repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47980/1/peran... · ii uu...

281

Upload: others

Post on 27-Dec-2019

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan

dalam Perspektif Akuntansi Syariah

Studi pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia

ii

UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Ketentuan Pidana

Pasal 113

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

iii

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si

Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan

dalam Perspektif Akuntansi Syariah

Studi pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia

NUSA LITERA INSPIRASI

2018

iv

Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan dalam Perspektif Akuntansi

Syariah: Studi pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia

Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Nusa Litera Inspirasi

Cetakan pertama September 2018

All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang

Penulis: Dr. Erika Amelia, SE, M.Si

Perancang sampul: NLi Team

Penata letak: NLi Team

Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan dalam Perspektif Akuntansi

Syariah: Studi pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia

xxviii + 252: 15 cm x 22 cm

ISBN: 978-602-5668-40-1

Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)

Penerbit Nusa Litera Inspirasi

Jl. KH. Zainal Arifin

Kabupaten Cirebon, Jawa Barat

[email protected]

www.nusaliterainspirasi.com

HP: 0857-1644-6889

Isi di luar tanggungjawab percetakan.

v

KATA PENGANTAR

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Muncul dan berkembangnya lembaga keuangan Syariah di

Indonesia sangat fenomenal, sehingga membutuhkan diskusi yang

serius mengenai aspek-aspek terkait didalamnya. Diantara topik yang

muncul adalah karena banyak terjadinya permasalahan dalam lemba-

ga keuangan Syariah, seperti halnya kecurangan (fraud) yang menga-

kibatkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan

Syariah.

Salah satu lembaga keuangan Syariah yang memiliki partum-

buhan cukup signifikan yaitu BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Sya-

riah). BPRS merupakan lembaga keuangan yang memiliki potensi

besar dalam penyedia dana bagi UMKM. Oleh karena itu, tidak me-

nutup kemungkinan jika BPRS juga akan mengalami fraud dalam

kegiatan operasionalnya, sehingga akan berdampak terhadap laporan

keuangan yang akan disajikan oleh BPRS tersebut.

Dalam dunia perbankan, laporan keuangan memiliki peran

sebagai sumber informasi kepada para pihak yang terkait. Dari lapo-

ran keuangan, dapat dilihat tingkat kesehatan keuangan bank (dan

non keuangan bank). Selain itu, laporan keuangan juga digunakan

oleh bank sebagai alat peningkat kredibilitas. Hal ini karena, ketika

bank menyajikan laporan keuangan kepada publik, maka dapat me-

ningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menjadi nasabah dari

sebuah bank maupun BPRS. Laporan keuangan akan berkualitas jika

diimbangi dengan adanya peran dari akuntan maupun auditor, baik

vi

akuntan dalam BPRS itu sendiri maupun peran dari auditor internal

dan eksternal.

Karya ilmiah ini dapat menjawab permasalahan yang terjadi

khususnya di BPRS, terutama terkait dengan masalah fraud. Hal ini

yang membuatnya layak untuk dibaca. Semoga karya ilmiah ini dapat

menjadi solusi terbaik terhadap permasalahan yang terjadi di lembaga

keuangan Syariah khususnya BPRS.

Jakarta, 25 Juli 2018

vii

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS

Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berkembangnya kegiatan ekonomi dan keuangan Syariah telah

menarik banyak pihak untuk mengetahuinya lebih dalam. Bukan

hanya dari sisi konseptual dan penerapan fikihnya saja, namun berkai-

tan langsung dengan kegiatan operasional dalam lembaga keuangan

Syariah tersebut, seperti halnya transaksi akuntansi.

Salah satu lembaga keuangan Syariah yang memiliki partum-

buhan cukup pesat yaitu BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah).

Berdasarkan data statistik perbankan Syariah pada tahun 2017,

terdapat 167 BPRS yang tersebar di Indonesia, dan rata-rata memiliki

aset di atas Rp 10 Milyar. Oleh karena itu, tidak menutup kemung-

kinan terjadinya permasalahan dalam BPRS tersebut terkait dengan

proses akuntansi yang dapat mengakibatkan terjadinya fraud atau

kecurangan yang mengakibatkan ketidakpercayaan masyarakat terha-

dap BPRS, apalagi karena BPRS memiliki potensi besar sebagai pe-

nyedia dana bagi UMKM.

Dengan demikian, agar hal tersebut tidak terjadi dalam BPRS,

maka dibutuhkan peran dari auditor dalam menjaga kualitas laporan

keuangan BPRS tersebut. Hal ini bertujuan agar transaksi akuntansi

dapat disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan Syariah

yang berlaku umum.

Auditor dalam BPRS terdiri dari auditor internal, auditor eks-

ternal dan DPS (Dewan Pengawas Syariah). Ketiga auditor ini harus

saling terkait satu dengan yang lainnya, dengan memfokuskan pada

bidang dan fungsinya masing-masing agar laporan keuangan yang

disajikan oleh BPRS dapat berkualitas sesuai dengan standar akun-

viii

tansi keuangan Syariah yang berlaku umum serta berdasarkan prinsip

Syariah.

Karya ilmiah ini sangat bermanfaat dan enak untuk dibaca,

teruntuk mahasiswa, akademisi, auditor, DSN, IAI dan juga OJK,

karena didalamnya dijelaskan tentang bagaimana peran auditor dida-

lam menjaga kualitas laporan keuangan dilihat dari perspektif akun-

tansi Syariah.

Jakarta, 25 Juli 2018

ix

Prof. Dr. Veithzal Rivai Zainal, SE., MM., MBA., CRGP., CRMP

Ketua Pusat Kajian Ekonomi Islam Universitas Trisakti

Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di

dunia, sudah sepatutnya menjadi pelopor dan kiblat pengembangan

keuangan dan perbankan Islam di dunia. Hal ini bukan merupakan

sesuatu ‘yang mustahil’ karena potensi Indonesia untuk menjadi glo-

bal player keuangan dan perbankan Islam sangat besar, mengingat:

(1) jumlah penduduk muslim yang terbesar di dunia menjadi potensi

nasabah industri keuangan dan perbankan Islam; (2) peningkatan

sovereign credit rating Indonesia menjadi investment grade yang

akan meningkatkan minat investor untuk berinvestasi di sektor keua-

ngan domestik, termasuk industri keuangan dan perbankan Islam; dan

(3) memiliki sumber daya alam yang melimpah yang dapat dijadikan

sebagai underlying transaksi industri keuangan dan perbankan Islam.

Pengembangan keuangan dan perbankan Islam di Indonesia

yang lebih bersifat market driven dan dorongan bottom up dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga lebih bertumpu pada sek-

tor riil juga, sehingga hal ini menjadi keunggulan tersendiri.

Menyimak akselerasi pertumbuhan perbankan Islam di Indone-

sia rata-rata 37 % yang jauh lebih tinggi dari pertumbuhan perbankan

nasional yang rata-rata 16 % pertahun, namun demikian yang mem-

prihatinkan porsi perbankan Islam terhadap perbankan nasional selalu

berkisar hanya 5,0%. Dalam hal tidak bertumbuhnya porsi perbankan

Islam terhadap perbankan nasional, disebabkan: (1) tidak ada dan

belum adanya dukungan konkrit yang sungguh-sungguh dari Pemerin-

tah, (2) terbatasnya modal yang dimiliki perbankan Islam, mengingat

masih relatif rendahnya kemampuan parbankan Islam dalam pembia-

yaan karena keterbatasan modal; (3) keterbatasan produk dan jari-

ngan kantor, sehingga pertumbuhan porsi perbankan Islam terhadap

x

perbankan nasional saat ini lebih semata-mata hanya mengandalkan

kekuatan buttom up, dan tidak didukung dengan kebijakan pemerin-

tah yang nyata dengan mengalokasikan sebagian dana APBN ataupun

proyek pemerintah kepada perbankan Islam, sebagaimana yang dila-

kukan Negara tetangga seperti Malaysia.

Tantangan pengembangan perbankan Islam di tengah perkem-

bangan industri perbankan Islam yang pesat tersebut, perlu disadari

masih adanya beberapa tantangan yang harus diselesaikan agar per-

bankan Islam dapat meningkatkan kualitas pertumbuhannya dan

mempertahankan akselerasinya secara berkesinambungan. Tantangan

yang harus diselesaikan dalam jangka pendek antara lain: (1) Peme-

nuhan gap sumber daya insani (SDI), baik secara kuantitas maupun

kualitas, mengingat ekspansi perbankan Islam yang tinggi ternyata

tidak diikuti oleh penyediaan SDI yang memadai; (2) SDI yang ada

untuk posisi jabatan kunci masih bersumber transfer dari perbankan

konvensional, di mana dalam sikap SDI tersebut dalam melayanani

kebutuhan customer masih menggunakan pendekatan konvenional;

(3) kurang Inovasi dalam pengembangan produk dan layanan jasa

perbankan yang semakin kompetitif dan berbasis kekhususan akan

kebutuhan masyarakat; (4) terkendala dalam program sosialisasi dan

edukasi pada masyarakat, untuk menggugah ketertarikan masyarakat

agar bersedia memanfaatkan produk dan layanan perbankan Islam,

mengingat masyarakat terlanjur terlalu lama mengenal bank konven-

sional, sehingga di sini hendaknya pemerintah dapat megambil peran

mengedukasi masyarakat serta pemerintah menyalurkan sebagai be-

lanja pemerintah melalui perbankan Islam.

Terlepas dari kondisi di atas, masih banyak dijumpai adanya

beberapa perbankan islam yang dalam menjajakan produknya dengan

praktik seperti perbankan konvesional, sehingga berdampak bagi ma-

syarakat yang mulai paham menjadi tanda pertanyaan besar, ternyata

tidak ada bedanya antara perbankan Islam dan perbankan konven-

sional, sehingga melalui karya ilmiah Dr. Erika Amelia, SE, M.Si

yang menda-pat anugerah lulus dengan predikat Cum Laude dalam

Program Dok-tor Ilmu Ekonomi Islam di Universitas Negeri Syarif

xi

Hidayatullah ini diharap dapat mengikis kesan negatif perbankan

Islam, dan hasil karya ini nikmat untuk dibaca.

Semoga semakin banyak mujahid-mujahid yang islami mensyi-

arkan indahnya berbisnis secara Islam untuk meraih dunia dan dan

akhirat yang fallah, insya Allah.

Jakarta, 16 Juli 2018

xii

xiii

PENGANTAR PENULIS

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah menghaturkan puji dan syukur ke-hadirat Allah

SWT, berkat rahmat dan petunjuk-Nya kepada penulis, terutama

untuk mendapatkan kesempatan yang luar biasa dalam menimba ilmu

pengetahuan di program doktor serta menyelesaikan pendidikan dan

buku yang berasal dari disertasi ini. Buku ini dapat terselesaikan

karena kasih sayang Allah yang melimpah dan meridhoi langkah

penulis dalam menyelesaikannya, terima kasih ya Rabb, Tuhan se-

mesta alam, yang maha segalanya, salam dan Shalawat penulis curah-

kan, limpahkan, kepada baginda Rasul, junjungan kita Nabi besar

Muhammad SAW, sebagai qudwah, uswah hasanah, yang telah mele-

takan dasar-dasar penyejuk, menjadi contoh tauladan bagi setiap

insan untuk kemaslahatan dan keselamatan dunia dan akhirat.

Buku ini menjelaskan dan menganalisis peran auditor internal,

eksternal dan DPS (Dewan Pengawas Syariah) terhadap kualitas

laporan keuangan di BPRS dengan judul “Peran Auditor Terhadap

Laporan Keuangan dalam Perspektif Akuntansi Syariah (Studi pada

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) di Indonesia” yang di wakili oleh

26 BPRS

Penulis sangat bersyukur atas selesainya buku ini yang meru-

pakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar doktor Pengkajian

Islam dengan konsentrasi Ekonomi Islam pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebagai

manusia yang tidak luput dari kekurangan dan kesalahan, buku ini

tentu memiliki banyak keterbatasan. Maka penulisan ini tidak terle-

pas dari bantuan dan arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu

dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih

yang tak terhingga dan rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA sebagai Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

xiv

2. Prof. Dr. Masykuri Abdillah sebagai Direktur Pascasarjana

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. H. Didin Saepu-

din, MA sebagai Ketua Jurusan Program Doktor, yang tidak

henti-hentinya terus memberikan dukungan akademik untuk

dapat menyelesaikan penelitian disertasi tepat pada waktu-

nya.

3. Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, MA sebagai promotor yang

telah meluangkan waktunya untuk membimbing, dan mem-

berikan ide serta gagasan, maupun masukan dan saran

dalam penyelesaian disertasi.

4. Prof. Dr. H. Ahmad Rodoni, MM sebagai promotor yang

telah meluangkan waktunya, mendidik, membimbing, dan

memberikan ide kreatif-imajinatif kepada penulis sehingga

disertasi dapat terselesaikan.

5. Penghormatan dan salam ta’dhim ingin disampaikan kepa-

da, Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, Prof. Dr. Muhammad Bin

Said dan Prof. Dr. Veitzhal Rivai Zainal, SE, MM, M>B>A,

CRGP, CRMP, CFR sebagai tim penguji dalam ujian

promosi.

6. Dr. Arief Mufraeni, Lc, M.Si, sebagai Dekan FEB UIN

Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Amilin, SE, Ak, M.Si, CA,

QIA, BKP (Wakil Dekan 1), Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag,

MH (Wakil Dekan 2), Dr. Desmadi Saharuddi, MA (Wakil

Dekan 3) yang telah memberikan kesempatan kepada penu-

lis untuk mengikuti program doktor, sehingga meninggal-

kan tugas di fakultas.

7. Seluruh dosen, karyawan, dan pustakawan Pascasarjana

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

8. Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (DIKTIS) Direktorat

Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) KEMENAG yang

telah memberikan Beasiswa Studi selama 3 tahun dalam

program Doktor di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hida-

yatullah Jakarta

9. Keluarga besar BPRS HIK (Harta Insan Karimah), Artha

Madani, Amanah Ummah, Bhakti Sumekar, Berkah Ramad-

han, Al Ma’some, Dana Moneter, Bangun Drajat Warga,

xv

terutama yang telah bersedia meluangkan waktu untuk

penulis wawancarai meskipun di tengah kesibukan aktivi-

tas, teruntuk ustad Abdul Muiz Badrun, Dr. Dede Abdul

Fatah, KH. Dr. Ahmad Fauzi, Faisal serta lainnya yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

10. Suami tercinta Muslim Kamil, SE, MAB dan putra tersa-

yang Tsabit Adlan Rijal Kamil yang selalu mendukung

penulis dalam penyelesaian disertasi, dan selalu ikut mene-

mani saat mengambil data, baik kuesioner dan wawancara,

serta doa yang tiada henti untuk penulis agar segera menye-

lesaikan tepat waktu.

11. Orang tua penulis, Drs. Achmad N Syamsudin, yang selalu

mendukung dan mendoakan penulis dalam penyelesaian

program doktor, dan almh. Hj. Alfida Bais, semoga almh

merasakan kebahagian seperti yang kami rasakan, dan ibu

Nunung nurjanah yang senantiasa turut mendoakan penulis.

12. Keluarga besar dari suami, alm H. Abdul manan dan almh

Hj. Siti Rugayah serta kakak ipar dan adik ipar di Cilincing

Jakarta Utara

13. Adik-adik, ipar dan keponakan yang selalu mendoakan dan

memberikan semangat kepada penulis, sampai selalu diajak

rihlah untuk menghilangkan kepenatan dan kesibukan da-

lam menyelesaikan disertasi ini, Erma, Andi, Erni, Sukma,

Eri, Indah, Fina, Fila, Fira, Farah, Faris, Santi, Della, dan

Inayah.

14. Teman-teman seperjuangan di angkatan 2015 yang saling

mengingatkan dan menyemangati agar bisa segera menyele-

saikan disertasi, Mba Iin, Mba Umi, Bu Rini, Mba Laila, Bu

Ilda, Om Sujian, Fajar, dan lain-lain yang tidak dapat penu-

lis sebutkan satu persatu.

15. Teman-teman di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

selalu mensupport penulis dalam menyelesaikan program

doktor ini, dan selalu mengingatkan agar selesai dengan

segera terutama adik penulis yang sama-sama berjuang Fitri

amalia, serta Dr. Al Arif, Ade suherlan, mba Ella, Fitri

Damayanti, Bu Cut, Bu Yessi, Mba Yuke, Aini, Dwi,

Zuwesty, Mba Amel, Bu Rahma, Bu Hayati, Santi, Ay, Fitri

xvi

Yani Jalil, Bu Ova, Bu Surati serta teman-teman lainnya

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

16. Teman teman Universitas Terbuka, Mba Rini, Mba Orin,

Mba Irma, Mba Olive semoga kalian bisa segera menyusul

dan Bpk Dr. Ali yang sekarang sudah menjadi dekan di

FEKON UT, terimakasih atas dukungan dan support kalian.

17. Teman-teman di halaqoh istiqomah, Mba Anis, Mba Budi,

Mba Linda, Mba Nur, Mba Yayan, Mba Yaya, Aan, Ary,

dan terutama murobbiyah Bu Dwi, atas doa dan semangat

yang diberikan ke penulis, hingga penulis juga sering izin,

insya Allah segera ini selesai tidak akan sering izin lagi.

18. Teman-teman pustakawan, Bu Loly, Bu Yana, Bu Lilik,

Mba Ranti yang tidak bosannya di ganggu untuk dapat

meminjam buku yang penulis butuhkan serta membantu

dalam pengecekan plagiarisme.

19. Alumni yang telah membantu dalam proses disertasi,

Hasan, Fajrul, Harjuno, Tyas, Mutia, Melani, serta mahasis-

wa/I LDK FEB UIN Syarif Hidayatullah, Jazakumullah atas

support dan doanya, serta Defy sahabat terbaik, terimakasih

untuk supportnya selama ini.

20. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu

persatu. Semoga Allah balas dengan segala kebaikan dan

menjadi ladang amal sholeh yang bernilai pahala.

Pada akhir pengantar ini, penulis menyadari bahwa masih

terdapat kekurangan dalam disertasi ini, untuk itu kritik dan saran

yang sifatnya membangun dan bernilai positif dapat menjadi penyem-

purnaan penelitian ini di masa yang akan datang, dan semoga buku

ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi positif terhadap per-

kembangan ilmu akuntansi dan audit di lingkungan entitas Syariah,

khususnya perbankan Syariah, terutama akuntansi dan audit Syariah.

Jakarta, 16 Juli 2018

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si

xvii

PEDOMAN TRANSLITERASI

ARAB LATIN

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam

karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

A. Konsonan

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

h{ = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ

r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

s{ = ص

d{ = ض

t{ = ط

z{ = ظ

ع = ‘

gh = غ

f = ف

q = ق

k = ك

l = ل

m = م

n = ن

h = ه

w = و

y = ي

B. Vokal

1. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fath}ah A A

Kasrah I I

D}ammah U U

xviii

2. Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

ى... Fath}ah dan

ya

Ai a dan i

و... Fath}ah dan

wau

Au a dan w

Contoh:

h}aul : حول H}usain : حسني

C. Maddah

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan alif a> a dan garis di atas ــــا

Kasrah dan ya i> i dan garis di atas ــــي

D}ammah dan ــــو

wau

u> u dan garis di atas

D. Ta’ Marbu>t}ah (ة)

Transliterasi ta’ marbu>t}ah ditulis dengan “h” baik dirangkai

dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh mar’ah (مرأة) madrasah

( )مدرسة

Contoh:

al-Madi>nat al-Munawwarah : املدينةاملنورة

E. Shaddah

Shaddah/tashdi>d pada transliterasi ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu.

Contoh:

nazzala : نزل

xix

F. Kata Sandang

Kata sandang “الـ” dilambangkan berdasarkan huruf yang me-

ngikutinya, jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai huruf

yang bersangkutan, dan ditulis “al” jika diikuti dengan huruf qamari-yah. Selanjutnyaال ditulis lengkap baik menghadapi al-Qamariyah,

contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah seperti kata al-

Rajulu (الرجل)

Contoh:

al-Qalam : القلم al-Shams : الشمس

xx

xxi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM v

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS vii

Prof. Dr. Veithzal Rivai Zainal, SE., MM., MBA., CRGP.,

CRMP ix

PENGANTAR PENULIS xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN xvii

DAFTAR ISI xxi

DAFTAR TABEL xxiv

DAFTAR GAMBAR xxvi

DAFTAR SINGKATAN xxvii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Permasalahan 17

1. Identifikasi Masalah 17

2. Perumusan Masalah 18

3. Pembatasan Masalah 18

C. Tujuan Penelitian 18

D. Signifikansi Penelitian 19

E. Manfaat Penelitian 19

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan 19

G. Metode Penelitian 25

H. Operasional Variabel 34

I. Sistematika Penulisan 37

BAB II KUALITAS LAPORAN KEUANGAN BAGI

ENTITAS BISNIS

39

A. Laporan Keuangan (Financial Statement) dan

Tujuannya

39

B. Kualitas Laporan Keuangan dan Karakteristiknya 48

C. Akuntansi Syariah Bagi Lembaga Keuangan Syariah 59

D. Pentingnya Pemahaman SAK Syariah bagi Lembaga 69

xxii

Keuangan Syariah

E. Audit Bagi Lembaga Keuangan Syariah 74

F. Peran Auditor dalam Islam 84

G. Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Fungsinya 87

BAB III GAMBARAN UMUM DAN KONDISI

LAPORAN KEUANGAN BPRS DI INDONESIA

99

A. Kondisi Laporan Keuangan BPRS dalam Website 100

B. Fraud dalam BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah)

109

BAB IV PERAN AUDITOR TERHADAP KUALITAS

LAPORAN KEUANGAN BPRS (BANK PEMBIAYAAN

RAKYAT SYARIAH)

115

A. Peran Auditor Internal dalam BPRS 123

B. Peran Auditor Eksternal dalam BPRS 141

C. Peran Dewan Pengawas Syariah dalam BPRS 146

D. Pemahaman SAK (Standar Akuntansi Keuangan)

Syariah bagi Auditor Internal, Auditor Eksternal, dan

Dewan Pengawas Syariah

153

E. Hubungan antara Komitmen Sumber Daya Insani

dalam Penerapan Nilai Syariah dengan Kualitas

Laporan Keuangan BPRS

158

BAB V ANALISIS KUALITAS LAPORAN KEUANGAN

BPRS DALAM PERSPEKTIF AKUNTANSI SYARIAH

175

A. Demografi Responden 175

B. Model Awal Penelitian 180

C. Uji Validitas Konvergen, Uji Validitas Diskriminan

dan Uji Reliabilitas

180

D. Outer Model Penelitian 187

E. Inner Model Penelitian (Model Struktural) 199

F. Uji Hipotesis Berdasarkan Variabel Utama 199

G. Uji Efek Moderasi 201

H. Uji Hipotesis Model Struktural Kualitas Laporan

Keuangan BPRS dalam Perspektif Akuntansi Syariah

202

I. Peran Auditor Internal, Auditor Eksternal, dan Dewan

Pengawas Syariah terhadap Kualitas Laporan

Keuangan BPRS dalam Perspektif Akuntansi Syariah

203

xxiii

BAB VI PENUTUP 223

A. Kesimpulan 223

B. Implikasi 226

C. Saran dan Rekomendasi 226

D. Keterbatasan Penelitian 228

DAFTAR PUSTAKA 229

GLOSSARIUM 242

INDEKS 247

BIODATA PENULIS 251

xxiv

DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Halaman

1.1 Jumlah BPR Syariah berdasarkan total asset 2

1.2 Jumlah peningkatan total aset, komposisi dana

pihak ketiga dan komposisi pembiayaan

2

1.3 BPRS Terbaik Versi Majalah Infobank 3

1.4 Operasional variabel dan pengukurannya 36

2.1 Perbedaan Laporan Keuangan 47

2.2 Perbedaan antara Auditor Internal dan Eksternal 79

3.1 BPRS dengan Aset di atas Rp. 100 Milyar 101

3.2 BPRS dengan Aset Rp. 50 Milyar – Rp. 100

Milyar

101

3.3 Perbedaan Laporan Keuangan BPR dan BPRS 106

3.4 Laporan Keuangan yang di submit ke BI periode

2011 – 2013

107

3.5 Laporan keuangan yang di submit ke BI periode

2014 – 2017

108

4.1 Pendidikan Auditor Internal 123

4.2 Sertifikasi Akuntansi Syariah 124

4.3 Masa Kerja dan Pengalaman Sebelumnya 127

4.4 Komitmen Sumber Daya Insani 159

4.5 Gambaran Terjadinya Riba dan Jenis Transaksi 162

4.6 Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga 167

4.7 Perhitungan Akad Musyarakah Mudharabah

(salah)

168

4.8 Perhitungan Akad Musyarakah Mudharabah

(benar)

169

5.1 Data Sampel Penelitian BPRS Aset Rp. 100

Milyar

176

5.2 Data Sampel Penelitian BPRS Aset Rp. 50

Milyar–Rp.100 M

176

xxv

5.3 Data Sampel Penelitian 177

5.4 Kategori Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 177

5.5 Kategori Responden Berdasarkan Latar Belakang

Pendidikan

178

5.6 Kategori Responden Berdasarkan Usia 178

5.7 Kategori Responden Berdasarkan Lama Bekerja 179

5.8 Nilai Loading Factor Indikator KLK 182

5.9 Nilai Loading Factor Indikator PAI 183

5.10 Nilai Loading Factor Indikator PAE 184

5.11 Nilai Loading Factor Indikator PDPS 184

5.12 Nilai Loading Factor Indikator PSS 185

5.13 Nilai AVE Masing – Masing Variabel 186

5.14 Hasil Uji Reliabilitas 186

5.15 Nilai Loading Factor, Composite Reliability,

Croncbach’s Alpha dan AVE Variabel Kualitas

Laporan Keuangan

189

5.16 Nilai Loading Factor, Composite Reliability,

Croncbach’s Alpha dan AVE Variabel Peran

Auditor Internal

191

5.17 Nilai Loading Factor, Composite Reliability,

Croncbach’s Alpha dan AVE Variabel Peran

Auditor Eksternal

193

5.18 Nilai Loading Factor, Composite Reliability,

Croncbach’s Alpha dan AVE Variabel Peran

Dewan Pengawas Syariah

195

5.19 Nilai Loading Factor, Composite Reliability,

Croncbach’s Alpha dan AVE Variabel

Pemahaman SAK Syariah

196

5.20 Nilai Cross Factor Loading Masing-masing

Variabel

198

5.21 Nilai R pada Uji Struktural 199

5.22 Uji Hipotesis Berdasarkan Variabel Utama 200

5.23 Hasil Uji Efek Moderasi 201

5.24 Uji Hipotesis Model Struktural 201

xxvi

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Gambar Halaman

2.1 Siklus Akuntansi 61

2.2 Kerangka Dasar Akuntansi Syariah 67

2.3 Karakteristik Kualitas Laporan Keuangan Syariah 69

2.4 Skema Kerangka Pemikiran 98

3.1 BPRS yang memiliki Website 103

3.2 Laporan Keuangan BPRS dalam Website 104

3.3 BPRS Submitt Laporan Keuangan 105

4.1 Underlying Aset Sektor Riil 163

4.2 Komponen Biaya Administrasi 164

4.3 Unsur Murabahah 165

5.1 Kerangka Awal Penelitian 180

5.2 Hasil Uji Validitas Menggunakan Parameter

Loading Factor

182

5.3 Path Variabel Laten Kualitas Laporan Keuangan 188

5.4 Path Variabel Laten Peran Auditor Internal 191

5.5 Path Variabel Laten Peran Auditor Eksternal 192

5.6 Path Variabel Laten Peran Dewan Pengawas

Syariah

194

5.7 Path Variabel Laten Pemahaman SAK Syariah 196

xxvii

DAFTAR SINGKATAN

AAOIFI : Accounting and Auditing Organization for

Islamic Financial Institution

AVE : Average Variance Extracted

BI : Bank Indonesia

BUS : Bank Umum Syariah

BPRS : Bank Pembiayaan Rakyat Indonesia

CAR : Capital Adequacy Ratio

CPA : Certified Public Accountant

DSN : Dewan Pengawas Syariah

DPS : Dewan Pengawas Syariah

DSAS : Dewan Standar Akuntansi Syariah

ETAP : Entitas Tanpa Akuntanbilitas Publik

GCG : Good Corporate Governance

IAI : Ikatan Akuntan Indonesia

IT : Informasi Teknologi

IFRS : International Financial Reporting Standards

KLK : Kualitas Laporan Keuangan

KDPPLKS : Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian

Laporan Keuangan

KAP : Kantor Akuntan Publik

LKS : Lembaga Keuangan Syariah

MUI : Majelis Ulama Indonesia

OJK : Otoritas Jasa Keuangan

PBI : Peraturan Bank Indonesia

PSAK : Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

POJK : Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

PAI : Peran Auditor Internal

PAE : Peran Auditor Eksternal

PDPS : Peran Dewan Pengawas Syariah

PSAKS : Pemahaman Standar Akuntansi Keuangan

xxviii

Syariah

PAPSI : Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia

PPAP : Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

PLS : Partial Least Square

SOP : Standar Operating Procedure

SKAI : Satuan Kerja Auditor Internal

SAK : Standar Akuntansi Keuangan

SDI : Sumber Daya Insani

SAS : Sertifikasi Akuntansi Syariah

SEM : Structure Equation Modeling

SEOJK : Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan

UMKM : Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

WPL : Working Profit and Loss

WBL : Working Balance Sheet

ZIS : Zakat Infak Sedekah

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 1

BAB I

PENDAHULUAN

undang No.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah3 semakin

mengukuhkan keberadaan lembaga keuangan syariah di Indonesia.

Dengan demikian, perkembangan industri perbankan syariah nasional

saat ini semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan jelas.

Salah satu lembaga keuangan syariah yang diuntungkan

dengan keberadaan undang-undang tersebut adalah Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah (BPRS)4. Sebagai lembaga yang memiliki potensi

yang cukup besar, khususnya sebagai salah satu penyedia dana bagi

pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), BPRS (Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah) memiliki peran penting dalam partum-

buhan UMKM secara khusus dan perekonomian secara umum. Maka

tidak mengherankan jika BPRS memiliki pertumbuhan yang tidak

1 Lembaga Keuangan Syariah ialah lembaga keuangan yang dalam

melaksanakan akad (transaksi) ekonominya terutama menarik dan menyalur-

kan uang dari dan kepada masyarakat dengan menggunakan sistem Syariah

atau Hukum Islam, Muhammad Amin Suma, Menggali akar mengurai serat,

Ekonomi dan Keuangan Islam, Kholam Publishing, tahun 2008, 248 2 http://www.neraca.co.id terbukti-perbankan-syariah-tahan-krisis-

ekonomi 3 Dalam Undang-undang RI No. 21 Tahun 2008 menyebutkan definisi

Perbankan syariah yaitu segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Sya-

riah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta

cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya, 2 4 Dalam Undang-undang RI No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan

syariah, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, 3

empiris tetap bertahan2 dalam kondisi krisis ekonomi yang telah

melanda Indonesia beberapa tahun yang lalu. Pemberlakuan undang-

perkembangan yang cukup pesat. Hal ini disebabkan karena adanya

dukungan yang besar dari pemerintah dan sambutan yang positif dari

umat Islam di Indonesia. Lembaga keuangan syariah terbukti secara

A. Latar Belakang Masalah

Lembaga keuangan syariah1 di Indonesia telah menunjukkan

2 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

kalah pesatnya dibandingkan dengan lembaga keuangan syariah

lainnya.

Jumlah BPRS pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2017

telah mencapai 167 BPRS, sedangkan total aset yang dimiliki oleh

BPRS pada Desember 2017 telah mencapai lebih dari Rp 10 Milyar.

Secara rinci, berikut data 167 BPRS beserta total asetnya yang terse-

bar di Indonesia dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017.

Tabel 1.1

Jumlah BPR Syariah berdasarkan total aset

Total Aset 2013 2014 2015 2016 2017

< 1 Miliar 4 1 1 2 2

1 s.d 5 Miliar 19 11 8 7 6

> 5 s.d 10

Miliar 30 34 29 19 18

> 10 Miliar 110 117 125 138 141

Total 163 163 163 166 167

Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Desember 2017 (data di olah)5

Dari tabel 1.1 dapat di lihat bahwa telah terjadi peningkatan

dari sisi total jumlah BPRS, yaitu dari sebanyak 163 BPRS pada

tahun 2013, kemudian meningkat menjadi 167 pada tahun 2017 (per

bulan Desember).

Tabel 1.2

Jumlah peningkatan total aset, komposisi dana pihak ketiga dan

komposisi pembiayaan

Dalam jutaan rupiah

Jumlah 2013 2014 2015 2016 2017

Aset 5.833.488 6.573.331 7.739.270 9.157.801 10.840.375

Dana pihak

ketiga 3.666.174 4.028.415 4.801.888 5.823.964 6.987.280

Pembiayaan

yang di

salurkan

4.433.492 5.004.909 5.765.171 6.662.556 7.763.951

Sumber: Statistik Perbankan Syariah, OJK, 2017 (data di olah)6

5 Statistik Perbankan Syariah, OJK (Otoritas Jasa Keuangan),

Desember 2017

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 3

Pada tabel 1.2 dapat di lihat peningkatan dari jumlah aset,

komposisi dana pihak ketiga, dan komposisi pembiayaan BPRS, yang

mengalami peningkatan sangat signifikan dari tahun 2013 sampai

dengan 2017.

Berdasarkan informasi yang didapat dari majalah Infobank

edisi khusus syariah tahun 2016, terdapat 65 BPRS terbaik berdasar-

kan kinerjanya dengan predikat sangat bagus, berikut ke 65 BPRS

terbaik tersebut yang terdiri dari:

Tabel 1.3

BPRS terbaik versi majalah Infobank

JUMLAH ASET JUMLAH BPRS

Rp. 100 Miliar ke atas 11

Rp. 50 Miliar s/ d di bawah

Rp.100 Miliar

15

Rp. 25 Miliar s/d di bawah Rp.

50 Miliar

17

Rp. Miliar s/d di bawah Rp. 25

Miliar

13

Di bawah Rp. 10 Miliar 9

Sumber: Majalah Infobank (data di olah) 7

Selanjutnya, majalah Infobank tersebut juga menyampaikan

bahwa bisnis BPRS mendekat ke jalur cepat pada tahun 2015. Akan

tetapi, kenyataannya kualitas pembiayaan BPRS masih tetap meme-

rah.8 Hal tersebut diakibatkan oleh penyelewengan atau fraud yang

terjadi di dalam BPRS, seperti yang terjadi pada tahun 2014 di BPRS

Gowata Cabang Gowa yang mengalami kebobolan uang kas senilai

Rp 15 juta. Berdasarkan informasi, pelakunya adalah karyawan dari

kantor BPRS tersebut.9

6 Statistik Perbankan Syariah, OJK (Otoritas Jasa Keuangan),

Desember 2017 7 Majalah Infobank No. 453 Vol. XXXVIII, 2016, 60

8 Majalah Infobank No. 453 Vol. XXXVIII, 2016, 42

9 www.rakyatsulsel.com BPR Syariah Gowata Kebobolan, uang kas

Rp 15 Juta Raib, Agustus, 2014: Di akses pada 14 Agustus 2016

4 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Kondisi demikian terjadi10

karena kualitas sumber daya insani

(SDI) BPRS yang kurang faham tentang keuangan dan hukum sya-

riah11

, sedangkan secara normatif, BPRS merupakan sistem perban-

kan yang jauh lebih kompleks dibandingkan dengan BPR konven-

sional. Di sisi lain, terdapat banyak tindakan penyimpangan yang

merugikan banyak pihak.

Berdasarkan data statistik, sejak tahun 1999 sampai dengan

2015, setidaknya terdapat sebanyak 808 kasus perbankan yang telah

diinvestigasi, yaitu yang terdiri dari 315 kasus pada Bank Umum dan

493 kasus pada BPR konvensional dan BPRS. Dari data tersebut

diketahui bahwa kasus penyimpangan terbanyak terdapat di DKI

Jakarta, yaitu sebanyak 283 kasus, selanjutnya di ikuti Jawa Barat

(121 kasus), Jawa Tengah (103 kasus) dan Jawa Timur (74 kasus),12

karena terjadinya kasus penyimpangan tersebut maka menurut data

LPS (Lembaga Penjamin Simpanan), sebanyak 63 BPR/BPRS telah

dicabut ijinnya karena terlibat kasus kejahatan perbankan. Penyebab

utama terjadinya kejahatan tersebut adalah disebabkan karena sumber

daya insani di BPR/BPRS yang kurang cakap dalam mendeteksi,

mengantisipasi hingga menyelesaikan fraud.13

Kasus sejenis lainnya mengenai penyimpangan pernah terjadi

di BPRS Sumenep pada tahun 2008 yang merugikan pemerintah

Kabupaten Sumenep sebesar Rp 4.166.886.45614

, akan tetapi pada

tahun 2016, untuk laporan keuangan tahun 2014-2015, BPRS terse-

but termasuk ke dalam kategori BPRS yang berkinerja baik versi

majalah Infobank.15

Hal serupa juga terjadi pada Permata Bank yang

10

Majalah Infobank No. 453, Vol. XXXVIII, (2016): 43 11

Hukum syariah adalah hukum Allah yang mengatur perbuatan ma-

nusia yang didalamnya mengandung tuntutan untuk dikerjakan atau diting-

galkan atau pilihan antara dikerjakan atau ditinggalkan oleh para mukalaf,

dan hanya dapat diambil dari sumber sumber hukum Islam, yaitu Al Quran,

As Sunnah, Ijma dan Qiyas. Sri Nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), 20

12http://finansial.bisnis.com/read/20151103/90/488554/penyelewenga

npemberian-kredit-dominasi-kasus-perbankan, di akses pada 01 Mei 2016 13

http://infobanknews.com/modus-fraud-di-bpr-makin-berkembang/

di akses 10 Agustus 2016 14

www.sumenep.go.id, Sidang Perdana BPRS Dinilai Salah Persepsi,

di akses pada 23 April 2016 15

Majalah Infobank No.453 Vol. XXXVIII, (2016): 44

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 5

mengalami pembobolan rekening nasabahnya senilai Rp 245.000.000.

OJK (Otoritas Jasa Keuangan) selaku pihak yang berwenang berko-

mitmen untuk mengawal kasus tersebut hingga selesai.16

Association of Certified Fraud Examinations (ACFE-2000),

salah satu asosiasi di USA mengkategorikan kecurangan (fraud),

salah satunya adalah kecurangan Laporan Keuangan yang dilakukan

oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan,

sehingga hal ini berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan,

begitu pula menurut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) bahwa salah saji

yang timbuk dari kecurangan dalam pelaporan keuangan secara

sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk

mengelabui laporan pemakai laporan keuangan.

Kondisi demikian menyebabkan laporan keuangan BPRS

menjadi tidak berkualitas dan memiliki kredibilitas, kepercayaan,

serta kemurnian secara prinsip syariah Islam. Padahal, laporan keua-

ngan merupakan alat pertimbangan utama bagi pemilik BPRS, mana-

jemen BPRS, masyarakat pengguna jasa BPRS, OJK (Otoritas Jasa

Keuangan) selaku otoritas pengawasan bank, dan pihak lainnya baik

dalam mengevaluasi kinerja BPRS maupun dalam mengambil kepu-

tusan dengan tepat.

Berdasarkan penelitian awal dari jumlah BPRS yang terdapat

dalam statistik Bank Indonesia, ternyata masih banyak BPRS yang

belum melaporkan kondisi keuangan atau laporan keuangan baik

secara bulanan, triwulan, semester ataupun tahunan,17

padahal berda-

sarkan peraturan Bank Indonesia menjelaskan bahwa BPRS wajib

mengumumkan laporan keuangan publikasi secara triwulan.18

Hal demikian dapat terjadi disebabkan oleh sistem akuntansi

keuangan yang diterapkan BPRS tidak sesuai atau tidak dapat di

implementasikan dengan baik. Padahal, masalah sistem akuntansi dan

16

www.cnnindonesia.com, Rekening di bobol, kasus Bank Permata

lanjut di Pengadilan, diakses pada 23 April 2016. 17

Berdasarkan review dari laporan keuangan publikasi yang terdapat

pada website BI periode 2011-2015 18

Peraturan Bank Indonesia No:7/47/PBI/2005, Tentang Transparansi

Kondisi Keuangan BPRS, BAB III, Laporan keuangan Publikasi Triwulanan,

Pasal 7, ayat 1 yang menyatakan bahwa BPRS wajib mengumumkan Lapo-

ran Keuangan Publikasi secara triwulanan untuk posisi pelaporan akhir bulan

Maret, Juni, September dan Desember sesuai dengan bentuk dan tatacara

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

6 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

keuangan sangat penting diperhatikan karena hal tersebut dapat

merugikan BPRS secara khusus maupun pihak terkait lainnya secara

umum.

Perusahan besar seperti Enron, WorldCom dan Global Crossing

pada awal abad 21 pernah mengalami kebangkrutan akibat terjadinya

penyimpangan dalam pelaporan kondisi keuangan mereka. Hal ini

menyebabkan entitas bisnis menyadari bahwa kualitas laporan keua-

ngan sangatlah penting.19

Selanjutnya berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Fogarty20

menemukan bahwa kebangkrutan perusahaan dapat terjadi

karena masalah laporan keuangan. Hal tersebut tak terlalu mengejut-

kan mengingat laporan keuangan merupakan aspek terpenting dalam

menilai kondisi suatu entitas bisnis. Seperti halnya penelitian yang

dilakukan oleh Robinson yang menyatakan bahwa kualitas laporan

keuangan disajikan bagi pemakai laporan keuangan memiliki nilai

yang sangat penting sekali 43%, sangat penting 30% dan agak

penting 22%21

. Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh Gergana yang

menyatakan bahwa mengukur dan menilai kualitas dan kegunaan

informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan memiliki nilai

sangat penting,22

maka sangat jelas bahwa kualitas laporan keuangan

sangat dibutuhkan baik bagi pihak internal maupun eksternal peru-

sahaan.

19

Kintzele, Philip, L, et, al, “Audit Committees and Internal Audi-

tors: Their Roles in Financial Reporting Today”, Internal Auditing”, IIUM Journal, Vol, 23, No. 3 (2008): 30-37

20 Fogarty, Timothy J and Jhon T Rigsby, “A reflective analysis of

the “new audit” and the public interest, The revolutionary innovation that

never came”, Journal of accounting & organizational Change, Vol. 6, No. 3

(2010): 300-329 21

Robinson, Thomas R dan Paul Munter, “Financial Reporting Qua-

lity, Red Flags and Accounting Warning Signs”, Commercial Lending Review, Vol. 19, No. 1 (2004): 2 -15.

22 Gergana Tsoncheva, “Measuring and assessing the Quality and

Usefulness of accounting information”, IZVESTIA – Journal of University of Economics – Varna, (2014): 52-64.

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 7

Dalam kerangka konseptual keuangan dinyatakan bahwa kuali-

tas laporan keuangan dapat dinilai melalui:23

Relevance/earning persistence, relevance/feedback value, time-liness, verifiability, completeness, representation faithfulness, neutra-lity, comparability, consistency dan clarity.

Selain itu, berdasarkan beberapa ahli akuntansi Islam yang

berpedoman pada al-Qura>n dan H{adi>th menyatakan bahwa kerangka

kerja laporan keuangan meliputi beberapa hal, antara lain: timeli-ness, verifiability, completeness, comparability, consistency, repre-sentational faithfulness, neutrality dan clarity.24

Penelitian lainnya menyatakan bahwa kualitas laporan keua-

ngan dinyatakan dalam 8 dimensi, antara lain:25

timeliness, verifi-ability, completeness, representation faithfulness, neutrality, compa-rability, consistency dan clarity. AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions) menetapkan syarat

kualitatif laporan keuangan adalah high quality, relevant, understand-ability, reliability, comparability, prudence.26

Berdasarkan penelitian berikutnya,27

Tasios dan Bekiaris me-

nyatakan bahwa karakteristik kualitas pelaporan keuangan menurut

perspektif auditor di dasari pada standar yang di susun oleh IASB28

23

Jonas, Gregory J dan Jeannot Blanchet, “Assessing Quality of

Financial Reporting”, Accounting Horizons, Vol. 14, No. 3 (2000): 353. 24

Husein Syahatah, Pokok pokok Pikiran Akuntansi Islam, (Jakarta:

Akbar Media, 2001), 21 25

Rini, “The Effect of Audit Committee Role and Share Supervisory

Board Role on Financial Reporting Quality at Islamic Bank in Indonesia”, Journal of Economics, Business, and Accounting Ventura, Vol. 17. No.1,

(2014): 145 - 156 26

AAOIFI (Accounting and Auditing Organiztion for Islamic Finan-cial Intitutions)

27 Stergios Tasios, Michalis Bekiaris, “Auditor’s perceptions of

financial reporting quality: the case of Greece”, International Journal of Accounting and Financial Reporting, Vol. 2, No. 1 (2012): 57 - 74

28 IASB adalah badan independen penetapan standar dari IFRS Foun-

dation. Anggotanya (saat ini 16 anggota) bertanggung jawab untuk pengem-

bangan dan publikasi SAK, termasuk IFRS untuk UKM dan untuk menye-

tujui Interpretasi SAK seperti yang dikembangkan oleh Komite Interpretasi

IFRS (sebelumnya disebut IFRIC). Semua pertemuan IASB diadakan di

depan umum dan webcast. https://www.academia.edu, Perbedaan IASB

_IFRS dan US GAAP, diakses pada 26 September 2016

8 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

yaitu relevance, faithful representation, comparability”. Sementara

itu, Suhardjono berpendapat bahwa laporan keuangan yang berkuali-

tas adalah laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum dan memenuhi aturan yang ada dan DPS menja-

min kredibilitas laporan keuangan.29

Laporan keuangan memiliki peran sebagai sumber informasi

kepada para pihak yang membutuhkan informasi dari laporan keua-

ngan tersebut. Dari laporan keuangan dapat di lihat tingkat kesehatan

keuangan bank dan non keuangan bank. Selain itu, laporan keuangan

juga digunakan oleh bank sebagai alat peningkat kredibilitas. Karena,

menyajikan laporan keuangan kepada publik, dapat meningkatkan

kepercayaan masyarakat untuk menjadi nasabah dari sebuah bank

maupun BPRS.

Standarisasi penyajian informasi akuntansi di perlukan oleh

banyak pihak (stakeholder) yang berkepentingan dengan laporan

keuangan perusahaan. Perbankan adalah salah satu perusahaan yang

sangat diperhatikan oleh masyarakat, sehingga sangat membutuhkan

standarisasi dalam penyajian laporan keuangan, karena masyarakat

sangat membutuhkan informasi kondisi bank di mana mereka me-

nyimpan uangnya. Selain itu, masyarakat juga sangat membutuhkan

informasi perbankan agar dapat membandingkan, menganalisis, me-

nyimpulkan, dan selanjutnya mengambil keputusan berkaitan dengan

kondisi perbankan di mana dana mereka disimpan.30

Di sisi lain, laporan keuangan bank juga digunakan sebagai

bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang

berkepentingan dengan kinerja bank yang dicapai selama periode

tertentu. Tujuan laporan keuangan bank tersebut adalah untuk mem-

berikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, perubahan ekui-

tas, arus kas, dan informasi lainnya yang bermanfaat. Informasi terse-

but kemudian digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk

membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungja-

waban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan

kepada mereka.

29

Suhardjono Bastian Indra, Akuntansi Perbankan, (Jakarta: Salemba

Empat, 2006), 60 30

Ismail, Akuntansi Bank: Teori dan Aplikasi dalam Rupiah (Jakarta:

Kencana, 2009), 15

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 9

Dalam paragraf 30 KDPPLKS (Kerangka Dasar Penyusunan

dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah) yang diterbitkan oleh IAI

(Ikatan Akuntan Indonesia) menyatakan bahwa tujuan laporan keua-

ngan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut kondisi

keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas sya-

riah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengam-

bilan keputusan ekonomi.31

Laporan keuangan bank yang memberi-

kan informasi tersebut hendaknya memberikan informasi yang seje-

las-jelasnya. Selain itu, laporan keuangan bank harus dibuat sesuai

dengan prosedur yang telah ditetapkan sehingga dapat mengakomo-

dasi permintaan pihak-pihak terkait tentang kondisi sebuah bank.

Agar informasi laporan keuangan tidak bias, maka harus ada

acuan dalam melihat laporan keuangan bank sehingga sebuah laporan

keuangan bank dapat merefleksikan keadaan kesehatan dari sebuah

bank. Oleh sebab itu, standarisasi kualitas laporan keuangan perban-

kan sangat diperlukan. Laporan keuangan yang memenuhi standar

kelayakan sebagai sebuah laporan keuangan yang dapat dipercaya dan

mewakili keadaan sebuah bank akan membuat para pemakai laporan

keuangan dapat mencapai tujuan masing-masing dalam menilai kea-

daan suatu bank.

Laporan keuangan yang telah terstandarisasi memiliki karakte-

ristik kualitatif yang membuat informasi dalam laporan keuangan

berguna bagi pemakai. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas

yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi

pemakai. Menurut KDPPLKS (Kerangka Dasar Penyusunan dan Pe-

nyajian Laporan Keuangan Syariah) Paragraf 45 sampai 63 terdapat

empat karateristik kualitatatif pokok, yaitu dapat dipahami, relevan,

andal, dan dapat diperbandingkan.32

BPRS merupakan jenis bank yang diizinkan beroperasi sesuai

dengan syariah Islam di Indonesia. Dengan adanya, UU No. 21 tahun

2008 dan PBI no.11/23/PBI/2009, BPRS memberikan kemudahan

kepada masyarakat dalam mengajukan pembiayaan karena memang

BPRS membidik sektor kecil dan menengah. Berbeda halnya dengan

31

Rizal Yaya, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik Kon-temporer, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), 74

32 Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah: Konsep dan

Implementasi PSAK Syariah, (Yogyakarta: P3EI Press, 2008), 85.

10 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

bank umum dan bank umum syariah, dalam praktiknya, BPRS khusus

melayani usaha mikro dan kecil.

Resiko yang berbahaya dapat melekat erat pada bisnis yang

dijalani oleh BPRS, sehingga diperlukan informasi yang berkualitas

tentang keadaannya melalui laporan keuangan. Namun demikian,

untuk menghasilkan suatu laporan keuangan yang berkualitas, audi-

tor internal dan eksternal sangat berperan dalam melaksanakan pe-

ngawasan sistem akuntansi, karena sistem akuntansi merupakan

suatu sistem informasi yang membutuhkan kemampuan manusia

untuk menjalankan sistem yang ada. Khususnya dalam hal ini ada-

lah auditor internal yang melakukan sistem pengendalian, sebelum

informasi tersebut diperiksa oleh pihak auditor eksternal, dan laporan

dari DPS mengenai kepatuhan sesuai prinsip syariah.

Manusia mempunyai sifat-sifat lemah yang melekat, di anta-

ranya ialah sifat-sifat lemah yang berkaitan dengan auditing. Manusia

cenderung mementingkan diri sendiri dan memiliki kemampuan yang

terbatas. Kedua sifat itu akan berdampak pada kebijakan dan atau

keputusan yang tidak tepat, atau merugikan pihak tertentu. Audit

dalam keuangan Islam seharusnya memiliki tujuan yang berbeda

dengan audit dalam konvensional, karena proses audit yang dilakukan

dan dilaporkan mesti sesuai dengan aturan syariah Islam, sehing-ga

dapat dikatakan sebagai auditing Islam.33

Seorang auditor dalam melaksanakan proses audit harus me-

miliki dua persyaratan, yaitu karakter pribadi tertentu dan kemampu-

an melakukan tindakan audit. Hal tersebut disebabkan karena ke-

mampuan auditor berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, dan

pengalaman untuk dapat melakukan aktivitas pemeriksaan laporan

keuangan, yaitu mampu dalam bidang akuntansi, bidang syariah

Islam, dan juga yang terkait dengan pendapat auditor terhadap

laporan audit yang sesuai dengan ketaatan dalam prinsip syariah.

33

Menurut Isgiyarta Jaka, auditing dalam Islam adalah suatu proses

yang sistematis dan objektif dalam perolehan dan penilaian bukti-bukti yang

berkaitan dengan pengukuran aktivitas atau kejadian ekonomi apakah telah

sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, dan penilaian ketaatan syariah

Islam atas aktivitas atau kejadian ekonomi, dankemudian melaporkan hasil

penilaian tersebut kepada pihak yang memerlukannya. Lihat Isgiyarta Jaka,

Teori akuntansi dan laporan keuangan Islami, (Semarang: Universitas Dipo-

negoro, 2003), 193.

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 11

Pendapat auditor yang menegaskan bahwa laporan keuangan

telah sesuai dengan syariah (conformity) di berikan bilamana dalam

pemeriksaan aktivitas perusahaan secara keseluruhan, yaitu dari awal

aktivitas sampai pada akhir aktivitas perusahaan, tidak di temukan

penyimpangan terhadap aturan syariah agama. Sebaliknya, pendapat

auditor yang menyatakan bahwa laporan keuangan tidak sesuai

dengan syariah (inconformity) di berikan bilamana dalam pemeriksa-

an aktivitas perusahaan secara keseluruhan, terdapat bagian tertentu

yang menyimpang dari aturan syariah agama walaupun hanya kecil

atau sedikit yang akan memengaruhi tingkat kehalalan secara kese-

luruhan. Dalam hal ini, kesalahan sedikit apapun akan diberikan pen-

dapat tidak sesuai dengan aturan syariah agama34

.

Berdasarkan hasil penelitian Nawal Kasim, Zuraidah Mohd

Sanusi, Tatik Mutmainah dan Sigit Handoyo yang berjudul Menilai Praktek Audit di Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia dan Malaysia, yang bertujuan untuk mengetahui praktik audit yang

terdapat di Malaysia dan Indonesia, menyimpulkan bahwa Indonesia

telah mengimplementasikan audit syariah untuk mengaudit lembaga

keuangan syariah, sedangkan Malaysia belum mempraktikkannya

secara menyeluruh.35

Dengan adanya hasil penelitian tersebut, audit

internal maupun eksternal yang terdapat di lembaga keuangan syariah

telah memiliki peran yang sesuai dengan audit syariah, sehingga

dapat menghasilkan proses laporan keuangan yang berkualitas.

Hal inilah yang membuat peran auditor internal maupun eks-

ternal sangat dibutuhkan oleh BPRS untuk meminimalisir banyaknya

kasus penyimpangan yang terjadi dalam dunia perbankan, khususnya

BPRS, karena BPRS menjangkau sektor riil yang terdapat di sekitar

atau lingkungan tempat BPRS tersebut berada.

34

Jaka Isgiyarta, Teori akuntansi dan laporan keuangan Islami,

(Semarang: UNiversitas Diponegoro, 2003), 205 35

Nawal Kasim, Zuraidah Mohd Sanusi, Tatik Mutamimah, dan Sigit

handoyo, “Assessing the current practice of auditing in Islamic financial

institution in Malaysia an Indonesia”, (2013), 1-5

12 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Khusus bagi auditor lembaga keuangan syariah, termasuk

BPRS, auditor internal maupun eksternal wajib memahami aturan-

aturan tentang kepatuhan syariah dalam berbisnis. Sehingga, dasar

hukum yang baku dan permanen disimpulkan dari sumber syariah

Islam, sehingga dapat dipergunakan sebagai aturan oleh seorang

akuntan dalam pekerjaanya (pembukuan, analisis, pengukuran, pema-

paran, dan penjelasan) untuk menjadi pijakan dalam menjelaskan

suatu kejadian atau peristiwa.36

Beberapa kasus perbankan dan lembaga keuangan syariah yang

terkait dengan masalah pelaporan keuangan juga pernah terjadi pada

Bank Syariah Mandiri (BSM), yaitu kasus fraud yang dilakukan tiga

pejabat Kantor Cabang Utama Bogor. Mereka bekerjasama melaku-

kan pembobolan dana lewat pembiayaan fiktif yang berjumlah 102

miliar,37

sedangkan pada tahun 2016 PT BPRS Al Hidayah yang

berlokasi di Malang Jawa Timur telah dicabut izin usahanya oleh

OJK (Otoritas Jasa Keuangan) karena fraud (kecurangan). Dampak-

nya, penurunan CAR (Capital Adequacy Ratio) yang mencapai -

205,61 %38

tak dapat dihindari. Penyebab utama berbagai penyim-

pangan tersebut karena sistem pengendalian internal yang lemah.

Tentu hal ini sangat mengancam keberlangsungan perbankan teruta-

ma perbankan syariah karena kredibilitas bank syariah di mata nasa-

bah akan memudar seiring waktu apabila kasus ini terus berulang

terjadi.

Kondisi yang demikian akan menimbulkan ketidakpercayaan

pihak eksternal terhadap BPRS, seperti halnya nasabah pendanaan

maupun pembiayaan, atau pihak-pihak yang berkepentingan terhadap

BPRS. Oleh karena itu, BPRS harus mengantisipasi kasus tersebut

sejak dini. Pada dasarnya, lembaga keuangan syariah memiliki keisti-

mewaan dalam hal pengawasan, yaitu keharusan adanya Dewan

Pengawas Syariah (DPS)39

pada bank syariah. Undang-undang nomor

36

Kariyoto, “Akuntansi dalam Perspektif Syariah Islam”, Jurnal

IBEKA Vol. 7, No. 2 (2013): 44 -51 37

www.infobanknews.com/2013/10/bsm-tersandung-fraud-di-Bogor,

Paulus Yoga, BSM Tersandung Fraud di Bogor, artikel diakses pada 25 Mei

2016 38

www.surabaya.bisnis.com, OJK Cabut Izin PT. BPRS Al Hidayah

karena Fraud, April 2016: Diakses pada tgl 30 Mei 2016 39

DPS adalah lembaga independen atau hakim khusus dalam fikih

muamalat (fiqh muamalat), namun DPS bisa juga anggota diluar ahli fikih

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 13

21 tahun 2008 tentang perbankan syariah pada pasal 32 menyatakan

bahwa dewan pengawas syariah wajib dibentuk oleh bank syariah dan

bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah.

Dewan pengawas syariah diangkat oleh rapat umum pemegang

saham atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia dan berfungsi

untuk memberikan opini terhadap tingkat kepatuhan institusi pada

aturan syariah. Keberadaannya juga menjadi salah satu ciri yang

membedakan bank syariah dengan bank konvensional. Peran DPS

sangat menentukan dalam mengawasi operasi bank syariah agar tetap

memenuhi prinsip-prinsip syariah (shari’a compliance). Lemahnya

peran Dewan Pengawas Syariah, seringkali menimbulkan terjadinya

penyimpangan syariah yang dilakukan oleh manajemen bank syariah.

Bank syariah masih banyak yang melakukan praktek riba yang

diharamkan. Padahal, idealnya bank syariahlah yang menjadi lokomo-

tif lembaga keuangan anti riba, tapi justru di bank syariah itu pula

terdapat praktek riba.40

Terdapat empat pendekatan yang saling terkait dan menjadi

parameter dalam kepatuhan syariah, yaitu: pendekatan tujuan syariah

(maqasid shariah), pendekatan akad, pendekatan pelaporan keuangan,

dan pendekatan dokumentasi legal. Oleh karena itu, dewan pengawas

syariah diwajibkan untuk mengenal peran dokumentasi legal dan

pelaporan keuangan yang timbul dari produk yang mereka setujui.41

Sehingga, laporan keuangan berkualitas yang menggambarkan kondi-

si realitasnya akan dapat dihasilkan.

Bagi lembaga keuangan syariah, laporan keuangan yang ber-

kualitas adalah yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

secara umum dan memenuhi aturan yang ada serta DPS yang menja-

min kredibilitas laporan keuangan. Tujuan dari laporan keuangan sya-

riah yang juga menjadi pembeda dengan laporan keuangan konven-

tetapi ahli juga dalam bidang lembaga keuangan Islam dan fikih muamalat,

DPS suatu lembaga keuangan yang berkewajiban mengarahkan, mereview,

dan mengawasi aktivitas lembaga keuangan agar dapat di yakinkan bahwa

mereka mematuhi aturan dan prinsip syari’ah Islam, Sofyan Safri Harahap,

Auditing dalam perspektif Islam, (Jakarta: Pustaka Quantum, 2008), 207 40

Agustianto, Optimalisasi Dewan Pengawas Syariah, www.niriah.

com, diakses 28 April 2016 41

Rosly, Saiful Azhar, “Shariah Parameters Reconsidered”, Interna-

tional Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management, Vol.

3, No. 2 , (2010): 132-146,

14 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

sional adalah laporan keuangannya dipergunakan untuk menentukan

zakat.42

Dengan demikian, untuk menjaga ketaatan prinsip-prinsip

syariah tersebut maka telah diterapkan di Bank Syariah suatu bagian

khusus yang bertugas untuk mengatur, mengevaluasi dan menjamin

bahwa aturan ketaatan tersebut telah dijalankan sesuai dengan regu-

lasi yang berlaku. Oleh karena itu, peran DPS disini sangat penting

karena di tangannya keputusan ajaran Islam telah diterapkan dalam

operasional bank syariah dengan sebenar-benarnya sehingga indepen-

densi menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh DPS.43

Dewan pengawas Syariah pada bank Islam tidak hanya diharus-

kan untuk independent dalam pemikiran, tetapi juga dalam hal pe-

nampilan. DPS\ juga harus melakukan semua prosedur seperti yang di

kemukakan oleh AAOIFI Governance standard untuk menjalankan

review syariah di bank Islam dengan tepat.44

Dengan demikian, pema-

haman atas pedoman pelaporan keuangan yang sesuai syariah, dan

telah disepakati oleh para ahli, menjadi suatu keniscayaan.

Pemahaman Standar Akuntansi Keuangan Syariah45

berhubu-

ngan dengan karakteristik akuntansi syariah yang terdapat dalam

SAK Syariah. Oleh karena itu, menurut Agustianto, seharusnya hal

ini dapat dipahami oleh pihak-pihak yang terkait dengan terjadinya

proses laporan keuangan, terutama oleh auditor internal, eksternal

dan juga dewan pengawas syariah.46

Dalam hal ini, manajemen dapat turut serta berperan dalam

pelanggaran kaidah syariah terutama secara operasional bank yang

mengakibatkan laporan keuangan yang dihasilkan masih belum sesuai

dengan standar Akuntansi Syariah. Selain itu, penting untuk memiliki

42

Karim, “Standar Setting for the Financial Reporting of Religious

Business Organization the Case of Islamic Bank”, Accounting and Business Research, Vol 20, No. 80, (1993): 299-305.

43 Eko Adi Widyanto, “Peran Independensi Dewan Pengawas Syariah

Terhadap Loyalitas Penerapan Syariat Islam”, Jurnal Eksis, Vol. 6 No. 2,

(2010): 1579 - 1583 44

Ade Wirman Syafei, Proses Review Syariah Bank Islam di Indone-

sia: mencari Standar Umum yang di Terima, Current Issue Lembaga Keua-ngan Syariah, (Jakarta: PT. Kencana Predana, 2009), 199 - 234

45 IAI (Ikatan Akuntan Indonesia), Standar Akuntansi Keuangan

Syariah, (Jakarta: IAI, 2014), 5. 46

Agustianto,OptimalisasiDewanPengawasSyariah,www.pesantrenvir

tual.comindeks.php/ekonomisyariah. Diakses pada 15 September 2015

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 15

standar laporan keuangan yang sesuai dengan persyaratan hukum

Islam dan memenuhi kebutuhan berbagai sektor global ekonomi tan-

pa menyoroti setiap kekhususan tertentu, sehingga berlaku untuk

semua komunitas di dunia, terlepas dari keyakinan dan budaya

mereka.47

Apabila entitas syariah secara konsisiten menggunakan prinsip

maqasid Syariah dalam menilai tujuan laporan keuangannya dalam

kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah,

maka tujuan laporan keuangan entitas tersebut akan berbeda dengan

yang terdokumentasi saat ini.48

Sebuah entitas bisnis harus memiliki

suatu laporan keuangan sebagai pertanggunjawaban kepada para

pemakai laporan keuangan.49

BPRS yang merupakan bagian dari entitas bisnis berdasarkan

syariah memerlukan akuntansi yang didasarkan syariah juga.50

Hal ini

karena informasi akuntansi syariah dapat mengakomodasi keadaan

lembaga keuangan yang dijalankan dengan kerangka syariah secara

menyeluruh, sebagai akibat dari hakikat transaksi yang berbeda

dengan lembaga keuangan konvensional.51

47

Ziad M. F. Al Saidat, Ali M. Al Ghazzawi, Nimer A Suhilat,

“Accounting Measurements: Islamic Perspective versus Financial Accoun-

ting Perspective”, Interdisclipinary Journal of Contemporary Research in Business, Vol. 6 No. 2, (2014): 362 - 377

48 M Nur A Birton, “Maqasid Syariah Sebagai Metode Membangun

Tujuan Laporan Keuangan Entitas Syariah”, Proceeding call for paper dan Seminar Nasional, Universitas Negeri Surakarta, 26 November 2013.

49 Pemakai laporan keuangan meliputi: Investor sekarang dan poten-

sial, pemilik dana qardh, pemilik dana syirkah temporer, pemilik dana titi-

pan, pembayar dan penerima ZIS, pengawas syariah, karyawan, pemasok dan

mitra usaha, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat. Sri Nurhayati, Wasi-

lah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2013) 97. 50

Akuntansi syariah adalah suatu kegiatan identifikasi, klarifikasi,

pendataan, dan pelaporan melalui proses perhitungan yang terkait dengan

transaksi keuangan sebagai bahan informasi dalam mengambil keputusan

ekonomi berdasarkan prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung

zhulum (kezaliman), riba, maysir (judi), gharar (penipuan), barang yang

diharamkan, dan membahayakan. Hasbi Ramli, Edukasi Profesional Syariah, Teori dasar akuntansi Syariah, (Jakarta: 2005), 13-14

51 Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah, (Jakarta: Salemba

Empat, 2002), 103

16 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Laporan keuangan yang akan disampaikan tersebut di buat

berdasarkan aturan dan standar yang berlaku umum. AAOIFI (Acco-unting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution), yang merupakan lembaga Internasional bersifat otonom dan non

profit telah menyediakan berbagai standar akuntansi, audit, tata kelo-

la (governance), etika, dan syariah bagi lembaga-lembaga keuangan

Islam. Sejak didirikan, AAOIFI telah menerbitkan 23 standar akun-

tansi, 5 standar audit, 6 standar tata kelola, 2 standar kode etik, dan

30 standar syariah.

Dewan syariah AAOIFI memiliki peran strategis dalam pe-

ngembangan bank syariah dunia, yaitu melakukan berbagai upaya

untuk mengharmonisasikan konsep dan penerapan fatwa di antara

dewan pengawas syariah. Standar yang telah dikeluarkan oleh

AAOIFI tersebut telah dijadikan sebagai acuan oleh lembaga regu-

lator di berbagai negara termasuk Indonesia. Bank Indonesia sebagai

regulator bank syariah bersama IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)52

telah membuat SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah53

seba-

gai standar yang digunakan oleh lembaga keuangan syariah ataupun

lembaga keuangan konvensional yang menggunakan transaksi

syariah.

