ilmu dan teknologi kel 4
TRANSCRIPT
TUGAS METODE ILMIAH
ILMU DAN TEKNOLOGI
Disusun Oleh:
Rendhi D. W. H0808065
Hendro Nugroho H0808025
Heri Pujianto H0808059
Ahmad Fauzi H0808071
Adetya Bayu P. H0808070
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
ILMU DAN TEKNOLOGI
Sampai beberapa tahun berselang ilmu dipandang sebagai proses, produk, dan sebagai
paradigma etika. Dipandang sebagai proses, ilmu adalah suatu kegiatan sosial. Dalam
kegiatan sosial diusahakan memahami alam, termasuk manusia dan perilakunya, baik
individu maupun kelompok. Mtode keilmuan bercirikan kebernalaran (rasionalitas) dan
keobjektifan. Kegiatan keilmuan sejauh mungkin juga harus impersonal dan penganalisaan
masalah-masalah terutam didasarakan pada percobaan dan data pengamatan.
Dipandang sebagai produk, ilmu adalah segala pengetahuan yang telah didapat melalui
metode keilmuan dan menjadi milik umum. Artinya mengenai pengetahuan tersebut tak ada
lagi pertentangan pendapat yang mendasar dikalangan masyarakat ilmuan. Ilmu atau
pegetahun keilmuan hanya terbatas pada rumusan-rumusan dan pernyataan-pernyataan yang
telah memperoleh persetujuan dunia keilmuan dan yang senantiasa terbuka untuk diuji
kebenarannya. Betapapunmapannya teori keiolmuan, pada dasrnya bias saja sewaktu-waktu
akn ditumbangkan
Sebagai paradigma etika / nilai-nilai, ilmu menurut Merton ialah suatu masyarakat yang
berpegang pada empat norma, yakni unversalisme, komunalisme, disinterestedness dan
skeptisisme yang terorganisasi. Universalisme menyiratkan ketergantungan ilmu terhadap
masalah ras, warna kulit atau keyakinan. Komensalisme berarti bahwa iolmu ada;lah
pengetahuan milik umum. Disinterestedness artinya ilmu merupakan kebalikan dari
propaganda. Dan skeptisme berarti tak begitu saja menerima kebenaran apa pun semata-mata
berdasrkan bobot atau wewenag tokoh yang mengungkapkannya.
Menurut derskripsi konvensional, ilmu bertumpu pada penganalisaan data pengamatan
dan percobaan secar impersionalPilihan kita akan pokok-pokok penelitian untuk
mengembangkan ilmu sangat dipengaruhi oleh kepentingan dan oleh sistem nilai kita. Sistem
nilai kita mempengaruhi kesepakatan kita mengenai apa yang kita anggap merupakan
pengertahuan keilmuan
Pengertian hanyalah semacam ibarat yang menggambarkan sesuatu yang lebih mendasar,
lebih rumit dan pada dasarnya misterius. Keseluruhan gambaran keilmuan kita tentang dunia
dapat kita pandang sebagai semacam kiasan yang melukiskan dan menghubungkan abstraksi
yang kita buat dengan realitas yang komplek. Abstraksi-abstraksi ini sifatnya terbatas dan
kita pilih. Terbatas karena teori kita dan pengamatan kita terbaatas kemapuannya dan kita
pilih karena bagaimanapun kita tidak dapat membebaskan kegiatan kita dari nilai-nilai kita.
Pemahaman kita akan realitas tak-bisa-tidak dan mau-tak-mau senantiasa tak lengkap dan
sifatnya profisional.
Pengetahuan adalah semua buah pemikiran dan pemahaman kita tentang dunia yang kita
peroleh tanpa melewati daaur hipotetiko-dedukto-verifikatif. Sifat pengetahuan adalah
dogmatif, atau terlampau banyak mengandung spekulasi sehingga tak lagi berpijak pada
kenyataan empiris.
Salah satu ciri teori keilmuan adalah ia bersifat prediktif. Namun, dalam hal ini “ramalan
bintang” bukan termasuk ilmu melainkan kalau mau bisa disebut sebagai suatu pengetahuan.
Yang dimaksud prediktif disini adalah seperti “ramalan cuaca” dan teori tentang lubang
hitam ( black hole ).
Ilmu bukan hanya berdasarkan pada penyahihannya, melainkan juga cara paerlintasan
bagian-bagian lain dari daur hipotetiko-dedukto-verivikatif. Pengimbasan yang perlu untuk
menurunkan andaian-andaian dasar, harus berpijak di dunia fakta, entah lewat pengalaman
bawah sadar atau pengamatan yanh dilakukan secara sengaja atau berkat inspirasi yang tiba-
tiba dari khasanah dta dan perenungan dalam pikiran kita. Penjabaran juga harus merupakan
rentetan yang logis-matematis dan konsisten. Bertolak dari hipotesis dan atau postulat
berkuminasi dalam bangunan teori yang koheren dan berakhir pada ramalan-ramalan yang
dalam penyahihannya nanti harus sesuai dengan fakta yang eksperimental.
Fisikawan V. Weisskopef, pengubah pemain / pemeimpin, pemusik L. Bernstein dan
filsof C. A. van Peursen menyatakan bahwa ilmu meski amat berguna namun terbatas. Ilmu
tak mampu memberikan pemahaman yang lengkap-menyeluruh tentang hakikat alam dan
pengalaman nara (human experience). Dalam proses penjabaran (deduksi), yang bisa
berlangsung semata-mata di dunia penalaran, terjadi abstraksi. Dalam proses abstraksi yang
berkelanjuatan, semakin jauh jarak teori dari realitas, agar proses itu bisa mengendalikan
peristiwa-peristiwa dengan lambang-lambang yang diciptakan secara keilmuan.
