penilaian objek daya tarik wisata alam.pdf

Upload: altab

Post on 10-Jan-2016

211 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

  • PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA

    DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI

    SIAM ROMANI

    DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

    2006

  • RINGKASAN

    Siam Romani. E34101014. Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam serta Alternatif Perencanaannya di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi. Dibimbing oleh : Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Eva Rachmawati, S.Hut.

    Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) merupakan tempat hidup bagi suku terasing (Suku Anak Dalam/Orang Rimba), mempunyai keterwakilan ekosistem yang masih alami dan sudah mengalami degradasi, mempunyai komunitas alam yang unik, langka, dan indah serta bentang alam dan potensi alam yang dapat dijadikan sebagai Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA). Penelitian lebih rinci mengenai potensi ODTWA di TNBD belum pernah dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan studi dan penilaian terhadap potensi-potensi yang ada. Hasil studi dan penilaian tersebut dapat digunakan dalam menyusun alternatif perencanaan wisata alam di TNBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai potensi ODTWA serta menyusun alternatif perencanaan wisata alam di TNBD.

    Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi selama dua bulan yaitu bulan September sampai bulan Oktober 2005. Alat yang digunakan yaitu alat tulis, GPS (Geografis Position System) dan kamera. Bahan yang diperlukan adalah Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) dari Dirjen PHKA (2003) yang telah dimodifikasi, kuesioner dan panduan wawancara. Data dan informasi yang dikumpulkan adalah kondisi umum, kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat, potensi obyek dan daya tarik wisata, pengunjung dan pengelolaan wisata. Metode pengambilan data dilakukan melalui studi pustaka, wawancara dan kuesioner serta pengamatan lapang. Pengolahan data mengenai ODTWA di TNBD diolah dengan menggunakan metode skoring yang selanjutnya diuraikan secara deskriptif.

    Obyek wisata alam yang terdapat di dalam kawasan TNBD antara lain Gua Kelelawar, Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik, Air Terjun Talon dan Air Terjun Lubuk Jering. Penilaian ODTWA dilakukan pada kelima obyek tersebut. Hasil penilaian menunjukkan bahwa obyek Aek Manitik memiliki nilai tertinggi yaitu 3080 kemudian Demplot Tanaman Obat (3050), Air Terjun Talon (3040), Air Terjun Lubuk Jering (2790) dan Gua Kelelawar (2760). Berdasarkan hasil penilaian tersebut dapat ditentukan obyek prioritas untuk dikembangkan di TNBD yaitu Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik dan Air Terjun Talon. Selain potensi wisata alam TNBD juga memiliki ODTW budaya Suku Anak Dalam/Orang Rimba. Di sekitar kawasan TNBD juga terdapat obyek wisata ya itu Sumber Air Panas Bukit Suban, Dam Sungai Jernih Air Meruap dan Sumber Air Panas Desa Baru. Semua obyek wisata tersebut belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal.

    Perencanaan wisata yang disusun meliputi perencanaan ODTWA dan perencanaan pengelolaan wisata kawasan TNBD. Untuk perencanaan ODTWA dilakukan pada tiga obyek prioritas berdasarkan hasil penilaian. Obyek-obyek tersebut yaitu Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik, dan Air Terjun Talon. Perencanaan kegiatan wisata untuk obyek Demplot Tanaman Obat adalah pendidikan dan penelitian, pengobatan ala rimba dan interpretasi alam. Perencanaan wisata untuk Aek Manitik yaitu wisata petualangan, kemah konservasi, dan interpretasi

  • alam. Perencanaan untuk kegiatan wisata pada Air Terjun Talon yaitu wisata petualangan, berenang, interpretasi alam dan bersepeda. Perencanaan pengelolaan wisata kawasan TNBD yaitu usulan zonasi, pembentukkan UPT (Unit Pelaksana Teknis), pengelolaan sumberdaya manusia, kebutuhan sarana dan prasarana, pengelolaan multi pihak dan pemasaran/promosi.

  • PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA

    DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI

    SIAM ROMANI

    Skripsi

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Kehuta nan pada

    Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

    DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

    2006

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 29 Juni 1983 dari pasangan

    Marsudi dan Siti Aminah. Penulis adalah anak ke-2 dari lima

    bersaudara. Jenjang pendidikan formal dimulai pada tahun 1988-1989

    di TK Islam Al-Falah Jambi. Kemudian melanjutkan ke SD Islam Al-

    Falah Jambi dan lulus pada tahun 1995. Pendidikan menengah pertama dilalui

    penulis di SMPN 9 Jambi pada tahun 1995 hingga tahun 1998. Sekolah Menengah

    Umum dihabiskan di SMUN 9 Jambi dari tahun 1998-2001. Penulis diterima

    sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas Kehutanan Departemen

    Konservasi Sumberdaya Hutan pada tahun 2001 melalui jalur USMI (Undangan

    Seleksi Masuk IPB).

    Semasa kuliah di IPB penulis aktif dalam beberapa organisasi diantaranya

    International Forestry Student Association Local Comitte (IFSA LC-IPB),

    Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan (HIMAKOVA) dan Unit

    Kegiatan Mahasiswa Uni Konservasi Fauna (UKM UKF-IPB). Praktek Umum

    Kehutanan dilaksanakan di Cagar Alam Leuweung Sancang, Cagar Alam dan TWA

    Kawah Kamojang Garut. Praktek Umum Pengelolaan Hutan dilaksanakan di

    Kesatuan Pemangkuan Hutan Sumedang. Praktek Kerja Lapang Profesi

    dilaksanakan di Taman Nasional Alas Purwo Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa

    Timur.

    Penulis menyusun karya ilmiah (skripsi) yang berjudul Penilaian Potensi

    Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam serta Alternatif Perencanaannya di

    Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi dibawah bimbingan Dr. E.K.S.

    Harini Muntasib, MS dan Eva Rachmawati, S.Hut sebagai salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih

    dan Maha Penyayang atas rahmat dan karunia -Nya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

    gelar Sarjana Kehutanan. Penulis melaksanakan penelitian selama dua bulan yaitu

    bulan September-Oktober 2005 yang kemudian disusun sebagai sebuah skripsi

    dengan judul Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam serta Alternatif

    Perencanaannya di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi. Skripsi ini

    berisi tentang studi dan penilaian terhadap potensi obyek dan daya tarik wisata alam

    yang terdapat di dalam kawasan TNBD. Hasil penilaian tersebut digunakan untuk

    menentukan obyek prioritas untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata di TNBD

    yang kemudian disusun alternatif perencanaan wisata alamnya.

    Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

    pihak yang telah mendukung dan membantu sehingga dapat terselesaikannya

    penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih tersebut terutama disampaikan kepada

    kedua orang tua, kakak dan adik-adik serta seluruh keluarga besar tercinta , Ibu Dr.

    E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Eva Rachmawati, S.Hut selaku dosen pembimbing,

    serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

    Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

    Bogor, Maret 2006

    Siam Romani

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR.................................................................................... i

    DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv

    DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v

    DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. vi

    I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Tujuan...................................................................................................... 2 C. Manfaat Penelitian................................................................................... 2

    II. TINJAUAN PUSTAKA A. Studi Potensi, Obyek dan Daya Tarik Wisata ......................................... 3 B. Wisata Alam dan Ekowisata .................................................................... 5 C. Taman Nasional....................................................................................... 7 D. Perencanaan Wisata ................................................................................. 8

    III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Sejarah Kawasan ..................................................................................... 10 B. Kondisi Fisik ........................................................................................... 11

    B.1. Letak dan Luas ................................................................................. 11 B.2. Iklim, Topografi, Hidrologi dan Tanah........................................... 11 C. Kondisi Biologi Kawasan........................................................................ 12 C.1. Flora ................................................................................................. 12 C.2. Fauna ................................................................................................ 12 D. Masyarakat Sekitar Kawasan ................................................................. 13 D.1. Masyarakat di Dalam Taman Nasional ........................................... 13 D.2. Masyarakat di Luar Taman Nasional............................................... 14 F. Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata .................................................... 15

    IV. METODE PENELITIAN

    A. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................... 18 B. Alat dan Bahan ........................................................................................ 18

    B.1. Alat................................................................................................... 18 B.2. Bahan ............................................................................................... 18

    C. Metode ..................................................................................................... 18 C.1. Data yang Dikumpulkan................................................................... 18 C.2. Prosedur Kerja .................................................................................. 19

    D. Metode Pengambilan Data ...................................................................... 20 D.1. Studi Pustaka ................................................................................... 20 D.2. Wawancara dan Kuesioner .............................................................. 20 D.3. Pengamatan Lapang......................................................................... 20

  • E. Pengolahan Data ...................................................................................... 21 E.1 Metode Skoring ................................................................................ 21 E.2. Analisis Deskriptif .......................................................................... 22

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA)

    di Dalam Kawasan TNBD..................................................................... 23 A.1. Kriteria Penilaian ODTWA ........................................................... 23

    A.1.1. Daya Tarik ............................................................................. 23 A.1.2. Aksesibilitas ........................................................................... 30 A.1.3. Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi.................................... 34 A.1.4. Akomodasi ............................................................................ 35 A.1.5. Sarana -Prasarana Penunjang.................................................. 35 A.1.6. Ketersediaan Air Bersih ......................................................... 37

    A.2. Rekapitulasi Penilaian ODTWA ................................................... 38 B. Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya .................................................. 38 C. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam di Sekitar Kawasan TNBD.......... 41 D. Pengunjung Taman Nasional Bukit Duabelas........................................ 44

    D.1. Keadaan Pengunjung ..................................................................... 44 D.2. Karakteristik Pengunjung .............................................................. 46 D.3. Motif, Aktivitas dan Persepsi Pengunjung ................................... 47 D.4. Harapan Pengunjung...................................................................... 49

    E. Masyarakat Desa Sekitar TNBD............................................................. 49 F. Pengelolaan dan Kebijakan..................................................................... 50

    F.1. Pengelolaan.................................................................................... 50 F.2. Kebijakan Wisata .......................................................................... 52

    G. Alternatif Perencanaan ........................................................................... 54 G.1. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam............................................. 54

    G.1.1. Demplot Tanaman Obat.......................................................... 55 G.1.2. Aek Manitik ............................................................................ 56 G.1.3. Air Terjun Talon ..................................................................... 57

    G.2. Perencanaan Pengelolaan Wisata Kawasan................................... 58

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan............................................................................................. 61 B. Saran ....................................................................................................... 61

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62

    LAMPIRAN..................................................................................................... 65

    iii

  • DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Letak Geografis dan Batas Kawasan TNBD......................................11

    Tabel 2. Kondisi Topografi, Hidrologi dan Tanah Kawasan TNBD ...............12

    Tabel 3. Desa-Desa Interaksi TNBD menurut Wilayah Administrasi.............15

    Tabel 4. Daya Tarik Obyek Wisata Alam Di TNBD .......................................24

    Tabel 5. Penilaian Kriteria Daya Tarik Wisata Alam Di TNBD .....................25

    Tabel 6. Penilaian Kriteria Aksesibilitas Obyek Di TNBD.............................32

    Tabel 7. Penilaian Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi ................................ 34

    Tabel 8. Penilaian Sarana-Prasarana Penunjang Di TNBD .............................36

    Tabel 9. Penilaian Ketersediaan Air Bersih .................................................... 37

    Tabel 10. Rekapitulasi Penilaian ODTWA......................................................38

