6.3. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum di Kabupaten Kulon Progo, 2010-2013

Tahun

Sumber Air Minum

Air Kemasan

Leding Sumur Pompa

Sumur/ Perigi

Mata Air Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2010 1,63 11,81 1,69 68,73 15,79 0,35

2011 2,52 8,19 2,33 70,28 16,68 0,00

2012 3,94 9,13 1,89 67,24 17,32 0,47

2013 3,85 9,67 2,21 66,92 17,17 0,18

Sumber: Susenas 2010-2013

Sumber air minum yang sampai saat ini masih dianggap

terbaik adalah air dalam kemasan, karena sifatnya yang higienis.

Pada tahun 2013 rumah tangga yang menggunakan air minum

Page 114: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 87

dalam kemasan baru mencapai oleh 3,85 persen dari seluruh rumah

tangga di Kabupaten Kulon Progo. Meskipun penggunaan air minum

kemasan masih relatif rendah, tetapi dari tahun ke tahun cenderung

mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 sudah menunjukkan

peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan tahun 2010.

Sumur/perigi paling banyak digunakan rumah tangga yaitu

tercatat 66,92 persen. Sumber air minum berikutnya yang juga

banyak digunakan rumah tangga adalah mata air sebanyak 17,17

persen. Dibandingkan dengan tahun 2012, pada tahun 2013 rumah

tangga yang menggunakan air leding sebagai sumber air minum

meningkat menjadi 9,67 persen. Kenaikan atau penurunan

persentase penggunaan suatu jenis sumber air minum ini bukan

berarti bahwa rumah tangga tersebut berhenti menggunakan sumber

air tersebut, tetapi rumah tangga ke sumber lain yang mereka

anggap lebih higenis dan menggunakan sumber air yang lebih dulu

digunakan bukan sebagai sumber air minum namun untuk keperluan

lain seperti mencuci maupun memasak.

Berdasarkan pemilikan fasilitas air minum, rumah tangga yang

memiliki fasilitas sumber air minum sendiri merupakan fasilitas

sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Kulon Progo. Pada

tahun 2013 persentase rumah tangga yang memiliki fasilitas sumber

air minum sendiri sebanyak 61,62 persen dan yang tidak mempunyai

fasilitas hanya tinggal 0,12 persen.

Page 115: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 88

Sumber air minum sangat mempengaruhi kualitas air minum.

Bila sumber air minum dari sumur/perigi atau mata air maka perlu

dilihat lagi apakah sumber tersebut terlindung dari air limbah/bekas

pakai dan jarak dengan pembuangan akhir/limbah memenuhi syarat.

Sumber air minum yang tidak terlindung air limbah/bekas pakai dan

jarak penampungan air kotor ataupun limbah yang terlalu dekat

dengan sumber air minum akan menyebabkan terjadinya

perembesan ke dalam sumber air minum. Bila terjadi perembesan

maka akan mempengaruhi kualitas air yang digunakan untuk

Sumber : Susenas 2013

Sendiri 61.62%

Bersama 32.91%

Umum 5.36%

Tidak ada 0.12%

Gambar 6.3. Persentase Rumah Tangga Menurut Penggunaan Fasilitas Air Minum di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Page 116: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 89

keperluan rumah tangga. Jarak antara penampungan air dengan

sumber air minum yang dianjurkan adalah lebih dari 10 meter.

Di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2013 rumah tangga

yang mempunyai jarak sumber air minum ke tempat penampungan

kotoran di atas 10 m sebanyak 81,89 persen dan hanya 15,06

persen yang jarak penampungan terdekatnya kurang dari 10 m. Hal

ini menunjukkan bahwa rumah tangga yang memiliki penampungan

air dengan sumber air minum yang dianjurkan sudah relatif banyak

dan diharapkan sumber air minumnya sehat untuk dikonsumsi.

Tabel 6.4. Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak Sumber Air Minum

ke Tempat Penampungan Limbah di Kabupaten Kulon Progo, 2010-2013

Tahun Jarak ke Penampungan (m)

<10 ≥10 Tidak Tahu

(1) (2) (3) (4)

2010 19,56 77,24 3,20

2011 15,77 83,62 0,61

2012 12,20 84,52 3,28

2013 15,06 81,89 3,05

Sumber: Susenas 2010-2013

6.5 Fasilitas Buang Air Besar

Fasilitas buang air besar (jamban) merupakan salah satu

sarana pokok untuk mewujudkan kehidupan yang sehat.

Page 117: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 90

Tersedianya fasilitas yang memadai akan berpengaruh terhadap

lingkungan dan kesehatan pribadi manusia. Oleh karena itu

peningkatan jenis fasilitas buang air besar dan peningkatan

wawasan masyarakat tentang pentingnya sarana ini harus terus

disampaikan secara persuasif dan intens.

Berdasarkan Gambar 6.4 terlihat bahwa bahwa pada tahun

2013 fasilitas tempat buang air besar berjenis leher angsa

merupakan jenis yang paling banyak digunakan rumah tangga di

Kabupaten Kulon Progo, yaitu mencapai 82,21 persen. Fasilitas

tempat buang air besar jenis leher angsa dianggap sebagai tempat

buang air besar yang paling sehat, karena di bawahnya terdapat

saluran berbentuk huruf “U” untuk menampung kotoran sehingga

bau kotoran tidak keluar. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa

hampir semua rumah tangga di Kabupaten Kulon Progo

menggunakan fasilitas tempat buang air besar yang relative sehat.

