ia studies in early christology, where christology began

14

Upload: others

Post on 06-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ia Studies in Early Christology, Where Christology Began

412

selanjutnya menyatakan bahwa “Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.”

8. Hengel, Studies in Early Christology, 189.9. Ibid., 142; demikian juga 149, “Orang harus menafsirkan duduk di

sebelah kanan dalam pemahaman bahwa Kristus ada ‘di sebelah kanan takhta . . . ,’ yakni, Kristus yang sudah bangkit duduk di sebelah kananAllah sendiri di atas ‘takhta kemuliaan.’”

10. Henry Barclay Swete, The Apocalypse of St John, edisi ke-2 (London:Macmillan, 1907), 127; dikutip Bauckham, “The Worship of Jesus inApocalyptic Christianity,” NTS 27 (1981): 322-341 (330).

11. Bauckham, “The Worship of Jesus in Apocalyptic Christianity,” 335.12. Richard Bauckham, “The Worship of Jesus in Philippians 2:9-11,” dalam

Where Christology Began: Essays on Philippians 2, ed. Ralph P. Martindan Brian J. Dodd (Louisville: Westminster John Knox, 1998), 131.

Kesimpulan: Bukti yang Mendukung Keilahian Kristus1. Richard Bauckham, God Crucified: Monotheism and Christology in the

New Testament (Grand Rapids: Eerdmans, 1999), 26.2. Baca pemaparan Bauckham atas keempat bukti ini dalam ibid., 28-40.3. Ibid., 40-42.4. Charles A. Gieschen, Angelomorphic Christology: Antecedents and Early

Evidence, AGJU 42 (Leiden and Boston: Brill, 1998), 30-31. Gieschenmenampilkan kelima kriteria ini sebagai cara untuk mengenal suatufigur “ ,” yakni seseorang yang digambarkan memilikirupa atau fungsi malaikat, meskipun tidak harus menjadi bagian daripasukan malaikat ciptaan. Pendirian Gieschen adalah bahwa PBmenampilkan sebuah “ ” yang bagaimana pun juga menyatakan kepenuhan sifat Ilahi Kristus. Ia berpendapat bahwa aspek-aspek “ ” dari Kristologi awaltersebut diperoleh dari tradisi-tradisi PL tentang “malaikat Tuhan,”dipahami sebagai sebuah manifestasi Allah (yakni, sebuah teofani).Kami tidak bermaksud untuk memberi penilaian atas model angelomorphic dari Kristologi masa awal ini. Menurut definisi Gieschen,model seperti ini secara garis besar sama dengan pengakuan ataskeilahian Kristus. Kami hanya ingin menekankan bahwa dalam pengajaran PB tentang Kristus, unsur atau tradisi angelomorphic apa punyang ditemukan sebenarnya memainkan peran sekunder. Motif-motif

Page 2: Ia Studies in Early Christology, Where Christology Began

Catatan 411

bahasa Inggris, baca Rudolf P. Spittler, “Testament of Job,” dalam Old Testament Pseudepigrapha, ed. J. H. Charlesworth (Garden City, NY: Doubleday, 1983), 1:829-868.

30. Bock, Blasphemy and Exaltation in Judaism, 162.31. Ibid., 203.32. Eskola, Messiah and the Throne, 332-333, penekanan diberikan oleh

penulis asli.33. Bauckham, “Throne of God and the Worship of Jesus,” 64.

Bab 21: Yesus Menduduki Takhta-Nya1. Richard Bauckham, God Crucified: Monotheism and Christology in the

New Testament (Grand Rapids: Eerdmans, 1999), 31-32. Bauckhammengutip Yesaya 44:24; Yeremia 10:16; 51: 19; dan sejumlah teks dariApokrifa dan literatur antar-perjanjian bangsa Yahudi lainnya.

2. Semua penekanan dalam kutipan-kutipan Alkitab dalam kesimpulanberasal dari kami.

3. Richard Bauckham, “The Throne of God and the Worship of Jesus,”dalam The Jewish Roots of Christological Monotheism, ed. Carey C.Newman, James R. Davila, dan Gladys S. Lewis, Supplements to theJSJ 63 (Leiden: Brill, 1999), 52.

4. Bauckham, God Crucified, 32.5. Martin Hengel, Studies in Early Christology (Edinburgh: T & T Clark,

1995), 225.6. NIV, NASB, dan HCSB menerjemahkan menjadi “ ” [akan

melayani-Nya]. NRSV dan NET menerjemahkan menjadi “” [akan menyembah-Nya]. Kata dalam bahasa Yunani, latreusousin,

berarti memberikan penyembahan atau pelayanan religius kepadaseseorang.

7. Menurut Gregory K. Beale, kata ganti tunggal “kemungkinan bukanmerujuk kepada Allah saja atau kepada Anak Domba saja. Keduanyamemiliki kesatuan yang begitu erat sehingga kata ganti tunggal sudahcukup untuk merujuk kepada keduanya . . . Pernyataan-pernyataanseperti itu . . . merupakan unsur-unsur yang selanjutnya menjadipemicu lahirnya formula-formula tritunggal” (G. K. Beale, The Book of Revelation: A Commentary on the Greek Text, NIGTC [Grand Rapids:Eerdmans; Milton Keynes, UK: Paternoster, 1999], 1113). Dengancara yang sama, Wahyu 11:15 berbicara tentang “pemerintahan atasdunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya,” namun

MENEMPATKAN YESUS DI TAKHTA-NYAPEMBUKTIAN ATAS KEILAHIAN KRISTUSOleh: Robert M. Bowman Jr., J. Ed Komoszewski

Diterbitkan olehLITERATUR SAATJalan Anggrek Merpati 12, Malang 65141Telp. (0341) 490750, Fax. (0341) 494129website: www.literatursaat.org

© 2007 by Robert M. Bowman Jr. and J . Ed Komoszewski under the title Putting Jesus in His Place: The Case for the Deity of Christ. Originally published in the USA by Kregel Publication, a division of Kregel, Inc., Grand Rapids, Michigan. Printed by permission. All rights reserved.

Penulis : Robert M. Bowman Jr., J. Ed Komoszewski

Gambar Sampul : Lie Ivan Abimanyu(Gambar sampul diambil dari karya Akiane Kramarik)

Edisi terjemahan telah mendapat izin dari penerbit buku asli.

Penerbit.

Bowman Jr., Robert M.; Komoszewski, J. Ed

Judul asli:

ISBN 978-602-7788-23-7

Page 3: Ia Studies in Early Christology, Where Christology Began

Daftar tabel 11Kata Pengantar oleh Darrell L. Bock 13Pendahuluan: Mengenal Yesus sebagai Allah 15Singkatan-singkatan 25

Bagian 1: Revolusi KetaatanYesus Memiliki Bagian dalam Kehormatan-kehormatan yang Ditujukan kepada Allah

1. Segala Kemuliaan, Pujian dan Kehormatan 292. Penyembahan kepada Sang Tukang Kayu 373. Yesus Seorang Sahabat yang Luar Biasa 474. Bernyanyilah bagi Tuhan 575. Paket Penghormatan yang Ultimat 65

Bagian 2: Seperti Bapa, Demikianlah AnakYesus Memiliki Sifat-sifat yang Dimiliki Allah

6. Tiada Bandingan 797. Yesus Ada Sebelum Ia Dilahirkan! 898. Yesus Selalu Ada 1039. Yesus: Orang yang Tepat 113

10. Ia Memenuhi Semua Persyaratan 127

Bagian 3: Nama di atas Segala NamaYesus Meiliki Nama-nama Allah

11. Sebutkan Sebuah Nama 14312. Imanuel: Allah Menyertai Kita 15313. Ia Adalah Tuhan 17914. Dari A hingga Z Mengarah pada Yesus 195

Apendiks

DAFTAR ISI

408

sebenarnya dapat dituduh sebagai penghujatan; namun Kitab-kitab Injil secara konsisten melaporkan bahwa dasar utama para pemimpin agama menuduh Yesus melakukan penghujatan adalah bahwa Ia mengklaim memiliki posisi dan hak prerogatif Allah (lih. juga pembahasan kami sebelumnya tentang Mrk. 2:7; Yoh. 5:17-18; 8:58-59; 10:33).

