implementasi kebijakan tentang upah minimum …repository.ub.ac.id/725/1/aldo bagaskara.pdftenaga...

158
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM KOTA (UMK) DI KOTA BATU DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PEKERJA (Studi pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu) SKRIPSI Diajukan untuk menempuh ujian sarjana Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya ALDO BAGASKARA 125030507111027 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK MINAT ADMINISTRASI PEMERINTAHAN MALANG 2017

Upload: others

Post on 24-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH

MINIMUM KOTA (UMK) DI KOTA BATU DALAM

MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PEKERJA

(Studi pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu)

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh ujian sarjana Pada Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya

ALDO BAGASKARA

125030507111027

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

MINAT ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

MALANG

2017

Page 2: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

i

MOTTO

“ Jangan katakan pada Allah bahwa kita punya masalah,

tapi katakan bahwa kita punya Allah “

(Sultan Muhammad Al-Fatih)

“ Don’t waste your time looking back,

you’re not going that way ”

(Ragnar Lothbrok)

Page 3: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

ii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Saya dedikasikan skripsi ini kepada kedua orang tua saya yang sudah susah

payah dalam memberikan

semangat, mendidik, dan membiayai sekolah selama ini.

Saya dedikasikan skripsi ini kepada saudara kandung ibu dan bapak serta

seluruh saudara sepupu yang telah memberikan bantuan material,

memberikan semangat selama ini

Dan saya dedikasikan skripsi ini kepada teman dan sahabat yang telah

menolong, menyemangati dalam pembuatan skripsi ini.

Page 4: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

iii

Page 5: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

iv

Page 6: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

v

Page 7: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

vi

RINGKASAN

Aldo Bagaskara, 2016, Implementasi Kebijakan tentang Upah Minimum Kota

(UMK) di Kota Batu dalam Meningkatkan Kesejahteraan Pekerja (Studi pada Dinas

Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu), A. Yuli Andi Gani, Prof., Dr.,MS dan Abdullah

Said Dr., MSi

Perbedaan pandangan mengenai penetapan tingkat upah sering memicu

ketidaksepakatan antara buruh dan pengusaha. Oleh karena itu, untuk mencapai

kesepakatan dalam proses penetapan tingkat upah, peran campur tangan/

keterlibatan pemerintah sangatlah diperlukan. Hal ini juga sebagai bentuk

perlindungan buruh yang menjadi pihak yang dikecilkan jika berhadapan

dengan pengusaha. Campur tangan dan peran pemerintah dalam hubungan

industrial merupakan bentuk perlindungan terhadap kedua pihak agar tidak

saling merugikan. Fungsi inilah yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial dan Tenaga

Kerja Kota Batu dan nantinya kebijakan UMK ini diharapkan oleh pemerintah dapat

memberi nilai tambah terhadap kehidupan kemasyarakatan terutama dalam aspek

ekonomi. Serta kebijakan UMK ini juga dapat meningkatkan taraf hidup dan

kesejahteraan bagi pekerja.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan dan menganalisis

implementasi kebijakan upah minimum kota (UMK) di Kota Batu serta untuk

mendiskripsikan dan menganalisa dampak pelaksanaan kebijakan Upah Minimum

Kota (UMK) terhadap kesejahteraan pekerja di Kota Batu. Penelitian ini adalah

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Analisis data yang digunakan

adalah analisis data model interaktif Miles Huberman dengan tahapan pengumpulan

data, kondensasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi kebijakan di Kota

Batu sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan yang

sudah membayarkan upah sesuai dengan UMK, tidak ada pertentangan/konflik baik

dari pengusaha atau pekerja serta dampak kebijakan yang telah dirasakan oleh

pekerja. Dari hasil penelitian ini, maka peneliti dapat memberikan saran antara lain

Perlu diadakannya lebih banyak lagi forum-forum yang mendiskusikan masalah-

masalah yang berkaitan dengan pengupahan serta perlu meningkatkan kuantitas

sosialisasi melalui berbagai media.

Kata Kunci: implementasi kebijakan, upah minimum kota, kesejahteraan

Page 8: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

vii

SUMMARY

Aldo Bagaskara, 2016, Implementation of Minimum Wages City (MSEs) in Kota

Batu in Improving the Welfare of Workers (Studies in the Department of Social

Welfare and Labor Kota Batu), Andi Yuli A. Gani, Prof., Dr., MS and Abdullah Said

Dr ., MSI

Differences of opinion concerning the establishment of wage levels often lead to

disagreements between workers and employers. Therefore, to reach agreement in the

wage rate-setting process, the role of intervention / government involvement is

needed. It is also a form of protection of workers who become parties diminished

when dealing with employers. And the role of government intervention in industrial

relations is a form of protection against both parties not to hurt each other. This

function is performed by the Department of Social Welfare and Labor Kota Batu and

later UMK policy is expected by the government can add value to the life of society,

especially in the economic aspect. As well as SME policy is also to raise the standard

of living and welfare of the workers.

The purpose of this study is to describe and analyze the implementation of the

policy of the city minimum wage (UMK) in Kota Batu as well as to describe and

analyze the impact of policy implementation State Minimum Wage (UMK) on the

welfare of workers in Kota Batu. This research is descriptive qualitative approach.

Analysis of the data used is data analysis Miles Huberman interactive model with the

stages of data collection, condensation, data presentation and conclusion.

The results of this study indicate that the implementation of the policy in Kota

Batu has been running well, it can be seen from the number of companies that have

paid wages in accordance with the MSE, there is no disagreement / conflict either

from employers or workers as well as the impact of policies that have been felt by

workers. From the results of this study, the researchers can provide advice, among

others Keep holding more forums to discuss issues relating to remuneration and the

need to increase the quantity of dissemination through various media.

Keywords: implementation, the city minimum wage, welfare

Page 9: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul Implementasi Kebijakan tentang Upah Minimum Kota (UMK) di Kota

Batu dalam Meningkatkan Kesejahteraan Pekerja (Studi pada Dinas Sosial dan

Tenaga Kerja Kota Batu).

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya Malang. Penulis menyadari bahwa penyusunan

skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu

Administrasi.

2. Bapak Dr. Choirul Saleh, M.Si selaku Ketua Jurusan Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

3. Bapak Dr. Luqman Hakim, M.Sc selaku Ketua Minat Administrasi

Pemerintahan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

4. Bapak A. Yuli Andi Gani, Prof., Dr.,MS selaku dosen pembimbing pertama,

yang telah memberikan bimbingan dan semangat dengan penuh kesabaran

hingga selesainya penulisan skripsi ini.

5. Bapak Abdullah Said Dr., MSi selaku dosen pembimbing kedua, yang dengan

penuh kesabaran telah meluangkan waktu untuk membimbing dan

memberikan dukungan yang bermanfaat bagi peneliti hingga selesainya

penulisan skripsi ini.

Page 10: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

ix

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Administrasi yang selama ini telah memberikan

dan menularkan kajian keilmuannya kepada penulis selama proses

perkuliahan maupun di luar perkuliahan.

7. Segenap staff Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

8. Seluruh Pegawai Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu, yang selama ini

sangat membantu peneliti untuk memperoleh data.

9. Untuk kedua orang tua tercinta Ayah dan Ibu terima kasih atas kasih sayang

yang tiada batasnya, terima kasih atas doa-doa yang selalu menyertai setiap

langkahku, terima kasih telah menjadi inspirasi dan motivasi dalam menjalani

kehidupan, dan terima kasih atas segala dukungan dan telah memberikan

semua yang terbaik.

10. Untuk semua keluarga khususnya kedua kakakku, Aldi dan Alda yang telah

memberiku semangat dan motivasinya.

11. Sahabat-sahabat Bebek Pemerintahan (Ade, Afif, Anisa, Deo, Dwima, Irsyad,

Mahardika, Novrizal, Rey, Ria, Rio, Tunggal, Vogan, Wanda, Yana) yang

telah memberikan semangat, dukungan, dan bantuannya selama proses

pengerjaan skripsi.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan

sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Malang, 06 Januari 2017

Penulis

Page 11: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

x

DAFTAR ISI

MOTTO ................................................................................................................... i

LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................ ii

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................... iii

TANDA PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................................... iv

PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................................... v

RINGKASAN ......................................................................................................... vi

SUMMARY ........................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 10

E. Sistematika Pembahasan .......................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 13

A. Kebijakan Publik ..................................................................................... 13

1. Pengertian Kebijakan Publik ............................................................... 13

2. Model-model Kebijakan Publik .......................................................... 15

3. Dampak Kebijakan Publik ................................................................... 16

B. Implementasi Kebijakan Publik ............................................................... 18

1. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik ........................................ 18

2. Pendekatan Implementasi Kebijakan Publik ....................................... 20

3. Model Implementasi Kebijakan Publik ............................................... 21

C. Pengupahan .............................................................................................. 37

1. Pengertian Pengupahan........................................................................ 37

Page 12: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

xi

2. Komponen Upah .................................................................................. 39

3. Jenis-jenis Upah ................................................................................... 40

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Upah ............................................ 42

5. Upah Minimum Kota (UMK) .............................................................. 43

6. Tujuan Penetapan UMK ...................................................................... 47

D. Pekerja ..................................................................................................... 49

1. Pengertian Pekerja ............................................................................... 49

2. Hak-hak dan Kewajiban Pekerja ......................................................... 50

E. Kesejahteraan Pekerja .............................................................................. 52

1. Pengertian Kesejahteraan .................................................................... 52

2. Sasaran Kesejahteraan ......................................................................... 54

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 56

A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 56

B. Fokus Penelitian ...................................................................................... 57

C. Lokasi dan Situs Penelitian ...................................................................... 58

D. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 59

E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 61

F. Instrumen Penelitian ................................................................................ 63

G. Metode Analisis ....................................................................................... 63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 66

A. Gambaran Umum Kota Batu ................................................................... 66

1. Sejarah Singkat Kota Batu ................................................................... 66

2. Kondisi Geografis ................................................................................ 70

3. Kondisi Demografis Kota Batu ........................................................... 73

4. Tata Pemerintahan Kota Batu .............................................................. 76

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian (Dinas Sosial dan Tenaga Kerja) .. 79

1. Lingkungan Strategis DISNAKER Kota Batu .................................... 79

2. Visi dan Misi DISNAKER Kota Batu ................................................. 80

3. Tugas dan Sasaran DISNAKER Kota Batu ......................................... 80

Page 13: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

xii

4. Tujuan DISNAKER Kota Batu ........................................................... 83

5. Struktur Organisasi DISNAKER Kota Batu ....................................... 84

C. Penyajian Data dan Fokus Penelitian ...................................................... 86

1. Implementasi Kebijakan UMK di Kota Batu ...................................... 86

2. Dampak Pelaksanaan Kebijakan UMK .............................................. 105

D. Pembahasan ............................................................................................ 116

1. Implementasi Kebijakan UMK di Kota Batu ..................................... 116

2. Dampak Pelaksanaan Kebijakan UMK .............................................. 128

BAB V PENUTUP ................................................................................................. 137

A. Kesimpulan ............................................................................................. 137

B. Saran ....................................................................................................... 139

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 141

Page 14: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn ..................................... 23

2. Sekuensi Implementasi Kebijakan ............................................................... 24

3. Model implementasi kebijakan publik Merille S. Grindle ........................... 26

4. Model Pendekatan Implementasi Kebijakan George C. Edward III ............ 28

5. Komponen dalam Analisis Data................................................................... 65

6. Peta Kota Batu.............................................................................................. 71

7. Pembagian Wilayah Kota Batu .................................................................... 72

Page 15: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, Solichin. 2005. Analsis kebijaksanaan: Dari Formulasi ke

Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Agustino, Leo.2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik, Bandung : CV. Alfabeta.

Anonymous, 2001. Modul DJJ : 12 C, Pengupahan Hubin Syaker Pusdiklat

Pegawai Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi.

Islamy, M irfan. 2003. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta:

Bumi Aksara.

Khakim, Abdul. Aspek Hukum Pengupahan, Bandung : Citra Aditya Bakti.

Manullang, M. 1981. Manajemen Personalia, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Meleong, lexy. J. 2012. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.

RemajaRosdakarya.

Print, Darwan. 2000. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti.

Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi, Evaluasi. PT.

Elex Media Komputindo : Jakarta.

Setyodarmojo, Soenarko. 2000. Public Policy: Pengertian Pokok untuk

Memahami dan Analisa Kebijaksanaan Pemerintah. Surabaya: Airlangga

University Press.

Page 16: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Grasindo.

Sugiono, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sumarnonugroho, T, 1984. Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta:

PT Hamindito.

Sukarna, 1975. Prinsip-prinsip Usaha Perusahaan, Bandung: Alumni.

Wibawa, Samodra. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: P.T. Raja Grafindo

Persada

Widjaya, AW. 1990. Administrasi Kepegawaian, Jakarta: Rajawali Press.

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta: Media

Pressindo

Peraturan Perundangan

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep. 226/MEN/2000 Tentang

Pengubahan Pasal 1, Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 20, dan pasal

21 Permenaker No.01/MEN/1999 Tentang Upah Minimum

Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 68 Tahun 2016

Page 17: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kebijakan upah minimum di Indonesia adalah suatu pondasi

penting bagi pemerintah meningkatkan standard hidup para buruh.

Kebijakan ini merujuk kembali pada awal pemerintahan Orde Baru,

sekalipun baru mulai mengikat pada pertengahan tahun 1990an. Landasan

dari kebijakan ini mulai dibentuk pada awal tahun 1970an ketika aktivitas

ekonomi di sektor modern masih relative kecil dan terlindungi dengan

pasar kerja yang dualistik. Penetapan upah minimum sebenarnya bukanlah

monopoli Indonesia saja, melainkan keberadaannya sudah diakui oleh

Internasional. Organisasi Perburuhan Internasional atau Internasional

Labour Organization (ILO) sudah mengeluarkan beberapa peraturan

tentang hal ini dalam bentuk konvensi, seperti konvensi nomor 26 tahun

1928 tentang mekanisme penetapan upah minimum di sektor pertanian dan

konvensi nomor 131 dan rekomendasi nomor 135 tahun 1970, tentang

penetapan upah minimum di Negara berkembang. Namun demikian, setiap

Negara mempunyai cara dan pola yang berbeda dalam menerapkannya

sesuai dengan kondisi riil yang ada.

Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan

dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja

kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu

1

Page 18: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

2

perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan,

termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu

pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Upah merupakan

hal yang sangat dipermasalahkan, setiap tahun tuntutan-tuntutan dan

aspirasi tenaga kerja diteriakkan melalui media-media informasi mereka

yaitu melalui serikat pekerja/ buruh yang mewakili kepentingan

mereka. Perbaikan kesejahteraan buruh menjadi tuntutan utama dimana

mereka menginginkan adanya peningkatan kualitas kehidupan yang lebih

baik demi kelangsungan hidupnya. Hal ini menjadi masalah yang

komplek apabila dikaitkan dengan tingkat kebutuhan buruh yang tidak

sesuai dengan tingkat upah yang diterima dari hasil kerja mereka. Tingkat

kebutuhan yang semakin meningkat harus dibayarkan dengan upah yang

minim menjadi beban dalam kelangsungan hidup mereka. Tekanan biaya

hidup pekerja yang semakin tinggi juga menimbulkan tuntutan akan

kenaikan upah minimum. Namun sampai saat ini, proses penetapannya

masih mempunyai banyak kelemahan. Di Indonesia sendiri masalah upah

masih menjadi masalah yang membutuhkan perhatian lebih dalam

penyelesaiannya, mengingat masalah upah merupakan masalah teratas

yang terjadi dalam ketenagakerjaan disebabkan karena masih rendahnya

tingkat upah di indonesia, jika tidak ditangani dengan benar akan

mengakibatkan perselisihan, perdebatan serta mendorong timbulnya

mogok kerja atau unjuk rasa. Upah minimum dapat menghambat

penciptaan lapangan kerja dan menambah persoalan perbaikan

Page 19: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

3

ekonomi. Sementara kelompok lain menunjukkan, penerapan upah

minimum tidak selalu identik dengan pengurangan tenaga kerja, bahkan

akan mampu mendorong proses perbaikan ekonomi.

Upah Minimum Kota yang selanjutnya disebut UMK merupakan

standard yang ditetapkan oleh pemerintah melalui penentuan item-item

kebutuhan minimum yang telah disepakati bersama antara pihak

pengusaha, dengan tenaga kerja melalui pemerintah, dengan penentuan

UMK ini besaran dari pada upah yang harus diterima oleh tenaga kerja

tidak boleh kurang atau dibawah dari pada upah minimum yang telah

disepakati, sekaligus mensyaratkan adanya tanggung jawab dari

perusahaan untuk memenuhinya. Ketiga pihak yang berkepentingan di

dalam ketentuan UMK masing-masing memiliki tanggung jawab yang

saling melengkapi, baik dari pihak pemerintah, pengusaha maupun

pekerja, harapannya tidak ada yang dirugikan dalam proses pelaksanaan

UMK, dan selanjutnya dalam pelaksanaan ketentuan tersebut, haruslah

terdapat suatu bentuk pengawasan yang perlu dilakukan agar terjaminnnya

pelaksanaan atas ketentuan tersebut. Pihak-pihak yang terkait pada

penetapan upah minimum adalah Kepala daerah (Bupati/Walikota atau

Gubernur) dan Dewan Pengupahan. Kepala daerah menetapkan upah

minimum dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan

Pengupahan dan berdasarkan usulan komisi penelitian pengupahan

dan jaminan social dewan ketenagakerjaan Daerah. Dewan pengupahan

sesuai dengan pasal 98 UU No.13 Tahun 2003, Dewan Pengupahan

Page 20: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

4

bertugas memberikan saran, pertimbangan, dan merumuskan kebijakan

pengupahan yang akan ditetapkan oleh pemerintah, serta untuk

pengembangan sistem pengupahan nasional. Sedangkan definisi Dewan

Pengupahan menurut Keppres No.107 Tahun 2004 adalah suatu lembaga

non strukturan yang bersifat tripartite.

UMK ditetapkan setiap satu tahun, Sebelum penetapan dilakukan,

dilakukan survey Kebutuhan Hidup Layak(KHL). Dinas Tenaga Kerja

pada tiap daerah bersama Dewan Pengupahan Daerah masing-masing

daerah menghitung nilai KHL menurut hasil survey yang telah

dilakukan. Komponen-komponen yang di survey dalam

Permenakertrans 13 Tahun 2012 digolongkan menjadi 7 kelompok yaitu :

1. Kelompok Makanan dan Minuman

2. Kelompok Sandang

3. Kelompok Perumahan

4. Kelompok Pendidikan

5. Kelompok Kesehatan

6. Kelompok Transportasi

7. Kelompok Rekreasi dan Tabungan.

Untuk memperoleh nilai akhir KHL, dalam Permenakertrans 13 Tahun

2012 ini memperhatikan faktor yang mempengaruhinya seperti tingkat

inflasi, pertumbuhan ekonomi, kemampuan perusahaan serta

perbandingan tingkat pengupahan di daerah sekitar. Upah bagi pekerja

memiliki 2 (dua) sisi manfaat yaitu: pertama, sebagai imbalan, balas jasa

Page 21: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

5

terhadap hasil produksi yang dihasilkan. Dalam hal ini upah merupakan

hak pekerja terhadap tenaga dan pikiran yang telah dikeluarkannya.

Kemudian yang kedua adalah sebagai perangsang bagi peningkatan

produktivitas. Upah dapat bermanfaat untuk meningkatkan motivasi pekerja

dalam bekerja lebih giat lagi. Bagi perusahaan, upah merupakan

komponen biaya produksi yang dipandang dapat mengurangi tingkat

keuntungan yang dihasilkan. Oleh karena itu dipandang sebagai biaya

faktor produksi, maka pengusaha berusaha untuk menekan upah tersebut

sampai pada tingkat paling minim, sehingga keuntungan perusahaan dapat

ditingkatkan. Pekerja agar dapat hidup wajar dan terpenuhi gizinya, maka

dalam penetapan upah minimum mempertimbangkan standar kebutuhan

hidup pekerja, yang digunakan sebagai dasar pertimbangan penetapan upah

minimum yang disebut dengan kebutuhan fisik minimum. Standar

kebutuhan fisik minimum ini yang digunakan sebagai salah satu dasar

pertimbangan dalam penetapan upah minimum.

Pasal 88 undang – undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan menyebutkan bahwa untuk menyebutkan penghasilan

yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, pemerintah

menetapkan kebijakan pengupahan yang layak bagi kemanusiaan,

pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja.

Kebijakan pengupahan tersebut antara lain dengan penetapan upah

minimum. Dalam pasal 89 juga dijelaskan bahwa kebutuhan hidup layak

(KHL) dalam penetapan upah minimum dicapai secara bertahap.

Page 22: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

6

Pemerintah dalam menetapkan upah minimum tersebut yaitu dengan

memperhatikan produktifitas, pertumbuhan ekonomi serta memperhatikan

usaha-usaha yang paling tidak mampu (marginal).

Menghitung upah yang sesuai dengan standar upah yang layak,

haruslah mencakup akan beberapa hal, yaitu :

1. Kebutuhan fisik, sebagai kebutuhan untuk menjaga kesehatan ragawi

buruh, agar ia dapat bekerja dengan segenap tenaga dan sanggup

berkonsentrasi penuh selama bekerja.

2. Kebutuhan mental, mencakup persoalan bagaimana buruh tersebut

menjaga martabat dirinya di tengah pergaulan sosial.

3. Kebutuhan berkeluarga, mencakup sekaligus kebutuhan fisik dan

mental.

Perkembangan teknologi dan sosial ekonomi yang cukup pesat

menimbulkan pemikiran, kebutuhan hidup pekerja berdasarkan kondisi

“minimum” perlu diubah menjadi kebutuhan layak. Namun penentuan

komponen pembentuk upah seringkali berbenturan dengan kepentingan

pengusaha yang tidak mau memberikan upah yang layak bagi pekerjanya.

Pekerja hanya ditempatkan pada daftar urut modal yang ditekan

sedemikian rupa, padahal tanpa peran masa pekerja tidak mungkin suatu

perusahaan dapat berjalan. Pekerja berikut keluarganya, mempunyai

ketergantungan terhadap besarnya nilai upah yang diterima dalam rangka

membiayai pemenuhan kebutuhan sehari – harinya, mulai dari kebutuhan

pangan, sandang, papan dan beragam kebutuhan lainnya. Itulah sebabnya,

Page 23: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

7

pekerja atau serikat pekerja sering menuntut kenaikan upah terhadap pihak

pengusaha. Demikian sebaliknya, pihak pengusaha juga mempunyai

kepentingan yang besar dengan upah karena upah merupakan komponen

penting pengeluaran biaya perusahaan. Tidak jarang pengusaha

mempunyai anggapan bahwa upah hanya merupakan biaya semata,

sehingga mengakibatkan kehati-hatian yang berlebihan dalam

mengalokasikan anggaran untuk upah.

Perbedaan pandangan yang dijelaskan di atas mengenai penetapan

tingkat upah ini sering memicu ketidaksepakatan antara buruh dan

pengusaha. Oleh karena itu, untuk mencapai kesepakatan dalam

proses penetapan tingkat upah, peran campur tangan/ keterlibatan

pemerintah sangatlah diperlukan. Hal ini juga sebagai bentuk

perlindungan buruh yang menjadi pihak yang dikecilkan jika

berhadapan dengan pengusaha. Campur tangan dan peran pemerintah

dalam hubungan industrial merupakan bentuk perlindungan terhadap

kedua pihak agar tidak saling merugikan.

Intervensi pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan melalui

peraturan perundang-undangan tersebut telah membawa perubahan

mendasar yakni menjadikan sifat hukum perburuhan menjadi ganda yakni

sifat hukum privat dan publik. Campur tangan Pemerintah (penguasa)

dalam hukum Ketenagakerjaan dimaksudkan untuk terciptanya hubungan

antara pekerja dengan pengusaha yang sangat berbeda secara ekonomi

yang jika diserahkan sepenuhnya kepada para pihak, maka tujuan untuk

Page 24: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

8

menciptakan keadilan dalam hubungan ketenagakerjaan akan sulit

tercapai, karena itulah pemerintah turut campur tangan melalui perundang

– undangan untuk memberikan jaminan kepastian hak dan kewajiban para

pihak yang terkait.

Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) yang diatur dalam

Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 68 Tahun 2016 menetapkan

tentang besaran UMK di Kota Batu yaitu Rp.2.026.000. Selain itu, dalam

peraturan gubernur ini juga disebutkan dasar dari pada pelaksanaan

kebijakan UMK sebagai standard upah di suatu wilayah baik kota atau

kabupaten adalah pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari

upah minimum. Ketiga pihak yang berkepentingan di dalam kebijakan

UMK masing-masing harus memiliki tanggung jawab yang saling

melengkapi, baik dari pihak pemerintah, pengusaha maupun

pekerja/buruh. Faktanya masih sering diabaikan oleh para pengusaha yaitu

masih banyak pengusaha yang belum melaksanakan kebijakan tersebut di

perusahaannya. Hal inilah yang seringkali memunculkan kecaman dari

para buruh/pekerja di berbagai daerah di indonesia. Di Kota Batu

khususnya, data terakhir yang masuk dalam bidang Pengawasan Dinas

Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Batu dari 257 perusahaan yang

ada hanya 165 perusahaan yang memberikan upah sesuai dengan UMK

atau 35.80% di Kota Batu yang belum menerapkan UMK pada tahun

2015. Hal tersebut mengakibatkan sepanjang tahun 2015 terdapat beberapa

pemberitaan tentang unjuk rasa dan mogok kerja yang dilakukan oleh

Page 25: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

9

pekerja sebagai bentuk tindak lanjut dari persepsi pekerja yang menilai

upahnya jauh di bawah UMK, mereka menuntut kenaikan upah sesuai

UMK Batu tahun 2016 sebesar 2.026.000 atau adanya kenaikan UMK.

Kebijakan UMK ini diharapkan oleh pemerintah dapat memberi

nilai tambah terhadap kehidupan kemasyarakatan terutama dalam aspek

ekonomi. Serta kebijakan UMK ini juga dapat meningkatkan taraf hidup

dan kesejahteraan pekerja. Dari sinilah muncul keinginan dari penulis

untuk mengetahui implementasi kebijakan UMK di Kota Batu Tahun

2016, sejauh mana kebijakan UMK Batu ini berpengaruh terhadap pekerja,

khususnya pekerja di Kota Batu. Oleh sebab itu, maka penulis tertarik

dalam penulisan skripsi ini untuk mengambil judul yaitu “Implementasi

Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) dalam Meningkatkan

kesejahteraan Pekerja”.

B. Rumusan Masalah

Dari pemapaaran latar belakang di atas, adapun masalah yang dirumuskan

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah implementasi kebijakan upah minimum kota (UMK) di

Kota Batu ?

2. Bagaimanakah dampak pelaksanaan kebijakan Upah Minimum Kota

(UMK) terhadap kesejahteraan pekerja di Kota Batu ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendiskripsikan dan menganalisis implementasi kebijakan upah

minimum kota (UMK) di Kota Batu.

Page 26: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

10

2. Untuk mendiskripsikan dan menganalisa dampak pelaksanaan kebijakan

Upah Minimum Kota (UMK) terhadap kesejahteraan pekerja di Kota

Batu.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Sebagai sarana untuk mengembangkan wacana teori-teori di bidang

ilmu pemerintahan daerah, khususnya di bidang penetapan terhadap

Upah Minimum Kota (UMK).

b. Sebagai proses pembelajaran dalam memecahkan persoalan yang secara

riil terjadi di masyarakat utamanya tentang penetapan Upah Minimum

Kota (UMK).

2. Manfaat Praktis

a. Agar pekerja mengetahui implementasi kebijakan terhadap Upah

Minimum Kota (UMK) dan bidang ketenagakerjaan secara umum.

b. Agar pekerja mengetahui upaya yang harus dilakukan dalam

meminimalisir hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Upah

Minimum Kota (UMK).

