identifikasi daya tarik objek wisata kawasan 17 pulau
TRANSCRIPT
i
IDENTIFIKASI DAYA TARIK OBJEK WISATA KAWASAN 17
PULAU RIUNG KECAMATAN RIUNG KABUPATEN
NGADA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
SKRIPSI
MUHLIS NDONDO
105950044814
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
ii
IDENTIFIKASI DAYA TAIR OBJEK WISATA KAWASAN 17
PULAU RIUNG KECAMATAN RIUNG KABUPATEN
NGADA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
MUHLIS NDONDO
105950044814
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Kehutananstarasatu (S -1)
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
iii
iv
v
vi
@Hak Cipta MilikUnismuh Makassar, Tahun 2019
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagi anatau seluruh karya tulis ini tanpa mencantum
kan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan penelitian, penulisan
karya lmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Universitas Muhammadiyah
Makassar.
vii
ABSTRAK
Muhlis Ndondo (105950044814). Identifikasi Daya Tarik Objek Wisata
Kawasan 17 Pulau Riung kecamatan Riung Kabupaten Ngada Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Makassar Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Makassar, 2019. Dibawah Bimbingan Irma sribianti Dan Sultan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Daya Tarik Objek Wisata
Kawasan 17 Pulau Riung.Populasi dalam penelitian ini adalah yang benar-benar
memanfaatkan Kawasan Wisata 17 Pulau Riung di Kelurahan NangaMese
Kecamatan Riung sebanyak 70 Respon den. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara observasi, wawancara, studi pustaka dan studi dokomen. Data dari hasil
penelitian selanjutnya akan di analisis dengan menggunakan dua metode yaitu
Analisis kualitatif deskriptif yaitu metode analisis yang bertujuan untuk
menggambarkan dan menjelaskan pada potensi objek wisata dalam kawasan
melalui hasil yang diperoleh dalam penelitian dan Metode Penilaian Kelayakan
Ekowisata dengan kriteria Penilaian menurut Pedoman Analisis Daerah Operasi
Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADOODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003
sesuai dengan nilai yang telah ditentukan untuk masing-masing kriteria.Hasil
penelitian menunjukan bahwa di Kawasan 17 Pulau Riung Kecamatan Riung
Kabupaten Ngada memiliki potensi objek wisata berupa keindahan panorama
alam seperti Pantai Pasir Putih dan Pegunugan. Keragaman jenis flora seperti
Pohon Lamantoro, Pohon Waru dan keragaman fauna seperti Kelelawar, Ikan,
Ular,P enyu, Kepiting Bakau dan Burung, kawasan tersebut layak untuk
dikembangkan sebagai salah satu objek wisata dengan rata-rata presentase
kelayakan ,79,92%.
Kata kunci: Kawasan 17 Pulau Riung, Kecamatan Nanga Mese.
viii
ABSTRACT
Muhlis Ndondo (105950044814). Identification of Attraction Attraction in
Region 17 Riungkec Ri Ri Subdistrict Ngada Regency East Nusa Tenggara
Province. Makassar: Faculty of Agriculture, Muhammadiyah University
Makassar, 2019. Under the guidance of Irma Sribianti and Sultan.
This study aims to identify the Attraction Attractions in the Region 17
Riung Island. The population in this study were those who really took advantage
of the 17 Tourism Areas of Riung Island in Nanga Mese Village, Riung District,
as many as 70 respondents. Data collection is done by means of observation,
interviews, literature studies and documentary studies. Data from the results of
subsequent studies will be analyzed using two methods, namely descriptive
qualitative analysis, which is an analysis method that aims to describe and explain
the potential of attractions in the region through the results obtained in research
and the Ecotourism Feasibility Assessment Method with the criteria for
Assessment according to the Regional Operational Analysis Guidelines Objects
and Attractions of Nature Tourism (ADOODTWA) Director General of PHKA
2003 according to the values that have been determined for each criterion. The
results showed that in Region 17 Riung Island, Riung District, Ngada Regency
had the potential of tourist attractions in the form of natural panoramic beauty
such as White Sand Beach and Pegunugan. diversity of flora species such as the
Lamantoro Tree, the Waru Tree and the diversity of fauna such as Bats, Fish,
Snakes, Turtles, Mangrove Crabs and Birds, the area deserves to be developed as
a tourist attraction with an average percentage of feasibility of 80.09%.
Keywords: Region 17 Riung Island, Nanga Mese District
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat, karunia, dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi penelitian ini yang
berjudul “IDENTIFIKASI DAYA TARIK OBJEK WISATA DI KAWASAN 17
PULAU RIUNG KECAMATAN RIUNG KABUPATEN NGADA PROVINSI
NUSA TENGGARA TIMUR” Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana
S1. salam dan salawat semoga senantiasa dilimpahkan oleh Allah SWT kapda
junjungan Nabi Muhammad SAW. Sebagai suri tauladan kepada kita semua.
Penulis berharap apa yang dipaparkan dalam Proposal ini dapat memberikan
informasi baru bagi kita semua. Sebagai penulis saya menyadari bahwa apa yang
saya sajikan dalam laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu
saran dan masukan sangat penulis hargai.
Penulis mengucapkan banyak terimaksih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibunda Dr. Hikmah S. Hut., M.Si. selaku Ketua Program studi Kehutanan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Dr.Irma Sribianti S. Hut., M. P selaku Dosen Pembimbing I dan Dr. Sultan S.
Hut., MP selaku pembimbing II Skripsi penelitian yang telah memberikan
bimbingan sistem penyusunan laporan, pengetahuan dan motivasi.
3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kehutanan serta staf tata usaha Fakultas
Pertania Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu
selama di bangku perkuliahan.
x
4. Kedua Orang Tua dan teman teman yang telah memberikan doa dan
dukungan serta partisifasi yang sangat besar dalam penyusunan laporan
magang ini sehingga dapat terselsaikan tepat waktu.
Pada penyusunan Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh
sebab itu penulis hargai keritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga dapat
mendorong kesempurnaan laporan ini. Akhirnya, semoga Allah SWT
memberikan rahmat dan kemanfaatan yang banyak atas penulisan laporan ini dan
menjadikan kita hamba-Nya yang pandai mensyukuri nikmat-Nya Amin Ya
Rabbal’Alamin.
Makassar, Oktober 2019
Penyusun
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAM SAMPUL ...................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
HALAM PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMA KOMISI PENGUJI .................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................... v
HAK CIPTA ................................................................................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTRA ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ………………………………………………………... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumsan Masalah ............................................................................. 3
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5
2.1. Wisata dan Wisata Alam .................................................................. 5
2.2. Taman Wisata 17 Pulau Riung ........................................................ 7
2.3. Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) ............................. 8
2.4. Pengembangan Wisata ..................................................................... 10
2.5. Aksebilitas........................................................................................ 17
2.6. Pengelolaan dan Pelayanan ............................................................. 17
2.7. Iklim ................................................................................................ 17
2.8. Sarana dan Prasarana Pengunjung .................................................. 18
2.9. Ketersedian Air Bersih .................................................................... 18
2.10. Keamanan ....................................................................................... 18
xii
2.11. Pemasaran ........................................................................................ 18
2.12. Flora dan Fauna ............................................................................... 19
2.13. Kerangka Pikir ................................................................................ 19
III. METODE PENELITIAN .................................................................... 20
3.1. Waktu dan Tempat .......................................................................... 20
3.2. Objek dan Alat Penelitian ................................................................ 20
3.3. Populasi dan Sampel ........................................................................ 20
3.4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 20
3.5. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 21
3.6. Variabel Penelitian ........................................................................ 22
3.7. Analisi Data .................................................................................... 23
IV. GAMBARA UMUM LOKASI PENELITIAN .................................. 27
4.1. Sejarah Umum Kawasan 17 Pulau Riung ........................................ 27
4.2. Geografi .......................................................................................... 27
4.3. Topografi ......................................................................................... 28
4.4. Demografi ....................................................................................... 28
4.5. Iklim ................................................................................................ 29
4.6. Tanah ............................................................................................... 29
4.7. Keadaan Sosial ................................................................................ 29
4.8. Keadaan Ekonomi ........................................................................... 31
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 33
5.1. Identifikasi Responden..................................................................... 33
5.3.1. Identifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............ 33
5.3.2. Identifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 33
5.3.3. Identifikasi Responden Berdasarkan Umur ......................... 34
5.2. Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata .......................................... 35
5.4.1. Daya Tarik ............................................................................ 35
5.4.2. Aksessibilitas........................................................................ 36
xiii
5.4.3. Akomodasi ........................................................................... 38
5.4.4. Sarana dan Prasarana............................................................ 38
5.3. Analisis Kelayakan Daya Tarik Objek Wisata 17 Pulau Riung ..... 39
VI. PENUTUP ............................................................................................. 42
6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 42
6.2. Saran ............................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 44
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Variabel Penelitian .................................................................................. 22
2. Identifikasi Responden Berdasarkan Jenis Responden ........................... 33
3. Identifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...................... 33
4. Identifikasi Responden Berdasarkan Umur ............................................ 34
5. Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata ................................................. 35
6. Hasil Penilaian Terhadap Aksessibilitas Menuju Kawasan .................... 37
7. Penilaian Akomodasi Wisata Kawasan 17 Pulau Riung ......................... 38
8. Penilaian Sarana dan Prasarana Pada Radius 1 Km ................................ 39
9. Hasil Penilaian Daya Tarik Objek Wisata 17 Pulau Riung..................... 40
xv
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Kerangka Pikir Peneltian …………………………………....................19
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Lembaran Kuisoner Penelitian .................................................................... 44
2. Biodata Responden ...................................................................................... 50
3. Hasil Wawancara Responden....................................................................... 53
4. Matrik Penilain Responden .......................................................................... 90
5. Hasil Rekapan Penilain Identifikasi Daya Tarik Objek Wisata Kawasan
17 Pulau Riung ............................................................................................ 104
6. Dokumentasi Kegiatan ................................................................................ 105
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk
sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan
meninggalkan tempat semula dan dengan suatu perencanaan atau bukan maksud
untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata-mata untuk
menikmati kegiatan pertamasyaan atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang
beraneka ragam.
Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur penting dalam dunia
kepariwisataan. Dimana objek dan daya tarik wisata dapat menyukseskan program
pemerintah dalam melestarikan adat dan budaya bangsa sebagai asset yang dapat
dijual kepada wisatawan. Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, budaya, tata
hidup dan sebagainya yang memiliki daya tarik dan nilai jual untuk dikunjungi
ataupun dinikmati oleh wisatawan. Dalam arti luas, apa saja yang mempunyai daya
tarik wisata atau menarik wisatawan dapat disebut sebagai objek dan daya tarik
wisata.
Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyatakan
bahwa pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan rencana induk
pembangunan kepariwisataan nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang
merupakan bagian integral dari pembangunan jangka panjang nasional (pasal 8 ayat
(1) dan (2)). Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan tersebut diatur dalam
2
peraturan pemerintah atau peraturan daerah Provinsi/Kabupaten/Kota. Pasal 8 UU
No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan PP No 50 tahun 2011perlu direncanakan
agar dapat memenuhi tujuan dan sasaran pembangunan kepariwisataan perlu
direncanakan agar dapat memenuhi tujuan dan sasaran pembangunan. Pembangunan
kepariwisataan jelas merupakan bagian dari pembangunan nasional yang utuh,
pembangunan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang tak terbatas
kepada pembangunan fisik saja. Dalam perda No.1 Tahun 2004 tentang Rencana
Strategis Pemerintah Provinsi Nusa tenggara timur, tersurat bahwa pembangunan dan
pengembangan sektor pariwisata memegang peranan penting untuk pengembangan
wilayah, melalui pengembangan kawasan andalan yang terdapat di Provinsi Nusa
tenggara timur, secara internal pengembangan pariwisata ini diharapkan turut
menyumbang bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan secara eksternal
diharapkan mampu menjadi sektor utama yang memberikan pemerataan
kesejahteraan pada wilayah sekitarnya.
Dilihat dari sektor pariwisata, Kabupaten Ngada kecamatan Riung memiliki
keragaman objek wisata alam maupun binaan yang dapat membangkitkan
perekonomian demi tercapainya kesejahteraan masyarakat. Salah satu potensi objek
wisata unggulan di Kabupaten Ngadakecamatan riung yaitu Objek Wisata Alam Tuju
BelasPulau yang terletak di wilayah kecamatan Riung Kabupaten Ngada, Kelurahan
Nangamese.
Objek Wisata Alam Kawasan Tuju BelasPulauRiung ini merupakan Objek
Wisata Alam yang sangat potensial untuk dikembangkan karena masih banyak
3
potensi lain didalamnya yang dapat mendukung perkembangan wisata alamkawasan
Tuju BelasPulau Riung dan dapat menarik minat wisatawan domestik maupun
mancanegara lebih banyak lagi.
Berdasarkan pengembangannya kondisi objek wisata kawasan Tuju
BelasPulau Riung belum memenuhi kriteria pengembangan pariwisata, yaitu
(something to do) belum memenuhi fasilitas yang mendukung untuk kegiatan wisata
sehingga wisatawan dapat merasakan perasaan senang. Dilihat dari kondisi eksisting
objek wisata kawasan Tuju BelasPulau Riung masih sangat minim fasilitas wisata
yang ditawarkan seperti tidak adanya penginapan, restauran/rumah makan, sarana
kesehatan, sarana keamanan, masih minimnya toilet/tempat bilas, mushola.
Sedangkan jika dilihat dari kriteria (something to buy) objek wisata kawasan Tuju
BelasPulau Riung tidak terdapat fasilitas perbelanjaan toko-toko penjualan
cinderamata khas/icon daerah tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Selain memiliki daya tarik wisata yang menarik adapun beberapa
permasalahan yang terdapat di objek wisata di Kawasan 17 Pulau Riung lihat dari
beberapa komponen yaitu, belum memiliki aksesibilitas yang memadai, minimnya
daya tarik atraksi wisata dan belum memiliki sarana dan prasarana yang menunjang
untuk kegiatan wisata tersebut.
4
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah ditemukan
sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Daya
Tarik Objek Wisata Kawasan 17 Pulau Riung.
1.4. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai masukan dan rekomendasi kepada pihak pengelolah untuk bahan
pertimbangan dalam pengembangan wisata alam di Kelurahan Nanga Mese
Kecamatan Riung Kabupaten Ngada Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2. Sebagai media informasi bagi pembaca mengenai wisata alam yang terdapat di
Kelurahan Nanga Mese Kecamatan Riung Kabupaten Ngada Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Wisata dan Wisata Alam
Undang-Undang No 10 Tahun 2009 pasal 1 menjelaskan bahwa wisata adalah
kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara. Sedangkan Beeton (1998) menyatakan bahwa wisata mempunyai
beberapa unsur yaitu berdasarkan pada lingkungan dan bertujuan untuk pendidikan.
Definisi lain menyebutkan bahwa wisata merupakan keseluruhan bentuk
aktifitas manusia baik berupa individual, bisnis, organisasi dan aktifitas lain yang
sangat luas terkombinasi dengan beberapa bentuk penelusuran pengalaman wisata
(Cooper et al. 1998). menambahkan bahwa wisata merupakan salah satu kegiatan
yang mempunyai karakteristrik tertentu, yaitu:
1. Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan
kembali ke tempat asalnya.
2. Melihat beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi, akomodasi,
restoran, obyek wisata, toko cendramata dan lainnya.
3. Umumnya dilakukan dengan mengunjungi obyek dan atraksi wisata, daerah atau
bahkan negara secara kesinambungan.
4. Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan.
5. Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaanya dapat
memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang
dikunjungi, karena uang yang dibelanjakan dibawa dari tempat asal.
Dirjen PHKA (2001) menjelaskan bahwa wisata alam merupakan kegiatan
perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta
bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam.
6
Sedangkan menurut Kodhyat (1996) wisata alam yang lebih banyak diminati adalah
wisata alam yang lebih lunak dengan resiko yang lebih ringan, namun unsur-unsur
alamiah tetap memegang peranan penting. Sehingga wisata alam merupakan
perjalanan ke kawasan belum terjamah (virgin), belum terganggu atau
terkontaminasi dengan tujuan khusus, tidak sekedar rekreasi tetapi untuk
mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan alam, flora dan fauna
langka (wildlife) beserta segala manifestasi kultural yang ada di kawasan tersebut.
Wisata alam mempunyai beberapa komponen yang terdapat di dalamnya,
komponen tersebut menurut Cooper et al. (1999) terdiri dari:
1. Atraksi wisata baik berupa alam dan batuan (hasil karya manusia) atau peristiwa
(kegiatan) yang merupakan alasan utama kunjungan.
2. Fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan di daerah tujuan wisata.
3. Akomodasi, makanan dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk fisik,
namun juga harus dapat menciptakan perasaan hangat dan me mberikan
kenangan pada lingkungan dan makanan setempat.
4. Aksesibilitas (jalan dan transportasi) merupakan salah satu faktor kesuksesan
daerah tujuan wisata.
5. Faktor pendukung lainnya seperti kegiatan pemasaran, pengembangan dan
koordinasi.
2.2. Taman Wisata 17 Pulau Riung
Tahun 1995 Riung di Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur sempat
masuk dalam tentative list UNESCO sebagai world heritage karena masyarakatnya
memiliki kebudayaan yang menarik dan khas. Selain tradisi masyarakat desa
tradisionalnya yang “memukau”, daya tarik alam juga merupakan sebuah selipan
7
pelengkap yang dimilikinya. Salah satu yang memukau dari alam Ngada
adalahTaman Laut TujuBelas Pulau Riung.
