ideologi.docx
TRANSCRIPT
1. Ideologi : MPR menegaskan empat pilar kebangsaan sebagai hal sangat mendasar dan esensial kehidupan berbangsa dan bernegara. Keempat pilar itu tidak digeneralisir memiliki kesamaan kedudukan, tetapi eksplisit sesuai dengan kedudukannya masing-masing. Misalnya, Pancasila sebagai dasar/ideologi negara, UUD 1945 sebagai konstitusi, NKRI sebagai bentuk negara, Bhinneka Tunggal Ika sebagai semangat pemersatu bangsa.
Analisa strategi: Sengaja atau tidak sengaja, disadari atau tidak disadari, saat ini masih
ada orang yang belum hapal Pancasila, belum mengetahui makna Bhinneka Tunggal
Ika, belum mengerti kedudukan UUD 1945 dan belum bisa memaknai NKRI dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Penghayatan makna dari empat pilar kebangsaan
yakni UUD 1945, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI dirasakan semakin
menurun sehingga masih ada yang beranggapan bahwa empat pilar tersebut adalah
sekedar berupa slogan-slogan, sekedar suatu ungkapan indah, yang kurang atau tidak
bermakna dalam menghadapi era globalisasi. Bahkan ada yang beranggapan bahwa
empat pilar tersebut sekedar sebagai jargon politik belaka.
Adapula yang berpendapat bahwa disintegrasi bangsa belakangan ini diakibatkan
adanya kehilangan dari doktrinasi pemahaman konseptual empat pilar berbangsa dan
bernegara dan perkembangan kondisi bangsa saat ini menunjukkan arah yang semakin
tak menentu. Kondisi lainnya, dalam dunia pendidikan sudah mulai menyingkirkan
budaya Pancasilais. Pancasila hanya dianggap sebagai baju ideologi dan pemahaman
akan Pancasila sudah mulai pudar bahkan hilang dari para generasi muda.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mempunyai jiwa. Negara yang tidak mempunyai
jiwa pada sendirinya akan hancur. Pancasila hadir sebagai perekat jiwa pemersatu
kesatuan dan persatuan bangsa. Sebagai contoh, lepasnya Timor Timur dari ibu pertiwi
dan maraknya tawuran yang saat ini terjadi di berbagai daerah merupakan salah satu
akibat dari tidak adanya pemahaman akan empat pilar tersebut. Apalagi terjadinya
korupsi di berbagai sektor oleh oknum-oknum yang merugikan negara sebagai akibat
kurangnya pemahaman dan penghayatan Pancasila.
Revolusi mental : Perlu revolusi mental
Dalam pembangunan bangsa, saat ini kita cenderung menerapkan prinsip-prinsip
paham liberalisme yang jelas tidak sesuai dan kontradiktif dengan nilai, budaya, dan
karakter bangsa Indonesia. Sudah saatnya Indonesia melakukan tindakan korektif,
tidak dengan menghentikan proses reformasi yang sudah berjalan, tetapi dengan
mencanangkan revolusi mental menciptakan paradigma, budaya politik, dan
pendekatan nation building baru yang lebih manusiawi, sesuai dengan budaya
Nusantara, bersahaja, dan berkesinambungan.
Penggunaan istilah ”revolusi” tidak berlebihan. Sebab, Indonesia memerlukan suatu
terobosan budaya politik untuk memberantas setuntas-tuntasnya segala praktik-
praktik yang buruk yang sudah terlalu lama dibiarkan tumbuh kembang sejak zaman
Orde Baru sampai sekarang. Revolusi mental beda dengan revolusi fisik karena ia
tidak memerlukan pertumpahan darah. Namun, usaha ini tetap memerlukan
dukungan moril dan spiritual serta komitmen dalam diri seorang pemimpin—dan
selayaknya setiap revolusi—diperlukan pengorbanan oleh masyarakat.
Dalam melaksanakan revolusi mental, kita dapat menggunakan konsep Trisakti yang
pernah diutarakan Bung Karno dalam pidatonya tahun 1963 dengan tiga pilarnya,
”Indonesia yang berdaulat secara politik”, ”Indonesia yang mandiri secara ekonomi”,
dan ”Indonesia yang berkepribadian secara sosial-budaya”. Terus terang kita banyak
mendapat masukan dari diskusi dengan berbagai tokoh nasional tentang relevansi
dan kontektualisasi konsep Trisakti Bung Karno ini.
Kedaulatan rakyat sesuai dengan amanat sila keempat Pancasila haruslah
ditegakkan di Bumi kita ini. Negara dan pemerintahan yang terpilih melalui pemilihan
yang demokratis harus benar-benar bekerja bagi rakyat dan bukan bagi segelintir
golongan kecil. Kita harus menciptakan sebuah sistem politik yang akuntabel, bersih
dari praktik korupsi dan tindakan intimidasi.