E. Sistematis Pembahasan

Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang sistematika dan alur

pembahasannya dikemukakan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Page 27: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

11

Bab ini berisi latar belakang penulisan skripsi, rumusan

masalah, tujuan dilakukannya penelitian dan manfaat

penelitian.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang melandasi

penulisan dan pembahasan yang berkaitan dengan judul.

Teori ini akan didapat dari hasil studi kepustakaan

beberapa literature.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam metode penelitian ini dikemukakan focus

penelitian, pemilihan lokasi dan situs penelitian, jenis dan

sumber data, teknik pengumpulan data, instrument

pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan pelaksanakan dari hasil

penelitian dan dilakukan pembahasan terkait dengan

semua permasalahan yang diangkat.

BAB V : PENUTUP

Page 28: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

12

Bab ini merupakan kesimpulan dari semua yang diuraikan

sebelumnya dan memberikan rekomendasi atau saran

berdasarkan hasil pembahasan.

Page 29: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kebijakan publik

1. Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan publik (publik policy) merupakan konsep sendiri yang

mempunyai arti dan definisi akademik. Sehingga definisi kebijakan

publik menurut para ahli dan definisi akademik. Sehingga definisi

kebijakan publik menurut para ahli pun sangat beragam, hal ini karena

ruang lingkup dalam kebijakan publik sangat luas yang mencakup

berbagai bidang, seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum dan

sebagainya.

Kebijakan publik sendiri merupakan kebijakan yang

dikembangkan oleh lembaga-lembaga pemerintah dan pejabat

pemerintah agar dapat membedakan kebijakan publik dengan bentuk-

bentuk kebijakan yang lain. Kebijakan tersebut akan dipengaruhi oleh

aktor-aktor dan faktor-faktor bukan pemerintah, seperti misalnya

kelompok-kelompok penekan maupun kelompok-kelompok

kepentingan. Keterlibatan aktor-aktor dalam perumusan kebijakan

kemudian menjadi sebuah ciri khusus dari kebijakan publik. Ini

disebabkan oleh kenyataan bahwa kebijakan itu diformulasikan oleh apa

yang disebut oleh david easton sebagai penguasa dalam suatu sistem

politik, yaitu para sesepuh tertinggi suku, anggota eksekutif, legislatif,

yudikatif, administrator, penasihat, raja dan semacamnya

13

44

Page 30: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

14

Lebih lanjut David Easton (dalam Leo Agustino, 2009:19)

menjelaskan definisi kebijakan publik sebagai “the autorative

allocation of values for the whole society”. Definisi ini menyatakan

bahwa pemilik otoritasi dalam sistem politik (pemerintah) yang secara

sah yang dapat berbuat sesuatu kepada masyarakatnya dan pilihan

pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu

untuk diwujudkan dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai. Hal ini

disebabkan karena pemerintah termasuk ke dalam “authorities in a

political system”, yaitu para penguasa dalam tatanan sistem politik yang

terlibat dalam urusan sistem politik sehari-hari dan mempunyai

tanggungjawab dalam suatu permasalahan tertentu dimana pada suatu

titik mereka diminta untuk mengambil keputusan dikemudian hari kelak

yang harus diterima serta mengikat sebagian besar masyarakat selama

dalam rentang waktu tertentu

Sedangkan Thomas R Dyeb (dalam Islamy, 2009:19)

mendefinisikan kebijakan publik sebagai “is whatever goverment

choose to do or not to do” (apapun yang pemerintah pilih untuk

melakukan atau tidak melakukan). Definisi ini menjelaskan bahwa

kebijakan publik bukan merupakan pernyataan keinginan pemerintah

atau pejabat publik semata, tetapi lebih kepada perwujudan berupa

tindakan. Di samping itu pilihan pemerintah untuk tidak melakukan

sesuatu juga merupakan kebijakan publik karena mempunyai pengaruh

terhadap tujuan yang akan dicapai.

Page 31: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

15

Islamy (1991:20) juga menjelaskan definisi kebijakan publik

(publik policy), yaitu “serangkaian tindakan yang ditetapkan dan

dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai

tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh

masyarakat”. Pembuatan kebijakan merupakan suatu tindakan yang

ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah yang berorientasi pada

upaya pencapaian tujuan demi kepentingan masyarakat.

Berdasarkan pendapat berbagai para ahli tersebut dapat

disimpulkan bahwa kebijakan publik merupakan serangkaian tindakan

yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah yang berorientasi

pada tujuan tertentu guna memecahkan permasalahan demi kepentingan

publik. Kebijakan untuk melakukan sesuatu biasanya tertuang dalam

ketentuan-ketentuan atau peraturan yang dibuat oleh pemerintah

sehingga memiliki sifat yang mengikat dan memaksa.

2. Model-model Kebijakan Publik

Menurut pendapat Ramelan Surbakti (1992:34) menjelaskan

pada dasarnya kebijakan publik di bedakan menjadi tiga macam yaitu :

a. Kebijakan Umum Ekstraktif

Kebijakan umum ekstraktif adalah penyerapan sumber-sumber materiil

dan sumber daya manusia yang ada di masyarakat. Seperti pemungutan

pajak dan tarif, iuran dan retribusi dari masyarakat, dan pengolahan

sumber alam yang terkandung dalam wilayah negara.

b.Kebijakan Umum Distributif

Page 32: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

16

Kebijakan umum distributif adalah pelaksanaan distrubusi dan alokasi

sumber-sumber kepada masyarakat. Distribusi berarti pembagian secara

relatif merata kepada semua anggota masyarkat, sedangkan alokasi

berarti yang mendapat bagian cenderung kelompok atau sektor

masyarakat tertentu sesuai dengan skala prioritas yang ditetapkan atau

sesuai dengan situasi yang dihadapi pada waktu itu.

c. Kebijakan Umum Regulatif

Kebijakan umum regulatif adalah pengaturan perilaku anggota

masyarakat. Kebijakan umum yang bersifat regulatif merupakan

peraturan dan kewajiban yang harus dipatuhi oleh warga masyarakat

dan para penyelenggara pemerintahan negara. Kebijakan mengenai

Upah Minimum Kota yang akan diteliti oleh penulis ini nantinya

merupakan model kebijakan umum regulatif. Pemerintah membuat

peraturan ini agar pihak perusahaan mematuhi untuk tidak

membayarkan upah kepada pekerja atau buruh dengan upah yang

rendah.

3. Dampak Kebijakan Publik

Pengertian akan dampak sesungguhnya berbeda maknanya

dengan akibat maupun implikasi. Dampak itu sendiri manurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah: “Sesuatu yang merupakan hasil

akhir atau hasil suatu peristiwa (perbuatan atau keputusan). Dan

Implikasi menurut KBBI adalah “Keterlibatan atau keadaan yang

Page 33: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

17

terlibat dalam hal ini manusia sebagai objek penelitian semakin terasa

manfaat dan kepentingannya.”

William N. Dunn dalam Wibawa (1994:54) menyebutkan bahwa

“dampak kebijakan adalah perubahan fisik dan sosial sebagai akibat dari

output kebijakan”. Output adalah barang, jasa atau fasilitas lain yang

diterima oleh sekelompok masyarakat tertentu, baik kelompok sasaran

maupun kelompok lain yang dimaksud untuk disentuh oleh kebijakan.

Setiap kebijakan memiliki tahapan yaitu mulai dari formulasi dan

penyusunan program kemudian pelaksanaannya dan hasil yang

merupakan output dari suatu kebijakan. Dimana output tersebut dapat

menimbulkan dampak positif maupun negatif yang dapat berhubungan

satu dengan yang lainnya.

Dampak kebijakan itu sendiri menurut Wibawa (1994:54) “ Di

dalamnya ada unit sosial pedampak yang merupakan Unit sosial yang

terkena dampak sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan publik”.

Unit sosial pendampak tersebut terdiri dari :

1. Dampak Individual

Dampak yang menyentuh aspek biologis/fisik, psikis,

lingkungan hidup, ekonomi dan sosial serta personal.

2. Dampak Organisasional

Dampak kebijakan terhadap organisasi atau kelompok, baik

secara langsung maupun tidak. Dampak langsung adalah yang

langsung berpengaruh pada pencapaian tujuan, sedangkan

Page 34: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

18

dampak tidak langsung misalnya dampak terhadap semangat

kerja organisasi.

3. Dampak terhadap Masyarakat

Dampak kebijakan terhadap masyarakat menunjuk pada

sejauh mana kebijakan tersebut mempengaruhi kapasitas

masyarakat dalam melayani anggotanya.

4. Dampak terhadap lembaga dan sistem sosial

Dampak kebijakan dapat menimbulkan perubahan yang

terjadi dalam lembaga dan sistem sosial

Dalam kaitannya dengan penelitian ini maka peneliti lebih

memfokuskan pada dampak individual yaitu dampak yang menyentuh

aspek ekonomi dan sosial serta personal dalam kaitannya dengan

kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) di Kota Batu.

B. Implementasi kebijakan publik

1. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi merupakan tahapan yang paling penting dari suatu

kebijakan publik. Mazmanian dan sabatier yang dikutip oleh Abdul

Wahab (2005:68) menjelaskan implementasi itu adalah :

“Pelaksanaan keputusan dasar, biasanya dalam bentuk undang -

undang, namun dapat pula berbentuk perintah – perintah atau

keputusan – keputusan eksekutif yang penting atau keputusan

badan pengadilan. Apabila satu kebijakan dianalisis

(perumusannya) dan dirumuskan, langkah selanjutnya adalah

mengorganisasikan, melaksanakan, dan melakukan pengedalian

pelaksanaan kebijakan tersebut.”

Page 35: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

19

Implementasi kebijakan seringkali tidak sesuai dengan hasil

yang diharapkan. Kegagalan implementasi tersebut dipengaruhi oleh

banyak faktor. Sebaik apapun sebuah kebijakan jika tidak direncanakan

dan diarsipkan dengan baik dalam implementasi maka tujuan kebijakan

tersebut tidak sepenuhnya dapat terwujud. Hal terpenting dalam

penerapan kebijakan adalah pengimplementasian harus disesuaikan

dengan sumber daya yang tersedia, baik secara kelembagaan maupun

elemen-elemen pendukung yang ada dalam lingkungan masyarakat.

Pada dasarnya implementasi kebijakan merupakan penyedia

sarana dan prasarana untuk melaksanakan suatu kebijakan sehingga

dapat berpengaruh terhadap suatu kelompok sasaran tertentu.

Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu cara agar suatu

kebijakan dapat mencapai tujuan. Pengimplemetasian kebijakan publik

dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu langsung diterapkan dalam

bentuk program atau kegiatan melalui suatu formulasi kebijakan turunan

dari kebijakan publik tersebut.

Menurut Setyodarmojo (2000:192) urutan langkah implementasi

dan pengendalian kebijakan publlik adalah sebagai berikut :

1. Sosialisasi dan penyebaran kebijakan agar seluruh masyarakat

mengetahui tentang adanya kebijakan tersebut.

2. Pembentukan organisasi pelaksanaan yang meliputi,

pembagian tugas dan fungsi, penyusunan unit kerja, tata kerja

dan koordinasi.

3. Penyusunan program kerja yang harus memperhatikan (a)

pengelolaan kebijakan publik. (b) sistem dan proses

pengelolaan kebijkan publik. (c) faktor yang mempengaruhi

dinamika proses pembuatan kebijakan publik dan

pelaksanaannya. (d) pemahaman terhadap masalah yang perlu

Page 36: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

20

dipecahkan melalui kebijakan publik. (e) perincian program

kerja. (f) volume target. (g) besarnya sumber daya alam,

sumber daya manusia, dan sumber dana. (h) waktu dan

jaringan pelaksanaan. (i) sarana dan prasarana.

2. Pendekatan Implementasi Kebijakan Publik

Pendekatan-pendekatan yang sering digunakan dalam proses

implementasi kebijakan Mulyono (2009) antara lain :

a) Pendekatan Struktual (structual approach)

Pendekatan ini menganggap bahwa kepercayaan terhadap

prinsip-prinsip universal dan organisasi yang baik kini harus

diubah, yakni perhatian pada keyakinan bahwa struktur

organisasi tertentu hanya cocok pada tipe tugas dan lingkungan

tertentu pula.

b) Pendekatan Prosedural dan Manajerial (procedural and

manajerial)

Pendekatan ini menekankan pada prosedur manajerial beserta

teknik-teknik manajmen yang relevan. Dalam pendekatan ini

memungkinkan untuk memperkirakan secara tepat jangka waktu

penyelesaian tiap-tiap tugas, dengan jalan memonitor setiap

peluang waktu yang ada bagi penyelesaian tugas dalam jaringan.

c) Pendekatan Keperilakuan (behavioral approach)

Pendekatan keperilakuan adalah suatu pendekatan yang lebih

memusatkan pada perilaku manusia beserta segala sikapnya.

Pendekatan keperilakuan diawali dengan suatu kesadaran bahwa

seringkali terdapat kebijakan baru dikeluarkan. Oleh karena itu

harus dijelaskan sejak awal tentang alasan, tujuan, sasaran, dan

perlu juga mempersiapkan sarana yang mendalam supaya

kebijakan tersebur mendapat dukungan. Tujuan pendekatan ini

untuk menciptakan suasana saling percaya, terutama dengan cara

pimpinan menunjukan perhatian yang besar terhadap

kepentingan orang-orang atau masyarakat banyak.

d) Pendekatan politik (political approach)

Pendekatan politik adalah mengasumsikan bahwa keberhasilan

suatu kebijakan pada akhirnya akan bergantung juga pada

kesediaan dan kemampuan kelompok-kelompok yang dominan

atau berpengaruh untuk melaksanakan kehendaknya, dengan

kata lain pendekatan ini lebih mengacu pada pola-pola

kekuasaan dan pengaruhnya.

Page 37: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

21

3. Model Implementasi Kebijakan Publik

Model kebijakan dalam implementasi kebijakan merupakan

bentuk dari kebijakan tersebut dan mempunyai karakteristik masing-

masing. Terdapat beberapa model implementasi kebijakan tersebut

diantaranya :

a)”A Model of The Policy Implementation” Implementasi

Kebijakan Publik Model Donald Van Meter dan Carl Van Horn

Van Meter dan Van Horn dalam Agustinus (2008:141-

144) teori ini beranjak dari suatu argumen bahwa perbedan-

perbedaan dalam proses implementasi akan dipengaruhi oleh

sifat kebijaksanaan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya mereka

menawarkan suatu pendekatan yang mencoba untuk

menghubungkan antara isu kebijakan dengan implementasi dan

suatu model konseptual yang menghubungkan kebijakan dengan

pretasi kerja. Kedua ahli ini menegaskan pula pendiriannya

bahwa perubahan, kontrol dan kepatuhan bertindak merupakan

konsep-konsep penting dalam prosedur implementasi. Dengan

memanfaatkan konsep-konsep tersebut, maka permasalahannya

yang perlu dikaji dalam hubungan ini ialah hambatan-hambatan

yang terjadi dalam mengenalkan perubahan dalam organisasi,

seberapa jauh tingkat efektivitas mekanisme kontrol pada setiap

jenjang struktur dan seberapa penting rasa ketertarikan masing-

masing dalam organisasi. Hal lain yang dikemukakan pleh kedua

Page 38: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

22

ahli ini ialah bahwa jalan yang menghubungkan antara kebijakan

dan prestasi kerja dipisahkan oleh sejumlah variabel bebas yang

saling berkaitan. Variabel bebas itu ialah :

1)Ukuran dan Tujuan Kebijakan. Dalam implementasi

kebijakan, tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran suatu program

yang akan dilaksanakan harus diidentifikasikan dan diukur

karena implementasi tidak akan berhasil atau mengalami

kegagalan bila tujuan-tujuan itu tidak dipertimbangkan.

2)Sumber-sumber Kebijakan. Sumber-sumber yang dimaksud

adalah mencakup dana atau perangsang lain yang mendorong

dan memperlancar implementasi yang efektif.

3)Komunikasi Antar Instansi dan Kegiatan Pelaksanaan.

Pelaksanaan implementasi dapat berjalan efektif bila disertai

dengan ketepatan komunikasi antar para pelaksana.

4)Karakteristik badan pelaksana. Karakteristik badan pelaksana

erat kaitannya dengan struktur birokrasi. Struktur birokrasi yang

baik akan mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi

kebijakan.

5)Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik. Kondisi ekonomi,

sosial dan politik dapat mempengaruhi badan pelaksana dalam

pencapaian implementasi kebijakan.

Page 39: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

23

Gambar 1. Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn

Sumber : Nugroho (2009:400)

b)”A Framework for Policy Implementation Analysis”

Implementasi Kebijakan Publik Model Daniel Mazmanian dan

Paul Sabatier

Dalam Agustinus (2008:144-149) implementasi

kebijakan mengidentifikasikan variabel-variabel yang

mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal pada

keseluruhan proses implementasi. Variabel-variabel yang

dimaksud dapat diklasifikan menjadi 3 (tiga) kategori besar,

yaitu :

1) Mudah atau tidaknya masalah yang akan digarap dan

dikendalikan ;

2) Kemampuan kebijakan menstrukturkan proses

implementasi secara tepat;

3) Variabel-variabel diluar undang-undang yang

mempengaruhi implementasi.

Page 40: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

24

Gambaran mengenai kerangka konseptual proses implementasi

kebijaksanaan negara disebut sebagai variabel bebas, dibedakan

dari tahap-tahap implementasi yang harus dilalui, disebut

variabel tergantung. Dalam hubungan ini perlu diingat, bahwa

tiap tahap akan berpengaruh terhadap tahap lainnya, misalnya

tingkat kesediaan kelompok sasaran untuk mengindahkan atau

mematuhi ketentuan-ketentuan yang termuat dalam keputusan-

keputusan kebijaksanaan dari badan-badan (instansi) pelaksana

akan berpengaruh terhadap dampak nyata keputusan-keputusan

tersebut.

Gambar 2. Sekuensi Implementasi Kebijakan

Sumber : Nugroho (2009:495)

Page 41: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

25

c)”Implementation as A Political and Administrative

Process”Implementasi Kebijakan Publik Model Merilee S.

Grindle

Model Grindle dalam Nugroho (2006:132-133) bahwa

keberhasilan implementasi kebijakan publik dipengaruhi oleh dua

variabel yang fundamental, yakni isi kebijakan (content of policy)

dan lingkungan implementasi (context of implementation).

1) Variabel isi kebijakan. Variabel isi kebijakan mencakup hal

sebagai berikut, yaitu; (1) sejauh mana kepentingan kelompok

sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan publik; (2)

jenis manfaat yang diterima oleh target group; (3) sejauh mana

perubahan yang diinginkan oleh kebijakan. Dalam suatu program

yang bertujuan mengubah sikap dan perilaku kelompok sasaran

relatif lebih sulit diimplementasikan daripada sekedar memberikan

bantuan langsung tunai (BLT) kepada sekelompok masyarakat

miskin; (4) apakah letak sebuah program sudah tepat; (5) apakah

sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci;

dan (6) sumberdaya yang disebutkan apakah sebuah program

didukung oleh sumberdaya yang memadai.

2) Variabel lingkungan kebijakan. Variabel lingkungan kebijakan

mencakup hal-hal sebagai berikut; (1) seberapa besar kekuatan,

kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang

Page 42: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

26

terlibat dalam implementasi kebijakan; (2) karakteristik institusi

dan rezim yang sedang berkuasa; (3) tingkat kepatuhan dan

responsivitas kelompok sasaran.

Gambar 3. Model implementasi kebijakan publik Merille S.

Grindle

Sumber: Merilee S. Grindle, Politics and Policies Implementation

in the Third World, (NJ: Princeton University Press, 1980), hal.11

d. Model Implementasi Kebijakan George Edward III (1980)

Edwards dalam winarno (2002 : 125) membahas empat

faktor atau variable krusial dalam implemetasi kebijakan publik.

Faktor atau variabel tersebut adalah komunikasi, sumber-

sumber, kecenderungan-kecenderungan atau tingkah laku dan

struktur birokrasi. Keempat faktor ini berpengaruh terhadap

implementasi kebijakan dan bekerja secara simultan dan

berinteraksi satu sama lain untuk membantu dan menghambat

Page 43: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

27

implementasi kebijakan. Maka pendekatan yang ideal adalah

dengan cara merefleksikan kompleksitas ini dengan membahas

semua faktor sekaligus.

Secara umum Edward dan Winarno (2002 : 125),

membahas tiga hal penting dalam proses komunikasi transmisi,

konsistensi, dan kejelasan. Sumber-sumber yang penting

meliputi; staf yang memadai serta keahlian yang baik untuk

melaksanakan tugas mereka, wewenang serta fasilitas yang

diperlukan untuk menterjemahkan usul diatas kertas guna

melaksanakan pelayanan publik. Kecenderungan dari para

pelaksana kebijakan merupakan faktor ketiga yang mempunyai

konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif.

Jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu

kebijakan tertentu, dan hal ini berarti adanya dukungan,

kemungkinan besar mereka melaksanakan kebijakan

sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat keputusan

awal. Faktor yang keempat adalah struktur birokrasi. Birokrasi

merupakan salah satu badan yang paling sering bahkan secara

keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan. Birokrasi baik secara

sadar atau tidak, memilih bentuk-bentuk organisasi untuk

kesepakatan kolektif dalam rangka memecahkan masalah sosial

dalam kehidupan modern.

Page 44: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

28

Gambar 4. Model Pendekatan Implementasi Kebijakan menurut

George C. Edward III

Sumber : George III Edward (1980 :148)

e. Model Implementasi Kebijakan Gogging

Model ini merupakan generasi ketiga model

implementasi kebijakan, seperti dalam dwijowijoto (2008:444):

Malcolm Gogging, Ann Bowman, dan James Lester

mengembangkan apa yang disebut sebagai “Comunication

Model” untuk implementasi. Gogging,dkk. Bertujuan

mengembangkan sebuah model implementasi kebijakan yang

“lebih ilmiah” dengan mengedepankan pendekatan “metode

penelitian” dengan adanya variabel independent, intervening,

dan dependen, dan meletakkan faktor “komunikasi” sebagai

penggerak dalam implementasi kebijakan.

F. Model Hogwood dan Gunn

Model Hogwood dan Gunn adalah model yang

mendasarkan pada konsep manajemen strategis yang mengarah

pada praktik manajemen yang sistematis dan tidak

meninggalkan kaidah pokok. Kelemahan dari konsep ini adalah

tidak secara tegas menunjukkan nama yang bersifat politis,

Page 45: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

29

strategis, dan teknik atau operasional. Terdapat 8 syarat yang

berkenaan dengan model hogwood dan gunn, yaitu :

1) Adanya jaminan bahwasannya kondisi eksternal yang

dihadapi oleh lembaga pelaksanaan tidak akan

menimbulkan masalah besar.

2) Adanya ketersediaan sumber daya, baik sumber daya

waktu untuk melaksanakan kebijakan.

3) Tersedianya perpaduan sumber-sumber yang diperlukan.

Hal ini dikarenakan sifat dari kebijakan publik adalah

luas, oleh karena itu membutuhkan keterlibatan dari

sumber-sumber yang ada, baik SDM atau aktor sumber

yang lain.

4) Apakah kebijkan yang akan di implementasikan di dasari

hubungan kausal yang handal, maksudnya adalah

memastikan kemampuan dari kebijakan yang dibuat

untuk menyelesaikan permasalahan.

5) Seberapa banyak hubungan kausalitas yang terjadi.

Semakin sedikit hubungan sebab akibat maka semakin

tinggi hasil yang dikehendaki oleh kebijakan tersebut.

6) Apakah hubungan saling ketergantungannya kecil.

7) Adanya pemahaman yang mendalam dan kesepakatan

terhadap tujuan.

8) Memastikan tugas telah dirinci dan ditempatkan dalam

Page 46: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

30

urutan yang benar. (Nugroho,630-632)

G. Model Matland

Richard Matland dalam Nugroho (2006:564-568)

mengembangkan sebuah model yang disebut dengan Model

Matriks Ambiguitas-Konflik yang menjelaskan bahwa

implementasi secara admiministratif adalah implementasi yang

dilakukan dalam keseharian operasi birokrasi pemerintahan.

Kebijakan di sini memiliki ambiguitas atau kemenduaan yang

rendah dan konflik yang rendah. Implementasi secara politik

adalah implementasi yang perlu dipaksakan secara politik, karena,

walaupun ambiguitasnya rendah, tingkat konfliknya tinggi.

Implementasi secara eksperimen dilakukan pada kebijakan yang

mendua, namun tingkat konfilknya rendah. Implementasi secara

simbolik dilakukan pada kebijakan yang mempunyai ambiguitas

tinggi dan konflik yang tinggi. Pada prinsispnya matrik matland

memiliki “empat tepat” yang perlu dipenuhi dalam hal keefektifan

implemenatasi kebijakan, yaitu:

1. Ketepatan Kebijakan

Ketepatan kebijakan ini dinilai dari:

1. Sejauh mana kabijakan yang ada telah bermuatan hal-hal yang

memang memecahkan masalah yang hendak dipecahkan.

Pertanyaannya adalah how excelent is the policy.

Page 47: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

31

2. Apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan sesuai dengan

karakter masalah yang hendak dipecahkan.

3. Apakah kebijakan dibuat oleh lembaga yang mempunyai

kewenangan (misi kelembagaan) yang sesuai dengan karakter

kebijakan.

2. Ketepatan Pelaksanaan

Aktor implementasi kebijakan tidaklah hanya pemerintah. Ada tiga

lembaga yang bisa menjadi pelaksana, yaitu pemerintah, kerjasama

antara pemerintah-masyarakat/swasta, atau implementasi kebijakan

yang diswastakan (privatization atau contracting out). Kebijakan-

kebijakan yang bersifat monopoli, seperti kartu identitas penduduk,

atau mempunyai derajat politik keamanan yang tinggi, seperti

pertahanan dan keamanan, sebaiknya diselenggarakan oleh

pemerintah. Kebijakan yang bersifat memberdayakan masyarakat,

seperti penanggulangan kemiskinan, sebaiknya diselenggarakan

pemerintah bersama masyarakat. Kebijakan yang bertujuan

mengarahkan kegiatan kegiatan masyarakat, seperti bagaimana

perusahaan harus dikelola, atau di mana pemerintah tidak efektif

menyelenggarakannya sendiri, seperti pembangunan industri-

industri berskala menengah dan kecil yang tidak strategis,

sebaiknya diserahkan kepada masyarakat

3. Ketepatan Target

Page 48: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

32

Ketepatan berkenaan dengan tiga hal, yaitu:

1. Apakah target yang dintervensi sesuai dengan yang

direncanakan, apakah tidak ada tumpang tindih dengan

intervensi lain, atau tidak bertentangan dengan intervensi

kebijakan lain.

2. Apakah targetnya dalam kondisi siap untuk dintervensi

ataukah tidak. Kesiapan bukan saja dalam arti secara alami,

namun juga apakah kondisi target ada dalam konflik atau

harmoni, dan apakah kondisi target ada dalam kondisi

mendukung atau menolak.

3. Apakah intervensi implementasi kebijakan bersifat baru

atau memperbarui implementasi kebijakan sebelumnya.

Terlalu banyak kebijakan yang tampaknya baru namun pada

prinsipnya mengulang kebijakan yang lama dengan hasil

yang sama tidak efektifnya dengan kebijakan sebelumnya.

4. Ketepatan Lingkungan

Ada dua lingkungan yang paling menentukan, yaitu:

1. Lingkungan Kebijakan

Yaitu interaksi antara lembaga perumus kebijakan dengan

pelaksana kebijakan dengan lembaga yang terkait. Donald J.

Calista menyebutnya sebagai sebagai variabel endogen, yaitu

Page 49: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

33

authoritative arrangement yang berkenaan dengan kekuatan

sumber otoritas dari kebijakan, network composition yang

berkenaan dengan komposisi jejaring dari berbagai organisasi yang

terlibat kebijakan, baik dari pemerintah maupun masyarakat,

implementation setting yang berkenaan dengan posisi tawar-

menawar antara otoritas yang mengeluarkan kebijakan dan jejaring

yang berkenaan dengan implementasi kebijakan.

