identifikasi perubahan tingkat pengetahuan k3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa...

30
IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 MENGGUNAKAN SAFETY GAME TERHADAP PEKERJA INDUSTRI MEBEL KAYU JATI DI JEPARA LISTHIA DEWI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: dinhtuong

Post on 08-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3

MENGGUNAKAN SAFETY GAME TERHADAP PEKERJA

INDUSTRI MEBEL KAYU JATI DI JEPARA

LISTHIA DEWI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
Page 3: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Perubahan

Tingkat Pengetahuan K3 Menggunakan Safety Game terhadap Pekerja Industri

Mebel Kayu Jati di Jepara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Listhia Dewi

NIM E14090050

Page 4: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

ABSTRAK

LISTHIA DEWI. E14090050. Identifikasi Perubahan Tingkat Pengetahuan K3

Menggunakan Safety Game terhadap Pekerja Industri Mebel Kayu Jati di Jepara.

Dibimbing oleh EFI YULIATI YOVI.

Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu bentuk

perlindungan terhadap tenaga kerja. Lemahnya perlindungan K3 di sektor

kehutanan terutama bagi para pekerja industri mebel di Jepara dapat menimbulkan

resiko gangguan K3 yang tidak berkesudahan dan dalam jangka waktu panjang

dapat menjadi masalah bagi industri mebel di Jepara. Tingginya resiko gangguan

K3 terhadap pelaku industri skala kecil disebabkan oleh rendahnya tingkat

pengetahuan pekerja terhadap K3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kinerja safety game sebagai instrumen peningkatan pengetahuan K3

menggantikan metode penyuluhan konvensional. Penelitian ini dilakukan di

industri mebel skala kecil Desa Mulyoharjo Kabupaten Jepara terhadap 45 pekerja

pada bagian pembentukan kayu, pengamplasan dan finishing. Hasil penelitian

safety game dapat digunakan sebagai instrumen pembelajaran untuk

meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai K3 karena menunjukkan adanya

peningkatan pengetahuan. Perubahan tingkat pengetahuan antara sebelum dan

sesudah menggunakan safety game adalah signifikan, artinya safety game

memiliki kinerja yang baik.

Kata kunci: keselamatan dan kesehatan kerja, pekerja industri mebel, peningkatan

pengetahuan, safety game

ABSTRACT

LISTHIA DEWI. E14090050. Identification of the Change in Knowledge Level

of Industrial Workers on OSH Using Safety Game in Jepara Teak Furniture.

Supervised by EFI YULIATI YOVI.

Occupational Safety and Health (OSH) is one of the labor protection forms.

The implementation of OSH in the forestry sector, especially for furniture

industry workers in Jepara, is still weak, and this may pose a risk of never-ending

OSH disruption that can be problematic for the furniture industry in Jepara in the

long term. The high risk of OSH disruption in a small-scale industry was caused

by the low level of worker’s knowledge in OSH. The objective of this research

was to learn about a safety game performance as an instrument to improve

worker’s knowledge in OSH to replace the conventional method. The study was

conducted in a small-scale furniture industry in Mulyoharjo village of Jepara

regency involving 45 workers from wood shaping, sanding and finishing. Based

on the results, the safety games can be used as an instrument to improve worker’s

knowledge in OSH because showed an increase of knowledge. The change in the

level of knowledge before and after using the safety game was significant,

meaning that the safety game had a good performance.

Keywords: occupational safety and health, furniture industry workers, knowledge

increase, safety game

Page 5: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3

MENGGUNAKAN SAFETY GAME TERHADAP PEKERJA

INDUSTRI MEBEL KAYU JATI DI JEPARA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

LISTHIA DEWI

Page 6: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
Page 7: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

Judul Skripsi : Identifikasi Perubahan Tingkat Pengetahuan K3 Menggunakan

Safety Game terhadap Pekerja Industri Mebel Kayu Jati di Jepara

Nama : Listhia Dewi

NIM : E14090050

Disetujui oleh

Dosen Pembimbing

Dr. Efi Yuliati Yovi, S. Hut, M.Life.Env.Sc.

NIP. 19740724 199903 2 003

Diketahui oleh

Ketua Departemen Manajemen Hutan IPB

Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc. F

NIP. 19651010 199002 1 001

Tanggal Lulus:

Page 8: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 ini ialah

keselamatan dan kesehatan kerja, dengan judul Identifikasi Perubahan Tingkat

Pengetahuan K3 Menggunakan Safety Game terhadap Pekerja Industri Mebel

Kayu Jati di Jepara.

Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu Dr. Efi Yuliati Yovi, S. Hut,

M.Life.Env.Sc selaku dosen pembimbing, serta pihak lain yang telah membantu

selama pengumpulan data. Terima kasih kepada Departemen Manajemen Hutan

yang meliputi dosen-dosen, tata usaha dan lain-lain atas bantuannya selama

penulis menuntut ilmu. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah

(Yaya Aspiadi), ibu (Siti Komala), Christopher Hartono, Tita Widiastuti,

Ramayana, Laras Setiawati, Devina Rizki serta seluruh keluarga, atas segala doa

dan kasih sayangnya. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan penulis

memohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah

ini.

Bogor, Januari 2014

Listhia Dewi

Page 9: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Kerangka Pikir 2

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

METODE 4

Waktu dan Tempat Penelitian 4

Alat dan Bahan 4

Jenis dan Sumber Data 5

Metode Pengumpulan Data 5

Pengolahan dan Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Perubahan Tingkat Pengetahuan dan Uji Wilcoxon 9

Nilai Pengetahuan pada Setiap Perlakuan 17

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 19

Page 10: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

DAFTAR TABEL

1 Tetapan nilai untuk kuesioner self–assessment (SA) 6 2 Nilai konversi control–based assessment (CBA) 7 3 Pengelompokan tingkat pengetahuan 8 4 Hasil uji Wilcoxon perubahan tingkat pengetahuan (pre test–post test 1,

post test 1–post test 2, pre test–post test 2) pada self–assessment dan

control–based assessment 16

5 Nilai rata–rata total pengetahuan 17

6 Hasil uji Wilcoxon antara self–assessment dengan control–based

assessment 18

DAFTAR GAMBAR

1 Alur Kerangka Pikir 3 2 Safety Game 9 3 Tingkat pengetahuan rata–rata self–assessment berdasarkan kelompok 11 4 Tingkat pengetahuan rata–rata control–based assessment berdasarkan

kelompok 12 5 Tingkat pengetahuan rata–rata responden berdasarkan self–assessment

(penilaian pertopik) 13 6 Tingkat pengetahuan rata–rata responden berdasarkan control–based

assessment (penilaian pertopik) 14 7 Perubahan tingkat pengetahuan self–assessment dengan control–based

assessment 15

Page 11: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang penting

sebagai bentuk perlindungan terhadap tenaga kerja karena suatu pekerjaan tidak

lepas dari risiko kecelakaan kerja. Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan,

melainkan ada sebabnya. Menurut Suma’mur (1967) setiap kecelakaan adalah

kerugian, kerugian ini terlihat dari adanya dan besarnya biaya yang dikeluarkan.

