tugas akhir pembuatan asap cair grade 1 berbahan …
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR
PEMBUATAN ASAP CAIR GRADE 1 BERBAHAN LIMBAH
TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI BAHAN PENGAWET
MAKANAN
Disusun oleh:
THUROIHAN AMINULLOH
2017009
PROGRAM STUDI BUDI DAYA TANAMAN HORTIKULTURA
POLITEKNIK PERTANIAN DAN PETERNAKAN MAPENA
TUBAN
2020
ii
TUGAS AKHIR
PEMBUATAN ASAP CAIR GRADE 1 BERBAHAN LIMBAH
TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI BAHAN PENGAWET
MAKANAN
Disusun oleh:
THUROIHAN AMINULLOH
2017009
Tugas Akhir ini Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar A.Md.
pada Program Studi Diploma III Budi Daya Tanaman Hortikultura
Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena
PROGRAM STUDI BUDI DAYA TANAMAN HORTIKULTURA
POLITEKNIK PERTANIAN DAN PETERNAKAN MAPENA
TUBAN
2020
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBUATAN ASAP CAIR GRADE 1 BERBAHAN LIMBAH
TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI BAHAN PENGAWET
MAKANAN
Thuroihan Aminulloh
2017009
Diterima dan Disetujui
Tanggal:
Dosen Pembimbing,
Adi Rastono, S.Pd., M.Si.
NIDN. 0713129001
Dosen Penguji,
Masrur Muzadi, S.P., M.P.
NIDN. 0703039303
Direktur,
Ali Saifudin, drh., M.Sc.
NIDN. 0713048402
Ketua Program Studi,
Adi Rastono, S.Pd., M.Si.
NIDN. 0713129001
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat
dan rahmat nya, sehingga penulisan Tugas Akhir yang berjudul “Pembuatan Asap
Cair Grade 1 Berbahan Limbah Tempurung Kelapa Sebagai Bahan Pengawet
Makanan” dapat diselesaikan. Tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan banyak
pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Direktur dan Wakil Direktur Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena
atas izin pelaksanaan tugas akhir.
2. Bapak Adi Rastono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Budi Daya
Tanaman Hortikultura dan sekaligus Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan ide, motivasi, saran dan bimbingan dalam penulisan
tugas akhir.
3. Bapak Masrur Muzadi, S.P., M.P. selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan, kritik, dan saran dalam penulisan tugas akhir.
4. Seluruh Dosen Politeknik Pertanian dan peternakan Mapena yang
memberikan ilmu, pengetahuan, semangat dan motivasi.
5. Bapak Junaidi dan Ibu Tiani serta keluarga tercinta yang selalu
memberikan doa, nasihat, motivasi dan biaya selama menempuh
pendidikan di Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena.
6. Teman dan Sahabat Seperjuangan yang telah memberikan semangat,
masukan dan saran dalam penyusunan tugas akhir.
7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penulisan tugas akhir.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih kurang sempurna. Meskipun
demikian, penulis berharap agar tugas akhir ini dapat bermanfaat untuk banyak
pihak.
Tuban, Agustus 2020
Penulis
v
ABSTRAK
Penggunaan bahan pengawet yang mengandung zat berbahaya masih
banyak ditemukan hampir di seluruh industri makanan dan kalangan masyarakat.
Penggunaan bahan pengawet yang tidak sesuai dengan prosedur yang benar akan
berdampak buruk pada kesehatan manusia. Upaya untuk mengatasi masalah
tersebut perlu adanya produk yang dapat mengantikan bahan pengawet kimia
sebagai alternatif untuk mengawetkan makanan secara alami. Salah satu solusinya
adalah bahan pengawet dari asap cair grade 1 berbahan limbah pertanian seperti
tempurung kelapa. Asap cair grade 1 yang berbahan baku tempurung kelapa ini
menjadi produk dengan kreteria food grade. Tempurung kelapa dipilih sebagai
bahan baku utama karena mengandung senyawa-senyawa yang menghasilkan
senyawa anti mikroba seperti fenol, karbonil, keton, dan piridin. Asap cair yang
diperoleh dari tahap pirolisis masih mengandung kadar tar dan benzonpiren
tinggi sehingga belum bisa diaplikasikan sebagai pengawet makanan. Sifat
fungsional dari asap cair diperoleh, dari proses destilasi untuk menghasilkan
tasteasap yang rendah dari tahap ini dilakukan tahap pengendapan, penyaringan
dengan zeolite dan karbon aktif sehingga dapat menghasilkan asap cair dengan
warna bening dan aroma asap yang tidak tajam sehingga asap cair grade 1
dapat digunakan untuk pengawet makanan secara alami.