2. Lingkungan Eksternal Kebijakan

Lingkungan ini oleh Calista disebut sebagai variabel eksogen, yang

terdiri dari atas public opinion, yaitu persepsi publik akan

kebijakan dan implementasi kebijakan, interpretive instutions yang

berkenaan dengan interprestasi lembaga-lembaga strategis dalam

masyarakat, seperti media massa, kelompok penekan, dan

kelompok kepentingan, dalam menginterpretasikan kebijakan dan

implementasi kebijakan, dan individuals, yakni individu-individu

tertentu yang mampu memainkan peran penting dalam

menginterpretasikan kebijakan dan implementasi kebijakan.

Ke-empat “tepat” tersebut masih perlu didukung oleh tiga jenis

dukungan, yaitu:

1. Dukungan politik;

2. Dukungan strategik; dan

Page 50: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

34

3. Dukungan teknis

H. Model Jaringan

Model ini memehami bahwa proses implementasi kebijakan

adalah sebuah complex of interaction processes diantara sejumlah

besar aktor yang berada dalam suatu jaringan (network) aktor-aktor

yang independen. Interaksi di antara para aktor dalam jaringan

tersebutlah yang akan menentukan bagaimana implementasi harus

dilaksanakan, permasalahan-permasalahan yang harus

dikedepankan, dan diskresi-diskresi yang diharapkan menjadi

bagian penting di dalamnya.

Pemahaman ini antara lain dikembangkan dalam sebuah

buku yang ditulis oleh tiga orang ilmuwan Belanda, yaitu Walter

Kickert, Erik Hans Klijn, dan Joop Koppenjan, Managing Complex

Networks: Strategies for the Public Sector (1997). Pada model ini,

semua aktor dalam jaringan relatif otonom, artinya mempunyai

tujuan masing-masing yang berbeda. Tidak ada aktor sentral, tidak

ada aktor yang menjadi koordinator. Pada pendekatan ini, koalisi

dan/ atau kesepakatan di antara aktor yang berada pada sentral

jaringan menjadi penentu implementasi kebijakan dan

keberhasilannya.

I. Model Elmore, dkk

Page 51: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

35

Model kelima adalah model yang disusun Richard Elmore

(1979), Michael Lipsky (1971), dan Benny Hjern dan David

O’Porter (1981). Model ini dimulai dari mengidentifikasikan

jaringan aktor yang terlibat dalam proses pelayanan dan

menanyakan kepada mereka: tujuan, strategi, aktivitas, dan kontak-

kontak yang mereka miliki. Model implementasi ini didasarkan

pada jenis kebijakan publik yang mendorong masyarakat untuk

mengerjakan sendiri implementasi kebijakannya atau tetap

melibatkan pejabat pemerintah namun hanya di tataran rendah.

Oleh karena itu, kebijakan yang dibuat harus sesuai dengan

harapan, keinginan, publik yang menjadi target atau kliennya, dan

sesuai pula dengan pejabat eselon rendah yang menjadi

pelaksananya. Kebijakan model ini biasanya diprakarsai oleh

masyarakat, baik secara langsung maupun melalui lembaga-

lembaga nirlaba kemasyarakatan (LSM).

J. Model Soren C. Winter

Winter dalam peters and Pierre memperkenalkan model

implementasi intergratif (Intergrated Implementation Model).

Winter berpendapat bahawa keberhasilan implementasi kebijakan

dipengaruhi oleh formulasi kebijakan proses implementasi

kebijakan dampak implementasi kebijakan itu sendiri

Page 52: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

36

Selanjutnya Winter mengemukakan 3 (tiga) variabel yang

mempengaruhi keberhasilan proses implementasi yakni :

1. Perilaku hubungan antar organisasi. Dimensinya adalah:

komitmen dan koordinasi antar organisasi;

2. Perilaku implementor (aparat/birokrat) tingkat bawah.

Dimensinya adalah kontrol politik, kontrol organisasi dan etos

kerja dan norma-norma profesional

3. Perilaku kelompok sasaran. Kelompok sasaran tidak hanya

memberi pengaruh pada dampak kebijakan tetapi juga

mempengaruhi kinerja aparat tingkat bawah, jika dampak yang

ditimbulkan baik maka kinerja aparat tingkat bawah juga baik

demikian dengan sebaliknya. Perilaku kelompok

sasaran meliputi respon positif atau negatif masyarakat dalam

mendukung atau tidak mendukung suatu kebijakan yang

disertai adanya umpan balik berupa tanggapan kelompok

sasaran terhadap kebijakan yang dibuat.

K. Model G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rondinelli

Cheema dan Rondinelli dalam Subarsono (2008) menggambarkan

empat kelompok variabel yang dapat memengaruhi kinerja dan

dampak suatu program antara lain (1). Kondisi lingkungan,

(2). Hubungan antar organisasi, (3) Sumberdaya organisasi untuk

implementasi program, (4). Karakteristik dan kemampuan agen.

Dari kesemua model tersebut memiliki kelebihan dan

kekurangan masing-masing sehingga dalam hal ini seorang

pembuat kebijakan dalam mengimplementasikan kebijakan

jangan sampai keliru pada saat memaknai atau menjalankan

suatu kebijakan karena ketika awalan yang dilakukan sudah

keliru maka kedepannya akan keberlangsungan suatu kebijakan

tersebut akan tidak berjalan sebagaimana mestinya yang

diinginkan dan sistem kontroling juga tidak baik.

Page 53: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

37

Banyak sekali model-model implementasi kebijakan

yang ditawarkan, akan tetapi manakah model-model yang cocok

dengan kebijakan yang ada. Pada penelitian ini, peneliti nantinya

menggunakan model yang dikembangkan oleh Van Metter dan

Van Horn karena menurut peneliti, model ini menjelaskan

keberhasilan implementasi kebijakan publik yaitu ukuran dan

tujuan kebijakan, sumber-sumber kebijakan, komunikasi,

karakteristik badan pelaksana, kondisi ekonomi, sosial dan

politik yang mana variabel yang dijelaskan tersebut sesuai

dengan apa yang nantinya akan diteliti oleh penulis.

C. Pengupahan

1. Pengertian Upah

Definisi upah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun

1981 tentang Perlindungan upah adalah :

“Suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada

tenaga kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan

dilakukan, dinyatakan, atau dinilai dalam bentuk uang yang

ditetapkan menurut suatu persetujuan atau peraturan perundang-

undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara

pengusaha (pemberi kerja) dan pekerja termasuk tunjangan baik

untuk pekerja sendiri maupun keluarganya”.

Sedangkan definisi upah menurut Pasal 1 angka 30 Undang-

undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memberikan

pengertian upah adalah :

“Hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk

uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada

pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu

perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-

Page 54: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

38

undangan termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan

keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan

dilakukan”.

Dari pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa upah

dibayarkan berdasar atas kesepakatan para pihak, dan agar upah yang

diterima oleh pekerja/buruh tidak terlampau rendah, maka pemerintah

turut campur tangan dalam menetapkan standar upah minimum. Upah

memegang peranan penting dan ciri khas suatu hubungan kerja, karena

upah merupakan tujuan utama bagi seorang pekerja dalam melakukan

pekerjaan pada orang atau badan hukum lain, maka pemerintah turut

serta dalam menangani masalah upah melalui berbagai kebijakan yang

dituangkan dalam peraturan perundang-undangan. Undang-Undang No.

13 Tahun 2003 Pasal 88 ayat (1) menyebutkan setiap pekerja berhak

memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan, maka pemerintah menetapkan kebijakan

pengupahan untuk melindungi pekerja, meliputi :

a. Upah minimum;

b. Upah kerja lembur;

c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;

d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar

pekerjaannya;

e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;

f. Bentuk dan cara pembayaran upah;

g. Denda dan potongan upah;

Page 55: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

39

h. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;

i. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional;

j. Upah untuk pembayaran pesangon;

k. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

Pasal 91 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa Pengaturan

pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dengan

pekerja atau serikat pekerja tidak boleh lebih rendah dari ketentuan

pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku yaitu sesuai dalam Pasal 90 Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan. Apabila kesepakatan tersebut lebih

rendah dari peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka

kesepakatan tersebut batal demi hukum, dan pengusaha wajib

membayar upah pekerja sesuai peraturan perundang- undangan yang

berlaku.

2. Komponen Upah

Pemberian upah yang tidak dalam bentuk uang dibenarkan asal

tidak melebihi 25% dari nilai upah yang seharusnya diterima. Imbalan

yang diterima oleh pekerja tidak selamanya disebut sebagai upah,

karena dapat imbalan tersebut tidak termasuk dalam komponen upah.

a.Termasuk komponen upah adalah :

(1) Upah pokok merupakan imbalan dasar yang dibayarkan kepada

pekerja menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya

ditetapkan berdasar perjanjian;

Page 56: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

40

(2) Tunjangan tetap yaitu suatu pembayaran yang teratur berkaitan

dengan pekerjaan yang diberikan secara tetap untuk pekerja dan

keluarganya yang dibayarkan bersamaan dengan upah pokok seperti

tunjangan anak, tunjangan kesehatan, tunjangan perumahan.

(3) Tunjangan tidak tetap yaitu pembayaran yang secara langsung

maupun tidak langsung berkaitan dengan pekerja dan diberikan

secara tidak tetap bagi pekerja dan keluarganya serta dibayarkan

tidak bersamaan dengan pembayaran upah pokok.

b. Tidak termasuk komponen upah adalah :

(1) Fasilitas yaitu kenikmatan dalam bentuk nyata karena hal-hal yang

bersifat khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan buruh;

(2) Bonus yaitu pembayaran yang diterima karena pekerja berprestasi

melebihi target produksi yang normal atau karena peningkatan

produksi;

(3) Tunjangan hari raya dan pembagian keuntungan lainnya.

3. Jenis-Jenis Upah

G. Kartasapoetra dalam bukunya menyebutkan, bahwa jenis-jenis upah

meliputi :

a. Upah nominal

Yang dimaksud dengan upah nominal adalah sejumlah uang yang

dibayarkan kepada pekerja yang berhak secara tunai sebagai imbalan

atas pengerahan jasa-jasa atau pelayanannya sesuai dengan

ketentuan- ketentuan yang terdapat dalam perjanjian kerja di bidang

Page 57: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

41

industri atau perusahaan ataupun dalam suatu organisasi kerja, dimana

ke dalam upah tersebut tidak ada tambahan atau keuntungan yang lain

diberikan kepadanya. Upah nominal ini sering pula disebut upah uang

(money wages), sehubungan dengan wujudnya yang memang berupa

uang secara keseluruhannya.

b. Upah nyata (real wages)

Upah nyata adalah upah yang benar-benar harus diterima oleh seseorang

yang berhak. Upah nyata ditentukan oleh daya beli upah tersebut yang

akan banyak bergantung dari :

(1) Besar atau kecilnya jumlah uang yang diterima;

(2) Besar atau kecilnya biaya hidup yang diperlukan.

Adakalanya upah itu diterima dalam wujud uang atau fasilitas atau in

natura, maka upah nyata yang diterimanya yaitu jumlah upah uang dan

nilai rupiah dari fasilitas dan barang in natura tersebut.

c. Upah hidup

Dalam hal ini upah yang diterima seorang pekerja itu relatif cukup

untuk membiayai keperluan hidup yang lebih luas, yang tidak hanya

kebutuhan pokoknya saja yang dapat dipenuhi melainkan juga sebagian

dari kebutuhan sosial keluarganya, misalnya pendidikan, bagi bahan

pangan yang memiliki nilai gizi yang lebih baik, iuran asuransi jiwa dan

beberapa lainnya lagi.

d. Upah minimum

Pendapatan yang dihasilkan para buruh dalam suatu perusahaan sangat

Page 58: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

42

berperan dalam hubungan ketenagakerjaan. Seorang pekerja adalah

manusia dan dilihat dari segi kemanusiaan sewajarnyalah pekerja

mendapatkan penghargaan dan perlindungan yang layak.

e. Upah wajar

Upah yang secara relatif dinilai cukup wajar oleh pengusaha dan para

pekerjanya sebagai uang imbalan atas jasa-jasa yang diberikan pekerja

kepada pengusaha atau perusahaan sesuai dengan perjanjian kerja

diantara mereka.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Upah

Faktor-faktor yang mempengaruhi upah antara lain :

a. Pendidikan dan keterampilan

Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh langsung terhadap

produktifitas kerja.

b. Kondisi pasar kerja

Kondisi pasar kerja sangat mempengaruhi nilai tawar pekerja. Dalam

tingkat pengangguran tinggi menyebabkan kelebihan pekerja dengan

penawaran upah rendah, hal ini menyebabkan posisi tawar pencari kerja

menjadi sangat lemah.

c. Biaya hidup

Tingkat biaya hidup di suatu tempat akan berpengaruh terhadap tingkat

upah di tempat tersebut. Hal ini terjadi untuk mempertahankan tingkat

kesejahteraan pekerja yang bersangkutan.

d. Kemampuan perusahaan

Page 59: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

43

Faktor ini menjadi penentu utama dalam menetapkan tingkat upah. Ada

pendapat yang menyatakan bahwa apabila perusahaan tidak mampu

membayar upah secara wajar, maka perusahaan yang bersangkutan

harus menutup perusahaan.

e. Kemampuan serikat pekerja

Apabila serikat pekerja kuat dalam perundingan Perjanjian Kerja

Bersama dapat memperjuangkan perbaikan syarat kerja termasuk

pengupahan dengan hasil yang maksimal.

f. Produktifitas kerja

Kelangsungan hidup dan dan kemajuan perusahaan sangat ditentukan

oleh tingkat produktivitas kerja haruslah disadari penuh oleh pekerja

dan pengusaha juga harus memahami bahwa kemajuan itu adalah hasil

sumbangan dari pekerja.

g. Kebijakan pemerintah

Dalam hal-hal tertentu pemerintah melaksanakan intervensi terhadap

pengupahan dan tidak semata-mata diserahkan kepada mekanisme

pasar. Tujuannya adalah untuk menjamin agar tingkat upah tidak

merosot dengan menetapkan jaring pengaman dalam bentuk upah

minimum. Intervensi ini juga memelihara kesempatan kerja.

5. Upah Minumum Kota

Penerapan ketentuan UMK lahir ketika diberlakukannya

otonomi daerah yang memberikan pandangan tentang pengelolaan dan

manajemen di dalam pemerintahan daerah dilakukan oleh daerah

Page 60: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

44

sendiri, sehingga menghasilkan evaluasi terhadap berbagai sistem dalam

pemerintahan daerah salah satunya adalah sistem pengupahan.

Pengertian upah menurut Peraturan pemerintah no. 8 tahun

1982. Tentang perlindungan upah, yaitu :

“upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha

kepada buruh untuk suatu atau jasa yang telah atau akan

dilakukan dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang

ditetapkan menurut suatu persetujuan, atau peraturan perundang

– undangan dan dibayarkan atas suatu perjajnjian kerja antara

pihak pengusaha dan buruh/pekerja termasuk tunjangan, baik

untuk buruh itu sendiri maupun keluarganya”.

Dengan demikian upah dikategorikan dalam hubungan timbal balik

antara pengusaha dan pihak pekerja dalam melakukan pekerjaan,

pengusaha mendapatkan jasa tenaga kerja dari pekerja/buruh dan buruh

mendapatkan upah atas hasil kinerjanya. Peraturan yang mengatur

minimum pertama kali muncul dalam pemberlakuan upah minimum

terjadi pada tahun 1999, dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri

Tenaga Kerja No. 1/MEN/1999 tentang Perlindungan Upah

menyebutkan, Upah minimum Regional yang selanjutnya disebut UMR

dibagi atas :

Page 61: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

45

1. UMR Tingkat I, yaitu upah minimum yang berlaku di wilayah

Provinsi.

2. UMR Tingkat II, yaitu upah minimum yang berlaku di wilayah

Kabupaten/Kota.

Peraturan tersebut kemudian berubah dengan dikeluarkannya

keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 226/men/2000 yang mengatur

tentang perubahan pasal 1, pasal 3, pasal 8, pasal 11, pasal 20, pasal 21

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep.

01/MEN/1999 mengenai istilah UMR ynag selanjutnya disebut :

1. UMR Tingkat 1 berubah istilah menjadi Upah Minimum Provinsi

(UMP).

2. UMR Tingkat II berubah istlah menjadi Upah Minimum Kota

(UMK).

Peraturan mengenai UMP/UMK juga terdapat dalam pasal 88

ayat (4) dalam UU ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 yang

menyebutkan bahwa “Upah Minimum Kota adalah ketentuan dalam

sistem pengupahan yang diberlakukan berdasarkan tingkat Propinsi atau

Kabupaten/Kota yang ditetapkan pemerintah berdasarkan kehidupan

hidup layak dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan

ekonomi”.

Melalui UU No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

mekanisme ketentuan UMK ditetapkan sebagai dasar dalam penetuan

upah oleh baik pemerintahan tingkat propinsi, kabupaten/kota masing –

Page 62: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

46

masing. Upah yang terdiri dari komponen – komponen pembentuk upah

diukur dari tingkat kebutuhan buruh yang masih lajang, berarti

kebutuhan untuk satu orang dalam satu bulannya, menyangkut

kebutuhan secara umum yaitu sandang, pangan dan papan. Jadi

misalkan buruh memiliki kebutuhan dalam satu harinya membutuhkan

makan sebesar Rp. 15.000,- minum Rp. 6000,- Transportasi Rp. 5.000,-

maka kebutuhan seharinya seorang pekerja sebesar Rp. 26.000,- dan

dalam satu bulan upah yang akan diterima oleh pekerja sebesar Rp.

780.000,-.

Penelitian komponen kebutuhan hidup layak sebagai dasar

penentuan upah minimum yang dilakukan Departemen Tenaga Kerja

dan Transmigrasi mengatakan, penetapan upah minimum di Indonesia

didasarkan pada kebutuhan hidup kerja lajang yang sudah mengalami 2

kali perubahan, yaitu penetapan upah minimum yang didasarkan pada

Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) dan didasarkan pada Kebutuhan

Hidup Minimum (KHM). Perubahan itu disebabkan tidak sesuainya lagi

penetapan upah berdasarkankebutuhan fisik minimum, sehingga timbul

perubahan yang disebut (KHM). Tapi, penetapan upah minimum

berdasarkan KHM mendapat koreksi yang cukup besar dari pekerja

yang beranggapan, terjadi implikasi terhadap rendahnya daya beli dan

kesejahteraan masyarakat terutama pada pekerja tingkat level bawah .

dengan beberap pendekatan dan penjelasan langsung terhadap pekerja,

Page 63: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

47

penetapan upah minimum berdasarkan KHM dapat berjalan dan

diterima pihak pekerja dan pengusaha.

Rangkaian proses pelaksanaan dan pengawasan ketentuan UMK

telah terjadi kewenangan daerah sebagai pelaksanaan otonomi daerah

sejak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintahan dan kewenangan propinsi sebagai daerah

otonom, yang menyatakan “Penetapan dan pengawasan atas

pelaksanaan upah minimum adalah kewenangan propinsi”. Maka dari

itu proses keseluruhan dari segi pelaksanaan ketentuan UMK dalam hal

ini adalah dari awal proses penetapan sampai pada pengawasan terhadap

pelaksanaan peraturan tersebut.

6. Tujuan Penetapan UMK

Proses penetapan upah disini harus bisa mengakomodir

kepentingan antar pengusaha dengan pekerja/buruh yang bertujuan

untuk mendapatkan kesepakatan bersama tentang berapa jumlah upah

yang harus dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja/buruh, dan

dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup layak dari setiap

pekerja dan produktifitas perekonomian.

Ada beberapa faktor yang dapat dipergunakan sebagai dasar

dalam penetapan upah minimum, faktor tersebut anatara lain disebutkan

oleh Anonymous (2001:23) sebagai berikut :

1. Terpenuhinya kebutuhan hidup minimal pekerja dan

keluarganya.

2. Mencegah merosotnya upah pekerja.

3. Terlindunginya daya upah berpenghasilan rendah

Page 64: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

48

4. Meningkatkan taraf hidup dan martabat golongan penerima upah

rendah yang dalam kenyataannya merupakan mayoritas.

Penetapan UMK sebagai salah satu peraturan yang mengatur

hubungan masyarakat dalam kehidupan ekonomi dalam hal ini harus

didasarkan atas kebutuhan dari masa mayoritas, dan didasarkan atas

pemenuhan kebutuhan layak dari pekerja/buruh. Pekerja berikut

keluarganya, mempunyai ketergantungan terhadap besarnya nilai upah

yang diterima dalam rangka membiayai pemenuhan kebutuhan sehari-

harinya, mulai dari kebutuhan pangan, sandang, papan dan beragam

kebutuhan lainnya. Itulah sebabnya pekerja atau serikat pekerja

senantiasa mengharapkan bahka sering menuntut kenaikan upah kepada

pihak pengusaha. Demikian sebaliknya, pihak pengusaha juga

mempunyai kepentingan yang besar dengan upah karena upah

merupakan komponen penting pengeluaran biaya perusahaan.

Menurut Anonymous (2001:23) ada beberapa tujuan dari pada

penetapan upah minimum yaitu :

1. Sebagai jaring pengaman

2. Pemerataan pendapatan dan mempersempit kesenjangan dalam

mewujudkan keadilan sosial.

3. Meningkatkan harkat dan martabat tenaga kerja dalam rangka

memanusiakan manusia.

4. Mendorong meningkatkan disiplin dan produktivitas kerja.

Upah, mempunyai korelasi yang positif dengan produktivitas

kerja, karena akan digunakan pekerja untuk pemenuhan konsumsi gizi

dan biaya kesehatan. Selain itu juga untuk kebutuhan yang sifatnya fisik

maupun nonfisik. Apabila pekerja/buruh memperoleh upah rendah maka

tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi dan kesehatan yang memadai.

Page 65: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

49

Dan lebih lanjut dapat mengakibatkan pekerjaan yang kurang produktif.

Pendapatan atau upah pekerja juga merupakan salah satu komponen

pendapatan masyarakat yang merupakan cerminan kekuatan daya beli

atau purchasing power yang turut menggerakan roda ekonomi melalui

pembelian berbagai barang konsumsi yang terkait langsung dengan

kegiatan distribusi dan kegiatan produksi.

D. PEKERJA

1. Pengertian Pekerja

Mengutip dari Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan, dalam pasal 3 menyebutkan bahwa “pekerja adalah

setiap orang yang bekerja pada orang lain dengan menerima atau

imbalan dalam bentuk lain”. Unsur-unsur dalam pengertian pekerja itu

adalah :

1. Bekerja pada orang lain

2. Dibawah perintah orang lain

3. Mendapat upah

Sedangkan, pengertian pekerja menurut Martoyo (1991:17)

adalah :

”Ia yang bekerja pada majikan dengan mendapatkan upah dan

kedudukannya dalam perusahaan adalah yang paling rendah.

Bila dilengkapi lagi maka pekerja tidak memiliki bawahan, tidak

memiliki sikap kecuali harus tunduk dan menerima perintah dari

atasan, serta ikut menetapkan kebijakan perusahaan”.

Dari beberapa pengertian pekerja di atas, dapat disimpulkan

bahwa pekerja adalah orang yang bekerja untuk orang lain atau orang

Page 66: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

50

yang bekerja atas perintah orang lain dengan menerima imbalan atas apa

yang sudah dilakukannya.

2. Hak-hak dan kewajiban pekerja

Setiap pekerja memiliki hak dan kewajiban yang tidak jauh

berbeda. Dalam penelitian ini, hak dan kewajiban disini lebih pada hak

dan kewajiban pekerja dalam dunia kerjanya. Menurut Prints (2000:22-

23), yang dimaksud dengan hak disini adalah “sesuatu yang harus

diberikan kepada seseorang sebagai akibat dari kedudukan atau status

dari seseorang tersebut”. Mengenai hak-hak bagi pekerja adalah sebagai

berikut :

1. Hak mendapat upah/gaji (Pasal 1602 KUH Perdata, Pasal 88

s/d 97 Undang-undang No. 13 Tahun 2003; Peraturan

Pemerintah No.8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah);

2. Hak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi

kemanusiaan (Pasal 4 Undang-undang No.13 tahun 2003);

3. Hak bebas memilih dan pindah pekerjaan sesuai bakat dan

kemampuannya (Pasal 5 Undang-undang No.13 tahun 2003);

4. Hak atas pembinaan keahlian kejuruan untuk memperoleh

serta menambah keterampilan dan keahlian lagi (Pasal 9-30

Undang-undang No.13 tahun 2003);

5. Hak mendapatkan perlindungan dan keselamatan,

keselamatan serta perlakuan yang sesuai dengan martabat

manusia dan moral agama (Pasal 3 Undang-undang No.3

tahun 1992 tentang Jamsostek);

6. Hak mendirikan dan menjadi anggota Perserikatan Tenaga

Kerja (Pasal 104 Undang-undang No.13 tahun 2003 dan

Undang-undang No.21 tahun 2000 tentang Serikat

Pekerja/Buruh)

7. Hak atas istirahat tahunan, Tiap-tiap kali setelah ia

mempunyai masa kerja 12 (dua belas) bulan berturut-turut

pada satu majikan dari satu organisasi majikan (Pasal 79

Undang-undang No.13 tahun 2003);

8. Hak atas upah penuh selama istirahat tahunan (Pasal 88-98

Undang-undang No.13 tahun 2003);

9. Hak atas suatu pembayaran penggantian istirahat tahunan,

bila pada saat diputuskan hubungan kerja ia sudah

Page 67: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

51

mempunyai masa kerja sedikit-dikitnya enam bulan terhitung

dari saat ia berhak atas istirahat tahunan yang berakhir; yaitu

dalam hal bila hubungan kerja diputuskan oleh majikan

tanpa alasan mendesak yang diberikan oleh buruh, atau oleh

buruh karena alasan mendesak yang diberikan oleh Majikan

(Pasal 150-172 Undang-undang No.13 tahun 2003);

10. Hak untuk melakukan perundingan atau penyelesaian

perselisihan hubungan indrustrial melalui bipartit, mediasi,

konsilasi, arbitrase dan penyelesaian melalui pengadilan

(Pasal 6-115 Undang-undang No.2 tahun 2004)

Selain itu Print (2000:23) juga menambahkan bahwa, yang

dimaksud kewajiban disini adalah “suatu prestasi baik berupa benda

atau jasa yang harus dilakukan oleh seseorang karena kedudukannya

atau statusnya”. Kewajiban dari pekerja antara lain yaitu :

1. Wajib melakukan prestasi/pekerjaan bagi majikan;

2. Wajib mematuhi peraturan perusahaan.;

3. Wajib mematuhi perjanjian kerja;

4. Wajib mematuhi perjanjian perburuhan;

5. Wajib menjaga rahasia perusahaan;

6. Wajib mematuhi peraturan majikan;

7. Wajib memenuhi segala kewajiaban selama izin belum

diberikan dalam hal ada banding yang belum ada

putusannya.

Berdasarkan gambaran akan hak dan kewajiban pekerja yang

sudah disebutkan di atas, dalam hal ini penulis lebih condong pada hak

pekerja yaitu menerima gaji atau upah dari sekian banyaknya hak-hak

pekerja itu sendiri. Hak dalam menerima gaji atau upah itu sendiri

menjadi hak yang paling penting yang harus didapatkan pekerja, karena

gaji atau upah merupakan sesuatu yang menjamin segala kebutuhan dari

pekerja itu sendiri. Sedangkan kewajiban pekerja, peneliti memandang

bahwa itu merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh pekerja

untuk dapat menerima gaji/upah.

Page 68: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

52

E. Kesejahteraan pekerja

1. Pengertian Kesejahteraan

Istilah kesejateraan ini mengandung arti yang cukup luas dan

mencakup dari berbagai segi pandangan atau ukuran dalam suatu istilah.

Kata sejahtera dari kata “sejahtera” yang memiliki arti aman , makmur,

dan selamat. Dari tiga kategori tersebut dapat dicirikan bahwa seseorang

yang sejahtera.