Selain itu kecelakaan dapat mengurangi tingkat produktivitas bahkan juga dapat

menyebabkan kematian. Perlindungan terhadap K3 dapat menjamin keselamatan

dan kesehatan tenaga kerja sehingga tenaga kerja dapat bekerja lebih optimal,

memberikan kepuasan kepada perusahaan dan meningkatkan loyalitas pekerja

terhadap perusahaan. Pemerintah Indonesia menjamin bahwa memperoleh

perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hak pekerja atau buruh

yang tercantum dalam Undang–Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2, Undang–

Undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, serta Undang–Undang

No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Pasal 35 Ayat 3 dan Pasal 86.

Sebagai salah satu negara yang kaya akan hasil hutan maka sektor

kehutanan memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, baik

dalam menghasilkan pemasukan bagi negara maupun dalam menyediakan

lapangan kerja bagi masyarakat. Industri mebel merupakan salah satu industri

berbahan baku hasil kehutanan. Bahan baku yang digunakan berasal dari hasil

kayu hutan alam maupun hutan tanaman. Bidang pengolahan kayu seperti industri

kecil mebel kayu jati menjadi ladang kegiatan ekonomi dan sumber mata

pencaharian bagi penduduk khususnya di Jepara. Berdasarkan pengamatan

lapangan pada kurun waktu tahun 2009–2012 menunjukkan bahwa industri

pengolahan mebel dan penyedia bahan baku di Jepara pada umumnya belum

menjalankan prinsip–prinsip perlindungan K3 (Yovi et al. 2013). Keselamatan

dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja seringkali kurang mendapat perhatian dalam

industri kehutanan padahal tenaga kerja di industri membutuhkan perlindungan

K3 dalam kegiatan produksi. Lemahnya perlindungan K3 bagi tenaga kerja

industri dapat menimbulkan risiko gangguan K3 yang tidak berkesudahan dan

dalam jangka waktu panjang dapat menjadi masalah bagi industri mebel di Jepara.

Keselamatan kerja atau occupational safety, secara filosofi diartikan

sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan

baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja dalam usaha mencegah

kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Nugraha 2013).

Yovi (2007) menyebutkan bahwa pekerjaan di bidang kehutanan merupakan jenis

pekerjaan berbahaya yang memiliki berbagai kendala seperti lingkungan kerja

yang sulit, pekerjaan fisik yang berat (yang sering melebihi batas kapasitas kerja

pekerja hutan), dan risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Salah satu contoh risiko

pekerjaan di industri mebel yaitu adanya kegiatan penggunaan gergaji rantai yang

dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang

berpengaruh pada kondisi fisik pekerja dalam jangka panjang (timbulnya

cacat/kelainan) (Syakir 2011). Beberapa tenaga kerja industri mebel memiliki

pandangan yang cenderung pasif terhadap gangguan K3. Mereka cenderung

Page 12: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

2

menerima gangguan yang terjadi sebagai kewajaran yang harus diterima dan

mengabaikan gangguan tersebut. Tingginya risiko gangguan K3 terhadap pelaku

industri skala kecil disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan tenaga kerja

terhadap K3. Pengetahuan yang sangat tidak memadai terhadap aspek

perlindungan K3 serta keterampilan yang rendah dalam melakukan kegiatan

perlindungan K3 disebabkan oleh ketiadaan akses informasi dan ketiadaan

program pelatihan yang tepat (Yovi et al. 2013). Kondisi seperti ini dapat memicu

terjadinya kecelakaan kerja dalam pelaksanaan kegiatan produksi. Karena itu

diperlukan tenaga kerja dengan pengetahuan yang cukup dan keahlian khusus

untuk melakukan pekerjaan di industri mebel. Dalam menanggulangi hal tersebut

umumnya dilakukan dengan mengadakan penyuluhan. Namun kegiatan

penyuluhan membutuhkan waktu yang khusus dan biaya yang tidak sedikit. Selain

itu, manfaat dari penyuluhan dirasa kurang maksimal jika tenaga kerja memiliki

kemauan yang rendah dalam menjalani penyuluhan tersebut karena sebagian besar

tingkat pendidikan tenaga kerja rendah. Pengadaan jangka waktu penyuluhan ke

penyuluhan berikutnya umumnya cukup lama sehingga berdampak pada

pengetahuan tenaga kerja yang rendah. Oleh karena itu untuk mengatasi kondisi

pengetahuan K3 yang rendah dibutuhkan strategi untuk meningkatkan

pengetahuan tenaga kerja mengenai K3 dengan metode pembelajaran yang lebih

sederhana, mudah dipahami, menarik, biaya rendah, waktu yang dapat dilakukan

kapan saja. Salah satu contoh solusi yang dapat digunakan adalah safety game.

Safety game merupakan instrumen pembelajaran yang dibuat oleh Dr. Efi

Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc untuk meningkatkan pengetahuan tenaga

kerja mengenai keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di industri mebel, terutama

pada bagian-bagian yang sering diabaikan tenaga kerja seperti menggunakan alat

pelindung diri. Dalam konteks perlindungan K3 pengetahuan merupakan aspek

yang sangat perlu mendapatkan perbaikan (Yovi 2009). Jika tenaga kerja sudah

memiliki pengetahuan yang cukup tentang suatu bahaya maka tenaga kerja akan

bertindak lebih hati-hati untuk menghindari bahaya tersebut dan tidak

mengabaikannya. Dengan menggunakan instrumen ini diharapkan pengetahuan

tenaga kerja mengenai K3 akan meningkat sehingga dapat memperbaiki dan

menghindari sikap dan perilaku dalam menjalankan kegiatan produksi dari risiko

kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Kerangka Pikir

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan tingkat

pengetahuan pekerja mengenai keselamatan dan kesehatan kerja (K3) melalui

instrumen safety game dengan menggunakan uji Wilcoxon. Alur kerangka pikir

disajikan pada Gambar 1.

Page 13: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

3

Gambar 1 Alur Kerangka Pikir

Perumusan Masalah

Rawannya tingkat keselamatan dan kesehatan pekerja di industri mebel

skala kecil sering diabaikan oleh pelaku kerja sendiri. Kurangnya pengetahuan

terhadap pentingnya perlindungan K3 disebabkan oleh ketiadaan akses informasi

dan ketiadaan program pelatihan yang tepat. Hal ini dapat menyebabkan

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan mengakibatkan pekerja pada

Rendahnya tingkat pengetahuan

pekerja terhadap K3

Perlu adanya peningkatan pengetahuan untuk

menurunkan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja

Perlu dirumuskan strategi untuk meningkatkan pengetahuan

Safety game :

Mudah dipahami dan menarik

Biaya rendah

Waktu singkat

Pertanyaan yang timbul:

Adakah peningkatan pengetahuan?

