studi penambahan asap cair tempurung kelapa grade …digilib.unila.ac.id/55779/2/skripsi tanpa bab...

77
STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE 2 SEBAGAI INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3) MENGGUNAKAN METODE SEEDED EXPERIMENT (Skripsi) Oleh FIKRI MUHAMMAD FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 09-May-2020

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE 2

SEBAGAI INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3) MENGGUNAKAN METODE SEEDED EXPERIMENT

(Skripsi)

Oleh

FIKRI MUHAMMAD

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 2: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

ABSTRAK

STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE 2 SEBAGAI

INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3) MENGGUNAKAN SEEDED

EXPERIMENT

Oleh

Fikri Muhammad

Pengerakan menjadi masalah serius pada industri berbasis pipa sebagai media perpindahan fluida

multi fasa. Penggunaan Inhibitor terus dikembangkan untuk menurunkan biaya perawatan dan

penggantian pipa akibat pengerakan. Asap cair tempurung kelapa grade 2 merupakan salah satu

inhibitor yang dapat diandalkan. Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan asap cair

tempurung kelapa grade 2 dalam menghambat pembentukan kerak kalsium karbonat (CaCO3)

dengan menggunakan metode seeded experiment. Hasil pengamatan menunjukan bahwa asap

cair mampu menghambat laju pertumbuhan kerak, serta melarutkan benih kristal yang terdapat

pada larutan pertumbuhan. Karakterisasi asap cair dianalisis menggunakan infrared (IR)

Spectrophotometer dan Gas Chromatography – Mass Spectrometry (GC-MS), sedangkan

karakterisasi morfologi kerak dengan dan tanpa penambahan inhibitor di analisis menggunakan

Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA), dan X-Ray Diffraction

(XRD). Hasil SEM menunjukkan kerak tanpa penambahan asap cair memiliki penampakan lebih

solid dan ukuran partikel yang lebih besar, sedangkan dengan penambahan asap cair kerak

terlihat lebih rapuh dan lebih kecil. Distribusi partikel yang diidentifikasi dengan PSA

menunjukan penurunan ukuran partikel rata-rata dari 4,95 µm menjadi 0,26 µm. XRD

memberikan informasi berupa fasa kristalin pada kerak CaCO3 dengan dan tanpa penambahan

inhibitor. Hasil XRD tanpa penambahan inhibitor menunjukkan fase kristalin yang terdeteksi

berupa kalsit dan aragonit dengan kalsit sebagai fasa yang dominan, sedangkan dengan

penambahan inhibitor fasa aragonit dan vaterit lebih mendominasi dengan sedikit fase kalsit

yang terdeteksi.

Kata Kunci : Inhibitor, Asap Cair, Tempurung Kelapa,CaCO3, Seeded Experiment

Page 3: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

ABSTRACT

THE STUDY OF ADDITION OF SECOND GRADE COCONUT SHELL LIQUID

SMOKE AS AN INHIBITOR OF CALCIUM CARBONATE (CaCO3) SCALE USING

SEEDED EXPERIMENT METHOD

By

Fikri Muhammad

Scale formation is a serious problem in industries which used pipes as multiphase fluid transfer

medium. The use of inhibitor continues to be developed to reduce the maintenance costs and

replacement of the pipes which due to scaling. The second grade liquid smoke of coconut shell is

the one of them. This study aim to investigate the effectiveness of second grade liquid smoke of

coconut shell to inhibit the formation of calcium carbonate (CaCO3) scale using seeded

experiment method. This result shows that the compounds of liquid smoke was inhibits the

growth rate scale and dissolved the seed that put on the growth solution. The characterization of

liquid smoke was analyzed by infrared (IR) Spectrophotometer and Gas Chromatography –

Mass Spectrometry (GC-MS), while the morphological characterization of CaCO3 scale with and

without inhibitor additions was analyzed using Scanning Electron Microscopy (SEM), Particle

Size Analyzer (PSA), and X-Ray Diffraction (XRD). SEM results shows that the CaCO3 scale

with out the addition of liquid smoke has more solid appearance and larger particle size, whereas

with the addition of liquid smoke the scale looks more fragile and smaller. The distribution of

particle identified by PSA showed a decrease in average particle size from 4.95 µm to 0.26 µm.

XRD gives information about crystalline phase in CaCO3 scale with and without inhibitors. XRD

results without inhibitor addition show that crystalline phase was detected as calcite and

aragonite phase which was calcite as the dominant one, while the result with inhibitor addition

show that aragonite and vaterite phase were the dominant with in the presence of a small part of

calcite.

Keyword : Inhibitor, Liquid Smoke, Coconut Shell, CaCO3, Seeded Experiment

Page 4: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE 2

SEBAGAI INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3) MENGGUNAKAN METODE SEEDED EXPERIMENT

Oleh

FIKRI MUHAMMAD

(Skripsi)

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 5: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),
Page 6: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),
Page 7: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Fikri Muhammad dilahirkan di Purnama Tunggal pada

tanggal 5 April 1997. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari

pasangan Bapak Akhmat Jayuri dan Ibu Suwitri. Penulis menyelesaikan

pendidikan di TK Dharma Wanita pada tahun 2002, lalu melanjutkan ke SD

Negeri 2 Purnama Tunggal lalu pada tahun 2005 melanjutkan studi di SD Negeri

1 Purnama Tunggal dan lulus pada tahun 2008, kemudian melanjutkan ke SMP

Negeri 1 Terbanggi Besar lulus pada tahun 2011, selanjutnya penulis melanjutkan

pendidikan di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar lulus pada tahun 2014. Pada tahun

2014 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kimia, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama

Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis

pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Anorganik II semester ganjil

2017/2018 dan Kimia Anorganik II semester genap 2017/2018. Penulis pernah

mengikuti serangkaian studi lapangan bertajuk “Kunjungan Industri” ke PT Great

Giant Pineapple di Lampung tahun 2015 dan PT Yakult Indonesia Persada serta

PT Amerta Indah Otsuka di Bandung pada tahun 2016. Penulis juga mengikuti

aktivitas organisasi, dimulai dengan menjadi Kader Muda Himaki (KAMI) dan

Anggota Muda Rois (AMAR) pada tahun 2014, kemudian terpilih menjadi

anggota Bidang Sosial Masyarakat (Sosmas) Himpunan Mahasiswa Kimia

(Himaki) FMIPA Unila periode 2015-2016, anggota Bidang Hubungan

Page 8: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

Masyarakat (Humas) Rohani Islam (Rois) FMIPA Unila periode 2015/2016, dan

menjadi Ketua Umum Himaki FMIPA Unila periode 2016. Pada tahun 2017

penulis menyelesaikan kerja praktik dengan judul Studi Penambahan Asap Cair

Tempurung Kelapa Grade 2 sebagai Inhibitor Kerak Kalsium Karbonat (CaCO3)

Menggunakan Metode Seeded Experiment. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) di Desa Pematang Pasir, Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan

pada juli-Agustus 2017.

Page 9: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

MOTTO

“Bila menjadi presiden berarti mencintai rakyatnya, maaf aku tidak bias, karena aku hanya mencintai Milea”

(Dilan)

“Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan”. (QS. Ar-Rahman: 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49,

51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, dan 77)

“Sedikit lebih beda, lebih baik dari sedikit lebih baik”.

(Pandji Pragiwaksono)

“Bukan kebahagiaan yang menjadikan Anda bersyukur. Rasa syukurlah yang

menjadikan Anda bahagia”. (Mario Teguh)

Page 10: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang

Dengan mengucap

Alhamdulillahirabbilalamin

Ku Persembahkan karya kecilku ini kepada

Ayahanda dan Ibundaku tercinta yang tak pernah mengeluh berpeluh tenaga,

berlelah pikiran, berlimang kata-kata, dan menengadahkan tangan seraya

berdo’a, untuk anak yang kalian percaya akan menjadi “seuatu” nantiya, maka

aku tidak akan mengecewakan kasih sayang Kalian yang tak ternilai.

Melalui Karya kecil ini, anandamu mengucapkan terimakasih atas

segalanya.

Adikku tersayang dan Seluruh keluarga besar yang selalu mendoakan

keberhasilanku

Dengan segala rasa hormat kepada Prof. Suharso, Ph. D. dan Dr.

Mita Rilyanti, M.Si. serta seluruh Dosen Pengajar yang telah

membimbing dan mendidikku sampai menyelesaikan pendidikan sarjana.

Sahabat dan seluruh teman-temanku yang telah memberikan semangat,

kebahagiaan dan pelajaran hidup

Almamater tercinta Universitas Lampung

Page 11: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

SANWACANA

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah

memberikan segala bentuk rahmat dan nikmat-Nya, sehingga Penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Baginda

Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat, semoga kita termasuk

umat yang beliau cintai dan mendapatkan syafa’at beliau di yaumil akhir nanti,

aamiin yarabbal’alamin.

Skripsi dengan judul “Studi Penambahan Asap Cair Tempurung Kelapa

Grade 2 sebagai Inhibitor Kerak Kalsium Karbonat (CaCO3) Menggunakan

Metode Seeded Experiment” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Sains (S.Si) pada Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

Teriring doa yang tulus, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Kedua orang tua Penulis, Bapak Akhmat Jayuri dan Ibu Suwitri yang telah

memberikan segala usaha dan do’a, cinta dan kasih, dukungan moral dan

spiritual yang sampai saat ini tak pernah berhenti. Bapak Ibu terimakasih atas

segala kasih sayang yang tak terhingga untuk penulis. Semoga Allah selalu

Page 12: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

memberikan kesehatan, rezeki dan kebahagiaan dunia dan akhirat kepada

kalian aamiin Allahumma aamiin;

2. Adik dan kawan serumah, Zaidan Luthfi Muhammad dan dulur-dulur semua,

atas support yang kadang tak terlihat namun memberi motivasi sendiri kepada

penulis.

3. Bapak Prof. Suharso, Ph. D. selaku pembimbing I atas segala kebaikan, ilmu,

motivasi, kritik, saran, kesabaran dan bimbingan sehingga penulis bisa

menyelesaikan penelitian dan skripsi ini dengan baik. Atas semua yang telah

beliau berikan, semoga Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan atas

semua yang beliau berikan. Aamiin.

4. Ibu Dr. Mita Rilyanti, M.Si. selaku pembimbing II atas segala saran, nasehat,

kesabaran, keikhlasan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat kepada penulis

dalam perencanaan dan penyelesaian penelitian serta skripsi ini. Semoga

Allah senantiasa memberikan ridho-Nya dan membalas semuanya dengan

kebaikan.

5. Ibu Dr. Rudy T. M. Situmeang, M.Sc. selaku pembahas atas segala

bimbingan, kritik, saran, dan ilmu bermanfaat yang telah diberikan kepada

penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Tuhan

Yang Maha Esa memberikan keberkahan atas semua yang sudah diberikan.

6. Ibu Diky Hidayat, M.Sc selaku pembimbing akademik, penulis mengucapkan

terimakasih banyak atas bimbingan,perhatian, nasehat, motivasi, dan

kesabaran dalam membimbing penulis terkait permasalahan akademik selama

masa perkuliahan ini.

Page 13: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

7. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku Ketua Jurusan Kimia

FMIPA Unila yang telah memberi banyak masukan dan saran.

8. Bapak Prof. Warsito, D.E.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung beserta jajarannya.

9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia FMIPA Unila atas seluruh ilmu,

bimbingan, perhatian dan pengalaman yang telah diberikan sehingga penulis

dapat menyelesaikan studi ini dengan baik berkat ilmu yang telah diberikan,

serta terimakasih kepada staff administrasi Jurusan Kimia FMIPA Unila yang

telah membantu penulis untuk menyelesaikan persyaratan administrasi selama

kuliah. Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan-kebaikan bapak

dan ibu.

10. Bapak Prof. Dr. Buhani, M.Si selaku Kepala Laboratorium Kimia

Anorganik/Fisik atas izin penggunaan laboratorium yang telah diberikan

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik.

11. Mba Liza selaku Laboran Laboratorium Kimia Anorganik/fisik yang telah

banyak memberikan arahan, membantu penulis dalam penyediaan alat untuk

penelitian, serta tempat bertukar pikiran saat jenuh.

12. Bapak, Ibu guru dari TK, SD, SMP, dan SMA yang telah banyak memberikan

ilmu pengetahuan, pendidikan akhlak serta pengalaman kepada penulis.

Terimakasih banyak, semoga bapak ibu selalu dalam lindungan dan diberikan

Jannah-Nya.

13. Manusia Terkasih ke-3 (setelah orang tua dan adik), manusia yang memiliki

kesabaran diatas rata-rata (setara dengan penulis), “Adinda” Kartika Dewi

Rachmawati, terimakasih telah menyadaran akan tanggung jawab, waktu,

Page 14: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

pengorbanan orang lain untuk penulis, atas segala pelajaran yang tidak penulis

dapatkan dari orang lain sehingga penulis dapat mengakhiri studi ini dengan

sangat baik. Do’a penulis semoga selalu berbahagia dengan siapapun kita. Ti

amo così tanto.

14. Teman disaat senang saja (karena ketika bersama kalian tidak pernah merasa

sedih), Hafid Darmais Halan, Muhammad Firza Ersa, Muhammad Firdaus,

dan Fendi Setiawan (HF4). Terimakasih atas suatu bentuk cinta yang tidak

ternilai, semoga apa yang kita cita-citakan bersama dan kita cita-citakan

masing-masing (Hafid menjadi anggota Dewan, Firza menjadi Influenzing

Traveler, Daus menjadi ”Cina kaya”, dan Fendi menjadi Mahasiswa Jepang,

atau apapun itu guys), dan semoga Allah Yang Maha Kuasa selalu

menjodohkan kita dimanapun berada.

15. Sahabat SMA yang sudah tidak SMA: Ricky, Song, Risma, Ridho, Taufiq,

Yulius, Gandung, Bagus, Waras, Nimas, Tika, Siti, Dewi, Reni, Anice, Rima,

Emel, Agung, Yohana, Siska, Enno, Difna, Maya, Puspa, Hanna, Rafika, KIS,

Dini, Dessy, Uun, Sindy, dan Yeni terimakasih menjadi teman yang baik dan

menyenangkan selamanya.

16. Scale Squad, Yusuf Hadi Kurniawan, Audina Uci Pertiwi, Reni Anggraeni,

dan Hafid Darmais Halan, terimakasih telah menjadi partner yang baik dan

terimakasih atas semua kerjasama, kritik, saran, bantuan, dan kepeduliannya

selama penelitian. Semoga kita sukses bersama dalam meniti karir dan punya

Pajero masing-masing nanti

17. Keluarga besar kimia 2014, terimakasih atas kebersamaan selama perkuliahan

dan sudah menjadi keluarga baru bagi penulis. Semoga kita semua

Page 15: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

dimudahkan dalam berkarir setelah lulus dari kimia ini. KIMIA 2014 !!!

KAMI BERSATU, SATU YANG SOLID !!!