Suatu ukuran kesejahteraan adalah ukuran yang abstrak dan

relatif, namun bukan berarti tidak dapat di ukur. Pengertian

kesejahteraan menurut Purwadinata yang dikutip oleh Sumarnonugroho

(1984 : 27) menyebutkan : “Kesejahteraan adalah aman sentosa,

makmur dan selamat (terlepas dari segalam macam gangguan, kesehatan

dan lain sebagainya)”.

Sedangkan pengertian menurut Suprayudo (1905:18) pengertian

kesejahteraan diartikan sebagai kemakmuran yaitu :

“Suatu keadaan dimana kebutuhan manusia dapat dipenuhi dengan

wajar secara mantap atau terus menerus, secara konkrit itu berarti

tersedianya barang dan jasa kebutuhan hidup tidak hanya untuk

memungkinkan hidup, tetapi untuk mempermudah orang untuk

dapat hidup layak dan sejahtera”.

Tingkat ukuran kesejahteraan juga dapat diukur dari tingkat pemenuhan

kebutuhan seseorang dari yang primer sampai yang tersier, ukuran ini

pula yang oleh ahli manajemen Maslow yang dikutip Manullang

(1981:70) yang menguraikan beberapa kebutuhan manusia dalam

tingkatan yang sebagai berikut :

Page 69: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

53

1. Phisiological needs, kebutuhan fisik berupa sandang, pangan, dan

papan sebagai dasar awal kebutuhan manusia.

2. Safety needs, kebutuhan keamanan, baik dari diri maupun atas

keadaan sekitarnya.

3. Social needs, kebuthan akan teman, dan kerabatn dan hubungan sosial

lainnya

4. Esteer needs, kebutuhan akan keinginan untuk dihormati dan

dipandang baik oleh orang lain.

5. Self needs, kebutuhan akan pengembangan diri dan realisasi diri.

Sejalan dengan pemikiran di atas bahwa suatu ukuran

kesejahteraan merupakan suatu yang abstrak, namun dapat diukur

dengan menentukan ukuran yang materil dengan melihat kondisi yang

ada di sekitar pekerja.

Materi – materi kesejahteraan adalah seperti yang disampaikan

oleh Sukarna (1975:71), sebagai berikut :

1. Gaji yang layak dapat memenuhi kebutuhan , baik kebutuhan rohani

dan jasmania.

2. Jaminan sosial lainnya seperti jaminan hari tua, jaminan kesehatan

dan jaminan lainnya.

3. Promosi, baik pangkat ataupun upah.

4. Kesempatan pengembangan karir dan mendapatkan pendidikan yang

baik.

5. Mendapat bagian keuntungan perusahaan, seperti premi dan hadiah-

hadiah

6. Cuti tahunan dan cuti besar dengan kesempatan untuk bersama wisata

baik dalam negeri maupun luar negeri

7. Adanya pengakuan dan penghargaan dari atasan atas nilai – nilai

pribadi dan pikirannya untuk mengembangkan perusahaan .

8. Pemberian dan bantuan di saat yang diperlukan, seperti saaat sakit,

kematian dan kelahiran.

9. Adanya rasa bahwa tenaganya sangat dieprlukan bagi perusahaan.

Jelas di sini kesejahteraan diukur dari bagaimana manusia dapat

memenuhi kebutuhan sosialnya secara lahir dan batin, tingkat

kemampuan dapat diukur dari kemampuan ekonomi, sosial, dan budaya

seseorang, sehingga orang tersebut dapat bertahan hidup dengan kondisi

Page 70: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

54

yang layak. Kesejahteraan juga tidak diukur semata–mata dari

kebutuhan individu seseorang namun pula apa saja yang telah menjadi

bebannya dan dipenuhinya sehingga dapat benar-benar dikatakan

sejahtera. Kesejahteraan kaum pekerja erat kaitannya dengan berapa

berapa penghasilan yang didapat oleh pekerja dan seberapa besar beban

yang harus ditanggung dalam kehidupan sehari – hari, seorang pekerja

jelas memilik keluarga, anak yang harus disekolahkan, penyakit yang

diderita dan harus diobati, kecelakaan kerja dan sebagianya.

Berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan pasal 100 tentang kesejahteraan ayat (1) menyebutkan :

untuk menigkatkan kesejahteraan bagi pekerja dan keluarganya,

pengusaha wajib menyediakan fasilitas kesejahteraan”. Peran

mensejahterahkan pekerja juga masuk dalam fungsi dari pada Disnaker

sebagai tangan pemerintah dalam upaya mensejahterakan pekerja. Jelas

di sini pemerintah juga memiliki tanggung jawab aktif dalam

mensejahterakan pekerja.

2. Sasaran kesejahteraan

Dalam usaha meningkatkan kesejahteraan pekerja, hasil yang

nentinya akan dihasilkan bukan hanya untuk pekerja itu sendiri

melainkan keluarga yang menjadi tanggungan ekonomi ikut merasakan.

Untuk mamajukan kesejahteraan pekerja dapat dilakukan dengan cara

pembinaan, sehingga mereka merasa diperhatikan semua kebutuhannya.

Hal ini akan menumbuhkan loyalitas, dedikasi dan disiplin pekerja yang

Page 71: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

55

mana menjadi harapan bagi pengusaha terhadap pekerjanya. Cara yang

harus dilakukan adalah dengan meningkatkan penghasilan perkapita dari

pekerja dan standar kehidupan layak.

Baik pekerja yang sudah tetap ataupun dalam masa kontrak

berhak mendapat perlakuan yang sama. Seperti yang disebut Widjaya

(1990:62) menyebutkan sasaran kesejahteraan antara lain :

1. Langsung, dalam hal ini adalah semua pekerja termasuk dalam

masa honorer/kontrak sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku

2. Tidak langsung, adalah semua pekerja yang melakukan

pekerjaan.

3. Khusus, adalah bagi para pekerja yang telah pensiun dan

keluarganya.

Untuk mencapai sasaran kesejahteraan yang harapannya mampu

menjangkau di seluruh pembangunan dari pada kebutuhan pekerja,

pencapaian itupun sangat tergantung dari berbagai segi yang paling

mempengaruhi dalam perkembangan masyarakat. Sehingga pencapaian

kehidupan sejahtera pun merupakan tanggung jawab kita bersama dalam

suatu tatanan masyarakat berbangsa dan bernegara.

Page 72: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan dalam penelitian

yang menurut Mandalis (1990 ; 4) disebutkan : “Metode penelitian adalah

suatu metode ilmiah yang memerlukan sistematika dan prosedur yang

harus ditempuh dengan tidak meninggalkan setiap komponen yang

diperlukan dalam penelitian.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian diskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Bahwa penelitian ini diklasifikasikan sebagai

penelitian dengan melalui pendekatan kualitatif yaitu peneliti melakukan

penelitian langsung secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu

organisasi, lembaga atau sebuah kasus di lapangan dengan pengamatan

objek (kegiatan atau peristiwa) yang diteliti secara mendalam. Penelitian

ini juga digolongkan sebagai penelitian deskrtiptif yang menggambarkan

dan menyajikan fakta secara sistematis tentang keadaan objek yang

sebenarnya tentang Implementasi Kebijakan Pemerintahan Daerah Kota

Batu mengenai Upah Minimum Kota dalam meningkatkan kesejahteraan

pekerja. Menurut Bogdan dan Moeleong (2007:40) menyatakan bahwa

“metode peneltian kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang perilaku

yang dapat diamati”. Jadi dalam penelitian menggunakan metode kualitatif

didukung oleh keberadaan bentuk data lain seperti dokumen atau laporan

56

Page 73: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

57

laporan terkait, sehingga nantinya mampu menghasilkan gambaran

fenomena-fenomena dan menganalisa hubungan-hubungan yang terjadi

antara fenomena tersebut.

B. Fokus Penelitian

Penelitian kualitatif, terdapat gejala bersifat holistic atau

menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan. Dengan demikian, kita akan

menetapkan peneletian kita hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi

keseluruhan situaisi sosial yang kita teliti yang meliputi aspek tempat

(place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara

sinergis. Fokus penelitian merupakan rincian dari topik-topik yang diteliti.

Hal ini karena fokus penelitian berfungsi untuk mebatasi studi untuk

memenuhi kriteria inklusi-inklusi suatu informasi yang dihadapkan di

lapangan (Sugiyono, 2014:32). Adapun fokus dari peneltian ini adalah

sebagai berikut :

1. Implementasi kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) di Kota Batu,

dilihat dari :

a. Tujuan dan Manfaat Implementasi Kebijakan Upah Minimum Kota

(UMK) di Kota Batu.

b. Sumber-sumber Kebijakan Implementasi Kebijakan Upah

Minimum Kota (UMK) di Kota Batu.

c. Komunikasi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dalam Implementasi

kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) di Kota Batu.

Page 74: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

58

d. Kegiatan-kegiatan Implementasi Kebijakan Upah Minimum Kota

(UMK) di Kota Batu.

e. Struktur Birokrasi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja sebagai

pelaksana implementasi kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) di

Kota Batu.

f. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik Implementasi Kebijakan

Upah Minimum Kota (UMK) di Kota Batu.

2. Dampak pelaksanaan kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) terhadap

kesejahteraan pekerja di Kota Batu, dilihat di :

a. Kemampuan pekerja di Kota Batu terhadap pemenuhan kebutuhan

sehari – hari.

b. Kemampuan pekerja di Kota Batu terhadap pemenuhan biaya

kesehatan dan pendidikan.

c. Kemampuan Pekerja di Kota Batu dalam melakukan saving per

bulan.

C. Lokasi dan situs penelitian

Lokasi Penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan

penelitian. Berkaitan dengan itu maka dalam penelitian ini penulis

mengambil lokasi di wilayah Kota Batu. Alasan mengapa penulis

mengambil lokasi di Kota Batu, karena Kota Batu merupakan Kota yang

memiliki pertumbuhan perekonomian yang baik di Jawa Timur, yang

sekarang mengalami banyak perkembangan di berbagai sektor terlebih di

Page 75: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

59

sektor pariwisata tentunya hal ini banyak menyerap tenaga kerja

didalamnya dimana juga tak lepas dari masih sering terjadinya masalah

pengupahan pekerja yaitu menuntut upah yang layak bagi pekerja dan

banyaknya perusahaan yang belum memberikan upah sesuai dengan UMK

di Kota Batu.

Situs penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Dinas

ketenagakerjaan dan sosial, yang dimana lokasinya berada di Kota Batu,

Kantor Dinas Ketenagakerjaan dan Sosial Kota Batu berlokasi di

Perkantoran terpadu Jl. Panglima Sudirman No.507 Kota Batu. Alasan

pemilihan situs di Dinas ketenagakerjaan dan sosial Kota Batu adalah

peranan konkrit dari Dinas sebagai aparat yang bertugas menjalankan

pelaksanaan UMK di Kota Batu.

D. Jenis dan Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland dalam Moelong (2006:167) sumber

data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan,

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain lain. Berkaitan

dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi kedalam kata-kata dan

tindakan, sumber data tertulis, foto dan statis. Selanjutnya menurut pohan

(2007:45) mengungkapkan bahwa data adalah fakta, informasi, atau

keterangan. Keterangan yang merupakan bahan baku dalam penelitian

untuk dijadikan bahan pemecahan masalah atau bahan untuk

mengungkapkan suatu gejala. Mengingat data tersebut masih berwujud

Page 76: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

60

baku, maka bahan tersebut perlu di olah terlebih dahulu agar dapat berguna

sebagai alat pemecahan masalah atau guna merumuskan kesimpulan-

kesimpulan.

Menurut jenisnya, data penelitian beragam jenisnya. Hal ini

mengingat bahwa jenis data sangat ditentukan oleh bidang penelitian yang

sedang dilaksanakan. Data kualitatif adala semua bahan, keterangan dan

fakta-fakta yang tidak dapat diukur dan dihitung secara sistematis, tetapi

hanya berwujud keterangan naratif semata. Bahan-bahan ini dapat

digolong-golongkan dalam bentuk katagori-katagori (Pohan, 2007:45-46).

Menurut asal muasalnya datanya ada dua jenis data, yaitu data primer dan

sekendur sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer merupakan informasi yang dikumpulkan peneliti

langsung dari sumbernya. Dengan demikian peneliti berhadapan langsung

dengan wawancara pada sumber yang tepat untuk mendapatkan data dari

lokasi penelitian dan narasumber yang dapat dipercaya tanpa adanya

perantara secara lengkap dari narasumber yang mempunyai andil besar dan

dianggap mampu dalam memberikan informasi secara lengkap dan

terpercaya karena peneliti berhadapan langsung dengan sumber yang tepat.

2. Data Sekunder

Data skunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak lain jadi

dalam hal ini peneliti tidak langsung memperoleh data dari sumbernya,

Page 77: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

61

peneliti hanya sebagai pemakai data. Diperoleh dalam bentuk yang sudah

jadi atau sudah diolah oleh instansi, kantor atau lembaga lain yang sesuai

dengan bidangnya. Dimana data tersebut bisa berbentuk buku-buku ilmiah,

dokumen-dokumen resmi yang di dapat di kantor Dinas Ketenagakerjaan

dan Sosial, koran-koran lokal, maupun dari internet atau televisi, dan

perundang-undangan yang berhubungan dan berkaitan erat dengan

penelitian ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langka yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak

akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan

(Sugiyono, 2014:224). Untuk memperoleh data-data sebagai bahan untuk

disajikan dalam penulisan skripsi ini, peneliti melakukan beberapa metode

atau cara pengumpulan data, antara lain:

1. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat

informasi sebagaimana yang mereka saksikan (Ibid, Hal-116). Observasi

yaitu dimana peneliti mengumpulkan data dengan mencatat informasi

sebagaimana yang mereka saksikan secara langsung dengan melihat,

mendengar, yang kemudian dicatat secara seobyektif mungkin, maka

penelitian ini menggunakan observasi terstruktur yaitu observasi yang

Page 78: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

62

dirancang secara sistematis, tentang apa yang diamati, kapan dan dimana

tempatnya. Data yang diperoleh deri observasi adalah data untuk

mengetahui Kebijakan Pemerintahan Daerah Kota Batu dalam

Menentukan Upah Minimum Kota

2. Wawancara dan Interview

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dengan

informan. Dalam pengambilan data di sini biasanya juga diikuti dengan

menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara. Wawancara

bertujuan untuk mendapatkan informasi-informasi dari nara sumber.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara terstruktur, yaitu

wawancara yang disusun secara terperinci atau jelasnya mengunakan draf

pertanyaan dengan pihak yang dapat memberikan penjelasan yang

berkaitan dengan peneliti yang akan di teliti. Dengan maksud wawancara

yang dilakukan peneliti akan tetap dalam lingkup peneliti, dan tidak

meluas pada masalah-masalah lain (Gulo,W, 2002:118).

3. Dokumentasi

Teknik ini dilaksanakan dengan melakukan pencatatan terhadap berbagai

dokumen-dokumen resmi, laporan-laporan, peraturan-peratuaran maupun

arsip-arsip yang tersedia di kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dengan

tujuan mendapatkan bagian yang menunjang secara teoritis terhadap data

penelitian (Surahmad Winarya, 1993:71).

F. Instrumen Penelitian

Page 79: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

63

Instrumen penelitian menurut Suharsimi Arikunto, Suharsimi.

2006:149, merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data.

Selanjutnya instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan

oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah

dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis,

sehingga mudah diolah. Dalam mendukung proses pengumpulan data dan

memperoleh data yang diinginkan peneliti menggunakann isntrumen

penelitian berupa:

1. Peneliti itu sendiri, yaitu dengan cara menyaksikan dan mengamati

secara langsung peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek

yang diteliti.

2. Pedoman wawancara atau interview guide, digunakan sebagai

kerangka dasar dalam melakukan wawancara agar wawancara yang

dilakukan oleh peneliti tetap terarah dan tetap menjaga relevasi

terhadap masalah dalam penelitian,

3. Perangkat penunjang, meliputi buku catatan, alat tulis menulis, dan

alat bantu lainnya seperti kamera untuk mengambil gambar untuk

didokumentasikan dan tape recorder untuk merekam percakapan saat

wawancara serta mencatat data-data yang diperlukan dalam penelitian

G. Metode Analisis

Metode analisa data dengan menggunakan metode kualitatif,

prosedur analisa data penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang perilaku yang dapat

Page 80: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

64

diamati dengan tujuan untuk memperoleh data yang lebih akurat ataupun

lebih meyakinkan terhadap gejala atau peristiwa sehingga membuat suatu

kesimpulan.

Teknik analisis data penelitian ini adalah analisis data kualitatif

menggunkan model analisis interaktif Miles, Huberman dan Saldana.

Dengan menggunakan analisis data kualitatif diharapkan nantinya dapat

membantu peneliti dalam mendeskripsikan situasi dan kondisi yang terjadi

di lapangan yaitu pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu

dilakukan sebelum terjun ke lapangan, observasi, selama pelaksanakan

penelitian di lapangan dan setelah selesai penelitian di lapangan. Data

penelitian diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.

Analisi data dilakukan dengan cara mengorganisasi data yang diperoleh ke

dalam sebuah kategori, menjabarkan data ke dalam unit-unit, menganalisis

data yang penting, menyususn atau menyajikan data yang sesuai dengan

masalah penelitian dalam bentuk laporan dan membuat kesimpulan agar

mudah untuk dipahami.

Menurut Miles, Huberman dan Saldana (2014:31-33), analisis data

kualitatif adalah suatu proses analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan

yang terjadi secara bersamaan. Aktivitas dalam analisis data yaitu :

Kondensasi data, Penyajian data dan Penarikan kesimpulan atau

Verifikasi. Aktivitas dalam analisis data kualitatif secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Adapun model interaktif

yang dimaksud sebagai berikut:

Page 81: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

65

a. Kondensasi Data (Data Condensation),dimana peneliti merangkum

hal-hal yang penting agar bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas

dan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya.

b. Penyajian Data (Data Display), Penyajian data adalah sebuah

pengorganisasian, penyatuan dari informasi yang memungkinkan

penyimpulan dan aksi. Dalam model ini dimana peneliti menyajikan

data-data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data.

c. Menarik kesimpulan atau Verifikasi (Conclusion Drawing/Verifying),

yakni langkah terakhir dalam analisis data kualitatif model interaktif

adalah penarikan kesimpulan dari verifikasi. Adanya kesimpulan yang

menjadi titik temu dari data-data yang terkumpul agar bisa

menemukan jawaban dalam penelitian tersebut.

Hal ini dapat digambarkan mengenai alur model penelitian yang lebih

dikenal dengan model interaktif seperti dibawah ini:

Gambar 5. Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)

Page 82: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

66

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kota Batu

1. Sejarah Singkat Kota Batu

Setelah Jawa Timur mempunyai Kota Administratif Jember, maka

yang kedua kalinya ketambahan Kota Administratif lagi yang sangat

diandalkan sebagai sentra wisata Jawa Timur, yaitu dengan lahirnya Kota

Administratif Batu. Kelahiran ini pada tanggal 6 Maret 1993 dengan

Walikota pertamanya Drs. Chusnul Arifien Damuri. Pelantikan dan

peresmian itu dilakukan di kantor Pembantu Bupati Malang di Batu yang

terletak di pusat kota di Jalan Panglima Sudirman No. 98. Pelantikan itu

langsung dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri Rudini, hadir juga Bupati

Malang, Drs. Abdul Hamid Mahmud, para pejabat serta undangan lainnya.

Kelahiran itu berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 12 tahun

1993 tentang Peningkatan Status Kecamatan Batu menjadi Kotatif Batu

yang terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Batu (wilayah pusat),

Kecamatan Bumiaji (wilayah utara) dan Kecamatan Junrejo (wilayah

selatan).

Perkembangan Kotatif Batu sebagai sentra wisata Jawa Timur terus

meningkat hari demi hari, kota yang dulunya tidak selengkap kota lain,

sekarang hampir menyamai kota-kota lainnya. Karena perkembangan Batu

cukup maju maka banyak warga dari Kotatif Batu yang ingin status

Page 83: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

67

kotanya ditingkatkan, organisasi-organisasi banyak didirikan untuk

mendukung peningkatan status Kotatif Batu, misalnya Kelompok Kerja

(Pokja) Batu, kelompok kerja ini berusaha bersama masyarakat Batu untuk

meningkatkan status kotanya. Dukungan-dukungan lainnya dari Bupati

Malang, DPRD II Malang, Gubernur Jawa Timur dan organisasi

masyarakat lainnya. Setelah hampir 8 tahun menjadi Kota Administratif

yang diperintah oleh 3 Walikota, yaitu Drs. Chusnul Arifien Damuri, Drs.

Gatot Bambang Santoso dan Drs. Imam Kabul, akhirnya Batu ditingkatkan

statusnya menjadi Pemerintah Kota Batu. Pemerintah Kota Batu Tanggal

28 Mei 2001 proses peningkatan status Kota Administrattif Batu menjadi

Pemerintah Kota mulai dilaksanakan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi

Daerah.

Tanggal 30 Juni 2001 UU No. 11 tentang Peningkatan Status Kota

Administratif Batu disahkan, setelah beberapa bulan kemudian yaitu pada

tanggal 17 Oktober 2002 secara resmi Kotatif Batu ditingkatkan statusnya

menjadi Pemerintah Kota. Kemudian pada tanggal 22 Oktober 2002

Gubernur Jawa Timur atas nama Menteri Otonomi Daerah melantik Drs.

Imam Kabul sebagai Walikota Batu. Esok harinya masyarakat Kota Batu

menyambutnya dengan bersyukur pada Allah SWT, mulai menyambut

dengan acara syukuran tumpengan bersama, pemasangan spanduk-

spanduk yang membanjiri setiap jalan dan sudut Kota Batu. Setelah Batu

ditingkatkan statusnya dengan pejabat Walikotanya Drs. Imam Kabul,

Batu ingin meningkatkan lagi pembangunannya, baik pembangunan fisik

Page 84: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

68

maupun non fisik. Sejak statusnya meningkat, Pemerintah Kota Batu

bersama masyarakat mulai menyiapkan diri bagaimana agar pamor dan

citra kota dingin ini tetap ada dan tetap dikenang banyak orang baik

domestik maupun luar negeri.

Kronologis terbentuknya Pemerintah Kota Batu

1. Pada tahun 1950 berdasarkan Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1950

tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan

Propinsi Jawa Timur, Batu masih merupakan Kecamatan dalam

lingkungan wilayah Pemerintah Kabupaten Malang.

2. Pada tahun 1997 Kecamatan Batu sebagai Daerah Kota Administratif

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 1997 tentang

Pembentukan Kota Administratif Kota Batu, dalam wilayah Kabupaten

Malang, yang meliputi wilayah Kecamatan Batu, Kecamatan Bumiaji dan

Kecamatan Junrejo.

3. Pada tahun 2001 Kota Administratif statusnya kemudian berubah

menjadi Kota Batu berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2001

tentang Pembentukan Kota Batu yang disahkan oleh Presiden Republik

Indonesia tanggal 21 Juni 2001, maka tanggal 17 Oktober 2001 telah

diresmikan Kota Batu menjadi Daerah Otonom yang terpisah dari

Kabupaten Malang yang meliputi tiga Kecamatan (Kecamatan Batu,

Kecamatan Bumiaji dan Kecamatan Junrejo) terdiri dari 19 Desa serta

Kelurahan.

Page 85: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

69

4. Pada hari Jum’at tanggal 30 Agustus 2002 diadakan pemilihan anggota

DPRD Kota Batu. Dan selanjutnya pada hari Senin tanggal 16 September

2002 DPRD Kota Batu dilantik. Setelah DPRD Kota Batu terbentuk, maka

secara resmi dan sah Pemerintah Kota Batu telah memiliki Badan

Legislatif dan secara sah pula DPRD berhak dan mengadakan Pemilihan

Kepala Daerah.

5. Pada hari Senin tanggal 4 November 2002 diadakan Pemilihan Kepala

Daerah dan terpilih Drs. H. Imam Kabul M.Si yang berpasangan dengan

Drs. M. Khudhori sebagai Walikota dan Wakil Walikota Batu yang

pertama.

6. Pada hari Senin tanggal 25 November 2002 dilaksanakan Pelantikan

Walikota dan Wakil Walikota Batu oleh Gubernur Imam Utomo.

7. Pada tanggal 26 Agustus 2007 Walikota Batu Drs. H. Imam Kabul M.Si.

meninggal dunia dan tanggal 20 September 2007 Drs. M. Khudhori yang

pada waktu itu sebagai Wakil Walikota Batu dilantik menjadi Walikota

Batu yang dilantik oleh Gubernur Jawa Timur.

8. Tanggal 25 Nopember 2007 masa jabatan Walikota Batu berakhir dan

melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 20 Nopember 2007

Nomor : 131.35-321 Tahun 2007 diangkat Mayjen TNI (Purn) IMAM

UTOMO S sebagai Penjabat Walikota Batu.

9. Pada tanggal 26 Nopember 2007 melalui Keputusan Gubernur Jawa

Timur Nomor : 131.422/65/011/2007 ditunjuk Sdr. Drs. SOERJANTO

Page 86: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

70

SUBANDI, MM Kepala Badan Koordinasi Wilayah III Malang sebagai

Pelaksana Tugas Harian Walikota Batu.

10. Pada Pemilihan Langsung Kepala Daerah tanggal 5 November 2007

pasangan calon Walikota Batu EDDY RUMPOKO dengan calon Wakil

Walikota Batu H.A. BUDIONO memperoleh suara terbanyak.

11. Pada Pemilihan Langsung Kepala Daerah tanggal 2 Oktober 2012

Pasangan Walikota Batu EDDY RUMPOKO dengan calon Wakil

Walikota Batu PUNJUL SANTOSO memperoleh suara terbanyak.

2. Kondisi Geografis

Batu merupakan daerah otonom yang termuda di Provinsi Jawa

Timur. Kota Batu terdiri dari 3 (tiga) kecamatan, yaitu : Kecamatan Batu,

Kecamatan Junrejo dan Kecamatan Bumiaji. Luas Kota Batu secara

keseluruhan adalah sekitar 19.908,72 ha atau sekitar 0,42 persen dari total

luas Jawa Timur. Daerah lereng dan berbukit memiliki proposi lebih luas

dibandingkan dengan daerah dataran. Secara geografis Kota Batu terletak

pada posisi antara 7”44’,55,11’ sampai dengan 8’’26',35,45’ Lintang

Selatan dan 122’’17',10,90’ sampai dengan 122’’57',00,00’ Bujur Timur.

Batas Kota Batu adalah : Sebelah Utara Kecamatan Prigen Kabupaten

Mojokerto, Sebelah Selatan Kecamatan Dau dan Kecamatan Wagir

Kabupaten Malang, Sebelah Timur Kecamatan Karang Ploso dan

Kecamatan Dau Kabupaten Malang dan sebelah Barat Kecamatan Pujon

Kabupaten Malang. Keadaan geologi/tanah di Kota Batu secara umum

dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) jenis tanah yaitu : Andosol,

Page 87: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

71

Kambisol, Alluvial, Latosol. Dari keempat kategori tersebut menunjukkan

bahwa Kota Batu merupakan wilayah yang subur untuk pertanian karena

jenis tanahnya merupakan endapan dari sederetan gunung yang

mengelilingi Kota Batu. Ada tiga gunung yang berada di wilayah Kota

Batu yaitu Gunung Panderman (2.010 meter), Gunung Welirang (3.156

meter), dan Gunung Arjuno (3.339 meter).