Adakah signifikansi peningkatan pengetahuan?

Pengujian

Self–assessment dan

control–based assessment

Pre–test Post–test

Kinerja instrumen safety game dalam peningkatan

pengetahuan K3

Uji Wilcoxon

Page 14: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

4

kondisi risiko pekerjaan yang tinggi. Safety game dapat digunakan sebagai

instrumen untuk meningkatkan pengetahuan pekerja agar melakukan pekerjaan

sesuai dengan aturan yang berlaku. Sehingga dengan bertambahnya pengetahuan

pekerja dapat mengubah sikap dan perilaku kearah yang lebih baik.

Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan suatu permasalahan yang

akan diteliti, yaitu:

1. Apakah safety game dapat digunakan sebagai instrumen peningkatan

pengetahuan tentang K3?

2. Berapa tingkat signifikansi dari peningkatan pengetahuan yang terjadi?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui kinerja safety game sebagai instrumen peningkatan

pengetahuan K3 menggantikan metode penyuluhan konvensional.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian berupa analisis kinerja safety game yang dapat digunakan

sebagai alternatif alat pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan K3

menggantikan metode penyuluhan konvensional.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian tentang Identifikasi Perubahan Tingkat Pengetahuan K3

Menggunakan Safety game terhadap Pekerja Industri Mebel Kayu Jati di Jepara

dilaksanakan di Desa Mulyoharjo, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, Provinsi

Jawa Tengah pada bulan Juli–Agustus 2013.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner penelitian, alat

tulis, laptop, software Microsoft Excel 2007, software Microsoft Word 2007,

software SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) 18.0, kamera, alat

perekam, dan satu set safety game. Bahan dalam penelitian ini adalah responden

pekerja industri mebel skala kecil Desa Mulyoharjo, Kecamatan Jepara,

Kabupaten Jepara.

Page 15: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

5

Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik

dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian

kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti (Umar 2002). Data primer dalam

penelitian ini meliputi data melalui wawancara dan dua jenis kuesioner. Kuesioner

pertama dengan sistem penilaian yang bersifat self–assessment/SA (penilaian

terhadap diri sendiri) dan kuesioner kedua dengan sistem penilaian yang bersifat

control–based assessment/CBA (penilaian objektif berdasarkan standar). Data

sekunder diperoleh melalui data studi literatur dari buku, internet, dan data-data

lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Sumber data terdiri dari pekerja

industri mebel skala kecil, dengan rincian sebagai berikut:

1. Pekerja yang belum memainkan safety game mengenai K3 (data pre–test).

Data diambil dengan menggunakan kuesioner pertama SA dan kuesioner

kedua CBA, dengan jumlah responden 45 orang. Data diambil secara

perorangan.

2. Pekerja yang telah memainkan safety game mengenai K3 dengan satu siklus

permainan (data post–test 1). Data diambil dengan menggunakan kuesioner

pertama SA dan kuesioner kedua CBA, dengan jumlah responden 45 orang

yang sama dengan responden data pre test.

3. Pekerja yang telah memainkan safety game mengenai K3 dengan dua siklus

permainan (data post–test 2). Data diambil dengan menggunakan kuesioner

pertama SA dan kuesioner kedua CBA, dengan jumlah responden 45 orang

yang sama dengan responden data pre–test dan post–test 1. Keterangan:

Satu siklus permainan= satu kali main sebanyak satu putaran dari start sampai finish.

Dua siklus permainan= satu kali main sebanyak dua putaran dari start sampai finish (3 kali

ulangan).

Metode Pengumpulan Data

Metode Pengambilan Responden

Penentuan responden dilakukan dengan metode purposive sampling yang

dipilih secara sengaja berdasarkan maksud atau tujuan tertentu dengan keadaan

yang dikehendaki, yaitu membagi ke dalam tiga kategori kegiatan kerja, meliputi

kegiatan pembentukan komponen (penggergajian), pengamplasan dan finishing.

Jumlah responden sebanyak 45 orang yang terbagi dalam tiga kategori kegiatan

kerja tersebut. Untuk pengambilan responden metode yang digunakan adalah

metode pengambilan contoh seadanya (accidental sampling). Accidental sampling

merupakan pengambilan responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan atau

tidak disengaja, yaitu orang yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai contoh bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai

sumber data dengan kriteria utamanya adalah orang tersebut merupakan pekerja

(buruh) dari industri mebel skala kecil di Jepara.

Page 16: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

6

Wawancara dan Studi Literatur

Wawancara yang dilakukan yaitu tanya jawab dengan responden

menggunakan kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang

pengetahuan pekerja mengenai K3. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara

terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan pilihan

jawabannya dan ada juga wawancara tak terstruktur untuk menambah informasi.

Pengumpulan studi literatur dilakukan dengan cara mempelajari, mengutip buku,

dan data-data lain yang berhubungan dengan penelitian ini untuk menambah

kelengkapan data.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan Data

Data diinput dan diolah dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007

dan SPSS (Statistics Program for Social Science) 18.0. Data yang diperoleh dari

kuesioner berupa skala Likert yang diberi bobot tertentu sesuai dengan jawaban

pertanyaan. Penilaian jawaban pertanyaan responden terhadap hasil kuesioner

self–assessment (SA) diberi bobot dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert

merupakan skala pengukuran yang dapat menggambarkan pemahaman seseorang

sesuai peringkat. Skala Likert dapat mengukur tanggapan positif atau negative

terhadap suatu pernyataan. Pilihan yang tersedia umumnya menggunakan lima

angka penilaian yaitu: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju,

dan (5) sangat setuju (Likert 1932). Dalam penelitian ini tetapan nilai SA

menggunakan skala Likert dengan nilai 1–5. Penilaian responden berdasarkan

skala Likert yang telah ditentukan bobotnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Tetapan nilai untuk kuesioner self–assessment (SA)

Nilai Jawaban responden

Pengetahuan

5 Sangat mengetahui

4 Mengetahui

3 Cukup mengetahui

2 Tidak mengetahui

1 Sangat tidak tahu

Penjelasan dari pilihan jawaban menurut kamus besar bahasa Indonesia

(KBBI) online dalam Setiawan (2010):

Pengetahuan (Knowledge)

1. Sangat mengetahui : sangat memahami dan menguasai ilmunya

2. Mengetahui : mengerti akan maksud suatu hal

3. Cukup mengetahui : cukup mengerti akan maksud suatu hal

4. Tidak mengetahui : tidak mengerti akan maksud suatu hal

5. Sangat tidak tahu : sama sekali tidak mengetahui dan belum pernah

mendengar

Page 17: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

7

Untuk kuesioner kedua control–based assessment (CBA) penilaiannya

berdasarkan standar. Standar yang digunakan adalah Undang–Undang Nomor 1

Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Undang–Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Kimia

di Tempat Kerja, Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor:

