indikasi moral hazard dan adverse selection...

161
INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN DANA PIHAK KETIGA (Studi Kasus : Bank Syariah Periode Januari 2012 Februari 2016) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : Nur Anisha NIM : 1113081000123 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

Upload: buidan

Post on 04-Jul-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION

DALAM PENYALURAN DANA PIHAK KETIGA

(Studi Kasus : Bank Syariah Periode Januari 2012 – Februari 2016)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Nur Anisha

NIM : 1113081000123

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 2: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

i

INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION

DALAM PENYALURAN DANA PIHAK KETIGA

(Studi Kasus : Bank Syariah Periode Januari 2012 – Februari 2016)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Nur Anisha

NIM : 1113081000123

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/ 2016 M

Page 3: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini tanggal 9 Agustus 2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas

Mahasiswa :

1. Nama : Nur Anisha

2. NIM : 1113081000123

3. Jurusan : Manajemen/ MIPS

4. Judul Skripsi : Indikasi Moral Hazard dan Adverse Selection dalam

Penyaluran Dana Pihak Ketiga (Studi Kasus : Bank

Syariah Periode Januari 2012 – Februari 2016)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk

melaksanakan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 9 Agustus 2016.

Page 4: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini tanggal 23 September 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas

Mahasiswa :

5. Nama : Nur Anisha

6. NIM : 1113081000123

7. Jurusan : Manajemen/ MIPS

8. Judul Skripsi : Indikasi Moral Hazard dan Adverse Selection dalam

Penyaluran Dana Pihak Ketiga (Studi Kasus : Bank

Syariah Periode Januari 2012 – Februari 2016)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 September 2016.

Page 5: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nur Anisha

NIM : 1113081000123

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen/ MIPS

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat naskah orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya

ini.

Apabila dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melakukan pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap

untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikan Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 23 September 2016

Page 6: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

v

Yang Menyatakan

Nur Anisha

Page 7: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi

Nama : Nur Anisha

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 03 Oktober 1994

Alamat Rumah : Jl. Kartika RT.017/04 No. 46 Kelurahan

Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kota

Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta.

Ayah : Jamin

Ibu : Anah

Telepon : 089 7018 9929

Email : [email protected]

Pendidikan Formal

2000 – 2006 MI. Yapiri

2006 – 2009 MTs Darunnajah Ulujami

2009 – 2012 MA Darunnajah Ulujami

2012 – 2014 Program Profesional TI Perbankan Syariah

CCIT Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

2013 – 2016 Program Sarjana S1 Manajemen

FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pendidikan Non Formal

Pelatihan Sharia Banking 2015

Pengalaman Organisasi

Sekretaris Bagian Pengajaran Darunnajah 2010-2012

Sekretaris Bagian Keilmuan LDK Komda FEB UIN Jakarta 2014

Page 8: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

vii

ABSTRACT

This research aimed to indicate whether the moral hazard and adverse

selection problems in the distribution of third party funds (mudharabah financing)

are distributed by Islamic Banks as well as to analyze the cause of moral hazard

and adverse selection and risk mitigation to overcome these problems. Moral

hazard is identified from the causes of non performing financing (NPF), which is

seen from the variables Gross Domestic Product (GDP), inflation, the ratio of

return (margin) murabahah (MM) to return profit loss sharing mudharabah

(MPLS), and the ratio of murabahah financing (RM) to mudharabah financing

(FM), while adverse selection is identified from the causes of non performing

financing (NPF) which is seen from the variable level of revenue sharing (TBH).

The data used comes from islamic banking statistics published by the financial

services authority (FSA) in the period January 2012 to February 2016. The result

of the research by the Error Correction Model (ECM) shows the short term increase

GDP and TBH affect the NPF, whereas in the long term increase GDP, the ratio of

margin murabahah (MM) to return profit loss sharing mudharabah (MPLS), and

the ratio of murabahah financing (RM) to mudharabah financing (FM), TBH, and

deflation increase the NPF. Increasing NPF caused by rising GDP, the ratio of

margin murabahah (MM) to return profit loss sharing mudharabah (MPLS), and

deflation indicate the moral hazard in islamic banks, while increasing NPF caused

by rising TBH indicate the adverse selection in islamic banks. The moral hazard

and adverse selection demonstrates that bank both less careful in financing and less

incentive in monitoring and screaning process.

Key Word : Mudharabah Financing, Non performing financing, Moral Hazard,

Adverse Selection, Error Correction Model.

Page 9: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

viii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat indikasi moral hazard

dan adverse selection dalam penyaluran dana pihak ketiga (dalam bentuk

pembiayaan mudharabah) yang disalurkan oleh bank syariah serta menganalisis

penyebab terjadinya moral hazard dan adverse selection dan mitigasi risiko yang

dilakukan bank syariah dalam mengatasi masalah tersebut. Moral hazard

diidentifikasi dari penyebab terjadinya non performing financing (NPF), yang

dilihat dari variabel Gross Domestic product (GDP), inflasi, rasio return (margin)

murabahah (MM) terhadap return profit loss sharing mudharabah (MPLS), dan

rasio alokasi pembiayaan murabahah (RM) terhadap pembiayaan mudharabah

(FM), sedangkan adverse selection diidentifikasi dari penyebab terjadinya non

performing financing (NPF) yang dilihat dari variabel tingkat bagi hasil (TBH).

Data yang digunakan bersumber dari statistik perbankan syariah yang

dipublikasikan oleh Otoritas jasa keuangan (OJK) pada periode Januari 2012

sampai Februari 2016. Hasil penelitian dengan metode Error Correction Model

(ECM) menunjukkan dalam jangka pendek peningkatan GDP dan TBH akan

mempengaruhi NPF, sedangkan dalam jangka panjang peningkatan GDP, rasio

margin murabahah terhadap margin profit loss sharing mudharabah, TBH dan

penurunan inflasi akan meningkatkan NPF. NPF meningkat yang disebabkan oleh

meningkatnya GDP, rasio return (margin) murabahah (MM) terhadap return profit

loss sharing mudharabah (MPLS), dan menurunnya inflasi mengindikasikan

adanya moral hazard di bank syariah. Sedangkan meningkatnya NPF yang

disebabkan oleh meningkatnya TBH mengindikasikan adanya adverse selection di

bank syariah. Indikasi moral hazard dan adverse selection menunjukkan bank

kurang hati-hati dalam menyeleksi dan menyalurkan pembiayaan atau bank kurang

melakukan monitoring maupun screening.

Kata kunci : Pembiayaan Mudharabah, Non performing financing, Moral Hazard,

Adverse Selection, Error Correction Model.

Page 10: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah yang telah menciptakan kita dalam

keadaan mencintai agamanya dan berpegang pada syariat-Nya. Shalawat dan salam

semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad yang telah berjihad

untuk menyiarkan ajaran-ajaran Islam yang agung dalam akhlak beliau yang mulia,

dan semoga kesejahteraaan dan rahmat senantiasa juga tercurah untuk keluarganya

dan para sahabatnya terkasih yang senantiasa mengikuti petunjuknya, sehingga

mereka beruntung dengan mendapat ridha dan pahala dari sisi Allah.

Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua saya, Bapak Jamin dan Ibu Anah yang selalu memberikan

dukungan baik moril maupun materil, memberikan kasih sayang, cinta, dan

selalu mendoakan dengan penuh rasa ikhlas. Kalian adalah motivasi terkuat

bagi penulis untuk bisa segera menyelesaikan skripsi ini.

2. My Brothers, Rizky Ramadhan dan Faizal Syarif yang selalu memberi

motivasi kepada penulis untuk menjadi kakak baik, semoga kita akan menjadi

anak yang selalu bisa menjadi kebanggan bapak dan mama.

3. Bapak Dr. M. Arif Mufraini, Lc., MA selaku Dekan FEB, Bapak Dr. Amilin,

SE.Ak., M.Si selaku Wadek I FEB, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, MH

selaku Wadek II FEB, dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA selaku

Wadek III FEB, yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah meluangkan waktunya di tengah kesibukan untuk membimbing dan

mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini serta motivasinya yang

begitu besar pada penulis.

5. Ibu Titi Dewi Warnida, SE, M.Si. selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 11: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

x

6. Ibu Ela Patriana, MM. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Rahmatullah, M.Ag. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

mengarahkan dan memotivasi selama penulis menuntut ilmu di kampus ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan ilmu

yang Bapak dan Ibu berikan kepada penulis.

9. Seluruh Staf Tata Usaha dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas

kerja kerasnya melayani mahasiswa dengan baik, membantu dalam mengurus

kebutuhan administrasi, keuangan dan lain-lainnya.

10. Sahabat terbaikku Azka Amany yang telah membantu, memotivasi, dan

menghibur penulis dari awal perkuliahan, hingga penulis menyelesaikan

skripsi ini.

11. Teman seperjuanganku selama di CCIT FTUI dan MIPS, terimakasih atas

dukungan dan motivasi kalian. Semoga Allah SWT selalu memudahkan

langkah kalian untuk menuju cita-cita dan tujuan.

12. Sahabat-sahabatku yaitu Amanda Febriana, Lailatul jannah, Najwa Fithrati,

Siti Sarah Anggraeni, Khritmadanty Angelita, Ayu Indah Wati, Citra Mi’rajul

Ummah, Ayu Setia Mauliddini, Dwi Ratnasari, Dedeh Rahmawati,

Shofwatun Niswah, Annisa Nasharuddin, Dika Nurmalita Sari, Eliza Nur,

Meruni Sani Putri, Teddy Azhari, Afief Amrullah, Chanasya Bayu Ananda,

dan Razi Nur Arif yang selalu mendukung, mendoakanku, memotivasi, dan

menghibur selama proses menyelesaikan skripsi ini.

13. Keluarga besar Komda FEB yang telah memberikan pengalaman dan

pelajaran yang beigitu berharga selama masa perkuliahan yang menjadikan

penulis lebih baik lagi dari waktu-ke waktu. Semoga kekeluargaan kita tetap

terjaga.

14. Keluarga besar KKN NASA 2015 yang telah memberikan pengalaman dan

pelajaran yang begitu berharga selama masa KKN yang menjadikan pribadi

penulis lebih baik lagi dari waktu ke waktu. Semoga kekeluargaan kita tetap

terjaga.

Page 12: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

xi

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut

berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak

kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan

maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Skripsi

ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik dunia

perbankan, dunia akademisi, para pembaca serta bagi penulis sendiri sebagai proses

pengembangan diri.

Jakarta, 05 September 2016

Penulis

(Nur Anisha)

Page 13: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi

ABSTRACT .......................................................................................................... vii

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Permasalahan ............................................................................................. 10

1. Identifikasi Masalah ............................................................................... 10

2. Batasan Masalah ..................................................................................... 11

3. Rumusan Masalah .................................................................................. 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 14

A. Landasan Teori .......................................................................................... 14

1. Moral Hazard ......................................................................................... 14

2. Adverse Selection ................................................................................... 17

3. Pembiayaan Mudharabah ....................................................................... 20

4. Masalah Keagenan dalam Pembiayaan Mudharabah ............................. 21

5. Penyebab Konflik Keagenan .................................................................. 25

6. Identifikasi Risiko Bank Syariah ............................................................ 26

7. Non Performing Financing .................................................................... 28

8. Faktor-Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah ................................ 30

9. Gross Domestic Product (GDP) ............................................................. 32

Page 14: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

xiii

10. Inflasi .................................................................................................. 34

11. Tingkat Bagi Hasil .............................................................................. 37

B. Keterkaitan Antar Variabel ....................................................................... 39

C. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 42

D. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 47

E. Hipotesis .................................................................................................... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 54

A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 54

B. Metode Penentuan Sampel ........................................................................ 54

C. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 55

D. Metode Analisis Data ................................................................................ 56

E. Operasional Variabel ................................................................................. 70

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 74

A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................... 74

1. Bank Syariah .......................................................................................... 74

2. Perkembangan Non Performing Financing (NPF) ................................. 76

3. Perkembangan Gross Domestic Product (GDP) .................................... 78

4. Perkembangan Inflasi ............................................................................. 79

B. Analisis dan Pembahasan .......................................................................... 80

1. Uji Normalitas ........................................................................................ 81

2. Uji Linieritas ........................................................................................... 82

3. Uji Stasioner ........................................................................................... 82

5. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 87

6. Regresi Metode Error Correction Model (ECM) .................................. 91

7. Uji simultan (Uji F) ................................................................................ 96

8. Uji Secara individual (Uji t) ................................................................... 96

9. Uji Adjusted R Square .......................................................................... 101

C. Interpretasi Data ...................................................................................... 102

1. Jumlah GDP dan Tingkat NPF ............................................................. 102

2. Tingkat Inflasi dan Tingkat NPF .......................................................... 104

3. Jumlah MM/MPLS dan Tingkat NPF .................................................. 107

Page 15: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

xiv

4. Jumlah RM/FM dan Tingkat NPF ........................................................ 109

5. Jumlah TBH dan Tingkat NPF ............................................................. 112

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 119

A. Kesimpulan .............................................................................................. 119

B. Implikasi .................................................................................................. 121

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 123

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... 127

Page 16: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

xv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

Tabel 2.1: Kategori NPF ....................................................................................... 29

Tabel 2.2: Penelitian Terdahulu ............................................................................ 42

Tabel 4.1: Uji Akar Unit nilai Phillips-Perron test pada Tingkat Level ............... 83

Tabel 4.2: Uji Akar Unit Phillips-Perron test pada First Difference..................... 84

Tabel 4.3: Hasil Uji t ............................................................................................. 97

Tabel 4.4: Tabel Margin Murabahan dan Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah . 108

Tabel 4.5: Jumlah Penyaluran Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah ........ 111

Page 17: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

xvi

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

Gambar 1.1: Perkembangan NPF ............................................................................ 5

Gambar 1.2: Perkembangan Inflasi ......................................................................... 7

Gambar 1.3: Perkembangan GDP ........................................................................... 8

Gambar 2.1: Pengukuran Moral Hazard dan Adverse Selection .......................... 50

Gambar 2.2: Kerangka Pemikiran ......................................................................... 51

Gambar 4.1: Perkembangan Jaringan Perbankan Syariah .................................... 75

Gambar 4.2: Perkembangan Pembiayaan yang Diberikan Bank Syariah ............. 76

Gambar 4.3: Pertumbuhan NPF ............................................................................ 77

Gambar 4.4: Perkembangan Gross Domestic Product .......................................... 78

Gambar 4.5: Perkembangan Inflasi ....................................................................... 79

Gambar 4.6: Uji Normalitas .................................................................................. 81

Gambar 4.7: Uji Linearitas .................................................................................... 82

Gambar 4.8: Uji Johansen Kointegrasi ................................................................. 86

Gambar 4.9: Uji Multikolinieritas ......................................................................... 88

Gambar 4.10: Uji Autokorelasi ............................................................................. 89

Gambar 4.11: Uji Autokorelasi dengan WLS ....................................................... 89

Gambar 4.12: Uji Heteroskedastisitas ................................................................... 90

Gambar 4.13: Hasil Analisis Jangka Panjang ....................................................... 92

Gambar 4.14: Hasil Analisis Jangka Pendek ........................................................ 94

Page 18: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

Lampiran 1 : Data Penelitian Januari 2012-Februari 2015 ................................. 127

Lampiran 2 : Uji Normalitas ............................................................................... 128

Lampiran 3 : Uji Linearitas ................................................................................. 128

Lampiran 4 : Uji Stasioner Variabel NPF ........................................................... 129

Lampiran 5 : Uji Stasioner Variabel GDP .......................................................... 130

Lampiran 6 : Uji Stasioner Variabel Inflasi ........................................................ 131

Lampiran 7 : Uji Stasioner Variabel MM/MPLS ................................................ 132

Lampiran 8 : Uji Stasioner Variabel RM/FM ..................................................... 132

Lampiran 9 : Uji Stasioner Variabel TBH .......................................................... 133

Lampiran 10 : Uji Derajat Integrasi Variabel NPF ............................................. 134

Lampiran 11 : Uji Derajat Integrasi Variabel GDP ............................................ 135

Lampiran 12 : Uji Derajat Integrasi Variabel Inflasi .......................................... 136

Lampiran 13 : Uji Derajat Integrasi Variabel MM/MPLS .................................. 136

Lampiran 14 : Uji Derajat Integrasi Variabel RM/FM ....................................... 137

Lampiran 15 : Uji Derajat Integrasi Variabel TBH ............................................ 138

Lampiran 16 : Uji Kointegrasi Johansen Test ..................................................... 139

Lampiran 17 : Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 139

Lampiran 18 : Hasil Analisis Jangka Panjang..................................................... 142

Lampiran 19 : Hasil Uji ECT .............................................................................. 142

Lampiran 20 : Hasil Analisis Jangka Pendek ...................................................... 143

Page 19: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Goldstein Morris (1998) mengungkapkan istilah moral hazard kembali

populer sejak terjadinya krisis keuangan di Asia. Krisis keuangan tersebut

dipicu dari pemberian kredit yang kurang berhati-hati dalam memberikan

pinjaman. Sejalan dengan itu back up yang disediakan bank sentral membuat

bank semakin berani mengambil risiko dalam memberikan pinjaman.

Back up yang disediakan bank sentral merupakan solusi dari turunnya

tingkat kepercayaan masyarakat karena terdapat beberapa bank yang

dilikuidasi akibat krisis moneter yang menghantam Indonesia pada tahun

1998. Dalam pelaksaannya back up tersebut memang dapat menumbuhkan

kembali kepercayaan masyarakat terhadap bank, tetapi ruang lingkup yang

terlalu luas menyebabkan timbulnya moral hazard.

Moral hazard dalam dunia perbankan setidaknya dibedakan atas dua

tingkatan, yaitu moral hazard pada tingkat bank dan pada tingkat nasabah.

Moral hazard pada tingkat bank yaitu moral hazard dalam penyaluran dana

pihak ketiga yaitu risky lending behavior yang menyebabkan timbulnya

moral hazard dan adverse selection ditingkat nasabah, mengacu dari Vaubel

(1983) dalam Dreher (2004) yang menyebutkan bahwa tindakan tersebut

termasuk dalam moral hazard tidak langsung. Sedangkan moral hazard

ketidakhati-hatian bank dalam menyalurkan kredit karena adanya penjaminan

Page 20: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

2

dari pemerintah atau keberadaan lembaga penjamin simpanan dalam hal ini

dikategorikan sebagai moral hazard langsung.

Moral hazard terjadi akibat persoalan regulasi dan perundang-

undangan yang lemah, aspek penjaminan simpanan dan aspek penjaminan

kredit. Moral hazard sangatlah mengancam kemajuan usaha dan organisasi,

selain itu secara perlahan-lahan dapat menghilangkan responsibility dan

akuntabilitas dalam suatu perusahaan, dampaknya produktivitas dan kinerja

akan turun dan menjadikan perusahaan tidak memiliki daya saing. Beberapa

pendapat ekonom mengatakan bahwa salah satu diantara penyebab krisis

ekonomi di berbagai negara adalah karena adanya tindakan moral hazard dari

pemilik perbankan maupun pemilik kapital. Krisis ekonomi yang terjadi di

tahun 1998 dan krisis global tahun 2008 salah satu penyebabnya adalah

karena tindakan moral hazard (Ibrahim Taswan dan Ragimun, 2011:7)

Salah satu tindakan moral hazard yaitu ketidakhati-hatian bank dalam

menyalurkan pembiayaan, yang dimana ketidakhati-hatian tersebut dapat

menimbulkan kredit macet. Dani Prabowo (2014) mengatakan adanya kasus

kredit macet pada Bank Bukopin senilai Rp 76 miliar akibat fasilitas kredit

yang disalurkan itu tidak digunakan sebagaimana mestinya. Kemudian kasus

kredit macet sebesar Rp 2,7 triliun di Bank Mandiri, dan masuknya Bank

Persyarikatan dalam kategori bank dalam pengawasan khusus dalam sudut

pandang moral hazard. Hal tersebut menunjukkan kurangnya kehati-hatian

dan monitoring yang dilakukan oleh pihak bank sehingga nasabah melakukan

hal-hal yang tidak sesuai dengan kontrak.

Page 21: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

3

Muhammad Imanuddin (2010) menyebutkan bahwa selain moral

hazard juga terdapat adverse selection, yang dimana adanya ketidak

seimbangan informasi yang dilakukan oleh salah satu pihak, yang

menyebabkan pihak lain tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya terhadap

suatu usaha. Sehingga pilihan yang ditetapkan hanya menguntungkan satu

pihak saja, dan merugikan pihak yang lain.

Menurut Anwar Nasution (2003) dalam tulisannya berjudul Masalah-

masalah Sistem Keuangan dan Perbankan Indonesia. Adverse Selection

merupakan salah satu bentuk asimetri informasi yang terjadi sebelum

transaksi keuangan dilakukan karena peminjam dengan kualitas rendah

(memiliki risiko kredit tinggi) biasanya akan mencari pinjaman dengan bunga

tinggi. Dari masalah adverse selection inilah sebagian besar dari pinjaman

biasanya merupakan kredit bermasalah. Asimetri informasi ini juga

menggambarkan dampak lanjutan dari krisis finansial pada perekonomian

misalnya dalam kondisi suku bunga naik, mungkin berakibat pada adverse

selection sehingga mengakibatkan penurunan penawaran kredit oleh bank.

Demikian pula kondisi penurunan nilai agunan yang menyebabkan timbulnya

debitur dengan net worth yang rendah.

Bank atau pemilik modal dikatakan mengalami masalah adverse

selection apabila dalam penyaluran kredit, bank tidak memiliki kemampuan

dan pengetahuan untuk membedakan beberapa projek investasi berdasarkan

risiko yang dihadapi. Dari masalah adverse selection inilah sebagian besar

dari pinjaman biasanya merupakan kredit bermasalah. Adverse selection

Page 22: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

4

dapat terjadi apabila suku bunga pasar meningkat, terkadang peminjam

sengaja menyembunyikan informasi yang sebenarnya menyangkut kondisi

keuangan serta resiko investasi untuk mendapatkan pinjaman baru setelah

kenaikan bunga.

Perbankan Syariah IB (2009) mengungkapkan bahwa berkembangnya

moral hazard di perbankan konvensional tidak terlepas dari sistem

operasionalnya dimana resiko tidak terdistribusi secara proporsional pada

pihak-pihak terkait. Resiko tidak tersebar secara merata antara pemilik dana,

pengguna dana, serta pihak bank. Dalam pendistribusian resiko, Perbankan

berbasis syariah dirasa mampu menjadi jalan keluar dari permasalahan kridit

macet, karena menggunakan prinsip bagi hasil dalam menjalankan kegiatan

operasionalnya. Bank syariah juga menjalankan kegiatan operasinya dengan

sistem transparansi dan kemitraan antara bank dan nasabah serta prinsip

keadilan yang diharapkan mampu menjadikan perekonomian Indonesia

menjadi lebih baik. Perbankan syariah menggunakan profit and loss sharing

(PLS) sebagai pengganti bunga. Secara teori keberadaan sistem profit and

loss sharing berimplikasi kepada risiko serta peluang moral hazard di

perbankan sebab risiko menjadi tanggungan kedua pihak. Bank syariah dan

nasabah dipaksa untuk menyusun suatu desain kontrak yang optimal bagi

kedua belah pihak, sebab keduanya akan berbagi risiko maupun hasil.

Bank syariah menawarkan imbalan kepada masyarakat pemilik dana

dengan sistem bagi hasil yang ditentukan pada awal perjanjian. Hal inilah

yang mendorong masyarakat untuk mepercayakan dananya kepada bank

Page 23: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

5

syariah. Peningkatan jumlah dana pihak ketiga pada bank, mendorong pihak

bank untuk menyalurkan dana tersebut kepada calon debitur dengan harapan

mendapat bagi hasil dari penyaluran pembiayaan tersebut. Seiring dengan

perkembangan kegiatan perbankan diiringi pula peningkatan penyelewengan

yang terjadi yang merupakan dampak dari tindakan lalai yang mengabaikan

prinsip kehati-hatian.

Mulya E. Siregar (2015) mengatakan bahwa hingga akhir 2015

perkembangan bisnis perbankan syariah mengalami penurunan yang drastis,

pertumbuhan aset yang sempat mencapai 49 persen pada tahun 2013 tidak

dapat terulang lagi. Pada tahun 2015 pertumbuhan bank syariah hanya

mencapai 7,98 persen pada juli 2015. Turunnya pertumbuhan perbankan

syariah tidak hanya terjadi dari sisi aset, namun juga pada pembiayaan dan

dana pihak ketiga (DPK). Pertumbuhan yang melambat ini diperparah pula

oleh meningkatnya rasio pembiayaan bermasalah (non performing

financing/NPF). Pertumbuhan NPF dapat dilihat dari gambar dibawah ini:

Gambar 1.1: Perkembangan NPF

Sumber : Statistik Perbankan Syariah (Data Diolah)

Pada gambar diatas menunjukkan bahwa kredit bermasalah pada bank

syariah cenderung meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2012 kredit

2.22% 2.62%

4.33% 4.50%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

2012 2013 2014 Jul-15

NPF

NPF

Page 24: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

6

bermasalah sebesar 2,22% kemudian meningkat sebesar 2,62%. Lalu

peningkatan NPF melonjak pada tahun 2014 hingga sebesar 4,33%, hingga

pada bulan Juli 2015 NPF sebesar 4,50%.

Di sektor perbankan, perlu diadakan langkah-langkah memperkuat

manajemen risiko, seperti screening dan monitoring terhadap kredit-kredit

berisiko guna meminimalisir dampak negatif dari adverse selection dan moral

hazard dari kreditor serta menerapkan spesialisasi dalam bentuk pinjaman

sebagai salah satu upaya menyeleksi kelayakan suatu perusahaan atau

perorangan pada saat mengajukan pinjaman. Pembiayaan bermasalah dapat

dipicu oleh kondisi ekonomi makro suatu negara yang dapat memberikan

pengaruh bagi kelancaran suatu usaha. Di antaranya adalah Inflasi. Inflasi

merupakan salah satu variabel ekonomi makro yang digunakan untuk

mengukur kondisi perekonomian negara. Jika tingkat inflasi suatu negara

tinggi dapat berpengaruh terhadap perekonomian, baik dari segi pendapatan,

investasi, suku bunga, nilai tukar dan lain sebagainya.

Tingkat inflasi yang tinggi akan berakibat terhadap turunnya

kemampuan masyarakat untuk memenuhi segala kebutuhannya, dan pada

akhirnya akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh lembaga perbankan

yaitu dari tingkat pengembalian pinjaman atau pembiayaan dan akan

meningkatkan rasio dari pembiayaan bermasalah (non performing financing)

(Siti Jamiatun Nafiah, 2007: 4). Perkembangan inflasi dapat dilihat pada

gambar berikut :

Page 25: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

7

Gambar 1.2: Perkembangan Inflasi

Sumber : Kebijakan Moneter Bank Indonesia (Data Diolah)

Berdasarkan gambar diatas bahwa dari akhir tahun 2012 hingga akhir

tahun 2013 inflasi mengalami peningkatan yang sangat tajam dari 4,30%

sampai 8,38%, kemudian diakhir tahun 2014 terjadi peningkatan sebesar

0,2% dari akhir tahun 2013 sehingga menjadi 8,36%, dan inflasi mengalami

penurunan pada Juli 2015 sebesar 7,26%. Kemudian selain inflasi terdapat

faktor faktor ekonomi makro yang dapat meningkatkan NPF yaitu gross

domestic product (GDP).

