implementasi kebijakan kepengawasan guru sekolah …eprints.uny.ac.id/48698/1/arif...

153
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KEPENGAWASAN GURU SEKOLAH DASAR DI UPT SIDOHARJO WONOGIRI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Arif Suseno NIM 12110244023 PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JANUARI 2017

Upload: lethuy

Post on 17-Feb-2018

238 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KEPENGAWASAN GURU

SEKOLAH DASAR DI UPT SIDOHARJO WONOGIRI

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Arif Suseno

NIM 12110244023

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN

JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

JANUARI 2017

i

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KEPENGAWASAN GURU

SEKOLAH DASAR DI UPT SIDOHARJO WONOGIRI

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Arif Suseno

NIM 12110244023

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN

JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

JANUARI 2017

ii

iii

iv

v

MOTTO

“Education is the most powerful weapon which can you use to change the word”

(Nelson Mandela)

vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat kehadirat-Nya yang telah memberikan

nikmat serta anugerah-Nya, karya ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua saya yang selalu mencurahkan seluruh kasih sayang, doa

serta dukungan sehingga penulis berhasil menyusun karya ini.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.

vii

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KEPENGAWASAN GURU

SEKOLAH DASAR DI UPT SIDOHARJO WONOGIRI

Oleh

Arif Suseno

NIM 12110244023

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan

kepengawasan guru sekolah dasar di UPT Sidoharjo Wonogiri, yang berisi

tentang bagaimana implementasi kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian

ini adalah pengawas sekolah dan guru. Setting penelitian dilakukan di UPT

Sidoharjo. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Analisis data menggunakan model interaktif atau berkaitan satu

sama yang lain sehingga data yang diperoleh jenuh, yaitu dengan tahapan

pengumpulan data, reduksi data, dan penyajian data. Keabsahan data

menggunakan teknik trianggulasi sumber dan teknik. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa: (1) implementasi kepengawasan guru sekolah dasar dengan

cara pengawas membina guru, menilai guru dan meningkatkan profesionalisme

guru, (2) implementasi kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar sebagai

berikut: (a) komunikasi antara pengawas sekolah dengan guru di UPT Sidoharjo

guru kesulitan memahami informasi yang diberikan pengawas, sehingga

permasalahan belum terselesaikan,(b) sumber daya pengawas sekolah dasar di

UPT Sidoharjo tidak sebanding dengan jumlah guru, sehingga pengawas datang

ke sekolah sebulan sekali,(c) sikap dari pengawas sekolah dalam melaksanakan

kebijakan tersebut hanya melakukan kegiatannya sesuai jadwal dan tidak ada

tambahan di luar jadwal datang ke sekolah binaan (d) struktur birokrasi dalam

kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar secara garis besar sudah sesuai

dengan peraturan menteri pendidikan.

Kata kunci: Implementasi kebijakan, pengawas sekolah, dan guru sekolah dasar

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmnat-Nya

sehingga penulis masih diberikan kesempatan, kekuatan dan kemampuan untuk

menyelesaikan proses penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Kebijakan

Kepengawasan Guru Sekolah Dasar di UPT Sidoharjo Wonogiri” ini dengan baik

dan lancar. Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memenuhi gelar sarjana

pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak dapat

terwujud tanpa adanya kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, atas segala kebijakan dan

kebijaksanaannya memberikan kemudahan dalam kegiatan penyusunan

belajar dikampus.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan kemudahan dalam

penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Program Studi Kebijakan

Pendidikan, yang telah memberikan semangat dan kelancaran dalam

pembuatan skripsi ini.

4. Dr. Arif Rohman, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah berkenan

memberikan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

laporan skripsi ini dengan baik.

5. Drs. L. Hendrowibowo, M.Pd., selaku pembimbing akademik yang telah

membimbing akademik dari awal hingga akhir proses studi.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Fakultas

Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan

pengalaman serta ilmu bermanfaat.

7. Bapak Drs. Purwadi, selaku Kepala Dinas Pendidikan UPT Sidoharjo yang

telah memberikan izin dan kemudahan selama proses penelitian.

ix

8. Kedua orangtuaku yang telah memberikan doa, semangat, kasih sayang, serta

dukungannya.

9. Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dan memberikan semangat.

10. Kerabat Program Studi Kebijakan Pendidikan angkatan 2012 khususnya kelas

B.

Semoga semangat, motivasi, bantuan, bimbingan, dan dukungan yang

telah diberikan mendapat balasan setimpat dari Allah SWT. Akhir kata, semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan

pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 22 Desember 2016

Penulis,

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAMANPERNYATAAN .......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

HALAMAN MOTTO. ..................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN. ..................................................................... vi

ABSTRAK. ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR. ...................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 7

C. Batasan Masalah ....................................................................................... 7

D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7

E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8

F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Implementasi Kebijakan ........................................................................... 10

1. Pengertian Implementasi ...................................................................... 10

2. Teori Implementasi .............................................................................. 13

3. Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan....................................... 20

4. Pengertian Kebijakan Pendidikan ........................................................ 21

5. Teori Perumusan Kebijakan Pendidikan .............................................. 25

xi

B. Kebijakan Pemerintah ............................................................................... 29

C. Pengawas Sekolah ..................................................................................... 30

1. Pengertian Pengawas Sekolah ............................................................. 30

2. Tugas Pokok dan Funsi Pengawas Sekolah ........................................ 32

3. Beban Kerja Pengawas Sekolah .......................................................... 33

D. Guru .......................................................................................................... 35

1. Pengertian Guru ................................................................................... 35

2. Tugas Guru ........................................................................................... 36

3. Kualitas Guru ....................................................................................... 37

4. Kompetensi Guru ................................................................................ 38

a. Pengertian Kompetensi Guru ........................................................ 38

b. Standar Kompetensi Guru. ............................................................ 38

E. Sekolah Dasar ........................................................................................... 44

1. Pengertian Sekolah Dasar ................................................................... 44

2. Tujuan Sekolah Dasar ......................................................................... 45

F. Penelitian Yang Relevan ........................................................................... 45

G. Kerangka Pikir ......................................................................................... 47

H. Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 50

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 51

B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 52

C. Subjek Penelitian ...................................................................................... 52

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 52

E. Instrumen Penelitian ................................................................................. 54

F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 56

G. Keabsahan Data......................................................................................... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 60

1. Profil UPT Sidoharjo .......................................................................... 60

xii

2. Visi Misi UPT Sidoharjo. ................................................................... 61

3. Visi Misi Pengawas di UPT Sidoharjo. .............................................. 62

B. Hasil Penelitian

1. Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar pada

Dimensi Pembinaan Guru di UPT Sidoharjo ...................................... 62

2. Implementasi Kebijakan Kepengawas Guru Sekolah Dasar pada

Dimensi Penilaian Guru di UPT Sidoharjo ......................................... 64

3. Implementasi Kebijakan Kepengawas Guru Sekolah Dasar pada

Dimensi Pembimbingan dan Pelatihan profesionalisme Guru di UPT

Sidoharjo ............................................................................................. 65

4. Faktor Pendukung Implmentasi Kebijakan Kepengawasan Guru

Sekolah Dasar di UPT Sidoharjo ........................................................ 66

C. Pembahasan ............................................................................................... 75

1. Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar pada

Dimensi Pembinaan Guru diUPT Sidoharjo. ..................................... 75

2. Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar pada

Dimensi Penilaian Guru di UPT Sidoharjo ......................................... 76

3. Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar pada

Dimensi Pembimbingan dan Pelatihan Profesionalisme Guru di UPT

Sidoharjo ............................................................................................. 77

4. Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru

Sekolah Dasar di UPT Sidoharjo ........................................................ 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................... 85

B. Saran ........................................................................................................ 87

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 88

LAMPIRAN ..................................................................................................... 90

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kerangka Pikir.................................................................................. 49

Gambar 2. Komponen dalam Analisis Data ...................................................... 57

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman Observasi............................................................. 55

Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara.......................................................... 56

Tabel 3. Daftar Sekolah.................................................................................... 60

Tabel 4. Jumlah Guru........................................................................................ 61

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Wawancara.................................................................. 91

Lampiran 2. Catatan Lapangan........................................................................ 95

Lampiran 3. Transkip Wawancara................................................................... 103

Lampiran 4. Analisis Data Hasil Wawancara.................................................. 117

Lampiran 5. Dokumentasi............................................................................... 122

Lampiran 6. Data Guru.................................................................................... 124

Lampiran 7. Program Pengawas....................................................................... 126

Lampiran 8. Surat Izin Penelitian..................................................................... 131

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai usaha sadar bagi pengembangan manusia dan

masyarakat, mendasarkan pada landasan pemikiran tertentu, pandangan hidup

atau filsafat hidup, bahkan latar belakang sosiokultural tiap-tiap masyarakat,

serta pemikiran-pemikiran psikologis tertentu (Dwi Siswoyo dkk, 2012: 1). Hal

ini akan menentukan nasib suatu bangsa di masa yang akan datang tergantung

dengan kualitas lembaga pendidikannya, baik formal, nonformal, dan informal.

Sesuai dengan pasal 1 Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, ditegaskan bahwa fungsi pendidikan

nasional adalah mengembangkan dan membentuk karakter watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk mengembangkan peserta didik dalam menjadi manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

berilmu dan kreatif. Tujuan pendidikan sebagai penuntun, pembimbing dan

petunjuk arah bagi para peserta didik, guru, kepala sekolah maupun pengawas

sekolah agar bekerja sama dalam mewujudkan tujuan pendidikan tersebut.

Untuk mencapai mutu pendidikan yang baik, perlu diperhatikan semua

komponen yang perlu diperbaiki atau pembaharuan perkembangannya. Salah

satu komponen keberhasilan pendidikan ditentukan oleh komponen

pengawasan. Untuk itu pemerintah mengadakan pengawasan terhadap

2

pelaksanaan pendidikan. Hal tersebut tertuang dalam Undang-undang nomor

20 Sistem Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 38 ayat

(2) :

“Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai

dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan

komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas

pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk

pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah”

Pengawas akademik mempunyai peranan yang penting untuk mencapai

tujuan pendidikan, jika ada penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan para

pendidik, maka pengawas akan meluruskan agar guru melakukan tindakan-

tindakan yang terarah dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Karena

pengawas pendidikan harus mengetahui masalah-masalah yang ada pada

sekolah sebab pengawas bertanggung jawab dalam mengontrol keberhasilan

pendidikan. Tugas utama pengawas sekolah adalah mewujudkan usaha

perbaikan pendidikan terhadap komponen atau unsur-unsur pendidikan.

Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan

Kepegawaian Negara Nomor 01/III/PB/2011 dan Nomor 6 Tahun 2011 tentang

petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka

kreditnya, ditegaskan bahwa fungsi pengawas sekolah adalah jabatan

fungsional yang mempunyairuang lingkup tugas, tanggung jawab dan

wewenang untuk melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan manajerial

pada satuan pendidikan.

3

Peraturan bersama Menteri Pendidkan Nasional dan Kepala Badan

Kepegawaian Negara tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional

Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya tahun 2011 pasal 3 yang berbunyi:

“Tugas pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan tugas

pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang

meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan,

pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan,

penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional Guru, evaluasi hasil

pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas

kepengawasan di daerah khusus”

Sebagai supervisor akademik, pengawas sekolah berkewajiban untuk

membantu kemampuan profesional guru agar dapat meningkatkan mutu

pendidikan. Sedangkan sebagai supervisor manajerial, pengawas berkewajiban

membantu kepala sekolah agar menciptakan sekolah yang efektif. Pembinaan

dan pengawasan menjadi tugas pokok pengawas sekolah. Pengawas sekolah

harus memiliki kualifikasi dan kompetensi yang lebih dari guru dan kepala

sekolah. Peranan pengawas sekolah hendaknya menjadi konsultan pendidikan

yang sentiasa mendampingi guru dan kepala sekolah untuk meningkatkan

kualitas pendidikan.

Supervisi keberhasilan guru meningkatkan mutu pendidikan tak

terlepas dari peran pengawas sekolah melalui program supervisi. Kegiatan

supervisi yaitu mengawasi guru dalam kegiatan belajar-mengajar. Pengawas

melalukan kegiatan supervisi tidak hanya melakukan pengawas terhadap guru,

namun bertujuan untuk mengembangkan peran guru agar berbuat lebih efektif

dalam pencapaian tujuan pendidikan. Guru merupakan sumber daya manusia

yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus melalui supervisi.

4

Pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru untuk terus-menerus

belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta mobilitas masyarakat. Kegiatan supervisi merancang semangat

guru agar melaksanakan tugasnya dan guru berusaha agar dapat

mengembangkan dan mencari metode yang tepat untuk pembelajaran.

Peran pengawas sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan

adalah melakukan pembinaan terhadap guru. Kegiatan utama pengawas dalam

melaksanakan supervisi terhadap guru adalah meningkatkan mutu

pembelajaran agar prestasi peserta didik meningkat. Dengan demikian perlu

dilakukan pengawasan terhadap proses pembelajaran oleh pengawas sekolah.

Adanya pengawasan proses pembelajaran secara teratur, disertai masukan-

masukan yang membangun berupa rekomendasi hasil pengamatan guru dalam

KBM, maka kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan bermutu.

Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 menyebutkan bahwa ruang

lingkup pengawas sekolah adalah melakukan supervisi akademik dan supervisi

manajerial dengan beban kerja sebanyak 37,5 per minggu. Kegiatan tatap muka

ditetapkan 24 jam perminggu menggunakan pendekatan jumlah sekolah dan

guru yang dibina. Jumlah sekolah yang harus dibina oleh pengawas SD

minimal 10 sekolah dan/atau 15 sekolah dan jumlah guru yang harus dibina

tiap pengawas SD paling sedikit 40 orang dan/atau 60 orang.

Kompas.com pada tanggal 31 Januari 2010 memberitakan bahwa

pengawas sekolah kenyataannya dalam upaya peningkatan mutu sekolah masih

5

minim dikarenakan minimnya kualitas dan kemampuan pengawas sekolah

dalam mengembangkan sekolah. Peran pengawas sekolah sangat penting

karena pengawas sekolah seharusnya memahami apa yang diperlukan dalam

menilai kinerja akademik,manajerial dankewirausahaan kepala sekolah.

Perda Wonogiri No. 22 tahun 2016 pasal 55mengatur tentang

penyelenggarakan pendidikan yaitu pengawas sekolah diangkat dari guru atau

kepala sekolah yang memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Pengawas sekolah melaksanakan penilaian dan

pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan

tertentu. Pengawas melakukan pembinaan dahulu lalu dilakukan penilaian atau

penilaian dahulu baru pembinaan baik dari segi teknis pendidikan maupun

administratif di sekolah secara terus-menerus adalah dalam tugas melakukan

pengawasan pendidikan.

Pengawas sekolah di Wonogiri ditempatkan di kantor dinas pendidikan

UPT di kecamatan masing-masing. Untuk di kecamatan Sidoharjo terdapat 3

pengawas sekolah dasar. Di UPT Sidoharjo terdapat 32 SD dan 327 guru.

Kunjungan singkat menjadi hal biasa bagi pengawas karena jumlah personil tak

sebanding dengan jumlah sekolah dan guru. Kunjungan ke sekolah hanya

dilakukan sebulan sekali dan ada beberapa sekolah yang hanya dikunjungi

waktu UAS dan penilaian guru. Faktor geografis menjadi salah satu faktor

alasan pengawas jarang datang ke sekolah binaannya.

6

Letak geografis Kecamatan Sidoharjo yang terdiri dari dataran dan

berbukit. Dengan kondisi geografis tersebut maka sekolah yang berada di desa

jarang dikunjungi pengawas. Kurangnya pengawasan terhadap sekolah

binaannya dapat mengakibatkan mutu sekolah menurun karena rendahnya

semangat dan motivasi kerja guru dalam memperbaiki kekurangan dalam

proses belajar mengajar. Apabila seorang guru malas untuk untuk membuat

RPP dan hanya menggunakan metode pembelajaran yang membosankan

ataupun kurang tepat bagi peserta didik maka tujuan dan pembelajaran yang

membosankan ataupun kurang tepat bagi peserta didik maka tujuan dari

pembelajaran tidak tercapai. Dengan demikian proses pembelajaran sangat

diperlukan untuk menjaga kualitas pengajaran sekaligus dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi guru pada saat proses belajar mengajar di sekolah dasar.

Pengawasan akademik oleh pengawas merupakan sebuah proses dalam

melaksankan tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang diberikan sebagai

penjamin mutu pendidikan sekolah sesuai dengan tugas pokoknya salah

satunya adalah memberikan pengawasan yang berupa pembinaan kepada guru

disekolah. Jika pengawas melaksanakan tugas sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan pemerintah, maka mutu dan tujuan sekolah yang dibina dapat

tercapai. Dari permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui

bagaimana pengawas melaksanakan tugasnya dengan mengadakan penelitian

yang berjudul “Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar di

UPT Sidoharjo Wonogiri”.

7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukan di atas, dapat ditarik

beberapa masalah yang menjadi latar belakang penelitian, diantaranya :

1. Rendahnya kehadiran pengawas pada sekolah binaan, karena hanya hadir

dalam kurun waktu 1 bulan sekali.

2. Kurang seimbangnya proporsi personil pengawas dengan personil yang

diawasi.

3. Letak antar sekolah yang sulit dijangkau karena saling berjauhan pada

medan sulit.

4. Kurang optimalnya pembinaan pengawas tentang standar pelayanan

minimal.

C. Batasan Masalah

Agar hasil penelitian lebih fokus, maka peneliti membatasi masalah

pada kebijakan kepengawasan sekolah berdasarkan Peraturan bersama

Menteri Pendidikan Nasional dan Badan Kepegawaian Negara nomor

01/III/PB/2011 dan nomor 6 tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Jabatan Fungsional Pengawas dan angka kreditnya dan Perda Wonogiri

nomor 22 tahun 2016 tentang penyelenggaraan pendidikan yang dilihat dari

aspek-aspek komunikasi, sumberdaya, sikap, dan birokrasi di UPT Sidoharjo.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah implementasi kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar

pada dimensi pembinaan guru?

8

2. Bagaimanakah implementasi kebijakan kepengawassan guru sekolah

dasar pada dimensi penilaian guru?

3. Bagaimanakah implementasi kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar

pada pembimbingan dan pelatihan profesionalisme guru?

4. Faktor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan

kepengawasan guru sekolah dasar di UPT Sidoharjo berdasarkan aspek

komunikasi, sumber daya, sikap, birokrasi.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

implementasi kepengawasan guru sekolah dasar di UPT Sidoharjo.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Kegunaan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan memperkaya wawasan keilmuan tentang kebijakan

kepengawasan guru sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pengawas

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kerjasama antara

pengawas dan guru dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

b. Bagi Guru

Sebagai sarana diskusi dalam upaya meningkatkan kualitas

mengajar peserta didik.

9

c. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi guru untuk berdiskusi dengan

pengawas guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas

pembelajaran.

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Implementasi Kebijakan

1. Pengertian Implementasi

Secara umum istilah implementasi dapat berarti pelaksanaan atau

penerapan. Istilah implementasi biasanya dikaitkanya dengan suatu

kegiatan yang dilaksankan untuk mencapai tujuan tertentu. Kamus

Webster dalam (Solichin Abdul Wahab, 2014; 135) secara lexigrafis

merumuskan bahwa istilah to implant (mengimplementasikan) itu berarti

to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk

melaksanakan sesuatu); to give practical effect to (menimbulkan

dampak/akibat terhadap sesuatu). Implementasi kebijakan dapat dipandang

sebagai suatu proses melaksankan keputusan kebijakan, keputusan

peradilan, perintah eksekutif, atau dekrit presiden.

Pengertian implementasi apabila dikaitkan dengan kebijakan

adalah sebenarnya kebijakan hanya dirumuskan lalu dibuat dalam bentuk

postip seperti undang-undang dan kemudian didiamkan atau tidak

laksanakan, tetapi sebuah kebijakan harus dilaksanakan agar mempunyai

dampak atau tujuan yang diinginkan.