Semaraknya politik uang dalam proses pemilu sedikit banyak memengaruhi kualitas
dan integritas dari mereka yang dipilih sebagai wakil rakyat. Kita perlu memperbaiki
cara kita merekrut pemain politik, yang lebih mengandalkan keterampilan dan rekam
jejak ketimbang kekayaan atau kedekatan mereka dengan pengambil keputusan.
Kita juga memerlukan birokrasi yang bersih, andal, dan kapabel, yang benar-benar
bekerja melayani kepentingan rakyat dan mendukung pekerjaan pemerintah yang
terpilih. Demikian juga dengan penegakan hukum, yang penting demi menegakkan
wibawa pemerintah dan negara, menjadikan Indonesia sebagai negara yang
berdasarkan hukum. Tidak kalah pentingnya dalam rangka penegakan kedaulatan
politik adalah peran TNI yang kuat dan terlatih untuk menjaga kesatuan dan
integritas teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Di bidang ekonomi, Indonesia harus berusaha melepaskan diri dari ketergantungan
yang mendalam pada investasi/modal/bantuan dan teknologi luar negeri dan juga
pemenuhan kebutuhan makanan dan bahan pokok lainnya dari impor. Kebijakan
ekonomi liberal yang sekadar mengedepankan kekuatan pasar telah menjebak
Indonesia sehingga menggantung pada modal asing. Sementara sumber daya alam
dikuras oleh perusahaan multinasional bersama para ”komprador” Indonesia-nya.
Reformasi 16 tahun tidak banyak membawa perubahan dalam cara kita mengelola
ekonomi. Pemerintah dengan gampang membuka keran impor untuk bahan
makanan dan kebutuhan lain. Banyak elite politik kita terjebak menjadi pemburu
rente sebagai jalan pintas yang diambil yang tidak memikirkan konsekuensi terhadap
petani di Indonesia. Ironis kalau Indonesia dengan kekayaan alamnya masih
mengandalkan impor pangan. Indonesia secara ekonomi seharusnya dapat berdiri di
atas kaki sendiri, sesuai dengan amanat Trisakti. Ketahanan pangan dan ketahanan
energi merupakan dua hal yang sudah tidak dapat ditawar lagi. Indonesia harus
segera mengarah ke sana dengan program dan jadwal yang jelas dan terukur. Di
luar kedua sektor ini, Indonesia tetap akan mengandalkan kegiatan ekspor dan
impor untuk menggerakkan roda ekonomi.
Kita juga perlu meneliti ulang kebijakan investasi luar negeri yang angkanya
mencapai tingkat rekor beberapa tahun terakhir ini karena ternyata sebagian besar
investasi diarahkan ke sektor ekstraktif yang padat modal, tidak menciptakan banyak
lapangan kerja, tetapi mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya.
Pilar ketiga Trisakti adalah membangun kepribadian sosial dan budaya Indonesia.
Sifat ke-Indonesia-an semakin pudar karena derasnya tarikan arus globalisasi dan
dampak dari revolusi teknologi komunikasi selama 20 tahun terakhir. Indonesia tidak
boleh membiarkan bangsanya larut dengan arus budaya yang belum tentu sesuai
dengan nilai-nilai luhur bangsa kita.
Sistem pendidikan harus diarahkan untuk membantu membangun identitas bangsa
Indonesia yang berbudaya dan beradab, yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral
agama yang hidup di negara ini. Akses ke pendidikan dan layanan kesehatan
masyarakat yang terprogram, terarah, dan tepat sasaran oleh nagara dapat
membantu kita membangun kepribadian sosial dan budaya Indonesia.
3.4 pilar kebangsaan : “Empat Pilar” kehidupan berbangsa dan bernegara
adalah pertama, Pancasila yang harus dijadikan sebagai landasan ideologi, falsafah,
etika moral, serta alat pemersatu bangsa. Kedua, UUD 1945 yang dijadikan sebagai
hukum dasar yang wajib menjadi sumber hukum dan rujukan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ketiga, Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI),yang merupakan konsensus yang harus dijunjung tinggi, karena
tujuan negara akan terwujud melalui perjuangan bangsa Indonesia yang bersatu dalam
bingkai NKRI, bukan negara yang terpecah-pecah penuh konflik dan pertentangan.
Dan keempat adalah Bhinneka Tunggal Ika, yang harus dijadikan sebagai solusi atas
kemajemukan bangsa yang terdiri dari berbagai macam agama, suku, ras, dan budaya.
Kemajemukan dapat dijadikan sebagai investasi untuk bersatu, bukan sebagai alat
pemicu konflik.
4. pemilu : Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan olehMPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rangkaian pemilu. Pilpres sebagai bagian daripemilu diadakan pertama kali pada Pemilu 2004. Pada 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian dari rezim pemilu. Pada umumnya, istilah "pemilu" lebih sering merujuk kepada pemilihan anggota legislatif dan presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali.