KEP187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia di Tempat Kerja. Dalam

penelitian ini untuk penilaian CBA diberi nilai 0–10 kemudian nilai CBA tersebut

akan disesuaikan dengan nilai SA agar memudahkan dalam melakukan

pengolahannya. Untuk menyesuaikan nilai CBA dengan dengan nilai SA

dilakukan konversi nilai. Nilai yang telah dikonversi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Nilai konversi control–based assessment (CBA)

Interval nilai CBA Konversi nilai

0–2 1

3–4 2

5–6 3

7–8 4

9–10 5

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif berupa tabel dan gambar. Di

dalam analisis dilakukan pengelompokan data berdasarkan perubahan tingkat

pengetahuan responden terhadap hasil pre test–post test 1, post test 1–post test 2,

dan pre test–post test 2 dan beberapa kriteria untuk keperluan analisis selanjutnya

pada kuesioner.

Beberapa metode perhitungan dilakukan dengan rumus–rumus sebagai

berikut :

a. Perubahan pengetahuan

Δk = k1–k0

Keterangan :

Δk = Perubahan pengetahuan

k0 = Nilai pengetahuan pada tiap point kuesioner pre–test

k1 = Nilai pengetahuan pada tiap point kuesioner post–test

b. Pengelompokan responden berdasarkan nilai rata-rata total pengetahuan

Pengelompokan dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari instrumen

pada setiap individu. Pengelompokan dilakukan dengan membagi nilai

pengetahuan ke dalam 5 kelompok, berdasarkan skala Likert ditentukan

intervalnya terlebih dahulu dengan rumus:

Page 18: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

8

Tabel 3 Pengelompokan tingkat pengetahuan

Interval nilai Tingkat pengetahuan

>4,20–5,00 Sangat baik

>3,40–4,20 Baik

>2,60–3,40 Cukup

>1,80–2,60 Buruk

1,00–1,80 Sangat buruk

Uji Wilcoxon

Uji Wilcoxon merupakan uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini

karena data yang digunakan adalah data ordinal (berperingkat berdasarkan nilai

skala likert). Uji Wilcoxon dilakukan dengan mengunakan dua sampel yang saling

berhubungan dan menguji hubungan diantara keduanya (menguji perbedaan yang

signifikan antara dua contoh yang berhubungan berdasarkan taraf nyata α yang

digunakan). Dalam penelitian ini uji Wilcoxon digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya perbedaan pengetahuan yang signifikan pada pekerja baik control based

assessment ataupun self assessment terhadap hasil pre test–post test 1, post test–

post test 2, dan pre test–post test 2.

Adapun langkah-langkah yang diperlukan dalam uji Wilcoxon:

1. Menentukan formulasi hipotesis.

Ho : Tidak terdapat perbedaan pengetahuan yang signifikan antara sebelum

dan sesudah menggunakan safety game.

H1 : Terdapat perbedaan pengetahuan yang signifikan antara sebelum dan

sesudah menggunakan safety game.

2. Menentukan taraf nyata (α) yaitu sebesar 0,05.

3. Menyusun pasangan data dan menetukan besar tanda perbedaan (positif,

negatif, dan nol jika tidak ada perbedaan) untuk setiap pasangan.

4. Menyusun peringkat menurut besarnya perbedaan tanpa melihat tanda.

Peringkat satu diberikan untuk perbedaan terkecil, peringkat dua untuk

perbedaan terkecil berikutnya, dan seterusnya dengan mengabaikan perbedaan

yang menghasilkan nilai nol.

5. Memberikan tanda (positif dan negatif) bagi setiap peringkat yang ditetapkan.

6. Menjumlahkan semua peringkat positif dan kemudian menjumlahkan semua

peringkat negatif. Nilai terkecil dari kedua hasil penjumlahan ditetapkan

sebagai nilai hitung T.

7. Menetapkan nilai tabel T dan menentukan nilai tabel yang tepat sesuai dengan

jumlah peringkat (mengabaikan yang bertanda nol) dan taraf nyata yang

digunakan (α).

8. Menarik kesimpulan statistik tentang hipotesis nol.

Ho diterima apabila nilai Thitung > Ttabel

Ho ditolak apabila nilai Thitung ≤ Ttabel

Page 19: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

9

Hasil dan Pembahasan

Perubahan Tingkat Pengetahuan dan Uji Wilcoxon

Safety game merupakan instrumen pembelajaran yang dibuat oleh Dr. Efi

Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc sebagai alternatif dari kegiatan penyuluhan

untuk mengatasi kurangnya pengetahuan K3. Instrumen ini didesain dengan

menghilangkan kekurangan dari penyuluhan melalui metode pembelajaran yang

lebih sederhana, mudah dipahami, menarik, biaya rendah, dan waktu yang dapat

dilakukan kapan saja. Instrumen ini bersifat edutainment. Hamid (2011)

menjelaskan bahwa edutainment berasal dari kata education dan entertainment,

sehingga education berarti pendidikan dan entertainment berarti hiburan. Jadi dari

segi bahasa edutainment adalah pendidikan yang menghibur atau menyenangkan.

Sementara itu dari segi terminology, edutainment adalah suatu proses

pembelajaran yang didesain sedemikian rupa, sehingga muatan pendidikan dan

hiburan bisa dikombinasikan secara harmonis untuk menciptakan pembelajaran

yang menyenangkan. Menurut New World Encyclopedia, edutainment berasal dari

educational entertainment atau entertainment education, yang berarti suatu

hiburan yang didesain untuk mendidik dan menghibur.

Gambar 2 Safety game

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa safety game memiliki sistem

permainan menyerupai ular tangga. Penyampaian informasi untuk meningkatkan

pengetahuan pemain pada safety game terdapat pada 56 petak khusus dalam papan

permainan dengan total keseluruhan 100 petak. Kategori dalam petak khusus pada

permainan terdiri dari pengetahuan, pertanyaan, aksi, audit, tepat, ceroboh,

kecelakaan, dan informasi yang tersebar secara acak dalam papan permainan.

