laporan praktikum ilmu dan teknologi kulit

36
BAB I PENDAHULUAN Kulit merupakan hasil samping pemotongan hewan yang telah diusahakan untuk dapat menambah pemasukan bagi negara berupa devisa yang dihasilkan dan penyerapan tenaga kerja pada industri kulit di dalam negeri. Peran serta usaha kulit dapat dilihat dengan banyaknya industri kulit yang menyebar khususnya di pulau Jawa. Kulit kelinci, merupakan salah satu komoditas dalam usaha perkulitan yang mampu menghasilkan devisa yang tinggi. Kulit kelinci memiliki penampakan yang halus, seragam, indah dan menarik membuat kulit kelinci sangat bagus untuk dilakukan penyamakan sehingga kulit berbulu akan bernilai tinggi Penyamakan adalah proses memasukkan bahan penyamak ke dalam kulit sehingga strukturnya menjadi stabil. Kulit kelinci sangat berpotensi untuk disamak khususnya samak berbulu. Kulit kelinci yang telah melalui penyamakan dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan topi, baju, hiasan dinding, dan tas. Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit bertujuan untuk mengetahui proses penyamakan di industry penyamakan kulit, mengetahui proses penyamakan bulu kelinci, kulit sapi, dan ular, dan mengetahui kualitas kulit meliputi kemuluran, kekuatan tarik, suhu kerut, dan kerut maksimal. 1

Upload: kanita-galih-julia-rakasivi

Post on 28-Dec-2015

726 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Mata Kuliah : Ilmu dan Teknlogi KulitKanita Galih Julia Rakasivi11/317690/PT/06164

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

BAB IPENDAHULUAN

Kulit merupakan hasil samping pemotongan hewan yang telah

diusahakan untuk dapat menambah pemasukan bagi negara berupa

devisa yang dihasilkan dan penyerapan tenaga kerja pada industri kulit di

dalam negeri. Peran serta usaha kulit dapat dilihat dengan banyaknya

industri kulit yang menyebar khususnya di pulau Jawa. Kulit kelinci,

merupakan salah satu komoditas dalam usaha perkulitan yang mampu

menghasilkan devisa yang tinggi. Kulit kelinci memiliki penampakan yang

halus, seragam, indah dan menarik membuat kulit kelinci sangat bagus

untuk dilakukan penyamakan sehingga kulit berbulu akan bernilai tinggi

Penyamakan adalah proses memasukkan bahan penyamak ke

dalam kulit sehingga strukturnya menjadi stabil. Kulit kelinci sangat

berpotensi untuk disamak khususnya samak berbulu. Kulit kelinci yang

telah melalui penyamakan dapat digunakan sebagai bahan baku

pembuatan topi, baju, hiasan dinding, dan tas.

Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit bertujuan untuk mengetahui

proses penyamakan di industry penyamakan kulit, mengetahui proses

penyamakan bulu kelinci, kulit sapi, dan ular, dan mengetahui kualitas kulit

meliputi kemuluran, kekuatan tarik, suhu kerut, dan kerut maksimal.

1

Page 2: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

BAB II

KEGIATAN PRAKTIKUM

ACARA I

KUNJUNGAN INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

Alamat Perusahaan

PT Adi Satria Abadi berada di Banyakan, Sitimulyo, Piyungan ,

Bantul, Yogyakarta.

Sejarah Singkat

Industri penyamakan kulit domba dan kambing yang bahan

bakunya merupakan kulit pickle. PT Adi Satria Abadi berdiri tanggal 26

Juni 1994. Awalnya jumlah karyawan yang dimiliki oleh perusahaan ini

adalah 5 orang dengan kapasitas produksi 15.000 feet square per bulan.

Ketika tahun lima tahun ketiga sudah mencapai 500.000 feet square tiap

bulannya.

Penerimaan Dan Kontrol Kualitas Bahan Baku

Bahan baku yang datang kemudian langsung diseleksi. Seleksi

yang dilakukan meliputi seleksi grade berdasarkan kecacatan kulit, tebal

tipis kulit, dan ukuran kulit.

Tahap Proses Penyamakan Kulit

Proses produksi yang dilakukan oleh PT ASA meliputi 4 tahap,

yaitu seleksi bahan baku, proses basah, proses kering, dan finishing.

Seleksi bahan baku dilakukan dengan menyeleksi bahan baku yang

datang. Proses basah meliputi metode tanning, dying, retanning, shaving,

enzine, dan setter. Tanning yang dilakukan adalah dengan menggunakan

krom. Shaving dilakukan dengan penipisan ukuran kulit yang di kehendaki

atau menurut pemesanan. Dying yaitu pewarnaan dan peminyakan.

Retanning pewarnaan untuk warna putih dengan bahan formalin. Enzine

yaitu pengeringan kulit semi kering dan setter dilakukan dengan

melebarkan kulit dengan sistem press. Proses kering meliputi hanging

2

Page 3: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

atau pengeringan total, pelemasan kulit, wide stacking yaitu pelemasan

kulit untuk yang berwarna putih, stacking atau pelemasan kulit, dan toggle

yaitu pelebaran kulit akhir dengan di panasi. Tahap terakhir adalah

finishing, kulit yang sudah jadi disimpan dalam gudang dan dilakukan

pengepakan hasil akhir proses.