Gross domestic product (GDP). termasuk faktor yang mempengaruhi

kemampuan masyarakat dalam membayar kredit. Estimasi GDP akan

menentukan perkembangan perekonomian. GDP berasal dari jumlah barang

konsumsi yang bukan termasuk barang modal. Dengan meningkatnya jumlah

barang konsumsi menyebabkan perekonomian bertumbuh, dan meningkatkan

skala omset penjualan perusahaan, karena masyarakat yang bersifat

konsumtif dan menandakan bahwa kemampuan masyarakat dalam membayar

kredit juga akan meningkat. GDP di Indonesia setiap tahunnya mengalami

penurunan, berikut merupakan data GDP Indonesia:

4.30%

8.38% 8.36%7.26%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

2012 2013 2014 Jul-15

Inflasi

Inflasi

Page 26: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

8

Gambar 1.3: Perkembangan GDP

Sumber : Profil Ekonomi Kementrian Perdagangan RI (Data Diolah)

Dapat dilihat dari gambar diatas bahwa GDP mengalami penurunan

setiap tahunnya. Pada tahun 2012 GDP sebesar 6,03 %, kemudian menurun

pada tahun 2013 menjadi 5,56 %, dan terus menurun hingga pada tahun 2015

sebesar 4,79%. Hal tersebut menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia

sedang mengalami penurunan. Peningkatan inflasi serta penurunan GDP

membuat masyarakat sulit untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar

kredit, terlebih lagi hal tersebut dapat mendukung debitur untuk melakukan

tindakan-tindakan yang tidak sesuai kontrak. Dalam hal ini pihak perbankan

harus berhati-hati dalam menyeleksi calon debitur yang akan diberikan

pembiayaan.

Siti Jamiatun Nafiah (2007) moral hazard dapat diindikasikan dari

melihat laju inflasi terhadap rasio NPF. Jika inflasi mengalami penurunan

maka diharapkan rasio NPF juga akan menurun, akan tetapi apabila tingkat

inflasi menurun dan rasio NPF meningkat berarti adanya ketidak hati-hatian

bank dalam menyalurkan Dana Pihak Ketiga (DPK) atau kurangnya

6.035.56

5.02 4.79

0

2

4

6

8

2012 2013 2014 2015

GDP

GDP

Page 27: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

9

monitoring maupun screening dalam memilih calon debitur dari pihak bank

sehingga mengakibatkan naiknya rasio NPF.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mustofa Edwin dan Ranti

Wiliasih (2007) moral hazard dapat diindikasikan apabila NPF meningkat

pada saat GDP meningkat. Idealnya, ketika GDP meningkat maka terjadi

peningkatan transaksi ekonomi, dunia bisnis lebih menggeliat sehingga jika

pada kondisi tersebut NPF meningkat, mengindikasi bank kurang berhati-hati

atau kurang melakukan monitoring.

Penelitian terkait moral hazard juga dilakukan oleh Desty Setyowati

(2008) moral hazard dapat diindikasikan pada saat kondisi pasar real setate

yang direpresentasikan oleh perubahan harga rumah meningkat. Idealnya

ketika harga rumah meningkat maka permintaan untuk kredit rumah

menurun, jumah penyaluran kredit rumah juga akan menurun sehingga jika

pada kondisi tersebut NPF meningkat, mengindikasikan bank kurang berhati-

hati atau kurang monitoring.

Indikasi adverse selection dapat dilihat dari tingkat bagi hasil yang

ditetapkan oleh bank, apabila pada kondisi bagi hasil yang ditetapkan untuk

nasabah tinggi namun jumlah NPF meningkat maka hal tersebut terindikasi

adanya adverse selection. Karena idealnya pada saat bagi hasil yang

ditetapkan tinggi maka nasabah akan lebih mampu memenuhi kewajibannya

terhadap bank dan apabila dalam kondisi tersebut nasabah justru tidak dapat

membayar kewajibannya maka adanya ketidak seimbangan informasi yang

dimiliki nasabah dan pihak bank sehingga bank memberikan pembiayaan

Page 28: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

10

pada nasabah yang berkualitas buruk. Karena nasabah yang berkualitas buruk

akan menyampaikan kepada bank bahwa dirinya memiliki karakteristik yang

tinggi sehingga layak untuk mendapatkan bagi hasil yang tinggi pula. Hal ini

menunjukkan bahwa shahibul mal dapat menggunakan skema bagi hasil

untuk menyeleksi mudharib dan menekan permasalahan adverse selection

(Misnen Ardiansyah, 2014: 265).

Penelitian ini penulis menganalisis bagaimana ketidakhati-hatian pihak

bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga berdampak pada terjadinya

pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing). Selain itu

menganalisis bagaimana ketidak seimbangan informasi yang terjadi sebelum

akad disepakati akan berdampak pada terjadinya pembiayaan bermasalah

(Non Performing Financing). Penelitian ini juga menganalisis penyebab

terjadinya resiko moral hazard dan adverse selection pada pembiayaan

mudharabah serta cara memitigasi risiko tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti

“INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION

DALAM PENYALURAN DANA PIHAK KETIGA (Studi Kasus : Bank

Syariah Periode Januari 2012 – Februari 2016)”

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah-masalah dalam

penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

Page 29: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

11

a. Moral hazard dan adverse selection sebagai salah satu penyebab

meningkatnya non performing financing (NPF) pada bank.

b. Bank syariah dianggap mampu untuk mengurangi tingkat kredit

macet, karena bank syariah manerapkan sistem profit and loss

sharing. Akan tetapi bank syariah juga tidak dapat sepenuhnya

terhindar dari praktik moral hazard dan adverse selection.

c. Dibutuhkan identifikasi mengenai faktor-faktor yang mendorong

terjadinya moral hazard dan adverse selection bank syariah. Serta

melakukan mitigasi risiko untuk meminimalisir tindakan tersebut.

2. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus dan tidak meluas, penulis

membatasi masalah dalam penulisan penelitian ini. Adapun batasan

masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Rasio not performing financing dijadikan indikator untuk melihat

kemungkinan terjadinya moral hazard dan adverse selection

b. Hanya menggunakan GDP dan Inflasi sebagai faktor eksternal yang

menyebabkan not performing financing

c. Penelitian dilakukan dari laporan keuangan bank syariah yang

dipublikasikan oleh Otoritas Jasa keuangan (OJK)

3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah terdapat indikasi moral hazard dan adverse selection dalam

pembiayaan mudharabah pada bank syariah?

Page 30: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

12

b. Bagaimana faktor-faktor yang mendorong terjadinya moral hazard

dan adverse selection dalam pembiayaan mudharabah pada bank

syariah?

c. Bagaimana mitigasi risiko yang dilakukan oleh bank syariah untuk

meminimalisir tindakan moral hazard dan adverse selection?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah :

a. Menganalisis indikasi moral hazard dan adverse selection

dalam pembiayaan mudharabah pada bank syariah.

b. Menganalisis faktor-faktor yang mendorong terjadinya moral

hazard dan adverse selection dalam pembiayaan mudharabah

pada bank syariah.

c. Menganalisis mitigasi risiko yang dilakukan oleh bank syariah

untuk meminimalisir tindakan moral hazard dan adverse

selection

2. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan akan memperoleh manfaat antara

lain :

a. Bagi Penulis

Penelitian ini menjadi salah satu sarana bagi penulis yang dimana

sangat berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan penulis

Page 31: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

13

tentang praktek manajemen perbankan syariah khususnya tentang

masalah yang berkaitan dengan moral hazard dan adverse selection

dalam penyaluran dana pihak ketiga.

b. Bagi Perbankan

Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk membantu pihak

manajemen bank terhadap pemberian keputusan pembiayaan untuk

meminimalisir terjadinya risiko pembiayaan.

c. Bagi Akademisi

Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang manajemen

perbankan syariah dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk

menambah wawasan pengetahuan tentang moral hazard dan adverse

selection terhadap penyaluran dana pihak ketiga dan Penelitian ini dapat

dijadikan referensi untuk peneliti selanjutnya.

Page 32: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Moral Hazard

Penggunaan istilah “moral hazard’’ pada awalnnya digunakan dalam

bidang asuransi. Dalam kamus Inggris maka "moral hazard" diterangkan

sebagai "the hazard arising from the uncertainty or honesty of the

insured". Sebagai contoh bila seorang pengusaha yang mengambil

asuransi resiko kebakaran untuk gudangnya. Ketika ia terjepit hutang dan

menjelang jatuh tempo maka kecenderungannya akan mengambil jalan

pintas dan melakukan ketidak jujuran, ia akan membakarnya sendiri

gudangnya untuk mendapatkan dana asuransi sebagai ganti ruginya.

Moral hazard terjadi karena seorang individu atau lembaga bertindak

yang tidak sesuai dengan apa yang terdapat didalam kontrak. Hal ini dipicu

dari tindakan ketidak hati-hatian dalam memberikan tanggung jawab

kepada pihak lain tersebut dan kurangnya pengawasan atau monitoring

dari instansi terkait serta kurang tegasnya terhadap pemberlakuan sanksi

bagi individu atau lembaga yang melakukan pelanggaran. Dalam hal ini

Bank Indonesia juga berperan dalam melakukan pengawasan dan

monitoring terhadap kebijakan-kebijakan yang terdapat dalam manajemen

bank.

Moral hazard dapat didefinisikan menjadi empat berdasarkan kondisi

yang berbeda (Mitnick,1996:7). Pertama, moral hazard terjadi karena

Page 33: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

15

kondisi monitoring disability (hidden action). Prinsipal tidak dapat

mengamati atau memonitor perilaku agen. Ketidak mampuan memonitor

tindakan secara konseptual menunjukkan ketidakpastian mengenai

hubungan antara tindakan agen dengan hasil untuk principal,

ketidaksamaan informasi antara kedua pihak, kebutuhan untuk melakukan

kesepakatan mengenai masalah insentif untuk agen, ketidakmampuan

membuat kontrak untuk menghilangkan masalah (tanpa kemampuan untuk

memonitor perilaku agen, kontrak yang dibuat tidak dapat dilaksanakan).

Prinsipal dan agen diasumsikan mempunyai potensi untuk konflik

kepentingan.

Kedua, moral hazard terjadi karena adanya undesirable behavior

production (perilaku yang tidak diinginkan) dipandang dari perspektif

prinsipal. Agen tidak cukup menjamin tindakannya akan menguntungkan

prinsipal atau bisa mengurangi kerugian yang mungkin terjadi. Moral

hazard diidentifikasi sebagai hasil dari perilaku agen yang berisiko.

Ketiga, moral hazard terjadi karena undesirable outcome (impact)

production. Moral hazard merupakan bentuk oportunisme pasca

kontraktual yang timbul karena tindakan yang mempunyai konsekuensi

efisiensi yang tidak dapat diobservasi secara bebas sehingga seseorang

bisa memenuhi kepentingan pribadinya atas biaya pihak lain. Keempat,

moral hazard sebagai bentuk dari morals disability. Moral hazard terjadi

karena kecenderungan perilaku-perilaku yang tidak bermoral seperti tidak

jujuran, tidak pedulian, ketidaktahuan atau ketidaktabahan hati.

Page 34: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

16

Moral hazard dalam dunia perbankan setidaknya dapat dibedakan atas

2 tingkatan. Pertama, moral hazard di tingkat bank dan yang kedua adalah

moral hazard di tingkat nasabah. Moral hazard ditingkat bank dapat

dibedakan, diantaranya yaitu:

a. Moral hazard dalam penyaluran dana pihak ketiga, yaitu risky lending

behavior yang menyebabkan timbulnya Moral hazard dan adverse

selection. Ditingkat nasabah yang disebut juga Moral hazard tidak

langsung (mengacu pada pengertian Moral hazard yang dikemukakan

oleh Vaubel (1983) dalam Dreher (2004).

b. Moral hazard ketidakhati-hatian bank dalam menyalurkan kredit

karena adanya penjaminan dari pemerintah atau keberadaan lembaga

penjamin simpanan dalam hal ini termasuk dalam Moral hazard

langsung (mengacu pada pengertian Moral hazard yang dikemukakan

oleh Vaubel (1983) dalam Dreher (2004)

c. Moral hazard pada saat penyaluran bank tidak mencerminkan bank

sebagai lembaga intermediasi atau tidak meyalurkan dana kepada

sektor riil (Desty Setyowati, 2008:14).

d. Moral hazard ketika bank memberikan cost of fund yang rendah dan

menerapkan tingkat yang tinggi, juga termasuk dalam katagori Moral

hazard dan lainnya. (Desty Setyowati, 2008:14).

Moral hazard pada bank terjadi ketika bank syariah sebagai mudharib

tidak berhati-hati dalam menyalurkan dana sehingga berpotensi

menimbulkan moral hazard di sisi nasabah dan menyebabkan kerugian.

Page 35: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

17

Moral hazard lainnya yaitu pada saat bank tidak membayarkan bagian

shahibul maal sebagaimana rasio yang telah ditetapkan di awal perjanjian,

atau ketidakpatuhan bank syariah terhadap prinsip-prinsip syariah juga

dapat dikategorikan dalam tindakan moral hazard. Sedangkan moral

hazard pada nasabah umumnya terjadi pada produk pembiayaan yang

berbasis pada equity financing (mudharabah dan musyarakah) atau biasa

dikenal dengan profit loss sharing. Akad mudharabah yang tidak

mensyaratkan jaminan dan juga memberikan hak penuh pada mudharib

untuk menjalankan usaha tanpa campur tangan shahibul maal dan

ditanggungnya kerugian oleh shahibul maal (kecuali kesalahan

manajemen) mengakibatkan akad pembiayaan ini sangat rentan terhadap

masalah moral hazard. Moral hazard pada sisi nasabah ini merupakan isu

global yang menyebabkan bank syariah lebih memilih dengan pembiayaan

dengan basis debt financing (murabahah, ishtisna, dan salam).

2. Adverse Selection

Adverse selection merupakan permasalahan asymmetric information

yang terjadi ex ante, yakni sebelum disalurkannya kredit/pembiayaan.

Adverse selection merupakan permasalahan yang timbul ketika pemilik

dana memilih entrepreneur yang akan diberikan kredit/pembiayaan

(Tarsidin, 2010:43). Hal ini dikarenakan pemilik dana/shahibul maal tidak

mengetahui dengan pasti karakteristik mudharib. Adverse selection dalam

pasar keuangan terjadi ketika peminjam potensial yang kemungkinan

Page 36: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

18

besar membuahkan hasil yang tidak diinginkan (adverse) yaitu risiko

kredit yang buruk (Mishkin,2008:50).

Pada kontrak bagi hasil, jumlah profit tidak diperjanjikan dalam

kontrak. Skema bagi hasil ditetapkan dimuka dan akan tetap berlaku

berapa pun profit yang diperoleh mudharib dari usaha atau proyek yang

dijalankan. Dengan demikian, mudharib kurang termotivasi untuk

mencapai suatu jumlah profit tertentu. Hal ini menyebabkan mudharib

akan menyatakan bahwa dirinya memiliki karakteristik tinggi pada saat

mengajukan kredit atau pembiayaan dan memperoleh rasio bagi hasil yang

tinggi untuk dirinya (Tarsidin,2010: 45).

Pemilik dana atau shahibul maal akan menawarkan rasio bagi hasil

yang lebih tinggi kepada mudharib yang memiliki karakteristik tinggi.

Karena mudharib dengan karakteristik tinggi akan menghasilkan profit

yang besar yang berdampak pada tingginya pendapatan bagi hasil yang

akan diterima oleh pemillik dana/shahibul maal. Sedangkan untuk

mudharib dengan karakteristik rendah, hanya ditawarkan rasio bagi hasil

yang rendah juga baginya. Dengan demikian, skema bagi hasil yang

ditawarkan oleh pemilik dana/shahibul maal merupakan suatu alat seleksi.

Kemungkinan mudharib akan berusaha menyatakan pada bank atau

shahibul maal bahwa dirinya memiliki karakteristik tinggi sehingga

selayaknya memperoleh kredit atau pembiayaan dan rasio bagi hasil yang

tinggi. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya permasalahan adverse

Page 37: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

19

selection, yakni bank atau shahibul maal salah memilih mudharib yang

berhak memperoleh kredit atau pembiayaan.

Untuk mengatasi permasalahan adverse selection, pihak bank atau

shahibul maal perlu mengetahui karakteristik mudharib. Melalui analisis

atas dokumen yang diajukan mudharib, shahibul maal bisa memperoleh

sebagian informasi yang diperlukan untuk menilai karakteristik mudharib.

Karakteristik mudharib tersebut dapat diketahui dengan tepat melalui

suatu verifikasi yang berbiaya relatif besar.

Pendekatan lainnya juga dapat dilakukan dengan tidak sepenuhnya

mengandalkan pada verifikasi. Shahibul maal dapat menawarkan suatu

skema bagi hasil yang lebih menguntungkan bagi mudharib apabila

mudharib menyatakan dengan benar karakteristiknya. Melalui skema bagi

hasil tersebut diharapkan adanya pengungkapan informasi privat yang

dimiliki oleh mudharib kepada shahibul maal. Skema bagi hasil tersebut

harus dapat membuat mudharib menyatakan dengan sebenarnya

karakteristiknya (Tarsidin,2010:46).

Mudharib akan dihadapkan pada risiko bahwa dirinya tidak

memperoleh kredit pembiayaan jika menyatakan dengan benar

karakteristiknya. Di samping itu, mudharib juga dihadapkan pada

kemungkinan bahwa dirinya memperoleh rasio bagi hasil yang lebih

rendah jika menyatakan dengan benar karakteristiknya. Dengan demikian,

pengungkapan informasi privat yang dimiliki oleh mudharib kepada

shahibul maal hanya bisa dicapai jika skema bagi hasil tersebut incentive

Page 38: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

20

compatible (insentif yang diperoleh cukup). Mudharib yang bersedia

memperoleh pembiayaan dengan rasio bagi hasil yang rendah

mengindikasikan bahwa karakteristiknya rendah. Sedangkan mudharib

dengan karakteristik yang tinggi tidak akan menerima kontrak bagi hasil

yang menawarkan rasio bagi hasil yang rendah. Meskipun dengan rasio

bagi hasil yang rendah tersebut mudharib tetap dapat memperoleh level

utilitas tertentu yang diinginkannya, namun mudharib dengan katakterisik

tinggi tersebut memiliki banyak alternatif pembiayaan lainnya yang

menawarkan rasio bagi hasil yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan

bahwa shahibul maal dapat menggunakan skema bagi hasil untuk

menyeleksi mudharib dan menekan permasalahan adverse selection.

3. Pembiayaan Mudharabah

Menurut Fatwa DSN-MUI No: 07/DSNMUI/IV/2000, mudharabah

adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama

(shahibul maal) menyediakan 100% modal, sedangkan pihak lainnya

menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut

kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi

ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat dari

kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian tersebut diakibatkan karena

kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus

bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

Mekanisme atau tatacara pemberian pembiayaan dimulai dari proses

permohonan pembiayaan yang dilakukan secara lisan kemudian

Page 39: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

21

ditindaklanjuti dengan permohonan tertulis. Dilanjutkan dengan

pengumpulan data dan investigasi untuk pembiayaan produktif, data yang

diperlukan adalah kemampuan nasabah dalam melunasi pembayaran

dengan cara melihat bisnis plannya dan rencana alternatif jika terjadi hal

yang tidak terduga, data obyek pembiayaan, data jaminan. Selanjutnya

dilakukan Analisa pembiayaan dengan berbagai metode salah satunya

dengan metode 5C yaitu capacity, character, capital, collateral dan

condition (Zulkifli, 2007:145)

4. Masalah Keagenan dalam Pembiayaan Mudharabah

Teori keagenan (agency theory) menjelaskan bahwa hubungan agensi

muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain

(agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan

wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut. (Jensen dan

Meckling,1976:5). Tiga asumsi sifat dasar manusia guna menjelaskan

tentang teori agensi yaitu: manusia pada umumnya mementingkan diri

sendiri (self interest), manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai

persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan manusia selalu

menghindari risiko (risk averse) (Eisenhardt,1989:58).

Adanya masalah keagenan memunculkan biaya agensi yang terdiri

dari (Jensen dan Meckling, 1976: 6) :

a. The monitoring expenditure by the principle, yaitu biaya pengawasan

yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk mengawasi perilaku dari agen

dalam mengelola perusahaan.

Page 40: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

22

b. The bounding expenditure by the agent (bounding cost), yaitu biaya

yang dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak

bertindak yang merugikan prinsipal.

c. The residual loss, yaitu penurunan tingkat utilitas prinsipal maupun

agen karena adanya hubungan agensi

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, kontrak mudharabah yang

dijalankan oleh lembaga keuangan syariah (bank/BMT) merupakan suatu

kontrak yang mengandung peluang besar terjadinya imperfect information

bila salah satu pihak tidak jujur. Dengan kata lain kontrak mudharabah

sarat terjadinya imperfect information dalam hubungan antara principal

(shahibul maal) dengan agent (mudharib), maka muncullah masalah

asymmetric information. Asymmetric information adalah kondisi yang

menunjukkan sebagian investor mempunyai informasi dan yang lainnya

tidak memilikinya (Jogiyanto, 2000:369).

Masalah keagenan pada kontrak mudharabah berasal dari tiga sumber

(Algoud dan Lewis 2003:120). Pertama, tidak adanya syarat jaminan yang

akan memperburuk problem adverse selection. Menurut teori perbankan

Islam dana yang disediakan berdasarkan kontrak profit loss sharing

terutama akan mendorong para pengusaha baru yang tidak memiliki aset

apapun selain usaha (tenaga) dan keahlian mereka, tanpa jaminan

digolongkan memiliki resiko tinggi.

Kedua, kontrak mudharabah akan cenderung memunculkan moral

hazard karena lembaga keuangan (bank/BMT) tidak dapat memaksa

Page 41: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

23

pengusaha untuk mengambil tindakan yang sesuai, selain itu juga tidak

membatasi aktivitas pengusaha dengan menentukan intensitas usahanya.

Ketiga, karena pengeluaran perusahaan seluruhnya ditanggung oleh

lembaga keuangan (bank/BMT).

Selanjutnya menurut Khalil dalam Manzilati (2011:285-286), secara

umum menunjukkan tiga masalah utama keagenan yang terkait dengan

kontrak mudharabah diantaranya: pertama, besarnya ketidakpastian

(uncertainty) maksudnya adalah kontrak bagi hasil merupakan kontrak

yang bisa dipastikan adanya ketidakpastian pendapatannya. Khususnya

pada lembaga keuangan (bank/BMT). Ketidak pastian ini berasal dari hasil

yang tergantung sepenuhnya pada keputusan investasi perusahaan yang

dibuat oleh agen. Lebih jauh agen tidak diawasi secara penuh oleh

principal (bank/BMT), sehingga memiliki sejumlah kebebasan dan bisa

berpeluang menimbulkan masalah, misalkan agen tidak transparan dalam

menyampaikan hasil yang diperoleh.

Masalah kedua, linieritas yang ekstrim (extreme linearity),

maksudnya adalah linier sharing antara hasil dengan kinerja dari proyek

yang dihasilkan, hasil akhir yang diharapkan tergantung sepenuhnya pada

kemampuan/keterampilan pengusaha (agent) dan tingkat usaha yang

dihasilkan. Masalah ketiga, adalah terkait dengan kekuatan untuk

menentukan pilihan/kebijakan (discretionary power). Kontrak

mudharabah juga merepresentasikan suatu kekuatan kebijakan semenjak

agen memulai menangani proyek dan mempunyai hak untuk membuat

Page 42: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

24

keputusan terkait dengan investasi dan distribusi aliran kas berikutnya. Hal

ini menimbulkan discration yang penuh atas aset pengusaha, sama seperti

yang dimiliki manajer pada proyek sendiri tanpa menghadapi resiko

kerugian secara keuangan. Berbeda dengan modal di dalamnya tidak ada

hak otomatis untuk membuat pengangkatan direktur dengan menggunakan

kekuatan voting, yang mengijinkan pemodal untuk mencampuri bila ada

kesalahan terkait dengan aktivitas operasional.

Pembiayaan mudharabah memiliki risiko masalah keagenan yang

relatif tinggi karena nasabah menggunakan dana bukan seperti yang tertera

dalam kontrak, kelalaian dan kesalahan yang disengaja, serta nasabah yang

tidak jujur akan menyembunyikan keuntungan (Multifiah, Asfi Manzilati,

dan Laili Hurriati, 2015: 55). Dalam upaya mengatasi atau mengurangi

masalah keagenan ada dua cara yang dapat dilakukan principal untuk

mengurangi risiko akibat tindakan agen yaitu pemilik modal melakukan

pengawasan (monitoring) dan agen sendiri melakukan pembatasan atas

tindakan-tindakannya (bonding), sehingga dapat mengurangi kesempatan

penyimpangan yang dilakukan oleh agen. (Jensen dan Mackling, 1976:5)

Monitoring merupakan simbol penting dalam interaksi pada kerja

sama mudharabah. Melalui monitoring shahibul maal mendapatkan

informasi yang benar apakah nasabah bisa dipercaya telah mengarahkan

segala kemampuan yang dimiliki untuk investasi tersebut, juga apakah

nasabah juga selalu menjaga amanah dengan bertindak jujur dalam

melaporkan hasil yang diperoleh dengan tidak membesar-besarkan biaya

Page 43: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

25

sehingga keuntungan menjadi kecil (Manzilati, 2011:289). Batasan yang

diterapkan untuk meminimalisir terjadinya masalah keagenan maka

lembaga keuangan syariah menerapkan batasan tertentu baik dalam jangka

waktu pembiayaan maupun jumlah pembiayaan.

5. Penyebab Konflik Keagenan

Pemilik harus mengendalikan konflik keagenan untuk menghindari

permasalahan yang mengganggu kemajuan perusahaan di masa

mendatang. Permasalahan keagenan ditelusuri dari beberapa kondisi,

seperti penggunaan arus kas bebas (free cash flow) pada aktifitas yang

tidak menguntungkan, peningkatan kekuasaan manajer dalam melakukan

over investment, dan consumption of excessive perquisites (Jensen, 1986).

Dalam hal ini yang dimaksud manajer atau agent adalah pengelola dana

atau mudharib sedangkan pemilik perusahaan atau principal adalah

shahibul maal.

Manajer berperan untuk memaksimalkan pemegang saham namun

manajer yang tidak signifikan dalam kepemilikan perusahaan

memungkinkan untuk melakukan berbagai hal yang bukan untuk

kepentingan pemegang saham (Duc Hong Vo dan Van Thanh-Yen

Nguyen, 2014: 274). Masalah keagenan antara pemegang saham dengan

manajer, potensial terjadi jika manajer memiliki kurang dari 100% saham

perusahaan. Karena tidak semua keuntungan akan dapat dinikmati oleh

manajer, maka mereka tidak berkonsentrasi pada maksimisasi

kemakmuran pemegang saham (Brigham dan Daves, 2001). Penunjukkan

Page 44: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

26

manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan. Akan

memunculkan perbedaan kepentingan dan informasi yang tidak lengkap

(asymetry information) antara pemilik perusahaan (principal) dengan agen

(agent). Perbedaan sangat mungkin terjadi karena para agen tidak perlu

menanggung resiko sebagai akibat adanya kesalahan dalam pengambilan

keputusan bisnis, begitu pula jika mereka tidak dapat meningkatkan nilai

perusahaan. Resiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh principal.

