i postterm

14
LAPORAN PENDAHULUAN MINGGU KE – I KAMAR BERSALIN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK MELINDA, KOTA KEDIRI KEHAMILAN LEWAT WAKTU (POSTTERM) Disusun Oleh: Anna Nasyiatul Aisyiyah (1102430006)

Upload: dinn-yaach-ndet

Post on 15-Apr-2016

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

postterm

TRANSCRIPT

Page 1: i Postterm

LAPORAN PENDAHULUAN MINGGU KE – I

KAMAR BERSALIN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK

MELINDA, KOTA KEDIRI

KEHAMILAN LEWAT WAKTU (POSTTERM)

Disusun Oleh:Anna Nasyiatul Aisyiyah (1102430006)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANANPRODI DIV KEBIDANAN KEDIRI

2011

Page 2: i Postterm

KEHAMILAN LEWAT WAKTU (POSTTERM)

A. Definisi

Kehamilan postterm adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari

42 minggu lengkap di hitung dari HPHT.

(Prawirohardjo, 2007)

Sedangkan kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melebihi waktu 42

minggu belum terjadi persalinan.

(Manuaba,2002)

Kehamilan lewat waktu adalah suatu kehamilan yang berakhir pada minggu

ke 42, atau 294 hari dari HPHT.

(Ricci, 2009)

B. Etiologi

Penyebab pasti belum diketahui, faktor yang dikemukakan adalah :

1. Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan

telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.

2. Herediter, karena post naturitas sering dijumpai pada suatu keluarga

tertentu

3. Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan

kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya His

4. Kurangnya air ketuban

5. Insufiensi plasenta

(Prawirohardjo, 2007)

C. Permasalahan Kehamilan Lewat Waktu

Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup

memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga mempunyai risiko

asfiksia sampai kematian adalam rahim. Makin menurunnya sirkulasi darah

menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan :

1. Pertumbuhan janin makin lambat

2. Terjadi perubahan metabolisme janin

Page 3: i Postterm

3. Air ketuban berkurang dan makin kental

4. Sebagian janin bertambah berat, serhingga memerlukan tindakan

persalinan

5. Berkurangnya nutrisi dan O2 ke janin yang menimbulkan asfiksia dan

setiap saat dapat meninggal di rahim.

6. Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.

D. Tanda Bayi Postterm

1. Tanda postterm dapat di bagi dalam 3 stadium :

a. Stadium I

Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa

kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.

b. Stadium II

Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit

c. Stadium III

Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat

(Prawirohardjo, 2007)

2. Tanda bayi Postmatur

a. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)

b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur

c. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang

d. Verniks kaseosa di badan kurang

e. Kuku-kuku panjang

f. Rambut kepala agak tebal

g. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel

(Manuaba, 2002)

E. Diagnosa

1. Bila tanggal HPHT di catat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak

sukar

2. Bila wanita tidak tahu, lupa atau tidak ingat, atau sejak melahirkan yang

lalu tidak dapat haid dan kemudian menjadi hamil, hal ini akan sukar

memastikannya. Hanyalah dengan pemeriksaan antenatal yang teratur

Page 4: i Postterm

dapat diikuti tinggi dan naiknya fundus uteri, mulainya gerakan janin dan

besarnya janin dapat membantu diagnosis.

3. Pemeriksaan berat badan diikuti, kapan menjadi berkurang, begitu pula

lingkaran perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang.

4. Pemeriksaan rontgenologik, dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada

bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter

bipariental 9,8 cm atau lebih.

5. USG : ukuran diameter bipariental, gerakan janin dan jumlah air ketuban

6. Pemeriksaan sitologik air ketuban : air ketuban diambil dengan

amniosentesis, baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban

akan bercampur lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah

kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh

dipulas dengan sulfat biru nil maka sel-sel yang mengandung lemak akan

berwarna jingga. Bila :

a. Melebihi 10% : kehamilan di atas 36 minggu

b. Melebihi 50% : kehamilan di atas 39 minggu

7. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya

karena dikeruhi mekonium.