18. Kakak tingkat beserta adik-adik angkatan 2015, 2016, 2017, dan 2018 yang

tidak bisa saya sebutkan. Terimakasih atas persaudaraan dan kekeluargaan kita

selama ini, semoga kita semua menjadi orang-orang sukses dan teman-teman

sekalian lekas menyelesaikan pendidikan.

19. Keluarga besar Ikatan Himpunan Mahasiswa Kimia Indonesia (Ikahimki) atas

segala pengalaman dan persahabatannya, semoga dipertemukan lagi dilain

kesempatan.

20. Kawan sejawat dan seangatan 2014, semoga sukses, see you on the top.

21. Sahabat serumah, kak Sigit, Estu, Dimas, Hafid, Pio, kak Pranoto, Kak

Suyitno, bang Alfan, kak Rio, kak Dias dan yang lainnya, semoga

persaudaraan kita selalu langgeng.

22. Almamater tercinta Universitas Lampung

23. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas

segala ketulusan, bantuan, dan doa. Semoga kebaikan yang sudah diberikan

selama ini mendapat balasan dari Allah SWT.

Bandar Lampung, Januari 2019

Penulis,

Fikri Muhammad

Page 16: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .......................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4

C. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kristal ..................................................................................................... 8

B. Kerak....................................................................................................... 9

C. Pembentukan Endapan dan Kerak .......................................................... 11

1. Nukleasi ............................................................................................. 12

2. Pembentukan Kristal .......................................................................... 12

3. Aglomerasi ......................................................................................... 13

D. Faktor Pembentukan Kerak .................................................................... 13

1. Kristalisasi .......................................................................................... 14

2. Kelarutan Endapan ............................................................................. 15

3. Derajat Lewat Jenuh .......................................................................... 16

Page 17: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

ii

E. Kalsium Karbonat (CaCO3) .................................................................... 19

1. Fase Kristal Kalsium Karbonat (CaCO3) ......................................... 21

F. Metode Pencegahan Terbentuknya Kerak CaCO3 ................................. 23

1. Pengandalian pH ............................................................................... 23

2. Pelunakan dan Pembebasan Mineral Air .......................................... 24

3. Penggunaan Inhibitor Kerak .............................................................. 25

G. Asap Cair ................................................................................................ 27

1. Senyawa-senyawa Fenol ................................................................... 28

2. Senyawa-senyawa Karbonil .............................................................. 29

3. Senyawa-senyawa Asam .................................................................. 29

4. Senyawa Hidrokarbon Polisiklis Aromatis ....................................... 29

5. Senyawa Benzo(a)pirena .................................................................. 30

H. Asap Cair Tempurung Kelapa ................................................................ 30

I. Metode Seeded Experiment .................................................................... 32

J. Analisis Menggunakan IR, GC-MS, SEM, X-RD, dan PSA ................. 33

1. Spectrophotometer InfraRed (IR) ..................................................... 33

2. Gas Chromatography – Mass Spectometry (GC-MS) ...................... 34

3. Particle Size Analyzer (PSA) ............................................................ 36

4. Scanning Electron Microscopy (SEM) ............................................ 38

5. X – Ray Difraction (X-RD) .............................................................. 39

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 41

B. Alat dan Bahan ....................................................................................... 41

C. Prosedur Penelitian ................................................................................. 42

1. Preparasi Bibit Kristal ........................................................................ 42

2. Preparasi Asap Cair Tempurung Kelapa Grade 2 ............................. 42

3. Pengujian Asap Cair Tempurung Kelapa Grade 2 Sebagai Inhibitor

dalam Menghambat Pertumbuhan Kerak CaCO3 ............................................. 43

a. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 Tanpa Penambahan

Inhibitor pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda

Page 18: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

iii

dengan Metode Seeded Experiment .............................................. 43

b. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 dengan Penambahan

Inhibitor pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda

dengan Metode Seeded Experiment .............................................. 44

4. Analisis Data ...................................................................................... 45

D. Diagram Penelitian ...................................................................................... 45

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Gugus Fungsi Asap Cair Tempurung Kelapa grade 2

Menggunakan Spektrofotometer Infrared (IR) ....................................... 47

B. Analisis Komponen Senyawa Kimia Asap Cair Tempurung Kelapa

Grade 2 Menggunakan Gas Chromatography- Mass Spectrometer

(GC-MS) ................................................................................................. 50

C. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 Tanpa Inhibitor pada

Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda dengan Metode

Seeded Experiment ................................................................................. 52

D. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 dengan Penambahan Inhibitor

Asap Cair Tempurung Kelapa Grade 2 pada Konsentrasi Larutan

Pertumbuhan yang Berbeda dengan Metode Seeded Experiment .......... 54

1. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Variasi

Konsentrasi Inhibitor Asap Cair Tempurung Kelapa Grade 2 pada

Larutan Pertumbuhan 0,025 M ........................................................... 56

2. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Variasi

Konsentrasi Inhibitor Asap cair pada Larutan Pertumbuhan

0,038 M ............................................................................................... 57

3. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Variasi

Konsentrasi Inhibitor Asap cair pada Larutan Pertumbuhan

0,050 M ............................................................................................... 59

4. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Variasi

Konsentrasi Inhibitor Asap cair pada Larutan Pertumbuhan

0,063 M ............................................................................................... 60

E. Perbandingan Larutan Pertumbuhan CaCO3 yang Efektif ................. 64

F. Analisis Permukaan Kerak CaCO3 Menggnakan Scanning Electron

Microscopy (SEM) ............................................................................. 65

Page 19: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

iv

G. Analisis Distribusi Ukuran Partikel CaCO3 dengan Particle Size

Analyzer (PSA) ................................................................................... 67

H. Analisis Struktur Kerak CaCO3 dengan X-Ray Difraction (XRD) ..... 70

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ............................................................................................. 75

B. Saran ................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 77

LAMPIRAN .................................................................................................... 84

Page 20: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perbandingan Fasa Kristal Kalsium Karbonat (CaCO3) ............................. 23

2. Kandungan Asap Cair Tempurung Kelapa serta Titik Didihnya .............. 32

3. Gugus Fungsi pada Hasil IR Asap Cair Tempurung Kelapa Grade 2 ........ 49

4. Komponen-Komponen Kimia Asap Cair Tempurung Kelapa .................... 51

5. Nilai pH Asap Cair yang Telah Diencerkan dengan Akuades pada

Variasi Konsentrasi dan Setelah Ditambahkan Larutan CaCO3 ................. 54

6. Nilai pH Larutan Pertumbuhan Sebelum dan Sesudah Penambahan

Asap Cair ..................................................................................................... 55

7. Data % Efektivitas Inhibitor Asap Cair pada Kelarutan Pertumbuhan

0,025 M ...................................................................................................... 57

8. Data % Efektivitas Inhibitor Asap Cair pada Kelarutan Pertumbuhan

0,038 M ...................................................................................................... 58

9. Data % Efektivitas Inhibitor Asap Cair pada Kelarutan Pertumbuhan

0,050 M ...................................................................................................... 60

10. Data % Efektivitas Inhibitor Asap Cair pada Kelarutan Pertumbuhan

0,063 M ...................................................................................................... 61

11. Data % Efektivitas Inhibitor pada Penambahan Inhibitor 350 ppm .......... 62

12. Efektivitas Inhibitor dalam Menghambat Kerak CaCO3 ........................... 63

13. Distribusi Angka, Data PSA CaCO3 Tanpa Inhibitor ................................ 69

14. Distribusi Angka, Data PSA CaCO3 Dengan Inhibitor .............................. 69

Page 21: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Susunan Atom Kristal dan Amorf ................................................................. 9

2. Kerak yang Terbentuk pada Pipa .................................................................. 10

3. Tahapan Kristalisasi ...................................................................................... 14

4. Diagram Temperatur - Konsentrasi .............................................................. 16

5. Penampilan Fasa Kalsit ................................................................................. 21

6. Penampilan Fase Aragonit ............................................................................ 22

7. Penampilan Fasa Vaterit ............................................................................... 22

8. Mekanisme Inhibitor dalam Menghambat Laju Pertumbuhan Kristal

dalam Larutan Pertumbuhan ......................................................................... 27

9. Warna Asap Cair Tempurung Kelapa ........................................................... 31

10. Skema Kerja Spectrophotometer InfraRed (IR) ........................................... 34

11. Skema Alat GC-MS ...................................................................................... 36

12. Diagram Proses Fraksinasi Massa dalam Sedigraf ....................................... 38

13. Skema Bagan SEM ....................................................................................... 39

14. Skema Kerja Alat XRD ................................................................................ 40

15. Diagram Alir Penelitian ................................................................................ 46

16. Spektrum IR Asap Cair Tempurung Kelapa Grade 2 ................................... 48

17. Hasil Analisis Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS)

Asap Cair Tempurung Kelapa Grade 2 ........................................................ 50

Page 22: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

vii

18. Grafik Perbandingan Laju Pertumbuhan Kerak CaCO3 dengan Variasi

Konsentrasi Larutan Pertumbuhan dan Tanpa Penambahan Inhibitor.......... 53

19. Grafik Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Inhibitor Asap Cair

pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan 0,025 M ......................................... 56

20. Grafik Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 Dengan Inhibitor Asap Cair

pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan 0,038 M ......................................... 58

21. Grafik Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Inhibitor Asap Cair pada

Konsentrasi Larutan Pertumbuhan 0,050 M ................................................. 59

22. Grafik Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Inhibitor Asap Cair pada

Konsentrasi Larutan Pertumbuhan 0,063 M ................................................. 60

23. Perbandingan Larutan Pertumbuhan 0,050 M (A) Tanpa

Penambahan Inhibitor dan (B) Dengan Penambahan Inhibitor pada

Konsentrasi 350 ppm .................................................................................... 64

24. Kristal Kerak CaCO3 0,038 M Tanpa Penambahan Inhibitor (A) dan

Dengan Penambahan Inhibitor (B) Asap Cair Tempurung Kelapa

Grade 2 Sebesar 50 ppm ............................................................................... 65

25. Morfologi Kerak CaCO3 pada Konsentrasi 0,050 M dengan Perbesaran

5.000x Tanpa Penambahan Inhibitor (A) dan Dengan Penambahan

Inhibitor (B) Asap Cair Tempurung Kelapa Grade 2 Sebesar 150 ppm ...... 66

26. Morfologi Kerak CaCO3 pada Konsentrasi 0,050 M dengan Perbesaran

10.000x Tanpa Penambahan Inhibitor (A) dan Dengan Penambahan

Inhibitor (B) Asap Cair Tempurung Kelapa Grade 2 Sebesar 150 ppm ...... 66

27. Distribusi Ukuran Partikel CaCO3 ................................................................ 68

28. Pola XRD Kerak CaCO3 Tanpa Penambaan Inhibitor (A) dan Dengan

Penambahan Inhibitor (B) Asap Cair Tempurung Kelapa Grade 2

Sebesar 150 ppm ........................................................................................... 71

29. Mekanisme Penghambatan Kerak CaCO3 oleh Inhibitor ............................. 73

30. Mekanisme Anti Kerak ................................................................................. 74

Page 23: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejatinya kehidupan manusia tidak luput akan kebutuhan sumber daya, baik

sumber daya yang digunakan secara terus-menerus atau sumber daya dengan

tingkat penggunaan yang rendah. Kebutuhan manusia akan sumber daya

mengalami peningkatan setiap tahun. Peningkatan ini mendorong perkembangan

industrialisasi dunia, terlebih Indonesia sebagai tambang dari banyak sumber daya

yang ada, menjadikan Indonesia sebagai ladang industrialisasi untuk terus

berkembang. Sejalan dengan perkembangan industri, para peneliti saling

berlomba membuat peralatan industri tercanggih guna menunjang sarana

industrialisasi. Semakin banyak alat-alat industri yang dibuat maka akan makin

banyak pula masalah yang ditimbulkan.

Salah satu permasalahan pada alat industri adalah kerusakan pipa sebagai saluran

perpindahan zat dari satu tempat ke tempat lain. Masalah yang paling sering

ditemukan pada pipa berupa pembentukan kerak (scaling), sehingga menyumbat

aliran fluida multi fasa pada pipa. Proses pembentukkan kerak ini umumnya

terjadi pada peralatan-peralatan industri, seperti: industri gas, industri minyak,

industri yang melibatkan proses destilasi, industri yang menggunakan ketel, dan

Page 24: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

2

industri kimia (Badr dan Yassin, 2007; Lestari dkk., 2004). Pengendapan pada

peralatan industri disebabkan oleh senyawa pembentuk kerak dalam air yang

jumlahnya melebihi kelarutannya pada keadaan setimbang. Akibatnya kerak yang

terbentuk pada pipa-pipa peralatan industri akan memperkecil diameter dan

menghambat aliran fluida pada sistem pipa tersebut. Ini akan menyebabkan suhu

semakin naik dan tekanan semakin tinggi sehingga kemungkinan pipa akan pecah

(Asnawati, 2001). Kerak yang terbentuk pada pipa-pipa peralatan industri ini juga

sangat mengganggu dan menghambat proses produksi. Selain itu, kerak pada pipa

industri dapat mengakibatkan inefisiensi waktu dan dana, karena sebagian besar

biaya perawatan alat ditujukan untuk mengganti atau memperbaiki komponen

yang rusak akibat penumpukan kerak. Salah satu contoh adalah perusahaan

minyak Indonesia (Pertamina, Tbk) menghabiskan 6-7 juta dolar untuk mengganti

setiap pipa pada bagian geotermal setiap 10 tahun dalam mengatasi masalah kerak

(Suharso et al., 2010).

Kerak (scale) adalah deposit keras senyawa-senyawa anorganik yang terjadi pada

permukaan peralatan penukar panas dan disebabkan oleh pengendapan partikel

mineral dalam air dengan jumlah yang melebihi kelarutannya pada saat

setimbang. Seperti penguapan air dalam menara pendingin, uap murni akan hilang

dan konsentrasi padatan akan terlarut dalam air yang tersisa. Jika konsentrasi

siklus ini dibiarkan berlanjut, berbagai kelarutan pada akhirnya akan terlampaui.

Padatan kemudian akan menetap di dalam pipa atau pada permukaan pertukaran

panas, sehingga air sering membeku menjadi kerak (Bhatia, 2003). Kerak dapat

terjadi pada industri perminyakan misal pada lubang sumur, rangkaian pompa

Page 25: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

3

dalam sumur, casing, flow line, manifold, separator, tangki, dan peralatan

produksi lainnya (Syahri dan Sugiharto, 2008).

Prinsip pembentukan kerak terjadi dalam suatu aliran yang bersifat garam. Jika

mengalami penurunan tekanan dan temperatur secara tiba-tiba maka aliran

tersebut akan menjadi lewat jenh dan menyebabkan penumpukan endapan garam

pada dinding-dinding peralatan industri. Proses pengerakan ini terjadi secara

alami, diakibatkan oleh adanya reaksi kimia antara kandungan-kandungan zat

yang tidak dikehendaki dan terdapat dalam air. Kandungan tersebut meliputi

alkalin, kalsium, klorit, sulfat, nitrat, besi, seng, tembaga, fosfat, dan aluminium.