Menurut Tanikaivelan (2004) secara umum tahapan penyamakan

kulit meliputi perendaman, buang daging, penguraian protein non kolagen,

pengasaman, penyamakan, pemerasan, pensortiran, pembelahan,

penyerutan, penetralan, penyamakan ulang, pewarnaan, perminyakan,

perentangan, pengeringan, pengkondisian, peregangan, pengamplasan,

perapihan, dan penyempurnaan. Secara keseluruhan, tahapan

penyamakan di PT Adi Satria Abadi sudah cukup baik.

Uji Kualitas Kulit Samak

Kualitas samak yang dihasilkan diuji berdasarkan permintaan

pelanggan. Apabila dikehendaki adanya uji kualitas, maka perusahaan

akan menguji kualitas kulit tersebut.

Produk Yang Dihasilkan

Produk yang dihasilkan berupa kulit samak yang sudah jadi dan

siap diolah menjadi berbagai macam aksesoris.

Pemasaran

Hingga saat ini, PT Adi Satria Abadi sudah mengekspor kulit samak

ke beberapa kota besar di Indonesia. Selain itu juga diekspor ke Jepang,

Hongkong, dan Vietnam.

3

Page 4: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

ACARA IIPENYAMAKAN KULIT

TINJAUAN PUSTAKA

Kelinci selain sebagai penghasil daging dan penghasil bibit ternak

juga menghasilkan kulit dan bulu sebagai dasar kerajinan dan mainan.

Kulit kelinci sebagai hasil samping memiliki nilai potensial dalam

menghasilkan kulit bulu. Kulit kelinci jantan biasanya kasar dan keras,

sedangkan kulit kelinci jantan yang dikebiri agak lebih lemas. Kulit kelinci

muda agak lunak dan baik (Sarwono,1992). Tubuh kelinci diselubungi oleh

bulu yang secara biologi dapat digunakan untuk mengurangi proses

pelepasan panas (Mount,1999), namun demikian bulu yang menutupi

tubuh kelinci dapat juga dimanfaatkan untuk keperluan manusia.

Menurut Sarwono (1992) terdapat beberapa metode penyamakan

kulit. Metode tersebut adalah metode samak krom, samak nabati, samak

kombinasi, dan samak sintetis. Tahapan proses penyamakan kulit dapat

digolongkan menjadi tiga golongan besar yakni tahap pertama

(pretanning) yang lebih dikenal dengan Beam House Operation. Proses

Beam House adalah proses untuk mempersiapkan bahan baku (raw

material) berupa kulit hingga siap untuk disamak. Secara umum urutan

proses Beam House kulit bulu adalah : pencucian, perendaman, buang

daging, penyamakan awal dan pengasaman (Yuwono,1991). Tahap

berikutnya yaitu penyamakan itu sendiri dan yang terakhir adalah

penyelesaian (finishing) yang meliputi penyamakan ulang dan

peminyakan.

4

Page 5: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

MATERI DAN METODE

Materi

Alat. Alat yang digunakan adalah pisau, cutter, baskom, gunting,

dan sarung tangan.

Bahan. Bahan yang digunakan adalah kulit kelinci segar yang

masih ada bulunya, air, teepol 0,5%, kaporit 0,5%, Na2CO3 0,5%, formalin

3%, garam 6%, asam formiat 0,5%, H2SO4 1%, tawas 10%, sodium

formiat 0,5%, dan minyak sulfat 8%.

METODE

Kulit ditimbang berat awalnya untuk menentukan presentase bahan

kimia. Selanjutnya adalah proses soaking, kulit direndam dalam 1000 ml

air, 1 ml teepol dan 1 ml kaporit lalu diremas-remas selama 30 menit.

Proses scouring dilakukan dengan merendam kulit ke dalam 600 ml air

dan 1 ml Na2CO3, diremas selama 1 jam, kemudian airnya dibuang. Kulit

direndam dalam 600 ml air, 6 ml formalin, 1 ml Na2CO3 selama 1,5 jam

sambil diremas, airnya dibuang, lalu dicuci dengan air mengalir (furfigh

tanning). Selanjutnya proses pickling dilakukan dengan menambahkan air

200 ml, diremas 15 menit, ditambah garam 12 ml, diremas 15 menit,

ditambah asam formiat 1 ml, diremas 30 menit, dan ditambah H2SO4 2 ml,

diremas 1 jam, di cek pH dan direndam 1 malam. Tanning dengan

menambahkan tawas 20 gram, 1 butir kuning telur, dan 2% garam,

diremas selama 2 jam. Proses bastying dengan penambahan sodium

formiat 1 ml, diremas 30 menit dan Na2CO3 sebanyak 1 ml, diremas 30

menit kemudian diperam satu malam. Selanjutnya netralization dengan

penambahan air hangat 45°C sebanyak 300 ml dan Na2CO3 1 ml, diremas

1 jam. Proses retanning dengan menambahkan 400 ml air dan 10 gram

tawas, diremas 1 jam. Proses fatliquoring dengan menambahkan 160 ml

air hangat 45°C dan minyak sulfat 16 ml, diremas selama 1,5 jam. Kulit

dipentang di abwah sinar matahari selama semalam.

5

Page 6: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis Penyamakan

Penyamakan yang digunakan saat praktikum adalah samak

berbulu dengan metode samak putih. Menurut Anonim (2012) samak alum

atau putih cocok untuk menyamak kulit-kulit yang mengandung sedikit

bulu maupun kulit  seperti kelinci, marmut, dan macan kumbang. Kulit

yang dilakukan samak putih memiliki karakteristik lebih empuk dan lentur.

Tetapi kulit samak putih tidak tahan terhadap air sehingga tidak cocok

menjadi sepatu.

Proses PenyamakanProses penyamakan kulit sendiri mempunyai arti yaitu mengubah

kulit mentah menjadi kulit tersamak yang stabil. Kulit kelinci dapat

dipergunakan menjadi beberapa macam barang kulit, baik kulit bulunya

maupun kulit jaket, kulit untuk atasan sepatu atau untuk barang kulit

lainnya (Untari, 2005). Tahapan penyamakan yang dilakukan meliputi

weighing, soaking, scouring, furfigh tanning, pickling, tanning, bastying,

neutralization, retanning, fatliquoring, toggling, dan drying. Bahan yang

digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Bahan penyamak yang digunakanNo. Nama proses Bahan yang digunakan Jumlah1. Weighing Kulit segar 200 gram2. Soaking Kulit kering

Air 500%Teepol 0,5%Kaporit 0,5%

1000 ml1 ml1 ml

3. Scouring Kulit basahAir 300%Na2CO3 0,5%

600 ml1 ml

4. Furfigh tanning Air 300 %Formalin 3%Na2CO3 0,5%

600 ml6 ml1 ml

5. Pickling Air 100%Garam 6%Asam formiat 0,5%H2SO4 1%

200 ml12 ml1 ml2 ml

6. Tanning Air pikel 100% 200 ml

6

Page 7: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

Tawas 10%Kuning telurGaram 2%

20 gram1 butir4 gram

7. Bastying Sodium formiat 0,5%Na2CO3 0,5%

1 ml2 ml

8. Netralization Air 45°C 150%Na2CO3 0,5%

300 ml1 ml

9. Retanning Air 200%Tawas 5%

400 ml10 gram

10. Fat liquoring Air 45°C 80%Minyak sulfat 8%

160 ml16 ml

Weighing

Proses weighing merupakan proses penimbangan kulit kelinci.

Tujuannya adalah untuk menentukan presentase bahan kimia yang akan

digunakan. Berat kulit yang didapat saat praktikum adalah 200 gram.

Selanjutnya adalah proses fleshing yaitu pembuangan lemak dan daging

yang masih menempel pada kulit. Proses fleshing dilakukan untuk

mempermudah masuknya bahan penyamak ke dalam kulit. Menurut

Purnomo (1995) fleshing mempunyai tujuan untuk menghilangkan sisa

lemak dan daging yang melekat pada kulit, karena sisa tersebut dapat

menghambat masuknya zat penyamak pada kulit.

Soaking

Soaking dilakukan dengan merendam kulit dalam air, teepol, dan

kaporit. Tujuannya adalah untuk mengembalikan kesegaran kulit dan

membersihkan kulit. Air berfungsi sebagai pelarut, teepol dan kaporit

berfungsi sebagai antibakteri. Menurut Said (2012) tujuan dilakukannya

tahap perendaman adalah mengembalikan kadar air yang hilang selama

pengawetan, mengembalikan sifat-sifat kulit mentahseperti keadaan

semula, dan membersihkan kulit awetan dari bahan-bahan pengawet

seperti garam, darah, lemak serta sisa-sisa kotoran.

Metode soaking saat praktikum sudah sesuai dengan literatur.

Prinsip kerja proses perendaman adalah bahwa air yang masuk ke dalam

kulit akan membasahkan kembali dan mengencerkan garam pengawet

serta melarutkan protein globuler. Bila protein globuler tidak dibuang akan

7

Page 8: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

berpengaruh terhadap proses penyamakan. Penambahan desinfektan

akan menghambat pertumbuhan mikroba (Said, 2012). Kemikalia yang

dipakai adalah air, bahanpembasah (wetting agent) seperti sabun, teepol

dan sandocynil dan bahan antiseptik untuk mencegah pembusukan

seperti klorit, cresolic acid, atau dapat juga dipakai bahan yang berfungsi

sebagai pembasah dan sebagai antiseptic seperti cysmolon atau moluscal

dan lain-lain (Purnama, 2001).

Scouring

Scouring merupakan proses perendaman kulit dalam air dan

Na2CO3. Scouring berfungsi sebagai tahapan penyabunan lemak. NA2CO3

yang dipakai berfungsi untuk membuat suasana basa pada kulit agar

dapat membunuh bakteri yang ada.