11. Martin Hengel, Studies in Early Christology (Edinburgh: T & T Clark,1995), 155.

12. Ibid., 180.13. Pernyataan ini sendiri tidak membuktikan keilahian dari Mesias,

karena dalam Yohanes 7:24, Yesus menerapkan standar penghakiman ini atas umat manusia.

14. Hengel, Studies in Early Christology, 180.15. Baca Bock, Blasphemy and Exaltation in Judaism, 98-99, 145-146.16. Jerusalem Talmud, Ta’anith 2.1 65b, dikutip dalam Hengel, Studies in

Early Christology, 181. Bock menyebut tulisan ini dibuat tahun 300 M(Blasphemy and Exaltation in Judaism, 204).

17. Untuk survei-survei atas tokoh-tokoh ini (dari berbagai sudut pandang keilmuan), lihat Larry W. Hurtado, One God, One Lord: Early Christian Doctrine and Ancient Jewish Monotheism (London: SCM Press, 1988),khususnya bab 3-4; Bock, Blasphemy and Exaltation in Judaism, 113-183;Charles A. Gieschen, Angelomorphic Christology: Antecedents and Early Evidence, AGJU 42 (Leiden and Boston: Brill, 1998), 124-183; dan Timo Eskola, Messiah and the Throne: Jewish Merkabah Mysticism and EarlyChristian Exaltation Discourse, WUNT 2.142 (Tübingen: Mohr Siebeck,2001), 65-123. Sebagai tambahan, sejumlah preseden bagi Kristologiyang ditinggikan dalam PB sering kali dibahas dalam “hipostasis” Ilahi, yakni sifat-sifat Allah (seperti nama, kemuliaan, firman, kuasa, dankhususnya hikmat-Nya) yang dipersonifikasikan dan diperlakukanseolah-olah mereka berfungsi sebagai pribadi Ilahi yang berbeda dariAllah. Tentang semua ini, baca, mis., Hurtado, One God, One Lord,bab 2; dan Gieschen, Angelomorphic Christology, 70-123. Kami sudahmembahas sebelumnya dalam buku ini tentang sebagian dari topikini, khususnya hikmat. Di sini kami hanya akan menyampaikan tigahal. Pertama, jika PB mengidentifikasi Yesus sebagai inkarnasi dari“hipotasis” Ilahi, itu sama dengan mengidentifikasi-Nya sebagai Allahyang berinkarnasi. Kedua, suatu hipotasis Ilahi, per se, tidak akanditinggikan untuk duduk di sebelah kanan takhta Allah. Skandal dariposisi Kristen adalah mengklaim bahwa seorang manusia ditinggi- kan untuk memerintah atas segala ciptaan dari takhta Allah. Ketiga,

Page 4: Ia Studies in Early Christology, Where Christology Began

Catatan 407

5. Josephus, Antiquities 3.181-187, dikutip dalam Bock, Blasphemy andExaltation in Judaism, 54.

6. Darrell L. Bock, Jesus According to Scripture: Restoring the Portrait from the Gospels (Grand Rapids: Baker, 2002), 375.

7. Bandingkan E. Earle Ellis, “Deity-Christology in Mark 14:58,” dalamJesus of Nazareth: Lord and Christ: Essays on the Historical Jesus andNew Testament Christology, ed. Joel B. Green dan Max Turner (GrandRapids: Eerdmans; Carlisle: Paternoster, 1994), 196-197. Kita perlumencatat bahwa Yehezkiel dan Daniel, dalam pandangan konservatiftradisional, menulis kitabnya pada zaman yang sama (yakni, selamamasa pembuangan Babel). Sejumlah ahli Alkitab, yang menerimapandangan bahwa Daniel ditulis pada abad II SM, berpandangan bahwa Daniel 7:13 sebenarnya tergantung kepada Yeh. 1:26, misal, David E.Aune, Revelation 1-5, WBC 5a (Nashville: Nelson Reference, 1997), 92.Untuk sebuah pembelaan atas pandangan bahwa kitab Daniel ditulispada abad VI, baca Gleason L. Archer Jr., A Survey of Old TestamentIntroduction, edisi revisi (Chicago: Moody Press, 1994), 421-448.

8. Bock, Jesus According to Scripture, 345-346.9. Sejumlah ahli Alkitab mempertanyakan apakah Yesus pernah meng-

gunakan gelar ini bagi diri-Nya sendiri. Sebutan “Anak Manusia” yang dipakai dalam PB bukan bagian dari cara gereja mula-mula memanggil Yesus. Selain dari mulut-Nya sendiri, Yesus dipanggil dengan sebutanini hanya di Kisah Para Rasul 7:56 (penglihatan Stefanus sebelum mati dirajam batu) dan Wahyu 1:13 (awal penglihatan Yohanes). Dengandemikian, sebutan Anak Manusia oleh Yesus lulus dari ujian otentisitas yang paling ketat (yang disebut kriteria ketidaksamaan): jika perkataan Yesus terbukti tidak disusun dan diajarkan oleh gereja mula-mula,maka kita boleh mengatakan bahwa kemungkinan besar Yesus yangmengucapkan kalimat itu (Namun, kebalikannya bukanlah sebuahrgumen yang valid: Berdasarkan fakta bahwa sesuatu yang tercatat

dalam kitab Injil merupakan hasil formulasi dari gereja mula-mula,maka itu tidak berarti bahwa Yesus tidak mengucapkan kalimat itu).

10. Bock, Blasphemy and Exaltation in Judaism, 209. Kami ingin mene- kankan bahwa meskipun Imam Besar dan para anggota MahkamahAgama tidak diragukan sangat tersinggung oleh pelecehan implisitYesus atas otoritas mereka, namun penghujatan yang menyebabkanmereka memutuskan bahwa Ia harus dihukum mati adalah klaim-Nya bahwa Ia, sebagai Anak yang unik dari Allah, setara dengan Allah (Mrk. 14:61-64; Yoh. 19:7). Menghina para pemimpin agama secara teknis

Bagian 4: Secara Mutla Memenuhi SyaratYesus Melakukan Perbuatan-perbuatan yang Dilakukan Allah

15. Bertemu dengan Penciptamu 21116. Ia Mengendalikan Seluruh Dunia 22317. Jalan, Kebenaran, dan Hidup 23718. Inilah Sang Hakim 255

Bagian 5: Kedudukan Terbaik di dalam RumahYesus Memiliki Bagian dalam Kedudukan Takhta Allah

19. Yesus Me kan Diri-Nya 26920. Tangan Kanan Allah 27921. Yesus Menduduki Takhta-Nya 293

Kesimpulan: Bukti yang Mendukung Keilahian Kristus 307Apendiks: Tabel Rangkuman HANDS 325Catatan 333Sumber-sumber yang Direkomendasikan 415

Page 5: Ia Studies in Early Christology, Where Christology Began

36Doksologi kepada Allah dan Anak Domba dalam Kitab Wahyu Penyembahan kepada Yesus vs. Pe yembahan kepada Malaikat dalam

