identifikasi miskonsepsi terhadap konsep larutan penyangga

53
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIC FOUR-TIER MULTIPLE CHOICE SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh Intan Muthiah Afifah 1113016200061 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP

LARUTAN PENYANGGA DENGAN MENGGUNAKAN

INSTRUMEN TES DIAGNOSTIC FOUR-TIER MULTIPLE

CHOICE

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Intan Muthiah Afifah

1113016200061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

Page 2: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul “Identifikasi Miskonsepsi Terhadap Konsep Larutan

Penyangga Dengan Menggunakan Instrumen Test Diagnostic Four-Tier

Multiple Choice”. disusun oleh Intan Muthiah Afifah, NIM. 1113016200061,

Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah melalui bimbingan dan dinyatakan

sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqasah

sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 29 April 2020

Yang Mengesahkan,

Pembimbing I

Dedi Irwandi, M.Si

NIP. 19710528 200003 1002

Pembimbing II

Dewi Murniati, M.Si

NIDN. 0315048003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

Burhanudin Milama, M.Pd

NIP. 19770201 200801 1011

Page 3: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA
Page 4: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

iii

Page 5: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

iv

ABSTRAK

Intan Muthiah Afifah, “Identifikasi Miskonsepsi Terhadap Konsep Larutan

Penyangga Dengan Menggunakan Instrumen Test Diagnostic Four-Tier

Multiple Choice”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Miskonsepsi siswa merupakan salah satu perhatian penting dalam

penelitian pendidikan karena bersifat mengganggu siswa untuk memahami konsep

ilmiah dalam pembelajaran. Miskonsepsi sering terjadi pada pembelajaran Kimia,

salah satunya pada konsep Larutan Penyangga. Penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada konsep Larutan Penyangga

menggunakan instrumen tes four-tier multiple-choice (4TMC) di SMA Negeri Se-

Tangerang Selatan. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif

kuantitatif. Waktu penelitian dilaksanakan pada 07 Agustus sampai dengan 05

September 2019. Subjek penelitian ini adalah kelas XII MIPA SMA Negeri Se-

Tangerang Selatan tahun ajaran 2019/2020 dengan jumlah sampel sebanyak 134

siswa yang diambil dari empat kelas menggunakan teknik Cluster Random

Sampling. Data penelitian diperoleh dari jawaban siswa pada soal tes 4TMC. Data

tersebut diolah berdasarkan pola jawaban siswa yang kemudian dikelompokkan ke

dalam kategori pemahaman siswa yaitu miskonsepsi, kurang paham konsep,

kesalahan, dan paham konsep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi

miskonsepsi sebesar (28,26%), dan miskonsepsi signifikan yang teridentifikasi

pada 2 dari 5 subkonsep Larutan Penyangga yang diteliti yaitu subkonsep

Perhitungan Larutan Penyangga (14,92%) dan Peran Larutan Penyangga dalam

Tubuh Makhluk Hidup (15,67%). Hasil penelitian identifikasi miskonsepsi siswa

ini diharapkan dapat mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa untuk

dapat ditangani lebih cepat agar tidak menghambat siswa dalam pembelajaran.

Kata kunci: Four-Tier Multiple-Choice Test, Larutan Penyangga, Miskonsepsi

Page 6: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

v

ABSTRACT

Intan Muthiah Afifah, “Identification of Misconceptions of the Buffer Solution

Concept Using the Four-Tier Multiple Choice Diagnostic Test Instrument.”

Chemistry Education Program, Science Education Departement, Faculty of

Tarbiya and Teacher Training of Syarif Hidayatullah State Islamic University,

Jakarta.

Student misconception is one of the important concerns in educational

research because it is disturbing students to understand the scientific concepts in

learning. Misconceptions often occur in Chemistry learning, one of them on the

concept of Buffer Solution. This study aims to identify students' misconception on

the concept of Buffer Solution using Four-Tier Multiple-Choice (4TMC) test

instrument in SMA Negeri South of Tangerang. The research method used is

descriptive quantitative. The study was conducted on 07 August to 05 September

2019. The subjects of this study are the students of XII grade MIPA program in

SMA Negeri South of Tangerang academic year 2019/2020 with the number of

samples 134 students taken from four classes using the technique of Cluster

Random Sampling. The research data was obtained from the students' answers on

the 4TMC test questions. The data is processed based on the pattern of student

answers are then grouped into the category of student understanding that is

misconception, lack of knowledge, error, and understand the concept. The results

showed that there was a misconception with a percentage (28.26%), and

significant misconceptions identified in 2 of 5 subconcepts of Buffer Solution

investigated, they are the subconcept of Buffer Solution Calculation (14.92%),

The Role Of Buffer Solutions In The Body Of Living Things (15.67%). The result

of the identification of student misconception is expected to identify

misconceptions that occur in the students to be handled more quickly so as not to

impede the students in learning.

Keywords: Buffer Solution, Four-Tier Multiple-Choice Test, Misconception

Page 7: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrohim,

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdullilahirabbil‘alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini sebagaimana mestinya. Shalawat serta salam senantiasa

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga serta para sahabatnya,

dan semoga kita sebagai umatnya mendapatkan syafa’atnya di hari akhir kelak.

Skripsi yang berjudul “Identifikasi Miskonsepsi Terhadap Konsep

Larutan Penyangga Dengan Menggunakan Instrumen Test Diagnostic Four-

Tier Multiple Choice” ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Strata 1 (S1) pada Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam kesempatan ini tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung dan membimbing

penulis dalam menyelesaikan skrispsi ini, diantaranya kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Burhanudin Milama, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Dedi Irwandi, M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan, waktu, perhatian, motivasi, dan semangat kepada

penulis selama perkuliahan berlangsung.

4. Dedi Irwandi, M.Si., selaku pembimbing I yang telah banyak berperan

penting dalam memberikan waktu, saran, motivasi dan perhatiannya serta

membimbing penulis dengan sangat baik sampai terselesaikannya skripsi ini.

Page 8: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

vii

5. Dewi Murniati, M.Si., selaku pembimbing II yang juga telah memberikan

bimbingan, waktu, saran, motivasi dan perhatiannya kepada penulis dengan

sangat baik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Luki Yunita, M.Pd., selaku validator yang telah memberikan kritik dan saran

selama proses validasi instrumen penelitian.

7. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPA, khususnya dosen Program Studi

Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

8. Kepala sekolah beserta guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan yang

telah mengizinkan peneliti untuk pengambilan data sehingga penelitian

berjalan dengan lancar.

9. Ayahanda Agus Andria tercinta yang luar biasa selalu memberikan kasih

sayang moril maupun materil, memberikan semangat, do’a dan dukungan

yang tiada hentinya, dan kesabaran tanpa batas kepada penulis.

10. Ibunda Heru Supriatini juga Ibunda Darningsih, yang memberikan do’a serta

selalu sabar kepada penulis.

11. Nenek Almarhumah Aminah tercinta yang telah memberikan kasih sayang

moril maupun materil, do’a dan kesabaran tanpa batas kepada penulis.

12. Nenek Saliyem yang selalu memotivasi dan memberi dukungan kepada

penulis.

13. Bulek Yanti dan Budeh Wiji yang selalu memotivasi dan memberi dukungan

kepada penulis

14. Kakak tersayang, Afif Muhammad Fakhri, S.M., yang tak bosan memberikan

wejangan dan berbagi pengalaman kepada penulis selama perkuliahan dan

penulisan skripsi.

15. Adik-adik tersayang, Wajdi Jadwa, Abdullah Ziyad Ali, dan Lubna Najwa

Zebba yang selalu memberi keceriaan kepada penulis.

16. Teman tercinta dan terbaik Almarhumah Dini Islami, S.Pd., yang sangat luar

biasa senantiasa membantu dalam penulisan skripsi meski dari kejauhan dan

selalu memberikan kritik, saran serta semangat selama perjalanan skripsi

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 9: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA
Page 10: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ........................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI....................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................. iv

ABSTRACT ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

BAB I ....................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN.................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah .................................................................................. 4

D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 5

E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5

BAB II ...................................................................................................................... 6

TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................... 6

A. Deskripsi Teoritik ...................................................................................... 6

B. Penelitian Relevan ................................................................................... 19

C. Kerangka Berpikir .................................................................................... 20

BAB III................................................................................................................... 22

METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................. 22

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 22

B. Metode Penelitian .................................................................................... 22

C. Prosedur Penelitian .................................................................................. 22

Page 11: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

x

D. Populasi dan Sampel ................................................................................ 24

E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 25

F. Instrumen Penelitian ................................................................................. 25

G. Teknik Analisis Data ............................................................................... 26

BAB IV .................................................................................................................. 32

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................................... 32

A. Data Hasil Penelitian ............................................................................... 32

B. Pembahasan .............................................................................................. 38

BAB V .................................................................................................................... 63

KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 63

A. Kesimpulan .............................................................................................. 63

B. Saran ........................................................................................................ 64

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 65

LAMPIRAN ........................................................................................................... 72

Page 12: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pola Jawaban Siswa beserta Kategorinya pada 4TMC ........................ 10

Tabel 3.1 Sampel penelitian di empat SMAN Tangerang Selatan ....................... 24

Tabel 3.2 Skala dan Kriteria Confidence Rating (CR) ......................................... 26

Tabel 3.3 Kriteria Validitas Butir Soal ................................................................ 27

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Butir Soal ............................................................. 27

Tabel 3.5 Kriteria Indeks Kesukaran ................................................................... 28

Tabel 3.6 Pola Jawaban Siswa beserta Kategorinya pada 4TMC ......................... 28

Tabel 3.7 Kategori Miskonsepsi Berdasarkan Persentasenya .............................. 29

Tabel 3.8 Level Miskonsepsi Berdasarkan Skor CR ............................................ 30

Tabel 4.1 Persentase Tiap Kategori Tingkat Pemahaman Siswa Berdasarkan Tiap

Butir Soal .............................................................................................. 33

