ijh

67
Analgesia dan Sedatif Prinsip analgesi dan sedatif Memastikan pasien merasa nyaman menggunakan analgesic Sedatif berat hanya digunakan untuk mengontrol tekanan intracranial, masalah keamanan termasuk transport, atau kegagalan metabolik serebri membutuhkan control CMRO2 Sedatif ringan, hanya dengan menggunakan agen-agen kerja cepat Sedatif minimal atau tanpa sedatif diberikan apabila tidak terdapat masalah-masalah diatas Jangan menggunakan obat-obatan yang menginduksi terjadinya hipotensi Pemberian analgesic dan sedatif pada pasien neurologis khususnya bertujuan untuk mempertahankan rasa nyaman dengan minimal gangguan pada pemeriksaan neurologis, penyapihan ventilator, dan aktifitas rehabilitasi. Berbagai macam sedatif kerja cepat memiliki aktivitas yang berkepanjangan dengan pemberian infus terus menerus, dan para ahli neurologi seing memilih infus analgesik kerja cepat yang dapat diberhentikan untuk pemeriksaan neurologis, ditambah dengan bolus sedatif kerja cepat atau sedang. Terkadang, krisis tekanan intracranial, status epileptikus, atau krisis neurologis lain membutuhkan sedatif terus menerus. Hal ini sering dicapai dengan pemberian infuse benzodiazepine dosis tinggi atau barbiturat. Dosis tinggi propofol (>80 µg/kg/min) harus dihindari dikarenakan adanya risiko terjadi Propofol Infusion Syndrome (PRIS).

Upload: rhiri-elbie

Post on 09-Nov-2015

297 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

m.,

TRANSCRIPT

Analgesia dan SedatifPrinsip analgesi dan sedatif

Memastikan pasien merasa nyaman menggunakan analgesic Sedatif berat hanya digunakan untuk mengontrol tekanan intracranial, masalah keamanan termasuk transport, atau kegagalan metabolik serebri membutuhkan control CMRO2 Sedatif ringan, hanya dengan menggunakan agen-agen kerja cepat Sedatif minimal atau tanpa sedatif diberikan apabila tidak terdapat masalah-masalah diatas Jangan menggunakan obat-obatan yang menginduksi terjadinya hipotensi

Pemberian analgesic dan sedatif pada pasien neurologis khususnya bertujuan untuk mempertahankan rasa nyaman dengan minimal gangguan pada pemeriksaan neurologis, penyapihan ventilator, dan aktifitas rehabilitasi. Berbagai macam sedatif kerja cepat memiliki aktivitas yang berkepanjangan dengan pemberian infus terus menerus, dan para ahli neurologi seing memilih infus analgesik kerja cepat yang dapat diberhentikan untuk pemeriksaan neurologis, ditambah dengan bolus sedatif kerja cepat atau sedang. Terkadang, krisis tekanan intracranial, status epileptikus, atau krisis neurologis lain membutuhkan sedatif terus menerus. Hal ini sering dicapai dengan pemberian infuse benzodiazepine dosis tinggi atau barbiturat. Dosis tinggi propofol (>80 g/kg/min) harus dihindari dikarenakan adanya risiko terjadi Propofol Infusion Syndrome (PRIS).

Menilai Jalan NafasLEMON dan MOANS

Pasien yang sakit berat memiliki risiko gangguan jalan nafas ; karena itu, tatalaksana dini pada pasien-pasien ini harus mencakup penilaian jalan nafas. Penilaian jalan nafas ini membantu menentukan rencana strategis dan pemanfaatan sumber daya yang ada.