    Tabel 11. Pengunjung TNBD Tahun 2005.......................................................45

    Tabel 12. Karakteristik Pengunjung TNBD.................................................... 46

    Tabel 13. Motif, Aktivitas dan Persepsi Pengunjung TNBD ...........................47

    Tabel 14. Sarana dan Prasarana yang Ada Di TNBD Saat Ini.........................52

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Bagan Alir Penelitian .....................................................................19

    Gambar 2. Pintu Masuk Gua Kelelawar...........................................................26

    Gambar 3. Demplot Tanaman Obat ................................................................ 27

    Gambar 4. Air Terjun Talon .............................................................................29

    Gambar 5. Kondisi Jalan Kabupaten Menuju TNBD ......................................31

    Gambar 6. Kondisi Jalan Menuju Obyek.........................................................33

    Gambar 7. Sungai Sebagai Salah Satu Sumber Air Bersih Di TNBD.............37

    Gambar 8. Kelompok Tumenggung Tarip .......................................................39

    Gambar 9. Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Orang Rimba................................ 40

    Gambar 10. Ambung dan Penjelasan Tumenggung Tarip Mengenai Adat Istiadat Orang Rimba............................................................ 41

    Gambar 11. Sumber Air Panas Desa Baru.......................................................42

    Gambar 12. Sumber Air Panas Bukit Suban.................................................... 43

    Gambar 13. Dam Sungai Jernih ......................................................................44

    Gambar 14. Kegiatan yang Dilakukan Pengunjung TNBD .............................46

    Gambar 15. Kegiatan yang Pernah Dilakukan Pengelola Berkaitan Dengan Wisata Di TNBD ............................................................ 51

    Gambar 16. Sarana dan Prasarana yang Ada Di TNBD ..................................52

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Tabel Kriteria Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam ...66

    Lampiran 2. Tabel Daftar Nama Jenis Flora yang Terdapat Di Kawasan TNBD .....................................................................69

    Lampiran 3. Tabel Daftar Nama Jenis Satwaliar Di Kawasan TNBD yang Biasa Digunakan Untuk Obat......................................................70 Lampiran 4. Tabel Sebaran Komunitas Orang Rimba Di Dalam dan Luar Kawasan TNBD Menurut Kelompok dan Lokasi .......................71

    Lampiran 5. Tabel Gambaran Umum Desa Interaksi TNBD ..........................73

    Lampiran 6. Kuesioner Untuk Pengunjung......................................................74

    Lampiran 7. Panduan Wawancara.................................................................... 77

    Lampiran 8. Peta Potensi Wisata TNBD..........................................................79

    Lampiran 9. Peta Akses Jalan TNBD...............................................................80

    Lampiran 10. Peta Sebaran Orang Rimba Tahun 2004 Di TNBD...................81

  • I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Keanekaragaman hayati, keunikan dan keaslian budaya tradisional,

    keindahan bentang alam, gejala alam serta peninggalan sejarah/budaya adalah

    anugerah Tuhan yang berpotensi sebagai obyek dan daya tarik wisata alam

    (ODTWA). Kosmaryandi dan Avenzora (2004) mengemukakan bahwa

    pemanfaatan potensi ODTWA untuk kegiatan wisata alam harus dikelola secara

    arif dan bertanggung jawab serta benar-benar mempertimbangkan kelestarian

    lingkungan.

    Pariwisata sebagai green industry akan dapat menekan laju pengrusakan

    sumberdaya alam dan lingkungan. Green industry sangat sesuai dengan

    pariwisata yang berbasis alam utamanya ekowisata. Ekowisata yang menciptakan

    pariwisata berkualitas memungkinkan akan dapat mempertahankan kualitas obyek

    dan daya tarik alam dan dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan dan

    kehidupan sosial masyarakat lokal. Namun demikian apabila tidak direncanakan

    dengan konsep pembangunan pariwisata berwawasan lingkungan kerusakan

    lingkungan akan terjadi. Pentingnya perencanaan dalam pengembangan

    pariwisata sebagai suatu industri tidak lain adalah agar perkembangan industri

    pariwisata sesuai dengan apa yang telah dirumuskan dan berhasil mencapai

    sasaran yang dikehendaki baik itu ditinjau dari segi ekonomi, sosial, budaya dan

    lingkungan hidup. Perencanaan dapat menginformasikan bagaimana kondisi

    dimasa mendatang melalui langkah-langkah yang akan diambil dalam proses

    implementasinya secara lebih efisien dan sesuai dengan kondisi kawasan yang

    dikelola (Fandeli dan Nurdin, 2005).

    Taman nasional sebagai salah satu kawasan pelestarian alam yang memiliki

    potensi ODTWA membutuhkan perencanaan yang dapat memberikan gambaran

    bagaimana pariwisata dan hal-hal yang berkaitan dengan wisata untuk

    pengelolaannya ke depan. Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) merupakan

    tempat hidup bagi suku terasing (Suku Anak Dalam/Orang Rimba), mempunyai

    keterwakilan ekosistem yang masih alami dan sudah mengalami degradasi,

    modifikasi dan atau binaan, mempunyai komunitas alam yang unik, langka, dan

  • indah serta bentang alam dan potensi alam yang dapat dijadikan sebagai ODTWA.

    Penelitian lebih rinci mengenai nilai potens i ODTWA di TNBD belum pernah

    dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan studi dan penilaian terhadap potensi-potensi

    yang ada. Hasil studi dan penilaian tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam

    menyusun alternatif perencanaan wisata alam di TNBD.

    B. Tujuan

    Penelitian mengenai Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam

    serta Alternatif Perencanaannya di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi

    Jambi ini bertujuan untuk :

    1. Mengetahui nilai potensi obyek dan daya tarik wisata alam.

    2. Menyusun alternatif pe rencanaan wisata alam di TNBD.

    C. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi

    pengelola dalam menyusun perencanaan wisata alam dan rencana pengembangan

    wisata di TNBD.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Studi Potensi, Obyek dan Daya Tarik Wisata

    Studi potensi dalam kamus Kehutanan RI tahun 1989 adalah studi mengenai

    kandungan gejala alam dari suatu kawasan. Undang-Undang No. 9 Tahun 1990

    tentang Kepariwisataan menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan

    atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat

    sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Studi potensi wisata

    adalah studi mengenai kandungan gejala alam dari suatu kawasan yang dapat

    dijadikan sebagai obyek dan daya tarik suatu perjalanan wisata.

    Definisi mengenai obyek dan daya tarik wisata menurut :

    1. UU No. 9 Tahun 1990 bahwa obyek dan daya tarik wisata adalah segala

    sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Obyek dan daya tarik wisata tersebut

    terdiri atas :

    a. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang

    berwujud keadaan alam serta flora dan fauna.

    b. Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud

    museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya,

    wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman

    rekreasi, dan tempat hiburan.

    2. Marpaung (2002) mengemukakan bahwa obyek dan daya tarik wisata

    adalah suatu bentukan dan/atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan

    serta dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke

    suatu daerah/tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum

    dikembangkan semata -mata hanya merupakan sumberdaya potensial dan

    belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata sampai adanya suatu jenis

    pengembangan tertentu. Jenis obyek dan daya tarik wisata dibagi kedalam

    dua kategori yaitu :

    a. Obyek dan daya tarik wisata alam.

    b. Obyek dan daya tarik wisata sosial budaya.

    3. Hamid (1996) menyatakan obyek wisata sebagai segala sesuatu yang

    menarik dan telah dikunjungi wisatawan sedangkan daya tarik adalah segala

  • sesuatu yang menarik namun belum tentu dikunjungi. Daya tarik tersebut

    masih memerlukan pengelolaan dan pengembangan sehingga menjadi obyek

    wisata yang mampu menarik kunjungan.

    4. Wiwoho (1990) menyatakan bahwa dalam dunia kepariwisataan istilah

    obyek wisata mempunyai pengertian sebagai sesuatu yang dapat menjadi

    daya tarik bagi seseorang atau calon wisatawan untuk mau berkunjung ke

    suatu daerah tujuan wisata. Daya tarik tersebut antara lain dapat berupa :

    a. Sumber-sumber daya tarik yang bersifat alamiah seperti iklim,

    pemandangan alam, lingkungan hidup, fauna, flora, kawah, danau,

    sungai, karang dan ikan di bawah laut, gua-gua, tebing, lembah dan

    gunung.

    b. Sumber-sumber buatan manusia berupa sisa-sisa peradaban masa

    lampau, monumen bersejarah, rumah peribadatan, museum, peralatan

    musik, tempat pemakaman dan lain-lain.

    c. Sumber-sumber daya tarik yang bersifat manusiawi. Sumber manusiawi

    melekat pada penduduk dalam bentuk warisan budaya misalnya tarian,

    sandiwara, drama, upacara adat, upacara penguburan mayat, upacara

    keagamaan, upacara perkawinan dan lain-lain.

    Daya tarik wisata menurut Kodhyat (1996) adalah segala sesuatu yang

    mendorong orang untuk berkunjung dan singgah di daerah tujuan wisata yang

    bersangkutan. Soekadijo (2000) juga menyatakan bahwa wisatawan hanya akan

    berkunjung ke tempat tertentu kalau di tempat itu terdapat kondisi yang sesuai

    dengan motif wisatawan. Kondisi yang sesuai dengan motif wisatawan akan

    merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi tempat tersebut.

    Unsur-unsur paling penting yang menjadi daya tarik dari sebuah daerah

    tujuan ekowisata menurut Sudarto (1999) adalah kondisi alamnya, kondisi flora

    dan fauna yang unik, langka dan endemik, kondisi fenomena alamnya, kondisi

    adat dan budaya. Ko (2001) menyebutkan bahwa obyek wisata alam bisa berupa

    gunung, lembah, sungai, pesisir, laut, pulau, air terjun, danau, lembah sempit

    (canyon), rimba, gua dan sebagainya. Keberadaan suatu obyek wisata dapat

    dinilai memiliki daya tarik jika kunjungan ke lokasi tersebut memenuhi harapan

    (expectation) pengunjung. Untuk itu perlu dianalisis terlebih dahulu apa yang

  • menjadi harapan konsumen memilih obyek wisata tersebut sebagai tujuan

    kunjungan.

    Beberapa komponen obyek wisata yang dikemukakan oleh Cooper et al

    (1998) yaitu :

    1. Atraksi wisata baik berupa alam, buatan (hasil karya manusia), atau

    peristiwa (kegiatan) yang merupakan alasan utama kunjungan.

    2. Fasilitas -fasilitas dan pelayanan dibutuhkan oleh wisatawan di daerah

    tujuan wisata.

    3. Akomodasi, makanan dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk

    fisik tapi juga harus dapat menciptakan perasaan hangat dan memberikan

    kenangan pada lingkungan dan makanan setempat.

    4. Aksesibilitas (jalan dan transportasi) merupakan salah satu faktor

    kesuksesan daerah tujuan wisata.

    5. Faktor-faktor pendukung seperti kegiatan pemasaran, pengembangan, dan

    koordinasi.

    Pembangunan obyek dan daya tarik wisata menurut UU No. 9 Tahun 1990

    dilakukan dengan memperhatikan :

    1. Kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan kehidupan

    ekonomi dan sosial budaya.

    2. Nilai-nilai agama, adat istiadat serta cara pandangan dan nilai-nilai yang

    hidup dalam masyarakat.

    3. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup.

    4. Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri.

    B. Wisata Alam dan Ekowisata

    Kata wisata (tourism) pertama kali muncul dalam Oxford English

    Dictionory tahun 1811 yang mendeskripsikan atau menerangkan tentang

    perjalanan untuk mengisi waktu luang (Hakim, 2004). Kodhyat (1996)

    menyatakan bahwa pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) da n

    hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia

    di luar tempat tinggalnya dengan maksud bukan untuk tinggal menetap (di tempat

    yang disinggahinya) dan tidak berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang

  • menghasilkan upah. Suwantoro (1997) mengemukakan bahwa wisata alam adalah

    bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata

    lingkungan. Kegiatan wisata alam merupakan kegiatan rekreasi dan pariwisata

    pendidikan, penelitian, kebudayaan dan cinta alam yang dilakukan di dalam obyek

    wisata. Menurut PHPA (1996) kegiatan wisata alam di dalam kawasan konservasi

    diarahkan pada upaya pendayagunaan potensi obyek wisata alam dengan tetap

    memperhatikan prinsip keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan

    pelestarian alam.

    Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (2003)

    menyatakan bahwa secara konseptual ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu

    konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung

    upaya -upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan

    partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sehingga memberikan manfaat ekonomi

    kepada masyarakat dan pemerintah setempat. Berdasarkan segi pengelolaannya

    ekowisata dapat didefinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang

    bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat

    berdasarkan kaidah alam yang secara ekonomi berkelanjutan dan mendukung

    upaya -upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) serta meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat setempat.

    Sudarto (1999) menyatakan bahwa kegiatan (petualangan, pendidikan dan

    penelitian) ekowisata juga merupakan daya tarik dalam sebuah produk ekowisata.

    Selain itu unsur lainnya juga ikut menentukan dalam mengembangkan Daerah

    Tujuan Ekowisata (DTE) tersebut. Sarana penunjang komunikasi, transportasi,

    keamanan, dan juga kesiapan masyarakat setempat harus menjadi pertimbangan

    utama. Faktor yang membuat suatu kawasan potensial untuk dikembangkan

    menjadi proyek ekowisata adalah keanekaragaman atraksi meliputi atraksi alam

    (nature made ) yaitu flora, fauna dan fenomena alam; atraksi budaya (culture)

    berupa peninggalan budaya seperti candi, artefak, makam-makam kuno; adat

    istiadat dan budaya seperti upacara agama, perkawinan, kematian; atraksi

    penelitian dan pendidikan seperti penelitian flora dan fauna, pendidikan

    lingkungan; dan atraksi olah raga dan petualangan seperti olah raga air, olah raga

    darat, olah raga dirgantara.

  • C. Taman Nasional

    Undang-undang RI No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional

    adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan

    sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,

    pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Menurut PP No. 68

    Tahun 1998 kawasan taman nasional dapat dimanfaatkan sesuai dengan sistem

    zonasi pengelolaannya. Berdasarkan sistem zonasi pengelolaannya kawasan

    taman nasional dapat dibagi atas zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba dan atau

    zona lain yang ditetapkan Menteri berdasarkan kebutuhan pelestarian sumberdaya

    alam hayati dan ekosistemnya. Zona pemanfaatan taman nasional adalah bagian

    kawasan taman nasional yang dijadikan tempat pariwisata alam dan kunjungan

    wisata. Rencana pengelolaan adalah suatu rencana bersifat umum dalam rangka

    pengelolaan taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam yang

    disusun oleh menteri kehutanan (PP No. 18 Tahun 1994).

    Pemintakatan adalah alokasi ruang (kawasan) tiap-tiap mintakat mempunyai

    fungsi tersendiri dan pengelolaannya berlainan sesuai dengan fungsinya. Menurut

    PHPA (1988) taman nasional dibagi kedalam empat mintakat (zonasi) yaitu :

    1. Zona inti (Sanctuary zone) ialah daerah yang berada di taman nasional

    yang mutlak harus dilindungi dan tidak boleh mengalami perubahan

    apapun juga yang disebabkan oleh tindakan-tindakan manusia. Daerah

    tersebut sama sekali tidak boleh dikunjungi kecuali oleh pegawai taman

    nasional dan para peneliti dengan izin khusus.

    2. Zona rimba (Wilderness zone) ialah daerah yang berada di dalam taman

    nasional yang merupakan daerah perlindungan. Pengunjung

    diperbolehkan memasukinya dengan kegiatan-kegiatan yang terbatas

    sesuai dengan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

    Pada daerah ini diperkenankan untuk mengadakan kegiatan-kegiatan

    seperti membuat jalan-jalan setapak, mendirikan shelter dan memasang

    papan informasi.

    3. Zona pemanfaatan (Intensive use zone) ialah daerah yang berada dalam

    kawasan taman nasional dan diperuntukkan sebagai tempat yang

  • diperkenankan untuk membangun sarana-sarana kemudahan bagi

    pengunjung.

    4. Zona penyangga (Buffer zone) merupakan zona yang umumnya terletak

    berbatasan dengan pemukiman serta berfungsi sebagai pelindung potensi

    sumberdaya taman nasional dari gangguan atau tekanan masyarakat sekitar

    taman nasional atau sebaliknya untuk melindungi masyarakat dari

    gangguan satwaliar yang ada di taman nasional.

    D. Perencanaan Wisata

    Perencanaan merupakan proses pembuatan keputusan tentang apa yang

    harus dikerjakan dimasa depan dan bagaimana melakukannya. Perencanaan harus

    memperhatikan keadaan sekarang secara realistis dan faktor potensial yang dapat

    dikembangkan. Perencanaan usaha harus dimulai dengan survei terperinci

    mengenai sifat dan bentuk pengembangan yang direncanakan terutama dalam hal

    sumberdaya yang dimiliki (Kusmayadi, 2004).

    Page dan Ross (2002) mendefinisikan perencanaan sebagai sebuah proses

    dengan tujuan tertentu yang akan dicapai, menanggulangi dan memonitor

    perubahan yang akan terjadi untuk dapat menjaga/memelihara kelangsungan

    kawasan serta dapat meningkatkan pengalaman wisatawan terhadap kawasan atau

    lokasi tersebut. Hall (2000) mengungkapkan bahwa apabila perencanaan wisata

    telah sesuai/mengikuti trend perencanaan regional maka wisata tidak selalu

    dipandang sebagai fokus utama dalam proses perencanaan. Menurut Fandeli dan

    Nurdin (2005) suatu hal penting dalam membuat perencanaan adalah perlu

    mempertimbangkan faktor kemudahan untuk diikuti dan bersifat praktis sehingga

    cepat dapat ditindaklanjuti dan mempunyai standar yang memudahkan penilaian

    keberhasilan perencanaan.

    Aspek-aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan pariwisata menurut

    Dimjati (1999) adalah :

    1. Wisatawan (tourist) dengan melakukan penelitian tentang wisatawan

    sehingga dapat diketahui karakteristik wisatawan yang diharapkan datang.

    2. Pengangkutan (transportasi) adalah bagaimana fasilitas transportasi yang

    tersedia baik dari negara asal atau angkutan ke obyek wisata.

  • 3. Atraksi/obyek wisata (attraction) mengenai apa yang dilihat, dilakukan

    dan dibeli di daerah tujuan wisata (DTW) yang dikunjungi.

    4. Fasilitas pelayanan (service facilities).

    5. Informasi dan promosi (information) yaitu cara-cara promosi yang akan

    dilakukan baik melalui iklan atau paket yang tersedia.

    Proses perencanaan wisata menurut Page dan Ross (2002) adalah sebagai

    berikut :

    a. Studi persiapan. Pemegang otoritas perencanaan termasuk pemerintah

    lokal dan regional memutuskan untuk mengizinkan pembangunan/

    pengembangan perencanaan wisata.

    b. Penentuan tujuan adalah mengidentifikasi tujuan utama dari perencanaan.

    c. Survei seluruh elemen adalah inventarisasi seluruh sumberdaya wisata

    yang ada beserta fasilitasnya. Kegiatan ini juga membutuhkan data

    mengenai permintaan dan penawaran wisata, struktur ekonomi wisata

    lokal, investasi kemungkinan finansial untuk pengembangan dimasa yang

    akan datang.

    d. Analisis dan sintesis data. Informasi dan data yang telah dikumpulkan

    sebelumnya dianalisis dan digunakan sebagai pertimbangan untuk

    merumuskan perencanaan.

    e. Perumusan rencana dan kebijakan. Data yang telah diolah sebelumnya

    digunakan untuk membuat pilihan-pilihan atau skenario pengembangan

    wisata yang dapat dilakukan.

    f. Rekomendasi. Perencanaan wisata yang telah lengkap untuk kemudian

    disiapkan dan diajukan kepada komite perencanaan dari public agency

    yang bertanggung jawab untuk memproses perencanaan tersebut.

    g. Implementasi dan monitoring perencanaan wisata. Perencanaan

    dilanjutkan dengan tindakan yang biasanya merupakan proses lanjutan dari

    tim perencana. Dalam beberapa instansi, pengesahan juga dibutuhkan

    untuk mengontrol aspek tertentu dalam pengembangan yang akan

    ditetapkan sebagai bagian dari perencanaan.

    h. Evaluasi berkala untuk mengetahui sejauh mana kemajuan pelaksanaan

    dari perencanaan yang telah dilakukan.

  • III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Sejarah Kawasan

    Keberadaan TNBD berawal dari gagasan Pemerintah Daerah Kabupaten

    Sarolangun Bangko untuk menjadikan kawasan Hutan Bukit Duabelas sebagai

    hutan lindung dan cagar biosfer yang difungsikan sebagai Cagar Budaya

    Komunitas Anak Rimba. Gubernur KDH Tk. I Jambi melalui Surat Nomor

    522.51/863/84 tanggal 25 April 1984 mengusulkan kepada Menteri Kehutanan

    agar kawasan Hutan Bukit Duabelas seluas 28.707 Ha diperuntukkan sebagai

    cagar biosfer dengan fungsi sebagai Cagar Budaya Orang Rimba dan untuk

    kepentingan penelitian dan pendidikan. Sementara dalam RTRW Provinsi Jambi

    luas areal kawasan Hutan Bukit Duabelas untuk cagar biosfer ditetapkan seluas

    29.485 Ha (BKSDA Jambi, 2004). Menteri Kehutanan melalui SK Nomor

    46/Kpts-II/1987 tanggal 12 Februari 1987 menetapkan kawasan Hutan Bukit

    Duabelas sebagai kawasan cagar biosfer dengan luas areal 29.485 Ha.

    Komunitas Konservasi Indonesia (KKI Warsi), suatu Lembaga Swadaya

    Masyarakat yang sejak Agustus 1997 telah secara intensif melakukan

    pendampingan dan kajian-kajian menyangkut kehidupan dan penghidupan

    Komunitas Orang Rimba di Kawasan Cagar Biosfer Bukit Duabelas (CBBD) dan

    kawasan sekitarnya pada tahun 1999 merekomendasikan agar areal kawasan PT

    Inhutani V dan PT Sumber Hutan Lestari yang terletak di sisi luar bagian utara

    CBBD diperuntukkan sebagai kawasan hidup Komunitas Orang Rimba. Menteri

    Kehutanan membentuk tim terpadu untuk melakukan kajian mikro di kawasan

    Bukit Duabelas. Tim terpadu merekomendasikan agar areal kawasan sisi utara

    yang berbatasan dengan kawasan CBBD dijadikan kawasan lindung (BKSDA

    Jambi, 2004).

