implementasi program rumah tidak...

23
IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RTLH) PADA KELURAHAN KAMPUNG BARU KECAMATAN TANJUNGPINANG BARAT KOTA TANJUNGPINANG NASKAH PUBLIKASI Oleh : LARASTYA YULIYANDRI PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA HAJI TANJUNGPINANG 2015

Upload: vokhanh

Post on 08-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

1

IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RTLH)

PADA KELURAHAN KAMPUNG BARU KECAMATAN

TANJUNGPINANG BARAT KOTA TANJUNGPINANG

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

LARASTYA YULIYANDRI

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA HAJI

TANJUNGPINANG

2015

Page 2: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

1

IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RTLH)

PADA KELURAHAN KAMPUNG BARU KECAMATAN

TANJUNGPINANG BARAT KOTA TANJUNGPINANG

LARASTYA YULIYANDRI

Mahasiswa Administrasi Negara, FISIP UMRAH

A B S T R A K

Penelitian ini memusatkan perhatiannya pada pelaksanaan program

rumah tidak layak huni ini. Dari hasil pengamatan sementara dapat diketahui

bahwa pelaksanaan program rumah tidak layak huni di kantor Kelurahan

Kampung Baru Kecamatan Tanjungpinang Barat hingga saat ini masih belum

optimal. Seperti waktu pengerjaan rumah, yang seharusnya siap dalam waktu

yang ditentukan tetapi terkadang lewat dari waktu yang ditentukan. Masih

kurangnya pengawasan dan tanggung jawab pegawai Kelurahan Kampung Baru.

Tidak tepatnya pembagian perbaikan rumah tidak layak huni terhadap masyarakat

kelurahan kampung Baru, masih ada rumah-rumah warga kelurahan Kampung

Baru yang seharusnya layak untuk diperbaiki namun belum dapat bantuan hingga

saat ini.

Tujuan penelitian ini ada dua yaitu (1) untuk menganalisis pelaksanaan

program RTLH pada Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Tanjungpinang Barat

Kota Tanjungpinang. (2) Untuk menganalisis hambatan dalam pelaksanaan

program RTLH pada Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Tanjungpinang Barat

Kota Tanjungpinang. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan

menggunakan teori Edwards III (Sibarsono, 2008:90). Informan dalam penelitian

berjumlah 6 orang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa dalam Implementasi Program Rumah

Tidak Layak Huni (RTLH) Pada Kelurahan Kampung Baru Kecamatan

Tanjungpinang Barat Kota Tanjungpinang sudah berjalan dengan baik.

Pemerintah Kota Tanjungpinang pernah melakukan kegiatan sosialisasi yang

dihadiri berbagai kalangan pendukung program ini. Kegiatan sosialisasi

rehabilitasi RTLH ini diikuti sebanyak 430 orang yang terdiri dari 388 calon

penerima bantuan rehabilitasi RTLH, 17 orang pendamping, dan sisanya adalah

staf di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang, serta kelurahan dan

kecamatan. Namun hingga kini masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui

tentang program tersebut.

Ada beberapa hal yang harus diperbaiki dalam implementasi program tersebut

seperti tidak ada standar operasional dalam menjalankan program tersebut

program hanya tertuang dalam Keputusan walikota saja. Untuk dikelurahan

mengikut para perda yang dikeluarkan walikota tersebut. Kemudian dalam

pembagian tugas juga harus lebih dipertegas mulai dari tugas Dinas Sosial, Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tanjungpinang, sampai ke pihak

Page 3: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

2

Kelurahan karena jika dilihat hal ini berpengaruh terhadap pelaksanaan dan

pendataan calon penerima RTLH.

Kata Kunci : Implementasi, Program Rumah Tidak Layak Huni

Page 4: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

3

PROGRAM IMPLEMENTATION UNINHABITABLE HOUSES AT VILLAGE

WEST VILLAGE NEW CITY DISTRICT TANJUNGPINANG TANJUNGPINANG

LARASTYA YULIYANDRI

Students of State Administration, FISIP, UMRAH

A B S T R A C T

This research has focused on the implementation of the programme of the

House is not livable. From the observations while able to note that the

implementation of the programme of the House is not livable Neighborhood

Office in Kampung Baru subdistrict of Tanjung Pinang Barat is currently still not

optimal. Like the time a home work, which should be ready in time but sometimes

the passing of time. Still a lack of supervision and responsibility of an employee of

Kampung Baru Village. Not exactly the Division of home improvement is not

livable on the community kampung Baru village, there are still houses residents of

Kampung Baru village which should deserve to be repaired but not yet able to

help until now.