8. Kardiotografi : mengawasi dan membaca DJJ, karena insufiensi plasenta

9. Uji Oksitosin (stress test) : yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi

reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang

baik, hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan.

10. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin

11. Pemeriksaan PH darah kepala janin

12. Pemeriksaan sitologi vagina

(Mochtar, 1998)

F. Pengaruh terhadap ibu dan janin

Terhadap ibu : partus lama, kesalahan letak, insersia uteri, perdarahan

postpartum.

Terhadap janin : jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3

kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu, karena

Page 5: i Postterm

postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh

post maturitas pada janin bervariasi : berat badan janin

dapat bertambah besar, tetp, dan ada yang berkurang,

sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi

kematian janin dalam kandungan. Bayi besar dapat

menyebabkan disproporsi sefalopelvik. Oligohidramnion

dapat menyebabkan kompresi tali pusat, gawat janin sampai

bayi meninggal. Keluarnya mekoneum yang dapat

menyebabkan aspirasi mekoneum.

(Mochtar, 1998)

G. Penatalaksanaan

1. Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring

janin sebaik-baiknya.

2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan

dapat ditunggu dengan pengawasan ketat

3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau

sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa

amniotomi.

4. Bila :

a. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim

b. Terdapat hipertensi, pre-eklampsia

c. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas

d. Pada kehamilan > 40-42 minggu

Maka ibu dirawat di rumah sakit

5. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada

a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang

b. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat

janin, atau

c. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-

eklampsia, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan

kesalahan letak janin.

Page 6: i Postterm

6. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan

sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar; dan

kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu

dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap sedatif

dan narsoka, jadi pakailah anestesi konduksi.

(Mochtar,1998)

H. Pertimbangan Persalinan Anjuran (induksi)

Persalinan anjuran bertujuan untuk dapat :

1. Merangsang otot rahim berkontraksi, sehingga persalinan berlangsung

2. Membuktikan ketidakseimbangan antara kepala janin dengan jalan lahir

bishop telah menetapkan beberapa penilaian agar persalinan induksi dapat

berhasil seperti yang ditujukan pada tabel berikut :

Keadaan fisik Nilai Total NilaiPembukaan serviks 0 cmPerlunakan 0-30%Konsistensi serviks kakuArah serviks ke belakangKedudukan bagian terendah -3

0

Pembukaan 1-2 cmPerlunakan serviks 40-50%Konsistensi serviks sedangArah serviks ke tengahKedudukan bagian terendah -2

1

Pembukaan 3-4 cmPerlunakan 60-70%Konsistensi serviks lunakKedudukan bagian terendah -1-0

2

Pembukaan di atas 5 cmPerlunakan 80% +

3

I. Persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan dengan

metode:

1. Metode Stein

Persalinan anjuran mulai pagi hari.

a. Pukul 6.00 : 30 cc oleum ricini

Page 7: i Postterm

b. Pukul 7.00 : bisulfas kinine 0,200 gr

c. Pukul 8.00 : bisulfas kinine 0,200 gr + klisma air sabun hangat 1 liter

d. Pukul 9.00 : bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc

e. Pukul 10.00 : bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc

f. Pukul 11.00 : bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc

g. Pukul 12.00 : bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc

h. Pukul 14.00 : hanya suntikan pituitrin 0,2 cc

i. Pukul 16.00 : hanya suntikan pituitrin 0,2 cc

j. Pukul 18.00 : hanya suntikan pituitrin 0,2 cc

Sekalipun metode stein sudah ditinggalkan, tetapi untuk pengetahuan

bidan masih perlu diketahui.

