repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47980/1/peran... · ii uu...
TRANSCRIPT
i
Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
dalam Perspektif Akuntansi Syariah
Studi pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia
ii
UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Ketentuan Pidana
Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
iii
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si
Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
dalam Perspektif Akuntansi Syariah
Studi pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia
NUSA LITERA INSPIRASI
2018
iv
Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan dalam Perspektif Akuntansi
Syariah: Studi pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia
Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Nusa Litera Inspirasi
Cetakan pertama September 2018
All Right Reserved
Hak cipta dilindungi undang-undang
Penulis: Dr. Erika Amelia, SE, M.Si
Perancang sampul: NLi Team
Penata letak: NLi Team
Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan dalam Perspektif Akuntansi
Syariah: Studi pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia
xxviii + 252: 15 cm x 22 cm
ISBN: 978-602-5668-40-1
Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)
Penerbit Nusa Litera Inspirasi
Jl. KH. Zainal Arifin
Kabupaten Cirebon, Jawa Barat
www.nusaliterainspirasi.com
HP: 0857-1644-6889
Isi di luar tanggungjawab percetakan.
v
KATA PENGANTAR
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Muncul dan berkembangnya lembaga keuangan Syariah di
Indonesia sangat fenomenal, sehingga membutuhkan diskusi yang
serius mengenai aspek-aspek terkait didalamnya. Diantara topik yang
muncul adalah karena banyak terjadinya permasalahan dalam lemba-
ga keuangan Syariah, seperti halnya kecurangan (fraud) yang menga-
kibatkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan
Syariah.
Salah satu lembaga keuangan Syariah yang memiliki partum-
buhan cukup signifikan yaitu BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Sya-
riah). BPRS merupakan lembaga keuangan yang memiliki potensi
besar dalam penyedia dana bagi UMKM. Oleh karena itu, tidak me-
nutup kemungkinan jika BPRS juga akan mengalami fraud dalam
kegiatan operasionalnya, sehingga akan berdampak terhadap laporan
keuangan yang akan disajikan oleh BPRS tersebut.
Dalam dunia perbankan, laporan keuangan memiliki peran
sebagai sumber informasi kepada para pihak yang terkait. Dari lapo-
ran keuangan, dapat dilihat tingkat kesehatan keuangan bank (dan
non keuangan bank). Selain itu, laporan keuangan juga digunakan
oleh bank sebagai alat peningkat kredibilitas. Hal ini karena, ketika
bank menyajikan laporan keuangan kepada publik, maka dapat me-
ningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menjadi nasabah dari
sebuah bank maupun BPRS. Laporan keuangan akan berkualitas jika
diimbangi dengan adanya peran dari akuntan maupun auditor, baik
vi
akuntan dalam BPRS itu sendiri maupun peran dari auditor internal
dan eksternal.
Karya ilmiah ini dapat menjawab permasalahan yang terjadi
khususnya di BPRS, terutama terkait dengan masalah fraud. Hal ini
yang membuatnya layak untuk dibaca. Semoga karya ilmiah ini dapat
menjadi solusi terbaik terhadap permasalahan yang terjadi di lembaga
keuangan Syariah khususnya BPRS.
Jakarta, 25 Juli 2018
vii
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berkembangnya kegiatan ekonomi dan keuangan Syariah telah
menarik banyak pihak untuk mengetahuinya lebih dalam. Bukan
hanya dari sisi konseptual dan penerapan fikihnya saja, namun berkai-
tan langsung dengan kegiatan operasional dalam lembaga keuangan
Syariah tersebut, seperti halnya transaksi akuntansi.
Salah satu lembaga keuangan Syariah yang memiliki partum-
buhan cukup pesat yaitu BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah).
Berdasarkan data statistik perbankan Syariah pada tahun 2017,
terdapat 167 BPRS yang tersebar di Indonesia, dan rata-rata memiliki
aset di atas Rp 10 Milyar. Oleh karena itu, tidak menutup kemung-
kinan terjadinya permasalahan dalam BPRS tersebut terkait dengan
proses akuntansi yang dapat mengakibatkan terjadinya fraud atau
kecurangan yang mengakibatkan ketidakpercayaan masyarakat terha-
dap BPRS, apalagi karena BPRS memiliki potensi besar sebagai pe-
nyedia dana bagi UMKM.
Dengan demikian, agar hal tersebut tidak terjadi dalam BPRS,
maka dibutuhkan peran dari auditor dalam menjaga kualitas laporan
keuangan BPRS tersebut. Hal ini bertujuan agar transaksi akuntansi
dapat disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan Syariah
yang berlaku umum.
Auditor dalam BPRS terdiri dari auditor internal, auditor eks-
ternal dan DPS (Dewan Pengawas Syariah). Ketiga auditor ini harus
saling terkait satu dengan yang lainnya, dengan memfokuskan pada
bidang dan fungsinya masing-masing agar laporan keuangan yang
disajikan oleh BPRS dapat berkualitas sesuai dengan standar akun-
viii
tansi keuangan Syariah yang berlaku umum serta berdasarkan prinsip
Syariah.
Karya ilmiah ini sangat bermanfaat dan enak untuk dibaca,
teruntuk mahasiswa, akademisi, auditor, DSN, IAI dan juga OJK,
karena didalamnya dijelaskan tentang bagaimana peran auditor dida-
lam menjaga kualitas laporan keuangan dilihat dari perspektif akun-
tansi Syariah.
Jakarta, 25 Juli 2018
ix
Prof. Dr. Veithzal Rivai Zainal, SE., MM., MBA., CRGP., CRMP
Ketua Pusat Kajian Ekonomi Islam Universitas Trisakti
Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di
dunia, sudah sepatutnya menjadi pelopor dan kiblat pengembangan
keuangan dan perbankan Islam di dunia. Hal ini bukan merupakan
sesuatu ‘yang mustahil’ karena potensi Indonesia untuk menjadi glo-
bal player keuangan dan perbankan Islam sangat besar, mengingat:
(1) jumlah penduduk muslim yang terbesar di dunia menjadi potensi
nasabah industri keuangan dan perbankan Islam; (2) peningkatan
sovereign credit rating Indonesia menjadi investment grade yang
akan meningkatkan minat investor untuk berinvestasi di sektor keua-
ngan domestik, termasuk industri keuangan dan perbankan Islam; dan
(3) memiliki sumber daya alam yang melimpah yang dapat dijadikan
sebagai underlying transaksi industri keuangan dan perbankan Islam.
Pengembangan keuangan dan perbankan Islam di Indonesia
yang lebih bersifat market driven dan dorongan bottom up dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga lebih bertumpu pada sek-
tor riil juga, sehingga hal ini menjadi keunggulan tersendiri.
Menyimak akselerasi pertumbuhan perbankan Islam di Indone-
sia rata-rata 37 % yang jauh lebih tinggi dari pertumbuhan perbankan
nasional yang rata-rata 16 % pertahun, namun demikian yang mem-
prihatinkan porsi perbankan Islam terhadap perbankan nasional selalu
berkisar hanya 5,0%. Dalam hal tidak bertumbuhnya porsi perbankan
Islam terhadap perbankan nasional, disebabkan: (1) tidak ada dan
belum adanya dukungan konkrit yang sungguh-sungguh dari Pemerin-
tah, (2) terbatasnya modal yang dimiliki perbankan Islam, mengingat
masih relatif rendahnya kemampuan parbankan Islam dalam pembia-
yaan karena keterbatasan modal; (3) keterbatasan produk dan jari-
ngan kantor, sehingga pertumbuhan porsi perbankan Islam terhadap
x
perbankan nasional saat ini lebih semata-mata hanya mengandalkan
kekuatan buttom up, dan tidak didukung dengan kebijakan pemerin-
tah yang nyata dengan mengalokasikan sebagian dana APBN ataupun
proyek pemerintah kepada perbankan Islam, sebagaimana yang dila-
kukan Negara tetangga seperti Malaysia.
Tantangan pengembangan perbankan Islam di tengah perkem-
bangan industri perbankan Islam yang pesat tersebut, perlu disadari
masih adanya beberapa tantangan yang harus diselesaikan agar per-
bankan Islam dapat meningkatkan kualitas pertumbuhannya dan
mempertahankan akselerasinya secara berkesinambungan. Tantangan
yang harus diselesaikan dalam jangka pendek antara lain: (1) Peme-
nuhan gap sumber daya insani (SDI), baik secara kuantitas maupun
kualitas, mengingat ekspansi perbankan Islam yang tinggi ternyata
tidak diikuti oleh penyediaan SDI yang memadai; (2) SDI yang ada
untuk posisi jabatan kunci masih bersumber transfer dari perbankan
konvensional, di mana dalam sikap SDI tersebut dalam melayanani
kebutuhan customer masih menggunakan pendekatan konvenional;
(3) kurang Inovasi dalam pengembangan produk dan layanan jasa
perbankan yang semakin kompetitif dan berbasis kekhususan akan
kebutuhan masyarakat; (4) terkendala dalam program sosialisasi dan
edukasi pada masyarakat, untuk menggugah ketertarikan masyarakat
agar bersedia memanfaatkan produk dan layanan perbankan Islam,
mengingat masyarakat terlanjur terlalu lama mengenal bank konven-
sional, sehingga di sini hendaknya pemerintah dapat megambil peran
mengedukasi masyarakat serta pemerintah menyalurkan sebagai be-
lanja pemerintah melalui perbankan Islam.
Terlepas dari kondisi di atas, masih banyak dijumpai adanya
beberapa perbankan islam yang dalam menjajakan produknya dengan
praktik seperti perbankan konvesional, sehingga berdampak bagi ma-
syarakat yang mulai paham menjadi tanda pertanyaan besar, ternyata
tidak ada bedanya antara perbankan Islam dan perbankan konven-
sional, sehingga melalui karya ilmiah Dr. Erika Amelia, SE, M.Si
yang menda-pat anugerah lulus dengan predikat Cum Laude dalam
Program Dok-tor Ilmu Ekonomi Islam di Universitas Negeri Syarif
xi
Hidayatullah ini diharap dapat mengikis kesan negatif perbankan
Islam, dan hasil karya ini nikmat untuk dibaca.
Semoga semakin banyak mujahid-mujahid yang islami mensyi-
arkan indahnya berbisnis secara Islam untuk meraih dunia dan dan
akhirat yang fallah, insya Allah.
Jakarta, 16 Juli 2018
xiii
PENGANTAR PENULIS
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah menghaturkan puji dan syukur ke-hadirat Allah
SWT, berkat rahmat dan petunjuk-Nya kepada penulis, terutama
untuk mendapatkan kesempatan yang luar biasa dalam menimba ilmu
pengetahuan di program doktor serta menyelesaikan pendidikan dan
buku yang berasal dari disertasi ini. Buku ini dapat terselesaikan
karena kasih sayang Allah yang melimpah dan meridhoi langkah
penulis dalam menyelesaikannya, terima kasih ya Rabb, Tuhan se-
mesta alam, yang maha segalanya, salam dan Shalawat penulis curah-
kan, limpahkan, kepada baginda Rasul, junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, sebagai qudwah, uswah hasanah, yang telah mele-
takan dasar-dasar penyejuk, menjadi contoh tauladan bagi setiap
insan untuk kemaslahatan dan keselamatan dunia dan akhirat.
Buku ini menjelaskan dan menganalisis peran auditor internal,
eksternal dan DPS (Dewan Pengawas Syariah) terhadap kualitas
laporan keuangan di BPRS dengan judul “Peran Auditor Terhadap
Laporan Keuangan dalam Perspektif Akuntansi Syariah (Studi pada
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) di Indonesia” yang di wakili oleh
26 BPRS
Penulis sangat bersyukur atas selesainya buku ini yang meru-
pakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar doktor Pengkajian
Islam dengan konsentrasi Ekonomi Islam pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebagai
manusia yang tidak luput dari kekurangan dan kesalahan, buku ini
tentu memiliki banyak keterbatasan. Maka penulisan ini tidak terle-
pas dari bantuan dan arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih
yang tak terhingga dan rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA sebagai Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
xiv
2. Prof. Dr. Masykuri Abdillah sebagai Direktur Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. H. Didin Saepu-
din, MA sebagai Ketua Jurusan Program Doktor, yang tidak
henti-hentinya terus memberikan dukungan akademik untuk
dapat menyelesaikan penelitian disertasi tepat pada waktu-
nya.
3. Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, MA sebagai promotor yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing, dan mem-
berikan ide serta gagasan, maupun masukan dan saran
dalam penyelesaian disertasi.
4. Prof. Dr. H. Ahmad Rodoni, MM sebagai promotor yang
telah meluangkan waktunya, mendidik, membimbing, dan
memberikan ide kreatif-imajinatif kepada penulis sehingga
disertasi dapat terselesaikan.
5. Penghormatan dan salam ta’dhim ingin disampaikan kepa-
da, Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, Prof. Dr. Muhammad Bin
Said dan Prof. Dr. Veitzhal Rivai Zainal, SE, MM, M>B>A,
CRGP, CRMP, CFR sebagai tim penguji dalam ujian
promosi.
6. Dr. Arief Mufraeni, Lc, M.Si, sebagai Dekan FEB UIN
Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Amilin, SE, Ak, M.Si, CA,
QIA, BKP (Wakil Dekan 1), Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag,
MH (Wakil Dekan 2), Dr. Desmadi Saharuddi, MA (Wakil
Dekan 3) yang telah memberikan kesempatan kepada penu-
lis untuk mengikuti program doktor, sehingga meninggal-
kan tugas di fakultas.
7. Seluruh dosen, karyawan, dan pustakawan Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan pendidikan.
8. Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (DIKTIS) Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) KEMENAG yang
telah memberikan Beasiswa Studi selama 3 tahun dalam
program Doktor di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hida-
yatullah Jakarta
9. Keluarga besar BPRS HIK (Harta Insan Karimah), Artha
Madani, Amanah Ummah, Bhakti Sumekar, Berkah Ramad-
han, Al Ma’some, Dana Moneter, Bangun Drajat Warga,
xv
terutama yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
penulis wawancarai meskipun di tengah kesibukan aktivi-
tas, teruntuk ustad Abdul Muiz Badrun, Dr. Dede Abdul
Fatah, KH. Dr. Ahmad Fauzi, Faisal serta lainnya yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
10. Suami tercinta Muslim Kamil, SE, MAB dan putra tersa-
yang Tsabit Adlan Rijal Kamil yang selalu mendukung
penulis dalam penyelesaian disertasi, dan selalu ikut mene-
mani saat mengambil data, baik kuesioner dan wawancara,
serta doa yang tiada henti untuk penulis agar segera menye-
lesaikan tepat waktu.
11. Orang tua penulis, Drs. Achmad N Syamsudin, yang selalu
mendukung dan mendoakan penulis dalam penyelesaian
program doktor, dan almh. Hj. Alfida Bais, semoga almh
merasakan kebahagian seperti yang kami rasakan, dan ibu
Nunung nurjanah yang senantiasa turut mendoakan penulis.
12. Keluarga besar dari suami, alm H. Abdul manan dan almh
Hj. Siti Rugayah serta kakak ipar dan adik ipar di Cilincing
Jakarta Utara
13. Adik-adik, ipar dan keponakan yang selalu mendoakan dan
memberikan semangat kepada penulis, sampai selalu diajak
rihlah untuk menghilangkan kepenatan dan kesibukan da-
lam menyelesaikan disertasi ini, Erma, Andi, Erni, Sukma,
Eri, Indah, Fina, Fila, Fira, Farah, Faris, Santi, Della, dan
Inayah.
14. Teman-teman seperjuangan di angkatan 2015 yang saling
mengingatkan dan menyemangati agar bisa segera menyele-
saikan disertasi, Mba Iin, Mba Umi, Bu Rini, Mba Laila, Bu
Ilda, Om Sujian, Fajar, dan lain-lain yang tidak dapat penu-
lis sebutkan satu persatu.
15. Teman-teman di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
selalu mensupport penulis dalam menyelesaikan program
doktor ini, dan selalu mengingatkan agar selesai dengan
segera terutama adik penulis yang sama-sama berjuang Fitri
amalia, serta Dr. Al Arif, Ade suherlan, mba Ella, Fitri
Damayanti, Bu Cut, Bu Yessi, Mba Yuke, Aini, Dwi,
Zuwesty, Mba Amel, Bu Rahma, Bu Hayati, Santi, Ay, Fitri
xvi
Yani Jalil, Bu Ova, Bu Surati serta teman-teman lainnya
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
16. Teman teman Universitas Terbuka, Mba Rini, Mba Orin,
Mba Irma, Mba Olive semoga kalian bisa segera menyusul
dan Bpk Dr. Ali yang sekarang sudah menjadi dekan di
FEKON UT, terimakasih atas dukungan dan support kalian.
17. Teman-teman di halaqoh istiqomah, Mba Anis, Mba Budi,
Mba Linda, Mba Nur, Mba Yayan, Mba Yaya, Aan, Ary,
dan terutama murobbiyah Bu Dwi, atas doa dan semangat
yang diberikan ke penulis, hingga penulis juga sering izin,
insya Allah segera ini selesai tidak akan sering izin lagi.
18. Teman-teman pustakawan, Bu Loly, Bu Yana, Bu Lilik,
Mba Ranti yang tidak bosannya di ganggu untuk dapat
meminjam buku yang penulis butuhkan serta membantu
dalam pengecekan plagiarisme.
19. Alumni yang telah membantu dalam proses disertasi,
Hasan, Fajrul, Harjuno, Tyas, Mutia, Melani, serta mahasis-
wa/I LDK FEB UIN Syarif Hidayatullah, Jazakumullah atas
support dan doanya, serta Defy sahabat terbaik, terimakasih
untuk supportnya selama ini.
20. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu
persatu. Semoga Allah balas dengan segala kebaikan dan
menjadi ladang amal sholeh yang bernilai pahala.
Pada akhir pengantar ini, penulis menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan dalam disertasi ini, untuk itu kritik dan saran
yang sifatnya membangun dan bernilai positif dapat menjadi penyem-
purnaan penelitian ini di masa yang akan datang, dan semoga buku
ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi positif terhadap per-
kembangan ilmu akuntansi dan audit di lingkungan entitas Syariah,
khususnya perbankan Syariah, terutama akuntansi dan audit Syariah.
Jakarta, 16 Juli 2018
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si
xvii
PEDOMAN TRANSLITERASI
ARAB LATIN
Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam
karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
A. Konsonan
b = ب
t = ت
th = ث
j = ج
h{ = ح
kh = خ
d = د
dh = ذ
r = ر
z = ز
s = س
sh = ش
s{ = ص
d{ = ض
t{ = ط
z{ = ظ
ع = ‘
gh = غ
f = ف
q = ق
k = ك
l = ل
m = م
n = ن
h = ه
w = و
y = ي
B. Vokal
1. Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fath}ah A A
Kasrah I I
D}ammah U U
xviii
2. Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan Huruf Nama
ى... Fath}ah dan
ya
Ai a dan i
و... Fath}ah dan
wau
Au a dan w
Contoh:
h}aul : حول H}usain : حسني
C. Maddah
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah dan alif a> a dan garis di atas ــــا
Kasrah dan ya i> i dan garis di atas ــــي
D}ammah dan ــــو
wau
u> u dan garis di atas
D. Ta’ Marbu>t}ah (ة)
Transliterasi ta’ marbu>t}ah ditulis dengan “h” baik dirangkai
dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh mar’ah (مرأة) madrasah
( )مدرسة
Contoh:
al-Madi>nat al-Munawwarah : املدينةاملنورة
E. Shaddah
Shaddah/tashdi>d pada transliterasi ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu.
Contoh:
nazzala : نزل
xix
F. Kata Sandang
Kata sandang “الـ” dilambangkan berdasarkan huruf yang me-
ngikutinya, jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai huruf
yang bersangkutan, dan ditulis “al” jika diikuti dengan huruf qamari-yah. Selanjutnyaال ditulis lengkap baik menghadapi al-Qamariyah,
contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah seperti kata al-
Rajulu (الرجل)
Contoh:
al-Qalam : القلم al-Shams : الشمس
xxi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM v
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS vii
Prof. Dr. Veithzal Rivai Zainal, SE., MM., MBA., CRGP.,
CRMP ix
PENGANTAR PENULIS xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN xvii
DAFTAR ISI xxi
DAFTAR TABEL xxiv
DAFTAR GAMBAR xxvi
DAFTAR SINGKATAN xxvii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Permasalahan 17
1. Identifikasi Masalah 17
2. Perumusan Masalah 18
3. Pembatasan Masalah 18
C. Tujuan Penelitian 18
D. Signifikansi Penelitian 19
E. Manfaat Penelitian 19
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan 19
G. Metode Penelitian 25
H. Operasional Variabel 34
I. Sistematika Penulisan 37
BAB II KUALITAS LAPORAN KEUANGAN BAGI
ENTITAS BISNIS
39
A. Laporan Keuangan (Financial Statement) dan
Tujuannya
39
B. Kualitas Laporan Keuangan dan Karakteristiknya 48
C. Akuntansi Syariah Bagi Lembaga Keuangan Syariah 59
D. Pentingnya Pemahaman SAK Syariah bagi Lembaga 69
xxii
Keuangan Syariah
E. Audit Bagi Lembaga Keuangan Syariah 74
F. Peran Auditor dalam Islam 84
G. Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Fungsinya 87
BAB III GAMBARAN UMUM DAN KONDISI
LAPORAN KEUANGAN BPRS DI INDONESIA
99
A. Kondisi Laporan Keuangan BPRS dalam Website 100
B. Fraud dalam BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah)
109
BAB IV PERAN AUDITOR TERHADAP KUALITAS
LAPORAN KEUANGAN BPRS (BANK PEMBIAYAAN
RAKYAT SYARIAH)
115
A. Peran Auditor Internal dalam BPRS 123
B. Peran Auditor Eksternal dalam BPRS 141
C. Peran Dewan Pengawas Syariah dalam BPRS 146
D. Pemahaman SAK (Standar Akuntansi Keuangan)
Syariah bagi Auditor Internal, Auditor Eksternal, dan
Dewan Pengawas Syariah
153
E. Hubungan antara Komitmen Sumber Daya Insani
dalam Penerapan Nilai Syariah dengan Kualitas
Laporan Keuangan BPRS
158
BAB V ANALISIS KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
BPRS DALAM PERSPEKTIF AKUNTANSI SYARIAH
175
A. Demografi Responden 175
B. Model Awal Penelitian 180
C. Uji Validitas Konvergen, Uji Validitas Diskriminan
dan Uji Reliabilitas
180
D. Outer Model Penelitian 187
E. Inner Model Penelitian (Model Struktural) 199
F. Uji Hipotesis Berdasarkan Variabel Utama 199
G. Uji Efek Moderasi 201
H. Uji Hipotesis Model Struktural Kualitas Laporan
Keuangan BPRS dalam Perspektif Akuntansi Syariah
202
I. Peran Auditor Internal, Auditor Eksternal, dan Dewan
Pengawas Syariah terhadap Kualitas Laporan
Keuangan BPRS dalam Perspektif Akuntansi Syariah
203
xxiii
BAB VI PENUTUP 223
A. Kesimpulan 223
B. Implikasi 226
C. Saran dan Rekomendasi 226
D. Keterbatasan Penelitian 228
DAFTAR PUSTAKA 229
GLOSSARIUM 242
INDEKS 247
BIODATA PENULIS 251
xxiv
DAFTAR TABEL
No. Judul Tabel Halaman
1.1 Jumlah BPR Syariah berdasarkan total asset 2
1.2 Jumlah peningkatan total aset, komposisi dana
pihak ketiga dan komposisi pembiayaan
2
1.3 BPRS Terbaik Versi Majalah Infobank 3
1.4 Operasional variabel dan pengukurannya 36
2.1 Perbedaan Laporan Keuangan 47
2.2 Perbedaan antara Auditor Internal dan Eksternal 79
3.1 BPRS dengan Aset di atas Rp. 100 Milyar 101
3.2 BPRS dengan Aset Rp. 50 Milyar – Rp. 100
Milyar
101
3.3 Perbedaan Laporan Keuangan BPR dan BPRS 106
3.4 Laporan Keuangan yang di submit ke BI periode
2011 – 2013
107
3.5 Laporan keuangan yang di submit ke BI periode
2014 – 2017
108
4.1 Pendidikan Auditor Internal 123
4.2 Sertifikasi Akuntansi Syariah 124
4.3 Masa Kerja dan Pengalaman Sebelumnya 127
4.4 Komitmen Sumber Daya Insani 159
4.5 Gambaran Terjadinya Riba dan Jenis Transaksi 162
4.6 Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga 167
4.7 Perhitungan Akad Musyarakah Mudharabah
(salah)
168
4.8 Perhitungan Akad Musyarakah Mudharabah
(benar)
169
5.1 Data Sampel Penelitian BPRS Aset Rp. 100
Milyar
176
5.2 Data Sampel Penelitian BPRS Aset Rp. 50
Milyar–Rp.100 M
176
xxv
5.3 Data Sampel Penelitian 177
5.4 Kategori Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 177
5.5 Kategori Responden Berdasarkan Latar Belakang
Pendidikan
178
5.6 Kategori Responden Berdasarkan Usia 178
5.7 Kategori Responden Berdasarkan Lama Bekerja 179
5.8 Nilai Loading Factor Indikator KLK 182
5.9 Nilai Loading Factor Indikator PAI 183
5.10 Nilai Loading Factor Indikator PAE 184
5.11 Nilai Loading Factor Indikator PDPS 184
5.12 Nilai Loading Factor Indikator PSS 185
5.13 Nilai AVE Masing – Masing Variabel 186
5.14 Hasil Uji Reliabilitas 186
5.15 Nilai Loading Factor, Composite Reliability,
Croncbach’s Alpha dan AVE Variabel Kualitas
Laporan Keuangan
189
5.16 Nilai Loading Factor, Composite Reliability,
Croncbach’s Alpha dan AVE Variabel Peran
Auditor Internal
191
5.17 Nilai Loading Factor, Composite Reliability,
Croncbach’s Alpha dan AVE Variabel Peran
Auditor Eksternal
193
5.18 Nilai Loading Factor, Composite Reliability,
Croncbach’s Alpha dan AVE Variabel Peran
Dewan Pengawas Syariah
195
5.19 Nilai Loading Factor, Composite Reliability,
Croncbach’s Alpha dan AVE Variabel
Pemahaman SAK Syariah
196
5.20 Nilai Cross Factor Loading Masing-masing
Variabel
198
5.21 Nilai R pada Uji Struktural 199
5.22 Uji Hipotesis Berdasarkan Variabel Utama 200
5.23 Hasil Uji Efek Moderasi 201
5.24 Uji Hipotesis Model Struktural 201
xxvi
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Gambar Halaman
2.1 Siklus Akuntansi 61
2.2 Kerangka Dasar Akuntansi Syariah 67
2.3 Karakteristik Kualitas Laporan Keuangan Syariah 69
2.4 Skema Kerangka Pemikiran 98
3.1 BPRS yang memiliki Website 103
3.2 Laporan Keuangan BPRS dalam Website 104
3.3 BPRS Submitt Laporan Keuangan 105
4.1 Underlying Aset Sektor Riil 163
4.2 Komponen Biaya Administrasi 164
4.3 Unsur Murabahah 165
5.1 Kerangka Awal Penelitian 180
5.2 Hasil Uji Validitas Menggunakan Parameter
Loading Factor
182
5.3 Path Variabel Laten Kualitas Laporan Keuangan 188
5.4 Path Variabel Laten Peran Auditor Internal 191
5.5 Path Variabel Laten Peran Auditor Eksternal 192
5.6 Path Variabel Laten Peran Dewan Pengawas
Syariah
194
5.7 Path Variabel Laten Pemahaman SAK Syariah 196
xxvii
DAFTAR SINGKATAN
AAOIFI : Accounting and Auditing Organization for
Islamic Financial Institution
AVE : Average Variance Extracted
BI : Bank Indonesia
BUS : Bank Umum Syariah
BPRS : Bank Pembiayaan Rakyat Indonesia
CAR : Capital Adequacy Ratio
CPA : Certified Public Accountant
DSN : Dewan Pengawas Syariah
DPS : Dewan Pengawas Syariah
DSAS : Dewan Standar Akuntansi Syariah
ETAP : Entitas Tanpa Akuntanbilitas Publik
GCG : Good Corporate Governance
IAI : Ikatan Akuntan Indonesia
IT : Informasi Teknologi
IFRS : International Financial Reporting Standards
KLK : Kualitas Laporan Keuangan
KDPPLKS : Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan
KAP : Kantor Akuntan Publik
LKS : Lembaga Keuangan Syariah
MUI : Majelis Ulama Indonesia
OJK : Otoritas Jasa Keuangan
PBI : Peraturan Bank Indonesia
PSAK : Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
POJK : Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
PAI : Peran Auditor Internal
PAE : Peran Auditor Eksternal
PDPS : Peran Dewan Pengawas Syariah
PSAKS : Pemahaman Standar Akuntansi Keuangan
xxviii
Syariah
PAPSI : Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia
PPAP : Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
PLS : Partial Least Square
SOP : Standar Operating Procedure
SKAI : Satuan Kerja Auditor Internal
SAK : Standar Akuntansi Keuangan
SDI : Sumber Daya Insani
SAS : Sertifikasi Akuntansi Syariah
SEM : Structure Equation Modeling
SEOJK : Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan
UMKM : Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
WPL : Working Profit and Loss
WBL : Working Balance Sheet
ZIS : Zakat Infak Sedekah
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 1
BAB I
PENDAHULUAN
undang No.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah3 semakin
mengukuhkan keberadaan lembaga keuangan syariah di Indonesia.
Dengan demikian, perkembangan industri perbankan syariah nasional
saat ini semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan jelas.
Salah satu lembaga keuangan syariah yang diuntungkan
dengan keberadaan undang-undang tersebut adalah Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS)4. Sebagai lembaga yang memiliki potensi
yang cukup besar, khususnya sebagai salah satu penyedia dana bagi
pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), BPRS (Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah) memiliki peran penting dalam partum-
buhan UMKM secara khusus dan perekonomian secara umum. Maka
tidak mengherankan jika BPRS memiliki pertumbuhan yang tidak
1 Lembaga Keuangan Syariah ialah lembaga keuangan yang dalam
melaksanakan akad (transaksi) ekonominya terutama menarik dan menyalur-
kan uang dari dan kepada masyarakat dengan menggunakan sistem Syariah
atau Hukum Islam, Muhammad Amin Suma, Menggali akar mengurai serat,
Ekonomi dan Keuangan Islam, Kholam Publishing, tahun 2008, 248 2 http://www.neraca.co.id terbukti-perbankan-syariah-tahan-krisis-
ekonomi 3 Dalam Undang-undang RI No. 21 Tahun 2008 menyebutkan definisi
Perbankan syariah yaitu segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Sya-
riah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya, 2 4 Dalam Undang-undang RI No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, 3
empiris tetap bertahan2 dalam kondisi krisis ekonomi yang telah
melanda Indonesia beberapa tahun yang lalu. Pemberlakuan undang-
perkembangan yang cukup pesat. Hal ini disebabkan karena adanya
dukungan yang besar dari pemerintah dan sambutan yang positif dari
umat Islam di Indonesia. Lembaga keuangan syariah terbukti secara
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga keuangan syariah1 di Indonesia telah menunjukkan
2 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
kalah pesatnya dibandingkan dengan lembaga keuangan syariah
lainnya.
Jumlah BPRS pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2017
telah mencapai 167 BPRS, sedangkan total aset yang dimiliki oleh
BPRS pada Desember 2017 telah mencapai lebih dari Rp 10 Milyar.
Secara rinci, berikut data 167 BPRS beserta total asetnya yang terse-
bar di Indonesia dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017.
Tabel 1.1
Jumlah BPR Syariah berdasarkan total aset
Total Aset 2013 2014 2015 2016 2017
< 1 Miliar 4 1 1 2 2
1 s.d 5 Miliar 19 11 8 7 6
> 5 s.d 10
Miliar 30 34 29 19 18
> 10 Miliar 110 117 125 138 141
Total 163 163 163 166 167
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Desember 2017 (data di olah)5
Dari tabel 1.1 dapat di lihat bahwa telah terjadi peningkatan
dari sisi total jumlah BPRS, yaitu dari sebanyak 163 BPRS pada
tahun 2013, kemudian meningkat menjadi 167 pada tahun 2017 (per
bulan Desember).
Tabel 1.2
Jumlah peningkatan total aset, komposisi dana pihak ketiga dan
komposisi pembiayaan
Dalam jutaan rupiah
Jumlah 2013 2014 2015 2016 2017
Aset 5.833.488 6.573.331 7.739.270 9.157.801 10.840.375
Dana pihak
ketiga 3.666.174 4.028.415 4.801.888 5.823.964 6.987.280
Pembiayaan
yang di
salurkan
4.433.492 5.004.909 5.765.171 6.662.556 7.763.951
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, OJK, 2017 (data di olah)6
5 Statistik Perbankan Syariah, OJK (Otoritas Jasa Keuangan),
Desember 2017
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 3
Pada tabel 1.2 dapat di lihat peningkatan dari jumlah aset,
komposisi dana pihak ketiga, dan komposisi pembiayaan BPRS, yang
mengalami peningkatan sangat signifikan dari tahun 2013 sampai
dengan 2017.
Berdasarkan informasi yang didapat dari majalah Infobank
edisi khusus syariah tahun 2016, terdapat 65 BPRS terbaik berdasar-
kan kinerjanya dengan predikat sangat bagus, berikut ke 65 BPRS
terbaik tersebut yang terdiri dari:
Tabel 1.3
BPRS terbaik versi majalah Infobank
JUMLAH ASET JUMLAH BPRS
Rp. 100 Miliar ke atas 11
Rp. 50 Miliar s/ d di bawah
Rp.100 Miliar
15
Rp. 25 Miliar s/d di bawah Rp.
50 Miliar
17
Rp. Miliar s/d di bawah Rp. 25
Miliar
13
Di bawah Rp. 10 Miliar 9
Sumber: Majalah Infobank (data di olah) 7
Selanjutnya, majalah Infobank tersebut juga menyampaikan
bahwa bisnis BPRS mendekat ke jalur cepat pada tahun 2015. Akan
tetapi, kenyataannya kualitas pembiayaan BPRS masih tetap meme-
rah.8 Hal tersebut diakibatkan oleh penyelewengan atau fraud yang
terjadi di dalam BPRS, seperti yang terjadi pada tahun 2014 di BPRS
Gowata Cabang Gowa yang mengalami kebobolan uang kas senilai
Rp 15 juta. Berdasarkan informasi, pelakunya adalah karyawan dari
kantor BPRS tersebut.9
6 Statistik Perbankan Syariah, OJK (Otoritas Jasa Keuangan),
Desember 2017 7 Majalah Infobank No. 453 Vol. XXXVIII, 2016, 60
8 Majalah Infobank No. 453 Vol. XXXVIII, 2016, 42
9 www.rakyatsulsel.com BPR Syariah Gowata Kebobolan, uang kas
Rp 15 Juta Raib, Agustus, 2014: Di akses pada 14 Agustus 2016
4 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Kondisi demikian terjadi10
karena kualitas sumber daya insani
(SDI) BPRS yang kurang faham tentang keuangan dan hukum sya-
riah11
, sedangkan secara normatif, BPRS merupakan sistem perban-
kan yang jauh lebih kompleks dibandingkan dengan BPR konven-
sional. Di sisi lain, terdapat banyak tindakan penyimpangan yang
merugikan banyak pihak.
Berdasarkan data statistik, sejak tahun 1999 sampai dengan
2015, setidaknya terdapat sebanyak 808 kasus perbankan yang telah
diinvestigasi, yaitu yang terdiri dari 315 kasus pada Bank Umum dan
493 kasus pada BPR konvensional dan BPRS. Dari data tersebut
diketahui bahwa kasus penyimpangan terbanyak terdapat di DKI
Jakarta, yaitu sebanyak 283 kasus, selanjutnya di ikuti Jawa Barat
(121 kasus), Jawa Tengah (103 kasus) dan Jawa Timur (74 kasus),12
karena terjadinya kasus penyimpangan tersebut maka menurut data
LPS (Lembaga Penjamin Simpanan), sebanyak 63 BPR/BPRS telah
dicabut ijinnya karena terlibat kasus kejahatan perbankan. Penyebab
utama terjadinya kejahatan tersebut adalah disebabkan karena sumber
daya insani di BPR/BPRS yang kurang cakap dalam mendeteksi,
mengantisipasi hingga menyelesaikan fraud.13
Kasus sejenis lainnya mengenai penyimpangan pernah terjadi
di BPRS Sumenep pada tahun 2008 yang merugikan pemerintah
Kabupaten Sumenep sebesar Rp 4.166.886.45614
, akan tetapi pada
tahun 2016, untuk laporan keuangan tahun 2014-2015, BPRS terse-
but termasuk ke dalam kategori BPRS yang berkinerja baik versi
majalah Infobank.15
Hal serupa juga terjadi pada Permata Bank yang
10
Majalah Infobank No. 453, Vol. XXXVIII, (2016): 43 11
Hukum syariah adalah hukum Allah yang mengatur perbuatan ma-
nusia yang didalamnya mengandung tuntutan untuk dikerjakan atau diting-
galkan atau pilihan antara dikerjakan atau ditinggalkan oleh para mukalaf,
dan hanya dapat diambil dari sumber sumber hukum Islam, yaitu Al Quran,
As Sunnah, Ijma dan Qiyas. Sri Nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), 20
12http://finansial.bisnis.com/read/20151103/90/488554/penyelewenga
npemberian-kredit-dominasi-kasus-perbankan, di akses pada 01 Mei 2016 13
http://infobanknews.com/modus-fraud-di-bpr-makin-berkembang/
di akses 10 Agustus 2016 14
www.sumenep.go.id, Sidang Perdana BPRS Dinilai Salah Persepsi,
di akses pada 23 April 2016 15
Majalah Infobank No.453 Vol. XXXVIII, (2016): 44
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 5
mengalami pembobolan rekening nasabahnya senilai Rp 245.000.000.
OJK (Otoritas Jasa Keuangan) selaku pihak yang berwenang berko-
mitmen untuk mengawal kasus tersebut hingga selesai.16
Association of Certified Fraud Examinations (ACFE-2000),
salah satu asosiasi di USA mengkategorikan kecurangan (fraud),
salah satunya adalah kecurangan Laporan Keuangan yang dilakukan
oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan,
sehingga hal ini berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan,
begitu pula menurut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) bahwa salah saji
yang timbuk dari kecurangan dalam pelaporan keuangan secara
sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk
mengelabui laporan pemakai laporan keuangan.
Kondisi demikian menyebabkan laporan keuangan BPRS
menjadi tidak berkualitas dan memiliki kredibilitas, kepercayaan,
serta kemurnian secara prinsip syariah Islam. Padahal, laporan keua-
ngan merupakan alat pertimbangan utama bagi pemilik BPRS, mana-
jemen BPRS, masyarakat pengguna jasa BPRS, OJK (Otoritas Jasa
Keuangan) selaku otoritas pengawasan bank, dan pihak lainnya baik
dalam mengevaluasi kinerja BPRS maupun dalam mengambil kepu-
tusan dengan tepat.
Berdasarkan penelitian awal dari jumlah BPRS yang terdapat
dalam statistik Bank Indonesia, ternyata masih banyak BPRS yang
belum melaporkan kondisi keuangan atau laporan keuangan baik
secara bulanan, triwulan, semester ataupun tahunan,17
padahal berda-
sarkan peraturan Bank Indonesia menjelaskan bahwa BPRS wajib
mengumumkan laporan keuangan publikasi secara triwulan.18
Hal demikian dapat terjadi disebabkan oleh sistem akuntansi
keuangan yang diterapkan BPRS tidak sesuai atau tidak dapat di
implementasikan dengan baik. Padahal, masalah sistem akuntansi dan
16
www.cnnindonesia.com, Rekening di bobol, kasus Bank Permata
lanjut di Pengadilan, diakses pada 23 April 2016. 17
Berdasarkan review dari laporan keuangan publikasi yang terdapat
pada website BI periode 2011-2015 18
Peraturan Bank Indonesia No:7/47/PBI/2005, Tentang Transparansi
Kondisi Keuangan BPRS, BAB III, Laporan keuangan Publikasi Triwulanan,
Pasal 7, ayat 1 yang menyatakan bahwa BPRS wajib mengumumkan Lapo-
ran Keuangan Publikasi secara triwulanan untuk posisi pelaporan akhir bulan
Maret, Juni, September dan Desember sesuai dengan bentuk dan tatacara
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
6 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
keuangan sangat penting diperhatikan karena hal tersebut dapat
merugikan BPRS secara khusus maupun pihak terkait lainnya secara
umum.
Perusahan besar seperti Enron, WorldCom dan Global Crossing
pada awal abad 21 pernah mengalami kebangkrutan akibat terjadinya
penyimpangan dalam pelaporan kondisi keuangan mereka. Hal ini
menyebabkan entitas bisnis menyadari bahwa kualitas laporan keua-
ngan sangatlah penting.19
Selanjutnya berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Fogarty20
menemukan bahwa kebangkrutan perusahaan dapat terjadi
karena masalah laporan keuangan. Hal tersebut tak terlalu mengejut-
kan mengingat laporan keuangan merupakan aspek terpenting dalam
menilai kondisi suatu entitas bisnis. Seperti halnya penelitian yang
dilakukan oleh Robinson yang menyatakan bahwa kualitas laporan
keuangan disajikan bagi pemakai laporan keuangan memiliki nilai
yang sangat penting sekali 43%, sangat penting 30% dan agak
penting 22%21
. Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh Gergana yang
menyatakan bahwa mengukur dan menilai kualitas dan kegunaan
informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan memiliki nilai
sangat penting,22
maka sangat jelas bahwa kualitas laporan keuangan
sangat dibutuhkan baik bagi pihak internal maupun eksternal peru-
sahaan.
19
Kintzele, Philip, L, et, al, “Audit Committees and Internal Audi-
tors: Their Roles in Financial Reporting Today”, Internal Auditing”, IIUM Journal, Vol, 23, No. 3 (2008): 30-37
20 Fogarty, Timothy J and Jhon T Rigsby, “A reflective analysis of
the “new audit” and the public interest, The revolutionary innovation that
never came”, Journal of accounting & organizational Change, Vol. 6, No. 3
(2010): 300-329 21
Robinson, Thomas R dan Paul Munter, “Financial Reporting Qua-
lity, Red Flags and Accounting Warning Signs”, Commercial Lending Review, Vol. 19, No. 1 (2004): 2 -15.
22 Gergana Tsoncheva, “Measuring and assessing the Quality and
Usefulness of accounting information”, IZVESTIA – Journal of University of Economics – Varna, (2014): 52-64.
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 7
Dalam kerangka konseptual keuangan dinyatakan bahwa kuali-
tas laporan keuangan dapat dinilai melalui:23
Relevance/earning persistence, relevance/feedback value, time-liness, verifiability, completeness, representation faithfulness, neutra-lity, comparability, consistency dan clarity.
Selain itu, berdasarkan beberapa ahli akuntansi Islam yang
berpedoman pada al-Qura>n dan H{adi>th menyatakan bahwa kerangka
kerja laporan keuangan meliputi beberapa hal, antara lain: timeli-ness, verifiability, completeness, comparability, consistency, repre-sentational faithfulness, neutrality dan clarity.24
Penelitian lainnya menyatakan bahwa kualitas laporan keua-
ngan dinyatakan dalam 8 dimensi, antara lain:25
timeliness, verifi-ability, completeness, representation faithfulness, neutrality, compa-rability, consistency dan clarity. AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions) menetapkan syarat
kualitatif laporan keuangan adalah high quality, relevant, understand-ability, reliability, comparability, prudence.26
Berdasarkan penelitian berikutnya,27
Tasios dan Bekiaris me-
nyatakan bahwa karakteristik kualitas pelaporan keuangan menurut
perspektif auditor di dasari pada standar yang di susun oleh IASB28
23
Jonas, Gregory J dan Jeannot Blanchet, “Assessing Quality of
Financial Reporting”, Accounting Horizons, Vol. 14, No. 3 (2000): 353. 24
Husein Syahatah, Pokok pokok Pikiran Akuntansi Islam, (Jakarta:
Akbar Media, 2001), 21 25
Rini, “The Effect of Audit Committee Role and Share Supervisory
Board Role on Financial Reporting Quality at Islamic Bank in Indonesia”, Journal of Economics, Business, and Accounting Ventura, Vol. 17. No.1,
(2014): 145 - 156 26
AAOIFI (Accounting and Auditing Organiztion for Islamic Finan-cial Intitutions)
27 Stergios Tasios, Michalis Bekiaris, “Auditor’s perceptions of
financial reporting quality: the case of Greece”, International Journal of Accounting and Financial Reporting, Vol. 2, No. 1 (2012): 57 - 74
28 IASB adalah badan independen penetapan standar dari IFRS Foun-
dation. Anggotanya (saat ini 16 anggota) bertanggung jawab untuk pengem-
bangan dan publikasi SAK, termasuk IFRS untuk UKM dan untuk menye-
tujui Interpretasi SAK seperti yang dikembangkan oleh Komite Interpretasi
IFRS (sebelumnya disebut IFRIC). Semua pertemuan IASB diadakan di
depan umum dan webcast. https://www.academia.edu, Perbedaan IASB
_IFRS dan US GAAP, diakses pada 26 September 2016
8 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
yaitu relevance, faithful representation, comparability”. Sementara
itu, Suhardjono berpendapat bahwa laporan keuangan yang berkuali-
tas adalah laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum dan memenuhi aturan yang ada dan DPS menja-
min kredibilitas laporan keuangan.29
Laporan keuangan memiliki peran sebagai sumber informasi
kepada para pihak yang membutuhkan informasi dari laporan keua-
ngan tersebut. Dari laporan keuangan dapat di lihat tingkat kesehatan
keuangan bank dan non keuangan bank. Selain itu, laporan keuangan
juga digunakan oleh bank sebagai alat peningkat kredibilitas. Karena,
menyajikan laporan keuangan kepada publik, dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat untuk menjadi nasabah dari sebuah bank
maupun BPRS.
Standarisasi penyajian informasi akuntansi di perlukan oleh
banyak pihak (stakeholder) yang berkepentingan dengan laporan
keuangan perusahaan. Perbankan adalah salah satu perusahaan yang
sangat diperhatikan oleh masyarakat, sehingga sangat membutuhkan
standarisasi dalam penyajian laporan keuangan, karena masyarakat
sangat membutuhkan informasi kondisi bank di mana mereka me-
nyimpan uangnya. Selain itu, masyarakat juga sangat membutuhkan
informasi perbankan agar dapat membandingkan, menganalisis, me-
nyimpulkan, dan selanjutnya mengambil keputusan berkaitan dengan
kondisi perbankan di mana dana mereka disimpan.30
Di sisi lain, laporan keuangan bank juga digunakan sebagai
bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang
berkepentingan dengan kinerja bank yang dicapai selama periode
tertentu. Tujuan laporan keuangan bank tersebut adalah untuk mem-
berikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, perubahan ekui-
tas, arus kas, dan informasi lainnya yang bermanfaat. Informasi terse-
but kemudian digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk
membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungja-
waban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan
kepada mereka.
29
Suhardjono Bastian Indra, Akuntansi Perbankan, (Jakarta: Salemba
Empat, 2006), 60 30
Ismail, Akuntansi Bank: Teori dan Aplikasi dalam Rupiah (Jakarta:
Kencana, 2009), 15
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 9
Dalam paragraf 30 KDPPLKS (Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah) yang diterbitkan oleh IAI
(Ikatan Akuntan Indonesia) menyatakan bahwa tujuan laporan keua-
ngan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut kondisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas sya-
riah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengam-
bilan keputusan ekonomi.31
Laporan keuangan bank yang memberi-
kan informasi tersebut hendaknya memberikan informasi yang seje-
las-jelasnya. Selain itu, laporan keuangan bank harus dibuat sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan sehingga dapat mengakomo-
dasi permintaan pihak-pihak terkait tentang kondisi sebuah bank.
Agar informasi laporan keuangan tidak bias, maka harus ada
acuan dalam melihat laporan keuangan bank sehingga sebuah laporan
keuangan bank dapat merefleksikan keadaan kesehatan dari sebuah
bank. Oleh sebab itu, standarisasi kualitas laporan keuangan perban-
kan sangat diperlukan. Laporan keuangan yang memenuhi standar
kelayakan sebagai sebuah laporan keuangan yang dapat dipercaya dan
mewakili keadaan sebuah bank akan membuat para pemakai laporan
keuangan dapat mencapai tujuan masing-masing dalam menilai kea-
daan suatu bank.
Laporan keuangan yang telah terstandarisasi memiliki karakte-
ristik kualitatif yang membuat informasi dalam laporan keuangan
berguna bagi pemakai. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas
yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi
pemakai. Menurut KDPPLKS (Kerangka Dasar Penyusunan dan Pe-
nyajian Laporan Keuangan Syariah) Paragraf 45 sampai 63 terdapat
empat karateristik kualitatatif pokok, yaitu dapat dipahami, relevan,
andal, dan dapat diperbandingkan.32
BPRS merupakan jenis bank yang diizinkan beroperasi sesuai
dengan syariah Islam di Indonesia. Dengan adanya, UU No. 21 tahun
2008 dan PBI no.11/23/PBI/2009, BPRS memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam mengajukan pembiayaan karena memang
BPRS membidik sektor kecil dan menengah. Berbeda halnya dengan
31
Rizal Yaya, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik Kon-temporer, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), 74
32 Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah: Konsep dan
Implementasi PSAK Syariah, (Yogyakarta: P3EI Press, 2008), 85.
10 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
bank umum dan bank umum syariah, dalam praktiknya, BPRS khusus
melayani usaha mikro dan kecil.
Resiko yang berbahaya dapat melekat erat pada bisnis yang
dijalani oleh BPRS, sehingga diperlukan informasi yang berkualitas
tentang keadaannya melalui laporan keuangan. Namun demikian,
untuk menghasilkan suatu laporan keuangan yang berkualitas, audi-
tor internal dan eksternal sangat berperan dalam melaksanakan pe-
ngawasan sistem akuntansi, karena sistem akuntansi merupakan
suatu sistem informasi yang membutuhkan kemampuan manusia
untuk menjalankan sistem yang ada. Khususnya dalam hal ini ada-
lah auditor internal yang melakukan sistem pengendalian, sebelum
informasi tersebut diperiksa oleh pihak auditor eksternal, dan laporan
dari DPS mengenai kepatuhan sesuai prinsip syariah.
Manusia mempunyai sifat-sifat lemah yang melekat, di anta-
ranya ialah sifat-sifat lemah yang berkaitan dengan auditing. Manusia
cenderung mementingkan diri sendiri dan memiliki kemampuan yang
terbatas. Kedua sifat itu akan berdampak pada kebijakan dan atau
keputusan yang tidak tepat, atau merugikan pihak tertentu. Audit
dalam keuangan Islam seharusnya memiliki tujuan yang berbeda
dengan audit dalam konvensional, karena proses audit yang dilakukan
dan dilaporkan mesti sesuai dengan aturan syariah Islam, sehing-ga
dapat dikatakan sebagai auditing Islam.33
Seorang auditor dalam melaksanakan proses audit harus me-
miliki dua persyaratan, yaitu karakter pribadi tertentu dan kemampu-
an melakukan tindakan audit. Hal tersebut disebabkan karena ke-
mampuan auditor berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman untuk dapat melakukan aktivitas pemeriksaan laporan
keuangan, yaitu mampu dalam bidang akuntansi, bidang syariah
Islam, dan juga yang terkait dengan pendapat auditor terhadap
laporan audit yang sesuai dengan ketaatan dalam prinsip syariah.
33
Menurut Isgiyarta Jaka, auditing dalam Islam adalah suatu proses
yang sistematis dan objektif dalam perolehan dan penilaian bukti-bukti yang
berkaitan dengan pengukuran aktivitas atau kejadian ekonomi apakah telah
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, dan penilaian ketaatan syariah
Islam atas aktivitas atau kejadian ekonomi, dankemudian melaporkan hasil
penilaian tersebut kepada pihak yang memerlukannya. Lihat Isgiyarta Jaka,
Teori akuntansi dan laporan keuangan Islami, (Semarang: Universitas Dipo-
negoro, 2003), 193.
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 11
Pendapat auditor yang menegaskan bahwa laporan keuangan
telah sesuai dengan syariah (conformity) di berikan bilamana dalam
pemeriksaan aktivitas perusahaan secara keseluruhan, yaitu dari awal
aktivitas sampai pada akhir aktivitas perusahaan, tidak di temukan
penyimpangan terhadap aturan syariah agama. Sebaliknya, pendapat
auditor yang menyatakan bahwa laporan keuangan tidak sesuai
dengan syariah (inconformity) di berikan bilamana dalam pemeriksa-
an aktivitas perusahaan secara keseluruhan, terdapat bagian tertentu
yang menyimpang dari aturan syariah agama walaupun hanya kecil
atau sedikit yang akan memengaruhi tingkat kehalalan secara kese-
luruhan. Dalam hal ini, kesalahan sedikit apapun akan diberikan pen-
dapat tidak sesuai dengan aturan syariah agama34
.
Berdasarkan hasil penelitian Nawal Kasim, Zuraidah Mohd
Sanusi, Tatik Mutmainah dan Sigit Handoyo yang berjudul Menilai Praktek Audit di Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia dan Malaysia, yang bertujuan untuk mengetahui praktik audit yang
terdapat di Malaysia dan Indonesia, menyimpulkan bahwa Indonesia
telah mengimplementasikan audit syariah untuk mengaudit lembaga
keuangan syariah, sedangkan Malaysia belum mempraktikkannya
secara menyeluruh.35
Dengan adanya hasil penelitian tersebut, audit
internal maupun eksternal yang terdapat di lembaga keuangan syariah
telah memiliki peran yang sesuai dengan audit syariah, sehingga
dapat menghasilkan proses laporan keuangan yang berkualitas.
Hal inilah yang membuat peran auditor internal maupun eks-
ternal sangat dibutuhkan oleh BPRS untuk meminimalisir banyaknya
kasus penyimpangan yang terjadi dalam dunia perbankan, khususnya
BPRS, karena BPRS menjangkau sektor riil yang terdapat di sekitar
atau lingkungan tempat BPRS tersebut berada.
34
Jaka Isgiyarta, Teori akuntansi dan laporan keuangan Islami,
(Semarang: UNiversitas Diponegoro, 2003), 205 35
Nawal Kasim, Zuraidah Mohd Sanusi, Tatik Mutamimah, dan Sigit
handoyo, “Assessing the current practice of auditing in Islamic financial
institution in Malaysia an Indonesia”, (2013), 1-5
12 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Khusus bagi auditor lembaga keuangan syariah, termasuk
BPRS, auditor internal maupun eksternal wajib memahami aturan-
aturan tentang kepatuhan syariah dalam berbisnis. Sehingga, dasar
hukum yang baku dan permanen disimpulkan dari sumber syariah
Islam, sehingga dapat dipergunakan sebagai aturan oleh seorang
akuntan dalam pekerjaanya (pembukuan, analisis, pengukuran, pema-
paran, dan penjelasan) untuk menjadi pijakan dalam menjelaskan
suatu kejadian atau peristiwa.36
Beberapa kasus perbankan dan lembaga keuangan syariah yang
terkait dengan masalah pelaporan keuangan juga pernah terjadi pada
Bank Syariah Mandiri (BSM), yaitu kasus fraud yang dilakukan tiga
pejabat Kantor Cabang Utama Bogor. Mereka bekerjasama melaku-
kan pembobolan dana lewat pembiayaan fiktif yang berjumlah 102
miliar,37
sedangkan pada tahun 2016 PT BPRS Al Hidayah yang
berlokasi di Malang Jawa Timur telah dicabut izin usahanya oleh
OJK (Otoritas Jasa Keuangan) karena fraud (kecurangan). Dampak-
nya, penurunan CAR (Capital Adequacy Ratio) yang mencapai -
205,61 %38
tak dapat dihindari. Penyebab utama berbagai penyim-
pangan tersebut karena sistem pengendalian internal yang lemah.
Tentu hal ini sangat mengancam keberlangsungan perbankan teruta-
ma perbankan syariah karena kredibilitas bank syariah di mata nasa-
bah akan memudar seiring waktu apabila kasus ini terus berulang
terjadi.
Kondisi yang demikian akan menimbulkan ketidakpercayaan
pihak eksternal terhadap BPRS, seperti halnya nasabah pendanaan
maupun pembiayaan, atau pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
BPRS. Oleh karena itu, BPRS harus mengantisipasi kasus tersebut
sejak dini. Pada dasarnya, lembaga keuangan syariah memiliki keisti-
mewaan dalam hal pengawasan, yaitu keharusan adanya Dewan
Pengawas Syariah (DPS)39
pada bank syariah. Undang-undang nomor
36
Kariyoto, “Akuntansi dalam Perspektif Syariah Islam”, Jurnal
IBEKA Vol. 7, No. 2 (2013): 44 -51 37
www.infobanknews.com/2013/10/bsm-tersandung-fraud-di-Bogor,
Paulus Yoga, BSM Tersandung Fraud di Bogor, artikel diakses pada 25 Mei
2016 38
www.surabaya.bisnis.com, OJK Cabut Izin PT. BPRS Al Hidayah
karena Fraud, April 2016: Diakses pada tgl 30 Mei 2016 39
DPS adalah lembaga independen atau hakim khusus dalam fikih
muamalat (fiqh muamalat), namun DPS bisa juga anggota diluar ahli fikih
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 13
21 tahun 2008 tentang perbankan syariah pada pasal 32 menyatakan
bahwa dewan pengawas syariah wajib dibentuk oleh bank syariah dan
bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah.
Dewan pengawas syariah diangkat oleh rapat umum pemegang
saham atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia dan berfungsi
untuk memberikan opini terhadap tingkat kepatuhan institusi pada
aturan syariah. Keberadaannya juga menjadi salah satu ciri yang
membedakan bank syariah dengan bank konvensional. Peran DPS
sangat menentukan dalam mengawasi operasi bank syariah agar tetap
memenuhi prinsip-prinsip syariah (shari’a compliance). Lemahnya
peran Dewan Pengawas Syariah, seringkali menimbulkan terjadinya
penyimpangan syariah yang dilakukan oleh manajemen bank syariah.
Bank syariah masih banyak yang melakukan praktek riba yang
diharamkan. Padahal, idealnya bank syariahlah yang menjadi lokomo-
tif lembaga keuangan anti riba, tapi justru di bank syariah itu pula
terdapat praktek riba.40
Terdapat empat pendekatan yang saling terkait dan menjadi
parameter dalam kepatuhan syariah, yaitu: pendekatan tujuan syariah
(maqasid shariah), pendekatan akad, pendekatan pelaporan keuangan,
dan pendekatan dokumentasi legal. Oleh karena itu, dewan pengawas
syariah diwajibkan untuk mengenal peran dokumentasi legal dan
pelaporan keuangan yang timbul dari produk yang mereka setujui.41
Sehingga, laporan keuangan berkualitas yang menggambarkan kondi-
si realitasnya akan dapat dihasilkan.
Bagi lembaga keuangan syariah, laporan keuangan yang ber-
kualitas adalah yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
secara umum dan memenuhi aturan yang ada serta DPS yang menja-
min kredibilitas laporan keuangan. Tujuan dari laporan keuangan sya-
riah yang juga menjadi pembeda dengan laporan keuangan konven-
tetapi ahli juga dalam bidang lembaga keuangan Islam dan fikih muamalat,
DPS suatu lembaga keuangan yang berkewajiban mengarahkan, mereview,
dan mengawasi aktivitas lembaga keuangan agar dapat di yakinkan bahwa
mereka mematuhi aturan dan prinsip syari’ah Islam, Sofyan Safri Harahap,
Auditing dalam perspektif Islam, (Jakarta: Pustaka Quantum, 2008), 207 40
Agustianto, Optimalisasi Dewan Pengawas Syariah, www.niriah.
com, diakses 28 April 2016 41
Rosly, Saiful Azhar, “Shariah Parameters Reconsidered”, Interna-
tional Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management, Vol.
3, No. 2 , (2010): 132-146,
14 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
sional adalah laporan keuangannya dipergunakan untuk menentukan
zakat.42
Dengan demikian, untuk menjaga ketaatan prinsip-prinsip
syariah tersebut maka telah diterapkan di Bank Syariah suatu bagian
khusus yang bertugas untuk mengatur, mengevaluasi dan menjamin
bahwa aturan ketaatan tersebut telah dijalankan sesuai dengan regu-
lasi yang berlaku. Oleh karena itu, peran DPS disini sangat penting
karena di tangannya keputusan ajaran Islam telah diterapkan dalam
operasional bank syariah dengan sebenar-benarnya sehingga indepen-
densi menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh DPS.43
Dewan pengawas Syariah pada bank Islam tidak hanya diharus-
kan untuk independent dalam pemikiran, tetapi juga dalam hal pe-
nampilan. DPS\ juga harus melakukan semua prosedur seperti yang di
kemukakan oleh AAOIFI Governance standard untuk menjalankan
review syariah di bank Islam dengan tepat.44
Dengan demikian, pema-
haman atas pedoman pelaporan keuangan yang sesuai syariah, dan
telah disepakati oleh para ahli, menjadi suatu keniscayaan.
Pemahaman Standar Akuntansi Keuangan Syariah45
berhubu-
ngan dengan karakteristik akuntansi syariah yang terdapat dalam
SAK Syariah. Oleh karena itu, menurut Agustianto, seharusnya hal
ini dapat dipahami oleh pihak-pihak yang terkait dengan terjadinya
proses laporan keuangan, terutama oleh auditor internal, eksternal
dan juga dewan pengawas syariah.46
Dalam hal ini, manajemen dapat turut serta berperan dalam
pelanggaran kaidah syariah terutama secara operasional bank yang
mengakibatkan laporan keuangan yang dihasilkan masih belum sesuai
dengan standar Akuntansi Syariah. Selain itu, penting untuk memiliki
42
Karim, “Standar Setting for the Financial Reporting of Religious
Business Organization the Case of Islamic Bank”, Accounting and Business Research, Vol 20, No. 80, (1993): 299-305.
43 Eko Adi Widyanto, “Peran Independensi Dewan Pengawas Syariah
Terhadap Loyalitas Penerapan Syariat Islam”, Jurnal Eksis, Vol. 6 No. 2,
(2010): 1579 - 1583 44
Ade Wirman Syafei, Proses Review Syariah Bank Islam di Indone-
sia: mencari Standar Umum yang di Terima, Current Issue Lembaga Keua-ngan Syariah, (Jakarta: PT. Kencana Predana, 2009), 199 - 234
45 IAI (Ikatan Akuntan Indonesia), Standar Akuntansi Keuangan
Syariah, (Jakarta: IAI, 2014), 5. 46
Agustianto,OptimalisasiDewanPengawasSyariah,www.pesantrenvir
tual.comindeks.php/ekonomisyariah. Diakses pada 15 September 2015
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 15
standar laporan keuangan yang sesuai dengan persyaratan hukum
Islam dan memenuhi kebutuhan berbagai sektor global ekonomi tan-
pa menyoroti setiap kekhususan tertentu, sehingga berlaku untuk
semua komunitas di dunia, terlepas dari keyakinan dan budaya
mereka.47
Apabila entitas syariah secara konsisiten menggunakan prinsip
maqasid Syariah dalam menilai tujuan laporan keuangannya dalam
kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah,
maka tujuan laporan keuangan entitas tersebut akan berbeda dengan
yang terdokumentasi saat ini.48
Sebuah entitas bisnis harus memiliki
suatu laporan keuangan sebagai pertanggunjawaban kepada para
pemakai laporan keuangan.49
BPRS yang merupakan bagian dari entitas bisnis berdasarkan
syariah memerlukan akuntansi yang didasarkan syariah juga.50
Hal ini
karena informasi akuntansi syariah dapat mengakomodasi keadaan
lembaga keuangan yang dijalankan dengan kerangka syariah secara
menyeluruh, sebagai akibat dari hakikat transaksi yang berbeda
dengan lembaga keuangan konvensional.51
47
Ziad M. F. Al Saidat, Ali M. Al Ghazzawi, Nimer A Suhilat,
“Accounting Measurements: Islamic Perspective versus Financial Accoun-
ting Perspective”, Interdisclipinary Journal of Contemporary Research in Business, Vol. 6 No. 2, (2014): 362 - 377
48 M Nur A Birton, “Maqasid Syariah Sebagai Metode Membangun
Tujuan Laporan Keuangan Entitas Syariah”, Proceeding call for paper dan Seminar Nasional, Universitas Negeri Surakarta, 26 November 2013.
49 Pemakai laporan keuangan meliputi: Investor sekarang dan poten-
sial, pemilik dana qardh, pemilik dana syirkah temporer, pemilik dana titi-
pan, pembayar dan penerima ZIS, pengawas syariah, karyawan, pemasok dan
mitra usaha, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat. Sri Nurhayati, Wasi-
lah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2013) 97. 50
Akuntansi syariah adalah suatu kegiatan identifikasi, klarifikasi,
pendataan, dan pelaporan melalui proses perhitungan yang terkait dengan
transaksi keuangan sebagai bahan informasi dalam mengambil keputusan
ekonomi berdasarkan prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung
zhulum (kezaliman), riba, maysir (judi), gharar (penipuan), barang yang
diharamkan, dan membahayakan. Hasbi Ramli, Edukasi Profesional Syariah, Teori dasar akuntansi Syariah, (Jakarta: 2005), 13-14
51 Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah, (Jakarta: Salemba
Empat, 2002), 103
16 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Laporan keuangan yang akan disampaikan tersebut di buat
berdasarkan aturan dan standar yang berlaku umum. AAOIFI (Acco-unting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution), yang merupakan lembaga Internasional bersifat otonom dan non
profit telah menyediakan berbagai standar akuntansi, audit, tata kelo-
la (governance), etika, dan syariah bagi lembaga-lembaga keuangan
Islam. Sejak didirikan, AAOIFI telah menerbitkan 23 standar akun-
tansi, 5 standar audit, 6 standar tata kelola, 2 standar kode etik, dan
30 standar syariah.