    Menteri Kehutanan dan Perkebunan melalui SK Nomor 258/Kpts-II/2000

    tanggal 23 Juni 2000 membentuk Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD)

    dengan total luas kawasan 60.500 Ha sudah termasuk ex kawasan cagar biosfer

    seluas 26.800 Ha. Presiden RI pada tanggal 26 Januari 2001 bertempat di Jambi

    mendeklarasikan terbentuknya Taman Nasional Bukit Duabelas (BKSDA Jambi,

    2004).

  • B. Kondisi Fisik

    B.1. Letak dan Luas

    Kawasan TNBD mencakup tiga wilayah kabupaten dengan luas areal

    keseluruhan berdasarkan data seme ntara BIPHUT (2004) dalam BKSDA Jambi

    (2004) meliputi areal seluas 58.300 Ha dengan rincian luas menurut masing-

    masing kabupaten adalah sebagai berikut :

    a. Kabupaten Batanghari : 65 %

    b. Kabupaten Sarolangun :15 %

    c. Kabupaten Tebo : 20 %

    Luasan ini merupakan data sementara sebab pada belahan kawasan di

    Kabupaten Batanghari garis batas luar kawasan belum temu gelang (BKSDA

    Jambi, 2004). Letak geografis kawasan TNBD dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Letak geografis dan batas kawasan TNBD Uraian Utara Timur Selatan Barat

    Letak a. Geografis 0104435 LS 10203137 BT 0200315 LS 10204827 BT b.Administrat if Kec. Marosebo

    Ulu, Kab. Batanghari

    Kec. Batin XXIV, Kab. Batanghari

    Kec. Air Hitam, Kab. Sarolangun

    Kec. Tebo Ilir, Kab. Tebo

    Batas a. Batas alam Sungai Bernai b. Batas buatan PT Limbah Kayu

    Utama dan PT Sawit Desa Makmur

    PT Wana Perintis

    Kebun dan pemukiman masyarakat desa-desa di Kec. Air Hitam (Semurung, Baru, Jernih, Lubuk Jering, Pematang Kabau dan Bukit Suban)

    Pemukiman Transmigran Kuamang Kuning (SP A. SP E. dan SP G)

    Sumber : Peta BIPHUT (2002) dalam BKSDA Jambi (2004). Catatan : Garis batas di Kecamatan Marosebo Ulu Kabupaten Batanghari, sepanjang kurang lebih

    9.000 m belum terselesaikan (belum temu gelang).

    B.2. Iklim, Topografi, Hidrologi dan Tanah

    Schmidt dan Ferguson mengklasifikasikan iklim di TNBD dalam tipe iklim

    A dengan curah hujan antara 3294-3669 mm/tahun dan suhu udara 3240 0C serta

    kelembaban udara 80%-94%. Kondisi topografi, hidrologi dan tanah kawasan

    TNBD tersaji dalam Tabel 2.

  • Tabel 2. Kondisi topografi, hidrologi dan tanah kawasan TNBD Deskripsi Uraian Keterangan

    Topografi Belahan Selatan Perbukitan Ketinggian 50 438 mdpl Belahan Utara Datar Bergelombang Hidrologi Kawasan hulu dari

    sejumlah sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) penting di dalam dan sekitar kawasan meliputi : Sub DAS Air Hitam : Anak Sungai

    Tembesi Sub DAS Jelutih dan Serengam : Anak

    Sungai Tembesi Sub DAS Kejasung Kecil, Kejasung Besar,

    Sungkai dan Makekal : A nak Sungai Tabir Sub DAS Bernai dan Seranten : Anak

    Sungai Tabir Tanah Jenis tanah

    didominasi oleh Podsolik

    Sifat tanah jenis podsolik umumnya miskin hara dan mudah tererosi pada kondisi terbuka

    Sumber : Berbagai sumber dalam BKSDA Jambi (2004).

    C. Kondisi Biologi Kawasan

    C.1. Flora

    Jenis flora yang terdapat di TNBD antara lain bulian (Eusideroxylon

    zwageri), meranti (Shorea sp), menggeris/kempas (Koompassia excelsa), jelutung

    (Dyera costulata), jernang (Daemonorops draco), damar (Agathis sp), dan rotan

    (Calamus sp). Disamping itu te rdapat sekitar 120 jenis tumbuhan yang berfungsi

    sebagai tumbuhan obat (BKSDA Jambi, 2004). Potensi flora di TNBD

    selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

    C.2. Fauna

    Taman nasional ini merupakan habitat dari satwa langka dan dilindungi

    seperti harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), siamang (Hylobates

    syndactylus) , beruk (Macaca nemestrina), macan dahan (Neofelis nebulosa

    diardi), kancil (Tragulus javanicus), beruang madu (Helarctos malayanus

    malayanus), kijang (Muntiacus muntjak), meong congkok (Prionailurus

    bengalensis sumatrana), lutra sumatera (Lutra sumatrana) , ajag (Cuon alpinus

    sumatrensis), kelinci sumatera (Nesolagus netscheri) dan elang ular bido

    (Spilornis cheela malayensis) (BKSDA Jambi, 2004). Fauna tersebut ada yang

    dimanfaatkan sebagai obat oleh Orang Rimba, selengkapnya dapat dilihat pada

    Lampiran 3.

  • D. Masyarakat Sekitar Kawasan

    D.1. Masyarakat di Dalam Taman Nasional

    Masyarakat di TNBD meliputi masyarakat yang berada di dalam kawasan

    taman nasional yaitu Suku Anak Dalam dan masyarakat di luar kawasan yaitu

    masyarakat desa. Masyarakat asli Suku Anak Dalam yang lebih suka disebut

    Orang Rimba telah mendiami TNBD selama puluhan tahun. Orang Rimba

    menyebut hutan yang ada di TNBD sebagai daerah pengembaraan. Mereka

    berinteraksi dengan alam, saling memberi, saling memelihara dan saling

    menghidupi (BKSDA Jambi, 2004).

    Hasil sensus lapangan yang dilakukan KKI WARSI (2004) dalam BKSDA

    Jambi (2004) menyatakan diluar tiga kelompok yang belum terdata diperoleh

    keterangan sementara bahwa jumlah keseluruhan komunitas Orang Rimba yang

    berada di dalam dan di sekitar kawasan TNBD tercatat sebanyak 1.524 orang.

    Sebagian besar komunitas Orang Rimba di kawasan TNBD dan sekitarnya

    mengambil ruang kehidupan dan penghidupan di belahan bagian barat (Air Hitam,

    Makekal Hulu/Hilir dan Kejasung). Komunitas Orang Rimba umumnya memilih

    areal ruang hidup di dataran rendah sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS). Sebaran

    Orang Rimba di TNBD dan sekitarnya secara lebih jelas dapat dilihat pada

    Lampiran 4.

    Orang Rimba masih mempercayai adanya dewa-dewa seperti Dewa Gajah,

    Dewa Harimau, Dewa Angsa, Dewa Padi, dan Dewa Trenggiling. Dewa tertinggi

    adalah Dewa Gajah dan dewa-dewa tersebut biasanya dipanggil dalam upacara-

    upacara adat Orang Rimba seperti upacara perkawinan, kelahiran dan

    penyembuhan penyakit dengan perantara dukun. Kebudayaan/adat istiadat Orang

    Rimba sangat unik antara lain struktur pemerintahan dan hukum adat, upacara-

    upacara adat (upacara perkawinan, kelahiran, kematian) dan mitos -mitos yang

    berlaku dalam kehidupan Orang Rimba (BKSDA Jambi, 2004).

    Bagi Orang Rimba, hutan bukan hanya merupakan kawasan hidup dan

    sumber penghidupan, tempat berladang, berburu dan memanen hasil hutan tapi

    juga memiliki keterkaitan erat dengan budaya tradisi. Untuk pe menuhan

    kebutuhan hidup akan makanan umumnya Komunitas Orang Rimba masih

    mengandalkan pada pemanenan sumberdaya hutan non kayu. Kebutuhan akan

  • makanan diperoleh dengan memanen jenis umbi-umbian, buah-buahan serta

    umbut-umbutan dan berburu satwaliar (BKSDA Jambi, 2004). Pemanenan hasil

    hutan dilakukan secara bijaksana dengan mengikuti aturan adat yang kuat

    berwawasan pelestarian lingkungan seperti :

    - Untuk pemanenan umbi-umbian dan umbut-umbutan berlaku aturan adat

    ambil satu bayar satu, maksudnya bila mengambil satu umbi atau umbut

    maka harus menanam satu umbi atau umbut.

    - Untuk pemanenan buah-buahan berlaku aturan adat pohon induk dilarang

    ditebang, maksudnya pemanenan dilakukan tidak dengan menebang pohon

    yang diambil buahnya agar pohon tersebut da pat menghasilkan buah lagi di

    musim panen selanjutnya dan dapat beregenerasi.

    Kebutuhan akan bahan makanan hewani dipenuhi melalui berburu satwaliar.

    Dalam melakukan kegiatan perburuan ada beberapa jenis satwa yang

    dipantangkan antara lain enggang gading, berang-berang, harimau, kucing hutan

    dan primata. Pemanenan untuk tujuan komersial (diperdagangkan) juga sudah

    dikenal meluas antara lain rotan manau, rotan cacing, rotan sego, rotan paku, rotan

    lilin, rotan sabut, rotan semi, rotan tebu-tebu, rotan gelang-gelang, rotan suto,

    rotan balam, rotan semut, getah jernang, getah damar, madu tawon hutan (maniy

    rapah bumbun dan maniy rapah sialang), buah-buahan hutan, terutama duku dan

    durian daun. Pemanenan getah jelutung dan getah balam sudah tidak banyak

    dilakukan dikarenakan sulitnya mendapatkan pembeli (KKI Warsi, 2004 dalam

    BKSDA Jambi, 2004). Selain pemanenan hasil hutan kegiatan pertanian

    tradisional yang sudah dikenal meluas oleh komunitas ini adalah tanaman karet

    dan buah-buahan. Penjualan hasil panenan hutan dan pertanian umumnya

    dilakukan melalui jasa perantara (jenang).

    D.2. Masyarakat di Luar Taman Nasional

    Desa-desa di sekitar TNBD secara administratif berada di bagian utara

    kawasan adalah sebanyak empat desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan

    Tebo Ilir, Kabupaten Tebo dan satu desa di Kecamatan Muarosebo Ulu,

    Kabupaten Batanghari. Di bagian selatan TNBD terdapat enam desa yang

    termasuk dalam Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun (Tabel 3).

  • Tabel 3. Desa-desa interaksi TNBD menurut wilayah administrasi Kabupaten Kecamatan Desa Interaksi Jumlah Penduduk

    1. Batanghari Muarasebo Ulu Batu sawar 479 2. Tebo Tebo Ilir Sungai Jernih 2.158 Tanah Garo 1.361

    Lancar Tiang 2.564 3. Sarolangun Air Hitam Semurung 1.141 Baru 1.605 Jernih 1.630 Lubuk Jering 771

    Pematang Kabau 1.878 Bukit Suban (ex trans SPI) 3.124

    Sumber : Berbagai sumber (diolah kembali) dalam BKSDA Jambi (2004)

    Masyarakat desa di bagian utara TNBD mayoritas adalah etnis melayu dan

    sebagian kecil masyarakat pendatang (transmigran). Masyarakat desa yang

    berada dalam wilayah bagian selatan TNBD sebagian adalah transmigran dan

    selebihnya merupakan etnis melayu. Mayoritas masyarakat memeluk agama

    Islam dan sebagian lain memeluk agama Kristen, Budha dan Hindu. Hasil budaya

    masyarakat desa sekitar TNBD berupa kesenian daerah yang meliputi tari-tarian

    daerah dan kesenian alunan Biduk Sayak (berupa seni berbalas pantun dengan

    diiringi musik biasanya dilakukan oleh muda-mudi).

