sub sektorindustri, 113 133abas

26
Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086- 8189 KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEMBENTUKAN PDRB KABUPATEN BEKASI Abas Sunarya * ABSTRAK Peranan sektor Industri yang tinggi dalam perekonomian Kabupaten Bekasi, peluang pemerintah Kabupaten Bekasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi angka pengangguran, mengurangi angka kemiskinan, dan mengurangi ketimpangan pembangunan antar kecamatan sangat besar. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai sektor Industri dengan mengidentifikasi profil, karakteristik dan struktur perekonomian Kabupaten Bekasi khususnya sektor Industri, serta mengidentifikasi sektor Industri yang unggul dalam perekonomian. Analisis yang dilakukan menggunakan analisis diskriptif, analisis LQ (Location Quotion), serta analisa Shift Share (SS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kue ekonomi yang dihasilkan oleh perekonomian Kabupaten Bekasi sebagian besar atau lebih dari 75% berasal dari sektor Industri Pengolahan. Empat subsektor di sektor Industri Pengolahan yaitu industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, industri Makanan, Minuman dan Tembakau, dan industri Tekstil, Barang dari Kulit & Alas kaki merupakan subsektor ekonomi yang mendominasi perekonomian Kabupaten Bekasi. Di antara subsektor industri yang mengalami pertumbuhan paling tinggi pada tahun 2011 adalah subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, dan subsektor industri Makanan, Minuman dan Tembakau dengan laju pertumbuhan masing-masing secara berurutan adalah 6,60%, 5,40%, dan 6,83%. Bahkan subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya sebagai aktivitas ekonomi paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Bekasi mengalami pertumbuhan lebih tinggi pada tahun 2008 dan 2010. Sebagai dua subsektor ekonomi yang paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Bekasi dan diikuti dengan laju pertumbuhan yang relatif tinggi, maka Subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya dan subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet merupakan subsektor yang paling dapat diharapkan untuk menjadi leading sector dalam perekonomian kabupaten bekasi. Subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya dan subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet,Industri Besar merupakan kegiatan industry dengan laju pertumbuhan yang relative tinggi serta mendominasi perekonomian kabupaten Bekasi. Disamping itu kedua subsector ini mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi dalam kegiatan industry baik dilihat dalam perekonomian provinsi Jawa Barat maupun Nasional. Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi ………… * Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang 113

Upload: rayindra

Post on 15-Aug-2015

79 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sub sektorindustri, 113 133abas

Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189

KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEMBENTUKAN PDRB KABUPATEN BEKASI

Abas Sunarya *

ABSTRAKPeranan sektor Industri yang tinggi dalam perekonomian Kabupaten

Bekasi, peluang pemerintah Kabupaten Bekasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi angka pengangguran, mengurangi angka kemiskinan, dan mengurangi ketimpangan pembangunan antar kecamatan sangat besar. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai sektor Industri dengan mengidentifikasi profil, karakteristik dan struktur perekonomian Kabupaten Bekasi khususnya sektor Industri, serta mengidentifikasi sektor Industri yang unggul dalam perekonomian. Analisis yang dilakukan menggunakan analisis diskriptif, analisis LQ (Location Quotion), serta analisa Shift Share (SS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kue ekonomi yang dihasilkan oleh perekonomian Kabupaten Bekasi sebagian besar atau lebih dari 75% berasal dari sektor Industri Pengolahan. Empat subsektor di sektor Industri Pengolahan yaitu industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, industri Makanan, Minuman dan Tembakau, dan industri Tekstil, Barang dari Kulit & Alas kaki merupakan subsektor ekonomi yang mendominasi perekonomian Kabupaten Bekasi. Di antara subsektor industri yang mengalami pertumbuhan paling tinggi pada tahun 2011 adalah subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, dan subsektor industri Makanan, Minuman dan Tembakau dengan laju pertumbuhan masing-masing secara berurutan adalah 6,60%, 5,40%, dan 6,83%. Bahkan subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya sebagai aktivitas ekonomi paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Bekasi mengalami pertumbuhan lebih tinggi pada tahun 2008 dan 2010. Sebagai dua subsektor ekonomi yang paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Bekasi dan diikuti dengan laju pertumbuhan yang relatif tinggi, maka Subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya dan subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet merupakan subsektor yang paling dapat diharapkan untuk menjadi leading sector dalam perekonomian kabupaten bekasi. Subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya dan subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet,Industri Besar merupakan kegiatan industry dengan laju pertumbuhan yang relative tinggi serta mendominasi perekonomian kabupaten Bekasi. Disamping itu kedua subsector ini mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi dalam kegiatan industry baik dilihat dalam perekonomian provinsi Jawa Barat maupun Nasional.

A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Kebijakan pembangunan yang memacu pertumbuhan ekonomi melalui industrialisasi, telah memunculkan pusat-pusat pertumbuhan

Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang

113

Page 2: Sub sektorindustri, 113 133abas

Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189

melalui kebijakan membangun pusat pertumbuhan dan kawasan industri seperti yang terjadi di Bekasi, Tangerang, Jakarta, Batam serta Surabaya dan sekitarnya. Kabupaten Bekasi pada mulanya merupakan wilayah dengan potensi sektor pertanian (utamanya tanaman padi) pada tahun 1980-an, sampai dengan masa dimana kawasan industri mulai dibangun pada tahun 1990-an. Dan ketika memasuki era industrialisasi pada tahun 1990-an, Kabupaten Bekasi kemudian dikenal memiliki kawasan industri yang terkemuka dan terbesar se-Asia Tenggara. Hal ini menjadikan Sektor industri merupakan sektor penopang utama dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bekasi dengan memberikan kontribusi terhadap perekonomian daerah paling tinggi. Berdasarkan data PDRB ADHB Kabupaten Bekasi pada tahun 2010, kontribusi sektor Industri terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Bekasi sekitar 76,94%. Angka ini dapat diinpretasikan bahwa 76,94% kue ekonomi yang dihasilkan perekonomian Kabupaten Bekasi berasal dari sektor Industri. Sisanya sekitar 23,06% berasal dari sektor lainnya seperti sektor perdagangan sebesar 9,66% dan sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan sebesar 1,34%. Sektor ekonomi yang disebutkan terakhir ini mempunyai kontribusi terendah dalam pembentukan kue ekonomi di Kabupaten Bekasi.

