identifikasi potensi ekosistem mangrove sebagai …

35
i IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI PENUNJANG EKOWISATA DI PULAU TANAKEKE, KEPULAUAN TANAKEKE, KABUPATEN TAKALAR OLEH : AINUM MUTMAINNAH M111 11 012 FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

i

IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI

PENUNJANG EKOWISATA DI PULAU TANAKEKE, KEPULAUAN

TANAKEKE, KABUPATEN TAKALAR

OLEH :

AINUM MUTMAINNAH

M111 11 012

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

Page 2: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

ii

Page 3: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

iii

ABSTRAK

Ainum Mutmainnah (M111 11 012). Identifikasi Potensi Ekosistem

Mangrove Sebagai Penunjang Ekowisata di Pulau Tanakeke, Kepulauan

Tanakeke, Kabupaten Takalar, di bawah bimbingan Amran Achmad dan

Asrianny.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi ekosistem

mangrove di Pulau Tanakeke sebagai penunjang ekowisata. Variabel yang diamati

meliputi daya tarik wisata berupa potensi keanekaragaman vegetasi dan potensi

keragaman jenis fauna yang ada di hutan mangrove Pulau Tanakeke. Dalam

penelitian ini pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan informasi yang

lengkap berkaitan dengan faktor yang berpengaruh dalam pemilihan lokasi yang

mempunyai potensi ekowisata di lokasi ekosistem mangrove. Plot yang dibuat

berjumlah 6 plot berukuran 10x10 m untuk pengambilan data vegetasi dan

pengambilan data fauna (ikan, crustaceae, molusca, reptil, mamalia, dan amfibi)

khusus pengambilan data fauna burung di buat 2 transek. Pemilihan plot

dilakukan dengan tekhnik sampel secara purposif didasarkan pada kemudahan

akses dan keterwakilan komunitas vegetasi mangrove di Pulau Tanakeke.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi vegetasi hutan mangrove

berdasarkan komposisi jenis mangrove yang ditemukan adalah 13 jenis yang

terdiri dari dua belas mangrove sejati (true mangrove) dan satu jenis tumbuhan

yang berasosiasi dengan mangrove. Hutan mangrove Pulau Tanakeke juga

memiliki potensi fauna seperti burung, dari 13 jenis burung yang ditemukan 8

diantaranya adalah burung yang di lindungi di Indonesia. Adapun fauna lainnya

yaitu reptil, moluska, crustace dan ikan dapat memberi nilai edukatif

(pendidikan) kepada pengunjung yang datang untuk menikmati keindahan di

kawasan ekosistem mangrove Pulau Tanakeke. Sehingga, secara ekologi hutan

mangrove di Pulau Tanakeke berpotensi untuk dijadikan kawasan ekowisata

berbasiskan pendidikan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan

kepedulian wisatawan dan masyarakat terhadap pentingnya pelestarian

lingkungan ekosistem mangrove.

Kata Kunci: Ekosistem Mangrove, Ekowisata, Ekowisata Mangrove, Pulau

Tanakeke.

Page 4: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur penulis hanturkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penelitian dan penyusunan

skripsi dengan judul “Identifikasi Potensi Ekosistem Mangrove Sebagai

Penunjang Ekowisata di Pulau Tanakeke, Kepulauan Tanakeke, Kabupaten

Takalar” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas

Kehutanan Universitas Hasanuddin.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak

mendapat kesulitan dan hambatan namun berkat bantuan dan petunjuk dari

berbagai pihak, maka skripsi ini tidak akan selesai dengan baik. Untuk itu, penulis

menghaturkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada bapak Prof.Dr.Ir. Amran

Achmad, M.Sc dan ibu Asrianny, S.Hut.,M.Si. selaku pembimbing yang dengan

sabar telah mencurahkan tenaga, waktu dan pikiran dalam mengarahkan dan

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT

senantiasa memberikan limpahan berkah dan hidayah-Nya kepada beliau berdua.

Kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan

penghargaan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Ngakan Putu Oka, M.Sc, ibu Dr. Risma Illa Maulany,

S.Hut.,M.Nat.resSt, dan ibu Dr. A. Detti Yunianti, S.Hut.,M.P selaku

penguji yang telah memberikan saran, bantuan dan kritik guna perbaikan

skripsi ini.

Page 5: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

v

2. Staf pengajar Bapak/Ibu dosen beserta staf tata usaha Fakultas

Kehutanan Unhas yang telah banyak memberikan pengetahuan dan

bimbingan selama penulis menempuh pendidikan.

3. Bapak Camat Mappakasungguh H. Syafaruddin, S.IP, bapak Kepala desa

Tompotana Tajuddin Daeng Ngerang dan Keluarga yang telah membantu

penulis selama berada di lokasi penelitian.

4. Saudaraku Ashari Pramiarto, Paska Linus, A.Tenri Padauleng, Edi

Suroyo, dan Jurais yang sudah menyempatkan waktunya menemani

melakukan penelitian.

5. Saudari-saudariku A. Dina Diana, Anita Nurul Hikmah, Resly Ayu ningsih,

Dessy Anggreani Munarsih, Dian Fajar Indrasari, Gita Rizky Rehan,

Rezky Ayu Lestari, Tita Rahayu Arif, Ebi, Andi Vika Faradiba,

Nurmalasari Syamsul, Indri Wahyuni, Ria Oktaviani, Suriani, dan Lilis

Karlina atas semua dukungan, semangat dan kekeluargaanya selama ini.