Furfigh tanning

Furfigh tanning menggunakan formalin dan Na2CO3. Tujuannya

dalah untuk memperkuat bulu. Formalin akan bereaksi dengan rambut-

rambut sehingga rambut menjadi kuat. Metode yang dilakukan sudah

sesuai literature. Menurut Purnama (2001) proses ini disebut juga dengan

pre tanning atau penyamakan pendahuluandengan tujuan untuk

menguatkan kedudukan bulu pada kulit agar tidak mudah rontok.

Kemikalia yang dipakai adalah formalin dan Na2CO3(soda abu).

Pickling

Pickling merupakan proses pengasaman pada kulit kelinci. Tujuan

pickling adalah membuat suasana asam pada kulit sehingga bahan

penyamak akan mudah bereaksi dengan protein kulit. Bahan yang

digunakan adalah garam, asam formiat, dan H2SO4. Garam berfungsi

untuk mencegah pembengkakan pada kulit, sedangkan asam formiat dan

H2SO4 berfungsi untuk memberikan suasana asam pada kulit. pH yang

dihasilkan setelah pickling adalah 2.

Menurut Jayusman (1990) pengasaman berfungsi untuk

mengasamkan kulit sampai pH tertentu sebelum proses penyamakan, jadi

dilakukan penurunan pH dari 7 sampai kurang lebih pH 3. Hasil praktikum

8

Page 9: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

belum sesuai dengan literatur. Keberhasilan pH sangat dipengaruhi oleh

proses peremasan dan banyaknya H2SO4 yang ditambahkan.

Tanning

Tanning merupakan inti dari proses penyamakan., yaitu

memasukkan bahan penyamak ke dalam kulit agar sifat kulit menjadi

stabil. Menurut Purnama (2001), proses ini bertujuan untuk mengubah

fibril-fibril pada kolagen kulit menjadi masak dan berikatan dengan bahan

penyamak sehingga kulit menjadi stabil dan tahan terhadap pengaruh

fisik, kimia dan mikrobiologis.

Bahan yang dipakai adalah tawas, kuning telur, dan garam. Kuning

telur berfungsi sebagai emulsifier. Menurut Untari et al., (1998) bahwa

telur mempunyai lemak yang terpusat pada kuning telurnya sebesar 99

persen, sedangkan minyak kelapa mempunyai sifat yang dapat

melemaskan kulit. Dengan campuran telur maka minyak kelapa akan lebih

mudah teremulsi, sehingga ada persamaan atau keseimbangan pada

peminyakan dengan menggunakan telur maupun dengan campuran telur

dan minyak pada proses peminyakan kulit kelinci.

Bastying

Bastying merupakan proses pembasaan pada kulit. Proses ini

bertujuan untuk meningkatkan basisitas kulit agar ikatan antar kolagen

dan bahan penyamak menjadi kuat. Bahan yang digunakan adalah

sodium formiat dan Na2CO3. Purnama (2001) menyatakan proses ini

bertujuan untuk menaikan pH menjadi basa. Kemikalia yang dipakai

adalah Na2CO3. Dengan naiknya pH menjad basa maka akan

memudahkan dalam proses selanjutnya.

Netralization

Netralisasi bertujuan untuk menetralkan kondisi kulit bahan yang

digunakan adalah air panas 45°C dan Na2CO3. Air panas berfungsi untuk

mempermudah peresapan zat-zat kimia dalam kulit. Menurut Purnama

(2001) Proses ini bertujuan, untuk menetralkan kulit wet blue. Asam-asam

yang dinetralisir adalah asam yang terdapat diantara serat-serat kulit yang

9

Page 10: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

belum hilang pada proses pencucian. Apabila asam tersebut tidak hilang

maka dapat mempengaruhi proses peminyakan karena akan

mengemulsikan minyak clan pecah dipermukaan kulit. Air yang dipakai

adalah air hangat 45°C ditambah dengan Na2CO3. Metode saat praktikum

sudah sesuai dengan literatur.

Retanning

Retanning merupakan proses penyamakan ulang yang bertujuan

untuk menyempurnakan proses penyamakan. Bahan yang digunakan

adalah tawas. Proses ini dapat dilaksanakan maupun tidak, jika kualitas

kulit dirasa sudah baik, maka tidak perlu dilakukan Menurut Purnomo

(1991) penyamakan ulang bertujuan untuk memperbaiki sifat-sifat kulit

yang telah disamak agar memiliki sifat yang lebih baik. Ada beberapa jenis

bahan penyamak yang dapat digunakan yaitu bahan penyamak mineral,

bahan penyamak nabati dan bahan penyamak sintetik yang masing-

masing bahan penyamak akan memberikan sifat-sifat tertentu pada kulit

tersamaknya.