Tabel 4.2 Persentase Tiap Kategori Tingkat Pemahaman Siswa dengan 4 kategori

pemahaman ........................................................................................... 34

Tabel 4.3 Persentase Miskonsepsi pada Subkonsep-subkonsep Larutan Penyangga

.............................................................................................................. 35

Tabel 4.4 Persentase Miskonsepsi Yang Signifikan Beserta Skor Rata-Rata CR

(Confidence Rating) .................................................................................... 37

Page 13: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ............................................................................. 21

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian ................................................................... 23

Gambar 4.1 Hasil jawaban siswa pada soal nomor satu ...................................... 39

Gambar 4.2 Hasil jawaban siswa pada soal nomor dua ....................................... 40

Gambar 4.3 Hasil jawaban siswa pada soal nomor tiga ....................................... 42

Gambar 4.4 Hasil jawaban siswa pada soal nomor empat ................................... 43

Gambar 4.5 Hasil jawaban siswa pada soal nomor lima ...................................... 45

Gambar 4.6 Hasil jawaban siswa pada soal nomor enam .................................... 47

Gambar 4.7 Hasil jawaban siswa pada soal nomor tujuh ..................................... 48

Gambar 4.8 Hasil jawaban siswa pada soal nomor delapan ................................ 49

Gambar 4.9 Hasil jawaban siswa pada soal nomor sembilan .............................. 51

Gambar 4.10 Hasil jawaban siswa pada soal nomor sepuluh .............................. 52

Gambar 4.11 Hasil jawaban siswa pada soal nomor sebelas ................................. 54

Gambar 4.12 Hasil jawaban siswa pada soal nomor dua belas .............................. 55

Gambar 4.13 Hasil jawaban siswa pada soal nomor tiga belas.............................. 57

Gambar 4.14 Hasil jawaban siswa pada soal nomor empat belas .......................... 58

Gambar 4.15 Hasil jawaban siswa pada soal nomor lima belas .......................... 59

Page 14: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen ........................................................................... 67

Lampiran 2 Hasil Validasi Instrumen Two-Tier Test dengan Anates ............... 101

Lampiran 3 Rekapitulasi Hasil Validasi Instrumen Two-Tier Test ................... 103

Lampiran 4 Instrumen 4TMC ............................................................................ 105

Lampiran 5 Pemetaan Jawaban Siswa pada Instrumen 4TMC .......................... 116

Lampiran 6 Rekapitulasi Hasil Jawaban Siswa Berdasarkan Kategori Pemahaman

............................................................................................................ 122

Lampiran 7 Perhitungan Persentase untuk Setiap Kategori Pemahaman .......... 126

Lampiran 8 Rekapitulasi Miskonsepsi pada Subkonsep-subkonsep Larutan

Penyangga .......................................................................................... 128

Lampiran 9 Rekapitulasi Miskonsepsi Signifikan Siswa beserta Skor CR ....... 130

Lampiran 10 Lembar Pernyataan Validasi Instrument ...................................... 145

Lampiran 11 Surat Permohonan Izin Uji Coba Instrumen................................... 146

Lampiran 12 Surat Keterangan Telah Melakukan Uji Coba Instrumen .............. 147

Lampiran 13 Surat Permohonan Izin Penelitian ................................................ 148

Lampiran 14 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .............................. 152

Lampiran 15 Lembar Uji Referensi ..................................................................... 156

Lampiran 16 Dokumentasi Pengumpulan Data Penelitian .................................. 167

Page 15: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sangat berperan penting dalam membangun kemajuan masa

depan bangsa. Ilmu pengetahuan memiliki peran masing-masing dalam

kemajuan pendidikan, termasuk ilmu pengetahuan alam atau disebut juga IPA

terdiri atas tiga materi pelajaran yaitu biologi, fisika, dan kimia. Ketiga

cabang ilmu IPA ini saling berkaitan satu dengan lainnya. Materi pelajaran

biologi dan fisika lebih awal diperoleh di jenjang SMP oleh siswa. Materi

pelajaran kimia yang bersifat abstrak baru mulai diajarkan dijenjang SMA ini

akan menyulitkan siswa dalam memahami konsepnya. Tidak semua anak

dapat dengan mudah memahami konsep yang sifatnya abstrak, karena materi

kimia tidak dapat secara mudah dijelaskan dan ditransfer oleh guru kepada

siswa (Nurhidayatullah & Prodjosantoso, 2018).

Minat dan prestasi siswa dalam bidang kimia telah menurun, siswa

berasumsi bahwa kimia itu terlalu kompleks dan abstrak. Ada beberapa alasan

bahwa kimia sulit untuk dipelajari, alasan pertama yaitu guru yang mengajar

dengan menggunakan pengajaran umum sehingga membuat siswa pasif dan

tidak bisa berfikir kritis serta hanya menerima informasi saja, dan alasan lain

yaitu pengetahuan siswa yang tidak lengkap serta siswa hanya menghafal

konsep kimia tanpa secara mendalam mempelajarinya (I A Kusumaningrum,

2018).

Banyak faktor yang menyebabkan siswa tidak mencapai ketuntasan

minimum yang ditentukan dalam belajar kimia, sedangkan siswa dituntut

memiliki kemampuan berpikir logis tentang masalah yang abstrak dan bisa

menguji hipotesis siswa secara sistematis serta dapat menunjukkan kaitan

antara teori dan praktik di kehidupan sehari-hari dengan konsep yang

mendasarinya. Contohnya pada materi larutan penyangga, dimana pada

materi itu terdapat sebagian besar konsep nya bersifat absrak. Disamping itu

Page 16: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

2

materi larutan penyangga memiliki keterkaitannya dengan konsep yang cukup

rumit. Apabila siswa belum memahami konsep prasyarat tersebut,

kemungkinan besar siswa mengalami kesulitan pada materi larutan

penyangga.

Konsep yang belum sempurna atau yang melenceng atau bisa dikatakan

salah dari konsep yang telah ada maka bisa dikatakan dengan istilah

miskonsepsi pada siswa. (Dedah Siti Jubaedah, Ida Kaniawati, Iyon Suyana,

Achmad Samsudin, 2017) menyatakan bahwa miskonsepsi merupakan istilah

yang merujuk pada perbedaan pemikiran antara pengetahuan konsep yang

dimiliki siswa dengan konsep sains yang telah ditetapkan oleh para ahli.

Miskonsepsi pada siswa masih perlu ditinjau kembali untuk mengetahui

seberapa besar pengetahuan konsep yang tidak akurat yang masih dialami

oleh siswa setelah pembelajaran dan untuk mengetahui efektifitas

pembelajaran yang dialami siswa dalam mengatasi miskonsepsi, hal ini kalau

dibiarkan berdampak kepada materi setelahnya dan akan mengalami

miskonsepsi yang semakin kompleks (Medina, 2015). Konsep-konsep kimia

saling terkait antara satu dengan yang lainnya, karena itu jika terjadi

miskonsepsi pada pembelajaran kimia akan berakibat fatal, sehingga

kesalahan konsep di awal pembelajaran akan berpengaruh kepada

pembelajaran lanjutan. Hal ini berpengaruh terhadap ketuntasan belajar siswa

(Jannah & Ningsih, 2016).

Ada beberapa hasil penelitian yang menunjukkan siswa masih

mengalami kesulitan dalam memahami materi larutan penyangga.

(Nurhujaimah et al., 2016) dalam penelitiannya mengatakan bahwa

miskonsepsi pada materi larutan penyangga tersebar di semua konsep dan

miskonsepsi banyak terjadi di konsep prinsip kerja larutan penyangga sebesar

51%, serta yang terendah pada konsep sifat larutan penyangga sebesar 31%.

Penelitian yang dilakukan oleh (Marsita et al., 2010) menyebutkan bahwa

letak kesulitan belajar siswa pada materi larutan penyangga adalah sebagai

berikut (1) konsep pengertian larutan penyangga 35.52%, (2) konsep

perhitungan pH dan pOH larutan penyangga dengan menggunakan prinsip

Page 17: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

3

kesetimbangan 26.03%, (3) konsep perhitungan pH larutan penyangga pada

penambahan sedikit asam atau basa 40.83%, (4) konsep fungsi larutan

penyangga dalam tubuh makhluk hidup dan dalam kehidupan sehari-hari

68.26%.

Untuk melihat kembali miskonsepsi yang terjadi pada siswa setelah

dilaksanakannya pembelajaran, dapat dilakukan dengan memberikan tes

diagnostik, yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-

kelamahan siswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat. Dari segi

siswa penyebab terjadinya kesalahan pemahaman antara lain adalah

pengetahuan awal (prakonsepsi) yang telah diperoleh siswa tersebut.

Sedangkan dari segi materi antara lain karena konsep-konsep yang kompleks

dan abstrak (Medina, 2015).

Ada beberapa tes pilihan ganda bertingkat yaitu two-tier (dua tingkat),

three-tier (tiga tingkat), dan four-tier (empat tingkat). Tes diagnostik Four-

tier adalah pengembangan diagnostik pilihan ganda empat tingkat tes.

Perkembangan ini merupakan tambahan dari tingkat kepercayaan dalam

memilih alasan. Dengan adanya tingkatan-tingkatan dalam tes diagnostik,

maka tes four-tier ini memiliki beberapa keunggulan yaitu: (1) membedakan

tingkat kepercayaan jawaban dan tingkat kepercayaan alasan yang dipilih

oleh siswa sehingga mereka dapat mencari lebih lagi tentang tingkat

pemahaman konseptual siswa, (2) mendiagnosis kesalahpahaman yang

dialami oleh siswa secara menyeluruh, (3) menentukan bagian materi yang

membutuhkan lebih banyak penekanan, (4) merencanakan pembelajaran yang

lebih baik lagi untuk membantu mengurangi kesalahpahaman siswa (R Diani,

J Alfin, Y M Anggraeni, M Mustari, 2019).