6. Keluarga kecil Laboratorium Konservasi Sumber Daya Hutan dan

Ekowisata, khususnya Divrilia Anugrah Perdana, Isfa isya, Forensia Ella

Palandi, Mentari Aurellia, Nurul Amaliah, Zulkifli Nurdin, Muh. Rezki

Mainaki, Waafiah, Zukran terima kasih atas bantuan, semangat dan canda

tawa yang diberikan kepada penulis.

7. Teman-teman Angkatan 2011 (Purba) dan senior-senior Kehutanan,

terima kasih atas bantuan, kebersamaan, dan semangatnya kepada penulis

selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Kehutanan Universitas

Hasanuddin.

Page 6: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

vi

8. Kanda-kanda dan teman-teman terbaik Keluarga Mahasiswa Kehutanan

Sylva Indonesia (PC.) Universitas Hasanuddin dan Biro Khusus Belantara

Kreatif SI-UH khususnya Talenta 11 terima kasih atas pengetahuan,

kebersamaan, pengalaman, dan kekeluargaan selama penulis berada di fakultas

kehutanan Universitas Hasanuddin.

9. Saudara seperjuangan KKN UH Gel. 37 Desa Cakkela, Nur Wachida

Cinitya Lestari, Arini, Anti, A.Kaisar Alrian, Hamri, dan Achmad

Ritauddin terima kasih selalu mendukung, canda tawanya, dan

kebersamaannya.

Ucapan terkhusus penulis haturkan rasa hormat dan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada keluarga, ibunda Sitti Nurbaya, S.Sos. dan Ayahanda

Ismail atas doa, kasih sayang, kerja keras, motivasi, semangat dan bimbingannya

dalam mendidik dan membesarkan penulis sehingga tugas akhir ini dapat

diselesaikan, serta saudara-saudaraku tersayang Prada Nurul Maulana, Ummul

Maemanah, dan Raodah Tul Jannah atas semangat dan dukungan yang

diberikan kepada penulis. Untuk kakek dan nenek yang penulis sayangi, Drs.

H.Muji Sutopo dan Hj.Marhana, S.H atas segala kasih sayang, doa, dan

dukungan yang diberikan sampai saat ini. Tak lupa ucapan terima kasih pada

sahabat dan kerabat lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas segala

motivasi, inspirasi, saran, dan kritik yang diberikan kepada penulis hingga

akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

Page 7: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

vii

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

untuk penyempurnaan skripsi ini, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang membutuhkan.

Makassar, November 2015

Penulis

Page 8: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................ ii

ABSTRAK .......................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................ iv

DAFTAR ISI....................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .............................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xiii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................... 1

B. Tujuan dan Kegunaan ............................................................ 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekosistem Mangrove ............................................................ 4

B. Ekowisata.............................................................................. 16

C. Ekowisata Mangrove ............................................................ 19

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................ 23

B. Alat dan Bahan ..................................................................... 24

C. Variabel yang Diamati.......................................................... 25

D. Prosedur Penelitian ............................................................... 25

1. Tahap awal/Persiapan. ........................................................... 25

Page 9: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

ix

2. Observasi Awal............................................................... 26

3. Pengambilan Data Lapangan........................................... 26

E. Analisis Data......................................................................... 29

1. Pengolahan Data Vegetasi .............................................. 29

2. Pengolahan Data Fauna .................................................. 31

IV. KEADAAN UMUM LOKASI

A. Letak dan Luas...................................................................... 32

B. Topografi .............................................................................. 33

C. Iklim....................................................................................... 34

D. Kecepatan Angin.................................................................... 35

E. Penduduk............................................................................... 37

F. Kawasan Konservasi Mangrove Pulau Tanakeke.................. 38

G. Vegetasi................................................................................. 39

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Potensi Vegetasi Hutan Mangrove ....................................... 40

1. Komposisi Jenis Vegetasi Mangrove ............................. 43

2. Indeks Ekologi Vegetasi Mangrove ............................... 45

3. Indeks Nilai Penting ....................................................... 46

B. Potensi Fauna Ekosistem Mangrove..................................... 48

1. Jenis Burung .......................................................................... 48

2. Jenis Crustaceae ..................................................................... 53

3. Jenis Ikan. .............................................................................. 54

4. Jenis Molusca ........................................................................ 55

Page 10: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

x

5. Jenis Reptil...................................................................... 56

6. Jenis Anggrek.................................................................. 56

C. Potensi Mangrove Sebagai Penunjang Ekowisata................. 57

D. Rekomendasi Jenis Kegiatan Ekowisata Mangrove.............. 60

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................... 62

B. Saran ..................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 64

LAMPIRAN........................................................................................ 67

Page 11: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

xi

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 1 Indeks Keanekaragaman Jenis................................................ 21

Tabel 2 Model tally sheet Dengan Menggunakan Metode Transek Garis 23

Tabel 3 Rata-Rata Jumlah Hujan dan Curah Hujan Setiap Bulan

di Kecamatan Mappakasunggu 2013...................................... 35

Tabel 4 Presentase Frekuensi Kejadian Angin (%) tahun 2006-2010. 36

Tabel 5 Rumah Tangga Menurut Mata Pencaharian Pokok Tiap Desa/

Kelurahan di Kecamatan Mappakasunggu Tahun 2014......... 37

Tabel 6 Jenis dan Jumlah Jenis Vegetasi Mangrove Dalam Plot

Pengamatan Pulau Tanakeke .................................................. 40

Tabel 7 Hasil Pengukuran Indeks Nilai Penting (INP)........................ 46

Tabel 8 Jumlah Keseluruhan Jenis Burung yang Dijumpai pada Tiap

Transek Pengambilan Data di Pulau Tanakeke ...................... 49

Tabel 9 Indeks Ekologi Pada Tiap Transek di Pulau Tanakeke .......... 49

Tabel 10 Nama Jenis Ikan yang Ditemukan Pada Plot Pengamatan ..... 54

Page 12: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

xii

DAFTAR GAMBAR

No.