Pembentukkan kerak pada dasarnya merupakan fenomena pengkristalan yang

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut diantaranya kondisi larutan

lewat jenuh, laju alir, temperatur, dan kehadiran pengotor zat aditif (Muryanto,

2012). Adapun komponen-komponen kerak yang sering dijumpai pada peralatan

industri yaitu kalsium karbonat (CaCO3), kalsium dan seng fosfat, kalsium sulfat

(CaSO4), serta silika dan magnesium silikat (Lestari dkk., 2004). Laju

pertumbuhan kerak pun bergantung pada pengotor atau garam yang bereaksi pada

pembentukan kerak, kerak CaCO3 akan lebih mudah untuk terbentuk dibanding

kerak CaSO4 maka pengamatan yang dilakukan pada kerak CaCO3 pun akan lebih

mudah.

Banyak metode yang telah dikembangkan oleh beberapa peneliti guna

menanggulangi masalah kerak pada pipa ini, salah satu metodenya dengan

mengontrol pembentukan kerak antara lain dengan cara pembebasan mineral air

Page 26: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

4

(Lestari, 2008), namun penggunaan air bebas mineral dalam industri-industri

besar membutuhkan biaya yang cukup tinggi (Nunn, 1997). Metode lain yang

dapat dilakukan yaitu dengan cara pengendalian pH (Suharso dan Buhani, 2012).

Pengendalian pH dilakukan dengan menginjeksikan asam (asam sulfat atau asam

klorida). Proses penghilangan kerak menggunakan asam dengan konsentrasi tinggi

juga tidak efektif karena dapat meningkatkan laju korosi dan konduktivitas, serta

mempunyai tingkat bahaya yang cukup tinggi dalam penanganannya (Lestari,

2008).

Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan inhibitor

kerak adalah keefektifan, kestabilan, kecocokan, dan biaya. Sifat dari inhibitor

kerak yang sangat diharapkan yaitu stabil dalam air serta dapat digunakan dalam

jangka waktu yang lama dan pada temperatur tinggi (Cowan dan Weinttritt, 1976).

Berdasarkan kelemahan pada beberapa metode di atas, maka perlu dikembangkan

metode efektif yang dapat digunakan untuk mengurangi laju pertumbuhan kerak

yaitu dengan penggunaan inhibitor kerak (Suharso dkk., 2007). Inhibitor kerak

merupakan suatu zat yang dapat menghentikan atau mencegah terbentuknya kerak

(Halimatuddahliana, 2003). Metode inhibitor ini menarik untuk dikembangkan

lebih lanjut karena biayanya relatif murah, memiliki efektifitas yang tinggi

(Asnawati, 2001) serta dapat mencegah kerak dalam periode yang lama (Cowan

dan Weinttritt, 1976) dibandingkan dengan metode lainnya.

Bakhtiar (1991) pada makalahnya menjelaskan tanaman gambir (Uncaria gambier

Roxb) dapat digunakan sebagai inhibitor CaCO3, karena gambir mengandung 70%

Page 27: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

5

senyawa tanin. Tanin merupakan senyawa polifenol yang mampu menghambat

proses oksidasi. Tanin dapat mengikat logam berat seperti Ca2+

dikarenakan tanin

memiliki gugus OH dari fenol sehingga larut dalam air atau alkohol (Irianty dan

Sembiring, 2012). Gambir dapat dikombinasikan dengan kemenyan putih (Styrx

benzoin Dryand) dan aditif golongan karboksilat untuk meningkatkan nilai

efektivitas inhibitor dalam mencegah pertumbuhan kerak (Aisah, 2016).

Penggunaan beberapa jenis aditif dari golongan karboksilat seperti asam sitrat,

asam oksalat, dan asam benzoat sebagai aditif juga memberikan pengaruh

terhadap laju pertumbuhan kristal kerak. Penggunaan aditif yang efektif sebagai

inhibitor mengakibatkan terjadinya perubahan konduktivitas menjadi lebih besar

dan ukuran kristal menjadi lebih kecil dibandingkan tanpa menggunakan aditif,

konsentrasi menentukan tingkat keefektifan aditif sebagai inhibitor (Suharso et al.,

2009). Aditif yang efektif dengan konsentrasi yang sangat kecil dalam satuan

ppm teradsorpsi ke dalam inti untuk memperlambat pertumbuhan kristal dengan

cara menggantikan anion seperti SO42-

atau CO32-

dan mengikat kation Ca2+

(Austin et al., 1975).

Inhibitor lain yang sedang dikembangkan, yaitu asap cair. Asap cair pada

umumnya digunakan sebagai pupuk atau nutrisi untuk tanaman dan dapat

digunaan pula sebagai pengawet makanan tergantung tingkatannya. Asap cair

sendiri dibedakan menjadi beberapa grade atau tingkatan berdasarkan

kemurniannya, yaitu grade 1, 2, dan 3. Pada grade 3 sendiri telah dilakukan

penelitian untuk melihat dampak pemberiannya terhadap pertumbuhan kerak.

Setiososari (2017) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa asap cair

tempurung kelapa grade 3 dapat secara efektif menghambat pertumbuhan kerak

Page 28: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

6

kalsium karbonat (CaCO3) sebesar 277,6% pada konsentrasi larutan inhibitor 350

ppm dan konsentrasi larutan pertumbuhan kerak 0,05 M. kelemahan asap cair

tempurung kelapa grade 3 ini, yaitu masih mengandung banyak tar yang bersifat

karsinogenik sehingga bukan merupakan bahan yang aman bagi manusia. Namun

pada grade 2 kandungan tar sudah sangat berkurang atau bisa dikatakan tidak ada,

karena tar pada grade sebelumnya tidak ikut menguap karena titik didihnya yang

tinggi, hal ini dapat menjadi gagasan baru bahwa asap cair dari tempurung kelapa

grade 2 ini berpotensi sebagai inhibitor organik yang baik dalam menghambat

pertumbuhan kerak, serta ramah bagi lingkungan.

Darmadji (1998) menyatakan, asap cair tempurung kelapa grade 2 banyak

mengandung senyawa fenolik asam seperti asam asetat, asam butirat, dan asam

propionat, serta mengandung karbonil. Selain itu asap cair tempurang kelapa

grade 2 dapat digunakan sebagai pengawet makanan, sehingga aman jika

terkontaminasi pada air yang kita konsumsi. Oleh karena itu, asap cair tempurung

kelapa grade 2 menarik untuk dikembangkan sebagai inhibitor kalsium karbonat

(CaCO3) karena adanya kandungan senyawa fenol dan asam tersebut.

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh penambahan asap cair

tempurung kelapa Grade 2 sebagai inhibitor pada pembentukan kerak CaCO3

dengan menggunakan metode seeded experiment pada berbagai konsentrasi

larutan pertumbuhan dan konsentrasi inhibitor.

Efektifitas inhibitor tempurung kelapa Grade 2 dalam menghambat pertumbuhan

kerak CaCO3 dengan metode seeded experiment diketahui berdasarkan analisis

data. Sedangkan analisis morfologi CaCO3 menggunakan Scanning Electron

Page 29: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

7

Microscopy (SEM) dan X-Ray Difraction (XRD), sedangkan distribusi ukuran

partikelnya diukur menggunakan Particle Size Analyzer (PSA).

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari pengaruh penambahan asap cair tempurung kelapa grade 2 pada

pertumbuhan kerak kalsium karbonat (CaCO3) dengan variasi konsentrasi.

2. Mengetahui keefektifan asap cair tempurung kelapa grade 2 sebagai inhibitor

kerak kalsium karbonat (CaCO3) menggunakan metode seeded experiment

melalui analisis data dan kerakterisasi menggunkan SEM, PSA, dan X-RD.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

kemampuan asap cair tempurung kelapa grade 2 sebagai inhibitor pertumbuhan

kerak karbonat (CaCO3) untuk selanjutnya dapat dikembangkan sebagai inhibitor

kerak yang lebih efektif dalam mencegah pertumbuhan kerak pada peralatan

industri, khususnya pada industri pangan sehingga mengurangi dampak negatif

dari pembentukan kerak.

Page 30: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kristal

Kristal terbentuk dari komposisi atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul zat

padat yang memiliki susunan berulang dan jarak yang teratur dalam tiga

dimensi. Pada hubungan lokal yang teratur, suatu kristal harus memiliki rentang

yang panjang pada koordinasi atom-atom atau ion dalam pola tiga dimensi

sehingga menghasilkan rentang yang panjang sebagai karakteristik dari bentuk

kristal tersebut (Dwi dan Handayani, 2012).

Ditinjau dari struktur atom penyusunnya, bahan padat dibedakan menjadi tiga

yaitu kristal tunggal (monocrystal), polikristal (polycrystal), dan amorf

(Smallman and Bishop, 2000). Pada kristal tunggal, atom atau

penyusunnyamempunyai struktur tetap karena atom-atom atau molekul-

molekul penyusunnya tersusun secara teratur dalam pola tiga dimensi dan pola-

pola ini berulang secara periodik dalam rentang yang panjang tak berhingga.

Polikristal dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari kristal-kristal tunggal

yang memiliki ukuran sangat kecil dan saling menumpuk yang membentuk

benda padat.

Page 31: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

9

Struktur amorf menyerupai pola hampir sama dengan kristal, akan tetapi pola

susunan atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul yang dimiliki tidak teratur

dengan jarak yang berdekatan. Amorf terbentuk karena proses pendinginan

yang terlalu cepat sehingga atom-atom tidak dapat dengan tepat menempati

lokasi kisinya. Bahan seperti gelas, nonkristalin ataupun vitrus yaitu memiliki

struktur yang identik dengan amorf. Susunan dua-dimensional simetris dari dua

jenis atom yang berbeda antara kristal dan amorf ditunjukan pada Gambar 1.

Gambar 1. (a). Susunan atom kristal, (b). Susunan atom amorf (Smallman and Bishop,

2000).

B. Kerak

Pada bidang industri penggunaan pipa-pipa sebagai media perpindahan bahan atau

zat merupakan hal yang umum, salah satu masalah yang timbul pada pipa-pipa

tersebut adalah terbentuknya kerak yang dapat menyumbat pipa tersebut seperti

pada Gambar 2. Kerak didefinisikan sebagai suatu deposit dari senyawa-senyawa

anorganik yang terendapkan dan membentuk timbunan kristal pada permukaan

suatu substansi (Kemmer, 1979). Kerak terbentuk karena tercapainya keadaan

Page 32: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

10

larutan lewat jenuh. Dalam keadaan larutan lewat jenuh beberapa molekul akan

bergabung membentuk inti kristal. Inti kristal ini akan terlarut kembali jika

ukurannya lebih kecil dari ukuran partikel kritis sementara itu kristal-kristal akan

berkembang bila ukurannya lebih besar dari partikel kritis. Apabila ukuran inti

kristal menjadi lebih besar dari inti kritis, maka akan mulailah pertumbuhan

kristal, dari kristal kecil membentuk kristal dengan ukuran yang lebih besar

(penebalan lapisan kerak). Kristal-kristal yang terbentuk mempunyai muatan ion

lebih rendah dan cenderung untuk menggumpal sehingga terbentuklah kerak

(Lestari, 2008; Hasson and Semiat, 2005).

Gambar 2. Kerak yang terbentuk pada pipa (Anonim 1, 2018).

Kerak juga dapat terbentuk karena campuran air yang digunakan tidak sesuai.

Campuran air tersebut tidak sesuai jika air berinteraksi secara kimia dan

mineralnya mengendap jika dicampurkan. Contoh tipe air yang tidak sesuai adalah

air laut dengan konsentrasi SO42- tinggi dan konsentrasi Ca2+ rendah dan air

formasi dengan konsentrasi SO42- sangat rendah tetapi konsentrasi Ca2+ tinggi.

Campuran air ini menyebabkan terbentuknya endapan CaSO4 (Badr and Yassin,

2007). Komponen khas kerak yang sering dijumpai adalah sebagai berikut:

a. Kalsium sulfat ( CaSO4 ) ;

Page 33: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

11

b. Kalsium karbonat ( CaCO3: turunan dari kalsium bikarbonat ) ;

c. Kalsium dan seng fosfat;

d. Kalsium fosfat, sejumlah besar kalsium dan ortofosfat;

e. Silika dengan konsentrasi tinggi;

f. Besi dioksida, senyawa yang disebabkan oleh kurangnya kontrol korosi atau

alami berasal dari besi yang teroksidasi;

g. Besi fosfat, senyawa yang disebabkan karena pembentukkan lapisan film

dari inhibitor fosfat;

h. Mangan dioksida, mangan teroksidasi tingkat tinggi;

i. Magnesium silika, silika dan magnesium pada konsentrasi tinggi dengan pH

tinggi; dan

j. Magnesium karbonat, magnesium dengan konsentrasi tinggi dan pH

tinggiserta CO2 tinggi ( Lestari, 2008 ; Nunn, 1997 ).

C. Pembentukan Endapan dan Kerak

Pembentukan kerak dan deposit endapan lain adalah proses kristalisasi yang

kompleks. Kecepatan pembentukan lapisan awal kerak dan kecepatan

pertumbuhan yang berikutnya ditentukan melalui interaksi dari beberapa

kecepatan proses : nukleasi, difusi, reaksi kimia, dan kesesuaian pola geometris

molekul-molekul dan atom-atom kristal kerak, dan lain-lain. Sebagian besar,

walaupun tidak semua, unsur pokok pembentukan kerak mineral adalah kebalikan

dapat larut, yaitu kelarutannya cenderung turun terhadap kenaikan suhu. Oleh

karena itu, bila larutan lewat jenuh bersinggungan dengan permukaan transfer

Page 34: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

12

panas, mineral tersebut mengendap menjadi padatan karena daya larut

setimbangnya menurun. Pada saat larutan menjadi lewat jenuh dan nukleasi

terjadi, kondisi ini sangat cocok dan ideal untuk pertumbuhan kristal partikel

kerak. Senyawa-senyawa yang dibawa air seperti kalsium sulfat, magnesium

sulfat, barium sulfat, magnesium karbonat, kalsium karbonat, silikat, dan lain-lain

dapat mengendap dan membentuk kerak sebagai akibat dari beda tekanan,

perubahan temperatur, perubahan pH, dan lain-lain. Perubahan-perubahan tersebut

terjadi dalam peralatan-peralatan proses, penukar panas, evaporator, boiler,

cooling tower, dan lain-lain (Salimin and Gunandjar, 2007).

Proses pengendapan terjadi melalui 3 tahap, yaitu :

1. Nukleasi

Sebuah inti endapan adalah suatu partikel halus, pembentukan atau pengendapan

dapat terjadi secara spontan. Inti dapat dibentuk dari beberapa molekul atau ion

komponen endapan yang tumbuh secara bersama-sama dan jaraknya berdekatan,

dapat juga dikatakan partikel halus secara kimia tidak berhubungan dengan

endapan tetapi ada kemiripan dengan struktur kisi kristal.Jika inti dibentuk dari

ion atau komponen endapan, fasa awal endapan disebut nukleasi homogen.

2. Pertumbuhan Kristal

Kristal terbentuk dari lapisan ion komponen endapan pada permukaan inti karena

pada pengolahan air yang melibatkan proses pengendapan sering tidak mencapai

kesetimbangan.

Page 35: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

13

3. Aglomerasi

Padatan yang awalnya terbentuk dengan pengendapan, kemungkinan bukan

padatan yang paling stabil (secara termodinamika) untuk berbagai kondisi

reaksi.Jika demikian selama jangka waktu tertentu struktur kristal endapan dapat

berubah menjadi fasa stabil. Perubahan ini disertai penambahan endapan dan

pengurangan konsentrasi larutan, sebab fasa yang stabil biasanya mempunyai

kelarutan yang lebih kecil dari fasa yang dibentuk sebelumnya.

Pematangan juga terjadi pada ukuran kristal endapan yang bertambah sebab

partikel yang lebih kecil memiliki energi permukaan yang besar dari pada partikel

yang besar, konsentrasi larutan dalam kesetimbangan untuk partikel yang lebih

tinggi sebanding untuk partikel yang lebih besar. Akibatnya, pada ukuran partikel

yang beragam partikel yang lebih besar terus bertambah, sebab larutan masih

dalam keadaan lewat jenuh.Partikel yang lebih kecil melarut, sebab konsentrasi

larutan sekarang belum diketahui harga jenuhnya (Lestari et al., 2004).

D. Faktor Pembentuk Kristal

Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung terutama pada dua

faktor penting, yaitu laju pembentukkan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan

kristal. Laju pembentukkan inti dapat dinyatakan dengan jumlah inti yang

terbentuk dalam satuan waktu.Jika laju pembentukkan inti tinggi, banyak sekali

kristal yang akan terbentuk yang terdiri dari partikel-partikel kecil.Laju

pembentukkan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan.Semakin

tinggi derajat lewat jenuh maka semakin besar kemungkinan untuk membentuk

Page 36: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

14

inti baru sehingga akan semakin besar laju pembentukkan inti.Laju pertumbuhan

kristal merupakan faktor penting lainnya yang akan mempengaruhi ukuran kristal

yang terbentuk selama pengendapan berlangsung.Semakin tinggi laju

pertumbuhan maka kristal yang terbentuk semakin besar. Laju pertumbuhan

kristal juga tergantung pada derajat lewat jenuh (Svehla, 1990).

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan kristal :

1. Kristalisasi

Kristalisasi adalah suatu proses pembentukkankristal dari larutannya dan kristal

yang dihasilkan dapat dipisahkan secara mekanik. Pertumbuhan kristal dapat

terjadi bila konsentrasi suatu zatterlarut dalam larutannya melewati kadar

kelarutan lewat jenuhnya pada suhu tertentu. Kondisi kelarutan lewat jenuh dapat

diperoleh dengan jalanpendinginan larutan pekat panas, penguapan larutan encer,

kombinasiproses penguapan dan pendinginan, dan dengan penambahan zat

lainuntuk menurunkan kelarutannya. Kristalisasi memiliki dua tahap proses,yaitu

tahap pembentukkan inti yang merupakan tahap mulai terbentuknyazat padat baru,

dan tahap pertumbuhan kristal yang merupakan tahap intizat padat yang baru

terbentuk mengalami pertumbuhan menjadi kristal yang lebih besar, akibatnya

kristal inti yang pada awalnya hanya memiliki ukuran yang kecil akan berubah

menjadi ukuran yang lebih besar. Proses pertumbuhan kristal pada borak

merupakan salah satu contoh kasus laju pertumbuhan kristal yang dapat dengan

mudah diamati (Brown, 1978; Suharso, 2005; Suharso, 2012a). Penjelasan

sederhana pembentukkan kerak (kristalisasi) ditunjukkan pada Gambar 3.

Page 37: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

15

Gambar 3. Tahapan kristalisasi (Zeiher et al, 2003).

2. Kelarutan Endapan

Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat dari larutan.

Endapan mungkin berupa kristal atau koloid, dan dapat dikeluarkan dari larutan

dengan penyaringan atau pengadukan.Endapan terbentuk jika larutan menjadi

terlalu jenuh dengan zat bersangkutan.Kelarutan (S) suatu endapan, menurut

definisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan

tergantung berbagai kondisi, seperti temperatur, tekanan, konsentrasi, bahan-

bahan lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya (Svehla, 1990).

Kelarutan tergantung juga pada sifat dan konsentrasi zat-zat lain, terutama ion-ion

dalam campuran itu. Ada perbedaan yang besar antara efek dari ion sejenis dan

ion asing. Ion sejenis adalah suatu ion yang juga merupakan salah satu bahan

endapan. Umumnya dapat dikatakan bahwa suatu endapan berkurang banyak

sekali jika salah satu ion sejenis terdapat dalam jumlah berlebihan, meskipun efek

ini mungkin diimbangi dengan pembentukkan suatu kompleks yang dapat larut

dengan ion sejenis yang berlebihan itu. Dengan adanya ion asing, kelarutan

endapan bertambah, tetapi pertambahan ini umumnya sedikit, kecuali jika terjadi

reaksi kimia (seperti pembentukkan kompleks atau reaksi asam-basa) antara

endapan dan ion asing, pertambahan kelarutannya menjadi lebih besar. Hasil kali

Page 38: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

16

kelarutan memungkinkan kita untuk menerangkan dan jugamemperkirakan reaksi-

reaksi pengendapan.Hasil kali kelarutan dalam keadaan sebenarnya merupakan

nilai akhir yang dicapai oleh hasilkali ion ketika kesetimbangan tercapai antara

fase padat dari garam yang hanya sedikit larut dalam larutan itu. Jika hasil kali ion

berbeda dengan hasil kali kelarutan, maka sistem itu akan berusaha

menyesuaikan, sehingga hasil kali ion mencapai nilai hasilkali kelarutan.Jadi, jika

hasil kali ion dengan sengaja dibuat lebih besar dari hasil kali kelarutan,

penyesuaian oleh sistem mengakibatkan mengendapnya garam larutan.

Sebaliknya, jika hasil kali ion dibuat lebih kecil dari hasil kali kelarutan,

kesetimbangan dalam sistem dicapai kembali dengan melarutnya sebagian garam

padat ke dalam larutan. Hasil kali kelarutan menentukan keadaaan kesetimbangan,

tetapi tidak memberikan informasi tentang laju ketika kesetimbangan itu terjadi.

Sesungguhnya, kelebihan zat pengendap yang terlalu banyak dapat

mengakibatkan sebagian endapan melarut kembali, sebagai akibat bertambahnya

efek garam atau akibat pembentukkan ion kompleks. Dalam hal ini hasilkali

kelarutan dari kalsium sulfat pada temperatur ruang sebesar 2,3 x 10-4 mol/L

(Svehla, 1990).

3. Derajat Lewat-Jenuh (Supersaturasi)

Larutan lewat jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut lebih besar dari

pada yang dibutuhkan pada sistem kesetimbangan larutan jenuh. Kondisi

kelarutan lewat jenuh dapat diperoleh dengan jalan pendinginan larutan pekat

panas, penguapan larutan encer, kombinasi proses penguapan dan pendinginan

serta dengan penambahan zat lain untuk menurunkan kelarutannya.

Page 39: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

17

Gambar 4. Diagram temperatur konsentrasi (Wafiroh, 1995).

Garis tebal adalah kelarutan normal untuk zat terlarut dalam pelarut. Garis putus-

putus adalah kurva lewat jenuh, posisinya dalam diagram tergantung pada zat-zat

pengotor. Pada Gambar 4, kondisi kelarutan dibagi dalam tiga bagian yaitu daerah

stabil, metastabil, dan daerah labil.Daerah stabil adalah daerah larutan yang tidak

mengalami kristalisasi. Daerah yang memungkinkan terjadinya kristalisasi tidak

spontan adalah daerah metastabil, sedangkan daerah labil adalah daerah yang

memungkinkan terjadinya kristalisasi secara spontan (Wafiroh, 1995).

Pada diagram temperatur konsentrasi (Gambar 4), jika suatu larutan yang terletak

pada titik A dan didinginkan tanpa kehilangan volume pelarut (garis ABC), maka

pembentukkan inti secara spontan tidak akan terjadi sampai kondisi C tercapai.

Larutan lewat jenuh dapat juga tercapai dengan mengurangi sejumlah volume

palarut dari larutannya dengan proses penguapan.Hal ini ditunjukkan dengan garis

ADE, yaitu jika larutan pada titik A diuapkan pada temperatur konstan(Wafiroh,

1995).Menurut Lestari (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kerak

antara lain yaitu :

1. Kualitas Air

Page 40: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

18

Pembentukkan kerak dipengaruhi oleh konsentrasi komponen-komponen

pembentuk kerak (kesadahan kalsium, konsentrasi fosfat), pH, dan konsentrasi

bahan penghambat kerak dalam air.

2. Temperatur Air

Pada umumnya komponen pembentuk kerak cenderung mengendap atau

menempel sebagai kerak pada temperatur tinggi. Hal ini disebabkan karena

kelarutannya menurun dengan naiknya temperatur. Laju pengerakan mulai

meningkat pada temperatur air 50 oC atau lebih dan kadang-kadang kerak

terbentuk pada temperatur air diatas 60 oC.

3. Laju Alir Air

Laju pembentukkan kerak akan meningkat dengan turunnya laju alir sistem.

Dalam kondisi tanpa pemakaian penghambat kerak, pada sistem dengan laju alir

0,6 m/detik maka laju pembentukkan kerak hanya seperlima dibanding pada laju

alir air 0,2 m /detik.

Beberapa reaksi yang menunjukkan terbentuknya endapan (deposit) antara lain

(Halimatuddahliana, 2003) :

CaCl2 + Na2SO4 CaSO4 + 2 NaCl (1)

Kalsium sulfat terdapat dalam air terkontaminasi

BaCl2 + Na2SO4 BaSO4 + 2 NaCl (2)

Barium sulfat terdapat dalam air terkontaminasi

Ca(HCO3)2 CaCO3 + CO2 + H2O (3)

Kalsium karbonat terdapat dalam air terkontaminasi karena penurunan tekanan,

panas dan agitasi (pengadukan).

Page 41: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

19

Dibawah ini adalah tiga prinsip mekanisme pembentukkan kerak (Badr and

Yassin, 2007) :

1. Campuran dua air garam yang tidak sesuai (umumnya air formasi

mengandung banyak kation seperti kalsium, barium, dan stronsium,

bercampur dengan sulfat yang banyak terdapat dalam air laut, menghasilkan

kerak sulfat seperti CaSO4)

Ca2+ (Sr2+ atau Ba2+) + SO42- CaSO4 (SrSO4 atau BaSO4) (4)

2. Penurunan tekanan dan kenaikan temperatur air garam, yang akan

menurunkan kelarutan garam (umumnya mineral yang paling banyak

mengendap adalah kerak karbonat seperti CaCO3)

Ca(HCO3)2 CaCO3 + CO2 + H2O (5)

3. Penguapan air garam, menghasilkan peningkatan konsentrasi garam melebihi

batas kelarutan dan membentuk endapan garam

E. Kalsium Karbonat (CaCO3)

Kalsium karbonat (CaCO3) merupakan suatu zat padat putih, tak berbau, tak

berasa, terurai pada 825oC, tak beracun, larut dalam asam dengan melepas CO2,

dan dijumpai di alam sebagai kalsit, napal, aragonit, travertin, marmer, batu

gamping, dan kapur, juga ditemukan bersama mineral dolomit (CaCO3.MgCO3).

Benar-benar tidak larut dalam air (hanya beberapa bagian per juta), kristalnya

berwujud rombik/rombohedral dan dimanfaatkan sebagai obat penawar asam,

Page 42: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

20

dalam pasta gigi, cat putih, pembersih, bahan pengisi kertas, semen, kaca, plastik,

dan sebagainya (Noviyanti, 2015).

Kalsium karbonat (CaCO3) dibuat dari reaksi CaCl2 dengan Na2CO3 dalam air,

atau melewatkan CO2 melalui suspensi Ca(OH)2 dalam air yang murni,

menghasilkan CaCO3 dan NaCl, kemudian dihasilkan dengan metode Richard dan

Honischmidt dengan cara larutan Ca(NO3) diasamkan sedikit dengan HNO3.

Lantas larutan tersebut ditambahkan dengan Ca(OH)2 cair murni yang sedikit

berlebih untuk mengendapkan sebagian besar Fe(OH)3 dan Mg(OH)2. Impuritas

berupa garam-garam Ba, Sr, dan Mg dapat dihilangkan dengan cara

merekristalisasi nitratnya berulang kali. Amonium karbonat yang dibutuhkan

untuk mengendapkan karbonatnya bisa dimurnikan lewat destilasi dari air

(Arsyad, 2001).Kalsium karbonat (CaCO3) berupa endapan amorf putih terbentuk

dari reaksi antara ion kalsium (Ca2+) dalam bentuk CaCl2 dengan ion karbonat

(CO32-) dalam bentuk Na2CO3 (Svehla, 1990).

Ca2+ + CO32- CaCO3↓ (6)

Karbonat dari kalsium tidak larut dalam air dan hasil kali kelarutannya menurun

dengan naiknya ukuran Ca2+ (Cotton and Wilkinson, 1989).

Kelarutan CaCO3 yang sedikit dapat terbentuk jika larutan lewat jenuh dalam

tempat pengolahannya terjadi kesetimbangan kimia dengan lingkungannya pada

tekanan dan temperatur yang sebenarnya.Kesetimbangan CaCO3 dapat diganggu

dengan pengurangan gas CO2 dari aliran selama proses produksi berlangsung, hal

ini akan mengakibatkan pengendapan sehingga terbentuk kerak. Adanya

pembentukan kerak ini menimbulkan banyak kerugian, antara lain menyebabkan

Page 43: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

21

gangguan transfer panas, korosi pada pipa aliran fluida, dan lain-lain (Suharso dan

Buhani, 2015). Pengendapan CaCO3 dapat dihasilkan dari reaksi sebagai

berikut(Zhang et al., 2002) :

CO2 + 2OH- CO32- + H2O (7)

Ca(OH)2 Ca2+ + 2OH- (8)

Ca2+ + CO32- CaCO3 (9)

Kristal kalsium karbonat (CaCO3) memiliki 3 fase kristal (Terraningtyas, 2015)

yaitu :

1. Fase Kristal Kalsium Karbonat (CaCO3)

Kalsium karbonat (CaCO3) memiliki tiga jenis fase kristal, yaitu: kalsit dengan

morfologi rombik (kotak miring), aragonit dengan morfologi jarum, dan vaterit

dengan morfologi speroid berpori.

a. Kalsit

kalsit merupakan fase kristal yang paling mudah terbentuk akibat kestabilan

fasenya. Biasanya ditemukan pada Kalsit adalah mineral utama dalam marmer

metamorf. Hal ini juga terjadi sebagai lapisan mineral dari mata air panas, dan

itu terjadi di gua-gua sebagai stalaktit dan stalagmit. Kalsit juga dapat

ditemukan dalam batuan vulkanik.