Sumber : Susenas 2013

Leher Angsa 82.21%

Plengsengan 0,49%

Cubluk 17.30%

Lainnya 0.00%

Gambar 6.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Page 118: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 91

Selain jenis fasilitas tempat buang air besar,fasilitas

perumahan yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan yaitu

tempat penampungan akhir buang air besar. Pada Gambar 6.5

dapat dilihat bahwa sebagian besar rumah tangga menggunakan

tangki septik sebagai tempat penampungan akhir buang air besar

yaitu sebanyak 80,31 persen.Tempat penampungan akhir buang air

besar jenis tangki septik ini merupakan cara yang paling memenuhi

persyaratan, oleh sebab itu, cara pembuangan tinja semacam ini

yang dianjurkan. Sedangkan rumah tangga yang tempat

penampungan akhir buang air besar kolam/sawah,

sungai/danau/laut, lobang tanah, dan lainnya (pantai/kebun) di

bawah 20 persen.

Sumber : Susenas 2013

Tangki Septik, 75.42%

Kolam / Sawah, 0.66%

Sungai / Danau, 2.16%

Lobang Tanah, 21.12%

Lainnya, 0.64%

Gambar 6.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Penampungan Akhir Tinja di Kabupaten Kulon

Progo, 2013

Page 119: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 92

6.6 Teknologi Informasi dan Komunikasi

Seiring dengan berkembangannya ilmu pengetahuan dan

teknologi, sarana informasi dan komunikasi juga mengalami

perkembangan yang cukup pesat. Salah satu indikator semakin

berkembangnya sarana informasi dan komunikasi adalah semakin

banyaknya masyarakat yang mempunyai sarana telepon, baik

telepon rumah maupun telepon seluler. Pada era sebelum tahun

2000, kepemilikan telepon khususnya telepon seluler menjadi

identitas gaya hidup dalam suatu masyarakat. Penggunaan telepon

seluler sebagai sarana atau alat komunikasi sekarang ini lebih

populer dikalangan masyarakat dibanding telepon biasa. Dewasa ini

kepemilikan telepon seluler tidak lagi menjadi identitas gaya hidup,

akan tetapi sudah menjadi tuntutan kebutuhan hidup agar mudah

berkomunikasi.

Tabel 6.5. Banyaknya Sambungan Telepon Menurut Jenis Pelanggan di

Kabupaten Kulon Progo, 2010-2013

Tahun

Banyaknya Sambungan Telepon

Perorangan/ Perusahaan

Dinas/ Instansi Pemerintah

Telepon Umum

Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

2010 3.464 421 40 3.925

2011 3.502 455 21 3.978

2012 3.518 466 15 3.999

2013 3.537 479 13 4.034

Sumber: PT Telekomunikasi Cabang Wates

Page 120: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 93

Tabel 6.5 memperlihatkan jumlah sambungan telepon terus

meningkat dari tahun ke tahun. Selama kurun waktu tahun 2010-

2013 jumlah sambungan telepon meningkat dari 3.925 sambungan

pada tahun 2010 menjadi 4.034 sambungan pada tahun 2013 atau

meningkat sebesar 2,78 persen selama 4 tahun terakhir.

Peningkatan sambungan telepon terutama terjadi pada konsumen

perorangan/perusahaan dan dinas/instansi pemerintah, sedangkan

jumlah sambungan telepon umum justru mengalami penurunan.

Rumah tangga/perusahaan yang berlangganan telepon rumah

pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 3.537

sambungan dan sambungan untuk dinas/instansi pemerintah juga

meningkat menjadi 479 sambungan. Sedangkan telepon umum

menurun dari 15 sambungan pada tahun 2012 menjadi 13

sambungan pada tahun 2013. Jumlah telepon umum yang

jumlahnya semakin menurun ini disebabkan karena pengguna

telepon umum semakin berkurang atau beralih ke telepon selular

meskipun harga telepon seluler maupun pulsanya lebih mahal.

Sumber : Susenas 2013

66.96% 72.84%

82.59% 81.85% 86.37%

Gambar 6.3. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Telepon Seluler (HP) di Kabupaten Kulon Progo, 2009-2013

2009 2010 2011 2012 2013

Page 121: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 94

Penggunaan telepon seluler dari tahun ke tahun terus

mengalami peningkatan. Peningkatan ini berbeda dengan

peningkatan kepemilikan telepon rumah. Peningkatan kepemilikan

telepon seluler cukup drastis dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009

rumah tangga yang memiliki telepon seluler mencapai 66,96 persen

dan tahun 2013 meningkat hampir dua kali lipat, yaitu mencapai

86,37 persen. Dratisnya peningkatan ini selain disebabkan karena

telepon seluler sebagai tuntutan kebutuhan hidup juga disebabkan

karena telepon seluler lebih praktis dibawa kemana saja sehingga

memudahkan pengguna berkomunikasi di manapun berada dan

ditunjang oleh jasa layanan jaringan (provider) yang semakin luas.