Kata Kunci: asap cair, limbah pertanian, pengawet
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR ............................................................................. i
HALAMAN SAMPUL DALAM ........................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
2.1 Bahan Pengawet ...................................................................................... 3
2.2 Asap Cair ................................................................................................ 3
2.3 Tempurung Kelapa ................................................................................. 5
BAB III METODE ............................................................................................... 7
3.1 Metodelogi .............................................................................................. 7
3.1.1 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan ........................................................ 7
3.1.2 Alat dan Bahan ................................................................................. 7
3.1.3 Cara Pembuatan ................................................................................ 7
3.2 Jadwal Kegiatan ...................................................................................... 9
3.3 Rancangan Anggaran Biaya (RAB) ....................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 10 4.1 Pengambilan Limbah Tempurung Kelapa .............................................. 10
4.2 Proses Pembuatan Asap Cair grade 1 ..................................................... 10
4.3 Hasil Produk .......................................................................................... 15
4.5 Pengemasan Produk ............................................................................... 16
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 17
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 17
5.2 Saran ...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 21
Halaman
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Rencana Pelaksanaan Tugas Akhir ............................................... 9
Tabel 2. Rancangan Anggaran Biaya ...................................................................... 9
Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema pelaksanaan Tugas Akhir ......................................................... 8
Gambar 2. Pengambilan limbah tempurung kelapa .............................................. 10
Gambar 3. Persiapan Alat dan Bahan ................................................................... 11
Gambar 4. Alat dan Proses pembakaran (Pirolisator) ........................................... 11
Gambar 5. Hasil Asap cair grade 3 ....................................................................... 12
Gambar 6. Alat Pemurnian (destilator) ................................................................. 13
Gambar 7. Hasil Asap cair grade 2 ....................................................................... 13
Gambar 8. Hasil Asap cair grade 1 ....................................................................... 14
Gambar 9. Produk Asap cair grade 1 ..................................................................... 15
Gambar 10. Pengemasan produk pengawet makanan ............................................... 16
Halaman
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan pengawet merupakan zat atau bahan kimia yang ditambahkan ke
dalam produkuntuk mencegah terjadinya dekomposisi yang disebabkan oleh
adanya pertumbuhan mikrob atau oleh perubahan kimiawi. Maraknya
penggunaan bahan pengawet berbahaya ke dalam makanan juga membuat
resah masyarakat. Penggunaan bahan pengawet makanan menjadi
permasalahan serius yang dihadapi oleh pemerintah (Afrianti, 2008).
Berbagai alasan produsen makanan melakukan pengawetan pada makanan.
Salah satunya karena daya tahan hampir sebagian besar bahan makanan
sangat terbatas dan mudah rusak. Dengan adanya pengawet makanan produk
bisa disimpan berhari-hari, bahkan berbulan-bulan dan sangat menguntungkan
produsen. Selain itu, beberapa zat pengawet berfungsi sebagai penambah daya
tarik makanan itu sendiri. Penambahan bahan pengawet bertujuan agar produk
yang dihasilkan menarik konsumen untuk membeli produk tersebut
(Winarno, 2002).
Beragam pengawet yang perlu dihindari dalam makanan antara lain
formalin dan borak (Wahyuni, 2011). Kedua bahan tersebut sangat berbahaya
dan sering digunakan untuk mengawetkan makanan seperti mie, pentol bakso,
dan ikan laut. Menurut Cahyadi (2006), menjelaskan jika formalin dan borak
dikonsumsi dalam jangka panjang dapat mengakibatkan gangguan jantung,
sistem pernapasan, ginjal, kulit, bahkan gangguan otak. Selain formalin dan
boraks, masih ada banyak macam-macam Bahan pengawet makanan
berbahaya seperti; Methanil Yellow, Merupakan zat pewarna tekstil untuk
pengawet makanan yang mempunyai tujuan supaya tahan lama berhari-hari
dan warnanya menjadi cantik, seperti mie kuning dan kerupuk warna-warni.
Apabila dikonsumsi terus menerus bisa menyebabkan penyakit ginjal
(Rohman, 2007). Rhodamin B, Merupakan pewarna sintetis (pewarna kain)
untuk pengawet makanan yang bertujuan utuk memberikan warna mencolok
pada produk makanan. Namun jika dikonsumsi secara terus menerus akan
mengakibatkan sakit pada tenggorokan (Wisnu, 2006).
2
Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk
mengurangi penggunaan bahan pengawet berbahaya, alternatifnya dapat
menggunakan teknologi asap cair. Menurut Soldera (2008), asap cair ini
dihasilkan dari redestilasi asap cair sebanyak dua kali. Bahan yang digunakan
dalam pembuatan asap cair adalah limbah pertanian salah satunya tempurung
kelapa. Asap cair grade 1 ini dapat digunakan sebagai pengganti formalin
untuk mengawetkan makanan seperti mie, pentol bakso, tahu, dan udang.
Produk dari asap cair tempurung telah dibuktikan mampu mengawetkan
berbagai makanan dan mampu bertahan hingga 3-6 hari. Dampak asap cair
bagi lingkungan yaitu dapat mengurangi penumpukan limbah yang tidak
digunakan atau terbuang sia-sia dan mencoba untuk mengembangkan bahan
pengawet alami yang aman untuk dikonsumsi (Umboh, 2013).
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan tugas akhir pembuatan asap cair grade 1 berbahan
limbah tempurung kelapa sebagai pengawet makanan ini adalah :
a. Menghasilkan produk bahan pengawet alami
b. Mengurangi dampak limbah terhadap lingkungan
c. Mengajak masyarakat untuk hidup sehat
1.3 Manfaat
Manfaat dari kegiatan tugas akhir ini adalah :
a. Manfaat bagi mahasiswa
Memperoleh pengetahuan atau ilmu baru, pemahaman, wawasan,
keterampilan serta informasi tentang pembuatan asap cair grade 1
berbahan limbah tempurung kelapa sebagai bahan pengawet makanan
b. Manfaat bagi perguruan tinggi
Menambah kepustakaan atau referensi serta meningkatkan kelulusan
dan kualitas kampus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Pengawet
Bahan pengawet adalah bahan tambahan yang dapat mencegah atau
menghambat proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian terhadap
makanan yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme. Pengawetan
makanan dapat dilakukan dengan berbagai cara dan metode. Hal ini
diupayakan agar makanan dapat bertahan dalam waktu yang panjang (Afrianti,
2008).
Menurut Cahyadi (2009) Penggunaan pengawet makanan harus tepat,
baik jenis maupun dosisnya. Pada saat ini banyak ditemukan bahan-bahan
pengawet yang dilarang untuk digunakan dalam makan dan berbahaya bagi
kesehatan. Zat pengawet terdiri dari 2 macam yaitu zat pengawet organik dan
Anorganik. Dari ke dua zat pengawet yang sering digunakan adalah zat
pengawet organik karena mudah untuk didapatkan dan menghambat
pertumbuhan mikroba pembusuk pada makanan yang bersifat patogen atau
tidak pathogen (Tyas R, 2009).
2.2 Asap Cair
Asap cair (liquid smoke) merupakan suatu hasil destilasi atau
pengembunan dari uap hasil pembakaran tidak langsung maupun langsung
dari bahan yang banyak mengandung karbon dan senyawa-senyawa lain
(Kamulyan, 2008). Bahan baku yang banyak digunakan untuk membuat asap
cair salah satunya adalah limbah tempurung kelapa. Asap cair bisa juga berarti
hasil pendinginan dan pencairan asap dari bahan limbah tempurung kelapa
yang dibakar dalam tabung tertutup. Asap yang semula partikel padat
didinginkan dan kemudian menjadi cair itu disebut dengan nama asap cair.
Asap cair umumnya digunakan sebagai pengganti teknik pengasapan
konvensional. Asap cair juga mengandung lebih dari 400 komponen dan
memiliki fungsi sebagai penghambat perkembangan bakteri dan cukup aman
sebagai pengawet alami. Selain itu komposisi asap dipengaruhi oleh berbagai
4
faktor, diantaranya jenis atau kualitas tempurung kelapa, kadar air tempurung
kelapa, suhu pembakaran yang digunakan (Abdulgani, 2013).
Asap cair memiliki beberapa senyawa Senyawa yang umum terdeteksi
dan dikelompokkan menjadi beberapa golongan Menurut Sholicin (2008)
antara lain; Senyawa fenol, senyawa ini berperan sebagai antioksidan sehingga
dapat memperpanjang masa simpan produk. Kandungan senyawa fenol dalam
asap sangat tergantung pada suhu pirolisis tempurung kelapa. Presentase
kandungan fenol tempurung kelapa yaitu 4,13%. beberapa jenis fenol yang
terdapat dalam produk asapan adalah guaiakol dan siringol. Senyawa fenol
dalam asap cair dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan juga dapat
berfungsi sebagai antioksidan dengan cara menstabilkan radikal bebes, serta
memiliki sifat anti-mikroba yang kuat dan salah satu kegunaan yang paling
awal adalah sebagai antiseptik. Senyawa karbonil, senyawa ini dalam asap
memiliki peran pada pewarnaan dan citarasa produk. Kandungan senyawa
karbonil dari tempurung kelapa yaitu 11,3%. Jenis senyawa karbonil yang
terdapat dalam asap cair antara lain adalah vanilin dan siringai dehiga.
Senyawa asam, senyawa ini mempunyai peran sebagai antibakteri, memberi
citarasa produk dan mempengaruhi pH dan umur simpan makanan.
Kandungan senyawa asam dalam asap tempurung kelapa yaitu 10,2%. Jenis
senyawa asam yang terdapat dalam asap cair antara lain asam asetat,
propionat, butirat dan valerat. Senyawa HPA (Hidrokarbon Polisiklis
Aromatis) senyawa ini memiliki pengaruh buruk karena bersifat karsinogen
sehingga harus dihilangkan pada proses awal pembuatan asap cair (Fatimah,
2009). Selain memiliki kandungan senyawa yang berperan sebagai antioksida
asap cair memiliki manfaat lainnya berdasarkan tingkatan atau grade. Menurut
Amritama (2007), mengatakan bahwa asap cair merupakan hasil dari destilasi
yang didapatkan dari uap pembakaran. Asap cair terbagi menjadi 3 grade,
Pertama Asap cair grade 3. Asap cair grade 3 ini merupakan grade yang
paling jelek karena hasil dari pirolisis pertama yang dikondensasi dan belom
dilakukan destilasi sehingga warnanya hitam keruh. Asap cair grade 3 ini pada
umumnya digunakan untuk pengolahan karet, penghilang bau dan pengawet
kayu sehingga tahan terhadap kerusakan rayap. Cara mengaplikasikan asap
5
cair grade 3 ini adalah 1 cc/ml asap cair grade 3 dilarutkan dengan 300 ml air,
kemudian disemprotkan atau merendam kayu ke dalam larutan (Wijaya,
2008). Kedua asap cair grade 2. Asap cair grade 2 merupakan hasil dari grade
3 yang dilakukan destilasi warnanya coklat mudah sehingga dapat di gunakan
untuk pengawet makanan mentah seperti daging asap, ikan asap atau bandeng
asap. Cara mengaplikasikan asap cair grade 2 ini adalah celupkan ikan atau
daging yang telah dibersihkan ke dalam 25% asap cair dan tambahkan garam.