Gambar 5. Penampilan Fasa Kalsit (Terraningtyas, 2015 dan Graha 1987)

Page 44: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

22

b. Aragonit

Fase ini terbentuk dari kondisi supersaturasi rendah dan membutuhkan

temperatur larutan tinggi. Fase kristal CaCO3 dengan morfologi berbentuk

jarum ini biasanya disintesis pada temperatur di atas 60°C.

Gambar 6. Penampilan Fasa Aragonit (Terraningtyas, 2015)

c. Vaterit

vaterit merupakan fase yang paling tidak stabil dan paling sulit terbentuk.

Pembentukan fase vaterit dipengaruhi oleh banyak parameter, seperti: pH,

temperatur, dan konsentrasi reaktan.

Gambar 7. PenampilanFase Vaterit (Terraningtyas, 2015)

Fasa kristal kalsit, aragonit, dan vaterit mempunyai karakteristik dan bentuk yang

berbeda-beda. Berikut berandingan dari ketiga fasa kristal pada kalsium karbonat :

Page 45: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

23

Tabel 1. PerbandinganFasa Kristal Kalsium Karbonat (CaCO3)

Sifat Kalsit Aragonit Vaterit

Kekerasan(Mohs) 3,5 – 4 3 3

Penampilan Putih, Kuning,

Merah

Putih Bening

Struktur Kristal Trigonal Orthohombik Hexagonal

Densitas (g/cm3) 2,71 2,94 2,64

Terraningtyas, 2015

Berdasarkan Tabel 1, fasa kalsit merupakan fase yang paling solid yang banyak

ditemukan pada akhir proses pertumbuhan kristal CaCO3, sedangkan fase vaterit

merupakan fase yang paling tidak stabil yang biasa ditemukan pada awal proses

pertumbuhan kristal CaCO3.

F. Metode Pencegahan Terbentuknya Kerak CaCO3

Beberapa metode yang digunakan untuk mencegah terbentuknya kerak kalsium

clorida pada peralatan-peralatan industri adalah sebagai berikut :

1. Pengendalian pH

Pengendalian pH dengan penginjeksian asam (asam sulfat atau asam klorida) telah

lama diterapkan untuk mencegah pengerakan oleh garam-garam kalsium, garam

logam bivalen dan garam fosfat. Kelarutan bahan pembentukkan kerak biasanya

meningkat pada pH yang lebih rendah. Pada pH 6,5 atau kurang, korosi pada baja

karbon, tembaga dan paduan tembaga dengan cepat akan berlangsung dan pH

efektif untuk mencegah pengendapan kerak hanyalah pada pH 7,0 sampai 7,5.

Oleh karena itu, suatu sistem otomatis penginjeksian asam diperlukan untuk

Page 46: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

24

mengendalikan pH secara tepat. Lagi pula, asam sulfat dan asam klorida

mempunyai tingkat bahaya yang cukup tinggi dalam penanganannya. Untuk

mencegah terjadinya kerak pada air yang mengandung kesadahan tinggi (kira-kira

250 ppm CaCO3) perlu adanya pelunakan dengan menggunakan kapur dan soda

abu (pengolahan kapur dingin).Masalah kerak tidak akan dijumpai bilamana

dipakai air bebas mineral karena seluruh garam-garam terlarut dapat dihilangkan.

Suharso, pada jurnalnya membuktikan bahwa penambahan asam (sodium

dodecylbenzenesulfonic acid (SDBS)) pada kristal boraks dapat menyebabkan

perubahan morfologi dari kristal boraks yang sangat signifikan serta pada CaSO4

dapat mengubah konduktivitasnya menjadi lebih besar dan memperkecil ukuran

kristal CaSO4 (Suharso, dkk., 2007; Suharso dan Buhani, 2011). Oleh karena itu

pemakaian air bebas mineral merupakan metoda yang tepat untuk menghambat

kerak di dalam suatu sistem dengan pembebanan panas tinggi dimana pengolahan

konvensional dengan bahan penghambat kerak tidak berhasil (Lestari et al., 2004).

Namun penggunaan air bebas mineral membutuhkan biaya yang cukup tinggi

untuk digunakan dalam industri skala besar sehingga dapat menurunkan efisiensi

kerja.

2. Pelunakan dan Pembebasan Mineral Air

Untuk mencegah terjadinya kerak pada air yang mengandung kesadahan tinggi

(±250 ppm CaCO3) perlu adanya pelunakan dengan menggunakan kapur dan soda

abu (pengolahan kapur dingin). Masalah kerak tidak akan dijumpai jika yang

digunakan adalah air bebas mineral karena seluruh garam-garam terlarut dapat

dihilangkan. Oleh karena itu, pemakaian air bebas mineral merupakan metode

yang tepat untuk menghambat kerak di dalam suatu sistem dengan pembebanan

Page 47: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

25

panas tinggi dimana pengolahan konvensional dengan bahan penghambat kerak

tidak berhasil (Lestari dkk., 2004). Namun, penggunaan air bebas mineral dalam

industri-industri besar membutuhkan biaya yang cukup tinggi sehingga dapat

menurunkan efisiensi kerja (Halimatuddahliana, 2003).

3. Penggunaan Inhibitor Kerak

Pada umumnya, inhibitor kerak adalah bahan kimia yang menghentikan atau

mencegah terbentuknya kerak bila ditambahkan pada konsentrasi yang kecil pada

air (Halimatuddahliana, 2003).Ekstrak gambir merupakan salah satu inhibitor

kerak (CaSO4) yang mana persen efektifitasnya mencapai 60-100% pada

konsentrasi 50-250 ppm (Suharso, dkk., 2010). Pada kerak kalsium karbonat

(CaCO3) penggunaan inhibitor (turunan kaliksarena,ekstrak gambir, dan ekstrak

gambir yang sudah dimodifikasi) pun berdampak cukup signifikan pada srtuktur

morfologi dan penghambatan pertumbuhan kerak yang berkisar 20 – 90%

(Suharso, dkk., 2011a; Suharso, dkk., 2017; Suharso, dkk., 2017a).Penggunaan

bahan kimia ini sangat menarik, karena dengan dosis yang sangat rendah dapat

mencukupi untuk mencegah kerak dalam periode yang lama (Cowan, 1976). Salah

satu prinsip kerja dari scale inhibitor yaitu pembentukkan senyawa kompleks

(kelat) antara inhibitor kerakdengan unsur-unsur pembentuk kerak. Senyawa

kompleks yang terbentuk larut dalam air sehingga menutup kemungkinan

pertumbuhan kristal yang besar (Patton, 1981). Biasanya, penggunaan bahan

kimia tambahan untuk mencegah pembentukkan kerak didukung dengan

penggunaan bola-bola spons untuk membersihkan secara mekanis permukaan

bagian dalam pipa.

Page 48: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

26

Terdapat beberapa syarat-syarat yang harus dimiliki senyawa kimia sebagai

inhibitor kerak (Al-Deffeeri, 2006), yaitu :

1. Inhibitor kerak harus menunjukkan kestabilan termal yang cukup dan efektif

untuk mencegah terbentuknya air sadah dari pembentukkankerak.

2. Inhibitor kerak harus dapat merusak struktur kristal dan padatan tersuspensi

lain yang mungkin akan terbentuk.

3. Inhibitor kerak juga harus memiliki tingkat keamanan yang tinggi dalam

penggunaannya sehingga tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya

bagi lingkungan sekitar

Mekanisme kerja inhibitor kerak terbagi menjadi dua (Suharso et al., 2007), yaitu:

1. Inhibitor kerak dapat teradsorpsi pada permukaan kristal kerak pada saat

mulai terbentuk. Inhibitor merupakan kristal yang besar yang dapat

menutupi kristal yang kecil dan menghalangi pertumbuhan selanjutnya.

2. Dalam banyak hal bahan kimia dapat dengan mudah mencegah

menempelnya suatu partikel-partikel pada permukaan padatan. Seperti

senyawa turunan kaliksirena, dimana dapat mencegah pertikel-pertikel kerak

untuk menempel pada permukaan media, serta merubah morfologi secara

signifikan pada kerak kalsium karbonat (CaCO3) dan pada kalsium sulfat

(CaSO4) dapat menghambat pertumbuhan kerak pada konsentrasi optimum

50 PPM (Suharso, dkk., 2013; Suharso, dkk., 2014).

Mekanisme inhibitor dalam menghambat laju pertumbuhan kristal dapat

diilustrasikan dalam Gambar 8. Gambar 8 memberikan gambaran bagaimana

Page 49: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

27

kerja Inhibitor dalam mengadsorpsi pada sisi-sisi pertumbuhan kristal dari bibit

kristal (ditunjukkan pada kristal yang diberi warna hitam) yang mengakibatkan

pertumbuhan kristal menjadi terhambat. Sedangkan pada bibit kristal yang tidak

teradsorpsi oleh inhibitor (ditunjukkan pada kristal yang tidak diberi warna)

mengalami pertumbuhan normal (Suharso et al., 2009).

Gambar 8. Mekanisme inhibitor dalam menghambat laju pertumbuhan kristal

dalam larutan pertumbuhan (○ = inhibitor, ◊ = bibit kristal).

G. Asap Cair

Wood vinegar/liquidsmoke atau yang lebih dikenal sebagai asapcair merupakan

suatu hasil destilasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran tidak langsung

maupun langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung karbon serta

senyawa-senyawa lain.Asap cair merupakan campuran larutan dari dispersi asap

kayu dalam air yang dibuat dengan mengkondensasikan asap hasil pirolisis kayu

(Darmadji, 1998). Pada dasarnya bahan baku untuk menghasilkan asap cair ini

bermacam-macam, antara lain kayu, tandan kosong kelapa sawit, cangkang sawit,

tempurung kelapa sawit, pelepah sawit, tempurung kelapa dan ampas hasil

penggergajian (Girard, 1992). Asap cair memiliki banyak manfaat salah satunya

Page 50: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

28

yaitu sebagai inhibitor (Choi et al, 2001). Cara yang paling umum digunakan

untuk menghasilkan asap pada pengasapan makanan adalah dengan membakar

serbuk gergaji kayu keras dalam suatu tempat yang disebut alat pembangkit asap

(Draudt,1963).Asap tersebut dialirkan kerumah asap dalam kondisi sirkulasi

udara dan temperatur yang terkontrol.

Asap cair mengandung berbagai senyawa yang terbentuk karena terjadinya

pyrolisis tiga komponen kayu yaitu selulosa,hemiselulosa,dan lignin.Lebih dari

400 senyawa kimia dalam asap telah berhasil diidentifikasi. Komponen-

komponen tersebut ditemukan dalam jumlah yang bervariasi tergantung jenis

kayu, umur tanaman, sumber kayu, dan kondisi pertumbuhan kayu seperti iklim

dan tanah. Komponen-komponen tersebut meliputi asam yang dapat

mempengaruhi cita rasa, pH dan umur simpan produk asapan; karbonil yang

bereaksi dengan protein dan membentuk pewarnaan coklat dan fenol yang

merupakan pembentuk utama aroma dan menunjukkan aktivitas antioksidan.

Golongan- golongan senyawa penyusun asap cair adalah air (11-92%), fenol(0,2-

2,9%), asam (2,8-9,5%), karbonil (2,6-4,0%), dan tar (1-7%).

Komponen-komponen penyusun asap cair meliputi:

1. Senyawa-senyawa fenol.

Senyawa fenol diduga berperan sebagai antioksidan sehingga dapat

memperpanjang masa simpan produk asapan. Kandungan senyawa fenol dalam

asap sangat tergantung pada temperatur pirolisis kayu. MenurutGirard (1992),

kuantitas fenol pada kayu sangat bervariasi yaitu antara 10-200 mg/kg. Beberapa

jenis fenol yang biasanya terdapat dalam produk asapan adalah guaiakol dan

Page 51: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

29

siringol. Senyawa-senyawa fenol yang terdapat dalam asap kayu umumnya

hidrokarbon aromatik yang tersusun dari cincin benzena dengan sejumlah gugus

hidroksil yang terikat. Senyawa-senyawa fenol ini juga dapat mengikat gugus-

gugus lain seperti aldehid, keton, asam, dan ester.

2. Senyawa-senyawa Karbonil.

Senyawa-senyawa karbonil dalam asap memiliki peranan pada pewarnaan dan

cita rasa produk asapan. Golongan senyawa ini mempunyai aroma seperti aroma

caramel yang unik. Jenis senyawa karbonil yang terdapat dalam asap cair antara

lain adalah vanillin dan siring aldehida.

3. Senyawa-senyawa Asam.

Senyawa- senyawa asam mempunyai peranan sebagai antibakteri dan

membentuk cita rasa produk asapan.Senyawa asam ini antara lain adalah asam

asetat, propionat, butirat, dan valerat.

4. Senyawa Hidrokarbon Polisiklis Aromatis.

Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis (HPA) dapat terbentuk pada proses

pirolisis kayu. Senyawa hidrokarbon aromatic seperti benzo(a)pirena merupakan

senyawa yang memiliki pengaruh buruk karena bersifat karsinogen

(Girard,1992). Girard (1992) menyatakan bahwa pembentukan berbagai senyawa

HPA selama pembuatan asap tergantung dari beberapa hal, seperti temperature

pirolisis, waktu dan kelembaban udara pada proses pembuatan asap serta

kandungan udara dalam kayu. Dikatakan juga bahwa semua proses yang

menyebabkan terpisahnya partikel - partikel besar dari asap akan menurunkan

kadar benzo(a)pirena. Proses tersebut antara lain adalah pengendapan dan

Page 52: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

30

penyaringan.

5. Senyawa benzo(a)pirena

Benzo(a)pirena mempunyai titik didih 310°C dan dapat menyebabkan kanker

kulit jika dioleskan langsung pada permukaan kulit. Akan tetapi proses yang

terjadi memerlukan waktu yang lama.

H. Asap Cair Tempurung Kelapa

Asap cair memiliki kemampuan untuk mengawetkan bahan makanan karena

distilat asap atau asap cair tempurung mengandung lebih dari 400 komponen dan

memiliki fungsi sebagai penghambat perkembangan bakteri dan cukup aman

sebagai pengawet alami antara lain asam, fenolat,dan karbonil. Seperti yang

dilaporkan Darmadji (1996) yang menyatakan bahwa pirolisis tempurung kelapa

dengan kandungan menghasilkan asap cair dengan kandungan senyawa fenol

sebesar 4,13%; karbonil 11,3%; dan asam10,2%.