Judul

Halaman

Gambar 1

Salah Satu Tipe Zonasi Hutan Mangrove di Indonesia

(Bengen, 20004) ................................................................

8

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian ....................................................... 23

Gambar 3

Bentuk Transek Garis Pengamatan ...................................

28

Gambar 4

Indeks Ekologi Vegetasi Mangrove Pulau Tanakeke .......

36

Gambar 5

Jenis Crustacea Hutan Mangrove Pulau Tanakeke ...........

37

Gambar 6

Jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Mangrove.........

38

Page 13: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Judul

Halaman

Lampiran 1

Komposisi Jenis Vegetasi Mangrove Pulau Tanakeke ......

67

Lampiran 2

Jenis Mangrove yang ditemukan di Pulau Tanakeke.........

68

Lampiran 3

Jenis Fauna di Hutan Mnagrove Pulau Tanakeke..............

70

Lampiran 4

Kegiatan Wisata di Hutan Mangrove Pulau Tanakeke......

73

Lampiran 5

Contoh Leaflet Ekowisata Mangrove Pulau Tanakeke......

74

Page 14: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang sangat unik karena

merupakan perpaduan antara ekosistem darat dan ekosistem perairan. Mangrove

juga termasuk sumberdaya alam pesisir yang menyimpan berbagai jenis potensi

yang perlu di kembangkan (Bengen, 2004).

Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove memiliki fungsi

ekologis, fungsi sosial dan ekonomi, serta fungsi fisik (Junaidi, 2009). Secara

ekologis, hutan mangrove dapat menjamin terpeliharanya lingkungan fisik, seperti

penahan ombak, angin dan intrusi air laut, serta merupakan tempat

perkembangbiakan serta proses pemijahan bagi berbagai jenis kehidupan laut

seperti ikan, udang, kepiting, kerang, siput, dan hewan jenis lainnya. Disamping

itu, hutan mangrove juga merupakan tempat habitat kehidupan satwa liar seperti

monyet, ular, biawak, dan burung. Adapun arti penting hutan mangrove dari aspek

sosial ekonomis adalah aktifitas masyarakat yang memanfaatkan hutan mangrove

untuk mencari kayu. Dari segi fisik, ekosistem mangrove dapat dijadikan sebagai

tempat wisata alam yang sangat potensial, maka dari itu hutan mangrove sangat

penting untuk dijaga dan dilestarikan demi terciptanya keseimbangan lingkungan.

Persebaran mangrove di Indonesia adalah sekitar 38 spesies yang tumbuh

dan tersebar pada beberapa daerah, seperti Aceh, Riau, Jawa, Sulawesi,

Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya (Supriharyono, 2000).

Khususnya di Sulawesi Selatan luas hutan mangrove menurut Departemen

Kehutanan (2006) adalah 28.978 ha. Sedangkan luas mangrove di Pulau Tanakeke

Page 15: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

2

Kabupaten Takalar adalah 762,02 Ha dengan penyebaran jenisnya antara lain

Rhizophora sp., Rhizophora stylosa, Sonneratia alba dan Avicennia marina

(Prasad, 2007).

Salah satu permasalahan yang saat ini sangat mengancam keberadaan

hutan mangrove di Pulau Tanakeke ialah terjadinya pengeksploitasian besar-

besaran oleh masyarakat seperti dilakukannya pembabatan terhadap hutan

mangrove untuk dijadikan tambak, lahan pertanian, pengambilan kayu mangrove

untuk pembuatan arang, kayu bakar, bahan bangunan dan yang paling mengancam

keberadaan ekosistem ini yaitu pembukaan lahan baru untuk dijadikan

pemukiman penduduk (Restoring Coastal Livelihood, 2014).

Permasalahan seperti yang disebutkan di atas membuat perubahan yang

terjadi terhadap pesisir pantai yang ada di Pulau Tanakeke, dan telah

mengorbankan sebagian besar kawasan mangrove sehingga banyak areal

mangrove yang tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya, contohnya rusaknya

ekosistem mangrove dan terjadinya abrasi pantai.

Apabila hal ini dibiarkan terus, maka kerusakan yang terjadi pada hutan

mangrove di pulau tersebut akan membawa dampak yang besar bagi

keberlangsungan ekosistem pulau tersebut di masa yang akan datang. Dengan

demikian, maka perlu dipikirkan strategi untuk menahan laju kerusakan dan

mengembalikan fungsi dari keberadaan hutan mangrove yang tersisa dengan

melakukan upaya konservasi.

