implementasi teori an dalam

Upload: kholilah-lbz

Post on 16-Jul-2015

102 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

IMPLEMENTASI TEORI PERKEMBANGAN DALAM BELAJARhttp://wajahdara.wordpress.com/2011/04/12/implementasi-teori-perkembangan-dalam-belajar/ 12 Apr

A. PENDAHULUAN Banyak pendapat tentang hakikat perkembangan manusia, di kalangan psikolog terdapat berbagai aliran yang melihat masalah perkembangan ini dengan cara yang berbeda-beda. Adanya perbedaan tersebut kemudian memunculkan berbagai teori tentang perkembangan manusia. Secara umum, teori perkembangan itu sendiri dapat kita definisikan sebagai sejumlah ide yang koheren, mengandung hipotesis-hipotesis dan asumsi-asumsi yang dapat diuji kebenarannya, dan berfungsi untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi perubahan-perubahan perilaku dan proses mental manusia sepanjang rentang kehidupannya. Dalam makalah ini kita tidak akan membahas semua teori perkembangan yang ada. Namun kita hanya akan membahas tiga teori perkembangan yaitu teori perkembangan kognitif, teori perkembangan sosio emosional, dan teori perkembangan moral. B. TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemataskema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:

Periode sensorimotor (usia 02 tahun) Periode praoperasional (usia 27 tahun) Periode operasional konkrit (usia 711 tahun) Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Periode sensorimotor Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan: 1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks. 2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan. 3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan. 4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek). 5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan. 6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas. Tahapan praoperasional Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau

bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda. Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan. Tahapan operasional konkrit Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah: Pengurutankemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil. Klasifikasikemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan) Decenteringanak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi. Reversibilityanak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya. Konservasimemahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama

banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain. Penghilangan sifat Egosentrismekemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang. Tahapan operasional formal Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada gradasi abu-abu di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit. C. TEORI PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL Emosi adalah perasaaan yang ada dalam diri kita dapat berupa parasaan senang atau tidak senang, baik atau buruk. Dalam world book dictionary (1994: 690) emosi didefinisikan sebagai berbagai perasaan yang kuat. Perasaan benci, takut, marah, cinta, senang dan kesedihan. Goleman (1995: 411) menyatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologgis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Berdasarkan definisidefinisi di atas kita dapat memahami bahwa emosi adalah suatu keadaan emosi yang kompleks, dapat berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya suatu perilaku. Menurut plato secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk social (zoon politico). Syamsuddin (1995 : 105) mengungkapkan bahwa sosialisasi adalah

proses belajar untuk menjadi makhluk social, sedangkan menurut Loree (1970 : 86) sosialisasi merupakan suatu proses dimana individu (terutama) anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan social terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelompoknya) serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungan sosialnya. Muhibin (1999 :35) mengatakan bahwa perkembangan social merupakan prose pembetukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan seterusnya. Adapun Hurlock (1978;250) mengutarakan bahwa perkembangan social merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan social. sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma, nilai atau harapan social. Karakteristik Perkembangan Sosial / Emosional Usia 3-5 Tahun 1. Aspek Kesadaran Diri Kompetensi 1. Menunjukkan kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi baru Tanda Berinteraksi dengan para guru ketika anggota keluarga berada di seklitarnya 2 3 Tahun Menganggap kedatangan dan keberangkatan sebagai bagian dari rutinitas 3 4 Tahun Menerima perubahan pada jadwal dan rutinitas seharihari 4 5 Tahun Berfungsi untuk meningkatkan kemandirian di sekolah Contoh, siap untuk pergi ke gedung lain untuk kegiatan yang sudah terjadwal; dengan sukarela menyampaikan pesan dari guru kelas ke kantor. Mengetahui perbedaan antara orang dewasa yang bisa membantu (anggota

Contoh, Contoh, ingin mengucapkan berpartisipasi selamat tinggal dalam Mampu untuk perjalanan; pindah dari ke anggota tanpa menerima anggota penekanan pengunjung ke keluarga; khusus; dalam kelas kadang-kadang menerima memeriksa dukungan guru kembali (referensi sosial) 2. Menunjukkan Ingin dekat Menunjukkan Menganggap dengan orang kepercayaan diri orangtua dan kepercayaan yang dipercaya dalam hal guru sebagai terhadap orang sebagai tempat kemampuan sumber dewasa perlindungan orangtua dan pengetahuan dan guru untuk