Dorongan tenaga akuntansi syariah (akuntan) yang handal dan

terpercaya dalam manajemen lembaga syariah tentu sangat dibutuh-

kan. Namun, profesi ini menuntut keahlian dan intelektual yang unik

dalam bidang akuntansi syariah yang merupakan turunan dari sistem

ekonomi Islam yang lahir dari nilai-nilai syariah Islam,54

orientasi

akuntansi syariah lebih riil dan mengandung unsur transparansi dan

pertanggungjawaban yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan karena

dalam penyusunan laporan keuangan akuntansi syariah menempatkan

aspek kejujuran dan keadilan pada posisi yang paling utama di dalam

melaksanakan proses akuntansi sampai kepada produk laporan

keuangannya.55

52

Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim, Akun-tansi Perbankan Syariah, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), 16 - 17

53 IAI (Ikatan Akuntan Indonesia), Standar Akuntansi Keuangan

Syariah, Per 01 Januari 2014 54

Kariyoto, “Akuntansi dalam Perspektif Syariah Islam”, Jurnal

JIBEKA, Volume 7, No. 2 Agustus (2013): 44 - 51 55

Firman, Abdul Hamid Habbe, Darwis, “Implementation of Syari’e

accounting viewed from perception of accountants and accounting students

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 17

Peran dari auditor internal di mulai dari proses transaksi akun-

tansi hingga menghasilkan laporan keuangan, sedangkan peran dari

auditor eksternal adalah memverifikasi bahwa proses transaksi akun-

tansi yang di hasilkan dalam bentuk laporan keuangan tersebut telah

sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum. Sementara itu,

peran dari DPS adalah mengawasi penerapan prinsip-prinsip syariah

dari transaksi akuntansi serta operasionalnya hingga menghasilkan

laporan keuangan. Dengan demikian, ketiga komponen peran ini perlu

memahami SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah sehingga

kemudian dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas,

sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat diidentifkasi

antara lain:

a. Terjadinya penyelewengan terhadap dunia perbankan, juga

dapat terjadi pada BPRS, hal ini berdampak pada kualitas

laporan keuangan BPRS.

b. Terjadinya fraud yang dilakukan oleh pihak interen maupun

eksteren BPRS, mengakibatkan ketidakpercayaan masyara-

kat terhadap BPRS.

c. Auditor internal maupun eksternal yang belum berperan

secara maksimal sesuai bidangnya.

d. Dewan pengawas syariah yang belum memahami proses

laporan keuangan untuk BPRS.

e. Belum sesuainya laporan keuangan yang dihasilkan oleh

BPRS dengan standar akuntansi Syariah yang berlaku

umum di dalam menjalankan kegiatan transaksi BPRS.

f. Auditor internal, eksternal, tenaga akuntansi, manajer,

dewan pengawas syariah maupun nasabah belum memahami

standar akuntansi keuangan syariah yang berlaku umum

bagi BPRS.

in Makassar City”, Jurnal Analisis, Fakultas Ekonomi UNHAS Makasar,

Vol. 2, No.1. Juni (2013)

18 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana peran auditor

terhadap kualitas laporan keuangan dalam perspektif akuntansi

Syariah? Pertanyaan permasalahan ini dapat di turunkan men-

jadi 3 sub pertanyaan yaitu:

1. Bagaimana peran auditor dalam upaya menjaga kualitas

laporan keuangan BPRS, serta pemahaman SAK Syariah ?

2. Sejauhmana peran auditor internal, auditor eksternal, dewan

Pengawas Syariah, terhadap Kualitas Laporan Keuangan

BPRS dengan Pemahaman SAK Syariah sebagai variabel

moderasi?

3. Bagaimana laporan keuangan BPRS yang berkualitas dalam

perspektif akuntansi Syariah ?

3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini

difokuskan pada peran auditor internal, auditor eksternal,

dewan pengawas syariah serta pemahaman standar akuntansi

keuangan syariah dan laporan keuangan BPRS tahun 2014-

2017. Lokasi penelitian telah mewakili wilayah Indonesia,

yaitu dilaksanakan di Jawa barat, Jawa timur, Jawa tengah,

Jabodetabek, Lampung, Sulawesi, dan Nusa tenggara barat.

Untuk waktu penelitian, dilaksanakan mulai dari tanggal 10

Agustus 2017-20 Desember 2017

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengumpulkan bukti empiris agar dapat menjelaskan

dan menganalisis mengenai:

1. Peran auditor dalam upaya menjaga kualitas laporan keua-

ngan BPRS, serta pemahaman SAK Syariah.

2. Peran auditor internal, auditor eksternal, dewan pengawas

syariah terhadap kualitas laporan keuangan di BPRS dengan

variabel moderasi pemahaman standar akuntansi keuangan

Syariah.

3. Laporan keuangan BPRS yang berkualitas dalam perspektif

akuntansi Syariah

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 19

D. Signifikansi Penelitian

Penelitian ini memiliki signifikansi, yaitu untuk memberikan

gambaran kepada BPRS dalam menjaga kualitas laporan keuangan-

nya melalui peran auditor internal, eksternal dan DPS dengan pema-

haman SAK Syariah, sehingga terhindar dari fraud.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi akademisi diharapkan dapat menambah khasanah keil-

muan dalam bidang Ilmu akuntansi khususnya akuntansi Sya-

riah, audit Syariah dan akuntansi perbankan Syariah.

2. Bagi pihak eksternal seperti: nasabah, pemerintah, DSN, IAI,

OJK dan juga masyarakat pada umumnya, untuk menambah

wawasan dan informasi mengenai kualitas laporan keuangan

dalam perspektif akuntansi Syariah, serta dapat memberikan

masukan kepada BI dan OJK, untuk menjadikan SAK Syariah

sebagai standar utama seperti halnya SAK ETAP dan PAPSI.

F. Penelitian Terdahulu yang relevan

Adapun penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai

bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian ini antara lain:

Pertama: Competency of Shariah Auditors in Malaysia: Issue and Challenges,56

dengan kesimpulan bahwa seorang auditor Syariah

perlu memiliki pengetahuan khusus, keterampilan dan karakteristik

lainnya yang diperlukan untuk seorang auditor syariah agar dapat

melakukan fungsi audit syariah secara efektif. Penelitian ini membuk-

tikan bahwa auditor syariah itu terdiri dari auditor internal, auditor

eksternal dan DPS untuk entitas bisnis yang berlandaskan prinsip

syariah, khususnya BPRS, serta bagaimana peran dari auditor baik

internal maupun eksternal di dalam menjaga kualitas laporan keua-

ngan berdasarkan pemahamannya terhadap SAK Syariah yang ada di

Indonesia. Persamaan dalam penelitian ini membahas mengenai peran

atau kompetensi seorang auditor Syariah, perbedaan yang ada dalam

penelitian ini dari metode yang digunakan, yaitu metode kualitatif

dan kuantitatif yang berdasarkan apa yang dialami oleh auditor inter-

56

Nor aishah mohd ali, Zakiah muhammadun Mohamed, Shahida

shahimi, Zurini shafii, “Competency of shariah auditors in Malaysia: Issue

and challenges”, Journal of Islamic Finance, IIUM, Vol. 4 No. 1. (2015): 22-

30

20 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

nal dan eksternal serta pemahamannya terhadap SAK Syariah, serta

melihat persepsi dari manajemen mengenai peran dari auditor inter-

nal, eksternal, dan DPS serta pemahaman SAK Syariahnya.

Kedua: Konsep Pengawasan, Kerangka Audit Syariah, dan

Tata Kelola Lembaga Keuangan Syariah57

dengan hasil penelitian

bahwa Bank Indonesia hendaknya mendukung kegiatan pengawasan

perbankan Syariah yang melibatkan DSN dan DPS, serta audit syari-

ah juga hendaknya dijalankan sesuai standar AAOIFI. Persamaan dalam penelitian ini yaitu terdapat adanya tugas dan peran DPS bagi

lembaga keuangan Syariah yang dijadikan variabel dalam penelitian

ini mengenai peran DPS dalam menjaga kualitas laporan keuangan

dengan pemahamannya terhadap SAK Syariah yang merupakan salah

satu standar yang digunakan dalam menjaga kualitaas laporan keua-

ngan. Perbedaan dalam penelitian ini adalah dari metode yang digu-

nakan, yaitu kualitatif dan kuantitatif, berdasarkan apa yang di alami

oleh DPS serta persepsi manajemen terhadap peran DPS terhadap

kualitas laporan keuangan serta pemahamannya mengenai SAK

Syariah.

Ketiga: Kerangka Teori Audit Syariah: Gap Antara Praktik

Audit Syariah dengan yang Diinginkan pada Perbankan Syariah di

Indonesia58

, dengan hasil penelitian bahwa dari 16 indikator variabel

praktek audit syariah ternyata terdapat 7 gap praktek audit syariah

dengan yang diinginkan, salah satunya adalah peran auditor syariah

dan independensi. Sedangkan 9 indikator variabel lainnya tidak terda-

pat gap praktek audit syariah seperti: kualifikasi auditor, penerapan

syariah terhadap produk, penerapan syariah terhadap proses dan stan-

dar audit. Perbedaan dalam penelitian ini adalah dari metode yang

digunakan dan variabel yang ada dalam penelitian terdahulu menge-

nai peran auditor Syariah yang dijadikan variabel untuk membentuk

dimensi dalam penelitian ini, serta diuji dengan melihat persepesi dari

manajemen mengenai peran auditor serta apa yang dialami oleh

57

Minarni, “Konsep pengawasan, kerangka audit syariah, dan tata

kelola lembaga keuangan syariah”, Jurnal Ekonomi Islam, La Riba, Vol. VII,

No. 1, Juli (2013): 29 - 40 58

Rossje V Suryaputri, “Kerangka teori audit syariah: gap antara

praktik audit syariah denmgan yang di inginkan pada perbankan syariah di

Indonesia”, Disertasi, Universitas Trisakti, (2012)

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 21

auditor dalam menjalankan perannya untuk menjaga kualitas laporan

keuangan dengan pemahaman SAK Syariahnya.

Keempat: Role of the Auditor in an Islamic Economy59,

dalam penelitiannya dihasilkan bahwa salah satu pencegahan dari

kerusakan-kerusakan aktivitas ekonomi adalah dengan memanfaatkan

peran auditor dengan sebaik-baiknya. Penelitian ini ingin membukti-

kan bahwa peran auditor internal dan auditor eksternal berpengaruh

terhadap kualitas laporan keuangan dengan pemahaman SAK Syariah

sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan aktivitas ekonomi, di-

tambahkan dengan peran dewan pengawas syariah, serta pemahaman

standar akuntansi keuangan syariah. Persamaan penelitian ini adalah

melihat peran auditor dari ekonomi Islam. Perbedaan penelitian ini

adalah melihat dari akuntansi Syariah khususnya untuk kualitas lapo-

ran keuangan agar dapat terhindar dari kerusakan aktivitas ekonomi,

khususnya fraud, atau kecurangan serta metode yang digunakan.

Kelima: Analisis Pengaruh Independensi dan Profesionalisme

DPS terhadap Kinerja BPRS di Jawa Tengah60

, dengan hasil peneliti-

an bahwa independensi DPS mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap profesionalisme DPS dengan hubungan negatif. Profesio-

nalisme DPS tidak signifikan dalam memengaruhi kinerja BPRS, dan

Independensi DPS dan Profesionalisme DPS tidak signifikan

memengaruhi Kinerja BPRS. Persamaan dalam penelitian ini adalah

objek penelitian BPRS dan salah satu responden (DPS) yang diwa-

wancarai. Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada variabel yang

dipengaruhinya, yaitu kualitas laporan keuangan, serta terdapat tam-

bahan variabel lain seperti peran auditor internal, peran auditor eks-

ternal dan pemahaman standar akuntansi keuangan syariah.

Keenam: Pengaruh Penerapan Peran Komite Audit, Peran

Dewan Pengawas Syariah, dan Efektivitas Pengendalian Interen Atas

Pelaporan Keuangan Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan, Studi

Empiris pada Bank Syariah di Indonesia,61

dengan hasil penelitian

59

Muhammad Akram Khan, “Role of The Auditor inn an Islamic

Economy”, J.Res Islamic Economic, Volume 3, No. 1, (2014): 31-41 60

Ari Kristin Prasetyoningrum, “Analisis pengaruh independensi dan

profesionalisme dewan pengawas Syariah terhadap kinerja Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah di Jawa Tengah”, Jurnal Ilmu Ekonomi ASET, Vol.12. No.1

(2010): 27 -36 61

Rini, “Pengaruh penerapan peran komite audit, peran dewan penga-

was syariah, dan efektivitas pengendalian interen atas pelaporan keuangan

22 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

bahwa variabel peran komite audit, peran dewan pengawas syariah,

dan efektifitas pengendalian intern atas pelaporan keuangan secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelaporan keua-

ngan. Sedangkan secara parsial, peran dewan pengawas syariah tidak

berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan. Persamaan adalah

dengan menggunakan variabel peran dewan pengawas syariah, se-

dangkan perbedaan, yaitu terdapat variabel lain yaitu, peran auditor

internal, peran auditor eksternal, pemahaman SAK syariah, serta me-

tode penelitian yang digunakan.

Ketujuh: Persepsi Nasabah atas Implementasi Akuntansi

Keuangan Syariah dalam Operasional Perbankan Berbasis Syariah di

Indonesia,62

dengan hasil penelitian bahwa meskipun perbankan

syariah mengimplementasikan aturan dalam Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan Syariah, akan tetapi sebagian masyarakat Islam

masih menilai bahwa kebanyakan perbankan syariah di Indonesia

masih beroperasi secara konvensional, sedangkan penelitian ini salah

satunya ingin membuktikan bahwa perbankan syariah khususnya

bank pembiayaan rakyat syariah tidak beroperasi secara konvensional

karena memiliki laporan keuangan yang berkualitas sesuai dengan

standar akuntansi keuangan Syariah yang dilakukan prosesnya oleh

auditor baik internal maupun eksternal serta dewan pengawas syariah

yang memiliki perannya masing-masing.

Kedelapan: Pengaruh Auditor Internal Terhadap Kualitas Pe-

laporan Keuangan pada Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Tengah,63

dengan hasil penelitian bahwa koordinasi dan kerjasama antara

auditor internal dengan auditor eksternal memiliki pengaruh positif

terhadap kualitas pelaporan keuangan. Persamaan dengan penelitian

ini adalah dalam hal variabel auditor internal dan auditor eksternal

serta kualitas laporan keuangan, sedangkan Perbedaan terletak kepa-

terhadap kualitas pelaporan keuangan, studi empiris pada bank syariah di

Indonesia”, Disertasi, Universitas Padjajaran, (2012) 62

Adi Prasetyo, “Persepsi Nasabah atas Implementasi Akuntansi

Keuangan Syariah dalam Operasional Perankan Berbasis Syariah di Indone-

sia”, Proceeding Call for paper dan seminar nasional, (2013) 63

Shabrina Rahutami Nur Amalia, Herry laksito, “Pengaruh auditor

internal terhadap kualitas pelaporan keuangan pada bank perkreditan rakyat

di Jawa tengah”, Diponegoro Journal of accounting, Vol 3, No.2, (2014): 1-

10

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 23

da adanya variabel yang lain seperti peran dewan pengawas syariah,

pemahaman SAK Syariah, serta metode penelitian yang digunakan.

Kesembilan: The Effect of Audit Committee Role and Sharia Supervisory Board Role on Financial Reporting Quality at Islamic Banks in Indonesia64

, dengan hasil penelitian bahwa peranan audit

committee dan peranan DPS berpengaruh pada kualitas pelaporan

keuangan baik secara parsial maupun simultan dengan menggunakan

metode penelitian regresi berganda. Persamaannya dalam hal

menggunakan variabel peran DPS dan kualitas pelaporan keuangan.

Sedangkan perbedaannya terdapat pada variabel lain, yaitu peran

auditor internal, peran auditor eksternal, serta pemahaman SAK dan

metode penelitian yang digunakan.

Kesepuluh: Pengaruh Pemahaman Manajer Tentang Standar

Akuntansi Keuangan Syariah dan Peran Dewan Pengawas Terhadap

Kualitas Laporan Keuangan BPRS di Aceh65

, dengan hasil penelitian

pemahaman manajer tentang SAK Syariah dan peran DPS secara

simultan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan syariah di

BPRS Aceh. Persamaannya terletak pada variabel pemahaman SAK

Syariah, sedangkan perbedaannya terletak pada adanya variabel yang

lain, seperti: peran auditor internal, peran auditor eksternal, peran

dewan pengawas syariah, dan pemahaman SAK Syariah menjadi

variabel moderating dalam penelitian ini, serta akan mencari faktor

apa yang paling dominan dalam memengaruhi kualitas pelaporan

keuangannya.

Kesebelas: Faktor-faktor Penentu Kualitas Pelaporan Keua-

ngan dan Kepercayaan Investor66

, dengan hasil penelitian bahwa

pengujian analisis faktor untuk keempat atribut berbasis akuntansi

memberi kontribusi pembentukan kualitas pelaporan keuangan yang

64

Rini, “The effect of audit committee role and sharia supervisory

board role on financial reporting quality at Islamic banks in Indonesia”, Journal of Economics, Business, and Accountancy Ventura, Vol. 17, No. 1,

(2014): 145 - 156 65

Suazhari, Syarifah Rahmawati, “Pengaruh Pemahaman Manajer

tentang Standar Akuntansi Keuangan Syariah dan Peran dewan pengawas

Syariah”, Conference: Seminar Penelitian dosen Muda Univ. syiah Kuala, At

Universitas Syiah Kuala, Aceh, (2012): 1-29 66 Zaenal Fanani, Sri Ningsih, dan Hamidah, “Faktor-faktor Penentu

Kualitas Pelaporan Keuangan dan Kepercayaan Investor”, Accounting Conference, Universitas Indonesia, Depok, (2008): 1-16

24 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

terdiri dari kualitas akrual, prediktabilita, dan perataan laba. Sedang-

kan untuk analisis faktor atribut berbasis pasar, memberi kontribusi

pembentukan kualitas pelaporan keuangan yang terdiri dari relevansi

nilai dan konservatisme ketiga atribut berbasis pasar. Persamaannya

dalam hal mencari faktor kualitas pelaporan keuangan dan metode

penelitiannya, sedangkan perbedaannya terletak pada variabel yang

terdapat dalam kualitas pelaporan keuangan.

Keduabelas: Internal Audit Function, Board Quality and Finan-cial Reporting Quality: Evidence from Malaysia 67

Penelitian ini membahas mengenai peran auditor internal ter-

hadap kualitas pelaporan keuangan dengan variabel moderating

dewan direksi. Hasil temuan awal menunjukkan hubungan yang posi-

tif antara fungsi audit internal dengan kualitas pelaporan keuangan.

Dalam hal ini semakin jelas bahwa peran auditor internal sangat

memainkan peran penting dalam proses pelaporan keuangan dengan

dimediasi oleh dewan direksi. Persamaan dalam penelitian ini adalah

dalam menggunakan peran auditor sebagai variabel yang dapat me-

mengaruhi kualitas laporan keuangan serta terdapat variabel mode-

rasi. Sedangkan perbedaannya, dalam penelitian ini terdapat peran

auditor eksternal dan peran dewan pengawas syariah yang meme-

ngaruhi kualitas laporan keuangan. Ketigabelas: A Multistage Approach to External Auditors’

Evaluation of the InternalAudit Function.68

Penelitian ini menyim-

pulkan bahwa peran auditor internal dan auditor eksternal memiliki

tujuan yang sama dan menghasilkan hubungan yang kuat di antara

keduanya terkait dengan kualitas laporan keuangan bagi suatu entitas

atau lembaga keuangan. Penelitian ini menggunakan metode analisis

berdasarkan probabilitas Bayesian untuk memodelkan evaluasi

auditor eksternal terhadap fungsi audit internal. Secara khusus, model

berdasarkan teori inferensi multistage (cascaded) dikembangkan dan

dianalisis dengan menggunakan analisis sensitivitas numerik. Kontri-

busi pemodelan sangat penting dalam arti bahwa ini adalah satu-

67

K. Johl, Shireenjit, et al. "Internal audit function, board quality and

financial reporting quality: evidence from Malaysia." Managerial auditing journal 28.9 ,(2013), 780-814.

68 Krishnamoorthy, G, “A multistage approach to external auditors’

evaluation of the internal audit function” A Journal of Practice and Theory,

March (2002): 95–121

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 25

satunya studi yang menyediakan model teoretis untuk proses pe-

ngambilan keputusan yang menyatakan bahwa peran auditor internal

dan eksternal memiliki hubungan yang kuat. Persamaan dalam

penelitian ini menggunakan peran auditor internal dan peran auditor

eksternal sebagai variabel dalam penelitiannya. Sedangkan perbeda-

annya, dalam penelitian ini terdapat peran lainnya, seperti peran

dewan pengawas syariah serta pemahaman SAK Syariah yang dapat

memengaruhi kualitas laporan keuangan dan metodelogi penelitian

serta alat uji analisis yang digunakan.

Keempatbelas: SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah

Per 01 Januari 2014, IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)69

merupakan

standar yang berlaku umum yang digunakan dalam proses pelaporan

keuangan bagi entitas syariah termasuk BPRS. Penelitian–penelitian di atas pada umumnya telah mewakili

masing-masing dari variabel yang akan digunakan dalam penelitian

ini, yaitu yang terkait dengan peran auditor internal, peran auditor

eksternal, peran dewan pengawas syariah, kualitas laporan keuangan

serta pemahaman standar akuntansi keuangan Syariah, dimana

terdapat persamaan dan juga perbedaan di dalam penelitian-penelitian

tersebut baik dari sisi variabel yang digunakan maupun metode yang

digunakan. Penelitian-penelitian tersebut memiliki keunikan tersendi-

ri dan keunggulannya masing-masing. Pada kesempatan ini Penulis

akan menganalisis serta mengevaluasi dari masing-masing variabel

tersebut sehingga dapat menghasilkan suatu laporan keuangan yang

berkualitas dalam perspektif akuntansi Syariah.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed methods, yaitu suatu langkah penelitian dengan menggabungkan dua

metode penelitian yang telah ada sebelumnya, yaitu penelitian

kualitatif dan penelitian kuantitatif.70

Pada rumusan pertama, kajian pembahasan menggunakan me-

tode kualitatif. Penulis akan mengkaji mengenai peran auditor

69

Standar Akuntansi Keuangan Syariah, IAI, 2014 70

Creswell, John W, Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan Mixed, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 5

26 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

internal, auditor eksternal, dewan pengawas syariah terhadap kualitas

laporan keuangan dengan berlandaskan pada pemahaman mereka

mengenai standar akuntansi keuangan Syariah, sehingga laporan ke-

uangan yang di hasilkan akan berkualitas, sedangkan untuk rumusan

kedua, kajian pembahasaanya menggunakan metode kuantitatif, yaitu

suatu pendekatan penelitian yang bersifat obyektif, mencakup

pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta menggunakan metode

pengujian statistik.71

Dengan berdasarkan pada hasil kuesioner terstruktur yang di

sebarkan kepada responden dan melihat sejauhmana peran auditor

internal, auditor eksternal, dan dewan pengawas syariah terhadap

kualitas laporan keuangan dengan pemahaman standar akuntansi

keuangan syariah berdasarkan persepsi pihak manajemen dan staf

keuangan sehingga kesimpulan besarnya akan menemukan kualitas

laporan keuangan dalam perspektif akuntansi syariah.

2. Pendekatan penelitian

Pada jenis penelitian kualitatif menggunakan pendekatan feno-

menologi.72

Dimana pendekatan fenomenologi bertujuan untuk me-

ngetahui objek penelitian dari sudut pandang orang yang mengala-

minya secara langsung.73

Sifat fenomenologi tertarik dengan keselu-

ruhan (keutuhan) objek, bukan bagian-bagian tertentu dari sudut

pandang yang beragam.

Fenomenologi berakar pada pertanyaan yang langsung berhu-

bungan dengan makna dari fenomena yang diamati,74

sehingga pene-

liti akan mendapatkan gambaran yang utuh dan jelas dari suatu

permasalahan. Pendekatan ini dipilih untuk mengetahui peran dari

masing-masing auditor internal, eksternal, dewan pengawas syariah

dengan pemahaman standar akuntansi keuangan syariah, untuk meng-

hasilkan laporan keuangan yang berkualitas agar fraud tidak terulang

kembali dalam Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

71

Asep Hermawan, Pedoman Praktis Metodologi Penelitian Bisnis,

(Jakarta: LPFE Trisakti, 2003), 3 72

Engkus Kuswarno, Fenomenologi, Konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitian, (Widya Pajajaran, Cetakan Pertama, 2009), 36

73 Engkus Kuswarno, Fenomenologi, Konsepsi, Pedoman, dan Contoh

Penelitian, (Widya Pajajaran, Cetakan Pertama, 2009), 35 74

Engkus Kuswarno, Fenomenologi, Konsepsi, Pedoman, dan Contoh

Penelitian, (Widya Pajajaran, Cetakan Pertama, 2009), 37

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 27

Sedangkan pada jenis penelitian kuantitatif, penulis menggu-

nakan pendekatan analisis deskriptif, yaitu penelitian menggambar-

kan permasalahan yang didasari pada data yang telah ada, kemudian

dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan kesimpulan. Analisis kuan-

titatif menekankan pada pengukuran variabel-variabel yang meliputi

Peran Auditor Internal (PAI), Peran Auditor Eksternal (PAE), Peran

DPS (PDPS), Pemahaman SAK Syariah (PSS) dan kualitas laporan

keuangan (KLP), serta pendekatan analisis statistik inferensial.75

3. Objek Penelitian

Populasi dan Sampel

Populasi adalah sekumpulan orang atau objek yang memiliki

kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang membentuk masalah

pokok dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah

populasi terbatas, yaitu: auditor interen, auditor eksteren, DPS, ma-

najer, direksi, dan karyawan yang terlibat dalam keuangan.

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) yang berkinerja baik dan

memiliki aset diatas Rp100 miliar sebanyak 11 BPRS dan BPRS yang

memiliki aset antara Rp 50 Milyar – Rp 100 Milyar sebanyak 25

BPRS dengan predikat “sangat bagus” menurut versi Majalah

Infobank edisi khusus syariah 2016, dimana dari 26 BPRS tersebut

tersebar (penyebaran wilayah tersebut telah mewakili wilayah Indo-

nesia) di Indonesia, antara lain: Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa

Tengah, Jabodetabek, Lampung, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.76

75

Statistik Inferensial adalah teknik analisis data yang digunakan

untuk menentukan sejauhmana kesamaan antara hasil yang diperoleh dari

suatu sample dengan hasil yang akan didapat pada populasi secara keselu-

ruhan menurut John W. Creswell, Educational Researchs: Planning, Conduc-ting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research, (Pearson Edu-

cation Inc New Jersey, 2008), 326, sedangkan pendapat lain menyatakan

bahwa statistic inferensial adalah metode yang berhubungan dengan analisis

data pada sample untuk digunakan dalam penggeneralisasian pada populasi,

Muhammad Nisfiannoor, Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial, Salemba Humatika, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), 4

76 Majalah Infobank No. 453 Vol. XXXVIII, (2016): 60

28 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah menggu-

nakan metode purposive sampling, di mana merupakan tipe pemilihan

sampel secara tidak acak yang informasinya di peroleh dengan meng-

gunakan pertimbangan tertentu (umumnya di sesuaikan dengan tuju-

an dan masalah penelitian),77

atau teknik pengambilan sampel sumber

data dengan pertimbangan tertentu dimana pertimbangan tersebut

diambil berdasarkan pada seseorang yang dianggap paling memahami

objek atau situasi yang diteliti, berdasarkan pemahaman dan apa yang

pernah dialaminya.78

Kriteria sampel yang di gunakan dalam penelitian ini antara

lain: auditor internal, auditor eksternal, manajer keuangan, DPS, kar-

yawan bagian keuangan dan pihak manajemen yang menunjang

tujuan penelitian.

4. Sumber Data Penelitian

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini mengguna-

kan jenis data, yaitu:

a. Data Primer

Data primer merupakan data lapangan yang didapat

dari sumber pertama, seperti hasil wawancara dan obser-

vasi ataupun kuesioner kepada pihak yang terkait, wawan-

cara mendalam dilakukan kepada auditor internal dan dewan

pengawas Syariah yang di jadikan objek penelitian.

Auditor eksternal, merupakan pihak luar dari bank

pembiayaan rakyat Syariah, yaitu auditor yang mengaudit

atau memberikan opini pada laporan keuangan bank pembia-

yaan rakyat Syariah yang dijadikan objek penelitian, sedang-

kan kuesioner terstruktur di berikan kepada responden yaitu,

pihak manajemen dari tingkat pimpinan sampai staf bagian

keuangan di bank pembiayaan rakyat Syariah.

77

Nur Indiantoro dan Bambang Supomo, Metode Penelitian Bisnis,

Edisi Pertama (Yogyakarta: BPFE (1999), 131 78

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,

(Bandung: Alfabeta, (2012), 218

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 29

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu, data yang di peroleh dari kajian

kepustakaan sebagai pendukung data primer, seperti buku-

buku, dokumen dari bank, surat kabar, internet, perundangan,

laporan keuangan tahunan BPRS, SAK Syariah, ETAP,

PAPSI untuk BPRS dan kepustakaan lain yang berkaitan

dengan pembahasan ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan Penulis dalam proses pengumpulan

data yaitu sebagai berikut:

a. Library Research Menghimpun data-data penting terkait dengan proses

laporan keuangan, serta data terkait aturan dan standar akun-

tansi, seperti: laporan keuangan tahunan yang di terbitkan

oleh BPRS setelah di audit oleh kantor akuntan publik, lapo-

ran audit internal yang di buat oleh tim audit, laporan DPS

berupa opini serta laporan rutin DPS, undang-undang dan

dokumen lainnya yang terkait dengan penelitian.

b. Observasi

Merupakan pengamatan langsung, yaitu teknik pe-

ngumpulan data, di mana peneliti mengamati langsung terha-

dap gejala-gejala dan subjek yang di teliti.79

Di antaranya

dengan cara mengunjungi langsung ke lokasi objek penelitian,

yaitu kantor BPRS dan kantor akuntan publik yang di jadikan

sampel dalam penelitian ini.

c. Dokumentasi

Untuk melengkapi data-data yang ingin di peroleh,

penulis melakukan penelitian dokumentasi, yaitu dengan cara

meneliti berbagai literatur baik itu berupa buku, majalah, dan

sumber lain seperti laporan keuangan bank sebagai bahan

analisis selanjutnya (content analysis).

d. Survei

Metode pengumpulan data primer dengan melakukan

wawancara mendalam serta memberikan kuesioner yang

79

Winarto Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung:

Tarsito, 2010), 162

30 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

memuat pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu.

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini ada-

lah wawancara terbuka, dengan pedoman wawancara semi-

struktur. Pada wawancara terbuka, subjek penelitian menge-

tahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui

pula apa maksud dan tujuan wawancara.80

Menurut Esterberg

(2002) dalam Sugiono81

, menyatakan bahwa wawancara

semistruktur termasuk dalam kategori in-depth interview, di

mana dalam pelaksanaannya lebih bebas daripada wawancara

terstruktur. Tujuan dari wawancara semistruktur ini adalah

untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana

pihak yang di wawancarai akan di minta pendapat serta ide-

idenya.

Dalam melakukan wawancara, peneliti mendengarkan

secara teliti, merekam, serta mencatat apa yang di kemukan

oleh reponden. Peneliti menetapkan sendiri pertanyaan yang

di ajukan, kemudian menyusun daftar pertanyaan yang di

dasarkan pada rumusan masalah dalam bentuk pedoman wa-

wancara. Selama proses pengumpulan data, peneliti melaku-

kan wawancara individual secara tatap muka antara inter-viewer dan interviewee. Hal tersebut dilakukan untuk menda-

patkan pemahaman secara mendalam mengenai apa yang di

alami serta persepsi dan informasi yang di peroleh dari

masing-masing responden.

Kuesioner yang diberikan kepada responden berupa

kuesioner terstruktur, yaitu bentuk kuesioner berupa daftar

pertanyaan sudah di siapkan sebelumnya dan responden mem-

berikan jawaban yang telah di sediakan dengan menggunakan

skala likert 5 (lima) poin pilihan.

6. Teknik Analisis Data

Metode kualitatif, analisis data yang telah di peroleh di olah

dengan mengelompokkan data, sehingga dapat di bangun kategorisasi

dari masing-masing data yang di peroleh. Analisis data merupakan

80

Lexy J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2011), 189 81

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,

(Bandung: Alfabeta, 2012), 218

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 31

suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah

di baca dan di interpretasikan. Sehingga data tersebut dapat membe-

rikan gambaran mengenai peran auditor internal, auditor eksternal

dan dewan pengawas Syariah dalam upaya menjaga kualitas laporan

keuangan BPRS, serta pemahaman SAK Syariah, dengan pendekatan

fenomenologi yang digunakan. Menurut Ari kamayanti82

dalam buku-

nya di katakan bahwa seorang auditor atau akuntan yang di jadikan

sebagai responden merupakan seseorang yang mengalami bukan ha-

nya pengalaman, sehingga hasil wawancara yang di peroleh merupa-

kan apa yang di alami oleh mereka sebagai responden.

Metode kuantitatif, rancangan analisis data dalam penelitian

ini menggunakan metode Partial Least Square (PLS) yang merupakan

metode alternatif analisis dengan Structural Equation Modeling yang

berbasis varians. Secara teknis menurut Henseler, Ringle, dan Sinko-

vics83

menjelaskan bahwa SEM di bagi dalam 2 (dua) kelompok,

yaitu SEM berbasis Kovarian yang di wakili oleh LISREL dan SEM

Varian atau sering di sebut Component Based SEM yang memper-

gunakan metode PLS (Partial Least Square). Menurut Sarsted dalam

Sofyan Yamin, bahwa SEM berbasis varians dengan mengunakan

PLS bersifat eksploratori di mana secara konsep dan praktis, analisis

ini sama dengan analisis regresi linier berganda yang memiliki tujuan

memaksimumkan varians kontrak variabel dependen, namun dalam

SEM dengan PLS perlu menambahkan evaluasi kualitas pada model

pengukuran, maka konsep dasar algoritma dalam tujuan PLS ini

adalah prediksi84

Software SmartPLS, partial least square (PLS), merupakan me-

tode umum yang dapat di gunakan untuk mengembangkan teori pada

tahap awal mengenai peran auditor internal, auditor eksternal, dewan

82

Ari Kamayanti, Metodologi Penelitian Kualitatif Akuntansi (Pe-ngantar Religiositas Keilmuan), Jakarta: Yayasan Rumah Peneleh, Seri

Media dan Literasi, 2016), 151 83

Henseler J, Ringle M and Sinkovics, R.R, “The Use of Partial Least

Squares Path Modeling in International Marketing New Challenges to

International Marketing Advances In International Marketing” Advances in International Marketing, Emerald Group Publishing Limited, Vol. 20 (2009):

277-319 84

Sofyan Yamin, Tutorial Statistik Lengkap 1000 halaman dengan software SPSS lanjutan, (Jakarta: Titian Pena Abadi, 2016), 8

32 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

pengawas Syariah, pemahaman SAK Syariah dan kualitas laporan

keuangan.

Selain itu, PLS merupakan metode analisis powerfull karena

tidak di dasarkan pada banyak asumsi, tidak mengharuskan randomi-

sasi sampel, dan sampel tidak harus besar. PLS tepat untuk model

prediksi karena dasar teori lemah (membangun teori baru) dan me-

ngabaikan asumsi klasik. PLS sebenarnya dapat digunakan pula untuk

mengkonfirmasi teori, namun dapat juga digunakan untuk menjelas-

kan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten.85

Pertama yang akan dilakukan adalah uji validitas di mana

untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner perlu dilakukan

uji validitas, suatu kuesioner di katakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan di ukur

oleh kuesioner tersebut86

.

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat

Convergent Validity, di nilai berdasarkan korelasi antara item score

AVE yang di hitung dengan PLS. Untuk menilai validitas conver-gent, nilai loading factor, harus berada di antara 0,6-0,7. Untuk

penelitian bersifat explanatory, masih dapat diterima pada nilai

average variance extracted (AVE) lebih dari 0,587

Berikutnya melihat discriminant validity, di mana cara menguji

validitas discriminant dengan indikator reflektif, yaitu dengan meli-

hat nilai cross loading untuk setiap variabel harus >0,7. Cara lain

yang dapat digunakan untuk menguji validitas discriminant adalah

85

Wold H, Partial Least Square, In S Kotz and N.L Jhonson (Eds)

Encyclopedia of Statistical Sciences, Vol. 8 (New York: Wiley, 1985) Page:

587-599, Variabel laten adalah variable yang tidak dapat diukur secara lang-

sung, lihat juga Imam Ghozali, Structural Equation Modeling Metode Alter-natif dengan Partial Least Square PLS, (Semarang: Universitas Diponegoro,

Edisi 2, 2008), 4 86

Jogiyanto hartono, Metodologi Penelitian Bisnis, Salah Kaprah dan

Pengalaman-pengalaman. (BPFE, Yogyakarta, 2016), 50 87

Imam Ghozali, Hengky Latan, Partial Least Square Konsep, Tek-

nik dan Aplikasi menggunakan Program SmartPLS 3.0 untuk penelitian em-piris, Edisi 2, (Undip, Semarang, 2015), 28

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 33

dengan membandingkan akar kuadrat dari AVE untuk setiap konstruk

dengan nilai korelasi antar konstruk dalam model88

Selanjutnya uji reliabilitas89

,menjelaskan bahwa reliabilitas

suatu pengukur yang menunjukkan stabilitas dan konsistensi dari

suatu kuesioner serta mengukur suatu konsep dan berguna mengak-

ses “kebaikan” dari suatu pengukur. Reliabilitas berhubungan dengan

akurasi dari pengukurnya serta konsistensi dari pengukur90

. Suatu

kuesioner di katakan reliable atau handal jika jawaban seseorang

terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu91

. Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik cronbach alpha (α)

dengan menghitung rata-rata interkoneksi di antara butir-butir

kuesioner.

Langkah terakhir dalam analisis data untuk kuantitatif ini

adalah melakukan uji hipotesis, di mana tujuan dari pengujian hipo-

tesis ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara

variabel independen dan variabel dependen dengan adanya faktor lain

yaitu variabel moderasi, dan pengujian hipotesis ini akan diambil

kesimpulan menerima atau menolak hipotesis.

Struktur model, Coefficient of determinant (R²)92

, digunakan

untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerang-

kan variasi variabel dependen. Dengan nilai koefisen determinasi

adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi dependen

amat terbatas. Nilai R² mendekati satu variabel independen membe-

rikan hampir semua informasi yang di butuhkan untuk memprediksi

variabel dependen.

88

Imam Ghozali, Hengky Latan, Partial Least Square Konsep, Teknik dan Aplikasi menggunakan Program SmartPLS 3.0 untuk penelitian empiris, Edisi 2, (Undip, Semarang, 2015), 30

89 Jogiyanto hartono, Metodologi Penelitian Bisnis, Salah Kaprah dan

Pengalaman-pengalaman. (BPFE, Yogyakarta, 2016), 52 90

Jogiyanto hartono, Metodologi Penelitian Bisnis, Salah Kaprah dan

Pengalaman-pengalaman. (BPFE, Yogyakarta, 2016), 54 91

Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23 Edisi 8, (Undip, Semarang, 2016), 110

92 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program

IBM SPSS 23 Edisi 8, Undip, Semarang, 2016

34 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Path coefficient, pengujian ini dilakukan untuk meyakinkan

bahwa hubungan antar konstruk adalah kuat. Bahwa suatu konstruk

di katakan memiliki hubungan yang kuat apabila nilai uji koefisien

jalur lebih dari 0,10 serta hubungan laten di katakan signifikan jika

uji koefisien jalur ada pada level 0,0593

atau untuk mengkonstruksi

indikator produk untuk model jalur (path model) dengan efek inter-

aksi secara langsung menambahkan interaksi laten variabel dengan

ukuran-ukurannya ke dalam grafik model jalur.94

Pengujian hipotesis dilakukan dengan melakukan perbandingan

antara path coefficient dengan t-tabel. Suatu hipotesis dikatakan

sangat signifikan bila nilai t-statistik > t-tabel pada derajat kebebasan

1%; dikatakan signifikan bila nilai t-statistik > t-tabel pada derajat

kebebasan 5%; dan dikatakan lemah bila nilai t-statistik > t-tabel

pada derajat kebebasan 10%, sedangkan hipotesis di katakan tidak

signifikan bila nilai t- statistik < t-tabel pada derajat kebebasan 10%.

Hipotesis alternatif dinyatakan di dukung untuk pengujian hipotesis

satu arah (one tailed) pada hipotesis alpha 5% dan nilai koefisien path

yang ditunjukkan oleh nilai t-statistik dan t-tabel (1,96).

H. Operasional Variabel

(1) Peran Auditor Internal

adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan baik

perusahaan negara maupun perusahaan swasta yang tugas

pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur

yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipenuhi,

menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan

organisasi, menentukan efesiensi dan efektivitas prosedur

kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi

yang dihasilkan oleh bagian berbagai organisasi. Peran audi-

tor internal ini diwakili dengan variabel PAI.

93

Imam Ghozali, Hengky Latan, Partial Least Square Konsep, Teknik

dan Aplikasi menggunakan Program SmartPLS 3.0 untuk penelitian empiris, Edisi 2, (Semarang: Undip, 2015)

94 Vinzi, V.E. Chin, W.W, Henseler.J Wang, H. Handbook of partial

least squares: Concept, Methods and Application, (Spinger, 2010), 748

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 35

(2) Peran Auditor Eksternal

adalah profesi audit yang melakukan audit atas laporan

keuangan dari perusahaan, pemerintah, individu atau organi-

sasi lainnya. Eksternal auditor merupakan anggota kantor

akuntan publik yang memberikan jasa klien, dan profesi

akuntan publik menghasilkan berbagai macam jasa bagi ma-

syarakat yang dapat digolongkan menjadi tiga kelompok,

yaitu: jasa assurance, jasa atestasi, dan jasa nonassurance. Peran auditor eksternal ini diwakili dengan variabel PAE.

(3) Peran Dewan Pengawas Syariah

adalah lembaga independen atau hakim khusus dalam

fikih muamalat. DPS berkewajiban untuk mengarahkan,

mereview, dan mengawasi aktivitas lembaga keuangan untuk

meyakinkan bahwa lembaga keuangan telah mematuhi aturan

dan prinsip syariah Islam. Peran dewan pengawas syariah ini

diwakili dengan variabel (PDPS).

(4) Pemahaman Standar Akuntansi Keuangan Syariah

Memahami standar akuntansi keuangan Syariah me-

lalui paradigma transaksi, asas transaksi serta karakteristik

transaksi yang terdapat dalam standar akuntansi keuangan

syariah. Pemahaman standar akuntansi keuangan Syariah ini

diwakili dengan variabel PSS.

(5) Kualitas Laporan Keuangan

Merupakan suatu ciri khas yang membuat informasi

dalam laporan keuangan berguna bagi pemakainya, seperti

halnya terdapat perubahan kebijakan dengan standar akuntan-

si yang berlaku umum. Kualitas laporan keuangan ini diwa-

kili dengan variabel (KLP).

Sebagai penjelasan lebih lanjut dari operasional variabel dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

36 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Tabel 1.4

Operasional variabel dan pengukurannya

Variabel Dimensi Skala Jumlah

kuesioner

Peran Auditor

Internal (PAI)

Ruchyat 1985

Khan 2014

Rossje 2012

1.Peran terkait

proses laporan

keuangan

2.Peran terkait

kualitas laporan

keuangan

Ordinal 20 pernyataan

Peran Auditor

Eksternal (PAE)

Mulyadi 2002

Khirsna moorty

2002

Sawyer 2005

William 2006

1. Peran terkait

dengan verifikasi

2.Peran terkait

dengan kualitas

laporan keuangan

Ordinal 10 pernyataan

Peran Dewan

Pengawas Syariah

(PDPS)

Abdallah 1999

Rini 2012

Surat edaran

No.15/22/DPbs

tahun 2006

1.Peran terkait

dengan pengawasan

2.Peran terkait

dengan fungsi dan

kewajiban

Ordinal 12 pernyataan

Kualitas Laporan

Keuangan (KLP)

Jaka Isgiyarta 2010

SAK Syariah 2017

1.Dapat dipahami

2.Relevan

3.Diandalkan

4.Diperbandingkan

Ordinal 25 pernyataan

Pemahaman SAK

Syariah (PSS)

Karim (2009)

Wiroso (2011)

Suazhari (2012)

1.Karakteristik

akuntansi syariah

2.Prinsip syariah

dalam produk

penghimpunan dana

3.Prinsip syariah

dalam produk

pembiayaan

Ordinal 20 pernyataan

Dari operasional variabel tersebut di atas maka hipotesis pene-

litiannya adalah:

H1: Peran Auditor Internal berpengaruh Signifikan terhadap

Kualitas Laporan Keuangan

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 37

H2: Peran Auditor Eksternal berpengaruh Signifikan terhadap

Kualitas Laporan Keuangan

H3: Peran DPS berpengaruh Signifikan terhadap Kualitas

Laporan Keuangan

H4: Peran Auditor Internal berpengaruh Signifikan terhadap

Kualitas Laporan Keuangan di Moderasi oleh Pemahaman

SAK Syariah

H5: Peran Auditor Eksternal berpengaruh Signifikan terhadap

Kualitas Laporan Keuangan di Moderasi oleh Pemahaman

SAK Syariah

H6: Peran DPS berpengaruh Signifikan terhadap Kualitas

Laporan Keuangan di Moderasi oleh Pemahaman SAK

Syariah

I. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan disertasi ini terdiri atas lima bab.

Agar penelitian ini lebih sistematis, terarah dan memiliki relevansi

yang kuat antar bab, maka penulis klasifikasikan sebagai berikut:

Bab pertama, terdiri dari bab pendahuluan yang akan memba-

has latar belakang masalah, permasalahan (identifikasi masalah, per-

umusan masalah, pembatasan masalah), tujuan penelitian, signifik-

ansi dan manfaat penelitian, penelitian terdahulu yang relevan, meto-

delogi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua, membahas teori dari berbagai literatur serta pera-

turan-peraturan, dan pandangan dari beberapa para ahli akuntansi

syariah seperti kualitas laporan keuangan bagi entitas bisnis, ku-

alitas laporan keuangan, akuntansi Syariah bagi lembaga keuangan

Syariah, pentingnya pemahaman SAK Syariah bagi lembaga keuan-

gan Syariah, audit bagi lembaga keuangan Syariah, dewan pengawas

Syariah dan fungsinya, secara lebih mendalam, serta melalui berba-

gai jurnal ilmiah.

Bab ketiga membahas gambaran umum mengenai laporan ke-

uangan BPRS, kemudian hasil wawancara mendalam dengan auditor

internal, auditor eksternal dan dewan pengawas Syariah, mengenai

peran mereka di BPRS terhadap kualitas laporan keuangan, berikut-

nya juga membahas hasil wawancara dengan direksi, serta menafsir-

kan hasil dokumentasi dan lapangan mengenai hasil wawancara seca-

ra mendalam tersebut.

38 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Bab keempat, menganalisis hasil uji hipotesis penelitian yang

telah diolah melalui alat uji SmartPLS yaitu untuk menguji uji kon-

vergen, uji validitas diskriminan, uji reliabilitas dan uji hipotesis

dengan moderasi dan kemudian menganalisis hasil (output) yang

diperoleh dari kuesioner berdasarkan model penelitian di awal dan

kemudian dianalisis serta dikaitkan dengan hasil wawancara, aturan

yang berlaku, serta jurnal yang terkait dengan penelitian terdahulu

sehingga dapat memberikan kontribusi atas penelitian tersebut, yaitu

kualitas laporan keuangan BPRS dalam perspektif akuntansi Syariah

Bab kelima, penutup, yang berisikan kesimpulan, implikasi,

saran dan rekomendasi, serta keterbatasan penelitian. Lebih lanjut

bab ini membahas kesimpulan sebagai jawaban atas perumusan

masalah di awal serta tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini,

implikasi penelitian baik positif maupun negatif, saran-saran yang

relevan, dan keterbatasan penelitian yang dihadapi oleh peneliti baik

di lapangan maupun dalam proses penelitian agar dapat digunakan

sebagai pedoman bagi peneliti selanjutnya untuk perbaikan.

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 39

BAB II

KUALITAS LAPORAN KEUANGAN

BAGI ENTITAS BISNIS

Laporan keuangan merupakan hal yang berbeda dengan pelapo-

ran keuangan, di mana laporan keuangan merupakan hasil dari proses

yang dilakukan berdasarkan informasi keuangan, sehingga hasil dari

laporan keuangan melibatkan banyak pihak di dalam proses penyusu-

nannya. Sedangkan pelaporan keuangan lebih mengarah kepada

aspek1 yang terkait dengan penyediaan dan penyampaian informasi

keuangan tersebut. Dalam bab ini akan dibahas mengenai laporan

keuangan, kualitas laporan keuangan beserta karakteristiknya, kemu-

dian akuntansi Syariah bagi lembaga keuangan Syariah, dan penting-

nya pemahaman SAK Syariah. Audit bagi lembaga keuangan Syariah

juga menjadi pembahasan dalam bab ini, di awali dengan peran audi-

tor internal dan auditor eksternal, dan juga peran dewan pengawas

Syariah sehingga dapat membentuk suatu kerangka pemikiran me-

ngenai kualitas laporan keuangan dalam perspektif akuntansi Syariah.

A. Laporan Keuangan (Financial Statetment) dan Tujuannya

Laporan keuangan adalah suatu penyajian struktur dari posisi

keuangan dan kinerja suatu entitas2 dan laporan keuangan menggam-

barkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat

tertentu atau jangka waktu tertentu3. Laporan keuangan juga merupa-

kan hasil akhir proses akuntansi, dan setiap transaksi yang dapat

diukur dengan nilai uang dicatat dan diolah sedemikian rupa, laporan

1 Aspek-aspek tersebut antara lain lembaga yang terlibat (misalnya

penyusunan standar, badan pengawas dari pemerintah atau pasar modal,

organisasi profesi, dan entitas pelapor, peraturan yang berlaku termasuk

PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum) 2 IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia), Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), 1 3 Harahap Sofyan Syafri, Teori Akuntansi Edisi Revisi, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2011), 105

40 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

akhir pun disajikan dalam nilai uang.4 Menurut Munawir, laporan

keuangan adalah daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau

daftar laba rugi yang disusun oleh akuntan pada akhir periode.5

Laporan keuangan bank merupakan bentuk pertanggungjawaban ma-

najemen terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dengan kinerja

bank yang dicapai selama periode tertentu. Selain itu, tujuan dari

laporan keuangan bank adalah untuk memberikan informasi tentang

posisi keuangan, kinerja, perubahan ekuitas, arus kas, dan informasi

lainnya yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan dalam

rangka membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan pertang-

gungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang diper-

cayakan kepada mereka.6 Dari definisi tersebut diatas, dapat disim-

pulkan bahwa laporan keuangan adalah suatu laporan atau informasi

yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada satu periode

tertentu yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku

secara konsisten dan merupakan salah satu pertanggungjawaban dan

komunikasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan, baik pihak

internal7 maupun pihak eksternal.

8

Pada dasarnya, laporan keuangan merupakan hasil akhir dari

proses akuntansi yang dilakukan oleh entitas bisnis untuk meng-

4 Agnes Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keua-

ngan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2005), 5 5 Munawir, Analisa Laporan Keuangan Edisi 4, (Yogyakarta: Liberty,

2010), 5 6 Ismail, Akuntansi Bank: Teori dan Aplikasi dalam Rupiah (Jakarta:

Kencana, 2009), 15 7 Pihak internal atau pengguna internal informasi akuntansi adalah

para manajer yang merencanakan, mengorganisasikan, dan mengelola suatu

bisnis, mereka antara lain, manajer pemasaran, supervisor produksi, direktur

keuangan, dan pejabat perusahaan, Jerry J, Weygandt, Donald E, Kieso, Paul

D, Kimmel, Accounting Principles Edisi 7, (Jakarta: Salemba Empat, 2007),

6 8 Pihak eksternal atau pengguna eksternal informasi akuntansi adalah

investor (pemilik), kreditor, seperti halnya pemasok dan banker, pelanggan

akan tertarik dengan apakah sebuah perusahaan tetap terus menghargai jami-

nan dan dukungan produk, serikat pekerja, ingin mengetahui apakah para

pemilik dapat membayar kenaikan upah dan tunjangan, dan perencana eko-

nomi, menggunakan informasi akuntansi untuk meramalkan aktivitas ekono-

mi Jerry J, Weygandt, Donald E, Kieso, Paul D, Kimmel, Accounting Principles Edisi 7, (Jakarta: Salemba Empat, 2007), 7

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 41

gambarkan keuntungan maupun aset yang dimiliki oleh entitas bisnis

yang akan disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Laporan keuangan yang di susun tersebut memiliki tujuan

untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan bagi pemakai, na-

mun laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang

dibutuhkan pemakai didalam mengambil keputusan ekonomi, karena

secara umum laporan keuangan yang di susun tersebut memiliki

tujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan bagi pemakai.

Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua infor-

masi yang dibutuhkan pemakai didalam mengambil keputusan ekono-

mi karena hanya menggambarkan posisi keuangan dan kejadian atau

transaksi dimasa lalu, dan tidak pula di wajibkan untuk menyediakan

informasi non keuangan.9

1. Tujuan Laporan Keuangan bagi Entitas Bisnis10

Tujuan Laporan Keuangan menurut Ikatan Akuntan Indone-

sia adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan,

kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian

besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan kepu-

tusan ekonomi,11

serta laporan keuangan juga menunjukan pertang-

gungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang diper-

cayakan kepada mereka. Menurut Dwi Prastowo, tujuan dari laporan

keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut

posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu peru-

sahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengam-

9 Informasi non keuangan adalah sebuah kejadian yang diproses oleh

sistem informasi manajemen yang memiliki makna lebih luas daripada tran-

saksi keuangan, Mardi (Sistem Informasi keuangan),(Jakarta: Ghalia Indo-

nesia, 2011), 38 10

Entitas bisnis adalah bahwa transaksi badan usaha dicatat terpisah

dari kegiatan pemiliknya dan setiap badan usaha lainnya sehingga tidak ada

campur baur antara aset dan kewajiban pemilik dengan badan usaha atau

antar badan usaha, badan usaha dapat memiliki berbagai bentuk, seperti

firma, CV, PT, atau yayasan, dan bila beberapa perusahaan memiliki induk

perusahaan yang sama, selain laporan keuangan individual juga dapat dibuat

laporan konsolidasi untuk kelompok usaha, www.KamusBisnis.com, di akses

pada tanggal 05 Mei 2017, Jam 21.00 11

IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia), Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), 1.5 – 1.6

42 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

bilan keputusan ekonomi, dimana informasi tersebut sangat diper-

lukan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam menghasil-

kan kas dan setara kas serta waktu kepastian dari hasil tersebut.12

Menurut Rudianto, secara umum laporan keuangan disusun

dengan beberapa tujuan, diantaranya yaitu13

:

a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya

mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta

modal suatu perusahaan;

b. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai

perubahan sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, seperti

informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan investasi;

c. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang

berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk

kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebi-

jakan akuntasi yang digunakan.

Dalam hal mencapai tujuan tersebut maka, laporan keuangan

menyajikan mengenai entitas yang terdiri dari aset, liabilitas, ekuitas,

pendapatan dan beban, serta keuntungan maupun kerugian. Informasi

tersebut juga dilampirkan dengan informasi lainnya yang terdapat

dalam catatan atas laporan keuangan, sehingga dapat membantu para

pemakai laporan keuangan.

Suatu laporan keuangan bermanfaat apabila informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan,

andal dan dapat diperbandingkan14

.

Berikut adalah beberapa tujuan dari laporan keuangan:15

a. Pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan, di mana

laporan keuangan bertujuan menyediakan informasi yang ber-

manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengam-

bilan keputusan yang rasional.

12

Dwi, Prastowo, Analisis laporan keuangan konsep dan aplikasi

Edisi ketiga, (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2011),

5-6 13

Rudianto, Akuntansi Koperasi, (Jakarta: Gramedia, 2006), .98 14

Sofyan S Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf, Akuntansi Perban-kan Syariah, PSAK Syariah Baru, (Jakarta, LPFE,2010), 43

15 Sofyan S Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf, Akuntansi Perban-

kan Syariah, PSAK Syariah Baru, (Jakarta LPFE, 2010), 44

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 43

b. Menilai prospek arus kas, di mana pelaporan keuangan bertuju-

an untuk memberikan informasi yang dapat mendukung inves-

tor atau pemilik dana, kreditur dan pihak-pihak lain dalam

memperkirakan jumlah ketidakpastian dalam penerimaan kas

di masa depan atas deviden, bagi hasil, dan hasil dari penjua-

lan, pelunasan (redemption), dan jatuh tempo dari surat ber-

harga atau pinjaman.

c. Informasi atas sumber daya ekonomi, di mana pelaporan keua-

ngan bertujuan memberikan informasi tentang sumberdaya

ekonomis bank (economic resources), kewajiban bank untuk

mengalihkan sumber daya tersebut kepada entitas lain.

d. Kepatuhan bank terhadap prinsip Syariah, dimana laporan

keuangan memberikan informasi mengenai kepatuhan bank

terhadap prinsip Syariah, serta informasi pendapatan dan beban

yang tidak sesuai dengan prinsip Syariah, dan bagaimana

pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaannya.

e. Laporan keuangan memberikan informasi untuk membantu

mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab bank terhadap

amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada

tingkat keuntungan yang layak.

f. Pemenuhan fungsi sosial dimana laporan keuangan memberi-

kan informasi mengenai pemenuhan fungsi sosial bank, terma-

suk pengelolaan dan penyaluran zakat.

Menurut Truebload Report tujuan laporan keuangan dapat

dapat di simpulkan sebagai berikut:16

a. Tujuan dasar laporan keuangan adalah menyediakan informasi

untuk membuat dasar keputusan ekonomi;

b. Pemakai informasi memiliki keterbatasan wewenang, oleh

karena itu, bagaimana laporan keuangan tersebut harus dapat

menyajikan informasi kepada berbagai jenis pengguna yang

memiliki segala keterbatasan;

c. Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh investor dan

kreditor dalam menaksir earning power dan aliras kas perusa-

haan, perbandingan dan evaluasi aliran kas, baik jumlah dan

ketidakpastian yang meliputinya;

16

Winwin Yadiati, Teori Akuntansi Suatu Pengantar, (Jakarta: Ken-

cana Prenada Media Group, 2007), 54

44 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Dapat disimpulkan dari beberapa tujuan laporan keuangan

diatas bahwa tujuan laporan keuangan harus menyajikan informasi

yang lengkap, faktual, objektif dan informative sehingga tidak me-

nimbulkan kesalahan penafsiran di dalam membaca informasi laporan

keuangan tersebut.

2. Komponen-komponen Laporan Keuangan Menurut IAI komponen

laporan keuangan secara lengkap terdiri dari:17

a. Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode, neraca

adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta

modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.

b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode

Total laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama

1 (satu) periode yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa

lainnya, selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan

pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik.

c. Laporan perubahan ekuitas selama periode,

Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menun-

jukan:

1) Total laba rugi komprehensif selama suatu periode yang me-

nunjukan secara terpisah total jumlah yang dapat didistribu-

sikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan

non pengendali;

2) Untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif

atau penyajian kembali secara retrospektif yang diakui sesuai

dengan PSAK 25;

3) Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah

tercatat pada awal dan akhir periode secara terpisah mengung-

kapkan masing-masing perubahan yang timbul dari: laba rugi,

masing-masing pos pendapatan komprehensif lain, transkasi

dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik yang me-

nunjukan secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi

kepada pemilik dan perubahan hak kepemilikan pada entitas

anak yang tidak menyebabkan hilang pengendalian.

17

IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia), Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), 1.4 – 1.5

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 45

d. Laporan arus kas selama periode,

Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan

keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasil-

kan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam menggu-

nakan arus kas tersebut.

e. Catatan atas laporan keuangan

Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas

apa yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan pen-

dapatan komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disaji-

kan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas, catatan

atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari

pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan

informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pe-

ngakuan dalam laporan keuangan.

f. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang

disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi

secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos

laporan keuangan atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos

dalam laporan keuangannya.

3. Tujuan Laporan Keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia

SAK Syariah18

adalah untuk menyediakan informasi yang me-

nyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan

suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna

dalam pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan lainnya adalah untuk

meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua tran-

saksi dan kegiatan usaha, infomasi kepatuhan entitas syariah terha-

dap prinsip syariah, serta informasi aset, kewajiban, pendapatan, dan

beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, dan bagaimana pero-

lehan dan penggunaannya, informasi untuk membantu mengevaluasi

pemenuhan tanggung jawab entitas syariah terhadap amanah dalam

mengamankan dana, menginvestasikan pada tingkat keuntungan yang

layak dan informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang

diperoleh penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer, dan

informasi mengenai pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial

18

Ikatan Akuntan Indonesia, SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah, (2016), 101.3

46 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

entitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak,

sedekah, dan wakaf.

4. Komponen laporan Keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia

SAK Syariah yang lengkap terdiri dari:19

a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;

b. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama

periode;

c. Laporan perubahan ekuitas selama periode;

d. Laporan arus kas selama periode;

e. Laporan sumber dan penyaluran dana zakat selama periode;

f. Laporan sumber dan penggunaan kebajikan selama periode;

g. Catatan atas laporan keuangan berisi ringkasan kebijakan

akuntansi penting dan informasi penjelasan lain;

h. Informasi komparatif mengenai periode sebelumnya

sebagaimana ditentukan dalam paragraf;

i. Laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat

sebelumnya yang disajikan ketika entitas syariah menerapkan

suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat

penyajian kembali pos laporan keuangan, atau ketika entitas

syariah mereklasifikasi pos dalam laporan keuangannya.

Sedangkan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna,

meliputi20

:

a. Informasi yang dapat membantu dalam menilai pelaksanaan

operasional bank dengan aturan tertulis dan jiwa syariah;

b. Informasi yang dapat membantu dalam menilai kemampuan

lembaga dalam menjaga aset, mempertahankan likuiditas, dan

meningkatkan laba

c. Informasi tentang inisiatif lembaga atas tanggung jawabnya

terhadap pekerja, pelanggan, masyarkat dan lingkungan;

d. Informasi yang dapat membantu dalam pertanggungjawaban

manajemen.

19

Ikatan Akuntan Indonesia, SAK (Standar Akuntansi Keuangan)

Syariah, (2016), 101.3 20

Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah, (Jakarta: Salemba

Empat, 2002), 104

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 47

Tabel. 2.1

Perbedaan Laporan Keuangan

No Bank Konvensional

(PSAK 1)

Bank Syariah

(PSAK 101)

1 Neraca Neraca

2 Laporan Laba Rugi Laporan L\aba Rugi

3 Laporan Perubahan

Ekuitas

Laporan Perubahan

Ekuitas

4 Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas

5 Catatan Atas

Laporan Keuangan

Laporan Rekonsiliasi

Pendapatan dan Bagi

Hasil

6 Laporan Sumber dan

Penggunaan Dana

Zakat, Infak dan

Sedekah

7 Laporan Sumber dan

Penggunaan Dana

Kebajikan

8 Catatan Atas Laporan

Keuangan

5. Pemakai Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, pemakai laporan keua-

ngan meliputi: investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan

kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lem-

baganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan

untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda.

Menurut kebutuhannya, pemakai laporan keuangan meliputi:21

a. Investor;

b. Karyawan;

c. Pemberi Pinjaman;

d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya;

e. Pelanggan;

f. Pemerintah;

g. Masyarakat.

21

Rizal Yaya, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik Kontemporer, (Jakarta: Salemba Empat, 2009) , 84

48 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

B. Kualitas Laporan Keuangan dan Karakteristiknya

Memberikan informasi akuntansi yang berkualitas dan berguna

merupakan prasyarat untuk efisiensi perusahaan yang terkait dengan

sejauhmana informasi ini sesuai dengan kebutuhan dan memberikan

kontribusi terhadap solusi dari suatu kegiatan.22

Sementara itu, nilai

informasi akuntansi pada umumnya ditentukan oleh kualitasnya,23

sehingga laporan keuangan yang disajikan mencerminkan karakteris-

tik kualitatif.24

Karakteristik kualitatif (kualitas) merupakan suatu ciri khas

yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi

pemakainya. Seperti halnya terdapat perubahan kebijakan dengan

standar baru berdasarkan IFRS25

, kualitas laporan keuangan tetap

didasari oleh relevan, komparabilitas atau dibandingkan, represen-tative, serta kemampuan dipahami bahkan di tambah dengan trans-

paransi.26

Berikut adalah karakteristik laporan keuangan dilihat dari segi

kualitas berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Syariah27

:

22

Gergana Tsoncheva, “Measuring and assessing the Quality and usefulness of accounting information, 2014

23 Pounder, B, “Measuring Accounting Quality”, Strategic Finance

Magazine, (2013): 18 -20 24

Andra M, Achim, Anca O, Chis, “Financial Accounting Quality

and Its Defining Characteristics” SEA, Practical Application of Science, Vol

II, (2014): 93-98 25

IFRS (International Financial Reporting Standars), merupakan

standar dasar, pengertian dan kerangka kerja (1989) yang diadaptasi oleh

Badan Standar Akuntansi Internasional, diakses pada 08 Februari 2017 26

Christopher W, Nobes, Christian Stadler, “The Qualitative charac-teristic of financial information, and managers’ accounting decisions: Evi-dence from IFRS policy changes”, Departement of accounting an d finance,

Lancaster University Management School Lancaster, Lancashire, LA1 4YX,

UK, (September 2014) 27

Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Syariah, IAI (Ikatan Akuntan Indone-

sia), November 2016

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 49

1. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan

keuangan adalah kemudahannya untuk dipahami oleh pemakainya.

Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang

aktifitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mem-

pelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dima-

sukkan di dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas

dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk

dapat dipahami oleh pemakai tertentu.

2. Relevan

Agar laporan keuangan bermanfaat, informasi di dalamnya

harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pe-

ngambilan keputusan. Informasi di dalam laporan keuangan memiliki

kualitas relavan jika dapat memengaruhi keputusan ekonomi pema-

kai. Dengan demikian, laporan keuangan tersebut dapat membantu

mereka dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau

masa depan. Selain itu juga dapat menegaskan, atau mengoreksi hasil

evaluasi mereka dimasa lalu.