Salah satu usaha konservasi adalah memanfaatkan hutan mangrove untuk

tujuan ekowisata dengan melibatkan masyarakat setempat, sehingga kegiatan

Page 16: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

3

ekowisata tersebut dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Hal ini akan

meningkatkan kesadaran masyarakat atau pengunjung untuk menjaga ekosistem

mangrove. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dipandang perlu untuk

melakukan identifikasi potensi ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke untuk

tujuan pengembangan kegiatan ekowisata di tempat tersebut.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi potensi ekosistem mangrove

di Pulau Tanakeke sebagai penunjang ekowisata.

Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

ilmiah bagi pemerintah, lembaga-lembaga profit dan non profit, masyarakat

umum, wisatawan dan pelaku ekowisata untuk melakukan kegiatan ekowisata,

serta menjadi bahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan ekowisata dan bagi tempat lainnya yang memiliki potensi

pengembangan ekowisata.

Page 17: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekosistem Mangrove

1. Deskripsi mangrove

Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang mem iliki fungsi istimewa

yang di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa

pantai dengan reaksi tanah anaerob. Secara ringkas hutan mangrove dapat

didefenisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut

(terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang

dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas terkadang tumbuhannya

bertoleransi terhadap garam (Santono, dkk. 2005).

Ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme

(tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan lingkungannya di dalam suatu

habitat mangrove. Mangrove merupakan ekosistem yang unik karena merupakan

perpaduan antara ekosistem darat dan ekosistem perairan. Hutan mangrove

mempunyai peranan yang sangat penting terutama bagi kehidupan masyarakat

sekitarnya dengan memanfaatkan produksi yang ada di dalamnya, baik

sumberdaya kayunya maupun sumberdaya biota air (udang, kepiting, ikan) yang

biasanya hidup dan berkembang biak di hutan mangrove (Santono, dkk. 2005).

Hutan bakau atau mangal merupakan sebutan umum yang digunakan

untuk menggambarkan komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa

spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan

untuk tumbuh dalam perairan yang asin. Sebutan bakau ditujukan untuk semua

Page 18: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

5

individu tumbuhan, sedangkan mangal ditunjukan bagi seluruh komunitas atau

asosiasi yang didominasi oleh tumbuhan ini. Hutan mangrove adalah hutan yang

berkembang baik di daerah pantai yang berair tenang dan terlindung dari

hempasan ombak, serta eksistensinya selalu dipengaruhi oleh pasang surut dan

aliran sungai. Defenisi lain hutan mangrove adalah suatu kelompok tumbuhan

terdiri atas berbagai macam jenis dari suku yang berbeda, namun memiliki daya

adaptasi morfologi dan fisiologis yang sama terhadap habitat yang selalu

dipengaruhi oleh pasang surut (Nybakken,1992).

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang

didominasi oleh beberapa jenis mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang

pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2004).

Menurut Bengen (2004), ciri-ciri hutan mangrove sebagai berikut :

a. Umumnya tumbuh pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur,

berlempung, dan berpasir.

b. Daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun yang

hanya tergenang pada saat pasang purnama.

c. Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat.

d. Terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat.

e. Air yang bersalinitas payau (2-22 per mil) hingga asin (mencapai 38 per mil)

Vegetasi mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang

tinggi, dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis yang 89 di antaranya

adalah jenis pohon. Mangrove di Indonesia terbagi ke dalam empat family yaitu

Page 19: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

6

Rhizophoraceae (Rhizophora, Bruguiera dan Ceriops), Soneraticeae (Sonneratia),

Aviceniaceae (Avicennia) dan Meliaceae (Xylocarpus) (Bengen, 2001).

2. Jenis Mangrove

Hutan mangrove meliputi pohon-pohonan dan semak yang terdiri dari 12

genera tumbuhan berbunga (Avicennia sp., Sonneratia sp., Rhizophora sp.,

Bruguerasp., Ceriops sp., Xylocarpus sp., Lumnitzera sp., Aegiceras sp.,

Aegiatilis sp., Snaeda sp., Conocarpus sp.) yang termasuk ke dalam delapan

famili (Bengen,2001).

Sejauh ini di Indonesia tercatat setidaknya 202 jenis tumbuhan mangrove,

meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44

jenis efipit, dan 1 jenis paku. Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis (diantaranya 33

jenis pohon dan beberapa jenis perdu) ditemukan sebagai mangrove sejati (true

mangrove), sementara jenis lain ditemukan sekitar mangrove yang dikenal sebagai

jenis mangrove ikutan (asociateasociate) (Noor, dkk. 1999).

Tomlinson (1984), membagi flora mangrove menjadi tiga kelompok,

antara lain :

1. Flora mangrove sejati (Flora mangrove sebenarnya), yakni flora yang hanya

tumbuh di habitat mangrove, berkemampuan membentuk tegakan murni dan

secara dominan mencirikan struktur komunitas, secara morfologi mempunyai

bentuk-bentuk adaptasi khusus (bentuk akar nafas/udara dan viviparitas)

terhadap llingkungan mangrove, dan mempunyai mekanisme fisiologi dalam

mengontrol garam (mengeluarkan garam untuk menyesuaikan diri dengan

Page 20: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

7

lingkungan). Contohnya adalah jenis-jenis dari genus Avicennia, Rhizophora,

Bruguiera, Ceriops, Kandelia, Sonneratia, Lumnitzera dan Nypa.