keluarga, teman, Membuat yang positif pegawai) dan kontak secara mereka yang Contoh, meniru tidak bisa visual dan fisik Contoh, orangtua saat menjelajahi membantu dengan orang lingkungan di pergi ke kantor (orang asing) yang dipercaya dalam dan luar atau saat di rumah selama Contoh, rumah tanpa untuk permainan ketakutan; mengetahui meyakinkan drama; meminta siapa yang memanggil orang dewasa saran guru diizinkan bagaimana ketika butuh memberinya melihat bantuan obat; berbicara tentang masalah yang mengapa anaksebenarnya anak tidak boleh pergi dengan orang asing Mengenali Menangis untuk Mengidentifikasi Mampu Mampu mengungkapkan dan menandai menjelaskan mengatur dan ketidaksenanganperasaannya perasaan dan persaannya sendiri prinsip mereka sendiri mengatur Menggunakan perasaannya ekspresi wajah Contoh, Contoh, Contoh, sendiri dengan untuk mengatakan, mengatakan, berangsurbaik menunjukkan Saya bosan Saya senang angsur tenang perasaan denganmu; karena ayah saya saat sedang Saya ingin pulang ke marah dan Contoh, sekali melukis rumah; Saya menggunakan mengangguk hari ini bosan karena kata-kata untuk saat ditanya mereka tidak menerangkan apakah ia akan alasannya; sedang mengizinkana memilih untuk saya bermain menyendiri bersedih dengan mereka ketika sedang kesal MempertahankanMemprotes Mempertahankan Mempertahankan Bertindak kebutuhan dan kebutuhan untuk hak-haknya saat tersinggung keinginannya menghindari sendiri dan

yang aman

menjaga keamanan dan kesehatannya

contoh

dan saat disalahkan dengan menangis atau berteriak

menginginkannyakemungkinan tanpa bersikap adanya agresif perdebatan tentang hak Contoh, tetap Contoh, mempertahankan mengatakan, Contoh, Mengambil atau kelas favorit ketika jam pasir menulis, tanda mendorong yang diinginkan berjalan; jangan ketika mencari orang lain; beritahu teman mengetuk mainan yang membiarkan yang ingin untuk pintu di depan diinginkan guru mengetahui melukis di kayu, pintu; membagi bahwa anak lain Saya belum bak pasir untuk menolak untuk melakukannya, wilayahnya dan memberikan dan terus temannya kesempatan bekerja. untuk naik ke bis 2. Aspek Tanggungjawab Untuk Diri Sendiri Dan Orang Lain Tujuan Kurikulum Menunjukkan Tanda 2-3 Tahun Memilih dan terlibat dalam salah satu kegiatan 3-4 Tahun Menyelesaikan berbagai tugas yang dipilih sendiri dengan bantuan orang dewasa 4-5 Tahun Menulis dan menyelesaikan tugasnya tanpa bantuan orang dewasa

dengan bahasa verbal dan gesture

Bermaksud untuk menunjukkan pengarahan dan kebutuhan dan kemandirian diri keinginan (mungkin dengan bahasanonverbal)

Contoh, selama waktu Contoh, Memilih mainan bermaui, Contoh, menggambar atau kegiatan; memutuskan membuat puzzle; bermain sebentar untuk bermain mengumpulkan di dinding tanpa domino pada material, lem, melibatkan karya orang lain; mainan di kertas, dan membuat cerita lantai dan gunting dan tempat bekerja sampai tentang perjalanan bermain; selesai; setelah membuat kebun keluarga yang bangun dari binatang dengan terdiri dari tidur siang, balok, mainan rangkaian 5 gambar mengambil binatang dan buku di manusia, dan perpustakaan mobil-mobilan

dan melihatlihatnya 6. Mengizinkan Menggunakan Menggunakan Memahami orang dewasa kemampuan kemampuanuntu pentingnya Bertanggungjawa membantu untuk k menolong diri kemampuan b kebutuhan menolong diri sendiri dan pertolongan diri pribadinya tanpa sendiri dengan berpartisipasi dan peranannya atas kesehatannya perlawanan sepertibantuan dalam rutinitas dalam kesehatan menyikat gigi atau (kadangtanpa pengingat hidup sendiri mencuci tangan kadang) Contoh, pergi Contoh, mencoba Menggunakan Contoh, mencari lap makanan baru kemampuannya mencoba setelah dan memberitahu atau dengan makanan baru menumpahkan apa yang baik bantuan orang ketika disuruh jus; membantu untuk kam; dewasa untuk oleh guru; membuang mengetahui menyikat gigi atau mencuci sampah pentingnya menaruh baju. tangan sepulang dari menyuci tangan Pada tempatnya dengan sabun piknik dan menyikat dan air sesuai gigi dengan cara yang diajarkan Menghargai dan Dengan bantuan Menggunakan Menyimpan Mulai orang dewasa atau materi dengan material sebelumbertanggungjawa peduli pada secara mandiri, benar memulai b dan peduli lingkungan dan berhubungan kegiatan lain terhadap peralatan kelas dengan/menjelaja Contoh, lingkungan kelas melukis di Contoh, hi materi dalam kayu; mematikan tape Contoh, waktu singkat membuka sebelum mengambil sapu Ketika diminta, halaman buku meninggalkan dan keranang berpartisipasi dengan pelan- ruang audio; sampah untuk dalam kegiatan pelan mengembalikan memindahkan rutin kebersihan puzzle ke lemari pasir; memindahkan peralatan untuk membersihkan area bermain Mengikuti Membiarkan Berpartisipasi Memahami dan Mengikuti dan rutinitas orang dewasa dalam mengikuti memahami