The purpose of this study is twofold, namely (1) to analyse the

implementation of the program on Neighborhood RTLH Kampung Baru Sub-

district Tanjungpinang City West Tanjungpinang. (2) to analyse the obstacles in

the implementation of the program on Neighborhood RTLH Kampung Baru Sub-

district Tanjungpinang City West Tanjungpinang. This research is descriptive

research using qualitative and Edwards III (Sibarsono, 2008:90). The informant

in the research amounted to 6 people. Data analysis techniques used in this

research is descriptive qualitative data analysis techniques.

Tanjungpinang City Government ever do the activities of socialization

among the various supporters who attended the program. Socialization activities

rehabilitation RTLH followed as many as 430 people consisting of 388 candidates

RTLH rehabilitation assistance recipients, 17 people, and the rest are staff at the

Office of the city's Labor and social, as well as neighborhood and Tanjung

Pinang subdistrict. But still many people who do not know about the program.

There are some things that should be corrected in the implementation of

such programs as there is no operational standards in running the program, the

program is only contained in the Mayor's Decision alone. Dikelurahan ektp

according to the perda issued the Mayor. Then in the Division of tasks must also

be more emphasized Social Service task from the start, the regional development

planning Board of the city of Tanjung Pinang, right down to Neighborhood

parties because if seen this effect on execution and logging prospective recipients

RTLH.

Keywords: Implementation, Program Home Is Not Livable.

Page 5: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

4

IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RTLH)

PADA KELURAHAN KAMPUNG BARU KECAMATAN

TANJUNGPINANG BARAT KOTA TANJUNGPINANG

A. Latar Belakang

Demokrasi adalah

pemerintahan dari, oleh dan untuk

rakyat. Demokrasi merupakan

bentuk atau sistem pemerintahan

yang segenap rakyat turut campur

tangan dalam memberikan partisipasi

dan memberikan aspirasi dalam

perumusan kebijakan publik melalui

perantaraan wakil-wakil rakyat atau

pemerintahan rakyat. Sistem

demokrasi dianggap sebagai bentuk

pemerintahan yang terbaik dan ideal

karena dipandang sebagai sistem

yang menjungjung tinggi kebebasan

rakyat dan mengedepankan aspek

persamaan maupun kesetaraan.

Demokrasi juga dapat diartikan

sebagai gagasan atau pandangan

hidup yang mengutamakan

persamaan hak dan kewajiban serta

perlakuan yang sama bagi semua

warga Negara.

Prinsip demokrasi adalah

meletakkan kekuasaan di tangan

rakyat. Tolak ukur keberhasilan

sistem demokrasi ialah semakin

tinggi partisipasi masyarakat

semakin tinggi pula kadar

demokraoosinya. Dalam sistem

demokrasi partisipasi politik rakyat

merupakan sebuah pilar yang

membangun keberhasilan sistem

tersebut. Bentuk-bentuk partisipasi

rakyat seperti ikut serta dalam

pemilihan umum, pengawasan

terhadap pejabat negara, maupun

penentuan dalam kebijakan publik.

Pemilihan Umum

diselenggarakan dengan tujuan untuk

memilih wakil rakyat baik di tingkat

pemerintahan pusat maupun

Page 6: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

2

pemerintahan daerah, serta untuk

membentuk pemerintahan yang

demokratis, kuat, dan memperoleh

dukungan rakyat dalam rangka

mewujudkan tujuan nasional

sebagaimana yang diamanatkan oleh

pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Pemilihan Umum

dilaksanakan oleh negara Indonesia

dalam rangka mewujudkan

kedaulatan rakyat sekaligus

penerapan prinsip-prinsip atau nilai-

nilai demokrasi, meningkatkan

kesadaran politik rakyat untuk

berpartisipasi aktif dalam pemilihan

umum demi terwujudnya cita-cita

masyarakat Indonesia yang

demokratis. Hasil pemilihan umum

yang diselenggarakan dalam suasana

keterbukaan dengan kebebasan

berpendapat dan berserikat, dianggap

mencerminkan dengan agak akurat

partisipasi serta aspirasi masyarakat

(Budiarjo, 2008:461).

Pemilihan Umum merupakan

mekanisme utama dalam tahapan

penyelenggaraan negara dan

pembentukan pemerintahan. Proses

pelaksanaan Pemilihan Umum tidak

terlepas dari berbagai permasalahan

yang timbul dari masyarakat, peserta

Pemilu, hingga penyelenggara

Pemilu. Uraian dari berbagai

permasalahan ini dapat dikategorikan

sebagai pelanggaran yang dapat

berakhir menjadi tindak pidana

Pemilu. Dalam penanganan proses

ini dibutuhkan sebuah lembaga yang

dapat menyelesaikan persoalan

pelanggaran Pemilu tersebut. Salah

satunya adalah Panitia Pengawas

Pemilihan Umum yang berdasarkan

Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2011 Tentang Penyelenggaraan

Pemilihan Umum memiliki tugas dan

Page 7: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

3

dan wewenang guna mewujudkan

Pemilu yang bersih, jujur, dan adil.