Penelitian yang berkaitan dengan identifikasi miskonsepsi siswa pada

konsep kimia menggunakan tes diagnostik four-tier multiple choice yaitu

penelitian yang dilakukan oleh (Qisthi Fariyani, Ani Rusilowati, 2017)

dengan judul “Four-Tier Diagnostic Test To Identify Miscopnceptions In

Geometrical Optics”, siswa yang mengalami miskonsepsi dari semua item tes

dalam kategori rendah dengan persentase sebesar 31% dalam kategori sedang

Page 18: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

4

yaitu sebesar 53% dan dalam kategori tinggi yaitu sebesar 61%. Dan

begitupula pada penelitiannya (Negoro & Karina, 2019) dengan judul

“Development of A Four-Tier Diagnostic Test For Misconception of

Oscillation and Waves” Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa

hasil validasi kelayakan instrumen tes diagnostik four-tier tersebut yaitu

instrumennya sangat layak digunakan dengan persentase rata-rata 87%. Dan

keandalannya dalam mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi getaran

dan gelombang sangat baik yaitu menghasilkan 0,765 dengan kategori tingkat

tinggi keandalannya, karena dapat meminimalkan waktu. Berdasarkan dari

uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengidentifikasi adanya miskonsepsi

siswa yang terjadi pada konsep larutan penyangga. Dengan demikian peneliti

mengangkat judul “Identifikasi Miskonsepsi Terhadap Konsep Larutan

Penyangga Dengan Menggunakan Instrumen Test Diagnostic Four-Tier

Multiple Choice”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Siswa masih memiliki kesulitan dalam memahami suatu konsep kimia

yang kompleks.

2. Salah satu materi yang dianggap sulit adalah materi larutan

penyangga.

3. Diperlukan instrumen untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada

materi larutan penyangga.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi tersebut, maka dapat dibatasi sebagai berikut:

1. Hanya mengidentifikasi siswa kelas XII yang sudah mempelajari

materi larutan penyangga.

2. Identifikasi miskonsepsi dilakukan dengan menggunakan tes

diagnostik four-tier multiple choice.

Page 19: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

5

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah nya adalah;

1. Apakah siswa kelas XII di Kota Tangerang Selatan mengalami

miskonsepsi jika diukur dengan menggunakan instrumen test

diagnostic four-tier multiple choice pada materi larutan penyangga?

2. Bagaimana miskonsepsi siswa yang terjadi pada konsep larutan

penyangga yang diuji menggunakan instrumen test diagnostic four-

tier multiple choice?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah tersebut, maka peneliti bertujuan untuk

mendapatkan informasi mengenai miskonsepsi siswa pada materi larutan

penyangga yang diukur dengan menggunakan instrumen test diagnostic four-

tier multiple choice.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat bagi berbagai

pihak antara lain:

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi guru untuk

memperbaiki miskonsepsi yang dialami oleh siswa pada materi larutan

penyangga.

2. Bagi Siswa

Siswa dapat mengetahui bagian mana dari konsep larutan penyangga

yang termasuk miskonsepsi.

Page 20: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik

1. Pengertian Konsep

Konsep adalah gagasan abstrak yang digeneralisasi dari contoh-

contoh spesifik. Misalnya, bola merah, pensil merah, dan kursi merah

semuanya mengilustrasikan konsep sederhana “merah”. Buku hijau

bukanlah contoh konsep “merah”. Jika kepada anda diperlihatkan bola,

pensil, dan kursi merah tersebut dan diminta mengatakan apa yang

menjadi persamaan ketiganya, anda akan menghasilkan konsep “benda

merah”. Jika buku hijau tersebut juga disertakan, anda harus kembali

pada konsep “benda” yang jauh lebih luas (Slavin: 2011: 300-301).

Menurut Fitrianingrum (2017: 88) dalam jurnal penelitian (Nurul

Wilantika, Nur Khoiri, 2018) suatu pemahaman konsep merupakan dasar

dari pemahaman prinsip-prinsip teori, artinya agar dapat memahami

suatu prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep

yang menyusun prinsip tersebut.

Menurut Kartinah (2012) dalam jurnal penelitian (Nurhidayatullah &

Prodjosantoso, 2018) pemahaman konsep merupakan siswa dapat

menjelaskan informasi yang telah didapat dengan kalimatnya sendiri

tidak hanya menghafal.

Menurut Kilpatrick, Swafford, & Findell (2001:116) dalam jurnal

penelitian (Afrilianto, 2012) pemahaman konsep (conceptual

understanding) merupakan kemampuan dalam memahami konsep.

Berdasarkan pengertian konsep yang telah dipaparkan oleh beberapa

para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep adalah

kesesuaian pemahaman siswa dalam menjelaskan suatu konsep dengan

konsep ilmiah.

Page 21: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

7

2. Miskonsepsi

a. Pengertian Miskonsepsi

Miskonsepsi merupakan istilah yang merujuk pada perbedaan

pemikiran antara pengetahuan konsep yang dimiliki siswa dengan

konsep sains yang telah ditetapkan oleh para ahli (Dedah Siti

Jubaedah, Ida Kaniawati, Iyon Suyana, Achmad Samsudin, 2017).

Menurut Zembat (2008, hal.2) Dalam jurnal penelitian (Cans &

Küçük, 2011) Miskonsepsi bisa disebut juga sebagai persepsi atau

konsepsi yang tidak sesuai dengan pendapat yang umumnya

disepakati oleh para ahli pada subjek tertentu. Dan menurut Michael

(2002) mendefinisikan miskonsepsi sebagai ketidakkonsistenan

antara konsep yang kita ingin siswa pelajari dengan pengetahuan

yang siswa bangun di dalam pikirannya. Dengan kata lain juga

menurut Clement (1993) miskonsepsi adalah informasi yang

bertentangan dengan teori-teori ilmiah yang diterima saat ini.

Menurut Halloun & Hesten (1985) dalam jurnal penelitian

(Diyanahesa et al., 2017) Konsepsi siswa yang tidak sesuai dengan

pandangan komunitas ilmiah dan diyakini benar oleh siswa serta

digunakan secara konsisten disebut miskonsepsi. Dan menurut

Kutluay (2005) miskonsepsi ini bukan disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan siswa, akan tetapi pemahaman konsepsi siswa dengan

cara yang salah atau tidak lengkap.

Menurut Louga et al. (2013) dalam jurnal penelitian (H. R.

Widarti, A. Permanasari, 2016) miskonsepsi adalah

ketidakkonsistenan pemahaman antara pandangan siswa dengan

ilmuwan. Dan menurut Pinarbasi et al. (2009), dikatakan bahwa

miskonsepsi itu adalah ketidakkonsistenan atau ketidakcocokan

pemahaman konsep yang dimiliki siswa dengan konseps ilmiah. Para

siswa telah memiliki ide sendiri tentang konsep kimia yang telah

diperoleh pada tingkat sekolah sebelum mereka memasuki

pendidikan tinggi di perguruan tinggi. Keadaan ini menentukan

Page 22: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

8

pendapat siswa untuk menghubungkan hubungan yang kurang tepat

antara pengetahuan mereka yang baru diperoleh dengan pengetahuan

sebelumnya. Karena itu, menimbulkan pemahaman baru yang tidak

sesuai dengan harapan para ahli. Pengalaman sehari-hari para siswa,

persepsi siswa, dan dari buku teks dapat menyebabkan terjadinya

miskonsepsi.

Berdasarkan pengertian miskonsepsi yang telah dipaparkan oleh

beberapa para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

miskonsepsi adalah pengetahuan yang dimiliki siswa dari

pengalaman siswa dan pengetahuan yang baru didapat dari guru atau

buku teks tidak sesuai dengan konsep yang telah ditentukan oleh

para ahli.

b. Jenis-jenis Miskonsepsi

Menurut (Education, 1997) miskonsepsi dapat dikatagorikan

menjadi 5 jenis yaitu:

1) Pendapat yang terbentuk sebelumnya. Pendapat yang terbentuk

sebelumnya adalah konsep yang sudah popular dan berakar yang

didapatkan dari pengalaman sehari-hari.

2) Keyakinan yang tidak ilmiah. Keyakinan yang tidak ilmiah

termasuk pemikiran atau perspektif siswa yang berasal dari

sumber lain selain dari pengetahuan yang ilmiah seperti ajaran

agama atau mitos.

3) Kesalahpahaman konsep. Kesalahpahaman konsep timbul ketika

para siswa diajarkan suatu konsep ilmiah yang tidak memancing

mereka untuk menghadapi konflik yang dihasilkan dari diri

mereka sendiri. Siswa dalam menghadapi kebingungannya

membangun suatu konsep sendiri yang salah, yang biasanya

sangat lemah dan membuat siswa sendiri tidak yakin dengan

konsep tersebut.

Page 23: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

9

4) Kesalahpahaman bahasa daerah. Kesalahpahaman bahasa daerah

timbul dari penggunaan kata-kata yang berarti satu hal dalam

hidup sehari-hari dan lain dalam konteks ilmiah.

5) Kesalahpahaman faktual. Kesalahpahaman faktual adalah

konsep yang salah yang diperoleh siswa sejak usia dini dan

disimpan sampai dewasa.

c. Penyebab Miskonsepsi

Miskonsepsi dapat disebabkan oleh 4 macam faktor penyebab

miskonsepsi, antara lain:

1.) Siswa : Prakonsepsi, pengetahuan yang tidak lengkap,

intuisi yang salah, tahap perkembangan kognitif siswa,

kemampuan siswa, minat belajar siswa.

2.) Pengajar : Tidak menguasai bahan, tidak membiarkan siswa

mengungkapkan gagasan/ide, relasi guru-siswa tidak baik.

3.) Buku teks : Penjelasan keliru, salah tulis terutama dalam

rumus, tingkat penulisan buku terlalu tinggi bagi siswa, dan

tidak tahu membaca buku teks.

4.) Konteks : Pengalaman siswa, teman diskusi yang salah, dan

keyakinan siswa (Fakhruddin, 2012).

d. Identifikasi Miskonsepsi

Identifikasi miskonsepsi merupakan langkah yang dilakukan

sebelum melangkah pada proses penyediaan forum bagi siswa untuk

menghadapi miskonsepsi, dan membantu siswa merekonstruksi dan

menginternalisasi pengetahuan mereka berdasarkan konsep ilmiah

(Education, 1997).