    Mata pencaharian utama masyarakat Desa Batu Sawar, Desa Sungai Jernih,

    Desa Tanah Garo, Desa Lancar Tiang, Desa Baru, Desa Semurung, Desa Jernih

    dan Desa Lubuk Jering yang sebagian besar merupakan etnis melayu adalah

    bertani yang lebih bertumpu pada pertanian karet (alam) dikelola secara ekstensif

    melalui sistem perladangan berpindah. Masyarakat pendatang (transmigran) di

    Desa Pematang Kabau dan Desa Bukit Suban lebih banyak bertumpu pada

    pertanian kelapa sawit dan sebagian lagi dari pertanian karet (unggul) yang

    dikelola secara intensif (BKSDA Jambi, 2004). Gambaran umum desa-desa yang

    berada di wilayah selatan TNBD disajikan dalam Lampiran 5.

    F. Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata

    Taman Nasional Bukit Duabelas sebagai kawasan pelestarian alam memiliki

    potensi wisata kawasan yang terletak pada alam hutan dan ekosistemnya serta

    sejumlah aspek budaya yang terkait dengan eksistensinya sebagai kawasan

  • adat/budaya Komunitas Orang Rimba. Secara garis besar potensi wisata kawasan

    TNBD terdiri atas :

    a. Spektrum ekosistem kawasan yang terbentuk dari per paduan antara alam

    hutan perbukitan dan sungai. Kombinasi ini memberikan nuansa lansekap

    alamiah yang menarik untuk dinikmati.

    b. Adat istiadat, tradisi dan kearifan tradisional Komunitas Orang Rimba.

    c. Lingkungan alam hutan primer yang relatif tidak banyak ditemukan lagi di

    tempat-tempat lain.

    d. Satwaliar terutama jenis-jenis yang dilindungi.

    e. Flora yang bernilai tinggi sebagai plasma nutfah, jenis-jenis yang

    tergolong langka dan dilindungi dan jenis-jenis yang memiliki daya tarik

    visual.

    f. Biota obat hutan tropis dan pengetahuan tradisional pengobatan mandiri

    Komunitas Orang Rimba.

    Potensi-potensi ini merupakan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh

    kawasan TNBD yang selanjutnya dapat dikemas dalam bentuk program

    interpretasi untuk diketengahkan sebagai produk andalan ekowisata TNBD

    (BKSDA Jambi, 2004).

    Potensi obyek dan daya tarik wisata yang terdapat di TNBD menurut PHKA

    (2003b) antara lain :

    1. Sumber Air Panas Bukit Suban berupa danau seluas 30 m2 di tengah-

    tengahnya keluar gelembung-gelembung air panas dengan suhu 39 0C dan

    airnya tidak mengalir.

    2. Air Terjun Lubuk Jering adalah air terjun dengan ketinggian 20 m yang

    mengalir ke Sungai Telentam.

    3. Air Terjun Talon memiliki tiga tingkatan yaitu 7 m, 4 m, dan 2m.

    4. Aek Manitik merupakan air terjun dengan ketinggian 5 m di sebelah kanan

    air terjun terdapat gua sarang kelelawar dan pada dinding air terjun juga

    terdapat lubang dengan diameter 2.5 m.

    5. Air Meruap adalah sumber air dengan arus deras keluar dari dasar Dam

    memiliki kedalaman 8 m dan airnya sangat jernih.

  • 6. Sumber Air Panas Dusun Baru memiliki panorama yang indah, udara yang

    sejuk dan lingkungan yang masih asri.

    Disamping itu terdapat banyak sumber mata air dan sungai dengan air yang

    mengalir serta adat dan budaya tradisional khas Suku Anak Dalam.

  • IV. METODE PENELITIAN

    A. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini berlokasi di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi

    selama dua bulan yaitu bulan September sampai bulan Oktober 2005.

    B. Alat dan Bahan

    B.1. Alat

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis, GPS

    (Geografis Position System) dan kamera.

    B.2. Bahan

    Bahan yang diperlukan pada penelitian ini yaitu Pedoman Analisis Daerah

    Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Dirjen PHKA

    (2003) yang telah dimodifikasi, kuesioner untuk pengunjung dan panduan

    wawancara (pengelola, Pemerintah Daerah dan tokoh masyarakat).

    C. Metode

    C.1. Data yang Dikumpulkan

    Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas :

    1. Kondisi umum lokasi penelitian meliputi sejarah, letak dan luas wilayah,

    status pengelolaan, kondisi fisik (topografi, hidrologi, tanah, iklim) dan

    kondisi biologi (potensi flora dan fauna).

    2. Kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar lokasi penelitian,

    masyarakat di dalam kawasan (Komunitas Orang Rimba) dan di luar

    kawasan (masyarakat desa) meliputi jumlah penduduk, penyebarannya,

    mata pencaharian, tingkat pendidikan, agama, adat istiadat dan budaya

    masyarakat.

    3. Potensi obyek dan daya tarik wisata alam meliputi daya tarik,

    aksesibilitas, kondisi lingkungan sosial ekonomi, akomodasi, sarana-

    prasarana penunjang dan ketersediaan air bersih.

  • 4. Pengunjung meliputi keadaan, karakteristik, motif, aktivitas, persepsi dan

    harapan pengunjung.

    5. Pengelolaan wisata meliputi kebijakan wisata, pengelolaan, fasilitas dan

    pelayanan serta perencanaan wisata.

    C.2. Prosedur Kerja

    1. Pengumpulan data melalui studi pustaka dan melakukan verifikasi di

    lapangan mengenai potensi-potensi wisata di TNBD.

    2. Menilai obyek dengan menggunakan Pedoman Analisis Daerah Operasi

    Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Dirjen PHKA

    tahun 2003 yang telah dimodifikasi.

    3. Menganalisis potensi wisata alam di TNBD kemudian diuraikan secara

    deskriptif dan menentukan obyek prioritas yang berpotensi untuk

    dikembangkan.

    4. Membuat alternatif perencanaan ODTWA di TNBD.

    Gambar 1. Bagan Alir Penelitian

    Potensi-potensi TNBD

    Pengunjung dan Masyarakat

    TNBD

    Pengelola TNBD dan Pemerintah

    Daerah

    Obyek dan daya tarik wisata alam TNBD

    Obyek prioritas

    Penilaian kriteria

    ODTWA

    Analisis deskriptif

    Alternatif perencanaan wisata alam

  • D. Metode Pengambilan Data

    D.1. Studi Pustaka

    Studi pustaka ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian

    dan membantu pengumpulan data-data awal dengan mempelajari dan menelaah

    pustaka yang menunjang penelitian. Pustaka yang ditelaah tersebut bersumber

    dari buku-buku, majalah-majalah, dokumen-dokumen dan website -website yang

    berkaitan dengan penelitian. Data-data kepustakaan diperoleh dari kantor

    BKSDA Jambi, kantor LSM KKI WARSI, Dinas Pariwisata, perpustakaan IPB,

    perpustakaan daerah Provinsi Jambi dan tempat-tempat lain yang menunjang

    pustaka penelitian.

    D.2. Wawancara dan Kuesioner

    Wawancara dilakukan secara terpandu kepada pihak-pihak terkait antara

    lain pengelola (BKSDA Jambi) baik di pusat maupun pengelola di lapangan

    meliputi kebijakan pengelolaan wisata TNBD, rencana pengelolaan wisata TNBD,

    kegiatan yang berkaitan dengan wisata, pengunjung TNBD, kerjasama yang

    dilakukan berkaitan dengan wisata, permasalahan dan kendala yang dihadapi serta

    pemecahan dan harapan pengelola. Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas

    Pariwisata meliputi kebijakan wisata, rencana pengelolaan wisata serta kepada

    tokoh masyarakat (Tumenggung Tarip sebagai ketua kelompok Orang Rimba Air

    Hitam, Tengganai dari Rombong Ninjo dan Kepala Desa terdekat dengan obyek

    wisata TNBD) meliputi kondisi sosial, ekonomi dan budaya/adat istiadat

    masyarakat.

    Kuesioner diberikan kepada pengunjung obyek wisata di TNBD. Penentuan

    jumlah responden pengunjung ditentukan dengan teknik purposive sampling

    (Kusmayadi, 2004). Pengisian kuesioner dimaksudkan untuk mengetahui

    karakteristik, motif, aktivitas, persepsi dan harapan pengunjung.

    D.3. Pengamatan Lapang

    Pengamatan lapang dilakukan untuk melihat dan mengetahui potensi obyek

    dan daya tarik wisata alam. Pengamatan lapang ini dimaksudkan sebagai

    verifikasi potensi obyek dan daya tarik wisata serta sarana prasarana wisata dari

    hasil studi pustaka dan informasi dari petugas serta masyarakat sekitar TNBD

  • dengan keadaan/kondisi yang ada dilapangan. Komponen-komponen yang

    diamati yaitu :

    1. Kondisi biologi; unsur yang diamati adalah jenis flora dan fauna yang

    dijumpai di sekitar obyek wisata

    2. Daya tarik; unsur yang diamati meliputi keunikan, kepekaan, variasi

    kegiatan, sumberdaya alam yang menonjol, kebersihan lokasi, keamanan,

    kenyamanan.

    3. Aksesibilitas; unsur yang diamati yaitu kondisi dan jarak jalan darat, tipe

    jalan.

    4. Akomodasi; dilakukan dengan melihat dan mencari informasi mengenai

    penginapan dalam radius 15 km dari obyek.

    5. Sarana-prasarana penunjang meliputi kantor pos, jaringan telepon,

    Puskesmas, jaringan listrik, jaringan air minum, rumah makan, pusat

    perbelanjaan/pasar, bank, toko souvenir/cinderamata.

    6. Ketersediaan air bersih; unsur yang diamati meliputi volume, jarak

    sumber air terhadap lokasi obyek, dapat tidaknya/kemudahan air

    dialirkan ke obyek, kelayakan dikonsumsi dan kontinuitas.

    E. Pengolahan Data

    E.1. Metode Skoring

    Data mengenai potensi ODTWA diolah dengan me nggunakan Pedoman

    Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA)

    Direktorat Jenderal PHKA (2003a) yang telah dimodifikasi sesuai dengan

    nilai/skor yang telah ditentukan untuk masing-masing kriteria (Lampiran 1).

    Jumlah nilai untuk satu kriteria penilaian ODTWA dapat dihitung dengan

    persamaan sebagai berikut :

    S = N x B

    Keterangan : S = skor/nilai suatu kriteria

    N = jumlah nilai unsur -unsur pada kriteria

    B = bobot nilai

    Masing-masing kriteria tersebut dalam penilaiannya terdiri atas unsur dan

    sub unsur yang berkaitan. Nilai masing-masing unsur dipilih dari salah satu

  • angka yang terdapat pada tabel kriteria penilaian ODTWA sesuai dengan potensi

    dan kondisi masing-masing lokasi.