Implementasi kebijakan merupakan hal yang paling berat karena

masalah-masalah akan muncul. Implementasi kebijakan dapat dikatakan

suatu proses yang dinamis, karena pelaksana kebijakan melakukan suatu

aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan hasil

11

yang sesuai dengan sasaran yang telah direncanakan. Keberhasilan

implementasi kebijakan dapat diukur dari proses dan pencapaian tujuan

akhir.

Sementara menurut James E. Anderson (1979) dalam Sudiyono

(2007: 81) dengan tegas menyatakan bahwa implementasi kebijakan

mencakup 4 aspek, yaitu: siapa yang terlibat dalam implementasi

kebijakan, esensi proses administrasinya, kepatuhan terhadap kebijakan,

pengaruh implementasi pada isi dan dampak kebijakan.

Sementara makna implementasi menurut Daniel A. Mazmania dan

Paul Sabatier (1979) dalam Solihin Abdul Wahab (2008:65) menyatakan:

“Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi

sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan

fokus perhatian implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan

kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman

kebijaksanaan Negara yang mencakup baik usaha-usaha untuk

mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak

nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.”

Suatu proses implementasi kebijakaan itu tidak hanya menyangkut

perilaku badan-badan administratif yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan suuatu program yang ditetapkan serta menimbulkan

ketaatan pada kelompok sasaran, melainkan menyangkut jaringan

kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang secara langsung

maupun tidak langsung dan dapat mempengaruhi segala pihak yang

terlibat, sekalipun dampak yang diharapkan maupun dampak yang tidak

diharapkan.

12

Van Meter dan Van Horn dalam Subarsono (2006:99)

mengemukakan bahwa terdapat enam variabel yang memepengaruhi

kinerja implementasi,yakni:

a. Standar dan sasaran kebijakan, dimana standar dan kebijakan harus

jelas dan terukur sehingga dapat direalisir apabila standar dan sasaran

kebijakan kabur.

b. Sumberdaya, implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya,

baik sumber daya manusia maupun sumberdaya non manusia.

c. Hubungan antar organisasi, implementator sebuah program perlu

dukungan dan koordinasi dengan instasi lain, sehingga diperlukan

koordinasi dan kerja sama antar instasi bagi keberhasilan suatu

program.

d. Karakteristik agen pelaksana yaitu mencakup struktur birokrasi,

norma-norma dan pola-pola hubungan dalam birokras akan

mempengaruhi implementasi suatu program.

e. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. 3 hal tersebut mencakup

sumberdaya ekonomi lingkungan yang mendukung keberhasilan

implementasi kebijakaan, kelompok yang berkepentingan memberikan

dukungan implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni

mendukung atau menolak dan sifat opini publik yang ada

dilingkungan, serta apakah elite politik mendukung implementasi

kebijakan.

13

f. Karakter pelaksana (disposisi implementor) yang mencakup tiga hal

penting, yaitu respon implementator terhadap kebijakan, kognisi yaitu

pemahaman terhadap kebijakan, intensitas disposisi implementator,

yaitu preferensi nilai yang dimiliki oleh implementator.

Dari definisi diatas dapat diketahui implementasi kebijakan terdiri

dari tujuan atau sasaran kebijakan, aktivitas, atau kegiatan pencapaian

tujuan, dari hasil kegiatan. Dapat disimpulkan bahwa implementasi

merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan

melakukan suatu kegiatan dan pada akhirnya akan mendapatkansuatu hasil

yang sesuai dengan tujuan dan sasaran kebijakan itu sendiri. Keberhasilan

suatu implementasi dapat diukur dari proses dan pencapaian tujuan hasil

akhir, yaitu : tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih.

2. Teori-Teori Implementasi

Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah

rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi

biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah benar-benar jadi.

Secara sederhana implementasi dapat diartikan sebagai

pelaksanaan atau penerapan. Menurut Nurdin Usman implementasi

merupakan bukan sekdar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana

dan untuk mencapai tujuan kegiatan. Menurut Van Meter dan Van Horn

(Arif Rohman, 2009 : 134) mengemukakan bahwa implementasi adalah

pelaksanaan tindakan oleh individu, pejabat, instansi pemerintah atau

kelompok swasta yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang telah

digariskan dalam putusan tertentu. Arif Rohman (2009:136),

14

mengemukakan beberapa teori dari beberapa ahli mengenai implementasi

kebijakan, yaitu:

a. Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn

Dalam pandangan Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn

implementasi yang sempurna dibutuhkan beberapa syarat yaitu:

1. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh instansi pelaksana tidak akan

menimbulkan gangguan yang serius.

2. Pelaksanaan suatu program, harus tersedia waktu dan sumber-sumber

yang memadai.

3. Perpaduan antara sumber-sumber yang ada harus tersedia.

4. Kebijakan yang akan diimplementasikan harus didasari oleh hubungan

kausalitas yang handal.

5. Hubungan kausalitas harus langsung dan hanya sedikit mata rantai

penghubungnya.

6. Hubungan ketergantungan satu sama yang lain harus kecil.

7. Perlu adanya pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap

tujuan.

8. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat.

9. Perlu adanya komunikasi dan koordinasi yang sempurna.

10. Pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan

kepatuhan yang sempurna.

15

b. Daniel Mazmania dan Paul A. Sabatier

Teori ini berpendapat bahwa terdapat tiga kelompok variabel

yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yaitu:

1. Mudah tidaknya masalah yang akan digarap untuk dikendalikan.

2. Kemampuan dari keputusan kebijakan untuk menstrukturkan secara

tepat proses implementasinya.

3. Pengaruh langsung berbagai variabel politik trhadap keseimbangan

dukungan bagi tujuan dalam keputusan kebijakan tersebut.

Model lain dikemukakan Model Edward III dalam bukunya

Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi (Subarsono, 2012: 90-92)

terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dan

kegagalan pada implementasi kebijakan. Faktor tersebut yaitu faktor

komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Berikut

penjelasan dari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan

implementasi kebijakan:

a. Faktor komunikasi (Communication)

Faktor komunikasi merupakan proses pemberian informasi

kepada pelaksana kebijakan. Edwar III informasi mengenai kebijakan

perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar para pelaku

kebijakan dapat mengetahui apa yang harus mereka persiapkan dan

lakukan untuk menjalankan kebijakan tersebut sehingga tujuan dan

sasaran kebijkan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan (Joko

Widodo, 2010:97).

16

Model Edward III berpendapat bahwa dimensi komunikasi kebijakan

terdiri dari dimensi transisi (transmission), kejelasan (clarity), dan

konsistensi (consistency). Berikut penjelasan beberapa dimensi dalam

komunikasi kebijakan:

1. Dimensi Transmisi

Dimensi transmisi mengharapkan agar kebijakan

disampaikan tidak hanya kepada pelaksana (implementators)

kebijakan tetapi juga disampaikan kepada kelompok sasaran

kebijakan serta pihak-pihak yang berkepentingan baik secara

langsung maupun tidak langsung.

2. Dimensi Kejelasan

Dimensi kejelasan menginginkan kebijakan yang

ditransmisikankan kepada pelaksana dan sasaran kebijakan dapat

diterima dan dimengerti dengan jelas agar mereka mengetahui

tujuan dan maksud dari kebijakan tersebut sehingga dapat

mempersiapkan segala sesuatu untuk mensukseskan kebijakan

tersebut dengan efektif dan efisien.

3. Dimensi konsistensi

Dimensi konsistensi menginginkan implementasi kebijakan

berlangsung efektif dengan cara pemberian perintah-perintah

pelaksanaan harus konsisten dan jelas agar kebijakan yang

diterapkan tidak membingungkan.

17

b. Faktor Sumber Daya (Resources)

Faktor sumber daya mempunyai peranan penting dalam implementasi

kebijakan. Sumber daya merupakan sarana untuk melaksanakan

kebijakan. Sumber daya tersebut berupa sumber daya manusia, sumber

daya anggaran, sumber daya peralatan, dan sumber daya kewenangan.

Berikut sumber daya dalam implementasi kebijakan:

1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dapat berwujud implementator atau

aparatur yang mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan

kebijakan. Implementator harus memiliki keahlian dan kemampuan

melaksanakn kebijakan serta perlu mengetahui siapa saja yang

terlibat dalam pelaksanaan kebijakan.

2. Sumber Daya Anggaran

Edward III dalam Joko Widodo (2010:100) menyatakan

bahwa terbatasnya anggaran yang tersedia menyebabkan kualitas

pelayanan yang seharusnya diberikan kepada sasaran kebijakan

juga terbatas. Terbatasnya insentif yang diberikan kepada

implementator merupakan penyebab utama gagalnya pelaksanaan

program. Kesimpulannya adalah jika sumber daya anggaran

terbatas maka akan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan

kebijakan. Disamping program tidak bisa dilaksanakan dengan

optimal, keterbatasan anggaran menyebabkan disposisi para

perilaku kebijakan rendah.

18

3. Sumber Daya Peralatan

Edward III dalam Joko Widodo (2010: 102) menjelaskan

sumber daya peralatan merupakan sarana yang digunakan sebagai

operasionalisasi implementasi suatu kebijakan yang meliputi

gedung, tanah, dan sarana yang semuanya akan memudahkan

untuk memberikan pelayanan dalam implementasi kebijakan.

4. Sumber daya Kewenangan

Sumber daya wewenang merupakan hal yang terpenting

dalam implementasi kebijakan. Sumber daya kewenangan akan

menentukan keberhasilan dalam implementasi kebijakan Edward

III dalam Joko Widodo (2010: 103) menjelaskan

bahwa:kewenangan (authority) yang cukup untuk membuat

keputusan sendiri yang dimiliki oleh suatu lembaga akan

mempengaruhi lembaga itu sendiri dalam melaksanakan suatu

kebijakan. Kewenangan ini menjadi penting ketika mereka

dihadapkan suatu masalah dan mengharuskan untuk segera

diselesaikan dengan suatu keputusan.

Pelaksana kebijakan diberikan wewenang yang cukup

untuk membuat keputusan sendiri dalam melaksanakan kebijakan

yang menjadi kewenangannya. Kewenangan tersebut diharapkan

mampu mensukseskan implementasi kebijakan.

19

c. Faktor Disposisi

Disposisi merupakan tindakan yang dimiliki oleh

implementator seperti kemauan, kejujuran, dan kesungguhan dalam

melaksanakan kebijakan. Implementator diharapkan memiliki disposisi

yang baik sehingga tidak terjadi perbedaan perspektif dengan pembuat

kebijakan. Edward III dalam Joko Widodo (2010:104-105)

menjelaskan bahwa:

Jika implementasi kebijakan ingin berhasil secara efektif dan

efisien, para pelaksana (implementors) tidak hanya mengetahui

apa yang harus dilakukan dan mempunyai kemampuan untuk

melakukan kebijakan tersebut, tetapi mereka juga harus

mempunyai kemauan untuk melaksanakn kebijakan tersebut.

Kesimpulan dari faktor disposisi adalah menuntut pelaksana kebijakan

untuk memberikan kemampuan terbaiknya untuk melaksanakan

kebijakan. Kemampuan pelaksana kebijakan menjadi penentu

keefektifan implementasi kebijakan.

d. Faktor Struktur Birokrasi (Bureaucratic Structure)

Struktur organisasi mempunyai pengaruh yang besar terhadap

implementasi kebijakan. Struktur organisasi memiliki prosedur

operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP). SOP

berhubungan dengan mekanisme, sistem dan pedoman pelaksanaan

kebijakan. SOP dibuat untuk memberikan pedoman dalam sebuah

organisasi untuk melaksanakan suatu program dan kebijakan. Edward

III dalam Joko Widodo (2010: 107) menyatakan bahwa:

20

Jelas tidaknya standar operasi, baik menyangkut mekanisme,

sistem dan prosedur pelaksanaan kebijakn, pembagian tugas

pokok, fungsi dan kewenangan, dan tanggung jawab diantara

pelaku, dan tidak harmonisnya hubungan diantara organisasi

pelaksana satu dengan yang lainnya ikut pula menentukan

keberhasilan implementasi kebijakan.

Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas adalah implementasi

merupakan tahapan yang vital dalam kebijakan. Implementasi kebijakan

mempunyai beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan

kegagalan sebuah kebijakan. Faktor penentu yang mempengaruhi

implementasi kebijakan di antaranya adalah komunikasi (transmisi,

kejelasan, konsistensi), sumber daya (sumber daya manusia, anggaran,

peralatan, kewenangan), disposisi, dan struktur birokrasi.

3. Faktor Penghambat Implemetasi Kebijakan

Menurut Bambang Sunggono dalam Asrul Nurdin (2013),

implementasi kebijakan memepunyai beberapa faktor penghambat, yaitu:

a. Isi Kebijakan

Pertama, implementasi kebijakan gagal karena masih samanya isi

kebijakan, maksudnya apa yang menjaditujuan tidak terperinci, sarana-

sarana dan penerapan program-program kebijakan terlaluumum atau tidak

ada sama sekali. Kedua, kurangnya penetapan intern dan ekstern dari

kebijakan. Ketiga, kebijakan yang akan diimplementasikan dapat juga

menunjukkan adanya kekurangan-kekurangan. Keempat, penyebab lain

kegagalan implementasi kebijakan karena kekurangan-kekurangan yang

21

menyangkut sumber daya pembantu, misalnya yang menyangkut waktu,

biaya, dan tenaga manusia.

b. Informasi

Implementasi kebijakan mengasumsikan bahwa para pemegang

peran yang terlibat langsung mempunyai informasi yang perlu atau sangat

berkaitan untuk dapat memainkan perannya dengan baik. Informasi ini

justru tidak ada, misalnya akibatadanya gangguan informasi.

c. Dukungan

Pelaksanaan implementasi kebijakan akan sangat sulit apabila pada

pengimplementasiannya tidak cukup mendapat dukungan untuk pelaksana

kebijakan tersebut.

d. Pembagian Potensi

Gagalnya implementasi suatu kebijakan juga ditentukan aspek

pembagian potensi diantaranya para pelaku yang terlibat dalam

implementasi. Hal ini berkaitan dengan tugas dan wewenang organisasi

pelaksana. Struktur pelaksana dapat menimbulkan masalah-masalah

apabila pembagian wewenang dan tanggung jawab kurang disesuaikan

dengan pembagian tugas atau ditandai oleh adanya pembatasan-

pembatasan yang kurang jelas.

4. Pengertian Kebijakan Pendidikan

Suatu kebijakan diambil dan diputuskan biasanya dilatarbelakangi

oleh adanya masalah. Masalah muncul ketika deskrepansi antara dunia

cita-cita (das sollen) dengan dunia nyata (das sein), adanya kesenjangan

antara harapan dan kenyataan. Kebijakan pendidikan dilakukan dalam

22

rangka mengurangi kesenjangan antara cita-cita dengan dunia nyata.

Kebijakan pendidikan merupakan kebijakan publik yang khusus mengatur

regulasi yang berkaitan denggan penyerapan sumber, alokasi, dan

distribusi sumber, serta dalam pengaturan perilaku dalam dunia

pendidikan.

Menurut Mark Olsen, John Codd dan Anne-Maria O’niel dalam

Riant Nugroho (2008: 36) kebijakan pendidikan merupakan kunci bagi

keunggulan, bahkan eksistensi, bagi negara bangsa dalam persaingan

global, sehingga kebijakan pendidikan perlu mendapatkan prioritas utama

dalam era globalisasi. Sedangkan menurut Margaret E. Goertz dalam Riant

Nugroho (2008:37) mengemukakan bahwa kebijakan pendidikan

berkenaan dengan efisiensidan efektivitas anggaran pendidikan.

H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho (2008:140) mendefinisikan

kebijakan pendidikan adalah keseluruhan proses dan hasil perumusan

langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi

pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan

pendidikan dalam suatu masyarakat untuk kurun waktu tertentu.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan kebijakan

pendidikan merupakan hasil dari perumusan pendidikan nasional untuk

mencapai tujuan pendidikan yang baik.

23

Aspek-aspek yang tercakup dalam kebijakan pendidikan (H.A.R

Tilaar dan Riant Nugroho, 2008: 141):

1. Kebijakan pendidikan merupakan suatu keseluruhan deliberasi mengenai

hakekat manusia sebagai makhluk yang menjadi manusia dalam

lingkungan kemanusiaan. Proses pendidikan sebagai proses pemanusiaan

terjadi dalam lingkungan alam serta lingkungan sosialnya. Oleh sebab itu,

kebijakan pendidikan merupakan penjabaran dari visi dan misi pendidikan

dalam masyarakat.

2. Kebijakan pendidikan dilahirkan dari ilmu pendidikan sebagai ilmu praktis

yaitu kesatuan antara teori dan praktik pendidikan. Oleh sebab itu

kebijakan pendidikan meliputi proses analisis kebijakan, perumusan

kebijakan, pelaksanaan dan evaluasi.

3. Kebijakan pendidikan haruslah mempunyai validitas dalam perkembangan

pribadi serta masyarakat yang memiliki pendidikan itu.

4. Keterbukaan. Pendidikan merupakan milik masyarakat maka suara

masyarakat dalam berbagai tingkat perumusan, pelaksanaan dan evaluasi

kebijakan pendidikan perlu mendengarkan suara masyarakat.

5. Kebijakan pendidikan didukung oleh riset dan pengembangan. Melalui

riset dan pengembangan melalui eksperimen, maka berbagai kebijakan

pendidikan dapat diuji validitasnya sehingga kebijakan pendidikan

tersebut dapat direvisi.

24

6. Analisis kebijakan. Analisis kebijakan telah berkembang pesat demikian

pula dengan analisis kebijakan pendidikan. Pendidikan bukan hanya milik

pribadi tetapi telah merupakan milik seluruh warga negara.

7. Kebijakan pendidikan pertama-tama ditujukan kepada kebutuhan peserta

didik. Dalam dunia modern, pendidikan merupakan rebutan partai-partai

politik untuk menyebarluaskan dan mempertahankan ideologi partai

sehingga kebutuhan peserta didik dapat saja dilalaikan.

8. Kebijakan pendidikan diarahkan pada terbentuknya masyarakat

demokratis. Arkeologi proses pendidikan menunjukkan bahwa proses

pendidikan terjadi dalam situasi dialogis. Dari situasi dialogis tersebut

peserta didik semakin berdiri sendiri sehingga tugas pendidik adalah

menuntunnya dari belakang (Tut Wuri Handayani).

9. Kebijakan pendidikan berkaitan dengan penjabaran misi pendidikan dalam

pencapaian tujuan-tujuan tertentu.

10. Kebijakan pendidikan harus berdasarkan efisiensi. Kebijakan bukan

semata-mata berupa rumusan verbal mengenai tingkah laku dalam

pelaksanaan praksis pendidikan. Kebijakan pendidikan harus dilaksanakan

dalam masyarakat, dalam lembaga-lembaga pendidikan.

11. Kebijakan pendidikan bukan berdasarkan pada kekuasaaan tetapi kepada

kebutuhan peserta didik. Kekuasaan harus diarahkan untuk memfasilitasi

dalam pengembangan kemerdekaan peserta didik bukan untuk menguasai

peserta didik.

25

12. Kebijakan pendidikan bukan berdasarkan intuisi atau kebijaksanaan yang

irasional. Kebijakan pendidikan merupakan hasil olahan rasional dari

berbagai alternatif dengan mengambil keputusan yang dianggap paling

efisien dan efektif dengan memperhitungkan resiko dan jalan keluar bagi

pemecahannya.

13. Kejelasan tujuan akan melahirkan kebijakan pendidikan yang tepat.

14. Kebijakan pendidikan diarahkan bagi pemenuhan kebutuhan peserta didik

dan bukan kepuasan birokrat. Titik tolak balik dari segala kebijakan

pendidikan adalah untuk kepentingan peserta didik atau pemerdeka peserta

didik.