Karena tidak menanggung resiko dan tidak mendapat tekanan dari pihak

lain dalam mengamankan investasi para principal, maka agen cenderung

membuat keputusan yang tidak optimal (Jensen dan Meckling, 1976:5)

Pembiayaan mudharabah rentan terhadap resiko kerugian karena 2

faktor yang pertama yaitu faktor internal yang berupa kurangnya SDM

yang ahli dalam penerapan pembiayaan syariah khususnya pada

pembiayaanmudharabah dan yang kedua faktor eksternal yang berupa

kondisi masyarakat yang tingkat kejujurannya dan keamanahannya belum

terjamin (Muhammad, 2008:2). Dalam pembiayaan mudharabah ini

dibutuhkannya keterbukaan antara kedua belah pihak mengenai untung

rugi suatu bisnis yang dijalankan, jika nasabah tidak menyampaikan secara

transparant tentang hasil yang diperoleh maka aktivitas tersebut

menimbulkan masalah keagenan yang berupa adverse seletion maupun

moral hazard.

6. Identifikasi Risiko Bank Syariah

Page 45: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

27

Penerapan manajemen risiko pada perbankan syariah disesuaikan

dengan ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan Bank. Bank

Indonesia menetapkan aturan manajemen risiko ini sebagai standar

minimal yang harus dipenuhi oleh BUS dan UUS sehingga perbankan

syariah dapat mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan dan tantangan

yang dihadapi namun tetap dilakukan secara sehat, istiqomah, dan sesuai

dengan Prinsip Syariah.

Pada peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 pasal 5,

bahwa termasuk dalam kelompok Risiko Kredit adalah Risiko konsentrasi

pembiayaan. Risiko konsentrasi pembiayaan merupakan Risiko yang

timbul akibat terkonsentrasinya penyediaan dana kepada 1 (satu) pihak

atau sekelompok pihak, industri, sektor, atau area geografis tertentu yang

berpotensi menimbulkan kerugian cukup besar yang dapat mengancam

kelangsungan usaha Bank.

Risiko ini timbul apabila Bank memberikan pembiayaan berbasis bagi

hasil kepada nasabah dimana bank ikut menanggung risiko atas kerugian

usaha nasabah yang dibiayai (profit and loss sharing). Dalam hal ini,

perhitungan bagi hasil tidak hanya didasarkan atas jumlah pendapatan atau

penjualan yang diperoleh nasabah namun dihitung dari keuntungan usaha

yang dihasilkan nasabah. Apabila usaha nasabah mengalami

kebangkrutan, maka jumlah pokok pembiayaan yang diberikan bank

kepada nasabah tidak akan diperoleh kembali. Masalah keagenan juga

rentan muncul pada pembiayaan berbasis bagi hasil yang dimana terdapat

Page 46: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

28

perbedaan kepentingan antara mudharib dan shahibul maal sehingga

memungkinkan mudharib menyembunyikan keuntungan yang sebenarnya,

dan hal ini akan mengurangi keuntungan shahibul maal. Berdasarkan

masalah ini diperlukan suatu mekanisme dalam memotivasi mudharib

sehingga dapat mengalokasikan dananya pada bisnis yang tepat serta tidak

menyembunyikan keuntungan yaitu dengan monitoring terhadap usaha

yang dilakukan oleh mudharib, dan apabila shahibul maal terkonsentrasi

pada satu atau beberapa jenis usaha saja maka akan mempermudah kontrol

terhadap kebijakan yang diambil oleh mudharib.

7. Non Performing Financing

Sebagai indikator yang menunjukkan kerugian akibat risiko kredit

adalah tercermin dari besarnya non performing loan (NPL), dalam

terminologi bank syariah disebut non perfoming financing (NPF). Non

Performing Financing (NPF) adalah rasio antara pembiayaan yang

bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah.

Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia kategori

yang termasuk dalam NPF adalah pembiayaan kurang lancar, diragukan

dan macet.

𝑛𝑜𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑖𝑛𝑎𝑛𝑐𝑖𝑛𝑔 =𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛𝑥 100%

Dalam peraturan bank indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tanggal 5

Oktober 2006 tentang Penilaian Kualitas Bank Umum yang melaksanakan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah pasal 9 ayat (2), bahwa kualitas

aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan dibagi dalam 5 golongan yaitu

Page 47: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

29

lancar (L), dalam perhatian khusus (DPK), kurang lancar (KL), diragukan

(D), macet (M). Berikut merupakan tabel perhitungan NPF berdasarkan

kemampuan bayar nasabah (debitur) di bank syariah:

Tabel 2.1: Kategori NPF

Jenis Pembiayaan Kategori yang Diperhitungkan Dalam NPF

Kurang

lancar

Diragukan Macet

Murabahah, Istishna,

Ijarah, Qard

Tunggakan

lebih dari 90

hari s.d 180

hari

Tunggakan

lebih dari

180 hari s.d

270 hari

Tunggakan lebih

dari 270 h

Salam Tunggakan

lebih dari 90

hari s.d 180

hari

Tunggakan

lebih dari

180 hari s.d

270 hari

Tunggakan lebih

dari 270 h

Mudharabah,

Musyarakah

Tunggakan

s.d 91s.d180

hari realisasi

bagi hasil di

atas 30% s.d

90% dari

proyek

pendapatan

Tunggakan

lebih dari

181 s.d 270

hasil;

reaisasi bagi

hasil kurang

dari 30%

Tunggakan lebih

dari 270 hari;

realisasi

pendapatan

kurang dari 30 %

dari proyeksi

pendapatan lebih

dari 3 periode

pembayaran Sumber: wawancara dengan Bank Syariah

Non performing financing (NPF) akan berdampak pada menurunnya

tingkat bagi hasil yang dibagikan pada pemilik dana. Hubungan antara

bank dan nasabah didasarkan pada dua unsur yang saling terkait, yaitu

hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya dapat melakukan kegiatan dan

mengembangkan usahanya apabila nasabah percaya untuk menempatkan

uangnya. Kemudian setelah menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan, bank kemudian menyalurkan kembali kepada

masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

Page 48: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

30

8. Faktor-Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah

Sebab-sebab pembiayaan bermasalah dapat berasal dari pihak bank

maupun pihak nasabah, faktor internal dan faktor eksternal diantaranya

sebagai berikut (Trisadini Prasastinah Usanti dan A. Shomad, 2008 : 16) :

a. Faktor Internal (berasal dari pihak bank)

1) Kurang baiknya pemahaman atas bisnis nasabah

2) Kurang dilakukan evaluasi keuangan nasabah

3) Kesalahan setting fasilitaspembiayaan (berpeluang melakukan

sidestreaming)

4) Perhitungan modal kerja tidak didasarkan kepada bisnis usaha

nasabah

5) Proyeksi penjualan terlalu optimis

6) Proyeksi penjualan tidak memperhitungkan kebiasaan bisnis dan

kurang memperhitungkan aspek kompetitor

7) Aspek jaminan tidak diperhitungkan aspek marketable lemahnya

supervisi dan monitoring

8) Terjadinya erosi mental: kondisi ini dipengaruhi timbali balik

antara nasabah dengan pejabat bank sehingga mengakibatkan

proses pemberian pembiayaan tidak didasarkan pada praktek

perbankan yang sehat.

b. Faktor Eksternal (dari pihak nasabah)

1) Karakter nasabah tidak amanah (tidak jujur dalam memberikan

informasi dan laporan tentang kegiatannya)

Page 49: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

31

2) Melakukan sidestreaming penggunaan dana

3) Kemampuan pengelolaan nasabah tidak memadai sehingga kalah

dalam persaingan usaha

4) Usaha yang dijalankan relatif baru

5) Bidang usaha nasabah telah jenuh

6) Tidak mampu menanggulangi masalah/ kurang menguasai bisnis

7) Meninggalnya key person

8) Terjadi bencana alam

9) Adanya kebijakan pemerintah: peraturan suatu produk atau sektor

ekonomi atau industri dapat berdampak positif maupun negatif

bagi perusahaan yang berkaitan dengan industri tersebut.

Setiap terjadi pembiayaan bermasalah maka bank syariah akan

berupaya untuk menyelamatkan pembiayaan, berdasarkan Peraturan Bank

Indonesia Nomor 13/9/PBI/2011 Tentang perubahan atas Peraturan Bank

Indonesia Nomor 10/PBI/2008 Tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi

Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Restrukturisasi pembiayaan adalah

upaya yang dilakukan Bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat

menyelesaikan kewajibannya, antara lain melalui:

1) Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal

pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya tidak termasuk

perpanjangan atas pembiayaan mudharabah atau musyarākah yang

memenuhi kualitas lancar dan telah jatuh tempo serta bukan

disebabkan nasabah mengalami penurunan kemampuan membayar.

Page 50: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

32

2) Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau

seluruh persyaratan Pembiayaan tanpa menambah sisa pokok

kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada Bank, antara lain

meliputi: Perubahan jadwal pembayaran, perubahan jumlah angsuran,

perubahan jangka waktu, perubahan nisbah dalam pembiayaan

mudharabah atau musyarakah, perubahan proyeksi bagi hasil dalam

pembiayaan mudharabah dan musyarakah, dan pemberian potongan.

3) Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan

pembiayaan yang antara lain meliputi: penambahan dana fasilitas

pembiayaan bank, konversi akad pembiayaan, konversi pembiayaan

menjadi surat berharga syariah berjangka waktu menengah, dan

konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada

perusahaan yang disertai dengan rescheduling atau reconditioning

9. Gross Domestic Product (GDP)

GDP adalah produk barang dan jasa total yang dihasilkan dalam

perekonomian suatu negara di dalam masa satu tahun. GDP didalamya

merupakan pendapatan faktor produksi milik bangsa Indonesia yang

berada di dalam negeri ditambah milik bangsa asing di dalam negeri.

GDP dihitung biasanya dengan menggunakan dua keterangan menurut

patokan harga yang dipakai, yaitu :

a. Harga Konstan

𝐺𝐷𝑃 ℎ𝑘𝑥 =100 ×𝐺𝐷𝑃 ℎ𝑏𝑥

𝐼𝐻𝐾𝑥

b. Harga Berlaku

Page 51: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

33

𝐺𝐷𝑃 ℎ𝑏𝑥 =𝐺𝐷𝑃 ℎ𝑘𝑥 ×𝐼𝐻𝐾𝑥

100

Hkx = Harga konstan

Hbx = Harga berlaku

IHK = Indeks harga konsumen

100 = Indeks harga konsumen tahun dasar

X = Tahun tertentu

GDP nominal (atau disebut GDP atas dasar harga berlaku) merujuk

kepada nilai GDP tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan

GDP riil (atau disebut GDP atas dasar harga konstan) mengoreksi angka

GDP nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga. GDP dapat

dipahami melalui cara perhitungan pendapatan nasional berikut dibawah

ini (Triyant o, 1983: 16).

𝐺𝑁𝑃 = 𝐺𝐷𝑃 + 𝐹

𝑁𝑁𝑃 = 𝐺𝑁𝑃 − 𝐷

𝑁𝐼 = 𝑁𝑁𝑃 − 𝑁𝑖𝑡

Dimana :

GNP = Produk nasional bruto

GDP = Produk domestik bruto

NNP = Produk nasional neto

F = Pendapatan neto terhadap luar negeri atas faktor-faktor produksi

D = Penyusutan

Nit = Pajak tidak langsung neto, yaitu selisih antara pajak tidak langsung

dengan subsidi

Page 52: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

34

NI = Pendapatan nasional (Y)

Jika persamaan digabungkan maka didapat persamaan sebagai berikut:

𝐺𝐷𝑃 = 𝑁𝐼 + 𝑁𝑖𝑡 + 𝐷 − 𝐹

10. Inflasi

Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari

barang/ komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi

dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan

nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas (Karim, 2010:

135)

Laju inflasi merupakan tingkat perubahan harga secara umum untuk

berbagai jenis produk dalam rentang waktu tertentu misalnya per bulan,

per triwulan atau per tahun. Inflasi diukur dengan tingkat inflasi (rate of

inflation) yaitu tingkat perubahan dari tingkat harga secara umum (Murni,

2006:203).

Persamaannya adalah sebagai berikut:

Tingkat hargat – Tingkat hargat-1 x 100 = Rate of Inflation

Tingkat hargat-1

Adapun jenis inflasi dapat dibedakan berdasarkan pada tingkat-tingkat

laju inflasi, yaitu (Murni, 2006:204):

a. Moderat Inflation

Laju inflasinya antara 7% sampai dengan 10% adalah inflasi yang

ditandai dengan harga-harga yang meningkat secara lambat.

Umumnya disebut sebagai “inflasi satu digit”. Pada tingkat inflasi

Page 53: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

35

seperti ini orang-orang masih mau untuk memegang uang dan

menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam bentuk

aset riil.

b. Galloping Inflation

Adalah inflasi ganas yang tingkat laju inflasinya antara 20%

sampai dengan 100%. Yang dapat menimbulkan gangguan-gangguan

serius terhadap perekonomian dan timbulnya distorsi-distorsi besar

dalam perekonomian. Hal ini ditandai dengan uang kehilangan

nilainya dengan cepat, sehingga orang tidak suka memegang uang

atau lebih baik memegang barang. Kredit jangka panjang di dasarkan

pada indeks harga atau menggunakan mata uang asing seperti Dollar

serta kegiatan investasi masyarakat lebih banyak di luar negeri.

c. Hyper Inflation

Adalah inflasi yang tingkat inflasinya sangat tinggi (di atas

100%). Inflasi ini sangat mematikan kegiatan perekonomian

masyarakat. Berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan

harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga

bentuk Berikut (Sukirno, 2011:333):

1) Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)

Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian

berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi

menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya

menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi

Page 54: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

36

mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini

akan menimbulkan inflasi. Inflasi tarikan permintaan juga dapat

berlaku pada masa perang atau ketidakstabilan politik yang terus

menerus. Dalam masa seperti ini pemerintah berbelanja jauh

melebihi pajak yang dipungutnya. Untuk membiayai kelebihan

pengeluaran tersebut pemerintah terpaksa mencetak uang atau

meminjam dari bank sentral. Pengeluaran pemerintah yang

berlebihan tersebut menyebabkan permintaan agregat akan

melebihi kemampuan ekonomi tersebut menyediakan barang dan

jasa. Maka keadaan ini akan mewujudkan inflasi.

2) Inflasi Desakan Biaya (Cost Push Inflation)

Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian

berkembang dengan pesat ketika tingkat pengangguran sangat

rendah. Inflasi ini terjadi bila biaya produksi mengalami kenaikan

secara terus menerus. Kenaikan biaya produksi dapat berawal dari

kenaikan harga input seperti kenaikan tarif listrik, kenaikan

BBM, dan kenaikan input lainnya yang mungkin semakin langka

dan harus diimpor dari luar negeri. Apabila perusahaan-

perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah,

mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara

memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya

dan mencari pekerja baru dengan tawaran pembayaran yang lebih

tinggi ini. Langkah ini mengakibatkan biaya produksi meningkat,

Page 55: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

37

yang akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai

barang.

3) Inflasi Diimpor (Imported Inflation)

Inflasi ini dapat juga bersumber dari kenaikan harga-harga

barang yang diimpor. Inflasi ini akan wujud apabila barang-

barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai

peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-

perusahaan atau dalam setiap kegiatan produksi.

11. Tingkat Bagi Hasil

Menurut Veithzal (2008) Tingkat bagi hasil (equivalen rate) adalah

rata-rata tingkat imbalan atas pembiayaan mudharabah dan musyarakah

bagi bank syariah pada saat tertentu, dinyatakan dalam prosentase.

Equivalen rate juga dapat diartikan sebagai tingkat pengembalian atas

investasi yang telah ditanamkan. Equivalent rate perannya hampir sama

dengan bunga pada bank konvensional, yaitu memberikan gambaran

seberapa besar tingkat pengembalian atas investasi yang ditanam.

Bedanya, bunga langsung diperjanjikan diawal kontrak sebelum investasi

berjalan. Sedangkan equivalent rate dihitung oleh pihak bank setiap akhir

bulan setelah investasi yang dijalankan memberikan hasil. Nasabah dapat

melihat berapa equivalent rate bank bulan lalu untuk memberikan

perkiraan berapa equivalent rate bank pada bulan berjalan. (Vera Susanti,

2015:114)

Variabel tingkat bagi hasil dapat diukur dengan:

Page 56: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

38

TBH =𝐵𝑎𝑔𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑔𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙× 100%

Faktor yang mempengaruhi bagi hasil terdiri dari (Antonio, 2001:139)

adalah:

a. Faktor Langsung

1) Investment rate merupakan persentase aktual dana yang

diinvestasikan dari total dana yang diperoleh LKS. Jika LKS

menentukan investment rate 85%, hal ini berarti 15% dari total

dana adalah sisa dana yang tidak diinvestasikan merupakan dana

yang dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.

2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah

dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan.

Dana tersebut dapat dihitung menggunakan salah satu metode ini :

a) Rata-rata saldo minimum bulanan.

b) Rata-rata saldo harian.

Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia

untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual

yang digunakan.

3) Nisbah (profit sharing ratio) merupakan rasio yang harus di setujui

dan ditentukan pada awal perjanjian antara pihak nasabah dengan

pihak LKS.

b. Faktor tidak langsung

1) Penentuan butir-butir pendapatan dan pembiayaan mudharabah

Page 57: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

39

a) LKS dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan

biaya. Pendapatan yang “dibagihasilkan” merupakan

pendapatan yang diterima dikurangi dengan biaya-biaya

lainnya

b) Jika semua biaya ditanggung LKS, maka hal ini disebut

revenue sharing

2) Kebijakan akunting (prinsip dan metode)

Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh

berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan

dengan kebijakan akuntansi mengenai pengakuan pendapatan dan

biaya.

B. Keterkaitan Antar Variabel

1. Gross Domestic Product (GDP) berpengaruh positif terhadap NPF.

Penelitian Ranti Wiliasih (2005) menyatakan bahwa meningkatnya

GDP mengakibatkan meningkatnya NPF dan didukung oleh penelitian

Teti Rahmawati (2010) yang menyatakan bahwa GDP memiliki arah

yang positif dan signifikan terhadap NPF. Pengaruh yang positif antara

GDP dan NPF mengindikasikan adanya moral hazard, idealnya pada

saat GDP meningkat maka terjadi peningkatan transaksi dan aktifitas

ekonomi. Sehingga kondisi bisnis pada umunya berada pada kondisi

yang lebih baik. Keadaan yang lebih baik tersebut seharusnya akan

memberikan dampak positif terhadap hasil yang diperoleh, sehingga

apabila meningkatnya GDP akan meningkatkan NPF maka hal tersebut

Page 58: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

40

menunjukkan adanya ketidakhati-hatian dalam memberikan

pembiayaan sehingga memberikan kesempatan terjadinya moral

hazard di sisi nasabah.

2. Inflasi berpengaruh negatif terhadap NPF. Penelitian Teti Rahmawati

(2010) menyatakan bahwa inflasi memiliki arah yang negatif signifikan

terhadap NPF. Penelitian tersebut didukung oleh Mutamimah dan Siti

Nur Zaidah (2012) yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap NPF. Indikasi moral hazard terjadi jika NPF

meningkat pada saat tingkat inflasi menurun. Idealnya, ketika harga-

harga cenderung turun, maka para mudharib lebih mampu untuk

melunasi kewajibannya. Jika pada kondisi ini terjadi kenaikkan NPF

maka mengindikasikan adanya moral hazard pada bank syariah karena

bank kurang berhati-hati atau kurang monitoring.

3. Kebijakan pembiayaan bank berdasarkan return pembiayaan murabahah

(MM) terhadap pembiayaan mudharabah (MPLS) berpengaruh positif

terhadap NPF, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setyowati

(2008) yang menyatakan bahwa return pembiayaan murabahah terhadap

pembiayaan mudharabah berpengaruh positif signifikan terhadap NPF.

Komposisi return murabahah lebih besar daripada return mudharabah.

Hal ini menyebabkan bank syariah lebih fokus terhadap pembiayaan

murabahah yang menghasilkan return tinggi. Sedangkan dengan

fokusnya bank ke murabahah menyebabkan bank kurang berhati-hati

dan kurang melakukan monitoring kepembiayaan mudharabah. Padahal

Page 59: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

41

secara teori risiko murabahah lebih kecil dibandingkan dengan risiko

mudharabah. Akibatnya, NPF di bank syariah akan meningkat akibat

kontribusi NPF yang besar dari pembiayaan mudharabah. Peningkatan

return yang diikuti dengan meningkatnya NPF mengindikasikan adanya

moral hazard. Dimana adanya ketidakhati-hatian dari bank syariah atau

sistem di bank syariah yang memberikan kesempatan terjadinya moral

hazard.

4. Kebijakan pembiayaan bank berdasarkan alokasi pembiayaan yang

direpresentasikan oleh rasio pembiayaan murabahah (RM) terhadap

pembiayaan mudharabah (FM) berpengaruh positif terhadap NPF.

Penelitian Setyowati (2008) yang menyatakan bahwa alokasi

pembiayaan murabahah terhadap pembiayaan mudharabah

berpengaruh positif signifikan terhadap NPF. Apabila bank lebih

terkonsentrasi terhadap pembiayaan murabahah berdampak pada

peningkatan NPF maka bank belum mampu mengatur dan belum

optimal dalam melakukan monitoring sehingga pembiayaan yang

berisiko rendah pun dapat menyebabkan kredit macet. Maka apabila

rasio pembiayaan murabahah terhadap pembiayaan mudharabah

berpengaruh positif signifikan terhadap NPF menggambarkan adanya

indikasi moral hazard.

5. Tingkat bagi hasil berpengaruh positif terhadap NPF, pengaruh yang

positif antara bagi hasil dan NPF mengindikasikan adanya advesre

selection. Menurut Misnen Ardiansyah (2014) Pemilik dana akan

Page 60: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

42

menawarkan rasio bagi hasil yang lebih tinggi kepada mudharib yang

memiliki karakteristik tinggi. Karena mudharib dengan karakteristik

tinggi akan menghasilkan profit yang besar yang berdampak pada

tingginya pendapatan bagi hasil yang akan diterima oleh pemillik dana.

Sedangkan untuk mudharib dengan karakteristik rendah, hanya

ditawarkan rasio bagi hasil yang rendah juga baginya. Dengan

demikian, skema bagi hasil yang ditawarkan oleh shahibul maal

merupakan suatu alat seleksi, yang apabila rasio bagi hasil tinggi akan

meningkatkan NPF berarti bank tidak dapat mengidentifikasikan risiko

terhadap usaha yang akan dibiayainya, dan bank tidak mengetahui

secara pasti karakteristik mudharib dan usahanya sehingga memberikan

pembiayaan kepada mudharib yang berkarakteristik buruk.

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya merupakan kumpulan beberapa hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya terhadap penelitian yang

akan dilakukan ini. Hasil dari penelitian sebelumnya ini dapat dijadikan bahan

referensi untuk penelitian yang akan dilakukan ini.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, ringkasan dari penelitian

Tabel 2.2: Penelitian Terdahulu

NoNNo Peneliti Judul Metode Variabel Keterangan

1. Mustafa

Edwin,

Ranti

Wilasih

Jurnal

Ekonomi

Profit Sharing

dan Moral

Hazard dalam

Penyaluran

Dana Pihak

ketiga Bank

Umum

Error

Correction

Model

(ECM)

1. Non

Performing

Financing

(NPF) (Y1)

2. Gross

Domestic

1. Pada Bank

Syariah Mandiri

tidak ditemukan

indikasi moral

hazard

dikarenakan

pembiayaan BSM

Page 61: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

43

dan

Pembangun

an

Indonesia

Vol 7,

No2(2007)

Syariah di

Indonesia

Product

(GDP) (X1)

3. Rasio rata-rata

return PLS

terhadap rata-

rata return

pembiayaan

(Rpls/Rf) (X2)

4. Rasio piutang

murabahah

terhadap

pembiayaan

PLS (X3)

lebih difokuskan

pada pembiayaan

murabahah

sehingga lebih

berhati-hati

dalam melakukan

maintenance

terhadap

pembiayaan ini.

2. Untuk Bank

Muamalat, rasio

alokasi

pembiayaan

murabahah

terhadap

pembiayaan

profit loss

sharing

(mudharabah dan

musharakah)men

gakibatkan

terjadinya kredit

macet. Hal ini

mengindikasikan

terjadinya moral

hazard di Bank

Muamalat, yaitu

ketidakhati-hatian

dari pihak Bank

Muamalat

2. Teti

Rahmawati

Tesis,

Unpad

(2010)

Pengaruh

Indikasi Moral

Hazard dalam

penyaluran

Pembiayaan

Terhadap

Pertumbuhan

Dana Bank

Syariah

Melalui

Monitoring

dan Profit

Sharing

seabgai

Variabel

Intervening

Regresi

berganda,

Error

Correction

Model

(ECM),dan

Path Analys

1. Pertumbuhan

Dana bank

syariah (Z1)

2. Monitoring(Y

1)

3. Profit Sharing

(Y2)

4. NPF (X1)

5. GDP (X2)

6. Inflasi (X3)

7. Rasio Piutang

murabahah

terhadap

pembiayaan

profit loss

sharing

1. Terdapat indikasi

moral hazard pada

perbankan sariah

di Indonesia,

diperoleh dari hasil

pengujian

menggunakan

ECM yang

menghasilkan

persamaan jangka

pendek dan

terkointegrasi

menuju

keseimbangan

jangka panjang

Page 62: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

44

(meliputi

mudharabah

terhadap

murabahaha

(X4)

2. Indikasi moral

hazard

berpengaruh positif

dan signifikan

terhadap

monitoring

3. Indikasi moral

hazard

berpengaruh

negatif dan

signifikan terhadap

profit sharing

4. Secara parsial

monitoring dan

profit sharing

berpengaruh positif

terhadap

pertumbuhan bank

syariah, sedangkan

indikasi moral

hazard

berpengaruh tidak

signifikan terhadap

pertumbuhan dana

bank syariah

5. Secara simultan

variabel indikasi

moral hazard,

monitoring dan

profit sharing

berpengaruh dan

signifikan terhadap

pertumbuhan dana

bank syariah

3. Ach. Yasin

Jurnal

Akuntansi

Akrual 5(2)

(2014):183-

203 e-ISSN:

2502-6380

Analisis

Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi

Non

Performing

Financing

(Npf) Di

Industri

Bank

Pembiayaan

Rakyat (Bpr)

Regresi

Berganda

1. NPF (Y1)

2. GDP (X1)

3. Inflasi (X2)

4. MMR (X3)

5. Margin

Murabahah

(X4)

6. FDR (X5)

1. Pertumbuhan

Ekonomi, Inflasi

(INF), Rasio

Pembiayaan Bagi

terhadap Total

Pembiayaan

(MMR), dan

Margin Murabahah

berpengaruh secara

parsial terhadap

Non Performing

Financing (NPF)

Page 63: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

45

Syariah Di

Indonesia

2. Financing to

deposit Ratio

(FDR), tidak

berpengaruh

secara parsial

terhadap Non

Performing

Financing (NPF)

3. Gross Domestic

Product (GDP)

dan Rasio

Pembiayaan Bagi

Hasil terhadap

Total

Pembiayaan

(MMR),

berpengaruh

negatif terhadap

Non Performing

Financing (NPF).

4. Inflasi (INF) dan

Margin

Murabahah

(MM)

berpengaruh

positif terhadap

Non Performing

Financing (NPF).