Setiap pemain yang mengocok dadu dan menggerakkan bidak kearah petak

khusus tersebut akan mendapatkan kartu sesuai dengan nama kategori petak

khusus yang ditempatinya. Informasi yang dimuat pada tiap petak khusus dibuat

sesuai dengan nama kategori masing-masing. Misalnya pada petak khusus untuk

kategori kecelakaan, informasinya adalah hal-hal yang dapat memicu kecelakaan

kerja di industri mebel sehingga berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan

pada pekerja. Dengan sistem permainan tersebut, penyampaian informasi dapat

dikatakan tidak terstruktur dan bersifat acak. Konten kartu dalam safety game

berupa aspek perlindungan K3 dengan topik terkait K3 yang meliputi definisi,

Page 20: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

10

ketentuan umum, hak dan kewajiban pekerja, sumber bahaya potensial di industri,

dan pengetahuan dasar mengenai APD. Selain itu, terdapat juga topik mengenai

pengetahuan dasar nilai ambang batas (NAB), pengetahuan dasar debu,

pengetahuan dasar kebisingan, pengetahuan dasar bahan kimia dan upaya

pengendalian bahan kimia berbahaya. Setiap topik dalam konten kartu sangat

penting bagi pengetahuan pekerja. Menurut Nugraha (2013) pengetahuan adalah

kumpulan informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman. Pengetahuan

memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas

suatu pola, dan dapat digunakan untuk mengarahkan tindakan terhadap suatu hal.

Misalnya jika pekerja memiliki pengetahuan mengenai topik bahaya potensial di

industri maka pekerja akan bertindak lebih hati–hati untuk menghindari bahaya

tersebut. Topik definisi juga penting bagi pengetahuan pekerja karena akan

menjadi landasan pola pikir seseorang. Jika pekerja memiliki pola pikir yang

berbeda mengenai suatu definisi khususnya yang terkait dengan K3 maka akan

menimbulkan persepsi yang berbeda pada setiap orang. Oleh karena itu perlu

adanya pola pikir yang sama agar tercapainya suatu tujuan yang diharapkan dan

pola pikir tersebut harus didasari dengan pengetahuan yang cukup. Pada

permainan ini disediakan trofi emas dan trofi rongsok agar permainan lebih

menarik. Kegunaan dari trofi ini misalnya pemain yang mendapatkan kartu

pertanyaan apabila tidak bisa menjawab pertanyaan dengan benar akan

mendapatkan trofi rongsok dan sebaliknya. Permainan ini sudah disediakan buku

pedoman untuk membantu menjelaskan isi dari safety game dengan benar

sehingga pemain tidak kesulitan dalam memahami isi kartu dalam permainan

tersebut.

Penelitian ini dilakukan dengan 3 perlakuan. Pada treatment pertama

dilakukan pre–test sebelum memainkan safety game terlebih dahulu dengan

memberikan kuesioner self–assessment dan control–based assessment. Pre–test

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan tentang K3 yang dimiliki

pemain sebelum bermain safety game. Pada treatment kedua setiap pemain

dengan kelompok yang sama mulai bermain safety game dengan satu siklus

permainan. Jika salah satu pemain sudah menempati petak terakhir (finish) maka

harus menunggu pemain lainnya menyelesaikan permainan. Waktu yang

dibutuhkan dalam menyelesaikan satu siklus permainan rata–rata 53 menit 8,6

detik. Setelah permainan selesai dilakukan post–test 1 dengan memberikan

kuesioner berisi pertanyaan yang sama dengan pre–test. Pada treatment ketiga

setiap pemain dengan kelompok yang sama akan bermain safety game dengan dua

siklus permainan. Pemain yang sudah berada di petak terakhir terlebih dahulu

harus menunggu pemain lainnya selesai seperti pada treatment kedua. Waktu yang

dibutuhkan dalam menyelesaikan dua siklus permainan rata–rata 104 menit. Pada

treatment ketiga setelah setiap pemain selesai bermain akan dilakukan post–test 2

dengan memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan yang sama dengan pre–test

dan post–test 1. Post–test 1 dan post–test 2 dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana perubahan pengetahuan pada setiap pemain setelah memainkan safety game

dengan satu siklus dan dua siklus permainan.

Pengukuran dilakukan dengan seluruh responden memainkan safety game

dalam jangka waktu yang tidak dibatasi. Kuesioner diberikan sebelum dan setelah

responden memaikan safety game dengan daftar pertanyaan yang sama untuk

Page 21: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

11

mengetahui perbedaan dari peningkatan pengetahuannya. Pengukuran dengan

menggunakan kuesioner, diperoleh hasil sebagai berikut:

Keterangan:

SA = self–assessment (penilaian terhadap diri sendiri).

SA pre–test = tanpa perlakuan safety game.

SA post–test 1 = dengan menggunakan safety game satu siklus permainan.

SA post–test 2 = dengan menggunakan safety game dua siklus permainan.

0,1,2,3,4,5 = penilaian dalam skala likert.

Gambar 3 Tingkat pengetahuan rata–rata self–assessment berdasarkan

kelompok

Tingkat pengetahuan self–assessment untuk pengukuran pre–test dan

post–test 1 pada kelompok 6 memiliki peningkatan pengetahuan paling tinggi,

yaitu sebesar 0,9 dan pada kelompok 4 memiliki peningkatan pengetahuan paling

rendah, yaitu sebesar 0,2. Pengukuran post–test 1 dan post–test 2 pada kelompok

4 memiliki peningkatan pengetahuan paling tinggi, yaitu sebesar 1,3 dan pada

kelompok 9 memiliki peningkatan pengetahuan paling rendah, yaitu sebesar 0,1.

Namun pada kelompok 2 telah mengalami penurunan, yaitu sebesar 0,1. Selain

itu, pada kelompok 6 tidak mengalami peningkatan pengetahuan (Gambar 2).

0

1

2

3

4

51

2

3

4

56

7

8

9

SA pre–test

SA post–test 1

SA post–test 2

1. Kelompok 1

2. Kelompok 2

3. Kelompok 3

4. Kelompok 4

5. Kelompok 5

6. Kelompok 6

7. Kelompok 7

8. Kelompok 8

9. Kelompok 9

Page 22: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

12

Keterangan:

CBA = control–based assessment (penilaian objektif berdasarkan

standar).

CBA pre–test = tanpa perlakuan safety game.

CBA post–test 1 = dengan menggunakan safety game satu siklus permainan.

CBA post–test 2 = dengan menggunakan safety game dua siklus permainan.

0,1,2,3,4,5 = penilaian dalam skala likert.

Gambar 4 Tingkat pengetahuan rata–rata control–based assessment

berdasarkan kelompok

Tingkat pengetahuan control–based assessment untuk pengukuran pre–

test dan post–test 1 pada kelompok 3,6 dan 9 memiliki peningkatan pengetahuan

paling tinggi, yaitu sebesar 1,2 dan pada kelompok 5 memiliki peningkatan

pengetahuan paling rendah, yaitu sebesar 0,6. Pengukuran post–test 1 dan post–

test 2 pada kelompok 1 dan 4 memiliki peningkatan pengetahuan paling tinggi,

yaitu sebesar 0,9 dan pada kelompok 3 memiliki peningkatan pengetahuan paling

rendah, yaitu sebesar 0,3. Namun pada kelompok 6 tidak mengalami peningkatan

pengetahuan (Gambar 4). Kelompok yang telah mengalami penurunan

pengetahuan dan tidak mengalami peningkatan pengetahuan baik pada SA

maupun CBA dapat dikarenakan pemain sudah merasa bosan sehingga sudah

tidak fokus dalam memberikan penilaian.