3. Materialitas

Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitas

laporan keuangan. Informasi dipandang material apabila kelalaian

untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi terse-

but dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil

atas dasar laporan keuangan, serta dalam hal bagi hasil harus mencer-

minkan jumlah yang sebenarnya tanpa mempertimbangkan pelaksa-

naan konsep materialitas.

4. Keandalan

Supaya laporan keuangan bermanfaat, informasi juga harus

handal (reliable). Informasi memiliki kualitas yang handal jika bebas

dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat

dihandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur

50 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

(faithful representation) dari yang seharusnya disajikan secara wajar

diharapkan dapat di sajikan.28

a. Penyajian Jujur

Informasi keuangan di laporan keuangan pada umumnya tidak

luput dari resiko penyajian yang dianggap kurang jujur dari pada apa

yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan karena

kesenjangan untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan kesulitan

yang melekat dalam mengidentifikasikan transaksi serta pristiwa

lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun atau menerapkan uku-

ran dan teknik penyajian yang sesuai dengan makna transaksi dan

peristiwa tersebut.

b. Subtansi Mengungguli Bentuk

Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur

transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, peristiwa

tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan reali-

tas ekonomi dan bukan hanya dalam bentuk hukum. Subtansi tran-

saksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang

tampak dari bentuk hukum.

c. Netralitas

Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai,

tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak

boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan

beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain

yang mempunyai kepentingan yang berlawanan.

d. Pertimbangan Sehat

Penyusunan laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidak-

pastian suatu peristiwa dan keadaan tertentu. Seperti ketertagihan

piutang yang diragukan, perkiraan masa manfaat pabrik serta pera-

latan dengan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul.

Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperke-

nankan, misalnya: pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisi-

han, berlebihan, dan sengaja menetapkan aktiva atau penghasilan

yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih

28

Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia, Stan-dar Akuntansi Keuangan (SAK) Syariah, IAI (Jakarta: Ikatan Akuntan Indo-

nesia, November 2016), 8-9

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 51

tinggi sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral, dan karena itu

tidak memilki kualitas yang handal.

e. Kelengkapan

Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan

harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.

5. Dapat Dibandingkan

Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan

entitas syariah antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan

(trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat mem-

perbandingkan laporan keuangan antar entitas syariah untuk menge-

valuasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan

secara relatif. 29

Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat di perban-

dingkan adalah bahwa pemakai harus mendapat informasi tentang

kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keua-

ngan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut.

Sedangkan dalam perkembangannya, saat ini teori akuntansi berda-

sarkan ketentuan hukum Islam yang sejalan dengan prinsip dan

postulat sehingga tidak bertentangan dengan hukum Islam, dimana

hukum Islam mempunyai pandangan yang sangat jelas atas prinsip-

prinsip dasar bagi laporan keuangan.

Praktik akuntansi seharunya dijalankan sehubungan dengan

tujuannya yang berdasarkan spirit Islam dan ajarannya.30

Terdapat pendapat lain menyatakan bahwa karakteristik kuali-

tas informasi akuntansi Islam terbagi menjadi dua:31

1. Karakteristik kualitas utama yang terdapat dalam empat

karakteristik:

a. Informasi bermanfaat dalam mengajak kebaikan dan mencegah

kemungkaran (amar ma’ruf nahi mungkar).

29

Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia, Stan-

dar Akuntansi Keuangan (SAK) Syariah, IAI (Jakarta: Ikatan Akuntan Indo-

nesia, November 2016), 10-11 30

Lewis, Mervyn K. “Islam and Accounting”, Accounting Forum,Vol.25. No.2. (2001), 103-127

31 Jaka Isgiyarta, Teori Akuntansi Islam dan Laporan Keuangan

Islami, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2010), 130

52 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Informasi akuntansi harus memberi manfaat untuk memper-

baiki kinerja perusahaan dalam mencapai tujuannya, yaitu mampu

memberikan informasi yang dapat mencegah kehancuran perusahaan.

Hal ini sejalan dengan ayat-ayat dalam Al Quran32

, Qs. Ali Imron (3):

104, Qs. At-Taubah (9): 71, dan Qs. An Nur (24): 21.

32

Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama,

Qs. Ali Imron (3): 104

“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang

munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.

Qs. At Taubah (9): 71,

“dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian

mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka me-

nyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan

shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Me-

reka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa

lagi Maha Bijaksana”.

Qs. An Nur (24): 21,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-

langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan,

Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji

dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya

kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari per-

buatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah mem-

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 53

b. Informasi jauh dari tindakan kedustaan (tidak dusta-jujur-dapat

diandalkan).

Informasi akuntansi akan bermanfaat bilamana informasi yang

diungkapkan jauh dari kedustaan dan fitnah. Informasi akuntansi

harus mendasarkan data yang objektif dan bilamana dilakukan pengu-

jian ulang, informasi akuntansi yang baru dengan informasi yang diuji

ulang tidak mempunyai perbedaan yang material. Hal ini sejalan

dengan ayat-ayat dalam Al Quran33

Qs. Al-Ashr (103): 2-3, Qs. An-

bersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi

Maha mengetahui”.

Qs. Al Ashr (103): 2-3

“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali

orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menase-

hati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi

kesabaran”. 33

Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama,

Qs. An Nur (24): 7,

“dan (sumpah) yang kelima: bahwa la'nat Allah atasnya, jika Dia

Termasuk orang-orang yang berdusta”.

Qs. Al Furqon (25): 37,

“dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan

rasul-rasul. Kami tenggelamkan mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka

itu pelajaran bagi manusia. dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang

zalim azab yang pedih”

Qs. Al Ankabuut (29): 68,

54 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Nur (24): 7, Qs. Al-Furqon (25): 37, Al-Ankabuut (29): 68 dan

hadist34

“dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-

adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak, tatkala yang

hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat

bagi orang-orang yang kafir?”

Qs. Al Ankabuut (29): 34,

“Sesungguhnya Kami akan menurunkan azab dari langit atas pendu-

duk kota ini karena mereka berbuat fasik.”

Al Ankabuut (29): 4,

“ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bah-

wa mereka akan luput (dari azab) kami? Amatlah buruk apa yang mereka

tetapkan itu”.

Qs. An Nur (24): 19,

“dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suami-

nya itu Termasuk orang-orang yang benar.”

Qs. Al Baqarah (2): 191

“dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah

mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah[117]

itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi

mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat

itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka.

Demikanlah Balasan bagi orang-orang kafir”. 34

HR. Bukhari, Tidak akan masuk surga orang yang suka menyebar

fitnah dan HR. At Tirmidzi, Seorang mukmin tidak menuduh, melaknat,

tidak berkata kotor, dan tidak mencela

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 55

c. Informasi tidak memihak-netral

Informasi akuntansi harus disajikan secara netral, tidak memi-

hak. Dalam proses pengungkapan informasi tidak lepas dari inter-

pretasi subyektif penyusun laporan keuangan atas suatu kejadian

tertentu. Penyusun laporan keuangan berusaha untuk menjaga diri

dari berbagai pihak-pihak yang berkepentingan. Ukuran minimal

pengungkapan informasi yang tidak memihak adalah penyusun akan

mengungkapkan dengan cara yang sama atas peristiwa yang sama

dalam waktu dan ruang yang berlainan.

Dalam Al Qur’an surat Al-Baqarah ayat 282 pengungkapan

informasi harus netral dan dalam penulisan harus adil.

d. Informasi mendukung ketaatan aturan syariah agama

Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan harus

mampu mengakomodasi kepentingan aturan syariah agama, misalnya

laporan keuangan mampu memberikan informasi untuk kepentingan

zakat. Informasi laporan keuangan juga harus mampu menilai pelak-

sanaan kemaslahatan ekonomi dan lain-lain, Qs. An Nahl (16): 9035

2. Karakteristik kualitatif pendukung meliputi36

:

a. Kelengkapan dan materialitas

Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan harus

lengkap. Kalaupun laporan keuangan tidak mampu menampung

semua data atau informasi, maka pengurangan data atau informasi itu

tidak akan mengubah, sikap, pendapat, atau keputusan, bilamana

35

Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama,

Qs. An Nahl (16): 90,

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbua-

tan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu

agar kamu dapat mengambil pelajaran dan HR. Bukhari Muslim, Barang

siapa tidak berbelas kasih kepada manusia, maka Allah tidak berbalas kasih

(tidak memberi rahmat) kepadanya.” 36

Jaka Isgiyarta, Teori Akuntansi Islam dan Laporan Keuangan

Islami, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2010), 139

56 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

orang tersebut mengetahui adanya pengurangan atau penghilang

informasi. Informasi yang diungkapkan harus tidak ada unsur

kesengajaan penghilangan atau penyembunyian data atau informasi

yang dapat menjadikan orang akan mengubah sikap, pendapat, atau

keputusan, Qs.Al Azhab (33): 54, Qs. Asy Syu’araa (26): 181-18337.

b. Pembandingan

Pembandingan laporan keuangan sangat diperlukan dalam usa-

ha mempermudah pembaca memahami atau menginterprestasikan

aktivitas ekonomi perusahaan. Pembandingan laporan keuangan akan

mempermudah pembaca memahami kemajuan kinerja perusahaan.

Pembandingan laporan keuangan untuk mendeteksi kinerja perusaha-

an, perubahan kebijakan perubahan strategi, atau informasi dibalik

perubahan-perubahan angka-angka dari hasil pembandingan laporan

keuangan itu. Qs. Baqarah (2): 185 dan Qs. An Nisa (4): 2838.

37 Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama,

Qs.Al Azhab (33): 54,

“Jika kamu melahirkan sesuatu atau menyembunyikannya, Maka

Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala sesuatu”.

Qs. Asy Syu’araa (26): 181-183

“sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang- orang

yang merugikan, dan timbanglah dengan timbangan yang lurus, 183. dan

janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu

merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan;” 38

Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama, Qs. Baqarah

(2): 185

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 57

Pendapat lain menyatakan bahwa informasi akuntansi Islam

mempunyai sifat-sifat amanah, terinci, jujur, objektif, tepat waktu,

jelas dan transparan.39

Agar pemakai dapat memanfaatkan laporan

keuangan secara optimal, maka ia harus memenuhi syarat-syarat

kualitatif dalam informasi keuangan. Syarat kualitatif adalah spesi-

fikasi yang apabila tidak ada maka informasi keuangan kehilangan

signifikansinya dan menjadi tidak berarti. Syarat yang harus dipenuhi

dalam informasi keuangan untuk merealisasikan manfaat yang

optimal adalah:40

1. Relevan

Informasi keuangan yang relevan adalah informasi yang sesuai

dengan kebutuhan penggunanya. Agar informasi tersebut relevan,

maka faktor yang harus dipenuhi adalah:

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan

yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi

manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (an-

tara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir

(di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada

bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),

Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu,

pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak

menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bila-

ngannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang

diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

Qs. An Nisa (4): 28

“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia

dijadikan bersifat lemah”. 39

Husein Syahatah, Pokok Pokok Pikiran Akuntansi Islam, (Jakarta:

Akbar Media Eka Sarana, 2001), 111 40

Zaid, Omar Abdullah, Akuntansi Syariah: Kerangka Dasar dan Sejarah Keuangan dalam Masyarakat Islam, Terjemahan M. Syafii Antonio

dan Sofyan Syafri Harahap, (Jakarta: LPFE Universitas Triskati, 2004), 86

58 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

a. Sempurna;

b. Substantif;

c. Pembatasan ruang lingkup;

d. Standar-standar dan asumsi yang dipergunakan;

e. Tepat waktu.

2. Andal

Informasi keuangan yang andal adalah informasi yang dapat

dipercaya, sehingga memberikan ketenangan pada pengguna yang

memanfaatkan informasi tersebut dalam mengambil keputusan. Agar

informasi andal, maka faktor yang harus dipenuhinya adalah:

a. Dapat diverifikasi;

b. Kejujuran;

c. Netralitas;

d. Kelengkapan.

3. Dapat dibandingkan

Agar bermanfaat, informasi keuangan juga dapat dibandingkan

dengan perusahaan sejenis atau perusahaan yang berbeda namun

memiliki kesamaan karakteristik, atau dengan perusahaan itu sendiri

pada periode sebelumnya. Agar dapat dibandingkan, informasi keua-

ngan harus menggunakan standar yang sama secara konsisten dan

memiliki periodesasi yang sama. Ketika terjadi perubahan metode,

maka harus diungkapkan.

4. Dapat dipahami

Dapat dipahami artinya pemakai informasi keuangan dapat

memahaminya secara logis tanpa ada kesamaran dan kesulitan. Agar

dapat dipahami, informasi keuangan harus disusun dengan kalimat

yang tidak rumit dan jelas

Salah satu faktor yang memengaruhi kualitas laporan keua-

ngan, khususnya pada sektor swasta, adalah mekanisme pengawasan

perusahaan41

dan faktor potensial yang dapat memengaruhi pelapo-

ran keuangan dari mekanisme tata kelola eksternal perusahaan seperti

41

Saidatunur Fauzi Saidin, Audit Committee Characteristics and

Quality of UnauditedfinancialAccounts,http://eprints.usm.my/7837/1/audit_

committee_characteristics_and_quality_of_unaudited_financial_accounts,

(2007)

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 59

kualitas audit dan mekanisme tata kelola internal perusahaan seperti

kualitas dewan direksi.42

C. Akuntansi Syariah Bagi Lembaga Keuangan Syariah

Pada saat ini terdapat akuntansi konvensional dan akuntansi

syariah43

dimana akuntansi konvensional diterapkan pada entitas

bisnis yang tidak menggunakan prinsip Syariah. Sedangkan akuntansi

Syariah diterapkan pada entitas bisnis yang menggunakan prinsip

Syariah. Sehingga ada karakteristik penting yang harus dimiliki oleh

entitas bisnis Syariah dalam melaksanakan akuntansinya, antara lain:

ketaatan pada prinsip-prinsip dan ketentuan syariah Islam, dan kete-

rikatan pada keadilan dan menghasilkan pelaporan yang berkualitas

(dapat dipahami, relevan, andal, keterbandingan, dapat diuji kebena-

rannya)44

42

Heidi Vander Bauwhede, What Factors Influence Financial Statet-ment Quality? A Framework and Some Empirical Evidence, Palermo, Italy, (2001): 1

43 Akuntansi Syariah merupakan bagian dari akuntansi yang relative

sangat baru sehingga tidak banyak Negara yang melakukan pembahasan

akuntansi Syariah, pada tahun 1993 Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian

Pendidikan Malaysia, Kualalumpur mengeluarkan buku yang diberi nama

“Sistem Perakaunan Dalam Islam” yang membahas antara lain tentang har-

ta, kaedah perakaunan Islam, unsur-unsur perbelanjaan dan pendapatan

dalam Islam, Perakaunan Bank Islam, Perakaunan Harta Pustakan dan waris

dalam Islam dan sebagainya, namun pada tanggal 1 Safar 1410 H, bertepatan

dengan tanggal 27 Maret 1991, di Negara Bahrain, berdiri Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions, suatu badan usaha

nirlaba yang otonom, dan pada tahun 1998 mengeluarkan buku tentang

akuntansi Syariah yang diberi judul Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions, (AAOIFI), yang dapat dipergunakan seba-

gai acuan dalam pembahasan akuntansi Syariah, yang hanya membahas ten-

tang accounting dan auditing, pad atahun 1999 buku tersebut dirubah nama-

nya menjadu Accounting, Auditing and Governance Standard for Islamic

Financial Institutions, yang membahas Accounting, Auditing dan Gover-

nance serta terdapat perubahan cakupan organisasi tersebut, Sofyan S, Hara-

hap, Wirosos, Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah, PSAK Syariah Baru. (Jakarta, LPFE, 2010), 37

44 Hertanto widodo, Kustiawan, Teten, Akuntansi dan Manajemen

Keuangan untuk Organisasi Pengelola Zakat, (Jakarta: Institut manajemen

Zakat, 2001), 28

60 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Proses atau siklus akuntansi bagi lembaga keuangan Syariah

dimulai dari adanya bukti transaksi sampai dengan laporan keuangan.

Hal ini pada dasarnya tidak berbeda dengan proses/siklus akuntansi

umum.45

Proses akuntansi adalah proses pengolahan data sejak terja-

dinya transaksi. Transaksi ini kemudian memiliki bukti yang sah

sebagai dasar terjadinya transaksi, yang kemudian diinput ke proses

pengolahan data sehingga menghasilkan output berupa informasi

laporan keuangan.46

Akuntansi Meta Rule

Menurut Toshikabu Hayashi dalam tesisnya yang berjudul “On

Islamic Accounting”, membahas dan mengakui keberadaan akuntansi

Islam, menurutnya, akuntansi Barat (konvensional) memiliki sifat

yang berpedoman pada filsafat kapitalisme. Sifat-sifat akuntansi

Barat ini kehilangan arah apabila dihubungkan dengan aspek etika

dan social dan bebas nilai, adapun dalam akuntansi Islam terdapat

meta rule yang berada di luar konsep akuntansi yang harus dipatu-

hinya, yaitu hukum Syariah yang berasal dari Tuhan yang bukan

ciptaan manusia.

Menurutnya akuntansi Islam sesuai dengan kecenderungan

manusia yang “hanief” yang menuntut agar perusahaan juga memiliki

etika dan tanggung jawab sosial, bahkan ada pertanggungjawaban di

akhirat, dimana setiap orang akan mempertanggungjawabkan tinda-

kannya di hadapan Tuhan yang memiliki akuntan sendiri (Rakib dan

Atid) yang mencatat semua tindakan manusia bukan saja di bidnag

ekonomi, tetapi juga bidang sosial masyarkat dan pelaksanaan hukum

Syariah lainnya, bahwa konsep akuntansi dalam Islam jauh lebih

dahulu dari akuntansi konvensional. Bahkan Islam telah membuat se-

rangkaian kaidah yang belum terpikirkan oleh pakar-pakar akuntan-

si,47

hal ini sejalan dengan Qs.An Nahl, (16): 89,

45

Sofyan Safri Harahap, Analisa Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1999), 9

46 Sofyan Safri Harahap, Teori Akuntansi, (Jakarta: PT.

RajaGrafindo, 2003), 16 47

Sarip Muslim, Akuntansi Keuangan Syariah Teori dan Praktik,

(Bandung: Pustaka Setia, 2015), 29

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 61

“(dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-

tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami

datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat ma-

nusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk men-

jelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira

bagi orang-orang yang berserah diri.”

Gambar 2.1

(Siklus Akuntansi)

Jurnal Penutup

Dicatat

Jurnal Penyesuaian

Dibukukan

Akuntansi dalam bahasa Arab disebut Muhasabah (yang memi-

liki pengertian), Yahsaba (menghitung [to compute], mengukur [to

Laporan Keuangan

Neraca Lajur

Transaksi

Bukti

Neraca Percobaan/Saldo

Buku Besar/Ledger Jurnal

62 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

mensure]), yang juga berarti pencatatan dan perhitungan perbuatan

seseorang secara terus menerus. Selain itu juga ada kata hasaba (sele-

saikan tanggung jawab, agar supaya bersifat netral) dan tahasaba (menjaga, mencoba mendapatkan, mengharapkan pahala akhirat,

menjadikanperhatian atau mempertanggunjawabkan). Sementara itu,

definisi akuntansi Syariah (muhasabah) diartikan sebagai suatu akti-

vitas teratur yang berkaitan dengan pencatatan transaksi-transaksi,

tindakan-tindakan, keputusan-keputusan untuk membantu pengambi-

lan keputusan yang tepat. Dengan demikian, akuntansi Syariah dapat

diartikan sebagai proses akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesu-

ai dengan aturan yang telah ditetapkan Allah.48

Suatu penelitian merekomendasikan bahwa pentingnya akun-

tansi Islam di dalam standar keuangan untuk merumuskan teks stan-

dar atau aturan hukum Islam yang sesuai dengan kebutuhan ekonomi

atau lembaga keuangan yang berprinsip Syariah49

Akuntansi Syariah memiliki tujuan antara lain50

:

Hifzul Amwal (memelihara uang), Eksistensi al-Kitabah ‘Pen-

catatan” ketika ada perselisihan, dapat membantu dalam mengambil

keputusan. Oleh karena itu, peranan akuntansi (pencatatan), tidak

hanya memelihara harta, tetapi juga meneliti dan merinci pendapatan,

menutup kesalahpahaman, mengatur transaksi, serta meredam konflik

dan kezhaliman. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT51

tentang

menentukan hasil-hasil usaha yang akan dizakatkan, menentukan dan

menghitung hak-hak kawan yang berserikat, seperti yang tercermin

dalam firman Allah SWT,

48

Sri Nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta:

Salemba Empat, 2009), 34 49

Ziad M, F, Al Saidat, Ali M, AL Gazzawi, Nimer A Suhilat,

“Accounting Measurements: Islamic Perspective versus Financial Accoun-

ting Perspective”, Interdisciplinary Journal of Contempory Research In Business, Volume 6, No. 2, June (2014): 362 - 377

50 Husein Syahatah, Pokok-pokol Akuntansi Islam, (Jakarta: Akbar,

2001), 44 51

Al Qur’an dan Terjemahan Kementrian Agama, Qs. Al Baqarahh

(2): 282

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 63

“…..dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang

berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian

yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal

yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini",52

Tercermin pula dalam hadist, Rasulullah bersabda:

“Pertolongan Allah selalu pada dua orang yang berserikat,

selama salah seorang tidak mengkhianati yang lain”. (HR. Abu

dawud)

Menentukan imbalan, balasan, atau sanksi.53

Dari tujuan akuntansi Syariah di atas sangat jelas bahwa

akuntansi Syariah memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu

kegiatan keuangan, terutama bagi sebuah lembaga keuangan yang

kegiatan utamanya atau operasionalnya berlandaskan dengan prinsip

Syariah. Oleh karena itu maka wajib bagi lembaga keuangan tersebut

untuk menerapkan akuntansi Syariah dalam setiap transaksi yang

dilakukan dan mengikuti aturan maupun standar akuntansi yang ber-

laku umum khususnya untuk akuntansi Syariah. Selain memiliki tuju-

an, akuntansi Syariah juga memiliki dasar hukum dalam Al Qu’ran

yang sesuai dengan tujuan akuntansi Syariah tersebut. Akan tetapi,

terdapat pula pendapat ulama seperti yang dikatakan oleh Ibnu

Abidin:

“Catatan atau pembukuan seorang agen dan kasir bisa menjadi

bukti berdasarkan kebiasaan yang berlaku”, pendapat ulama yang lain

Imam Syafi’I mengatakan, siapa yang mempelajari hisab atau perhi-

tungan, luaslah pikirannya, kaidah fiqh yang muncul terkait akuntansi

syariah adalah “pada dasarnya segala bentuk muamalah boleh dilaku-

kan sepanjang tidak ada dalil yang melarangnya”54

52

Al Qur’an dan Terjemahan Kementrian Agama, Qs. Shaad (38): 24 53

Husein Syahatah, Pokok Pokok Pikiran Akuntansi Islam, (Jakarta:

Akbar Media Eka Sarana, 2001), 45-48 54

Hasbi Ramli, Edukasi Profesional Syariah, Teori dasar akuntansi Syariah, (2005), 18-19

64 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Ketaatan pada hukum Syariah dengan melaporkan dengan

akurat, teliti, baik, jujur, adil, mempromosikan dan menilai efisiensi

kepemimpinan, penentuan laba rugi yang tepat, dan perubahan dalam

praktik akuntansi merupakan bagian dari konsep akuntansi Syariah55

.

Sedangkan prinsip yang dibangun dalam akuntansi Syariah adalah56

:

1. Amanah;

Yakni dalam melakukan perhitungan dan neraca keuangan,

seseorang harus bersifat amanah dalam semua informasi dan kete-

rangan yang diungkapkan

2. Misdhaqiah (sesuai dengan realitas); 3. Diqqah (cermat dan sempurna); 4. Tauqit (penjadwalan yang tepat);

5. Adil dan netral;

Dalam menyiapkan laporan keuangan harus bersikap adil tan-

pa tertekan karena atas prinsip kebenaran, kejujuran, dan kemasla-

hatan.

6. Tibyan (transparansi dalam penyajian data-data yang jelas

dan akurat).

Pendapat lain menyatakan hal yang sama, bahwa tujuan lapo-

ran keuangan akuntansi Syariah meliputi penentuan laba rugi yang

tepat, meningkatkan dan menilai efisiensi kepemimpinan, ketaatan

pada hukum syariah, keterikatan pada keadilan, melaporkan dengan

benar dan adaptable terhadap perubahan57

,sehingga dapat dijelaskan

bahwa akuntansi Syariah sangat dibutuhkan bagi lembaga keuangan

baik syariah maupun lembaga keuangan konvensional yang dalam

transaksinya menggunakan transaksi dengan akad Syariah, maka

akuntansi yang diterapkan untuk transaksi tersebut harus mengguna-

kan akuntansi syariah yang nantinya akan mengikuti aturan standar

akuntansi keuangan syariah yang berlaku secara umum bagi lembaga

keuangan syariah.

55

Hasbi Ramli, Edukasi Profesional Syariah, Teori dasar akuntansi

Syariah, (2005), 21 56

Hasbi Ramli, Edukasi Profesional Syariah, Teori dasar akuntansi

Syariah, (2005), 14 57

Muhammad Akram Khan, “Role of the Auditor In Islamic

Economy”, J. Res Islamic Economic, Vol.3, No. 1. (2013): 31-41

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 65

Prinsip umum akuntansi Syariah menurut Muhammad di

bangun berdasarkan tiga nilai prinsip58

:

Prinsip pertanggungjawaban, merupakan konsep yang tidak

asing lagi dikalangan masyarakat muslim. Pertanggungjawaban selalu

berkaitan dengan konsep amanah. Implikasi ini terkait dengan bisnis

dan akuntansi bahwa individu yang terlibat dalam transaksi selalu

melakukan pertanggungjawabannya. Wujud pertanggungjawabannya

dalam bentuk laporan akuntansi. Prinsip keadilan tidak saja merupa-

kan nilai yang sangat penting dalam etika kehidupan sosial dan bis-

nis, tetapi juga merupakan nilai yang secara inheren melekat dalam

fitrah manusia. Prinsip kebenaran tidak lepas dengan prinsip keadilan,

seperti halnya dalam akuntansi yang akan selalu dihadapkan pada

masalah pengakuan, pengukuran dan pelaporan. Aktivitas ini akan

dapat dilakukan dengan baik apabila dilandaskan pada nilai kebe-

naran.

Akuntansi syariah tuntutannya adalah kebenaran hakiki (al haq) atau kebenaran moral yang harus dipertanggungjawabkan diha-

dapan Allah. Walaupun di satu sisi akuntansi syariah juga harus

merujuk pada standar, tetapi standar tidak dimaksudkan sebagai pem-

benaran. Artinya, laporan yang dibuat sesuai dengan standar, tidak

selalu benar menurut Syariah. Bila secara substansi laporan menyim-

pang dari prinsip-prinsip Syariah karena tujuan mulia dalam rangka

menciptakan kemaslahatan, maka rujukan utamanya adalah dalam

perumusan prinsip-prinsip akuntansi Syariah.

Hasil dari akuntansi Syariah adalah laporan keuangannya. Apa-

bila laporan yang dijadikan dasar dalam transaksi bisnis sangat

terjaga akuntabilitasnya, dan apabila prinsip-prinsip akuntansi Syari-

ah dapat diadopsi dalam menyajikan laporan keuangan, maka hara-

pannya adalah menjaga eksistensi laporan keuangan agar tetap dapat

dijadikan rujukan utama dalam pengambilan keputusan bisnis.59

58

Muhamad, ”Pengantar Akuntansi Syariah”, (Jakarta: Salemba

Empat, 2002), 11-12 59

Nur Hidayat, “Prinsip-prinsip Akuntansi Syariah: Suatu Alternatif

menjaga Akuntabilitas laporan Keuangan”, SNA (Simposium Nasional Akuntansi), Desember (2004)

66 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Akuntansi di dalam Islam antara lain berhubungan dengan

pengakuan, pengukuran dan pencatatan transaksi dan pengungkapan

hak-hak dan kewajiban-kewajibannya secara adil.60

Akuntansi keuangan di dalam Islam harus memfokuskan pada

pelaporan yang jujur mengenai posisi keuangan entitas dan hasil-hasil

operasinya dengan cara mengungkapkan apa yang halal dan apa yang

haram. Hal ini sesuai dengan perintah Allah untuk menolong di dalam

mengerjakan kebaikan, seperti kutipan dalam Qs. Al Maidah (5): 2,

“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan

dan takwa, dan janganlah kamu tolong meneolong dalam berbuat

dosa dan pelanggaran”

Hal ini berarti akuntansi keuangan dalam Islam mempunyai

sasaran-sasaran yang harus disadari dan dipatuhi oleh akuntan61

keuangan di dalam Islam.62

60

Seperti halnya dalam firman Allah SWT “ Hai orang-orang yang

beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang

ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya, Dan hendaklah seorang penulis

diantara kamu menuliskannya dengan benar” (Surah 2 ayat 282), Allah juga

berfirman: “wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang

benar-benar penegak keadilan (kutipan dari surah 4 ayat 135) Allah juga ber-

firman: “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang (yaitu) orang-orang yang

apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka me-

ngurangi, (surah 83, ayat 1-3), Allah juga berfiiman dalam surah 16 ayat 90.

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,

Sofyan S Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syari-ah, PSAK Syariah Baru,(Jakarta, LPFE, 2010), 3

61 Seorang akuntan keuangan dalam Islam tidak boleh memasuki

bidang ini tanpa kesadaran dan pemahaman yang jelas mengenai sasaran

akuntansi keuangan, hal ini sesuai dengan firman Allah “ Dan hendaklah

seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar (Kutipan Surah

2 ayat 282), Khalifah Umar Bin al Khatab meminta kepada para pedagang di

pasar untuk mengetahu halal dan haram, Dia mengatakan” tidak seorangpun

yang diperbolehkan berjualan di pasar kami kecuali dia mempunyai penge-

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 67

Tujuan dan peranan dari kerangka dasar penyusunan dan

penyajian laporan keuangan syariah berdasarkan standar akuntansi

keuangan syariah adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2

Kerangka Dasar Akuntansi Syariah

Sumber: Diolah dari IAI, KDPPLKS

Tujuan dan peranan kerangka dasar tersebut adalah untuk

digunakan sebagai acuan oleh para penggunanya.63

Dalam kerangka

akuntansi Syariah tersebut dijelaskan bahwa transaksi Syariah yang

dimaksud adalah transaksi yang dilakukan berdasarkan prinsip

Syariah64

tahuan agama, jika tidak mau tidak dia akan melakukan transaksi yang riba-

wi” sehingga, oleh karena itu orang-orang yang bertugas harus menetapkan

bagi akuntansi keuangan aturan-aturan yang diperlukan yang melindungi

hak-hak dan kewajiban perorangan, dan menjamin pengungkapan yang me-

madai, Sofyan S Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah, PSAK Syariah Baru,(Jakarta, LPFE, 2010), 40

62 Sofyan S Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf, Akuntansi Perban-

kan Syariah, PSAK Syariah Baru,(Jakarta, LPFE, 2010), 39-40 63

Ikatan Akuntan Indonesia, SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah, (2016),1

64 Ikatan Akuntan Indonesia, SAK (Standar Akuntansi Keuangan)

Syariah, (2016),1

Tujuan dan Peranan

Penyusun standar akuntansi keuangan Syariah dan laporan

keuangan

Pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan

prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum oleh auditor

Pengguna laporan keuangan dapat menafsirkan informasi yang

disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan Syariah

Karakteristik Kualitatif Unsur Laporan Keuangan

Definisi, pengakuan dan pengukuran

68 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Informasi akuntansi yang diperoleh oleh penggunanya sangat

dipengaruhi oleh ketepatan, kebenaran dan keakuratan data pada

laporan keuangan entitas yang bersangkutan. Laporan keuangan enti-

tas Syariah ini sangat dipengaruhi oleh transaksi yang dilakukan oleh

lembaga keuangan Syariah dengan proses awal akuntansi Syariah

adalah adanya data dasar yang berupa dokumen pembukuan yang

berisikan informasi transaksi yang dilakukan oleh entitas Syariah.65

Keandalan dari suatu laporan keuangan merupakan bagian

dari proses adanya akuntansi, sehingga keandalan dapat mengandung

pengertian bahwa laporan keuangan itu harus bebas dari kesalahan

dan bias serta dapat diandalkan oleh pembacanya untuk menggam-

barkan peristiwa dan transaksi yang dilaporkan secara meyakinkan.

Beberapa atribut keandalan antara lain: penyajian yang jujur (repre-sentational faithfulness), substansi mengungguli bentuk formal (subs-tance over from), netral, pertimbangan rasional (prudence), lengkap,

dan mempertimbangkan keseimbangan manfaat dan biaya66

Sehingga karakteristik kualitatif yang harus dipenuhi agar

laporan keuangan berkualitas dan berguna untuk pengambilan kepu-

tusan bagi pengguna laporan serta dapat memenuhi kepatuhan prin-

sip-prinsip Syariah adalah dapat digambarkan sebagai berikut:

65

Wiroso, “Akuntansi Transaksi Syariah”, (Jakarta: Ikatan Akuntan

Indonesia, 2010), 26-27 66

Alfredson, Keith and Others, Applying International Financial Reporting Standards, (Australia: John Wiley & Sons Australia, Ltd,

Enhanced edition, 2007), 71-73

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 69

Gambar 2.3

Karakteristik Kualitas Laporan Keuangan Syariah

Sumber: Diolah dari IAI, KDPPLK

D. Pentingnya Pemahaman Standar Akuntansi Keuangan Syariah

bagi Lembaga Keuangan Syariah

Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti

mengerti benar. Sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan

cara memahami67

pendapat lain menyatakan bahwa pemahaman bu-

kan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam

berdiri di situasi atau dunia orang.68

Untuk dapat menghasilkan lapo-

ran keuangan yang berkualitas, maka kualitas orang-orang yang me-

laksanakan tugas dalam menyusun laporan keuangan harus menjadi

perhatian utama, yaitu para pegawai yang terlibat dalam aktivitas

67

Em Zul, Fajri, Ratu Aprilia senja, Kamus Lengkap Bahasa Indone-sia, Edisi Revisi Cetakan 3, (Jakarta: Difa Publishers, 2008), 607-608

68 Poesprodjo, Beberapa catatan pendekatan filsafatinya, (Bandung:

Remaja Karya, 1987), 52-53

Dapat Dipahami

Diperbandingkan

Relevan Keandalan

Materialitas

Nilai

Prediksi

Nilai

Konfirmatif

Konsistensi &

Pengungkapan

Penyajian

Jujur

Netral

Substansi

mengungguli

bentuk

Kelengkapan Pertimbangan

sehat

70 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

tersebut harus mengerti dan memahami bagaimana proses dan pelak-

sanaan akuntansi itu dijalankan dengan berpedoman pada ketentuan

yang berlaku.69

Kata paham menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia mempu-

nyai pengertian pandai dan mengerti benar. Sedangkan pemahaman,

adalah sebuah proses, cara perbuatan memahami atau memaham-

kan.70

Hal ini berarti bahwa seseorang yang memiliki pemahaman

adalah orang yang pandai mengerti mengenai akuntansi71

.

Seseorang dikatakan paham terhadap akuntansi, maka diang-

gap orang tersebut memahami proses akuntansi. Mulai transaksi awal

hingga laporan keuangan terbentuk menjadi satu informasi yang ber-

pedoman pada prinsip dan standar akuntansi keuangan yang berlaku

umum. Oleh karena itu, untuk dapat menghasilkan laporan keuangan

yang berkualitas maka kualitas orang yang melaksanakan tugas

dalam menyusun laporan keuangan harus menjadi perhatian utama,

namun hal ini tidak luput dari pengawasn auditor internal, auditor

eksternal ataupun dewan pengawas syariah, serta standar pelaporan

keuangan yang digunakan. Sehingga kemudian dapat membuktikan

dan mengukur bahwasannya laporan keuangan yang berkualitas dapat

bermanfaat bagi pemakai.72

Standar akuntansi yang dapat menjadi pedoman dalam melaku-

kan pencatatan transaksi syariah juga telah dibentuk organisasi pe-

nyusun standar melalui kesepakatan yang ditandatangani oleh bebe-

69

Meilani Purwanti, “Wasman, Pengaruh Pemahaman Akuntansi,

Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi dan Peran Internal Audit Terha-

dap Kualitas Laporan Keuangan (Survey pad Koperasi Pegawai Republik

Indonesia Kota Bandung)”, Esensi Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 4,

No.3, Desember (2014): 61 - 75 70

W.J.S, Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai pustaka, 2006), 18 71

Akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokan, pengikhtisaran

menurut cara yang berarti dan dinyatakan dalam nilai mata uang, semua

transaksi serta kejadian yang sedikitnya bersifat finansial dan dari catatan

itu dapat ditafsirkan hasilnya, AICPA, Niswonger, C, Rollin, dkk, Prinsip-prinsip Akuntansi Edisi 20, Jilid 1, (Jakarta: Erlangga), 6

72 García Jara, Elisa, Amparo Cuadrado Ebrero, Rolando Eslava

Zapata. "Effect of international financial reporting standards on financial

information quality." Journal of Financial Reporting and Accounting 9.2,

(2011): 176-196.

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 71

rapa lembaga keuangan Islam pada tanggal 26 Februari 1990.

Organisasi tersebut bernama FAOIBFI (Financial Accounting Orga-nization for Islamic Bank and Finanacial Institutions), kemudian pada

27 Maret 1991 lembaga tersebut berubah menjadi AAOIFI (Accoun-ting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions).

73

Standar pelaporan keuangan yang ada saat ini di Indonesia me-

ngacu pada 3 standar umum, yaitu: standar akuntansi yang mengacu

pada IFRS, SAK ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) dan

SAK Syariah yang juga mengadopsi dari AAOIFI; untuk perbankan

Syariah baik bank umum Syariah (BUS) maupun BPRS serta entitas

bisnis lainnya yang menjalankan usahanya berdasarkan pada prinsip

Syariah maka penyusunan laporan keuangannya harus mengacu kepa-

da SAK Syariah; sementara itu, bank konvensional dan bank Syariah

termasuk BPRS memiliki perbedaan yang cukup mendasar terhadap

penyajian laporan keuangan, mengingat bahwa fungsi bank Syariah

sebagai fungsi manajer investasi, fungsi investor, fungsi sosial dan

fungsi jasa keuangan74

. Selain itu juga memiliki fungsi sebagai penge-

lola zakat dan dana sosial dan dalam hal prinsip bagi hasil75

Bank Syariah tidak mengenal cost of fund atau biaya dana se-

bagai pengurang pendapatan bunga untuk menghasilkan spread/

margin sebelum dikurangi dengan beban operasional. Sehingga dalam

bank Syariah tidak mengenal negative spread76. Sementara itu, proses

pencatatan dari masing-masing transaksi akuntansi Syariah secara

bertahap dapat dilihat lebih lanjut dalam buku yang ditulis oleh

73

“Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Insti-

tutions, Accounting and Auditing Standars for Islamic Financial Institu-

tion”, (Bahrain, Manama, Desember 2015) 74

Rijal Yaya, Aji Erlangga M, Ahim Abdurahim, Akuntansi Perban-kan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer Berdasarkan PAPSI 2013, Edisi

2, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), 48 75

Bagi hasil adalah distribusi beberapa bagian dari laba pada para

pegawai dari suatu perusahaan, hal itu dapat berbentuk bonus uang tunai

tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun sebe-

lumnya, Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi HAsil dan Pricing di Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press 2012), 26

76 Negative spread adalah pendapatan bunga negative, padahal penda-

patan bunga merupakan sumber pendapatan terbesar bank (konvensional)

yang dalam situasi normal di Indonesia mencakup 65%-80% dari total pen-

dapatan 2, diakses pada tgl 08 Februari 2017, www.coursehero.com

72 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

bapak Wiroso agar dapat membantu dalam menyelesaikan proses

laporan keuangan bagi entitas syariah termasuk BPRS yang sesuai

dengan standard Akuntansi Syariah.77

Standar dalam proses pembuatan laporan keuangan sangat

dibutuhkan, walaupun sudah terdapat standar, kemungkinan kekeli-

ruan ataupun kesalahan di dalam proses pembuatan laporan keuangan

dapat terjadi, hal tersebut karena belum dapat memahami isi dari

standar untuk kebutuhan pelaporan keuangan di suatu lembaga keua-

ngan, terutama yang berdasarkan syariah.

Seperti halnya pada penelitian Erika dan Maria78

menemukan

bahwa masih ada lembaga keuangan yang belum sesuai antara lapo-

ran keuangan yang disajikan dengan standar akuntansi yang berlaku

umum, walaupun laporan keuangan tersebut telah di audit oleh pihak

eksternal atau auditor eksternal.

Standar Akuntansi Keuangan Syariah

Pemahaman SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah

dapat dilihat dari paradigma transaksi syariah79

. Asas transaksi syari-

77 Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, Wiroso, IAI (Ikatan Akun-

tansi Indonesia, 2011 78

Erika Amelia, Maria Qibtiyah, “Perlakuan Akuntansi Zakat Ber-

dasarkan PSAK 45 dan PSAK 109 pada BAMUIS”, Tauhidinomics (Journal of Islamic Banking & Economics), Vol.1 Nomor 2, Oktober (2015): 182-

197 79

Paradigma transaksi Syariah, berlandaskan pada paradigm dasar

bahwa alam semesta dicipta oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi)

dan sarana kebahagian hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai

kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (Al Falah), paradigm dasar

ini menekankan setiap aktivitas umat manusia memiliki akuntabilitas dan

nilai illahiah yang menempatkan perangkat Syariah dan akhlak sebagai para-

meter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha, paradigm ini akan

membentuk integritas yang membantu terbentuknya karaktek tata kelola

yang baik, (good governance) dan disiplin pasar (market discipline) yang

baik, Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas

umat manusia yang berisis perintah dan larangan, baik yang menyangkut

hubungan interaksi vertical dengan Tuhan maupun interaksi horizontal de-

ngan sesama makhluk, prinsip Syariah yang berlaku umum dalam kegiatan

muamalah (transaksi Syariah) mengikat secara hukum bagi semua pelaku

dan stakeholder entitas yang melakukan transaksi Syariah, akhlak merupa-

kan norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi sesama

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 73

ah80

dan yang terutama dari implementasi karakteristiknya antara

lain81

:

a. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham

dan saling ridha;

b. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya

halal dan baik (thayib);

c. Uang berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai,

bukan sebagai komoditas;

d. Tidak mengandung unsur riba;

e. Tidak mengandung unsur kezhaliman;

f. Tidak mengandung unsur masyir;

g. Tidak mengandung unsur gharar;

h. Tidak mengandung unsur haram;

i. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of

money) karena keuntungan yang didapat dalam kegiatan usa-

ha terkait dengan resiko yang melekat pada kegiatan usaha

tersebut sesuai dengan prinsip al-ghunmu bil ghurmi (no gain without accompanying risk);

j. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas

dan benar serta untuk keuntungan semua pihak tanpa meru-

gikan pihak lai sehingga tidak diperkenankan menggunakan

standar ganda harga untuk satu akad serta tidak mengguna-

kan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (ta’alluq) dalam

satu akad;

k. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (naja-sy), maupun melalui rekayasa penawaran (ihtikar); dan

l. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risy-wah)

makhluk agar hubungan terssebut menjadi saling menguntungkan, sinergis

dan harmonis, SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah, IAI (Ikatan

Akuntan Indonesia, Jakarta, November 2016),: 3-4 80

Asas transaksi Syariah berasaskan pada prinsip, persaudaraan

(ukhuwah), keadilan,(‘adalah) kemaslahatan (maslahah), keseimbangan

(tawazun) dan universalisme (syumuliyah), lebih lanjut dapat dibaca dalam

Dewan Standar Akuntansi Syariah, SAK (Standar Akuntansi Keuangan)

Syariah,(Jakarta, IAI, 2016), 3 81

Dewan Standar Akuntansi Syariah, SAK (Standar Akuntansi Keua-

ngan) Syariah, IAI, (2016), 5 - 6

74 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Dalam paragraf 30 KDPPLKS (Kerangka Dasar Penyusunan

dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah) yang diterbitkan oleh IAI

(Ikatan Akuntan Indonesia), dinyatakan bahwa tujuan laporan keua-

ngan menurut KDPPLKS adalah menyediakan informasi yang me-

nyangkut kondisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan

suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai

dalam pengambilan keputusan ekonomi.82

Laporan keuangan bank yang memberikan informasi tersebut

hendaknya memberikan informasi yang sejelas-jelasnya dan sesuai

prosedur yang telah ditetapkan dalam mengakomodasi permintaan

pihak-pihak terkait tentang kondisi sebuah bank.

E. Audit Bagi Lembaga Keuangan Syariah

Setiap lembaga keuangan yang didirikan memiliki tujuan

utama untuk memperoleh laba di samping beberapa tujuan lainnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka semua tahap kegiatan yang

akan dilaksanakan harus direncanakan, dianalisa, dan diteliti secara

seksama terlebih dahulu oleh mereka yang bertanggung jawab. Audit

atau auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan

mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi tentang

berbagai tindakan dan kejadian ekonomi

untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi ter-

sebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan

hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.83

Beberapa pendapat lain menyatakan bahwa:

“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara

kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadapa laporan

keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatn

pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk

dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

tersebut”84

.

82

Rizal Yaya, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik Kontemporer, (Jakarta: Salemba Empat, 2009) , 84.

83 Halim, Abdul. Dasar-Dasar Auditing Laporan Keuangan

(Yogyakarta: YKPN, 2008), 38 84

Soekrisno Agoes, Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), 4

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 75

Adapun pengertian audit menurut Alvin A. Arens, Mark S.

Basley dan Randal J. Elder (2011:4)

“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of corres-pondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”.

Audit adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi

untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara infor-

masi dan kriteria yang ditetapkan, audit harus dilakukan oleh seorang

yang kompeten, independen85

.

Seseorang yang melakukan proses auditing disebut dengan

auditor. Secara umum, auditor terdiri dari auditor independen (audi-

tor eksternal), auditor internal dan auditor pemerintah86

. Sementara

itu, dalam penelitian ini lebih fokus kepada auditor internal dan eks-

ternal, dimana tanggung jawab dan posisi di antara kedua auditor

tersebut berbeda satu sama lain.

Seorang auditor internal bekerja pada perusahaan, lembaga

pemerintahan, atau perusahaan nirlaba juga bank. Sedangkan auditor

eksternal bekerja di luar perusahaan atau organisasi, bekerja pada

satu perusahaan yang biasa disebut dengan Kantor Akuntan Publik

(KAP). Auditor internal umumnya melapor kepada manajer senior

atau dewan direksi, sedangkan auditor eksternal hanya memiliki

struktur pelaporan yang terbatas kepada kantor akuntan tempat audi-

tor tersebut bekerja.

Jika dilihat dari jenisnya, maka audit dapat di kategorikan

dalam 3 hal yakni:87

1. Financial statetment audit

Suatu audit yang dilakukan terhadap laporan keuangan yang

disusun manajemen peruahaan yang tujuannya adalah untuk membe-

rikan pernyataan pendapat mengenai tingkat kewajaran penyajian

laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi

keuangan.

85

Yusar Sagara, Fitri Yani Jalil, Auditing dilengkapi dengan kasus dan pembahasan kasus, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), 16

86 Yusar Sagara, Fitri Yani Jalil, Auditing dilengkapi dengan kasus

dan pembahasan kasus, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), 18-19 87

Yusar Sagara, Fitri Yani Jalil, Auditing dilengkapi dengan kasus

dan pembahasan kasus, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), 16

76 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

2. Audit laporan keuangan

Memeriksa laporan keuangan untuk menentukan apakah mere-

ka memberikan pandangan yang besar dan adil atau cukup menya-

jikan laporan keuangan sesuai dengan kriteria tertentu. Hasil dari

pekerjaan audit dilaporkan oleh akuntan publik dalam sebuah bentuk

laporan auditor independen dengan memuat satu pernyataan.

3. Audit operasional

Studi tentang unit tertentu dari suatu organsisasi dengan tuju-

an untuk mengukur kinerja manajemen audit atau disebut juga opera-

tional audit.

4. Peran88

auditor Internal dan eksternal bagi entitas bisnis

Auditor terkadang dapat disebut juga sebagai akuntan. Akun-

tan adalah seseorang yang telah terdaftar pada Register Negara

Akuntan yang diselenggarakan oleh Menteri89

. Untuk terdaftar dalam

Register Negara Akuntan, seseorang harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut90

:

a. Lulus pendidikan profesi akuntansi atau lulus ujian serti-

fikasi akuntan professional;

b. Berpengalaman di bidang akuntansi;

c. Sebagai anggota Asosiasi Profesi Akuntan.

Seseorang yang memiliki sertifikasi profesional akuntansi

merupakan pengakuan spesialisasi profesi terhadap diri seorang akun-

tan. Sertifikasi ini diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan peng-

guna jasa akuntan terhadap kinerja akuntan. Untuk lembaga keua-

ngan Syariah, saat ini sudah ada akuntan yang memiliki spesialisasi

sebagai akuntan Syariah atau Auditor Syariah yang disebut dengan

SAS (Sertifikasi Akuntansi Syariah). SAS adalah suatu sertifikat

untuk memberikan standar akuntansi Syariah bagi akuntan yang be-

kerja pada bidang tersebut melalui pendidikan professional berkelan-

88 Peran adalah suatu tindakan yang dilakukan seseorang berdasarkan

peristiwa yang melatarbelakanginya, Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia,, Balai Pustaka, Jakarta, (2006): 48

89 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 25/PMK.01/2014

Tanggal 3 Februari 2014 tentang Akuntan beregister Negara, PMK ini

mengganti ketentuan sebelumnya yaitu KMK Nomor 331/KMK.017/1999

Tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Akuntan pada Register Negara pasal

1 angka 1 90

PMK Nomor 25/PMK.01/2014 Padal 2 ayat 1

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 77

jutan serta lulus ujian yang dilaksanakan oleh IAI (Ikatan Akuntan

Indonesia)91

Salah satu alat bantu pengawasan dalam proses laporan keua-

ngan adanya audit. Akan tetapi, Valery G Kumaat menyatakan bah-

wa internal audit tidak penting. Menurutnya, tidak ada internal audit

tidak apa, namun kalau ada tentu lebih baik, sehingga pengawasan

cukup diperankan oleh auditor eksternal yang dianggap lebih inde-

penden dan professional. Kalaupun internal audit harus ada, maka

itupun cukup small team saja dalam sebuah perusahaan sehingga

fungsi internal audit hanya dianggap sebagai supporting belaka.92

Akan tetapi dalam buku yang lain menjelaskan bahwa auditor

memiliki peran yang penting dalam hal menjaga kualitas laporan

keuangan, dengan penjelasannya bahwa peran auditor adalah untuk

menentukan apakah laporan yang disiapkan oleh manajer telah

sejalan dengan perjanjian kontrak atau belum, oleh karena itu, verify-

kasi auditor atas informasi keuangan menambah kredibilitas laporan

tersebut dan mengurangi resiko informasi yang berpotensi dalam

menguntungkan baik pemilik maupun manajer.93

Sementara itu,

auditor internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam

suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi

yang dilaksanakan.94

Pendapat lain menyatakan bahwa audit internal adalah sebuah

aktivitas konsultasi dan keyakinan obyektif yang dikelola secara

independen di dalam organisasi dan diarahkan oleh filosofi penamba-

han nilai untuk meningkatkan operasional perusahaan.95

Definisi berikutnya menyatakan bahwa auditor internal adalah

auditor yang bekerja dalam perusahaan baik perusahaan negara mau-

pun perusahaan swasta yang tugas pokoknya adalah menentukan

91

www.Akuntansionline.id/sertifikasi-profesional-akuntansi-di-Indo

nesia, diakses pada tanggal 08 Mei 2017 92

Valery G. Kumaat, Internal Audit, (Jakarta: Erlangga, 2011), 6 93

William F, Messier, Jr, Steven M, Glover, Douglas F, Prawitt,

Auditing & Assurance Service A Systematic Approach, McGraw-Hill Irwin,

(Jakarta: Salemba Empat, 2006), 10 94

HiroTugiman, Standar Profesi Audit Internal, (Yogyakarta:

Kanisius, 2006), 11 95

Sawyer, Lawrence B., Mortimer A. Dittenhoffer dan James H.

Scheiner,. Sawyer’s Internal Auditing, Fifth Edition, Alih Bahasa: Desi

Adhariani, (Jakarta: Salemba Empat, 2005), 9

78 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen

puncak telah dipenuhi; menentukan baik atau tidaknya penjagaan

terhadap kekayaan organisasi; menentukan efesiensi dan efektivitas

prosedur kegiatan organisasi; serta menentukan keandalan informasi

yang dihasilkan oleh bagian berbagai organisasi.

Dari penjelasan yang lain, audit internal adalah suatu fungsi

penilaian yang dikembangkan secara bebas dalam organisasi untuk

menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan sebagai wujud pelaya-

nan terhadap organisasi perusahaan96

Berdasarkan penelitian sebelumnya menyatakan bahwa auditor

internal memliki peran yang sangat penting dan besar di dalam peru-

sahaan untuk mencegah terjadinya fraud agar laporan keuangan yang

di hasilkan berkualitas97

Auditor eksternal adalah profesi audit yang melakukan audit

atas laporan keuangan dari perusahaan, pemerintah, individu atau

organisasi lainnya. Eksternal auditor merupakan anggota kantor

akuntan publik yang memberikan jasa klien dan profesi akuntan

publik dalam menghasilkan berbagai macam jasa bagi masyarakat

yang dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu jasa assurance,

jasa atestasi, dan jasa nonassurance98.

Auditor eksternal sering disebut sebagai auditor independen

atau bersertifikat akuntan publik (disingkat BAP atau certified public

accountant-CPA), seorang auditor eksternal bisa berpraktik sebagai

pemilik tunggal atau anggota dari kantor akuntan, auditor seperti itu

disebut “eksternal” atau “independen” karena mereka tidak dipekerja-

kan oleh entitas yang di audit.99

Peran utama eksternal auditor adalah untuk memberikan pen-

dapat apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material. Secara

normal, eksternal auditor mereview prosedur pengendalian teknologi

informasi saat menilai internal keseluruhan. Auditor eksternal mem-

96

Hery. Potret Profesi Audit Internal (Di Perusahaan Swasta &

BUMN Terkemuka), (Bandung: Alfabeta, 2010), 20 97

Suginam, “Pengaruh peran audit internal terhadap pencegahan

Fraud ”, Jurnal Pelita Informatika, Volume: XV No. 1 Oktober (2016), 23-

31 98

Mulyadi, Auditing, Buku 1, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), 22 99

William F, Messier, Jr, Steven M, Glover, Douglas F, Prawitt,

Auditing & Assurance Service A Systematic Approach, McGraw-Hill Irwin,

(Jakarta: Salemba Empat, 2006), 65

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 79

punyai independensi dari perusahaan yang diaudit100

dan bertanggung

jawab atas opini terhadap pemeriksaan laporan keuangan.

Dari segi pengawasan, audit memberikan manfaat sebagai

berikut101

:

1. Preventive control, tenaga akuntansi akan bekerja lebih ber-

hati-hati dan akurat bila mereka menyadari akan di audit;

2. Detective control, suatu penyimpangan atau kesalahan yang

terjadi lazimnya akan dapat diketahui dan dikoreksi melalui

suatu proses audit;

3. Reporting control, setiap kesalahan perhitungan, penyajian

atau pengungkapan yang tidak dikoreksi dalam laporan keua-

ngan akan disebutkan dalam laporan pemeriksaan. Dengan

demikian, pembaca laporan keuangan terhindar dari informasi

yang kelitu atau menyesat.

Tabel 2.2

Perbedaan antara auditor internal dan eksternal102

Auditor Internal Auditor Eksternal

Subjek adalah pegawai

organisasi yang bersangkutan

atau dapat pula pihak luar

dalam hubungan kerja

outsourcing

Subjek adalah pihak luar yang

independen

Melayani kebutuhan

manajemen, oleh karena itu

fungsi audit internal merupakan

bagian dari organisasi yang

bersangkutan

Melayani kebutuhan pihak

ketiga yang memerlukan

informasi keuangan yang

reliable

Fokus ke masa depan untuk

membantu manajemen

Fokus kepada akurasi dan dapat

dipahaminya kejadian historis

100

Rizqiasih, dkk, “Pengaruh Struktur Governance terhadap Fee

Audit Eksternal”, Institutional Repository, Diponegoro University, (2010) 101

Harahap, Sofyan Safri, Auditing dalam Perspektif Islam, (Jakarta:

Pustaka Quantum, 2002), 62 102

Sawyer’s, Lawrence B., Mortimer A. Dittenhoffer dan James H.

Scheiner,. Sawyer’s Internal Auditing, Fifth Edition, Alih Bahasa: Desi

Adhariani, (Jakarta: Salemba Empat,2009), 8

80 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

mencapai sasaran dan tujuan

organisasi secara efektif dan

efisien

seperti yang diekpresikan dalam

laporan keuangan

Berkepentingan secara

langsung dalam pencegahan

fraud dan berbagai bentuk atau

tingkat aktivitas yang direview

Berkepentingan secara

insidental dalam

pencegahan/pendeteksian fraud

secara umum, tetapi

berkepentingan secara langsung

bila terdapat pengaruh yang

bersifat material pada laporan

keuangan

Independen terhadap aktivitas

yang diaudit, tetapi siap

merespon kebutuhan dan

keinginan manajemen

Independen terhadap

manajemen/klien baik dalam

penampilan maupun sikap

mental

Review atas aktivitas

dilakukan secara terus menerus

(continue)

Review atas catatan/dokumen

yang mendukung laporan

keuangan secara periodik

(umumnya setiap satu tahun

sekali)

Kegiatan audit pada bank syariah terdiri dari tiga lapis. Lapi-

san pertama, audit internal yang dilakukan oleh auditor internal bank

syariah yang bertugas dalam menguji (examination) kesesuaian lapo-

ran keuangan bank Syariah yang sesuai dengan standar akuntansi

yang berlaku dan tidak ada salah saji yang bersifat material. Lapis

kedua, audit eksternal yang dilakukan oleh auditor dari luar bank

Syariah seperti BI atau akuntan publik yang tugasnya menguji kem-

bali keakuratannya dari hasil audit internal. Lapis ketiga, audit sya-

riah yang dilakukan oleh auditor bersertifikasi atau memiliki gelar

sertifikasi akuntansi syariah (SAS) yang bertugas untuk memastikan

bahwa produk dan transaksi bank syariah telah sesuai dengan prinsip

dan aturan syariah103

. Untuk itu, ketiga lapisan tersebut dapat dite-

rapkan pula pada lembaga keuangan Syariah lainnya dan tidak hanya

pada perbankan Syariah saja.

103

Minarni, “Konsep Pengawasan, Kerangka Audit Syariah, dan Tata

Kelola Lembaga Keuangan Syariah”, La_Riba, Jurnal Ekonomi Islam, Volume VII, No.1, Juli (2013): 29-40

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 81

Auditor internal dan eksternal memiliki tujuan yang sama.104

Peran antara auditor internal dan eksternal menghasilkan hubungan

yang mendalam diantara keduanya terkait dengan kualitas laporan

keuangan suatu entitas atau lembaga keuangan105

. Pada kenyataan-

nya, standar audit internal maupun eksternal saling terkait dan beker-

ja sama untuk menyelesaikan audit laporan keuangan, dimana gaya

kerja auditor eksternal dan hambatan komunikasi memiliki hubungan

yang signifikan dengan kepercayaan audit eksternal terhadap hasil

kerja auditor internal106

. Oleh karena itu, hal tersebut menunjukan

bahwa auditor internal dan eksternal berperan dalam menghasilkan

suatu laporan keuangan yang berkualitas.

Dalam penelitiannya, Rossje107

menemukan bahwa ada perbe-

daan antara praktek audit Syariah, salah satunya adalah peran auditor

Syariah, Variabel yang diinginkan menurut praktek audit Syariah

antara lain: peran auditor syariah pada LKS, auditor eksternal yang

mengesahkan laporan audit syariah, dan auditor eksternal berkaitan

dengan audit syariah dalam LKS. DPS adalah auditor syariah pada

LKS, dan DPS mengesahkan laporan audit syariah. Audit syariah

sejatinya dijalankan oleh audit eksternal daripada audit internal LKS.

Penelitian yang lain menyatakan bahwa peran auditor internal

berpengaruh secara signifikan positif terhadap kualitas laporan keua-

ngan dilingkungan pemerintahan di Indonesia.108

Oleh karena itu,

104

Krishnamoorthy, G, “A multistage approach to external auditors’

evaluation of the internal audit function” A Journal of Practice and Theory,

March (2002): 95–121 105

Nawal Kasim, Zuraidah Mohd Sanusi, Tatik Mutamimah,and Sigit

Handoyo, “Assesing the current practice of auditing in Islamic Financial

Institutions in Malaysia and Indonesia”, International Journal of Trade, Eco-nomics and Finance, Vol. 4, No. 6, December (2013): 414-418

106 Halil Paino, Fazlida Mohd Razali, Faizan Abd Jaba, “The Influ-

ence of External Auditor’s Working Style, Communication Barriers and

Enterprise Risk Management toward Reliance on Internal Auditor’s Work”,

Procedia Economics and Finance , (2015): 151 – 155 107

Suryaputri, V Rossje, “Kerangka teori audit syariah: gap antara

praktik audit syariah dengan yang di inginkan pada perbankan syariah di

Indonesia”, Disertasi, Universitas Trisakti, (2012) 108

Cecillia Lelly Kewo, Nunuy Nur Afiah, “Does Quality of Financial

Statetment Affected by Internal Control System and Internal Audit?”, Inter-national Journal of Economics and Financial Issues, (2017): 568-573

82 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

auditor Syariah baik internal maupun eksternal harus memastikan

bahwa semua peraturan dan pedoman Syariah dikuti oleh lembaga

keuangan Syariah, serta sesuai dengan fatwa dan pedoman yang telah

ditetapkan oleh dewan pengawas Syariah.109

5. Fungsi dan Tujuan Audit

Adapun fungsi Audit internal secara menyeluruh mengenai

pelaksanaan kerja Audit internal dalam mencapai tujuannya adalah:110

1. Membahas dan menilai kebaikan dan ketepatan pelaksa-

naan pengendalian akuntansi, keuangan serta operasi.

2. Meyakinkan apakah pelaksanaan sesuai dengan kebijaksa-

naan, rencana dan prosedur yang ditetapkan.

3. Menyakinkan apakah kekayaan perusahaan/organisasi

dipertanggungjawabkan dengan baik dan dijaga dengan

aman terhadap segala kemungkinan resiko kerugian.

4. Menyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan cara

lainnya yang dikembangkan dalam organisasi.

5. Menilai kualitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

yang telah dibebankan.

Serta tujuan Audit internal yang dikemukanan oleh ahli yang

lain adalah: 111

1. Membantu manajemen untuk mendapatkan administrasi

perusahaan yang paling efisien dengan memuat kebijaksanaan

operasi kerja perusahaan.

2. Menentukan kebenaran dari data keuangan yang dibuat dan

keefektifan dari prosedur intern.

3. Memberikan dan memperbaiki kerja yang tidak efisien.

4. Membuat rekomendasi perubahan yang diperlukan dalam

beberapa fase kerja.

109

Roszaini Haniffa, Auditing Islamic Financial Institutions, diakses

pada 05 Februari 2017 www.financepractitioner.com, 110

Ruchyat Kosasih, Auditing Prinsip dan Prosedur, Buku satu,

(Surabaya: Penerbit Palapa, 1985), 297 111

Holmes, Arthur W., Burns, David C., Auditing Norma dan Prosedur, Editor Marianus Sinaga, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1988), 109-

110

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 83

5. Menentukan sejauh mana perlindungan pencatatan dan

pengamanan harta kekayaan perusahaan terhadap penyele-

wengan.

6. Menentukan tingkat koordinasi dan kerja sama dari kebijak-

sanaan manajemen.

Sedangkan menurut pendapat yang lain fungsi dari auditor

internal antara lain112

:

1. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi

sendiri oleh manajemen puncak.

2. Mengidentifikasi dan meminimalkan risiko.

3. Memvalidasi laporan ke manajemen senior.

4. Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis.

5. Membantu proses pengambilan keputusan.

6. Menganalisis masa depan, bukan hanya untuk masa lalu.

7. Membantu manajer untuk mengelola perusahaan.

Pentingnya peran auditor internal maupun eksternal dalam

lembaga keuangan Syariah untuk mencari seseorang yang ahli keua-

ngan dan audit dalam menjaga kualitas laporan keuangan sejalan

dalam firman allah SWT, Qs. Al-Hujuraat (49): 6, Qs. Al-Israa (17):

35

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang

Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar

kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa

mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas

perbuatanmu itu”.113

112

Sawyer, Lawrence B., Mortimer A. Dittenhoffer dan James H.

Scheiner,. Sawyer’s Internal Auditing, Fifth Edition, Alih Bahasa: Desi

Adhariani, (Jakarta: Salemba Empat, 2005), 32 113

Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama, Qs. Al

Hujuraat (49): 6

84 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

“dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan tim-

banglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu)

dan lebih baik akibatnya”.114

Audit Syariah merupakan suatu proses yang sistematis untuk

memperoleh bukti yang cukup dan relevan untuk membentuk opini

apakah subyek yaitu personil, proses, kinerja keuangan serta non

keuangan konsisten dengan aturan Syariah dan prinsip-prinsip yang

diterima secara luas oleh masyarakat Islam dan melaporkan kepada

pengguna.115

F. Peran Auditor dalam Islam

Dalam Al Quran disampaikan bahwa seseorang harus dapat

mengukur secara adil, jangan dilebihkan dan jangan dikurangi. Kare-

na dilarang untuk menuntut besaran keadilan serta timbangan bagi

diri sendiri, sedangkan bagi orang lain kita menguranginya. Dalam

hal ini, Al Quran menyatakan dalam berbagai ayat, antara lain dalam

surah Asy-Syu'ara ayat 181-184 yang berbunyi:"Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan dan bertakwalah kepada Allah yang telah Menciptakan kamu dan umt-umat yang dahulu.”

Umer Chapra menyatakan mengenai pengukuran kekayaan,

utang, modal pendapatan, biaya, dan laba perusahaan, sehingga seo-

rang Akuntan wajib mengukur kekayaan secara benar dan adil.