Menurut Yuliatiningsih (2013) dalam jurnal penelitian

(Monoarfa et al., 2017) Identifikasi dilakukan untuk mengetahui

letak-letak miskonsepsi peserta didik yang terjadi pada suatu konsep

tertentu sehingga peserta didik mengetahui apa sebenarnya terjadi

dan mempersiapkan diri untuk menindaklanjuti permasalahan

tersebut. Dan identifikasi miskonsepsi dapat dilakukan dengan

Page 24: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

10

beberapa macam cara, yaitu sebagai berikut: pembuatan peta konsep,

tes multiple choice dengan reasoning terbuka, tes esai tertulis,

wawancara diagnosis melalui diskusi dalam kelas dan melalui

praktikum dengan tanya jawab. Namun, pemilihan instrumen

identifikasi miskonsepi tersebut tergantung pada konsep yang akan

diselidiki, karakteristik mata pelajaran yang dimaksudkan untuk

diselidiki, dan kemampuan dan sumber daya dari peneliti atau guru

(Derya Kaltakci Gurel, Ali Eryılmaz, 2015)

e. Cara Mengatasi Miskonsepsi

Banyaknya kemungkinan miskonsepsi dialami oleh siswa yang

disebabkan oleh banyak faktor, beberapa ahli pendidikan fisika,

kimia, biologi dan astronomi telah melakukan banyak penelitian

yang dapat mengungkapkan bermacam-macam kiat untuk dapat

mencegah dan menyelesaikan miskonsepsi. Cara mengatasi

miskonsepsi yaitu dengan berdasarkan pola jawaban modifikasi

menurut (Caleon & Subramaniam, 2010) dan (Ismail et al., 2015)

Tabel 2.1 Pola Jawaban Siswa beserta Kategorinya pada

4TMC

Page 25: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

11

3. Bentuk-bentuk Tes

Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil

belajar siswa, terutama dalam mengukur tingkat kognitif siswa yang

berkenaan dengan penguasaan materi atau pengajaran sesuai yang telah

diajarkan. Tes digunakan sebagai alat penilaian dalam bidang pendidikan

yang mempunyai peran penting dalam mengukur prestasi hasil belajar

siswa. Sebuah tes dapat dikatakan valid yaitu apabila tes tersebut dapat

tepat mengukur apa yang hendak diukur. Tes dikatakan reabel apabila

diteskan berkali-kali memberikan hasil yang tepat. Dan susunan tes

dikatakan objektif apabila dalam melaksanakan tes tidak ada faktor

subjektif yang mempengaruhinya. Sebagai alat pengukur perkembangan

dan kemajuan belajar siswa, bentuk-bentuk soal dibedakan menjadi dua

macam, yaitu:

1. Dari segi soal, terbagi menjadi dua tipe:

a. Tes hasil belajar berbagai uraian (Subjective Test)

b. Test obyektif (Objective test) adalah tes keseluruhan

informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah

tersedia. Dan tes yang dalam pemeriksaannya dapat

dilakukan secara objektif. Tes ini tidak memberi peluang

untuk memberikan penilaian yang bergradasi, karena dia

hanya mengenal benar dan salah.

2. Dari segi fungsi:

a. Tes Seleksi yaitu tes yang sering dikenal dengan istilah

Ujian Saringan atau Ujian Masuk. Tes ini dilaksanakan

dalam rangka penerimaan calon siswa baru, dimana hasil tes

digunakan untuk memilih calon peserta didik yang

tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang

mengikuti tes.

b. Tes Awal yaitu tes yang sering dikenal dengan istilah “pre-

test”. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk

mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran

Page 26: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

12

yang akan diajarkan telah dapat dipahami oleh peserta

didik. Tes ini dilaksanakan sebelum bahan pelajaran

diberikan kepada peserta didik.

c. Tes Akhir yaitu tes yang sering dikenal dengan istilah

“post-test”. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk

mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong

penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh

para peserta didik. Tes ini dilaksanakan setelah pemberian

materi pembelajaran.

d. Tes Diagnostik (Diagnostic Test) adalah tes yang

dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis

kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu

mata pelajaran tertentu.

e. Tes Formatif (Formative Test) adalah hasil tes belajar yang

bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah peserta didik

telah terbentuk (sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah

ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran

dalam waktu tertentu. Tes formatif dilaksanakan ditengah-

tengah berjalannya proses pengajaran, yaitu di laksanakan

pada setiap kali satuan pelajaran atau sub-pokok bahasan

berakhir, atau sering dikenal dengan istilah “Ulangan

Harian” atau “Ulangan Tengah Semester”.

f. Tes Sumatif yaitu tes yang sering dikenal dengan istilah

Ulangan Umum, dimana hasilnya digunakan untuk mengisi

nilai rapor atau ijazah. Tes sumatif dilaksanakan secara

tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama

(Nurjanah & Marlianingsih, 2015).

Page 27: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

13

4. Tes Diagnostik Four-Tier

Tes diagnostik, yaitu tes yang dilaksanakan untuk menentukan

secara tepat jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu

mata pelajaran tertentu (Nurjanah & Marlianingsih, 2015).

Menurut (Susanti, Waskito, & Surantoro, 2014) dalam jurnal

penelitian (Mutmainna et al., 2018) Tes diagnostik berfungsi untuk

mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat

digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa

perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa.

Tes diagnostik ini juga untuk mengidentifikasi miskonsepsi dapat

dilakukan dengan interview, open-ended test, multiple-choice tests,

multipletier test yaitu two-tier, three-tier dan four-tier, dan lainnya

(Nurulwati, 2019).

Tes diagnostik Four-tier adalah pengembangan diagnostik pilihan

ganda empat tingkat tes. Perkembangan ini merupakan tambahan dari

tingkat kepercayaan dalam memilih alasan. Dengan adanya tingkatan-

tingkatan dalam tes diagnostik, maka tes four-tier ini memiliki beberapa

keunggulan yaitu: (1) membedakan tingkat kepercayaan jawaban dan

tingkat kepercayaan alasan yang dipilih oleh siswa sehingga mereka

dapat mencari lebih lagi tentang tingkat pemahaman konseptual siswa,

(2) mendiagnosis kesalahpahaman yang dialami oleh siswa secara

menyeluruh, (3) menentukan bagian materi yang membutuhkan lebih

banyak penekanan, (4) merencanakan pembelajaran yang lebih baik lagi

untuk membantu mengurangi kesalahpahaman siswa (R Diani, J Alfin, Y

M Anggraeni, M Mustari, 2019).

5. Deskripsi Konsep Larutan Penyangga

a. Konsep Larutan Penyangga

Larutan didefinisikan sebagai zat homogen yang merupakan

campuran dari dua komponen atau lebih, yang dapat berupa gas,

cairan atau padatan (Sastrohamidjojo, 2005. Hlm. 227).

Page 28: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

14

Suatu larutan yang mengandung asam lemah dan basa

konjugasinya atau basa lemah dan asam konjugasinya disebut larutan

buffer atau larutan dapar atau larutan penyangga. Larutan ini

mempunyai kemampuan untuk menahan perubahan pH suatu larutan

karena penambahan asam atau basa. Kemampuan inilah yang

membuat larutan buffer mempunyai peranan penting dalam sistem

biologi ditubuh manusia. Darah manusia misalnya merupakan

larutan buffer yang dijaga pH-nya oleh pasangan asam-basa

konjugasinya, terutama oleh asam lemah H2CO3 dan basa

konjugasinya HCO3- sehingga pH-nya terjaga sekitar 7,4. Sebab

kemampuan darah untuk mengangkut oksigen sangat tergantung dari

pH darah diatas (Sri Listyarini, 2017. Hlm. 6.31).

Larutan penyangga adalah larutan yang terdiri dari (1) asam

lemah atau basa lemah dan (2) garamnya; kedua komponen itu harus

ada. Larutan ini mampu melawan perubahan pH ketika terjadi

penambahan sedikit asam atau sedikit basa. Buffer sangat penting

dalam sistem kimia dan biologi. pH dalam tubuh manusia sangat

beragam dari satu cairan ke cairan lainnya; misalnya, pH darah

adalah sekitar 7,4, sementara pH cairan lambung sekitar 1,5. Nilai-

nilai pH ini, yang penting agar enzim dapat bekerja dengan benar

dan agar tekanan osmotik tetap seimbang, dalam banyak kasus

dipertahankan oleh buffer.

Larutan penyangga harus mengandung konsentrasi asam yang

cukup tinggi untuk bereaksi dengan ion OH- yang ditambahkan

kepadanya dan harus mengandung konsentrasi basa yang sama

tingginya untuk bereaksi dengan ion H+ yang ditambahkan. Selain

itu, komponen asam dan basa dari buffer tidak boleh saling

menghabiskan dalam suatu reaksi penetralan. Persyaratan ini

dipenuhi oleh pasangan asam-basa konjugat (asam lemah dan basa

konjugatnya atau basa lemah dan asam konjugatnya).