Page 122: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

7

Sosial Budaya

Page 123: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 97

BAB VII

SOSIAL BUDAYA

Kebudayaan merupakan identitas suatu bangsa yang dapat

membedakan antara suatu bangsa dengan bangsa yang lain.

Kebudayaan adalah hasil karya manusia dalam usahanya

mempertahankan hidup, mengembangkan keturunan dan

meningkatkan taraf kesejahteraan dengan segala keterbatasan

kelengkapan jasmaninya serta sumber-sumber alam yang ada

disekitarnya. Sedangkan kebudayaan nasional Indonesia adalah

“puncak-puncak kebudayaan daerah,” yaitu unsur-unsur kebudayaan

daerah yang berhasil masuk ke dalam dan diterima sebagai bagian

dari sistem makna “nasional”, yang bersifat multi-daerah dan multi-

etnis. Kebudayaan diwariskan dari satu generasi ke generasi

berikutnya melalui proses belajar.

Pemerintah mempunyai tugas memajukan kebudayaan

nasional untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang ada pada

masyarakat. Pemerintah juga harus memfasilitasi tumbuh dan

berkembangnya kebudayaan nasional dan kebudayaan daerah serta

kehidupan berkesenian yang dimiliki kelompok-kelompok

masyarakat etnis dan suku bangsa yang ada di Indonesia sesuai

dengan tradisi yang telah mereka anut selama ini. Kemajuan

kebudayaan nasional ditujukan untuk membentuk jati diri bangsa

yang maju dan bermartabat, untuk itu dibutuhkan sinergi dari

segenap komponen bangsa dan strategi dengan terus memperkuat

iklim kebebasan berekspresi dengan menjunjung nilai-nilai

demokrasi.

Page 124: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 98

Keanekaragaman seni dan budaya merupakan potensi

nasional dan sebagai modal sosial pembangunan. Hal ini dapat

dimanfaatkan tidak hanya untuk seni dan budaya itu sendiri,

melainkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan

rakyat sebagai subjek/pelaku utama kebudayaan tersebut.

Peran pemerintah dalam menjaga keanekaragaman

kebudayaan adalah sangat penting. Dalam konteks ini pemerintah

berfungsi sebagai pengayom dan pelindung bagi warganya,

sekaligus sebagai penjaga tata hubungan interaksi antar kelompok-

kelompok kebudayaan yang ada. Budaya terbentuk dari banyak

unsur diantaranya adalah agama, adat istiadat, bahasa, dan karya

seni.

Sebagai bagian dari kota pendidikan dan budaya,

Kabupaten Kulon Progo memiliki beberapa jenis budaya, yang hidup

dan berkembang dalam masyarakat. Keragaman budaya itu menjadi

kekayaan yang harus dilestarikan dan dikembangkan. Pada bagian

ini penulisan hanya dibatasi tentang agama, kesenian dan

pariwisata.

7.1 Agama

Agama adalah satu prinsip kepercayaan kepada Tuhan yang

harus dimiliki setiap manusia. Dengan beragama manusia bisa

mengenal dirinya serta Tuhannya, dan dengan beragama manusia

bisa tahu hak dan kewajibannya sebagai makhluk yang diciptakan

Tuhan. Agama sebagai institusi moral mengajarkan nilai-nilai yang

harus dihidupi untuk menciptakan kesejahteraan bersama.

Page 125: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 99

Islam, 93.74%

Kristen, 1.41%

Katholik, 4.69%

Hindu, .01%

Budha, .15%

Gambar 7.1. Persentase Penduduk Menurut Agama yang Dianut di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Kebebasan setiap warga negara untuk memeluk agama dan

menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaannya ini dijamin

oleh negara. Pengakuan ini dieksplisitkan dalam Sila Pertama

Pancasila dan dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi

Ketuhanan Yang Maha Esa. Pengakuan akan adanya Tuhan ini

memberi landasan bagi pengakuan akan pluralisme agama dan

kepercayaan, dan pengakuan akan kebebasan dalam menganut

agama dan menjalankan ibadah bagi setiap warga negara. Dengan

demikian, para pendiri bangsa telah mengantar kita kepada

pemahaman akan kerukunan antara umat beragama dan

penghargaan akan perbedaan sebagai kekayaan. Penghargaan

terhadap kebebasan untuk memeluk agama dan menjalankan ibadat

adalah perwujudan dari penghargaan terhadap martabat pribadi

manusia.

Sumber : Kemenag Kabupaten Kulon Progo

Page 126: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 100

Menurut catatan Kementerian Agama Kabupaten Kulon

Progo pada tahun 2013, sebagian besar penduduk Kulon Progo

adalah pemeluk Islam yaitu sebesar 93,74 persen. Sedangkan

penduduk yang memeluk agama Katolik sebanyak 4,69

persen,pemeluk agama Kristen Protestan ada sebanyak 1,41

persen, dan kurang dari 1 persen pemeluk agama Hindu maupun

Budha. Perbedaan jumlah pemeluk agama merupakan salah satu

sumber keragaman kebinekaan bangsa Indonesia. Agama yang satu

dengan yang lain ini hendaknya dilihat sebagai partner untuk

menciptakan kesejahteraan bersama.