Kelas

mengarahkannya kegiatan kelas prosedur kelas melalui rutinitas jika dibantu tanpa disuruh (contoh, Mengikuti Contoh, pergi berputarrutinitas kelas mencuci tangan putar, dengan bantuan membersihkandan menyikat seperti pengingat, , tidur siang, gigi setelah gambar sebagai ke kamar makan siang tanda, atau kecil, makan, bantuan fisik dll) Contoh, setelah membersihkan , pindah ke karpet untuk berputarputar ketika guru memainkan harpa Mengikuti Mengikuti Memahami dan pengarahan dan peraturan mengikuti batasan singkat kelas dengan peraturan kelas ketika diberitahu pengingat tanpa pengingat oleh orang dewasa Contoh, Contoh, Mengikuti menanggapi mengembalikan peraturan kelas secara positif puzzle ke dalam dengan bantuan terhadap lemari sebelum seperti pengingat, petunjuk meninggalkan gambar sebagai ungkapkan ruang belajar tanda, atau perasaan bantuan fisik kamu

tujuan prosedur kelas Contoh, memberitahu teman untuk menyuci tangan dulu sbeelum makan

Mengikuti peraturan Kelas

Mengikuti dan memahami alasan adanya peraturan kelas Contoh, memberitahu teman-teman untuk menaruh karya seni di lemari agar aman; mengingatkan teman untuk tidak berlari-lari dalam kelas sehingga tidak ada yang terluka

3. Sikap Pro Sosial

Tujuan Tanda 2-3 Tahun Kurikulum Bermain Menerima Bekerja/bermain kontak fisik secara kelompok dengan baik dengan orang dengan anak-anak bersama lain lain anak-anak yang lain Bermain Contoh, dengan anak- menggambar atau anak yang lain melukis disamping teman, kadangMenikmati kadang memberi permainan kritik; petak umpet berkomunikasi dengan anak-anak yang lain melalui telpon-telponan

3-4 Tahun

4-5 Tahun

Bergabung dan Mempertahankan bermain dengan pertemanan kelompok sebelumnya setidaknya Contoh, dengan salah satu bergabung anak yang lain dengan anakanak lain yang Contoh, peduli apda bayi mengatakan, dalam drama; Kita berteman bermain dengan lagi, ok? setelah teman tentang bermasalah apa yang akan dengan teman dibutuhkan untuk yang membuat restoranbersangkutan; di kelas memberitahu anak yang lain sebagai teman terbaiknya Mengenali Tanda Menyadari perasaan Menunjukkan Mengenali apa anak yang lain dan peningkatan yang diinginkan dan Menyadari meresponnya kesadaran bahwa dan atau menanggapi ungkapan dengan cara yang semua orang bisa dibutuhkan oleh perasaan perasaan sama memiliki orang lain orang lain orang lain perasaan yang dengan baik Contoh, tertawa Contoh, berbeda pada Contoh, atau tersenyum situasi yang sama membawa buku melihat dan ketika anak yang tentang truk merespon lain senang; Contoh, untuk dengan mengatakan bahwa mengatakana menunjukkan menangis atau seorang anak bahwa anak-anak anak yang suka tertawa sedang sedih yang lain takut truk; membantu karena ibunya pergi pada petir, but, teman yang Meniru Saya tidak kesulitan ungkapan takut; berperan membuka kotak perasaan seperti orangtua susu anak-anak yang sedang yang lain marah selama permainan drama

