implementasi pada jaringan hsupa (high speed uplink … · 2020. 5. 4. · 1 jurnal skripsi, juli...
TRANSCRIPT
Jurnal Skripsi, Juli 2013
1
Abstrak—Video conference merupakan aplikasi
multimedia yang memungkinkan komunikasi data, suara,
dan gambar yang bersifat duplex dan real time. Jaringan
HSUPA dapat mencapai kecepatan uplink hingga 5,76
Mbps. Alamat pada IPv4 semakin terbatas, maka untuk
mengatasi hal tersebut digunakan alamat IPv6 yang
membutuhkan penanganan khusus dan juga mendukung
sistem autentifikasi untuk kerahasiaan data pada lapis IP
(IP secure).
Skripsi ini membahas implementasi video
conference pada jaringan HSUPA dengan media IPv6
menggunakan simulator OPNET Modeler v.14.5.
Performansi yang diamati pada penelitian ini adalah delay,
throughput, dan SNR dengan melakukan 2 skenario, yaitu
soft handover dan hard handover.
Berdasarkan hasil simulasi, pada soft handover
diperoleh nilai rata-rata pada UE_0 adalah dengan delay
0,08436 s; throughput yang dihasilkan sebesar 786,07
bits/s; dan SNR sebesar 10,103 dB. Sedangkan pada UE_1
adalah dengan delay 0,10150 s; throughput yang dihasilkan
sebesar 785,31 bits/s; dan SNR sebesar 9,673 dB. Hal ini
mempresentasikan bahwa kualitas jalur koneksi adalah
fair (cukup) dan rentan terhadap variasi perubahan
kondisi pada jaringan.
Kemudian pada hasil simulasi, pada hard
handover diperoleh nilai rata-rata pada UE_0 adalah
dengan delay 0,08267 s; throughput yang dihasilkan
sebesar 807,02 bits/s; dan SNR sebesar 4,5611 dB.
Sedangkan pada UE_1 adalah dengan delay 0,085000 s;
throughput yang dihasilkan sebesar 807,66 bits/s; dan SNR
sebesar 4,5618 dB. Hal ini mempresentasikan bahwa
kualitas jalur koneksi adalah bad (buruk) dan sinkronisasi
sinyal gagal atau tidak lancar (terputus-putus).
Kata Kunci — video conference, HSUPA, IPv6,
OPNET
1 Deby Cahya Nurdiansyah adalah mahasiswa Teknik Elektro Universitas Brawijaya; email: [email protected]
2 Ir. Erfan Achmad Dahlan, MT. adalah staf pengajar Teknik
Elektro Universitas Brawijaya 3 M. Fauzan Edy Purnomo, ST., MT. adalah staf pengajar Teknik
Elektro Universitas Brawijaya
I. PENDAHULUAN
erkembangan teknologi telekomunikasi saat ini
bukan hanya mengenai seberapa cepat konsumen
mengirim data, melainkan juga mengenai seberapa
cepat konsumen menerima data sebagai bentuk
komunikasi dua arah (duplex) yang real time, dimana
teknologi ini telah berkembang dengan sangat pesat.
Video conference merupakan aplikasi multimedia
yang memungkinkan komunikasi data, suara, dan
gambar yang bersifat duplex dan real time dapat
diterapkan pada jaringan yang memiliki kecepatan
transfer data yang besar karena kapasitas bandwidth-
nya yang besar.
Salah satu arsitektur jaringan yang paling banyak
digunakan adalah TCP/IP (Transfer Control
Protocol/Internet Protocol) yang terbangun oleh
sekumpulan protokol yang berbeda untuk tiap layernya.