Dari gambaran di atas terlihat sangat dominannya sektor Industri dalam perekonomian Bekasi sehingga menjadikan Sektor Industri sebagai motor penggerak perekonomian Kabupaten Bekasi. Sebagai motor penggerak dalam perekonomian Kabupaten Bekasi, sektor Industri seharusnya dapat menggerakkan pula sektor-sektor lainnya. Dan tingginya peranan sektor industri ini dapat dijadikan modal dasar bagi pemerintah Kabupaten Bekasi untuk membangun perekonomiannya menuju kesejahteraan rakyat ke arah yang lebih baik dan adil. Di samping itu laju pertumbuhan sektor Industri dalam dua tahun terakhir ini menunjukan peningkatan yang relatif tinggi dan pertumbuhannya cenderung meningkat. Indikasinya terlihat bahwa pada tahun 2009 lalu sektor Industri mengalami pertumbuhan relatif cukup besar sebesar 4,06% dan pertumbuhannya meningkat menjadi sebesar 5,52% pada tahun 2010. Dengan pertumbuhan sebesar 5,52% pada tahun 2010 tersebut, sektor industri telah merangsang sektor Konstruksi mengalami pertumbuhan sebesar 12,80%, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami pertumbuhan sebesar 9,11%, sektor Angkutan & Komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar 7,87%, sektor Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya mengalami pertumbuhan 8,18% dan sektor Jasa mengalami pertumbuhan sebesar 7,14%. Bila pertumbuhan sektor Industri bisa dipacu lebih tinggi lagi tidak menutup kemungkinan sektor Non Industri akan mengalami pertumbuhan lebih tinggi lagi dan ini akan mempercepat peningkatan pendapatan masyarakat Kabupaten Bekasi dan sekaligus akan menurunkan angka kemiskinan.

Dengan peranan sektor Industri yang tinggi dalam perekonomian Kabupaten Bekasi, peluang pemerintah Kabupaten Bekasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi angka pengangguran, mengurangi angka kemiskinan, dan mengurangi

Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang

114

Page 3: Sub sektorindustri, 113 133abas

Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189

ketimpangan pembangunan antar kecamatan sangat besar. Semuanya tergantung dari aparat pemerintahan Kabupaten Bekasi sebagai pembuat kebijakan umum apakah kebijakan tersebut pro rakyat atau pro pengusaha besar. 2. Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas terlihat lebih dari 75% kue ekonomi yang dihasilkan perekonomian Kabupaten Bekasi berasal dari sektor Industri. Hal ini menunjukkan sangat dominannya sektor Industri dalam perekonomian Bekasi sehingga menjadikan Sektor Industri sebagai motor penggerak perekonomian Kabupaten Bekasi. Namun kenyataannya peranan sektor industri dalam pembentukan kue ekonomi belum memberikan peranan yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat, mengurangi kemiskinan, dan ketimpangan antar wilayah kecamatan. 3. Maksud, Tujuan, dan Sasaran

Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka kajian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai sektor Industri dengan mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi profil, karakteristik dan struktur perekonomian Kabupaten Bekasi khususnya sektor Industri.

b. Mengidentifikasi sektor Industri yang unggul dalam perekonomian.

B. METODE ANALISIS1. Analisis Diskriptif

Analisis diskriptif merupakan analisis sederhana untuk memberikan gambaran awal mengenai sektor Industri di Kabupaten Bekasi yang berjalan sekarang ini. Pada analisis diskriptif ini diberikan pula analisis diskriptif struktur Industri dalam perekonomian Kabupaten Bekasi. Dalam analisis ini digunakan bantuan tabel, grafik, dan diagram guna memberikan gambaran sektor Industri dalam perekonomian Kabupaten Bekasi.2. Analisis LQ (Location Quotion)

Metode LQ adalah suatu ukuran untuk membandingkan suatu sektor pada suatu wilayah terhadap sektor yang sama pada wilayah yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya sektor industri Kabupaten Bekasi dibandingkan dengan sektor Industri Provinsi Jawa Barat atau sektor Industri secara nasional. Artinya Meode LQ dapat digunakan untuk mengetahui pemusatan suatu aktivitas ekonomi di suatu wilayah dalam cakupan wilayah yang lebih luas dan dapat mengidentifikasi keunggulan komparatif suatu wilayah dengan asumsi (1) kondisi geografis relatif sama, (2) pola-pola aktifitas bersifat seragam, dan (3) setiap aktifitas menghasilkan produk yang sama. Selain itu, metode LQ ini dapat mengetahui potensi sektor ekonomi yang ada di wilayah yang bersangkutan untuk diekspor ke wilayah lain atapun tidak (dalam arti hanya melayani/memenuhi kebutuhan sendiri). Formulasi metode LQ adalah sebagai berikut:

Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang

115

Page 4: Sub sektorindustri, 113 133abas

Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189

LQi =

Dimana: LQi = Nilai LQ untuk sektor i di Kabupaten Bekasi Yik = Nilai PDRB sektor i di Kabupaten Bekasi Yi = Nilai PDRB sektor i di Provinsi Jawa Barat atau Nilai PDB sektor iYk = Nilai PDRB Kabupaten Bekasi Y = Nilai PDRB Provinsi Jawa Barat atau Nilai PDB

Ada tiga kondisi yang dapat dicirikan dari hasil perhitungan dengan metode LQ pada suatu wilayah. Pertama, jika LQ > 1, maka sektor tersebut merupakan sektor basis, artinya daerah yang bersangkutan disamping dapat memenuhi kebutuhannya sendiri juga memberikan peluang dan memiliki potensi ekspor ke wilayah lain dalam kegiatannya karena ada surplus di sektor yang bersangkutan. Dapat dikatakan pula bahwa wilayah tersebut terspesialisasi pada sektor yang bersangkutan (sektor basis).

Dengan demikian sektor tersebut akan memberikan sumbangan lebih besar dibandingkan sumbangan sektor lainnya terhadap pembentukan PDRB, penciptaan kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan per kapita. Kenaikan pendapatan per kapita mengakibatkan permintaan pasar domestik akan meningkat baik terhadap output sektor basis maupun non basis. Kenaikan permintaan tersebut selanjutnya akan mendorong kenaikan investasi di sektor lainnya sebagai akibat pertumbuhan sektor basis maupun non basis. Kedua, jika LQ = 1, maka sektor yang bersangkutan hanya dapat memenuhi kebutuhan wilayahnya sendiri, produk domestik habis dikonsumsi daerah tersebut. Ketiga, jika LQ < 1, maka sektor tersebut bukan sektor basis, artinya sektor yang bersangkutan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan wilahnya sendiri, artinya daerah tersebut memiliki kecenderungan untuk melakukan impor dari dari daerah lain. Dapat juga dikatakan bahwa wilayah tersebut tidak terspesialisasi pada sektor tersebut.3. Analisa Shift Share (SS)

Analisis shift–share (SS) digunakan untuk menganalisis dan mengetahui pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Metode itu dipakai untuk mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pada pertumbuhan sektor di suatu daerah dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional. Oleh banyak peneliti regional, analisis shift share dianggap sebagai teknik yang sangat baik untuk menganalisis perubahan struktur perekonomian daerah dibanding perekonomian daerah di atasnya atau nasional.

Dalam hal ini menganalisis perubahan struktur perekonomian Kabupaten Bekasi dibanding perekonomian Provinsi Jawa Barat atau perekonomian nasional. Dengan pendekatan analisis ini dapat ditentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian suatu daerah dengan daerah di atasnya. Teknik ini bisa digunakan untuk berbagai hal yang

Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang

116

Page 5: Sub sektorindustri, 113 133abas

Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189

terkait dengan masalah-masalah ekonomi regional, misalnya untuk mengidentifikasi sumber-sumber pertumbuhan regional, menelusuri jejak-jejak kecondongan dan sebab-sebab perubahan dalam lapangan kerja, dan menentukan besarnya dan arah perubahan-perubahan lapangan/kesempatan kerja serta industry regional.