Dewan syariah AAOIFI memiliki peran strategis dalam pe-
ngembangan bank syariah dunia, yaitu melakukan berbagai upaya
untuk mengharmonisasikan konsep dan penerapan fatwa di antara
dewan pengawas syariah. Standar yang telah dikeluarkan oleh
AAOIFI tersebut telah dijadikan sebagai acuan oleh lembaga regu-
lator di berbagai negara termasuk Indonesia. Bank Indonesia sebagai
regulator bank syariah bersama IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)52
telah membuat SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah53
seba-
gai standar yang digunakan oleh lembaga keuangan syariah ataupun
lembaga keuangan konvensional yang menggunakan transaksi
syariah.
Dorongan tenaga akuntansi syariah (akuntan) yang handal dan
terpercaya dalam manajemen lembaga syariah tentu sangat dibutuh-
kan. Namun, profesi ini menuntut keahlian dan intelektual yang unik
dalam bidang akuntansi syariah yang merupakan turunan dari sistem
ekonomi Islam yang lahir dari nilai-nilai syariah Islam,54
orientasi
akuntansi syariah lebih riil dan mengandung unsur transparansi dan
pertanggungjawaban yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan karena
dalam penyusunan laporan keuangan akuntansi syariah menempatkan
aspek kejujuran dan keadilan pada posisi yang paling utama di dalam
melaksanakan proses akuntansi sampai kepada produk laporan
keuangannya.55
52
Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim, Akun-tansi Perbankan Syariah, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), 16 - 17
53 IAI (Ikatan Akuntan Indonesia), Standar Akuntansi Keuangan
Syariah, Per 01 Januari 2014 54
Kariyoto, “Akuntansi dalam Perspektif Syariah Islam”, Jurnal
JIBEKA, Volume 7, No. 2 Agustus (2013): 44 - 51 55
Firman, Abdul Hamid Habbe, Darwis, “Implementation of Syari’e
accounting viewed from perception of accountants and accounting students
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 17
Peran dari auditor internal di mulai dari proses transaksi akun-
tansi hingga menghasilkan laporan keuangan, sedangkan peran dari
auditor eksternal adalah memverifikasi bahwa proses transaksi akun-
tansi yang di hasilkan dalam bentuk laporan keuangan tersebut telah
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum. Sementara itu,
peran dari DPS adalah mengawasi penerapan prinsip-prinsip syariah
dari transaksi akuntansi serta operasionalnya hingga menghasilkan
laporan keuangan. Dengan demikian, ketiga komponen peran ini perlu
memahami SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah sehingga
kemudian dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas,
sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat diidentifkasi
antara lain:
a. Terjadinya penyelewengan terhadap dunia perbankan, juga
dapat terjadi pada BPRS, hal ini berdampak pada kualitas
laporan keuangan BPRS.
b. Terjadinya fraud yang dilakukan oleh pihak interen maupun
eksteren BPRS, mengakibatkan ketidakpercayaan masyara-
kat terhadap BPRS.
c. Auditor internal maupun eksternal yang belum berperan
secara maksimal sesuai bidangnya.
d. Dewan pengawas syariah yang belum memahami proses
laporan keuangan untuk BPRS.
e. Belum sesuainya laporan keuangan yang dihasilkan oleh
BPRS dengan standar akuntansi Syariah yang berlaku
umum di dalam menjalankan kegiatan transaksi BPRS.
f. Auditor internal, eksternal, tenaga akuntansi, manajer,
dewan pengawas syariah maupun nasabah belum memahami
standar akuntansi keuangan syariah yang berlaku umum
bagi BPRS.
in Makassar City”, Jurnal Analisis, Fakultas Ekonomi UNHAS Makasar,
Vol. 2, No.1. Juni (2013)
18 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana peran auditor
terhadap kualitas laporan keuangan dalam perspektif akuntansi
Syariah? Pertanyaan permasalahan ini dapat di turunkan men-
jadi 3 sub pertanyaan yaitu:
1. Bagaimana peran auditor dalam upaya menjaga kualitas
laporan keuangan BPRS, serta pemahaman SAK Syariah ?
2. Sejauhmana peran auditor internal, auditor eksternal, dewan
Pengawas Syariah, terhadap Kualitas Laporan Keuangan
BPRS dengan Pemahaman SAK Syariah sebagai variabel
moderasi?
3. Bagaimana laporan keuangan BPRS yang berkualitas dalam
perspektif akuntansi Syariah ?
3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini
difokuskan pada peran auditor internal, auditor eksternal,
dewan pengawas syariah serta pemahaman standar akuntansi
keuangan syariah dan laporan keuangan BPRS tahun 2014-
2017. Lokasi penelitian telah mewakili wilayah Indonesia,
yaitu dilaksanakan di Jawa barat, Jawa timur, Jawa tengah,
Jabodetabek, Lampung, Sulawesi, dan Nusa tenggara barat.
Untuk waktu penelitian, dilaksanakan mulai dari tanggal 10
Agustus 2017-20 Desember 2017
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengumpulkan bukti empiris agar dapat menjelaskan
dan menganalisis mengenai:
1. Peran auditor dalam upaya menjaga kualitas laporan keua-
ngan BPRS, serta pemahaman SAK Syariah.
2. Peran auditor internal, auditor eksternal, dewan pengawas
syariah terhadap kualitas laporan keuangan di BPRS dengan
variabel moderasi pemahaman standar akuntansi keuangan
Syariah.
3. Laporan keuangan BPRS yang berkualitas dalam perspektif
akuntansi Syariah
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 19
D. Signifikansi Penelitian
Penelitian ini memiliki signifikansi, yaitu untuk memberikan
gambaran kepada BPRS dalam menjaga kualitas laporan keuangan-
nya melalui peran auditor internal, eksternal dan DPS dengan pema-
haman SAK Syariah, sehingga terhindar dari fraud.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi akademisi diharapkan dapat menambah khasanah keil-
muan dalam bidang Ilmu akuntansi khususnya akuntansi Sya-
riah, audit Syariah dan akuntansi perbankan Syariah.
2. Bagi pihak eksternal seperti: nasabah, pemerintah, DSN, IAI,
OJK dan juga masyarakat pada umumnya, untuk menambah
wawasan dan informasi mengenai kualitas laporan keuangan
dalam perspektif akuntansi Syariah, serta dapat memberikan
masukan kepada BI dan OJK, untuk menjadikan SAK Syariah
sebagai standar utama seperti halnya SAK ETAP dan PAPSI.
F. Penelitian Terdahulu yang relevan
Adapun penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian ini antara lain:
Pertama: Competency of Shariah Auditors in Malaysia: Issue and Challenges,56
dengan kesimpulan bahwa seorang auditor Syariah
perlu memiliki pengetahuan khusus, keterampilan dan karakteristik
lainnya yang diperlukan untuk seorang auditor syariah agar dapat
melakukan fungsi audit syariah secara efektif. Penelitian ini membuk-
tikan bahwa auditor syariah itu terdiri dari auditor internal, auditor
eksternal dan DPS untuk entitas bisnis yang berlandaskan prinsip
syariah, khususnya BPRS, serta bagaimana peran dari auditor baik
internal maupun eksternal di dalam menjaga kualitas laporan keua-
ngan berdasarkan pemahamannya terhadap SAK Syariah yang ada di
Indonesia. Persamaan dalam penelitian ini membahas mengenai peran
atau kompetensi seorang auditor Syariah, perbedaan yang ada dalam
penelitian ini dari metode yang digunakan, yaitu metode kualitatif
dan kuantitatif yang berdasarkan apa yang dialami oleh auditor inter-
56
Nor aishah mohd ali, Zakiah muhammadun Mohamed, Shahida
shahimi, Zurini shafii, “Competency of shariah auditors in Malaysia: Issue
and challenges”, Journal of Islamic Finance, IIUM, Vol. 4 No. 1. (2015): 22-
30
20 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
nal dan eksternal serta pemahamannya terhadap SAK Syariah, serta
melihat persepsi dari manajemen mengenai peran dari auditor inter-
nal, eksternal, dan DPS serta pemahaman SAK Syariahnya.
Kedua: Konsep Pengawasan, Kerangka Audit Syariah, dan
Tata Kelola Lembaga Keuangan Syariah57
dengan hasil penelitian
bahwa Bank Indonesia hendaknya mendukung kegiatan pengawasan
perbankan Syariah yang melibatkan DSN dan DPS, serta audit syari-
ah juga hendaknya dijalankan sesuai standar AAOIFI. Persamaan dalam penelitian ini yaitu terdapat adanya tugas dan peran DPS bagi
lembaga keuangan Syariah yang dijadikan variabel dalam penelitian
ini mengenai peran DPS dalam menjaga kualitas laporan keuangan
dengan pemahamannya terhadap SAK Syariah yang merupakan salah
satu standar yang digunakan dalam menjaga kualitaas laporan keua-
ngan. Perbedaan dalam penelitian ini adalah dari metode yang digu-
nakan, yaitu kualitatif dan kuantitatif, berdasarkan apa yang di alami
oleh DPS serta persepsi manajemen terhadap peran DPS terhadap
kualitas laporan keuangan serta pemahamannya mengenai SAK
Syariah.
Ketiga: Kerangka Teori Audit Syariah: Gap Antara Praktik
Audit Syariah dengan yang Diinginkan pada Perbankan Syariah di
Indonesia58
, dengan hasil penelitian bahwa dari 16 indikator variabel
praktek audit syariah ternyata terdapat 7 gap praktek audit syariah
dengan yang diinginkan, salah satunya adalah peran auditor syariah
dan independensi. Sedangkan 9 indikator variabel lainnya tidak terda-
pat gap praktek audit syariah seperti: kualifikasi auditor, penerapan
syariah terhadap produk, penerapan syariah terhadap proses dan stan-
dar audit. Perbedaan dalam penelitian ini adalah dari metode yang
digunakan dan variabel yang ada dalam penelitian terdahulu menge-
nai peran auditor Syariah yang dijadikan variabel untuk membentuk
dimensi dalam penelitian ini, serta diuji dengan melihat persepesi dari
manajemen mengenai peran auditor serta apa yang dialami oleh
57
Minarni, “Konsep pengawasan, kerangka audit syariah, dan tata
kelola lembaga keuangan syariah”, Jurnal Ekonomi Islam, La Riba, Vol. VII,
No. 1, Juli (2013): 29 - 40 58
Rossje V Suryaputri, “Kerangka teori audit syariah: gap antara
praktik audit syariah denmgan yang di inginkan pada perbankan syariah di
Indonesia”, Disertasi, Universitas Trisakti, (2012)
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 21
auditor dalam menjalankan perannya untuk menjaga kualitas laporan
keuangan dengan pemahaman SAK Syariahnya.
Keempat: Role of the Auditor in an Islamic Economy59,
dalam penelitiannya dihasilkan bahwa salah satu pencegahan dari
kerusakan-kerusakan aktivitas ekonomi adalah dengan memanfaatkan
peran auditor dengan sebaik-baiknya. Penelitian ini ingin membukti-
kan bahwa peran auditor internal dan auditor eksternal berpengaruh
terhadap kualitas laporan keuangan dengan pemahaman SAK Syariah
sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan aktivitas ekonomi, di-
tambahkan dengan peran dewan pengawas syariah, serta pemahaman
standar akuntansi keuangan syariah. Persamaan penelitian ini adalah
melihat peran auditor dari ekonomi Islam. Perbedaan penelitian ini
adalah melihat dari akuntansi Syariah khususnya untuk kualitas lapo-
ran keuangan agar dapat terhindar dari kerusakan aktivitas ekonomi,
khususnya fraud, atau kecurangan serta metode yang digunakan.
Kelima: Analisis Pengaruh Independensi dan Profesionalisme
DPS terhadap Kinerja BPRS di Jawa Tengah60
, dengan hasil peneliti-
an bahwa independensi DPS mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap profesionalisme DPS dengan hubungan negatif. Profesio-
nalisme DPS tidak signifikan dalam memengaruhi kinerja BPRS, dan
Independensi DPS dan Profesionalisme DPS tidak signifikan
memengaruhi Kinerja BPRS. Persamaan dalam penelitian ini adalah
objek penelitian BPRS dan salah satu responden (DPS) yang diwa-
wancarai. Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada variabel yang
dipengaruhinya, yaitu kualitas laporan keuangan, serta terdapat tam-
bahan variabel lain seperti peran auditor internal, peran auditor eks-
ternal dan pemahaman standar akuntansi keuangan syariah.
Keenam: Pengaruh Penerapan Peran Komite Audit, Peran
Dewan Pengawas Syariah, dan Efektivitas Pengendalian Interen Atas
Pelaporan Keuangan Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan, Studi
Empiris pada Bank Syariah di Indonesia,61
dengan hasil penelitian
59
Muhammad Akram Khan, “Role of The Auditor inn an Islamic
Economy”, J.Res Islamic Economic, Volume 3, No. 1, (2014): 31-41 60
Ari Kristin Prasetyoningrum, “Analisis pengaruh independensi dan
profesionalisme dewan pengawas Syariah terhadap kinerja Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah di Jawa Tengah”, Jurnal Ilmu Ekonomi ASET, Vol.12. No.1
(2010): 27 -36 61
Rini, “Pengaruh penerapan peran komite audit, peran dewan penga-
was syariah, dan efektivitas pengendalian interen atas pelaporan keuangan
22 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
bahwa variabel peran komite audit, peran dewan pengawas syariah,
dan efektifitas pengendalian intern atas pelaporan keuangan secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelaporan keua-
ngan. Sedangkan secara parsial, peran dewan pengawas syariah tidak
berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan. Persamaan adalah
dengan menggunakan variabel peran dewan pengawas syariah, se-
dangkan perbedaan, yaitu terdapat variabel lain yaitu, peran auditor
internal, peran auditor eksternal, pemahaman SAK syariah, serta me-
tode penelitian yang digunakan.
Ketujuh: Persepsi Nasabah atas Implementasi Akuntansi
Keuangan Syariah dalam Operasional Perbankan Berbasis Syariah di
Indonesia,62
dengan hasil penelitian bahwa meskipun perbankan
syariah mengimplementasikan aturan dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan Syariah, akan tetapi sebagian masyarakat Islam
masih menilai bahwa kebanyakan perbankan syariah di Indonesia
masih beroperasi secara konvensional, sedangkan penelitian ini salah
satunya ingin membuktikan bahwa perbankan syariah khususnya
bank pembiayaan rakyat syariah tidak beroperasi secara konvensional
karena memiliki laporan keuangan yang berkualitas sesuai dengan
standar akuntansi keuangan Syariah yang dilakukan prosesnya oleh
auditor baik internal maupun eksternal serta dewan pengawas syariah
yang memiliki perannya masing-masing.
Kedelapan: Pengaruh Auditor Internal Terhadap Kualitas Pe-
laporan Keuangan pada Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Tengah,63
dengan hasil penelitian bahwa koordinasi dan kerjasama antara
auditor internal dengan auditor eksternal memiliki pengaruh positif
terhadap kualitas pelaporan keuangan. Persamaan dengan penelitian
ini adalah dalam hal variabel auditor internal dan auditor eksternal
serta kualitas laporan keuangan, sedangkan Perbedaan terletak kepa-
terhadap kualitas pelaporan keuangan, studi empiris pada bank syariah di
Indonesia”, Disertasi, Universitas Padjajaran, (2012) 62
Adi Prasetyo, “Persepsi Nasabah atas Implementasi Akuntansi
Keuangan Syariah dalam Operasional Perankan Berbasis Syariah di Indone-
sia”, Proceeding Call for paper dan seminar nasional, (2013) 63
Shabrina Rahutami Nur Amalia, Herry laksito, “Pengaruh auditor
internal terhadap kualitas pelaporan keuangan pada bank perkreditan rakyat
di Jawa tengah”, Diponegoro Journal of accounting, Vol 3, No.2, (2014): 1-
10
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 23
da adanya variabel yang lain seperti peran dewan pengawas syariah,
pemahaman SAK Syariah, serta metode penelitian yang digunakan.
Kesembilan: The Effect of Audit Committee Role and Sharia Supervisory Board Role on Financial Reporting Quality at Islamic Banks in Indonesia64
, dengan hasil penelitian bahwa peranan audit
committee dan peranan DPS berpengaruh pada kualitas pelaporan
keuangan baik secara parsial maupun simultan dengan menggunakan
metode penelitian regresi berganda. Persamaannya dalam hal
menggunakan variabel peran DPS dan kualitas pelaporan keuangan.
Sedangkan perbedaannya terdapat pada variabel lain, yaitu peran
auditor internal, peran auditor eksternal, serta pemahaman SAK dan
metode penelitian yang digunakan.
Kesepuluh: Pengaruh Pemahaman Manajer Tentang Standar
Akuntansi Keuangan Syariah dan Peran Dewan Pengawas Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan BPRS di Aceh65
, dengan hasil penelitian
pemahaman manajer tentang SAK Syariah dan peran DPS secara
simultan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan syariah di
BPRS Aceh. Persamaannya terletak pada variabel pemahaman SAK
Syariah, sedangkan perbedaannya terletak pada adanya variabel yang
lain, seperti: peran auditor internal, peran auditor eksternal, peran
dewan pengawas syariah, dan pemahaman SAK Syariah menjadi
variabel moderating dalam penelitian ini, serta akan mencari faktor
apa yang paling dominan dalam memengaruhi kualitas pelaporan
keuangannya.
Kesebelas: Faktor-faktor Penentu Kualitas Pelaporan Keua-
ngan dan Kepercayaan Investor66
, dengan hasil penelitian bahwa
pengujian analisis faktor untuk keempat atribut berbasis akuntansi
memberi kontribusi pembentukan kualitas pelaporan keuangan yang
64
Rini, “The effect of audit committee role and sharia supervisory
board role on financial reporting quality at Islamic banks in Indonesia”, Journal of Economics, Business, and Accountancy Ventura, Vol. 17, No. 1,
(2014): 145 - 156 65
Suazhari, Syarifah Rahmawati, “Pengaruh Pemahaman Manajer
tentang Standar Akuntansi Keuangan Syariah dan Peran dewan pengawas
Syariah”, Conference: Seminar Penelitian dosen Muda Univ. syiah Kuala, At
Universitas Syiah Kuala, Aceh, (2012): 1-29 66 Zaenal Fanani, Sri Ningsih, dan Hamidah, “Faktor-faktor Penentu
Kualitas Pelaporan Keuangan dan Kepercayaan Investor”, Accounting Conference, Universitas Indonesia, Depok, (2008): 1-16
24 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
terdiri dari kualitas akrual, prediktabilita, dan perataan laba. Sedang-
kan untuk analisis faktor atribut berbasis pasar, memberi kontribusi
pembentukan kualitas pelaporan keuangan yang terdiri dari relevansi
nilai dan konservatisme ketiga atribut berbasis pasar. Persamaannya
dalam hal mencari faktor kualitas pelaporan keuangan dan metode
penelitiannya, sedangkan perbedaannya terletak pada variabel yang
terdapat dalam kualitas pelaporan keuangan.
Keduabelas: Internal Audit Function, Board Quality and Finan-cial Reporting Quality: Evidence from Malaysia 67
Penelitian ini membahas mengenai peran auditor internal ter-
hadap kualitas pelaporan keuangan dengan variabel moderating
dewan direksi. Hasil temuan awal menunjukkan hubungan yang posi-
tif antara fungsi audit internal dengan kualitas pelaporan keuangan.
Dalam hal ini semakin jelas bahwa peran auditor internal sangat
memainkan peran penting dalam proses pelaporan keuangan dengan
dimediasi oleh dewan direksi. Persamaan dalam penelitian ini adalah
dalam menggunakan peran auditor sebagai variabel yang dapat me-
mengaruhi kualitas laporan keuangan serta terdapat variabel mode-
rasi. Sedangkan perbedaannya, dalam penelitian ini terdapat peran
auditor eksternal dan peran dewan pengawas syariah yang meme-
ngaruhi kualitas laporan keuangan. Ketigabelas: A Multistage Approach to External Auditors’
Evaluation of the InternalAudit Function.68
Penelitian ini menyim-
pulkan bahwa peran auditor internal dan auditor eksternal memiliki
tujuan yang sama dan menghasilkan hubungan yang kuat di antara
keduanya terkait dengan kualitas laporan keuangan bagi suatu entitas
atau lembaga keuangan. Penelitian ini menggunakan metode analisis
berdasarkan probabilitas Bayesian untuk memodelkan evaluasi
auditor eksternal terhadap fungsi audit internal. Secara khusus, model
berdasarkan teori inferensi multistage (cascaded) dikembangkan dan
dianalisis dengan menggunakan analisis sensitivitas numerik. Kontri-
busi pemodelan sangat penting dalam arti bahwa ini adalah satu-
67
K. Johl, Shireenjit, et al. "Internal audit function, board quality and
financial reporting quality: evidence from Malaysia." Managerial auditing journal 28.9 ,(2013), 780-814.
68 Krishnamoorthy, G, “A multistage approach to external auditors’
evaluation of the internal audit function” A Journal of Practice and Theory,
March (2002): 95–121
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 25
satunya studi yang menyediakan model teoretis untuk proses pe-
ngambilan keputusan yang menyatakan bahwa peran auditor internal
dan eksternal memiliki hubungan yang kuat. Persamaan dalam
penelitian ini menggunakan peran auditor internal dan peran auditor
eksternal sebagai variabel dalam penelitiannya. Sedangkan perbeda-
annya, dalam penelitian ini terdapat peran lainnya, seperti peran
dewan pengawas syariah serta pemahaman SAK Syariah yang dapat
memengaruhi kualitas laporan keuangan dan metodelogi penelitian
serta alat uji analisis yang digunakan.
Keempatbelas: SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah
Per 01 Januari 2014, IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)69
merupakan
standar yang berlaku umum yang digunakan dalam proses pelaporan
keuangan bagi entitas syariah termasuk BPRS. Penelitian–penelitian di atas pada umumnya telah mewakili
masing-masing dari variabel yang akan digunakan dalam penelitian
ini, yaitu yang terkait dengan peran auditor internal, peran auditor
eksternal, peran dewan pengawas syariah, kualitas laporan keuangan
serta pemahaman standar akuntansi keuangan Syariah, dimana
terdapat persamaan dan juga perbedaan di dalam penelitian-penelitian
tersebut baik dari sisi variabel yang digunakan maupun metode yang
digunakan. Penelitian-penelitian tersebut memiliki keunikan tersendi-
ri dan keunggulannya masing-masing. Pada kesempatan ini Penulis
akan menganalisis serta mengevaluasi dari masing-masing variabel
tersebut sehingga dapat menghasilkan suatu laporan keuangan yang
berkualitas dalam perspektif akuntansi Syariah.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed methods, yaitu suatu langkah penelitian dengan menggabungkan dua
metode penelitian yang telah ada sebelumnya, yaitu penelitian
kualitatif dan penelitian kuantitatif.70
Pada rumusan pertama, kajian pembahasan menggunakan me-
tode kualitatif. Penulis akan mengkaji mengenai peran auditor
69
Standar Akuntansi Keuangan Syariah, IAI, 2014 70
Creswell, John W, Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan Mixed, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 5
26 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
internal, auditor eksternal, dewan pengawas syariah terhadap kualitas
laporan keuangan dengan berlandaskan pada pemahaman mereka
mengenai standar akuntansi keuangan Syariah, sehingga laporan ke-
uangan yang di hasilkan akan berkualitas, sedangkan untuk rumusan
kedua, kajian pembahasaanya menggunakan metode kuantitatif, yaitu
suatu pendekatan penelitian yang bersifat obyektif, mencakup
pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta menggunakan metode
pengujian statistik.71
Dengan berdasarkan pada hasil kuesioner terstruktur yang di
sebarkan kepada responden dan melihat sejauhmana peran auditor
internal, auditor eksternal, dan dewan pengawas syariah terhadap
kualitas laporan keuangan dengan pemahaman standar akuntansi
keuangan syariah berdasarkan persepsi pihak manajemen dan staf
keuangan sehingga kesimpulan besarnya akan menemukan kualitas
laporan keuangan dalam perspektif akuntansi syariah.
2. Pendekatan penelitian
Pada jenis penelitian kualitatif menggunakan pendekatan feno-
menologi.72
Dimana pendekatan fenomenologi bertujuan untuk me-
ngetahui objek penelitian dari sudut pandang orang yang mengala-
minya secara langsung.73
Sifat fenomenologi tertarik dengan keselu-
ruhan (keutuhan) objek, bukan bagian-bagian tertentu dari sudut
pandang yang beragam.
Fenomenologi berakar pada pertanyaan yang langsung berhu-
bungan dengan makna dari fenomena yang diamati,74
sehingga pene-
liti akan mendapatkan gambaran yang utuh dan jelas dari suatu
permasalahan. Pendekatan ini dipilih untuk mengetahui peran dari
masing-masing auditor internal, eksternal, dewan pengawas syariah
dengan pemahaman standar akuntansi keuangan syariah, untuk meng-
hasilkan laporan keuangan yang berkualitas agar fraud tidak terulang
kembali dalam Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
71
Asep Hermawan, Pedoman Praktis Metodologi Penelitian Bisnis,
(Jakarta: LPFE Trisakti, 2003), 3 72
Engkus Kuswarno, Fenomenologi, Konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitian, (Widya Pajajaran, Cetakan Pertama, 2009), 36
73 Engkus Kuswarno, Fenomenologi, Konsepsi, Pedoman, dan Contoh
Penelitian, (Widya Pajajaran, Cetakan Pertama, 2009), 35 74
Engkus Kuswarno, Fenomenologi, Konsepsi, Pedoman, dan Contoh
Penelitian, (Widya Pajajaran, Cetakan Pertama, 2009), 37
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 27
Sedangkan pada jenis penelitian kuantitatif, penulis menggu-
nakan pendekatan analisis deskriptif, yaitu penelitian menggambar-
kan permasalahan yang didasari pada data yang telah ada, kemudian
dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan kesimpulan. Analisis kuan-
titatif menekankan pada pengukuran variabel-variabel yang meliputi
Peran Auditor Internal (PAI), Peran Auditor Eksternal (PAE), Peran
DPS (PDPS), Pemahaman SAK Syariah (PSS) dan kualitas laporan
keuangan (KLP), serta pendekatan analisis statistik inferensial.75
3. Objek Penelitian
Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekumpulan orang atau objek yang memiliki
kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang membentuk masalah
pokok dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah
populasi terbatas, yaitu: auditor interen, auditor eksteren, DPS, ma-
najer, direksi, dan karyawan yang terlibat dalam keuangan.
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) yang berkinerja baik dan
memiliki aset diatas Rp100 miliar sebanyak 11 BPRS dan BPRS yang
memiliki aset antara Rp 50 Milyar – Rp 100 Milyar sebanyak 25
BPRS dengan predikat “sangat bagus” menurut versi Majalah
Infobank edisi khusus syariah 2016, dimana dari 26 BPRS tersebut
tersebar (penyebaran wilayah tersebut telah mewakili wilayah Indo-
nesia) di Indonesia, antara lain: Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa
Tengah, Jabodetabek, Lampung, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.76
75
Statistik Inferensial adalah teknik analisis data yang digunakan
untuk menentukan sejauhmana kesamaan antara hasil yang diperoleh dari
suatu sample dengan hasil yang akan didapat pada populasi secara keselu-
ruhan menurut John W. Creswell, Educational Researchs: Planning, Conduc-ting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research, (Pearson Edu-
cation Inc New Jersey, 2008), 326, sedangkan pendapat lain menyatakan
bahwa statistic inferensial adalah metode yang berhubungan dengan analisis
data pada sample untuk digunakan dalam penggeneralisasian pada populasi,
Muhammad Nisfiannoor, Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial, Salemba Humatika, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), 4
76 Majalah Infobank No. 453 Vol. XXXVIII, (2016): 60
28 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah menggu-
nakan metode purposive sampling, di mana merupakan tipe pemilihan
sampel secara tidak acak yang informasinya di peroleh dengan meng-
gunakan pertimbangan tertentu (umumnya di sesuaikan dengan tuju-
an dan masalah penelitian),77
atau teknik pengambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu dimana pertimbangan tersebut
diambil berdasarkan pada seseorang yang dianggap paling memahami
objek atau situasi yang diteliti, berdasarkan pemahaman dan apa yang
pernah dialaminya.78
Kriteria sampel yang di gunakan dalam penelitian ini antara
lain: auditor internal, auditor eksternal, manajer keuangan, DPS, kar-
yawan bagian keuangan dan pihak manajemen yang menunjang
tujuan penelitian.
4. Sumber Data Penelitian
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini mengguna-
kan jenis data, yaitu:
a. Data Primer
Data primer merupakan data lapangan yang didapat
dari sumber pertama, seperti hasil wawancara dan obser-
vasi ataupun kuesioner kepada pihak yang terkait, wawan-
cara mendalam dilakukan kepada auditor internal dan dewan
pengawas Syariah yang di jadikan objek penelitian.
Auditor eksternal, merupakan pihak luar dari bank
pembiayaan rakyat Syariah, yaitu auditor yang mengaudit
atau memberikan opini pada laporan keuangan bank pembia-
yaan rakyat Syariah yang dijadikan objek penelitian, sedang-
kan kuesioner terstruktur di berikan kepada responden yaitu,
pihak manajemen dari tingkat pimpinan sampai staf bagian
keuangan di bank pembiayaan rakyat Syariah.
77
Nur Indiantoro dan Bambang Supomo, Metode Penelitian Bisnis,
Edisi Pertama (Yogyakarta: BPFE (1999), 131 78
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,
(Bandung: Alfabeta, (2012), 218
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 29
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu, data yang di peroleh dari kajian
kepustakaan sebagai pendukung data primer, seperti buku-
buku, dokumen dari bank, surat kabar, internet, perundangan,
laporan keuangan tahunan BPRS, SAK Syariah, ETAP,
PAPSI untuk BPRS dan kepustakaan lain yang berkaitan
dengan pembahasan ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan Penulis dalam proses pengumpulan
data yaitu sebagai berikut:
a. Library Research Menghimpun data-data penting terkait dengan proses
laporan keuangan, serta data terkait aturan dan standar akun-
tansi, seperti: laporan keuangan tahunan yang di terbitkan
oleh BPRS setelah di audit oleh kantor akuntan publik, lapo-
ran audit internal yang di buat oleh tim audit, laporan DPS
berupa opini serta laporan rutin DPS, undang-undang dan
dokumen lainnya yang terkait dengan penelitian.
b. Observasi
Merupakan pengamatan langsung, yaitu teknik pe-
ngumpulan data, di mana peneliti mengamati langsung terha-
dap gejala-gejala dan subjek yang di teliti.79
Di antaranya
dengan cara mengunjungi langsung ke lokasi objek penelitian,
yaitu kantor BPRS dan kantor akuntan publik yang di jadikan
sampel dalam penelitian ini.
c. Dokumentasi
Untuk melengkapi data-data yang ingin di peroleh,
penulis melakukan penelitian dokumentasi, yaitu dengan cara
meneliti berbagai literatur baik itu berupa buku, majalah, dan
sumber lain seperti laporan keuangan bank sebagai bahan
analisis selanjutnya (content analysis).
d. Survei
Metode pengumpulan data primer dengan melakukan
wawancara mendalam serta memberikan kuesioner yang
79
Winarto Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung:
Tarsito, 2010), 162
30 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
memuat pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu.
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini ada-
lah wawancara terbuka, dengan pedoman wawancara semi-
struktur. Pada wawancara terbuka, subjek penelitian menge-
tahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui
pula apa maksud dan tujuan wawancara.80
Menurut Esterberg
(2002) dalam Sugiono81
, menyatakan bahwa wawancara
semistruktur termasuk dalam kategori in-depth interview, di
mana dalam pelaksanaannya lebih bebas daripada wawancara
terstruktur. Tujuan dari wawancara semistruktur ini adalah
untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana
pihak yang di wawancarai akan di minta pendapat serta ide-
idenya.
Dalam melakukan wawancara, peneliti mendengarkan
secara teliti, merekam, serta mencatat apa yang di kemukan
oleh reponden. Peneliti menetapkan sendiri pertanyaan yang
di ajukan, kemudian menyusun daftar pertanyaan yang di
dasarkan pada rumusan masalah dalam bentuk pedoman wa-
wancara. Selama proses pengumpulan data, peneliti melaku-
kan wawancara individual secara tatap muka antara inter-viewer dan interviewee. Hal tersebut dilakukan untuk menda-
patkan pemahaman secara mendalam mengenai apa yang di
alami serta persepsi dan informasi yang di peroleh dari
masing-masing responden.
Kuesioner yang diberikan kepada responden berupa
kuesioner terstruktur, yaitu bentuk kuesioner berupa daftar
pertanyaan sudah di siapkan sebelumnya dan responden mem-
berikan jawaban yang telah di sediakan dengan menggunakan
skala likert 5 (lima) poin pilihan.
6. Teknik Analisis Data
Metode kualitatif, analisis data yang telah di peroleh di olah
dengan mengelompokkan data, sehingga dapat di bangun kategorisasi
dari masing-masing data yang di peroleh. Analisis data merupakan
80
Lexy J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011), 189 81
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,
(Bandung: Alfabeta, 2012), 218
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 31
suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah
di baca dan di interpretasikan. Sehingga data tersebut dapat membe-
rikan gambaran mengenai peran auditor internal, auditor eksternal
dan dewan pengawas Syariah dalam upaya menjaga kualitas laporan
keuangan BPRS, serta pemahaman SAK Syariah, dengan pendekatan
fenomenologi yang digunakan. Menurut Ari kamayanti82
dalam buku-
nya di katakan bahwa seorang auditor atau akuntan yang di jadikan
sebagai responden merupakan seseorang yang mengalami bukan ha-
nya pengalaman, sehingga hasil wawancara yang di peroleh merupa-
kan apa yang di alami oleh mereka sebagai responden.
Metode kuantitatif, rancangan analisis data dalam penelitian
ini menggunakan metode Partial Least Square (PLS) yang merupakan
metode alternatif analisis dengan Structural Equation Modeling yang
berbasis varians. Secara teknis menurut Henseler, Ringle, dan Sinko-
vics83
menjelaskan bahwa SEM di bagi dalam 2 (dua) kelompok,
yaitu SEM berbasis Kovarian yang di wakili oleh LISREL dan SEM
Varian atau sering di sebut Component Based SEM yang memper-
gunakan metode PLS (Partial Least Square). Menurut Sarsted dalam
Sofyan Yamin, bahwa SEM berbasis varians dengan mengunakan
PLS bersifat eksploratori di mana secara konsep dan praktis, analisis
ini sama dengan analisis regresi linier berganda yang memiliki tujuan
memaksimumkan varians kontrak variabel dependen, namun dalam
SEM dengan PLS perlu menambahkan evaluasi kualitas pada model
pengukuran, maka konsep dasar algoritma dalam tujuan PLS ini
adalah prediksi84
Software SmartPLS, partial least square (PLS), merupakan me-
tode umum yang dapat di gunakan untuk mengembangkan teori pada
tahap awal mengenai peran auditor internal, auditor eksternal, dewan
82
Ari Kamayanti, Metodologi Penelitian Kualitatif Akuntansi (Pe-ngantar Religiositas Keilmuan), Jakarta: Yayasan Rumah Peneleh, Seri
Media dan Literasi, 2016), 151 83
Henseler J, Ringle M and Sinkovics, R.R, “The Use of Partial Least
Squares Path Modeling in International Marketing New Challenges to
International Marketing Advances In International Marketing” Advances in International Marketing, Emerald Group Publishing Limited, Vol. 20 (2009):
277-319 84
Sofyan Yamin, Tutorial Statistik Lengkap 1000 halaman dengan software SPSS lanjutan, (Jakarta: Titian Pena Abadi, 2016), 8
32 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
pengawas Syariah, pemahaman SAK Syariah dan kualitas laporan
keuangan.
Selain itu, PLS merupakan metode analisis powerfull karena
tidak di dasarkan pada banyak asumsi, tidak mengharuskan randomi-
sasi sampel, dan sampel tidak harus besar. PLS tepat untuk model
prediksi karena dasar teori lemah (membangun teori baru) dan me-
ngabaikan asumsi klasik. PLS sebenarnya dapat digunakan pula untuk
mengkonfirmasi teori, namun dapat juga digunakan untuk menjelas-
kan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten.85
Pertama yang akan dilakukan adalah uji validitas di mana
untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner perlu dilakukan
uji validitas, suatu kuesioner di katakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan di ukur
oleh kuesioner tersebut86
.
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat
Convergent Validity, di nilai berdasarkan korelasi antara item score
AVE yang di hitung dengan PLS. Untuk menilai validitas conver-gent, nilai loading factor, harus berada di antara 0,6-0,7. Untuk
penelitian bersifat explanatory, masih dapat diterima pada nilai
average variance extracted (AVE) lebih dari 0,587
Berikutnya melihat discriminant validity, di mana cara menguji
validitas discriminant dengan indikator reflektif, yaitu dengan meli-
hat nilai cross loading untuk setiap variabel harus >0,7. Cara lain
yang dapat digunakan untuk menguji validitas discriminant adalah
85
Wold H, Partial Least Square, In S Kotz and N.L Jhonson (Eds)
Encyclopedia of Statistical Sciences, Vol. 8 (New York: Wiley, 1985) Page:
587-599, Variabel laten adalah variable yang tidak dapat diukur secara lang-
sung, lihat juga Imam Ghozali, Structural Equation Modeling Metode Alter-natif dengan Partial Least Square PLS, (Semarang: Universitas Diponegoro,
Edisi 2, 2008), 4 86
Jogiyanto hartono, Metodologi Penelitian Bisnis, Salah Kaprah dan
Pengalaman-pengalaman. (BPFE, Yogyakarta, 2016), 50 87
Imam Ghozali, Hengky Latan, Partial Least Square Konsep, Tek-
nik dan Aplikasi menggunakan Program SmartPLS 3.0 untuk penelitian em-piris, Edisi 2, (Undip, Semarang, 2015), 28
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 33
dengan membandingkan akar kuadrat dari AVE untuk setiap konstruk
dengan nilai korelasi antar konstruk dalam model88
Selanjutnya uji reliabilitas89
,menjelaskan bahwa reliabilitas
suatu pengukur yang menunjukkan stabilitas dan konsistensi dari
suatu kuesioner serta mengukur suatu konsep dan berguna mengak-
ses “kebaikan” dari suatu pengukur. Reliabilitas berhubungan dengan
akurasi dari pengukurnya serta konsistensi dari pengukur90
. Suatu
kuesioner di katakan reliable atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu91
. Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik cronbach alpha (α)
dengan menghitung rata-rata interkoneksi di antara butir-butir
kuesioner.
Langkah terakhir dalam analisis data untuk kuantitatif ini
adalah melakukan uji hipotesis, di mana tujuan dari pengujian hipo-
tesis ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara
variabel independen dan variabel dependen dengan adanya faktor lain
yaitu variabel moderasi, dan pengujian hipotesis ini akan diambil
kesimpulan menerima atau menolak hipotesis.
Struktur model, Coefficient of determinant (R²)92
, digunakan
untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerang-
kan variasi variabel dependen. Dengan nilai koefisen determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi dependen
amat terbatas. Nilai R² mendekati satu variabel independen membe-
rikan hampir semua informasi yang di butuhkan untuk memprediksi
variabel dependen.
88
Imam Ghozali, Hengky Latan, Partial Least Square Konsep, Teknik dan Aplikasi menggunakan Program SmartPLS 3.0 untuk penelitian empiris, Edisi 2, (Undip, Semarang, 2015), 30
89 Jogiyanto hartono, Metodologi Penelitian Bisnis, Salah Kaprah dan
Pengalaman-pengalaman. (BPFE, Yogyakarta, 2016), 52 90
Jogiyanto hartono, Metodologi Penelitian Bisnis, Salah Kaprah dan
Pengalaman-pengalaman. (BPFE, Yogyakarta, 2016), 54 91
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23 Edisi 8, (Undip, Semarang, 2016), 110
92 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
IBM SPSS 23 Edisi 8, Undip, Semarang, 2016
34 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Path coefficient, pengujian ini dilakukan untuk meyakinkan
bahwa hubungan antar konstruk adalah kuat. Bahwa suatu konstruk
di katakan memiliki hubungan yang kuat apabila nilai uji koefisien
jalur lebih dari 0,10 serta hubungan laten di katakan signifikan jika
uji koefisien jalur ada pada level 0,0593
atau untuk mengkonstruksi
indikator produk untuk model jalur (path model) dengan efek inter-
aksi secara langsung menambahkan interaksi laten variabel dengan
ukuran-ukurannya ke dalam grafik model jalur.94
Pengujian hipotesis dilakukan dengan melakukan perbandingan
antara path coefficient dengan t-tabel. Suatu hipotesis dikatakan
sangat signifikan bila nilai t-statistik > t-tabel pada derajat kebebasan
1%; dikatakan signifikan bila nilai t-statistik > t-tabel pada derajat
kebebasan 5%; dan dikatakan lemah bila nilai t-statistik > t-tabel
pada derajat kebebasan 10%, sedangkan hipotesis di katakan tidak
signifikan bila nilai t- statistik < t-tabel pada derajat kebebasan 10%.
Hipotesis alternatif dinyatakan di dukung untuk pengujian hipotesis
satu arah (one tailed) pada hipotesis alpha 5% dan nilai koefisien path
yang ditunjukkan oleh nilai t-statistik dan t-tabel (1,96).
H. Operasional Variabel
(1) Peran Auditor Internal
adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan baik
perusahaan negara maupun perusahaan swasta yang tugas
pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur
yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipenuhi,
menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan
organisasi, menentukan efesiensi dan efektivitas prosedur
kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi
yang dihasilkan oleh bagian berbagai organisasi. Peran audi-
tor internal ini diwakili dengan variabel PAI.
93
Imam Ghozali, Hengky Latan, Partial Least Square Konsep, Teknik
dan Aplikasi menggunakan Program SmartPLS 3.0 untuk penelitian empiris, Edisi 2, (Semarang: Undip, 2015)
94 Vinzi, V.E. Chin, W.W, Henseler.J Wang, H. Handbook of partial
least squares: Concept, Methods and Application, (Spinger, 2010), 748
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 35
(2) Peran Auditor Eksternal
adalah profesi audit yang melakukan audit atas laporan
keuangan dari perusahaan, pemerintah, individu atau organi-
sasi lainnya. Eksternal auditor merupakan anggota kantor
akuntan publik yang memberikan jasa klien, dan profesi
akuntan publik menghasilkan berbagai macam jasa bagi ma-
syarakat yang dapat digolongkan menjadi tiga kelompok,
yaitu: jasa assurance, jasa atestasi, dan jasa nonassurance. Peran auditor eksternal ini diwakili dengan variabel PAE.
(3) Peran Dewan Pengawas Syariah
adalah lembaga independen atau hakim khusus dalam
fikih muamalat. DPS berkewajiban untuk mengarahkan,
mereview, dan mengawasi aktivitas lembaga keuangan untuk
meyakinkan bahwa lembaga keuangan telah mematuhi aturan
dan prinsip syariah Islam. Peran dewan pengawas syariah ini
diwakili dengan variabel (PDPS).
(4) Pemahaman Standar Akuntansi Keuangan Syariah
Memahami standar akuntansi keuangan Syariah me-
lalui paradigma transaksi, asas transaksi serta karakteristik
transaksi yang terdapat dalam standar akuntansi keuangan
syariah. Pemahaman standar akuntansi keuangan Syariah ini
diwakili dengan variabel PSS.
(5) Kualitas Laporan Keuangan
Merupakan suatu ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakainya, seperti
halnya terdapat perubahan kebijakan dengan standar akuntan-
si yang berlaku umum. Kualitas laporan keuangan ini diwa-
kili dengan variabel (KLP).
Sebagai penjelasan lebih lanjut dari operasional variabel dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
36 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Tabel 1.4
Operasional variabel dan pengukurannya
Variabel Dimensi Skala Jumlah
kuesioner
Peran Auditor
Internal (PAI)
Ruchyat 1985
Khan 2014
Rossje 2012
1.Peran terkait
proses laporan
keuangan
2.Peran terkait
kualitas laporan
keuangan
Ordinal 20 pernyataan
Peran Auditor
Eksternal (PAE)
Mulyadi 2002
Khirsna moorty
2002
Sawyer 2005
William 2006
1. Peran terkait
dengan verifikasi
2.Peran terkait
dengan kualitas
laporan keuangan
Ordinal 10 pernyataan
Peran Dewan
Pengawas Syariah
(PDPS)
Abdallah 1999
Rini 2012
Surat edaran
No.15/22/DPbs
tahun 2006
1.Peran terkait
dengan pengawasan
2.Peran terkait
dengan fungsi dan
kewajiban
Ordinal 12 pernyataan
Kualitas Laporan
Keuangan (KLP)
Jaka Isgiyarta 2010
SAK Syariah 2017
1.Dapat dipahami
2.Relevan
3.Diandalkan
4.Diperbandingkan
Ordinal 25 pernyataan
Pemahaman SAK
Syariah (PSS)
Karim (2009)
Wiroso (2011)
Suazhari (2012)
1.Karakteristik
akuntansi syariah
2.Prinsip syariah
dalam produk
penghimpunan dana
3.Prinsip syariah
dalam produk
pembiayaan
Ordinal 20 pernyataan
Dari operasional variabel tersebut di atas maka hipotesis pene-
litiannya adalah:
H1: Peran Auditor Internal berpengaruh Signifikan terhadap
Kualitas Laporan Keuangan
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 37
H2: Peran Auditor Eksternal berpengaruh Signifikan terhadap
Kualitas Laporan Keuangan
H3: Peran DPS berpengaruh Signifikan terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
H4: Peran Auditor Internal berpengaruh Signifikan terhadap
Kualitas Laporan Keuangan di Moderasi oleh Pemahaman
SAK Syariah
H5: Peran Auditor Eksternal berpengaruh Signifikan terhadap
Kualitas Laporan Keuangan di Moderasi oleh Pemahaman
SAK Syariah
H6: Peran DPS berpengaruh Signifikan terhadap Kualitas
Laporan Keuangan di Moderasi oleh Pemahaman SAK
Syariah
I. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan disertasi ini terdiri atas lima bab.
Agar penelitian ini lebih sistematis, terarah dan memiliki relevansi
yang kuat antar bab, maka penulis klasifikasikan sebagai berikut:
Bab pertama, terdiri dari bab pendahuluan yang akan memba-
has latar belakang masalah, permasalahan (identifikasi masalah, per-
umusan masalah, pembatasan masalah), tujuan penelitian, signifik-
ansi dan manfaat penelitian, penelitian terdahulu yang relevan, meto-
delogi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab kedua, membahas teori dari berbagai literatur serta pera-
turan-peraturan, dan pandangan dari beberapa para ahli akuntansi
syariah seperti kualitas laporan keuangan bagi entitas bisnis, ku-
alitas laporan keuangan, akuntansi Syariah bagi lembaga keuangan
Syariah, pentingnya pemahaman SAK Syariah bagi lembaga keuan-
gan Syariah, audit bagi lembaga keuangan Syariah, dewan pengawas
Syariah dan fungsinya, secara lebih mendalam, serta melalui berba-
gai jurnal ilmiah.
Bab ketiga membahas gambaran umum mengenai laporan ke-
uangan BPRS, kemudian hasil wawancara mendalam dengan auditor
internal, auditor eksternal dan dewan pengawas Syariah, mengenai
peran mereka di BPRS terhadap kualitas laporan keuangan, berikut-
nya juga membahas hasil wawancara dengan direksi, serta menafsir-
kan hasil dokumentasi dan lapangan mengenai hasil wawancara seca-
ra mendalam tersebut.
38 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Bab keempat, menganalisis hasil uji hipotesis penelitian yang
telah diolah melalui alat uji SmartPLS yaitu untuk menguji uji kon-
vergen, uji validitas diskriminan, uji reliabilitas dan uji hipotesis
dengan moderasi dan kemudian menganalisis hasil (output) yang
diperoleh dari kuesioner berdasarkan model penelitian di awal dan
kemudian dianalisis serta dikaitkan dengan hasil wawancara, aturan
yang berlaku, serta jurnal yang terkait dengan penelitian terdahulu
sehingga dapat memberikan kontribusi atas penelitian tersebut, yaitu
kualitas laporan keuangan BPRS dalam perspektif akuntansi Syariah
Bab kelima, penutup, yang berisikan kesimpulan, implikasi,
saran dan rekomendasi, serta keterbatasan penelitian. Lebih lanjut
bab ini membahas kesimpulan sebagai jawaban atas perumusan
masalah di awal serta tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini,
implikasi penelitian baik positif maupun negatif, saran-saran yang
relevan, dan keterbatasan penelitian yang dihadapi oleh peneliti baik
di lapangan maupun dalam proses penelitian agar dapat digunakan
sebagai pedoman bagi peneliti selanjutnya untuk perbaikan.
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 39
BAB II
KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
BAGI ENTITAS BISNIS
Laporan keuangan merupakan hal yang berbeda dengan pelapo-
ran keuangan, di mana laporan keuangan merupakan hasil dari proses
yang dilakukan berdasarkan informasi keuangan, sehingga hasil dari
laporan keuangan melibatkan banyak pihak di dalam proses penyusu-
nannya. Sedangkan pelaporan keuangan lebih mengarah kepada
aspek1 yang terkait dengan penyediaan dan penyampaian informasi
keuangan tersebut. Dalam bab ini akan dibahas mengenai laporan
keuangan, kualitas laporan keuangan beserta karakteristiknya, kemu-
dian akuntansi Syariah bagi lembaga keuangan Syariah, dan penting-
nya pemahaman SAK Syariah. Audit bagi lembaga keuangan Syariah
juga menjadi pembahasan dalam bab ini, di awali dengan peran audi-
tor internal dan auditor eksternal, dan juga peran dewan pengawas
Syariah sehingga dapat membentuk suatu kerangka pemikiran me-
ngenai kualitas laporan keuangan dalam perspektif akuntansi Syariah.
A. Laporan Keuangan (Financial Statetment) dan Tujuannya
Laporan keuangan adalah suatu penyajian struktur dari posisi
keuangan dan kinerja suatu entitas2 dan laporan keuangan menggam-
barkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat
tertentu atau jangka waktu tertentu3. Laporan keuangan juga merupa-
kan hasil akhir proses akuntansi, dan setiap transaksi yang dapat
diukur dengan nilai uang dicatat dan diolah sedemikian rupa, laporan
1 Aspek-aspek tersebut antara lain lembaga yang terlibat (misalnya
penyusunan standar, badan pengawas dari pemerintah atau pasar modal,
organisasi profesi, dan entitas pelapor, peraturan yang berlaku termasuk
PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum) 2 IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia), Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), 1 3 Harahap Sofyan Syafri, Teori Akuntansi Edisi Revisi, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), 105
40 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
akhir pun disajikan dalam nilai uang.4 Menurut Munawir, laporan
keuangan adalah daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau
daftar laba rugi yang disusun oleh akuntan pada akhir periode.5
Laporan keuangan bank merupakan bentuk pertanggungjawaban ma-
najemen terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dengan kinerja
bank yang dicapai selama periode tertentu. Selain itu, tujuan dari
laporan keuangan bank adalah untuk memberikan informasi tentang
posisi keuangan, kinerja, perubahan ekuitas, arus kas, dan informasi
lainnya yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan dalam
rangka membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan pertang-
gungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang diper-
cayakan kepada mereka.6 Dari definisi tersebut diatas, dapat disim-
pulkan bahwa laporan keuangan adalah suatu laporan atau informasi
yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada satu periode
tertentu yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
secara konsisten dan merupakan salah satu pertanggungjawaban dan
komunikasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan, baik pihak
internal7 maupun pihak eksternal.
8
Pada dasarnya, laporan keuangan merupakan hasil akhir dari
proses akuntansi yang dilakukan oleh entitas bisnis untuk meng-
4 Agnes Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keua-
ngan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2005), 5 5 Munawir, Analisa Laporan Keuangan Edisi 4, (Yogyakarta: Liberty,
2010), 5 6 Ismail, Akuntansi Bank: Teori dan Aplikasi dalam Rupiah (Jakarta:
Kencana, 2009), 15 7 Pihak internal atau pengguna internal informasi akuntansi adalah
para manajer yang merencanakan, mengorganisasikan, dan mengelola suatu
bisnis, mereka antara lain, manajer pemasaran, supervisor produksi, direktur
keuangan, dan pejabat perusahaan, Jerry J, Weygandt, Donald E, Kieso, Paul
D, Kimmel, Accounting Principles Edisi 7, (Jakarta: Salemba Empat, 2007),
6 8 Pihak eksternal atau pengguna eksternal informasi akuntansi adalah
investor (pemilik), kreditor, seperti halnya pemasok dan banker, pelanggan
akan tertarik dengan apakah sebuah perusahaan tetap terus menghargai jami-
nan dan dukungan produk, serikat pekerja, ingin mengetahui apakah para
pemilik dapat membayar kenaikan upah dan tunjangan, dan perencana eko-
nomi, menggunakan informasi akuntansi untuk meramalkan aktivitas ekono-
mi Jerry J, Weygandt, Donald E, Kieso, Paul D, Kimmel, Accounting Principles Edisi 7, (Jakarta: Salemba Empat, 2007), 7
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 41
gambarkan keuntungan maupun aset yang dimiliki oleh entitas bisnis
yang akan disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Laporan keuangan yang di susun tersebut memiliki tujuan
untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan bagi pemakai, na-
mun laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang
dibutuhkan pemakai didalam mengambil keputusan ekonomi, karena
secara umum laporan keuangan yang di susun tersebut memiliki
tujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan bagi pemakai.
Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua infor-
masi yang dibutuhkan pemakai didalam mengambil keputusan ekono-
mi karena hanya menggambarkan posisi keuangan dan kejadian atau
transaksi dimasa lalu, dan tidak pula di wajibkan untuk menyediakan
informasi non keuangan.9
1. Tujuan Laporan Keuangan bagi Entitas Bisnis10
Tujuan Laporan Keuangan menurut Ikatan Akuntan Indone-
sia adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian
besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan kepu-
tusan ekonomi,11
serta laporan keuangan juga menunjukan pertang-
gungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang diper-
cayakan kepada mereka. Menurut Dwi Prastowo, tujuan dari laporan
keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu peru-
sahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengam-
9 Informasi non keuangan adalah sebuah kejadian yang diproses oleh
sistem informasi manajemen yang memiliki makna lebih luas daripada tran-
saksi keuangan, Mardi (Sistem Informasi keuangan),(Jakarta: Ghalia Indo-
nesia, 2011), 38 10
Entitas bisnis adalah bahwa transaksi badan usaha dicatat terpisah
dari kegiatan pemiliknya dan setiap badan usaha lainnya sehingga tidak ada
campur baur antara aset dan kewajiban pemilik dengan badan usaha atau
antar badan usaha, badan usaha dapat memiliki berbagai bentuk, seperti
firma, CV, PT, atau yayasan, dan bila beberapa perusahaan memiliki induk
perusahaan yang sama, selain laporan keuangan individual juga dapat dibuat
laporan konsolidasi untuk kelompok usaha, www.KamusBisnis.com, di akses
pada tanggal 05 Mei 2017, Jam 21.00 11
IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia), Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), 1.5 – 1.6
42 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
bilan keputusan ekonomi, dimana informasi tersebut sangat diper-
lukan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam menghasil-
kan kas dan setara kas serta waktu kepastian dari hasil tersebut.12
Menurut Rudianto, secara umum laporan keuangan disusun
dengan beberapa tujuan, diantaranya yaitu13
:
a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta
modal suatu perusahaan;
b. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai
perubahan sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, seperti
informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan investasi;
c. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang
berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk
kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebi-
jakan akuntasi yang digunakan.
Dalam hal mencapai tujuan tersebut maka, laporan keuangan
menyajikan mengenai entitas yang terdiri dari aset, liabilitas, ekuitas,
pendapatan dan beban, serta keuntungan maupun kerugian. Informasi
tersebut juga dilampirkan dengan informasi lainnya yang terdapat
dalam catatan atas laporan keuangan, sehingga dapat membantu para
pemakai laporan keuangan.
Suatu laporan keuangan bermanfaat apabila informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan,
andal dan dapat diperbandingkan14
.
Berikut adalah beberapa tujuan dari laporan keuangan:15
a. Pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan, di mana
laporan keuangan bertujuan menyediakan informasi yang ber-
manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengam-
bilan keputusan yang rasional.
12
Dwi, Prastowo, Analisis laporan keuangan konsep dan aplikasi
Edisi ketiga, (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2011),
5-6 13
Rudianto, Akuntansi Koperasi, (Jakarta: Gramedia, 2006), .98 14
Sofyan S Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf, Akuntansi Perban-kan Syariah, PSAK Syariah Baru, (Jakarta, LPFE,2010), 43
15 Sofyan S Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf, Akuntansi Perban-
kan Syariah, PSAK Syariah Baru, (Jakarta LPFE, 2010), 44
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 43
b. Menilai prospek arus kas, di mana pelaporan keuangan bertuju-
an untuk memberikan informasi yang dapat mendukung inves-
tor atau pemilik dana, kreditur dan pihak-pihak lain dalam
memperkirakan jumlah ketidakpastian dalam penerimaan kas
di masa depan atas deviden, bagi hasil, dan hasil dari penjua-
lan, pelunasan (redemption), dan jatuh tempo dari surat ber-
harga atau pinjaman.
c. Informasi atas sumber daya ekonomi, di mana pelaporan keua-
ngan bertujuan memberikan informasi tentang sumberdaya
ekonomis bank (economic resources), kewajiban bank untuk
mengalihkan sumber daya tersebut kepada entitas lain.
d. Kepatuhan bank terhadap prinsip Syariah, dimana laporan
keuangan memberikan informasi mengenai kepatuhan bank
terhadap prinsip Syariah, serta informasi pendapatan dan beban
yang tidak sesuai dengan prinsip Syariah, dan bagaimana
pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaannya.
e. Laporan keuangan memberikan informasi untuk membantu
mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab bank terhadap
amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada
tingkat keuntungan yang layak.
f. Pemenuhan fungsi sosial dimana laporan keuangan memberi-
kan informasi mengenai pemenuhan fungsi sosial bank, terma-
suk pengelolaan dan penyaluran zakat.
Menurut Truebload Report tujuan laporan keuangan dapat
dapat di simpulkan sebagai berikut:16
a. Tujuan dasar laporan keuangan adalah menyediakan informasi
untuk membuat dasar keputusan ekonomi;
b. Pemakai informasi memiliki keterbatasan wewenang, oleh
karena itu, bagaimana laporan keuangan tersebut harus dapat
menyajikan informasi kepada berbagai jenis pengguna yang
memiliki segala keterbatasan;
c. Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh investor dan
kreditor dalam menaksir earning power dan aliras kas perusa-
haan, perbandingan dan evaluasi aliran kas, baik jumlah dan
ketidakpastian yang meliputinya;
16
Winwin Yadiati, Teori Akuntansi Suatu Pengantar, (Jakarta: Ken-
cana Prenada Media Group, 2007), 54
44 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Dapat disimpulkan dari beberapa tujuan laporan keuangan
diatas bahwa tujuan laporan keuangan harus menyajikan informasi
yang lengkap, faktual, objektif dan informative sehingga tidak me-
nimbulkan kesalahan penafsiran di dalam membaca informasi laporan
keuangan tersebut.
2. Komponen-komponen Laporan Keuangan Menurut IAI komponen
laporan keuangan secara lengkap terdiri dari:17
a. Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode, neraca
adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta
modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.
b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode
Total laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama
1 (satu) periode yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa
lainnya, selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan
pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik.
c. Laporan perubahan ekuitas selama periode,
Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menun-
jukan:
1) Total laba rugi komprehensif selama suatu periode yang me-
nunjukan secara terpisah total jumlah yang dapat didistribu-
sikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan
non pengendali;
2) Untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif
atau penyajian kembali secara retrospektif yang diakui sesuai
dengan PSAK 25;
3) Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah
tercatat pada awal dan akhir periode secara terpisah mengung-
kapkan masing-masing perubahan yang timbul dari: laba rugi,
masing-masing pos pendapatan komprehensif lain, transkasi
dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik yang me-
nunjukan secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi
kepada pemilik dan perubahan hak kepemilikan pada entitas
anak yang tidak menyebabkan hilang pengendalian.
17
IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia), Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), 1.4 – 1.5
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 45
d. Laporan arus kas selama periode,
Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan
keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasil-
kan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam menggu-
nakan arus kas tersebut.
e. Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas
apa yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan pen-
dapatan komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disaji-
kan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas, catatan
atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari
pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan
informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pe-
ngakuan dalam laporan keuangan.
f. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang
disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi
secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos
laporan keuangan atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos
dalam laporan keuangannya.
3. Tujuan Laporan Keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia
SAK Syariah18
adalah untuk menyediakan informasi yang me-
nyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan lainnya adalah untuk
meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua tran-
saksi dan kegiatan usaha, infomasi kepatuhan entitas syariah terha-
dap prinsip syariah, serta informasi aset, kewajiban, pendapatan, dan
beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, dan bagaimana pero-
lehan dan penggunaannya, informasi untuk membantu mengevaluasi
pemenuhan tanggung jawab entitas syariah terhadap amanah dalam
mengamankan dana, menginvestasikan pada tingkat keuntungan yang
layak dan informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang
diperoleh penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer, dan
informasi mengenai pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial
18
Ikatan Akuntan Indonesia, SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah, (2016), 101.3
46 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
entitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak,
sedekah, dan wakaf.
4. Komponen laporan Keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia
SAK Syariah yang lengkap terdiri dari:19
a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;
b. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama
periode;
c. Laporan perubahan ekuitas selama periode;
d. Laporan arus kas selama periode;
e. Laporan sumber dan penyaluran dana zakat selama periode;
f. Laporan sumber dan penggunaan kebajikan selama periode;
g. Catatan atas laporan keuangan berisi ringkasan kebijakan
akuntansi penting dan informasi penjelasan lain;
h. Informasi komparatif mengenai periode sebelumnya
sebagaimana ditentukan dalam paragraf;
i. Laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat
sebelumnya yang disajikan ketika entitas syariah menerapkan
suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat
penyajian kembali pos laporan keuangan, atau ketika entitas
syariah mereklasifikasi pos dalam laporan keuangannya.
Sedangkan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna,
meliputi20
:
a. Informasi yang dapat membantu dalam menilai pelaksanaan
operasional bank dengan aturan tertulis dan jiwa syariah;
b. Informasi yang dapat membantu dalam menilai kemampuan
lembaga dalam menjaga aset, mempertahankan likuiditas, dan
meningkatkan laba
c. Informasi tentang inisiatif lembaga atas tanggung jawabnya
terhadap pekerja, pelanggan, masyarkat dan lingkungan;
d. Informasi yang dapat membantu dalam pertanggungjawaban
manajemen.
19
Ikatan Akuntan Indonesia, SAK (Standar Akuntansi Keuangan)
Syariah, (2016), 101.3 20
Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah, (Jakarta: Salemba
Empat, 2002), 104
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 47
Tabel. 2.1
Perbedaan Laporan Keuangan
No Bank Konvensional
(PSAK 1)
Bank Syariah
(PSAK 101)
1 Neraca Neraca
2 Laporan Laba Rugi Laporan L\aba Rugi
3 Laporan Perubahan
Ekuitas
Laporan Perubahan
Ekuitas
4 Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas
5 Catatan Atas
Laporan Keuangan
Laporan Rekonsiliasi
Pendapatan dan Bagi
Hasil
6 Laporan Sumber dan
Penggunaan Dana
Zakat, Infak dan
Sedekah
7 Laporan Sumber dan
Penggunaan Dana
Kebajikan
8 Catatan Atas Laporan
Keuangan
5. Pemakai Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, pemakai laporan keua-
ngan meliputi: investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan
kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lem-
baganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan
untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda.
Menurut kebutuhannya, pemakai laporan keuangan meliputi:21
a. Investor;
b. Karyawan;
c. Pemberi Pinjaman;
d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya;
e. Pelanggan;
f. Pemerintah;
g. Masyarakat.
21
Rizal Yaya, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik Kontemporer, (Jakarta: Salemba Empat, 2009) , 84
48 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
B. Kualitas Laporan Keuangan dan Karakteristiknya
Memberikan informasi akuntansi yang berkualitas dan berguna
merupakan prasyarat untuk efisiensi perusahaan yang terkait dengan
sejauhmana informasi ini sesuai dengan kebutuhan dan memberikan
kontribusi terhadap solusi dari suatu kegiatan.22
Sementara itu, nilai
informasi akuntansi pada umumnya ditentukan oleh kualitasnya,23
sehingga laporan keuangan yang disajikan mencerminkan karakteris-
tik kualitatif.24
Karakteristik kualitatif (kualitas) merupakan suatu ciri khas
yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi
pemakainya. Seperti halnya terdapat perubahan kebijakan dengan
standar baru berdasarkan IFRS25
, kualitas laporan keuangan tetap
didasari oleh relevan, komparabilitas atau dibandingkan, represen-tative, serta kemampuan dipahami bahkan di tambah dengan trans-
paransi.26
Berikut adalah karakteristik laporan keuangan dilihat dari segi
kualitas berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Syariah27
:
22
Gergana Tsoncheva, “Measuring and assessing the Quality and usefulness of accounting information, 2014
23 Pounder, B, “Measuring Accounting Quality”, Strategic Finance
Magazine, (2013): 18 -20 24
Andra M, Achim, Anca O, Chis, “Financial Accounting Quality
and Its Defining Characteristics” SEA, Practical Application of Science, Vol
II, (2014): 93-98 25
IFRS (International Financial Reporting Standars), merupakan
standar dasar, pengertian dan kerangka kerja (1989) yang diadaptasi oleh
Badan Standar Akuntansi Internasional, diakses pada 08 Februari 2017 26
Christopher W, Nobes, Christian Stadler, “The Qualitative charac-teristic of financial information, and managers’ accounting decisions: Evi-dence from IFRS policy changes”, Departement of accounting an d finance,
Lancaster University Management School Lancaster, Lancashire, LA1 4YX,
UK, (September 2014) 27
Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Syariah, IAI (Ikatan Akuntan Indone-
sia), November 2016
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 49
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan
keuangan adalah kemudahannya untuk dipahami oleh pemakainya.
Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktifitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mem-
pelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dima-
sukkan di dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas
dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk
dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
2. Relevan
Agar laporan keuangan bermanfaat, informasi di dalamnya
harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pe-
ngambilan keputusan. Informasi di dalam laporan keuangan memiliki
kualitas relavan jika dapat memengaruhi keputusan ekonomi pema-
kai. Dengan demikian, laporan keuangan tersebut dapat membantu
mereka dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau
masa depan. Selain itu juga dapat menegaskan, atau mengoreksi hasil
evaluasi mereka dimasa lalu.