Kehidupan beragama di Kabupaten Kulon Progo selama ini

berlangsung dalam toleransi yang cukup tinggi. Keharmonisan

tersebut salah satunya dapat dilihat dari banyaknya tempat ibadah

yang ada di sekitar warga yang majemuk, serta kondusifnya situasi

kehidupan beragama dalam menjalankan ibadah sesuai agama dan

keyakinannya masing-masing.

Berdasarkan catatan Kementerian Agama, tempat ibadah

yang tersedia di Kabupaten Kulon Progo cukup memadai. Pada

tahun 2013 jumlah tempat ibadah umat Islam berjumlah 2.061 buah

yang terdiri dari Masjid, Musholla dan Langgar. Tempat ibadah untuk

umat Nasrani Gereja/rumah kebaktian Katolik sebanyak 53 buah dan

Gereja Kristen sebanyak 42 buah. Sedang untuk umat Budha

Vihara/Cetya sebanyak 7 buah dan untuk Pura/Sanggar sampai

dengan tahun 2013 ini masih belum ada, walaupun ada pemeluknya.

Dibidang kehidupan beragama tantangan yang dihadapi adalah

mewujudkan ajaran agama yang mampu menjadi sumber inspirasi

Page 127: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 101

dan ajaran moral untuk menggerakkan masyarakat dalam

membangun, serta mewujudkan kerukunan antar dan intern umat

beragama.

Tabel 7.1. Banyaknya Tempat Peribadatan di Kabupaten Kulon

Progo, 2010-2013

Tempat Peribadatan 2010 2011 2012 2013

(1) (3) (4) (5) (6)

Masjid/Mushola/Langgar 2.041 2.065 2.155 2.061

Gereja Kristen/ Rumah Kebaktian Kristen

21*) 29 29 42

Gereja/Rumah Kebaktian Katolik 52 53 53 53

Pura/Sanggar - - - -

Vihara/Cetya 6 6 7 7

Sumber : Kementerian Agama, Kabupaten Kulon Progo *) Tidak termasuk Rumah Kebaktian Kristen

7.2 Kesenian dan Pariwisata

Industri pariwisata di Kabupaten Kulon Progo menjadi sektor

yang layak diperhitungkan untuk mengangkat pertumbuhan dan

perkembangan ekonomi daerah.Pariwisata jika dikelola dengan baik,

maka akan memberikan kontribusi secara langsung pada

masyarakat di sekitar daerah pariwisata, terutama dari sektor

perekonomian. Secara tidak langsung pariwisata memberikan

kontribusi signifikan kepada Penerimaan Asli Daerah (PAD).

Page 128: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 102

Pendapatan Asli Daerah yang merupakan gambaran potensi

keuangan daerah pada umumnya mengandalkan unsur pajak

daerah dan retribusi daerah. Berkaitan dengan pendapatan asli

daerah dari sektor retribusi, maka daerah dapat menggali potensi

sumber daya alam yang berupa obyek wisata. Pemerintah

menyadari bahwa sektor pariwisata bukanlah merupakan sektor

penyumbang terbesar dalam pendapatan daerah, tetapi berpotensi

dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

Gambar 7.2 memperlihatkan bahwa pengembangan sektor

industri pariwisata di Kabupaten Kulon Progo menunjukkan

perkembangan yang positif. Hal demikian ditunjukkan dengan

adanya peningkatan PAD dari tahun ke tahun pada periode tahun

2010-2013. Berdasarkan data yang dikutip Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata, Kabupaten Kulon Progo,jumlah perjalanan wisatawan di

Sumber : Disbudparpora Kabupaten Kulon Progo

359

719

346

888

377

970

417

1151

Pengunjung (000) orang Pendapatan (000000) Rp

Gambar 7.2. Jumlah Pengunjung dan Pendapatan Masuk Kawasan Wisata di Kabupaten Kulon Progo,

2010-2013

2010 2011 2012 2013

Page 129: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 103

Kulon Progo pada tahun 2013 sebanyak 416.998 kunjungan atau

mengalami kenaikan sebesar 10,48 persen dibanding tahun 2012.

Kenaikan jumlah kunjungan wisata tersebut mampu menciptakan

pendapatan sebesar 1,151 milyar rupiah atau meningkat 18,65

persen dari penerimaan tahun 2012. Pariwisata dengan segala

aktivitasnya ini diharapkan mampu memberikan pengaruh yang

positif bagi kemajuan ekonomi masyarakat. Hal ini menuntut adanya

perhatian yang lebih dari para pengambil kebijakan sektor pariwisata

untuk mempertimbangkan pola pengembangan kawasan wisata

agar masyarakat sekitar lebih dapat merasakan manfaatnya.

Tabel 7.2. Jumlah Pengunjung dan Pendapatan Masuk Kawasan Wisata

di Kabupaten Kulon Progo, 2010-2013

Tahun Jumlah Pengunjung

Pendapatan Masuk Bersih (000 Rp.)