Metode analisis Shift Share diawali dengan mengukur perubahan nilai tambah bruto atau PDRB suatu sektor i di suatu region j (Dij) dengan formulasi:

Dij = ∆ ( – 1) + ( - ) + ( - - ……………(1)

Dimana,

( – 1) = RS (Regional Share)

( - ) = PS (Proportional Shift)

( - - = DS (Differential Shift)

Dengan pengertian,

Dij = ∆ = perubahan PDRB sektor I di Kabupaten Bekasi pada tahun t

= PDRB Jawa Barat tahun t

= PDRB Jawa Barat tahun 0

= PDRB sektor i provinsi Jawa Barat tahun t

= PDRB sektor i provinsi Jawa Barat tahun 0

= PDRB sektor i Kabupaten Bekasi tahun t

= PDRB sektor i Kabupaten Bekasi tahun 0Dengan demikian,

Dij = ∆ = RS + PS + DS

Persamaan (1) menunjukkan bahwa peningkatan nilai tambah suatu sektor di suatu wilayah (Dij) dapat diuraikan (decomposed) menjadi 3 komponen berpengaruh, yaitu :

a. Regional Share (RS) : adalah merupakan komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang disebabkan oleh faktor luar yaitu peningkatan kegiatan ekonomi daerah akibat kebijaksanaan nasional atau Provinsi yang berlaku pada seluruh daerah.

b. Proportional Shift (PS): adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang disebabkan oleh struktur ekonomi daerah yang baik, yaitu berspesialisasi pada sektor yang pertumbuhannya cepat secara nasional atau provinsi. Selain itu komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah,

Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang

117

Page 6: Sub sektorindustri, 113 133abas

Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189

perbedaan dalam kebijakan industri dan perbedaan dalam struktur, dan keragaman pasar. Disebut juga pengaruh bauran industri (industry mix).

c. Differential Shift (DS): adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah karena kondisi spesifik daerah yang bersifat kompetitif. Unsur pertumbuhan ini merupakan keuntungan kompetitif daerah yang dapat mendorong pertumbuhan ekspor daerah. Disebut juga komponen pertumbuhan pangsa wilayah.Melalui ketiga komponen tersebut dapat diketahui komponen atau

unsur pertumbuhan yang mana yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah. Nilai masing-masing komponen dapat saja negatif atau positif, tetapi jumlah keseluruhan akan selalu positif, bila pertumbuhan ekonomi juga positif dan begitu pula sebaliknya. Berdasarkan persamaan (1), maka untuk suatu wilayah, pertumbuhan nasional atau regional, bauran industri dan keunggulan kompetitif dapat ditentukan bagi suatu sektor i atau dijumlah untuk semua sektor sebagai keseluruhan wilayah. Selanjutnya Bendavid (1991), dalam analisis pertumbuhan ekonomi regional komponen proportional shift (PS) dan differential shift (DS) lebih penting dibanding komponen regional share. Hal ini disebabkan karena DS digunakan untuk melihat perubahan pertumbuhan dari suatu kegiatan di wilayah studi terhadap kegiatan tersebut di wilayah referensi. Dari perubahan tersebut akan dapat dilihat berapa besar pertambahan atau pengurangan pendapatan dari kegiatan tersebut. Sedangkan PS untuk melihat perubahan pertumbuhan suatu kegiatan di wilayah referensi terhadap kegiatan total (PDRB) di wilayah referensi.

C. DATA DAN ANALISIS1. Struktur Perekonomian

Gambaran mengenai struktur perekonomian Kabupaten Bekasi menurut sektor ekonomi tahun 2004 dan 2011 dapat disimak melalui Tabel c.1. Berdasarkan Tabel c.1 tersebut tampak bahwa peranan sektor Industri dalam perekonomian Kabupaten Bekasi selama kurun waktu 2004 s.d 2011 sangat dominan. Dalam kurun waktu tersebut lebih dari 75% perekonomian Kabupaten Bekasi ditunjang oleh sektor Industri dengan besaran 79,93% pada tahun 2004 dan 76,37 pada tahun 2011.

Artinya kue ekonomi yang dihasilkan oleh perekonomian Kabupaten Bekasi sebagian besar atau lebih dari 75% berasal dari sektor Industri. Sementara itu sektor ekonomi lainnya yang relatif cukup besar peranannya setelah sektor Industri pada tahun 2011 adalah sektor Perdagangan, LGA (listrik, gas, dan air bersih), Pertanian, dan Jasa-jasa dengan peranan masing-masing sebesar 10,01%, 2,37%, 2,36%, dan 2,21%.

Sementara sektor lainnya seperti sektor Pertambangan, sektor Bangunan, sektor Pengangkutan, dan sektor Keuangan merupakan sektor ekonomi yang mempunyai peranan dalam perekonomian Kabupaten Bekasi relatif rendah hanya di bawah 2%. Di antara sektor ekonomi yang peranannya rendah tersebut, sektor Keuangan merupakan sektor ekonomi yang mempunyai peranan paling rendah dalam perekonomian Kabupaten

Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang

118

Page 7: Sub sektorindustri, 113 133abas

Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189

Bekasi selama kurun waktu 2004 s.d. 2011. Relatif rendahnya peranan ke empat sektor tersebut sudah terjadi sejak tahun 2004.

Tabel c.1 Perbandingan Struktur Perekonomian Kab. Bekasi Menurut Sektor Ekonomi, 2004 &2011

No. Sektor Ekonomi2004 2011

PDRB (Miliar Rp)

% PDRB (Miliar Rp)

%

1 Pertanian 1.075,1 2,2 2.523,6 2,42 Pertambangan 637,6 1,3 1.922,2 1,83 Industri 38.678,3 79,9 81.544,7 76,44 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.311,1 2,7 2.533,4 2,45 Bangunan 553,2 1,1 1.865,1 1,86 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3.991,3 8,2 10.692,5 10,07 Pengangkutan dan Komunikasi 660,3 1,4 1.866,1 1,88 Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan541,5 1,1 1.468,2 1,4

9 Jasa-jasa 939,9 1,9 2.357,3 2,2PDRB Kabupaten Bekasi 48.388,4 100,

0106.773,3 100,

0Tingginya peranan Sektor Industri dalam perekonomian Kabupaten

Bekasi mengindikasikan pula besarnya input antara yang diperlukan, baik yang berasal dari sektor industri maupun bukan industri, untuk menunjang aktivitas sektor industri tersebut. Dan bila sebagian besar input antara yang diperlukan aktivitas sektor industri ini bisa dipenuhi oleh perekonomian Kabupaten Bekasi, maka perekonomian Kabupaten Bekasi akan dapat meningkatkan perekonomiannya. Seperti diketahui bahwa sektor industri merupakan sektor yang cepat untuk dapat meningkatkan sektor lainnya dalam perekonomian. Artinya bila sektor industri bergerak maka sektor lainnya juga akan bergerak dan kondisi ini akan berujung kepada penyerapan tenaga kerja dan akan mengurangi kemiskinan. Apabila input antara untuk aktivitas ekonomi sektor industri di perekonomian Kabupaten Bekasi bisa dipenuhi oleh UKMK termasuk IKM Kabupaten Bekasi, maka UKMK pun akan bergerak searah dengan gerakan sektor industri.

