imobilisasi & inkontinensia urin

13
IMOBILISASI

Upload: dr-liza-mpdi-chtstr-3121100106040975

Post on 07-Jun-2015

6.737 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMOBILISASI & INKONTINENSIA URIN

IMOBILISASI

Page 2: IMOBILISASI & INKONTINENSIA URIN

IMOBILISASI

PENGERTIANMobilisasi tergantung pada interaksi yang terkoordinasi antara fungsi sensorik persepsi, keterampilan motorik, kondisi fisik, tingkat kognitif, dan kesehatan premorbid, serta variable eksternal seperti keberadaan sumber – sumber komunitas, dukungan keluarga, adanya halangan arsitektural ( kondisi lingkungan), dan kebijaksanaan institusional.

FAKTOR RISIKO

Berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan dapat menyebabkan imobilisasi pada usia lanjut.

Page 3: IMOBILISASI & INKONTINENSIA URIN

Tabel 1. Penyebab Umum Imobilisasi pada Usia Lanjut

Gangguan muskuluskeletal Artritis

Osteoporosis

Faktur (terutama panggul dan femur)

Problem kaki (bunion, kalus)

Lain – lain (misalnya penyakit paget)

Ganguan neurologis Strok

Penyakit parkinson

Lain – lain (disfungsi serebelar, neuropati)

Penyakit kardiovaskular Gagal jantung kongensif (berat)

Penyakit jantung koroner (nyeri dada yang sering)

Penyakit vaskular perifer (kardkasio yang sering)

Penyakit paru Penyakit paru obstruksif kronis (berat)

Faktor sensorik Gangguan penglihatan

Takut (instabilitas dan takut akan jatuh)

Penyebab lingkkungan Imobilisasi yang dipaksakan (dirumah sakit atau panti wardha)

Alat bantu mobilitas yang tidak adekuat

Nyeri akut atau kronik

Lain - lain Dekondisi (setelah tirah baring lama metstasis luas pada keganasan)

Malnutrisi

Penyakit sistemik berat (misalnya metastasis luas pada keganasan)

Depresi

Efek samping obat (misalnya kekuatan yang disebabkan obat antipsikotik)

Perjalanan lama yuang menybabkan seseorang tidak bergerak

Page 4: IMOBILISASI & INKONTINENSIA URIN

PEMERIKSAAN PENUNJANGPengkajian geriatri paripurna diperlukan dalam mengevaluasi pasien usia lanjut yang mengalami imobilisasi, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, evaluasi status fungsional, status mental, status kognitif, dan tingkat mobilitas, serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasiTabel 2. Evaluasi Pasien Usia Lanjut yang Mengalami Imobilisasi

Evaluasi Keterangan

Anamnesis • Riwayat dan lama disabilitas/imobilisasi•Kondisi medis yang merupakan faktor risiko dan penyebab imobilisasi•Kondisi premorbid•Nyeri•Obat – obatan yang dikonsumsi•Dukungan pramuwedha•Interaksi sosial•Faktor psikologis•Faktor lingkungan

Pemeiksaan fisik Status kardiopolmonal

Kulit

Muskuloskeletal: kekuatan dan tonus otot, lingkup gerak sendi, lesi dan deformitas kaki

Neurologis: kelemahan fokal, evaluasi persepsi dan sensorik

Gastrointertinal

Genitourinarius

Status fungsional Antara lain dengan pemeriksaan indeks aktivitas kehidupan sehari – hari (AKS) Barhel

Status Mental Antara lain penapisan dengan pemeriksaan geriatric depression scale (GDS)

Status kognitif Antara lain penapisan dengan pemeriksaan mini-mental state examination (MMSE), abbreviated mental test (AMT)

Tingkat Mobilitas Mobilitas di tempat tidur, kemampuan transfer, mobilitas di kursi roda, keseimbangan saat duduk dan berdiri, cara berjalan (gait), nyeri saat bergerak

Pemeriksaan Penunjang Penilaian berat ringannya kondisi medis penyebab imobilisasi (foto lutut, ekokardiografi,dll) dan komplikasi akibat imobilsasi (pemeriksaan albumin, elektrolit, glukosa darah, hemostasis, dll)

Page 5: IMOBILISASI & INKONTINENSIA URIN

TERAPITatalaksana Umum

• Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien,keluarga, dan pramuwedha• Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama, pentingnya latihan bertahap dan

ambulasi dini, serta mencegah ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari sendiri, semampu pasien

• Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional, dan pembutan rencana terapi yang mencakup pula perikraan waktu yang diperlukan unutk mencapai target terapi

• Temukenali dan tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan cairan dan elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta penyakit/kondisi penyetara lainya

• Evalusi seluruh obat- obatan yang dikonsumsi; obat – obatan yang dapat menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan dosisnya atau dihentikan bila memungkinkan.

• Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang mengandung serat, serta suplementasi vitamin dan mineral

• Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis terjadi meliputi latihan mobilitas ditempat tidur, latihan gerak sendi (pasif, aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat otot – otot (isotonik, isometrik, isokinetik) latihan koordinasi/ keseimbangan, dan ambulasi terbatas.

• Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat – alat bantu berdiri dan ambulasi• Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan komod atau toilet

Tatalaksana Khusus• Tatalaksana faktor risiko imobilisasi (lihat tabel1)• Tatalksana komplikasi akibat imobilisasi• Pada keadaan – keadaan khusus, konsultasikan kondisi medik kepada dokter spesialis yang kompeten• Lakukan remobilisasi segera dan bertahap pada pasien – pasien yang menglami sakit atau dirawat di rumah sakit

dan panti werdha untuk mobilitas yang adekuat bagi usia lanjut yang menglami disabilitas permanen

Page 6: IMOBILISASI & INKONTINENSIA URIN

KOMPLIKASIimobilisasi dapat menyebabkan proses degerasi yang terjadi pada hampir semua sistem organ sebagai akibat berubahnya tekanan gravitasi dan berkurangnya fungsi motorik

PROGNOSISPrognosis tergantung pada penyakit yang mendasari imobilisasi dan komplikasi yang ditimbulkananya. Perlu dipahami, imobilisasi dapat memberat penyakit dasarnya bila tidak ditangani sedini mungkin, bahkan dapat sampai menimbulkan kematian

Page 7: IMOBILISASI & INKONTINENSIA URIN

Tabel 3. Efek Imobilisasi pada Berbagai Sistem Organ

Organ / Sistem Perubahan yang Terjadi Akibat Imobilisasi

muskuluskeletal Osteoporosis, penurnan massa tulang, hilangnya kekuatan otot, penurunan area potong lintang otot, kontraktor, degenerasi rawan sendi, ankilosis, peningkatan tekanan intraartikular, berkurangnya volume sendi

Kardiopulmonal dan pembuluh darah Peningkatan denyut nadi istirahat, penurunan perfusi miokard, intoleran terhadap ortostatik, penurunan ambilan oksigen maksimal (VO2 max), deconditioning jantung, penurunan volume plasma, perubahan uji fungsi paru, atelektasis paru, pneumonia, peningkatan stasis vena, peningkatan agresi trombosit, dan hiperkoagulasi

integumen Peningkatan risiko ulkus dekubitus dan maserasi kulit

Metabolik dan endrokin Keseimbangan nitrogen negatif, hiperkalsiuria, natriuresis dan deplesi natrium, resistensi insulin(intoleransi glukosa) hiperlipidemia, serta penurunan absorpsi dan metabolisme vitamin/mineral

Neurologi dan psikiatri Depresi dan psikosis, atrofi korteks motorik dan sensorik, ganguan keseimbangan, penurunan fungsi kognitif, neuromuskular yang tidak efesien

Traktus gastrointestinal dan urinarius Inkontinensia urin dan alvi, infeksi saluran kemih pembentukan batu kalsium, penggosokan kandung kemih yang tidak sempurna dan distensi kandung kemih, impaksi feses, dan konstipasi, penurunan motilitas usus, refluks esofagus, aspirasi saluran napas dan peningkatan risiko perdarahan gastrointestinal

Page 8: IMOBILISASI & INKONTINENSIA URIN

WEWENANGDokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Geriatri, Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik

UNIT YANG MENANGANIDivisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Departemen Rehabilitasi Medik

UNIT TERKAITDivisi geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Devisi Psikiatri – Geriatri Departemen Psikiatri, Departemen Rehabilitasi Medik, Instalasi Gizi, Instalasi Farmasi, Bidang Keperawatan

Page 9: IMOBILISASI & INKONTINENSIA URIN

INKONTINENSIA URIN

Page 10: IMOBILISASI & INKONTINENSIA URIN

INKONTINENSIA URIN

PENGERTIAN• Inkontinensia urin adalah keluarnya urin yang tidak terkendali sehingga menimbulkan

masalah higiene dan sosial. Inkontinensia urin merupakan masalah yang sering dijumpai pada pasien geriatri dan menimbulkan masalah fisik dan psikososial, seperti dekubitus, jatuh, depresi, dan isolasi sosial.