IP (Internet protocol) merupakan bagian dari TCP/IP
yang terdapat pada network layer yang menangani
pergerakan paket-paket sepanjang jaringan. IPv6
(Internet Protocol version 6) telah dirancang oleh IETF
(Internet Engineering Task Force) untuk mengatasi
keterbatasan alamat pada IPv4. Alamat pada IPv6 terdiri
dari 128 bit sehingga dapat memberikan sejumlah 2128
alamat. Selain mendukung mobile IP, Perkembangan
HSUPA telah menuju teknologi berbasis IP (Internet
Protocol) di setiap node pada jaringan dan user-nya.
Pada skripsi ini akan dianalisis dari hasil simulasi
yang meliputi delay end to end, throughput, dan SNR
dengan ruang lingkup:
1. Aplikasi video conference yang dilakukan
dengan point-to-point dan menggunakan
protokol H.323 dengan jenis CODEC audio
G.723.1 dengan bit rate 5,3 Kbps, 2. Simulasi dilakukan dengan menggunakan
simulator Optimized Network Engineering
Tool (OPNET) versi 14.5,
3. Menggunakan media IPv6 (Internet Protocol
versi 6),
4. Analisis jaringan yang digunakan adalah
HSUPA (High Speed Upink Packet Access),
5. Model hubungan yang digunakan dalam
analisis adalah antara handset HSUPA –
WCDMA (UMTS),
IMPLEMENTASI VIDEO CONFERENCE
PADA JARINGAN HSUPA (HIGH SPEED
UPLINK PACKET ACCESS) DENGAN MEDIA
IPv6 MENGGUNAKAN SIMULATOR
OPNET MODELER v.14.5
Deby Cahya Nurdiansyah1, Ir. Erfan Achmad Dahlan, MT.
2, M. Fauzan Edy Purnomo. ST., MT.
3
P
2
Jurnal Skripsi, Juli 2013
6. Penelitian ini dilakukan dengan 2 skenario,
soft handover dan hard handover,
7. Kualitas aplikasi video conference Low
Resolution,
8. Tidak melakukan analisis terhadap biaya
perancangan jaringan.
II. DASAR TEORI
A. Video Conference
Video conference adalah salah satu aplikasi
Multimedia yang memungkinkan komunikasi data,
suara, dan gambar yang bersifat duplex serta real time.
Seperti namanya, bentuk dari aplikasi ini adalah
percakapan via video dan audio antar pengguna secara
langsung dan diharapkan dapat menggantikan fungsi
tatap muka secara langsung.
Video conference point-to-point merupakan
metode sederhana yang menggunakan dua buah
komputer untuk saling terhubung menggunakan single
IP address. Beberapa teknologi diantaranya merupakan
perangkat keras (hardware) dan teknologi lainnya
berupa perangkat lunak (software) yang mendukung.
Pada skripsi ini menggunakan resolusi video
conference low resolution untuk meminimalisir
terjadinya gangguan ketika proses transmit maupun
receive data. Dengan bandwidth sebesar 384 Kbps yang
memiliki kualitas yang sama dengan VCR (Video
Cassete Recorder). Sehingga dengan 15 frame per detik
maupun 10 frame per detik masih dianggap memenuhi
syarat untuk aplikasi video conference.
B. HSUPA (High Speed Uplink Packet Access)
Jaringan HSUPA terdiri dari beberapa bagian
antara lain mobile equipment, Node B dan RNC yang
tersambung pada jaringan pusat (Core Network).
Perbedaan WCDMA-HSUPA dengan WCDMA adalah
pada uplink scheduling dan rate control yang terletak
pada Node B sesuai dengan RNC.
Mobile Equipment (atau dapat juga disebut
dengan UE) merupakan handset user yang berfungsi
sebagai pengirim maupun penerima panggilan,
sedangkan Node B merupakan istilah yang digunakan
pada jaringan WCDMA untuk menandai BTS (Base
Transceiver Station). Node B menangani sambungan
antar handset pengguna atau disebut sebagai interface
antar handset user kemudian Node B akan dikontrol
langsung oleh RNC.
Gambar 2.1Arsitektur Jaringan HSUPA – WCDMA (UMTS)
Sumber: Syed Ismail (84)
Penerapan HSUPA (dimungkinkan bit rate
yang lebih tinggi) pada jaringan WCDMA akan
berpengaruh juga pada area cakupannya. Model
jaringan fokus pada arsitektur UE-UTRAN-CN.
Gambar 2.2 UE-UTRAN-CN architecture
Sumber: Harri Holma
Node B controlled scheduling digunakan untuk
mengurangi delay pada WCDMA dengan memindahkan
uplink scheduling dan data rate pada node B sesuai
batasan RNC (HSUPA). Seperti pada gambar 2.5, UE
meminta giliran packet scheduling pada Node B melalui
uplink signaling (1) kemudian packet scheduler pada
Node B menentukan TFC yang akan dialokasikan untuk
UE (2). Node B kemudian akan mengalokasikan TFC
untuk UE (3) sedangkan UE akan memilih TFC yang
sesuai dengan daya yang memiliki (4). Selanjutnya UE
akan mengirimkan datanya (5).
Gambar 2.5 Packet scheduling pada Node B
Sumber: Camilio OM (2006:26)
C. IPv6 (Internet Protocol version 6)
IPv6 (Internet Protocol version 6) dirancang oleh
IETF untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang
terdapat pada IPv4. IPv6 juga dikenal sebagai IPng
(Internet Protocol next generation).
D. OPNET Modeler v.14.5
OPNET Modeler digunakan perusahaan
perlengkapan jaringan terbesar di dunia untuk
meningkatkan desain dari network devices, teknologi
seperti VoIP, TCP, OSPFv3, MPLS, IPv6 dan lain-
lainya.
Gambar 2.3 Tampilan awal OPNET Modeler 14.5 – Educational
Version (Sumber :http://www.opnet.com)
Gambar 2.4 berikut ini merupakan tampilan proses
simulasi dengan menggunakan OPNET Modeler.
UE Node B RNC CN (SGSN
dan GGSN)
Jurnal Skripsi, Juli 2013
3
Gambar 2.4 Tampilan proses simulasi dengan menggunkan OPNET
Modeler
(Sumber :http://www.opnet.com)
E. Parameter Kinerja Jaringan HSUPA Aplikasi Video
Conference
a. DELAY
End to end delay adalah waktu yang diperlukan
oleh suatu paket data yang berasal dari source node
hingga mencapai destination node. End to end
delay secara tidak langsung berhubungan dengan
kecepatan transfer data suatu jaringan.
b. THROUGHPUT
Throughput adalah jumlah rata-rata paket yang
sukses diterima atau dikirimkan oleh saluran
penerima atau pemancar per detik. Throughput
merupakan salah satu parameter yang
menunjukkan kinerja dari suatu sistem komunikasi
data.
c. SNR (Eb/No)
SNR (Signal to Noise Ratio) merupakan
Perbandingan (ratio) antara kekuatan Sinyal (signal
strength) dengan kekuatan Derau (noise level).
Nilai SNR dipakai untuk menunjukkan kualitas
jalur (medium) koneksi. Makin besar nilai SNR,
makin tinggi kualitas jalur tersebut. Artinya, makin
besar pula kemungkinan jalur itu dipakai untuk
lalu-lintas komunikasi data & sinyal dalam
kecepatan tinggi. Nilai SNR suatu jalur dapat
dikatakan pada umumnya tetap, berapapun
kecepatan data yang melalui jalur tersebut. Satuan
ukuran SNR adalah decibel (dB). Nilai dianggap
bagus jika bernilai ≥ 7 dB dan nilai Loop
Attenuation ≤ 18 dB. Tabel 2.1 Konsumsi SNR aplikasi video conference
No Nilai (dB) Keterangan
1. 29 – ke atas Outstanding (bagus sekali).
2. 20 – 28,9 Excellent (bagus). Koneksi stabil.
3. 11 – 19,9 Good (baik). Sinkronisasi sinyal
ADSL dapat berlangsung lancar.
4. 7 – 10,9 Fair (cukup). Rentan terhadap variasi
perubahan kondisi pada jaringan.
5. 0 – 6,9 Bad (buruk). Sinkronisasi sinyal
gagal atau tidak lancar (terputus-
putus).
III. METODOLOGI PENELITIAN
Kajian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kajian yang bersifat bersifat analisis, yaitu
analisis terhadap parameter delay end-to-end,
throughput, dan SNR aplikasi video conference pada
jaringan HSUPA dengan media IPv6 menggunakan
network simulator OPNET Modeler v.14.5. Dalam
melakukan suatu penelitian, tahapan kajian pustaka dan
analisa awal merupakan hal pertama yang harus
dilakukan. Sebelum melanjutkan pada tahap desain
jaringan, perlu dipelajari semua informasi yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Adapun
tahapan yang dilakukan untuk solusi permasalahan
sesuai dengan topik pembahasan, yaitu studi literatur,
pengambilan data, simulasi dan analisis data,
pengambilan kesimpulan dan saran.
Pengambilan data dilakukan untuk memperoleh
data-data yang diperlukan dalam menyelesaikan
penelitian ini. Data-data yang diperlukan pada skripsi
ini berupa data sekunder yang bersumber dari buku
referensi, jurnal, skripsi, internet, dan forum-forum
resmi mengenai video conference, jaringan HSUPA,
IPv6, serta OPNET Modeler v.14.5.
OPNET Modeler versi 14.5 telah mendukung
layanan Video Conference dan network IPv6. Simulasi
dilakukan dengan memasukkan parameter-parameter
jaringan pada elemen-elemen network models yang
merepresentasikan kondisi sebenarnya untuk
memperoleh data hasil simulasi yang diinginkan.
Berikut adalah salah satu pemodelan atau
skenario sistem jaringan WCDMA yang nantinya akan
disimulasikan dengan menggunakan software OPNET
Modeler v.14.5.
Gambar 3.1 Perancangan jaringan HSUPA - WCDMA (UMTS)
Handover
Secara umum, dalam tahapan simulasi terdapat
beberapa langkah-langkah yang dilakukan untuk
memperoleh data hasil simulasi yang diinginkan,
meliputi:
4
Jurnal Skripsi, Juli 2013
Mulai
Membuat model jaringan WCDMA (UMTS)
dengan cara memilih link models sesuai
keinginan pada network simulator
Menentukan jenis aplikasi yang akan
digunakan (video conference) untuk
mengkonfigurasi user (user profile)
Mengatur konfigurasi pada link models dan
node models
Mengatur konfigurasi jaringan dengan
menambahkan application config dan profile
config
Skenario 1
Soft Handover
Skenario 2
Hard Handover
Jika Benar
Jika Benar
Mengkonversi jaringan IPv4 ke dalam
jaringan IPv6
S
S
Menjalankan Simulasi
Analisis Hasil Simulasi
Selesai
Gambar 3.2 Diagram perancangan dan simulasi menggunakan
OPNET Modeler v.14.5
Pada tahap pengambilan kesimpulan
berdasarkan dari teori, hasil simulasi serta analisis dan
dilakukan pemberian saran-saran yang dimaksudkan
kepada pembaca yang akan melakukan studi tentang
penelitian ini, ataupun sebagai pendukung dari
penelitiannya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam dunia nyata, evaluasi terhadap
performansi suatu rancangan model jaringan merupakan
hal yang sangat penting. Proses evaluasi ini, merupakan
tugas yang kompleks dalam skenario nyata. Untuk
mengatasi tantangan tersebut, berbagai simulator
digunakan untuk menyimulasikan model jaringan dari
perspektif yang berbeda. Salah satunya adalah
Optimized Network Engineering Tool (OPNET)
Modeler yang dirancang oleh OPNET Technologies Inc.
OPNET Modeler memiliki fitur beragam dan
komprehensif yang memudahkan proses mendesain
skenario jaringan di dunia nyata kedalam suatu model
simulasi jaringan. Pada skripsi ini melakukan 2 skenario, yaitu soft
handover dan hard handover yang mana masing-masing
skenario menggunakan traffic yang sama. Skenario soft
handover dan hard handover dilakukan sesuai pada
jaringan HSUPA - WCDMA (UMTS). Yang mana
terdiri dari server, hub, GGSN, SGSN, RNC, Node B
(Base Station), dan User Equipment. Sebuah server
yang menyediakan layanan aplikasi akan terhubung
dengan base station. Base station akan memancarkan
sinyal yang kemudian pada user equipment
mengunggah aplikasi dari server di sekitar base station,
proses ini disebut uplink.
Waktu yang dibutuhkan untuk simulasi adalah 1
jam. Konfigurasi simulasi skenario soft handover dan
hard handover akan ditunjukkan pada gambar 4.1 di
bawah ini:
Gambar 4.1 Screenshot skenario soft handover dan hard handover
OPNET Modeler v.14.5 (Sumber: Simulasi, 2013)
Keutamaan dari penelitian ini juga didasarkan
pada ketersediaan IPv4 yang sudah mulai berkurang
sehingga membutuhkan suatu metode pengalamatan
baru yaitu IPv6. Dengan penggunaan IPv6 ini
diharapkan bisa mengatasi permasalahan terbatasnya
ketersedian IPv4 sekarang ini. Pada software OPNET
Modeler v.14.5 disediakan pengaturan untuk
mengkonfigurasi IPv4 ke IPv6 pada menu toolbars yang
terlihat pada gambar 4.2 di bawah ini.
Gambar 4.2 Screenshot (Migrate an existing network to IPv6)
Setelah tahap desain simulasi selesai dilakukan,
maka kedua skenario dihubungkan dengan cara
memanage skenario agar pada hasil yang ditunjukkan
ada perbandingan antara hasil dari simulasi soft
handover maupun hard handover.
Setelah memanage scenarios, maka akan tampil
seperti pada gambar 4.3 yang terlihat di bawah ini:
Format IPv6
Jurnal Skripsi, Juli 2013
5
Gambar 4.3 Screenshot Manage scenarios
Tahap selanjutnya yaitu menjalankan simulasi.
Model simulasi yang digunakan adalah Discrete Event
Simulation (DES). Gambar 4.4 di bawah ini adalah
tampilan dari Discrete event simulation OPNET
Modeler:
Gambar 4.4 Screenshot menu Discrete Event Simulation (DES)
OPNET Modeler
Setelah proses simulasi selesai dan sukses, maka
akan terlihat pada gambar 4.5 di bawah ini.
Gambar 4.5 Screenshot Simulation Completed
Data hasil simulasi menggunakan OPNET
Modeler diperoleh menggunakan format website report,
data hasil simulasi secara otomatis dihitung dan
ditampilkan dalam nilai rata-rata pada rentang waktu
yang telah ditentukan.
a. Delay end-to-end
Nilai rata-rata packet delay end-to-end UE_0
pada simulasi soft handover sebesar 0,08436 sec
dan nilai rata-rata packet delay end-to-end UE_0
pada simulasi hard handover sebesar 0,084267
sec.
Gambar 4.6 Grafik rata-rata packet delay end-to-end pada UE_0
Kemudian pada UE_1, diperoleh nilai rata-
rata packet delay end-to-end pada simulasi soft
handover sebesar 0,10150 sec dan nilai rata-rata
packet delay end-to-end pada simulasi hard
handover sebesar 0,085000 sec.
Gambar 4.7 Grafik rata-rata packet delay end-to-end pada UE_1
b. Throughput
Nilai rata-rata throughput UE_0 pada simulasi
soft handover sebesar 786,07 bits/sec. Sedangkan
pada nilai rata-rata yang dihasilkan UE_0 pada
simulasi hard handover sebesar 807,02 bits/sec.