Gambar 6. Peta Kota Batu

Sumber : Sekunder Kota Batu dalam statistik 2015

Page 88: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

72

Gambar 7. Pembagian Wilayah Kota Batu

Sumber : Batu Dalam Angka 2014

Sedangkan kondisi hidrologinya Kota Batu banyak dipengaruhi

oleh sungai yang mengalir di pusat Kota yaitu Sungai Brantas dan air

tanah yang cukup melimpah. Sebagai daerah yang topografinya sebagian

besar wilayah perbukitan, Kota Batu memiliki pemandangan alam yang

sangat indah, sehingga banyak dijumpai tempat-tempat wisata yang

mengandalkan keindahan alam pegunungan. Kondisi topografi

pegunungan dan perbukitan tersebut menjadikan Kota Batu terkenal

sebagai daerah dingin. Berdasarkan ketinggiannya, wilayah Kota Batu

dibedakan menjadi enam kategori yaitu mulai dari 600 MDPL sampai

dengan lebih dari 3000 MDPL Dari enam kategori tersebut wilayah yang

paling luas berada pada ketinggian 1000-1500 MDPL yaitu seluas

6.493,64 Ha. Kemiringan lahan (slope) di Kota Batu berdasarkan data dari

Page 89: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

73

peta kontur Bakosurtunal tahun 2001 diketahui bahwa sebagian besar

wilayah Kota Batu mempunyai kemiringan sebesar 25-40% dan

kemiringan >40 %. Seperti halnya daerah lain di Jawa Timur, Kota Batu

mengikuti perubahan putaran 2 iklim, musim hujan dan musim kemarau.

Pada tahun 2014 di bulan September dan Oktober tidak terjadi hujan.

Jumlah hari hujan paling kecil pada bulan Agustus dan paling besar pada

bulan Januari dan Desember, tetapi curah hujan tertinggi pada bulan

Desember yaitu mencapai 412 mm Hal ini menyebabkan kondisi cuaca

tahun 2014 lebih kering dibandingkan tahun 2013. Pada tahun 2014 Kota

Batu memiliki suhu minimum 17,5 - 21,4o C dan suhu maksimum antara

24,0 - 30,3oC dengan kelembaban udara sekitar 70 - 86 % disertai

kecepatan angin tertinggi 79,2 km/jam, oleh karenanya Kota Batu tidak

memiliki perubahan musim yang drastis antara musim kemarau dan musim

penghujan.

3. Kondisi Demografis Kota Batu

Pada tahun 2014 jumlah penduduk Kota Batu mencapai 211.298

jiwa. Dengan luas wilayah sekitar 19,908 km2 , maka kepadatan penduduk

adalah sebesar 1.060 jiwa per km2. Kepadatan penduduk Kota Batu selalu

meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan kenaikan jumlah penduduk

setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena Kota Batu merupakan daerah

otonomi baru yang merupakan kota tujuan untuk melakukan kegiatan

ekonomi. Pertumbuhan penduduk Kota Batu pada tahun 2014 adalah

sebesar 1,17 persen. Tingkat pertumbuhan penduduk ini tercatat

Page 90: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

74

mengalami sedikit kenaikan dibanding dengan tahun sebelumnya yang

sebesar 1,14 persen. Selama periode 2012 hingga 2014, pertumbuhan

penduduk di Kota Batu relativ stabil. Beberapa faktor yang mempengaruhi

laju pertumbuhan penduduk antara lain jumlah kelahiran, kematian, dan

mutasi penduduk yang terdiri dari penduduk datang dan penduduk pindah.

Diantara ketiga kecamatan yang ada di Kota Batu, Kecamatan Batu yang

paling padat penduduknya. Pada tahun 2014 kepadatan penduduk di

Kecamatan Batu mencapai 2.012 jiwa per km2, hal ini tidak

mengherankan jika Kecamatan Batu merupakan kecamatan terpadat di

Kota Batu karena di Kecamatan Batu merupakan pusat kegiatan

pemerintahan maupun ekonomi. Kecamatan Bumiaji merupakan

kecamatan yang terkecil kepadatan penduduknya karena sebagian wilayah

Kecamatan Bumiaji merupakan hutan dan daerah lereng gunung. Secara

umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah

penduduk perempuan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh sex ratio yang

nilainya lebih dari 100. Pada tahun 2014, untuk setiap 100 penduduk

perempuan di Kota Batu terdapat 101 penduduk laki-laki.

Struktur penduduk Kota Batu dapat dilihat pada Piramida

Penduduk Kota Batu. Pada kelompok umur 20-24 tahun jumlah penduduk

Kota Batu menunjukkan jumlah terbesar yaitu sebanyak 16.318 jiwa. Dari

struktur penduduk menurut kelompok umur dapat diketahui sejauh mana

tingkat ketergantungan usia tidak produktif terhadap usia produktif. Usia

produktif adalah kelompok umur 15 sampai dengan 64 tahun, sedangkan

Page 91: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

75

usia tidak produktif pada kelompok umur 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas.

Gambaran tersebut yang dinamakan Angka Beban Ketergantungan. Pada

tahun 2014 angka ketergantungan secara keseluruhan adalah 47,06 persen

yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan

menanggung sekitar 47 orang bukan usia produktif (0-14 tahun dan 65

tahun ke atas). Secara keseluruhan jumlah penduduk usia produktif yaitu

15 - 64 tahun mencapai 130.283 jiwa atau 67 persen. Secara keseluruhan

pasangan usia subur yang menjadi peserta KB aktif di Kota Batu banyak

menggunakan alat kontrasepsi suntik yaitu sebanyak 2.341 pasangan atau

sekitar 49 persen lebih dari PUS yang aktif. Pada tahun 2014 pengguna

alat kontrasepsi suntik mengalami penurunan cukup besar yaitu sebesar

3,35 persen. Alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan setelah suntik

adalah Suntik. Selama tahun 2014, penggunaan suntik mencapai 9.126

pasangan. Setelah suntik alat kontrasepsi yang banyak digunakan adalah

IUD dan Susuk masing-masing sebanyak 8.521 dan 5.405 pasangan.

Sedangkan alat kontrasepsi yang kurang diminati oleh PUS di Kota Batu

adalah kontap yaitu hanya 1.953 pasangan yang menggunakannya.

Pasangan Usia Subur (PUS) di Kota Batu pada tahun 2014 mengalami

penurunan sebesar 2,46 persen dari 40.188 pasangan pada tahun 2013

menjadi 39.199 pasangan pada tahun 2014. Dari 39.199 pasangan tersebut

yang tercatat sebagai peserta KB aktif hanya 31.391 pasangan. Pada tahun

2014 ercatat 4.710 pasangan usia subur yang menjadi peserta KB aktif

baru. Dari pasangan tersebut yang menggunakan alat kontrasepsi suntik

Page 92: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

76

sebanyak 2.341 pasangan kemudian pil/tablet sebanyak 789 pasangan,

AKDR/IUD sebanyak 611 pasangan, susuk sebanyak 475 pasangan dan

kondom sebanyak 248 pasangan, dan yang paling sedikit menggunakan

alat kontrasepsi kontap sebanyak 209 pasangan.

4. Tata Pemerintahan Kota Batu

Kota Batu dipimpin oleh seorang Walikota yang dipilih secara

langsung oleh rakyat pada tahun 2012. Pada pemilihan tersebut terpilih

Bpk. Eddy Rumpoko sebagai Walikota Batu untuk yang kedua kalinya

dengan masa bakti 2012-2017. Secara administratif, Kota Batu terbagi

menjadi 3 kecamatan dan 24 kelurahan/desa. Selama periode 2010-2013,

baik jumlah kecamatan, desa dan kelurahan tidak ada perubahan.

Kecamatan Bumiaji mempunyai jumlah desa yang paling banyak yaitu 9

desa sedangkan Kecamatan Batu terdriri dari 8 desa/kelurahan dan

Kecamatan Junrejo hanya terdiri dari 7 desa/kelurahan. Semua

desa/kelurahan di Kota Batu termasuk klasifikasi Desa Swasembada.

Apabila dilihat dari jumlah RT/RW-nya, Kecamatan Batu mempunyai

jumlah RT/RW yang paling banyak dibandingkan dua kecamatan lainnya.

Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kota Batu setiap tahun mengalami

peningkatan, pada tahun 2011 tercatat 4.945 PNS, tahun 2012 4.987 tetapi

pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu sebesar 4.738 PNS.

Berdasarkan jenis kelamin, jumlah pegawai laki-laki hampr sama banyak

dengan jumlah pegawai perempuan. Yaitu masing-masing sebesar 51,7

Persen pegawai laki-laki dan 48,3 pegawai perempuan Kualitas PNS

Page 93: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

77

berdasarkan pendidikan di Kota Batu menunjukkan peningkatan yang

cukup bagus., hal ini ditunjukan dengan tingkat pendidikan pegawai

dengan gelar sarjana, paling tinggi dari tingkat pendidikan yang lain yaitu

sebesar 56,06 persen. Dan yang berpendidikan SD hanya sebesar 1,4

persen. Meningkatnya kualitas PNS di Kota Batu diharapkan dapat

memberikan kemajuan dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan

sehingga terwujud sistem pemerintahan yang baik.

Pada Pemilu 2009, dari 24 partai yang ada di Kota Batu hanya 12

partai yang terwakili di DPRD. DPRD Kota Batu memiliki anggota 25

orang. Dari 12 partai yang mempunyai wakil di DPRD, PDI-P yang

mempunyai wakil terbanyak yaitu 5 orang. Jumlah terbanyak kedua adalah

Partai Demokrat, Golkar, PAN dan Hanura yaitu 3 orang. Ada 1 partai

yang mempunyai wakil 2 orang dan 6 partai sisanya hanya mempunyai

wakil 1 orang. Dari 25 anggota DPRD Kota Batu 17 orang diantaranya

berjenis kelamin laki-laki atau sebesar 68 persen, anggota DPRD Kota

Batu yang berjenis kelamin perempuan hanya 8 orang atau sekitar 32

persen. Anggaran yang diperoleh Kota Batu pada tahun 2014 sebesar

701,47 milyar meningkat dibandingkan tahun 2013 yang hanya sebesar

592,87 milyar. Paling besar penerimaan pendapatan daerah bersumber dari

bagian dana perimbangan dari pemerintah pusat yang terdiri dari bagi hasil

pajak, bagi hasil bukan pajak (sumber daya alam), dana alokasi umum dan

dana alokasi khusus. Dibandingkan tahun 2013 dana perimbangan dari

pemerintah pusat mengalami peningkatan pada tahun 2014. Tahun 2013

Page 94: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

78

dana perimbangan hanya sebesar 466,59 milyar sedangkan tahun 2014

mencapai 489,84 milyar. Dari ketiga komponen dana perimbangan dana

alokasi umum (DAU) mempunyai nilai yang paling besar yaitu 412,38

milyar diikuti dana dari PAD sebesar 78,29 milyar kemudian dana bagi

hasil sebesar 47,11 sedangkan dana alokasi khusus sebesar 30,35 milyar.

Untuk membiayai pembangunan, pemerintah Kota Batu pada tahun 2014

menghabiskan anggaran sebesar 742,66 milyar rupiah seperti yang tercatat

pada realisasi APBD, jumlah ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun

2013 yang sebesar 669,39 milyar rupiah.

Sumber Pendapatan lain dari Kota Batu adalah Pendapatan Asli

Daerah yang terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Hasil

Pengelolaan Kekayaan Daerah. Total Pendapatan Asli Daerah Kota Batu

pada tahun 2014 adalah 78,29 milyar. Dari beberapa sumber Pendapatan

Asli Daerah yang nilainya paling besar pada tahun 2014 adalah

penerimaan pajak daerah sebesar 62,81 milyar, kemudian diikuti Retribusi

Daerah sebesar 5,59 milyar, pendapatan lain-lain 7,69 milyar dan yang

terkecil disumbang dari hasil pengelolaan kekayaan daerah sebesar 2,19

milyar. Pada tahun 2014, untuk pendapatan pajak daerah yang paling besar

sumbangannya adalah pajak bea perolehan hak atas tanah sebesar 17,54

milyar kemudian diikuti oleh pajak hotel sebesar 14,39 lalu diikuti pajak

bumi dan bangunan sebesar 10,24 milyar. Sedangkan retribusi yang paling

besar diperoleh dari retribusi jasa umum sebesar 3,58 mlyar diikuti oleh

retribusi perijinan tertentu sebesar 1,65 milyar. Selama periode 2012-2014,

Page 95: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

79

grafik belanja aparatur menunjukkan trend naik Kenaikan yang dialami

setiap tahun cukup konstan. Sebagian besar belanja aparatur pada tahun

2014 digunakan untuk membiayai gaji pegawai yaitu sebesar 252,52

milyar, belanja hibah sebesar 41,21 milyar, belanja bantuan sosial sebesar

14,45 milyar, belanja bantuan keuangan sebesar 20,41 milyar. Dari total

APBD pada tahun 2014, Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya

berkontribusi sebesar 78,29 milyar atau sekitar 11 persen, sementara dana

perimbangan berkontribusi sebesar 489,84 milyar rupiah atau 69 persen.

Dana perimbangan yang dimaksud terdiri dari Dana Alokasi Umum

(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH).

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ( Dinas Sosial dan Tenaga Kerja)

1. Lingkungan Strategis DISNAKER Kota Batu

Wilayah Kota Batu terletak pada ketingian rata-rata 871 m diatas

permukaaan laut. Layaknya wilayah pegunungan yang subur, menjadikan

mayoritas penduduk Kota Batu bekerja pada sektor pertanian. Selain

wilayahnya yang subur, keindahan panorama Kota Batu juga menarik para

pengunjung untuk berwisata. Sehingga Kota Batu dikenal sebagai salah

satu sentra pertanian dan pariwisata di Jawa Timur. Diharapkan kedepan

Kota Batu akan menjelma menjadi destinasi wisata internasional dengan

sektor pertanian organik yang menjadi andalan.

Berdasarkan peluang dan tantangan dari keunggulan spesifik Kota

Batu dimaksud, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu memutuskan

Page 96: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

80

untuk mengambil peran strategis dalam upaya memajukan Pertanian dan

Kepariwisataan di Kota Batu, dengan menitik beratkan program dan

kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat melalui

kegiatan pengentasan kemiskinan dan rehabilitasi sosial sehingga bisa

mendongkrak program prioritas Kota Batu, sehingga meningkat tingkat

partisipasi masyarakat dalam pembangunan, tumbuhnya budaya

kemandirian, budaya kerja, semangat kesetiakawanan sosial, pelayanan

dan rehabilitasi sosial, serta tertatanya sistem kelembagaan sosial dan

ketenagakerjaan secara efisien dan efektif.

2. Visi dan Misi DISNAKER Kota Batu

Berdasarkan peluang dan tantangan yang dihadapi Kota Batu,

ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Dinas Sosial, dan Tenaga Kerja

Kota Batu :

1. Visi

“ MENUJU MASYARAKAT KOTA BATU PRODUKTIF DAN

SEJAHTERA TAHUN 2017”

2. Misi

1. Menanggulangi Kemiskinan

2. Mencegah Meluasnya Pengangguran.

3. Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat.

4. Meningkatkan Pelayanan Publik dan Penyelenggaraan Tata

Pemerintahan Daerah Yang Baik (Good Local Governance)

3. Tugas dan Sasaran DISNAKER Kota Batu

Page 97: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

81

1. Pelayanan Administrasi Perkantoran.

Sasaran program ini adalah meningkatnya pelayanan administrasi

perkantoran bidang sekretariatan lingkup Dinas Sosial dan Tenaga

Kerja.

2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur.

Sasaran program ini adalah meningkatnya sarana dan prasarana

aparatur di lingkup Dinas Sosial dan Tenaga Kerja.

3. Peningkatan Disiplin Aparatur.

Sasaran program ini adalah peningkatan kinerja Pegawai Dinas

Sosial dan Tenaga Kerja.

4. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur.

Sasaran program ini adalah Peningkatan kemampuan / kompetensi

aparatur di lingkup Dinas Sosial dan Tenaga Kerja sehingga dapat

meningkatkan kualitas, efektifitas, efisiensi pelayanan kepada

masyarakat.

5. Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya.

Sasaran program ini adalah meningkatnya potensi dan swadaya

sosial.

6. Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial.

Sasaran program ini adalah meningkatnya kualitas pelayanan dan

rehabilitasi sosial.

7. Perlindungan Sosial.

Page 98: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

82

Sasaran program ini adalah meningkatnya kualitas pelayanan bagi

penyandang masalah-masalah sosial.

8. Pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial.

Sasaran program ini adalah meningkatkan peran lembaga sosial

yang ada di kota Batu agar lebih berdaya guna dan berhasil guna.

9. Pembinaan Anak terlantar

Sasaran program ini adalah Pelayanan dan penanganan terhadap

anak terlantar dan meningkatkan ketrampilan Kepada Anak

Terlantar Agar Mandiri.

10. Pembinaan Panti Asuhan / Panti Jompo.

Sasaran program ini adalah Terwujudnya Panti Asuhan yang

mampu mencukupi kebutuhan dasar anak asuh.

11. Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Trauma.

Sasaran program ini adalah Tersedianya Alat Bantu Mobilitas bagi

para Penyandang Cacat.

12. Pelestarian Nilai Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan

Sosial.

Sasaran program ini adalah meningkatnya kesadaran Nilai

Kepahlawanan, Keperintisan dan kesetiakawanan sosial.

13. Pembinaan hubungan industrial dan pengawasan ketenagakerjaan.

Sasaran program ini adalah terbinanya pengusaha, pekerja serta

lembaga pelatihan kerja sehinga mendorong terciptanya hubungan

industrial yang aman dan tertib.

Page 99: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

83

14. Pembinaan,perlindungan dan pengawasan tenaga kerja.

Sasaran program ini adalah meningkatnya kesadaran pengusaha,

pekerja, lembaga pelatihan kerja untuk mentaati norma

ketenagakerjaan, keselamatan dan kesehatan kerja.

15. Pengembangan dan penempatan tenaga kerja.

Sasaran program ini adalah penyebarluasan informasi pasar kerja,

pendaftaran pencari kerja dan lowongan kerja , penerbitan dan

pengendalian ijin pendirian bursa kerja serta lembaga penyuluhan

dan bimbingan jabatan, pembinaan, pengawasan dan monitoring

penempatan dan perlindungan TKI.

4. Tujuan DISNAKER Kota Batu

Tujuan disusunnya Rencana Kerja Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

Kota Batu, Tahun 2017 adalah :

a. Tujuan Pembangunan Bidang Kesekretariatan.

1. Mewujudkan pelayanan administrasi perkantoran yang efisien dan

efektif (reformasi birokrasi);

2. Menciptakan Sumber Daya Manusia (Pegawai) yang memiliki

pengetahuan dan skill serta kepribadian yang memadai.

b. Tujuan Pembangunan Bidang Sosial

1. Terwujudnya pelayanan dan pelaksanaan rehabilitasi sosial bagi

masyarakat penyandang masalah-masalah sosial yang efisien dan

efektif.

Page 100: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

84

2. Meningkatnya skill berusaha bagi para penyandang cacat dan eks

trauma serta penyandang penyakit sosial lainnya.

3. Terlaksananya pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi masyarakat

penyandang masalah-masalah sosial secara efisien dan efektif.

4. Meningkatnya mutu organisasi / kelembagaan sosial yang ada di

Kota Batu (Pembinaan Panti asuhan dan panti jompo ).

c. Tujuan Pembangunan Bidang Ketenagakerjaan

1. Meningkatkan kualitas dan produktifitas tenaga kerja melalui diklat

tenaga kerja.

2. Meningkatkan kesempatan/peluang kerja melalui penyebarluasan

informasi bursa tenaga kerja.

3. Meningkatkan peran serta dalam fasilisasi penyelesaian hubungan

industrial secara adil, transparan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

4. Meningkatkan pengetahuan tenaga kerja tentang berbagai peraturan

pelaksanaan tentang ketenagakerjaan.

5. Melaksanakan survey KHL dan penetapan UMK.

6. Meningkatnya mutu organisasi /kelembagaan ketenagakerjaan di

Kota Batu sehingga lebih efisien dan efektif.

5. Struktur Organisasi DISNAKER Kota Batu

Susunan Organisasi Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Batu

terdiri dari :

1. Kepala Dinas

Page 101: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

85

2. Unsur pembantu pimpinan terdiri dari:

Sekretaris Dinas terdiri dari

1) Kasubag Umum dan Kepegawaian

2) Kasubag Keuangan

3) Kasubag Program dan Pelaporan

3. Unsur Pelaksanaan terdiri dari:

Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial:

1) Seksi Pelayanan Sosial

2) Seksi Rehabilitasi Sosial

Bidang Swadaya Sosial:

1) Seksi Bantuan Sosial

2) Seksi Pembinaan, Pengembangan Potensi dan Swadaya Sosial

Bidang Hubungan Industrial dan Pengawasan Tenaga Kerja:

1) Seksi Perlindungan, pembinaan dan Pengawasan Tenaga Kerja

2) Seksi Hubungan Industrial

Bidang Pengembangan Penempatan Tenaga Kerja:

2) Seksi Penempatan dan Perluasan Kerja

3) Seksi Pengembangan dan Produktifitas Kerja

Kelompok Jabatan Fungsional

Page 102: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

86

C. Penyajian data dan Fokus Penelitian

1. Implementasi Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) di Kota

Batu

a. Tujuan dan Manfaat implementasi kebijakan Upah Minimum Kota

(UMK) di Kota Batu

Sebuah kebijakan yang dibuat pasti mempunyai tujuan dan manfaat

bagi pemerintah ataupun masyarakat, begitu juga kebijakan Upah

Minimum Kota (UMK) di Kota Batu juga memiliki tujuan dan manfaat

tertentu. Tujuan dari kebijakan UMK ini adalah untuk meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya bagi para pekerja.

Manfaat dengan adanya Kebijakan ini akan memberikan jaring pengaman

agar nantinya para pengusaha tidak memberikan upah kepada pekerja di

level yang paling rendah. Selain itu manfaat lain dari kebijakan ini adalah

untuk menghindari konflik yang terjadi diantara pengusaha dan pekerja

mengenai besaran upah yang akan diberikan.

Dalam penetapan berapa besaran nominal yang ditetapkan dalam

Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) tentunya harus tetap berdasarkan

pada Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang telah dilakukan survei

sebelumnya agar nantinya besaran jumlah upah yang telah ditetapkan tidak

merugikan salah satu pihak baik pengusaha maupun pekerja, pengusaha

tidak keberatan dengan membayarkan upah tersebut begitu pula dengan

pekerja yang nantinya dengan upah yang mereka terima dapat memenuhi

kebutuhan mereka. Lebih lanjut dari hasil wawancara yang dilakukan

Page 103: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

87

peneliti kepada Bapak HS (57 Tahun) selaku kepala seksi hubungan

indrustrial dan syarat kerja dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

mengatakan bahwa :

“Jelas untuk tujuan dibuatkan Kebijakan UMK ini adalah untuk

mensejahterakan masyarakat khususnya bagi para pekerja dengan

menjamin besaran upah yang nantinya mereka terima. Mengenai

manfaatnya ya untuk menjadi jaring pengaman agar nantinya

perusahaan tidak memberikan upah yang rendah kepada pekerja.

Tapi dalam penetapan kebijakan ini selalu berdasarkan kebutuhan

hidup layak yang telah dilakukan survei sebelumnya hal ini kami

maksudkan agar nantinya upah yang telah ditetapkan tidak

merugikan kedua pihak”. (10 Agustus 2016)

Kemudian menurut Bapak S (54 Tahun) dari Seksi Pengawasan Dinas

Sosial dan Tenaga Kerja mengatakan :

“Kebijakan UMK ini ya dibuat untuk meningkatkan kesejahteraan

bagi pekerja dan supaya pihak perusahaan tidak membayarkan

upah dibawah Kebutuhan Hidup Layak. Manfaatnya bagi pekerja

kebutuhan untuk pangan, papan, sandang dan rekreasi dapat

terpenuhi. Bagi perusahaan dengan adanya kebijakan ini akan

meningkatkan produktifitas sehingga menghasilkan keuntungan

bagi perusahaan tersebut”. (03 Januari 2017)

Dari hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa tujuan dari

ditetapkannya Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) ini adalah untuk

meningkatkan pendapatkan dan kesejahteraan masyarakat khususnya bagi

para pekerja melalui penetapan besaran nilai upah yang didasarkan pada

pada Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang telah dilakukan survei

sebelumnya hal ini dimaksudkan agar nantinya besaran nilai upah yang

ditetapkan tidak merugikan kedua pihak yaitu pengusaha dan pekerja.

Manfaat dari Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) ini adalah untuk

menjadi jaring pengaman kepada perusahaan-perusahaan yang ada untuk

Page 104: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

88

tidak memberikan upah yang rendah kepada pekerja. Serta manfaat

lainnya bagi pekerja adalah kebutuhan untuk pangan, papan, sandang dan

rekreasi dapat terpenuhi dengan adanya kebijakan ini. Bagi perusahaan

dengan adanya kebijakan ini akan meningkatkan produktifitas sehingga

menghasilkan keuntungan bagi perusahaan tersebut.

b. Sumber-sumber Kebijakan Implementasi Kebijakan Upah

Minimum Kota (UMK) di Kota Batu

1. Sumber Daya Staf

Sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf atau

pegawai. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan,

salah satunya disebabkan oleh staf/pegawai yang tidak cukup memadai,

mencukupi atau tidak kompeten dalam bidangnya. Penambahan jumlah

staf saja tidak cukup menyelesaikan persoalan implementasi kebijakan,

tetapi diperlukan sebuah kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan

yang diperlukan dalam mengimplementasikan kebijakan. Terkait dengan

implementasi kebijakan UMK ini, sumber daya staf yang dimiliki oleh

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu termasuk berkompeten dari sisi

riwayat pendidikan. Menurut Bapak HS (57 Tahun) selaku kepala seksi

hubungan indrustrial dan syarat kerja dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

sebagai berikut :

“untuk pegawai Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu rata-rata

sudah tamatan sarjana semua, ada juga yang tamatan SMA tapi

tidak terlalu banyak dari 56 total pegawai yang ada 36 yang sudah

tamatan sarjana dan sisanya hanya tamatan SMA. Saya kira sumber

Page 105: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

89

daya aparaturnya dapat dikatakan cukup baik dan mendukung

berjalannya kebijakan UMK ini di Kota Batu”. (19 Desember

2016)

Kemudian menurut Bapak S (54 Tahun) dari Seksi Pengawasan Dinas

Sosial dan Tenaga Kerja mengatakan :

“Kalau masalah pendidikan, saya rasa sudah cukup memadai dan

berkompeten untuk melaksanakan kebijakan UMK ini. Memang

ketika pelaksanaan kegiatan ada beberapa pegawai yang masih

kesusahan dalam memahami tugasnya sehingga kadang terjadi

tumpang tindih tugas. Tapi keadaan sepeti itu tidak sering terjadi,

hanya pada saat-saat tertentu saja”. (19 Desember 2016)

Berdasarkan wawancara dengan dua narasumber di atas, jika

dilihat dari sudut pandang kepegawaian (sumber daya staf), maka Dinas

Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu memiliki pegawai yang cukup

kompeten dalam mengimplementasikan kebijakan Upah Minimum Kota

ini.

2. Sumber Dasar Hukum

Ada banyak peraturan yang telah dikeluarkan pemerintah dalam

mengatur kebijakan Upah Minimum Kota, baik dari Undang-undang

sampai pada Peraturan Gubernur. Ada Undang-undang yang mengatur

tentang ketenagakerjaan yaitu Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003

yang didalamnya mengatur tentang berbentukkan dewan pengupahan yang

nantinya bertugas untuk menentukan besaran nominal upah yang akan

ditetapkan dan selanjutnya menggunakan Peraturan Gubernur No. 68

Tahun 2015 dengan peraturan ini ditetapkan Upah Minimum Kota di Jawa

Timur Tahun 2016 Hal tersebut juga dikatakan oleh Bapak HS (57 Tahun)

Page 106: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

90

selaku kepala seksi hubungan indrustrial dan syarat kerja dari Dinas Sosial

dan Tenaga kerja Kota Batu yang mengatakan :

“Upah Minimum Kota (UMK) Batu Tahun 2016 didasarkan pada

Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 68 Tahun 2015 yang

memutuskan bahwa Upah Minimum Kota Batu Tahun 2016

sebesar Rp. 2.026.000 ini sebagai upaya dalam meningkatkan taraf

hidup serta kesejahteraan bagi pekerja dan keluarganya dan sebagai

jaring pengaman untuk pekerja dari perilaku yang nakal dari pihak

pengusaha”. (tanggal 10 Agustus 2016)

Dari hasil wawancara diatas, bahwa rumusan kebijakan yang

dipakai dalam pelaksanaan Upah Minimum Kota (UMK) Batu adalah

Peraturan Gubernur Jawa Timur. Dimana untuk Upah Minimum Kota

(UMK) Batu tahun 2016 sebesar Rp. 2.026.000 yang ada pada Peraturan

Gubernur Jawa Timur Nomor 68 Tahun 2015. Dalam prosesnya tersebut,

gubernur berlandaskan pada peraturan-peraturan yang ada di atasnya yaitu

Undang-undang tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Menteri yang

mengatur tentang upah.

