optimalisasi widyaiswara lembang 5 des (yuti)

51
Optimalisasi Peran WIDYAISWARA dalam Mewujudkan Penyuluhan Pertanian Modern Syahyuti Musyawarah Nasional II Ikatan Widyaiswara Cabang Kementan (IWICKP) Balai Besar Pelatihan Pertanian LEMBANG, 8 Desember 2016 1

Upload: syahyuti-si-buyuang

Post on 07-Feb-2017

133 views

Category:

Science


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

1

Optimalisasi Peran WIDYAISWARA dalam Mewujudkan Penyuluhan Pertanian Modern

Syahyuti

Musyawarah Nasional II Ikatan Widyaiswara Cabang Kementan (IWICKP)Balai Besar Pelatihan Pertanian LEMBANG, 8 Desember 2016

Page 2: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Materi:

1. Widyaiswara dalam sistem penelitian dan pengembangan teknologi pertanian

2. Analisis kelembagaan terhadap Widyaiswara

3. Widyaiswara sebagai komponen Penyuluhan Modern

2

Page 3: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Satu,

Widyaiswara dalam sistem penelitian dan pengembangan teknologi pertanian

3

Page 4: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)
Page 5: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, Dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi

(UU No 18 tahun 2002):

• Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru.

• Organisasi profesi adalah wadah masyarakat ilmiah dalam suatu cabang atau lintas disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi, atau suatu bidang kegiatan profesi, yang dijamin oleh negara untuk mengembangkan profesionalisme dan etika profesi dalam masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5

Page 6: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Bagian Kedua: Kelembagaan Pasal 6: (1) Kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi terdiri

atas unsur perguruan tinggi, lembaga litbang, badan usaha, dan lembaga penunjang.

Pasal 12: (1) Dalam meningkatkan keahlian, kepakaran, serta kompetensi

manusia dan pengorganisasiannya, setiap unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi bertanggung jawab mengembangkan struktur dan strata keahlian, jenjang karier sumber daya manusia, serta menerapkan sistem penghargaan dan sanksi yang adil di lingkungannya sesuai dengan kebutuhan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(2) Untuk menjamin tanggung jawab dan akuntabilitas profesionalisme, organisasi profesi wajib menentukan standar, persyaratan, dan sertifikasi keahlian, serta kode etik profesi

6

Page 7: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Elemen Sistem Iptek(UU. No. 18/2002)

1. Kelembagaan Iptek

mengatasi kesenjangan yang menghambat sinergi antara perguruan tinggi, lembaga litbang dan badan usaha

memberikan dukungan dan membentuk iklim yang kondusif

Lembaga penunjang

mengusahakan pendayagunaan manfaat keluaran perguruan tinggi dan lembaga litbang

menumbuhkan kemampuan perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi

Badan usaha

mencari berbagai invensi serta menggali potensi pendayagunaannya

menumbuhkan kemampuan pemajuan Iptek

Lembaga litbang

meningkatkan kemampuan pendidikan & pengajaran, litbang, dan pengabdian masyarakat

membentuk sumber daya manusia Iptek Pergurua

n tinggi

Tanggung JawabFungsiUnsur

Page 8: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Permentan No 30 tahun 2003 tentang Pedoman Pengembangan Profesionalisme Widyaiswara Lingkup Kementerian Pertanian

Page 9: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

9

-Pendidikan, penelitian, dan pelatihan untuk PENYULUHAN

Page 10: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

10

Training or Teaching?

• Facilitator or Expert

• Real-Life or Theoretical• Active or Passive• You do it or Watch Me • What would or Here’s how to use it. you do?

Page 11: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

11

Page 12: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

12

Dua,

Analisis KELEMBAGAAN (Institutional Analysis) WIDYAISWARA dan IWIKCP

Page 13: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Richard Scott (Stanford University, USA.) 2008. Institutions and Organizations. Third Edition. SAGE Publications, Inc

Institution= “….are composed of cultured-cognitive, normative, and regulative elements that, together with associated activities and resources, provide stability and meaning of social live”.

13

Page 14: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

In English Biasa diterjemahkan

menjadi

Terminologi semestinya

Batasan dan materinya

1. institution Kelembagaan, institusi

Lembaga norma, regulasi, pengetahuan-kultural. Menjadi pedoman dalam berperilaku aktor

2. institutional Kelembagaan, institusi

Kelembagaan Hal-hal berkenaan dengan lembaga.

