iatas dewa ada de -...

2
~~".' OCNON UNPAO:::);, '''. ( -~' ~~~~~"-,-"~-=-==~!,,,--- ",- __ --:="----'-'"''~--""-'_=r_=_-~~. __ '_'~.' " __ ='--"'-' --"-'--'-"-~ o Selasa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jumat 0 SablU 0 Minggu 4 5 6 7 8 9 10 " 12 13 14 15 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ·--·----·--6P;b-oM~~--OAPr---O-Mei--6J~~-o-J~;----(5 'Ay~----6-i;~p.Okt--~---'- Pikiran Rakyat iAtas Dewa Ada De Oleh YESMIL ANWAR S EORANG politiskus se- nior dari partai besar di Indonesia, dalam sebuah diskusi di televisi,berujar, kalau saya ditanya "Percayakah Anda pada Mahkamah Konstitusi (MK)?" Jawabannya adalah ti- dak percaya karena tidak ada yang mengawasi apabila MK melakukan penyimpangan. Se- harusnya MK diawasi oleh MPR sebagai lembaga tertinggi negara. Namun melalui peru- bahan UUD 45, atas nama re- formasi, MPR diturunkan de- rajatnya dari semula sebagai "lembaga tertinggi negara" menjadi "lembaga tinggi nega- ra" sama dengan MK, MA,DP- R, dan presiden. Dengan keten- tuan baru ini, secara teoretis berarti terjadi perubahan fun- damental dalam sistem ke- tatanegaraan Indonesia, yaitu dari sistem yang vertikal hier- arkis dengan prinsip supremasi •MPR menjadi sistem horizontal fungsional. Dalam sistem yang baru, lembaga-lembaga tinggi negara tersebut secara sistemik di dalam undang-undang diatur untuk saling mengimbangi dan mengawasi. Akan tetapi cela- kanya, pada kenyataannya, apabila terjadi penyimpangan dan diminta pertanggungja- wabannya, lembaga tersebut dapat membangkang karena kedudukan mereka sejajar. Tentu saja tak ada sanksi atas pembangkangan yang dilaku- kan. Akibatnya, terjadi arogan- si sektoral yang sangat tidak kondusif dalam kehidupan ber- bangsa dan bernegara. Adu kekuatan Mungkin dahulu para pem- buat revisi Undang-Undang Dasar 1945tidak pernah mem- bayangkan kondisi seperti saat ini ketika antarlembaga tinggi negara adu kekuatan, saling mempertontonkan arogansi kekuasaannya. Contohnya, Ba- dan Anggaran (Bangar) DPR vs KPK, Mahkamah Agung (MA) vs Komisi Yudisial (KY). Seandainya dulu UUD 45 tidak memangkas kekuasaan MPR, tentunya MPR akan menjadi lembaga tertinggi negara yang dapat mengawasi seluruh lem- baga tinggi negara yang no- tabene ada di bawahnya. Di atas dewa masih ada de- wa, lalu pertanyaannya adalah, siapa yang dapat mengawasi MPR? MPR adalah Majelis Per- musyawaratan Rakyat, jadi yang seharusnya mengawasi adalah rakyat. MPR membe- rikan mandat kepada presiden untuk mengelola negara atas nama rakyat, dan sesuai de- ngan keinginan rakyat. Apabila presiden tidak melakukan ke- hendak rakyat, maka mandat tersebut dapat dicabut kembali. Di era reformasi, pemimpin dianggap mampu mereformasi sistem pemerintahan. Namun kenyataannya pemimpin belum dapat rqereformasi dirinya a sendiri. Sebaik apa pun sistem dibuat, apabila setiap individu yang menjalankannya tidak memiliki komitmen kuat ter- hadap jabatannya tidak akan ada perubahan yang signifikan. Akan ada banyak kondisi ketika kepentingan pribadi atau ke- lompok berada di atas kepen- tingan negara, seperti situasi mogoknya Bangar DPR menye- 'babkan pembahasan RAPBN 2012 menjadi tertunda, Kekisruhan itu tidak etis dipertontonkan secara terbuka di muka rakyat karena akan membingungkan rakyat.' Ba- yangkan DPR yang memiliki tiga fungsi yaitu; fungsi pe- ngawasan, legislasi, dan budg- eting. Fungsi budgeting ada pa- da Bangar. Dengan mudah bangar mengembalikan tang- gung jawabnya kepada pimp- inanDPR. DiIndonesia sedang berlang- sung pertemuan parlemen se- Asia, para anggota DPR terma- suk pimpinannya sebagai tuan rumah, tidak merasa malu atas perilaku institusinya sebagai wakil rakyat yang menyandang gelar dewan yang terhormat, Parlemen representasi dari ke- beradaan rakyat sebagai ke- adaan demokrasi. Pada negara tertentu, presiden atau raja hanya simbol, kekuasaan ter- tinggi berada pada parlemen, contohnya Inggris, kekuatan ada pada perdana menteri. Bagaimana di Indonesia? Ki- ta memiliki presiden sebagai simbol retorika pemberantasan korupsi, kita memiliki presiden sebagai simbol retorika demo- krasi yang menciptakan kese- jahteraan masyarakat. Pada kenyataannya, korupsi mera- jalela di antara anggota parle- men dan badan-badan yang semula diyakini oleh masya- rakat sebagai wakilnya. Kem- Kliping Humas Unpad 2011 --.------- --------------- r