Biasanya ikan atau daging yang diawetkan dengan menggunakan asap cair
grade 2 bisa tahan selama 3 hari (Saparianto, 2007). Dan Ketiga asap cair
grade 1. Asap cair grade 1 merupakan asap cair yang paling bagus karena
hasil dari redestilasi grade 3 dan 2 warnanya yang bening sehingga asap cair
grade 1 ini digunakan sebagai pengawet makanan siap saji seperti mie
basah,pentol bakso, tahu, bumbu-bumbu barbaque. Asap cair paling bagus
kualitasnya serta tidak mengandung senyawa yang berbahaya untuk
diaplikasikan ke produk makanan. Cara pengaplikasian asap cair grade 1 ini
adalah 15 ml asap cair grade 1 dilarutkan dalam 1 liter air, kemudian
campurkan larutan tersebut ke dalam produk mie basah, pentol bakso atau
tahu kemudian direndam kurang lebih 5-15 menit setelah itu buang air
rendaman. Biasanya bakso yang memakai pengawet asap cair grade 1 bisa
tahan penyimpanan selama 3-6 hari. Asap cair ini mampu menjadi
desinfektan sehingga bahan makanan dapat bertahan lama tanpa
membahayakan konsumen (Darmaji, 2002).
2.3 Tempurung Kelapa
Pohon kelapa biasanya tumbuh pada daerah atau kawasan tepi pantai.
Buah kelapa terdiri dari kulit luar, sabut, tempurung, kulit daging, daging
buah, air kelapa dan lembaga. Menurut Ashari (2009), Buah kelapa yang
sudah tua memiliki bobot sabut (35%), tempurung (12%), endosperm (28%)
dan air (25%). Tempurung kelapa adalah salah satu bahan karbon aktif yang
kualitasnya cukup baik dijadikan arang aktif. Bentuk, ukuran dan kualitas
tempurung kelapa merupakan hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan
arang aktif. Kualitas tempurung kelapa dan proses pembakaran sangat
6
menentukan rendemen karbon aktif yang dihasilkan Secara fisologis, bagian
tempurung merupakan bagian yang paling keras dibandingkan dengan bagian
kelapa lainnya (Husseinsyah, 2011). Struktur yang keras disebabkan oleh
silikat (SiO2) yang cukup tinggi kadarnya pada tempurung kelapa tersebut.
Berat dan tebal tempurung kelapa sangat ditentukan oleh jenis tanaman
kelapa. Berat tempurung kelapa ini sekitar 15 –19 % dari berat keseluruhan
buah kelapa, sedangkan tebalnya sekitar 3 –5 mm (Suhartana, 2006). Dari
segi kualitas, tempurung kelapa yang memenuhi syarat untuk dijadikan bahan
arang aktif adalah kelapa yang benar-benar tua, keras, masih utuh dan dalam
keadaan kering. Untuk membuat arang aktif yang benar-benar berkualitas,
tempurung kelapa harus bersih dan terpisah dari sabutnya. Sedangkan untuk
mengetahui kualitas yang baik dari arang tempurung kelapa, pembakarannya
menghasilkan arang yang tampak hitam, mengkilap, utuh, keras dan mudah
dipatahkan. Menurut Prananta (2007), Arang tempurung kelapa dapat
digunakan sebagai kayu bakar biasa atau diolah menjadi arang aktif yang
dapat digunakan oleh berbagai industri pengolahan. Arang aktif dari
tempurung kelapa ini memiliki daya saing yang kuat karena mutunya tinggi
dan tergolong sumber daya yang terbarukan. Dengan demikian, tempurung
kelapa merupakan limbah perkebunan yang memiliki potensi yang besar dan
dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai arang aktif (Erizza, 2008).
BAB III
METODE
3.1 Metodologi
3.1.1 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan
Pelaksanaan tugas akhir ini akan dilaksanakan pada tanggal 16 Juli
2020 sampai 01 Agustus 2020, bertempat di Desa Kedungharjo,
Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban.
3.1.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk pembuatan asap cair yaitu Pirolisator,
Destilator, Bak Air, Botol putih, sedangkan bahan yang digunakan
untuk bahan bakunya adalah tempurung kelapa, dan bahan penunjang-
nya Pasir Zeolit Aktif dan Arang karbon aktif.