4. Mutamimah

dan Siti Nur

Zaidah

Chasanah

Jurnal

Bisnis dan

Ekonomi

(JBE), Vol.

19, No. 1

ISSN: 1412-

3126 (2012)

Analisis

Eksternal Dan

Internal Dalam

Menentukan

Non

Performing

Financing

Bank Umum

Syariah Di

Indonesia

Regresi

Berganda

1. NPF (Y1)

2. GDP (X1)

3. Kurs (X2)

4. Inflasi (X3)

5. Return Total

Pembiayaan

(X4)

1. Inflasi

mempunyai

pengaruh negatif

terhadap Non

Performing

Financing

2. Rasio alokasi

pembiayaan

murabahah

terhadap alokasi

pembiayaan

profit loss sharing

berpengaruh

negatif dan

signifikan

terhadap Non

Performing

Financing

Page 64: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

46

5. Daniel

Covitz dan

Erik

Heitfield

Finance and

Economics

Discussion

Series 1999-

37

Monitoring, Moral Hazard, and Mar ket Power:

Monitoring,

Moral Hazard,

and Market

Power:

a Model of

Bank Lending

Survey data

panel

1. Kekuatan

pasar (Y1)

2. Suku bunga

pinjaman

(X1)

3. Risiko bank

(X2)

1. Bank dengan

kekuatan pasar

yang besar

cenderung

mengalami

masalah moral

hazard yang

tinggi dengan

nasabah

dibandingkan

sikap moral

hazard bank

tersebut kepada

jaminan

pemerintah. Hal

ini dikarenakan

bank yang

memiliki

kekuatan pasar

mengenakan

tingkat bunga

yang rendah

dibandingkan

dengan

pesaingnya.

6. Wen-Chieh

Wu, Chin-

Oh Chang,

Zekiye

Selvili

Internationa

l Real

Estate

Review

2003 Vol. 6

No. 1

Banking

System, Real

Estate

Markets, and

Non

performing

Loans

Vector

Autoregressio

n (VAR)

1. NPL (Y1)

2. GDP (X1)

3. Real Estate

(X2)

1. Non Performing

Loan diduga

disebabkan oleh

tiga hal, yaitu

kondisi makro

ekonomi, kondisi

pasar real estate

dan kebijakan

kredit dari bank

7. Ding Lu,

Shandre,

Qing Hu

(2001)

Department

of

Economics

Working

The Link

Between

Behavior and

Non

Performing

Loan in China

Regresi Panel 1. Rasio

pinjaman

(Y1)

2. Investment/c

apital stock

(Y2)

3. return on

capital

(ROC) (X1)

1. Melihat

hubungan antara

kebijakan kredit

bank dalam

menyalurkan

dana memiliki

hubungan yang

erat dengan

besaran NPL.

Page 65: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

47

Paper No.

0108

4. operating

incomes/sale

s (OIC) (X2)

5. Total

debt/EBITD

A (DE) (X3)

6. Total

debt/market

value of

capitalization

(DMC) (X4)

7. working

capital/total

assets

(WCA) (X5)

8. log sales

(LS) (X6)

9. log equity

(LEQ) (X7)

Pemberian kredit

yang lebih tinggi

kepada

perusahaan

daerah dan juga

kebijakan bank

untuk

memberikan

tambahan kredit

untuk

perusahaan-

perusahaan yang

mengalami

kesulitan

keuangan

berkontribusi

besar pada non

performing loan

dan membuka

kesempatan

terjadinya moral

hazard pada

pihak debitur.

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran yang dipaparkan dibawah, maka untuk

menjawab ada tidaknya indikasi moral hazard dan adverse selection dapat

dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi non performing financing.

Faktor penyebab NPF di bagi atas faktor eksternal yang direpresentasikan

oleh GDP, dan inflasi sedangkan faktor internal faktor kebijakan pembiayaan.

Indikasi moral hazard terjadi jika pada saat NPF meningkat pada saat

GDP meningkat. Idealnya, ketika GDP meningkat maka terjadi peningkatan

transaksi ekonomi, dunia bisnis lebih menggeliat sehingga jika pada kondisi

tersebut NPF meningkat, mengindikasikan bank kurang berhati-hati atau

kurang melakukan monitoring.

Page 66: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

48

Indikasi moral hazard juga terjadi jika NPF meningkat pada saat tingkat

inflasi menurun, idealnya ketika harga-harga cenderung turun, maka

mudhorib lebih mampu untuk melunasi kewajibannya. Jika pada kondisi ini

terjadi kenaikkan NPF maka mengindikasikan adanya moral hazard atau

adverse selection pada bank syariah karena bank kurang berhati-hati atau

kurang monitoring.

Indikasi moral hazard lainnya dapat dilihat dari kebijakan pembiayaan

yang berhati-hati ataupun kurang berhati-hati yang menyebabkan terjadinya

peningkatan NPF, karena dengan hal ini bank kurang melakukan antisipasi

terhadap terjadinya moral hazard atau adverse selection di sisi debitur.

Indikasi moral hazard dan adverse selection yang dapat dilihat pula dari

kebijakan pembiayaan yang kurang berhati-hati dan menyebabkan terjadinya

peningkatan NPF.

Indikasi adverse selection dapat dilihat dari kebijakan pembiayaan,

dengan menentukan tingkat bagi hasil. Apabila NPF meningkat pada saat bagi

hasil meningkat. Idealnya apabila nisbah bagi hasil yang ditetapkan kepada

nasabah tinggi maka usaha yang dijalankan berpotensi memiliki keuntungan

yang besar atau nasabah memiliki kualitas yang tinggi sehigga seharusnya

nasabah mampu membayar bagi hasil yang telah ditetapkan dan akan

menurunkan NPF, namun apabila nasabah tidak mampu membayar bagi hasil

yang telah ditetapkan dan justru menaikkan NPF hal tersebut

mengindikasikan adanya informasi yang telah disembunyikan pada saat

Page 67: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

49

proses penyeleksian, sehingga pihak bank justru memberikan bagi hasil yang

tinggi untuk nasabah yang berkualitas rendah.

Page 68: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

50

FAKTOR

EKSTERN

(GDP)

FAKTOR INTERN

(KEBIJAKAN

PEMBIAYAAN)

FAKTOR

EKSTERN

(INFLASI)

NPF

Naik

Turun Naik

PENGUKURAN MORAL HAZARD

DAN ADVERSE SELECTION

Indikasi

Moral

Hazard

NPF

Turun

Naik Naik

NPF

Naik

NPF

Turun

Indikasi

Moral

Hazard

Naik

NPF

Naik

NPF

Turun

Indikasi

Moral

Hazard

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PEMBIAYAAN BERMASALAH

DALAM PENYALURAN PENYALURAN DANA PIHAK KETIGA

Naik

FAKTOR INTERN

(NISBAH BAGI

HASIL)

Naik

Naik

NPF

Turun

NPF

Naik

Indikasi

Adverse

Selection

Naik

NPF

Turun

Gambar 2.1: Pengukuran Moral Hazard dan Adverse Selection

Page 69: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

51

Indikasi Moral Hazard dan Adverse Selection dalam Penyaluran Dana Pihak Ketiga

Pembiayaan

Murabahah/Profit

Loss sharing

Mudharabah

Tingkat

Bagi

Hasil

Margin

Murabahah/Margin

Mudharabah

Inflasi GDP

Non Performing Financing

(NPF)

Uji Normalitas

Uji Linieritas

Uji Asumsi Klasik : -Uji Multikolinearitas

- Uji Autokorelasi

- Uji Heteroskedastisitas

Uji ECM

Uji F dan Uji t

Kesimpulan dan Implikasi

Uji Stasioner Uji Derajat Integrasi

Uji Akar Unit

Stasioner

Tidak Stasioner

Gambar 2.2: Kerangka Pemikiran

Uji Kointegrasi Stasioner Pada Ordo

Page 70: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

52

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang

masih perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas, dan dapat

diuji. Moral hazard dan adverse selection dapat dilihat dari faktor-faktor yang

mempengaruhi NPF sebagai berikut:

a. Hipotesis 1

Ha ≥ 0: Diduga terdapat indikasi moral hazard yang direpresentasikan

oleh Gross Domestic Product (GDP) berpengaruh positif terhadap non

performing financing (NPF)

b. Hipotesis 2

Ha < 0: Diduga terdapat indikasi moral hazard yang direpresentasikan

oleh Inflasi berpengaruh negatif terhadap non performing financing

(NPF)

c. Hipotesis 3

Ha ≥ 0: Diduga terdapat indikasi moral hazard yang direpresentasikan

oleh rasio margin murabahah (MM) terhadap profit loss sharing

mudharabah (MPLS) berpengaruh positif terhadap non performing

financing (NPF)

d. Hipotesis 4

Ha ≥ 0: Diduga terdapat indikasi moral hazard yang direpresentasikan

oleh alokasi pembiayaan murabahah (RM) terhadap profit loss sharing

mudharabah (FM) berpengaruh positif terhadap non performing

financing (NPF)

Page 71: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

53

e. Hipotesis 5

Ha≥0:Diduga terdapat indikasi adverse selection yang

direpresentasikan oleh tingat bagi hasil (TBH) berpengaruh positif

terhadap non performing financing (NPF)

Page 72: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menganalisa indikasi moral hazard dan adverse selection

pada Bank Syariah. Objek dalam penelitian ini adalah seluruh bank syariah

yaitu Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Hal ini dimaksudkan agar

penelitian ini mampu merepresentasikan keadaan sebenarnya mengenai

pembiayaan bermasalah di bank syariah.

Pada penelitian ini penelitian variabel dependen yang digunakan yaitu

non performing financing (NPF) dan variabel independen yang digunakan

adalah gross domestic product (GDP), Inflasi, kebijakan pembiayaan

berdasarkan return yang dihasilkan yang direpresentasikan oleh rasio margin

murabahah terhadap profit loss sharing mudharabah (MM/MPLS), kebijakan

pembiayaan bank berdasarkan alokasi pembiayaan yang direpresentasikan

oleh rasio pembiayaan murabahah terhadap pembiayaan mudharabah

(RM/FM) dan tingkat bagi hasil (TBH) yang dilihat dari ekuivalen rate. Data

operasional yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data runtun

waktu (time series), semua data diambil dalam bentuk bulanan dalam kurun

waktu pada bulan Januari 2012 sampai Februari 2016.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode berdasarkan

pertimbangan (judgment sampling). Metode judgment sampling atau

Page 73: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

55

purposive sampling yaitu pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan

atau pertimbangan pribadi semata. (Abdul Hamid, 2007:29).

Judgment sampling adalah teknik sampling yang satuan samplingnya

dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah

melihat indikasi moral hazard dari faktor-faktor eksternal seperti gross

domestik product (GDP) dan inflasi serta faktor internal gabungan bank

syariah seperti kebijakan pembiayaan bank berdasarkan return yang

dihasilkan dan alokasi pembiayaan, sedangkan indikasi adverse selection

dilihat dari tingkat bagi hasil gabungan bank syariah terhadap NPF periode

Januari 2012-Februari 2016.

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan hal yang harus dilakukan dalam

penyusunan skripsi ini, karena penulis dalam menyusun skripsi memerlukan

data-data yang lengkap, akurat dan dapat disahkan kebenarannya. Dalam

penulisan skripsi ini, data yang digunakan dalam teknik penelitian ini

merupakan data sekunder dan data primer, yaitu :

1. Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya orang lain atau lewat dokumen

(Sugiyono, 2009: 225). Data-data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu :

a. Data NPF dan kebijakan internal bank seperti kebijakan pembiayaan

bank berdasarkan return yang dihasilkan, alokasi pembiayaan, dan

Page 74: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

56

tingkat bagi hasil yang diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah

yang dipublikasikan oleh OJK.

b. Data Gross Domestic Product (GDP) yang diperoleh dari Statistik

Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) yang dipublikasikan oleh

BI

c. Data inflasi dipublikasikan oleh BI.

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

Studi Kepustakaan (Library Research), merupakan teknik pengambilan

data yang dilengkapi pula dengan membaca dan mempelajari serta

menganalisis literatur yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal

yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk

mendapatkan landasan teori dan konsep yang tersusun. Penulis

melakukan penelitian dengan membaca dan mengutip bahan-bahan yang

berkenaan dengan penelitian.

2. Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data (Sugiyono, 2009: 225). Data primer yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui wawancara langsung dari

sumber pertama objek penelitian dilakukan dengan memfokuskan pada

persoalan-persoalan yang akan diteliti.

D. Metode Analisis Data

Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif

dengan menggunakan analisis statistik melalui pendekatan regresi berganda,

Page 75: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

57

yaitu suatu analisis yang mengukur pengaruh antar variabel yang melibatkan

lebih dari dua variabel independen terhadap variabel dependen.

Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah metode

korelasi kesalahan atau dikenal dengan nama error correction model (ECM),

yang digunakan untuk mengetahui pengaruh jangka panjang dan pendek antar

variabel independen terhadap variabel dependen

Analisis data akan dilakukan dengan bantuan aplikasi komputer, program

EVIEWS 8. Aplikasi EViews 8 digunakan peneliti karena peneliti

menggunakan data time series dibandingkan dengan SPSS yang kurang

cocok, dalam hal uji-uji statistik terkait data time series, Eviews sangat

powerful membantu penelitian. Pengujia ECM baru dapat dilakukan bila

terdapat indikasi adanya hubungan jangka panjang dengan menggunakan uji

kointegrasi. Variabel-variabel dikatakan terkointegrasi bila stasioner pada

ordo yang sama. Untuk menguji kestasioneran data, maka pada penelitian ini

digunakan Phillips Perron (PP) test.

Nilai koefisien regresi sangat berarti sebagai dasar analisis. Koefisien β

akan bernilai positif (+) jika menunjukkan hubungan yang searah antara

variable independen dengan variabel dependen, Artinya kenaikan variabel

independen akan mengakibatkan kenaikan variabel dependen, begitu pula

sebaliknya jika variable independen mengalami penurunan. Sedangkan nilai

β akan negatif (-) jika menunjukkan hubungan yang berlawanan, artinya

kenaikan variabel independen akan mengakibatkan penurunan variabel

dependen, demikian pula sebaliknya. Uji yang pertama dilakukan adalah uji

Page 76: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

58

normalitas dimana untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal

atau tidak. Selanjutnya model persamaan yang diperoleh dari pengolahan data

diupayakan tidak terjadi gejala multikolinieritas, heteroskedastisitas dan

autokorelasi. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala-gejala tersebut akan

dilakukan uji terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik. Berikut ini merupakan

alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual

terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki

nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan

dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya.

Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji normalitas

dilakukan pada masing-masing variabel. Hal ini tidak dilarang tetapi

model regresi memerlukan normalitas pada nilai residualnya bukan pada

masing-masing variable penelitian. Sebenarnya normalitas dapat dilihat

dari gambar histogram, namun seringkali polanya tidak mengikuti kurva

normal, sehingga sulit disimpulkan. Akan lebih mudah bila melihat

koefisien Jarque-Bera dan Probabilitasnya. Kedua angka ini saling

mendukung. (Winarno,2015:5.43)

Langkah-langkah pengujian normalitas data sebagai berikut:

Hipotesis:

H0: Model tidak Normal

H1: Model normal

Page 77: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

59

Bila probabilitas Obs*R2> 0.05 → Signifikan, H1 diterima

Bila probabilitas Obs*R2< 0.05 → Tidak signifikan, H1 ditolak

2. Uji Linieritas

Uji linieritas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah

spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak

(Insukindro,2001:100). Spesifikasi model yang digunakan merupakan

hasil dari pemilihan model yang dianggap tepat sesuai dengan landasan

teori. Namun pada prakteknya terkadang model yang dipilih belum tepat

digunakan dalam penelitian, oleh karena itu perlu dilakukan

pendeteksian terhadap model tersebut. Pendeteksian model tersebut

menggunakan uji linieritas, kemudian dari pengujian ini akan diperoleh

informasi mengenai bentuk model empiris dan menguji variabel yang

relevan untuk dimasukkan dalam model empiris.

Uji linearitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji RESET

(Regression Error Specifitation Tes) versi Ramsey yang

mengembangkan uji secara umum kesalahan spesifikasi. Dalam

pengujian Ramsey (RESET), yang perlu diperhatikan adalah nilai F

hitung, dengan hipotesis:

H0 = Model tidak linier

H1 = Model linier

Apabila nilai F hitung lebih besar dari nilai F kritisnya pada α

tertentu menunjukkan signifikan, maka hipotesis H0 diterima, artinya

model yang digunakan tidak linier. Sebaliknya apabila nilai F hitung

Page 78: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

60

lebih kecil dari nilai F kritisnya pada α tertentu menunjukkan tidak

signifikan dan H0 ditolak yang artinya model yang digunakan linier.

Kemudian pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan

melihat nilai probabilitas yaitu nilai digunakan untuk mengukur tingkat

terjadinya suatu kejadian yang acak atau sering disebut juga dengan

peluang atau kemungkinan. Nilai probabilitas yaitu sebagai berikut:

1) Bila probabilitas Obs*R2 > 0,05 maka signifikan, dan menolak H0,

maka model dikatakan linier

2) Bila probabilitas Obs*R2< 0,05 maka tidak signifikan, dan

menerima H0, maka model dikatakan tidak linier

3. Uji Stasioneritas

Salah satu persyaratan penting untuk mengaplikasikan model seri

waktu yaitu dipenuhinya asumsi data yang normal atau stabil (stasioner)

dari variabel-variabel pembentuk persamaan regresi. Karena penggunaan

data dalam penelitian ini dimungkinkan adanya data yang tidak stasioner,

maka dalam penelitian ini perlu digunakan beberapa uji stasioner.Dalam

melakukan uji stasioneritas, penulis akan melakukan proses analisis yang

terdiri dari :

a. Uji Akar Unit (Uji root test)

Pengujian akar unit dilakukan untuk mengetahui apakah data

yang digunakan stasioner atau tidak. Data yang stasioner adalah data

time series yang tidak mengandung akar unit dan sebaliknya. Untuk

mengetahui hal tersebut dapat dilakukan dengan uji Dickey-Fuller

Page 79: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

61

dan uji Philips-Perron (PP) yang merupakan bagian dari uji akar

unit.

Dalam penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidaknya akar

unit pada data penelitian dilakukan dengan menggunakan uji

Philips-Perron (PP). Uji Phillips-Perron memasukkan adanya

autokorelasi di dalam variable gangguan dengan memasukkan

variabel independen berupa kelambanan diferensi. Phillips-Perron

(PP) membuat uji akar unit dengan menggunakan metode statistic

non perametrik dalam menjelaskan adanya autokorelasi antara

variabel gangguan tanpa memasukkan variabel penjelaskelambanan

diferensi (Agus Widarjono, 2005).

Statistik distributif t tidak mengikuti statistik distributif normal

tetapi mengikuti distributif statistik PP. Prosedur untuk menentukan

apakah data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara

nilai statistik PP dengan nilai kritisnya yaitu distribusi statistik

Mackinnon. Jika nilai absolut statistik PP lebih besar dari nilai

kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan jika

sebaliknya nilai absolute statistik PP lebih kecil dari nilai kritisnya

maka data tidak stasioner.

b. Uji Derajat Integrasi

Data time series pada umumnya adalah data yang tidak

stasioner. Untuk menghindari regresi lancung maka harus

ditransformasikan data nonstasioner menjadi data stasioner.

Page 80: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

62

Menurut (Nachrowi,2006) dalam berbagai studi ekonometrika, data

time series sangat banyak digunakan. Namun dibalik pentingnya

data tersebut, ternyata data time series menyimpan berbagai

permasalahan, salah satunya yaitu autokorelasi. autokorelasi ini

merupakan penyebab yang mengakibatkan data menjadi tidak

stasioner, sehingga bila data dapat distasionerkan maka autokorelasi

akan hilang dengan sendirinya, karena metode transformasi data

untuk membuat data yang tidak stasioner sama dengan transformasi

data untuk menghilangkan autokorelasi.

Dalam uji akar unit PP bila menghasilkan kesimpulan bahwa

data tidak stasioner, maka diperlukan proses deferensi data. Uji

stasioner data melalui proses diferensi ini disebut uji derajat

integrasi. Seperti uji akar unit PP, keputusan sampai pada derajat

keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan

membandingkan antara nilai statistik PP yang diperoleh dari

koefisien y dengan nilai kritis distribusi statistik Mackinnon. Jika

nilai absolut dari statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya pada

diferensi tingkat pertama, maka data dikatakan stasioner pada derajat

satu. Akan tetapi, jika nilainya lebih kecil maka uji derajat integrasi

perlu dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi sehingga diperoleh

data yang stasioner.

3. Uji Kointegrasi

Page 81: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

63

Kointegrasi berkaitan erat dengan pengujian terhadap kemungkinan

adanya hubungan jangka panjang antara variabel-variabel ekonomi

seperti yang dikehendaki oleh teori ekonomi (Insukindro,2001:121). Uji

kointegrasi dari dua atau lebih data time series menunjukkan bahwa

terdapat hubungan jangka panjang. Data time series dikatakan

terkointegrasi jika residu dari tingkat regresi stasioner, maka tingkat

regresi akan memberikan estimasi yang tepat untuk hubungan jangka

panjang. Dalam melihat suatu model yang dimiliki kointegrasi atau

tidak, dapat dilakukan dengan menjalankan uji johansen, uji CRDW, dan

uji EG. Dalam penelitian ini untuk melihat ada atau tidaknya kointegrasi

dilakukan dengan uji Johansen. Uji Johansen mendasarkan pada

kemungkinan maksimum (maximum likelihood) yang memberikan

statistik eigen value dan trace untuk menentukan jumlah vektor

kointegrasi dalam suatu persamaan. Selain itu pengujian Johansen lebih

powerfull (Arif Rahman Hakim, 2015:5). Hipotesis dalam uji ini yaitu:

H0 = Trace statistik < nilai kritis = model tidak terkointegrasi

H1 = Trace statistik > nilai kritis = model terkointegrasi

Adanya indikasi hubungan keseimbangan dalam jangka panjang

belum dapat digunakan sebagai bukti bahwa terdapat hubungan antara

variabel-variabelnya dalam jangka pendek. Sehingga untuk menentukan

variabel mana yang menyebabkan perubahan pada variabel lainnya,

maka digunakan penghitungan Error Correction Model

4. Uji Asumsi Klasik

Page 82: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

64

Tujuan pengujian asumsi klasik ini untuk memberikan kepastian

bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam

estimasi, tidak bias dan konsisten. Model regresi linier berganda

(multiple regression ) dapat disebut sebagai model yang baik jika model

tersebut memenuhi Kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).

BLUE dapat dicapai bila memenuhi Asumsi Klasik.

Uji asumsi klasik yang digunakan terdiri dari uji multikolinearitas,

uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas.

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu

adanya hubungan linear antar variabel independen dalam model

regresi. Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linier

antar variabel independen (Winarno, 2015: 5.1)

Salah satu cara mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas

adalah dengan uji korelasi. Pada uji korelasi, pengujian

multikolinieritas hanya dengan melihat hubungan secara individual

antara satu variabel antara variabel independen dan variabel

independen lainnya. Tetapi multikolinearitas bisa juga muncul

karena satu atau lebih variabel independen merupakan kombinasi

linier dengan variabel independen lain. Dalam pengujian ini peneliti

akan menguji koefisien korelasi (r) antara variabel independen.

Sebagai aturan (rule of thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi,

Page 83: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

65

misalnya mencapai 0,85 diduga terdapat multikolinieritas dalam

model. Sebaliknya jika koefisien korelasi relatif rendah maka diduga

model tidak mengandung multikolinieritas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan deviasi standar nilai variabel dependen

pada setiap variabel independen. Salah satu asumsi penting OLS

adalah varian dari dari residual adalah konstan. Namun dalam

kenyataannya seringkali varian residual adalah tidak konstan atau

disebut dengan heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas biasanya

terdapat pada data cross section. Sementara itu data time series

jarang mengandung unsur homoskedastisitas, dikarenakan ketika

menganalisis perilaku data yang sama dari waktu ke waktu

fluktuasinya akan relatif lebih stabil (Widarjono, 2005:146).

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, dapat

dilakukan dengan berbagai uji, seperti metode grafik, uji arch, uji

glester, uji korelasi spearman, uji goldfeld-quandt, uji bruesch pagan

godfrey, dan uji white. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas dalam model, peneliti menggunakan uji white.

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi (autocorrelation) adalah hubungan antara residual

satu observasi dengan residual observasi lainya. Autokolerasi lebih

Page 84: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

66

mudah timbul pada data yang bersifat runtun waktu (time series),

karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh

data pada masa-masa sebelumnya. Meskipun demikian, tetap

dimungkinkan autokorelasi dijumpai pada data yang bersifat antar

objek (cross section) (Winarno,2015:5.29).

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t

dengan kesalahan penganggupada periode t-1 (sebelumnya). Jika

terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.

autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena

residual (kesalahan penganggu) tidak bebas dari satu observasi ke

observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah model regresi

yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

autokorelasi salah satunya dengan menggunakan uji Breusch

Godfrey (Uji BG) atau Uji Lagrange-Multiplier (Uji LM). Uji ini

adalah adanya autokorelasi tingkat pertama dalam variabel

pengganggu. Caranya yaitu dengan melihat besarnya probabilitas

yang diukur dengan signifikan level sebesar 5 % (a = 5 %). Apabila

lebih besar dari 5 %, maka data tersebut tidak signifikan dan tidak

terdapat autokorelasi.

5. Uji Error Corection Model (ECM)

Page 85: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

67

Error Correction Model (ECM) dikenalkan oleh Sargan,

dikembangkan oleh Hendry dan dipopulerkan oleh Engle Granger

(Winarno,2015:11.9). ECM merupakan model linier dinamis dalam

ekonometri yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antar variabel

dependen dan independen serta untuk melihat keseimbangan jangka

panjang dan jangka pendek antar variabel independen terhadap variabel

dependen. ECM ini digunakan untuk menganalisis data berdasarkan

runtun waktu (time series). Untuk menganalisis adanya hubungan jangka

pendek antar variabel, dimasukkan variabel ECT (Error Correction

Term) yang merupakan residual yang diperoleh dari regresi OLS

(Ordinary Leasr Square) jangka panjang, Untuk menyatakan apakah

model ECM yang digunakan sahih atau tidak maka koefisien Error

Correction Term (ECT) harus signifikan. Jika koefisien ini tidak

signifikan maka model tidak cocok dan perlu dilakukan perubahan

spesifikasi lebih lanjut. (Insukindro, 1993:12-16).

Model ECM yang digunakan dalam penelitian ini telah terbebas dari

ketidak stasioneritasan model melalui uji stasioneritas, uji derajat

integrasi, uji kointegrasi dan uji asumsi klasik, sehingga model ECM

yang digunakan sudah layak untuk dipakai dan di analisis. Proses menuju

model ECM yang layak digunakan dalam penelitian ini untuk

mengetahui hubungan jangka pendek dan jangka panjangnya, yaitu

sebagai berikut, model ekonometrik. Berikut merupakan model ECM

yang digunakan dalam penelitian ini :

Page 86: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

68

NPF = β0 + β1 GDP+ β2 INF+ β3 MM_MPLS + β4 RM_FM + β5 TBH+

ECT

Berdasarkan pada model di atas, maka Model ECM pada penelitian

ini dirumuskan sebagai berikut :

DNPF = β0 + β1 D(GDP)t + β2 D(INF)t + β3 D(MM_MPLS)t + β4

D(RM_FM)t+ β5 ECT(-1)

Dimana :

NPF = Rasio Non Performing Financing

GDP = Gross Domestik Product

INF = Inflasi

MM_MPLS = Margin murabahah terhadap profit loss sharing

mudharabah

RM_FM = Pembiayaan murabahah terhadap pembiayaan

mudharabah

TBH = Tingkat bagi hasil

ECT = Resid (-1)

β 1, β 2, β 3, β 4 = Koefisien regresi ECM jangka pendek

β 5 = Koefisien ECT

6. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel

independen yang dimasukan dalam model regresi secara bersama-sama

Page 87: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

69

terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0.05. Jika

nilai signifikan < 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, sebaliknya jika

signifikan > 0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak (Ghozali, 2006: 84).