Berbagi

Bermain Dengan dorongan, Berbagi mainan Berbagi dan dengan anak berbagi atau atau memberikan mempertahankan dan lain bergiliran dengan giliran atas hak orang lain menghargai menggunakan yang lain permintaan anak- untuk mendapat hak orang permainan anak yang lain giliran lain Contoh,membiarkan yang sama jam pasir mengatur Contoh, tanpa Contoh, atau mirip giliran menangis atau mengingatkan dengan menuntut giliran, anak yang tidak bantuan orang menggunakan permainan favorit; menyibukkan diri ingin dewasa memprotes sambil menunggu memberikan Bermain permintaan guru yang lain pergi; kesempatan dengan anak yang membiarkan bermain di meja bahwa sekarang lain anak-anak lain pasir tanpa adalah giliran menggunakan menaiki kereta merebut benda anak yang lain; permainan dorong bayi yang dipakai meminta guru yang mirip orang lain. untuk melerai atau sama ketika dua orang tanpa masalah anak berebut giliran Berpikir Menerima Menyetujui Menyarankan Terlibat dalam solusi dari perundingan ketika solusi dalam proses negoisasi untuk orang dewasa disarankan oleh mengatasi untuk mencapai mengatasi untuk teman atau guru masalah; perundingan konflik mengatasi menginginkan Contoh, setuju Contoh, bermain konflik bantuan orang untuk bermain dalam drama; dewasa saat Mencari dengan mainan lain diperlukan menyarankan ke bantuan orang sambil menunggu meja dewasa dalam giliran; pergi ke Contoh, perundingan mengatasi tempat perundingan menyarankan untuk konflik dengan guru atau pertukaran merundingkan teman untuk mainan dengan masalah Contoh, mengatasi masalah orang lain; menangis, meminta guru mendekati untuk membuat orang dewasa, daftar antri untuk atau meminta meja air pertolongan Pandangan Teori Ekologi, Behaviorisme Perkembangan Sosioemosional Anak Skinner, dan Ethologi terhadap

1. Teori Ekologi Bronfebrenner Teori ekologi (ecological theory) ialah pandangan sosio kultural tentang perkembangan yang terdiri dari lima sistem lingkungan mulai dari masukan interaksi langsung dengan agen-agen sosial (social agent) yang berkembang baik hingga masukkan kebudayaan yang berbasis luas. Jadi lingkungan sangat kuat mempengaruhi perkembangan anak termasuk perkembangan sosio-emosionalnya. Kelima sistem dalam teori ekologi bronfenbrenner ialah mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan kronosistem. 1. Mikrosistem (microsystem) dalam teori ekologi Bronfebrenner ialah setting dalam mana individu hidup. Mikrosistem adalah yang paling dekat dengan pribadi anak yaitu meliputi keluarga, guru, individu, teman-teman sebaya, sekolah, lingkungan dan sebagainya yang sehari-hari ditemui anak. Dalam mikrositem inilah interaksi yang paling langsung dengan agen-agen sosial berlangsung, misalnya; dengan orang tua, teman sebaya dan guru. Individu tidak dipandang sebagai penerima pengalaman yang pasif dalam setting ini, tetapi sebagai seseorang yang menolong membangun setting. Bronfrenbrenner menunjukkan bahwa kebanyakan penelitian tentang dampak-dampak sosiokultural berfokus pada mikrosistem. Pengaruh mikrosistem (keluarga) terhadap perkembangan Sosio emosional umur 2-5 tahun: Gaya Pengasuhan Tipe pengasuhan: Pengasuhan Otoriter ialah suatu gaya membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua dan menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua yang otoriter menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar pada anak-anak untuk berbicara. Pengasuhan yang otoriter diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak-anak. Pengasuhan Otoritatif mendorong anak-anak agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan mereka. Musyawarah verbal yang ekstensif dimungkinkan, dan orang tua memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada anak-anak. Pengasuhan yang otoritatif diasosiasikan dengan kompetensi sosial anak-anak. Pengasuhan Permisif:

- Permisif indifferent yaitu suatu gaya di mana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Tipe pengasuhan ini diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak khususnya kurang kendali diri. - Permisif indulgent yaitu suatu gaya pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali terhadap mereka. Pengasuhan ini diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak khususnya kurangnya kendali diri. b. Mesosistem adalah interaksi antar faktor-faktor dalam sistem mikro meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem atau beberapa konteks misal hubungan orangtua dengan guru, orangtua dengan teman, antar teman, guru dengan teman, dapat juga hubungan antara pengalaman sekolah dengan pengalaman keluarga, pengalaman sekolah dengan pengalaman keagamaan dan pengalaman keluarga dengan pengalaman teman sebaya. Para developmentalis semakin yakin pentingnya mengamati perilaku dalam setting majemuk untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang perkembangan individu. Pengaruh mesosistem terhadap perkembangan Sosio emosional umur 2-5 tahun: Relasi yang baik antar teman sebaya melalui permainan dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak. Permainan dapat meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya, mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif, memberi tempat berteduh yang aman bagi prilaku yang secara potensial berbahaya, meningkatkan bahwa anak akan berbicara dan berinteraksi satu sama lain, anak-anak memperaktikkan peran yang mereka akan laksanakan dalam hidup masa depannya. Anak-anak yang orang tuanya menolak mereka dapat mengalami kesulitan mengembangkan hubungan positif dengan guru. Eksosistem dalam teori Bronfenbrenner dilibatkan ketika pengalaman-pengalaman dalam setting sosial lain dimana individu tidak memiliki peran yang aktif mempengaruhi apa yang individu alami dalam konteks yang dekat. Atau sederhananya menurut eksosistem melibatkan pengalaman individu yang tak memiliki peran aktif di dalamnya. Eksosistem tidak langsung menyentuh pribadi anak akan tetapi masih besar pengaruhnya seperti koran, televisi, dokter, keluarga besar, dll. Pengaruh eksosistem terhadap perkembangan Sosio emosional umur 2-5 tahun: pengalaman kerja seorang ibu dapat mempengaruhi perkembangan sosial anaknya, ibu yang banyak bekerja diluar rumah biasanya menitipkan anaknya pada pembantu rumah tangga (baby sitter). Perubahan pola interaksi antara orang tua dan anak .

televisi dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan anak dengan menjauhkan mereka dari pekerjaan rumah, mengajarkan mereka berbagai meodel agresi yang penuh kekerasan, memberi pandangan-pandangan yang tidak realistis terhadap dunia. Walau demikian televisi juga dapat memberi program-program yang mengandung nilai-nilai edukatif, menambah informasi anak-anak tentang dunia diluar lingkungan dekat mereka dan memberi model-model prilaku prososial. Oleh karena itu orang tua harus selektif dalam menentukan program yang boleh ditonton oleh anak. Makrosistem meliputi kebudayaan dimana individu hidup. Kita ketahui bahwa kebudayaan mengacu pada pola prilaku, keyakinan, dan semua produk lain dari sekelompok manusia yang diteruskan dari generasi ke generasi. Kita ketahui pula bahwa studi lintas budaya perbandingan antara satu kebudayaan dengan satu atau lebih kebudayaan lain memberi informasi tentang generalitas perkembangan. Makrosistem terdiri dari ideologi negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat istiadat, budaya, dll. Pengaruh makrosistem terhadap perkembangan Sosio emosional umur 2-5 tahun: Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan, misalnya mengurangi anggaran pendidikan akan mempengaruhi perkembangan anak yang dapat dilihat dari kurangnya sarana dan prasarana pendidikan(misalnya sarana permainan yang dapat meningkatkan relasi teman sebaya). Anak yang hidup di daerah yang masih banyak dipengaruhi adat istiadat, maka akan mempengaruhi perilaku anak dalam bersosialisasi. Kronosistem meliputi pemolaan peristiwa-peristiwa sepanjang rangkaian kehidupan dan keadaan sosiohistoris. Pengaruh kronosistem terhadap perkembangan Sosio emosional umur 2-5 tahun: Dalam mempelajari dampak perceraian terhadap anak-anak, para peneliti menemukan bahwa dampak negatif sering memuncak pada tahun pertama setelah perceraian. Atau dengan mempertimbangkan keadaan sosiohistoris, dewasa ini, kaum perempuan tampaknya sangat didorong untuk meniti karier dibanding pada 20 atau 30 tahun lalu. Teori ekologi ini mempelajari interelasi antar manusia dan lingkungannya. Ada 4 (empat) struktur dasar dalam konsep tersebut, yaitu sistem mikro, meso, exo dan makro (Bronfenbrenner dalam Berns, 1997). Sistem mikro adalah keluarga dan hubungan antara anggota keluarga. Apabila anak menjadi lebih besar dan bersekolah