Seorang Akuntan akan menyajikan sebuah laporan keuangan yang

disusun dari bukti-bukti transaksi yang terdapat dalam entitas bisnis

114

Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama, Qs. Al Israa

(17): 35 115

Zurina Shafii, Nor Aishah Mohd Ali and Nawal Kasim “Sharia

Audit In Islamic Banks: an Insight to the future shariah auditor labour mar-

ket in Malaysia Audit Syariah di Bank Syariah”, Procedia Social and Beha-vioral Science, (2014), 159

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 85

yang dijalankan oleh sebuah manajemen. Manajemen dapat melaku-

kan apa saja didalam menyajikan laporan sesuai dengan motivasi dan

kepentingannya, sehingga secara logis dikhawatirkan manajemen

akan memfokuskan pada kepentingannya. Untuk itu sangat dibutuh-

kan Akuntan Independen yang melakukan pemeriksaaan atas laporan

beserta bukti-buktinya. Metode, teknik, dan strategi pemeriksaan ini

merupakan ilmu Auditing. Dalam Islam, fungsi Auditing ini disebut

"tabayyun" sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah Al-Hujuraat

ayat 6 yang berbunyi: "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu.”

Sesuai dengan perintah Allah dalam Al Quran, kita harus

menyempurnakan pengukuran di atas dalam bentuk pos-pos yang

disajikan dalam Neraca, sebagaimana digambarkan dalam Surah Al-

Israa' ayat 35 yang berbunyi: "Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." bahwa kaidah

Akuntansi dalam konsep Syariah Islam dapat didefinisikan sebagai

kumpulan dasar-dasar hukum yang baku dan permanen, yang disim-

pulkan dari sumber-sumber Syariah Islam dan dipergunakan sebagai

aturan oleh seorang Akuntan dalam pekerjaannya, baik dalam pembu-

kuan, analisis, pengukuran, pemaparan, maupun penjelasan, dan men-

jadi pijakan dalam menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa.

Dasar hukum dalam Akuntansi Syariah bersumber dari Al

Quran, Sunah Nabwiyyah, Ijma (kesepakatan para ulama), Qiyas

(per-samaan suatu peristiwa tertentu, dan ‘Uruf (adat kebiasaan)

yang tidak bertentangan dengan Syariah Islam. Kaidah-kaidah

Akuntansi Syariah, memiliki karakteristik khusus yang membedakan

dari kaidah Akuntansi Konvensional. Kaidah-kaidah Akuntansi Sya-

riah sesuai dengan norma-norma masyarakat islami, dan termasuk

disiplin ilmu sosial yang berfungsi sebagai pelayan masyarakat pada

tempat penerapan Akuntansi tersebut.

Sistem ekonomi islam sudah mulai dipraktikkan dilapangan

dan bukan hanya menjadi bahan diskusi para ahli. Pada awalnya

sistem ini diterapkan dalam sektor perbankan, dan kemudian juga

merambat pada sektor keuangan lainnya seperti asuransi dan pasar

modal. Perkembangannya sangat pesat, saat ini tidak kurang dari 200

86 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

lembaga keuangan Islam telah beroperasi menerapkan sistem ekono-

mi islam yang terdapat diberbagai belahan dunia bukan saja dinegara

Islam tetapi juga di negara non muslim. Dengan munculnya sistem

tersebut mau tidak mau lembaga ini pasti memiliki perbedaan dengan

lembaga konvensional, karena ia dioperasikan dengan menggunakan

sistem nilai syariah yang didasarkan pada kedaulatan Tuhan bukan

kedaulatan rasio ciptaan Tuhan yang terbatas. Dengan demikian

maka sistem yang berkaitan dengan eksistensi lembaga ini juga perlu

menerapkan nilai-nilai islami jika kita ingin menerapkan nilai-nilai

Islami secara konsisten. Maka disinilah relevansi perlunya sistem

auditing Islami dalam melakukan fungsi audit terhadap lembaga yang

dijalankan secara Islami ini.

Pada awalnya organisasi ini bernama Financial Accounting

Organization Islamic Banks and Financial Institution di dirikan pada

tanggal 1 Safar 1410 H atau 26 Pebruari 1990 di Aljiria.

Prinsip Umum Audit AAOIFI;

1. Auditor lembaga keuangan Islam harus mematuhi “Kode

etik profesi akuntan” yang dikeluarkan oleh AAOIFI dan

the International Federation of Accountants yang tidak

bertentangan dengan aturan dan prinsip Islam.

2. Auditor harus melakukan auditnya menurut standar yang

dikeluarkan oleh Auditing Standar for Islamic Financial

Institutions (ASIFIs).

3. Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit

dengan kemampuan professional, hati-hati dan menyadari

segala keadaan yang mungkin ada yang menyebabkan

laporan keuangan salah saji.

Pendekatan dalam perumusan sistem ini adalah seperti yang

dikemukakan oleh Accounting and Auditing Standards for Islamic

Financial Institution (AAOIFI) yaitu:

1. Menentukan tujuan berdasarkan prinsip Islam dan ajarannya

kemudian menjadikan tujuan ini sebagai bahan

pertimbangan dengan mengaitkannya dengan pemikiran

akuntansi yang berlaku saat ini.

2. Memulai dari tujuan yang ditetapkan oleh teori akuntansi

kapitalis kemudian mengujinya menurut hukum syariah,

menerima hal-hal yang konsisten dengan hukum syariah dan

menolak hal-hal yang bertentangan dengan syariah.

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 87

G. Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Fungsinya

Salah satu perbedaan yang mendasar antara bank konvensional

dengan bank syariah adalah kewajiban adanya dewan pengawas sya-

riah (DPS) pada perbankan syariah. Sementara itu untuk bank kon-

vensional, tidak ada aturan untuk menempatkan DPS. Hal tersebut

juga berlaku bagi lembaga keuangan syariah yang seharusnya juga

memiliki DPS dan mempunyai tugas untuk memberikan opini terha-

dap tingkat kepatuhan institusi pada aturan syariah116

. Tidak terke-

cuali untuk BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah)117

, untuk

menjaga kemurnian praktik bank syariah maka perlu dibentuk Dewan

Pengawas Syariah (DPS).118

Pembentukan Dewan Pengawas Syariah sesuai dengan keten-

tuan penjelasan UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 6 huruf M yang dida-

sari pada kesadaran akan pentingnya menjaga kegiatan usaha bank

syariah agar senantiasa berjalan sesuai dengan nilai-nilai syariah.

Selain itu juga untuk dapat melakukan pengawasan yang lebih dalam

terhadap kinerja bank syariah agar sesuai dengan fatwa DSN.119

116

Alexakis Christos, Alexandros Tsikouras, “Islamic Finance: regu-

latory framework_challenges lying ahead”, International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management, Vol.2, No.2 (2009): 90-104

117 BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) adalah bank syariah

yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembaya-

ran, Undang-undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Tentang

Perbankan Syariah 118

Menurut Antonio bahwasannya DPS memiliki tugas mengawasi

pelaksanaan operasional bank dan produk-produknya agar tidak menyim-

pang dari aturan syariah, di Indonesia DPS sudah dibentuk sejak tahun 1997

dengan rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional sebagai lembaga tertinggi

yang mengayomi dan mengawasi praktik lembaga keuangan syariah di Indo-

nesia, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendikiawan Tazkia Institute,

Bogor, (1999) 119

DSN (Dewan Syariah Nasional) adalah dewan yang dibentuk oleh

Majelis Ulama Undonesia (MUI) untuk menangani masalah-masalah yang

berhubungan dengan aktivitas lembaga keuangan syariah, pembentukan

DSN merupakan langkah efisiensi dan koordinasi para ulama dalam me-

nganggapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah ekonomi/keuangan.

DSN diharapkan dapat berfungsi untuk mendorong penerapan ajaran Islam

dalam kehidupan ekonomi dan berperan secara pro aktif dalam menanggapi

perkembangan masyarakat Indonesia yang dinamis dalam bidang ekonomi

dan keuangan.

88 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Alasan lain dari tujuan utama pembentukan dewan pengawas

syariah menurut Garas dan Pierce120

adalah:

1. Mengawasi aktivitas lembaga keuangan syariah untuk men-

jamin sepenuhnya kepatuhan Syariah, dengan mempertemu-

kan antara produk, Hemaish (2005) dan kontrak berdasar-

kan prinsip Syariah, S AL Rae (2005) namun, pengemba-

ngan produk merupakan tanggung jawab manajemen, M.

Bakr (2002), beberapa peneliti lain seperti Abu Ghudda121

,

Al Dareer (2001), Fayyad (2004), dan Hemaish (2005) ber-

argumentasi bahwasannya DPS mempunyai tanggung jawab

atas pengembangan produk dan kontrak untuk memperkaya

industry keuangan, sehingga pembentukan DPS bertujuan

untuk mereview dan mengembangkan produk dan kontrak

lembaga keuangan Syariah untuk menjamin kepatuhannya

dengan Syariah.

2. Keberadaan DPS mewakili pemegang saham dalam penelaa-

han laba yang dihasilkan pada akhir tahun untuk menjamin

legitimasinya,122

sehingga dalam laporan tahunan DPS me-

nyatakan opininya atas transaksi yang dilaksankan peru-

sahaan dan dipublikasikan dalam laporan keuangan123

.

3. Mengedukasi SDM dalam aturan dan prinsip Syariah untuk

memahami visi lembaga keuangan Syariah dan mencapai

120

Samy, Nathan Garas, Chris Pierce, “Shari’a Supervision of Islamic

Financial Institutions”, Journal of Financial Regulation and Compliance,

Vol. 18, No. 4, (2010): 386-407 121

A, Abu Ghudda, “Shari’a Supervisory Boards:establishment,

objectives, and reality”, Proceedings of the First Annual Conference of AAOIFI, Bahrain, (2001): 1-24

122 M, Al Zarrqa, “A Look towards the work of Shari’a Supervisory

Boards and their contribution to Islamic financial institutions”, Proceedings of the second annual conference of AAOIFI, Bahrain, (2002): 1-9

123 H. Hassan, “The relation between Shari’a supervisory boards and

external auditors”, proceedings of the first annual conference of AAOIFI, Bahrain, (2001): 1-70

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 89

tujuannya,124

tujuan ini dicapai dengan menanggapi per-

tanyaan manajemen, mengidentifikasi kesalahan, dan me-

ngambil tindakan perbaikan atas berbagai pelanggaran.125

Dewan Pengawas Syariah melaksanakan tugasnya dengan

mengawasi bank syariah berdasarkan sejumlah ketentuan. Ketentuan

tersebut diantaranya wajib mengikuti fatwa dari DSN dan melaksa-

nakan statusnya sebagai dewan yang ditempatkan di bank syariah

(yang keanggotaannya ditetapkan berdasarkan rekomendasi DSN)

yang bertugas mengawasi penerapan prinsip syariah dalam kegiatan

usaha bank. Selain itu, keanggotaan Dewan Pengawas Syariah juga

harus mendapat persetujuan BI.

Pedoman pengawasan maupun tatacara penyampaian laporan

hasil pengawasan telah diatur dalam Surat Edaran No. 8/19/DPBS

tanggal 24 Agustus 2006 Perihal Pedoman Pengawasan Syariah dan

Tata Cara Pelaporan Hasil Pengawasan bagi DPS. Laporan hasil pe-

ngawasan Syariah beserta kertas kerja pengawasan yang telah disu-

sun oleh DPS, sesuai dengan peraturan ini, disampaikan kepada

Direksi, Komisaris, DSN, dan juga BI.

Laporan hasil pengawasan Syariah itu sendiri, setidaknya harus

memuat beberapa hal, yaitu: (1) hasil pengawasan atas kesesuaian

kegiatan operasional bank terhadap fatwa yang dikeluarkan oleh

DSN-MUI; (2) opini syariah atas pedoman operasional dan produk

yang dikeluarkan oleh bank; (3) hasil kajian atas produk dan jasa baru

yang belum ada fatwa untuk dimintakan fatwa kepada DSN-MUI;

dan (4) opini syariah atas pelaksanaan operasional bank secara kese-

luruhan dalam laporan publikasi bank.

Pedoman tersebut telah disempurnakan dengan pedoman pelak-

sanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah diatur dalam surat edaran126

. Intinya,

124

A, Abu Ghudda, “Shari’a Supervisory Boards:establishment,

objectives, and reality”, Proceedings of the First Annual Conference of AAOIFI, Bahrain, (2001): 1-24

125 A, Al Saad, “Shari’a supervision and its impact on Islamic banks”,

Proceedings of the third International conference for Islamic Economic, Jeddah, Saudi Arabia, (2004): 1-29

126 Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/22/DPbS tanggal 27 Juni

2013, Perihal Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pe-

ngawas Syariah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

90 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

membahas apa tujuan dari pengawasan penerapan Prinsip Syariah

oleh DPS, bagaimana pelaksanaan pengawasan penerapan prinsip

Syariah oleh DPS, apakah hasil dari pengawasan penerapan prinsip

Syariah dilaporkan kepada Bank Indonesia, dokumen apa saja yang

dilaporkan, serta bagaimana bentuk laporan pengawasan penerapan

Prinsip Syariah (walaupun untuk laporan hasil masih berpedoman

pada Surat Edaran BI, No. 8/19/DPbS tanggal 24 Agustus 2006).127

Definisi Dewan Pengawas Syariah menurut Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI)128

adalah:

“A shari’a supervisory board (SSB) is an independen body of (shari’a scholars) with a (possibility of including) a member other than a shari’a scholar, who should be an expert in the field of IFIs. The SSB is entrusted with the duty of directing, reviewing, and supervising the activities of the IFI in order to ensure that they are in compliance with Islamic Shari’a”129

Selanjutnya menurut pendapat yang lain definisi dari DPS

adalah “A Shari’a Supervisory Board (SSB) guides shari’a com-pliance on behalf of the clients, the SSB is made up of distinguished Islamic legal scholars who assume responsibility for auditing shari’a compliance of a bank, including its marketing strategies, thereby functioning as a customer advocate representing the religious interest

127

Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/19/DPbS tanggal 24 Agustus

2006 Perihal Pedoman Pengawasan Syariah dan tata Cara Pelaoran Hasil

Pengawasan bagi Dewan Pengawas Syariah 128

AAOIFI adalah organisasi profesi akuntansi pertama di dunia yang

menghasilkan standar akuntansi syariah, AAOIFI bahkan juga menghasilkan

standar audit dan standar etik syariah untuk perusahaan dan institusi keua-

ngan syariah dan tujuan dari AAOIFI adalah untuk mengembangkan pemiki-

ran akuntansi dan auditing yang relevan untuk lembaga keuangan Islam,

menyebarkan pemikiran akuntansi dan auditing yang relevan untuk lembaga

keuangan Islam beserta aplikasinya melalui pelatihan, seminar, publikasi

berita secara berkala, melaksanakan dan memfasilitasi penelitian dan lain-

lain, menyajikan, menyebarluaskan, dan melakukan interpretasi atas standar

akuntansi dan auditing untuk lembaga keuangan Islam, serta merevieu dan

mengamademenkan standar akuntansi dan auditing untuk lembaga keuangan

Islam. 129

AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic

Financial Institutions), Shari’ah Standards, Desember 2015

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 91

of investors”130. Sedangkan definisi lainnya mengenai DPS adalah

lembaga independen atau hakim khusus dalam fikih muamalat. DPS

berkewajiban untuk mengarahkan, mereview, dan mengawasi akti-

vitas lembaga keuangan untuk meyakinkan bahwa lembaga keuangan

telah mematuhi aturan dan prinsip syariah Islam.131

Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat disimpul-

kan bahwa Dewan Pengawas Syariah merupakan lembaga independen

yang beranggotakan ahli fikih muamalat dan ahli dalam lembaga ke-

uangan Islam yang bertugas mengawasi aktivitas bank syariah untuk

memastikan kepatuhan akan aturan dan prinsip syariah Islam.132

DPS

dimaksudkan sebagai mekanisme kontrol untuk memonitor kinerja

bank Islam yang berkaitan dengan isu kepatuhan pada syariah. Selain

itu, DPS dapat memastikan semua kontrak, prosedur dan transaksi

yang dilakukan oleh bank Islam dengan aturan Islam, dan DPS juga

diharapkan dapat memastikan agar bank Islam menunaikan kewajiban

zakatnya133

. Hal ini sangat terkait dengan kualitas laporan keuangan

dimana dalam laporan keuangan juga terdapat laporan penggunaan

dan penyaluran dana zakat.

Pentingnya peran dewan pengawas Syariah dalam suatu lem-

baga keuangan Syariah yang terkait dengan kualitas laporan

keuangan sejalan dengan firman Allah SWT, Qs. At Taubah (9): 122,

Qs. Al Anfaal (8): 58

“tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke

medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara

130

Hassan, M. Kabir dan Mervyn K. Lewis. Handbook of Islamic Banking, Cheltenham, Edwarg Elgar, (2007)

131 Harahap, Sofyan syafri, Auditing dalam Perspektif Islam, (Jakarta:

Pustaka Quantum, (2008), 207 132

Rini, “The Effect of Implementation of Audit Committee, Role

Sharia Supervisory board, role and internal control over financial reporting

effectiveness on financial reporting quality”, Disertasi, UnPad, Bandung,

(2012: 40) 133

Briston, R, & El-Ashker, A, Religious audit, Could it happen here,

Accountiancy, (1986)

92 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka

tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya

apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat

menjaga dirinya” 134

“dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari

suatu golongan, Maka kembalikanlah Perjanjian itu kepada mereka

dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-

orang yang berkhianat.” 135

\

Pentingnya peran pihak yang ahli agama dan keuangan dalam

mewujudkan laporan keuangan yang berkualitas bagi lembaga keua-

ngan Syariah (dalam hal ini diwakili oleh Dewan Pengawas Syariah)

dapat terlihat dalam hadist Rasulullah SAW yang berbunyi sebagai

berikut,

Abu Hurairah, RA, berkata, “Ketika Rasulullah SAW, di suatu

majelis sedang berbicara dengan suatu kaum, datanglah seorang kam-

pung dan berkata, “kapankah kiamat itu?” Rasulullah terus berbicara,

lalu sebagian kaum berkata, Beliau mendengar apa yang dikatakan

olehnya, namun beliau benci apa yang dikatakannya itu, dan sebagian

dari mereka berkata, Beliau tidak mendengarnya, sehingga, ketika

beliau selesai berbicara, maka beliau bersabda, Dimanakah gerangan

orang yang bertanya tentang kiamat? Ia berkata, inilah saya, wahai

Rasulullah, Beliau bersabda, Apabila amanat itu telah di sia-siakan,

maka nantikannlah kiamat, Ia berkata, Bagaimana menyianyiakan-

nya? Rasulullah besabda, Apabila perkara (urusan) diserahkan (pada

satu riwayat disebutkan dengan: disandarkan) kepada selain ahlinya,

maka nantikanlah kiamat. (HR. Bukhari)136

Abu Moamer menyatakan bahwasannya DPS dapat memasti-

kan agar aktivitas bank Islam dilakukan dalam batas-batas syariah,

134

Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama, Qs. At Taubah

(9): 122 135

Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama, Qs. Al Anfaal

(8): 58 136

M.Nashiruddin Al Abani, Ringkasan Shahih Bukhari, (Jakarta:

Gema Insani Press, (2003), 46

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 93

dan memastikan bahwa bank Islam bebas dari transaksi yang me-

ngandung bunga, perjudian, spekulasi, dan melakukan perdagangan

produk yang diharamkan. Selanjutnya, DPS juga dapat mendesak

manajemen bank Islam untuk mengungkapkan penerimaan dari setiap

transaksi yang melanggar hukum Islam, juga harus melakukan audit

terhadap dana zakat bank Islam guna memastikan penghitungan yang

benar dan distribusi zakat yang adil ke delapan kelompok yang ber-

hak menerima zakat seperti yang telah disebutkan dalam Al quran.137

Abdallah berpendapat bahwa DPS bertanggung jawab untuk

melakukan audit ex ante dan ex post untuk memverifikasi sejauhma-

na operasional bank Islam telah sesuai dengan prinsip syariah. Selain

itu, DPS juga harus melakukan empat pemeriksaan laporan keuangan

bank Islam. Pertama mengenai formulasi alokasi profit secara adil,

kedua menginformasikan bahwa semua penerimaan bank Islam bera-

sal dari transaksi yang sah sesuai hukum Islam, ketiga memastikan

agar dana zakat dihitung dengan benar, dilaporkan secara transparan

dan didistribusikan secara merata kepada penerima zakat, keempat

bertanggung jawab dalam menyatakan opini apakah bank Islam telah

menjalankan peran sosialnya dalam masyarkat atau belum.138

Dalam hal ini Nasim menyatakan bahwa DPS memiliki dua

peran, yaitu kewajiban dan fungsi. Yang termasuk dalam kewajiban

adalah menghadiri rapat rutin DPS, melakukan review secara berkala

atas pemenuhan prinsip syariah terhadap produk BPRS, memberikan

nasihat dan saran terhadap direksi BPRS, dan melaporkan hasil kerja-

nya secara berkala kepada BI. Sedangkan fungsi dari DSN adalah

untuk mengawasi pelaksanaan fatwa DSN di LKS serta mengusulkan

fatwa kepada DSN.139

Dalam hal operasional, kegiatannya serta pro-

ses laporan keuangan yang sesuai dengan konsep perbankan syariah

137

Laely Dwi Arsyianti, “The Role of Shariah Supervisory Board in

Islamic Financial Industry (Case Study: Iran, Malaysia, And Indonesia)”,

Jurnal Ekonomi Islam Al Infaq, Volume.1 No.1 september (2010): 61-79 138

Abdallah, Abdallah, A. A, The Role of Shariah Supervisory Board in Setting Accounting Policies in Islamic Banks. Development of an accoun-ting system for Islamic banks. Selected readings, Chapter 10, (London: Insti-

tute of Islamic Bank and Insurance, London, 1999), 129-142 139

Nasim, Arim, “Pengaruh Pemahaman Manajer tentang SAK Sya-

ri’ah, peran DPS dan kualitas laporan keuangan terhadap loyalitas nasabah

(Studi pada BPRS di Jawa Barat, Banten dan Yogyakarta)”, Disertasi, UnPad, Bandung 2010

94 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

serta standar akuntansi yang berlaku umum, maka dalam hal ini

dewan pengawas syariah memiliki peran yang utama dalam pengen-

dalian aspek syariah.140

Fungsi dan Tugas DPS

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia juga dinyatakan bahwa-

sannya Dewan Pengawas Syariah adalah dewan yang melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan

usaha BPRS141

. Tentang Pedoman Pengawasan Syariah dan Tata Cara

Pelaporan Hasil Pengawasan bagi Dewan Pengawas Syariah dapat

dibaca dalam lampiran Surat Edaran No. 15/22/DPbS tahun 2006 142

.

Sedangkan untuk Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab

Dewan Pengawas Syariah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dapat

dibaca pada Surat Edaran No. 15/22/DPbS. Pada dasarnya pedoman

tersebut menjelaskan mengenai beberapa hal, antara lain143

:

1. Ketentuan Umum

a. Dewan Pengawas Syariah yang selanjutnya disebut DPS

adalah dewan yang bertugas memberikan nasihat dan

saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sesuai dengan

prinsip Syariah.

b. Penerapan prinsip syariah memiliki resiko reputasi,

resiko kepatuhan dan resiko hukum bagi BPRS, sehingga

DPS harus memastikan agar kegiatan usaha BPRS sesuai

dengan prinsip syariah dan Fatwa DSN-MUI.

140

Minarni, “Konsep pengawasan, kerangka audit syariah, dan tata

kelola lembaga keuangan syariah”, Jurnal Ekonomi Islam, La Riba, Vol. VII,

No. 1, Juli (2013): 29-40 141

Peraturan Bank Indonesia, No. 7/47/PBI/2005 Tentang Transpa-

ransi Kondisi Keuangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, Pasal 1, No. 9 142

Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/19/DPbS Pedoman Pengawa-

san Syariah dan Tata Cara Pelaporan Hasil Pengawasan bagi Dewan Penga-

was Syariah dan lampiran. Www.bi.go.id 143

Surat Edaran No. 15/22/DPbS, Tentang Pedoman Pelaksanaan

Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawaas Syariah Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah, Tahun 2013, Www.bi.go.id

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 95

2. Pengawasan penerapan prinsip syariah

Pengawasan penerapan prinsip syariah yang dilakukan oleh

DPS adalah untuk memastikan kepatuhan penerapan prinsip syariah

dalam kegiatan usaha BPRS yang mencakup pengawasan terhadap

produk dan aktivitas baru BPRS dan pengawasan terhadap kegiatan

penghimpunan dana, dan pembiayaan dalam kegiatan jasa BPRS

lainnya.

3. Laporan hasil pengawasan penerapan prinsip syariah BPRS

menyampaikan laporan hasil pengawasan penerapan prinsip

syariah yang disusun oleh DPS secara semesteran kepada

Bank Indonesia untuk posisi akhir bulan Juni dan Desember.

Fungsi Dewan Pengawas Syariah lainnya menurut beberapa

pendapat yang dirangkum oleh Garas dan Pierce antara lain:

1. Menyatakan dua fungsi, yaitu pemandu dan pengendalian

(guilding and controlling) fungsi guiding yang meliputi per-

baikan atas kebijakan, kontrak, dan perjanjian serta pelati-

han manajemen dalam penerapan aturan syariah, fungsi

controlling meliputi penelahaan yang lengkap atas transaksi

untuk menjamin kepatuhan terhadap fatwa dan keputu-

san.144

2. Mengklasifikasikan fungsinya menjadi fungsi utama yang

mencakup implementasi shariah atas transaksi dan fungsi

pendukung yang meliputi semua hubungan antara DPS dan

organ governance yang lain.145

3. Membagi fungsi DPS menjadi fungsi internal dan eksternal.

Fungsi internal meliputi mengeluarkan fatwa, mengontrol

aktivitas LKS untuk menjamin implementasi yang tepat

dari fatwa yang dikeluarkan, dan membantu LKS mencapai

144

H. Hassan, “The relation between Shari’a supervisory boards and

external auditors”, Proceedings of the first annual conference of AAOIFI, Bahrain, (2001): 1-70

145 Nashmi Al, A, “Improving the Sharia Supervisory Boards identity

and practices to fulfill the needs of Islamic financial institutions”, Procee-dings of the Second Annual Conference of AAOIFI, Bahrain, (2002): 1-41

96 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

tujuannya. Sedangkan fungsi eksternal meliputi menjamin

kepatuhan syariah semua transaksi.146

4. Mengelompokan fungsi DPS dalam moral, praktis, konsul-

tatif, administratif, dan kontrol fungsi moral yang menca-

kup peningkatan kepercayaan klien dalam aktivitas LKS.

Fungsi moral mencakup peningkatan kepercayaan klien

dalam aktivitas LKS; fungsi praktis meliputi pengeluaran

fatwa; fungsi konsultatif mencakup bimbingan DPS pada

manajemen dan pegawai; fungsi administrative meliputi

keberadaan DPS dalam rapat direksi untuk mendiskusikan

masalah syariah dan penyajian laporan tahunan syariah

untuk menampilkan opininya; dan fungsi kontrol meliputi

audit syariah atas transaksi yang telah dilaksanakan dan

perbaikan atas pelanggaran.147

5. Membagi fungsi dalam fungsi akademis dan fungsi ekse-

kutif. Fungsi akademis meliputi pengayaan jurisprudensi

Islam melalui riset yang dikerjakan secara internal melalui

review aktivitas LKS pada aturan syariah dan regulasi.

Fungsi ini juga mencakup pegawai dalam hukum Islam dan

menyiapkan mereka untuk menjawab pertanyaan nasabah.

Fungsi eksekutif ini meliputi proses preventive, remedial and complementary control. Preventive control meliputi

review komprehensif atas kebijakan, artikel asosiasi, pro-

duk, dan kontrak sebelum dikeluarkan ke publik untuk men-

jamin kepatuhan dengan Syariah, remedial control meliputi

audit selama pelaksanaan kontrak dan proyek investasi

untuk memastikan implementasi fatwa secara benar, com-plementary control mencakup review komprehensif atas

semua transaksi yang berhubungan dengan auditor internal

syariah.148

146

M, Al Zarrqa, “A Look towards the work of Shari’a Supervisory

Boards and their contribution to Islamic financial institutions”, Proceedings of the second annual conference of AAOIFI, Bahrain, (2002): 1-9

147 A, Fayyad, “Shari’a supervision and current challenges to Islamic

Banks”, Proceedings of the Third International Conference for Islamic Eco-nomic, Jeddah, Saudi Arabia, (2004): 1-46

148 N. Hammad, “Sharia and legal responsibilities of sharia super-

visory board members”, Proceedings of the second annual conference of AAOIFI, Bahrain, (2002): 1-15

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 97

Sedangkan Garas dan Pierce149

mengelompokan fungsi DPS dalam

dua hal yaitu:

1. Fungsi pengawasan (supervisory), meliputi:

a. Mengeluarkan fatwa dan keputusan sebelum eksekusi

transaksi;

b. Menyetujui produk, kontrak dan jasa baru;

c. Memeriksa prosedur implementasi produk baru yang

bekerjasama dengan auditor internal syariah;

d. Memeriksa laporan keuangan akhir tahun;

e. Menyetujui distribusi laba bersih di antara pemegang

saham dan pemilik investasi.

2. Fungsi konsultasi (consulting), meliputi:

a. Menemukan solusi kepatuhan syariah selama implemen-

tasi kontrak;

b. Menjelaskan cara menghitung kewajiban zakat;

c. Membimbing manajemen dalam mengalokasikan pendapa-

tan non halal untuk keperluan amal;

d. Mengadakan workshop & perkuliahan untuk manajemen

dan nasabah.

149

A, Fayyad, “Shari’a supervision and current challenges to Islamic

Banks”, Proceedings of the Third International Conference for Islamic Eco-nomic, Jeddah, Saudi Arabia, (2004): 1-46

98 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Gambar 2.4

Skema Kerangka Pemikiran

Pendekatan

Kualitatif

Pendekatan

Kuantitatif

Sumber data diperoleh

melalui studi lapangan,

wawancara mendalam,

dokumentasi, dengan

pendekatan Fenomenologi

yang mengkaitkan dengan

standar akuntansi keuangan

syariah beserta aturan yang

berlaku

Sumber data diperoleh

melalui kuesioner yang akan

diberikan kepada responden

yang terdiri dari low

manajemen, middle

manajemen sampai top

manajemen

Hasil wawancara, pengamatan

dan dokumentasi di analisis

serta di interprestasikan

Model kerangka pemikiran

Peran DPS

(X3)

Peran

Auditor

internal (X1)

Peran Auditor

eksternal (X2)

Pemaha

manan

SAK

Syariah

(Var

Moderasi

)

Kualitas

laporan

keuangan

(Y)

Lakukan

pengujian

KESIMPULAN

Kualitas Laporan Keuangan dalam Perspektif Akuntansi Syariah

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 99

BAB III

GAMBARAN UMUM DAN KONDISI

LAPORAN KEUANGAN BPRS

DI INDONESIA

BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) yang dijadikan

objek dalam disertasi ini terdiri dari 26 BPRS, 11 BPRS memiliki

aset diatas Rp. 100 Miliar dan 15 BPRS memiliki aset antara RP. 50

Miliar – Rp. 100 Miliar berdasarkan versi majalah Infobank 2016, dan

BPRS tersebut tersebar di Indonesia antara lain di Jawa Barat, Jawa

Timur, Jawa Tengah, Jabodetabek, Lampung, Sulawesi, dan juga

Nusa Tenggara, dari penyebaran wilayah tersebut telah mewakili

wilayah Indonesia.

BPRS memliki kewajiban untuk menyajikan Laporan Keua-

ngannya yang merujuk pada 3 (tiga) aturan, yaitu ETAP (Entitas

Tanpa Akuntan Publik), PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Sya-

riah Indonesia) Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah1 dan SAK

(Standar Akuntansi Keuangan Syariah)

Berdasarkan peraturan yang terkait2 dengan laporan keuangan

bahwa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah memiliki kewajiban untuk

1 Selain mengacu kepada Standar Akuntansi keuangan Syariah dalam

proses laporan keuangannya, BPRS juga mengacu kepada Pedoman Akun-

tansi Perbankan Syariah yang merupakan standar akuntansi keuangan yang

relevan bagi BPRS agar penyusunan laporan keuangan memiliki kualitas

yang relevan, komprehensif, andal dan dapat diperbandingkan, Salinan Surat

Edaran Jasa Keuangan No. 9/SEOJK.03/2015, Tentang Pedoman Akuntansi

Perbankan Syariah Indonesia Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Lem-

baga keuangan syariah termasuk BPRS memiliki dua produk yaitu peng-

himpunan dana dan penyaluran dana, dimana kedua hal tersebut sangat ber-

kaitan dengan kualitas laporan keuangan, penghimpunan dana masyarakat

dalam bentuk giro, tabungan dan deposito, dengan menggunakan prinsip

wadi’ah dan Mudharabah, Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, edisi ketiga, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), 107

2 Ramlan Ginting, dkk, Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likui-

ditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank, (Jakarta: Pusat Riset

dan Edukasi Bank Sentral (PRES), 2013), Pasal 7, 7/47/PBI/2005/ayat 1

100 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

memberikan laporan keuangan baik secara bulanan, triwulan, semes-

ter ataupun tahunan ke Bank Indonesia maupun OJK (Otoritas Jasa

Keuangan). Dalam akuntansi Syariah hal ini merupakan pertang-

gungjawaban pihak lembaga keuangan Syariah (BPRS) terhadap para

pemangku kepentingan terutama kepada Allah SWT, hal ini sejalan

dalam Q.s Al Muddatssir (74): 38

“Tiap tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diper-

buatnya”

Maka dari ayat tersebut terlihat jelas bahwa setiap perbuatan

individu dari sisi ini adalah akuntan dan auditor yang menjalankan

profesinya dalam BPRS yang dilakukan pada waktu, tempat dan kon-

disi tertentu yang bisa meninggalkan bekas maupun pengaruh pada

orang lain, atas apa yang telah mereka sajikan dalam bentuk laporan

keuangan dan laporan audit, oleh sebab itu tanggung jawab seorang

akuntan maupun auditor sangat terlihat jelas dari awal proses tran-

saksi yang terjadi didalam BPRS dimana seorang akuntan bertang-

gunjawab atas laporan keuangan yang disajikan sedangkan seorang

auditor bertanggung jawab atas laporan keuangan yang telah diperik-

sa, karena laporan keuangan yang di sajikan oleh pihak akuntan mau-

pun auditor menjadi tanggung jawabnya.

A. Kondisi Laporan Keuangan BPRS dalam Website

Berdasarkan peraturan baik dari Bank Indonesia, SOJK, Stan-

dar akuntansi keuangan Syariah mengenai kewajiban BPRS dalam

penyampaian laporan keuangan, dalam hal ini kondisi laporan keua-

ngan BPRS di lihat dari website masing-masing BPRS yang dijadikan

sebagai sampel dalam penelitian ini.

Berikut adalah BPRS yang dijadikan objek dalam penelitian ini

antara lain:

BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) yang memiliki aset

diatas Rp. 100 Miliyar berdasarkan majalah Info\Bank:

mengenai BPRS wajib mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi secara

triwulanan untuk pelaporan akhir bulan Maret, Juni, September dan Desem-

ber sesuai dengan bentuk dan tatacara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 101

Tabel 3.1

BPRS dengan Aset di atas Rp. 100 Miliar

Nama BPRS

Wilayah

Jumlah

Aset pada

tahun 2015

Harta Insan Karimah (PT) Jawa Barat – Cibitung 135.683

Bhakti Sumekar (PT) Jawa Timur – Sumenep 523.195

Amanah Ummah (PT) Jawa Barat – Bogor 178.387

Harta Insan Karimah (PT) Bekasi 185.165

Dinar Ashri (PT) Mataram – NTB 158.817

Suriyah (PT) Cilacap – Jawa Tengah 104.945

Artha Madani (PT) Bekasi 149.277

Al Ma’Some Syariah (PT) Jawa Barat – Bandung 127.134

Bhaktimakmur Indah (PT) Jawa Timur – Sidoarjo 149.483

Harta Insan Karimah

Parahiyangan (PT) Jawa Barat – Bandung 616.164

Harta Insan Karimah

Tangerang (PT) Banten 473.747

Berikut adalah nama – nama BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah) yang memiliki Aset antara Rp. 50 M – Rp. 100 M:

Tabel 3.2

BPRS dengan Aset Rp. 50 Milyar – Rp. 100 Milyar

BPRS

Wilayah

Jumlah

Aset pada

tahun 2015

Baiturridha Pusaka (PT) Jawa Barat – Bandung 72.643

Kotabumi (PT) Lampung – Lampung

Utara 96.019

Bandar Lampung (PT) Lampung _- Bandar

Lampung 61.225

Dana Moneter (PT) SulSel – Makasar 60.474

Amanah Insani (PT) Bekasi 78.450

Sukowati Sragen (PT) Jawa Tengah – Sragen 99.422

Berkah Ramadhan (PT) Banten – Tangerang 60.053

Barokah Dana Sejahtera (PT) DIY – Yogyakarta 63.376

Artha Surya Barokah (PT) Jawa Tengah – 55.739

102 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Semarang

Patriot Bekasi (PT) Bekasi 67.072

Lantabur Tebuireng (PT) Jawa Timur – Jombang 84.052

Buana Mitra Perwira (PT) Jawa Tengah –

Purbalingga 82.688

Bakti Artha Sejahtera

Sampang (PT)

Jawa Timur –

Sampang 77.829

Bangun Drajat Warga (PT) Jawa Tengah – Bantul 71.674

Metro Madani (PT) Lampung – Metro 95.917

Selanjutnya gambaran informasi laporan keuangan BPRS yang

disajikan oleh BPRS, pada umumnya suatu entitas bisnis baik kon-

vensional maupun Syariah harus menyajikan minimum dua periode

dari setiap laporan keuangan yang di syaratkan dengan catatan atas

laporan keuangan yang terkait, hal tersebut di nyatakan dalam para-

graph 3.143, sedangkan menurut aturan lainnya menjelaskan bahwa

laporan keuangan entitas bisnis wajib disajikan secara tahunan ber-

dasarkan tahun takwim4

Berikut adalah gambaran umum mengenai informasi laporan

keuangan BPRS dari Maret 2011 sampai dengan September 2017,

berdasarkan sampel dalam penelitian ini yang dijadikan objek peneli-

tian berjumlah 26 BPRS:

3 IAI, Ikatan Akuntan Indonesia, SAK ETAP (Standar Akuntansi

Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik), (Jakarta: IAI, 2015), 13 4 OJK, IAI, PAPSI, (Pedoman Akuntansi PerbankanSyariah di Indo-

nesia Bagi BPRS), (Jakarta: IAI 2016), 14

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 103

Gambar 3.1

BPRS yang memiliki Website

Berdasarkan Gambar 3.1 BPRS yang memiliki website seba-

nyak 21 BPRS (81%), sedangkan sebanyak 5 BPRS (19%) tidak

memiliki website, BPRS yang tidak memiliki website dapat dipas-

tikan tidak menyajikan (menginformasikan) laporan keuangannya

dalam website, sedangkan BPRS yang memiliki website dan menya-

jikan (menginformasikan) laporan keuangannya, namun terdapat

laporan keuangan yang tidak lengkap atau sesuai dengan aturan yang

berlaku, akan tetapi mereka memiliki laporan tahunan dalam bentuk

hard copy, alasan yang mereka sampaikan mengenai tidak terdapat-

nya website, karena website yang mereka kelola sedang dalam perbai-

kan, dan sumber daya manusia yang dimiliki masih kurang mema-

hami teknologi informasi berupa website, sehingga mereka tidak

(belum) memiliki website.

104 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Gambar 3.2

Laporan Keuangan BPRS dalam Website

Berdasarkan Gambar 3.2 diatas, BPRS yang memiliki laporan

keuangan dalam websitenya sebanyak 17 BPRS (65%) dan sebanyak

9 BPRS (35%) tidak memiliki laporan keuangan dalam websitenya,

walaupun terdapat folder laporan keuangan dalam websitenya, namun

laporan keuangan yang disajikan (diinformasikan) tersebut belum di

update dengan baik.

Hal ini menandakan bahwa lembaga keuangan syariah khusus-

nya yang dijadikan objek penelitian ini kurang perhatian terhadap inf-

ormasi yang seharusnya dapat disampaikan melalui website yang di-

milikinya, akan tetapi mereka mempunyai kewajiban untuk mengin-

formasikan laporan keuangannya ke Bank Indonesia, saat ini internet

merupakan salah satu media yang paling cepat dan mudah dalam

memberikan informasi apapun tidak terkecuali laporan keuangan

yang menjadi tanggung jawab suatu entitas bisnis.

Menurut peraturan Bank Indonesia No.15/3/DKBU/2013/ Ten-

tang Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat5

5 Didalam peraturan tersebut pasal 9 dicantumkan tatacara pengumu-

man laporan keuangan publikasi bagi BPR dengan total asset Rp. 10 miliar

ke atas untuk posisi laporan keuangan publikasi bulan Desember yaitu de-

ngan cara mengumumkan dalam surat kabar harian lokal dan menempel-

kannya pada papan pengumuman atau media lainnya yang mudah dibaca

oleh publik, berdasarkan pasal tersebut dalam hal mengumumkan laporan

keuangan publikasi dengan menempelkan pada papan pengumuman atau

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 105

Gambar 3.3

BPRS Submitt Laporan Keuangan

Berdasarkan Gambar 3.3 BPRS yang di jadikan objek pene-

litian ini sebanyak 26 BPRS telah mensubmitt laporan keuangannya

untuk periode Juni 2017 ke dalam website Bank Indonesia, data ter-

akhir yang di ambil yaitu periode Juni 2017 untuk melihat konsis-

tensi BPRS dalam mensubmitt laporan keuangannya ke website BI,

ternyata semua BPRS yang dijadikan sampel telah melakukan sub-

mitt laporan keuangan ke Bank Indonesia.

Sesuai dengan komponen yang terdapat di Tabel 3.3, walaupun

terdapat komponen yang kosong (tidak terdapat saldo) seperti halnya

laporan sumber dan penggunaan dana ZIS (Zakat, Infak dan Sede-

kah), berdasarkan informasi yang disampaikan oleh pihak BPRS

bahwa tidak terdapatnya laporan sumber dan penggunaan dana ZIS,

dikarenakan BPRS memang tidak mengelola ZIS dalam kegiatan

operasionalnya sehari-hari, dana ZIS yang mereka peroleh dari nasa-

media lainnya yang mudah dibaca oleh publik maka laporan keuangan publi-

kasi wajib ditempelkan di seluruh kantor dan terus menerus ditempelkan

sampai dengan jangka waktu pelaporan berikutnya, dan jika tidak mengu-

mumkan laporan keuangan publikasi sesuai dengan ketentuan sebagaimana

dimaksud pada ayat sebelumnya dinyatakan belum mengumumkan laporan

keuangan publikasi, peraturan ini mulai berlaku sejak laporan keuangan

publikasi posisi akhir bulan September 2013 dan laporan tahunan posisi

akhir tahun 2013, dan hal ini dapat diberlakukan pada penelitian ini, karena

tahun laporan keuangan yang di jadikan bahan penelitian ini laporan keua-

ngan tahun 2015.

106 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

bah maupun karyawan langsung di salurkan beberapa lembaga ZIS

yang telah ditentukan oleh BPRS.

Walaupun dalam unsur laporan keuangan terdapat komponen

laporan keuangan sumber dan penggunaan dan ZIS, yang seharusnya

mereka laporkan (informasi) apalagi jika mereka menerima ZIS dari

nasabah maupun karyawan, karena dalam komponen laporan sumber

dan penggunaan dana ZIS tersebut terdapat akun (Account), sumber

zakat, infak, sedekah dan juga terdapat akun penggunaan atau kepada

siapa (lembaga) yang mana dana ZIS tersebut di salurkan

Tabel 3.3

Perbedaan Laporan Keuangan BPR dan BPRS

Laporan Keuangan BPR Laporan Keuangan BPRS

Neraca Neraca

Laba / Rugi Laba / Rugi

Komitmen dan Kontijensi Komitmen dan Kontijensi

Informasi Lain KAP dan Informasi lain

Sumber dan Penggunaan

dana ZIS

Sumber dan Penggunaan

qordul hasan

Distribusi bagi hasil

Perubahan dana Investasi

Terikat

Sumber: diolah dari website Bank Indonesia

Untuk melihat konsistensi BPRS yang merupakan sampel

dalam penelitian ini pada laporan keuangan periode 2011 – 2017

dalam karakteristik kualitas laporan keuangan adalah dapat diban-

dingkan6, maka BPRS yang melakukan submitt laporan keuangannya

6 Dapat dibandingkan maksudnya adalah bahwa pengguna harus

dapat memperbandingkan laporan keuangan entitas Syariah antar periode

untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan,

pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar enti-

tas Syariah untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan

posisi keuangan secara relative, implikasi penting dari karakteristik kualita-

tif dapat diperbandingkan adalah bahwa pengguna harus mendapat informasi

tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 107

secara konsisten, merupakan laporan keuangan BPRS yang termasuk

salah satu bagian dari karakteristik kualitas laporan keuangan yaitu

dapat dibandingkan.

Tabel 3.4

Laporan Keuangan yang di Submitt ke BI periode tahun 2011 - 2013

Dapat dilihat pada Tabel 3.4 bahwa laporan keuangan yang

disampaikan atau di submitt ke dalam website Bank Indonesia

berdasarkan aturan yang ada dibagi menjadi 4 termin yaitu, bulan

Maret, Juni, September dan Desember, namun masih ada BPRS yang

tidak mensubmitt laporan keuangannya berdasarkan aturan tersebut

dengan alasan yang mereka sampaikan bahwa waktu untuk mensub-

mitt laporan keuangan telah lewat periodenya.

Pada tahun 2011 sampai dengan 2013, BPRS yang melaporkan

atau mensubmitt laporan keuangannya mengalami perubahan yang

keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut, me-

mungkinkan pengguna untuk dapat mengidentifikasi perbedaan kebijakan

akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang sama

dalam sebuah entitas Syariah dari satu period eke periode dan dalam entitaas

Syariah yang berbeda, kebutuhan terhadap daya banding jangan dikacaukan

dengan keseragaman semata-mata dan tidak seharusnya menjadi hambatan

dalam memperkenalkan standard akuntansi keuangan Syariah yang lebih

baik, dan pengguna dapat membandingkan posisi keuangan, kinerja serta

perubahan posisi keuangan antar periode, maka entitas Syariah perlu menya-

jikan informasi periode sebelumnya dalam laporan keuangan, IAI, Standar Akuntansi Keuangan Syariah, (Jakarta: IAI, 2017), 60 -63

108 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

cukup signifikan, pada awal Maret 2011 terdapat 3 BPRS yang men-

submitt laporan keuangannya, namun pada Maret 2013 BPRS yang

mensubmitt laporan keuangannya sebanyak 24 BPRS hal ini me-

nunjukan bahwa BPRS bertanggung jawab baik terhadap stakeholder maupun masyarakat, khususnya nasabah pendanaan maupun pem-

biayaan dari BPRS tersebut.

Tabel 3.5

Laporan Keuangan yang di Submitt ke BI periode tahun 2014 – 2017

Dalam Tabel 3.5, dapat dilihat untuk periode Maret 2014

sampai dengan Juni 2017 terdapat perubahan yang sangat signifikan

di bandingkan 3 tahun sebelumnya, hal ini disebabkan adanya aturan

dari otoritas jasa keuangan7 agar lembaga keuangan Syariah termasuk

juga dengan BPRS wajib mensubmit laporan keuangannya untuk

periode Maret, Juni, September dan Desember, sehingga menjadi

kewajaran terdapat BPRS yang mendapatkan predikat “Sangat

Bagus” dari majalah Infobank karena dilihat dari aset yang dimiliki

serta tanggung jawab dan konsistensinya dalam mensubmitt laporan

keuangannya.

7Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 48/POJK.03/2017 Tentang

Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat, Bab III Laporan

Keuangan Publikasi Pasal 8 ayat 1 yang menyatakan BPR wajib mengu-

mumkan laporan keuangan publikasi triwulanan untuk posisi akhir bulan

Maret, bulan Juni, bulan September, dan bulan Desember sesuai dengan ben-

tuk dan tata cara yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan ayat 2

laporan keuangan publikasi untuk posisi bulan Desember disusun berdasar-

kan laporan keuangan tahunan

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 109

Selanjutnya hasil penelitian lapangan dari 11 BPRS yang

memiliki aset diatas Rp. 100 Miliar peneliti dapat berkesempatan me-

wawancarai 7 (tujuh) orang auditor internal dari 11 BPRS tersebut,

dengan hasil yang beraneka ragam mengenai peran mereka sebagai

auditor internal di BPRS, sedangkan untuk auditor eksternal peneliti

berkesempatan mewawancari 2 (dua) orang auditor eksternal, dan

untuk DPS (Dewan Pengawas Syariah) berkesempatan mewawancari

3(tiga) orang DPS, bahkan dari BPRS tersebut peneliti berkesem-

patan mewawancarai 3 (tiga) direktur utama walaupun bukan men-

jadi bagian dalam variabel yang akan di teliti namun dapat menjadi

bagian dari isi penelitian ini, yang dapat berkontribusi dalam analisis.

B. Fraud dalam BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah)

Fraud8 merupakan kecurangan atau penipuan yang dilakukan

dengan sengaja untuk memperoleh keuntungan bagi diri sendiri mau-

pun kelompok yang dapat merugikan banyak pihak, dari hasil wawan-

cara didapatkan hasil bahwa fraud bisa lebih banyak terjadi di BPRS,

karena Fraud dalam BPRS tidak seperti halnya di Bank Umum yang

mesti disampaikan ke OJK, sedangkan Fraud yang terjadi di BPRS

hingga dibubarkannya suatu BPRS hal tersebut disebabkan karena

fraud yang dilakukan oleh pengurus ataupun direksi dalam BPRS

tersebut.

Kenyataannya dalam BPRS fraud tersebut dapat terjadi dan

bahkan sering terjadi walaupun dimulai dalam nominal yang kecil,

hingga besar, akan tetapi hal tersebut tidak berdampak signifikan ter-

hadap kualitas laporan keuangan karena segera dapat ditangani oleh

pihak internal, namun demikian fraud tersebut dapat berdampak ter-

hadap kualitas laporan keuangan, hal tersebut bisa terjadi, seperti

halnya, yang dapat terjadi disaat laporan keuangan akan di publish

8 Fraud adalah tindakan kecurangan atau fraud merupakan istilah

umum, dan mencakup segala bentuk kecerdikan manusia dalam hal peranca-

ngan, yang dipaksakan oleh satu individu, untuk mendapatkan keuntungan

lebih melalui pernyataan palsu, tidak ada aturan yang pasti serta tidak ada

yang bisa ditetapkan sebagai usulan umum dalam mendefinisikan fraud,

karena mencakup hal-hal yang mengejutkan, penipuan, kelicikan atau kecer-

dikan, serta cara-cara yang tidak adil, satu-satunya batas yang mampu men-

definisikan fraud adalah hal-hal yang dapat membatasi ketidakjujuran manu-

sia, Albrect, W. Steve, et.al Fraud examination, 4th edition, e book, USA:

South Western Cengange, Learning, (USA: 2012), 6

110 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

namun ada beberapa nasabah yang belum menyelesaikan angsurannya

baik untuk pembiayaan murabahah ataupun musyarakah dan ijarah,

maka untuk menutupi hal itu, yang mereka lakukan adalah dengan

mengambil dana yang ada di zakat, infak dan sedekah untuk menu-

tupi nasabah yang belum melakukan pembayaran cicilan, hal ini jelas

dapat dikategorikan sebagai fraud karena entitas bisnis ingin laporan

keuangan yang mereka publish memiliki aset yang baik serta

collectibilitas nasabah yang baik pula”.9

Bahkan “fraud dapat dikatakan semakin canggih, dari sisi kua-

litas maupun kuantitasnya dan makin pintar, seperti contoh berikut

mengenai fraud tetapi bukan di BPRS kami, ada seorang akuntan

yang menggunakan uang kantor untuk keperluan pribadinya dengan

cara meng offside transaksi pembayaran pajak, karena pajak itu tidak

langsung dibukukan tapi dimasukan kedalam penghasilan pajak dan

ke kas jadi seolah-olah membayar pajak, namun saat pemeriksaan

oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) baru terdeteksi bahwa ada beban

rupa-rupa yang jumlahnya besar dan berulang-ulang, sehingga terde-

teksi adanya fraud disini terlihat bahwa auditor internal maupun

eksternalnya tidak canggih, karena tidak dapat mendeteksi hal

tersebut”10

Selanjutnya perbedaan fraud yang terjadi antar bank umum

dengan BPR konvensional maupun BPRS sangatlah berbeda, dimana

berdasarkan “pengalaman saya sebagai auditor di bank umum bahwa-

sannya fraud harus dilaporkan sebulan sekali ke OJK sedangkan

BPRS tidak ada sama sekali, hal itu disebabkan karena memang regu-

latornya tidak mengatur untuk melaporkan fraud seperti halnya bank

umum, dan secara prudentiality BPRS itu tidak dipandang oleh OJK,

sehingga kami BPRS tidak perlu melaporkan sebanyak apapun kasus-

nya kami tidak pernah melihat di OJK, kecuali OJK minta, sehingga

terlihat perbedaan dengan bank umum, dan berapa jumlah nominal di

atur dalam SOP untuk batasan fraud serta dalam PBI, sedangkan di

9 Hasil wawancara dengan auditor internal, Pada Hari Selasa, tanggal

05 september 2017, Jam.09.00 10

Hasil wawancara dengan direktur utama, Pada Hari Kamis, 07

September 2017, Jam 10.00

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 111

BPRS hal tersebut tidak ada”, dan fraud yang terjadidapat berdampak

dan juga tidak berdampak dalam laporan keuangan.11

Fraud merupakan kecurangan, dan biasanya terkait dengan

keuangan, walaupun hanya Rp. 50.000 jika itu diambil untuk keper-

luan pribadi maka hal tersebut sudah dikatakan sebagai fraud, dan hal

tersebut banyak terjadi dan ditemukan, dan “fraud itu dapat menye-

babkan laporan keuangan menjadi tidak berkualitas bahkan sangat

erat hubungannya, seperti fraud dalam merekayasa data, misalnya

nasabah mau deposito hanya dicairkan, namun pencairan itu sudah

terjadi padahal nasabah tersebut belum mencairkan maka dampaknya

terhadap laporan keuangan dan hal itu sering terjadi, karena tanda

tangan dapat dipalsukan, maka dari itu saat pencairan deposito,

penarikan, pastikan nasabahnya yang bersangkutan datang langsung

ke kantor, contoh berikutnya dana zakat yang disalurkan untuk yaya-

san namun hanya diperuntukan bagi amil maka hal ini termasuk

fraud, akan tetapi jika jelas disalurkan kepada yang berhak bukan

hanya kepada kesejahteraan amilin saja maka itu diperbolehkan dan

tidak akan mengganggu kualitas laporan keuangan, berikutnya dana

zakat yang digunakan untuk menutupi nasabah yang belum memba-

yar angsuran, karena sudah tempo untuk melakukan pelaporan maka

ada dana zakat yang dikeluarkan untuk menutupi cicilan atau angsu-

rannya yang belum di bayar, sehingga laporan keuangan akan terlihat

baik dan bagus.”12

Maka hal ini termasuk fraud sehingga menyebabkan laporan

keuangan yang disajikan tidak berkualitas, maka sebaiknya menggu-

nakan dana kebajikan saja, karena jika dana kebajikan yang diguna-

kan maka hal tersebut diperbolehkan, antara dana kebajikan dan

zakat sumbernya berbeda, jika dana zakat ada hak untuk orang lain

sedangkan dana kebajikan dapat digunakan terlebih dahulu nanti

dikembalikan saat nasabah tersebut melakukan pembayaran angsu-

rannya, dana kebajikan diperoleh dari sumbangan, denda, ataupun

sedekah dan yang lainnya, saat dana kebajikan digunakan tidak ada

kewajiban untuk memberikan bagi hasilnya.

11

Hasil wawancara dengan auditor internal, Pada Hari Selasa, tanggal

05 september 2017, Jam 09.00 12

Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada Hari Jumat, 25

Agustus 2017, Jam 16.00

112 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Kemudian, ditemukan saat pemeriksaan yang digunakan dana

zakat maka auditor internal perlu memberikan catatan dalam laporan

audit internal ke direksi, keputusan akan penggunaan dana zakat

tersebut tetap ada pada direksi, karena secara Syariah jelas aturannya

tentang zakat harus ada mustahiknya yang berhak untuk menerima

zakat tersebut, dan jika direksi memberikan keputusan bahwa itu

tidak boleh dilakukan maka auditor internal bisa melakukan jurnal

koreksi atau hapus buku, lalu menyarankan untuk menggunakan dana

kebajikan, akan tetapi jika dana kebajikan tidak dapat menutupi itu,

keputusan dikembalikan lagi kepada direksi karena jika tidak ada

dana untuk mengcover angsuran yang belum dibayarkan akan ber-

dampak kepada laporan keuangan yang akan disajikan.

Berikutnya terkait dengan laporan keuangan agar terlihat bagus

dan besar bagi hasilnya maka metode yang digunakan accrual basis,

padahal seharusnya yang digunakan adalah cash basis, karena kalau

memggunakan cash basis akan terlihat sedikit jumlah dananya, maka

digunakanlah accrual basis agar jumlah dananya terlihat besar, maka

saat auditor internal melakukan pemeriksaan itu merupakan temuan,

namun accrual dapat digunakan untuk laporan keuangan diakhir

tahun, hanya saja untuk bagi hasil yang digunakan adalah cash basis

karena dana tersebutlah yang benar-benar terjadi, jika hal itu terjadi

pada laporan bagi hasil maka menjadi catatn kembali bagi auditor

internal kepada direksi, dan keputusan atas penggunaan metode

dalam laporan keuangan itu menjadi keputusan direksi. 13

Fraud dapat juga terjadi di cadangan PPAP14

, karena selama ini

yang melakukan koreksi atau pemeriksaan mendalam mengenai

13

Hasil wawancara dengan auditor internal, Pada Hari Selasa, tanggal

05 september 2017, Jam 09.00 14

Cadangan PPAP adalah Cadangan Penyisihan Penghapusan Aktiva

Produktif yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu berdasarkan kuali-

tas aktiva produktif, seperti di atur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor:

13/14/PBI/2011 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah, Pasal 1, ayat 17, bahwa PPA adalah Penyisihan Penghapu-

san Aktiva, yang selanjutnya disebut PPS, adalah cadangan yang harus

dibentuk sebesar persentase tertentu berdasarkan kualitas aktiva produktif,

sedangkan berdasarkan Pasal 3 BPRS wajib melakukan penilaian kualitas

aktiva baik terhadap aktiva produktif, aktiva non produktif dan penempatan

dana pada bank umum konvensional sesuai dengan Peraturan Bank Indone-

sia, dan penilaian kualitas aktiva dilakukan secara bulanan.

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 113

cadangan PPAP adalah OJK, karena cadangan PPAP sudah menjadi

kebijakan direksi, maka hal ini mungkin saja dapat terjadi fraud atau

kecurangan karena auditor internal tidak masuk pada ranah itu, lebih

ke kualitas karyawan dan pelayanannya.15

Fraud dapat terjadi dimana

saja dan kapan saja dari pelakunya bisa dari level bawah, menengah

dan atas, termasuk pimpinan, manajemen ataupun pemegang saham.

Dengan terjadinya fraud di BPRS tidak menutup kemungkinan bahwa

data LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) menunjukan 63 BPR/BPRS

telah di cabut ijinnya, karena penyebabnya adalah kasus kejahatan

perbankan, dimana sumberbdaya manusia di BPR/BPRS harus memi-

liki kemampuan mendeteksi, mengantisipasi hingga menyelesaikan

fraud.16

Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa peran auditor internal

maupun eksternal tidak maksimal dalam menangani hal tersebut dan

dapat di sampaikan bahwa laporan keuangan yang di sajikan tidak

berkualitas karena tidak mengandung unsur relevan, namun dikarena-

kan fraud yang terjadi dalam internal dan tidak berjumlah besar maka

dapat diselesaikan secara internal, harapannya bahwa ini adalah

BPRS yang menerapkan prinsip Syariah dalam kegiatan operasional-

nya, maka tidak selayaknya seorang karyawan maupun karyawati me-

lakukan kecurangan tersebut, disini perlu adanya peran dewan penga-

was Syariah yang seharusnya tidak hanya bertugas dalam pemberian

fatwa dalam produk baru saja, namun perlu juga terlibat dalam pem-

bentukan karakter Islami bagi karyawan maupun karyawati dalam

BPRS tersebut.

Ayat Al Quran yang terkait dengan kecurangan (fraud) yang

dilakukan baik oleh seorang atau banyak orang dalam suatu entitas

yang dapat merugikan orang lain dari laporan keuangan yang disaji-

kannya, dapat dilihat dalam Qs. Al Muthaffifiin (83): 1-6

15

Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada Hari Jumat, 25

Agustus 2017, Jam 16.00 16

http://infobanknews.com/modus-fraud-di-bpr-makin-berkembang/

di akses 10 Agustus 2016

114 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu)

orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka

minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk

orang lain, mereka mengurangi, tidaklah orang-orang itu menyangka,

bahwa Sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari

yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan

semesta alam? Orang-orang yang di maksud di sini ialah orang-orang yang

curang dalam menakar dan menimbang, di mana mereka menuntut

dipenuhinya takaran dan timbangan barang-barang yang diperjualbe-

likan itu bila mereka membeli, namun menguranginya bila menjual

kepada orang lain, kemudian ayat berikutnya menunjukan keheranan

terhadap sikap orang-orang curang itu, mereka berbuat semaunya saja

seakan-akan disana nanti tidak ada perhitungan dan pertanggungja-

waban terhadap apa saja yang mereka kerjakan selama hidup didunia,

juga seakan-akan disana tidak ada peradilan dihadapan Tuhan pada

hari yang besar, untuk mendapatkan perhitungan dan balasan di de-

pan Tuhan semesta alam.17

Sangat jelas terlihat bahwa kecurangan (fraud) dalam ayat dan

tafsir tersebut menjelaskan mengenai orang-orang yang berbuat cu-

rang dalam hal menakar, menimbang dan bermuamalah, secara umum

di mana mereka melakukan kecurangan karena adanya kekuasaaan

yang mereka miliki seperti halnya sebagai pimpinan di dalam suatu

entitas bisnis, sehingga mereka dapat mengambil sesuatu yang bukan

haknya, maka peran auditor internal, eksternal dan DPS yang me-

miliki akhlak yang baik dapat mencegah hal ini terjadi dengan

perannya sebagai pengawas di BPRS dalam hal untuk menyajikan

atau menyusun suatu laporan keuangan yang menjadi tanggung jawab

BPRS.

17

Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (Dibawah Naungan Al Qur’an) Surah AL Ma’aarij – An Naas, Jilid 12, (Gema Insani Press, Jakarta,

Tahun 2001), 204 - 208

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 115

BAB IV

PERAN AUDITOR TERHADAP

KUALITAS LAPORAN KEUANGAN BPRS

(BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH)

Kualitas Laporan Keuangan dalam Perspektif Akuntansi Syari-

ah, studi pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia. Akun-

tansi Syariah tidak hanya membahas mengenai hutang dan piutang,

namun karena adanya pemisahan aset antara pemegang saham dengan

pengelola (manajemen) maka menimbulkan kewajiban yang harus

dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan keuangan yang disaji-

kan oleh akuntan, untuk itu perlu adanya keyakinan atas transaksi

yang terjadi bahwa telah dicatat dengan wajar atau benar dan diperik-

sa oleh auditor dengan menggunakan standar akuntansi yang berlaku

umum, serta perlu keyakinan yang penuh dari sisi Syariah maka dibu-

tuhkan dewan pengawas Syariah, karena dalam dunia bisnis modern

saat ini khususnya lembaga keuangan syariah yang menjalankan ke-

giatan operasionalnya dengan prinsip Syariah, maka laporan keua-

ngan yang disajikan juga berdasarkan prinsip akuntansi Syariah.

Akuntansi Syariah merupakan suatu proses pencatatan dari

suatu transaksi yang dilakukan oleh seorang akuntan, hingga laporan

keuangan tersebut dapat disajikan dan dilaporkan serta dipertang-

gungjawabkan kepada pihak yang berkepentingan seperti halnya sta-keholder maupun stokholder, yang nantinya dapat digunakan sebagai

alat dalam mengambil keputusan, maka proses pencatatan yang

dilakukan oleh seorang akuntan tersebut jelas terdapat perintahnya

dalam Qs. Al Baqarah (2): 282.

116 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah1

tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu me-

nuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menu-

liskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya

sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan

hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan

ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan

janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang

berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya)

atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah wali-

nya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua

orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua

orang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan

dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka

yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan

(memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu

jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas

waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan

1 Bermuamalah ialah seperti berjual beli, hutang piutang, atau sewa

menyewa dan sebagainya.

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 117

lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menim-

bulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu-

'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu,

Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan

persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan

saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian),

Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan

bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha

mengetahui segala sesuatu.”

Ayat 282 dalam surat Al Baqarah merupakan ayat yang trepan-

jang di dalam Al Qur’an membahas mengenai hutang piutang, dua

orang saksi dalam hutang piutang, adanya saksi, jangan malas untuk

mencatat, saat mencatat jangan merugikan, hal tersebut merupakan

penjelasan mengenai proses dari transaksi dan tugas dari akuntan

maupun auditor untuk mengawasi proses tersebut hingga terwujud-

nya laporan keuangan, dimana terjadi transaksi jual beli atau pinja-

man hendaknya dikemukakan syarat-syarat pembayarannya termasuk

waktu pembayaranya, dan hendaknya ditulis serta diperkuat oleh dua

orang saksi.

Adanya penulis (dapat dikatakan sebagai akuntan) dan saksi

(dapat dikatakan sebagai auditor) bersikap adil dan dapat dipercaya

sehingga tidak terjadi kecurangan dalam transaksi dan laporan yang

akan disajikan tersebut, sedangkan bagi yang tidak mampu menyam-

paikan ketidakmampuannya agar dapat mendapatkan wali, dan

adanya saksi yang terdiri dari dua laki-laki atau satu laki-laki dan dua

perempuan, jelas sekali ayat ini menjelaskan bahwa hutang piutang

atau transaksi yang tidak tunai hendaknya dituliskan sehingga jika

terdapat perselisihan dapat dibuktikan, karena adanya saksi yang

diwajibkan, bersikap adil, dan tidak merugikan pihak manapun, kare-

na saksi ini adalah orang yang menyaksikan proses hutang piutang

tersebut secara langsung dan dari awal, saat menuliskan hutang piu-

tang perlu adanya kejelasan dan kesepakatan dari kedua belah pihak

baik dari sisi waktu maupun jumlah nominalnya, sehingga ayat ini

sangat terkait dengan laporan keuangan yang berkualitas.