Berikut adalah data jumlah Upah Minimum Kota (UMK) tahun

2008 hingga tahun 2016 di Kota Batu :

Tabel 1 Data jumlah Upah Minimum Kota (UMK) Batu tahun 2008-2016

Tahun Jumlah

2008

2009

2010

2011

Rp. 737.000

Rp. 879.000

Rp. 989.000

Rp. 1.050.000

Page 107: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

91

2012

2013

2014

2015

2016

Rp. 1.100.215

Rp. 1.268.000

Rp. 1.580.037

Rp. 1.817.000

Rp. 2.026.000

Sumber : Data dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

Dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Upah Minimum

Kota (UMK) Batu, mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini

didasarkan pada peningkatan kebutuhan hidup masyarakat. Sehingga

kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) ini bisa menjadi jaring pengaman

untuk pekerja dari perilaku nakal pengusaha. Melihat dari sinilah, maka

indrustri yang adapun harus menaati kebijakan pemerintah ini.

c. Komunikasi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dalam Implementasi

kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) di Kota Batu

Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi yang

dilakukan seorang komunikator kepada komunikan. Dalam konteks

implementasi kebijakan komunikasi ini terjadi antara pembuat kebijakan

dan pelaksana kebijakan. Pembuat kebijakan mengimformasikan strategi

dan arahan kepada pelaksana kebijakan agar implemetasi kebijakan dapat

berjalan dengan benar seperti yang diharapkan. Jika komunikasi berjalan

kurang baik maka akan pasti berdampak pada implementasi kebijakan itu

sendiri. Dalam implementasi kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) di

Page 108: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

92

Kota Batu komunikasi ini dibagi menjadi dua yaitu komunikasi intern dan

ekstern. Komunikasi intern yaitu komunikasi yang terjadi dalam tim

dewan pengupahan yang dimana Dinas Sosial dan Tenaga Kerja sebagai

ketua tim bertugas untuk memberikan informasi kepada Dinas-dinas yang

terkait dan juga lembaga lainnya seperti ikatan pengusaha APINDO dan

serikat pekerja atau SPSI. Sedangkan komunikasi ekstern terjadi antara

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dengan perusahaan-perusahaan yang ada

di Kota Batu dalam rangka sosialisasi kebijakan UMK.

Dalam pelaksanaannya komunikasi intern yang terjadi antara Dinas

Sosial dan Tenaga Kerja dan Dinas lainnya yang terkait serta lembaga

lainnya sudah berjalan dengan baik hal ini seperti yang dijelaskan oleh

Bapak HS (57 Tahun) dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja sebagai

anggota Dewan Pengupahan yang mengatakan sebagai berikut :

“Sebelum menetapkan besaran nominal UMK kami dari Dinas

Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu selalu mengadakan rapat

dengan Dinas Perindrustrian dan Perdagangan, BPS Kota Batu,

APINDO, JAMSOSTEK, Dewan pakar dari Universitas Brawijaya

dan Muhamadiyyah dan SPSI sehingga menhasilkan berita acara

pembahasan dewan pengupahan untuk penetapan UMK kota Batu

Tahun 2016 pada tanggal 28 Oktober 2015 dengan diadakannya

rapat ini jika ada salah satu pihak yang merasa keberatan dapat

diselesaikan dengan baik”. (tanggal 10 Agustus 2016)

Kemudian menurut Bapak S (54 Tahun) dari Seksi Pengawasan Dinas

Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu mengatakan :

“Komunikasi intern dilakukan dengan rapat 1 kali dalam satu bulan

tujuannya untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan UMK

di perusahaan yang ada di wilayah Kota Batu, kedua

Page 109: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

93

mengumpulkan data di pasar induk untuk bahan menentukan UMK

di tahun berikutnya”. (tanggal 03 Januari 2017)

Sementara di sisi lain komunikasi ekstern juga berjalan dengan

cukup baik. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tentunya harus

disosialisasikan kepada masyarakat dan instansi terkait agar dalam

pelaksanaannya tercipta kerjasama yang baik hingga mendapatkan hasil

yang baik. Sosialisasi Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 68 Tahun 2016

tentang Upah Minimum di Kota Batu ini dilakukan oleh Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Kota Batu sebagai perpanjangan tangan dari

Walikota Batu. Bahwa dengan adanya proses komunikasi diharapkan

dapat memahamkan dan memberikan pengertian kepada pihak pengusaha

dan pekerja bahwa upah yang ada dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur

tersebut harus dilaksanakan. Lebih lanjut Bapak HS (57 Tahun) dari

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja menjelaskan :

“Mengenai Sosialisasi UMK tahun 2016 ini, dilaksanakan oleh

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu yaitu pada bulan

November 2015 bertempat di Agrokusuma dihadiri oleh seluruh

perusahaan yang ada di Kota Batu sebelum Kebijakan Upah

Minimum Kota (UMK) yang baru diberlakukan. Tujuan dari

sosialisasi ini untuk memberikan pemahaman dan pengertian

kepada pengusaha dan pekerja bahwa kebijakan UMK ini harus

dilaksanakan. Apabila setelah proses sosialisasi, ternyata ada

perusahaan yang merasa tidak mampu memenuhi kebijakan

tersebut, maka pihak Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu,

telah memberikan kesempatan bagi pengusaha untuk melakukan

penangguhan sesuai dengan batasan waktu yaitu 10 hari”. (tanggal

10 Agustus 2016)

Kemudian menurut Bapak S (54 Tahun) dari Seksi Pengawasan Dinas

Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu mengatakan :

Page 110: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

94

“Mensosialisasikan UMK yang berlaku dengan cara mengundang

perwakilan perusahaan besar, sedang dan kecil di Agro Kusuma

dengan maksud apabila perusahaan keberatan dengan UMK yang

diberlakukan dapat melakukan penangguhan atau perusahaan dapat

melakukan pembayaran kenaikan UMK secara bertahap atau

dicicil”. (tanggal 03 Januari 2017)

Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan

sosialisasi ini sangatlah penting untuk memberikan pemahamam kepada

pihak pengusaha dan pekerja terhadap kebijakan UMK di Kota Batu ini.

Dengan adanya sosialisasi ini diharapkan pula agar sebelum UMK

diberlakukan, bagi perusahaan yang tidak mampu menjalankan

sebagaimana semestinya dapat melakukan penangguhan. Setelah proses

sosialisasi dan proses penangguhan bagi perusahaan yang tidak mampu

melaksanakan Upah Minimum Kota (UMK) dilakukan, maka Pemerintah

Daerah dalam hal ini Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu akan

mengajukan kepada Gubernur. Dan Gubernur nantinya dapat menetapkan

penolakan atau persetujuan penangguhan pelaksanaan UMK setelah

menerima saran dan pertimbangan dari Dewan Pengupahan. Apabila

penangguhan suatu perusahaan tersebut disetujui oleh Gubernur maka

persetujuan penangguhan tersebut hanya akan berlaku untuk jangka waktu

paling lama 12 bulan atau 1 tahun. Hal ini sesuai dengan yang ada dalam

Kepmenakertrans RI Nomor KEP.231/MEN/2003.

d. Kegiatan-kegiatan Implementasi Kebijakan Upah Minimum Kota

(UMK) di Kota Batu

Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) merupakan kebijakan

yang diharapkan mampu memberikan dampak yang positif dalam upaya

Page 111: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

95

mensejahterakan para pekerja dimana dengan dibuatnya kebijakan ini

diharapkan juga mampu sebagai jaring pengaman agar pengusaha tidak

memberikan upah yang rendah. Kebijakan Mengenai UMK ini

Berdasarkan surat edaran menteri dalam Negeri Republik Indonesia

tanggal 12 oktober 2015 tentang penetapan upah minimum tahun 2016.

Penentuan Upah Minimum Kota Batu tahun 2015, berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 78 Tahun 2015 dimana sistem lama tidak digunakan lagi,

sistem lama yaitu menggunakan survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

dengan mengacu pada enam puluh item. Hasil perhitungan dengan rumus

baru yang menggunakan Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2015 adalah

sebagai berikut : UMK th 2016 = UMK th 2015 + UMK th 2015

(Pertumbuhan Ekonomi Tingkat Nasional + Inflasi Tingkat Nasional)

total angka pertumbuhan dan inflasi Tingkat Nasional adalah sebesar

11,5% jadi besaran UMK th 2016 Untuk Kota Batu sebesar :

UMK TAHUN 2016 = Rp. 1.817.000 + {Rp. 1.817.000 (6.83 % +

4,67%)} = Rp. 2.025.955

Dari hasil perhitungan tersebut diatas yang dilakukan oleh Dewan

Pengupahan Kota Batu akan diusulkan kepada Walikota untuk kemudian

ditetapkan dengan surat keputusan Walikota Batu. Hasil penetapan

Walikota Batu, melalui surat tertanggal 29 Oktober 2015 disampaikan

kepada Gubernur Jawa Timur (surat terlampir) sebagai bahan keputusan

Gubernur Jawa Timur dalam rangka Upah Minimum Kota yang ada di

Page 112: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

96

Jawa Timur. Gubernur Jawa Timur menetapkan Besaran Upah Minimum

Kota berdasarkan masukan dari kota berdasarkan masukan dari kota yang

ada di jawa timur dengan Peraturan keputusan Gubernur Jawa Timur

Nomor :68 Tahun 2015 tertanggal 20 November 2015. Hasil Surat

Keputusan Gubernur Jawa Timur tentang Upah Minimum Kota 2016 akan

segera disosialisasikan kepada seluruh perusahaan yang telah terdaftar di

Kota Batu. Pada bulan november 2015 Surat Keputusan Gubernur tersebut

disosialisasikan di Agrokusuma dihadiri oleh semua perusahaan yang ada

di Kota Batu. Tujuan dari sosialisasi tersebut adalah untuk memberikan

pemahaman terhadap upah baru yang telah ditetapkan selain itu juga untuk

mengetahui keberatan atau penundaan berkaitan dengan adanya Surat

Keputusan Gubernur tersebur. Dari hasil sosialisasi tersebut tidak ada

perusahaan yang melakukan keberatan atau mengajukan penundaan atas

surat keputusan gubernur tersebut diatas, maka dianggap seluruh

perusahaan yang terdaftar dapat menerima Surat keputusan gubernur

diatas. Padahal dalam kenyataannya masih banyak perusahaan yang tidak

melaksanakan Surat Keputusan Gubernur tersebut.

Setelah dilakukannya kegiatan sosialisasi ini dan dianggap semua

perusahaan telah memahami dan mengerti, selanjutnya akan dilakukan

pengawasan dan pemantauan terhadap penerapan Kebijakan mengenai

Upah Minimum Kota (UMK) yang dilakukan oleh Dinas Sosial dan

Tenaga Kerja. Pengawasan yang dilakukan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

Page 113: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

97

Kota Batu menurut Bapak HS (57 Tahun) dari Dinas Sosial dan Tenaga

Kerja mengatakan :

“Pengawasan ini bersifat investigatif, yakni menekankan terhadap

pemeriksaan yang mendalam terhadap pelanggaran upah minimum

oleh objek pengawasan terhadap para pekerja. Pengawasan yang

dilakukan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu dilakukan

dengan pengumpulan data, mengamati, mengelola dan melakukan

penilaian dari data yang dikumpulkan untuk mengambil

keputusan”. (tanggal 10 Agustus 2016)

Hal ini terbukti dari pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Sosial

dan Tenaga Kerja Kota Batu pada tahun 2016, pengawasan difokuskan

untuk memeriksa pelanggaran-pelanggaran terhadap pembayaran upah

kepada pekerja dengan melihat buku upah dan melihat keluhan karyawan

di perusahaan, dan hasilnya pada tahun 2016 dari 130 objek perusahaan

yang diawasi oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu setelah

dilakukan pengumpulan data, mengamati dan melakukan penilaian dari

data yang dikumpulkan terdapat 53 perusahaan yang tidak membayarkan

upah sesuai upah minimum yang telah ditetapkan pada tahun 2016.

Berikut metode pelaksanaan pengawasan terhadap Penerapan

Kebijakan UMK di Kota Batu yang dilaksanakan setiap bulannya oleh

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu :

1. Personel pengawas adalah pegawai pengawas Dinas Sosial dan Tenaga

Kerja Kota Batu yang memiliki hak Independen yang ditunjuk oleh

Menteri Tenaga Kerja yang telah disekolahkan atau dilatih selama 6

(enam) bulan untuk melaksanakan fungsi mengawasi penerapan Upah

Minimum yang telah ditetapkan pemerintah (Diatur dalam UU No. 03

Page 114: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

98

Tahun 1951). Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu memiliki 4

(Empat) orang personel pengawas yang masing-masing telah mengikuti

pelatihan selama 6 (enam) bulan untuk melaksanakan fungsi pengawasan

penerapan Upah Minimum di Kota Batu, diantaranya :

a. Andie Indiarto, SE

b. Khayumiah, S.Sos

c. Anton Budi Setiawan, SH

d. Sunarko, S.Sos

2. Setiap bulan personel pengawas membuat rencana kerja dalam rangka

kegiatan pengawasan pelanggaran pembayaran Upah Minimum Kota di

Kota Batu sebagai tahap persiapan, yang meliputi :

a. Membuat SK penyelenggaraan, SK penyelenggaraan diserahkan kepada

Kepala Dinas untuk mendapatkan rekomendasi surat perintah tugas

dilapangan. Setelah mendapatkan rekomendasi perintah tugas dilapangan

barulah personel pengawas memiliki hak dan wewenang untuk melakukan

pengawasan di lapangan.

b. Membuat jadwal rencana pelaksanaan.

Dari wawancara yang dilakukan kepada Kabid Pengawasan dan Syarat

kerja yakni Bapak SAN (55 Tahun) diperoleh informasi bahwa :

“Pengawasan dilakukan dengan penjadwalan secara bertahap setiap

bulannya. Pembuatan jadwal meliputi penentuan topik kegiatan,

pada tahun 2016 topik kegiatan adalah pemetaan status kerawanan

terhadap objek pengawasan. Setiap bulannya personel pengawas

memeriksa minimal 1 (satu) orang mengawasi 2 (dua) atau 3 (tiga)

perusahaan. Sehingga dengan 4 (empat) orang personel pengawas

yang dimiliki Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu dalam

sebulan memeriksa 8 atau 12 perusahaan dan pada tahun 2016

Page 115: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

99

perusahaan yang berhasil diawasi 130 perusahaan. Penjadwalan

kegiatan ini melihat faktor anggaran yang diberikan untuk

pelaksanaan kegiatan. Jika anggaran terbatas maka setiap bulannya

objek yang diawasi juga terbatas”. (tanggal 11 Agustus 2016)

c. Melakukan Koordinasi Penyelenggara

Personel pengawasan melakukan koordinasi kepada Kabid pengawasan

dan Syarat Kerja yakni Bapak Sapto Adi Nugroho untuk mendapatkan

pembagian tugas kepada 4 orang personel pengawas. Koordinasi

penyelenggaraan ini dimaksudkan agar pelaksanaan pengawasan sesuai

dengan apa yang telah direncanakan. Masing-masing personel

mendapatkan tugas sesuai keperluan pengawasan.

d. Menyiapkan Administrasi Kegiatan.

Menurut Bapak SAN (55 Tahun) dari Dinas Sosial dan Tenaga

Kerja mengatakan :

“Administrasi kegiatan meliputi SK dari Kepala Dinas untuk turun

kelapangan, data-data penunjang berupa dokumentasi peraturan

perundang-undangan ketenagakerjaan dan surat nota pemeriksaan

yang ditujukan kepada perusahaan untuk mengakses data sekunder

sebagai dokumen ketenaga kerjaan pada objek pengawasan berupa

data umum perusahaan yang meliputi, jenis usaha, alamat

perusahaan, pemilik perusahaan dan jumlah pekerja. Setelah itu

barulah personel pengawasan turun kelapangan untuk

mengumpulkan data primer, data primer berupa bukti buku upah

perusahaan. Data primer merupakan dokumen rahasia personel

pengawasan yang diperoleh dari perusahaan. Karena personel

pengawasan memiliki hak independen dalam melakukan kegiatan

pengawasan”. (tanggal 11 Agustus 2016)

Setelah rencana kerja selesai tahap selanjutnya adalah pelaksanaan

pengawasan di lapangan berdasarkan rencana kerja di atas dengan

melakukan penilaian terhadap objek pengawasan. Jika dijumpai

perusahaan tersebut tidak menerapkan upah minimum yang telah

Page 116: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

100

ditetapkan kepada para pekerja yakni maka proses yang dilakukan

menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

adalah sebagai berikut :

1. Menegur dan memerintahkan pengusaha yang bersangkutan dalam

bentuk surat nota pemeriksaan kemudian diserahkan kepada perusahaan

tersebut agar mematuhi peraturan tentang upah minimum yang telah

ditetapkan. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Seksi

pengawasan yakni Bapak S (54 Tahun) dari Dinas Sosial dan Tenaga

Kerja yang mengatakan :

“Jika dijumpai perusahaan yang melanggar UMK dalam kategori

potensi rawan, maka Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu

akan melakukan pembinaan lebih intensif dan berkesinambungan

kepada perusahaan tersebut”. (tanggal 12 Agustus 2016)

2. Dalam waktu 14 hari, perusahaan tersebut harus menjawab surat nota

pemeriksaan tersebut agar mematuhi pembayaran upah kerja sesuai

dengan upah yang ditetapkan pemerintah. Dalam hal ini Dinas Sosial dan

Tenaga Kerja Kota Batu tidak langsung memberikan sanksi terhadap

perusahaan tersebut, akan tetapi dilakukan pembinaan agar mau mematuhi

peraturan pembayaran upah dengan memberi waktu selama 14 hari.

3. Jika perusahaan tersebut tidak juga menjawab nota pemeriksaaan

tersebut, maka Dinas Sosial dan Tenaga Kerja memanggil perusahaan

tersebut untuk diberitahukan dan diberi pengarahan. Proses ini dilakukan

untuk pembinaan agar kedepannya perusahaan tersebut mematuhi

pembayaran upah sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah.

Page 117: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

101

4. Jika tetap melanggar setelah diberitahukan pada proses ketiga, maka

perusahaan tersebut akan diproses melalui Berita Acara Pemeriksaan

(BAP) yang dilakukan oleh pegawai penyidik negeri sipil Dinas Sosial dan

Tenaga Kerja. Dalam hal ini yang dilakukan pegawai penyidik negeri sipil

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja adalah:

a. Memanggil untuk diminta keterangan (Priyustisia) atau dibuat berita

acara pemanggilan tersangka, pemanggilan sanksi dan tenaga ahli.

b. Jika masih juga tidak mengindahkan, maka berkas lengkap baru

diserahkan kepada polisi. Kemudian diproses secara hukum sesuai dengan

hukum yang berlaku.

Selain itu apabila terjadi perselisihan berkaitan dengan upah

minimum dimana perusahaan tidak melaksanakan upah minimum sesuai

dengan surat keputusan Jawa Timur pelanggaran tersebut bisa dilaporkan

pekerja kepada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja hal ini seperti yang

dikatakan oleh Bapak S (54 Tahun) dari Seksi Pengawasan Dinas Sosial

dan Tenaga Kerja :

“Dinas Sosial dan Tenaga Kerja yang diwakili oleh Kepala Seksi

Hubungan indrustrial dan syarat-syarat kerja akan memanggil

perusahaan yang dilaporkan oleh pekerja untuk dilakukan sidang

mediasi dimana perusahaan diwajibkan membayar upah pekerja

sesuai dengan UMK yang berlaku, dan dapat dihitung kekurangan

bayar UMK mulai dari Tahun 2011 sesuai Surat Keputusan

Mahkamah Konstitusi”. (tanggal 12 Agustus 2016)

Bila mana di dalam sidang media tersebut diatas tidak tercapai

kesepakatan maka pihak yang merasa dirugikan dapat melakukan gugatan

ke peradilan Hubungan Inrustrial di Kota Surabaya, agar didapat

keputusan yang harus dilaksanakan oleh perusahaan.

Page 118: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

102

e. Struktur Birokrasi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja sebagai

Pelaksana Implementasi Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) di

Kota Batu

Struktur Birokrasi mencakup banyak aspek seperti pembagian

kewenangan, hubungan antar unit, hubungan organisasi lain dan

sebagainya. Dinas Sosial dan Tenaga kerja sebagai pelaksana kebijakan

Upah Minimum Kota ini bertugas mulai dari proses perhitungan nominal

Upah, sosialisasi kepada pengusaha dan pekerja mengenai kebijakan serta

melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap pengusaha dalam

rangka penegakkan penerapan Kebijakan UMK ini. Dalam struktur

birokrasi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dapat dilihat sebagai berikut :

Susunan Organisasi Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Batu

menurut Peraturan Walikota Batu Nomor 39 Tahun 2013 terdiri dari :

Kepala Dinas

Unsur pembantu pimpinan terdiri dari:

Sekretaris Dinas terdiri dari

Kasubag Umum dan Kepegawaian

Kasubag Keuangan

Kasubag Program dan Pelaporan

Unsur Pelaksanaan terdiri dari:

Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial:

Seksi Pelayanan Sosial

Seksi Rehabilitasi Sosial

Page 119: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

103

Bidang Swadaya Sosial:

Seksi Bantuan Sosial

Seksi Pembinaan, Pengembangan Potensi dan Swadaya Sosial

Bidang Hubungan Industrial dan Pengawasan Tenaga Kerja:

Seksi Perlindungan, pembinaan dan Pengawasan Tenaga Kerja

Seksi Hubungan Industrial

Bidang Pengembangan Penempatan Tenaga Kerja:

Seksi Penempatan dan Perluasan Kerja

Seksi Pengembangan dan Produktifitas Kerja

Kelompok Jabatan Fungsional

Birokrasi sebagai pelaksana dari sebuah kebijakan harus dapat

mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan

melakukan koordinasi dengan baik. Kebijakan yang begitu kompleks

menuntut adanya kerjasama banyak orang. Ketika struktur birokrasi tidak

kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan menyebabkan

sumber daya yang ada menjadi tidak efektif dan menghambat jalannya

kebijakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak HS (57 Tahun)

dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja yaitu :

"Menurut saya koordinasi di dalam Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

Kota Batu sudah berjalan dengan baik, karena setiap divisi

memiliki kepala yang kompeten dan mudah diajak untuk

berkoordinasi satu sama lainnya, kerjasama antar atasan dengan

staf juga terjalin dengan sangat baik sehingga informasi mengenai

kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) ini dapat dengan mudah

disampaikan ke bawahan dan dapat dimengerti oleh bawahan

sesuai dengan tugasnya masing-masing. Selain itu koordinasi

Page 120: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

104

dengan Dinas dan lembaga lainnya yang terkait seperti APINDO

dan SPSI juga berjalan dengan baik sebelum menetapkan

Kebijakan UMK ini kami melakukan rapat agar nantinya kebijakan

yang dibuat tidak merugikan salah satu pihak yaitu pengusaha dan

pekerja”. (tanggal 10 Agustus 2016)

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja sudah dapat berkoordinasi satu

dengan yang lainnya dari atasan ke bawahan maupun melakukan

koordinasi dengan dinas dan lembaga lainnya yang terkait. Birokrasi sudah

mendukung sehingga keputusan melalui proses politik dalam

mengimplementasi Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) semuanya

sudah menghasilkan satu suara atau melalui kesepakatan bersama.

Koordinasi yang baik ini yang memudahkan pelaksanaan Kebijakan UMK

ini dapat dilaksanakan di lapangan sehingga kebijakan ini dapat

menyentuh sasaran/target yaitu pekerja dan pengusaha.

f. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik Implementasi Kebijakan

Upah Minimum Kota (UMK) di Kota Batu

Kondisi-kondisi ekonomi, sosial dan politik merupakan hal yang

berpengaruh dalam implementasi suatu kebijakan publik. Dalam

implementasinya kondisi ekonomi dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

untuk melaksanakan kebijakan UMK ini semua bergantung pada dana dari

APBD. Kemudian mekanismenya disampaikan oleh Bapak HS (57 Tahun)

selaku kepala seksi hubungan indrustrial dan syarat kerja dari Dinas Sosial

dan Tenaga Kerja sebagai berikut :

“Masing-masing bidang membuat program kerja untuk satu tahun

dengan detail Rencana Kegiatan Anggaran (RKA) beserta

kerangka acuan kerja diajukan ke bagian perencanaan dibawah

Page 121: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

105

sekretariat Dinas Sosial dan Tenaga Kerja kemudian dikirm ke

BAPEDA bagian keuangan yang selanjutnya akan dibahas di DPR

dari hasil pembahasan di DPR nilai program kegiatan yang

diusulkan yang ada di RKA bisa ditambah atau dikurangi apabila

sudah mendapatkan persetujuan dari DPR maka anggaran dapat

dicairkan”. (19 Desember 2016)

Selain kondisi ekonomi, lingkungan sosial juga berpengaruh

terhadap implementasi kebijakan publik. Berikut pernyataan Bapak HS (57

Tahun) selaku kepala seksi hubungan indrustrial dan syarat kerja dari

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja :

“Semua yang terlibat dalam kebijakan ini mendukung kebijakan

UMK ini. Tidak ada yang menentang mengenai kebijakan ini baik

dari pihak pekerja maupun dari pihak pengusaha. Semua pihak

dapat menerima besaran upah yang telah ditetapkan dan dapat

melaksanakannya dengan baik”. (tanggal 19 Desember 2016)

Pada kebijakan tentang Upah Minimum Kota ini tidak ada isu-isu

politik yang terkait. Hal ini didukung oleh pernyataan Bapak S (54 Tahun)

dari Seksi Pengawasan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, bahwa :

“Saya rasa, untuk kebijakan ini (kebijakan Upah Minimum Kota)

tidak ada sama sekali unsur politiknya. Karena kebijakan ini murni

hanya bertujuan untuk mensejahterakan para pekerja saja. (tanggal

19 Desember 2016)

2. Dampak Pelaksanaan Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK)

Batu Terhadap Kesejahteraan Pekerja di Kota Batu

Pada awalnya dibuatnya kebijakan Upah Minimum Kota ini

sebagai jaring pengaman agar upah yang dibayarkan oleh pihak pengusaha

tidak terlampau rendah yang mana akan merugikan pihak pekerja. Dan

seiring berjalannya waktu Upah Minimum Kota (UMK) ini banyak

dikaitkan dengan tujuan dalam meningkatkan kesejahteraan pekerja.