Pemilihan umum legislatif

adalah salah satu bentuk

pengejawantahan dari sistem

demokrasi yang selalu terjadi

persoalan dan sengketa. Pemilihan

umum legislatif juga merupakan

pemilihan umum yang terbesar dan

terumit, karena terdapat 560 kursi

DPR RI yang diperebutkan di 77

daerah pemilihan. Di tingkat DPRD

Provinsi terdapat 2.112 kursi yang

diperebutkan dalam 259 daerah

pemilihan. Pada tingkat

kabupaten/kota, terdapat 16.895

kursi di 2.102 daerah pemilihan.

Kemudian 132 kursi dari 33 Provinsi

diperebutkan untuk anggota Dewan

Perwakilan Daerah (DPD). Jika

dihitung secara keseluruhan, menurut

Ketua KPU RI kurang lebih terdapat

200 ribu caleg dari 12 partai nasional

dan 3 partai lokal Aceh yang

bertarung di Pileg lalu (detik.com

diakses 3 Maret 2015).

Sehingga pengawasan

kecurangan terhadap jalan pemilihan

legislatif mutlak harus dilakukan.

Fungsi pengawasan dalam pemilihan

umum dilaksanakan oleh Banwaslu

ditingkat pusat dan Panwaslu yang

mengawasi pelaksanaan pileg di

daerah. Lembaga pengawas pemilu

sebenarnya baru muncul pada pemilu

tahun 1982 secara resmi diatur dalam

Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1980. Pengawasan dalam pemilihan

umum 1982 dilakukan oleh suatu

lembaga resmi yang dibentuk

berdasarkan Undang-Undang.

Terbentuknya panitia pengawas

pelaksanaan Pemilihan Umum pada

Pemilu tahun 1982 karena dalam

Pemilu banyak diwarnai

pelanggaran-pelanggaran dan

Page 8: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

4

manipulasi penghitungan suara yang

dilakukan oleh penyelenggara

Pemilihan Umum dalam Pemilihan

Umum 1971 dan 1977. Adapun

sasaran pengawasan terhadap Pemilu

Tahun 1982 adalah Pendaftaran

pemilih dan jumlah penduduk,

Kampanye Pemilu, Pengawasan

Pemungutan Suara, Pengawasan

Penghitungan Suara, Pengawasan

Terhadap Penetapan Hasil Pemilu,

Pengawasan Terhadap Pembagian

Kursi.

Mengacu pada Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2011

Tentang Penyelenggara Pemilihan

umum, Pengawasan penyelenggaraan

pemilihan umum dilakukan oleh

Bawaslu, Bawaslu Provinsi,

Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu

Kecamatan, Pengawas Pemilu

Lapangan, dan Pengawas Pemilu

Luar Negeri. Ruang Lingkup

Pengawasan diatur dalam Peraturan

Badan Pengawas Pemilihan Umum

Republik Indonesia Nomor 11 Tahun

2014 tentang Pengawasan Pemilihan

Umum Pasal 6 ayat (3) yaitu

Panwaslu Kabupaten/Kota

melakukan pengawasan terhadap :

a. Tahapan penyelenggaraan Pemilu

di wilayah kabupaten/kota yang

meliputi:

1. Pemutakhiran data pemilih

berdasarkan data

kependudukan dan penetapan

daftar pemilih sementara dan

daftar pemilih tetap;

2. Verifikasi partai politik calon

peserta pemilu;

3. Pencalonan yang berkaitan

dengan persyaratan dan tata

cara, calon anggota DPD,

anggota DPRD

Kabupaten/Kota dan

verifikasi pencalonan

Bupati/Walikota;

4. Proses penetapan calon

anggota DPRD

Kabupaten/Kota dan calon

Bupati/Walikota;

5. Penetapan calon anggota

DPRD Kabupaten/Kota dan

calon Bupati/Walikota;

Page 9: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

5

6. Pelaksanaan kampanye di

wilayah kabupaten/kota;

7. Pengadaan logistik pemilu

dan pendistribusiannya;

8. Pelaksanaan pemungutan

suara dan penghitungan suara

hasil pemilu;

9. Pergerakan surat suara dari

tingkat TPS sampai ke PPK;

10. Pergerakan surat suara

dan/atau berita acara

rekapitulasi hasil

penghitungan perolehan suara

di tingkat kecamatan;

11. Proses rekapitulasi suara

yang dilakukan oleh KPU

Kabupaten/Kota dari seluruh

kecamatan;

12. Pelaksanaan pemungutan dan

penghitungan suara ulang,

pemilu lanjutan, dan pemilu

susulan; dan

13. Proses penetapan hasil

pemilu anggota DPRD

kabupaten/kota dan

pemilihan Bupati/Walikota.

b. Menindaklanjuti temuan dan

laporan pelanggaran pemilu;

c. Pelaksanaan sosialisasi

penyelenggaraan pemilu; dan

d. Pelaksanaan tindaklanjut

rekomendasi pengawas

pemilu.