Taman Laut 17 Pulau Riung merupakan gugusan pulau-pulau yang besar dan
kecil terhampar memanjang dari Toro Padang di sebelah barat hingga Pulau Pangsar
di sebelah Timur. Keseluruhan dari pulau-pulau tersebut hampir tidak dihuni oleh
manusia. Lokasi Taman Laut TujuBelas Pulau Riung berada di Kecamatan Riung
yang meliputi lima desa, yaitu: Sambinasi, Nangamese, Benteng Tengah, Tadho dan
Lengkosambi.
Untuk tiba ke sini dapat ditempuh melalui jalan bukit berliku dan aspal sempit
yang naik turun. Terkadang, pengunjung harus menepis rasa ngeri merayap jalanan di
tepi jurang. Akan tetapi, apa yang menunggu di sana nantinya adalah keelokan yang
“memukau” sanggup membuai siapapun. Riung masih tersembunyi dari keramaian.
Hanya wisatawan mancanegara tanpa kemeja yang masih sering terlihat hilir mudik
di kota kecil ini. Mereka nampaknya baru setengah jalan menikmati agenda
petualangan di salah satu taman laut terbaik di Flores. Sungguh jauh mereka dari
kampung halaman di negeri empat musim sana. Tapi keramahan penduduk yang
polos membuat suasana seperti di lingkungan mereka yang lebih lengang, tak
seperti Jakarta atau Surabaya, apalagi Bali.
Sekilas, Riung seperti kota kecamatan yang tak mau disentuh keramaian.
Nyatanya, memang demikian karena akses yang begitu jauh dan menantang,
melewati bukit berlipat-lipat yang juga hampir melebihi kata “memukau”. Di salah
satu bagian perjalanan menuju Riung dari Bajawa di tepi selatan, kerumunan bukit
8
tundra hijau yang ditumbuhi beberapa pohon lontar seolah kue ulang tahun, memberi
sensasi saat bahagia itu terasa.
2.3. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA)
Undang-Undang No 10 Tahun 2009 pasal 1 menjelaskan bahwa daya tarik
wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang
berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Sedangkan menurut Suwantoro
(1997) obyek wisata alam adalah sumberdaya alam yang berpotensi dan berdaya
tarik bagi wisatawan serta yang ditunjukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam
kegiatan alam maupun setelah pembudidayaan. Unsur yang menentukan
pengunjung untuk datang ke obyek wisata harus dirancang dan dikelola secara
profesional, unsur daya tarik suatu obyek wisata meliputi:
1. Adanya sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan
bersih.
2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk mengunjunginya
3. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.
4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan
5. Obyek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam
pegunungan, sungai, pantai, pasir dan hutan
6. Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus
dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung
dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau.
Potensi obyek dan daya tarik wisata alam yang dijelaskan dalam pedoman
Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Dirjen
PHKA Tahun 2003, yaitu
9
1. Flora dan fauna, yaitu potensi flora dan fauna secara umum dan diutamakan
informasi mengenai flora dan fauna khas yang ada serta penyebarannya, yang
memiliki daya tarik wisata alam
2. Gejala alam, yaitu obyek-obyek yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan wisata
alam, antara lain: sumber air panas, air terjun, goa, puncak gunung, kawah, danau,
sungai dan lain-lain
3. Keindahan alam yaitu obyek-obyek yang memiliki keindahan alam baik darat, laut
dan danau. Keindahan alam dapat dilihat dari pandangan lepas, variasi pandangan,
keserasian warna dan pandangan lingkungan obyek
4. Keunikan sumberdaya alam, yaitu obyek-obyek yang memiliki ciri khas sumber
alam dalam suatu lokasi yang tidak dimiliki oleh lokasi lain
5. Panorama, yaitu obyek-obyek yang memiliki pemandangan alam dalam suatu areal
yang terbuka dan luas yang mempunyai daya tarik wisata alam.
6. Peninggalan sejarah, yaitu obyek-obyek yang memiliki nilai sejarah, dikeramatkan
dan lain-lain
7. Atraksi budaya spesifik, yaitu adat istiadat, kesenian, yang memiliki keunikan dan
daya tarik tersendiri.
2.4 Pengembangan Wisata
Undang-Undang No 10 Tahun 2009, menyatakan pembangunan
kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas manfaat, kekeluargaan, adil dan merata,
keseimbangan, kemandirian, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan, demokratis,
kesetaraan dan kesatuan yang diwujudkan melalui pelaksanaan rencana
pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan,
10
kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Sedangkan
Dirjen PHKA (2001), menjelaskan bahwa pengembangan pariwisata alam adalah
kegiatan memanfaatkan ruang melalui serangkaian program kegiatan pembangunan
untuk pariwisata alam yang meliputi pengelolaan pemanfaatan lahan dan
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya sesuai dengan azas pemanfaatan lahan
dan mengakomodasi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna, berhasil
guna, serasi, seimbang dan berkelanjutan.
Usaha untuk meningkatkan kegiatan wisata alam bisa dilakukan dengan cara
pengembangan obyek dan daya tarik wisata yang ada di masing-masing tempat
wisata. Dalam perencanaan pengembangan yang lebih luas dan berkelanjutan,
Fennel (2002) memaparkan bahwa ada beberapa aspek yang harus diperhatikan
seperti perencanaan yang matang sehingga tujuan dari pengembangan wisata bisa
tercapai dan pengorganisasian yang jelas dimana semua pihak bisa bekerja di bagian
pengunjung secara profesional.
Konsep yang bisa diterapkan dalam pengembangan pariwisata alam yaitu:
keadilan bagi akses pemanfaatan, pemanfaatan secara lestari dan berkelanjutan,
pemberdayaan masyarakat dan peningkatan mutu kehidupan masyarakat (Dirjen
PHKA 2001). Sedangkan menurut Fennel (2002) pengembangan wisata bisa
dilakukan dengan membuat rencana dan menyusun pengembangan yang
mempunyai prinsip untuk mencapai tujuan pengembangan tersebut. Dirjen PHKA
(2001) menjelaskan bahwa pengembangan pariwisata alam harus mencangkup
beberapa prinsip, seperti: konservasi, edukasi, partisipasi masyarakat, ekonomi dan
rekreasi. Selain itu Muntasib,et al. (2004) memaparkan tujuh prinsip pengembangan
ekowisata harus memperhatikan, yaitu:
1. Berhubungan/kontak langsung dengan alam (touch the nature).
2. Pengalaman yang bermanfaat baik secara pribadi dan sosial.
3. Ekowisata bukan wisata massal.
4. Program-program ekowisata harus membuat tantangan fisik dan mental bagi
wisatawan.
5. Interaksi dengan masyarakat dan belajar budaya setempat.
6. Adaptif (menyesuaikan) terhadap kondisi akomodasi pedesaan
11
7. Pengalaman lebih utama daripada kenyamanan. Pengembangan wisata alam
harus mempunyai strategi, perencanaan dan tahapan yang jelas.
Strategi pengembangan wisata menurut Godfrey dan Jackie (2000) yaitu:
1. Identifikasi obyek wisata.
2. Menetapkan tujuan pengembangan.
3. Menyusun rencana.
Wearing dan John (2009) menyatakan ada beberapa perencanaan yang bisa dilakukan
dalam pengembangan wisata, seperti:
1. Perlindungan terhadap lingkungan.
2. Pengembangan produk wisata.
3. Pemasaran dan promosi
4. Sarana dan prasarana pembangunan
5. Peran pihak swasta/pengelola.
Page dan Rose (2002) menjelaskan bahwa dalam pengembangan wisata
terdapat beberapa etika, yang meliputi: memperhatikan lingkungan alam sekitar
obyek wisata, memanfaatkan sumberdaya untuk kepentingan bersama secara
bijaksana dengan cara menyamakan tujuan dari semua pihak yang terlibat,
perencanaan pengembangan dengan melihat peran dari masyarakat sekitar obyek,
daya dukung lingkungan dan kelestarian alam. Sedangkan untuk pengembangan
obyek wisata Suwantoro (1997) menjelaskan bahwa ada beberapa kebijakan yang
menentukan dalam pengembangan wisata, diantaranya:
1. Promosi mengenai obyek.
2. Aksebilitas menuju kawasan.
3. Kawasan wisata.
4. Produk wisata.
5. Sumberdaya manusia.
12
6. Kampanye nasional sadar wisata.
Prinsip, etika dan perencanaan telah dipenuhi maka pengembangan wisata
bisa dilakukan dengan melalui berbagai tahapan. Dirjen PHKA (2001) memaparkan
beberapa tahapan pengembangan pariwisata alam yang bisa dilakukan di suatu
lokasi, yaitu:
1. Perencanaan, meliputi identifikasi, inventarisasi dan analisis data, identifikasi
konflik sumberdaya, analisis data, penetapan posisi perkembangan, pengelolaan
pengunjung, pemasaran dan promosi, sumberdaya manusia, pengelolaan dampak,
pembangunan sarana dan prasarana, pengusahaan pariwisata alam dan
kelembagaan.
2. Pelaksanaan, meliputi koordinasi, sosialisasi dan kerjasama.
3. Monitoring dan evaluasi. Pengembangan wisata mempunyai beberapa proses.
Menurut Fennel (2002) pengembangan wisata alam mempunyai proses
perencanaan yang khusus, proses tersebut meliputi:
1. Persiapan, perencanaan ini melibatkan banyak pihak seperti pemerintah pusat,
pemerintah setempat dan masyarakat sekitar obyek wisata untuk merumuskan
perencanaan pengembangan.