    Daya tarik merupakan modal utama yang memungkinkan datangnya

    pengunjung untuk itu bobot kriteria daya tarik diberi angka tertinggi yaitu 6.

    Penilaian aksesibilitas diberi bobot 5 karena aksesibilitas merupakan faktor yang

    sangat penting dalam mendukung potensi pasar. Kondisi lingkungan sosial

    ekonomi dinilai dalam radius 5 km dari batas intensive use atau jarak terdekat

    dengan obyek. Kriteria penilaian kondisi lingkungan sosial ekonomi diberi bobot

    5 karena kriteria ini juga sangat penting dalam mendukung potensi pasar.

    Penilaian kriteria akomodasi diberi bobot 3.

    Penilaian kriteria sarana-prasarana penunjang diberi bobot 3 karena sifatnya

    sebagai penunjang. Air bersih merupakan faktor yang harus tersedia dalam

    pengembangan suatu obyek baik untuk pengelolaan maupun pelayanan. Bobot

    yang diberikan untuk kriteria ketersediaan air bersih adalah 6. Hasil penilaian

    seluruh kriteria obyek dan daya tarik wisata alam tersebut digunakan untuk

    melihat dan menentukan obyek prioritas yang akan dibuat alternatif

    perencanaannya.

    E.2. Analisis Deskriptif

    Hasil pengolahan data mengenai obyek dan daya tarik wisata alam tersebut

    kemudian diuraikan secara deskriptif.

  • V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) di Dalam Kawasan

    TNBD

    A.1. Kriteria Penilaian ODTWA

    Kriteria penilaian obyek wisata alam merupakan suatu instrumen untuk

    mendapatkan kepastian kelayakan suatu obyek untuk dikembangkan sebagai

    obyek wisata alam. Fungsi kriteria adalah sebagai dasar dalam pengembangan

    ODTWA melalui penetapan unsur kriteria, penetapan bobot, penghitungan

    masing-masing sub unsur dan penjumlahan dari semua kriteria (Dirjen PHKA,

    2003a). Hasil pengamatan terhadap potensi-potensi di TNBD dapat diketahui

    bahwa terdapat beberapa tempat yang berpotensi sebagai ODTWA yaitu Gua

    Kelelawar, Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik, Air Terjun Talon dan Air

    Terjun Lubuk Jering. ODTWA tersebut selanjutnya dinilai menurut kriteria

    penilaian yang dipakai sebagai dasar dalam penilaian ODTWA ini yaitu daya

    tarik, aksesibilitas, kondisi lingkungan sosial ekonomi, akomodasi, sarana-

    prasarana penunjang dan ketersediaan air bersih.

    A.1.1. Daya Tarik

    Daya tarik merupakan faktor yang membuat orang berkeinginan untuk

    mengunjungi dan melihat secara langsung ke tempat yang mempunyai daya tarik

    tersebut. Pengkajian komponen daya tarik ini bertujuan untuk mengetahui

    gambaran bentuk-bentuk kegiatan rekreasi yang sesuai dengan daya tarik dan

    sumberdaya yang tersedia. Menurut PHKA (2003a) daya tarik merupakan modal

    utama yang memungkinkan datangnya pengunjung. Unsur -unsur yang dinilai

    pada kriteria daya tarik ini yaitu keunikan, kepekaan, variasi kegiatan, jenis

    sumberdaya yang menonjol, kebersihan obyek, keamanan, dan kenyamanan.

    Unsur-unsur daya tarik yang terdapat pada masing-masing obyek wisata alam di

    TNBD disajikan pada Tabel 4.

  • Tabel 4. Daya tarik obyek wisata alam di TNBD No. Obyek Wisata Alam Daya Tarik

    1. Gua Kelelawar Gua alam berbatu Fauna : kelelawar, ular dan landak Flora : kedundung tunjuk, sebalik sumpah, bambu, rotan Kegiatan : menikmati keindahan, tracking, berkemah,

    penelitian/pendidikan, hiking 2. Demplot Tanaman Obat Demplot berisi sekitar 52 jenis tanaman obat yang berasal

    dari Bukit Duabelas Flora : meranti, bambu, rotan Fauna : berbagai jenis burung, simpai, bajing, monyet

    ekor panjang Kegiatan : menikmati keindahan, tracking, berkemah,

    penelitian/pendidikan, hiking 3. Aek Manitik Air terjun setinggi 5 m, di sebelah kanan air terjun

    terdapat gua sarang kelelawar (lebar 6 m, 1.5 m dan dalam 4 m)

    Pada dinding air terjun juga terdapat lubang berdiameter 2.5 m

    Kegiatan : menikmati keindahan, tracking, memancing, berenang, berkemah, penelitian/pendidikan, hiking

    Flora : bulian, kempas, meranti, rotan, bambu Fauna : burung gagak, simpai, monyet ekor panjang,

    bajing 4. Air Terjun Talon Air terjun bertingkat tiga dengan tinggi sekitar 7 m, 4 m

    dan 2 m Kegiatan : menikmati keindahan, memancing, tracking,

    berenang, berkemah, penelitian/pendidikan, hiking Flora : pisang hutan, bernai, kasai, bayas, dan harendong

    bulu Fauna : kupu-kupu, burung elang, simpai, monyet ekor

    panjang, dan ikan hias yang terdapat di sungai 5. Air Terjun Lubuk

    Jering Air terjun setinggi 20 m Kegiatan : menikmati keindahan, memancing, tracking,

    berenang, berkemah, penelitian/pendidikan, hiking Flora : durian, meranti, bulian Fauna : berbagai jenis burung, simpai, monyet ekor

    panjang, bajing, katak Hasil pengamatan terhadap daya tarik yang dimiliki masing-masing obyek

    wisata alam di TNBD dapat diketahui penilaian kriteria daya tariknya (Tabel 5).

  • Tabel 5. Penilaian kriteria daya tarik wisata alam di TNBD Obyek Wisata Alam

    No. Unsur-unsur

    Penilaian Gua Kelelawar

    Demplot Tanaman

    Obat

    Aek Manitik

    Air Terjun Talon

    Air Terjun Lubuk Jering

    1. Keunikan sumberdaya alam

    15 10 10 15 10

    2. Kepekaan sumberdaya alam

    20 25 10 10 10

    3. Variasi kegiatan 25 25 30 30 30 4. Jenis sumberdaya

    alam yang menonjol 20 15 25 25 25

    5. Kebersihan lokasi 30 30 30 30 30 6. Keamanan 20 25 25 25 20 7. Kenyamanan 25 30 30 30 30 Jumlah (nilai x bobot (6)) 930 960 960 990 930

    Penilaian kriteria daya tar ik pada obyek wisata alam di TNBD terlihat

    bahwa Air Terjun Talon memiliki nilai daya tarik tertinggi yaitu sebesar 990

    kemudian Demplot Tanaman Obat dan Aek Manitik memiliki nilai daya tarik

    yang sama yaitu 960 selanjutnya Gua Kelelawar dan Air Terjun Lubuk Jering

    mendapat nilai paling rendah yaitu sebesar 930.

    Gua Kelelawar

    Daya tarik Gua Kelelawar adalah keunikan berupa gua berbatu besar. Gua

    ini terletak di Bukit Punai Banyak. Gua ini sangat gelap karena tidak ada lubang

    yang dapat ditembus cahaya kecuali dari mulut gua. Mulut gua berada diantara

    dua buah batu besar dan tidak terlalu lebar hanya bisa dimasuki orang secara satu

    persatu dengan posisi badan miring dan sedikit membungkuk. Namun ruang di

    bagian dalam gua cukup luas. Di dalam gua ini banyak sekali terdapat kelelawar

    sehingga Orang Rimba menyebutnya Gua Kelelawar. Menurut kepercayaan

    Orang Rimba gua ini merupakan gua setan yang apabila kita masuk ke dalamnya

    maka akan membuat kita menjadi sakit.

    Variasi kegiatan yang dapat dilakukan pada obyek ini antara lain menikmati

    keindahan alam hutan Bukit Punai Banyak, tracking, berkemah, penelitian, dan

    hiking. Jenis sumberdaya alam yang menonjol adalah batuan yang menyusun gua.

    Flora yang terdapat disekitar gua antara lain kedundung tunjuk (sala h satu pohon

    sialang pohon yang terdapat sarang lebah madu milik Orang Rimba), sebalik

    sumpah (sejenis jambu-jambuan yang bijinya digunakan untuk kalung dan gelang

  • yang dipercaya dapat menangkal sumpah serapah orang), bambu dan rotan. Fauna

    yang dapat dijumpai selama perjalanan menuju Gua Kelelawar antara lain

    siamang, burung gagak, burung pelatuk, kangkareng, dan katak bertanduk. Selain

    itu di dalam gua juga terdapat fauna antara lain kelelawar, ular dan landak.

    Kebersihan lokasi Gua Kelelawar ini sangat baik, bebas dari pengaruh industri,

    jalan ramai, pemukiman penduduk, sampah, vandalisme dan pencemaran lain.

    Keamanannya cukup baik meskipun ada kepercayaan Orang Rimba mengenai gua

    ini namun cukup aman karena tidak ada arus sungai yang berbahaya, tidak ada

    penebangan dan perambahan serta tidak ada pencurian. Gua Kelelawar juga

    cukup nyaman walaupun ada bau yang cukup mengganggu berasal dari kotoran

    kelelawar namun udaranya sejuk, bebas kebisingan dan tidak ada lalu lintas umum

    yang mengganggu. Gua Kelelawar ini sama sekali belum dikelola. Pengunjung

    yang datang pun belum ada. Diperlukan perencanaan yang matang dan

    pengkajian secara mendalam tentang gua ini sehingga dapat menarik minat

    pengunjung untuk datang.

    Gambar 2. Pintu masuk Gua Kelelawar Demplot Tanaman Obat

    Ekspedisi biota medika tahun 1998 telah menemukan biota obat hutan di

    kawasan TNBD yang sudah dimanfaatkan oleh Komunitas Orang Rimba.

    Temuan-temuan ini diperoleh melalui pengamatan dan wawancara dengan

    Tumenggung Ngamat, Tumenggung Kecik, Pagar Alam, Ngunci Lidah dan Istri

    Tumenggung Kecik di Kejasung Kecil, Tumenggung Jelitai di Pasir Putih,

    Tumenggung Tarip dan istri di Air Hitam. Jenis biota medika yang ditemukan

    meliputi 137 jenis yang terdiri dari 101 jenis tumbuhan obat, 27 jenis cendawan

    obat dan 9 jenis hewan obat. Sebagian besar tumbuhan obat tersebut masih

    tergolong tumbuhan liar/belum dibudidayakan (BKSDA, 2004).

  • Tumbuhan-tumbuhan obat tersebut dikumpulkan dan ditanam di satu lokasi

    yang disebut demplot. Demplot tanaman obat ini dibuat sekitar tahun 2001. Di

    dalam demplot seluas 0.5 Ha ini terdapat sekitar 101 jenis tanaman obat yang

    berasal dari Bukit Duabelas namun saat ini hanya terdapat sekitar 52 jenis

    tanaman obat saja. Tanaman obat tersebut telah diberi la bel berisi keterangan

    mengenai nama lokal, khasiat, bagian yang digunakan dan cara penggunaannya.