Pelaksanaan pemilihan wakil

rakyat yang berkualitas

mengharuskan adanya sistem

pengawasan yaitu pengawasan yang

independen. Lembaga ini dibentuk

untuk memperkuat pilar demokrasi

dan meminimalkan terjadinya

pelanggaran-pelanggaran maupun

kecurangan. Pengawasan ini

memiliki fungsi sebagai pemantau

terhadap penyelenggaraan Pemilihan

legislatif. Fungsi utama sistem

pengawasan dalam Pemilihan

legislatif merupakan peningkatan

kualitas dan mencegah maupun

mengontrol terjadinya hal-hal yang

dapat menghambat jalannya sebuah

proses penyelenggaraan Pemilihan

legislatif. Adapun beberapa yang

menjadi ciri-ciri utama dari

pengawasan yang independen yakni:

1. Dibentuk berdasarkan

perintah konstitusi atau

undang-undang;

2. Tidak mudah diintervensi

oleh kepentingan politik

tertentu;

Page 10: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

6

3. Bertanggung jawab kepada

parlemen;

4. Menjalankan tugas sesuai

dengan tahapan Pemilu

legislatif;

5. Memiliki integritas dan

moralitas yang baik dan

6. Memahami tata cara

penyelenggaraan Pemilu

legislatif. Dengan begitu

Panwaslu Pemilu legislatif,

tidak hanya

bertanggungjawab terhadap

pembentukan pemerintahan

yang demokratis, tetapi juga

ikut andil dalam membuat

rakyat memilih kandidat

kepala daerah yang mereka

anggap mampu (Nainggolan,

2014:7).

Namun, tentunya perhelatan

besar ini menyisakan beberapa

permasalahan di antaranya yaitu:

1. Persoalan distribusi surat

suara. Persiapan pengadaan

logistik khususnya surat,

KPU melakukan tender

pengadaan logistik Pemilu

2014 yang dilakukan secara

terdesentralisasi ke KPU

Kabupaten dan Provinsi.

Desentralisasi tender

pengadaan logistik dilakukan

untuk meminimalisasi

penyimpangan dan

memudahkan pengontrolan,

efisiensi, dan efektifitas.

Namun dalam kenyataannya

terjadi persoalan distribusi

yang menyebabkan surat

suara tertukar. KPU mencatat

sedikitnya 770 TPS yang

tersebar di 107

kabupaten/kota di 30 provinsi

harus menggelar pemungutan

suara ulang karena surat

Page 11: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

7

suara pada pileg tertukar.

Sebagian dari 770 TPS itu

telah menggelar pemilu ulang

(kompas.com diakses pada

tanggal 3 Maret 2015).

2. Permasalahan kedua adalah

meningkatnya praktik politik

uang pada saat Pileg 2014.

Hasil temuan Indonesian

Corruption Watch (ICW)

mencatat praktik politik uang

pada pemilu legislatif 2014

sebanyak 313 kasus. Angka

ini melonjak 100 persen dari

pemilu legislatif 2009.

Anggota Divisi Korupsi

Politik ICW, Donal Fariz,

menjelaskan, ada empat isu

yang menjadi fokus

pemantauannya selama masa

kampanye terbuka, masa

tenang, dan hari pencoblosan

Pileg 2014. Keempat hal itu

adalah pemberian barang,

jasa, uang, dan penggunaan

sumber daya negara

(suaramerdeka.com di akses

pada tanggal 5 Maret 2015).

Persoalan maraknya praktik

politik uang dikarenakan sistem

proporsional terbuka menyebabkan

persaingan ketat diantara para caleg.

Sehingga perilaku caleg akan

melakukan segala cara untuk

memenangkan kursi. Lemahnya

kontrol KPU baik pusat dan daerah

terhadap pihak ketiga yang mencetak

dan mendistribusikan surat suara,

memunculkan permasalahan

distribusi surat suara. Begitupula

dengan lemahnya pencegahan,

pengawasan dan penindakan dari

Bawaslu yang memunculkan

peningkatan angka politik uang.

Kinerja Bawaslu disoroti karena

tidak dapat mencegah praktik politik

Page 12: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

8

uang ini. Ditambah lagi masih

minimnya kesadaran dari Parpol

untuk mendisiplinkan calegnya agar

tidak melakukan pelanggaran

menjadi catatan dari

penyelenggaraan Pileg lalu.