5. identitas pancasila sebagai identitas nasional : Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa identitas nasional merupakan manifestasi nilai budaya bangsa dengan ciri
khas .Identitas nasional Indonesia juga merupakan manifestasi nilai budaya berbagai
suku dalam ‘kesatuan Indonesia´ menjadi ciri khas yang tercermin dalam pandangan
hidup bangsa, Pancasila juga sebagai kesepakatan bangsa.
Identitas nasional bersifat terbuka, sesuai dengan budaya yang menjadi
‘akar’yangselalu terbuka, untuk diberi tafsir baru.
Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia pada hakikatnya
bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia sebagai kepribadian bangsa.
Dalam menjaga Pancasila sebagai Identitas Nasional agar tetap utuh,maka bangsa
Indonesia perlu mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula
bangsa Indonesia dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap meletakkan jati diri
dan identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar
pengembangan kreatifitas budaya globalisasi.
Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional karena Bangsa Indonesia sebagai
salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memilki sejarah serta prinsip dalam
hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia .Tatkala bangsa Indonesia
berkembang menuju fase nasionalisme modern, diletakanlah prinsip-prinsip dasar
filsafat sebagai suatu asas dalam filsafat hidup berbangsa dan bernegara.
Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa yang diangkat dari filsafat
hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar
filsafat Negara yaitu Pancasila. Jadi, filsafat suatu bangsa dan Negara berakar pada
pandangan hidup yang bersumber pada kepribadiannya sendiri.
Dapat pula dikatakan pula bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara
Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa.
6. filsafat pancasila : Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi.Melalui filsuf-filsuf
yang disponsori Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan dan diganti interpretasinya dalam
budaya Indonesia, sehingga menghasilkan “Pancasila truly Indonesia”.Semua sila dalam
Pancasila adalah asli Indonesia dan Pancasila dijabarkan menjadi lebih rinci (butir-butir
Pancasila). Filsuf Indonesia yang bekerja dan mempromosikan bahwa filsafat Pancasila adalah
truly Indonesia antara lain Sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan, Wasito Poespoprodjo,
Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan, Moertono,
Soerjanto Poespowardojo, dan Moerdiono.
Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila secara umum adalah hasil
berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan
diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil,
paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
Kalau dibedakan anatara filsafat yang religius dan non religius, maka filsafat Pancasila tergolong
filsafat yang religius.Ini berarti bahwa filsafat Pancasila dalam hal kebijaksanaan dan
kebenaran mengenal adanya kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa
(kebenaran religius) dan sekaligus mengakui keterbatasan kemampuan manusia, termasuk
kemampuan berpikirnya.
Dan kalau dibedakan filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis, filsafast Pancasila
digolongkandalam arti praktis. Ini berarti bahwa filsafat Pancasila di dalam mengadakan
pemikiran yang sedalam-dalamnya, tidak hanya bertujuan mencari kebenaran dan
kebijaksanaan, tidak sekedar untukmemenuhi hasrat ingin tahu dari manusia yang tidak habis-
habisnya, tetapi juga dan terutama hasil pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila tersebut
dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari (pandangan hidup, filsafat hidup, way of the
life, Weltanschaung dan sebgainya); agar hidupnya dapat mencapai kebahagiaan lahir dan
batin, baik di dunia maupun di akhirat.
Selanjutnya filsafat Pancasila mengukur adanya kebenran yang bermacam-macam dan
bertingkat-tingkat sebgai berikut:
1. Kebenaran indra (pengetahuan biasa);
2. Kebenaran ilmiah (ilmu-ilmu pengetahuan);
3. Kebenaran filosofis (filsafat);
4. Kebenaran religius (religi).
Untuk lebih meyakinkan bahwa Pancasila itu adalah ajaran filsafat, sebaiknya kita kutip
ceramah Mr.Moh Yamin pada Seminar Pancasila di Yogyakarta tahun 1959 yang berjudul
“Tinjauan Pancasila Terhadap Revolusi Fungsional”, yang isinya anatara lain sebagai berikut:
Tinjauan Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam suatu sistem filsafat. Marilah kita
peringatkan secara ringkas bahwa ajaran Pancasila itu dapat kita tinjau menurut ahli filsafat
ulung, yaitu Friedrich Hegel (1770-1831) bapak dari filsafat Evolusi Kebendaan seperti diajarkan
oleh Karl Marx (1818-1883) dan menurut tinjauan Evolusi Kehewanan menurut Darwin Haeckel,
serta juga bersangkut paut dengan filsafat kerohanian seperti diajarkan oleh Immanuel Kant
(1724-1804).
Menurut Hegel hakikat filsafatnya ialah suatu sintese pikiran yang lahir dari
antitesepikiran.Dari pertentangan pikiran lahirlah paduan pendapat yang harmonis.Dan ini
adalah tepat.Begitu pula denga ajaran Pancasila suatu sintese negara yang lahir dari antitese.