5. Teori Perumusan Kebijakan Pendidikan

Kebijakan pendidikan dirancang dan dirumuskan untuk

diimplementasikan. Kebijakan pendidikan dirumuskan secara hati-hati

dengan landasan teori dalam perumusan kebijakan pendidikan. Proses

perumusan, para ahli pemegang kewenangan pengambilkebijakan (decision

maker) terlebih dahulu mempertimbangkan secara matang.

Secara umum para ahli ilmu sosial mengelompokkan tiga teori

tentang perumusan kebijakan negara. Ketiga teori kebijakan negara tersebut

adalah: teori rasional komprehensif, teori inkremental, dan teori pengamatan

terpadu.

1. Teori Rasional Komprehensif

Teori ini menjelaskan bahwa: (a) dalam pembuatan keputusan

dihadapan suatu masalah tertentu yang dapat diperbandingkan satu sama

yang lain; (b) Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang dipedomanii

26

oleh pembuat keputusan, jelas dan dapat ditetapkan rengkingnya sesuai

dengan urutan kepentingannya; (c) Berbagai alternatif untuk memecahkan

masalah tersebut diteliti secara seksama; (d) Akibat-akibat seperti biaya

dan manfaat yang ditimbulkan oleh setiap alternatif yang dipilih dan

diteliti secara seksama; (e) Setiap alternatif dan masing-masing akibat

yang menyertainya dapat diperbandingkan dengan alternatif-alternatif

lainnya: (f) Pembuat keputusan akan memilih alternatif dan akibat-

akibatnya yang dapat memaksimalkan tercapainya tujuan, nilai atau

sasaran yang digariskan.

2. Teori Inkremental

Teori ini menjelaskan bahwa, setiap pengambilan keputusan selalu

diusahakan menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan dan

pada saat yang sama dianjurkan lebih banyak menggambarkan cara yang

ditempuholeh pejabat-pejabat pemerintah dalam pengambilan keputusan

sehari-hari.

3. Teori Pengamatan Terpadu

Teori ini lebih mengandalkan pada pendekatan sistem dengan

melihat serta melibatkan segenap komponen sistem secara terpadu.

Misalnya, keputusan-keputusan yang merupakan kebijakan yang dibuat

oleh pembuat kebijakan penganut teori inkremental akan lebih mewakili

atau mencerminkan kepentingan-kepentingan dari kelompok yang mampu

mengorganisasikan kepentingan dalam masyrakat. Sementara kepentingan

27

dari kelompok-kelompok yang lemah dan yang secara politis tidak mampu

mengorganisasikan kepentingannya jelas akan terabaikan.

Hudson dalam Arif Rohman (2009: 125) mengelompokan teori

perumusan kebijakan pendidikan menjadi lima teori yaitu: (a) teori radikal,

(b) teori advokasi, (c) teori transaktif, (d) teori sinopsis, dan (e) teori

inkremental.

a. Teori Radikal

Teori ini menekankan lembaga lokal dalam menyusun sebuah

kebijakan pendidikan. Semua kebijakan pendidikan yang menyangkut

penyelenggaraan dan perbaikan penyelenggaraan dan perbaikan

penyelenggaraan pendidikan ditingkat daerah diserahkan kepala

daerah. Sehingga negara atau pemerintah pusat tidak perlu repot-repot

menyusun rencana kebijakan pendidikan bila padaakhirnya kurang

sesuai dengan kondisi lokal. Lebih-lebih kondisi masing-masing

daerah memiliki tingkat keragaman dan kekhasan sendiri-sendiri yang

tidak bisa disamakan satu sama yang lain.

Teori ini berasumsi bahwa “tidak ada lembaga atau organisasi

pendidikan lokal yang persis sama satu sama lain”. Sehingga untuk

menyusun kebijakan pendidikan yang dianggap terbaik adalah

diserahkan kepada lembaga-lembaga lokal yang secara hakiki

memiliki karakteristik secara plural, serta yang mengetahui persoalan

untuk dirinya sendiri. Dari sini nampak jelas bahwa teori radikal ini

28

sangat menghargai desentralisasi dalam perumusan kebijakan

pendidikan.

b. Teori Advokasi

Teori advokasi ini tidak menghiraukan perbedaan-perbedaan

seperti karakteritik lembaga, lingkungan sosial, kultural, lingkungan

geografis, serta kondisi lokal lainnya. Perbedaan lingkungan tersebut

hanyalah perbedaan yang didasarkan pada pengamatan empirik

semata. Teori advokasi mendasarkan pada argumen yang rasional,

logis dan bernilai.

c. Teori Transaktif

Teori transaktif menekankan bahwa perumusan kebijakan

sangat perlu didiskusikan dahulu secara bersama oleh semua pihak.

Proses pendiskusikan ini perlu melibatkan sebanyak mungkin pihak-

pihak terkait, termasuk dalam hal ini adalah dengan personalia

lembaga pendidikan di tingkat lokal. Hasil dari proses diskusi tersebut

kemudian dievaluasi atau digelindingkan terlebih dahulu secara

perlahan-lahan.

d. Teori Sinopsis

Teori ini menekankan bahwa dalam menyusun sebuah

kebijakan supaya menggunakan metode berfikir sistem. Obyek yang

dirancang dan terkena kebijakan, dipandang sebagai satu kesatuan

bulat dengan tujuan yang sering disebut dengan “misi”.

29

e. Teori Inkremental

Teori inkremental adalah teori yang meneka perumusan

kebijakan pendidikan berjangka pendek serta menghindari

perencanaan pendidikan berjangka waktu panjang. Penekanan

semacam ini diambil disebabkan karena masalah-masalah yang

dihadapi serta performa dari para personalia pelaksana kebijakan dan

kelompok yang terkena kebijakan sulit diprediksi. Setiap saat, setiap

tahun, dan setiap periode waktu mengalami perubahan yang sangat

kompleks.

B. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan merupakan suatu hasil dari kesepakatan bersama yang telah

ditentukan kemudian diimplementasikan tiap-tiap lembaga pemerintahan

mulai dari pusat ke daerah. Undang-undang yang mengatur tentang

kepengawasan sekolah peraturan bersama menteri pendidikan dan kepala

badan kepegawaian negara nomor 01/III/PB/2011 dan nomor 6 tahun 2011.

Peraturan bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan

Kepegawaian Negara Nomor 01/III/PB/2011 dan Nomor 6 tahun 2011 pasal 3

mengenai tugas pokok pengawas sekolah:

Tugas pokok pengawas adalah tugas pengawasan akademik dan

manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program

pengawas, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan delapan standar

Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesionalisme

30

guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksana tugas

kepengawasan di daerah khusus.

Berdasarkan peraturan bersama Menteri Pendidikan Nasional dan

Kepala Badan Kepegawaian tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional

pengawas sekolah dan angka kreditnya di atas pengawas sekolah seharusnya

melaksanakan pembinaan, peniliaian, pelatihan profesionalisme guru, dan

evaluasi pelaksanaan program pengawas sekolah.Hasil tugas pengawas

sekolah akan menjadi patokan keberhasilan pendidikan di sekolah binaan.

Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 22 tahun 2016 pasal 55

tentang penyelenggaraan pendidikan bahwa pengawas sekolah diangkat dari

guru atau kepala sekolah yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

C. Pengawas Sekolah

1. Pengertian Pengawas Sekolah

Pengawas sekolah adalah salah satu tenaga pendidik yang memiliki

tugas untuk meningkatkan profesionalisme guru dan meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah. Hal ini termuat dalam buku kerja pengawas sekolah

yang menyatakan bahwa pengawas sekolah adalah guru pegawai negeri

sipil yang diangkat dalam jabatan pengawas sekolah (PP 74 tahun 2008).

Sebelum diangkat menjadi pengawai sekolah, maka calon pengawas

sekolah harus menjadi guru atau kepala sekolah terlebih dahulu. PP Nomor

19 Tahun 2005 pasal 39 ayat (2) menyatakan bahwa kiteria minimal untuk

31

menjadi pengawas sekolah harus menjadi guru sekurang-sekurangnya 8

tahun atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 tahun pada jenjang

pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan yang sesuai dengan

satuan pendidikan yang diawasinya. Hal tersebut bertujuan agar pengawas

sekolah dapat mengetahui permasalahan tentang pembelajaran dan

pengelolaan sekolah karena salah satu tugas pengawas adalah

melaksanakan pengawasan terhadap sekolah binaannya.

Jenjang jabatan pengawas sekolah diatur dalam Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aperatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 21 tahun

2010 tentang Jabatan dan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka

Kreditnya pasal 13, yang menyebutkan bahwa jenjang jabatan pengawas

dibagi menjadi tiga. Dimulai dari jenjang jabatan yang terendah sampai

jenjang jabatan yang tertinggi yaitu pengawas muda dengan golongan

III/c-III/d, pengawas madya dengan golongan IV/a-Ivc, dan pengawas

utama dengan golongan IV/d-IVe.

Penggolongan pengawas sekolah menurut Permendiknas Nomor 12

tahun 2007 tentang standar Pengawas Sekolah/Madrasah, ada lima jenis

yaitu Pengawas Taman Kanak-Kanak/Raudatul Athfal (TK/RA) dan

Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah

Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan pengawas Sekolah

Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Pengawas Sekolah Menengah

Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).

32

Disebutkan dalam buku kerja pengawas bahwa pengawas sekolah

adalah tenaga kependdikan yang mempunyai tugas, tanggungjawab, hak,

dan wewenang penuh dalam pelaksanaan tugas kepengawasan baik sekolah

negeri maupun swasta dalam teknik penyelenggaraannya dan

pengembangan program pembelajaran di Taman Kanak-kanak, Sekolah

Dasar, Rumpun Mata Pelajaran, Pendidikan Luar Biasa, dan Bimbingan

Konseling.

2. Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas Sekolah

Tugas pokok pengawas satuan pendidikan adalah melakukan

tugas pembimbingan, pelatihan profesionalisme guru dan tugas pengawas

yang meliputi kegiatan pengawasan akademik dan menejerial. Secara

teknik tugas pokok pengawas sekolah adalah melaksanakan tugas

pengawasan akademik dan menejerial pada satuan pendidikan yang

meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan,

pemantauan 8 Standar Nasional Pendidikan, Hasil pelaksanaan program

pengawas, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus. Tujuan

dari kegiatan ini adalah agar meningkatkan kualitas pembelajaran yang

dilakukan oleh guru dan meningkatkan kinerja kepala sekolah untuk

mengelola pendidikan.

Peraturan Bersama Menteri pendidikan Nasional dan Kepala

Badan Kepegawaian Negara Nomor 01/III/PB/2011 dan Nomor 6 tahun

2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah

dan Angka Kreditnya, tugas pengawas sekolah melakukan pengawasan

33

akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi program

pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 SNP,

hasil pelaksanaan program pengawas, dan pelaksanaan tugas kepegawaian

di daerah khusus. Penugasan pengawas sekolah dibagi menjadi 3 yaitu,

pengawas sekolah muda, madya, dan utama. Semua tugas sama, hanya saja

pengawas utama melakukan pembimbingan pada pengawas muda dan

madya.

Tugas pengawas tersebut diperinci sebagai berikut:

a. Menyusun programa pengawas

b. Melaksanaan pembinaan guru

c. Memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi

lulusan, dan standar penilaian

d. Melaksanakan penilaian kinerja guru

e. Melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawas pada

sekolah binaan

f. Menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesionalis guru di

KKG/MGMP/MGP dan sejenisnya;

g. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesionalisme guru dan

h. Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru.

3. Beban Kerja Pengawas Sekolah

Menurut Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan

Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 01/III/PB/2011 dan Nomor 6

tahun 2011 pengawas sekolah melaksanakan jam kerja sesuai dengan tugas

34

pelaksanaannya yaitu 37,5 jam kerja dalam seminggu untuk melaksanakan

pembinaan, pemantauan, penilaian dan pembimbingan di sekolah binaan.

Pengawas sekolah harus melakukan kunjungan ke sekolah untuk

memenuhi syarat agar sekolah mencapai standart pelayan minimal yang

telah ditetapkan oleh pemerintah. Stndar minimal pelayanan pengawas

sekolah sekurang-kurangnya harus melakukan kunjungan minimal 1 bulan

sekali.

Menurut Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan

kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 01/III/PB/2011 dan Nomor 6

tahun 2011 pengawas sekolah bekerja selama 24 jam perminggu dengan

kegiatan tatap muka menggunakan pendekatan jumlah sekolah dan guru

yang dibina berjumlah 10 sekolah, sedangkan jumlah guru yang dibina

berjumlah 60 guru. Peraturan pemerintah Nomor 74 tentang Guru Pasal

54, tugas pengawas adalah melakukan pembimbingan dan pelatihan

profesional guru dan pengawasan.

Pengawas sekolah harus melakukan kunjungan ke sekolah untuk

memenuhi syarat agar sekolah mencapai standar pelayanan minimal yang

telah ditetapkan oleh pemerintah. Sesuai dengan Permendikbud Nomor 23

Tahun 2013 tentang standar pelayanan minimal oleh kabupaten/kota maka

pengawas sekolah sekurang-kurangnya harus melakukan kunjungan

minimal 1 bulan sekali dengan alokasi waktu 3 jam dalam setiap

kunjungan. Kurun waktu satu semester maka pengawas sekolah harus

35

berkunjung ke sekolah binaannya sebanyak enam kali untuk melaksankan

pengawasan.

D. Guru

1. Pengertian Guru

Guru adalah jabatan atau profesi yang membutukan kemampuan

khusus. Karena peran guru untuk meningkatkan kualitas peserta didik,

maka dari itu guru harus diperhitungkan dan bersungguh-sungguh dalam

melaksankantugasnya sebagai pendidik. Guru sebagai pendidik memiliki

kewajiban utama, yang mencakup tiga macam yaitu, menciptakan

suasana yang menyenangkan dalam proses pendidikan, menciptakan

pendidikan yang bermakna, dan meningkatkan mutu pendidikan.

Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional pada Bab 1 pasal 1 ayat 5, pendidik adalah tenaga pendidikan

yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,

widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lainnya yang sesuai

dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan

pendidikan.

Guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan

upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan semua aspeknya, baik

spiritual, emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya. Sedangkan

menurut James Cooper yang dikutip dari Suparman, guru merupakan

seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator agar peserta didik dapat

36

belajar atau mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara

optimal, melalui lembaga pendidikan sekolah, baik yang didirikan oleh

pemerintah maupun swasta.(Suparlan,2006.9-10)

2. Tugas Guru

Guru merupakan profesi yang memerlukan keahlian. Sebab orang

pandai berbicara dibidang-bidang tertentu, belum dapat jadi guru. Menjadi

guru harus mempunyai kemampuan khusus, guru profesional harus

menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan

lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan

Menurut Nurfuadi (2012 : 125) guru adalah figur pemimpin dan

sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Maka

dari itu ada 3 jenis tugas dari guru, yaitu : tugas guru dalam bidang profesi,

tugas kemanusian, tugas kemasyarakatan.

a. Tugas Guru dalam Bidang Profesi

Guru merupakan profesi atau pekerjaan yang memerlukan

keahlian khusus sebagai guru. Hal ini tidak semua orang dapat

melakukannya. Tugas guru meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.

Mendidik berati meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.

Mengajar berati meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Sedangkan melatihmelatih berarti mengembangkan

keterampilan-keterampilan pada siswa.

37

b. Tugas Kemanusiaan

Tugas guru dalam bidang kemanusian di sekolah harus dapat

menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Oleh sebab itu guru

harus mampu menarik dan menjadi idola para siswanya. Karena itu

guru harus memamhami jiwa dan watak anak didiknya. Pelajaran

apapun yang diberikan hendaknya mampu menjadi motivasi bagi

siswanya.

c. Tugas Kemasyarakatan

Tugas guru dibidang kemasyarakatan yaitu guru mempunyai

tugas mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara

Indonesia yang bermoral pancasila. Guru tidak hanya diperlukan

muridnya di ruang kelas, tetapi diperlukan masyarakat

dilingkungannya untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

masyarakat.

3. Kualitas Guru

Kualitas atau mutu sederhana didefinisikan kesetaraan antara nilai

yang diberikan kepada suatu produk dengan nilai harapan dari customer

dengan nilai atau produk tersebut. Jadi kualitas itu bukan sesuatu yang

diminta oleh konsumen, melainkan diberikan oleh produsen. Kualitas guru

sering diidentitaskan sebagai profesionalisme guru. Karena profesional

merupakan standar dimana seseorang mempunyai penguasaan suatu ilmu

pengetahuan yang khusus berkenaan dengan pekerjaan yang ditekuni

(Riant Nugroho, 2008:64-68).

38

4. Kompetensi Guru

a. Pengertian Kompetensi Guru

(Nurfuadi 2012: 73) menyatakan bahwa kompetensi perpaduan

dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan

dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi diartikan sebagai

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh

seseorang yang telah menjadi bagian dari diriya, sehingga dapat

melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-

baiknya.

Kompetensi tidak dapat dipisahkan dari seorang guru. Jika

guru tidak memiliki kompetensi yang dipersyaratkan sangat mustahil

akan terwujud proses pembelajaran yang lebih baik. Hal ini

dikarenakan kompetensi merupakan modal dasar guru dalam membina

dan mendidik siswa sehingga tercapai pendidikan yang berkualitas.

Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa kompetensi

merupakan satu kesatuan yang utuh untuk menggambarkan suatu

potensi, pengetahuan, dan keterampilan, yang diaktualisasi dan

direalisasikan dalam bentuk tindakan untuk menjalankan profesi

tertentu.

b. Standar Kompetensi guru

Ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru oleh seorang

guru, yaitu antara lain

39

1. Kompetensi Pedagogik

Pedagogik diartikan sebagai ilmu mendidik, lebih

menitikberatkan pada pemikiran dan perenungan suatu

pendidikan. Suatu pemikiran bagaimana mendidik dan

membimbing anak (Uyoh Sadulloh, 2012: 2) sedangkan menurut

Nurfuadi (2012: 76) kompetensi pedagogik adalah kemampuan

pendidik menciptakan suasana dan pengalaman belajar bervariasi

dalam pengelolaan peserta didik yang memenuhi kurikulum yang

disiapkan yaitu pemahaman wawasan atau landasan

kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik,

mengembangkan kurikulum dan silabus, menyusun racangan

pembelajaran. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan

dialogis, melakukan evaluasi hasil belajar, dengan prosedur yang

benar, dan mengembangkan potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi Kepribadian

Imam Wahyudi (2012: 27) mengemukakan kompetensi

kepribadian merupakan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,

arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan

berakhlak mulia. Kepribadian sangat menentukan tinggi

rendahnya seorang guru dalam pandangan peserta didik dan

masyarakat. Seorang guru harus memiliki kepribadian baik di

lingkungan sekolah maupun dimasyarakat.

40

Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki

sikap dan kepribadian yang utuh yang dapat dijadikan tokoh

panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya. Karenanya guru

berusaha memilih dan melakukan kegiatan yang positif agar

mengangkat citra baiknya dan kewibawaannya terutama di depan

peserta didik. Menurut pandangan peserta didik, sifat atau

karakteristik guru yang disukai muridnya antara lain demokratis,

suka bekerja sama, baik hati, sabar, adil, konsisten, bersifat

terbuka, suka menolong serta ramah tamah.

Kehidupan guru mendapatkan perhatian dari masyarakat

sekitar guru tinggal. Hal ini menuntut dedikasi yang tinggi dari

seorang guru, maka dari itu guru dituntut untuk memahami

hakikat profesi guru yang tidak lepas dari masalah individu dan

sosial. Guru menjadi panutan dimasyarakat karena perilakunya

akan menjadicontoh di masyarakat.

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan

erat dengan kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan

masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan cara guru

berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik

tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang

bukan guru. Dalam kompetensi ini seorang guru harus mampu : a)

bersifat inklusif, bertindak objektif serta tidak diskriminatif,

41

karena pertimbangan jenis kelamin, ras ,agama, kondisi fisik, latar

belakang keluarga dan status sosial ekonomi, b) berkomunikasi

secara efektif, simpatik dan santun dengan sesama pendidik,

orang tua dan masyarakat, c) beradaptasi di tempat bertugas

diseluruh wilayah Republik Indonesia, d) berkomunikasi dengan

komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan

atau bentuk lain (Imam Wahyudi, 2012 ;36).