46Kitab Wahyu Perbedaan yang Paulus Nyatakan ntara Perjamuan Kudus dengan Ritual

72138173176191194

Perjamuan Agama Kafir Pribadi Penuh Paradoks Contoh-contoh dari Kaidah “Tuhan/Allah dan Juruselamat Kita, Yesus Kristus” dalam 2 Petrus Mengakui Yesus sebagai “Tuhan” dalam Filipi 2 Menghormati Kristus sebagai “Tuhan” dalam 1 Petrus 3 “Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan” sebagai Sebuah

Gelar Ilahi 199Allah dan Kristus sebagai “Juruselamat Kita” dalam Titus 200“Akulah” dalam Yesaya dan Yohanes 203“Aku adalah Dia yang Ada” 207Peranan dari Bapa dan Anak dalam Penciptaan 218Penegasan dan Bukti dalam Ibrani 1 219Pernyataan Yesus pada Saat Pengadilan Menurut PL 279Orang-orang Percaya dan Kristus dalam Kitab Wahyu 305Yesus, Tuhan yang Sangat Ditinggikan 321Kehormatan-kehormatan 325Sifat-sifat 327Nama-nama 328Perbuatan-perbuatan 330Kedudukan 332

Apendiks

DAFTAR TABEL

406

mungkin saja dibenarkan secara tata bahasa, namun tidak masuk akal berdasarkan konteks.

9. Kami tidak berpendapat bahwa jika orang-orang Yahudi yang menen- tang Yesus berpikir Ia telah mengklaim kesetaraan dengan Allah, maka pada kenyataannya Ia memang melakukan klaim seperti itu. Kamihanya mencatat bahwa inilah apa yang mereka selalu pahami berulang kali tentang apa yang menjadi maksud dari pernyataan Yesus. Kasusuntuk menyimpulkan bahwa Yesus mengklaim kesetaraan dengan Allah adalah berdasarkan perkataan Yesus dalam konteks dan menurut PL.Ketika Yesus merespons tuduhan-tuduhan penghujatan seperti ini,Ia dengan penuh kerendahan hati menekankan bahwa Ia sama sekalitidak mengklaim sebagai sosok Ilahi yang bertindak secara independen dari Bapa, sementara di saat yang sama mengulangi klaim-Nya untukmenjalankan hak prerogatif dan mengerjakan perbuatan-perbuatanAllah (Yoh. 5:19-26; 10:36-38). Fakta bahwa setelah semua konfrontasi ini para penentang-Nya tetap memahami-Nya telah melakukan klaimpenghujatan menunjukkan bahwa Yesus sebenarnya sedang mengklaim kesetaraan dengan Allah.

10. Dicatat oleh Bock, Blasphemy and Exaltation in Judaism, 185.11. Ibid., 188.

Bab 20: Tangan Kanan Allah1. Lihat tabel sejenis dalam J. Ed Komoszewski, M. James Sawyer, dan

Daniel B. Wallace, Reinventing Jesus: How Contemporary Skeptics Missthe Real Jesus and Mislead Popular Culture (Grand Rapids: Kregel, 2006),178.

2. Darrell L. Bock, Blasphemy and Exaltation in Judais: The Charge AgaisntJesus in Mark 14:53-65 (Grand Rapids: Baker, 2000), 231.

3. Pernyataan bahwa Yesus adalah “Anak Daud” diakui oleh figur-figur lain dalam Markus (10:48-47; 11:10) dan tidak ada catatan penyangkalan.Baik Matius maupun Lukas memasukan kisah yang di dalamnya Yesus bertanya bagaimana Mesias dapat menjadi Tuhan Daud (Mat. 22:42-45; Luk. 20:41-44), terbukti memandang pertanyaan ini tidak menyangkal klaim bahwa Yesus sebagai Mesias merupakan keturunan Daud (Mat.1:1, 6, 17, 20; Luk. 1:27, 32, 69; 2:4, 11; 3:31).

4. Apa yang selanjutnya ditulis dalam paragraf ini dan paragraf berikut- nya sebenarnya merupakan ulangan dari Komoszewski, Sawyer, danWallace, Reinventing Jesus, 178.

Page 6: Ia Studies in Early Christology, Where Christology Began

Bab 1

SEGALA KEMULIAAN, PUJIAN,DAN KEHORMATAN

29

Umat Kristen yakin bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang berinkarnasisehingga banyak orang yang sudah lama mengenal kekristenan tidak

menyadari betapa menakjubkannya klaim tersebut di masa lalu maupun masa kini. Yesus sesungguhnya adalah seorang manusia . Ia bertumbuh besar di sebuah desa yang penuh debu sebagai putra seorang tukang kayu. Ia hidup semasa pergolakan politik sedang melanda rakyat di negeri-Nya. Ia mengalami seluruh gejolak emosi manusia, mulai dari sukacita yang meluap-luap hingga kesedihan yang mendalam. Ia memiliki teman dan musuh. Ia berkeringat dan menjadi letih; Ia tidur dan bangun; Ia menjadi lapar dan haus; Ia berdarah dan mati. Sesungguhnya, dalam pengertian tertentu, Ia bukanlah seorang manusia yang sangat luar biasa. Ia tidak memimpin pasukan perang, tidak memiliki jabatan politik, tidak menulis buku, tidak beristri dan tidak mempunyai anak, tidak meninggalkan warisan rumah, dan tidak pernah melakukan perjalanan yang lebih jauh dari beberapa ratus mil dari rumah

. Namun miliaran orang dari dua milenium terakhir ini seluruh penjuru dunia telah menyembah-Nya sebagai Tuhan dan Allah mereka. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Satu jawaban yang populer masa kini di tengah orang yang tidak percaya Yesus sebagai Allah adalah bahwa keyakinan tersebut terus mengalami peru- bahan dan perkembangan seiring berjalannya waktu selama berabad-abad. Mereka mengungkapkan bahwa umat Kristen paling awal, yang adalah orang-orang Yahudi, memandang Yesus hanya sebagai seorang rabi atau nabi, seorang yang kudus dan bijak. Mereka berteori bahwa seiring dengan menyebarnya kekristenan dan para pengikutnya yang semakin didominasi oleh bangsa kafir (yakni, non-Yahudi), mengakibatkan para pengikut-Nya yang

388

dan Pelagius, dalam empat naskah salinan bahasa Yunani dari abad VI hingga abad XI, dan sejumlah naskah salinan dalam bahasa Latin Kuno). Howard (“Tetragram and the New Testament,” 80) berpendapat bahwa penjelasan terbaik bagi varian pembacaan tersebut adalah bahwa teks asli sebenarnya berbunyi, “Sebab siapakah yang memiliki pikiran YHWH . . . namun kami memiliki pemikiran Tuhan,” dan “Tuhan” menjadi “referensi sekunder” kepada YHWH. Ia berteori bahwa setelah YHWH telah diubah menjadi “Tuhan” maka kemunculan kedua dari “Tuhan” diubah menjadi “Kristus.” Stafford (Jehovah’s Witnesses Defende, 28n. 63) memiliki pandangan yang sama, meskipun ia berpendapat bahwa dalam teks aslinya, Paulus membedakan antara YHWH dengan Tuhan (Yesus). Namun demikian, menggunakan varian pembacaan yang didukung bukti lemah untuk mengoreksi sebuah teks menyampaikan sesuatu yang tidak memiliki dukungan bukti dari naskah salinan sebenarnya merupakan sebuah metode kritik-teks yang tidak bertanggung jawab, khususnya ketika naskah-naskah yang memiliki dukungan bukti yang paling kuat mengandung makna yang masuk akal. Inilah yang terjadi dalam kasus ini. Bandingkan dengan Capes, Old Testament Yahweh Texts, 136-140.