7. Uji t

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap

variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0.05, jika nilai

probability t lebih besar dari 0.05 maka ada pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006:84).

8. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk membuat presentase variasi

variabel independen terhadap variabel dependen serta seberapa besar

pengaruh dari faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian.

Jika nilai koefisien determinasi adalah 1 berarti kuatnya kemampuan

fluktuasi variabel dependen, sebaliknya jika nilainya mendekati angka 0,

maka semakin rendah kemampuan fluktuasi variabel dependen (Ghozali,

2006:83). Nilai R2 makin mendekati 0 maka pengaruh semua variabel

independen terhadap variabel dependen makin kecil dan sebaliknya nilai

R2 makin mendekati 1 maka pengaruh semua variabel independen

terhadap variabel dependen makin besar.

Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap

jumlah variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan

Page 88: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

70

meningkatkan R2 meskipun variabel yang dimasukkan tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya.

Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien

determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square. Bertambahnya

variabel-variabel independen akan semakin memperkecil Adjusted R

Square. Nilai Adjusted R Square masih bisa bertambah apabila nilai t

absolut variabel yang ditambahkan lebih besar dari 1. Semkin besar

Adjusted R Square semakin baik pula model yang digunakan (Winarno,

2015:4.23).

E. Operasional Variabel

Variabel adalah segala sesuatu berbentuk apaun yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi dari hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:60). Hubungan antar

variabel dengan variabel lainnya dalam penelitian ini yaitu :

1. Variabel Independen

Variabel independen sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel

bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel dependen (Syukra Alhamda,

2016:93). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Gross Domestic Product (GDP)

Page 89: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

71

GDP yang dihitung berdasarkan pengeluaran terdiri dari empat

komponen utama yaitu, konsumsi dilambangkan C, investasi

dilambangkan dengan I, pengeluaran pemerintah dilambangkan

dengan G dan Expor yang dilambangkan dengan X serta impor yang

dilambangkan dengan M

Y = C + I + G + (X-M)

Y = GDP

GDP dalam penelitian ini disajikan dalam miliar rupiah

perbulan. Karena laporan GDP adalah pertiwulan dan pertahun,

maka data GDP diinterpolasikan menjadi perbulan. Interpolasi data

adalah suatu metode yang digunakan untuk menaksir nilai data time

series yang pempunyai rentang waktu lebih besar ke data yang

memiliki rentang waktu yang lebih kecil, atau sebaliknya (tahunan

ke triwulanan,triwulan kebulanan). Interpolasi dalam penelitian ini

menggunakan eviews.

b. Inflasi

Dalam ekonomi, inflasi memiliki pengertian suatu proses

meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. dengan

kata lain, inflasi merupakan proses suatu peristiwa dan bukan tinggi-

rendahnya tingkat harga (Rodoni & Ali, 2014:195)

Laju inflasi tahun kedua =𝐶𝑃𝐼 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 − 𝐶𝑃𝐼 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎

𝐶𝑃𝐼 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎

CPI = Consumer Price Index / Indeks Harga Konsumen (IHK)

Page 90: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

72

c. Kebijakan pembiayaan (MM/MPLS)

Kebijakan pembiayaan bank berdasarkan return yang

dihasilkan yang direpresentasikan oleh rasio margin murabahah

(MM) terhadap profit loss sharing mudharabah (MPLS). Margin

murabahah adalah besarnya keuntungan yang diterima oleh bank

syariah dari akad jual beli (murabahah). Profit loss sharing

mudharabah adalah bagi hasil dari mudharabah yang dibagikan

adalah keuntungan (jika perusahaan/bank untung) dan bila mudharib

rugi maka shahibul maal menanggung kerugian.

d. Kebijakan pembiayaan (RM/FM)

Kebijakan pembiayaan bank berdasarkan alokasi pembiayaan

yang direpresentasikan oleh rasio pembiayaan murabahah (RM)

terhadap pembiayaan mudharabah (FM) Pembiayaan murabahah

adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan

yang disepakati. Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama

usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal)

menyediakan seluruh (100%) modal sedangkan pihak lainnya

sebagai pengelola.

e. Tingkat bagi hasil

Tingkat bagi hasil (equivalen rate) adalah rata-rata tingkat imbalan

atas pembiayaan mudharabah dan musyarakah bagi bank syariah pada

saat tertentu, dinyatakan dalam prosentase (Veithzal, 2008). Data

diperoleh dari publikasi laporan keuangan bulanan.

Variabel tingkat bagi hasil dapat diukur dengan:

Page 91: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

73

TBH = Bagi hasil yang diterima x 100 %

Jumlah pembiayaan bagi hasil

2. Variabel Dependen

Variabel dependen sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel

terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena

adanya variabel bebas ( Syukra Alhamda,2016:93). Variabel dependen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a. Non Performing Financing (NPF)

Non Perfoming Financing (NPF) yaitu untuk mengukur

tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank.

Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa kualitas pembiayaan

semakin tidak sehat. Rumus perhitungan NPF adalah sebagai

berikut:

NPF = Pembiayaan bermasalah (KL, D, M) x 100 %

Total Pembiayaan

Page 92: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

74

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Bank Syariah

Awal tahun 1980-an, diskusi mengenai ekonomi islam mulai

dilakukan. Bahkan uji coba telah dilakukan, diantaranya adalah Baitul Mal

wa Tamwil Salman bandung dan Koperasi Ridho Gusti Jakarta. Prakarsa

lebih khusus bagi pendirian bank islam baru dimulai tahun 1990. MUNAS

IV MUI (Majelis Ulama Indonesia) pada Agustus 1990 membentuk

kelompok kerja untuk mendirikan Bank Muamalat (Antonio, 2001:24).

Perkembangan bank syariah di Indonesia dapat digambarkan dengan

pertumbuhan jumlah BUS maupun UUS, Pada tahun 2005 hanya terdapat

3 BUS yaitu Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega

Syariah. Jika dilihat pertumbuhan perbankan syariah dari tahun ke tahun

pertumbuhan UUS jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan

BUS, namun pada tahun 2010 terdapat penurunan jumlah UUS

dikarenakan terdapat beberapa UUS yang melakukan Spin Off.

Penambahan BUS terbesar terjadi pada tahun 2010 (5 BUS baru). Tahun

2013 terdapat pengurangan jumlah UUS dikarenakan tutupnya HSBC

Syariah dan pada pertengahan 2014 juga kembali terjadi pengurangan dari

jumlah UUS dikarenakan BTPN Syariah yang melakukan spin off di bulan

Juli 2014. Pada Meret 2016 terdapat 12 BUS, dan 22 UUS yang tersebar

di seluruh Indonesia.

Page 93: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

75

Perkembangan bank syariah di Indonesia tidak hanya dilihat dari

jumlah BUS maupun UUS, meskipun jumlah BUS dan UUS tidak

mengalami peningkatan yang signifikan, namun hal itu tidak terjadi pada

perkembangan jumlah jaringan bank syariah yang dihitung berdasarkan

jumlah kantor cabang (KC)/kantor pusat operasional (KPO), kantor

cabang pembantu (KCP)/unit pelayanan syariah (UPS) dan kantor kas

(KK) dimana peningkatan kantor jaringan terus terjadi dari tahun 2005

hanya 458 kantor dan pada akhir tahun 2014 meningkat hingga mencapai

2.151 kantor, akan tetapi terjadi penurunan pada akhir tahun 2015 yaitu

jumlah BUS sebanyak 1.990 kantor dan pada Februari 2016 jumlah BUS

sebanyak 1.926 kantor. Jumlah jaringan UUS juga mengalami penurunan

dari tahun 2012 dan 2013 jumlah jaringan UUS berturut-turut yaitu yaitu

sebanyak 517 dan 590, akan tetapi jumlah jaringan UUS mengalami

penurunan yaitu pada tahun 2014 hingga awal tahun 2016 yaitu sebanyak

320 kantor pada tahun 2014 dan 312 kantor pada awal tahun 2016. Berikut

adalah perbandingan jaringan BUS dan UUS Perbankan Syariah sampai

dengan bulan Februari 2016:

Gambar 4.1: Perkembangan Jaringan Perbankan Syariah

Sumber : Otoritas jasa keuangan (Data Diolah)

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

2012 2013 2014 2015 Feb-16

1,745 1,998 2,151 1,990 1,926

517590 320 311 312

Unit Usaha Syariah

bank umum syariah

Page 94: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

76

Dari segi penyaluran dana perbankan syariah dalam bentuk

pembiayaan setiap tahunnya mengalami peningkatan meskipun

peningkatan pembiayaan pada 2 tahun terkahir kian melambat. Dapat

dilihat pada grafik dibawah pada tahun 2012 bank syariah menyalurkan

pembiayaan sebesar 147.505 Miliar rupiah, kemudian pada tahun 2013

meningkat sebesar 184.122 Miliar rupah, lalu pada tahun 2014 dan 2015

pembiayaan yang disalurkan yaitu sebesar 199.330 Miliar ripiah dan

212.996 Miliar rupiah.

Gambar 4.2: Perkembangan Pembiayaan yang Diberikan Bank Syariah

Sumber : Otoritas jasa Keuangan (data diolah)

2. Perkembangan Non Performing Financing (NPF)

NPF merupakan Indikator yang menunjukkan kerugian akibat risiko

kredit adalah tercermin dari besarnya non perfoming financing (NPF).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan, dapat

dilihat grafik Pertumbuhan NPF di bawah ini:

0

100,000

200,000

300,000

2012 2013 2014 2015

147,505184,122 199,330 212,996

Pembiayaan yang Diberikan

Pembiayaan yangDiberikan

Page 95: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

77

Gambar 4.3: Pertumbuhan NPF

Sumber : Otoritas jasa Keuangan (data diolah)

Meningkatnya pembiayaan bermasalah (NPF) menunjukkan adanya

perlambatan ekspansi pembiayaan. Grafik di atas menunjukkan bahwa

NPF perbankan syariah cenderung naik setiap tahunnya, dari awal tahun

2014 hingga awal tahun 2016 terjadi peningkatan NPF yang cukup tinggi.

Pada tahun 2013 Triwulan IV tingkat NPF sebesar 3,08 % meningkat

menjadi 4,86 % pada tahun 2014 Triwulan IV, kemudian pada Triwulan

2015 NPF turun menjadi 4,30 %. Pembiayaan bermasalah biasanya

bergerak secara proporsional dengan pertumbuhan pembiayaan itu sendiri.

Perlambatan pertumbuhan pembiayaan selain dipengaruhi oleh kondisi

makro ekonomi juga karena adanya masa transisi pergantian pemerintah

sehingga terdapat kebijakan-kebijakan yang harus disesuaikan pada

pemerintahan yang baru. Kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh

bank syariah terhadap nasabah juga menjadi pemicu meningkatnya

pembiayaan bermasalah karena size perbankan syariah yang masih kecil

sehingga apabila terdapat satu nasabah yang jatuh maka akan

mempengaruhi secara keseluruhan.

Page 96: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

78

3. Perkembangan Gross Domestic Product (GDP)

Gross Domestic Product (GDP) merupakan ukuran produksi total

barang dan jasa dalam suatu perekonomian. GDP yang tumbuh dengan

cepat menunjukkan perekonomian yang berkembang dengan peluang yang

melimpah bagi perusahaan untuk meningkatkan penjualan. Berdasarkan

data yang diperoleh dari Bank Indonesia, dapat dilihat grafik

perkembangan GDP dibawah ini:

600,000

640,000

680,000

720,000

760,000

800,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

GDP

Gambar 4.4: Perkembangan Gross Domestic Product

Sumber : Eviews 8 (data diolah)

Berdasarkan grafik di atas, dapat diihat bahwa perkembangan gross

domestic product (GDP) selalu mengalami peningkatan yang lambat setiap

bulannya, dapat dilihat pada Triwulan IV tahun 2012 GDP menunjukkan

angka Rp 647.995,10 lalu meningkat menjadi Rp 683.708,7 pada Triwulan

IV tahun 2013, dan terus meningkat di Triwulan IV tahun 2014 sebesar Rp

717.858,3 hingga pada awal 2016 jumlah GDP mencapai Rp 754.213,2.

Bank Indonesia menyebutkan bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi

pada triwulan IV 2015 terutama didorong oleh peningkatan permintaan

Page 97: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

79

domestik, di tengah kontribusi sektor eksternal yang menurun. Dari sisi

permintaan domestik, peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama

didorong oleh meningkatnya peran Pemerintah, baik dalam bentuk

konsumsi pemerintah maupun investasi infrastruktur.

4. Perkembangan Inflasi

Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang selalu menarik untuk

dibahas terutama mengenai dampaknya yang luas terhadap makso

ekonomi agregat: pertumbuhan ekonomi, keseimbangan eksternal, daya

saing, tingkat bunga, dan bahkan distribusi pendapatan (Nurul Huda, 2008:

175). Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Indonesia, dapat dilihat

grafik perkembangan inflasi di bawah ini :

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

INF

Gambar 4.5: Perkembangan Inflasi

Sumber : Eviews 8 (data diolah)

Berdasarkan grafik di atas, inflasi mengalami fluktuasi setiap bulan

dan tahunnya, seperti terlihat pada pertengahan tahun 2013 mengalami

kenaikan yang cukup tajam dan jumlah inflasinya mencapai 8,8 % dan

pertengahan tahun 2014 mengalami penurunan yang cukup tajam pula

sehingga jumlah inflasi pada pertengahan tahun 2014 sebesar 4,0 % ,

Page 98: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

80

hingga kembali mengalami kenaikan di akhir tahun 2014 yang jumlahnya

sebesar 8,4%, hingga pada akhir tahun 2015 jumlah inflasi sebesar 3,3 %.

Adanya kenaikan harga di 2013 dikarenakan oleh porsi yang

signifikan dari harga bahan bakar Indonesia tetap disubsidi, sementara

kenaikan harga bahan bakar menuntut peningkatan secara terus menerus,

dan karenanya Bank Dunia, IMF, dan Kantor Dagang & Industri Indonesia

(Kadin) terus menekankan pentingnya menghentikan program ini.

B. Analisis dan Pembahasan

Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder

deret waktu (time series) yang berbentuk bulanan mulai dari periode Januar

2012 sampai Februari 2016. Dalam penelitian ini penulis akan memaparkan

mengenai Non Performing Financing (NPF) sebagai dapak dari moral hazard

dan adverse selection sebagai variabel dependen (variabel terikat). Sedangkan

variabel independen (variabel bebas) terdiri dari Gross Domestic Product,

Inflasi, kebijakan perbankan yang direpresentasikan oleh return yang

dihasilkan oleh rasio margin murabahah (MM) terhadap profit loss sharing

mudharabah (MPLS), alokasi pembiayaan yang direprestasikan oleh rasio

pembiayaan murabahah (RM) terhadap pembiayaan mudharabah (FM), dan

tingkat bagi hasil.

Alat pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

perangkat lunak (software) komputer Eviews 8 untuk mempercepat perolehan

hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti, dengan metode

Page 99: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

81

analisis secara ekonometrik. Adapun hasil dan analisi dari uji yang sudah

dilakukan, yakni:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini menggunakan

teknik Jarque-Berra. Pedoman yang digunakan adalah apabila nilai Jarque-

Berra tidak signifikan (lebih kecil dari 2), maka data terdistribusi normal.

Dan apabila probabilitas lebih besar dari 5% maka data terdistribusi

normal (Winarno, 2015:5.43).

Gambar 4.6: Uji Normalitas

Sumber : Eviews 8 (data diolah)

Gambar menunjukan bahwa setelah dilakukan uji normalitas data

dengan menggunakan fasilitas eviews maka semua variabel pada

pengujian model ini menunjukan bahwa penelitian diatas berdistribusi

normal atau dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas dapat dipenuhi.

Hal ini dapat dilihat dari nilai J-B pada penelitian ini sebesar 1.959547

dengan probability 0.375396. Di mana probabilitas harus lebih besar dari

α= 0,05. Oleh karena itu H1 diterima dan menunjukan bahwa penelitian

Page 100: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

82

tersebut berdistribusi normal, sehingga dapat dikatakan bahwa persyaratan

normalitas dapat terpenuhi.

2. Uji Linieritas

Uji Linieritas merupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat

apakah model fungsi regresi yang digunakan sudah benar atau tidak.

Indikator bahwa model ini memenuhi asumsi linieritas dapat dilihat

melalui Prob.F dan membandingkannya dengan nilai signifikansi (α). Data

dikatakan memenuhi asumsi linieritas apabila nilai Prob.F lebih besar dari

nilai signifikansi (α), berikut merupakan hasil uji linieritas :

Gambar 4.7: Uji Linearitas

Sumber : Eviews 8 (data diolah)

Dari uji linieritas (Uji Ramsey RESET Test) pada tabel di atas nilai

probabilitasnya adalah 0.5673 ternyata lebih besar dari derajat signifikansi

5% (0,05). Artinya tidak ada permasalahan linieritas. Dengan kata lain

bentuk model estimasi dalam penelitian ini adalah linear.

3. Uji Stasioner

a. Uji Akar Unit

Uji stasioner dideteksi dengan menggunakan uji akar unit (unit

root test). Uji akar unit digunakan untuk melihat suatu data stasioner

Page 101: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

83

atau tidak dilihat dengan membandingkan nilai uji statistik dengan

nilai kritis pada berbagai tingkat signifikansi (α = 1%, 5%, 10%).

Dalam pengujian stasioner peneliti menggunakan uji Phillips-Perron.

Pengujian akar-akar unit dikatakan stasioner apabila nilai Phillips-

Perron test (Pp test) lebih besar dari nilai Critical Value (CV) 5%,

sebaliknya jika nilai Phillips-Perron test (Pp test) lebih kecil dari nilai

Critical Value (CV) 5%. Maka variabel tersebut tidak stasioner.

Tahap pertama, dilakukan uji akar-akar unit untuk mengetahui

pada derajat keberapa data yang digunakan stasioner. Jika PPtest lebih

besar dibandingkan dengan critical value α = 5% maka data telah

stasioner. Hasil dari pengujian stasioner adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1: Uji Akar Unit nilai Phillips-Perron test pada Tingkat Level

No Variabel

Level Keterangan

Pptest CV 5%

1. NPF -0.744067 -2.922449 Tidak Stasioner

2. GDP -1.621615 -2.922449 Tidak Stasioner

3. INF -2.123878 -2.922449 Tidak Stasioner

4. MM/MPLS -1.542341 -2.922449 Tidak Stasioner

5. RM/FM -3.843163 -2.922449 Stasioner

6. TBH -1.756579 -2.922449 Tidak Stasioner Sumber : Eviews 8 (data diolah)

Tabel di atas menunjukan hasil uji akar-akar unit dengan

menggunakan Phillips-Perron test. Dari tabel tersebut sesuai dengan

data yang diuji dapat diketahui dari nilai Phillips-Perron test (Pptest)

dan dari nilai Critical Value (CV) 5%, terdapat variabel yang di uji

memiliki persoalan akar unit (PPtest) < Critical Value (CV) 5%

kecuali variabel RM_FM. dengan kata lain variabel-variabel tersebut

Page 102: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

84

pada tingkat level mengalami persoalan akar-akar unit, oleh karena itu

perlu dilanjutkan dengan uji derajat integrasi pertama.

b. Uji Derajat Integrasi

Uji akar unit menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat data

belum stasioner pada tingkat level. Oleh karena itu, harus dilakukan

Uji Derajat Integrasi. Nilai statistik Phillips-Perron untuk mengetahui

pada derajat berapa suatu data akan stasioner dapat dilihat pada nilai

Phillips-Perron test (Pp test) yang lebih besar dari nilai Critical Value

(CV) 5%, maka variabel tersebut dikatakan stasioner pada derajat

pertama. Hasil dari pengujian derajat integrasi pertama dapat dilihat

pada tabel 4.2 Berikut ini:

Tabel 4.2: Uji Akar Unit Phillips-Perron test pada first difference

No Variabel Level

Keterangan Pptest CV 5%

1. NPF -8.385875 -2.923780 Stasioner

2. GDP -3.575050 -2.923780 Stasioner

3. INF -4.900655 -2.923780 Stasioner

4. MM/MPLS -9.111775 -2.923780 Stasioner

5. RM/FM -4.327805 -2.923780 Stasioner

6. TBH -7.797637 -2.923780 Stasioner Sumber : Eviews 8 (data diolah)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Phillips-Perron test

(Pptest) dan dari nilai Critical Value (CV) 5% sudah stasioner pada

integrasi pertama (first difference). Kesimpulan dari data yang diolah

adalah semua variabel sudah stasioner pada tingkat first difference,

sehingga tidak perlu dilakukan pengujian pada tingkat berikutnya

Page 103: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

85

(second difference) dan pengujian dapat dilanjutkan dengan uji

berikutnya yaitu Uji Kointegrasi.

4. Uji Kointegrasi

Hasil Uji Kointegrasi didapat apabila semua variabel stasioner pada

ordo yang sama. Tujuan utama uji kointegrasi ini adalah untuk

mengetahui apakah residual regresi terkointegrasi stasioner atau tidak.

Apabila variabel terkointegrasi maka terdapat hubungan yang stabil

dalam jangka panjang. Sebaliknya jika tidak terdapat kointegrasi antar

variabel maka implikasi tidak adanya keterkaitan hubungan dalam

jangka panjang. Penelitian ini menggunakan Uji Johansen untuk melihat

suatu data memiliki hubungan jangka panjang atau tidak. Berikut ini

hasil uji kointegrasi Johansen :

Page 104: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

86

Gambar 4.8: Uji Johansen Kointegrasi

Sumber : Eviews 8 (data diolah)

Dari gambar di atas ditunjukan nilai trace statistic > CV 5% yaitu

132.4507 > 95.75366 dengan probabilitas 0,0000 sehingga dapat

disimpulkan bahwa setiap variabel saling berkointegrasi atau terdapat

adanya indikasi hubungan dalam jangka panjang. Adanya indikasi

hubungan keseimbangan dalam jangka panjang belum dapat digunakan

sebagai bukti bahwa terdapat hubungan antara variabel-variabelnya dalam

Page 105: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

87

jangka panjang. Kemudian untuk menentukan variabel mana yang

menyebabkan perubahan pada variabel lainnya, maka digunakan

penghitungan Error Correction Model

5. Uji Asumsi Klasik

Suatu model dikatakan baik untuk alat prediksi apabila mempunyai

sifat-sifat tidak bias linear terbaik suatu penaksiran atau Best Linear

Unbiased Estimator (BLUE). Di samping itu suatu model dikatakan cukup

baik dan dapat dipakai untuk memprediksi apabila sudah lolos dari

serangkaian uji asumsi klasik yang melandasinya, pengujian ini

dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas,

heterokedastisitas, dan autokorelasi di dalam model penelitian. Uji asumsi

klasis dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan (korelasi) yang signifikan diantara dua atau lebih variabel

independen dalam model regresi. Pada penelitian ini, ada atau

tidaknya multikolinieritas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien

korelasi masing-masing variabel bebas.

Multikolinieritas bisa dideteksi dengan melihat kolerasi linier

antara variabel independen di dalam regresi. Sebagai aturan yang

kasar (rule of thumb), jika koefisien kolerasi cukup tinggi yaitu diatas

0,85 maka kita duga ada multikolinieritas dalam model. Sebaliknya

jika koefisien kolerasi kurang dari 0,85 maka kita duga model tidak

Page 106: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

88

mengandung unsur multikolinieritas. Akan tetapi perlu diperhatikan

terutama pada data time series seringkali menunjukan kolerasi antar

variabel independen cukup tinggi. Kolerasi tinggi ini terjadi karena

data time series seringkali menunjukan unsur tren yaitu data bergerak

naik dan turun secara bersamaan (Agus Widarjono,2010:77). Hasil

pengujian multikolinearitas adalah sebagai berikut:

Gambar 4.9: Uji Multikolinieritas

Sumber : Eviews 8 (Data diolah)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa semua variabel

berada di bawah 0,85 sehingga dapat disimpulkan bahwa model tidak

terdapat masalah multikolinearitas.

b. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi

dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul

pada data yang bersifat runtun waktu, karena berdasarkan sifatnya

data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa sebelumnya

(Winarno, 2015:5.29). Autokorelasi dapat diteksi dengan

menggunakan Uji Breusch-Godfrey nama lain uji BG ini adalah Uji

Langrange Multiplier (LM-test). Uji ini sangat berguna untuk

mengidentifikasi masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat

pertama (first order) tetapi juga digunakan pada tingkat derajat.

Page 107: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

89

Uji autokerelasi juga bisa dilihat dari nilai probabilitas Chi-

Square.Jika probabilitas Chi-Square lebih besar dari tingkat

signifikan 5% maka tidak terdapat autokorelasi dan sebaliknya jika

probabilitas Chi-Squared lebih kecil dari 5% maka terdapat

autokorelasi.

Gambar 4.10: Uji Autokorelasi

Sumber : Eviews 8 (Data diolah)

Pada tabel hasil output diatas menunjukan bahwa nilai Obs*R

Squared LM mempunyai probabilitas sebesar 0.0004 berarti

probabilitas tersebut memberikan putusan bahwa model ini

mengandung permasalahan autokorelasi. Jika model regresi

mengalami autokorelasi, maka akan menyebabkan estimator hanya

bersifat LUE, tidak lagi BLUE. Oleh karena itu perlu dilakukan uji

untuk menghilangkan autokorelasi, yaitu dengan menentukan rho hat

= 1-(d/2), dengan d=durbin Watson stat, maka hasilnya adalah:

Gambar 4.11: Uji Autokorelasi dengan WLS

Sumber: Eviews 8 (data diolah)

Page 108: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

90

Pada tabel hasil output diatas menunjukan bahwa nilai Obs*R

Squared LM mempunyai probabilitas sebesar 0.6778 dimana

probabilitas lebih besar dari nilai α sebesar 0.05 atau 5%. Berarti

probabilitas tersebut memberikan putusan bahwa model ini telah

terbebas dari permasalahan autokorelasi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

homokesdasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Metode

yang digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada

penelitian ini adalah uji White. Heteroskedastisitas dapat dilihat dari

probabilitas Obs*R-square, apabila probabilitas Obs*R-square uji

white lebih kecil dari 0.05, maka terdapat masalah

heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas adalah sebagai

berikut:

Gambar 4.12: Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Eviews 8 (data diolah)

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai probabilitas dari Chi-

Square sebesar 0.7954 yang lebih besar dari nilai α sebesar 0.05,

Page 109: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

91

karena nilai probabilitas Chi-Square lebih besar dari α= 5% maka Ho

diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model ini tidak ada

masalah heterokedastisitas.