3. Materialitas
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitas
laporan keuangan. Informasi dipandang material apabila kelalaian
untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi terse-
but dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil
atas dasar laporan keuangan, serta dalam hal bagi hasil harus mencer-
minkan jumlah yang sebenarnya tanpa mempertimbangkan pelaksa-
naan konsep materialitas.
4. Keandalan
Supaya laporan keuangan bermanfaat, informasi juga harus
handal (reliable). Informasi memiliki kualitas yang handal jika bebas
dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat
dihandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur
50 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
(faithful representation) dari yang seharusnya disajikan secara wajar
diharapkan dapat di sajikan.28
a. Penyajian Jujur
Informasi keuangan di laporan keuangan pada umumnya tidak
luput dari resiko penyajian yang dianggap kurang jujur dari pada apa
yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan karena
kesenjangan untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan kesulitan
yang melekat dalam mengidentifikasikan transaksi serta pristiwa
lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun atau menerapkan uku-
ran dan teknik penyajian yang sesuai dengan makna transaksi dan
peristiwa tersebut.
b. Subtansi Mengungguli Bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, peristiwa
tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan reali-
tas ekonomi dan bukan hanya dalam bentuk hukum. Subtansi tran-
saksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang
tampak dari bentuk hukum.
c. Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai,
tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak
boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan
beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain
yang mempunyai kepentingan yang berlawanan.
d. Pertimbangan Sehat
Penyusunan laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidak-
pastian suatu peristiwa dan keadaan tertentu. Seperti ketertagihan
piutang yang diragukan, perkiraan masa manfaat pabrik serta pera-
latan dengan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul.
Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperke-
nankan, misalnya: pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisi-
han, berlebihan, dan sengaja menetapkan aktiva atau penghasilan
yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih
28
Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia, Stan-dar Akuntansi Keuangan (SAK) Syariah, IAI (Jakarta: Ikatan Akuntan Indo-
nesia, November 2016), 8-9
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 51
tinggi sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral, dan karena itu
tidak memilki kualitas yang handal.
e. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan
harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.
5. Dapat Dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
entitas syariah antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan
(trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat mem-
perbandingkan laporan keuangan antar entitas syariah untuk menge-
valuasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
secara relatif. 29
Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat di perban-
dingkan adalah bahwa pemakai harus mendapat informasi tentang
kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keua-
ngan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut.
Sedangkan dalam perkembangannya, saat ini teori akuntansi berda-
sarkan ketentuan hukum Islam yang sejalan dengan prinsip dan
postulat sehingga tidak bertentangan dengan hukum Islam, dimana
hukum Islam mempunyai pandangan yang sangat jelas atas prinsip-
prinsip dasar bagi laporan keuangan.
Praktik akuntansi seharunya dijalankan sehubungan dengan
tujuannya yang berdasarkan spirit Islam dan ajarannya.30
Terdapat pendapat lain menyatakan bahwa karakteristik kuali-
tas informasi akuntansi Islam terbagi menjadi dua:31
1. Karakteristik kualitas utama yang terdapat dalam empat
karakteristik:
a. Informasi bermanfaat dalam mengajak kebaikan dan mencegah
kemungkaran (amar ma’ruf nahi mungkar).
29
Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia, Stan-
dar Akuntansi Keuangan (SAK) Syariah, IAI (Jakarta: Ikatan Akuntan Indo-
nesia, November 2016), 10-11 30
Lewis, Mervyn K. “Islam and Accounting”, Accounting Forum,Vol.25. No.2. (2001), 103-127
31 Jaka Isgiyarta, Teori Akuntansi Islam dan Laporan Keuangan
Islami, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2010), 130
52 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Informasi akuntansi harus memberi manfaat untuk memper-
baiki kinerja perusahaan dalam mencapai tujuannya, yaitu mampu
memberikan informasi yang dapat mencegah kehancuran perusahaan.
Hal ini sejalan dengan ayat-ayat dalam Al Quran32
, Qs. Ali Imron (3):
104, Qs. At-Taubah (9): 71, dan Qs. An Nur (24): 21.
32
Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama,
Qs. Ali Imron (3): 104
“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.
Qs. At Taubah (9): 71,
“dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka me-
nyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Me-
reka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana”.
Qs. An Nur (24): 21,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-
langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan,
Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji
dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya
kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari per-
buatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah mem-
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 53
b. Informasi jauh dari tindakan kedustaan (tidak dusta-jujur-dapat
diandalkan).
Informasi akuntansi akan bermanfaat bilamana informasi yang
diungkapkan jauh dari kedustaan dan fitnah. Informasi akuntansi
harus mendasarkan data yang objektif dan bilamana dilakukan pengu-
jian ulang, informasi akuntansi yang baru dengan informasi yang diuji
ulang tidak mempunyai perbedaan yang material. Hal ini sejalan
dengan ayat-ayat dalam Al Quran33
Qs. Al-Ashr (103): 2-3, Qs. An-
bersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui”.
Qs. Al Ashr (103): 2-3
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menase-
hati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran”. 33
Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama,
Qs. An Nur (24): 7,
“dan (sumpah) yang kelima: bahwa la'nat Allah atasnya, jika Dia
Termasuk orang-orang yang berdusta”.
Qs. Al Furqon (25): 37,
“dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan
rasul-rasul. Kami tenggelamkan mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka
itu pelajaran bagi manusia. dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang
zalim azab yang pedih”
Qs. Al Ankabuut (29): 68,
54 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Nur (24): 7, Qs. Al-Furqon (25): 37, Al-Ankabuut (29): 68 dan
hadist34
“dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-
adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak, tatkala yang
hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat
bagi orang-orang yang kafir?”
Qs. Al Ankabuut (29): 34,
“Sesungguhnya Kami akan menurunkan azab dari langit atas pendu-
duk kota ini karena mereka berbuat fasik.”
Al Ankabuut (29): 4,
“ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bah-
wa mereka akan luput (dari azab) kami? Amatlah buruk apa yang mereka
tetapkan itu”.
Qs. An Nur (24): 19,
“dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suami-
nya itu Termasuk orang-orang yang benar.”
Qs. Al Baqarah (2): 191
“dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah
mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah[117]
itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi
mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat
itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka.
Demikanlah Balasan bagi orang-orang kafir”. 34
HR. Bukhari, Tidak akan masuk surga orang yang suka menyebar
fitnah dan HR. At Tirmidzi, Seorang mukmin tidak menuduh, melaknat,
tidak berkata kotor, dan tidak mencela
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 55
c. Informasi tidak memihak-netral
Informasi akuntansi harus disajikan secara netral, tidak memi-
hak. Dalam proses pengungkapan informasi tidak lepas dari inter-
pretasi subyektif penyusun laporan keuangan atas suatu kejadian
tertentu. Penyusun laporan keuangan berusaha untuk menjaga diri
dari berbagai pihak-pihak yang berkepentingan. Ukuran minimal
pengungkapan informasi yang tidak memihak adalah penyusun akan
mengungkapkan dengan cara yang sama atas peristiwa yang sama
dalam waktu dan ruang yang berlainan.
Dalam Al Qur’an surat Al-Baqarah ayat 282 pengungkapan
informasi harus netral dan dalam penulisan harus adil.
d. Informasi mendukung ketaatan aturan syariah agama
Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan harus
mampu mengakomodasi kepentingan aturan syariah agama, misalnya
laporan keuangan mampu memberikan informasi untuk kepentingan
zakat. Informasi laporan keuangan juga harus mampu menilai pelak-
sanaan kemaslahatan ekonomi dan lain-lain, Qs. An Nahl (16): 9035
2. Karakteristik kualitatif pendukung meliputi36
:
a. Kelengkapan dan materialitas
Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan harus
lengkap. Kalaupun laporan keuangan tidak mampu menampung
semua data atau informasi, maka pengurangan data atau informasi itu
tidak akan mengubah, sikap, pendapat, atau keputusan, bilamana
35
Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama,
Qs. An Nahl (16): 90,
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbua-
tan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran dan HR. Bukhari Muslim, Barang
siapa tidak berbelas kasih kepada manusia, maka Allah tidak berbalas kasih
(tidak memberi rahmat) kepadanya.” 36
Jaka Isgiyarta, Teori Akuntansi Islam dan Laporan Keuangan
Islami, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2010), 139
56 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
orang tersebut mengetahui adanya pengurangan atau penghilang
informasi. Informasi yang diungkapkan harus tidak ada unsur
kesengajaan penghilangan atau penyembunyian data atau informasi
yang dapat menjadikan orang akan mengubah sikap, pendapat, atau
keputusan, Qs.Al Azhab (33): 54, Qs. Asy Syu’araa (26): 181-18337.
b. Pembandingan
Pembandingan laporan keuangan sangat diperlukan dalam usa-
ha mempermudah pembaca memahami atau menginterprestasikan
aktivitas ekonomi perusahaan. Pembandingan laporan keuangan akan
mempermudah pembaca memahami kemajuan kinerja perusahaan.
Pembandingan laporan keuangan untuk mendeteksi kinerja perusaha-
an, perubahan kebijakan perubahan strategi, atau informasi dibalik
perubahan-perubahan angka-angka dari hasil pembandingan laporan
keuangan itu. Qs. Baqarah (2): 185 dan Qs. An Nisa (4): 2838.
37 Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama,
Qs.Al Azhab (33): 54,
“Jika kamu melahirkan sesuatu atau menyembunyikannya, Maka
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala sesuatu”.
Qs. Asy Syu’araa (26): 181-183
“sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang- orang
yang merugikan, dan timbanglah dengan timbangan yang lurus, 183. dan
janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu
merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan;” 38
Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama, Qs. Baqarah
(2): 185
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 57
Pendapat lain menyatakan bahwa informasi akuntansi Islam
mempunyai sifat-sifat amanah, terinci, jujur, objektif, tepat waktu,
jelas dan transparan.39
Agar pemakai dapat memanfaatkan laporan
keuangan secara optimal, maka ia harus memenuhi syarat-syarat
kualitatif dalam informasi keuangan. Syarat kualitatif adalah spesi-
fikasi yang apabila tidak ada maka informasi keuangan kehilangan
signifikansinya dan menjadi tidak berarti. Syarat yang harus dipenuhi
dalam informasi keuangan untuk merealisasikan manfaat yang
optimal adalah:40
1. Relevan
Informasi keuangan yang relevan adalah informasi yang sesuai
dengan kebutuhan penggunanya. Agar informasi tersebut relevan,
maka faktor yang harus dipenuhi adalah:
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (an-
tara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir
(di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada
bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu,
pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bila-
ngannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Qs. An Nisa (4): 28
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia
dijadikan bersifat lemah”. 39
Husein Syahatah, Pokok Pokok Pikiran Akuntansi Islam, (Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana, 2001), 111 40
Zaid, Omar Abdullah, Akuntansi Syariah: Kerangka Dasar dan Sejarah Keuangan dalam Masyarakat Islam, Terjemahan M. Syafii Antonio
dan Sofyan Syafri Harahap, (Jakarta: LPFE Universitas Triskati, 2004), 86
58 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
a. Sempurna;
b. Substantif;
c. Pembatasan ruang lingkup;
d. Standar-standar dan asumsi yang dipergunakan;
e. Tepat waktu.
2. Andal
Informasi keuangan yang andal adalah informasi yang dapat
dipercaya, sehingga memberikan ketenangan pada pengguna yang
memanfaatkan informasi tersebut dalam mengambil keputusan. Agar
informasi andal, maka faktor yang harus dipenuhinya adalah:
a. Dapat diverifikasi;
b. Kejujuran;
c. Netralitas;
d. Kelengkapan.
3. Dapat dibandingkan
Agar bermanfaat, informasi keuangan juga dapat dibandingkan
dengan perusahaan sejenis atau perusahaan yang berbeda namun
memiliki kesamaan karakteristik, atau dengan perusahaan itu sendiri
pada periode sebelumnya. Agar dapat dibandingkan, informasi keua-
ngan harus menggunakan standar yang sama secara konsisten dan
memiliki periodesasi yang sama. Ketika terjadi perubahan metode,
maka harus diungkapkan.
4. Dapat dipahami
Dapat dipahami artinya pemakai informasi keuangan dapat
memahaminya secara logis tanpa ada kesamaran dan kesulitan. Agar
dapat dipahami, informasi keuangan harus disusun dengan kalimat
yang tidak rumit dan jelas
Salah satu faktor yang memengaruhi kualitas laporan keua-
ngan, khususnya pada sektor swasta, adalah mekanisme pengawasan
perusahaan41
dan faktor potensial yang dapat memengaruhi pelapo-
ran keuangan dari mekanisme tata kelola eksternal perusahaan seperti
41
Saidatunur Fauzi Saidin, Audit Committee Characteristics and
Quality of UnauditedfinancialAccounts,http://eprints.usm.my/7837/1/audit_
committee_characteristics_and_quality_of_unaudited_financial_accounts,
(2007)
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 59
kualitas audit dan mekanisme tata kelola internal perusahaan seperti
kualitas dewan direksi.42
C. Akuntansi Syariah Bagi Lembaga Keuangan Syariah
Pada saat ini terdapat akuntansi konvensional dan akuntansi
syariah43
dimana akuntansi konvensional diterapkan pada entitas
bisnis yang tidak menggunakan prinsip Syariah. Sedangkan akuntansi
Syariah diterapkan pada entitas bisnis yang menggunakan prinsip
Syariah. Sehingga ada karakteristik penting yang harus dimiliki oleh
entitas bisnis Syariah dalam melaksanakan akuntansinya, antara lain:
ketaatan pada prinsip-prinsip dan ketentuan syariah Islam, dan kete-
rikatan pada keadilan dan menghasilkan pelaporan yang berkualitas
(dapat dipahami, relevan, andal, keterbandingan, dapat diuji kebena-
rannya)44
42
Heidi Vander Bauwhede, What Factors Influence Financial Statet-ment Quality? A Framework and Some Empirical Evidence, Palermo, Italy, (2001): 1
43 Akuntansi Syariah merupakan bagian dari akuntansi yang relative
sangat baru sehingga tidak banyak Negara yang melakukan pembahasan
akuntansi Syariah, pada tahun 1993 Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian
Pendidikan Malaysia, Kualalumpur mengeluarkan buku yang diberi nama
“Sistem Perakaunan Dalam Islam” yang membahas antara lain tentang har-
ta, kaedah perakaunan Islam, unsur-unsur perbelanjaan dan pendapatan
dalam Islam, Perakaunan Bank Islam, Perakaunan Harta Pustakan dan waris
dalam Islam dan sebagainya, namun pada tanggal 1 Safar 1410 H, bertepatan
dengan tanggal 27 Maret 1991, di Negara Bahrain, berdiri Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions, suatu badan usaha
nirlaba yang otonom, dan pada tahun 1998 mengeluarkan buku tentang
akuntansi Syariah yang diberi judul Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions, (AAOIFI), yang dapat dipergunakan seba-
gai acuan dalam pembahasan akuntansi Syariah, yang hanya membahas ten-
tang accounting dan auditing, pad atahun 1999 buku tersebut dirubah nama-
nya menjadu Accounting, Auditing and Governance Standard for Islamic
Financial Institutions, yang membahas Accounting, Auditing dan Gover-
nance serta terdapat perubahan cakupan organisasi tersebut, Sofyan S, Hara-
hap, Wirosos, Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah, PSAK Syariah Baru. (Jakarta, LPFE, 2010), 37
44 Hertanto widodo, Kustiawan, Teten, Akuntansi dan Manajemen
Keuangan untuk Organisasi Pengelola Zakat, (Jakarta: Institut manajemen
Zakat, 2001), 28
60 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Proses atau siklus akuntansi bagi lembaga keuangan Syariah
dimulai dari adanya bukti transaksi sampai dengan laporan keuangan.
Hal ini pada dasarnya tidak berbeda dengan proses/siklus akuntansi
umum.45
Proses akuntansi adalah proses pengolahan data sejak terja-
dinya transaksi. Transaksi ini kemudian memiliki bukti yang sah
sebagai dasar terjadinya transaksi, yang kemudian diinput ke proses
pengolahan data sehingga menghasilkan output berupa informasi
laporan keuangan.46
Akuntansi Meta Rule
Menurut Toshikabu Hayashi dalam tesisnya yang berjudul “On
Islamic Accounting”, membahas dan mengakui keberadaan akuntansi
Islam, menurutnya, akuntansi Barat (konvensional) memiliki sifat
yang berpedoman pada filsafat kapitalisme. Sifat-sifat akuntansi
Barat ini kehilangan arah apabila dihubungkan dengan aspek etika
dan social dan bebas nilai, adapun dalam akuntansi Islam terdapat
meta rule yang berada di luar konsep akuntansi yang harus dipatu-
hinya, yaitu hukum Syariah yang berasal dari Tuhan yang bukan
ciptaan manusia.
Menurutnya akuntansi Islam sesuai dengan kecenderungan
manusia yang “hanief” yang menuntut agar perusahaan juga memiliki
etika dan tanggung jawab sosial, bahkan ada pertanggungjawaban di
akhirat, dimana setiap orang akan mempertanggungjawabkan tinda-
kannya di hadapan Tuhan yang memiliki akuntan sendiri (Rakib dan
Atid) yang mencatat semua tindakan manusia bukan saja di bidnag
ekonomi, tetapi juga bidang sosial masyarkat dan pelaksanaan hukum
Syariah lainnya, bahwa konsep akuntansi dalam Islam jauh lebih
dahulu dari akuntansi konvensional. Bahkan Islam telah membuat se-
rangkaian kaidah yang belum terpikirkan oleh pakar-pakar akuntan-
si,47
hal ini sejalan dengan Qs.An Nahl, (16): 89,
45
Sofyan Safri Harahap, Analisa Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1999), 9
46 Sofyan Safri Harahap, Teori Akuntansi, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo, 2003), 16 47
Sarip Muslim, Akuntansi Keuangan Syariah Teori dan Praktik,
(Bandung: Pustaka Setia, 2015), 29
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 61
“(dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-
tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami
datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat ma-
nusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk men-
jelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira
bagi orang-orang yang berserah diri.”
Gambar 2.1
(Siklus Akuntansi)
Jurnal Penutup
Dicatat
Jurnal Penyesuaian
Dibukukan
Akuntansi dalam bahasa Arab disebut Muhasabah (yang memi-
liki pengertian), Yahsaba (menghitung [to compute], mengukur [to
Laporan Keuangan
Neraca Lajur
Transaksi
Bukti
Neraca Percobaan/Saldo
Buku Besar/Ledger Jurnal
62 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
mensure]), yang juga berarti pencatatan dan perhitungan perbuatan
seseorang secara terus menerus. Selain itu juga ada kata hasaba (sele-
saikan tanggung jawab, agar supaya bersifat netral) dan tahasaba (menjaga, mencoba mendapatkan, mengharapkan pahala akhirat,
menjadikanperhatian atau mempertanggunjawabkan). Sementara itu,
definisi akuntansi Syariah (muhasabah) diartikan sebagai suatu akti-
vitas teratur yang berkaitan dengan pencatatan transaksi-transaksi,
tindakan-tindakan, keputusan-keputusan untuk membantu pengambi-
lan keputusan yang tepat. Dengan demikian, akuntansi Syariah dapat
diartikan sebagai proses akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesu-
ai dengan aturan yang telah ditetapkan Allah.48
Suatu penelitian merekomendasikan bahwa pentingnya akun-
tansi Islam di dalam standar keuangan untuk merumuskan teks stan-
dar atau aturan hukum Islam yang sesuai dengan kebutuhan ekonomi
atau lembaga keuangan yang berprinsip Syariah49
Akuntansi Syariah memiliki tujuan antara lain50
:
Hifzul Amwal (memelihara uang), Eksistensi al-Kitabah ‘Pen-
catatan” ketika ada perselisihan, dapat membantu dalam mengambil
keputusan. Oleh karena itu, peranan akuntansi (pencatatan), tidak
hanya memelihara harta, tetapi juga meneliti dan merinci pendapatan,
menutup kesalahpahaman, mengatur transaksi, serta meredam konflik
dan kezhaliman. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT51
tentang
menentukan hasil-hasil usaha yang akan dizakatkan, menentukan dan
menghitung hak-hak kawan yang berserikat, seperti yang tercermin
dalam firman Allah SWT,
48
Sri Nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta:
Salemba Empat, 2009), 34 49
Ziad M, F, Al Saidat, Ali M, AL Gazzawi, Nimer A Suhilat,
“Accounting Measurements: Islamic Perspective versus Financial Accoun-
ting Perspective”, Interdisciplinary Journal of Contempory Research In Business, Volume 6, No. 2, June (2014): 362 - 377
50 Husein Syahatah, Pokok-pokol Akuntansi Islam, (Jakarta: Akbar,
2001), 44 51
Al Qur’an dan Terjemahan Kementrian Agama, Qs. Al Baqarahh
(2): 282
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 63
“…..dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang
berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian
yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini",52
Tercermin pula dalam hadist, Rasulullah bersabda:
“Pertolongan Allah selalu pada dua orang yang berserikat,
selama salah seorang tidak mengkhianati yang lain”. (HR. Abu
dawud)
Menentukan imbalan, balasan, atau sanksi.53
Dari tujuan akuntansi Syariah di atas sangat jelas bahwa
akuntansi Syariah memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu
kegiatan keuangan, terutama bagi sebuah lembaga keuangan yang
kegiatan utamanya atau operasionalnya berlandaskan dengan prinsip
Syariah. Oleh karena itu maka wajib bagi lembaga keuangan tersebut
untuk menerapkan akuntansi Syariah dalam setiap transaksi yang
dilakukan dan mengikuti aturan maupun standar akuntansi yang ber-
laku umum khususnya untuk akuntansi Syariah. Selain memiliki tuju-
an, akuntansi Syariah juga memiliki dasar hukum dalam Al Qu’ran
yang sesuai dengan tujuan akuntansi Syariah tersebut. Akan tetapi,
terdapat pula pendapat ulama seperti yang dikatakan oleh Ibnu
Abidin:
“Catatan atau pembukuan seorang agen dan kasir bisa menjadi
bukti berdasarkan kebiasaan yang berlaku”, pendapat ulama yang lain
Imam Syafi’I mengatakan, siapa yang mempelajari hisab atau perhi-
tungan, luaslah pikirannya, kaidah fiqh yang muncul terkait akuntansi
syariah adalah “pada dasarnya segala bentuk muamalah boleh dilaku-
kan sepanjang tidak ada dalil yang melarangnya”54
52
Al Qur’an dan Terjemahan Kementrian Agama, Qs. Shaad (38): 24 53
Husein Syahatah, Pokok Pokok Pikiran Akuntansi Islam, (Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana, 2001), 45-48 54
Hasbi Ramli, Edukasi Profesional Syariah, Teori dasar akuntansi Syariah, (2005), 18-19
64 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Ketaatan pada hukum Syariah dengan melaporkan dengan
akurat, teliti, baik, jujur, adil, mempromosikan dan menilai efisiensi
kepemimpinan, penentuan laba rugi yang tepat, dan perubahan dalam
praktik akuntansi merupakan bagian dari konsep akuntansi Syariah55
.
Sedangkan prinsip yang dibangun dalam akuntansi Syariah adalah56
:
1. Amanah;
Yakni dalam melakukan perhitungan dan neraca keuangan,
seseorang harus bersifat amanah dalam semua informasi dan kete-
rangan yang diungkapkan
2. Misdhaqiah (sesuai dengan realitas); 3. Diqqah (cermat dan sempurna); 4. Tauqit (penjadwalan yang tepat);
5. Adil dan netral;
Dalam menyiapkan laporan keuangan harus bersikap adil tan-
pa tertekan karena atas prinsip kebenaran, kejujuran, dan kemasla-
hatan.
6. Tibyan (transparansi dalam penyajian data-data yang jelas
dan akurat).
Pendapat lain menyatakan hal yang sama, bahwa tujuan lapo-
ran keuangan akuntansi Syariah meliputi penentuan laba rugi yang
tepat, meningkatkan dan menilai efisiensi kepemimpinan, ketaatan
pada hukum syariah, keterikatan pada keadilan, melaporkan dengan
benar dan adaptable terhadap perubahan57
,sehingga dapat dijelaskan
bahwa akuntansi Syariah sangat dibutuhkan bagi lembaga keuangan
baik syariah maupun lembaga keuangan konvensional yang dalam
transaksinya menggunakan transaksi dengan akad Syariah, maka
akuntansi yang diterapkan untuk transaksi tersebut harus mengguna-
kan akuntansi syariah yang nantinya akan mengikuti aturan standar
akuntansi keuangan syariah yang berlaku secara umum bagi lembaga
keuangan syariah.
55
Hasbi Ramli, Edukasi Profesional Syariah, Teori dasar akuntansi
Syariah, (2005), 21 56
Hasbi Ramli, Edukasi Profesional Syariah, Teori dasar akuntansi
Syariah, (2005), 14 57
Muhammad Akram Khan, “Role of the Auditor In Islamic
Economy”, J. Res Islamic Economic, Vol.3, No. 1. (2013): 31-41
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 65
Prinsip umum akuntansi Syariah menurut Muhammad di
bangun berdasarkan tiga nilai prinsip58
:
Prinsip pertanggungjawaban, merupakan konsep yang tidak
asing lagi dikalangan masyarakat muslim. Pertanggungjawaban selalu
berkaitan dengan konsep amanah. Implikasi ini terkait dengan bisnis
dan akuntansi bahwa individu yang terlibat dalam transaksi selalu
melakukan pertanggungjawabannya. Wujud pertanggungjawabannya
dalam bentuk laporan akuntansi. Prinsip keadilan tidak saja merupa-
kan nilai yang sangat penting dalam etika kehidupan sosial dan bis-
nis, tetapi juga merupakan nilai yang secara inheren melekat dalam
fitrah manusia. Prinsip kebenaran tidak lepas dengan prinsip keadilan,
seperti halnya dalam akuntansi yang akan selalu dihadapkan pada
masalah pengakuan, pengukuran dan pelaporan. Aktivitas ini akan
dapat dilakukan dengan baik apabila dilandaskan pada nilai kebe-
naran.
Akuntansi syariah tuntutannya adalah kebenaran hakiki (al haq) atau kebenaran moral yang harus dipertanggungjawabkan diha-
dapan Allah. Walaupun di satu sisi akuntansi syariah juga harus
merujuk pada standar, tetapi standar tidak dimaksudkan sebagai pem-
benaran. Artinya, laporan yang dibuat sesuai dengan standar, tidak
selalu benar menurut Syariah. Bila secara substansi laporan menyim-
pang dari prinsip-prinsip Syariah karena tujuan mulia dalam rangka
menciptakan kemaslahatan, maka rujukan utamanya adalah dalam
perumusan prinsip-prinsip akuntansi Syariah.
Hasil dari akuntansi Syariah adalah laporan keuangannya. Apa-
bila laporan yang dijadikan dasar dalam transaksi bisnis sangat
terjaga akuntabilitasnya, dan apabila prinsip-prinsip akuntansi Syari-
ah dapat diadopsi dalam menyajikan laporan keuangan, maka hara-
pannya adalah menjaga eksistensi laporan keuangan agar tetap dapat
dijadikan rujukan utama dalam pengambilan keputusan bisnis.59
58
Muhamad, ”Pengantar Akuntansi Syariah”, (Jakarta: Salemba
Empat, 2002), 11-12 59
Nur Hidayat, “Prinsip-prinsip Akuntansi Syariah: Suatu Alternatif
menjaga Akuntabilitas laporan Keuangan”, SNA (Simposium Nasional Akuntansi), Desember (2004)
66 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Akuntansi di dalam Islam antara lain berhubungan dengan
pengakuan, pengukuran dan pencatatan transaksi dan pengungkapan
hak-hak dan kewajiban-kewajibannya secara adil.60
Akuntansi keuangan di dalam Islam harus memfokuskan pada
pelaporan yang jujur mengenai posisi keuangan entitas dan hasil-hasil
operasinya dengan cara mengungkapkan apa yang halal dan apa yang
haram. Hal ini sesuai dengan perintah Allah untuk menolong di dalam
mengerjakan kebaikan, seperti kutipan dalam Qs. Al Maidah (5): 2,
“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan
dan takwa, dan janganlah kamu tolong meneolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran”
Hal ini berarti akuntansi keuangan dalam Islam mempunyai
sasaran-sasaran yang harus disadari dan dipatuhi oleh akuntan61
keuangan di dalam Islam.62
60
Seperti halnya dalam firman Allah SWT “ Hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya, Dan hendaklah seorang penulis
diantara kamu menuliskannya dengan benar” (Surah 2 ayat 282), Allah juga
berfirman: “wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan (kutipan dari surah 4 ayat 135) Allah juga ber-
firman: “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang (yaitu) orang-orang yang
apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka me-
ngurangi, (surah 83, ayat 1-3), Allah juga berfiiman dalam surah 16 ayat 90.
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
Sofyan S Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syari-ah, PSAK Syariah Baru,(Jakarta, LPFE, 2010), 3
61 Seorang akuntan keuangan dalam Islam tidak boleh memasuki
bidang ini tanpa kesadaran dan pemahaman yang jelas mengenai sasaran
akuntansi keuangan, hal ini sesuai dengan firman Allah “ Dan hendaklah
seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar (Kutipan Surah
2 ayat 282), Khalifah Umar Bin al Khatab meminta kepada para pedagang di
pasar untuk mengetahu halal dan haram, Dia mengatakan” tidak seorangpun
yang diperbolehkan berjualan di pasar kami kecuali dia mempunyai penge-
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 67
Tujuan dan peranan dari kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangan syariah berdasarkan standar akuntansi
keuangan syariah adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2
Kerangka Dasar Akuntansi Syariah
Sumber: Diolah dari IAI, KDPPLKS
Tujuan dan peranan kerangka dasar tersebut adalah untuk
digunakan sebagai acuan oleh para penggunanya.63
Dalam kerangka
akuntansi Syariah tersebut dijelaskan bahwa transaksi Syariah yang
dimaksud adalah transaksi yang dilakukan berdasarkan prinsip
Syariah64
tahuan agama, jika tidak mau tidak dia akan melakukan transaksi yang riba-
wi” sehingga, oleh karena itu orang-orang yang bertugas harus menetapkan
bagi akuntansi keuangan aturan-aturan yang diperlukan yang melindungi
hak-hak dan kewajiban perorangan, dan menjamin pengungkapan yang me-
madai, Sofyan S Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah, PSAK Syariah Baru,(Jakarta, LPFE, 2010), 40
62 Sofyan S Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf, Akuntansi Perban-
kan Syariah, PSAK Syariah Baru,(Jakarta, LPFE, 2010), 39-40 63
Ikatan Akuntan Indonesia, SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah, (2016),1
64 Ikatan Akuntan Indonesia, SAK (Standar Akuntansi Keuangan)
Syariah, (2016),1
Tujuan dan Peranan
Penyusun standar akuntansi keuangan Syariah dan laporan
keuangan
Pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum oleh auditor
Pengguna laporan keuangan dapat menafsirkan informasi yang
disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan Syariah
Karakteristik Kualitatif Unsur Laporan Keuangan
Definisi, pengakuan dan pengukuran
68 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Informasi akuntansi yang diperoleh oleh penggunanya sangat
dipengaruhi oleh ketepatan, kebenaran dan keakuratan data pada
laporan keuangan entitas yang bersangkutan. Laporan keuangan enti-
tas Syariah ini sangat dipengaruhi oleh transaksi yang dilakukan oleh
lembaga keuangan Syariah dengan proses awal akuntansi Syariah
adalah adanya data dasar yang berupa dokumen pembukuan yang
berisikan informasi transaksi yang dilakukan oleh entitas Syariah.65
Keandalan dari suatu laporan keuangan merupakan bagian
dari proses adanya akuntansi, sehingga keandalan dapat mengandung
pengertian bahwa laporan keuangan itu harus bebas dari kesalahan
dan bias serta dapat diandalkan oleh pembacanya untuk menggam-
barkan peristiwa dan transaksi yang dilaporkan secara meyakinkan.
Beberapa atribut keandalan antara lain: penyajian yang jujur (repre-sentational faithfulness), substansi mengungguli bentuk formal (subs-tance over from), netral, pertimbangan rasional (prudence), lengkap,
dan mempertimbangkan keseimbangan manfaat dan biaya66
Sehingga karakteristik kualitatif yang harus dipenuhi agar
laporan keuangan berkualitas dan berguna untuk pengambilan kepu-
tusan bagi pengguna laporan serta dapat memenuhi kepatuhan prin-
sip-prinsip Syariah adalah dapat digambarkan sebagai berikut:
65
Wiroso, “Akuntansi Transaksi Syariah”, (Jakarta: Ikatan Akuntan
Indonesia, 2010), 26-27 66
Alfredson, Keith and Others, Applying International Financial Reporting Standards, (Australia: John Wiley & Sons Australia, Ltd,
Enhanced edition, 2007), 71-73
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 69
Gambar 2.3
Karakteristik Kualitas Laporan Keuangan Syariah
Sumber: Diolah dari IAI, KDPPLK
D. Pentingnya Pemahaman Standar Akuntansi Keuangan Syariah
bagi Lembaga Keuangan Syariah
Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti
mengerti benar. Sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan
cara memahami67
pendapat lain menyatakan bahwa pemahaman bu-
kan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam
berdiri di situasi atau dunia orang.68
Untuk dapat menghasilkan lapo-
ran keuangan yang berkualitas, maka kualitas orang-orang yang me-
laksanakan tugas dalam menyusun laporan keuangan harus menjadi
perhatian utama, yaitu para pegawai yang terlibat dalam aktivitas
67
Em Zul, Fajri, Ratu Aprilia senja, Kamus Lengkap Bahasa Indone-sia, Edisi Revisi Cetakan 3, (Jakarta: Difa Publishers, 2008), 607-608
68 Poesprodjo, Beberapa catatan pendekatan filsafatinya, (Bandung:
Remaja Karya, 1987), 52-53
Dapat Dipahami
Diperbandingkan
Relevan Keandalan
Materialitas
Nilai
Prediksi
Nilai
Konfirmatif
Konsistensi &
Pengungkapan
Penyajian
Jujur
Netral
Substansi
mengungguli
bentuk
Kelengkapan Pertimbangan
sehat
70 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
tersebut harus mengerti dan memahami bagaimana proses dan pelak-
sanaan akuntansi itu dijalankan dengan berpedoman pada ketentuan
yang berlaku.69
Kata paham menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia mempu-
nyai pengertian pandai dan mengerti benar. Sedangkan pemahaman,
adalah sebuah proses, cara perbuatan memahami atau memaham-
kan.70
Hal ini berarti bahwa seseorang yang memiliki pemahaman
adalah orang yang pandai mengerti mengenai akuntansi71
.
Seseorang dikatakan paham terhadap akuntansi, maka diang-
gap orang tersebut memahami proses akuntansi. Mulai transaksi awal
hingga laporan keuangan terbentuk menjadi satu informasi yang ber-
pedoman pada prinsip dan standar akuntansi keuangan yang berlaku
umum. Oleh karena itu, untuk dapat menghasilkan laporan keuangan
yang berkualitas maka kualitas orang yang melaksanakan tugas
dalam menyusun laporan keuangan harus menjadi perhatian utama,
namun hal ini tidak luput dari pengawasn auditor internal, auditor
eksternal ataupun dewan pengawas syariah, serta standar pelaporan
keuangan yang digunakan. Sehingga kemudian dapat membuktikan
dan mengukur bahwasannya laporan keuangan yang berkualitas dapat
bermanfaat bagi pemakai.72
Standar akuntansi yang dapat menjadi pedoman dalam melaku-
kan pencatatan transaksi syariah juga telah dibentuk organisasi pe-
nyusun standar melalui kesepakatan yang ditandatangani oleh bebe-
69
Meilani Purwanti, “Wasman, Pengaruh Pemahaman Akuntansi,
Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi dan Peran Internal Audit Terha-
dap Kualitas Laporan Keuangan (Survey pad Koperasi Pegawai Republik
Indonesia Kota Bandung)”, Esensi Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 4,
No.3, Desember (2014): 61 - 75 70
W.J.S, Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai pustaka, 2006), 18 71
Akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokan, pengikhtisaran
menurut cara yang berarti dan dinyatakan dalam nilai mata uang, semua
transaksi serta kejadian yang sedikitnya bersifat finansial dan dari catatan
itu dapat ditafsirkan hasilnya, AICPA, Niswonger, C, Rollin, dkk, Prinsip-prinsip Akuntansi Edisi 20, Jilid 1, (Jakarta: Erlangga), 6
72 García Jara, Elisa, Amparo Cuadrado Ebrero, Rolando Eslava
Zapata. "Effect of international financial reporting standards on financial
information quality." Journal of Financial Reporting and Accounting 9.2,
(2011): 176-196.
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 71
rapa lembaga keuangan Islam pada tanggal 26 Februari 1990.
Organisasi tersebut bernama FAOIBFI (Financial Accounting Orga-nization for Islamic Bank and Finanacial Institutions), kemudian pada
27 Maret 1991 lembaga tersebut berubah menjadi AAOIFI (Accoun-ting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions).
73
Standar pelaporan keuangan yang ada saat ini di Indonesia me-
ngacu pada 3 standar umum, yaitu: standar akuntansi yang mengacu
pada IFRS, SAK ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) dan
SAK Syariah yang juga mengadopsi dari AAOIFI; untuk perbankan
Syariah baik bank umum Syariah (BUS) maupun BPRS serta entitas
bisnis lainnya yang menjalankan usahanya berdasarkan pada prinsip
Syariah maka penyusunan laporan keuangannya harus mengacu kepa-
da SAK Syariah; sementara itu, bank konvensional dan bank Syariah
termasuk BPRS memiliki perbedaan yang cukup mendasar terhadap
penyajian laporan keuangan, mengingat bahwa fungsi bank Syariah
sebagai fungsi manajer investasi, fungsi investor, fungsi sosial dan
fungsi jasa keuangan74
. Selain itu juga memiliki fungsi sebagai penge-
lola zakat dan dana sosial dan dalam hal prinsip bagi hasil75
Bank Syariah tidak mengenal cost of fund atau biaya dana se-
bagai pengurang pendapatan bunga untuk menghasilkan spread/
margin sebelum dikurangi dengan beban operasional. Sehingga dalam
bank Syariah tidak mengenal negative spread76. Sementara itu, proses
pencatatan dari masing-masing transaksi akuntansi Syariah secara
bertahap dapat dilihat lebih lanjut dalam buku yang ditulis oleh
73
“Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Insti-
tutions, Accounting and Auditing Standars for Islamic Financial Institu-
tion”, (Bahrain, Manama, Desember 2015) 74
Rijal Yaya, Aji Erlangga M, Ahim Abdurahim, Akuntansi Perban-kan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer Berdasarkan PAPSI 2013, Edisi
2, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), 48 75
Bagi hasil adalah distribusi beberapa bagian dari laba pada para
pegawai dari suatu perusahaan, hal itu dapat berbentuk bonus uang tunai
tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun sebe-
lumnya, Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi HAsil dan Pricing di Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press 2012), 26
76 Negative spread adalah pendapatan bunga negative, padahal penda-
patan bunga merupakan sumber pendapatan terbesar bank (konvensional)
yang dalam situasi normal di Indonesia mencakup 65%-80% dari total pen-
dapatan 2, diakses pada tgl 08 Februari 2017, www.coursehero.com
72 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
bapak Wiroso agar dapat membantu dalam menyelesaikan proses
laporan keuangan bagi entitas syariah termasuk BPRS yang sesuai
dengan standard Akuntansi Syariah.77
Standar dalam proses pembuatan laporan keuangan sangat
dibutuhkan, walaupun sudah terdapat standar, kemungkinan kekeli-
ruan ataupun kesalahan di dalam proses pembuatan laporan keuangan
dapat terjadi, hal tersebut karena belum dapat memahami isi dari
standar untuk kebutuhan pelaporan keuangan di suatu lembaga keua-
ngan, terutama yang berdasarkan syariah.
Seperti halnya pada penelitian Erika dan Maria78
menemukan
bahwa masih ada lembaga keuangan yang belum sesuai antara lapo-
ran keuangan yang disajikan dengan standar akuntansi yang berlaku
umum, walaupun laporan keuangan tersebut telah di audit oleh pihak
eksternal atau auditor eksternal.
Standar Akuntansi Keuangan Syariah
Pemahaman SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah
dapat dilihat dari paradigma transaksi syariah79
. Asas transaksi syari-
77 Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, Wiroso, IAI (Ikatan Akun-
tansi Indonesia, 2011 78
Erika Amelia, Maria Qibtiyah, “Perlakuan Akuntansi Zakat Ber-
dasarkan PSAK 45 dan PSAK 109 pada BAMUIS”, Tauhidinomics (Journal of Islamic Banking & Economics), Vol.1 Nomor 2, Oktober (2015): 182-
197 79
Paradigma transaksi Syariah, berlandaskan pada paradigm dasar
bahwa alam semesta dicipta oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi)
dan sarana kebahagian hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai
kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (Al Falah), paradigm dasar
ini menekankan setiap aktivitas umat manusia memiliki akuntabilitas dan
nilai illahiah yang menempatkan perangkat Syariah dan akhlak sebagai para-
meter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha, paradigm ini akan
membentuk integritas yang membantu terbentuknya karaktek tata kelola
yang baik, (good governance) dan disiplin pasar (market discipline) yang
baik, Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas
umat manusia yang berisis perintah dan larangan, baik yang menyangkut
hubungan interaksi vertical dengan Tuhan maupun interaksi horizontal de-
ngan sesama makhluk, prinsip Syariah yang berlaku umum dalam kegiatan
muamalah (transaksi Syariah) mengikat secara hukum bagi semua pelaku
dan stakeholder entitas yang melakukan transaksi Syariah, akhlak merupa-
kan norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi sesama
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 73
ah80
dan yang terutama dari implementasi karakteristiknya antara
lain81
:
a. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham
dan saling ridha;
b. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya
halal dan baik (thayib);
c. Uang berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai,
bukan sebagai komoditas;
d. Tidak mengandung unsur riba;
e. Tidak mengandung unsur kezhaliman;
f. Tidak mengandung unsur masyir;
g. Tidak mengandung unsur gharar;
h. Tidak mengandung unsur haram;
i. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of
money) karena keuntungan yang didapat dalam kegiatan usa-
ha terkait dengan resiko yang melekat pada kegiatan usaha
tersebut sesuai dengan prinsip al-ghunmu bil ghurmi (no gain without accompanying risk);
j. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas
dan benar serta untuk keuntungan semua pihak tanpa meru-
gikan pihak lai sehingga tidak diperkenankan menggunakan
standar ganda harga untuk satu akad serta tidak mengguna-
kan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (ta’alluq) dalam
satu akad;
k. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (naja-sy), maupun melalui rekayasa penawaran (ihtikar); dan
l. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risy-wah)
makhluk agar hubungan terssebut menjadi saling menguntungkan, sinergis
dan harmonis, SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah, IAI (Ikatan
Akuntan Indonesia, Jakarta, November 2016),: 3-4 80
Asas transaksi Syariah berasaskan pada prinsip, persaudaraan
(ukhuwah), keadilan,(‘adalah) kemaslahatan (maslahah), keseimbangan
(tawazun) dan universalisme (syumuliyah), lebih lanjut dapat dibaca dalam
Dewan Standar Akuntansi Syariah, SAK (Standar Akuntansi Keuangan)
Syariah,(Jakarta, IAI, 2016), 3 81
Dewan Standar Akuntansi Syariah, SAK (Standar Akuntansi Keua-
ngan) Syariah, IAI, (2016), 5 - 6
74 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Dalam paragraf 30 KDPPLKS (Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah) yang diterbitkan oleh IAI
(Ikatan Akuntan Indonesia), dinyatakan bahwa tujuan laporan keua-
ngan menurut KDPPLKS adalah menyediakan informasi yang me-
nyangkut kondisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi.82
Laporan keuangan bank yang memberikan informasi tersebut
hendaknya memberikan informasi yang sejelas-jelasnya dan sesuai
prosedur yang telah ditetapkan dalam mengakomodasi permintaan
pihak-pihak terkait tentang kondisi sebuah bank.
E. Audit Bagi Lembaga Keuangan Syariah
Setiap lembaga keuangan yang didirikan memiliki tujuan
utama untuk memperoleh laba di samping beberapa tujuan lainnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka semua tahap kegiatan yang
akan dilaksanakan harus direncanakan, dianalisa, dan diteliti secara
seksama terlebih dahulu oleh mereka yang bertanggung jawab. Audit
atau auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan
mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi tentang
berbagai tindakan dan kejadian ekonomi
untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi ter-
sebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan
hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.83
Beberapa pendapat lain menyatakan bahwa:
“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara
kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadapa laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatn
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk
dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut”84
.
82
Rizal Yaya, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik Kontemporer, (Jakarta: Salemba Empat, 2009) , 84.
83 Halim, Abdul. Dasar-Dasar Auditing Laporan Keuangan
(Yogyakarta: YKPN, 2008), 38 84
Soekrisno Agoes, Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), 4
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 75
Adapun pengertian audit menurut Alvin A. Arens, Mark S.
Basley dan Randal J. Elder (2011:4)
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of corres-pondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”.
Audit adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi
untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara infor-
masi dan kriteria yang ditetapkan, audit harus dilakukan oleh seorang
yang kompeten, independen85
.
Seseorang yang melakukan proses auditing disebut dengan
auditor. Secara umum, auditor terdiri dari auditor independen (audi-
tor eksternal), auditor internal dan auditor pemerintah86
. Sementara
itu, dalam penelitian ini lebih fokus kepada auditor internal dan eks-
ternal, dimana tanggung jawab dan posisi di antara kedua auditor
tersebut berbeda satu sama lain.
Seorang auditor internal bekerja pada perusahaan, lembaga
pemerintahan, atau perusahaan nirlaba juga bank. Sedangkan auditor
eksternal bekerja di luar perusahaan atau organisasi, bekerja pada
satu perusahaan yang biasa disebut dengan Kantor Akuntan Publik
(KAP). Auditor internal umumnya melapor kepada manajer senior
atau dewan direksi, sedangkan auditor eksternal hanya memiliki
struktur pelaporan yang terbatas kepada kantor akuntan tempat audi-
tor tersebut bekerja.
Jika dilihat dari jenisnya, maka audit dapat di kategorikan
dalam 3 hal yakni:87
1. Financial statetment audit
Suatu audit yang dilakukan terhadap laporan keuangan yang
disusun manajemen peruahaan yang tujuannya adalah untuk membe-
rikan pernyataan pendapat mengenai tingkat kewajaran penyajian
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi
keuangan.
85
Yusar Sagara, Fitri Yani Jalil, Auditing dilengkapi dengan kasus dan pembahasan kasus, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), 16
86 Yusar Sagara, Fitri Yani Jalil, Auditing dilengkapi dengan kasus
dan pembahasan kasus, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), 18-19 87
Yusar Sagara, Fitri Yani Jalil, Auditing dilengkapi dengan kasus
dan pembahasan kasus, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), 16
76 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
2. Audit laporan keuangan
Memeriksa laporan keuangan untuk menentukan apakah mere-
ka memberikan pandangan yang besar dan adil atau cukup menya-
jikan laporan keuangan sesuai dengan kriteria tertentu. Hasil dari
pekerjaan audit dilaporkan oleh akuntan publik dalam sebuah bentuk
laporan auditor independen dengan memuat satu pernyataan.
3. Audit operasional
Studi tentang unit tertentu dari suatu organsisasi dengan tuju-
an untuk mengukur kinerja manajemen audit atau disebut juga opera-
tional audit.
4. Peran88
auditor Internal dan eksternal bagi entitas bisnis
Auditor terkadang dapat disebut juga sebagai akuntan. Akun-
tan adalah seseorang yang telah terdaftar pada Register Negara
Akuntan yang diselenggarakan oleh Menteri89
. Untuk terdaftar dalam
Register Negara Akuntan, seseorang harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut90
:
a. Lulus pendidikan profesi akuntansi atau lulus ujian serti-
fikasi akuntan professional;
b. Berpengalaman di bidang akuntansi;
c. Sebagai anggota Asosiasi Profesi Akuntan.
Seseorang yang memiliki sertifikasi profesional akuntansi
merupakan pengakuan spesialisasi profesi terhadap diri seorang akun-
tan. Sertifikasi ini diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan peng-
guna jasa akuntan terhadap kinerja akuntan. Untuk lembaga keua-
ngan Syariah, saat ini sudah ada akuntan yang memiliki spesialisasi
sebagai akuntan Syariah atau Auditor Syariah yang disebut dengan
SAS (Sertifikasi Akuntansi Syariah). SAS adalah suatu sertifikat
untuk memberikan standar akuntansi Syariah bagi akuntan yang be-
kerja pada bidang tersebut melalui pendidikan professional berkelan-
88 Peran adalah suatu tindakan yang dilakukan seseorang berdasarkan
peristiwa yang melatarbelakanginya, Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia,, Balai Pustaka, Jakarta, (2006): 48
89 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 25/PMK.01/2014
Tanggal 3 Februari 2014 tentang Akuntan beregister Negara, PMK ini
mengganti ketentuan sebelumnya yaitu KMK Nomor 331/KMK.017/1999
Tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Akuntan pada Register Negara pasal
1 angka 1 90
PMK Nomor 25/PMK.01/2014 Padal 2 ayat 1
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 77
jutan serta lulus ujian yang dilaksanakan oleh IAI (Ikatan Akuntan
Indonesia)91
Salah satu alat bantu pengawasan dalam proses laporan keua-
ngan adanya audit. Akan tetapi, Valery G Kumaat menyatakan bah-
wa internal audit tidak penting. Menurutnya, tidak ada internal audit
tidak apa, namun kalau ada tentu lebih baik, sehingga pengawasan
cukup diperankan oleh auditor eksternal yang dianggap lebih inde-
penden dan professional. Kalaupun internal audit harus ada, maka
itupun cukup small team saja dalam sebuah perusahaan sehingga
fungsi internal audit hanya dianggap sebagai supporting belaka.92
Akan tetapi dalam buku yang lain menjelaskan bahwa auditor
memiliki peran yang penting dalam hal menjaga kualitas laporan
keuangan, dengan penjelasannya bahwa peran auditor adalah untuk
menentukan apakah laporan yang disiapkan oleh manajer telah
sejalan dengan perjanjian kontrak atau belum, oleh karena itu, verify-
kasi auditor atas informasi keuangan menambah kredibilitas laporan
tersebut dan mengurangi resiko informasi yang berpotensi dalam
menguntungkan baik pemilik maupun manajer.93
Sementara itu,
auditor internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam
suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi
yang dilaksanakan.94
Pendapat lain menyatakan bahwa audit internal adalah sebuah
aktivitas konsultasi dan keyakinan obyektif yang dikelola secara
independen di dalam organisasi dan diarahkan oleh filosofi penamba-
han nilai untuk meningkatkan operasional perusahaan.95
Definisi berikutnya menyatakan bahwa auditor internal adalah
auditor yang bekerja dalam perusahaan baik perusahaan negara mau-
pun perusahaan swasta yang tugas pokoknya adalah menentukan
91
www.Akuntansionline.id/sertifikasi-profesional-akuntansi-di-Indo
nesia, diakses pada tanggal 08 Mei 2017 92
Valery G. Kumaat, Internal Audit, (Jakarta: Erlangga, 2011), 6 93
William F, Messier, Jr, Steven M, Glover, Douglas F, Prawitt,
Auditing & Assurance Service A Systematic Approach, McGraw-Hill Irwin,
(Jakarta: Salemba Empat, 2006), 10 94
HiroTugiman, Standar Profesi Audit Internal, (Yogyakarta:
Kanisius, 2006), 11 95
Sawyer, Lawrence B., Mortimer A. Dittenhoffer dan James H.
Scheiner,. Sawyer’s Internal Auditing, Fifth Edition, Alih Bahasa: Desi
Adhariani, (Jakarta: Salemba Empat, 2005), 9
78 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen
puncak telah dipenuhi; menentukan baik atau tidaknya penjagaan
terhadap kekayaan organisasi; menentukan efesiensi dan efektivitas
prosedur kegiatan organisasi; serta menentukan keandalan informasi
yang dihasilkan oleh bagian berbagai organisasi.
Dari penjelasan yang lain, audit internal adalah suatu fungsi
penilaian yang dikembangkan secara bebas dalam organisasi untuk
menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan sebagai wujud pelaya-
nan terhadap organisasi perusahaan96
Berdasarkan penelitian sebelumnya menyatakan bahwa auditor
internal memliki peran yang sangat penting dan besar di dalam peru-
sahaan untuk mencegah terjadinya fraud agar laporan keuangan yang
di hasilkan berkualitas97
Auditor eksternal adalah profesi audit yang melakukan audit
atas laporan keuangan dari perusahaan, pemerintah, individu atau
organisasi lainnya. Eksternal auditor merupakan anggota kantor
akuntan publik yang memberikan jasa klien dan profesi akuntan
publik dalam menghasilkan berbagai macam jasa bagi masyarakat
yang dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu jasa assurance,
jasa atestasi, dan jasa nonassurance98.
Auditor eksternal sering disebut sebagai auditor independen
atau bersertifikat akuntan publik (disingkat BAP atau certified public
accountant-CPA), seorang auditor eksternal bisa berpraktik sebagai
pemilik tunggal atau anggota dari kantor akuntan, auditor seperti itu
disebut “eksternal” atau “independen” karena mereka tidak dipekerja-
kan oleh entitas yang di audit.99
Peran utama eksternal auditor adalah untuk memberikan pen-
dapat apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material. Secara
normal, eksternal auditor mereview prosedur pengendalian teknologi
informasi saat menilai internal keseluruhan. Auditor eksternal mem-
96
Hery. Potret Profesi Audit Internal (Di Perusahaan Swasta &
BUMN Terkemuka), (Bandung: Alfabeta, 2010), 20 97
Suginam, “Pengaruh peran audit internal terhadap pencegahan
Fraud ”, Jurnal Pelita Informatika, Volume: XV No. 1 Oktober (2016), 23-
31 98
Mulyadi, Auditing, Buku 1, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), 22 99
William F, Messier, Jr, Steven M, Glover, Douglas F, Prawitt,
Auditing & Assurance Service A Systematic Approach, McGraw-Hill Irwin,
(Jakarta: Salemba Empat, 2006), 65
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 79
punyai independensi dari perusahaan yang diaudit100
dan bertanggung
jawab atas opini terhadap pemeriksaan laporan keuangan.
Dari segi pengawasan, audit memberikan manfaat sebagai
berikut101
:
1. Preventive control, tenaga akuntansi akan bekerja lebih ber-
hati-hati dan akurat bila mereka menyadari akan di audit;
2. Detective control, suatu penyimpangan atau kesalahan yang
terjadi lazimnya akan dapat diketahui dan dikoreksi melalui
suatu proses audit;
3. Reporting control, setiap kesalahan perhitungan, penyajian
atau pengungkapan yang tidak dikoreksi dalam laporan keua-
ngan akan disebutkan dalam laporan pemeriksaan. Dengan
demikian, pembaca laporan keuangan terhindar dari informasi
yang kelitu atau menyesat.
Tabel 2.2
Perbedaan antara auditor internal dan eksternal102
Auditor Internal Auditor Eksternal
Subjek adalah pegawai
organisasi yang bersangkutan
atau dapat pula pihak luar
dalam hubungan kerja
outsourcing
Subjek adalah pihak luar yang
independen
Melayani kebutuhan
manajemen, oleh karena itu
fungsi audit internal merupakan
bagian dari organisasi yang
bersangkutan
Melayani kebutuhan pihak
ketiga yang memerlukan
informasi keuangan yang
reliable
Fokus ke masa depan untuk
membantu manajemen
Fokus kepada akurasi dan dapat
dipahaminya kejadian historis
100
Rizqiasih, dkk, “Pengaruh Struktur Governance terhadap Fee
Audit Eksternal”, Institutional Repository, Diponegoro University, (2010) 101
Harahap, Sofyan Safri, Auditing dalam Perspektif Islam, (Jakarta:
Pustaka Quantum, 2002), 62 102
Sawyer’s, Lawrence B., Mortimer A. Dittenhoffer dan James H.
Scheiner,. Sawyer’s Internal Auditing, Fifth Edition, Alih Bahasa: Desi
Adhariani, (Jakarta: Salemba Empat,2009), 8
80 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
mencapai sasaran dan tujuan
organisasi secara efektif dan
efisien
seperti yang diekpresikan dalam
laporan keuangan
Berkepentingan secara
langsung dalam pencegahan
fraud dan berbagai bentuk atau
tingkat aktivitas yang direview
Berkepentingan secara
insidental dalam
pencegahan/pendeteksian fraud
secara umum, tetapi
berkepentingan secara langsung
bila terdapat pengaruh yang
bersifat material pada laporan
keuangan
Independen terhadap aktivitas
yang diaudit, tetapi siap
merespon kebutuhan dan
keinginan manajemen
Independen terhadap
manajemen/klien baik dalam
penampilan maupun sikap
mental
Review atas aktivitas
dilakukan secara terus menerus
(continue)
Review atas catatan/dokumen
yang mendukung laporan
keuangan secara periodik
(umumnya setiap satu tahun
sekali)
Kegiatan audit pada bank syariah terdiri dari tiga lapis. Lapi-
san pertama, audit internal yang dilakukan oleh auditor internal bank
syariah yang bertugas dalam menguji (examination) kesesuaian lapo-
ran keuangan bank Syariah yang sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku dan tidak ada salah saji yang bersifat material. Lapis
kedua, audit eksternal yang dilakukan oleh auditor dari luar bank
Syariah seperti BI atau akuntan publik yang tugasnya menguji kem-
bali keakuratannya dari hasil audit internal. Lapis ketiga, audit sya-
riah yang dilakukan oleh auditor bersertifikasi atau memiliki gelar
sertifikasi akuntansi syariah (SAS) yang bertugas untuk memastikan
bahwa produk dan transaksi bank syariah telah sesuai dengan prinsip
dan aturan syariah103
. Untuk itu, ketiga lapisan tersebut dapat dite-
rapkan pula pada lembaga keuangan Syariah lainnya dan tidak hanya
pada perbankan Syariah saja.
103
Minarni, “Konsep Pengawasan, Kerangka Audit Syariah, dan Tata
Kelola Lembaga Keuangan Syariah”, La_Riba, Jurnal Ekonomi Islam, Volume VII, No.1, Juli (2013): 29-40
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 81
Auditor internal dan eksternal memiliki tujuan yang sama.104
Peran antara auditor internal dan eksternal menghasilkan hubungan
yang mendalam diantara keduanya terkait dengan kualitas laporan
keuangan suatu entitas atau lembaga keuangan105
. Pada kenyataan-
nya, standar audit internal maupun eksternal saling terkait dan beker-
ja sama untuk menyelesaikan audit laporan keuangan, dimana gaya
kerja auditor eksternal dan hambatan komunikasi memiliki hubungan
yang signifikan dengan kepercayaan audit eksternal terhadap hasil
kerja auditor internal106
. Oleh karena itu, hal tersebut menunjukan
bahwa auditor internal dan eksternal berperan dalam menghasilkan
suatu laporan keuangan yang berkualitas.
Dalam penelitiannya, Rossje107
menemukan bahwa ada perbe-
daan antara praktek audit Syariah, salah satunya adalah peran auditor
Syariah, Variabel yang diinginkan menurut praktek audit Syariah
antara lain: peran auditor syariah pada LKS, auditor eksternal yang
mengesahkan laporan audit syariah, dan auditor eksternal berkaitan
dengan audit syariah dalam LKS. DPS adalah auditor syariah pada
LKS, dan DPS mengesahkan laporan audit syariah. Audit syariah
sejatinya dijalankan oleh audit eksternal daripada audit internal LKS.
Penelitian yang lain menyatakan bahwa peran auditor internal
berpengaruh secara signifikan positif terhadap kualitas laporan keua-
ngan dilingkungan pemerintahan di Indonesia.108
Oleh karena itu,
104
Krishnamoorthy, G, “A multistage approach to external auditors’
evaluation of the internal audit function” A Journal of Practice and Theory,
March (2002): 95–121 105
Nawal Kasim, Zuraidah Mohd Sanusi, Tatik Mutamimah,and Sigit
Handoyo, “Assesing the current practice of auditing in Islamic Financial
Institutions in Malaysia and Indonesia”, International Journal of Trade, Eco-nomics and Finance, Vol. 4, No. 6, December (2013): 414-418
106 Halil Paino, Fazlida Mohd Razali, Faizan Abd Jaba, “The Influ-
ence of External Auditor’s Working Style, Communication Barriers and
Enterprise Risk Management toward Reliance on Internal Auditor’s Work”,
Procedia Economics and Finance , (2015): 151 – 155 107
Suryaputri, V Rossje, “Kerangka teori audit syariah: gap antara
praktik audit syariah dengan yang di inginkan pada perbankan syariah di
Indonesia”, Disertasi, Universitas Trisakti, (2012) 108
Cecillia Lelly Kewo, Nunuy Nur Afiah, “Does Quality of Financial
Statetment Affected by Internal Control System and Internal Audit?”, Inter-national Journal of Economics and Financial Issues, (2017): 568-573
82 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
auditor Syariah baik internal maupun eksternal harus memastikan
bahwa semua peraturan dan pedoman Syariah dikuti oleh lembaga
keuangan Syariah, serta sesuai dengan fatwa dan pedoman yang telah
ditetapkan oleh dewan pengawas Syariah.109
5. Fungsi dan Tujuan Audit
Adapun fungsi Audit internal secara menyeluruh mengenai
pelaksanaan kerja Audit internal dalam mencapai tujuannya adalah:110
1. Membahas dan menilai kebaikan dan ketepatan pelaksa-
naan pengendalian akuntansi, keuangan serta operasi.
2. Meyakinkan apakah pelaksanaan sesuai dengan kebijaksa-
naan, rencana dan prosedur yang ditetapkan.
3. Menyakinkan apakah kekayaan perusahaan/organisasi
dipertanggungjawabkan dengan baik dan dijaga dengan
aman terhadap segala kemungkinan resiko kerugian.
4. Menyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan cara
lainnya yang dikembangkan dalam organisasi.
5. Menilai kualitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
yang telah dibebankan.
Serta tujuan Audit internal yang dikemukanan oleh ahli yang
lain adalah: 111
1. Membantu manajemen untuk mendapatkan administrasi
perusahaan yang paling efisien dengan memuat kebijaksanaan
operasi kerja perusahaan.
2. Menentukan kebenaran dari data keuangan yang dibuat dan
keefektifan dari prosedur intern.
3. Memberikan dan memperbaiki kerja yang tidak efisien.
4. Membuat rekomendasi perubahan yang diperlukan dalam
beberapa fase kerja.
109
Roszaini Haniffa, Auditing Islamic Financial Institutions, diakses
pada 05 Februari 2017 www.financepractitioner.com, 110
Ruchyat Kosasih, Auditing Prinsip dan Prosedur, Buku satu,
(Surabaya: Penerbit Palapa, 1985), 297 111
Holmes, Arthur W., Burns, David C., Auditing Norma dan Prosedur, Editor Marianus Sinaga, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1988), 109-
110
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 83
5. Menentukan sejauh mana perlindungan pencatatan dan
pengamanan harta kekayaan perusahaan terhadap penyele-
wengan.
6. Menentukan tingkat koordinasi dan kerja sama dari kebijak-
sanaan manajemen.
Sedangkan menurut pendapat yang lain fungsi dari auditor
internal antara lain112
:
1. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi
sendiri oleh manajemen puncak.
2. Mengidentifikasi dan meminimalkan risiko.
3. Memvalidasi laporan ke manajemen senior.
4. Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis.
5. Membantu proses pengambilan keputusan.
6. Menganalisis masa depan, bukan hanya untuk masa lalu.
7. Membantu manajer untuk mengelola perusahaan.
Pentingnya peran auditor internal maupun eksternal dalam
lembaga keuangan Syariah untuk mencari seseorang yang ahli keua-
ngan dan audit dalam menjaga kualitas laporan keuangan sejalan
dalam firman allah SWT, Qs. Al-Hujuraat (49): 6, Qs. Al-Israa (17):
35
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar
kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu”.113
112
Sawyer, Lawrence B., Mortimer A. Dittenhoffer dan James H.
Scheiner,. Sawyer’s Internal Auditing, Fifth Edition, Alih Bahasa: Desi
Adhariani, (Jakarta: Salemba Empat, 2005), 32 113
Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama, Qs. Al
Hujuraat (49): 6
84 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
“dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan tim-
banglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya”.114
Audit Syariah merupakan suatu proses yang sistematis untuk
memperoleh bukti yang cukup dan relevan untuk membentuk opini
apakah subyek yaitu personil, proses, kinerja keuangan serta non
keuangan konsisten dengan aturan Syariah dan prinsip-prinsip yang
diterima secara luas oleh masyarakat Islam dan melaporkan kepada
pengguna.115
F. Peran Auditor dalam Islam
Dalam Al Quran disampaikan bahwa seseorang harus dapat
mengukur secara adil, jangan dilebihkan dan jangan dikurangi. Kare-
na dilarang untuk menuntut besaran keadilan serta timbangan bagi
diri sendiri, sedangkan bagi orang lain kita menguranginya. Dalam
hal ini, Al Quran menyatakan dalam berbagai ayat, antara lain dalam
surah Asy-Syu'ara ayat 181-184 yang berbunyi:"Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan dan bertakwalah kepada Allah yang telah Menciptakan kamu dan umt-umat yang dahulu.”
Umer Chapra menyatakan mengenai pengukuran kekayaan,
utang, modal pendapatan, biaya, dan laba perusahaan, sehingga seo-
rang Akuntan wajib mengukur kekayaan secara benar dan adil.
Seorang Akuntan akan menyajikan sebuah laporan keuangan yang
disusun dari bukti-bukti transaksi yang terdapat dalam entitas bisnis
114
Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama, Qs. Al Israa
(17): 35 115
Zurina Shafii, Nor Aishah Mohd Ali and Nawal Kasim “Sharia
Audit In Islamic Banks: an Insight to the future shariah auditor labour mar-
ket in Malaysia Audit Syariah di Bank Syariah”, Procedia Social and Beha-vioral Science, (2014), 159
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 85
yang dijalankan oleh sebuah manajemen. Manajemen dapat melaku-
kan apa saja didalam menyajikan laporan sesuai dengan motivasi dan
kepentingannya, sehingga secara logis dikhawatirkan manajemen
akan memfokuskan pada kepentingannya. Untuk itu sangat dibutuh-
kan Akuntan Independen yang melakukan pemeriksaaan atas laporan
beserta bukti-buktinya. Metode, teknik, dan strategi pemeriksaan ini
merupakan ilmu Auditing. Dalam Islam, fungsi Auditing ini disebut
"tabayyun" sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah Al-Hujuraat
ayat 6 yang berbunyi: "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu.”