Mnemonik LEMON ini membantu dalam memperkirakan kesulitan jalan nafas :L = LihatE = Evaluasi pasien dalam membuka mulut dan posisi jalan nafasM = Mallenpati scoreO = ObstruksiN = Neck mobility (pergerakan leher)

Mnemonik MOANS membantu dalam memperkirakan penggunaan bag mask ventilation M = Mask seal (penutup) tidak bagus. Contoh : janggut, deformitas bentuk muka, dllO = Obesitas, kehamilan trimester ketiga, atau obstruksi. Misal : pembengkakan leher, angioedema, hematoma, kanker, dllA = Age (usia), usia tua kehilangan tonus otot yang menunjang jalan nafas bagian atasN = No teeth (tidak ada gigi) S = Stiffed lungs (paru-paru kaku) pada obstruksi saluran nafas atas, asma eksaserbasi, PPOK, dll

Pasien yang dianggap memiliki kesulitan harus segera me

Pada saat intubasi Induksi dan paralisis

Berikan : Etomidate 0,3 mg/kg atau ketamine 0,5-1 mg/kg Succinylcholine 1,5 mg/kg atau rocuronium 1,2 mg/kgInduksi harus dilakukan menggunakan agen yang tidak mempengaruhi CCP secara langsung. Etomidate adalah derivat imidazole kerja cepat yang paling stabil secara hemodinamik dari semua agen-agen yang digunakan untuk induksi. Kemampuannya untuk mengurangi CMRO2 dan tekanan intracranial dan kestabilan hemodinamiknya menjadikannya obat pilihan pada pasien dengan peningkatan tekanan intracranial. Alternatif lain dapat diberikan Propofol.Thiopental memiliki efek neuroprotektor dengan mengurangi kecepatan metabolisme oksigen basal pada otak (CMRO2) ; thiopental juga dapat mengurangi aliran darah otak, sehingga menurunkan tekanan intracranial. Bagaimanapun, thiopental merupakan venodilator dan inotropik negatif sehingga cenderung menimbulkan hipotensi dan mengurangi perfusi serebral.Di masa lampau, Ketamine secara luas dihindari bagi pasien yang diketahui mengalami peningkatan tekanan intracranial dan dipercaya dapat meningkatkan tekanan intracranial lebih jauh. Penelitian sekarang memperdebatkan hal ini. Bagaimanapun, kegunaan keetamine masih diragukan pada pasien yang mengalami hipotensi.Baik agen-agen depolarisasi maupun nondepolarisasi, dapat digunakan untuk melumpuhkan pasien setelah diinduksi. Succinylcholine masih merupakan obat pilihan untuk terapi pasien dengan peningkatan TIK, dikarenakan onsetnya yang cepat dan durasinya yang pendek. Walaupun telah dikaitkan dengan peningkatan TIK, namun hal ini tidak terlalu signifikan dan tidak dianggap sebagai kontraindikasi pemberian.

Tekanan darah dan Cardiac OutputVentilasi tekanan positif dapat menyebabkan hipotensi

Ventilasi dan tekanan jalan nafas dapat mempengaruhi tekanan darah dan kardiak output, terutama pada pasien hipovolemia Efek akan minimal jika anda memenuhi volume intravascular secara adekuat Mengaplikasikan PEEP, meningkatkan menit ventilasi, dan meningkatkan frekuensi pernapasan sambil memantau tekanan darah dan kardiak output (CO/CI)

Herniasi otak atau peningkatan TIK

Haruskah dilakukan hiperventilasi?

Dalam pengaturan klinis dan radiografi herniasi otak : Meminimalkan durasi hiperventilasi sebanyak mungkin Memperpanjang hiperventilasi membutuhkan penggunaan monitoring metabolisme CNS untuk melihat adekuasi dari aliran pembuluh darah otak; Oksimetri vena jugularis, monitoring oksigen jaringan otak, atau mikrodialisis otak Lihat protocol peningkatan TIK di ENLS Hiperventilasi rutin untuk mengontrol peningkatan TIK tidak dilakukan mengingat dapat menyebabkan eksaserbasi iskemi serebri Jika hiperventilasi dilakukan, jangan mengurangi PaCO2 dibawah 35 mmHg dan pertimbangkan metode lain untuk mengontrol TIK

Memilih Agen Induksi

Untuk induksi cepat

Induksi dilakukan menggunakan agen yang mempengaruhi tekanan perfusi serebri (CPP) : Fentanyl : dosis 2-3g/kg, mengurangi respon reflek simpatik (RSR) dihubungkan dengan intubasi, dan diberikan sebagai dosis tunggal sebelum terapi dalam 30-60 detik untuk mengurangi kemungkinan terjadinya apneu atau hipoventilasi sebelum induksi dan paralisis. Tidak diberikan pada pasien dengan hipotensi, atau pada pasien yang bergantung dengan agen simpatetik untuk mempertahankan tekanan darah yang adekuat untuk perfusi serebri Etomidate : derivate imidazole kerja cepat yang memiliki efek sedatif dan relaksasi otot dengan efek hemodinamik minimal Propofol : dalam dosis 2 mg/kg intravena, merupakan alternatif tetapi juga merupakan vasodilator yang menyebabkan hipotensi dan sering membutuhkan vasopressor untuk mempertahankan perfusi serebral Thiopental : dalam dosis 3 mg/kg intravena, memberikan efek neuroprotektif dengan cara mengurangi metabolisme oksigen basal otak (CMRO2) dan aliran darah otak , sehingga mengurangi TIK. Ketamine : agen yang secara hemodinamis netral, diberikan dengan dosis 2 mg/kg intravena. Pada masa lampau, dihindari karena dipercaya dapat meningkatkan TIK

Memilih Agen ParalitikSuccinylcholine vs RocuroniumUntuk intubasi cepat yang berurutan, dibutuhkan onset cepat terjadinya paralisis otot. Succinylcholine merupaka obat pilihan kecuali jika terdapat kontraindikasi dimana rocuronium dapat berguna. Succinylcholine (SCh) ; agen depolarisasi yang

Mempertimbangkan PretreatmentPengobatan pretreatment untuk menumpulkan respon simpatisUntuk pasien yang normotensive, atau hipotensi (SBP > 90 mmHg); pada saat intubasi diberikan kurang dari 3 menit : Lidokain 1,5 mg/kg DAN fentanyl/remifentanyl 3 g/kg selama 30 detikATAU Lidokain 1,5 mg/kg DAN esmolol 1-2 mg/kgUntuk pasien yang hipotensive (SBP 65 mmHg harus dipertahankan sepanjang waktu hingga peri-intubasi. Ini dapat membutuhkan vasopressor sampai pengisian volume cairan atau produk darah tercapaiKetika jalan nafas dimanipulasi, terdapat 2 respon yang akan berujung pada peningkatan TIK; terdapat respon reflek simpatis yang menyebabkan peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, peningkatan TIK; selain itu, terdaoat reflek laring yang menstimulasi peningkatan TIK, dan dikurangi dengan meminimalisir manipulasi jalan nafas. Tiga obat yang umum digunakan untuk premedikasi : lidocaine, fentanyl, esmolol Keuntungan utama lidokain dengan mengurangi reflek laring Beta blocker kerja cepat, esmolol, mengontrol denyut jantung dan tekanan darah sebagai respon terhadap intubasi. Dosis 2 mg/kg diberikan 3 menit sebelum intubasi. Pemberian beta blocker di instalasi gawat darurat masih bermasalah Fentanyl dengan dosis 2-3 g/kg mengurangi RSR yang disebabkan intubasi. Dosis yang direkomendasikan dalam instalasi gawat darurat yaitu 2-3 g/kg diberikan sebagai dosis tunggal sebagai dosis pre treatment dalam 30-60 detik untuk mengurangi kemungkinan terjadinya apneu.

Keputusan Untuk Melakakukan IntubasiBerapa tekanan darah pasien?Intubasi urutan cepat adalah metode yang disukai mengamankan jalan napas pada pasien dengandiduga tekanan intrakranial yang meningkat (ICP), karena memberikan perlindungan terhadap refleks tanggapan terhadap laringoskopi dan naik di ICP. Jauhkan Tekanan Cerebral Perfusi (Mean Tekanan arteri - ICP) antara 80-100 mmHg selama proses berlangsung. Jika ICP tidak diketahui, mengasumsikan ICP dari 20 mmHg.

Apakah Pasien Membutuhkan Intubasi?Kegagalan oksigenasi, ventilasi, melindungi jalan nafas dan mengatasi penurunan fungsi

Ada empat indikasi umum diterima untuk intubasi pasien: Kegagalan untuk oksigenat umumnya didorong oleh pulse oximetry meskipun dokter adalah teringat keterbatasan, misalnya, hipoperfusi, anemia berat, cat kuku buram. Capnometry menyediakan monitor untuk ventilasi meskipun juga memiliki keterbatasan dalam trauma dan tidak selalu berkorelasi dengan PCO2, namun tidak memberikan alat untuk memantau tren dalam status ventilasi pasien. Kemampuan untuk melindungi jalan napas merupakan dasar untuk meminimalkan risiko aspirasi dan yang komplikasi; ini terbaik dinilai dengan mengamati kemampuan pasien untuk spontan menelan atau menelan setelah penyedotan. Sebuah refleks muntah merupakan metode akurat menilai perlindungan jalan nafas, namun, jika iniYang digunakan terbaik yaitu dilakukan dengan kateter suction dan bukan pisau lidah.Tentu saja diantisipasi status jalan napas pasien adalah yang paling eksak indikator intubasipasien dan mengharuskan beberapa faktor harus dipertimbangkan termasuk lokasipasien dan sumber daya yang tersedia

Volume Inisiasi Siklus VentilasiParameter awalVolume awal parameter siklus ventilasi: Tidal Volume 8 cc / kg (berat badan ideal) Tingkat pernapasan: cocok pra-sedasi tingkat pernapasan spontan, atau set ke 12napas per menit fraksi Terinspirasi oksigen: 1,0; titrasi cepat untuk FiO2 terendah yang akan mempertahankan SpO2 di 95-99 % Mulai pemantauan capnometry (ETCO2) Pulse oksimetriHal ini berlaku untuk beberapa keadaan darurat neurologis, termasuk: cedera otak traumatis perdarahan subarachnoid perdarahan intraserebral besar Stroke iskemik dengan napas kompromi atau koma Hidrosefalus tumor intrakranial dengan status mental tertekan Diduga ICP tinggi dan status mental tertekan Diffuse edema serebral Status epileptikusTujuan ventilasi mekanik: Ventilasi mekanis harus hati-hati dititrasi untuk mempertahankan fisiologis homeostasis. Karena PCO2 adalah mediator akut yang paling ampuh dari pembuluh darah otak nada dan aliran darah otak, hati-hati harus digunakan ketika melakukan ventilasi. Selama ventilasi ke PCO2 rendah dan pH tinggi dapat menyebabkan penurunan aliran darah otak, memburuknya iskemia otak, dan kadang-kadang menyebabkan kejang. Di bawah ventilasi ke PCO2 tinggi dapat menyebabkan vasodilatasi cerebral dan menyebabkan ICP krisis. Keduanya sangat rendah (PO2 300 mmHg) telah sangat terkait dengan hasil yang buruk di TBI dan hipoksia-iskemik ensefalopati setelah gagal jantung. Jarang, dokter terpaksa menggunakan teknik ventilasi untuk mengelola intracranial bencana, seperti hiperventilasi tujuan untuk akut menurunkan intracranial. Tekanan pada pasien dengan herniasi otak akut. Teknik-teknik tersebut harus dilakukan untuk waktu minimum yang mungkin, namun, dengan tujuan menggantikan berarti lebih tahan lama penurunan ICP, dan memulihkan ventilasi homeostasis sebagai secepatnya

Sesaat Sebelum Intubasi TrakeaDengan tatacara yang baik dan efisien Preoxygenate dengan 100% O2 Berikan obat pretreatment Pertimbangkan agen osmotik (manitol atau saline hipertonik) jika ICP yang meningkat, atau diyakini meningkat Berikan agen induksi dan lumpuh secara bersamaan (jika menggunakan thiopental, sebelum memberikan suksinilkolin) 80 mmHg, atau CPP> 60-70 mmHg jika TIK dipantau Hindari terjadinya hypoventilate Pertahankan SpO2> 94% Pemeriksaan pupil Rontgen dada pasca intubasi endotrakeal tube Aman dan mendapatkan Pindah ke ventilator manajemen

Persiapan Intubasi Pastikan peralatan lengkap

Tinggikan tempat tidur kepala (HOB) IV akses X 2 Infuse kristaloid isotonik Siapkan vasopressor Memiliki obat intubasi NPO, pertimbangkan dekompresi NG Dokumentasikan pemeriksaan neurologis dalam catatan. Ini merupakan dasar penting untuk perawatan selanjutnya dan sangat penting sebelum sedasi atau kelumpuhan secara kimiawi Pemeriksaan harus mencakup GCS setidaknya; dan NIHSS untuk stroke akut dan penyitaan setiap kegiatan jika ada Pemeriksaan lebih luas jika memungkinkan harus mencakup tingkat kesadaran, nervus cranial (pupil, lapang pandang, kekuatan wajah, refleks kornea, batuk dan muntah), bahasa, hemineglect, fungsi motorik dari setiap anggota tubuh, melokaliksasikan rasa sakit jika ada Untuk pasien dengan serviks trauma tulang belakang laporan setiap ada nyeri tekan

Menyiapkan PeralatanTermasuk peralatan untuk gagal nafas

Keterjangkauan dan manfaat terbukti perangkat intubasi generasi baru telah membentuk standar baru dalam manajemen jalan napas. Untuk hanya laringoskopi direk gagal untuk memenuhi mengharapkan standar perawatan dalam mengelola pasien kritis. Keberhasilan laringoskopi direk tergantung pada anatomi pasien, kemampuan untuk hiperekstensi leher pasien dan membuat keselarasan sumbu visual. Pada trauma, laringoskopi direk dapat terhambat oleh imobilisasi segmen servikal, perdarahan, dan atau distorsi anatomi. Akibatnya, saluran napas manajemen dalam lingkungan kritis mengharuskan berbagai macam perangkat napas menjadi tersedia; minimal, perangkat tambahan optik, dan ventilasi intrapharyngeal sistem, misalnya, LMA, harus tersedia.

Pasien HipotensiPertimbangkan untuk melakukan hal berikut

Pada saat intubasi minus 3 menit memberikan: Cairan Produk darah inotropik pressorsHipotensi dapat menyebabkan hipoperfusi serebral. MAP > 65 mmHg harus dipertahankan setiap saat sepanjang peri-intubasi. Ini mungkin membutuhkan aliqt kecil vasopressor sampai memenuhi volume definitif atau produk pengganti darah dicapai.

Titrasi VentilasiMenyesuaikan ventilator

Target PaO2 adalah 35-40 mm Hg Target ETCO2 adalah 35-45 mmHg; menyesuaikan tingkat respirator untuk mencapai target ini Mendapatkan analisa gas darah arteri; Target awal adalah PaO2> 110 mmHg; menyesuaikan pengukuran ETCO2 dengan PaCO2 Kapnografi kuantitatif direkomendasikan pada pasien yg mengalami blokade neuromuscular Semua oksigenasi dan ventilasi tujuan harus disesuaikan seperlunya untuk mempertahankan homeostasis metabolik otak; FiO2 dapat ditingkatkan dalam menanggapi PbtO2 rendah, tapi hyperoxygenation dengan PaO2> 470 mmHg tidak disarankan.

Intubasi Trakhea

Pastikan HOB lebih 30 derajat Hindari hipotensi (menjaga MAP> 80 mmHg) Hindari hipoventilasi Tas-mask ventilasi segera jika desaturasi

Checklist Evaluasi / sirkulasi mengobati, saluran napas, pernapasan dan c-tulang Hindari / mengobati hipoglikemia atau overdosis opioid kimia Serum, gas darah arteri, monitor toksikologi urin Emergent kranial CT jika struktural atau etiologi tidak diketahui

Komunikasi Riwayat penyakit sekarang Riwayat medis atau riwayat penyakit dahulu yang relevan Temuan pada pemeriksaan neurologis Laboratorium yang relevan CT kepala, MRI, LP dan / atau hasil EEG jika tersedia Perawatan dilembagakan sejauh

Menilai ABC (Airway, Breathing, Circulation) dan C-SpineImobile C-spineC - Spine Airway, pernapasan dan sirkulasi yang dinilai dan bersamaan diperlakukan sebagai rinci di ENLS protokol Airway, Ventilasi dan Sedasi Survei Cepat kepala dan leher, dada, perut, dan kaki. Tulang belakang leher adalahbergerak jika ada kemungkinan trauma. Pemeriksaan glukosa Bedside dilakukan pada semua pasien tidak sadar. Jika glukosa darah 1.4Pertimbangkan antagonis vitamin K reversal dengan faktor dimurnikan konsentrat atau FFP jika warfarin atau antagonis vitamin K lainnya telah ditentukan, diikuti oleh vitamin K 10 mg IV. 4-faktor konsentrat protrombin kompleks (PCC) lebih suka FFP. Untuk menghitung volume plasma atau IU konsentrat kompleks protrombin:1. Tentukan target INR2. Convert INR ke persen (%) kompleks protrombin fungsional:

3. Hitung dosis:(Target dalam % PC - tingkat saat ini dalam % PC) X berat (kg) = mL FFP atau IU PCC yang dibutuhkanContoh: seorang pasien dengan INR tiba = 7,5, target INR 1,5, berat badan = 80 kg:(40-5) X 80 = 2.800Oleh karena itu, dosis yang dibutuhkan adalah 2.800 ml FFP atau 2.800 IU PCC.Reference: Schulman, S. Care of patients receiving long-term anticoagulant therapy.NEJM (2003) 349:675Meskipun tidak ada agen khusus untuk inhibitor trombin langsung dan inhibitor Xa, bisa dipertimbangkan charcoal aktif jika dosis terakhir adalah dalam waktu 8 jam. Pertimbangkan r-VIIa 80g / kg untuk dabigatran, atau PCC 30 IU / kg untuk rivaroxaban atau apixaban. FFP dan vitamin K tidak efektif.

Agen AntiplateletAspirin, klopidogrel, prasugrel, dllJika pasien telah mengkonsumsi obat antiplatelet, dapat dilakukan transfusi trombosit dan dipertimbangkan pemberian DDAVP 0,3 mcg / kg IV.

Tekanan DarahHaruskah tekanan darah diturunkan?

Pertahankan tekanan darah dibawah 140 mmHg ; pertimbangkan pemberian nicardipine IV dengan atau tanpa labetolol IV

Lokasi Pada OtakLokasi ICH pada serebriTentukan letak perdarahan (bisa lebih dari satu)Pilihan meliputi: lobar ganglia basalis thalamus cerebellum otak tengah pons intraventrikular

KoagulopatiAdakah koagulopati yang mendasari?Jika ya, pertimbangkan pemberian antikoagulan peroral atau parenteral, agen-agen antiplatelet, dan DIC

Kontrol Tekanan DarahKontrol tekanan darah kontinyuPertahankan tekanan darah dibawah 140 mmHg ; pertimbangkan pemberian nicardipine IV dengan atau tanpa labetolol IV

HeparinPemberian heparinBerikan Protamin Sulfat 1mg per 100 U heparin dalam 2 jam ; dosis maksimum adalah 50 mg

Skor ICHMenghitung skor ICHSkor ICH dapat dikalkulasikan berdasarkan :

Volume ICHMengukur volume hematomaApabila perdarahan terdapat pada parenkim otak, maka digunakan metode ABC/2

Peningkatan TIKApakah pasien berisiko untuk terjadi peningkatan TIK?Pertimbangkan untuk dilakukan monitoring TIK jika GCS 30 derajat; memastikan sedasi yang memadai; hiponatremia yang benar, hipertermia, dan edema vasogenik; hipertermia benar; terus CPP> 60-70 mmHg Tingkat 1 : airway aman; manitol 0,5-1 gm / kg IV bolus; Drainase CSF; mulai 3% garam 10-20 cc / jam Tingkat 2 : hipertonik bolus saline (3% -23,4%); mempertimbangkan propofol bolus dan infus; pertimbangkan kraniotomi decompressive Tingkat 3 : bolus pentobarbital dan infus dititrasi untuk tujuan ICP; menyebabkanhipotermia; hiperventilasi jika digunakan dengan monitor oksigen serebral; meningkatkan MAP untuk meningkatkan CPP

Pertimbangan Monitoring TambahanPertimbangkan tambahan monitoring, termasuk : oksigen jaringan otak atau oksimetri vena jugularis microdialysis Cerebral indeks autoregulasi tekanan CerebralPengobatan berdasarkan ICP dan CPP mungkin mengabaikan informasi yang signifikan pada fisiologis dan keadaan metabolisme otak. Selain itu, asumsi mengenai CPP mungkin tidak berlaku jika tekanan autoregulasi otak terganggu (lihat Kotak I). Teknik neuromonitoring pelengkap harus dipertimbangkan untuk mengoptimalkan manajemen medis pada pasien tertentu dengan cedera otak parah. Monitor oksigenasi otak: sensor oksigen jaringan otak, oksimetri vena jugularis. Microdialisis serebri. Laktat interstitial otak, laktat / piruvat rasio, dan glutamatadalah indikasi dari iskemia serebral di wilayah probe microdialysis. Indeks dinamis autoregulasi cerebral. Indeks ini mengungkapkan korelasiantara parameter hemodinamik sistemik (tekanan darah arteri atau CPP) danparameter fisiologis intrakranial, misalnya ICP (PRX), transcranial Doppler yang diturunkan CBF kecepatan (Mx), atau otak jaringan PO2 (Orx). Derajat tinggi korelasi menyarankan kegagalan autoregulasi.

Hipertensi Intrakranial atau HerniasiTIK > 20 mmHg atau tanda klinisHipertensi intracranial (peningkatan TIK) atau herniasi otak merupakan brain code dan harus dilakukan segera Hipertensi intracranial di definisikan sebagai peningkatan tekanan intracranial > 20 mmHg yang bertahan selama lebih dari 5 menit Tanda cardinal herniasi transtentorial adalah onset akut unilateral atau bilateraldilatasi pupil dengan hilangnya reaktivitas ringan, dan kehilangan kesadaran Perubahan klinis lain yang menunjukkan herniasi termasuk ekstensor sikap,hipertensi, bradikardi dan perubahan pola pernapasan (triad Cushing).

Mempertahankan Tekanan Perfusi Serebral 60-70 mmHgMenggunakan cairan dan atau vasopressinCPP (MAP-ICP) harus dipertahankan antara 60-70 mmHg untuk mencegah terjadinya iskemi serebri. Dapat dilakukan dengan mengurangi tekanan intracranial atau dicapai dengan meningkatkan MAP dengan cairan, vasopressin, atau inotropik

CT Scan Kepala Tanpa Kontras

Pencitraan kepala harus dilakukan untuk menyingkirkan adanya perdarahan, hidrosefalus, edema sitotoksik atau sumber lain dari massa efek yang menyebabkan peningkatan TIK CT adalah metode yang disukai pencitraan karena ketersediaan dan kecepatan pencitraan. Pasien perlu berbaring dibidang datar untuk penelitian ini untuk memastikan bahwa pasien bisa mentolerir penurunan tempat tidur bagian kepala saat pengangkutan. Hasil CT akan menginformasikan keputusan untuk menempatkan suatu saluran intraventrikular (hydrocephalus), melakukan craniectomy decompressive, atau menghilangkan lesi massa.

Pembedahan PenyelamatanJika langkah 1 dan 2 gagalMempertimbangkan operasi penyelamatan, yaitu prosedur yang dijelaskan dalam operasi dekompres di atas (evakuasi lesi massa atau craniectomy decompressive dengan tidak adanya massa lesi) dalam konsultasi dengan bedah saraf tersebut.Jika pasien tidak memenuhi syarat untuk operasi lebih lanjut, lanjutkan ke Tingkat Tiga.