maka ia berada dalam sistem meso. Sistem exo adalah setting di mana anak tidak berpartisipasi aktif tetapi terkena pengaruh berbagai sistem seperti pekerjaan orang tua, teman dan tempat kerja orang tua serta berbagai lingkungan masyarakat lain. Sistem makro berbicara tentang budaya, gaya hidup dan masyarakat tempat anak berada. Semua sistem tersebut saling pengaruhmempengaruhi dan berdampak terhadap berbagai perubahan dalam perkembangan anak. Oleh karena itu, seluruh komponen sistem berpengaruh terhadap pengasuhan (nurturing) dan pendidikan anak secara holistik (Berns, R.M, 1997, 4 ed). Paradigma baru dalam pendidikan anak usia dini menekankan pada penanganan nurturing oleh semua pihak berkenaan dengan pertumbuhkembangan anak yang bersifat keutuhan jamak yang unik dan terarah. Dalam perkembangannya, anak mempunyai berbagai kebutuhan, yang perlu dipenuhi, yaitu kebutuhan primer yang mencakup pangan, sandang, dan papan ; serta kasih sayang, perhatian, rasa aman, dan penghargaan terhadap dirinya sebagaimana teori kebutuhan dari Maslow (1978). Terpenuhinya kebutuhan tersebut akan memungkinkan anak mendapat peluang mengaktualisasikan dirinya, dan hal ini dapat menghadirkan pelatuk untuk mengembangkan seluruh potensi secara utuh. Pemenuhan kebutuhan dalam perkembangan ini banyak tergantung dari cara lingkungan berinteraksi dengan anak-anak. Perkembangan anak ditentukan oleh berbagai fungsi lingkungan yang saling berinteraksi dengan individu, melalui pendekatan yang sifatnya memberikan perhatian, kasih sayang dan peluang untuk mengaktualisasikan diri sesuai dengan taraf dan kebutuhan perkembangannya (Developmentally Appropriate Practice, Horowitz, dkk. 2005). Menurut Bronfenbrenner dalam teorinya tentang family ecology and the child development dinyatakan bahwa anak merupakan suatu bagian dari sistem keluarga yang pertumbuhan dan perkembangannya mendapatkan pengaruh terutama dari keluarga kemudian dari lingkungan luar keluarga, mulai dari lingkungan mikro, lingkungan messo, lingkungan exo dan lingkungan makro. Senada dengan Bronfenbernner, Hawlwy dalam Himmam & Faturochman,1994 mengungkapkan bahwa perilaku manusia merupakan bagian dari kompleksitas ekosistem dengan beberapa asumsi dasar sebagai berikut: 1. 2. 3. Perilaku manusia terkait dengan konteks lingkungan Interaksi timbal balik yang menguntungkan antara manusia dengan lingkungan Interaksi manusia dengan lingkungan bersifat dinamis

4. Interaksi manusia dengan lingkungan terjadi dalam berbagai level dan tergantung pada fungsinnya.

2. Pandangan Etologis mengenai perkembangan anak Teori Bowlby ( Teori Kelekatan) Bowlby (Hetherington dan Parke, 1999) dipengaruhi oleh teori evolusi dalam observasinya pada perilaku hewan. Menurut teori Etologi (Berndt, 1992) tingkah laku lekat pada anak manusia diprogram secara evolusioner dan instinktif. Sebetulnya tingkah laku lekat tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Ibu dan anak secara biologis dipersiapkan untuk saling merespon perilaku. Bowlby (Hetherington dan Parke,1999) percaya bahwa perilaku awal sudah diprogam secara biologis. Reaksi bayi berupa tangisan, senyuman, isapan akan mendatangkan reaksi ibu dan perlindungan atas kebutuhan bayi. Proses ini akan meningkatkan hubungan ibu dan anak. Sebaliknya bayi juga dipersiapkan untuk merespon tanda, suara dan perhatian yang diberikan ibu. Hasil dari respon biologis yang terprogram ini adalah anak dan ibu akan mengembangkan hubungan kelekatan yang saling menguntungkan (mutuality attachment). Teori etologi juga menggunakan istilah Psychological Bonding yaitu hubungan atau ikatan psikologis antara ibu dan anak, yang bertahan lama sepanjang rentang hidup dan berkonotasi dengan kehidupan sosial (Bowley dalam Hadiyanti,1992). Bowlby menyatakan bahwa kita dapat memahami tingkah laku manusia dengan mengamati lingkungan yang diadaptasinya yaitu : lingkungan dasar tempat berkembang. Dalam kehidupannya seringkali manusia menghadapi ancaman, untuk mendapat perlindungan, anak-anak memerlukan mekanisme untuk menjaga mereka dan dekat dengan orangtuanya dengan kata lain mereka harus mengembangkan tingkah laku kelekatan (attachment). Fase-fase kelekatan : 1. 2. Lahir sampai 3 bulan (respon tak terpilah kepada manusia), 3 sampai 6 bulan (fokus pada orang-orang yang dikenal),

3. 6 bulan sampai 3 tahun (kemelekatan yang intens dan pencarian kedekatan yang aktif), 4. 3 tahun sampai akhir masa kanak-kanak (tingkah laku persahabatan).