3. organization Organisasi, lembaga

Organisasi social group, yg sengaja dibentuk, punya anggota, utk mencapai tujuan tertentu, aturan dinyatakan tegas. (kelompok tani, koperasi, Gapoktan)

4. organizational

Keorganisasian, kelembagaan

Keorganisasian Hal-hal berkenaan dengan organisasi (struktur org, anggota, kepemimpinannya, manajemennya, dll).

Rekonseptualisasi “Lembaga” dan “Organisasi”

14

Page 15: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

15

Analisis Kelembagaan WI

Objek nya Analisis

UU no 18 tahun 2002 sebagai pedoman Apakah UU ini diterapkan, dijadikan pedoman, diterima, ditolak? Bagian mana yg diterima, kenapa?

Permenpan No 22 - 2014 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara Dan Angka Kreditnya

Persepsi WI dan pihak lain terhadap aturan ini? Realisasi dan kendalanya bagaimana? Apakah positif mendorong profesionalisme WI? Angka kredit cukup adil?

Permentan No 30 – 2014 tentang Pedoman Pengembangan Profesi onalisme WI Kementan

Persepsi WI dan pihak lain terhadap aturan ini? Realisasi dan kendalanya bagaimana?

Peraturan daerah Pemda ttg penganggaran dan pengorganisasian

Kajian kebijakan, konsistensi nya dengan UU di atasnya, bagaimana realisasinya? Dll.

Pedoman untuk manajemen kerja WI Apakah pedoman ini ada? Apakah bisa dijalankan, apa masalahnya, bagaimana konsistensinya dengan teori dan kebijakan di atasnya?

1. Aspek

REGULATIF

Page 16: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

16

Objeknya Analisis

Norma-norma kerja pada profesi WI

Bagaimana WI memandang pekerjaannya, apakah sesuatu yang baik atau tidak? Apakah bangga menjadi WI?Apakah puas menjadikan WI sebagai profesi?

Persepsi ttg peran WI dalam sistem inovasi teknologi pertanian

Apakah peran WI harus dan tidak tergantikan? Adakah opsi aktor lain? Apakah metodenya masih efektif?

Nilai-nilai atau adab dalam komunikasi yang diterapkan

Apakah komunikasi menunjukkan dominansi, pemaksaan, baik komunikasi horizontal dan vertikal? Apakah adab komunikasi demikian itu boleh? Apakah itu baik?

Nilai-nilai dalam materi pelatihan

Apakah memberikan materi yang sesuai dengan etika peserta?

2. Asp

ek

NORMATIF

Page 17: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

17

Objeknya Analisis

Pengetahuan pengambil kebijakan ttg kegiatan pelatihan

Bagaimana tingkat pengetahuan pengambil kebijakan tentang konsep dan teori pelatihan? Apakah sama dengan WI?Apa agenda tersembunyi di belakangnya?

Pengetahuan tenaga WI tentang kebijakan, organisasi, dan metode pelatihan

Bagaimana pengetahuan dan persepsi tenaga WI (tua, muda, laki-laki, perempuan) ttg kegiatan pelatihan? Bagaimana dan mengapa persepsi itu terbentuk?

Pengetahuan peserta tentang kegiatan pelatihan, sistem inovasi teknologi, pembangunan pertanian, dll

Apa pengetahuan pesert ttg kegiatan pelatihan? Apakah pelatihan perlu atau tidak? Apa latar sosial ekonomi sehingga itu terbentuk?

Pengetahuan peserta tentang materi pelatihan

Bagaimana persepsi peserta tentang materi yang disampaikan? Sesuai dengan kebutuhan peserta atau tidak? Bagaimana itu terbentuk? Bagaimana persepsi peserta dapat menjadi feed back?

3. Aspek

Kultural

KOGNITIF

Page 18: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

18

Objeknya Analisis

Struktur keorganisasian pelaksana pelatihan

Organisasi apa saja yang terlibat dari atas sampai bawah? Puslit, Badan Pelatihan Pemda, perguruan tinggi, NGO, dll?

Kinerja organisasi Bagaimana kinerja organisasi pelatihan yg eksis? Kuat, atau lemah? Dimana dan kenapa?

Kapasitas organisasi pelatihan

Bagaimana kemampuan Balai Latihan menjalankan pelatihan? Apakah pihak lain mampu membantu nya, misal P4S? Mengapa?