Fat liquoring

Fat liquoring disebut juga proses perminyakan. Tujuannya adalah

untuk melemaskan dan melembutkan bulu, serta untuk memperbaiki

tekstur kulit. Bahan yang digunakan adalah air hangat 45°C dan minyak

sulfat. Suhu 45°C dimaksudkan agar pori-pori kulit terbuka. Menurut Said

(2012) tujuan proses peminyakan adalah untuk melemaskan kulit agar

lebih lunak dan mempunyai kemuluran yang tinggi dan mempertahankan

kulit dari kerusakan oleh pengaruh air, karena kulit yang telah mengalami

proses peminyakan, daya serap dan daya tolak terhadap molekul air

sangat baik. Prinsip kerjanya bahwa minyak atau lemak dapat mengubah

sifat-sifat penting antara lain kulit menjadi lebih lunak, lebih fleksibel, lebih

liat, lebih mulur dan permukaan rajahnya menjadi lebih halus. Perlakuan

saat praktikum sudah seseuai literature. Menurut Purnama (2001)

kemikalia yang dipakai adalah minyak sulfat dan air hangat dengan suhu

45°C.

10

Page 11: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

Toggling

Kulit yang telah selesai disamak kemudian dipentang pada alat

pementang. Proses ini merupakan proses tahap terakhir yaitu untuk

meregangkan kulit sampai seregang-regangnya. Menurut Purnama (2001)

caranya adalah kulit samak bulu yang setengah kering diregangkan pada

alat peregang secara berulang-ulang sehingga kulit samak menjadi lemas.

Metode saat praktikum sudah sesuai dengan literature.

Drying

Drying merupakan proses pengeringan. Setelah kulit dipentang,

kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama semalam. Tujuannya

adalah untuk mengurangi kadar air pada kulit. Menurut Said (2012) proses

ini bertujuan untuk mengurangi kadar air kulit hingga mencapai 18 sampai

20%, baik yang mengisi kulit maupun yang terikat secara kimiawi sampai

batas tertentu. Metode pengeringan yang biasa dilakukan adalah dengan

system penggantungan, pementangan dan pasta.

11

Page 12: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

ACARA IIIUJI KUALITAS KULIT

TINJAUAN PUSTAKA

Sifat-sifat kulit ialah ketahanan kulit terhadap pengaruh-pengaruh

luar antara lain pengaruh mekanik, kelembaban dan suhu luar. Kekerasan

kulit dan kekuatannya dipengaruhi oleh kadar air, protein fibrous, protein

glubular dan lemak yang ada dalam kulit. Sifat-sifat fisik kulit juga

ditentukan oleh struktur jaringan yaitu bentuk anyaman dan kepadatan

berkas-berkas serabut kolagen dan komposisi kimianya. Kekuatan kulit

terutama dipengaruhi oleh kekuatan kolagen, semakin bertambah umur,

serabut kolagen menjadi semakin stabil, suhu kerut naik, sukar larut, dan

ikatan silangnya bertambah banyak (Soeparno et al., 2001)

Uji Kekuatan Tarik dan Kemuluran. Kekuatan tarik adalah

besarnya beban yang dibutuhkan untuk menarik contoh kulit berukuran

panjang 5 cm. Lebar 1 cm serta kecepatan penarikan 25 m per menit

hingga contoh kulit tersebut putus. Bentuk anyaman, kepadatan serabut

kolagen, keutuhan serabut kolagen dan sudut anyaman ikut menentukan

besarnya kekuatan tarik dan kemuluran (Soeparno et al., 2001).

Uji Suhu Kerut. Suhu kerut ialah suhu tertentu yang

mengakibatkan contoh kulit mengalami pengerutan. Serabut-serabut

kolagen atau kulit mentah akan mengerut lebih kurang sepertiga atau

seperempat dari panjang semula jika dipanaskan dalam medium air pada

suhu tertentu. Pemendekan serabut kolagen disebabkan hilangnya atau

berubahnya rantai ikatan silang molekul kolagen. Pengerutan lebih banyak

disebabkan oleh putusnya ikatan hidrogen dari rantai polipeptida.

Banyaknya kandungan air di dalam molekul kolagen juga memperngaruhi

tinggi rendahnya suhu kerut, kandungan air yang tinggi menyebabkan

suhu kerut rendah sebaliknya kandungan air yang rendah menyebabkan

suhu kerut tinggi (Soeparno et al., 2001)

12

Page 13: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

Uji Kerut Maksimal. Serabut-serabut kolagen atau kulit mentah

akan mengkerut lebih kurang sepertiga atau seperempat dari panjang

semula jika dipanaskan dalam medium air pada suhu tertentu. Suhu kerut

tergantung dari besarnya ikatan silang yang terbentuk selama

penyamakan. Pengerutan kulit selama pemanasan terjadi karena

pelepasan ikatan hidrogen dari ikatannya dengan kolagen (Sumarno,

1995).

13

Page 14: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

MATERI DAN METODE

MATERI

Uji Kemuluran Kulit

Alat. Alat yang digunakan adalah tensile strenghth meter, jangka

sorong, skin thickness micrometers, tatah untuk membuat pola, penggaris

dan beban sesuai kebutuhan.

Bahan. Bahan yang digunakan adalah kulit samak kelinci.

Uji Kekuatan tarik

Alat. Alat yang digunakan adalah tensile strenghth meter, jangka

sorong, skin thickness micrometers, tatah untuk membuat pola, penggaris

dan beban sesuai kebutuhan.

Bahan. Bahan yang digunakan adalah kulit samak kelinci.

Uji Suhu Kerut

Alat. Alat yang digunakan adalah shrinkage meter, becker glass,

kompor pemanas dan thermometer.

Bahan. Bahan yang digunakan adalah kulit samak kelinci.

Uji Kerut Maksimal

Alat. Alat yang digunakan adalah shrinkagemeter, becker glass,

kompor pemanas dan thermometer.

Bahan. Bahan yang digunakan adalah kulit samak kelinci

Metode

Uji Kekuatan Tarik dan Kemuluran

Sampel kulit dibuat sesuai pola. Sebelum diuji sampel kulit diukur

ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong pada tiga bagian.

Sampel kulit kemudian dijepit pada pesawat tensile strength meter dari

scooper dengan jarak antara penjepit 5 cm. skala yang menunjukkan

beban maksimum dan angka pertambahan panjang diatur pada angka nol.

Pesawat dijalankan sampai sampel kulit menjadi putus dengan

menambah beban sedikit demi sedikit. Berat beban yang dibutuhkan

14

Page 15: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

sampai sampel kulit menjadi putus ditimbang dan angka pertambahan

panjang sampel kulit pada skala dicatat hasilnya.

11 cm

Gambar 1. Sampel kulit untuk uji kekuatan tarik dan presentase

kemuluran

Presentase kemuluran=(panjang akhir−panjang awal )panjang awal

×100%

Uji Suhu Kerut

Sampel kulit dibuat seperti pada gambar 2. Sampel kulit dipasang

pada alat shrinkage meter, yaitu dengan menjepit pada kedua ujung

sampel tersebut. Setelah suhu air pada tabung pengujian mencapai 60oC,

sampel kulit bersama penjepitnya digeser masuk ke dalam tabung sampai

seluruh bagian sampel tercelup ke dalam air. Suhu air dalam tabung

kemudian dinaikkan sampai 3oC setiap menit sampai sampel kulit

memendek atau mengkerut. Skala pengerutan diamati, apabila tanda

pada benang yang mula-mula tepat pada skala sudah bergeser ke kiri

maka suhu kerut sampel kulit telah tercapai, lalu dicatat hasilnya.

7,5 cm

9cm

Gambar 2. Sampel uji suhu kerut dan kerut maksimal

Uji Kerut Maksimal

Sampel kulit dari pengujian suhu kerut dibiarkan dalam larutan

sampai suhu larutan mencapai 100oC, kemudian dididihkan dalam larutan

tersebut selama 15 menit. Setelah itu sampel kulit diangkat dan diukur

15

Page 16: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

panjang akhir dari sampel. Kerut maksimal diukur sebagai pengerutan

kulit yang disebabkan oleh pemanasan dengan air mendidih selama 15

menit yang dinyatakan dalam presentase. Lalu hasil dicatat.

Presentase kerut maksimal=( panjang awal−panjang akhir )panjang awal

×100%

16

Page 17: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Kemuluran KulitUji kemuluran kulit menggunakan 3 sampel dengan kulit dan

perlakuan berbeda. kulit yang digunakan adalah kulit sapi, kelinci, dan

ular. Berdasarkan praktikum diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 3.2 Hasil uji kemuluran kulit samak

Jenis kulit Jenis Penyamakan % Kemuluran kulitKelinci Samak putih 58Sapi Samak krom 54Ular Samak nabati 22,8

Tabel di atas menunjukkan besarnya persen kemuluran kulit pada

beberapa jenis hewan. Presentase kemuluran tertinggi adalah kulit kelinci

sebesar 58% dengan metode samak putih. Selanjutnya adalah kulit sapi

sebesar 54% dengan metode samak krom, dan yang memiliki presentase

kemuluran paling rendah adalah kulit ular sebesar 22,8% dengan metode

samak nabati. Menurut penelitian Nurdiansyah (2012), SNI untuk fur

kelinci belum ada sehingga hasil penelitian mengacu pada SNI 4593-2011

tentang Kulit Jaket Domba/Kambing. Persyaratan mutu fisik kemuluran

kulit domba/kambing bahan jaket maksimal 60%. Hasil praktikum sudah

sesuai degan literature untuk kulit kelinci.

Kulit sapi dengan metode samak krom memiliki kemuluran yang

lebih tinggi daripada samak nabati, yaitu 54% untuk samak krom dan

22,8% untuk samak nabati. Hal ini sudah sesuai dengan Anwar (2002)

bahwa nilai kemuluran kulit samak krom yang dihasilkan memiliki nilai

yang lebih tinggi. Nilai kemuluran kulit yang tinggi dapat pula disebabkan

oleh hilangnya elastin mulai dari pengawetan hingga penyamakan.

Kemuluran kulit dengan nilai tinggi dimungkinkan karena bahan penyamak

krom yang digunakan. Fahidin dan Muslich (1999) berpendapat bahwa

17

Page 18: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

bahan penyamak krom merupakan metode yang digunakan untuk

menghasilkan kulit jadi yang lebih lemas dan lembut, daya tarik dan

mulurnya (tensile strength) lebih tinggi dan memungkinkan hasil yang baik

jika diberi warna.