(1) (2) (3)

2010 359.035 719.152

2011 345.889 887.595

2012 377.442 970.415

2013 416.998 1.151.424

Sumber : Disbudparpora Kabupaten Kulon Progo

Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata, Kebudayaan,

Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Kulon Progo, bahwa pada

tahun 2013 kondisinya masih hampir sama dengan tahun-tahun

sebelumnya dimana Pantai Glagah sebagai salah satu obyek wisata

di Kabupaten Kulon Progo merupakan obyek wisata yang paling

Page 130: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 104

banyak dikunjungi. Kunjungan wisatawan tersebut memberikan

kontribusi yang paling besar dibandingkan dengan obyek wisata

yang lain dari sektor pariwisata bagi penerimaan daerah. Obyek

wisata lainnya yang banyak dikunjungi dengan secara berurutan

adalah Pantai Congot, Pantai Trisik, Waduk Sermo, Puncak

Suroloyo, dan yang paling sedikit dikunjungi adalah Gua Kiskendo.

Tabel 7.3. Jumlah Pengunjung dan Realisasi Pendapatan Retribusi

Tempat Rekreasi di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Kecamatan

Nama Obyek Wisata

Jumlah Pengunjung

Pendapatan

Kotor (000Rp)

Pemungut (000 Rp)

Bersih (000Rp)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Temon - Pantai Glagah 293.981 1.157.421 327.601 829.820

- Pantai Congot 37.821 147.712 33.800 113.912

2. Galur - Pantai Trisik 22.972 65.763 14.123 51.640

3. Kokap - Waduk Sermo 30.643 96.315 16.788 79.527

4. Girimuyo - Gua Kiskendo 7.060 21.927 3.626 18.301

5. Samigaluh -PuncakSuroloyo 24.521 71.880 13.656 58.224

Kulon Progo 416.998 1.561.018 409.593

1.151.424

Sumber : Disbudparpora Kabupaten Kulon Progo

Dalam rangka peningkatan volume pengunjung suatu

tempat wisata dibutuhkan kegiatan marketing yang lebih maksimal

dan promosi tentang obyek wisata tersebut dengan memperbanyak

promosi wisata melalui media cetak maupun elektronik tentang

Page 131: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 105

wisata yang dapat dikunjungi jika ingin berwisata ke Kabupaten

Kulon Progo. Selain itu perlu juga meningkatkan fasilitas sarana dan

prasarana kepariwisataan pada tiap daerah tujuan wisata.Kegiatan

ini tidak hanya diwujudkan oleh pemerintah daerah saja tetapi juga

perlunya peran serta aktif dari masyarakat di sekitar daerah tujuan

wisata tersebut. Semakin membaiknya sarana dan prasarana serta

kondisi daerah wisata tersebut mampu menarik minat wisatawan

baik domestik maupun mancanegara sehingga tidak hanya mampu

meningkatkan pendapatan pemerintah daerah saja tetapi juga dapat

menciptakan lapangan usaha baru untuk menggerakkan

perekonomian masyarakat sekitar daerah tujuan wisata.

Selain obyek wisata.Kabupaten Kulon Progo juga memiliki

berbagai macam kesenian tradisional yang merupakan aset untuk

mengembangkan kepariwisataan di Kulon Progo.Banyak jenis

kesenian tradisional dan itu dapat dilihat mulai dari alat gerak seperti

tari-tarian dan alat-alat tiup yang berbahan tradisional. Sebagai

masyarakat haruslah sama-sama melestarikan kesenian yang kita

punya. dengan demikian secara tidak langsung kita terus

memperkenalkan budaya kita kepada generasi berikutnya. Begitu

banyak budaya yang dapat kita kembangkan untuk menciptakan

keharmonisan bangsa yang bersosial.

Menurut data dari Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda,

dan olah Raga Kabupaten Kulon Progo, kesenian tradisional yang

memiliki perkumpulan paling banyak adalah jatilan. Tari Jatilan

Page 132: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 106

adalah tari tradisional yang menggambarkan tentang keprajuritan.

Dalam tari Jatilan ini diperagakan dengan memakai kuda kepang

atau kuda lumping diiringi dengan gamelan berupa kendang, bende

dan kecer. Pada tahun 2013 jumlah perkumpulan kesenian menurut

jenisnya pada umumnya cenderung mengalami penurunan. Jatilan

sebagai kumpulan kesenian terbanyak di Kabupaten Kulon Progo

yang di tahun 2011 mencapai 236 perkumpulan, pada tahun 2013

turun menjadi 224 perkumpulan.