0

1

2

3

4

51

2

3

4

56

7

8

9

CBA pre–test CBA post–test 1 CBA post–test 2

1. Kelompok 1

2. Kelompok 2

3. Kelompok 3

4. Kelompok 4

5. Kelompok 5

6. Kelompok 6

7. Kelompok 7

8. Kelompok 8

9. Kelompok 9

Page 23: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

13

Keterangan:

SA = self–assessment (penilaian terhadap diri sendiri).

SA pre–test = tanpa perlakuan safety game.

SA post–test 1 = dengan menggunakan safety game satu siklus permainan.

SA post–test 2 = dengan menggunakan safety game dua siklus permainan.

0,1,2,3,4,5 = penilaian dalam skala likert.

Gambar 5 Tingkat pengetahuan rata–rata responden berdasarkan self–

assessment (penilaian pertopik)

Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan self–

assessment untuk pengukuran pre–test dan post–test 1 pada topik pengetahuan

dasar mengenai nilai ambang batas memiliki peningkatan pengetahuan paling

tinggi, yaitu sebesar 1,1 dan pada topik pengetahuan dasar mengenai debu

memiliki peningkatan pengetahuan paling rendah, yaitu sebesar 0,2. Pengukuran

post–test 1 dan post–test 2 pada topik pengetahuan dasar mengenai nilai ambang

batas memiliki peningkatan pengetahuan paling tinggi, yaitu sebesar 0,8 dan pada

topik definisi terkait K3, pengetahuan dasar mengenai alat pelindung diri, dan

pengetahuan dasar mengenai kebisingan memiliki peningkatan pengetahuan

paling rendah. Namun pada topik hak dan kewajiban pekerja telah terjadi

penurunan pengetahuan, yaitu sebesar 0,1.

0

1

2

3

4

51

2

3

4

5

6

7

8

9

10

SA pre–test

SA post–test 1

SA post–test 2

1. Definisi 2. Ketentuan umum 3. Hak dan kewajiban pekerja 4. Sumber bahaya potensial di industri 5. Pengetahuan dasar mengenai alat pelindung diri 6. Pengetahuan dasar mengenai nilai ambang batas 7. Pengetahuan dasar mengenai debu 8. Pengetahuan dasar mengenai kebisingan 9. Pengetahuan dasar mengenaI bahan kimia berbahaya

10. Upaya pengendalian

bahan kimia berbahaya

Page 24: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

14

Keterangan:

CBA = control–based assessment (penilaian objektif berdasarkan

standar).

CBA pre–test = tanpa perlakuan safety game.

CBA post–test1 = dengan menggunakan safety game satu siklus permainan.

CBA post–test2 = dengan menggunakan safety game dua siklus permainan.

0,1,2,3,4,5 = penilaian dalam skala likert.

Gambar 6 Tingkat pengetahuan rata–rata responden berdasarkan control–

based assessment (penilaian pertopik)

Pada tingkat pengetahuan control–based assessment untuk pengukuran

pre–test dan post–test 1 pada topik pengetahuan dasar mengenai alat pelindung

diri memiliki peningkatan pengetahuan paling tinggi, yaitu sebesar 1,7 dan pada

topik upaya pengendalian bahan kimia berbahaya memiliki peningkatan

pengetahuan paling rendah, yaitu sebesar 0,4. Pengukuran post–test 1 dan post–

test 2 pada topik pengetahuan dasar mengenai nilai ambang batas memiliki

peningkatan pengetahuan paling tinggi, yaitu sebesar 1,4 dan pada topik

pengetahuan dasar mengenai alat pelindung diri memiliki peningkatan

pengetahuan paling rendah, yaitu sebesar 0,1. Namun topik hak dan kewajiban

pekerja telah terjadi penurunan pengetahuan, yaitu sebesar 0,1 (Gambar 6).

Adanya penurunan pengetahuan baik pada SA maupun CBA dapat disebabkan

oleh:

1. Tidak tersampaikannya informasi karena sebagian kartu tidak terambil,

2. Informasi yang diperoleh tidak mudah untuk dipahami dan

memerlukan waktu dan pemahaman dasar yang cukup agar tidak

terjadi kesalahan dalam memahami informasi tersebut,

3. Responden merasa bosan sehingga konsentrasi responden sudah tidak

fokus.

Perubahan tingkat pengetahuan dapat dilihat dari rata–rata nilai selisih

yang dibandingkan. Dari pengukuran perbandingan antara pre–test dengan post

0

1

2

3

4

51

2

3

4

5

6

7

8

9

10

CBA pre–test

CBA post–test 1

CBA post–test 2

1. Definisi 2. Ketentuan umum 3. Hak dan kewajiban pekerja 4. Sumber bahaya potensial di industri 5. Pengetahuan dasar mengenai alat pelindung diri 6. Pengetahuan dasar mengenai nilai ambang batas 7. Pengetahuan dasar mengenai debu 8. Pengetahuan dasar mengenai kebisingan 9. Pengetahuan dasar mengenai bahan kimia berbahaya 10. Upaya pengendalian

bahan kimia berbahaya

Page 25: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

15

test 1, post–test 1 dengan post–test 2 dan pre–test dengan post–test 2 untuk SA

dan CBA, diperoleh hasil sebagai berikut:

Keterangan:

SA = self–assessment (penilaian terhadap diri sendiri).

CBA =control–based assessment (penilaian objektif berdasarkan

standar).

Pre–test = tanpa perlakuan safety game.

Post–test1 = dengan menggunakan safety game satu siklus permainan.

Post–test2 = dengan menggunakan safety game dua siklus permainan.

Gambar 7 Perubahan tingkat pengetahuan self–assessment dan control

based–assessment

Perubahan tingkat pengetahuan self–assessment terhadap ketiga kategori

pengujian lebih kecil dari perubahan tingkat pengetahuan control–based

assessment. Hal ini dapat dikarenakan peningkatan pengetahuan yang terjadi pada

SA lebih kecil dibandingkan dengan CBA. Perubahan tingkat pengetahuan self–

assessment (pre test–post test 1, post test 1–post test 2, pre test–post test 2)

memiliki rata-rata nilai selisih masing-masing sebesar (0,51; 0,27; 0,78). Pada

perbandingan pre–test dengan post–test 1 diperoleh nilai selisih yang lebih besar

dari post–test 1 dengan post–test 2, yaitu sebesar 0,51 (32,69%). Hal ini

dikarenakan pemain pada bagian pre–test belum mendapatkan pengetahuan

apapun mengenai K3 melalui safety game dibandingkan dengan bagian post test 1

yang pemainnya sudah mendapatkan pengetahuan melalui safety game sebanyak

satu siklus. Perbandingan post–test 1 dengan post–test 2 diperoleh perubahan

tingkat pengetahuan yang cenderung lebih kecil, yaitu sebesar 0,27 (17,31%). Hal

ini dapat dikarenakan pada post–test 1 pengetahuan pemain sudah cukup

meningkat melalui safety game dengan satu siklus permainan dan pada post–test 2

dengan dua siklus permainan responden sudah mulai merasa bosan yang dapat

menyebabkan konsentrasi berkurang sehingga saat keduanya dibandingkan

perubahan tingkat pengetahuannya hanya sedikit dan tidak terlalu menonjol.