Selama metode stein, kehamilan lewat waktu akan mendapatkan :

a. 1,2 gr bisulfas kinine

b. 1,4 cc pituitrin injeksi

Persalinan anjuran dengan metode ini di luar rumah sakit berbahaya

karena dapat terjadi :

a. Kontraksi rahim yang kuat sehingga dapat mengancam :

1) Ketuban pecah saat pembukaan kecil

2) Ruptura uteri membakat

3) Gawat janin dalam rahim

b. Kelambatan melakukan rujukan, dapat merugikan penderita.

2. Persalinan anjuran dengan infus pituitrin (sintosinon)

Persalinan anjuran dengan infus oksitosin, pituitrin atau sintosinon 5 unit

dalam 500 cc glukosa 5%, banyak dipergunakan.

Teknik induksi dengan infus glukosa lebih sederhana, dan mulai dengan 8

tetes, dengan teknik maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan tetesan setiap 15

menit sebanyak 4 sampai 8 tetes sampai kontraksi optimal tercapai. Bila

dengan 30 tetes kontraksi maksimal telah tercapai, maka tetesan tersebut

dipertahankan sampai terjadi persalinan. Apabila terjadi kegagalan, ulangi

persalinan anjuran dengan selang waktu 24 sampai 48 jam.

Page 8: i Postterm

3. Memecahkan ketuban

Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat

persalinan. Setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4 sampai 6 jam dengan

harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung. Apabila belum

berlangsung kontraksi otot rahim dapat diikuti induksi persalinan dengan

infus glukosa yang mengandung 5 unit oksitosin.

4. Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin

Telah diketahui bahwa kontraksi otot rahim terutama dirangsang oleh

prostaglandin. Pemakaian prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat

dalam bentuk infus intravena (Nalador) dan pervaginam (prostaglandin

vagina suppositoria).

(Manuaba, 2002)

J. Sikap bidan dalam penanganan kehamilan postterm

Kehamilan lewat waktu dapat membahayakan janin karena sensitif terhadap

rangsangan kontraksi, yang menimbulkan asfiksia sampai kematian dalam

rahim. Dalam melakukan pengawasan hamil dapat diperkirakan bahwa

kehamilan lewat waktu dengan :

1. Anamnesa.

a. Kehamilan belum lahir setelah melewati waktu 42 minggu

b. Gerak janinnya makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama

sekali.

Hasil anamnesa penderita perlu diperhatikan sebagai dasar permulaan.

2. Hasil pemeriksaan

Hasil pemeriksaan dapat dijumpai :

a. Berat badan ibu mendatar atau menurun

b. Air ketuban terasa berkurang

c. Gerak janin menurun

3. Bagaimana sikap bidan

Menghadapi keadaan demikian bidan dapat bersikap :

a. Melakukan konsultasi dengan dokter

b. Menganjurkan untuk melakukan persalinan di rumah sakit

Page 9: i Postterm

c. Penderita dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang

adekuat.

(Manuaba, 2002)

K. Pengelolaan Intrapartum

1. Pasien tidur miring sebelah kiri

2. Pergunakan pemantauan elektronik jantung janin

3. Beri oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal

4. Perhatikan jalannya persalinan

5. Segera setelah lahir, bayi harus segera diperiksa terhadap kemungkinan

hipoglikemi, hipovolemi, hipotermi dan polisitemi

(Saifuddin, 2002)

L. Mencegah Aspirasi Mekoneum

Apabila ditemukan cairan ketuban yang terwarnai mekoneum harus segera

dilakukan resusitasi sebagai berikut :

1. Penghisapan nasofaring dan drofaring posterior secara agresif sebelum

dada janin lahir

2. Bila mekoneum tampak pada pita suara, pemberian venitasi dengan

tekanan positif dan tangguhkan dahulu sampai trakea telah di latubasi dan

penghisapan yang cukup.

3. Intubasi trakea harus dilakukan rutin bila ditemukan mekoneum yang

tebal.

(Saifuddin, 2002)

Page 10: i Postterm

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I Gde. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP

Ricci, Susan Scott.2009. Maternity and Pediatric Nursing. New York Health:Wolters Kluwer

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP