implikasi kognitif dalam mapel listo

4
IMPLIKASI/APLIKASI TEORI BELAJAR KOGNITIF DALAM MAPEL KELISTRIKAN OTOMOTIF Membahas masalah aplikasi model belajar kognitif dalam lingkungan pendidikan umumnya, dan lebih khusus pada mata pelajaran menurut penulis adalah tergantung pada sudut pandang mana seorang guru dalam menggunakan pendekatan dalam proses belajar mengajarnya berdasarkan beberapa tokoh yang menjadi penemu teori kognitif. Berdasarkan hal tersebut ijinkanlah penulis menyampaikan gagasan aplikasi teori belajar kognitif menurut salah satu tokoh penemu teori belajar kognitif yaitu Brunner. Brunner menyatakan bahwa pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar mahasiswa/siswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Dari sudut pandang psikologi kognitif, bahwa cara yang dipandang efektif untuk meningkatkan kualitas output pendidikan adalah pengembangan program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap jenjang belajar. Sebagaimana direkomendasikan Merril, yaitu jenjang yang bergerak dari tahapan mengingat, dilanjutkan ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru di bidang disiplin keilmuan atau keahlian yang sedang dipelajari. Dalam teori belajar, Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam

Upload: syaiful-otomotif

Post on 19-Feb-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Implikasi Kognitif Dalam Mapel Listo

IMPLIKASI/APLIKASI TEORI BELAJAR KOGNITIF DALAM MAPEL KELISTRIKAN OTOMOTIF

Membahas masalah aplikasi model belajar kognitif dalam lingkungan pendidikan

umumnya, dan lebih khusus pada mata pelajaran menurut penulis adalah tergantung pada sudut

pandang mana seorang guru dalam menggunakan pendekatan dalam proses belajar mengajarnya

berdasarkan beberapa tokoh yang menjadi penemu teori kognitif.

Berdasarkan hal tersebut ijinkanlah penulis menyampaikan gagasan aplikasi teori belajar

kognitif menurut salah satu tokoh penemu teori belajar kognitif yaitu Brunner. Brunner

menyatakan bahwa pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar mahasiswa/siswa

dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan

pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Dari sudut pandang psikologi kognitif,

bahwa cara yang dipandang efektif untuk meningkatkan kualitas output pendidikan adalah

pengembangan program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental

intelektual pembelajar pada setiap jenjang belajar.

Sebagaimana direkomendasikan Merril, yaitu jenjang yang bergerak dari tahapan

mengingat, dilanjutkan ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur atau

prinsip baru di bidang disiplin keilmuan atau keahlian yang sedang dipelajari.

Dalam teori belajar, Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan

baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu.

Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah: (1) tahap

informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru, (2) tahap

transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta

mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan

(3) evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau

tidak.

Dengan demikian Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat diajarkan

secara efektif dengan kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam tahap perkembangan

manapun. Bruner beranggapan bahwa anak kecilpun akan dapat mengatasi permasalahannya,

asalkan dalam kurikulum berisi tema-tema hidup, yang dikonseptualisasikan untuk menjawab

tiga pertanyaan. Berdasarkan uraian di atas, teori belajar Bruner dapat disimpulkan bahwa, dalam

proses belajar terdapat tiga tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya

Page 2: Implikasi Kognitif Dalam Mapel Listo

masing-masing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi,

dan minat siswa.

Dalam hal ini jika dikaitkan antara teori belajar kognitif dari ahli Bruner dengan

penerapan pada mata pelajaran Kelistrikan Otomotif maka peserta didik pada tahapan pertama

akan mendapatkan seluruh informasi yang berkaitan dengan materi Kelistrikan Otomotif.

Informasi pertama dilakukan oleh guru dengan tidak meninggalkan keterlibatan siswa dalam

melakukan penggalian informasi yang mencakup materi Kelistrikan Otomotif dari berbagai

sumber yang bisa diakses untuk menambah pengetahuan dan segala hal yang berhubungan

dengan mata pelajaran tersebut. Pada sisi yang lain proses belajar akan berjalan dengan baik dan

kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk

konsep, teori, defenisi, dan sebagainya), melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan.

Dengan kata lain siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum.

Untuk memahami konsep Kelistrikan Otomotif misalnya siswa tidak semata-mata menghafal

defenisi kata kejujuran tersebut melainkan dengan mempelajari contoh-contohnya yang konkret

tentang kejujuran dan dari contoh itulah siswa dibimbing untuk memahami Kelistrikan Otomotif.

Pada tahapan kedua, setelah pemahaman konsep Kelistrikan Otomotif sudah terbentuk

dalam pola pikir siswa maka siswa akan dapat menstranformasikan dalam bentuk baru yang

mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain. Penerapannya adalah bagaimana siswa mampu

mendignosa kerusakan-kerusakan yang terjadi dalam Kelistrikan Otomotif dan kemuudian siswa

melakukan tindakan strategis apa yang harus dilakukan untuk mengatasi dan memperbaiki

kerusakan-kerusakan pada sistem kelistrikan tersebut sesuai dengan standard operating

procedure (SOP). Dalam tingkatan yang lebih jauh siswa mampu memodifikasi sistem

kelistrikan otomotif yang dianggap masih memiliki kelemahan untuk selanjutnya dapat

menemukan teknik baru.

Kemudian pada tahapan akhir (ketiga) adalah evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui

apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak. Hal ini sangat penting agar

siswa memiliki kompetensi yang diharapkan baik oleh pihak sekolah sebagai penyelenggara

bidang pendidikan dan pihak DU/DI yang menjadi faktor utama di lapangan. Sehingga apa bila

siswa nantinya sudah lulus sekolah apabila mau melanjutkan ke jenjang pekerjaan sudah

kompeten.