Komisi Pemilihan Umum

(KPU) Kota Tanjungpinang

menetapkan jumlah pemilih yang

terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap

(DPT) Kota Tanjungpinang sebanyak

146.270 orang. Pemilih terbanyak

berada di Kecamatan Tanjungpinang

yang mencapai 50.496 orang. Total

jumlah DPT Tanjungpinang adalah

146.270 orang, dengan rincian

pemilih laki-laki 72.591 orang dan

perempuan 73.319 orang, dengan

total TPS sebanyak 385 TPS, jumlah

pemilih di Kecamatan

Tanjungpinang Barat sebanyak

39.248 orang, masing-masing 19.389

pemilih laki-laki dan 19.850 pemilih

perempuan. Tempat pencoblosan di

kecamatan yang terbagi dalam empat

kelurahan, yakni Tanjungpinang

Barat, Kamboja, Kampung Baru, dan

Bukit Cermin itu sebanyak 105 TPS.

Sementara, jumlah pemilih di

Kecamatan Tanjungpinang Kota

mencapai 16.191 orang, terdiri dari

pemilih laki-laki berjumlah 8.317

orang, dan pemilih perempuan 7.874

orang. Tempat pemilihan di

kecamatan yang terbagi dalam empat

kelurahan, yakni Tanjungpinang

Kota, Kampung Bugis, Senggarang,

dan Penyengat itu sebanyak 41 TPS.

Sedangkan, Kecamatan

Tanjungpinang Timur memiliki

jumlah pemilih terbanyak, yakni

50.496 orang, terdiri dari pemilih

laki-laki 25.233 orang dan

perempuan 25.263 orang. Jumlah

TPS di kecamatan yang terdiri dari

Kelurahan Melayu Kota Piring,

Page 13: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

9

Kampung Bulang, Air Raja, Batu

Sembilan, dan Pinang Kencana itu

sebanyak 130 TPS yang terakhir

Kecamatan Bukit Bestari ada 40.335

orang pemilih, yang terdiri dari

pemilih laki-laki 20.003 orang dan

perempuan 20.332 orang. Tempat

pemilih di lima kelurahan di Bukit

Bestari yakni Kelurahaan

Tanjungpinang Timur, Tanjungayun

Sakti, Dompak, Seijang dan

Tanjungunggat itu sebanyak 109

TPS.

Agar pemilu dapat berjalan

secara kondusif maka dibutuhkan

pengawasan sehingga tidak

menimbulkan permasalahan. Panitia

pengawas pemilu (Panwaslu) Kota

Tanjungpinang juga tidak lepas dari

polemik dan banyak menuai kritikan

dan tuntutan pada pemilihan

legislatif tahun 2014. Hal tersebut

dikarenakan tidak jelasnya

mekanisme pengawasan. Mekanisme

Pengawas Pemilu seharusnya

menemukan temuan dan menerima

laporan dari 3 pihak yaitu:

Masyarakat, Pemantau, dan Peserta

Pemilu. Mengkaji laporan dan

temuan tersebut dan

mengklasifikasikannya kedalam 3

yaitu: Apakah termasuk pelanggaran

administrative. Apakah termasuk

dalam tindak pidana Pemilu. Apakah

termasuk dalam sengketa. Setelah itu

meneruskan laporan dan temuan

tersebut jika termasuk dalam

klasifikasi maka diteruskan

laporannya ke Komisi Pemilihan

Umum, dan jika termasuk dalam

klasifikasi tindak pidana Pemilu

maka diteruskan ke Kepolisian RI.

Jika termasuk sengketa dapat

diklasifikasikan jika laporan dan

temuan yang didapat menyangkut

dasar hukum yang tidak jelas dan

Page 14: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

10

pihak yang ada lebih dari satu) maka

ditindaklanjuti dengan melakukan

penyelesaian sengketa oleh

Pengawas Pemilu. Semua laporan

dan temuan harus diselesaikan

sebelum Pemilu usai. Karena telah

disesuaikan waktu dan

penyelesaiannnya yang harus

dilakukan oleh Pengawas Pemilu.

Namun bagi masyarakat para petugas

panwaslu bergerak tidak sigap

sehingga ada penyimpangan yang

tidak di proses.

Lembaga Pengawas Pemilu

ini jika diteliti dari penjelasan diatas

maka Panitia Pengawas Pemilu

mempunyai fungsi untuk menerima

laporan dan mencari temuan

(informasi) yang berkaitan dengan

pelanggaran Pemilu dan kemudian

menindaklanjutinya kepada lembaga

yang berwenang yaitu KPU dan

Kepolisian RI, tapi ada satu

kewenangan yang diberikan

langsung kepada Panwas yaitu

penyelesaian sengketa namun

efektifitasnya dipertanyakan dan

kinerja lembaga ini diragukan. Tidak

sedikit masyarakat yang kecewa

terhadap kinerja Panwaslu karena

dianggap tidak mampu berperan

dengan baik menangani

permasalahan saat pemilu

berlangsung oleh sebab itu

efektivitas pengawasan pemilu

ditentukan oleh para pengawas

dalam memahami dan mengerti

bagaimana proses pengawasan itu

dijalankan dengan baik. Dengan

demikian, Kemandirian Panwaslu

merupakan pilar inti dalam

penyelenggaraan Pileg, karena Pileg

yang jujur, adil, dan demokratis,

sangat tergantung pada sejauh mana

Panwaslu bekerja dengan baik dan

Page 15: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

11

menjamin Pileg berlangsung secara

demokratis.