Sedangkan pada perbandingan pre–test dengan post–test 2 diperoleh nilai selisih

rata–rata paling besar, yaitu sebesar 0,78 (50%). Hal ini dapat dikarenakan pemain

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

Pre-Post Test 1 Post Test 1 - Post Test2

Pre-Post Test 2

Rat

a-R

ata

Selis

ih

Kategori Pengujian

CBA

SA

Page 26: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

16

yang belum mendapatkan pengetahuan apapun mengenai K3 melalui safety game

dibandingkan dengan pemain yang sudah mendapatkan pengetahuan melalui

safety game sebanyak 2 siklus sehingga saat dibandingkan dengan pre–test nilai

selisihnya jauh lebih besar.

Perubahan tingkat pengetahuan control–based assessment (pre test–post

test 1, post test 1–post test 2, pre test–post test 2) memiliki rata-rata nilai selisih

masing-masing sebesar (1,02; 0,48; 1,5). Perubahan paling besar dapat dilihat

pada perbandingan antara pre test–post test 2 sebesar 1,5 (50%). Hal ini

dikarenakan perlakuan permainan untuk kuesioner CBA sama dengan kuesioner

SA yaitu pada bagian pre–test pemain belum mendapatkan pengetahuan apapun

mengenai K3 melalui safety game dan pada bagian post–test pemain sudah

mendapatkan pengetahuan melalui safety game sebanyak dua siklus sehingga saat

keduanya dibandingkan hasilnya paling menonjol. Perbandingan pre–test dengan

post–test 1 juga mengalami perubahan yang besar, yaitu 1,02 (34%) karena pada

post test 1 pemain sudah melakukan safety game sebanyak satu siklus sedangkan

untuk pre–test pemain belum mendapatkan perlakuan apapun. Perbandingan post–

test 1 dengan post–test 2 diperoleh perubahan tingkat pengetahuan yang

cenderung lebih kecil karena selain pengetahuan pemain sudah cukup meningkat

di post–test 1, pada saat melakukan post–test 2 juga pemain sudah tidak fokus

sehingga perubahan tingkat pengetahuan CBA post–test 1 dengan post–test 2

hanya sedikit dan tidak terlalu menonjol. Rata–rata nilai selisih pada perubahan

tingkat pengetahuan self–assessment dan control–based assessment, dilakukan uji

Wilcoxon untuk menentukan tingkat signifikansinya.

Tabel 4 Hasil uji Wilcoxon perubahan tingkat pengetahuan (pre test–post test 1,

post test 1–post test 2, pre test–post test 2) pada self–assessment dan

control–based assessment

Nilai SA CBA

pre-

post1

post1-

post2

pre-

post2

pre-

post1

post1-

post2

pre-

post2

Z -4,667 -2,201 -5,182 -5,657 -4,217 -5,929

Asymp.Sig.(2-

tailed)

0,000 0,028 0,000 0,000 0,000 0,000

α

0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

Keterangan: SA = self–assessment (penilaian terhadap diri sendiri).

CBA = control–based assessment (penilaian objektif berdasarkan standar).

Pre–test = tanpa perlakuan safety game.

Post–test1 = dengan menggunakan safety game satu siklus permainan.

Post–test2 = dengan menggunakan safety game dua siklus permainan.

H0 diterima jika angka probabilitas (asymp.sig) > nilai α.

H0 ditolak jika angka probabilitas (asymp.sig) < nilai α.

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa perubahan tingkat pengetahuan

(pre test–post test 1, post test 1–post test 2, dan pre test–post test 2) SA dan CBA

memiliki nilai probabilitas masing-masing sebesar (0,000; 0,028; dan 0,000)

untuk SA dan (0,000; 0,000; dan 0,000) untuk CBA yang kurang dari nilai α

Page 27: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

17

sebesar 0,05 sehingga hipotesis H1 diterima atau tolak H0 (H1: Terdapat

perbedaan pengetahuan yang signifikan antara sebelum dan sesudah

menggunakan safety game), artinya telah terjadi peningkatan pengetahuan yang

signifikan. Sesudah menggunakan safety game satu siklus pada post test 1 dan

sesudah menggunakan safety game dua siklus pada post test 2 meskipun secara

pengukuran mempunyai nilai selisih rata-rata yang kecil namun secara statistik

menunjukkan adanya perbedaan peningkatan pengetahuan yang signifikan. Pada

uji Wilcoxon tanda negatif pada nilai Z baik SA maupun CBA menunjukkan

bahwa nilai post test 1 lebih besar skornya dibandingkan pre test, nilai post test 2

lebih besar skornya dibandingkan post test 1, dan nilai post test 2 lebih besar

skornya dibandingkan pre test.

Penilaian terhadap instrumen safety game dari 45 responden memberikan

nilai rata–rata sebesar 7,67 untuk skala 1–10. Hal ini menunjukkan adanya

ketertarikan (minat) responden terhadap instrumen ini dan dengan diperolehnya

peningkatan pengetahuan yang signifikan menunjukkan bahwa safety game

memiliki kinerja yang baik.

Nilai Pengetahuan pada Setiap Perlakuan

Berdasarkan nilai rata-rata total pengetahuan dapat dilakukan

pengelompokan untuk mengetahui pengaruh dari setiap perlakuan pada tiap

individu dalam Tabel 5.

Tabel 5 Nilai rata-rata total pengetahuan

Jenis kuesioner Nilai rata-rata total pengetahuan

pre

test

Keterangan post

test 1

Keterangan Post

test 2

Keterangan

Self–

assessment

3,106 Cukup 3,611 Baik 3,881 Baik

control–based

assessment

2,433 Buruk 3,448 Baik 3,929 Baik

Pengelompokan nilai rata-rata sebelum menggunakan instrumen untuk

penilaian SA dikategorikan cukup sedangkan penilaian CBA dikategorikan buruk

namun setelah keduanya mendapat perlakuan dengan menggunakan instrumen

hasilnya dikategorikan baik. Untuk besarnya nilai pada SA dan CBA sebelum

menggunakan instrumen dan setelah menggunakan instrumen hasilnya terus

mengalami peningkatan. Hal ini menandakan safety game mampu memberikan

pengaruh dalam meningkatkan pengetahuan pada pemain.