Sebelum menginjak usia tiga atau empat tahun, anak-anak berkonsentrasi hanya pada kebutuhan mereka sendiri untuk mempertahankan kedekatan tertentu kepada pengasuh atau orang tuanya. Bagi anak dua tahun, pengetahuan bahwa ibu atau ayah pergi ke sebelah sebentar untuk meminjam tidak berarti apapun baginya; sebaliknya, anak ingin ikut juga ke sana. Namun sebaliknya dengan anak usia tiga tahun, mereka sudah memahami rencana dan dapat membayangkan apa yang akan dilakukan orang tuanya saat pergi keluar sebentar. Akibatnya, anak lebih bersedia membiarkan orang tuanya pergi. Anak mulai bertindak lebih seperti rekanan di dalam hubungan dengan orang tuanya tersebut. Bowlby mengakui bahwa hanya sedikit saja yang bisa diketahui mengenai fase keempat ini, apalagi kelekatan di usia-usia selanjutnya. Orang dewasa yang bisa keluar dari dominasi orang tua sekalipun, masih membentuk sebuah kelekatan lewat substitusi yang bersifat keorangtuaan. Contohnya orang dewasa sering menganggap dirinya seorang independen, namun masih terus mencari kedekatan dengan orang-orang yaang dicintai saat krisis menimpa. Bahkan mereka yang lebih tua usianya menemukan kalau mereka semakin bergantung pada generasi yang lebih muda. Pola-pola kelekatan menurut Mary Ainsworth Menurut Ainsworth (dalam Belsky, 1988) hubungan kelekatan berkembang melalui pengalaman bayi dengan pengasuh ditahun-tahun awal kehidupannya. Intinya adalah kepekaan ibu dalam memberikan respon atas sinyal yang diberikan bayi, sesegera mungkin atau menunda, respon yang diberikan tepat atau tidak. Kelekatan adalah suatu hubungan emosional atau hubungan yang bersifat afektif antara satu individu dengan individu lainnya yang mempunyai arti khusus. Hubungan yang dibina akan bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak tampak dalam pandangan anak. Sebagian besar anak telah membentuk kelekatan dengan pengasuh utama (primary care giver) pada usia sekitar delapan bulan dengan proporsi 50% pada ibu, 33% pada ayah dan sisanya pada orang lain (Sutcliffe,2002). Kelekatan bukanlah ikatan yang terjadi secara alamiah. Ada serangkaian proses yang harus dilalui untuk membentuk kelekatan tersebut. Dalam hal ini Ainsworth bersama rekannya mengamati kemunculan tiga pola dasar : 1. bayi-bayi yang tetap merasa aman, bayi yang akan merasa aman dan akan mengeksplorasi ruangan bermain selama ibunya tetap berada disampingnya.

2. bayi-bayi yang tidak merasa aman dan ingin menghindar, bayi yang menunjukkan pola ini terlihat cukup independen selama menjalani situasi asing. Segera setelah melihat ruangan bermain langsung mengeksplorasi mainan yang ada. 3.bayi-bayi yang tidak merasa aman namun bersikap ambivalen, dalam situasi asing, bayi-bayi model ini begitu lengket dengan ibunya kemanapun ibunya pergi dan tidak mau mengeksplorasi ruang bermain. Anak yang memiliki orang tua yang mencintai dan dapat memenuhi kebutuhannya akan mengembangkan model hubungan yang positif yang didasarkan pada rasa percaya (trust). Selanjutnya secara simultan anak akan mengembangkan model yang paralel dalam dirinya. Anak dengan orang tua yang mencintai akan memandang dirinya berharga. Model ini selanjutnya akan digeneralisasikan anak dari orang tua pada orang lain, misalnya pada guru dan teman sebaya. Anak akan berpendapat bahwa guru dan teman adalah orang yang dapat dipercaya. Sebaliknya anak yang memiliki pengasuh yang tidak menyenangkan akan mengembangkan kecurigaan (mistrust) dan tumbuh sebagai anak yang pencemas dan kurang mampu menjalin hubungan sosial. D. PERKEMBANGAN MORAL Piaget Perkembangan moral berkaitan dengan aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh orang dalam berinteraksi dengan orang lain. Para pakar perkembangan anak mempelajari tentang bagaimana anak-anak berpikir, berperilaku dan menyadari tentang aturan-aturan tersebut. Minat terhadap bagaimana perkembangan moral yang dialami oleh anak membuat Piaget secara intensif mengobservasi dan melakukan wawancara dengan anak-anak dari usia 4-12 tahun. Ada dua macam studi yang dilakukan oleh Piaget mengenai perkembangan moral anak dan remaja: 1. Melakukan observasi terhadap sejumlah anak yang bermain kelereng, sambil mempelajari bagaimana mereka bermain dan memikirkan aturan-aturan permainan. 2. Menanyakan kepada anak-anak pertanyaan tentang aturan-aturan etis, misalnya mencuri, berbohong, hukuman dan keadilan.

