impor sementara. oleh : syaiful anwar / widyaiswara utama · merupakan bagian dari undang-undang...

18
Impor Sementara. Oleh : Syaiful Anwar / Widyaiswara Utama Abstrak Impor Sementara adalah fasilitas kepabeanan yang secara luas diatur berdasarkan konvensi internasional seperti Paedagogic Equipment Convention, Istanbul Convention, Exhibition and Fair Convention, ATA Carnet dll Konseptual dan praktik Impor Sementara berdasarkan ketentuan yang berlaku terkadang muncul berbagai kontroversi seperti denda 100% bila tidak di ekspor kembali, perpanjangan izin Impor Sementara dll. Sementara itu secara konseptual semua barang yang dimasukkan untuk dipakai / dikonsumsi wajib membayar bea masuk ketika dikeluarkan dari Kawasan Pabean sedangkan untuk beberapa hal fasilitas Impor Sementara diberikan kepada barang yang dimasukkan untuk dipakai (seperti permesinan dan sejenisnya) yang seharusnya wajib bayar bea masuk ketika dimasukkan untuk dipakai atau memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk (karena perekonomian dan pembangunan menghendaki demikian) Kontroversi Impor Sementara akan berdampak pada kemungkinan kerugian negara bila fasilitas itu salah menerapkan dalam praktik (misused customs facility), kerugian dalam bentuk Subyek Bea Masuk membayar bea masuk lebih rendah dari seharusnya (perhitungan bea masuk berdasarkan harga setelah dikurangi biaya penyusutan sehingga bagaikan harga besi tua / scrap iron) dan kerugian berupa kehilangan peluang penggunaan liquiditas (kerugian berupa bunga / interest). Sebagaimana tujuan fasilitas Impor Sementara sebagaimana memenuhi standard kepabeanan internasional (International Customs Convention) sepenuhnya untuk mendorong arus lalu lintas barang yang lancar, tertib tetapi tidak merugikan negara. Mengembalikan fungsi Fasilitas Impor Sementara kepada maksud dan tujuan semula sebagai fasilitas kepabeanan untuk memberi kemudahan proses lalu lintas barang dan orang yang bergerak antar negara yang bersifat “non tradeable” seperti Turisme, Kemasan / Packing / Kontainer, Ilmu Pengetahuan / Penelitian, Kependidikan dll dan menghindarkan penyalahgunaan fasilitas Impor Sementara adalah suatu keniscayaan. Memahami tujuan fasilitas Impor Sementara berdasarkan kreteria Subyek Bea Masuk dan Obyek Bea Masuk adalah penting agar Otoritas Pabean mempunyai fokus pengawasan yang tepat dan efektif terkait dengan tujuan pemberian fasilitas Impor Sementara. Perlakuan Otoritas Pabean yang tepat berdasarkan Subyek dan Obyek bea masuk akan membawa Pemeriksa Pabean / Otoritas Pabean menemukan Teknis Pabean yang tepat yaitu disatu sisi dapat mengamankan hak hak negara sedangkan disisi lain memenuhi standard konvensi internasional tentang Impor Sementara.

Upload: ngotuyen

Post on 09-Mar-2019

244 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Impor Sementara.

Oleh : Syaiful Anwar / Widyaiswara Utama

Abstrak

Impor Sementara adalah fasilitas kepabeanan yang secara luas diatur berdasarkan

konvensi internasional seperti Paedagogic Equipment Convention, Istanbul Convention,

Exhibition and Fair Convention, ATA Carnet dll

Konseptual dan praktik Impor Sementara berdasarkan ketentuan yang berlaku

terkadang muncul berbagai kontroversi seperti denda 100% bila tidak di ekspor kembali,

perpanjangan izin Impor Sementara dll. Sementara itu secara konseptual semua barang yang

dimasukkan untuk dipakai / dikonsumsi wajib membayar bea masuk ketika dikeluarkan dari

Kawasan Pabean sedangkan untuk beberapa hal fasilitas Impor Sementara diberikan kepada

barang yang dimasukkan untuk dipakai (seperti permesinan dan sejenisnya) yang seharusnya

wajib bayar bea masuk ketika dimasukkan untuk dipakai atau memperoleh fasilitas

pembebasan bea masuk (karena perekonomian dan pembangunan menghendaki demikian)

Kontroversi Impor Sementara akan berdampak pada kemungkinan kerugian negara bila

fasilitas itu salah menerapkan dalam praktik (misused customs facility), kerugian dalam

bentuk Subyek Bea Masuk membayar bea masuk lebih rendah dari seharusnya (perhitungan

bea masuk berdasarkan harga setelah dikurangi biaya penyusutan sehingga bagaikan harga

besi tua / scrap iron) dan kerugian berupa kehilangan peluang penggunaan liquiditas

(kerugian berupa bunga / interest). Sebagaimana tujuan fasilitas Impor Sementara

sebagaimana memenuhi standard kepabeanan internasional (International Customs

Convention) sepenuhnya untuk mendorong arus lalu lintas barang yang lancar, tertib tetapi

tidak merugikan negara.

Mengembalikan fungsi Fasilitas Impor Sementara kepada maksud dan tujuan semula

sebagai fasilitas kepabeanan untuk memberi kemudahan proses lalu lintas barang dan orang

yang bergerak antar negara yang bersifat “non tradeable” seperti Turisme, Kemasan /

Packing / Kontainer, Ilmu Pengetahuan / Penelitian, Kependidikan dll dan menghindarkan

penyalahgunaan fasilitas Impor Sementara adalah suatu keniscayaan.

Memahami tujuan fasilitas Impor Sementara berdasarkan kreteria Subyek Bea Masuk

dan Obyek Bea Masuk adalah penting agar Otoritas Pabean mempunyai fokus pengawasan

yang tepat dan efektif terkait dengan tujuan pemberian fasilitas Impor Sementara. Perlakuan

Otoritas Pabean yang tepat berdasarkan Subyek dan Obyek bea masuk akan membawa

Pemeriksa Pabean / Otoritas Pabean menemukan Teknis Pabean yang tepat yaitu disatu sisi

dapat mengamankan hak – hak negara sedangkan disisi lain memenuhi standard konvensi

internasional tentang Impor Sementara.

A. Pendahuluan.

Kata – kata “Impor Sementara” sebetulnya mengandung ambiguity (pemahaman ganda)

karena dalam UU No.10/1995 terdapat 2 (dua) pasal yang membicarakan masalah impor

sementara yaitu pasal 9 ayat 1 s/d 4 dan pasal 26 (1) (K). Kemudian setelah diamandemen

Impor Sementara diatur berdasarkan Pasal 10D UU No 17 / 2006 tentang Kepabeanan

Ditilik dari segi sejarah pembahasan impor sementara Pasal 9 ayat 1 s/d 4 jo Pasal 10D

UU No 17 / 2006 diadakan dengan tujuan untuk mencegah penyalahgunaan “impor

sementara” versi pasal 23 Ordonansi Bea. Dimana impor sementara termaksud cenderung

disalahgunakan dengan alasan dimasukkan kedalam daerah pabean dan dipakai / dikonsumsi

untuk kemudian direekspor tetapi dalam kenyataan “impor sementara” seperti permesinan

itu dipakai dan melunasi pembayarannya pada waktu mesin sudah menjadi besi tua / scrap

iron (setelah dikurangi dengan biaya penyusutan).