6. Regresi Metode Error Correction Model (ECM)

Model Korelasi Kesalahan (Error Correction Model) merupakan

metode pengujian yang dapat digunakan untuk mencari model

keseimbangan dalam jangka panjang, dengan ditemukannya fenomena

hubungan jangka panjang antara variabel-variabel yang digunakan dalam

pengujian kointegrasi di atas, maka langkah selanjutnya adalah melakukan

pendekatan Error Correction Model (ECM). Error Correction Model

merupakan salah satu pendekatan untuk menganalisis model time series

yang digunakan untuk melihat adanya konsistensi hubungan jangka

pendek dengan jangka panjang dari variabel-variabel yang diuji.

D(NPF) = β0 + β1 D(GDP)t + β2 D(INF)t + β3 D(MM_MPLS)t + β4

D(RM_FM)t + β5D(TBH)t +β6 ECTt

Jangka panjang merupakan suatu periode yang memungkinkan untuk

mengadakan penyesuaian penuh untuk setiap perubahan yang timbul,

sehingga dapat menunjukan sejauh mana perubahan pada variabel

independen menyesuaikan secara penuh variabel dependen hasil

regresinya adalah sebagai berikut.

Page 110: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

92

Gambar 4.13: Hasil Analisis Jangka Panjang

Sumber: Eviews 8 (data diolah)

Adapun persamaan jangka panjang yang diperoleh adalah :

NPF = β0 + β1GDPt+β2 INFt+ β3 MM_MPLSt + β4 RM_FMt + β5 TBHt + E

NPF=-8.911691+0.00173GDPt*-0.066741INFt*+0.202506MM_MPLSt* -

0.318259RM_FMt* + 0.091061TBHt*

Keterangan :

GDPt = Gross Domestic Product Periode t

INFt = Inflasi Periode t

MM_MPLSt = Rasio Margin Pembiayaan Murabahah Terhadap

Pembiayaan Mudharabah periode t

RM_FMt = Rasio Pembiayaan Murabahah Terhadap Pembiayaan

Mudharabah peroide t

TBHt = Tingkat Bagi Hasil periode t

Page 111: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

93

(*) = Variabel yang signifikan (<0.05)

Persamaan diatas menunjukkan bahwa dalam jangka panjang variabel

GDP, inflasi, rasio margin murabahah terhadap pembiayaan mudharabah,

alokasi pembiayaan murabahah terhadap pembiayaan mudharabah dan

tingkat bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap NPF dengan nilai

probabilitas masing-masing variabel tersebut adalah 0.0000, 0.0453,

0.0257, 0.0080, dan 0.0000 yang signifikan pada α = 5 %. Penelitian ini

menggunakan hipotesis satu arah (one tiled) maka nilai signifikansi output

dibagi dua, sehingga probalitas masing-masing variabel independen yaitu

0.0000, 0.02265, 0.01285, 0.004, dan 0.0000 yang signifikan pada α = 5

%, sedangkan untuk koefisien jangka panjang masing-masing variabel

tersebut adalah 0.00173, -0.066741, 0.202506, -0.318259 dan 0.091061.

Kemudian dari hasil jangka panjang diatas dapat diambil nilai residualnya,

nilai residualnya digunakan untuk mengestimasi persamaan jangka

pendek. Hasil persamaan jangka pendek dengan pengolahan data

menggunakan pendekatan Error Correction Model (ECM) dengan

program computer Eviews 8 ditampilkan sebagai berikut :

Page 112: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

94

Gambar 4.14: Hasil Analisis Jangka Pendek

Sumber: Eviews 8 (data diolah)

Berdasarkan gambar di atas, maka hasil ECM dalam jangka pendek

adalah:

D(NPF) = 0.024065 + 0.00100D(GDP)t* – 0.064689D(INF)t –

0.021842D(MM_MPLS)t – 0.258072D(RM_FM)t + 0.052566D(TBH)t*

– 0.397682 ECTt-1

Keterangan :

D(NPF) = Perubahan Tingkat Non Performing Financing

(NPF) periode t

D(GDP)t = Perubahan Jumlah Gross Domestic Product

Periode t

D(INF)t = Perubahan Tingkat Inflasi Periode t

Page 113: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

95

D(MM_MPLS)t = Perubahan Jumlah Rasio Margin Pembiayaan

Murabahah Terhadap Pembiayaan Mudharabah periode t

D(RM_FM)t = Perubahan Jumlah Rasio Pembiayaan Murabahah

Terhadap Pembiayaan Mudharabah peroide t

D(TBH)t = Perubahan Tingkat Bagi Hasil periode t

ECT(-1) = Error Correction Term Periode t-1

(*) = Variabel yang signifikan (<0.05)

Hasil estimasi jangka pendek diatas menunjukkan bahwa variabel

independen yang signifikan mempengaruhi NPF hanyalah GDP dan

tingkat bagi hasil (TBH) yang ditunjukkan dari nilai probabilitas hitung

masing-masing variabel yaitu 0.0280 dan 0.0077 yang signifikan pada

α=5%. Hipotesis satu arah (one tiled) ditunjukkan dari variabel GDP dan

TBH yaitu 0.014 dan 0.00385 dimana hal ini menunjukkan bahwa dalam

jangka pendek variabel GDP dan TBH berpengaruh signifikan terhadap

NPF dengan nilai koefisien masing-masing variabel adalah sebesar

0.00100 dan 0.052566.

Nilai koefisien ECT yang ditunjukkan pada hasil analisis ECM diatas

yaitu sebesar -0.397682 menunjukkan bahwa keseimbangan dan

perkembangan NPF pada periode sebelumnya yang disesuaikan dengan

periode sekarang adalah 39% dengan probabilitas 0.0013 apabila

menggunakan one tiled menjadi 0.00065 yang lebih kecil dari tingkat

signifikansi 5% Artinya spesifikasi model sudah shahih dan dapat

menjelaskan variasi pada variabel tak bebas (Insukindro,1993:2)

Page 114: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

96

7. Uji simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel independen secara

bersama-sama mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen. Jika nilai probabilitas F statistiknya < 0,05 maka H0 ditolak dan

H1 diterima, berarti bahwa secara bersama-sama variabel-variabel

independen yang terdapat dalam model berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen. Dari hasil regresi yang mengestimasi

pengaruh GDP, Inflasi, MM_MPLS, RM_FM dan TBH terhadap NPF

dalam jangka pendek diketahui bahwa nilai probabilitas dari F-statistik

adalah 0.004380 dan pada hipotesis satu arah (one tiled) menjadi 0.00219

signifikan pada α = 5%. maka H0 ditolak dan H1 diterima, sedangkan

untuk hasil regresi jangka panjang diketahui bahwa nilai probabilitas F-

statistik adalah 0.000000 dan signifikan pada α = 5%, berarti baik dalam

jangka pendek maupun jangka panjang secara bersama-sama variabel

independen yang terdapat dalam model berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen.

8. Uji Secara individual (Uji t)

Pengujian secara individual ini dimaksudkan untuk mengetahui

apakah masing-masing variabel independen berpengaruh terhadap

variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan melihat besarnya t hitung

atau dengan melihat tingkat probabilitasnya . Gambar 4.13 dan gambar

4.14 menunjukkan keterkaitan antar variabel adalam sebagai berikut:

Page 115: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

97

Tabel 4.3 Hasil Uji t

Variabel Jangka Pendek Jangka panjang

t-hitung Prob Prob 1-tiled t-hitung Prob Prob 1-tiled

GDP 2.275542 0.0280 0.0140 11.80066 0.000 0.000

INF -1.629960 0.1106 0.0553 -2.060647 0.0453 0.02265

MM_MPLS -0.314738 0.7545 0.37725 2.308995 0.0257 0.01285

RM_FM -1.193278 0.2395 0.11975 -2.776210 0.008 0.004

TBH 2.797266 0.0077 0.00385 6.049697 0.000 0.0000

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa:

a. Hipotesis 1

H0 < 0 : Diduga tidak terdapat indikasi moral hazard yang

direpresentasikan oleh Gross Domestic Product (GDP) berpengaruh

positif terhadap non performing financing (NPF)

Ha ≥ 0: Diduga terdapat indikasi moral hazard yang direpresentasikan

oleh Gross Domestic Product (GDP) berpengaruh positif terhadap

non performing financing (NPF).

Pada tabel 4.3 terlihat bahwa nilai t-hitung dalam jagka pendek

dan jangka panjang masing-masing untuk variabel GDP adalah

2.275542 dan 11.80066 dengan probabilitas 0.0280 dan 0.0000.

dalam penelitian ini menggunakan hipotesis satu arah (one tiled)

sehingga probabilitas variabel GDP dalam jangka pendek dan jangka

panjang yaitu 0.014 dan 0.0000 berarti nilai probabilitas lebih kecil

dari 0,05. Maka Ha diterima dan H0 ditolak, yang berarti bahwa dalam

jangka pendek maupun jangka panjang terdapat indikasi moral hazard

yang direpresentasikan oleh Gross Domestic Product (GDP) terhadap

non performing financing (NPF).

Page 116: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

98

b. Hipotesis 2

H0 ≥ 0 : Diduga tidak terdapat indikasi moral hazard yang

direpresentasikan oleh Inflasi berpengaruh negatif terhadap non

performing financing (NPF)

Ha < 0 : Diduga terdapat indikasi moral hazard yang direpresentasikan

oleh Inflasi berpengaruh negatif terhadap non performing financing

(NPF)

Pada tabel 4.3 terlihat bahwa nilai t-hitung dalam jangka pendek

dan jangka panjang masing-masing untuk variabel Inflasi adalah -

1.629960 dan -2.060647 dengan probabilitas 0.1106 dan 0.0453

dalam penelitian ini menggunakan hipotesis satu arah (one tiled)

sehingga probabilitas variabel inflasi dalam jangka pendek dan jangka

panjang yaitu 0.0553 dan 0.02265 yang berarti nilai probabilitas

varibel inflasi untuk jangka panjang lecih kecil dari 0.05 sedangkan

probabilitas variabel inflasi untuk jangka pendek lebih besar dari 0,05.

Maka untuk jangka pendek Ha ditolak, dan menerima H0 yang berarti

bahwa dalam jangka pendek variabel Inflasi tidak berpengaruh negatif

terhadap NPF sedangkan untuk jangka panjang variabel inflasi

menerima Ha yang berarti bahwa dalam jangka panjang variabel

inflasi berpengaruh negatif terhadap NPF.

c. Hipotesis 3

H0 < 0: Diduga tidak terdapat indikasi moral hazard yang

direpresentasikan oleh rasio margin murabahah (MM) terhadap profit

Page 117: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

99

loss sharing mudharabah (MPLS) berpengaruh positif terhadap non

performing financing (NPF)

Ha ≥ 0 : Diduga terdapat indikasi moral hazard yang direpresentasikan

oleh rasio margin murabahah (MM) terhadap profit loss sharing

mudharabah (MPLS) berpengaruh positif terhadap non performing

financing (NPF)

Pada tabel 4.3 terlihat bahwa nilai t-hitung dalam jangka pendek

dan jangka panjang masing-masing untuk variabel MM_MPLS adalah

-0.314738 dan 2.308995 dengan probabilitas 0.7545 dan 0.0257

dalam penelitian ini menggunakan hipotesis satu arah (one tiled)

sehingga probabilitas variabel MM_MPLS dalam jangka pendek dan

jangka panjang yaitu 0.37725 dan 0.01285 yang berarti nilai

probabilitas varibel MM_MPLS untuk jangka panjang lebih kecil dari

0.05 sedangkan probabilitas variabel inflasi untuk jangka pendek lebih

besar dari 0,05. Maka untuk jangka pendek Ha ditolak yang berarti

bahwa dalam jangka pendek variabel MM_MPLS tidak berpengaruh

positif signifikan terhadap NPF sedangkan untuk jangka panjang

variabel MM_MPLS menerima Ha yang berarti bahwa dalam jangka

panjang variabel MM_MPLS berpengaruh positif terhadap NPF.

d. Hipotesis 4

H0 < 0 : Diduga tidak terdapat indikasi moral hazard yang

direpresentasikan oleh alokasi pembiayaan murabahah (RM) terhadap

Page 118: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

100

profit loss sharing mudharabah (FM) berpengaruh positif terhadap

non performing financing (NPF).

Ha ≥ 0 : Diduga terdapat indikasi moral hazard yang direpresentasikan

oleh alokasi pembiayaan murabahah (RM) terhadap profit loss

sharing mudharabah (FM) berpengaruh positif terhadap non

performing financing (NPF).

Pada tabel 4.3 terlihat bahwa nilai t-hitung dalam jangka pendek

dan jangka panjang masing-masing untuk variabel RM_FM adalah -

1.193278 dan -2776210 dengan probabilitas 0.2397 dan 0.0080 dalam

penelitian ini menggunakan hipotesis satu arah (one tiled) sehingga

probabilitas variabel RM_FM dalam jangka pendek dan jangka

panjang yaitu 0.11975 dan 0.004 yang berarti nilai probabilitas varibel

RM_FM untuk jangka panjang lecih kecil dari 0.05 sedangkan

probabilitas variabel inflasi untuk jangka pendek lebih besar dari 0,05.

Maka untuk jangka pendek Ha ditolak yang berarti bahwa dalam

jangka pendek variabel MM_MPLS tidak berpengaruh positif

signifikan terhadap NPF sedangkan untuk jangka panjang variabel

MM_MPLS menerima Ha yang berarti bahwa dalam jangka panjang

variabel MM_MPLS berpengaruh positif signifikan terhadap NPF.

e. Hipotesis 5

H0 < 0 : Diduga tidak terdapat indikasi adverse selection yang

direpresentasikan oleh tingat bagi hasil (TBH) berpengaruh positif

terhadap non performing financing (NPF)

Page 119: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

101

Ha ≥ 0 : Diduga terdapat indikasi adverse selection yang

direpresentasikan oleh tingat bagi hasil (TBH) berpengaruh positif

terhadap non performing financing (NPF)

Pada tabel 4.3 terlihat bahwa nilai t-hitung dalam jangka pendek

dan jangka panjang masing-masing untuk variabel TBH adalah

2.797266 dan 6.049697 dengan probabilitas 0.0077 dan 0.0000 dalam

penelitian ini menggunakan hipotesis satu arah (one tiled) sehingga

probabilitas variabel TBH dalam jangka pendek dan jangka panjang

yaitu 0.00385 dan 0.0000 yang berarti nilai probabilitas lebih kecil

dari 0,05. Maka Ha diterima yang berarti bahwa dalam jangka pendek

maupun jangka panjang variabel TBH berpengaruh positif signifikan

terhadap NPF

9. Uji Adjusted R Square

Nilai R2 (koefisien determinasi) dilakukan untuk melihat

seberapa besar variabel independen berpengaruh terhadap variabel

dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 - 1. Nilai R2 makin mendekati 0

maka pengaruh semua variabel independen terhadap variabel

dependen makin kecil dan sebaliknya nilai R2 makin mendekati 1

maka pengaruh semua variabel independen terhadap variabel

dependen makin besar. Koefisien determinasi memiliki kelemahan,

yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas dan jumlah pengamatan

dalam model akan meningkatkan R2 meskipun variabel yang

dimasukkan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Page 120: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

102

variabel terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka

digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R

Square.

Pada hasil analisis Error Correction Model (ECM) untuk jangka

pendek nilai Adjusted R Square adalah 0.25654,5 ini menunjukkan

bahwa besarnya pengaruh dari variabel independen terhadap variabel

dependen sebesar 25,6545%, sedangkan sisanya sebesar 74,3455%

menggambarkan pengaruh dari variabel-variabel diluar model,

sedangakan dalam jangka panjang nilai Adjusted R Square adalah

0.877858 ini menunjukkan bahwa besarnya pengaruh dari variabel

independen terhadap variabel dependen sebesar 87,7858%, sedangkan

sisanya sebesar 12,2142% menggambarkan pengaruh dari variabel-

variabel diluar model. Rendahnya Adjusted R Square dalam jangka

pendek disebabkan karena pembiayaan perbankan sifatnya jangka

panjang sehingga fenomena jangka pendek belum mampu

merepresentasikan adanya kredit macet.

C. Interpretasi Data

1. Jumlah GDP dan Tingkat NPF

GDP atau Gross Domestic Product dalam model ini

merepresentasikan kondisi makro ekonomi. Ketika perekonomian

mengalami pertumbuhan yang positif, idealnya terjadi peningkatan

transaksi dan aktivitas perekonomian sehingga kondisi bisnis umumnya

lebih baik. Hasil perhitungan menunjukan bahwa koefisien variabel GDP

Page 121: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

103

dalam jangka pendek D(GDP) mempunyai pengaruh hubungan yang

positif signifikan terhadap NPF. Hal ini dapat dilihat dari gambar 4.14

yang menunjukan bahwa tingkat probabilitas dari variabel GDP sebesar

0.014, yang lebih kecil dari tingkat signifikan yang digunakan yaitu 0.05

(5%). Dan nilai koefisien jangka pendek sebesar 0.00100, yang berarti

bahwa jika GDP naik 1% maka NPF akan mengalami peningkatan sebesar

0.00100 persen. Sehingga dari kondisi makro ekonomi yang

direpresentasikan dengan GDP memperlihatkan adanya moral hazard di

bank syariah dalam jangka pendek. Dimana adanya ketidakhati-hatian dari

bank syariah atau sistem di bank syariah yang memberikan kesempatan

terjadinya moral hazard. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Ranti Wiliasih (2005) yang menunjukkan bahwa GDP

mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap kredit bermasalah.

Hasil perhitungan menunjukan bahwa koefisien variabel GDP dalam

jangka panjang mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap

NPF, hal ini dapat dilihat pada gambar 4.13 yang menunjukan nilai

probabilitasnya sebesar 0.0000, yang lebih kecil dari nilai signifikansi

yang digunakan yaitu 0.05 (5%). Dengan koefisien sebesar 0.00173. Hal

ini mengimplikasikan bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara

variabel GDP terhadap NPF, dimana apabila GDP naik sebesar 1% maka

akan meningkatkan Jumlah NPF sebesar 0.00173 persen.

Hubungan yang positif dan signifikan antara GDP dan NPF dalam

jangka panjang mengindikasikan adanya moral hazard pula di bank

Page 122: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

104

syariah, yang dimana adanya ketidak-hati hatian bank syariah sehingga

memicu nasabahnya untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak

diinginkan atau moral hazard.

Kemampuan membayar merupakan salah satu indikator penilaian

selain prospek usaha dan kondisi keuangan debitur. Jika diperhatikan

dalam model jangka pendek dan jangka panjang pada bank syariah bahwa

kefisien GDP berpengaruh terhadap NPF. Pada saat GDP meningkat

seharusnya diikuti dengan penurunan NPF karena ketika GDP meningkat

idealnya terjadi peningkatan transaksi ekonomi, dunia bisnis menggeliat

dan kemampuan bayar nasabah pun semakin tinggi. Namun dalam jangka

panjang dan jangka pendek ketika pada bank syariah ketika GDP

meningkat akan diikuti oleh peningkatan NPF. Hal ini mengisyaratkan

bank kurang hari-hati atau kurang melakukan monitoring sehingga

terdapat indikasi moral hazard di bank syariah dalam jangka panjang dan

jangka pendek. Tindakan moral hazard yang dilakukan nasabah karena

adanya perbedaan kepentingan dan informasi antara mudharib dan

shahibul maal. Perbedaan tersebut sangat mungkin karena para mudharib

tidak mengambil risiko dari bisnis yang dijalankannya, oleh karena itu

mudharib cenderung membuat keputusan yang tidak optimal (Jensen dan

Mecling, 1976:5)

2. Tingkat Inflasi dan Tingkat NPF

Inflasi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kondisi

perekonomian negara. Jika tingkat infasi suatu negara tinggi dapat

Page 123: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

105

berpengaruh terhadap perekonomian, baik dari segi pendapatan, investasi,

suku bunga, nilai tukar, dan sebagainya. Tingkat inflasi yang tinggi akan

berakibat terhadap turunnya pendapatan masyarakat, dan pada akhirnya

akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh lembaga perbankan yaitu

dari tingkat pengembalian pinjaman atau pembiayaan dan akan

meningkatkan rasio NPF. Hasil perhitungan menunjukan bahwa koefisien

variabel inflasi dalam jangka pendek D(INF) mempunyai pengaruh

hubungan yang negatif tidak signifikan terhadap NPF. Hal ini dapat dilihat

dari gambar 4.14 yang menunjukan bahwa tingkat probabilitas dari

variabel inflasi sebesar 0.0553, yang lebih besar dari tingkat signifikansi

yang digunakan yaitu 0.05 (5%). Dan nilai koefisien jangka pendek

sebesar -0.064689. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

jangka pendek antara variabel Inflasi terhadap NPF. Dimana apabila

Inflasi naik sebesar 1% maka tidak akan mempengaruhi tingkat NPF.

Sehingga dari kondisi makro ekonomi yang direpresentasikan dengan

Inflasi tidak memperlihatkan adanya moral hazard di bank syariah dalam

jangka pendek.

Hasil perhitungan jangka panjang menunjukan bahwa koefisien

variabel inflasi dalam jangka panjang INF mempunyai pengaruh hubungan

yang negatif signifikan terhadap NPF, hal ini dapat dilihat pada gambar

4.13 yang menunjukan nilai probabilitasnya sebesar 0.02265, yang lebih

kecil dari nilai signifikan yang digunakan yaitu 0.05 (5%). Dengan

koefisien sebesar -0.066741, yang berarti bahwa jika tingkat inflasi turun

Page 124: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

106

1% maka NPF akan mengalami kenaikan sebesar -0.066741 persen. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutamimah

dan Zaidah (2010) yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif

terhadap NPF. Inflasi dapat digambarkan dari kenaikan harga yang terus

menerus sehingga akan menurunkan kemampuan nasabah dalam

memenuhi segala kebutuhannya. Tingginya inflasi juga akan menurunkan

pendapatan masyarakat. Sehingga apabila inflasi mengalami penurunan

atau cenderung stabil maka seharusnya nasabah lebih mampu dalam

memenuhi segala kewajibannya.

Salah satu kesulitan yang dihadapi bank adalah menentukan dengan

tepat bagaimana risiko kredit dapat berubah seiring dengan perubahan

ekonomi makro serta berapa lama perubahan ekonomi makro tersebut,

dalam hal ini inflasi direspon oleh perbankan. Peningkatan NPF yang

diakibatkan oleh penurunan inflasi mengindikasikan bahwa debitur tidak

memiliki tanggung jawab dan komitmen untuk memenuhi kewajibannya

dalam melunasi pinjamannya terhadap bank. Selain itu adanya akad yang

melandasi pembiayaan antara shahibul maal dan mudharib yang bersifat

mengikat, sehingga seharusnya dalam keadaan apapun mudharib tetap

berkewajiban untuk melunasi pinjamanya.

Peningkatan NPF yang diakibatkan oleh menurunnya inflasi

menandakan bahwa bank kurang hari-hati atau kurang melakukan

monitoring sehingga terdapat indikasi moral hazard di bank syariah dalam

jangka panjang, sedangkan dalam jangka pendek inflasi tidak berpengaruh

Page 125: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

107

terhadap NPF karena inflasi merupakan perubahan harga yang terus

menerus sehingga dampaknya akan terasa pada jangka panjang pula.

3. Jumlah MM/MPLS dan Tingkat NPF

Hasil perhitungan menunjukan bahwa koefisien variabel MM/MPLS

dalam jangka pendek D(MM_MPLS) mempunyai pengaruh hubungan

yang negatif tidak signifikan terhadap NPF. Hal ini dapat dilihat dari

gambar 4.14 yang menunjukan bahwa tingkat probabilitas dari variabel

MM/MPLS sebesar 0.37725, yang lebih besar dari tingkat signifikansi

yang digunakan yaitu 0.05 (5%). Dan nilai koefisien jangka pendek

sebesar -0.021842. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

jangka pendek antara variabel MM/MPLS terhadap NPF. Dimana apabila

MM/MPLS turun sebesar 1% maka tidak akan mempengaruhi tingkat

NPF. Sehingga dalam rasio ini tidak memperlihatkan adanya moral hazard

di bank syariah dalam jangka pendek, hal ini bertolak belakang dengan

penelitian Desti Setyowati (2008) yang menyatakan bahwa rasio

MM/MPLS memiliki hubungan yang positif signikan terhadap NPF dalam

jangka pendek.

Hasil perhitungan jangka panjang menunjukan bahwa koefisien

variabel MM/MPLS dalam jangka panjang MM_MPLS mempunyai

pengaruh hubungan yang positif signifikan terhadap NPF, hal ini dapat

dilihat pada gambar 4.13 yang menunjukan nilai probabilitasnya sebesar

0.01285, yang lebih kecil dari nilai signifikan yang digunakan yaitu 0.05

(5%). Dengan koefisien sebesar 0.202506, yang berarti bahwa jika tingkat

Page 126: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

108

MM/MPLS naik 1% maka NPF akan mengalami peningkatan sebesar

0.202506 persen. Besarnya koefisien MM_MPLS yang bernilai positif

signifikan mengindikasikan adanya moral hazard pada bank syariah dalam

jangka panjang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Desti Setyowati (2008) yang menyatakan bahwa rasio

MM/MPLS memiliki hubungan yang positif signikan terhadap NPF.

Penelitian tersebut didukung oleh Yasin (2014) yang menyatakan bahwa

margin murabahah berpengaruh positif terhadap NPF. Berikut merupakan

tabel margin murabahan dan pedapatan bagi hasil mudharabah :

Tabel 4.4: Tabel Margin Murabahan dan Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah

Tahun Bulan

Margin Pendapatan Bagi Hasil

Murabahah Mudharabah

Miliar Rp Miliar Rp

2015

Jan 1.323 149

Feb 2.616 297

Mar 3.927 445

Apr 5.214 600

Mei 6.530 751

Jun 7.805 907

Jul 9.567 1.075

Agst 11.151 1.246

Sep 12.800 1.422

Okt 13.119 1.433

Nov 14.403 1.557

Des 15773 1.739 Sumber : Statistik Perbankan Syariah (Data Diolah)

Idealnya, semakin tinggi pendapatan yang dihasilkan maka NPF

akan semakin menurun, telah kita ketahui bahwa risiko murabahah lebih

kecil dibandingkan dengan risiko mudharabah. Berdasarkan tabel 4.4

bahwa margin yang dihasilkan murabahah dan mudharabah semakin

meningkat setiap bulannya pada tahun 2015. Namun komposisi margin

murabahah lebih besar dibandingkan dengan pendapatan bagi hasil

Page 127: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

109

mudharabah. Hal ini menyebabkan bank syariah lebih fokus terhadap

pembiayaan murabahah karena menghasilkan keuntungan yang lebih besar

serta memiliki risiko yang rendah. Sedangkan dengan fokusnya bank pada

pembiayaan murabahah menyebabkan bank kurang berhati-hati dan

kurang melakukan monitoring pada pembiayaan mudharabah.

Peningkatan margin murabahan yang diikuti dengan meningkatnya NPF

mengindikasikan adanya moral hazard yang dimana bank tidak berhati-

hati dalam menetapkan margin sehingga memberatkan nasabahnya untuk

membayar kewajibannya terhadap bank.

Bank dalam penetapan margin atau keuntungan dari harga jual

sejumlah tertentu dengan mempertimbangkan keuntungan yang akan

diambil, biaya-biaya yang ditanggung termasuk antisipasi timbulnya

kemacetan dan jangka waktu pengembalian (Faturrahman, 2012:17).

Margin dalam pembiayaan murabahah merupakan mark up terhadap harga

pokok. yang apabila dalam penetapannya mark up terlalu tinggi, akan

menyebabkan tingginya risiko pembiayaan. Tingginya risiko yang biasa

dihadapi bank syariah, risiko mark-up menempati peringkat paling tinggi,

kemudian diikuti oleh risiko operasionalnya (Khan dan Ahmed, 2008:84).