Selanjutnya jika struktur perekonomian Kabupaten Bekasi dilihat menurut subsektor ekonomi selama kurun waktu 2004 s.d. 2011 seperti yang dapat disimak melalui Tabel c.2 tampak bahwa subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, Perdagangan Besar dan Eceran, industri Makanan, Minuman dan Tembakau, dan industri Tekstil, Barang dari Kulit & Alas kaki merupakan subsektor ekonomi yang mendominasi perekonomian Kabupaten Bekasi dengan peranan masing-masing secara berurutan adalah 43,57%, 16,33%, 9,26%, 5,84%, dan 5,53%. Peranan subsektor lainnya dalam perekonomian Kabupaten Bekasi tidak melebihi angka 5%.

Tabel c.2 Perbandingan Struktur Perekonomian Kabupaten Bekasi Menurut Subsektor Tahun 2004 dan 2011

LAPANGAN USAHA 2004 2011(1) (2) (3)

1. PERTANIAN 2.22 2,36

Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang

119

Page 8: Sub sektorindustri, 113 133abas

Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189

a. Tanaman Bahan Makanan 1.42 1,67 b. Tanaman Perkebunan 0.03 0,01 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0.64 0,53 d. Kehutanan 0.00 0,00 e. Perikanan 0.14 0,15 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1.32 1,80 a. Minyak dan Gas Bumi 1.30 1,79 b. Pertambangan tanpa Migas 0.00 0,00 c. Penggalian 0.02 0,01 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 79.93 76,37 a. Industri Migas 0.00 0,00 1. Pengilangan Minyak Bumi 0.00 0,00 2. Gas Alam Cair 0.00 0,00 b. Industri Tanpa Migas 79.93 76,37 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 4.24 5,84 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 10.18 5,53 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 0.31 0,18 4. Kertas dan Barang Cetakan 0.76 0,87 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 20.85 16,33 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 0.42 0,30 7. Logam Dasar Besi & Baja 2.30 1,19 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 38.14 43,57 9. Barang lainnya 2.73 2,56 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 2.71 2,37 a. Listrik 2.15 1,88 b. Gas 0.54 0,45 c. Air Bersih 0.02 0,04 5. BANGUNAN 1.14 1,75

LAPANGAN USAHA 2004 2011(1) (2) (3)

6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 8.25 10,01 a. Perdagangan Besar & Eceran 7.56 9,26 b. Hotel 0.04 0,04 c. Restoran 0.65 0,72 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 1.36 1,75 a. Pengangkutan 0.94 1,29 1. Angkutan Rel 0.00 0,00 2. Angkutan Jalan Raya 0.78 1,13 3. Angkutan Laut 0.00 0,00 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 0.00 0,00 5. Angkutan Udara 0.00 0,00 6. Jasa Penunjang Angkutan 0.16 0,16 b. Komunikasi 0.43 0,45 1. Pos dan Telekomunikasi 0.43 0,45 2. Jasa Penunjang Komunikasi 0.00 0,00 8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 1.12 1,38 a. Bank 0.36 0,50 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0.13 0,17 c. Jasa Penunjang Keuangan 0.00 0,00 d. Sewa Bangunan 0.52 0,57

Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang

120

Page 9: Sub sektorindustri, 113 133abas

Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189

e. Jasa Perusahaan 0.11 0,13 9. JASA-JASA 1.94 2,21 a. Pemerintahan Umum 1.19 1,41 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 0.75 0,81 2. Jasa Pemerintah lainnya 0.45 0,60 b. Swasta 0.75 0,80 1. Sosial Kemasyarakatan 0.22 0,24 2. Hiburan & Rekreasi 0.03 0,03 3. Perorangan & Rumahtangga 0.50 0,53PDRB DENGAN MIGAS 100.00 100,00PDRB TANPA MIGAS 98.70 98,21Sumber: BPS Kabupaten BekasiDari gambaran di atas terlihat bahwa dari 5 (lima) subsektor

ekonomi yang mendominasi perekonomian Kabupaten Bekasi 4 (empat) subsektor berasal dari subsektor Industri yaitu : subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, industri Makanan, Minuman dan Tembakau, dan industri Tekstil, Barang dari Kulit & Alas kaki.

Selanjutnya jika diamati Tabel c.2 dapat dilihat peranan masing-masing subsektor Industri di dalam sektor Industri Kabupaten Bekasi tahun 2011. Berdasarkan gambar tersebut tampak bahwa peranan subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, industri Makanan, Minuman dan Tembakau, dan industri Tekstil, Barang dari Kulit & Alas kaki masing-masing secara berurutan adalah sebesar 57,1%, 21,4%, 7,6%, dan 7,2%. Hal ini mengindikasikan bahwa 4 (empat) subsektor ini mendominasi aktivitas sektor Industri maupun aktivitas perekonomian Kabupaten Bekasi secara keseluruhan.

Dari tabel di atas terindikasi bahwa lebih dari 85% aktivitas sektor industri adalah subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, dan subsektor industri Makanan, Minuman dan Tembakau. Sehingga apabila input antara ketiga subsektor ini bisa dipenuhi oleh UKMK termasuk IKM oleh perekonomian Kabupaten Bekasi maka dapat diharapkan tingkat pengangguran akan dapat diturunkan dengan lebih cepat dan selanjutnya angka kemiskinan akan turun lebih cepat lagi. 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bekasi dapat dilihat melalui Tabel c.3 di bawah ini. Secara total, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi selama kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir 2008 s.d. 2011 bergerak di antara besaran 5,04% s.d. 6,26% dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 6,26%.

Tabel c.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bekasi Menurut sektor ekonomi tahun 2008 s.d. 2011

Sektor Nama Sektor Ekonomi 2008 2009 2010 20111 Pertanian 5,73 5,94 5,14 5,402 Pertambangan 3,55 3,39 9,83 5,763 Industri 5,44 4,06 5,52 5,814 Listrik, Gas, dan Air Bersih 6,01 7,22 7,89 6,49

Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang

121

Page 10: Sub sektorindustri, 113 133abas

Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189

5 Bangunan 14,05 14,02 12,80 10,076 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 10,17 9,84 9,11 8,397 Pengangkutan dan Komunikasi 6,73 8,79 7,87 9,328 Keuangan, Persewaan, Dan Jasa

Perusahaan8,82 8,86 8,18 8,36

9 Jasa-jasa 7,22 8,31 7,14 7,21Kabupaten Bekasi 6,07 5,04 6,18 6,26

Jika laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi dilihat menurut sektor ekonomi tampak bahwa aktivitas sektor Bangunan merupakan aktivitas ekonomi dengan pertumbuhan paling tinggi selama kurun waktu 2008 s.d. 2011. Pertumbuhan sektor Bangunan selama kurun waktu 2008 s.d. 2011 tersebut berada pada level 2 digit yaitu antara 10,07% s.d. 14,05%. Sementara itu aktivitas ekonomi yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi di atas 7% selama periode 2008 s.d. 2011 adalah sektor Perdagangan, sektor Keuangan, dan sektor Jasa-jasa. Tingginya pertumbuhan sektor Bangunan, sektor Perdagangan, sektor Keuangan, dan sektor Jasa-jasa sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor industri yang relatif tinggi pada kurun waktu 2008 s.d. 2011 dengan rata-rata pertumbuhan di atas 5%.