• Inkontinensia urin dapat bersifat akut atau persisten. Inkontinensia urin yang akut dapat diobati bila penyakit atau masalah yang mendasari diatasi seperti infeksi saluran kemih, ganguan kesadaran, vaginitis atrofik, obat – obatan, masalah psikologik, skibala. Inkontinensia urin yang persisten biasanya dapat pula dikurangi dengan berbagai modalitas terapi

Page 11: IMOBILISASI & INKONTINENSIA URIN

DIAGNOSISuntuk menegakan diagnosis perllu diketahui penyebab dan tipe inkontinensia urin. Terdapat 2 masalah dalam sistem saluran kemih yang dapat memberikan gambaran inkontinensia urin yakin masalah saat pengosongan kandung kemih dan masalah saat pengisian kandung kemih.

• Untuk inkontinensia urin yang akut, pelu diobati penyakit atau masalah yang mendasari, seperti infeksi saluran kemih, obat – obatan, gangguan kesadaran, skibala, prolaps uteri. Biasanya, pada inkontinensia urin yang akut, dengan mengatasi penyebabnya, inkoninensia juga akan teratasi.

• Inkontinensia urin yang kronik, dapat dibedakan atas beberapa jenis: inkontinensia tipe urgensi atau overactive bladder, inkontinensia tipe stres, dan inkontinensia urin tipe overflow. Inkontinensia urin tipe urgensi dicirikan oleh gejala adanya sering berkemih (frekuensi lebih

dari 8 kali), keinginan berkemih yang tidak tertahankan (urgensi), sering berkemih di malam hari, dan keluarnya urin yang tidak terkendali yang didahului oleh keinginan berkemih yang tidak tertahankan.

Inkontinensia tipr sters dicirikan oleh keluarnya urin yang tidak terkendali pada saat tekanan intraabdomen meningkat seperti bersin, batuk, dan tertawa.

Inkontinensia urin tipe overflow dicirikan oleh menggelembungna kandung kemih melebihi volume yang seharusnya dimiliki kandung kemih, post-void resdu (PVR)>100 cc

Page 12: IMOBILISASI & INKONTINENSIA URIN

PEMERIKSAAN PENUNJANGurin lengkap dan kultur urin, PVR, kartu catatan berkemih, gula darah, kalsium darah dan urin, perineometer, urodynamic study.

TERAPITerapi untuk inkotinensia urin tergantung pada penyebab inkontinensia urin• Untuk inkontinensia urin tipe urgensi dan overactive bladder, diberikat latihan otot

dasar pangul, bladder training, schedule toiletting, dan obat yang bersifat antimuskarinik ( antikolagenik) seperti tolterodin atau oksibutin. Obat antimuskarinik yang dipilih seyogianya yang bersofat uroselektif.

• Untuk inkontinensia urin tipe sterss, latihan otot dasar panggul merupakan pilihan utama, dapat dicoba bladder training dan obat agonis alfa (hati – hati pemberian agonis alfa pada orang usia lanjut).

• Untuk inkontinensia tipe overflow, perlu diatasi penyebabnya. Bila ada sumbatan, perlu diatasi sumbatannya.

Page 13: IMOBILISASI & INKONTINENSIA URIN

KOMPLIKASIinkontinensia urin dapat menimbulkan komplikasi infeksi saluran kemih, lecet pada area bokong sampai dengan ulkus dekubitus karena selalu lembab, serta jatuh dan fraktur akibat terpeleset oleh urin yang tercecer.

PROGNOSIS• Inkontinensia urin tipe sterss biasanya dapat diatasi dengan latihan otot dasar panggul,

prognesia cukup baik.• Inkontinensia urin tipe urgensi atau overactive blader umumnya dapat diperbaiki dengan

obat – obat golongan antimuskarinik, prognosis cukup baik.• Inkontinensia urin tipe overflow, tergantung pada penyebabnya (misalnya dengan

mengatasi sumbatan / retensi urin).

WEWENANGDokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Geriatri, Dokter Spesialis Rehabilitasi Urologi, Divisi Uroginekologi Departemen Obstetri dan Ginekologi

UNIT YANG TERKAITDivisi geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Departemen Rehabilitasi Medik Urologi, Divisi Uroginekologi Departemen Obstetri dan ginekologi

UNIT TERKAITDivisi geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam, departemen rehabilitasi Medik Urologi, Bidang Keperawatan, Divisi Uroginekologi Departemen Obstetri dan Ginekologi