28. Demikian juga Capes, Old Testament Yahweh Texts, 149-151.29. Paulus menggunakan kata kerja yang berbeda bagi “kasih” (philei)

dibandingkan dengan kata kerja yang ditemukan dalam Ulangan 6:5versi Septuaginta berbahasa Yunani (agapēseis), namun konsepnyatetap sama. Tentang kesalahan yang berusaha membedakan secaratajam kedua kata kerja ini, baca D. A. Carson, Exegetical Fallacies(Grand Rapids: Baker, 1984), 28, 31-32, 51-54.

30. Alusi-alusi lain terhadap Shema dalam kitab-kitab Injil mencakupMarkus 2:7; 10:18; bandingkan Matius 19:17; Lukas 5:21.

31. Baca juga Roma 16:27; 1 Timotius 1:17; 6:15-16; Yudas 25.32. Baca lebih jauh karya deLacey, “‘One Lord’ in Pauline Chistology,” 195-

203.33. Diterjemahkan oleh Lancelot C. L. Brenton, Septuagint Version of the

Old Testament with an English Translation (London: Samuel Bagster,1870). Tersedia secara online di Christian Classic Ethereal Library, http://www.ccel.org/ccel/brenton/lxx.html.

34. Capes, Old Testament Yahweh Text, 159, yang mempresentasikan tabelyang sama membandingkan antara Yesaya 45:23 LXX dengan Filipi2:10-11.

Page 7: Ia Studies in Early Christology, Where Christology Began

Catatan 387Christology: An Exegetical-Theological Studi (Peabody, MA: Hendrickson, 2007).

20. Namun tidak selalu: Paulus juga dapat memanggil Yesus “Allah,”sebagaimana yang ia lakukan dalam pasal sebelumnya (Rm. 9:5; bdk.Tit. 2:13; baca pembahasan kami tentang teks-teks tersebut di bab 12).

21. Kata kurios sebenarnya hanya muncul satu kali di ayat 12; ho garautos kurios pantōn dapat diterjemahkan, “karena [yang] sama adalah Tuhan atas segala sesuatu,” atau “karena Tuhan yang sama adalah[Tuhan] atas segala sesuatu” (sebagaimana diterjemahkan dalamhampir seluruh versi bahasa Inggris), atau bisa juga diterjemahkan“karena Tuhan yang sama atas segala sesuatu adalah . . .” (sebagaimana dalam NKJV). Bagaimanapun terjemahannya, alur pikiranPaulus tidak terpengaruh.

22. Alkitab versi NWT menggantikan kurios menjadi “ ” di Roma10:13, namun tidak di Roma 10:9 dan 12, sehingga membedakanantara Tuhan Yesus dengan . Namun demikian, tidak dukungan tekstual atas penggantian tersebut (sebagaimana sudah kami jelaskan), dan apa yang mereka lakukan telah memutus alur argumenPaulus dari ayat 9-12 ke ayat 13. Dengan demikian, teks ini memberikan sebuah bukti internal yang kuat melawan teori bahwa tulisan-tulisandalam PB dalam teks aslinya mengandung tetragram dalam ayat-ayatseperti Roma 10:13. Baca juga Capes, Old Testament Yahweh Texts,116-23; dan McDonough, YHWH at Patmos, 61.

23. Tentang Yesus sebagai “Tuhan” di 1 Korintus, baca Fee, Pauline Chris- tology, 88-94, 120-142.

24. Bandingkan Capes, Old Testament Yahweh Texts, 83-84; Fee, PaulineChristology, 568-569.

25. Perhatikan bahwa dalam semua referensi di sini dan tempat lainnya Yesus sebagai “Tuhan” dalam tulisan-tulisan Paulus, adalah

tidak berpengaruh apakah PB dalam teks aslinya mengandungatau tidak, karena bahasa yang dipakai Paulus dengan

jelas merujuk kepada Yesus seolah-olah Ia adalah YHWH.26. Baca Capes, Old Testament Yahweh Texts, 130-136.27. Surat 1 Korintus 2:16 adalah sebuah ayat kunci yang berkaitan dengan

rgumen bahwa PB dalam teks aslinya mengandung tetragram.Alasannya adanya sebuah varian pembacaan yang didukungbukti yang berbunyi “tetapi kami memiliki pikiranTuhan.” (Pembacaan ini ditemukan dalam Kodeks Vaticanus dariabad IV,

30

terbiasa memberikan kehormatan-kehormatan Ilahi kepada para pahlawan mereka, juga melakukan hal yang sama kepada Yesus.1 Maka akhirnya, lahirlah bentuk kekristenan yang mengajarkan keilahian Yesus sebagai sebuah inkarnasi yang unik dari Allah dan menyingkirkan semua pandangan alternatif lain tentang Yesus sebagai ajaran sesat. Sejumlah orang yang mengkritik doktrin bahwa Yesus adalah Tuhan mengklaim bahwa keyakinan ini belum muncul dan diterima dengan baik setelah semua rasul mati—mungkin, sebagian dari mereka mengatakan, hingga Konsili Nicea yang disenggarakan pada abad IV.

Kenyataannya justru sebaliknya. Praktik yang menganugerahi Yesus kehormatan-kehormatan Ilahi—yakni devosi religius dan spiritual kepada Yesus —justru merupakan ciri khas yang sudah diterima oleh gerakan kekristenan pada dua abad pertama eksistensinya. Larry Hurtado, profesor PB dari Univer- sity of Edinburgh, menggambarkan lahirnya penyembahan kepada Yesus sebagai “‘ledakan besar’ yang dapat dibuktikan, sebuah perkembangan yang luar biasa cepat dan secara substansial sangat meyakinkan dalam tahapan paling awal dari gerakan kekristenan.”2 Menurut Martin Hengel, seorang ahli PB dari Tübingen University di Jerman, ada lebih banyak perkembangan keyakinan-keyakinan Kristen tentang Yesus dalam dua puluh tahun antara kematian-Nya dengan surat-surat pertama yang dikirimkan Paulus “dibandingkan dengan tujuh ratus tahun berikutnya dalam sejarah gereja.”3

Para rasul dan orang-orang Kristen Yahudi mula-mula tidak hanya memberikan pujian yang tinggi kepada Yesus secara berlebihan. Mereka memberikan kepada-Nya segala kehormatan yang dalam pengajaran bangsa Yahudi, seperti yang secara otoritatif tercatat dalam Kitab Suci mereka, hanya ditujukan kepada Tuhan Allah bangsa Israel dan tidak diberikan kepada siapa pun. Dalam perintah pertama dari Sepuluh Perintah, Allah Israel menyatakan, “Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku” (Kel. 20:2-3; Ul. 5:6-7).4 Melalui Musa, Allah memberitahu bangsa Israel, “Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain, karena TUHAN, yang nama-Nya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu” (Kel. 34:14). Gambaran bahwa Allah “cemburu” mungkin dengar aneh, namun itu merupakan sebuah cara yang tegas untuk memberitahu bangsa Israel bahwa Ia tidak akan pernah “berbagi” dengan ilah apa pun.

Hanya dalam konteks ketaatan religius yang eksklusif kepada satu Allah, Tuhan sajalah orang-orang Yahudi pengikut Yesus mengekspresikan

ketaatan yang sama kepada Yesus. Mereka menyembah-Nya, menyanyikan

Page 8: Ia Studies in Early Christology, Where Christology Began

Segala Kemuliaan, Pujian, dan Kehormatan 31

pujian kepada-Nya, berdoa kepada-Nya, dan menghormati-Nya dengan cara yang menurut para penganut Yudaisme hanya layak diberikan kepada Tuhan Allah saja. lagi, umat Kristen setuju bahwa segala hormat hanya layak diberikan kepada Allah—dan kemudian mereka memberikan semua penghormatan yang sama tersebut kepada Yesus juga!