Bila laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi dilihat menurut subsektor ekonomi, tampak bahwa subsektor Kehutanan dan Penggalian selalu mengalami pertumbuhan negatif selama periode 2008 s.d. 2011. Salah satu subsektor Industri yaitu Industri Semen & Barang Galian bukan logam mengalami pertumbuhan positif pada tahun 2011 sedangkan selama periode 2008 s.d. 2010 mengalami pertumbuhan negatif. Subsektor ekonomi yang secara umum mengalami pertumbuhan paling tinggi selama kurun waktu 2008 s.d. 2011 adalah subsektor Bank dengan tingkat pertumbuhan di atas 11%. Sedangkan Subsektor ekonomi yang secara umum mengalami pertumbuhan paling rendah selama kurun waktu 2008 s.d. 2011 adalah subsektor Penggalian dengan tingkat pertumbuhan di bawah -3%.

Tabel c.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bekasi Menurut Subsektor Ekonomi Tahun 2008 s.d. 2011.

SEKTOR/SUBSEKTOR EKONOMI 2008 20092010 201

1(1) (2) (3) (4) (5)

1. PERTANIAN 5,73 5,94 5,14 5,40 a. Tanaman Bahan Makanan 7,03 6,33 4,46 5,95 b. Tanaman Perkebunan 5,89 -0,94 0,63 1,86 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 3,24 5,50 6,10 4,49 d. Kehutanan -0,30 -0,25 -0,90 -0,25 e. Perikanan 4,65 4,48 8,02 4,36 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3,55 3,39 9,83 5,76 a. Minyak dan Gas Bumi 3,63 3,46 9,94 5,82 b. Pertambangan tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Penggalian -4,23 -4,05 -4,00 -2,80 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 5,44 4,06 5,52 5,81 a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00

Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang

122

Page 11: Sub sektorindustri, 113 133abas

Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189

2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Industri Tanpa Migas 5,44 4,06 5,52 5,81 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 3,34 9,45 4,70 6,83 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki -2,54 2,59 1,20 2,14 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 4,45 -2,35 -5,90 1,37 4. Kertas dan Barang Cetakan 11,79 14,02 5,60 6,81 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 3,28 3,91 3,25 5,40 6. Semen & Brg. Galian bukan logam -1,09 -0,01 -0,40 1,04 7. Logam Dasar Besi & Baja -7,66 0,84 -4,50 -1,65 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 8,65 3,83 7,52 6,66 9. Barang lainnya -3,97 7,86 5,00 5,25

SEKTOR/SUBSEKTOR EKONOMI 2008 20092010 201

1(1) (2) (3) (4) (5)

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 6,01 7,22 7,89 6,49 a. Listrik 5,38 7,11 8,11 6,32 b. Gas 10,20 7,89 6,44 7,57 c. Air Bersih 7,69 7,71 7,61 7,47 5. BANGUNAN 14,05 14,02 12,80 10,0

7 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 10,17 9,84 9,11 8,39 a. Perdagangan Besar & Eceran 10,45 10,00 9,15 8,46 b. Hotel 8,81 8,95 8,12 8,66 c. Restoran 6,76 7,88 8,69 7,43 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 6,73 8,79 7,87 9,32 a. Pengangkutan 8,64 8,28 6,99 8,61 1. Angkutan Rel 9,23 8,00 7,88 5,94 2. Angkutan Jalan Raya 8,69 8,24 6,73 8,65 3. Angkutan Laut 0,00 0,00 0,00 0,00 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 0,76 0,89 -2,00 -0,12 5. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 6. Jasa Penunjang Angkutan 8,42 8,55 8,45 8,47 b. Komunikasi 3,94 9,56 9,22 10,3

7 1. Pos dan Telekomunikasi 3,94 9,56 9,22 10,3

7 2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,00 0,00 0,00 0,00 8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN

8,82 8,86 8,18 8,36

a. Bank 12,15 12,10 11,10 11,60

b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 7,94 8,02 7,44 7,80 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 d. Sewa Bangunan 7,76 7,55 6,74 7,15 e. Jasa Perusahaan 6,31 7,36 7,65 5,30 9. JASA-JASA 7,22 8,31 7,14 7,21 a. Pemerintahan Umum 7,51 8,73 6,03 6,57 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 4,99 8,21 4,13 5,29 2. Jasa Pemerintah lainnya 11,41 9,49 8,75 8,34 b. Swasta 6,66 7,50 9,31 8,41

Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang

123

Page 12: Sub sektorindustri, 113 133abas

Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189

1. Sosial Kemasyarakatan 6,44 6,66 8,12 7,39 2. Hiburan & Rekreasi 6,01 6,39 8,44 7,41 3. Perorangan & Rumahtangga 6,79 7,94 9,89 8,92PDRB DENGAN MIGAS 6,07 5,04 6,18 6,26PDRB TANPA MIGAS 6,10 5,07 6,13 6,27

Kalau diperhatikan Tabel c.4 di atas tampak bahwa pada tahun 2011 subsektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah subsektor Bank dengan tingkat pertumbuhan 11,60%.

Di antara subsektor industri yang mengalami pertumbuhan paling tinggi pada tahun 2011 adalah subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, dan subsektor industri Makanan, Minuman dan Tembakau dengan laju pertumbuhan masing-masing secara berurutan adalah 6,60%, 5,40%, dan 6,83%. Bahkan subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya sebagai aktivitas ekonomi paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Bekasi mengalami pertumbuhan lebih tinggi pada tahun 2008 dan 2010. Sebagai dua subsektor ekonomi yang paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Bekasi dan diikuti dengan laju pertumbuhan yang relatif tinggi, maka Subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya dan subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet merupakan subsektor yang paling dapat diharapkan untuk menerapkan konsep pola alihdaya dari industri besar ke industri kecil dan menengah.

3.Analisis Shift Share Sektor Industri Kabupaten Bekasi Terhadap

Sektor Industri Provinsi Jawa BaratDi sektor industri pengolahan, sektor ini mampu memberikan

kontribusi terbesar terhadap perubahan PDRB Bekasi senilai 3,828 triliun rupiah. Pada sektor ini pengaruh pertumbuhan ekonomi Jawa Barat memiliki pengaruh terbesar yaitu senilai 4,114 triliun rupiah. Sementara itu subsektor alat angkutan mesin dan peralatannya memiliki kontribusi terbesar senilai 2,653 trilyun rupiah. Pengaruh perekonomian jawa barat terhadap subsektor ini adalah sebesar 2,402 triliun rupiah.