Asap cair tempurung kelapa grade 2 memiliki warna yang lebih cerah jika

dibandingkan dengan asap cair tempurung kelapa grade 3, namun sedikit lebih

pekat dari pada asap cair tempurung kelapa grade 1 (Yulistiani, 2008).

Perbandingan warnanya dapat dilihat pada Gambar 9.

Page 53: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

31

Gambar 9. Warna asap cair tempurung kelapa (anonim 2, 2018).

Menurut Tranggono dkk. (1996) asap cair tempurung kelapa memiliki 7 macam

komponen dominan, yaitu fenol, 3-metil-1,2-siklopentadion, 2 metoksifenol, 2-

metoksi-4-metilfenol, 4-etil-2-metoksifenol, 2,6-dimetoksifenol, dan 2,5-

dimetoksi benzil alkohol yang semuanya larut dalam eter. Sedangkan Guillen et

al. (1995) melaporkan bahwa asap cair komersial memiliki empat macam

komponen dominan yaitu 3-metil-1,2-siklopentanadion, 3 hidroksi-2 metil- 4H-

piran-4-on, 2-metoksifenol orguaiakol, dan 2,6-dimetoksifenol. Gumanti (2006)

melaporkan bahwa komponen kimia destilat asap tempurung kelapa mengandung

total fenol (5.5%), metil alkohol (0.37%), dan total asam (7.1%).

Asap cair grade 2 merupakan asap cair yang telah melewati tahapan destilasi

kemudian dilakukan penyaringan zeolit. Asap cair ini memiliki warna kuning

kecoklatan dan diorientasikan untuk pengawetan bahan makanan mentah

(Yulistiani, 2008). Pada asap cair tempurung kelapa grade 3 senyawa dominan,

yaitu metanol (11,16%), fenol (15,12%), dan asam asetat (54,15%) (Setiososari,

2017). Asap cair grade 2 seharusnya tidak terlalu berbeda dengan grade 3 untuk

kadar fenol, karbonil, dan asamnya. Namun, pada asap cair grade 2 untuk kadar

tar dan benzo(a)pirena sudah tidak ada, hal ini dikarenakan pada saat destilasi

Page 54: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

32

dengan suhu 250oC senyawa benzo(a)pirena dan tar tidak ikut menguap karena

titik didih kedua senyawa tersebut berada diatas 250oC.

Tabel 2. Kandungan asap cair tempurung kelapa serta titik didihnya

Senyawa Titik didih

(oC, 750 mmHg)

Senyawa Titik didih

(oC, 750 mmHg)

Fenol -Asam Butirat 162

-Guaikol 205 -Asam Propionat 141

-4-metilguaikol 211 -Asam Isovalerat 176

-Eugenol 244 Karbonil

-Siringol 267 -Glioksal 51

-Furfural 162 -Metilglioksal 72

-Pirokatekol 240 -Glikoaldehid 97

-Hidrokuinon 285 -Diasetil 88

-Isoeugenol 266 -Formaldehid 21

Asam

-Asam Asetat 118

Himawati (2010)

I. Metode Seeded Experiment

Terdapat dua metode yang biasa digunakan untuk mengamati pertumbuhan kristal

berdasarkan ada atau tidaknya kristal awalan atau bibit kristal, yaitu metode

seeded experiment dan unseeded experiment. Rahmania (2012) meyatakan bahwa

metode seeded experiment merupakan salah satu metode pembentukan kristal

dengan cara menambahkan bibit kristal ke dalam larutan pertumbuhan.

Penambahan bibit kristal dilakukan untuk mendorong terjadinya proses kristalisasi

dengan lebih cepat. Adanya area permukaan bibit kristal akan mempermudah

Page 55: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

33

pertumbuhan kristal menjadi lebih besar. Semakin cepat terjadinya proses

kristalisasi maka akan semakin cepat laju pertumbuhan inti kristal kalsium sulfat

untuk membentuk kristal yang lebih besar. Hal ini dilakukan untuk melihat laju

pertumbuhan kerak kalsium sulfat setelahdi tambahkan inhibitor dengan

penambahan bibit kristal (seeded experiment).

J. Analisis Menggunakan IR, GC-MS, SEM, XRD, dan PSA

Pada penelitian ini dilakukan beberapa analisis terhadap kristal CaCO3 yang

terbentuk dan asap cair tempurung kelapa grade 2 yang digunakan. Analisis

tersebut meliputi analisis gugus fungsi dan komponen kimia terhadap asap cair

tempurung kelapa Grade 2 dengan menggunakan spektrofotometer infrared (IR)

dan Gas Chromatography – Mass Spectrometry (GC-MS) ,morfologi permukaan

kristal CaCO3 menggunakan SEM dan X-RD, serta analisis distribusi ukuran

partikel menggunakan PSA. Analisis ini dilakukan agar dapat mengetahui

seberapa efektif asap cair tempurung kelapa Grade 2 dalam menghambat

pembentukkan kerak CaCO3.

1. Spectrophotometer InfraRed (IR)

Spektrofotometer IR adalah spektrofotometer yang menggunakan sinar IR dekat,

yakni sinar yang berada pada jangkauan panjang gelombang 2,5 –25 μm atau

jangkauan frekuensi 400–4000 cm-1. Sinar ini muncul akibat vibrasi atom-atom

padaposisi kesetimbangan dalam molekul dan kombinasi vibrasi dengan rotasi

menghasilkan spektrum vibrasi–rotasi (Khopkar, 2001)

Page 56: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

34

Spektrum IR suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi vibrasi dan

osilasi. Bila molekul menyerap radiasi IR, energi yang diserap akan

menyebabkan kenaikan amplitude getaran atom-atom yang terikat sehingga

molekul-molekul tersebut berada pada keadaan vibrasi tereksitasi (excited

vibrational state); energi yang diserap ini akan dibuang dalam bentuk panas bila

molekul itu kembali ke keadaan dasar. Dengan demikian spektrofotometer IR

dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya gugus fungsi dalam suatu

molekul (Supratman, 2010). Skema kerjanya dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Skema Kerja Spectrophotometer InfraRed (IR) (Dachriyanus, 2004)

2. Gas Chromatography – Mass Spectrometry (GC-MS)

Kromatografi gas merupakan metode analisis berdasarkan perbedaan waktu

retensi akibat perbedaan mobilitas analit melalui suatu kolom. Perbedaan

mobilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain titik didih analit, gas, dan

interaksi dengan fase padat dalam kolom. Prinsip dasar kromatografi sendiri

adalah pemisahan senyawa-senyawa berdasarkan adanya perbedaan distribusi fasa

gerak dan fasa diam (McNair dan Bonelli, 1998).

Page 57: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

35

Spektrofotometri massa adalah suatu teknik analisis yang didasarkan pada

pemisahan berkas ion-ion yang sesuai dengan perbandingan massa terhadap

muatan dan pengukuran intensitas dari berkas-berkas ion tersebut

(Sastrohamidjoyo, 1982). Secara sederhana spektrofotometri massa dapat

dikatakan sebagai untuk mengioniasi molekul sampel dalam kondisi vakum dan

mengukur massa dari ion-ion yang ditimbulkan. Prinsip pengukuran dengan

spektrofotometri massa adalah molekul induk dalam bentuk gas ditembak dengan

electron berenergi tinggi sehingga terionisasi menjadi fragmen-fragmen dengan

massa molekul yang lebih kecil. Spektrofotometer massa terdiri dari pengion

(ionizer), lensa, kuadrupo, dan detektor. Pengion akan mengionisasi molekul

sampel dalam sumber ion (Ratnaningsih, 2000).

GC-MS merupakan gabungan dari dua instrument analisis, yaitu kromatografi gas

dan spektrofotometri massa sehingga menjadi sebuah instrument yang sangat

efektif untuk analisis (Baugh, 1993). Spektrofotometer massa merupakan detector

universal sehingga GC-MS dapat digunakan untuk menganalisis berbagai jenis

senyawa dan menjadikan perangkat analisis ini menjadi salah satu instrument

dengan penggunaan yang sangat luas. Alat ini semakin popular digunakan dalam

analisa dibidang kimia organik, ilmu kedokteran, farmasi dan dalam bidang

lingkungan. Alat ini juga dilengkapi dengan sistem kepustakaan senyawa kimia,

sehingga identifikasi senyawa kimia dapat dilakukan dengan cepat tanpa bantuan

instrumen lainnya, seperti spektrofotometri inframerah dan spektrofotometri

magnet inti (Torres, 2005).Skema GC-MS seperti terlihat pada Gambar 11.

Page 58: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

36

Gambar 11. Skema alat GC-MS (Anonim 3, 2018).

3. Particle Size Analyzer (PSA)

Analisis ukuran partikel adalah sebuah sifat fundamental dari endapan suatu

partikel yang dapat memberikan informasi tentang tentang asal dan sejarah

partikel tersebut. Distribusi ukuran juga merupakan hal penting seperti untuk

menilai perilaku granular yang digunakan oleh suatu senyawa atau gaya gravitasi.

Diantara senyawa-senyawa dalam tubuh hanya ada satu partikel yang

berkarakteristik dimensi linear. Partikel irregular memiliki banyak sifat dari

beberapa karakteristik dimensi linear (James and Syvitski, 1991).

Perhitungan partikel secara modern umumnya menggunakan alinasis gambar atau

beberapa jenis penghitung partikel. Gambar didapatkan secara tradisional dengan

mikroskop elektron atau untuk partikel yang lebih kecil menggunakan SEM

(James and Syvitski, 1991). Penyinaran sinar laser pada analisis ukuran partikel

dalam keadaan tersebar. Pengukuran distribusi intensitas difraksi cahaya spasial

dan penyebaran cahaya dari partikel. Distribusi ukuran partikel dihitung dari hasil

Page 59: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

37

pengukuran. Difraksi sinar laser analisis ukuran partikel meliputi perangkat laser

untuk mennghasilkan sinar laser ultraviolet sebagai sumber cahaya dan

melekatkan atau melepaskan flourescent untuk mengetahui permukaan photodiode

array yang menghitung distribusi intensitas cahaya spasial dan penyebaran cahaya

selama terjadinya pengukuran (Totoki, 2007).

Particle size analyzer (PSA) mampu mengukur partikel distribusi ukuran emulsi,

suspensi dan bubuk kering (Totoki, 2007).

Keunggulan dari PSA antara lain:

1. Akurasi dan reproduksibilitas berada dalam ± 1%.

2. Dapat mengukur sampel dari 0,02 nm sampai 2000 nm.

3. Dapat mengukur distribusi ukuran partikel yang berupa emulsi, suspensi,

dan bubuk kering (Hossaen, 2000).

Sampel berupa padatan lebih banyak mengabsorbsi sinar-X daripada cairan, oleh

karena itu transmisi sinar-X dikurangi. Sejak pencampuran suspensi yang

homogen, intensitas diasumsikan sebagai nilai konstan, untuk transmisi sinarX

dalam skala pengurangan yang penuh. Aliran pencampuran dihentikan dan

penyebaran yang homogen dimulai untuk menyelesaikan pentransmisian

intensitas sinar-X yang dimonitor pada depth - s. Selama proses sedimentasi,

partikel yang besar menempati tempat pertama di bawah zona pengukuran dan

pada akhirnya, semua partikel menempati level ini dan yang tertinggal hanya

cairan yang bersih. Semakin banyak partikel besar yang menempati di bawah

zona pengukuran dan tidak digantikan dengan ukuran partikel yang sama yang

Page 60: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

38

menempati dari atas, maka pelemahan sinar-X berkurang. Diagram proses

fraksinasi massa dalam sedigraf dapat ditunjukkan pada Gambar 12.

Gambar 12. Diagram Proses Fraksinasi Massa dalam Sedigraf (Webb, 2002).

4. Scanning Electron Microscopy (SEM)

SEM adalah salah satu jenis mikroskop elektron yang dapat mengamati dan

menganalisis karakteristik struktur mikro dari bahan padat yang konduktif

maupun yang nonkonduktif. Sistem pencahayaan pada SEM menggunakan

radiasi elektron yang mempunyai λ = 200 – 0,1 Å, daya pisah (resolusi) yang

tinggi sekitar 5 nm sehingga dapat dicapai perbesaran hingga ± 100.000 kali dan

menghasilkan gambar atau citra yang tampak seperti tiga dimensi karena

mempunyai depth of field yang tinggi. Sehingga SEM mampu menghasilkan

gambar atau citra yang lebih baik dibandingkan dengan hasil mikroskop optik.

Page 61: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

39

Pada prinsipnya mikroskop elektron dapat mengamati morfologi, struktur mikro,

komposisi, dan distribusi unsur. Untuk menentukan komposisi unsur secara

kualitatif dan kuantitatif perlu dirangkaikan satu perangkat alat EDS (Energy

Dispersive X-ray Spectrometer) atau WDS (Wavelength Dispersive X-ray

Spectrometer) (Handayani dkk., 2004). Skema bagan SEM ditunjukkan pada

Gambar 13.

Gambar 13. Skema Bagan SEM (Gabriel, 1985).

5. X-Ray Difraction (X-RD)

Metode difraksi sinar-X adalah metode yang didasarkan pada difraksi radiasi

elektromagnetik yang berupa sinar-X oleh suatu kristal. Sinar-X merupakan

radiasi gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang yang

pendek yaitu 0,5 – 2,5 Ἀ. Sinar-X dihasilkan dengan cara menembakkan suatu

berkas elektron berenergi tinggi ke suatu target dan menunjukkan gejala difraksi

jika jatuh pada benda yang jarak antar bidangnya kira-kira sama dengan panjang

gelombangnya pada suatu bidang dengan sudut θ (Cullity, 1987).

Analisis difraksi sinar-X didasarkan pada susunan sistematik atom-atom atau ion

Page 62: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

40

ion di dalam bidang kristal yang dapat tersusun sedemikian rupa sehingga

membentuk kisi kristal dengan jarak antar bidang (d) yang khas. Setiap spesies

mineral mempunyai susunan atom yang berbeda-beda sehingga membentuk

bidang kristal yang dapat memantulkan sinar-X dalam pola difraksi yang

karakteristik. Pola difraksi inilah yang kemudian digunakan untuk

mengidentifikasi suatu senyawa (Rini, 2016).

Pada analisis menggunakan XRD, kristal memantulkan sinar-X yang dikirimkan

dari sumber dan diterima oleh detektor.Ketika berkas sinar-X berinteraksi dengan

lapisan permukaan kristal, sebagian sinar-X ditransmisikan, diserap, direfleksikan

dan sebagian lagi dihamburkan serta didifraksikan. Skema kerja alat XRD

ditunjukkan pada Gambar 14 berikut.

Gambar 14. Skema Kerja Alat XRD (Leofanti, 1997).

Sinar-X yang mengenai suatu bahan akan dipantulkan sehingga menghasilkan

spektrum pantulan yang spesifik dan berhubungan langsung dengan kisi kristal

yang dianalisis. Pada penelitian ini, uji difraksi dilakukan untuk mempelajari

struktur dan karakteristik dari kerak kalsium karbonat (CaCO3).