Menurut Nurdiansyah (2012) penggunaan dosis minyak yang tinggi

menghasilkan nilai kemuluran kulit yang tinggi pula. Semakin banyak

minyak yang melumasi permukaan serat kulit maka kulit menjadi semakin

fleksibel dan mudah dilekukkan sehingga nilai kemuluran kulit bertambah.

Oetojo (1996) yang menyatakan bahwa semakin rendah jumlah serat kulit

yang dilapisi oleh emulsi minyak akan menghasilkan nilai kemuluran kulit

yang rendah atau sebaliknya.

Uji Kekuatan TarikMenurut Dewan Standardisasi Nasional (1990) kekuatan tarik

adalah besarnya gaya yang dibutuhkan untuk menarik kulit sampai putus.

Kemuluran adalah pertambahan panjang kulit pada saat ditarik sampai

putus dibagi dengan panjang semula dinyatakan dalam persen.

Pembentukan pola pada sampel dilakukan dengan cara ditatah. Hal ini

bertujuan untuk menjaga kulit dari kerusakan. Penggunaan gunting dapat

mengakibatkan struktur kulit mudah patah. Berdasarkan praktikum

diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 3.3 Hasil uji kekuatan tarik kulit samak

Jenis kulit Jenis Penyamakan Kekuatan tarik (kg/cm2)Kelinci Samak putih 60Sapi Samak krom 45,28Ular Samak nabati 83,33

Tabel di atas menunjukkan besarnya kekuatan tarik dari yang paling tinggi

adalah kulit ular, kulit kelinci dan kulit sapi. Semakin tebal kulit yang

dihasilkan, kekuatan tariknya semakin kecil. Hal ini sudah sesuai dengan

Mustakim dan Kurniawan (2010) kekuatan tarik akan berbeda sekali jika

tebal kulitnya berbeda. Hal ini karena tebal kulit merupakan pembilang

pada perhitungan besarnya kekuatan tarik dari kulit yang diukur. Jadi

semakin tebal kulit samak maka nilai kekuatan tariknya akan semakin

18

Page 19: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

kecil dan sebaliknya semakin tipis kulit maka kekuatan tariknya akan

semakin besar.

Menurut Purnomo (1992) semakin banyak bahan krom yang

digunakan kestabilan kulit juga akan semakin tinggi. Menurut Nurdiansyah

(2012) penggunaan dosis minyak yang tinggi menghasilkan nilai kekuatan

tarik kulit yang rendah. Semakin banyak minyak yang digunakan pada

proses fat liquoring, maka semakin banyak pula bagian permukaan serat

kulit yang terlumasi minyak sehingga kulit menjadi lemas dan mudah

direnggangkan. Keadaan inilah yang menyebabkan ikatan serat kulit

menjadi mengendur, sehingga kemampuan kulit dalam menahan beban

tarikan semakin berkurang.

Uji Suhu KerutBerdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil sebagai

berikut.

Tabel 2.4 Hasil uji suhu kerut kulit samak

Jenis kulit Jenis Penyamakan Suhu kerut °CKelinci Samak putih 74Sapi Samak krom 95

Larutan yang digunakan dalam uii ini adalah aquades dan gliserin.

Gliserin berfungsi untuk menaikkan titik didih. Hasil uji suhu kerut adalah

74°C untuk kulit kelinci samak dan 95°C untuk samak kulit sapi. Menurut

Soeparno et al. (2001) suhu kerut standar maksimal adalah 80ºC. Hasil

praktikum apabila dibandingkan dengan literatur tidak dalam kisaran

normal. Menurut Fitriyanto et al. (2004) tingginya suhu kerut dipengaruhi

oleh ikatan protein dengan garam dan bahan penyamak. Pengerutan kulit

selama pemanasan terjadi karena pelepasan ikatan hydrogen dari

ikatannya dengan kolagen. Adanya penetrasi garam menyebabkan

kestabilan protein kulit terhadap panas meningkat. Hal ini yang

menyebabkan kulit mempunyai suhu kerut yang tinggi.

19

Page 20: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

Uji Kerut MaksimalBerdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil sebagai

berikut.Tabel 2.5 Hasil uji kerut maksimal kulit samak

Jenis kulit Jenis Penyamakan Kerut maksimal (%)Kelinci Samak putih 63,6Sapi Samak krom 66,7

Tabel di atas menunjukkan hasil presentase kerut maksimal yaitu

untuk kulit kelinci sebesar 63,6% dan pada kulit sapi sebesar 66,7%.

Menurut Soeparno et al. (2001) presentase kerut maksimal pada kulit

adalah 30%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kedua kulit samak memiliki

presentase kerut maksimal di atas kisaran normal.

20

Page 21: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

BAB III

KESIMPULAN

Kunjungan Industri

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

proses penyamakan kulit di PT Adi Satria Abadi sudah cukup baik.