Dalam kasus impor sementara yang demikian ini maka negara dirugikan yaitu pertama,

tidak membayar bea masuk pada waktu dimasukkan untuk dipakai (menyalahi konsep saat

wajib bayar bea masuk saat dikeluarkan dari kawasan pabean untuk dipakai/dikonsumsi)

dan kedua, membayar bea masuk ketika mesin sudah menjadi besi tua. Ada 2 (dua) kerugian

negara yaitu membayar bea masuk dan pajak – pajak lainnya lebih rendah dari seharusnya

dan mengalami rugi bunga dari liquiditas pembayaran.

Sementara itu apabila mempelajari “Impor Sementara” pasal 26 (K) UU No 10 / 1995

terdapat dalam pasal – pasal yang membicarakan tentang “tidak dipungut, pembebasan” atau

merupakan bagian dari undang-undang yang membicarakan pembebasan atau keringanan

perpajakan.

Dengan demikian apabila kita kaji secara mendalam substansi permasalahan “impor

sementara” dan secara hakiki makna impor sementara sebagaimana dimaksud pasal 9 ayat 1

s/d 4 dan pasal 26 (K) UU No 10 / 1995 jo Pasal 10D UU No 17 / 2006 sesungguhnya

membicarakan substansi dan konteks importasi yang berbeda. Oleh karena berbeda maka

seharusnya prosedural dan penyelesaiannya (teknis pabeannya) juga berbeda.

B. Tinjauan Teoretik Impor Sementara.

Kajian teoretik Impor Sementara berdasarkan Pasal 9 ayat 1 s/d 4 UU No 10 / 1995 jo

Pasal 10D UU No 17 / 2006 tentang Kepabeanan.

Pasal 9 ayat 1 :

“Barang Impor dapat dikeluarkan sebagai Barang Impor Sementara jika pada waktu

impornya nyata – nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali”.

Pasal 9 ayat 2 :

“Barang Impor Sementara sampai saat diekspor kembali berada dalam pengawasan

pabean”.

Pasal 9 ayat 3 :

“Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) serta pemantauan jangka

waktu impor sementara diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan”.

Pasal 9 ayat 4 :

“Barang siapa tidak mengekspor kembali barang impor sementara dalam jangka waktu

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar

seratus (100) persen dari bea masuk yang seharusnya dibayar”.

Mempelajari makna impor sementara UU No 10 / 1995 pasal 9 ayat 1 s/d 4 didalamnya

terkandung 3 (tiga) unsur utama yaitu :

1. Barang impor dikeluarkan untuk dipakai dari Kawasan Pabean sehingga formalitas

pabean telah terpenuhi.

2. Barang impor tersebut dimaksudkan untuk diekspor (dikirim keluar daerah pabean / luar

negeri)

3. Barang impor tersebut diawasi oleh Bea Cukai karena kewajiban fiskalnya belum selesai

atau ditangguhkan

Dari tiga unsur utama termaksud, menunjukkan bahwa impor sementara tersebut adalah

fasilitas yang diberikan kepada “Barang Impor” atau “Obyek Bea Masuk” bukan

diberikan kepada “Subyek Importirnya”. Fasilitas itu diberikan karena”Barang Impor

(obyek bea masuk) itu dibutuhkan“ untuk sesuatu tujuan tertentu seperti untuk meningkatkan

ekonomi dan pembangunan.

Misalnya :

▪ Alat / Permesinan itu belum ada di Indonesia untuk melaksanakan proyek perlu

mendatangkan alat itu dari Luar Negeri untuk kemudian diekspor kembali (dikirim

kembali) keluar daerah pabean Indonesia setelah selesai pemakaiannya.

▪ Alat itu dibutuhkan untuk proses pekerjaan yang mempunyai dampak pada upaya

pemerintah meningkatkan perekonomian nasional dan pembangunan nasional untuk

kemudian sewaktu-waktu dapat dikirimkan ke luar daerah pabean Indonesia.

(Alat-alat itu untuk operasi pertambangan oleh Pertamina dan kontraktornya misalnya)

Tetapi apabila kita baca penjelasannya UU No 10 / 1995 pasal 9 ayat 1 s/d 4 memberikan

penjelasan yang bersifat ilustratif yaitu seperti :

Barang pameran, barang perlombaan kendaraan-kendaraan yang dibawa oleh wisatawan,

peralatan penelitian untuk tujuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, peralatan teknis yang

dibawa oleh wisatawan, ahli tehnik yang akan digunakan sementara waktu untuk kemudian

diekspor kembali.

Penjelasan pasal 9 UU No. 10 / 1995 jo UU No 17 / 2006 ternyata tidak tepat dengan

makna sosiologis - histories dan makna kontekstual dari impor sementara karena

penjelasan ilustratif justru menunjukkan bahwa fasilitas diberikan kepada subyek bea masuk

(importir) seperti turis, tenaga ahli, wisatawan dll-nya. Karena subyek tersebut dipastikan

akan kembali beserta alat – alat yang mereka bawa keluar daerah pabean Indonesia.

Terdapat perbedaan makna antara isi Pasal 9 ayat 1 s/d 4 UU No 10 / 1995 dengan

penjelasannya, sehubungan dengan itu maka pemahaman makna tentang subjek, objek dan

tujuan pemungutan bea masuk menjadi sangat penting terutama dalam menyusun petunjuk

operasional di lapangan supaya terhindar dari ambiguitas dan dapat dilaksanakan dengan

tepat oleh petugas pada tingkat lapangan.

Kajian Teoretik Impor Sementara pasal 26 (1) (K) UU No. 10/1995 (Suatu Kajian

Konseptual, Karena Pasal 26 (1)K dihapus dari UU No 17 / 2006)

Pasal 26 (1) UU No. 10/1995 menyatakan :

“Pembebasan atau keringanan bea masuk dapat diberikan atas impor : a s/d i

K : Barang-barang dengan tujuan untuk diimpor sementara “

Dalam penjelasan pasal 26 (1) (K) menyatakan :

“Mengingat pemasukannya hanya untuk sementara barang-barang tersebut diberi

pembebasan atau keringanan bea masuk”.

Dalam pasal 26 (1) (K) dan penjelasannya tidak ada hal yang spesifik, tetapi kalau dilihat

dari konstektual posisi pasal 26 adalah diantara pasal 24, 25, 26, yaitu bab-bab yang

mengatur pembebasan bea masuk mutlak (Pasal. 24) dan pembebasan bersyarat (Pasal. 25,

Pasal. 26). Apabila dikaji lebih dalam makna histories dan konstektual UU No 10 / 1995

Pasal 9 dan Pasal 26 sesungguhnya mengatur sesuatu / subyek yang berbeda. Pasal 26 (1) (K)

lebih tepat mengatur tentang barang pameran, kendaraan untuk lomba, barang-barang untuk

turis, tenaga ahli, dll-nya, sebagaimana telah disepakati dalam berbagai Konvensi

Internasional dibidang Pabean.