    Demplot Tanaman Obat ini memiliki nilai pengetahuan mengenai berbagai jenis,

    khasiat, bagian yang digunakan dan penggunaan tumbuhan obat yang terdapat di

    TNBD, nilai budayanya berupa penggunaan tumbuhan obat oleh Orang Rimba

    untuk ritual-ritual adat dan nilai pengobatan secara tradisional oleh Orang Rimba.

    Kegiatan yang dapat dilakukan pada obyek ini antara lain menikmati keindahan

    alam, tracking , berkemah, pendidikan/penelitian mengenai tumbuhan obat, dan

    hiking. Flora yang terdapat disekitar demplot antara lain meranti, bambu dan

    rotan. Fauna yang dapat dijumpai selama perjalanan menuju demplot antara lain

    berbagai jenis burung, monyet ekor panjang, bajing dan simpai. Lokasi obyek ini

    sangat bersih tidak ada pengaruh dari industri, jalan ramai, pemukiman, sampah,

    vandalisme dan pencemaran lain. Keamanannya pun baik tidak ada arus sungai

    yang berbahaya, tidak ada penebangan dan perambahan, tidak ada pencur ian dan

    tidak ada kepercayaan yang mengganggu. Demplot Tanaman Obat ini sangat

    nyaman, udaranya sejuk, bebas bau yang mengganggu, bebas kebisingan dan tidak

    ada lalu lintas umum yang mengganggu.

    Dok. BKSDA Prov. Jambi Dok. BKSDA Prov. Jambi

    (a) (b) Gambar 3. (a) Demplot Tanaman Obat dan (b) salah satu jenis tanaman obat yang

    terdapat di demplot

    Pengunjung yang datang umumnya para peneliti yang bertujuan untuk

    penelitian dan menambah pengetahuan mengenai tumbuhan obat yang biasa

    digunakan oleh Orang Rimba. Demplot Tanaman Obat ini belum dikelola secara

  • optimal. Hal ini terlihat dari kondisi demplot yang kurang terawat dan

    berkurangnya jenis tanaman obat di dalam demplot.

    Aek Manitik

    Aek Manitik merupakan air terjun dengan ketinggian sekitar 5 m. Air terjun

    ini berada di dalam kawasan TNBD secara geografis terletak pada 0105521 LS

    dan 10203458 BT. Disebut aek manitik berasal dari kata aek titek (bahasa

    rimba) yang artinya air yang jatuh. Air ini berasal dari aliran Sungai Paku Aji

    dengan debit sekitar 20 liter/detik. Di sebelah kanan air terjun terdapat gua sarang

    kelelawar (lebar 6 m x 1.5 m x dalam 4 m). Pada dinding air terjun juga terdapat

    lubang berdiameter 2.5 m (Tim Identifikasi Obyek Wisata Alam Taman Nasional

    Bukit Duabelas dan Hutan Wisata Bukit Sari, 2002).

    Kegiatan yang dapat dilakukan di lokasi ini antara lain menikmati

    keindahan alam, memancing, trecking , berenang, berkemah dan hiking. Jenis

    sumberdaya yang menonjol adalah batuan yang terdapat di Sungai Paku Aji, air

    terjun yang jernih dan belum tercemar. Flora di sekitar Aek Manitik antara lain

    bulian, meranti, bambu dan rotan. Fauna yang dapat dijumpai sepanjang

    perjalanan menuju Aek Manitik antara lain burung gagak, bajing, simpai, dan

    monyet ekor panjang. Obyek Aek Manitik ini sangat bersih, tidak ada pengaruh

    dari industri, jalan ramai, pemukiman, sampah, vandalisme dan pencemaran lain.

    Keamanannya baik, tidak ada arus berbahaya, tidak ada penebangan dan

    perambahan, tidak ada pencurian dan tidak ada kepercayaan yang mengganggu.

    Aek Manitik juga dinilai sangat nyaman, udaranya sejuk, bebas bau yang

    mengganggu, bebas kebisingan dan tidak ada lalu lintas umum yang mengganggu.

    Pengunjung yang datang ke lokasi ini masih sangat jarang. Obyek ini cukup

    potensial untuk dikembangkan karena lokasinya yang tidak begitu jauh dengan

    Demplot Tanaman Obat.

    Air Terjun Talon

    Secara geografis Air Terjun Talon terletak pada 0105808 LS dan 1020

    4318 BT. Air Terjun Talon tidak terlalu tinggi namun memiliki tiga tingkat

    dengan tinggi masing-masing tingkat sekitar 7 m, 4 m dan 2 m. Debit air 60

    liter/detik berasal dari Sungai Karang mengalir ke hulu Sungai Jernih. Air yang

  • mengalir pada air terjun ini sangat jernih. Terdapat kolam di bawah air terjun

    dengan kedalaman 4 m (Tim Identifikasi Obyek Wisata Alam Taman Nasional

    Bukit Duabelas dan Hutan Wisata Bukit Sari, 2002) . Kolam ini dapat digunakan

    untuk berenang/mandi, kegiatan lain yang dapat dilakukan di lokasi ini yaitu

    memancing, trecking, berkemah, dan hiking.

    (a) (b) Gambar 4. Air Terjun Talon : (a) tingkat satu setinggi 7 m, (b) tingkat dua

    setinggi 4 m.

    Jenis sumberdaya alam yang menonjol yaitu air sungai yang jernih, batuan

    yang terdapat di sungai, flora yang terdapat di sekitar air terjun antara lain pisang

    hutan, bernai (buahnya enak dan bisa dimakan), kasai (buah seperti buah enau dan

    bisa dimakan), bayas, dan harendong bulu. Fauna yang dapat dijumpai antara lain

    kupu-kupu, burung elang, simpai, monyet ekor panjang, dan ikan hias.

    Kebersihan Air Terjun Talon sangat baik, tidak ada pengaruh dari industri, jalan

    ramai, pemukiman, sampah, vandalisme dan pencemaran lain. Keamanannya

    cukup baik, tidak ada arus sungai yang berbahaya, tidak ada penebangan dan

    perambahan, tidak ada pencurian dan tidak ada kepercayaan yang mengganggu.

    Namun di lokasi ini sangat rawan pohon tumbang karena kondisi pohon yang

    sudah tua. Air Terjun Talon juga sangat nyaman, udaranya sejuk, bebas bau yang

    mengganggu, bebas kebisingan dan tidak ada lalu lintas umum yang mengganggu.

    Umumnya masyarakat Desa Jernih sudah ada yang mengetahui keberadaan Air

    Terjun Talon ini meskipun belum banyak yang datang mengunjunginya. Obyek

    ini sama sekali belum dikelola padahal daya tarik Air Terjun Talon memiliki nilai

    yang tertinggi dari obyek lain. Hal ini perlu diperhatikan untuk dijadikan sebagai

    bahan pertimbangan dalam pengembangan wisata alam di TNBD.

  • Air Terjun Lubuk Jering

    Air terjun ini berada di dalam kawasan TNBD secara geografis terletak pada

    0105628 LS dan 10204033 BT. Air terjun Lubuk Jering ini mempunyai tinggi

    sekitar 20 m. Airnya berasal dari sungai kecil yang mengalir ke Sungai Telentam

    dengan debit air 10 liter/detik (Tim Identifikasi Obyek Wisata Alam Taman

    Nasional Bukit Duabelas dan Hutan Wisata Bukit Sari, 2002). Flora yang

    terdapat disekitar jalur menuju air terjun ini antara lain durian hutan, bulian dan

    meranti. Fauna yang dapat dijumpai ketika menuju air terjun ini antara lain

    simpai, monyet ekor panjang, bajing, katak dan berbagai jenis burung.

    Kebersihan Air Terjun Lubuk Jering sangat baik, tidak ada pengaruh dari

    industri, jalan ramai, pemukiman, sampah, vandalisme dan pencemaran lain.

    Keamanannya dinilai cukup baik meskipun rawan perambahan namun tidak ada

    arus sungai yang berbaha ya, tidak ada pencurian dan tidak ada kepercayaan yang

    mengganggu. Air Terjun Lubuk Jering juga sangat nyaman, udaranya sejuk,

    bebas bau yang mengganggu, bebas kebisingan dan tidak ada lalu lintas umum

    yang mengganggu. Masyarakat Desa Lubuk Jering belum banyak yang

    mengetahui keberadaan air terjun ini hanya sebagian kecil saja yang sudah

    mengetahuinya. Pengelolaan dan pemanfaatan Air Terjun Lubuk Jering ini sama

    sekali belum dilakukan.

    A.1.2. Aksesibilitas

    Aksesibilitas merupakan suatu indikasi yang me nyatakan mudah tidaknya

    suatu obyek untuk dijangkau. Soekadijo (2000) menyatakan bahwa aksesibilitas

    merupakan syarat yang penting sekali untuk obyek wisata. Tanpa dihubungkan

    dengan jaringan transportasi tidak mungkin suatu obyek mendapat kunjungan

    wisatawan. Obyek wisata merupakan akhir perjalanan wisata dan harus mudah

    dicapai dan dengan sendirinya juga mudah ditemukan. Oleh karena itu harus

    selalu ada jalan menuju obyek wisata. Jalan itu merupakan akses ke obyek dan

    jalan akses itu harus berhubunga n dengan prasarana umum. Kondisi jalan umum

    dan jalan akses menentukan aksesibilitas suatu obyek wisata.

    Akses menuju TNBD dapat dicapai melalui jalan darat (jalan kabupaten)

    yang kondisinya kurang baik dan berlubang. Jarak TNBD dari ibukota kabupaten

    (Kabupaten Sarolangun) sekitar 56 km dapat ditempuh dengan kendaraan roda

  • empat/roda dua dalam waktu sekitar 3 jam sedangkan dari ibukota provinsi

    (Jambi) TNBD berjarak sekitar 220 km dapat ditempuh dalam waktu 5 jam

    (BKSDA Jambi, 2004). Aksesibilitas me nuju TNBD meliputi :

    1. Akses Regional

    Letak geografis kawasan TNBD yang berada di bagian tengah wilayah

    Provinsi Jambi memberikan kemudahan pencapaian darat Lintas Tengah

    Sumatera. Jalur ini terhubung langsung dengan sejumlah pintu masuk

    regional/internasional perhubungan udara dan laut yaitu :

    Bagian Utara Sumatera : Banda Aceh, Medan, Padang, Pekanbaru

    Bagian Selatan Sumatera : Bakauheni dan Bandar Lampung.

    2. Akses Pencapaian Kawasan

    Kawasan TNBD perwilayahan kabupaten dapat diakses dari masing-masing

    ibukota kabupaten. Kawasan TNBD dapat dicapai melalui :

    Wilayah Kabupaten Sarolangun

    Sarolangun => 75 km => Bangko => 62 km => Air Hitam (Pematang

    Kabau)

    Sarolangun => 24 km => Pauh => 60 km => Air Hitam (Pematang

    Kabau)

    Wilayah Kabupaten Tebo

    Muara Tebo => 47.5 km => Tebo Ilir =>35.5 km => Sungai Jernih

    Wilayah Kabupaten Batanghari

    Muara Bulian => 84 km => Pauh => 60 km => Air Hitam (Pematang

    Kabau)

    Dok. BKSDA Prov. Jambi

    Gambar 5. Kondisi jalan kabupaten menuju TNBD

  • Penilaian komponen aksesibilitas meliputi beberapa unsur yaitu kondisi dan

    jarak jalan darat, tipe jalan dan waktu tempuh dari pusat kota. Tipe jalan menuju

    obyek memiliki nilai terbesar yaitu 30 untuk tipe jalan yang terbuat dari tanah.