3.1.3 Cara Pembuatan
a. Mempersiapkan Alat dan Bahan
b. Membersihkan tempurung kelapa dari kotoran dan sabut.
c. Tempurung kelapa dipecah menjadi beberapa bagian dengan
ukuran 7-9 cm .
d. Menimbang berat tempurung kelapa untuk mengetahui berat awal
e. Kemudian tempurung kelapa dikeringkan dengan cara di jemur
untuk mengurangi kadar air
f. Memasukan Tempurung kelapa yang sudah kering dalam ke dalam
tabung pirolisis untuk proses pembakaran selama kurang lebih 8
jam.
g. Selanjutnya proses pengembunan (Kondensasi) dilakukan dengan
alat kondensator yang di arahkan ke bak pendingin untuk
menghasilkan Asap cair grade 3.
h. Asap cair yang diperoleh dari proses kondensasi diendapkan
selama seminggu.
i. Kemudian Asap cair grade 3 yang sudah diendapkan dimasukkan
ke dalam alat destilator untuk proses pemurnian (Destilasi) dengan
8
tujuan menyaring atau memisah dari zat kimia menggunakan Pasir
zeolit aktif dan menghasilkan Asap cair grade 2.
j. Asap cair grade 2 kembali dilakukan pemurnian tahap 2
(Redestilasi) yang digunakan dengan Arang karbon aktif untuk
mendapatkan filtrat asap cair grade 1 dengan bau asap yang ringan,
tidak menyengat dan dapat digunakan untuk pengawet makanan.
Gambar 1. Skema Pelaksanaan Tugas Akhir
Persiapan
Alat dan Bahan
Sortasi
Penimbangan
Penjemuran
Pembakaran
Kondensasi
Pendinginan
Pengendapan
Destilasi
Redestilasi
Asap Cair
Grade 1
9
3.2 Jadwal Kegiatan
Tabel 1. Jadwal Rencana pelaksanaan tugas akhir
No
Kegiatan
Pelaksanaan Tugas Akhir
Juni Juli Agustus
3 4 1 2 3 4 1
1. Penyusunan Proposal
Tugas Akhir
2. Persiapan Alat dan
Bahan
3. Pelaksanaan Tugas
Akhir
5. Bursa Inovasi
Mahasiswa (BIM)
6. Penyusunan Laporan
Tugas Akhir
3.2 Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
Estimilasi sumber biaya dan sumber dana yang digunakan dalam Tugas
Akhir (TA) diuraikan pada tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Rancangan Anggaran Biaya (RAB) dalam tugas akhir.
Pendapatan
No Uraian Total
1. Mahasiswa TA Rp. 500.000
Pengeluaran
No Uraian Jumlah Harga Satuan Total Harga
1. Tempurung Kelapa - - Rp. 200.000
2 Bak Air 1 buah Rp. 50.000 Rp. 50.000
.3 Botol Putih 250ml 3 buah Rp. 5000 Rp. 15.000
.4 Botol Putih 500ml 3 buah Rp. 10.000 Rp. 30.000
5. Biaya Lain-lain - - Rp. 205.000
Total Pengeluaran Rp. 500.000
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengambilan Limbah Tempurung Kelapa
Pengambilan limbah tempurung kelapa ini dilaksanakan di pasar
Bangilan dan singgahan pada tanggal 16 juli 2020. Pengambilan didapatkan
dengan cara meminta langsung kepada pemilik selep kelapa yang ada dipasar.
Tempurung kelapa merupakan bagian dari buah kelapa yang berupa
endokrap, bersifat keras, dan diselimuti oleh sabut kelapa. Tempurung kelapa
biasanya dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan, bahan bakar, dan briket.
Tempurung kelapa yang diolah dapat menghasilkan nilai tambah yang amat
berharga. Tempurung kelapa juga memiliki potensi yang sangat bagus untuk
bahan baku asap cair, karena tempurung kelapa memiliki senyawa atau
kandungan utama seperti: asam asetat (51,99%), fenol (19,90%), metil asetat
(5,37%), furfural (4,56%), hidroksi aseton (2,90%), guaiakol (2,62%) dan
siringol (1,85%). Asap cair tempurung kelapa memiliki pH sebesar 3,21
(Serot, 2004).
4.2 Proses Pembuatan Asap Cair grade 1
Pembuatan asap cair ini diawali dengan persiapan alat dan bahan.
Persiapan alat dan bahan merupakan tahapan pengumpulan alat-alat dan
bahan baku yang digunakan untuk pembuatan asap cair grade 1, untuk alat
yang digunakan dalam pembuatan asap cair grade 1 yaitu pirolisator dan
destilator. Bahan bakunya menggunakan limbah tempurung kelapa.
Gambar 2. Pengambilan limbah tempurung kelapa
11
Tahap selanjutnya melakukan proses sortasi tempurung kelapa dari
kotoran dan serabut atau benda yang tidak diinginkan. Tempurung kelapa
dipotong dengan ukuran 7-9 cm bertujuan agar permukaan tempat
pembakaran menjadi lebih luas sehingga proses pembakaran lebih cepat.