Sebelum laporan tersebut di sampaikan kepada pihak yang

berkepentingan maka dibutuhkan saksi atau audit (pemeriksaan) yang

menyatakan bahwa laporan keuangan yang di sajikan tersebut me-

mang benar (wajar) juga adil tanpa dikurangi sedikitpun, dan telah

pula sesuai dengan standard maupun aturan yang berlaku, maka dari

118 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

itu di butuhkannya peran dari auditor internal, sebagai pengawas

(pemeriksa) sebelum di periksa oleh auditor eksternal, dan juga perlu

pengawasan oleh dewan pengawas Syariah karena dalam penelitian

ini objeknya adalah lembaga keuangan Syariah yaitu BPRS.

Terkait dengan laporan keuangan yang berkualitas tersebut

karena dilihat dalam perspektif akuntansi Syariah maka selain dari

seorang akuntan, auditor internal, auditor eksternal dan dewan penga-

was Syariah yang memiliki peran agar laporan keuangan berkualitas,

maka terdapat pula SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah

yang merupakan bagian dari perspektif akuntansi Syariah2.

Ayat ini berkaitan pula dengan banyaknya praktek muamalah

dengan pembayaran tempo (transaksi tidak tunai) dikalangan orang

Madinah di awal hijrah Nabi Muhammad SAW, di awal kedatangan

Rasulullah SAW ke Madinah, di mana para penduduk asli sudah biasa

menyewakan kebunnya dalam waktu satu, dua, atau tiga tahun, oleh

karena itu Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa menyewakan

(mengutangkan) sesuatu hendaklah dengan timbangan atau ukuran

yang tertentu dan dalam jangka waktu yang tertentu pula” sehubu-

ngan dengan hal tersebut Allah SWT menurunkan surah Al Baqarah

(2) ayat 282 sebagai perintah apabila mereka berhutang piutang mau-

pun bermuamalah dalam jangka waktu tertentu, hendaklah menulis-

2 Menurut Iwan Triyuwono perspektif adalah pandangan dunia atau

paradigm yang dimiliki oleh manusia, ketika seseorang memahami dirinya

sebagai homo economicus, maka segala sesuatu yang ada dilingkungannya

(termasuk praktik ekonomi dan akuntansi maupun teori yang dibangun seba-

gai dasar dari praktik tadi akan dilihat dan dibangun dari perspektif manusia

sebagai “bintang ekonomi” dan PSAK No. 59 dianggap sebagai Akuntansi

Syariah Praktis, namun kenyataannya masih banyak mengandung bias-bias

kapitalisme dan maskulinisme, akan tetapi sudut pandang akuntansi Syariah

filosofis teoritis sangat penting agar akuntansi Syariah praktis dapat lebih

bernuansa Islam, Iwan Triyuwono, “Akuntansi Syariah Perspektif, Metodo-

logi, dan Teori”,(Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2006), 7-16, akan tetapi

sejak tahun 2010 entitas bisnis yang menjalankan kegiatan operasionalnya

dengan menggunakan prinsip Syariah sudah tidak menggunakan standard

dari PSAK no.59 lagi, namun telah ada SAK Syariah dari no. 101 – 110, hal

ini yang dijadikan acuan dalam penelitian bahwa SAK Syariah ini dapat

dianggap sebagai bagian dari perspektif akuntansi Syariah Praktis yang dite-

rapkan oleh entitas bisnis Syariah, sehingga perlu adanya pemahaman SAK

Syariah.

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 119

kan perjanjian dan mendatangkan saksi, hal itu untuk menjaga

terjadinya sengketa pada waktu-waktu yang akan datang.3

Dalam ayat tersebut terdapat kurang lebih lima kali perintah

menulis (mencatat), yang dimaksud dengan mencatat itu adalah

mencatat transaksi (muamalah), karena ayat ini membahas mengenai

hal tersebut (pencatatan transaksi), terdapat dua pengertian mengenai

kata mencatat tersebut, yaitu pembuatan, pencatatan perjanjiannya

dan pencatatan transaksinya itu sendiri, Hamka menyebutkan bahwa

ayat ini memerintahkan supaya perjanjian-perjanjian yang diperbuat

dengan persetujuan kedua belah pihak itu dituliskan dengan terang

oleh penulis yang pandai dan bertanggung jawab.4 Sedangkan yang

lain menjelaskan ayat tersebut bahwa orang yang berhutang sendiri

hendaklah mengucapkan utangnya dan tempo pembayarannya dengan

imlak atau didiktekan, maka barulah juru tulis itu menuliskan apa

yang telah diimlakkan, dengan tidak merusak sedikit pun dari perjan-

jian dan jumlah utang yang telah dikatakannya.5

Secara redaksional ditujukan kepada orang-orang yang beri-

man, tetapi yang dimaksud adalah mereka yang melakukan transaksi

hutang piutang, bahkan secara lebih khusus adalah yang berhutang,

hal ini agar yang memberi piutang merasa lebih tenang dengan penu-

lisan itu, karena menulisnya adalah perintah dan tuntunan yang

sangat dianjurkan, walau kreditor tidak memintanya.6

Selanjutnya mencatat transaksi itu sendiri merupakan penca-

tatan transaksi untuk tujuan pelaporan dan pertanggungjawaban,

makna ini sejalan dengan salah satu definisi akuntansi, yaitu akun-

tansi adalah seni mencatat, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan

dalam bentuk yang berarti dan dalam unit uang, transaksi-transaksi

3 Hadis Riwayat al Bukhari dari Ibn ‘Abbas, lihat A. Mudjab Mahali,

Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al Quran, (Jakarta: Rajawali Pers, 1989),

136 4 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ 1-2-3, (Yayasan Nurul Islam, t.th),

77 5 Abdul Halim Hasan Binjai, Tafsir Al Ahkam, (Jakarta: Kencana,

2006), 168 6 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al

Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), Vol.1, Cet. VI, 603

120 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

dan kejadian-kejadian yang paling tidak memiliki sifat keuangan, dan

menginterprestasikan hasil-hasilnya.7

Prinsip akuntansi dalam ayat ini menunjukan bahwa praktek

akuntansi telah digunakan oleh Islam jauh mendahului berkembang-

nya ilmu akuntansi yang saat ini di klaim berasal dari ilmuan barat,

berikut beberapa konsep akuntansi yang terdapat dalam ayat terse-

but8:

1. Identifikasi transaksi, ayat ini diawali dengan seruan kepada orang

beriman yang melakukan transaksi muamalah yang dlam hal ini

mengenai konteks hutang/piutang, ini menunjukan konsep identi-

fikasi dalam proses akuntansi dimana identifikasi adalah proses

awal akuntansi, yaitu mengidentifikasi suatu transaksi masuk

kategori aset, kewajiban, modal, beban dan pendapatan.

2. Mencatat transaksi, setidaknya terdapat 7 (tujuh) kata dalam ayat

diatas yang menyebutkan asal kata “ka-ta-ba” yang berarti “menu-

lis/mencatat”, salah satu makna akuntansi adalah mencatat semua

transkasi yang bernilai ekonomi.

3. Periode/waktu akuntansi, ayat diatas juga menjelaskan “waktu”

dalam bermuamalah, dalam akuntansi juga terdapat konsep waktu:

semua transaksi harus jelas tanggal transaksinya, selain itu ada

periode laporan keuangan yaitu per 31 Desember setiap tahunnya.

4. Profesi akuntan, ayat ini juga menjelaskan bahwa tugas menulis

transaksi muamalah di amanahkan kepada orang tertentu yang

dalam ayat ini di sebut “kaa-tib” yang berarti penulis/pencatat,

orang yang berprofesi melakukan kegiatan pencatatan transaksi

ekonomi perusahaan biasaa disebut akuntan.

5. Karakteristik akuntansi, karakteristik pokok akuntansi adalah

dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat dibandingkan.

Menurut Veitzal Rivai masih dalam buku yang sama bahwa

landasan Syariah akuntansi dalam perspektif Islam selain Qs.Al-

Baqarah (2): 282, juga terdapat dalam Qs. Al-Nisa (4): 589 mengenai

7 “Review and Resume”, Accounting Terminology Bullettin, No.1

(New York: American Institute of Certified Public Accountants, 1953), 5 8 Veitzhal Rivai, Andria Permata Veitzal, Ferry N Idroes, Bank and

Financial Institution Management, Conventional & Sharia System, (Jakarta:

PT. RajaGrafindo, 2007), 788 9 Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama, Qs.Al-Nisa (4):

58

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 121

tentang pentingnya menjaga amanah dan menegakan keadilan, walau

tidak secara spesifik menjelaskan tentang akuntansi, namun ayat ini

dapat dijadikan landasan seorang akuntan dalam bekerja, yaitu men-

catat suatu transaksi sesuai dengan posisinya.

Terdapat pula di dalam Qs.An-Nahl (16): 9010

mengenai kea-

dilan dan kebajikan, bahwa dalam ayat ini Allah memerintahkan

untuk berbuat adil dan kebaikan, sifat adil dan benar sangat penting

bagi seorang akuntan dalam menjalankan tugaskan, bahkan keadilan

adalah asas dalam akuntansi Syariah, di mana adil adalah menem-

patkan sesuatu sesuai posisinya, sedangkan kebalikan dari keadilan

adalah kedzaliman, dan yang selanjutnya dapat di lihat dalam Qs.Al

Muthaffifin (83): 1-311

tentang ancaman bagi yang mempermainkan

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada

yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hu-

kum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya

Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya

Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.” 10

Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama, Qs.An-Nahl

(16): 90

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbua-

tan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu

agar kamu dapat mengambil pelajaran.” 11

Al Quran dan Terjemahannya, Kementrian Agama Qs.Al

Muthaffifin (83):1-3

“kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-

orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,

122 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

takaran atas timbangan, bahwa ayat ini menjelaskan tentang larangan

berbuat curang, yang dimaksud berbuat curang disini ialah orang-

orang yang curang dalam menakar dan menimbang, karena dalam

akuntansi Syariah di larang berbuat curang, dimana kita mengenal

beberapa kasus kecurangan dalam akuntansi yang menyebabkan suatu

perusahaan pailit, yang terkenal kasus enron, termasuk praktek earn-

ing management di larang dalam akuntansi Syariah kecuali untuk

mendatangkan mashlahah dan menghindari mudharat.12 Menurut Muhammad

13 prinsip-prinsip akuntansi Syariah yang

diturunkan dari Qs.2 (Al-Baqarah) ayat 282 terdiri dari:

1. Prinsip keadilan yang merupakan nilai penting dalam etika

kehidupan social dan bisnis, dan nilai inheren yang melekat

dalam fitrah manusia.

2. Prinsip kebenaran yang sebenarnya tidak dapat di lepaskan

dari prinsip keadilan, sebagai contoh, dalam akuntansi selalu

di hadapkan pada masalah pengakuan, pengungkapan dan

pengukuran laporan.

3. Prinsip pertanggungjawaban, merupakan konsep yang tidak

asing lagi dikalangan masyarakat muslim, pertanggunjawa-

ban selalu berkaitan dengan konsep amanah, bagi kaum mus-

lim, persoalan amanah merupakan hasil transaksi manusia

dengan Sang Khalik.

Terdapat 3 (tiga) auditor yang memiliki peran dalam upaya

menjaga kualitas laporan keuangan BPRS, antara lain: auditor inter-

nal, auditor eksternal dan DPS (Dewan Pengawas Syariah), berikut

hasil wawancara dengan auditor internal, auditor eksternal dan DPS

mengenai perannya di BPRS dalam upaya menjaga kualitas laporan

keuangan serta pemahamannya mengenai SAK (Standar Akuntansi

Keuangan) Syariah, dengan pendekatan yang digunakan fenomeno-

logi, maka auditor internal, auditor eksternal dan DPS menjawab

dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka me-

ngurangi.” 12

Veitzhal Rivai, Andria Permata Veitzal, Ferry N Idroes, Bank and

Financial Institution Management, Conventional & Sharia System, (Jakarta:

PT. RajaGrafindo, 2007), 788 13

Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah, (Jakarta: Salemba

Empat, 2002), 62

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 123

sesuai dengan pengalaman yang di alami sebagai auditor seperti yang

dikatakan oleh Ari Kamayanti14

.

A. Peran Auditor Internal dalam BPRS

Auditor internal yang dijadikan sebagai responden terdiri dari 7

(tujuh) orang auditor internal dari 11 BPRS yang asetnya di atas Rp.

100 Miliar, alasan mengapa mengambil BPRS yang asetnya diatas

Rp. 100 Miliar, asumsinya adalah bahwa BPRS tersebut telah layak

bahkan wajib memiliki salah satu auditor internalnya minimal lulusan

S1 Akuntansi, karena penelitian ini terkait dengan akuntansi khusus-

nya untuk laporan keuangan.

Tabel 4.1

Pendidikan Auditor Internal

No Keterangan Pendidikan auditor Internal

1 BPRS HIK Ciledug SI Akuntansi

2 BPRS HIK Bekasi SI Manajemen

3 BPRS Amanah Ummah SI Ekonomi Islam

4 BPRS Artha Madani SI Manajemen

5 BPRS HIK Parahiyangan SI Akuntansi

6 BPRS HIK Cibitung SI Ekonomi Islam

7 BPRS Bhakti Sumekar SI Manajemen

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan bahwa latar belakang

pendidikan auditor internal dari 11 BPRS yang menerima untuk

memberikan waktunya di wawancarai hanya 7 BPRS, dimana latar

belakang pendidikannya beragam, terdiri dari S1 akuntansi berjumlah

2 (dua) orang, S1 Manajemen 3 (tiga) Orang, dan S1 Ekonomi Islam

2 (dua) Orang, hal ini dapat dikategorikan jika dalam perspektif akun-

tansi Syariah untuk menentukan laporan keuangan berkualitas maka

dari latar belakang pendidikan untuk S1 akuntansi diharapkan mampu

14

Ari Kamayanti, Metodologi Penelitian Kualitatif Akuntansi (Pe-ngantar Religiositas Keilmuan), (Jakarta: Yayasan Rumah Peneleh, Seri

Media dan Literasi, 2016), 151

124 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

melakukan pengawasan dan pemeriksaan dalam proses atau siklus

yang tepat untuk penyusunan laporan keuangan, sedangkan dari S1

Ekonomi Islam diharapkan mampu melakukan pengawasan atau pe-

meriksaan dari sisi kepatuhan syariahnya, sedangkan dari S1 Mana-

jemen diharapkan dapat melakukan pengawasan atau pemeriksaan

dari sisi resiko yang dihadapi BPRS baik dalam akuntansinya maupun

kesyariahannya.

Hasil dari lapangan ditemukan bahwa auditor internal tidak

hanya melakukan tugas di BPRS sebagai pemeriksa atau pengawasan

dalam laporan keuangan saja, akan tetapi dari banyak hal terkecil

yang terdapat didalam BPRS, dilakukan oleh auditor internal, maka

dari itu di setiap BPRS juga memiliki fungsi internal control yang

dilakukan oleh kepala bagian maupun unit-unit yang ada.

Sertifikasi Akuntansi Syariah merupakan salah satu kualifikasi

atas persyaratan seseorang menjadi auditor syariah, hal ini sejalan

dengan ketentuan surat edaran Bank Indonesia15

yang menjelaskan

bahwa yang dapat mengaudit bank yang melaksanakan kegiatan usa-

ha berdasarkan prinsip Syariah, hanya akuntan publik yang memiliki

sertifikat pendidikan atau pelatihan di bidang perbankan Syariah, dan

hal tersebut juga berkaitan erat dengan kondisi tidak semua auditor

memahami aspek dari LKS yang merupakan aspek utama aktivitas

bisnisnya16

Tabel 4.2

Sertifikasi Akuntansi Syariah

No Keterangan SAS

1 Auditor Internal Tidak memiliki

2 Auditor Internal Tidak memiliki

15

Surat Edaran Semua Bank yang melaksanakan kegiatan usaha ber-

dasarkan prinsip Syariah di Indonesia, mengenai Hubungan Antara Bank

yang Melaksanakan Kegiatan Usaha berdasarkan Prinsip Syariah, Kantor

Akuntan Publik, Akuntan Publik, Dewan Pengawas Syariah dan Bank

Indonesia Bank Indonesia No 7/57/DPbS, 2005 16

Qonita Mardiyah, Sepky Mardian, “Praktik Audit Syariah di Lem-

baga Keuangan Syariah di Indonesia”, Jurnal Akuntabilitas, Vol. VIII, No. 1

April (2015): 01 -17

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 125

3 Auditor Internal Tidak memiliki

4 Auditor Internal Tidak memiliki

5 Auditor Internal Tidak memiiki

6 Auditor Internal Tidak memiliki

7 Auditor Internal Tidak memiliki

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh saat wawancara

adalah auditor internal yang terdapat dalam BPRS tersebut tidak

memiliki sertifikasi akuntansi Syariah17

, maka pemahaman auditor

internal mengenai akuntansi Syariah cukup minim di sebabkan mere-

ka belum memiliki sertifikat akuntansi Syariah yang mempelajari ba-

nyak hal mengenai transaksi berdasarkan akad-akad Syariah beserta

akuntansi yang terkait dengan akad-akad dalam transaksi Syariah dan

hal tersebut akan berdampak terhadap kualitas laporan keuangan

serta pemahamannya mengenai SAK (Standar Akuntansi Keuangan)

Syariah.

Selama wawancara berlangsung dari beberapa auditor internal

ada yang belum memahami SAK Syariah baik dari sisi penyajian,

pengukuran juga pengungkapan, serta karakteristik transaksi Syariah

dan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan sya-

riah, alasan mereka karena BPRS tidak terlalu banyak menggunakan

SAK Syariah, lebih ke ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik)18

dan PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia)19

Menururt auditor internal bahwa: SAK Syariah hanya sebagai

pelengkap dalam proses laporan keuangan tersebut, menurut pendapat

auditor internal tersebut yang terpenting dimiliki seorang auditor

internal adalah sertifikat manajemen resiko.20

17

www.Akuntansionline.id/sertifikasi-profesional-akuntansi-di-

Indonesia, diakses pada tanggal 08 Mei 2017 18

IAI, Ikatan Akuntan Indonesia, SAK ETAP (Standar Akuntansi

Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik), 2015 19

OJK, IAI, PAPSI, (Pedoman Akuntansi PerbankanSyariah di Indo-

nesia Bagi BPRS), 2016 20

Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada Hari Jumat, 25

Agustus 2017, Jam 16.00

126 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Seorang auditor internal diharapkan mampu untuk dapat memi-

nimalisir resiko-resiko yang dapat terjadi di lingkungan BPRS baik

dari sisi internal maupun eksternal, akan tetapi karena penelitian ini

terkait dengan kualitas laporan keuangan, maka seorang auditor inter-

nal pada dasarnya tidak hanya penting dari sisi manajemen resiko

saja, namun perlu dan penting memiliki sertifikasi akuntansi syariah

yang dikeluarkan oleh lembaga pelatihan, dan juga menjadi pedoman

dalam menyusun sebuah laporan keuangan yang berdasarkan pada

SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah, seperti halnya hasil pe-

nelitian yang menyatakan bahwa kesiapan seorang akuntan ataupun

auditor tidak berada pada posisi maksimal karena masih adanya bebe-

rapa hal yang harus diketahui oleh akuntan atau auditor antara lain

kurang memahami pengertian istilah istilah syariah dan kurang

memahami mekanisme transaksi syariah21

Bahkan pada saat wawancara terdapat seorang auditor yang

menyatakan bahwa: sama sekali tidak memahami akuntansi dan audi-

tor tersebut mengakui bahwa dia harus belajar lagi mengenai akun-

tansi walaupun saat ini baru hanya melalui internet,22

namun selain

keinginan yang kuat dari auditor internal tersebut untuk mempelajari

mengenai akuntansi Syariah, pihak BPRS juga memfasilitasi auditor

internalnya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang terkait dengan

akuntansi Syariah dan audit, selanjutnya untuk masa kerja sebagai

auditor internal dan pengalamannya sebelum menjadi auditor di tem-

pat BPRS saat ini dapat digambarkan sebagai berikut:

21

Ratno Agriyanto, Analisis Kesiapan Akuntan Publik Mengaudit Lembaga Ekonomi Syariah, (Infokam Nomor II/Tahun IV/September/2008),

47-58 22

Hasil Wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Rabu, 06

September 2017, Jam 13.00

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 127

Tabel 4.3

Masa Kerja dan Pengalaman Sebelumnya

Dari hasil wawancara dengan ke 7 (tujuh) BPRS yang dijadikan

responden mendapatkan hasil, bahwa masa kerja mereka antara 2

(dua) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun di tempat mereka bekerja

BPRS

Masa kerja

sebagai Auditor

Internal

Pengalaman

sebelumnya Keterangan

HIK

Ciledug 2 th 4 th

Bank Umum

Syariah Sebagai

Auditor Internal

HIK Bekasi 2 th 5 th

Bank Umum

Syariah (2th)

sebagai Auditor

Internal, Bank

Umum

Konvensional (3th)

sebagai Auditor

Internal

Amanah

Ummah 2 th 2 th

Koperasi Jasa

Keuangan Syariah

sebagai Marketing

Artha

Madani 1 th 6 th

Bank Umum

Konvensional

sebagai Auditor

Internal

HIK

Parahyangan 6 th 6 th

Kantor Akuntan

Publik, Provider,

Bank Umum

Konvensional

HIK

Cibitung 2 th 3 th

Bank Umum

Konvensional

sebagai Auditor

Internal

Bhakti

Sumekar 3 th 2 th

Bank Umum

Syariah sebagai

Marketing

128 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

sebelumnya dan memiliki berbagai pengalaman yang berbeda, ada

yang memiliki pengalaman sebagai auditor internal, auditor eksternal,

dan ada pula yang bukan sebagai auditor, hal ini mencerminkan bah-

wa pengalaman mereka ditempat sebelumnya dapat berdampak dalam

melakukan proses audit internal, karena telah memiliki pengalaman

sebelumnya walaupun berbeda entitas dan prinsip.

Salah satu dari auditor internal yang di wawancarai ada yang

memiliki pengalaman bekerja di KAP (Kantor Akuntan Publik) seba-

gai auditor eksternal dan pernah melakukan audit pada BPR (Bank

Perkreditan Rakyat) konvensional serta memiliki sertifikat yang dike-

luarkan oleh Bank Indonesia sebagai pemeriksa (auditor) BPR kon-

vensional, akan tetapi bukan BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syari-

ah), karena sertifikasinya berbeda, dan saat ini bekerja sebagai audi-

tor internal di BPRS, tentu merasakan perbedaan yang cukup signifi-

kan terutama dalam hal prosedur dan juga tanggung jawab, dimana

saat sebagai auditor eksternal hanya fokus memeriksa laporan keua-

ngan sedangkan sebagai auditor internal selain dengan laporan keua-

ngan juga banyak hal lainnya yang sesuai dengan aturan yang berlaku

dan SOP (Standard Operating Procedure) yang terdapat di BPRS23

.

Selanjutnya hasil wawancara dengan auditor internal yang

lainnya mendapatkan hasil bahwa:

Mereka telah memiliki sertifikat manajemen resiko disaat me-

reka bekerja ditempat sebelumnya, dan menurut auditor internal ter-

sebut menyatakan bahwa seorang auditor internal wajib memiliki

sertifikat manajemen resiko yang didapatkan melalui beberapa test

dan tahapan 24

, karena salah satu tanggung jawab dari seorang auditor

internal juga meminimalisir resiko yang dapat terjadi di dalam lem-

baga keuangan Syariah khususnya BPRS, sehingga dengan adanya

peran auditor internal dapat mengawasi hal yang terkait dengan resi-

ko yang kemungkinan akan terjadi sehingga dapat diminimalisir

dengan baik oleh auditor internal.

Berikut beberapa hasil wawancara dengan auditor internal me-

ngenai peran mereka di BPRS, dan telah di analisis dengan hasil

sebagai berikut:

23

Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Jumat, 15

September 2017, Jam 09.00 24

Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada Hari Jumat, 25

Agustus 2017, Jam 16.00

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 129

1. SKAI (Satuan Kerja Auditor Internal)25

bagi BPRS

Dari 11 Bank Pembiayaan Raksyat Syariah yang dijadikan

objek penelitian semuanya memiliki SKAI walaupun belum maksimal

dalam pelaksanaannya, namun demikian terdapat beberapa BPRS

yang telah maksimal dalam menjalani SKAI, bahkan telah memiliki

jumlah auditor sebanyak 6 orang berikut dengan ketua SKAI nya, wa-

laupun ada juga BPRS yang hanya memiliki 1 orang auditor merang-

kap sebagai SKAI, menurut auditor internal bahwa: pada dasarnya

sebuah BPRS wajib membentuk SKAI jika modal inti yang dimiliki

lebih dari Rp. 50 Miliar sedangkan BPRS yang modal intinya kurang

dari RP. 50 Miliar wajib menunjuk satu orang pejabat eksekutif yang

bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern.26

25

SKAI (Satuan Kerja Audit Interen), bank wajib menerapkan fungsi

audit intern bank sebagaimana ditetapkan dalam Standar Pelaksanaan Fung-

si Audit Intern Bank yang merupakan lampiran tidak terpisahkan dari Pera-

turan Bank Indonesia ini, dalam hal suatu Bank telah mempunyai standar

audit intern sendiri maka standar tersebut harus sekurangkurangnya meme-

nuhi Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Berdasarkan Standar Pelak-

sanaan Fungsi Audit Intern Bank, Bank wajib: a. menyusun Piagam Audit

Intern (Internal Audit Charter);b. membentuk Satuan Kerja Audit Intern

(SKAI);c. menyusun panduan audit intern, SKAI bertugas dan bertanggung

jawab untuk:a.membantu tugas direktur utama dan dewan komisaris dalam

melakukan pengawasan dengan cara menjabarkan secara operasional baik

perencanaan, pelaksanaan maupun pemantauan hasil audit;b.membuat mem-

buat analisis dan penilaian di bidang keuangan, akuntansi, operasional dan

kegiatan lainnya melalui pemeriksaan langsung dan pengawasan secara tidak

langsung;c.mengidentifikasi segala kemungkinan untuk memperbaiki dan

meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana;d.memberikan sa-

ran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan yang diperiksa

pada semua tingkatan manajemen.(1)SKAI merupakan satuan kerja yang

bertanggung jawab langsung kepada direktur utama.(2)Dalam melaksanakan

tugasnya SKAI menyampaikan laporan kepada direktur utama dan dewan

komisaris dengan tembusan kepada Direktur Kepatuhan.(3)Kepala SKAI

diangkat dan diberhentikan oleh direktur utama Bank dengan persetujuan

dewan komisaris, Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999. 26

Salinan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 7/SEOJK.03/

2016, tentang standard pelaksanaan fungsi audit intern bank perkreditan

rakyat.

130 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Dari 11 BPRS tersebut, terlihat di dalam struktur organisasinya

bahwa SKAI berada dibawah direktur utama, hal tersebut telah sesuai

dengan aturan yang ada, walaupun ada yang menyatakan bahwa

SKAI awalnya tidak ada atau tidak diwajibkan, namun yang ada

internal control, akan tetapi dengan adanya aturan dari Bank Indone-

sia maka SKAI dibutuhkan dalam BPRS untuk dapat mengawasi dan

melakukan pemeriksaan atas aktivitas operasional BPRS.

Menurut auditor internal bahwa: saat ini posisi Internal control

terdapat dibawah direktur utama dan DPS serta terdapat garis komu-

nikasi dengan komisaris.27

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu direksi pada

BPRS yang menjadi sampel dalam penelitian ini mengatakan bahwa:

seharusnya OJK jangan memaksakan BPRS untuk memiliki SKAI

secara khusus seperti halnya bank umum Syariah, bahkan BPRS juga

harus memenuhi keuntungan yang maksimal, mana mungkin bisa ter-

penuhi SKAI, karena dengan adanya SKAI berati menambah sumber

daya manusia yang harus di berikan kompensasi sesuai dengan aturan

UMR, jika tidak sesuai dengan UMR maka akan menjadi temuan oleh

OJK, namun jika BPRS dipaksakan untuk hal tersebut kapan bisa

mendapatkan keuntungan yang merupakan syarat kepatuhan yang

ditentukan pula oleh OJK, oleh sebab itu OJK dapat membedakan

dalam hal aturan yang dibuat ada kelenturan dan kemudahan bagi

BPRS yang kemampuannya sangat berbeda dengan bank umum

Syariah.28

Hasil wawancara berikutnya dengan auditor internal menyata-

kan bahwa: peran auditor internal yang merupakan bagian dari SKAI,

dan bertanggung jawab kepada direktur utama atas pemeriksaan yang

dilakukan ke berbagai cabang minimal satu bulan, dengan segala ben-

tuk aktivitas yang terjadi maupun yang dilakukan oleh cabang,

dengan melakukan pemeriksaan ke cabang, kemudian hasil pemerik-

saan tersebut atau audit dilaporkan langsung ke direktur utama

dengan format yang telah ada, baik dari posisi keuangan, pelayanan,

27

Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Jumat, 25

Agustus 2017, Jam 16.00 28

Hasil wawancara dengan dengan direksi, Pada hari Senin, 25

September 2017, Jam 10.00

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 131

kebersihan kantor cabang dan juga dalam proses akuntansi yang

dilakukan oleh para staf.29

BPRS yang dijadikan sampel dalam penelitian ini pada dasar-

nya telah memiliki SKAI, namun belum maksimal dalam menjalan-

kan fungsinya, akan tetapi dapat terlihat dengan jelas dari struktur

organisasi dan hasil wawancara walaupun belum maksimal didalam

menjalankan fungsinya, auditor internal tetap menjalankan proses

audit sebagaimana fungsi maupun tugasnya sebagai auditor, yaitu

melakukan proses pemeriksaan dan pengawasan.

2. Bertanggung jawab atas fungsi pengawasan BPRS

Karena tidak ada komite audit dalam BPRS, maka berdasarkan

hasil wawancara dengan auditor internal mereka menyatakan bahwa

dalam BPRS tidak terdapat komite audit di lingkungan BPRS hal ini

disebabkan karena komplektisitasnya tinggi, walaupun sebenarnya

lebih tinggi bank umum, namun hal ini disebabkan dari posisi kebutu-

han dalam BPRS, dan disesuaikan dengan jumlah direksi, berapa

jumlah direksi yang terdapat di BPRS hal tersebut tergantung dengan

jumlah aset yang dimikinya, jika BPRS tersebut memiliki modal

sejumlah Rp.50 miliar: pertama, wajib memiliki 3 (tiga) direksi dalam

BPRS, kedua, tidak ada fungsi audit untuk BPRS karena masing-

masing dewan komisaris berfungsi juga sebagai pengawas, misalnya 3

(tiga) orang dewan komisaris dapat mengawasi satu atau dua bisnis,

dan satu lagi oleh direktur utamanya pengawasan secara keseluruhan

baik bisnis maupun pengawasan internal, dan pengawasan internal

inilah yang fungsinya dianggap sebagai komite audit, tetapi jabatan-

nya memang tidak ada, dan hal ini hanya semacam nomenklatur saja,

“fungsinya mereka mengawasi kami (auditor internal) dan kami

melaporkan kepada mereka.”30

Menurut auditor internal bahwa: sangat jelas pertanggujawa-

ban auditor internal pertama kali kepada direksi, sehingga pada

intinya secara fungsi pengawasan sudah ada hanya secara penamaan

tidak ada, jika secara kebutuhan seharusnya butuh komite audit

namun di BPRS tidak ada komisaris seperti halnya di BUS (Bank

29

Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Jumat, 15

September 2017, Jam 09.00 30

Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Jumat, 25

Agustus 2017, Jam 16.00

132 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Umum Syariah), kemudian OJK, juga tidak mengatur untuk BPRS

memiliki komite audit dalam BPRS seperti halnya BUS, namun

dalam GCG (Good Corporate Governance) tata keuangan itu POJK

(Peraturan Otoritas Jasa Keuangan) dan PBI (Peraturan Bank Indone-

sia) menyatakan bahwa memang harus ada komite audit, namun

kami di BPRS belum ada komite audit, dan GCG (Good Corpoeate Governance) hanya untuk BPR, dan satu hal lagi di sana ada renume-

rasi dan kemitraan yang di atur. dan secara legitimasi belum ada

aturan yang menyatakan BPRS harus memiliki komite audit.31

BPRS sudah menyediakan hal tersebut jika itu menjadi suatu

kebutuhan, karena saat ini BPRS hanya memiliki 3 (tiga) direksi

sehingga sudah cukup untuk melakukan pengawasan, jika BUS (Bank

Umum Syariah) sudah benar-benar terjadi agency cost dan agency teori karena pemegang sahamnya rata-rata independen maka harus

ada komite audit dan harus diawasi agar tidak sampai terjadi direksi

bermain curang atau tidak baik dengan komisarisnya, namun demi-

kian menurut auditor internal bahwa: BPRS pemegang sahamnya

juga sebagai komisaris sehingga cukup menguntungkan dan tidak per-

lu lagi ada pengawasan double, karena akan timbul pertanyaan baru,

apakah kalau sudah pengawasan banyak memang menjamin tidak

terjadi fraud, belum tentukan.32

Pada dasarnya kalau SKAI auditor internal, namun hanya lebih

kepada istilahnya saja, sedangkan komite audit itu SKAI yang ada

komitenya, di mana SKAI itu berada dibawah komite, sedangkan

disini BPRS lingkupnya lebih kecil tidak seperti di BUS, jadi cukup

hanya satuan pengawasan saja, sehingga menurut auditor internal:

jika di BUS lingkupnya lebih luas, ada resiko, ada audit resiko, IT

(Informasi Teknologi) dan lain-lain, sedangkan di BPRS tidak sampai

lingkup tersebut, lingkup di BPRS lebih ke audit operasional, untuk

pembiayaan IT nya saja, bahkan kami baru mau masuk ke ranah ter-

sebut, akan tapi belum ada orang yang betul-benar paham IT, sehing-

ga kami masih bertahap dalam proses pembelajaran, tapi kedepan hal

tersebut telah menjadi rencana kami, karena pada tahun ini kami

31

Hasil wawancara dengan auditor internal, Pada hari Selasa, tanggal

05 september 2017, Jam 09.00 32

Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Jumat, 25

Agustus 2017, Jam 16.00

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 133

harus ada pembiayaan IT, hanya saja untuk BPRS peraturan dari OJK

nya belum terlalu diperhatikan tidak seperti halnya BUS.33

Cakupan berikutnya yang terdapat di BPRS yaitu audit kepa-

tuhan syariah, dan hal tersebut masuk ke semua operasional baik

pembiayaan, maupun pendanaan dan cabang bertanggung jawab atas

cakupan tersebut, sedangkan kami (auditor internal) hanya melaku-

kan pemeriksaannya, dan sebagai auditor internal adalah tim sehingga

saat keluar untuk melakukan pemeriksaan kami bertanggung jawab

untuk membuat laporan sampai audit selesai dan ada satu auditor

yang bertanggung jawab.34

Dalam pelaksanaannya proses audit dilaksankan bersama-

sama, namun demikian pembagiannya masing-masing misalnya: ada

yang melakukan pemeriksaan deposito, tabungan, pendanaan dan

pembiayaan, sedangkan untuk pembiayaan biasanya tim auditor ber-

samaan melakukan pemeriksaanya, karena jumlah berkas yang harus

diperiksa berjumlah besar, akan tetapi untuk laporan hanya satu orang

yang bertanggung jawab, dan pada saat melakukan pemeriksaan audi-

tor juga menggunakan kertas kerja pemeriksaan, dan memungkinkan

masing-masing BPRS memiliki gayanya sendiri, seperti WPL, WBS,

dan juga terdapat top score serta segala macam kertas yang terkait

dengan kebutuhan untuk pemeriksaan.

Menurut auditor internal bahwa: kertas kerja pemeriksaan

yang terdapat di BPRS tidak sama persis dengan kertas kerja peme-

riksaan yang terdapat di KAP, saat awal bergabung di BPRS saya

ingin menerapkan seperti yang di KAP namun agak kesulitan karena

kami sebagai auditor internal tidak hanya melakukan pemeriksaan

terhadap laporan keuangan saja, namun sampai ke hal yang lainnya,

dan yang terpenting kami ada laporannya, karena auditor internal

pada dasarnya tidak hanya melakukan pemeriksaan terhadap laporan

keuangan saja, akan tetapi semua bagian di audit, misalnya cabang A

tidak mempunyai generator atau apa yang lainnya, kebersihan kantor-

nya, catnya, dari sisi pelayanannya segala macam, kami lakukan

pemeriksaan (audit), ibarat kata dapurnya BPRS itu ada di audit

33

Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Jumat, 15

September 2017, Jam 09.00 34

Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Jumat, 15

September 2017, Jam 09.00

134 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

internalnya, kalau di eksternal hanya fokus ke laporan keuangannya

saja.35

Alasan lainnya, karena BPRS yang cakupannya tidak seluas

bank umum, sehingga cakupan wilayah BPRS hanya bisa buka di satu

provinsi saja, misalkan jika BPRS buka di wilayah Jawa Barat maka

cakupannya di hanya Jawa Barat, sehingga cakupannya tidak seluas

bank umum,36

maka untuk saat ini BPRS belum dibutuhkan komite

audit seperti halnya bank umum Syariah, karena ruang lingkup yang

terbatas, maka pengawasan hanya dilakukan oleh pemegang saham.

3. Pendampingan oleh Auditor Internal terhadap staf keuangan

Pada dasarnya di BPRS, auditor internal lebih kepada aspek

keseharian, yang nantinya mengarah ke laporan bulanan dan akan di

akumulasikan, kemudian di audit atau diperiksa oleh pihak eksternal

(KAP) Kantor Akuntan Publik pada akhir tahun, misalnya BPRS me-

nemukan adanya transaksi selisih kas, kas kecil itu akan berpengaruh

ke saldo dan saldo bulan tersebut, namun jika terdapat temuan dan

langsung diperbaiki, maka masalah tersebut selesai, dan auditor inter-

nal melakuan pendampingan pada saat staf keuangan atau teller

membuat berita acara atas selisih tersebut dan auditor melihat sebera-

pa besar kesalahannya kemudian dibuatkan berita acara dan auditor

internal akan tandatangan sebagai bukti telah ikut mendampingi

dalam proses tersebut.

Auditor internal ini bekerja berdasarkan program audit, sehing-

ga bukan pendampingan secara berdampingan langsung, namun ada

yang mendampingi staf, yaitu internal control yang selalu ada di

cabang, lalu nanti auditor internal yang melakukan pemeriksaan ke

cabang pada H plus 1, sehingga semua transaksi hari kemarin dipe-

riksa hari tersebut tetapi auditor internal melakukan pemeriksaan

berdasarkan program satu tahun yang telah di agendakan sebelumnya.

Untuk kunjungan auditor internal ke cabang dalam rangka me-

lakukan pemeriksaan tersebut, hal ini sifatnya internal, karena pada

dasarnya internal control sudah menjadi bagian dari program audit

35

Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Jumat, 15

September 2017, Jam 09.00 36

Hasil Wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Rabu, 06

September 2017, Jam 13.00

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 135

yang fungsiny agar early warning system berjalan dengan baik,

misalnya terdapat kasus saldo mutasi nasabah tuan X pada rekening

gironya, namun nasabah tersebut mengaku sudah membayar padahal

belum terdapat pembayaran, maka laporan tersebut langsung ke pim-

pinan dan hal itu sifatnya lebih cepat serta langsung ada kebijakan,

maka dibutuhkan internal control dalam cabang, selama ini internal

control dilakukan oleh kepala bagian masing-masing secara transak-

sional operasional hariannya mereka yang menceklis (menandai),

sehingga kepala bagian berfungsi sebagai control bukan internal

control.

Menurut auditor internal bahwa: pada dasarnya tidak ada pen-

dampingan secara khusus dalam prakteknya, karena salah satu fungsi

dari auditor internal adalah lebih utama pada evaluasi bukan men-

dampingi secara langsung, namun lebih fokus pada mengevaluasi

fungsinya, sedangkan pendampingan yang dilakukan secara transak-

sional oleh internal control untuk saat ini memang belum ada, insya

Allah untuk kedepannya aka nada, karena sedang dipersiapkan, se-

hingga control yang ada saat ini lebih utama dilakukan oleh kepala

bagian masing-masing, pendampingan secara khusus tidak ada dila-

kukan, pada dasarnya mereka telah dapat melakukan proses laporan

keuangan itu dengan sendirinya, sedangkan auditor internal hanya

melakukan pemeriksaan, kecuali pada saat transaksi harian kami me-

lakukan pemeriksaan dan ternyata terdapat kekeliruan maka kami

memberitahu dan menyelesaikan pada saat itu juga, sehingga pen-

dampingan secara khusus memang tidak ada.37

4. Menjaga Aset, Mengawasi dan Memastikan Jalannya Kebija-

kan dan Compliance dalam BPRS

Tujuan dan tugas auditor internal di dalam BPRS berdasarkan

hasil wawancara antara lain menjaga aset, mengawasi perusahaan,

memastikan jalannya kebijakan (aturan) internal perusahaan dan me-

mastikan kebijakan (kebijakan dari masing-masing direksi) itu dipa-

tuhi (compliance), seperti halnya shari’ah compliance, PAPSI seperti

undang-undang perbankan dan lainnya.

Kebijakan dari masing-masing direksi dalam hal sistem loya-

liter atau otoriter, mau kuat (hard), medium (slow), atau santai (low),

37

Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari, Kamis, 07

September 2017, Jam 13.00

136 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

jadi tergantung modelnya, misalnya ketika auditor internal melaku-

kan audit dan ada temuan, contoh yang paling sederhana misalnya

murabahah karena di bank syariah ataupun BPRS manapun banyak

melakukan akad murabahah sehingga itu menjadi pekerjaan besar

bagi semua BUS dan BPRS di Indonesia, dikarenakan metode penga-

kuan keuntungan maupun pendapatan yang digunakan baik oleh BUS

maupun BPRS, baik BPRS yang satu dengan BPRS yang laiinya

dapat berbeda walaupun dalam aturan yang ada di izinkan mengguna-

kan salah satu metode tersebut, namun akan merujuk pada aturan

yang berbeda nantinya, seperti halnya metode anuitas dan propor-

sional, kebijakan penggunaan metode itu berdasarkan lembaga keua-

ngan maasing-masing.

Murabahah merupakan akad transaksi yang paling besar di

BPRS, apakah ketika hal tersebut muncul disetiap temuan auditor

internal itu tidak di skip, apakah setiap terdapat temuan kemudian

temuan tersebut tidak muncul di DPS, maka hal ini menjadi tanda

tanya , seperti halnya auditor internal ada temuan dalam proses audit,

namun DPS tidak ada temuan lalu apa yang miss, dimana mismatch-nya, sehingga tergantung dari jalurnya sendiri, misalnya auditor

internal ingin auditnya seperti ini, kemudian mana referensi DPSnya,

sehingga perlu ada kebijakan atau aturan yang jelas khususnya terkait

dengan kepatuhan Syariahnya.

Selanjutnya, jika auditornya professional maka auditor internal

butuh di review dan diaudit, namun saat terjadi masalah atau kesala-

han maka auditor internal hanya melaporkan adanya temuan, sedang-

kan keputusan puncaknya ada dikebijakan masing-masing bagaimana

mereka mau mengelola dari metode yang low sampai hard.

Sehingga tujuan dari audit internal adalah memeriksa, menga-

nalisa dan melaporkan kepada direktur utama, dan yang dijadikan

landasan dalam audit selain undang-undang, peraturan OJK, peratu-

ran BI juga SOP dan Surat Keputusan direksi seperti memorandum

internal, namun untuk kepatuhan Syariah tetap terdapat komunikasi

dengan DPS.

5. Mematuhi Aturan dan Landasan yang digunakan dalam Audit

Aturan dan landasan yang digunakan dalam proses audit untuk

BPRS antara lain kepatuhan syariahnya dari DPS berdasarkan fatwa

DSN, ketentuan Bank Indonesia, POJK, SAK ETAP (Standar Akun-

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 137

tansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik)38

, serta PAPSI39

untuk BPRS, dan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah, hanya

sebagian yang diterapkan dari SAK Syariah karena aturan utama

yang digunakan SAK ETAP dan PAPSI untuk BPRS.

Aturan dan kebijakan dalam penyusunan laporan keuangan

BPRS, ditentukan oleh BI (Bank Indonesia) dengan menggunakan

SAK ETAP dan PAPSI untuk BPRS, dan aturan tersebut juga digu-

nakan oleh audit eksternal, namun akuntan publik saat melakukan

pemeriksaan dasar aturan yang dipakai adalah SAK ETAP dan PAPSI

untuk BPRS, sehingga tidak terlalu ketat dengan SAK (Standar

Akuntansi Keuangan) baik yang umum maupun yang Syariah dari

101-110, walaupun aturan tersebut digunakan, namun hanya bebera-

pa yang digunakan karena aturan utama lebih merujuk ke SAK

ETAP dan PAPSI untuk BPRS.

Di dalam menjalankan perannya sebagai auditor internal selain

mematuhi aturan dan landasan tersebut, juga terdapat SOP (Standard Operating Procedure), yang sifatnya terdapat dalam juklak (petunjuk

pelaksana), dan kebijakan tersebut pada dasarnya general (umum),

seperti halnya SOP yang terdapat di customer service dengan teller

pada dasarnya BPRS memiliki SOP yang umum, akan tetapi terdapat

38

SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa

AKuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan oleh

Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), yaitu entitas yang tidak memi-

liki akuntabilitas publik signifikan, dan menerbitkan laporan keuangan un-

tuk tujuan umum (general purpose financial statetment) bagi pengguna eks-

ternal, contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat lang-

sung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit,

SAK ETAP bertujuan untuk menciptakan fkesibilitas dalam penerapannya

dan diharapkan memberikan kemudahan akses ETAP kepada pendanaan dari

perbankan, SAK ETAP merupakan SAK yang berdiri sendirir dan tidak

mnegacu pada SAK umum, sebagian besar menggunakan konsep biaya

historis, mengatur transaksi yang dilakukan oleh ETAP, bentuk pengaturan

yang lebih sederhana dalam hal perlakuan akuntansi dan relative tidak

berubah selama beberapa tahun, www.iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-

keuangan/etap 39

PAPSI merupakan petunjuk pelaksanaan yang berisi penjabaran

lebih lanjut dari beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

yang relevan bagi industry perbankan Syariah, Surat Edaran Bank Indonesia

Nomor 15/26/DPbS Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah di

Indonesia, 10 Juli 2013

138 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

pula SOP yang secara khusus lebih ke tekhnisnya masing-masing,

karena di BPRS, lebih sederhana dalam melaksanakan aturan dan

kebijakan dari SOP yang telah ditentukan, misalnya rekening untuk

tabungan nasabah, maka prosedur pemeriksaannya mengikuti aturan

SOP dan melihat saldo yang terdapat di catatan bank maka hal terse-

but tidak terjadi masalah, dan prosedur selanjutnya akan menggu-

nakan aturan dan landasan yang terdapat dari SAK ETAP, PAPSI dan

juga fatwa karena hal tersebut akan berhubungan langsung dengan

proses penyajian laporan keuangan.40

Menurut auditor internal yang berikutnya menyatakan bahwa

landasan yang lebih diperkuat dalam proses pemeriksaan adalah kepa-

tuhan dari DPS yang merupakan aturan dari fatwa dan juga ketentuan

Bank Indonesai, namun karena BPRS merujuk aturan utamanya

adalah SAK ETAP dan PAPSI yang merupakan atuarn dari Bank

Indonesia, akan tetapi BPRS juga memiliki SOP (Standard Operating

Procedure) berdasarkan kebijakan dari internal BPRS mengenai

banyak hal dari yang terkecil sampai terbesar.41

Maka selain aturan dan landasan tersebut yang digunakan oleh

auditor internal di dalam BPRS dan di terapkan oleh auditor internal

terdapat aturan lainnya yaitu SOP yang merupakan aturan internal

BPRS, serta terdapat pula aturan POJK (Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan) yang memiliki tugas mengawasi lembaga keuangan Sya-

riah termasuk BPRS.

6. Menjaga dan memperhatikan cakupan bidang audit42

di BPRS

Pada dasarnya dari lima cakupan bidang audit saling berkaitan

satu dengan yang lainnya dan membutuhkan perhatian secara khusus

dari masing-masing cakupan bidang audit tersebut, sehingga dapat

menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas, namun dari bebera-

pa hasil wawancara dilapangan bahwa cakupan bidang audit yang pa-

ling utama untuk dijaga serta diperhatikan yaitu aspek legal, dimana

40

Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Jumat, 25

Agustus 2017, Jam 16.00 41

Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada hari Jumat, 15

September 2017, Jam 09.00 42

Cakupan Bidang Audit yang terdapat di Bank Syariah, terdiri dari

dari bidang Operasional, bidang Pembiayaan, bidang Syariah, bidang tekno-

logi dan informasi, bidang 3P (People, Procedure & Physical Condition),

Muamalat Institute

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 139

cakupannya cukup luas karena posisi legal berkaitan dengan nilai

jaminan, dan berkaitan dengan cakupan bidang audit lainnya, seperti

halnya bagian legal memberikan nilai jaminan kepada nasabah de-

ngan nilai yang salah untuk pembiayaan yang akan diberikan, se-

hingga akan berdampak kepada cakupan bidang audit lainnya, seperti

contoh misalnya bagian legal memberikan nilai jaminan Rp. 300 juta.

Pada saat dilakuan audit oleh auditor internal ternyata nilai

jaminan tersebut hanya dapat di nilai sebesar Rp.150 juta maka hal

ini akan sangat berdampak terhadap laporan keuangan yang akan

disajikan, juga berdampak dengan cakupan bidang audit lainnya,

sedangkan kaitan dengan laporan keuangan akan memunculkan nilai

jaminan yang tertera dalam laporan keuangan tidak sesuai dengan

yang sebenarnya, sehingga laporan keuangan yang disajikan tidak

dengan nilai yang seharusnya, maka laporan keuangan tersebut infor-

masinya terdapat tindakan kedustaan (tidak jujur)43

Selanjutnya, cakupan untuk teknologi dan informasi seperti

halnya di customer service ada seorang nasabah yang akan mencair-

kan rekening deposito, namun saat pencairan informasi dan teknologi

mengalami kendala maka hal tersebut akan berdampak terhadap

laporan keuangan dalam hal pembagian bagi hasil dan pengurangan

pajak, cakupan bidang audit nerikutnya untuk bidang pembiayaan,

juga perlu diperhatikan dalam menjaga kualitas laporan keuangan,

misalnya terdapat pembiayaan yang telah terealisasi bahwa nasabah

mampu untuk melakukan pembayaran angsuran Rp. 10 Juta, namun

saat dilakukan audit internal dari sisi pembiayaan ternyata nasabah

tersebut hanya mampu untuk melakukan pembayaran angsuran Rp. 1

Juta, maka hal ini akan sangat berdampak terhadap laporan keuangan,

dimana saat nasabah tersebut tidak dapat melakukan pembayaran

angsuran (macet), maka akan terjadi manipulasi data untuk menyusun

laporan keuangan yang berakibat terhadap kualitas laporan keuangan

itu sendiri.

Untuk cakupan bidang operasional juga perlu diperhatikan mi-

salnya sudah di approval bahwa dana pihak ketiga Rp. 100 Juta,

namun sampai dicabang dana pihak ketiga tersebut tidak sampai Rp.

100 Juta maka hal ini dapat berpengaruh terhadap kualitas laporan

keuangan, karena terdapat perbedaan jumlah nominalnya, dan yang

43

Jaka Isgiyarta, Teori Akuntansi Islam dan Laporan Keuangan Isla-

mi, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2010), 130

140 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

terakhir perlu diperhatikan adalah cakupan bidang Syariah, atau

Shari’ah Compliance, hal ini tergantung dengan tingkat keimanan

dari masing-masing manusianya yang terlibat dalam BPRS walaupun

dari sisi operasional untuk Syariah compliance di awasi dan diperha-

tikan oleh dewan pengawas Syariah yang memang menjadi tugas dan

tanggung jawab dewan pengawas Syariah dalam bidang cakupan

audit Syariahnya.

7. Kualitas Laporan Keuangan di BPRS

Untuk menjaga laporan keuangan berkualitas di BPRS maka

diperlukan adanya peran auditor internal untuk:

a. Memberikan informasi apapun yang dibutuhkan manaje-

men dalam menjalankan tanggung jawabnya;

b. Membantu pihak mananjem dalam mengevaluasi aktivitas

dalam BPRS;

c. Bersikap independen terhadap aktivitas audit di semua

tingkatan manajemen dan bagian;

d. Melakukan evaluasi, pengawasan dan pengontrolan dalam

proses transaksi pendanaan maupun pembiayaan;

e. Menyusun prosedur (SOP) serta kebijakan tertulis sebagai

pedoman bagi karyawan di BPRS;

f. Melakukan penilaian terhadap program yang berjalan untuk

memastikan bahwa telah sesuai dengan tujuan yang

ditetapkan oleh BPRS;

g. Mengkomunikasikan hasil audit dan memberikan rekomen-

dasi kepada pihak manajemen atas temuan yang ada di

BPRS;

h. Mengikuti pelatihan yang terkait dengan ke syariahan baik

dari sisi akuntansi maupun audit;

i. Melakukan inspeksi dan pengawasan terhadap peraturan dan

kebijakan yang ditetapkan manajemen;

j. Memeriksa fisik kas internal yang diterima dan yang keluar

dengan bukti penerimaan dan pengeluaran;

k. Mencocokan data transaksi dengan bukti;

l. Menganalisis tindakan auditee agar tidak bertentangan

dengan kebijakan, standar, prosedur, hukum dan regulasi

yang berlaku;

m. Mengarahkan pelaksanaan kualitas manajemen agar sesuai

dengan yang direncanakan;

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 141

n. Terlibat dalam perencanaan dan pembuatan keputusan

strategis;

o. Melakukan analisis resiko atas aktivitas tertentu yang ada

dalam strategis BPRS;

p. Mengidentifikasi resiko karena adanya perubahan kebija-

kan;

q. Memahami adanya materialita dan dampaknya terhadap

laporan keuangan.

B. Peran Auditor Eksternal dalam BPRS

Auditor eksternal yang dapat di wawancarai terkait dengan

disertasi ini terdiri dari 2 responden, yang bekerja di kantor akuntan

publik44

dengan jabatan sebagai auditor dan pernah mengaudit lapo-

ran keuangan BPRS, namun mereka belum memiliki sertifikasi akun-

tansi Syariah, akan tetapi mereka pernah mengikuti pelatihan menge-

nai akuntansi Syariah, dengan hasil wawancara sebagai berikut ter-

kait dengan peran auditor eksternal terhadap kualitas laporan keua-

ngan di BPRS, pendekatan yang digunakan fenomenologi45

maka

auditor eksternal tersebut menjawab sesuai dengan apa yang mereka

alami sebagai auditor eksternal, saat ini jumlah auditor baik internal

maupun eksternal yang memiliki sertifikasi akuntansi Syariah per

Desember 2017 tidak lebih dari 49 Orang.

44

Kantor Akuntan Publik yang selanjutnya disingkat KAP adalah ba-

dan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-unda-

ngan dan mendapatkan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Undang-

undang mengenai Akuntan Publik, sedangkan Akuntan Publik yang selan-

jutnya disingkat AP adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk

memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang mengenai

Akuntan Publik, hal tersebut dapat dilihat dalam Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 13/POJK.03/2017 Tentang Penggunaan Jasa Akuntan

Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam Kegiatan Jasa Keuangan, (Bab 1

Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat 5 dan 6), 4 45

Ari Kamayanti, Metodologi Penelitian Kualitatif Akuntansi (Pe-

ngantar Religiositas Keilmuan), (Jakarta: Yayasan Rumah Peneleh, Seri

Media dan Literasi, 2016), 151

142 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

1. Memiliki Independensi terhadap laporan keuangan dan

manajemen BPRS

Kebebasan (independensi) perlu dimiliki oleh setiap auditor

terhadap laporan keuangan yang diberikan oleh BPRS kepada akun-

tan untuk dilakukan proses audit, sehingga laporan keuangan mutlak

di selesaikan oleh BPRS, walaupun dalam kantor akuntan publik juga

memiliki jasa membuat laporan keuangan bagi entitas bisnis, namun

jika laporan keuangan tersebut dibuat oleh jasa dari kantor akuntan

publik, maka laporan keuangan yang dibuat oleh kantor akuntan pub-

lik tersebut wajib di audit oleh kantor akuntan publik yang berbeda.46

Seorang auditor juga harus memiliki sikap yang bebas dari

pengaruh, serta kendali dari pihak lain sehingga tidak tergantung

pada orang lain, kejujuran juga dapat dikatakan sebagai independensi

karena dibutuhkan fakta dan pertimbangan yang objektif terhadap

laporan keuangan yang akan di audit tersebut.47

Contoh permasalahan yang biasa dihadapi oleh auditor ekster-

nal seperti yang disampaikan diawal bahwa perusahaan klien memin-

ta akuntan publik untuk menyusun laporan keuangan dan bertang-

gung jawab terhadap laporan keuangan tersebut, kemudian melaku-

kan proses audit untuk laporan keuangan dari perusahaan klien yang

laporannya disusun oleh akuntan publik tersebut, karena manajemen

berharap agar kinerja terlihat baik, walaupun manajemen memberikan

kepercayaan yang penuh terhadap akuntan publik tersebut.48

Dapat dilihat dengan jelas untuk menjaga laporan keuangan

yang berkualitas auditor eksternal memiliki peran dalam menjaga

independensinya terhadap laporan keuangan yang akan diaudit, hal

tersebut dapat memunculkan rasa kepercayaan seorang auditor dalam

melakukan proses audit untuk laporan keuangan perusahaan klien

khususnya BPRS, sehingga laporan keuangan harus di audit oleh kan-

tor akuntan publik yang berbeda, hal ini untuk menjaga indepen-

densinya auditor eksternal terhadap manajemen BPRS, karena jika

terjadi masalah dalam laporan keuangan maka hal tersebut menjadi

46

Hasil wawancara dengan Auditor Eksternal, Pada hari Senin, 02

Oktober 2017 47

Hasil wawancara dengan Auditor Eksternal, Pada hari Selasa, 10

Oktober 2017, Jam 13.00 48

Hasil wawancara dengan Auditor Eksternal, Pada hari Senin, 02

Oktober 2017

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 143

tanggung jawab manajemen dan masalah tersebut yang terlebih

dahulu harus disampaikan ke pihak manajemen tanpa campur tangan

yang mendalam dari auditor, hal tersebut agar independensi seorang

auditor dapat terjaga dengan baik, sehingga masalah yang timbul

akan disampaikan ke manajemen BPRS dan pihak manajemen yang

akan menentukan untuk mengambil keputusan atas permasalahan

yang menjadi temuan auditor.

2. Memberikan opini49

mengenai kewajaran laporan keuangan

BPRS

Opini yang terdapat di dalam laporan audit merupakan hal

yang penting dalam proses audit atau proses atestasi50

karena opini

merupakan informasi utama yang dapat di informasikan kepada pe-

makai mengenai temuan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya.

Tugas auditor eksternal salah satunya memberikan opini atas

kewajaran laporan keuangan entitas atau lembaga keuangan Syariah

yang di audit sesuai dengan standar yang berlaku umum, agar dapat

memberikan opini sesuai dengan hasil yang di peroleh selama proses

audit, dengan beberapa pendapat yang dilaporkan dalam laporan audit

49

Opini adalah pendapat, ide atau pikiran untuk menjelaskan kecen-

derungan atau preferensi tertentu terhadap perspektif dan ideologi akan

tetapi bersifat tidak objektif karena belum mendapatkan pemastian atau pe-

ngujian, dapat pula merupakan sebuah pernyataan tentang sesuatu yang ber-

laku pada masa depan dan kebenaran atau kesalahannya serta tidak dapat

langsung ditentukan misalnya menurut pembuktian melalui induksi,

www.wikipedia.org 50

Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau per-

timbangan yang diberikan oleh seorang yang independen dan kompeten yang

menyatakan apakah asersi suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang

telah ditetapkan, dan asersi adalah pernyataan yang dibuat oleh satu pihak

yang secara implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak

ketiga), untuk laporan keuangan historis, asersi mrupakan pernyataan mana-

jemen bahwa laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima

umum (generally accepted accounting principles), jasa atestasi profesi akun-

tan public dapat dibagi lebih lanjut menjadi empat jenis, yaitu: Auditing,

pemeriksaan (examination), review, prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures), Mulyadi, Kanaka Pruadiredja, “Auditing”, Buku Satu, Edisi ke

5, (Salemba Empat, Jakarta, 1998), 5

144 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

berdasarkan hasil proses audit yang dilakukan oleh auditor ekster-

nal51

,

Berikut opini yang dapat diberikan auditor eksternal atas pro-

ses audit yang dilakukan atas laporan keuangan klien atau BPRS,

pendapat wajar tanpa pengecualian, pendapat wajar tanpa pengecua-

lian dengan paragraph penjelas, pendapat wajar dengan pengecualian,

pendapat tidak wajar, dan pernyataan tidak memberikan pendapat,

dan hal itu berdasarkan standard professional.52

Selanjutnya auditor eksternal menyatakan bahwa: Setiap enti-

tas bisnis termasuk BPRS, berharap opini yang di peroleh dari auditor

eksternal memberikan opini pendapat wajar tanpa pengecualian ber-

dasarkan laporan keuangan yang di audit, berdasarkan dengan prose-

dur yang berlaku.53

Auditor eksternal bertanggung jawab untuk memberikan

pendapat mereka apakah transaksi dan kontrak yang dalam syari’at

kebijakan, peraturan dan pedoman, dimana auditor internal dan

eksternal juga bertanggung jawab untuk menguji kepatuhan syari’ah

lembaga keuangan Syari’ah54

Auditor internal maupun eksternal seharusnya di wajibkan me-

miliki sertifikasi akuntansi Syariah walaupun di wajibkan kepada

auditor untuk mengikuti pelatihan akuntansi Syariah, sehingga me-

miliki sertifikat seperti halnya akuntan publik, hanya lebih spesifikasi

untuk akuntansi Syariah yang wajib untuk melakukan proses audit

bagi entitas bisnis Syariah baik lembaga keuangan Syariah bank

51

Auditor eksternal adalah orang independen atau firma auditor yang

ditunjuk oleh pemegang saham untuk menyelidiki laporan keuangan yang

disusun oleh manajemen dan melaporkan temuanya kepada pemegang sa-

ham, James O, Alabede, “The Role Compromise and Problems of the Exter-nal Auditor in Corporate Governance” Research Journal of Finance an

Accounting, Vol 3, No.9, 2012, 114-126 52

Hasil wawancara dengan Auditor Eksternal, Pada hari Senin, 02

Oktober 2017 53

Hasil wawancara dengan Auditor Eksternal, Pada hari Selasa, 10

Oktober 2017, Jam 13.00 54

Yacoob & Donglah, “Shari’ah Audit in Islamic Financial Institu-

tions: The Postgraduates Perspective Audit Syari’ah di Lembaga Keuangan

Islam: The Pascasarjana Perspektif” International Journal of Economics and Finance, University of Brunei Darussalam, Brunei, Volume 4, No.12 (2012),

8

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 145

maupun non bank, agar opini yang di sajikan memenuhi kewajaran

secara prinsip akuntansi Syariah, yang agak berbeda penerapannya

dengan prinsip akuntansi konvensional.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang me-

nyatakan bahwa OJK di Indonesia harus mendorong lebih banyak

entitas bisnis untuk menyiapkan laporan keuangan sesuai dengan

standar akuntansi untuk menerima pendapat wajar tanpa pengecua-

lian dari auditor eksternal.55

3. Mereview catatan atau dokumen laporan keuangan BPRS

Auditor eksternal menyatakan bahwa: agar laporan keuangan

yang di audit dapat dihasilkan sesuai dengan waktu yang telah diten-

tukan dalam periode akuntansi, biasanya proses audit dilakukan seca-

ra bertahap, dan dilakukan per 3 bulan, pihak BPRS mengirimkan

laporan keuangannya untuk di audit, seperti prosedur pada umumnya

melakukan proses audit.56

Proses audit atas laporan keuangan mengikuti 3 (tiga) standard

yaitu Standar umum yang mencakup mengenai keahlian dan pelati-

han teknis yang memadai bagi seorang auditor, dapat mempertahan-

kan independensinya, dan wajib menggunakan keahliannya dalam

pelaksanaan audit dan pelaporan dengan cermat, dalam hal mereview

catatan maupun dokumen laporan keuangan yang di audit.

Selanjutnya standard pekerjaan lapangan yaitu seluruh peker-

jaan audit direncanakan dengan sebaik-baiknya, tidak hanya mem-

perhatikan standard audit saja, namun juga pemahaman mengenai

pengendalian interen BPRS untuk merencanakan dan menentukan

sifat audit, melakukan pengamatan dan konfirmasi sebagai dasar

untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan yang telah di

audit berdasarkan bukti yang kompeten, terakhir adanya standard

pelaporan, yang meliputi bahwa laporan audit harus menyatakan

laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum, hasil laporan audit menunjukan kekonsistenan dengan

periode sebelumnya, makanya dibutuhkan review per tiga (tiga)

bulan, dan laporan audit memuat seluruh pernyataan yang sesuai

55

Putu Agus Ardiana, “The Role of Eksternal Audit in Improving Firm’s Value”, (Bali: FEB Udayana, 2013), 1 - 15

56 Hasil wawancara dengan Auditor Eksternal, Pada hari Senin, 02

Oktober 2017

146 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

dengan hasil review dari catatan atau dokumen yang diberikan oleh

BPRS kepada auditor.57

Berdasarkan hasil wawancara dengan auditor eksternal dapat

disimpulkan bahwa yang mereka alami selama menjadi auditor untuk

mengaudit laporan keuangan BPRS mereka lebih berhati-hati dalam

melakukan proses audit karena selain menggunakan SAK ETAP dan

PAPSI untuk BPRS, mereka juga harus merujuk ke SAK Syariah

yang menjadi acuan dalam PAPSI untuk BPRS, walaupun tidak se-

mua mereka rujuk dalam melakukan proses auditnya, dan kendala

yang dihadapi bahwa masih ada BPRS yang masih menggunakan atu-

ran PAPSI untuk BPRS tahun 2003 yang seharusnya sudah meng-

gunakan tahun 2013, hal ini agak sedikit menyulitkan bagi auditor

eksternal karena penerapan yang berbeda antara PAPSI 2003 dengan

2013.

4. Kualitas Laporan Keuangan di BPRS

Untuk menjaga laporan keuangan berkualitas di BPRS maka

diperlukan adanya peran auditor eksternal untuk:

a. Wajib mengaudit laporan keuangan BPRS;

b. Memberikan pendapat bebas dari salah saji yang material

atas laporan keuangan BPRS;

c. Memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan BPRS;

d. Mereview prosedur dalam proses pembuatan laporan

keuangan BPRS;

e. Memiliki independensi terhadap laporan keuangan;

f. Bertanggung jawab atas laporan audit;

g. Mengikuti pelatihan yang terkait dengan akuntansi berda-

sarkan prinsip Syariah;

h. Kepentingan dalam pencegahan fraud; i. Bersikap independen terhadap manajemen BPRS;

j. Mereview catatan atas dokumen yang mendukung laporan

keuangan secara periodic.

