implementasi metode demonstrasi dalam...

77
IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN FIQIH BAB SHALAT KELAS III SEMESTER GASAL DI SDN 02 NGROTO KECAMATAN GUBUG KABUPATEN GROBOGAN TAHUN AJARAN 2009/2010 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Oleh : _Nur Kholipah_ NIM: 3104123 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2009

Upload: phungcong

Post on 06-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN FIQIH BAB SHALAT KELAS III SEMESTER

GASAL DI SDN 02 NGROTO KECAMATAN GUBUG KABUPATEN GROBOGAN TAHUN AJARAN 2009/2010

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Dalam Ilmu Tarbiyah

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Oleh :

_Nur Kholipah_ NIM: 3104123

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2009

Page 2: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eks Hal : Naskah Sripsi a.n Nur Kholipah Kepada Yth. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya,maka

bersama ini saya kirim naskah skripsi saudari : Nama : Nur Kholipah

NIM : 3104123

Fak / Jurusan : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI

DALAM PEMBELAJARAN FIQIH BAB SHALAT

KELAS III SEMESTER GASAL DI SDN 02

NGROTO KECAMATAN GUBUG KABUPATEN

GROBOGAN TAHUN AJARAN 2009/2010

Dengan ini, saya mohon sekiranya skripsi saudari tersebut dapat segera dimunaqasahkan. Demikian harap menjadi maklum. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, Desember 2009

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dra. Nur Uhbiyati, M.Pd Drs. Darmuin, M.Ag NIP. 19520208 1976122001 NIP.

Page 3: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

iii

Page 4: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

iv

MOTTO

...

...

…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri… (Q.S. ar-Ra'du : 11).∗

∗ Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag, 1992), hlm. 331.

Page 5: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

v

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan teruntuk:

1) Dzat Yang Maha Kasih, Allah SWT, Gusti yang Maha Kasih yang senantiasa

mencintaiku dan kucoba untuk selalu mencintai-Nya.

2) Bapak dan Mamakku yang tiada pernah berhenti memberikan doa dan

semangat.

3) Kakakku yang telah rela terputus hubungan kasih sayang adik kakak beberapa

waktu

4) Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, semoga karya ini menjadi bukti cinta dan

pengabdianku kepadamu dan bukan pertanda perpisahanku denganmu

Page 6: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

vi

KATA PENGANTAR

Ucap syukur alhamdulillah mungkin adalah ungkapan utama yang patut

peneliti haturkan atas seluruh kemurahan dan karunia Allah SWT sehingga

penulisan hasil penelitian dengan judul Implementasi Metode Demonstrasi Dalam

Pembelajaran Fiqih Bab Shalat Kelas III Semester Gasal Di SDN 02 Ngroto

Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2009/2010 selesai tanpa

hambatan yang berarti. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan

kepada Nabi Muhammad Saw yang penuh kesabaran dan keikhlasan

menghantarkan Islam kepada umat manusia.

Penelitian ini tentu tidak akan dapat berjalan secara maksimal tanpa

adanya dukungan dari banyak pihak. Oleh sebab itu, peneliti bermaksud

mengucapkan ungkapan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak

yang telah memberikan bantuan kepada penulis, baik bantuan materiil maupun

immaterial sebagai berikut:

1. Dekan Fakultas Tarbiyah Bapak Prof. DR. Ibnu Hajar, M.Ed

2. Ibu Dra. Nur Uhbiyati, M.Pd dan Bapak Drs Darmuin, M.Ag selaku

Pembimbing I dan II yang dengan penuh kesabaran dan keteladanan telah mau

memberikan waktu dan pemikirannya untuk membimbing dan mengarahkan

peneliti dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan hasil penelitian.

3. Para Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah

memberikan bekal ilmu kepada peneliti selama peneliti menuntut ilmu di

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang sangat bermanfaat dan

menjadi pendukung dalam penelitian.

4. Pihak SDN 02 Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan yang telah

memberikan izin penelitian sebagai lokasi yang dijadikan penelitian oleh

peneliti.

5. Seluruh pihak yang tidak mungkin dapat disebutkan satu persatu dalam lembar

ini.

Page 7: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

vii

Peneliti hanya mampu mengucapkan terima kasih dan do’a semoga Allah

memberikan balasan yang setimpal atas seluruh bantuan yang telah diberikan

kepada peneliti.

Akhirnya, semoga karya ini mampu menjadi pelita kecil bagi keilmuan

Tarbiyah dan menjadi bahan pengembangan penelitian di masa yang akan datang.

Semarang, Desember 2009

Peneliti

Page 8: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

viii

PERNYATAAN

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi

ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis orang lain atau diterbitkan.

Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali

informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, Desember 2009

Deklarator

Nur Kholipah NIM. 3104123

Page 9: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

ix

ABSTRAK

Nur Kholipah (3104123), Implementasi Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran PAI Di SDN 02 Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Semarang: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009. Penelitian ini merupakan Lapangan yang bersifat kualitatif. Penelitian ini memiliki rumusan masalah bagaimana implementasi metode demonstrasi dalam pembelajaran PAI di SDN 02 Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan.

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1) Jenis penelitian adalah penelitian lapangan kualitatif; 2) Sumber data primer penelitian adalah guru PAI dengan data primernya adalah metode demonstrasi dalam PBM PAI di SDN Ngroto 2 Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan; 3) pengumpulan data menggunakan teknik observasi, dokumentasi dan wawancara; 4) teknik analisisnya menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwasanya 1) Implementasi metode demonstrasi yang dilaksanakan pada pembelajaran materi fiqih bab shalat masih hanya terbatas pada konsep dasar dari metode demonstrasi itu sendiri. Akan tetapi jika dikaji dalam konteks hubungan kondisi siswa dengan pola kelompok, maka implementasi metode demonstrasi dalam pembelajaran materi fiqih bab shalat di SD N 02 Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan masih kurang memperhatikan aspek kemampuan siswa. Hal ini ditunjukkan dengan kontadiksi hasil evaluasi, khususnya kelompok siswa dengan kemampuan rendah, antara evaluasi pada tiap pertemuan dengan evaluasi pada pertemuan akhir; 2) Dengan melihat hasil akhir dari evaluasi pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi metode demonstrasi yang dilaksanakan pada pembelajaran materi fiqih bab shalat di SD N 02 Ngroto Kecamatan gubug Kabupaten Grobogan masih kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dua faktor yakni: Pertama, faktor yang berhubungan dengan perbedaan kemampuan siswa kaitannya dengan pola pembentukan kelompok. Kedua tidak adanya metode pendukung yang dapat mengantisipasi resiko karakteristik bermain pada fase anak. Pada satu sisi karakter ini dapat dimanfaatkan sebagai peluang untuk menentukan metode yang berkesesuaian dengan keadaan siswa. Namun di sisi lain, kekhawatiran akan muncul manakala karakteristik bermain dengan teman sebaya pada fase anak cenderung lebih besar. Maksudnya adalah manakala karakteristik bermain dengan teman sebaya lebih besar, maka dikhawatirkan anak akan lebih senang bermain dengan teman sebaya selepas atau setelah selesai jam sekolah sehingga mereka akan melupakan materi pembelajaran karena keasyikan bermain dengan teman sebaya. Oleh sebab itu, perlu adanya metode lainnya sebagai pendukung untuk suksesnya metode demonstrasi. Dengan demikian, keberhasilan implementasi metode demonstrasi dapat diperoleh apabila memperhatikan kedua faktor tersebut.

Melihat hasil tersebut, maka perlu adanya pengembangan dalam implementasi metode demonstrasi pada pembelajaran materi fiqih di SD N 02 Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan.

Page 10: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v

HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. vi

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ viii

HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ ix

HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Penegasan Istilah ...................................................................... 4

C. Perumusan Masalah ................................................................. 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 6

E. Kajian Pustaka .......................................................................... 6

F. Metode Penelitian .................................................................... 7

BAB II METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN PAI

A. Metode Demonstrasi ................................................................ 12

1. Pengertian Metode Demonstrasi ........................................ 12

2. Tujuan dan Fungsi Metode Demonstrasi ........................... 14

3. Prinsip-prinsip dan Langkah-langkah Metode Demonstrasi 15

4. Kelebihan Metode Demonstrasi ......................................... 16

5. Kelemahan Metode Demonstrasi ....................................... 17

B. Pembelajaran Fiqih................................................................... 18

1. Pengertian Pembelajaran Fiqih .......................................... 18

2. Fungsi Pembelajaran Fiqih ................................................. 20

3. Tujuan Pembelajaran Fiqih ................................................ 21

Page 11: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

xi

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih .................................. 21

C. Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih ..................... 23

BAB III IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM

PEMBELAJARAN FIQIH BAB SHALAT KELAS III

SEMESTER GASAL DI SDN 02 NGROTO KECAMATAN

GUBUG KABUPATEN GROBOGAN

A. Situasi Umum SDN 02 Ngroto ................................................ 28

1. Sejarah Berdirinya SDN 02 Ngroto ................................... 28

2. Letak Geografis .................................................................. 28

3. Struktur Organisasi ............................................................ 30

4. Sistem Pendidikan .............................................................. 31

5. Visi dan Misi ...................................................................... 31

6. Keadaan Guru dan Murid ................................................... 31

7. Keadaan Sarana dan Prasarana........................................... 33

B. Implementasi Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih di

Bab Shalat Kelas III Semester Gasal SDN 02 Ngroto Kecamatan

Gubug Kabupaten Grobogan ................................................... 34

1. Perencanaan Pembelajaran Fiqih ....................................... 34

2. Implementasi Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih

di SDN 02 Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan 36

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI

DALAM PEMBELAJARAN FIQIH BAB SHALAT KELAS III

SEMESTER GASAL DI SDN 02 NGROTO KECAMATAN

GUBUG KABUPATEN GROBOGAN

A. Analisis PBM Fiqih .................................................................. 49

B. Relevansi Implementasi Metode Demonstrasi dengan

Tujuan Pembelajaran ................................................................ 54

Page 12: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

xii

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................. 59

B. Saran ......................................................................................... 60

C. Penutup ..................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 13: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam upaya

pemberdayaan manusia. Melalui pendidikan kepribadian siswa dibentuk dan

diarahkan sehingga dapat mencapai derajat kemanusiaan sebagai makhluk

berbudaya. Untuk itu, idealnya pendidikan tidak hanya sekedar sebagai

transfer ilmu pengetahuan dan ketrampilan, tetapi lebih dari itu adalah transfer

perilaku.

Pendidikan agama pada berbagai jalur pendidikan adalah merupakan

hal yang penting karena pengajaran agama akan menghasilkan pengetahuan

agama sekaligus menjadikan pengalaman, sehingga akan terwujud diri

seseorang ilmu, amal dan taqwa, atau kata lain arah pendidikan agama adalah

untuk membina peserta didik agar menjadi warga negara yang baik dan

sekaligus menjadi umat yang taat beragama. Dapat juga dikatakan bahwa arah

pendidikan agama adalah untuk membina manusia beragama yang mampu

melaksanakan ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga

tercermin sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupan, dalam rangka

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.1 Telah dijelaskan bahwa

diwajibkan bagi kita untuk belajar, terutama untuk belajar agama. Dalam

firman-Nya:

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali rang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”2

1 Marasudin Siregar, Metodologi Pengajaran Agama (MPA), (Semarang: Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo). hlm. 1 2 Al-Qur'an dan Terjemahan, Wakaf dari Khadim al-Haramain Asy Syarifain (pelayan

kedua Tanah Suci) Fahd ibn’ Abd al-Áziz Al Saúd., (Saudi Arabia: Percetakan Al-Qurán Raja

Page 14: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

2

Proses pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan di mana

proses dan tujuan pembelajaran yang baik dan sesuai dengan rencana adalah

hal yang sangat diharapkan. Untuk itu perlulah didukung sarana dan prasarana

yang memadai baik yang bersifat material dan immaterial. Hal ini tak

terkecuali dalam pembelajaran materi fiqih. Materi fiqih merupakan bagian

dari Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar yang membutuhkan

proses pembelajaran yang mumpuni. Hal ini tidak berlebihan karena pada

dasarnya materi fiqih berhubungan erat dengan syari’at dalam agama Islam

baik yang berkaitan dengan ibadah maupun muamalah.3

Materi fiqih yang berhubungan dengan syari’at dan praktek dari

syari’at itu sendiri (ibadah dan muamalah) secara otomatis mengindikasikan

adanya materi-materi yang berkaitan dengan perbuatan manusia. Oleh sebab

itu, dalam penyampaiannya tidak dapat hanya mengandalkan metode

pembelajaran klasik yang cenderung satu arah dengan guru sebagai sumber

pengetahuan tanpa adanya peran aktif peserta didik. Tanpa adanya peran aktif

peserta didik, khususnya yang berhubungan dengan aplikasi dalam perbuatan

dari materi yang disampaikan, dapat menyebabkan kekurangmaksimalan

pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu contoh materi fiqih yang mungkin

tidak akan maksimal jika hanya mengandalkan metode klasik karena adanya

unsur praktek di dalamnya adalah materi yang berkaitan dengan shalat.

Untuk menjembatani kebutuhan ketepatan metode dan materi-materi

yang terkandung dalam fiqih, metode demonstrasi dapat menjadi solusi untuk

memenuhi kebutuhan metode yang berkesesuaian dengan materi fiqih.

Demonstrasi merupakan salah satu wahana untuk memberikan pengalaman

belajar agar anak dapat menguasai materi pelajaran dengan lebih baik. Karena

demonstrasi adalah salah satu teknik mengajar yang dilakukan guru atau orang

lain yang dengan sengaja diminta atau siswa sendiri ditunjuk untuk

Fahd,1424 H), hlm 408. *yakni: orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang nabi dan kitab-kitab.

3 Terkait dengan ruang lingkup materi pembelajaran fiqih dapat dilihat dalam A. Syafi’i Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid Mas’ud, Shatibi’s Phylosophy of Islamic Law, (Malaysia: Islamic Book Trust, 2001), hlm. 18.

Page 15: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

3

memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses atau cara melakukan

sesuatu.4 Penyampaian materi fiqih dengan menggunakan metode demonstrasi

ini akan lebih mudah diterima oleh siswa dan siswa dapat menirukan apa yang

telah diperagakan sehingga siswa menjadi jelas. Dengan demikian pengajaran

dikatakan efektif, karena seorang guru dapat membimbing anak-anak untuk

memasuki situasi yang memberikan pengalaman-pengalaman yang dapat

menimbulkan kegiatan belajar siswa. Metode demonstrasi ini dilakukan oleh

guru dalam pembelajaran fiqih sedemikian rupa, kapan saja yang

memungkinkan kepada siswa.