2. Penentuan sasaran, perencanaan ini merupakan tujuan utama dari pengembangan
yang dilakukan dengan tidak mengurangi nilai sosial, lingkungan dan budaya
setempat.
3. Survey, merupakan perencanaan yang mengumpulkan semua data mengenai
kawasan baik dari sumberdaya alam atau dari daya dukung lingkungan. Data
yang dikumpulkan meliputi permintaan dan penawaran wisata baik dari
13
masyarakat sekitar ataupun dari luar yang mendukung tercapainnya tujuan
pengembangan tersebut.
4. Analisa dan sintesis, merupakan tahapan untuk melihat dan mempertimbangkan
suatu rencana yang sebelumnya telah diteliti dan disatukan guna dirumuskan
untuk mencapai tujuan.
5. Kebijakan dan perumusan rencana dilakukan untuk menetapkan berbagai pilihan
dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang telah ditetapkan dalam
pengembangan wisata.
6. Rekomendasi pertimbangan merupakan penyampaian data dan fakta mengenai
proses pengembangan, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari
perencanaan alternatif ketika rencana awal tidak bisa dilakukan.
7. Pelaksanaan dan monitoring dilakukan untuk melakukan apa yang telah
direncanakan dan disusun pada tahap sebelumnya, dengan melihat dan
mengontrol pelaksanaan tersebut sehingga tepat di jalurnya dan tercapai tujuan
yang diharapkan
8. Tinjauan ulang secara berkala merupakan proses untuk melihat rencana
pengembangan tersebut yang dilakukan secara berkala, tujuan dari tinjaun ulang
adalah untuk mengukur tercapainnya tujuan dari pengembangan.
Dirjen PHKA (2003) menjelaskan bahwa pengembangan obyek wisata alam
dilakukan berdasarkan skala prioritas dan rekomendasi. Pengembangan
dikatagorikan dalam beberapa katagori, yaitu sebagai berikut:
14
1. Sangat potensial, yaitu daerah yang memiliki ODTWA layak untuk
dikembangkan berdasarkan hasil penilaian ADO-ODTWA melalui urutan
prioritas.
2. Potensial, yaitu daerah yang memiliki potensi, namun memiliki hambatan dan
kendala untuk dikembangkan dengan persyaratan-persyaratan tertentu yang
memerlukan pembinaan lebih lanjut berdasarkan hasil penilaian ADO-ODTWA.
3. Kurang potensial, yaitu daerah yang tidak dapat dikembangkan atas dasar hasil
penilaian ADO-ODTWA.
Suatu kawasan dianggap potensial untuk dikembangkan bisa diukur dari
beberapa faktor, yaitu:
1. Adanya keberagaman titik potensi ekoturisme. Misalkan: ekosistem hutan yang
alami, air terjun, sungai, situ ataupun aktifitas pertanian, peternakan.
2. Dukungan dari masyarakat dan pemerintah setempat
3. Sarana dan prasarana. Misalkan: home stay, tempat ibadah, puskesmas, sarana
komunikasi dan fasilitas untuk mengakses informasi
4. Aksesibilitas terhadap lokasi pengembangan obyek wisata.
5. Hubungan lokasi, pengembangan obyek wisata dengan lokasi wisata lainnya.
Dirjen PHKA (2002) menjelaskan bahwa program pengembangan wisata alam
secara berkelanjutan bisa dilakukan dengan melihat beberapa faktor diantaranya:
1. Pengembangan lokasi obyek (Potensi ODTWA), yaitu: rencana kegiatan
pengembangan obyek sesuai analisis, dengan urutan prioritas baik yang
menyangkut lokasi obyek maupun jenis-jenis kegiatan yang dikaitkan dengan
rencana pengelola kawasan tersebut.
15
2. Fasilitas penunjang, yaitu: kegiatan pengembangan sarana dan prasarana di
dalam dan di luar obyek dengan prioritas pengembangan lokasi obyek.
3. Keadaan Pengunjung, yaitu: jumlah pengunjung, perilaku pengunjung yang
terdiri dari wisatawan luar negeri dan wisatawan dalam negeri.
4. Pengelolaan dan pelayanan, yaitu: Pengelolaan obyek dan pelayanan pengunjung
merupakan hal yang perlu terus ditingkatkan dalam pemanfaatan suatu ODTWA,
karena berpengaruh secara langsung dengan kepuasan pengunjung dan
pelestarian obyek itu sendiri. Selain itu dalam implementasinya perlu ditunjang
oleh tenaga yang professional di bidang pariwisata alam, bahasa dan mampu
melakukan pelayanan terhadap pengunjung
5. Kegiatan wisata alam, yaitu: rencana dan realisasi pengembangan kegiatan
wisata alam, baik oleh pengelola, masyarakat maupun pemerintah.
2.5. Aksebilitas
Aksesibilitas yang tinggi akan meningkatkan perkembangan suatu Obyek Daya Tarik
Wisata. Tersedianya alat transportasi yang banyak dan beragam menjamin
keselamatan sangat membantu kelancaran perjalanan wisatawan” (Fandeli, 2002 :
176).
2.6. Pengelolaan dan Pelayanan
Lembaga yang paling lemah justru pengelola kawasan atau para pemandu wisata,
apabila kedua pihak ini maju, maka kepariwisataan alam akan berkembang” (Fandeli
2002: 177). Kriteria penilaian dari PHKA (2003: 5) adalah pengelolaan pengunjung,
kemampuan berbahasa, pelayanan pengunjung.
2.7.Iklim
Perubahan iklim dilihat dari segi penawaran diprediksi akan mengakibatkan
sumber daya alam dan budaya yang menjadi produk utama pariwisata. Perubahan
iklim dari sisi permintaan, akan memengaruhi pola kunjungan wisatawan serta
16
persepsi dan preferensi wisatawan (Suwarto, 2011:17). Kriteria penilaian dari PHK
(2003:5):
a. Pengaruh iklim terhadap ama waktu kunjungan
b. Suhu udara pada musim kemarau
c. Jumlah bulan kering rata-rata pertahun
d. Kelembaban rata-rata pertahun
2.8. Sarana dan Prasarana Penunjang
Prasarana dan sarana merupakan kelompok unsur yang berkaitan langsung dengan
wisata
a. Prasarana wisata yaitu jalan, istrik, air bersih, dan sistem telekomunikasi
b. Sarana wisata, yaitu angkutan umum, akomodasi, tempat makan, serta daya
tarik wisata
2.9. Ketersediaan Air Bersih
Kualitas dari air bersih, jaringan listrik, dan internet diperlukan untuk mendukung
kegiatan wisatawan” (Kemenpar.go.id). Kriteria penilaian dari PHKA (2003: 5) antara
lain volume air, jarak air bersih dari objek wisata, dapat tidaknya air dialirkan ke
objek wisata, kelayakan dikonsumsi, dan ketersediaan.
3.0. Keamanan
Kualitas alam yang berubah secara langsung akan berpengaruh terhadap wisatawan.
Kepuasan wisatawan yang berwisata ke alam sangat ditentukan oleh terjaga atau
tidaknya kondisi alam sebagai atraksi wisata” (Fandeli, 2002: 20).Kriteria penilaian
keamanan dari PHKA (2003: 7) meliputi keamanan pengunjung, kebakaran,
penebangan liar dan perambahan.
3.1. Pemasaran
Kebijakan pemasaran yang disebut bauran pemasaran yaitu produk, harga, distribusi
dan promosi” (Umar dan Kottler dalam Fandeli 2002: 228). Kriteria penilaian sesuai
ODTWA dari PHKA (2003 :7) adalah tarif/ harga, produk wisata/ variasi, sarana
penyampaian informasi dan promosi.
3.2. Flora dan Fauna
17
Potensi flora dan fauna berupa keanekaragaman jenis merupakan salah satu aset
yang potensial untuk di jadikan daya tarik pengunjung (Aryanto, 2015: 291).
3.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan uraian pada kerangka teoritis, melalui penelitian ini akan
diungkapkan kondis. Untuk jelasnya kerangka pikir penelitian ini dapat di lihat pada
gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pikir
Wisata 17 Pulau Riung
Kelayakan potensiWisata 17 PulauRiung
Objek Wisata PotensiWisata
IdentifikasiDaya Tarik Wisata 17 PulauRiung
(Skala Pembobotan)
VariabelPenelitian - Dayatarik
- Aksebilitas
- Akmodasi
- Saranadanprasarana
18
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober s/d Desember 2018. Penelitian
dilaksanakan di Kelurahan NangaMese Kecamatan Riung Kabupaten Ngada Provinsi
Nusa Tenggara Timur.