Gambar 4.8 Grafik throughput pada UE_0
Kemudian pada nilai rata-rata throughput
UE_1 pada simulasi soft handover sebessar
785,31 bits/sec. Sedangkan pada nilai rata-rata
yang dihasilkan UE_1 pada simulasi hard
handover sebesar 807,66 bits/sec.
6
Jurnal Skripsi, Juli 2013
Gambar 4.9 Grafik throughput pada UE_1
c. SNR (Eb/No)
Pada grafik bawah menunjukan nilai rata-rata
SNR UE_0 pada simulasi soft handover sebesar
10,103 dB. Nilai ini dianggap bagus karena
bernilai ≥ 7 dB. Hal ini mempresentasikan bahwa
kualitas jalur koneksi adalah fair (cukup) dan
rentan terhadap variasi perubahan kondisi pada
jaringan. Sedangkan pada nilai rata-rata SNR
UE_0 pada simulasi hard handover sebesar 4,5611
dB. . Nilai ini dianggap kurang bagus karena
bernilai ≤ 7 dB. Hal ini mempresentasikan bahwa
kualitas jalur koneksi adalah bad (buruk) dan
sinkronisasi sinyal gagal atau tidak lancar
(terputus-putus).
Gambar 4.10 Grafik SNR pada UE_0
Kemudian pada nilai rata-rata SNR UE_1
pada simulasi soft handover sebesar sebesar 9,673
dB. Nilai ini dianggap bagus karena bernilai ≥ 7
dB. Hal ini mempresentasikan bahwa kualitas jalur
koneksi adalah fair (cukup) dan rentan terhadap
variasi perubahan kondisi pada jaringan. Sedangkan
pada nilai rata-rata SNR UE_1 pada simulasi hard
handover sebesar 4,5618 dB. Nilai ini dianggap
kurang bagus karena bernilai ≤ 7 dB. Hal ini
mempresentasikan bahwa kualitas jalur koneksi
adalah bad (buruk) dan sinkronisasi sinyal gagal
atau tidak lancar (terputus-putus).
Gambar 4.11 Grafik SNR pada UE_1
V. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis hasil simulasi yang telah
dilakukan dengan menggunakan simulator OPNET
Modeler v.14.5 bahwa dapat digunakan untuk
mengamati sistem aplikasi video conference pada
jaringan HSUPA dengan media IPv6 dengan
mengkonfigurasi jaringan link dan node models pada
software tersebut.
Dengan melakukan 2 macam skenario dengan
perbandingan soft handover dan hard handover,
didapatkan sebagai berikut:
a. Skenario 1 (Soft Handover)
UE
Soft Handover
Delay (s) Throughput
(bits/s)
SNR
(dB)
UE_0 0,08436 786,07 10,103
UE_1 0,10150 785,31 9,673
b. Skenario 2 (Hard Handover)
UE
Hard Handover
Delay (s) Throughput
(bits/s)
SNR
(dB)
UE_0 0,084267 807,02 4,5611
UE_1 0,085000 807,66 4,5618
DAFTAR PUSTAKA
[1] Baptista, Pedro. 2007. Impact of HSUPA Implementation on
UMTS Capacity and Cell Coverage, M. Sc., Thesis. IST-UTL. Lisbon, Portugal.
[2] Davies, Joseph. 2003. Understanding IPv6. Library of Congress
Cataloging in Publication Data. Redmond. Washington. [3] Holma, Harri dan Antti Toskala. 2006. HSDPA/HSUPA for
UMTS. West Sussex: John Wiley & Sons Ltd.
[4] Mesa, Camilio Orejuela. 2006. WCDMA Enhanched Uplink Performance Evolution (Msc. Thesis). Enschede-Netherland:
University of Twente.
[5] Zeng, Qing-An and P. Agrawal Dharma. Handoff in Wireless. Department of Electrical Engineering and Computer Science,
University of Cincinnati