Terdapat instalasi pengolahan limbah hasil penyamakan untuk mencemari

lingkungan. Tahapan penyamakan kulit di PT Adi SAtria Abadi meliputi

tanning, dying, retanning, shaving, enzine, setter, hanging atau

pengeringan total, pelemasan kulit, wide stacking, stacking atau

pelemasan kulit, toggling, dan finishing,

Penyamakan KulitBerdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

proses penyamakan kulit kelinci metode samak putih meliputi weighing,

soaking, scouring, furfigh tanning, pickling, tanning, bastying, netralization,

retanning, fat liquoring, toggling, dan drying. Kulit kelinci yang dihasilkan

kurang bagus karena ada beberapa bagian bulu yang menggumpal.

Penyebabnya adalah bulu yang terkena urin kelinci dan juga terdapat

sedikit kesalahan ketika penimbangan bahan.

Uji Kualitas Kulit

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

presentase kemuluran kulit secara berturut-turut adalah kulit kelinci 58%,

kulit sapi 54%, kulit ular 22,8%. Faktor yang mempengaruhi kemuluran

kulit adalah jenis ternak dan jumlah minyak yang ditambahkan. Besarnya

kekuatan tarik kulit kelinci adalah 60 kg/cm2, kulit sapi 45,28 kg/cm2, dan

kulit ular 83,3 kg/cm2. Faktor yang mempengaruhi kekuatan tarik adalah

tebal kulit, penggunaan dosis minyak, dan pemakaian bahan penyamak.

Suhu kerut dan presentase kulit maksimal kulit kelinci adalah 74°C dan

63,6%, sedangkan kulit sapi 95°C dan 66,7%. Faktor yang mempengaruhi

adalah ikatan protein dengan garam dan bahan penyamak pada kulit.

21

Page 22: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

DAFTAR PUSTAKA

Dewan Standardisasi Nasional. 1990. SNI 06-1795-1990. Cara Uji Kekuatan Tarik dan Kemuluran Kulit. Departemen Perindustrian dn Perdagangan. Jakarta.

Fahidin dan Muslich. 1999. Ilmu dan Teknologi Kulit. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor.

Fitriyanto, A.N., Suharjono T., Yuni E. 2004. Pengaruh Protease Aspergillus sp. Pada Proses Soaking Kulit Domba Lokal Terhadap Parameter Kualitas Fisik Kulit Samak. Buletin Peternakan Vol.8 No.3.

Jayusman. 1990. Pengetahuan Bahan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Barang Kulit, Karet dan Plastik. Yogyakarta.

Mustakim, Aris S.W., A.P Kurniawan. 2010. Perbedaan Kualitas Kulit Kambing PE dan PB yang disamak Krom. Jurnal Ternak Tropika Vol.11 No.3

Nurdiansyah, D. 2012. Pengaruh Tingkat Penggunaan Minyak Ikan Tersulfit pada Proses Fat liquoring Terhadap Mutu Fisik Fur Kelinci. Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran. Bandung.

Oetojo, B. 1996. Penggunaan Campuran Kuning Telur dan Putih Telur Untuk Perminyakan Kulit. Majalah Barang Kulit, Plastik, dan Karet. 12 (24):47-53

Purnama, R. D. 2001. Teknik Penyamakan Kulit Bulu Kelinci Rex Dengan Bahan Penyamak Krom. Temu Fungsional Non Peneliti. Bogor.

Purnomo E. 1992. Penyamakan Kulit Kaki Ayam. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Said, M.I. 2012. Ilmu dan Teknologi Kulit. Hibah Penelitian Bahan Ajar. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Untari, S. 1999. Penyamakan Kulit Kelinci. BBKKP. Yogyakarta.

22

Page 23: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

LAMPIRAN

Foto kegiatan

Gambar 1. Penerimaan bahan baku Gambar 2. Proses tanning

Gambar 3. Proses pengamplasan Gambar 4. Kulit yang sudah jadi

23

Page 24: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

Perhitungan

Kekuatan tarik

Kulit samak krom

kekuatan tarik=FA

¿ 72kg81,53cm2

=45,28N /cm2

Kulit samak nabati

kekuatan tarik=FA

¿ 7,5kg0,09cm2

=83 ,33N /cm 2

Kulit samak bulu

kekuatan tarik=FA

¿ 9kg0,15cm2

=60N /cm2

Persentase kemuluran

kulit samak krom

% kemuluran=( pajangakhir−panjang awal)

panjang akhirx 100%

¿(7,7−5 )5

x100%=54%

Kulit samak nabati

% kemuluran=( panjangakhir−panjang awal)

panjang akhirx 100%

¿(4,3−3,5)53,5

x 100%=22,8%

Kulit samak bulu

% kemuluran=( panjangakhir−panjang awal)

panjang akhirx 100%

¿(7,9−5)5

x100%=58%

24

Page 25: Laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Kulit

Persentase Kerut Maksimal

Kulit samak krom

% kerut maksimal=(panjang awal−panjangakhir )

panjang awalx 100%

¿(9−8,4)9

x 100%=6,67%

Kulit samak bulu

% kerut maksimal=(panjang awal−panjangakhir )

panjang awalx 100%

¿(9−3)9

x100%=63,6%

25