Penilaian sebelum menggunakan instrumen (pre–test) pada self–

assessment cenderung overestimate terhadap control–based assessment (CBA).

Hal ini dapat dikarenakan adanya rasa percaya diri dan keyakinan yang besar akan

pengetahuan yang dimilikinya sebelum menggunakan safety game. Selain itu,

pemain cenderung lebih sok tahu atau tidak mau terlihat bodoh hingga memberi

nilai yang tinggi namun ternyata tidak sesuai dengan penilaian berdasarkan

Page 28: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

18

standar. Setelah menggunakan instrumen sebanyak satu siklus (post–test 1) hasil

pengukuran pada SA juga cenderung overestimate terhadap CBA. Hal ini dapat

dikarenakan setelah menggunakan instrumen sebanyak satu siklus tingkat

keyakinan dan rasa percaya diri pemain dalam memberi penilaian SA semakin

tinggi namun hasil dari penilaian berdasarkan standar tetap rendah. Sedangkan

setelah menggunakan instrumen sebanyak dua siklus penilaian pada SA

cenderung underestimate terhadap CBA. Hal ini dikarenakan dengan banyaknya

peluang kartu yang keluar dalam 2 siklus permainan maka informasi yang didapat

semakin bertambah sehingga untuk penilaian berdasarkan standar menghasilkan

nilai yang tinggi. Pada post–test 2 nilai yang diberikan baik pada SA maupun

CBA tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini sesuai dengan analisis

menggunakan uji Wilcoxon pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil uji Wilcoxon antara self–assessment dengan control–based

assessment

Nilai SA pre test–

CBA pre test

SA post test

1-CBA post

test1

SA post test

2–CBA post

test 2

Z -5,621 -3,464 0,000

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 0,001 1,000

Α

0,05 0,05 0,05

Keterangan: H0 diterima jika angka probabilitas (asymp.sig) > nilai α

H0 ditolak jika angka probabilitas (asymp.sig) < nilai α

Hasil analisis menggunakan uji Wilcoxon antara SA dengan CBA pada

pre–test dan post–test 1 memiliki perbedaan yang signifikan karena nilai

probabilitas yang diperoleh sebesar 0,000 (pre–test) dan 0,001 (post–test 1) yaitu

kurang dari nilai alpha 0,05 sehingga H1 diterima atau tolak H0 (H0: tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara self–assessment dengan control–based

assessment). Tanda negatif pada nilai Z menunjukkan bahwa nilai self–assessment

lebih besar dari nilai control–based assessment. Sedangkan antara SA dengan

CBA pada post–test 2 diperoleh nilai probabilitas 1,000 yang artinya tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara SA dengan CBA. Tanda negatif pada

nilai Z menunjukkan bahwa nilai self–assessment lebih kecil dari nilai control–

based assessment.

Simpulan dan Saran

Simpulan

Berdasarkan tingkat pengetahuan perkelompok dan pertopik baik self–

assessment maupun control–based assessment antara sebelum dan sesudah

Page 29: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

19

menggunakan safety game telah mengalami peningkatan pengetahuan, artinya

safety game memiliki kinerja yang baik Perubahan tingkat pengetahuan antara

sebelum dan sesudah menggunakan safety game baik self–assessment maupun

control–based assessment adalah signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa

kinerja safety game sebagai instrumen peningkatan pengetahuan K3 baik sehingga

dapat menggantikan metode penyuluhan konvensional.

Saran

Penggunaan Safety Game selama waktu permainan yang tidak dibatasi,

dapat terlihat adanya peningkatan pengetahuan, baik yang dirasakan responden

ataupun berdasarkan penilaian sesuai standar K3 yang berlaku. Agar instrumen

dapat berfungsi secara maksimal masih perlu dilakukan perbendaharaan kata dan

kalimat yang lebih sederhana dan mudah dipahami untuk pekerja dengan

latarbelakang pendidikan yang rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Likert R. 1932. A Technique for the Measurement OF Attitudes. New York (US):

Archives of Psychology.

Hamid MS. 2011. Metode Edutainment. Jogjakarta: Diva Press.

Nugraha J Satya. 2013. Peningkatan aspek pengetahuan dalam perlindungan K3

pemanenan kayu: aplikasi Safety Game [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Setiawan S. 2010. Analisis kompetensi pekerja dan pengusaha terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja bidang pemanenan kayu di KPH Cianjur

Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Suma’mur. 1967. Higene Perusahan dan Kesehatan Kerja. Jakarta (ID): Cv Haji

Masagung.

Syakir M Amar. 2011. Analisis kompetensi penerapan keselamatan dan kesehatan

kerja (K3) bagi pekerja kehutanan bidang pemanenan kayu di KPH Bogor

Perum Perhutani Unit 3 Jawa Barat dan Banten [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Umar H. 2002. Metode Riset Bisnis. Jakarta (ID): Gramedia.

Yovi EY, Nurrochmat DR, Saleh MB. 2013. Arah Kebijakan Perlindungan K3

Bagi Pelaku IKRT Mebel dan TPK Skala Kecil di Kabupaten Jepara.

Bogor (ID): IPB Press.

Yovi EY. 2007. % VdotO2max as physical load indicator unit in forest work

operation. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 13(3):140–145.

Yovi EY. 2009. Assessing occupational safety and health (OSH) protection on

forestry work through competency approach. Jurnal Ilmu Faal Indonesia.

8(2):94–100.

Page 30: IDENTIFIKASI PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 … · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 Juni 1991 dari pasangan

bapak Yaya Aspiadi dan ibu Siti Komala Dewi. Penulis adalah putri kelima dari

lima bersaudara. Penulis memulai pendidikan di SDN Sukadamai 3 Bogor pada

tahun 1997, SMP Negeri 5 Bogor pada tahun 2003, SMA Negeri 3 Bogor pada

tahun 2006 dan menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 2009. Pada tahun

yang sama penulis lulus seleksi Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan

diterima pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama

mengikuti perkuliahan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis telah melaksanakan

Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2011 di Gunung

Tangkuban Perahu-Cikeong, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan

Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur dan Taman Nasional Gunung Halimun-

Salak (TNGHS) pada tahun 2012, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT.

Hutanindo Kalimantan Tengah. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif

sebagai anggota organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Manajemen

Hutan yaitu Forest Management Student Club (FMSC) dan penulis juga aktif

mengikuti kepanitiaan dalam berbagai acara di Fakultas Kehutanan IPB.

Untuk menyelesaikan gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis

menyelesaikan skripsi dengan judul “Identifikasi Perubahan Tingkat Pengetahuan

K3 menggunakan Safety Game terhadap Pekerja Industri Mebel Kayu Jati di

Jepara” dibimbing oleh Dr. Efi Yuliati Yovi S.Hut, M.Life.Env.Sc.