Dari hasil studi yang telah dilakukan tersebut, Piaget menyimpulkan bahwa anak-anak berpikir dengan 2 cara yang sangat berbeda tentang moralitas, tergantung pada kedewasaan perkembangan mereka. Antara lain: 1. Heteronomous Morality Merupakan tahap pertama perkembangan moral menurut teori Piaget yang terjadi kira-kira pada usia 4-7 tahun. Keadilan dan aturan-aturan dibayangkan sebagai sifat-sifat dunia yang tidak boleh berubah, yang lepas dari kendali manusia. Pemikir Heteronomous menilai kebenaran atau kebaikan perilaku dengan mempertimbangkan akibat dari perilaku itu, bukan maksud dari pelaku. Misal: memecahkan 12 gelas secara tidak sengaja lebih buruk daripada memecahkan 1 gelas dengan sengaja, ketika mencoba mencuri sepotong kue. Pemikir Heteronomous yakin bahwa aturan tidak boleh berubah dan digugurkan oleh semua otoritas yang berkuasa. Ketika Piaget menyarankan agar aturan diganti dengan aturan baru (dalam permainan kelereng), anak-anak kecil menolak. Mereka bersikeras bahwa aturan harus selalu sama dan tidak boleh diubah. Meyakini keadilan yang immanen, yaitu konsep bahwa bila suatu aturan dilanggar, hukuman akan dikenakan segera. Yakin bahwa pelanggaran dihubungkan secara otomatis dengan hukuman.

2. Autonomous Morality, o Tahap kedua perkembangan moral menurut teori Piaget, yang diperlihatkan oleh anak-anak yang lebih tua (kira-kira usia 10 tahun atau lebih). Anak menjadi sadar bahwa aturan-aturan dan hukum-hukum diciptakan oleh manusia dan dalam menilai suatu tindakan, seseorang harus mempertimbangkan maksud-maksud pelaku dan juga akibat-akibatnya o Bagi pemikir Autonomos, maksud pelaku dianggap sebagai yang terpenting.

o Anak-anak yang lebih tua, yang merupakan pemikir Autonomos, dapat menerima perubahan dan mengakui bahwa aturan hanyalah masalah kenyamanan, perjanjian yang sudah disetujui secara sosial, tunduk pada perubahan menurut kesepakatan.

o Menyadari bahwa hukuman ditengahi secara sosial dan hanya terjadi apabila seseorang yang relevan menyaksikan kesalahan sehingga hukuman pun menjadi tak terelakkan. Piaget berpendapat bahwa dalam berkembang anak juga menjadi lebih pintar dalam berpikir tentang persoalan sosial, terutama tentang kemungkinan-kemungkinan dan kerja sama. Pemahaman sosial ini diyakini Piaget terjadi melalui relasi dengan teman sebaya yang saling memberi dan menerima. Dalam kelompok teman sebaya, setiap anggota memiliki kekuasaan dan status yang sama, merencanakan sesuatu dengan merundingkannya, ketidaksetujuan diungkapkan dan pada akhirnya disepakati. Relasi antara orang tua dan anak, orang tua memiliki kekuasaan, sementara anak tidak, tampaknya kurang mengembangkan pemikiran moral, karena aturan selalu diteruskan dengan cara otoriter. Untuk memperjelas teori Piaget yang telah dipaparkan diatas, dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel Teori Dua Tahap Perkembangan Moral Piaget Umur Tahap 4-7 tahun Realisme moral 7-10 tahun (pra operasional) 2. Aturan-aturan tak berubah 11 tahun Ke atas Masa transisi (konkretoperasional) 3. Hukuman atas pelanggaran bersifat otomatis Ciri Khas 1. Memusatkan pada akibatakibat perbuatan

Otonomi moral, realisme dan resiprositas (formal Perubahan secara bertahap ke operasional) pemilikan moral tahap kedua 1.Mempertimbangkan tujuantujuan perilaku moral 2.Menyadari bahwa aturan moral adalah kesepakatan tradisi yang dapat berubah Daftar Rujukan

Milfayetty, Sri. 2011. Psikologi Pendidikan. Medan; Program Pasca Sarjana UNIMED Walgito, B. 1999. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi Alwisol. 2007. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Anonymous. 2010. wikipedia. (Online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif. Diakses 15 Nopember 2010).