Menurut Slamet PH dalam Mintarsih Danumiharja (2014;

49) guru harus memiliki tujuh kompetensi sosial agar dapat

berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik di sekolah maupun

masyarakat. Ketujuh kompetensi tersebut antara lain a)

memahami dan menghargai perbedaan (respek) serta memiliki

kemampuan mengelola konflik dan benturan, b) melaksanakan

kerjasama secara harmoni dengan kawan sejawat, kepala sekolah

dan wakil kepala sekolah pihak-pihak terkait lainnya, c)

membangun kerja tim (teamwork) yang kompak, cerdas, dinamis,

dan lincah, d) melaksankan komunikasi (oral, tertulis,tergambar)

secara efektif dan menyenangkan dengan warga sekolah, orang

tua peserta didik, dengan kesadaran sepenuhnya bahwa masing-

masing memiliki peran dan tanggung jawab terhadap kemajuan

pembelajaran, e) memiliki kemampuan memahami dan

menginternalisasikan perubahan lingkungan yang berpengaruh

terhadap tugasnya, f) memiliki kemampuan mendudukkan dirinya

42

dalam sistem nilai yang berlaku di masyarakat sekitarnya, dan g)

dan melaksanakan prinsip tata kelola yang baik.

Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan

erat dengan kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan

masyrakat di sekitar sekolah dan masyarakat tempat guru tinggal

sehingga peranan dan cara guru berkomunikasi di masyarakat

diharapkan memiliki karakteristik tersendiri yang sedikit banyak

berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Guru dimata

masyarakat pada umumnya dan para peserta didik merupakan

panutan dan anutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri

teladan dalam kehidupan sehari-hari. Guru merupakan tokoh dan

tipe makhluk yang diberi tugas, membina dan membimbing

masyarakat ke arah norma yang berlaku. Guru perlu memilki

kompetensi sosial untuk berhubungan dengan masyarakat sekitar

dalam rangka menyelenggarakan proses belajar mengajar

otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan lancar

sehingga jika ada keperluan anatra orang tua peserta didik tentang

masalah peserta didik yang perlu diselesaikantidak akan kesulitan

menghubunginya.

4. Kompetensi Profesional

Kompetansi profesional mengacu pada perbuatan yang

bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam

melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Guru profesional

43

merupakan orang yang telah memenuhi program program

kependidikan guru dan memiliki tingkat master serta

mendapatkan ijazah negara dan telah berpengalaman dalam

mengajar kelas besar. Dalam Oemar Hamalik (2002; 38) guru

yang dinilai kompeten secara profesional memiliki indikator

antara lain; mampu melaksanakan perannya, mampu bekerja

dalam usaha mencapai tujuan pendidikan, dan mampu

melaksanakan peran dalam proses mengajar dan belajar di kelas.

Peraturan pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 dijelaskan

bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam

kemampuan guru menguasai pengetahuan dibidang ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni budaya yang diampunyayang

meliputi penguasaan a) materi pelajaran secara luas dan

mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan

mata pelajaran dan kelompok mata pelajaran yang diampu, serta

b) konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang

relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan

program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan kelompok mata

pelajaran yang akan diampu.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap guru harus

memiliki standar kompetensi sebagai dasar melaksanakan profesinya. Standar

kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utam,

yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

44

kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam

kinerja guru.

E. Sekolah Dasar

1. Penegertian Sekolah Dasar

Definisi sekolah menurut sumitro (1980:80), adalah lembaga sosial

formal yang didirikan Negara atau Yayasan untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa. Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1989:57),

sekolah merupakan suatu organisasi yang didirikan untuk mencapai

tujuan tertentu, baik tujuan umum pendidikan, maupun tujuan institusi

menurut jenis dan tingkatannya.

Pendidikan yang diperoleh disekolah dapat dipisahkan berdasarkan

jenjangnya salah satunya pendidikan dasar. Pendidikan dasar bertujuan

untuki memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk

mengembangkan kehidupanya pribadi, anggota masyarakat, warga negara

dan umat manusia serta mempersiapakan peserta didik untuk mengikuti

pendidikan pendidikan menengah (Wahjosumidjo, 2002:140).

Pengertian sekolah dasar menurut Ibrahim Bafadal (2003:3)

merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan enam

tahun. Sedangkan, menurut B. Suryosubroto (2002:63) sekolah negeri

merupakan sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah baik ditingkat

pusat maupun daerah. Dengan demikian pengertian sekolah dasar dapat

diartikan suatu organisasi pendidikan jenjang pendidikan dasar yang

diselenggarakan oleh pemerintah ataupun yayasan yang tentunya tetap

45

dalam koridor pemerintah dan negara tetap dalam pengawasan kementrian

pendidikan.

2. Tujuan Sekolah Dasar

Menurut Muljani A. Nurhadi (1983:29), tujuan umum Sekolah

Dasar adalah agar lulusannya memiliki sifat dasar sebagai warga negara

yang baik, sehat jasmani dan rohani, dan juga memiliki pengetahuan,

ketrampilan, sikap dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran,

serta dapat bekerja di masyarakat, dan mengembangkan diri sesuai

dengan asas pendidikan seumur hidup. Sedangkan tujuan khusus sekolah

dasar meliputi bidang pengetahuan, ketrampilan serta bidang nilai dan

sikap.

Tujuan pendidikan nasional adalah mengarahkan berkembangnya

potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis serta memiliki

tanggung jawab. Sedangkan tujuan pendidikan dasar meletakan dasar

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan

untuk hidup mandiri.

F. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini fokus pada intensitas pengawasan. Untuk memperoleh

gambran sebagai perbandingan, maka dilakukan kajian terhadap penelitian

yang relevan. Berikut hasil penelitian yang relevan yaitu:

1. Penelitian oleh Selfi (2015) tentang Pengawasan Akademik oleh Pengawas

Sekolah Dasar se-Kabupaten Bantul. Penelitian ini menggunakan

46

penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian ini semua pengawas

sekolah se-Kabupaten Bantul yang berjumlah 27 orang baik itu pengawas

muda, madya dan utama. Hasil penelitian menunjukan: 1. Intensitas

pengawasan perencanaan pembelajaran oleh pengawas sekolah se-

Kabupaten Bantul dalam kategori intensif. Pengawas paling intensif dalam

pengawasan perencanaan pembelajaran adalah pengawas pengampu di

kecamatan imogiri, sedangkan yang kurang intensif di berikan pengawas

pengampu di kecamatan Dligo. 2. Intensitas pengawasan pelaksanaan

pembelajaran oleh pengawas Sekolah Dasar se-Kabupaten Bantul dalam

kategori intensif. Pengawas yang paling intensif dalam melakukan

pengawasan adalah pengampu Kecamatan Bantul, sedangkan yang

kuarang intensif adalah pengawas pengampu di Kecamatan Sanden. 3.

Intensitas pengawasan evaluasi pembelajaran oleh pengawas SD se-

Kabupaten Bantul dalam kategori intensif. Pengawas yang paling intensif

dalam melakukan pengawasan adalah pengawas kecamatan Imogiri,

sedangkan yang belum intensif Kecamatan Pandak, Kasihan, Piyungan,

Banguntapan, dan Dligo.

2. Penelitian oleh David (2011) tentang pengelolaan supervisi akdemik oleh

pengawas sekolah dasar se-Kabupaten Temanggung. Hasil penelitiannya

menunjukan bahwa tingkat perencanaan supervisi akademik se-Kabupaten

Temanggung tergolong pada tingkatan cukup, untuk pelaksanaan supervisi

akademik SD se-Kabupaten Temanggung tergolong pada tingkatan cukup,

47

sedangkan untuk tindak lanjut supervisi juga tergolong padatingkatan

cukup.

Perbedaan penelitian ini dengan kedua penelitian di atas adalah peneliti

berfokus pada kebijakan kepengawasan untuk guru yang meliputi aspek

pembinaan guru, penilaian guru, peningkatan profesionalisme guru dan

faktor pendukung keberhasilan kebijakan kepengawasan guru sekolah

dasar.

G. Kerangka Pikir

Pengawas sekolah merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi

wewenang untuk melakukan pengawasan di sekolah binaannya. Pengawasan

yang dilakuakan pengawas sekolah anatara lain melakukan terhadap sekolah

binaannya agar melakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan yang

telah dipersyaratkan. Pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah sangat

penting bagi sekolah binaannya. Karena sekolah harus mampu mengelola

sekolahnya sendiri terutama bagi kepala sekolah sedangkan bagi guru untuk

meningkatakan kualitas pembelajaran yang dilakukan di sekolah.

Standar pelayanan minimal pendidikan dasar yang merupakan

ketentuan tentang jumlah atau mutu pendidikan yang diselenggarakan oleh

pemerintah kabupaten/kota. Salah satu indikator SPM adalah supervisi oleh

pengawas. Dengan demikian pengawas memiliki tugas untuk melakukan

kunjungan atau pengawasan pada sekolah binaan. Sebagai mitra sekolah

pengawas sekolah berperan untuk memberi bantuan kepada kepala sekolah

48

dan guru yang mengalami kesulitan yang menyangkut proses pendidikan di

sekolah.

Pembinaan dalam hal manajerial dan akademik sangat membantu

kepala sekolah dan guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pengawas

membantu kepala sekolah yang mengalami kesulitan dalam mengatur

manajemen sekolahnya, sedangkan dalam hal akademik pengawas berperan

sebagai pengawas dalam proses pembelajaran yang mencakup perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Dengan

adanya pengawasan dari pengawas sekolah proses pembelajaran akan

terkontrol dan terjamin. Secara tidak langsung juga akan meningkatkan

kualitas dan mutu pendidikan. Berikut gambar tentang kerangka pikir.

Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007

kompetensi pedagogik guru dirangkum dalam 10 kompetensi inti, antara lain

1). Menguasai karateristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,

kultural, emosional, dan intelektual 2). Menguasai teori belajar dan prinsip-

prinsip pembelajaran yang mendidik. 3). Mengembangkan kurikulum yang

terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu 4).

Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik 5). Memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.

49

(Gambar 1. Kerangka Pikir)

Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan

Kepegawaian Negara Nomor 01/III/PB/PB dan Nomor 6 tahun 2011

tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah

dan Angka Kreditnya

Pengawas sekolah

Pengawasan/pembinaan

manajerial dan akademik

Kepala Sekolah Guru

Mutu Pendidikan

Perda Wonogiri Nomor 22 Tahun

2016 pasal 53 tentang

Penyelenggaraan Pendidikan

50

H. Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana peran pengawas sekolah dalam meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah dasar negeri se-UPT Sidoharjo?

2. Bagaimana peran pengawas sekolah dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya?

3. Bagaimana peran pengawas sekolah sebagai supervisi akedemik?

4. Bagaiamana peran pengawas sekolah dalam meningkatkan

profesionalisme guru?

5. Bagaiamana peran pengawas sekolah dalam meningkatkan pembinaan

guru?

6. Bagaimana peran pengawas sekolah dalam penilaian guru?

51

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Metode

penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena

penelitiannya dilakukan dalam kondisi yang alamiah (natural setting).

Penelitian kualitatif memandang suatu komplek yang utuh, kompleks,

dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif. Penelitian

dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang

berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran

peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Dalam penelitian

kualitatif instrumennya orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri

(Sudiyono, 2009:8).

Dalam penelitian kualitatif, gejala bersifat holistik (menyeluruh, tidak

dapat dipisahkan), sehingga peneliti kualitatiftidak akan menetapkan

penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian. Tetapi keseluruhan

situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor),

dan aktifitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskripsi kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang

berusaha menggambarkan suatu gejala.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif

karena peneliti ingin mendeskripsikan bagaimana proses dan hasil dari

52

implementasi kebijakan kepengawasan di sekolah yang berada dibawah

naungan UPT Sidoharjo serta faktor pendukung dan penghambat proses

implementasi kebijakan tersebut.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Dinas Pendidikan UPT

Sidoharjo. Tempat penelitian tersebut dipilih karena letak antara sekolah

satu dengan sekolah lainnya berjauhan dan jumlah pengawas sekolah tak

sebanding dengan jumlah guru yang diawasi.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan

September 2016.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan benda, hal atau orang tempat data untuk

variable penelitian dan dipermasalahkan. Subjek penelitian mempunyai peran

sangat penting dalam keberhasilan penelitian karena pada subjek penelitian

diperoleh data tentang variable yang akan diteliti dan diamati oleh peneliti.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pengawas dan guru yang

berada di Dinas pendidikan UPT Sidoharjo.

D. Pengumpulan Data

1. Observasi

Penelitian ini mengunakan metode observasi. Observasi adalah

proses pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap subjek

53

penelitian. Penelitian ini menggunakan metode observasi. Observasi

adalah proses pengamatan yang dilakukan oleh peneliti (pengamat)

terhadap subjek penelitian (sumber data). Sugiyono (2014: 145)

menjelaskan bahwa dilihat dari segi proses pelaksanaan pengumpulan

data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation

(observasi berperan serta) dan non participant observation, selain itu jika

dilihat dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dibedakan

menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur. Berdasarkan

penjelasan di atas, penelitian ini menggunakan jenis observasi partisipan

dan tidak terstruktur karena peneliti terlibat langsung dengan aktivitas

sumber data serta instrumen yang digunakan tidak dipersiapkan

sebelumnya dan akan berkembang di lapangan selama penelitian

berlangsung. Instrumen yang digunakan berupa catatan data di lapangan.

2. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti

dengan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab

dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden

merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Selain

menangkap pemahaman atau ide, wawancara dapat menangkap perasaan,

pengalaman, emosi, motif, yang dimiliki responden (Gulo, 2002: 119)

Dalam penelitian ini yang dijadikan informasi yaitu pengawas

sekolah dan guru di Dinas Pendidikan UPT Sidoharjo.

54

3. Dokumentasi

Dokumentasi diartikan sebagai metode pengumpulan data melalui

gambar ataupun tulisan berbentuk catatan yang digunakan sebagai bukti

hasil penelitian ini menggunakan dokumentasi berupa foto, catatan

lapangan, dan penyajian data melalui olah data atau reduksi data oleh

peneliti.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reabilitas

instrumen. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Instrumen dalam penelitian kualitatif

dapat test, pedoman wawancara, pedoman observasi dan kuesioner

(Sugiyono, 2009:222).

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri, namun selanjutnya setelah fokus

penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen

penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan

membandingkan data yang telah ditemukan melalui observasi, wawancara,

dan dokumentasi. Bentuk instrumen penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini berupa lembar observasi, pedoman wawancara, dan

dokumentasi.

55

1. Observasi

Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman Observasi

No. Aspek Dimensi Sumber Aspek Unsur

1. Implementasi

Kebijakan

Kepengawasan

Guru Sekolah

Dasar

1. Pembinaan

guru

2. Pelaksanaan

program

pengawas

3. Penilaian

4. Peningkatan

profesionalis

me guru

1. Peraturan

Bersama

Menteri

Pendidikan

Nasional dan

Kepala Badan

Kepegawaian

Negara nomor

01/III/PB/201

1 dan nomor 6

tahun 2011

2. Peraturan

Daerah

Wonogiri

Nomor 22

tentang

penyelenggara

an pendidikan

1. Komunikasi

2. Sumber

daya

3. Sikap guru

dan

pengawas

4. Birokrasi

56

5. Wawancara

Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

No. Aspek Dimensi Sumber Aspek Unsur

1. Implementasi

Kebijakan

Kepengawasan

Guru Sekolah

Dasar

1. Pembinaan

guru

2. Pelaksanaan

program

pengawas

3. Penilaian

4. Peningkatan

profesionalis

me guru

1. Peraturan

Bersama

Menteri

Pendidikan

Nasional dan

Kepala Badan

Kepegawaian

Negara

nomor

01/III/PB/201

1 dan nomor

6 tahun 2011

2. Peraturan

daerah

Wonogiri

Nomor 22

tahun 2016

tentang

penyelenggar

aan

pendidikan

1.Komunikasi

2.Sumber

Daya

3. Sikap

4. Birokrasi

F. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono, (2009:243) dalam penelitian kualitatif, data

diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan

data yang bermacam-macam (trianggulasi), dan dilakukan secara terus

menerus sampai datanya jenuh.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang mengacu konsep

dari Miles dan Hubberman (Sugiyono, 2015: 91) mengemukakan bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

57

berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah

jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduksi (data reduction),

penyajian data (data display), penarikan kesimpulan (conclusion drawing/

verivication).

Langkah-langkah dalam analisis ditunjukkan pada gambar berikut ini:

(Gambar 2. Komponen dalam analisis data)

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak, untuk

itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi berate memilih,

merangkum, memfokuskan hal-hal pokok. Reduksi data dapat dibantu

dengan peralatan elektronik seperti laptop, dengan memberikan kode pada

aspek tertentu.

2. Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie

chard, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka

Data

collection Data

display

Data

reduction

Conclusion:

drawing/verifying

58

data teerorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan

semakin mudah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan

Setelah data direduksi dan disajikan, maka akan disimpulkan

yang akan dikemukakan sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap

awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan kesimpulan yang kredibel.

G. Keabsahan Data

Keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Teknik pemeriksaan

yang digunakan dalam keabsahaan data ada empat yang meliputi drajad

kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan

(dependability), dan kepastian (confirmability) (Lexy J. Moleong, 2012: 324).

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah triangulasi teknik dan sumber. Sugiyono (2015: 127) menjelaskan

bahwa triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda, sedangkan triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas

data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber. Penelitian tentang “implementasi kebijakan kepengawasan guru

sekolah dasar di UPT Sidoharjo Wonogiri” dalam uji credibility atau

59

kredibilitas didalamnya mencakup uji keabsahan data melalui triangulasi.

Jenis triangulasi yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Triangulasi Sumber

Cara ini digunakan untuk menguji kreadibilitas data yang diperoleh

melalui pengecekan data hasil penelitian melalui beberapa sumber.

2. Triangulasi Teknik

Cara ini digunakan untuk menguji kredibilitas data yang diperoleh

melalui pengecekana data hasil penelitian kepada sumber yang sama

dengan teknik yang berbeda.

Penelitian ini menggunkan jenis trangulasi teknik dan sumber. Tiangulasi

teknik untuk menguji kreadibilitas data dengan cara mengecek data

dengan sumber yang sama dengan teknik yang berbeda yaitu observasi,

wawancara, dan dokumentasi.

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Profil UPT Sidoharjo

UPT Sidoharjo berada di jalur strategis yaitu dekat dengan

Kodim, puskesmas dan kantor kecamatan. Pegawai UPT Sidoharjo

berjumlah 6 orang yang terdiri dari kepala UPT, KTU dan staff. UPT

sidoharjo mempunyai 7 orang pengawas yang terdiri dari 3 pengawas SD,

pengawas TK, pengawas agama, pengawas olahraga dan pengawas

masyrakat. Di UPT Sidoharjo terdapat 32 sekolah yang terdiri dari 30

sekolah negeri dan 2 sekolah swasta. Dari 32 sekolah dibagi dalam 3

gugus yaitu gugus kota, gugus sinar harapan, dan gugus selatan.