Pada Pemilu Legislatif Kota

Tanjungpinang tahun 2014

berdasarkan keterangan yang penulis

peroleh baik dari media elektronik

maupun media cetak Pemilu

Legislatif Kota Tanjung Pinang

Tahun 2014, tercatat melakukan

beberapa pelanggaran di antaranya:

masih ada kasus dugaan pelanggaran

kode etik yang dilakukan anggota

Panwaslu Kota Tanjungpinang

bagian Divisi Hukum dan

Pelanggaran Pemilu. Kemudian yang

perlu diperhatikan masih ada anggota

Panwaslu yang berada di bawah

kendali suatu golongan yang menjadi

tim sukses maupun tim kampanye,

partai politik, pemerintah daerah, dan

DPRD. Selain itu, tidak adanya

aturan yang berlaku tentang sanksi

apa yang diberikan jika anggota

Panwaslu tidak bekerja secara

efektif. Kinerja Panwaslu kemudian

menjadi pertanyaan besar dalam

setiap lapis masyarakat apakah

baiknya lembaga ini dibubarkan saja

karena seharusnya kinerja Panwaslu

berdasarkan pada peraturan

perundang-undangan dan Kode Etik

Pelaksana Pemilu. Kemudian masih

ada penyimpangan yang terjadi

namun tidak mampu diselesaikan

oleh panwaslu. Oleh karena itu,

penulis tertarik ingin melihat dan

meneliti Peran Panwaslu Kota

Tanjungpinang dalam Pelaksanaan

Pemilu Legeslatif Kota

Tanjungpinang Tahun 2014.

B. Landasan Teoritis

Salah satu unsur penting dalam

siklus kebijakan publik adalah

menyangkut implementasi kebijakan

yang memegang peran penting bagi

keberhasilan kebijakan publik. Tugas

Page 16: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

12

pokok pemerintah adalah

menciptakan kebijakan melalui

berbagai kebijakan publik.

Kebijakan akan tercapai jika

kebijakan yang dibuat dapat

terimplementasikan atau dapat

dilaksanakan secara baik.

Keberhasilan implementasi suatu

kebijakan ditentukan oleh banyak

faktor, baik menyangkut isi

kebijakan yang diimplementasikan,

pelaksanaan kebijakan, maupun

lingkungan di mana kebijakan

tersebut diimplementasikan

(kelompok sasaran). Abidin (2002:

186) menyatakan bahwa:

“Implementasi atau pelaksanaan

kebijakan terkait dengan identifikasi

permasalahan dan tujuan serta

formulasi kebijakan sebagai langkah

awal dan monitoring serta evaluasi

sebagai langkah akhir”.

Dari penjelasan tersebut dapat

diketahui bahwa dalam langkah awal

pelaksanaan kebijakan adalah

pengidentifikasian masalah serta

formulasi terhadap kebijakan yang

akan dirumuskan sehingga kebijakan

itu dapat dijalankan sesuai

sasarannya. Tidak hanya itu

pengawasan dan evaluasi adalah

langkah akhir yang dapat

menentukan berhasil atau tidaknya

sebuah kebijakan untuk dijalankan.

Menurut Winarno (2007: 144)

Implementasi dipandang secara luas

mempunyai makna pelaksanaan

undang-undang dimana berbagai

aktor, organisasi, prosedur dan

teknik bekerja bersama-sama

menjalankan kebijakan dalam upaya

untuk meraih tujuan-tujuan

kebijakan. Implementasi pada sisi

yang lain merupakan fenomena yang

kompleks yang mungkin dapat

Page 17: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

13

dipahami sebagai suatu proses, suatu

keluaran (output) maupun sebagai

suatu dampak (outcome).

Edwards III berpendapat dalam

model implementasi kebijakannya

bahwa keberhasilan implementasi

kebijakan dipengaruhi oleh faktor-

faktor tertentu, oleh karena itu ada

beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi implementasi

kebijakan, seperti yang dijelaskan

oleh Edwards III (Subarsono, 2008 :

90 ) yaitu :

1. Komunikasi

Komunikasi merupakan

proses penyampaian

informasi dari komunikator

kepada komunikan.