Dalam bagian pertama buku ini, kami akan menunjukkan bahwa PB mengajarkan kita untuk tidak sekadar berpikir tentang Yesus sebagai Allah dengan teologi yang abstrak, namun juga merespons kepada-Nya sebagai Allah. Kita harus menghormati-Nya dengan berserah kepada-Nya sebagai Allah kita dalam ibadah dan pelayanan rohani. Kita harus menghormati-Nya melalui kata-kata kita, berbicara kepada-Nya sebagai Allah dalam pujian dan doa. Kita juga harus menghormati-Nya sebagai Allah dalam seluruh kehidupan kita, hidup bagi-Nya dalam iman, hormat, kasih, dan ketaatan.

Daftar Kehormatan

Kami telah berulang kali memakai istilah kehormatan untuk merujuk pada bagaimana Alkitab mengajar kita merespons kepada Yesus Kristus. Kehormatan merupakan sebuah nilai budaya yang penting dalam dunia Mediteranian kuno, termasuk budaya bangsa Yahudi. Memberi kehormatan kepada seseorang berarti mengakui bahwa kedudukannya diperhitungkan— berbicara tentang orang tersebut dan berperilaku secara pantas di hadapan- nya sesuai dengan status dan posisinya. Dalam budaya monoteistik bangsa Yahudi, menghormati Allah berarti mengakui dan hidup sesuai dengan status eksklusif-Nya sebagai Sang Pencipta, Pemelihara, dan Raja atas segala ciptaan. Untuk menghormati makhluk apa pun sebagai sesuatu yang ilahi, tidak peduli betapa menakjubkannya makhluk tersebut, merupakan sebuah tindakan yang mengurangi kehormatan yang selayaknya ditujukan kepada Allah. Sebagaimana diungkapkan oleh Philo dari Alexandria, seorang filsuf bangsa Yahudi abad I, “Mereka yang mempertuhankan makhluk-makhluk fana telah mengabaikan kehormatan yang seharusnya diberikan kepada Allah.”5 Ahli PB, Jerome Neyrey menjelaskan, “Ketika seseorang mencapai kehormatan, maka kehormatan itu diperoleh dengan mengorbankan orang lain. Philo, misalnya, mengutuk politeisme, karena dengan memberi penghormatan kepada banyak makhluk-makhluk ilahi, maka penghormatan yang seharusnya ditujukan kepada Allah yang benar telah berkurang.”6

386

13. Seandainya kita secara serius menerima hipotesis bahwa sebuah teksasli PB mengandung tetragram, maka Matius 7:21-22 merupakansebuah kandidat yang jelas untuk “merestorasi” nama Ilahi YHWH,karena seruan ganda kurie kurie bersumber dari orang Yahudi ber- bahasa Yunani yang menerjemahkan “Tuhan YHWH” dan “YHWHTuhan.”

14. Bahwa Matius mengutip kedua ayat sebelum dan sesudah yang ini(Mzm. 118:22-23, 26) di bagian belakang kitab Injil ini (Mat. 21:9, 42)menunjukkan bahwa alusi atas Mazmur 118:25 dalam Matius 8:25 dan 14:30 adalah nyata.

15. Lihat bab 3 untuk bukti bahwa “Tuhan” yang kepada-Nya murid-muridberdoa adalah Yesus.

16. Petrus menyebut pengajaran Yesus sebagai “perkataan Tuhan” ( Kis.11:16), “kata” dalam bahasa Yunani adalah rhēma, sementara dalamistilah “perkataan Tuhan,” yang merujuk pada berita para rasul tentangYesus, “kata” dalam bahasa Yunani adalah logos.

17. Dalam Septuaginta, istilah “perkataan TUHAN” hampir selalu meng- gunakan kuriou (TUHAN) tanpa kata sandang (kecuali Mzm. 33:4, 6,di mana istilah ini merujuk pada firman Allah yang menciptakan).Ini mungkin karena Septuaginta menggunakan kuriou dalam bagian-bagian tulisan ini untuk menggantikan tetragram, seolah-olah ituadalah nama diri. Dalam Kisah Para Rasul, istilah “perkataanTuhan” selalu menggunakan kata sandang di depan , kemungkinan karena Kisah Para Rasul tidak menerjemahkan teks bahasaIbrani atau mengutip PL. Namun istilah dalam Kisah Para Rasul,baik secara linguistik maupun secara konseptual paralel dengan istilah sejenis dalam PL. Tuhan Yesus adalah “Tuhan” surgawi atas seluruh kosmik yang merupakan sumber otoritatif dan titik pusat dari “firman” apostolik.

18. Lihat lebih jauh, Darrell L. Bock, Proclamation from Prophecy andPattern: Lucan Old Testament Christology, JSNTSup 12 (Sheffield: JSOTPress, 1987), 181-186; dan H. Douglas Buckwalter, The Character andPurpose of Luke’s Christology, SNTSMS 89 (Cambridge and New York:Cambridge University Press, 1996), 182-186.

19. Meskipun tidak membahas se teks yang relevan, sebuah disertasi yang sangat baik yang diterbitkan tentang topik ini adalahDavid B. Capes, Old Testament Yahweh Texts in Paul’s Christology,WUNT 2.47 (Tübingen: Mohr, 1992). Gordon D. Fee ulasse referensi Paulus kepada Yesus sebagai “Tuhan” dalam

Page 9: Ia Studies in Early Christology, Where Christology Began

Catatan 385

8. David Trobisch, The First Edition of the New Testament (New York:Oxford University Press, 2000), berpendapat bahwa sebagian besaratau semua salinan kuno PB yang masih tersedia tergantung pada“edisi kononikal” yang mencakup 27 kitab dan yang di dalamnyasejumlah aspek dari teks disesuaikan. Namun demikian, Trobischmengakui bahwa kesuksesan edisi ini tidak tergantung pada “sebuahkeputusan otoritatif gereja” (106). Namun beberapa kekurangan dalam teori Trobisch. Untuk sebuah ulasan yang umum

positif menunjukkan sejumlah masalah dari tulisan Trobisch, lihat ulasan dari Jason T. Larson dalam TC: A Journal of Biblical Textual Criticism 6 (2001), http://rosetta.reltech.org/TC/vol06/Trobisch2001rev.html (diakses 13 Januari 2007).

9. Untuk penjelasan resmi dari agama dan sebuah daftar yang lengkapatas teks-teks yang terpengaruh, baca New World Translation of theHoly Scripture: With References (Brooklyn: Watchtower Bible and Tract Society, 1984), 1561-1566. Untuk pembelaan-pembelaan yang lebihmutakhir dari praktik ini, baca Stafford, Jehovah’s Witnesses Defended,12-52; dan Rolf Furuli, The Role of Theology and Bias in Bible Transla- tion: With a Special Look at the New World Translation of Jehovah’sWitnesses (Huntington Beach, CA: Elihu Books, 1999), 152-197. Untuksebuah kritik dari pandangan-pandangan agama tentang nama lahi,baca Robert M. Bowman Jr, Understanding Jehovah’s Witnesses: WhyThey Read the Bible the Way They Do (Grand Rapids: Baker, 1991),109-122.

10. George Howard, “The Tetragram and the New Testament,” JBL 96(1977): 63-83; idem, “The Name of God in the New Testament,” dalamApproaches to the Bible: The Best of Bible Review, Volume I: Composition, Transmission and Language, ed. Harvey Mintoff (Washington, DC:Biblical Archeological Society, 1994), 246-252; Trobisch, First Editionof the New Testament, 66-67. Lihat kritik terhadap pandangan Howarddalam McDonough, YHWH at Patmos, 60-61, 97-98.