Daftar sekolah yang berada di UPT Sidoharjo :

Tabel 3. Daftar Sekolah

No. Nama Sekolah No. Nama Sekolah

1. SDN 1 Sidoharjo 17. SDN 2 Sempukerep

2. SDN 2 Sidoharjo 18. SDN 2 Sempukerep

3. SDN 3 Sidoharjo 19. SDN 1 Jatinom

4. SDN 4 Sidoharjo 20. SDN 2 Jatinom

5. SDN 5 Sidoharjo 21. SDN 3 Jatinom

6. SDN 1 Kayuloko 22. SDN 1 Kebonagung

7. SDN 1 Kedunggupit 23. SDN 2 Kebonagung

8. SDN 2 Kedunggupit 24. SDN 1 Ngabeyan

9. SDN 1 Tremes 25. SDN 2 Ngabeyan

10. SDN 2 Tremes 26. SDN 1 Tempursari

11. SDN 1 Widoro 27. SDN 3 Tempursari

12. SDN 2 Widoro 28. SDN 1 Sembukan

13. SDN 3 Widoro 29. SDN 2 Sembukan

14. SDN 1 Mojoreno 30. SDN 3 Sembukan

15. SDN 2 Mojoreno 31. ISLAM AL AMANAH

16. SDN 1 Sempukerep 32 SDIT AL-HUDA

61

Tabel 4. Jumlah guru

No. Guru Jumlah Guru

1. PNS 151

2. Honorer 176

Jumlah 327

(sumber: data guru upt sidoharjo)

2. Visi Misi UPT Sidoharjo

Dinas Pendidikan UPT Sidoharjo mempunyai visi dan misi dalam

melaksanakan proses pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu

Visi:”TERWUJUDNYA SISTEM IKLIM, DAN PROSES

PENDIDIKAN YANG DEMOKRATIS, TRANSPARAN, DAN

TANGGUNG JAWAB TERSELENGGARANYA PENDIDIKAN

YANG BERMUTU DAN BERBUDAYA SAING SEHINGGA

MENGHASILKAN MANUSIA-MANUSIA YANG BERKUALITAS”

Misi:

1. Menciptakan lingkungan yang kondusif di lingkungan pendidikan.

2. Meningkatkan kemampuan profesional tenaga pendidikan.

3. Mendorong dilaksanakannya manajemen berbasis sekolah.

4. Meningkatkan peran serta masyarakat terhadap pendidikan di sekolah.

5. Meningkatkan kedisplinan sekolah dan tenaga kependidikan.

6. Meningkatkan kualitas akademik dan tenaga no akademik.

62

7. Meningkatkan pendidikan keterampilan seni dan budaya bagi

masyarakat.

8. Meningkatkan mutu pelaksanaan pendidikan.

3. Visi Misi Pengawas Sekolah UPT Sidoharjo

Visi: “TERWUJUDNYA SISTEM PENGAWASAN YANG MAMPU

MENDORONG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN

PENDIDIKAN YANG EFEKTF DAN EFISIEN SEHINGGA DAPAT

TERCAPAI PENDIDIKAN BERMUTU, MERATA DAN DAPAT

DIPERTANGGUNG JAWABKAN”

Misi :

1. Meningkatkan efektivitas pelaksanaan pengawasan yang berorientasi

akuntabilitas

2. Meningkatkan profesionalisme pengawas sekolah

3. Mengembangkan sistem pengawasan yang mandiri dan obyektif

4. Melaksanakan fungsi koordinasi pengawas yang dilakukan oleh

instansi/lembaga pendidikan

5. Meningkatkan etika/moral penyelenggaraan, pengelolaan, dan

pelaksanaan pendidikan.

B. Hasil Penelitian

1. Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar pada

Dimensi Pembinaan Guru di UPT Sidoharjo

Implementasi kebijakan kepengawasan guru ini berguna

menciptakan guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas harus dibina

63

oleh pengawas sekolah. Pembinaan guru rutin diadakan di UPT Sidoharjo.

Pembinaan dilakukan di setiap dabin/gugus disetiap wilayah di UPT

Sidoharjo. UPT Sidoharjo dibagi menjadi 3 gugus yaitu gugus kota, gugus

selatan, dan gugus timur. Setiap gugus dibina oleh satu pengawas dan

pembinaan diadakan setiap minggunya. Hal ini disampaikan oleh E selaku

pengawas :

“Pembinaan guru dilaksanakan guna meningkatkan kualitas

pendidik. Pembinaan ini biasanya dilaksanakan seminggu sekali

untuk gugus kota setiap sabtu. Pembinaan dilakukan tidak

bersama-bersama melainkan dipisahkan antara guru kelas rendah

dan kelas tinggi. Hal tersebut berguna agar guru dapat memahami

materi yang diberikan pengawas.”(E/31/08/2016)

Hal tersebut diutarakan oleh YS selaku guru:

“Pengawas sekolah melakukan pembinaan guru di setiap gugus

masing-masing. Guru dikumpulkan untuk mendapatkan pembinaan

dari pengawas sekolah. Pembinaan dilakukan secara terpisah antara

kelah rendah dan kelas tinggi agar memudahkan pegawas dalam

hal pemberian pengarahan. Tatapi dalam pelaksanaannyamasih ada

guru yang tidak ikut dalam pembinaan yang diadakan di setiap

gugus dengan alasan tertentu.”(YS/15/09/2016)

Hal yang sama disampaikan oleh N selaku guru:

“Pelaksanaan pembinaan guru yang diadakan pengawas sekolah

dibagi tiap gugus, di gugus selatan biasanya diadakan setiap hari

Rabu dan saat pembekalan materi dibagi menjadi 2 kelas yaitu

guru yang mengajar kelas rendah dan guru yang mengajar kelas

tinggi.”(N/08/09/2016)

Pengawas dalam hal ini masih kurang dalam hal pemberian

sosialisasi pentingnya kehadiran guru dalam pembinaan. Karena masih ada

guru yang tidak ikut dalam pembinaan guru. Selain kesadaran guru yang

masih kurang pengawas terkendala dengan jumlah pengawas yang tak

64

sebanding dengan jumlah guru hal ini mengakibatkan pembinaan guru

kurang dapat dipahami oleh guru.

2. Implementasi Kebijakan Kepenegawasan Guru Sekolah Dasar Pada

Dimensi Penilaian Kinerja Guru di UPT Sidoharjo

Pengawas harus selalu memantau guru agar tidak melenceng dalam

memberikan materi kepada peserta didik. Pengawas sekolah harus

langsung terjun kelapangan untuk memantau guru. Pengawas sekolah

tidah hanya memantau melainkan menilai kinerja guru, penilaian berguna

untuk meningkatkan kualitas guru. Penilaian ini bertujuan untuk

memperbaiki cara dan metode mengajar guru. Penilaian dilakukan oleh

pengawas sekolah, pengawas langsung melihat guru mengajar dan bila ada

ada kesalahan pengawas tak segan untuk menegur dan memberikan saran

agar cara mengajarnya diperbaiki. Selain melihat langsung guru mengajar

pengawas juga melihat buku penilaian pengawas sekolah terhadap guru.

Hal ini diutarakan oleh IS selaku pengawas:

“Pengawas datang ke sekolah untuk melihat guru mengajar dan

melihat buku hasil penilaian dari kepala sekolah untuk acuan

penilaian guru.”(IS/01/09/2016)

Hal ini diperkuat oleh pernyataan N selaku guru:

“Pengawas sekolah menilai langsung saat guru mengajar. Hal ini

dilakukan untuk mengatuhui kemampuan pendidik dalam

mengajar. Pengawas juga memberikan saran dan kritik bila ada

kekurangan saat guru mengajar. Selain melihat langsung pengawas

sekolah melihat buku penilaian kepala sekolah untuk guru buat

acuan penilian guru.”(N/08/09/2016)

Penilaian guru bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru di UPT

Sidoharjo. Guru yang berkualitas akan menciptakan peserta didik yang

65

berkualitas. Hasil penilaian guru berguna untuk meningkatkan

profesionalisme guru.

3. Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar Pada

Dimensi Pembimbingan dan Pelatihan Profesionalisme Guru di UPT

Sidoharjo

Pengawas datang memantau kesekolah-sekolah untuk meninjau

guru dalam hal memberikan materi pembelajaran, RPP, silabus, dan alat

peraga pembelajaran. Karena profesionalisme guru sangat berarti bagi

guru untuk mengajar peserta didik. Guru profesional adalah guru yang

memiliki kompetensi dan kemampuan ilmu pedagogik maupun ilmu lain

yang berhubungan dengan profesi. Peran pengawas dalam meningkatkan

profesionalme guru yaitu membina dan membimbing guru agar

profesional. Hal ini diutarakan oleh IS sebagai pengawas :

“pengawas sekolah di UPT Sidoharjo mengadakan pembinaan,

pembekalan, dan pelatihan untuk meningkatkan profesionalisme

guru. Untuk gugus timur pembinaan diadakan setiap hari rabu

sehabis jam pelajaran selesai guru-guru berkumpul di kantor UPT.

Peningkatan profesionalisme guru berguna untuk meningkatkan

kompetensi guru dan kemampuan ilmu pedagogik maupun ilmu

yang berhubungan dengan profesi.”(IS/01/09/2016)

Hal ini diperkuat oleh pernyataan E selaku guru:

“Dengan cara dibina dalam kemampuan meningkatkan proses

belajar mengajar, tapi kadang-kadang saya masih susah mamahami

apa yang dijelaskan pengawas sekolah.”(E/16/09/2016)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa

profesionalisme guru berguna untuk meningkatkan kompetensi guru yaitu

66

dengan cara dibina dalam kemampuan meningkatkan proses belajar

mengajar.

4. Faktor Pendukung Implementasi KebijakanKepengawasan

Kepengawasan Guru Sekolah Dasar di UPT Sidoharjo

Implementasi kebijakan merupakan cara yang dilakukan untuk

mencapai sebuah tujuan pada suatu kebijakan. Model teori Edward III

dalam buku analisis Kebijakan Publik : Konsep, Teori, dan Aplikasi

(Subarsono, 2012: 90-92) menjelaskan terdapat empat faktor yang

berpengaruh terhadap keberhasilan dan kegaggalan pada implmentasi

kebijakan. Empat faktor tersebut adalah komunikasi, sumberdaya,

disposisi dan struktur birokrasi.

a. Komunikasi

Komunikasi merupakan faktor penting pertama dalam

implementasi kebijakan. Komunikasi bertujuan untuk memberikan

informasi dari pihak yang berwenang kepada pelaksana kebijakan tentang

maksud dari implementasi kebijakan. Pelaksana kebijakan kepengawasan

Guru Sekolah Dasar adalah pengawas sekolah dan guru.

Pihak pengawas mempunyai wewenang atau tugas

mengomunikasikan kebijakan pengawasan guru sekolah dasar kepada

guru yang berada di UPT Sidoharjo. Model Edward III mengemukakan

bahwa komunikasi kebijakan terdiri dari 3 dimensi yaitu dimensi transisi

(transmision), dimensi kejelasan (clarity), dimensi konsitensi

(consistency).

67

1. Dimensi transisi mengharapkan agar kebijakan disampaikan kepada sasaran

kebijakan agar tujuan dari kebijakan dapat dipahami dan dilaksankan

dengan baik. Sosialisasi menjadi alat komunikasi di UPT Sidoharjo untuk

menyampaikan kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar di UPT

Sidoharjo. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Bapak IS selaku pengawas

sekolah di UPT Sidoharjo bahwa :

“Sosialisasi kebijakan kepengawasan guru biasanya kami

sampaikan pada saat KKG karena pada saat KKG itu semua guru

berkumpul jadi waktu yang tepat untuk

mensosialisasikan.”(IS/01/09/2016)

Pernyataan tersebut diperjelas oleh ibu CKW Selaku guru :

“Pengawas melakukan sosialisasi tentang kebijakan guru waktu

KKG. Karena guru-guru pada waktu KKG kumpul mungkin

pengawas waktu tersebut adalah waktu yang tepat untuk

melakukan sosialisasi.”(CKW/07/09/2016)

Kegiatan sosialisasi kebijakan kepengawas guru sekolah dasar di

UPT Sidoharjo dilakukan pada saat kelompok kerja Guru (KKG).

Sosialisasi merupakan sarana komunikasi yang penting karena suatu

informasi dalam kebijakan akan tersampaikan dengan baik kepada sasaran

dan akan mempengaruhi keberhasilan implementasi.Sosialisasi yang

dilaukan di KKG kurang efektif karena seharusnya sosialisasi tidak hanya di

KKG saja tetapi ke sekolah-sekolah sehingga guru dapat menerima

informasi yang diberikan pengawas sekolah.

2. Dimensi kejelasan dalam komunikasi kebijakan menginginkan kebijakan

dapat dimenggerti oleh implementator dan sasaran kebijakan. Kejelasan

yang diterima oleh implementator dan sasaran kebijakan sangat penting agar

68

mengetahui tujuan dan maksud dari kebijakan tersebut. Guru di UPT

Sidoharjo paham kebijakan apa saja yang diberikan pengawas terhadap

pendidik. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh IS selaku pengawas sekolah:

“Pengawas sekolah selalu memberikan informasi yang akurat

terhadap guru, agar guru menerima informasi yang jelas. Kami

selalu memberikan informasi terbaru terhadap

guru.”(IS/01/09/2016)

Pendapat diperjelas oleh Ibu YS selaku guru :

“saya selalu mendapatkan informasi yang terbaru dari pengawas

sekolah terutama informasi tentang kebijakan guru, supervisi guru.

Informasi pengawas tersebut berguna bagi saya tetapi informasi

yang disampaikan pengawas kadang sulit saya pahami dan harus

bertanya lagi kepada pengawas sekolah. ”(YS/15/09/2016)

Penyampaian informasi tentang kebijakan kepengawasan guru

sekolah dasar kurang diterima oleh pendidik. Dikarenakan komunikasi

antara pengawas sekolah dengan pendidik kurang komunikatif dan bahasa

yang digunakan kurang efektif sehingga pendidik binggung untuk

memahami apa yang diinformasikan pengawas sekolah.

3. Dimensi konsistensi dalam komunikasi kebijakan menginginkan

implementasi kebijakan berjalan efektif dengan perintah-perintah yang

jelas dan konsisten. Dimensi konsisten di UPT Sidoharjo bisa dikatakan

sikap konsisten karena pengawas sekolah melaksanakan tugas dengan baik

dan memberiukan informasi yang kepada guru. Hal ini serupa yang yang

diungkapkan oleh Bapak S selaku Pengawas Sekolah:

“informasi yang kami berikan kepada guru adalah informasi yang

benar dan jelas. Kami tidak hanya menginformasikan tetapi juga

menjelaskan informasi tersebut agar tidak ada

kesalahpahaman.”(S/31/08/2016)

69

Hal ini diperkuat oleh pernyataan E selaku guru :

“informasi yang diberikan pengawas dapat saya terima tetapi saya

harus bertanya lagi dengan pengawas tentang informasi yang

diberikan pengawas sekolah contohnya waktu saya mau disupervisi

hal-hal apa saja yang harus saya lengkapi maka pengawas

menjelaskannya, pengawas sekolah disini tidak hanya memberikan

informasi bahwa saya mau disupervisi tetapi kelengkapannya juga

dijelaskan.”(E/16/09/2016)

Hal tersebut mengindikasikan konsistensi pelaksanakan kebijakan

kepengawasan guru sekolah dasar di UPT Sidoharjo belum berjalan

dengan apa yang diharapkan karena guru belum bisa menangkap maksud

dan tujuan pengawas dalam penyampaian informasi.

b. Sumber daya

Sumber daya mempunyai peran yang sangat berpengaruh dalam

implementasi suatu kebijakan. Sumber daya yang tersedia diharapkan

medukung implementasi kebijakan, jika sumber daya tidak mendukung

tentu saja akan menghambat pelaksanaan kebijakan. Sarana penunjang

yang tepat juga dapat memaksimalkan tujuan dari sebuah kebijakan.

Sumber daya pada proses implemenasi kebijakan kepengawasan

guru sekolah dasar berhubungan dengan kesiapan dari pihak pelaksana.

Sumber daya tersebut dapat berupa sumber daya manusia, sumber daya

anggaran, sumberdaya peralatan, sumberdaya wewenang. Berikut hasil

penelitian mengenai sumber daya implemetasi kebijakan kepengawasan

guru sekolah dasar di UPT Sidoharjo:

1. Sumber daya manusia dari pengawas sekolah dapat dilihat dari jumlah

pengawas sekolah yang berada di UPT Sidoharjo. Sumber daya manusia

70

yang digunakan sebagai pelaksana kebijakan kepengawasan sekolah dasar

di UPT Sidoharjo adalah pengawas sekolah. Berikut penjelasan dari bapak P

selaku kepala UPT:

“untuk pengawas sekolah dasar yang berada di UPT Sidoharjo

berjumlah 3 orang. Pengawas disini sebelum menjadi pengawas

sekolah pernah menjadi guru dan kepala sekolah dasar. Mereka

menjadi pengawas sekolah melalui seleksi yang ketat dan

menyinggirkan beberapa kandidat yang ingin mejadi pengawas

sekolah.Dari latar belakang tersebut pengawas sekolah disini tau

yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan

maupun guru.”(P/14/093/2016)

Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan BapakIS selaku

Pengawas Sekolah:

“pengawas sekolah di UPT Sidoharjo mengadakan pembinaan,

pembekalan, pelatihan meningkatkan profesionalisme guru. Untuk

gugus timur pembinaan diadakan setiap hari rabu sehabis jam

pelajaran selesai guru berkumpul di kantor UPT. Peningkatan

profesionalisme guru berguna untuk meningkatkan kompetensi

guru dan kemampuan ilmu pedagogik maupun ilmu yang

berhubungan dengan profesi.”(IS/01/09/2016)

Sumber daya manusia dalam implementasi kebijakan kepengawasan

guru sekolah dasar di UPT Sidoharjo kekurangan dalam jumlah personil

pengawas, terlihat dari kehadiran pengawas ke sekolah binaanya yang hanya

datang satu bulan sekali bahkan ada sekolah yang belum tentu satu bulan

sekali didatangi pengawas.

2. Sumber daya anggaran dalam pelaksanaan kebijakan kepengawasan guru

sekolah dasar di UPT Sidoharjo sudah cukup karena dana untuk pengawas

dalam melaksankan programnya sudah cukup. Pendanaan untuk program

pengawas yaitu dana untuk transportasi. Hal tersebut disampaikan

olehBapak P selaku Kepala UPT:

71

“untuk anggaran program kepengawasan di UPT Sidoharjo sudah

cukup untuk dana operasional kunjungan ke sekolah-sekolah dan

hal-hal lainnya.”(P/14/03/2016)

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat dari Ibu H selaku Pengawas

Sekolah sebagai berikut:

“anggaran untuk kami pengawas dalam melaksanakan program

cukup, seperti kunjungan ke sekolah-sekolah dan hal-hal lain

karena kami mendapatkan anggaran dari Dinas Pendidikan sudah

sesuai apa yang kami butuhkan untuk meningkatkan mutu

pendidikan.”(H/31/08/2016)

Anggaran dalam melaksanakan kebijakan kepengawasan guru

sekolah dasar dari anggaran dinas pendidikan yang sudah rancang sesuai

dengan kebutuhan kepengawasan.