Salah satu sekolah yang menggunakan metode demonstrasi sebagai

metode pembelajaran pada materi fiqih adalah Sekolah Dasar Negeri (SD N)

02 Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. Meski menggunakan

metode demonstrasi pada proses pembelajaran materi fiqih, menurut penulis,

implementasi dari metode demonstrasi di SD N 02 Ngroto Kecamatan Gubug

Kabupaten Grobogan dapat dikatakan masih mengalami “stagnasi”. Hal ini

didasarkan temuan penulis di lapangan yang menunjukkan tidak adanya

perubahan perkembangan implementasi metode demonstrasi yang digunakan.

Guru PAI, yakni Bapak Tasmi’an, yang selalu menerapkan metode

demonstrasi yang sama dari tahun ke tahun sepanjang beliau menjadi guru

PAI di SD N 02 Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. Padahal jika

mengacu pada hasil belajar secara global, metode demonstrasi yang

diterapkannya belum dapat mencapai tujuan yang maksimal. Indikasi ini

didasarkan pada realita di mana hasil belajar tidak mengalami perubahan

kualitas nilai di kalangan siswa yang memiliki kemampuan rendah.

Memperhatikan permasalahan sebagaimana tersebut di atas, maka

penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelusuran yang mendalam

terkait dengan fenomena yang terjadi di SD N 02 Ngroto Kecamatan Gubug

Kabupaten Grobogan. Hasil penelitian tersebut kemudian penulis paparkan

dalam sebuah laporan berbentuk skripsi dengan judul “Implementasi Metode

4 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Pers,

2002), hlm. 45

Page 16: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

4

Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih Bab Salat Kelas III Semester Gasal

di SDN 02 Ngroto Gubug Grobogan Tahun Ajaran 2009-2010”.

B. Penegasan Istilah

1. Implementasi

Berasal dari kata dasar bahasa Inggris yaitu Implement yang berarti

melaksanakan. Jadi implementation yang kemudian di Indonesiakan

menjadi implementasi berarti pelaksanaan.5

2. Metode Demonstrasi

Metode atau methode berasal dari bahsa Yunani (Greek) yaitu

metha dan hodos, metha berarti : melalui atau melewati, dan hodos berarti

: jalan atau cara. Jadi, metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui

untuk mencapai tujuan tertentu.6 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai

maksud, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu

Kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.7 Menurut Dr. Ahmad

Tafsir dalam buku Metodologi Pengajaran Agama Islam, metode ialah

istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “ cara yang

paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu”.8

Sedangkan demonstrasi pengertiannya dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah peragaan atau pertunjukan tata cara melakukan atau

mengerjakan sesuatu.9 Menurut Dr. Nana Sudjana dalam buku Dasar-dasar

5 Nadjib Zuhdi, Kamus Lengkap Praktis Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris (Surabaya:

Fajar Mulia,1993), hlm. 231 6 H. Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo : Ramadhani, 1993), cet.1, hlm.

66 7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Bandung :

Balai Pustaka, 1990), hlm. 652 8 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : Rosdakarya, 1995),

hlm. 9 9 Departemen pendidikan dan kebudayaan, op.cit., hlm. 221

Page 17: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

5

Proses Belajar Mengajar, demonstrasi adalah suatu metode mengajar yang

memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu.10

Jadi yang dimaksud metode demonstrasi disini adalah penerapan

metode dalam pembelajaran materi Fiqh Bab Sholat melalui metode

demonstrasi yang dilakukan oleh guru PAI SD N 02 Ngroto Kecamatan

Gubug Kabupaten Grobogan.

3. Pembelajaran Fiqih

Pembelajaran fiqih adalah suatu upaya membuat peserta didik

dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar, dan tertarik

untuk terus menerus mempelajari ilmu yang mempelajari syari’at Islam

yang bersifat praktis yang bersumber pada dalil-dalil yang terinci dalam

ilmu tersebut.11 Lingkup pembelajaran Fiqih yang diteliti dalam penelitian

ini adalah materi fiqih bab salat.

C. Perumusan Masalah

Untuk menghindari meluasnya masalah penelitian ini, maka penulis perlu

untuk memberi batasan terhadap permasalahan yang akan diteliti. Berdasarkan

pada latar belakang dan penegasan istilah diatas, maka yang akan dibahas

yaitu : pelaksanaan metode demonstrasi dalam pembelajaran fiqih, khususnya

pada materi shalat.

Untuk itu yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi metode demonstrasi dalam pembelajaran materi

Fiqih bab salat di SD N 02 Ngroto Gubug Grobogan?

2. Bagaimana relevansi metode demonstrasi dalam pembelajaran materi

Fiqih bab salat di SD N 02 Ngroto Gubug Grobogan dengan tujuan

pembelajaran?

10 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru

Algensindo, 1995), cet. III, hlm. 83 11 A. Syafi’i Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11.

Page 18: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

6

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka yang menjadi tujuan

dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui implementasi metode demonstrasi dalam

pembelajaran materi Fiqih bab salat di SD N 02 Ngroto Gubug

Grobogan.

b. Untuk mengetahui relevansi metode demonstrasi dalam pembelajaran

materi Fiqih bab salat di SD N 02 Ngroto Gubug Grobogan dengan

tujuan pembelajaran.

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Secara teoritik diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi

pengembangan IPI (Ilmu Pendidikan Islam) khususnya metodologi

pendidikan agama.

b. Secara metodik diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi

perbaikan metode pembelajaran materi fiqih di SD N 02 Ngroto Gubug

Grobogan.

E. Kajian Pustaka

Sebelumnya telah ada kajian atau karya tulis yang relevan dengan

bahasan penulis atau tentang judul skripsi penulis.

Pertama, skripsi yang ditulis saudari Azwirotul Mubarokah dengan

judul “Pelaksanaan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran PAI pada

Anak Autisme di SLB Negeri Semarang Tahun Ajaran 2004/2005”. Skripsi

tersebut menjelaskan tentang bagaimana anak-anak autisme harus

memerlukan perlakuan khusus, karena dalam kehidupannya mereka sulit

untuk berkomunikasi dengan orang lain. Begitu juga dalam pembelajaran pun

mereka sulit untuk menyerapnya/memahaminya. Sehingga harus memerlukan

Page 19: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

7

metode khusus dalam menyampaikannya. Dan dalam hal ini dipilihlah metode

demonstrasi dalam pembelajarannya.

Kedua, skripsi saudari Astrea Ulfa yang berjudul “Pelaksanaan

Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih di MI Wonorejo Dusun

Panggangayom Kaliwungu Kendal Tahun 2008”. Skripsi ini menjelaskan

tentang pelaksanaan metode demonstrasi yang dilakukan dalam pembelajaran

Fiqih.

Ketiga, skripsi saudara Nur Sholeh yang berjudul “Implementasi

Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di SMP N 16 Semarang

Tahun 2003/2004”. Menjelaskan tentang bagaimana eksistensi PAI dan

mengetahui implementasi proses belajar mengajar dalam rangka penanaman

nilai-nilai keagamaan pada peserta didik.

Dari beberapa skripsi diatas mempunyai keterkaitan dengan skripsi

yang peneliti buat yaitu metode demonstrasi dan pembelajaran PAI. Namun

dapat peneliti sampaikan bahwa penelitian ini tentu berbeda dengan yang lain,

karena yang menjadi obyek peneliti adalah peserta didik SD N 02 Ngroto

Gubug Grobogan dan intinya yaitu bagaimana pelaksanaan metode

demonstrasi dalam pembelajaran Fiqh Bab Sholat.

F. Metode Penelitian

1. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah apa-apa yang akan diteliti dalam sebuah

kegiatan penelitian untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas.

Karena permasalahan biasanya sangat komplek dan tidak mungkin diteliti

secara serempak dari semua segi secara serentak. Seringkali permasalahan

melibatkan begitu banyak variabel dan faktor, sehingga berada diluar

jangkauan kemampuan seorang peneliti dan dapat memberikan

kesimpulan yang bermakna dalam.12 Fokus dalam penelitian ini yaitu

12 Saifudin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997), hlm. 12

Page 20: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

8

bagaimana proses pelaksanaan metode demonstrasi dalam pembelajaran

fiqih materi shalat itu dapat direalisasikan.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan penelitian naturalistik atau yang sering disebut juga dengan

pendekatan kualitatif. Penelitian ini memandang kenyataan sebagai suatu

yang berdimensi jamak, utuh atau merupakan kesatuan. Karena itu tidak

mungkin disusun rancangan yang terinci sebelumnya. Rancangan

penelitian berkembang selama proses penelitian berlangsung.13

Bentuk penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, yaitu

penelitian yang bersifat mendeskripsikan makna atau fenomena yang dapat

ditangkap oleh peneliti, dengan menunjukkan bukti-buktinya.14

3. Sumber Data dan Data Penelitian

a. Sumber data

Sumber data adalah “subyek dari mana data dapat diperoleh.

Apabila peneliti menggunakan wawancara dalam pengumpulan

datanya, maka sumber data disebut responden“.15 Sedangkan sumber

data menurut sifatnya (ditinjau dari tujuan penyelidikan) dapat

digolongkan menjadi dua golongan.16 Sumber primer (sumber-sumber

yang memberikan data langsung dari tangan pertama) dan sumber

sekunder (sumber yang mengutip dari sumber lain).

Dalam buku yang lain disebutkan bahwa sumber data adalah

“benda, hal atau tempat peneliti mengamati, membaca, atau bertanya

tentang data. Secara umum sumber dapat diklasifikasikan menjadi tiga

jenis yakni person (orang), paper (kertas atau dokumen), dan place

13 Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung : Sinar Baru, 1989),

hlm. 7 14 Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung : Angkasa, 1993), hlm. 161 15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktiek, edisi Revisi VI

(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.129 16Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik,

(Bandung: Tersito, 1980), edisi VII, Hlm. 134

Page 21: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

9

(tempat) yang disingkat 3P.17 Dalam penelitian ini sumber data yang

digunakan hanyalah person dan paper dengan penjelasan sebagai

berikut:

1). Person (orang). Sumber data ini adalah orang yang kompeten

dalam pelaksanaan metode demonstrasi dalam pembelajaran materi

fiqih bab shalat yang meliputi; Kepala Sekolah, dan Guru PAI di

SD N 02 Ngroto Gubug Grobogan.

2). Paper (kertas atau dokumen). Sumber ini berupa dokumen/arsip

sekolah di SD N 02 Ngroto Gubug Grobogan.

b. Data

Data adalah “hasil pencatatan penelitian, baik yang berupa

fakta ataupun angka”.18 Data dapat dibedakan menjadi dua jenis,

yakni:

1). Data Primer

Adalah “data yang berlangsung dan segera diperoleh dari

sumber data oleh penyelidik untuk tujuan yang khusus”.19 Data ini

meliputi metode demonstrasi dalam pembelajaran fiqih bab shalat

di SD N 02 Ngroro serta data kepustakaan yang berkaitan dengan

materi penelitian.

2). Data Sekunder

Adalah “data yang telah dahulu dikumpulkan dengan

dilaporkan oleh orang di luar diri peneliti sendiri, walaupun yang

telah dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli”.20 Data

ini dapat diperoleh dari sumber-sumber buku, majalah, artikel atau

bukti-bukti yang dipandang relevan.

17 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) cet. II, hlm.

116 18 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, op.cit. hlm 99 19 Winarno Surakhmad, op.cit. hlm 163 20 ibid

Page 22: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

10

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Metode observasi yaitu metode pengumpulan data yang

menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian. Observasi dapat

dilaksanakan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk

menyebut jenis observasi,21 yaitu :

1). Observasi non–sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan

tidak menggunakan instrument pengamatan.

2). Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan

menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan.

Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui bagaimana

proses pembelajaran yang dilaksanakan serta hal-hal lain yang dapat

memberikan data atau informasi bagi penulis dalam penulisan skripsi.

b. Interview

Metode interview atau wawancara yaitu alat pengumpulan

informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan

untuk dijawab secara lisan juga.22 Metode ini penulis gunakan untuk

memperoleh informasi tentang apa, bagaimana pelaksanaan metode

tersebut dan respon siswa terhadap pembelajaran fiqih bab shalat.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data-data mengenai hal-

hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen, rapat, lengger, agenda dan sebagainya.23

Metode ini digunakan peneliti untuk memperoleh data mengenai

tinjauan historis, visi dan misi serta keadaan sekolahnya baik sarana

maupun prasarana dan keadaan guru/siswanya.

21 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, op.cit. hlm157 22 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm. 165 23 Suharsimi Arikunto, op.cit. hlm. 231

Page 23: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

11

5. Teknik Analisis Data

Proses analisa data merupakan suatu proses penelaahan data secara

mendalam. Menurut. Moleong proses analisa dapat dilakukan pada saat

yang bersamaan dengan pelaksanaan pengumpulan data meskipun pada

umumnya dilakukan setelah data terkumpul.24 Guna memperoleh

gambaran yang jelas dalam memberikan, menyajikan, dan menyimpulkan

data, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisa

deskriptif kualitatif, yakni suatu analisa penelitian yang dimaksudkan

untuk mendeskripsikan suatu situasi tertentu yang bersifat faktual secara

sistematis dan akurat.25 Penggunaan metode ini memfokuskan penulis

pada adanya usaha untuk menganalisa seluruh data (sesuai dengan

pedoman rumusan masalah) sebagai satu kesatuan dan tidak dianalisa

secara terpisah.

24 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2002, hlm. 103. 25 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: CV Pustaka Setia, 2002, hlm.

41

Page 24: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

12

BAB II

METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN FIQIH

A. Metode Demonstrasi

1. Pengertian Metode Demonstrasi

Penjabaran tentang pengertian metode demonstrasi dapat dilakukan

dengan mengurai kata yang membentuknya, yakni “metode” dan

“demonstrasi”. Oleh sebab itu, sebelum menjelaskan secara lebih jauh

perihal landasan teori yang berkaitan dengan metode demonstrasi, penulis

akan menjelaskan terlebih dahulu pengertian secara bahasa maupun istilah

dari metode demonstrasi.

Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani

“metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata: yaitu “metha” yang berarti

melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode

berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam “Kamus

Besar Bahasa Indonesia”, “metode” adalah: “Cara yang teratur dan

terpikir baik-baik untuk mencapai maksud”.1 Sedangkan istilah

“demonstrasi” secara bahasa dapat disandarkan pada istilah dalam bahasa

Inggris yakni “demonstration” yang berarti “memperagakan” atau

“memperlihatkan”.2

Berdasarkan pemaknaan secara bahasa terhadap istilah metode

demonstrasi di atas, maka pengertian demonstrasi secara bahasa dapat

dijabarkan sebagai “cara atau jalan yang dilakukan dengan memperagakan

atau memperlihatkan sesuatu kepada orang atau pihak lain agar orang atau

pihak tersebut memahami maksud tertentu yang ingin disampaikan oleh

peraga”.