11. Howard, “Name of God in the New Testament,” 252.12. Lihat Carl Judson Davis, The Name and Way of the Lord: Old Testa

ment Themes, New Testament Theology Christology, JSNTSup 129(Sheffield, England: Sheffield Academic Press, 1989), khususnya61-102. Davis menunjukkan bahwa para penulis kitab Injil memahami Yesaya 40:3 sedang berbicara tentang sebuah “keluaran baru” mana kehadiran Allah akan mendatangkan keselamatan, dan bahwajanji ini digenapi dalam kedatangan Yesus.

32

Dalam konteks budaya seperti inilah Yesus menegaskan bahwa kehendak Allah Bapa adalah “supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa.” Yang dimaksud “Anak” oleh Yesus, tentu saja diri-Nya sendiri. Yesus melanjutkan dengan mengatakan bahwa barangsiapa gagal memberikan penghormatan yang layak diterima-Nya sebenarnya juga sedang tidak menghormati Bapa: “Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia” (Yoh. 5:23). Menghubungkan kehormatan kepada Allah dengan kehormatan kepada orang lain seperti cara di atas tidak pernah terjadi sebelumnya dalam itab Suci bangsa Yahudi. Fakta bahwa Yesus sedang mengklaim kehormatan lahi telah terbukti dari konteks langsungnya. Yesus baru saja mengklaim bahwa Ia mengerjakan segala sesuatu yang dikerjakan oleh Bapa (ay. 19) dan Ia “menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya” (ay. 21). Bapa bahkan menyerahkan kepada Anak (ay. 22) tanggung jawab untuk menjalankan penghakiman kekal atas seluruh umat manusia. Menurut Yesus, tujuan Bapa melakukan semua itu adalah supaya semua orang menghormati-Nya, Sang Anak, sebagaimana mereka menghormati Bapa (ay. 23). Singkatnya, kita harus menghormati Yesus sebagai Pribadi yang memegang masa depan di tangan-Nya—sebagai Pribadi yang memiliki kuasa atas kehidupan dan kematian. Tidak ada kehormatan atau status yang lebih tinggi lagi yang dapat diberikan kepada seseorang yang menjadi Hakim tertinggi dan terakhir.

Seberapa banyakkah kehormatan yang harus kita berikan kepada Yesus? Sungguh tidak ada batasnya. Kitab Ibrani7 menegaskan bahwa Yesus “dipan- dang layak mendapat kemuliaan lebih besar daripada Musa, sama seperti ahli bangunan lebih dihormati daripada rumah yang dibangunnya” (3:3). Pikirkan tentang apa yang dikatakan oleh penulis. Perbandingan antara Musa dan Yesus seperti sebuah bangunan dengan ahli bangunan! Dengan kata lain, Musa adalah bagian dari ciptaan, “bangunan,” dan Yesus digambarkan sebagai “ahli bangunan,” atau Ia yang bertanggung jawab dalam penciptaan. “Sebab setiap rumah dibangun oleh seorang ahli bangunan, tetapi ahli bangunan dari segala sesuatu ialah Allah” (ay. 4). Surat Ibrani mengajar kita untuk menghormati Yesus sebagaimana kita menghormati “ahli bangunan” dari segala ciptaan—Allah.

Page 10: Ia Studies in Early Christology, Where Christology Began

Segala Kemuliaan, Pujian, dan Kehormatan 33

Kemuliaan Bagi Dia

Ibrani 3:3 menggunakan istilah lain yang mengekspresikan sebuah konsep yang terkait erat dengan kehormatan: “kemuliaan.” Kata kemuliaan dalam Alkitab (Ibr., k-bōd; Yun., doxa) mengandung dua makna yang saling terkait. Sebagai salah satu sifat Allah, kemuliaan merujuk pada natur keindahan dan kecemerlangan Allah—terang yang cemerlang dan terang yang sangat kuat yang Allah kan ketika Ia menyatakan diri di hadapan manusia (mis., Kel. 33:18-23; Luk. 2:9). Kemuliaan juga merupakan sebuah respons yang tepat dari pujian dan sanjungan kepada natur Allah yang memesona (tidak hanya sekadar sinar yang terang benderang, namun juga segala aspek dari natur-Nya) dan pengertian ini adalah sinonim dari kehormatan. Dengan demikian, salah satu respons yang tepat kepada Allah adalah memuliakan Allah (Mzm. 29:1-3; Mat. 5:16; Rm. 15:6-9).

Cara khas yang dipakai oleh para penulis Alkitab untuk mendorong umat Allah memuliakan Allah adalah dalam bentuk liturgis yang disebut doksologi (dari istilah doxa, kata dalam bahasa Yunani yang berarti “kemuliaan”). Doksologi adalah rancangan doa pujian kepada Allah, sebuah pengakuan akan kemuliaan dan kehormatan yang layak diterima Allah. Kadang-kadang penulis Alkitab menyampaikan sebuah doksologi secara spontan dan meluap-luap, namun lebih sering doksologi ditemukan di bagian pembuka atau penutup dari sebuah mazmur, atau pada akhir khotbah atau surat. Berikut adalah beberapa contoh doksologi yang ditujukan kepada Allah:

Terpujilah Engkau, ya TUHAN, Allah bapa kami Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Ya TUHAN, punya-Mulah kebe- saran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala. (1Taw. 29:10-11)

Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang melakukan perbuatan yang ajaib seorang diri!Dan terpujilah kiranya nama-Nya yang mulia selama-lamanya, dan kiranya kemuliaan-Nya memenuhi seluruh bumi.Amin, ya Amin.

(Mzm. 72:18-19)9

384

4. Albert Pietersma, “Kyros or Tetragram: A Renewed Quest for theOriginal LXX,” dalam De Septuaginta: Studies in Honour of JohnWilliam Wevers on His Sixty-fifth Birthday, ed. Albert Pietersma danCluade Cox (Mississauga, ON: Benben Publications, 1984), 85-101.Lihat juga Skehan, “Divine Name at Qumran,” untuk mendapatkanbukti-bukti tambahan yang menunjukkan bahwa praktik umat Kristen menggunakan kurios untuk men gantikan YHWHdalam PL berbahasa Yunani praktik-praktikpara penyalin Kitab Suci bangsa Yahudi. Lihat juga D. R. deLacey,“‘One Lord’ in Pauline Christology,” dalam Christ the Lord: Sudiesin Christology Presented to Donald Guthrie, ed. Harold H. Rowdon(Leicester, UK; Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 1982), 191-194;dan McDonough, YHWH at Patmos, 58-61.

5. Baca khususnya Josephus, Jewish Antiquities 2.12.4; 20.4.2; dan idem,Jewish War 5.5.7. Josephus lebih sering menggunakan sinonim despotēs (Tuan) menggantikan tetragram.

6. Papirus kunci dari PB adalah P46 dan P66, keduanya menggunakan“ ” (kurios) ketika mengutip dari PL. Kurt Allan dan BarbaraAllan di tahun 1989 memberi anggal kedua papirus tersebut pada200 M (The Text of the New Testament, trans. Erroll F. Rhodes, edisike-2 [Grand Rapids: Eerdmans; Leiden: Brill, 1989], 57, 99-100),anggal yang belum diterima secara umum. Namun demikian, Young

Kyu Kim, dalam sebuah artikel pada tahun 1988 (jelas tidak membaca tulisan Allan yang terbit tahun 1989) memberi penanggalan pada P46 pada periode 70-90 M (“Paleographical Dating of P46 to the LaterFirst Century,” Bib 69 [1988]: 248-261). P. W. Comfort dan D. P.Barrett pada tahun 1999 memberi penanggalan pada P46 dan P66 padamasa yang sedikit lebih belakangan, sekitar 98-138 M (The Complete Text of the Earliest New Testament Manuscripts [Grand Rapids: Baker,1999], 195-197). Greg Stafford, Jehovah’s Witnesses Defended: AnAnswer to Scholars and Critics, edisi ke-2 (Huntington Beach, CA:Elihu Books, 2000), 18n. 40, mengutip semua hasil studi di atas,meskipun ia berpendapat bahwa semua papirus tersebut sudah cukuptua sehingga tetragram kemungkinan merupakan tulisan asli dalam PByang kemudian diganti dengan kurios.