Sekali lagi menunjukkan perlunya memahami subyek, obyek dan tujuan pembebasan

bea masuk agar perlakuan dan prosedur untuk barang “impor sementara” tepat dan tidak

merugikan importir dan negara mengingat sanksi yang cukup berat yaitu 100% dari bea

masuk yang wajib dibayar oleh importir.

B.1 Mengenal Jenis – Jenis Impor Sementara.

Fasilitas Impor Sementara bisa dibedakan atas subyek dan obyek bea masuk.

B.1.1 Fasilitas Impor Sementara pada Subyek Bea Masuk :

No. JENIS

FASILITAS

SUBYEK OBYEK TUJUAN

1. Barang Turis Turis Barang-barang

Turis

Meningkatkan

Pariwisata

2. Kendaraan untuk

lomba

Ikatan Motor

Indonesia (IMI)

Kendaraan Meningkatkan

Olahraga

3. Entreport Tujuan

Pameran

Pengusaha

Entreport tujuan

Pameran

Barang-barang

untuk promosi

dan pameran

Meningkatkan

perdagangan dan

industri

4. Pameran barang-

barang impor

Penyelenggara

Pameran yang

telah diijinkan

Menteri

Keuangan atau

Dit. Jenderal

Bea Cukai

Untuk Promosi

dan Kerjasama

Kebudayaan

Meningkatkan

kerjasama

perdagangan dan

kebudayaan

5. Alat Penelitian Lembaga Alat Spesifik Untuk memperoleh

Penelitian dan

atau Peneliti

untuk penelitian informasi spesifik

bagi kemajuan Ilmu

Pengetahuan

6. Admission

Temporaire

Admission Carnet

(ATA CARNET)

KADIN Barang impor

untuk kemudian

dikirim kembali

keluar negeri

Meningkatkan arus

barang dan

penyederhanaan

prosedur Pabean

Fasilitas tersebut diatas diberikan kepada subyek bea masuk (seperti Kamar Dagang

Indonesia (KADIN), Ikatan Motor Indonesia (IMI), Pengusaha Entrepot Tujuan Pameran,

Lembaga Penelitian Pemerintah (seperti LIPI,Badan Meteorologi dan Geofisika dll), Tenaga

Ahli,Turis dll) dan mereka bertanggung jawab atas bea masuk dan pajak-pajak yang harus

dilunasi.

B.1.2 Mengenal fasilitas impor sementara pada obyek (barang yang diimpor) ke dalam daerah

pabean Indonesia

Fasilitas atas obyek atau barang yang diimpor kedalam daerah pabean Indonesia diberikan

karena beberapa alasan :

Alat-alat, mesin – mesin yang diimpor tersebut sangat dibutuhkan bagi kepentingan

pembangunan nasional dan bila selesai akan dikirim ke luar daerah Pabean Indonesia

Alat-alat, mesin-mesin tersebut harus diimpor karena dibutuhkan jasanya untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan untuk kemudian apabila selesai akan dikirim ke luar

daerah Pabean Indonesia.

No. JENIS FASILITAS SUBYEK OBYEK TUJUAN

1. Fasilitas Barang-

barang gol I / II

Pertamina atau

Kontraktor Pertamina

(Sekarang sudah

dihapus dan diambil

alih Oleh BP Migas /

SKK Migas)

Pertamina dan

Kontraktornya

Barang-barang

untuk operasi

Pertambangan

Pelaksanaan

Kontrak karya

atau operasi

pertambangan

2. Mesin / Alat-alat

untuk menyelesaikan

suatu proyek dan

mesin /alat tersebut

harus diimpor dari

luar Negeri

Importir /

Pengusaha

Kontraktor

Barang mesin /

alat-alat yang

jasanya sangat

diperlukan

Menyelesaikan

proyek-proyek

Pemerintah atau

swasta

Untuk jenis fasilitas impor sementara dengan alasan obyeknya harus dilakukan pendekatan

yang berbeda yaitu :

Pertama, Prosedur untuk barang – barang pemerintah seperti Pertamina, Kontraktor-

kontraktor Pertamina khususnya Gol II (Sekarang diambil ali oleh BP Migas

sekarang bernama SKK Migas).

Kedua, Prosedur untuk barang-barang, mesin, alat – alat yang didatangkan oleh swasta

untuk keperluan komersial menyelesaikan suatu proyek yang berkaitan

pembangunan perekonomian dan kesejahteraan nasional.

Penyeragaman dan menyamakan prosedur pada kedua hal ( Pasal 9 dan Pasal 26 K UU No

10 / 1995 jo Pasal 10D UU No 17 / 2006) tersebut diatas dapat berakibat negatif pada

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.Mengapa hal ini mungkin terjadi ?

Misalnya :

Barang – barang impor dalam rangka operasi pertambangan oleh Pertamina atau oleh

Kontraktor Pertamina.

Pertama

Kontraktor Pertamina untuk memperoleh konsesi explorasi pertambangan harus membayar

consession fee yang cukup besar.

Kedua

Alat-alat explorasi pertambangan untuk mencari sumber minyak cukup mahal harganya,

sehingga apabila dikenakan beban administrasi 2% tiap bulan akan cukup memberatkan.

Ketiga

Mencari sumber minyak belum tentu berhasil memperoleh deposit minyak.

Keempat

Barang Operasi Pertambangan Gol I, tidak tepat sebagai Impor Sementara lebih tepat

merupakan fasilitas pembebasan bea masuk dengan alasan perekonomian negara memerlukan

barang – barang tersebut, sedangkan barang – barang Gol II adalah barang – barang

pendukung proses pertambangan dan tidak semuanya berhak memperoleh pembebasan bea

masuk

Dengan demikian apabila dilihat dari objek / barang yang memperoleh fasilitas “Impor

Sementara” diartikan secara sederhana tanpa pemahaman yang tepat (membuat generalisasi

yang tidak tepat) atas subyek dan obyek bea masuk dapat berakibat investor pertambangan

dan investor asing lainnya akan meninggalkan Indonesia karena hambatan prosedural dan

biaya tinggi karena kebijakan dibidang fiscal keliru dan Indonesia dipandang semakin tidak

kompetitif di mata Investor.

Atau muncul idea – idea sebagai kompensasi prosedural yang ketat (tight customs policy)

berupa kompensasi biaya operasional pertambangan dibebankan kepada negara (cost

recovery) yang secara teknikal berpotensi merugikan pendapatan negara

Dengan demikian kebijakan fiskal yang tepat dan tatalaksana kepabeanan yang tepat

(appropriate) akan mendorong systems pengawasan kepabeanan khususnya negara

kepulauan seperti Indonesia dapat berjalan tertib (properly) dan aman dari potensi

penyelundupan.

B.2 Prosedur Impor Sementara Berdasarkan Subyek dan Obyek Impor Sementara

B.2.1 Beberapa Prosedur Fasilitas Impor Sementara Pada Subyek Bea Masuk.

Ada beberapa prosedur pengawasan kepabeanan yang berlaku pada Impor Sementara yang

secara teknis pernah atau dapat dilaksanakan berdasarkan systems kepabeanan Indonesia

Barang – Barang Milik Turis Asing

Sepanjang barang-barang milik turis asing merupakan barang-barang keperluan pribadi

dan keperluan untuk tujuan perjalanan seperti kamera, tustel dll-nya dapat diberikan fasilitas

pembebasan bea masuk sebagai barang-barang penumpang.