Saya tidak mau menyulap. Ingatlah kalimat pertama dan Mukadimah UUD Republik Indonesia
1945 yang disadurkan tadi dengan bunyi: Bahwa sesungguhanya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa. Oleh sebab itu penjajahan harus dihapusakan karena bertentangan dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.
Kalimat pertama ini adalah sintese yaitu antara penjajahan dan perikemanusiaan
danperikeadilan.Pada saat sintese sudah hilang, maka lahirlah kemerdekaan. Dan
kemerdekaan itu kita susun menurut ajaran falsafah Pancasila yang disebutkan dengan terang
dalam Mukadimah Konstitusi R.I. 1950 itu yang berbunyi: Maka dengan ini kami menyusun
kemerdekaan kami itu, dalam suatu Piagam Negara yang berbentuk Republik Kesatuan
berdasarkan ajaran Pancasila. Di sini disebut sila yang lima untukmewujudkan kebahagiaan,
kesejahteraan dan perdamaian dunia dan kemerdekaan. Kalimat ini jelas kalimat
antitese.Sintese kemerdekaan dengan ajaran Pancasila dan tujuan kejayaan bangsa yang
bernama kebahagiaan dan kesejajteraan rakyat.Tidakah ini dengan jelas dan nyata suatu
sintese pikiran atas dasar antitese pendapat?
Jadi sejajar denga tujuan pikiran Hegel beralasanlah pendapat bahwa ajaran Pancasila itu
adalah suatu sistem filosofi, sesuai dengan dialektis Neo-Hegelian.
Semua sila itu adalah susunan dalam suatu perumahan pikiran filsafat yang harmonis.Pancasila
sebagai hasil penggalian Bung Karno adalah sesuai pula dengan pemandangan tinjauan hidup
Neo-Hegelian.
Fungsi : Setiapa bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah mana
tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup (filsafata hidup). Dengan
pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang
dihadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana memecahkan persoalan-persoalan
tadi. Tanpa memiliki pandangan hidup maka suatu bangsa akan merasa terombang-ambing
dalam menghadapi persoalan-persoalan besar yang pasti akan timbul, baik persoalan-persoalan
di dalam masyarakatnya sendiri, maupun persoalan-persoalan besar umat manusia dalam
pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu
bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah
polotik, ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju.
Dengan berpedoman pada pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan membangun dirinya.
Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan
oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan sesuatu bangsa
mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik.Pada akhirnyta pandangan hidup sesuatu
bangsa adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa itu sendiri, yang diyakini
kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.
Kita merasa bersyukur bahwa pendahulu-pendahulu kita, pendiri-pendiri Republik ini dat
memuaskan secara jelas apa sesungguhnya pandangan hidup bangsa kita yang kemudian kita
namakan Pancasila. Seperti yang ditujukan dalam ketetapan MPR No.II/MPR/1979, maka
Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan
dasar negara kita.
Disamping itu maka bagi kita Pancasila sekaligus menjadi tujuan hidup bangsa
Indonesia.Pancasila bagi kita merupakan pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita moral yang
meliputi kejiwaan dan watak yang sudah beurat/berakar di dalam kebudayaan bangsa Indonesia.
Ialah suatu kebudayaan yang mengajarkan bahwa hidup manusia ini akan mencapai
kebahagiaan jika kita dapat baik dalam hidup manusia sebagai manusia dengan alam dalam
hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriyah dan
kebahagiaan rohaniah.
Bangsa Indonesia lahir sesudah melampaui perjuangan yang sangat panjang, dengan
memberikan segala pengorbanan dan menahan segala macam penderitaan. Bangsa Indonesia
lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri yang merupakan hasil antara proses
sejarah di masa lampau, tantangan perjuangan dan cita-cita hidup di masa datang yang secara
keseluruhan membentuk kepribadian sendiri.
Sebab itu bnagsa Indonesia lahir dengan kepribadiannya sendiri yang bersamaan lahirnya
bangsa dan negara itu, kepribadian itu ditetapkan sebagai pandangan hidup dan dasar negara
Pancasila. Karena itulah, Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan
telah berjuang, denga melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami dengan oleh
gagasan-gagasan besar dunia., dengan tetap berakar pada kepribadian bangsa kita dan
gagasan besar bangsa kita sendiri.