3.2. Objek dan Alat Penelitian
Objek pengamatan dalam penelitian ini adalah Kawasan Wisata 17
PulauRiung Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Alat tulis
menulis, dan Kamera.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah yang benar-benar memanfaatkan
Kawasan Wisata 17 Pulau Riung di Kelurahan NangaMese Kecamatan Riung
sebanyak 70 Responden. Menurut Sugiyono (2008) jika jumlah populasi besar atau
lebih dari 100 dapat diambil sampel antara 10%-15% atau 20%-25%, tetapi jika
populasi kurang dari 100 lebih diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian sensus.
3.4. Tehnik Pengumpul Data
1. Observasi adalah pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung
pada objek atau kegiatan yang berhubungan dengan penulisan laporan tugas
akhir dan mencatat hal-hal penting untuk bahan penelitian. Pada kesempatan ini
penulis melakukan observasi di kawasan objek wisata 17 pulauRiung dengan
mengamati dan mencatat apa yang terjadi disitu.
19
2. Wawancara adalah pengumpul data dengan melakukan Tanya jawab secara
langsung dengan pihak yang berhubungan langsung pada objek penelitian.
3. Studi Pustaka adalah pengumpul data dengan mencari sumber data sebanyak-
banyaknya pada buku yang berhubungan dengan objek penelitian penulis.
4. Studi Dokumen dilakukan untuk memperoleh data yaitu melalui dokumen, arsip,
brosur maupun makalah mengenai hal yang bersangkutan tentang pariwisata
yang diperoleh dari Bappeda dan Disparta Kabupaten Ngada.
3.5. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer
Data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber aslinya baik secara wawancara, jejak pendapat dari individu atau kelompok,
maupun hasil observasi dari suatu obyek, kejadian, atau hasil pengujian. Dalam hal
ini, penelitian mengumpulkan data dengan cara memberikan kuisioner atau dengan
cara mengamati/observasi seperti tingkat pekerjaan, pendidikan terakhir, umur,
usaha, dan lokasi temapt tinggal.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung;
misalnya melalui buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang
dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum keadaan geografis
wilayah penelitian seperti daya tarik, akomodasi, aksebilitas, dan sarana prasarana.
20
3.6. Variabel Penelitian
Variabel yang di analisis yaitu mengacu pada pedoman Analisis Daerah Operasi
Objek dan Daya Tarik Wisata Alam ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003. Variabel
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.`
Tabel 1. Penjabaran Variabel pada Objek Wisata Kawasan 17 Pulau Riung. Variabel
Sub Variabel Indikator Sub indicator Bobot
Kelayakan
objek daya
tarik wisata
kawasan 17
Pulau riung
Faktor
kelayakan
objek daya
tarik wisata
alam
Daya tarik
Keunikan SDA
Banyaknya SDA
yang menonjol
Kegiatan wisata
alam yang dapat
dinikmati
Kebersihan lokasi
objek wisata
Keamanan
kawasan
Kenyamanan
6
Aksebilitas Kondisi jalan
Jarak dari kota
Tipe jalan
Waktu tempuh
5
Akomodasi Jumlah
akomodasi
Jumlah kamar
3
Sarana dan
prasarana
penunjang
Air
Listrik
Telkom
3
Sumber: Kriteria penilaian objek dan daya tarik wisata menurut pedoman Analisis Daerah operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADOODTWA Dirjen PHKA tahun 2003)
21
3.6. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu:
1. Analisis kualitatif deskriptif yaitu metode analisis yang bertujuan untuk
menggambarkan dan menjelaskan pada potensi objek wisata dalam kawasan
melalui hasil yang diperoleh dalam penelitian.
2. Metode Penilaian Kelayakan Ekowisata dengan kriteria Penilaian menurut
Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam
(ADOODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003 sesuai dengan nilai yang telah
ditentukan untuk masing-masing kriteria.
Jumlah skor/ nilai untuk satu kriteria dihitung dengan persamaan (Aryanto, 2015)
S = N x B
Keterangan:
S = Skor/ Nilai suatu kriteria
N = Jumlah Nilai unsur-Unsur pada kriteria
B = Bobot Nilai
22
Kriteria penilaian objek dan daya tarik wisata alam (modifikasi pedoman
analisis kelayakan objek wisata dan dan daya tarik wisata alam direktur jendral
perlindungan hutan dan konservasi alam tahun 2003
Tabel 2. Kriteria Penilaian Daya Tarik Dengan Bobot 6
No Unsur/Sub Unsur Nilai
Ada 5 Ada
4
Ada
3
Ada
2
Ada
1
1 Keunikan sumber daya alam
a. Fauna
b. Adat istiadat
c. Sungai
d. Gua
e. flora
30 25 20 15 10
2 Banyaknya sumber daya alam yang ada
a. Gejala alam
b. Batuan
c. Fauna
d. Gua
30 25 20 15 10
3 Kegiatan wisata alam yang dapat
dilakukan
a. Penilaian /Pendidikan
b. Menikmati keindahan alam
c. Kegiatan olahraga
d. Berkemah
e. Melihat fauna
30 25 20 15 10
23
No Unsur/Sub Unsur Nilai
Ada 5 Ada
4
Ada
3
Ada
2
Ada
1
4 Kebersihan objek wisata, tidak
terpengaruhi oleh
a. Pemungkiman penduduk
b. Vandalisme (coret-coret)
c. Jalan ramai
d. Industri
e. Sampah
30 25 20 15 10
5 Keamanan objek wisata
a. Tidak ada perambahan dan
penebangan liar
b. Tidak ada penyakit berbahaya
seperti malaria
c. Tidak arus berbahaya
d. Tidak ada pencurian
30 25 20 15 10
6 Kenyamanan
a. Bebas dari kebisingan
b. Pelayanan yang baik terhadap
pengunjung
c. Tersedianya sarana dan prasarana
d. Bebas dari bau yang mengganggu
e. Tersedianya sarana dan prasarana
f. Udara yang baik dan bersih
30 25 20 15 10
Ket: Skor maksimum daya tarik: 180 x 6 = 1080
Tabel 3. Kriteria penilaian aksebilitas dengan bobot 5 N
o Unsur/Sub Unsur
Nilai
Baik Cukup Kurang Buruk
1 Kondisi Jalan 30 25 20 15
2 Jarak < 5 km 5-10 km 10-15 >15 km
24
km
30 25 20 15
3
Tipe Jalan
Jalan aspal
Lebar > 3
m
Jalan aspal
lebar < 3 m
Jalan
berbatu
Jalan tanah
30 25 20 15
4 Waktu tempuh dari pusat
kota
1-2 jam 2-3 Jam 3-4 Jam >5 jam
30 25 20 15
Ket : Skor maksimum aksebilitas 120 x 4 = 480
Tabel 4. Kriteria peniaian Akomodasi dengan bobot 3
No Unsur/Sub Unsur Nilai
1. Jumlah penginapan
>4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada
30 25 20 15 10
2. Jumlah Kamar
>100 75-100 30-75 <30 Tidak ada
30 25 20 15 10
Ket: skor maksimum akomodasi 60 x 2= 120
Tabel 5. Kriteria penilaian sarana dan prasarana penunjang (Radius 10 km dari objek
wisata) dengan bobot 3
No Unsur/Sub Unsur
Nilai
>4 Ada 3 Ada 2 Ada1 Tidak Ada
1 Prasarana
a. Jaringan listrk
b. Jaringan air minum
50 40 30 20 10
25
No Unsur/Sub Unsur
Nilai
>4 Ada 3 Ada 2 Ada1 Tidak Ada
c. Kantor pos
d. Puskesmas
e. Jaringan telpon
2 Sarana penunjang
a. Rumah makan
50 40 30 20 10
b. Bank
c. Toko cendramata
d. Pasar
50 40 30 20 10
Ket : skor maksimum sarana prasaaran 100 x 2 = 200
Tingkat Kelayakan setiap kriteria diketahui melalui perhitungan sederhanadengan rumus
(Karsudi, 2010: 150)
Presentase Kelayakan =𝑆
𝑆 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑋 100%
Keterangan:
S = Skor/ Nilai suatu Kriteria
S maks = Skor maksimal pada setiap kriteria
Indeks kelayakan suatu kawasan wisata adalah sebagai berikut (Karsudi, 2010:
150):
1. Tingkat kelayakan > 66,6% : layak dikembangkan
2. Tingkat kelayakan 33,3% - 66,6% : belum layak dikembangkan
3. Tingkat kelayakan <33,3% : tidak layak dikembangkan
26
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Umum Kawasan 17 Pulau Riung
Taman Wisata Alam Laut (TWAL) 17 Pulau secara administratif berada
di wilayah Kecamatan Riung Kabupaten Ngada Propinsi Nusa Tenggara
Timur. Secara geografis berada pada koordinat antara 8°25’ - 9°00’ LS dan 120°45’ -
121°50’ BT. Memiliki luas 9.900 hektar, membujur dari arah timur ke barat di utara
pulau Flores. Riung yang dijuluki dengan “17 pulau” ini bukan semata-mata
memiliki 17 pulau yang masuk di gugusan Taman WisataRiung. Nama tersebut
diambil dari tanggal hari Kemerdekaan Republik Indonesia yaitu 17 Lokasi taman
laut 17 Pulau Riung berada di kecamatan Riung kabupaten Ngada ataus ekitar 72 km
kearah utara pusa tkota Bajawa.