2. Flora mangrove penunjang (minor), yakni flora mangrove yang tidak mampu

membentuk tegakan murni, sehingga secara morfologis tidak berperan

dominan dalam struktur komunitas, contohnya adalah dari jenis-jenis dari

genus Excoecaria, Xylocarpus, Phempis, Osbornia, dan Pelliciera.

3. Tumbuhan asosiasi mangrove, yakni flora yang berasosiasi dengan tumbuhan

mangrove sejati dan merupakan vegetasi penunjang, contohnya adalah jenis-

jenis dari genus Cerbera, Acantus, Derris, Hibiscus, Calamus, dan lain-lain.

3. Karakteristik dan Zonasi Hutan Mangrove

Mangrove tumbuh optimal di wilayah pesisir yang memilliki muara sungai

yang besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur. Di wilayah

pesisir yang tidak bermuara sungai, pertumbuhan vegetasi mangrove tidak

optimal. Mangrove sulit tumbuh di wilayah pesisir yang terjal dan berombak besar

dengan arus pasang surut kuat karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya

pengendapan lumpur yang diperlukan sebagai substrat bagi pertumbuhannya

(Dahuri,1996).

Salah satu tipe zonasi hutan mangrove di Indonesia seperti ditunjukkan

pada Gambar 1, yaitu daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak

berpasir, sering ditumbuhi oleh Avicennia spp. Pada zona ini biasa berasosiasi

dengan Sonneratia spp yang dominan tumbuh pada lumpur yang dalam yang agak

kaya dengan bahan organik. Lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya

Page 21: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

8

didominasi oleh Rhizophora spp, di zona ini juga dijumpai Bruguiera sp dan

Xylocarpus sp. Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera sp. Zona transisi

antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah biasa ditumbuhi oleh Nypa

fruticans dan beberpa spesies palem lainnya (Bengen, 2004).

Gambar 1. Salah satu tipe zonasi hutan mangrove di Indonesia (Bengen, 2004)

4. Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove

Menurut Davis, dkk.(1995) dalam FPPB (2009), hutan mangrove memiliki

fungsi dan manfaat sebagai berikut :

a. Habitat satwa langka

Hutan mangrove sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100

jenis burung hidup disini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan

mangrove merupakan tempat ribuan burung pantai migran, termasuk jenis burung

langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus).

b. Pelindung terhadap bencana alam

Vegetasi hutan mangrove dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian

atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam

melalui proses filtrasi.

Page 22: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

9

c. Pengendapan lumpur

Sifat fisik tanaman pada hutan mangrove membantu proses pengendapan

lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan

unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel

lumpur. Dengan hutan mangrove, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur

erosi.

d. Penambah unsur hara

Sifat fisik hutan mangrove cenderung memperlambat aliran air dan terjadi

pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang

berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.

e. Penambat racun

Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat

pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah

air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan mangrove bahkan membantu proses

penambatan racun secara aktif.

f. Sumber alam dalam kawasan (in-situ) dan luar kawasan (ex-situ)

Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau

meniral yang dapat dimanfaatkan secara langsung di dalam kawasan. Sedangkan

sumber alam ex-situ meliputi produk-produk alamiah di hutan mangrove dan

terangkut/berpindah ke tempat lain yang kemudian digunakan oleh masyarakat di

daerah tersebut, menjadi sumber makanan bagi organisme lain atau menyediakan

fungsi lain seperti menambah luas pantai karena pemindahan pasir dan lumpur.

Page 23: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

10

g. Transportasi

Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara

yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.

h. Sumber plasma nutfah

Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi

perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untuk memelihara populasi

kehidupan liar itu sendiri.

i. Rekreasi dan pariwisata

Hutan mangrove memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun

dari kehidupan yang ada didalamnya. Hutan mangrove yang telah dikembangkan

menjadi obyek wista alam lain di Sinjai (Sulawesi Selatan), Muara Angke (DKI),

Denpasar (Bali), Blanakan dan Cikeong (Jawa Barat), Cilacap (Jawa Tengah).

Hutan mangrove memberikan obyek wisata yang berbeda dengan obyek wisata

lainnya. Karakteristik hutannya yang berada di peralihan antara darat dan laut

mempunyai keunikan dalam beberapa hal. Para wisatawan juga memperoleh

pelajaran tentang lingkungan langsung dari alam.

j. Sarana Pendidikan dan Penelitian

Upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi membutuhkan

laboratorium lapang yang baik untuk kegiatan penelitian dan pendidikan.

k. Memelihara proses-proses dan sistem alami

Hutan mangsove sangat tinggi perananya dalam mendukung

berlangsungnya proses-proses ekologi, geomorfologi, atau geologi di dalamnya.

Page 24: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

11

l. Penyerapan karbon

Proses fotosintesis mengubah karbon anorganik ( 𝑂2 ) menjadi karbon

organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini

membususk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai𝐶𝑂2. Akan tetapi

hutan mangrove justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak

membusuk. Karena itu, hutan mangrove lebih berfungsi sebagai penyerap karbon

dibanding dengan sumber karbon.

m. Memelihara iklim mikro

Evapotranspirasi hutan mangrove mampu menjaga kelembaban dan curah

hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan mikro terjaga.

n. Mencegah berkembangnya tanah sulfat masam

Keberadaan hutan mangrove dapat mencegah teroksidasinya lapisan pirit

dan menghalangi berkembangnya kondisi alam.