Karena Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa,
maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup ketatanegaraan. Hal ini tampak
dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam 3
buah UUD yang pernah kita miliki yaitu dalam pembukaan UUD 1945, dalam Mukadimah UUD
Sementara Republik Indonesia 1950. Pancasila itu tetap tercantum didalamnya, Pancasila yang
lalu dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional itu, Pancasila yang selalu menjadi pegangan
bersama saat-saat terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi bangsa kita,
merupakan bukti sejarah sebagai dasar kerohanian negar, dikehendaki oleh bangsa Indonesia
karena sebenarnya ia telah tertanam dalam kalbunya rakyat. Oleh karena itu, ia juga merupakan
dasasr yang mamapu mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
7. KONSEPSI NEGA DAN NKRI : Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat dipisahkan dari peristiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, karena melalui peristiwa proklamasi tersebut bangsa Indonesia berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada dunia luar (bangsa lain) bahwa sejak saat itu telah ada negara baru yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.Apabila ditnjau dari sudut hukum tata negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1945 belum sempurna sebagai negara, mengingat saat itu Negara Kesatuan Republik Indonesia baru sebagian memiliki unsur konstitutif berdirinya negara. Untuk itu PPKI dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah melengkapi persyaratan berdirinya negara yaitu berupa pemerintah yang berdaulat dengan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden, sehingga PPKI disebut sebagai pembentuk negara. Disamping itu PPKI juga telah menetapkan UUD 1945, dasar negara dan tujuan negara.
Para pendiri bangsa (the founding fathers) sepakat memilih bentuk negara kesatuan karena bentuk negara kesatuan itu dipandang paling cocok bagi bangsa Indonesia yang memiliki berbagai keanekaragaman, untuk mewujudkan paham negara integralistik (persatuan) yaitu negara hendak mengatasi segala paham individu atau golongan dan negara mengutamakan kepentingan umum.Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang dibentuk berdasarkan semangat kebangsaan (nasionlisme) oleh bangsa Indonesia yang bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tampah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosil.
8. KONSEPSI DEMOKRASI: Hakikat dari demokrasi sebagaimana yang kita pahami terdapat
pada makna :
1. Pemerintahan dari rakyat (government of the people), maknanya adalah untuk menunjuk
bahwa dalam negara demokrasi, keabsahan atau legitimasi terhadap siapa yang memerintah
(pemerintah) berasal dari kehendak rakyat.
2. Pemerintahan oleh rakyat (government by people), maknanya adalah bahwa dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan pemerintah prosesnya diawasi oleh rakyat.
3. Pemerintahan untuk rakyat (government for the people), maknanya adalah bahwa dalam
penyelenggaraan suatu pemerintahan oleh pemerintah adalah harus dilangsungkan untuk
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Henry B. Mayo menyatakan bahwa dalam demokrasi itu haruslah didasari oleh beberapa norma,
yakni dengan :
1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga
2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang
berubah
3. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur
4. Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum
5. Mengakui serta menganggap secara wajar adanya keanekaragaman dalam masyarakat yang
tercermin dalam keanekaragaman pendapat, kepentingan, serta tingkah laku
6. Menjamin tegaknya keadilan
Selanjutnya, agar demokrasi dalam suatu negara dapat berdiri tegak maka sangat bergantung
pada komponen-komponen berikut ini :
Negara Hukum
Demokrasi pada suatu negara dapart berdiri jika negaranya adalah negara hukum yakni negara
yang memberikan perlindungan hukum bagi warga negaranya melalui pelembagaan peradilan
yang bebas dan tidak memihak dan sekaligus juga terdapat jaminan terhadap perlindungan hak
asasi manusia.
Pemerintahan yang Good Governance
Berdirinya suatu demokrasi sangat perlu ditopang oleh bentuk pemerintahan yang good
governance yang pelaksanaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien, responsif terhadap
kebutuhan rakyat, dalam suasana demokratis, akuntabel, serta transfaran.
Badan Pemegang Kekuasaan Legislatif
Badan pemegang kekuasaan legislatif yang dapat mendorong tegaknya demokrasi suatu negara
adalah badan pemegang kekuasaan legislatif yang diisi orang-orang yang memang memiliki civic
skill yang solid dan tinggi.
Peradilan yang Bebas dan Mandiri
Peradilan yang bebas dan mandiri di sini memiliki artian tidak berada atau tidak terpengaruh
dengan tekanan dan kepentingan serta tidak dapat diintervensi oleh pihak mana pun.
Masyarakat Madani
Masyarakat madani merupakan komponen yang sangat penting dalam membangun demokrasi.
Sebab salah satu syarat penting bagi demokrasi adalah terciptanya partisipasi masyarakat
dalam proses-proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh negara atau pemerintahan.
Pers yang bebas dan Bertanggung Jawab
Peranan pers di sini yaitu mengawal berkembangnya demokrasi dalam suatu negara. Tentunya
pers yang diinginkan di sini yaitu pers yang tidak berada di bawah tekanan penguasa atau pihak
mana pun dan dalam pemberitaannya senantiasa dilandasi rasa tanggung jawab.
Infrastruktur Politik
Infrastruktur politik terdiri dari partai politik dan kelompok gerakan. Menurut Miriam Budiarjo,
partai politik mengemban fungsi sebagai sarana komunikasi politik, sebagai sarana sosialisasi
politik, sebagai sarana rekrutmen kader, dan sebagai sarana pengatur konflik.