4.2 Geografis
Taman 17 pulau ruing secara administrasi masuk dalam Kecamatan Riung di
Kelurahan Nangamese. Taman luat 17 pulau mempunyai luas kurang lebih
9.900 hektar. Wilayah Taman laut 17 pulau berada di daerah pesisir pantai.Selain itu,
pantai-pantai indah dan mempesona mengapiti pulau yang mayoritas
penduduknya beragama Islam ini. Mulai dari Lekosambi bagian timur, sampai
Goloite di bagian barat. Dijamin, anda akan merasa damai dan puas ketika
mengunjugi 17 pulau ruing ini.Di bagian luar, baik di bagian utara, selatan, timur
dan barat, terdapat pulau-pulau yang mengapiti pulau yang dijuluki Taman laut
27
17 pulau ruing. Ibaratnya, pulau-pulau kecil ini adalah asesoris yang semakin
mempercantik pulau ini.
Adapun nama – nama pulau yaitu, pulau Ontoloe, Pulau Pau, Pulau Borong,
Pulau Dua, Pulau Kolong, Pulau Lainjawa, Pulau Besar, Pulau Halima, Pulau Patta,
Pulau Rutong, Pulau Meja, Pulau Bampa, Pulau Tiga, Pulau Tembaga, Pulau Taor,
Pulau Sui dan Pulau Wire. Salah satu pulau tersebut, yaitu pulau Ontoloe merupakan
habitat bagi ribuan kelelawar raksasa yang banyak bergelantungan di pepohonan dan
jika dilihat dari kejauhan seperti buah yang menggantung di tangkainya,
4.3 Topografi
Kondisi topografi di Kelurahan Nangamese berupa daerah pesisir Kelurahan
Nangamese terdiri atas hutan bakau yang lumayan subur. di pesisir pantai
Berdasarkan statusnya kawasan hutan yang terdapat di Kelurahan Nangamese.
4.4 Demografis
Kelurahan Nangamese Kecamatan Riung Kabupaten Ngada menurut data dari
statistic hasil pemetaan dengan alatukur GPS berada pada 8°32'42"S dan
117°22'47"E. Secara topografi Kelurahan Nangamese Kecamatan Riung masuk dalam
kategori Daerah dataran renda dari permukaan laut (mdpl). batas-batas wilayah
Kelurahan Nangamese Kecamatan Riung Kabupaten Ngada adalah sebagai berikut :
Sebelah Timur : Desa lekosambi timur Kecamatan Ruing
Sebelah Selatan : Desa Wangka selatan Kecamatan Riung
Sebelah Barat : Desa Sambinasi Kecamatan Riung dan Desa Latung
Kecamatan Riung.
4.5 Iklim
Tipe iklim pada wilayah Kelurahan Nangamese termasuk dalam kategori
iklim tipe D (menurut Schmith dan Ferguson). Iklim tipe D dikategorikan sebagai
28
daerah beriklim sedang dan vegetasinya berupa hutan musim. Klasifikasi ini
didasarkan pada perhitungan nilai Q atau perbandingan antara banyaknya bulan
kering (CH < 60 mm) dengan banyaknya bulan basah (CH > 100 mm) nilai Q di HPT
Kelurahan Nangamese yaitu 80 % - 100 %, dengan kisaran curah hujan 1.200 mm-
1.934 mm pertahun. Suhu udara rata-rata 28 °C dan kelembaban 70 %.
4.6 Tanah
Jenis tanah di Kelurahan Nagamese diklasifikasikan dalam dua kelompok
yaitu (a) asosiasi latosol coklat dengan latosol coklat kemerahan; (b) komplek
mediteran coklat dengan litosol.
4.7 Keadaan Sosial
Salah satu indikator dalam mengukur tingkat kesejahteraan suatu masyarakat
seringkali digunakan berbagai indikator sosial. Indikator-indikatorsosial yang umum
dipakai adalah tinggi rendahnya tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, ketaatan
melaksanakan perintah agama, dan indikator-indikatorsosial lainnya.
Tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat dapat dipengaruhi oleh
berbagai hal, satu diantaranya adalah ketersediaan sarana dan prasarana seperti
gedung beserta berbagai fasilitas penunjangnya, termasuk tenaga pendidik dan anak
didik. Sebagai salah satu desayang yang berdekatan dengan pusat
pemerintahan Kecamatan Riung dan Kabupaten Ngada, sarana dan prasarana
pendidikan terdapat dalam jumlah yang relatif banyak dan cukup memadai
dibandingkan dengan desa yang lainnya. Hal ini mungkinkan oleh kemudahan
masyarakat dalam mengakses sarana pendidikan, mulai dari tingkatan Pra sekolah
29
hingga Perguruan Tinggi. Pada Tahun 2014 banyaknya gedung sekolah dan sarana
kesehatan masih belum memperlihatkan peningkatan. Hal ini dikarenakan wilayah
kecamatan ini masih mudah dalam mengakses sarana pendidikan, kesehatan,dan
lainnya di kecamatan terdekat.
Terkait dengan gedung sekolah, maka jumlah murid di Kelurahan Nangamese
Kecamatan Riung pada tahun 2014 yang paling banyak adalah yang berada pada
tingkat pendidikan SD, kemudian pada jenjang pendidikan SLTP. Semakin
berkurangnya jumlah murid pada tingkatan yang lebih tinggi dikarenakan jumlah
gedung pada tingkatan yang lebih tinggi semakin sedikit Disamping itu terdapat
murid yang tidak melanjutkan sekolah, karena jauh dan alasan ekonomi, namun ada
juga yang melanjutkan tetapi tidak di wilayah Kelurahan Nangamese Kecamatan
Riung melainkan diluar kecamatan bahkan diluar kabupaten maupun propinsidengan
berbagai pertimbangan.
Untuk sarana dan prasarana kesehatan di Kelurahan Nangamese Kecamatan
Riung juga tak dapat dikesampingkan. Hal ini mengingat tinggi rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat tidak terlepas dari tersedia tidaknya sarana dan prasarana
dimaksud yang tentu saja dalam kualitas dan kuantitas yang memadai. Mayoritas
penduduk kelurahan Nangamese Kecamatan Riung adalah beragama islam. Jika
dipersentasekan maka 100,00 persen penduduk Kelurahan Nangamese Kecamatan
Riung memeluk agama Islam.
4.8 Keadaan Ekonomi
30
Perkembangan perekonomian suatu daerah dapat diukur dengan perkembangan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu daerah berdasarkan pada Atas Dasar
Harga Berlaku (ADHB) danAtas Dasar Harga Konstan (ADHK).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per capital merupakan salah satu indicator
makro ekonomi regional untuk melihat perkembangan perekonomian dan tingkat
kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah.
1. Perekonomian
Perekonomian yang ada di KelurahanNangamesemerupakan asset yang besar
bagi pertumbuhan perekonomian penduduk Desa. Selain mayoritas
penduduk sebagai petani di Kelurahan Nangamese banyak tumbuh usaha-usaha
kerajinan, warung, gilingan padi, kelontong, toko, home industri
peternakan.
2. Kemampuan Keuangan
Kemampuan keuangan desa masih mengandalkan bantuan dari pemerintah
sementara untuk pendapatan asli desa dan bantuan pihak ketiga masihsangat
kurang.
3. Prasarana dan Sarana Perekonomian
a. Sarana Jalan
1. Jalan yang merupakan akses menuju pusat kota semuanya sudah di
aspal, namun sebagian keadaannya ada yang rusak.
2. Jalan Gang untuk tiap RW belum semuanya di rabat beton
b. Saluran Irigasi
Saluran irigasi yang ada di kelurahan Nangamese Kecamatan Riung sudah
menggunakan sistem modern, sehingga fungsinya sudah lebih maksimal.
31
c. Sarana Telekomunikasi dan Informasi
Dengan banyaknya alat telekomunikasi ada seperti telepon
genggam (HP), akses internet membuat komunikasi semakin lancar dan
mudah. Disamping itu sebagian keluarga telah memiliki sarana TV, Radio,
Komputer yang menjadikan pengetahuan perkembangan jaman semakin
cepat.
32
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identifikasi Responden
Identifikasi responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
kelamin, tingkat pendidikan dan umur responden.
1. Identifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin identifikasi responden dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Identifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentase (%)
1
2
Laki-Laki
Perempuan
51
19
72,8
27,1
Jumlah 70 100
Sumber. Data Primer Setelah Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 6diatas menunjukkan bahwa dari 70 responden pada
penelitian ini sebanyak 51 orang responden yang berjenis kelamin laki-laki dengan
presentase 72,8% dan responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 19 orang
dengan presentase 27,1%.
2. Identifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Identifikasi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel
7.