7. Untuk sebuah pengantar yang sangat baik bagi studi tentang reliabili- tas dari teks PB, lihat J. Ed Komoszewski, M. James Sawyer, dan Daniel B. Wallace, Reinventing Jesus: How Contemporary Skeptics Miss the Real Jesus and Mislead Popular Culture (Grand Rapids: Kregel, 2006), 53-117.

Page 11: Ia Studies in Early Christology, Where Christology Began

Catatan 383

dengan reformasi Deuteronomistik dan berlanjut selama masa pem- buangan Babel. Argumen ini menunjukkan bahwa PL yang dikenal baik oleh para penulis PB mengajarkan monoteisme—dan memang terbukti dalam PB itu sendiri. Namun Barker berpendapat bahwa para penulis PB tetap memegang keyakinan sebelumnya akan satu Allah yang Tinggi dan Y sebagai salah satu Anak Allah! Justru, asumsi dalam seluruh PB menunjukkan kebalikannya: Di dalamnya mengajarkan bahwa kebenaran “Deuteronomistik” mengklaim bahwa Tuhan (YHWH) adalah satu-satunya Allah sejati (Ul. 6:4; Mrk. 12:29-34; bdk. Rm. 3:30; Gal. 3:20; Yak. 2:19). Teori Barker sama tidak bernilai seperti teologi Mormon, yang menegaskan bahwa satu-satunya ob ek yang layak disembah adalah Allah Bapa—meskipun terdapat fakta bahwa dalam seluruh PL, YHWH ( ) adalah satu-satunya objek yang layak disembah. Tentang pentingnya teori-teori Barker bagi dunia keilmuan Mormon, baca Kevin Christensen, “Paradigms Regained: A Survey of Margaret Barker’s Scholarship and Its Significance for Mormon Studies,” FARMS Occasional Papers 2 (2001): 1-94. Kritik-kritik yang relevan terhadap teologi Barker dan Gereja Mormon termasuk Paul Owen, “Monotheism, Mormonism, and the New Testament Witness,” dalam The New Mormon Challenge: Responding to the Latest Defenses of a Fast-Growing Movement, ed. Francis J. Beckwith, Carl Mosser, dan Paul Owen (Grand Rapids: Zondervan, 2002), 271-314; Matthew A. Paulsen, Breaking the Mormon Code: A Critique of Mormon Scholarship Regarding Classical Christian Theology and the Book of Mormon (Livermore, CA: WingSpan Press), khususnya 93-97. Tentang monoteisme bangsa Yahudi, baca khsusunya Larry W. Hurtado, Lord Jesus Christ: Devotion to Jesus in Earliest Christianity (Grand Rapids: Eerdmans, 2003), 29-48; dan Richard Bauckham, God Crucified: Monotheism and Christology in the New Testament (Grand Rapids: Eerdmans, 1999), 1-22.

3. Dokumentasi dari Gulungan-gulungan Laut Mati menunjukkan bahwa praktik menghindari penyebutan nama Yahweh dengan bersuara telah dimulai minimal sejak abad II SM, dan terdapat alasan-alasanuntuk meyakini bahwa praktik ini sudah dimulai masa-masa sebelumnya. Baca P. W. Skehan, “The Divine Name at Qumran, in the Masada Scroll, and in the Septuagint,” BIOSCS 13 (1980): 14-44.Tentang faktor-faktor yang mendorong perkembangan ini, baca Sean M. McDonough, YHWH at Patmos: Rev. 1:4 in Its Hellenistic andEarly Jewish Setting, WUNT 2.107 (Tübingen: Mohr Siebeck, 1999),58-116, khususnya 111-116.

34

Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! (Rm. 11:36)

. . . menurut kehendak Allah dan Bapa kita. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin. (Gal. 1:4b-5)

Saat ini kepada Allah dan Bapa kita dimuliakan selama-lamanya! Amin. (Flp. 4:20, NASB)

Yang mengejutkan PB berisi doksologi-doksologi yang persis sama di atas namun kemuliaannya ditujukan kepada Yesus Kristus:

Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita, kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin. (Ibr. 13:20-21)

. . . sehingga di dalam segala sesuatu Allah dimuliakan melalui Yesus Kristus, yang empunya kemuliaan dan kekuasaan sampai selama-lamanya! Amin. (1P . 4:11b, NASB)

Semua doksologi tersebut secara gamblang tidak mengarahkan kemuliaan kepada Yesus Kristus sebagai ganti kemuliaan kepada Allah. Surat 1 Petrus 4:11 secara eksplisit menyatakan bahwa Allah dimuliakan melalui Yesus Kristus, sehingga memuliakan Kristus dilakukan dengan cara yang sama dengan memuliakan Allah (baca juga Rm. 16:27; Yud. 25). Selain itu, kedua bagian tulisan tersebut menaikkan kemuliaan yang kekal kepada Yesus Kristus dalam bahasa yang identik dengan doksologi yang tertulis dalam bagian lain Alkitab yang menaikkan kemuliaan kekal kepada Allah.10 Satu kitab PB yang ditulis belakangan bahkan mencatat sebuah doksologi yang menaikkan kemuliaan kekal kepada Kristus tanpa menyebut Allah atau Bapa secara langsung:

Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya. (2Ptr. 3:18)

Page 12: Ia Studies in Early Christology, Where Christology Began

Segala Kemuliaan, Pujian, dan Kehormatan 35

Kitab Wahyu juga memuat lagu-lagu doksologi atau himne-himne pujian kepada Yesus Kristus, yang dikenal sebagai Anak Domba, dan disejajarkan dengan himne doksologi kepada Allah. Semua doksologi tersebut menunjukkan bahwa “Anak Domba layak disembah dengan kata-kata setara yang diberikan kepada Allah.”11

Terpujilah Engkau, Tuhan dan Allah kami, yang layak menerima kemuliaan dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu, dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan. (Why. 4:11, NASB)

“Terpujilah Anak Domba yang disembelih yang layak menerima , dan kekayaan, dan hikmat, dan , dan hormat, dan

kemuliaan, dan !” . . . “Bagi Dia yang duduk di atas takhta, dan bagi Anak Domba, adalah dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!” (Why. 5:12-13, NASB)

Sekali lagi kita melihat bahwa doksologi tersebut tidak dimaksudkan untuk memuji Yesus dengan menyingkirkan Allah, namun di dalamnya mencakup kehormatan dan kemuliaan tertinggi kepada Yesus Kristus berdasarkan praktik monoteistik bangsa Yahudi yang menaikkan kemuliaan seperti itu kepada Allah (perhatikan kesamaan dari semua doksologi tersebut dengan yang tercatat di 1Taw. 29:10-11). Kita tidak boleh “meremehkan keberanian yang dibutuhkan untuk mengubah bentuk-bentuk tradisional bangsa Yahudi seperti itu.”12

Jika kita mempelajari seluruh kitab Wahyu dan menyelidiki semua bagian yang mengandung doksologi, kita akan menemukan tumpang tindih yang hampir lengkap dalam bahasa penghormatan yang ditujukan kepada Allah dan yang ditujukan kepada Anak Domba (perhatikan tabel, h. 36). Tumpang tindih tersebut tidak sempurna secara artifisial—“kekayaan” ditujukan kepada Anak Domba dan bukan kepada Allah, “ucapan syukur” kepada Allah dan tidak kepada Anak Domba—namun perbedaan tersebut tidak terjadi secara acak kalau dilihat dari gambaran besarnya. Matthias Hoffmann, dalam disertasinya tentang Anak Domba dalam kitab Wahyu, dengan tepat menyimpulkan, “Kebanyakan predikat dalam doksologi-doksologi yang ada nya tidak membedakan antara Allah dan Anak Domba, namun sebaliknya secara umum mengekspresikan kesetaraan status dari keduanya.”13

382

52. Fee mengakui ini sebagai sebuah “kesulitan yang nyata” bagipandangannya, namun mengklaim, bahwa itu “adalah satu-satunya kesulitan” (Fee, Pauline Christology, 444n. 86).