Sesuai dengan perintah Allah dalam Al Quran, kita harus
menyempurnakan pengukuran di atas dalam bentuk pos-pos yang
disajikan dalam Neraca, sebagaimana digambarkan dalam Surah Al-
Israa' ayat 35 yang berbunyi: "Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." bahwa kaidah
Akuntansi dalam konsep Syariah Islam dapat didefinisikan sebagai
kumpulan dasar-dasar hukum yang baku dan permanen, yang disim-
pulkan dari sumber-sumber Syariah Islam dan dipergunakan sebagai
aturan oleh seorang Akuntan dalam pekerjaannya, baik dalam pembu-
kuan, analisis, pengukuran, pemaparan, maupun penjelasan, dan men-
jadi pijakan dalam menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa.
Dasar hukum dalam Akuntansi Syariah bersumber dari Al
Quran, Sunah Nabwiyyah, Ijma (kesepakatan para ulama), Qiyas
(per-samaan suatu peristiwa tertentu, dan ‘Uruf (adat kebiasaan)
yang tidak bertentangan dengan Syariah Islam. Kaidah-kaidah
Akuntansi Syariah, memiliki karakteristik khusus yang membedakan
dari kaidah Akuntansi Konvensional. Kaidah-kaidah Akuntansi Sya-
riah sesuai dengan norma-norma masyarakat islami, dan termasuk
disiplin ilmu sosial yang berfungsi sebagai pelayan masyarakat pada
tempat penerapan Akuntansi tersebut.
Sistem ekonomi islam sudah mulai dipraktikkan dilapangan
dan bukan hanya menjadi bahan diskusi para ahli. Pada awalnya
sistem ini diterapkan dalam sektor perbankan, dan kemudian juga
merambat pada sektor keuangan lainnya seperti asuransi dan pasar
modal. Perkembangannya sangat pesat, saat ini tidak kurang dari 200
86 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
lembaga keuangan Islam telah beroperasi menerapkan sistem ekono-
mi islam yang terdapat diberbagai belahan dunia bukan saja dinegara
Islam tetapi juga di negara non muslim. Dengan munculnya sistem
tersebut mau tidak mau lembaga ini pasti memiliki perbedaan dengan
lembaga konvensional, karena ia dioperasikan dengan menggunakan
sistem nilai syariah yang didasarkan pada kedaulatan Tuhan bukan
kedaulatan rasio ciptaan Tuhan yang terbatas. Dengan demikian
maka sistem yang berkaitan dengan eksistensi lembaga ini juga perlu
menerapkan nilai-nilai islami jika kita ingin menerapkan nilai-nilai
Islami secara konsisten. Maka disinilah relevansi perlunya sistem
auditing Islami dalam melakukan fungsi audit terhadap lembaga yang
dijalankan secara Islami ini.
Pada awalnya organisasi ini bernama Financial Accounting
Organization Islamic Banks and Financial Institution di dirikan pada
tanggal 1 Safar 1410 H atau 26 Pebruari 1990 di Aljiria.
Prinsip Umum Audit AAOIFI;
1. Auditor lembaga keuangan Islam harus mematuhi “Kode
etik profesi akuntan” yang dikeluarkan oleh AAOIFI dan
the International Federation of Accountants yang tidak
bertentangan dengan aturan dan prinsip Islam.
2. Auditor harus melakukan auditnya menurut standar yang
dikeluarkan oleh Auditing Standar for Islamic Financial
Institutions (ASIFIs).
3. Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit
dengan kemampuan professional, hati-hati dan menyadari
segala keadaan yang mungkin ada yang menyebabkan
laporan keuangan salah saji.
Pendekatan dalam perumusan sistem ini adalah seperti yang
dikemukakan oleh Accounting and Auditing Standards for Islamic
Financial Institution (AAOIFI) yaitu:
1. Menentukan tujuan berdasarkan prinsip Islam dan ajarannya
kemudian menjadikan tujuan ini sebagai bahan
pertimbangan dengan mengaitkannya dengan pemikiran
akuntansi yang berlaku saat ini.
2. Memulai dari tujuan yang ditetapkan oleh teori akuntansi
kapitalis kemudian mengujinya menurut hukum syariah,
menerima hal-hal yang konsisten dengan hukum syariah dan
menolak hal-hal yang bertentangan dengan syariah.
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 87
G. Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Fungsinya
Salah satu perbedaan yang mendasar antara bank konvensional
dengan bank syariah adalah kewajiban adanya dewan pengawas sya-
riah (DPS) pada perbankan syariah. Sementara itu untuk bank kon-
vensional, tidak ada aturan untuk menempatkan DPS. Hal tersebut
juga berlaku bagi lembaga keuangan syariah yang seharusnya juga
memiliki DPS dan mempunyai tugas untuk memberikan opini terha-
dap tingkat kepatuhan institusi pada aturan syariah116
. Tidak terke-
cuali untuk BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah)117
, untuk
menjaga kemurnian praktik bank syariah maka perlu dibentuk Dewan
Pengawas Syariah (DPS).118
Pembentukan Dewan Pengawas Syariah sesuai dengan keten-
tuan penjelasan UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 6 huruf M yang dida-
sari pada kesadaran akan pentingnya menjaga kegiatan usaha bank
syariah agar senantiasa berjalan sesuai dengan nilai-nilai syariah.
Selain itu juga untuk dapat melakukan pengawasan yang lebih dalam
terhadap kinerja bank syariah agar sesuai dengan fatwa DSN.119
116
Alexakis Christos, Alexandros Tsikouras, “Islamic Finance: regu-
latory framework_challenges lying ahead”, International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management, Vol.2, No.2 (2009): 90-104
117 BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) adalah bank syariah
yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembaya-
ran, Undang-undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syariah 118
Menurut Antonio bahwasannya DPS memiliki tugas mengawasi
pelaksanaan operasional bank dan produk-produknya agar tidak menyim-
pang dari aturan syariah, di Indonesia DPS sudah dibentuk sejak tahun 1997
dengan rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional sebagai lembaga tertinggi
yang mengayomi dan mengawasi praktik lembaga keuangan syariah di Indo-
nesia, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendikiawan Tazkia Institute,
Bogor, (1999) 119
DSN (Dewan Syariah Nasional) adalah dewan yang dibentuk oleh
Majelis Ulama Undonesia (MUI) untuk menangani masalah-masalah yang
berhubungan dengan aktivitas lembaga keuangan syariah, pembentukan
DSN merupakan langkah efisiensi dan koordinasi para ulama dalam me-
nganggapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah ekonomi/keuangan.
DSN diharapkan dapat berfungsi untuk mendorong penerapan ajaran Islam
dalam kehidupan ekonomi dan berperan secara pro aktif dalam menanggapi
perkembangan masyarakat Indonesia yang dinamis dalam bidang ekonomi
dan keuangan.
88 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Alasan lain dari tujuan utama pembentukan dewan pengawas
syariah menurut Garas dan Pierce120
adalah:
1. Mengawasi aktivitas lembaga keuangan syariah untuk men-
jamin sepenuhnya kepatuhan Syariah, dengan mempertemu-
kan antara produk, Hemaish (2005) dan kontrak berdasar-
kan prinsip Syariah, S AL Rae (2005) namun, pengemba-
ngan produk merupakan tanggung jawab manajemen, M.
Bakr (2002), beberapa peneliti lain seperti Abu Ghudda121
,
Al Dareer (2001), Fayyad (2004), dan Hemaish (2005) ber-
argumentasi bahwasannya DPS mempunyai tanggung jawab
atas pengembangan produk dan kontrak untuk memperkaya
industry keuangan, sehingga pembentukan DPS bertujuan
untuk mereview dan mengembangkan produk dan kontrak
lembaga keuangan Syariah untuk menjamin kepatuhannya
dengan Syariah.
2. Keberadaan DPS mewakili pemegang saham dalam penelaa-
han laba yang dihasilkan pada akhir tahun untuk menjamin
legitimasinya,122
sehingga dalam laporan tahunan DPS me-
nyatakan opininya atas transaksi yang dilaksankan peru-
sahaan dan dipublikasikan dalam laporan keuangan123
.
3. Mengedukasi SDM dalam aturan dan prinsip Syariah untuk
memahami visi lembaga keuangan Syariah dan mencapai
120
Samy, Nathan Garas, Chris Pierce, “Shari’a Supervision of Islamic
Financial Institutions”, Journal of Financial Regulation and Compliance,
Vol. 18, No. 4, (2010): 386-407 121
A, Abu Ghudda, “Shari’a Supervisory Boards:establishment,
objectives, and reality”, Proceedings of the First Annual Conference of AAOIFI, Bahrain, (2001): 1-24
122 M, Al Zarrqa, “A Look towards the work of Shari’a Supervisory
Boards and their contribution to Islamic financial institutions”, Proceedings of the second annual conference of AAOIFI, Bahrain, (2002): 1-9
123 H. Hassan, “The relation between Shari’a supervisory boards and
external auditors”, proceedings of the first annual conference of AAOIFI, Bahrain, (2001): 1-70
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 89
tujuannya,124
tujuan ini dicapai dengan menanggapi per-
tanyaan manajemen, mengidentifikasi kesalahan, dan me-
ngambil tindakan perbaikan atas berbagai pelanggaran.125
Dewan Pengawas Syariah melaksanakan tugasnya dengan
mengawasi bank syariah berdasarkan sejumlah ketentuan. Ketentuan
tersebut diantaranya wajib mengikuti fatwa dari DSN dan melaksa-
nakan statusnya sebagai dewan yang ditempatkan di bank syariah
(yang keanggotaannya ditetapkan berdasarkan rekomendasi DSN)
yang bertugas mengawasi penerapan prinsip syariah dalam kegiatan
usaha bank. Selain itu, keanggotaan Dewan Pengawas Syariah juga
harus mendapat persetujuan BI.
Pedoman pengawasan maupun tatacara penyampaian laporan
hasil pengawasan telah diatur dalam Surat Edaran No. 8/19/DPBS
tanggal 24 Agustus 2006 Perihal Pedoman Pengawasan Syariah dan
Tata Cara Pelaporan Hasil Pengawasan bagi DPS. Laporan hasil pe-
ngawasan Syariah beserta kertas kerja pengawasan yang telah disu-
sun oleh DPS, sesuai dengan peraturan ini, disampaikan kepada
Direksi, Komisaris, DSN, dan juga BI.
Laporan hasil pengawasan Syariah itu sendiri, setidaknya harus
memuat beberapa hal, yaitu: (1) hasil pengawasan atas kesesuaian
kegiatan operasional bank terhadap fatwa yang dikeluarkan oleh
DSN-MUI; (2) opini syariah atas pedoman operasional dan produk
yang dikeluarkan oleh bank; (3) hasil kajian atas produk dan jasa baru
yang belum ada fatwa untuk dimintakan fatwa kepada DSN-MUI;
dan (4) opini syariah atas pelaksanaan operasional bank secara kese-
luruhan dalam laporan publikasi bank.
Pedoman tersebut telah disempurnakan dengan pedoman pelak-
sanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah diatur dalam surat edaran126
. Intinya,
124
A, Abu Ghudda, “Shari’a Supervisory Boards:establishment,
objectives, and reality”, Proceedings of the First Annual Conference of AAOIFI, Bahrain, (2001): 1-24
125 A, Al Saad, “Shari’a supervision and its impact on Islamic banks”,
Proceedings of the third International conference for Islamic Economic, Jeddah, Saudi Arabia, (2004): 1-29
126 Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/22/DPbS tanggal 27 Juni
2013, Perihal Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pe-
ngawas Syariah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
90 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
membahas apa tujuan dari pengawasan penerapan Prinsip Syariah
oleh DPS, bagaimana pelaksanaan pengawasan penerapan prinsip
Syariah oleh DPS, apakah hasil dari pengawasan penerapan prinsip
Syariah dilaporkan kepada Bank Indonesia, dokumen apa saja yang
dilaporkan, serta bagaimana bentuk laporan pengawasan penerapan
Prinsip Syariah (walaupun untuk laporan hasil masih berpedoman
pada Surat Edaran BI, No. 8/19/DPbS tanggal 24 Agustus 2006).127
Definisi Dewan Pengawas Syariah menurut Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI)128
adalah:
“A shari’a supervisory board (SSB) is an independen body of (shari’a scholars) with a (possibility of including) a member other than a shari’a scholar, who should be an expert in the field of IFIs. The SSB is entrusted with the duty of directing, reviewing, and supervising the activities of the IFI in order to ensure that they are in compliance with Islamic Shari’a”129
Selanjutnya menurut pendapat yang lain definisi dari DPS
adalah “A Shari’a Supervisory Board (SSB) guides shari’a com-pliance on behalf of the clients, the SSB is made up of distinguished Islamic legal scholars who assume responsibility for auditing shari’a compliance of a bank, including its marketing strategies, thereby functioning as a customer advocate representing the religious interest
127
Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/19/DPbS tanggal 24 Agustus
2006 Perihal Pedoman Pengawasan Syariah dan tata Cara Pelaoran Hasil
Pengawasan bagi Dewan Pengawas Syariah 128
AAOIFI adalah organisasi profesi akuntansi pertama di dunia yang
menghasilkan standar akuntansi syariah, AAOIFI bahkan juga menghasilkan
standar audit dan standar etik syariah untuk perusahaan dan institusi keua-
ngan syariah dan tujuan dari AAOIFI adalah untuk mengembangkan pemiki-
ran akuntansi dan auditing yang relevan untuk lembaga keuangan Islam,
menyebarkan pemikiran akuntansi dan auditing yang relevan untuk lembaga
keuangan Islam beserta aplikasinya melalui pelatihan, seminar, publikasi
berita secara berkala, melaksanakan dan memfasilitasi penelitian dan lain-
lain, menyajikan, menyebarluaskan, dan melakukan interpretasi atas standar
akuntansi dan auditing untuk lembaga keuangan Islam, serta merevieu dan
mengamademenkan standar akuntansi dan auditing untuk lembaga keuangan
Islam. 129
AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions), Shari’ah Standards, Desember 2015
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 91
of investors”130. Sedangkan definisi lainnya mengenai DPS adalah
lembaga independen atau hakim khusus dalam fikih muamalat. DPS
berkewajiban untuk mengarahkan, mereview, dan mengawasi akti-
vitas lembaga keuangan untuk meyakinkan bahwa lembaga keuangan
telah mematuhi aturan dan prinsip syariah Islam.131
Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat disimpul-
kan bahwa Dewan Pengawas Syariah merupakan lembaga independen
yang beranggotakan ahli fikih muamalat dan ahli dalam lembaga ke-
uangan Islam yang bertugas mengawasi aktivitas bank syariah untuk
memastikan kepatuhan akan aturan dan prinsip syariah Islam.132
DPS
dimaksudkan sebagai mekanisme kontrol untuk memonitor kinerja
bank Islam yang berkaitan dengan isu kepatuhan pada syariah. Selain
itu, DPS dapat memastikan semua kontrak, prosedur dan transaksi
yang dilakukan oleh bank Islam dengan aturan Islam, dan DPS juga
diharapkan dapat memastikan agar bank Islam menunaikan kewajiban
zakatnya133
. Hal ini sangat terkait dengan kualitas laporan keuangan
dimana dalam laporan keuangan juga terdapat laporan penggunaan
dan penyaluran dana zakat.
Pentingnya peran dewan pengawas Syariah dalam suatu lem-
baga keuangan Syariah yang terkait dengan kualitas laporan
keuangan sejalan dengan firman Allah SWT, Qs. At Taubah (9): 122,
Qs. Al Anfaal (8): 58
“tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke
medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
130
Hassan, M. Kabir dan Mervyn K. Lewis. Handbook of Islamic Banking, Cheltenham, Edwarg Elgar, (2007)
131 Harahap, Sofyan syafri, Auditing dalam Perspektif Islam, (Jakarta:
Pustaka Quantum, (2008), 207 132
Rini, “The Effect of Implementation of Audit Committee, Role
Sharia Supervisory board, role and internal control over financial reporting
effectiveness on financial reporting quality”, Disertasi, UnPad, Bandung,
(2012: 40) 133
Briston, R, & El-Ashker, A, Religious audit, Could it happen here,
Accountiancy, (1986)
92 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya” 134
“dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari
suatu golongan, Maka kembalikanlah Perjanjian itu kepada mereka
dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berkhianat.” 135
\
Pentingnya peran pihak yang ahli agama dan keuangan dalam
mewujudkan laporan keuangan yang berkualitas bagi lembaga keua-
ngan Syariah (dalam hal ini diwakili oleh Dewan Pengawas Syariah)
dapat terlihat dalam hadist Rasulullah SAW yang berbunyi sebagai
berikut,
Abu Hurairah, RA, berkata, “Ketika Rasulullah SAW, di suatu
majelis sedang berbicara dengan suatu kaum, datanglah seorang kam-
pung dan berkata, “kapankah kiamat itu?” Rasulullah terus berbicara,
lalu sebagian kaum berkata, Beliau mendengar apa yang dikatakan
olehnya, namun beliau benci apa yang dikatakannya itu, dan sebagian
dari mereka berkata, Beliau tidak mendengarnya, sehingga, ketika
beliau selesai berbicara, maka beliau bersabda, Dimanakah gerangan
orang yang bertanya tentang kiamat? Ia berkata, inilah saya, wahai
Rasulullah, Beliau bersabda, Apabila amanat itu telah di sia-siakan,
maka nantikannlah kiamat, Ia berkata, Bagaimana menyianyiakan-
nya? Rasulullah besabda, Apabila perkara (urusan) diserahkan (pada
satu riwayat disebutkan dengan: disandarkan) kepada selain ahlinya,
maka nantikanlah kiamat. (HR. Bukhari)136
Abu Moamer menyatakan bahwasannya DPS dapat memasti-
kan agar aktivitas bank Islam dilakukan dalam batas-batas syariah,
134
Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama, Qs. At Taubah
(9): 122 135
Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama, Qs. Al Anfaal
(8): 58 136
M.Nashiruddin Al Abani, Ringkasan Shahih Bukhari, (Jakarta:
Gema Insani Press, (2003), 46
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 93
dan memastikan bahwa bank Islam bebas dari transaksi yang me-
ngandung bunga, perjudian, spekulasi, dan melakukan perdagangan
produk yang diharamkan. Selanjutnya, DPS juga dapat mendesak
manajemen bank Islam untuk mengungkapkan penerimaan dari setiap
transaksi yang melanggar hukum Islam, juga harus melakukan audit
terhadap dana zakat bank Islam guna memastikan penghitungan yang
benar dan distribusi zakat yang adil ke delapan kelompok yang ber-
hak menerima zakat seperti yang telah disebutkan dalam Al quran.137
Abdallah berpendapat bahwa DPS bertanggung jawab untuk
melakukan audit ex ante dan ex post untuk memverifikasi sejauhma-
na operasional bank Islam telah sesuai dengan prinsip syariah. Selain
itu, DPS juga harus melakukan empat pemeriksaan laporan keuangan
bank Islam. Pertama mengenai formulasi alokasi profit secara adil,
kedua menginformasikan bahwa semua penerimaan bank Islam bera-
sal dari transaksi yang sah sesuai hukum Islam, ketiga memastikan
agar dana zakat dihitung dengan benar, dilaporkan secara transparan
dan didistribusikan secara merata kepada penerima zakat, keempat
bertanggung jawab dalam menyatakan opini apakah bank Islam telah
menjalankan peran sosialnya dalam masyarkat atau belum.138
Dalam hal ini Nasim menyatakan bahwa DPS memiliki dua
peran, yaitu kewajiban dan fungsi. Yang termasuk dalam kewajiban
adalah menghadiri rapat rutin DPS, melakukan review secara berkala
atas pemenuhan prinsip syariah terhadap produk BPRS, memberikan
nasihat dan saran terhadap direksi BPRS, dan melaporkan hasil kerja-
nya secara berkala kepada BI. Sedangkan fungsi dari DSN adalah
untuk mengawasi pelaksanaan fatwa DSN di LKS serta mengusulkan
fatwa kepada DSN.139
Dalam hal operasional, kegiatannya serta pro-
ses laporan keuangan yang sesuai dengan konsep perbankan syariah
137
Laely Dwi Arsyianti, “The Role of Shariah Supervisory Board in
Islamic Financial Industry (Case Study: Iran, Malaysia, And Indonesia)”,
Jurnal Ekonomi Islam Al Infaq, Volume.1 No.1 september (2010): 61-79 138
Abdallah, Abdallah, A. A, The Role of Shariah Supervisory Board in Setting Accounting Policies in Islamic Banks. Development of an accoun-ting system for Islamic banks. Selected readings, Chapter 10, (London: Insti-
tute of Islamic Bank and Insurance, London, 1999), 129-142 139
Nasim, Arim, “Pengaruh Pemahaman Manajer tentang SAK Sya-
ri’ah, peran DPS dan kualitas laporan keuangan terhadap loyalitas nasabah
(Studi pada BPRS di Jawa Barat, Banten dan Yogyakarta)”, Disertasi, UnPad, Bandung 2010
94 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
serta standar akuntansi yang berlaku umum, maka dalam hal ini
dewan pengawas syariah memiliki peran yang utama dalam pengen-
dalian aspek syariah.140
Fungsi dan Tugas DPS
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia juga dinyatakan bahwa-
sannya Dewan Pengawas Syariah adalah dewan yang melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan
usaha BPRS141
. Tentang Pedoman Pengawasan Syariah dan Tata Cara
Pelaporan Hasil Pengawasan bagi Dewan Pengawas Syariah dapat
dibaca dalam lampiran Surat Edaran No. 15/22/DPbS tahun 2006 142
.
Sedangkan untuk Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab
Dewan Pengawas Syariah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dapat
dibaca pada Surat Edaran No. 15/22/DPbS. Pada dasarnya pedoman
tersebut menjelaskan mengenai beberapa hal, antara lain143
:
1. Ketentuan Umum
a. Dewan Pengawas Syariah yang selanjutnya disebut DPS
adalah dewan yang bertugas memberikan nasihat dan
saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sesuai dengan
prinsip Syariah.
b. Penerapan prinsip syariah memiliki resiko reputasi,
resiko kepatuhan dan resiko hukum bagi BPRS, sehingga
DPS harus memastikan agar kegiatan usaha BPRS sesuai
dengan prinsip syariah dan Fatwa DSN-MUI.
140
Minarni, “Konsep pengawasan, kerangka audit syariah, dan tata
kelola lembaga keuangan syariah”, Jurnal Ekonomi Islam, La Riba, Vol. VII,
No. 1, Juli (2013): 29-40 141
Peraturan Bank Indonesia, No. 7/47/PBI/2005 Tentang Transpa-
ransi Kondisi Keuangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, Pasal 1, No. 9 142
Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/19/DPbS Pedoman Pengawa-
san Syariah dan Tata Cara Pelaporan Hasil Pengawasan bagi Dewan Penga-
was Syariah dan lampiran. Www.bi.go.id 143
Surat Edaran No. 15/22/DPbS, Tentang Pedoman Pelaksanaan
Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawaas Syariah Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah, Tahun 2013, Www.bi.go.id
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 95
2. Pengawasan penerapan prinsip syariah
Pengawasan penerapan prinsip syariah yang dilakukan oleh
DPS adalah untuk memastikan kepatuhan penerapan prinsip syariah
dalam kegiatan usaha BPRS yang mencakup pengawasan terhadap
produk dan aktivitas baru BPRS dan pengawasan terhadap kegiatan
penghimpunan dana, dan pembiayaan dalam kegiatan jasa BPRS
lainnya.
3. Laporan hasil pengawasan penerapan prinsip syariah BPRS
menyampaikan laporan hasil pengawasan penerapan prinsip
syariah yang disusun oleh DPS secara semesteran kepada
Bank Indonesia untuk posisi akhir bulan Juni dan Desember.
Fungsi Dewan Pengawas Syariah lainnya menurut beberapa
pendapat yang dirangkum oleh Garas dan Pierce antara lain:
1. Menyatakan dua fungsi, yaitu pemandu dan pengendalian
(guilding and controlling) fungsi guiding yang meliputi per-
baikan atas kebijakan, kontrak, dan perjanjian serta pelati-
han manajemen dalam penerapan aturan syariah, fungsi
controlling meliputi penelahaan yang lengkap atas transaksi
untuk menjamin kepatuhan terhadap fatwa dan keputu-
san.144
2. Mengklasifikasikan fungsinya menjadi fungsi utama yang
mencakup implementasi shariah atas transaksi dan fungsi
pendukung yang meliputi semua hubungan antara DPS dan
organ governance yang lain.145
3. Membagi fungsi DPS menjadi fungsi internal dan eksternal.
Fungsi internal meliputi mengeluarkan fatwa, mengontrol
aktivitas LKS untuk menjamin implementasi yang tepat
dari fatwa yang dikeluarkan, dan membantu LKS mencapai
144
H. Hassan, “The relation between Shari’a supervisory boards and
external auditors”, Proceedings of the first annual conference of AAOIFI, Bahrain, (2001): 1-70
145 Nashmi Al, A, “Improving the Sharia Supervisory Boards identity
and practices to fulfill the needs of Islamic financial institutions”, Procee-dings of the Second Annual Conference of AAOIFI, Bahrain, (2002): 1-41
96 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
tujuannya. Sedangkan fungsi eksternal meliputi menjamin
kepatuhan syariah semua transaksi.146
4. Mengelompokan fungsi DPS dalam moral, praktis, konsul-
tatif, administratif, dan kontrol fungsi moral yang menca-
kup peningkatan kepercayaan klien dalam aktivitas LKS.
Fungsi moral mencakup peningkatan kepercayaan klien
dalam aktivitas LKS; fungsi praktis meliputi pengeluaran
fatwa; fungsi konsultatif mencakup bimbingan DPS pada
manajemen dan pegawai; fungsi administrative meliputi
keberadaan DPS dalam rapat direksi untuk mendiskusikan
masalah syariah dan penyajian laporan tahunan syariah
untuk menampilkan opininya; dan fungsi kontrol meliputi
audit syariah atas transaksi yang telah dilaksanakan dan
perbaikan atas pelanggaran.147
5. Membagi fungsi dalam fungsi akademis dan fungsi ekse-
kutif. Fungsi akademis meliputi pengayaan jurisprudensi
Islam melalui riset yang dikerjakan secara internal melalui
review aktivitas LKS pada aturan syariah dan regulasi.
Fungsi ini juga mencakup pegawai dalam hukum Islam dan
menyiapkan mereka untuk menjawab pertanyaan nasabah.
Fungsi eksekutif ini meliputi proses preventive, remedial and complementary control. Preventive control meliputi
review komprehensif atas kebijakan, artikel asosiasi, pro-
duk, dan kontrak sebelum dikeluarkan ke publik untuk men-
jamin kepatuhan dengan Syariah, remedial control meliputi
audit selama pelaksanaan kontrak dan proyek investasi
untuk memastikan implementasi fatwa secara benar, com-plementary control mencakup review komprehensif atas
semua transaksi yang berhubungan dengan auditor internal
syariah.148
146
M, Al Zarrqa, “A Look towards the work of Shari’a Supervisory
Boards and their contribution to Islamic financial institutions”, Proceedings of the second annual conference of AAOIFI, Bahrain, (2002): 1-9
147 A, Fayyad, “Shari’a supervision and current challenges to Islamic
Banks”, Proceedings of the Third International Conference for Islamic Eco-nomic, Jeddah, Saudi Arabia, (2004): 1-46
148 N. Hammad, “Sharia and legal responsibilities of sharia super-
visory board members”, Proceedings of the second annual conference of AAOIFI, Bahrain, (2002): 1-15
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 97
Sedangkan Garas dan Pierce149
mengelompokan fungsi DPS dalam
dua hal yaitu:
1. Fungsi pengawasan (supervisory), meliputi:
a. Mengeluarkan fatwa dan keputusan sebelum eksekusi
transaksi;
b. Menyetujui produk, kontrak dan jasa baru;
c. Memeriksa prosedur implementasi produk baru yang
bekerjasama dengan auditor internal syariah;
d. Memeriksa laporan keuangan akhir tahun;
e. Menyetujui distribusi laba bersih di antara pemegang
saham dan pemilik investasi.
2. Fungsi konsultasi (consulting), meliputi:
a. Menemukan solusi kepatuhan syariah selama implemen-
tasi kontrak;
b. Menjelaskan cara menghitung kewajiban zakat;
c. Membimbing manajemen dalam mengalokasikan pendapa-
tan non halal untuk keperluan amal;
d. Mengadakan workshop & perkuliahan untuk manajemen
dan nasabah.
149
A, Fayyad, “Shari’a supervision and current challenges to Islamic
Banks”, Proceedings of the Third International Conference for Islamic Eco-nomic, Jeddah, Saudi Arabia, (2004): 1-46
98 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Gambar 2.4
Skema Kerangka Pemikiran
Pendekatan
Kualitatif
Pendekatan
Kuantitatif
Sumber data diperoleh
melalui studi lapangan,
wawancara mendalam,
dokumentasi, dengan
pendekatan Fenomenologi
yang mengkaitkan dengan
standar akuntansi keuangan
syariah beserta aturan yang
berlaku
Sumber data diperoleh
melalui kuesioner yang akan
diberikan kepada responden
yang terdiri dari low
manajemen, middle
manajemen sampai top
manajemen
Hasil wawancara, pengamatan
dan dokumentasi di analisis
serta di interprestasikan
Model kerangka pemikiran
Peran DPS
(X3)
Peran
Auditor
internal (X1)
Peran Auditor
eksternal (X2)
Pemaha
manan
SAK
Syariah
(Var
Moderasi
)
Kualitas
laporan
keuangan
(Y)
Lakukan
pengujian
KESIMPULAN
Kualitas Laporan Keuangan dalam Perspektif Akuntansi Syariah
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 99
BAB III
GAMBARAN UMUM DAN KONDISI
LAPORAN KEUANGAN BPRS
DI INDONESIA
BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) yang dijadikan
objek dalam disertasi ini terdiri dari 26 BPRS, 11 BPRS memiliki
aset diatas Rp. 100 Miliar dan 15 BPRS memiliki aset antara RP. 50
Miliar – Rp. 100 Miliar berdasarkan versi majalah Infobank 2016, dan
BPRS tersebut tersebar di Indonesia antara lain di Jawa Barat, Jawa
Timur, Jawa Tengah, Jabodetabek, Lampung, Sulawesi, dan juga
Nusa Tenggara, dari penyebaran wilayah tersebut telah mewakili
wilayah Indonesia.
BPRS memliki kewajiban untuk menyajikan Laporan Keua-
ngannya yang merujuk pada 3 (tiga) aturan, yaitu ETAP (Entitas
Tanpa Akuntan Publik), PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Sya-
riah Indonesia) Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah1 dan SAK
(Standar Akuntansi Keuangan Syariah)
Berdasarkan peraturan yang terkait2 dengan laporan keuangan
bahwa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah memiliki kewajiban untuk
1 Selain mengacu kepada Standar Akuntansi keuangan Syariah dalam
proses laporan keuangannya, BPRS juga mengacu kepada Pedoman Akun-
tansi Perbankan Syariah yang merupakan standar akuntansi keuangan yang
relevan bagi BPRS agar penyusunan laporan keuangan memiliki kualitas
yang relevan, komprehensif, andal dan dapat diperbandingkan, Salinan Surat
Edaran Jasa Keuangan No. 9/SEOJK.03/2015, Tentang Pedoman Akuntansi
Perbankan Syariah Indonesia Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Lem-
baga keuangan syariah termasuk BPRS memiliki dua produk yaitu peng-
himpunan dana dan penyaluran dana, dimana kedua hal tersebut sangat ber-
kaitan dengan kualitas laporan keuangan, penghimpunan dana masyarakat
dalam bentuk giro, tabungan dan deposito, dengan menggunakan prinsip
wadi’ah dan Mudharabah, Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, edisi ketiga, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), 107
2 Ramlan Ginting, dkk, Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likui-
ditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank, (Jakarta: Pusat Riset
dan Edukasi Bank Sentral (PRES), 2013), Pasal 7, 7/47/PBI/2005/ayat 1
100 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
memberikan laporan keuangan baik secara bulanan, triwulan, semes-
ter ataupun tahunan ke Bank Indonesia maupun OJK (Otoritas Jasa
Keuangan). Dalam akuntansi Syariah hal ini merupakan pertang-
gungjawaban pihak lembaga keuangan Syariah (BPRS) terhadap para
pemangku kepentingan terutama kepada Allah SWT, hal ini sejalan
dalam Q.s Al Muddatssir (74): 38
“Tiap tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diper-
buatnya”
Maka dari ayat tersebut terlihat jelas bahwa setiap perbuatan
individu dari sisi ini adalah akuntan dan auditor yang menjalankan
profesinya dalam BPRS yang dilakukan pada waktu, tempat dan kon-
disi tertentu yang bisa meninggalkan bekas maupun pengaruh pada
orang lain, atas apa yang telah mereka sajikan dalam bentuk laporan
keuangan dan laporan audit, oleh sebab itu tanggung jawab seorang
akuntan maupun auditor sangat terlihat jelas dari awal proses tran-
saksi yang terjadi didalam BPRS dimana seorang akuntan bertang-
gunjawab atas laporan keuangan yang disajikan sedangkan seorang
auditor bertanggung jawab atas laporan keuangan yang telah diperik-
sa, karena laporan keuangan yang di sajikan oleh pihak akuntan mau-
pun auditor menjadi tanggung jawabnya.
A. Kondisi Laporan Keuangan BPRS dalam Website
Berdasarkan peraturan baik dari Bank Indonesia, SOJK, Stan-
dar akuntansi keuangan Syariah mengenai kewajiban BPRS dalam
penyampaian laporan keuangan, dalam hal ini kondisi laporan keua-
ngan BPRS di lihat dari website masing-masing BPRS yang dijadikan
sebagai sampel dalam penelitian ini.
Berikut adalah BPRS yang dijadikan objek dalam penelitian ini
antara lain:
BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) yang memiliki aset
diatas Rp. 100 Miliyar berdasarkan majalah Info\Bank:
mengenai BPRS wajib mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi secara
triwulanan untuk pelaporan akhir bulan Maret, Juni, September dan Desem-
ber sesuai dengan bentuk dan tatacara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 101
Tabel 3.1
BPRS dengan Aset di atas Rp. 100 Miliar
Nama BPRS
Wilayah
Jumlah
Aset pada
tahun 2015
Harta Insan Karimah (PT) Jawa Barat – Cibitung 135.683
Bhakti Sumekar (PT) Jawa Timur – Sumenep 523.195
Amanah Ummah (PT) Jawa Barat – Bogor 178.387
Harta Insan Karimah (PT) Bekasi 185.165
Dinar Ashri (PT) Mataram – NTB 158.817
Suriyah (PT) Cilacap – Jawa Tengah 104.945
Artha Madani (PT) Bekasi 149.277
Al Ma’Some Syariah (PT) Jawa Barat – Bandung 127.134
Bhaktimakmur Indah (PT) Jawa Timur – Sidoarjo 149.483
Harta Insan Karimah
Parahiyangan (PT) Jawa Barat – Bandung 616.164
Harta Insan Karimah
Tangerang (PT) Banten 473.747
Berikut adalah nama – nama BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah) yang memiliki Aset antara Rp. 50 M – Rp. 100 M:
Tabel 3.2
BPRS dengan Aset Rp. 50 Milyar – Rp. 100 Milyar
BPRS
Wilayah
Jumlah
Aset pada
tahun 2015
Baiturridha Pusaka (PT) Jawa Barat – Bandung 72.643
Kotabumi (PT) Lampung – Lampung
Utara 96.019
Bandar Lampung (PT) Lampung _- Bandar
Lampung 61.225
Dana Moneter (PT) SulSel – Makasar 60.474
Amanah Insani (PT) Bekasi 78.450
Sukowati Sragen (PT) Jawa Tengah – Sragen 99.422
Berkah Ramadhan (PT) Banten – Tangerang 60.053
Barokah Dana Sejahtera (PT) DIY – Yogyakarta 63.376
Artha Surya Barokah (PT) Jawa Tengah – 55.739
102 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Semarang
Patriot Bekasi (PT) Bekasi 67.072
Lantabur Tebuireng (PT) Jawa Timur – Jombang 84.052
Buana Mitra Perwira (PT) Jawa Tengah –
Purbalingga 82.688
Bakti Artha Sejahtera
Sampang (PT)
Jawa Timur –
Sampang 77.829
Bangun Drajat Warga (PT) Jawa Tengah – Bantul 71.674
Metro Madani (PT) Lampung – Metro 95.917
Selanjutnya gambaran informasi laporan keuangan BPRS yang
disajikan oleh BPRS, pada umumnya suatu entitas bisnis baik kon-
vensional maupun Syariah harus menyajikan minimum dua periode
dari setiap laporan keuangan yang di syaratkan dengan catatan atas
laporan keuangan yang terkait, hal tersebut di nyatakan dalam para-
graph 3.143, sedangkan menurut aturan lainnya menjelaskan bahwa
laporan keuangan entitas bisnis wajib disajikan secara tahunan ber-
dasarkan tahun takwim4
Berikut adalah gambaran umum mengenai informasi laporan
keuangan BPRS dari Maret 2011 sampai dengan September 2017,
berdasarkan sampel dalam penelitian ini yang dijadikan objek peneli-
tian berjumlah 26 BPRS:
3 IAI, Ikatan Akuntan Indonesia, SAK ETAP (Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik), (Jakarta: IAI, 2015), 13 4 OJK, IAI, PAPSI, (Pedoman Akuntansi PerbankanSyariah di Indo-
nesia Bagi BPRS), (Jakarta: IAI 2016), 14
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 103
Gambar 3.1
BPRS yang memiliki Website
Berdasarkan Gambar 3.1 BPRS yang memiliki website seba-
nyak 21 BPRS (81%), sedangkan sebanyak 5 BPRS (19%) tidak
memiliki website, BPRS yang tidak memiliki website dapat dipas-
tikan tidak menyajikan (menginformasikan) laporan keuangannya
dalam website, sedangkan BPRS yang memiliki website dan menya-
jikan (menginformasikan) laporan keuangannya, namun terdapat
laporan keuangan yang tidak lengkap atau sesuai dengan aturan yang
berlaku, akan tetapi mereka memiliki laporan tahunan dalam bentuk
hard copy, alasan yang mereka sampaikan mengenai tidak terdapat-
nya website, karena website yang mereka kelola sedang dalam perbai-
kan, dan sumber daya manusia yang dimiliki masih kurang mema-
hami teknologi informasi berupa website, sehingga mereka tidak
(belum) memiliki website.
104 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Gambar 3.2
Laporan Keuangan BPRS dalam Website
Berdasarkan Gambar 3.2 diatas, BPRS yang memiliki laporan
keuangan dalam websitenya sebanyak 17 BPRS (65%) dan sebanyak
9 BPRS (35%) tidak memiliki laporan keuangan dalam websitenya,
walaupun terdapat folder laporan keuangan dalam websitenya, namun
laporan keuangan yang disajikan (diinformasikan) tersebut belum di
update dengan baik.
Hal ini menandakan bahwa lembaga keuangan syariah khusus-
nya yang dijadikan objek penelitian ini kurang perhatian terhadap inf-
ormasi yang seharusnya dapat disampaikan melalui website yang di-
milikinya, akan tetapi mereka mempunyai kewajiban untuk mengin-
formasikan laporan keuangannya ke Bank Indonesia, saat ini internet
merupakan salah satu media yang paling cepat dan mudah dalam
memberikan informasi apapun tidak terkecuali laporan keuangan
yang menjadi tanggung jawab suatu entitas bisnis.
Menurut peraturan Bank Indonesia No.15/3/DKBU/2013/ Ten-
tang Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat5
5 Didalam peraturan tersebut pasal 9 dicantumkan tatacara pengumu-
man laporan keuangan publikasi bagi BPR dengan total asset Rp. 10 miliar
ke atas untuk posisi laporan keuangan publikasi bulan Desember yaitu de-
ngan cara mengumumkan dalam surat kabar harian lokal dan menempel-
kannya pada papan pengumuman atau media lainnya yang mudah dibaca
oleh publik, berdasarkan pasal tersebut dalam hal mengumumkan laporan
keuangan publikasi dengan menempelkan pada papan pengumuman atau
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 105
Gambar 3.3
BPRS Submitt Laporan Keuangan
Berdasarkan Gambar 3.3 BPRS yang di jadikan objek pene-
litian ini sebanyak 26 BPRS telah mensubmitt laporan keuangannya
untuk periode Juni 2017 ke dalam website Bank Indonesia, data ter-
akhir yang di ambil yaitu periode Juni 2017 untuk melihat konsis-
tensi BPRS dalam mensubmitt laporan keuangannya ke website BI,
ternyata semua BPRS yang dijadikan sampel telah melakukan sub-
mitt laporan keuangan ke Bank Indonesia.
Sesuai dengan komponen yang terdapat di Tabel 3.3, walaupun
terdapat komponen yang kosong (tidak terdapat saldo) seperti halnya
laporan sumber dan penggunaan dana ZIS (Zakat, Infak dan Sede-
kah), berdasarkan informasi yang disampaikan oleh pihak BPRS
bahwa tidak terdapatnya laporan sumber dan penggunaan dana ZIS,
dikarenakan BPRS memang tidak mengelola ZIS dalam kegiatan
operasionalnya sehari-hari, dana ZIS yang mereka peroleh dari nasa-
media lainnya yang mudah dibaca oleh publik maka laporan keuangan publi-
kasi wajib ditempelkan di seluruh kantor dan terus menerus ditempelkan
sampai dengan jangka waktu pelaporan berikutnya, dan jika tidak mengu-
mumkan laporan keuangan publikasi sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat sebelumnya dinyatakan belum mengumumkan laporan
keuangan publikasi, peraturan ini mulai berlaku sejak laporan keuangan
publikasi posisi akhir bulan September 2013 dan laporan tahunan posisi
akhir tahun 2013, dan hal ini dapat diberlakukan pada penelitian ini, karena
tahun laporan keuangan yang di jadikan bahan penelitian ini laporan keua-
ngan tahun 2015.
106 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
bah maupun karyawan langsung di salurkan beberapa lembaga ZIS
yang telah ditentukan oleh BPRS.
Walaupun dalam unsur laporan keuangan terdapat komponen
laporan keuangan sumber dan penggunaan dan ZIS, yang seharusnya
mereka laporkan (informasi) apalagi jika mereka menerima ZIS dari
nasabah maupun karyawan, karena dalam komponen laporan sumber
dan penggunaan dana ZIS tersebut terdapat akun (Account), sumber
zakat, infak, sedekah dan juga terdapat akun penggunaan atau kepada
siapa (lembaga) yang mana dana ZIS tersebut di salurkan
Tabel 3.3
Perbedaan Laporan Keuangan BPR dan BPRS
Laporan Keuangan BPR Laporan Keuangan BPRS
Neraca Neraca
Laba / Rugi Laba / Rugi
Komitmen dan Kontijensi Komitmen dan Kontijensi
Informasi Lain KAP dan Informasi lain
Sumber dan Penggunaan
dana ZIS
Sumber dan Penggunaan
qordul hasan
Distribusi bagi hasil
Perubahan dana Investasi
Terikat
Sumber: diolah dari website Bank Indonesia
Untuk melihat konsistensi BPRS yang merupakan sampel
dalam penelitian ini pada laporan keuangan periode 2011 – 2017
dalam karakteristik kualitas laporan keuangan adalah dapat diban-
dingkan6, maka BPRS yang melakukan submitt laporan keuangannya
6 Dapat dibandingkan maksudnya adalah bahwa pengguna harus
dapat memperbandingkan laporan keuangan entitas Syariah antar periode
untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan,
pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar enti-
tas Syariah untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan secara relative, implikasi penting dari karakteristik kualita-
tif dapat diperbandingkan adalah bahwa pengguna harus mendapat informasi
tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 107
secara konsisten, merupakan laporan keuangan BPRS yang termasuk
salah satu bagian dari karakteristik kualitas laporan keuangan yaitu
dapat dibandingkan.
Tabel 3.4
Laporan Keuangan yang di Submitt ke BI periode tahun 2011 - 2013
Dapat dilihat pada Tabel 3.4 bahwa laporan keuangan yang
disampaikan atau di submitt ke dalam website Bank Indonesia
berdasarkan aturan yang ada dibagi menjadi 4 termin yaitu, bulan
Maret, Juni, September dan Desember, namun masih ada BPRS yang
tidak mensubmitt laporan keuangannya berdasarkan aturan tersebut
dengan alasan yang mereka sampaikan bahwa waktu untuk mensub-
mitt laporan keuangan telah lewat periodenya.
Pada tahun 2011 sampai dengan 2013, BPRS yang melaporkan
atau mensubmitt laporan keuangannya mengalami perubahan yang
keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut, me-
mungkinkan pengguna untuk dapat mengidentifikasi perbedaan kebijakan
akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang sama
dalam sebuah entitas Syariah dari satu period eke periode dan dalam entitaas
Syariah yang berbeda, kebutuhan terhadap daya banding jangan dikacaukan
dengan keseragaman semata-mata dan tidak seharusnya menjadi hambatan
dalam memperkenalkan standard akuntansi keuangan Syariah yang lebih
baik, dan pengguna dapat membandingkan posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan antar periode, maka entitas Syariah perlu menya-
jikan informasi periode sebelumnya dalam laporan keuangan, IAI, Standar Akuntansi Keuangan Syariah, (Jakarta: IAI, 2017), 60 -63
108 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
cukup signifikan, pada awal Maret 2011 terdapat 3 BPRS yang men-
submitt laporan keuangannya, namun pada Maret 2013 BPRS yang
mensubmitt laporan keuangannya sebanyak 24 BPRS hal ini me-
nunjukan bahwa BPRS bertanggung jawab baik terhadap stakeholder maupun masyarakat, khususnya nasabah pendanaan maupun pem-
biayaan dari BPRS tersebut.
Tabel 3.5
Laporan Keuangan yang di Submitt ke BI periode tahun 2014 – 2017
Dalam Tabel 3.5, dapat dilihat untuk periode Maret 2014
sampai dengan Juni 2017 terdapat perubahan yang sangat signifikan
di bandingkan 3 tahun sebelumnya, hal ini disebabkan adanya aturan
dari otoritas jasa keuangan7 agar lembaga keuangan Syariah termasuk
juga dengan BPRS wajib mensubmit laporan keuangannya untuk
periode Maret, Juni, September dan Desember, sehingga menjadi
kewajaran terdapat BPRS yang mendapatkan predikat “Sangat
Bagus” dari majalah Infobank karena dilihat dari aset yang dimiliki
serta tanggung jawab dan konsistensinya dalam mensubmitt laporan
keuangannya.
7Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 48/POJK.03/2017 Tentang
Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat, Bab III Laporan
Keuangan Publikasi Pasal 8 ayat 1 yang menyatakan BPR wajib mengu-
mumkan laporan keuangan publikasi triwulanan untuk posisi akhir bulan
Maret, bulan Juni, bulan September, dan bulan Desember sesuai dengan ben-
tuk dan tata cara yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan ayat 2
laporan keuangan publikasi untuk posisi bulan Desember disusun berdasar-
kan laporan keuangan tahunan
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 109
Selanjutnya hasil penelitian lapangan dari 11 BPRS yang
memiliki aset diatas Rp. 100 Miliar peneliti dapat berkesempatan me-
wawancarai 7 (tujuh) orang auditor internal dari 11 BPRS tersebut,
dengan hasil yang beraneka ragam mengenai peran mereka sebagai
auditor internal di BPRS, sedangkan untuk auditor eksternal peneliti
berkesempatan mewawancari 2 (dua) orang auditor eksternal, dan
untuk DPS (Dewan Pengawas Syariah) berkesempatan mewawancari
3(tiga) orang DPS, bahkan dari BPRS tersebut peneliti berkesem-
patan mewawancarai 3 (tiga) direktur utama walaupun bukan men-
jadi bagian dalam variabel yang akan di teliti namun dapat menjadi
bagian dari isi penelitian ini, yang dapat berkontribusi dalam analisis.
B. Fraud dalam BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah)
Fraud8 merupakan kecurangan atau penipuan yang dilakukan
dengan sengaja untuk memperoleh keuntungan bagi diri sendiri mau-
pun kelompok yang dapat merugikan banyak pihak, dari hasil wawan-
cara didapatkan hasil bahwa fraud bisa lebih banyak terjadi di BPRS,
karena Fraud dalam BPRS tidak seperti halnya di Bank Umum yang
mesti disampaikan ke OJK, sedangkan Fraud yang terjadi di BPRS
hingga dibubarkannya suatu BPRS hal tersebut disebabkan karena
fraud yang dilakukan oleh pengurus ataupun direksi dalam BPRS
tersebut.
Kenyataannya dalam BPRS fraud tersebut dapat terjadi dan
bahkan sering terjadi walaupun dimulai dalam nominal yang kecil,
hingga besar, akan tetapi hal tersebut tidak berdampak signifikan ter-
hadap kualitas laporan keuangan karena segera dapat ditangani oleh
pihak internal, namun demikian fraud tersebut dapat berdampak ter-
hadap kualitas laporan keuangan, hal tersebut bisa terjadi, seperti
halnya, yang dapat terjadi disaat laporan keuangan akan di publish
8 Fraud adalah tindakan kecurangan atau fraud merupakan istilah
umum, dan mencakup segala bentuk kecerdikan manusia dalam hal peranca-
ngan, yang dipaksakan oleh satu individu, untuk mendapatkan keuntungan
lebih melalui pernyataan palsu, tidak ada aturan yang pasti serta tidak ada
yang bisa ditetapkan sebagai usulan umum dalam mendefinisikan fraud,
karena mencakup hal-hal yang mengejutkan, penipuan, kelicikan atau kecer-
dikan, serta cara-cara yang tidak adil, satu-satunya batas yang mampu men-
definisikan fraud adalah hal-hal yang dapat membatasi ketidakjujuran manu-
sia, Albrect, W. Steve, et.al Fraud examination, 4th edition, e book, USA:
South Western Cengange, Learning, (USA: 2012), 6
110 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
namun ada beberapa nasabah yang belum menyelesaikan angsurannya
baik untuk pembiayaan murabahah ataupun musyarakah dan ijarah,
maka untuk menutupi hal itu, yang mereka lakukan adalah dengan
mengambil dana yang ada di zakat, infak dan sedekah untuk menu-
tupi nasabah yang belum melakukan pembayaran cicilan, hal ini jelas
dapat dikategorikan sebagai fraud karena entitas bisnis ingin laporan
keuangan yang mereka publish memiliki aset yang baik serta
collectibilitas nasabah yang baik pula”.9
Bahkan “fraud dapat dikatakan semakin canggih, dari sisi kua-
litas maupun kuantitasnya dan makin pintar, seperti contoh berikut
mengenai fraud tetapi bukan di BPRS kami, ada seorang akuntan
yang menggunakan uang kantor untuk keperluan pribadinya dengan
cara meng offside transaksi pembayaran pajak, karena pajak itu tidak
langsung dibukukan tapi dimasukan kedalam penghasilan pajak dan
ke kas jadi seolah-olah membayar pajak, namun saat pemeriksaan
oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) baru terdeteksi bahwa ada beban
rupa-rupa yang jumlahnya besar dan berulang-ulang, sehingga terde-
teksi adanya fraud disini terlihat bahwa auditor internal maupun
eksternalnya tidak canggih, karena tidak dapat mendeteksi hal
tersebut”10
Selanjutnya perbedaan fraud yang terjadi antar bank umum
dengan BPR konvensional maupun BPRS sangatlah berbeda, dimana
berdasarkan “pengalaman saya sebagai auditor di bank umum bahwa-
sannya fraud harus dilaporkan sebulan sekali ke OJK sedangkan
BPRS tidak ada sama sekali, hal itu disebabkan karena memang regu-
latornya tidak mengatur untuk melaporkan fraud seperti halnya bank
umum, dan secara prudentiality BPRS itu tidak dipandang oleh OJK,
sehingga kami BPRS tidak perlu melaporkan sebanyak apapun kasus-
nya kami tidak pernah melihat di OJK, kecuali OJK minta, sehingga
terlihat perbedaan dengan bank umum, dan berapa jumlah nominal di
atur dalam SOP untuk batasan fraud serta dalam PBI, sedangkan di
9 Hasil wawancara dengan auditor internal, Pada Hari Selasa, tanggal
05 september 2017, Jam.09.00 10
Hasil wawancara dengan direktur utama, Pada Hari Kamis, 07
September 2017, Jam 10.00
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 111
BPRS hal tersebut tidak ada”, dan fraud yang terjadidapat berdampak
dan juga tidak berdampak dalam laporan keuangan.11
Fraud merupakan kecurangan, dan biasanya terkait dengan
keuangan, walaupun hanya Rp. 50.000 jika itu diambil untuk keper-
luan pribadi maka hal tersebut sudah dikatakan sebagai fraud, dan hal
tersebut banyak terjadi dan ditemukan, dan “fraud itu dapat menye-
babkan laporan keuangan menjadi tidak berkualitas bahkan sangat
erat hubungannya, seperti fraud dalam merekayasa data, misalnya
nasabah mau deposito hanya dicairkan, namun pencairan itu sudah
terjadi padahal nasabah tersebut belum mencairkan maka dampaknya
terhadap laporan keuangan dan hal itu sering terjadi, karena tanda
tangan dapat dipalsukan, maka dari itu saat pencairan deposito,
penarikan, pastikan nasabahnya yang bersangkutan datang langsung
ke kantor, contoh berikutnya dana zakat yang disalurkan untuk yaya-
san namun hanya diperuntukan bagi amil maka hal ini termasuk
fraud, akan tetapi jika jelas disalurkan kepada yang berhak bukan
hanya kepada kesejahteraan amilin saja maka itu diperbolehkan dan
tidak akan mengganggu kualitas laporan keuangan, berikutnya dana
zakat yang digunakan untuk menutupi nasabah yang belum memba-
yar angsuran, karena sudah tempo untuk melakukan pelaporan maka
ada dana zakat yang dikeluarkan untuk menutupi cicilan atau angsu-
rannya yang belum di bayar, sehingga laporan keuangan akan terlihat
baik dan bagus.”12
Maka hal ini termasuk fraud sehingga menyebabkan laporan
keuangan yang disajikan tidak berkualitas, maka sebaiknya menggu-
nakan dana kebajikan saja, karena jika dana kebajikan yang diguna-
kan maka hal tersebut diperbolehkan, antara dana kebajikan dan
zakat sumbernya berbeda, jika dana zakat ada hak untuk orang lain
sedangkan dana kebajikan dapat digunakan terlebih dahulu nanti
dikembalikan saat nasabah tersebut melakukan pembayaran angsu-
rannya, dana kebajikan diperoleh dari sumbangan, denda, ataupun
sedekah dan yang lainnya, saat dana kebajikan digunakan tidak ada
kewajiban untuk memberikan bagi hasilnya.
11
Hasil wawancara dengan auditor internal, Pada Hari Selasa, tanggal
05 september 2017, Jam 09.00 12
Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada Hari Jumat, 25
Agustus 2017, Jam 16.00
112 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Kemudian, ditemukan saat pemeriksaan yang digunakan dana
zakat maka auditor internal perlu memberikan catatan dalam laporan
audit internal ke direksi, keputusan akan penggunaan dana zakat
tersebut tetap ada pada direksi, karena secara Syariah jelas aturannya
tentang zakat harus ada mustahiknya yang berhak untuk menerima
zakat tersebut, dan jika direksi memberikan keputusan bahwa itu
tidak boleh dilakukan maka auditor internal bisa melakukan jurnal
koreksi atau hapus buku, lalu menyarankan untuk menggunakan dana
kebajikan, akan tetapi jika dana kebajikan tidak dapat menutupi itu,
keputusan dikembalikan lagi kepada direksi karena jika tidak ada
dana untuk mengcover angsuran yang belum dibayarkan akan ber-
dampak kepada laporan keuangan yang akan disajikan.
Berikutnya terkait dengan laporan keuangan agar terlihat bagus
dan besar bagi hasilnya maka metode yang digunakan accrual basis,
padahal seharusnya yang digunakan adalah cash basis, karena kalau
memggunakan cash basis akan terlihat sedikit jumlah dananya, maka
digunakanlah accrual basis agar jumlah dananya terlihat besar, maka
saat auditor internal melakukan pemeriksaan itu merupakan temuan,
namun accrual dapat digunakan untuk laporan keuangan diakhir
tahun, hanya saja untuk bagi hasil yang digunakan adalah cash basis
karena dana tersebutlah yang benar-benar terjadi, jika hal itu terjadi
pada laporan bagi hasil maka menjadi catatn kembali bagi auditor
internal kepada direksi, dan keputusan atas penggunaan metode
dalam laporan keuangan itu menjadi keputusan direksi. 13
Fraud dapat juga terjadi di cadangan PPAP14
, karena selama ini
yang melakukan koreksi atau pemeriksaan mendalam mengenai
13
Hasil wawancara dengan auditor internal, Pada Hari Selasa, tanggal
05 september 2017, Jam 09.00 14
Cadangan PPAP adalah Cadangan Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu berdasarkan kuali-
tas aktiva produktif, seperti di atur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor:
13/14/PBI/2011 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah, Pasal 1, ayat 17, bahwa PPA adalah Penyisihan Penghapu-
san Aktiva, yang selanjutnya disebut PPS, adalah cadangan yang harus
dibentuk sebesar persentase tertentu berdasarkan kualitas aktiva produktif,
sedangkan berdasarkan Pasal 3 BPRS wajib melakukan penilaian kualitas
aktiva baik terhadap aktiva produktif, aktiva non produktif dan penempatan
dana pada bank umum konvensional sesuai dengan Peraturan Bank Indone-
sia, dan penilaian kualitas aktiva dilakukan secara bulanan.
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 113
cadangan PPAP adalah OJK, karena cadangan PPAP sudah menjadi
kebijakan direksi, maka hal ini mungkin saja dapat terjadi fraud atau
kecurangan karena auditor internal tidak masuk pada ranah itu, lebih
ke kualitas karyawan dan pelayanannya.15
Fraud dapat terjadi dimana
saja dan kapan saja dari pelakunya bisa dari level bawah, menengah
dan atas, termasuk pimpinan, manajemen ataupun pemegang saham.
Dengan terjadinya fraud di BPRS tidak menutup kemungkinan bahwa
data LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) menunjukan 63 BPR/BPRS
telah di cabut ijinnya, karena penyebabnya adalah kasus kejahatan
perbankan, dimana sumberbdaya manusia di BPR/BPRS harus memi-
liki kemampuan mendeteksi, mengantisipasi hingga menyelesaikan
fraud.16
Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa peran auditor internal
maupun eksternal tidak maksimal dalam menangani hal tersebut dan
dapat di sampaikan bahwa laporan keuangan yang di sajikan tidak
berkualitas karena tidak mengandung unsur relevan, namun dikarena-
kan fraud yang terjadi dalam internal dan tidak berjumlah besar maka
dapat diselesaikan secara internal, harapannya bahwa ini adalah
BPRS yang menerapkan prinsip Syariah dalam kegiatan operasional-
nya, maka tidak selayaknya seorang karyawan maupun karyawati me-
lakukan kecurangan tersebut, disini perlu adanya peran dewan penga-
was Syariah yang seharusnya tidak hanya bertugas dalam pemberian
fatwa dalam produk baru saja, namun perlu juga terlibat dalam pem-
bentukan karakter Islami bagi karyawan maupun karyawati dalam
BPRS tersebut.
Ayat Al Quran yang terkait dengan kecurangan (fraud) yang
dilakukan baik oleh seorang atau banyak orang dalam suatu entitas
yang dapat merugikan orang lain dari laporan keuangan yang disaji-
kannya, dapat dilihat dalam Qs. Al Muthaffifiin (83): 1-6
15
Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada Hari Jumat, 25
Agustus 2017, Jam 16.00 16
http://infobanknews.com/modus-fraud-di-bpr-makin-berkembang/
di akses 10 Agustus 2016
114 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu)
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka
minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk
orang lain, mereka mengurangi, tidaklah orang-orang itu menyangka,
bahwa Sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari
yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan
semesta alam? Orang-orang yang di maksud di sini ialah orang-orang yang
curang dalam menakar dan menimbang, di mana mereka menuntut
dipenuhinya takaran dan timbangan barang-barang yang diperjualbe-
likan itu bila mereka membeli, namun menguranginya bila menjual
kepada orang lain, kemudian ayat berikutnya menunjukan keheranan
terhadap sikap orang-orang curang itu, mereka berbuat semaunya saja
seakan-akan disana nanti tidak ada perhitungan dan pertanggungja-
waban terhadap apa saja yang mereka kerjakan selama hidup didunia,
juga seakan-akan disana tidak ada peradilan dihadapan Tuhan pada
hari yang besar, untuk mendapatkan perhitungan dan balasan di de-
pan Tuhan semesta alam.17
Sangat jelas terlihat bahwa kecurangan (fraud) dalam ayat dan
tafsir tersebut menjelaskan mengenai orang-orang yang berbuat cu-
rang dalam hal menakar, menimbang dan bermuamalah, secara umum
di mana mereka melakukan kecurangan karena adanya kekuasaaan
yang mereka miliki seperti halnya sebagai pimpinan di dalam suatu
entitas bisnis, sehingga mereka dapat mengambil sesuatu yang bukan
haknya, maka peran auditor internal, eksternal dan DPS yang me-
miliki akhlak yang baik dapat mencegah hal ini terjadi dengan
perannya sebagai pengawas di BPRS dalam hal untuk menyajikan
atau menyusun suatu laporan keuangan yang menjadi tanggung jawab
BPRS.
17
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (Dibawah Naungan Al Qur’an) Surah AL Ma’aarij – An Naas, Jilid 12, (Gema Insani Press, Jakarta,
Tahun 2001), 204 - 208
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 115
BAB IV
PERAN AUDITOR TERHADAP
KUALITAS LAPORAN KEUANGAN BPRS
(BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH)
Kualitas Laporan Keuangan dalam Perspektif Akuntansi Syari-
ah, studi pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia. Akun-
tansi Syariah tidak hanya membahas mengenai hutang dan piutang,
namun karena adanya pemisahan aset antara pemegang saham dengan
pengelola (manajemen) maka menimbulkan kewajiban yang harus
dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan keuangan yang disaji-
kan oleh akuntan, untuk itu perlu adanya keyakinan atas transaksi
yang terjadi bahwa telah dicatat dengan wajar atau benar dan diperik-
sa oleh auditor dengan menggunakan standar akuntansi yang berlaku
umum, serta perlu keyakinan yang penuh dari sisi Syariah maka dibu-
tuhkan dewan pengawas Syariah, karena dalam dunia bisnis modern
saat ini khususnya lembaga keuangan syariah yang menjalankan ke-
giatan operasionalnya dengan prinsip Syariah, maka laporan keua-
ngan yang disajikan juga berdasarkan prinsip akuntansi Syariah.
Akuntansi Syariah merupakan suatu proses pencatatan dari
suatu transaksi yang dilakukan oleh seorang akuntan, hingga laporan
keuangan tersebut dapat disajikan dan dilaporkan serta dipertang-
gungjawabkan kepada pihak yang berkepentingan seperti halnya sta-keholder maupun stokholder, yang nantinya dapat digunakan sebagai
alat dalam mengambil keputusan, maka proses pencatatan yang
dilakukan oleh seorang akuntan tersebut jelas terdapat perintahnya
dalam Qs. Al Baqarah (2): 282.
116 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah1
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu me-
nuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menu-
liskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan
ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan
janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang
berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya)
atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah wali-
nya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua
orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua
orang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan
dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka
yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan
(memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu
jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas
waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan
1 Bermuamalah ialah seperti berjual beli, hutang piutang, atau sewa
menyewa dan sebagainya.
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 117
lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menim-
bulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu-
'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu,
Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan
persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan
saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian),
Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha
mengetahui segala sesuatu.”
Ayat 282 dalam surat Al Baqarah merupakan ayat yang trepan-
jang di dalam Al Qur’an membahas mengenai hutang piutang, dua
orang saksi dalam hutang piutang, adanya saksi, jangan malas untuk
mencatat, saat mencatat jangan merugikan, hal tersebut merupakan
penjelasan mengenai proses dari transaksi dan tugas dari akuntan
maupun auditor untuk mengawasi proses tersebut hingga terwujud-
nya laporan keuangan, dimana terjadi transaksi jual beli atau pinja-
man hendaknya dikemukakan syarat-syarat pembayarannya termasuk
waktu pembayaranya, dan hendaknya ditulis serta diperkuat oleh dua
orang saksi.
Adanya penulis (dapat dikatakan sebagai akuntan) dan saksi
(dapat dikatakan sebagai auditor) bersikap adil dan dapat dipercaya
sehingga tidak terjadi kecurangan dalam transaksi dan laporan yang
akan disajikan tersebut, sedangkan bagi yang tidak mampu menyam-
paikan ketidakmampuannya agar dapat mendapatkan wali, dan
adanya saksi yang terdiri dari dua laki-laki atau satu laki-laki dan dua
perempuan, jelas sekali ayat ini menjelaskan bahwa hutang piutang
atau transaksi yang tidak tunai hendaknya dituliskan sehingga jika
terdapat perselisihan dapat dibuktikan, karena adanya saksi yang
diwajibkan, bersikap adil, dan tidak merugikan pihak manapun, kare-
na saksi ini adalah orang yang menyaksikan proses hutang piutang
tersebut secara langsung dan dari awal, saat menuliskan hutang piu-
tang perlu adanya kejelasan dan kesepakatan dari kedua belah pihak
baik dari sisi waktu maupun jumlah nominalnya, sehingga ayat ini
sangat terkait dengan laporan keuangan yang berkualitas.
Sebelum laporan tersebut di sampaikan kepada pihak yang
berkepentingan maka dibutuhkan saksi atau audit (pemeriksaan) yang
menyatakan bahwa laporan keuangan yang di sajikan tersebut me-
mang benar (wajar) juga adil tanpa dikurangi sedikitpun, dan telah
pula sesuai dengan standard maupun aturan yang berlaku, maka dari
118 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
itu di butuhkannya peran dari auditor internal, sebagai pengawas
(pemeriksa) sebelum di periksa oleh auditor eksternal, dan juga perlu
pengawasan oleh dewan pengawas Syariah karena dalam penelitian
ini objeknya adalah lembaga keuangan Syariah yaitu BPRS.
Terkait dengan laporan keuangan yang berkualitas tersebut
karena dilihat dalam perspektif akuntansi Syariah maka selain dari
seorang akuntan, auditor internal, auditor eksternal dan dewan penga-
was Syariah yang memiliki peran agar laporan keuangan berkualitas,
maka terdapat pula SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah
yang merupakan bagian dari perspektif akuntansi Syariah2.
Ayat ini berkaitan pula dengan banyaknya praktek muamalah
dengan pembayaran tempo (transaksi tidak tunai) dikalangan orang
Madinah di awal hijrah Nabi Muhammad SAW, di awal kedatangan
Rasulullah SAW ke Madinah, di mana para penduduk asli sudah biasa
menyewakan kebunnya dalam waktu satu, dua, atau tiga tahun, oleh
karena itu Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa menyewakan
(mengutangkan) sesuatu hendaklah dengan timbangan atau ukuran
yang tertentu dan dalam jangka waktu yang tertentu pula” sehubu-
ngan dengan hal tersebut Allah SWT menurunkan surah Al Baqarah
(2) ayat 282 sebagai perintah apabila mereka berhutang piutang mau-
pun bermuamalah dalam jangka waktu tertentu, hendaklah menulis-
2 Menurut Iwan Triyuwono perspektif adalah pandangan dunia atau
paradigm yang dimiliki oleh manusia, ketika seseorang memahami dirinya
sebagai homo economicus, maka segala sesuatu yang ada dilingkungannya
(termasuk praktik ekonomi dan akuntansi maupun teori yang dibangun seba-
gai dasar dari praktik tadi akan dilihat dan dibangun dari perspektif manusia
sebagai “bintang ekonomi” dan PSAK No. 59 dianggap sebagai Akuntansi
Syariah Praktis, namun kenyataannya masih banyak mengandung bias-bias
kapitalisme dan maskulinisme, akan tetapi sudut pandang akuntansi Syariah
filosofis teoritis sangat penting agar akuntansi Syariah praktis dapat lebih
bernuansa Islam, Iwan Triyuwono, “Akuntansi Syariah Perspektif, Metodo-
logi, dan Teori”,(Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2006), 7-16, akan tetapi
sejak tahun 2010 entitas bisnis yang menjalankan kegiatan operasionalnya
dengan menggunakan prinsip Syariah sudah tidak menggunakan standard
dari PSAK no.59 lagi, namun telah ada SAK Syariah dari no. 101 – 110, hal
ini yang dijadikan acuan dalam penelitian bahwa SAK Syariah ini dapat
dianggap sebagai bagian dari perspektif akuntansi Syariah Praktis yang dite-
rapkan oleh entitas bisnis Syariah, sehingga perlu adanya pemahaman SAK
Syariah.
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 119
kan perjanjian dan mendatangkan saksi, hal itu untuk menjaga
terjadinya sengketa pada waktu-waktu yang akan datang.3
Dalam ayat tersebut terdapat kurang lebih lima kali perintah
menulis (mencatat), yang dimaksud dengan mencatat itu adalah
mencatat transaksi (muamalah), karena ayat ini membahas mengenai
hal tersebut (pencatatan transaksi), terdapat dua pengertian mengenai
kata mencatat tersebut, yaitu pembuatan, pencatatan perjanjiannya
dan pencatatan transaksinya itu sendiri, Hamka menyebutkan bahwa
ayat ini memerintahkan supaya perjanjian-perjanjian yang diperbuat
dengan persetujuan kedua belah pihak itu dituliskan dengan terang
oleh penulis yang pandai dan bertanggung jawab.4 Sedangkan yang
lain menjelaskan ayat tersebut bahwa orang yang berhutang sendiri
hendaklah mengucapkan utangnya dan tempo pembayarannya dengan
imlak atau didiktekan, maka barulah juru tulis itu menuliskan apa
yang telah diimlakkan, dengan tidak merusak sedikit pun dari perjan-
jian dan jumlah utang yang telah dikatakannya.5
Secara redaksional ditujukan kepada orang-orang yang beri-
man, tetapi yang dimaksud adalah mereka yang melakukan transaksi
hutang piutang, bahkan secara lebih khusus adalah yang berhutang,
hal ini agar yang memberi piutang merasa lebih tenang dengan penu-
lisan itu, karena menulisnya adalah perintah dan tuntunan yang
sangat dianjurkan, walau kreditor tidak memintanya.6
Selanjutnya mencatat transaksi itu sendiri merupakan penca-
tatan transaksi untuk tujuan pelaporan dan pertanggungjawaban,
makna ini sejalan dengan salah satu definisi akuntansi, yaitu akun-
tansi adalah seni mencatat, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan
dalam bentuk yang berarti dan dalam unit uang, transaksi-transaksi
3 Hadis Riwayat al Bukhari dari Ibn ‘Abbas, lihat A. Mudjab Mahali,
Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al Quran, (Jakarta: Rajawali Pers, 1989),
136 4 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ 1-2-3, (Yayasan Nurul Islam, t.th),
77 5 Abdul Halim Hasan Binjai, Tafsir Al Ahkam, (Jakarta: Kencana,
2006), 168 6 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al
Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), Vol.1, Cet. VI, 603
120 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
dan kejadian-kejadian yang paling tidak memiliki sifat keuangan, dan
menginterprestasikan hasil-hasilnya.7
Prinsip akuntansi dalam ayat ini menunjukan bahwa praktek
akuntansi telah digunakan oleh Islam jauh mendahului berkembang-
nya ilmu akuntansi yang saat ini di klaim berasal dari ilmuan barat,
berikut beberapa konsep akuntansi yang terdapat dalam ayat terse-
but8:
1. Identifikasi transaksi, ayat ini diawali dengan seruan kepada orang
beriman yang melakukan transaksi muamalah yang dlam hal ini
mengenai konteks hutang/piutang, ini menunjukan konsep identi-
fikasi dalam proses akuntansi dimana identifikasi adalah proses
awal akuntansi, yaitu mengidentifikasi suatu transaksi masuk
kategori aset, kewajiban, modal, beban dan pendapatan.
2. Mencatat transaksi, setidaknya terdapat 7 (tujuh) kata dalam ayat
diatas yang menyebutkan asal kata “ka-ta-ba” yang berarti “menu-
lis/mencatat”, salah satu makna akuntansi adalah mencatat semua
transkasi yang bernilai ekonomi.
3. Periode/waktu akuntansi, ayat diatas juga menjelaskan “waktu”
dalam bermuamalah, dalam akuntansi juga terdapat konsep waktu:
semua transaksi harus jelas tanggal transaksinya, selain itu ada
periode laporan keuangan yaitu per 31 Desember setiap tahunnya.
4. Profesi akuntan, ayat ini juga menjelaskan bahwa tugas menulis
transaksi muamalah di amanahkan kepada orang tertentu yang
dalam ayat ini di sebut “kaa-tib” yang berarti penulis/pencatat,
orang yang berprofesi melakukan kegiatan pencatatan transaksi
ekonomi perusahaan biasaa disebut akuntan.
5. Karakteristik akuntansi, karakteristik pokok akuntansi adalah
dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat dibandingkan.
Menurut Veitzal Rivai masih dalam buku yang sama bahwa
landasan Syariah akuntansi dalam perspektif Islam selain Qs.Al-
Baqarah (2): 282, juga terdapat dalam Qs. Al-Nisa (4): 589 mengenai
7 “Review and Resume”, Accounting Terminology Bullettin, No.1
(New York: American Institute of Certified Public Accountants, 1953), 5 8 Veitzhal Rivai, Andria Permata Veitzal, Ferry N Idroes, Bank and
Financial Institution Management, Conventional & Sharia System, (Jakarta:
PT. RajaGrafindo, 2007), 788 9 Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama, Qs.Al-Nisa (4):
58
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 121
tentang pentingnya menjaga amanah dan menegakan keadilan, walau
tidak secara spesifik menjelaskan tentang akuntansi, namun ayat ini
dapat dijadikan landasan seorang akuntan dalam bekerja, yaitu men-
catat suatu transaksi sesuai dengan posisinya.
Terdapat pula di dalam Qs.An-Nahl (16): 9010
mengenai kea-
dilan dan kebajikan, bahwa dalam ayat ini Allah memerintahkan
untuk berbuat adil dan kebaikan, sifat adil dan benar sangat penting
bagi seorang akuntan dalam menjalankan tugaskan, bahkan keadilan
adalah asas dalam akuntansi Syariah, di mana adil adalah menem-
patkan sesuatu sesuai posisinya, sedangkan kebalikan dari keadilan
adalah kedzaliman, dan yang selanjutnya dapat di lihat dalam Qs.Al
Muthaffifin (83): 1-311
tentang ancaman bagi yang mempermainkan
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hu-
kum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.” 10
Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama, Qs.An-Nahl
(16): 90
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbua-
tan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran.” 11
Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama Qs.Al
Muthaffifin (83):1-3
“kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-
orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,
122 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
takaran atas timbangan, bahwa ayat ini menjelaskan tentang larangan
berbuat curang, yang dimaksud berbuat curang disini ialah orang-
orang yang curang dalam menakar dan menimbang, karena dalam
akuntansi Syariah di larang berbuat curang, dimana kita mengenal
beberapa kasus kecurangan dalam akuntansi yang menyebabkan suatu
perusahaan pailit, yang terkenal kasus enron, termasuk praktek earn-
ing management di larang dalam akuntansi Syariah kecuali untuk
mendatangkan mashlahah dan menghindari mudharat.12 Menurut Muhammad
13 prinsip-prinsip akuntansi Syariah yang
diturunkan dari Qs.2 (Al-Baqarah) ayat 282 terdiri dari:
1. Prinsip keadilan yang merupakan nilai penting dalam etika
kehidupan social dan bisnis, dan nilai inheren yang melekat
dalam fitrah manusia.
2. Prinsip kebenaran yang sebenarnya tidak dapat di lepaskan
dari prinsip keadilan, sebagai contoh, dalam akuntansi selalu
di hadapkan pada masalah pengakuan, pengungkapan dan
pengukuran laporan.
3. Prinsip pertanggungjawaban, merupakan konsep yang tidak
asing lagi dikalangan masyarakat muslim, pertanggunjawa-
ban selalu berkaitan dengan konsep amanah, bagi kaum mus-
lim, persoalan amanah merupakan hasil transaksi manusia
dengan Sang Khalik.
Terdapat 3 (tiga) auditor yang memiliki peran dalam upaya
menjaga kualitas laporan keuangan BPRS, antara lain: auditor inter-
nal, auditor eksternal dan DPS (Dewan Pengawas Syariah), berikut
hasil wawancara dengan auditor internal, auditor eksternal dan DPS
mengenai perannya di BPRS dalam upaya menjaga kualitas laporan
keuangan serta pemahamannya mengenai SAK (Standar Akuntansi
Keuangan) Syariah, dengan pendekatan yang digunakan fenomeno-
logi, maka auditor internal, auditor eksternal dan DPS menjawab
dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka me-
ngurangi.” 12
Veitzhal Rivai, Andria Permata Veitzal, Ferry N Idroes, Bank and
Financial Institution Management, Conventional & Sharia System, (Jakarta:
PT. RajaGrafindo, 2007), 788 13
Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah, (Jakarta: Salemba
Empat, 2002), 62
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 123
sesuai dengan pengalaman yang di alami sebagai auditor seperti yang
dikatakan oleh Ari Kamayanti14
.
A. Peran Auditor Internal dalam BPRS
Auditor internal yang dijadikan sebagai responden terdiri dari 7
(tujuh) orang auditor internal dari 11 BPRS yang asetnya di atas Rp.
100 Miliar, alasan mengapa mengambil BPRS yang asetnya diatas
Rp. 100 Miliar, asumsinya adalah bahwa BPRS tersebut telah layak
bahkan wajib memiliki salah satu auditor internalnya minimal lulusan
S1 Akuntansi, karena penelitian ini terkait dengan akuntansi khusus-
nya untuk laporan keuangan.
Tabel 4.1
Pendidikan Auditor Internal
No Keterangan Pendidikan auditor Internal
1 BPRS HIK Ciledug SI Akuntansi
2 BPRS HIK Bekasi SI Manajemen
3 BPRS Amanah Ummah SI Ekonomi Islam
4 BPRS Artha Madani SI Manajemen
5 BPRS HIK Parahiyangan SI Akuntansi
6 BPRS HIK Cibitung SI Ekonomi Islam
7 BPRS Bhakti Sumekar SI Manajemen
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan bahwa latar belakang
pendidikan auditor internal dari 11 BPRS yang menerima untuk
memberikan waktunya di wawancarai hanya 7 BPRS, dimana latar
belakang pendidikannya beragam, terdiri dari S1 akuntansi berjumlah
2 (dua) orang, S1 Manajemen 3 (tiga) Orang, dan S1 Ekonomi Islam
2 (dua) Orang, hal ini dapat dikategorikan jika dalam perspektif akun-
tansi Syariah untuk menentukan laporan keuangan berkualitas maka
dari latar belakang pendidikan untuk S1 akuntansi diharapkan mampu
14
Ari Kamayanti, Metodologi Penelitian Kualitatif Akuntansi (Pe-ngantar Religiositas Keilmuan), (Jakarta: Yayasan Rumah Peneleh, Seri
Media dan Literasi, 2016), 151
124 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
melakukan pengawasan dan pemeriksaan dalam proses atau siklus
yang tepat untuk penyusunan laporan keuangan, sedangkan dari S1
Ekonomi Islam diharapkan mampu melakukan pengawasan atau pe-
meriksaan dari sisi kepatuhan syariahnya, sedangkan dari S1 Mana-
jemen diharapkan dapat melakukan pengawasan atau pemeriksaan
dari sisi resiko yang dihadapi BPRS baik dalam akuntansinya maupun
kesyariahannya.
Hasil dari lapangan ditemukan bahwa auditor internal tidak
hanya melakukan tugas di BPRS sebagai pemeriksa atau pengawasan
dalam laporan keuangan saja, akan tetapi dari banyak hal terkecil
yang terdapat didalam BPRS, dilakukan oleh auditor internal, maka
dari itu di setiap BPRS juga memiliki fungsi internal control yang
dilakukan oleh kepala bagian maupun unit-unit yang ada.
Sertifikasi Akuntansi Syariah merupakan salah satu kualifikasi
atas persyaratan seseorang menjadi auditor syariah, hal ini sejalan
dengan ketentuan surat edaran Bank Indonesia15
yang menjelaskan
bahwa yang dapat mengaudit bank yang melaksanakan kegiatan usa-
ha berdasarkan prinsip Syariah, hanya akuntan publik yang memiliki
sertifikat pendidikan atau pelatihan di bidang perbankan Syariah, dan
hal tersebut juga berkaitan erat dengan kondisi tidak semua auditor
memahami aspek dari LKS yang merupakan aspek utama aktivitas
bisnisnya16
Tabel 4.2
Sertifikasi Akuntansi Syariah
No Keterangan SAS
1 Auditor Internal Tidak memiliki
2 Auditor Internal Tidak memiliki
15
Surat Edaran Semua Bank yang melaksanakan kegiatan usaha ber-
dasarkan prinsip Syariah di Indonesia, mengenai Hubungan Antara Bank
yang Melaksanakan Kegiatan Usaha berdasarkan Prinsip Syariah, Kantor
Akuntan Publik, Akuntan Publik, Dewan Pengawas Syariah dan Bank
Indonesia Bank Indonesia No 7/57/DPbS, 2005 16
Qonita Mardiyah, Sepky Mardian, “Praktik Audit Syariah di Lem-
baga Keuangan Syariah di Indonesia”, Jurnal Akuntabilitas, Vol. VIII, No. 1
April (2015): 01 -17
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 125
3 Auditor Internal Tidak memiliki
4 Auditor Internal Tidak memiliki
5 Auditor Internal Tidak memiiki
6 Auditor Internal Tidak memiliki
7 Auditor Internal Tidak memiliki
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh saat wawancara
adalah auditor internal yang terdapat dalam BPRS tersebut tidak
memiliki sertifikasi akuntansi Syariah17
, maka pemahaman auditor
internal mengenai akuntansi Syariah cukup minim di sebabkan mere-
ka belum memiliki sertifikat akuntansi Syariah yang mempelajari ba-
nyak hal mengenai transaksi berdasarkan akad-akad Syariah beserta
akuntansi yang terkait dengan akad-akad dalam transaksi Syariah dan
hal tersebut akan berdampak terhadap kualitas laporan keuangan
serta pemahamannya mengenai SAK (Standar Akuntansi Keuangan)
Syariah.
Selama wawancara berlangsung dari beberapa auditor internal
ada yang belum memahami SAK Syariah baik dari sisi penyajian,
pengukuran juga pengungkapan, serta karakteristik transaksi Syariah
dan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan sya-
riah, alasan mereka karena BPRS tidak terlalu banyak menggunakan
SAK Syariah, lebih ke ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik)18
dan PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia)19
Menururt auditor internal bahwa: SAK Syariah hanya sebagai
pelengkap dalam proses laporan keuangan tersebut, menurut pendapat
auditor internal tersebut yang terpenting dimiliki seorang auditor
internal adalah sertifikat manajemen resiko.20
17
www.Akuntansionline.id/sertifikasi-profesional-akuntansi-di-
Indonesia, diakses pada tanggal 08 Mei 2017 18
IAI, Ikatan Akuntan Indonesia, SAK ETAP (Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik), 2015 19
OJK, IAI, PAPSI, (Pedoman Akuntansi PerbankanSyariah di Indo-
nesia Bagi BPRS), 2016 20
Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada Hari Jumat, 25
Agustus 2017, Jam 16.00
126 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Seorang auditor internal diharapkan mampu untuk dapat memi-
nimalisir resiko-resiko yang dapat terjadi di lingkungan BPRS baik
dari sisi internal maupun eksternal, akan tetapi karena penelitian ini
terkait dengan kualitas laporan keuangan, maka seorang auditor inter-
nal pada dasarnya tidak hanya penting dari sisi manajemen resiko
saja, namun perlu dan penting memiliki sertifikasi akuntansi syariah
yang dikeluarkan oleh lembaga pelatihan, dan juga menjadi pedoman
dalam menyusun sebuah laporan keuangan yang berdasarkan pada
SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah, seperti halnya hasil pe-
nelitian yang menyatakan bahwa kesiapan seorang akuntan ataupun
auditor tidak berada pada posisi maksimal karena masih adanya bebe-
rapa hal yang harus diketahui oleh akuntan atau auditor antara lain
kurang memahami pengertian istilah istilah syariah dan kurang
memahami mekanisme transaksi syariah21
Bahkan pada saat wawancara terdapat seorang auditor yang
menyatakan bahwa: sama sekali tidak memahami akuntansi dan audi-
tor tersebut mengakui bahwa dia harus belajar lagi mengenai akun-
tansi walaupun saat ini baru hanya melalui internet,22
namun selain
keinginan yang kuat dari auditor internal tersebut untuk mempelajari
mengenai akuntansi Syariah, pihak BPRS juga memfasilitasi auditor
internalnya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang terkait dengan
akuntansi Syariah dan audit, selanjutnya untuk masa kerja sebagai
auditor internal dan pengalamannya sebelum menjadi auditor di tem-
pat BPRS saat ini dapat digambarkan sebagai berikut:
21
Ratno Agriyanto, Analisis Kesiapan Akuntan Publik Mengaudit Lembaga Ekonomi Syariah, (Infokam Nomor II/Tahun IV/September/2008),
47-58 22
Hasil Wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Rabu, 06
September 2017, Jam 13.00
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 127
Tabel 4.3
Masa Kerja dan Pengalaman Sebelumnya
Dari hasil wawancara dengan ke 7 (tujuh) BPRS yang dijadikan
responden mendapatkan hasil, bahwa masa kerja mereka antara 2
(dua) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun di tempat mereka bekerja
BPRS
Masa kerja
sebagai Auditor
Internal
Pengalaman
sebelumnya Keterangan
HIK
Ciledug 2 th 4 th
Bank Umum
Syariah Sebagai
Auditor Internal
HIK Bekasi 2 th 5 th
Bank Umum
Syariah (2th)
sebagai Auditor
Internal, Bank
Umum
Konvensional (3th)
sebagai Auditor
Internal
Amanah
Ummah 2 th 2 th
Koperasi Jasa
Keuangan Syariah
sebagai Marketing
Artha
Madani 1 th 6 th
Bank Umum
Konvensional
sebagai Auditor
Internal
HIK
Parahyangan 6 th 6 th
Kantor Akuntan
Publik, Provider,
Bank Umum
Konvensional
HIK
Cibitung 2 th 3 th
Bank Umum
Konvensional
sebagai Auditor
Internal
Bhakti
Sumekar 3 th 2 th
Bank Umum
Syariah sebagai
Marketing
128 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
sebelumnya dan memiliki berbagai pengalaman yang berbeda, ada
yang memiliki pengalaman sebagai auditor internal, auditor eksternal,
dan ada pula yang bukan sebagai auditor, hal ini mencerminkan bah-
wa pengalaman mereka ditempat sebelumnya dapat berdampak dalam
melakukan proses audit internal, karena telah memiliki pengalaman
sebelumnya walaupun berbeda entitas dan prinsip.
Salah satu dari auditor internal yang di wawancarai ada yang
memiliki pengalaman bekerja di KAP (Kantor Akuntan Publik) seba-
gai auditor eksternal dan pernah melakukan audit pada BPR (Bank
Perkreditan Rakyat) konvensional serta memiliki sertifikat yang dike-
luarkan oleh Bank Indonesia sebagai pemeriksa (auditor) BPR kon-
vensional, akan tetapi bukan BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syari-
ah), karena sertifikasinya berbeda, dan saat ini bekerja sebagai audi-
tor internal di BPRS, tentu merasakan perbedaan yang cukup signifi-
kan terutama dalam hal prosedur dan juga tanggung jawab, dimana
saat sebagai auditor eksternal hanya fokus memeriksa laporan keua-
ngan sedangkan sebagai auditor internal selain dengan laporan keua-
ngan juga banyak hal lainnya yang sesuai dengan aturan yang berlaku
dan SOP (Standard Operating Procedure) yang terdapat di BPRS23
.
Selanjutnya hasil wawancara dengan auditor internal yang
lainnya mendapatkan hasil bahwa:
Mereka telah memiliki sertifikat manajemen resiko disaat me-
reka bekerja ditempat sebelumnya, dan menurut auditor internal ter-
sebut menyatakan bahwa seorang auditor internal wajib memiliki
sertifikat manajemen resiko yang didapatkan melalui beberapa test
dan tahapan 24
, karena salah satu tanggung jawab dari seorang auditor
internal juga meminimalisir resiko yang dapat terjadi di dalam lem-
baga keuangan Syariah khususnya BPRS, sehingga dengan adanya
peran auditor internal dapat mengawasi hal yang terkait dengan resi-
ko yang kemungkinan akan terjadi sehingga dapat diminimalisir
dengan baik oleh auditor internal.
Berikut beberapa hasil wawancara dengan auditor internal me-
ngenai peran mereka di BPRS, dan telah di analisis dengan hasil
sebagai berikut:
23
Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Jumat, 15
September 2017, Jam 09.00 24
Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada Hari Jumat, 25
Agustus 2017, Jam 16.00
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 129
1. SKAI (Satuan Kerja Auditor Internal)25
bagi BPRS
Dari 11 Bank Pembiayaan Raksyat Syariah yang dijadikan
objek penelitian semuanya memiliki SKAI walaupun belum maksimal
dalam pelaksanaannya, namun demikian terdapat beberapa BPRS
yang telah maksimal dalam menjalani SKAI, bahkan telah memiliki
jumlah auditor sebanyak 6 orang berikut dengan ketua SKAI nya, wa-
laupun ada juga BPRS yang hanya memiliki 1 orang auditor merang-
kap sebagai SKAI, menurut auditor internal bahwa: pada dasarnya
sebuah BPRS wajib membentuk SKAI jika modal inti yang dimiliki
lebih dari Rp. 50 Miliar sedangkan BPRS yang modal intinya kurang
dari RP. 50 Miliar wajib menunjuk satu orang pejabat eksekutif yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern.26
25
SKAI (Satuan Kerja Audit Interen), bank wajib menerapkan fungsi
audit intern bank sebagaimana ditetapkan dalam Standar Pelaksanaan Fung-
si Audit Intern Bank yang merupakan lampiran tidak terpisahkan dari Pera-
turan Bank Indonesia ini, dalam hal suatu Bank telah mempunyai standar
audit intern sendiri maka standar tersebut harus sekurangkurangnya meme-
nuhi Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Berdasarkan Standar Pelak-
sanaan Fungsi Audit Intern Bank, Bank wajib: a. menyusun Piagam Audit
Intern (Internal Audit Charter);b. membentuk Satuan Kerja Audit Intern
(SKAI);c. menyusun panduan audit intern, SKAI bertugas dan bertanggung
jawab untuk:a.membantu tugas direktur utama dan dewan komisaris dalam
melakukan pengawasan dengan cara menjabarkan secara operasional baik
perencanaan, pelaksanaan maupun pemantauan hasil audit;b.membuat mem-
buat analisis dan penilaian di bidang keuangan, akuntansi, operasional dan
kegiatan lainnya melalui pemeriksaan langsung dan pengawasan secara tidak
langsung;c.mengidentifikasi segala kemungkinan untuk memperbaiki dan
meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana;d.memberikan sa-
ran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan yang diperiksa
pada semua tingkatan manajemen.(1)SKAI merupakan satuan kerja yang
bertanggung jawab langsung kepada direktur utama.(2)Dalam melaksanakan
tugasnya SKAI menyampaikan laporan kepada direktur utama dan dewan
komisaris dengan tembusan kepada Direktur Kepatuhan.(3)Kepala SKAI
diangkat dan diberhentikan oleh direktur utama Bank dengan persetujuan
dewan komisaris, Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999. 26
Salinan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 7/SEOJK.03/
2016, tentang standard pelaksanaan fungsi audit intern bank perkreditan
rakyat.
130 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Dari 11 BPRS tersebut, terlihat di dalam struktur organisasinya
bahwa SKAI berada dibawah direktur utama, hal tersebut telah sesuai
dengan aturan yang ada, walaupun ada yang menyatakan bahwa
SKAI awalnya tidak ada atau tidak diwajibkan, namun yang ada
internal control, akan tetapi dengan adanya aturan dari Bank Indone-
sia maka SKAI dibutuhkan dalam BPRS untuk dapat mengawasi dan
melakukan pemeriksaan atas aktivitas operasional BPRS.
Menurut auditor internal bahwa: saat ini posisi Internal control
terdapat dibawah direktur utama dan DPS serta terdapat garis komu-
nikasi dengan komisaris.27
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu direksi pada
BPRS yang menjadi sampel dalam penelitian ini mengatakan bahwa:
seharusnya OJK jangan memaksakan BPRS untuk memiliki SKAI
secara khusus seperti halnya bank umum Syariah, bahkan BPRS juga
harus memenuhi keuntungan yang maksimal, mana mungkin bisa ter-
penuhi SKAI, karena dengan adanya SKAI berati menambah sumber
daya manusia yang harus di berikan kompensasi sesuai dengan aturan
UMR, jika tidak sesuai dengan UMR maka akan menjadi temuan oleh
OJK, namun jika BPRS dipaksakan untuk hal tersebut kapan bisa
mendapatkan keuntungan yang merupakan syarat kepatuhan yang
ditentukan pula oleh OJK, oleh sebab itu OJK dapat membedakan
dalam hal aturan yang dibuat ada kelenturan dan kemudahan bagi
BPRS yang kemampuannya sangat berbeda dengan bank umum
Syariah.28
Hasil wawancara berikutnya dengan auditor internal menyata-
kan bahwa: peran auditor internal yang merupakan bagian dari SKAI,
dan bertanggung jawab kepada direktur utama atas pemeriksaan yang
dilakukan ke berbagai cabang minimal satu bulan, dengan segala ben-
tuk aktivitas yang terjadi maupun yang dilakukan oleh cabang,
dengan melakukan pemeriksaan ke cabang, kemudian hasil pemerik-
saan tersebut atau audit dilaporkan langsung ke direktur utama
dengan format yang telah ada, baik dari posisi keuangan, pelayanan,
27
Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Jumat, 25
Agustus 2017, Jam 16.00 28
Hasil wawancara dengan dengan direksi, Pada hari Senin, 25
September 2017, Jam 10.00
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 131
kebersihan kantor cabang dan juga dalam proses akuntansi yang
dilakukan oleh para staf.29
BPRS yang dijadikan sampel dalam penelitian ini pada dasar-
nya telah memiliki SKAI, namun belum maksimal dalam menjalan-
kan fungsinya, akan tetapi dapat terlihat dengan jelas dari struktur
organisasi dan hasil wawancara walaupun belum maksimal didalam
menjalankan fungsinya, auditor internal tetap menjalankan proses
audit sebagaimana fungsi maupun tugasnya sebagai auditor, yaitu
melakukan proses pemeriksaan dan pengawasan.
2. Bertanggung jawab atas fungsi pengawasan BPRS
Karena tidak ada komite audit dalam BPRS, maka berdasarkan
hasil wawancara dengan auditor internal mereka menyatakan bahwa
dalam BPRS tidak terdapat komite audit di lingkungan BPRS hal ini
disebabkan karena komplektisitasnya tinggi, walaupun sebenarnya
lebih tinggi bank umum, namun hal ini disebabkan dari posisi kebutu-
han dalam BPRS, dan disesuaikan dengan jumlah direksi, berapa
jumlah direksi yang terdapat di BPRS hal tersebut tergantung dengan
jumlah aset yang dimikinya, jika BPRS tersebut memiliki modal
sejumlah Rp.50 miliar: pertama, wajib memiliki 3 (tiga) direksi dalam
BPRS, kedua, tidak ada fungsi audit untuk BPRS karena masing-
masing dewan komisaris berfungsi juga sebagai pengawas, misalnya 3
(tiga) orang dewan komisaris dapat mengawasi satu atau dua bisnis,
dan satu lagi oleh direktur utamanya pengawasan secara keseluruhan
baik bisnis maupun pengawasan internal, dan pengawasan internal
inilah yang fungsinya dianggap sebagai komite audit, tetapi jabatan-
nya memang tidak ada, dan hal ini hanya semacam nomenklatur saja,
“fungsinya mereka mengawasi kami (auditor internal) dan kami
melaporkan kepada mereka.”30
Menurut auditor internal bahwa: sangat jelas pertanggujawa-
ban auditor internal pertama kali kepada direksi, sehingga pada
intinya secara fungsi pengawasan sudah ada hanya secara penamaan
tidak ada, jika secara kebutuhan seharusnya butuh komite audit
namun di BPRS tidak ada komisaris seperti halnya di BUS (Bank
29
Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Jumat, 15
September 2017, Jam 09.00 30
Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Jumat, 25
Agustus 2017, Jam 16.00
132 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Umum Syariah), kemudian OJK, juga tidak mengatur untuk BPRS
memiliki komite audit dalam BPRS seperti halnya BUS, namun
dalam GCG (Good Corporate Governance) tata keuangan itu POJK
(Peraturan Otoritas Jasa Keuangan) dan PBI (Peraturan Bank Indone-
sia) menyatakan bahwa memang harus ada komite audit, namun
kami di BPRS belum ada komite audit, dan GCG (Good Corpoeate Governance) hanya untuk BPR, dan satu hal lagi di sana ada renume-
rasi dan kemitraan yang di atur. dan secara legitimasi belum ada
aturan yang menyatakan BPRS harus memiliki komite audit.31
BPRS sudah menyediakan hal tersebut jika itu menjadi suatu
kebutuhan, karena saat ini BPRS hanya memiliki 3 (tiga) direksi
sehingga sudah cukup untuk melakukan pengawasan, jika BUS (Bank
Umum Syariah) sudah benar-benar terjadi agency cost dan agency teori karena pemegang sahamnya rata-rata independen maka harus
ada komite audit dan harus diawasi agar tidak sampai terjadi direksi
bermain curang atau tidak baik dengan komisarisnya, namun demi-
kian menurut auditor internal bahwa: BPRS pemegang sahamnya
juga sebagai komisaris sehingga cukup menguntungkan dan tidak per-
lu lagi ada pengawasan double, karena akan timbul pertanyaan baru,
apakah kalau sudah pengawasan banyak memang menjamin tidak
terjadi fraud, belum tentukan.32
Pada dasarnya kalau SKAI auditor internal, namun hanya lebih
kepada istilahnya saja, sedangkan komite audit itu SKAI yang ada
komitenya, di mana SKAI itu berada dibawah komite, sedangkan
disini BPRS lingkupnya lebih kecil tidak seperti di BUS, jadi cukup
hanya satuan pengawasan saja, sehingga menurut auditor internal:
jika di BUS lingkupnya lebih luas, ada resiko, ada audit resiko, IT
(Informasi Teknologi) dan lain-lain, sedangkan di BPRS tidak sampai
lingkup tersebut, lingkup di BPRS lebih ke audit operasional, untuk
pembiayaan IT nya saja, bahkan kami baru mau masuk ke ranah ter-
sebut, akan tapi belum ada orang yang betul-benar paham IT, sehing-
ga kami masih bertahap dalam proses pembelajaran, tapi kedepan hal
tersebut telah menjadi rencana kami, karena pada tahun ini kami
31
Hasil wawancara dengan auditor internal, Pada hari Selasa, tanggal
05 september 2017, Jam 09.00 32
Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Jumat, 25
Agustus 2017, Jam 16.00
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 133
harus ada pembiayaan IT, hanya saja untuk BPRS peraturan dari OJK
nya belum terlalu diperhatikan tidak seperti halnya BUS.33
Cakupan berikutnya yang terdapat di BPRS yaitu audit kepa-
tuhan syariah, dan hal tersebut masuk ke semua operasional baik
pembiayaan, maupun pendanaan dan cabang bertanggung jawab atas
cakupan tersebut, sedangkan kami (auditor internal) hanya melaku-
kan pemeriksaannya, dan sebagai auditor internal adalah tim sehingga
saat keluar untuk melakukan pemeriksaan kami bertanggung jawab
untuk membuat laporan sampai audit selesai dan ada satu auditor
yang bertanggung jawab.34
Dalam pelaksanaannya proses audit dilaksankan bersama-
sama, namun demikian pembagiannya masing-masing misalnya: ada
yang melakukan pemeriksaan deposito, tabungan, pendanaan dan
pembiayaan, sedangkan untuk pembiayaan biasanya tim auditor ber-
samaan melakukan pemeriksaanya, karena jumlah berkas yang harus
diperiksa berjumlah besar, akan tetapi untuk laporan hanya satu orang
yang bertanggung jawab, dan pada saat melakukan pemeriksaan audi-
tor juga menggunakan kertas kerja pemeriksaan, dan memungkinkan
masing-masing BPRS memiliki gayanya sendiri, seperti WPL, WBS,
dan juga terdapat top score serta segala macam kertas yang terkait
dengan kebutuhan untuk pemeriksaan.
Menurut auditor internal bahwa: kertas kerja pemeriksaan
yang terdapat di BPRS tidak sama persis dengan kertas kerja peme-
riksaan yang terdapat di KAP, saat awal bergabung di BPRS saya
ingin menerapkan seperti yang di KAP namun agak kesulitan karena
kami sebagai auditor internal tidak hanya melakukan pemeriksaan
terhadap laporan keuangan saja, namun sampai ke hal yang lainnya,
dan yang terpenting kami ada laporannya, karena auditor internal
pada dasarnya tidak hanya melakukan pemeriksaan terhadap laporan
keuangan saja, akan tetapi semua bagian di audit, misalnya cabang A
tidak mempunyai generator atau apa yang lainnya, kebersihan kantor-
nya, catnya, dari sisi pelayanannya segala macam, kami lakukan
pemeriksaan (audit), ibarat kata dapurnya BPRS itu ada di audit
33
Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Jumat, 15
September 2017, Jam 09.00 34
Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Jumat, 15
September 2017, Jam 09.00
134 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
internalnya, kalau di eksternal hanya fokus ke laporan keuangannya
saja.35
Alasan lainnya, karena BPRS yang cakupannya tidak seluas
bank umum, sehingga cakupan wilayah BPRS hanya bisa buka di satu
provinsi saja, misalkan jika BPRS buka di wilayah Jawa Barat maka
cakupannya di hanya Jawa Barat, sehingga cakupannya tidak seluas
bank umum,36
maka untuk saat ini BPRS belum dibutuhkan komite
audit seperti halnya bank umum Syariah, karena ruang lingkup yang
terbatas, maka pengawasan hanya dilakukan oleh pemegang saham.
3. Pendampingan oleh Auditor Internal terhadap staf keuangan
Pada dasarnya di BPRS, auditor internal lebih kepada aspek
keseharian, yang nantinya mengarah ke laporan bulanan dan akan di
akumulasikan, kemudian di audit atau diperiksa oleh pihak eksternal
(KAP) Kantor Akuntan Publik pada akhir tahun, misalnya BPRS me-
nemukan adanya transaksi selisih kas, kas kecil itu akan berpengaruh
ke saldo dan saldo bulan tersebut, namun jika terdapat temuan dan
langsung diperbaiki, maka masalah tersebut selesai, dan auditor inter-
nal melakuan pendampingan pada saat staf keuangan atau teller
membuat berita acara atas selisih tersebut dan auditor melihat sebera-
pa besar kesalahannya kemudian dibuatkan berita acara dan auditor
internal akan tandatangan sebagai bukti telah ikut mendampingi
dalam proses tersebut.
Auditor internal ini bekerja berdasarkan program audit, sehing-
ga bukan pendampingan secara berdampingan langsung, namun ada
yang mendampingi staf, yaitu internal control yang selalu ada di
cabang, lalu nanti auditor internal yang melakukan pemeriksaan ke
cabang pada H plus 1, sehingga semua transaksi hari kemarin dipe-
riksa hari tersebut tetapi auditor internal melakukan pemeriksaan
berdasarkan program satu tahun yang telah di agendakan sebelumnya.
Untuk kunjungan auditor internal ke cabang dalam rangka me-
lakukan pemeriksaan tersebut, hal ini sifatnya internal, karena pada
dasarnya internal control sudah menjadi bagian dari program audit
35
Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Jumat, 15
September 2017, Jam 09.00 36
Hasil Wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Rabu, 06
September 2017, Jam 13.00
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 135
yang fungsiny agar early warning system berjalan dengan baik,
misalnya terdapat kasus saldo mutasi nasabah tuan X pada rekening
gironya, namun nasabah tersebut mengaku sudah membayar padahal
belum terdapat pembayaran, maka laporan tersebut langsung ke pim-
pinan dan hal itu sifatnya lebih cepat serta langsung ada kebijakan,
maka dibutuhkan internal control dalam cabang, selama ini internal
control dilakukan oleh kepala bagian masing-masing secara transak-
sional operasional hariannya mereka yang menceklis (menandai),
sehingga kepala bagian berfungsi sebagai control bukan internal
control.
Menurut auditor internal bahwa: pada dasarnya tidak ada pen-
dampingan secara khusus dalam prakteknya, karena salah satu fungsi
dari auditor internal adalah lebih utama pada evaluasi bukan men-
dampingi secara langsung, namun lebih fokus pada mengevaluasi
fungsinya, sedangkan pendampingan yang dilakukan secara transak-
sional oleh internal control untuk saat ini memang belum ada, insya
Allah untuk kedepannya aka nada, karena sedang dipersiapkan, se-
hingga control yang ada saat ini lebih utama dilakukan oleh kepala
bagian masing-masing, pendampingan secara khusus tidak ada dila-
kukan, pada dasarnya mereka telah dapat melakukan proses laporan
keuangan itu dengan sendirinya, sedangkan auditor internal hanya
melakukan pemeriksaan, kecuali pada saat transaksi harian kami me-
lakukan pemeriksaan dan ternyata terdapat kekeliruan maka kami
memberitahu dan menyelesaikan pada saat itu juga, sehingga pen-
dampingan secara khusus memang tidak ada.37
4. Menjaga Aset, Mengawasi dan Memastikan Jalannya Kebija-
kan dan Compliance dalam BPRS
Tujuan dan tugas auditor internal di dalam BPRS berdasarkan
hasil wawancara antara lain menjaga aset, mengawasi perusahaan,
memastikan jalannya kebijakan (aturan) internal perusahaan dan me-
mastikan kebijakan (kebijakan dari masing-masing direksi) itu dipa-
tuhi (compliance), seperti halnya shari’ah compliance, PAPSI seperti
undang-undang perbankan dan lainnya.
Kebijakan dari masing-masing direksi dalam hal sistem loya-
liter atau otoriter, mau kuat (hard), medium (slow), atau santai (low),
37
Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari, Kamis, 07
September 2017, Jam 13.00
136 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
jadi tergantung modelnya, misalnya ketika auditor internal melaku-
kan audit dan ada temuan, contoh yang paling sederhana misalnya
murabahah karena di bank syariah ataupun BPRS manapun banyak
melakukan akad murabahah sehingga itu menjadi pekerjaan besar
bagi semua BUS dan BPRS di Indonesia, dikarenakan metode penga-
kuan keuntungan maupun pendapatan yang digunakan baik oleh BUS
maupun BPRS, baik BPRS yang satu dengan BPRS yang laiinya
dapat berbeda walaupun dalam aturan yang ada di izinkan mengguna-
kan salah satu metode tersebut, namun akan merujuk pada aturan
yang berbeda nantinya, seperti halnya metode anuitas dan propor-
sional, kebijakan penggunaan metode itu berdasarkan lembaga keua-
ngan maasing-masing.
Murabahah merupakan akad transaksi yang paling besar di
BPRS, apakah ketika hal tersebut muncul disetiap temuan auditor
internal itu tidak di skip, apakah setiap terdapat temuan kemudian
temuan tersebut tidak muncul di DPS, maka hal ini menjadi tanda
tanya , seperti halnya auditor internal ada temuan dalam proses audit,
namun DPS tidak ada temuan lalu apa yang miss, dimana mismatch-nya, sehingga tergantung dari jalurnya sendiri, misalnya auditor
internal ingin auditnya seperti ini, kemudian mana referensi DPSnya,
sehingga perlu ada kebijakan atau aturan yang jelas khususnya terkait
dengan kepatuhan Syariahnya.
Selanjutnya, jika auditornya professional maka auditor internal
butuh di review dan diaudit, namun saat terjadi masalah atau kesala-
han maka auditor internal hanya melaporkan adanya temuan, sedang-
kan keputusan puncaknya ada dikebijakan masing-masing bagaimana
mereka mau mengelola dari metode yang low sampai hard.
Sehingga tujuan dari audit internal adalah memeriksa, menga-
nalisa dan melaporkan kepada direktur utama, dan yang dijadikan
landasan dalam audit selain undang-undang, peraturan OJK, peratu-
ran BI juga SOP dan Surat Keputusan direksi seperti memorandum
internal, namun untuk kepatuhan Syariah tetap terdapat komunikasi
dengan DPS.
5. Mematuhi Aturan dan Landasan yang digunakan dalam Audit
Aturan dan landasan yang digunakan dalam proses audit untuk
BPRS antara lain kepatuhan syariahnya dari DPS berdasarkan fatwa
DSN, ketentuan Bank Indonesia, POJK, SAK ETAP (Standar Akun-
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 137
tansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik)38
, serta PAPSI39
untuk BPRS, dan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah, hanya
sebagian yang diterapkan dari SAK Syariah karena aturan utama
yang digunakan SAK ETAP dan PAPSI untuk BPRS.
Aturan dan kebijakan dalam penyusunan laporan keuangan
BPRS, ditentukan oleh BI (Bank Indonesia) dengan menggunakan
SAK ETAP dan PAPSI untuk BPRS, dan aturan tersebut juga digu-
nakan oleh audit eksternal, namun akuntan publik saat melakukan
pemeriksaan dasar aturan yang dipakai adalah SAK ETAP dan PAPSI
untuk BPRS, sehingga tidak terlalu ketat dengan SAK (Standar
Akuntansi Keuangan) baik yang umum maupun yang Syariah dari
101-110, walaupun aturan tersebut digunakan, namun hanya bebera-
pa yang digunakan karena aturan utama lebih merujuk ke SAK
ETAP dan PAPSI untuk BPRS.
Di dalam menjalankan perannya sebagai auditor internal selain
mematuhi aturan dan landasan tersebut, juga terdapat SOP (Standard Operating Procedure), yang sifatnya terdapat dalam juklak (petunjuk
pelaksana), dan kebijakan tersebut pada dasarnya general (umum),
seperti halnya SOP yang terdapat di customer service dengan teller
pada dasarnya BPRS memiliki SOP yang umum, akan tetapi terdapat
38
SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa
AKuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan oleh
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), yaitu entitas yang tidak memi-
liki akuntabilitas publik signifikan, dan menerbitkan laporan keuangan un-
tuk tujuan umum (general purpose financial statetment) bagi pengguna eks-
ternal, contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat lang-
sung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit,
SAK ETAP bertujuan untuk menciptakan fkesibilitas dalam penerapannya
dan diharapkan memberikan kemudahan akses ETAP kepada pendanaan dari
perbankan, SAK ETAP merupakan SAK yang berdiri sendirir dan tidak
mnegacu pada SAK umum, sebagian besar menggunakan konsep biaya
historis, mengatur transaksi yang dilakukan oleh ETAP, bentuk pengaturan
yang lebih sederhana dalam hal perlakuan akuntansi dan relative tidak
berubah selama beberapa tahun, www.iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-
keuangan/etap 39
PAPSI merupakan petunjuk pelaksanaan yang berisi penjabaran
lebih lanjut dari beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
yang relevan bagi industry perbankan Syariah, Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 15/26/DPbS Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah di
Indonesia, 10 Juli 2013
138 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
pula SOP yang secara khusus lebih ke tekhnisnya masing-masing,
karena di BPRS, lebih sederhana dalam melaksanakan aturan dan
kebijakan dari SOP yang telah ditentukan, misalnya rekening untuk
tabungan nasabah, maka prosedur pemeriksaannya mengikuti aturan
SOP dan melihat saldo yang terdapat di catatan bank maka hal terse-
but tidak terjadi masalah, dan prosedur selanjutnya akan menggu-
nakan aturan dan landasan yang terdapat dari SAK ETAP, PAPSI dan
juga fatwa karena hal tersebut akan berhubungan langsung dengan
proses penyajian laporan keuangan.40
Menurut auditor internal yang berikutnya menyatakan bahwa
landasan yang lebih diperkuat dalam proses pemeriksaan adalah kepa-
tuhan dari DPS yang merupakan aturan dari fatwa dan juga ketentuan
Bank Indonesai, namun karena BPRS merujuk aturan utamanya
adalah SAK ETAP dan PAPSI yang merupakan atuarn dari Bank
Indonesia, akan tetapi BPRS juga memiliki SOP (Standard Operating
Procedure) berdasarkan kebijakan dari internal BPRS mengenai
banyak hal dari yang terkecil sampai terbesar.41
Maka selain aturan dan landasan tersebut yang digunakan oleh
auditor internal di dalam BPRS dan di terapkan oleh auditor internal
terdapat aturan lainnya yaitu SOP yang merupakan aturan internal
BPRS, serta terdapat pula aturan POJK (Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan) yang memiliki tugas mengawasi lembaga keuangan Sya-
riah termasuk BPRS.
6. Menjaga dan memperhatikan cakupan bidang audit42
di BPRS
Pada dasarnya dari lima cakupan bidang audit saling berkaitan
satu dengan yang lainnya dan membutuhkan perhatian secara khusus
dari masing-masing cakupan bidang audit tersebut, sehingga dapat
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas, namun dari bebera-
pa hasil wawancara dilapangan bahwa cakupan bidang audit yang pa-
ling utama untuk dijaga serta diperhatikan yaitu aspek legal, dimana
40
Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Jumat, 25
Agustus 2017, Jam 16.00 41
Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Jumat, 15
September 2017, Jam 09.00 42
Cakupan Bidang Audit yang terdapat di Bank Syariah, terdiri dari
dari bidang Operasional, bidang Pembiayaan, bidang Syariah, bidang tekno-
logi dan informasi, bidang 3P (People, Procedure & Physical Condition),
Muamalat Institute
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 139
cakupannya cukup luas karena posisi legal berkaitan dengan nilai
jaminan, dan berkaitan dengan cakupan bidang audit lainnya, seperti
halnya bagian legal memberikan nilai jaminan kepada nasabah de-
ngan nilai yang salah untuk pembiayaan yang akan diberikan, se-
hingga akan berdampak kepada cakupan bidang audit lainnya, seperti
contoh misalnya bagian legal memberikan nilai jaminan Rp. 300 juta.
Pada saat dilakuan audit oleh auditor internal ternyata nilai
jaminan tersebut hanya dapat di nilai sebesar Rp.150 juta maka hal
ini akan sangat berdampak terhadap laporan keuangan yang akan
disajikan, juga berdampak dengan cakupan bidang audit lainnya,
sedangkan kaitan dengan laporan keuangan akan memunculkan nilai
jaminan yang tertera dalam laporan keuangan tidak sesuai dengan
yang sebenarnya, sehingga laporan keuangan yang disajikan tidak
dengan nilai yang seharusnya, maka laporan keuangan tersebut infor-
masinya terdapat tindakan kedustaan (tidak jujur)43
Selanjutnya, cakupan untuk teknologi dan informasi seperti
halnya di customer service ada seorang nasabah yang akan mencair-
kan rekening deposito, namun saat pencairan informasi dan teknologi
mengalami kendala maka hal tersebut akan berdampak terhadap
laporan keuangan dalam hal pembagian bagi hasil dan pengurangan
pajak, cakupan bidang audit nerikutnya untuk bidang pembiayaan,
juga perlu diperhatikan dalam menjaga kualitas laporan keuangan,
misalnya terdapat pembiayaan yang telah terealisasi bahwa nasabah
mampu untuk melakukan pembayaran angsuran Rp. 10 Juta, namun
saat dilakukan audit internal dari sisi pembiayaan ternyata nasabah
tersebut hanya mampu untuk melakukan pembayaran angsuran Rp. 1
Juta, maka hal ini akan sangat berdampak terhadap laporan keuangan,
dimana saat nasabah tersebut tidak dapat melakukan pembayaran
angsuran (macet), maka akan terjadi manipulasi data untuk menyusun
laporan keuangan yang berakibat terhadap kualitas laporan keuangan
itu sendiri.
Untuk cakupan bidang operasional juga perlu diperhatikan mi-
salnya sudah di approval bahwa dana pihak ketiga Rp. 100 Juta,
namun sampai dicabang dana pihak ketiga tersebut tidak sampai Rp.
100 Juta maka hal ini dapat berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan, karena terdapat perbedaan jumlah nominalnya, dan yang
43
Jaka Isgiyarta, Teori Akuntansi Islam dan Laporan Keuangan Isla-
mi, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2010), 130
140 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
terakhir perlu diperhatikan adalah cakupan bidang Syariah, atau
Shari’ah Compliance, hal ini tergantung dengan tingkat keimanan
dari masing-masing manusianya yang terlibat dalam BPRS walaupun
dari sisi operasional untuk Syariah compliance di awasi dan diperha-
tikan oleh dewan pengawas Syariah yang memang menjadi tugas dan
tanggung jawab dewan pengawas Syariah dalam bidang cakupan
audit Syariahnya.
7. Kualitas Laporan Keuangan di BPRS
Untuk menjaga laporan keuangan berkualitas di BPRS maka
diperlukan adanya peran auditor internal untuk:
a. Memberikan informasi apapun yang dibutuhkan manaje-
men dalam menjalankan tanggung jawabnya;
b. Membantu pihak mananjem dalam mengevaluasi aktivitas
dalam BPRS;
c. Bersikap independen terhadap aktivitas audit di semua
tingkatan manajemen dan bagian;
d. Melakukan evaluasi, pengawasan dan pengontrolan dalam
proses transaksi pendanaan maupun pembiayaan;
e. Menyusun prosedur (SOP) serta kebijakan tertulis sebagai
pedoman bagi karyawan di BPRS;
f. Melakukan penilaian terhadap program yang berjalan untuk
memastikan bahwa telah sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan oleh BPRS;
g. Mengkomunikasikan hasil audit dan memberikan rekomen-
dasi kepada pihak manajemen atas temuan yang ada di
BPRS;
h. Mengikuti pelatihan yang terkait dengan ke syariahan baik
dari sisi akuntansi maupun audit;
i. Melakukan inspeksi dan pengawasan terhadap peraturan dan
kebijakan yang ditetapkan manajemen;
j. Memeriksa fisik kas internal yang diterima dan yang keluar
dengan bukti penerimaan dan pengeluaran;
k. Mencocokan data transaksi dengan bukti;
l. Menganalisis tindakan auditee agar tidak bertentangan
dengan kebijakan, standar, prosedur, hukum dan regulasi
yang berlaku;
m. Mengarahkan pelaksanaan kualitas manajemen agar sesuai
dengan yang direncanakan;
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 141
n. Terlibat dalam perencanaan dan pembuatan keputusan
strategis;
o. Melakukan analisis resiko atas aktivitas tertentu yang ada
dalam strategis BPRS;
p. Mengidentifikasi resiko karena adanya perubahan kebija-
kan;
q. Memahami adanya materialita dan dampaknya terhadap
laporan keuangan.
B. Peran Auditor Eksternal dalam BPRS
Auditor eksternal yang dapat di wawancarai terkait dengan
disertasi ini terdiri dari 2 responden, yang bekerja di kantor akuntan
publik44
dengan jabatan sebagai auditor dan pernah mengaudit lapo-
ran keuangan BPRS, namun mereka belum memiliki sertifikasi akun-
tansi Syariah, akan tetapi mereka pernah mengikuti pelatihan menge-
nai akuntansi Syariah, dengan hasil wawancara sebagai berikut ter-
kait dengan peran auditor eksternal terhadap kualitas laporan keua-
ngan di BPRS, pendekatan yang digunakan fenomenologi45
maka
auditor eksternal tersebut menjawab sesuai dengan apa yang mereka
alami sebagai auditor eksternal, saat ini jumlah auditor baik internal
maupun eksternal yang memiliki sertifikasi akuntansi Syariah per
Desember 2017 tidak lebih dari 49 Orang.
44
Kantor Akuntan Publik yang selanjutnya disingkat KAP adalah ba-
dan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-unda-
ngan dan mendapatkan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang mengenai Akuntan Publik, sedangkan Akuntan Publik yang selan-
jutnya disingkat AP adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk
memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang mengenai
Akuntan Publik, hal tersebut dapat dilihat dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 13/POJK.03/2017 Tentang Penggunaan Jasa Akuntan
Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam Kegiatan Jasa Keuangan, (Bab 1
Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat 5 dan 6), 4 45
Ari Kamayanti, Metodologi Penelitian Kualitatif Akuntansi (Pe-
ngantar Religiositas Keilmuan), (Jakarta: Yayasan Rumah Peneleh, Seri
Media dan Literasi, 2016), 151
142 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
1. Memiliki Independensi terhadap laporan keuangan dan
manajemen BPRS
Kebebasan (independensi) perlu dimiliki oleh setiap auditor
terhadap laporan keuangan yang diberikan oleh BPRS kepada akun-
tan untuk dilakukan proses audit, sehingga laporan keuangan mutlak
di selesaikan oleh BPRS, walaupun dalam kantor akuntan publik juga
memiliki jasa membuat laporan keuangan bagi entitas bisnis, namun
jika laporan keuangan tersebut dibuat oleh jasa dari kantor akuntan
publik, maka laporan keuangan yang dibuat oleh kantor akuntan pub-
lik tersebut wajib di audit oleh kantor akuntan publik yang berbeda.46
Seorang auditor juga harus memiliki sikap yang bebas dari
pengaruh, serta kendali dari pihak lain sehingga tidak tergantung
pada orang lain, kejujuran juga dapat dikatakan sebagai independensi
karena dibutuhkan fakta dan pertimbangan yang objektif terhadap
laporan keuangan yang akan di audit tersebut.47
Contoh permasalahan yang biasa dihadapi oleh auditor ekster-
nal seperti yang disampaikan diawal bahwa perusahaan klien memin-
ta akuntan publik untuk menyusun laporan keuangan dan bertang-
gung jawab terhadap laporan keuangan tersebut, kemudian melaku-
kan proses audit untuk laporan keuangan dari perusahaan klien yang
laporannya disusun oleh akuntan publik tersebut, karena manajemen
berharap agar kinerja terlihat baik, walaupun manajemen memberikan
kepercayaan yang penuh terhadap akuntan publik tersebut.48
Dapat dilihat dengan jelas untuk menjaga laporan keuangan
yang berkualitas auditor eksternal memiliki peran dalam menjaga
independensinya terhadap laporan keuangan yang akan diaudit, hal
tersebut dapat memunculkan rasa kepercayaan seorang auditor dalam
melakukan proses audit untuk laporan keuangan perusahaan klien
khususnya BPRS, sehingga laporan keuangan harus di audit oleh kan-
tor akuntan publik yang berbeda, hal ini untuk menjaga indepen-
densinya auditor eksternal terhadap manajemen BPRS, karena jika
terjadi masalah dalam laporan keuangan maka hal tersebut menjadi
46
Hasil wawancara dengan Auditor Eksternal, Pada hari Senin, 02
Oktober 2017 47
Hasil wawancara dengan Auditor Eksternal, Pada hari Selasa, 10
Oktober 2017, Jam 13.00 48
Hasil wawancara dengan Auditor Eksternal, Pada hari Senin, 02
Oktober 2017
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 143
tanggung jawab manajemen dan masalah tersebut yang terlebih
dahulu harus disampaikan ke pihak manajemen tanpa campur tangan
yang mendalam dari auditor, hal tersebut agar independensi seorang
auditor dapat terjaga dengan baik, sehingga masalah yang timbul
akan disampaikan ke manajemen BPRS dan pihak manajemen yang
akan menentukan untuk mengambil keputusan atas permasalahan
yang menjadi temuan auditor.
2. Memberikan opini49
mengenai kewajaran laporan keuangan
BPRS
Opini yang terdapat di dalam laporan audit merupakan hal
yang penting dalam proses audit atau proses atestasi50
karena opini
merupakan informasi utama yang dapat di informasikan kepada pe-
makai mengenai temuan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya.
Tugas auditor eksternal salah satunya memberikan opini atas
kewajaran laporan keuangan entitas atau lembaga keuangan Syariah
yang di audit sesuai dengan standar yang berlaku umum, agar dapat
memberikan opini sesuai dengan hasil yang di peroleh selama proses
audit, dengan beberapa pendapat yang dilaporkan dalam laporan audit
49
Opini adalah pendapat, ide atau pikiran untuk menjelaskan kecen-
derungan atau preferensi tertentu terhadap perspektif dan ideologi akan
tetapi bersifat tidak objektif karena belum mendapatkan pemastian atau pe-
ngujian, dapat pula merupakan sebuah pernyataan tentang sesuatu yang ber-
laku pada masa depan dan kebenaran atau kesalahannya serta tidak dapat
langsung ditentukan misalnya menurut pembuktian melalui induksi,
www.wikipedia.org 50
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau per-
timbangan yang diberikan oleh seorang yang independen dan kompeten yang
menyatakan apakah asersi suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan, dan asersi adalah pernyataan yang dibuat oleh satu pihak
yang secara implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak
ketiga), untuk laporan keuangan historis, asersi mrupakan pernyataan mana-
jemen bahwa laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum (generally accepted accounting principles), jasa atestasi profesi akun-
tan public dapat dibagi lebih lanjut menjadi empat jenis, yaitu: Auditing,
pemeriksaan (examination), review, prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures), Mulyadi, Kanaka Pruadiredja, “Auditing”, Buku Satu, Edisi ke
5, (Salemba Empat, Jakarta, 1998), 5
144 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
berdasarkan hasil proses audit yang dilakukan oleh auditor ekster-
nal51
,
Berikut opini yang dapat diberikan auditor eksternal atas pro-
ses audit yang dilakukan atas laporan keuangan klien atau BPRS,
pendapat wajar tanpa pengecualian, pendapat wajar tanpa pengecua-
lian dengan paragraph penjelas, pendapat wajar dengan pengecualian,
pendapat tidak wajar, dan pernyataan tidak memberikan pendapat,
dan hal itu berdasarkan standard professional.52
Selanjutnya auditor eksternal menyatakan bahwa: Setiap enti-
tas bisnis termasuk BPRS, berharap opini yang di peroleh dari auditor
eksternal memberikan opini pendapat wajar tanpa pengecualian ber-
dasarkan laporan keuangan yang di audit, berdasarkan dengan prose-
dur yang berlaku.53
Auditor eksternal bertanggung jawab untuk memberikan
pendapat mereka apakah transaksi dan kontrak yang dalam syari’at
kebijakan, peraturan dan pedoman, dimana auditor internal dan
eksternal juga bertanggung jawab untuk menguji kepatuhan syari’ah
lembaga keuangan Syari’ah54
Auditor internal maupun eksternal seharusnya di wajibkan me-
miliki sertifikasi akuntansi Syariah walaupun di wajibkan kepada
auditor untuk mengikuti pelatihan akuntansi Syariah, sehingga me-
miliki sertifikat seperti halnya akuntan publik, hanya lebih spesifikasi
untuk akuntansi Syariah yang wajib untuk melakukan proses audit
bagi entitas bisnis Syariah baik lembaga keuangan Syariah bank
51
Auditor eksternal adalah orang independen atau firma auditor yang
ditunjuk oleh pemegang saham untuk menyelidiki laporan keuangan yang
disusun oleh manajemen dan melaporkan temuanya kepada pemegang sa-
ham, James O, Alabede, “The Role Compromise and Problems of the Exter-nal Auditor in Corporate Governance” Research Journal of Finance an
Accounting, Vol 3, No.9, 2012, 114-126 52
Hasil wawancara dengan Auditor Eksternal, Pada hari Senin, 02
Oktober 2017 53
Hasil wawancara dengan Auditor Eksternal, Pada hari Selasa, 10
Oktober 2017, Jam 13.00 54
Yacoob & Donglah, “Shari’ah Audit in Islamic Financial Institu-
tions: The Postgraduates Perspective Audit Syari’ah di Lembaga Keuangan
Islam: The Pascasarjana Perspektif” International Journal of Economics and Finance, University of Brunei Darussalam, Brunei, Volume 4, No.12 (2012),
8
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 145
maupun non bank, agar opini yang di sajikan memenuhi kewajaran
secara prinsip akuntansi Syariah, yang agak berbeda penerapannya
dengan prinsip akuntansi konvensional.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang me-
nyatakan bahwa OJK di Indonesia harus mendorong lebih banyak
entitas bisnis untuk menyiapkan laporan keuangan sesuai dengan
standar akuntansi untuk menerima pendapat wajar tanpa pengecua-
lian dari auditor eksternal.55
3. Mereview catatan atau dokumen laporan keuangan BPRS
Auditor eksternal menyatakan bahwa: agar laporan keuangan
yang di audit dapat dihasilkan sesuai dengan waktu yang telah diten-
tukan dalam periode akuntansi, biasanya proses audit dilakukan seca-
ra bertahap, dan dilakukan per 3 bulan, pihak BPRS mengirimkan
laporan keuangannya untuk di audit, seperti prosedur pada umumnya
melakukan proses audit.56
Proses audit atas laporan keuangan mengikuti 3 (tiga) standard
yaitu Standar umum yang mencakup mengenai keahlian dan pelati-
han teknis yang memadai bagi seorang auditor, dapat mempertahan-
kan independensinya, dan wajib menggunakan keahliannya dalam
pelaksanaan audit dan pelaporan dengan cermat, dalam hal mereview
catatan maupun dokumen laporan keuangan yang di audit.
Selanjutnya standard pekerjaan lapangan yaitu seluruh peker-
jaan audit direncanakan dengan sebaik-baiknya, tidak hanya mem-
perhatikan standard audit saja, namun juga pemahaman mengenai
pengendalian interen BPRS untuk merencanakan dan menentukan
sifat audit, melakukan pengamatan dan konfirmasi sebagai dasar
untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan yang telah di
audit berdasarkan bukti yang kompeten, terakhir adanya standard
pelaporan, yang meliputi bahwa laporan audit harus menyatakan
laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum, hasil laporan audit menunjukan kekonsistenan dengan
periode sebelumnya, makanya dibutuhkan review per tiga (tiga)
bulan, dan laporan audit memuat seluruh pernyataan yang sesuai
55
Putu Agus Ardiana, “The Role of Eksternal Audit in Improving Firm’s Value”, (Bali: FEB Udayana, 2013), 1 - 15
56 Hasil wawancara dengan Auditor Eksternal, Pada hari Senin, 02
Oktober 2017
146 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
dengan hasil review dari catatan atau dokumen yang diberikan oleh
BPRS kepada auditor.57
Berdasarkan hasil wawancara dengan auditor eksternal dapat
disimpulkan bahwa yang mereka alami selama menjadi auditor untuk
mengaudit laporan keuangan BPRS mereka lebih berhati-hati dalam
melakukan proses audit karena selain menggunakan SAK ETAP dan
PAPSI untuk BPRS, mereka juga harus merujuk ke SAK Syariah
yang menjadi acuan dalam PAPSI untuk BPRS, walaupun tidak se-
mua mereka rujuk dalam melakukan proses auditnya, dan kendala
yang dihadapi bahwa masih ada BPRS yang masih menggunakan atu-
ran PAPSI untuk BPRS tahun 2003 yang seharusnya sudah meng-
gunakan tahun 2013, hal ini agak sedikit menyulitkan bagi auditor
eksternal karena penerapan yang berbeda antara PAPSI 2003 dengan
2013.
4. Kualitas Laporan Keuangan di BPRS
Untuk menjaga laporan keuangan berkualitas di BPRS maka
diperlukan adanya peran auditor eksternal untuk:
a. Wajib mengaudit laporan keuangan BPRS;
b. Memberikan pendapat bebas dari salah saji yang material
atas laporan keuangan BPRS;
c. Memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan BPRS;
d. Mereview prosedur dalam proses pembuatan laporan
keuangan BPRS;
e. Memiliki independensi terhadap laporan keuangan;
f. Bertanggung jawab atas laporan audit;
g. Mengikuti pelatihan yang terkait dengan akuntansi berda-
sarkan prinsip Syariah;
h. Kepentingan dalam pencegahan fraud; i. Bersikap independen terhadap manajemen BPRS;
j. Mereview catatan atas dokumen yang mendukung laporan
keuangan secara periodic.
C. Peran Dewan Pengawas Syariah dalam BPRS
Dewan pengawas Syariah yang dapat di wawancarai terkait
dengan disertasi ini terdiri dari 2 responden yaitu DPS dari BPRS
57
Hasil wawancara dengan Auditor Eksternal, Pada hari Selasa, 10
Oktober 2017, Jam 13.00
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 147
Bhakti Sumekar Sumenep dan BPRS HIK Ciledug dan Bekasi,
dengan hasil wawancara sebagai berikut terkait dengan peran dewan
pengawas Syariah terhadap kualitas laporan keuangan di BPRS,
dengan pendekatan yang digunakan fenomenologi58
maka dewan
pengawas Syariah tersebut menjawab sesuai dengan apa yang mereka
alami sebagai dewan pengawas Syariah.
1. Keberadaan dan kedudukan DPS dalam BPRS
Salah satu perbedaan yang mendasar antara BPR (Bank Per-
kreditan Rakyat) dengan BPRS adalah adanya kewajiban DPS dalam
BPRS, DPS sebagai lembaga independen atau juris khusus dalam
bidang fiqih muamalat, hanya saja DPS dapat beranggotakan diluar
ahli fiqih, namun harus memiliki keahlian dalam bidang lembaga
keuangan Islam dan fiqih muamalat, karena DPS berkewajiban me-
ngarahkan, mereview, dan mengawasi aktivitas lembaga keuangan
agar dapat diyakini bahwa mereka mematuhi aturan dan prinsip
syari’ah Islam, fatwa aturan DPS mengikat lembaga keuangan Islam
tersebut.59
“DPS berperan sebagai pengawas Syariah bukan komisaris,
seperti yang pernah terjadi di BPRS kami berawal pada tahun 2001-
2002 itu merupakan perubahan dari konvensional ke Syariah, terdapat
penyertaan modal sekitar Rp. 50 milyar lebih, terjadi penyalahgunaan
oleh salah satu komisaris yang jabatannya sebagai pemilik saham uta-
ma memberikan pembiayaan tanpa ada agunan yang rasional sehing-
ga menjadi masalah macet pembayarannya, hingga akhirnya menjadi
temuan dan mendapat teguran keras dari OJK, namun DPS tidak
memahami akan permasalahan tersebut karena DPS saat itu seorang
kyai yang sudah cukup sepuh, hingga akhirnya dilakukan pertemuan
oleh OJK dan ternyata itu kesalahan dari dewan direksi, maka pada
tahun 2010 terjadilah perubahan dan perombakan besar terhadap
struktur organisasi di BPRS, namun untuk penyalahgunaan yang
58
Ari Kamayanti, Metodologi Penelitian Kualitatif Akuntansi (Pe-
ngantar Religiositas Keilmuan), (Jakarta: Yayasan Rumah Peneleh, Seri
Media dan Literasi, 2016), 151 59
AAOIFI, Governance Standard for Islamic Financial Institutions
No. 1, Shari’a Supervisory board, AAOIFI, Manama, Bahrain (2015)
148 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
telah terjadi tetap diselesaikan melalui beberapa tahapan dan proses
hingga penyelesaian akhirnya tetap melalui ranah hukum.”60
Tugas DPS yang pertama memberikan opini terhadap produk-
produk baru, jika terdapat produk baru maka DPS akan merujuk pada
fatwa DSN MUI, namun jika tidak ada fatwanya maka seorang DPS
akan memberikan opini yang bersifat sementara, dan hal tersebut
dapat di atur oleh OJK, dan sejalan juga dengan meminta opini
kepada DSN, sebagai contoh yang dialami, ada tabungan tanpa nama
(no name) dan tiba-tiba ada dana masuk, setelah ditelusuri ternyata
tidak mendapatkan informasi mengenai pemilik rekening tersebut,
dan dana tersebut mengendap beberapa tahun sedangkan DPS yang
sebelumnya tidak mau memberikan opini, akhirnya kami DPS yang
baru memberikan opini atas masalah tersebut dan dijadikan hukum-
nya adalah luqathah (barang temuan), karena pemiliknya tidak dike-
tahui maka harus diumumkan selama satu tahun disemua cabang, dan
jika ada yang melapor dengan adanya bukti yang jelas dan benar
maka dana tersebut dikembalikan.
Jika dalam satu tahun tidak ada yang melaporkan, maka dana
tersebut menjadi pendapatan lain-lain, akan tetapi jika suatu hari ada
nasabah yang mengakui akan dana tersebut maka BPRS berkewajiban
untuk mengembalikannya, dari sisi akuntansinya saya tidak memaha-
mi, itu ada bagian tersendiri dari anggota DPS yang memahami untuk
akuntansinya sedangkan saya dari sisi hukum Syariahnya.61
Dari hasil wawancara tersebut diatas terlihat bahwa terdapat
dana yang mengendap di dalam BPRS yang akan berpengaruh terha-
dap kualitas laporan keuangan dimana keandalan suatu laporan keua-
ngan terdapat informasi yang tidak jelas terhadap dana yang mengen-
dap tadi, karena laporan keuangan yang disajikan memberikan infor-
masi dengan pengertian menyesatkan, namun karena adanya peran
DPS dalam BPRS tersebut dikeluarkan opini terkait dengan dana
mengendap tersebut dan hal itu pun perlu adanya kerjasama dengan
auditor internal yang memang memahami dari posisi pencatatan
akuntansinya yang sesuai dengan prinsip Syariah.
60
Hasil wawancara dengan DPS (Dewan Pengawas Syariah), Pada
hari, Selasa 01 Agustus 2017, Jam 09.00 61
Hasil wawancara dengan DPS (Dewan Pengawas Syariah), Pada
hari, Jumat, 18 Agustus 2017, Jam 17.00
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 149
Maka permasalahan tersebut yang dialami oleh DPS sejalan
dengan yang dinyatakan Abu Moamer dalam hasil penelitian Laely
yang menyatakan bahwasannya DPS dapat memastikan agar aktivitas
bank Islam dilakukan dalam batas-batas Syariah, dan memastikan
bahwa bank Islam bebas dari transaksi yang mengandung bunga,
perjuadian, spekulasi dan melakukan perdaganagn produk yang diha-
ramkan, serta mendesak manajemen bank Islam untuk mengungkap-
kan penerimaan dari setiap transaksi yang melanggar hukum Islam
dan dibagikan untuk kepentingan amal, juga harus melakukan audit
terhadap dana zakat bank Islam untuk memastikan penghitungan
yang benar, dan distribusi zakat yang adil ke delapan kelompok yang
berhak menerima zakat seperti siebutkan dalam Al Quran62
2. Memaksimalkan Efektifitas Peran DPS di BPRS
DPS yang ada saat ini belum memenuhi efektifitas perannya
sebagai DPS di BPRS, untuk mengetahui seberapa efektifnya peran
DPS di BPRS, dapat dilihat dari berapa jumlah opini yang dikeluar-
kan oleh DPS dalam satu tahun, atau bisa jadi ada dps yang tidak
mengeluarkan opini sama sekali karena belum banyak berkontribusi
kepada BPRS, namun ada pula DPS yang mengeluarkan opini tiap
bulan bahkan dalam setahun bisa lebih dari 12 opini, hal itu termasuk
DPS yang aktif dan dapat berkontribusi secara maksimal, misalnya
karena ada kerjasama yang baik dengan divisi kepatuhan.
Opini yang dikeluarkan DPS pada dasarnya dapat bermacam-
macam, bukan hanya mengenai produk baru, namun dapat pula me-
ngenai kondisi lapangan yang dihadapi, permasalahan yang dapat
ditanyakan kepada para staf maupun karyawan di BPRS, karena hal
tersebut jelas menjadi wewenang DPS dalam mengeluarkan opini
ketika belum terdapat fatwanya, karena DPS dianggap punya keahli-
an maka opini tersebut dapat ditetapkan dan menjadi pegangan sam-
pai ada fatwa atau ijma baru, maka gugurlah opini tersebut, namun
DPS yang ada saat ini hanya dibutuhkan sebagai label bahwa BPRS
tersebut memiliki DPS, dan membuat laporan 2 kali walaupun yang
62
Laely Dwi Arsyianti, “The Role of Shariah Supervisory Board in
Islamic Financial Industry (Case Study: Iran, Malaysia, And Indonesia)”,
Jurnal Ekonomi Islam Al Infaq, Volume.1 No.1 september (2010): 61-79
150 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
membuat bahkan staf bprs, lalu dimana amanah DPS jika hal tersebut
yang terjadi.63
Peran DPS sebenarnya tidak hanya memikirkan produk baru
saja, namun juga terkait dengan perilaku tanpa harus diminta, sehing-
ga lebih berkontribusi dengan sangat maksimal karena DPS bertang-
gung jawab sebagai dewan pengawas, maka harus ada kaitannya
dengan membina akhlak karyawan agar tidak terjadi fraud dalam
BPRS.
Permasalahan dengan tidak efektifnya DPS juga perlu adanya
perbaikan dalam persyaratan sebagai DPS, sebaiknya tidak seharus-
nya seorang DPS tersebut itu hanya anggota DSN yang ahli al
Quran, fiqh muamalah dan ahli membuat ijma, akan tetapi setelah
dikaitkan dengan aturan yang terdapat di OJK yang telah difatwakan
bahkan DPS tidak memahami, termasuk ditempat kami, mengalami
hal tersebut, seperti contoh bahwa seorang DPS berpendapat yang
dimaksud dengan murabahah hanya barang investasi, padahal dalam
pendapat kami bahwa murabahah itu telah mengikuti unsur dari sya-
rat dan rukun murabahah maka bisa dilakukan, ada barang yang dibeli
kemudian menjadi hak nasabah, dan akan menjadi piutang bagi BPRS
hutang bagi nasabah, maka barang tersebut sudah dapat dijual kem-
bali oleh nasabah, sehingga masalah seperti ini saja masih kurang
dipahami karena DPS hanya berpatokan pada barang investasi saja.64
Sebaiknya ketentuan yang ada saat ini diperbaiki bahwa seo-
rang DPS tidak hanya harus seorang anggota DSN, namun sebaiknya
diwajibkan salah satunya seorang ekonom dari bidangnya yang sesuai
dengan lembaga keuangan Syariah tersebut, dan untuk prosesnya pun
jangan terlalu lama, dari tahapan test yang dilakukan oleh MUI DSN,
dan OJK membbutuhkan waktu hingga sampai setahun, serta aturan
lainnya terdapat rekomendasi dari MUI kemudian ke pengurus harian
dirapatkan dan setelah itu mereka mewajibkan harus dari kalangan
mereka (anggota DSN), sehingga tidak melihat keahliannya dari sisi
yang lain walaupun mereka memiliki keahliannya dari sisi Syariah,
sedangkan terdapat seorang yang berpengalaman dan memiliki keah-
lian diperbankan atau asuransi, pasar modal, tetapi bukan anggota
63
Hasil wawancara dengan direksi, Pada hari Senin, 25 September
2017, Jam 10.00 64
Hasil Wawancara dengan direksi, Pada hari Senin, 25 September
2017, Jam 10.00
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 151
DSN maka seorang tersebut tidak bisa menjadi DPS, maka sebaiknya
agar adil dan berkualitas maka DPS seharusnya dapat dikombinasikan
agar dapat bersinergi.65
3. Pentingnya Sertifikasi bagi DPS untuk menjaga kualitas
laporan keuangan BPRS
Dalam hasil wawancara dengan DPS bahwa seorang DPS yang
bertugas di lembaga keuangan Syariah wajib memiliki sertifikasi
yang sesuai dengan tugas dan amanah yang akan dilakukan pada lem-
baga keuangan Syariah, untuk penelitian ini khususnya bagi BPRS,
mereka menyadari bahwa DPS yang ada saat ini di lembaga keuangan
Syariah maupun BPRS berlatar belakang ustad atau ulama yang me-
mang sudah memiliki keilmuan dalam bidang fiqih muamalah khu-
susnya, hanya saja dari sisi perbankan, keuangan maupun akuntan-
sinya memang kurang bahkan tidak ada, sehingga DPS lebih cende-
rung membahas mengenai fatwa yang akan digunakan dalam kegiatan
operasional BPRS tersebut.66
DPS menyatakan bahwa mereka juga harus memiliki sertifikasi
berdasarkan tingkatan level yang ada, saat ini kami sudah mengikuti
pada tahapan level satu, dan pembahasan pada level satu ini hanya
mengenalkan dengan fatwa-fatwa dan akuntansi dasar, sedangkan
level dua pembahasan lebih lanjut ke arah manajemen resiko, akun-
tansi hingga pelaporannya, hanya saja untuk mengikuti level dua
tersebut perlu waktu tunggu karena banyaknya DPS yang harus
mengikuti level tersebut, sehingga kami belum mendapatkan giliran
di level kedua tersebut, dan yang melaksanakan sertifikasi ini DSN
bekerjasama dengan OJK, banyak DPS yang mengikuti namun latar
belakang agama, bahkan sudah cukup sepuh namun tetap belajar
mengenai akuntansi khususnya, dan kami pun menyadari walaupun
kami pernah belajar keuangan perbankan Syariah namun untuk
akuntansinya kurang mendalam hingga dibutuhkan kerjasama yang
baik antara DPS dengan audit internal, atau salah satu anggota DPS
adalah orang yang paham mengenai keuangan khususnya akuntansi
65
Hasil wawancara dengan direktur utama, Pada Hari Kamis, 07
September 2017, Jam 10.00 66
Hasil wawancara dengan DPS (Dewan Pengawas Syariah), Pada
hari, Selasa 01 Agustus 2017, Jam 09.00
152 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
yang terkait dengan laporan keuangan yang akan disajikan dan
dipertanggungjawabkan.67
Menurut Adiwarman Karim68
, perlu di adakannya sertifikasi
bagi DPS bertujuan untuk meningkatkan kualitas baik ketua DPS
maupun anggota DPS sebagai penasehat Syariah di lingkungan lem-
baga keuangan Syariah yang terdiri dari tiga level sertifikasi:
1. Level Basic (Pengenalan industry sesuai jenis industrinya);
2. Level Intermediate (Pengawas Syariah); 3. Level Advance (Metode Penyusunan Opini Syariah).
Namun dari level yang terdapat diatas tidak ada yang
mengkhususkan untuk pemahaman lebih lanjut mengenai keuangan
maupun akuntansi Syariah yang nantinya akan menghasikan laporan
keuangan, akan tetapi berdasarkan keputusan ketua BNSP (Badan
Nasional Sertifikasi Profesi), menyatakan bahwa salah satu skema
dalam sertifikasi pengawas Syariah tersebut adalah melakukan
pengawasan terhadap laporan keuangan69
Dari hasil analisis diatas bahwasannya auditor internal, auditor
eksternal, dewan pengawas Syariah memiliki peran penting didalam
mengawasi dan menjaga aktivitas yang ada di dalam BPRS,
khususnya untuk penelitian ini mengenai perannya dalam proses
laporan keuangan yang akan disajikan, dipertanggungjawabkan dalam
satu periode akuntansi agar kualitas laporan keuangan BPRS tetap
terjaga dari hal yang tidak di inginkan seperti halnya kecurangan
(fraud)
Di awali dari transaksi hingga laporan keuangan tersebut sele-
sai serta pemahaman mereka terhadap SAK Syariah, dan hal ini dapat
dikatakan bagian dari audit Syariah dimana dasar hukum audit sya-
riah terdapat dalam Qs. Al Infithar (82): 10-12
67
Hasil wawancara dengan DPS (Dewan Pengawas Syariah), Pada
hari, Jumat, 18 Agustus 2017, Jam 17.00 68
Adiwarman karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, edisi ketiga, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009),
69 BNSP, Keputusan ketua Badan Nasional Sertifikasi Profesi, No.
Kep.0533/BNSP/V/2017 tentang lisensi kepada lembaga sertifikasi profesi
DSN MUI, Mei 2017
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 153
”Padahal Sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat)
yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan men-
catat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang
kamu kerjakan”.
4. Kualitas Laporan Keuangan di BPRS
Untuk menjaga laporan keuangan berkualitas di BPRS maka
diperlukan adanya peran DPS (Dewan Pengawas Syariah) untuk:
a. Memastikan bahwa penghitungan zakat telah benar dan
sesuai dengan aturan Islam;
b. Menjalin komunikasi yang baik dengan para pegawai diling-
kungan BPRS;
c. Menjalin komunikasi yang baik dengan nasabah baik nasa-
bah pembiayaan maupun pendanaan;
d. Mengawasi mekanisme dan prosedur yang dapat diterima
semua pihak;
e. Memberikan opini terhadap tingkat kepatuhan institusi pada
aturan Syariah;
f. Menjaga kemurnian praktik BPRS;
g. Memastikan bahwa semua kontrak, akad dan prosedur tran-
saksi sesuai aturan Islam;
h. Wajib memberikan laporan hasil pengawasan penerapan
prinsip Syariah secara semesteran;
i. Memastikan bahwa aktivitas BPRS dilakukan sesuai dengan
prinsip Syariah;
j. Bertanggung jawab dengan opini bahwa BPRS telah menja-
lankan sesuai dengan prinsip Syariah;
k. Mengikuti pelatihan terkait akuntansi Syariah;
l. Melakukan pendampingan pada staf terkait proses transaksi
pembiayaan maupun pendanaan pada BPRS.
D. Pemahaman SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah bagi
Auditor Internal, Auditor Eksternal dan Dewan Pengawas Syariah
SAK Syariah merupakan standar yang di gunakan oleh entitas
bisnis atau lembaga keuangan baik Syariah maupun konvensional
154 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
yang melakukan transaksi secara akad Syariah, maka aturan maupun
standar yang digunakan adalah SAK Syariah70
.
Auditor internal, auditor eksternal dan dewan pengawas Sya-
riah yang dijadikan responden dalam penelitian ini juga di wawan-
carai mengenai pemahaman mereka mengenai SAK Syariah, pema-
haman SAK Syariah yang disampaikan mengenai paradigma tran-
saksi Syariah, azas transaksi Syariah dan karakteristik transaksi
Syariah dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan Syariah serta standar yang terdapat dalam SAK tersebut
dari sisi pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan,
Hasil wawancara dengan auditor internal menyatakan bahwa
dalam melakukan proses penyusunan laporan keuangan merujuk ke
SAK ETAP, dan PAPSI untuk BPRS, walaupun dalam BPRS di
cantumkan beberapa akad yang terkait dengan SAK Syariah, maka
mereka juga merujuk kepada SAK Syariah berdasarkan acuan yang
terdapat didalam PAPSI untuk BPRS, baik dari sisi pengakuan,
70
SAK Syariah berisi kata pengantar dari dewan pengurus nasional
IAI, pengantar dari dewan standard akuntansi Syariah IAI, sejarah standar
akuntansi keuangan Syariah, badan penyusun standard akuntansi Keuangan
Syariah, kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan Sya-
riah, dan standar dari masing-masing akad, seperti halnya, PSAK 59 menge-
nai akuntansi perbankan Syariah, PSAK 101 penyajian laporan keuangan
Syariah, PSAK 102 Akuntansi Murabaha, PSAK 103 Akuntansi Salam,
PSAK 104 Akuntansi Istishna, PSAK 105 Akuntansi Mudharabah, PSAK
106 Akuntansi Musyarakah, PSAK 107 Akuntansi Ijarah, PSAK 108 Akun-
tansi Transaksi Asuransi Syariah, PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak.
sedekah, PSAK 110 Akuntansi Sukuk dan Bultek 5 Pendapatan dan biaya
terkait murabahah, masing-masing menjelaskan terkait dengan transaksi
yang menggunakan prinsip Syariah, diawali dari kerangka dasar penyusunan
dan penyajian laporan keuangan dengan pembahasan mengenai paradigm
transaksi Syariah, yang kemudian akan dibahas per standar dengan diawali
dari pendahuluan yang berisikan tujuan, ruang lingkup, definisi serta karak-
teristik, kemudian terdapat pengakuan dan pengukuran baik bagi masing-
masing entitas, dan yang terakhir mengenai penyajian, pengungkapan, ke-
tentuan transisi, tanggal efektif dan penarikan, semua standard sama yang
membedakan isi dari masing akad dalam transaksi akuntansinya, untuk lebih
lanjut dapat di lihat dalam SAK Syariah, IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia),
November 2016, dan untuk implementasi dari masing-masing standard
tersebut dapat dilihat dalam buku Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah,
(Jakarta, IAI), 2016
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 155
penyajian, pengukuran dan pengungkapan seperti halnya untuk akad
transaksi murabahah, dalam PAPSI untuk BPRS, yang dijelaskan
mengenai akad jual beli, dan dijelaskan definisi dari Jual beli, namun
jika dalam SAK Syariah dikatakan sebagai Murabahah, kemudian
mengenai perlakuan akuntansi, penyajian, ilustrasi jurnal dan pe-
ngungkapan, akan tetapi dasar pengaturannya akan merujuk ke SAK
ETAP dan PAPSI untuk BPRS, sedangkan SAK Syariah hanya seba-
gai dasar pengaturannya.71
Auditor eksternal juga memberikan informasi mengenai aturan
yang digunakan dalam proses audit atau pemeriksaan laporan keua-
ngan BPRS juga merujuk kepada SAK ETAP dan PAPSI untuk
BPRS, mengikuti aturan yang ada dalam BPRS tersebut, bahkan ada
BPRS yang masih menggunakan PAPSI 2003, padahal seharusnya
sudah menggunakan PAPSI 2013, sedangkan untuk SAK Syariah,
auditor eksternal juga merujuk berdasarkan aturan dari PAPSI untuk
BPRS, sehingga pemahaman SAK Syariah bagi auditor eksternal
untuk BPRS tidak terlalu di wajibkan, karena SAK ETAP merupakan
rujukan atau aturan utama didalam melakukan proses audit atau
pemeriksaan laporan keuangan agar dapat memberikan pendapat atas
laporan keuangan yang di audit, karena menurut auditor eksternal
untuk prinsip Syariah lebih mengutamakan pemeriksaan atau audit
oleh DPS (Dewan Pengawas Syariah).72
Hasil wawancara dengan DPS (Dewan Pengawas Syariah), me-
reka mengatakan bahwa selama ini untuk transaksi keuangan khu-
susnya proses akuntansi lebih diserahkan kepada auditor internal
yang lebih memahami mengenai akuntansi, dan DPS menyatakan
bahwa mereka tidak terlalu mendalam mengetahui mengenai SAK
Syariah, terutama isi dari SAK Syariah, bahkan ada salah satu DPS
yang menyatakan belum pernah membuka SAK Syariah, namun
mereka memberi kepercayaan penuh kepada auditor internal dan
menerima pertanyaan terkait dengan akad dari sisi Syariah sedangkan
untuk pemeriksaan akuntansi dan jurnal yang telah di buat oleh
71
Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada Hari Jumat, 25
Agustus 2017, Jam 16.00 72
Hasil wawancara dengan Auditor Eksternal, Pada hari Selasa, 10
Oktober 2017, Jam 13.00
156 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
bagian terkait khususnya keuangan menjadi tugas utama auditor
internal.73
Berikut hasil wawancara dengan salah satu TIM Penyusun
PSAK 5974
beliau menyatakan bahwa laporan keuangan untuk entitas
bisnis yang menggunakan prinsip Syariah akan dipengaruhi oleh
pemahaman transaksi Syariah (dapat dilihat dari paradigma, azas dan
karaktek transaksi Syariah dalam KDPPLKS75
)
Hal tersebut ada di dalam SAK Syariah, karena awal laporan
keuangan dimulai dari transaksi hingga tersusunnya laporan keua-
ngan, banyak entitas yang hanya sekedar mengejar target bisnis,
target total aset, target laba tanpa memperhatikan kesesuaian prinsip
Syariah, dan hal ini akan memengaruhi kualitas laporan keuangan,
penerapan SAK, khususnya SAK Syariah.
Dalam hal ini SAK Syariah telah diselaraskan dengan prinsip-
prinsip Syariah, misalnya dalam pengakuan, pengukuran laporan
keuangan Syariah tidak ada “Present Value” (dapat dilihat dalam
KDPPLKS), oleh karena itu jika bank Syariah maupun BPRS dalam
akad Murabahah pengakuan murabahahnya dengan metode anuitas
(Present value) maka harus menerapkan PSAK 50-55 dalam proses
akuntansinya tidak boleh menerapkan SAK Syariah 102, karena hal
tersebut tidak tidak sesuai dengan aturan yang ada di SAK Syariah
102, yang menggunakan pengakuan murabahanya dengan metode
proposional, dan tidak diperkenankan mengakui pendapatan bagi
hasil pembiayaan mudharabah dan musyarakah jika yang digunakan
73
Hasil wawancara dengan DPS (Dewan Pengawas Syariah), Pada
hari, Jumat, 18 Agustus 2017, Jam 17.00 74
Hasil wawancara dengan, Tim Penyusun PSAK 59-Akuntansi Per-
bankan Syariah, Anggota Komite Akuntansi Syariah IAI, DP-USAS (Dewan
Penguji- Ujian Sertifikasi Akuntansi Syariah IAI 75
KDPPLKS (Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah), yang memiliki tujuan sebagai acuan bagi penyusun stan-
dard akuntansi keuanagn Syariah, dalam pelaksanaan tugasnya, penyusun
laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi Syariah yang
belum diatur dalam standard akuntansi keuangan Syariah, auditor, dalam
memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai de-
ngan prinsip akuntansi keuangan Syariah yang berlaku umum dan para peng-
guna laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standard akuntansi keuangan
Syariah, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dalam SAK Syariah 2017
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 157
PSAK 50-55, banyak contoh lainnya dari masing-masing akad apa
yang digunakan, sehingga tidak boleh salah dalam penerapan Standar
Akuntansi Syariahnya, maka DPS memiliki peran yang penting atas
kualitas transaksi sesuai Syariah.
Namun demikian, tidak sedikit DPS yang tidak memahami
dengan detail atas kegiatan usaha yang dilakukan entitas Syariahnya,
untuk mengatasi hal ini peran internal audit, SKAI sangat diperlukan
untuk menopang fungsi DPS, sebagai pengawas Syariah, sedangkan
peran auditor eksternal untuk kesesuaian Syariah diserahkan kepada
DPS, karena dalam pedoman pemeriksaan auditor eksternal atau
Kantor Akuntan Publik (KAP) belum mencantunkan panduan audit
Syariah, sehingga KAP (Kantor Akuntan Publik) hanya mengaudit
aspek keuangannya saja sesuai dengan PSAK yang berlaku.
Dari penjelasan masing-masing auditor, baik auditor internal,
auditor eksternal, dewan pengawas Syariah dan juga anggota DSAS76
bahwa perlu adanya pemahaman SAK Syariah bagi auditor baik
internal maupun eksternal di dalam menjaga kualitas laporan keua-
ngan bagi entitas bisnis yang menerapkan prinsip Syariah dalam
kegiatan usahanya, agar tujuan dari usaha entitas bisnis tersebut yang
sesuai dengan prinsip Syariah dapat tercapai dengan baik tidak hanya
untuk mencari keuntungan semata tanpa memperhatikan aturan-atu-
ran yang ada dalam prinsip Syariah, sehingga bukan hanya membuat
laporan keuangan kemudian disampaikan namun perlu menyampaikan
laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip Syariah sehingga akan
terjaga dengan baik kualitas dari laporan keuangan yang disajikan
tesebut, dapat dipertanggung jawabkan tidak hanya kepada stakehol-der maupun stockholder akan tetapi pertanggungjawaban terbesar
atas apa yang telah dilakukan oleh entitas bisnis tersebut atas keper-
76
DSAS adalah Dewan Standar Akuntansi Syariah merupakan badan
yang menjadi bagian organisasi, yang bertugas melakukan perumusan, pe-
ngembangan dan pengesahan, kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangan, pernyataan standard akuntansi keuangan Syariah, inter-
prestasi standard akuntansi keuangan Syariah, pernyataan pencabutan stan-
dard akuntansi keuangan Syariah, bulletin tekhnis, produk lain yang terkait
dengan standard akuntansi keuangan Syariah dan menjawab pertanyaan dari
pemerintah, otoritas, asosiasi dan lembaga luar negeri yang terkait dengan
standard akuntansi keuangan Syariah dalam hal ini dipandang peru berdasar-
kan pertimbangan DSAS. (iaiglobal.or.id)
158 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
cayaan dari stakeholder dan stockholder adalah kepada Allah SWT,
Qs. Al Qiyamah (75): 36
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja
(tanpa pertanggung jawaban)?”
Qs. Al Isra (17): 36
“dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mem-
punyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, peng-
lihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawab-
nya.”
Dari kedua ayat tersebut di atas, sangat jelas bahwa seorang
auditor internal maupun eksternal memiliki tanggung jawab dalam
tugasnya sebagai auditor (pemeriksa) laporan keuangan yang akan
disampaikan ataupun disajikan kepada pihak yang berkepentingan
tanpa adanya kebohongan atau kecurangan didalam penyampaiannya,
karena sangat jelas apa yang disampaikan oleh mereka adalah tang-
gung jawab atas apa yang telah mereka lakukan dalam proses audit
atau pemeriksaan, dan harus memiliki pengetahuan atas apa yang
dilakukan terkait dengan audit tersebut, sesuai dengan aturan akun-
tansi yang berlaku umum, sedangkan untuk BPRS pada khususnya
juga perlu pemahaman SAK Syariah yang isinya telah selaras dengan
prinsip-prinsip Syariah, maka perlu bagi auditor internal, eksternal
dan DPS memahami SAK Syariah tersebut.
E. Hubungan antara Komitmen Sumber Daya Insani dalam
Penerapan Nilai Syariah dengan Kualitas Laporan Keuangan
BPRS
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu di rektur uta-
ma BPRS menyatakan bahwa, laporan keuangan BPRS dapat berkua-
litas, maka terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu
mengenai komitmen dari sumber daya insani BPRS tersebut terhadap
penerapan nilai - nilai Syariah, dan terdapat 15 komitmen yang perlu
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 159
diperhatikan bahkan disadari baik oleh auditor internal, eksternal
maupun DPS (Dewan Pengawas Syariah)77
Tabel 4.4
Komitmen Sumber Daya Insani
Komitmen 1 Semua transaksinya harus bebas dari Riba
Komitmen 2 Akad di Bank Syariah sesuai dengan Maqasihidus
Syariah
Komitmen 3 Analisa pembiayaan langkahnya dimulai dari analisa
terhadap prinsip Syariah yaitu: Mengacu kepada
Fatwa DSN, Halal haram, dan Manfaat mudharat
Komitmen 4 Mengenakan biaya administrasi pembiayaan sesuai
dengan kesepakatan yang besarnya sesuai dengan
biaya riil yang terkait langsung dengan pembiayaan
dan dibayar tunai oleh nasabah sebelum akad, tidak
dari dana pencairan (dropping), termasuk biaya
lainnya (asuransi-pengikatan notaril dsb), (SE OJK
No.37/SEOJK.03/2015/h.16 dan Prinsip RIba)
Komitmen 5 Barang yang dibeli dalam akad Murabahah harus
jelas (Quantity, Quality, Time Delivery) untuk
menghindari hal tersebut Bank Syariah secara
bertahap meminimalisisr Akad Wakalah dengan
cara bekerjasama dengan supplier dan menghadirkan
pemilik barang di majelis akad, dan tidak ada blokir
tabungan angsuran yang dananya bersumber dari
pencairan (Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/VI/2000)
Komitmen 6 Penjadwalan kembali (Re-Schedulling akad muraba-
hah), tidak menambah marjin dan tidak dipindahkan
keatas nama orang lain/pihak ketiga. (Fatwa DSN
No.04/DSN-MUI/IV/2000)
Komitmen 7 Top Up akad Murabahah dengan tidak membuat
akad kedua dan seterusnya untuk menutup/melunasi
akad yang sebelumnya (Fatwa DSN No. 04/DSN-
MUI/IV/2000)
Komitmen 8 Dalam akad Musyarkah/Mudharabah: Pendapatan
bagi hasil dari realisasi pendapatan (cash basis)
77
Komitmen SDM Bank Syariah terhadap Penerapan Nilai Syariah,
Direktur Marketing BPRS, 2017, Hal: 1-96
160 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
berdasarkan laporan tertulis dari nasabah bukan dari
proyeksi dan jadwal angsur, berbagi untung dan rugi
(loss and Profit sharing) dengan nasabah, serta tidak
mensyaratkan nasabah untuk menyiapkan dana di
rekening debet minimal 1X angsuran (blokir)
Komitmen 9 Akad Deposito Mudharabah: Tidak memastikan
keuntungan untuk Deposan dengan jumlah uang
atau persentase tertentu serta tidak membuat spesial
nisbah kepada deposan tertentu.
Komitmen 10 Dalam Akad Istishna: Nasabah menerima barang
pesanan (mis: rumah) uang diserahkan kepada deve-
loper (Istishna Paralel) secara bertahap, uang tidak
diserahkan kepada Nasabah. (Fatwa DSN No
06/DSN-MUI/IV/2000).
Komitmen 11 Dalam Akad Ijarah: Nasabah menerima manfaat
atas suatu barang uang diserahkan kepada pemilik
aset (contoh Pemilik Toko/Ijarah Paralel).(Fatwa
DSN No 09/DSN-MUI/IV/2000).
Komitmen 12 Dalam Akad Ijarah Multi Jasa: Uang diserahkan
kepada Pemberi Jasa dengan misalnya dengan akad
kafalah (LP atau RS) tidak kepada Nasabah. (Fatwa
DSN No 44/DSN-MUI/VII/2004).
Komitmen 13 Dalam Akad Qardh (Talangan): Ujroh tidak boleh
diakadkan baik jumlah maupun waktunya (diserah-
kan sepenuhnya kepada nasabah. (Fatwa (DSN No
19/DSN-MUI/IV/2001).
Komitmen 14 Dalam Akad Qardh (Talangan): Ujroh Pengurusan
Haji hanya sekali dan tidak dikaitkan dengan jangka
waktu dan jumlah pembiayaan. (Fatwa DSN No
29/DSN-MUI/VI/2002).
Komitmen 15 Semua Transaksi: Wajib bebas dari Riswah (suap
menyuap).
Dari 15 komitmen yang disampaikan beliau bahwa, semua
komitmen tersebut harus dipahami dan juga dijalani oleh auditor
internal sebagai pihak yang melakukan pemeriksaan di internal
BPRS, auditor eksternal yang melakukan pemeriksaan sebagai pihak
independen untuk menyatakan bahwa laporan keuangan telah sesuai
dengan aturan ataupun standard yang berlaku dilandasi dengan aturan
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 161
maupun prinsip syariahnya, begitupula dengan DPS (dewan pengawas
Syariah) yang seharusnya wajib memahami 15 komitmen tersebut,
kaitannya dengan kualitas laporan keuangan adalah dari setiap komit-
men yang disampaikan tersebut pada dasarnya berhubungan baik
langsung maupun tidak langsung terhadap kualitas laporan keuangan
yang di sajikan atau dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan
terhadap laporan keuangan tersebut, maka dapat dijelaskan dibawah
berikut contohnya,
Komitmen pertama yang menyatakan bahwa semua transaksi
bebas dari riba, hal ini sangat berhubungan erat dengan kualitas lapo-
ran keuangan BPRS, mengapa demikian karena, hal senada jelas
tercantum dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah, dalam
karakteristik transaksi Syariah, bahwa implementaasi transaksi yang
sesuai dengan paradigma dan asas transaksi syariah harus memenuhi
karakteristik dan persyaratan salah satunya tidak mengandung unsur
riba.78
Kaitan antara komitmen pertama dengan peran auditor inter-
nal, auditor eksternal dan dewan pengawas Syariah terhadap kualitas
laporan keuangan adalah mereka wajib memahami komitmen pertama
ini karena transaksi yang mengandung riba sudah sangat tidak sesuai
dengan kualitas laporan keuangan dari sisi karakteristik transaksi
syariah yang menjadi syarat, serta termasuk pula dalam karakteristik
kualitas laporan keuangan mengenai dapat dipahami, seperti yang
dikatakan dalam SAK Syariah bahwa kualitas penting informasi yang
ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk
segera dipahami oleh pengguna, maka dari hal tersebut dapat dinyata-
kan perlu adanya pemahaman dalam laporan keuangan, dan laporan
keuangan ini dimiliki oleh entitas bisnis yang berlandaskan prinsip-
prinsip Syariah.
Didalamnya tidak diperbolehkan ada unsur riba, maka komit-
men ini mutlak diketahui dan dipahami semua pihak baik internal
maupun eksternal BPRS termasuk yang wajib memahami selain sum-
ber daya insani di BPRS adalah auditor internal, auditor eksternal,
dewan pengawas Syariah, seperti yang dicontohkan bapak Abdul
mengenai gambaran terjadinya riba dan transaksi.
78
IAI, SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah,(Jakarta: 2017), 5
162 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Tabel 4.5
Gambaran Terjadinya Riba dan Jenis Transaksi Jual Beli Pinjaman
Beli Jual Kelebihan Ket
100.000 120.000 20.000 Laba
Pinjam Kembali Kelebihan Ket
100.000 120.000 20.000 Riba
Sumber: Hasil wawancara dengan Direksi
Dari gambaran yang disampaikan pada contoh diatas maka
dapat terlihat jelas perbedaannya, jika auditor internal, auditor eks-
ternal dan dewan pengawas Syariah tidak dapat memahami perbe-
daan ini, hal ini akan berpengaruh besar terhadap kualitas laporan
keuangan yang disajikan, karena dalam pencatatan akuntansinya akan
memiliki nominal yang sama, namun berbeda dalam hal pemahaman
dari nilai-nilai Syariahnya, bahwa jelas Riba79
dilarang dalam entitas
bisnis yang menerapkan prinsip Syariah terutama untuk Bank Pem-
biayaan Rakyat Syariah.
Selanjutnya yang perlu dipahami oleh auditor internal, auditor
eksternal dan dewan pengawas Syariah adalah mengenai Iwadh, kare-
na ketiga hal ini yang dibolehkan dalam BPRS menjalankan opera-
sionalnya, dimana beliau menyampaikan bahwa terdiri atas 3 macam
yaitu jual beli, bagi hasil dan ijarah, yang dapat berpengaruh dengan
kualitas laporan keuangan yang disajikan karena telah sesuai dengan
aturan ataupun prinsip Syariah, dikarenakan dari ketiga tersebut
terdapat underlying aset sektor riil/iwadh, maka digambarkan sebagai
berikut:
79
Riba berarti ziyadah “Tambahan” maksudnya ialah tambahan atas
modal sedikit maupun banyak, sebagaimana firman Allah “ Dan jika kamu
bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu modalmu, kamu tidak ber-
buat zalim dan tidak pula dizalimi, (Al Baqarah (2): 279), serta diriwayatkan
oleh Bukhori, Muslim, Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi yang mensahihkan
riwayat tersebut dari Jabir bin Abdullah, bahwa Rasulullah bersabda, “Allah
melaknat pemakan riba memberinya, para saksinya, dan pencatatnya”,
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 4, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2007, Hal:
173-174
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 163
Gambar 4.1
Underlying Aset Sektor Riil
Sumber: Hasil Wawancara dengan Direksi
Dari gambar diatas terlihat jelas bahwa ziyadah atau keuntu-
ngan atau upah jelas sangat memengaruhi secara langsung kualitas
dari laporan keuangan yang disampaikan entitas bisnis tak terkecuali
BPRS, khususnya untuk laporan laba rugi dari BPRS yang merupakan
pendapatan langsung operasional yang terdapat dalam BPRS, dan hal
tersebut disajikan dalam laporan laba rugi berdasarkan dari masing-
masing akad yang digunakan sehingga memperoleh keuntungan mau-
pun margin dan terkait pula dengan laporan neraca yang disajikan
karena keuntungan yang diperoleh menjadi bagian dari asset yang
dimiliki oleh BPRS, oleh sebab itu auditor internal, auditor eksternal
dan DPS dapat memahami hal ini dan perbedaan antara laporan laba
rugi dengan laporan neraca dari masing-masing akad yang di berikan
sehingga mendapatkan iwadh, hal ini sejalan dengan SAK (Standar
Akuntansi Keuangan) Syariah dalam kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangan Syariah dan juga PAPSI (Pedoman
Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia).
164 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Komitmen berikutnya yang berkaitan langsung dengan kualitas
laporan keuangan dan menjadi dasar, juga perlu dipahami oleh auditor
internal, auditor eksternal dan dewan pengawas Syariah adalah ko-
mitmen yang ke empat mengenai pengenaan biaya administrasi pem-
biayaan sesuai dengan kesepakatan yang besarnya sesuai dengan
biaya riil yang terkait langsung dengan pembiayaan dan dibayar tunai
oleh nasabah sebekum akad, tidak dari dana pencairan (dropping),
termasuk biaya lainnya (asuransi-pengikatan notaril dsb), dan hal
diatur oleh (SE OJK No.37/SEOJK.03/2015/h.16 dan Prinsip Riba),
hal ini juga terkait dengan kualitas laporan keuangan jika komponen
tersebut dimasukan dalam laporan keuangan akan tetapi tidak sesuai
dengan aturan yang berlaku maka akan mengakibatkan laporan keua-
ngan yang disajikan tidak berkualitas dari sisi keandalannya, yang
dimaksud dengan komponen biaya administrasi tersebut yang tidak
termasuk dari dana pencairan (dropping) dengan bukti nasabah me-
masukan dana pribadi untuk pembayaran biaya administrsai tersebut
kedalam rekening nasabah bersangkutan,
Gambaran komponen biaya administrasi yang bukan merupa-
kan bagian dari dana pencairan terdiri dari:
Gambar 4.2
Komponen Biaya Administrasi
Sumber: Hasil Wawancara dengan Direksi
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 165
Komitmen selanjutnya yang terkait dengan peran auditor inter-
nal, auditor eksternal dan dewan pengawas Syariah terhadap kualitas
laporan keuangan mengenai komitmen lima yaitu barang yang dibeli
dalam akad murabahah80
harus jelas (Quantity, Quality, Time Deli-very), ketiga hal ini harus jelas dikarenakan terkait dengan laporan
keuangan yang disajikan dan akuntansi yang digunakan harus sesuai
dengan standard yang berlaku umum seperti untuk BPRS mengguna-
kan PAPSI dan ETAP namun tidak luput pula dengan aturan yang
terdapat dalam SAK Syariah, seperti halnya yang terdapat dalam
PSAK 102 mengenai Akuntansi Murabahah.81
Berikutnya Komitmen enam mengenai penjadwalan kembali
(Re-Scheduling akad murabahah) tidak menambah marjin dan tidak
dipindahkan atas nama orang lain/pihak ketiga,
Gambar 4.3
Unsur Murabahah
Sumber: Hasil wawancara dengan Direksi
80
Murabahah memiliki pengertian menjual suatu barang dengan me-
negaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan
harga yang lebih sebagai laba hal tersebut diatur pula dalam Fatwa DSN
No.04/DSN-MUI/IV/2000) 81
Didalam PSAK 102 mengenai Akuntansi Murabahah menjelaskan
mengenai karakteristik dari murabahah, kemudian pengakuan dan penguku-
ran baik dari sisi perolehan asset murabahah tersebut hingga pengakuan ke-
untungan baik dari sisi penjual maupun pembeli, serta penyajian dari piutang
murabahah, margin yang ditangguhan dan beban murabahah yang ditang-
guhkan, juga mengenai pengungkapan dari akad murabahah tersebut, hal ini
terdapat didalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah, PSAK 102
Akuntansi Murabahah, Ikatan Akuntan Indonesia, hal. 102.1-102.7
166 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Dari gambar dia atas sangat jelas bahwa seorang auditor inter-
nal, auditor eksternal dan dewan pengawas Syariah dapat memahami
konsep murabahah secara keseluruhan, utuh dan yang terkait dengan
kualitas laporan keuangan adalah harga jual barang dari aset mura-
bahah tidak diperbolehkan adanya penambahan harga sampai masa-
nya berakhir, maka sebagai seorang auditor internal dapat melakukan
proses pemeriksaan dari sisi harga jual yang diawal kesepakatan tidak
mengalami adanya perubahan harga, sedangkan auditor eksternal dan
dewan pengawas Syariah juga harus memahami hal tersebut, karena
jika hal tersebut terjadi maka tidak sesuai dengan tujuan dari laporan
keuangan yang seharusnya patuh terhadap prinsip Syariah, karena hal
tersebut sudah jelas diatur dalam fatwa DSN.
Selanjutnya komitmen delapan mengenai akad musyarakah
atau mudharabah, bahwa pendapatan bagi hasil dari realisasi penda-
patan (cash basis) berdasarkan laporan tertulis dari nasabah bukan
dari proyeksi dan jadwal angsur, berbagi untung dan rugi (loss and profit sharing) dengan nasabah, serta tidak mensyaratkan nasabah
untuk menyiapkan dana di rekening debet minimal 1 kali angsuran
(blokir), hal ini sangat jelas berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan dari sisi keandalannya, bahwasannya laporan keuangan
yang disajikan tersebut dapat diverifikasi serta jelas kelengkapan dari
unsur-unsur yang terkait, maka hal ini peran auditor internal, auditor
eksternal sangat dibutuhkan dalam pemahamannya mengenai komit-
men ini karena dapat di kaitkan dengan SAK Syariah mengenai
Musyarakah yang di atur dalam PSAK 105.
Peran dewan pengawas Syariah dalam hal ketaatan maupun
kepatuhan terhadap prinsip Syariah yang melarang nasabah untuk
memblokir angsurannya, dalam komitmen ini dinyatakan bahwa pen-
dapatan bagi hasil menggunakan cash basis berdasarkan laporan
tertulis dari nasabah, namun kenyataannya berdasarkan proyeksi dan
jadwal angsur, tentu hal ini akan mengganggu kualitas laporan keua-
ngan karena tidak mentaati aturan yang telah diatur, jika akad mu-
syarakah atau mudharabah tidak sesuai dengan aturan yang telah
ditentukan maka akan mengakibatkan perbedaan yang sangat jelas
sehingga akan menimbulkan bunga dalam penyajian laporan keua-
ngannya, karena dalam komitmen pertama telah dijelaskan tidak ada-
nya unsur bunga ata riba, berikut gambaran perbedaan yang jelas
antara bagi hasil dan bunga.
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 167
Tabel 4.6
Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga
Bagi Hasil Bunga
Penentuan besarnya hasil
sesudah bwerusaha/ada hasilnya Penentuan besarnya hasil diawal
Bagi hasil disepakati
berdasarkan proporsi pembagian
(nisbah)
Bunga dihitung dari dana yang di
pinjamkan (fixed/tetap)
Jumlah pembagian laba
meningkat sesuai dengan
peningkatan jumlah pendapatan
Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun jumlah
keuntungan berlipat/booming
Jumlahnya tidak diketahui
seblumnya
Jumlahnya telah diketahui
sebelumnya
Tidak ada yang meragukan
keabsahan keuntungan bagi
hasil
Eksistensi dan perhitungan bunga
diragukan
Melaksanakan Qs. Lukman
(31):34
Berlawanan dengan Qs. Lukman
(31): 34
Terlihat jelas bahwa bunga dan bagi hasil merupakan dua hal
yang sangat berbeda dan hal iniakan memengaruhi kualitas laporan
keuangan dari sisi relevan, maupun dapat dipahami, karena seorang
auditor internal, eksternal maupun dewan pengawas Syariah wajib
memahami kedua perbedaan tersebut karena suatu keuntungan yang
diperoleh merupakan hal yang tidak pasti, dapat dilihat dalam contoh
berikut:
Jika tuan Ali dan tuan Bagas berkongsi dalam musyarakah/
mudharabah dan keduanya menyepakati bahwa tuan Ali mendapatkan
Rp. 1.500.000 secara pasti dan tetap per bulan atau jika keduanya
bersepakat bahwa tuan Ali mendapatkan 24% p.a atau 2%/bln secara
tetap dan pasti dari dana investasinya (proyeksi bagi hasil harus =
realisasinya/jadwal angsur yang tetap dan pasti), maka bagi hasilnya
batal.
Hal tersebut dapat terlihat dalam Qs. Luqman (31): 34.
168 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengeta-
huan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang
dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya, dan
tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan
mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Untuk melihat perbedaan yang mendasar tersebut dapat dilihat
dalam contoh tabel berikut dibawah ini:
Tabel 4.7
Perhitungan Akad Musyarakah-Mudharabah (salah)
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 169
Tabel 4.8
Perhitungan Akad Musyarakah-Mudharabah (benar)
Sumber: Hasil wawancara dengan Direksi
Dapat terlihat jelas perbedaan yang mendasar dalam tabel ter-
sebut karena jika yang diterapkan tabel pertama hal tersebut akan
berdampak terhadap kualitas laporan keuangan dari sisi relevansi,
dapat dipahami juga keandalannya, karena suatu laporan keuangan
yang berkualitas adalah salah satunya handal dimana informasi yang
disajikan bebas dari hal yang menyesatkan, serta kesalahan dalam
perhitungan maupun penyajiannya.
Komitmen selanjutnya Sembilan, berdasarkan wawancara de-
ngan Bp Abduh Khalid bahwa akad deposito mudaharabah tidak me-
mastikan keuntungan untuk deposan dengan jumlah uang atau
persentase tertentu, serta tidak membuat spesial nisbah82
kepada
82
Nisbah adalah rasio perbandingan pembagian pembagian keunyu-
ngan antara pihak dalam akad bagi hasil, lihat DSN MUI – Bank Indonesia,
Himpunan Fatwa DSN MUI, Jilid 1, (Jakarta: Gaung Persada, 2006), 459
170 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
deposan tertentu, maka pada saat akad terjadi wajib disepakati sistem
bagi hasil yang digunakan, apakah Revenue Sharing , atau Profit Sharing, karena jika tidak disepakti akad itu menjadi gharar, Jelas hal
ini akan memengaruhi kualitas laporan keuangan yang jelas tertera
dalam SAK Syariah dari sisi karakteristik transaksi Syariah83
, jika
seorang auditor internal, eksternal maupun DPS tidak memahami hal
tersebut, karena hal itu perlu adanya pemahaman dari SAK Syariah
bagi mereka yang nantinya akan mereka sampaikan kepada karyawan
di dalam BPRS khususnya yang bertugas dalam menangani deposito
tersebut, agar tidak terjadi kesalahpahaman dengan nasabah, sehingga
tidak timbul gharar.
Waktu dibagikannya bagi hasil pun harus disepakati oleh kedua
belah pihak, misalnya setiap bulan atau waktu yang telah disepakati,
serta pembagian bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati
diawal dan tercantum dalam akad tidak dari persentase jumlah dana,
dan hindari memberikan spesial nisbah kepada deposan tertentu
dikhawatirkan akan melanggar prinsip keadilan.
Komitmen selanjutnya Sepuluh84
mengenai Akad Istishna di-
mana Nasabah menerima barang pesanan (misalnya: rumah) uang
diserahkan kepada developer (Istishna Paralel) secara bertahap, uang
tidak diserahkan kepada Nasabah, hal ini telah diatur dalam Fatwa
DSN No 06/DSN-MUI/IV/2000. Sehingga komitmen ini wajib dipa-
hami oleh auditor internal, eksternal dan DPS, karena akad berlang-
sung dengan pihak developer sehingga dalam laporan keuangan ba-
rang atau produk tersebut merupakan milik BPRS yang disewa dari
developer dan kemudian menyewakannya kembali kepada nasabah
secara cicilan.
Bahwa barang yang diperjualbelikan belum jadi dan masih
dalam proses pembuatan atau pembangunan, untuk spesifikasi seperti
jenis, macam, ukuran, jumlah, kualitas disepakati dari awal dan ba-
rang di serahkan secara tangguh disuatu masa yang akan datang de-
ngan tanggal jatuh tempo yang telah disepakati, sedangkan pemba-
yaran dapat dilakukan dalam beberapa termin sesuai kesepakatan,
maka jelas hal ini akan memengaruhi kualitas laporan keuangan
83
IAI, SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah, 2017, Hal: 5 84
Hasil wawancara dengan Direksi
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 171
dalam hal penyajian jujur serta jelas dari sisi pengukuran, penyajian
dan pengungkapan seperti yang diatur dalam SAK Syariah 10485
Untuk komitmen kesebelas dan keduabelas terkait dengan akad
Ijarah dimana nasabah menerima manfaat atas suatu barang uang
diserahkan kepada pemilik aset (contoh Pemilik Toko/Ijarah Para-
lel)86
hal tersebut telah diatur dalam Fatwa DSN No 09/DSN-MUI/
IV/2000, sedangkan komitmen keduabelas mengenai Akad Ijarah
Multi Jasa: Uang diserahkan kepada Pemberi Jasa dengan misalnya
dengan akad kafalah (LP atau RS) tidak kepada Nasabah, dan telah di
atur dalam Fatwa DSN No 44/DSN-MUI/VII/2004,
Contohnya setelah negosiasi, BPRS menyewa aset tersebut
dengan harga Rp. 10.000.000 setahun, selanjutnya BPRS menyewa-
kan kembali kepada nasabah dengan harga Rp. 12.000.000/tahun atau
Rp. 1.000.000/bulan, dengan demikian bank mendapat margin sewa
Rp. 2.000.000 selama satu tahun, transaksi ini harus sesuai dengan
SAK Syariah 10787
baik dari sisi pengakuan, pengukuran maupun pe-
nyajiannya, berdasarakan akad yang digunakan oleh BPRS tersebut
untuk akad ini terdapat dalam PSAK Syariah 107.
Pembiayaan Ijarah Multijasa adalah pembiayaan dimana BPRS
memberikan pembiayaan kepada nasabah dalam memperoleh manfa-
at atas suatu jasa, dalam pembiayaan Ijarah Multijasa tersebut BPRS
dapat memperoleh imbalan jasa/ujrah atau fee, Besarnya uang ujrah/
fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal
bukan dalam bentuk prosentase, maka akad untuk komitmen ini juga
sangat dapat memengaruhi kualitas laporan keuangan, dimana auditor
internal, eksternal dan DPS harus dapat memahami besarnya ujrah/
fee yang akan disepakati dan hal ini jelas diatur dalam SAK Syariah
seperti halnya komitmen keduabelas.
Untuk komitmen ketigabelas dan keempatbelas terkait dengan
akad Qard (Talangan), ujroh tidak boleh diakadkan baik jumlah mau-
pun waktunya (diserahkan sepenuhnya kepada nasabah. (Fatwa (DSN
No 19/DSN-MUI/IV/2001), dan secara definisi berdasarkan Fatwa
DSN Qardh adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah
85
IAI, SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah, 2017, Hal:
104.1-104.7. 86
Hasil wawancara dengan Direksi. 87
IAI, SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah, 2017, Hal: 107.1
– 107.5.
172 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
(muqtaridh) selama jangka waktu tertentu dan dikembalikan dalam
jumlah yang sama (tanpa imbalan) dan pembayarannya bisa dilaku-
kan secara angsuran ataupun sekaligus (jatuh tempo)88
, maka dalam
laporan keuangan yang akan disajikan untuk akad tersebut dilaporkan
secara terpisah walaupun merupakan bagian dari laporan keuangan,
jelas di atur dalam SAK Syariah 101, komitmen ini jelas perlu dike-
tahui dan dipahami oleh auditor internal, eksternal maupun DPS,
karena akad Qard merupakan salah satu ciri pembeda antara bank
Syariah dan bank konvensional yang didalamnya terkandung misi so-
sial di samping misi komersial yang digunakan untuk membantu na-
sabah yang sedang mengalami kesulitan mendesak untuk mendapat-
kan dana talangan, serta terdapatnya misi sosial kemasyarkatan untuk
meningkatkan citra baik bagi bank Syariah, karena akad Qard dapat
berdampak terhadap laporan keuangan yang akan disajikan, sehingga
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas bagi BPRS.
Komitmen terakhir yaitu komitmen kelimabelas, bahwa semua
transaksi yang terjadi di dalam entitas bisnis berdasarkan prinsip
Syariah yaitu wajib bebas dari Riswah (suap menyuap)89
dan untuk
komitmen ini tidak terkait langsung dengan laporan keuangan, karena
berfokus pada pribadi masing-masing pihak didalam entitas bisnis,
agar dapat dipermudah untuk memperoleh pembiayaan di dalam
BPRS dan terkait dengan empat belas komitmen sebelumnya, sedang-
kan dalam laporan keuangan komitmen ini tidak membutuhkan pro-
ses pencatatan, penyajian, maupun pengukuran, sehingga komitmen
ini untuk mencakup keseluruhan komitmen yang lainnya.
Dari limabelas komitmen yang disampaikan saat wawancara
dan dianalisis satu persatu bahwa kelima belas komitmen tersebut
sangat memengaruhi kualitas laporan keuangan khususnya untuk
BPRS, dan sangat terkait dengan pemahaman bagi para auditor inter-
nal, eksternal dan DPS secara khusus, karena mereka yang bertang-
gung jawab dalam hal memberikan opini atas apa yang telah mereka
audit atau periksa dari laporan keuangan yang telah disampaikan, na-
mun untuk komitmen terakhir yaitu kelimabelas lebih kepada pribadi
masing-masing sumber daya insani yang terdapat di dalam BPRS,
sehingga tidak terkait langsung dalam proses pencatatan, penyajian
dan pengukuran dalam laporan keuangan BPRS, namun dapat meme-
88
Hasil wawancara dengan Direksi 89
Hasil wawancara dengan Direksi
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 173
ngaruhi kualitas laporan keuangan secara tidak langsung karena ter-
kait dengan akad yang akan di gunakan dalam transaksinya.
Penjelasan diatas mengenai gambaran umum laporan keuangan
BPRS, terjadinya fraud dalam BPRS, peran auditor internal, peran
auditor eksternal, peran DPS serta lima belas komitmen sumber daya
insani dalam penerapan nilai-nilai Syariah terhadap kualitas laporan
Keuangan dapat dikatakan bahwa secara prioritas laporan keuangan
dapat berkualitas dikarenakan tanggung jawab dari BPRS dalam
melakukan pelaporan serta submitt ke masyarakat umum ataupun
khusus (stockholder dan stakeholder) baik melalui website yang dimi-
liki oleh BPRS itu sendiri, serta kewajiban melaporkan ke Bank Indo-
nesia dengan termin yang telah ditentukan.
Auditor internal, auditor eksternal dan dewan pengawas Syari-
ah merupakan peran yang dijalankan untuk kepentingan dalam men-
jaga kualitas laporan keuangan BPRS, karena peran mereka merupa-
kan cakupan ataupun bagian yang memiliki tanggung jawab yang
sangat penting di dalam menjaga kualitas laporan keuangan BPRS,
sehingga mereka dapat dikategorikan sebagai auditor Syariah, karena
salah satu penyebab laporan keuangan tidak berkualitas karena fraud
tersebut, oleh karena itu suatu kebangkrutan perusahaan dapat terjadi
karena suatu masalah dalam laporan keuangan, hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Forgarty90
dan hal tersebut dapat
terjadi karena tidak pahamnya seorang auditor baik internal, eksternal
dan DPS akan aturan – aturan yang terkait dengan proses audit khu-
susnya untuk BPRS, yang menjalankan aktivitas operasionalnya ber-
dasarkan prinsip Syariah.
Meminimalisir bahkan menghilangkan tradisi fraud yang
jumlahnya kecil namun akan menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan
karena jumlah yang tidak besar, tetapi akan berdampak kepada dosa
yang besar atas perilaku fraud tersebut, dan juga akan sangat berdam-
pak terhadap kualitas laporan keuangan BPRS, sehingga komitmen
sumber daya insani dalam penerapan nilai-nilai Syariah ini wajib di
terapkan dan dijalankan oleh semua pihak yang terdapat dalam
90
Fogarty, Timothy J and Jhon T Rigsby, A reflective analysis of the
“new audit” and the public interest, The revolutionary innovation that never
came, Journal of accounting & organizational Change, (2010), Vol.6, No.3:
300-329
174 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
BPRS, secara khusus bagi auditor internal, DPS untuk interen dan
auditor eksternal untuk eksteren agar kualitas laporan Keuangan
BPRS dapat terjaga dengan baik dan benar sesuai dengan aturan yang
berlaku umum serta prinsip Syariah, dimana untuk laporan keuangan
merujuk kepada SAK Syariah, yang pada dasarnya telah sesuai
dengan prinsip Syariah.
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 175
BAB V
ANALISIS KUALITAS
LAPORAN KEUANGAN BPRS
DALAM PERSPEKTIF AKUNTANSI SYARIAH
A. Demografi Responden
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam disertasi ini menggunakan BPRS sebagai objek peneli-
tiannya. BPRS tersebut tersebar di Indonesia yang terdiri dari 26
BPRS, dimana 11 BPRS memiliki aset di atas Rp100 Miliar dan 15
BPRS memiliki aset antara RP 50 Miliar – Rp100 Miliar berdasarkan
versi majalah Infobank 2016. BPRS tersebut tersebar di Indonesia,
antara lain di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jabodetabek,
Lampung, Sulawesi, dan juga Nusa Tenggara. Dari penyebaran wila-
yah tersebut telah mewakili wilayah Indonesia.
Namun, dari 26 BPRS yang dijadikan objek penelitian dalam
disertasi ini pada kenyataannya agak sulit untuk menerima kuesioner
penelitian penelitian ini. Oleh karena itu, jarak serta waktu disertasi
ini hanya mengambil sampel dari BPRS yang mau menerima kue-
sioner penelitian penelitian ini.
Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner
penelitian penelitian melalui email dan kantor pos dengan perangko
balasan. Sedangkan pengembalian kuesioner penelitian penelitian ada
yang melalui kantor pos, email dan juga diambil sendiri oleh peneliti
pada saat akan wawancara dengan pihak auditor internal maupun de-
wan pengawas Syariah, yang sebelumya telah dikirimkan baik mela-
lui email maupun kantor pos. Pengolahan data untuk deskriptif res-
ponden menggunakan alat uji SPSS Versi 23. Sedangkan untuk
analisis pengujian model struktural menggunakan alat uji Smart PLS
Versi 3.0.
Kuesioner penelitian penelitian disebarkan mulai dari tanggal
10 Agustus 2017 – 20 Desember 2017. BPRS yang memiliki aset di
atas Rp100 Miliar hanya 9 BPRS yang memberi kesempatan untuk
menerima kuesioner penelitian penelitian, yang terdiri dari:
176 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Tabel. 5.1
Data Sampel Penelitian BPRS aset Rp 100 Miliar
No BPRS Jumlah yang
disebar
Jumlah
yang
kembali
1. HIK Ciledug 10 10
2. HIK Parahyangan 10 10
3. HIK Bekasi 10 10
4. HIK Cibitung 10 10
5. Artha Madani 10 10
6. Al Ma’some 10 10
7. Amanah Ummah 10 10
8. Bhakti Sumekar 10 10
9. Suriyah 10 7
Sedangkan dari 15 BPRS yang memiliki aset antara Rp 50
Miliar – Rp 100 Miliar yang memberikan kesempatan untuk mene-
rima kuesioner penelitian penelitian 4 BPRS yang terdiri dari:
Tabel. 5.2
Data Sampel Penelitian BPRS aset Rp 50 Millyar – Rp 100 Miliar
No BPRS
Jumlah
yang
disebar
Jumlah
yang
kembali
1. Berkah Ramadhan 10 10
2. Bangun Drajat Warga 10 10
3. Dana Moneter 10 10
4. Baiturridha 10 8
Dapat dijelaskan bahwa kuesioner penelitian penelitian yang
disebar berjumlah 130 kuesioner penelitian penelitian dan yang tidak
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 177
kembali sebanyak 5 kuesioner penelitian penelitian. Dari kuesioner
penelitian yang kembali sebanyak 125 kuesioner penelitian dapat
diolah karena telah memenuhi kriteria sebagai sampel dan diisi secara
lengkap oleh responden. Gambaran mengenai data sampel disajikan
pada tabel 5.3.
Tabel 5.3
Data Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah Persentase
1. Kuesioner penelitian yang disebar 130 100
2.
Kuesioner penelitian yang tidak
kembali 5 3,85
3.
Kuesioner penelitian yang tidak
dapat di olah 0 0
4.
Kuesioner penelitian yang dapat di
olah 125 96,15
2. Karakteristik Profil Responden
Data atau kuesioner penelitian yang dibutuhkan untuk melihat
peran auditor internal, auditor eksternal dan dewan pengawas Syariah
terhadap kualitas laporan keuangan dengan variabel moderasi pema-
haman SAK Syariah disebarkan kepada pihak manajemen BPRS yang
terdiri dari direksi, kepala bagian/cabang, dan staf.
Deskripsi Responden
Tabel 5.4
Kategori Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Output SPSS\ Versi 23
Tabel. 5.4 menunjukkan bahwa sekitar 76 orang atau 60,8%
responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya
sebesar 49 orang atau 39,2% responden berjenis kelamin perempuan.
178 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Hal ini dikarenakan karakteristik responden yang menjawab
kuesioner penelitian terdiri dari direktur, kepala cabang maupun
kepala bagian dimana dalam BPRS mayoritas pimpinan adalah laki-
laki.
Tabel 5.5
Kategori Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
Sumber: Output SPSS Versi 23
Tabel 5.5 memperlihatkan bahwa responden dalam penelitian
ini didominasi oleh responden yang berpendidikan terakhir Strata
Satu (S1) dengan jumlah 115 responden atau 92,2%. Sementara itu
sisanya adalah responden Strata Dua (S2) dan Diploma Tiga (D3)
dengan jumlah responden masing-masing 7 responden (5,6%) dan 3
responden (2,4%). Mayoritas responden yang berpendidikan Strata
Satu (S1) karena posisi responden di dalam BPRS antara lain dengan
jabatan sebagai kepala cabang maupun kepala bagian serta staf keua-
ngan. Sedangkan yang berpendidikan Strata Dua (S2) rata-rata direk-
si yang bersedia untuk mengisi kuesioner penelitian penelitian ini.
Tabel 5.6
Kategori Responden Berdasarkan Usia
Sumber: Output SPSS Versi 23
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 179
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa usia responden tidak jauh ber-
beda, khususnya untuk responden yang berusia 26 tahun -30 tahun
(21,6%), responden berusia 31-35 tahun (28%) dan responden yang
berusia 36-40 tahun (23,2%). Responden berusia lebih dari 41 tahun
merupakan responden terbanyak dengan total responden sebanyak 35
orang (35%). Sementara itu responden berusia di bawah 25 tahun
adalah responden dengan jumlah paling sedikit hanya 6 orang. Hasil
ini menyiratkan bahwa usia antar 25 tahun - 40 tahun keatas meru-
pakan usia produktif bagi seseorang dalam bekerja. Sehingga hasil
kategori dari usia tersebut memberikan hasil yang tidak jauh berbeda
di bandingkan dengan usia di bawah 25 tahun.
Tabel 5.7
Kategori Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Sumber: Output SPSS Versi 23
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa responden dengan lama bekerja
sekitar 0-5 tahun mendominasi keseluruhan responden penelitian
dengan jumlah 67 responden atau 53,6%. Terbanyak berikutnya ada-
lah responden dengan durasi bekerja sekitar 6-10 tahun dengan 32
responden (25,6), diikuti oleh responden dengan lama bekerja 11-15
tahun (8,8%) dan responden dengan lama bekerja 16-20 tahun (10%).
Hasil ini menyiratkan bahwa seorang pemimpin tidak hanya memer-
lukan kemampuan akademis, tetapi juga membutuhkan pengalaman
kerja dalam bidang dan jabatannya masing-masing, hal ini dapat
menunjukkan bahwa lama bekerja di atas 20 tahun berada pada posisi
direktur, sedangkan 6 tahun – 20 tahun menunjukkan posisi sebagai
kepala bagian atau divisi atau kepala cabang.
180 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
B. Model Awal Penelitian
Gambar 5.1
Kerangka Awal Penelitian
Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0
Gambar 5.1 Memperlihatkan bahwa dalam penelitian ini terda-
pat 5 variabel laten, yaitu 1 variabel endogen (Y), 3 variabel eksogen
(X) dan 1 variabel moderasi. Variabel endogen yaitu variabel
Kualitas Laporan Keuangan yang memiliki 25 indikator, sedangkan
variabel eksogen terdiri dari variabel Peran Auditor Internal yang me-
miliki 20 indikator, Peran Auditor Eksternal yang memiliki 10 indi-
kator, Peran Dewan Pengawas Syariah yang memiliki 12 indikator,
dan variabel Pemahaman SAK Syariah yang menjadi variabel mode-
rasi dengan 20 indikator. Sehingga total indikator dari model awal
penelitian sebelum dilakukan pengujian berjumlah 87 indikator.
C. Uji Validitas Konvergen, Uji Validitas Diskriminan dan Uji
Reliabilitas
Uji validitas dalam penelitian ini termasuk uji model penguku-
ran (outer model) yang dilakukan 2 kali pengujian, yaitu uji validitas
konvergen dan uji validitas diskriminan. Uji validitas konvergen ada-
lah uji validitas yang menggunakan paramater loading factor (korelsi
antara skor item atau skor komponen dengan skor konstruk dan Average Variance Extracted (AVE).
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 181
Besarnya nilai AVE minimal yang direkomendasikan adalah
0,5. Jika nilai AVE didapatkan lebih besar dari 0,5 maka indikator-
indikator di dalam model yang dikembangkan terbukti mengukur
konstrak laten yang ditargetkan dan tidak mengukur konstrak laten
yang lain. Sementara itu, nilai loading factor yang direkomendasikan
adalah 0,7. Namun, menurut Chin dalam ghozali1, penelitian tahap
awal dari perkembangan skala pengukuran nilai cross loading berkisar
antara 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup memadai.
Dalam penelitian ini akan digunakan batas minimal cross load-ing senilai 0,65. Hal ini dikarenakan ketika menggunakan batas mini-
mal cross loading senilai 0,50 dan 0,60, Average Variance Extracted (AVE) yang dihasilkan berada di bawah nilai 0,5. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa indikator-indikator yang digunakan memiliki
rata-rata tingkat error yang lebih tinggi.
Sementara itu ketika digunakan batas minimal senilai 0,7,
banyak indikator yang harus dikeluarkan. Gambar 5.2 menunjukkan
hasil uji awal validitas dengan semua indikator, sebanyak 87 indika-
tor, dan akan dilihat loading factor di atas 0,65, alasan lainnya ada-
lah karena penelitian ini merupakan penelitian dalam tahap pengem-
bangan (awal) sehingga indikator-indikator tidak harus memiliki
loading factor minimal 0,7. Oleh sebab itu, untuk item yang nilai loading factor berada di bawah 0,6 akan dikeluarkan dari analisis
selanjutnya.
1 Ghozali, Imam, Partial Least Square: Konsep, Metode dan Aplikasi
Menggunakan Program Warppls 4.0(Semarang: 2013), 45
182 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Gambar 5.2
Hasil Uji Validitas Menggunakan Parameter Loading Factor
Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0
1. Uji Validitas Konvergen
a. Uji Validitas Konvergen Kualitas Laporan Keuangan
Tabel 5.8
Nilai Loading Factor Indikator KLK
No Urut Indikator Loading Factor Keterangan
1 KLK9 0.684 Valid
2 KLK14 0.717 Valid
3 KLK15 0.710 Valid
4 KLK16 0.759 Valid
5 KLK23 0.724 Valid
6 KLK24 0.742 Valid
7 KLK25 0.758 Valid
Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0 (Diolah)
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa terdapat 7 (tujuh) item
indikator dalam variabel Kualitas Laporan Keuangan yang
valid, yaitu KLK9, KLK14, KLK15, KLK16, KLK23,
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 183
KLK24 dan KLK25, karena semua indikator memiliki skor di
atas 0,65 dan tidak ada lagi indikator yang memiliki skor
kurang dari 0,65, setelah melalui tiga tahapan dalam penghi-
tungan uji validitas dengan tidak mengikutsertakan indikator
yang tidak valid. Oleh sebab itu, disimpulkan bahwa konstruk
untuk variabel Kualitas Laporan Keuangan telah memenuhi
kriteria convergent validity. Sehingga tahapan atau uji selan-
jutnya adalah, indikator yang telah dieliminasi tidak diikut
sertakan dalam model.
b. Uji Validitas Konvergen Peran Auditor Internal
Tabel 5.9
Nilai Loading Factor Indikator PAI
No Urut Indikator Loading Factor Keterangan
1 PAI12 0.810 Valid
2 PAI13 0.887 Valid
3 PAI14 0.799 Valid
Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0 (Diolah)
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa terdapat 3 (tiga) item
indikator dalam variabel Peran Auditor Internal yang valid,
yaitu PAI12, PAI13 dan PAI14, karena semua indikator me-
miliki skor di atas 0,65 dan tidak ada lagi indikator yang
memiliki skor kurang dari 0,65, setelah melalui dua tahapan
dalam penghitungan uji validitas dengan tidak mengikutser-
takan indikator yang tidak valid. Oleh sebab itu, disimpulkan
bahwa konstruk untuk variabel Peran Auditor Internal telah
memenuhi kriteria convergent validity. Sehingga tahapan
atau uji selanjutnya adalah, indikator yang telah dieliminasi
tidak diikut sertakan dalam model.
184 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
c. Uji Validitas Konvergen Peran Auditor Eksternal
Tabel 5.10
Nilai Loading Factor Indikator PAE
No Urut Indikator Loading Factor Keterangan
1 PAE3 0.786 Valid
2 PAE5 0.763 Valid
3 PAE7 0.702 Valid
4 PAE9 0.790 Valid
Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0
Tabel 5.10 menunjukkan bahwa terdapat 4 (empat)
item indikator dalam variabel Peran Auditor Eksternal yang
valid, yaitu PAE3, PAE5, PAE7 dan PAE9, karena loading factornya lebih besar dari 0,65, dan tidak ada lagi indikator
yang memiliki skor kurang dari 0,65, setelah melalui dua
tahapan dalam penghitungan uji validitas dengan tidak me-
ngikutsertakan indikator yang tidak valid. Oleh sebab itu,
disimpulkan bahwa konstruk untuk variabel Peran Auditor
Eksternal telah memenuhi kriteria convergent validity. Se-
hingga tahapan atau uji selanjutnya adalah, indikator yang
telah dieliminasi tidak diikut sertakan dalam model.
d. Uji Validitas Konvergen Peran Dewan Pengawas Syariah
Tabel 5.11
Nilai Loading Factor Indikator PDPS
No Urut Indikator Loading Factor Keterangan
1 PDPS6 0.800 Valid
2 PDPS7 0.767 Valid
3 PDPS8 0.741 Valid
4 PDPS9 0.853 Valid
5 PDPS10 0.747 Valid
Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa hanya terdapat 5
(lima) item indikator yang valid yaitu indikator PDPS6,
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 185
PDPS7, PDPS8, PDPS9, dan PDPS10 karena loading factor-
nya lebih besar dari 0,65 dan tidak ada lagi indikator yang
memiliki skor kurang dari 0,65, setelah melalui 2 (dua) taha-
pan dalam penghitungan uji validitas dengan tidak mengi-
kutsertakan indikator yang tidak valid, Oleh sebab itu, hanya
indikator-indikator tersebut yang dapat digunakan untuk me-
ngungkapkan variabel Peran Dewan Pengawas dan telah me-
menuhi kriteria convergent validity. Sehingga tahapan atau
uji selanjutnya adalah, indikator yang telah dieliminasi tidak
diikut sertakan dalam model.
e. Uji Validitas Konvergen Pemahaman SAK Syariah
Tabel 5.12
Nilai Loading Factor Indikator PSS
No Urut Indikator Loading Factor Keterangan
1 PSS12 0.666 Valid
2 PSS13 0.743 Valid
3 PSS16 0.794 Valid
4 PSS17 0.844 Valid
5 PSS18 0.828 Valid
6 PSS19 0.781 Valid
7 PSS20 0.767 Valid
Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0
Tabel 5.12 menunjukkan bahwa hanya terdapat 7 item
indikator yang valid yaitu indikator PSS12, PSS13, PSS16,
PSS17, PSS18, PSS19, dan PSS20 karena loading factornya
lebih besar dari 0,65 dan tidak ada lagi indikator yang me-
miliki skor kurang dari 0,65, setelah melalui 2 (dua) tahapan
dalam penghitungan uji validitas dengan tidak mengikutser-
takan indikator yang tidak valid, Oleh sebab itu, hanya indi-
kator-indikator tersebut yang dapat digunakan untuk me-
ngungkapkan variabel Peran Pemahaman SAK Syariah dan
telah memenuhi kriteria convergent validity. Sehingga taha-
pan atau uji selanjutnya adalah, indikator yang telah dielimi-
nasi tidak diikut sertakan dalam model.
186 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
f. Uji Validitas Konvergen Konstruk
Tabel 5.13
Nilai AVE Masing-Masing Variabel
Variabel Nilai AVE
Kualitas Laporan Keuangan 0.530
Pemahaman SAK Syariah 0.603
Peran Auditor Eksternal 0.580
Peran Auditor Internal 0.693
Peran Dewan Pengawas Syariah 0.612
Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0
Dari tabel 5.13 dapat dilihat bahwa setiap konstruk
memiliki nilai Average Variance Extacted (AVE) yang lebih
tinggi dari 0,5. Dengan demikian, nilai masing-masing kons-
truk dengan indikatornya adalah baik karena telah memenuhi
kriteria yang ditetapkan sehingga kemampuan variabel laten
dalam menjelaskan atau mewakili nilai variabel asli (indika-
tor) dapat diandalkan.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan untuk menguji sejauh mana kon-
sistensi instrumen yang digunakan dalam penelitian. Pengujian
reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan nilai Cronbach’ Alpha dan nilai Composite Reliability. Untuk dapat dikatakan
suatu konstruk reliable, maka nilai Cronbach’ Alpha harus 0,6
dan nlai Composite Reliability harus 0,7 (Jogiyanto,2011). Perb-
andingan nilai Cronbach’ Alpha dan nilai Composite Reliability
disajikan pada tabel 5.14 berikut.
Tabel 5.14
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Cronbach's Alpha
Composite Reliability Keterangan
Kualitas Laporan
Keuangan 0.852 0.888 Reliabel
Pemahaman SAK
Syariah 0.890 0.914 Reliabel
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 187
Peran Auditor
Eksternal 0.763 0.846 Reliabel
Peran Auditor
Internal 0.778 0.871 Reliabel
Peran Dewan
Pengawas Syariah 0.841 0.887 Reliabel
Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0
Tabel 5.14 menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha atas
variabel kualitas laporan keuangan sebesar 0,852. Peran auditor
internal sebesar 0,778, peran auditor eksternal sebesar 0,763,
peran dewan pengawas syariah sebesar 0,841, dan pemahaman
SAK syariah sebesar 0,890. Sementara itu, nilai Composite Re-liability atas variabel kualitas laporan keuangan sebesar 0,888,
peran auditor internal sebesar 0,871, peran auditor eksternal se-
besar 0,846, peran dewan pengawas syariah sebesar 0,887, dan
pemahaman SAK syariah sebesar 0,914. Sehingga dapat disim-
pulkan bahwa tingkat reliabilitas pengukuran variabel adalah
baik, karena nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability
untuk semua konstruk berada di atas 0,6 dan 0,7.
D. Outer Model Penelitian
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas maka untuk me-
nguji Outer model dari masing-masing variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menganalisis hubungan antara
setiap variabel dengan indikator atau variabel yang teramati didasari
dari Validitas model pengukuran yang ditentukan dengan menggu-
nakan nilai Loading factor, sedangkan reliabilitas diukur melalui
Composite Reliability, Cronbach’s Alpha, dan AVE. Sehingga kemu-
dian dapat dijelaskan atau dianalisis hubungan dari masing-masing
variabel dengan indikator yang memenuhi syarat tersebut berdasar-
kan model pengukurannya.
a. Outer Model Variabel Kualitas Laporan Keuangan
Variabel Kualitas Laporan Keuangan dibentuk secara ref-
lektif oleh 7 Indikator sebagaimana yang terlihat dalam Gambar
5.3 Hasil Uji Outer Model dari variabel Kualitas Laporan Keua-
ngan (KLK) dapat dilihat dalam Tabel 5.15.
188 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Gambar 5.3
Path Variabel Laten Kualitas Laporan Keuangan
Sumber: Olahan Penulis
Hasil estimasi diatas menunjukkan bahwa semua item per-
tanyaan yang mengukur Kualitas Laporan Keuangan Valid.
Dimana nilai loading factor seluruh pertanyaan berada diatas
0,65 dan t-statistik signifikan pada tingkat 1%. Diantara indika-
tor tersebut, item pertanyaan KLK 16 memiliki koefisien factor loading tertinggi sebesar 0,759 dengan item pertanyaan laporan
keuangan dibuat sesuai dengan fakta dan bukti transaksi. Dari
hasil tersebut responden menyatakan bahwa faktor utama yang
menentukan variabel KLK adalah laporan keuangan yang dibuat
harus sesuai dengan fakta dan bukti transaksi.
Proses awal dalam penyusunan laporan keuangan yang
pertama harus dilakukan dengan adanya bukti transaksi. Kemu-
dian dapat dilanjutkan dengan tahap berikutnya, yaitu melaku-
kan pencatatan atas bukti transaksi tersebut. Hal ini sejalan
dengan karakteristik kualitas laporan keuangan menurut SAK
Syariah, yaitu penyajian yang jujur. Sedangkan menurut Jaka
Isgiyarta2.
2 Jaka Isgiyarta, Teori Akuntansi Islam dan Laporan Keuangan Isla-
mi, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2010), 139
Kualitas
Laporan
Keuangan
KLK 9
KLK 14
KLK 15
KLK 16
KLK 23
KLK 24
KLK 25
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 189
Karakteristik laporan keuangan jauh dari tindakan kedus-
taan, dimana informasi akuntansi akan bermanfaat bilamana
informasi yang diungkapkan jauh dari kedustaan dan fitnah.
Informasi akuntansi harus mendasarkan data yang objektif dan
bilamana dilakukan pengujian ulang, informasi akuntansi yang
baru dengan informasi yang diuji ulang tidak mempunyai perbe-
daan yang material.
Bukti transaksi dapat berupa kwitansi pembelian, faktur
penjualan, giro, nota pembelian maupun penjualan yang terdapat
nilai nominal dari transaksi tersebut sehingga dapat dilakukan
proses akuntansi untuk penyusunan laporan keuangan. Laporan
keuangan yang disajikan tersebut harus sesuai dengan fakta serta
bukti transaksi yang valid, dimana dalam setiap bukti transaksi
harus jelas siapa maker, checker, approval dan lain sebagainya
yang terkait dengan bukti transaksi tersebut, sehingga laporan
keuangan yang di hasilkan dapat berkualitas.
Tabel 5.15
Nilai Factor Loading, Composite Reliability, Croncbach’s Alpha dan AVE Variabel Kualitas Laporan
Keuangan Item
Pertanyaan
Kata Kunci Factor
Loading
Composite
Reliability
Cronbach’s
Alpha
AVE
KLK9 Informasi
bebas dari
kesalahan
material
0,684 0,888 0,852 0,530
KLK14 Informasi
Zakat
0,717
KLK15 Dapat
diandalkan
dalam
pengambilan
keputusan
0,710
KLK16 Sesuai dengan fakta
0,759
KLK23 Informasi
perubahan
kebijakan
0,724
KLK24 Dapat
dibandingkan
dengan
periode
0,742
190 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
sebelumnya
KLK25 Dapat
mendeteksi
kinerja dan
perubahan
kebijakan
0,758
Sumber: Hasil olahan penulis dengan SmartPLS 3.0
Untuk tingkat reliabilitas yang ditunjukkan oleh dua uku-
ran, yaitu Composite Reliability dan Cronbach’s Alpha, juga
menunjukkan hasil yang reliabel. Ke-7 item pertanyaan yang
valid konsisten mengukur variabel Kualitas Laporan Keuangan
dengan nilai reliabilitas yang tinggi di atas rule of thumb nilai
Composite Reliability dan Croncbach’s Alpha, yaitu 0,888 dan
0,852 secara berturut-turut dengan ukuran AVE 0,530 serta nilai
faktor loading yang seluruhnya di atas 0.65, maka variabel KLK
reliabel untuk digunakan.
b. Outer Model Variabel Peran Auditor Internal
Selanjutnya Variabel Peran Auditor Internal dibentuk se-
cara reflektif oleh 3 Indikator sebagaimana yang terlihat dalam
Gambar 5.4. Hasil uji Outer Model dari variabel Peran Auditor
Internal dapat dilihat dalam Tabel 5.16
Uji validitas pada variabel Peran Auditor Internal menun-
jukkan hasil yang signifikan, dimana item pertanyaan PAI 13
memiliki factor loading tertinggi sebesar 0,887 dengan item
pertanyaan auditor internal mencocokkan data transaksi dengan
bukti. Maka responden dapat menyatakan bahwa peran utama
auditor internal yang mereka perhatikan selama ini sebelum la-
poran keuangan disampaikan ke pihak eksternal adalah mencoco-
kan data transaksi dengan bukti yang terdapat di dalam laporan
keuangan yang merupakan proses awal dari penyusunan laporan
keuangan karena adanya transaksi yang didasari oleh bukti. Pro-
ses ini dilakukan oleh auditor internal dengan beberapa tahapan
dalam proses mencocokan bukti tersebut, berdasarkan aturan
yang ada dalam masing-masing BPRS.
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara bahwa peran audi-
tor internal yang terkait langsung dengan menjaga kualitas lapo-
ran keuangan salah satunya adalah mencocokkan data transaksi
dengan bukti yang ada, terutama untuk penerimaan maupun pe-
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 191
ngeluaran kas. Namun secara keseluruhan 3 item peran auditor
internal valid dan signifikan, dengan nilai reliabilitas yang tinggi
di atas rule of thumb nilai Composite Reliability dan Cronc-bach’s Alpha, yaitu 0,871 dan 0,778 secara berturut-turut de-
ngan ukuran AVE 0,693 serta nilai faktor loading yang selu-
ruhnya di atas 0.65, maka variabel PAI reliabel untuk digunakan.
Gambar 5.4
Path Variabel Laten Peran Auditor Internal
Sumber: Hasil olahan penulis
Tabel 5.16
Nilai Factor Loading, Composite Reliability, Croncbach’s Alpha dan AVE Variabel Peran Auditor Internal
Item
Pertanyaan Kata Kunci
Factor Loading
Composite Reliability
Cronbach’s Alpha
AVE
PAI12 Memeriksa
fisik kas
0,810 0,871 0,778 0,693
PAI13 Mencocokan data transaksi
0,887
PAI14
Menganalisi
s tindakan
auditee
0,799
Sumber: Hasil olahan penulis
c. Outer Model Variabel Peran Auditor Eksternal
Selanjutnya Variabel Peran Auditor Eksternal dibentuk
secara relektif oleh 4 indikator sebagaimana yang terlihat dalam
Gambar 5.5. Hasil uji Outer Model dari variabel Peran Auditor
Eksternal menunjukkan hasil signifikan, dengan item pertanyaan
PAE3 memiliki factor loading tertinggi yaitu 0,786. Dengan
Peran Auditor
Internal
PAI12
PAI13
PAI14
192 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
item pertanyaan auditor eksternal memberikan opini atas kewa-
jaran laporan keuangan BPRS.
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara bahwa peran uta-
ma auditor eksternal dalam menjaga kualitas laporan keuangan
adalah memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan yang
telah diaudit sesuai dengan standar yang berlaku umum. Hal ini
bertujuan agar dapat memberikan opini sesuai dengan hasil yang
diperoleh selama proses audit, dengan beberapa pendapat yang
dilaporkan dalam laporan audit, dengan harapan opini yang dibe-
rikan pendapat wajar tanpa pengecualian berdasarkan laporan
keuangan yang diaudit, bahkan bertanggung jawab dalam hal
kepatuhan Syariahnya.
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menya-
takan bahwa auditor eksternal memberikan pendapat apakah
laporan keuangan bebas dari salah saji material.3 Maka respon-
den menyatakan bahwa peran auditor eksternal yang utama ada-
lah memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan. Namun,
secara keseluruhan 4 item peran auditor eksternal valid dan
signifikan, seperti terlihat dalam Tabel 5.16
Berdasarkan uji reliabilitas yang tinggi di atas rule of thumb nilai Composite Reliability dan Croncbach’s Alpha, yaitu
0,846 dan 0,763 secara berturut-turut dengan ukuran AVE 0,580 serta nilai faktor loading yang seluruhnya di atas 0.65, maka
variabel PAE reliabel untuk digunakan.
Gambar 5.5
Path Variabel Laten Peran Auditor Eksternal
Sumber: Hasil olahan penulis
3 Rizqiasih, dkk, “Pengaruh Struktur Governance terhadap Fee Audit
Eksternal”, Institusional Repository, Diponegoro University, (2016)
Peran
Auditor
Eksternal
PAE3
PAE5
PAE7
PAE9
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 193
Tabel 5.17
Nilai Factor Loading, Composite Reliability, Croncbach’s Alpha dan AVE Variabel Peran Auditor Eksternal
Item
Pertanyaan Kata Kunci
Factor Loading
Composite Reliability
Cronbach’s Alpha
AVE
PAE3 Memberikan Opini
0,790 0,846 0,763 0,580
PAE5
Independensi
terhadap
laporan
0,763
PAE7
Mengikuti
pelatihan
akuntansi
Syariah
0,702
PAE9
Independensi
terhadap
manajemen
0,786
Sumber: Hasil olahan penulis
d. Uji Outer Model Variabel Peran Dewan Pengawas Syariah
Selanjutnya variabel peran dewan pengawas Syariah
dibentuk secara reflektif oleh 5 indikator sebagaimana terlihat
dalam Gambar 5.6. Hasil uji Outer Model dari variabel Peran
Dewan Pengawas Syariah dapat dilihat dalam Tabel 5.17.
Uji validitas pada variabel peran dewan pengawas Syariah
menunjukkan hasil yang signifikan. Dimana item pertanyaan
PDPS9 memiliki factor loading tertinggi sebesar 0,853 dengan
item pertanyaan DPS memastikan bahwa aktivitas BPRS dila-
kukan sesuai dengan batas-batas Syariah. Oleh karena itu maka
responden menyatakan bahwa peran DPS yang utama adalah
memastikan batas-batas Syariah tersebut dalam aktivitas di
BPRS.
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara pada DPS bahwa
peran DPS memastikan aktivitas BPRS yang dilakukan sesuai
dengan batas-batas Syariah khususnya yang terkait langsung de-
ngan laporan keuangan dari berbagai akad yang digunakan dalam
BPRS. Hal ini seperti yang dikatakan Antonio4 bahwa salah satu
4 Menurut Antonio bahwasannya DPS memiliki tugas mengawasi
pelaksanaan operasional bank dan produk-produknya agar tidak menyim-
pang dari aturan syariah, di Indonesia DPS sudah dibentuk sejak tahun 1997
dengan rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional sebagai lembaga tertinggi
yang mengayomi dan mengawasi praktik lembaga keuangan syariah di Indo-
194 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
fungsi dewan pengawas Syariah adalah menjaga kemurnian
praktik bank Syariah, tidak terkecuali untuk BPRS. Namun seca-
ra keseluruhan 5 (lima) item peran dewan pengawas Syariah
valid dan signifikan.
Berdasarkan uji reliabilitas yang tinggi di atas rule of thumb nilai Composite Reliability dan Croncbach’s Alpha, yaitu
0,887 dan 0,841 secara berturut-turut dengan ukuran AVE 0,612 serta nilai faktor loading yang seluruhnya di atas 0.65, maka
variabel PDPS reliabel untuk digunakan.
Gambar 5.6
Path Variabel Laten Peran Dewan Pengawas Syariah
Sumber: Hasil olahan penulis
nesia, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendikiawan Tazkia Institute,
Bogor, (1999)
Peran Dewan
Pengawas
Syariah
PDPS6
PDPS7
PDPS8
PDPS9
PDPS10
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 195
Tabel .5.18
Nilai Factor Loading, Composite Reliability, Croncbach’s Alpha dan AVE Variabel Peran Dewan Pengawas Syariah
Item
Pertanyaan
Kata Kunci Factor Loading
Composite Reliability
Cronbach’s Alpha
AVE
PDPS6 Menjaga
kemurnian
praktik
0,800 0,887 0,841 0,612
PDPS7 Memastikan
semua
kontrak,
akad sesuai
aturan Islam
0,767
PDPS8 Memberikan
laporan hasil
pengawasan
0,741
PDPS9 Memastikan aktivitas sesuai dengan prinsip Syariah
0,853
PDPS10 Bertanggung
jawab
dengan opini
0,747
Sumber: Hasil olahan penulis
e. Outer Model Variabel Pemahaman SAK Syariah
Selanjutnya variabel pemahaman SAK Syariah dibentuk
secara reflektif oleh 7 indikator sebagaimana terlihat dalam
Gambar 5.7. Hasil uji Outer Model dari variabel pemahaman
SAK Syariah dapat dilihat dalam Tabel 5.19
Uji validitas pada variabel pemahaman SAK Syariah me-
nunjukkan hasil yang signifikan, dimana item pertanyaan PSS17
memiliki factor loading tertinggi sebesar 0,844 dengan item
pertanyaan tujuan dalam prinsip Syariah untuk pembiayaan.
Oleh karena itu maka responden menyatakan bahwa auditor
internal, eksternal dan DPS memahami tujuan dalam prinsip
Syariah untuk pembiayaan, karena akad pembiayaan dalam
BPRS merupakan kegiatan utama serta menjadi pendapatan uta-
ma. Hal ini bertujuan agar BPRS tetap dapat berjalan dengan
baik, namun secara keseluruhan 7 item pemahaman SAK Syariah
valid dan signifikan.
196 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Berdasarkan uji reliabilitas yang tinggi di atas rule of thumb nilai Composite Reliability dan Croncbach’s Alpha, yaitu
0,914 dan 0,890 secara berturut-turut dengan ukuran AVE 0,603 serta nilai faktor loading yang seluruhnya di atas 0.65, maka
variabel PSS reliabel untuk digunakan.
Gambar 5.7
Path Variabel Laten Peran Pemahaman SAK Syariah
Sumber: Hasil olahan penulis
Tabel 5.19
Nilai Factor Loading, Composite Reliability, Croncbach’s Alpha dan AVE Variabel Pemahaman SAK Syariah
Item
Pertanyaan Kata Kunci
Factor Loading
Composite Reliability
Cronbach’s Alpha
AVE
PSS12 Pemisahan
asumsi dasar
dan accrual
0,666 0,914 0,890 0,603
PSS13 Terdapat
pengakuan,
pengukuran,
penyajian dan
pengungkapan
0,743
PSS16 Ruang lingkup
pendanaan
0,794
Pemahaman
SAK
Syariah
PSS12
PSS13
PSS16
PSS17
PSS18
PSS20
PSS19
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 197
PSS17 Tujuan pembiayaan
0,844
PSS18 Ruang lingkup
pembiayaan
0,828
PSS19 Siklus
akuntansi
0,781
PSS20 Prinsip
akuntansi
Syariah
0,767
Sumber: Hasil olahan penulis
f. Outer Model: Validitas Diskriminan
Evaluasi outer model berikutnya adalah validitas diskrimi-
nan dengan menggunakan ukuran cross loadings dan korelasi
antara variabel Cross loading. Diketahui bahwa seluruh nilai loa-ding indicator pada variabel latennya lebih tinggi dibanding
dengan cross loading indikator variabel laten lainnya. Hal ini
mengindikasikan bahwa variabel laten telah memprediksi indika-
tornya sendiri lebih baik dari pada memprediksi indikator varia-
bel laten yang lain, sehingga dapat diinterpretasi bahwa telah
memenuhi kriteria discriminant validity.
Tabel 5.20 menunjukkan bahwa cross loading yang berisi
matrik korelasi antara setiap item pertanyaan dengan variabel
penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap item
pertanyaan yang mengukur variabel yang diukurnya berkorelasi
lebih tinggi dengan variabel lainnya. Seperti halnya korelasi
antara KLK9 untuk variabel kualitas laporan keuangan yang diu-
kurnya adalah 0,684, nilai ini lebih tinggi dibandingkan korela-
sinya dengan variabel lainnya seperti variabel pemahaman SAK
Syariah 0,484, Peran auditor internal 0,532, peran auditor ekster-
nal 0,458 dan peran dewan pengawas Syariah 0,467.
Hal ini terjadi secara umum, dimana semua item perta-
nyaan kualitas laporan keuangan lebih kuat dibandingkan dengan
variabel lainnya. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh item
pertanyaan peran auditor internal, peran auditor eksternal, peran
dewan pengawas Syariah dan pemahaman SAK Syariah, memili-
ki nilai lebih tinggi dibandingkan korelasinya dengan variabel
lain. Maka secara keseluruhan pemeriksaan cross loadings me-
nunjukkan bahwa validitas diskriminan dapat terpenuhi.
198 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Tabel 5.20
Nilai Cross Factor Loading Masing-masing Variabel
Variabel Indikator
Kualitas
Laporan
Keuangan
Pemahaman
SAK
Syariah
Peran
Auditor
Eksternal
Peran
Auditor
Internal
Peran
Dewan
Pengawas
Syariah
KLK
KLK9 0.684 0.484 0.458 0.532 0.467
KLK14 0.717 0.458 0.389 0.445 0.206
KLK15 0.710 0.655 0.363 0.281 0.377
KLK16 0.759 0.607 0.583 0.501 0.429
KLK23 0.724 0.576 0.353 0.291 0.295
KLK24 0.742 0.489 0.460 0.316 0.400
KLK25 0.758 0.533 0.547 0.504 0.453
PAE
PAE3 0.572 0.492 0.790 0.403 0.486
PAE5 0.345 0.206 0.763 0.389 0.430
PAE7 0.398 0.318 0.702 0.473 0.410
PAE9 0.528 0.530 0.786 0.335 0.433
PAI
PAI2 0.292 0.292 0.376 0.810 0.321
PAI3 0.509 0.326 0.420 0.887 0.440
PAI14 0.472 0.340 0.496 0.779 0.505
PDPS
PDPS6 0.436 0.372 0.386 0.427 0.800
PDPS7 0.315 0.259 0.448 0.431 0.767
PDPS8 0.410 0.515 0.514 0.343 0.741
PDPS9 0.438 0.462 0.489 0.432 0.853
PDPS10 0.421 0.273 0.434 0.366 0.747
PSS
PSS12 0.530 0.666 0.368 0.307 0.438
PSS13 0.606 0.743 0.466 0.341 0.419
PSS16 0.491 0.794 0.339 0.140 0.301
PSS17 0.531 0.844 0.358 0.168 0.284
PSS18 0.530 0.828 0.336 0.146 0.272
PSS19 0.729 0.781 0.522 0.523 0.416
PSS20 0.587 0.767 0.469 0.349 0.478
Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 199
E. Inner Model Penelitian (Model Struktural)
Uji model struktural dievaluasi dengan menggunakan R² untuk
konstruk dependen. Nilai R² digunakan untuk mengukur tingkat vari-
asi perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Sema-
kin tinggi nilai R² berarti semakin baik model prediksi dari model
penelitian yang diajukan. Sebagai contoh, jika R² sebesar 0,7, maka
nilai berarti bahwa variasi perubahan variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 70 persen, sedang-
kan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dispesifikasikan
dalam model penelitian. Namun, R² bukanlah parameter absolut kete-
patan model prediksi karena dasar hubungan teoritis adalah para-
meter yang paling utama untuk menjelaskan hubungan kausalitas
tersebut.
Tabel 5.21
Nilai R pada Uji Struktural
Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0
Berdasarkan output PLS-SEM di atas, Tabel 5.21 diperoleh
nilai R-squared sebesar 0,543 atau 54,3%. Hasil ini menunjukkan
bahwa variabel Kualitas Laporan Keuangan dapat dijelaskan oleh va-
riabel Peran Auditor Internal, Peran Auditor Eksternal dan Peran
Dewan Pengawas Syariah. Sedangkan sisanya sebesar 45,7% dijelas-
kan oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam model pene-
litian ini.
F. Uji Hipotesis Berdasarkan Variabel Utama
Nilai koefisien path atau inner model menunjukkan tingkat
signifikansi dalam pengujian hipotesis. Skor koefisien path atau inner model ditunjukkan oleh nilai t-statistik. Untuk menguji signifikansi
koefisien, peneliti menggunakan bootstrapping technique sehingga
jumlah sampel yang awalnya berjumlah 125 menggandakan dengan
sendirinya sehingga berjumlah 500.
200 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Tabel 5.22
Uji Hipotesis Berdasarkan Variabel Utama
Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0
Tabel 5.22 di atas menunjukkan masing-masing nilai t-statis-
tik. Sedangkan t-tabel dengan tingkat signifikansi 5% adalah 1,96.
Berikut adalah hasil uji t untuk masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen:
a. Pengaruh peran auditor eksternal terhadap kualitas laporan
keuangan
Berdasarkan output SMART PLS di atas, diperoleh nilai t-
statistik dari peran auditor eksternal sebesar 3,633 lebih besar
dibandingkan dengan t-tabel (1,96). Oleh sebab itu, berdasar-
kan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan
H1 diterima. Artinya, peran auditor eksternal berpengaruh
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan, sedangkan
koefisien jalur auditor eksternal adalah 0,311.
b. Pengaruh peran auditor internal terhadap kualitas laporan
keuangan
Berdasarkan Output SMART PLS di atas, diperoleh nilai t-
statistik dari peran auditor internal sebesar 4,356, lebih besar
dibandingkan dengan t-tabel (1,96). Oleh sebab itu, berdasar-
kan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya, peran auditor internal berpengaruh signifi-
kan terhadap kualitas laporan keuangan, sementara itu, koefi-
sien jalur auditor internal adalah 0,364.
c. Pengaruh peran dewan pengawas syariah terhadap kualitas
laporan keuangan
Berdasarkan output SMART PLS di atas, diperoleh nilai t-
statistik dari peran dewan pengawas syariah sebesar 2,471
lebih besar dibandingkan dengan t-tabel (1,96). Oleh sebab
itu, berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa H0
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 201
ditolak dan Ha diterima. Artinya, peran dewan pengawas sya-
riah berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keua-
ngan. Koefisien jalur yang dimiliki peran dewan pengawas
syariah adalah 0,185
G. Uji Efek Moderasi
Uji moderasi yang akan dilakukan menggunakan cara moderasi
product indicator approach. Cara uji moderasi ini diterapkan karena
variabel eksogen dan moderator berbentuk reflektif. Penggunaan
SMART PLS memperbolehkan pengujian secara serentak semua
variabel moderasi.
Tabel 5.23
Hasil Uji Efek Moderasi
Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0
Tabel 5.23, menunjukkan nilai t-statistik dari moderating effect 1 (pemahaman SAK syariah memoderasi pengaruh peran audi-
tor internal terhadap kualitas laporan keuangan) adalah sebesar 0,796,
t-statistik hitung dari moderating effect 2 (pemahaman SAK syariah
memoderasi pengaruh peran auditor eksternal terhadap kualitas lapo-
ran keuangan) adalah sebesar 0,240, dan t-statistik dari (pemahaman
SAK syariah memoderasi pengaruh peran dewan pengawas syariah
terhadap kualitas laporan keuangan) adalah sebesar 0,668.
Semua nilai moderating tersebut lebih kecil dari t-tabel
(1,96) sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman SAK syariah
tidak dapat memoderasi pengaruh peran auditor internal, peran audi-
tor eksternal dan peran dewan pengawas syariah terhadap kualitas
laporan keuangan.
202 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
H. Uji Hipotesis Model Struktural Kualitas Laporan Keuangan BPRS
dalam Perspektif Akuntansi Syariah
Setelah memastikan bahwa model yang digunakan telah sesuai,
dengan nilai koefisien path atau inner model menunjukkan tingkat
signifikansi dalam pengujian hipotesis. Skor koefisien path atau inner model ditunjukkan oleh nilai t-statistik, bila nilai t-statistik lebih
besar dari 1,96 menunjukkan ada pengaruh yang signifikan, hal terse-
but dapat dilihat dalam Tabel 5.24, meringkas hasil uji hipotesis
dalam model structural.
Tabel 5.24
Uji Hipotesis Model Struktural
Hipotesis Pernyataan
Hipotesis
Koefisen
Jalur
Std
Error t-statistik Keterangan
H1 Peran
auditor
internal
berpengaruh
terhadap
kualitas
laporan
keuangan
0,364 0,084 4,356 Hipotesis
diterima
H2 Peran
auditor
eksternal
berpengaruh
terhadap
kualitas
laporan
keuangan
0,311 0,085 3,633 Hipotesis
diterima
H3 Peran DPS
berpengaruh
terhadap
kualitas
laporan
keuangan
0,185 0,074 2,471 Hipotesis
diterima
H4 Peran
auditor
internal
berpengaruh
terhadap
0,065 0,082 0,796 Hipotesis
ditolak
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 203
kualitas
laporan
keuangan di
moderasi
oleh
pemahaman
SAK Syariah
H5 Peran
auditor
eksternal
berpengaruh
terhadap
kualitas
laporan
keuangan di
moderasi
oleh
pemahaman
SAK Syariah
-0,024 0,100 0,240 Hipotesis
ditolak
H6 Peran
Dewan
pengawas
Syariah
berpengaruh
terhadap
kualitas
laporan
keuangan di
moderasi
oleh
pemahaman
SAK Syariah
0,056 0,084 0,668 Hipotesis
ditolak
I. Peran Auditor Internal, Auditor Eksternal, dan Dewan Pengawas
Syariah terhadap Kualitas Laporan Keuangan BPRS dalam
Perspektif Akuntansi Syariah
Berikut hasil penelitian melalui analisis SEM-PLS yang meru-
pakan hubungan antar variabel dalam penelitian yang merupakan
persepsi dari pihak manajemen di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah,
antara lain penjabaran lebih mendetail mengenai peran auditor inter-
nal terhadap kualitas laporan keuangan, peran auditor eksternal terha-
dap kualitas laporan keuangan, peran dewan pengawas Syariah
204 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
terhadap kualitas laporan keuangan, serta pemahaman SAK Syariah
sebagai moderasi dari masing-masing variabel.
1. Peran Auditor Internal terhadap Kualitas laporan keuangan
Hasil uji hipotesis (H1) menunjukkan ada pengaruh yang
signifikan antara peran auditor internal dengan kualitas laporan
keuangan yang ditunjukkan oleh nilai koefisien jalur 0,364 dan t-
statistik 4,356. Hal ini lebih besar dari t-tabel 1,96, maka dapat
dinyatakan bahwa peran auditor internal berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan yang berarti bahwa dengan adanya
peran auditor internal secara maksimal dapat meningkatkan kua-
litas laporan keuangan BPRS.
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan auditor
internal yang salah satunya menyatakan bahwa peran auditor
internal merupakan suatu keharusan dalam menjaga kualitas
laporan keuangan. Menyadari bahwa banyaknya tugas auditor
internal tidak hanya terkait dengan laporan keuangan saja, kare-
na pada dasarnya auditor internal lebih kepada aspek keseharian
yang nantinya mengarah kepada laporan bulanan dan kemudian
diakumulasikan serta dilakukan proses audit dari internal. Sete-
lah itu akan diaudit secara independen oleh pihak eksternal.
Dalam hal terdapatnya Satuan kerja auditor internal
(SKAI) yang dimiliki oleh BPRS walapun masih ada BPRS yang
belum maksimal terkait dengan SKAI, akan tetapi, SKAI dapat
membantu dalam mengawasi maupun melakukan pemeriksaan
laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak BPRS, karena
SKAI bersifat independen, sehingga salah satu fungsinya dapat
menjaga kualitas laporan keuangan BPRS.
Pendampingan oleh auditor internal kepada staf keuangan
dapat memengaruhi kualitas laporan keuangan di BPRS, karena
pendampingan yang dilakukan dalam melakukan pemeriksaan
fisik kas atau mencocokkan data transaksi dengan bukti, yang
memang dilakukan oleh auditor internal dalam mendampingi
staf keuangan agar alur dari transaksi tersebut dapat menjaga
kualitas laporan keuangan yang disajikan.
Selain SKAI dan pendampingan terhadap staf keuangan,
peran seorang auditor internal antara lain juga membantu pihak
manajemen dalam mengevaluasi BPRS. Hal yang terkait dengan
manajemen BPRS merupakan peran yang dapat dilakukan oleh
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 205
auditor internal untuk dapat menjaga kualitas laporan keuangan
BPRS, melakukan penilaian terhadap program yang berjalan un-
tuk memastikan bahwa program yang diajukan telah sesuai
dengan aturan dan tujuan yang telah ditetapkan sehingga tidak
berdampak terhadap laporan keuangan jika terdapat program
yang tidak sesuai.
Peran lain dari auditor internal juga membantu pihak ma-
najemen didalam mengevaluasi BPRS, serta melakukan penilai-
an terhadap program yang berjalan untuk memastikan bahwa
telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Hal ini sesuai
dengan visi dan misi BPRS yang harus berjalan sesuai dengan
tujuan BPRS. Auditor internal juga melakukan pemeriksaan fisik
baik yang diterima maupun yang keluar berdasarkan dengan
bukti penerimaan dan pengeluaran, kemudian mencocokan anta-
ra data transaksi dengan bukti yang terkait dengan transaksi
tersebut. Bahkan seorang auditor internal juga menganalisis tin-
dakan auditee5 agar tidak bertentangan dengan kebijakan, stan-
dar, prosedur, hukum serta regulasi yang berlaku baik dari BPRS
itu sendiri maupun dari pihak yang terkait lainnya. Analisis resi-
ko atas suatu aktivitas tertentu di BPRS juga menjadi salah satu
peran yang dijalankan seorang auditor agar tidak terjadi resiko
yang berdampak bagi BPRS melalui laporan keuangan yang
disajikan. Hal ini dengan tujuan untuk meminimalisir adanya
auditor internal untuk menganalisis resiko dan mengidentifikasi
resiko karena adanya perubahan yang terjadi dalam BPRS meru-
pakan peran yang dilakukan oleh auditor internal di dalam
BPRS.
Muhammad Akram Khan dalam penelitiannya menyata-
kan bahwa salah satu pencegahan dari kerusakan-kerusakan akti-
vitas ekonomi adalah dengan memanfaatkan peran auditor inter-
nal dengan sebaik-baiknya6. Hal ini sejalan dengan hasil pene-
litian ini dan juga sesuai dengan hasil wawancara bahwasanya
auditor internal juga memiliki peran dalam rangka untuk mampu
5 Auditee adalah organisasi yang sedang di audit, dalam hal ini orga-
nisasi dikaitkan dengan sekelompok orang dan fasilitas, karena itu semua
orang yang berinteraksi dengan auditor disebut auditee. 6 Muhammad Akram Khan, “Role of The Auditor in an Islamic Eco-
nomy”, J.Res Islamic Economic, Volume 3, No. 1, (2014): 31-41
206 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
meminimalisir resiko-resiko yang dapat terjadi di lingkungan
BPRS baik dari sisi internal maupun eksternal khususnya terkait
dengan proses laporan keuangan yang akan dilaporkan kepada
pihak yang berkepentingan agar tidak terjadi kecurangan (fraud)
dalam lingkungan BPRS itu sendiri.
Dalam penelitian selanjutnya, peran auditor internal ber-
pengaruh secara signifikan positif terhadap kualitas laporan
keuangan di lingkungan pemerintahan di Indonesia.7 Hal ini seja-
lan dengan penelitian ini yang menyatakan bahwa peran auditor
internal berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keua-
ngan di lingkungan BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) di
Indonesia.
Sedangkan Shabrina dalam penelitiannya menyatakan
bahwa peran auditor internal berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan. Lebih dari itu bahkan terjadi koor-
dinasi dan kerjasama antara auditor internal dengan auditor eks-
ternal yang memiliki pengaruh positif terhadap kualitas pela-
poran keuangan8
Bahkan dalam penelitian yang lainnya menyatakan bahwa
peran auditor internal dan auditor eksternal memiliki tujuan
yang sama dimana menghasilkan hubungan yang mendalam di-
antara keduanya terkait dengan kualitas laporan keuangan bagi
suatu entitas atau lembaga keuangan9. Hal inipun sejalan dengan
penelitian ini karena didalam penelitian ini pun terdapat variable
peran auditor eksternal.
Dalam penelitian yang lain, dinyatakan bahwa peran audi-
tor internal berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas
laporan keuangan, yang artinya peran auditor internal berpe-
ngaruh memberikan perubahan berarti terhadap kualitas laporan
7 Cecillia Lelly Kewo, Nunuy Nur Afiah, Does Quality of Financial
Statetment Affected by Internal Control System and Internal Audit?, Inter-
national Journal of Economics and Financial Issues, (2017): 568 - 573 8 Shabrina Rahutami Nur Amalia, Herry laksito, “Pengaruh auditor
internal terhadap kualitas pelaporan keuangan pada bank perkreditan rakyat
di Jawa tengah”, Diponegoro Journal of accounting, Vol 3, No.2, (2014): 1-
10 9 Krishnamoorthy, G, “A multistage approach to external auditors’
evaluation of the internal audit function”, A Journal of Practice and Theory,
March (2002): 95–121
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 207
keuangan.10
Sedangkan penelitian yang dilakukan K Johl, Shi-
reenjit, menyatakan bahwa peran auditor internal menunjukkan
hubungan yang positif dengan kualitas pelaporan keuangan dan
dimoderating dengan variable dewan direksi maka hasilnya
semakin jelas bahwa peran auditor internal sangat memainkan
peran penting dalam proses menjaga kualitas pelaporan keua-
ngan.11
2. Peran Auditor eksternal terhadap kualitas laporan keuangan
Hasil uji hipotesis (H2) menunjukkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara peran auditor eksternal dengan kualitas
laporan keuangan yang ditunjukkan oleh nilai koefisien jalur
0,311 dan t-statistik 3,633. Krena ini lebih besar dari t-tabel
1,96, maka dapat dinyatakan bahwa peran auditor eksternal
berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan, yang
berarti bahwa dengan adanya peran auditor eksternal maka dapat
meningkatkan kualitas laporan keuangan BPRS.
Auditor eksternal merupakan pihak independen yang salah
satu tugasnya melakukan pemeriksaan terhadap laporan keua-
ngan yang di hasilkan oleh BPRS berdasarkan termin waktu
yang telah ditentukan. Proses pemeriksaan melalui prosedur
yang berlaku mengikuti standar akuntansi yang berlaku umum
khususnya untuk BPRS dan auditor eksternal atau akuntan
publik yang akan mengeluarkan hasil laporan audit dari pemerik-
saan laporan keuangan yang di berikan BPRS, sehingga auditor
eksternal memiliki peran utamanya, yaitu memberikan opini atas
kewajaran laporan keuangan yang telah disajikan oleh BPRS
tersebut.
Peran auditor eksternal dapat berpengaruh signifikan ter-
hadap kualitas laporan keuangan. Salah satunya disebabkan
10
Meilani purwanti, wasman, “Pengaruh Pemahaman Akuntansi,
Pemanfaatan SIstem Informasi Akuntansi dan Peran Internal Audit terhadap
Kualitas Laporan Keuangan (Survey pada Koperasi Pegawai RI Kota
Bandung)”, Jurnal Esensi, Volume 4, Desember (2014): 61 - 75 11 K. Johl, Shireenjit, et al. "Internal audit function, board quality and
financial reporting quality: evidence from Malaysia." Managerial Auditing Journal , (2013): 780-814.
208 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
karena auditor eksternal telah mengikuti pelatihan yang terkait
dengan akuntansi berdasarkan prinsip Syariah. Walaupun berda-
sarkan hasil wawancara, mereka belum memiliki sertifikasi
akuntansi Syariah tersebut, dan auditor eksternal juga memiliki
dan dapat menjaga sikap independen terhadap manajemen
BPRS.
Selanjutnya peran auditor eksternal terhadap kualitas
laporan keuangan dapat dilihat pada saat auditor eksternal mela-
kukan pemeriksaan berkala terhadap pembukuan dan catatan
dari suatu entitas yang dilakukan oleh pihak ketiga secara inde-
penden. Hal ini untuk memastikan bahwa catatan telah diperiksa
dengan baik, akurat dan sesuai dengan konsep yang mapan, dan
prinsip standar akuntansi yang berlaku umum dengan membe-
rikan pandangan yang benar dan wajar terhadap keadaan keua-
ngan.12
Seorang auditor baik untuk internal maupun eksternal me-
rupakan seorang saksi yang melakukan pemeriksaan maupun
pengawasan terhadap laporan keuangan yang dilaporkan oleh
pihak manajemen untuk kepentingan pihak internal maupun eks-
ternal dalam mengambil keputusan ekonomi. Hal ini sangat
terkait dengan saksi yang terdapat dalam Qs. 4 (An Nisaa’):135
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang
yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah
biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kera-
12
Rachmat Arief, “Peran Audit Internal atas Kualitas Pemeriksaan
Laporan Keuangan yang dilakukan oleh Audit EKsternal pada Sebuah Peru-
sahaan”, Jurnal Ekonomi Volume 7, No. 1, Mei (2016): 74-81
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 209
batmu. jika ia13
kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memu-
tar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka Se-
sungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang
kamu kerjakan.”
Sedangkan ayat lainnya yang terkait dengan berlaku adil
terdapat dalam Qs. 49 (Al Hujurat): 9.
“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman
itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi
kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain,
hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai
surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damai-
kanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu
berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
berlaku adil.”
Seorang auditor (internal/eksternal), yang juga bisa dika-
takan sebagai saksi, dalam melaksanakan audit harus memiliki
dua persyaratan agar sesuai dengan ayat tersebut di atas yaitu
memiliki karakter pribadi yang kuat (tegas) dan mampu mela-
kukan tindakan audit secara benar dan adil. Hal ini bertujuan
agar laporan keuangan dapat berkualitas.
Seperti halnya yang dikatakan oleh Jaka Isgiyarta,14
karak-
ter pribadi auditor harus mampu menjaga hawa nafsu untuk
tidak menyimpang atau memutarbalikkan kebenaran. Selain itu,
kemampuan auditor yang berkaitan dengan pengetahuan, kete-
rampilan, dan pengalaman seseorang dalam melakukan aktivitas
13 Maksudnya: orang yang tergugat atau yang terdakwa. 14
Jaka Isgiyarta, Teori Akuntansi dan Laporan Keuangan Islami, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2009), 203
210 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
pemeriksaan laporan keuangan, yaitu mampu dalam bidang
akuntansi dan bidang Syariah Islam yang terkait dengan keta-
atan dalam prinsip Syariah.
Ini merupakan tugas dari BPRS di dalam memilih auditor
eksternal untuk melakukan proses audit terhadap laporan keua-
ngan sehingga menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas.
Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan
bahwa peran auditor eksternal tidak dapat dihindari untuk tata
kelola perusahaan yang baik. Namun, untuk memiliki peran
auditor eksternal yang efektif, disarankan antara lain bahwa
badan pengawas harus terlibat langsung dalam penunjukkan
auditor dengan perbandingan besar.15
3. Peran Dewan Pengawas Syariah terhadap kualitas laporan
keuangan
Hasil uji hipotesis (H3) menunjukkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara peran DPS dengan kualitas laporan keua-
ngan yang ditunjukkan oleh nilai koefisien jalur 0,185 dan t-
statistik 2,471. Angka ini lebih besar dari t-tabel 1,96, maka
dapat dinyatakan bahwa peran DPS berpengaruh terhadap kuali-
tas laporan keuangan. Ini berarti bahwa peran DPS dapat me-
ningkatkan kualitas laporan keuangan BPRS. Hal ini sejalan
dengan hasil wawancara bahwasannya DPS dalam melakukan
proses pemeriksaan yang terkait dengan laporan keuangan di-
dampingi oleh auditor internal dan dapat juga dilakukan oleh
anggota DPS yang memang memahami mengenai laporan keua-
ngan. Karena dalam BPRS, minimal mereka memiliki 2 DPS
yang mempunyai keahlian, yaitu dari sisi perbankan syariah,
keuangan syariah, maupun akuntansi. Sehingga peran DPS terha-
dap kualitas laporan dapat berpengaruh secara signifikan.
Berdasarkan persepsi responden dalam penelitian ini, DPS
yang berada dalam lingkungan BPRS sangat berperan dalam
menjalankan mekanisme dan prosedur pengawasan yang dapat
diterima semua pihak; memberikan opini terhadap tingkat kepa-
tuhan institusi pada aturan Syariah; menjaga kemurnian praktik
15
James O, Alabede, “The Role Compromise and Problems of the
External Auditor in Corporate Governance” Research Journal of Finance an Accounting, Vol 3, No.9,(2012): 114-126
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 211
BPRS; dan kemudian memastikan bahwa semua kontrak, akad
dan prosedur transaksi telah sesuai dengan aturan Islam. Peran
DPS berikutnya adalah wajib memberikan laporan hasil penga-
wasan penerapan prinsip Syariah secara semesteran. DPS me-
mastikan bahwa aktivitas BPRS dilakukan sesuai dengan batas-
batas Syariah. Selain itu, DPS juga bertanggung jawab dengan
opini bahwa BPRS telah menjalankan sesuai dengan prinsip
Syariah.
Namun dalam sebuah proses penyajian, pengukuran dan
pengungkapan yang sesuai dengan SAK Syariah, DPS mengakui
bahwa belum terlalu banyak memahami mengenai hal tersebut,
khususnya dalam proses akuntansi yang berjalan dilingkungan
BPRS maupun lembaga keuangan Syariah, terutama untuk akun-
tansi Syariah. Dari hasil wawancara yang diperoleh bahwa mere-
ka (DPS) menyadari akan hal tersebut karena memang bukan
keahliannya. Akan tetapi, mereka juga menyarankan dalam pela-
tihan-pelatihan lanjutan untuk DPS dibutuhkan materi terkait
dengan akuntansi Syariah, terutama pemahaman dan pemaparan
mengenai SAK Syariah yang menjadi landasan dalam penyusu-
nan laporan keuangan, walaupun SAK Syariah bukan sebagai
standar utama.
Walaupun dari hasil penelitian sebelum dimoderasi dengan
pemahaman SAK Syariah dinyatakan bahwa peran DPS mempu-
nyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laporan keua-
ngan, namun hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
menyatakan bahwa secara parsial peran DPS berpengaruh signi-
fikan terhadap kualitas laporan keuangan.16
Meskipun dari hasil
wawancara DPS mengakui bahwa belum memahami akuntansi
Syariah, akan tetapi DPS lebih memastikan bahwa akad, kontrak
dan prosedur transaksi dalam akuntansi tersebut telah sesuai
dengan aturan prinsip Islam.
Peran penting DPS dalam BPRS adalah sebagai orang
nomor satu dalam menjaga kesyariahan sebuah lembaga keua-
ngan yang berlandaskan pada prinsip Syariah. Hal ini disebabkan
16
Rini, “The effect of audit committee role and sharia supervisory
board role on financial reporting quality at Islamic banks in Indonesia”,
Journal of Economics, Business, and Accountancy Ventura, Vol. 17, No. 1,
(April 2014): 145 - 156
212 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
karena DPS bertanggung jawab terhadap semua produk dan
prosedur operasional yang terdapat dalam BPRS yang kebera-
daannya sangat jelas dinyatakan dalam undang-undang No. 21
tahun 2008, yaitu tentang perbankan Syariah dan dalam PBI
yang terkait dengan lembaga keuangan Syariah. DPS merupakan
suatu fungsi dalam organisasi yang berlandaskan prinsip Syariah
yang secara internal merupakan badan pengawas Syariah dan
secara eksternal dapat menjaga serta meningkatkan kepercayaan
masyarkat.17
Dari ketiga variabel yang terdapat dalam penelitian ini,
peran DPS memiliki nilai koefisien dan t-statistik paling rendah
di antara variabel yang lain. Namun demikian, walaupun peran
DPS berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan, akan tetapi peran DPS tersebut masih belum maksi-
mal di dalam menjalankan fungsinya yang terkait secara lang-
sung dengan proses transaksi keuangan hingga tersusunnya lapo-
ran keuangan BPRS. Seperti yang dikatakan oleh Agustianto,
bahwa untuk menjalankan perannya sebagai DPS harus memiliki
kualifikasi keilmuan yang integral, yaitu ilmu fiqih muamalah
dan ilmu ekonomi keuangan Islam modern. Lebih lanjut Agus-
tianto menyebutkan bahwa kesalahan terbesar saat ini adalah
mengangkat DPS karena kharisma dan kepopulerannya ditengah
masyarakat, bukan karena keilmuannya di bidang ekonomi dan
perbankan Syariah, seperti akuntansi dan perbankan.18
Dalam pernyataan lain dikatakan bahwa peran DPS saat
ini belum optimal. Ada beberapa faktor utama penyebab peran
dan fungsi DPS belum optimal, antara lain19
:
1. Lemahnya status hukum hasil penilaian kepatuhan Syariah
oleh DPS akibat ketidak efektifan dan ketidakefisienan
mekanisme pengawasan Syariah dalam perbankan Syariah
di Indonesia saat ini;
17
Gemala dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasu-ransian Syariah di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), 71
18 Agustianto, Optimalisasi Dewan Pengawas Syariah Perbankan
Syariah (1), www.agustiantocenter.com , di akses pada tanggal 20 Desember
2017 19
Adrian Sutedi, Perbankan Syariah: Tinjauan dan beberapa Segi Hukum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), 147
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 213
2. Terbatasnya keterampilan sumber daya DPS dalam
masalah audit, akuntansi, ekonomi dan hukum bisnis;
3. Belum adanya mekanisme dan struktur kerja yang efektif
dari DPS dalam melaksanakan fungsi pengawasan internal
Syariah dalam perbankan Syariah.
Jelas bahwa DPS mempunyai tanggung jawab atas
pengembangan produk dan kontrak untuk memperkaya
industri keuangan, sehingga pembentukan DPS bertujuan
untuk mereview dan mengembangkan produk dan kontrak
lembaga keuangan Syariah untuk menjamin kepatuhannya
dengan Syariah20
. Keberadaan DPS mewakili pemegang
saham dalam penelaahan laba yang dihasilkan pada akhir
tahun untuk menjamin legitimasimnya21
, serta dalam lapo-
ran tahunan DPS menyatakan bahwa opini atas transaksi
yang dilaksanakan perusahaan dan dipublikasikan dalam
laporan keuangan.22
Hal ini dapat pula disebabkan karena adanya ke-
lemahan dalam surat edaran bank Indonesia No.15/22/
DPbs tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas
dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah BPRS
yang belum menyebutkan mengenai peraturan jumlah
rapat minimal yang harus dilakuakn oleh DPS serta sanksi
yang diberikan kepada DPS jika tidak melakukan penga-
wasan dikantor BPRS minimal 1 (satu) kali dalam satu
bulan. Berdasarkan persepsi responden bahwa peran DPS
berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keua-
ngan namun memiliki koefisien jalur dan t-statistik paling
rendah dibandingkan variabel lainnya hal ini dapat dise-
babkan karena jumlah kehadiran DPS yang belum maksi-
mal di dalam BPRS dalam jumlah waktu.
20
A, Abu Ghudda,, Shari’a Supervisory Boards:establishment, objec-
tives, and reality, Proceedings of the First Annual Conference of AAOIFI,
Bahrain, (2001), 1-24 21
M, Al Zarrqa, “A Look towards the work of Shari’a Supervisory
Boards and their contribution to Islamic financial institutions”, Proceedings of the second annual conference of AAOIFI, Bahrain, (2002): 1-9
22 H. Hassan, “The relation between Shari’a supervisory boards and
external auditors”, proceedings of the first annual conference of AAOIFI, (Bahrain, 2001), 1-70
214 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Namun demikian, berdasarkan hasil wawancara baik
dengan auditor internal, auditor eksternal, dengan direksi
bahkan dengan DPS itu sendiri menyatakan bahwa DPS
bukan sebagai profesi utama. Karena pada kenyataannya
di lapangan DPS masih memiliki kesibukan diluar
kapasitasnya sebagai DPS, seperti misalnya menjadi dosen
aktif diperguruan tinggi, pengusaha, pejabat dilingkungan
pemerintahan, maupun menjadi pengurus di beberapa
organisasi sosial kemasyarakatan. Hal ini menyebabkan
porsi waktu yang dimiliki dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawab sebagai DPS sangat terbatas.
Menurut Khotibul Umam’,23
seorang DPS harus
memenuhi standar minimal yang harus dimiliki agar
manajemen di BPRS dapat merasakan kehadiran DPS di
lingkungan BPRS secara maksimal, yaitu:
1. Memiliki keahlian teknis yang memadai dalam melak-
sanakan audit kepatuhan Syariah, baik dalam mengua-
sai ilmu fiqh muamalah, ilmu ekonomi, akuntansi serta
ilmu modern lainnya yang dibutuhkan dalam melaksa-
nakan audit kepatuhan Syariah;
2. Memiliki kemahiran professional dalam melaksanakan
audit kepatuhan Syariah serta mampu mengembangkan
produk-produk keuangan Syariah;
3. Memiliki perencanaan yang cermat dalam mengawasi
dan mengevaluasi kegiatan operasional lembaga keua-
ngan Syariah;
4. Memiliki kemampuan yang cukup dalam membuat
kesimpulan atau memberi rekomendasi yang berkaitan
dengan setiap jasa profesional yang dilaksanakan;
5. Memiliki independensi dalam melaksanakan audit ke-
patuhan Syariah. Dewan Pengawas Syariah harus ter-
bebas dari pengaruh dan konflik kepentingan suatu
entitas yang diawasinya.
23
Khotibul Umam, “Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas Syariah
dalam Meningkatkan Kualitas Audit Kepatuhan Syariah, Panggung hukum”,
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia Cabang Daerah Istimewa
Yogyakarta, Vol.1. No.2, (2015): 51-75
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 215
Terkait dengan pentingnya keahlian DPS dapat
dilihat dalam Qs. 9 (At Taubah): 122
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya me-
reka itu dapat menjaga dirinya.”
Dari hasil penelitian sebelumnya terlihat bahwa
tidak ada yang menyatakan bahwa DPS perlu dan wa-
jib serta bertanggung jawab atas suatu laporan keua-
ngan dari lembaga keuangan Syariah, namun lebih ke
arah produk, fatwa serta kontrak. Ini sejalan dengan
hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa peran DPS
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kuallitas
laporan keuangan. Hal ini tercermin dalam peraturan
OJK No.3/POJK.03/2016 tentang Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah.24
Selanjutnya dalam penelitian yang lain menyata-
kan bahwa laporan keuangan yang berkualitas disebab-
kan karena adanya komitmen antara auditor eksternal
dengan DPS dalam hal mengkaji data akuntansi berda-
sarkan peraturan Islam. Sehingga terdapat komitmen
penuh terhadap kualitas standar akuntansi Islam dalam
hal laporan keuangan yang disajikan.25
24
Terdapat dalam POJK tersebut mengenai bagian kedua Dewan Pe-
ngawas Syariah Pasal 39 -pasal 43 perihal pembentukan DPS, pengangkatan,
pemberhentian, Syarat anggota DPS, dan tanggung jawab DPS. 25
Raed Jameel Jaber, Abdullah Ibrahim Nazal, “The Relationship bet-
weenSharia Supervisory Board and External Auditor: Evidence from
216 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Penelitian selanjutnya terkait dengan peran DPS
di nyatakan bahwa peran DPS berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan dengan variabel peran DPS
tersebut diuji secara simultan dengan pemahaman
manajer mengenai standar akuntansi keuangan Syariah
dengan hasilnya berpengaruh secara signifikan.26
Hasil
tersebut sejalan dengan penelitian ini yang menyatakan
bahwa peran DPS berpengaruh secara signifikan terha-
dap kualitas laporan keuangan.
4. Peran Auditor Internal, Peran Auditor Eksternal, Peran
DPS, di Moderasi oleh Pemahaman SAK Syariah terhadap
kualitas laporan keuangan
Hasil uji hipotesis (H4) menunjukkan bahwa tidak
ada pengaruh signifikan antara peran auditor internal yang
dimoderasi oleh pemahaman SAK Syariah terhadap kuali-
tas laporan keuangan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefi-
sien jalur 0,065 dan t-statistik 0,796. Hasil uji hipotesis
(H5) menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan
antara peran auditor eksternal yang dimoderasi oleh pema-
haman SAK Syariah terhadap kualitas laporan keuangan.
Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien jalur -0,024 dan t-
statistik 0,240. Hasil uji hipotesis (H6) menunjukkan bah-
wa tidak ada pengaruh signifikan antara peran DPS yang
dimoderasi oleh pemahaman SAK Syariah terhadap kuali-
tas laporan keuangan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefi-
sien jalur 0,056 dan t-statistik 0,668 dimana lebih kecil
dari t-tabel 1,96. Dengan demikian maka dapat dinyatakan
bahwa peran auditor internal, peran auditor eksternal dan
peran DPS dengan dimoderasi oleh pemahaman SAK
Syariah tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas
Jordan”, International Journal of Managerial Studies and Research (IJMSR)
Volume 4, Issue 11, November (2016): 106-112 26
Suazhari, Syarifah Rahmawati, “Pengaruh Pemahaman Manajer
tentang Standar Akuntansi Keuangan Syariah dan Peran dewan pengawas
Syariah”, Conference: Seminar Penelitian dosen Muda Univ. Syiah Kuala, At Universitas Syiah Kuala, Aceh, (2012): 1-29
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 217
laporan keuangan, yang berarti bahwa variabel pemaha-
man SAK Syariah sebagai moderasi dapat melemahkan
peran auditor internal, peran auditor eksternal, peran DPS
terhadap kualitas laporan keuangan BPRS.
Hal ini dapat disebabkan karena BPRS di dalam me-
nyusun laporan keuangannya mengikuti aturan dan standar
akuntansi yang berlaku umum bagi BPRS yaitu SAK
ETAP (Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akun-
tabilitas Publik) dan PAPSI untuk BPRS (Pedoman Akun-
tansi Perbankan Syariah). Namun demikian, untuk PAPSI,
setiap BPRS pun masih berbeda di dalam penerapannya.
Ada BPRS yang masih menggunakan PAPSI untuk BPRS
terbitan tahun 2003. Padahal, seharusnya PAPSI yang di-
gunakan untuk BPRS saat ini adalah tahun terbitan 2013.
Sementara itu, SAK Syariah yang digunakan hanya
untuk memenuhi prinsip Syariah. Sehingga jelas bahwa
hasil penelitian ini menyatakan bahwa peran auditor inter-
nal, peran auditor eksternal dan peran DPS dengan mode-
rasi pemahaman SAK Syariah tidak berpengaruh signify-
kan terhadap kualitas laporan keuangan BPRS dalam pers-
pektif akuntansi Syariah. Dimana rujukan atau standar
utama sebuah lembaga keuangan Syariah dalam penyusu-
nan laporan keuangannya diatur dalam SAK Syariah.
Menurut Dwi27
, standar berfungsi memberikan acu-
an dan pedoman dalam penyusunan laporan keuangan
sehingga laporan keuangan antar entitas menjadi lebih
seragam. Selain itu, Antonio28
juga menyatakan bahwa
suatu standar akuntansi menjadi kunci sukses bank Syari-
ah dalam melayani masyarakat untuk memenuhi kebutu-
han informasi yang transparan, dapat dipercaya, dan rele-
van dengan kebutuhan pengguna sesuai dengan konteks
Syariah.
Namun demikian, persepsi dari manajemen terha-
dap masing-masing peran baik auditor internal, eksternal
27
Dwi Martini dkk, Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK, (Jakarta, Salemba Empat, 2012), 198
28 Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), 198
218 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
maupun DPS di dalam hal pemahaman SAK Syariah
(antara lain mengenai asumsi dasar dan accrual yang
semestinya harus dipisahkan dalam laporan keuangan,
terdapat pemisahan antara pengakuan, pengukuran, penya-
jian dan pengungkapan, adanya ruang lingkup dalam prin-
sip Syariah baik untuk pendanaan maupun pembiayaan,
serta terdapat tujuan yang jelas dalam prinsip Syariah
untuk pembiayaan yang merupakan salah satu kegiatan
utama di dalam BPRS selain pendanaan, dan adanya siklus
yang jelas mengenai proses akuntansi dari transaksi
hingga laporan keuangan dan prinsip-prinsip akuntansi
syariah yang terkandung dalam akad pembiayaan dan
pendanaan), sejalan dengan hasil wawancara baik dengan
auditor internal, auditor eksternal serta dewan pengawas
Syariah, yaitu mereka menyatakan bahwa standar akun-
tansi yang digunakan secara keseluruhan yang wajib diru-
juk adalah SAK ETAP dan PAPSI untuk BPRS. Walaupun
di dalam PAPSI untuk BPRS ada catatan untuk merujuk
ke SAK Syariah, namun tidak secara keseluruhan.
Secara prinsip Syariah, dari hasil wawancara dengan
mereka, terutama dewan pengawas Syariah, memahami
bahwa transaksi yang dilakukan hanya berdasarkan prinsip
saling paham dan ridho. Artinya, sepanjang objeknya halal
dan baik maka prinsip kebebasan bertransaksi diakui, bah-
wa uang hanya berfungsi sebagai alat tukar bukan sebagai
komoditi. Mereka memahami pula bahwa transaksi pem-
biayaan ataupun pendanaan tidak mengandung unsur riba,
kezhaliman, maysir, gharar, dan haram. Transaksi yang
dilakukan berdasarkan perjanjian yang jelas dan benar
tanpa merugikan semua pihak serta tidak ada unsur kolusi
dan suap.
Walaupun hasil uji hipostesis ini menyatakan bahwa
tidak terdapat pengaruh signifikan antara peran auditor
internal, peran auditor eksternal, dan peran DPS dengan
variabel moderasi pemahaman SAK Syariah terhadap kua-
litas laporan keuangan BPRS, namun manajemen BPRS
sebagai responden menyatakan bahwa laporan keuangan
BPRS yang disajikan bebas dari pengertian yang menye-
satkan dan kesalahan material. Laporan keuangan BPRS
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 219
yang disajikan tersebut dapat berguna untuk beberapa hal,
yaitu: Memberikan informasi untuk kepentingan zakat;
dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan oleh pe-
makainya; dibuat sesuai dengan fakta dari bukti transaksi;
terdapat perubahan kebijakan akuntansi dalam informasi
laporan keuangan; penyajiannya dapat dibandingkan antar
periode sekarang dengan sebelumnya; dan dapat mende-
teksi kinerja perusahaan dan perubahan kebijakan yang
disebabkan karena tidak adanya variabel moderasi pema-
haman SAK Syariah, peran auditor internal, dan peran
auditor eksternal yang dapat berpengaruh signifikan terha-
dap kualitas laporan keuangan.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang menyatakan bahwa pemahaman SAK
Syariah dapat berpengaruh signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan29
. Penelitian ini juga tidak sesuai dengan
penelitian lainnya yang menyatakan bahwa meskipun per-
bankan Syariah mengimplementasikan aturan dalam SAK
Syariah, namun sebagian masyarakat Islam masih menilai
bahwa kebanyakan perbankan Syariah di Indonesia masih
beroperasi secara konvensional.30
Akan tetapi penelitian
ini dilakukan pada BPRS, bukan pada bank umum Syariah
seperti penelitian sebelumnya, yang memang aturan stan-
dar akuntansi yang berlaku umum dan wajib digunakannya
adalah SAK Syariah.
Bank yang beroperasi dengan prinsip Islam dilan-
dasi dengan keyakinan yang bersumber dari Al Quran dan
hadis/sunnah Rasul serta ijtihad para ulama tentang sistem
ekonomi Islam. Dengan demikian, konsep sistem ekonomi
Islam dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap
sistem operasi Islam itu sendiri yang kemudian juga akan
29
Suazhari, Syarifah Rahmawati, “Pengaruh Pemahaman Manajer
tentang Standar Akuntansi Keuangan Syariah dan Peran dewan pengawas
Syariah, “ Conference: Seminar Penelitian dosen Muda Univ. syiah Kuala, At Universitas Syiah Kuala, Aceh, (2012): 1-29
30 Adi Prasetyo, “Persepsi Nasabah atas Implementasi Akuntansi
Keuangan Syariah dalam Operasional Perbankan Berbasis Syariah di Indone-
sia”, Proceeding Call for paper dan seminar nasional, (2013)
220 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
berpengaruh terhadap sistem pencatatan dan pelaporannya
(akuntansi)31
.
Pemahaman SAK Syariah merupakan kewajiban
yang harus dimiliki oleh auditor internal, eksternal dan
DPS, seperti hasil penelitian yang menyatakan bahwa seo-
rang auditor Syariah perlu memiliki pengetahuan khusus,
keterampilan dan karakteristik lainnya yang diperlukan
untuk seorang auditor Syariah agar dapat melakukan fung-
si audit secara efektif32
. Oleh karena itu, dari awal, tujuan
dari penelitian ini salah satunya adalah dapat membuk-
tikan bahwa auditor internal, eksternal dan DPS dapat di-
katakan sebagai auditor Syariah karena diwajibkan mam-
pu memahami SAK Syariah di dalam upayanya menjaga
kualitas laporan keuangan BPRS.
Salah satu yang utama yaitu sistem pencatatan dan
pelaporan akuntansi keuangan. Dimana dalam sistem pen-
catatan tersebut dikenal dua sistem. Pertama prinsip akun-
tansi yang mengharuskan pengakuan biaya dan pendapa-
tan pada saat terjadinya (cash basis). Kedua prinsip akun-
tansi yang membolehkan pengakuan biaya dan pendapatan
yang didistribusikan pada beberapa periode (accrual ba-sis). Kedua sistem tersebut masing-masing memiliki kele-
bihan dan kekurangan. Namun demikian, pada dasarnya
boleh digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha
dalam LKS karena mendatangkan maslahat33
Peraturan ini sangat jelas terdapat dalam SAK Sya-
riah selain aturan dan hal yang lain agar dapat di terapkan
secara maksimal dalam penyusunan laporan keuangan. Hal
ini bertujuan agar laporan keuangan yang disajikan dapat
31
Veithzhal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Banking, Sistem Bank Islam bukan hanya solusi menghadapi krisis namun solusi dalam mengha-dapi berbagai persoalan perbankan dan ekonomi global, sebuah teori, kon-sep, dan aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 212
32 Nor aishah mohd ali, Zakiah muhammadun Mohamed, Shahida
shahimi, Zurini shafii, “Competency of shariah auditors in Malaysia: Issue
and challenges”, Journal of Islamic Finance, IIUM, Vol. 4 No. 1. (2015): 22-
30 33
Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam, Sejarah, Teori dan Konsep, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), 127
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 221
berkualitas, sesuai dengan aturan akuntansi yang berlaku
umum, khususnya untuk entitas bisnis Syariah, terutama
BPRS.
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 223
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini berkesimpulan bahwa peran auditor internal,
auditor eksternal dan DPS dapat memengaruhi secara signifikan
kualitas laporan keuangan BPRS, namun pemahaman SAK Syariah
sebagai variabel moderasi tidak dapat memengaruhi secara signifikan
peran auditor internal, auditor eksternal, dan DPS dalam upaya
menjaga kualitas laporan keuangan BPRS. Hal ini menunjukkan bah-
wa jika auditor internal, auditor eksternal dan DPS memahami SAK
Syariah, maka laporan keuangan BPRS akan berkualitas dalam pers-
pektif akuntansi Syariah.
Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada temuan peneli-
tian berikut:
1. Auditor yang terdapat dalam BPRS bertujuan untuk menjaga
kualitas laporan keuangan terdiri dari auditor internal, ekster-
nal dan DPS. Mereka memiliki perannya masing-masing di
dalam menjaga kualitas laporan keuangan BPRS tersebut.
Auditor internal yang memiliki peran untuk memaksimalkan
perannya sebagai SKAI, bertanggung jawab atas fungsi penga-
wasan yang terdapat dalam BPRS. Disamping itu, perannya
juga berfungsi untuk melakukan pendampingan secara khusus
kepada staf khususnya staf keuangan, serta menjaga, menga-
wasi dan memastikan jalannya kebijakan compliance dalam
BPRS. Hal ini dikarenakan adanya aturan dan landasan dalam
cakupan bidang audit yang digunakan dalam prosedur audit
tersebut untuk menjaga agar tidak terjadi fraud. Auditor inter-
nal juga menjalankan perannya dengan melakukan pemeriksaan
fisik baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran kas. Hal ini
dilakukan dengan cara mencocokan data transaksi dengan bukti
yang tersedia agar dapat menganalisis tindakan auditee jika
bertentangan dengan kebijakan, standard, prosedur, hukum,
regulasi yang berlaku, dan melakukan analisis resiko atas akti-
vitas tertentu.
Selanjutnya, auditor eksternal juga memiliki peran anta-
ra lain memiliki independensi baik terhadap laporan keuangan
224 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
maupun manajemen BPRS. Dengan adanya peran ini, auditor
eksternal dapat memberikan opini mengenai kewajaran dari
laporan keuangan BPRS tersebut serta mereview catatan atau
dokumen laporan keuangan agar terhindar dari fraud. Auditor
eksternal juga diharapkan mengikuti pelatihan secara kontinue
terkait dengan akuntansi maupun audit yang berdasarkan
prinsip Syariah.
Berikutnya Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang juga
memiliki peran antara lain adanya keberadaan serta kedudukan
DPS di BPRS. Fungsinya yaitu supaya dapat memaksimalkan
efektifitas peran DPS, dapat menjalankan mekanisme, prosedur
pengawasan, memberikan opini terhadap tingkat kepatuhan
institusi pada aturan Syariah, menjaga kemurnian praktik
BPRS, serta dapat memastikan bahwa semua kontrak, akad,
prosedur transaksi sesuai dengan aturan Islam. Dengan demiki-
an, DPS memiliki kewajiban untuk memberikan laporan hasil
pengawasan penerapan prinsip Syariah secara semesteran yang
dapat memastikan bahwa aktivitas BPRS dilakukan sesuai
dengan batas-batas Syariah. DPS juga bertanggung jawab de-
ngan opini bahwa BPRS telah menjalankan sesuai dengan
prinsip Syariah.
Di dalam menjalankan perannya sebagai auditor inter-
nal, auditor eksternal dan DPS maka perlu memahami SAK
Syariah dan kelimabelas komitmen penerapan nilai-nilai
Syariah. Hal ini bertujuan agar laporan keuangan yang di hasil-
kan BPRS dapat dipahami, diandalkan, dibandingkan dan rele-
van. Adapun untuk auditor internal di \harapkan memiliki serti-
fikasi baik akuntansi Syariah, manajemen resiko dan lainnya
yang sesuai dengan perannya sebagai auditor internal. Begitu
pula dengan auditor eksternal harus memiliki sertifikasi akun-
tansi Syariah dan bagi DPS minimal telah memiliki sertifikasi
sebagai DPS dengan mengikuti beberapa level yang telah
ditentukan sebagai syarat memiliki sertifikasi secara keselu-
ruhan.
2. Variabel peran auditor internal, auditor eksternal dan DPS me-
miliki peran yang sangat penting terhadap kualitas laporan
keuangan. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil pengujian mo-
del struktural yang menunjukkan bahwa peran auditor internal,
auditor eksternal dan DPS berpengaruh signifikan terhadap
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 225
kualitas laporan keuangan. Kesimpulan ini menunjukkan bah-
wa peran auditor internal sangat dibutuhkan dalam pencegahan
terjadinya kecurangan di dalam menjaga kualitas laporan
keuangan BPRS.
Adapun variabel peran auditor eksternal sangat dibutuh-
kan juga dalam hal menjaga independensinya agar tidak terjadi
kecurangan di dalam melakukan proses audit dan memberikan
laporan audit sehingga laporan keuangan BPRS tetap terjaga
kualitasnya. Selain itu, variabel peran DPS dibutuhkan dalam
hal menjaga kemurnian praktik BPRS dan memastikan bahwa
semua prosedur transaksi sesuai dengan prinsip Syariah, namun
hasil pengujian model struktural dengan variabel peran auditor
internal, auditor eksternal, dan DPS yang dimoderasi dengan
pemahaman SAK Syariah menunjukkan tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan di BPRS. Hal ini
disebabkan karena BPRS dalam penyusunan laporan keuangan
hanya diwajibkan menggunakan standard akuntansi yang berla-
ku umum untuk BPRS yaitu SAK ETAP (Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Akuntabilitas Publik) dan PAPSI (Pedoman
Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia) untuk BPRS. Adapun
SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah bukan standard
wajib yang harus digunakan namun hanya sebagai acuan dalam
penyusunan yang terkait dengan aturan atau akad Syariahnya.
3. Laporan keuangan yang berkualitas dalam perspektif akuntansi
Syariah adalah yang memaksimalkan peran auditor internal,
auditor eksternal, DPS dan pemahaman terhadap SAK Syariah.
Disamping itu, laporan keuangan yang berkualitas dalam pers-
pektif akuntansi Syariah juga harus memenuhi beberapa unsur
lainya seperti berlandaskan kepada surat Al-Baqarah (2): (282),
menerapkan SAK Syariah secara optimal, memaksimalkan
peran auditor internal dalam hal pengawasan proses laporan
keuangan, dan mewajibkan auditor internal untuk memahami
SAK Syariah juga memiliki sertifikasi di bidang akuntansi
Syariah dan manejemen resiko. Adapun untuk auditor eksternal
harus independen dan memiliki sertifikasi akuntansi Syariah,
serta memaksimalkan peran DPS tidak hanya dalam hal me-
ngeluarkan opini untuk produk baru, namun juga memaksi-
malkan perannya dalam mengawasi proses laporan keuangan
agar sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah yang terdapat dalam
226 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
SAK Syariah, dan juga memberikan pembinaan akhlak terha-
dap karyawan.
B. Implikasi
Penelitian ini memiliki impilkasi positif dan negatif pada
BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) terkait dengan peran audi-
tor internal, peran auditor eksternal, peran Dewan Pengawas Syariah
serta kualitas laporan keuangan BPRS. Pada dasarnya semua peran
baik auditor internal, eksternal dan DPS memiliki pengaruh yang sig-
nifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Namun demikian, peran
DPS memiliki koefisien jalur atau t-statistik paling rendah diban-
dingkan dengan peran auditor internal dan eksternal terhadap kualitas
laporan keuangan BPRS.
Implikasi praktis dari hasil penelitian ini adalah pemahaman
SAK Syariah yang terkandung dalam asas transaksi Syariah terutama
karakteristiknya tidak hanya memengaruhi kualitas laporan keuangan
BPRS. Oleh karena itu, perlu auditor internal, auditor eksternal serta
DPS yang memahami SAK Syariah agar laporan keuangan yang disa-
jikan dapat berkualitas dari sisi prinsip Syariah. Disamping itu, lapo-
ran keuangan juga harus dapat dipahami dengan baik, dapat berman-
faat bagi pihak yang berkepentingan dan informasi yang disajikan
tidak sesat dan salah saji dari prinsip Syariah yang tercantum dalam
karakteristiknya tersebut.
Selain itu, isi dari SAK Syariah yang dapat dipahami oleh
auditor internal, auditor eksternal, DPS dan manajemen baik dari
level atas sampai staf keuangan dapat mendorong BPRS untuk men-
jaga kualitas laporan keuangannya dari kecurangan yang dapat terjadi
di lingkungan BPRS itu sendiri. Apabila hal ini disatukan dengan 15
komitmen sumber daya insani (dalam penerapan nilai Syariah untuk
menjaga kualitas laporan keuangan demi menciptakan kemaslahatan
di lingkungan BPRS, yang berlandaskan dengan prinsip Syariah)
maka akan menjadi suatu perbedaan yang mendasar antara BPR
dengan BPRS yang selama ini selalu dianggap sama. Hal ini juga
dapat menjawab pertanyaan masyarakat bahwa BPR dan BPRS ada-
lah suatu lembaga yang sangat berbeda.
C. Saran dan Rekomendasi
Kajian terkait dengan peran auditor internal, peran auditor
eksternal dan peran DPS khususnya di BPRS merupakan kajian yang
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 227
cukup luas cakupannya, terutama dalam konteks pengaruhnya terha-
dap kualitas laporan keuangan. Hal ini juga perlu dilandasi oleh
pemahaman SAK Syariah yang merupakan rujukan utama bagi akun-
tansi Syariah, sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan yang
berkualitas berdasarkan perspektif akuntansi Syariah. Selain itu,
penelitian ini pun dapat menambah khazanah keilmuan dalam bidang
ilmu akuntansi khususnya akuntansi Syariah, audit Syariah dan akun-
tansi perbankan Syariah. Namun demikian, penulis menyadari sepe-
nuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini yang
masih bisa dikembangkan untuk penelitian lebih lanjutnya.
Berikut beberapa saran yang bisa penulis berikan antara lain:
1. Secara teoritis penelitian ini lebih menitikberatkan kepada pers-
pektif akuntansi Syariah dari sisi pemahaman SAK Syariah yang
merupakan salah satu unsur laporan keuangan yang berkualitas
bagi BPRS, jika auditor internal, auditor eksternal dan DPS dapat
menerapkan dan memahami SAK Syariah sesuai dengan fungsi-
nya. Kemudian dapat menambah khasanah keilmuan, maka untuk
penelitian selanjutnya dapat memasukkan unsur variabel berikut-
nya dari peran dewan direksi, komisaris, fungsi kepatuhan dan
kehati-hatian, serta pemegang saham terhadap kualitas laporan
keuangan di BPRS. Hal ini bertujuan agar dapat menghasilkan
laporan keuangan yang berkualitas dari perspektif akuntansi Sya-
riah dengan pedoman atau acuannya kepada SAK Syariah.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan
evaluasi oleh BPRS. Mengenai peran dari auditor internal, auditor
eksternal dan juga peran DPS dalam menjaga kualitas laporan
keuangannya agar terhindar dari kecurangan (fraud), maka untuk
OJK agar dapat memberikan aturan yang sesuai dengan kemam-
puan BPRS di dalam menjaga kualitas laporan keuangannya
sehingga tidak harus melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
aturan yang berlaku. Selain itu bagi DSN, agar dapat memberikan
kesempatan kepada DPS yang bukan anggota DSN, namun memi-
liki keahlian yang sesuai dengan bidangnya, semisal seorang prak-
tisi. Tentu hal ini dengan tetap menjaga kehati-hatian, yaitu DPS
tersebut tetap didampingi oleh DPS yang memahami dari sisi
muamalah dan prinsip Syariah agar dapat sejalan dalam menjalan-
kan perannya sebagai DPS.
3. Memberikan kesempatan kepada karyawan di BPRS untuk mengi-
kuti pelatihan akuntansi Syariah dan audit Syariah dari tingkat
228 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
dasar sampai dengan lanjutan hingga mengikuti sertifikasi. Se-
dangkan untuk DPS diberikan kesempatan untuk mengikuti serti-
fikasi sampai tingkat lanjutan yang dalam kurikulumnya mema-
sukkan materi secara khusus mengenai akuntansi Syariah dan
penerapan SAK Syariah untuk BPR.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan 26 BPRS yang tersebar di Indo-
nesia sebagai unit analisis, dimana 11 BPRS memiliki aset di atas Rp
100 Miliar, sedangkan 15 BPRS lainnya memiliki aset antara Rp 50
Miliar sampai dengan Rp 100 Miliar. BPRS yang dianalisis tersebut
memiliki predikat “Sangat Bagus” versi majalah Infobank 2016 untuk
laporan keuangan tahun 2014-2015. Untuk wawancara mendalam
diperoleh 7 informan untuk auditor internal, 2 auditor eksternal dan 3
Dewan Pengawas Syariah dari 11 BPRS yang memiliki aset di atas
Rp 100 Miliar. Selain itu, Penulis juga berkesempatan mewawan-
carai 3 direksi dari BPRS yang asetnya diatas Rp 100 Miliar.
Sedangkan untuk kuesioner yang diperoleh, terdapat hanya 125
responden dari 26 BPRS. Hal tersebut dikarenakan mereka masih
belum terbuka untuk dapat memberikan akses kepada peneliti mewa-
wancarai auditor internal, eksternal maupun DPS. Sehingga hal ini
menjadi keterbatasan utama dalam penelitian ini, harapannya BPRS
yang dijadikan sampel tersebut dapat bersedia memberikan akses
untuk wawancara maupun penyebaran kuesioner, namun kenyataan-
nya masih banyak BPRS yang belum cukup terbuka untuk membe-
rikan akses tersebut. Padahal seharusnya jumlah informan dan respon-
den dari BPRS yang lebih beragam dapat lebih memperkaya analisis
dari penelitian ini.
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 229
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Al Quran dan Terjemahan, Departemen Agama RI, Pustaka Amani,
Jakarta, 2005.
Abdillah, Willy, Jogiyanto, Partial Least Square (PLS) Alternatif Structural Equation Modeling (SEM) dalam Penelitian Bisnis,
Penerbit Andi, Yogyakarta, 2015.
Agnes, Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan, Gramedia Pustaka, Jakarta, 2005.
Al Abani, M.Nashiruddin, Ringkasan Shahih Bukhari, Gema Insani
Press, Jakarta, 2003.
Albrect, W. Steve, et.al Fraud examination, 4th edition, e book, USA:
South Western Cengange, Learning, 2012.
Antonio, Syafii, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema
Insani Press, 2001.
Bhuono, Agung Nugroho, Strategi Metode Statistik Penelitian dengan SPSS, Penerbit Andi, 2005.
Binjai, Abdul Halim Hasan, Tafsir Al-Ahkam, Jakarta: Kencana,
2006.
Creswell, John W Educational Researchs: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research, New Jersey,
Pearson Education Inc, 2008.
Creswell, John W, Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan Mixed, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, tahun 2010.
Gemala, dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Prenada Media, Jakarta,
2004.
Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23 Edisi 8, Undip, Semarang, 2016.
Ghozali, Imam, Hengky Latan, Partial Least Square Konsep, Teknik dan Aplikasi menggunakan Program SmartPLS 3.0 untuk penelitian empiris, Edisi 2, Undip, Semarang, 2015.
Ghozali, Imam, Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square PLS, Edisi 2, Penerbit Universitas
Diponegoro, 2008.
230 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Ginting, Ramlan, dkk, Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank,
(Jakarta: Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral (PRES), 2013). ----------, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi
3, Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2005.
Hafiduddin, Didin dan Tanjung, Hendri, Manajemen Syariah dan Praktik, Gema Insani Jakarta: 2003.
Harahap Sofyan Safri, Analisa Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi
Pertama, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1999.
----------, Teori Akuntansi Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, 2011.
----------, Auditing dalam Perspektif Islam, Pustaka Quantum, 2002.
----------, Teori Akuntansi, PT. RajaGrafindo, Jakarta, 2003.
----------, Wiroso, M. Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah, PSAK
Syariah Baru, LPFE, 2010.
Halim, Abdul, Dasar-dasar Auditing Laporan Keuangan, Yogyakarta,
2008.
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ 1-2-3, Yayasan Nurul Islam, t.th.
Hartono, Jogiyanto, Metodologi Penelitian Bisnis, Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman. BPFE, Yogyakarta, 2016.
Hermawan, Asep, Pedoman Praktis Metodologi Penelitian Bisnis,
(Jakarta, LPFE, Trisakti, 2003.
Hery, Potret Profesi Audit Internal (Di Perusahaan Swasta & BUMN Terkemuka) Alfabeta, Bandung, 2010.
Holmes, Arthur W, Burns, David C, Auditing Norma dan Prosedur, Editor, Marianus Sinaga, Erlangga, 1988.
Indiantoro, Nur, dan Bambang , Supomo, Metode Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE, 1999).
Indra, Bastian, Suhardjono, Akuntansi Perbankan, (Jakarta ; Salemba
Empat, 2006).
Isgiyarta, Jaka, Teori akuntansi dan laporan keuangan Islam,,
Universitas Diponegoro, Semarang, Tahun 2009.
Ismail, Akuntansi Bank, Teori dan Aplikasi dalam Rupiah, Jakarta:
Kencana, 2009.
Jaber, Raed Jameel, Abdullah Ibrahim Nazal, “The Relationship
betweenSharia Supervisory Board and External Auditor:
Evidence from Jordan”, International Journal of Managerial Studies and Research (IJMSR) Volume 4, Issue 11, November (2016).
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 231
Jerry, J, Weygandt, Donald E, Kieso, Paul D, Kimmel, Accounting Principles, Edisi 7, Salemba Empat Jakarta, 2007.
Kamayanti, Ari, Metodologi Penelitian Kualitatif Akuntansi (Pengantar Religiositas Keilmuan), Yayasan Rumah Peneleh,
Seri Media dan Literasi, Jakarta, 2016.
Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, edisi ketiga, RajaGrafindo Persada, tahun 2009.
Kumaat, Valery G, Internal Audit, Erlangga, Jakarta, 2011.
Kuswarno Engkus, Fenomenologi, Konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitian, Widya Pajajaran, Cetakan Pertama, tahun 2009.
Mahali, A. Mudjab, Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al Quran,
Jakarta: Rajawali Pers, 1989.
Manan Abdul, Membangun Islam Kaffah, Madina Pustaka: 2000.
Mardi, Sistem Informasi Keuangan, Ghalia Indonesia, 2011.
Martini, Dwi dkk, Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK, Jakarta, Salemba Empat, 2012.
Moleong, J Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2011.
Muhamad, Pengantar Akuntansi Syariah, Jakarta, Salemba Empat,
2002
Muhammad Rifqi, Akuntansi Keuangan Syariah, Konsep dan Implementasi PSAK Syariah, Yogyakarta: P3EI Press, 2008.
Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah, Salemba Empat, 2002.
Muslim, Sarip, Akuntansi Keuangan Syariah Teori dan Praktik,
Bandung: Pustaka Setia, 2015
Mulyadi, Kanaka Pruadiredja, Auditing, Buku Satu, Edisi ke 5,
Jakarta, Salemba Empat, Jakarta, 1998.
Mulyadi, Pemeriksaan Akuntan, BPFE Anggota IKAPI, Yogyakarta,
1988.
Nisfiannoor Muhammad, Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial, Salemba Humatika, Jakarta.
Nurhayati Sri, Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Salemba
Empat, 2013.
Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 2006.
PSAK Syariah, (P3EI Press, 2008).
Ramli, Hasbi, Teori dasar akuntansi Syariah, Edukasi Profesional
Syariah, 2005.
232 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Rifqi, Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah: Teori dan Implementasi .
Rivai,Veithzhal, Arviyan Arifin, Islamic Banking, Sistem Bank Islam bukan hanya solusi menghadapi krisis namun solusi dalam menghadapi berbagai persoalan perbankan dan ekonomi global, sebuah teori, konsep, dan aplikasi, Jakarta, Bumi Aksara, 2010.
Rivai,Veitzhal, Andria Permata Veitzal, Ferry N Idroes, Bank and Financial Institution Management, Conventional & Sharia System, Jakarta, PT. RajaGrafindo, 2007
Rochaety, Ety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS, Penerbit Mitra Wacana Media, 2007.
Ruchyat, Kosasih, Auditing Prinsip dan Prosedur, Buku Satu, Palapa,
Surabaya,1985.
Rudianto, Akuntansi Koperasi, Gramedia, Jakarta, 2006.
Sagara, Yusar, Fitri Yani Jalil, Auditing dilengkapi dengan kasus dan pembahasan kasus, UIN Jakarta Press, 2013.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al Quran, Jakarta, Lentera Hati, 2006, Vol.1, Cet. VI, 603.
Sukrisno, Agoes, Auditing )Pemeriksaan Akuntan)< Jakarta, Penerbit
FE UI, 2004.
----------, Auditing (Pemeriksaan Akuntan)< Jakarta, Salemba Empat,
Jakarta 2013.
Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 4, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2007.
Sofyan, Yamin, Tutorial Statistik Lengkap 1000 halaman dengan software SPSS lanjutan, Titian Pena Abadi, Jakarta, 2016.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,
Alfabeta, Bandung, 2012.
Sugiyono, Statistik Nonparametris untuk Penelitian, Bandung, CV
Alphabeta 2007.
Suhardjono, Bastian, Indra, Akuntansi Perbankan, Salemba Empat,
2006.
Suma, Muhammad Amin, Menggali Akar Mengurai Serat, Ekonomi dan Keuangan Islam, Kholam Publishing, 2008.
Supranoto, J, Statistik Teori dan Aplikasi, Edisi ke enam Jilis Kedua
(Jakarta: Erlangga, 2001).
Surakhmad, Winarto, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung, Tarsito,
2010.
Sutedi, Adrain, Perbankan Syariah: Tinjauan dan beberapa Segi Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009.
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 233
Syafei, Ade wirman, Proses Review Syariah Bank Islam di Indonesia: mencari Standar Umum yang di Terima, Current Issue Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta, PT. Kencana Predana,
2009.
Syahatah, Husein, Pokok-pokok Akuntansi Islam, Jakarta, Akbar,
2001.
Triyuwono, Iwan, “Akuntansi Syariah Perspektif, Metodologi, dan Teori”, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2006.
Widodo, Hertanto, Kustiawan, Teten, Akuntansi dan Manajemen Keuangan untuk Organisasi Pengelola Zakat, Institut
manajemen Zakat, Jakarta, 2001.
Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, Jakarta, Ikatan Akuntan
Indonesia, 2010.
Yadiati, Winwin Teori Akuntansi Suatu Pengantar, Jakarta, Kencana
Prenada Media Group, 2007.
Yaya, Rizal, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik Kontemporer, Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Zaid, Omar Abdullah, Akuntansi Syariah: Kerangka Dasar dan Sejarah Keuangan dalam Masyarakat Islam, Terjemahan, M.
Syafeei Antonio dan Sofyan Syafri HarahapLPFE, Universitas
Trisakti, 2004.
Jurnal Ilmiah
Abdallah, A.A, The Role of Shariah Supervisory Board in Setting Accounting Policies in Islamic Banks, Development of an accounting system for Islamic banks, selected readings,
Institute of Islamic Bank and Insurance, London, 1999.
Abu Ghudda, A, Shari’a Supervisory Boards: establishment, objectives, and reality, Proceedings of the First Annual
Conference of AAOIFI, Bahrain, 2001.
Agriyanto, Ratno, Analisis Kesiapan Akuntan Publik Mengaudit Lembaga Ekonomi Syariah, Infokam Nomor II/Tahun
IV/September/2008, Hal 47-58.
Agus, Putu, Ardiana, “The Role of Eksternal Audit in Improving Firm’s Value” Bali: FEB Udayana, 2013.
Al Raee, S. The Impact of the Boards of Fatwa and Sharia Supervision in Islamic financial institutions, Proceddings of
the conference of Islamic Financial Intitutions, Current
234 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Features and Future Horizons, College of Shari’a and Law,
University of UAE AL-Ain, UAE, 2005.
Al Dareer, A, Shari’a Supervisory Boards: establishment, objectives, and reality, Proceedings of the First Annual Conference of
AAOIFI, Bahrain, 2001.
Al Nashmi, A, Improving the Sharia Supervisory Boards identity and
practices to fulfill the needs of Islamic financial institutions,
proceedings of the Second Annual Conference of AAOIFI,
Bahrain, 2002.
Al Saad, A, Shari’a supervision and its impact on Islamic banks,
Proceedings of the third International conference for Islamic
Economic, Jedda, Saudi Arabia.
Al Saidat, Ziad M, F, Ali M, AL Gazzawi, Nimer A Suhilat,
Accounting Measurements: Islamic Perspective versus Financial Accounting Perspective, Interdisciplinary Journal of
Contempory Research In Business, Volume 6, No. 2, June
2014.
Alabede O, James, “The Role Compromise and Problems of the External Auditor in Corporate Governance” Research Journal
of Finance an Accounting, Vol 3, No.9, 2012.
Alexakis Christos, Alexandros Tsikouras, Islamic Finance, Regulatory framework Challenges lying ahead, International
Journal of Islamic and Middle Eastren Finance and
Management, Vol.2 No. 2, 2011.
Amelia, Erika, Analisis Perlakuan dan Penerapan Akuntansi Zakat, Infaq dan Sedekah (PSAK 101 dan 109) Pada Perbankan Syariah di Indonesia, Penelitian Individu, UIN Syarif
Hidayatullah, 2014.
Amelia, Erika, Maria Qibtiyah, Perlakuan Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK 45 dan PSAK 109 pada BAMUIS,
Tauhidinomics (Journal of Islamic Banking & Economics),
Vol.1 Nomor 2, Oktober 2015.
Anderson, J C, Gerbing, DW Structural Equation Modeling in Practice A Review and Recommended Two Step Approach,
Psychological Bulleting, The American Psychological
Association, Vol. 103, No.3, 1998.
Arief, Rachmat, Peran Audit Internal atas Kualitas Pemeriksaan Laporan Keuangan yang dilakukan oleh Audit Eksternal pada
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 235
Sebuah Perusahaan, Jurnal Ekonomi Volume 7, No. 1, Mei
2016.
Arsyianti, Laely Dwi “The Role of Shariah Supervisory Board in Islamic Financial Industry (Case Study: Iran, Malaysia, And Indonesia)”, Jurnal Ekonomi Islam Al Infaq, Volume.1 No.1
september 2010.
Bakr, M, The Independence of Shari’a advisors in the framework of Shari’a supervision functions and duties, Arabic Working
Research at the Second Annual Conference of AAOIFI,
Bahrain, 2002.
Bawhede, Heidi Vander, What Factors Influence Financial Statetment Quality? A Framework and Some Empirical Evidence, Prepared for the Euroconference on Financial Reprting and Regulating Practices in Europe, Palermo, Italy, 2001.
Birton, A M ,Nur, Maqasid syariah sebagai Metode membangun Tujuan Laporan Keuangan Entitas Syariah, Proceeding call for paper dan Seminar Nasional, 2013.
Briston, R, & El Ashker, A, Religious Audit, Couldn it happen here, Accontancy, 1986.
Dwi, Prastowo, Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi Edisi Ketiga, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN,
Yogyakarta, 2011.
Fanani, Zaenal, Sri Ningsih, dan Hamidah, Faktor-faktor Penentu Kualitas Pelaporan Keuangan dan Kepercayaan Investor, Accounting Conference, Universitas Indonesia, Depok, 2008.
Fayyad, A, Shari’a supervision and current challenges to Islamic Banks, Proceedings of the Third International Conference for
Islamic Economic, Jedda, Saudi Arabia, 2004.
Firman, Abdul, Hamid, Habbe, Darwis, Implementation of Syari’e accounting viewed from perception of accountants and accounting students in Makassar City, Jurnal Analisis, Vol. 2,
No.1. Juni 2013, Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Fogarty, Timothy J, and Jhon T Rigsby, A reflective analysis of the “new audit”and the public interest, The revolutionary innovation that never came, Journal of accounting &
organizational Change, 2010, Vol.6, No.3.
236 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Garas, Samy Nathan and Chris Pierce, Shari’a Supervision of Islamic Financial Institutions, Journal of Financial Regulation and
Compliance, Vol. 18, No. 4, 2010.
H. Hassan, The relation between Shari’a supervisory boards and external auditors, proceedings of the first annual conference of
AAOIFI, Bahrain, 2001.
Halil, Paino, Fazlida Mohd Razali, Faizan Abd Jaba, The Influence of external auditor”s working style, Communication Barriers and Enterprise Risk Management toward reliance on internal auditor’s work, Procedia Economics and Finance, 2015.
Haniffa, Roszaini, Auditing Islamic Financial Institutions. Hasan, M,Kabir dan Mervyn K, Lewis, Handbook of Islamic
Banking, Cheltenham, Edwarg Elgar, 2007.
Hemaish, A, The Boatds of fatwa and Shari’a control in Islamic Banks-study and rectification, Proceedings of the Conference
of Islamic Financial Institutions, Current Features and Future
Horizons, College of Shari’a and Law, University of UAE Al-
Ain, UAE, 2005.
Hidayat, Nur, Prinsip-prinsip Akuntansi Syariah: Suatu Alternatif menjaga Akuntabilitas laporan Keuangan, SNA (Simposium
Nasional Akuntansi), Desember 2004.
Jaber, Raed Jameel Jaber, Abdullah Ibrahim Nazal, “The Relationship betweenSharia Supervisory Board and External Auditor: Evidence from Jordan”, International Journal of Managerial
Studies and Research (IJMSR) Volume 4, Issue 11, November
(2016): 106-112.
Jara, Garcia, Elisa, Amparo Cuadrado Ebrero, and Rolando Eslava
Zapata. Effect of international financial reporting standards on financial information quality. Journal of Financial Reporting
and Accounting 9.2, 2011.
Johl K, Shireenjit, et al. "Internal audit function, board quality and
financial reporting quality: evidence from Malaysia."
Managerial auditing journal 28.9, 2013.
Jonas, Gregory J dan Jeannot Blanchet, Assessing Quality of Financial Reporting. Accounting Horizons, 2000, September,
14 (3), page: 353-363.
K. Johl, Shireenjit, et al. "Internal audit function, board quality and
financial reporting quality: evidence from Malaysia."
Managerial auditing journal 28.9, 2013.
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 237
Karim, standar setting for the financial reporting of religious business organization, the case of Islamic bank, accounting and business research, Vol 20, No. 80, 1993.
Kariyoto, Akuntansi dalam Perspektif Syariah Islam, Jurnal JIBEKA,
Vol. 7 No. 2 2013.
Kewo, Cecillia Lelli, Nunuy Nur Afiah, Does Quality of Financial Statetment Affected by Internal Control System and Internal Audit?, International Journal of Economics and Financial
Issues, 2017.
Khan, Muhammad Akram, Role of the Auditor in an Islamic Economy, J.Res Islamic Econ, Vol.3, No, 1, 2013.
Kintzele, Philip, L, et, al, Audit Committees and Internal Auditors: Their Roles in Financial Reporting Today, Internal Auditing, May/June 2008, Vol, 23, No.3.
Krishnamoorty, G, A, Multistage approach to external auditors, evaluation of the internal audit function, A Journal of Practice and Theory, March 2002.
Lewis, Mervyn,K, Islam and Accounting, Accounting Forum, Vol.
25, No. 2, 2001.
M, Al Zarrqa, A Look towards the work of Shari’a Supervisory
Boards and their contribution to Islamic financial institutions,
Proceedings of the second annual conference of AAOIFI,
Bahrain, 2002.
M. Andra, Anca O, Financial Accounting Quality and Its Defining Characteristics, SEA-Practical Application of Science, Volume
II, Issue 3, 2014, page: 93 – 98.
Messier, William F, Glover, Jr, Steven M, Prawitt Douglas F,
Auditing & Assurance Service A Systematic Approach,
McGraw-Hill Irwin, Salemba Empat, 2006.
Minarni, Konsep pengawasan, kerangka audit syariah, dan tata kelola lembaga keuangan syariah, Jurnal Ekonomi Islam, La Riba,
Vol. VII, No. 1, Juli 2013.
Nawal, kasim, Zuraidah Mohd Sanusi, Tatik Mutaminah, Sigit
handoyo, Assessing the current practice of auditing in Islamic financial Institution in Malaysia and Indonesia, International
Journal of Trade, Economics and Finance, Volume 4, No. 6,
Desember 2013.
Nobes W, Christhoper, Stadler Christian, The Qualitative Characte-ristics of Financial Information, and Managers’ Accounting
238 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
decisions: Evidence from IFRS policy changes, Departement of Accounting and Finance, Lancaster University Management
School Lancaster, Lancashire, LA1, 4YX, UK, September
2014.
Nor aishah mohd ali, Zakiah muhammadun Mohamed, Shahida
shahimi, Zurini shafii, Competency of shariah auditors in Ma-
laysia: Issue and challenges, Journal of Islamic Finance, Vol. 4
No. 1. IIUM, 2015.
Pelaporan Keuangan dan Kepercayaan Investor, Accounting Confe-
rence, Universitas Indonesia, Depok, 2008.
Prasetyo, Adi, Proceeding Call for paper dan seminar nasional, 2013,
Persepsi Nasabah atas Implementasi Akuntansi Keuangan Syariah dalam Operasional Perbankan Berbasis Syariah di Indonesia.
Prasetyoningrum, Kristin, Ari, Analisis Pengaruh Independensi dan Profesionalisme DPS terhadap Kinerja BPRS di Jawa Tengah,
2009.
Purwanti, Meilani, Wasman, Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi dan Peran Internal Audit Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Survey pad Koperasi Pegawai Republik Indonesia Kota Bandung), Esensi
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 4, No.3, Desember 2014.
Ringle M, Henseler J, and Sinkovics, R.R, The Use of Partial Least
Squares Path Modeling in International Marketing New Cha-
llenges to International Marketing Advances In International
Marketing, Vol. 20 (2009).
Rini, Disertasi, Universitas Padjajaran, 2012, Pengaruh penerapan peran komite audit, peran dewan pengaawas syariah, dan efektivitas pengendalian interen atas pelaporan keuangan terhadap kualitas pelaporan keuangan, studi empiris pada bank syariah di Indonesia.
Rini, The Effect of Audit Committee Role and Share Supervisory Board Role on Financial Reporting Quality at Islamic Bank in Indonesia, Journal of Economics, Business, and Accounting
Ventura Vol. 17. No.1, April 2014.
Rizqiasih, dkk, Pengaruh Struktur Governance terhadap Fee Audit Eksternal, Institutional Repository, Diponegoro University,
2010.
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 239
Robinson, Thomas R dan Paul Munter, Financial Reporting Quality, Red Flags and Accounting Warning Signs, Commercial
Lending Review, 2004, Vol.19, No. 1.
Rosly, Saiful Azhar, Shariah parameters reconsidered, International
Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and
Management, Vol. 3, No. 2 , 2010.
Shabrina, Herry, Pengaruh auditor internal terhadap kualitas pelaporan keuangan pada BPRS di Jawa Tengah, Di ponegoro
Journal of Accounting, Vol.3 No.2 2014.
Stergios Tasios, Michalis Bekiaris, Auditor’s perceptions of financial reporting quality, the case of Greece, Macrothink Institute,
International Journal of Accounting and Financial Reporting
ISSN, 2162-3082, 2012, Vol.2 No.1.
Suazhari, Syarifah rahmawati, Pengaruh pemahaman manajer tentang
standar akuntansi keuangan syariah dan peran dewan pengawas
terhadap kualitas laporan keuangan BPRS di Aceh, Conference Paper, Univ. Syiah Kuala, Aceh, 2012.
Suginam, Pengaruh peran audit internal terhadap pencegahan Fraud,
Jurnal Pelita Informatika, Volume: XV No. 1 Oktober 2016
Suryaputri, V Rossje, Kerangka teori audit syariah: gap antara praktik audit syariah dengan yang di inginkan pada perbankan syariah di Indonesia, Disertasi, Universitas Trisakti, 2012.
Tsoncheva, Gergana. “Measuring and assessing the Quality and
Usefulness of accounting information”, IZVESTIA – Journal of University of Economics – Varna, (2014): 52-64.
Umam, Khotibul, Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas Syariah
dalam Meningkatkan Kualitas Audit Kepatuhan Syariah,
Panggung hukum, Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum
Indonesia Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta, Vol.1. No.2,
2015.
Widyanto, Eko Adi, Peran Independensi Dewan Pengawas Syariah Terhadap Loyalitas Penerapan Syariat Islam, Jurnal Eksis, Vol.
6 No. 2, Agustus 2010.
Yacoob, Donglah, “Shari’ah Audit in Islamic Financial Institutions:
The Postgraduates Perspective Audit Syari’ah di Lembaga
Keuangan Islam: The Pascasarjana Perspektif” International Journal of Economics and Finance, University of Brunei Darussalam, Brunei, Volume 4, No.12, 2012.
240 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Zaenal, Fanani, Sri Ningsih, dan Hamidah, Faktor-faktor Penentu Kualitas.
Zurina, Shafii, Nor Aishah Mohd Ali and Nawal Kasim “Sharia Audit
In Islamic Banks: an Insight to the future shariah auditor
labour market in Malaysia Audit Syariah di Bank Syariah”,
Procedia Social and Behavioral Science, 2014.
Undang- undang, Peraturan dan Standar
Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions, Accounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institutions, Bahrain: Manama 2015.
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan Syariah,
2017.
Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 331/KMK.017/1999,
Tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Akuntan Pada Register
Negara.
OJK (Otoritas Jasa Keuangan), Statistik Perbankan Syariah, 2015.
Peraturan Bank Indonesia No.15/3/DKBU/2013/ Tentang
Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat.
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/14/PBI/2011 Tentang Penilaian
Kualitas Aktiva Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Peraturan Bank Indonesia, No.7/47/PBI/2005, Tentang Transparansi
Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat Syariah-Bank
Sentral Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 25/PMK.01/2014,
Tentang Akuntan Beregister Negara.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/POJK.03/2017 Tentang
Penggunaan Jasa Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik
dalam Kegiatan Jasa Keuangan.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 48/POJK.03/2017 Tentang
Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/26/DPbS, Tanggal 10 Juli
2013 Perihal Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan
Syariah Indonesia.
Surat Edaran No. 8/19/DPBS tanggal 24 Agustus 2006 Perihal
Pedoman Pengawasan Syariah dan Tata Cara Pelaporan Hasil
Pengawasan bagi DPS.
Undang-undang RI No. 21 Tahun 2008, tentang Perbankan Syariah.
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 241
Website
www.bi.go.id laporan keuangan publikasi.
http://www.neraca.co.id terbukti-perbankan-syariah-tahan-krisis-
ekonomi.
www.niriah.com Agustianto, 2008, Optimalisasi Dewan Pengawas
Syariah.
www.bisnisliputan6.com Pengurus Harian YLKI, Kembalikan
KepercayaanNasabah, Bank Harus diaudit.
www.sumenep.go.id Sidang Perdana BPRS Dinilai Salah Persepsi.
www.ennindonesia.comRekening di bobol, kasus Bank Permata
lanjut di Pengandilan.
www.surabaya.bisnis.com, OJK Cabut Izin PT. BPRS Al Hidayah
karena Fraud, April 2016.
www.rakyatsulsel.com BPR Syariah Gowata Kebobolan, uang kas
Rp. 15 Juta Raib, Agustus, 2014.
http://finansial.bisnis.com/read/20151103/90/488554/peyelewengan-
pemberian-kredit-dominasi-kasus-perbankan
http://infobanknews.com/modus-fraud-di-bpr-makin-berkembang/
www.cnnindonesia.com, Rekening di bobol, kasus Bank Permata
lanjut di Pengadilan.
www.infobanknews.com/2013/10/BSM-tersandung-fraud-di-bogor,
Paulus yoga, BSM tersandung Fraud di Bogor.
www.Akuntansionline.id/sertifikasi-profesional-akuntansi-di-
Indonesia, diakses pada tanggal 08 Mei 2017.
https://www.academia.edu Perbedaan IASB_IFRS dan US GAAP.
http://eprints.usm.my/7837/1/audit_committee_characteristics_and_q
uality_of_unaudited_financial_accounts, Saidatunur Fauzi
Saidin, Audit Committee Characteristics and Quality of Unau-dited Financial Accounts, diakses pada tanggal 08 Mei 2017.
Lain-lain
Majalah Infobank No. 453 Vol. XXXVIII, 2016.
242 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
GLOSSARIUM
A
AAOIFI : Lembaga penyusun standar akuntansi
dan auditing untuk lembaga keuanagn
Islam yang berpusat di Bahrain
Accounting
(Akuntansi)
: Kegiatan jasa yang berfungsi menyedia-
kan informasi kuantitatif, umumnya da-
lam ukuran uang, mengenai suatu badan
usaha (ekonomi), yang berguna untuk
pengambilan keputusan ekonomis dari
berbagai alternatif pilihan tindakan
Account : Semua catatan pembukuan yang berisi
tentang berbagai transaksi dalam akun-
tansi
Accrual Basis : Pengaruh transaksi dan peristiwa lain
diakui pada saat kejadian (dan bukan
pada saat kas atau setara kas diterima
atau dibayar) dan diungkapkan dalam
catatan akuntansi serta dilaporkan da-
lam laporan keuangan pada periode yang
bersangkutan
Auditing (Audit) : Suatu pemeriksaan yang dilakukan seca-
ra kritis dan sistematis, oleh pihak yang
independen, terhadap laporan keuangan
yang telah disusun oleh manajemen, be-
serta catatan-catatan pembukuan dan
bukti-bukti pendukungnya, dengan tuju-
an untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut
Asset (aset) : Sumber daya dari suatu entitas
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 243
Agency cost : Konsep ekonomi mengenai biaya pemi-
lik baik organisasi, perseorangan atau
sekelompok orang, ketika pemilik me-
milih atau menyewa seorang agen untuk
bertindak atas namanya
B
Bank Konvensional : Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional yang dalam kegia-
tannya memberikan jasa dalam lalu lin-
tas pembayaran
Bank Syariah : Merupakan lembaga perbankan yang
dijalankan dengan prinsip Syariah
Blokir : Aksi yang diambil untuk menghentikan
orang tertentu mengakses informasi
C
Cost of Fund : Merupakan biaya yang harus dikeluar-
kan oleh bank untuk setiap dana yang
berhasil dihimpun dari berbagai sumber
sebelum dikurangi dengan likuiditas wa-
jib minimum yang harus selalu dipeli-
hara oleh bank
Capital Adequacy Ratio
: Rasio kecukupan modal yang berfungsi
menampung resiko kerugian yang me-
mungkinkan dihadapi oleh bank
Cash basis : Proses pencatatan transaksi akuntansi
dimana transaksi dicatat pada saat me-
nerima kas atau pada saat mengeluarkan
kas
Certified Public Accountant
: Sertifikat profesi akuntan yang dipero-
leh dengan mengikuti ujian program pe-
ngembangan profesi akuntan
244 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
Conformity : Pendapat auditor yang menegaskan bah-
wa laporan keuangan telah sesuai de-
ngan aturan (syariah)
D
Dewan Pengawas
Syariah
: Badan yang terdapat dalam lembaga ke-
uangan Syariah dan bertugas
Dewan Syariah
Nasional
: Dewan yang dibentuk oleh Majelis Ula-
ma Indonesia yang bertugas memiliki
kewenangan untuk menetapkan fatwa
tentang produk, jasa, dan kegiatan bank
yang melakukan kegiatan usaha berda-
sarkan prinsip Syariah
Dropping : Dana pencairan
Detective Control : Sesuatu yang dirancang untuk menemu-
kan kesalahan atau penyimpangan sete-
lah mereka telah terjadi
E
Entitas : Suatu unit usaha atau kesatuan akun-
tansi, dengan aktifitas atau kegiatan
ekonomi dari unit tersebut sebagai
fokusnya
F
Financial Statement (Laporan Keuangan)
: Suatu penyajian struktur dari posisi
keuangan dan kinerja suatu entitas dan
laporan keuangan menggambarkan kon-
disi keuangan dan hasil usaha perusa-
haan pada saat tertentu atau jangka
waktu tertentu
Fraud : Kecurangan, tindakan curang, yang dila-
kukan sedemikian rupa, sehingga me-
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 245
nguntungkan diri sendiri/kelompok atau
merugikan pihak lain (perorangan, peru-
sahaan atau institusi)
P
Preventive Control Suatu langkah pencegahan yang diambil
sebelum keadaan darurat, kehilangan,
atau masalah terjadi
Profit Sharing : Keuntungan, perhitungan bagi hasil
didasarkan kepada hasil bersih dari total
pendapatan setelah dikurangi dengan
biaya yang dikeluarkan untuk mempero-
leh pendapatan tersebut
L
Lembaga Keuangan
Syariah
: Lembaga keuangan yang menjalankan
kegiatannya dengan berdasarkan prinsip
Syariah Islam
Loss Sharing : Kerugian, perhitungan bagi hasil yang
didasarkan kepada hasil total dari total
pendapatan setelah dikurangi dengan
biaya yang dikeluarkan lebih tinggi
M
Muhasabah : Sesuatu hal yang dilakukan untuk in-
trospeksi diri atas apa yang telah dilalui
Q
Quantity : Jumlah dari bahan baku
Quality : Mutu suatu produk
R
Riswah : Suap menyuap
Retrospektif : Penerapan kebijakan baru untuk tran-
saksi, peristiwa, dna kondisi lain seolah-
olah kebijakan tersebut telah diterapkan.
246 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
S
Stakeholder : suatu masyarakat, kelompok, komunitas
ataupun individu manusia yang memiliki
kepentingam dengan perusahaan
Stockholder : Pemegang saham
T Time Delivery : Jangka waktu pengiriman
U
Ujroh : Berupa upah yang diberikan karena ter-
dapat akad
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 247
INDEKS
A
AAOIFI, 7, 14, 16, 20, 59, 71, 86, 88,
89, 90, 95, 96, 147, 213, 233, 234,
235, 236, 237, 242
Abu Moamer, 92, 149
Account, 106, 242
Accrual Basis, 242
ACFE, 5
Agency cost, 242
Agustianto, 13, 14, 212, 241
Asset, 242
audit ex ante, 93
Auditing, 6, 7, 13, 16, 59, 71, 74, 75,
77, 78, 79, 82, 83, 85, 86, 90, 91,
143, 207, 230, 231, 232, 236, 237,
240, 242
B
bank Islam, 14, 91, 92, 93, 149
Bank Konvensional, 47, 243
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, 1,
21, 26, 27, 87, 89, 94, 99, 100,
101, 109, 112, 115, 203, 206, 215,
226, 240
Bank Perkreditan Rakyat, 22, 104,
108, 128, 240
Bank Syariah, 1, 12, 14, 21, 47, 71,
84, 87, 138, 159, 194, 217, 229,
240, 243
Bank Syariah Mandiri, 12
Bekiaris, 7, 239
BNSP, 152
bootstrapping technique, 199
BPRS, 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 10, 11,
12, 15, 17, 18, 19, 21, 23, 25, 27,
29, 31, 37, 38, 71, 72, 87, 93, 94,
95, 99, 100, 101, 102, 103, 104,
105, 106, 107, 108, 109, 110, 112,
113, 114, 115, 118, 122, 123, 124,
125, 126, 127, 128, 129, 130, 131,
132, 133, 134, 135, 136, 137, 138,
140, 141, 142, 143, 144, 145, 146,
147, 148, 149, 150, 151, 152, 153,
154, 155, 156, 158, 159, 160, 161,
162, 163, 165, 170, 171, 172, 173,
175, 176, 177, 178, 190, 192, 193,
195, 202, 203, 204, 205, 206, 207,
208, 210, 211, 212, 213, 214, 217,
218, 219, 220, 221, 223, 224, 225,
226, 227, 228, 238, 239, 241
C
Cabang Gowa, 3
Capital Adequacy Ratio, 12, 243
cascaded, 24
cash basis, 112, 159, 166, 220
Certified Public Accountant, 243
clarity, 7
comparability, 7, 8
completeness, 7
Composite Reliability, 186, 187, 189,
190, 191, 192, 193, 194, 195, 196
Conformity, 11, 243
consistency, 7
Convergent Validity, 32
Cost of Fund, 243
Cronbach’s Alpha, 187, 189, 190,
191, 193, 195, 196
248 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
D
Detective Control, 244
Dewan Pengawas Syariah, 12, 13, 14,
21, 35, 36, 87, 89, 90, 91, 92, 94,
95, 109, 122, 124, 146, 148, 151,
152, 153, 155, 156, 159, 180, 184,
186, 187, 193, 194, 195, 198, 199,
203, 210, 212, 213, 214, 224, 226,
228, 239, 241, 244
Dewan Syariah Nasional, 87, 193,
244
discriminant validity, 32, 197
DKI Jakarta, 4, 252
Dropping, 244
DSN MUI, 148, 152, 169
E
earning persistence, 7
Enron, 6
Entitas, 15, 41, 44, 71, 99, 102, 125,
137, 217, 225, 235, 244
Esterberg, 30
ex post, 93
F
feedback value, 7
Financial Statement, 244
Fogarty, 6, 173, 235
fraud, 3, 4, 5, 12, 17, 19, 21, 26, 78,
80, 109, 110, 111, 113, 114, 132,
146, 150, 152, 173, 206, 223, 224,
227, 241
G
Gergana, 6, 48, 239
Global Crossing, 6
governance, 16, 72, 95
Governance standard, 14
Gowata, 3, 241
H
Hamka, 119, 230
I
IASB, 7, 241
Ijarah, 154, 160, 171
Ikatan Akuntan Indonesia, 5, 9, 14,
16, 25, 45, 46, 48, 50, 51, 67, 68,
73, 74, 77, 102, 125, 165, 233, 240
inconformity, 11
Infak, 47, 105, 154
inner model, 199, 202
internal control, 91, 124, 130, 134,
135
Iwadh, 162
J
Jabodetabek, 18, 27, 99, 175
Jawa Barat, 4, 27, 93, 99, 101, 134,
175
Jawa Tengah, 4, 21, 22, 27, 99, 101,
102, 175, 238, 239
Jawa Timur, 4, 12, 27, 99, 101, 102,
175
K
Kantor Akuntan Publik, 74, 75, 124,
127, 128, 134, 141, 157, 240
KDPPLKS, 9, 67, 74, 156
keuangan syariah, 1, 11, 12, 13, 15,
16, 17, 18, 20, 21, 23, 26, 35, 64,
67, 87, 88, 94, 99, 104, 115, 194,
210, 237, 239
Komite Audit, 21
krisis ekonomi, 1
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 249
L
Lampung, 18, 27, 99, 101, 102, 175
Lembaga Keuangan Syariah, 1, 11,
20, 59, 69, 80, 233, 245
Lembaga Penjamin Simpanan, 4, 113
LISREL, 31
Loss Sharing, 245
LPS, 4, 113
luqathah, 148
M
majalah Infobank, 3, 4, 99, 108, 175,
228
Majelis Ulama Indonesia, 13
Malang, 12
Malaysia, 11, 19, 24, 59, 81, 84, 93,
149, 207, 220, 235, 236, 237, 240
maqasid shariah, 13
mashlahah, 122
moderating effect, 201
mudharat, 122, 159
Muhasabah, 61, 245
muqtaridh, 172
Murabahah, 136, 155, 156, 159, 165
N
neutrality, 7
Nusa Tenggara, 27, 99, 175
O
Otoritas Jasa Keuangan, 2, 3, 5, 12,
100, 108, 110, 129, 138, 141, 240
P
PAPSI, 19, 29, 71, 99, 102, 125, 135,
137, 138, 146, 154, 155, 163, 165,
217, 218, 225
Partial Least Square, 31, 32, 33, 34,
181, 229
Path coefficient, 34
perbankan syariah, 1, 12, 13, 20, 22,
81, 87, 93, 210, 239
PPAP, 112
Preventive Control, 245
Profit Sharing, 170, 245
purposive sampling, 28
Q
Qard, 171
Quality, 6, 7, 23, 24, 48, 58, 59, 81,
159, 165, 206, 235, 236, 237, 238,
239, 241, 245
Quantity, 159, 165, 245
R
relevance, 7, 8
reliability, 7
representation faithfulness, 7
Retrospektif, 245
Revenue Sharing, 170
Riswah, 160, 172, 245
Robinson, 6, 239
S
SAK ETAP, 19, 71, 102, 125, 136,
137, 138, 146, 154, 155, 217, 218,
225
SAK Syariah, 14, 18, 19, 20, 21, 23,
25, 27, 29, 31, 32, 36, 37, 39, 45,
46, 71, 118, 125, 137, 146, 152,
153, 154, 155, 156, 157, 158, 161,
250 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
165, 166, 170, 171, 172, 174, 177,
180, 185, 186, 188, 195, 196, 197,
198, 202, 203, 204, 211, 216, 217,
218, 219, 220, 223, 224, 225, 226,
227, 228
shari’a compliance, 13, 90
SKAI, 129, 130, 131, 132, 157, 204,
223
skala likert, 30
spekulasi, 93, 149
Stakeholder, 246
Standar Akuntansi Keuangan, 14, 16,
17, 22, 23, 25, 35, 39, 41, 44, 45,
46, 48, 67, 69, 72, 73, 99, 102,
107, 118, 122, 125, 126, 137, 153,
161, 163, 165, 170, 171, 216, 217,
219, 225, 240
Standard Operating Procedure, 128,
137, 138
Stockholder, 246
Structural Equation Modeling, 31,
32, 229, 234
Sugiono, 30
Suhardjono, 8, 230, 232
Sulawesi, 18, 27, 99, 175
Sumenep, 4, 101, 147
T
Tasios, 7, 239
Time Delivery, 159, 246
timeliness, 7
U
Ujroh, 160, 246
UMKM, 1
underlying, 162
USA, 5, 109, 229
V
Veitzal Rivai, 120
verifiability, 7
W
WorldCom, 6
Z
zakat, 14, 43, 46, 52, 55, 71, 91, 93,
97, 106, 110, 111, 112, 149, 153,
219
ziyadah, 162, 163
Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 251
BIODATA PENULIS
Erika Amelia, lahir di Jakarta, pada hari
Rabu, 09 Nopember 1977. Lahir dari pasa-
ngan Drs. Achmad N Syamsudin dan Hj.
Alfida Bais (almarhumah) telah menikah
dengan Muslim Kamil, SE, MAB, dan dika-
runia 1 anak laki-laki, Tsabit Adlan Rijal
Kamil, memiliki 3 orang adik bernama
Eryansyah Aulia, ST, Erma Fitriana, SKM,
dan Erniati Rizki Islamiyah, SE.
Pendidikan formal telah di tempuh pada SDN 05 Jakarta
(1984 - 1989), SMP HI Jakarta (1989 - 1992), SMEA Makarya
Jakarta (1992 - 1995), S1 Jurusan Akuntansi STIE Indonesia
(1995 - 1999), S2, Jurusan Ekonomi Syariah, Universitas Indo-
nesia, (2004 - 2006) dan S3 (Konsentrasi Ekonomi Islam) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam bidang akademik, penulis telah melakukan ber-
bagai penelitian mengenai perbankan Syariah dan akuntansi
Syariah, dan beberapa penelitian tersebut telah masuk ke dalam
jurnal ilmiah dan prosiding, serta memiliki beberapa modul
yang terkait dengan akuntansi Syariah, juga penulis mengikuti
presentasi dalam forum ilmiah baik nasional maupun interna-
sional, dan memberikan pelatihan akuntansi Syariah bagi BMT.
Organisasi profesi atau ilmiah yang di ikuti adalah ISEI
sebagai anggota, MES sebagai anggota, PES sebagai bendahara
(2010-2012), ADI sebagai anggota, IAEI Komisariat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Bendahara (2012-2014),
IAI sebagai anggota, DPW IAEI DKI Jakarta sebagai anggota
bidang pendidikan dan pengembangan kurikulum.
Penulis pernah bekerja sebagai auditor (1999-2002) pada
kantor akuntan publik Robert Yogi, dosen tidak tetap (2000-
2003) pada Universitas Bhayangkara, dosen tetap (2000-2011)
252 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...
pada STEI (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia), sejak
tahun 2007 sampai dengan sekarang sebagai dosen tidak tetap
pada FSH-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan saat ini sebagai
dosen tetap pada FEB-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak
tahun 2009, dan juga sebagai dosen tidak tetap di Fakultas
Ekonomi Universitas Terbuka sejak tahun 2014.