Kondisi dan kinerja organisasi WI

Apa saja organisasi WI yang eksis dan apa perannya? Mengapa demikian? Bagaimana agar bisa membantu pelatihan? Perlu kah dibentuk organisasi baru atau reorganisasi?

Hubungan antar organisasi Bagaimana relasi antar organisasi WI? Adakah dominansi ataukah demokratis? Relasi horizontal dan vertikal? Integrasi dan koordinasinya bagaimana?

4. Aspek

KEORGANISA

SIAN

Page 19: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Tiga,

Widyaiswara untuk Mewujudkan sistem Penyuluhan Modern

19

Page 20: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Empat tahapan penyuluhan pertanian di Asia:

1. Colonial Agriculture– Experimental stations were

established in many Asian countries by colonial powers.

– The focus of attention was usually on export crops such as rubber, tea, cotton and sugar.

– Technical advice was provided to plantation managers and large landowners

– Assistance to small farmers who grew subsistence crops was rare, except in times of crisis.

2.Diverse-Top Down Extension– After Independence, commodity-

based extension services emerged from the remnants of the colonial system, with production targets established as part of five year development plans.

– In addition, various schemes were initiated to meet the needs of small farmers, with support from foreign donors.

20

Page 21: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

3. Unified top-down

extension

– During the 1970’s and

‘80’s, the training and

visit system (T&V) was

introduced by the World

Bank.

– Existing organizations

were merged into single

national service.

– Regular messages, were

delivered to groups of

farmers, promoting the

adaption of the “green

revolution” technologies.

4. Diverse bottom-up extension

– When World Bank funding

ended, T&V system

collapsed in many

countries, leaving behind

patchwork of programs and

projects funded from

various other sources

– The decline of central

planning, combined with a

growing concerned for

sustainability and equity,

has resulted in participatory

methods gradually

replacing top-down

approaches.

21

Penyuluhan pertanian Indonesia baru akan memasuki tahap ke-4 sesuai dengan amanah UU 16-2006

UU 23-2014 tentang Pemda memadamkan api perubahan ini

Page 22: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Perubahan paradigma penyuluhan:

– From diffusion to systems of agricultural innovation.

Alasannya:

1. Inovasi teknologi bisa datang dari banyak sumber, 2. Ada perubahan dari sustainable agriculture and progress

menuju ecological knowledge system, 3. Berkembangnya interdependence model dan innovation

system framework, dimana yang terlibat tak hanya research and extension, tetap juga technology users, private companies NGO, dan supportive structures (pasar dan kredit).

4. Pentingnya learning processes ( = a way of evolving new arrangements specific to local contexts). 22

Page 23: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Mengapa perlu modernisasi penyuluhan?

1. Agroekologi: materi penyuluhan harus mampu merespon kebutuhan teknologi yang sangat bergantung pada zona agroekologi yang berbeda (agroecological zones), tidak lagi seragam sebagaimana revolusi hijau.

2. Political-economic: pengaruh dari tahap perkembangan negara (stage of economic development), berapa besar investasi pemerintah dalam kegiatan penyuluhan pertanian: seberapa besar ketergantungan ekonomi nasional kepada sektor pertanian? Berapa warga negara yang masih bergantung pada pertanian?

3. Sociocultural: perbedaaan kultural antar petani, language differences and illiteracy, proporsi keterlibatan perempuan dan laki-laki, pola agraria, struktur penguasaan lahan.

4. Kebijakan nasional: berkenaan dengan ketahanan pangan, berapa surplus pangan mau diproduksi, market Intervention, infrastructure, institutional factors, Research, Education and Training, Input Supply, Credit, Farmer Organizations and NGO

(Sumber: Swanson, Burton E.; Robert P. Bentz; and Andrew J. Sofranko (eds). 2004: Improving Agricultural Extension: A Reference Manual. www.fao.org)

23

Page 24: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Apa kunci new professionalism in extension?

1. Pendekaan partisipatif.

“These participatory methods and approaches represent an opportunity to build better linkages between the various actors and to increase the learning from each other”.

2. New systems of participatory learning3. New learning environments for professionals and local people4. New institutional settings5. Menciptakan organisasi penyuluhan yang bercirikan organissasi

pembelajar (learning organizations).

(sumber: Roche, 1992; Pretty & Chambers, 1993; Pretty, 1995)

24

Page 25: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

• Tantangan untuk penyuluhan pertanian ke

depan adalah to integrate public and private sector extension.

(Sally Marsh and David Pannell. 2005. Agricultural Extension in Australia:The Changing Roles of Public and Private Sector Providers. The Agricultural and Resource Economics Department, University of WA. http://www.rirdc.gov.au/.......)

25

Page 26: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

• Penyuluhan haruslah new ways of working and learning.

• New People and New Institutions, yakni: – to develop a vision of multiculturalism– improve their cross-cultural communication skills– involve a broader spectrum of community stakeholders– provide more inclusive information, and expand beyond the

traditional boundaries of university research

(Sandra Kerka. 1998. Extension Today and Tommorrow. Trends and Issues Alert no. n/a. http://www.cete.org/...)

(Rivera, W. M. 1997. Agricultural Extension into the Next Decade. European Journal of Agricultural Education and Extension 4, no. 1 (June 1997): 29-38. (EJ 546 904)

26

Page 27: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Marsh and Pannell (2005):

-Penyuluhan modern dicirikan oleh adanya integrasi penyuluh swadaya dan swasta (to integrate public and private sector extension).

-Dibutuhkan efisiensi dan kelembagaan yang berkelanjutan (sustainability of institutional arrangements), dengan ciri minimise transaction costs, serta “institutional structures to ensure effective public sector and private sector links – cooperation and coordination in a commercial environment”. Qamar, 2005:

-desentraliasi merupakan ciri penting penyuluhan modern, selain partisipatif, demokratis, dan memiliki semangat pluralism.

27

Page 28: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Paradigma penyuluhan LAMA vs BARU (Leeuwis, 2006):

28

Penyuluhan lama Penyuluhan baruPenanggung jawab penyuluhan

Pemerintah pusat Banyak pihak pada berbagai level (PT, petani, swasta, NGO, dll)

Fungsi penyuluhan Tranfer teknologi untuk peningkatan produksi

Lebih luas (memobilisasi, mengorganisasikan dan mendidik petani).

Posisi penyuluhan Terpisah dengan instansi lain Koheren

Model transfer teknologi Linear, sekuensial, dan satu arah Lebih realistik, siklis, dan dinamis (antara petani, peneliti, penyuluh)

Desain proyek Menurut perspektif pengajar learning model, melibatkan stakeholders

Pendekatan Lip sevice = menyampaikan teknologi

Mengambil resiko dengan melibatkan teknologi eksperimental, serta mengaitkan penelitian, manajer penyuluhan, dan organisasi petani

Page 29: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Memfungsikan Dinas Pertanian Sebagai Kantor Penyuluhan

• Perebutan PPL antara dinas teknis dengan penyuluhan sudah berulang kali berlangsung.

• Pendekatan sistem “penyuluhan modern” (modern extension management) dapat menyatukan kedua ini.

• UU 23 tahun 2014 kembali “membubarkan” kantor penyuluhan (Bakorluh dan Bapeluh)

29

Page 30: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Tiga kelompok fungsi penyuluhan:

1. Fungsi wajib (Must Functions) = membangkitkan kesadaran, pendidikan, dan transmisi informasi.

2. Fungsi “dapat” (Can Functions) = penyediaan input untuk petani (obtaining production inputs), bantuan pemasaran, supervisi uji lapang teknologi, dan menyediakan prasarana pertanian (providing infrastructure). Intinya adalah pada pemecahan masalah.

3. Fungsi "interfering functions" = mencakup aspek kebijakan (policing duties), membantu pemenuhan permodalan, dan pengumpulan data statistik termasuk melakukan sensus dan analisis pasar.

30

Page 31: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Dinas Pertanian sebagai Rumahnya, Penyuluhan Pertanian Isinya

• Mengintegrasikan kantor penyuluhan dengan kantor dinas sangat sesuai dengan teori penyuluhan modern

• Sesuai dengan UU tentang Pemda yang berbasiskan efisiensi. • Dinas Pertanian dengan “ruh penyuluhan” = reformasi kultural.• Struktur tidak berubah• Yang baru adalah: petani sebagai tujuan utama, sebagai subjek,

komunikatif, empati, demokratis, dan partisipatif. • Kantor Dinas Pertanian sebagai sebuah “learning organization”.

31

Page 32: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Paradigma penyuluhan modern pada UU NO 16 - 2006:

1. Demokrasi dan partisipasi. Pasal 2: “Penyuluhan diselenggarakan berasaskan demokrasi, manfaat, kesetaraan, keterpaduan, keseimbangan, keterbukaan, kerja sama, partisipatif, kemitraan, berkelanjutan, berkeadilan, pemerataan, dan bertanggung gugat”.