Page 122: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

106

Dimana sudah dijelaskan sebelumnya bahwa UMK didasarkan pada

pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang dibuat oleh dewan

pengupahan daerah melalui survei harga pasar yang akhirnya dapat

menentukan KHL pekerja. Komponen KHL, meliputi kebutuhan dasar

yaitu pangan (makanan dan minuman), papan, sandang, pendidikan,

kesehatan, transportasi, rekreasi dan tabungan. Sehingga apabila

pemenuhan KHL ini oleh pekerja dapat dilakukan, maka setidaknya

pekerja tersebut dapat dikatakan sejahtera.

a. Kemampuan pekerja di Kota Batu terhadap pemenuhan

kebutuhan sehari-hari

Pada umumnya kebutuhan sehari-hari meliputi makan, minum,

keperluan anak sekolah dan biaya tarnsportasi. Bagi para pekerja dalam

memenuhi kebutuhan sehari-harinya umumnya beranggapan bahwa masih

cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari akan tetapi sangat pas-pasan

hal ini juga disebabkan oleh kebutuhan hidup di kota Batu yang tergolong

cukup tinggi. Hal ini disampaikan oleh pekerja yang masih menerima upah

dibawah UMK yang telah ditetapkan. Saudara AG (25 Tahun) yang

bekerja di salah satu hotel di Jalan Panglima Sudirman no.93 Kota Batu

yang mengatakan bahwa :

“Kalau untuk kebutuhan buat makan sangat terbatas mas, ya itu

seadanya saja kadang makan cuma pakai tempe sama tahu apalagi

kalau sudah jatuh akhir bulan kadang sehari Cuma makan sekali

saja. Apalagi kebutuhan di kota batu yang lumayan mahal bagi

saya dengan upah Cuma 800.000 ribu perbulan mungkin ini karena

kota pariwisata ya. Untuk urusan transportasi kekantor biasanya

Page 123: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

107

bareng temen jadi gak keluar biaya banyak”. (tanggal 23 Agustus

2016)

Disisi lain Bapak DN (31 Tahun) yang bekerja di salah satu

perusahaan konveksi di jalan Panglima Sudirman no.111 Kota Batu yang

mengatakan sebagai berikut :

“ Dengan upah kisaran hanya sejutaan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari seperti makan dan biaya transport sangat kekurangan

mas apalagi saya sekarang baru punya anak buat beli susu yang

harganya lumayan mahal saya sangat keberatan. Untuk menambah

penghasilan saya dan istri saya biasanya jualan baju di pasar

malam buat nambah-nambah penghasilan. Kalau cuman tergantung

dengan upah saya bekerja saja masih sangat kekurangan”. (tanggal

23 Agustus 2016)

Dan hal serupa dikatakan oleh Bapak WN (32 Tahun) seorang

warga Jl. Dewi sartika Kelurahan Temas yang bekerja di salah satu

perusahaan camilan makanan di Kota Batu yang belokasi di jalan Wukir

V/17 Temas lebih lanjut mengatakan bahwa :

“Saya kalau untuk kebutuhan sehari-hari saja seperti makan dan

minum sama uang jajan anak saya tercukupi mas tapi ya gitu harus

pintar-pintar mengatur uangnya beli kebutuhan yang dirasa

penting-penting saja. Tapi kalau ada kenaikan harga-harga bahan

pokok seperti tahun kemarin saya merasa sangat kekurangan

dengan gaji Cuma sekitar 1 jutaan”. (tanggal 23 Agustus 2016)

Dari hasil wawancara lebih lanjut ke pekerja yang menerima upah

dibawah Kebijakan Upah Minimum Kota Batu, Rata-rata mereka sangat

keberatan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-harinya seperti

makan, minum, ongkos transportasi dan keperluan anak mereka. Sebagian

dari mereka mengatakan kebutuhan pokok di kota Batu yang cukup tinggi

dibandingkan dengan kota lainnya tidak diimbangi dengan pemberian

Page 124: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

108

upah dari perusahaan yang terlalu rendah. Untuk menambah pemasukan

demi menutupi kekurangan memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagian dari

mereka mencari tambahan pekerja lainnya.

Pendapat berbeda disampaikan oleh pekerja yang telah menerima

upah sesuai dengan kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) di Kota Batu

tahun 2016. Hal itu disampaikan oleh saudara RO (20 Tahun) yang bekerja

di PT.Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu :

“Mampu mas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi jika

terus menerus digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

dengan harga kebutuhan yang cenderung selalu naik maka upah

yang diterima akan dirasa kurang, karena membuat sulit

menyisihkannya untuk ditabung, tapi saya merasa bersyukur

mengingat masih banyak perusahaan di Batu yang belum

menerapkan upah sesuai UMK”. (tanggal 24 Agustus 2016)

Di sisi lain pekerja yang juga sudah menerima upah sesuai dengan

kebijakan UMK di perusahaan yang berbeda menyampaikan hal yang

serupa ini disampaikan oleh Saudari AD (20 Tahun) yang bekerja di Jawa

Timur Park Kota Batu :

“kalau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja seperti makan,

mnum dan biaya transportasi saja tercukupi mas apalagi saya

masih hidup sendiri jadi masih belum ada tanggungan, malah saya

masih ada sisa dari upah yang saya terima untuk dikirimkan ke

keluarga di kampung saya berasal orang tua dan adik saya”.

(tanggal 24 Agustus 2016)

Dari hasil wawancara diatas, dapat dilihat perbedaan para pekerja

di Kota Batu yang menerima upah dibawah Kebijakan UMK dengan yang

sudah menerima upah sesuai dengan Kebijakan UMK tahun 2016. Pekerja

yang sudah menerima upah sesuai dengan Kebijakan Upah Minimum Kota

Page 125: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

109

(UMK) Tahun 2016 Kota Batu pastinya akan merasa tenang karena

mereka mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan tidak repot

dalam mengatur keuangan mereka hal ini berbanding terbalik dengan apa

yang dirasakan oleh pekerja yang menerima upah dibawah UMK yang

kerepotan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

b. Kemampuan pekerja di Kota Batu terhadap pemenuhan biaya

kesehatan dan pendidikan

Di masa sekarang ini mahalnya biaya pendidikan masih menjadi

perbincangan dan permasalahan masyarakat setiapkali pergantian tahun

ajaran, bukan hanya terjadi pada sekolah swasta tetapi juga sekolah yang

berstatus negeri. Orang tua siswa harus berfikir kembali untuk

melanjutkan anaknya pada jenjang yang lebih tinggi akibat semakin

tingginya biaya pendidikan. Padahal pendidikan adalah suatu bentuk hak

asasi yang harus dipenuhi oleh negara secara merata sehingga semua

masyarakat dalam suatu bangsa tersebut dapat menikmatinya. Bukannya

hanya ditunjukan untuk orang yang mampu membayarnya saja.

Adanya pengeluaran yang tidak terduga apabila seseorang terkena

penyakit, apalagi tergolong penyakit berat yang menuntut stabilisasi yang

rutin seperti hemodialisa atau biaya operasi yang sangat tinggi. Hal ini

berpengaruh pada penggunaan pendapatan pekerja dari pemenuhan

kebutuhan hidup pada umumnya menjadi biaya perawatan dirumah sakit,

obat-obatan, operasi, dan lain lain. Hal ini tentu menyebabkan kesukaran

ekonomi bagi diri sendiri maupun keluarga. Dapat disimpulkan, bahwa

Page 126: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

110

kesehatan tidak bisa digantikan dengan uang, dan tidak ada orang kaya

dalam menghadapi penyakit karena dalam sekejap kekayaan yang dimiliki

seseorang dapat hilang untuk mengobati penyakit yang dideritanya. Begitu

pula dengan resiko kecelakaan dan kematian. Suatu peristiwa yang tidak

kita harapkan namun mungkin saja terjadi kapan saja dimana kecelakaan

dapat menyebabkan merosotnya kesehatan, kecacatan, ataupun kematian

karenanya kita kehilangan pendapatan, baik sementara maupun permanen.

Situasi tersebut yang terkadang membuat para pekerja menjadi

resah, Khususnya pekerja-pekerja yang menerima upah dibawah

Kebijakan Upah Minimum Kota Tahun 2016 di Kota Batu. Para pekerja

akan memutar otak untuk mengatur keuangan mereka agar bisa memenuhi

biaya pendidikan dan kesehatan. Menurut Saudara AG (25 Tahun) yang

bekerja di salah satu hotel di Jalan Panglima Sudirman no.93 Kota Batu

yang mengatakan bahwa :

“Untuk biaya kesehatan sekarang kan sudah ada yang namanya

asuransi kesehatan BPJS jadi ya kalau sakit udah ditanggung

semua oleh BPJS saya cuma harus membayarkan iuran uang

sebesar 20 ribu tiap bulannya jadi untuk biaya kesehatan saya tidak

kepikiran lagi untuk biaya pendidikan buat meneruskan ke

universitas kayaknya masih tidak mampu untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari saja masih kekurangan mas”. (tanggal 23

Agustus 2016)

Di sisi lain Bapak DN (31 Tahun) yang bekerja di salah satu

perusahaan konveksi yang berlokasi di jalan Panglima Sudirman no.111

Kota Batu mengatakan bahwa :

Page 127: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

111

"Sekarang kan ada yang namanya asuransi kesehatan dari BPJS

jadi kalau ada anggota keluarga saya istri atau anak saya yang

masih bayi sedang sakit sudah ditangani oleh BPJS semua

mengenai biayanya saya cuma harus membayarkan iuran sebesar

20 ribu tiap bulannya masalah pendidikan kan anak saya masih

bayi jadi masih belum mengeluarkan biaya buat pendidikan”.

(tanggal 23 Agustus 2016)

Hal yang hampir serupa disampaikan oleh Bapak WN (32 Tahun)

seorang warga Jl. Dewi sartika Kelurahan Temas yang bekerja di salah

satu perusahaan camilan makanan di Kota Batu yang belokasi di jalan

Wukir V/17 Temas lebih lanjut mengatakan bahwa :

“Alhamdullilah mas sekarang ada bantuan dari pemerintah dalam

bentuk asuransi kesehatan kalau tidak salah namanya BPJS apalagi

sekarang saya sedang sakit-sakitan jadi sangat terbantu sekali

dengan adanya BPJS ini. Kalau biaya pendidikan untuk anak saya

jujur saja saya sangat kesulitan untuk memenuhinya SPP untuk

berapa bulan ini sudah nunggak terus mas, anak saya sudah minta-

minta terus untuk segera dilunasi tapi saya masih belum mampu ya

bagaimana lagi mas upah sangat pas-pasan sekali”. (tanggal 23

Agustus 2016)

Dari beberapa hasil wawancara tersebut di atas, dapat disimpulkan

bahwa para pekerja khususnya para pekerja yang masih menerima upah

dibawah ketentuan Kebijakan Upah Minimum Kota yang telah ditetapkan

di Kota Batu, umumnya sangat tertolong dengan adanya bantuan dari

pemerintahan dalam hal asuransi kesehatan atau yang lebih dikenal dengan

sebutan BPJS ini pekerja tidak lagi mengeluarkan biaya yang tidak terduga

jika ada anggota keluarga yang sedang sakit hal ini tentunya meringankan

beban mereka yang sudah dipusingkan dengan rendahnya upah yang

mereka terima. Mengenai biaya pendidikan para pekerja merasa masih

kesulitan, mereka mengaku biaya pendidikan masih dirasa terlalu tinggi

Page 128: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

112

jika dibandingkan dengan rendahnya upah yang mereka terima dari

perusahaan apalagi tidak adanya bantuan dari pemerintahan.

Situasi yang hampir sama terjadi kepada pekerja-pekerja di Kota

Batu yang telah menerima upah sesuai dengan kebijakan Upah Minimum

Kota (UMK) di Batu yang telah ditetapkan sebelumnya. Rata – rata dari

mereka mengatakan tertolong dengan adanya asuransi kesehatan BPJS ini.

Namun, untuk urusan pendidikan mereka sedikit mengalami kendala.

Seperti yang dikatakan oleh saudara RO (20 Tahun) yang bekerja di

PT.Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu :

"Untuk melanjutkan pendidikan ke sarjana untuk sekarang bisa-

bisa saja tapi ya itu paling universitas swasta yang biaya untuk

uang semesterannya tidak terlampau tinggi jadi pilihan universitas

mana yang bisa dipilih ya terbatas mas tapi untuk sekarang masih

tidak ada waktu masih sibuk buat kerja, kalau biaya kesehatan kan

sekarang ada yang namanya kartu kesehatan BPJS jadi tidak keluar

banyak biaya kalau sedang sakit”. (tanggal 24 Agustus 2016)

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Saudari AD (20 Tahun)

yang bekerja di Jawa Timur Park Kota Batu :

“Melanjutkan pendidikan buat menjadi sarjana masih belum berani

takut uangnya tidak cukup mas apalagi kan sekarang untuk masuk

ke universitas biayanya tidak murah jadi ya nunggu uangnya

terkumpul dulu. Buat membiayai kalau saya atau ibu yang ada di

kampung sedang sakit saya gak kepikiran lagi mas buat biayanya

karena sudah ditanggung semua oleh asuransi kesehatan BPJS”.

(tanggal 24 Agustus 2016)

Dari wawancara diatas menunjukkan bahwa pekerja yang telah

menerima upah sesuai dengan Kebijakan Upah Minimum Kota di batu

tahun 2016 ada yang merasa mampu untuk melanjutkan pendidikan ke

Page 129: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

113

jenjang berikutnya ada pula yang masih merasa takut upah yang mereka

terima tidak mencukupi untuk melanjutkan pendidikan mereka. Mengenai

biaya kesehatan mereka sama-sama mengatakan kalau kesehatan mereka

telah terjamin oleh BPJS sehingga tidak lagi mengeluarkan biaya yang

besar.

c. Kemampuan Pekerja di Kota Batu dalam melakukan saving

per bulan

Untuk menjaga terjadinya sesuatu yang tidak terduga diluar

kebutuhan sehari-hari mungkin karena ada kecelakaan atau masalah

kesehatan yang memerlukan dana yang banyak atau untuk keperluan yang

terjadi di masa depan seperti biaya pendidikan atau pernikahan dan

mengatur segala jenis penggunaan uang pekerja memerlukan tabungan

atau simpanan. Simpanan bagi pekerja sangatlah penting, akan tetapi tidak

semua pekerja dapat mampu melakukan simpanan tiap bulannya. Terlebih

lagi bagi pekerja yang menerima upah dibawah Kebijakan UMK tahun

2016 di Kota Batu. Sebagian pekerja merasa kesulitan untuk menyisihkan

upah mereka karena telah habis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

mereka terlebih lagi jika terjadi kenaikan harga kebutuhan bahan pokok

atau kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). Ini seperti yang dikatakan

oleh Saudara AG (25 Tahun) yang bekerja di salah satu hotel di Jalan

Panglima Sudirman no.93 Kota Batu yang mengatakan bahwa :

“Kadang-kadang saya bisa untuk menyisihkan sebagian dari upah

saya jika ada rezeki yang berlebih dan tidak ada kenaikan

kebutuhan pokok tapi tidak seberapa karena habis untuk

Page 130: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

114

membiayai kebutuhan sehari-hari dan untuk bayar hutang atau

cicilan. Tapi akhir-akhir ini saya tidak bisa menabung karena jika

ada sisa upah atau rezeki yang berlebih saya langsung kirimkan

untuk ibu saya yang lagi kesusahan di kampung”. (tanggal 23

Agustus 2016)

Di sisi lain Bapak DN (31 Tahun) yang bekerja di salah satu

perusahaan konveksi yang berlokasi di jalan Panglima Sudirman no.111

Kota Batu yang mengatakan bahwa :

“Upah yang saya terima dari perusahaan cuman bisa untuk

membiayai kebutuhan sehari-hari untuk saya, istri dan anak saya

yang baru lahir jangankan untuk menabung dengan upah segitu

saja masih kurang. Saya baru bisa menabung kalau dagangan saya

di pasar malam laris”. (tanggal 23 Agustus 2016)

Hal yang hampir serupa disampaikan oleh Bapak WN (32 Tahun)

seorang warga Jl. Dewi sartika Kelurahan Temas yang bekerja di salah

satu perusahaan camilan makanan di Kota Batu yang belokasi di jalan

Wukir V/17 Temas lebih lanjut mengatakan bahwa :

“Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja saya sangat

keberatan apalagi harus menyisihkan sebagian upah untuk

menabung tentu tidak mungkin mas. Malah kadang saya harus

meminjam kepada tetangga untuk menutup sebagian keperluan

belum lagi kalau anak membutuhkan biaya tambahan untuk

keperluan sekolahnya”. (tanggal 23 Agustus 2016)

Dari hasil wawancara yang disampaikan oleh pekerja yang

menerima upah dibawah kebijakan Upah Minimum Kota di Kota Batu

Tahun 2016 dapat disimpulkan bahwa para pekerja ini sangat kesulitan

untuk menyisihkan sebagian dari upah mereka bekerja untuk keperluan

menabung rata-rata dari mereka mengatakan bahwa upah yang diterima

hanya habis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Kalau bisa

Page 131: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

115

menabung pun mereka mendapatkan penghasilan dari tambahan pekerjaan

lain seperti berdagang diluar upah yang mereka terima.

Berbeda dengan pekerja-pekerja lain yang telah menerima upah

sesuai dengan Kebijakan Upah Minimum Kota tahun 2016 di Kota Batu.

Seperti yang dikatakan oleh saudara RO (20 Tahun) yang bekerja di

PT.Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu :

“Untuk sekarang saya masih bisa buat menabung soalnya masih

belum berkeluarga jadi tidak ada tanggungan buat biaya istri dan

anak lebih lagi kebutuhan pokok tahun ini masih stabil tidak seperti

tahun-tahun sebelumnya yang banyak kebutuhan pokok harganya

melonjak naik sehingga susah untuk menabung”. (tanggal 24

Agustus 2016)

Di sisi lain pekerja lainnya yang sudah menerima upah sesuai

dengan kebijakan UMK ini yaitu Saudari AD (20 Tahun) yang bekerja di

Jawa Timur Park Kota Batu yang mengatakan :

“Dengan upah yang saya terima setiap bulannya sebesar 2 juta

bersyukur saya masih bisa menyisihkannya untuk ditabung jika

nanti ada keperluan yang mendesak yang membutuhkan biaya yang

cukup banyak saya tidak kerepotan lagi. Dan juga rencana saya

tabungan ini akan saya pakai untuk melanjutkan pendidikan saya

ke perguruan tinggi”. (tanggal 24 Agustus 2016)

Dari hasil wawancara diatas menunjukan bahwa pekerja yang telah

menerima upah sesuai dengan Kebijakan Upah Minimum Kota di batu

tahun 2016 mampu menyisihkan sebagian dari pada upah mereka untuk

ditabung itu semua tergantung pada kebutuhan masing-masing pekerja dan

tanggungan dari pada pekerja itu sendiri.

Page 132: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

116

D. Pembahasan

Pada tahap ini akan dilakukan analisis dan pembahasan dari hasil

penelitian yang telah dilakukan dan telah disajikan diatas. Berikut peneliti

akan memaparkan analisis dan pembahasan data yang telah ada dan sesuai

dengan fokus penelitian secara berurutan.

1. Implementasi Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) di Kota

Batu

a. Tujuan dan Manfaat implementasi kebijakan Upah Minimum

Kota (UMK) di Kota Batu

Menurut Van Meter dan Van Horn, tujuan-tujuan dan sasaran

suatu kebijakan yang akan dilaksanakan harus diidentifikasikan dan

diukur karena implementasi tidak dapat berhasil atau mengalami

kegagalan bila tujuan-tujuan itu tidak dipertimbangkan. Begitu juga

dengan kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) ini pasti memiliki

tujuan dan manfaat tertentu bagi masyarakat. Kebijakan Upah Minimum

yang merupakan kebijakan publik tersebut juga sesuai dengan pendapat

Islamy (1991:20) yang menjelaskan definisi kebijakan publik (publik

policy), yaitu “serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan

atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau

berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat”.

Pembuatan kebijakan Upah Minimum Kota merupakan suatu tindakan

yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah yang berorientasi

pada upaya pencapaian tujuan demi kepentingan masyarakat yaitu

Page 133: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

117

pihak pekerja agar mereka tidak dirugikan dengan pemberian upah yang

rendah dari pengusaha.

Sesuai dengan hasil penelitian yang ada dilapangan yang telah

disebutkan oleh petugas Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu,

bahwa Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) ini bertujuan untuk

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya bagi

para pekerja dan mempunyai manfaat sebagai jaring pengaman bagi

pekerja agar upah yang pekerja dapat tidak berada di level yang paling

rendah. Di dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Keternagakerjaan

juga memuat tujuan dari kebijakan Upah Minimum Kota ini yaitu untuk

mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan dan pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang

melindungi pekerja. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Anonymous

(2001:23) yang menyebutkan ada beberapa tujuan dari pada penetapan

upah minimum yaitu : Sebagai jaring pengaman, Pemerataan

pendapatan dan mempersempit kesenjangan dalam mewujudkan

keadilan sosial, Meningkatkan harkat dan martabat tenaga kerja dalam

rangka memanusiakan manusia, Mendorong meningkatkan disiplin dan

produktivitas kerja. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembuatan kebijakan mengenai Upah Minimum Kota ini telah memuat

tujuan dan manfaat yang jelas ingin dicapai yaitu untuk mensejahterakan

khususnya bagi para pekerja/buruh.

Page 134: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

118

b. Sumber-sumber Kebijakan Implementasi Kebijakan Upah

Minimum Kota (UMK) di Kota Batu

Sumber-sumber kebijakan secara umum didefinisikan sebagai

sesuatu yang dipandang memiliki nilai-nilai didalamnya. Dalam hal ini

sumber kebijakan yang dimaksud adalah sumber dalam kebijakan yang

diperlukan bukan karena untuk dirinya sendiri, melainkan diperlukan

untuk mencapai tujuan dari kebijakan itu. Mengenai teori proses

implementasi menurut Van Meter dan Van Horn sumber-sumber yang

dimaksud adalah perangsang yang mampu mendorong dan memperlancar

implementasi yang efektif. Dalam kebijakan Upah Minimum Kota (UMK)

ini di Kota Batu sudah memiliki sumber daya manusia yang kompeten ini

bisa dilihat dari jumlah banyaknya pegawai yang telah berpendidikan

sarjana guna menunjang pelaksanaan kebijakan ini.

Pada umumnya kebijakan harus mempunyai sumber dasar hukum

yang kuat agar kebijakan tersebut dapat dilaksanakan secara efektif. Dasar

hukum merupakan legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan

kebijakan yang ditetapkan secara politik. Ketika dasar hukum tidak ada,

maka kekuatan para implementator di mata publik tidak dilegitimasi,

sehingga dapat menggagalkan implementasi kebijakan tersebut. Di dalam

kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) di Kota Batu ini telah memiliki

dasar hukum yang kuat. Sesuai dengan penelitian yang ada di lapangan

yang telah disampaikan oleh petugas Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota

Batu bahwa dasar hukum yang dipakai dalam pelaksanaan Kebijakan

Page 135: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

119

Upah Minimum Kota (UMK) Batu adalah Peraturan Gubernur Jawa

Timur. Dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur tersebut didalamnya

memuat landasan yang dipakai dalam pembuatan Peraturan Gubernur

tersebut yaitu Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Nomor kep/226/MEN/2000, keputusan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor kep/231/MEN/2003, dan peraturan-peraturan

lainnya.

Peraturan Gubernur Jawa Timur tersebut setiap tahunnya akan

berubah disesuaikan dengan Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) yang

baru. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 48 Tahun 2014

menyebutkan Upah Minimum Kota (UMK) di wilayah Jawa Timur untuk

tahun 2015, dimana Kota Batu untuk Tahun 2015 Upah Minimum Kota

(UMK) nya sebesar Rp. 1.817.000 sedangkan untuk Upah Minimum Kota

(UMK) tahun 2016 diatur dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 68

Tahun 2015 yang menyebutkan Upah Minimum Kota (UMK) Batu Tahun

2016 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 2.026.000 Peningkatan

ini disesuaikan dengan tingkat inflasi yang dari tahun ke tahun menjadi

semakin meningkat. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa

Kebijakan mengenai Upah Minimum Kota (UMK) ini telah memiliki

dasar hukum yang kuat, karena kebijakan mengenai UMK ini merupakan

kebijakan yang dibuat berdasarkan perintah dari Undang-undang dan

Page 136: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

120

Keputusan Menteri sehingga semua Kota/Kabupaten pasti menggunakan

Kebijakan UMK ini.

c. Komunikasi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dalam Implementasi

kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) di Kota Batu

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam

implementasi sebuah kebijakan. Keefektifan implementasi kebijakan

sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang terjalin antar aktor kebijakan

tersebut. Menurut Van Horn dan Van Meter, pelaksanaan implementasi

dapat berjalan efektif bila disertai dengan ketepatan komunikasi antar para

pelaksana. Dalam implementasi kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) di

Kota Batu, komunikasi yang terjalin diantara Dinas Sosial dan Tenaga

Kerja dengan pihak perusahaan telah berjalan dengan baik hal ini dapat

dilihat dari sosialisasi mengenai penetapan Kebijakan UMK yang baru

selalu dilaksanakan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja sebelum UMK ini

dilaksanakan dan dihadiri oleh seluruh perusahaan yang ada di Kota Batu

dan jika ada perusahaan yang merasa keberatan dapat melakukan

penangguhan kepada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja. Selanjutnya

komunikasi intern yang terjadi antara Dinas Sosial dan Tenaga Kerja serta

Dinas lain yang terkait juga sudah berjalan cukup baik akan tetapi masih

perlu adanya perbaikan. Komunikasi yang terjalin pada dewan pengupahan

yang diketuai oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja terjadi hanya jika ada

pertemuan dan rapat-rapat sedangkan pertemuan dan rapat hanya sesekali

dilakukan saja. Seharusnya dibutuhkan intensitas pertemuan dengan forum

Page 137: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

121

diskusi agar pertemuan antar anggota dewan pengupahan bisa meningkat

sehingga dengan diadakannya forum diskusi tersebut dapat saling tukar

menukar informasi tentang perkembangan terakhir dari implementasi

mengenai Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) di Kota Batu ini dan

jika ditemukan suatu masalah dapat diselesaikan secara bersama-sama

lewat forum ini.

d. Kegiatan-kegiatan Implementasi Kebijakan Upah Minimum Kota

(UMK) di Kota Batu

Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Wahab (2008:65)

mengemukakan bahwa implementasi merupakan tindakan-tindakan yang

dilakukan baik individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok

pemerintah atau swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan

yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Kegiatan-kegiatan

implementasi kebijakan dilakukan berdasarkan pada arahan-arahan dan

strategi yang telah dirumuskan sebelum kebijakan tersebut

diimplementasikan. Menurut Van Meter dan Van Horn yang terdapat

dalam model implementasi kebijakan, kegiatan-kegiatan implementasi

kebijakan menjadi satu bagian dengan komunikasi. Hal ini dikarenakan

komunikasi dan kegiatan-kegiatan implementasi kebijakan adalah hal yang

tidak terpisahkan.

Penerapan ketentuan UMK lahir ketika diberlakukannya

otonomi daerah yang memberikan pandangan tentang pengelolaan dan

manajemen di dalam pemerintahan daerah dilakukan oleh daerah

Page 138: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

122

sendiri, sehingga menghasilkan evaluasi terhadap berbagai sistem dalam

pemerintahan daerah salah satunya adalah sistem pengupahan.

Proses penetapan upah disini harus bisa mengakomodir kepentingan

antar pengusaha dengan pekerja/buruh yang bertujuan untuk

mendapatkan kesepakatan bersama tentang berapa jumlah upah yang

harus dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja/buruh, dan dengan

tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup layak dari setiap pekerja dan

produktifitas perekonomian. Menurut Anonymous (2001:23) ada

beberapa tujuan dari pada penetapan upah minimum yaitu sebagai jaring

pengaman, pemerataan pendapatan, meningkatkan harkat dan martabat

tenaga kerja dan mendorong meningkatkan disiplin dan produktifitas

kerja.

Dalam implementasi Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) di

Kota Batu semua arahan dan strategi telah terdapat pada Peraturan

Gubernur Jawa Timur Nomor 68 Tahun 2015, sehingga dalam kegiatan-

kegiatan pelaksanaan Kebijakan UMK berpedoman pada peraturan

tersebut. Penetapan dari kebijakan UMK oleh Gubernur didasarkan pada

masukan dewan pengupahan dari masing-masing daerah. Perhitungan

mengenai nominal besaran upah yang nantinya akan diusulkan

dilakukan Dewan pengupahan yang beranggotakan Dinas Sosial dan

Tenaga Kerja, Dinas Perindrustrian dan Perdagangan, BPS Kota Batu,

APINDO, SPSI, JAMSOSTEK dan Dewan Pakar dari Universitas.