Kemudian tempurung kelapa ditimbang untuk mengetahui berat awal dan
mengetahui kadar air. Proses selanjutnya penjemuran tempurung kelapa untuk
mengurangi kadar air sehingga benar-benar kering kemudian dilakukan
pembakaran. Proses inti dari pembuatan asap cair grade 1 ini yaitu dengan
tiga tahapan, yakni proses pembakaran (pirolisis), proses pemurnian
(destilasi), dan proses pemurnian tahap 2 (redestilasi).
a. Proses Pembakaran
Proses pembakaran tempurung kelapa ini menggunakan alat
pirolisator dengan volume 60:1 m. Proses pembakaran diawali dengan
memasukkan tempurung kelapa kedalam alat pirolisator dengan waktu
kurang lebih 8 jam dan temperatur 300o
C. Asap dari proses pembakaran
kemudian diarahkan kedalam alat kondensator melalui pipa-pipa yang
terpasang. Di dalam alat konsensator terdapat air yang digunakan untuk
mengembunkan asap sehingga menjadi asap cair. Pada proses
pembakaran (Pirolisis) menghasilkan 3 macam yaitu; Asap cair grade 3,
Tar, Arang.
Gambar 4. Alat dan Proses pembakaran (Pirolisator)
Gambar 3. Persiapan alat dan bahan
12
Hasil dari Pembakaran (Pirolisis) tempurung kelapa dengan
temperature 300o C selama kurang lebih 8 jam dan menghasilkan asap
cair grade 3 yang berbau sangat menyengat dan berwarna coklat pekat.
Asap cair ini masih bercampur dengan tar yang memiliki sifat
karsinogenik sehingga asap cair ini tidak bisa langsung digunakan untuk
pengawetan suatu bahan makanan. Asap cair yang mengandung senyawa
tar dan senyawa benzopiren yang bersifat karsinogeik dan toksik dapat
menyebabkan kerusakan asam amino esensial dari protein dan vitamin.
Asap cair terlebih dahulu perlu disimpan kurang lebih tujuh hari untuk
mengendapkan tarnya. Asap cair grade 3 ini digunakan untuk pengawet
kayu dan disnifektan hama penyakit.
Gambar 5. Hasil Asap cair grade 3
b. Proses Destilasi
Setelah melakukan proses pembakaran (pirolisis) selanjutkan
dilakukan proses destilasi. Proses destilasi dilaksanakan dengan
menggunakan alat kondensator dan temperatur 150o C sangat berpengaruh
besar terhadap kualitas asap cair yang didapatkan karena mengurangi
kandungan – kandungan yang dapat mengganggu kualitas asap cair.
Residu atau ampas yang dihasilkan dapat terlihat jelas bahwa kandungan
tar yang terdapat pada asap cair sebelum didestilasi yang membuat warna
asap cair tersebut menjadi hitam. Setelah dilakukan destilasi warnanya
berubah menjadi coklat bening dikarenakan memiliki kandungan tar jauh
lebih rendah 16,6%, kandungan fenol 9,55%, dan kandungan karbonil
1,67% (Siswanto, 2011).
13
Gambar 6. Alat Pemurnian (Destilator)
Proses untuk mendapatkan Asap cair yang lebih aman dari zat
karsinogenik, asap cair didestilasi atau pemurnian dengan temperature
150oC agar terpisah dari senyawa-senyawa berbahaya yang masih
terkandung dalam asap cair tersebut. proses tersebut menghasilkan asap
cair grade 2. Proses distilasi asap cair juga dapat menghilangkan
senyawa yang tidak diinginkan yaitu senyawa tar dan hidrokarbon
polisikis aromatic (Darmaji, 2002). Keunggulan dari asap cair grade2
ini dapat digunakan untuk pengawetan ikan asap seperti ikan asin, dan
lain-lain.
Gambar 7. Hasil Asap Cair grade 2
Asap cair grade 2 merupakan asap cair yang dihasilkan setelah
melewati proses destilasi kemudian disaring dengan menggunakan pasir
zeolit. Proses penyaringan ini menyebabkan kandungan senyawa
berbahaya seperti benzopyrene serta tar yang masih terdapat dalam asap
cair grade 2 teradsorbsi oleh pasir zeolit (Sulaiman, 2004). Asap cair
grade 2 ini dapat dimanfaatkan untuk mengawetkan dan memberi aroma
ikan asap.
14
c. Proses Redestilasi
Redestilasi merupakan proses penyaringan tahap II dari asap cair
yang bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih aman dari zat
Berbahaya seperti tar dan senyawa benzopiren yang bersifat toksik dan
karsinogenik serta menyebabkan kerusakan asam amino esensial dari
protein dan vitamin yang masih terkandung dalam asap cair tersebut.
proses redestilasi menghasilkan asap cair grade 1. Asap cair grade 1
merupakan asap cair yang mempunyai kualitas tinggi karena hasil dari
Redestilasi grade 3 dan 2 warnanya yang bening sehingga asap cair
grade 1 ini digunakan sebagai pengawet makanan siap saji seperti Pentol
bakso, mie basah, tahu, bumbu-bumbu barbaque.