2. Penyuluhan tidak pada sekedar peningkatan produksi pertanian, namun pada manusianya. Pasal 3: tujuan penyuluhan meliputi pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial. Modal sosial = penyuluh pertanian lebih luas dari sekedar individu petani (pengetahuan-sikap-ketrampilan), namun juga organisasi petani dan berbagai jaringan sosial yang terbentuk di masyarakat.

3. Menerapkan manajemen yang terintegratif, tidak lagi terpasung ego sektoral. Pasal 6: penyuluhan dilaksanakan secara terintegrasi dengan subsistem pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan. Pasal 7: “Dalam menyusun strategi penyuluhan, pemerintah dan pemerintah daerah memperhatikan kebijakan penyuluhan dengan melibatkan pemangku kepentingan di bidang pertanian, perikanan, dan kehutanan”. 32

Page 33: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

UU 16-2006:3. Pelibatan masyarakat petani, dan menjadikan petani sebagai subjek

penyuluhan. Pasal 6 (b) : “penyelenggaraan penyuluhan dapat dilaksanakan oleh pelaku utama dan/atau warga masyarakat lainnya sebagai mitra pemerintah dan pemerintah daerah, baik secara sendiri-sendiri maupun bekerja sama, yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan programa pada tiap-tiap tingkat administrasi pemerintahan”. Pasal 29: pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi dan mendorong peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pelaksanaan penyuluhan.

4. Penyuluhan tidak lagi dimonopoli oleh pemerintah, diakui keberadaan penyuluh swadaya dan swasta, serta Komisi Penyuluhan sebagai organisasi independen di pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

33

Page 34: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

34

Penyuluh pertanian SWADAYA dan SWASTA

Penyuluh swadaya =

“pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadiPenyuluh”.

Penyuluh swasta =

“penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan”

Page 35: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Permasalahan yang dihadapi Penyuluh swadaya dan swasta (dalam Permentan No. 61 tahun 2008):

1. Pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan penyuluhan bagi penyuluh pertanian swadaya dan swasta belum memiliki arah yang jelas.

2. Belum didayagunakan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha.

3. Masih lemahnya fungsi dan peran penyuluh swadaya dalam penyelenggaraan penyuluhan,

4. Masih rendahnya motivasi kerja, 5. Belum terciptanya mekanisme kerja antara ketiga jenis penyuluh,

dan 6. Belum terciptanya kinerja dan profesionalisme penyuluh swadaya.35

Page 36: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Farmer to farmer extension di Indonesia:

• Era Bimas – Insus = kontak tani • P4S = farmer to farmer extension • 2004= pengangkatan penyuluh swakarsa • 2008 = pengangkatan penyuluh pertanian

swadaya (jumlah tahun 2014 = + 8.000 orang)

36

Page 37: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Enam keunggulan penyuluh swadaya(hasil riset Indraningsih dkk., 2013):

1. Pengetahuan dan keterampilan teknologi lebih kuat, namun spesifik (Jarkoni = mengajar karena melakoni)

2. Lebih mampu menciptakan penyuluhan yang partisipatif3. Lebih mampu mengorganisasikan masyarakat (Community-

Organizing Role)4. Mampu menjadi penghubung (change agent) yang lebih

powerfull5. Agen bisnis yang potensial (umumnya menjadi pelaku usaha)6. Memiliki nilai lebih pada kepemilikan modal sosial

37

Page 38: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Siapa penyuluh swasta?Kategori pelaku:1. Private bisnis (penyedia input, perusahaan

pengolahan, dan pemasaran). Saat ini penyuluh swadaya sudah ada yang menajalankannya.

2. Non profit sector (perguruan tinggi, NGO, dll)3. Pay for service (dibayar oleh organisasi petani,

bisa Gapoktan, atau asosiasi komoditas) 38

Page 39: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Menurut Schwartz (1994: “The Role Of The Private Sector In Agricultural Extension: Economic Analysis And Case Studies”),

Private extension adalah:

1. Perguruan tinggi2. Public3. Contract farming schemes4. Input supply companies

(private extension as part of commercial firm activities)

5. NGO

39

Menurut Qamar (2005: Modernizing National Agricultural Extension Systems A Practical Guide for Policy-Makers of Developing Countries.