Tabel 7.4. Banyaknya Perkumpulan Kesenian Tradisional Tari di Kabupaten Kulon Progo. 2010-2013

Jenis Perkumpulan

Kesenian 2010 2011 2012 2013

(1) (2) (3) (4) (5)

Reog 47 50 51 47

Jatilan 222 236 234 224

Ogleg 28 30 38 8 Incling 27 31 28 13

Angguk 12 13 12 13

Kobra Siswo 7 8 7 4

Bangilun 4 4 4 3 Emprak 3 3 3 0

Lengger 4 4 4 3

Panjidur 3 3 3 2

Ndolalak 2 2 2 1 Treganon 3 3 3 1

Sanisiswo 1 1 1 1

Kuda Lumping 6 7 7 2

Sanggar Tari 4 7 7 24 Sumber : Disbudparpora Kabupaten Kulon Progo

Page 133: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 107

Demikian pula perkumpulan yang lain. Hal ini perlu

mendapatkan perhatian yang cukup serius dari pemerintah dalam

upaya melestarikan kesenian daerah, sehingga kesenian daerah

tidak punah. Perkumpulan Kesenian tradisional yang memiliki

perkumpulan terbanyak berikutnya adalah reog. Jumlah

perkumpulan kesenian reog ini jumlahnya juga bertambah dari 50

perkumpulan pada tahun 2011 menjadi 47 perkumpulan pada tahun

2013. Pentas kesenian tradisional tersebut biasanya diadakan pada

acara peringatan hari besar. hajatan dan ada pula yang melakukan

pertunjukan di tempat-tempat wisata. Banyaknya pagelaran seni

yang dilakukan oleh masyarakat diharapkan bisa menciptakan

hubungan sosial yang baik.

Perkumpulan kesenian terbanyak berikutnya setelah reog

adalah Sanggar Tari sebanyak 24 perkumpulan, Incling sebanyak 13

perkumpulan, Angguk sebanyak 13 perkumpulan, dan Ogleg ada

sebanyak 8 7 perkumpulan. Sedangkan perkumpulan kesenian yang

lain jumlahnya kurang dari 5 perkumpulan. Perkumpulan kesenian

yang jumlahnya tinggal beberapa perkumpulan ini perlu adanya

regenerasi agar kesenian tersebut tidak hilang dan tetap

melestarikan seni-seni kebudayaan.Kiranya ini perlu mendapat

dukungan dari pemerintah untuk memberikan fasilitas yang memadai

bagi para seniman untuk terus berkarya. Dengan demikian para

seniman ini akan terus memperkenalkan budaya yang ada di Kulon

Progo sehingga kesenian yang kita punya tetap terjaga

kelestariannya.

Page 134: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraaan Rakyat 2013 108

Kesenian tradisional adalah aset bangsa yang sangat

berharga baik dari aspek ekonomi, sosial, maupun budayasebagai

aset ekonomis. kesenian tradisional terbukti memiliki nilai komersil

yang tinggi dengan banyaknya apresiasi dari dunia internasional.

Namun lebih penting lagi kesenian tradisional adalah warisan

budaya yang memiliki arti penting bagi kehidupan adat dan sosial

karena di dalamnya terkandung nilai, kepercayaan, tradisi,dan

sejarah dari suatu masyarakat lokal. Beberapa kesenian tradisional

misalnya tidak hanya berfungsi sebagai hiburan belaka. namun di

dalamnya terkandung penghormatan terhadap arwah leluhur dan

nilai-nilai magis religius lainnya.

Page 135: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Lampiran

Page 136: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 111

Lampiran 1.1

Tabel 1. Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Status

Perkawinan Laki-laki Perempuan

Laki-laki +

Perempuan

(1) (2) (3) (4)

Belum Kawin 31,23 23,06 27,04

Kawin 64,38 61,34 62,82

Cerai Hidup 1,30 2,49 1,91

Cerai Mati 3,09 13,11 8,23

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : Susenas 2013

Page 137: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 112

Lampiran 1.2

Tabel 2. Persentase Wanita Pernah Kawin Menurut Umur

Perkawinan Pertama dan Status Perkawinan di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Umur Perkawinan

Pertama Kawin

Cerai Hidup

Cerai Mati Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

≤ 16 4,73 2,98 11,08 5,76

17 – 18 16,27 15,67 25,05 17,75

19 – 24 56,36 49,06 50,01 55,04

25+ 22,64 32,28 13,85 21,45

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Susenas 2013

Page 138: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 113

Lampiran 2,1 Tabel 3. Persentase Balita Menurut Penolong Pertama dan Terakhir

Waktu Lahir di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Penolong Waktu Lahir Pertama Terakhir

(1) (2) (3)

Dokter 35,20 40,53

Bidan 62,46 57,39

Tenaga Medis Lain 1,45 1,45

Dukun 0,26 0,00

Famili / Keluarga/Lainnya

0,63 0,63

Jumlah 100,00 100,00

Sumber : Susenas 2013

Page 139: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 114

Lampiran 2.2

Tabel 4. Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Jenis Kelamin dan Tempat/Cara Berobat di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Tempat/Cara

Berobat Jalan Laki-laki Perempuan

Laki-laki +

Perempuan

(1) (2) (3) (4)

RS Pemerintah 8,88 10,01 9,49

RS Swasta 8,54 8,23 8,37

Praktek Dokter/ Poliklinik 32,77 25,75 28,96

Puskesmas/Pustu 27,36 32,98 30,41

Praktek Petugas

Kesehatan 18,42 20,54 19,57

Praktek Tradisional 2,12 1,19 1,62

Lainnya 1,92 1,31 1,59

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : Susenas 2013

Page 140: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 115

Lampiran 2,3

Tabel 5. Persentase Balita Umur 2-4 tahun yang Pernah Disusui Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Lama disusui

(bulan) Laki-laki Perempuan

Laki-laki +

Perempuan

(1) (2) (3) (4)