Page 29: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

15

Larutan buffer sederhana dapat dibuat dengan menambahkan

asam asetat (CH3COOH) dan natrium asetat (CH3COONa) dalam

jumlah yang sama ke dalam air. Konsentrasi kesetimbangan baik

asam maupun basa konjugat (dari CH3COONa) diasumsikan sama

dengan konsentrasi awalnya. Ini karena (1) CH3COOH adalah asam

lemah dan hidrolisis ion CH3COO- sangat kecil dan (2) keberadaan

ion CH3COO- menekan ionisasi CH3COOH, dan keberadaan

CH3COOH menekan hidrolisis ion CH3COO-

Larutan yang mengandung kedua zat ini mampu menetralkan

asam atau basa yang ditambahkan. Natrium asetat, suatu elektrolit

kuat, terionisasi sempurna dalam air:

CH3COONa(s) CH3COO- (aq) + Na+(aq)

Jika ditambahkan adalah asam, ion H+ akan dikonsumsi oleh

basa konjugat dalam buffer, CH3COO-, berdasarkan persamaan;

CH3COO- (aq) + H+(aq) CH3COOH(aq)

Jika yang ditambahkan ke dalam sistem buffer adalah basa, ion

OH- akan dinetralkan oleh asam dalam buffer;

CH3COOH(aq) + OH- (aq) CH3COO- (aq) + H2O(l)

Kapasitas buffer, yaitu keefektifan larutan buffer, bergantung

pada jumlah asam dan basa konjugatnya yang menyusun buffer

tersebut. Semakin besar jumlahnya, semakin besar kapasitas buffer

nya. Pada umumnya, sistem buffer dapat dinyatakan sebagai

garam/asam atau basa konjugat/asam. Jadi, sistem buffer natrium

asetat-asam asetat dapat dituliskan sebagai CH3COONa/ CH3COOH

atau CH3COO-/ CH3COOH (Chang, 2005. Hlm. 132-133).

b. Cara Kerja Larutan Penyangga

Perhatikan asam lemah yang khas, asam format (HCOOH). Dan

basa konjugatnya, ion format (HCOO-). Terakhir ini dapat diperoleh

dengan cara melarutkan garam seperti natrium format (NaHCOO) ke

dalam air.

Page 30: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

16

Kesetimbangan asam dan basa yang tercapai antara komponen-

komponen ini dihasilkan oleh: HCOOH(aq) + H2O(l) H3O+(aq) +

HCOO- (aq) dengan ketetapan ionisasi asam: [H3O+][HCOO-] /

[HCOOH] = Ka = 1,77x10-4

Telah dibahas bahwa pH larutan yang hanya mengandung asam

lemah (seperti HCOOH) atau hanya basa lemah (seperti HCOO-).

Misalkan sekarang asam lemah dan basa konjugatnya keduanya

sudah ada sejak awal. Maka menghasilkan perhitungan dimana

kesetimbangan dicapai dari campuran yang berisi kedua reaktan dan

produk tersebut.

c. Pembuatan Larutan Penyangga

Control pH sangat diperlukan dalam kimia sintesis dan analisis,

seperti juga dalam organisme hidup. Prosedur yang dapat bekerja

dengan baik pada pH 5 bisa gagal bila konsentrasi ion hydronium

dalam larutan dinaikkan 10 kali agar diperoleh pH 4. Untungnya,

melalui pemilihan asam lemah yang tepat dan nisbah yang benar

antara asam tersebut dengan basa konjugatnya, kita dapat membuat

larutan buffer yang mampu menjaga agar pH tetap disekitar nilai

yang diinginkan (Sopandi, 2017. Hlm. 5.27&5.31).

Buffer yang optimal adalah buffer yang asam dan basa konjugat

di dalamnya mempunyai konsentrasi yang hampir sama; jika

perbedaannya terlalu besar, ketahanan buffer terhadap pengaruh

penambahan asam atau basa akan berkurang. Dalam menyeleksi

sistem buffer, pilihlah asam dengan pKa sedekat mungkin dengan

pH yang diinginkan. Konsentrasi asam dan basa konjugatnya dapat

disesuaikan kemudian agar pH yang diinginkan dapat diperoleh

dengan tepat (Oxtoby, 2001 .Hlm.314).

d. Fungsi Larutan Penyangga

Larutan penyangga memainkan peranan penting dalam

kehidupan manusia. Selain itu, banyak pula industri yang

menggunakan larutan penyangga seperti industri obat-obatan. Air

Page 31: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

17

laut dapat dianggap sebagai larutan penyangga apabila dibandingkan

dengan air murni. Fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk

hidup dan kehidupan. Dalam setiap tubuh makhluk hidup terjadi

reaksi kimia yang sangat kompleks. Dalam tubuh terdapat banyak

cairan, seperti cairan sel, cairan darah, seperti cairan kelenjar yang

berfungsi sebagai pengangkut bahan makanan dan sebagai pelarut

dalam reaksi metabolisme dalam tubuh. Cairan dalam tubuh

makhluk hidup mengandung sistem buffer untuk mempertahankan

pHnya agar tetap stabil. Darah manusia yang normal harus

mempunyai pH normal (antara 7,35 sampai 7,5). Seandainya pH

darah kurang dari 7,35 atau lebih dari 7,45 maka akan menyebabkan

kematian. Buffer dalam tubuh makhluk hidup berupa asam lemah

dengan basa konjugasinya.

Kesetimbangan dalam darah tubuh makhluk hidup

dipertahankan oleh empat sistem buffer, yaitu: buffer karbonat,

buffer fosfat, buffer hemoglobin, dan buffer oksihemoglobin.

1) Buffer karbonat

Buffer karbonat merupakan pasangan antara asam

karbonat (H2CO3) dengan basa konjugasi bikarbonat

(HCO3).

H2CO3(aq) H2CO3(aq) + H+(aq)

Apabila ke dalam tubuh ditambahkan asam maka

kesetimbangan akan bergeser ke kanan dan bila

ditambahkan basa maka kesetimbangan akan bergeser ke

kiri. Pergeseran ini menyebabkan (H+) relatif tetap sehingga

pHnya juga relatif tetap.

2) Buffer fosfat

Buffer fosfat merupakan kesetimbangan antara asam

fosfat (H2PO4) dengan basa konjugasi nya (HPO42-)

H2PO4(aq) HPO42-(aq) + H+(aq)

Page 32: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

18

Apabila ke dalam tubuh ditambahkan asam maka

kesetimbangan akan bergeser ke kanan dan bila

ditambahkan basa maka kesetimbangan akan bergeser ke

kiri. Pergeseran ini menyebabkan (H+) relatif tetap sehingga

pHnya juga relatif tetap.

3) Buffer hemoglobin

Buffer hemoglobin merupakan kesetimbangan antara

hemoglobin yang bersifat asam (HHb) dengan basa

hemoglobin (Hb) sebagai basa konjugasinya.

HHb Hb + H+

4) Buffer oksihemoglobin

Buffer oksihemoglobin merupakan kesetimbangan

antara hemoglobin yang bersifat asam (HHb) dengan ion

oksihemoglobin (HbO2).

HHb + O2 HbO2 + H+

Larutan penyangga sangat penting dalam bidang

kesehatan karena berhubungan dengan manusia. Darah

manusia harus normal, sehingga obat-obatan yang masuk ke

dalam tubuh manusia juga harus normal. Apabila pH obat-

obatan berubah maka akan menimbulkan dampak naik atau

turunnya pH pada tubuh manusia. Obat mata, obat kulit

maupun obat suntik harus disesuaikan dengan pH tubuh

manusia. Besar pH obat kulit harus disesuaikan dengan pH

kulit dan besar pH obat tetes mata harus mempunyai pH

yang sama dengan air mata supaya tidak menimbulkan

iritasi (Sopandi, 2017. Hlm. 5.33).

Page 33: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

19

B. Penelitian Relevan.

Murniningsih melakukan penelitian dengan judul “Analysis of

misconceptions by four tier tests in electrochemistry, case study on students

of the chemistry education study program UIN Antasari Banjarmasin”.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui miskonsepsi tentang

elektrokimia pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia UIN Antasari.

Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa mahasiswa Program

Studi Pendidikan Kimia UIN Antasari mengalami miskonsepsi dengan

kriteria sedang pada konsep sel volta dan elektrolisis (Murniningsih et al.,

2020).

Qisthi Fariyani melakukan penelitian dengan judul “Four-Tier

Diagnostic Test To Identify Miscopnceptions In Geometrical Optics”. Tujuan

penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa dalam geometri

optik. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pada setiap butir

soal, ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi. Siswa mengalami

miskonsepsi dari semua item tes, dalam kategori rendah dengan persentase

sebesar 31%, dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 53% dan

dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 61% (Qisthi Fariyani, Ani

Rusilowati, 2017).

Ridho Adi Negoro melakukan penelitian dengan judul “Development of

A Four-Tier Diagnostic Test For Misconception of Oscillation and Waves”.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengembangkan instrumen uji diagnostik

empat tingkat dan untuk mendiagnosis miskonsepsi siswa tentang materi

getaran dan gelombang. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa

hasil validasi kelayakan instrumen tes diagnostik empat tingkat tersebut yaitu

instrumennya sangat layak digunakan dengan persentase rata-rata 87%. Dan

keandalannya dalam mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi getaran

dan gelombang sangat baik yaitu menghasilkan 0,765 dengan kategori tingkat

tinggi keandalannya, karena dapat meminimalkan waktu (Negoro & Karina,

2019).

Page 34: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

20

C. Kerangka Berfikir

Kesulitan siswa dalam memahami konsep membuat siswa mengalami

miskonsepsi. Salah satu konsep kimia yang dianggap sulit bagi siswa adalah

konsep larutan penyangga. Sedangkan konsep asam basa merupakan konsep

dasar yang sangat penting dalam ilmu kimia, dan sangat berhubungan dengan

konsep-konsep kimia yang lain karena miskonsepsi harus segera ditangani

sebelum miskonsepsi tersebut dibawa pada materi selanjutnya.

Miskonsepsi yang dialami oleh siswa dapat berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa. Hasil belajar siswa SMA kelas XII di kota Tangerang selatan

masih berada dibawah nilai rata-rata. Rendahnya hasil belajar siswa

menunjukkan masih banyak siswa yang kurang dalam memahami konsep atau

miskonsepsi sehingga perlu dilakukan identifikasi pada miskonsepsi yang

dialami siswa. Jadi, guru dapat mengetahui letak miskonsepsi pada siswa dan

dapat memberikan penanganan terhadap miskonsepsi yang dialami siswa.

Salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui

miskonsepsi siswa yaitu dengan menggunakan instrumen tes diagnostik four-

tier. Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka berfikir penelitian ini dapat

digambarkan dalam diagram pada gambar 2.1. berikut:

Page 35: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

21

Page 36: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan siswa-siswi sekolah menengah atas

negeri (SMAN) di kota Tangerang Selatan, pada semester ganjil tahun ajaran

2019/2020.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif Menurut

(Yusuf, 2016, hlm. 62) “Penelitian deskriptif kuantitatif adalah salah satu

jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual,

dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba

menggambarkan fenomena secara detail”.

C. Alur Penelitian

Prosedur penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

1. Pada tahap persiapan, langkah-langkahnya yaitu:

a. Mencari konsep materi yang sesuai

b. Menyusun proposal penelitian

c. Penyusunan instrument penelitian, meliputi:

1) Analisis KI dan KD

2) Pembuatan indikator berdasarkan KI dan KD

3) Menyusun kisi-kisi soal instrumen

4) Merumuskan instrumen four-tier multiple choice

5) Revisi instrumen

6) Validasi soal oleh validator ahli

7) Menghitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan

daya pembeda

2. Pada tahap pelaksanaan penelitian, yang dilakukan yaitu:

a. Penyebaran instrumen tes four-tier multiple-choice (4TMC)

kepada sampel untuk memperoleh data.

Page 37: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

23

3. Pada tahap pengolahan data dilakukan:

a. Menganalisis data hasil dari instrumen 4TMC.

b. Penarikan kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah yang ada

4. Tahap Akhir Penyusunan Skripsi (Penulisan data hasil penelitian,

pembahasan, dan pembuatan kesimpulan)

Adapun alur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagaimana pada

Gambar 3.1 berikut:

Revisi

“Identifikasi Miskonsepsi Terhadap Konsep Larutan

Penyangga Dengan Menggunakan Instrumen Test Diagnostic

Four-Tier”.

Menyusun proposal penelitian

Analisis KI 3,4 dan KD

3,4

Pembuatan indikator

berdasarkan KI 3,4 dan

KD 3,4

Menyusun kisi-kisi soal

instrument

Merumuskan instrumen

four-tier multiple choice

Penyusunan instrumen

Validasi soal oleh validator

ahli

Uji coba instrumen

Analisis butir soal

Instrumen penelitian

Pengambilan data dan Pengolahan data

Kesimpulan

Tidak Valid Valid

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

Page 38: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

24

D. Populasi dan Sampel

Menurut sugiyono (2011:119) yang disebut dengan “populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek, subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Dengan mempertimbangkan

definisi diatas maka dalam penelitian ini yang dimaksud populasi adalah

subyek penelitian siswa-siswi sekolah menengah atas negeri (SMAN) kota

Tangerang Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

XII SMAN Kota Tangerang Selatan.

Sampel adalah sebagian dari populasi, artinya tidak akan ada sampel jika

tidak ada populasi. Pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dilakukan

dengan cara Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu. (Sugiyono, 2014: 124). Peserta didik kelas XII dipilih

berdasarkan tingkat kecamatan se-Kota Tangerang Selatan dan yang sudah

mempelajari materi larutan penyangga. Peneliti menarik terlebih dahulu SMA

Negeri Tangerang Selatan, terpilih 4 SMA Negeri dari total 12 SMA Negeri

yang ada di Kota Tangerang Selatan pada kecamatan yang berbeda dari setiap

sekolah yang terpilih. Dari SMA Negeri yang terpilih tersebut selanjutnya

menentukan kelas yang sudah mempelajari materi larutan penyangga.

Berdasarkan pernyataan tersebut didapatkan kesimpulan total siswa yang

dijadikan sampel penelitian yaitu sebanyak 134 siswa yang dapat mewakili

siswa kelas XII SMA Negeri se-Kota Tangerang Selatan dengan rincian

sebagai berikut;

Tabel 3.1 Sampel penelitian di empat SMAN Tangerang Selatan

No. SMAN Kota Tangerang

Selatan Alamat Kelas

Jumlah

Siswa

1. SMAN 5 Kota Tangerang

Selatan Pondok Aren

XII IPA

3 39

2. SMAN 6 Kota Tangerang

Selatan Pamulang

XII IPA

2 35

Page 39: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

25

3. SMAN 11 Kota Tangerang

Selatan Ciputat

XII IPA

4 32

4. SMAN 12 Kota Tangerang

Selatan Serpong

XII IPA

3 28

JUMLAH 134

E. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini diperoleh dari hasil tes diagnostik four-tier multiple

choice. Tes diberikan kepada siswa setelah siswa mempelajari materi larutan

penyangga selambat-lambatnya dua minggu setelah materi diberikan.

Pengambilan data dilakukan di dalam kelas, dan di luar jam pelajaran.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitan yaitu berupa tes pilihan ganda

yang memiliki empat tingkatan atau disebut sebagai tes four-tier multiple-

choice (4TMC). Tes 4TMC ini merupakan modifikasi dari two-tier test

dengan tambahan dua tier kepercayaan diri secara terpisah untuk tier jawaban

sebagai tier kedua dan untuk tier alasan sebagai tier keempat. Tes four-tier ini

memiliki beberapa kelebihan, yaitu dapat membedakan tingkat kepercayaan

jawaban dan tingkat kepercayaan alasan yang dipilih oleh siswa sehingga

mereka dapat mencari lebih lagi tentang tingkat pemahaman konseptual

siswa, dapat mendiagnosis kesalahpahaman yang dialami oleh siswa secara

menyeluruh, dan dapat menentukan bagian materi yang membutuhkan lebih

banyak penekanan, merencanakan pembelajaran yang lebih baik lagi untuk

membantu mengurangi kesalahpahaman siswa.

Tahap Desain dalam pembuatan instrumen four-tier terdiri dari 4 tahap,

yaitu: 1) Menentukan materi, 2) Membuat kisi-kisi soal tes diagnostik, 3)

Menentukan bentuk tes yaitu bentuk four-tier test, dan 4) Menulis soal test

four-tier (Rawh, Samsudin, dan Nugraha, 2020). Pada instrumen ini

digunakan skala tingkatan kepercayaan yang mengacu kepada (Caleon &

Subramaniam, 2010) dalam penelitiannya. Sebagaimana Tabel 3.2 berikut ini:

Page 40: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

26

Tabel 3.2 Skala dan Kriteria Confidence Rating (CR)

Skala Confidence Rating (CR) Kriteria

1 Hanya menebak

2 Sangat tidak yakin

3 Tidak yakin

4 Yakin

5 Sangat yakin

6 Sangat yakin sekali

Sebelum tes dilakukan, terlebih dahulu instrumen tes berupa tes tertulis,

divalidasi dengan validasi ahli (dosen ahli) yaitu 1 orang dosen pendidikan

kimia. Validasi ini dilakukan dengan pertimbangan: 1) Kesesuaian soal

dengan indikator komunikasi matematis, 2) Kesesuaian soal dengan indikator

materi, 3) Ketepatan penggunaan kata/bahasa, 4) Soal tidak menimbulkan

penafsiran ganda, 5) Kejelasan yang diketahui dan yang ditanyakan dari soal.

Hasil validasi instrumen soal dapat dilihat pada lampiran.

G. Teknik Analisis Data

Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data, suatu instrumen perlu

dianalisis terlebih dahulu. Pada instrumen yang akan digunakan dilakukan uji

validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukaran terlebih dahulu pada tiap butir

soal. Setelah dilakukan uji-uji tersebut pada butir soal, kemudian

dipertimbangkan butir soal yang mana yang layak digunakan sebagai

instrumen pada penelitian ini.

I. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau

kesahihan dari suatu instrumen. Instrumen yang valid berarti alat

ukur yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid. Valid

berarti alat ukur tersebut bisa digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur (Sugiyono, 2011, hlm. 168). Untuk

menginterpretasikan tingkat validitasnya, kriteria yang digunakan

Page 41: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

27

berdasarkan yang dikemukakan (Prihono, 2019) pada tabel 3.3.

berikut:

Tabel 3.3. Kriteria Validitas Butir Soal

Rentang Kriteria

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

0,60 – 0,79 Tinggi

0,40 – 0,59 Sedang

0,20 – 0,39 Rendah

0 – 0,19 Sangat Rendah

< 0 Tidak Valid

Perhitungan validitas butir soal tersebut dilakukan dengan

menggunakan software ANATES versi 4.0.9.

II. Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji tingkat

keajegan suatu tes yang akan digunakan dalam penelitian. Tes

dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila

diteskan berkali-kali. Kriteria-kriteria yang digunakan berdasarkan

yang dikemukakan (Fajar et al., 2014) pada tabel 3.4. berikut:

Tabel 3.4. Kriteria Reliabilitas Butir Soal

Rentang Kriteria

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

0,60 – 0,79 Tinggi

0,40 – 0,59 Sedang

0,20 – 0,39 Rendah

0 – 0,19 Sangat Rendah

< 0 Tidak Valid

Untuk perhitungan reliabilitas butir soal juga dilakukan dengan

menggunakan software ANATES versi 4.0.9.

Page 42: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

28

III. Indeks Kesukaran

Untuk menentukan tingkat kesukaran dari setiap butir soal

dilakukan uji indeks kesukaran menggunakan software ANATES

versi 4.0.9. Adapun kriteria indeks kesukaran menurut Arikunto

(2016, hlm. 225) dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5 Kriteria Indeks Kesukaran

Rentang Indeks Kesukaran Kriteria

0,00 – 0,30 Sukar

0,30 – 0,70 Sedang

0,70 – 1,00 Mudah

Data yang didapat dari hasil tes 4TMC dianalisis berdasarkan

jawaban dari siswa untuk mendapatkan deskripsi kategori

pemahaman dari data tersebut. Berikut Tabel 3.6 mengenai analisis

4TMC dalam menentukan kategori pemahaman berdasarkan pola

jawaban modifikasi dari (Caleon & Subramaniam, 2010), dan

(Ismail et al., 2015).