C. Peran Dewan Pengawas Syariah dalam BPRS

Dewan pengawas Syariah yang dapat di wawancarai terkait

dengan disertasi ini terdiri dari 2 responden yaitu DPS dari BPRS

57

Hasil wawancara dengan Auditor Eksternal, Pada hari Selasa, 10

Oktober 2017, Jam 13.00

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 147

Bhakti Sumekar Sumenep dan BPRS HIK Ciledug dan Bekasi,

dengan hasil wawancara sebagai berikut terkait dengan peran dewan

pengawas Syariah terhadap kualitas laporan keuangan di BPRS,

dengan pendekatan yang digunakan fenomenologi58

maka dewan

pengawas Syariah tersebut menjawab sesuai dengan apa yang mereka

alami sebagai dewan pengawas Syariah.

1. Keberadaan dan kedudukan DPS dalam BPRS

Salah satu perbedaan yang mendasar antara BPR (Bank Per-

kreditan Rakyat) dengan BPRS adalah adanya kewajiban DPS dalam

BPRS, DPS sebagai lembaga independen atau juris khusus dalam

bidang fiqih muamalat, hanya saja DPS dapat beranggotakan diluar

ahli fiqih, namun harus memiliki keahlian dalam bidang lembaga

keuangan Islam dan fiqih muamalat, karena DPS berkewajiban me-

ngarahkan, mereview, dan mengawasi aktivitas lembaga keuangan

agar dapat diyakini bahwa mereka mematuhi aturan dan prinsip

syari’ah Islam, fatwa aturan DPS mengikat lembaga keuangan Islam

tersebut.59

“DPS berperan sebagai pengawas Syariah bukan komisaris,

seperti yang pernah terjadi di BPRS kami berawal pada tahun 2001-

2002 itu merupakan perubahan dari konvensional ke Syariah, terdapat

penyertaan modal sekitar Rp. 50 milyar lebih, terjadi penyalahgunaan

oleh salah satu komisaris yang jabatannya sebagai pemilik saham uta-

ma memberikan pembiayaan tanpa ada agunan yang rasional sehing-

ga menjadi masalah macet pembayarannya, hingga akhirnya menjadi

temuan dan mendapat teguran keras dari OJK, namun DPS tidak

memahami akan permasalahan tersebut karena DPS saat itu seorang

kyai yang sudah cukup sepuh, hingga akhirnya dilakukan pertemuan

oleh OJK dan ternyata itu kesalahan dari dewan direksi, maka pada

tahun 2010 terjadilah perubahan dan perombakan besar terhadap

struktur organisasi di BPRS, namun untuk penyalahgunaan yang

58

Ari Kamayanti, Metodologi Penelitian Kualitatif Akuntansi (Pe-

ngantar Religiositas Keilmuan), (Jakarta: Yayasan Rumah Peneleh, Seri

Media dan Literasi, 2016), 151 59

AAOIFI, Governance Standard for Islamic Financial Institutions

No. 1, Shari’a Supervisory board, AAOIFI, Manama, Bahrain (2015)

148 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

telah terjadi tetap diselesaikan melalui beberapa tahapan dan proses

hingga penyelesaian akhirnya tetap melalui ranah hukum.”60

Tugas DPS yang pertama memberikan opini terhadap produk-

produk baru, jika terdapat produk baru maka DPS akan merujuk pada

fatwa DSN MUI, namun jika tidak ada fatwanya maka seorang DPS

akan memberikan opini yang bersifat sementara, dan hal tersebut

dapat di atur oleh OJK, dan sejalan juga dengan meminta opini

kepada DSN, sebagai contoh yang dialami, ada tabungan tanpa nama

(no name) dan tiba-tiba ada dana masuk, setelah ditelusuri ternyata

tidak mendapatkan informasi mengenai pemilik rekening tersebut,

dan dana tersebut mengendap beberapa tahun sedangkan DPS yang

sebelumnya tidak mau memberikan opini, akhirnya kami DPS yang

baru memberikan opini atas masalah tersebut dan dijadikan hukum-

nya adalah luqathah (barang temuan), karena pemiliknya tidak dike-

tahui maka harus diumumkan selama satu tahun disemua cabang, dan

jika ada yang melapor dengan adanya bukti yang jelas dan benar

maka dana tersebut dikembalikan.

Jika dalam satu tahun tidak ada yang melaporkan, maka dana

tersebut menjadi pendapatan lain-lain, akan tetapi jika suatu hari ada

nasabah yang mengakui akan dana tersebut maka BPRS berkewajiban

untuk mengembalikannya, dari sisi akuntansinya saya tidak memaha-

mi, itu ada bagian tersendiri dari anggota DPS yang memahami untuk

akuntansinya sedangkan saya dari sisi hukum Syariahnya.61

Dari hasil wawancara tersebut diatas terlihat bahwa terdapat

dana yang mengendap di dalam BPRS yang akan berpengaruh terha-

dap kualitas laporan keuangan dimana keandalan suatu laporan keua-

ngan terdapat informasi yang tidak jelas terhadap dana yang mengen-

dap tadi, karena laporan keuangan yang disajikan memberikan infor-

masi dengan pengertian menyesatkan, namun karena adanya peran

DPS dalam BPRS tersebut dikeluarkan opini terkait dengan dana

mengendap tersebut dan hal itu pun perlu adanya kerjasama dengan

auditor internal yang memang memahami dari posisi pencatatan

akuntansinya yang sesuai dengan prinsip Syariah.

60

Hasil wawancara dengan DPS (Dewan Pengawas Syariah), Pada

hari, Selasa 01 Agustus 2017, Jam 09.00 61

Hasil wawancara dengan DPS (Dewan Pengawas Syariah), Pada

hari, Jumat, 18 Agustus 2017, Jam 17.00

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 149

Maka permasalahan tersebut yang dialami oleh DPS sejalan

dengan yang dinyatakan Abu Moamer dalam hasil penelitian Laely

yang menyatakan bahwasannya DPS dapat memastikan agar aktivitas

bank Islam dilakukan dalam batas-batas Syariah, dan memastikan

bahwa bank Islam bebas dari transaksi yang mengandung bunga,

perjuadian, spekulasi dan melakukan perdaganagn produk yang diha-

ramkan, serta mendesak manajemen bank Islam untuk mengungkap-

kan penerimaan dari setiap transaksi yang melanggar hukum Islam

dan dibagikan untuk kepentingan amal, juga harus melakukan audit

terhadap dana zakat bank Islam untuk memastikan penghitungan

yang benar, dan distribusi zakat yang adil ke delapan kelompok yang

berhak menerima zakat seperti siebutkan dalam Al Quran62

2. Memaksimalkan Efektifitas Peran DPS di BPRS

DPS yang ada saat ini belum memenuhi efektifitas perannya

sebagai DPS di BPRS, untuk mengetahui seberapa efektifnya peran

DPS di BPRS, dapat dilihat dari berapa jumlah opini yang dikeluar-

kan oleh DPS dalam satu tahun, atau bisa jadi ada dps yang tidak

mengeluarkan opini sama sekali karena belum banyak berkontribusi

kepada BPRS, namun ada pula DPS yang mengeluarkan opini tiap

bulan bahkan dalam setahun bisa lebih dari 12 opini, hal itu termasuk

DPS yang aktif dan dapat berkontribusi secara maksimal, misalnya

karena ada kerjasama yang baik dengan divisi kepatuhan.

Opini yang dikeluarkan DPS pada dasarnya dapat bermacam-

macam, bukan hanya mengenai produk baru, namun dapat pula me-

ngenai kondisi lapangan yang dihadapi, permasalahan yang dapat

ditanyakan kepada para staf maupun karyawan di BPRS, karena hal

tersebut jelas menjadi wewenang DPS dalam mengeluarkan opini

ketika belum terdapat fatwanya, karena DPS dianggap punya keahli-

an maka opini tersebut dapat ditetapkan dan menjadi pegangan sam-

pai ada fatwa atau ijma baru, maka gugurlah opini tersebut, namun

DPS yang ada saat ini hanya dibutuhkan sebagai label bahwa BPRS

tersebut memiliki DPS, dan membuat laporan 2 kali walaupun yang

62

Laely Dwi Arsyianti, “The Role of Shariah Supervisory Board in

Islamic Financial Industry (Case Study: Iran, Malaysia, And Indonesia)”,

Jurnal Ekonomi Islam Al Infaq, Volume.1 No.1 september (2010): 61-79

150 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

membuat bahkan staf bprs, lalu dimana amanah DPS jika hal tersebut

yang terjadi.63

Peran DPS sebenarnya tidak hanya memikirkan produk baru

saja, namun juga terkait dengan perilaku tanpa harus diminta, sehing-

ga lebih berkontribusi dengan sangat maksimal karena DPS bertang-

gung jawab sebagai dewan pengawas, maka harus ada kaitannya

dengan membina akhlak karyawan agar tidak terjadi fraud dalam

BPRS.

Permasalahan dengan tidak efektifnya DPS juga perlu adanya

perbaikan dalam persyaratan sebagai DPS, sebaiknya tidak seharus-

nya seorang DPS tersebut itu hanya anggota DSN yang ahli al

Quran, fiqh muamalah dan ahli membuat ijma, akan tetapi setelah

dikaitkan dengan aturan yang terdapat di OJK yang telah difatwakan

bahkan DPS tidak memahami, termasuk ditempat kami, mengalami

hal tersebut, seperti contoh bahwa seorang DPS berpendapat yang

dimaksud dengan murabahah hanya barang investasi, padahal dalam

pendapat kami bahwa murabahah itu telah mengikuti unsur dari sya-

rat dan rukun murabahah maka bisa dilakukan, ada barang yang dibeli

kemudian menjadi hak nasabah, dan akan menjadi piutang bagi BPRS

hutang bagi nasabah, maka barang tersebut sudah dapat dijual kem-

bali oleh nasabah, sehingga masalah seperti ini saja masih kurang

dipahami karena DPS hanya berpatokan pada barang investasi saja.64

Sebaiknya ketentuan yang ada saat ini diperbaiki bahwa seo-

rang DPS tidak hanya harus seorang anggota DSN, namun sebaiknya

diwajibkan salah satunya seorang ekonom dari bidangnya yang sesuai

dengan lembaga keuangan Syariah tersebut, dan untuk prosesnya pun

jangan terlalu lama, dari tahapan test yang dilakukan oleh MUI DSN,

dan OJK membbutuhkan waktu hingga sampai setahun, serta aturan

lainnya terdapat rekomendasi dari MUI kemudian ke pengurus harian

dirapatkan dan setelah itu mereka mewajibkan harus dari kalangan

mereka (anggota DSN), sehingga tidak melihat keahliannya dari sisi

yang lain walaupun mereka memiliki keahliannya dari sisi Syariah,

sedangkan terdapat seorang yang berpengalaman dan memiliki keah-

lian diperbankan atau asuransi, pasar modal, tetapi bukan anggota

63

Hasil wawancara dengan direksi, Pada hari Senin, 25 September

2017, Jam 10.00 64

Hasil Wawancara dengan direksi, Pada hari Senin, 25 September

2017, Jam 10.00

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 151

DSN maka seorang tersebut tidak bisa menjadi DPS, maka sebaiknya

agar adil dan berkualitas maka DPS seharusnya dapat dikombinasikan

agar dapat bersinergi.65

3. Pentingnya Sertifikasi bagi DPS untuk menjaga kualitas

laporan keuangan BPRS

Dalam hasil wawancara dengan DPS bahwa seorang DPS yang

bertugas di lembaga keuangan Syariah wajib memiliki sertifikasi

yang sesuai dengan tugas dan amanah yang akan dilakukan pada lem-

baga keuangan Syariah, untuk penelitian ini khususnya bagi BPRS,

mereka menyadari bahwa DPS yang ada saat ini di lembaga keuangan

Syariah maupun BPRS berlatar belakang ustad atau ulama yang me-

mang sudah memiliki keilmuan dalam bidang fiqih muamalah khu-

susnya, hanya saja dari sisi perbankan, keuangan maupun akuntan-

sinya memang kurang bahkan tidak ada, sehingga DPS lebih cende-

rung membahas mengenai fatwa yang akan digunakan dalam kegiatan

operasional BPRS tersebut.66

DPS menyatakan bahwa mereka juga harus memiliki sertifikasi

berdasarkan tingkatan level yang ada, saat ini kami sudah mengikuti

pada tahapan level satu, dan pembahasan pada level satu ini hanya

mengenalkan dengan fatwa-fatwa dan akuntansi dasar, sedangkan

level dua pembahasan lebih lanjut ke arah manajemen resiko, akun-

tansi hingga pelaporannya, hanya saja untuk mengikuti level dua

tersebut perlu waktu tunggu karena banyaknya DPS yang harus

mengikuti level tersebut, sehingga kami belum mendapatkan giliran

di level kedua tersebut, dan yang melaksanakan sertifikasi ini DSN

bekerjasama dengan OJK, banyak DPS yang mengikuti namun latar

belakang agama, bahkan sudah cukup sepuh namun tetap belajar

mengenai akuntansi khususnya, dan kami pun menyadari walaupun

kami pernah belajar keuangan perbankan Syariah namun untuk

akuntansinya kurang mendalam hingga dibutuhkan kerjasama yang

baik antara DPS dengan audit internal, atau salah satu anggota DPS

adalah orang yang paham mengenai keuangan khususnya akuntansi

65

Hasil wawancara dengan direktur utama, Pada Hari Kamis, 07

September 2017, Jam 10.00 66

Hasil wawancara dengan DPS (Dewan Pengawas Syariah), Pada

hari, Selasa 01 Agustus 2017, Jam 09.00

152 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

yang terkait dengan laporan keuangan yang akan disajikan dan

dipertanggungjawabkan.67

Menurut Adiwarman Karim68

, perlu di adakannya sertifikasi

bagi DPS bertujuan untuk meningkatkan kualitas baik ketua DPS

maupun anggota DPS sebagai penasehat Syariah di lingkungan lem-

baga keuangan Syariah yang terdiri dari tiga level sertifikasi:

1. Level Basic (Pengenalan industry sesuai jenis industrinya);

2. Level Intermediate (Pengawas Syariah); 3. Level Advance (Metode Penyusunan Opini Syariah).

Namun dari level yang terdapat diatas tidak ada yang

mengkhususkan untuk pemahaman lebih lanjut mengenai keuangan

maupun akuntansi Syariah yang nantinya akan menghasikan laporan

keuangan, akan tetapi berdasarkan keputusan ketua BNSP (Badan

Nasional Sertifikasi Profesi), menyatakan bahwa salah satu skema

dalam sertifikasi pengawas Syariah tersebut adalah melakukan

pengawasan terhadap laporan keuangan69

Dari hasil analisis diatas bahwasannya auditor internal, auditor

eksternal, dewan pengawas Syariah memiliki peran penting didalam

mengawasi dan menjaga aktivitas yang ada di dalam BPRS,

khususnya untuk penelitian ini mengenai perannya dalam proses

laporan keuangan yang akan disajikan, dipertanggungjawabkan dalam

satu periode akuntansi agar kualitas laporan keuangan BPRS tetap

terjaga dari hal yang tidak di inginkan seperti halnya kecurangan

(fraud)

Di awali dari transaksi hingga laporan keuangan tersebut sele-

sai serta pemahaman mereka terhadap SAK Syariah, dan hal ini dapat

dikatakan bagian dari audit Syariah dimana dasar hukum audit sya-

riah terdapat dalam Qs. Al Infithar (82): 10-12

67

Hasil wawancara dengan DPS (Dewan Pengawas Syariah), Pada

hari, Jumat, 18 Agustus 2017, Jam 17.00 68

Adiwarman karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, edisi ketiga, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009),

69 BNSP, Keputusan ketua Badan Nasional Sertifikasi Profesi, No.

Kep.0533/BNSP/V/2017 tentang lisensi kepada lembaga sertifikasi profesi

DSN MUI, Mei 2017

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 153

”Padahal Sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat)

yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan men-

catat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang

kamu kerjakan”.

4. Kualitas Laporan Keuangan di BPRS

Untuk menjaga laporan keuangan berkualitas di BPRS maka

diperlukan adanya peran DPS (Dewan Pengawas Syariah) untuk:

a. Memastikan bahwa penghitungan zakat telah benar dan

sesuai dengan aturan Islam;

b. Menjalin komunikasi yang baik dengan para pegawai diling-

kungan BPRS;

c. Menjalin komunikasi yang baik dengan nasabah baik nasa-

bah pembiayaan maupun pendanaan;

d. Mengawasi mekanisme dan prosedur yang dapat diterima

semua pihak;

e. Memberikan opini terhadap tingkat kepatuhan institusi pada

aturan Syariah;

f. Menjaga kemurnian praktik BPRS;

g. Memastikan bahwa semua kontrak, akad dan prosedur tran-

saksi sesuai aturan Islam;

h. Wajib memberikan laporan hasil pengawasan penerapan

prinsip Syariah secara semesteran;

i. Memastikan bahwa aktivitas BPRS dilakukan sesuai dengan

prinsip Syariah;

j. Bertanggung jawab dengan opini bahwa BPRS telah menja-

lankan sesuai dengan prinsip Syariah;

k. Mengikuti pelatihan terkait akuntansi Syariah;

l. Melakukan pendampingan pada staf terkait proses transaksi

pembiayaan maupun pendanaan pada BPRS.

D. Pemahaman SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah bagi

Auditor Internal, Auditor Eksternal dan Dewan Pengawas Syariah

SAK Syariah merupakan standar yang di gunakan oleh entitas

bisnis atau lembaga keuangan baik Syariah maupun konvensional

154 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

yang melakukan transaksi secara akad Syariah, maka aturan maupun

standar yang digunakan adalah SAK Syariah70

.

Auditor internal, auditor eksternal dan dewan pengawas Sya-

riah yang dijadikan responden dalam penelitian ini juga di wawan-

carai mengenai pemahaman mereka mengenai SAK Syariah, pema-

haman SAK Syariah yang disampaikan mengenai paradigma tran-

saksi Syariah, azas transaksi Syariah dan karakteristik transaksi

Syariah dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan

keuangan Syariah serta standar yang terdapat dalam SAK tersebut

dari sisi pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan,

Hasil wawancara dengan auditor internal menyatakan bahwa

dalam melakukan proses penyusunan laporan keuangan merujuk ke

SAK ETAP, dan PAPSI untuk BPRS, walaupun dalam BPRS di

cantumkan beberapa akad yang terkait dengan SAK Syariah, maka

mereka juga merujuk kepada SAK Syariah berdasarkan acuan yang

terdapat didalam PAPSI untuk BPRS, baik dari sisi pengakuan,

70

SAK Syariah berisi kata pengantar dari dewan pengurus nasional

IAI, pengantar dari dewan standard akuntansi Syariah IAI, sejarah standar

akuntansi keuangan Syariah, badan penyusun standard akuntansi Keuangan

Syariah, kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan Sya-

riah, dan standar dari masing-masing akad, seperti halnya, PSAK 59 menge-

nai akuntansi perbankan Syariah, PSAK 101 penyajian laporan keuangan

Syariah, PSAK 102 Akuntansi Murabaha, PSAK 103 Akuntansi Salam,

PSAK 104 Akuntansi Istishna, PSAK 105 Akuntansi Mudharabah, PSAK

106 Akuntansi Musyarakah, PSAK 107 Akuntansi Ijarah, PSAK 108 Akun-

tansi Transaksi Asuransi Syariah, PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak.

sedekah, PSAK 110 Akuntansi Sukuk dan Bultek 5 Pendapatan dan biaya

terkait murabahah, masing-masing menjelaskan terkait dengan transaksi

yang menggunakan prinsip Syariah, diawali dari kerangka dasar penyusunan

dan penyajian laporan keuangan dengan pembahasan mengenai paradigm

transaksi Syariah, yang kemudian akan dibahas per standar dengan diawali

dari pendahuluan yang berisikan tujuan, ruang lingkup, definisi serta karak-

teristik, kemudian terdapat pengakuan dan pengukuran baik bagi masing-

masing entitas, dan yang terakhir mengenai penyajian, pengungkapan, ke-

tentuan transisi, tanggal efektif dan penarikan, semua standard sama yang

membedakan isi dari masing akad dalam transaksi akuntansinya, untuk lebih

lanjut dapat di lihat dalam SAK Syariah, IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia),

November 2016, dan untuk implementasi dari masing-masing standard

tersebut dapat dilihat dalam buku Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah,

(Jakarta, IAI), 2016

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 155

penyajian, pengukuran dan pengungkapan seperti halnya untuk akad

transaksi murabahah, dalam PAPSI untuk BPRS, yang dijelaskan

mengenai akad jual beli, dan dijelaskan definisi dari Jual beli, namun

jika dalam SAK Syariah dikatakan sebagai Murabahah, kemudian

mengenai perlakuan akuntansi, penyajian, ilustrasi jurnal dan pe-

ngungkapan, akan tetapi dasar pengaturannya akan merujuk ke SAK

ETAP dan PAPSI untuk BPRS, sedangkan SAK Syariah hanya seba-

gai dasar pengaturannya.71

Auditor eksternal juga memberikan informasi mengenai aturan

yang digunakan dalam proses audit atau pemeriksaan laporan keua-

ngan BPRS juga merujuk kepada SAK ETAP dan PAPSI untuk

BPRS, mengikuti aturan yang ada dalam BPRS tersebut, bahkan ada

BPRS yang masih menggunakan PAPSI 2003, padahal seharusnya

sudah menggunakan PAPSI 2013, sedangkan untuk SAK Syariah,

auditor eksternal juga merujuk berdasarkan aturan dari PAPSI untuk

BPRS, sehingga pemahaman SAK Syariah bagi auditor eksternal

untuk BPRS tidak terlalu di wajibkan, karena SAK ETAP merupakan

rujukan atau aturan utama didalam melakukan proses audit atau

pemeriksaan laporan keuangan agar dapat memberikan pendapat atas

laporan keuangan yang di audit, karena menurut auditor eksternal

untuk prinsip Syariah lebih mengutamakan pemeriksaan atau audit

oleh DPS (Dewan Pengawas Syariah).72

Hasil wawancara dengan DPS (Dewan Pengawas Syariah), me-

reka mengatakan bahwa selama ini untuk transaksi keuangan khu-

susnya proses akuntansi lebih diserahkan kepada auditor internal

yang lebih memahami mengenai akuntansi, dan DPS menyatakan

bahwa mereka tidak terlalu mendalam mengetahui mengenai SAK

Syariah, terutama isi dari SAK Syariah, bahkan ada salah satu DPS

yang menyatakan belum pernah membuka SAK Syariah, namun

mereka memberi kepercayaan penuh kepada auditor internal dan

menerima pertanyaan terkait dengan akad dari sisi Syariah sedangkan

untuk pemeriksaan akuntansi dan jurnal yang telah di buat oleh

71

Hasil wawancara dengan Auditor Internal, Pada Hari Jumat, 25

Agustus 2017, Jam 16.00 72

Hasil wawancara dengan Auditor Eksternal, Pada hari Selasa, 10

Oktober 2017, Jam 13.00

156 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

bagian terkait khususnya keuangan menjadi tugas utama auditor

internal.73

Berikut hasil wawancara dengan salah satu TIM Penyusun

PSAK 5974

beliau menyatakan bahwa laporan keuangan untuk entitas

bisnis yang menggunakan prinsip Syariah akan dipengaruhi oleh

pemahaman transaksi Syariah (dapat dilihat dari paradigma, azas dan

karaktek transaksi Syariah dalam KDPPLKS75

)

Hal tersebut ada di dalam SAK Syariah, karena awal laporan

keuangan dimulai dari transaksi hingga tersusunnya laporan keua-

ngan, banyak entitas yang hanya sekedar mengejar target bisnis,

target total aset, target laba tanpa memperhatikan kesesuaian prinsip

Syariah, dan hal ini akan memengaruhi kualitas laporan keuangan,

penerapan SAK, khususnya SAK Syariah.

Dalam hal ini SAK Syariah telah diselaraskan dengan prinsip-

prinsip Syariah, misalnya dalam pengakuan, pengukuran laporan

keuangan Syariah tidak ada “Present Value” (dapat dilihat dalam

KDPPLKS), oleh karena itu jika bank Syariah maupun BPRS dalam

akad Murabahah pengakuan murabahahnya dengan metode anuitas

(Present value) maka harus menerapkan PSAK 50-55 dalam proses

akuntansinya tidak boleh menerapkan SAK Syariah 102, karena hal

tersebut tidak tidak sesuai dengan aturan yang ada di SAK Syariah

102, yang menggunakan pengakuan murabahanya dengan metode

proposional, dan tidak diperkenankan mengakui pendapatan bagi

hasil pembiayaan mudharabah dan musyarakah jika yang digunakan

73

Hasil wawancara dengan DPS (Dewan Pengawas Syariah), Pada

hari, Jumat, 18 Agustus 2017, Jam 17.00 74

Hasil wawancara dengan, Tim Penyusun PSAK 59-Akuntansi Per-

bankan Syariah, Anggota Komite Akuntansi Syariah IAI, DP-USAS (Dewan

Penguji- Ujian Sertifikasi Akuntansi Syariah IAI 75

KDPPLKS (Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

Keuangan Syariah), yang memiliki tujuan sebagai acuan bagi penyusun stan-

dard akuntansi keuanagn Syariah, dalam pelaksanaan tugasnya, penyusun

laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi Syariah yang

belum diatur dalam standard akuntansi keuangan Syariah, auditor, dalam

memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai de-

ngan prinsip akuntansi keuangan Syariah yang berlaku umum dan para peng-

guna laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam

laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standard akuntansi keuangan

Syariah, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dalam SAK Syariah 2017

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 157

PSAK 50-55, banyak contoh lainnya dari masing-masing akad apa

yang digunakan, sehingga tidak boleh salah dalam penerapan Standar

Akuntansi Syariahnya, maka DPS memiliki peran yang penting atas

kualitas transaksi sesuai Syariah.

Namun demikian, tidak sedikit DPS yang tidak memahami

dengan detail atas kegiatan usaha yang dilakukan entitas Syariahnya,

untuk mengatasi hal ini peran internal audit, SKAI sangat diperlukan

untuk menopang fungsi DPS, sebagai pengawas Syariah, sedangkan

peran auditor eksternal untuk kesesuaian Syariah diserahkan kepada

DPS, karena dalam pedoman pemeriksaan auditor eksternal atau

Kantor Akuntan Publik (KAP) belum mencantunkan panduan audit

Syariah, sehingga KAP (Kantor Akuntan Publik) hanya mengaudit

aspek keuangannya saja sesuai dengan PSAK yang berlaku.

Dari penjelasan masing-masing auditor, baik auditor internal,

auditor eksternal, dewan pengawas Syariah dan juga anggota DSAS76

bahwa perlu adanya pemahaman SAK Syariah bagi auditor baik

internal maupun eksternal di dalam menjaga kualitas laporan keua-

ngan bagi entitas bisnis yang menerapkan prinsip Syariah dalam

kegiatan usahanya, agar tujuan dari usaha entitas bisnis tersebut yang

sesuai dengan prinsip Syariah dapat tercapai dengan baik tidak hanya

untuk mencari keuntungan semata tanpa memperhatikan aturan-atu-

ran yang ada dalam prinsip Syariah, sehingga bukan hanya membuat

laporan keuangan kemudian disampaikan namun perlu menyampaikan

laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip Syariah sehingga akan

terjaga dengan baik kualitas dari laporan keuangan yang disajikan

tesebut, dapat dipertanggung jawabkan tidak hanya kepada stakehol-der maupun stockholder akan tetapi pertanggungjawaban terbesar

atas apa yang telah dilakukan oleh entitas bisnis tersebut atas keper-

76

DSAS adalah Dewan Standar Akuntansi Syariah merupakan badan

yang menjadi bagian organisasi, yang bertugas melakukan perumusan, pe-

ngembangan dan pengesahan, kerangka dasar penyusunan dan penyajian

laporan keuangan, pernyataan standard akuntansi keuangan Syariah, inter-

prestasi standard akuntansi keuangan Syariah, pernyataan pencabutan stan-

dard akuntansi keuangan Syariah, bulletin tekhnis, produk lain yang terkait

dengan standard akuntansi keuangan Syariah dan menjawab pertanyaan dari

pemerintah, otoritas, asosiasi dan lembaga luar negeri yang terkait dengan

standard akuntansi keuangan Syariah dalam hal ini dipandang peru berdasar-

kan pertimbangan DSAS. (iaiglobal.or.id)

158 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

cayaan dari stakeholder dan stockholder adalah kepada Allah SWT,

Qs. Al Qiyamah (75): 36

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja

(tanpa pertanggung jawaban)?”

Qs. Al Isra (17): 36

“dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mem-

punyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, peng-

lihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawab-

nya.”

Dari kedua ayat tersebut di atas, sangat jelas bahwa seorang

auditor internal maupun eksternal memiliki tanggung jawab dalam

tugasnya sebagai auditor (pemeriksa) laporan keuangan yang akan

disampaikan ataupun disajikan kepada pihak yang berkepentingan

tanpa adanya kebohongan atau kecurangan didalam penyampaiannya,

karena sangat jelas apa yang disampaikan oleh mereka adalah tang-

gung jawab atas apa yang telah mereka lakukan dalam proses audit

atau pemeriksaan, dan harus memiliki pengetahuan atas apa yang

dilakukan terkait dengan audit tersebut, sesuai dengan aturan akun-

tansi yang berlaku umum, sedangkan untuk BPRS pada khususnya

juga perlu pemahaman SAK Syariah yang isinya telah selaras dengan

prinsip-prinsip Syariah, maka perlu bagi auditor internal, eksternal

dan DPS memahami SAK Syariah tersebut.

E. Hubungan antara Komitmen Sumber Daya Insani dalam

Penerapan Nilai Syariah dengan Kualitas Laporan Keuangan

BPRS

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu di rektur uta-

ma BPRS menyatakan bahwa, laporan keuangan BPRS dapat berkua-

litas, maka terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu

mengenai komitmen dari sumber daya insani BPRS tersebut terhadap

penerapan nilai - nilai Syariah, dan terdapat 15 komitmen yang perlu

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 159

diperhatikan bahkan disadari baik oleh auditor internal, eksternal

maupun DPS (Dewan Pengawas Syariah)77

Tabel 4.4

Komitmen Sumber Daya Insani

Komitmen 1 Semua transaksinya harus bebas dari Riba

Komitmen 2 Akad di Bank Syariah sesuai dengan Maqasihidus

Syariah

Komitmen 3 Analisa pembiayaan langkahnya dimulai dari analisa

terhadap prinsip Syariah yaitu: Mengacu kepada

Fatwa DSN, Halal haram, dan Manfaat mudharat

Komitmen 4 Mengenakan biaya administrasi pembiayaan sesuai

dengan kesepakatan yang besarnya sesuai dengan

biaya riil yang terkait langsung dengan pembiayaan

dan dibayar tunai oleh nasabah sebelum akad, tidak

dari dana pencairan (dropping), termasuk biaya

lainnya (asuransi-pengikatan notaril dsb), (SE OJK

No.37/SEOJK.03/2015/h.16 dan Prinsip RIba)

Komitmen 5 Barang yang dibeli dalam akad Murabahah harus

jelas (Quantity, Quality, Time Delivery) untuk

menghindari hal tersebut Bank Syariah secara

bertahap meminimalisisr Akad Wakalah dengan

cara bekerjasama dengan supplier dan menghadirkan

pemilik barang di majelis akad, dan tidak ada blokir

tabungan angsuran yang dananya bersumber dari

pencairan (Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/VI/2000)

Komitmen 6 Penjadwalan kembali (Re-Schedulling akad muraba-

hah), tidak menambah marjin dan tidak dipindahkan

keatas nama orang lain/pihak ketiga. (Fatwa DSN

No.04/DSN-MUI/IV/2000)

Komitmen 7 Top Up akad Murabahah dengan tidak membuat

akad kedua dan seterusnya untuk menutup/melunasi

akad yang sebelumnya (Fatwa DSN No. 04/DSN-

MUI/IV/2000)

Komitmen 8 Dalam akad Musyarkah/Mudharabah: Pendapatan

bagi hasil dari realisasi pendapatan (cash basis)

77

Komitmen SDM Bank Syariah terhadap Penerapan Nilai Syariah,

Direktur Marketing BPRS, 2017, Hal: 1-96

160 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

berdasarkan laporan tertulis dari nasabah bukan dari

proyeksi dan jadwal angsur, berbagi untung dan rugi

(loss and Profit sharing) dengan nasabah, serta tidak

mensyaratkan nasabah untuk menyiapkan dana di

rekening debet minimal 1X angsuran (blokir)

Komitmen 9 Akad Deposito Mudharabah: Tidak memastikan

keuntungan untuk Deposan dengan jumlah uang

atau persentase tertentu serta tidak membuat spesial

nisbah kepada deposan tertentu.

Komitmen 10 Dalam Akad Istishna: Nasabah menerima barang

pesanan (mis: rumah) uang diserahkan kepada deve-

loper (Istishna Paralel) secara bertahap, uang tidak

diserahkan kepada Nasabah. (Fatwa DSN No

06/DSN-MUI/IV/2000).

Komitmen 11 Dalam Akad Ijarah: Nasabah menerima manfaat

atas suatu barang uang diserahkan kepada pemilik

aset (contoh Pemilik Toko/Ijarah Paralel).(Fatwa

DSN No 09/DSN-MUI/IV/2000).

Komitmen 12 Dalam Akad Ijarah Multi Jasa: Uang diserahkan

kepada Pemberi Jasa dengan misalnya dengan akad

kafalah (LP atau RS) tidak kepada Nasabah. (Fatwa

DSN No 44/DSN-MUI/VII/2004).

Komitmen 13 Dalam Akad Qardh (Talangan): Ujroh tidak boleh

diakadkan baik jumlah maupun waktunya (diserah-

kan sepenuhnya kepada nasabah. (Fatwa (DSN No

19/DSN-MUI/IV/2001).

Komitmen 14 Dalam Akad Qardh (Talangan): Ujroh Pengurusan

Haji hanya sekali dan tidak dikaitkan dengan jangka

waktu dan jumlah pembiayaan. (Fatwa DSN No

29/DSN-MUI/VI/2002).

Komitmen 15 Semua Transaksi: Wajib bebas dari Riswah (suap

menyuap).

Dari 15 komitmen yang disampaikan beliau bahwa, semua

komitmen tersebut harus dipahami dan juga dijalani oleh auditor

internal sebagai pihak yang melakukan pemeriksaan di internal

BPRS, auditor eksternal yang melakukan pemeriksaan sebagai pihak

independen untuk menyatakan bahwa laporan keuangan telah sesuai

dengan aturan ataupun standard yang berlaku dilandasi dengan aturan

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 161

maupun prinsip syariahnya, begitupula dengan DPS (dewan pengawas

Syariah) yang seharusnya wajib memahami 15 komitmen tersebut,

kaitannya dengan kualitas laporan keuangan adalah dari setiap komit-

men yang disampaikan tersebut pada dasarnya berhubungan baik

langsung maupun tidak langsung terhadap kualitas laporan keuangan

yang di sajikan atau dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan

terhadap laporan keuangan tersebut, maka dapat dijelaskan dibawah

berikut contohnya,

Komitmen pertama yang menyatakan bahwa semua transaksi

bebas dari riba, hal ini sangat berhubungan erat dengan kualitas lapo-

ran keuangan BPRS, mengapa demikian karena, hal senada jelas

tercantum dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah, dalam

karakteristik transaksi Syariah, bahwa implementaasi transaksi yang

sesuai dengan paradigma dan asas transaksi syariah harus memenuhi

karakteristik dan persyaratan salah satunya tidak mengandung unsur

riba.78

Kaitan antara komitmen pertama dengan peran auditor inter-

nal, auditor eksternal dan dewan pengawas Syariah terhadap kualitas

laporan keuangan adalah mereka wajib memahami komitmen pertama

ini karena transaksi yang mengandung riba sudah sangat tidak sesuai

dengan kualitas laporan keuangan dari sisi karakteristik transaksi

syariah yang menjadi syarat, serta termasuk pula dalam karakteristik

kualitas laporan keuangan mengenai dapat dipahami, seperti yang

dikatakan dalam SAK Syariah bahwa kualitas penting informasi yang

ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk

segera dipahami oleh pengguna, maka dari hal tersebut dapat dinyata-

kan perlu adanya pemahaman dalam laporan keuangan, dan laporan

keuangan ini dimiliki oleh entitas bisnis yang berlandaskan prinsip-

prinsip Syariah.

Didalamnya tidak diperbolehkan ada unsur riba, maka komit-

men ini mutlak diketahui dan dipahami semua pihak baik internal

maupun eksternal BPRS termasuk yang wajib memahami selain sum-

ber daya insani di BPRS adalah auditor internal, auditor eksternal,

dewan pengawas Syariah, seperti yang dicontohkan bapak Abdul

mengenai gambaran terjadinya riba dan transaksi.

78

IAI, SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah,(Jakarta: 2017), 5

162 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Tabel 4.5

Gambaran Terjadinya Riba dan Jenis Transaksi Jual Beli Pinjaman

Beli Jual Kelebihan Ket

100.000 120.000 20.000 Laba

Pinjam Kembali Kelebihan Ket

100.000 120.000 20.000 Riba

Sumber: Hasil wawancara dengan Direksi

Dari gambaran yang disampaikan pada contoh diatas maka

dapat terlihat jelas perbedaannya, jika auditor internal, auditor eks-

ternal dan dewan pengawas Syariah tidak dapat memahami perbe-

daan ini, hal ini akan berpengaruh besar terhadap kualitas laporan

keuangan yang disajikan, karena dalam pencatatan akuntansinya akan

memiliki nominal yang sama, namun berbeda dalam hal pemahaman

dari nilai-nilai Syariahnya, bahwa jelas Riba79

dilarang dalam entitas

bisnis yang menerapkan prinsip Syariah terutama untuk Bank Pem-

biayaan Rakyat Syariah.

Selanjutnya yang perlu dipahami oleh auditor internal, auditor

eksternal dan dewan pengawas Syariah adalah mengenai Iwadh, kare-

na ketiga hal ini yang dibolehkan dalam BPRS menjalankan opera-

sionalnya, dimana beliau menyampaikan bahwa terdiri atas 3 macam

yaitu jual beli, bagi hasil dan ijarah, yang dapat berpengaruh dengan

kualitas laporan keuangan yang disajikan karena telah sesuai dengan

aturan ataupun prinsip Syariah, dikarenakan dari ketiga tersebut

terdapat underlying aset sektor riil/iwadh, maka digambarkan sebagai

berikut:

79

Riba berarti ziyadah “Tambahan” maksudnya ialah tambahan atas

modal sedikit maupun banyak, sebagaimana firman Allah “ Dan jika kamu

bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu modalmu, kamu tidak ber-

buat zalim dan tidak pula dizalimi, (Al Baqarah (2): 279), serta diriwayatkan

oleh Bukhori, Muslim, Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi yang mensahihkan

riwayat tersebut dari Jabir bin Abdullah, bahwa Rasulullah bersabda, “Allah

melaknat pemakan riba memberinya, para saksinya, dan pencatatnya”,

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 4, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2007, Hal:

173-174

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 163

Gambar 4.1

Underlying Aset Sektor Riil

Sumber: Hasil Wawancara dengan Direksi

Dari gambar diatas terlihat jelas bahwa ziyadah atau keuntu-

ngan atau upah jelas sangat memengaruhi secara langsung kualitas

dari laporan keuangan yang disampaikan entitas bisnis tak terkecuali

BPRS, khususnya untuk laporan laba rugi dari BPRS yang merupakan

pendapatan langsung operasional yang terdapat dalam BPRS, dan hal

tersebut disajikan dalam laporan laba rugi berdasarkan dari masing-

masing akad yang digunakan sehingga memperoleh keuntungan mau-

pun margin dan terkait pula dengan laporan neraca yang disajikan

karena keuntungan yang diperoleh menjadi bagian dari asset yang

dimiliki oleh BPRS, oleh sebab itu auditor internal, auditor eksternal

dan DPS dapat memahami hal ini dan perbedaan antara laporan laba

rugi dengan laporan neraca dari masing-masing akad yang di berikan

sehingga mendapatkan iwadh, hal ini sejalan dengan SAK (Standar

Akuntansi Keuangan) Syariah dalam kerangka dasar penyusunan dan

penyajian laporan keuangan Syariah dan juga PAPSI (Pedoman

Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia).

164 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Komitmen berikutnya yang berkaitan langsung dengan kualitas

laporan keuangan dan menjadi dasar, juga perlu dipahami oleh auditor

internal, auditor eksternal dan dewan pengawas Syariah adalah ko-

mitmen yang ke empat mengenai pengenaan biaya administrasi pem-

biayaan sesuai dengan kesepakatan yang besarnya sesuai dengan

biaya riil yang terkait langsung dengan pembiayaan dan dibayar tunai

oleh nasabah sebekum akad, tidak dari dana pencairan (dropping),

termasuk biaya lainnya (asuransi-pengikatan notaril dsb), dan hal

diatur oleh (SE OJK No.37/SEOJK.03/2015/h.16 dan Prinsip Riba),

hal ini juga terkait dengan kualitas laporan keuangan jika komponen

tersebut dimasukan dalam laporan keuangan akan tetapi tidak sesuai

dengan aturan yang berlaku maka akan mengakibatkan laporan keua-

ngan yang disajikan tidak berkualitas dari sisi keandalannya, yang

dimaksud dengan komponen biaya administrasi tersebut yang tidak

termasuk dari dana pencairan (dropping) dengan bukti nasabah me-

masukan dana pribadi untuk pembayaran biaya administrsai tersebut

kedalam rekening nasabah bersangkutan,

Gambaran komponen biaya administrasi yang bukan merupa-

kan bagian dari dana pencairan terdiri dari:

Gambar 4.2

Komponen Biaya Administrasi

Sumber: Hasil Wawancara dengan Direksi

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 165

Komitmen selanjutnya yang terkait dengan peran auditor inter-

nal, auditor eksternal dan dewan pengawas Syariah terhadap kualitas

laporan keuangan mengenai komitmen lima yaitu barang yang dibeli

dalam akad murabahah80

harus jelas (Quantity, Quality, Time Deli-very), ketiga hal ini harus jelas dikarenakan terkait dengan laporan

keuangan yang disajikan dan akuntansi yang digunakan harus sesuai

dengan standard yang berlaku umum seperti untuk BPRS mengguna-

kan PAPSI dan ETAP namun tidak luput pula dengan aturan yang

terdapat dalam SAK Syariah, seperti halnya yang terdapat dalam

PSAK 102 mengenai Akuntansi Murabahah.81

Berikutnya Komitmen enam mengenai penjadwalan kembali

(Re-Scheduling akad murabahah) tidak menambah marjin dan tidak

dipindahkan atas nama orang lain/pihak ketiga,

Gambar 4.3

Unsur Murabahah

Sumber: Hasil wawancara dengan Direksi

80

Murabahah memiliki pengertian menjual suatu barang dengan me-

negaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan

harga yang lebih sebagai laba hal tersebut diatur pula dalam Fatwa DSN

No.04/DSN-MUI/IV/2000) 81

Didalam PSAK 102 mengenai Akuntansi Murabahah menjelaskan

mengenai karakteristik dari murabahah, kemudian pengakuan dan penguku-

ran baik dari sisi perolehan asset murabahah tersebut hingga pengakuan ke-

untungan baik dari sisi penjual maupun pembeli, serta penyajian dari piutang

murabahah, margin yang ditangguhan dan beban murabahah yang ditang-

guhkan, juga mengenai pengungkapan dari akad murabahah tersebut, hal ini

terdapat didalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah, PSAK 102

Akuntansi Murabahah, Ikatan Akuntan Indonesia, hal. 102.1-102.7

166 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Dari gambar dia atas sangat jelas bahwa seorang auditor inter-

nal, auditor eksternal dan dewan pengawas Syariah dapat memahami

konsep murabahah secara keseluruhan, utuh dan yang terkait dengan

kualitas laporan keuangan adalah harga jual barang dari aset mura-

bahah tidak diperbolehkan adanya penambahan harga sampai masa-

nya berakhir, maka sebagai seorang auditor internal dapat melakukan

proses pemeriksaan dari sisi harga jual yang diawal kesepakatan tidak

mengalami adanya perubahan harga, sedangkan auditor eksternal dan

dewan pengawas Syariah juga harus memahami hal tersebut, karena

jika hal tersebut terjadi maka tidak sesuai dengan tujuan dari laporan

keuangan yang seharusnya patuh terhadap prinsip Syariah, karena hal

tersebut sudah jelas diatur dalam fatwa DSN.

Selanjutnya komitmen delapan mengenai akad musyarakah

atau mudharabah, bahwa pendapatan bagi hasil dari realisasi penda-

patan (cash basis) berdasarkan laporan tertulis dari nasabah bukan

dari proyeksi dan jadwal angsur, berbagi untung dan rugi (loss and profit sharing) dengan nasabah, serta tidak mensyaratkan nasabah

untuk menyiapkan dana di rekening debet minimal 1 kali angsuran

(blokir), hal ini sangat jelas berpengaruh terhadap kualitas laporan

keuangan dari sisi keandalannya, bahwasannya laporan keuangan

yang disajikan tersebut dapat diverifikasi serta jelas kelengkapan dari

unsur-unsur yang terkait, maka hal ini peran auditor internal, auditor

eksternal sangat dibutuhkan dalam pemahamannya mengenai komit-

men ini karena dapat di kaitkan dengan SAK Syariah mengenai

Musyarakah yang di atur dalam PSAK 105.

Peran dewan pengawas Syariah dalam hal ketaatan maupun

kepatuhan terhadap prinsip Syariah yang melarang nasabah untuk

memblokir angsurannya, dalam komitmen ini dinyatakan bahwa pen-

dapatan bagi hasil menggunakan cash basis berdasarkan laporan

tertulis dari nasabah, namun kenyataannya berdasarkan proyeksi dan

jadwal angsur, tentu hal ini akan mengganggu kualitas laporan keua-

ngan karena tidak mentaati aturan yang telah diatur, jika akad mu-

syarakah atau mudharabah tidak sesuai dengan aturan yang telah

ditentukan maka akan mengakibatkan perbedaan yang sangat jelas

sehingga akan menimbulkan bunga dalam penyajian laporan keua-

ngannya, karena dalam komitmen pertama telah dijelaskan tidak ada-

nya unsur bunga ata riba, berikut gambaran perbedaan yang jelas

antara bagi hasil dan bunga.

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 167

Tabel 4.6

Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga

Bagi Hasil Bunga

Penentuan besarnya hasil

sesudah bwerusaha/ada hasilnya Penentuan besarnya hasil diawal

Bagi hasil disepakati

berdasarkan proporsi pembagian

(nisbah)

Bunga dihitung dari dana yang di

pinjamkan (fixed/tetap)

Jumlah pembagian laba

meningkat sesuai dengan

peningkatan jumlah pendapatan

Jumlah pembayaran bunga tidak

meningkat sekalipun jumlah

keuntungan berlipat/booming

Jumlahnya tidak diketahui

seblumnya

Jumlahnya telah diketahui

sebelumnya

Tidak ada yang meragukan

keabsahan keuntungan bagi

hasil

Eksistensi dan perhitungan bunga

diragukan

Melaksanakan Qs. Lukman

(31):34

Berlawanan dengan Qs. Lukman

(31): 34

Terlihat jelas bahwa bunga dan bagi hasil merupakan dua hal

yang sangat berbeda dan hal iniakan memengaruhi kualitas laporan

keuangan dari sisi relevan, maupun dapat dipahami, karena seorang

auditor internal, eksternal maupun dewan pengawas Syariah wajib

memahami kedua perbedaan tersebut karena suatu keuntungan yang

diperoleh merupakan hal yang tidak pasti, dapat dilihat dalam contoh

berikut:

Jika tuan Ali dan tuan Bagas berkongsi dalam musyarakah/

mudharabah dan keduanya menyepakati bahwa tuan Ali mendapatkan

Rp. 1.500.000 secara pasti dan tetap per bulan atau jika keduanya

bersepakat bahwa tuan Ali mendapatkan 24% p.a atau 2%/bln secara

tetap dan pasti dari dana investasinya (proyeksi bagi hasil harus =

realisasinya/jadwal angsur yang tetap dan pasti), maka bagi hasilnya

batal.

Hal tersebut dapat terlihat dalam Qs. Luqman (31): 34.

168 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengeta-

huan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan

mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang

dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya, dan

tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan

mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Untuk melihat perbedaan yang mendasar tersebut dapat dilihat

dalam contoh tabel berikut dibawah ini:

Tabel 4.7

Perhitungan Akad Musyarakah-Mudharabah (salah)

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 169

Tabel 4.8

Perhitungan Akad Musyarakah-Mudharabah (benar)

Sumber: Hasil wawancara dengan Direksi

Dapat terlihat jelas perbedaan yang mendasar dalam tabel ter-

sebut karena jika yang diterapkan tabel pertama hal tersebut akan

berdampak terhadap kualitas laporan keuangan dari sisi relevansi,

dapat dipahami juga keandalannya, karena suatu laporan keuangan

yang berkualitas adalah salah satunya handal dimana informasi yang

disajikan bebas dari hal yang menyesatkan, serta kesalahan dalam

perhitungan maupun penyajiannya.

Komitmen selanjutnya Sembilan, berdasarkan wawancara de-

ngan Bp Abduh Khalid bahwa akad deposito mudaharabah tidak me-

mastikan keuntungan untuk deposan dengan jumlah uang atau

persentase tertentu, serta tidak membuat spesial nisbah82

kepada

82

Nisbah adalah rasio perbandingan pembagian pembagian keunyu-

ngan antara pihak dalam akad bagi hasil, lihat DSN MUI – Bank Indonesia,

Himpunan Fatwa DSN MUI, Jilid 1, (Jakarta: Gaung Persada, 2006), 459

170 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

deposan tertentu, maka pada saat akad terjadi wajib disepakati sistem

bagi hasil yang digunakan, apakah Revenue Sharing , atau Profit Sharing, karena jika tidak disepakti akad itu menjadi gharar, Jelas hal

ini akan memengaruhi kualitas laporan keuangan yang jelas tertera

dalam SAK Syariah dari sisi karakteristik transaksi Syariah83

, jika

seorang auditor internal, eksternal maupun DPS tidak memahami hal

tersebut, karena hal itu perlu adanya pemahaman dari SAK Syariah

bagi mereka yang nantinya akan mereka sampaikan kepada karyawan

di dalam BPRS khususnya yang bertugas dalam menangani deposito

tersebut, agar tidak terjadi kesalahpahaman dengan nasabah, sehingga

tidak timbul gharar.

Waktu dibagikannya bagi hasil pun harus disepakati oleh kedua

belah pihak, misalnya setiap bulan atau waktu yang telah disepakati,

serta pembagian bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati

diawal dan tercantum dalam akad tidak dari persentase jumlah dana,

dan hindari memberikan spesial nisbah kepada deposan tertentu

dikhawatirkan akan melanggar prinsip keadilan.

Komitmen selanjutnya Sepuluh84

mengenai Akad Istishna di-

mana Nasabah menerima barang pesanan (misalnya: rumah) uang

diserahkan kepada developer (Istishna Paralel) secara bertahap, uang

tidak diserahkan kepada Nasabah, hal ini telah diatur dalam Fatwa

DSN No 06/DSN-MUI/IV/2000. Sehingga komitmen ini wajib dipa-

hami oleh auditor internal, eksternal dan DPS, karena akad berlang-

sung dengan pihak developer sehingga dalam laporan keuangan ba-

rang atau produk tersebut merupakan milik BPRS yang disewa dari

developer dan kemudian menyewakannya kembali kepada nasabah

secara cicilan.

Bahwa barang yang diperjualbelikan belum jadi dan masih

dalam proses pembuatan atau pembangunan, untuk spesifikasi seperti

jenis, macam, ukuran, jumlah, kualitas disepakati dari awal dan ba-

rang di serahkan secara tangguh disuatu masa yang akan datang de-

ngan tanggal jatuh tempo yang telah disepakati, sedangkan pemba-

yaran dapat dilakukan dalam beberapa termin sesuai kesepakatan,

maka jelas hal ini akan memengaruhi kualitas laporan keuangan

83

IAI, SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah, 2017, Hal: 5 84

Hasil wawancara dengan Direksi

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 171

dalam hal penyajian jujur serta jelas dari sisi pengukuran, penyajian

dan pengungkapan seperti yang diatur dalam SAK Syariah 10485

Untuk komitmen kesebelas dan keduabelas terkait dengan akad

Ijarah dimana nasabah menerima manfaat atas suatu barang uang

diserahkan kepada pemilik aset (contoh Pemilik Toko/Ijarah Para-

lel)86

hal tersebut telah diatur dalam Fatwa DSN No 09/DSN-MUI/

IV/2000, sedangkan komitmen keduabelas mengenai Akad Ijarah

Multi Jasa: Uang diserahkan kepada Pemberi Jasa dengan misalnya

dengan akad kafalah (LP atau RS) tidak kepada Nasabah, dan telah di

atur dalam Fatwa DSN No 44/DSN-MUI/VII/2004,

Contohnya setelah negosiasi, BPRS menyewa aset tersebut

dengan harga Rp. 10.000.000 setahun, selanjutnya BPRS menyewa-

kan kembali kepada nasabah dengan harga Rp. 12.000.000/tahun atau

Rp. 1.000.000/bulan, dengan demikian bank mendapat margin sewa

Rp. 2.000.000 selama satu tahun, transaksi ini harus sesuai dengan

SAK Syariah 10787

baik dari sisi pengakuan, pengukuran maupun pe-

nyajiannya, berdasarakan akad yang digunakan oleh BPRS tersebut

untuk akad ini terdapat dalam PSAK Syariah 107.

Pembiayaan Ijarah Multijasa adalah pembiayaan dimana BPRS

memberikan pembiayaan kepada nasabah dalam memperoleh manfa-

at atas suatu jasa, dalam pembiayaan Ijarah Multijasa tersebut BPRS

dapat memperoleh imbalan jasa/ujrah atau fee, Besarnya uang ujrah/

fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal

bukan dalam bentuk prosentase, maka akad untuk komitmen ini juga

sangat dapat memengaruhi kualitas laporan keuangan, dimana auditor

internal, eksternal dan DPS harus dapat memahami besarnya ujrah/

fee yang akan disepakati dan hal ini jelas diatur dalam SAK Syariah

seperti halnya komitmen keduabelas.

Untuk komitmen ketigabelas dan keempatbelas terkait dengan

akad Qard (Talangan), ujroh tidak boleh diakadkan baik jumlah mau-

pun waktunya (diserahkan sepenuhnya kepada nasabah. (Fatwa (DSN

No 19/DSN-MUI/IV/2001), dan secara definisi berdasarkan Fatwa

DSN Qardh adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah

85

IAI, SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah, 2017, Hal:

104.1-104.7. 86

Hasil wawancara dengan Direksi. 87

IAI, SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah, 2017, Hal: 107.1

– 107.5.

172 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

(muqtaridh) selama jangka waktu tertentu dan dikembalikan dalam

jumlah yang sama (tanpa imbalan) dan pembayarannya bisa dilaku-

kan secara angsuran ataupun sekaligus (jatuh tempo)88

, maka dalam

laporan keuangan yang akan disajikan untuk akad tersebut dilaporkan

secara terpisah walaupun merupakan bagian dari laporan keuangan,

jelas di atur dalam SAK Syariah 101, komitmen ini jelas perlu dike-

tahui dan dipahami oleh auditor internal, eksternal maupun DPS,

karena akad Qard merupakan salah satu ciri pembeda antara bank

Syariah dan bank konvensional yang didalamnya terkandung misi so-

sial di samping misi komersial yang digunakan untuk membantu na-

sabah yang sedang mengalami kesulitan mendesak untuk mendapat-

kan dana talangan, serta terdapatnya misi sosial kemasyarkatan untuk

meningkatkan citra baik bagi bank Syariah, karena akad Qard dapat

berdampak terhadap laporan keuangan yang akan disajikan, sehingga

menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas bagi BPRS.

Komitmen terakhir yaitu komitmen kelimabelas, bahwa semua

transaksi yang terjadi di dalam entitas bisnis berdasarkan prinsip

Syariah yaitu wajib bebas dari Riswah (suap menyuap)89

dan untuk

komitmen ini tidak terkait langsung dengan laporan keuangan, karena

berfokus pada pribadi masing-masing pihak didalam entitas bisnis,

agar dapat dipermudah untuk memperoleh pembiayaan di dalam

BPRS dan terkait dengan empat belas komitmen sebelumnya, sedang-

kan dalam laporan keuangan komitmen ini tidak membutuhkan pro-

ses pencatatan, penyajian, maupun pengukuran, sehingga komitmen

ini untuk mencakup keseluruhan komitmen yang lainnya.

Dari limabelas komitmen yang disampaikan saat wawancara

dan dianalisis satu persatu bahwa kelima belas komitmen tersebut

sangat memengaruhi kualitas laporan keuangan khususnya untuk

BPRS, dan sangat terkait dengan pemahaman bagi para auditor inter-

nal, eksternal dan DPS secara khusus, karena mereka yang bertang-

gung jawab dalam hal memberikan opini atas apa yang telah mereka

audit atau periksa dari laporan keuangan yang telah disampaikan, na-

mun untuk komitmen terakhir yaitu kelimabelas lebih kepada pribadi

masing-masing sumber daya insani yang terdapat di dalam BPRS,

sehingga tidak terkait langsung dalam proses pencatatan, penyajian

dan pengukuran dalam laporan keuangan BPRS, namun dapat meme-

88

Hasil wawancara dengan Direksi 89

Hasil wawancara dengan Direksi

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 173

ngaruhi kualitas laporan keuangan secara tidak langsung karena ter-

kait dengan akad yang akan di gunakan dalam transaksinya.

Penjelasan diatas mengenai gambaran umum laporan keuangan

BPRS, terjadinya fraud dalam BPRS, peran auditor internal, peran

auditor eksternal, peran DPS serta lima belas komitmen sumber daya

insani dalam penerapan nilai-nilai Syariah terhadap kualitas laporan

Keuangan dapat dikatakan bahwa secara prioritas laporan keuangan

dapat berkualitas dikarenakan tanggung jawab dari BPRS dalam

melakukan pelaporan serta submitt ke masyarakat umum ataupun

khusus (stockholder dan stakeholder) baik melalui website yang dimi-

liki oleh BPRS itu sendiri, serta kewajiban melaporkan ke Bank Indo-

nesia dengan termin yang telah ditentukan.

Auditor internal, auditor eksternal dan dewan pengawas Syari-

ah merupakan peran yang dijalankan untuk kepentingan dalam men-

jaga kualitas laporan keuangan BPRS, karena peran mereka merupa-

kan cakupan ataupun bagian yang memiliki tanggung jawab yang

sangat penting di dalam menjaga kualitas laporan keuangan BPRS,

sehingga mereka dapat dikategorikan sebagai auditor Syariah, karena

salah satu penyebab laporan keuangan tidak berkualitas karena fraud

tersebut, oleh karena itu suatu kebangkrutan perusahaan dapat terjadi

karena suatu masalah dalam laporan keuangan, hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Forgarty90

dan hal tersebut dapat

terjadi karena tidak pahamnya seorang auditor baik internal, eksternal

dan DPS akan aturan – aturan yang terkait dengan proses audit khu-

susnya untuk BPRS, yang menjalankan aktivitas operasionalnya ber-

dasarkan prinsip Syariah.

Meminimalisir bahkan menghilangkan tradisi fraud yang

jumlahnya kecil namun akan menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan

karena jumlah yang tidak besar, tetapi akan berdampak kepada dosa

yang besar atas perilaku fraud tersebut, dan juga akan sangat berdam-

pak terhadap kualitas laporan keuangan BPRS, sehingga komitmen

sumber daya insani dalam penerapan nilai-nilai Syariah ini wajib di

terapkan dan dijalankan oleh semua pihak yang terdapat dalam

90

Fogarty, Timothy J and Jhon T Rigsby, A reflective analysis of the

“new audit” and the public interest, The revolutionary innovation that never

came, Journal of accounting & organizational Change, (2010), Vol.6, No.3:

300-329

174 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

BPRS, secara khusus bagi auditor internal, DPS untuk interen dan

auditor eksternal untuk eksteren agar kualitas laporan Keuangan

BPRS dapat terjaga dengan baik dan benar sesuai dengan aturan yang

berlaku umum serta prinsip Syariah, dimana untuk laporan keuangan

merujuk kepada SAK Syariah, yang pada dasarnya telah sesuai

dengan prinsip Syariah.

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 175

BAB V

ANALISIS KUALITAS

LAPORAN KEUANGAN BPRS

DALAM PERSPEKTIF AKUNTANSI SYARIAH

A. Demografi Responden

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam disertasi ini menggunakan BPRS sebagai objek peneli-

tiannya. BPRS tersebut tersebar di Indonesia yang terdiri dari 26

BPRS, dimana 11 BPRS memiliki aset di atas Rp100 Miliar dan 15

BPRS memiliki aset antara RP 50 Miliar – Rp100 Miliar berdasarkan

versi majalah Infobank 2016. BPRS tersebut tersebar di Indonesia,

antara lain di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jabodetabek,

Lampung, Sulawesi, dan juga Nusa Tenggara. Dari penyebaran wila-

yah tersebut telah mewakili wilayah Indonesia.

Namun, dari 26 BPRS yang dijadikan objek penelitian dalam

disertasi ini pada kenyataannya agak sulit untuk menerima kuesioner

penelitian penelitian ini. Oleh karena itu, jarak serta waktu disertasi

ini hanya mengambil sampel dari BPRS yang mau menerima kue-

sioner penelitian penelitian ini.

Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner

penelitian penelitian melalui email dan kantor pos dengan perangko

balasan. Sedangkan pengembalian kuesioner penelitian penelitian ada

yang melalui kantor pos, email dan juga diambil sendiri oleh peneliti

pada saat akan wawancara dengan pihak auditor internal maupun de-

wan pengawas Syariah, yang sebelumya telah dikirimkan baik mela-

lui email maupun kantor pos. Pengolahan data untuk deskriptif res-

ponden menggunakan alat uji SPSS Versi 23. Sedangkan untuk

analisis pengujian model struktural menggunakan alat uji Smart PLS

Versi 3.0.

Kuesioner penelitian penelitian disebarkan mulai dari tanggal

10 Agustus 2017 – 20 Desember 2017. BPRS yang memiliki aset di

atas Rp100 Miliar hanya 9 BPRS yang memberi kesempatan untuk

menerima kuesioner penelitian penelitian, yang terdiri dari:

176 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Tabel. 5.1

Data Sampel Penelitian BPRS aset Rp 100 Miliar

No BPRS Jumlah yang

disebar

Jumlah

yang

kembali

1. HIK Ciledug 10 10

2. HIK Parahyangan 10 10

3. HIK Bekasi 10 10

4. HIK Cibitung 10 10

5. Artha Madani 10 10

6. Al Ma’some 10 10

7. Amanah Ummah 10 10

8. Bhakti Sumekar 10 10

9. Suriyah 10 7

Sedangkan dari 15 BPRS yang memiliki aset antara Rp 50

Miliar – Rp 100 Miliar yang memberikan kesempatan untuk mene-

rima kuesioner penelitian penelitian 4 BPRS yang terdiri dari:

Tabel. 5.2

Data Sampel Penelitian BPRS aset Rp 50 Millyar – Rp 100 Miliar

No BPRS

Jumlah

yang

disebar

Jumlah

yang

kembali

1. Berkah Ramadhan 10 10

2. Bangun Drajat Warga 10 10

3. Dana Moneter 10 10

4. Baiturridha 10 8

Dapat dijelaskan bahwa kuesioner penelitian penelitian yang

disebar berjumlah 130 kuesioner penelitian penelitian dan yang tidak

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 177

kembali sebanyak 5 kuesioner penelitian penelitian. Dari kuesioner

penelitian yang kembali sebanyak 125 kuesioner penelitian dapat

diolah karena telah memenuhi kriteria sebagai sampel dan diisi secara

lengkap oleh responden. Gambaran mengenai data sampel disajikan

pada tabel 5.3.

Tabel 5.3

Data Sampel Penelitian

No Keterangan Jumlah Persentase

1. Kuesioner penelitian yang disebar 130 100

2.

Kuesioner penelitian yang tidak

kembali 5 3,85

3.

Kuesioner penelitian yang tidak

dapat di olah 0 0

4.

Kuesioner penelitian yang dapat di

olah 125 96,15

2. Karakteristik Profil Responden

Data atau kuesioner penelitian yang dibutuhkan untuk melihat

peran auditor internal, auditor eksternal dan dewan pengawas Syariah

terhadap kualitas laporan keuangan dengan variabel moderasi pema-

haman SAK Syariah disebarkan kepada pihak manajemen BPRS yang

terdiri dari direksi, kepala bagian/cabang, dan staf.

Deskripsi Responden

Tabel 5.4

Kategori Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Output SPSS\ Versi 23

Tabel. 5.4 menunjukkan bahwa sekitar 76 orang atau 60,8%

responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya

sebesar 49 orang atau 39,2% responden berjenis kelamin perempuan.

178 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Hal ini dikarenakan karakteristik responden yang menjawab

kuesioner penelitian terdiri dari direktur, kepala cabang maupun

kepala bagian dimana dalam BPRS mayoritas pimpinan adalah laki-

laki.

Tabel 5.5

Kategori Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

Sumber: Output SPSS Versi 23

Tabel 5.5 memperlihatkan bahwa responden dalam penelitian

ini didominasi oleh responden yang berpendidikan terakhir Strata

Satu (S1) dengan jumlah 115 responden atau 92,2%. Sementara itu

sisanya adalah responden Strata Dua (S2) dan Diploma Tiga (D3)

dengan jumlah responden masing-masing 7 responden (5,6%) dan 3

responden (2,4%). Mayoritas responden yang berpendidikan Strata

Satu (S1) karena posisi responden di dalam BPRS antara lain dengan

jabatan sebagai kepala cabang maupun kepala bagian serta staf keua-

ngan. Sedangkan yang berpendidikan Strata Dua (S2) rata-rata direk-

si yang bersedia untuk mengisi kuesioner penelitian penelitian ini.

Tabel 5.6

Kategori Responden Berdasarkan Usia

Sumber: Output SPSS Versi 23

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 179

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa usia responden tidak jauh ber-

beda, khususnya untuk responden yang berusia 26 tahun -30 tahun

(21,6%), responden berusia 31-35 tahun (28%) dan responden yang

berusia 36-40 tahun (23,2%). Responden berusia lebih dari 41 tahun

merupakan responden terbanyak dengan total responden sebanyak 35

orang (35%). Sementara itu responden berusia di bawah 25 tahun

adalah responden dengan jumlah paling sedikit hanya 6 orang. Hasil

ini menyiratkan bahwa usia antar 25 tahun - 40 tahun keatas meru-

pakan usia produktif bagi seseorang dalam bekerja. Sehingga hasil

kategori dari usia tersebut memberikan hasil yang tidak jauh berbeda

di bandingkan dengan usia di bawah 25 tahun.