Tebel 7. Identifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)
1
2
3
4
SD
SMP / sederajat
SMA / sederajat
Sarjana (S1)
9
21
38
2
12,8
30
54,3
2,9
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
33
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 70 responden, tingkat pendidikan yang
paling banyak yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan jumah responden 38 dan
jumlah presentase sebanyak 54,2%. Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan
jumlah responden 21 dan presentase sebanyak 30%, sedangkan tingkat pendidikan
sekolah dasar sebanyak 9 responden dengan presentase 12,8% serta kasifikasi
tingkat pendidikan yang paling sedikit yaitu S1 (strata satu) dengan jumlah
responden 2 dan nilai presentase sebanyak 3%.
3. Identifikasi Responden Berdasarkan Umur
Umur responden merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kemampuannya dalam melakukan aktifitas serta kematangan dalam perbuatan
(tindakan). Identifikasi responden berdasarkan sebaran umur dapat dilihat pada Tabel
8.
Tabel 8. Identifikasi Responden Berdasarkan Umur
No Klasifikasi Umur Jumlah Responden Persentase (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
18-21
22-25
26-29
30-33
34-37
38-41
42-45
46-49
50-53
9
17
17
11
4
10
1
0
1
12,9
24,3
24,3
15,7
5,7
14,3
1,4
0
1,4
Jumlah 70 100
Sumber :Data Primer Setelah Diolah, 2019
Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 70 responden, klasifikasi umur terbanyak
adalah 22-29tahundengan jumlah responden 17 orang dengan nilai persentase 24,3 %.
Klasifikasi umur pada 18-21 tahun dengan jumlah responden 9 orang dan nilai
presentase sebanyak 12,9%. Kemudian jumlah responden 11 orang pada klasifikasi
34
30-33 tahun dengan persentase15,7%. Jumlah responden 4 orang pada kasifikasi
umur 34-37 tahun dengan persentase 5,9%. Jumlah responden10 orang pada
klasifikasi umur 38-41 tahun dan persentase 14,3%.Jumlah responden 1 orang pada
klasifikasi 42-45 tahun dengan presentase 1,4% . jumlah responden 1 orang pada
klasifikasi 50-53 tahun dengan presentase 1,4%, Dan pada klasifikasi 46-49 tahun
tidak ada responden.
5.2 Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata
Komponen yang dapat dinilai dari Kawasan 17 Pulau Riung yaitu daya tarik,
aksessibilitas untuk bisa mencapai lokasi kawasan, akomodasi yang ada disekitar
lokasi wisata dan juga sarana dan sarana penunjang yang mendukung perkembangan
lokasi wisata. Adapun nilai dan bobot untuk masing-masing kriteria adalah sebagai
berikut:
1. Daya Tarik
Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan nilai dan
kemudahan berupa keanekaragaman alam, budaya dan hasil buatan manusia yang
menjadi kunjungan wisata. Adapun nilai daya tari objek wisata di Kawasan 17 Pulau
Riung dapat dilihat pada Tabel 9.
35
Tabel 9. Hasil Penilaian Terhadap Komponen Daya Tarik Objek Wisata Kawasan 17
Pulau Riung
No Unsur/ Sub Unsur Bobot Nilai Skor total
1
2
3
4
5
6
Keunikan SDA
Banyaknya SDA yang menonjol
Kegiatan wisata yang dapat
dilakukan
Kebersihan objek lokasi wisata
Keamanan kawasan
Kenyamanan
6
6
6
6
6
6
18,07
19,42
25,57
30
22,92
22,64
108,42
116.52
153,42
180
137,52
135,84
Jumlah 138.62 831,72
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2019
Berdasarkan Tabel 9diketahui bahwa skor total yang diperoleh adalah 831,72,
skor ini diperoleh dari hasil sub unsur lalu dijumlahkan total keseluruhannya, dimana
pada kriteria keunikan sumbur daya alam memperoleh nialai 18,07 karena dalam
kawasan terdapat tiga unsur yang masuk dalam penilaian yaitu seperti berbagai jenis
flora serta fauna pulau. Kriteria banyaknya sumber daya alam yang menonjol
diperoleh nilai 19,42, karena dalam kawasan 17 pulau riung terdapat dua fauna dan
terumbu karang.
Kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan 17 pulau riung yaitu menikmati
keindahan alam melihat flora dan fauna berkemah penelitian dan pendidikan 25,57.
Kebersihan lokasi objek wisata 17 pulau riung cukup bersih dengan nilai 22,64.
Keamanan kawasan 17 pulau riung sangat aman karena tidak tepat yang berbahaya
baik itu dari faktor alam maupu manusia dengan nilai 30. Kenyamanan kawasan
terdapat lima unsur yaitu udara yang sangat bersih dan sejuk, bebas dari bau yang
36
mengganggu, bebas dari kebisingan, tidak ada lalu lintas yang mengganggu dan
tersedia sarana dan prasarana dengan nilai 22,92.
2. Aksessibilitas
MacKinnon et al. (1990), menyatakan bahwa dua diantara beberapa faktor
yang membuat suatu kawasan menarik bagi pengunjung adalah letaknya yang dekat,
cukup dekat atau jauh dengan bandar udara internasionalatau pusat wisata utama atau
pusat kota dan juga perjalanan ke kawasan tersebut apakah mudah dan nyaman, perlu
sedikit usaha, sulit atau berbahaya. Aksebilitas merupakan suatu hal yang menyatakan
mudah tidaknya suatu objek untuk dijangkau. Aksebiitas merupakan syarat yang
penting sekali untuk objek wisata. Tanpa dihubungkan dengan jaringan transportasi
tidak mungkin suatu obyek mendapat kunjungan wisatawan. Obyek wisata
merupakan akhir perjalanan wisata dan harus muda dicapai dan harus mudah
ditemukan.
Perjalanan menuju kawasan 17 Pulau Riung dapat ditempuh ±3 jam dari pusat
Kota Kabupaten Ngada. Jarak dari pusat kota sampai ke tempat wisata 17 Pulau
Riung ±59,2 km, dengan tipe jalan aspal dengan lebar 3 m. Penilaian aksebilitas
dapat dilihat pada Tabel 10.
37
Tabel 10. Hasil Penilaian Terhadap Aksessibilitas Menuju kawasan 17 Pulau riung
No. Unsur/ Sub Unsur Bobot Nilai Skor total
1
2
3
4
Kondisi jalan
Jarak
Tipe
Waktu tempuh dari pusat kota
5
5
5
5
28,62
23,71
92,5
27
143,25
118,55
147,5
135
Jumlah 108,86 544,3
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 10 skor total yang diperoleh dari penilaian aksessibilitas
adalah 544,3 nilai ini di peroleh dari penilaian setiap unsur dimana pada penilaian
kondisi jalan menuju kawasan diperoleh nilai 28,62 Dengan tipe jalan aspal yang
lebarnya 3 m sehingga di peroleh nilai 92,5 dengan lokasinya yang cukup dekat
dengan pusat kota yaitu berjarak ±59,2 km dari pusat kota sehingga nilai yang
diperoleh 23,71, serta dari pusat kota menuju kawasan 17 pulau riung memerlukan
waktu tempuh 3jam sehingga nilai yang diperoleh adalah 23,71. Dari penilaian di
atas menunjukkan bahwa akses menuju Kawasan 17 Pulau Riung cukup mudah.
3. Akomodasi
MacKinnon et al. (1990) juga menyatakan bahwa akomodasi merupakan salah
satu faktor yang membuat pengunjung tertarik untuk melakukan suatu kunjungan
wisata. Ketersediaan akomodasi dalam lokasi wisata sangat membantu pengunjung
ketika pengunjung ingin menginap di lokasi yang dikunjunginya. Namun apabila
tidak terdapat akomodasi dalam lokasi wisata, pengunjung dapat mencari akomodasi
yang ada tidak jauh dari lokasi wisata.
Pada lokasi objek wisata kawasan 17 pulau riung belum menyediakan
akomodasi tersebut. Hal ini juga menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah
38
setempat untuk menambahkan fasilitas akomodasi. Penilaian untuk akomodasi pada
kawasan 17 pulau riung dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Penilaian Akomodasi Wisata Kawasan 17 Pulau Riung
No Unsur/ Sub Unsur Bobot Nilai Skor total
1
2
Jumlah penginapan
Jumlah kamar
3
3
21,57
18,71
64,71
56,13
Jumlah 40,28 120,84
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019
Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa skor total yang diperoleh adalah 120,84
nilai ini di dapatkan dari penilaian akomodasi radius 1 km dari kawasan 17 pulau
riung. Masyarakat menyetahui tentang adanya penginapan di Kelurahan
NangaMese.
4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana penunjang merupakan sarana dan prasarana yang
dapat menunjang kemudahan dan kenyamanan pengunjung dalam kegiatan wisata.