Tetapi timbul permasalahan apabila turis tersebut membawa mobil, sepeda motor, kapal

pesiar, pesawat terbang sendiri untuk keperluan dirinya sebagai turis. Dalam hal demikian

ada 2 (dua) prosedur rujukan untuk mengatasinya :

Pertama :

Prosedur Admission Temporaire Admision (ATA) Carnet

Kedua :

Prosedur Konvensional (Melalui Kewenangan Selaku Kepala Kantor Pabean) seperti :

▪ Mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Bea Cukai pelabuhan pemasukan dan

bila diperlukan ditambah rekomendasi dari Lembaga tertentu baik Pemerintah maupun

swasta yang diakui (seperti IMI, FASI dll) setelah dijinkan oleh Kepala Kantor Bea

Cukai, kemudian Petugas Bea Cukai memeriksa Nama, Passport, Pelabuhan Terakhir

yang dikunjungi (Pelabuhan Pengeluaran) dan mencatat ciri-ciri barang tersebut, hasil

pemeriksaan dilaporkan ke Kepala Kantor untuk ijin pengeluarannya. dan kemudian

hasil pemeriksaaan dikirim ke Kantor Bea Cukai pelabuhan terakhir sebagai informasi

dan untuk pengawasan pengeluaran kendaraan tersebut.

▪ Pada proses pengeluaran di pelabuhan terakhir (pengeluaran) akan diperiksa oleh Bea

Cukai dan dicocokkan dengan data-data yang ada pada dokumen pelindung / surat

keterangan yang dikeluarkan oleh Kantor Bea Cukai pelabuhan pemasukan.

▪ Kantor Bea Cukai pelabuhan pengeluaran kendaraan setelah realisasi pengeluaran

kendaraan memberi informasi kepada Kantor Bea Cukai pada pelabuhan pemasukan

tentang realisasi pengeluaran kendaraan tersebut dari daerah pabean Indonesia.

Kendaraan Untuk Kepentingan Lomba

Untuk kepentingan olah raga atau event-event penyelenggara lomba kendaraan bermotor

dimungkinkan memasukkan kendaraan – kendaraan tersebut dari luar daerah pabean

Indonesia dengan fasilitas pembebasan / penangguhan bea masuk dan pajak – pajak lainnya.

Prosedur yang ditempuh biasanya menggunakan ATA Carnet dengan jaminan dari Ikatan

Motor Indonesia (IMI) atau menggunakan prosedur konvensional yang dimiliki oleh

Otoritas Kepala Kantor Pabean.

Pameran Barang – Barang Impor

Pameran untuk berbagai tujuan misalnya tujuan kebudayaan, perdagangan, teknologi dllnya

dapat diselenggarakan oleh penyelenggara dengan memperoleh fasilitas pembebasan-

pembebasan bea masuk apabila barang pameran tersebut akan dikirim kembali ke luar

daerah pabean Indonesia.

Penyelenggara pameran adalah lembaga-lembaga yang berkaitan dengan tujuan pameran.

Misalnya :

▪ Lembaga Persahabatan Indonesia – RRC

▪ Lembaga Persahabatan Indonesia – Amerika

▪ Kamar Dagang Indonesia

▪ Dll-nya

Untuk menyelenggarakan pameran yang demikian maka :

Penyelenggara mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur

Jenderal Bea dan Cukai

Permohonan penyelenggara harus dilengkapi dengan rekomendasi dari Departemen /

Kementerian Teknis. Seperti Departemen / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

Departemen/ Kemeterian Kesehatan, BPPT atau Sekretariat Negara. Dengan

melampirkan daftar barang-barang yang akan dipamerkan.

Berdasarkan izin dari Menteri Keuangan penyelenggara dapat melakukan pameran barang

– barang impor dengan fasilitas penangguhan bea masuk dan pajak-pajak lainnya.

Proses pemasukan dilakukan dengan membuat Pemberitahuan Impor Barang (PIB)

dengan dilampiri :

▪ Izin dari Menteri Keuangan

▪ Daftar barang yang dipamerkan

▪ Invoice

▪ Packing List

Pada waktu selesai pameran dan akan dikirim kembali ke luar daerah pabean dilakukan

pemeriksaan ulang oleh petugas Bea Cukai dengan membuat dokumen Pemberitahuan

Ekspor Barang Tertentu (PEBT).

Apabila ditemukan ketidak sesuaian antara data pada waktu masuk dengan data pada

waktu reekspor maka atas barang – barang tersebut wajib dilunasi bea masuk dan

pajak – pajak lainnya oleh penyelenggara pameran.

Alat - Alat Yang Didatangkan Oleh Tenaga Ahli Untuk Tujuan Penelitian

Alat-alat untuk tujuan penelitian yang diimpor untuk kemudian dikirim kembali ke luar

daerah pabean (reekspor) dapat diberikan pembebasan bea masuk dan pajak-pajak lainnya.

Sebetulnya sudah ada konvensi yang mengatur proses impor alat – alat untuk tujuan

penelitian yaitu Professional Equipment Convention dan atau mengacu pada ATA Carnet.

Secara umum pembebasan bea masuk dan pajak-pajak lainnya untuk alat – alat penelitian

dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Bea Cukai

dengan melampirkan daftar barang-barang yang akan diimpor.

2. Melampirkan rekomendasi dari Kementerian / Lembaga Non Kemeterian atau Lembaga

Swasta yang layak dipercaya (credible) sebagai penjamin.

3. Dalam hal disetujui oleh Menteri Keuangan, maka pemasukannya dilakukan dengan

membuat Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dengan melampirkan Surat Keputusan

Persetujuan Menteri Keuangan, daftar barang yang diimpor.

Namun secara tradisional pembebasan bea masuk dan pajak-pajak lainnya terutama untuk

barang-barang yang datang bersama peneliti / professional dan atau barang – barang kecil

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Bea Cukai dengan melampirkan daftar

barang dan rekomendasi dari sponsor yang mendatangkan atau yang bertanggung jawab.

b. Setelah diijinkan oleh Kepala Kantor, kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dan

mencatat cirri-cirinya, guna pengawasan pada waktu pengeluarannya.

c. Ketika akan kembali, keluar daerah pabean melaporkan kembali ke petugas Bea Cukai

dengan menunjukkan surat-surat ijin pada waktu pengeluarannya dari kawasan

pabean,.Untuk kemudian dilakukan pemeriksaan dengan membandingkan spesifikasi

barang tersebut ketika di masukkan.

d. Dalam hal kedapatan sesuai, diijinkan untuk dibawa ke luar daerah pabean.

e. Dalam hal ternyata barang tersebut dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dikeluarkan

ke luar daerah pabean, maka sponsor yang mendatangkan bertanggung jawab untuk

melunasi bea masuk dan pajak-pajak lainnya.

Admission Temporaire / Temporary Admission Carnet (ATA Carnet)

ATA Carnet diakui merupakan Dokumen Pabean Internasional yang digunakan fasilitas

Impor Sementara yang diterima oleh petugas Bea Cukai sebagai pengganti dokumen Pabean

Nasional.