Gambar 8. Hasil Asap cair grade 1
Asap cair grade 1 dapat digunakan sebagai pengawet karena
adanya senyawa asam, fenolat dan karbonil yang memiliki kemampuan
mengawetkan bahan makanan. Untuk menghasilkan asap cair grade 1
yakni asap cair yang dapat digunakan sebagai pengawet makanan, maka
dilakukan proses distilasi, penyaringan dengan zeolit aktif dan arang
aktif. Zeolit aktif digunakan untuk mendapatkan asap cair yang benar-
benar bebas dari zat berbahaya seperti benzopiren. Sedangkan arang aktif
bertujuan untuk mendapatkan filtrat asap cair dengan bau asap yang
ringan dan tidak menyengat sehingga aman untuk dipakai sebagai bahan
pengawet (Adhitya Rinaldi, 2015).
15
4.3 Hasil produk
Hasil dari pembuatan asap cair grade 1 berbahan limbah tempurung
kelapa yaitu produk pengawet alami sebagai berikut:
Gambar 9. Produk Asap cair grade 1
Produk Asap cair dari tempurung kelapa memiliki warna kuning
bening. Asap cair ini memiliki kandungan komponen fenol sebanyak kurang
lebih 400 jenis dan memiliki fungsi sebagai penghambat perkembangan
bakteri yang cukup aman sebagai pengawet alami. Senyawa fenol merupakan
salah satu senyawa kimia utama yang bersifat antibakteri (Sugiastuti, 2002).
Selain itu dalam asap cair terdapat komponen kimia seperti Metil, abu,
liqminit, selulosa. Keunggulan dari asap cair grade 1 untuk mengawetkan
makanan hingga 3-6 Hari dan dapat digunakan untuk kesehatan. Seperti pada
penelitian Julia Dewi et. al., (2018), pengawetan tahu menggunakan asap cair
yang di lakukan dengan cara direndamkan dan diamati selama 8 hari,
menujukkan bahwa makanan yang diberi pengawet asap cair dapat bertahan
selama 4 hari. Tahu akan mulai busuk dan mengeluarkan bau tidak sedap jika
melewati batas waktu tersebut. Menurut penelitian Ita et. al., (2009)
melakukan penelitian pH pada makanan bakso ikan dengan asap cair,
menunjukan bahwa hasil analisa nilai pH bakso ikan yang direbus asap cair
mengalami penurunan pH pada jam ke-24 kemudian naik kembali sampai
akhir penyimpanan.
16
4.4 Pengemasan Produk
Pengemasan produk ini dilakukan setelah proses redestilasi. Asap cair
grade 1 dikemas pada botol kemasan 250 ml dan 1 L, setelah dilakukan
pengemasan pada botol kemudian dilakukan pelabelan. Penggunaan
pengemasana berfungsi untuk melindungi barang dari pengaruh luar dan
pengaruh dalam. Menurut Sucipta et. al., (2017), bahwa kemasan berfungsi
melindungi dari sinar matahari, kelembaban dan terhadap produk melindungi
dari pengaruh penanganan yang tidak benar
Gambar 10. Pengemasan Produk Pengawet makanan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil Tugas Akhir ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Proses Pembuatan asap cair dimulai dengan pembakaran pertama
menghasilkan asa cair grade 3, tar, dan arang.
2. Proses Kedua dilakukan destilasi atau pemurnian untuk
menghilangkan kadar tar dan zat-zat berbahaya dan bau yang tajam.
Proses ini menghasilkan asap cair grade 2 namun masih belum bias
digunakan untuk pengawet makanan
3. Proses ketiga dilakukan redestilasi untuk menghilang zat serta
senyawa-senyawa berbahaya lainnya agar dapat digunakan untuk
mengawetkan makanan siap saji
5.2 Saran
Penulis diharapakan untuk melaksanakan kegiatan lanjutan berupa
pengujian laboratorium untuk mengetahui senyawa yang terkandung di
dalam asap cair grade 1. Selanjutnya melaksanakan uji coba produk asap
cair terhadap makanan untuk mengetahui lama simpan setelah diberikan
asap cair.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani. 2013. Komponen Kimia Asap Cair Hasil Pirolisis Limbah Tempurung
Kelapa. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. 9(3): 109-116
Aditya. 2015. Pemurnian Asap Cair dari Kulit Durian. Jurnal molekul.
10(2):112 - 120
Amritama. 2007. Asap Cair.http://tech.groups.yahoo.comessage/7945.Diakses
tanggal 2 Juli 2020
Afrianti. 2008. Teknologi Pengawetan Pangan. Bandung: Alfabeta
Ashari. 2009. Impregnasi Asap Cair Tempurung Kelapa, Poliester Tak Jenuh
Yukalac 157 BQTN-EX dan Toluena Diisosianat Terhadap Kayu
Kelapa Sawit. Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatra
Utara
Budijanto. 2008. Identifikasi dan Uji Keamanan Asap Cair Tempurung Kelapa
untuk Produk Pangan. Jurnal Pascapanen. 5(1): 32-40
Cahyadi. 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta :
Bumi Aksara.