Adapun model-model dari demokrasi itu sendiri jika dipandang dari orientasinya, kita dapat
membedakannya sebagai berikut :
1. Demokrasi liberal yaitu demokrasi yang begitu menjunjung tinggi kebebasan dan
individualisme.
2. Demokrasi terpimpin yaitu demokrasi yang dipimpin oleh pemimpin negara, dimana
pemimpin negara tersebut beranggapan bahwa rakyatnya telah mempercayakan kepadanya
untuk memimpin demokrasi di negaranya.
3. Demokrasi sosial adalah demokrasi yang begitu menaruh kepedulian yang besar terhadap
keadilan sosial dan egalitarian.
Sedangkan jika dipandang dari mekanisme pelaksanaannya maka kita dapat membedakannya
sebagai berikut :
1. Demokrasi langsung merupakan demokrasi yang dicirikan dengan penempatan kedaulatan
rakyatnya yang dilakukan secara langsung.
2. Demokrasi tidak langsung merupaka demokrasi yang dicirikan dengan penempatan
kedaulatan rakyatnya diwakilkan kepada lembaga perwakilan negara tersebut.
Selanjutnya mengenai demokrasi di Indonesia. Demokrasi di Indonesia pada hakikatnya
merupakan demokrasi yang dijiwai dan diintegrasikan dengan sila-sila yang terkandung pada
Pancasila sebagai dasar negara. Hal itu berarti bahwa hak-hak demokrasi :
1. Harus selalu disertai dengan rasa tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Harus menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan harkat dan martabat manusia
3. Harus menjamin dan mempersatukan bangsa
4. Harus dimanfaatkan untuk mewujudkan keadilan sosial
Adapun perkembangan demokrasi di Indonesia dapat di lihat sebagai berikut :
Demokrasi Masa Revolusi (1945-1950)
>> Demokrasi Pluralistik Liberal
Kebersamaan di bidang politik, sosial, dan ekonomi
1. Demokrasi Masa Orde Lama (1950-1959)
>> Demokrasi Parlementer
Didominasi partai politik dan DPR
Kabinet-kabinet terbentuk tidak dapat bertahan lama
Koalisi sangat gampang pecah
Destabilitasi politik nasional
Tentara tidak memperoleh tempat dalam konstelasi politik
Demokrasi Masa Orde Lama (1959-1965)
>> Demokrasi Terpimpin
Didominasi Presiden
Berkembangnya pengaruh komunis
Pembentukan kepimimpinan yang inkonstitusional
Meluasnya peranan ABRI sebagai undur sospol
Pers yang dianggap menyimpang dari “rel revolusi” ditutup
Demokrasi Masa Orde Baru (1966-1998)
Dominannya peranan ABRI
Dominannya peranan Golongan Karya
Birokratisasi dan sentralistik dalam pemgambilan keputusan
Pengebiran peran dan fungsi partai-partai politik
Campur tangan negara dalalm urusan partai-partai politik
Pers yang dianggap tidak sesuai dengan pemerintah “dibredel”
Demokrasi Masa Reformasi (1998-sekarang)
Reposisi TNI dalam kaitan dengan keberadaanya
Diamandemennya pasal-pasal yang dipandang kurang demokratis dalam UUD 1945
Adanya kebebasan pers
Dijalankannya otonomi daerah
Sumpah dokter: Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan;
Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih
yang selayaknya;
Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang berhormat dan bermoral tinggi, sesuai
dengan martabat pekerjaan saya;
Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan;
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena
keilmuan saya sebagai dokter;
Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran;
Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagai mana saya sendiri ingin diperlakukan;
Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya akan berikhtiar dengan sungguh-
sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan,
kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan sosial;
Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan;
Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk
sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan;
Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan
diri saya.
8.pancasila sbg etika : Kesimpulan yang didapat dari makalah ini adalah
1. Pancasila adalah sebagai suatu sistem filsafat yang pada hakikatnya merupakan nilai sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun norma kenegaraan laianya.
2. Suatu pemikiran filsafat tidak seccara langsung menyajikan norma – norma yang merupakan pedoman dakam suatu tindakan atau aspek praktis melainkan nilai – nilai yang bersifat mendasar.
3. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang prinsip – prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia yang membicarakan masalah – masalah yang berkaitan dengan predikat “susila” dan “tindak susila”, “baik” dan “buruk”.
4. Hubungan sistematik antara nilai, norma dan moral tersebut terwujud dalam suatu tingkah laku praktis dalam kehidupan manusia.
5. Etika politik adalah termasuk lingkup etika sosial manusia yang secara harfiah berkaitan dengan bidang kehidupan politik.
9.pancasila sebagai konsensus sejarah perjuangan : Nilai-nilai Pancasila lahir tidak
terlepas dari nilai-nilai kehidupan masyarakatnya pada jaman pra
sejarah.
Pancasila yang tidak hanya didasarkan pada tafsir penguasa seperti
dipraktekkan selama ini, melainkan menggali kembali nilai-nilai
Pancasila yang berkembang di masyarakat. Sehingga Pancasila terus
mengalami artikulasi dalam kehidupan keseharian dan tetap membumi,
tidak teralienasi dari nilai-nilai (yang masih) dianut oleh masyarakat
Indonesia.