ATA Carnet ini didukung oleh Systems Pabean Internasional yang melibatkan :

Penerbit Dokumen / Asosiasi Asuransi Penjamin seperti KADIN yang merupakan bagian

dari Internasional Bereau of Chamber and Commerce (Kamar Dagang Internasional).

Dengan menggunakan ATA Carnet, Impor Sementara dapat diproses lebih cepat.

ATA Carnet diperuntukkan Impor Sementara dalam rangka :

Impor barang-barang untuk tujuan pameran (the customs convention concerning facilities

for importation of exposition, display or used material at the exhibition, fairs, meeting or

similar events)

Impor barang-barang barang – barang tujuan ilmu pengetahuan (the customs convention

on importation of scientific equipment)

Impor barang – barang peralatan professional (the customs convention on the temporary

importation of professional, 1952)

Disamping itu ATA Carnet dapat digunakan untuk Impor Sementara seperti :

Scientific Equipment

Paedagogie Materials

Private Road Vehicles

Aircraft and Pleasure Boats

Packing / Kemasan

Dll-nya

Tetapi dalam hal untuk kebutuhan yang mendesak untuk penelitian dapat dilakukan

prosedur sebagai berikut :

1. Mengajukan permohonan ke Kepala Kantor Bea Cukai dengan menjelaskan tujuan impor

dan alasan-alasannya dan berjanji setelah selesai akan di reekspor. Pada permohonan

tersebut dilampirkan daftar barang yang diimpor.

2. Kepala Kantor Bea Cukai menyetujui dengan mempertaruhkan jaminan (bisa tertulis) dari

lembaga yang bertanggung jawab atas pemasukan barang-barang impor untuk penelitian

tersebut.

3. Membuat Dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dengan melampirkan persetujuan

Kepala Kantor Bea Cukai. Dilakukan pemeriksaan fisik dengan difoto dan dicatat ciri-

crinya.

4. Berkas PIB tersebut (no. 3) disimpan di Perbendaharaan untuk proses pemeriksaan pada

waktu akan direekspor nanti setelah selesai melakukan penelitian.

5. Proses reekspor dilakukan dengan dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang Tertentu

(PEBT).

Bentuk dan pemeriksaan ATA Carnet

ATA Carnet adalah semacam buku yang didalamnya terdapat lembaran-lembaran yaitu :

Lembar depan dan belakang warna hijau,didalamnya lembar putih dengan bersambungan

(continuation sheet).

Lembaran-lembaran exportasi warna kuning terdiri lembar tembusan dan lembar bukti

exportasi (exportation voucher)

Dua Lembaran formulir warna putih terdiri

Lembar importasi warna putih terdiri dari catatatan formulir importasi dan lembar

dokumen pelindung importasi (Importation Voucher) ketika keluar dari kawasan pabean.

Lembar formulir catatan tentang re-exportasi terdiri dari formulir catatan tentang

eksportasi dan voucher re - eksportasi sebagai bukti telah dilakukan eksportasi.

Dua lembaran warna biru formulir untuk barang-barang transit terdiri dari dari lembar untuk

bukti pemberitahuan transit dan voucher untuk transit.

ATA Carnet mempunyai nomer seri dan disahkan oleh penerbit dokumen tersebut (misal:

KADIN) pada waktu memasukkan (mengimpor) barang lembar importasi dicatat dan

diadministrasikan oleh Bendaharawan Bea dan Cukai ditandatangani dan dicap dinas.

Pada waktu mengeluarkan (reekspor) oleh Bendaharawan Bea Cukai pelabuhan

pengeluaran dicatat pada lembar eksportasi dan diadministrasikan, ditandatangai dan dicap

dinas. Lembar eksportasi disobek untuk diteruskan ke Kantor Bea Cukai pemasukan sebagai

informasi bahwa barang yang diimpor dengan fasilitas impor sementara telah dikeluarkan

dari daerah pabean Indonesia.

B.2.2 Prosedur Fasilitas Impor Sementara Pada Barang Impor (Obyek Bea Masuk).

Fasilitas Impor Barang-barang untuk Tujuan Eksplorasi Pertambangan oleh Pertamina dan

Kontraktor Pertambangan Asing Lainnya.

Prosedur Impor Sementara untuk tujuan Eksplorasi Pertambangan adalah :

Mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Bea Cukai

u.b. Direktur Fasilitas Kepabeanan. Dalam permohonan tersebut harus dilampirkan daftar

barang-barang yang akan diimpor.

Fasilitas Impor Sementara untuk barang-barang tujuan eksplorasi pertambangan oleh

Pertamina dan Kontraktor Pertamina memperoleh fasilitas penangguhan pembayaran bea

masuk dan pajak-pajak lainnya berdasarkan Rekomendasi dari BP. Migas.

Untuk Eksplorasi Tambang Lainnya (seperti Batubara, Besi, Nikel dll) memerlukan

Rekomendasi dari Kementerian Pertambangan dan Energi / Energi dan Sumberdaya

Mineral.

Berdasarkan izin dari Kantor Pusat Bea Cukai, membuat pemberitahuan Impor Barang

(PIB) dengan melampirkan :

a. Izin dari Kantor Pusat Bea Cukai cq Direktorat Fasilitas Kepabeanan

b. Daftar Barang yang telah disahkan

c. Invoice

d. Packing List

e. Dokumen-dokumen lain yang diperlukan

Sebagai catatan bahwa dilihat dari perspektif Teknis Pabean barang – barang operasi

pertambangan tidak layak memperoleh fasilitas Impor Sementara karena barang termaksud

dimasukkan untuk dipakai / dikonsumsi dan oleh itu wajib membayar bea masuk atau

memperoleh pembebasan bea masuk karena peralatan dan permesinan operasi pertambangan

diperlukan oleh perekonomian negara dan oleh sebab itu fasilitas Impor Sementara bagi

barang – barang Operasi Pertambangan tidak tepat dan cenderung akan merugikan negara.

Untuk mencegah ekses kerugian negara memasukkan barang dengan alasan Barang

Operasi Pertambangan Gol I dan II sekarang dihapuskan dan tidak termasuk dalam

pengertian Impor Sementara.

Fasilitas Impor Mesin-mesin / Alat-alat untuk menyelesaikan Proyek untuk kemudian di

Reekspor

Impor mesin / alat-alat yang langka dan belum tersedia di Indonesia dan diperlukan

jasanya untuk proses menyelesaikan suatu pekerjaan atau proyek untuk kemudian direekspor

dapat diberikan fasilitas penangguhan bea masuk dan pajak-pajak lainnya.

Prosedur memperoleh fasilitas tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Bea Cukai ub.

Direktur Fasilitas Kepabeanan.

2. Rekomendasi dari Kementerian / Lembaga Non Kementerian yang relevan / terkait.

3. Melampirkan daftar barang-barang yang akan diimpor.

4. Dalam permohonan harus dicantumkan lama waktu mesin /alat-alat dipakai.

5. Berdasarkan izin dari Kantor Pusat Bea Cukai, membuat Pemberitahuan Impor Barang

(PIB) dengan melampirkan :

a. Izin dari Kantor Pusat Bea Cukai cq. Direktorat Fasilitas Kepabeanan

b. Daftar barang yang telah disahkan

c. Invoice

d. Packing List

e. Membayar beban administrasi 2 (dua) % / bulan selama waktu izin impor sementara

diberikan

5. Izin dapat diperpanjang paling lama sampai 24 bulan

6. Bila sampai batas waktu izin tidak direekspor dikenakan denda 100% dari bea masuk

yang wajib dibayar.

C. Penyelesaian Fasilitas Impor Sementara Atas Obyek Seperti Barang Operasi

Pertambangan (BOP) Golongan I / II Pertamina dan Lainnya (Yang pernah terjadi).

Yang dimaksud Barang Operasi Pertambangan Gol I adalah barang – barang milik

Pertamina / milik Negara dan Barang Operasi Pertambangan Gol II, barang – barang milik

kontraktor Pertamina sehingga tidak otomatis berhak memperoleh pembebasan bea masuk

dan oleh sebab itu diantaranya diberikan fasilitas sebagai Impor Sementara.

Mengingat kompleksitas pergerakan barang – barang operasi pertambangan khususnya

dilaut dan tersedianya fasilitas Kawasan Perdagangan Bebas Batam, Bintan dan Karimun

yang digunakan sebagai tempat penimbunan peralatan operasi pertambangan maka

pemahaman konteks dan proses pengiriman antar wilayah pengawasan kepabeanan (Kantor

Bea Cukai) seluruh Indonesia menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh Otoritas Pabean

sebagai pembelajaran.

Impor Sementara dapat diselesaikan dengan cara :

Di reekspor (diekspor kembali) baik secara keseluruhan maupun secara bertahap

Diimpor untuk dipakai

Dimasukkan ke Tempat Penimbunan Berikat sebagai barang modal

Dimasukkan ke daerah industri (Kawasan Berikat Batam, Rempang dan Galang /

sekarang Kawasan Perdagangan Bebas Batam, Bintan dan Karimun)

Dijadikan aset perusahaan dalam rangka PMA / PMDN dan non PMA / PMDN

berdasarkan keputusan Menteri Keuangan

Karena mengalami kerusakan berat atau musnah oleh karena keadaan yang luar biasa

(Force Mayour) dan dapat dibuktikan demikian misal hilang dalam sumur (lost in hole),

dapat dianggap telah diselesaikan. Pelaksanaan hal ini berdasarkan Keputusan Menteri

Keuangan c/q Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

Reekspor (Diekspor kembali)

Prosedur reekspor fasilitas Impor Sementara atas obyek seperti Barang Operasi Pertamina

(BOP) Gol. I/II adalah sebagai berikut :

Perusahaan menerima fasilitas mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Bea

Cukai untuk melakukan reekspor dengan melampirkan :

- Pemberitahuan Impor Barang (PIB) atau PIB pengganti yang telah disahkan (di

endorse) oleh Kantor Bea Cukai yang mengeluarkan PIB (misal dari Kantor Bea Cukai

pulau Batam)

- Pemberitahuan Ekspor Barang Tertentu (PEBT)

Dilakukan pemeriksaan fisik dengan mencocokkan jenis barang yang tercantum dalam

PIB dan PEBT dengan kenyataannya.

Apabila kedapatan sesuai diberikan izin ekspor pada PEBT. Apabila kedapatan tidak

sesuai reekspor tidak diizinkan dan dengan kemungkinan perusahaan penerima fasilitas

wajib melunasi bea masuk dan pajak-pajak lainnya.

Dalam hal PIB fasilitas Impor Sementara untuk BOP berasal dari P. Batam, maka Kantor

Bea Cukai tempat diselesaikannya reekspor wajib menginformasikannya ke Kantor Bea

Cukai P. Batam.

Penyelesaian Dengan Impor Untuk Dipakai

Apabila fasilitas Impor Sementara akan diselesaikan dengan dimasukkan (impor) untuk

dipakai prosedurnya adalah sebagai berikut :

Paling lambat dalam waktu 2 (dua) minggu sebelum masa izin fasilitas impor sementara

berakhir, perusahaan penerima fasilitas memberitahukan secara tertulis rencana impor

untuk dipakai dengan melampirkan copy PIB pada waktu pemasukan terdahulu.

- Dalam hal barang-barang impor sementara terkait dengan ketentuan tentang

dibutuhkan rekomendasi / perizinan dari instansi terkait lainnya (misal : tata niaga).

Departemen Teknis yang berwenang mengeluarkan izin wajib mengeluarkan

perizinannya dalam waktu 2 (dua) minggu setelah permohonan izin diajukan.

- Bila dalam jangka waktu 2 (dua) minggu izin belum dikeluarkan, dianggap telah

diizinkan.

Persetujuan Direktur Jenderal Bea Cukai diberikan apabila syarat-syarat yang telah

ditetapkan dipenuhi dan berlaku 2 (dua) bulan sejak tanggal diberikan persetujuan.

Penyelesaian BOP (sekarang tidak diberlakukan) dilakukan dengan cara membayar Bea

Masuk dan pungutan impor lainnya ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda

sebesar seratus persen ( 100%) dari bea masuk yang seharusnya dibayar (Sanksi ini atas

dasar kesalahan apa ? apakah perbuatan memasukkan barang impor untuk dipakai

dengan membayar bea masuk merupakan suatu kesalahan ? dan oleh sebab itu di denda

?). Bea masuk dihitung berdasarkan tarif bea masuk dan kurs yang berlaku pada

pemasukan terdahulu.

Pungutan Impor lainnya berupa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Impor dan Pajak

Penghasilan pasal 22 Impor. PPN Impor dihitung berdasarkan tarif dan kurs yang

berlaku pada waktu pemasukan terdahulu sedangkan PPH pasal 22 Impor dihitung

berdasarkan tarif dan kurs pada saat pelunasan.

Dalam hal penyelesaian BOP II dengan Impor untuk dipakai oleh kontraktor dari copy

awal PIB telah ditandatangani oleh Pertamina atau pejabat yang ditunjuk atas nama

Pertamina maka PIB yang diajukan kontraktor dapat dilayani oleh Kantor Bea Cukai

setelah ada persetujuan dari Pertamina.

Penyelesaian Barang Operasi Pertambangan Gol. II dengan cara dimasukkan ke Tempat

Penimbunan Berikat (TPB) sebagai modal

Penyelesaian dengan cara dimasukkan ke TPB hanya dapat dilakukan oleh BOP Golongan

II (Istilah Gol II tidak berlaku lagi) yang :

Berasal dari dalam daerah pabean lainnya

Barang tersebut sudah berada dalam TPB bersangkutan

Prosedur untuk menyelesaikan dengan memasukkan ke Tempat Penimbunan Berikat adalah

sebagai berikut :

Penyelesaian BOP golongan II dimasukkan ke TPB yang berfungsi sebagai Kawasan

Berikat dan digunakan khusus untuk barang modal

Pengusaha di Kawasan Berikat mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur

Jenderal Bea Cukai dengan dilampiri hasil pemeriksaan Bea Cukai dalam bentuk Berita

Acara Pemeriksaan dari Kantor Bea Cukai pemasukan dengan dilampiri PIB, dan copy

daftar barang (master list)

Dalam hasil pemeriksaan kedapatan sesuai, permohonan dapat diproses lebih lanjut

Direktur Jenderal Bea Cukai atau pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri Keuangan

menerbitkan Surat Persetujuan Re-Aset BOP Gol. II yang dimasukkan ke TPB sebagai

barang modal

Prosedur BOP Gol. II yang telah mendapat persetujuan dilakukan sbb. :

- Pemasukan dari tempat lain dalam daerah pabean dengan melalui pengangkutan

melalui laut sampai menuju pelabuhan tujuan dengan menggunakan model BC.1.2.

- Pengeluaran dari pelabuhan bongkar ke TPB dengan menggunakan model BC.2.3

dengan dilampiri Surat Persetujuan Re-Aset dari Direktur Jenderal Bea Cukai dan

Surat Kontrak Penjualan atau Pembelian

- Dalam hal BOP II sudah berada pada TPB yang bersangkutan menyelesaikannya

dengan menyerahkan Surat Persetujuan Re Aset dan Kontrak Penjualan atau

Pembelian.

Penyelesaian BOP II dengan memasukkan ke Kawasan Berikat P. Batam, Bintan dan

Karimun

Prosedur penyelesaian Barang Operasi Pertambangan (BOP II) sebagai berikut:

Perusahaan mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Kantor Bea Cukai yang

mengawasi BOP Gol. II dengan dilampiri :

- Dokumen BC.1.2 dan PEBT / FTZ

- PIB / copy PIB yang telah disahkan

Terhadap barang tersebut dilakukan pemeriksaan fisik

Dalam hal kedapatan jenis barang sesuai, oleh Pejabat Bea Cukai diberikan persetujuan

dengan memberi izin pada dokumen BC.1.2, PEBT dan PIB / copy PIB

Pengangkutan dari Bea Cukai ke Kawasan Berikat P. Batam, Bintan dan Karimun

dilakukan sebagai berikut :

- Pengangkutan dari Kantor Bea Cukai dilindungi dengan dokumen BC.1.2 dan

dilampiri copy PEBT

- Dalam hal BOP Gol. II berasal dari P. Batam, Bintan dan Karimun penyelesaiannya

pada Kantor Bea Cukai P. Batam dengan melampirkan copy PIB dan PEBT yang

telah di endorse oleh Kantor Bea Cukai P. Batam.

Proses pengeluaran BOP Gol. II dari Pelabuhan Bongkar P. Batam, Bintan dan Karimun

ke Kawasan Berikat yang dituju dengan menggunakan formulir E / BZ (sekarang FTZ)

sesuai ketentuan yang berlaku

Setelah BOP Gol. II dibongkar di P. Batam dan ditimbun di TPB yang dimaksud, Kantor

Bea Cukai P. Batam mengirimkan kembali lembar dua, BC.1.2 dan copy PIB dengan

diberi catatan tentang realisasi penyelesaiannya di P. Batam ke Kantor Bea Cukai asal

BOP Gol. II, untuk penyelesaian administrasi Kantor Bea Cukai asal.

Penyelesaian BOP Gol. II karena hal-hal luar biasa (Force Mayeur) seperti hilang dalam

sumur (lost in hole).

Perusahaan yang mengalami force mayeur wajib segera melaporkan kejadian tersebut

pada Kantor Bea Cukai setempat paling lambat 7 (tujuh) hari sejak terjadinya keadaan

luar biasa (force mayeur)

Kepala Kantor Bea Cukai segera memerintahkan petugas Bea Cukai untuk melakukan

pemeriksaan di lokasi

Hasil pemeriksaan harus dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan dengan

melampirkan bukti-bukti yang dapat menunjang pemeriksaan seperti foto-foto dll-nya.

Berita Acara Pemeriksaan juga diketahui oleh pejabat yang bertanggung jawab dan

berwenang dari perusahaan tersebut.

Kepala Kantor Bea Cukai meneliti kebenaran dan kelengkapan hasil pemeriksaan untuk

kemudian membuat rekomendasi pembebasan bea masuk dan pajak-pajak lainnya atas

BOP Gol. II.

Perusahaan yang berkepentingan segera mengajukan permohonan pembebasan Bea

Masuk dan pajak-pajak lainnya kepada Menteri Keuangan melalui Kantor Bea Cukai

selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah kejadian.

Kepala Kantor Bea Cukai selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah menerima

permohonan pembebasan bea masuk dan pajak-pajak lainnya meneruskan permohonan

tersebut kepada Direktur Jenderal Bea Cukai dengan melampirkan rekomendasi atas

hasil pemeriksaan pemeriksa Bea Cukai.

Atas barang-barang yang hilang karena keadaan force mayeur dianggap telah

diselesaikan setelah dikeluarkan Surat Keputusan pembebasan bea masuk dan pajak-

pajak lainnya oleh Direktur Jenderal Bea Cukai atas nama Menteri Keuangan, Surat

Keputusan tersebut dicatat dalam buku daftar barang BOP Gol. II yang bersangkutan.

Pengawasan Pindah Lokasi.

BOP Gol. II dapat dipindah lokasikan ke tempat lain diluar kewenangan Kantor Bea

Cukai asal setelah mendapat persetujuan Kepala Kantor Bea Cukai asal.

Dalam hal PIB BOP Gol. II didaftarkan di Kantor Bea Cukai P. Batam, permohonan

pindah lokasi ditujukan kepada Kepala Kantor Bea Cukai yang mengawasi penggunaan

BOP Gol. II, dengan tembusan pada Kepala Kantor Bea Cukai P. Batam.

Persetujuan pindah lokasi dibuat rangkap 6 (enam) atau 7 (tujuh) :

- Lembar ke-1 untuk yang bersangkutan

- Lembar ke-2 untuk Kantor Pabean tujuan

- Lembar ke-3 untuk Kantor Wilayah Bea Cukai asal

- Lembar ke-4 untuk Kantor Bea Cukai asal sebagai arsip

- Lembar ke-5 untuk Kantor Pusat Bea Cukai

- Lembar ke-6 untuk Kantor Bea Cukai P. Batam

- Lembar ke-7 untuk Kantor Bea Cukai P. Batam bila berasal dari P. Batam

Permohonan pindah lokasi yang ditujukan ke Kepala Kantor Bea Cukai harus dilampiri :

- Persetujuan Pertamina

- Copy PIB dan dokumen pelengkap lainnya yang diperlukan

Sebelum pindah lokasi dilaksanakan oleh petugas Bea Cukai akan dilakukan pemeriksaan

fisik

Apabila dalam waktu 2 (dua) bulan sejak izin pindah lokasi diterima yang bersangkutan,

pindah lokasi tidak juga dipindahkan, maka izin pindah lokasi dinyatakan batal

Pengangkutan pindah lokasi dilakukan sebagai berikut :

- Untuk BOP Gol. II yang PIB-nya didaftarkan di Kantor Bea Cukai P. Batam

pengangkutannya dilakukan dengan copy PIB yang telah disahkan oleh Kantor Bea

Cukai P. Batam

- Untuk BOP Gol. II lainnya dilindungi dengan dokumen BC.1.2 rangkap 3 (tiga)

masing-masing untuk lembar :

Pertama,melindungi pengangkutan di perairan

Kedua, bersama nota pemeriksaan dan izin pindah lokasi dengan sampul tertutup

dikirim ke Kantor Bea Cukai tujuan Ketiga, untuk arsip Kantor Bea Cukai pemuatan

Setelah BOP Gol. II sampai di Pelabuhan tujuan BC.1.2 telah diproses oleh Kantor Bea

Cukai tujuan, dikirim kembali ke Kantor Bea Cukai asal untuk penyelesaian

administrasi / arsip izin pindah lokasi.