Tabel 3.6 Pola Jawaban Siswa beserta Kategorinya pada

4TMC

Kategori Jawaban

Confidence

Rating pada

Jawaban

Alasan

Confidence

Rating pada

Alasan

Miskonsepsi Benar

1 – 6 Salah ≥ 4 Salah

Paham

Konsep Benar ≥ 4 Benar ≥ 4

Kurang

Paham

Konsep

Benar 1 – 6 Benar

≤ 3 Salah

Benar ≤ 3 Benar ≥ 4

Salah 1 – 6 Benar ≤ 3

Page 43: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

29

Salah

Kesalahan Salah 1 – 6 Benar ≥ 4

Menurut (Michael R. Abraham, Eileen Bross Grzybowski,

1992) kategori paham konsep diberikan ketika semua komponen

atau respon atau jawaban yang diberikan sesuai dengan konsep

ilmiah, sedangkan untuk kategori kurang paham konsep atau paham

sebagian diberikan jika minimal terdapat satu komponen respon atau

jawaban yang sesuai, tetapi tidak semuanya. Sedangkan untuk

kesalahan diartikan ketika jawaban siswa salah, tapi tidak dapat

digolongkan ke dalam kategori tidak paham konsep karena bisa saja

siswa tersebut hanya menebak atau memilih secara kebetulan dan

atau ketika ia kesulitan dalam menyampaikan jawaban yang ia

maksud (Sreenivasulu & Subramaniam, 2013).

Data yang telah dideskripsikan ke dalam bentuk kategori

pemahaman tersebut dapat dihitung persentasenya. Untuk

mengetahui persentase tiap kategori pemahaman yang dialami oleh

siswa secara keseluruhan pada konsep larutan penyangga dapat

dihitung dengan cara (Tri Wahyuni, 2016):

%Kategori pemahaman siswa = f

N x 100%

Keterangan:

f = jumlah jawaban yang termasuk ke dalam kategori

pemahaman

N = jumlah keseluruhan soal yang dijawab

Kemudian untuk mengetahui kategori miskonsepsi dapat dilihat

dari persentase miskonsepsi yang terjadi. Kategori miskonsepsi

berdasarkan persentasenya (Tri Wahyuni, 2016) dapat dilihat pada

Tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7 Kategori Miskonsepsi Berdasarkan Persentasenya

Persentase (%) Kategori

Page 44: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

30

0 – 30 Rendah

31 – 60 Sedang

61 – 100 Tinggi

Kategori miskonsepsi kemudian diolah kembali untuk

mendapatkan miskonsepsi yang signifikan. Miskonsepsi dikatakan

signifikan ketika pilihan jawaban pada tier 1 (jawaban) dan tier 3

(alasan) yang teridentifikasi merupakan miskonsepsi, dipilih oleh

10% sampel di atas persentase dari tiap-tiap kemungkinan siswa

dalam memilih (Caleon & Subramaniam, 2010). Pada penelitian ini,

untuk jumlah pilihan jawaban pada tier 1 ada 5 pilihan (A, B, C, D,

dan E) dan pada tier 3 juga ada 5 pilihan (A, B, C, D, dan E),

sehingga kemungkinan untuk dipilihnya pilihan jawaban untuk tier

1–3 atau tier jawaban-alasan ada 25 kemungkinan (A–A, A–B, A–C,

A–D, A–E, B–A, B–B, B–C, B–D, B–E, C–A, C–B, C–C, C–D, C–

E, D–A, D–B, D–C, D–D, D–E, E–A, E–B, E–C, E–D, dan E–E).

Jadi, persentase dipilihnya pilihan jawaban tier jawaban-alasan

untuk tiap kemungkinan yaitu sebesar 4% (100% dibagi 25

kemungkinan), sehingga pada penelitian ini miskonsepsi dikatakan

signifikan jika terdapat pilihan jawaban tier 1–3 atau jawaban-alasan

dengan persentase sampel memilih sebanyak ≥ 14%.

Miskonsepsi signifikan yang teridentifikasi diukur kekuatannya

berdasarkan skor rata-rata confidence rating (CR). Berikut ini Tabel

3.8 yang menyajikan kekuatan atau level miskonsepsi berdasarkan

skor rata-rata CR (Caleon & Subramaniam, 2010)

Tabel 3.8 Level Miskonsepsi Berdasarkan Skor CR

Skor Rata-rata CR Level Miskonsepsi

< 3,50 Lemah

3,50 – 4,00 Menengah

> 4,00 Kuat

Page 45: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi terhadap

konsep larutan penyangga dengan menggunakan instumen four-tier multiple

choice pada kelas XII se-Kota Tangerang Selatan. Tes four-tier ini memiliki

beberapa keunggulan yaitu: (1) membedakan tingkat kepercayaan jawaban

dan tingkat kepercayaan alasan yang dipilih oleh siswa sehingga mereka

dapat mencari lebih lagi tentang tingkat pemahaman konseptual siswa, (2)

mendiagnosis kesalahpahaman yang dialami oleh siswa secara menyeluruh,

(3) menentukan bagian materi yang membutuhkan lebih banyak penekanan,

(4) merencanakan pembelajaran yang lebih baik lagi untuk membantu

mengurangi kesalahpahaman siswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, siswa kelas XII di Kota

Tangerang Selatan mengalami miskonsepsi. Hal ini dapat terlihat dari nilai

persentase miskonsepsi tertinggi yaitu sebesar 48.51% dengan kategori

miskonsepsi sedang. Untuk sebagian subkonsep lainnya, nilai persentase

miskonsepsi yang didapat yaitu kurang dari 30%, maka termasuk pada

kategori miskonsepsi tingkat rendah. Serta untuk sebagian subkonsep lainnya

lagi nilai persentase miskonsepsi yang didapat yaitu lebih dari 30%, maka

termasuk pada kategori miskonsepsi tingkat sedang.

Miskonsepsi signifikan yang teridentifikasi sebanyak 3 miskonsepsi yang

tersebar pada 2 dari 5 subkonsep larutan penyangga yang diteliti yaitu

subkonsep perhitungan larutan penyangga sebesar 14,92% dan peran larutan

penyangga dalam tubuh makhluk hidup sebesar 15,67% Karena nilai

persentase dari jawaban siswa lebih dari 14%. Dikatakan level kuat karena

memperoleh nilai confidence rating (CR) ≥ 4.00.

Page 46: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

63

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat peneliti

sampaikan, sebagai berikut;

1. Hasil identifikasi miskonsepsi dengan metode four-tier multiple

choice dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui miskonsepsi

siswa pada materi kimia lainnya.

2. Instrument tes diagnostik four-tier multiple choice ini bisa digunakan

oleh peneliti selanjutnya untuk materi kimia lainnya.

Page 47: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

64

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chozim, M. Q. dan H. (2018). Analisis Miskonsepsi Pada Materi Larutan

Penyangga Siswa Kelas XI IPA MA Swasta Darul Ulum Kubu Raya. Jurnal

Ilmiah, 6(2), 27–34.

Afrilianto, M. (2012). Peningkatan pemahaman konsep dan kompetensi strategis

matematis siswa smp dengan pendekatan metaphorical thinking. Jurnal

Ilmiah, 1(2), 192–202.

Arikunto, Suharsimi. (2016). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi 2. Jakarta:

Bumi Aksara.

Caleon, I. S., & Subramaniam, R. (2010). Do students know What they know and

what they don’t know? Using a four-tier diagnostic test to assess the nature

of students’ alternative conceptions. Research in Science Education, 40(3),

313–337. https://doi.org/10.1007/s11165-009-9122-4

Cans, Õ., & Küçük, B. (2011). Identifying the secondary school students ’

misconceptions about functions. Procedia Social and Behavioral Sciences,

15, 3837–3842. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.04.382

Chang, Raymond. (2005). Kimia Dasar Edisi Ketiga, Konsep-konsep Inti Jilid 2.

Jakarta: Erlangga.

Dedah Siti Jubaedah, Ida Kaniawati, Iyon Suyana, Achmad Samsudin, E. S.

(2017). Pengembangan Tes Diagnostik Berformat Four-Tier Untuk

Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Topik Usaha Dan Energi.

Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal), VI, RND35-40.

Derya Kaltakci Gurel, Ali Eryılmaz, L. C. M. (2015). A Review and Comparison

of Diagnostic Instruments to Identify Students’ Misconceptions in Science.

Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 11 (5),

989–1008.

Diyanahesa, N. E., Kusairi, S., & Latifah, E. (2017). Development of

Page 48: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

65

Misconception Diagnostic Test in Momentum and Impulse Using Isomorphic

Problem. Journal of Physics: Theories and Applications, 1(2), 145–156.

https://doi.org/10.20961/jphystheor-appl.v1i2.19314

Education, C. on U. S. (1997). Science Teaching Reconsidered: A Handbook.

Fajar, Z., Putra, S., Sholeh, M., & Widyastuti, N. (2014). Analisis Kualitas

Layanan Website BTKP-DIY Menggunakan Metode Webqual 4.0. Jurnal

JARKOM, 1(2), 174–184.

Fakhruddin, A. dan Y. R. (2012). Analisis Penyebab Miskonsepsi Siswa pada

Pelajaran Fisika di Kelas XII SMA / MA Kota Duri. Jurnal Pendidikan

Matematika, 3(1), 87–98.

H. R. Widarti, A. Permanasari, S. M. (2016). Student Misconception On Redox

Titration (A Challenge On The Course Implementation Through Cognitive

Dissonance Based On The Multiple Representations). Jurnal Pendidikan IPA

Indonesia, 5(1), 56–62. https://doi.org/10.15294/jpii.v5i1.5790

Handayani, N. K. N., Redhana, I. W., & Kartowarsono, N. (2014). the Model of

Conceptual Change in Learning Chemistry. E-Journal Kimia Visvitalis

Pendidikan Ganesha, 2(1), 56–65.

I A Kusumaningrum, A. and N. Y. I. (2018). Concept cartoons for diagnosing

student ’ s misconceptions in the topic of buffers. Journal of Physics: Conf.

Series, 3(1022).

Imaduddin, M. (2019). The Transition of Pre-service Chemistry Teachers ’

Concept Mastery about Solutions in Multiple Representations-Based

Learning. Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 9(3), 203–218.