Secara garis besar manfaat hutan mangrove dapat dibagi dalam dua bagian

yaitu (Junaidi, 2009):

1. Fungsi ekonomis, yang terdiri atas :

a. Hasil berupa kayu (kayu kontruksi, kayu bakar, arang, serpihan kayu,

untuk bubur kayu, tiang/pancang)

b. Hasil bukan kayu, hasil hutan ikutan (non kayu) dan lahan (Ekowisata

dan lahan budi daya). Hasil hutan mangrove non kayu ini sampai

dengan sekarang belum banyak dikembangkan di Indonesia. Padahal

apabila dikaji dengan baik, potensi sumberdaya hutan mangrove non

Page 25: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

12

kayu di Indonesia sangat besar dan dapat mendukung pengelolaan

hutan mangrove secara berkelanjutan (Junaidi, 2009).

2. Fungsi Ekologi, yang terdiri atas berbagai fungsi perlindungan lingkungan

ekosistem daratan dan lautan maupun habitat berbagai jenis fauna,

diantaranya:

a. Sebagai proteksi dan abrasi/erosi, gelombang atau angin kencang.

b. Pengendalian instrusi air laut

c. Habitat berbagai jenis fauna

d. Sebagai tempat mencari, memijah dan berkembang biak berbagai jenis

ikan dan udang

e. Pembangunan lahan melalui proses sedimentasi

f. Pengontrol penyakit malaria

5. Fauna Hutan Mangrove

Menurut Bengen (2004), komunitas fauna hutan mangrove membentuk

percampuran antara dua kelompok yaitu :

a. Kelompok fauna daratan/terestial yang umumnya menempati bagian atas

pohon mangrove, tetrdiri atas: insekta, ular, primata, dan burung. Kelompok

ini tidak memiliki sifat adaptasi khusus untuk hidup di dalam hutan

mangrove, karena melewatkan sebagian besar hidupnya diluar jangkauan air

laut pada bagian pohon yang tinggi, meskipun mereka dapat mengumpulkan

makanannya berupa hewan lautan pada saat air surut.

Page 26: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

13

b. Kelompok fauna perairan/akuatik, terdiri atas dua tipe yaitu : yang hidup di

kolom air, terutama berbagai jenis ikan, dan udang; yang menempati substrat

baik keras (akar dan batang pohon mangrove maupun lunak (lumpur),

terutama kepiting, kerang dan berbagai jenis avertebrata lainnya. Komunitas

mangal bersifat unik, disebabkan luas vertical pohon, dimana organisme

daratan menempati bagian atas sedangakan hewan lautan menempati bagian

bawah (Nybakken, 1992).Biota-biota yang sering mengunjungi hutan

mangrove adalah dari vertebrata, seperti burung, amfibia, reptilia, dan

mamalia.

1) Burung

Hutan mangrove banyak disinggahi oleh beberapa jenis burung

migran. Gunawan (1995) dalam Tuwo (2011) menemukan 53 jenis

burung yang berada di hutan mangrove Arakan Wawontulap dan

Pulau Mantehage di Sulawesi Utara. Whitten, dkk. (1996) dalam

Tuwo (2011) menemukan beberapa jenis burung yang dilindungi yang

hidup pada hutan mangrove, yaitu pecuk ular (Anhinga anhinga

melanogaster), Bintayung (Freagata andrew-si) dan lain sebagainya.

2) Reptilia

Hutan mangrove merupakan tempat untuk mencari makan dan

berlindung dari beberapa reptil. Nirarita, dkk. (1996) dalam Tuwo

(2011) menemukan beberapa spesies yang sering dijumpai atau hidup

di mangrove adalah biawak (Varanus salvator), Ular belang (Boiga

dendrophila), Ular sanca (Phyton recitulatus), dan beberapa jenis ular

Page 27: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

14

air seperti Cerbera rhynchop, Archrochordus granulate dan Fordonia

leucobalia. Di ekosistem mangrove namyak ular yang menjadikannya

sebagai habitat utama; demikian pula kadal dan biawak yang

memakan insekta, ikan, kepiting dan kadang-kadang burung (Ng dan

Sivasothi (2001), dalam Yakup (2010)).

3) Mamalia

Hutan mangrove merupakan tempat untuk mencari makan dan

tempat untuk bergantung dari primata seperti kelelawar. Area hutan

mangrove yang terdapat di jawa dan kalimantan di temukan jenis

primate yaitu dari jenis primate Macaca fascularis, sedang di

Kalimantan adalah Nasalis larvatus yang langka dan endemik (SNM,

2003 dalam Yakup 2010).

4) Amfibia

Kawasan hutan mangrove jarang di temukan amfibi karena

mungkin berpengaruh akibat airnya yang asin dan kondisi kullit yang

tipis misalnya katak sehinggga kurang memungkinkan untuk hidup di

kawasan hutan mangrove. Nirarita (1996) dalam Tuwo (2011)

menemukan dua jenis katak yang ditemukan di hutan mangrove, yaitu

Rana canclifora dan R. Limnocharis.

5) Ikan

Hutan mangrove adalah tempat untuk mencari makan, pemijahan,

dan tempat asuhan bagi ikan. Ikan yang terdapat di area mangrove

kota Tarakan yang sering ditemukan pada daerah hutan mangrove

Page 28: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

15

yaitu alu-alu (Sphyraenasp.), sembilang (Plotosus sp.), bandeng,

baronang, kerapu lumpur, dan pepija (Wiharyanto, 2007).