3. Sumber daya peralatan yang digunakan untuk melaksankan kebijakan

kepengawasan guru sekolah dasar seperti kendaraan operasional, telepon,

komputer dan printer. Alat-alat tersebut sudah dipunyai oleh pengawas di

UPT Sidoharjo. Hal ini dijelaskan oleh S selaku Pengawas Sekolah:

“fasilitas pengawas sekolah disini dikatakan sudah memadai untuk

kegiatan kepengawasan dari kendaraan operasional, komputer dan

printer, khusus untuk printer yaitu satu printer untuk tiga

pengawas.”(S/31/08/2016)

4. Sumberdaya kewenangan kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar di

UPT Sidoharjo menjadi tugas pengawas sekolah. Pengawas sekolah

mempunyai kewenangan mengatur pelaksanaan kebijakan kepengawasan

guru sekolah dasar. Sumber daya kewenangan di UPT Sidoharjo sudah

maksimal dalam pelaksanaaan implementasi kepengawasan guru. Hal

tersebut dijelaskan oleh S selaku pengawas sekolah:

72

“saya melakukan kunjungan kesekolah-sekolah setiap bulan sekali

dalam kunjungan tersebut saya melihat langsung guru mengajar

dan media apa saja yang dipergunakan, bila ada guru yang menurut

saya masih kurang maksimal dalam melaksankan tugasnya

biasanya saya mengkritik dengan tujuan guru berusaha

meningkatkan kemampuannya.”(S/31/08/2016)

Pernyataan yang sama disampaikan Bapak S selaku guru :

“pengawas datang ke sekolah guna meninjau kami terutama dalam

hal mengajar siswa. Pengawas langsung mengamati saya mengajar

dan bila ada yang kurang dalam saya mengajar biasanya pengawas

memberitahu kekurangan saya guna diperbaiki.”(S/20/09/2016)

Sumber daya yang ada dalam kebijakan kepengawasan guru

sekolah dasar sudah ada wewenang dari pengawas sekolah. Pengawas

sekolah berguna untuk mengontrol guru untuk melaksanakan tugas dengan

baik.

c. Sikap

Sikap adalah karakteristik dari pelaksana kebijakan. Hal ini

berkaitan dengan bagaimana karakteristik pelaksana yang mendukung atau

menolak kebijakan. Pelaksana diharapkan memiliki kapasitas untuk

melaksanakan kebijakan. Pelaksana diharapkan memiliki kapasitas sesuai

dengan kapasitasnya harus mempunyai komitmen yang kuat untuk

melaksanakan kebijakan.

Pelakasana kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar meliputi

pengawas sekolah dan guru. Pihak yang terlibat dalam implementasi

kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar diharapkan memiliki dedikasi

untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut. Pengawas sekolah memiliki

tanggung jawab yang besar sebagai pelaksana kebijakan kepengawasan

73

guru sekolah dasar. Sikap pelaksana kebijakan implementasi kebijakan

kepengawasan guru sekolah dasar di UPT Sidoharjo belum menunjukan

dukungan terhadap pelaksanaan implementasi kebijakan kepengawasan

guru, hal ini dibuktikan dengan hasil wawancaradengan CKW selaku guru:

“Pengawas sekolah melaksanakan tugasnya seperti kunjungan ke

sekolah sebulan sekali tetapi juga lebih dari sebulan, pengawas

datang ke sekolah biasanya sekitar satu jam. Hal tersebut

dilaksanakan guna memantau langsung kinerja guru dalam

mengajar peserta didik. Biasanya pengawas sekolah melihat

langsung guru mengajar di kelasagar pengawas dapat mengetahui

kekurangan dan kelebihan guru saat menyampaikan materi dan

biasanya bila ada cara yang kurang dalam penyampaiaan materinya

pengawas sekolah menkritik dan suruh

memperbaiki.”(CKW/07/09/2016)

Hal tersebut diperkuat dalam penjelasan Bapak S selaku pengawas

sekolah:

“kami biasanya datang ke sekolah-sekolah setiap satu bulan sekali.

Biasanya saya disana melihat guru mengajar dan media apa saja

yang dipergunakan dalam mengajar dan tak lupa mengecek RPP

guru.”(S/31/08/2016)

Dari pernyataan diatas menunjukan sikap pelaksanaan kebijakan

kepengawas guru sekolah dasar belum sesuai karena rendahnya kehadiran

pengawas ke sekolah binaannya. Sehingga pengawas tidak mengetahui

permasalahan secara mendalam yang dihadapi sekolah.

d. Struktur birokrasi

Struktur birokrasi jelas mempengaruhi keberhasilan kebijakan

karena melibatkan banyak pihak di dalamnya. Beberapa pihak yang

terlibat dalam pelaksanaan kebijakan akan bersinergi membentuk struktur

birokrasi untuk mewujudkan implementasi kebijakan sesuai dengan

74

tujaun. Struktur birokrasi memiliki pemimpin yang mempunyai peran

sebagai penanggung jawab. Pemimpin struktur birokrasi dalam

implementasi kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar di UPT

Sidoharjo adalah pengawas sekolah.

Sebuah implementasi kebijakan tentu saja memiliki standart

kiteria. Pengawas Sekolah di UPT Sidoharjo menggunakan peraturan

bersama menteri pendidikan nasional dan kepala badan kepegawaian

negara nomor 01/III/PB/2011 dan nomor 6 tahun 2011. Hal ini serupa

yang dijelaskan oleh IS selaku pengawas sekolah:

“Untuk standar pelaksanaan kepengawasan sekolah maupun guru

kami mengacu pada peraturan menteri tentang Pengawas sekolah

agarkami dapat menjalankan tugas dan mengetahui permasalahan

di sekolah dan guru dapat menjalankan tugasnya sebagai pendidik

di sekolah. Kami di UPT Sidoharjo Mendapatkan ruangan

tersendiri sebagai privasi sebagai pengawas sekolah

”(IS/01/09/2016)

Hal serupa dikatakan oleh S guru:

“Pengawas melaksanakan tugas kepengawasan mengunakan

peraturan menteri akan tetapi saya belum sepenuhnya paham apa

yang dimaksudkan pengawas dalam rangka meningkatkan kualitas

guru.” (S/20/09/2016)

Pengawas sekolah di UPT Sidoharjo mempunyai ruangan sendiri

untuk menunjang kinerja pengawas sekolah. Ruangan tersebut biasanya

dibuat untuk konsultasi guru dengan pengawas. Pengawas sekolah

menjalankan program kepengawasan mengacu pada peraturan bersama

menteri pendidikan dan kepala badan kepagawaian negara nomor

01/III/PB/2011 dan nomor 6 tahun 2011 agar pengawas dapat mengetahui

permasalahan yang dihadapi guru.

75

C. Pembahasan

1. Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar Pada

Dimensi Pembinaan Guru Di UPT Sidoharjo

Pengawas sekolah mengadakan program pembinaan guru agar

kualitas guru baik. Pengawas sekolah secara rutin melaksanakan

pembinaan terhadap guru agar kualitas guru meningkat. Pengawas di UPT

Sidoharjo melaksanakan program pembinaan terhadap guru. Pembinaan

terhadap guru dibagi disetiap gugusnya, di UPT Sidoharjo initerdapat 3

gugus yaitu gugus sinar harapan setiap Rabu, gugus kota setiap Sabtu dan

gugus selatan setiap Sabtu. Setiap gugus diampu oleh satu pengawas.

Pelaksanaan pembinaan guru dibagi menjadi 2 kelas yaitu untuk guru

yang mengampu kelas rendah dan guru yang mengampu kelas tinggi.

Tujuannya yaitu agar guru dapat menerima materi yang diberikan oleh

pengawas sekolah secara maksimal. Karena cara mengajar peserta didik

di sekolah antara kelas bawah dan kelas atas berbeda.

Program pembinaan guru ini bermanfaat untuk meningkatkan

kualitas mengajar guru. Materi dalam pembinaan guru ini meliputi,

pembinaan agar guru melaksanakan tugas pokok sebagai guru, pembuatan

RPP, dan media perangkat pembelajaran yang digunakan guru disaat

mengajar. Pengawas sekolah dalam hal membina guru selalu menekankan

agar guru selalu mengutamakan kualitas mengajar agar peserta didik

dapat menerima materi yang diajarkan oleh guru. Tapi materi yang

76

disampaikan pengawas ke guru masih ada yang kurang bisa dipahami

oleh guru.

2. Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar Pada

Dimensi Penilaian Guru di UPT Sidoharjo

Upaya peningkatan kualitas guru khususnya di UPT Sidoharjo

pengawas sekolah melakukan tugasnya yaitu dengan menilai kinerja guru.

Pengawas datang ke sekolah guna melihat langsung guru mengajar dan

pengawas mengamati untuk menilai guru. Pengawas melakukan penilian

dengan cara melakukan wawancara, pengamatan, pemantauan.

Penilaian kinerja guru dilakukan dengan mengacu kepada dimensi

tugas utama guru yang meliputi kegiatan merencanakan dan

melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan menilai termasuk

menganalisis hasil penilaian dan melaksankan tindak lanjut hasil

penilaian. Tugas utama ini kemudian diturunkan menjadi indikator kinerja

yang dapat diukur sebagai bentuk unjuk kerja guru dalam melaksanakan

tugas utamanya tersebut akibat dari kompetensi yang dimiliki guru.

Terdapat 4 kompetensi guru yaitu, kompetensi pegagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Penilaian kinerja guru yang mencakup 3 dimensi tugas utama

dengan indikator kinerjanya masing-masing yang dinilai berdasarkan

unjuk kerja akibat kompetensi yang dimiliki guru. Untuk masing-masing

indikator kinerja dari setiap dimensi tugas utama akan dinilai dengan

menggunkan rubric penilaian yang lebih rinci untuk melihat kinerja guru

77

yang memiliki kompetensi tersebut tergambar dalam hasil kajian

dokumen perencanaan termasuk dukumen pendukung dan hasil

pengamatan yang dilakukan oleh penilai/pengawas pada saat melakukan

pengamatan dalam pembelajran selama proses penilaian kinerja.

3. Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar Pada

Pembimbingan Profesionalisme Guru di UPT Sidoharjo

Peran pengawas sekolah adalah menjaga dan membimbing guru

agar tetap profesional. Guru profesional adalah guru yang memiliki

kemampuan profesional dan memiliki kompetensi dan ilmu pengetahuan

baik pedagogik maupun ilmu lainnya yang berhubungan dengan profesi,

yang kemampuannya diasah selalu melalui pembinaan dan pelatihan

sesuai dengan dengan perkembangan zaman.

Tugas pengawas sekolah dalam meningkatkan profesionalisme

guru adalah tugas pemberian nasehat pada setiap kunjungan pengawas ke

sekolah binaannya. Pengawas memberikan nasehat/saran ke guru untuk

menyiapkan bahan-bahan pengajaran, seperti RPP, silabus, dan

peningkatan kapasitas sebagai guru. Pengawas juga melakukan observasi

dalam kelas, apabila pengawas menemukan kesalahan dalam pengajaran,

pengawas akan memberikan saran untuk memperbaikinya. Pengawas

selalu mengadakan pembekalan, pembinaan dan pelatihan guru dalam

meningkatkan profesionalisme guru. Pengawas selalu mengadakan

pembinaan secara rutin setiap minggunya. Semua guru mendapatkan

pembinaan dari pengawas guna memperbaiki cara mengajarnya. Guru

78

juga mendapatkan pelatihan mengajar dari pengawas agar guru dapat

meningkatkan kualitasnya.

4. Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru

Sekolah Dasar di UPT Sidoharjo

Implementasi merupakan tahapan yang penting dalam sebuah

kebijakan. Implementasi akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu

kebijakan yang dibuat. Kebijakan yang telah dibuat dengan baik tidak

akan berjalan jika tidak diimplementasikan dan hanya akan menjadi

wacana semata. Proses implementasi kebijakan pastinya akan

mempengaruhi beberapa faktor yang menyebabkan sebuah keberhasilan

maupun kegagalan.

Terdapat empat faktor yang akan mempengaruhui sebuah proses

implementasi kebijakan. Faktor utama adalah bagaimana jalinan

komunikasi dalam proses implementasi kebijakan. Ketersediaan sumber

daya menjadi faktor berikutnya. Faktor ketiga yang mempengaruhui

keberhasilan dan kegagalan dalam proses implementasi kebijakan adalah

komitmen atau sikap dari pelaksana kebijakan sesuai dengan tujuan atau

tidak.

Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nsional dan Kepala Badan

Kepegawaian Negara nomor 01/III/PB/2011 dan nomor 6 tahun 2011

membahas mengenai kegiatan kepengawasan Sekolah Dasar. Berdasarkan

peraturan yang menjadi acuan di atas, sekaligus hasil penelitian yang telah

diperoleh peneliti, maka diperoleh informasi sebagai berikut:

79

a. Komunikasi

Komunikasi mempunyai peran penting dalam suatu kebijakan.

Sebuah komunikasi harus dikomunikasikan antara pembuat kebijakan

dengan pelaksana kebijakan. Komunikasi tergantung pada persepsi,

dan sebaliknya persepsi tergantung pada komunikasi. Baik buruknya

proses komunikasi tergantung persepsi masing-masing orang yang

terlibat didalamnya. Ketidaksamaan pengertian antara penerima dan

pengirim informasi akan menimbulkan kegagalan komunikasi.

Pengawas sekolah di UPT Sidoharjo memiliki peran dan fungsi

strategis dalam mendorong kemajuan sekolah-sekolah dasar

binaannya terutama guru. Pengawas tersebut dapat memberikan

inspirasi dan mendorong guru untuk terus mengembangkan

profesionalisme dan meningkatkan kinerja mereka. Fungsi utama

informasi kebijakan pengawas sekolah dasar di UPT Sidoharjo adalah

menambah pengetahuan dan mengurangi ketidakpastian

penginformasian yang disampaikan kepada guru.

Informasi kebijakan pengawas sekolah dasar di UPT Sidoharjo

merupakan komponen proses dalam pengelolaan sistem informasi

yang berguna untuk memproses data menjadi informasi, sehingga

menghasilkan produk informasi yang diperlukan oleh guru.

Kejelasan informasi akan bergantung pada kalimat yang

efektif. Dalam menyampaikan suatu informasi kepada guru haruslah

jelas informasi yang disampaikan, sesuai fakta, dan tidak mengada-

80

ada. Dalam penyampaian informasi mengenai kebijakan pengawas

sekolah dasar di Kecamatan Sidoharjo menggunakan kalimat yang

efektif agar guru memahaminya dan informasi yang disampaikan

harus yang terbaru. Kejelasan informasi mengenai pengawas yang

berada di UPT Sidoharjo tidak terlihat dikarenakan masih adanya guru

yang harus bertanya ulang kepada pengawas sehingga guru baru

memahami apa yang disampaikan pengawas kepada guru. Kejelasan

komunikasi anatara pengawas adalah salah satu faktor pendukung

penentu implementasi, sehingga bila komunikasi yang dilakukan

pengawas dengan guru kurang maka implementasi akan gagal.

b. Sumber Daya

Sumber daya kebijakan adalah suatu nilai potensi yang dimiliki

oleh suatu kebijakan dalam pelaksanaannya. Sumber daya tidak selalu

bersifat fisik, tetapi juga non fisik. Sumber daya yang ada dapat

berubah, baik menjadi semakin besar maupun hilang. Adapun unsur

dari sumber daya atau komponen pendukung dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Sumber Daya Manusia

Pengawas sekolah tentu tidak terlepas dari fungsi pengawas itu

sendiri. Ruang lingkup pengawas, serta tugas dan tanggung jawab

dalam melaksanakan tugas implementasi kebijakan kepengawasan

baik secara akademik maupun secara manajerial disatuan pendidikan.

Dalam melaksanakan tugas dengan beban kerja selama 37.5 jam

81

perminggu dan jumlah sekolah yang harus dibina minimal 10 sekolah

atau 15 sekolah dan jumlah guru yang harus dibina paling sedikit 40

atau 60 orang sebagaimana yang disebutkan diatas, maka kewajiban

pengawas sekolah dalam melaksanakan tugas adalah:

a. Menyusun program pengawasan, melaksanakan program

pengawasan melaksanakan evaluasi hasil pelaksana program

pengawasan, membimbing dan melatih profesionalisme guru.

b. Meningkatkan kualifikasi akademi dan kompetensi secara

berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni.

c. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, nilai

agama dan etika.

d. Memelihara, memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Kinerja pengawas sekolah di daerah ini kurang karena jumlah

pengawas tak sebanding dengan jumlah guru. Pengawas sekolah

datang sebulan sekali kadang lebih dari sebulan baru datang ke sekolah

binaannya. Kehadiran pengawas setiap satu bulan sekali tidak efektif

karena pengawas tidak mengetahui permasalahan secara mendalam

yang dihadapi setiap sekolah. Kehadiran pengawas yang kurang

membuat kegiatan guru kurang dimonitoring, sehingga permasalahan

yang terjadi pada saat itu lepas dari kepengawasan pengawas.

82

2. Anggaran

Pengawas sekolah atau pengawas satuan pendidikan bertugas

menilai dan membina sejumlah sekolah yang menjadi binaannya baik

dari segi akademik maupun manajerial, untuk melaksanakan tugas

tersebut terutama dari segi akademik pengawas melaksanakan

musyawarah secara rutin kelapangan. Untuk memperlancar kegiatan

pengawasan dalam melaksanakan tugas dilapangan perlu adanya dana

antara lain tranformasi dan dana operasional lainnya.

Anggaran dana untuk pengawas yang ada di UPT Sidoharjo

sudah cukup memadai untuk operasioanal mereka. Karena anggaran

pengawas disini memadai dan cukup pengawas dapat melaksankan

proses evaluasi dan pengawasan pendidkan. Sebab, untuk

mendapatkan hasil efektif tentunya harus melakukan kunjungan kerja

ke sekolah dengan baik. Apa lagi jika bertugas melakukan

pendampingan terhadap program pendidikan. Dengan adanya dana

anggaran yang memadai pengawas sekolah disini bekerja dengan

profesional dan melaksanakan tugas dengan baik terutama tugas

meningkatkan mutu guru.

3. Sarana Dan Prasarana

Sarana adalah suatu alat yang dapat dipakai sebagai alat dalam

mencapai maksud atau tujuan. Sarana lebih ditujukan untuk benda-

benda bergerak seperti komputer, meja, telepon, dan sebagainya.

Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama

83

terselenggaranya suatu proses. Prasarana lebih ditunjukkan pada

benda yang tidak bergerak seperti gedung dan tanah.

Fasilitas fisik merupakan faktor penting dalam implementasi

kebijakan. Fasilitas fisik termasuk hal yang penting bagi keberhasilan

implementasi kebijakan oleh para pengawas. Fasilitas fisik sebagai

sarana dan prasarana pendukung, diperlukan khususnya untuk

memperlancar proses komunikasi kebijakan. Tersedianya sarana dan

prasarana yang baik, sangat dibutuhkan pengawas sekolah dalam

penyelenggaraan kegiatan pengawasan untuk mencapai tujuan yang

diharapkan. Sarana untuk pengawas di UPT Sidoharjo sudah tercukupi

seperti kendaraan operasional, komputer dan printer. Dan sarana

tersebut kualitasnya sangat bagus namun untuk printer hanya ada satu

untuk digunakan tiga pengawas sekolah dasar.

c. Sikap

Sikap atau komitmen dari pelaksana kebijakan dibutuhkan

dalam implementasi kebijakan. Komitmen yang kuat dari pelaksana

kebijakan dapat mensukseskan implementasi kebijakan, untuk itu

tuntutan komitmen pada pelaksana kebijakan harus kuat dan penuh

dedikasi terhadap pelaksanaan sebuah kebijakan.

Implementasi kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar di

UPT Sidoharjo yang dapat dilihat pada saat wawancara dan observasi

menunjukkan bahwa pelaksana kebijakan belum mendukung

pelaksanaan implementasi kebijakan kepengawasan guru di UPT

84

Sidoharjo. Pengawas hanya hadir sebulan sekali, kadang lebih dari

sebulan baru hadir. Setiap hadir di sekolah binaannya pengawas hanya

mengecek sekilas dikelas dan jam hadirnya tak menentu kadang hanya

satu jam disekolah.

d. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi merupakan faktor yang perlu diperhatikan

selain komunikasi, sumber daya, dan sikap. Struktur birokrasi

mempunyai pengaruh dalam implementasi kebijakan. Implementasi

kebijakan akan melibatkan banyak orang di dalamnya. Standar

operasional prosedur (SOP) dibuat untuk mempermudah implementasi

kebijakan dan memberi pedoman kepada pelaksana kebijakan.

Struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan

kepengawasan guru sekolah dasar di UPT Sidoharjo dalam peraturan

Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara

nomor 01/III/PB/2011 dan nomor 6 tahun 2011 tentang petunjuk

pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka

kreditnya.Pengawas sekolah di UPT Sidohajo mendapat ruangan kerja

sendiri untuk menunjang kinerja pengawas sekolah dan untuk ruang

konsultasi antara guru dengan pengawas sekolah.