≤5 0,81 0,00 0,40

6-11 0,00 3,07 1,53

12-17 9,43 1,95 5,69

18-23 18,22 28,05 23,13

24 + 71,54 66,93 69,24

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : Susenas 2013

Page 141: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 116

Lampiran 3.1

Tabel 6. Persentase Penduduk Laki-laki Umur 7-24 Tahun Menurut Partisipasi Bersekolah di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Kelompok

Usia

Sekolah

Partisipasi Sekolah

Tidak/belum pernah

sekolah

Masih sekolah

Tidak bersekolah

lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

7-12 0,00 99,32 0,68 100,00

13-15 0,00 97,95 2,05 100,00

16-18 1,84 87,05 11,11 100,00

19-24 0,13 24,48 75,39 100,00

Sumber : Susenas 2013

Page 142: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 117

Lampiran 3.2 Tabel 7. Persentase Penduduk Perempuan Umur 7-24 Tahun

Menurut Partisipasi Bersekolah di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Kelompok

Usia

Sekolah

Partisipasi Sekolah

Tidak/belum pernah Sekolah

Masih sekolah

Tidak bersekolah

lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

7-12 0,00 100,00 0,00 100,00

13-15 0,00 96,25 3,75 100,00

16-18 0,00 77,89 22,11 100,00

19-24 0,00 14,74 85,26 100,00

Sumber : Susenas 2013

Page 143: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 118

Lampiran 3.3

Tabel 8. Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Umur 7-24 Tahun Menurut Partisipasi Bersekolah di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Kelompok

Usia

Sekolah

Partisipasi Sekolah

Tidak/belum pernah sekolah

Masih sekolah

Tidak bersekolah

lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

7-12 0,00 99,63 0,37 100,00

13-15 0,00 97,00 3,00 100,00

16-18 1,11 83,41 15,48 100,00

19-24 0,06 19,65 80,28 100,00

Sumber : Susenas 2013

Page 144: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 119

Lampiran 3.4

Tabel 9. Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru TK Menurut Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, Tahun Ajaran 2012/2013

Kecamatan Sekolah Murid Guru

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Temon 27 7,69 795 8,03 78 8,81

Wates 36 10,26 1.475 14,90 119 13,45

Panjatan 27 7,69 768 7,76 60 6,78

Galur 42 11,97 1.126 11,37 107 12,09

Lendah 35 9,97 964 9,74 85 9,60

Sentolo 37 10,54 1.228 12,41 99 11,19

Pengasih 32 9,12 960 9,70 85 9,60

Kokap 25 7,12 513 5,18 59 6,67

Girimulyo 21 5,98 403 4,07 35 3,95

Nanggulan 21 5,98 555 5,61 45 5,08

Kalibawang 24 6,84 724 7,31 63 7,12

Samigaluh 24 6,84 388 3,92 50 5,65

Kulon Progo 351 100,00 9.899 100,00 885 100,00

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo

Page 145: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 120

Lampiran 3.5

Tabel 10. Banyaknya Sekolah, Murid, Guru, Sekolah Dasar dan MI

Menurut Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, Tahun Ajaran 2012/2013

Kecamatan

Sekolah Murid Guru

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Temon 27 7,30 2.259 6,73 253 7,12

Wates 42 11,35 5.150 15,34 449 12,63

Panjatan 30 8,11 2.670 7,95 312 8,78

Galur 26 7,03 2.907 8,66 277 7,79

Lendah 32 8,65 2.964 8,83 321 9,03

Sentolo 32 8,65 3.785 11,27 319 8,98

Pengasih 35 9,46 3.499 10,42 332 9,34

Kokap 42 11,35 2.296 6,84 343 9,65

Girimulyo 23 6,22 1.652 4,92 196 5,51

Nanggulan 26 7,03 2.305 6,86 248 6,98

Kalibawang 23 6,22 2.269 6,76 210 5,91

Samigaluh 32 8,65 1.824 5,43 294 8,27

Kulon Progo 370 100,00 33.580 100,00 3.554 100,00

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo

Page 146: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 121

Lampiran 3.6

Tabel 11. Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru, SLTP dan MTs Menurut Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, Tahun Ajaran 2012/2013

Kecamatan Sekolah Murid Guru

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Temon 5 5,75 880 5,63 105 6,97

Wates 14 16,09 2.820 18,04 243 16,14

Panjatan 4 4,60 1.083 6,93 93 6,18

Galur 6 6,90 1.020 6,53 143 9,50

Lendah 4 4,60 1.250 8,00 87 5,78

Sentolo 7 8,05 1.769 11,32 153 10,16

Pengasih 5 5,75 1.663 10,64 128 8,50

Kokap 6 6,90 980 6,27 96 6,37

Girimulyo 14 16,09 963 6,16 121 8,03

Nanggulan 7 8,05 985 6,30 112 7,44

Kalibawang 7 8,05 1.305 8,35 103 6,84

Samigaluh 8 9,20 914 5,85 122 8,10

Kulon Progo 87 100,00 15.632 100,00 1.506 100,00

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo

Page 147: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 122

Lampiran 3.7

Tabel 12. Banyaknya Sekolah, Murid, Guru, SLTA,MA, dan SMK Menurut Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, Tahun Ajaran 2012/2013