Sementara itu, komunikasi

kebijakan berarti merupakan

proses penyampaian

informasi kebijakan dari

pembuat kebijakan (policy

makers) kepada pelaksana

kebijakan (policy

implementors). Informasi

perlu disampaikan kepada

pelaku kebijakan agar pelaku

kebijakan dapat memahami

apa yang menjadi isi, tujuan,

arah, kelompok sasaran

(target group) kebijakan,

sehingga pelaku kebijakan

dapat mempersiapkan hal-hal

apa saja yang berhubungan

dengan pelaksanaan

kebijakan, agar proses

implementasi kebijakan bisa

berjalan dengan efektif serta

sesuai dengan tujuan

kebijakan itu sendiri.

2. Sumber Daya

Sumber daya memiliki

peranan penting dalam

implementasi kebijakan.

Edward III mengemukakan

bahwa: bagaimanapun jelas

dan konsistensinya

ketentuan-ketentuan dan

aturan-aturan serta

bagaimanapun akuratnya

penyampaian ketentuan-

ketentuan atau aturan-aturan

tersebut, jika para pelaksana

kebijakan yang bertanggung

jawab untuk melaksanakan

kebijakan kurang mempunyai

sumber-sumber daya untuk

melaksanakan kebijakan

secara efektif maka

implementasi kebijakan

tersebut tidak akan efektif.

Sumber daya di sini berkaitan

dengan segala sumber yang

dapat digunakan untuk

mendukung keberhasilan

implementasi kebijakan.

Sumber daya ini mencakup

sumber daya manusia,

anggaran, fasilitas, informasi

dan kewenangan.

3. Disposisi

Disposisi adalah watak dan

karakteristik yang dimiliki

oleh implementor, seperti

komitmen, kejujuran, sifat

demokratis. Kecenderungan

perilaku atau karakteristik

dari pelaksana kebijakan

Page 18: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

14

berperan penting untuk

mewujudkan implementasi

kebijakan yang sesuai dengan

tujuan atau sasaran. Karakter

penting yang harus dimiliki

oleh pelaksana kebijakan

misalnya kejujuran dan

komitmen yang tinggi.

4. Struktur Birokrasi

Birokrasi merupakan salah

satu badan yang paling sering

bahkan secara keseluruhan

menjadi pelaksana kebijakan.

Kerja sama yang baik dalam

birokrasi dan struktur yang

kondusif akan membuat

pelaksanaan kebijakan

efektif. Struktur organisasi

memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap

implementasi kebijakan.

Aspek struktur organisasi ini

melingkupi dua hal yaitu

mekanisme dan struktur

birokrasi itu sendiri.

Berdasarkan pendapat diatas

dapat dijelaskan bahwa implementasi

akan berjalan efektif apabila ukuran-

ukuran dan tujuan-tujuan kebijakan

dipahami oleh individu-individu

yang bertanggung-jawab dalam

pencapaian tujuan kebijakan.

Kejelasan ukuran dan tujuan

kebijakan dengan demikian perlu

dikomunikasikan secara tepat dengan

para pelaksana. Komunikasi dalam

organisasi merupakan suatu proses

yang amat kompleks dan rumit. Di

samping itu sumber informasi yang

berbeda juga akan melahirkan

interpretasi yang berbeda pula. Agar

implementasi berjalan efektif, siapa

yang bertanggung-jawab

melaksanakan sebuah keputusan

harus mengetahui apakah mereka

dapat melakukannya.

C. Hasil Penelitian

1. Komunikasi

Dalam dimensi komunikasi

diketahui bahwa Pemerintah Kota

Tanjungpinang pernah melakukan

kegiatan sosialisasi yang dihadiri

berbagai kalangan pendukung

program ini. Kegiatan sosialisasi

rehabilitasi RTLH ini diikuti

Page 19: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

15

sebanyak 430 orang yang terdiri dari

388 calon penerima bantuan

rehabilitasi RTLH, 17 orang

pendamping, dan sisanya adalah staf

di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

Kota Tanjungpinang, serta kelurahan

dan kecamatan. Namun hingga kini

masih banyak juga masyarakat yang

tidak mengetahuinya.

2. Sumber daya

Dalam dimensi sumber daya

diketahui tentang program tersebut.

pegawai sudah memahami tentang

prosedur, syarat dan ketentuan dalam

pengurusan, RTLH. Sehingga

masyarakat memperoleh suatu

informasi atau pengetahuan. sumber

dana dari APBD dan selama ini

sudah dijalankan dengan baik.

Kemudian para pelaksnaa juga sudah

memberikan laporan

pertanggungjawaban. Bantuan

RTLH tersebut mempunyai nilai

sebesar Rp. 17 Juta untuk masing-

masing rumah.

3. Sikap pelaksana

Dalam dimensi sikap pelaksana

diketahui bahwa pada dasarnya telah

berjalan dengan baik. Semua telah

melakukan program ini

menggunakan juklak yang

diterbitkan oleh pemerintah, dan juga

memahami peraturan tersebut.