53. Ketika Paulus berbicara tentang munculnya “kasih karunia” atau“kebaikan dan kasih” Allah, ia menggunakan kata kerja epephanē (Tit.2:11; 3:4), bukan bentuk kata benda epiphaneia.

54. Fee menegaskan bahwa penggunaan “kemuliaan” melalui kata sifatseperti ini untuk merujuk “sifat yang mulia”Paulus ” (Fee, Pauline Christology, 443). Melihatdari banyaknya penggunaan sejenis ini oleh Paulus, pernyataanFee kelihatannya mengandung kesalahan.

55. Terdapat ketidakpastian apakah kata “kita” (hēmōn) muncul di 2Petrus 2:20 atau tidak, dan jika ada, di mana. Varian tesktual ini tidakmemengaruhi argumen yang ada.

56. Richard J. Bauckham, Jude, 2 Peter, WBC 50 (Waco, TX: Word, 1983),168.

Bab 13: Ia adalah Tuhan1. Baca bab 11 tentang bentuk dan signifikansi dari nama YHWH dalam

PL.2. Meskipun malaikat kadang-kadang dipanggil “allah” dalam berbagai

konteks (mis., Mzm. 82:1, 6), PL secara tegas menekankan bahwa YHWHadalah satu-satunya “Allah sejati” (2Taw. 15:3; Yer. 10:10), satu-satunya pihak yang layak disembah dan dilayani sebagai Allah. Hanya YHWHyang diidentifikasi sebagai “Yang Mahatinggi” (Kej. 14:22; Mzm. 7:17;47:2; 83:18; 97:9). Di pihak lain, Gereja Yesus Kristus dari Orang-orangSuci Zaman Akhir (yang dikenal dengan sebutan Gereja Mormon),mengajarkan bahwa “Yeh a ” adalah nama dari Anak, Yesus Kristus,yang dibedakan dari “Elohim,” nama dari Allah Bapa. Akhir-akhir ini,

mereka mendapat dukungan dari Margaret Barker, khususnya bukunya yang berjudul The Great Angel: A Study ofIsrael’s Second God (Louisville: Westminster/John Knox Press, 1992).Meskipun Barker dikenal sebagai seorang Metodis, ia menjadi pembicara dalam konferensi Gereja Mormon dan mendukung sejumlah keyakinan mereka. Teorinya adalah bahwa dalam agama kuno bangsa Israel “terdapat satu Allah yang Tinggi dan sejumlah Anak A lah, salahsatunya bernama Y hw ,” dan bahwa PB menyatakan Yesus sebagaiY tersebut, bukan Allah yang Tinggi (ibid., 3). Ia berpendapatbahwa monoteisme diberlakukan di masa PL, mulai dari yang disebut

Page 13: Ia Studies in Early Christology, Where Christology Began

Catatan 381

menambahkan untuk menciptakan pemahaman yang salah karena mengindikasikan adanya seseorang yang lain. Sebagai contoh, kita salah jika menerjemahkan 2 Petrus 1:11 (yang secara tata bahasa sejajar dengan Titus 2:13) sebagai “Kerajaan dari Tuhan dan dari Juruselamat kita, Yesus Kristus.”

46. Penjelasan dari kaidah ini bukan sebuah definisi yang formal dan tidak bersifat teknis, serta tidak secara mendalam menggali semua det il yang dibutuhkan untuk membangun validitas dari kaidah ini. Kami jugaperlu menyatakan bahwa, seperti semua “kaidah” yang ada dalam tatabahasa atau bahasa, kaidah Sharp adalah sebuah observasi deskriptifdari apa yang normal atau bagian dari kebiasaan dalam bahasa Yunanikuno, bukan sebuah kaidah preskriptif yang diterima secaraterbuka oleh para penulis bahasa Yunani. Namun demikian, sebagaisebuah hasil pengamatan umum yang valid, kaidah Sharp,

dengan faktor-faktor kontekstual lainnya, harus dipertimbangkan ketika menafsirkan sebuah teks. Tentang Granville Sharp,baca Daniel B. Wallace, “Granville Sharp: A Model of EvangelicalScholarship and Social Activism,” JETS 41 (1998): 591-613. Dukunganuntuk kaidah Sharp dapat dibaca di Robert M. Bowman Jr., “Sharp’sRules and Antitrinitarian Theologies: A Defense of Granville Sharp’sArgument for the Deity of Christ,” di http://www.biblicalapologetics.net/NTStudies/Sharps_Rule.pdf. Baca juga Daniel B. Wallace, Greek Grammar Beyond the Basics, 270-290; dan idem., GranvilleSharp’s Canon and Its Kin: Semantic and Significance (New York:Peter Lang, 2007).

47. Kami hanya bisa membahas sebagian dari bukti yang ada di sini.Lihat Bowman, “Sharp’s Rules and Antitrinitarian Theologies,” 27-41; Harris, Jesus as God, 173-185, 229, 38; dan I. Howard Marshall, ACritical and Exegetical Commentary on the Pastoral Epistles, dalamkolaborasinya dengan Philip H. Towner, ICC (Edinburgh: T & TClark, 1999), 272-

48. Kami telah menerjemahkan frasa-frasa ini secara literal; dua kata bendayang dihubungkan dengan kai ditunjukkan dalam cetak miring.

49. Fee, Pauline Christology, 440-448.50. Tidak ada surat kiriman Paulus lainnya, bahkan dalam surat Filemon

yang sangat singkat, menggunakan bagi Yesus kurang darilima kali, Paulus menggunakan sōtēr bagi Yesus di luar Titus hanyadua kali (Flp. 3:20; 2Tim. 1:10).

51. Harris, Jesus as God, 177.

36

Dengan menempatkan doksologi-doksologi kepada Allah dan Kristus secara berdampingan, atau hanya kepada Kristus, maka para penulis PB sedang meninggikan Yesus Kristus pada tingkatan yang setara dengan Allah.

Allah/Dia yang Duduk di Atas Takhta

Anak Domba 1Taw. 29:11-12

Layak (axios) 4:11 5:9, 12Puji-pujian (eulogia) 5:13; 7:12 5:12, 13Hormat (timē) 4:9, 11; 5:13; 7:12 5:12, 13Kemuliaan (doxa) 4:9, 11; 5:13; 7:12; 19:1b 1:6; 5:12, 13 1Taw. 29:12Kuasa (kratos) 5:13 1:6; 5:13Kekuasaan (dunamis) 4:11; 7:12; 19:1b 5:12 1Taw. 29:11Kekuatan (ischus) 7:12 5:12 1Taw. 29:11–12Kekayaan (ploutos) 5:12 1Taw. 29:12

Hikmat (sophia) 7:12 5:12Ucapan Syukur (eucharistia)

4:9; 7:12

Keselamatan (sōtēria) 7:10; 19:1b 7:10

DOKSOLOGI KEPADA ALLAH DAN ANAK DOMBADALAM KITAB WAHYU

Page 14: Ia Studies in Early Christology, Where Christology Began