Ismail, I. I., Samsudin, A., Suhendi, E., & Kaniawati, I. (2015). Diagnostik

Miskonsepsi Melalui Listrik Dinamis Four Tier Test. Prosiding Simposium

Nasional Inovasi Dan Pembelajaran Sains, 2015(June 2015), 381–384.

Jannah, M., & Ningsih, P. (2016). Analisis Miskonsepsi Siswa Kelas XI SMA

Page 49: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

66

Negeri 1 Banawa Tengah Pada Pembelajaran Larutan Penyangga Dengan

CRI (Certainty Of Response Index). Jurnal Akademika Kimia, 5(2), 85–90.

Listyarini, Sri, dkk. (2017). Kimia Dasar I, Edisi I. Universitas Terbuka.

Marsita, R. A., Priatmoko, S., & Kusuma, E. (2010). Analisis Kesulitan Belajar

Kimia Siswa SMA Dalam Memahami Materi Larutan Penyangga Dengan

Menggunakan Two-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument. Jurnal

Inovasi Pendidikan Kimia, 4(1), 512–520.

Medina, P. (2015). Analisis Miskonsepsi Siswa Kelas X Pada Materi Larutan

Elektrolit dan Non elektrolit Serta Reaksi Oksidasi Dan Reduksi Dalam

Pembelajaran Kimia Di SMAN Kota Padang. Jurnal Pendidikan Dan

Teknologi Informasi, 2(1), 1–9.

Mentari, L., Suardana, N., Wayan, I., Jurusan, S., & Kimia, P. (2014). Analisis

Miskonsepsi Siswa Sma Pada Pembelajaran Kimia Untuk Materi Larutan

Penyangga. Journal Kimia Visvitalis Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Pendidikan Kimia, 2(1), 76–87.

Mian Maria Stephanie, Dewi Fitriyani, Maria Paristiowati, Moersilah, Yusmaniar,

Y. R. (2019). Analisis Miskonsepsi pada Materi Larutan Penyangga

Menggunakan Two-Tier Diagnostic Test. Jurnal Riset Pendidikan Kimia,

9(2), 58–66.

Michael R. Abraham, Eileen Bross Grzybowski, J. W. R. (1992). Understandings

and Misunderstandings of Eighth Graders of Five Chemistry Concepts Found

in Textbooks. JOURNAL OF RESEARCH IN SCIENCE TEACHING, 29(2),

105–120.

Monoarfa, Z. P., Monoarfa, Z. P., Kilo, A. La, Botutihe, D. N., Pilihan, T.,

Beralasan, G., & Penyangga, L. (2017). Identifikasi Miskonsepsi Siswa

Kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 3 Gorontalo Utara Pada Konsep Larutan

Penyangga. Jurnal Entropi: Inovasi Penelitian, Pendidikan Dan

Pembelajaran Sains, 12(2), 215–223.

Page 50: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

67

Murniningsih, Muna, K., & Irawati, R. K. (2020). Analysis of misconceptions by

four tier tests in electrochemistry, case study on students of the chemistry

education study program UIN Antasari Banjarmasin. Journal of Physics:

Conference Series, 1440(1), 1–7. https://doi.org/10.1088/1742-

6596/1440/1/012008

Mutmainna, D., Mania, S., Sriyanti, A., Diagnostik, T., Ganda, P., Tingkat, D., &

Konsep, P. (2018). Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Pilihan Ganda

Dua Tingkat Untuk Mengidentifikasi Pemahaman Konsep Matematika.

Jurnal Matematika Dan Pembelajaran, 6(1), 56–69.

Negoro, R. A., & Karina, V. (2019). Development of A Four-Tier Diagnostic Test

For Misconception of Oscillation and Waves. Jurnal Penelitian Dan

Pengembangan Pendidikan Fisika, 5(2), 69–76.

Noorarnie, A. M., Supardi, K. I., & Sumarni, W. (2019). Analisis kesalahan siswa

dalam mengerjakan soal stoikiometri melalui langkah polya. Jurnal Inovasi

Pendidikan Kimia, 13(2), 2414–2424.

Novrian Dony, Jurniah, H. A. (2019). Pembuatan Media Kartu Soal Perhitungan

pH Pada Materi Pokok Larutan Penyangga di SMAN 1 Jenamas. Jurnal

Pendidikan Edutama, 6(1), 77–86.

Nurhidayatullah, N., & Prodjosantoso, A. K. (2018). Miskonsepsi materi larutan

penyangga. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 4(1), 41–51.

https://doi.org/10.21831/jipi.v4i1.10029

Nurhujaimah, R., Kartika, I. R., & Nurjaydi, M. (2016). Analisis Miskonsepsi

Siswa Kelas XI SMA Pada Materi Larutan Penyangga Menggunakan

Instrumen Tes Three Tier Multiple Choice. Jurnal Penelitian Pendidikan,

19(1), 15–28.

Nurjanah, & Marlianingsih, N. (2015). Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Dari

Aspek Kebahasaan. Faktor Jurnal Ilmu Kependidikan, 2(1), 69–77.

Page 51: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

68

Nurul Wilantika, Nur Khoiri, S. H. (2018). Pengembangan Penyusunan Instrumen

Four-Tier Diagnostic Test Untuk Mengungkap Miskonsepsi Materi Sistem

Ekskresi Di SMA Negeri 1 Mayong Jepara. Jurnal Pendidikan Biologi,

08(2), 87–101.

Nurulwati, A. R. (2019). Perbandingan Hasil Diagnostik Miskonsepsi

Menggunakan Threetier Dan Fourtier Diagnostic Test Pada Materi Gerak

Lurus. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (Indonesian Journal of Science

Education), 7(2), 101–110. https://doi.org/10.24815/jpsi.v7i2.14436

Oxtoby, David W. (2001). Prinsip-prinsip Kimia Modern, Edisi Keempat Jilid I.

Jakarta: Erlangga.

Parastuti, W. I., & Ibnu, S. (2016). Miskonsepsi Siswa Pada Materi Larutan

Buffer. Jurnal Pendidikan, 1(12), 2307–2313.

Prihono, E. W. (2019). Validitas Instrumen Kompetensi Profesional pada

Penilaian Prestasi Kerja Guru. Jurnal Penelitian Hukum Dan Pendidikan,

18(2), 897–910.

Putri Handayani, Izzatul Munira, Z. F. (2019). Analisis Hubungan Kesulitan

Belajar Dengan Pengetahuan Awal (Prior Knowledge) Siswa Menggunakan

Tes Diagnostik Two-Tier Pada Materi Larutan Penyangga Di SMAN 2

Solok. Journal of RESIDU, 3(13), 32–39.

Qisthi Fariyani, Ani Rusilowati, S. (2017). Four-Tier Diagnostic Test To Identify

Miscopnceptions In Geometrical Optics. Unnes Science Education Journal,

6(3), 1723–1729.

Rawh, Samsudin, Nugraha (2020). Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test

Untuk Mengidentifikasi Profil Konsepsi Siswa Pada Materi Alat-Alat Optik.

Jurnal Wahana Pendidikan Fisika, 5(1), 84-89

R Diani, J Alfin, Y M Anggraeni, M Mustari, D. F. (2019). Four-Tier Diagnostic

Test With Certainty of Response Index on The Concepts of Fluid. Journal of

Page 52: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

69

Physics: Conf. Series, 1155, 1–9. https://doi.org/10.1088/1742-

6596/1155/1/012078

Sanjiwani NLI, Muderawan IW, S. I. (2018). Analisis Kesulitan Belajar Kimia

Pada Materi Larutan Penyangga Di SMA Negeri 2 Banjar. Jurnal

Pendidikan Kimia Undiksha, 2(2), 75–84.

Sastrohamidjojo, Hardjono. (2005). Kimia Dasar, Edisi Ke-2.: Gajah Mada:

University Press.

Setiawan, A., & Kusumo, E. (2014). Analisis Miskonsepsi Materi Larutan

Penyangga Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Media

Interaktif. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 13(2), 2383 – 2394.

Sihaloho, M. (2013). Analisis Kesalahan Siswa Dalam Memahami Konsep

Larutan Buffer pada Tingkat Makroskopis dan Mikroskopis. Inovasi

Penelitian, Pendidikan Dan Pembelajaran Sains, VIII(1), 488–499.

Silalahi, Ulber. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Slavin, Robert E. (2011). Psikologi Pendidikan Teori Dan Praktik, Edisi

Kesembilan Jilid I. Jakarta: PT Indeks.

Sopandi, Wahyu, dkk. (2017). Materi Kurikuler Kimia SMP dan SMA.

Universitas Terbuka.

Sreenivasulu, B., & Subramaniam, R. (2013). University Students’ Understanding

of Chemical Thermodynamics. International Journal of Science Education,

35(4), 601–635. https://doi.org/10.1080/09500693.2012.683460

Sugiyarto & Pratomo, (2013). Miskonsepsi Atas Konsep Asam-Basa,

Kesetimbangan Kimia, dan Redoks dalam Berbagai Buku-Ajar Kimia

SMA/MA. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains 1(1), 41-53

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi

(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Page 53: IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TERHADAP KONSEP LARUTAN PENYANGGA

70

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tri Wahyuni, R. dan N. D. (2016). Misconception Analyze In The Material Of

Human Movement System For Class XI MIA Using Three-Tier Multiple

Choice Diagnostic Tests. Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi, 5(3), 220–225.

Utami, E. N. dan L. (2017). Penggunaan Two-Tier Multiple Choice Diagnostic

Test Disertai CRI Untuk Menganalisis Miskonsepsi Siswa. Jurnal Tadris

Kimiya, 2(2), 124–129.

Wulan, C., & Helsy, I. (2018). Analisis Kemampuan Tiga Level Representasi

Siswa Pada Konsep Asam-Basa Menggunakan Kerangka DAC (Definition ,

Algorithmic , Conceptual). Jurnal Tadris Kimiya, 3(2), 158–170.

Yusuf, Muri. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian

Gabungan. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group.