Terlepas dari kelemahan masa lalu, sebagai konsensus dasar dari
kedirian bangsa ini, Pancasila harus tetap sebagai ideologi kebangsaan.
Pancasila harus tetap menjadi dasar dari penuntasan persoalan
kebangsaan yang kompleks seperti globalisasi yang selalu mendikte,
krisis ekonomi yang belum terlihat penyelesaiannya, dinamika politik
lokal yang berpotensi disintegrasi, dan segregasi sosial dan konflik
komunalisme yang masih rawan.
1. Saran-saran
2. Seharusnya mahasiswa lebih memahami seberapa pentingnya
Pendidikan Pancasila agar dapat menjalani kehidupan sesuai dengan
nilai-nilai yang ada dalam Pancasila.
3. Bagi pemerintah diharapkan mampu mempertahankan Pendidikan
Pancasila sebagai modul pembelajaran sebagai modal P4 ( Pedoman,
Penghayatan, Pengamalan Pancasila).
Piagam jakarta : Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Atas berkat Rahmat Allah Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan menyatakan kemerdekaanya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu hukum dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada:
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada tanggal 10 sampai dengan 16 Juli 1945, BPUPKI mengadakan sidang kedua. Pada masa persidangan ini, BPUPKI membahas rancangan undang-undang dasar. Untuk itu, dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai Ir. Sukarno.
10.sistem presidensil Dari sini kita bisa melihat bahwa perbedaan paling mendasar dari sistem
Presidensial dengan sistem Parlementer terletak pada model kepemimpinan, pola pembagian
kekuasaan dan sistem penjatuhan kepala pemerintahan.
Pada pola kepemimpinan, jabatan sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan dalam sistem
presidensial berada pada tangan presiden. Artinya, dalam sistem Presidensial, Presiden adalah
jabatan kepala Negara yang juga merangkap sebagai kepala pemerintahan. Sedangkan dalam sistem
Parlementer, kepala Negara adalah jabatan yang berbeda dengan terpisah dengan kepala
pemerintahan.
Keterpisahan posisi kepala Negara dengan kepala pemerintahan dalam sistem parlementer adalah
konsekuensi logis dari penyatuan dua cabang kekuasaan, yaitu eksekutif dan legislatif pada sistem
pemerintahannya. Hal ini mengartikan bahwa dalam sistem pemerintahan Parlementer, kepala
Negara adalah representasi dari parlemen. Ini kemudian menempatkan posisi kepala pemerintahan
sebagai perpanjangan tangan parlemen dalam pemerintahan.
Kita bisa melihat hal ini dengan jelas pada Negara dengan bentuk pemerintahan Monarki dan sistem
pemerintahan parlementer seperti Inggris. Dimana kepala Negara adalah Raja, sedangkan kepala
pemerintahan ada di tangan Perdana Menteri. Sedangkan pada Negara dengan bentuk pemerintahan
Republik dan Sistem Pemerintahan Parelementer seperti Singapura, Kepala Negara berada di
datangan seorang Presiden, sedangkan Kepala Pemerintahan berada di tangan seorang Perdana
Menteri.
Dari sini kita bisa melihat bahwa perbedaan paling mendasar dari sistem Presidensial dengan sistem
Parlementer terletak pada model kepemimpinan, pola pembagian kekuasaan dan sistem penjatuhan
kepala pemerintahan.
Pada pola kepemimpinan, jabatan sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan dalam sistem
presidensial berada pada tangan presiden. Artinya, dalam sistem Presidensial, Presiden adalah
jabatan kepala Negara yang juga merangkap sebagai kepala pemerintahan. Sedangkan dalam sistem
Parlementer, kepala Negara adalah jabatan yang berbeda dengan terpisah dengan kepala
pemerintahan.
Keterpisahan posisi kepala Negara dengan kepala pemerintahan dalam sistem parlementer adalah
konsekuensi logis dari penyatuan dua cabang kekuasaan, yaitu eksekutif dan legislatif pada sistem
pemerintahannya. Hal ini mengartikan bahwa dalam sistem pemerintahan Parlementer, kepala
Negara adalah representasi dari parlemen. Ini kemudian menempatkan posisi kepala pemerintahan
sebagai perpanjangan tangan parlemen dalam pemerintahan.
Kita bisa melihat hal ini dengan jelas pada Negara dengan bentuk pemerintahan Monarki dan sistem
pemerintahan parlementer seperti Inggris. Dimana kepala Negara adalah Raja, sedangkan kepala
pemerintahan ada di tangan Perdana Menteri. Sedangkan pada Negara dengan bentuk pemerintahan
Republik dan Sistem Pemerintahan Parelementer seperti Singapura, Kepala Negara berada di
datangan seorang Presiden, sedangkan Kepala Pemerintahan berada di tangan seorang Perdana
Menteri.