Selain sarana dan prasarana yang ada dalam kawasan, sarana dan prasarana
disekitar kawasan juga berpengaruh terhadap perkembangan suatu obyek wisata.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan prasarana penunjang yang ada disekitar
wisata kawasan 17 pulau riung dalam radius 1 km adalah jaringan listrik, jaringan air
minum, puskesmas, dan jaringan telepon. Sedangkan sarana penunjang lainnya
adalah rumah makan, Bank, , pasar, dan kendaraan umum. Penilaian sarana dan
prasarana dapat diihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Penilaian Sarana dan Prasarana pada Radius 1 km
No Unsur/ Sub Unsur Bobot Nilai Skor total
1
2
Prasarana
Sarana Penunjang
3
3
42,57
42,28
127,71
126,84
Jumlah 84,85 254,55
Sumber:Data Primer Setelah Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa skor total yang diperoleh adalah
254,55. Hasil ini diperoleh dari penilaian sarana dan prasarana penunjang yang ada
disekitar kawasan 17 Pulau Riung dalam radius 1 km. Berdasarkan pengamatan
prasarana penunjang seperti jaringan listrik, puskesmas, dan jaringan telepon
terdapat disekitar kawasan 17 Pulau Riung sehingga di dapatkan nilai 42,57.
39
Sedangkan untuk sarana penunjang seperti bank, rumah makan, dan pasar terdapat
di sekitar tempat wisata tersebut sehingga didapatkan nilai 42,28.
5.3 Analisis Kelayakan Daya Tarik Objek Wisata Kawasan 17 Pulau Riung
Penelitian yang dilakukan dengan observasi langsung di Kawasan 17 Pulau
Riung Kecamatan Riung Kabupaten Ngada untuk mengetahui potensi, dengan
penelaian kriteria yaitu daya tarik, aksesibilitas, akomodasi serta sarana dan prasarana
yang mendukung perkembangan lokasi wisata. Hasil penilaian didapatkan kemudian
di analisis untuk penilaian apakah Kawasan 17 Pulau Riung layak dikembangkan
menjadi objek wisata. Hasil penilaian terhadap komponen-komponen di Kawasan
Pulau Riung dapat dilihat pata tabel 13.
Tabel 13. Hasil Penilaian Daya Tarik Objek Wisata Kawasan 17 Pulau Riung
No Kriteria Bobot Nilai Skor Total
Skor Max
Indeks (%) Keterangan
1 2 3 4
Daya tarik Aksessibilitas Akomodasi Sarana dan Prasarana
6 5 3
3
138,62 108,86 40,28
84,85
831,72 544,3
120,84
254,55
1080 600 180
300
77,02 90,67 67,14
84,85
Layak Layak
Layak Layak
Jumlah 319,68
Rata-rata Tingkat kelayakan 79,92 Layak
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019
Dari hasil perhitungan pada Tabel 13 dapat diketahui bahwa wisata Kawasan 17
Pulau Riung layak dikembangkan sebagai salah satu objek daerah tujuan wisata
dengan rata-rata persentase kelayakan 79,92%. Untuk kriteria daya tarik kawasan ini
memiliki daya tarik yang cukup tinggi dengan nilai persentase 77,70%, karena objek
wisata Kawasan 17 Pulau Riung memiliki keragaman jenis flora seperti terubuk
karang, bakau, pohon waru dan kayu lamantoro serta keragaman fauna seperti
kelelawar, ikan,penyu ular, kepiting bakau, burung. Hal ini menunjukkan bahwa daya
tarik wisata 17 Pulau Riung tersebut berpotensi dan layak untuk dikembangkan.
40
Berdasarkan hasil penilaian yang sudah dilakukan terhadap kawasan 17 pulau
riung, dapat diketahui bahwa lokasi tersebut cukup berpeluang untuk dijadikan
sebagai salah satu daerah tujuan wisata alam karena memberi penawaran yang baik
dari kriteria yang dinilai yaitu daya tarik, aksebilitas, akomodasi dan juga sarana dan
prasarana penunjang kawasan wisata. Oleh karena itu sebaiknya pemerintah dan
masyarakat mulai mengembangkan Wisata Kawasan 17 Pulau Riung karena dapat
menghasilkan nilai ekonomi bagi pemerintah dan masyarakat.
41
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kawasan 17 Pulau Riung Kecamatan Riung Kabupaten Ngada memiliki
potensi objek wisata berupa keindahan panorama alam seperti pantai pasir puti dan
pegunugan. keragaman jenis flora seperti pohon lamantoro, pohon waru dan
keragaman fauna seperti kelelawar, ikan, ular,penyu, kepiting bakau dan burung
gereja.
Hasil penilaian kelayakan daya tarik objek wisata alam Kawasan 17 Pulau
Riung Kecamatan Riung Kabupaten Ngada dapat diketahui bahwa kawasan tersebut
layak untuk dikembangkan sebagai salah satu objek wisata dengan rata-rata
presentase kelayakan 80,09%. Hal ini dikarenakan kawasan 17 pulau riung memiliki
daya tarik berupa flora, fauna dan keindahan alam, aksessibilitas dan juga akomodasi
serta sarana dan prasana penunjang yang mendukung sehingga kawasan tersebut
layak untuk dikembangkan.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian di Kawasan 17 Pulau Riung Kecamatan Riung
Kabupaten Ngada.
1. Perlu adanya fasilitasi berupa infrastruktur dan akomodasi dalam Kawasan 17
Pulau Riung untuk menunjang kawasan tersebut.
42
2. Pengembangan Wisata Kawasan 17 Pulau Riung sangat perlu dilakukan karena
kawasan tersebut berpotensi untuk meningkatkan perekonomian dan sebagai
lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
3. Perlu dilakukan pembenahan terhadap Kawasan 17 Pulau Riung oleh pihak
pengelola, misalnya membersihkan lokasi wisata serta memperbaiki sarana dan
prasarana penunjang.
43
DAFTAR PUSTAKA
Andi Yogyakarta. Suyitno. 2001. Perencanaan Wisata (Tour Planning). Kanisius: Yogyakarta.
Aryanto, T. 2015. Potensi Ekowisata Jalur Pendakian Bukit Raya di Taman Nasional
Bukit Baka Bukit Raya Kalimantan Bara. Prosiding. Seminar Nasional Pengeloaan sumbar Daya Alam dan Lingkungan. Semarang: Kampus Pascasarjana Universitas Dipenegoro
Beeton S. 1998. Ecotourism: A Practical Guide For Rural Communities. Australia:
LandLinks Press. Cooper C, Fletcher J, Gilbert D, Shepherd R, Wanhil S, editor. 1998. Tourism:
Principes and Practice. Ed ke-2. England: Person Education Limited. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2000 Tentang Kepariwisataan. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.
Dinas Kebudayaan, Pariwisata Pemuda dan Olah Raga. 2009. Data Potensi
Kebudayaan dan Pariwisata. Sumedang: Dinas Kebudayaan, Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sumedang.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan. 2009. Tahura Inten Dewata (Gunung Kunci dan
Gunung Palasari). Sumedang: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sumedang.
Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2001. Pedoman
Pengembangan Pariwisata Alam di Taman Nasional. Bogor: Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan.
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2002. Kriteria Standar
Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (Analisis Daerah Operasi). Bogor: Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan.
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2003. Pedoman
Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA).
44
Bogor: Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan.
Fandeli, C. 2002. Perencanaan keparawisataan alam. Yogyakarta: Fakultas
Kehutanan UGM. Fennel DA. 2002. Ecotourism Programme Planning. New York: CABI Publishing. Godfrey K, Jackie C. 2000. The Tourism Development Handbook: A Practical
Approach To Planning and Marketing. London and New York: CASSEL. PHKA .2001. kriteria Penilaian dan Pengembangan obyek dan daya Tarik Wisata
Alam. Bogor: Departemen Kehutanan Dirjen PHKA Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) (2003). Pedoman Analisis Daerah
Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA). Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.`
Rangkuty, F. 1997. Analisis SWOTTeknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan
Keduabelas. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Romani S. 2006. Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam Serta
Alternatif Perencanaannya di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Suwantoro G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta:
Suwarto , T. 2011. Pengaruh Iklim dan Perubahannya Terhadap Destinasi Parawisat
Pantai Pangandaran. Jurna Perencanaan Wilayah dan Kota.
45
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Taeng Terong, Kecamatan Riung,
Kabupaten Ngada pada tanggal 21 Juli 1994, merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara, pasangan Ayahanda Jamaludin
Remang dan Ibunda Jatia Rande. Penulis memulai pendidikan
Pada Sekolah Dasar (SD) Negeri Marolidong pada tahun 2001
dan tamat pada tahun 2006. Kemudian pada tahun 2007 Penulis melanjutkan
pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama MTs RJ Riung dan tamat pada tahun
2010. Selanjutnya pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Ende dan tamat pada tahun 2013. Pada tahun 2014
penulis melanjutkan studi ke perguruan tinggi Swasta di Makassar, yakni
Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH) dan terdaftar sebagai
Mahasiswa Program Studi Kehutanan Strata satu (S1) Fakultas Pertanian.
Selama masa perkuliahan, penulis memiliki pengalaman Magang di
KPHL Ampang Sumbawa, NTB selama dua bulan. Penulis juga aktif diorganisasi
intra kampus yaitu menjadi Anggota pengurus Himpunan Mahasiswa Kehutanan
periode 2015-2016.