Page 63: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2018,

bertempat di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik, Jurusan Kimia, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Analisis

menggunakan IR (Infrared Spectrophotometer) dan SEM (Scanning Electron

Microscopy) dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Terpadu dan

Sentra Inovasi Teknologi (UPT LTSIT) Universitas Lampung. Analisis XRD (X-

Ray Diffraction) dilakukan di Laboratorium Energi Lembaga Penelitian dan

Pengembangan kepada Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Sepuluh

Nopember, analisis menggunakan GC-MS dilakukan di Laboratorium Kimia

Organik Universitas Gadjah Mada, dan analisis menggunakan PSA (Particle Size

Analyzer) dilakukan di PT Nanotech Herbal Indonesia, Bogor.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu alat-alat gelas, waterbath

(Thermoscientific AC 200/S21), gelas-gelas plastik, pengaduk magnet, spatula,

corong, loyang, oven, neraca analitik merek Airshwoth AA-160, pH meter,

Spektrofotometer IR, Particle Size Analyzer (PSA) Coulter LS 13320, Scanning

Page 64: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

42

Electron Microscopy (SEM), dan X-Ray Diffraction (X-RD). Bahan-bahan yang

digunakan dalam penelitian ini meliputi CaCl2 anhidrat, Na2CO3, akuades, kertas

saring, dan asap cair tempurung kelapa grade 2.

C. Prosedur Penelitian

1. Preparasi Bibit Kristal

Sebanyak 55,5 gram serbuk/padatan CaCl2 dan 53 gram serbuk/padatan Na2CO3

masing-masing dilarutkan dalam 500 mL akuades. Kemudian secara bersamaan

larutan tersebut dicampurkan ke dalam gelas kimia dan diaduk menggunakan

magnetic stirrer selama 15 menit dengan suhu 90ºC hingga mengendap sempurna.

Selanjutnya, endapan dipisahkan dengan kertas saring. Endapan yang diperoleh

dicuci dengan akuades untuk menghilangkan sisa-sisa cairan induk dan kotoran,

lalu dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 105oC selama 3-4 jam.

Prosedur ini diulang beberapa kali sampai diperoleh jumlah bibit kristal sebanyak

100 gram dan cukup untuk melakukan prosedur berikutnya (Setiososari, 2017).

2. Preparasi Asap Cair Tempurung Kelapa Grade 2

Pada penelitian ini digunakan asap cair tempurung kelapa grade 2 dengan variasi

konsentrasi 50 ppm, 150 ppm, 250 ppm, dan 350 ppm. Pembuatan larutan

inhibitor dengan konsentrasi 50 ppm dilakukan dengan cara mengencerkan 50 mL

asap cair dengan akuades dalam labu ukur 1000 mL, lalu dihomogenkan.

Perlakuan yang sama dilakukan untuk pembuatan larutan inhibitor dengan

konsentrasi 150 ppm, 250 ppm, dan 350 ppm (Setiososari, 2017).

Page 65: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

43

3. Pengujian Asap Cair Tempurung Kelapa Grade 2 Sebagai Inhibitor dalam

Pengendapan Kristal CaCO3

Tahapan untuk pengujian asap cair temurung kelapa grade 2 sebagai inhibitor

dalam pengendapan kristal CaCO3 dengan metode seeded experiment dilakukan

dengan rangkaian percobaan sebagai berikut (Setiososari, 2017):

a. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 Tanpa Inhibitor Pada Konsentrasi

Larutan Pertumbuhan yang Berbeda dengan Metode Seeded Experiment

Larutan pertumbuhan dibuat dari konsentrasi larutan CaCl2 0,050 M (1,11 gram)

dan larutan Na2CO3 0,050 M (1,06 gram) masing-masing dalam 200 mL. Setiap

larutan diaduk hingga homogen selama ±15 menit dengan suhu 90ºC. Selanjutnya,

larutan CaCl2 0,050 M dan larutan Na2CO3 0,050 M dicampurkan dan diaduk

selama ±15 menit dengan suhu 90ºC agar terbentuk kerak CaCO3 dan diukur nilai

pH-nya menggunakan pH universal. Kemudian campuran dimasukkan ke dalam 7

gelas plastik sebanyak masing-masing 50 mL dan ditambahkan 0,2 g bibit kristal.

Setelah itu, diletakkan dalam waterbath pada suhu 90oC selama 60 menit (15

menit pertama satu gelas diambil, selanjutnya diambil setiap 10 menit). Kemudian

dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring dan dikeringkan

menggunakan oven pada suhu 105oC selama 3-4 jam. Percobaan ini diulang

dengan variasi konsentrasi larutan CaCl2 dan Na2CO3 sebesar 0,075 M (1,66 gram

CaCl2 + 1,59 gram Na2CO3); 0,100 M (2,22 gram CaCl2 + 2,12 gram Na2CO3);

dan 0,125 M (2,77 gram CaCl2 + 2,65 gram Na2CO3).

Page 66: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

44

b. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 dengan Penambahan Inhibitor

Pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda dengan Metode

Seeded Experiment

Larutan pertumbuhan dibuat dengan cara melarutkan CaCl2 0,050 M (1,11 gram)

dan larutan Na2CO3 0,050 M (1,06 gram) masing-masing dalam larutan asap cair

tempurung kelapa grade 2 50 ppm hingga mencapai volume 200 mL. Masing-

masing larutan dimasukkan ke dalam gelas kimia dan diaduk menggunakan

magnetic stirrer selama 15 menit dengan suhu 90°C untuk menghomogenkan

larutan. Selanjutnya, kedua larutan tersebut dicampur ±15 menit dengan suhu 90

ºC agar terbentuk kerak CaCO3 dan diukur nilai pH-nya menggunakan pH

universal. Kemudian dimasukkan ke dalam 7 gelas plastik masing-masing 50 mL

dan ditambahkan 0,2 g bibit kristal dan diletakkan dalam waterbath pada suhu

90°C selama 60 menit (15 menit pertama satu gelas diambil, selanjutnya gelas

diambil setiap 10 menit). Larutan dalam gelas tersebut disaring menggunakan

kertas saring dan dikeringkan kerak yang didapat menggunakan oven pada suhu

90°C selama 3-4 jam. Selanjutnya, endapan ditimbang untuk mengetahui berat

kristal yang terbentuk. Percobaan ini diulang dengan variasi konsentrasi larutan

CaCl2 dan Na2CO3 sebesar 0,075 M (1,66 gram CaCO3 + 1,59 gram Na2CO3);

0,100 M (2,22 gram CaCO3 + 2,12 gram Na2CO3); dan 0,125 M (2,77 gram

CaCO3 + 2,65 gram Na2CO3) serta pada variasi konsentrasi inhibitor 50 ppm, 150

ppm, 250 ppm dan 350 ppm menggunakan asap cair tempurung kelapa grade 2.

Page 67: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

45

4. Analisa Data

Data yang diperoleh berupa jumlah endapan terhadap waktu dengan variasi

konsentrasi larutan pertumbuhan dan variasi konsentrasi inhibitor, masing-masing

akan diplot sebagai jumlah endapan terhadap waktu menggunakan Microsoft

Excel. Morfologi kerak sebanyak masing-masing 1 gram CaCO3 sebelum dan

sesudah penambahan inhibitor dianalisis menggunakan SEM. Perubahan ukuran

partikel dari kelimpahan CaCO3 pada masing-masing endapan (masing-masing

1gram) sebelum dan sesudah penambahan asap cair dianalisis dengan PSA.

Struktur kristal CaCO3 sebelum dan sesudah (masing-masing 5 gram)

penambahan inhibitor dianalisis dengan XRD (Setiososari, 2017).

D. Diagram Alir Penelitian

Secara keseluruhan penelitian ini terangkum dalam diagam alir penelitian yang

ditunjukkan dalam Gambar 15.

Page 68: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

46

- Ditambahkan Aquades - Ditambahkan

Asap cair

- Dipanaskan dengan Waterbath

- Disaring

- Dioven

- Ditimbang

Gambar 15. Diagram Alir Penelitian

Pembuatan larutan pertumbuhan dengan bibit kristal

(Seeded Experiment)

CaCl2 + Na2CO3

Larutan

pertumbuhan

tanpa inhibitor

Larutan

pertumbuhan

dengan inhibitor

Analisis data

menggunakan ms. Excel

Preparasi bibit

kristal CaCO3

Preparasi asap

cair tempurung

kelapa grade 2

Data massa kerak

CaCO3

kerak

CaCO3

Analisis data menggunakan

SEM, PSA dan XRD Hasil

Analisis

Menggunakan IR

dan GC-MS

Page 69: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Inhibitor asap cair tempurung kelapa grade 2 mampu menghambat dan

mereduksi kerak CaCO3 dengan cara menghambat laju pertumbuhan inti

kristal CaCO3, yang ditunjukkan dengan perbedaan nilai laju pertumbuhan,

morfologi, struktur, dan ukuran partikel kristal CaCO3.

2. Nilai persen efektivitas tertinggi penghambatan kerak CaCO3 oleh asap

cair tempurung kelapa grade 2, yaitu pada konsentrasi larutan

pertumbuhan 0,025 M sebanyak 350 ppm dengan persentase 492,89%.

3. Analisis morfologi permukaan kerak CaCO3 menggunakan SEM

menunjukkan bahwa terjadi perubahan morfologi pada kerak CaCO3,

sebelum penambahan inhibitor kerak didominasi kristal fasa kalsit (kubus

padat) dan aragonit (tumpukan jarum), sedangkan setelah penambahan

inhibitor kerak didominasi oleh kristal fasa aragonit (tumpukan jarum).

vaterit (bentuk bunga), dan sebagian kalsit (kubus).

Page 70: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

76

4. Analisis distribusi ukuran partikel menggunakan PSA menunjukkan

bahwa distribusi ukuran partikel kerak CaCO3 mengalami penurunan atau

pergeseran (grafik) setelah ditambahkan inhibitor, persentase jumlah

partikel terbanyak kerak CaCO3 tanpa penambahan inhibitor sebesar 26%

pada 4,97 µm menurun dengan penambahan inhibitor menjadi 0,26 µm

dengan partikel kerak sebanyak 74,6%.

5. Analisis struktur kristal CaCO3 menggunakan XRD menunjukkan bahwa

kerak CaCO3 tanpa dan dengan penambahan inhibitor terjadi perbedaan

fasa kristal dari kristal hardscale (kalsit) menjadi softscale (aragonit dan

vaterit) yang ditunjukkan oleh puncak difraktogram 2θ.

B. SARAN

Demi menunjang penelitian ini dan penelitian selanjutnya, maka penulis

menyarankan perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut terhadap penghambatan

kerak CaCO3 dengan menggunakan inhibitor asap cair tempurung kelapa grade 2

dengan menguji kinerja dan keamanan asap cair ini pada konsentrasi yang lebih

rendah sehingga memungkinkan untuk digunakan pada industri pangan, serta

menguji kerak dengan metode titrasi sehingga konsentrasi asap cair/inhibitor

dapat diperkecil dan mencapai kadar aman untuk industri pangan.

Page 71: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

DAFTAR PUSTAKA

Aisah, S. 2016. Efek Penambahan Ekstrak Gambir (Uncaria Gambier Roxb),

Kemenyan Putih (Styrx Benzoin Dryand), dan Aditif Golongan Karboksilat

sebagai Inhibitor Pembentukan Kerak Kalsium Karbonat (CaCO3). Skripsi.

Jurusan Kimia FMIPA. Universitas Lampung. Lampung. 94 hlm.

Al-Deffeeri, N.S. 2006. Heat Transfer Measurement as a Criterion For

Performance Evaluation of Scale Inhibition in MSF Plants in Kuwait.

Desalination. 204(1-3):423-436.

Anonim 1. Scale Factors: Reducing Corrosion In Pipelines With Electronic Water

Treatment. Diakses 22 April 2018 pukul 22.27 WIB

http://www.waterworld.com/articles/print/volume-30/issue-

11/features/scale-factors-reducing-corrosion-in-pipelines-with-electronic-

water-treatment.html.

Anonim 2. Asap Cair. Diakses 21 April 2017 pukul 20.05 WIB.

http://www.soloagrofarm.com/en/component/content/featured?id=featured&

start 30.

Anonim 3. GC (Gas Chomatroghrapy). Diakses 22 April 2018 pukul 23.43 WIB.

http://lansida.blogspot.co.id/2010/06/gc-kromatografi-gas. html.

Asnawati. 2001. Pengaruh Temperatur terhadap Reaksi Fosfonat dalam Inhibitor

Kerak pada Sumur Minyak. Jurnal Ilmu Dasar. 2(1):20

Austin, A.E., Miller, J.F.D, Vaughan, A. & Kircher, J.F. 1975. Chemical

Additives For Calsium Sulphate Scale Control. Desalination. 16:345-357.

Badr, A. and A.A.M. Yassin. 2007. Barium Sulfate Scale Formation in Oil

Reservoir During Water Injection at High-Barium Formation Water.

Journal of Applied Sciences. 7(17):2393-2403.

Bakhtiar, A. 1991. Manfaat Tanaman Gambir. Makalah pada Penataran Petani

dan Pedagang Pengumpul Gambir di Kabupaten 50 Kota (Sumatra Barat)

29-30 November 1991. Royal Society of Chemistry. Cambridge. Pp 45-59

Page 72: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

78

Baugh, P.J.1993. Gas Chromatography: A Pratical Approach. Oxford University

Press. Pp 11-21

Bhatia, A. 2003.Cooling Water Problems and Solutions. Continuing Education

and Development. Inc. 9 Greyridge Farm Court Stony PointNY 10980. Pp

5-9.

Brown, G.G. 1978. UnitOperation.Jhon Willeydan Sons.Tokyo.Cowan, J. C. dan

D. J. Weintritt. 1976.Water-Formed ScaleDeposit. Houston. Texas. Gulf

PublishingCo. Pp 512-520.

Chauhan, K., Sharma, P., and Chauhan, G.,S. 2015. Removal/Dissolution of

Mineral Scale Deposits. Mineral Scales and Deposits. Pp 701-720.

Choi, B. C. K., L. M. Tennassee, and G. J. M. Eijkemans. 2001. Developing

Regional Workplace Health and Hazard Surveillance in The Americas. Pan

American Journal of Public Health.10:376-381.

Cotton, F. A., and G. Wilkinson. 1989. Basic Inorganic Chemistry. John Willey

and Sons. New York. Pp 57.

Cowan, J.C. and D.J. Weintritt. 1976. Water Formed Scale Deposit. Houston,

Texas. Gulf Publishing Co. Pp 481-484.

Cullity, B. D., 1987. Element of X-Ray Difraction. Addison-Wisley. Publishing

Company. Inc. New York. Pp 493-496.

Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.

Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPTIK)

Universitas Andalas. Padang. 158 hlm.