Cahyadi. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta:
Bumi Aksara
Darmadji, P., 2002, Optimasi pemurnian asap cair dengan metode redistilasi,
Fakultas Teknologi Pertanian. [Skripsi]. Yogyakarta [ID]: Universitas
Gadjah Mada. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 8(3): 267
Darmaji, P. 2002. Optimasi proses pembuatan tepung asap. Agritech Fakultas
Teknologi Pertanian. [Skripsi]. Yogyakarta [ID]: Universitas Gajah
Mada. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 22(4): 174-175.
Erizza. 2008. Pembuatan Asap Cair dari Sampah Organik Sebagai Bahan
Pengawet Makanan. Jogjakarta : Agromedia
Fatimah. 2009. Penurunan Kandungan Benzo[A]Pirena Asap Cair Hasil
Pembakaran. Chemistry Progress Journal. 2(1): 15-21.
20
Husseinsyah. 2011. The Effect of Filter Content on Properties of Coconut
Shell Filled Polyester Composites. Malaysian Polymer Journal.
6(1):87-97
Kamulyan. 2008. Isolasi Bahan Bakar(Biofuels) dari Tar-asap cair hasil pirolisis
tempurung kelapa. [Skripsi]. Yogyakarta [ID]: FMIPA Universitas
Gadjah Mada.
Pranata. 2007. Pemanfaatan Sabut Kelapa dan Tempurung Kelapa Serta
cangkang Sawit untuk Pembuatan Asap Cair sebagai Pengawet
Makanan Alami. Jakarta: Penebar Swadaya
Rohman. 2007. Analisis Makanan untuk kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Saparianto. 2007. Membuat Aneka Olahan Bandeng. Jakarta: Penebar Swadaya
Siswanto. 2011. Fraksinasi dan identifikasi senyawa pada asap cair tempurung
kelapa hibrida Agritech. Jurnal molekul. 30(2): 105-106.
Soldera. 2008. Composition of phenolic compounds and antioxidant activity of
commercial aqueous smoke flavorings. J Agric Food Chem journal.
5(6):2727–2734.
Solichin. 2008. Gema Industri Kecil Standart Teknologi Asap Cair “Deorub”
menjadi Lokomotif Industri. Jakarta: Direktorat Industri Kecil dan
Menengah
Sugiastuti. 2007. Petunjuk Praktikum Analisis Bahan Biologi. Yogyakarta:
Jurdik Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
Suhartana. 2006. Pemanfaatan Tempurung kelapa Sebagai Bahan Baku Arang
Aktif Dan Aplikasinya Untuk Penjernihan Air Sumur di Desa Belor
Kecamatan Ngaringan Kabupatan Grobogan. Jurnal Berkala Fisika.
9(3): 151-156.
Sulaiman. 2004. Penjernihan Asap Cair Hasil Pirolisis Tempurung Kelapa
Menggunakan Kolom Kromatografi dengan Zeolit Alam. Yogyakarta:
Gajah Mada Press.
Tyas R. 2009. Penelitian pengaruh formalin, diazepam, dan minuman
beralkohol terhadap sistem tubuh. Semarang: Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
21
Umboh. 2013. Pemanfaatan dan Pemasaran Biobriket dan Asap Cair Tempurung
Kelapa. Depok: Penebar swadaya.
Wahyuni. 2011. Zat-zat yang terkandung dalam makanan. Yogyakarta: Gramedia
Pustakan Utama
Wijaya. 2008. Karakterisasi Asap Cair dan Pemanfaatannya sebagai
Biopestisida. Bionature. Jurnal pertanian vol 9(1):34-40.
Winarno FG. 2002. Kimia pangan dan gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Wisnu. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta:
Bumi Aksara
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, pada tanggal 28
November 1998 tepatnya di Desa Mojogebang, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten
Mojokerto. Penulis merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara, putra dari
pasangan Bapak Junaidi dan Ibu Tiani. Penulis menempuh pendidikan formal di
SD Negeri Mojogebang dan lulus pada tahun 2011. Penulis melanjutkan
pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Kemlagi dan lulus pada tahun
2014. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di MA
Al-falah Bangilan, Tuban dan lulus pada tahun 2017. Pada Tahun 2017 penulis
mendapatkan Beasiswa Rekomendasi dan diterima di Politeknik Pertanian dan
Peternakan Mapena pada Program Studi Diploma III Budi Daya Tanaman
Hortikultura.
Selama menjadi mahasiswa, penulis ikut serta menjadi pengurus BEKM
(Badan Eksekutif Keluarga Mahasiswa) divisi hubungan masyarakat dan
komunikasi dan informasi serta menjadi pengurus HIMAPRODI (Himpunan
Mahasiswa Program Studi) “TRANSFARMERS” divisi komunikasi dan
informasi (Kominfo). Penulis telah melaksanakan kegiatan magang di KNOC
(Komunikasi Ngawi Organik Center) di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Penulis
pernah menjadi ketua pelaksana Field Trip Program studi di yogyakarta pada
tahun 2018. Penulis juga pernah mengikuti Bimbingan teknologi inovasi di
Balitjestro Batu, Malang dan mewakili kampus untuk mengkuti sosialisasi PKM
LLPT WILAYAH VII di Malang, Jawa timur tahun 2019.