85

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan perumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan,

serta hasil temuan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pembinaan Guru

Pembinaan guru di UPT Sidoharjo dibagi menjadi 3 gugus, setiap

gugus diampu satu pengawas. Pelaksanaan pembinaan guru dilakukan

menjadi 2 kelas sehingga guru dapat menerima materi yang disampaikan

oleh pengawas. Pembinaan ini dilaksanakan agar guru melaksanakan tugas

pokok sebagai guru.

2. Penilaian Guru

Penilaian guru bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru di UPT

Sidoharjo. Guru yang berkualitas akan menciptakan peserta didik yang

berkualitas. Hasil penilaian guru berguna untuk meningkatkan

profesionalisme guru.

3. Peningkatan Profesionalisme Guru

Peningkatan profesionalisme guru adalah pemberian nasehat pada

setiap kunjungan pengawas ke sekolah binaannya. Pengawas memberikan

saran ke guru untuk menyiapkan bahan-bahan pengajaran, seperti RPP,

silabus, dan peningkatan kapasitas guru. Pengawas mengadakan

86

pembekalan, pembinaan dan pelatihan guru dalam meningkatkan

profesionalisme guru.

4. Faktor Pendukung Pelaksanaan Implementasi Kebijakan Kepengawas

Guru Sekolah Dasar

a. Komunikasi

Bahasa yang digunakan pengawas Sekolah di UPT Sidoharjo

kurang komunikatif, sehingga guru susah memahami apa yang menjadi

keinginan pengawas sekolah dan guru harus bertanya lagi kepada

pengawas sekolah agar mengerti apa maksud dari pengawas sekolah.

b. Sumber daya

Sumber daya pengawas sekolah di UPT Sidoharjo tak sebanding

dengan guru yang diawasi karena jumlah pengawas di UPT Sidoharjo

berjumlah 3 orang dan gurunya berjumlah 327 orang. Hal tersebut

membuat pengawas hanya datang ke sekolah binaannya sebulan sekali dan

ada yang lebih dari sebulan. Pengawas kurang bisa menjangkau secara

intensif sekolah-sekolah yang berada jauh dari kantor UPT Sidoharjo.

c. Sikap

Kedatangan pengawas ke sekolah binaannya tidak menentu.

Pengawas hanya mengecek sekilas kegiatan guru di kelas dan kadang

hanya hadir di sekolah binaannya satu jam dalam setiap kunjungannya.

87

d. Birokrasi

Pengawas sekolah di UPT Sidoharjo mendapat ruang kerja untuk

menunjang kinerja pengawas sekolah dan untuk konsultasi antara

pengawas dengan guru.

B. Saran

1. Bagi pengawas sekolah

a. Komunikasi pengawas dengan guru harus perlu ditingkatkan lagi

agar tidak ada kesalahpahaman dalam penyampaian informasi.

b. Jumlah personil pengawas sekolah harus ditambah.

c. Intensitas kedatangan pengawas sekolah harus ditambah agar

pengawas sekolah mengetahui permasalahan di sekolah secara

mendalam.

2. Bagi Guru

Guru harus bisa memahami apa yang jadi keinginan pengawas

sekolah agar kebijakan dari pengawas sekolah bisa berjalan dengan

baik.

88

DAFTAR PUSTAKA

Arif Rohman. (2009). Politik Ideologi Pendidkan. Yogyakarta: Laksbang

Mediatama.

.(2012). Politik Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Laksbang Mediatama.

B. Suryosubroto. (2002). Pengelolaan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Yogyakarta. FIP UNY.

Dwi Siswoyo, dkk. (2012).Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho. (2008). Kebijakan Pendidikan: Pengantar untuk

Memahami Kebijakan Pendidikan sebagai Kebijkan Publik. Pustaka Pelajar:

Yogyakarta.

Ibrahim Bafadal. (2003). Teori Perlengkapan Sekolah; Teori dan Aplikasinya.

Jakarta: Bumi Aksara.

Imam Wahyudi. (2012). Mengejar Profesionalisme Guru. Jakarta: Prestasi

Pustaka.

Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa. (2013). Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-

ruzz Media.

Joko Widodo. (2010). Analisis Kebijakan Publik, Konsep, dan Aplikasi Analisis

Kebijakan Publik. Malang: Bayu Media.

Kompas.com. 31 Januari 2010. Pengawas Sekolah Belum Optimal. Diakses 17

Maret 2016 jam 02.33 WIB.

Lexi J. Moleong. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Minarsih Danumiharja. (2014). Profesi Tenaga Kependidikan. Yogyakarta:

Deepublish.

Muljani A Nuarhadi. (1983). Administrasi Pendidikan di Sekolah. Yogyakarta:

ANDI OFFSIDE.

Nurfuadi. (2012). Profesinalisme Guru. Purwokerto: STAIN Press dan Buku

Lentera.

Oemar Hamalik. (2002). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.

Jakarta. Bumi Aksara.

89

Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional Dan Kepala Badan

Kepegawaian Negara No. 01/III/PB/2011, No. 6 Tahun 2011 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Dan Angka

Kreditnya.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang standar

Pengawas Sekolah/Madrasah.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 2013 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru

Perda Wonogiri Nomor 22 tahun 2016 tentang Penyelanggaraan Pendidikan.

Riant Nugroho. (2008). Kebijakan Pendidikan yang Unggul. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Sisdiknas. (2003). UU No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: Kemendiknas

Sudiyono. (2007). Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Pendidikan: Buku

Ajar. Yogyakarta: FIP UNY.

Solichin Abdul Wahab. (2014). Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke

Penyusnan Model-model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: Bumi

Aksara.

Subarsono. (2012). Analisis kebijakan Pendidikan: Konsep, Teori, dan Aplikasi.

Cetakan VI. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

. (2015). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suparlan. (2006). Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Wahjosumidjo. (2002). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta. Raja Grafindo

Persada.

Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan dan Fungsional Pengawas Sekolah

dan Angka Kreditnya.

90

LAMPIRAN

91

Lampiran 1.

Pedoman wawancara

92

PEDOMAN WAWANCARA

Implementasi Kebijakan Kepengawasan Guru Sekolah Dasar Di UPT

Sidoharjo Wonogiri

A. Pengantar

1. Pedoman wawancara ini digunakan untuk mendapatkan informasi

sehubungan dengan implementasi kebijakan pengawas sekolah dasar

2. Wawancara diadakan ketika guru sedang waktu istirahat. Peneliti

mengadakan wawancara berkaitan dengan implementasi kebijakan

kepengawasan guru sekolah dasar.

B. Daftar Pertanyaan Kepada Guru

1. Siapakah yang melakukan pembinaaan ke sekolah?

2. Bagaimana pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh pengawas?

3. Apakah pengawas melakukan pembinaan secara rutin dan terjadwal

dengan baik?

4. Apakah pengawas memberitahu sekolah sebelum melakukan

kunjungan ke sekelah untuk melakukan pembinaan?

5. Apakah pengawas membuat perencanaan dalam supervisi?

6. Apakah perencanaan dan jadwal supervisi yang dibuat pengawas

melibatkan guru?

7. Apa saja yang menjadi sasaran pengawas dalam melaksanakan

supervisi akademik?

8. Apakah supervisi yang dilaksanakan pengawas sudah sesuai dengan

kebutuhan sekolah?

93

9. Apakah dalam melaksanakan supervisi pengawas melakukan koreksi

pada guru?

10. Apakah supervisi pengawas dilaksanakan secara berkelanjutan?

11. Bagaimana pengawas melaksanakan supervisi akademik?

12. Apa saja yang dilakukan pengawas dalam melaksankan supervisi

akademik?

13. Apakah pengawas sekolah melakukan penilaian pada guru?

Bagaimana cara?

14. Apakah pengawas melakukan pemantau pada guru? Bagaimana

caranya?

15. Apakah pengawas melakukan pembinaan pada guru?

94

PEDOMAN WAWANCARA PENGAWAS SEKOLAH

1. Program apa saja yang dilaksanakan pengawas dalam meningkatkan mutu

pendidik SD?

2. Bagaimana pengawas melaksanakan tugas seperti pembinaan

guru/supervisi, penilaian guru, dan pelatihan profesionalisme guru?

3. Kapan bapak/ibu melaksanakan supervisi akademik?

4. Berapa kali bapak/ibu melaksanakan supervisi akademik?

5. Apakah ada jadwal khusus dalam melaksankan supervisi akademik?

6. Apa saja sasaran supervisi akdemik?

7. Apakah supervisi akademik dilakukan secara terprogram dan

berkelanjutan?

8. Apakah bapak/ibu membuat perencabaan dalam melakukan supervisi

akademik?

9. Apakah dalam pembuatan perencanaan supervisi akademik melibatkan

guru?

10. Apakah program kerja pengawas terkait dengan supervisi akademik?

11. Apakah program kerja pengawas SD terkait supervisi akademik?

12. Bagaimana bentuk program pengawas SD?

13. Apakah pengawas melakukan evaluasi dalam melakukan supervisi

akademik?

14. Apakah supervisi akademik sudah sesuai dengan kebutuhan guru?

15. Apa saja yang pengawas lakukan dalam supervisi akademik?

16. Apa bapak/ibu melakukan penilaian pada guru? Bagaimana caranya?

95

Lampiran 2.

Catatan Lapangan

96

CATATAN LAPANGAN

Catatan Lapangan I

Hari, tanggal : Senin, 14 Maret 2016

Tempat : Kantor UPT Sidoharjo

Keperluan :Observasi awal dan permohonan izin

Sebelum melaksankan penelitian, peneliti melakukan observasi awal pada tempat

yang akan dijadikan penelitian yaitu Dinas Pendidkan UPT Sidoharjo Kabupaten

Wonogiri. Tujuan peneliti datang ke UPT Sidoharjo untuk meminta izin kepada

kepala UPT Sidoharjo. Izin itu terkait penelitian yang berjudul implementasi

kebijakan kepengawasan guru sekolah dasar di UPT Sidoharjo. Hasil awal

observasi ini peneliti diperbolehkan melakukan penelitian di UPT Sidoharjo,

kemudian pihak UPT memberikan datatugas pengawas sekolah dan data guru.

Catatan Lapangan II

Hari, tanggal : Jumat, 5 Agustus 2016

Tempat : FIP UNY

Keperluan : Pengurusan Surat Izin Penelitian

Peneliti mengurus surat izin ke subbang pendidikan FIP uny untuk mendapatkan

surat pengantar ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Yogyakarta dengan

menyertakan proposal skripsi yang telah disahkan oleh pembimbing dan wakil

dekan.

Catatan Lapangan III

Hari, tanggal : Senin, 15 Agustus 2016

Tempat : Kesbangpol DIY

97

Keperluan : Pengurusan Surat Izin

Peneliti mengurus surat rekomendasi penelitian ke Badan kesatuan bangsa dan

politik Yogyakarta untuk mendapatkan surat pengantar ke BPMP Jawa Tengah.

Catatan Lapangan IV

Hari, tanggal : Senin, 22 Agustus 2016

Tempat : Kesbangpol Wonogiri

Keperluan : Pengurusan Surat Izin

Peneliti mengurus rekomendasi penelitian ke Kesbangpol wonogiri untuk

mendapatkan surat pengantar ke Dinas Pendidikan UPT Sidoharjo.

Catatan Lapangan V

Hari, tanggal : Selasa, 30 Agustus 2016

Tempat : Kantor UPT Sidoharjo

Keperluan : Izin wawancara

Peneliti datang ke UPT Sidoharjo untuk menemui pengawas sekolah

dengan maksud untuk observasi awal. Sebelum melakukan kegiatan wawancara

peneliti juga mencoba izin dan menentukan waktu yang tepat untuk wawancara

dan meminta rekomendasi guru dari sekolah mana saja yang akan menjadi

narasumber penelitian. Hasilnya disepakati untuk melakukan wawancara kepada

pengawas keesokan harinya dan mendapatkan rekomendasi guru yang akan

dijadikan narasumber di 6 sekolah dengan rincian setiap gugus 2 sekolah.

Catatan Lapangan VI

Hari, tanggal : Rabu, 31 Agustus 2016

Tempat : UPT Sidoharjo

98

Keperluan : wawancara

Sesudah observasi dan izin wawancara terlebih dahulu, sesuai dengan

kesepakan sebelumnya, peneliti datang ke UPT untuk bertemu Bapas S dan Ibu E

untuk melakukan wawancara terkait tugas pengawas untuk guru. Kegiatan

wawancara dimulai pukul 08.30 sampai pukul 09.30 dengan bapak Bapak S dan

wawancara dengan ibu E dimulai pukul 10.00 sampai 11.00. setelah kegiatan

wawancara selesai dilakukan, peneliti berpamitan, tak lupa mengucapkan terima

kasih atas bantuan informasi dari Bapak S dan Ibu E.

Catatan Lapangan VII

Hari, tanggal : Kamis, 1 September 2016

Tempat : UPT dan SD N II Widoro

Keperluan : Wawancara dan izin observasi

Peneliti datang ke UPT untuk bertemu dengan Bapak IS untuk melakukan

wawancara terkait tugas dan program pengawas untuk guru. Kegiatan wawancara

dimulai pukul 08.00 sampai pukul 09.00 dengan Bapak IS. Wawancara selesai

dilakukan dan penelitia berpamitan, tak lupa mengucapkan terima kasih. Setelah

wawancara dengan Bapak I peneliti datang ke SDN 2 Widoro untuk meminta ijin

dan menentukan waktu wawancara dengan salah satu guru disana. Hasilnya

disepakati peneliti disuruh datang 2 hari lagi dan melakukan wawancara dengan

Ibu E selaku guru kelas 6.

Catatan Lapangan VII

Hari, tanggal : Jumat, 2 September 2016

Tempat : SDN 2 Widoro

99

Keperluan : Wawancara

Peneliti datang ke SDN 2 Widoro untuk wawancara dengan Ibu E terkait

tugas dan program pengawas untuk guru. Kegiatan wawancara dimulai pukul

09.30 sampai pukul 10.30 dengan Ibu E. Wawancara selesai dan peneliti

bermitan, tak lupa mengucapkan terima kasih.

Catatan Lapangan IX

Hari, tanggal : Senin, 5 September 2016

Tempat : SDN 1 Widoro dan SDN 2 Tremes

Keperluan : izin wawancara

Peneliti datang ke SDN 1 Widoro untuk meminta izin mewawancarai salah

satu guru disana dan hasilnya disepakati untuk mewawancarai Ibu CKW selaku

guru kelas 2. Selanjutnya peneliti melanjutkan ke SDN 2 Tremes untuk meminta

izin sebelum melakukan wawancara dengan salah satu guru disana. Hasilnya

disepakati untuk peneliti untuk mewawancarai Ibu N selaku guru kelas 1.

Catatan Lapangan X

Hari, tanggal : Rabu, 7 September 2016

Tempat : SDN 1 Widoro

Keperluan : Wawancara

Peneliti datang ke SDN negeri 1 Widoro untuk mewawancarai Ibu CKW

terkait program dan tugas pengawas sekolah untuk guru sudah benar dilaksankan

atau belum. Kegiatan wawancara dengan Ibu CKW berlangsung antara pukul

09.30 sampai 10.30. Wawancara selesai dan berpamitan, tak lupa memberikan

ucapan terima kasih karena telah bersedia memberikan informasi.

100

Catatan Lapangan XI

Hari, tanggal : Kamis, 8 September 2016

Tempat : SDN 2 Tremes

Keperluan : Wawancara

Peneliti datang ke SDN 2 Tremes untuk mengali informasi tentang

kebijakan pengawas untuk guru. Peneliti mewawancarai Ibu N selaku guru kelas 1

terkait kebijakan pengawas untuk guru. Kegiatan wawancara berlangsung 60

menit antara pukul 09.30 sampai 10.30.Wawancara selesai dan berpamitan, tak

lupa mengucapakan terima kasih karena telah membantu peneliti.

Catatan Lapangan XII

Hari, tanggal : Selasa, 13 September 2016

Tempat : SDN 1 Sidoharjo dan SDN 1 Kayuloko

Keperluan : Izin wawancara

Peneliti datang ke SDN 1 Sidoharjo untuk meminta izin karena ada salah

satu guru disana yang menjadi narasumber unruk peneliti. Hasilnya disepakati

untuk mewawancarai Ibu YS selaku guru kelas 5 keesokan harinya. Peneliti

melanjutkan ke SDN 1 Kayuloko untuk meminta izin untuk salah satu guru yang

akan dijadikan narasumber. Hasilnya disepakati Ibu E bersedia menjadi

narasumber peneliti.

Catatan Lapangan XIII

Hari, tanggal : Kamis, 15 September 2016

Tempat : SDN 1 Sidoharjo

Keperluan : Wawancara

101

Sesudah meminta izin dan kesepakatan peneliti datang ke SDN 1

Sidoharjo unttuk bertemu dengan Ibu YS. Peneliti mewawancarai Ibu Y selaku

guru kelas 5 selama 60 menit anatara pukul 09.30 sampai 10.30 terkait kebijakan

pengawas tentang guru. Wawancara selesai dan berpamitan, tak lupa

mengucapkan terima kasih karena telah membantu peneliti.

Catatan Lapangan XIV

Hari, tanggal : jumat, 16 September 2016

Tempat : SDN 1 Kayuloko

Keperluan : Wawancara

Peneliti datang ke SDN 1 Kayuloko untuk mewawancarai Ibu E selaku guru kelas

4. Wawancara dimulai pukul 08.00 sampai pukul 09.00 dengan Ibu E terkait

implementasi kebijakan pengawas untuk guru. Wawancara selesai dan

berpamitan, tak lupa mengucapkan terima kasih karena telah bersedia menjadi

narasumber.

Catatan Lapangan XV

Hari, tanggal : Selasa, 20 September 2016

Tempat : SDN 1 Kebonagung

Keperluan : izin wawancara dan wawancara

Peneliti datang ke SDN 1 Kebongung untuk meminta izin untuk salah satu guru

disana menjadi narasumber peneliti. Hasil disepakati untuk mewawancarai Bapak

S selaku guru kelas 3 saat itu juga. Wawancara dengan Bapak S dimulai pukul

09.30 sampai pukul 10.30 terkait implementasi kebijakan kepengawas untuk guru.

102

Wawancara selesai berpamitan, tak lupa mengucapkan terima kasih karena telah

bersedia menjadi narasumber.

103

Lampiran 3.

Transkip Wawancara

104

TRANSKIP HASIL WAWANCARA

Nama Narasumber :HENDRIYAWATI, S.Pd

Jabatan : Pengawas Sekolah

1. Program apa saja yang dilaksanakan pengawas sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidik SD?

Banyak mas anatara lain program peningkatan mutu pendidik di UPT

Sidoharjo adalah membina guru dalam penguasaan kurikulum, membina

guru dalam menyusun RPP, menilai guru dalam melaksanakan penilaian

hasil belajar, membina guru dalam mengelola kelas.

Sesudah direduksi:

Peningkatan mutu pendidik yang dilakukan pengawas sekolah adalah

membina guru dalam dalam meninkatan kualitas guru.

2. Bagaimana pengawas melaksanakan tugas seperti supervisi akademik,

pembinaan guru, penilaian guru, dan pelatihan profesionalisme guru?

Pengawas melaksanakan program tersebut dengan cara pembekalan

terhadap guru, untuk penilaian guru dengan cara PKG terhadap guru

sedangkan untuk profesionalime guru dilakukan pada paska sertifikasi.

Sesudah direduksi:

Pelaksanana tugas pengawas sekolah dasar untuk guru sudah berjalan

dengan semestinya.

3. Kapan bapak melaksanakan supervisi akademik?

Pengawas melakukan supervisi akademik setiap bulan sekali di setiap

sekolah.

105

Sesudah direduksi:

Pengawas melaksankan supervisi akademik sesuai dengan agenda yang

direncanakan pengawas.

4. Apakah ada jadwal khusus dalam melakasanakan supervisi akademik?

Ya mas biasanya pengawas melaksanakan supervisi secara terprogram.

Sesudah direduksi:

Pengawas melaksanakan supervisi dengan program yang telah disusun

dengan matang.