Darmadji, P. 1998. Aktivitas Antibakteri Asap Cair dari Bermacam-macam

Limbah Pertanian.Agritech. 16(4):19-22.

Draudt, H.N. 1963. The Meat Smoking Process:A Review. Food Technology

17(12):85 - 90.

Dwi N. dan Handayani, S. 2012. Pengaruh Alur Pemanasan Terhadap Karakter

Bahan Semikonduktor Pb(se0,6 te0,4 ) Hasil Preparasi dengan Teknik

Bridgman. (Thesis). Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. 81 hlm.

Gabriel, B. 1985. SEM : A User’s Manual for Material Science. American Society

for Metal. Pp 40.

Girard, J.P. 1992. Technology of Meat and Meat Product Smoking. Ellis

Harwood. New York. Pp 162– 201.

Page 73: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

79

Graha, D. S. 1987. Batuan dan Mineral. Nova Printing. Bandung. 57 hlm.

Guillen, M.D, Manzanos, M.J. 1996. Study of The Components of A Solid

Smoke Flavouring Preparation. Food Chem. 55:251-257.

Gumanti, F. M. 2006. Kajian Sistem Produksi Destilat Asap Tempurung Kelapa

dan Pemanfaatannya sebagai Alternatif Bahan Pengawet Mie Basah.

(Skripsi). Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.Bogor. 85

hlm.

Halimatuddahliana.2003. Pencegahan Korosi dan Scale pada Proses Produksi

Minyak Bumi. FMIPA-USU.Medan. 8 hlm.

Halipah, S. 2016. Pembuatan Nanokalsium dengan Metode Presipitasi dari

Limbah Cangkang Kerang Hijau (Perna sp.) dan Aplikasinya Sebagai

Sediaan Antihipersensitifitas Dentin. Skripsi. Departemen Teknologi Hasil

Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Bogor. 50 hlm.

Handayani, D., R. Ranova, H. Bobbi, A. Farlian, Almahdi, Arneti. 2004.

Pengujian Efek Anti Feedan dari Ekstrak dan Fraksi Daun Gambir (Uncaria

gambir Roxb) terhadap Hama Spedoptera litura Fab. (Lepidoptera;

Noctuide). Seminar Nasional Tumbuhan Tanaman Obat Indonesia XXVI.

Padang.

Holysz, L., Szczes, A., and Chibowski, E.. 2007. Effect of a Carboxylic Acids on

Water and Electrolyte Solution. Journal of Colloid and Interface Science.

316:65-1002.

Hossaen, A. 2000. Particle Size Analyzer. King Fahd Petroleum &

Mineral.ArabSaudi. Pp 74.

Hasson, D., and R. Semiat. 2005. ScaleControl in Saline and Wastewater.

Desalination IsraelJournal of Chemistry.46:97-104

Himawati, E. 2010.Pengaruh Penambahan Asap Cair Tempurung Kelapa Destilasi

dan Redestilasi Terhadap Sifat Kimia, Mikrobiologi, dan Sensoris Ikan

Pindang Layang Selama Penyimpanan.(Skripsi). Universitas Sebelas Maret.

Surakarta. 71 hlm.

Irianty, R., S., dan M. P. Sembiring. 2012. Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Ekstrak

Daun Gambir dengan Pelarut Etanol-Air Terhadap Laju Korosi Besi pada

Air Laut. Jurnal Riset Kimia. 5(2):165.

James P. M. and Syvitski. 1991. Principles, Methods, and Application of Particle

Size Analysis. Cambridge University Press. Cambrige. Pp 11.

Page 74: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

80

Kemmer, F. N. 1979. The Nalco Water Hand Book. Nalco Chemical Co and Mc

Graw Hill Book CO. New York. Pp 20.

Khopkar, S. M. 2001. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta. 194-196

pp.

Leofanti, G. 1997. Catalyst Characterization: Applications.Catalysis Today.

34:329-352.

Lestari, D.E. 2008.Kimia Air, Pelatihan Operator dan Supervisor Reaktor Riset.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan BATAN.Serpong.

Lestari, D. E., Sunaryo, G. R., Yuliato, Y. E., Alibasyah, S., Utomo, S. B. 2004.

Kimia Air Reaktor Riset G. A. Siwabessy. Makalah Penelitian P2TRR dan

P2TKN BATAN. Serpong

Mao, Z., and Huang, J.. 2007. Habit Modification of Calcium Carbonate in the

Presence of Malic Acid. Journal of Solid State Chemistry. 180:453-460.

McNair, H.M., dan E.J. Bonelli. 1998. Dasar Kromatografi Gas. Penerbit ITB.

Bandung. 173 hlm.

Miksic, B. A., A. Margarita, Kharshan, and A. Y. Furman. 2005. Vapor Corrotion

and Scale Inhibitors Formulated from Biodegradable and Renewable Raw

Materials. Eur. Symposium on Corrosion Inhibitors. (10 SEIC). Ferrara,

Italy. Pp 83.

Muryanto., 2012, Enkapsulasi Rhizopus oryzae dalam kalsium-alginat untuk

produksi bioethanol dari tanden kosong kelapa sawit. (Thesis). Universitas

Indonesia. Depok. 72 hlm.

Muryanto, S., Bayuseno, A.P., Ma’mun, and Usamah, M. 2014. Calcium

Carbonate Scale Foration in Pipes: Effect of Flow Rates, Temperature, and

Malic Acid as Additives. Procedia Chemistry. 9:69-76.

Noviyanti N., Jasruddin J., Sujiono, E. H. 2015. Karakterisasi kalsium

karbonat (CaCO3) dari batu kapur Kelurahan Tellu Limpoe Kecamatan

Suppa.Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Universitas Negeri

Makasar. Makasar. 169-172 pp.

Nunn, R.G. 1997. Water Treatment Essentials far Boiler Plant Operation.

McGraw Hill.NewYork.Capillary Zone Electrophoresis.Elsevier B.V.

Journal of Chromatography A, 934. Pp.113-122.

Nurhasanah, E. 2008. Perancangan Alat untuk Membuat Asap Cair dari

Tempurung Kelapa dan Karakterisasinya. Tesis. Pascasarjana Kimia Institut

Teknologi Bandung. Bandung. 75 hlm.

Page 75: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

81

Onyeji, O., C., Omoruyi, S., I., Oladimeji, A., F., and Soyinka, O., J. 2009.

Physicochemical Characterization and Dissolution Properties of Binary

Systems of Pyrimethamine and 2-Hydroxypropyl-β-Cyclodextrin. African

Journal of Biotechnology. 8(8):1651-1659.

Patton, C. 1981. OilfieldWater System 2ed. Cambeel Petroleum Series.

Oklahoma. Pp 49-79.

Ratnaningsih, D. 2000. Pengetahuan Umum Tentang Kromoatografi Gas

Spektrometri Massa (GCMS). Pusat Pedal-Bapedal. Jakarta.

Rahmania, Y. 2012. Studi Pendahuluan Ekstrak Kulit Kakao (Theobroma Cacao

L.) Dan Nalco 72990 Sebagai Inhibitor Pembentuk Kerak Kalsium

Karbonat (CaCO3).(Skripsi). Jurusan Kimia FMIPA Unila. Lampung.

Rini, H. U. 2016. Pengaruh Penggunaan Campuran Ekstrak Gambir dan

Kemenyan sebagai Inhibitor Pembentukan Kerak Kalsium Sulfat (CaSO4).

(Thesis). Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung. Lampung. 68 hlm.

Salimin, Z., dan Gunandjar. 2007. Penggunaan EDTA sebagai Pencegah

Timbulnya Kerak pada Evaporasi Limbah Radioaktif Cair. Prosiding PPI –

PDIPTN. Pustek Akselerator dan Proses Bahan – BATAN. Yogyakarta. 76-

81 pp.

Sastrohamidjoyo, H. 1982. Spektrometri Massa. Gajah Mada. University Press.

dalam: Rachmat E.H. 2004. Analisi Senyawa Volatil dalam Ikan Tongkol

dengan Metode Heatspace Solid Phase Microextration-Gas

Chromatography Mass Spectrometry (HS-SPME/GC-MS). Universitas

Lampung. 26 hlm.

Setiososari, E. 2017. Studi Penggunaan Asap Cair Tempurung Kelapa Grade 3

sebagai Inhibitor Kerak Kalsium Karbonat (CaCO3) menggunakan Metode

Seeded Experiment. (Skripsi) Jurusan Kimia FMIPA. Universitas Lampung.

Lampung. 82 hlm.

Smallman, R. E. dan Bishop, R. J. 2000. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa

Material. Edisi keenam. Terjemahan Sriati Djaprie. Erlangga. Jakarta. 479

hlm.

Suharso. 2005. Characterization of Surface of the (100) Face of Borax Crystals

Using Atomic Force Microscopy (AFM): Dislocation Source Structure And

Growth Hillocks. Jurnal Sains MIPA Universitas Lampung.11(2):105-110.

Suharso. 2006. Ex Situ Investigation of the Hollow Cores on the Surface

Topography of the (100) Face of Borax Crystals by Atomic Force

Microscopy (AFM). Jurnal Sains MIPA Universitas Lampung. 12(1):31-35.

Page 76: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

82

Suharso. 2007a. Effect of Sodium Dodecylbenzenesulfonic Acid (SDBS) on the

Growth Rate and Morphology of Borax Crystal. Indonesian Journal of

Chemistry. 7(1):5-9.

Suharso dan Buhani. 2011. Efek Penambahan Aditif Golongan Karboksilat dalam

Menghambat Laju Pembentukan Endapan Kalsium Sulfat. Jurnal Natur

Indonesia. 13(2):100-104.

Suharso dan Buhani. 2015. Penanggulangan Kerak Edisi 2. Graha Ilmu.

Yogyakarta. 92 hlm.

Suharso, Buhani, dan L. Aprilia. 2013. Pengaruh Senyawa Turunan Kaliksarena

dalam Menghambat Pembentukan Kerak Kalsium Karbonat (CaCO3).

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung. 495-

503 pp.

Suharso, Buhani, and L. Aprilia. 2014. Influence of Calix[4] Arene Derived

Compound on Calcium Sulphate Scale Formation. Asian Journal of

Chemistry. 26(18):6155–6158.

Suharso, Buhani, S. Bahri and T. Endaryanto. 2010. The Use of Gambier Extracts

from West Sumatra as a Green Inhibitor of Calcium Sulfate (CaSO4) Scale

Formation. Asian Journal of Research Chemistry. 3(1):183-187.

Suharso, Buhani, S. Bahri and T. Endaryanto. 2011a. Gambier Extracts as an

Inhibitor of Calcium Carbonate (CaCO3) Scale Formation. Desalination.

265(1):102-106.

Suharso, Buhani, S.D. Yuwono, and Tugiyono. 2017. Inhibition of Calcium

Carbonate (CaCO3) Scale Formation by Calix[4] Resorcinarene

Compounds. Desalination and Water Treatment. 68:32-39.

Suharso, Buhani, T. Suhartati, dan L. Aprilia. 2007. Sintesis C- Metil-4,10,16,22

Tetrametoksi Kaliks[4]Arena dan Peranannya sebagai Inhibitor

Pembentukan Kerak Kalsium Karbonat (CaCO3). Laporan Akhir Program

Insentif. Unversitas Lampung. Bandar Lampung.

Suharso, Buhani, and T. Suhartati. 2009. The Role of C-Methyl-4,10,16,22

Tetrametoxy Calix[4]Arene as Inhibitor of Calcium Carbonate (CaCO3)

Scale Formation. Indonesian Journal of Chemistry. 9(2):206 – 210.

Suharso, G.Parkinson, and M.Ogden. 2007b. Effect of Cetyltrimehylammonium

Bromide (CTAB) on the Growth Rate and Morphology of Borax Crystals.

Journal of Applied Sciences. 7(10):1390-1396.

Suharso, Tiand Reno, Teguh Endaryanto, and Buhani. 2017a. Modification of

Gambier Extracs as Green Inhibitor of Calcium Carbonate (CaCO3) Scale

Formation. Journal of Water Process Engineering. 18:1-6.

Page 77: STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/55779/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Scanning Electron Microscophy (SEM), Particle Size Analyzer (PSA),

83

Supratman, U. 2010. Eqiulibrium Penentuan Senyawa Organik. Universitas

Padjajaran. Bandung. 102-108 pp.

Syahri, M., dan B. Sugiharto. 2008. Scale Treatment pada Pipa Distribusi Crude

Oil Secara Kimiawi. Prosiding Seminar NasionalTeknoin. JurusanTeknik

Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN, Yogyakarta. Indonesia. 5 hlm.

Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi mikro

.Alih Bahasa Oleh L. Setiono dan A.H pudjaatmaka. PT.Kalman Media

Pustaka. Jakarta. 656 hlm.

Terraningtyas, A., A. P. Kusumawati, dan F. R. Mustalim. Ilmu Bahan CaCO3.

Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. 25 hlm.

Torres, S.N.C. 2005. Improved Detection of TNT using SPME- TEEM-GC/MD

Mode Immersion in Water dan Soil. Thesis Master of Science. University of

Puerto Rico. Mayaguez Campus. Pp 107.

Tottoki S, Wada Y, Moriya N, Shimaoka H. 2007. DEP Active Grating Method: a

New Approach for Size Analysis of Nano-Sized Particles. Shimadzu Review

62:173-179.

Tranggono, Suhardi, Setiadji, B., Supranto, Darmadji P. dan Sudarmanto. 1996.

Identifikasi Asap Cair dari Berbagai Jenis Kayu dan Tempurung Kelapa.

Jurnal. Ilmu dan Teknologi Pangan. 1:15-24.

Wafiroh, S. 1995. Pemurnian Garam Rakyat Dengan Kristalisasi Bertingkat.

Laporan Penelitian. Universitas Airlangga. Surabaya.

Webb, P. A. 2002. Interpretation of Particle Size Reported by Different Analytical

Technique. Diakses melalui www.micromeristics.com. Pada tanggal 22

April 2018 Pukul 12.04 WIB.

Yao, C. L., C. X. Qi, J. M. Zhu, and W. H. Xu. 2010. Unusual Morphology Of

Calcium Carbonate Controlled By Amino Acids In Agarose Gel. Journal of

the Chilean Chemical Society.55(2):270-273.

Yulistiani, R. 2008. Monograf Asap Cair Sebagai Bahan Pengawet Alami Pada

Produk Daging dan Ikan, Cetakan Pertama, Edisi 1. Surabaya: UPN

Veteran. 58 hlm.

Zeiher, E. H. K., H. Bosco, and K. D. Williams. 2003. Novel Antiscalant Dosing

Control. Elsevier Science B.V. Desalination. 157:209-216

Zhang, K., M. Sun, P. Werner, A. J. Kovera, J. Albu, F. X. Pi-Sunyer, and C. N.

Boozer. 2002. Sleeping Metabolic Rate in Relation to Body Mass Index and

Body Composition. International Journal of Obesity Relations Metabolic

Disorder. 26:376-383.