iii.hasil dan pembahasan - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (gambar 3b). kemalir dibuat...

32
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kondisi umum daerah pendederan gurame diwilayah Desa Petir ini meliputi letak dan keadaan umum, kependudukan, sarana dan prasarana. 3.1.1 Letak dan Keadaan Umum Kecamatan Dramaga terletak di wilayah Bogor Barat Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 2.437.636 Ha. Kecamatan Dramaga memiliki 10 Desa diantaranya adalah desa Cikarawang, Babakan, Dramaga, Ciherang, Petir, Sukawening, Neglasari, Purwasari, Sukadamai dan Sinarsari. Desa Petir (Gambar 1) merupakan desa yang paling dominan dalam budidaya gurame. Desa Petir memiliki luas 448,25 Ha yang terdiri dari pesawahan 210 Ha, pekarangan 20 Ha, empang 20 Ha, perumahan 190 Ha, makam 4 Ha dan lainnya 8,25 Ha (Data Potensi Desa, 2010). Peta Desa Petir dapat dilihat pada Lampiran 1. Tekstur tanah yang terdapat di daerah Desa Petir yakni berupa tanah liat berpasir hal ini sangat cocok untuk melakukan budidaya. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2006) tekstur tanah merupakan bagian yang perlu diperhatikan. Jenis tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat berpasir. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang atau dinding kolam. Gambar 1. Desa Petir, Kecamatan Dramaga,Kabupaten Bogor Sumber : www.perikanan-budidaya.kkp.go.id

Upload: vancong

Post on 07-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

13

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian

Kondisi umum daerah pendederan gurame diwilayah Desa Petir ini

meliputi letak dan keadaan umum, kependudukan, sarana dan prasarana.

3.1.1 Letak dan Keadaan Umum

Kecamatan Dramaga terletak di wilayah Bogor Barat Kabupaten Bogor

dengan luas wilayah 2.437.636 Ha. Kecamatan Dramaga memiliki 10 Desa

diantaranya adalah desa Cikarawang, Babakan, Dramaga, Ciherang, Petir,

Sukawening, Neglasari, Purwasari, Sukadamai dan Sinarsari. Desa Petir (Gambar

1) merupakan desa yang paling dominan dalam budidaya gurame. Desa Petir

memiliki luas 448,25 Ha yang terdiri dari pesawahan 210 Ha, pekarangan 20 Ha,

empang 20 Ha, perumahan 190 Ha, makam 4 Ha dan lainnya 8,25 Ha (Data

Potensi Desa, 2010). Peta Desa Petir dapat dilihat pada Lampiran 1. Tekstur tanah

yang terdapat di daerah Desa Petir yakni berupa tanah liat berpasir hal ini sangat

cocok untuk melakukan budidaya. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2006)

tekstur tanah merupakan bagian yang perlu diperhatikan. Jenis tanah yang baik

untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat berpasir. Jenis tanah tersebut

dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat

pematang atau dinding kolam.

Gambar 1. Desa Petir, Kecamatan Dramaga,Kabupaten Bogor

Sumber : www.perikanan-budidaya.kkp.go.id

Page 2: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

14

Selain itu Desa Petir memiliki ketinggian sekitar 500 meter di atas

permukaan air laut, sehingga sangat cocok untuk melakukan budidaya gurame

karena menurut Jangkaru (2002) ikan gurame dapat hidup dan tumbuh normal,

sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan air laut. Sumber air yang terdapat

di Desa Petir terdiri dari 3 sumber air yakni berasal dari PAM sebanyak 155

saluran, sumur gali dan sumur dangkal sebanyak 1.182 saluran, mata air sebanyak

1.829 saluran, sehingga yang paling dominan air berasal dari mata air. Adapun

suhu berkisar antara 24-28 o

3.1.2 Kependudukan

C dengan pH perairan sekitar 6,5-8 (Data potensi

Desa, 2010).

Berdasarkan data potensi dan kelurahan tahun 2010 wilayah Desa Petir

memiliki 45 unit rukun tetangga dan 9 unit rukun warga dengan jumlah tempat

tinggal sebanyak 2.638 unit. Panjang jalan yang dimiliki oleh Desa yakni 14 km

dengan akses penggunaan alat transportasi berupa motor 700 unit, mobil angkutan

24 unit, truk 2 unit dan sedan 2 unit. Jumlah penduduk di wilayah Petir adalah

12.850 orang yang terdiri dari 6.539 orang laki-laki dan 6.311 orang perempuan.

Jumlah penduduk Desa Petir jika ditinjau dari tingkat pendidikannya adalah

sebagai berikut :

Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Petir Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2010

No Pendidikan Orang % 1 Belum Sekolah 1.510 11,73 2 Tidak Tamat SD/Sederajat 1.055 8,20 3 SD 4.870 37,83 4 SMP 3.100 24,08 5 SMA 2.320 18,02 6 Akademi 6 0,05 7 Universitas / Perguruan Tinggi 12 0,09

Jumlah 12.873 100 Sumber : Data Potensi Desa, 2010

Jenis pekerjaan di wilayah Desa Petir terdiri atas petani, buruh, penggali,

karyawan perusahaan, buruh pabrik, buruh bangunan, pedagang, sopir, ojek, PNS,

guru dan pemangkas rambut. Pekerjaan buruh baik itu buruh tani, buruh bangunan

maupun buruh pabrik adalah pekerjaan yang paling dominan yakni mencapai

46,18% dan 15,43% bekerja sebagai petani/pembudidaya, sisanya untuk pekerjaan

Page 3: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

15

yang lain. Secara rinci jenis pekerjaan dari penduduk di wilayah Desa Petir

disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2010

No Jenis Pekerjaan Orang % 1 Petani (Petani Ikan, Palawija, dll) 568 15,43 2 Buruh 1.700 46,18 3 Penggali 12 0,33 4 Karyawan Perusahaan 360 9,78 5 Buruh Pabrik 10 0,27 6 Tukang/Buruh Bangunan 550 14,94 7 Pedagang 240 6,52 8 Sopir 120 3,26 9 Tukang Ojek 58 1,58 10 PNS 41 1,11 11 Guru 20 0,54 12 Pemangkas Rambut/Salon 2 0,05

Jumlah 3.681 100 Sumber : Data Potensi Desa, 2010

3.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana merupakan faktor pendukung dari keberhasilan suatu

wilayah. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di wilayah Desa Petir adalah

tempat ibadah, pos hansip, pelayanan kesehatan, rumah makan, sarana

perekonomian dan sarana pendidikan. Secara rinci disajikan dalam Tabel 4. Selain

itu sarana seperti transportasi yang terdapat di Desa Petir didominasi sepeda motor

sebanyak 700 unit, angkutan 24 unit, sedan 2 unit dan truk 2 unit dengan panjang

jalan yakni 14 km (Data Potensi Desa, 2010).

Tabel 4. Sarana dan Prasarana Desa Petir Tahun 2010 No Sarana dan Prasarana Jumlah 1 Masjid 22 2 Musolah 17 3 Pos Hansip 30 4 Posyandu 11 5 Pos KB 1 6 Rumah Makan 2 7 Toko 4 8 Sarana Pendidikan

- TK - RA - SD Negeri - SDIT - SMP Swasta - Pesantren

1 1 6 1 1 3

Sumber : Data Potensi Desa, 2010

Page 4: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

16

3.2 Karakteristik Pembudidaya

Umumnya warga Desa Petir yang menjadi pembudidaya, mereka memiliki

lahan sendiri untuk melakukan usaha budidaya ikan gurame. Usaha tersebut

dilakukan perorangan dan sebagian besar merupakan usaha utama. Secara

keseluruhan mereka melakukan budidaya ikan gurame dengan menggunakan

kolam tanah. Responden pembudidaya ikan gurame berkisar antara 28-65 tahun

dengan rata-rata usia 50 tahun. Sebanyak 6 orang dari 16 responden para

pembudidaya memiliki pendidikan yang rendah yakni tidak tamat sekolah. Jumlah

yang tidak tamat 6 orang, lulusan SD 4 orang, lulusan SMP 3 orang, lulusan SMA

1 orang, Diploma 1 orang dan Sarjana 1 orang.

Adapun mengenai pengalaman budidaya rata-rata memiliki pengalaman

diatas 2 tahun dan yang paling lama memiliki pengalaman budidaya hingga 30

tahun. Para pembudidaya yang melakukan usaha budidaya ikan gurame ini 50%

atau sebanyak 8 orang menjadikan usaha budidaya gurame secara sampingan

sedangkan 50% atau sebanyak 8 orang menjadikan sebagai usaha utama. Sebagian

besar usaha gurame yang mereka jalankan dilakukan dari hasil memperoleh

keuntungan ataupun upah dari bertani dan usaha gurame ini dijadikan pekerjaan

sampingan karena membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan

penghasilan.

Gambar 2. Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Padat Tebar Gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga

Para pembudidaya gurame di Desa Petir masih tergolong tradisional dan

mereka melakukan budidaya berdasarkan pengalaman. Salah satu yang

Page 5: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

17

menggambarkan para pembudidaya tergolong tradisional adalah pada aspek utama

kegiatan budidaya yakni padat tebar. Korelasi antara padat tebar dengan luas

lahan yang dimiliki oleh para pembudidaya di Desa Petir tidak teratur (Gambar 2).

Seharusnya semakin luas lahan yang dimiliki maka semakin banyak jumlah benih

yang ditebar. Sehubungan dengan kurangnya memperhitungkan jumlah benih

yang ditebar, maka output benih yang dihasilkan oleh para pembudidaya di Desa

Petir belum optimal. Sehingga jumlah output benih yang dihasilkan di Desa Petir

hanya mencapai 133.500 ekor per musim tanam.

Pelatihan ataupun penyuluhan yang diadakan oleh dinas terkait baik itu

dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor maupun dari KKP jarang

mereka ikuti. Hal ini terbukti dengan 75% atau sebanyak 12 orang belum pernah

mengikuti pelatihan dan 25% atau sebanyak 4 orang pernah mengikuti pelatihan.

Para pembudidaya gurame di Desa Petir ini memiliki kolam sendiri untuk

melakukan usaha budidaya gurame dan sebagian besar mereka menggarap sendiri

untuk melakukan usaha.

3.3 Teknik Pendederan Ikan Gurame

Pendederan merupakan kegiatan lanjutan setelah proses pembenihan.

Kegiatan pendederan yang dilakukan di Desa Petir dimulai dari pendederan tahap

ke 3 hingga tahap ke 5. Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional (2000)

pendederan tahap 3 dimulai dari ukuran kuaci/kuku kelingking (2-4 cm) sampai

jempol (4-6 cm), pendederan tahap 4 dimulai dari jempol (4-6 cm) sampai silet (6-

8 cm) dan tahap 5 dimulai dari silet (6-8 cm) sampai korek/jinggo (8-11 cm).

Adapun tahapan kegiatan pendederan ikan berdasarkan petunjuk teknis budidaya

Direktorat Jendral Perikanan Budidaya (2010) dan disesuaikan dengan kegiatan

yang dilakukan di Desa Petir kegiatan pendederan terdiri atas persiapan kolam,

penebaran benih, pemeliharaan ikan, pemberian pakan, pencegahan hama

penyakit, pemanenan dan pemasaran.

3.3.1 Persiapan Kolam

Persiapan kolam dilakukan untuk menyiapkan proses budidaya. Kolam

yang digunakan oleh para pembudidaya gurame di Desa Petir yakni berupa kolam

tanah dengan ukuran per kolam seluas 80-400 m2. Pada tahapan persiapan kolam

Page 6: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

18

ini yang pertama kali dilakukan adalah pengeringan wadah dengan cara membuka

saluran outlet (Gambar 3a) dan menutup saluran inlet. Untuk saluran inlet dan

outlet digunakan pipa PVC dengan ukuran 3-4 inch karena pipa PVC bersifat

tahan lama dan tidak mudah lapuk. Kolam yang sudah kering dibiarkan selama 5

hari. Setelah itu tanah dicangkul lalu diratakan kembali dengan tujuan ketika nanti

diairi, tanah menjadi lembut dan lubang-lubang tanah akan tertutup sehingga air

tidak akan keluar akibat bocor dari pori-pori tersebut.

Selanjutnya tahapan kedua adalah pemeriksaan pematang. Pematang

merupakan hal yang sangat penting. Ukuran pematang disesuaikan dengan luas

kolam. Semakin luas kolam maka pematang yang dibuat lebih lebar. Pematang

yang dibuat dari tanah biasanya ditumbuhi rumput, oleh karena itu rumput yang

tumbuh disekitar pematang dibersihkan terlebih dahulu. Berikutnya adalah

pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk

mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan mudah di

ambil.

Setelah proses pengeringan dan perbaikan pematang dilakukan kemudian

kolam diberi kapur dengan tujuan untuk meningkatkan pH air, meningkatkan

ketersediaan unsur hara dalam tanah, menetralisir senyawa-senyawa beracun baik

organik maupun non anorganik, merangsang populasi dan aktivitas

mikroorganisme tanah. Proses pengapuran dilakukan dengan cara menebarkannya

pada sisi kolam. Dosis kapur yang digunakan oleh para pembudidaya secara

keseluruhan belum memenuhi standar nasional karena masih ada yang

menggunakan kapur melebihi standar yang ditetapkan.

(a) (b)

Gambar 3. Saluran Outlet (a) dan Kemalir dalam Kolam Pendederan Gurame di Desa Petir (b)

Page 7: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

19

Dosis penggunaan kapur yang digunakan oleh para pembudidaya beragam.

Dosis terkecil adalah 0,05 kg/m2 dan terbesar adalah 0,15 kg/m2. Jumlah kapur

yang diberikan dihitung berdasarkan luas lahan. Adapun penggunaan kapur jika

dihubungkan dengan luas lahan terlihat bahwa semakin luas lahan maka jumlah

kapur yang diberikan semakin banyak, namun pada Gambar 4 terlihat adanya

korelasi yang tidak teratur, karena pembudidaya di Desa Petir menentukan dosis

kapur berdasarkan pengalaman. Sehingga jika dibandingkan dengan Badan

Standarisasi Nasional (2000) dosis kapur untuk proses pendederan ikan gurame

yang digunakan sebaiknya tidak boleh melebihi ataupun kurang dari 50 gr/m2 atau

0,05 kg/m2

Gambar 4. Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan Kapur di Desa Petir, Kecamatan Dramaga

.

Proses selanjutnya adalah pemupukan, yakni dengan mencampurkan urea

1 kg, TSP 1,5 kg dan postal secukupnya. Dosis pemberian pupuk anorganik yang

dilakukan oleh para pembudidaya Desa Petir rata-rata hampir sama. Tujuan dari

pemupukan ini adalah untuk menumbuhkan pakan alami didalam wadah. Secara

aktual penggunaan urea di Desa Petir didasarkan pada jumlah kolam yang dimiliki

dan tidak memperhitungkan luasan kolam. Untuk satu kolam diberikan urea

sebanyak 1,5 kg. Banyaknya penggunaan urea yang diberikan seharusnya

berhubungan dengan luas lahan yang dimiliki. Semakin luas lahan maka

penggunaan urea semakin banyak, akan tetapi korelasi antara urea dan luas lahan

memiliki hubungan yang berbeda-beda (Gambar 5a). Selanjutnya adalah

pemberian TSP. Pemberian TSP secara keseluruhan untuk masing-masing

Page 8: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

20

pemudidaya yakni sama yakni 1 kg. Sehingga apabila dilihat pada Gambar 5b

korelasi antara luas lahan dengan pemberian TSP tidak berpengaruh.

(a) (b)

Gambar 5. Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan Urea (a) dan Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan TSP (b)

Setelah proses pemupukan selesai maka dilakukan pengisian air. Sumber

air yang digunakan di Desa Petir untuk budidaya ikan berasal dari air permukaan.

Air permukaan merupakan air yang mengalir masuk ke kolam mengikuti arah

gravitasi dari saluran irigasi yang dialirkan dari mata air ataupun dari sungai. Air

yang baik yaitu tidak tercemar oleh cemaran fisik, kimia dan biologi dari alam,

industri, pemukiman dan pertanian (Badan Standardisasi Nasional, 2006).

Pengisian air pada tahapan awal dilakukan hingga mencapai tinggi 60 cm dan

berikutnya setelah ukuran gurame bertambah pengisian air hingga mencapai 80

cm.

3.3.2 Penebaran Benih

Penebaran benih dilakukan setelah kolam banyak ditumbuhi plankton.

Benih yang ditebar berasal dari pembudidaya diwilayah Desa Petir, Situ Daun dan

Ciseeng dengan ukuran kuaci sekitar 2-2,5 cm (Gambar 6a). Pada proses

penebaran benih sebelum melakukan penebaran terlebih dahulu dilakukan proses

aklimatisasi selama 45 menit dengan tujuan untuk menghindari stress pada ikan

(Gambar 6b). Hal tersebut dilakukan karena menurut Agus (2001) bila penebaran

benih yang dibawa menggunakan kantong plastik, maka benih yang akan

dimasukkan ke dalam air, secara perlahan-lahan dibiarkan beberapa saat agar suhu

Page 9: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

21

yang ada dalam kantong plastik sama dengan suhu air kolam. Kemudian kantong

plastik dibuka dan benih gurame dibiarkan keluar dengan sendirinya.

(a) (b)

Gambar 6. Benih gurame (a) dan Proses Aklimatisasi (b)

Harga benih gurame ukuran 2-2,5 cm adalah Rp. 200 dengan bobot 2,5-3,5

gram. Penebaran benih dilakukan pada sore hari karena air didalam kolam

memiliki suhu yang hangat yakni 27-28oC. Penentuan padat tebar tidak

diperhitungkan berdasarkan luas lahan yang dimiliki oleh para pembudidaya.

Sehingga padat tebar benih ditentukan sendiri oleh pembudidaya gurame Desa

Petir berdasarkan modal usaha yang dimiliki dan berdasarkan pengalaman. Secara

aktual padat tebar minimal 7 ekor/m2 dan maksimal 25 ekor/m2. Adapun

banyaknya benih yang ditebar rata-rata secara keseluruhan padat tebar

pembudidaya gurame di Desa Petir adalah 17 ekor/m2

No

. Pembudidaya di Desa Petir

jika digolongkan berdasarkan padat tebar memelihara gurame tergolong kepada

tradisional. Perbandingan padat tebar disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Perbandingan Padat Tebar Ikan Gurame Keterangan Padat Tebar

1 Tradisional (Aktual) 17 ekor/m2

2 Semi Intensif (Hatimah,et al 1992 dalam Jangkaru, 2002) 25 ekor/m

3

2

Intensif (SNI : 01- 6485.3 – 2000) 60 ekor/m2 Sumber : Data Primer (2011), Jangkaru (2002) dan BSN (2000)

Berdasarkan Tabel 5 maka untuk lebih optimal dalam penggunaan input

produksi, maka perlu adanya peningkatan padat tebar. Kepadatan ikan dalam

kolam dapat mempengaruhi pertumbuhan, karena ketika kepadatan ikan relatif

rendah dan populasi pakan alami mencakupi maka pertumbuhan ikan berada

dalam keadaan maksimal (Hepher and Pruginin, 1981).

Page 10: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

22

3.3.3 Pemeliharaan Ikan

Ikan dipelihara selama 125 hari atau sekitar 4 bulan terhitung dari ukuran

kuaci (2-2,5 cm) hingga korek (10-11 cm). Pada proses pemeliharaan berlangsung

tentunya pengelolaan kualitas air pun dilakukan. Pergantian air selama melakukan

pemeliharaan umumnya tidak dilakukan. Pergantian air hanya dilakukan pada saat

panen saja. Akan tetapi, untuk pembudidaya yang mendapatkan hasil panen

dengan nilai SR yang besar yang dilakukan adalah dengan mengganti air selama

pemeliharaan paling sedikit satu kali.

Pada musim hujan terdapat penanganan khusus ketika memelihara ikan.

Hujan yang turun dengan lebat dapat mengganggu keberadaan benih karena hujan

bersifat asam. Adapun yang dilakukan ketika musim hujan yakni dengan

memberikan kararas (daun pisang kering) dengan cara disebarkan diatas kolam

dan ini merupakan cara tradisional. Menurut Saparinto (2008) keasaman pH dapat

dinaikkan 1 digit dengan memberikan H3PO4

Menurut Khairuman (2003) gurame paling menyukai perairan yang jernih,

tenang dan tidak banyak mengandung lumpur. Selain itu gurame tergolong ikan

yang peka terhadap suhu rendah sehingga jika suhu perairan lebih rendah daripada

kisaran suhu optimal, gurame tidak akan produktif. Ikan mempunyai batas suhu

tinggi dan rendah serta suhu optimal untuk pertumbuhan, inkubasi telur, konversi

makanan dan resistensi/ketahanan terhadap penyakit tertentu. Batas optimim suhu

(asam fostat) sebanyak 0,5 gr untuk

100 liter air dan untuk menaikkan pH 1 digit dengan memberikan sodium

bikarbonat sebanyak 0,5 gr untuk 100 liter air.

Kondisi pH di Desa Petir berdasarkan Data Potensi Desa (2010) yakni

sekitar 6,5-8. Perairan yang produktif adalah perairan yang mempunyai pH antara

6,5-9 (Boyd, 1982). Menurut Anonimous (1995), pH yang baik untuk

pertumbuhan ikan gurame adalah 6,2-7,8. Sembilan puluh persen perairan alami

memiliki kisaran pH sebesar 6,7-8,2 dan ikan sebaiknya tidak dipelihara pada

perairan dengan pH di luar kisaran 6,5-9,0 (Schmittou dan Emeritus, 1993). pH air

memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan ikan. Nilai pH yang mematikan

bagi ikan yaitu kurang dari 4 dan lebih dari 11. Pada pH yang kurang dari 6,5 atau

lebih dari 9 dalam waktu yang lama, akan mempengaruhi pertumbuhan dan

reproduksi ikan (Boyd, 1982).

Page 11: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

23

sangat bergantung pH, kandungan oksigen dan faktor lain seperti ketinggian

tempat, kedalaman air dan cuaca. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 25-

30o

3.3.4 Pemberian Pakan

C (Badan Standardisasi Nasional, 2006).

Para pembudidaya gurame Desa Petir memberikan pakan untuk

pemeliharaan gurame dari ukuran kuaci (2-2,5 cm) hingga ukuran korek (10-11

cm) yakni berupa postal dan tepung pelet. Postal (Gambar 7) merupakan

campuran dari bahan sekam padi, kotoran ayam dan dedak. Postal dapat berfungsi

sebagai pupuk tambahan. Pemberian postal dilakukan pada pagi hari yakni sekitar

pukul 09.00 WIB setiap hari.

Gambar 7. Postal

Dosis penggunaan postal ditentukan berdasarkan perhitungan 1 kg postal untuk

500 ekor ikan gurame. Sehingga korelasi antara penggunaan postal dengan jumlah

benih berpengaruh secara nyata (Gambar 8). Semakin banyak jumlah benih yang

akan ditebar maka kebutuhan postal akan semakin banyak.

Gambar 8. Grafik Korelasi Antara Jumlah Benih Gurame dengan Postal di Desa

Petir, Kecamatan Dramaga

Page 12: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

24

Cara pemberian postal ini yakni dengan menebarkannya ke kolam. Setelah

masa pemeliharaan mencapai 85 hari, maka yang diberikan bukan hanya postal

akan tetapi diberikan pula tepung pelet. Tepung pelet merk PS-P merupakan

pakan benih yang memiliki kandungan protein 40%, lemak 10%, serat kasar 8%

dan kadar air 12%. Sebelum tepung pelet diberikan maka tepung dibuat seperti

adonan pasta yakni dengan mencampurkan air 250-300 ml kedalam1 kg tepung

pelet. Selain itu terkadang para pembudidaya memberikan pakan berupa daun

sente yang sudah ditumbuk secara halus. Semakin banyak jumlah benih yang

ditebar maka kebutuhan tepung pelet semakin banyak pula. Akan tetapi

penggunaan tepung pelet pada masing-masing pembudidaya beragam, sehingga

korelasi antara jumlah benih dengan tepung pelet tidak teratur (Gambar 9). Hal ini

disebabkan karena para pembudidaya memperhitungkan biaya produksi. Sehingga

pemberian tepung pelet disesuaikan dengan kondisi biaya yang dimiliki.

Gambar 9. Grafik Korelasi Antara Jumlah Benih Gurame dengan Tepung Pelet di Desa Petir, Kecamatan Dramaga

Pemberian pakan untuk gurame menurut Badan Standarisasi Nasional

(2009) untuk gurame ukuran 3-5 cm pakan yang diberikan seharusnya berupa

pelet berdiameter 1-2 mm dengan kandungan protein yang disesuaikan dengan

ukuran ikan, yakni dengan kadar protein 38%. Sedangkan ukuran ikan 5-15 cm

dengan diameter pelet 2-3 mm kadar proteinnya 32%. Para pembudidaya Desa

Petir lebih memilih postal karena harga postal sangat terjangkau sedangkan pelet

memiliki harga yang cukup tinggi. Sehingga postal dan tepung pelet dipilih

sebagai pakan untuk pendederan gurame.

Page 13: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

25

3.3.5 Pencegahan Hama dan Penyakit

Gurame termasuk jenis ikan yang relatif tahan terhadap serangan hama

dan penyakit. Pemeliharaan gurame secara intensif lebih mudah dalam mengatasi

hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit terutama mengancam

kelangsungan hidup gurame dari stadium telur, benih, mulai menetas hingga

pendederan. Gurame yang dipelihara dalam kolam atau sawah lebih mudah

diserang hama (Khairuman, 2003). Umumnya, hama dikenal juga sebagai

predator atau pemangsa. Hama terdiri dari hewan atau binatang, baik yang hidup

di dalam air maupun yang hidup di darat.

Untuk hama yang sering datang pada kolam pendederan gurame di Desa

Petir yakni berupa burung pemakan ikan (blekok) yang datang pada saat tengah

malam menuju pagi hari. Selain itu ular dan sero juga sekali-kali muncul dikolam

dan memakan ikan. Tindakan pencegahan dilakukan secara mekanis yakni dengan

membunuh langsung hama tersebut apabila ditemukan. Selain itu, dapat juga

dilakukan dengan memasang berbagai jenis perangkap. Menurut Khairuman

(2003) pencegahan yang paling efektif adalah menjaga kebersihan kolam dan

membatasi seluruh area kolam dengan membuat pagar sehingga hama tidak dapat

leluasa masuk ke areal perkolaman.

Selain hama tentunya ada pula penyakit yang menyerang ikan gurame.

Menurut Khairuman (2003) ada dua kelompok yang dapat menyebabkan ikan

sakit. Pertama, penyakit akibat gangguan jasad hidup atau biasa disebut dengan

penyakit parasiter. Kedua penyakit yang disebabkan bukan oleh jasad hidup

melainkan faktor fisika dan kimia perairan atau disebut dengan penyakit

nonparasiter. Beberapa jenis jasad renik yang menyebabkan penyakit parasiter

adalah virus, jamur, bakteri, protozoa, nematoda (cacing) dan udang renik.

Sementara itu penyakit nonparasiter selain disebabkan oleh sifat fisika dan kimia

juga disebabkan oleh kualitas pakan yang kurang baik.

Untuk penyakit yang cukup terkenal di Desa Petir yakni disebut penyakit

asang akibat bakteri Flavobacterium columnare dengan gejala klinis yang terjadi

adalah ikan lemas, nafsu makan kurang, sirip/insang rontok. Penanganan yang

dilakukan yakni dengan memberikan garam dapur yang sudah dilarutkan dalam

air sebanyak 10 kg untuk kolam ikan yang terkena penyakit.

Page 14: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

26

3.3.6 Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah pemeliharaan ikan selama 125 hari yakni

sampai ukuran korek (10-11 cm) (Gambar 10). Pemanenan dapat dilakukan pada

saat pagi hari ataupun sore hari. Sebelum dipanen ikan terlebih dahulu dipuasakan

(tidak diberi pakan) dengan tujuan untuk mengeluarkan kotoran dari perut ikan

dan mengurangi stres saat penanganan ikan. Proses pemanenan dilakukan dengan

menyurutkan air sedikit demi sedikit sementara saluran air yang masuk diperkecil.

Kemudian jaring lembut dipasang pada outlet (lubang pengeluaran) untuk

menampung benih atau bisa juga dengan membuat parit ditengah kolam menuju

ke lubang pengeluaran. Setelah air kolam surut, benih digiring masuk ke petak

kecil.

Gambar 10. Hasil Panen Gurame

Untuk pengiriman benih jarak dekat, maka ikan dimasukkan ke dalam

jirigen (Gambar 11). Sedangkan untuk pengiriman jarak jauh bisa dilakukan

dengan 2 cara yakni pengemasan secara terbuka dan secara tertutup.

Gambar 11. Jirigen (Keranjang Panen)

Untuk pengemasan tertutup yakni dengan menggunakan plastik panen dan diberi

oksigen. Hal yang perlu diperhatikan untuk pengemasan dengan plastik panen

untuk jarak jauh adalah padat tebar dalam satu plastik dan plastik kemasan itu

Page 15: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

27

sendiri. Plastik kemasan yang digunakan adalah plastik ukuran 10 kg yang tebal,

tidak kaku dan tidak mudah sobek serta berwarna putih jernih dengan kepadatan

200-300 ekor/kantong. Akan tetapi untuk pemanenan di Desa Petir biasanya

pembeli datang sendiri ke tempat budidaya dan semua alat panen disiapkan oleh

pembeli tersebut.

3.3.7 Pemasaran

Proses pemasaran yang dilakukan oleh tiap pembudidaya berbeda-beda.

Sebagian pembudidaya ada yang memasarkan hasil panen ke pengumpul,

memasarkan ke pembudidaya pembesaran sekitar kecamatan dramaga dan

memasarkan ke daerah lain seperti Ciseeng, Parung ataupun ke luar daerah. Benih

hasil panen ukuran 10-11 cm atau biasa disebut korek ini dijual dengan harga Rp.

1.200,00. Untuk pemasaran ikan yang dijual ke pengumpul, para pembudidaya

tidak perlu menyiapkan alat panen, semua alat panen dan pekerja disiapkan

langsung oleh pengumpul.

3.4 Penggunaan Faktor Produksi

Budidaya merupakan serangkaian kegiatan untuk memproduksi suatu

produk. Proses keberhasilan produksi yang dilakukan untuk usaha pendederan

gurame ini didukung oleh faktor internal maupun eksternal. Berdasarkan hasil

pengamatan faktor internal yang berpengaruh untuk input produksi terdiri dari

benih, urea, kapur, postal, tepung pelet dan tenaga kerja. Sedangkan faktor

eksternal terdiri dari cuaca, suhu, iklim dan lain-lain. Berikut ini data rata-rata

penggunaan input usaha pendederan gurame yang disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata Input dan Output Produksi Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga

No Keterangan Penggunaan Input Rata-rata input per m2 Min Max Rata-Rata

1 Luas Kolam (m2 200 ) 2.250 883 1,0000 2 Benih Gurame (ekor) 4.000 30.000 13.094 14,827 3 Urea (kg) 3 14 7 0,008 4 TSP (kg) 2 9 4 0,005 5 Kapur (kg) 10 180 66 0,075 6 Postal (kg) 1.000 7.500 3.289 3,724 7 Tepung Pelet (kg) 30 180 76 0,086 8 Tenaga Kerja (jam kerja) 188 294 234 0,265 9 Output (ekor) 2.500 18.000 8.344 9,448

Sumber : Data Primer, 2011

Page 16: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

28

Kolam yang digunakan oleh para pembudidaya yakni berupa kolam tanah

dengan rata-rata luas kolam secara keseluruhan adalah 883 m2 dengan kisaran luas

kolam yang digunakan 200-2.250 m2. Jumlah kolam yang dimiliki oleh tiap

pembudidaya yakni berkisar 2-9 kolam dengan ukuran per kolam masing-masing

berkisar 80-400 m2. Berdasarkan perhitungan rata-rata input dan output produksi

per m2 yakni benih gurame yang ditebar berkisar 4.000-30.000 ekor per luas

kolam dengan padat tebar 15 ekor/m2 (Tabel 6). Usaha budidaya pendederan

gurame di Desa Petir termasuk tradisional dan masih perlu dikembangkan menjadi

semi intensif. Menurut Hatimah, et al (1992) dalam Jangkaru (2002) padat tebar

untuk pendederan gurame adalah 25 ekor/m2. Secara intensif menurut Badan

Standarisasi Nasional (2000) bahwa padat tebar ikan gurame yakni 60 ekor/ m2.

Urea dan TSP merupakan pupuk non organik yang digunakan saat

persiapan wadah. Urea yang digunakan oleh para pembudidaya untuk seluruh

kolam yang dimiliki berkisar 3-14 kg dengan rata-rata 7 kg atau menghabiskan

0,008 kg/m2, sedangkan TSP yang digunakan berkisar 2-9 kg dengan rata-rata 4

kg atau menghabiskan 0,005 kg/m2 (Tabel 6). Adapun pakan yang diberikan

untuk ikan gurame pada proses pendederan yakni berupa postal. Kisaran pakan

postal dari masing-masing pembudidaya per hari yakni 3-11 kg. Besaran tersebut

didasarkan dengan jumlah benih yang ditebar pada kolam. Secara keseluruhan

dari mulai tebar sampai panen postal yang terpakai yakni berkisar 1000-7.500 kg

dengan rata-rata menghabiskan 3,724 kg/m2 atau 3289 kg per panen.

Selain postal sebagai tambahan untuk kebutuhan nutrisi dari ikan gurame

pakan yang diberikan yakni berupa tepung pelet dengan kisaran 30-180 kg.

Tepung pelet yang diberikan rata-rata sebanyak 0,086 kg/m2. Untuk tenaga kerja

seluruhnya dikelola oleh seorang pekerja yakni mulai dari persiapan,

pemeliharaan dan pemanenan. Adapun biasanya hanya pada tahapan persiapan

saja yang menggunakan tenaga kerja dari buruh setempat yakni sebanyak 2-3

orang. Rata-rata pekerja menghabiskan waktu 0,265 jam/m2

3.5 Analisis Penggunaan Faktor Produksi

dengan nilai upah Rp.

5.000/jam.

Fungsi produksi menjelaskan adanya hubungan antara vaiabel dependent

(Y) dengan variabel independent (X). Berdasarkan hasil pengamatan pada usaha

Page 17: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

29

pendederan gurame di Desa Petir ada beberapa variabel dari input produksi yang

diduga mempengaruhi output yang dihasilkan. Variabel tersebut diantaranya

adalah benih gurame (X1), urea (X2), TSP (X3), kapur (X4), postal (X5), tepung

pelet (X6) dan tenaga kerja (X7

No

). Model yang digunakan dalam analisis fungsi

produksi usaha pendederan gurame ini adalah model fungsi produksi Cobb-

Douglas. Hasil analisis dengan meggunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary

Least Square) diperoleh hasil koefisien regresi yang menggambarkan elastisitas

produksi. Data hasil pendugaan tersebut disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil pada Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir

Peubah Koefisien Regresi thitung 1 Intercept 0,625 0,399 2 X1 0,752 (Benih Gurame) 1,120 3 X2 0,093 (Urea) 0,836 4 X3 -0,065 (TSP) -0,412 5 X4 0,005 (Kapur) 0,040 6 X5 0,081 (Postal) 0,134 7 X6 0,172 (Tepung Pelet) 1,021 8 X7 -0,029 (Tenaga Kerja) -0,323

Sumber : Data Primer, 2011

Keterangan : Multiple R Square = 0,976 R square = 0,952 Adjusted R Square = 0,911 Standard Error = 0,099 Fhitung = 22,832 Ftabel = 14,067

Berdasarkan analisis Ordinary Least Square pada Tabel 7, dapat dibuat

persamaan linear sebagai berikut :

Y = 0,625. (X1)0,752. (X2)0,093. (X3)-0,065. (X4)0,005. (X5)0, 081.(X6)0,174.(X7)-0,029 ................................................................................................................ (12)

Atau

Ln Y = 0,625 + 0,752 Ln X1 + 0,093 Ln X2 – 0,065 Ln X3 + 0,005 Ln X4 +

0,081 Ln X5 + 0,174 Ln X6 – 0,029 Ln X7

Berdasarkan hasil analisis pendugaan fungsi produksi dengan model

kuadrat terkecil melalui analisis kriteria statistik diperoleh nilai Multiple R Square

…………………….. (13)

3.5.1 Analisis Kriteria Statistik

Page 18: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

30

0,976 yang menunjukkan bahwa nilai tersebut mendekati satu, sehingga dapat

dikatakan bahwa nilai tersebut berkorelasi positif. Nilai korelasi positif

menjelaskan bahwa apabila nilai input dinaikkan maka akan mempengaruhi

kenaikkan nilai output. Nilai R Square 0,952 menunjukkan bahwa dari variabel

input (benih gurame, urea, TSP, kapur, postal, tepung pelet dan tenaga kerja)

menjelaskan produksi output sebesar 95,2 %. Sedangkan sisanya yaitu 4,8 %

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model fungsi

produksi.

Nilai Adjusted R Square sebesar 0,911 menunjukkan bahwa dengan

semakin banyak variabel dimasukkan untuk variabel penjelas maka dalam regresi

akan mengurangi derajat kebebasan. Adapun nilai standard error yang diperoleh

dari hasil analisis model kuadrat terkecil sebesar 0,099 adalah merupakan nilai

galat baku dari regresi secara keseluruhan. Nilai Fhitung yang diperoleh dari hasil

analisis fungsi produksi adalah sebesar 22,832 dan Ftabel sebesar 14,067 hal ini

menunjukkan bahwa Apabila nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel maka tolak

H0

3.5.2 Analisis Ekonometrik

, artinya faktor produksi secara serentak berpengaruh nyata terhadap output

yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan pula bahwa model produksi pada

persamaan 12 dan 13 dapat digunakan dalam analisis selanjutnya.

Analisis ekonometrik merupakan kelanjutan dari analisa statistik. Adapun

fungsi dari analisis ekonometrik adalah untuk mengetahui apakah model regresi

memenuhi asumsi normalitas, multikolinearitas, homoskedastisitas, dan

autokorelasi (Santoso, 2000). Untuk analisa kriteria ekonometrik dalam penelitian

ini digunakan software SPSS 16.0 (Statistical Product and Service Solution versi

16.0). Hasil analisis diperoleh bahwa pada model regresi terpenuhi asumsi

normalitas. Asumsi normalitas ditunjukkan pada grafik Normal P-P Plot of

Regression. Terlihat bahwa nilai Y (variabel dependent) didistribusikan secara

normal terhadap nilai X (variabel independent), dimana data menyebar disekitar

garis diagonal dengan mengikuti arah garis tersebut (Lampiran 6)

Multikolinearitas dapat diuji dengan melihat nilai toleransi dan nilai VIF

(Variance Inflation Factor). Suatu model regresi dikatakan bebas dari

multikolinearitas apabila memiliki nilai toleransi mendekati angka satu dan nilai

Page 19: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

31

VIF disekitar angka satu. Hasil pengujian diperoleh data bahwa untuk nilai

toleransi tidak ada satupun variabel yang mendekati angka satu dan pada nilai VIF

tidak ada satu variabel yang berada disekitar angka satu (Tabel 8). Artinya bahwa

variabel seperti benih gurame, urea, TSP, kapur, postal, tepung pelet dan tenaga

kerja pada data mengalami multikolinearitas. Multikolinearitas dapat dihindari

dengan menambah sampel dan mengeluarkan variabel yang memiliki korelasi

tinggi. Namun hal tersebut tidak dapat dilakukan karena sampel penelitian yang

diperoleh hanya 16 sampel.

Tabel 8. Nilai Toleransi dan VIF untuk Setiap Variabel Input No Keterangan Nilai Toleransi VIF 1 Benih Gurame (X1 0,014 ) 73,667 2 Urea (X2 0,147 ) 6,787 3 TSP (X3 0,088 ) 11,310 4 Kapur (X4 0,345 ) 2,903 5 Postal (X5 0,016 ) 63,934 6 Tepung Pelet (X6 0,150 ) 6,684 7 Tenaga Kerja (X7 0,191 ) 5,242

Sumber : Data Primer, 2011

Walaupun demikian pada hasil analisis fungsi produksi dengan

menggunakan Cobb-Douglas ini, multikolinearitas merupakan masalah yang sulit

dihindari. Masalah multikolinearitas dalam suatu analisis dapat diabaikan bila

terjadi pada variabel-variabel dengan nilai koefisien regresi yang tidak tinggi.

Multikolinearitas yang terjadi pada variabel dengan nilai koefisien regresi yang

tidak tinggi ini disebut multikolinearitas yang tidak sempurna.

Hasil analisis ekonometrik selanjutnya adalah asumsi model regresi

homoskedastisitas yang merupakan variasi dari garis regresi yang konstan untuk

nilai variabel X. Apabila tidak terjadi, diduga mengalami heteroskedastisitas yang

merupakan adanya ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Untuk melihat terjadinya heteroskedastisitas dapat dilihat

pada grafik scatterplot apakah terdapat pola tertentu pada hasil scatterplot atau

tidak ada pola (Lampiran 7). Pada grafik scatterplot terlihat jelas bahwa titik- titik

menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu. Hal ini membuktikan

bahwa model regresi pada usaha pendederan gurame di Desa Petir tidak

Page 20: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

32

mengalami heteroskedastisitas dan layak digunakan untuk analisis pendugaan

fungsi produksi.

Pada analisis ekonometrik diperoleh pula nilai Durbin-Watson sebesar

1,880 hal ini membuktikan bahwa tidak terjadi autokorelasi. Suatu model regresi

yang bebas dari autokorelasi dapat terjadi apabila nilai Durbin-Watson diantara -2

sampai dengan +2. Problem autokorelasi positif terjadi jika pada suatu model

regresi nilai Durbin-Watson dibawah -2 sedangkan problem autokorelasi negatif

terjadi apabila diatas +2. Sehingga autokorelasi terjadi akibat tidak

dimasukkannya variabel penting dalam model atau karena data tidak linear.

Apabila suatu model regresi memiliki masalah autokorelasi, maka model regresi

yang seharusnya signifikan menjadi tidak layak untuk dipakai.

3.5.3 Kriteria Ekonomi

Fungsi produksi dapat dikatakan layak ataupun tidak diketahui dengan

melakukan analisis kriteria ekonomi. Tanda positif pada penggunaan input

menunjukkan bahwa output dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah input.

Berdasarkan analisis kuadrat terkecil pada Tabel 7 dan persamaan 12 atau 13

menunjukkan bahwa koefisien yang bertanda positif adalah variabel X1 (benih

gurame), X2 (urea), X4 (kapur), X5 (postal) dan X6 (tepung pelet). Hal tersebut

menunjukkan bahwa apabila dilakukan peningkatan pada variabel tersebut maka

akan mempengaruhi peningkatan output sesuai dengan besarnya koefisien yang

dimiliki. Untuk yang memiliki tanda negatif adalah variabel X3 (TSP) dan X7

Nilai elastisitas produksi menunjukkan presentase perubahan, dalam hal

ini perubahan input akan mengakibatkan perubahan output. Nilai elastisitas pada

variabel X

(Tenaga Kerja) hal ini menunjukkan bahwa jika dilakukan penambahan pada

variabel tersebut maka akan mengurangi output yang dihasilkan berdasar koefisen

yang dimiliki.

1 (benih gurame) sebesar 0,752 dapat diartikan bahwa apabila ada

penambahan benih gurame sebanyak 1 satuan dengan asumsi input yang lain tetap

(cateris paribus) maka output akan meningkat sebanyak 0,752 satuan. Nilai

elastisitas X2 (Urea), X4 (Kapur), X5 (postal) dan X6 (tepung pelet) masing–

masing sebesar 0,093 ; 0,005 ; 0,081 dan 0,174 dapat diartikan bahwa apabila ada

penambahan pada masing–masing input produksi tersebut sebanyak 1 satuan

Page 21: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

33

dengan asumsi input yang lain tetap (cateris paribus) maka masing–masing output

akan meningkat sebanyak 0,093 ; 0,005 ; 0,081 dan 0,174.

Analisa Return to Scale (RTS) merupakan analisis yang dilakukan untuk

mengetahui apakah usaha pendederan gurame ini berada dalam kondisi

increasing, constant, atau decreasing return to scale. Kondisi skala usaha

tersebut dapat diketahui dengan cara menjumlahkan besaran elastisitas pada

fungsi produksi. Hasil penghitungan penjumlahan besaran elastisitas atas variabel

X1 (benih gurame), X2 (urea), X4 (kapur), X5 (postal) dan X6

3.6 Analisis Optimalisasi Penggunaan Input

(tepung pelet)

adalah sebesar 1,103. Hasil tersebut menunjukkan bahwa usaha pendederan

gurame di Desa Petir dalam kondisi increasing to scale yang artinya penambahan

proporsi input produksi akan meningkatkan proporsi penambahan output. Dengan

demikian usaha pendederan gurame di Desa Petir ini masih berpeluang

ditingkatkan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum.

Prinsip optimalisasi penggunaan input adalah upaya yang dilakukan agar

menggunakan input seoptimal mungkin agar menghasilkan output yang maksimal

(Soekartawi, 1994). Hasil perhitungan untuk Nilai Produksi Marginal (NPM),

input dan output yang optimal serta rasio NPM dengan harga input pada usaha

pendederan gurame Desa Petir disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9. Nilai NPM, Input dan Output yang Optimal, serta Nilai Rasio NPM dan Pxi

No

pada Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir Keterangan b Pi NPM xi NPM/Pxi Aktual

per mOptimal per m2 2

1 Output (ekor)

1200

9,448 34,283 2 Benih Gurame (ekor) 0,752 200 574,657 2,873 14,827 42,601 3 Urea (Kg) 0,093 2000 135436,293 67,718 0,008 0,525 4 Kapur (Kg) 0,005 2500 687,097 0,275 0,075 0,021 5 Postal (Kg) 0,081 1000 245,780 0,246 3,724 0,915 6 Tepung Pelet (Kg) 0,174 6000 22825,881 3,804 0,086 0,329

Sumber : Data Primer, 2011 Keterangan :

bi : Elastisitas Produksi Pxi : Harga Produksi NPM : Nilai Produksi Marginal

Page 22: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

34

Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa harga rata-rata untuk output

sebesar Rp. 1.200, benih gurame sebesar Rp. 200, Urea Rp. 2.000, Kapur Rp.

2.500, Postal Rp. 1.000, Tepung Pelet Rp. 6.000 dan Tenaga Kerja Rp. 5.000.

Berdasarkan rasio NPM dengan Pxi, jika nilai yang dihasilkan kurang dari satu

maka penggunaan input produksi belum optimal dan harus dikurangi sedangkan

apabila lebih dari satu maka penggunaan input belum optimal dan masih perlu

ditambahkan (Soekartawi, 1994).

Umumnya pada kondisi aktual penebaran benih tidak memperhitungkan

antara jumlah benih yang akan ditebar dengan luasan kolam. Sehingga padat tebar

pada masing-masing pembudidaya berbeda. Kolam yang dimiliki pembudidaya

dengan ukuran 80 m2 padat tebar mencapai 19-25 ekor/m2 sedangkan kolam

dengan ukuran 375-400 m2 padat tebar hanya mencapai 7-15 ekor/m2. Oleh karena

itu padat tebar untuk gurame di Desa Petir perlu dilakukan optimalisasi. Sehingga

capaian output gurame yang dihasilkan dapat lebih maksimal. Berdasarkan Tabel

9 padat tebar optimal untuk benih gurame yakni sebesar 42 ekor/m2 atau

peningkatan jumlah benih pada masing-masing pembudidaya yakni sebanyak

2,873 kali. Peningkatan padat tebar dalam wadah pemeliharaan tentunya perlu

mempertimbangkan batas tertentu, apabila melewati batas maka akan mengganggu

proses fisiologis dan tingkah laku ikan yang akhirnya dapat menurunkan kondisi

kesehatan, pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup

(Wedemeyer, 1996).

Selain benih yang perlu dilakukan optimalisasi yakni urea. Hasil analisis

menunjukkan bahwa urea dapat ditingkatkan hingga mencapai 67,718 kali.

Penggunaan urea secara optimal sebesar 0,525 kg/m2 dari kondisi aktual 0,008

kg/m2. Penggunaan tepung pelet dapat dinaikkan hingga 3,804 kali dari kondisi

aktual 0,086 kg/m2 menjadi 0,329 kg/m2

Penggunaan kapur untuk mencapai optimal sebesar 0,021 kg/m

. Perhitungan rasio NPM dan Pxi yang

kurang dari satu adalah kapur dan pakan postal dengan masing-masing nilai

sebesar 0,275 dan 0,246. Penggunaan input tersebut masih belum optimal

sehingga perlu dilakukan pengurangan input untuk menambahkan output yang

dihasilkan. 2 dari

kondisi aktual 0,075 kg/m2 perlu dikurangi sebanyak 0,275 kali. Menurut

Page 23: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

35

Saparinto (2008) penggunaan dosis kapur yang diberikan untuk budidaya gurame

yang baik yakni 0,015-0,025 kg/m2. Penggunaan postal untuk mencapai optimal

sebesar 0,915 kg/m2 dari kondisi aktual 3,724 kg/m2 perlu dikurangi sebanyak

0,246 kali. Jika penggunaan input produksi yang optimal ini diterapkan, dimulai

dari padat tebar secara aktual 15 ekor/m2 menjadi optimal sebanyak 25 ekor/m2

ataupun 42 ekor/m2 maka output yang dihasilkan pun akan mengalami

peningkatan. Dengan asumsi tingkat kelangsungan hidup (SR) sebesar 65% maka

output yang dihasilkan akan mengalami peningkatan dari 10 ekor/m2 masing–

masing menjadi 16 ekor/m2 dan 28 ekor/m2 setiap musim tanam per tahun. Oleh

karena itu optimalisasi input produksi dapat menghasilkan output optimal sebesar

42,601 ekor/m2 dari kondisi aktual 14,827 ekor/m2.

Berdasarkan analisis Cobb Douglas padat tebar optimal 42 ekor/m2 dan

menurut Hatimah, et al (1992) dalam Jangkaru (2002) padat tebar untuk

pendederan gurame yakni sebanyak 25 ekor/m2

3.7 Analisis Finansial

. Berkaitan dengan hal tersebut

untuk melakukan peningkatan harus disesuaikan dengan penerapan teknologi

budidaya yang cocok. Penerapan teknologi yang dapat digunakan yakni dapat

berupa pemeliharaan gurame dengan menggunakan hapa pada kolam, sehingga

dengan seperti itu pemberian postal dapat lebih efektif dan dapat dikurangi.

Pemberian pakan lebih terpusat pada satu tempat, sehingga gurame dapat terbiasa

pada tempat tersebut dan mudah mengetahui letak pakan yang diberikan.

Teknologi pemeliharaan gurame dengan hapa ini dapat meningkatkan

pertumbuhan benih (Agromedia, 2007). Pengelolaan kualitas air perlu dilakukan

juga ketika adanya peningkatan padat tebar. Penggantian air dapat dilakukan

secara berkala sebanyak minimal 2 kali selama pemeliharaan gurame. Menurut

Saparinto (2008) pergantian air dapat membantu penggelontoran sisa kotoran dan

pakan. Untuk pergantian air sebaiknya tidak menimbulkan arus.

Analisis finansial merupakan analisis yang dilakukan pada suatu proyek

yang dapat ditinjau dari sudut badan atau orang yang menanamkan uangnya dalam

proyek tersebut. Analisis finansial pada usaha pendederan ikan gurame di Desa

Petir ini meliputi analisis usaha, analisis kriteria investasi dan analisis kriteria

sensitivitas.

Page 24: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

36

3.7.1 Analisis Usaha

Untuk melakukan peningkatan hasil budidaya tentunya membutuhkan

biaya. Berdasarkan tabel 10 adanya peningkatan dari biaya investasi, biaya tetap

dan biaya variabel pada masing–masing kondisi yakni untuk biaya investasi dan

biaya tetap pada kondisi aktual Rp. 32.214/m2 (investasi) dan Rp. 3.139/m2 (biaya

tetap) menjadi optimal Rp. 38.873/m2 (investasi) dan Rp. 11.496/m2 (biaya tetap)

per tahun, yakni dengan musim tanam sebanyak 2 kali dan pola tanam sebanyak 8

siklus per tahun pada 4 buah kolam maka keuntungan yang diperoleh jika pada

kondisi aktual Rp. 5.143/m2 meningkat pada kondisi optimal menjadi Rp.

29.129/m2.

Tabel 10 Kenaikan Biaya Investasi, Biaya Tetap, Biaya Variabel, Penerimaan dan Keuntungan Usaha Pendederan Ikan Gurame di Desa Petir per m2

Uraian

Kondisi Aktual dan Optimal

Kondisi Aktual (m2 Optimal (m) 2 Kenaikan (%) )

Investasi (Rp) 32.214 38.873 121% Biaya Tetap (Rp) 3.139 11.496 366% Biaya Variabel (Rp) 14.847 25.833 174% Total Penerimaan (Rp) 23.126 66.458 287% Keuntungan (Rp) 5.143 29.129 566% Tambahan Modal (Rp) 19.342

Sumber : Data Primer, 2011 Peningkatan biaya tersebut secara keseluruhan terjadi karena adanya

peningkatan pada tebar. Sehingga apabila padat tebar ditingkatkan maka akan

mempengaruhi biaya produksi. Secara ekonomis peningkatan produksi didapatkan

berdasarkan biaya. Sehingga hasil analisis yang diperoleh untuk kenaikan biaya

yang paling besar dari aktual ke optimal adalah biaya tetap dengan kenaikan

366%. Analisis usaha pada usaha pendederan ikan gurame di Desa Petir meliputi

analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C), analisis

Payback Period (PP) dan analisis Break Even Point (BEP).

1. Analisis Pendapatan Usaha

Berdasarkan Tabel 11 untuk usaha pendederan gurame Desa Petir secara

aktual memiliki perbedaan biaya baik pengeluaran maupun keuntungan yang

diperoleh. Penambahan modal untuk kondisi optimal sebesar Rp 17.079.251/tahun

dari kondisi aktual sebesar Rp. 15.881.606/tahun menjadi Rp. 32.960.857/tahun

Page 25: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

37

maka keuntungan per tahun jika pada kondisi aktual adalah sebesar Rp.

4.541.753/tahun sedangkan pada kondisi optimal sebesar Rp. 25.721.278/tahun.

Pada kondisi aktual keuntungan sebesar Rp. 4.541.753/tahun dirasakan masih

kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karena itu sebagian

besar para pembudidaya memiliki pekerjaan sampingan dan merasa bahwa usaha

gurame yang dijalankan kurang menguntungkan.

Tabel 11. Analisis Pendapatan Usaha (Laba Rugi)

No Uraian Kondisi

Kenaikan Aktual Optimal

A Penerimaan (Per Tahun)

Total Penerimaan 20.423.359 58.682.135 287 % B Pengeluaran (Per Tahun)

Biaya Tetap 2.771.990 10.150.640 366%

Biaya Variabel 13.109.616 22.810.217 174 %

Total Pengeluaran 15.881.606 32.960.857 208% C Keuntungan 4.541.753 25.721.278 566% D Analisis Usaha R/C 1,29 1,78 138% Pay Back Period (Tahun) 1,39 0,58 42 % Break Even Point (Rp) 7.740.681 16.605.224 215 % Break Even Point (ekor) 3.964 11.319 286%

Sumber : Data Primer, 2011 2. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya

Analisis ini berguna untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang

diperoleh untuk kegiatan usaha selama periode tertentu apakah usaha yang

dijalankan menguntungkan ataupun tidak. Hasil analisis diperoleh pada kondisi

aktual nilai R/C adalah 1,29 nilai ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 yang

dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 1,29. Sedangkan pada

kondisi optimal nilai R/C adalah 1,78 ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 yang

dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 1,78. Nilai R/C pada

kondisi aktual dan optimal menunjukkan bahwa nilai tersebut lebih dari 1

sehingga usaha pendederan ini menguntungkan dan masih dapat dilakukan

peningkatan.

3. Analisis Payback Period (PP)

Analisis Payback Period (PP) ini berguna untuk mengetahui waktu yang

dibutuhkan untuk mengembalikan investasi yang ditanamkan. Pada kondisi aktual

Page 26: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

38

diketahui nilai PP sebesar 1,39 tahun atau sekitar 16,68 bulan. Sedangkan pada

kondisi optimal nilai PP dari hasil perhitungan sebesar 0,58 tahun atau setara

dengan 6,96 bulan (Tabel 11).

4. Analisis Break Even Point (BEP)

Break even point (BEP) menjelaskan tentang nilai suatu penjualan dengan

biaya produksi yang menentukan batas impas suatu usaha agar tidak mengalami

kerugian. Hasil analisis diperoleh nilai bahwa untuk usaha pendederan gurame

Desa Petir secara aktual nilai impas usaha tersebut berdasarkan jumlah volume

dalam bentuk rupiah agar tidak mengalami kerugian nilai penerimaan dan biaya

yang harus dikeluarkan sebesar Rp. 7.740.681 pada kondisi tersebut pembudidaya

tidak akan mengalami keuntungan ataupun kerugian. Untuk kondisi optimal yakni

sebesar Rp. 16.605.224. Untuk nilai BEP berdasarkan volume dalam bentuk ekor

secara aktual diperoleh nilai 3.964 ekor, artinya nilai tersebut menunjukkan

apabila penjualan benih hanya memperoleh 3.964 maka usaha tidak mengalami

keuntungan ataupun kerugian. Untuk kondisi optimal adalah sebesar 11.319 ekor

dan nilai ini menunjukkan batas impas penjualan (Tabel 11).

3.7.2 Analisis Kriteria Investasi dan Analisis Sensitivitas

Analisis kriteria investasi dan analisis sensitivitas merupakan analisis yang

dilakukan untuk mengetahui seberapa layak usaha pendederan gurame di Desa

Petir. Beberapa nilai yang penting untuk analisis kriteria investasi yakni Net

Present Value (NPV), Net Benefit/Cost (Net B/C), dan Internal Rate of Return

(IRR). Pada penelitian ini analisis kriteria invesatasi dihitung berdasarkan kondisi

aktual dan kondisi optimal. Perhitungan kondisi aktual dianalisis tanpa proyek,

sedangkan optimal dengan menggunakan proyek. Berikut ini adalah beberapa

asumsi dari penelitian optimalisasi penggunaan input produksi budidaya

pendederan gurame di desa Petir :

1. Skenario yang dibuat terdiri atas 4 skenario yang terdiri atas :

a. Skenario 1 kondisi optimal dengan lahan milik sendiri dengan

padat tebar 42 ekor/m2

b. Skenario 2 kondisi optimal teknis dengan lahan milik sendiri

dengan padat tebar 25 ekor/m

(Data Primer, 2011)

2 (Hatimah et, al 1992 dalam

Jangkaru 2002)

Page 27: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

39

c. Skenario 3 kondisi optimal dengan lahan sewa dengan padat tebar

42 ekor/m2

d. Skenario 4 kondisi optimal teknis dengan lahan sewa dengan padat

tebar 25 ekor/m

(Data Primer, 2011)

2

2. Harga sewa kolam yakni Rp. 600.000/tahun

(Hatimah et, al 1992 dalam Jangkaru 2002)

3. Survival Rate (SR) atau tingkat kelangsungan hidup sebesar 65%

4. Jumlah kolam sebanyak 4 buah, 2 kali panen dengan pola tanam sebanyak

8 siklus dari ukuran kuaci (2-2,5 cm) hingga korek (10-11 cm).

5. Pada kondisi optimal teknis pakan yang diberikan berupa postal hingga 85

hari dan diberikan pelet hingga 40 hari (penghitungan jumlah pakan =

bobot rata-rata ikan x jumlah populasi ikan yang ditanam x % tingkat

pemberian pakan (gr atau kg)).

6. Tingkat suku bunga berdasarkan deposito akhir bulan Mei 2011 dari bank

BRI sebesar 6%.

7. Umur proyek selama 5 tahun dengan pertimbangan sesuai dengan umur

investasi kolam.

Penyusunan skenario ini berdasarkan kondisi di Desa Petir yakni rata-rata

lahan yang digunakan adalah lahan milik sendiri dan tidak pernah melakukan

pinjaman ke pihak bank untuk melakukan usaha budidaya gurame. Skenario

kriteria investasi dibuat karena kondisi yang ada pada sebagian besar

pembudidaya memiliki lahan sendiri dan untuk modal usaha didapatkan dari hasil

usaha yang lain. Selain itu dilakukan pula analisis sensitivitas dengan tujuan untuk

mengetahui apakah secara matematis akan terjadi suatu perubahan yang cukup

signifikan terhadap penerimaan pendapatan apabila terjadi perubahan dari biaya

input produksi. Pada analisis sensitivitas ini asumsi dengan meningkatkan harga

benih sebesar 20% hal ini didasarkan dengan adanya kenaikan harga benih dari

beberapa tahun sebelumnya (Lampiran 13). Hal ini dilakukan karena benih

merupakan faktor produksi yang cukup penting untuk usaha pendederan gurame.

1. Skenario 1 (Kondisi Optimal Lahan Milik Sendiri)

Analisis kriteria investasi pada usaha pendederan gurame di Desa Petir jika

menggunakan skenario pertama, yakni menggunakan lahan milik sendiri. Pada

kondisi optimal 42 ekor/m2 diperoleh nilai NPV dengan umur proyek selama 5

Page 28: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

40

tahun sebesar Rp. 157.121.952. Nilai NPV ini menunjukkan manfaat bersih

selama umur proyek. Net B/C merupakan manfaat bersih tambahan yang diterima

proyek dari setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan. Nilai Net B/C pada

skenario pertama adalah sebesar 3,70 artinya usaha tersebut akan memberikan

manfaat bersih sebesar 3,70 pada setiap biaya Rp 1,00 selama 5 tahun. IRR

merupakan tingkat pengembalian internal yaitu kemampuan suatu proyek

menghasilkan return (satuannya %). Pada skenario pertama nilai IRR diperoleh

sebesar 71% per tahun dari investasi yang ditanamkan selama 5 tahun umur

proyek (Lampiran 14). Untuk analisis sensitivitas pada skenario pertama pada

kondisi optimal kenaikan harga benih 20% menyebabkan nilai NPV, Net B/C dan

IRR untuk proyek selama 5 tahun mengalami perubahan data.

Tabel 12. Kriteria Investasi Pada Skenario 1 No Kriteria Investasi Skenario 1 Sensitivitas 1 NPV 157.121.952 141.040.782 2 Net B/C 3,70 3,42 3 IRR (%) 72% 66%

Sumber : Data Primer, 2011

Berdasarkan Tabel 12 nilai NPV mengalami perubahan yakni dari Rp.

157.121.952 menjadi Rp. 141.040.782. Nilai Net B/C setelah dilakukan analisis

sensitivitas menjadi 3,42 yakni berkurang sebanyak 0,28 dan nilai IRR menurun

dari 72% menjadi 66%. Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan

apabila terdapat kenaikan harga benih tidak sensitiv dan nilai NPV masih dalam

kondisi positif dan menguntungkan sehingga masih layak untuk dijalankan.

2. Skenario 2 (Kondisi Optimal Teknis Lahan Milik Sendiri)

Hasil kriteria investasi pada skenario kedua ini menunjukkan bahwa nilai

NPV dengan umur proyek selama 5 tahun diperoleh sebesar Rp. 103.929.685.

Nilai Net B/C pada skenario kedua adalah sebesar 2,78 artinya usaha tersebut akan

memberikan manfaat bersih sebesar 2,78 kali pada setiap biaya Rp 1,00 selama 5

tahun. IRR merupakan tingkat pengembalian internal yaitu kemampuan suatu

proyek menghasilkan return (satuannya %). Pada skenario kedua ini nilai IRR

diperoleh sebesar 50% per tahun dari investasi yang ditanamkan selama lima

tahun umur proyek (Lampiran 15).

Page 29: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

41

Untuk analisis sensitivitas pada skenario kedua pada kondisi optimal

kenaikan harga benih sebesar 20% menyebabkan nilai NPV untuk proyek selama

5 tahun yakni sebesar Rp.96.490.651. Nilai Net B/C setelah dilakukan analisis

sensitivitas menjadi 2,66 yakni berkurang sebanyak 0,12 dan untuk nilai IRR

menurun dari 50% menjadi 47% (Tabel 13). Hal ini menunjukkan bahwa usaha

yang dijalankan apabila terdapat kenaikan harga benih tidak sensitiv dan nilai

NPV masih dalam kondisi positif dan menguntungkan sehingga masih layak

untuk dijalankan.

Tabel 13. Kriteria Investasi Pada Skenario 2

No Kriteria Investasi Skenario 2 Sensitivitas 1 NPV 103.929.685 96.490.651 2 Net B/C 2,78 2,66 3 IRR (%) 50% 47%

Sumber : Data Primer, 2011

3. Skenario 3 (Kondisi Optimal Lahan Sewa)

Pada skenario ketiga diasumsikan bahwa lahan yang digunakan

merupakan lahan sewa berbentuk kolam. Nilai sewa kolam untuk pertahun yakni

sebesar Rp. 600.000. Pada kondisi optimal diperoleh nilai NPV sebesar Rp.

175.102.279, Net B/C 6,81 dan IRR 144% (Lampiran 16). Untuk analisis

sensitivitas pada skenario ketiga pada kondisi optimal kenaikan harga benih

sebesar 20% menyebabkan nilai NPV untuk proyek selama 5 tahun yakni sebesar

Rp. 162.425.843. Nilai Net B/C menjadi 6,39 yakni berkurang sebanyak 0,42 dan

untuk nilai IRR menurun dari 144% menjadi 134% (Tabel 14). Hal ini

menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan apabila terdapat kenaikan harga benih

tidak sensitiv dan nilai NPV masih dalam kondisi positif dan menguntungkan

sehingga masih layak untuk dijalankan.

Tabel 14. Kriteria Investasi Pada Skenario 3

No Kriteria Investasi Cashflow Sensitivitas 1 NPV 175.102.279 162.425.843 2 Net B/C 6,81 6,39 3 IRR (%) 144% 134%

Sumber : Data Primer, 2011

Page 30: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

42

4. Skenario 4 (Kondisi Optimal Teknis Lahan Sewa)

Pada skenario keempat diasumsikan bahwa lahan yang digunakan

merupakan lahan sewa dan pakan yang diberikan sama dengan pada skenario

kedua yakni berupa postal dan pelet. Untuk pemeliharaan selama 85 hari diberi

postal dan selanjutnya 40 hari diberikan pelet dengan kandungan protein 26% dan

tingkat pemberian pakan 3%. Selain itu teknik budidaya yang diterapkan berupa

pemeliharaan ikan dengan menggunakan hapa. Pada kondisi optimal teknis

diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 121.910.012, Net B/C 5,05 dan IRR 103%.

Untuk analisis sensitivitas pada skenario keempat pada kondisi optimal

kenaikan harga benih sebesar 20% menyebabkan nilai NPV untuk proyek selama

5 tahun yakni sebesar Rp. 114.339.909. Nilai Net B/C setelah dilakukan analisis

sensitivitas menjadi 4,79 yakni berkurang sebanyak 0,26 dan untuk nilai IRR

menurun dari 103% menjadi 98% (Tabel 15). Hal ini menunjukkan bahwa usaha

yang dijalankan apabila terdapat kenaikan harga benih tidak sensitiv dan nilai

NPV masih dalam kondisi positif dan menguntungkan sehingga masih layak

untuk dijalankan.

Tabel 15. Kriteria Investasi Pada Skenario 4 No Kriteria Investasi Cashflow Sensitivitas 1 NPV 121.910.012 114.339.909 2 Net B/C 5,05 4,79 3 IRR (%) 103% 98%

Sumber : Data Primer, 2011

Secara ekonomis berdasarkan hasil analisis kriteria investasi dengan

keempat skenario yang telah dihitung pada usaha pendederan gurame di Desa

Petir diperoleh bahwa yang paling besar memberikan manfaat yakni pada kondisi

optimal dengan padat tebar 42 ekor/m2 dan menggunakan lahan sewa. Analisis

kriteria investasi pada skenario kondisi optimal 42 ekor/m2

Penerapan skenario padat tebar 42 ekor/m

dan menggunakan

lahan sewa ini memiliki kelayakan yang paling cocok untuk menjalankan usaha.

Sehingga dianggap paling layak karena jika dibandingkan dengan skenario

pertama, kedua dan keempat nilai Internal Rate of Return (IRR) memberikan

manfaat bersih yang paling tinggi. 2 dengan lahan sewa tentunya

tidak terlepas dari aspek teknis budidaya. Sehingga untuk melakukan optimalisasi

Page 31: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

43

dari padat tebar 17 ekor/m2 (aktual) menuju ke 42 ekor/m2 perlu diperhitungkan

terutama untuk daya dukung perairan. Peningkatan padat tebar dapat

mempengaruhi kualiatas perairan. Batas padat tebar menurut Badan Standarisasi

Nasional adalah 60 ekor/m2 dengan teknis budidaya secara intensif. Akan tetapi

dengan mempertimbangkan aspek lingkungan serta keadaan di sekitar Desa Petir

maka sebagai awalan untuk menjalankan usaha sebaiknya menggunakan skenario

dengan padat tebar 25 ekor/m2 dengan lahan sewa. Namun jika ingin

mendapatkan keuntungan lebih maksimal lagi maka yang paling cocok adalah

dengan menerapkan kondisi optimal padat tebar 42 ekor/m2 dengan lahan sewa.

Wedemeyer (1996) menyatakan bahwa jika peningkatan padat tebar

melewati batas tertentu maka akan mengganggu proses fisiologis dan tingkah laku

ikan yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan, pemanfaatan

makanan, menurunkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Sehubungan

dengan adanya peningkatan padat tebar maka akan mempengaruhi kondisi

lingkungan perairan serta kondisi ikan yang dipelihara seperti pertumbuhan ikan.

Menurut Hepher dan Pruginin (1981) pertumbuhan ikan bergantung pada dan

beberapa faktor yaitu jenis ikan, sifat genetis dan kemampuan memanfaatkan

pakan, ketahanan terhadap penyakit serta lingkungan seperti kualitas air, pakan

dan ruang gerak atau padat penebaran.

Peningkatan padat tebar dikolam perairan dapat menyebabkan ruang gerak

ikan berkurang, kompetisi dalam mengambil pakan serta akan menyebabkan

terjadinya keberagaman ukuran ikan saat dipanen. Sehingga yang diharus diatasi

adalah dengan mengoptimalkan penggunaan faktor produksi. Berdasarkan hasil

analisis Cobb Douglas maka penggunaan faktor produksi yang sudah optimal

adalah TSP dan tenaga kerja. Pemberian pakan yakni berupa postal dapat

diberikan secara optimal dengan mempertimbangkan banyaknya postal yang

diberikan terhadap jumlah benih yang dipelihara. Pada kondisi optimal padat tebar

42 ekor/m2

Pemberian postal dilakukan selama 85 hari dan 40 hari diberikan tepung

pelet selama pemeliharaan. Untuk mengatasi terjadinya keberagaman ukuran

maka sebaiknya luasan kolam dipersempit yakni dengan cara memasang hapa.

Sehingga pemberian pakan akan terpusat pada satu titik dan ikan tidak

pakan yang ditingkatkan yakni tepung pelet dan postal dikurangi.

Page 32: III.HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan

44

mengeluarkan banyak energi untuk mengambil pakan. Keberagaman ukuran ikan

di dalam kolam akan mengakibatkan kompetisi yang semakin besar untuk

memperoleh makanan. Sehingga ikan yang berukuran kecil akan dikalahkan oleh

ikan ukuran besar, akibatnya ikan menjadi stres yang berdampak pada

menurunnya derajat kelangsungan hidup, pertumbuhan, nafsu makan, dan

memperbesar peluang terserangnya penyakit (Stickney, 1979).

Air sebagai media ikan memiliki peranan yang sangat penting baik

kualitas maupun kuantitasnya. Sifat fisika, kimia dan biologi air mencakup

mineral, gas terlarut, partikel tersuspensi serta jasad renik dalam air (Meade,

1989). Untuk menjaga kualitas air agar tidak terjadi kematian pada ikan yang

perlu dilakukan pada daya dukung perairan adalah berupa meninggikan air,

pergantian air minimal satu kali selama pemeliharaan dan memperluas saluran

inlet. Agar sifat fisika, kimia dan biologi didalam perairan tidak mengalami

perubahan yang begitu signifikan.

Berdasarkan analisis ekonomis pada skenario padat tebar 42 ekor/m2

dengan sewa lahan (lampiran 15) nilai NPV lebih besar dari nol dan Net B/C lebih

dari satu dan IRR lebih besar dari nilai tingkat suku bunga menunjukkan bahwa

usaha pendederan dengan skenario tersebut dapat memberikan keuntungan yang

besar serta layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis sensitivitas pada keempat

skenario adanya peningkatan harga benih 20% tidak sensitiv terhadap usaha yang

dijalankan.