Upload: duongquynh

Post on 06-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

~~".'

OCNON UNPAO:::);, '''.( -~'

~~~~~"-,-"~-=-==~!,,,--- ",-__--:="----'-'"''~--""-'_=r_=_-~~.__ '_'~.' " __ ='--"'-' --"-'--'-"-~o Selasa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jumat 0 SablU 0 Minggu

4 5 6 7 8 9 10 " 12 13 14 1518 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

·--·----·--6P;b-oM~~--OAPr---O-Mei--6J~~-o-J~;----(5'Ay~----6-i;~p.Okt--~---'-

Pikiran Rakyat

iAtas Dewa Ada DeOleh YESMIL ANWAR

S EORANG politiskus se-nior dari partai besar diIndonesia, dalam sebuah

diskusi di televisi,berujar, kalausaya ditanya "Percayakah Andapada Mahkamah Konstitusi(MK)?" Jawabannya adalah ti-dak percaya karena tidak adayang mengawasi apabila MKmelakukan penyimpangan. Se-harusnya MK diawasi olehMPR sebagai lembaga tertingginegara. Namun melalui peru-bahan UUD 45, atas nama re-formasi, MPR diturunkan de-rajatnya dari semula sebagai"lembaga tertinggi negara"menjadi "lembaga tinggi nega-ra" sama dengan MK,MA,DP-R, dan presiden. Dengan keten-tuan baru ini, secara teoretisberarti terjadi perubahan fun-damental dalam sistem ke-tatanegaraan Indonesia, yaitudari sistem yang vertikal hier-arkis dengan prinsip supremasi•MPR menjadi sistem horizontalfungsional.Dalam sistem yang baru,

lembaga-lembaga tinggi negaratersebut secara sistemik didalam undang-undang diaturuntuk saling mengimbangi danmengawasi. Akan tetapi cela-

kanya, pada kenyataannya,apabila terjadi penyimpangandan diminta pertanggungja-wabannya, lembaga tersebutdapat membangkang karenakedudukan mereka sejajar.Tentu saja tak ada sanksi ataspembangkangan yang dilaku-kan. Akibatnya, terjadi arogan-si sektoral yang sangat tidakkondusif dalam kehidupan ber-bangsa dan bernegara.

Adu kekuatanMungkin dahulu para pem-

buat revisi Undang-UndangDasar 1945 tidak pernah mem-bayangkan kondisi seperti saatini ketika antarlembaga tingginegara adu kekuatan, salingmempertontonkan arogansikekuasaannya. Contohnya, Ba-dan Anggaran (Bangar) DPRvs KPK, Mahkamah Agung(MA) vs Komisi Yudisial (KY).Seandainya dulu UUD 45 tidakmemangkas kekuasaan MPR,tentunya MPR akan menjadilembaga tertinggi negara yangdapat mengawasi seluruh lem-baga tinggi negara yang no-tabene ada di bawahnya.Di atas dewa masih ada de-

wa, lalu pertanyaannya adalah,siapa yang dapat mengawasiMPR?MPR adalah Majelis Per-musyawaratan Rakyat, jadiyang seharusnya mengawasiadalah rakyat. MPR membe-rikan mandat kepada presidenuntuk mengelola negara atasnama rakyat, dan sesuai de-ngan keinginan rakyat. Apabilapresiden tidak melakukan ke-hendak rakyat, maka mandattersebut dapat dicabut kembali.Di era reformasi, pemimpin

dianggap mampu mereformasisistem pemerintahan. Namunkenyataannya pemimpin belumdapat rqereformasi dirinya

asendiri. Sebaik apa pun sistemdibuat, apabila setiap individuyang menjalankannya tidakmemiliki komitmen kuat ter-hadap jabatannya tidak akanada perubahan yang signifikan.Akan ada banyak kondisi ketikakepentingan pribadi atau ke-lompok berada di atas kepen-tingan negara, seperti situasimogoknya Bangar DPR menye-'babkan pembahasan RAPBN2012 menjadi tertunda,Kekisruhan itu tidak etis