1. 11.trigatra : batas wilayah : b. Batas Wilayah1). Sebelah Utara berbatasan dengan Kel.Gt. Manggis
2). Sebelah Timur berbatasan dengan Kel.Bangkal
3). Sebelah Selatan berbatasan dengan Kel.Bangkal
4). Sebelah Barat berbatasan dengan Kel.Gt.Manggis
Sumber daya nya: 3. Sumber Daya Alam
a. Potensi Kekayaan Alam
1) Flora dan Fauna
a) Flora
Di Kelurahan Palam Kecamatan cempaka terdapat tumbuh – tumbuhan jenis kayu tropis antara lain jenis Galam dan kayu aksia.dan bekas tambang Galuh Cempaka ada Reklamasi jenis bahan minyak kayu putih.
b) Fauna
Diwilayah Kelurahan Palam Kecamatan cempaka terdapat beberapa spesies seperti halnya dihutan tropis lain diwilayah Kota banjarbru
2) Pertambangan / mineral.
Sumber daya pertambangan / mineral yang terdapat di Kelurahan Palam adalah terdapat Perusahaan Tambang Intan,PT.galuh Cempaka akan tetapi tidak operasi selain itu ada pendulangan tradisional Intan
3). Perkebunan
Perkebunan Buah Naga yang berada di Kelurahan Palam kecamatan cempaka adalah sebagai berikut :
NO NAMA PERUSAHAAN LOKASI ALAMAT
PT.PKS (Pancuran kaapit sendang)
Kelurahan PalamKelurahan Palam
4). Kehutanan.
Wilayah Kelurahan Palam Kecamatan cempaka tidak terdapat hutan.
5). Perindustrian
Untuk bidang perindustrian di Kelurahan Palam Kecamatan cempaka dapat dilihat adanya
NO NAMA PERUSAHAAN LOKASI ALAMAT
1. PT. PKS Kelurahan PalamKelurahan Palam
6). Peternakan.
Populasi peternak sapi, kambing ayam ras dan ayam buras di Kelurahan Palam Kecamatan cempaka menunjukan peningkatan namun dibandingkan dengan kebutuhan warga masyarakat akan daging masih belum mencukupi sehingga didatangkan dari luar daerah. Perkembangan ternak sapi yang dikelola oleh masyarakat maupun kelompok tani masih dilakukan hal itu karena potensi wilayah yang menyediakan makanan bagi ternak yang cukup melimpah.
1. c. jumlH PENDUDUK : Jumlah dan komposisi penduduk2. Jumlah penduduk Kelurahan Palam Kecamatan cempaka berdasarkan
hasil pendataan terakhir tahun 2013 sebanyak 3.479 Jiwa
12.PANCAGATRA : IDEOLOGI : Pancagatra adalah aspek-aspek kehidupan nasional
yang menyangkut kehidupan dan pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat dan
bernegara dengan ikatan-ikatan, aturan-aturan dan norma-norma tertentu.
Aspek-aspek pancagatra meliputi :
1. Ideologi
2. Politik
3. Ekonomi
4. Sosial budaya
5. Pertahanan keamanan
Ideologi
Ideologi adalah serangkaian nilai yang tersusun secara sistematis dan merupakan
kebulatan ajaran atau doktrin yang dijadikan dasar serta member arah dan tujuan yang
ingin dicapai di dalam kelangsungan hidup bangsa dan negara.
PolitikPolitik diartikan sebagai asas, haluan dan kebijaksanaan yang digunakan untuk mencapai
tujuan, dan oleh kekuasaan karena itu masalah politik selalu dihubungkan dengan
masalah kekuasaan dalam suatu negara yang berada di tangan pemerintah.Pemerintah
akan menentukan sistem politik yang tepat untuk dilaksanakan dalam rangka mencapai
tujuan nasionalnya.
EkonomiEkonomi yang dijalankan oleh suatu Negara merupakan kekuatan nasional Negara yang
bersangkutan terlebih di era global sekarang ini. Bidang ekonomi berperan langsung
dalam upaya pemberian dan distribusi kebutuhan warga Negara.
Sosial BudayaUnsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional suatu Negara. Hal-hal
yang dialami sebuah bangsa yang homogen tentu saja akan berbeda dengan yang
dihadapi bangsa yang heterogen (plural) dari segi sosial budaya masyarakatnya.
Pertahanan KeamananPertahanan keamanan (Hankam) adalah upaya rakyat semesta dengan angkatan
bersenjata TNI/POLRI sebagai intinya mempertahankan dan mengamankan bangsa dan
Negara serta hasil perjuangannya. Pertahanan keamanan adalah merupakan salah satu
fungsi pemerintahan dalam menegakkan ketahanan nasional dengan tujuan untuk
mencapai keamanan bangsa dan Negara serta hasil perjuangannya.