Dengan diikutsertakan perwakilan dari serikat buruh dan serikat

Page 139: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

123

pengusaha hal ini bisa dimaksudkan agar nantinya tidak ada yang

merasa keberatan atas nominal yang nantinya diusulkan. Dari hasil

perhitungan yang dilakukan oleh Dewan Pengupahan Kota Batu akan

diusulkan kepada Walikota untuk kemudian ditetapkan dengan surat

keputusan Walikota Batu. Hasil penetapan Walikota Batu, melalui surat

tertanggal 29 Oktober 2015 disampaikan kepada Gubernur Jawa Timur

(surat terlampir) sebagai bahan keputusan Gubernur Jawa Timur dalam

rangka Upah Minimum Kota yang ada di Jawa Timur.

Hasil Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur tentang Upah

Minimum Kota 2016 akan segera disosialisasikan kepada seluruh

perusahaan yang telah terdaftar di Kota Batu oleh Dinas Sosial dan Tenaga

Kerja. Sosialisasi merupakan tahapan yang krusial dalam implementasi

kebijakan. Sosialisasi sebuah kebijakan berguna untuk mengimformasikan

tentang kebijakan yang telah disahkan dan akan diimplementasikan. Sesuai

hasil wawancara terhadap salah satu petugas Dinas Sosial dan Tenaga

Kerja Kota Batu menyebutkan bahwa tujuan dari sosialisasi tersebut

adalah untuk memberikan pemahaman terhadap upah baru yang telah

ditetapkan selain itu juga untuk mengetahui keberatan atau penundaan

berkaitan dengan adanya Surat Keputusan Gubernur tersebur. Dari hasil

sosialisasi tersebut tidak ada perusahaan yang melakukan keberatan atau

mengajukan penundaan atas surat keputusan gubernur tersebut diatas,

maka dianggap seluruh perusahaan yang terdaftar dapat menerima Surat

keputusan gubernur diatas. Padahal dalam kenyataannya masih banyak

Page 140: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

124

perusahaan yang tidak melaksanakan Surat Keputusan Gubernur tersebut.

Dalam hal ini dapat disimpulkan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja sudah

memberikan pemahaman yang baik mengenai kebijakan upah yang baru

ditetapkan dengan mengadakan sosialisasi ini yang mengundang seluruh

perusahaan yang berada di Kota Batu. Tetapi dari pihak perusahaan masih

tidak terlihat kerjasama yang baik ini dapat dilihat dari adanya pihak

pengusaha yang belum membayarkan upah kepada pekerja akan tetapi

tidak melakukan penangguhan. Padahal pihak Dinas Sosial dan Tenaga

Kerja sudah sangat terbuka dengan adanya permintaan penangguhan tapi

ini tidak dimanfaatkan oleh perusahaan yang ada di Kota Batu.

Selanjutnya setelah proses sosialisasi dilakukan kegiatan

pengawasan yang juga dilakukan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja.

Pengawasan ini dimaksudkan untuk mengawasi jalannya pelaksanaan

UMK di lapangan, mana saja perusahaan yang sudah melaksanakan

UMK dan mana perusahaan yang belum melaksanakan UMK ini.

Sepanjang Tahun 2016, dari hasil penelitian berdasarkan data yang

masuk dalam bidang Pengawasan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota

batu dari total kurang lebih 130 perusahaan di Kota Batu tidak

seluruhnya mampu untuk membayarkan upah sesuai dengan kebijakan

UMK Tahun 2016 Kota Batu yang pada waktu itu UMK Batu sebesar

Rp. 2.026.000. Jumlah perusahaan yang belum membayarkan upah

sesuai dengan UMK relatif besar. Perusahaan yang tidak membayarkan

upah sesuai dengan UMK yang ditetapkan pada tahun 2016 terdapat 70

Page 141: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

125

perusahaan dan rata-rata yang sudah membayarkan upah sesuai dengan

kebijakan UMK adalah perusahaan menengah ke atas.

Khusus di bidang pengawasan telah dibagi tugas secara teratur

bahwa setiap satu pegawai diberi tugas megawasi dua sampai tiga

perusahaan sehingga dengan dua orang personel pengawas yang dimiliki

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dalam sebulan memeriksa 4 atau 6

perusahaan, dan setelah itu jika ada perusahaan yang belum

membayarkan upah sesuai dengan UMK Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

akan memerintahkan pengusaha yang bersangkutan dalam bentuk nota

pemeriksaan kemudian diserahkan kepada perusahaan tersebut agar

mematuhi peraturan tentang upah minimum yang telah ditetapkan. Saat

ini pegawai pengawas berjumlah cukup sehingga pengawasan dapat

dilakukan secara ketat terhadap perusahaan yang berada di Kota Batu.

Sesuai dengan hasil penelitian di lapangan bahwa ketika pada saat,

mulai tanggal 1 januari UMK Batu dilaksanakan ternyata seiring dengan

berjalannya waktu, ada perusahaan yang melanggar kebijakan UMK maka

perusahaan tersebut akan dikenakan sanksi sesuai dengan pasal yang

berlaku. Dari hasil penelitian dilapangan proses pemberian sanksi yang

dilakukan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu terhadap

pengusaha yang tidak mengindahkan pembayaran upah minimum kepada

pekerja, dapat dilihat bahwa dalam memperlakukan pengusaha yang tidak

mematuhi pembayaran upah minimum pihak Dinas Sosial dan Tenaga

Kerja Kota Batu tidak langsung menjatuhkan sanksi atau hukuman yang

Page 142: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

126

tegas. Akan tetapi terlebih dahulu dilakukan pembinaan dengan tujuan

perusahaan tersebut mau mematuhi pembayaran upah minimum kepada

para pekerja. Akan tetapi jika tidak juga mengindahkan baru ditindak

secara hukum sesuai dengan aturan yang ada.

Hal ini menunjukkan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu

dalam menindak lanjuti perusahaan yang bermasalah tidak langsung

memberikan sanksi yang tegas, akan tetapi melalui proses pembinaan

terhadap perusahaan tersebut. Jika tidak juga mengindahkan kemudian

diproses melalui Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang dilakukan oleh

pegawai penyidik negeri sipil Dinas Sosial dan Tenaga Kerja. Jika

masih juga tidak mengindahkan barulah perusahaan tersebut diserahkan

kepada pihak berwajib kemudian diproses secara hukum sesuai dengan

hukum yang berlaku.

e. Struktur Birokrasi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja sebagai

pelaksana implementasi kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) di

Kota Batu

Menurut Van Meter dan Van Horn, struktur birokrasi yang baik

akan mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Struktur

birokrasi akan berdampak juga pada komunikasi dan koordinasi antar

pegawai Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, maka dengan struktur birokrasi

yang jelas tugas dan fungsinya maka diharapkan komunikasi dan

koordinasi yang terbentuk juga akan baik. Struktur birokrasi dalam Dinas

Sosial dan Tenaga Kerja dalam hal koordinasi dan komunikasi sudah

Page 143: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

127

berjalan dengan baik serta jelas dalam pembagian wewenang dan tugasnya

di setiap seksi-seksinya hal ini seperti yang dikatakan oleh pegawai dari

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja yang mengatakan setiap divisi memiliki

kepala yang kompeten dan mudah diajak untuk berkoordinasi satu sama

lainnya, kerjasama antar atasan dengan staf juga terjalin dengan sangat

baik sehingga informasi mengenai kebijakan Upah Minimum Kota (UMK)

ini dapat dengan mudah disampaikan ke bawahan dan dapat dimengerti

oleh bawahan sesuai dengan tugasnya masing-masing. Dalam hal ini

berarti dapat dikatakan bahwa birokrasi yang terkait dalam pelaksanaan

Upah Minimum Kota (UMK) di Kota Batu ini sudah sangat mendukung

untuk bisa membuat kebijakan ini menjadi berhasil artinya tujuan utama

dari ditetapkannya kebijakan ini seharusnya dapat dicapai.

f. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik Implementasi Kebijakan

Upah Minimum Kota (UMK) di Kota Batu

Kondisi ekonomi, sosial dan politik implementator sangat

mempengaruhi tercapainya tujuan kebijakan. Dalam implementasinya

kondisi ekonomi sumber dana untuk melaksanakan implementasi ini telah

ditangani APBD. Artinya dalam masalah pendanaan mengenai

pelaksanaan implementasi kebijakan tidak ada kendala apapun. Kondisi

sosial dari kedua pihak baik dari pihak pekerja maupun dari pihak

pengusaha ialah positif, artinya tidak ada salah satu pihak pun di dalam

pelaksanaan kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) yang menentang

kebijakan ini. Dalam implementasi kebijakan, kondisi politik juga

Page 144: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

128

mempengaruhi kebijakan tersebut. Namun pada kebijakan dalam bidang

kesejahteraan terutama untuk pekerja ini, tidak ada unsur politik yang

tumbuh didalamnya.

2. Dampak Pelaksanaan Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK)

Batu Terhadap Kesejahteraan Pekerja di Kota Batu

Berdasarkan teorinya William N. Dunn dalam Wibawa (1994:5),

yang menyebutkan bahwa “dampak kebijakan adalah perubahan kondisi

fisik maupun sosial sebagai akibat dari output kebijakan”. Output adalah

barang, jasa atau fasilitas lainnya yang diterima oleh sekelompok

masyarakat tertentu, baik kelompok sasaran maupun kelompok lainnya

yang dimaksud untuk disentuh oleh kebijakan. Kebijakan dalam hal ini

adalah kebijakan dari pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan Upah

Minimum Kota (UMK). Kebijakan UMK Kota Batu tentunya bukan tak

ada maksud tetapi pasti ada tujuan akhirnya seperti apa atau yang bisa

disebut yaitu output dari kebijakan itu sendiri. Dari output tersebut maka

akan diketahui suatu dampak dari kebijakan itu sendiri terhadap pekerja di

Kota Batu.

Sejak kebijakan UMK diterapkan di Batu, output dari kebijakan ini

bisa dilihat dari data terakhir hasil penelitian di lapangan yang mengatakan

bahwa pada Tahun 2016 perusahaan di Kota Batu sudah banyak yang

menerapkan Kebijakan UMK di tempatnya sehingga pekerja yang bekerja

di perusahaan tersebut sudah menerima upah sama dengan Kebijakan

Page 145: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

129

UMK yang telah ditetapkan. Meskipun pada faktanya juga masih ada

sekitar 60 perusahaan di Kota Batu yang belum menerapkan kebijakan ini.

Dari output kebijakan UMK ini lah yang kemudian muncul dampak dari

kebijakan tersebut bagi pekerja.

Menurut William N. Dunn dalam Wibawa (1994:54) “ di dalam

dampak ada unit sosial pedampak yang merupakan unit-unit sosial yang

terkena dampak sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan”. Unit

Sosial pedampak tersebut salah satunya adalah dampak individual yang

meliputi kondisi ekonomi. Seorang pekerja yang memiliki kondisi

ekonomi yang cukup baik dapat dikatakan tingkat kesejahteraannya juga

cukup baik, karena pekerja mampu untuk memenuhi kebutuhannya tanpa

terlalu memikirkan keuangan mereka. Apabila dikaitkan dengan Kebijakan

UMK, maka pekerja yang dapat memenuhi Kebutuhan hidupnya yang

meliputi kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, papan, pendidikan,

kesehatan, transportasi, rekreasi dan tabungan serta pekerja pun juga

merasa aman dan tenteram maka pekerja tersebut dapat dikatakan tingkat

kesejahteraannya sudah cukup baik.

Hal ini sesuai dengan Wullur (2009:13) yang mengutip pengertian

kesejahteraan sosial dalam Undang-undang No. 6 Tahun 1974 tentang

ketentuan-ketentuan pokok Kesejahteraan sosial bab 1 ayat 2 menyebutkan

bahwa kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan

sosial, materil maupun spritual yang diliputi oleh rasa keselamatan,

Page 146: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

130

kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap

warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga

serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban

manusia sesuai dengan pancasila. Dan Soedarjadi (2009:77) yang secara

singkat mengartikan kesejahteraan adalah “suatu keadaan yang dapat

terlaksana apabila pekerja dapat hidup dengan tenteram dan bahagia”.

a. Kemampuan pekerja di Kota Batu terhadap pemenuhan

kebutuhan sehari-hari

Kebutuhan sehari-hari adalah kebutuhan yang paling mendesak

yang harus dipenuhi oleh pekerja. Kebutuhan sehari-hari tersebut pada

umumnya meliputi makan, minum, keperluan anak sekolah, dan biaya

transportasi. Dalam menentukan kebijakan Upah Minimum Kota (UMK)

ini pemerintah harus benar-benar memastikan dengan nominal upah yang

telah ditentukan dapat memenuhi kebutuhan hidup bagi pekerja hal ini

juga sesuai dengan Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan, dalam pasal 88 ayat (4) diamanatkan bahwa pemerintah

menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak dengan

memperhatikan produktifitas dan pertumbuhan ekonomi. Dari hasil

penelitian di lapangan ada sedikit perbedaan yang muncul pada pekerja di

Kota Batu yang menerima upah jauh di bawah UMK dengan pekerja di

Page 147: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

131

Kota Batu yang menerima upah sesuai dengan Kebijakan UMK yang telah

ditetapkan.

Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pekerja di Kota

Batu yang menerima upah jauh di bawah Kebijakan UMK yang telah

ditetapkan, Rata-rata mereka sangat keberatan untuk memenuhi kebutuhan

mereka sehari-harinya seperti makan, minum, ongkos transportasi dan

keperluan anak mereka. Sebagian dari mereka mengatakan kebutuhan

pokok di kota Batu yang cukup tinggi dibandingkan dengan kota lainnya

tidak diimbangi dengan pemberian upah dari perusahaan yang terlalu

rendah. Untuk menambah pemasukan demi menutupi kekurangan

memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagian dari mereka mencari tambahan

pekerja lainnya.

Pendapat lainnya disampaikan oleh pekerja yang sudah menerima

upah sesuai dengan Kebijakan UMK Kota Batu mereka mengatakan masih

dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari tapi jika ada kenaikan

harga bahan pokok mereka mengaku kesulitan dengan itu. Hal ini

menjelaskan jika nominal UMK yang telah ditetapkan oleh pemerintah

sebesar Rp. 2.026.000 telah cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan

hidup sehari-harinya seperti makan, minum dan biaya transportasi bagi

para pekerja tersebut.

b. Kemampuan pekerja di Kota Batu terhadap pemenuhan biaya

kesehatan dan pendidikan

Page 148: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

132

Mahalnya biaya pendidikan masih menjadi perbincangan dan

permasalahan masyarakat setiapkali pergantian tahun ajaran, bukan hanya

terjadi pada sekolah/universitas swasta tetapi juga sekolah/universitas

yang berstatus negeri. Masyarakat harus berfikir kembali untuk

melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi lagi akibat semakin

tingginya biaya pendidikan. Selain itu adanya pengeluaran yang tidak

terduga apabila seseorang terkena penyakit, apalagi tergolong penyakit

berat yang menuntut stabilisasi yang rutin seperti hemodialisa atau biaya

operasi yang sangat tinggi. Hal ini berpengaruh pada penggunaan

pendapatan pekerja dari pemenuhan kebutuhan hidup pada umumnya

menjadi biaya perawatan dirumah sakit, obat-obatan, operasi, dan lain lain.

Hal ini tentu menyebabkan kesukaran ekonomi bagi diri sendiri maupun

keluarga. Situasi tersebut yang terkadang membuat para pekerja menjadi

resah, Khususnya pekerja-pekerja yang menerima upah dibawah

Kebijakan Upah Minimum Kota Tahun 2016 di Kota Batu. Para pekerja

akan memutar otak untuk mengatur keuangan mereka agar bisa memenuhi

biaya pendidikan dan kesehatan.

Dari hasil penelitian di lapangan baik pekerja yang menerima upah

dibawah Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) ataupun pekerja yang

sudah menerima upah sesuai dengan Kebijkan UMK untuk urusan biaya

kesehatan jika dia atau anggota keluarga sakit dan mengalami kecelakaan

sangat tertolong dengan adanya BPJS yang sudah membiayai semua

urusan biaya kesehatan mereka. Untuk urusan pendidikan bagi pekerja

Page 149: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

133

yang menerima upah dibawah UMK merasa masih kesulitan, mereka

mengaku biaya pendidikan masih dirasa terlalu tinggi jika dibandingkan

dengan rendahnya upah yang mereka terima dari perusahaan apalagi tidak

adanya bantuan dari pemerintahan. Di sisi lain pekerja yang telah

menerima upah sesuai dengan Kebijakan Upah Minimum Kota di batu

tahun 2016 ada yang merasa mampu untuk melanjutkan pendidikan ke

jenjang berikutnya ada pula yang masih merasa takut upah yang mereka

terima tidak mencukupi untuk melanjutkan pendidikan mereka.

Hal ini menunjukkan para pekerja sangat tertolong dengan adanya

program dari pemerintah mengenai kesehatan gratis ini seandainya tidak

ada program kesehatan gratis ini tentunya semakin sangat memberatkan

bagi para pekerja khususnya yang menerima upah dibawah UMK untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah sangat kesulitan. Untuk

urusan pendidikan sebaliknya pemerintah harus memikirkan ulang

kebijakan sistem pengupahan mereka dengan mempertimbangkan biaya

pendidikan bagi para pekerja karena pendidikan merupakan hak asasi yang

harus dipenuhi oleh negara secara merata sehingga semua masyarakat

dalam suatu bangsa dapat menikmatinya.

c. Kemampuan Pekerja di Kota Batu dalam melakukan saving

per bulan

Selain memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari seperti sandang,

pangan, papan dan biaya transportasi ada juga yang paling penting yaitu

Page 150: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

134

kebutuhan akan saving (menabung). Saving atau simpanan bagi pekerja

merupakan hal yang penting juga dilakukan untuk menjaga terjadinya

sesuatu atau keinginan dari pekerja untuk melakukan hal yang baru di luar

dari rutinitas atau keinginan lain yang ingin dipenuhi di luar kebutuhan

sehari-harinya.

Sesuai hasil penelitian di lapangan, menunjukkan bahwa tidak

semua dari pekerja mampu untuk melakukan saving tiap bulannya dari

upah yang mereka terima, mereka mengaku upah yang mereka terima

hanya habis untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Terlebih lagi

pekerja di Kota Batu yang menerima upah dibawah Kebijakan UMK yang

telah ditentukan Tahun 2016 dapat disimpulkan bahwa para pekerja

tersebut umumnya tidak bisa menabung, meskipun ada sedikit yang bisa

menabung itupun bisa jika ada rezeki yang berlebih atau tambahan

pemasukan dari pekerjaan lainnya lalu kebutuhan yang harus dipenuhi

tidak terlalu banyak dan tidak ada kenaikan harga atau keadaan tertentu

yang mendesak.

Keadaan yang berbeda dirasakan oleh pekerja di Kota Batu yang

menerima upah sesuai dengan Kebijakan UMK Kota Batu yang telah

ditetapkan sebelumnya. Dimana pekerja-pekerja ini tidak merasa kesulitan

untuk menabung, karena upah yang mereka terima lebih dari cukup untuk

memenuhi kebutuhan sehari-harinya maka pekerja-pekerja tersebut dapat

menyisihkan sebagian dari upahnya untuk ditabung setiap bulannya. Bagi

pekerja-pekerja ini tabungan merupakan hal yang penting untuk mereka,

Page 151: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

135

karena dengan menabung mereka dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak

diinginkan.

Dari hasil penelitian yang ada dilapangan tersebut, bahwa pekerja-

pekerja di Kota Batu baik yang sudah berkeluarga ataupun belum yang

menerima upah dibawah kebijakan UMK yang telah ditentukan, belum

dapat dikatakan bahwa pekerja-pekerja itu sejahtera karena untuk

memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja pekerja-pekerja tersebut harus

mencari pekerjaan alternatif lainnya seperti berdagang atau pas-pasan

sedangkan kebutuhan mereka tidak cuma makan, minum, keperluan anak

atau biaya transportasi. Tetapi masih ada komponen lainnya yang harus

mereka penuhi, belum lagi apabila terjadi kenaikan harga untuk kebutuhan

pokok sehari-harinya. Banyak kecemasan yang dirasakan dalam mengatur

keuangannya mereka.

Hal ini berbeda dengan yang dirasakan oleh pekerja-pekerja yang

menerima upah sesuai dengan Kebijakan UMK yang telah ditetapkan di

Kota Batu Tahun 2016, pekerja-pekerja tersebut dapat dikatakan tingkat

kesejateraannya cukup baik karena mereka mampu untuk memenuhi

kebutuhan mereka sehari-harinya dan bahkan sesuai dengan hasil

penelitian pekerja-pekerja tersebut mampu untuk menyisihkan sisa upah

yang mereka terima untuk ditabung tiap bulanya hal ini menunjukan

bahwa pekerja tersebut telah merasa aman dan tenteram. Jadi, Dampak

Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) Batu terhadap Kesejahteraan

pekerja di Kota Batu khususnya, hanya dapat dinikmati oleh pekerja yang

Page 152: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

136

menerima upah sesuai dengan kebijakan UMK atau diatas saja. Hal ini

tentunya perlu adanya perbaikan dalam penerapan kebijakan UMK ini

dimana perlu adanya sanksi tegas kepada perusahaan yang belum

membayarkan upah sesuai dengan UMK agar kesejahteraan dapat

dirasakan oleh seluruh pekerja yang berada di Kota Batu ini.

Page 153: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

137

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebijakan Upah Minimum Kota yang termasuk dalam kajian

kebijakan publik merupakan pola kegiatan pemerintah untuk memecahkan

beberapa masalah publik. Khususnya dalam hal ini adalah masalah

pengupahan pekerja yang telah diatur di dalam Undang-undang No. 13

Tahun 2003. Kebijakan upah minimum ini salah satunya adalah kebijakan

Upah Minimum Kota (UMK). Kebijakan UMK Batu didasarkan pada

Peraturan Gubernur Jawa Timur yang menimbang rekomendasi dari

dewan pengupahan daerah yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga

Kerja Nomor PER-17/MEN/VIII/2005.

Secara garis besar berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan

dan sesuai dengan fokus yang ditetapkan, maka penulis menyimpulkan,

sebagai berikut :

1) Implementasi kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) telah memiliki

dasar hukum yang kuat dengan disahkannya Peraturan Gubernur Jawa

Timur dan didasarkan pada Undang-undang No. 13 Tahun 2003 dan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-17/MEN/VIII/2005.

Tujuan dari kebijakan UMK ini adalah untuk meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya bagi para

pekerja. Manfaat dengan adanya Kebijakan ini akan memberikan

Page 154: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

138

jaring pengaman agar nantinya para pengusaha tidak memberikan

upah kepada pekerja di level yang paling rendah. Selain itu manfaat

lain dari kebijakan ini adalah untuk menghindari konflik yang terjadi

diantara pengusaha dan pekerja mengenai besaran upah yang akan

diberikan. Langkah-langkah kebijakan Upah Minimum Kota (UMK)

Batu Tahun 2016 dalam hal implementasi dan pengendalian kebijakan

yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dalam hal ini adalah

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Batu adalah Sosialisasi

Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) yang meliputi penyampaian

besaran UMK yang ditetapkan oleh Gubernur, proses penangguhan

UMK, dan Sanksi UMK Selain proses sosialisasi, Dinas Sosial dan

Tenaga Kerja Kota Batu juga melakukan pembagian tugas dan fungsi

serta koordinasi yang cukup baik.

2) Dampak Kebijakan UMK dapat dilihat dari output UMK yaitu sejak

adanya UMK, perusahaan di Kota Batu Tahun 2016, hampir sebagian

besar sudah menerapkan UMK walaupun masih ada beberapa

perusahaan yang masih belum membayarkan UMK. Dari situlah

muncul dampak kebijakan UMK bagi pekerja. Salah satunya dampak

individual yang meliputi kondisi ekonomi pekerja. Pekerja yang

menerima upah dibawah ketentuan Kebijakan belum dapat dikatakan

sejahtera karena pekerja dalam melakukan pemenuhan kebutuhan

sehari-hari saja sering merasa tidak tercukupi. Berbeda dengan pekerja

yang sudah menerima upah sesuai dengan ketentuan Kebijakan UMK

Page 155: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

139

dapat dikatakan kondisi perekonomiannya mencukupi dalam

memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari yang meliputi makan,

minum dan biaya Transportasi atau untuk melakukan saving.

Sehingga pekerja yang sudah menerima upah sesuai dengan ketentuan

UMK bisa dikatakan sejahtera karena pekerja merasa aman dan

tenteram. Jadi, dampak Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) Batu

terhadap kesejahteraan pekerja di Kota Batu khususnya, hanya dapat

dinikmati oleh pekerja sudah menerima upah sesuai dengan ketentuan

Kebijakan UMK atau diatasnya saja.

B. Saran

Untuk mewujudkan pemerataan kesejahteraan bagi pekerja-pekerja

khususnya di Kota Batu melalui Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK)

Batu, maka ada beberapa hal penting yang dapat dijadikan masukan, yaitu:

1) Perlu diadakannya lebih banyak lagi forum-forum yang

mendiskusikan masalah-masalah yang berkaitan dengan pengupahan,

selain itu perlu semakin banyaknya LSM-LSM selain serikat buruh

(SPSI) yang dapat membantu pekerja-pekerja atau buruh untuk

menyampaikan tuntutannya yaitu upah yang sesuai dengan kebijakan

UMK. Serta sosialisasi yang dilakukan oleh Pihak Dinas Sosial dan

Tenaga Kerja Kota Batu hendaknya dapat diperluas dengan cara

mensosialisasikan kebijakan UMK lewat banyak media baik cetak

maupun elektronik, sehingga dapat diketaui oleh banyak pekerja.

Page 156: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

140

2) Dinas Sosial dan Tenaga Kerja harus lebih meningkatkan perannya

sebagai penengah antara pengusaha dan pekerja apabila terjadi

pelanggaran dan perlu perumusan sanksi yang lebih efektif yang

dilakukan oleh pemerintah daerah yang mengacu pada sanksi yang

diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 90 misalnya dengan

mengeluarkan PERDA, sehingga pemerintah dapat bertindak tegas

terhadap perusahaan-perusahaan yang melanggar UMK tanpa

toleransi. Serta proses penangguhan bagi perusahaan yang tidak

mampu melaksanakan UMK hendaknya diperpanjang, mengingat

bahwa penangguhan UMK diberikan waktu hanya 10 hari yang dirasa

oleh perusahaan terlalu cepat dengan tidak diimbangi begitu

banyaknya syarat yang harus dipenuhi.

Page 157: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, Solichin. 2005. Analsis kebijaksanaan: Dari Formulasi ke

Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Agustino, Leo.2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik, Bandung : CV. Alfabeta.

Anonymous, 2001. Modul DJJ : 12 C, Pengupahan Hubin Syaker Pusdiklat

Pegawai Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi.

Islamy, M irfan. 2003. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta:

Bumi Aksara.

Khakim, Abdul. Aspek Hukum Pengupahan, Bandung : Citra Aditya Bakti.

Manullang, M. 1981. Manajemen Personalia, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Meleong, lexy. J. 2012. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.

RemajaRosdakarya.

Print, Darwan. 2000. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti.

Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi, Evaluasi. PT.

Elex Media Komputindo : Jakarta.

Setyodarmojo, Soenarko. 2000. Public Policy: Pengertian Pokok untuk

Memahami dan Analisa Kebijaksanaan Pemerintah. Surabaya: Airlangga

University Press.

Page 158: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAH MINIMUM …repository.ub.ac.id/725/1/Aldo Bagaskara.pdfTenaga Kerja Kota Batu ). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Grasindo.

Sugiono, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sumarnonugroho, T, 1984. Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta:

PT Hamindito.

Sukarna, 1975. Prinsip-prinsip Usaha Perusahaan, Bandung: Alumni.

Wibawa, Samodra. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: P.T. Raja Grafindo

Persada

Widjaya, AW. 1990. Administrasi Kepegawaian, Jakarta: Rajawali Press.

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta: Media

Pressindo

Peraturan Perundangan

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep. 226/MEN/2000 Tentang

Pengubahan Pasal 1, Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 20, dan pasal

21 Permenaker No.01/MEN/1999 Tentang Upah Minimum

Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 68 Tahun 2016