5. Apakah sasaran pengawas dalam melaksanakan supervisi akademik?

Sasaran pengawas dalam melaksanakan supervisi akademik adalah guru

dan terdapat 19 macam dalam melaksanakanya.

Sesudah direduksi:

Pengawas melaksankan supervisi akademik dengan sasaran guru dan

terdapat.

6. Apakah pengawas melakukan perencanaan dalam melakukan supervisi

akademik?

Ya mas terjadwal dan pengawas memberikan instrumen yang akan

diberikan terhadap guru.

Sesudah direduksi:

Pengawas melaksanakan supervisi akademik sesuai dengan buku pedoman

pengawas.

7. Apakah pengawas dalam pembuatan jadwal supervisi akademik

melibatkan guru?

106

Ya mas terjadwal biasanya kami memberitahu guru terlebih dahulu

sebelum melakukan supervisi.

Sesudah direduksi:

Pembuatan jadwal supervisi akademik melibatkan guru karena sebelum

pelaksaan supervisi akademik pengawas memberitahu guru.

8. Apakah bentuk program pengawas SD?

Terdapat 4 program untuk pengawas SD mas yaitu, program tahunan,

program semester, rencana pengawasan akademik, rencana pengawasan

manajerial.

Sesudah direduksi:

Bentuk program pengawas SD adalah program tahunan, program semester,

rencana pengawasan akademik, dan rencana pengawasan manajerial.

9. Apakah program pengawas SD yang terkait dengan supervisi akademik?

Terdapaat 4 program pengawas SD yang terkait supervisi akademik yaitu,

kompetisi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan

kompetensi kepribadian. Kompetensi pedagogik itu sendiri berarti

kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, kompetesi profesional

yaitu kemampuan penguasaan materipelajaran luas mendalam, kompetensi

sosial yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi

seecara efektif dan efisien dengan peserta didik, dan masyarakat sekitar,

sedangkan kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kemampuan

kepribadian yang mantap, beraklhak mulia, arif dan berwibawa serta

menjadi teladan peserta didik.

107

Sesudah direduksi:

Terdapat 4 program dalam pelaksanaan supervisi akademik yaitu

kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan

kompetensi kepribadian.

10. Apakah pengawas melakukan evaluasi dalam melakukan supervisi

akademik?

Ya mas pengawas selalu melakukan evaluasi setiap melakukan supervisi

akademik.

Sesudah direduksi:

Setelah pelaksanaan supervisi akademik dilakukan evaluasi untuk

mengatuhui dimana yang masih banyak kekurangan dan dimana yang

sudah sesuai apa yang diinginkan.

11. Apakah supervisi akademik sudah sesuai dengan kebutuhan guru?

Sudah mas.

Sesudah direduksi:

Pelaksanaan supervisi akademik sudah sesuai dengan kebutuhan guru.

12. Apa pengawas melakukan penilaian pada guru? Bagaimana caranya?

Ya mas dengan cara wawancara, pemantauan dan pengaamatan. Biasanya

kami datang ke sekolah untuk melihat guru mengajar dan kami juga

melihat buku penilaian terhadap guru yang dilakukan kepala sekolah.

Sesudah direduksi:

Penilaian guru yang dilakukan pengawas dengan cara mengamati saat guru

mengajar dan melihat buku penilaian kepala sekolah terhadap guru.

108

13. Apakah pengawas melakukan pemantauan pada guru? Bagaimana

caranya?

Ya mas pengawas melakukan pemantauan pada guru dengan cara

berkunjung ke sekolah-sekolah ditiap dabin masing-masing biasanya

pengawas sekaligus melakukan monitoring dan evaluasi terhadap guru.

Sesudah direduksi:

Pengawas melaksanakan pemantau guru dengan cara berkunjung ke

sekolah binaannya dan selain memantau pengawas melakukan monitoring

dan evaluasi.

14. Apakah pengawas melakukan pembinaan terhadap guru? Pembinaan

seperti apa yang dilakukan pengawas?

Ya mas selalu melakukan pembinaan terhadap guru dengan cara

bimbingan ke sekolah- sekolah dan di dabin masing-masing khusus untuk

dabin saya dilakukan pada hari sabtu.

Setelah direduksi:

Pelaksanaan pembinaan guru rutin dilakukan oleh pengawas sekolah.

15. Bagaimana pengawas meningkatkan profesinalisme guru?

Dengan cara mengadakan pembekalan, pembinaan dan pelatihan mas.

Sesudah direduksi:

Pelaksanaan profesionalisme guru dilakukan dengan mengadakan

pembekalan, pembinaan dan pelatihan.

16. Apakah komunikasi pengawas dengan guru berjalan dengan baik?

109

Komunikasi pengawas dengan guru berjalan dengan baik, kami disini

selalu memberikan informasi yang jelas kepada guru. Sebelum melakukan

pembinaan dan supervisi terhadap guru biasanya kami berkomunikasi. Hal

ini dilakukan guru tidak mendapatkan informasi yang akurat.

Sesudah direduksi:

Komunikasi pengawas dengan guru harus berjalan dengan baik agar tidak

terjadi kesalah pahaman dalam penerimaan informasi.

17. Apakah sarana dan prasarana pengawas di UPT Sidoharjo sudah

memadai?

Sarana dan prasarana sudah memadai mas seperti adanya kendaraan

operasional pengawas, laptop, dan printer, tetapi untuk printer hanya ada

satu untuk digunakan tiga pengawas.

Sesudah direduksi:

Sarana prasarana pengawas sudah memnuhi untuk kegiatan

kepengawasan.

18. Apakah ada anggaran untuk pengawas dalam melaksanakan tugas?

Tentunya ada mas, anggaran tersebut untuk pengawas diantaranya buat

operasional pengawas dalam melaksanakan tugas.

Sesudah direduksi:

Anggaran pengawas dalam pelaksanaan tugas sudah mencukupi.

19. Apakah pengawas ada kendala dalam melakukan supervisi akademik?

Bagaimana pengawas mengatasi kendala tersebut?

110

Tidak mas.biasanya sebelum melakukan supervisi akademik pengawas

membaca buku panduan program kerja pengawas. Kalau untuk di

lapangan pengawas juga tidak kendala.

Sesudah direduksi:

Pengawas tidak terkendala dalam pelaksanaan supervisi

20. Apakah pengawas mendapatkan ruangan khusus di UPT Sidoharjo ini?

Ya mas, pengawas mendapatkan ruangan tersendiri untuk menunjang

kinerja pengawas sekolah dan untuk konsultasi antara pengawas sekolah

dan kepala sekolah atau guru.

Sesudah direduksi:

Pengawas mempunyai ruangan tersendiri untuk menunjang kinerja

pengawas sekolah.

Nama : Yuliana Suyatmi, S.P.d

Jabatan : Guru kelas V

1. Siapakah yang melakukan pembinaan , supervisi akademik, penilaian guru

dan pelatihan profesinalme guru?

Pengawas Sekolah mas.

Sesudah direduksi:

Pelaksanaan pembinaan guru, supervisi akademik, penilaian guru dan

pelatihan profesionalisme guru dilakukan pengawas sekolah.

2. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan pengawas?

Pengawas melakukan supervisi akademik secara periodik dan berkala.

Sesudah direduksi:

111

Pelaksanaan supervisi akademik sudah terjadwal.

3. Apakah pengawas melakukan supervisi akademik secara rutin dan

terjadwal dengan baik?

Ya mas,

Sesudah direduksi:

Supervisi akademik rutin dan terprogram.

4. Apakah pengawas memberitahu apabila melakukan supervisi akademik?

Kadang-kadang pengawas memberitahu bila akan melakukan supervisi

tetapi pengawas juga kadang melakukan sidak.

Sesudah direduksi:

Jadwal supervisi akademik diberitahukan kepada guru sebelum pengawas

melakukan supervisi.

5. Apakah perencanaan dan jadwal supervisi akademik yang dibuat

pengawas melibatkan guru?

Tidak mas tetapi biasanya pengawas memberitahu bila akan ada supervisi.

Sesudah direduksi:

Jadwal diberitahukan kepada guru sebelum pengawas melakukan supervisi

6. Apa saja yang menjadi sasaran pengawas dalam melakukan supervisi

akademik?

Sasaran pengawas dalam supervisi akademik adalah KBM, RPP, silabus,

Prota, prosem, media pembelajaran mas.

Sesudah diredusi:

112

Sasaran dalam pelaksanaan supervisi akademik KBM, RPP, silabus, Prota,

Prosem, media pembelajaran.

7. Apakah supervisi yang dilakukan pengawas sudah sesuai dengan

kebutuhan guru?

Sudah mas.

Sesudah direduksi:

Pelasanaan supervisi suda sesuai dengan kebutuhan guru.

8. Apakah saat pengawas melaksanakan supervisi akademik melakukan

koreksi terhadap guru?

Iya mas pengawas selalu melakukan koreksi bila ada kekurangan pada

guru.

Sesudah direduksi:

Dalam pelaksanaan supervisi pengawas sekolah mengoreksi kekurangan

guru yang disupervisi.

9. Apakah pengawas sudah maksimal dalam melaksanakan supervisi

akademik?

Boleh dikatakan sudah mas.

Sesudah direduksi:

Supervisi akademik sudah maksimal dalam pelaksaannya.

10. Apakah pengawas melakukan pembinaan terhadap guru?

Ya mas.

Sesudah direduksi:

Pengawas melakukan pembinaan terhadap guru.

113

11. Bagaimana pengawas melakukan pembinaan terhadap guru?

Pengawas melakukan pembinaan dengan cara memberikan pengarahan,

petunjuk, dan evaluasi agar guru lebih baik dalam proses belajar mengajar

secara prefesional.

Sesudah direduksi:

Pengawas melakukan pembinaan dengan cara memberikan pengarahan,

petunjuk, dan evaluasi kepada guru agar kualitas guru baik.

12. Apakah pengawas melakukan pembinaan secara rutin dan terjadwal

dengan baik?

Ya mas pengawas selalu melakukan pembinaan secara rutin dan terjadwal

kadang pengawas datang ke sekolah dan setiap minggunya pengawas

melakukan pembinaan di dabin.

Sesudah direduksi:

Pengawas melakukan pembinaan secara rutin dan terjadwal.

13. Apa saja yang menjadi sasaran pengawas dalam pembinaan terhadap

guru?

Proses belajar mengajar dan perangkat pembelajaran mas.

Sesudah direduksi:

Sasaran pengawas dalam pembinaan guru yaitu proses belajar mengajar

dan perangkatnya.

14. Apakah pengawas melakukan penilaian terhadap guru? Bagaimana

caranya?

114

Iya mas. Dengan cara melihat buku penilaian kepala sekolah terhadap guru

dan mengamati langsung waktu guru mengajar.

Sesudah direduksi:

Penilaian pengawas sekolah terhadap guru dengan cara mengamati saat

guru mengajar dan melihat buku penilaian kepala sekolah.

15. Apakah pengawas sekolah melakukan pemantauan terhadap guru/

bagaimana caranya?

iya mas pengawas selalu melakukan pemantauan terhadap guru, dengan

cara melihat PKG dari kepala sekolah terhadap guru namun hal itu kurang

efektif karena hanya dilakukan sebulan sekali jadi pengawas tidak

mengetahui secara pasti apa permasalahan yang dihadapi guru.

Sesudah direduksi:

Pemantauan pengawas terhadap guru dilakukan dengan cara melihat PKG

dari kepala sekolah untuk guru.

16. Bagaiamana pengawas melakukan meningkatkatkan profesionalisme

guru?

Dengan cara dibina dalam kemampuan meningkatkan proses belajar

mengajar.

Sesudah direduksi:

Pengawas membina guru untuk meningkatkan profesionalisme guru.

17. Apakah pengawas selalu melakukan evaluasi dam melaksanakan

pembinaan guru, supervisi akademik, penilaian guru dan pelatihan

profesinalisme guru?

115

Ya mas.

Sesudah direduksi:

Pengawas selalu melakukan evaluasi dalam pelaksanaan programnya.

18. Apakah komunikasi pengawas dengan guru berjalan dengan baik?

Komunikasi guru dengan pengawas belum juga dikata baik mas, karena

saya kadang-kadang masih bingung apa yang disampaikan oleh pengawas

sekolah. Saya sering bertanya lagi kepada pengawas agar informasi saya

terima jelas. Walapun begitu pengawas tak sungkan menjelaskan

lagi.Seperti saya waktu kesulitan dalam pembuatan laporan, pengawas

membantu mengarahkan pembuatan laporan tersebut.

Sesudah direduksi:

Kejelasan informasi yang diberikan pengawas dengan guru masih kurang.

19. Biasanya dimana ibu menanyakan ulang informasi yang kurang jelas yang

disampaikan pengawas sekolah?

Biasanya saya tanya sama sesama guru tapi kalau belum jelas tanya

langsung ke pengawas sekolah di ruangan pengawas sekolah yang berada

di UPT Sidoharjo mas.

Sesudah direduksi:

Guru bertanya informasi yang kurang jelas diruangan pengawas sekolah.

20. Apakah ibu mempunyai saran atau masukan untuk pengawas sekolah?

Ya ada. Contohnya kalau akan mengadakan supervisi atau penilaian harus

diberikan jadwal atau tata waktu karena pengawas hanya memberikan

jadwal harinya.

116

Sesudah direduksi:

pengawas harus memberikan jadwal yang kepada guru agar guru lebih

siap.

117

Lampiran 4.

Analisis Data Hasil Wawancara

118

ANALISI DATA DAN HASIL WAWANCARA

No. Pertanyaan Pendapat Kesimpulan

Pengawas Guru

1. Bagaimana

pelaksanaan

supervisi akademik

yang dilakukan

pengawas?

Ya mas biasanya

pengawas

melaksanakan

supervisi secara

terprogram.

Pengawas

melakukan

supervisi

akademik secara

periodik dan

berkala.

Pengawas

melaksanakan

supervisi

dengan

program yang

telah disusun

dengan

matang.

2. Apakah pengawas

melakukan

supervisi akademik

secara rutin dan

terjadwal dengan

baik?

Ya mas

pengawas

melakukan

supervisi secara

rutin dan

terprogram

Ya mas. Pengawas

melaksanakan

supervisi

secara

terprogram

3. Apakah dalam

pembuatan jadwal

supervisi akademik

melibatkan guru?

Ya mas

terjadwal

biasanya kami

memberitahu

guru terlebih

dahulu sebelum

melakukan

supervisi.

Tidak mas tetapi

biasanya

pengawas

memberitahu

bila akan ada

supervisi.

Pembuatan

jadwal

supervisi

akademik

melibatkan

guru karena

sebelum

pelaksaan

supervisi

akademik

pengawas

memberitahu

guru.

4. Apa saja yang

menjadi sasaran

pengawas dalam

supervisi

akademik?

Sasaran

pengawas dalam

melaksanakan

supervisi

akademik adalah

guru dan

terdapat 19

macam dalam

melaksanakanya.

Sasaran

pengawas dalam

supervisi

akademik

adalah KBM,

RPP, silabus,

Prota, prosem,

media

pembelajaran

mas.

Pengawas

melaksankan

supervisi

akademik

dengan

sasaran guru

dan terdapat.

119

5. Apakah supervisi

akademik sudah

sesuai dengan

kebutuhan guru?

Sudah mas.

Sudah mas.

Pelaksanaan

supervisi

akademik

sudah sesuai

dengan

kebutuhan

guru.

6. Apakah dalam

melaksankan

supervisi akademik

pengawas

melakukan

evaluasi?

Ya mas

pengawas selalu

melakukan

evaluasi setiap

melakukan

supervisi

akademik.

Iya mas

pengawas selalu

melakukan

koreksi bila ada

kekurangan

pada guru.

Setelah

pelaksanaan

supervisi

akademik

dilakukan

evaluasi untuk

mengatuhui

dimana yang

masih banyak

kekurangan

dan dimana

yang sudah

sesuai apa

yang

diinginkan.

7. Apakah pengawas

melakukan

pembinaan

terhadap guru?

Ya mas selalu

melakukan

pembinaan

terhadap guru

dengan cara

bimbingan ke

sekolah- sekolah

dan di dabin

masing-masing

khusus untuk

dabin sinar

harapan

dilakukan pada

hari rabu.

Ya mas.

Pelaksanaan

pembinaan

guru rutin

dilakukan oleh

pengawas

sekolah.

8. Apakah pengawas

melakukan

penilaian terhadap

guru?

Ya mas dengan

cara wawancara,

pemantauan dan

pengaamatan.

Biasanya kami

datang ke

sekolah untuk

Iya mas.

Dengan cara

melihat buku

penilaian kepala

sekolah

terhadap guru

dan mengamati

Penilaian guru

yang

dilakukan

pengawas

dengan cara

mengamati

saat guru

120

melihat guru

mengajar dan

kami juga

melihat buku

penilaian

terhadap guru

yang dilakukan

kepala sekolah.

langsung waktu

guru mengajar.

mengajar dan

melihat buku

penilaian

kepala sekolah

terhadap guru.

9. Apakah pengawas

melakukan

pemantauan

terhadap guru?

Ya mas

pengawas

melakukan

pemantauan

pada guru

dengan cara

berkunjung ke

sekolah-sekolah

ditiap dabin

masing-masing

biasanya

pengawas

sekaligus

melakukan

monitoring dan

evaluasi

terhadap guru.

iya mas

pengawas selalu

melakukan

pemantauan

terhadap guru,

dengan cara

melihat PKG

dari kepala

sekolah

terhadap guru.

Pengawas

melaksanakan

pemantau

guru dengan

cara

berkunjung ke

sekolah

binaannya dan

selain

memantau

pengawas

melakukan

monitoring

dan evaluasi.

10. Bagaimana

pengawas

meningkatkan

profesionalisme

guru?

Dengan cara

mengadakan

pembekalan,

pembinaan dan

pelatihan mas.

Dengan cara

dibina dalam

Pelaksanaan

profesionalisme

guru dilakukan

dengan

mengadakan

pembekalan,

pembinaan dan

pelatihan.

kemampuan

meningkatkan

proses belajar

mengajar.

Pelaksanaan

profesionalis

me guru

dilakukan

dengan

mengadakan

pembekalan,

pembinaan

dan pelatihan.

11. Apakah terdapat

ruangan utuk kerja

pengawas sekolah

di UPT Sidohajo

Ya mas,

pengawas

mendapatkan

ruangan

tersendiri untuk

Ada mas

biasanya kami

berkonsultasi

dengan

pengawas

Pengawas

mempunyai

ruangan untuk

menunjang

kinerja.

121

menunjang

kinerja

pengawas

sekolah dan

untuk konsultasi

antara pengawas

sekolah dan

kepala sekolah

atau guru.

sekolah di

ruangan

pengawas.

12. Apakah

komunikasi

pengawas dengan

guru berjalan

dengan baik?

kami disini

selalu

memberikan

informasi yang

jelas kepada

guru. Sebelum

melakukan

pembinaan dan

supervisi

terhadap guru

biasanya kami

berkomunikasi.

Hal ini

dilakukan agar

guru

mendapatkan

informasi yang

akurat.

Komunikasi

guru dengan

pengawas belum

juga dikata baik

mas, karena

saya kadang-

kadang masih

bingung apa

yang

disampaikan

oleh pengawas

sekolah. Saya

sering bertanya

lagi kepada

pengawas agar

informasi saya

terima jelas.

Walapun begitu

pengawas tak

sungkan

menjelaskan

lagi. Seperti

saya waktu

kesulitan dalam

pembuatan

laporan,

pengawas

membantu

mengarahkan

pembuatan

laporan tersebut.

Guru belum

maksimal

dalam

menrima

informasi dari

pengawas

122

Lampiran 5.

Dokumentasi

123

Gambar 1. Wawancara dengan pengawas sekolah

Gambar 2. Wawancara dengan guru

124

Lampiran 6.

Data Guru

125

126

Lampiran 7.

Program Pengawas

127

128

129

130

131

Lampiran 8.

Surat Izin Penelitian

132

133

134

135

136

137