i. pendahuluan asap cair merupakan hasil pirolisis bahan...
TRANSCRIPT
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Asap cair merupakan hasil pirolisis bahan yang mengandung selulosa,
hemiselulosa dan lignin dan telah dikondensasi. Asap cair masih mengandung
senyawa tar dan polisiklis aromatik hidrokarbon (PAH). Pemurnian asap cair
dengan cara redestilasi atau destilasi bertingkat dilakukan untuk meminimalisir
senyawa PAH beserta turunannya. Beberapa diantara komponen tersebut bersifat
karsinogenik. Benzo[a]pyrene merupakan salah satu senyawa PAH yang
diketahui bersifat karsinogenik dan biasa ditemukan pada produk pengasapan
(Guillen et al. 1995). Redestilat asap cair mengandung asap cair sangat kompleks
dan terdiri dari komponen yang berasal dari kelompok senyawa kimia yang
berbeda, seperti aldehid, keton, alkohol, asam, ester, turunan furan dan pyran,
turunan fenolik, hidrokarbon, dan nitrogen (Soldera et al. 2008) yang secara
bersama-sama berfungsi sebagai antioksidan, antimikrobia dan pemberi cita rasa
pangan. Namun, redestilat asap cair mudah rusak selama penyimpanan karena
oksidasi senyawa fenol yang diikuti oleh perubahan warna menjadi kecoklatan.
Oleh sebab itu, perlu inovasi teknologi untuk mempertahankan fungsi senyawa
bioaktif dalam asap cair dengan enkapsulasi menggunakan teknik spray drying.
Enkapsulasi merupakan teknik penyalutan satu jenis bahan atau campuran
bahan dimasukkan kedalam bahan lain (Madene et al., 2006). Kegunaan teknik ini
yaitu mampu mengendalikan pelepasan senyawa bioaktif, melindungi senyawa
bioaktif dari oksidasi dan memudahkan dalam penanganan (Gharsalloui et al.,
2
2007). Faktor keberhasilan enkapsulasi adalah pemilihan bahan enkapsulan yang
digunakan. Bahan enkapsulan yang umum digunakan dalam mikroenkapsulasi
spray drying dapat berupa gum arab, kitosan, aliginat dan maltodekstrin. Namun
bahan enkapsulan tersebut masih memiliki harga yang relatif tinggi dan beberapa
sulit untuk didapatkan secara komersial. Sehingga perlu digantikan dengan bahan
enkapsulan yang lebih murah dan mudah didapatkan, salah satunya adalah
menggunakan golongan karbohidrat seperti pati yang dimodifikasi menjadi
maltodekstrin dan dapat diaplikasikan sebagai bahan penyalut.
Ubi uwi, garut dan jalar merupakan sumber bahan pangan yang memiliki
kandungan pati tinggi, bersifat pangan lokal, bernilai ekonomis dan mudah
didapatkan. Sehingga, pati ubi uwi, garut dan jalar dapat digunakan sebagai bahan
penyalut redestilat asap cair. Syarat sebagai enkapsulan adalah memiliki kelarutan
yang tinggi dalam air, mampu membentuk emulsi, memiliki viskositas yang
rendah dan mampu melindungi senyawa bioaktif dalam bahan pangan
(Gharsalloui et al., 2007). Namun pati tidak mudah larut dalam air, maka untuk
mengubah sifat-sifat pati sebagai syarat enkapsulan dilakukan modifikasi pati.
Guna meningkatkan kelarutan yang lebih tinggi yaitu dengan merubah polimer
pati menjadi gula-gula sederhana (Winarno, 2010) dengan cara hidrolisis
enzimatis menggunakan enzim α-amilase. Hidrolisis enzim dinilai dapat
meningkatkan kelarutan hingga mencapai 90%. Produk yang dihasilkan dari
proses hidrolisis pati ubi uwi, garut dan jalar berupa maltodekstrin.