Tabel 5.7

Kategori Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Sumber: Output SPSS Versi 23

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa responden dengan lama bekerja

sekitar 0-5 tahun mendominasi keseluruhan responden penelitian

dengan jumlah 67 responden atau 53,6%. Terbanyak berikutnya ada-

lah responden dengan durasi bekerja sekitar 6-10 tahun dengan 32

responden (25,6), diikuti oleh responden dengan lama bekerja 11-15

tahun (8,8%) dan responden dengan lama bekerja 16-20 tahun (10%).

Hasil ini menyiratkan bahwa seorang pemimpin tidak hanya memer-

lukan kemampuan akademis, tetapi juga membutuhkan pengalaman

kerja dalam bidang dan jabatannya masing-masing, hal ini dapat

menunjukkan bahwa lama bekerja di atas 20 tahun berada pada posisi

direktur, sedangkan 6 tahun – 20 tahun menunjukkan posisi sebagai

kepala bagian atau divisi atau kepala cabang.

180 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

B. Model Awal Penelitian

Gambar 5.1

Kerangka Awal Penelitian

Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0

Gambar 5.1 Memperlihatkan bahwa dalam penelitian ini terda-

pat 5 variabel laten, yaitu 1 variabel endogen (Y), 3 variabel eksogen

(X) dan 1 variabel moderasi. Variabel endogen yaitu variabel

Kualitas Laporan Keuangan yang memiliki 25 indikator, sedangkan

variabel eksogen terdiri dari variabel Peran Auditor Internal yang me-

miliki 20 indikator, Peran Auditor Eksternal yang memiliki 10 indi-

kator, Peran Dewan Pengawas Syariah yang memiliki 12 indikator,

dan variabel Pemahaman SAK Syariah yang menjadi variabel mode-

rasi dengan 20 indikator. Sehingga total indikator dari model awal

penelitian sebelum dilakukan pengujian berjumlah 87 indikator.

C. Uji Validitas Konvergen, Uji Validitas Diskriminan dan Uji

Reliabilitas

Uji validitas dalam penelitian ini termasuk uji model penguku-

ran (outer model) yang dilakukan 2 kali pengujian, yaitu uji validitas

konvergen dan uji validitas diskriminan. Uji validitas konvergen ada-

lah uji validitas yang menggunakan paramater loading factor (korelsi

antara skor item atau skor komponen dengan skor konstruk dan Average Variance Extracted (AVE).

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 181

Besarnya nilai AVE minimal yang direkomendasikan adalah

0,5. Jika nilai AVE didapatkan lebih besar dari 0,5 maka indikator-

indikator di dalam model yang dikembangkan terbukti mengukur

konstrak laten yang ditargetkan dan tidak mengukur konstrak laten

yang lain. Sementara itu, nilai loading factor yang direkomendasikan

adalah 0,7. Namun, menurut Chin dalam ghozali1, penelitian tahap

awal dari perkembangan skala pengukuran nilai cross loading berkisar

antara 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup memadai.

Dalam penelitian ini akan digunakan batas minimal cross load-ing senilai 0,65. Hal ini dikarenakan ketika menggunakan batas mini-

mal cross loading senilai 0,50 dan 0,60, Average Variance Extracted (AVE) yang dihasilkan berada di bawah nilai 0,5. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa indikator-indikator yang digunakan memiliki

rata-rata tingkat error yang lebih tinggi.

Sementara itu ketika digunakan batas minimal senilai 0,7,

banyak indikator yang harus dikeluarkan. Gambar 5.2 menunjukkan

hasil uji awal validitas dengan semua indikator, sebanyak 87 indika-

tor, dan akan dilihat loading factor di atas 0,65, alasan lainnya ada-

lah karena penelitian ini merupakan penelitian dalam tahap pengem-

bangan (awal) sehingga indikator-indikator tidak harus memiliki

loading factor minimal 0,7. Oleh sebab itu, untuk item yang nilai loading factor berada di bawah 0,6 akan dikeluarkan dari analisis

selanjutnya.

1 Ghozali, Imam, Partial Least Square: Konsep, Metode dan Aplikasi

Menggunakan Program Warppls 4.0(Semarang: 2013), 45

182 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Gambar 5.2

Hasil Uji Validitas Menggunakan Parameter Loading Factor

Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0

1. Uji Validitas Konvergen

a. Uji Validitas Konvergen Kualitas Laporan Keuangan

Tabel 5.8

Nilai Loading Factor Indikator KLK

No Urut Indikator Loading Factor Keterangan

1 KLK9 0.684 Valid

2 KLK14 0.717 Valid

3 KLK15 0.710 Valid

4 KLK16 0.759 Valid

5 KLK23 0.724 Valid

6 KLK24 0.742 Valid

7 KLK25 0.758 Valid

Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0 (Diolah)

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa terdapat 7 (tujuh) item

indikator dalam variabel Kualitas Laporan Keuangan yang

valid, yaitu KLK9, KLK14, KLK15, KLK16, KLK23,

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 183

KLK24 dan KLK25, karena semua indikator memiliki skor di

atas 0,65 dan tidak ada lagi indikator yang memiliki skor

kurang dari 0,65, setelah melalui tiga tahapan dalam penghi-

tungan uji validitas dengan tidak mengikutsertakan indikator

yang tidak valid. Oleh sebab itu, disimpulkan bahwa konstruk

untuk variabel Kualitas Laporan Keuangan telah memenuhi

kriteria convergent validity. Sehingga tahapan atau uji selan-

jutnya adalah, indikator yang telah dieliminasi tidak diikut

sertakan dalam model.

b. Uji Validitas Konvergen Peran Auditor Internal

Tabel 5.9

Nilai Loading Factor Indikator PAI

No Urut Indikator Loading Factor Keterangan

1 PAI12 0.810 Valid

2 PAI13 0.887 Valid

3 PAI14 0.799 Valid

Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0 (Diolah)

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa terdapat 3 (tiga) item

indikator dalam variabel Peran Auditor Internal yang valid,

yaitu PAI12, PAI13 dan PAI14, karena semua indikator me-

miliki skor di atas 0,65 dan tidak ada lagi indikator yang

memiliki skor kurang dari 0,65, setelah melalui dua tahapan

dalam penghitungan uji validitas dengan tidak mengikutser-

takan indikator yang tidak valid. Oleh sebab itu, disimpulkan

bahwa konstruk untuk variabel Peran Auditor Internal telah

memenuhi kriteria convergent validity. Sehingga tahapan

atau uji selanjutnya adalah, indikator yang telah dieliminasi

tidak diikut sertakan dalam model.

184 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

c. Uji Validitas Konvergen Peran Auditor Eksternal

Tabel 5.10

Nilai Loading Factor Indikator PAE

No Urut Indikator Loading Factor Keterangan

1 PAE3 0.786 Valid

2 PAE5 0.763 Valid

3 PAE7 0.702 Valid

4 PAE9 0.790 Valid

Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa terdapat 4 (empat)

item indikator dalam variabel Peran Auditor Eksternal yang

valid, yaitu PAE3, PAE5, PAE7 dan PAE9, karena loading factornya lebih besar dari 0,65, dan tidak ada lagi indikator

yang memiliki skor kurang dari 0,65, setelah melalui dua

tahapan dalam penghitungan uji validitas dengan tidak me-

ngikutsertakan indikator yang tidak valid. Oleh sebab itu,

disimpulkan bahwa konstruk untuk variabel Peran Auditor

Eksternal telah memenuhi kriteria convergent validity. Se-

hingga tahapan atau uji selanjutnya adalah, indikator yang

telah dieliminasi tidak diikut sertakan dalam model.

d. Uji Validitas Konvergen Peran Dewan Pengawas Syariah

Tabel 5.11

Nilai Loading Factor Indikator PDPS

No Urut Indikator Loading Factor Keterangan

1 PDPS6 0.800 Valid

2 PDPS7 0.767 Valid

3 PDPS8 0.741 Valid

4 PDPS9 0.853 Valid

5 PDPS10 0.747 Valid

Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa hanya terdapat 5

(lima) item indikator yang valid yaitu indikator PDPS6,

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 185

PDPS7, PDPS8, PDPS9, dan PDPS10 karena loading factor-

nya lebih besar dari 0,65 dan tidak ada lagi indikator yang

memiliki skor kurang dari 0,65, setelah melalui 2 (dua) taha-

pan dalam penghitungan uji validitas dengan tidak mengi-

kutsertakan indikator yang tidak valid, Oleh sebab itu, hanya

indikator-indikator tersebut yang dapat digunakan untuk me-

ngungkapkan variabel Peran Dewan Pengawas dan telah me-

menuhi kriteria convergent validity. Sehingga tahapan atau

uji selanjutnya adalah, indikator yang telah dieliminasi tidak

diikut sertakan dalam model.

e. Uji Validitas Konvergen Pemahaman SAK Syariah

Tabel 5.12

Nilai Loading Factor Indikator PSS

No Urut Indikator Loading Factor Keterangan

1 PSS12 0.666 Valid

2 PSS13 0.743 Valid

3 PSS16 0.794 Valid

4 PSS17 0.844 Valid

5 PSS18 0.828 Valid

6 PSS19 0.781 Valid

7 PSS20 0.767 Valid

Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0

Tabel 5.12 menunjukkan bahwa hanya terdapat 7 item

indikator yang valid yaitu indikator PSS12, PSS13, PSS16,

PSS17, PSS18, PSS19, dan PSS20 karena loading factornya

lebih besar dari 0,65 dan tidak ada lagi indikator yang me-

miliki skor kurang dari 0,65, setelah melalui 2 (dua) tahapan

dalam penghitungan uji validitas dengan tidak mengikutser-

takan indikator yang tidak valid, Oleh sebab itu, hanya indi-

kator-indikator tersebut yang dapat digunakan untuk me-

ngungkapkan variabel Peran Pemahaman SAK Syariah dan

telah memenuhi kriteria convergent validity. Sehingga taha-

pan atau uji selanjutnya adalah, indikator yang telah dielimi-

nasi tidak diikut sertakan dalam model.

186 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

f. Uji Validitas Konvergen Konstruk

Tabel 5.13

Nilai AVE Masing-Masing Variabel

Variabel Nilai AVE

Kualitas Laporan Keuangan 0.530

Pemahaman SAK Syariah 0.603

Peran Auditor Eksternal 0.580

Peran Auditor Internal 0.693

Peran Dewan Pengawas Syariah 0.612

Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0

Dari tabel 5.13 dapat dilihat bahwa setiap konstruk

memiliki nilai Average Variance Extacted (AVE) yang lebih

tinggi dari 0,5. Dengan demikian, nilai masing-masing kons-

truk dengan indikatornya adalah baik karena telah memenuhi

kriteria yang ditetapkan sehingga kemampuan variabel laten

dalam menjelaskan atau mewakili nilai variabel asli (indika-

tor) dapat diandalkan.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas bertujuan untuk menguji sejauh mana kon-

sistensi instrumen yang digunakan dalam penelitian. Pengujian

reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan nilai Cronbach’ Alpha dan nilai Composite Reliability. Untuk dapat dikatakan

suatu konstruk reliable, maka nilai Cronbach’ Alpha harus 0,6

dan nlai Composite Reliability harus 0,7 (Jogiyanto,2011). Perb-

andingan nilai Cronbach’ Alpha dan nilai Composite Reliability

disajikan pada tabel 5.14 berikut.

Tabel 5.14

Hasil Uji Reliabilitas

Variabel

Cronbach's Alpha

Composite Reliability Keterangan

Kualitas Laporan

Keuangan 0.852 0.888 Reliabel

Pemahaman SAK

Syariah 0.890 0.914 Reliabel

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 187

Peran Auditor

Eksternal 0.763 0.846 Reliabel

Peran Auditor

Internal 0.778 0.871 Reliabel

Peran Dewan

Pengawas Syariah 0.841 0.887 Reliabel

Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0

Tabel 5.14 menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha atas

variabel kualitas laporan keuangan sebesar 0,852. Peran auditor

internal sebesar 0,778, peran auditor eksternal sebesar 0,763,

peran dewan pengawas syariah sebesar 0,841, dan pemahaman

SAK syariah sebesar 0,890. Sementara itu, nilai Composite Re-liability atas variabel kualitas laporan keuangan sebesar 0,888,

peran auditor internal sebesar 0,871, peran auditor eksternal se-

besar 0,846, peran dewan pengawas syariah sebesar 0,887, dan

pemahaman SAK syariah sebesar 0,914. Sehingga dapat disim-

pulkan bahwa tingkat reliabilitas pengukuran variabel adalah

baik, karena nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability

untuk semua konstruk berada di atas 0,6 dan 0,7.

D. Outer Model Penelitian

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas maka untuk me-

nguji Outer model dari masing-masing variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan menganalisis hubungan antara

setiap variabel dengan indikator atau variabel yang teramati didasari

dari Validitas model pengukuran yang ditentukan dengan menggu-

nakan nilai Loading factor, sedangkan reliabilitas diukur melalui

Composite Reliability, Cronbach’s Alpha, dan AVE. Sehingga kemu-

dian dapat dijelaskan atau dianalisis hubungan dari masing-masing

variabel dengan indikator yang memenuhi syarat tersebut berdasar-

kan model pengukurannya.

a. Outer Model Variabel Kualitas Laporan Keuangan

Variabel Kualitas Laporan Keuangan dibentuk secara ref-

lektif oleh 7 Indikator sebagaimana yang terlihat dalam Gambar

5.3 Hasil Uji Outer Model dari variabel Kualitas Laporan Keua-

ngan (KLK) dapat dilihat dalam Tabel 5.15.

188 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Gambar 5.3

Path Variabel Laten Kualitas Laporan Keuangan

Sumber: Olahan Penulis

Hasil estimasi diatas menunjukkan bahwa semua item per-

tanyaan yang mengukur Kualitas Laporan Keuangan Valid.

Dimana nilai loading factor seluruh pertanyaan berada diatas

0,65 dan t-statistik signifikan pada tingkat 1%. Diantara indika-

tor tersebut, item pertanyaan KLK 16 memiliki koefisien factor loading tertinggi sebesar 0,759 dengan item pertanyaan laporan

keuangan dibuat sesuai dengan fakta dan bukti transaksi. Dari

hasil tersebut responden menyatakan bahwa faktor utama yang

menentukan variabel KLK adalah laporan keuangan yang dibuat

harus sesuai dengan fakta dan bukti transaksi.

Proses awal dalam penyusunan laporan keuangan yang

pertama harus dilakukan dengan adanya bukti transaksi. Kemu-

dian dapat dilanjutkan dengan tahap berikutnya, yaitu melaku-

kan pencatatan atas bukti transaksi tersebut. Hal ini sejalan

dengan karakteristik kualitas laporan keuangan menurut SAK

Syariah, yaitu penyajian yang jujur. Sedangkan menurut Jaka

Isgiyarta2.

2 Jaka Isgiyarta, Teori Akuntansi Islam dan Laporan Keuangan Isla-

mi, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2010), 139

Kualitas

Laporan

Keuangan

KLK 9

KLK 14

KLK 15

KLK 16

KLK 23

KLK 24

KLK 25

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 189

Karakteristik laporan keuangan jauh dari tindakan kedus-

taan, dimana informasi akuntansi akan bermanfaat bilamana

informasi yang diungkapkan jauh dari kedustaan dan fitnah.

Informasi akuntansi harus mendasarkan data yang objektif dan

bilamana dilakukan pengujian ulang, informasi akuntansi yang

baru dengan informasi yang diuji ulang tidak mempunyai perbe-

daan yang material.

Bukti transaksi dapat berupa kwitansi pembelian, faktur

penjualan, giro, nota pembelian maupun penjualan yang terdapat

nilai nominal dari transaksi tersebut sehingga dapat dilakukan

proses akuntansi untuk penyusunan laporan keuangan. Laporan

keuangan yang disajikan tersebut harus sesuai dengan fakta serta

bukti transaksi yang valid, dimana dalam setiap bukti transaksi

harus jelas siapa maker, checker, approval dan lain sebagainya

yang terkait dengan bukti transaksi tersebut, sehingga laporan

keuangan yang di hasilkan dapat berkualitas.

Tabel 5.15

Nilai Factor Loading, Composite Reliability, Croncbach’s Alpha dan AVE Variabel Kualitas Laporan

Keuangan Item

Pertanyaan

Kata Kunci Factor

Loading

Composite

Reliability

Cronbach’s

Alpha

AVE

KLK9 Informasi

bebas dari

kesalahan

material

0,684 0,888 0,852 0,530

KLK14 Informasi

Zakat

0,717

KLK15 Dapat

diandalkan

dalam

pengambilan

keputusan

0,710

KLK16 Sesuai dengan fakta

0,759

KLK23 Informasi

perubahan

kebijakan

0,724

KLK24 Dapat

dibandingkan

dengan

periode

0,742

190 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

sebelumnya

KLK25 Dapat

mendeteksi

kinerja dan

perubahan

kebijakan

0,758

Sumber: Hasil olahan penulis dengan SmartPLS 3.0

Untuk tingkat reliabilitas yang ditunjukkan oleh dua uku-

ran, yaitu Composite Reliability dan Cronbach’s Alpha, juga

menunjukkan hasil yang reliabel. Ke-7 item pertanyaan yang

valid konsisten mengukur variabel Kualitas Laporan Keuangan

dengan nilai reliabilitas yang tinggi di atas rule of thumb nilai

Composite Reliability dan Croncbach’s Alpha, yaitu 0,888 dan

0,852 secara berturut-turut dengan ukuran AVE 0,530 serta nilai

faktor loading yang seluruhnya di atas 0.65, maka variabel KLK

reliabel untuk digunakan.

b. Outer Model Variabel Peran Auditor Internal

Selanjutnya Variabel Peran Auditor Internal dibentuk se-

cara reflektif oleh 3 Indikator sebagaimana yang terlihat dalam

Gambar 5.4. Hasil uji Outer Model dari variabel Peran Auditor

Internal dapat dilihat dalam Tabel 5.16

Uji validitas pada variabel Peran Auditor Internal menun-

jukkan hasil yang signifikan, dimana item pertanyaan PAI 13

memiliki factor loading tertinggi sebesar 0,887 dengan item

pertanyaan auditor internal mencocokkan data transaksi dengan

bukti. Maka responden dapat menyatakan bahwa peran utama

auditor internal yang mereka perhatikan selama ini sebelum la-

poran keuangan disampaikan ke pihak eksternal adalah mencoco-

kan data transaksi dengan bukti yang terdapat di dalam laporan

keuangan yang merupakan proses awal dari penyusunan laporan

keuangan karena adanya transaksi yang didasari oleh bukti. Pro-

ses ini dilakukan oleh auditor internal dengan beberapa tahapan

dalam proses mencocokan bukti tersebut, berdasarkan aturan

yang ada dalam masing-masing BPRS.

Hal ini sejalan dengan hasil wawancara bahwa peran audi-

tor internal yang terkait langsung dengan menjaga kualitas lapo-

ran keuangan salah satunya adalah mencocokkan data transaksi

dengan bukti yang ada, terutama untuk penerimaan maupun pe-

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 191

ngeluaran kas. Namun secara keseluruhan 3 item peran auditor

internal valid dan signifikan, dengan nilai reliabilitas yang tinggi

di atas rule of thumb nilai Composite Reliability dan Cronc-bach’s Alpha, yaitu 0,871 dan 0,778 secara berturut-turut de-

ngan ukuran AVE 0,693 serta nilai faktor loading yang selu-

ruhnya di atas 0.65, maka variabel PAI reliabel untuk digunakan.

Gambar 5.4

Path Variabel Laten Peran Auditor Internal

Sumber: Hasil olahan penulis

Tabel 5.16

Nilai Factor Loading, Composite Reliability, Croncbach’s Alpha dan AVE Variabel Peran Auditor Internal

Item

Pertanyaan Kata Kunci

Factor Loading

Composite Reliability

Cronbach’s Alpha

AVE

PAI12 Memeriksa

fisik kas

0,810 0,871 0,778 0,693

PAI13 Mencocokan data transaksi

0,887

PAI14

Menganalisi

s tindakan

auditee

0,799

Sumber: Hasil olahan penulis

c. Outer Model Variabel Peran Auditor Eksternal

Selanjutnya Variabel Peran Auditor Eksternal dibentuk

secara relektif oleh 4 indikator sebagaimana yang terlihat dalam

Gambar 5.5. Hasil uji Outer Model dari variabel Peran Auditor

Eksternal menunjukkan hasil signifikan, dengan item pertanyaan

PAE3 memiliki factor loading tertinggi yaitu 0,786. Dengan

Peran Auditor

Internal

PAI12

PAI13

PAI14

192 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

item pertanyaan auditor eksternal memberikan opini atas kewa-

jaran laporan keuangan BPRS.

Hal ini sejalan dengan hasil wawancara bahwa peran uta-

ma auditor eksternal dalam menjaga kualitas laporan keuangan

adalah memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan yang

telah diaudit sesuai dengan standar yang berlaku umum. Hal ini

bertujuan agar dapat memberikan opini sesuai dengan hasil yang

diperoleh selama proses audit, dengan beberapa pendapat yang

dilaporkan dalam laporan audit, dengan harapan opini yang dibe-

rikan pendapat wajar tanpa pengecualian berdasarkan laporan

keuangan yang diaudit, bahkan bertanggung jawab dalam hal

kepatuhan Syariahnya.

Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menya-

takan bahwa auditor eksternal memberikan pendapat apakah

laporan keuangan bebas dari salah saji material.3 Maka respon-

den menyatakan bahwa peran auditor eksternal yang utama ada-

lah memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan. Namun,

secara keseluruhan 4 item peran auditor eksternal valid dan

signifikan, seperti terlihat dalam Tabel 5.16

Berdasarkan uji reliabilitas yang tinggi di atas rule of thumb nilai Composite Reliability dan Croncbach’s Alpha, yaitu

0,846 dan 0,763 secara berturut-turut dengan ukuran AVE 0,580 serta nilai faktor loading yang seluruhnya di atas 0.65, maka

variabel PAE reliabel untuk digunakan.

Gambar 5.5

Path Variabel Laten Peran Auditor Eksternal

Sumber: Hasil olahan penulis

3 Rizqiasih, dkk, “Pengaruh Struktur Governance terhadap Fee Audit

Eksternal”, Institusional Repository, Diponegoro University, (2016)

Peran

Auditor

Eksternal

PAE3

PAE5

PAE7

PAE9

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 193

Tabel 5.17

Nilai Factor Loading, Composite Reliability, Croncbach’s Alpha dan AVE Variabel Peran Auditor Eksternal

Item

Pertanyaan Kata Kunci

Factor Loading

Composite Reliability

Cronbach’s Alpha

AVE

PAE3 Memberikan Opini

0,790 0,846 0,763 0,580

PAE5

Independensi

terhadap

laporan

0,763

PAE7

Mengikuti

pelatihan

akuntansi

Syariah

0,702

PAE9

Independensi

terhadap

manajemen

0,786

Sumber: Hasil olahan penulis

d. Uji Outer Model Variabel Peran Dewan Pengawas Syariah

Selanjutnya variabel peran dewan pengawas Syariah

dibentuk secara reflektif oleh 5 indikator sebagaimana terlihat

dalam Gambar 5.6. Hasil uji Outer Model dari variabel Peran

Dewan Pengawas Syariah dapat dilihat dalam Tabel 5.17.

Uji validitas pada variabel peran dewan pengawas Syariah

menunjukkan hasil yang signifikan. Dimana item pertanyaan

PDPS9 memiliki factor loading tertinggi sebesar 0,853 dengan

item pertanyaan DPS memastikan bahwa aktivitas BPRS dila-

kukan sesuai dengan batas-batas Syariah. Oleh karena itu maka

responden menyatakan bahwa peran DPS yang utama adalah

memastikan batas-batas Syariah tersebut dalam aktivitas di

BPRS.

Hal ini sejalan dengan hasil wawancara pada DPS bahwa

peran DPS memastikan aktivitas BPRS yang dilakukan sesuai

dengan batas-batas Syariah khususnya yang terkait langsung de-

ngan laporan keuangan dari berbagai akad yang digunakan dalam

BPRS. Hal ini seperti yang dikatakan Antonio4 bahwa salah satu

4 Menurut Antonio bahwasannya DPS memiliki tugas mengawasi

pelaksanaan operasional bank dan produk-produknya agar tidak menyim-

pang dari aturan syariah, di Indonesia DPS sudah dibentuk sejak tahun 1997

dengan rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional sebagai lembaga tertinggi

yang mengayomi dan mengawasi praktik lembaga keuangan syariah di Indo-

194 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

fungsi dewan pengawas Syariah adalah menjaga kemurnian

praktik bank Syariah, tidak terkecuali untuk BPRS. Namun seca-

ra keseluruhan 5 (lima) item peran dewan pengawas Syariah

valid dan signifikan.

Berdasarkan uji reliabilitas yang tinggi di atas rule of thumb nilai Composite Reliability dan Croncbach’s Alpha, yaitu

0,887 dan 0,841 secara berturut-turut dengan ukuran AVE 0,612 serta nilai faktor loading yang seluruhnya di atas 0.65, maka

variabel PDPS reliabel untuk digunakan.

Gambar 5.6

Path Variabel Laten Peran Dewan Pengawas Syariah

Sumber: Hasil olahan penulis

nesia, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendikiawan Tazkia Institute,

Bogor, (1999)

Peran Dewan

Pengawas

Syariah

PDPS6

PDPS7

PDPS8

PDPS9

PDPS10

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 195

Tabel .5.18

Nilai Factor Loading, Composite Reliability, Croncbach’s Alpha dan AVE Variabel Peran Dewan Pengawas Syariah

Item

Pertanyaan

Kata Kunci Factor Loading

Composite Reliability

Cronbach’s Alpha

AVE

PDPS6 Menjaga

kemurnian

praktik

0,800 0,887 0,841 0,612

PDPS7 Memastikan

semua

kontrak,

akad sesuai

aturan Islam

0,767

PDPS8 Memberikan

laporan hasil

pengawasan

0,741

PDPS9 Memastikan aktivitas sesuai dengan prinsip Syariah

0,853

PDPS10 Bertanggung

jawab

dengan opini

0,747

Sumber: Hasil olahan penulis

e. Outer Model Variabel Pemahaman SAK Syariah

Selanjutnya variabel pemahaman SAK Syariah dibentuk

secara reflektif oleh 7 indikator sebagaimana terlihat dalam

Gambar 5.7. Hasil uji Outer Model dari variabel pemahaman

SAK Syariah dapat dilihat dalam Tabel 5.19

Uji validitas pada variabel pemahaman SAK Syariah me-

nunjukkan hasil yang signifikan, dimana item pertanyaan PSS17

memiliki factor loading tertinggi sebesar 0,844 dengan item

pertanyaan tujuan dalam prinsip Syariah untuk pembiayaan.

Oleh karena itu maka responden menyatakan bahwa auditor

internal, eksternal dan DPS memahami tujuan dalam prinsip

Syariah untuk pembiayaan, karena akad pembiayaan dalam

BPRS merupakan kegiatan utama serta menjadi pendapatan uta-

ma. Hal ini bertujuan agar BPRS tetap dapat berjalan dengan

baik, namun secara keseluruhan 7 item pemahaman SAK Syariah

valid dan signifikan.

196 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Berdasarkan uji reliabilitas yang tinggi di atas rule of thumb nilai Composite Reliability dan Croncbach’s Alpha, yaitu

0,914 dan 0,890 secara berturut-turut dengan ukuran AVE 0,603 serta nilai faktor loading yang seluruhnya di atas 0.65, maka

variabel PSS reliabel untuk digunakan.

Gambar 5.7

Path Variabel Laten Peran Pemahaman SAK Syariah

Sumber: Hasil olahan penulis

Tabel 5.19

Nilai Factor Loading, Composite Reliability, Croncbach’s Alpha dan AVE Variabel Pemahaman SAK Syariah

Item

Pertanyaan Kata Kunci

Factor Loading

Composite Reliability

Cronbach’s Alpha

AVE

PSS12 Pemisahan

asumsi dasar

dan accrual

0,666 0,914 0,890 0,603

PSS13 Terdapat

pengakuan,

pengukuran,

penyajian dan

pengungkapan

0,743

PSS16 Ruang lingkup

pendanaan

0,794

Pemahaman

SAK

Syariah

PSS12

PSS13

PSS16

PSS17

PSS18

PSS20

PSS19

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 197

PSS17 Tujuan pembiayaan

0,844

PSS18 Ruang lingkup

pembiayaan

0,828

PSS19 Siklus

akuntansi

0,781

PSS20 Prinsip

akuntansi

Syariah

0,767

Sumber: Hasil olahan penulis

f. Outer Model: Validitas Diskriminan

Evaluasi outer model berikutnya adalah validitas diskrimi-

nan dengan menggunakan ukuran cross loadings dan korelasi

antara variabel Cross loading. Diketahui bahwa seluruh nilai loa-ding indicator pada variabel latennya lebih tinggi dibanding

dengan cross loading indikator variabel laten lainnya. Hal ini

mengindikasikan bahwa variabel laten telah memprediksi indika-

tornya sendiri lebih baik dari pada memprediksi indikator varia-

bel laten yang lain, sehingga dapat diinterpretasi bahwa telah

memenuhi kriteria discriminant validity.

Tabel 5.20 menunjukkan bahwa cross loading yang berisi

matrik korelasi antara setiap item pertanyaan dengan variabel

penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap item

pertanyaan yang mengukur variabel yang diukurnya berkorelasi

lebih tinggi dengan variabel lainnya. Seperti halnya korelasi

antara KLK9 untuk variabel kualitas laporan keuangan yang diu-

kurnya adalah 0,684, nilai ini lebih tinggi dibandingkan korela-

sinya dengan variabel lainnya seperti variabel pemahaman SAK

Syariah 0,484, Peran auditor internal 0,532, peran auditor ekster-

nal 0,458 dan peran dewan pengawas Syariah 0,467.

Hal ini terjadi secara umum, dimana semua item perta-

nyaan kualitas laporan keuangan lebih kuat dibandingkan dengan

variabel lainnya. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh item

pertanyaan peran auditor internal, peran auditor eksternal, peran

dewan pengawas Syariah dan pemahaman SAK Syariah, memili-

ki nilai lebih tinggi dibandingkan korelasinya dengan variabel

lain. Maka secara keseluruhan pemeriksaan cross loadings me-

nunjukkan bahwa validitas diskriminan dapat terpenuhi.

198 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Tabel 5.20

Nilai Cross Factor Loading Masing-masing Variabel

Variabel Indikator

Kualitas

Laporan

Keuangan

Pemahaman

SAK

Syariah

Peran

Auditor

Eksternal

Peran

Auditor

Internal

Peran

Dewan

Pengawas

Syariah

KLK

KLK9 0.684 0.484 0.458 0.532 0.467

KLK14 0.717 0.458 0.389 0.445 0.206

KLK15 0.710 0.655 0.363 0.281 0.377

KLK16 0.759 0.607 0.583 0.501 0.429

KLK23 0.724 0.576 0.353 0.291 0.295

KLK24 0.742 0.489 0.460 0.316 0.400

KLK25 0.758 0.533 0.547 0.504 0.453

PAE

PAE3 0.572 0.492 0.790 0.403 0.486

PAE5 0.345 0.206 0.763 0.389 0.430

PAE7 0.398 0.318 0.702 0.473 0.410

PAE9 0.528 0.530 0.786 0.335 0.433

PAI

PAI2 0.292 0.292 0.376 0.810 0.321

PAI3 0.509 0.326 0.420 0.887 0.440

PAI14 0.472 0.340 0.496 0.779 0.505

PDPS

PDPS6 0.436 0.372 0.386 0.427 0.800

PDPS7 0.315 0.259 0.448 0.431 0.767

PDPS8 0.410 0.515 0.514 0.343 0.741

PDPS9 0.438 0.462 0.489 0.432 0.853

PDPS10 0.421 0.273 0.434 0.366 0.747

PSS

PSS12 0.530 0.666 0.368 0.307 0.438

PSS13 0.606 0.743 0.466 0.341 0.419

PSS16 0.491 0.794 0.339 0.140 0.301

PSS17 0.531 0.844 0.358 0.168 0.284

PSS18 0.530 0.828 0.336 0.146 0.272

PSS19 0.729 0.781 0.522 0.523 0.416

PSS20 0.587 0.767 0.469 0.349 0.478

Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 199

E. Inner Model Penelitian (Model Struktural)

Uji model struktural dievaluasi dengan menggunakan R² untuk

konstruk dependen. Nilai R² digunakan untuk mengukur tingkat vari-

asi perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Sema-

kin tinggi nilai R² berarti semakin baik model prediksi dari model

penelitian yang diajukan. Sebagai contoh, jika R² sebesar 0,7, maka

nilai berarti bahwa variasi perubahan variabel dependen yang dapat

dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 70 persen, sedang-

kan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dispesifikasikan

dalam model penelitian. Namun, R² bukanlah parameter absolut kete-

patan model prediksi karena dasar hubungan teoritis adalah para-

meter yang paling utama untuk menjelaskan hubungan kausalitas

tersebut.

Tabel 5.21

Nilai R pada Uji Struktural

Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0

Berdasarkan output PLS-SEM di atas, Tabel 5.21 diperoleh

nilai R-squared sebesar 0,543 atau 54,3%. Hasil ini menunjukkan

bahwa variabel Kualitas Laporan Keuangan dapat dijelaskan oleh va-

riabel Peran Auditor Internal, Peran Auditor Eksternal dan Peran

Dewan Pengawas Syariah. Sedangkan sisanya sebesar 45,7% dijelas-

kan oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam model pene-

litian ini.

F. Uji Hipotesis Berdasarkan Variabel Utama

Nilai koefisien path atau inner model menunjukkan tingkat

signifikansi dalam pengujian hipotesis. Skor koefisien path atau inner model ditunjukkan oleh nilai t-statistik. Untuk menguji signifikansi

koefisien, peneliti menggunakan bootstrapping technique sehingga

jumlah sampel yang awalnya berjumlah 125 menggandakan dengan

sendirinya sehingga berjumlah 500.

200 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Tabel 5.22

Uji Hipotesis Berdasarkan Variabel Utama

Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0

Tabel 5.22 di atas menunjukkan masing-masing nilai t-statis-

tik. Sedangkan t-tabel dengan tingkat signifikansi 5% adalah 1,96.

Berikut adalah hasil uji t untuk masing-masing variabel independen

terhadap variabel dependen:

a. Pengaruh peran auditor eksternal terhadap kualitas laporan

keuangan

Berdasarkan output SMART PLS di atas, diperoleh nilai t-

statistik dari peran auditor eksternal sebesar 3,633 lebih besar

dibandingkan dengan t-tabel (1,96). Oleh sebab itu, berdasar-

kan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan

H1 diterima. Artinya, peran auditor eksternal berpengaruh

signifikan terhadap kualitas laporan keuangan, sedangkan

koefisien jalur auditor eksternal adalah 0,311.

b. Pengaruh peran auditor internal terhadap kualitas laporan

keuangan

Berdasarkan Output SMART PLS di atas, diperoleh nilai t-

statistik dari peran auditor internal sebesar 4,356, lebih besar

dibandingkan dengan t-tabel (1,96). Oleh sebab itu, berdasar-

kan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha

diterima. Artinya, peran auditor internal berpengaruh signifi-

kan terhadap kualitas laporan keuangan, sementara itu, koefi-

sien jalur auditor internal adalah 0,364.

c. Pengaruh peran dewan pengawas syariah terhadap kualitas

laporan keuangan

Berdasarkan output SMART PLS di atas, diperoleh nilai t-

statistik dari peran dewan pengawas syariah sebesar 2,471

lebih besar dibandingkan dengan t-tabel (1,96). Oleh sebab

itu, berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa H0

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 201

ditolak dan Ha diterima. Artinya, peran dewan pengawas sya-

riah berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keua-

ngan. Koefisien jalur yang dimiliki peran dewan pengawas

syariah adalah 0,185

G. Uji Efek Moderasi

Uji moderasi yang akan dilakukan menggunakan cara moderasi

product indicator approach. Cara uji moderasi ini diterapkan karena

variabel eksogen dan moderator berbentuk reflektif. Penggunaan

SMART PLS memperbolehkan pengujian secara serentak semua

variabel moderasi.

Tabel 5.23

Hasil Uji Efek Moderasi

Sumber: Output SMARTPLS Versi 3.0

Tabel 5.23, menunjukkan nilai t-statistik dari moderating effect 1 (pemahaman SAK syariah memoderasi pengaruh peran audi-

tor internal terhadap kualitas laporan keuangan) adalah sebesar 0,796,

t-statistik hitung dari moderating effect 2 (pemahaman SAK syariah

memoderasi pengaruh peran auditor eksternal terhadap kualitas lapo-

ran keuangan) adalah sebesar 0,240, dan t-statistik dari (pemahaman

SAK syariah memoderasi pengaruh peran dewan pengawas syariah

terhadap kualitas laporan keuangan) adalah sebesar 0,668.

Semua nilai moderating tersebut lebih kecil dari t-tabel

(1,96) sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman SAK syariah

tidak dapat memoderasi pengaruh peran auditor internal, peran audi-

tor eksternal dan peran dewan pengawas syariah terhadap kualitas

laporan keuangan.

202 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

H. Uji Hipotesis Model Struktural Kualitas Laporan Keuangan BPRS

dalam Perspektif Akuntansi Syariah

Setelah memastikan bahwa model yang digunakan telah sesuai,

dengan nilai koefisien path atau inner model menunjukkan tingkat

signifikansi dalam pengujian hipotesis. Skor koefisien path atau inner model ditunjukkan oleh nilai t-statistik, bila nilai t-statistik lebih

besar dari 1,96 menunjukkan ada pengaruh yang signifikan, hal terse-

but dapat dilihat dalam Tabel 5.24, meringkas hasil uji hipotesis

dalam model structural.

Tabel 5.24

Uji Hipotesis Model Struktural

Hipotesis Pernyataan

Hipotesis

Koefisen

Jalur

Std

Error t-statistik Keterangan

H1 Peran

auditor

internal

berpengaruh

terhadap

kualitas

laporan

keuangan

0,364 0,084 4,356 Hipotesis

diterima

H2 Peran

auditor

eksternal

berpengaruh

terhadap

kualitas

laporan

keuangan

0,311 0,085 3,633 Hipotesis

diterima

H3 Peran DPS

berpengaruh

terhadap

kualitas

laporan

keuangan

0,185 0,074 2,471 Hipotesis

diterima

H4 Peran

auditor

internal

berpengaruh

terhadap

0,065 0,082 0,796 Hipotesis

ditolak

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 203

kualitas

laporan

keuangan di

moderasi

oleh

pemahaman

SAK Syariah

H5 Peran

auditor

eksternal

berpengaruh

terhadap

kualitas

laporan

keuangan di

moderasi

oleh

pemahaman

SAK Syariah

-0,024 0,100 0,240 Hipotesis

ditolak

H6 Peran

Dewan

pengawas

Syariah

berpengaruh

terhadap

kualitas

laporan

keuangan di

moderasi

oleh

pemahaman

SAK Syariah

0,056 0,084 0,668 Hipotesis

ditolak

I. Peran Auditor Internal, Auditor Eksternal, dan Dewan Pengawas

Syariah terhadap Kualitas Laporan Keuangan BPRS dalam

Perspektif Akuntansi Syariah

Berikut hasil penelitian melalui analisis SEM-PLS yang meru-

pakan hubungan antar variabel dalam penelitian yang merupakan

persepsi dari pihak manajemen di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah,

antara lain penjabaran lebih mendetail mengenai peran auditor inter-

nal terhadap kualitas laporan keuangan, peran auditor eksternal terha-

dap kualitas laporan keuangan, peran dewan pengawas Syariah

204 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

terhadap kualitas laporan keuangan, serta pemahaman SAK Syariah

sebagai moderasi dari masing-masing variabel.

1. Peran Auditor Internal terhadap Kualitas laporan keuangan

Hasil uji hipotesis (H1) menunjukkan ada pengaruh yang

signifikan antara peran auditor internal dengan kualitas laporan

keuangan yang ditunjukkan oleh nilai koefisien jalur 0,364 dan t-

statistik 4,356. Hal ini lebih besar dari t-tabel 1,96, maka dapat

dinyatakan bahwa peran auditor internal berpengaruh terhadap

kualitas laporan keuangan yang berarti bahwa dengan adanya

peran auditor internal secara maksimal dapat meningkatkan kua-

litas laporan keuangan BPRS.

Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan auditor

internal yang salah satunya menyatakan bahwa peran auditor

internal merupakan suatu keharusan dalam menjaga kualitas

laporan keuangan. Menyadari bahwa banyaknya tugas auditor

internal tidak hanya terkait dengan laporan keuangan saja, kare-

na pada dasarnya auditor internal lebih kepada aspek keseharian

yang nantinya mengarah kepada laporan bulanan dan kemudian

diakumulasikan serta dilakukan proses audit dari internal. Sete-

lah itu akan diaudit secara independen oleh pihak eksternal.

Dalam hal terdapatnya Satuan kerja auditor internal

(SKAI) yang dimiliki oleh BPRS walapun masih ada BPRS yang

belum maksimal terkait dengan SKAI, akan tetapi, SKAI dapat

membantu dalam mengawasi maupun melakukan pemeriksaan

laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak BPRS, karena

SKAI bersifat independen, sehingga salah satu fungsinya dapat

menjaga kualitas laporan keuangan BPRS.

Pendampingan oleh auditor internal kepada staf keuangan

dapat memengaruhi kualitas laporan keuangan di BPRS, karena

pendampingan yang dilakukan dalam melakukan pemeriksaan

fisik kas atau mencocokkan data transaksi dengan bukti, yang

memang dilakukan oleh auditor internal dalam mendampingi

staf keuangan agar alur dari transaksi tersebut dapat menjaga

kualitas laporan keuangan yang disajikan.

Selain SKAI dan pendampingan terhadap staf keuangan,

peran seorang auditor internal antara lain juga membantu pihak

manajemen dalam mengevaluasi BPRS. Hal yang terkait dengan

manajemen BPRS merupakan peran yang dapat dilakukan oleh

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 205

auditor internal untuk dapat menjaga kualitas laporan keuangan

BPRS, melakukan penilaian terhadap program yang berjalan un-

tuk memastikan bahwa program yang diajukan telah sesuai

dengan aturan dan tujuan yang telah ditetapkan sehingga tidak

berdampak terhadap laporan keuangan jika terdapat program

yang tidak sesuai.

Peran lain dari auditor internal juga membantu pihak ma-

najemen didalam mengevaluasi BPRS, serta melakukan penilai-

an terhadap program yang berjalan untuk memastikan bahwa

telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Hal ini sesuai

dengan visi dan misi BPRS yang harus berjalan sesuai dengan

tujuan BPRS. Auditor internal juga melakukan pemeriksaan fisik

baik yang diterima maupun yang keluar berdasarkan dengan

bukti penerimaan dan pengeluaran, kemudian mencocokan anta-

ra data transaksi dengan bukti yang terkait dengan transaksi

tersebut. Bahkan seorang auditor internal juga menganalisis tin-

dakan auditee5 agar tidak bertentangan dengan kebijakan, stan-

dar, prosedur, hukum serta regulasi yang berlaku baik dari BPRS

itu sendiri maupun dari pihak yang terkait lainnya. Analisis resi-

ko atas suatu aktivitas tertentu di BPRS juga menjadi salah satu

peran yang dijalankan seorang auditor agar tidak terjadi resiko

yang berdampak bagi BPRS melalui laporan keuangan yang

disajikan. Hal ini dengan tujuan untuk meminimalisir adanya

auditor internal untuk menganalisis resiko dan mengidentifikasi

resiko karena adanya perubahan yang terjadi dalam BPRS meru-

pakan peran yang dilakukan oleh auditor internal di dalam

BPRS.

Muhammad Akram Khan dalam penelitiannya menyata-

kan bahwa salah satu pencegahan dari kerusakan-kerusakan akti-

vitas ekonomi adalah dengan memanfaatkan peran auditor inter-

nal dengan sebaik-baiknya6. Hal ini sejalan dengan hasil pene-

litian ini dan juga sesuai dengan hasil wawancara bahwasanya

auditor internal juga memiliki peran dalam rangka untuk mampu

5 Auditee adalah organisasi yang sedang di audit, dalam hal ini orga-

nisasi dikaitkan dengan sekelompok orang dan fasilitas, karena itu semua

orang yang berinteraksi dengan auditor disebut auditee. 6 Muhammad Akram Khan, “Role of The Auditor in an Islamic Eco-

nomy”, J.Res Islamic Economic, Volume 3, No. 1, (2014): 31-41

206 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

meminimalisir resiko-resiko yang dapat terjadi di lingkungan

BPRS baik dari sisi internal maupun eksternal khususnya terkait

dengan proses laporan keuangan yang akan dilaporkan kepada

pihak yang berkepentingan agar tidak terjadi kecurangan (fraud)

dalam lingkungan BPRS itu sendiri.

Dalam penelitian selanjutnya, peran auditor internal ber-

pengaruh secara signifikan positif terhadap kualitas laporan

keuangan di lingkungan pemerintahan di Indonesia.7 Hal ini seja-

lan dengan penelitian ini yang menyatakan bahwa peran auditor

internal berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keua-

ngan di lingkungan BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) di

Indonesia.

Sedangkan Shabrina dalam penelitiannya menyatakan

bahwa peran auditor internal berpengaruh signifikan terhadap

kualitas laporan keuangan. Lebih dari itu bahkan terjadi koor-

dinasi dan kerjasama antara auditor internal dengan auditor eks-

ternal yang memiliki pengaruh positif terhadap kualitas pela-

poran keuangan8

Bahkan dalam penelitian yang lainnya menyatakan bahwa

peran auditor internal dan auditor eksternal memiliki tujuan

yang sama dimana menghasilkan hubungan yang mendalam di-

antara keduanya terkait dengan kualitas laporan keuangan bagi

suatu entitas atau lembaga keuangan9. Hal inipun sejalan dengan

penelitian ini karena didalam penelitian ini pun terdapat variable

peran auditor eksternal.

Dalam penelitian yang lain, dinyatakan bahwa peran audi-

tor internal berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas

laporan keuangan, yang artinya peran auditor internal berpe-

ngaruh memberikan perubahan berarti terhadap kualitas laporan

7 Cecillia Lelly Kewo, Nunuy Nur Afiah, Does Quality of Financial

Statetment Affected by Internal Control System and Internal Audit?, Inter-

national Journal of Economics and Financial Issues, (2017): 568 - 573 8 Shabrina Rahutami Nur Amalia, Herry laksito, “Pengaruh auditor

internal terhadap kualitas pelaporan keuangan pada bank perkreditan rakyat

di Jawa tengah”, Diponegoro Journal of accounting, Vol 3, No.2, (2014): 1-

10 9 Krishnamoorthy, G, “A multistage approach to external auditors’

evaluation of the internal audit function”, A Journal of Practice and Theory,

March (2002): 95–121

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 207

keuangan.10

Sedangkan penelitian yang dilakukan K Johl, Shi-

reenjit, menyatakan bahwa peran auditor internal menunjukkan

hubungan yang positif dengan kualitas pelaporan keuangan dan

dimoderating dengan variable dewan direksi maka hasilnya

semakin jelas bahwa peran auditor internal sangat memainkan

peran penting dalam proses menjaga kualitas pelaporan keua-

ngan.11

2. Peran Auditor eksternal terhadap kualitas laporan keuangan

Hasil uji hipotesis (H2) menunjukkan bahwa ada pengaruh

yang signifikan antara peran auditor eksternal dengan kualitas

laporan keuangan yang ditunjukkan oleh nilai koefisien jalur

0,311 dan t-statistik 3,633. Krena ini lebih besar dari t-tabel

1,96, maka dapat dinyatakan bahwa peran auditor eksternal

berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan, yang

berarti bahwa dengan adanya peran auditor eksternal maka dapat

meningkatkan kualitas laporan keuangan BPRS.

Auditor eksternal merupakan pihak independen yang salah

satu tugasnya melakukan pemeriksaan terhadap laporan keua-

ngan yang di hasilkan oleh BPRS berdasarkan termin waktu

yang telah ditentukan. Proses pemeriksaan melalui prosedur

yang berlaku mengikuti standar akuntansi yang berlaku umum

khususnya untuk BPRS dan auditor eksternal atau akuntan

publik yang akan mengeluarkan hasil laporan audit dari pemerik-

saan laporan keuangan yang di berikan BPRS, sehingga auditor

eksternal memiliki peran utamanya, yaitu memberikan opini atas

kewajaran laporan keuangan yang telah disajikan oleh BPRS

tersebut.

Peran auditor eksternal dapat berpengaruh signifikan ter-

hadap kualitas laporan keuangan. Salah satunya disebabkan

10

Meilani purwanti, wasman, “Pengaruh Pemahaman Akuntansi,

Pemanfaatan SIstem Informasi Akuntansi dan Peran Internal Audit terhadap

Kualitas Laporan Keuangan (Survey pada Koperasi Pegawai RI Kota

Bandung)”, Jurnal Esensi, Volume 4, Desember (2014): 61 - 75 11 K. Johl, Shireenjit, et al. "Internal audit function, board quality and

financial reporting quality: evidence from Malaysia." Managerial Auditing Journal , (2013): 780-814.

208 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

karena auditor eksternal telah mengikuti pelatihan yang terkait

dengan akuntansi berdasarkan prinsip Syariah. Walaupun berda-

sarkan hasil wawancara, mereka belum memiliki sertifikasi

akuntansi Syariah tersebut, dan auditor eksternal juga memiliki

dan dapat menjaga sikap independen terhadap manajemen

BPRS.

Selanjutnya peran auditor eksternal terhadap kualitas

laporan keuangan dapat dilihat pada saat auditor eksternal mela-

kukan pemeriksaan berkala terhadap pembukuan dan catatan

dari suatu entitas yang dilakukan oleh pihak ketiga secara inde-

penden. Hal ini untuk memastikan bahwa catatan telah diperiksa

dengan baik, akurat dan sesuai dengan konsep yang mapan, dan

prinsip standar akuntansi yang berlaku umum dengan membe-

rikan pandangan yang benar dan wajar terhadap keadaan keua-

ngan.12

Seorang auditor baik untuk internal maupun eksternal me-

rupakan seorang saksi yang melakukan pemeriksaan maupun

pengawasan terhadap laporan keuangan yang dilaporkan oleh

pihak manajemen untuk kepentingan pihak internal maupun eks-

ternal dalam mengambil keputusan ekonomi. Hal ini sangat

terkait dengan saksi yang terdapat dalam Qs. 4 (An Nisaa’):135

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang

yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah

biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kera-

12

Rachmat Arief, “Peran Audit Internal atas Kualitas Pemeriksaan

Laporan Keuangan yang dilakukan oleh Audit EKsternal pada Sebuah Peru-

sahaan”, Jurnal Ekonomi Volume 7, No. 1, Mei (2016): 74-81

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 209

batmu. jika ia13

kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu

kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu

karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memu-

tar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka Se-

sungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang

kamu kerjakan.”

Sedangkan ayat lainnya yang terkait dengan berlaku adil

terdapat dalam Qs. 49 (Al Hujurat): 9.

“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman

itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi

kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain,

hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai

surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damai-

kanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu

berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang

berlaku adil.”

Seorang auditor (internal/eksternal), yang juga bisa dika-

takan sebagai saksi, dalam melaksanakan audit harus memiliki

dua persyaratan agar sesuai dengan ayat tersebut di atas yaitu

memiliki karakter pribadi yang kuat (tegas) dan mampu mela-

kukan tindakan audit secara benar dan adil. Hal ini bertujuan

agar laporan keuangan dapat berkualitas.

Seperti halnya yang dikatakan oleh Jaka Isgiyarta,14

karak-

ter pribadi auditor harus mampu menjaga hawa nafsu untuk

tidak menyimpang atau memutarbalikkan kebenaran. Selain itu,

kemampuan auditor yang berkaitan dengan pengetahuan, kete-

rampilan, dan pengalaman seseorang dalam melakukan aktivitas

13 Maksudnya: orang yang tergugat atau yang terdakwa. 14

Jaka Isgiyarta, Teori Akuntansi dan Laporan Keuangan Islami, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2009), 203

210 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

pemeriksaan laporan keuangan, yaitu mampu dalam bidang

akuntansi dan bidang Syariah Islam yang terkait dengan keta-

atan dalam prinsip Syariah.

Ini merupakan tugas dari BPRS di dalam memilih auditor

eksternal untuk melakukan proses audit terhadap laporan keua-

ngan sehingga menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas.

Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan

bahwa peran auditor eksternal tidak dapat dihindari untuk tata

kelola perusahaan yang baik. Namun, untuk memiliki peran

auditor eksternal yang efektif, disarankan antara lain bahwa

badan pengawas harus terlibat langsung dalam penunjukkan

auditor dengan perbandingan besar.15

3. Peran Dewan Pengawas Syariah terhadap kualitas laporan

keuangan

Hasil uji hipotesis (H3) menunjukkan bahwa ada pengaruh

yang signifikan antara peran DPS dengan kualitas laporan keua-

ngan yang ditunjukkan oleh nilai koefisien jalur 0,185 dan t-

statistik 2,471. Angka ini lebih besar dari t-tabel 1,96, maka

dapat dinyatakan bahwa peran DPS berpengaruh terhadap kuali-

tas laporan keuangan. Ini berarti bahwa peran DPS dapat me-

ningkatkan kualitas laporan keuangan BPRS. Hal ini sejalan

dengan hasil wawancara bahwasannya DPS dalam melakukan

proses pemeriksaan yang terkait dengan laporan keuangan di-

dampingi oleh auditor internal dan dapat juga dilakukan oleh

anggota DPS yang memang memahami mengenai laporan keua-

ngan. Karena dalam BPRS, minimal mereka memiliki 2 DPS

yang mempunyai keahlian, yaitu dari sisi perbankan syariah,

keuangan syariah, maupun akuntansi. Sehingga peran DPS terha-

dap kualitas laporan dapat berpengaruh secara signifikan.

Berdasarkan persepsi responden dalam penelitian ini, DPS

yang berada dalam lingkungan BPRS sangat berperan dalam

menjalankan mekanisme dan prosedur pengawasan yang dapat

diterima semua pihak; memberikan opini terhadap tingkat kepa-

tuhan institusi pada aturan Syariah; menjaga kemurnian praktik

15

James O, Alabede, “The Role Compromise and Problems of the

External Auditor in Corporate Governance” Research Journal of Finance an Accounting, Vol 3, No.9,(2012): 114-126

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 211

BPRS; dan kemudian memastikan bahwa semua kontrak, akad

dan prosedur transaksi telah sesuai dengan aturan Islam. Peran

DPS berikutnya adalah wajib memberikan laporan hasil penga-

wasan penerapan prinsip Syariah secara semesteran. DPS me-

mastikan bahwa aktivitas BPRS dilakukan sesuai dengan batas-

batas Syariah. Selain itu, DPS juga bertanggung jawab dengan

opini bahwa BPRS telah menjalankan sesuai dengan prinsip

Syariah.

Namun dalam sebuah proses penyajian, pengukuran dan

pengungkapan yang sesuai dengan SAK Syariah, DPS mengakui

bahwa belum terlalu banyak memahami mengenai hal tersebut,

khususnya dalam proses akuntansi yang berjalan dilingkungan

BPRS maupun lembaga keuangan Syariah, terutama untuk akun-

tansi Syariah. Dari hasil wawancara yang diperoleh bahwa mere-

ka (DPS) menyadari akan hal tersebut karena memang bukan

keahliannya. Akan tetapi, mereka juga menyarankan dalam pela-

tihan-pelatihan lanjutan untuk DPS dibutuhkan materi terkait

dengan akuntansi Syariah, terutama pemahaman dan pemaparan

mengenai SAK Syariah yang menjadi landasan dalam penyusu-

nan laporan keuangan, walaupun SAK Syariah bukan sebagai

standar utama.

Walaupun dari hasil penelitian sebelum dimoderasi dengan

pemahaman SAK Syariah dinyatakan bahwa peran DPS mempu-

nyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laporan keua-

ngan, namun hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

menyatakan bahwa secara parsial peran DPS berpengaruh signi-

fikan terhadap kualitas laporan keuangan.16

Meskipun dari hasil

wawancara DPS mengakui bahwa belum memahami akuntansi

Syariah, akan tetapi DPS lebih memastikan bahwa akad, kontrak

dan prosedur transaksi dalam akuntansi tersebut telah sesuai

dengan aturan prinsip Islam.

Peran penting DPS dalam BPRS adalah sebagai orang

nomor satu dalam menjaga kesyariahan sebuah lembaga keua-

ngan yang berlandaskan pada prinsip Syariah. Hal ini disebabkan

16

Rini, “The effect of audit committee role and sharia supervisory

board role on financial reporting quality at Islamic banks in Indonesia”,

Journal of Economics, Business, and Accountancy Ventura, Vol. 17, No. 1,

(April 2014): 145 - 156

212 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

karena DPS bertanggung jawab terhadap semua produk dan

prosedur operasional yang terdapat dalam BPRS yang kebera-

daannya sangat jelas dinyatakan dalam undang-undang No. 21

tahun 2008, yaitu tentang perbankan Syariah dan dalam PBI

yang terkait dengan lembaga keuangan Syariah. DPS merupakan

suatu fungsi dalam organisasi yang berlandaskan prinsip Syariah

yang secara internal merupakan badan pengawas Syariah dan

secara eksternal dapat menjaga serta meningkatkan kepercayaan

masyarkat.17

Dari ketiga variabel yang terdapat dalam penelitian ini,

peran DPS memiliki nilai koefisien dan t-statistik paling rendah

di antara variabel yang lain. Namun demikian, walaupun peran

DPS berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan

keuangan, akan tetapi peran DPS tersebut masih belum maksi-

mal di dalam menjalankan fungsinya yang terkait secara lang-

sung dengan proses transaksi keuangan hingga tersusunnya lapo-

ran keuangan BPRS. Seperti yang dikatakan oleh Agustianto,

bahwa untuk menjalankan perannya sebagai DPS harus memiliki

kualifikasi keilmuan yang integral, yaitu ilmu fiqih muamalah

dan ilmu ekonomi keuangan Islam modern. Lebih lanjut Agus-

tianto menyebutkan bahwa kesalahan terbesar saat ini adalah

mengangkat DPS karena kharisma dan kepopulerannya ditengah

masyarakat, bukan karena keilmuannya di bidang ekonomi dan

perbankan Syariah, seperti akuntansi dan perbankan.18

Dalam pernyataan lain dikatakan bahwa peran DPS saat

ini belum optimal. Ada beberapa faktor utama penyebab peran

dan fungsi DPS belum optimal, antara lain19

:

1. Lemahnya status hukum hasil penilaian kepatuhan Syariah

oleh DPS akibat ketidak efektifan dan ketidakefisienan

mekanisme pengawasan Syariah dalam perbankan Syariah

di Indonesia saat ini;

17

Gemala dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasu-ransian Syariah di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), 71

18 Agustianto, Optimalisasi Dewan Pengawas Syariah Perbankan

Syariah (1), www.agustiantocenter.com , di akses pada tanggal 20 Desember

2017 19

Adrian Sutedi, Perbankan Syariah: Tinjauan dan beberapa Segi Hukum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), 147

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 213

2. Terbatasnya keterampilan sumber daya DPS dalam

masalah audit, akuntansi, ekonomi dan hukum bisnis;

3. Belum adanya mekanisme dan struktur kerja yang efektif

dari DPS dalam melaksanakan fungsi pengawasan internal

Syariah dalam perbankan Syariah.

Jelas bahwa DPS mempunyai tanggung jawab atas

pengembangan produk dan kontrak untuk memperkaya

industri keuangan, sehingga pembentukan DPS bertujuan

untuk mereview dan mengembangkan produk dan kontrak

lembaga keuangan Syariah untuk menjamin kepatuhannya

dengan Syariah20

. Keberadaan DPS mewakili pemegang

saham dalam penelaahan laba yang dihasilkan pada akhir

tahun untuk menjamin legitimasimnya21

, serta dalam lapo-

ran tahunan DPS menyatakan bahwa opini atas transaksi

yang dilaksanakan perusahaan dan dipublikasikan dalam

laporan keuangan.22

Hal ini dapat pula disebabkan karena adanya ke-

lemahan dalam surat edaran bank Indonesia No.15/22/

DPbs tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas

dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah BPRS

yang belum menyebutkan mengenai peraturan jumlah

rapat minimal yang harus dilakuakn oleh DPS serta sanksi

yang diberikan kepada DPS jika tidak melakukan penga-

wasan dikantor BPRS minimal 1 (satu) kali dalam satu

bulan. Berdasarkan persepsi responden bahwa peran DPS

berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keua-

ngan namun memiliki koefisien jalur dan t-statistik paling

rendah dibandingkan variabel lainnya hal ini dapat dise-

babkan karena jumlah kehadiran DPS yang belum maksi-

mal di dalam BPRS dalam jumlah waktu.

20

A, Abu Ghudda,, Shari’a Supervisory Boards:establishment, objec-

tives, and reality, Proceedings of the First Annual Conference of AAOIFI,

Bahrain, (2001), 1-24 21

M, Al Zarrqa, “A Look towards the work of Shari’a Supervisory

Boards and their contribution to Islamic financial institutions”, Proceedings of the second annual conference of AAOIFI, Bahrain, (2002): 1-9

22 H. Hassan, “The relation between Shari’a supervisory boards and

external auditors”, proceedings of the first annual conference of AAOIFI, (Bahrain, 2001), 1-70

214 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Namun demikian, berdasarkan hasil wawancara baik

dengan auditor internal, auditor eksternal, dengan direksi

bahkan dengan DPS itu sendiri menyatakan bahwa DPS

bukan sebagai profesi utama. Karena pada kenyataannya

di lapangan DPS masih memiliki kesibukan diluar

kapasitasnya sebagai DPS, seperti misalnya menjadi dosen

aktif diperguruan tinggi, pengusaha, pejabat dilingkungan

pemerintahan, maupun menjadi pengurus di beberapa

organisasi sosial kemasyarakatan. Hal ini menyebabkan

porsi waktu yang dimiliki dalam melaksanakan tugas dan

tanggungjawab sebagai DPS sangat terbatas.

Menurut Khotibul Umam’,23

seorang DPS harus

memenuhi standar minimal yang harus dimiliki agar

manajemen di BPRS dapat merasakan kehadiran DPS di

lingkungan BPRS secara maksimal, yaitu:

1. Memiliki keahlian teknis yang memadai dalam melak-

sanakan audit kepatuhan Syariah, baik dalam mengua-

sai ilmu fiqh muamalah, ilmu ekonomi, akuntansi serta

ilmu modern lainnya yang dibutuhkan dalam melaksa-

nakan audit kepatuhan Syariah;

2. Memiliki kemahiran professional dalam melaksanakan

audit kepatuhan Syariah serta mampu mengembangkan

produk-produk keuangan Syariah;

3. Memiliki perencanaan yang cermat dalam mengawasi

dan mengevaluasi kegiatan operasional lembaga keua-

ngan Syariah;

4. Memiliki kemampuan yang cukup dalam membuat

kesimpulan atau memberi rekomendasi yang berkaitan

dengan setiap jasa profesional yang dilaksanakan;

5. Memiliki independensi dalam melaksanakan audit ke-

patuhan Syariah. Dewan Pengawas Syariah harus ter-

bebas dari pengaruh dan konflik kepentingan suatu

entitas yang diawasinya.

23

Khotibul Umam, “Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas Syariah

dalam Meningkatkan Kualitas Audit Kepatuhan Syariah, Panggung hukum”,

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia Cabang Daerah Istimewa

Yogyakarta, Vol.1. No.2, (2015): 51-75

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 215

Terkait dengan pentingnya keahlian DPS dapat

dilihat dalam Qs. 9 (At Taubah): 122

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi

semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari

tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang

untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang

agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya

apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya me-

reka itu dapat menjaga dirinya.”

Dari hasil penelitian sebelumnya terlihat bahwa

tidak ada yang menyatakan bahwa DPS perlu dan wa-

jib serta bertanggung jawab atas suatu laporan keua-

ngan dari lembaga keuangan Syariah, namun lebih ke

arah produk, fatwa serta kontrak. Ini sejalan dengan

hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa peran DPS

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kuallitas

laporan keuangan. Hal ini tercermin dalam peraturan

OJK No.3/POJK.03/2016 tentang Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah.24

Selanjutnya dalam penelitian yang lain menyata-

kan bahwa laporan keuangan yang berkualitas disebab-

kan karena adanya komitmen antara auditor eksternal

dengan DPS dalam hal mengkaji data akuntansi berda-

sarkan peraturan Islam. Sehingga terdapat komitmen

penuh terhadap kualitas standar akuntansi Islam dalam

hal laporan keuangan yang disajikan.25

24

Terdapat dalam POJK tersebut mengenai bagian kedua Dewan Pe-

ngawas Syariah Pasal 39 -pasal 43 perihal pembentukan DPS, pengangkatan,

pemberhentian, Syarat anggota DPS, dan tanggung jawab DPS. 25

Raed Jameel Jaber, Abdullah Ibrahim Nazal, “The Relationship bet-

weenSharia Supervisory Board and External Auditor: Evidence from

216 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Penelitian selanjutnya terkait dengan peran DPS

di nyatakan bahwa peran DPS berpengaruh terhadap

kualitas laporan keuangan dengan variabel peran DPS

tersebut diuji secara simultan dengan pemahaman

manajer mengenai standar akuntansi keuangan Syariah

dengan hasilnya berpengaruh secara signifikan.26

Hasil

tersebut sejalan dengan penelitian ini yang menyatakan

bahwa peran DPS berpengaruh secara signifikan terha-

dap kualitas laporan keuangan.

4. Peran Auditor Internal, Peran Auditor Eksternal, Peran

DPS, di Moderasi oleh Pemahaman SAK Syariah terhadap

kualitas laporan keuangan

Hasil uji hipotesis (H4) menunjukkan bahwa tidak

ada pengaruh signifikan antara peran auditor internal yang

dimoderasi oleh pemahaman SAK Syariah terhadap kuali-

tas laporan keuangan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefi-

sien jalur 0,065 dan t-statistik 0,796. Hasil uji hipotesis

(H5) menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan

antara peran auditor eksternal yang dimoderasi oleh pema-

haman SAK Syariah terhadap kualitas laporan keuangan.

Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien jalur -0,024 dan t-

statistik 0,240. Hasil uji hipotesis (H6) menunjukkan bah-

wa tidak ada pengaruh signifikan antara peran DPS yang

dimoderasi oleh pemahaman SAK Syariah terhadap kuali-

tas laporan keuangan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefi-

sien jalur 0,056 dan t-statistik 0,668 dimana lebih kecil

dari t-tabel 1,96. Dengan demikian maka dapat dinyatakan

bahwa peran auditor internal, peran auditor eksternal dan

peran DPS dengan dimoderasi oleh pemahaman SAK

Syariah tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas

Jordan”, International Journal of Managerial Studies and Research (IJMSR)

Volume 4, Issue 11, November (2016): 106-112 26

Suazhari, Syarifah Rahmawati, “Pengaruh Pemahaman Manajer

tentang Standar Akuntansi Keuangan Syariah dan Peran dewan pengawas

Syariah”, Conference: Seminar Penelitian dosen Muda Univ. Syiah Kuala, At Universitas Syiah Kuala, Aceh, (2012): 1-29

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 217

laporan keuangan, yang berarti bahwa variabel pemaha-

man SAK Syariah sebagai moderasi dapat melemahkan

peran auditor internal, peran auditor eksternal, peran DPS

terhadap kualitas laporan keuangan BPRS.

Hal ini dapat disebabkan karena BPRS di dalam me-

nyusun laporan keuangannya mengikuti aturan dan standar

akuntansi yang berlaku umum bagi BPRS yaitu SAK

ETAP (Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akun-

tabilitas Publik) dan PAPSI untuk BPRS (Pedoman Akun-

tansi Perbankan Syariah). Namun demikian, untuk PAPSI,

setiap BPRS pun masih berbeda di dalam penerapannya.

Ada BPRS yang masih menggunakan PAPSI untuk BPRS

terbitan tahun 2003. Padahal, seharusnya PAPSI yang di-

gunakan untuk BPRS saat ini adalah tahun terbitan 2013.

Sementara itu, SAK Syariah yang digunakan hanya

untuk memenuhi prinsip Syariah. Sehingga jelas bahwa

hasil penelitian ini menyatakan bahwa peran auditor inter-

nal, peran auditor eksternal dan peran DPS dengan mode-

rasi pemahaman SAK Syariah tidak berpengaruh signify-

kan terhadap kualitas laporan keuangan BPRS dalam pers-

pektif akuntansi Syariah. Dimana rujukan atau standar

utama sebuah lembaga keuangan Syariah dalam penyusu-

nan laporan keuangannya diatur dalam SAK Syariah.

Menurut Dwi27

, standar berfungsi memberikan acu-

an dan pedoman dalam penyusunan laporan keuangan

sehingga laporan keuangan antar entitas menjadi lebih

seragam. Selain itu, Antonio28

juga menyatakan bahwa

suatu standar akuntansi menjadi kunci sukses bank Syari-

ah dalam melayani masyarakat untuk memenuhi kebutu-

han informasi yang transparan, dapat dipercaya, dan rele-

van dengan kebutuhan pengguna sesuai dengan konteks

Syariah.

Namun demikian, persepsi dari manajemen terha-

dap masing-masing peran baik auditor internal, eksternal

27

Dwi Martini dkk, Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK, (Jakarta, Salemba Empat, 2012), 198

28 Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema

Insani Press, 2001), 198

218 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

maupun DPS di dalam hal pemahaman SAK Syariah

(antara lain mengenai asumsi dasar dan accrual yang

semestinya harus dipisahkan dalam laporan keuangan,

terdapat pemisahan antara pengakuan, pengukuran, penya-

jian dan pengungkapan, adanya ruang lingkup dalam prin-

sip Syariah baik untuk pendanaan maupun pembiayaan,

serta terdapat tujuan yang jelas dalam prinsip Syariah

untuk pembiayaan yang merupakan salah satu kegiatan

utama di dalam BPRS selain pendanaan, dan adanya siklus

yang jelas mengenai proses akuntansi dari transaksi

hingga laporan keuangan dan prinsip-prinsip akuntansi

syariah yang terkandung dalam akad pembiayaan dan

pendanaan), sejalan dengan hasil wawancara baik dengan

auditor internal, auditor eksternal serta dewan pengawas

Syariah, yaitu mereka menyatakan bahwa standar akun-

tansi yang digunakan secara keseluruhan yang wajib diru-

juk adalah SAK ETAP dan PAPSI untuk BPRS. Walaupun

di dalam PAPSI untuk BPRS ada catatan untuk merujuk

ke SAK Syariah, namun tidak secara keseluruhan.

Secara prinsip Syariah, dari hasil wawancara dengan

mereka, terutama dewan pengawas Syariah, memahami

bahwa transaksi yang dilakukan hanya berdasarkan prinsip

saling paham dan ridho. Artinya, sepanjang objeknya halal

dan baik maka prinsip kebebasan bertransaksi diakui, bah-

wa uang hanya berfungsi sebagai alat tukar bukan sebagai

komoditi. Mereka memahami pula bahwa transaksi pem-

biayaan ataupun pendanaan tidak mengandung unsur riba,

kezhaliman, maysir, gharar, dan haram. Transaksi yang

dilakukan berdasarkan perjanjian yang jelas dan benar

tanpa merugikan semua pihak serta tidak ada unsur kolusi

dan suap.

Walaupun hasil uji hipostesis ini menyatakan bahwa

tidak terdapat pengaruh signifikan antara peran auditor

internal, peran auditor eksternal, dan peran DPS dengan

variabel moderasi pemahaman SAK Syariah terhadap kua-

litas laporan keuangan BPRS, namun manajemen BPRS

sebagai responden menyatakan bahwa laporan keuangan

BPRS yang disajikan bebas dari pengertian yang menye-

satkan dan kesalahan material. Laporan keuangan BPRS

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 219

yang disajikan tersebut dapat berguna untuk beberapa hal,

yaitu: Memberikan informasi untuk kepentingan zakat;

dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan oleh pe-

makainya; dibuat sesuai dengan fakta dari bukti transaksi;

terdapat perubahan kebijakan akuntansi dalam informasi

laporan keuangan; penyajiannya dapat dibandingkan antar

periode sekarang dengan sebelumnya; dan dapat mende-

teksi kinerja perusahaan dan perubahan kebijakan yang

disebabkan karena tidak adanya variabel moderasi pema-

haman SAK Syariah, peran auditor internal, dan peran

auditor eksternal yang dapat berpengaruh signifikan terha-

dap kualitas laporan keuangan.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian

sebelumnya yang menyatakan bahwa pemahaman SAK

Syariah dapat berpengaruh signifikan terhadap kualitas

laporan keuangan29

. Penelitian ini juga tidak sesuai dengan

penelitian lainnya yang menyatakan bahwa meskipun per-

bankan Syariah mengimplementasikan aturan dalam SAK

Syariah, namun sebagian masyarakat Islam masih menilai

bahwa kebanyakan perbankan Syariah di Indonesia masih

beroperasi secara konvensional.30

Akan tetapi penelitian

ini dilakukan pada BPRS, bukan pada bank umum Syariah

seperti penelitian sebelumnya, yang memang aturan stan-

dar akuntansi yang berlaku umum dan wajib digunakannya

adalah SAK Syariah.

Bank yang beroperasi dengan prinsip Islam dilan-

dasi dengan keyakinan yang bersumber dari Al Quran dan

hadis/sunnah Rasul serta ijtihad para ulama tentang sistem

ekonomi Islam. Dengan demikian, konsep sistem ekonomi

Islam dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap

sistem operasi Islam itu sendiri yang kemudian juga akan

29

Suazhari, Syarifah Rahmawati, “Pengaruh Pemahaman Manajer

tentang Standar Akuntansi Keuangan Syariah dan Peran dewan pengawas

Syariah, “ Conference: Seminar Penelitian dosen Muda Univ. syiah Kuala, At Universitas Syiah Kuala, Aceh, (2012): 1-29

30 Adi Prasetyo, “Persepsi Nasabah atas Implementasi Akuntansi

Keuangan Syariah dalam Operasional Perbankan Berbasis Syariah di Indone-

sia”, Proceeding Call for paper dan seminar nasional, (2013)

220 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

berpengaruh terhadap sistem pencatatan dan pelaporannya

(akuntansi)31

.

Pemahaman SAK Syariah merupakan kewajiban

yang harus dimiliki oleh auditor internal, eksternal dan

DPS, seperti hasil penelitian yang menyatakan bahwa seo-

rang auditor Syariah perlu memiliki pengetahuan khusus,

keterampilan dan karakteristik lainnya yang diperlukan

untuk seorang auditor Syariah agar dapat melakukan fung-

si audit secara efektif32

. Oleh karena itu, dari awal, tujuan

dari penelitian ini salah satunya adalah dapat membuk-

tikan bahwa auditor internal, eksternal dan DPS dapat di-

katakan sebagai auditor Syariah karena diwajibkan mam-

pu memahami SAK Syariah di dalam upayanya menjaga

kualitas laporan keuangan BPRS.

Salah satu yang utama yaitu sistem pencatatan dan

pelaporan akuntansi keuangan. Dimana dalam sistem pen-

catatan tersebut dikenal dua sistem. Pertama prinsip akun-

tansi yang mengharuskan pengakuan biaya dan pendapa-

tan pada saat terjadinya (cash basis). Kedua prinsip akun-

tansi yang membolehkan pengakuan biaya dan pendapatan

yang didistribusikan pada beberapa periode (accrual ba-sis). Kedua sistem tersebut masing-masing memiliki kele-

bihan dan kekurangan. Namun demikian, pada dasarnya

boleh digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha

dalam LKS karena mendatangkan maslahat33

Peraturan ini sangat jelas terdapat dalam SAK Sya-

riah selain aturan dan hal yang lain agar dapat di terapkan

secara maksimal dalam penyusunan laporan keuangan. Hal

ini bertujuan agar laporan keuangan yang disajikan dapat

31

Veithzhal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Banking, Sistem Bank Islam bukan hanya solusi menghadapi krisis namun solusi dalam mengha-dapi berbagai persoalan perbankan dan ekonomi global, sebuah teori, kon-sep, dan aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 212

32 Nor aishah mohd ali, Zakiah muhammadun Mohamed, Shahida

shahimi, Zurini shafii, “Competency of shariah auditors in Malaysia: Issue

and challenges”, Journal of Islamic Finance, IIUM, Vol. 4 No. 1. (2015): 22-

30 33

Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam, Sejarah, Teori dan Konsep, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), 127

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 221

berkualitas, sesuai dengan aturan akuntansi yang berlaku

umum, khususnya untuk entitas bisnis Syariah, terutama

BPRS.

222 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 223

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini berkesimpulan bahwa peran auditor internal,

auditor eksternal dan DPS dapat memengaruhi secara signifikan

kualitas laporan keuangan BPRS, namun pemahaman SAK Syariah

sebagai variabel moderasi tidak dapat memengaruhi secara signifikan

peran auditor internal, auditor eksternal, dan DPS dalam upaya

menjaga kualitas laporan keuangan BPRS. Hal ini menunjukkan bah-

wa jika auditor internal, auditor eksternal dan DPS memahami SAK

Syariah, maka laporan keuangan BPRS akan berkualitas dalam pers-

pektif akuntansi Syariah.

Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada temuan peneli-

tian berikut:

1. Auditor yang terdapat dalam BPRS bertujuan untuk menjaga

kualitas laporan keuangan terdiri dari auditor internal, ekster-

nal dan DPS. Mereka memiliki perannya masing-masing di

dalam menjaga kualitas laporan keuangan BPRS tersebut.

Auditor internal yang memiliki peran untuk memaksimalkan

perannya sebagai SKAI, bertanggung jawab atas fungsi penga-

wasan yang terdapat dalam BPRS. Disamping itu, perannya

juga berfungsi untuk melakukan pendampingan secara khusus

kepada staf khususnya staf keuangan, serta menjaga, menga-

wasi dan memastikan jalannya kebijakan compliance dalam

BPRS. Hal ini dikarenakan adanya aturan dan landasan dalam

cakupan bidang audit yang digunakan dalam prosedur audit

tersebut untuk menjaga agar tidak terjadi fraud. Auditor inter-

nal juga menjalankan perannya dengan melakukan pemeriksaan

fisik baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran kas. Hal ini

dilakukan dengan cara mencocokan data transaksi dengan bukti

yang tersedia agar dapat menganalisis tindakan auditee jika

bertentangan dengan kebijakan, standard, prosedur, hukum,

regulasi yang berlaku, dan melakukan analisis resiko atas akti-

vitas tertentu.

Selanjutnya, auditor eksternal juga memiliki peran anta-

ra lain memiliki independensi baik terhadap laporan keuangan

224 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

maupun manajemen BPRS. Dengan adanya peran ini, auditor

eksternal dapat memberikan opini mengenai kewajaran dari

laporan keuangan BPRS tersebut serta mereview catatan atau

dokumen laporan keuangan agar terhindar dari fraud. Auditor

eksternal juga diharapkan mengikuti pelatihan secara kontinue

terkait dengan akuntansi maupun audit yang berdasarkan

prinsip Syariah.

Berikutnya Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang juga

memiliki peran antara lain adanya keberadaan serta kedudukan

DPS di BPRS. Fungsinya yaitu supaya dapat memaksimalkan

efektifitas peran DPS, dapat menjalankan mekanisme, prosedur

pengawasan, memberikan opini terhadap tingkat kepatuhan

institusi pada aturan Syariah, menjaga kemurnian praktik

BPRS, serta dapat memastikan bahwa semua kontrak, akad,

prosedur transaksi sesuai dengan aturan Islam. Dengan demiki-

an, DPS memiliki kewajiban untuk memberikan laporan hasil

pengawasan penerapan prinsip Syariah secara semesteran yang

dapat memastikan bahwa aktivitas BPRS dilakukan sesuai

dengan batas-batas Syariah. DPS juga bertanggung jawab de-

ngan opini bahwa BPRS telah menjalankan sesuai dengan

prinsip Syariah.

Di dalam menjalankan perannya sebagai auditor inter-

nal, auditor eksternal dan DPS maka perlu memahami SAK

Syariah dan kelimabelas komitmen penerapan nilai-nilai

Syariah. Hal ini bertujuan agar laporan keuangan yang di hasil-

kan BPRS dapat dipahami, diandalkan, dibandingkan dan rele-

van. Adapun untuk auditor internal di \harapkan memiliki serti-

fikasi baik akuntansi Syariah, manajemen resiko dan lainnya

yang sesuai dengan perannya sebagai auditor internal. Begitu

pula dengan auditor eksternal harus memiliki sertifikasi akun-

tansi Syariah dan bagi DPS minimal telah memiliki sertifikasi

sebagai DPS dengan mengikuti beberapa level yang telah

ditentukan sebagai syarat memiliki sertifikasi secara keselu-

ruhan.

2. Variabel peran auditor internal, auditor eksternal dan DPS me-

miliki peran yang sangat penting terhadap kualitas laporan

keuangan. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil pengujian mo-

del struktural yang menunjukkan bahwa peran auditor internal,

auditor eksternal dan DPS berpengaruh signifikan terhadap

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 225

kualitas laporan keuangan. Kesimpulan ini menunjukkan bah-

wa peran auditor internal sangat dibutuhkan dalam pencegahan

terjadinya kecurangan di dalam menjaga kualitas laporan

keuangan BPRS.

Adapun variabel peran auditor eksternal sangat dibutuh-

kan juga dalam hal menjaga independensinya agar tidak terjadi

kecurangan di dalam melakukan proses audit dan memberikan

laporan audit sehingga laporan keuangan BPRS tetap terjaga

kualitasnya. Selain itu, variabel peran DPS dibutuhkan dalam

hal menjaga kemurnian praktik BPRS dan memastikan bahwa

semua prosedur transaksi sesuai dengan prinsip Syariah, namun

hasil pengujian model struktural dengan variabel peran auditor

internal, auditor eksternal, dan DPS yang dimoderasi dengan

pemahaman SAK Syariah menunjukkan tidak berpengaruh

signifikan terhadap kualitas laporan keuangan di BPRS. Hal ini

disebabkan karena BPRS dalam penyusunan laporan keuangan

hanya diwajibkan menggunakan standard akuntansi yang berla-

ku umum untuk BPRS yaitu SAK ETAP (Standar Akuntansi

Keuangan Entitas Akuntabilitas Publik) dan PAPSI (Pedoman

Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia) untuk BPRS. Adapun

SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Syariah bukan standard

wajib yang harus digunakan namun hanya sebagai acuan dalam

penyusunan yang terkait dengan aturan atau akad Syariahnya.

3. Laporan keuangan yang berkualitas dalam perspektif akuntansi

Syariah adalah yang memaksimalkan peran auditor internal,

auditor eksternal, DPS dan pemahaman terhadap SAK Syariah.

Disamping itu, laporan keuangan yang berkualitas dalam pers-

pektif akuntansi Syariah juga harus memenuhi beberapa unsur

lainya seperti berlandaskan kepada surat Al-Baqarah (2): (282),

menerapkan SAK Syariah secara optimal, memaksimalkan

peran auditor internal dalam hal pengawasan proses laporan

keuangan, dan mewajibkan auditor internal untuk memahami

SAK Syariah juga memiliki sertifikasi di bidang akuntansi

Syariah dan manejemen resiko. Adapun untuk auditor eksternal

harus independen dan memiliki sertifikasi akuntansi Syariah,

serta memaksimalkan peran DPS tidak hanya dalam hal me-

ngeluarkan opini untuk produk baru, namun juga memaksi-

malkan perannya dalam mengawasi proses laporan keuangan

agar sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah yang terdapat dalam

226 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

SAK Syariah, dan juga memberikan pembinaan akhlak terha-

dap karyawan.

B. Implikasi

Penelitian ini memiliki impilkasi positif dan negatif pada

BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) terkait dengan peran audi-

tor internal, peran auditor eksternal, peran Dewan Pengawas Syariah

serta kualitas laporan keuangan BPRS. Pada dasarnya semua peran

baik auditor internal, eksternal dan DPS memiliki pengaruh yang sig-

nifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Namun demikian, peran

DPS memiliki koefisien jalur atau t-statistik paling rendah diban-

dingkan dengan peran auditor internal dan eksternal terhadap kualitas

laporan keuangan BPRS.

Implikasi praktis dari hasil penelitian ini adalah pemahaman

SAK Syariah yang terkandung dalam asas transaksi Syariah terutama

karakteristiknya tidak hanya memengaruhi kualitas laporan keuangan

BPRS. Oleh karena itu, perlu auditor internal, auditor eksternal serta

DPS yang memahami SAK Syariah agar laporan keuangan yang disa-

jikan dapat berkualitas dari sisi prinsip Syariah. Disamping itu, lapo-

ran keuangan juga harus dapat dipahami dengan baik, dapat berman-

faat bagi pihak yang berkepentingan dan informasi yang disajikan

tidak sesat dan salah saji dari prinsip Syariah yang tercantum dalam

karakteristiknya tersebut.

Selain itu, isi dari SAK Syariah yang dapat dipahami oleh

auditor internal, auditor eksternal, DPS dan manajemen baik dari

level atas sampai staf keuangan dapat mendorong BPRS untuk men-

jaga kualitas laporan keuangannya dari kecurangan yang dapat terjadi

di lingkungan BPRS itu sendiri. Apabila hal ini disatukan dengan 15

komitmen sumber daya insani (dalam penerapan nilai Syariah untuk

menjaga kualitas laporan keuangan demi menciptakan kemaslahatan

di lingkungan BPRS, yang berlandaskan dengan prinsip Syariah)

maka akan menjadi suatu perbedaan yang mendasar antara BPR

dengan BPRS yang selama ini selalu dianggap sama. Hal ini juga

dapat menjawab pertanyaan masyarakat bahwa BPR dan BPRS ada-

lah suatu lembaga yang sangat berbeda.

C. Saran dan Rekomendasi

Kajian terkait dengan peran auditor internal, peran auditor

eksternal dan peran DPS khususnya di BPRS merupakan kajian yang

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 227

cukup luas cakupannya, terutama dalam konteks pengaruhnya terha-

dap kualitas laporan keuangan. Hal ini juga perlu dilandasi oleh

pemahaman SAK Syariah yang merupakan rujukan utama bagi akun-

tansi Syariah, sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan yang

berkualitas berdasarkan perspektif akuntansi Syariah. Selain itu,

penelitian ini pun dapat menambah khazanah keilmuan dalam bidang

ilmu akuntansi khususnya akuntansi Syariah, audit Syariah dan akun-

tansi perbankan Syariah. Namun demikian, penulis menyadari sepe-

nuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini yang

masih bisa dikembangkan untuk penelitian lebih lanjutnya.

Berikut beberapa saran yang bisa penulis berikan antara lain:

1. Secara teoritis penelitian ini lebih menitikberatkan kepada pers-

pektif akuntansi Syariah dari sisi pemahaman SAK Syariah yang

merupakan salah satu unsur laporan keuangan yang berkualitas

bagi BPRS, jika auditor internal, auditor eksternal dan DPS dapat

menerapkan dan memahami SAK Syariah sesuai dengan fungsi-

nya. Kemudian dapat menambah khasanah keilmuan, maka untuk

penelitian selanjutnya dapat memasukkan unsur variabel berikut-

nya dari peran dewan direksi, komisaris, fungsi kepatuhan dan

kehati-hatian, serta pemegang saham terhadap kualitas laporan

keuangan di BPRS. Hal ini bertujuan agar dapat menghasilkan

laporan keuangan yang berkualitas dari perspektif akuntansi Sya-

riah dengan pedoman atau acuannya kepada SAK Syariah.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan

evaluasi oleh BPRS. Mengenai peran dari auditor internal, auditor

eksternal dan juga peran DPS dalam menjaga kualitas laporan

keuangannya agar terhindar dari kecurangan (fraud), maka untuk

OJK agar dapat memberikan aturan yang sesuai dengan kemam-

puan BPRS di dalam menjaga kualitas laporan keuangannya

sehingga tidak harus melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan

aturan yang berlaku. Selain itu bagi DSN, agar dapat memberikan

kesempatan kepada DPS yang bukan anggota DSN, namun memi-

liki keahlian yang sesuai dengan bidangnya, semisal seorang prak-

tisi. Tentu hal ini dengan tetap menjaga kehati-hatian, yaitu DPS

tersebut tetap didampingi oleh DPS yang memahami dari sisi

muamalah dan prinsip Syariah agar dapat sejalan dalam menjalan-

kan perannya sebagai DPS.

3. Memberikan kesempatan kepada karyawan di BPRS untuk mengi-

kuti pelatihan akuntansi Syariah dan audit Syariah dari tingkat

228 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

dasar sampai dengan lanjutan hingga mengikuti sertifikasi. Se-

dangkan untuk DPS diberikan kesempatan untuk mengikuti serti-

fikasi sampai tingkat lanjutan yang dalam kurikulumnya mema-

sukkan materi secara khusus mengenai akuntansi Syariah dan

penerapan SAK Syariah untuk BPR.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan 26 BPRS yang tersebar di Indo-

nesia sebagai unit analisis, dimana 11 BPRS memiliki aset di atas Rp

100 Miliar, sedangkan 15 BPRS lainnya memiliki aset antara Rp 50

Miliar sampai dengan Rp 100 Miliar. BPRS yang dianalisis tersebut

memiliki predikat “Sangat Bagus” versi majalah Infobank 2016 untuk

laporan keuangan tahun 2014-2015. Untuk wawancara mendalam

diperoleh 7 informan untuk auditor internal, 2 auditor eksternal dan 3

Dewan Pengawas Syariah dari 11 BPRS yang memiliki aset di atas

Rp 100 Miliar. Selain itu, Penulis juga berkesempatan mewawan-

carai 3 direksi dari BPRS yang asetnya diatas Rp 100 Miliar.

Sedangkan untuk kuesioner yang diperoleh, terdapat hanya 125

responden dari 26 BPRS. Hal tersebut dikarenakan mereka masih

belum terbuka untuk dapat memberikan akses kepada peneliti mewa-

wancarai auditor internal, eksternal maupun DPS. Sehingga hal ini

menjadi keterbatasan utama dalam penelitian ini, harapannya BPRS

yang dijadikan sampel tersebut dapat bersedia memberikan akses

untuk wawancara maupun penyebaran kuesioner, namun kenyataan-

nya masih banyak BPRS yang belum cukup terbuka untuk membe-

rikan akses tersebut. Padahal seharusnya jumlah informan dan respon-

den dari BPRS yang lebih beragam dapat lebih memperkaya analisis

dari penelitian ini.

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 229

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Al Quran dan Terjemahan, Departemen Agama RI, Pustaka Amani,

Jakarta, 2005.

Abdillah, Willy, Jogiyanto, Partial Least Square (PLS) Alternatif Structural Equation Modeling (SEM) dalam Penelitian Bisnis,

Penerbit Andi, Yogyakarta, 2015.

Agnes, Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan, Gramedia Pustaka, Jakarta, 2005.

Al Abani, M.Nashiruddin, Ringkasan Shahih Bukhari, Gema Insani

Press, Jakarta, 2003.

Albrect, W. Steve, et.al Fraud examination, 4th edition, e book, USA:

South Western Cengange, Learning, 2012.

Antonio, Syafii, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema

Insani Press, 2001.

Bhuono, Agung Nugroho, Strategi Metode Statistik Penelitian dengan SPSS, Penerbit Andi, 2005.

Binjai, Abdul Halim Hasan, Tafsir Al-Ahkam, Jakarta: Kencana,

2006.

Creswell, John W Educational Researchs: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research, New Jersey,

Pearson Education Inc, 2008.

Creswell, John W, Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan Mixed, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, tahun 2010.

Gemala, dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Prenada Media, Jakarta,

2004.

Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23 Edisi 8, Undip, Semarang, 2016.

Ghozali, Imam, Hengky Latan, Partial Least Square Konsep, Teknik dan Aplikasi menggunakan Program SmartPLS 3.0 untuk penelitian empiris, Edisi 2, Undip, Semarang, 2015.

Ghozali, Imam, Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square PLS, Edisi 2, Penerbit Universitas

Diponegoro, 2008.

230 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Ginting, Ramlan, dkk, Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank,

(Jakarta: Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral (PRES), 2013). ----------, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi

3, Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2005.

Hafiduddin, Didin dan Tanjung, Hendri, Manajemen Syariah dan Praktik, Gema Insani Jakarta: 2003.

Harahap Sofyan Safri, Analisa Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi

Pertama, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1999.

----------, Teori Akuntansi Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, 2011.

----------, Auditing dalam Perspektif Islam, Pustaka Quantum, 2002.

----------, Teori Akuntansi, PT. RajaGrafindo, Jakarta, 2003.

----------, Wiroso, M. Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah, PSAK

Syariah Baru, LPFE, 2010.

Halim, Abdul, Dasar-dasar Auditing Laporan Keuangan, Yogyakarta,

2008.

Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ 1-2-3, Yayasan Nurul Islam, t.th.

Hartono, Jogiyanto, Metodologi Penelitian Bisnis, Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman. BPFE, Yogyakarta, 2016.

Hermawan, Asep, Pedoman Praktis Metodologi Penelitian Bisnis,

(Jakarta, LPFE, Trisakti, 2003.

Hery, Potret Profesi Audit Internal (Di Perusahaan Swasta & BUMN Terkemuka) Alfabeta, Bandung, 2010.

Holmes, Arthur W, Burns, David C, Auditing Norma dan Prosedur, Editor, Marianus Sinaga, Erlangga, 1988.

Indiantoro, Nur, dan Bambang , Supomo, Metode Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE, 1999).

Indra, Bastian, Suhardjono, Akuntansi Perbankan, (Jakarta ; Salemba

Empat, 2006).

Isgiyarta, Jaka, Teori akuntansi dan laporan keuangan Islam,,

Universitas Diponegoro, Semarang, Tahun 2009.

Ismail, Akuntansi Bank, Teori dan Aplikasi dalam Rupiah, Jakarta:

Kencana, 2009.

Jaber, Raed Jameel, Abdullah Ibrahim Nazal, “The Relationship

betweenSharia Supervisory Board and External Auditor:

Evidence from Jordan”, International Journal of Managerial Studies and Research (IJMSR) Volume 4, Issue 11, November (2016).

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 231

Jerry, J, Weygandt, Donald E, Kieso, Paul D, Kimmel, Accounting Principles, Edisi 7, Salemba Empat Jakarta, 2007.

Kamayanti, Ari, Metodologi Penelitian Kualitatif Akuntansi (Pengantar Religiositas Keilmuan), Yayasan Rumah Peneleh,

Seri Media dan Literasi, Jakarta, 2016.

Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, edisi ketiga, RajaGrafindo Persada, tahun 2009.

Kumaat, Valery G, Internal Audit, Erlangga, Jakarta, 2011.

Kuswarno Engkus, Fenomenologi, Konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitian, Widya Pajajaran, Cetakan Pertama, tahun 2009.

Mahali, A. Mudjab, Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al Quran,

Jakarta: Rajawali Pers, 1989.

Manan Abdul, Membangun Islam Kaffah, Madina Pustaka: 2000.

Mardi, Sistem Informasi Keuangan, Ghalia Indonesia, 2011.

Martini, Dwi dkk, Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK, Jakarta, Salemba Empat, 2012.

Moleong, J Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja

Rosdakarya, Bandung, 2011.

Muhamad, Pengantar Akuntansi Syariah, Jakarta, Salemba Empat,

2002

Muhammad Rifqi, Akuntansi Keuangan Syariah, Konsep dan Implementasi PSAK Syariah, Yogyakarta: P3EI Press, 2008.

Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah, Salemba Empat, 2002.

Muslim, Sarip, Akuntansi Keuangan Syariah Teori dan Praktik,

Bandung: Pustaka Setia, 2015

Mulyadi, Kanaka Pruadiredja, Auditing, Buku Satu, Edisi ke 5,

Jakarta, Salemba Empat, Jakarta, 1998.

Mulyadi, Pemeriksaan Akuntan, BPFE Anggota IKAPI, Yogyakarta,

1988.

Nisfiannoor Muhammad, Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial, Salemba Humatika, Jakarta.

Nurhayati Sri, Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Salemba

Empat, 2013.

Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai

Pustaka, Jakarta, 2006.

PSAK Syariah, (P3EI Press, 2008).

Ramli, Hasbi, Teori dasar akuntansi Syariah, Edukasi Profesional

Syariah, 2005.

232 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Rifqi, Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah: Teori dan Implementasi .

Rivai,Veithzhal, Arviyan Arifin, Islamic Banking, Sistem Bank Islam bukan hanya solusi menghadapi krisis namun solusi dalam menghadapi berbagai persoalan perbankan dan ekonomi global, sebuah teori, konsep, dan aplikasi, Jakarta, Bumi Aksara, 2010.

Rivai,Veitzhal, Andria Permata Veitzal, Ferry N Idroes, Bank and Financial Institution Management, Conventional & Sharia System, Jakarta, PT. RajaGrafindo, 2007

Rochaety, Ety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS, Penerbit Mitra Wacana Media, 2007.

Ruchyat, Kosasih, Auditing Prinsip dan Prosedur, Buku Satu, Palapa,

Surabaya,1985.

Rudianto, Akuntansi Koperasi, Gramedia, Jakarta, 2006.

Sagara, Yusar, Fitri Yani Jalil, Auditing dilengkapi dengan kasus dan pembahasan kasus, UIN Jakarta Press, 2013.

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al Quran, Jakarta, Lentera Hati, 2006, Vol.1, Cet. VI, 603.

Sukrisno, Agoes, Auditing )Pemeriksaan Akuntan)< Jakarta, Penerbit

FE UI, 2004.

----------, Auditing (Pemeriksaan Akuntan)< Jakarta, Salemba Empat,

Jakarta 2013.

Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 4, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2007.

Sofyan, Yamin, Tutorial Statistik Lengkap 1000 halaman dengan software SPSS lanjutan, Titian Pena Abadi, Jakarta, 2016.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,

Alfabeta, Bandung, 2012.

Sugiyono, Statistik Nonparametris untuk Penelitian, Bandung, CV

Alphabeta 2007.

Suhardjono, Bastian, Indra, Akuntansi Perbankan, Salemba Empat,

2006.

Suma, Muhammad Amin, Menggali Akar Mengurai Serat, Ekonomi dan Keuangan Islam, Kholam Publishing, 2008.

Supranoto, J, Statistik Teori dan Aplikasi, Edisi ke enam Jilis Kedua

(Jakarta: Erlangga, 2001).

Surakhmad, Winarto, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung, Tarsito,

2010.

Sutedi, Adrain, Perbankan Syariah: Tinjauan dan beberapa Segi Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009.

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 233

Syafei, Ade wirman, Proses Review Syariah Bank Islam di Indonesia: mencari Standar Umum yang di Terima, Current Issue Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta, PT. Kencana Predana,

2009.

Syahatah, Husein, Pokok-pokok Akuntansi Islam, Jakarta, Akbar,

2001.

Triyuwono, Iwan, “Akuntansi Syariah Perspektif, Metodologi, dan Teori”, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2006.

Widodo, Hertanto, Kustiawan, Teten, Akuntansi dan Manajemen Keuangan untuk Organisasi Pengelola Zakat, Institut

manajemen Zakat, Jakarta, 2001.

Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, Jakarta, Ikatan Akuntan

Indonesia, 2010.

Yadiati, Winwin Teori Akuntansi Suatu Pengantar, Jakarta, Kencana

Prenada Media Group, 2007.

Yaya, Rizal, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik Kontemporer, Jakarta: Salemba Empat, 2009.

Zaid, Omar Abdullah, Akuntansi Syariah: Kerangka Dasar dan Sejarah Keuangan dalam Masyarakat Islam, Terjemahan, M.

Syafeei Antonio dan Sofyan Syafri HarahapLPFE, Universitas

Trisakti, 2004.

Jurnal Ilmiah

Abdallah, A.A, The Role of Shariah Supervisory Board in Setting Accounting Policies in Islamic Banks, Development of an accounting system for Islamic banks, selected readings,

Institute of Islamic Bank and Insurance, London, 1999.

Abu Ghudda, A, Shari’a Supervisory Boards: establishment, objectives, and reality, Proceedings of the First Annual

Conference of AAOIFI, Bahrain, 2001.

Agriyanto, Ratno, Analisis Kesiapan Akuntan Publik Mengaudit Lembaga Ekonomi Syariah, Infokam Nomor II/Tahun

IV/September/2008, Hal 47-58.

Agus, Putu, Ardiana, “The Role of Eksternal Audit in Improving Firm’s Value” Bali: FEB Udayana, 2013.

Al Raee, S. The Impact of the Boards of Fatwa and Sharia Supervision in Islamic financial institutions, Proceddings of

the conference of Islamic Financial Intitutions, Current

234 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Features and Future Horizons, College of Shari’a and Law,

University of UAE AL-Ain, UAE, 2005.

Al Dareer, A, Shari’a Supervisory Boards: establishment, objectives, and reality, Proceedings of the First Annual Conference of

AAOIFI, Bahrain, 2001.

Al Nashmi, A, Improving the Sharia Supervisory Boards identity and

practices to fulfill the needs of Islamic financial institutions,

proceedings of the Second Annual Conference of AAOIFI,

Bahrain, 2002.

Al Saad, A, Shari’a supervision and its impact on Islamic banks,

Proceedings of the third International conference for Islamic

Economic, Jedda, Saudi Arabia.

Al Saidat, Ziad M, F, Ali M, AL Gazzawi, Nimer A Suhilat,

Accounting Measurements: Islamic Perspective versus Financial Accounting Perspective, Interdisciplinary Journal of

Contempory Research In Business, Volume 6, No. 2, June

2014.

Alabede O, James, “The Role Compromise and Problems of the External Auditor in Corporate Governance” Research Journal

of Finance an Accounting, Vol 3, No.9, 2012.

Alexakis Christos, Alexandros Tsikouras, Islamic Finance, Regulatory framework Challenges lying ahead, International

Journal of Islamic and Middle Eastren Finance and

Management, Vol.2 No. 2, 2011.

Amelia, Erika, Analisis Perlakuan dan Penerapan Akuntansi Zakat, Infaq dan Sedekah (PSAK 101 dan 109) Pada Perbankan Syariah di Indonesia, Penelitian Individu, UIN Syarif

Hidayatullah, 2014.

Amelia, Erika, Maria Qibtiyah, Perlakuan Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK 45 dan PSAK 109 pada BAMUIS,

Tauhidinomics (Journal of Islamic Banking & Economics),

Vol.1 Nomor 2, Oktober 2015.

Anderson, J C, Gerbing, DW Structural Equation Modeling in Practice A Review and Recommended Two Step Approach,

Psychological Bulleting, The American Psychological

Association, Vol. 103, No.3, 1998.

Arief, Rachmat, Peran Audit Internal atas Kualitas Pemeriksaan Laporan Keuangan yang dilakukan oleh Audit Eksternal pada

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 235

Sebuah Perusahaan, Jurnal Ekonomi Volume 7, No. 1, Mei

2016.

Arsyianti, Laely Dwi “The Role of Shariah Supervisory Board in Islamic Financial Industry (Case Study: Iran, Malaysia, And Indonesia)”, Jurnal Ekonomi Islam Al Infaq, Volume.1 No.1

september 2010.

Bakr, M, The Independence of Shari’a advisors in the framework of Shari’a supervision functions and duties, Arabic Working

Research at the Second Annual Conference of AAOIFI,

Bahrain, 2002.

Bawhede, Heidi Vander, What Factors Influence Financial Statetment Quality? A Framework and Some Empirical Evidence, Prepared for the Euroconference on Financial Reprting and Regulating Practices in Europe, Palermo, Italy, 2001.

Birton, A M ,Nur, Maqasid syariah sebagai Metode membangun Tujuan Laporan Keuangan Entitas Syariah, Proceeding call for paper dan Seminar Nasional, 2013.

Briston, R, & El Ashker, A, Religious Audit, Couldn it happen here, Accontancy, 1986.

Dwi, Prastowo, Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi Edisi Ketiga, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN,

Yogyakarta, 2011.

Fanani, Zaenal, Sri Ningsih, dan Hamidah, Faktor-faktor Penentu Kualitas Pelaporan Keuangan dan Kepercayaan Investor, Accounting Conference, Universitas Indonesia, Depok, 2008.

Fayyad, A, Shari’a supervision and current challenges to Islamic Banks, Proceedings of the Third International Conference for

Islamic Economic, Jedda, Saudi Arabia, 2004.

Firman, Abdul, Hamid, Habbe, Darwis, Implementation of Syari’e accounting viewed from perception of accountants and accounting students in Makassar City, Jurnal Analisis, Vol. 2,

No.1. Juni 2013, Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Fogarty, Timothy J, and Jhon T Rigsby, A reflective analysis of the “new audit”and the public interest, The revolutionary innovation that never came, Journal of accounting &

organizational Change, 2010, Vol.6, No.3.

236 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Garas, Samy Nathan and Chris Pierce, Shari’a Supervision of Islamic Financial Institutions, Journal of Financial Regulation and

Compliance, Vol. 18, No. 4, 2010.

H. Hassan, The relation between Shari’a supervisory boards and external auditors, proceedings of the first annual conference of

AAOIFI, Bahrain, 2001.

Halil, Paino, Fazlida Mohd Razali, Faizan Abd Jaba, The Influence of external auditor”s working style, Communication Barriers and Enterprise Risk Management toward reliance on internal auditor’s work, Procedia Economics and Finance, 2015.

Haniffa, Roszaini, Auditing Islamic Financial Institutions. Hasan, M,Kabir dan Mervyn K, Lewis, Handbook of Islamic

Banking, Cheltenham, Edwarg Elgar, 2007.

Hemaish, A, The Boatds of fatwa and Shari’a control in Islamic Banks-study and rectification, Proceedings of the Conference

of Islamic Financial Institutions, Current Features and Future

Horizons, College of Shari’a and Law, University of UAE Al-

Ain, UAE, 2005.

Hidayat, Nur, Prinsip-prinsip Akuntansi Syariah: Suatu Alternatif menjaga Akuntabilitas laporan Keuangan, SNA (Simposium

Nasional Akuntansi), Desember 2004.

Jaber, Raed Jameel Jaber, Abdullah Ibrahim Nazal, “The Relationship betweenSharia Supervisory Board and External Auditor: Evidence from Jordan”, International Journal of Managerial

Studies and Research (IJMSR) Volume 4, Issue 11, November

(2016): 106-112.

Jara, Garcia, Elisa, Amparo Cuadrado Ebrero, and Rolando Eslava

Zapata. Effect of international financial reporting standards on financial information quality. Journal of Financial Reporting

and Accounting 9.2, 2011.

Johl K, Shireenjit, et al. "Internal audit function, board quality and

financial reporting quality: evidence from Malaysia."

Managerial auditing journal 28.9, 2013.

Jonas, Gregory J dan Jeannot Blanchet, Assessing Quality of Financial Reporting. Accounting Horizons, 2000, September,

14 (3), page: 353-363.

K. Johl, Shireenjit, et al. "Internal audit function, board quality and

financial reporting quality: evidence from Malaysia."

Managerial auditing journal 28.9, 2013.

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 237

Karim, standar setting for the financial reporting of religious business organization, the case of Islamic bank, accounting and business research, Vol 20, No. 80, 1993.

Kariyoto, Akuntansi dalam Perspektif Syariah Islam, Jurnal JIBEKA,

Vol. 7 No. 2 2013.

Kewo, Cecillia Lelli, Nunuy Nur Afiah, Does Quality of Financial Statetment Affected by Internal Control System and Internal Audit?, International Journal of Economics and Financial

Issues, 2017.

Khan, Muhammad Akram, Role of the Auditor in an Islamic Economy, J.Res Islamic Econ, Vol.3, No, 1, 2013.

Kintzele, Philip, L, et, al, Audit Committees and Internal Auditors: Their Roles in Financial Reporting Today, Internal Auditing, May/June 2008, Vol, 23, No.3.

Krishnamoorty, G, A, Multistage approach to external auditors, evaluation of the internal audit function, A Journal of Practice and Theory, March 2002.

Lewis, Mervyn,K, Islam and Accounting, Accounting Forum, Vol.

25, No. 2, 2001.

M, Al Zarrqa, A Look towards the work of Shari’a Supervisory

Boards and their contribution to Islamic financial institutions,

Proceedings of the second annual conference of AAOIFI,

Bahrain, 2002.

M. Andra, Anca O, Financial Accounting Quality and Its Defining Characteristics, SEA-Practical Application of Science, Volume

II, Issue 3, 2014, page: 93 – 98.

Messier, William F, Glover, Jr, Steven M, Prawitt Douglas F,

Auditing & Assurance Service A Systematic Approach,

McGraw-Hill Irwin, Salemba Empat, 2006.

Minarni, Konsep pengawasan, kerangka audit syariah, dan tata kelola lembaga keuangan syariah, Jurnal Ekonomi Islam, La Riba,

Vol. VII, No. 1, Juli 2013.

Nawal, kasim, Zuraidah Mohd Sanusi, Tatik Mutaminah, Sigit

handoyo, Assessing the current practice of auditing in Islamic financial Institution in Malaysia and Indonesia, International

Journal of Trade, Economics and Finance, Volume 4, No. 6,

Desember 2013.

Nobes W, Christhoper, Stadler Christian, The Qualitative Characte-ristics of Financial Information, and Managers’ Accounting

238 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

decisions: Evidence from IFRS policy changes, Departement of Accounting and Finance, Lancaster University Management

School Lancaster, Lancashire, LA1, 4YX, UK, September

2014.

Nor aishah mohd ali, Zakiah muhammadun Mohamed, Shahida

shahimi, Zurini shafii, Competency of shariah auditors in Ma-

laysia: Issue and challenges, Journal of Islamic Finance, Vol. 4

No. 1. IIUM, 2015.

Pelaporan Keuangan dan Kepercayaan Investor, Accounting Confe-

rence, Universitas Indonesia, Depok, 2008.

Prasetyo, Adi, Proceeding Call for paper dan seminar nasional, 2013,

Persepsi Nasabah atas Implementasi Akuntansi Keuangan Syariah dalam Operasional Perbankan Berbasis Syariah di Indonesia.

Prasetyoningrum, Kristin, Ari, Analisis Pengaruh Independensi dan Profesionalisme DPS terhadap Kinerja BPRS di Jawa Tengah,

2009.

Purwanti, Meilani, Wasman, Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi dan Peran Internal Audit Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Survey pad Koperasi Pegawai Republik Indonesia Kota Bandung), Esensi

Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 4, No.3, Desember 2014.

Ringle M, Henseler J, and Sinkovics, R.R, The Use of Partial Least

Squares Path Modeling in International Marketing New Cha-

llenges to International Marketing Advances In International

Marketing, Vol. 20 (2009).

Rini, Disertasi, Universitas Padjajaran, 2012, Pengaruh penerapan peran komite audit, peran dewan pengaawas syariah, dan efektivitas pengendalian interen atas pelaporan keuangan terhadap kualitas pelaporan keuangan, studi empiris pada bank syariah di Indonesia.

Rini, The Effect of Audit Committee Role and Share Supervisory Board Role on Financial Reporting Quality at Islamic Bank in Indonesia, Journal of Economics, Business, and Accounting

Ventura Vol. 17. No.1, April 2014.

Rizqiasih, dkk, Pengaruh Struktur Governance terhadap Fee Audit Eksternal, Institutional Repository, Diponegoro University,

2010.

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 239

Robinson, Thomas R dan Paul Munter, Financial Reporting Quality, Red Flags and Accounting Warning Signs, Commercial

Lending Review, 2004, Vol.19, No. 1.

Rosly, Saiful Azhar, Shariah parameters reconsidered, International

Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and

Management, Vol. 3, No. 2 , 2010.

Shabrina, Herry, Pengaruh auditor internal terhadap kualitas pelaporan keuangan pada BPRS di Jawa Tengah, Di ponegoro

Journal of Accounting, Vol.3 No.2 2014.

Stergios Tasios, Michalis Bekiaris, Auditor’s perceptions of financial reporting quality, the case of Greece, Macrothink Institute,

International Journal of Accounting and Financial Reporting

ISSN, 2162-3082, 2012, Vol.2 No.1.

Suazhari, Syarifah rahmawati, Pengaruh pemahaman manajer tentang

standar akuntansi keuangan syariah dan peran dewan pengawas

terhadap kualitas laporan keuangan BPRS di Aceh, Conference Paper, Univ. Syiah Kuala, Aceh, 2012.

Suginam, Pengaruh peran audit internal terhadap pencegahan Fraud,

Jurnal Pelita Informatika, Volume: XV No. 1 Oktober 2016

Suryaputri, V Rossje, Kerangka teori audit syariah: gap antara praktik audit syariah dengan yang di inginkan pada perbankan syariah di Indonesia, Disertasi, Universitas Trisakti, 2012.

Tsoncheva, Gergana. “Measuring and assessing the Quality and

Usefulness of accounting information”, IZVESTIA – Journal of University of Economics – Varna, (2014): 52-64.

Umam, Khotibul, Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas Syariah

dalam Meningkatkan Kualitas Audit Kepatuhan Syariah,

Panggung hukum, Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum

Indonesia Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta, Vol.1. No.2,

2015.

Widyanto, Eko Adi, Peran Independensi Dewan Pengawas Syariah Terhadap Loyalitas Penerapan Syariat Islam, Jurnal Eksis, Vol.

6 No. 2, Agustus 2010.

Yacoob, Donglah, “Shari’ah Audit in Islamic Financial Institutions:

The Postgraduates Perspective Audit Syari’ah di Lembaga

Keuangan Islam: The Pascasarjana Perspektif” International Journal of Economics and Finance, University of Brunei Darussalam, Brunei, Volume 4, No.12, 2012.

240 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Zaenal, Fanani, Sri Ningsih, dan Hamidah, Faktor-faktor Penentu Kualitas.

Zurina, Shafii, Nor Aishah Mohd Ali and Nawal Kasim “Sharia Audit

In Islamic Banks: an Insight to the future shariah auditor

labour market in Malaysia Audit Syariah di Bank Syariah”,

Procedia Social and Behavioral Science, 2014.

Undang- undang, Peraturan dan Standar

Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial

Institutions, Accounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institutions, Bahrain: Manama 2015.

Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan Syariah,

2017.

Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 331/KMK.017/1999,

Tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Akuntan Pada Register

Negara.

OJK (Otoritas Jasa Keuangan), Statistik Perbankan Syariah, 2015.

Peraturan Bank Indonesia No.15/3/DKBU/2013/ Tentang

Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat.

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/14/PBI/2011 Tentang Penilaian

Kualitas Aktiva Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Peraturan Bank Indonesia, No.7/47/PBI/2005, Tentang Transparansi

Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat Syariah-Bank

Sentral Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 25/PMK.01/2014,

Tentang Akuntan Beregister Negara.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/POJK.03/2017 Tentang

Penggunaan Jasa Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik

dalam Kegiatan Jasa Keuangan.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 48/POJK.03/2017 Tentang

Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat.

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/26/DPbS, Tanggal 10 Juli

2013 Perihal Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan

Syariah Indonesia.

Surat Edaran No. 8/19/DPBS tanggal 24 Agustus 2006 Perihal

Pedoman Pengawasan Syariah dan Tata Cara Pelaporan Hasil

Pengawasan bagi DPS.

Undang-undang RI No. 21 Tahun 2008, tentang Perbankan Syariah.

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 241

Website

www.bi.go.id laporan keuangan publikasi.

http://www.neraca.co.id terbukti-perbankan-syariah-tahan-krisis-

ekonomi.

www.niriah.com Agustianto, 2008, Optimalisasi Dewan Pengawas

Syariah.

www.bisnisliputan6.com Pengurus Harian YLKI, Kembalikan

KepercayaanNasabah, Bank Harus diaudit.

www.sumenep.go.id Sidang Perdana BPRS Dinilai Salah Persepsi.

www.ennindonesia.comRekening di bobol, kasus Bank Permata

lanjut di Pengandilan.

www.surabaya.bisnis.com, OJK Cabut Izin PT. BPRS Al Hidayah

karena Fraud, April 2016.

www.rakyatsulsel.com BPR Syariah Gowata Kebobolan, uang kas

Rp. 15 Juta Raib, Agustus, 2014.

http://finansial.bisnis.com/read/20151103/90/488554/peyelewengan-

pemberian-kredit-dominasi-kasus-perbankan

http://infobanknews.com/modus-fraud-di-bpr-makin-berkembang/

www.cnnindonesia.com, Rekening di bobol, kasus Bank Permata

lanjut di Pengadilan.

www.infobanknews.com/2013/10/BSM-tersandung-fraud-di-bogor,

Paulus yoga, BSM tersandung Fraud di Bogor.

www.Akuntansionline.id/sertifikasi-profesional-akuntansi-di-

Indonesia, diakses pada tanggal 08 Mei 2017.

https://www.academia.edu Perbedaan IASB_IFRS dan US GAAP.

http://eprints.usm.my/7837/1/audit_committee_characteristics_and_q

uality_of_unaudited_financial_accounts, Saidatunur Fauzi

Saidin, Audit Committee Characteristics and Quality of Unau-dited Financial Accounts, diakses pada tanggal 08 Mei 2017.

Lain-lain

Majalah Infobank No. 453 Vol. XXXVIII, 2016.

242 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

GLOSSARIUM

A

AAOIFI : Lembaga penyusun standar akuntansi

dan auditing untuk lembaga keuanagn

Islam yang berpusat di Bahrain

Accounting

(Akuntansi)

: Kegiatan jasa yang berfungsi menyedia-

kan informasi kuantitatif, umumnya da-

lam ukuran uang, mengenai suatu badan

usaha (ekonomi), yang berguna untuk

pengambilan keputusan ekonomis dari

berbagai alternatif pilihan tindakan

Account : Semua catatan pembukuan yang berisi

tentang berbagai transaksi dalam akun-

tansi

Accrual Basis : Pengaruh transaksi dan peristiwa lain

diakui pada saat kejadian (dan bukan

pada saat kas atau setara kas diterima

atau dibayar) dan diungkapkan dalam

catatan akuntansi serta dilaporkan da-

lam laporan keuangan pada periode yang

bersangkutan

Auditing (Audit) : Suatu pemeriksaan yang dilakukan seca-

ra kritis dan sistematis, oleh pihak yang

independen, terhadap laporan keuangan

yang telah disusun oleh manajemen, be-

serta catatan-catatan pembukuan dan

bukti-bukti pendukungnya, dengan tuju-

an untuk dapat memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan

tersebut

Asset (aset) : Sumber daya dari suatu entitas

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 243

Agency cost : Konsep ekonomi mengenai biaya pemi-

lik baik organisasi, perseorangan atau

sekelompok orang, ketika pemilik me-

milih atau menyewa seorang agen untuk

bertindak atas namanya

B

Bank Konvensional : Bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional yang dalam kegia-

tannya memberikan jasa dalam lalu lin-

tas pembayaran

Bank Syariah : Merupakan lembaga perbankan yang

dijalankan dengan prinsip Syariah

Blokir : Aksi yang diambil untuk menghentikan

orang tertentu mengakses informasi

C

Cost of Fund : Merupakan biaya yang harus dikeluar-

kan oleh bank untuk setiap dana yang

berhasil dihimpun dari berbagai sumber

sebelum dikurangi dengan likuiditas wa-

jib minimum yang harus selalu dipeli-

hara oleh bank

Capital Adequacy Ratio

: Rasio kecukupan modal yang berfungsi

menampung resiko kerugian yang me-

mungkinkan dihadapi oleh bank

Cash basis : Proses pencatatan transaksi akuntansi

dimana transaksi dicatat pada saat me-

nerima kas atau pada saat mengeluarkan

kas

Certified Public Accountant

: Sertifikat profesi akuntan yang dipero-

leh dengan mengikuti ujian program pe-

ngembangan profesi akuntan

244 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

Conformity : Pendapat auditor yang menegaskan bah-

wa laporan keuangan telah sesuai de-

ngan aturan (syariah)

D

Dewan Pengawas

Syariah

: Badan yang terdapat dalam lembaga ke-

uangan Syariah dan bertugas

Dewan Syariah

Nasional

: Dewan yang dibentuk oleh Majelis Ula-

ma Indonesia yang bertugas memiliki

kewenangan untuk menetapkan fatwa

tentang produk, jasa, dan kegiatan bank

yang melakukan kegiatan usaha berda-

sarkan prinsip Syariah

Dropping : Dana pencairan

Detective Control : Sesuatu yang dirancang untuk menemu-

kan kesalahan atau penyimpangan sete-

lah mereka telah terjadi

E

Entitas : Suatu unit usaha atau kesatuan akun-

tansi, dengan aktifitas atau kegiatan

ekonomi dari unit tersebut sebagai

fokusnya

F

Financial Statement (Laporan Keuangan)

: Suatu penyajian struktur dari posisi

keuangan dan kinerja suatu entitas dan

laporan keuangan menggambarkan kon-

disi keuangan dan hasil usaha perusa-

haan pada saat tertentu atau jangka

waktu tertentu

Fraud : Kecurangan, tindakan curang, yang dila-

kukan sedemikian rupa, sehingga me-

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 245

nguntungkan diri sendiri/kelompok atau

merugikan pihak lain (perorangan, peru-

sahaan atau institusi)

P

Preventive Control Suatu langkah pencegahan yang diambil

sebelum keadaan darurat, kehilangan,

atau masalah terjadi

Profit Sharing : Keuntungan, perhitungan bagi hasil

didasarkan kepada hasil bersih dari total

pendapatan setelah dikurangi dengan

biaya yang dikeluarkan untuk mempero-

leh pendapatan tersebut

L

Lembaga Keuangan

Syariah

: Lembaga keuangan yang menjalankan

kegiatannya dengan berdasarkan prinsip

Syariah Islam

Loss Sharing : Kerugian, perhitungan bagi hasil yang

didasarkan kepada hasil total dari total

pendapatan setelah dikurangi dengan

biaya yang dikeluarkan lebih tinggi

M

Muhasabah : Sesuatu hal yang dilakukan untuk in-

trospeksi diri atas apa yang telah dilalui

Q

Quantity : Jumlah dari bahan baku

Quality : Mutu suatu produk

R

Riswah : Suap menyuap

Retrospektif : Penerapan kebijakan baru untuk tran-

saksi, peristiwa, dna kondisi lain seolah-

olah kebijakan tersebut telah diterapkan.

246 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

S

Stakeholder : suatu masyarakat, kelompok, komunitas

ataupun individu manusia yang memiliki

kepentingam dengan perusahaan

Stockholder : Pemegang saham

T Time Delivery : Jangka waktu pengiriman

U

Ujroh : Berupa upah yang diberikan karena ter-

dapat akad

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 247

INDEKS

A

AAOIFI, 7, 14, 16, 20, 59, 71, 86, 88,

89, 90, 95, 96, 147, 213, 233, 234,

235, 236, 237, 242

Abu Moamer, 92, 149

Account, 106, 242

Accrual Basis, 242

ACFE, 5

Agency cost, 242

Agustianto, 13, 14, 212, 241

Asset, 242

audit ex ante, 93

Auditing, 6, 7, 13, 16, 59, 71, 74, 75,

77, 78, 79, 82, 83, 85, 86, 90, 91,

143, 207, 230, 231, 232, 236, 237,

240, 242

B

bank Islam, 14, 91, 92, 93, 149

Bank Konvensional, 47, 243

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, 1,

21, 26, 27, 87, 89, 94, 99, 100,

101, 109, 112, 115, 203, 206, 215,

226, 240

Bank Perkreditan Rakyat, 22, 104,

108, 128, 240

Bank Syariah, 1, 12, 14, 21, 47, 71,

84, 87, 138, 159, 194, 217, 229,

240, 243

Bank Syariah Mandiri, 12

Bekiaris, 7, 239

BNSP, 152

bootstrapping technique, 199

BPRS, 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 10, 11,

12, 15, 17, 18, 19, 21, 23, 25, 27,

29, 31, 37, 38, 71, 72, 87, 93, 94,

95, 99, 100, 101, 102, 103, 104,

105, 106, 107, 108, 109, 110, 112,

113, 114, 115, 118, 122, 123, 124,

125, 126, 127, 128, 129, 130, 131,

132, 133, 134, 135, 136, 137, 138,

140, 141, 142, 143, 144, 145, 146,

147, 148, 149, 150, 151, 152, 153,

154, 155, 156, 158, 159, 160, 161,

162, 163, 165, 170, 171, 172, 173,

175, 176, 177, 178, 190, 192, 193,

195, 202, 203, 204, 205, 206, 207,

208, 210, 211, 212, 213, 214, 217,

218, 219, 220, 221, 223, 224, 225,

226, 227, 228, 238, 239, 241

C

Cabang Gowa, 3

Capital Adequacy Ratio, 12, 243

cascaded, 24

cash basis, 112, 159, 166, 220

Certified Public Accountant, 243

clarity, 7

comparability, 7, 8

completeness, 7

Composite Reliability, 186, 187, 189,

190, 191, 192, 193, 194, 195, 196

Conformity, 11, 243

consistency, 7

Convergent Validity, 32

Cost of Fund, 243

Cronbach’s Alpha, 187, 189, 190,

191, 193, 195, 196

248 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

D

Detective Control, 244

Dewan Pengawas Syariah, 12, 13, 14,

21, 35, 36, 87, 89, 90, 91, 92, 94,

95, 109, 122, 124, 146, 148, 151,

152, 153, 155, 156, 159, 180, 184,

186, 187, 193, 194, 195, 198, 199,

203, 210, 212, 213, 214, 224, 226,

228, 239, 241, 244

Dewan Syariah Nasional, 87, 193,

244

discriminant validity, 32, 197

DKI Jakarta, 4, 252

Dropping, 244

DSN MUI, 148, 152, 169

E

earning persistence, 7

Enron, 6

Entitas, 15, 41, 44, 71, 99, 102, 125,

137, 217, 225, 235, 244

Esterberg, 30

ex post, 93

F

feedback value, 7

Financial Statement, 244

Fogarty, 6, 173, 235

fraud, 3, 4, 5, 12, 17, 19, 21, 26, 78,

80, 109, 110, 111, 113, 114, 132,

146, 150, 152, 173, 206, 223, 224,

227, 241

G

Gergana, 6, 48, 239

Global Crossing, 6

governance, 16, 72, 95

Governance standard, 14

Gowata, 3, 241

H

Hamka, 119, 230

I

IASB, 7, 241

Ijarah, 154, 160, 171

Ikatan Akuntan Indonesia, 5, 9, 14,

16, 25, 45, 46, 48, 50, 51, 67, 68,

73, 74, 77, 102, 125, 165, 233, 240

inconformity, 11

Infak, 47, 105, 154

inner model, 199, 202

internal control, 91, 124, 130, 134,

135

Iwadh, 162

J

Jabodetabek, 18, 27, 99, 175

Jawa Barat, 4, 27, 93, 99, 101, 134,

175

Jawa Tengah, 4, 21, 22, 27, 99, 101,

102, 175, 238, 239

Jawa Timur, 4, 12, 27, 99, 101, 102,

175

K

Kantor Akuntan Publik, 74, 75, 124,

127, 128, 134, 141, 157, 240

KDPPLKS, 9, 67, 74, 156

keuangan syariah, 1, 11, 12, 13, 15,

16, 17, 18, 20, 21, 23, 26, 35, 64,

67, 87, 88, 94, 99, 104, 115, 194,

210, 237, 239

Komite Audit, 21

krisis ekonomi, 1

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 249

L

Lampung, 18, 27, 99, 101, 102, 175

Lembaga Keuangan Syariah, 1, 11,

20, 59, 69, 80, 233, 245

Lembaga Penjamin Simpanan, 4, 113

LISREL, 31

Loss Sharing, 245

LPS, 4, 113

luqathah, 148

M

majalah Infobank, 3, 4, 99, 108, 175,

228

Majelis Ulama Indonesia, 13

Malang, 12

Malaysia, 11, 19, 24, 59, 81, 84, 93,

149, 207, 220, 235, 236, 237, 240

maqasid shariah, 13

mashlahah, 122

moderating effect, 201

mudharat, 122, 159

Muhasabah, 61, 245

muqtaridh, 172

Murabahah, 136, 155, 156, 159, 165

N

neutrality, 7

Nusa Tenggara, 27, 99, 175

O

Otoritas Jasa Keuangan, 2, 3, 5, 12,

100, 108, 110, 129, 138, 141, 240

P

PAPSI, 19, 29, 71, 99, 102, 125, 135,

137, 138, 146, 154, 155, 163, 165,

217, 218, 225

Partial Least Square, 31, 32, 33, 34,

181, 229

Path coefficient, 34

perbankan syariah, 1, 12, 13, 20, 22,

81, 87, 93, 210, 239

PPAP, 112

Preventive Control, 245

Profit Sharing, 170, 245

purposive sampling, 28

Q

Qard, 171

Quality, 6, 7, 23, 24, 48, 58, 59, 81,

159, 165, 206, 235, 236, 237, 238,

239, 241, 245

Quantity, 159, 165, 245

R

relevance, 7, 8

reliability, 7

representation faithfulness, 7

Retrospektif, 245

Revenue Sharing, 170

Riswah, 160, 172, 245

Robinson, 6, 239

S

SAK ETAP, 19, 71, 102, 125, 136,

137, 138, 146, 154, 155, 217, 218,

225

SAK Syariah, 14, 18, 19, 20, 21, 23,

25, 27, 29, 31, 32, 36, 37, 39, 45,

46, 71, 118, 125, 137, 146, 152,

153, 154, 155, 156, 157, 158, 161,

250 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

165, 166, 170, 171, 172, 174, 177,

180, 185, 186, 188, 195, 196, 197,

198, 202, 203, 204, 211, 216, 217,

218, 219, 220, 223, 224, 225, 226,

227, 228

shari’a compliance, 13, 90

SKAI, 129, 130, 131, 132, 157, 204,

223

skala likert, 30

spekulasi, 93, 149

Stakeholder, 246

Standar Akuntansi Keuangan, 14, 16,

17, 22, 23, 25, 35, 39, 41, 44, 45,

46, 48, 67, 69, 72, 73, 99, 102,

107, 118, 122, 125, 126, 137, 153,

161, 163, 165, 170, 171, 216, 217,

219, 225, 240

Standard Operating Procedure, 128,

137, 138

Stockholder, 246

Structural Equation Modeling, 31,

32, 229, 234

Sugiono, 30

Suhardjono, 8, 230, 232

Sulawesi, 18, 27, 99, 175

Sumenep, 4, 101, 147

T

Tasios, 7, 239

Time Delivery, 159, 246

timeliness, 7

U

Ujroh, 160, 246

UMKM, 1

underlying, 162

USA, 5, 109, 229

V

Veitzal Rivai, 120

verifiability, 7

W

WorldCom, 6

Z

zakat, 14, 43, 46, 52, 55, 71, 91, 93,

97, 106, 110, 111, 112, 149, 153,

219

ziyadah, 162, 163

Dr. Erika Amelia, SE, M.Si | 251

BIODATA PENULIS

Erika Amelia, lahir di Jakarta, pada hari

Rabu, 09 Nopember 1977. Lahir dari pasa-

ngan Drs. Achmad N Syamsudin dan Hj.

Alfida Bais (almarhumah) telah menikah

dengan Muslim Kamil, SE, MAB, dan dika-

runia 1 anak laki-laki, Tsabit Adlan Rijal

Kamil, memiliki 3 orang adik bernama

Eryansyah Aulia, ST, Erma Fitriana, SKM,

dan Erniati Rizki Islamiyah, SE.

Pendidikan formal telah di tempuh pada SDN 05 Jakarta

(1984 - 1989), SMP HI Jakarta (1989 - 1992), SMEA Makarya

Jakarta (1992 - 1995), S1 Jurusan Akuntansi STIE Indonesia

(1995 - 1999), S2, Jurusan Ekonomi Syariah, Universitas Indo-

nesia, (2004 - 2006) dan S3 (Konsentrasi Ekonomi Islam) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam bidang akademik, penulis telah melakukan ber-

bagai penelitian mengenai perbankan Syariah dan akuntansi

Syariah, dan beberapa penelitian tersebut telah masuk ke dalam

jurnal ilmiah dan prosiding, serta memiliki beberapa modul

yang terkait dengan akuntansi Syariah, juga penulis mengikuti

presentasi dalam forum ilmiah baik nasional maupun interna-

sional, dan memberikan pelatihan akuntansi Syariah bagi BMT.

Organisasi profesi atau ilmiah yang di ikuti adalah ISEI

sebagai anggota, MES sebagai anggota, PES sebagai bendahara

(2010-2012), ADI sebagai anggota, IAEI Komisariat UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Bendahara (2012-2014),

IAI sebagai anggota, DPW IAEI DKI Jakarta sebagai anggota

bidang pendidikan dan pengembangan kurikulum.

Penulis pernah bekerja sebagai auditor (1999-2002) pada

kantor akuntan publik Robert Yogi, dosen tidak tetap (2000-

2003) pada Universitas Bhayangkara, dosen tetap (2000-2011)

252 | Peran Auditor Terhadap Kualitas Laporan Keuangan...

pada STEI (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia), sejak

tahun 2007 sampai dengan sekarang sebagai dosen tidak tetap

pada FSH-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan saat ini sebagai

dosen tetap pada FEB-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak

tahun 2009, dan juga sebagai dosen tidak tetap di Fakultas

Ekonomi Universitas Terbuka sejak tahun 2014.