Pemahaman yang lebih lengkap tentang hakekat realitas bisa dicapai lewat perpaduan
antaar ilmu dan pengetahuan. Perkembangan-perkembangan terbaru dalam penelaahan
metode keilmuan menunjukkan tumbuhanya kesadaran akan kaitan antara ilmu dan matra-
matra (dimensions) yang lebih luasdari pengetahuan manusia.
Teknologi adalah ilmu terapan yang telah dikembangkan lebih lanjut dan meliputi baik
perangkat keras ( hardware ) maupun perangkat lunak ( software ). Tujuan teknologi adalah
memecahkan masalah-masalah praktis dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi
manusia. Tugas ilmu terapan yaitu memilih alternatif-alternatif yang ditawarkan oleh ilmu
dasar, yang mana yang bisa dipakai untuk memecahkan persolalan praktis dalam masyarakat.
Teknologi adalah penerapan ilmu artinya bahwa kegiatan ilmu terapan masih harus
dialihragamkan ( ditransformasikan ) atau dikembangkan menjadi bahan, atau piranti, atau
prosedur atau teknik pelaksanaansesuatu proses pengelolaan atau produksi.
Ilmu adalah kekuasaan dan teknologi adalah alat dari kekuasaan. Kekuasaan teknologi itu
atas manusia, kebudayaan dan atas alam. Kekuasaan teknologi atas manusia berupa
penindasan sistem-sistem teknologi oleh kelompok asing dan elit bangsa terhada rakyat kecil.
Kekuasaan teknologi atas kebudayaan berupa rusaknya atau lunturnya nilai-nilai kebudayaan
yang dijunjung tinggi akibat dominasi ilmu dan teknologi. Alam yang dulunya menguasai
manusia, sekarang berbalik dikuasai manusia akibat pengembangan ilmu dan teknologi yang
tidak memperdulikan akibat-akibat sosial yang akan diterima.itulah kekuasaan ilmu dan
tenologi terhadap alam.
Pengembangan ilmu dan teknologi , pengarahan dan eveluasinya
Beberapa rangkaian pengembangan ilmu dan teknologi:
1. Penelitian dasar ( basic research )
2. Penelitian terapan ( applied research )
3. Pengembangan teknologi ( tecnological development )
4. Penerapan teknologi.
Kemudian keempat langkah tersebut disusul dengan evaluasi ethis-politis-religius.
Evaluasi ethis-politis-religius digunakan untuk menentukan suatu ilmu dan teknologi benar-
benar bisa diterima oleh masyarakat luas atau tidak serta digunakan untuk melihat
pengaruhnya terhadap tata kehidupan masyarakat yaitu apakah bertentangan dengan nilai-
nilai yang di junjung tinggi warga masyarakat atau tidak. Namun, dengan makin
menonjolnya ilmu dan teknologi sebagi kekuasaan, evaluasi susulanitu kian dirasakan tak
memadai karena sering terlambat dan akibat penerapan ilmu dan teknologi itu pada manusia
terlanjur parah. Pengarahan dan penilaian atas ilmu dan pengetahuan akan lebih mudah
dilaksanakan jika kita semua dan warga masyarakat keilmuan berpegang pada pandangan
penyaling –tindak kritis (critical interactionist view ).
Dari segi aksiologi ilmu bisa dipandang sebagai:
1. Jumbuh dengan tujuan sendiri, dalm arti bahw ilmu itu mengandung nilai intrinsic
yang tek tergantung pada penerapannya secara praktis, dan bahwa pengembnagn
kemampuan intelektual serta ketrampilan ilmuwan ( individual building ) merupakan
bagian utana dari tujuannya
2. Bertujuan menyebarluaskan asas-asas penalaran keilmuan dalam arti sempit, takni
terbatas pada norma-norma metodologis, ke masyarakat luas untuk menghapus
takhayul-takhayul yang tak bernalar
3. Bertujuan tunggal, yakni memperoleh pengetahuan keilmuan demi ilmu itu sendiri
ada aspek-aspek kehidupan kultural yang, seperti ilmu, bernilai pula, namun ilmuwan
hanya bertugas memperoleh pengetahuan yang objektif dan terandalkan tentang alam,
danbersikap netral terhadap nilai-nilai dan bersikap netarl terhadap nilai-nilai lain
( agama, politik, dan sebagainya ).
Interaksi yang kritis berarti mengembanagkan dialog dengan:
1. Fakta: dengan cermat senantiasa diperiksa, apakah kegiatan keilmuan itu
memenuhi patokan-patokan metodologi ilmiah
2. Nilia-nilai: dengan perenungan yang mendalam senantiasa ditilik, apakah kegiatan
keilmuan itu sesuai dengan nilia-nilai luhur yang bersifat emansipatif-liberatif
dengan kata lain membebaskan diri dari berbagai belenggu takhayul, penindasan
dan sebagainya.
3. Manusia: terutama manusia yang secara lebih langsung ikut terlibat atau
terpengaruh oleh akibat kegaitan keilmuan itu; ini mengisyaratkan pentingnya
partisipasi yang demokratis dalam menentukan kebijakan keilmuan