Meskipun program RTLH di Kota

Tanjungpinang sering dinilai

memiliki banyak kelemahan,

beberapa lembaga masih mengklaim

program tersebut sukses.

4. Struktur birokrasi

Dalam dimensi struktur birokrasi

diketahui tidak adanya standar kerja

yang khusus dibuat untuk

menjalankan kebijakan tersebut.

Pentingnya standar kerja merupakan

hal yang harus diperhatikan oleh

Page 20: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

16

pihak kelurahan agar pekerjaan yang

berkenaan dengan pelaksanaan

kebijakan ini dapat berjalan

sebagaimana mestnya. Namun

kerjasama memang belum berjalan

dengan baik. Perlu adanya kerjasama

dan perbaikan perbatasan

kewenangan antara berbagai pihak

agar program ini dapat dijalankan

dengan baik. Keberhasilan

pelaksanaan program RTLH juga

dipengaruhi oleh keterampilan

pelaksana.

C. Penutup

1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian

maka dapat disimpulkan

bahwa dalam Implementasi

Program RTLH pada

Kelurahan Kampung Baru

Kecamatan Tanjungpinang

Barat Kota Tanjungpinang

sudah berjalan dengan baik

2. Saran

Dari hasil temuan

sebelumnya maka ada beberapa hal

yang dapat disarankan guna

perbaikan dalam Implementasi

Program RTLHPada Kelurahan

Kampung Baru Kecamatan

Tanjungpinang Barat Kota

Tanjungpinang. Berikut saran yang

dapat disampaikan :

1. Seharusnya pihak Kelurahan

dapat bekerjasama dengan

RT dan instansi terkait

berkaitan dengan calon

penerima bantuan tersebut.

Mulai dari pendataan hingga

penetapan penerima bantuan

RTLH di Kelurahan

Kampung Baru.

2. Ada beberapa hal yang harus

di perbaiki dalam

implementasi program

tersebut seperti tidak ada

Page 21: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

17

standar operasional dalam

menjalankan program

tersebut Karena hanya

tertuang dalam Keputusan

walikota saja. Untuk

dikelurahan mengikut para

perda yang dikeluarkan

walikota tersebut. Kemudian

dalam pembagian tugas juga

harus lebih dipertegas mulai

dari tugas Kepala Dinas

Sosial, Kepala Badan

Perencanaan Pembangunan

Daerah Kota Tanjungpinang,

sampai ke pihak Kelurahan

karena jika dilihat hal ini

berpengaruh terhadap

pelaksanaan dan pendataan

calon penerima RTLH.

3.

Page 22: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

2

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan Publik. Jakarta : Yayasan Pancur Siwah.

Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar Kebijakan Publik.Bandung : CV Alfabetha

Arikunto.Suharsini.2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Arikunto, S. Jabar, C. 2010. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara

Crawford, John. 2000. Ed. 2. Evaluation of Libraries and Information Services.

London : Aslib.

Dunn, W William. 2003. Analisa kebijakan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Echols, John M and Hassan Shadily. 2000. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta :

Gramedia. Pustaka Utama

Hikmat, H. 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora: Bandung.

Gunawan Sumodiningrat, 1998. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan

Pengaman Sosial, Jakrta: PT Gramedia Pustaka Utama

Griffin, P. & Nix, P. 1991. Educational assessment and reporting: A

newapproach. Sydney: Harcourt BraceJovanovich.

Lababa, Djunaidi. 2008. Evaluasi program : sebuah pengantar. ersedia dalam

http://evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03/evaluasi-program-sebuah-

pengantar.html Diunduh 13 Maret 2015.

Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya

Nawawi. 2006. Evaluasi dan Manajemen Kinerja di LingkunganPerusahaan dan

Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernologi Ilmu Pemerintahan Baru, Jilid I. Jakarta :

PT. Rineka Cipta.

Nugroho, Riant D. 2004. Kebijakan Publik Formulasi Implementasi dan Evaluasi.

Jakarta : PT.Elex Media Komputindo

Page 23: IMPLEMENTASI PROGRAM RUMAH TIDAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...pelaksanaan Pemilihan Umum pada Pemilu tahun 1982 karena dalam Pemilu banyak diwarnai

3

Prijono dan A.M.W Pranarka. 1996. Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan

Implementasi. Jakarta: CSIS

Rasyid, Ryaas. 2000. Makna Pemerintahan. Jakarta : PT. Mutiara Sumber Widya.

Sumardi, M., dan H. D. Evers, ed., 1993. Kemiskinan Dan Kebutuhan Pokok.

Rajawali, Jakarta

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik, Teori dan Proses. Jakarta: PT. Buku Kita.

Yunanda. 2009. Evaluasi, http://repository.usu.ac.id, diakses pada tanggal 12

Maret 2015.