Subsektor berikutnya yang memberikan kontribusi terbesar kedua setelah subsektor alat angkutan mesin dan peralatannya adalah subsektor Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet sebesar 642,1 miliar rupiah. Sementara itu pengaruh perekonomian jawa barat terhadap subsektor ini adalah sebesar 928.7 triliun rupiah. Sedangkan subsektor logam dasar besi dan baja memberikan pengaruh yang negatif terhadap sektor industri pengolahan maupun perekonomian secara keseluruhan di kabupaten bekasi sebesar -18.6 miliar rupiah. Namun demikian itu pengaruh perekonomian jawa barat terhadap susektor ini masih positif sebesar 52.9 miliar rupiah.Tabel c.5 Perubahan Sektoral Dan Komponen Yang Mempengaruhi Perekonomi Kabupaten

Bekasi Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 s.d. 2010

SEKTOR EKONOMITotal

(Miliar Rp)RS

(Miliar Rp)PS

(Miliar Rp)DS

(Miliar Rp)

(1) (2) (3) (4) (5)INDUSTRI PENGOLAHAN 3,828.9 4,114.7 (3,679.4) 3,393.6

Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang

124

Page 13: Sub sektorindustri, 113 133abas

Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189

Industri Tanpa Migas 3,828.9 4,114.7 (3,664.4) 3,378.61. Makanan, Minuman dan Tembakau

259.2 187.1 (111.7) 183.8

2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 149.9 412.9 (834.8) 571.93. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya

(8.5) 11.0 (10.7) (8.8)

4. Kertas dan Barang Cetakan 62.9 32.5 51.4 (21.0)5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 642.1 928.7 (1,805.4) 1,518.8

SEKTOR EKONOMITotal

(Miliar Rp)RS

(Miliar Rp)PS

(Miliar Rp)DS

(Miliar Rp)

(1) (2) (3) (4) (5)6. Semen & Brg. Galian bukan logam

(0.7) 16.8 (2.7) (14.7)

7. Logam Dasar Besi & Baja (18.6) 52.9 (71.4) (0.0)8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya

2,653.7 2,402.4 (950.9) 1,202.1

9. Barang lainnya 88.7 70.5 (137.0) 155.2Keterangan: RS = Regional Share; PSj = Proportional shift; DS = Differential Shift4. Keunggulan Kompetitif Dan Spesialisasi Perekonomian

Kabupaten BekasiBerdasarkan Tabel c.6 di bawah dapat dilihat bahwa sektor industri

pengolahan memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi secara bersamaan. Ini menunjukan bahwa sektor tersebut memiliki pertumbuhan dan peran yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan dan peran sektor-sektor yang sama dalam perekonomian Jawa Barat. Sementara itu subsektor industri pengolahan yang secara bersamaan mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi adalah subsektor subsektor Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet sebesar, subsektor logam dasar besi dan baja, dan subsektor barang Industri lainnya.

Tabel c.6 Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat Menurut Subsektor Tahun 2008 s.d. 2010

LAPANGAN USAHAE*ij=

Ej(Ein/En)

rij-rin Eij-E*ij

Keunggulan

Kompetitif

Spesialisas

i

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

INDUSTRI PENGOLAHAN 22,645.6 0.09 16,422.4

ada Ada

Industri Tanpa Migas 22,273.2 0.09 16,794.8

ada Ada

1. Makanan, Minuman dan Tembakau

2,336.8 0.10 (560.8) ada Tidak

2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 4,642.5 0.15 (722.2) ada Tidak3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya

269.2 (0.08)

(164.5) tidak Tidak

4. Kertas dan Barang Cetakan 459.8 (0.07)

(151.3) tidak Tidak

5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 1,957.4 0.17 6,860.2 ada Ada6. Semen & Brg. Galian bukan 384.0 (0.09 (224.8) tidak Tidak

Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang

125

Page 14: Sub sektorindustri, 113 133abas

Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189

logam )7. Logam Dasar Besi & Baja 106.2 (0.00

)395.8 tidak Ada

8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya

11,655.8 0.05 11,154.8

ada Ada

9. Barang lainnya 461.7 0.23 207.8 ada Ada

5.Analisis Shift Share Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap Perekonomian Nasional

Berdasarkan Tabel c.7 di bawah dapat disimak bahwa secara agregat terjadi pertambahan nilai PDRB kabupaten Bekasi sektor industri pengolahan sebesar 3,828 triliun rupiah, dari tahun 2008-2010. Dari jumlah tersebut sebagian besar disebabkan efek pertumbuhan ekonomi sektor indutri pengolahan ditingkat nasional yaitu sebesar 4,341 triliun rupiah. Dalam hal ini, perekonomian Kabupaten Bekasi terpengaruh kondisi perekonomian nasional. Hal tersebut wajar terjadi, mengingat kondisi perekonomian daerah pasti dipengaruhi oleh kinerja perekonomian regional diatasnya bahkan perekonomian nasional dan global.

Sementara pengaruh daya saing kabupaten Bekasi terhadap perekonomian Bekasi justru malah merugikan kabupaten tersebut. Ini menunjukan bahwa masih rendahnya daya saing dan kemandirian kabupaten Bekasi sehingga menyebabkan berkurangnya output daerah sebesar 1,583 triliun rupiah. Sementara itu efek dari bauran industri/sektoral terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industry pengolahan kabupaten Bekasi masih sangat kecil, yaitu hanya sebesar 1,071 triliun rupiah. Ini menunjukan bahwa kecilnya dampak dari struktur ekonomi nasional terhadap pertambahan pertumbuhan PDRB sektor industry pengolahan kabupaten Bekasi. Tabel c.7 Perubahan Sektoral Dan Komponen Yang Mempengaruhi Perekonomi Kabupaten

Bekasi Terhadap Perekonomian Nasional Tahun 2008 s.d. 2010

LAPANGAN USAHA TOTAL(Miliar Rp)

RS(Miliar Rp)

PS(Miliar Rp)

DS(Miliar Rp)

(1) (2) (3) (4) (5)INDUSTRI PENGOLAHAN 3,828.9 4,340.8 (1,583.2) 1,071.2Industri Tanpa Migas 3,828.9 4,340.8 (1,290.0) 778.01. Makanan, Minuman dan Tembakau

259.2 197.3 56.8 5.0

2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 149.9 435.6 (342.4) 56.83. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya

(8.5) 11.6 (16.6) (3.5)

4. Kertas dan Barang Cetakan 62.9 34.3 (9.2) 37.95. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 642.1 979.7 (413.4) 75.86. Semen & Brg. Galian bukan logam

(0.7) 17.7 (15.0) (3.3)

7. Logam Dasar Besi & Baja (18.6) 55.8 (65.7) (8.6)8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya

2,653.7 2,534.5 (890.5) 1,009.6

9. Barang lainnya 88.7 74.4 (32.3) 46.6

Keterangan:RS = Regional Share; PS = Proportional shift; Cij = Differential Shift

Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang

126

Page 15: Sub sektorindustri, 113 133abas

Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189

Ditingkat subsektor, seluruh subsektor industri pengolahan mampu menyumbang atau memberikan kontribusi yang positif terhadap perubahan PDRB sektor industri pengolahan Kabupaten Bekasi. Subsektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah subsektor alat angkutan, mesin dan peralatannya dengan kontribusi sebesar 2,654 triliun rupiah. Berarti subsector ini cukup baik dalam menunjang pertambahan/perubahan PDRB Kabupaten Bekasi.