dipertontonkan secara terbukadi muka rakyat karena akanmembingungkan rakyat.' Ba-yangkan DPR yang memilikitiga fungsi yaitu; fungsi pe-ngawasan, legislasi, dan budg-eting. Fungsi budgeting ada pa-da Bangar. Dengan mudahbangar mengembalikan tang-gung jawabnya kepada pimp-inanDPR.Di Indonesia sedang berlang-

sung pertemuan parlemen se-Asia, para anggota DPR terma-suk pimpinannya sebagai tuanrumah, tidak merasa malu atasperilaku institusinya sebagaiwakil rakyat yang menyandanggelar dewan yang terhormat,Parlemen representasi dari ke-beradaan rakyat sebagai ke-adaan demokrasi. Pada negaratertentu, presiden atau rajahanya simbol, kekuasaan ter-tinggi berada pada parlemen,contohnya Inggris, kekuatanada pada perdana menteri.Bagaimana di Indonesia? Ki-

ta memiliki presiden sebagaisimbol retorika pemberantasankorupsi, kita memiliki presidensebagai simbol retorika demo-krasi yang menciptakan kese-jahteraan masyarakat. Padakenyataannya, korupsi mera-jalela di antara anggota parle-men dan badan-badan yangsemula diyakini oleh masya-rakat sebagai wakilnya. Kem-

Kliping Humas Unpad 2011 --.------- ---------------

r

bali lagi slogan "di atas dewamasih ada dewa", yang menjadiberhala atau dewa abad mo-dem era reformasi di Indonesiaadalah kekuasaan yang berge-muruh suaranya menunggangkuda "politik". Dalam lingkuprumah tangga, bila ibu dan ba-pak berkelahi, anak-anak men-jadi telantar.Dalam lingkup negara, bila

badan dewa saling adu arogan-si, rakyat telantar. Masih ba-nyak bayi cacat dilahirkan yangmemerlukan pertolongan, ma-sih banyak bangunan sekolahdasar ambruk yang perlu di-bangun kembali. Masalah per-kelahian antarsiswa, bahayanarkoba dan HIV-AIDS sertapemerkosaan sadis di dalamkendaraan angkutan kota me-lemahkan ketahanan remajasebagai tunas bangsa. Ibaratbunga bangkai, dia besar danfenomenal namun menyebar-kan bau yang tidak sedap. Se-puluh atau lima belas tahunyang akan datang tidak adawakil rakyat yang peduli ter-hadap perkembangan psikolo-gis tunas bangsa ini. Yang pen-ting adalah perkembanganbunga deposito yang di-Iaun-dry melalui bank bank terkenaldan investasi properti serta sa-ham yang tidak pernah di-mengerti oleh anak-anak parapetani di Gunung Kidul.

KebhinnekaanPada zaman Orde Baru, di

antara korupsi, kolusi, dannepotisme (KKN), serta pungliyang juga sudah tumbuh su-bur secara tertutup, tidak dap-at dipungkiri kepedulian "trahSoeharto" pada rakyat sangatterasa. Petani sangat diperha-tikan melalui kegiatan kelom-pencapir dan sejenis sehinggamenghasilkan swasembadaberas. Posyandu dan PKKmerupakan ujung to~bak pro-

duk unggulan ketahanan kese-hatan masyarakat. Taman mi-ni kala itu merupakan 'WOWproject" tetapi akhirnya kitasadari kita memang membu- "tuhkannya sebagai bentukkonkret miniatur bangsamelalui kebhinnekaan.Saat ini, kebhinnekaan ha-

nyalah simbol retorika yang di-ucapkan namun jauh panggangdari api. Pamrih terhadap ke-kayaan daerah, kebohongandan arogansi pimpinan daerahserta partai politik mengikishabis kesantunan yang dia-jarkan pada masa Orde Baru.Atas nama agama, orang masihmampu mengingkari ajaranagama itu sendiri, yaituhubungan antarmanusia yangpenuh dengan kesantunan dansaling menghormati.Menghadapi ' pemilihan

umum kepala daerah (pemi-lukada), Pemilu, dan PemilihanPresiden (Pilpres) pada 2014,dewa mana lagi yang dapatdipercaya oleh masyarakat? ***

Penulis, dosen FakultasHukum Unpad dan Unpas.