4. Jumlah RM/FM dan Tingkat NPF

Hasil perhitungan menunjukan bahwa koefisien variabel RM/FM

dalam jangka pendek D(RM/FM) mempunyai pengaruh hubungan yang

positif tidak signifikan terhadap NPF. Hal ini dapat dilihat dari gambar

4.14 yang menunjukan bahwa tingkat probabilitas dari variabel RM/FM

Page 128: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

110

sebesar 0.11975, yang lebih besar dari tingkat signifikansi yang digunakan

yaitu 0.05 (5%) dengan nilai koefisien jangka pendek sebesar -0.258072.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan jangka pendek antara

variabel RM/FM terhadap NPF. Dimana apabila RM/FM turun sebesar 1%

maka tidak akan mempengaruhi tingkat NPF. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian Siti Jamiatun Nafiah (2008) yang menyatakan bahwa

rasio jumlah pembiayaan murabahah terhadap pembiayaan mudharabah

tidak memiliki pengaruh terhadap NPF. Sehingga dari kondisi internal

bank yang direpresentasikan dengan RM/FM tidak memperlihatkan

adanya moral hazard di bank syariah dalam jangka pendek.

Hasil perhitungan jangka panjang menunjukan bahwa koefisien

variabel RM/FM dalam jangka panjang D(RM/FM) mempunyai pengaruh

hubungan yang negatif signifikan terhadap NPF, hal ini dapat dilihat pada

gambar 4.13 yang menunjukan nilai probabilitasnya sebesar 0.004, yang

lebih kecil dari nilai signifikan yang digunakan yaitu 0.05 (5%). Dengan

koefisien sebesar -0.318259, yang berarti bahwa jika tingkat RM/FM naik

1% maka akan berpengaruh terhadap jumlah NPF. Hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutamimah dan Siti Nur

Zaidah (2012) yang menyatakan bahwa rasio alokasi piutang murabahah

terhadap pembiayaan PLS berpengaruh negatif signifikan terhadap

pembiayaan bermasalah. Sehingga rasio ini tidak menunjukkan adanya

moral hazard di bank syariah dalam jangka panjang. Berikut merupakan

tabel jumlah penyaluran pembiayaan bank syariah tahun 2015:

Page 129: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

111

Tabel 4.5: Jumlah Penyaluran Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah

Tahun Bulan

Pembiayaan Pembiayaan

Murabahah Mudharabah

Miliar Rp Miliar Rp

2015

Jan 115.979 14.207

Feb 116.268 14.147

Mar 117.358 14.136

Apr 117.210 14.388

Mei 117.777 14.906

Jun 118.612 15.304

Jul 118.317 15.072

Agst 119.396 15.268

Sep 119.456 15.082

Okt 120.333 14.819

Nov 120.340 14.639

Des 122.111 15.169

Sumber : Statistik Perbankan Syariah (Data Diolah)

Jika dibandingkan komposisi pembiayaan murabahah dengan

pembiayaan mudharabah terlihat bahwa bank syariah lebih

terkonsentrasi pada pembiayaan murabahah, hal ini dikarenakan akad

murabahah merupakan akad yang beresiko rendah selain itu

pengelolaan yang relatif mudah, margin tetap yang diterapkan bank

syariah memudahkan nasabah untuk mengatur rencana keuangan

dalam pelunasan pembiayaan. Fokusnya bank terhadap penyaluran

pembiayaan murabahah serta meminimalisir pembiayaan yang

beresiko tinggi seperti pembiayaana muradharabah membuat rasio ini

tidak berdampak terhadap NPF. Hal ini menunjukkan bank semakin

berhati-hati dalam memberikan pembiayaan khususnya pembiayaan

mudharabah mengingat produk pembiayaan ini memiliki tingkat

kegagalan yang besar, selain itu akad mudharabah merupakan

pembiayaan yang bersifat trust financing sehingga membutuhkan

Page 130: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

112

ketelitian dan kehati-hatian dalam menyeleksi nasabah yang berhak

menerima pembiayaan tersebut. Menurut hasil wawancara,

munculnya risiko pembiayaan mudharabah disebabkan karena

mudharib yang tidak mengeluarkan self financing atau dana yang

sepenuhnya dikeluarkan shahibul maal dapat menjadikan nasabah

lalai dalam menjalankan usahanya, dan keberadaan yang terpisahnya

shahibul maal dengan mudharib. Sehingga pihak bank tidak dapat

melihat seberapa besar usaha dan kemampuan nasabah dalam

menjalankan suatu usaha. Karena modal sepenuhnya dari shahibul

maal dan keberadaan yang terpisah antar shahibul maal dan mudharib

inilah yang memicu terjadinya adverse selection dan moral hazard.

5. Jumlah TBH dan Tingkat NPF

Hasil perhitungan menunjukan bahwa koefisien variabel TBH dalam

jangka pendek D(TBH) mempunyai pengaruh hubungan yang positif

signifikan terhadap NPF. Hal ini dapat dilihat dari gambar 4.14 yang

menunjukan bahwa tingkat probabilitas dari variabel TBH sebesar

0.00385, yang lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan yaitu

0.05 (5%), dan nilai koefisien jangka pendek sebesar 0.052566. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan jangka pendek antara variabel

TBH terhadap NPF. Dimana apabila TBH naik sebesar 1% maka akan

mempengaruhi tingkat NPF. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

Zainal (2009) menyatakan nisbah bagi hasil memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat pengembalian pada transaksi mudharabah.

Page 131: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

113

Hasil perhitungan menunjukan bahwa koefisien variabel TBH dalam

jangka panjang TBH mempunyai pengaruh hubungan yang positif dan

signifikan terhadap NPF, hal ini dapat dilihat pada gambar 4.13 yang

menunjukan nilai probabilitasnya sebesar 0.0000, yang lebih kecil dari

nilai signifikan yang digunakan yaitu 0.05 (5%). Dengan koefisien sebesar

0.091061, yang berarti bahwa jika tingkat TBH naik 1% maka akan

berpengaruh terhadap NPF. Sehingga rasio ini menunjukkan adanya

adverse selection di bank syariah dalam jangka pendek maupun jangka

panjang. Adverse selection merupakan permasalahn yang timbul sebelum

pembiayaan disalurkan. Permasalahan tersebut timbul karena bank tidak

mengetahui dengan pasti karakteristik nasabah. Pada kontrak bagi hasil

penetapan skema bagi hasil ditetapkan diawal dan akan berlaku berapun

profit yang diperoleh mudharib dari usaha yang dijalankan, dengan

demikian mudharib kurang termotivasi untuk mencapai suatu profit

tertentu. Hal ini menyebabkan mudharib akan menyatakan bahwa dirinya

memiliki karakteristik tinggi pada saat mengajukan pembiayaan dan

berhak untuk memperoleh bagi hasil yang tinggi pula. Berdasarkan hasil

wawancara nisbah bagi hasil ditetapkan berdasarkan pertimbangan

tertentu, diantaranya :

a. Adanya kesepakatan antara pihak bank (shahibul maal) dengan

nasabah (mudharib) atas usaha yang dijalankan.

b. Sistem bagi hasil yang dilakukan oleh pihak bank dilihat dari

biaya-biaya seperti biaya operasional yang akan dikeluarkan

Page 132: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

114

nasabah dan biaya dana seperti DPK (Tabungan, Giro,

Deposito) yang dimana pihak bank harus memberikan bagi

hasil terhadap DPK tersebut.

c. Nisbah yang dikenakan oleh nasabah yang satu dengan yang

lainnya dapat berbeda walaupun jenis usahanya sama,

perbedaan nisbah tersebut dikarenakan pengalaman dan

keahlian mudharib, efisiensi usaha, dan tingkat keuntungan

yang diproyeksikan.

Bank syariah cenderung menetapkan nisbah bagi hasil yang tinggi

dari pembiayaan profit loss sharing, besaran nisbah bagi hasil

mencerminkan bahwa besaran risiko yang ditolelir oleh bank dalam

memperoleh pendapatan bagi hasil. Bank syariah akan memberikan bagi

hasil yang tinggi bagi nasabah yang berkualitas baik, dan sebaliknya.

Namun bank syariah juga tidak dapat sepenuhnya mengetahui

karakteristik nasabah sehingga dalam hal ini mungkin saja nasabah yang

berkualitas buruk membuat seolah-olah dirinya memiliki karakter yang

baik sehingga layak untuk diberikan pembiayaan dengan bagi hasil yang

tinngi, contoh adverse selection yang dihadapi bank seperti penggandaan

surat berharga, pemalsuan kartu identitas, kantor, manipulasi rekening,dll.

Apabila hal ini dijalankan maka akan timbul ketidak seimbangan informasi

yang dimilki antar nasabah dan bank dalam proses penyeleksian sehingga

bank dapat merealisasikan pembiayaan dari nasabah yang berkualitas

buruk tersebut dan dengan nisbah bagi hasil yang tinggi pula.

Page 133: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

115

Tingkat bagi hasil ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-

masing pihak yang berkontrak. Jadi, angka besaran tingkat bagi hasil ini

muncul sebagai hasil tawar menawar antara shohibul maal dengan

mudharib. Penetapan nisbah bagi hasil dalam sistem keuangan syariah

menawarkan model harga yang lebih komprehensif dibandingkan suku

bunga dalam sistem kovensional karena mempertimbangkan risk, return,

capital invested, dan opportunity cost.

Menurut Karim (2014) kini bank syariah Indonesia memitigasi risiko

adverese selection dengan dua konsep bagi hasil. Pertama, two step

financing yaitu bank syariah memberikan pembiayaan kepada koperasi/

multifinance/ BPRS dengan sistem bagi hasil. Selanjutnya pembiayaan

tersebut akan disalurkan kepada end users dengan sistem fixed

installments. Jadi bank syariah berbagi hasil dari sesuatu yang dapat

diprediksi dengan akurat. Kedua, short term financing based on job order

yaitu bank syariah memberikan fasilitas kelonggaran tarik yang dapat

dicairkan bila ada surat perintah kerja dari pemberi kerja. Atas dasar SPK

itulah bank syariah memperhitungkan risiko, jangka waktu, dan perkiraan

return-nya. Jadi bank syariah hanya mau melakukan pembiayaan bagi hasil

bila bisnis yang dibiayainya dapat diprediksi dengan akurat.

Dalam upaya mengatasi atau mengurangimasalah keagenan ada dua

cara yang dapat dilakukan oleh prinsipal yaitu pemilik modal melakukan

pengawasan (monitoring) dan pembatasan dalam melakukan tindakan-

tindakan (bounding) sehingga dapat mengurangi masalah keagenan (Jensel

Page 134: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

116

dan Macling, 1976:5). Pada bank syariah memitigasi risiko adverse

selection bank melakukan batasan-batasan, yaitu misalnya hanya

menyalurkan pembiayaan mudharabah pada lembaga keuangan,

multifinance, perusahaan milik pemerintah, yang dimana bidang usaha

tersebut mengandung risiko yang rendah. Kemudian bank hanya dapat

menyalurkan pembiayaan bagi nasabah yang telah menjalankan usaha

kurang lebih 2 tahun. Kemudian bank syariah juga melakukan monitoring

secara berkala kepada setiap nsabahnya. Dalam melakukan penyeleksian,

bank syariah menerapkan 5 C, yaitu :

a. Caracter, bank syariah melihat Caracter nasabah berdasarkan

track record atau catatan kesuksesan seseorang dari masa

lampau hingga sekarang, hal ini dapat dilihat dari BI Cheking.

Apabila track record yang dilihat dari BI Cheking bagus maka

menunjukkan bahwa nasabah memiliki komitmen yang tinggi.

Bank juga melakukan analisis lapangan untuk memastikan

nasabah memiliki karakter yang baik.

b. Capacity, mengenai usaha yang dilakukan oleh mudharib,

apabila usaha yang dijalankan mudharib dianggap tidak dapat

memenuhi kewajibannya terhadap shahibul maal, maka bank

tidak akan menyalurkan pembiayaan tersebut. Capacity dapat

dilihat berdaarkan laporan keuangan dari usaha yang dijalankan,

usaha yang dijalankan apa saja, berpengalaman.

Page 135: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

117

c. Capital, berupa modal yang dimiliki oleh nasabah, apakah

modal yang dimilikinya mengalami peningkatan atau

penurunan, serta mengamati penyebab modal tersebut

mengalami penurunan. Apabila modal yang dimiliki nasabah

memadai dalam memenuhi kewajibannya kepada bank, maka

bank dapat menyalurkan pembiayaan, begitupun sebaliknya.

d. Condition, dalam hal ini bank syariah melihat keadaan ekonomi

global, karena ekonomi global ini akan memiliki dampak

terhadap perekonomian nasabah, misalnya jika saat ini usaha

pertambangan sedang mengalami penurunan, maka bank

syariah enggan untuk memberikan pembiayaan pada nasabah

yang berkecimpung dibidang usaha tersebut.

e. Collateral, berupa jaminan atau agunan yang diberikan nasabah

kepada pihak bank, pada dasarnya pembiayaan mudharabah

tidak menyertakan jaminan atau agunan, tetapi pada praktiknya

pembiayaan mudharabah merupakan pembiayaan yang rentan

terhadap risiko, sehingga jaminan diperbolehkan dalam

memperkuat kepercayaan mudharib dan shahibul mal, yang

dimana jaminan tersebut diharapkan dapat meminimalisir

risiko-risiko dikemudian hari. jaminan tersebut dapat berupa fix

aset, surat-surat berharga, dan lain-lain yang nilainya harus lebih

besar dari pembiayaan yang disalurkan,karena untuk

mengantisipasi turunnya harga jaminan dikemudian hari.

Page 136: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

118

Kelalaian pihak bank juga dapat memicu mulculnya risiko

pembiayaan, misalnya bank kurang berhati-hati dalam melakukan

penyeleksian seperti AO yang belum berpengalaman, sehingga resiko

pembiayaan dapat saja terjadi, oleh karena itu dibutuhkannya

pendampingan terhadap AO yang belum berpengalam minimal tiga

kali pendampingan.

Page 137: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

119

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil pengolahan data dan analisis ekonomi dari penelitian yang

berjudul “Indikasi Moral hazard dan Adverse Selection dalam Penyaluran

Dana Pihak Ketiga (Studi Kasus : Bank Syariah Periode Januari 2012-

Februari 2016)”. Dalam penelitian ini penulis mengacu pada definisi moral

hazard yang dikemukakan Vaubel dalam Dreher (2004) yaitu ketika bank

memberi kesempatan terjadinya moral hazard disisi debitur, maka terjadi

moral hazard tidak langsung, dan devinisi adverse selection yang

dikemukakan oleh Tarsidin yaitu permasalahan yang timbul ketika pemilik

dana memilih enterpreneur yang akan diberikan pembiayaan, yang dimana

pemilik dana tidak mengetahui secara pasti karakeristik mudharib.

Berangkat dari definisi moral hazard dan adverse selection di atas, sejumlah

asumsi, hasil analisis data dan ekonomi, maka dapat kesimpulan sebagai

berikut :

1. Indikasi Moral Hazard dan Adverse selection

a. Ditemukan adanya indikasi moral hazard pada bank syariah yang

ditunjukkan oleh meningkatnya pembiayaan bermasalah akibat dari

meningkatnya GDP dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

b. Ditemukan adanya indikasi moral hazard pada bank syariah yang

ditunjukkan oleh meningkatnya pembiayaan bermasalah akibat dari

menurunnya inflasi dalam jangka panjang.

Page 138: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

120

c. Ditemukan adanya indikasi moral hazard pada bank syariah yang

ditunjukkan oleh meningkatnya pembiayaan bermasalah akibat dari

meningkatnya rasio margin murabahah terhadap margin

mudharabah (MM/MPLS) dalam jangka panjang.

d. Ditemukan adanya indikasi adverse selection pada bank syariah

yang ditunjukkan oleh meningkatnya pembiayaan bermasalah

akibat dari meningkatnya tingkat bagi hasil (TBH) dalam jangka

pendek dan jangka panjang.

2. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya moral hazard dan adverse

selection pada pembiayaan mudharabah dikarenakan modal dan

kerugian yang sepenuhnya ditanggung oleh bank sehingga mendorong

nasabah untuk bersikap lalai dalam melakukan kegiatan usahanya,

tempat yang terpisah antara mudharib dan shahibul mal membuat

shahibul mal tidak mengetahui secara pasti kegiatan yang dilakukan

oleh mudharib, selain itu adanya perbedaan kepentingan antara

mudharib dan shahibul mal yang membuat mudharib dapat bertindak

sesuai dengan keinginannya tanpa sepengetahuan shahibul maal. Dan

Penyeleksian yang kurang optimal yang dilakukan oleh pihak bank

yang kurang berkompeten atau kurang berpengalaman serta

penyeleksian yang hanya dilakukan oleh pihak internal bank tanpa

melibatkan pihak independen sehingga kerjasama yang buruk antar

pihak bank dan nasabah bisa saja terjadi pada tahap penyeleksian

Page 139: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

121

3. Mitigasi risiko yang dilakukan bank untuk meminimlisir masalah moral

hazard dan adverse selection adalah batasan suatu usaha yang

dijalankan oleh calon nasabah, penyeleksian yang sangat ketat yang

dilakukan oleh bank baik lewat dokumen maupun langsung

kelapangan, penetapan jaminan atau agunan bagi seluruh nasabah

pembiayaan mudharabah, asuransi yang dilakukan oleh bank terhadap

nasabah tersebut, baik asuransi barang agunan maupun usaha yang

dijalankan nasabah serta monitoring berkala langsung kelapangan yang

dilakukan oleh bank bagi setiap nasabah pembiayaan mudharabah.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyampaikan hal-hal sebagai

berikut :

1. Bank syariah harus meningkatkan kondisi sumber daya manusia (SDM)

bank, kualitas bisnis bank, dan keterlibatan pihak lain dalam melakukan

bisnis, lebih mempehatikan prinsip 5C (character, capacity, collatearl,

dan condition) terutama dalam melihat karakter nasabah, serta

melakukan pengawasan yang lebih intensif agar NPF yang disebabkan

oleh adverse selection maupun moral hazard dapat diminimalisir

2. Bank syariah perlu mengetahui jenis pembiayaan-pembiayaan yang

berpotensi mengalami pembiayaan bermasalah selain pembiayaan

mudharabah dan musyarakah, sehingga bank tidak hanya

mengantisipasi risiko untuk pembiayaan mudharabah tetapi risiko-risiko

pembiayaan lain dapat teratasi

Page 140: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

122

3. Perlu adanya kebijakan-kebijakan bank untuk meminimalisir risiko

pembiayaan mudharabah, agar pembiayaan mudharabah dapat

berkembang di dunia perbankan, karena walaupun pembiayaan ini

memiliki risiko yang tinggi tetapi pembiayaan ini juga memiliki tingkat

keuntungan yang tinggi pula karena pembiayaan mudharabah berkaitan

langsung dengan sektor riil sehingga diharapkan mampu untuk

meningkatkan kesejahteraan umat.

Page 141: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

123

DAFTAR PUSTAKA

Alhamda, Syukra. "Buku Ajar Metlit dan Statistik", deepublish, Yogyakarta, 2016.

Algoud, LM dan Mervyn, K.L. "Perbankan Syariah:Prinsip Praktik Prospek",PT

Serambi Ilmu semesta, 2003.

Ardiansyah, Misnen. "Bayang-bayang teori keagenan pada produk Pembiayaan

Perbankan Syariah", Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan: ISSN

1411-9544, 2014.

Asnaini, Sri Wahyuni. "Faktor-Faktor yang memperngaruhi Non Performing

Financing Pada Bank Umum Syariah di Indonesia", Jurnal Tekun/Volume

V, No. 02, Jakarta, September 2014.

Bakhtiar, Toni dan Sugema, Iman. "Masalah Informasi Asimetrik Dalam Sistem

Perbankan Syariah : Adverse Selection Problem", Jurnal, 2012.

Barokah Nurlaela Syahril dan Kurniasih Afiati. " Persepsi Manajemen Bank Umum

Syariah Terhadap Kemungkinan Penerapan Per (Profit Equalization

Reserve) Ditinjau Dari Sisi Akuntansi Bank Syariah ", Jurnal Nisbah

Volume 1 No.2, Bogor, 2015

Dreher, Axel. "Does the IMF cause moral hazard? Acritical review of the

evidence", Univercity of Konstanz and Thurgau Institute Of Economic,

Germany, 2004.

Eisenhardt, Kathleen. M. "Agency Theory: An Assessment and Review", The

Academy of Management Review, Vol. 14, No. 1, Januari 1989.

Ghozali, Imam. "Statistik Nonparametik", Badan Penerbit UNDIP, Semarang ,

2006.

Goldstein, Morris. "The Asian Financial Crisis", Policy Briefs 98-1, Institute for

International Economics, 1998.

Hamid, Abdul. "Pedoman Penulisan Skripsi", Jakarta, 2007.

IB, Perbankan Syariah. "Indikasi Moral Hazard: Perbankan Syariah Lebih Tinggi

Dibanding Perbankan Konvensiona", paper, 2009.

Ibrahim, Taswan dan Ragimun."Moral Hazard Dan Pencegahannya Pada Industri

Perbankan di Indonesia", Jurnal,2011.

Page 142: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

124

Imanuddin, Muhammad. "Mudharabah dan Optimalisasi Sektor Riil". Dipetik 29

Juni 2016, dari Zona Ekonomi Islam: http://zonaeksis.com.

Jensen, Michael C. "Agency Costs of Free Cash Flow, Corporate Finance, and

Takeovers", The American Economic Review, Vol. 76, No. 2, May 1986.

Jensen, Michael C dan Meckling, William H. "Theory of the Firm: Managerial

Behavior,Agency Cost and Ownership Structure", Journal of Financial

Economics, Vol.3, No.4, October 1976.

Karim, Adiwarman. "Ekonomi Makro Islam",PT Raja Grafindo, Jakarta, 2010.

Linda, M. R., Megawati, dan Deflinawati. "Pengaruh Inflasi, Kurs Dan Tingkat

Suku Bunga Terhadap Non Performing Loan Pada PT. Bank Tabungan

Negara (Persero) Tbk Cabang Padang", Journal of Economic and

Economic Education Vol.3 No.2, 2015.

Manzilati, Asfi. "Kesepakatan Kelembagaan Kontrak Mudharabah dalam

Kerangka Teori Keagenan", Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.15, No.2,

Malang, 2011.

Mishkin, Frederic S."Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan", Salemba

Empat, Jakarta, 2008.

Mitnick, Barry M. "The Hazard of Agency", Katz Graduate School of business

Univercity of Pittsburg, Jurnal, October 1996.

Multifiah1, Manzilati Asfi dan Hurriati, Laili. "Masalah Keagenan dan Penegakan

pada Pembiayaan Mudharabah: Studi pada Baitul Maal wa Tamwil Usaha

Gabungan Terpadu Sidogiri Cabang Malang". International Journal of

Social and Local Economic Governance (IJLEG), Malang, 2015.

Muhammad."Lembaga Keuangan Mikro Syariah Pergulatan Melawan Kemiskinan

dan Penetrasi Ekonomi Global", Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009.

Murni, Afsia. "Ekonomika Makro", PT Refika Aditama, Bandung, 2006.

Mutamimah dan Chasanah, S. N. "Analisis eksternal dan internal dalam

menentukan Non Performing Financing Bank umum Syariah di Indonesia",

Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Vol. 19 No. 1, Semarang 2012.

Nasution, Anwar. "Masalah-Masalah Sistem Keuangan dan Perbankan

Indonesia", Jakarta, 2003.

Page 143: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

125

Nasution, Mustafa Edwin dan Wiliasih, Ranti. "Profit Sharing dan Moral Hazard

dalam Penyaluran Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah", Jurnal

Ekonomi dan Pembangunan Indonesia (JEPI), hal.238, 2007.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011. Tentang Penerapan Manajemen

Risiko Bagi bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Prabowo, Dani. "Kejaksaan Agung Akui Hentikan Kasus Kredit Macet Bank

Bukopin", Dipetik 29 Juni , 2016, dari http://nasional.kompas.com

RahmanHakim, Arif. "Stasioneritas, Akar Unit,& Kointegrasi Pengantar Time

Series", hal.05, 2015.

Rahmawati, Teti. "Pengaruh indikasi moral hazard dalam penyaluran pembiayaan

terhadap pertumbuhan dana bank syariah, melalui monitoring dan profit

sharing sebagai variabel intervening",Tesis, Unpad, 2010.

Rahmawulan, Yunis. "Perbandingan Faktor Penyebab NPL dan NPF pada Bank

Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia", Tesis Program Pascasarjana

Universitas Indonesia, 2008.

Rivai, Veithzal. "Islamic Financial Management", Raja Grafindo Persada, Jakarta

2008.

Rodoni, Ahmad dan Ali, Herni. "Manajemen Keuangan Modern". Mitra Wacana

Media. Jakarta, 2014.

Siregar, Mulya E. "Pertumbuhan Bank Syariah Melambat Drastis Ini

Penyebabnya", dipetik 29 Juni 2016, dari http://www.beritasatu.com/.

Sugiyono. "Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D", Alfabeta,

Bandung, 2009.

Sukirno, Sadono. "Teori Pengantar Makro Ekonomi", PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta 2011.

Susanti, Vera."Pengaruh Equivalent rate dan Tingkat Keuntungan terhadap Dana

Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia", Jurnal I-Finance

Vol.1. No.1. Juli 2015

Tarsidin. "Bagi hasil: Konsep dan analisis", Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, Jakarta, 2010.

Page 144: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

126

Usanti, Trisadini Prasastinah dan Shomad, A. "Penyelesaian Pembiayaan

Bermasalah Bank Syariah", Laporan Penelitian, Fakultas Hukum Unair,

2008.

Vaubel, Roland. "The Moral Hazard of IMF Lending", World Economy 6 no.3,

1983.

Vo, Duc Hong dan Nguyen, Van Thanh Yen. "Managerial Ownership, Leverage

and Dividend Policies: Empirical Evidence from Vietnam’s Listed Firms",

International Journal of Economics and Finance; Vol. 6, No. 5, Vietnam,

2014.

Wibowo, Martino."Analisis Faktor-faktor Makro Ekonomi Terhadap Pembiayaan

Bank Syariah di Indonesia dan Malaysia" Tesis Program Pascasarjana Ilmu

Ekonomi, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2014

Widarjono, Agus "Ekonometrika, Teori dan Aplikasi Edisi Pertama", Ekonisia,

Yogyakarta, 2005.

Winarno, Wing Wahyu. "Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Ewiews

Edisi 4", UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2015.

Yasin, Ach. "Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi non performing financing

(NPF) di industri bank pembiayaan rakyat (BPR) syariah di Indonesia",

Akrual 5 (2) (2014): 183-203 e-ISSN: 2502-6380, Februari 2014.

Zainal, Gekan Purnama. "Pengaruh Nisbah Bagi Hasil (Profit Sharing Ratio)

Terhadap Tingkat Pembiayaan Non-Lancar (Non Performing Financing)

Pada Transaksi Pembiayaan Mudharabah (Survey Pada Bank Syariah

Jabar Di Bandung)", 2009.

Zulkifli, Sunarto. "Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah", Zikrul Hakim,

Jakarta 2007.