    Tipe jalan tersebut diberi nilai tertinggi karena obyek berada di dalam kawasan

    taman nasional yang memang tidak dianjurkan untuk dilakukan pengerasan jalan.

    Kondisi jalan yang bagus (pengerasan jalan) menuju obyek wisata di kawasan

    taman nasional bukanlah merupakan sesuatu yang menyebabkan aksesibilitas

    menjadi tinggi. Hal yang terpenting adalah kemudahan dalam mencapai dan

    menemukan obyek wisata yang dituju. Pengunjung yang diharapkan datang

    adalah pengunjung ekowisata yang tidak membutuhkan fasilitas yang lengkap

    yang terpenting adalah ada jalan yang jelas menuju obyek. Hasil penilaian

    aksesibilitas disajikan pada Tabel 6.

    Tabel 6. Penilaian kriteria aksesibilitas obyek di TNBD Obyek Wisata Alam

    No. Unsur-unsur

    Penilaian Gua Kelelawar

    Demplot Tanaman

    Obat

    Aek Manitik

    Air Terjun Talon

    Air Terjun Lubuk Jering

    Kondisi dan jarak jalan darat: 15 km 5 5 5 5 5 2. Tipe jalan 30 30 30 30 30 3. Waktu tempuh dari

    pusat kota 10 10 10 10 10

    Jumlah (nilaix bobot (5)) 525 725 725 625 525

    Berdasarkan hasil penilaian kriteria aksesibilitas masing-masing obyek

    dapat dilihat bahwa obyek Demplot Tanaman Obat dan Aek Manitik memiliki

    nilai terbesar yaitu 725 kemudian Air Terjun Talon sebesar 625 diikuti oleh Gua

    Kelelawar dan Air Terjun Lubuk Jering. Untuk mencapai lokasi Demplot

    Tanaman Obat dapat ditempuh dari Pauh maupun dari Bangko menuju Desa

    Pematang Kabau berhenti pada Km 43. Jarak demplot ini sekitar 500 m dari jalan

    kabupaten Desa Pematang Kabau. Jalan menuju Demplot Tanaman Obat berupa

    jalan tanah dengan lebar jalan sekitar 3 meter dan sangat licin jika dilalui pada

    saat atau setelah hujan. Jalur menuju lokasi ini sudah cukup jelas meskipun

    belum terdapat papan petunjuk arah. Untuk menuju lokasi demplot dapat

  • menggunakan kendaraan roda dua/empat kemudian dilanjutkan dengan berjalan

    kaki sekitar 100 meter melewati jalan setapak.

    Jalan menuju lokasi Aek Manitik dapat ditempuh dengan melewati jalur

    menuju Demplot Tanaman Obat di lanjutkan dengan berjalan kaki selama 2 jam

    ke arah Timur melewati Kelompok Tumenggung Tarip. Jalan menuju obyek ini

    berupa jalan setapak dan melewati beberapa anak sungai. Jalur menuju Aek

    Manitik kurang begitu jelas sehingga dibutuhkan pemandu untuk dapat

    menemukan lokasi ini.

    Dok. BKSDA Prov. Jambi Dok. BKSDA Prov. Jambi

    (a) (b) Dok. BKSDA Prov. Jambi

    (c) Gambar 6. Kondisi jalan menuju obyek (a) Demplot Tanaman Obat, (b) Aek

    Manitik dan (c) Air Terjun Lubuk Jering

    Air Terjun Talon dapat ditempuh melalui Pauh atau Bangko menuju Desa

    Jernih berhenti pada Km 25 di Desa Jernih (pasar jernih) kemudian menyusuri

    jalan setapak ke arah Timur dengan menggunakan kendaraan roda dua sekitar 1.5

    km dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 750 m atau dengan waktu tempuh

    sekitar 20 menit. Kondisi jalan menuju obyek Air Terjun Talon akan menjadi

    sulit ditempuh pada saat hujan karena tanahnya menjadi licin dan berbahaya untuk

    dilewati. Jalur yang ada sudah cukup jelas meskipun belum terdapat papan

    petunjuk arah namun untuk menemukan letak air terjun masih diperlukan

  • pemandu yang dapat menunjukkan lokasinya karena jalan untuk menemukan letak

    air terjun masih kurang jelas karena tertutup tumbuhan bawah.

    Air Terjun Lubuk Jering ini dapat ditempuh dari Pauh dan Bangko menuju

    Desa Lubuk Jering pada Km 33 dilanjutkan dengan kendaraan roda dua atau

    berjalan kaki melewati jalan setapak ke arah Timur melewati perkebunan karet

    milik penduduk Desa Lubuk Jering sejauh 3.5 km kemudian berjalan kaki naik-

    turun bukit sejauh 1.5 km. Jalur menuju Air Terjun Lubuk Jering saat ini dalam

    kondisi yang buruk karena sudah tidak dapat diketahui secara jelas jalur yang ada

    akibat penutupan oleh tumbuhan bawah (semak belukar) dan belum ada papan

    petunjuk arah sehingga obyek ini sulit ditemukan. Sama halnya dengan kondisi

    jalur pada Air Terjun Lubuk Jering jalur menuju Gua Kelelawar juga tidak begitu

    jelas akibat penutupan tumbuhan bawah. Untuk menemukan lokasi gua harus

    menggunakan pemandu dari Orang Rimba karena pihak pengelola sendiri belum

    mengetahui adanya obyek Gua Kelelawar ini.

    A.1.3. Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi

    Penilaian kriteria kondisi lingkungan sosial ekonomi diperlukan karena

    sangat penting dalam mendukung potensi pasar. Penilaian kriteria kondisi

    lingkungan sosial ekonomi dinilai dalam radius 5 km dari batas kawasan intensive

    use atau jarak terdekat dengan obyek. Unsur -unsur yang dinilai adalah tata ruang

    wilayah obyek, status lahan, mata pencaharian penduduk dan tingkat pendidikan.

    Penilaian kriteria kondisi lingkungan sosial ekonomi pada obyek wisata alam di

    TNBD disajikan pada Tabel 7.

    Tabel 7. Penilaian kondisi lingkungan sosial ekonomi Obyek Wisata Alam

    No. Unsur-unsur

    Penilaian Gua

    Kelelawar

    Demplot Tanaman

    Obat

    Aek Manitik

    Air Terjun Talon

    Air Terjun Lubuk Jering

    1. Tata ruang wilayah obyek

    5 5 5 5 5

    2. Status lahan 30 30 30 30 30 3. Mata pencaharian

    penduduk 20 20 20 20 20

    4. Pendidikan 20 20 20 20 20 Jumlah (nilai x bobot (5)) 375 375 375 375 375

  • Hasil penilaian kondisi lingkungan sosial ekonomi masing-masing obyek

    menunjukkan bahwa semua obyek menghasilkan nilai yang sama yaitu sebesar

    375. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan sosial ekonomi di sekitar

    obyek wisata alam yang ada di TNBD relatif sama. Penataan ruang wilayah

    obyek wisata alam di TNBD belum ada sama sekali. Status lahan semua obyek

    tersebut adalah hutan negara yang dikelola oleh BKSDA Jambi. Mata

    pencaharian penduduk sekitar obyek sebagian besar adalah petani karet dengan

    tingkat pendidikan sebagian besar adalah lulus Sekolah Dasar.

    A.1.4. Akomodasi

    Akomodasi merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam kegiatan

    wisata khususnya dari pengunjung yang cukup jauh. Unsur -unsur yang dinilai

    adalah jumlah penginapan dan jumlah kamar (radius 15 km dari obyek). Hasil

    pengamatan di lapangan dan informasi dari petugas serta masyarakat sekitar

    diketahui bahwa di sekitar TNBD belum terdapat penginapan yang disediakan

    bagi pengunjung TNBD. Pengunjung yang datang dari luar kota biasanya

    menginap di penginapan/hotel yang ada di Kota Bangko keesokan harinya baru

    melanjutkan perjalanan menuju TNBD. Biasanya pengunjung yang datang dari

    jauh dipersilahkan beristirahat di pondok Satuan Kerja (Satker) TNBD di Desa

    Pematang Kabau. Ada juga yang memilih mendirikan tenda di dalam kawasan

    atau menginap dirumah penduduk.

    A.1.5. Sarana-Prasarana Penunjang

    Sarana-prasarana penunjang merupakan sarana-prasarana yang dapat

    menunjang kemudahan dan kenyamanan pengunjung dalam kegiatan wisata.

    Prasarana dan sarana penunjang yang dinilai adalah prasarana dan sarana

    penunjang yang berada dalam radius 10 km dari obyek. Prasarana penunjang

    yang dinilai meliputi kantor pos, jaringan telepon, Puskesmas, jaringan listrik dan

    jaringan air minum. Sarana penunjang yang dinilai yaitu rumah makan, pusat

    perbelanjaan/pasar, bank, toko souvenir/cinderamata dan angkutan umum.

    Sarana-prasarana penunjang yang terdapat pada masing-masing obyek wisata

    alam di TNBD dapat dilihat pada Tabel 8.

  • Tabel 8. Penilaian sarana -prasarana penunjang di TNBD Obyek Wisata Alam

    No. Unsur-unsur

    Penilaian Gua Kelelawar

    Demplot Tanaman

    Obat

    Aek Manitik

    Air Terjun Talon

    Air Terjun Lubuk Jering

    1. Prasarana 20 20 20 30 20

    2. Sarana 30 30 30 30 10

    Jumlah (nilai x bobot (3)) 150 150 150 180 90

    Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui obyek Air Terjun Talon memiliki nilai

    tertinggi yaitu sebesar 180 kemudian Gua Kelelawar. Demplot Tanaman Obat

    dan Aek Manitik memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 150 selanjutnya Air

    Terjun Lubuk Jering memiliki nilai terendah sebesar 90.

    Desa Bukit Suban merupakan desa terdekat dengan Gua Kelelawar. Sarana

    dan prasarana penunjang yang terdapat di desa tersebut adalah rumah makan,

    pasar tradisional yang hanya buka pada hari Selasa dan Puskesmas pembantu.

    Demplot Tanaman Obat dan Aek Manitik merupakan obyek wisata terdekat

    dengan Desa Pematang Kabau. Sarana-prasarana penunjang yang ada yaitu

    warung makan, pasar tradisional yang hanya buka pada hari Jumat dan Puskesmas

    pembantu. Desa Pematang Kabau dan Desa Bukit Suban belum mempunyai

    jaringan listrik. Menurut informasi dalam waktu dekat kedua desa tersebut akan

    dilengkapi jaringan listrik. Desa Jernih merupakan desa terdekat dengan Air

    Terjun Talon. Sarana-prasarana penunjang yang terdapat di desa ini yaitu warung

    makan, pasar tradisional yang hanya ada hari Selasa, Puskesmas pembantu dan

    jaringan listrik. Air Terjun Lubuk Jering diberi nama sesuai dengan nama desa

    terdekat dengan obyek ini yaitu Desa Lubuk Jering. Prasarana penunjang yang

    ada di desa ini hanya jaringan listrik.

    Angkutan umum menuju TNBD (Desa Pematang Kabau) hanya tersedia

    satu unit dan waktunya pun hanya satu kali sehari. Jenis angkutan umum yang

    bisa digunakan adalah bis atau travel atau kendaraan sewaan (carter) dari Jambi

    menuju Bangko dan dari Bangko menuju TNBD (Desa Pematang Kabau). Ada