Private extension adalah:

1. perusahaan swasta (private companies)

2. NGO3. asosiasi petani4. organisasi komunitas petani

(rural community organizations)

5. perguruan tinggi (agricultural academic institutions), dan

6. kantor penelitian pertanian.

Page 40: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

• Shahbaz, Babar and Salaman Ata(2014: Enabling Agricultural Policies for benefiting Smallholders in Dairy, Citrus and Mango Industries of Pakistan. Agricultural Extension Service in p[akistan: Chalenges, Caontraints and

Ways-forward). • Desentraliasai penyuluhan di Pakistan dimulai sejak 2001, saat

pemerintah memberikan desetralisasi kepada pemerintah lokal• Penyuluh swasta bergerak dalam bidang:

– proteksi tanaman oleh perusahaan pestisida, – introduksi benih oleh perusahaan benih, – pabrik gula, – perusahaan rokok untuk tebakau, perusahaan pengolah untuk jagung, – peternakan oleh perusahan peternakan nasional.

40

Page 41: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Pengalaman negera-negara lain (laporan FAO, 2005):

• Costa Rica. Pemerintah memberi extension voucher ke petani, utk mendapatkan layanan penyuluhan

• Inggris. Penyuluhan swasta sudah lama, mampu mengefisienkan staf

• Holland. 60 % biaya penyuluhan dari petani, 40% dari pemerintah

• Nicaragua. Desentralisasi dan semi private-extension• Estonia: public extension advisory service utk petani

lemah, dan penyuluh swasta utk yang kuat

41

Page 42: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

PPL kurang mengembangkan organisasi petani(Syahyuti et al., 2014)

Uraian Jabar Jatim Sumbar

Jumlah petani yang sudah masuk kelompok tani (%) 48.4 54.6 55.5

Jumlah kelompok tani yang dibina (unit) 11 – 16 10-14 10 - 16

Jumlah berdasarkan kelas:

Kelas pemula (%) 37.2 43.4 56.2

Kelas lanjut (%) 37.2 38.6 31.2

Kelas madya (%) 18.6 18.0 12.6

Kelas utama (%) 7.0 0.0 0.0

Total 100.0 100.0 100.0

Target semua petani masuk kelompok tani (%) 100.0 100.0 100.0

Target semua kelompok menjadi kelas utama (%) 0.0 0.0 0.0

Jumlah petani yang sudah masuk koperasi (%) Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu

Target semua petani masuk koperasi (%) 0.0 0.0 0.0

Pembinaan organisasi petani (%):

Kelompok tani 100.0 100.0 100.0

Gapoktan 100.0 100.0 100.0

Koperasi 12.5 27.2 18.7

Asosiasi petani 0.0 0.0 0.0

KTNA 0.0 0.0 0.0

42

Page 43: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Apakah Perlu SATU PENYULUH = SATU DESA ?

1. Jumlah petani/desa dan luas lahan/desa tidak sama. 2. Luas desa dan sarana transportasi dan komunikasi tidak

sama.3. Sampai kapan 1 desa 1 penyuluh? Pengetahuan, sikap dan

keterampilan petani akan meningkat dari hari ke hari. 4. Akan lahir petani-petani pintar yang bisa menjadi

penyuluh swadaya5. Satu penyuluh tiap desa, untuk PPL yang mana? Apakah

untuk PPL pemerintah, PPL swadaya, PPL swasta?

43

Page 44: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Jumlah dan Rasio PPL

44

PPL PNS(org)

PPL THL-TBPP

(org)

PPL Swadaya

(org)

PPL Swasta

(org)

TOTAL(org)

PPL dgn jabatan

fungsional(org)

Rasio PPL per desa

Rasio PPL per

kecamatan

Tahun 2010 27.992 24.551 9.628 - 62.171 321 0,83 8,90

Tahun 2012 28.494 21.249 8.380 - 58.123 328 0,77 8,32

Tahun 2014 27.476 20.479 13.169 - 61.124 341 0,81 8,75

Tahun 2015 27.153 20.259 16.596 - 64.008 - 0,85 9,17

Page 45: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Opsi pembagian peran ke depan:Penyuluh PNS Penyuluh swasta Penyuluh swadaya

Pelaku PPL PNS dan PPL-THL

Dosen, penelitia, staf perusahaan inti, staf asosiasi komoditas, pegawai perusahaan swasta, NGO

Petani (Kontak Tani, petani maju, pengurus organisasi petani).