1 Dalam konteks bahasa Arab, istilah metode dapat disandarkan pada kata thariqah. Hal

ini sebagaimana dikutip dalam Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, hlm. 40

2 Sebagaimana dikutip dalam Tayar Yusuf, dkk., Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 45.

Page 25: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

13

Sedangkan penjelasan tentang pengertian metode demonstrasi

secara istilah dapat dijabarkan melalui pendapat para tokoh terkait

pengertian metode demonstrasi. Menurut para ahli, definisi metode

demonstrasi di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan bahwa “metode demonstrasi

adalah suatu metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu

proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan

pelajaran”.3

b. Menurut Ramayulis, metode demonstrasi dalam proses pengajaran

merupakan “metode atau cara mengajar yang menggunakan suatu kerja

fisik atau pengoperasian peralatan atau benda untuk menjelaskan

sesuatu materi ajar”.4

c. Menurut Nana Sudjana, metode demonstrasi adalah “metode mengajar

yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu”.5

d. Sedangkan Muhammad Zein menjelaskan bahwa metode demonstrasi

adalah suatu metode mengajar di mana seorang guru, murid, ataupun

pihak lain yang sengaja diminta dengan sendirinya memperlihatkan

kepada seluruh peserta belajar tentang sesuatu proses atau suatu

kaifiyah melakukan sesuatu.6

Jadi, bisa dikatakan metode demonstrasi adalah metode mengajar

di mana pelaksanaannya dilakukan dengan cara memperagakan atau

mendemonstrasikan apa yang bisa diperagakan oleh guru atau siswa itu

sendiri yang sesuai dengan materi yang disampaikan.

Dengan demikian, dari pengertian secara harfiah dan istilah di atas,

dapat dijabarkan bahwasanya dalam metode demonstrasi terkandung

karakteristik dasar sebagai berikut:

3 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2000), cet. I, hlm. 201 4 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2005),

cet. IV, hlm. 245 5 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 1995), cet. III, hlm. 83 6 Muhammad Zein, Methodologi pengajaran Agama, (ogyakarta: AK Group dan Indra

Buana, 1995), cet. VIII, hlm. 177

Page 26: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

14

a. Pihak yang memperagakan

b. Tujuan yang diharapkan

c. Obyek informasi yang menjadi peragaan

d. Alat bantu peraga

e. Pihak yang menerima

2. Tujuan dan Fungsi Metode Demonstrasi

Demonstrasi adalah sebuah peragaan yang dilakukan guru maupun

orang lain atau siswa yang ditunjuk yang bertujuan untuk memberikan

penjelasan dengan peragaan tersebut agar siswa lebih paham dan mengerti

tentang materi yang disampaikan. Penerapannya dalam pendidikan agama

metode ini lebih banyak digunakan untuk memperjelas cara mengerjakan

atau kaifiyat suatu proses pelaksanaan ibadah, misalnya tata cara berwulu,

shalat, haji, dan mteri-materi lain yang bersifat motorik.7

Dari penggunaan demonstrasi dapat ditarik beberapa fungsi atau

manfaat bagi kepentingan pengajaran, diantaranya:

a. Perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap

penting oleh guru, sehingga murid dapat mengamati hal-hal itu

seperlunya yang berarti perhatian murid menjadi terpusat kepada

proses belajar semata-mata.

b. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan dalam “menangkap dan

mencerna” bila dibandingkan dengan hanya membaca di dalam buku,

karena murid telah memperoleh gambaran yang jelas dari hasil

pengamatannya.

c. Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan atau masalah dalam

diri murid dapat terjawab pada waktu murid mengamati proses

demonstrasi.

d. Menghindari “coba-coba dan gagal” yang banyak memakan waktu

belajar, disamping praktis dan fungsional, khususnya bagi murid-

7 Zuhairini, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), cet. I hlm.

83

Page 27: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

15

murid yang ingin berusaha mengamati secra lengkap dan teliti atau

jalannya sesuatu.8

3. Prinsip-prinsip dan Langkah-langkah Metode Demonstrasi

Dalam metode demonstrasi posisi guru dituntut untuk lebih aktif

daripada siswanya, walaupun siswa juga bisa ditunjuk untuk

mendemonstrasikan sesuatu. Karena guru adalah pendidik atau pengajar

yang tentu lebih memahami (materi) apa yang disampaikan.

Melalui demonstrasi, seorang guru ingin menyampaikan sesuatu pada

siswa, melalui demonstrasi yang baik, berarti guru telah mengadakan

komuniksai yang dengan para siswanya. Sehingga siswa mengerti apa

yang ingin guru sampaikan.9

Beberapa prinsip demonstrasi antara lain:

a. Menciptakan suasana dan hubungan yang baik dengan siswa sehingga

ada keinginan dan kemauan dari siswa untuk menyaksikan apa yang

hendak didemonstrasikan.

b. Mengusahakan agar demonstrasi itu jelas bagi siswa yang sebelumya

tidak memahami, mengingat siswa belum tentu dapat memahami apa

yang dimaksudkan dalam demonstrasi karena keterbatasan daya

pikirnya.

c. Memikirkan dengan cermat sebelum mendemonstrasikan suatu pokok

bahasan atau topic bahasan tertentu tentang adanya kesulitan yang

akan ditemui siswa sambil memikirkan dan mencari cara untuk

mengatasinya.

Dengan berpedoman pada tiga prinsip di atas, maka kegiatan

demonstrasi tidak akan kehilangan arah dan lepas kendali sehingga dapat

berjalan terarah seiring dengan tujuan yang telah digariskan sebelumnya.10

8 Zakiah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1982),

hlm. 116 9 Suharyono, Stategi Belajar Mengajar, (Semarang: IKIP Semarang Press, 1991), hlm. 35 10 Zuhairini, dkk., Metodik khusus pendidikan Agama, (Malang: Fakultas Tarbiyah IAIN

Sunan Ampel, 1977), hlm. 297

Page 28: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

16

Sedangkan langkah-langkah demonstrasi yaitu :

a. Guru merencanakan dan menetapkan urutan-urutan penggunaan bahan

dan alat yang sesuai dengan urutan pekerjaan yang harus dilakukan.

b. Guru menunjukkan cara metode demonstrasi.

c. Guru menetapkan perkiraan waktu yang diperlukan oleh anak untuk

meniru.

d. Anak memperhatikan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar.

e. Guru memberikan motivasi atau penguat-penguat yang diberikan, baik

bila anak berhasil maupun kurang berhasil.11

4. Kelebihan Metode Demonstrasi

Menurut Ramayulis, diantara kelebihan-kelebihan metode

demonstrasi yaitu:

a. Keaktifan peserta didik akan bertambah, lebih-lebih kalau peserta didik

diikut sertakan.

b. Pengalaman peserta didik bertambah karena peserta didik turut

membantu pelaksanaan suatu demonstrasi sehingga ia menerima

pengalaman yang bisa mengembangkan kecakapannya.

c. Pelajaran yang diberikan lebih tahan lama.

d. Pengertian lebih cepat dicapai.

e. Perhatian peserta didik dapat dipusatkan dan titik yang dianggap

penting oleh guru dapat diamati oleh peserta didik seperlunya.

f. Mengurangi kesalahan-kesalahan.

g. Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan atau masalah dalam

diri peserta didik dapat terjawab pada waktu peserta didik mengamati

proses demonstrasi.

h. Menghindari “coba-coba dan gagal” yang banyak memakan waktu

belajar, di samping praktis dan fungsional, khususnya bagi peserta

11 Moeslichatoen R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Rineka Cipta,

2004), hlm. 123-124

Page 29: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

17

didik yang ingin berusaha mengamati secara lengkap dan teliti atau

jalannya sesuatu.12

Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah, kelebihan metode

demonstrasi adalah sebagai berikut:

a. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses

atau kerja suatu benda.

b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan, sebab penggunaan bahasa

dapat lebih terbatas.

c. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki

melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek

sebenarnya.13

5. Kelemahan Metode Demonstrasi

Kelemahan metode demonstrasi seperti yang disampaikan oleh

Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya yang berjudul Guru dan Anak

Didik dalam Interaksi Edukatif yaitu:

a. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan

dipertunjukkan.

b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.

c. Sukar mengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang

menguasai apa yang didemonstrasikan.14

Selain pendapat di atas, kelemahan metode demonstrasi lainnya

yaitu:

a. Metode ini membutuhkan kemampuan yang optimal dari pendidik

untuk itu perlu persiapan yang matang.

b. Sulit dilaksanakan kalau tidak ditunjang oleh tempat, waktu dan

peralatan yang cukup.15

12 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2005),

cet. IV, hlm. 246 13 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2000), cet. I, hlm. 201 14 Ibid., hlm 201 15 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama, op.cit., hlm246

Page 30: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

18

B. Pembelajaran Fikih

1. Pengertian Pembelajaran Fikih

Seperti halnya dalam menguraikan pengertian tentang metode

demonstrasi, maka dalam menjabarkan pengertian pembelajaran fikih

penulis juga akan menguraikannya sesuai dengan susunan kata yang

membentuknya, yakni “pembelajaran” dan “fikih”.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU

Sisdiknas) Tahun 2003 Bab I Pasal 1 dijelaskan bahwa “pembelajaran

merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar”.16 Meski telah memiliki pengertian

tertentu dalam peraturan perundang-undangan, di kalangan tokoh

pendidikan terdapat perbedaan penjabaran mengenai pengertian dari

pembelajaran.

Menurut E. Mulyasa, pembelajaran merupakan proses interaksi

antara peserta didik dengan lingkungannya yang bertujuan untuk

menghasilkan perubahan perilaku. Dalam interaksi tersebut sangat

dipengaruhi oleh faktor internal yang datang dari individu maupun faktor

eksternal yang datang dari lingkungan.17

Sementara itu, pengertian yang berbeda dengan pengertian di atas,

khususnya dalam konteks tujuan pembelajaran, diberikan S. Nasution.

Menurutnya pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan

siswa atau sekelompok siswa dengan tujuan untuk memperoleh

ketrampilan, sikap, serta menetapkan apa yang dipelajari.18

Sedangkan Dimyati dan Mudjiono, sebagaimana dikutip oleh

Syaiful Sagala, lebih menekankan pengertian pembelajaran pada proses

belajar yang dibangun oleh guru untuk meningkatkan kreatifitas berfikir

16 Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) 2003, (UU RI No. 20

Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hlm. 4. 17 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep Karakteristik dan Implementasi,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002) hlm. 100. 18 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hlm. 102.

Page 31: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

19

siswa sehingga dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa yang dapat

meningkatkan penguasaan terhadap materi pelajaran.19

Beralih ke pengertian “fikih”, secara bahasa memiliki artai “tahu

atau paham”.20 Pengertian ini disandarkan pada salah satu firman Allah

dalam surat at-Taubah ayat 87 berikut ini:

...

“….dan hati mereka telah dikunci mati maka mereka tidak mengetahui” (Q.S. at-Taubah: 87) Sedangkan dalam konteks istilah, seperti halnya pengertian

“pembelajaran”, juga terdapat perbedaan penjabaran redaksional mengenai

pengertian “fikih” di kalangan tokoh yang berkompeten dalam bidang

pendidikan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam tiga pendapat berikut

ini:

a. Abdul Wahhab Khalaf mendefinisikan fikih sebagai hukum-hukum

syara’ yang bersifat praktis yang bersumber dari dalil-dalil yang

rinci.21

b. A. Syafi’i Karim memperjelas pengertian fikih sebagai ilmu yang

mempelajari syari’at Islam yang bersifat praktis yang bersumber pada

dalil-dalil yang terinci dalam ilmu tersebut.22

c. Muhammad Khalid Mas’ud menjelaskan pengertian fikih sebagai “In

discussion of the nature of the law and practice what is implied by

Islamic law”.23

(Pembahasan mengenai hukum asal dan praktek yang terkandung

dalam hukum Islam)

19 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: CV Alpabheta, 2003),

hlm. 212. 20 T.M. Hasbi ash-Shiddieq, Pengantar Ilmu Fiqh, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,

1997), hlm. 15. 21 Sebagaimana dikutip dalam A. Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2002), hlm. 5. 22 A. Syafi’i Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11. 23 M. Khalid Mas’ud, Shatibi’s Phylosophy of Islamic Law, (Malaysia: Islamic Book

Trust, 2001), hlm. 18.

Page 32: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

20

Meskipun terdapat perbedaan dalam konteks redaksi, namun secara

substansi, ketiga pendapat di atas bermuara pada satu pengertian tentang

fikih yakni sebagai ilmu yang mempelajari syari’at Islam baik dalam

konteks asal hukum maupun praktek dari syari’at Islam itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian pembelajaran dan

fikih di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari pembelajaran

fikih adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang bertujuan untuk

mengembangkan kreatifitas berfikir siswa dalam bidang syari’at Islam,

baik dalam konteks asal hukumnya maupun praktiknya sehingga siswa

mampu menguasai materi tersebut.

2. Fungsi Pembelajaran Fikih

Pada dasarnya pembelajaran memiliki fungsi-fungsi sebagai

berikut:

a. Menanamkan nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada

Allah SWT, sebagai pedoman untuk mencapai kebahagiaan dunia dan

akhirat.

b. Membiasakan pengalaman terhadap hukum Islam pada peserta didik

dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku

di sekolah dan lingkungan.

c. Membentuk kedisiplinan dan rasa tanggung jawab social di sekolah

dan masyarakat

d. Meneguhkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta

menanamkan akhlak peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan

upaya yang terlebih dahulu dilakukan dalam lingkungan keluarga.

e. Membangun mental peserta didik dalam menyesuaikan diri dalam

lingkungan fisik dan sosialnya.

f. Memperbaiki kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta

didik dalam pelaksanaan ibadah dan muamalah dalam kehidupan

sehari-hari.

Page 33: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

21

g. Membekali peserta didik akan bidang fiqih atau hukum Islam untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.24

3. Tujuan Pembelajaran Fikih

Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta

mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk

mencapai tujuan-tujuan lain. Di samping itu, tujuan dapat membatasi

ruang gerak usaha, agar kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-

citakan, dan yang terpenting lagi adalah dapat memberi penilaian atau

evaluasi pada usaha-usaha pendidikan.25

Tujuan pembelajaran fikih merupakan dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. Memberikan bekal kemampuan dasar kepada warga belajar untuk

mengembangkan kehidupan sebagai:

1) Pribadi muslim yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia

2) Warga negara yang berkepribadian, percaya kepada diri sendiri,

sehat jasmani dan rohaninya

b. Membina warga belajar agar memiliki pengalaman, pengetahuan,

ketrampilan beribadah, dan sikap terpuji yang berguna bagi

pengembangan pribadinya.

c. Mempersiapkan warga negara belajar untuk mengikuti pendidikan

lanjutan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi.26

5. Ruang Lingkup Pembelajaran Fikih

Secara garis besar, ruang lingkup fikih mencakup tiga dimensi,

yaitu:27

a. Dimensi pengetahuan fiqih (knowledge) yang mencakup bidang ibadah

dan muamalah. Materi pengetahuan fiqih dalam dua bidang tersebut

24 Depag RI Kurikulum 2004, Pedoman Umum Pengembangan Silabus Madrasah

Ibtidaiyyah, (Jakarta: Direktoral Jenderal Pengembangan Kelembagaan Agama Islam, 2004), hlm. 2.