Subsektor terbesar kedua ialah subsektor pupuk, kimia, dan barang dari karet sebesar 642,1 miliar rupiah. Sedangkan efek bauran industri terhadap perekonomian Kabupaten Bekasi justru membebani perekonomian bekasi sebesar 1,583 triliun rupiah. Efek differential shift sektor industry pengolahan tehadap output perekonomian Kabupaten Bekasi mampu memberikan kontribusi positif sebesar 1,071 triliun rupiah.

Tabel c.8 Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap Perekonomian Nasional Menurut Subsektor Tahun 2008 s.d. 2010

LAPANGAN USAHA E*ij= Ej(Ein/En)

rij-rin Eij-E*ij

Keunggulan

Kompetitif

Spesialisas

i

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

INDUSTRI PENGOLAHAN 13,205.2 0.03 25,862.8 ada adaIndustri Tanpa Migas 12,076.7 0.02 26,991.2 ada ada1. Makanan, Minuman dan Tembakau

3,312.7 0.00 (1,536.7) ada tidak

2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 1,207.3 0.01 2,712.9 ada ada3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya

481.5 (0.03)

(376.9) tidak tidak

4. Kertas dan Barang Cetakan 603.2 0.12 (294.7) Ada tidak5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 1,619.1 0.01 7,198.5 Ada ada6. Semen & Brg. Galian bukan logam

378.6 (0.02)

(219.5) tidak tidak

7. Logam Dasar Besi & Baja 190.5 (0.02)

311.5 tidak ada

8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya

4,194.7 0.04 18,615.8 Ada ada

9. Barang lainnya 89.2 0.07 580. Ada ada

Dari tabel diatas, tampak sektor industry pengolahan memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi secara bersamaan dalam perekonomian kabupaten bekasi. Ini menunjukan bahwa sektor tersebut memiliki pertumbuhan dan peran yang relative lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan dan peran sektor yang sama dalam perekonomian nasional. 6.Analisis Lq Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap

Perekonomianprovinsi Jawa BaratHasil penghitungan nilai LQ Perekonomian Kabupaten Bekasi

terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat pada tahun 2008 dan 2010 adalah sebagai berikut.

Tabel c.9 Nilai LQ sektor dan subsector Industri pengolahan dalam Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat Menurut subsektor ekonomi

Tahun 2008 s.d. 2010

Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang

127

Page 16: Sub sektorindustri, 113 133abas

Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189

LAPANGAN USAHALQ

2008 2009 2010(1) (2) (3) (4) INDUSTRI PENGOLAHAN 1.7987 1.9038 2.0393 Industri Tanpa Migas 1.9639 2.0561 2.18951. Makanan, Minuman dan Tembakau 1.0678 1.2938 1.38362. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 0.6218 0.6550 0.71363. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 0.5298 0.4379 0.45714. Kertas dan Barang Cetakan 1.0707 1.1722 1.08925. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 5.2229 5.0384 6.1224

LAPANGAN USAHALQ

2008 2009 2010(1) (2) (3) (4)6. Semen & Brg. Galian bukan logam 0.4299 0.3959 0.37227. Logam Dasar Besi & Baja 6.1056 6.1500 6.32168. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 2.3161 2.4744 2.51129. Barang lainnya 3.8840 3.7612 5.0119

Berdasarkan nilai LQ di Tabel c.9 di atas tampak bahwa sektor industry pengolahan merupakan sektor potensial di Kabupaten Bekasi baik pada tahun 2008, 2009 maupun 2010. Hal ini bisa dilihat dari nilai LQ yang lebih dari 1.

Jika kita lihat lebih mendalam pada subsector industry pengolahan, tampak ada beberapa subsektor potensial dari Kabupaten Bekasi tahun 2008, 2009 dan 2010 yaitu industri makanan, minuman dan tembakau, industri kertas dan barang cetakan, industri pupuk, kimia dan barang dari karet, industri logam dasar besi dan baja, alat angkutan, mesin dan peralatannya, dan industry barang lainnya. Indikasi diperlihatkan dengan nilai LQ di atas 1.7.Analisis Lq Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap

Perekonomian NasionalHasil penghitungan nilai LQ Perekonomian Kabupaten Bekasi

terhadap Perekonomian Nasional pada tahun 2008 dan 2010 dapat disimak melalui tabel c.10. Berdasarkan nilai LQ kabupaten Bekasi dibandingkan dengan variabel nasional, sektor industri pengolahan tetap menjadi sektor yang potensial atau unggulan. Ini diindikasikan dengan nilai LQ di atas 1. Sementara itu subsektor industri non migas yang potensial di Bekasi adalah industri tekstil, barang kulit dan alas kaki, industri pupuk, kimia dan barang dari karet, industri logam dasar besi dan baja, industri alat angkutan, mesin dan peralatannya serta industri barang lainnya.

Tabel c.10 Nilai LQ Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap Perekonomian Nasional Menurut subsektor ekonomi Tahun 2008 s.d. 2010

LAPANGAN USAHALQ

2008 2009 2010INDUSTRI PENGOLAHAN 2.8257 2.9454 3.1032b. Industri Tanpa Migas 3.4158 3.4329 3.57641. Makanan, Minuman dan Tembakau 0.6351 0.7567 0.77392. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 2.9685 2.9844 3.03483. Brg. Kayu & Hasil Hutan 0.1528 0.1447 0.1507

Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang

128

Page 17: Sub sektorindustri, 113 133abas

Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189

lainnya4. Kertas dan Barang Cetakan 0.6790 0.7103 0.810145. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 5.4908 5.7718 6.00576. Semen & Brg. Galian bukan logam 0.4600 0.4448 0.44837. Logam Dasar Besi & Baja 2.4722 2.9308 3.06448. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 6.8126 7.0687 7.24399. Barang lainnya 13.9675 14.7012 15.8083

8. Peranan Perekonomian Kabupaten Bekasi Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan data PDRB ADHB Tahun 2010, peranan perekonomian Kabupaten Bekasi terhadap perekonomian Provinsi Jabar paling dominan bila dibandingkan dengan perekonomian kabupaten lainnya yang berdomisili di Provinsi Jawa Barat seperti yang dapat disimak melalui Gambar c.1. Berdasarkan Gambar c.1 di atas tampak bahwa peranan perekonomian Kabupaten Bekasi sekitar 14,3% dari total perekonomian Provinsi Jawa Barat. Berarti kue ekonomi yang dihasilkan perekonomian Provinsi Jawa Barat sebagian besar berasal dari perekonomian Kabupaten Bekasi. Hal ini mengindikasikan pentingnya peranan perekonomian Kabupaten Bekasi di tingkat provinsi.

D. PENUTUP1. Kesimpulan

a. Artinya kue ekonomi yang dihasilkan oleh perekonomian Kabupaten Bekasi sebagian besar atau lebih dari 75% berasal dari sektor Industri Pengolahan.

b. Empat subsektor di sektor Industri Pengolahan yaitu industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, industri Makanan, Minuman dan Tembakau, dan industri Tekstil, Barang dari Kulit & Alas kaki merupakan subsektor ekonomi yang mendominasi perekonomian Kabupaten Bekasi.

Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang

129

Page 18: Sub sektorindustri, 113 133abas

Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189

c. Di antara subsektor industri yang mengalami pertumbuhan paling tinggi pada tahun 2011 adalah subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya, subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet, dan subsektor industri Makanan, Minuman dan Tembakau dengan laju pertumbuhan masing-masing secara berurutan adalah 6,60%, 5,40%, dan 6,83%. Bahkan subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya sebagai aktivitas ekonomi paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Bekasi mengalami pertumbuhan lebih tinggi pada tahun 2008 dan 2010. Sebagai dua subsektor ekonomi yang paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Bekasi dan diikuti dengan laju pertumbuhan yang relatif tinggi, maka Subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya dan subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet merupakan subsektor yang paling dapat diharapkan untuk menjadi leading sector dalam perekonomian kabupaten bekasi.

d. Subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya dan subsektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet,Industri Besar merupakan kegiatan industry dengan laju pertumbuhan yang relative tinggi serta mendominasi perekonomian kabupaten Bekasi. Disamping itu kedua subsector ini mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi dalam kegiatan industry baik dilihat dalam perekonomian provinsi Jawa Barat maupun Nasional.

2. Sarana. Sangat tingginya peranan sektor Industri Pengolahan dalam struktur

perekonomian Kabupaten Bekasi seharusnya merupakan modal yang cukup berarti untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi kemiskinan, menurunkan angka pengangguran.

b. Subsektor industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya merupakan subsektor yang mendominasi pada kegiatan industri pengolahan dan dengan tingkat pertumbuhan cukup tinggi ternyata mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi baik dalam perekonomian provinsi Jawa Barat maupun nasional. Dengan demikian Pemda Kabupaten Bekasi dapat membuat kebijakan agar aktivitas subsektor ini menggunakan input yang berasal dari aktivitas ekonomi yang berada di wilayah Kabupaten Bekasi.

DAFTAR PUSTAKAAgrawal Ajay (2001), “University-to-industry knowledge transfer: literature

review and unanswered questions”.International Journal of Management Review, 3(4): 370-85.

Ali, Suryadharma, (2007). KembangkanLembagaKeuanganMikrodari Dana CSR (WawancaradalamMajalahBisnis& CSR: Reference for Decision Maker).

Anonymous, (2000).White Paper on Small and Medium Enterprises in Japan IT Revolution, Cashflow Management and Equity Culture.Japan Small Business Research Institute.

Tahun 2005 tentangRencana Pembangunan JangkaMenengahNasional-Tahun 2004-2009 Republik Indonesia.Jakarta.

Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang

130

Page 19: Sub sektorindustri, 113 133abas

Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2012. Memperkuat Perekonomian Domestik Bagi Peningkatan dan Perluasan kesejahteraan Rakyat. Jakarta: BadanPerencanaan Pembangunan Nasional.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi. 2011. Kabupaten Bekasi dalam Angka 2011. Jawa Barat: BPS Kabupaten Bekasi.

Dierman, Peter van.(2004). “The Economic Policy Environment for Small Rural Enterprises in Indonesia”, dalam Thomas R. Leinbach (ed.), The Indonesian Rural Economy Mobility, Work and Enterprise. Sin-gapore: ISEAS: 95-117.

Effendi, NT (1993).SumberDayaManusia, PeluangKerja Dan Kemiskinan. Tiara Wacana, Yogyakarta.

Korten, David C. (1980).Community Organization and Rural Development: A Learning

Process Approach. Public Administration Review, September/October 1980 p.480-509.

----------, (1984).Pembangunan yang Memihak Rakyat. Jakarta: LembagaStudi

Pembangunan.Kemdagri. (2010). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

44 TAHUN 1997 TENTANGKEMITRAANSetyowati. (1992). Kegiatan Sosial Ekonomi. Penerbit Aditya Media, Yogyakarta.Sandee, Henry. (1995). “Innovation Adoption in Rural Industry:

Technological Change in Roof Tile Clusters in Central Java, Indonesia”, disertasi PhD tidakdipublikasi, VrijeUniversiteit, Amsterdam.

Sandee, Henry, RoosKitiesAndadaridan Sri Sulandjari. (2000). “Small Firm Development during Good Times and Bad: The Jepara Furniture Industry”, dalam C. Manning dan P. van Dierman (ed.), Indonesia in Transition: Social Aspects of Reformasi and Crisis. Indonesia Assessment Series, Research School of Pacific and Asian Studies, Australian National University, Canberra, dan Institute of Southeast Asian Studies, Singapore: 184-98.

Sandee, Henry, B. Isdijoso, dan Sri Sulandjari. (2002).SME clusters in Indonesia: An analysis of growth dynamics and employment conditions. Jakarta: International Labor Office (ILO).

Sato, Yuri. (2000).“Linkage Formation by Small Firms: The Case of a Rural Cluster in Indonesia”.Bulletin of Indonesian Economic Studies, 36(1):137-66.

Klapwijk, Martin. (1997).“Rural Industry Clusters in Central Java, Indonesia. An Empirical Assessment of their Role in Rural Industrialization”,disertasi PhD tidakdipublikasi, Tinbergen Institute Research Series No.153, VrijeUniversiteit Amsterdam.

Tambunan, Tulus T.H. (2007). Perkembangan Industri Nasional Sejak Orde Baru Hingga Pasca krisis. Jakarta: Penerbit UniversitasTrisakti.

Tambunan, Tulus T.H. (2009a).UMKM di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia

Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang

131

Page 20: Sub sektorindustri, 113 133abas

Persalinan - Vol.2 No.2 – Oktober 2011 ISSN: 2086-8189

Tambunan, Tulus T.H. (2009b), “Main Factors Determining Competitiveness and Successful Small and Medium Enterprises in Indonesia”.research report, December, Jakarta: International LabourOrganisation.

Tambunan, Tulus T.H. (2010).“Technology and Skill Upgrading in Manufacturing Small and Medium Enterprises (SMEs) with A Reference to the Roles of Government, Large Enterprises, Universities and Public R&D Institutes: A Comparative Study Between Japan and Indonesia”, research report, March, Tokyo: The Sumitomo Foundation.

Thee, Kian Wie. (1998).Determinants of Indonesia’s Industrial Technology Development, dalam Hill dan Thee (ed.): 117-35.

Widyahartono. (1996). Pedoman Kemitraan Usaha Agrobisnis. Direktorat Pengembangan Usaha Ditjen Pengolahan Hasil, Deptan.

Wirutomo, Paulus, dkk. (2003). Paradigma Pembangunan di Era Otonomi Daerah. (Memanusiakan Manusia). Jakarta.

Supranto,J. 2005. StatistikTeoridanAplikasi.Jilidsatu. Jakarta: Erlangga.Walpole, Raymond. 2007. Ilmu Peluang dan Statistika Untuk Insinyur dan

Ilmuan. Bandung: ITB

Kontribusi Sektor Industri Terhadap Pembentukan Ekonomi …………* Drs. P. Abas Sunarya, M.Si – AMIK Raharja Informatika, Tangerang

132