Basis kerjanya Pelayanan dan administrasi

Pelayanan dan mencari keuntungan. Pelayanan, pendampingan, dan bisnis

Sosoknya Polivalent atau monovalent, administrasi

Monovalent, cenderung spesifik komoditas/bidang

Monovalent, spesifik komoditas/bidang

Peran Motivator dan komunikator

Komunikator, motivator, suplai input, buyer.

Pembaharu, motivator, organisator komunitas, pemimpin lapang.

Tanggung jawab wilayah

Wilayah tertentu (1 penyuluh = 1-3 desa)

Area tertentu (kawasan) Wilayah tidak dibatasi utamakan di desa/kec bersangkutan 45

Page 46: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Kemajuan wilayah penyuluhan vs jenis penyuluh

(Mosher, 1978 dll) :

46

Ketersediaan prasarana fisik

Tingkat penerapan teknologi

(produktivitas)

Kemajuan petani (tingkat pengetahuan

dan kemandirian mencari informasi)

Pilihan komposisi penyuluh

Rendah Rendah Rendah PPL Pem + swadaya

Tinggi Sedang Tinggi PPL swadaya + swasta

Tinggi Tinggi Tinggi PPL swasta + swadaya

Page 47: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

47

Pencapaian target penyuluhan RENDAH SEDANG TINGGI PPL

SWASTA

PPL Pemerintah

PPL SWADAYA

Road map perubahan komposisi peran antar 3 jenis penyuluh berdasarkan tingkat kemajuan wilayah dalam inovasi pertanian

Page 48: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Farmer Field School vs Farmer Business School

48

Farm Field School (FFS) Farm Business school (FBS) Mulai 1989, ditemukan di Indonesia

Mulai tahun 2000-an

Tujuan: mempromosikan teknik dan manajemen pengendalian hama secara terpadu

Untuk memperkuat kemampuan petani dan organisasi petani dalam menjalankan usaha pertanian dan memasarkan hasil

Fokus: subsistem produksi subsistem pengolahan dan pemasaran hasilMenggunakan konsep dan metode agroekologi, experiential education dan community development.

Berupaya memahami keuntungan usaha, pemasaran dan pasar, survey pasar, laporan pasar, membangun visi dan tujuan bisnis, memilih badan usaha, mengenali komponen rencana bisnis, menyusun rencana bisnis, menyiapkan tindakan, dan pencatatan.

Dasarnya: agar komunikasi lebih efektif, petani belajar dengan mengalami langsung

Agar petani pandai, cerdik mensiasati pasar, dan kuat sebagai pelaku pasar

Alasan: tingginya serangan HPT Petani tidak bisa lepas dari tekanan globalisasi dan komersialisasi, maka petani harus berbisnis.

Berlangsung peningkatan pengetahuan, belajar bersama, dan mencari solusi bersama.

Meningkatkan efisiensi, pendapatan dan keuntungan. Agar petani mampu memilih secara tepat apa komoditas yang mau ditanam, mengelola modal dan tenaga kerja, dan menangani resiko.

Materi: biologi hama, aspek kesisteman, musuh alami, membuat pestisida nabati, dst

Visi dan perencanaan, pertanian berkelanjutan, market engagement, nutrisi, gender, dan monitoring.

Pelatih: penyuluh dan ahli hama tanaman Fasilitator pengembangan komunitas, konsultan pemasaran, dan lain-lain.

Page 49: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

Point-point diskusi:

1. Apakah WI sudah siap melatih PPL swadaya dan swasta? (materi, pendekatan, metode, dll)

2. Apakah WI siap bekerjasama dengan “trainer” lain sebagai mitra kerja pelatihan, misal dengan P4S, pelatih swasta, NGO, dll?

3. Dimana posisi WI daerah setelah pemberlakuan UU 23-2014 ? Bagaimana posisi keorganisasian yang lebih kondusif?

4. Bagaimana IWI sebagai organisasi profesi mampu berperan? (Peran administratif, komunikasi, kerjasama, ekonomi, “politik”)

5. Pakah IWI bisa membantu untuk menciptakan “good trainer”? (sebagai fasilitator, coach, mitra belajar)

6. Dan lain-lain?49

Page 50: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)
Page 51: Optimalisasi widyaiswara   lembang 5 des (yuti)

51

Demikian, Terima

kasih