Data Statistik Perbankan Syariah, Data Diakses pada 26 Juni 2016 dari

http://www.ojk.go.id

Data Inflasi (Indeks harga Konsumen), Data Diakses pada 26 Juni 2016 dari

http://www.bi.go.id

Data Pendapatan Nasional, Data Diakses 26 Juni 2016 dari https://www.bps.go.id

Page 145: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

127

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Penelitian Januari 2012-Februari 2015

Tahun Bulan NPF GDP* INF Rasio

MM/ MPLS

Rasio

RM/FM TBH

2012

Jan 2,68 609822,20 3,65 7,84 5,57 15,99

Feb 2,82 618635,70 3,56 6,49 5,76 16,06

Mar 2,76 627122,40 3,97 6,23 5,89 16,03

Apr 2,85 635282,20 4,50 6,64 5,98 15,88

Mei 2,93 643115,20 4,45 6,77 6,16 15,82

Jun 2,88 650621,30 4,53 6,78 6,21 16,02

Jul 2,92 662767,00 4,56 6,83 6,42 15,76

Agst 2,78 665894,60 4,58 6,85 6,60 16,08

Sep 2,74 664970,70 4,31 6,01 6,79 15,94

Okt 2,58 651910,30 4,61 6,95 7,08 15,95

Nov 2,50 648946,70 4,32 7,03 7,27 15,72

Des 2,22 647995,10 4,30 7,15 7,32 14,90

2013

Jan 2,49 648336,80 4,57 8,67 7,46 16,10

Feb 2,72 651948,20 5,31 8,37 7,70 15,78

Mar 2,75 658110,60 5,90 8,55 8,05 15,77

Apr 2,85 670800,20 5,57 8,66 8,18 15,61

Mei 2,92 679082,60 5,47 8,64 8,23 15,49

Jun 2,64 686933,80 5,90 8,64 8,12 14,93

Jul 2,75 699344,20 8,61 8,63 7,88 16,03

Agst 3,01 702590,60 8,79 8,53 7,90 15,35

Sep 2,80 701663,20 8,40 8,46 7,99 15,04

Okt 2,96 688665,80 8,32 8,42 7,87 15,19

Nov 3,08 685313,10 8,37 8,42 7,79 14,55

Des 2,62 683708,70 8,38 8,42 8,11 14,40

2014

Jan 3,01 682357,40 8,22 9,34 8,24 14,42

Feb 3,53 685371,60 7,75 8,35 8,27 14,35

Mar 3,22 691255,70 7,32 8,53 8,28 14,29

Apr 3,49 704253,90 7,25 8,72 8,14 14,13

Mei 4,02 712695,00 7,32 8,78 8,13 21,32

Jun 3,90 720823,00 6,70 8,86 7,99 21,87

Jul 4,30 734000,00 4,53 9,07 7,84 18,23

Agst 4,58 737480,40 3,99 9,53 7,99 21,37

Sep 4,67 736626,20 4,53 9,58 8,00 20,75

Okt 4,75 723595,80 4,83 9,62 8,01 22,11

Nov 4,86 719953,70 6,23 9,85 8,08 21,18

Page 146: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

128

Des 4,33 717858,30 8,36 9,98 8,18 20,69

2015

Jan 4,62 715130,70 6,96 8,88 8,16 19,88

Feb 4,80 717762,70 6,29 8,81 8,22 20,20

Mar 4,58 723575,70 6,38 8,82 8,30 22,31

Apr 4,34 737090,40 6,79 8,69 8,15 19,08

Mei 4,55 745874,40 7,15 8,70 7,90 17,94

Jun 4,38 754448,50 7,26 8,61 7,75 17,94

Jul 4,50 768341,30 7,26 8,90 7,85 17,90

Aug 4,51 772349,50 7,18 8,95 7,82 11,64

Sep 4,30 772001,70 6,83 9,00 7,92 11,64

Okt 4,37 767297,70 6,25 9,15 8,12 12,10

Nov 4,29 758237,60 4,89 9,25 8,22 11,98

Des 3,98 744821,40 3,35 9,07 8,05 12,21

2016 Jan 4,52 754213,20 4,14 8,98 7,75 12,32

Feb 4,58 754213,20 4,42 8,80 7,85 12,29

* Data Interpolasi

Lampiran 2 : Uji Normalitas

Lampiran 3 : Uji Linearitas

Ramsey RESET Test

Equation: UNTITLED

Specification: NPF GDP INF MM_MPLS RM_FM TBH C

Omitted Variables: Squares of fitted values Value df Probability

t-statistic 0.576412 43 0.5673

F-statistic 0.332251 (1, 43) 0.5673

Page 147: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

129

Likelihood ratio 0.384853 1 0.5350 F-test summary:

Sum of Sq. df Mean

Squares

Test SSR 0.029479 1 0.029479

Restricted SSR 3.844700 44 0.087380

Unrestricted SSR 3.815221 43 0.088726

Unrestricted SSR 3.815221 43 0.088726 LR test summary:

Value df

Restricted LogL -6.813742 44

Unrestricted LogL -6.621316 43

Unrestricted Test Equation:

Dependent Variable: NPF

Method: Least Squares

Date: 08/26/16 Time: 13:54

Sample: 2012M01 2016M02

Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. GDP 2.71E-05 1.70E-05 1.589922 0.1192

INF -0.111847 0.084787 -1.319154 0.1941

MM_MPLS 0.320677 0.223250 1.436407 0.1581

RM_FM -0.507287 0.347690 -1.459021 0.1518

TBH 0.145261 0.095246 1.525112 0.1346

C -14.88903 10.39867 -1.431821 0.1594

FITTED^2 -0.077887 0.135124 -0.576412 0.5673 R-squared 0.891162 Mean dependent var 3.544600

Adjusted R-squared 0.875976 S.D. dependent var 0.845809

S.E. of regression 0.297869 Akaike info criterion 0.544853

Sum squared resid 3.815221 Schwarz criterion 0.812536

Log likelihood -6.621316 Hannan-Quinn criter. 0.646788

F-statistic 58.68065 Durbin-Watson stat 0.901368

Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 4 : Uji Stasioner Variabel NPF

Null Hypothesis: NPF has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 5 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -0.744067 0.8256

Test critical values: 1% level -3.571310

5% level -2.922449

10% level -2.599224

Page 148: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

130

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 0.057888

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.043961

Phillips-Perron Test Equation

Dependent Variable: D(NPF)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 20:10

Sample (adjusted): 2012M02 2016M02

Included observations: 49 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. NPF(-1) -0.037594 0.042156 -0.891775 0.3771

C 0.171236 0.152625 1.121937 0.2676 R-squared 0.016639 Mean dependent var 0.038776

Adjusted R-squared -0.004284 S.D. dependent var 0.245141

S.E. of regression 0.245666 Akaike info criterion 0.070271

Sum squared resid 2.836531 Schwarz criterion 0.147488

Log likelihood 0.278354 Hannan-Quinn criter. 0.099567

F-statistic 0.795263 Durbin-Watson stat 2.363736

Prob(F-statistic) 0.377056

Lampiran 5 : Uji Stasioner Variabel GDP

Null Hypothesis: GDP has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -1.621615 0.4641

Test critical values: 1% level -3.571310

5% level -2.922449

10% level -2.599224 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 50433332

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 1.08E+08

Phillips-Perron Test Equation

Dependent Variable: D(GDP)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 20:13

Page 149: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

131

Sample (adjusted): 2012M02 2016M02

Included observations: 49 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. GDP(-1) -0.041111 0.023940 -1.717279 0.0925

C 31624.79 16731.79 1.890102 0.0649 R-squared 0.059041 Mean dependent var 2946.755

Adjusted R-squared 0.039021 S.D. dependent var 7396.920

S.E. of regression 7251.168 Akaike info criterion 20.65567

Sum squared resid 2.47E+09 Schwarz criterion 20.73289

Log likelihood -504.0640 Hannan-Quinn criter. 20.68497

F-statistic 2.949048 Durbin-Watson stat 0.864232

Prob(F-statistic) 0.092512

Lampiran 6 : Uji Stasioner Variabel Inflasi

Null Hypothesis: INF has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 1 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -2.123878 0.2365

Test critical values: 1% level -3.571310

5% level -2.922449

10% level -2.599224 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 0.574060

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.751385

Phillips-Perron Test Equation

Dependent Variable: D(INF)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 20:16

Sample (adjusted): 2012M02 2016M02

Included observations: 49 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INF(-1) -0.132258 0.068918 -1.919048 0.0611

C 0.805725 0.426245 1.890287 0.0649 R-squared 0.072663 Mean dependent var 0.015714

Adjusted R-squared 0.052932 S.D. dependent var 0.794945

S.E. of regression 0.773620 Akaike info criterion 2.364488

Sum squared resid 28.12892 Schwarz criterion 2.441705

Log likelihood -55.92995 Hannan-Quinn criter. 2.393784

F-statistic 3.682744 Durbin-Watson stat 1.376124

Page 150: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

132

Prob(F-statistic) 0.061062

Lampiran 7 : Uji Stasioner Variabel MM/MPLS

Null Hypothesis: MM_MPLS has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -1.542341 0.5040

Test critical values: 1% level -3.571310

5% level -2.922449

10% level -2.599224 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 0.188970

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.172060

Phillips-Perron Test Equation

Dependent Variable: D(MM_MPLS)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 20:18

Sample (adjusted): 2012M02 2016M02

Included observations: 49 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. MM_MPLS(-1) -0.103305 0.064183 -1.609531 0.1142

C 0.884053 0.540819 1.634655 0.1088 R-squared 0.052240 Mean dependent var 0.019591

Adjusted R-squared 0.032074 S.D. dependent var 0.451154

S.E. of regression 0.443860 Akaike info criterion 1.253344

Sum squared resid 9.259538 Schwarz criterion 1.330561

Log likelihood -28.70692 Hannan-Quinn criter. 1.282640

F-statistic 2.590589 Durbin-Watson stat 2.018868

Prob(F-statistic) 0.114197

Lampiran 8 : Uji Stasioner Variabel RM/FM

Null Hypothesis: RM_FM has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 0 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -3.843163 0.0047

Page 151: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

133

Test critical values: 1% level -3.571310

5% level -2.922449

10% level -2.599224 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 0.016324

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.016324

Phillips-Perron Test Equation

Dependent Variable: D(RM_FM)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 20:20

Sample (adjusted): 2012M02 2016M02

Included observations: 49 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. RM_FM(-1) -0.094189 0.024508 -3.843163 0.0004

C 0.765096 0.187916 4.071486 0.0002 R-squared 0.239112 Mean dependent var 0.046466

Adjusted R-squared 0.222923 S.D. dependent var 0.147990

S.E. of regression 0.130456 Akaike info criterion -1.195600

Sum squared resid 0.799884 Schwarz criterion -1.118383

Log likelihood 31.29219 Hannan-Quinn criter. -1.166304

F-statistic 14.76990 Durbin-Watson stat 1.311033

Prob(F-statistic) 0.000364

Lampiran 9 : Uji Stasioner Variabel TBH

Null Hypothesis: TBH has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -1.756579 0.3972

Test critical values: 1% level -3.571310

5% level -2.922449

10% level -2.599224 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 2.662372

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 2.487443

Phillips-Perron Test Equation

Page 152: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

134

Dependent Variable: D(TBH)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 20:29

Sample (adjusted): 2012M02 2016M02

Included observations: 49 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. TBH(-1) -0.150965 0.082581 -1.828085 0.0739

C 2.408455 1.379467 1.745932 0.0874 R-squared 0.066384 Mean dependent var -0.075510

Adjusted R-squared 0.046520 S.D. dependent var 1.706191

S.E. of regression 1.666033 Akaike info criterion 3.898727

Sum squared resid 130.4562 Schwarz criterion 3.975944

Log likelihood -93.51882 Hannan-Quinn criter. 3.928023

F-statistic 3.341896 Durbin-Watson stat 2.091832

Prob(F-statistic) 0.073888

Lampiran 10 : Uji Derajat Integrasi Variabel NPF

Null Hypothesis: D(NPF) has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 4 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -8.385875 0.0000

Test critical values: 1% level -3.574446

5% level -2.923780

10% level -2.599925 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 0.057255

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.058204

Phillips-Perron Test Equation

Dependent Variable: D(NPF,2)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 20:31

Sample (adjusted): 2012M03 2016M02

Included observations: 48 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(NPF(-1)) -1.208860 0.143929 -8.399028 0.0000

C 0.044673 0.035709 1.251034 0.2172 R-squared 0.605298 Mean dependent var -0.001667

Page 153: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

135

Adjusted R-squared 0.596718 S.D. dependent var 0.384898

S.E. of regression 0.244427 Akaike info criterion 0.060976

Sum squared resid 2.748256 Schwarz criterion 0.138943

Log likelihood 0.536576 Hannan-Quinn criter. 0.090440

F-statistic 70.54367 Durbin-Watson stat 2.097584

Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 11 : Uji Derajat Integrasi Variabel GDP

Null Hypothesis: D(GDP) has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 0 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -3.575050 0.0100

Test critical values: 1% level -3.574446

5% level -2.923780

10% level -2.599925 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 36252663

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 36252663

Phillips-Perron Test Equation

Dependent Variable: D(GDP,2)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 20:32

Sample (adjusted): 2012M03 2016M02

Included observations: 48 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(GDP(-1)) -0.429790 0.120219 -3.575050 0.0008

C 1109.257 958.5838 1.157183 0.2532 R-squared 0.217434 Mean dependent var -183.6146

Adjusted R-squared 0.200422 S.D. dependent var 6878.301

S.E. of regression 6150.518 Akaike info criterion 20.32723

Sum squared resid 1.74E+09 Schwarz criterion 20.40520

Log likelihood -485.8536 Hannan-Quinn criter. 20.35670

F-statistic 12.78098 Durbin-Watson stat 1.957736

Prob(F-statistic) 0.000836

Page 154: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

136

Lampiran 12 : Uji Derajat Integrasi Variabel Inflasi

Null Hypothesis: D(INF) has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 7 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -4.900655 0.0002

Test critical values: 1% level -3.574446

5% level -2.923780

10% level -2.599925 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 0.584283

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.389342

Phillips-Perron Test Equation

Dependent Variable: D(INF,2)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 20:33

Sample (adjusted): 2012M03 2016M02

Included observations: 48 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(INF(-1)) -0.725755 0.141941 -5.113087 0.0000

C 0.015117 0.112712 0.134122 0.8939 R-squared 0.362383 Mean dependent var 0.007708

Adjusted R-squared 0.348522 S.D. dependent var 0.967394

S.E. of regression 0.780825 Akaike info criterion 2.383841

Sum squared resid 28.04560 Schwarz criterion 2.461808

Log likelihood -55.21219 Hannan-Quinn criter. 2.413305

F-statistic 26.14366 Durbin-Watson stat 1.847816

Prob(F-statistic) 0.000006

Lampiran 13 : Uji Derajat Integrasi Variabel MM/MPLS

Null Hypothesis: D(MM_MPLS) has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -9.111775 0.0000

Test critical values: 1% level -3.574446

5% level -2.923780

10% level -2.599925 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Page 155: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

137

Residual variance (no correction) 0.158030

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.145757

Phillips-Perron Test Equation

Dependent Variable: D(MM_MPLS,2)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 20:34

Sample (adjusted): 2012M03 2016M02

Included observations: 48 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(MM_MPLS(-1)) -1.170178 0.130188 -8.988344 0.0000

C 0.052075 0.058694 0.887229 0.3796 R-squared 0.637196 Mean dependent var 0.024284

Adjusted R-squared 0.629309 S.D. dependent var 0.666970

S.E. of regression 0.406080 Akaike info criterion 1.076243

Sum squared resid 7.585459 Schwarz criterion 1.154209

Log likelihood -23.82982 Hannan-Quinn criter. 1.105706

F-statistic 80.79032 Durbin-Watson stat 2.186712

Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 14 : Uji Derajat Integrasi Variabel RM/FM

Null Hypothesis: D(RM_FM) has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 1 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -4.327805 0.0012

Test critical values: 1% level -3.574446

5% level -2.923780

10% level -2.599925 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 0.017173

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.018463

Phillips-Perron Test Equation

Dependent Variable: D(RM_FM,2)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 20:36

Sample (adjusted): 2012M03 2016M02

Included observations: 48 after adjustments

Page 156: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

138

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(RM_FM(-1)) -0.556530 0.130743 -4.256684 0.0001

C 0.023382 0.020211 1.156907 0.2533 R-squared 0.282588 Mean dependent var -0.001857

Adjusted R-squared 0.266992 S.D. dependent var 0.156355

S.E. of regression 0.133864 Akaike info criterion -1.143205

Sum squared resid 0.824305 Schwarz criterion -1.065238

Log likelihood 29.43692 Hannan-Quinn criter. -1.113741

F-statistic 18.11936 Durbin-Watson stat 1.795779

Prob(F-statistic) 0.000101

Lampiran 15 : Uji Derajat Integrasi Variabel TBH

Null Hypothesis: D(TBH) has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 1 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -7.797637 0.0000

Test critical values: 1% level -3.574446

5% level -2.923780

10% level -2.599925 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 2.856198

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 2.774702

Phillips-Perron Test Equation

Dependent Variable: D(TBH,2)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 20:41

Sample (adjusted): 2012M03 2016M02

Included observations: 48 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(TBH(-1)) -1.136751 0.146046 -7.783492 0.0000

C -0.088997 0.249431 -0.356801 0.7229 R-squared 0.568410 Mean dependent var -0.002083

Adjusted R-squared 0.559028 S.D. dependent var 2.599743

S.E. of regression 1.726378 Akaike info criterion 3.970702

Sum squared resid 137.0975 Schwarz criterion 4.048669

Log likelihood -93.29685 Hannan-Quinn criter. 4.000166

F-statistic 60.58275 Durbin-Watson stat 2.056992

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 157: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

139

Lampiran 16 : Uji Kointegrasi Johansen Test

Date: 08/26/16 Time: 17:03

Sample (adjusted): 2012M04 2016M02

Included observations: 47 after adjustments

Trend assumption: Linear deterministic trend

Series: NPF GDP INF MM_MPLS RM_FM TBH

Lags interval (in first differences): 1 to 2

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.675371 132.4507 95.75366 0.0000

At most 1 * 0.512803 79.57232 69.81889 0.0068

At most 2 0.485817 45.77522 47.85613 0.0774

At most 3 0.194346 14.51195 29.79707 0.8107

At most 4 0.077734 4.355215 15.49471 0.8729

At most 5 0.011674 0.551894 3.841466 0.4575 Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level

* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized Max-Eigen 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.675371 52.87833 40.07757 0.0011

At most 1 0.512803 33.79710 33.87687 0.0511

At most 2 * 0.485817 31.26328 27.58434 0.0161

At most 3 0.194346 10.15673 21.13162 0.7298

At most 4 0.077734 3.803321 14.26460 0.8795

At most 5 0.011674 0.551894 3.841466 0.4575

Lampiran 17 : Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinearitas

GDP INF MM_MPLS RM_FM TBH GDP 1.000000 0.320427 0.734487 0.684515 0.043648

INF 0.320427 1.000000 0.427713 0.579865 0.042818

MM_MPLS 0.734487 0.427713 1.000000 0.831544 0.223500

RM_FM 0.684515 0.579865 0.831544 1.000000 0.115874

TBH 0.043648 0.042818 0.223500 0.115874 1.000000

2. Uji Autokorelasi

Page 158: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

140

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 9.624090 Prob. F(2,42) 0.0004

Obs*R-squared 15.71327 Prob. Chi-Square(2) 0.0004

Test Equation:

Dependent Variable: RESID

Method: Least Squares

Date: 08/26/16 Time: 17:16

Sample: 2012M01 2016M02

Included observations: 50

Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. GDP -2.41E-07 1.27E-06 -0.189994 0.8502

INF 0.001592 0.027475 0.057961 0.9541

MM_MPLS 0.049901 0.075763 0.658641 0.5137

RM_FM -0.044792 0.097833 -0.457840 0.6494

TBH -0.011019 0.013225 -0.833224 0.4094

C 0.266935 0.660753 0.403986 0.6883

RESID(-1) 0.593826 0.155660 3.814899 0.0004

RESID(-2) -0.020666 0.159692 -0.129413 0.8976 R-squared 0.314265 Mean dependent var -9.85E-16

Adjusted R-squared 0.199976 S.D. dependent var 0.280113

S.E. of regression 0.250544 Akaike info criterion 0.215285

Sum squared resid 2.636444 Schwarz criterion 0.521209

Log likelihood 2.617871 Hannan-Quinn criter. 0.331783

F-statistic 2.749740 Durbin-Watson stat 2.036456

Prob(F-statistic) 0.019132

3. Uji Autokorelasi dengan WLS

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.330707 Prob. F(2,41) 0.7203

Obs*R-squared 0.777922 Prob. Chi-Square(2) 0.6778

Test Equation:

Dependent Variable: RESID

Method: Least Squares

Date: 08/26/16 Time: 23:12

Sample: 2012M02 2016M02

Included observations: 49

Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. GDP-0.552198*GDP(-1) 3.05E-08 2.26E-06 0.013481 0.9893

INF-0.552198*INF(-1) 0.000424 0.040708 0.010404 0.9917

MM_MPLS-0.552198*MM_MPLS(-1) 0.017931 0.100542 0.178345 0.8593

RM_FM-0.552198*RM_FM(-1) -0.038156 0.180771 -0.211074 0.8339

Page 159: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

141

TBH-0.552198*TBH(-1) -0.004555 0.020127 -0.226294 0.8221

C 0.087428 0.670961 0.130303 0.8970

RESID(-1) 0.137131 0.168661 0.813052 0.4209

RESID(-2) -0.007529 0.160616 -0.046876 0.9628 R-squared 0.015876 Mean dependent var -6.09E-16

Adjusted R-squared -0.152145 S.D. dependent var 0.225053

S.E. of regression 0.241568 Akaike info criterion 0.144950

Sum squared resid 2.392556 Schwarz criterion 0.453818

Log likelihood 4.448729 Hannan-Quinn criter. 0.262134

F-statistic 0.094488 Durbin-Watson stat 1.969690

Prob(F-statistic) 0.998371

4. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.601630 Prob. F(20,29) 0.8797

Obs*R-squared 14.66224 Prob. Chi-Square(20) 0.7954

Scaled explained SS 13.66473 Prob. Chi-Square(20) 0.8471

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2

Method: Least Squares

Date: 08/26/16 Time: 17:12

Sample: 2012M01 2016M02

Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -15.61848 20.09523 -0.777223 0.4433

GDP^2 -2.02E-11 4.74E-11 -0.425328 0.6737

GDP*INF 1.95E-08 1.34E-06 0.014589 0.9885

GDP*MM_MPLS 8.51E-07 3.74E-06 0.227180 0.8219

GDP*RM_FM -2.32E-07 4.46E-06 -0.052084 0.9588

GDP*TBH -9.11E-07 7.37E-07 -1.234735 0.2268

GDP 3.80E-05 5.04E-05 0.753896 0.4570

INF^2 -0.000347 0.016333 -0.021236 0.9832

INF*MM_MPLS -0.048523 0.078155 -0.620854 0.5395

INF*RM_FM 0.145403 0.104380 1.393020 0.1742

INF*TBH 0.001027 0.008221 0.124870 0.9015

INF -0.753595 1.025364 -0.734954 0.4683

MM_MPLS^2 -0.054211 0.079889 -0.678578 0.5028

MM_MPLS*RM_FM 0.054845 0.167237 0.327948 0.7453

MM_MPLS*TBH 0.023633 0.043941 0.537840 0.5948

MM_MPLS -0.286808 1.581816 -0.181316 0.8574

RM_FM^2 -0.056836 0.188913 -0.300860 0.7657

RM_FM*TBH -0.002308 0.063741 -0.036207 0.9714

RM_FM -0.062232 2.135677 -0.029139 0.9770

TBH^2 -0.005669 0.005090 -1.113778 0.2745

TBH 0.665399 0.784508 0.848173 0.4033 R-squared 0.293245 Mean dependent var 0.076894

Adjusted R-squared -0.194172 S.D. dependent var 0.120507

Page 160: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

142

S.E. of regression 0.131688 Akaike info criterion -0.921492

Sum squared resid 0.502909 Schwarz criterion -0.118443

Log likelihood 44.03731 Hannan-Quinn criter. -0.615687

F-statistic 0.601630 Durbin-Watson stat 1.985002

Prob(F-statistic) 0.879716

Lampiran 18 : Hasil Analisis Jangka Panjang

Dependent Variable: NPF

Method: Least Squares

Date: 08/26/16 Time: 23:25

Sample: 2012M01 2016M02

Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -8.911691 0.766938 -11.61983 0.0000

GDP 1.73E-05 1.47E-06 11.80066 0.0000

INF -0.066741 0.032388 -2.060647 0.0453

MM_MPLS 0.202506 0.087703 2.308995 0.0257

RM_FM -0.318259 0.114638 -2.776210 0.0080

TBH 0.091061 0.015052 6.049697 0.0000 R-squared 0.890321 Mean dependent var 3.544600

Adjusted R-squared 0.877858 S.D. dependent var 0.845809

S.E. of regression 0.295600 Akaike info criterion 0.512550

Sum squared resid 3.844700 Schwarz criterion 0.741992

Log likelihood -6.813742 Hannan-Quinn criter. 0.599923

F-statistic 71.43443 Durbin-Watson stat 0.895604

Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 19 : Hasil Uji ECT

Null Hypothesis: ECT has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -3.711348 0.0068

Test critical values: 1% level -3.571310

5% level -2.922449

10% level -2.599224 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 0.055066

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.060456

Page 161: INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40731/1/NUR ANISHA-FEB.pdf · INDIKASI MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION DALAM PENYALURAN

143

Phillips-Perron Test Equation

Dependent Variable: D(ECT)

Method: Least Squares

Date: 09/06/16 Time: 21:16

Sample (adjusted): 2012M02 2016M02

Included observations: 49 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. ECT(-1) -0.446005 0.123974 -3.597577 0.0008

C 0.003528 0.034239 0.103054 0.9184 R-squared 0.215916 Mean dependent var 0.006509

Adjusted R-squared 0.199233 S.D. dependent var 0.267755

S.E. of regression 0.239602 Akaike info criterion 0.020286

Sum squared resid 2.698231 Schwarz criterion 0.097503

Log likelihood 1.503002 Hannan-Quinn criter. 0.049582

F-statistic 12.94256 Durbin-Watson stat 1.899605

Prob(F-statistic) 0.000769

Lampiran 20 : Hasil Analisis Jangka Pendek

Dependent Variable: D(NPF)

Method: Least Squares

Date: 08/26/16 Time: 23:43

Sample (adjusted): 2012M02 2016M02

Included observations: 49 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.024065 0.035334 0.681069 0.4996

D(GDP) 1.00E-05 4.39E-06 2.275542 0.0280

D(INF) -0.064689 0.039687 -1.629960 0.1106

D(MM_MPLS) -0.021842 0.069398 -0.314738 0.7545

D(RM_FM) -0.258072 0.216272 -1.193278 0.2395

D(TBH) 0.052566 0.018792 2.797266 0.0077

ECT(-1) -0.397682 0.115513 -3.442763 0.0013 R-squared 0.349476 Mean dependent var 0.038776

Adjusted R-squared 0.256545 S.D. dependent var 0.245141

S.E. of regression 0.211370 Akaike info criterion -0.138846

Sum squared resid 1.876452 Schwarz criterion 0.131414

Log likelihood 10.40173 Hannan-Quinn criter. -0.036310

F-statistic 3.760563 Durbin-Watson stat 2.140831

Prob(F-statistic) 0.004380