Kecamatan Sekolah Murid Guru

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Temon 5 9,26 1.745 11,12 154 9,67

Wates 16 29,63 4.891 31,17 432 27,12

Panjatan 1 1,85 469 2,99 31 1,95

Galur 5 9,26 315 2,01 66 4,14

Lendah 3 5,56 872 5,56 81 5,08

Sentolo 5 9,26 924 5,89 92 5,78

Pengasih 3 5,56 2.919 18,60 325 20,40

Kokap 2 3,70 285 1,82 42 2,64

Girimulyo 2 3,70 479 3,05 36 2,26

Nanggulan 4 7,41 1.623 10,34 148 9,29

Kalibawang 4 7,41 518 3,30 94 5,90

Samigaluh 4 7,41 652 4,15 92 5,78

Kulon Progo

54 100,00 15.692 100,00 1.593 100,00

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo

Page 148: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 123

Lampiran 4.1

Tabel 13. Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama Selama Seminggu yang Lalu dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Kegiatan Utama

Jenis Kelamin

Jumlah

Laki-laki Perempuan

(1) (2) (3) (4)

Bekerja 82,98 64,55 73,46

Pengangguran 3,27 1,11 2,15

Sekolah 4,21 4,16 4,18

Mengurus

Rumahtangga 4,55 25,38 15,31

Lainnya 4,99 4,80 4,90

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : Sakernas 2013

Page 149: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 124

Lampiran 5.1

Tabel 14. Produksi Padi dan Jagung Menurut Kecamatan di

Kabupaten Kulon Progo, 2013 (Ton)

Kecamatan

Padi

Jagung

Padi Sawah Padi Gogo

(1) (2) (3) (4)

Temon 12.549 139 627

Wates 8.373 208 206

Panjatan 13.137 452 779

Galur 14.869 115 118

Lendah 7.798 - 2.904

Sentolo 13.532 149 12.337

Pengasih 7.446 1.206 6.454

Kokap 769 87 219

Girimulyo 3.954 93 354

Nanggulan 14.877 0 1.317

Kalibawang 7.981 0 1.826

Samigaluh 6.722 246 316

Kulon Progo 112.007 2.695 27.457

Sumber : Dinas Pertanian & Kelautan Kabupaten Kulon Progo

Page 150: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 125

Lampiran 5.2

Tabel 15. Produksi Susu, Telur, dan Ikan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Kecamatan Susu

(Liter)

Telur

(Kg)

Ikan

(Kg)

(1) (2) (3) (4)

Temon 7.377 204.271 1.243.164

Wates 8.547 393.715 3.421.264

Panjatan - 365.002 1.047.393

Galur 52.338 405.080 1.379.229

Lendah - 2.748.348 1.029.038

Sentolo - 2.634.471 815.575

Pengasih 66.037 714.470 1.409.463

Kokap - 242.840 746.415

Girimulyo - 95.059 227.933

Nanggulan - 310.532 1.699.800

Kalibawang - 135.893 781.322

Samigaluh - 68.157 566.350

Kulon Progo 134.299 8.317.838 14.366.946

Sumber : Dinas Pertanian & Kelautan Kabupaten Kulon Progo

Page 151: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 126

Lampiran 7

Tabel 16. Banyaknya Pengunjung dan Realisasi Pendapatan

Retribusi Tempat Rekreasi di Kabupaten Kulon Progo, 2013

Kecamatan Nama Obyek Wisata

Jumlah Pengunjung

Pendapatan

Kotor (000 Rp)

Pemungut (000 Rp)

Bersih (000 Rp)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Temon Pantai Glagah

293.981 1.157.421 327.601 829.820

Pantai Congot

37.821 147.712 33.800 113.912

Galur Pantai Trisik

22.972 65.763 14.123 51.640

Kokap Waduk Sermo

30.643 96.315 16.788 79.527

Girimulyo Gua Kiskendo

7.060 21.927 3.626 18.301

Samigaluh Puncak-Suroloyo

24.521 71.880 13.656 58.224

Kab, Kulon Progo 416.998 1.561.018 409.593 1.151.424

Sumber Data : Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo

Page 152: INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT …bappeda.kulonprogokab.go.id/files/Inkesra 2013.pdfii Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 127

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik dan UNDP, 1997, Ringkasan Laporan

Pembangunan Manusia Indonesia 1996, Jakarta :

BPS-RI

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo, 2012, Kulon Progo

Dalam Angka Tahun 2012, Kulon Progo : BPS

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo, 2011, Indikator

Kesejahteraan Rakyat Tahun 2010, Kulon Progo: BPS

Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, 2013, Profil Kesehatan

Tahun 2013, Kulon Progo : BPS

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo, 2013, Kulon Progo

Dalam Angka Tahun 2013, Kulon Progo : BPS

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo, 2012, Indikator

Kesejahteraan Rakyat Tahun 2011, Kulon Progo :

BPS

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo, 2014, Kulon Progo

Dalam Angka Tahun 2014, Kulon Progo : BPS

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo, 2013, Indikator

Kesejahteraan Rakyat Tahun 2012, Kulon Progo :

BPS