Dalam hal dilindungi dengan copy PIB yang telah disahkan Kantor Bea Cukai P.

Batam, setelah BOP Gol. II tiba di pelabuhan tujuan maka Kantor Bea Cukai pelabuhan

tujuan mengirim surat sebagai pemberitahuan tentang realisasi izin pindah lokasi ke

pelabuhan asal dengan tembusan pada Kantor Bea Cukai P. Batam.

Fasilitas Impor Mesin-mesin / Alat-alat untuk menyelesaikan Proyek untuk kemudian di

Reekspor

Impor mesin / alat-alat yang langka dan belum tersedia di Indonesia dan diperlukan

jasanya untuk proses menyelesaikan suatu pekerjaan atau proyek untuk kemudian direekspor

dapat diberikan fasilitas penangguhan bea masuk dan pajak-pajak lainnya.

Prosedur memperoleh fasilitas tersebut adalah sebagai berikut :

Mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Bea Cukai ub.

Direktur Fasilitas Kepabeanan.

Melampirkan daftar barang-barang yang akan diimpor.

Dalam permohonan harus dicantumkan lama waktu mesin /alat-alat dipakai.

Berdasarkan izin dari Kantor Pusat Bea Cukai, membuat Pemberitahuan Impor Barang

(PIB) dengan melampirkan :

a. Izin dari Kantor Pusat Bea Cukai cq. Direktorat Fasilitas Kepabeanan

b. Daftar barang yang telah disahkan

c. Invoice

d. Packing List

e. Membayar beban administrasi 2 (dua) % / bulan selama waktu izin impor sementara

diberikan

1. Izin dapat diperpanjang paling lama sampai 24 bulan

2. Bila sampai batas waktu izin tidak direekspor dikenakan denda 100% dari bea masuk

yang wajib dibayar.

Pengawasan dan Pengamanan Hak Negara

60 (enam puluh) hari sebelum izin fasilitas impor sementara berakhir, pejabat Bea Cukai

atau Kepala Kantor Bea Cukai yang bertanggung jawab tentang PIB BOP Gol. II wajib

memberitahukan kepada Pertamina / Kontraktornya tentang akan berakhirnya izin

fasilitas impor sementara.

Dalam hal BOP Gol. II telah digunakan melebihi 3 (tiga) tahun dan telah diperpanjang 2

(dua) kali, pemberitahuan akan berakhirnya fasilitas dilakukan 90 (sembilan puluh) hari

sebelum masa fasilitas berakhir.

Pengusaha sudah harus mengajukan penyelesaiannya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari

sebelum berakhirnya izin fasilitas kepada Kantor Bea Cukai yang telah menata usahakan

PIB BOP Gol. II.

Dalam hal perusahaan belum melaksanakan pembayaran dalam waktu 30 (tiga puluh) hari

sejak berakhirnya fasilitas, dikenakan beban bunga 2 (dua) persen per bulan sesuai

ketentuan yang berlaku ( SK. Menteri Keuangan No. 234/KMK.05/1996 tanggal 01 April

1996 )

Ketika barang operasi pertambangan kita klasifikasikan sebagai Fasilitas Impor

Sementara maka mekanisme pengawasan menjadi rumit / berbelit – beli dan menjadi sumber

lahirnya high cost economy dan oleh sebab itu barang – barang operasi pertambangan

sebaiknya diberikan fasilitas pembebasan bea masuk karena alasan perekonomian negara

menghendaki demikian / Industri Stratejik.

Model pengawasan pergerakan barang khusus untuk fasilitas barang – barang ex Barang

– Barang Gol II (fasilitas pembebasan bersayarat dengan alasan perekonomian negara

menghendaki / membutuhkan) secara teknis perlu dipelajari khususnya pengawasan barang –

barang yang bergerak dari Free Trade Area (seperti Batam, Bintan Karimun) ke tempat –

tempat lain didalam daerah pabean seperti pengiriman barang ke Kantor Bea Cukai Tarempa

/ Kepulauan Natuna untuk implementasi prinsip check & re check antar Kantor Pabean dan

mengamankan hak – hak negara.

D. Refleksi

1. Impor Sementara adalah salah satu fasilitas pabean yang mempunyai aspek teknis

kepabeanan yang luas

2. Untuk memahami Impor Sementara secara tepat harus tahu konsep fasilitas

pembebasan atas Subyek dan Obyek Pajak / Bea Masuk

3. Dengan memahami fasilitas dari subyek dan obyek pajak / bea masuk akan dapat

diketahui apakah importasi suatu obyek bea masuk (barang impor) dapat diberikan

fasilitas Impor Sementara atau menggunakan fasilitas pembebasan bea masuk bersyarat

sebagaimana diatur dalam Pasal 25 dan 26 UU No 17 / 2006 Tentang Kepabeanan

lainnya (misal alasan perekonomian / pembangunan negara menghendaki pembebasan

bea masuk) atau ditolak dengan kewajiban membayar bea masuk dan pajak – pajak

lainnya.

4. Dengan memahami hal tersebut (alasan Subyek dan Obyek Fasilitas Impor Sementara)

maka Impor Sementara sebagai fasilitas dapat digunakan untuk mendorong kegiatan

ekonomi seperti turisme, memperlancar arus barang dan dapat terhindar dari

penyalahgunaan fasilitas Impor Sementara yang tidak sepatutnya.

5. Fasilitas Impor Sementara untuk BOP Gol II, sudah tidak dilaksanakan lagi namun

pengetahuan tentang mekanisme kontrol tentang pergerakan barang – barang impor yang

masih terutang bea masuk, dari satu Kawasan Pabean ke Kawasan Pabean lainnya masih

relevan dilihat dari khasanah pengetahuan pabean mengingat luas wilayah negara

kepulauan Indonesia disamping itu tersedianya fasilitas kelembagaa berupa Kawasan

Perdagangan Bebas / Free Trade Area seperti Batam, Bintan dan Karimun.

6. Butir 5 perlu memperoleh perhatian Otoritas Pabean karena logika pengawasan

pergerakan barang yang berbeda antara Kantor Bea Cukai Batam, Bintan Karimun (saat

wajib bayar pada saat keluar dari Batam, Bintan dan Karimun) dengan Kantor Bea Cukai

lainnya seperti Kantor Bea Cukai Tarempa /di Kepulauan Natuna (saat wajib bayar bea

masuk pada saat dimasukkan kedalam daerah pabean).

7. Perbedaan logika pengawasan pergerakan barang melalui laut dari Kantor Bea Cukai

dengan status Free Trade Area dengan Kantor Bea Cukai lainnya harus terakomodasi

dalam systems pengawasan kepabeanan yang integratif sehingga prinsip check and

recheck antar Kantor Bea Cukai serta keseragaman (uniformity) dokumen pabean yang

berlaku mampu bekerja dengan baik dan bekerja dalam kerangka system kepabeanan

yang utuh (solid).