Teknik yang digunakan pada enkapsulasi redestilat asap cair adalah spray
drying. Teknik ini lebih banyak dan umum digunakan dalam industri pangan
3
karena biaya rendah dan peralatan yang tersedia mudah. Spray drying atau
pengeringan semprot didefinisikan sebagai suatu proses perubahan bahan dari
bentuk cair menjadi partikel kering dengan jalan menyemprotkan bahan tersebut
ke dalam medium kering yang panas. Produk kering yang dihasilkan dari proses
ini dapat berbentuk bubuk maupun butiran (Masters, 1979). Saloko dkk. (2012),
menggunakan kondisi spray drying pada suhu inlet 130°C dan laju alir 5 ml/menit
dengan penyalut maltodekstrin pada enkapsulasi asap cair. Spray drying dengan
total padatan terlarut yang sangat rendah tidak dapat dilakukan, karena larutan
bersifat sangat encer. Total padatan terlarut yang sesuai untuk spray drying yaitu
antara 20-50% (Murugesan dan Orsat, 2011). Namun maltodekstrin memiliki
beberapa kekurangan yaitu mudah terjadi cacking atau aglomerasi pada produk
kering yang dihasilkan. Sehingga untuk memperbaiki kekurangannya
maltodekstrin perlu dikombinasikan dengan penyalut lain seperti kitosan.
Kombinasi maltodekstrin dan kitosan memiliki sifat pembentuk film,
sehingga bahan tersebut dapat dijadikan pilihan sebagai bahan pengapsul. Kitosan
juga memiliki sifat antibakteri dan agen penyerap (absorber) fenol redestilat asap
cair sehingga dapat memperkuat sifat fungsionalnya sebagai pengawet makanan.
Konsentrasi total padatan terlarut akan memberikan karakteristik dan
kualitas mikrokapsul redestilat asap cair tempurung kelapa yang baik, yaitu
meningkatkan hasil dan efisiensi mikrokapsul, memperbaiki proses pengeringan,
mengurangi masalah kekempalan (stickiness) dan penggumpalan (agglomeration)
selama penyimpanan. Menurut Caliskan dan Dirim (2013), meningkatnya
konsentrasi padatan terlarut maltodekstrin dapat memperbaiki dan meningkatkan
4
efisiensi dan hasil mikrokapsul ekstrak sumac, serta meningkatkan total fenolik
dan antosianin pada tepung ubi ungu (Ahmed et al., 2009). Maltodekstrin 10%
meningkatkan fenol, asam dan karbonil mikrokapsul asap cair (Darmadji dkk.,
2012).
Berdasarkan uraian diatas, maltodekstrin ubi uwi, garut dan jalar sebagai
penyalut pada enkapsulasi redestilat asap cair tempurung kelapa perlu dilakukan.
Maltodekstrin ubi uwi, garut dan jalar diharapkan dapat memberikan karakteristik
dan kualitas mikrokapsul yang baik berdasarkan kadar air, total fenol, kecepatan
kelarutan, efisiensi pembentukan mikrokapsul, morfologi mikrokapsul, distribusi
ukuran partikel dan retensi volatil selama pengeringan sebagai parameter
keberhasilannya.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dasar penelitian adalah :
1. Maltodektrin hasil hidrolisis enzim α-amilase pada ubi uwi, garut dan
jalar dengan kelarutan diatas 90% dapat diaplikasikan sebagai bahan
enkapsulan redestilat asap cair.
2. Bagaimana pengaruh konsentrasi total padatan terlarut maltodekstrin ubi
uwi, garut dan jalar terhadap kualitas mikrokapsul yang dihasilkan.
3. Berapakah konsentrasi total padatan terlarut yang tepat/optimum untuk
mikroenkapsulasi asap cair tempurung kelapa.
5
1.3. Tujuan
Tujuan penelitian adalah :
1. Mengevaluasi potensi maltodekstrin ubi uwi, garut dan jalar sebagai
penyalut redestilat asap cair terbaik.
2. Menentukan konsentrasi terbaik dari total padatan terlarut dan penyalut
yang digunakan berdasarkan total fenol dan morfologi mikrokapsul.
3. Mengevaluasi total padatan terlarut maltodekstrin ubi uwi, garut dan jalar
dengan kitosan terhadap karakteristik mikrokapsul yang dihasilkan
berdasarkan total fenol, kecepatan kelarutan, efisiensi pembentukan
mikrokapsul redestilat asap cair tempurung kelapa.
1.4. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian adalah :
1. Pati yang dihasilkan dari ubi uwi, garut dan jalar dihidrolisis
menggunakan enzim α-amilase sehingga menghasilkan maltodekstrin
dengan kelarutan tinggi dan diharapkan manjadi enkapsulan yang baik.
2. Mikrokapsul asap cair tempurung kelapa dinilai lebih praktis dan
efisien dalam penanganan dan aplikasinya sebagai bahan pengawet
pangan.