25 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), ed. I, hlm. 71 26 CD KTSP Materi Fiqih 27 Depag RI Kurikulum 2004, op. cit., hlm. 1.

Page 34: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

22

meliputi pengetahuan tentang thaharah, shalat, dzikir, puasa, haji,

umroh, makanan, minuman, binatang halal dan haram, qurban dan

aqiqah.

b. Dimensi ketrampilan fiqih (fiqh skill) meliputi ketrampilan melakukan

ibadah mahdlah, memilih dan mengkonsumsi makanan dan minuman

yang halal, melakukan kegiatan muamalah dan sesama manusia

berdasarkan syari’at Islam, memimpin, dan memelihara lingkungan.

c. Dimensi nilai-nilai fiqih (fiqh values) mencakup penghambaan kepada

Allah yang meliputi ta’abud, penguasaan atas nilai religius, disiplin,

percaya diri, komitmen, norma dan moral, nilai keadilan, demokrasi,

toleransi, kebebasan individual.

Adapun penjabaran bidang kajian fiqih dari dimensi pengetahuan

dan ketrampilan fikih dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Dimensi ibadah

1) Melakukan thaharah atau bersuci

2) Melakukan shalat wajib

3) Melakukan adzan dan iqamah

4) Melakukan shalat jum’at

5) Macam-macam shalat sunnah

6) Melakukan puasa

7) Melakukan zakat

8) Melakukan shadaqah dan infaq

9) Memahami hukum Islam tentang makanan dan minuman

10) Memahami ketentuan aqiqah dank urban

11) Memahami ibadah haji dan umroh

12) Melakukan dzikir dan doa

13) Memahami khitan

b. Dimensi muamalah

1) Memahami ketentuan jual beli

2) Memahami pinjam dan sewa

3) Memahami ketentuan upah

Page 35: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

23

4) Memahami ketentuan riba

5) Memahami ketentuan barang temuan

Dari dimensi dan lingkup kajian mata pelajaran fikih di atas, maka

dapat disimpulkan bahwasanya tujuan utama dari pembelajaran fikih

adalah adanya penguasaan materi teoritis dan praktek ibadah dan

muamalah sesuai dengan syari’at Islam.

C. Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih

Metode mengajar merupakan salah satu hal yang penting dalam proses

pembelajaran. Ketepatan penggunaan metode dalam proses pembelajaran akan

dapat memudahkan terwujudnya tujuan pembelajaran seperti yang telah

direncanakan dan diinginkan. Pemilihan metode mengajar dalam proses

pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari kemampuan yang dimiliki oleh

peserta didik, baik dalam lingkup jasmani maupun rohaninya.28

Jenis dan bentuk metode mengajar beraneka ragam dan pengajar dapat

mengeksplorasi metode-metode tersebut dalam mengajar. Termasuk dalam

lingkup pembelajaran fiqih. Dalam sejarah Islam, Rasulullah SAW pun juga

menerapkan beberapa metode dalam upaya dakwah beliau. Salah satu metode

yang digunakan oleh Rasulullah SAW adalah metode demonstrasi. Rasulullah

SAW tidak jarang memperagakan materi dakwahnya.29 Bahkan keberadaan

metode demonstrasi sebagai metode dakwah dapat dikuatkan dari salah satu

hadits beliau yang berbunyi:

صلّو كما وأيتموىن : حلويرث ان النىب صل اهللا عليه وسلم قالوعن مالك ابن ا )رواه البخارى(اصلّى

“Dan dari Malik bin al-Hawairits: Sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda: shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat.” (H.R. Ahmad dan Bukhari)30

28 A.D. Rooljakers, Mengajar dengan Sukses, (Jakarta: Gramedia, 1989), hlm. 20. 29 Heri J.M., Fiqih Pendidikan, (Bandung: remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 230. 30 Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari Juz I, (Semarang:

Toha Putra, t.t), hlm. 155.

Page 36: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

24

Menurut Rooljakers, metode pembelajaran dapat mencapai hasil

pembelajaran yang maksimal asalkan memberikan ruang yang cukup leluasa

kepada peserta didik untuk melatih kemampuannya dalam berbagai macam

kegiatan. Istilah lainnya adalah adanya keseimbangan antara aspek teoritis dan

aspek praktis dalam pembelajaran atau sering juga disebut dengan belajar

sambil berbuat.31 Berdasarkan penjelasan tersebut dan disandarkan pada

pengertian dari demonstrasi, maka dapat disimpulkan bahwasanya metode

demonstrasi berpeluang untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran

secara maksimal.

Penerapan metode demonstrasi, terkait dengan proses pembelajaran

fiqih pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), tentu tidak dapat

dilepaskan dari materi-materi yang diajarkan. Karena tidak semua materi

pelajaran dapat dijelaskan dengan menggunakan metode demonstrasi. Hanya

materi yang berkaitan dengan gerakan atau perbuatan yang dapat dijelaskan

dengan menggunakan bantuan metode demonstrasi. Terkait dengan penerapan

metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih pada pendidikan tingkat

Sekolah Dasar dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kelas I semester gasal dengan materi mengenal tata cara bersuci

Penerapan metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan cara:

a. Guru mempersiapkan alat bantu atau alat peraga berupa poster bacaan

yang terdapat dalam proses thaharah

b. Guru menjelaskan terlebih dahulu teori thaharah

c. Guru kemudian membaca bacaan dalam thaharah dan disertai dengan

memperagakan cara-cara thaharah

d. Guru menginstruksikan peserta didik untuk menirukan bacaan dan

gerakan dalam thaharah

2. Kelas I semester genap dengan materi membiasakan thaharah

Penerapan metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan cara:

31 A.D. Rooljakers, op. cit., hlm. 21.

Page 37: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

25

a. Guru mengulas kembali tentang tata cara thaharah

b. Guru kembali memberikan contoh bacaan dan gerakan-gerakan dalam

thaharah

c. Guru menginstruksikan peserta didik untuk menirukan bacaan dan

gerakan dalam thaharah

d. Guru memberikan tugas kelompok untuk mempraktekkan materi yang

telah diberikan yang berhubungan dengan bacaan dan gerakan dalam

thaharah

3. Kelas II semester gasal dengan materi menghafal bacaan shalat

Penerapan metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan cara:

a. Guru mempersiapkan alat bantu atau alat peraga berupa poster bacaan

dan gerakan yang terdapat dalam shalat

b. Guru menjelaskan terlebih dahulu teori tentang shalat

c. Guru memberikan contoh bacaan shalat dengan disertai peragaan

gerakan yang sesuai dengan bacaan tersebut.

d. Guru menginstruksikan peserta didik untuk menirukan bacaan dan

gerakan dalam shalat

4. Kelas II semester genap dengan materi membiasakan shalat dengan tertib

Penerapan metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan cara:

a. Guru mengulas kembali tentang bacaan-bacaan dalam shalat

b. Guru memperagakan gerakan-gerakan dalam shalat secara urut

c. Guru menginstruksikan peserta didik untuk menirukan gerakan-

gerakan shalat secara urut

d. Guru memberikan tugas kelompok untuk mempraktekkan materi yang

telah diberikan yang berhubungan dengan bacaan dan gerakan dalam

shalat secara urut

5. Kelas III semester gasal dengan materi melaksanakan shalat dengan tertib

Penerapan metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan cara:

a. Guru menjelaskan perbedaan bacaan nyaring dan pelan dalam shalat

b. Guru memperagakan teori tersebut dalam shalat maghrib dan shalat

ashar sebanyak satu rakaat

Page 38: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

26

c. Guru menginstruksikan peserta didik untuk menirukan bacaan dan

gerakan yang telah diperagakannya

d. Guru memberikan tugas kelompok untuk mempraktekkan materi yang

telah diberikan yang berhubungan dengan bacaan yang nyaring dan

pelan dalam shalat

6. Kelas III semester genap dengan materi melakukan shalat fardlu

Penerapan metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan cara:

a. Guru mempersiapkan alat peraga berupa poster gerakan shalat secara

utuh dari takbirotul ihram hingga salam dan penataan ruang kelas

b. Guru menjelaskan secara teoritis tata cara pelaksanaan shalat fardlu

dari niat hingga salam

c. Guru kemudian memperagakan bacaan dan gerakan dalam shalat

fardlu dari niat hingga salam

d. Guru kemudian menginstruksikan peserta didik untuk menirukan

bacaan dan gerakan shalat fardlu yang telah diperagakan

e. Guru memberikan tugas kelompok untuk mempraktekkan materi yang

telah diberikan yang berhubungan dengan tata cara shalat fardlu secara

lengkap dari niat hingga salam

7. Kelas IV semester genap dengan materi dzikir dan do’a

Penerapan metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan cara:

a. Guru mempersiapkan alat peraga berupa poster yang berisikan tata

urutan dzikir setelah shalat

b. Guru menjelaskan secara teoritis tentang dzikir dan doa setelah shalat

c. Guru memperagakan dzikir secara urut

d. Guru menginstruksikan peserta didik untuk menirukan peragaannya

e. Guru memberikan tugas kelompok untuk mempraktekkan materi yang

telah diberikan yang berhubungan dengan tata urut dzikir setelah shalat

8. Kelas V semester gasal dengan materi adzan dan iqamah

Penerapan metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan cara:

a. Guru mempersiapkan alat peraga berupa poster yang berisikan urutan

lafadz dalam adzan dan iqamah

Page 39: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

27

b. Guru menjelaskan secara teoritis tentang adzan dan iqamah

c. Guru memperagakan adzan dan iqamah

d. Guru menginstruksikan peserta didik untuk menirukan peragaan adzan

dan iqamah

e. Guru memberikan tugas kelompok untuk mempraktekkan materi yang

telah diberikan yang berhubungan dengan adzan dan iqamah

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa pada materi fiqih tingkat sekolah dasar, penerapan metode demonstrasi

dapat dilaksanakan pada materi yang berhubungan dengan thaharah, shalat,

dzikir dan doa, dan adzan dan iqamah.

Page 40: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

28

BAB III

IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN

FIQIH BAB SHOLAT KELAS III SEMESTER GASAL DI SD N 02

NGROTO KECAMATAN GUBUG KABUPATEN GROBOGAN

A. Situasi Umum SD N 02 Ngroto

1. Sejarah Berdirinya SD N 02 Ngroto

Sekolah ramah anak adalah sekolah yang mengedepankan rasa

aman, nyaman dan mampu menciptakan suasana yang damai bagi setiap

warga sekolah terutama pada peserta didik tanpa adanya kekerasan. SD Negeri

2 Ngroto adalah sebuah sekolah yang terletak di desa Ngroto Kecamatan

Gubug Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Dengan lokasi yang jauh dari

keramaian kota mejadikan sekolah ini lebih tenang dalam melaksanakan

proses Kegiatan belajar mengaajar. Berbagai fasilitas baik fisik gedung, media

pembelajaran dan managemen sekolah yang teratur dapat meraih berbagai

prestasi dalam setiap event di tingkat Dabin, Kecamatan bahkan sampai ke

Kabupaten. Hal ini didukung dengan adanya staf yang hampir semua

berpredikat Sarjana (S1).

SD Negeri 2 Ngroto Gubug Grobogan merupakan lembaga

pendidikan yang bisa dikatakan relativ tua. Dimana ia telah berdiri sejak tahun

1982.

2. Letak Geografis

a. Letak Daerah

SD N 2 Ngroto Gubug Grobogan terletak di desa Ngroto

Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan

b. Batas Areal

Karena SD N 2 Ngroto Gubug Grobogan terbagi menjadi dua

bagian, yaitu bgian kantor, ruang kelas (1, 2, dan 6), serta gudang itu

terletak di sebelah utara jalan (gedung A) dan ruang kelas (3, 4, dan 5)

Page 41: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

29

terletak di sebelah selatan jalan (gedung B). Maka batas-batas

wilayahnya adalah :

Sebelah Timur : Gedung A berbatasan dengan SD N 1 Ngroto

dan gedung B berbatasan dengan pemukiman

penduduk

Sebelah Selatan : Gedung A berbatasan dengan jalan desa Ngroto

dan gedung B berbatasan dengan pemukiman

penduduk

Sebelah Barat : Gedung A berbatasan dengan pemukiman

penduduk dan gedung B berbatasan dengan

Lapangan Sepak Bola Ngroto

Sebelah Utara : Gedung A berbatasan dengan jalan desa Ngroto

dan gedung B berbatasan dengan jalan desa

Ngroto

c. Luas Wilayah

Luas yang dimiliki SD N 2 Ngroto Gubug Grobogan yaitu :

1.040 m2 dengan perincian sebagai berikut:

1) 886 m2 luas bangunan, yakni luas tanah yang di atasnya didirikan

bangunan ruang-ruang di SD N 2 Ngroto Gubug Grobogan.

2) 154 m2 luas halaman, yakni luas tanah yang tidak didirikan bangunan

di atasnya yang digunakan sebagai lapangan sekolah.

Page 42: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

30

3. Struktur Organisasi

STRUKTUR PERSONALIA TAHUN 2009/2010 SD NEGERI 2 NGROTO

KECAMATAN GUBUG KAB GROBOGAN

KEPALA SEKOLAH S. SUDEWO, S. Pd

GURU KELAS VI DWI LISTIYANI B.R.

GURU KELAS V AAS ASMANAH

GURU KELAS IV HARYANTI

GURU KELAS III ALI SODIKIN

GURU KELAS II TARMIYATI

GURU KELAS I TARMIYATI

GURU PAI Drs. TASMIAN

GURU PENJASKES -

PENJAGA SEKOLAH HARNOMO

Page 43: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

28

4. Sistem Pendidikan

Sistem pendidikan di SD Negeri 2 Ngroto yang berkualitas

dititikberatkan pada pembentukan watak dan pribadi yang mandiri dan

siap belajar di jenjang selanjutnya. Sehingga pembelajaran anak selalu

berprinsip pada konsep “the time of science” (waktu adalah ilmu), jadi

setiap kegiatan di sekolah merupakan ilmu, pengetahuan serta pengalaman

yang tidak sia-sia bagi siswa.

5. Visi dan Misi

Visi SD N 02 Ngroto Gubug Grobogan yaitu:

Terbentuknya peserta didik yang berkepribadian, berbudi pekerti,

berbudaya serta unggul dalam prestasi dengan dilandasi keimanan dan

ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sedangkan misi dari SD N 02 Ngroto Gubug Grobogan yaitu :

Melaksanakan proses pembelajaran yang terprogram dengan

menghasilkan aspek pengalaman, pengalaman yang mendidik secara luas,

utuh dan bulat serta terciptanya suasana sekolah yang kondusif.

Selain visi dan misi di atas, SD N 02 juga mempunyai motto yaitu :

“meniti ilmu, berbudi pekerti, meraih prestasi serta memajukan bangsa”.

6. Keadaan Guru dan Murid

a. Keadaan Guru

Tenaga didik dan karyawan yang bertugas di SD N 2 Ngroto

secara keseluruhan berjumlah 8 (delapan) orang. Yang terdiri dari

tujuh orang guru dan satu PTT (Pegawai Tidak Tetap). Dari jumlah

guru yang ada terdapat satu guru yang wiyata.

31

Page 44: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

32

Tabel I

Daftar Guru dan Karyawan SD N 2 Ngroto

Tahun Ajaran 2009/2010

No Nama/NIP L/

P

Tempat

Tgl. Lh.

Agama Ijazah

Tahun

Jabatan

1 S. Sudewo, S. Pd.

NIP 19551111 197701 1 002

L Salatiga

11 Nop. 1955

Kristen S.1

2001

Kep.Sek

2 Tarmiyati

NIP 19530617 197811 2 002

P Bantul

18 Juni 1953

Islam SPG

1973

Guru

Kelas

3 Drs. Tasmian

NIP 19560705 198201 1 005

L Grobogan

5 Juli 1956

Islam S.1

1991

GPAI

4 Dwi Listiyani Budi R.

NIP 19620414 198304 2 006

P Surakarta

14 April 1962

Islam D II

2000

Guru

Kelas

5 Haryanti

NIP 19540621 198304 2 001

P Sleman

21 Juni 1954

Islam D II

2000

Guru

Kelas

6 Aas Asmanah

Nip 19690825 200701 2 004

P Grobogan

25 Agt. 1969

Islam SPG

1998

Guru

Kelas

7 Ali Sodikin

NIK 051022008

L Grobogan

30 Mei 1984

Islam PGKS

D

2005

GTT

8 Harnomo

NIP -

L Grobogan

12 Nop. 1978

Islam MTs.

1992

PTT

Sumber : Laporan SD N 2Ngroto bulan Juli 2009

Page 45: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

33

b. Keadaan Murid

Jumlah murid SD N 2 Ngroto pada Tahun Ajaran 2009/2010

yaitu sebanyak 148 anak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

di bawah ini.

Tabel 2

Keadaan Murid SD N 2 Ngroto

Tahun Ajaran 2009/2010

No

Kelas

Banyak

Kelas

Murid

L P Jumlah

1 I 1 9 13 22

2 II 1 15 9 24

3 III 1 17 10 27

4 IV 1 18 12 30

5 V 1 13 9 22

6 VI 1 11 12 23

Jumlah 6 83 65 148

Sumber : Laporan SD N 2Ngroto bulan Juli 2009

7. Keadaan Sarana dan Prasarana

Dari penelitian yang dilakukan terdapat beberapa sarana prasarana

yang ada di SD N 2 Ngroto. Sarana dan prasarana tersebut yaitu :

i. Ruang pendidikan, yang berjumlah 6 kelas

ii. Ruang kantor/administrasi berjumlah 1 ruang

iii. Ruang barang/gudang berjumlah 1 yang berisikan perabot, serta

perpustakaan.

iv. Halaman sekolah yang berfungsi sebagai lapangan olahraga 1 lokal

Page 46: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

34

B. Implementasi Metode Demonstrasi dalam Pembelajran PAI Materi Salat

dengan Tertib di SD N 02 Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten

Grobogan

1. Gambaran Umum Materi Fiqih Bab Salat Kelas III SD N 02 Ngroto

Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan

Salat merupakan salah satu materi PAI yang diberikan kepada

siswa tingkat Sekolah Dasar (SD), termasuk di SD N 02 Ngroto

Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. Secara keseluruhan, materi fiqih

yang diberikan di SD N 02 Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten

Grobogan meliputi materi rukun Islam, thaharah (bersuci), salat, dzikir dan

do’a, adzan dan iqamat, puasa ramadlan, dan zakat.1

Pemberian materi salat di SD N 02 Ngroto Kecamatan Gubug

Kabupaten Grobogan tidak dilakukan secara langsung dan menyeluruh

pada satu level kelas tertentu namun dilakukan secara bertahap dalam

beberapa level kelas. Pemberian materi salat dilakukan sejak level SD

kelas II semester genap dengan materi awal menghafal bacaan salat.

Sedangkan materi akhir tentang salat diberikan pada level SD kelas IV

semester gasal dengan materi mengenal ketentuan-ketentuan dalam salat.

Secara lebih jelasnya, materi-materi fiqih yang diajarkan di SD N 02

Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan akan penulis paparkan

sebagai berikut:2

No Materi Kelas Semester

1 Menghafal bacaan-bacaan salat dan gerakan salat

II Gasal

2 Mempraktekkan gerakan-gerakan salat dengan benar

II Genap

3 Melaksanakan salat dengan tertib

III Gasal

4 Melaksanakan salat fardlu III Genap 5 Mengenal ketentuan- IV Gasal

1 KTSP PAI SD N 02 Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan tahun 2009 2 Dijabarkan oleh penulis berdasarkan KTSP PAI SD N 02 Ngroto Kecamatan Gubug

Kabupaten Grobogan tahun 2009

Page 47: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

35

ketentuan Allah yang berhubungan dengan salat seperti rukun salat, sunah salat, syarat sah dan syarat wajib salat, dan hal-hal yang membatalkan salat.

Sedikit melebar, sebelum adanya penyampaian materi tentang

salat, pada level kelas sebelumnya siswa diberikan materi tentang rukun

Islam dan thaharah (bersuci). Pemberian kedua materi tersebut sebelum

adanya materi salat tentu menjadi penanda bahwasanya pemberian materi

fiqih di SD N 02 Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan

bertujuan agar siswa mampu memahami bacaan dan gerakan salat

sehingga pada saat siswa telah menyelesaikan pendidikan di SD N 02

Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan mereka telah mampu

melaksanakan dan membiasakan melaksanakan salat fardlu secara baik

dan benar.

Kembali ke obyek penelitian, materi yang akan dijadikan sebagai

obyek penelitian ini adalah materi fiqih kelas III semester gasal yang isi

materinya adalah melaksanakan salat dengan tertib. Pemberian materi ini

dilakukan sebanyak 12 jam yang terbagi ke dalam enam pertemuan. Dalam

enam pertemuan tersebut guru menjelaskan seluruh materi yang

berhubungan dengan melaksanakan salat dengan tertib dengan klasifikasi

pertemuan dan materi ajar sebagai berikut:

Deskripsi Penyampaian Materi Fiqih Bab Salat Sub Bab Salat

Dengan Tertib Kelas III Semester Gasal SD N 02 Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan

No Pertemuan

ke- Alokasi waktu

Materi ajar

1 1 2x35 menit - Menjelaskan macam-macam bacaan pada salat; niat, takbirotul ikhram, ruku’, dan sebagainya

- Menjelaskan urutan bacaan pada salat

Page 48: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

36

- Menirukan bacaan pada salat 2 2 2x35 menit - Menjelaskan kembali bacaan-

bacaan pada salat - Menirukan kembali bacaan

pada salat 3 3 2x35 menit - Menjelaskan bacaan salat

yang dibaca nyaring dan dibaca pelan pada waktu salat fardlu

- Memberi contoh pada salat maghrib dan ashar

- Praktikum siswa 4 4 2x35 menit - Menjelaskan keserasian

gerakan dan bacaan dalam salat

- Menirukan gerakan dan bacaan salat

- Praktikum kelompok salat maghrib rakaat pertama dari niat sampai sujud

- Memberikan tugas rumah (PR)

5 5 2x35 menit - Menjelaskan gerakan takbir, rukuk, sujud, duduk takhiyat awal dan takhiyat akhir yang benar

- Mendemonstrasikan bacaan salat dan gerakan salat

- Membenarkan bacaan yang kurang benar

6 6 2x35 menit - Memberikan tes uji kompetensi

- Memandu aktifitas dan kegiatan siswa

2. Implementasi Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Materi Fiqih Bab

Salat SD N 2 Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang tidak dapat

dilepaskan dari adanya perencanaan dari guru pengajar. Hal inilah yang

kemudian dikenal dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Terkait dengan rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut, sebagaimana

Page 49: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

37

dijelaskan oleh Bapak Tasmi’an sebagai guru PAI, dapat penulis paparkan

sebagai berikut:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SD N 02 Ngroto Kec. Gubug Kab. Grobogan

Mata Pelajaran : PAI Kelas/Semester : III / Gasal Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Standar Kompetensi : Mengetahui dan memahami salat dengan

tertib Kompetensi Dasar : - Melafalkan bacaan salat

- Menampilkan keserasian gerakan salat dengan benar dan tertib

Indikator Pembelajaran : 1. Melakukan gerakan salat dengan benar

2. Menampilkan bacaan salat dengan benar

3. Mempraktekkan salat fardlu dengan benar

4. Menyebutkan rakaat dan waktu salat Tujuan Pembelajaran : Mampu menghafal bacaan shalat

dan menampilkan keserasian gerakan salat dengan benar dan tertib

Alokasi waktu 12 jam (6 x 2 jam pertemuan)

Materi Ajar : - Bacaan salat - Keserasian gerakan salat

Metode : Demonstrasi, praktek, dan pemberian tugas

Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Pertama3

Sebelum memulai pelajaran pada pertemuan pertama, guru PAI,

yakni Bapak Tasmi’an terlebih dahulu mengondisikan kelas agar tercipta

suasana pembelajaran yang kondusif. Langkah-langkah yang dilakukan

dalam mempersiapkan kelas belajar adalah sebagai berikut:

3 Hasil pemaparan pertemuan ketiga didasarkan dan dikembangkan oleh penulis

berdasarkan hasil observasi penulis pada tanggal 2 September 2009.

Page 50: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

38

a. Mengatur bangku kelas lebih menjorok ke belakang agar tercipta

ruangan yang agak luas untuk mendemonstrasikan materi. Siswa yang

bangkunya dimundurkan duduk dengan teman-teman lainnya dengan

satu bangku untuk tiga siswa. Bagan pengaturan bangku dapat penulis

gambarkan sebagai berikut:

Sebelum pengaturan sesudah pengaturan

…… dst

… dst

Keterangan:

A = Papan tulis

B = Meja guru

C-D-E-F = bangku siswa

b. Mempersiapkan alat bantu berupa poster posisi gerakan salat di papan

tulis.

Setelah kondisi kelas telah tertata dan alat Bantu berupa poster

telah terpasang, maka guru bersiap untuk memulai pelajaran. Kegiatan

awal dimulai dengan membaca do’a. Setelah berdo’a, guru mengajak

siswa untuk memusatkan perhatiannya ke poster yang telah terpasang di

papan tulis. Kemudian guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan

B A

C D E F

C D E F

C D E F

B A

C D E F

C D E F

C D E F

Page 51: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

39

yang berhubungan dengan poster yang dipasang. Guru memberikan

pertanyaan awal sebanyak empat buah dan bersifat kolektif. Pertanyaan-

pertanyaan tersebut adalah:

a. Apakah anak-anak tahu gerakan-gerakan dalam salat? Pertanyaan

tersebut dijawab secaraa koor oleh siswa dengan jawaban “sudah tahu,

Pak”. Setelah mendengar jawaban tersebut, kemudian guru

memberikan pertanyaan yang kedua.

b. Apakah gerakan yang dilakukan dalam poster ini? (sambil menunjuk

gambar poster yang berupa posisi orang sedang takbirotul ihram).

Pertanyaan tersebut dijawab secara bersama-sama oleh siswa dengan

jawaban “takbirotul ihram, Pak”. Guru pun membenarkan jawaban dari

para siswa.

c. Apakah gerakan yang dilakukan dalam poster ini? (sambil menunjuk

gambar poster yang berupa posisi orang sedang ruku’). Pertanyaan

tersebut dijawab secara bersama-sama oleh siswa dengan jawaban

“gerakan ruku’, Pak”. Guru pun membenarkan jawaban dari para

siswa.

d. Apakah gerakan yang dilakukan dalam poster ini? (sambil menunjuk

gambar poster yang berupa posisi orang sedang sujud). Pertanyaan

tersebut dijawab secara bersama-sama oleh siswa dengan jawaban

“gerakan sujud, Pak”. Guru pun membenarkan jawaban dari para

siswa.

Setelah memberikan pertanyaan sebagai apersepsi, guru kemudian

menjelaskan tentang bacaan-bacaan yang dibaca dalam salat, mulai dari

takbirotul ihram sampai pada sujud. Untuk mempermudah penerimaan

siswa, guru menggunakan alat bantu peraga berupa poster yang terdapat

tulisan bacaan-bacaan dalam salat. Dalam memberikan penjelasan

tersebut, guru melibatkan siswa untuk ikut mendemonstrasikan bacaan-

bacaan dalam salat. Caranya adalah guru yang memulai pertama membaca

bacaan-bacaan dalam salat, kemudian diikuti oleh siswa. Agar siswa lebih

Page 52: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

40

mudah memahami, guru juga mendemonstrasikan gerakan-gerakan yang

dilakukan dalam salat sesuai dengan bacaan yang dibaca.

Usai menjelaskan secara keseluruhan materi ajar pada pertemuan

pertama, kemudian guru memberikan pertanyaan lisan kepada siswa.

Pertanyaan yang diberikan terkait dengan bacaan-bacaan salat yang telah

diberikan, yakni berupa bacaan setelah takbirotul ihram, bacaan saat ruku’,

bacaan saat sujud, dan bacaan duduk di antara dua sujud. Setelah itu,

kemudian guru mengajak siswa untuk merefleksikan proses pembelajaran

secara keseluruhan, khususnya terkait dengan penerimaan dan

pemahamanan siswa tentang materi yang telah diberikan. Kemudian,

setelah refleksi, pertemuan pertama berakhir dan diakhiri dengan doa

bersama dan salam penutup oleh guru.

Pertemuan Pertama Alokasi Waktu

1.

Kegiatan Awal

5 menit - Salam, berdo’a, membaca surat pendek pilihan - Memberi pertanyaan berkaitan dengan materi yang

akan diajarkan 2.

Kegiatan Inti 55 menit

- Menjelaskan bacaan-bacaan dalam shalat - Memperagakan bacaan-bacaan dalam shalat

3 Kegiatan Akhir

10 menit - Siswa dikelompokkan ke dalam empat kelompok

untuk membaca bacaan salat per rekaat - Berdo’a akhir pelajaran, salam

Sumber dan Bahan : Buku Pelajaran PAI Kelas III : Modul dan poster posisi salat Penilaian : Tes lisan : Tes praktek

Page 53: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

41

Pertemuan Kedua4

Pertemuan kedua masih merupakan kelanjutan dari pertemuan

pertama. Disebut kelanjutan karena pada pertemuan kedua, guru PAI

mengulang kembali materi yang telah disampaikan pada pertemuan

pertama. Pada pertemuan ini tidak diberlakukan pengaturan bangku karena

lebih cenderung pada pendalaman materi yang telah disampaikan pada

pertemuan pertama. Pertemuan kedua langsung dimulai dengan

memberikan pertanyaan pembuka yang berhubungan dengan materi yang

telah disampaikan pada pertemuan pertama. Jumlah pertanyaan yang

diberikan sebanyak dua pertanyaan, yakni:

a. Bacaan “subhana rabbiyal a’la wa bihamdihi” adalah bacaan salat yang

dibaca pada saat apa? Kemudian, pertanyaan tersebut dijawab secara

koor oleh siswa dengan jawaban “sujud”. Guru membenarkan jawaban

dari para siswa.

b. Bacaan yang dibaca setelah ruku’ juga disebut dengan bacaan apa?

Kemudian pertanyaan tersebut dijawab secara koor oleh siswa dengan

jawaban “bacaan i’tidal”. Guru membenarkan jawaban tersebut.

Setelah memberikan pertanyaan, kemudian guru memulai materi

pendalaman. Proses pendalaman materi ini diawali dengan penjelasan

ulang guru kepada para siswa tentang materi bacaan-bacaan salat seperti

yang telah disampaikan pada pertemuan pertama. Kemudian para siswa

diinstruksikan untuk menirukan bacaan-bacaan salat yang dibaca oleh

guru. Hal itu dilakukan sebanyak dua kali. Setelah itu, guru kemudian

berdiri di depan kelas bagian tengah dan mendemonstrasikan gerakan-

gerakan salat, para siswa ditugaskan untuk membaca bacaan salat sesuai

dengan gerakan yang didemonstrasikan oleh guru. Demonstrasi gerakan

salat dilakukan oleh guru secara acak dan tidak berurutan. Gerakan-

gerakan yang didemonstrasikan oleh guru adalah sebagai berikut:

a. Gerakan ruku’

4 Hasil pemaparan pertemuan ketiga didasarkan dan dikembangkan oleh penulis

berdasarkan hasil observasi penulis pada tanggal 2 September 2009.

Page 54: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

42

b. Gerakan duduk di antara dua sujud

c. Gerakan takbirotul ihram

d. Gerakan setelah ruku’

e. Gerakan sujud

Kemudian setelah selesai, guru kemudian memanggil lima orang

siswa untuk maju ke depan dan melafadzkan bacaan salat sesuai dengan

instruksi dari guru. Proses ini dilakukan sebanyak empat kali. Kemudian

sebelum mengakhiri pertemuan, guru menginstruksikan para siswa untuk

membaca bacaan salat secara bersama-sama dari takbirotul ihram hingga

duduk di antara dua sujud. Pertemuan kedua kemudian di akhiri dengan

membaca doa dan salam oleh guru.

Pertemuan Kedua Alokasi Waktu

1.

Kegiatan Awal

5 menit - Salam, berdo’a, membaca surat pendek pilihan - Memberi pertanyaan berkaitan dengan materi yang

telah diajarkan 2.

Kegiatan Inti

55 menit

- Menjelaskan bacaan-bacaan dan gerakan dalam shalat

- Memperagakan bacaan-bacaan dan gerakan dalam shalat

3 Kegiatan Akhir

10 menit - Siswa dikelompokkan ke dalam empat kelompok

untuk membaca bacaan salat per rekaat - Berdo’a akhir pelajaran, salam

Sumber dan Bahan : Buku Pelajaran PAI Kelas III : Modul dan poster bacaan dan gerakan

salat Penilaian : Tes lisan : Tes praktek

Page 55: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

43

Pertemuan Ketiga5

Pertemuan ketiga hampir memiliki kesamaan dengan pertemuan

pertama, yakni adanya tata ruang kelas dengan memundurkan bangku

deret depan. Pada kegiatan pertemuan ketiga ini, guru kelas memberikan

demonstrasi tentang bacaan yang dibaca keras dan pelan dalam salat

fardlu. Demonstrasi tersebut terkait dengan cara membaca pelan dan keras

yang sebelumnya didahului dengan penjelasan batasan membaca keras dan

pelan bacaan salat. Bacaan salat keras dibaca dengan batasan dapat

didengar oleh orang yang menjadi makmum (jika salat berjamaah).

Sedangkan pada salat asar bacaan dibaca pelan dan hanya didengar oleh

orang yang membacanya, meskipun dalam salat berjamaah. Namun jika

salat maghrib dilaksanakan sendiri, maka bacaan yang tadinya keras harus

dibaca pelan.

Untuk memudahkan demonstrasi tersebut, guru mengajak beberapa

siswa untuk ikut terlibat sebagai makmum. Pada demonstrasi pertama,

guru mendemonstrasikan cara membaca bacaan-bacaan salat yang harus

nyaring pada saat salat maghrib secara berjamaah. Kemudian, guru

mendemonstrasikan juga bacaan salat ketika salat ashar berjamaah. Setelah

mendemonstrasikan bacaan salat yang keras dan pelan dalam salat

maghrib dan ashar yang dilaksanakan secara berjamaah, kemudian guru

juga memberikan demonstrasi bacaan salat pada salat maghrib dan ashar

jika dilaksanakan secara individu (sendirian atau tidak berjamaah).

Setelah melakukan demonstrasi, kemudian guru mengulang

kembali penjelasan yang telah disampaikan pada awal pertemuan ketiga.

Pengulangan kembali tentang materi awal pertemuan ketiga dilakukan

dengan memberikan selingan pertanyaan ringan kepada siswa. Langkah

selanjutnya dalam pertemuan ketiga adalah memberikan tugas praktek

kepada siswa secara berkelompok. Guru membagi siswa dalam lima

5 Hasil pemaparan pertemuan ketiga didasarkan dan dikembangkan oleh penulis

berdasarkan hasil observasi penulis pada tanggal 9 September 2009.

Page 56: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

44

kelompok dengan tiga kelompok masing-masing beranggotakan lima

siswa dan dua kelompok lainnya beranggotakan enam siswa.

Pada saat praktek kelompok, secara keseluruhan kelompok dapat

mempraktekkan apa yang telah didemonstrasikan oleh guru PAI. Meski

berjalan lancar, ada sedikit “gangguan” dalam pelaksanaan berupa

keributan yang ditimbulkan oleh siswa. Namun begitu, siswa dapat

menirukan kembali apa yang telah didemonstrasikan oleh guru walaupun

masih ada unsur mengikuti gerakan teman lainnya.

Pertemuan Ketiga Alokasi Waktu

1.

Kegiatan Awal

5 menit - Salam, berdo’a, membaca surat pendek pilihan - Memberi pertanyaan berkaitan dengan materi yang

akan diajarkan 2.

Kegiatan Inti

45 menit

- Menjelaskan bacaan salat yang dibaca nyaring dan pelan

- Memberi contoh pada salat maghrib dan ashar

3 Kegiatan Akhir

20 menit - Siswa dikelompokkan ke dalam empat kelompok

untuk membaca bacaan salat per rekaat - Berdo’a akhir pelajaran, salam

Sumber dan Bahan : Buku Pelajaran PAI Kelas III : Modul dan poster posisi salat Penilaian : Tes lisan : Tes praktek

Page 57: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

45

Pertemuan Keempat6

Pada pertemuan keempat, guru memberikan demonstrasi tentang

shalat maghrib pada rakaat pertama. Demonstrasi yang dilakukan oleh

guru PAI meliputi seluruh gerakan dan bacaan yang ada dalam rakaat

pertama salat maghrib. Saat melakukan demonstrasi, guru PAI meminta

beberapa siswa untuk maju ke depan untuk membantu demonstrasi sebagai

makmum karena yang didemonstrasikan pertama kali adalah salat maghrib

berjamaah. Sedangkan demonstrasi berikutnya adalah demonstrasi salat

maghrib rakaat pertama jika salat dilakukan secara sendirian.

Di sela peralihan demonstrasi salat maghrib berjamaah ke salat

maghrib yang dilaksanakan sendirian, guru memanggil beberapa siswa

maju ke depan kelas untuk menirukan gerakan salat yang

didemonstrasikannya. Demikian juga setelah demonstrasi salat maghrib

secara sendirian, guru juga mengajak beberapa siswa untuk meniru secara

langsung demonstrasi yang diperagakannya.

Pada akhir pertemuan, guru memberikan tugas rumah berupa

pertanyaan seputar materi yang telah diajarkan. Pertanyaan-pertanyaan

yang dijadikan tugas rumah tersebut adalah sebagai berikut:

1) Tuliskan niat salat maghrib!

2) Jelaskan waktunya bacaan salat dibaca dengan keras dan pelan!

3) Gerakan apa yang dilakukan setelah ruku’?

4) Tuliskan bacaan pada saat ruku’ dan sujud!

5) Pada salat maghrib yang dilakukan secara berjamaah, pada rakaat

berapa bacaan surat al-fatihah dibaca secara pelan?7

6 Hasil pemaparan pertemuan ketiga didasarkan dan dikembangkan oleh penulis

berdasarkan hasil observasi penulis pada tanggal 4 Oktober 2009 7 Hasil pemaparan pertemuan ketiga didasarkan dan dikembangkan oleh penulis

berdasarkan hasil observasi penulis pada tanggal 11 Oktober 2009.

Page 58: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

46

Pertemuan Keempat Alokasi Waktu

1.

Kegiatan Awal

5 menit - Salam, berdo’a, membaca surat pendek pilihan - Apersepsi mengulang pelajaran yang lalu tentang

bacaan salat 2.

Kegiatan Inti

55 menit

- Menjelaskan keserasian gerakan dan bacaannya - Menirukan gerakan dan bacaan salat

- Mempraktekkan perkelompok, salat maghrib mulai niat hingga sujud, pada rakaat pertama

3 Kegiatan Akhir 10 menit - Memberi tugas PR tertulis

- Berdo’a, akhiri pelajaran, salam

Sumber dan Bahan : Buku Pelajaran PAI Kelas III : ModulPenilaian : Tes praktek :

Pertemuan Kelima8

Sama seperti pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, guru juga

memberikan demonstrasi salat maghrib secara utuh dari niat hingga salam.

Pada saat demonstrasi, guru juga melibatkan siswa untuk menjadi

makmum. Setelah mendemonstrasikan gerakan salat, guru kemudian

menggilir dua orang siswa untuk menirukan gerakan yang telah

didemonstrasikan tersebut.

Setelah materi ajar tentang salat dengan tertib disampaikan secara

menyeluruh oleh guru PAI, maka pada pertemuan berikutnya guru

memberikan tes praktek kepada para siswa. Dalam tes praktek ini, siswa

dibagi ke dalam 13 kelompok di mana masing-masing kelompok terdiri

8 Hasil pemaparan pertemuan ketiga didasarkan dan dikembangkan oleh penulis

berdasarkan hasil observasi penulis pada tanggal 18 Oktober 2009.

Page 59: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

47

atas dua orang, kecuali kelompok ke-13 yang terdiri dari tiga orang.

Pelaksanaan praktek dilakukan secara bergilir. Jadi dalam satu kelompok,

anggota kelompok secara bergantian praktek menjadi imam dan makmum.

Hasil praktek – sesuai dengan pengamatan penulis – menunjukkan

bahwa siswa secara umum mampu memahami bacaan salat sekaligus juga

menselaraskan bacaan dengan gerakan salat. Kalaupun ada kekurangan,

hal itu terletak pada beberapa siswa yang kurang lancer dalam membaca

bacaan salat, khususnya bacaan takhiyat awal dan takhiyat akhir.

Sedangkan dalam lingkup gerakan salat, seluruh siswa telah mampu

mempraktekkan gerakan salah secara urut dan tertib.

Pertemuan Kelima Alokasi Waktu

1.

Kegiatan Awal

5 menit - Salam, berdo’a, membaca surat pendek pilihan - Apersepsi: bertanya kepada para siswa tentang

pelajaran minggu lalu 2.

Kegiatan Inti

55 menit

- Mendemonstrasikan bacaan salat dan gerakan salat - Membenarkan bacaan yang kurang benar

- Menjelaskan gerakan takbir rukuk, sujud, duduk takhiyat awal dan takhiyat akhir

3 Kegiatan Akhir

10 menit - Menjelaskan kembali bacaan dan gerakan salat yang

benar dan tertib - Berdo’a, akhiri pelajaran, salam

Sumber dan Bahan : Buku Pelajaran PAI Kelas III : Modul Penilaian : Tes praktek :

Page 60: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

48

Pertemuan Keenam9

Pertemuan keenam adalah pertemuan terakhir dan merupakan

pertemuan yang digunakan untuk melakukan uji kompetensi terhadap hasil

belajar peserta didik. Uji kompetensi tersebut dilakukan dengan

memberikan soal kepada peserta didik. Soal yang diberikan berbentuk

pertanyaan esai dan uraian. Soal yang berbentuk esai diberikan sebanyak

20 soal sedangkan soal uraian diberikan sebanyak 10 soal.

Penilaian uji kompetensi dilakukan oleh guru PAI dan hasil

penilaian baru diberikan dua hari setelah uji kompetensi. Nilai yang

diperoleh peserta didik menunjukkan bahwasanya dominasi nilai yang

baik masih menjadi milik siswa yang berkemampuan lebih. Sedangkan

siswa yang berkemampuan rendah masih berkisar pada nilai maksimal 6,5.

9 Hasil pemaparan pertemuan ketiga didasarkan dan dikembangkan oleh penulis

berdasarkan hasil observasi penulis pada tanggal 25 Oktober 2009

Page 61: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

49

BAB IV

ANALISIS

IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN

MATERI FIQIH BAB SALAT DI SDN 2 NGROTO KECAMATAN

GUBUG KABUPATEN GROBOGAN

A. Analisis Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan sebuah proses yang bertujuan

dasar untuk melakukan perubahan terhadap jiwa seseorang melalui

transformasi keilmuan.1 Adanya perpindahan ilmu pengetahuan kepada siswa,

sehingga memunculkan proses mengetahui dari ketidaktahuan dan berlanjut

pada proses memahami dari ketidakpahaman akan menjadi dasar siswa dalam

menentukan sikap dan perilaku dalam kehidupan mereka.

Terkait dengan proses belajar mengajar materi fiqih di SDN Ngroto 2

yang menggunakan metode demonstrasi, maka dapat dijelaskan bahwasanya

proses belajar mengajar tersebut memiliki tujuan untuk mempermudah

pemindahan (transfer) keilmuan dari aspek teoritis wacana ke dalam aspek

kognitif dan psikomotorik melalui maksimalisasi aspek afektif. Maksudnya

adalah bahwasanya dengan penerapan metode demonstrasi, siswa akan dapat

lebih cepat memahami materi ajar. Pada implementasi metode demonstrasi

dalam pembelajaran materi ajar fiqih bab salat, guru menerapkan tahapan

sebagai berikut:

1) Pemberian wacana teoritis

2) Demonstrasi oleh guru

3) Demonstrasi oleh siswa

4) Evaluasi dengan memberikan tugas rumah dan praktikum

Berdasarkan penjelasan di atas, maka jelas sekali bahwasanya proses

belajar mengajar materi fiqih di SDN Ngroto 2 melalui metode demonstrasi

diawali dengan pemberian wacana secara teoritis. Hal ini menurut penulis

1 Shalih Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, al-Tarbiyah wa al-Thariqa al-Tadris,

Mesir: Daar Ma’arif, t.th., hlm. 19

Page 62: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

50

merupakan langkah yang tepat karena wacana tersebut akan menjadi bekal

awal kognitif anak sebelum menerima pengetahuan yang lebih jauh lagi.

Sehingga pada saat demonstrasi dilakukan oleh guru, anak tidak akan hampa

wacana.

Salah satu contoh adalah bagaimana guru terlebih dahulu memberikan

wacana tentang batasan bacaan salat yang dibaca dengan keras dan pelan

kepada siswa sebelum kemudian guru mendemonstrasikan materi tersebut

kepada siswa. Atau pada materi gerakan-gerakan salat yang didahului dengan

penjabaran teoritis oleh guru tentang tata urut gerakan dalam salat. Dengan

adanya materi secara teoritis terlebih dahulu, otomatis siswa akan memperoleh

gambaran awal tentang bacaan maupun gerakan salat yang akan dipelajari

dengan bantuan metode demonstrasi. Dengan begitu, siswa akan lebih mudah

mencerna dan menerima materi ajar yang diberikan oleh guru PAI.

Melihat penerapan metode demonstrasi dalam PBM materi fiqih di

atas, menurut penulis memiliki relevansi dengan dua fungsi dari pembelajaran

PAI, yakni fungsi pengembangan dan penyaluran.2 Maksud dari fungsi

pengembangan adalah dengan menggunakan metode demonstrasi anak lebih

dapat berkembang kemampuan pemahaman secara kognitif terkait dengan

materi yang diberikan. Maksud dari fungsi penyaluran adalah dengan adanya

metode demonstrasi, anak akan dapat memiliki kemampuan untuk melakukan

sesuatu perilaku belajar. Hal ini tidak berlebihan karena melalui metode

demonstrasi, anak dapat dikembangkan bakatnya, baik dalam menulis,

membaca, maupun perilakunya sehingga akan memberikan manfaat dalam

ranah praktek bakat mereka.

Dengan demikian dapat diketahui bahwasanya penerapan metode

demonstrasi dalam PBM materi fiqih di SDN Ngroto 2 tidak hanya memiliki

fungsi pengembangan dan penyaluran semata namun juga dapat menjadikan

anak mengetahui wawasan dalam konteks teori dan praktek. Sehingga tujuan

utama pembelajaran fiqih akan lebih mudah diwujudkan, yakni membentuk

2 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2001),

cet. III, hlm. 103

Page 63: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

51

manusia yang iman dan taqwa dan menurut ajaran Islam. Kadang-kadang ada

juga yang menyebut semua itu dengan “keutamaan akhlakul karimah”.3

Meskipun secara teoritis memiliki kesesuaian dengan tujuan PAI,

namun jika melihat dari proses praktikum, menurut penulis masih kurang

maksimal. Kekurangmaksimalan tersebut terdapat pada pola pengelompokan

yang digunakan oleh guru PAI. Pengelompokan yang dilakukan oleh guru PAI

cenderung berdasar pada asas acak (random). Maksudnya adalah dalam

menentukan kelompok, guru kurang memperhatikan heterogenitas

kemampuan peserta didik. Bahkan guru hanya menentukan kelompok

berdasarkan deret bangku dari siswa.

Model pengelompokan tersebut tentu tidak menyalahi tata aturan

pengelompokan karena tidak adanya ketentuan yang bersifat resmi dalam

dunia pendidikan tentang pengelompokan siswa dalam proses belajar

mengajar. Akan tetapi jika mengacu pada tujuan yang ingin dicapai dalam

proses pembelajaran, maka model pengelompokan yang dilakukan oleh guru

PAI SD N 02 Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan kurang dapat

mendukung tercapainya pemahaman materi ajar secara merata bagi semua

siswa. Terlebih lagi dalam proses belajar mengajar, tugas yang diberikan

kelompok dikerjakan secara bersama-sama sehingga sulit membedakan tingkat

pemahaman setiap siswa. Hal ini penulis ketahui sendiri manakala

memperhatikan praktek yang dilakukan oleh para siswa. Siswa yang memiliki

kemampuan kurang cenderung hanya mengikuti ucapan dan gerakan dari

siswa yang memiliki kemampuan tinggi. Keadaan ini tentu akan

mempengaruhi hasil siswa pada saat evaluasi akhir.

Memang pada evaluasi yang dilakukan pada setiap pertemuan secara

global siswa telah mampu menunjukkan hasil yang “dapat” dianggap sebagai

hasil yang positif. Namun kenyataannya pada saat evaluasi akhir, kelemahan

dalam penerapan metode demonstrasi terlihat dengan adanya dominasi siswa

yang berkemampuan lebih dan hasil “evaluasi” pada setiap pertemuan yang

3 Muhammad Zein, Methodologi pengajaran Agama, (Yogyakarta: AK Group dan Indra

Buana, 1995), cet. VIII, hlm. 166

Page 64: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

52

dianggap “menggembirakan” terkesan kontra dengan hasil yang diperoleh

siswa yang berkemampuan rendah.

Padahal jika mengamati proses evaluasi PBM di SDN Ngroto 2,

menurut penulis memang evaluasi PBM lebih dipusatkan pada obyek siswa.

Maksudnya adalah evaluasi (penilaian) berhasil atau tidaknya suatu proses

pembelajaran tergantung dari tingkat pemahaman siswa. Hal ini, menurut

penulis sangat tepat dibandingkan dengan evaluasi yang terpusat pada teknik

penerapan. Karena dengan adanya evaluasi yang berpusat pada siswa (student

centre) akan lebih dapat menjadi ukuran keberhasilan dari proses

pembelajaran. Hal ini tidak berlebihan jika disandarkan kembali pada hakekat

pembelajaran itu sendiri. Menurut M. Arifin, sebagimana dikutip dalam

Ramayulis,4 belajar adalah suatu kegiatan anak didik dalam menerima,

menanggapi serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh

pengajar, yang berakhir pada kemampuan untuk menguasai bahan pelajaran

yang disajikan itu. Pengertian ini menunjukkan bahwasanya tujuan akhir

pembelajaran adalah penguasaan bahan belajar oleh siswa.

Secara proses, model evaluasi yang dilaksanakan sudah ideal untuk

mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa. Namun jika melihat hasil dari

evaluasi yang menunjukkan bahwa belum beranjaknya nilai dari siswa yang

berkemampuan rendah dan dominasi siswa berkemampuan tinggi, maka akan

muncul sebuah asumsi adanya kekurangtepatan dalam penerapan metode

demonstrasi.

Sebenarnya masalah di atas (kontradiksi hasil evaluasi pada setiap

pertemuan dengan evaluasi akhir pertemuan) dapat diatasi dengan jalan guru

lebih memusatkan pada peranan siswa yang berkemampuan kurang dalam

setiap kelompok sebagai wakil kelompok pada kegiatan praktek kelompok.

Apabila ini dilaksanakan, maka bisa jadi siswa yang berkemampuan kurang

akan lebih memiliki rasa tanggung jawab dan tidak hanya mengikuti ucapan

dan gerakan dari siswa yang berkemampuan lebih. Model evaluasi yang

4 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2001),

cet. III, hlm. 76

Page 65: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

53

dipusatkan pada siswa yang berkemampuan kurang pada setiap pertemuan,

menurut penulis juga merupakan sebuah keniscayaan dalam proses

pembelajaran. Terlebih lagi, masih menurut penulis, model pemusatan pada

siswa yang berkemampuan kurang akan lebih berpeluang untuk menciptakan

keberhasilan belajar secara merata atau dalam istilah lain pemerataan

pengetahuan. Selain itu, dengan pemusatan pada siswa yang berkemampuan

rendah, akan menimbulkan motivasi bagi siswa tersebut untuk dapat

menguasai materi ajar sehingga nantinya pada evaluasi akhir semester – yang

ujiannya merupakan ujian tertulis – siswa dengan kemampuan rendah telah

berubah menjadi siswa yang mampu memahami dan menguasai materi ajar.

Dengan demikian, akan diperoleh hasil belajar yang bagus dan merata pada

siswa.

Dengan demikian siswa yang berkemampuan kurang atau rendah akan

memiliki kesempatan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan

penguasaan materi pelajaran yang diterimanya, baik ketika dilakukan evaluasi

pada tiap pertemuan maupun evaluasi akhir.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwasanya

implementasi metode demonstrasi pada pembelajaran materi fiqih bab shalat

masih hanya terbatas pada konsep dasar dari metode demonstrasi itu sendiri.

Maksudnya adalah implementasi metode demonstrasi masih hanya sebatas

pada pelaksanaan semata dan belum menyentuh aspek-aspek lain yang

sebenarnya dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu metode.

Aspek yang kurang diperhatikan pada permasalahan yang diteliti dalam

penelitian ini adalah aspek kemampuan siswa.

Secara pelaksanaannya, implementasi metode demonstrasi dalam

pembelajaran materi fiqih bab shalat telah memiliki kesesuaian dengan

prosedur pelaksanaan demonstrasi. Kesesuaian tersebut terlihat dari langkah-

langkah persiapan yang dilakukan oleh guru, peragaan oleh guru yang

kemudian diikuti oleh siswa, hingga penilaian melalui praktikum kelompok

telah dilaksanakan oleh guru PAI. Akan tetapi jika dikaji dalam konteks

hubungan kondisi siswa dengan pola kelompok, maka implementasi metode

Page 66: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

54

demonstrasi dalam pembelajaran materi fiqih bab shalat di SD N 02 Ngroto

Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan masih kurang memperhatikan aspek

kemampuan siswa.

B. Relevansi Implementasi Metode Demonstrasi dengan Tujuan

Pembelajaran

Sekolah Dasar merupakan tingkat kependidikan awal yang menjadi

dasar bagi kelangsungan dan keberhasilan tingkat pendidikan yang lebih

tinggi. Oleh karenanya, proses pembelajaran pada tingkat pendidikan dasar

seharusnya dilaksanakan secara maksimal. Tanpa adanya maksimalisasi

pembelajaran tingkat pendidikan dasar, dikhawatirkan akan berdampak kurang

baik bagi siswa di tingkat pendidikan yang lebih tinggi nantinya. Kegagalan

pendidikan tingkat dasar akan menjadikan siswa mengalami kesulitan untuk

mengembangkan kemampuan pendidikannya di tingkat yang lebih tinggi.

Sebaliknya, keberhasilan dalam pendidikan tingkat dasar akan dapat

menjadikan siswa mudah dalam menyambut dan memahami materi

pembelajaran di tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Mendidik siswa yang sedang dalam fase anak-anak memang tidaklah

sama dengan mendidik siswa yang telah berada di jenjang fase yang lebih

tinggi (fase remaja). Hal itu dikarenakan adanya perbedaan karakter psikologi

yang berdampak pada perilaku mereka.

Fase anak-anak adalah fase ketiga yang dilalui manusia setelah mereka

terlahir ke dunia. Fase ini merupakan lanjutan dari fase kanak-kanak dan

hampir memiliki kemiripan karakter dengan fase kanak-kanak. Kemiripan

tersebut terletak pada kebiasaan bermain, sedangkan perbedaan yang

mencolok adalah berkembangnya aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.5

5 Fase pertama dan kedua adalah fase bayi dan fase kanak-kanak. Untuk lebih jelasnya

mengenai kedua fase ini serta fase anak-anak dapat dilihat dalam F.J. Monks, dkk., Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, hasil penerjemahan, penyesuaian, dan penulisan kembali oleh F.J. Monks, A.M.P. Knoers, dan Siti Rahayu Haditono (F.J. Monks, dkk) dari buku asli Ontwikkelings Psychologie Inleiding tot de Verschillende Deelgebieden karya F.J. Monks, A.M.P. Knoers Dekker, dan Van de Vegt, (Yogyakarta: UGM Press, 2004), Cet. Ke-15, hlm. 251; Desmita, Psikologi Perkembangan., (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 179; Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. Ke-3, hlm. 7.

Page 67: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

55

Berdasar pada karakteristik yang dimiliki anak-anak, maka sangat jelas

bahwasanya seluruh elemen proses pembelajaran, khususnya metode

penyampaian materi, terhadap mereka haruslah memiliki kesesuaian dengan

karakter mereka. Tidak adanya kesesuaian antara metode dengan karakteristik

akan dapat memberikan dampak negatif dengan kurang maksimalnya hasil

pembelajaran yang dicapai.

Salah satu dari dua materi pembelajaran yang tidak dapat dianggap

enteng dalam proses pembelajaran siswa usia pendidikan dasar adalah

Pendidikan Agama Islam (PAI)6, khususnya materi fiqih. Materi ini tidak

dapat dianggap enteng karena materi fiqih merupakan materi pembelajaran

yang dapat membentuk moralitas dan religiusitas siswa Sekolah Dasar. Hal ini

tidak berlebihan karena dalam materi fiqih terkandung materi yang

berhubungan dengan pelaksanaan syari’at Islam dalam konteks ibadah

maupun muamalah. Sehingga kegagalan dalam pembelajaran materi fiqih

bukan hanya akan menyebabkan kegagalan dalam proses pendidikan semata

namun juga akan menimbulkan problematika religiusitas siswa didik dalam

hidup dan kehidupannya.7

Oleh karena memiliki posisi penting dalam perkembangan diri siswa,

maka metode yang digunakan dalam pembelajaran fiqih haruslah tepat dan

sesuai dengan obyek materi pembelajaran dan obyek siswa belajarnya.

Menurut penulis, salah satu metode yang relevan dengan obyek materi

pembelajaran dan obyek siswa belajar dalam proses pembelajaran fiqih tingkat

Sekolah Dasar adalah metode demonstrasi.

Untuk mempermudah proses pembelajaran dan keberhasilan

pemahaman dalam teoritis dan prakteknya, maka perlu diberikan contoh-

contoh tata cara melakukan atau mengerjakan kepada siswa dalam proses

6 Satu materi pembelajaran lainnya adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Akan

tetapi jika dibuat perbandingan, maka materi PAI lebih utama dan penting karena lebih terfokus pada moralitas religiusitas sedangkan PKn cenderung pada moralitas bervisi nasionalisme.

7 Hal ini berkaitan erat dengan tujuan dan fungsi pembelajaran PAI itu sendiri. Secara lebih jelas mengenai tujuan pembelajaran PAI dapat dilihat dalam Muhammad Abdul Qadir dkk., loc. cit. Sedangkan terkait dengan fungsi pembelajaran PAI dapat dilihat dalam Ramayulis, “Metodologi Pengajaran Agama Islam”, loc. cit.

Page 68: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

56

pembelajaran materi fiqih bab salat. Hal ini tidak berlebihan karena pada

dasarnya materi-materi ajar yang terkandung dalam materi fiqih akan berakhir

pada tujuan adanya kemauan dan kemampuan siswa untuk melakukan atau

mempraktekkan materi ajar dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan adanya tujuan akhir tersebut, maka sangat jelas bahwasanya

dengan adanya penggunaan metode demonstrasi, siswa akan lebih dapat

memahami materi ajar sehingga akan semakin memupuk pengetahuan siswa

akan ketentuan bacaan dan gerakan dalam salat.

Selain karena kesesuaian dengan tujuan akhir dari materi ajar fiqih

tentang pemahaman bacaan dan gerakan salat, penerapan metode demonstrasi

juga memiliki kesesuaian dengan kondisi perkembangan psikologi siswa usia

Sekolah Dasar. Di atas telah dijelaskan bahwasanya karakteristik siswa fase

anak-anak tidak lepas dari permainan. Oleh sebab itu, untuk menarik

kesenangan atau ketertarikan siswa kepada materi pelajaran, seorang guru

harus memperhatikan karakteristik dasar tersebut, atau secara tidak langsung,

guru harus mampu menciptakan kemudahan dalam penerimaan materi ajar

melalui sistem permainan.

Maksud dari sistem permainan itu menurut penulis adalah guru harus

mampu membangkitkan semangat bermain siswa. Salah satu cara

membangkitkan semangat tersebut adalah dengan menggunakan metode

demonstrasi. Hal ini tidak berlebihan karena pada dasarnya, fase anak-anak,

aspek afektif cenderung lebih besar peranannya dibandingkan dengan aspek

kognitif dan psikomotorik. Apabila aspek afektif siswa dapat tumbuh secara

positif, maka siswa akan mau menerima materi ajar dengan senang. Kondisi

senang inilah yang nantinya dapat meningkatkan kemampuan pemahaman

siswa baik dalam lingkup kognitif maupun psikomotoriknya. Hal ini tidak

berlebihan karena kondisi hati dan perasaan senang dalam diri siswa akan

mempengaruhi proses penerimaan mereka secara kognitif dan

psikomotoriknya. Jadi, metode demonstrasi secara tidak langsung oleh guru

dapat dijadikan sebagai media bermain anak sehingga akan meningkatkan

pemahaman dan kreatifitas praktikum mereka.

Page 69: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

57

Akan tetapi, meskipun memiliki kesesuaian dengan keadaan psikologi

siswa usia Sekolah Dasar, metode demonstrasi tidak dapat diimplementasikan

secara mandiri. Hal ini, menurut penulis, lebih dikarenakan adanya dua faktor.

Pertama, faktor yang berhubungan dengan perbedaan kemampuan siswa

kaitannya dengan pola pembentukan kelompok. Hal ini seperti yang telah

terjadi dalam implementasi metode demonstrasi pada materi fiqih bab shalat.

Akibat kurang memperhatikan perbedaan kemampuan siswa pada pola

pengelompokan dan pola evaluasi setiap pertemuan, hasil yang diperoleh

siswa yang berkemampuan rendah tidak maksimal karena kurangnya aspek

prioritas praktek bagi kelompok siswa tersebut.

Kedua, karakteristik bermain pada fase anak seperti pisau bermata dua.

Pada satu sisi karakter ini dapat dimanfaatkan sebagai peluang untuk

menentukan metode yang berkesesuaian dengan keadaan siswa. Namun di sisi

lain, kekhawatiran akan muncul manakala karakteristik bermain dengan teman

sebaya pada fase anak cenderung lebih besar. Maksudnya adalah manakala

karakteristik bermain dengan teman sebaya lebih besar, maka dikhawatirkan

anak akan lebih senang bermain dengan teman sebaya selepas atau setelah

selesai jam sekolah sehingga mereka akan melupakan materi pembelajaran

karena keasyikan bermain dengan teman sebaya. Oleh sebab itu, perlu adanya

metode lainnya sebagai pendukung untuk suksesnya metode demonstrasi.

Metode yang dimaksud oleh penulis tidak lain adalah adanya metode

pembiasaan dan metode kontrol. Metode pembiasaan dapat dilakukan dengan

membiasakan siswa – tentunya setelah mereka mendapatkan materi melalui

metode demonstrasi – untuk senantiasa mengulang materi ajar yang telah

diberikan. Contoh kecilnya adalah membiasakan siswa untuk melaksanakan

shalat jama’ah setelah mereka menerima materi demonstrasi shalat.

Sedangkan metode kontrol akan menjadi metode pendukung untuk

mengetahui hasil pembelajaran siswa manakala mereka tidak lagi berada pada

jam sekolah. Metode kontrol ini dapat dilaksanakan dengan menjalin

komunikasi dengan orang tua atau wali dari siswa. Orang tua atau wali siswa

dapat diminta untuk memperhatikan perilaku siswa, baik perilaku ibadah

Page 70: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

58

maupun perilaku sosialnya untuk kemudian diberikan kepada guru sebagai

bahan kontrol untuk mengetahui keberhasilan metode demonstrasi.

Terkait dengan materi yang erat hubungannya dengan hasil pada aspek

psikomotorik, siswa memang diharapkan mendapatkan percontohan tentang

materi ajar. Dengan adanya percontohan tersebut siswa akan lebih dapat

menerima materi untuk kemudian mendukung proses kognitifnya untuk

menyimpan memori materi tersebut. Jadi dengan demikian, melalui indera

pendengar dan penglihat (untuk mendengarkan dan melihat proses

demonstrasi materi ajar), siswa berpeluang untuk mendapatkan rekam materi

yang lebih banyak karena berfungsinya dua indera sebagai media penerima

rekam materi ajar. Sehingga aspek kognitif akan lebih mudah menerima dan

mencerna untuk kemudian diaplikasikan dalam aspek psikomotoriknya.

Berdasarkan pada hasil evaluasi akhir dari proses pembelajaran materi

fiqih bab shalat, maka dapat diketahui bahwasanya implementasi metode

demonstrasi yang dilaksanakan dalam pembelajaran tersebut belum dapat

memenuhi standar tujuan pembelajaran karena tidak adanya hasil belajar yang

positif. Hal ini ditunjukkan dengan kontadiksi hasil evaluasi, khususnya

kelompok siswa dengan kemampuan rendah, antara evaluasi pada tiap

pertemuan dengan evaluasi pada pertemuan akhir.

Page 71: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Implementasi metode demonstrasi yang dilaksanakan pada pembelajaran

materi fiqih bab shalat masih hanya terbatas pada konsep dasar dari

metode demonstrasi itu sendiri. Secara pelaksanaannya, implementasi

metode demonstrasi dalam pembelajaran materi fiqih bab shalat telah

memiliki kesesuaian dengan prosedur pelaksanaan demonstrasi.

Kesesuaian tersebut terlihat dari langkah-langkah persiapan yang

dilakukan oleh guru, peragaan oleh guru yang kemudian diikuti oleh

siswa, hingga penilaian melalui praktikum kelompok telah dilaksanakan

oleh guru PAI. Akan tetapi jika dikaji dalam konteks hubungan kondisi

siswa dengan pola kelompok, maka implementasi metode demonstrasi

dalam pembelajaran materi fiqih bab shalat di SD N 02 Ngroto Kecamatan

Gubug Kabupaten Grobogan masih kurang memperhatikan aspek

kemampuan siswa. Hal ini ditunjukkan dengan kontadiksi hasil evaluasi,

khususnya kelompok siswa dengan kemampuan rendah, antara evaluasi

pada tiap pertemuan dengan evaluasi pada pertemuan akhir.

2. Dengan melihat hasil akhir dari evaluasi pembelajaran, maka dapat

disimpulkan bahwa implementasi metode demonstrasi yang dilaksanakan

pada pembelajaran materi fiqih bab shalat di SD N 02 Ngroto Kecamatan

gubug Kabupaten Grobogan masih kurang sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Hal ini dikarenakan dua faktor yakni: Pertama, faktor yang

berhubungan dengan perbedaan kemampuan siswa kaitannya dengan pola

pembentukan kelompok. Hal ini seperti yang telah terjadi dalam

implementasi metode demonstrasi pada materi fiqih bab shalat. Akibat

kurang memperhatikan perbedaan kemampuan siswa pada pola

pengelompokan dan pola evaluasi setiap pertemuan, hasil yang diperoleh

Page 72: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

60

siswa yang berkemampuan rendah tidak maksimal karena kurangnya

aspek prioritas praktek bagi kelompok siswa tersebut. Kedua tidak adanya

metode pendukung yang dapat mengantisipasi resiko karakteristik bermain

pada fase anak yang seperti pisau bermata dua. Pada satu sisi karakter ini

dapat dimanfaatkan sebagai peluang untuk menentukan metode yang

berkesesuaian dengan keadaan siswa. Namun di sisi lain, kekhawatiran

akan muncul manakala karakteristik bermain dengan teman sebaya pada

fase anak cenderung lebih besar. Maksudnya adalah manakala

karakteristik bermain dengan teman sebaya lebih besar, maka

dikhawatirkan anak akan lebih senang bermain dengan teman sebaya

selepas atau setelah selesai jam sekolah sehingga mereka akan melupakan

materi pembelajaran karena keasyikan bermain dengan teman sebaya.

Oleh sebab itu, perlu adanya metode lainnya sebagai pendukung untuk

suksesnya metode demonstrasi. Dengan demikian, keberhasilan

implementasi metode demonstrasi dapat diperoleh apabila memperhatikan

kedua faktor tersebut.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat

beberapa catatan yang mungkin akan memiliki kegunaan dalam

pengembangan implementasi metode demonstrasi sebagai berikut:

1. Untuk institusi tempat penulis belajar, perlu adanya pertimbangan untuk

mengembangkan pembelajaran metode demonstrasi sehingga kelak

mahasiswa mampu mengejawantahkan hasil pembelajaran untuk

mengembangkan proses pembelajaran, khususnya terkait dengan

Pendidikan Agama Islam (PAI).

2. Untuk SDN 2 Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan, dengan

adanya hasil penelitian ini, ada baiknya jika implementasi metode

demonstrasi dikembangkan dan juga diterapkan pada pembelajaran mata

pelajaran yang lain, khususnya yang di dalamnya ada materi yang

Page 73: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

61

berkaitan dengan praktek dalam kehidupan sehari-hari seperti mata

pelajaran PKn.

3. Meskipun memiliki kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, metode

demonstrasi tidak dapat diimplementasikan secara mandiri dan

membutuhkan metode pendukung lainnya, khususnya metode pembiasaan

dan metode kontrol. Selain itu aspek kemampuan siswa juga harus

dipertimbangkan khususnya dalam pengelolaan kelompok praktek.

C. Penutup

Demikian hasil penelitian berupa skripsi yang dapat penulis susun.

Bercermin pada kata bijak bahwa “tidak ada gading yang tak retak”, maka

saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan

karya ilmiah ini dan karya-karya ilmiah penulis selanjutnya. Akhirnya,

semoga di balik ketidaksempurnaannya, karya ilmiah ini dapat memberikan

secercah manfaat bagi kita semua. Amin.

Page 74: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

DAFTAR PUSTAKA

Al-Bukhari, Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail, Shahih Bukhari Juz I, Semarang: Toha Putra, t.t

Ali, Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung : Angkasa, 1993.

Al-Qur'an dan Terjemahan, Wakaf dari Khadim al-Haramain Asy Syarifain (pelayan kedua Tanah Suci) Fahd ibn’ Abd al-Áziz Al Saúd., Saudi Arabia: Percetakan Al-Qurán Raja Fahd, 1424 H.

Arief, Armai, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Arikunto, Suharsimi , Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

_________________, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktiek, edisi Revisi VI Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Azwar, Saifudin, Metodologi Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997.

Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002.

Darajat, Zakiah ,Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1982.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bandung : Balai Pustaka, 1990.

Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

F.J. Monks, dkk., Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, Yogyakarta: UGM Press, 2004.

J.M., Heri, Fiqih Pendidikan, Bandung: remaja Rosdakarya, 2005.

Koonts, Harold, Management, Tokyo: Mc Graw Hill Kogakusha, Seventh Edition, 1980.

Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Rosdakarya, 2006, cet. II.

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2000.

Moeslichatoen R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Page 75: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

Monks, F.J., A.M.P. Knoers, Psikologi Perkembangan., Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Muchtar, H. Isfandi, PBM-PAI Di Sekolah Eksistensi dan Proses Belajar-Mengajar PAI, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Pustaka Pelajar dan ,1998.

Muhaimin dkk, et. al, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Rosdakarya, 2008.

_____________, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002.

Mujib, Abdul, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2006.

Muliawan, Jasa Ungguh, Pendidikan Islam Integratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Pedoman Kegiatan Belajar Mengajar Madrasah Diniyah, Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pesantren, Dir Jend Kelembagaan Islam Departemen Agama RI, 2003.

Qadir Muhammad Abdul, dkk., Metodologi Pengajaran Pendidikan Islam, Jakarta: Dir Jend Kelembagaan Islam,1985.

Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Radar Jaya Offset, 2001.

Rooljakers, A.D., Mengajar dengan Sukses, Jakarta: Gramedia, 1989.

Saifudin Azwar, Metodologi Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997.

Sarwono, Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994.

Shalih Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, Al-Tarbiyah wa al-Thariqat al-Tadris, Mesir: Dar al-Ma’arif, t.th..

Siregar, Marasudin, Metodologi Pengajaran Agama MPA, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisong.

Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1995, Cet. III.

_____________, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung : Sinar Baru, 1989.

Suharyono, Stategi Belajar Mengajar, Semarang: IKIP Semarang Press, 1991.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005.

Page 76: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik, Bandung: Tarsito, 1980, edisi VII.

Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung : Rosdakarya, 1995.

Usman, M. Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta : Ciputat Pers, 2002.

Zein, H. Muhammad, Methodologi pengajaran Agama, Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana, 1995.

Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Malang: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1977.

___________, Metodologi Pendidikan Agama, Solo : Ramadhani, 1993, cet.1.

Zuhdi, Nadjib, Kamus Lengkap Praktis Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris Surabaya: Fajar Mulia,1993.

Page 77: IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/96/jtptiain-gdl... · Karim, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11; M. Khalid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nur Kholipah

Tempat/ tanggal lahir : Grobogan, 6 September 1986

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : RT 01 RW V Ngroto Kec. Gubug Kab. Grobogan

Alamat sekarang : RT 01 RW V Ngroto Kec. Gubug Kab. Grobogan

No. Telepon/ HP : 081326788326

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 02 : Lulus Tahun 1998

2. MTs Yaspia : Lulus Tahun 2001

3. MA Yaspia : Lulus Tahun 2004

4. Sejak Tahun 2004 Sampai Dengan Sekarang Terdaftar Sebagai

Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Semarang, 21 Desember 2009

Nur Kholipah