6) Crustace.

Crustace menjadikan kawasan hutan mangrove sebagai tempat

tinggal, tempat memijah, tempat mengasuh dan mencari makan.

Crustace seperti remis, udang dan kepiting sangat melimpah di

ekosistem mangrove. Salah satu yang terkenal adalah kepiting lumpur

(Thalassina anomala) yang dapat membentuk gundukan tanah besar di

mulut liangnya, serta kepiting biola (Uca) yang salah satu cappitnya

sangat besar. Terdapat sekitar 60 spesies kepiting di ekosistem

mangrove. Kebanyakan memakan dedaunan, lainnya memakan alga

atau detritus di sedimen tanah dan membuang sisanya dalam

gumpalan-gumpalan pelet (Ng dan Sivasothi, (2001) dalam Yakup,

(2010)).

7) Moluska

Moluska merupakan invertebrate yang sering dijumpai pada hutan

mangrove, yaitu dari kelas gastropoda dan bivalvia. Moluska dari

kelas gastropoda di wakili oleh sejumlah siput, suatu kelompok yang

umum hidup pada akar dan batang pohon bakau (Littorinidae) dan

lainnya pada lumpur didasar akar mencakup sejumlah pemakan

detritus (Ellobiidae dan Potaminididae). Sedangkan jenis bivalvia

diwakili oleh tiram yang melekat pada akar bakau tempat mereka

membentuk biomassa yang nyata (Nybakken, 1992).

Page 29: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

16

B. Ekowisata

1. Pengertian Wisata

Menurut Undang-undang Nomor 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan,

wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang

dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan

daya tarik wisata.

Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang

mengandalkan jasa alam untuk kepuasan manusia. Kegiatan manusia untuk

kepentingan wisata dikenal juga dengan pariwisata (Yulianda, 2007). Wisata

merupakan perjalanan sementara seseorang ke tempat tertentu selain menuju

tempat kerja ataupun tempat tinggal (Mathienson dan Wall, 1982 dalam Guun,

1994).

Wisata alam adalah wisata ke tempat sumberdaya alam yang cenderung

belum dikembangkan. Wisata berkelanjutan adalah pengembangan dan

pengelolaan dari segala kegiatan wisata yang difokuskan pada pelestarian

sumberdaya alam (Ceballos-lascurain, 1996).

Kajian yang dilakukan Waller (2000) menunjukkan bahwa hubungan yang

harmonis antara wisata, keanekaragaman, bentang alam dan konservasinya dapat

terjadi dalam kehidupan manusia. Aktivitas wisata tersebut kemudian lebih

dikenal sebagai ekowisata atau ekotourisme.

Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan sebagai

berikut (Fandeli, 2000; META, 2002 dalam Yulianda, 2007):

Page 30: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

17

a. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada

pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.

b. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya

sebagai obyek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.

c. Ekowisata (Ecotourism, green tourism atau alternative tourism), merupakan

wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan

perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan.

2. Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah keluar rekreasi diluar domisili untuk melepas diri dari

perkerjaan rutin atau mencari suasana lain. Menurut Undang-undang No. 9 Tahun

1990 tentang kepariwisataan menyatakan Pariwisata sebagai segala sesuatu yang

berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik serta

usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Kepariwisataan mempunyai peranan

penting untuk memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan

kerja, mendorong pembangunan daerah, memperbesar pendapatan nasional dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta memupuk rasa

cinta tanah air, memperkaya kebudayaan nasional dan memantapkan

pembinaannya dalam memperkukuh jati diri bangsa (Damanik dan Weber, 2006).

Suswantoro (1997) dalam Utama (2009), menyatakan pariwisata

merupakan suatu proses kepergian sementara seseorang atau lebih menuju tempat

lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai

kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik,

Page 31: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

18

agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu,

menambah pengalaman ataupun sekedar untuk belajar.

3. Pengertian Ekowisata

Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam

yang alami maupun buatan yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan

sosial budaya. Ekowisata menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu;

keberlangsungan alam atau ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan secara

psikologi dapat diterima dalam kehidupan sosial masyarakat.jadi kegiatan

ekowisata secara langsung memberi akses kepada semua orang untuk mengetahui,

dan menikmati pengalaman alam, intelektual dan budaya masyarakat lokal.

Ekowisata memberikan kesempatan bagi para wisatawan untuk menikmati

keindahan alamdan budaya untuk mempelajari lebih jauh tentang pentingnya

berbagai ragam mahluk hidup yang ada di dalamnya dan budaya lokal yang

berkembang di kawasan tersebut. Kegiatan ekowisata dapat meningkatkan

pendapatan untuk pelestarian alam yang dijadikan wisata ekowisata dan

menghasillkan keuntungan ekonomi bagi kehidupan masyarakat yang berada di

daerah tersebut atau daerah setempat (Subadra, 2008).

Menurut Ceballos-lascurain (1996) ekowisata adalah suatu perjalanan ke

tempat-tempat alami yang belum terganggu yang bertanggung jawab terhadap

lingkungan untuk menikmati dan menghargai alam sedangkan menurut Wallace

and Piece (1996) dalam Bjork (2000) ekowisata adalah perjalanan ke tempat alami

yang belum terganggu untuk pendidikan atau sekedar menikmati flora, fauna,

Page 32: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

19

geologi dan ekosistem sebagaimana orang yang hidup berdampingan dengan alam

sehingga konservasi dan pengembangan berkelanjutan dapat terlaksana.

Sumberdaya ekowisata terdiri dari sumberdaya alam dan sumberdaya

manusia yang dapat diintegrasikan menjadi komponen terpadu bagi pemanfaatan

wisata bagian penting dari ekowisata adalah untuk merubah budaya dalam

kaitannya dengan lingkungan, seperti mempromosikan tentang daur ulang,

efisiensi energi dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk lokal

(Srinivas, 2005).

C. Ekowisata Mangrove

Kawasan hutan mangrove adalah salah satu kawasan pantai yang memiliki

keunikan dan kekhasan tersendiri, karena keberadaan ekosistem ini berada pada

muara sungai atau estuaria. Mangrove hanya tumbuh dan menyebar pada daerah

tropis dan subtropis dengan kekhasan organisme baik tumbuhan ataupun hewan

yang hidup dan berasosiasi di sana adalah tumbuhan khas perairan estuari yang

mampu beradaptasi pada kisaran salinitas yang cukup luas (Kasim, 2006).

Ekowisata saat ini menjadi salah satu pilihan dalam mempromosikan

lingkungan yang khas yang terjaga keasliannya sekaligus menjadi suatu kawasan

kunjungan wisata. Potensi yang ada adalah suatu konsep pengembangan

lingkungan yang berbasis pada pendekatan pemeliharaan dan konservasi alam,

mangrove sangat potensil bagi pengembangan ekowisata karena kondisi

mangrove yang sangat unik serta model wilayah yang dapat dikembangkan

sebagai sarana wisata dengan tetap menjaga keaslian hutan serta organisme yang

Page 33: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

20

hidup kawasan mangrove. Suatu kawasan akan bernilai lebih dan menjadi daya

tarik tersendiri bagi orang jika didalamnya terdapat suatu yang khas dan unik

untuk dilihat dan di rasakan. Ini menjadi kunci dari suatu pengembangan kawasan

wisata (Kasim, 2006).

Beberapa parameter lingkungan yang dijadikan sebagai potensi

pengembangan ekowisata mangrove adalah kerapatan jenis mangrove, spesies

mangrove, pasang surut dan jenis biota yang ada di dalam ekosistem mangrove.

1. Kerapatan Hutan Mangrove

Kerapatan jenis adalah total jumlah individu spesies per luas petak

pengamatan adalah jumlah plot yang diamati ada 10 buah, dengan luas masing-

masing plot 10 m x 10 m maka total seluruh petak pengamatan adalah 1000 m

(Fachrul, 2006).

2. Keanekaragaman jenis

Indeks keanekaragaman jenis (H’) menggambarkan keadaan populasi

organisme secara matematis untuk mempermudah dalam menganalisa informasi-

informasi jumlah individu masing-masing jenis dalam suatu komunitas. Suatu

komunitas dikatakan mempunyai keragaman jenis tinggi, jika kelimpahan masing-

masing jenis rendah jika hanya terdapat beberapa jenis yang melimpah (Ardi,

2002).

Indeks keanekaragaman mempunyai nilai terbesar jika semua individu

berasal dari genus atau spesies yang berbeda-beda, sedangkan nilai terkecil

didapat jika semua individu berasal dari satu genus atau satu spesies saja (Odum

1971). Adapun kategori indeks keanekaragaman jenis dapat di lihat pada table 1.

Page 34: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

21

Tabel 1. Indeks keanekaragaman jenis

Indeks keanekaragaman jenis Kategori

H’ < 2,0 Rendah

2,0 < H’ <2,0 Sedang

H’ > 3,0 Tinggi

3. Bentuk Kegiatan Wisata di Mangrove

Bentuk-bentuk kegiatan wisata yang dapat dilakukan di hutan mangrove

menurut Saputra (2012) yaitu :

a. Memancing (Fishing)

Kegiatan memancing dapat dilakukan di pinggiran hutan mangrove

maupun di dalam hutan mangrove, banyaknya jenis ikan juga merupakan nilai

tambah. Hasil tangkapan dapat diolah sendiri atau memanfaatkan masyarakat

yang bermukim di sekitar hutan mangrove.

b. Berkanopi / berperahu

Susur sungai dengan berperahu / berkanopi membelah hutan mangrove

akan memberikan pengalaman yang menyenangkan. Akan tetapi untuk menjaga

kelestarian lingkungan diperlukan kajian mengenai daya dukung lingkungan yang

ada di hutan mangrove dan sesuai dengan prinsip-prinsip ekowisata sehingga

tidak mengganggu keberadaan hutan mangrove dan kelestariannya.

c. Pengamatan burung (Bird watching)

Pengamatan burung dapat dilakukan di muara sungai dan di pata tegakan

mangrove. Waktu yang paling ideal untuk melakukan pengamatan yaitu pada pagi

hari saat burung keluar dari sarang untuk mencari makanan dan sore hari saat

Page 35: IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI …

22

burung kembali ke sarang. Atraksi burung dalam bertingksh laku juga sangat

menarik untuk di amati.

d. Menyusuri hutan mangrove (Mangrove walk)

Menyusuri hutan mangrove dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

berperahu dan berjalan kaki. Dengan berjalan kaki kita dapat menikmati sensasi

yang sangat menyenangkan, sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam

kegiatan ini adalah boardwalk dan pemandu wisata (guide tour).